Anda di halaman 1dari 7

Buku Ajar Pengantar Manajemen

BAB VI
PEMBUATAN KEPUTUSAN

PENGERTIAN KEPUTUSAN
Salah satu kegiatan manajemen yang penting adalah memahami sistem sepenuhnya untuk mengambil
keputusan-keputusan yang tepat yang akan dapat memperbaiki hasil sistem keseluruhan dalam batas-batas
tertentu. Dengan demikian pembuatan keputusan adalah suatu proses pemilihan dari berbagai alternatif baik
kualitatif maupun kuantitatif untuk mendapat suatu alternatif terbaik guna menjawab masalah atau
menyelesaikan konflik (pertentangan).

Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara
menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan
akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk
melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional
atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah.

Beberapa pengertian keputusan menurut para ahli :


1. Menurut Ralp C. Davis, Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan
tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus
menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan.
Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana
semula.
2. Menurut Mary Follet, Keputusan adalah suatu hukum atau sebagai hukum situasi. Apabila semua
fakta dari situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana
mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati perintah.
Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewengan dari hukum situasi.
3. Menurut James A.F. Stoner, Keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif. Definisi
ini mengandung tiga pengertian, yaitu :
a. Ada pilihan dasar logika atau pertimbangan
b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik
c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.

Dari pengertian-pengertian keputusan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keputusan merupakan
suatu pemecahan masalah suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari
beberapa alternatif.

PENGERTIAN PEMBUATAN KEPUTUSAN


Dalam literatur asing disebutkan dengan decision making yang kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia
dengan terjemahan pembuatan keputusan, ada pula yang menerjemahkan dengan pengambilan
keputusan. Decision = keputusan, making = pembuatan - pengambilan. Pembuatan keputusan adalah
tindakan pemilihan alternatif. Hal ini berkaian dengan fungsi manajemen. Misalnya, saat manajer
merencanakan, mengelola, mengontrol, mereka membuat keputusan. Akan tetapi, ahli teori klasik tidak
menjelaskan peng keputusan tersebut secara umum. Pelopor teori manajemen seperti Fayol dan Urwick
membahas pembuatan keputusan mengenai pengaruhnya pada delegasi dan otoritas, sementara bapak
manajemen-Frederick W. Taylor- hanya menyinggung metode ilmiah sebagai pendekatan untuk pembuatan
keputusan. Seperti kebanyakan aspek teori organisasi modern, analisis awal pembuatan keputusan dapat
ditelusuri pada Chester Barnard. Dalam The Functions of the Exec Barnard memberikan analisis
komprehensif mengenai pembuatan keputusan clan menyat "Proses keputusan merupakan teknik untuk
mempersempit pilihan.". berikut beberapa pendapat ahli berkenaan dengan pembuatan keputusan, yaitu :
1. M. M. Purbo-Hadiwidjojo, dalam pelatihannya juli 1998 dianggapnya terjemahan yang tidak
tepat kaidah hukumnya (hukum DM). Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) keputusan
adalah perihal yang berkaitan dengan putusan atau segala putusan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pembuatan atau pengambilan berarti proses pembuatan atau proses pengambilan, cara
membuat atau cara mengambil. Jadi antara pembuatan atau pengambilan dan keputusan tidak jelas
yang diterangkan dan yang menerangkan. Karena itu, dalam tulisan ini decision making tidak
diterjemahkan berdasarkan kata pembuatan keputusan atau pengambilan keputusan tetapi dengan
“pembuatan putusan”. Kata pembuatan keputusan dan pengambilan keputusan dari berbagai
literatur, dalam tulisan ini dipakai dengan pembuatan putusansehingga semua kutipan yang

Untuk Lingkungan Sendiri (ns) VI-1


Buku Ajar Pengantar Manajemen

disebutkan dengan pembuatan keputusan atau pengambilan keputusan disalin dengan pembuatan
putusan dengan rumusannya yang tetap itu juga.
2. Ricart M. Steers dalam Muhyadi (1989), merumuskan “decision making is a process of
selection among available alternatives” (pembuatan putusan adalah proses pemilihan di antara
berbagai alternatif yang tersedia).
3. Koontz dan Weihrich (1990), “decision making is defined as selection of a course of action from
among alternatives” (pembuatan putusan didefinisikan sebagai penetapan pilihan langkah atau
tindakan dari sejumlah alternatif)
4. Siagian {1985), mengartikan pembuatan putusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
sesuatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang
hakekat dari masalah yang dihadapi itu, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah
yang dihadapi, analisis masalah dengan mempergunakan fakta dan data, mencari alternatif
pemecahan, menganalisis setiap alternatif sehingga diketemukan alternatif yang paling rasional,
dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai akibat dari pembuatan putusan.
5. Siswanto (1990), Pembuatan putusan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
dalam usaha memecahkan problema yang sedang dihadapi, kemudian menetapkan berbagai
alternatif yang dianggap paling rasional dan sesuai dengan iklim dan kondisi sistem. Jadi
mengambil putusan berarti memilih dan menetapkan satu alternatif yang dianggap paling
menguntungkan dari beberapa alternatif yang dihadapi. Alternatif yang ditetapkan merupakan
putusan. Kualitas dari putusan yang diambil tersebut merupakan standard dari efektivitas mereka.
6. Suprihanto, dkk. (2003), pembuatan putusan merupakan aktivitas untuk memilih alternatif
tindakan terbaik di antara berbagai alternatif pemecahan masalah yang tersedia. Alternatif tindakan
terbaik berarti merupakan alternatif yang bila dilaksanakan akan membantu organisasi untuk
mencapai tujuannya secara lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan beberapa pengertian seperti yang telah diutarakan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembuatan
putusan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha pemecahan masalah atau
problem yang sedang dihadapi kemudian ditetapkan berbagai macam alternatif untuk diadakan pemilihan
atau seleksi satu diantara beberapa alternatif yang dianggap paling baik dan tepat untuk dilaksanakan Paling
baik dan tepat, oleh Herbart A.Simon dikatakannya “dengan rasional”. Jadi pembuatan putusan berarti
proses pemilihan dan penetapan satu alternatif yang dianggap paling baik dan tepat (rasional) dari beberapa
alternatif yang dihadapi. Alternatif yang dipilih dan ditetapkan itulah yang selanjutnya disebut
dengan “putusan”. Segala putusan yang telah ditetapkan disebut “keputusan”. Orang atau pejabat yang
berwewenang mengambil putusan disebut “dicision maker (pengambil putusan)”

TIPE KEPUTUSAN MANAJEMEN


Pengambilan keputusan (decision making) adalah tindakan manajemen di dalam pemilihan alternatif untuk
mencapai sasaran. Kegiatan dilaksanakan setelah keputusan diambil. Keputusan yang dilakukan oleh
manajer tingkat bawah sifatnya adalah rutin dan berulang-ulang yang disebut dengan istilah
terprogram (programmed) atau keputusan terstruktur (structured decision). Terprogram bukan berarti
keputusan yang dibuat oleh komputer melalui suatu program komputer, tetapi berupa suatu kumpulan
prosedur yang dilakukan berulang-ulang. Keputusan pada tingkat yang lebih tinggi sifatnya adalah lebih
tidak terprogram atau lebih tidak terstruktur. Secara ringkas, keputusan oleh manajemen dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga tipe, yaitu sebagai berikut ini.
1. Keputusan terprogram (programmed decision) atau keputusan terstruktur (structured
decision). keputusan terstruktur (structured decision) adalah keputusan yang berulang-ulang dan
rutin sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada
manajemen tingkat bawah. Contoh dari keputusan tipe ini misalnya adalah keputusan pemesanan
barang, keputusan penagihan piutang.
2. Keputusan setengah terprogram (semi-programmed decision) atau keputusan setengah
terstruktur (semi-structured decision). keputusan setengah terstruktur (semi-structured decision)
adalah keputusan yang sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian
tidak terstruktur. Keputusan tipe ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-
perhitungan serta analisis yang terperinci. Contoh dari keputusan tipe ini misalnya adalah
keputusan membeli sistem komputer yang lebih canggih. Contoh yang lainnya adalah keputusan
alokasi dana promosi.
3. Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision) atau keputusan tidak terstruktur
(unstructured decision). keputusan tidak terstruktur (unstructured decision) adalah keputusan
yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen
tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk

Untuk Lingkungan Sendiri (ns) VI-2


Buku Ajar Pengantar Manajemen

didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman
manajer merupakan hal yang sangat penting di dalam pengambilan keputusan tidak terstruktur.
Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tidak terstruktur
yang jarang terjadi.

TEORI PEMBUATAN KEPUTUSAN


Teori pembuatan keputusan menekankan bahwa terdapat tujuh langkah yang harus ditempuh, yaitu:
1. Identifikasi permasalahan yang dihadapi
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa suatu “permasalahan yang sudah dikenali hakikatnya
dengan tepat sesungguhnya sudah separo terpecahkan.” Ungkapan ini mempunyai tiga implikasi,
yaitu:
a. Bahwa mutlak perlu mengenali secara mendasar situasi problematik yang menimbulkan
ketidakseimbangan dalam kehidupan organisasi atau perusahaan.
b. Pengenalan secara mendasar berarti “akar” penyebab timbulnya ketidakseimbangan harus
digali sedalam-dalamnya.

c. Mengambil keputusan tidak boleh puas hanya dengan diagnosis gejala-gejala yang segera
tampak. Jika hanya gejala yang diidentifikasikan, sangat mungkin “terapinya” pun hanya
mampu menghilangkan gejala tersebut. Padahal yang harus dihilangkan adalah “sumber
penyakitnya”.
2. Pengumpulan data
Berangkat dari pandangan bahwa pembuatan keputusan memerlukan dukungan informasi yang
lengkap, mutakhir, dapat dipercaya, dan diolah dengan baik. Berarti bahwa dalam pengumpulan
data ada tiga hal yang mutlak mendapat perhatian, yaitu:
a. Pentingnya menggali data dari semua sumber yang layak digali, baik secara internal maupun
secara eksternal. Dari segi inilah harus dilihat pentingnya akses bagi para pengolah data
terhadap semua sumber data.
b. Pentingnya untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan relevan dengan permasalahan yang
hendak diatasi.
c. Bahwa mutu data yang dikumpulkan haruslah setinggi mungkin sehingga informasi yang
dihasilkan akan bermutu tinggi pula.
3. Analisis data
Analisis data harus mampu menunjukkan berbagai alternatif yang mungkin ditempuh untuk
memecahkan masalah. Oleh karena itu, analisis data diarahkan pada pembentukan persepsi yang
sama diantara berbagai pihak tentang arti data yang dimiliki, dengan demikian memberikan
interpretasi yang sama tentang data tersebut.
4. Analisis berbagai alternatif
Salah satu tantangan yang dihadapi dalam mengambil keputusan ialah menemukan jawaban yang
paling tepat terhadap pertanyaan: Apakah dalam mengambil keputusan harus selalu terdapat
berbagai alternatif? Pertanyaan ini penting karena jika seorang pengambil keputusan dihadapkan
kepada hanya satu alternatif dan ia memutuskan untuk menggunakan alternatif tersebut, yang
bersangkutan sudah mengambil keputusan. Bahkan teori pembuatan keputusan mengatakan bahwa
jika seseorang memutuskan untuk tidak mengambil keputusan, tindakannya itu adalah pembuatan
keputusan juga.
5. Pemilihan alternatif
Jika dilakukan dengan cermat, analisis berbagai alternatif akan “memberi petunjuk” tentang
alternatif yang sebaiknya digunakan karena akan membuahkan solusi yang paling efektif.
Alternatif di pilih dengan demikian, merupakan alternatif yang tampaknya paling baik. Pengalaman
mengambil keputusan di masa lalu dan keyakinan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan
yang terbaik.
6. Implementasi (pelaksanaan)
Apakah alternatif yang dipilih merupakan pilihan yang terbaik atau tidak diuji pada waktu
digunakan dalam arti mampu tidaknya menghilangkan situasi permasalahan dan apakah
permasalahan yang dihadapi tersebut dapat dipecahkan secara efektif atau tidak.
7. Evaluasi (penilaian)
Hasil pelaksanaan memerlukan penilaian yang objektif, rasional dan berdasarkan tolok ukur yang
baku. Seperti dimaklumi, hasil penilaian dapat menunjukkan bahwa hasil yang di capai melampaui
harapan, sekedar sesuia dengan sasaran atau kurang dari sasaran. Kesemuanya itu menjadi bahan
penting dalam mengelola organisasi atau perusahaan di masa depan.

Untuk Lingkungan Sendiri (ns) VI-3


Buku Ajar Pengantar Manajemen

PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN


Proses ialah tahap-tahap atau rangkaian kegiatan yang harus dilalui dalam usaha mendapatkan putusan yang
tepat, cepat dan lengkap. Seperti telah ditunjukkan pada definisi terdahulu, Pembuatan putusan pada
dasarnya adalah pemilihan salah satu di antara berbagai alternatif yang tersedia untuk dilaksanakan. Untuk
dapat menentukan pilihan terbaik, perlu dilakukan penilaian terhadap berbagai alternatif tersebut dan setelah
itu diikuti dengan tindakan yang merupakan pelaksanaan dari putusan yang telah dibuat. Banyak model
pembuatan putusan rasional yang dikemukakan oleh para pakar, ada proses yang lebih singkat dengan
empat langkah, yaitu identifikasi masalah, pengembangan alternatif solusi, pemilihan solusi, serta
implementasi dan evaluasi solusi. Dan ada yang lebih rinci sampai pada enam langkah, seperti yang
diuraikan dalam tulisan ini. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa tidak ada satu pun model yang
dapat menjamin bahwa manajer akan selalu membuat putusan yang benar. Meskipun demikian, para
manajer yang menggunakan suatu model yang rasional, intelektual, dan sistematik akan lebih berhasil
dibandingkan para manajer yang menggunakan pendekatan yang bersifat informal. Dalam tulisan ini, dipilih
model yang sedikit lebih rinci mengenai tahap-tahap pembuatan putusan yaitu dari Muhyadi (opcit) sebagai
berikut:
1. Identifikasi Masalah atau Tujuan
Pembuatan putusan diawali dengan dirasakannya masalah atau problema tertentu yang
menghendaki pemecahan. Masalah yang dihadapi dapat berupa masalah besar dan dapat juga
masalah kecil yang hampir setiap harinya dihadapi. Adapun jenis dan bobot masalah yang
dihadapi, terlebih dahulu harus dikenali masalah apa yang sebenarnya dirasakan sehingga
pemecahannya dapat dilakukan dengan tepat. Apabila pengenalan masalahnya keliru, maka
putusan yang diambil tidak akan efektif sebab tidak memecahkan inti masalahnya. Dalam bidang
organisasi, kemampuan untuk dapat mengenal masalah dengan benar ini sangat penting sebab
masalah-masalah yang sesungguhnya dihadapi sangat kompleks. Kecuali menyangkut segi proses
yang memang lebih sering menimbulkan masalah, organisasi menghadapi juga faktor manusia
yang sukar diprediksi.
2. Pengembangan Alternatif
Yang dimaksud dengan alternatif dalam hal ini ialah berbagai kemungkinan yang dapat diambil
untuk mengatasi masalah yang dirasakan. Terhadap suatu masalah yang timbul pada umumnya
dapat dilakukan berbagai cara pemecahan. Setiap pemecahan mengandung kelebihan dan
kelemahan tertentu. Untuk dapat membuat putusan yang paling menguntungkan (rasional) perlu
dikembangkan semua alternatif yang melekat pada masalah pembuatan putusan. Semua alternatif
tersebut masing-masing diidentifikasi keuntungan dan kerugian dalam hal ini mencakup berbagai
aspek yang diperkirakan akan mempengaruhi efektifitas organisasi secara keseluruhan.
3. Penilaian terhadap Alternatif
Sebelum menentukan pilihan alternatif mana yang akan dibuat, terlebih dahulu dilakukan penilaian
terhadap berbagai alternatif yang tersedia. Pertimbangan yang digunakan untuk melakuka penilaia
terutama menyangkut segi-segi konsekuensi yang akan lebih menguntungkan dan yang paling kecil
kerugiannya dari masing-masing alternatif. Stonner dan Wankel (1993) mengemukakan bahwa
untuk menilai efektivitas dari alternatif dapat diukur dengan dua kriteria: seberapa realistis
alternatif itu dipandang dari sudut tujuan dan sumber daya organisasi, dan seberapa baik ia
membantu pemecahan masalah. Setiap alternatif harus dinilai berdasarkan tujuan dan sumber daya
organisasi. Suatu alternatif mungkin terlihat logis, tetapi jika tidak dilaksanakan, ia tidak
bermanfaat sama sekali. Misalnya, jika angka penjualan meningkat tetapi keuntungan menurun,
kita mungkin akan mengurangi biaya umum. Namun demikian, jika biaya umum telah sangat
dikurangi, atau jika pengurangan selanjutnya akan menurunkan mutu produksi, maka alternatif ini
tidak masuk akal untuk dilaksanakan.
4. Pemilihan Alternatif
Bentuk pengambilan putusan yang sebenarnya ialah pemilihan alternatif yang dinilai paling tepat
dan paling baik di antara berbagai alternatif yang tersedia. Pemilihan alternatif merupakan tindak
lanjut dari penilaian setelah mempertimbangkan berbagai keuntungan dan kerugian. Sebuah
keputusan itu rasional dari segi pandangan kelompok (rasional dari segi obyektif) jika ia sejalan
dengan nilai-nilai yang menguasi kelompok itu, serta informasi-informasi yang dimiliki kelompok
itu yang relevan dengan keputusan tersebut. Oleh karena itu pemilihan alternatif dalam pembuatan
putusan haruslah optimal yang dapat diterima oleh individu juga oleh kelompok
5. Pelaksanaan Pilihan
Alternatif yang telah dipilih baru memiliki nilai keputusan setelah diimplementasikan.
Keberhasilan penerapan keputusan yang dibuat oleh manajer organisasi, bukan semata-mata
tanggungjawab dari manajer organisasi akan tetapi komitmen dari bawahan untuk
melaksanakannya juga memegang peranan penting.

Untuk Lingkungan Sendiri (ns) VI-4


Buku Ajar Pengantar Manajemen

6. Pemantauan terhadap Pelaksanaan


Agar keputusan yang telah dibuat dan kemudian dilaksanakan mencapai sasaran yang telah
ditentukan, pelaksanaannya perlu dipantau (dimonitor). Dari kegiatan pemantauan itu diperoleh
umpan balik yang berguna dalam menyempurnakan kegiatan selanjutnya sehingga pembuatan
putusan tersebut memberikan hasil yang diharapkan dan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan

PERAN MANAJEMEN DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN


Menurut Henry Mintzberg, ahli manajemen dari Kanada, manajer mempunyai beberapa peran yang
diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu :
1. Peran Hubungan Personal (Interpersonal), yaitu peran hubungan personal dapat terdiri dari figur
kepala (figure head), pemimpin (leader) dan sebagai penghubung (liaison). Sebagai figur kepala
(figure head), manajer mewakili organisasiuntuk kegiatan-kegiatan di luar organisasi. Sebagai
pemimpin (leader), manajer mengkoordinasi, mengendalikan, memotivasi dan
mendukung bawahan-bawahannya. Sebagai penghubung (liaison), manajer
menghubungkan personal-personal di semua tingkatan manajemen.
2. Peran Informasi (Informational), Peran informasi (informational), yaitu peran dari manajer
sebagai pusat saraf (nerve center) organisasi untuk menerima informasi yang paling mutakhir dan
sebagai penyebar (disseminator) informasi ke seluruh personal di organisasi. Peran informasi
lainnya adalah manajer sebagai juru bicara (spokesman) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang informasi yang dimilikinya.
3. Peran Keputusan (Decisional). Peran keputusan (decisional) yang dilakukan oleh manajer adalah
sebagai entrepreneur,sebagai orang yang menangani gangguan (disturbance handler), sebagai
orang yang mengalokasikan sumber-sumber daya (resource allocator) organisasi dan sebagai
negosiator (negotiator) jika terjadi konflik di dalam organisasi.

Untuk menjalankan peranannya, manajer-manajer di organisasi membutuhkan sistem informasi. Sistem-


sistem informasi ini dapat digunakan oleh manajer-manajer untuk mendukung kegiatan dan perannya.

BERBAGAI KEKUATAN YANG MEMPENGARUHI PEMBUATAN PUTUSAN


Seperti telah disebutkan terdahulu bahwa pembuatan putusan pada hakekatnya adalah aktivitas pemilihan
alternatif yang dianggap paling tepat dari beberapa alternatif yang dihadapi, untuk dilaksanakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Dalam proses pembuatan putusan tersebut, menurut Siagian (`1985) dan Effendy (1989), ada tiga kekuatan
yang selalu mempengaruhinya, yaitu: (1) dinamika individu, (2) dinamika kelompok, dan (3) dinamika
lingkungan.
1. Dinamika Individu. Organisasi merupakan wadah individu, yang masing-masing membawa
sikapnya, perangainya dan waktunya sendiri. Setiap individu itu tidak statis, melainkan dinamis,
sesuai dengan sifat alamiah manusia, lebih-lebih kalau manusia itu bergabung dalam suatu wadah
yang bernama organisasi. Dalam proses dinamikanya itu, individu dan organisasi saling
mempengaruhi. Individu mempengaruhi organisasi, sebaliknya organisasi juga mempengaruhi
individu.
2. Dinamika kelompok. Kelompok adalah sejumlah individu yang saling berinteraksi secara teratur
untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian ini, dalam kelompok yang dinamis
terdapat sejumlah individu yang saling berinteraksi. Setiap individu tersebut punya norma tertentu,
mungkin sama atau berbeda menurut kepentingannya sehingga perlu diikat oleh suatu norma
kelompok agar perbedaan setiap individu tersebut dapat menyatu pada satu tujuan tertentu. Norma
kelompok itu merupakan sumber dasar hidup para anggota kelompok. Ketaatan mereka pada
kelompoknya tergantung pada derajat ketaatannya pada norma kelompok tersebut. Semakin taat
pada norma kelompoknya semakin mendalam rasa keterlibatannya dan rasa cintanya pada
kelompoknya.
3. Dinamika lingkungan. Lingkungan adalah situasi, kondisi dan faktor yang mengelilingi dan
mempengaruhi sesuatu putusan. Suatu putusan yang dibuat merupakan jawaban terhadap suatu
tantangan. Tantangan itu timbul sebagai akibat perubahan situasi dan kondisi. Apa bila putusan
sudah dibuat, maka akan mengubah situasi dan kondisi serta berbagai faktor yang bersangkutan.
Sejauh mana pengubahan situasi dan kondisi tersebut, tergantung pada derajat putusan yang dibuat.
Derajat ini tergantung pula jenis organisasi dan luasnya ruang lingkup organisasi. Organisasi bisa
berbentuk pemerintahan, perusahaan, lembaga, badan dan lain-lain.

Untuk Lingkungan Sendiri (ns) VI-5


Buku Ajar Pengantar Manajemen

Demikianlah tiga kekuatan, yaitu dinamika individu, dinamika kelompok, dinamika lingkungan yang
mempengaruhi pembuatan putusan. Apabila putusan itu dibuat, akan mempengaruhi pula individu,
kelompok dan lingkungan.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN


Di dalam organisasi-organisasi publik, banyak keputusan yang tidak berulang (non-recurring/non-repetitive
decisions) yang harus dibuat oleh para manager atau pembuat keputusan. Keputusan-keputusan itu biasanya
bersifat sangat srtategis dan menghadapkan para manajer pada situasi-situasi yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Oleh sebab itu, Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) sangat penting
peranannya dalam membantu proses pembuatan keputusan dalam organisasi-organisasi publik. Para
manajer publik harus ditunjang dengan data dan informasi yang akurat dan aktual untuk dapat membuat
keputusan-keputusan strategis yang dalam urusan-urusan publik.

Parker (1989:396) mengatakan bahwa decision support system (DSS) adalah suatu sistem yang
menyediakan sarana yang memungkinkan para manajer untuk mengembangkan informasi sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan keputusan yang akan dibuat. Ditinjau dari struktur organisasi, jenis-jenis keputusan
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Keputusan administratif, adalah keputusan yang diambil oleh seorang administrator atau manajer
puncak sebagai pucuk pimpinan organisasi. Keputusan ini bersifat umum dan menyeluruh,
berfungsi sebagai landasan bagi kebijakan-kebijakan dan keputusan teknis operasional oleh
organisasi secara keseluruhan.
2. Keputusan eksekutif, adalah keputusan yang diambil manajer eksekutif. Kedudukan manajer
eksekutif secara umum berada diantara manajer administratif dan manajer operasional. Jadi tugas
manajer eksekutif adalah menerjemahkan gagasan-gagasan manajer administratif dan
mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam organisasi untuk melaksanakan gagasan-gagasan tersebut.
3. Keputusan operasional, adalah keputusan yang diambil oleh seorang manajer operasioanl dalam
rangka pelaksanaan gagasan, arahan, dan kebijakan manajer diatasnya disesuaikan dengan sistem
koordinasi yang dikembangkan oleh manajer eksekutif.

Dari sistem informasi pendukung keputusan, baik yang terotomasi maupun yang bersifat manual, pada
dasarnya pembuat keputusan dapat mengambil banyak manfaat besar, antara lain:
1. Pembuatan keputusan yang rasional, ialah proses pembuatan keputusan yang lebih menekankan
pada pengujian alternatif tindakan berdasarkan fakta atau informasi yang jelas dan bukan hanya
berlandaskan pada dugaan subjektif dan dorongan emosional. Akal sehat (common sense) memang
sangat diperlukan di dalam pembuatan keputusan, tetapi pemakaian akal sehat itu hendaknya
disertai dengan informasi, argumen, dan landasan yang jelas. Maka pembuatan keputusan rasional
berproses melalui beberapa tahapan, antara lain: identifikasi dan perumusan masalah, rumusan
alternatif pemecahan masalah, pertimbangan mengenai akibat dan konsekuensi yang mungkin
terjadi, dan akhirnya pemilihan kebijakan atau strategi sesuai dengan tujuan.
2. Peramalan (forecasting), pembuatan keputusan dalam banyak hal menyangkut perencanaan atau
persoalan-persoalan yang terjadi di masa yang akan datang. Data dan informasi yang tepat akan
dapat menjadi landasan bagi tugas-tugas peramalan mengenai hal-hal yang akan terjadi. Tujuannya
adalah mengendalikan apa yang mungkin terjadi sehingga keadaan yang tercipta sesuai dengan
kehendak pengambil keputusan. Peramalan yang dihasilkan berdasarkan data dan informasi itu
secara umum dapat dibedakan menjadi tiga yang berurutan menurut intensitas pemakaian
informasinya, yaitu sebagai berikut:
a. Conjecture (konjektur, dugaan), peramalan yang lebih banyak menggunakan penilaian
subjektif dan data kualitatif
b. Prediksi, peramalan yang menggunakan kerangka teori dan inferensi data sebagai landasan
c. Proyeksi, peramalan yang menggunakan ekstrapolasi kecenderungan (trend extrapolation)
sebagai landasan
3. Membandingkan alternatif tindakan, data dan informasi yang baik akan merupakan landasan
yang kuat untuk mengidentifikasi berbagai rangkaian tindakan yang dapat dilaksanakan.
Selanjutnya pengambil keputusan dapat membandingkan alternatif tindakan mana yang paling
mungkin dan paling tepat untuk dilaksanakan. Variasi teknik di dalam membuat keputusan optimal
demikian banyak. Dan informasi yang lengkap akan memungkinkan pembuat keputusan untuk
membuat berbagai bentuk simulasi hasil keputusan sebelum alternatif tindakan itu sendiri
ditetapkan.

Untuk Lingkungan Sendiri (ns) VI-6


Buku Ajar Pengantar Manajemen

4. Membuat analisis dampak, informasi pendukung keputusan akan bermanfaat untuk melakukan
analisis dampak dari kebijakan-kebijakan yang hendak diterapkan. Yang perlu disadari oleh para
pembuat keputusan, ialah bahwa dalam setiap pelaksanaan keputusan akan selalu terdapat
implikasi terhadap kelompok masyarakat tertentu. Dengan demikian setiap dampak dari sebuah
kebijakan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung harus senantiasa mendapat perhatian
dari pembuat keputusan.
5. Membuat model, secara sederhana yang disebut pembuatan model (modelling) adalah upaya
untuk menggambarkan realitas dengan menggunakan berbagai bentuk replika yang lebih padat dan
yang lebih ringkas. Oleh karena itu model dapat berupa rumusan matematis, uraian verbal,
presentasi grafis atau geometris, dan sebagainya. Sesuai dengan tingkat pengembalian keputusan,
suatu model dapat berbentuk sederhana, hanya menggambarkan sebuah aspek atau komponen
situasi, tetapi juga dapat berbentuk sangat kompleks jika akan diusahakan untuk menggambarkan
sistem sosial ekonomi secara keseluruhan.

Karena biasanya model relatif lebih ringkas dan mudah dipahami, model dapat dimanfaatkan untuk
membantu peramalan, membandingkan alternatif tindakan yang bisa dilaksanakan, dan menggambarkan
situasi permasalahan yang tengah dihadapi oleh pembuat keputusan.

Daftar Pustaka :
1. Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, 1996
2. Mamduh M. Hanafi, Drs, MBA., Manajemen, Cetakan Pertama, UPP AMP YKPN,1997.
3. Schermerhorn., Management, Seventh edition, John Wiley & Sons, Inc., 2002.
4. Stoner, James A.F. & Freeman, Edward R., Management, Fifth edition, Prentice-Hall International
edition, 1992
5. Weihrich, Heinz & Koontz, Harold, Management : A Global Perspective, Tenth edition,
McGRAW HILL International edition, 1994
6. Bartol, Kathryn M. & Martin, David C., Management, McGraw Hill Series in Management, 1991
7. Massie, Joseph., Essential of Management, Fourth edition, Prentice Hall,1987
8. Robbins, Stephen P. 2003. Manajemen. Edisi Indonesia. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
9. Silalahi, Ulbert. 1996. Pemahaman Praktis : Asas-asas Manajemen. CV.Mandar Maju, Bandung.
10. Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada Media
Group.

Untuk Lingkungan Sendiri (ns) VI-7

Anda mungkin juga menyukai