BAB 1
HAKEKAT SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
A. PENDAHULUAN
Suatu organisasi yang menjalankan sejumlah aktivitas memulai kegiatannya dengan
melakukan proses perencanaan. Perencanaan dilakukan melalui aktivitas yang melibatkan
individu-individu. Aktivitas inidividu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Yang
sering dilakukan adalah adanya kesadaran individu sebagai makhluk juga mempunyai
keinginan-keinginan atau tujuan pibadi. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan
organisasi, bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan organisasi
atau tujuan individu tidak tercapai. Untuk itu diperlukan suatu pengendali kerja sehingga
tujuan individu bisa selaras dengan tujuan organisasi. Salah satu alat untuk mencapai hal
tersebut adalah adanya sistem pengendalian manajemen yang baik.
Sistem dapat secara efektif dideskripsikan dan dianalisis. Klasifikasi sistem secara garis besar
di antara deterministik sederhana sampai probabilistik yang rumit. Khususnya dalam
organisasi bisnis, secara sederhana aktivitas manajemen adalah perencanaan (planning),
pengendalian (controlling), dan pengambilan keputusan (decision making).
Perencanaan bukan hanya menentukan tujuan, tetapi juga deskripsi aktivitas, metode, dan
perpaduannya agar tujuan tersebut dapat dicapai. Manajemen memerlukan informasi untuk
membantu pemilihan rencana yang terbaik dalam mencapai tujuan tersebut. Aktivitas
pengendalian secara keseluruhan tidak efektif tanpa informasi. Untuk mempengaruhi kendali,
manajemen harus memiliki subsistem yang berfungsi untuk mengukur output sistem dan
membandingkannya dengan tujuan yang direncanakan. Kemudian, fungsi manajemen
terutama dapat melakukan tindakan yang tepat untuk memperbaiki penyimpangan hasil
rencana.
Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi pertumbuhan yang sangat signifikan pada hubungan
yang terjadi antara sistem pengendalian manajemen (SPM) dan strategi. SPM merupakan
satu-satunya perangkat manajer yang digunakan dalam mengimplementasiakn strategi yang
diinginkan. Oleh krena itu semua perusahaan berusaha agar orientasi perusahaan dan
stretegi bisnis dapat direfleksikan dalam system pengendalian manajemen. (Nilson, 2002;86).
4. Menurut Gordon B. Davis sistem bisa berupa abstrak atau fisis. Sistem yang abstrak
adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsep yang saling bergantung.
Misalnya, sistem teologi adalah susunan yang teratur dari gagasan tentang tuhan,
manusia, dan sebagainya. Sedangkan sistem yang fisis adalah serangkaian unsur yang
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudihardjo menyatakan bahwa sistem terdiri atas objek-objek
atau unsur-unsur atau komponen-komponen yang berkaitan dan berhubungan satu sama
lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan
pemrosesan atau pengolahan tertentu.
5. Menurut Suadi, sistem adalah suatu kegiatan yang telah ditentukan caranya dan
biasanya dilakukan berulang-ulang untuk melaksanakan suatu atau serangkaian aktivitas.
Dalam konteks sistem pengendalian manajemen
6. Sedangkan menurut Norman L. Enger berpendapat bahwa sistem dapat terdiri atas
kegiatan-kegiatan yang berhubungan guna mencapai tujuan perusahaan seperti
pengendalian inventaris dan penjadwalan produksi.
7. Menurut Marciariello ada dua bentuk sistem yang berlaku yakni :
a. Sistem formal adalah sistem yang memungkinkan pendelegasian otoritas, sistem ini
memperjelas struktur, kebijakan dan prosedur yang harus diikuti oleh anggota
organisasi. Pendokumentasian struktur, kebijakan dan prosedur secara formal ini
membantu anggota organisasi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sistem struktur,
prosedur dan respon yang terpola membantu manajemen dalam merencanakan dan
mengelola strategi dalam memenuhi tujuan organisasi dengan tetap memperhatikan
fator lingkungan yang ada.
b. Sistem informal adalah sistem yang lebih berdimensi hubungan antar pribadi yang
tidak ditunjukkan dalam struktur formal.
Selain itu, suatu sistem memiliki sifat-sifat dan karakteristik tertentu, sipat-sipat sistem
diantaranya ialah :
1. Komponen sistem (Components)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, artinya saling
bekerja sama membentuk suatu kesatuan.
2. Batasan sistem (Boundary)
Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem
yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan
suatu sistem di pandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
3. Lingkuangan luar sistem (Environment)
Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat
merugikan sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi bagi
suatu sistem tersebut. Dengan demikian lingkungan luar tersebut harus tetap dijaga dan
dipelihara. Sedangkan lingkungan luar yang merugikan tersebut harus dikendalikan kalau
tidak maka akan mengganggu kelangsungan hidup sistem tersebut.
4. Penghubung sistem (Interface)
Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain disebut sebagai penghubung
sistem atau interface. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari
satu subsistem ke subsistem lainnya. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi
masukan untuk subsistem lain melalui penghubung tersebut. Dengan demikian dapat
terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.
Sedangkan sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh sisten, yakni: lebih kurang membentuk
ritme tertentu, terkoordinasi, dan mengulangi serangkaian tahapan tertentu guna mencapai
suatu tujuan tertentu, maka sistem adalah sekelompok komponen yang masing-masing
saling menunjang dan saling berhubungan maupun tidak yang keseluruhannya merupakan
suatu kesatuan.
Dalam kegiatan suatu organisasi, banyak tindakan manajemen yang tidak sistematis. Hal ini
disebabkan oleh keadaan yang tidak memungkinkan bagi seorang manajer untuk
menggunakan aturan sistem yang telah ditetapkan, sehingga manajer menggunakan
pertimbangan pibadinya dalam bertindak. Kegiatan seperti ini biasanya berkaitan dengan
interaksi antara manajer yang satu dengan yang lainnya dan manajer dengan bawahannya.
Ketepatan sistem itu sendiri akhirnya bergantung pada kemampuan manajer mengatur
sesesorang, tidak lagi berdasarkan aturan yang ditentukan sistem tersebut.
Pengendalian berasal dari kata kendali yaitu alat atau pedoman untuk mengarahkan suatu
usaha dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan. Sedangkan
pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan komponen maupun variabel-
variabel untuk mencapai tujuan atau sasaran yang sudah direncanakan. Pengendalian
merupakan suatu konsep yang luas yang berlaku dalam kehidupan.
Istilah pengendalian merupakan penggabungan antara dua pengertian yang sangat berkaitan
dan terintegrasi, tetapi dari masing-masing pengertian tersebut dapat diartikan tersendiri, yaitu
perencanaan dan pengawasan. Dalam proses perencanaan dan pengawasan dikatakan
pengendalian. Oleh karena itu, suatu pengawasan tanpa adanya perencanaan lebih dahulu
tidak ada artinya, demikian sebaliknya hal yang direncanakan tidak menghasilkan
menghasilkan suatu tanpa adanya pengawasan.
Menurut Hansen & Mowen pengendalian adalah proses penetapan standar dengan
menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang
diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Sedangkan Robert J. Mokler (1972:2) memberikan batasan
pengendalian yang menekankan elemen esensial proses pengendalian dalam beberapa
langkah. Batasan yang diajukan meliputi hal berikut ini : “Pengendalian adalah suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standar kinerja dengan sasaran perencanaan, mendesain
sistem umpan balik informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah
ditetapkan, menentukan apakah terdapat deviasi atau penyimpangan dan mengukur
signifikasi penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin
secara lebih efesien dan efektif guna mencapai sasaran perusahaan.”
Berdasarkan batasan tersebut terdapat empat langkah dalam pengendalian yaitu sebagai
berikut :
1. Menetapkan standars dan metode untuk pengukuran kinerja (establish standard
and methods for measuring performance)
Hal ini bisa mencakup penentuan standar dan ukuran untuk segala hal seperti target
penjualan, produksi, sampai pada cacatan kehadiran dan keamanan kerja. Untuk
menjamin efektivitas langkah ini, standar tersebut harus dispesifik dalam bentuk yang
berarti dan diterima oleh individu yang bersangkutan.
2. Mengukur kinerja (Measure the performance)
Langkah ini merupakan proses yang berlanjut dan refetitif dengan frekuensi aktual
bergantung pada jenis aktivitas yang diukur.
3. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar (compare the performance match
with the standars)
Membandingkan kinerja adalah membandingkan hasil yang diukur dengan standar yang
telah ditetapkan. Apabila kinerja sesuai dengan standar yang ditetapkan maka manajer
berasumsi bahwa segala sesuatu yang direncanakan dalam operasional berjalan secara
terkendali.
4. Mengambil tindakan perbaikan (take corrective action)
Tindakan ini dilakukan apabila terdapat kinerja yang berada dibawah standar dan menurut
analisis perlu dilakukan perbaikan.
Dalam kegiatan manajemen, istilah pengendalian dikenal dengan fungsi controlling. Fungsi
controlling berperan sebagai pendeteksi masalah-masalah atau deviasi atau kelemahan yang
terjadi dalam proses manajemen mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap
pelaksanaan. Pengendalian manajemen merupakan kebijakan-kebijakan serta tindakan-
tindakan yang dilakukan manajemen dalam mengarahkan orang, mesin, dan fungsi-fungsi
dalam rangka pencapaian tujuan.
2. Pengendalian Operasional
Pengendalian yang merupakan kegiatan dalam mengarahkan atau mengendalikan tugas-
tugas tertentu supaya terlaksana secara efektif dan efesien.
Menurut Shilling Law dan MC. Gahran (1993:749), ada tiga macam pengendalian yaitu :
1. Personal Controls, yaitu pengendalian yang ditekankan pada sikap dan motivasi orang
yang terlibat dalam organisasi.
2. Action Controls, yaitu pengendalian yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan
dan tugas yang diberikan kepada bawahan.
3. Result Controls, yaitu pengendalian yang ditekankan pada hasil kerja atau pelaksanaan
operasional karyawan.
Istilah manajemen telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda,
misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, ketatapengurusan,
kepemimpinan dan sebagainya. Masing-masing pihak mengartikan manajemen berdasarkan
latar belakang pekerjaan mereka. Meskipun dalam kenyataannya istilah tersebut memiliki
makna yang berbeda. Dengan demikian dibuat suatu batasan manajemen yaitu manajemen
sebagai ilmu dan seni dalam perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian,
dan pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
g. Tujuan tidak akan mudah mengalami perubahan yang bermakna dalam waktu
tertentu, kecuali ada perubahan yang sangat mendasar, atau apabila hasil yang
diinginkan dalam mengatasi permasalahan tertentu telah tercapai.
h. Tujuan umumnya disusun dalam waktu yang relatif panjang (lebih dari 2 tahun).
i. Tujuan biasanya menggambarkan suatu tantangan, tetapi realistik dan mungkin dapat
dicapai.
Berdasarkan beberapa defenisi sistem pengendalian manajemen yang diutarakan oleh para
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian manajemen suatu sistem yang
terdiri dari beberapa subsistem dalam suatu perusahaan maupun organisasi yang
kegiatannya berusaha mengendalikan kegiatan organisasi dari beberapa deviasi atau
kelemahan dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
mengarahkan suatu variabel, atau sekumpulan variabel, guna mencapai tujuan tertentu.
Variabel dapat berupa manusia, mesin, organisasi.
Suatu poses sistem pengendalian manajemen melibatkan interaksi antarmanajer dan manajer
dengan bawahannya. Proses pengendalian manajemen yang baik sebenarnya formal, namun
sifat pengendalian informal masih banyak terjadi. Pengendalian manajemen formal
merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan satu sama lain, terdiri dari proses :
1. Perencanaan Strategi.
Dalam tahap ini perusahaan menentukan program-program yang akan dilaksanakan dan
memperkirakan sumber daya yang akan alokasikan untuk setiap program yang telah
ditentukan untuk jangka panjang beberapa tahun yang akan datang.
2. Penyusunan Anggaran (Budgeting).
Pada tahap penganggaran ini program direncanakan secara terinci, dinyatakan dalam
satu moneter untuk suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran ini
berdasarkan pada kumpulan anggaran-anggaran dari pusat pertanggungjawaban.
3. Pelaksanaan Kegiatan.
Selama tahun anggaran, manajer melakukan program atau bagian dari program yang
menjadi tanggungjawabnya. Salah satu alat untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan
dari masing-masing unit organisasi adalah melalui proses pelaporan, baik laporan
bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan. Laporan bulanan, triwulan dan semesteran
sangat dibutuhkan oleh manajer atau pimpinan organisasi sebagai alat untuk mengetahui
proses pengelolaan sumber daya termasuk penggunaaan keuangan. Di samping laporan
secara formal (tertulis) dari masing-masing unit organisasi, juga ada dikembangkan
sistem pelaporan informal. Komunikasi yang jujur dan terbuka antara pimpinan dan
bawahan sangat perlu untuk mengetahui perkembangan kegiatan organisasi. Laporan
informal ini dikembangkan sebagai upaya untuk mendekatkan hubungan antara pimpinan
dengan karyawan dan laporan informal ini sering diimplementasikan dalam bentuk
diskusi terbatas, rapat atau coffee morning dan lain-lain.
4. Evaluasi Kinerja.
Proses evaluasi merupakan suatu proses untuk memperbandingkan antara beban aktual
dan yang seharusnya terjadi dalam keadaan tesebut. Dengan kata lain proses evaluasi
merupakan suatu proses untuk membandingkan dan menyesuaikan antara rencana yang
telah ditetapkan dengan pelaksanaan kegiatan yang telah terjadi pada waktu yang
ditentukan. Jika keadaan yang diasumsikan dala proses anggaran berubah, maka akan
terdapat perbedaan antara jumlah yang dianggarkan dengan jumlah aktual. Selanjutnya
perubahan tersebut harus dikaji dan dievaluasi untuk diperhitungkan baik untuk
peruntukan anggaran maupun untuk pencapaian tujuan organisasi. Pestasi kerja bisa
dilihat dari efisien atau efektif tidaknya suatu pusat pertanggungjawaban menjalankan
tugasnya.
2. Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer mempengaruhi anggotanya
untuk melaksanakan strategi organisasi. Dari hal ini dapat diambil beberapa hal berikut :
a. Sifat Keputusan.
Keputusan pengendalian manajemen dibuat dalam kerangka kerja sesuai dengan
strategi organisasi. Tanpa pedoman yang jelas akan sulit menjalankan pengendalian
manajemen yang benar. Manajer dalam hal ini mempunyai pertimbangan yang bisa
saja lain dari yang telah ditetapkan asalkan baik untuk peningkatan prestasi unit
bisnisnya.
b. Sistematis Dan Ritmis.
Dalam proses pengendalian manajemen, keputusan yang dibuat berdasarkan
prosedur dan jadwal yang dilakukan berulang-ulang tahun demi tahun.
c. Pertimbangan Perilaku.
Proses pengendalian manajemen melibatkan interaksi antara individu dan interaksi
tersebut tidak sistematis. Seorang manajer mempunyai tujuannya sendiri-sendiri.
Yang harus dilakukan adalah menyelaraskan tujuan tersebut sesuai tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebut keselarasan tujuan yang berarti
tujuan pribadi anggota organisasi seharusnya konsisten dengan tujuan organisasi.
d. Alat Untuk Mengimplementasikan Strategi.
Sistem pengendalian manajemen adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan
sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan. Jadi pengendalian manajemen
memfokuskan pada pelaksanaan strategi. Pengendalian manajemen hanya salah
satu cara bagi manajer untuk menerapkan strategi yang diinginkan. Strategi yang
dapat diterapkan selain pengendalian manajemen adalah melalui pendekatan struktur
organisasi, manajemen sumber daya dan budaya.
e. Proses Pengendalian Manajemen.
Pengendalian manajemen melibatkan hubungan antara atasan-bawahan.
Pengendalian dilakukan melalui tingkat atas hingga ke bawah. Proses ini meliputi
aktivitas komunikasi, motivasi dan evaluasi.
f. Metodologi Pengendalian Manajemen.
Penerapan proses pengendalian manajemen yang telah diuraikan diatas memerlukan
tiga bentuk aktivitas yaitu menentukan tujuan, pengukuran prestasi dan evaluasi
prestasi. Menurut David Outley proses pengendalian manajemen dirancang untuk
menjamin bahwa tugas rutin dijalankan oleh seluruh anggota organisasi yang secara
bersama-sama membantu tercapainya tujuan organisasi secara keseluruhan.
Analisis strategi yang diusulkan biasanya secara relatif melibatkan sedikit orang-si
penggagas, staf pusat, dan manajemen senior. Sebaliknya, proses pengendalian
manajemen melibatkan manajer dan stafnya pada seluruh level dalam organisasi.
3. Pengendalian Tugas
Pengendalian tugas adalah proses yang menjamin bahwa tugas yang telah
ditentukan dikerjakan secara efektif dan efisien. Penendalian tugas cenderung ke
kegiatan operasional. Aturan-aturan harus dibuat secara berurutan tetapi tidak semua
tugas harus dijelaskan secara berurutan. Perbedaan antara pengendalian tugas dengan
pengendalian manajemen adalah pengendalian tugas lebih merupakan sesuatu
yang scientific, sedangkan pengendalian manajemen tidak demikian karena manusia
merupakan faktor penting dalam proses pengedalian manajemen dan manusia tidak bisa
hanya diungkapkan atas dasar suatu persamaan.
Pengaruh Internet terhadap dunia bisnis telah menjadi monumental. Apa yang kemudian telah
menjadi pengaruh Internet atas pengendalian manajemen dalam sebuah organisasi? Sistem
pengendalian manajemen meliputi informasi, dan organisasi memerlukan sebuah infrastruktur
untuk memproses informasi tersebut. Internet menyediakan infrastruktur tersebut, membuat
pemrosesan informasi menjadi lebih mudah dan lebih cepat, dengan kesalahan yang lebih
sedikit. Pada situs, seorang manajer dapat mengumpulkan data dalam jumlah yang amat
besar, menyimpannya, menganalisisnya dengan format yang berbeda, dan mengirimnya ke
setiap orang dalam organisasi. Para manajer juga menggunakan informasi ini untuk
mengubah laporannya secara pribadi.
Internet memfasilitasi koordinasi dan pengendalian melalui pemrosesan informasi yang efisien
dan efektif; tetapi Internet tidak dapat menggantikan proses fundamental yang melibatkan
pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan oleh penerapan strategi melalui pengendaIian
manajemen secara esensial merupakan sebuah proses sosial, sehingga tidak dapat
diotomasikan secara penuh. Keter-sediaan akses data secara elektronis kepada data base
memberikan kontribusi kecil pada judgement yang diperIukan untuk mendesain dan
mengoperasikan suatu sistem pengendaIian yang optimal. Judgement tersebut meliputi:
1. Memahami tingkat keutamaan yang relatif dari keanekaragaman, dan terkadang berbeda,
tujuan yang mendorong individu untuk bertindak, misalnya, prestasi pribadi dibandingkan
prestasi bersama, peneiptaan nilai bagi pelang-gan dan pemegang saham daripada diri
sendiri, dan sebagainya.
2. Penyelarasan tujuan beragam individu dengan organisasi.
3. Pengembangan tujuan tertentu melalui unit bisnis, area fungsional, dan departemen-
departemen yang akan dinilai.
4. Mengkomunikasikan strategi dan tujuan kinerja yang spesifik untuk keseluruhan
organisasi.
5. Menjelaskan variabel kunci untuk diukur dalam penilaian suatu kontribusi individual
terhadap tujuan organisasi.
6. Mengevaluasi kinerja aktual relatif terhadap ukuran standar dan pembuatan kesimpulan
tentang bagaimana kinerja manajer.
7. Menyelenggarakan pertemuan untuk meninjau kinerja yang produktif.
8. Mendesain struktur penghargaan yang tepat.
9. Mempengaruhi individu untuk mengubah perilaku mereka.
Secara ringkas, meskipun Internet telah sangat meningkatkan pemrosesan informasi, elemen
fundamental dari pengendalian manajemen-informasi apa yang dikumpulkan dan bagaimana
menggunakannya--pada dasarnya menyangkut keprilakuan dan oleh karenanya tidak dapat
tergantikan dengan pendekatan formula semata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kotler, Philip., 1977, Manajemen Pemasaran, Edisi Ketujuh, Jakarta, PT Prehallindo.
2. Porter, Michael.E., 1996, Strategi Bersaing, Edisi Kedelapan, Jakarta, Penerbit Erlangga.
3. Kaplan, Robert, dan David Norton. Balanced Scorecard. Boston: Harvard Business
School Press, 1996.
4. Hitt, Michael.A., Ireland, R.D., Hokisson, Robert.E.,1997, Manajemen Strategis, Edisi
Pertama, Jakarta, Penerbit Erlangga.
5. Anthony, Robert N. The Management Control Function. Boston: Harvard Business School
Press, 1989.
6. Husein Umar, 1999, Riset Strategi Perusahaan, Edisi Kesatu, Jakarta, PT Gramedia
Pustaka Utama.
7. Anthony Robert N. dan Vijay Govindarajan,Sistem Pengendalian Manajemen, Jakarta:
Terjemahan Salemba,2000
8. Abdul Halim et al,Sistem Pengendalian Manajemen, Yogyakarta:UPP AMP YKPN,2000
9. Supriyono,R.A.,Sistem Pengendalian Manajemen,Yogyakarta : BPFE,Edisi 1,2000
10. Robert N.Anthony Vijay Govindarajan.•Management Control System, penerbit Salemba
Empat,2005.•
11. Winardi, J. Manajemen Perilaku Organisasi. 2004. Jakarta : Kencana
12. Pusdiklatwas BPKP, 2007, Pengantar Sistem Pengendalian Manajemen, Edisi kelima,
Modul Diklat Pembentukan Auditor Terampil.
13. Siswanto, B. Pengantar Manajemen. 2009. Jakarta : Bumi Aksara
14. http://pujiati.staff.gunadarma.ac.id
15. http://walankshopgallery.blogspot.com/2011/07/bahan-spm-3-organisasi-
multinasional.html
16. http://www.slidefinder.net/m/management_control_systems_chapter_designing/2525017