Anda di halaman 1dari 7

Ella Silvana Ginting, SE, M.Si ellaginting86@gmail.

com Prodi Manajemen STIE Mikroskil

PENDEKATAN KUANTITATIF DALAM PROSES PEMILIHAN METODE


PENANGANAN RISIKO

Penerapan pendektan ini agak terbatas, disebabkan oleh beberapa hambatan sebagai
berikut:
1. Data yang diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi
2. Kemungkinan kurangnya pengalaman penggunaan cara ini.

MATRIK KERUGIAN
Untuk menggambarkan konsep kerugian matrik kerugian anggaplah bahwa sebuah
gedung yang dimiliki oleh suatu perusahaan dihadapkan pada suatu kerugian karena
kebakaran dan yang akan terjadi adalah kerugian total atau sama sekali tidak ada
kerugian. Selanjutnya anggaplah bahwa manajer risiko harus memutuskan antara 3
perangkat tindakan yaitu:
1. Untuk menanggung risiko
2. Untuk menanggung risiko serta menambah beberapa usaha pengamanan sehingga
mengurangi kans suatu kebakaran
3. Untuk membeli perlindungan asuransi

Matrik keuangan dibawah ini memperlihatkan kerugian bagi setiap keputusan dari ketiga
kemungkinan tindakan dalam contoh ini, sebelum mempertimbangkan pengaruh pajak
pendapatan. Kerugian-kerugian itu jatuh kedalam dua kategori:
1. Kerugian secara kebetulan yang akan terjadi hanya jika ada suatu kebakaran, terdiri
dari dua bagian yaitu:
a. Yang dapat diasuransikan
b. Yang tidak dapat diasuransikan
2. Biaya yang akan timbul baik ada kebakaran maupun tidak ada kebakaran.

Pengaruh pajak terhadap keputusan.


Rumusnya adalah hasil pertambahan dari hasil kerugian dikalikan dengan tariff pajak
(%) dengan biaya kredit dikalikan dengan tariff pajak (%) juga.

PENGARUH KECEMASAN DALAM MENETAPKAN KEPUTUSAN.


Nilai kecemasan tergantung atas distribusi probabilitas dari pada:
a. Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi menurut perasaan pribadi manajer
risiko yang bersangkutan
b. Risiko-risiko lain yang dihadapi perusahaan yang bersangkutan
c. Tujuan manajemen risiko perusahaan yang bersangkutan.

Tujuan manajemen risiko akan mempengaruhi faktor kecemasan tersebut sebab:


Ella Silvana Ginting, SE, M.Si ellaginting86@gmail.com Prodi Manajemen STIE Mikroskil

1. Tujuan manajemen risiko menentukan seberapa besar pentingnya kecemasan itu


seharusnya ditempatkan pada kerugian potensial
2. Tujuan manajemen risiko mencerminkan sikap perusahaan yang bersangkutan
terhadap risiko.

OBYEKTIF DAN ATURAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Obyektif itu akan dibagi kedalam kategori utama:


1. Obyektif yang menganggap manajer risiko tidak dapat memperkirakan probabilitas
kerugian kebakaran
2. Obyektif yang menganggap manajer risiko dapat memperkirakan probabilitas
kerugian tersebut.

Beberapa keuntungan menggunakan Quantitative Risk Analysis adalah sebagai berikut:


1. Membantu menentukan kemungkinan kesuksesan
Analisis risiko membantu untuk menetapkan tingkat kepercayaan diantara tim dalam
rencana pelaksanaan proyek secara keseluruhan
2. Dapat melakukan Identifikasi area yang berisiko tinggi
Analisis risko berguna untuk membantu menyoroti area yang berisiko tinggi dalam
jadwal proyek dan rencana pelaksanaan. Biasanya ini membantu manajemen proyek
untuk memfokuskan pada sumber daya kunci.
3. Melakukan Mitigasi
Penilaian risiko diawal akan menyediakan daftar dari area-area kegiatan yang
mempunyai risiko tinggi. Setelah dilakukan identifikasi, proses mitigasi akan memaksa
tim proyek untuk berpikir ke depan dan mengembangkan rencana mitigasi yang akan
dimonitor secara berkelanjutan. Model ini juga menyediakan platform yang dapat
digunakan oleh perencana untuk menganalisis dalmpak dari rencana mitigasi dan
perubahan pelaksanaan di masa depan.
4. Manajemen Risiko Berkelanjutan
Waktu yang dihabiskan untuk membangun model risiko yang baik biasanya dengan cara
menambah rencana manajemen risiko proyek yang sudah ada. Membangun tinjauan
risiko jadwal secara berkala akan membantu tim untuk terus terlibat didalam proses
manajemen risiko dan akan memberikan penilaian lanjutan terhadap tingkat
kepercayaan pada keberhasilan proyek secara keseluruhan.
5. Meningkatkan keyakinan klien
Dengan melakukan analisis risiko akan meningkatkan kepercayaan klien terkait dengan
jadwal penyelesaian proyek dan mendukung kebutuhan pengembangan bisnis.
Perencanaan manajemen risiko yang proaktif akan membantu untuk menyakinkan klien
bahwa kita melihat kedepan dan siap untuk setiap potensi dampak yang akan terjadi.
Ella Silvana Ginting, SE, M.Si ellaginting86@gmail.com Prodi Manajemen STIE Mikroskil

Analisa resiko secara kuantitatif terintegarasi dalam metodologi yang seragam


dengan informasi yang berhubungan tentang desain fasilitas, pelaksanaan operasi,
sejarah operasi, reliabilitas komponen, tindakan manusia, progress fisik dari kecelakaan
dan efek potensial terhadap kesehatan dan lingkungan. Analisa resiko kuantitatif
menggunakan model logika yang menggambarkan kombinasi dari kejadian yang dapat
menyebabkan kecelakaan yang merugikan dan model fisik yang menggambarkan progres
daari kecelakaan dan perpindahan material yang berbahaya bagi lingkungan. Model akan
dievaluasi secara kemungkinan untuk memperoleh pandangan tentang kualitatif dan
kuantitatif dari tingkat resiko dan mengidentifikasi karakter desain atau operasional yang
paling berpengaruh pada resiko. Sesuatu yang membedakan analisa resiko kuantitatif
dari pendekatan kualitatif yaitu kedalaman analisis dan integrasi dari assessment yang
detail.
Model logis dari analisa resiko kuantitatif secara umum terdiri dari pohon kejadian
(event trees) dan pohon kesalahan (fault trees). Pohon kejadian akan memberikan
inisiasi kejadian dan kombinasi dari sistem yang sukses dan yang gagal, sedangkan pohon
kesalahan menggambarkan jalur kegagalan dari sistem yang dapat terjadi sesuai dengan
pohon kejadian. Model tersebut dianalisa untuk memperkirakan kemungkinan dari
setiap rangkaian kecelakaan. Hasil ini dapat digunakan sebagai pendekatan umum yang
disajikan dalam nilai resiko misalnya biaya pertahun.

Pendekatan Semi-Kuantitatif
Semi-kuantitatif adalah istilah yang menggambarkan suatu pendekatan yang memiliki
aspek yang diturunkan dari pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Hal ini
membantu untuk mencapai keuntungan utama dari kedua pendekatan (sebagai contoh
kecepatan dalam pendekatan kualitatif dan ketepatan pendekatan kuantitatif). Secara
umum sebagian besar data digunakan dalam pendekatan kuantitatif dibutuhkan dalam
pendekatan ini dengan tingkat detail yang relatif lebih rendah. Model yang digunakan
juga tidak setepat dengan model pendekatan kuantitatif. Hasil yang diberikan biasanya
lebih berupa kategori konsekuensi dan kemungkinan dari pada nilai resiko namun
penilaian dapat diikutkan dalam setiap kategori untuk memungkinkan aplikasi kalkulasi
resiko untuk memperoleh kriteria penerimaan resiko yang sesuai.

Pengenalan pada Risk Base Inspection


Tujuan dari Risk Base inspection (RBI) yaitu untuk menentukan insiden yang dapat
menyebabkan kerugian (konsekuensi) pada suatu kejadian kegagalan peralatan dan
seberapa sering insiden tersebut terjadi.
Sebagai contoh suatu bejana bertekana mengalami kerusakan akibat korosi di bawah
isolasi yang menyebabkan kebocoran sehingga menyebebkan beberapa konsekuensi yang
mungkin terjadi. Beberapa kemungkinan konsekuensi yang mungkin terjadi yaitu:
Ella Silvana Ginting, SE, M.Si ellaginting86@gmail.com Prodi Manajemen STIE Mikroskil

a. Terbentuknya awan uap panas yang dapat memicu cedera pada manusia ataupun
kerusakan peralatan
b. Terlepasnya bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan manusia
c. Menghasilkan kebocoran bahan kimia yang menyebabkan kerusakan lingkungan
d. Mengakibatkan unit shut down secara terpakasa sehingga mengakibatkan kerugian
pada sisi ekonomi.

Assessment Resiko Kuantitatif


Quantitative Risk Analysis (QRA) adalah ilmu dan seni mengembangkan dan memahami
estimasi risiko secara numerik (yaitu, fungsi dari frekuensi yang diharapkan dan
konsekuensi dari potensi kecelakaan) yang terkait dengan fasilitas atau operasi. Metode
QRA dapat digunakan pada seluruh fase atau tahapan proses (laboratorium
pengembangan, desain, operasi, pembongkaran, dll). Namun, QRA paling efektif bila
digunakan untuk menganalisis proses desain yang telah ditetapkan (yaitu, perpipaan dan
instrumen diagram [P & ID], reaksi kimia dan unit operasi, dan kontrol proses).
QRA dapat digunakan untuk menyelidiki berbagai jenis risiko yang terkait dengan
fasilitas proses kimia, seperti risiko kerugian ekonomi atau risiko dampak lingkungan.
Namun, dalam aplikasi kesehatan dan keselamatan, penggunaan QRA dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori:
1. Memperkirakan risiko jangka panjang untuk pekerja atau masyarakat dari
paparan kronis zat-zat atau kegiatan yang berpotensi membahayakan.
2. Memperkirakan risiko untuk pekerja atau masyarakat dari peristiwa episodik
yang melibatkan satu kali paparan terhadap zat atau kegiatan yang berpotensi
membahayakan.
Fungsi utama dari QRA adalah memberikan informasi untuk pengambilan keputusan.
Hasil QRA tidak dapat membuktikan apa-apa. Namun, pembuat keputusan dapat
membandingkan estimasi risiko QRA dengan kriteria toleransi untuk memutuskan
apakah proses operasi cukup aman. Hasil QRA yang sama dapat menghasilkan
kesimpulan yang berbeda, misalnya manajemen perusahaan bisa saja menyatakan bahwa
proses tersebut aman berdasarkan hasil QRA, namun aktivis masyarakat menyatakan
tidak aman.Perbedaannya terletak pada toleransi risiko individu, bukan pada hasil QRA.
Meskipun semua orang sudah sepakat dengan toleransi risiko, namun masih banyak hal-
hal yang bersifat subjektif yang juga berpengaruh terhadap pemahaman risiko yang ada.
Jika 1 orang meninggal dalam satu tahun dalam kecelakaan jatuh dari ketinggian, atau
kecelakaan confined space dapat di toleransi risikonya, apakah 100 orang meninggal
dalam ledakan katastropik yang terjadi 1 kali dalam 100 tahun juga dapat ditoleransi?.
Karena QRA akan memprediksi rata-rata fatalities setiap tahun. Apakah kecelakaan yang
terjadi pada pekerja lebih dapat ditoleransi jika dibandingkan dengan kecelakaan yang
terjadi pada public atau masyarakat? Apakah kecelakaan terhadap orang dewasa lebih
ditoleransi jika dibandingkan dengan kecelakaan pada anak-anak?. Subjektifitas-
subjektifitas tersebut tidak hitung oleh QRA. Hasil QRA hanya melaporkan risiko
Ella Silvana Ginting, SE, M.Si ellaginting86@gmail.com Prodi Manajemen STIE Mikroskil

kecelakaan per tahun. Faktor-faktor subjektifitas seperti diatas akan mempengaruhi


sipembuat keputusan.
Hasil QRA dapat membimbing pengambil keputusan dalam mengembangkan program
perbaikan terus-menerus untuk menurunkan tingkat risiko, tetapi risiko nol (zero risk)
adalah tujuan yang tidak mungkin dicapai. Setiap kegiatan melibatkan beberapa risiko.
Bahkan jika kita buat hipotetis apakah mungkin untuk menghilangkan risiko dari setiap
skenario kecelakaan dalam QRA, beberapa risiko masih akan tetap ada karena tidak ada
QRA yang mengkaji setiap skenario kemungkinan kecelakaan. QRA yang terbaik adalah
mengidentifikasi kontributor dominan terhadap risiko dari sistem berdasarkan hasil
analisis. Setelah risiko-risiko tersebut dieliminasi, contributor risiko kecil lainnya
(termasuk risiko yang tersisa dari yang asli QRA karena “diabaikan”, serta risiko baru
yang diketahui dari hasil perubahan untuk menghilangkan risiko asli) tetap sebagai
contributor risiko dominan baru.
Kenapa memilih menggunakan kuantitatif jika dibandingkan dengan kualitatif, secara
umum ada dua alasan memilih kuantitatif analisis, yaitu:
1. Karena menganggab bahwa analisis kuantitatif akan menghasilkan data yang lebih
akurat dan terukur sehingga diperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap risiko
yang ada.
2. Karena dipersyaratkan oleh undang-undang atau sistem manajemen K3.

Terdapat empat tahapan dalam melakukan QRA, yaitu:


1. Identifikasi bahaya
2. Analsisi konsekuensi
3. Analisis frekuensi
4. Evaluasi risiko

Identifikasi Risiko (Risk Identification), Merupakan proses menemukan,


mengenali dan menggambarkan risiko

Daftar risiko secara komprehensif disusun berdasarkan peristiwa-peristiwa yang


mungkin menciptakan, meningkatkan, mencegah, menurunkan, memperlambat atau
menunda pencapaian tujuan. Risiko-Risiko yang dimasukkan dalam business continuity
management hanya risiko yang dapat menyebabkan bisnis terhenti total atau yang
dapat menghentikan salah satu dari proses-proses bisnis yang bersifat kritis. Untuk itu
diperlukan identifikasi setiap komponen-komponen atau aset-aset penting yang
membuat proses-proses tersebut berjalan dengan baik dan dampaknya bila salah satu
dari komponen atau aset tersebut terganggu.

Identifikasi juga harus mencakup risiko yang bersumber dari komponen yang berada
dibawah kendali organisasi dan yang tidak dapat dikendalikan oleh organisasi.

NOTED.
Business Continuity Management (BCM) adalah suatu rangkaian proses sistem manajemen yang terencana, terukur, dan
menyeluruh; yang mencakup identifikasi dini, pengembangan ketahanan, kemampuan pengendalian setiap potensi insiden secara
Ella Silvana Ginting, SE, M.Si ellaginting86@gmail.com Prodi Manajemen STIE Mikroskil

efektif, pemulihan kondisi, dan proses penyelenggaraan kegiatan kembali ke normal; untuk menjamin keberlangsungan bisnis
perusahaan/organisasi.
BCM ini dapat diartikan sebagai sebuah proses pemulihan pasca terjadinya insiden. Tujuannya agar proses bisnis atau kegiatan
operasional di sebuah organisasi atau perusahaan tetap bisa berjalan walau tidak secara optimal (minimal tidak sampai terhenti) bila
insiden terjadi.
Mengapa business continuity management penting?
 Kita tidak bisa menjamin kondisi selalu ideal untuk menjalankan kegiatan bisnis di suatu perusahaan.
 Kondisi abnormal tidak dapat dikendalikan, sehingga seringkali menyebabkan sudden & massive lost
 Terdapat cukup banyak hal yang tidak dapat dicegah, namun yang bisa dilakukan adalah mengurangi dampaknya
 Sebagai pemenuhan prasyarat dari pemangku kepentingan organisasi

Memperkirakan Risiko (Risk Estimation)/ Analisa Resiko (Risk Analysis)

Merupakan Proses untuk memahami sifat risiko dan untuk menentukan tingkat
risiko. Analisis risiko melibatkan pertimbangan dari penyebab dan sumber risiko,
konsekuensi positif dan negatif , dan tingkat keparahan (saverity) jika terjadi, dan
(seberapa sering) kemungkinan risiko tersebut terjadi dalam satuan waktu..

Untuk menentukan tingkat keparahan organisasi dapat menentukan tingkat keparahan


berdasarkan dua skala yaitu tinggi dan rendah, atau menggunakan tiga skala yaitu
tinggi, menengah, dan rendah. berdasarkan analisa dampaknya terhadap proses bisnis/
Business Impact Analysis (BIA).

NOTED.
BIA merupakan alat bantu untuk menganalisis bagaimana suatu peristiwa risiko dapat mempengaruhi aktivitas operasional organisasi
dan mengidentifikasi kapabilitas apa yang dibutuhkan untuk mengelola peristiwa risiko tersebut. Lebih lanjut, BIA bertujuan untuk
mengidentifikasi proses bisnis yang penting bagi organisasi, kemudian memperkirakan risiko serta dampak terburuk yang dapat terjadi
pada proses bisnis tersebut. Dengan demikian, teknik BIA memungkinkan organisasi untuk memahami bagaimana cara mengatasi
suatu peristiwa risiko pada proses bisnis yang terganggu dengan menghitung RTOs (Recovery Time Objectives)¹ dan MAO (Maximum
Acceptable Outage).
Recovery Time Objective (RTO)
Target waktu yang ditentukan bagi sebuah layanan / service, dapat beroperasi kembali setelah terjadi gangguan atau bencana.
MAO (Maximum Acceptable Outage)
Jangka waktu tidak dapat diterimanya dampak merugikan yang timbul akibat dari tidak menyediakan produk/layanan atau tidak
melakukan aktivitas. Semakin lama suatu produk/layanan tidak disediakan atau suatu aktivitas tidak dilakukan, dampaknya akan
kumulatif terhadap waktu. Pada gambar di atas, saat dampaknya dalam satuan menit, dampak yang dirasakan hanya dampak
finansial, kemudian dampaknya bertambah terhadap waktu. Lama-kelamaan dapat menyebabkan dampak reputasi, kepatuhan
eksternal, dll.

Analisis frekuensi adalah suatu prosedur untuk memperkirakan frekuensi dari suatu
kejadian pada masa lalu atau masa yang akan datang.

Risk Evaluation

Tujuan dari evaluasi risiko adalah untuk membantu dalam membuat keputusan ,
berdasarkan hasil analisis risiko, resiko mana yang memerlukan perbaikan dan prioritas
untuk dilakukan lebih awal. Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu:

 Keputusan harus mempertimbangkan konteks yang lebih luas dari risiko dan
mencakup pertimbangan toleransi risiko ditanggung oleh pihak lain selain
organisasi yang memiliki risiko.
 Keputusan harus dibuat sesuai dengan hukum , peraturan dan lainnya.
 Keputusan harus dibuat dalam persyaratan sesuai
Ella Silvana Ginting, SE, M.Si ellaginting86@gmail.com Prodi Manajemen STIE Mikroskil

 Dalam beberapa situasi , evaluasi risiko dapat menyebabkan keputusan untuk


melakukan analisis lebih lanjut
 Evaluasi risiko juga dapat menyebabkan keputusan untuk tidak memperlakukan
risiko dengan cara apapun selain mempertahankan kontrol yang ada

Anda mungkin juga menyukai