Anda di halaman 1dari 21

PROSES DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Purdiyanto1),
E-mail: purdiyanto97@gmail.com1)

ABSTRAK

Hakikat pengambilan keputusan adalah tindakan dalam mengeluarkan


keputusan yang bersifat taktis maupun operasional seperti memuat
program yang ingin dicapai, strategi pelaksanaannya dan strategi
pemecahan masalah, melalui suatu keputusan yang didasarkan pada
hasil pemilihan beberapa alternatif masalah yang telah ditetapkan untuk
pencapaian tujuan. Pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan
identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif
keputusan berda-sarkan perhitungan dan berbagai dampak yang
mungkin timbul. Dalam tahap implementasi atau operasionalnya. pimpinan
harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan
kegiatan sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan
dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan,
dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevaluasi
pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan.

Kata Kunci: Pengambilan Keputusan


A. Pendahuluan

Membuat keputusan merupakan bagian dari kehidupan kita


sehari-hari baik secara individu ataupun secara kelompok, terutama
dalam suatu organisasi.Pengambilan keputusan mempunyai arti
penting bagi maju atau mundurnya suatu organisasi. Pengambilan
keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap
organisasi ke arah yang lebih baik, namun sebaliknya pengambilan
keputusan yang salah akan berdampak buruk pada roda organisasi
dan administrasinya.
Pembuat keputusan harus mampu melakukan proses
pengambilan keputusan, dan bisa melakukan proses delegasi
wewenang secara baik. Pengambilan keputusan membutuhkan
keterampilan mulai dari proses pengumpulan informasi,pencarian
alternatif keputusan, memilih keputusan, hingga mengelola akibat
ataupun konsekuensi dari keputusan yang telah diambil.
Keputusan dan kebijakan merupakan alat untuk mencapai
tujuan yaitu menjadikan madrasah sebagai lembaga yang memiliki
standar pendidikan.Pembuatan keputusan juga dilihat sebagai suatu
proses dominan seseorang (pembuat keputusan) memilih dari dua
atau lebih alternatif tindakan yang memungkinkan. Proses dominan
kepala madrasah memilih dua atau lebih alternatif tindakan yang
memungkinkan mulai dari dasar, gaya, teknik dan teknik pelibatan
stakeholder.
Proses pengambilan keputusan terkait dengan ketepatan
pendekatan yang dilakukan baik tidaknya suatu hasil keputusan
tergantung pada pendekatan yang digunakan. Setiap pendekatan
mempunyai kelebihan yang berbeda-beda tergantung pada jenis
permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, penggunaan suatu
pendekatan tidak efektif untuk memecahkan semua masalah yang
dihadapi.
B. Pengambilan Keputusan

Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice).


Pilihan yang dimaksud di sini adalah pilihan dari dua atau lebih
kemungkinan, atau dapat dikatakan pula sebagai keputusan dicapai
setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih satu kemung-kinan
pilihan. Seperti yang diungkapkan oleh Gito Sudarmo (2000), bahwa
keputusan terkait dengan ketetapan atau penentuan suatu pilihan yang
diinginkan.
Definisi di atas mengandung pengertian, dalam keputusan yaitu:
(1)ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan;(2) ada beberapa
alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3) ada tujuan
yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan
tersebut.
Pengertian keputusan, selanjutnya dikutipkan pendapat para
ahli mengenai pengertian pengambilan keputusan. Menurut Steiner
(1998) pengambilan keputusan didefinisikan sebagai suatu proses
manusiawi yang didasari dan mencakup baik fenomena individu
maupun sosial, didasarkan pada premis nilai dan fakta, menyimpulkan
sebuah pilihan dari antar alternatif dengan maksud bergerak menuju
suatu situasi yang diinginkan. Pengertian ini menunjukkan bahwa
pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif
terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti
(digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.
Steers mengemukakan bahwa “decision making is a process of
selecting among available alternatives”. Artinya bahwa pengambilan
keputusan menyangkut pilihan dari berbagai macam alternatif yang
ada dalam organisasi. Selanjutnya Koontz (1998) mengatakan bahwa
pengambilan keputusan merupakan seleksi berbagai alternatif tindakan
yang akan ditempuh merupakan inti perencanaan. William (1992)
mendefinisikan bahwa pengambilan keputusan sebagai seleksi
berbagai alternatif kegiatan yang diusulkan untuk memecahkan
masalah.
Pengambilan keputusan merupakan kegiatan pemimpin yang
dapat dijumpai pada semua tingkatan dan semua bidang manajemen.
Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka
menyelesaikan/memecahkan permasalahan atau persoalan (problem
solving). Sebagian besar kegiatan analisis masalah dan hasil
pemecahan masalah dianalisis melalui tekhnik-tekhnik kuantitatif.
Secara umum, yang dimaksud dengan masalah adalah tidak adanya
keseimbangan/ kesesuaian antara yang harus dilakukan (should)
dengan kondisi sekarang (is).Masalah juga dapat dilihat dari
perbedaan antara standar pelaksanaan (yang ingin dilaksanakan )
dengan pelaksanaan yang dilakukan, perbedaan antara teori dengan
praktek, perbedaan antara yang diinginkan dengan yang terjadi,
perbedaan antara ‘yang seharusnya’ dengan ‘pada kenyataannnya,’
perbedaan antara teori dengan teori, dan perbedaan antara program/
rencana kerja dengan hasil kerja. Siagian (1986) mengungkapkan
delapan langkah pengambilan keputusan, yaitu: (1) definisi masalah,
(2) pengumpulan data, (3) analisis data, (4) penentuan alternatif, (5)
pemilihan alternatif yang terbaik, (6) putuskan, (7) implementasikan
dan monitor hasil, dan (8) evaluas Sujak (1990) memperkenalkan
proses pengambilan keputusan normatif yang meliputi tujuh tahap,
yaitu: (1) mengklarifikasi dan mendefinisikan problem, (2)
mengembangkan kriteria pemecahan masalah yang baik, (3)
mengembangkan alternatif, (4) membandingkan alternatif dengan
kriteria, (5) pemilihan alternatif pemecahan, (6) implementasi
keputusan, dan (7) monitoring keputusan dan balikan.
Stoner (1990) mengidentifikasi empat langkah dalam proses
pemecahan masalah rasional, yaitu: (1) selidiki situasi, (2)
kembangkan alternatif, (3) evaluasi alternatif dan pilih yang terbaik, (4)
laksanakan dan adakan tindak lanjut. Dalam mengelaborasi langkah
pengambilan keputusan, Simon (1977) (da l am Turpin and Marasis
2004) mengemukakan 4 tahap model rasional pengambilan keputusan
yang disebut IDCR, yaitu (1) Intelligence, yakni menemukan
kesempatan untuk membuat keputusan, (2) Design, meliputi kegiatan
menciptakan, mengembangkan, dan menganalisis kemungkinan
sejumlah tindakan, (3) Choice, yakni memilih tindakan tertentu dari
alternatif yang tersedia, (4)
Review, yakni menilai pilihan masa lalu. Gibson, dkk (1992)
menemukan tujuh tahap dalam proses pengambilan keputusan yang
meliputi: (1) menetapkan tujuan dan sasaran khusus dan mengukur
hasilnya, (2) mengidentifikasi persoalan, (3) mengembangkan
alternatif, (4) menentukan alternatif, (5) memilih satu alternatif, (6)
menerapkan keputusan, (7) mengendalikan dan mengevaluasi. Pokras
(1993) mengemukakan enam langkah proses pemecahan masalah
dan mengambil keputusan, yaitu: (1) mengenali masalah, (2) menamai
masalah, (3) menganalisis penyebab masalah, (4) menjajaki pilihan
pemecahan masalah, (5) mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah, (6) menciptakan dan mengikuti rencana tindakan untuk
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa
pengambilan keputusan senantiasa berkaitan dengan problem atau
masalah
dalam organisasi, sifat hakiki dari pengambilan keputusan adalah
memilih satu dua atau lebih alternatif pemecahan masalah menuju
satu situasi yang diinginkan,melalui keputusan atau penetapannya
orang berharap akan tercapai suatu pemecahan masalah dari problem
yang terjadi.
Siagian (2008) menjelaskan bahwa pada hakikatnya
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang sistematis
itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat masalah yang dihadapi
itu, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang
dihadapi, analisis masalah dengan menggunakan fakta dan
data,mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif
sehingga ditemukan alternatif yang paling rasional, dan penilaian dari
hasil yang dicapai sebagai akibat dari keputusan yang diambil.
Kusnadi (2005) menjelaskan yang dimaksud dengan
pengambilan keputusan adalah penetapan atau pemilihan suatu
alternatif dari beberapa alternatif yang tersedia, dengan
memperhatikan kondisi internal maupun eksternal yang ada.
Pengertian tersebut menunjukan dengan jelas beberapa hal, yaitu:
a) Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi
secara kebetulan.
b) Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara asal jadi
karena cara pendekatan kepada pengambilan keputusan harus
didasarkan kepada sistematika tertentu. Siste- matika tertentu perlu
didasarkan pada:
(1) Kemampuan organisasi dalam arti tersedianya sumber-sumber
materil yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan
keputusan yang diambil.
(2) Tenaga kerja yang tersedia serta kualifikasinya untuk
melaksanakan keputusan.
(3) Filsafat yang dianut organisasi.
(4) Situasi lingkungan internal dan eksternal yang menurut
perhitungan akan mempengaruhi roda administrasi dan
manajemen dalam organisasi.
c) Bahwa sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik,
hakikat masalah itu terlebih dahulu diketahui dengan jelas.
d) Pemecahan tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan intuisi, akan
tetapi pula perlu berdasarkan pada fakta yang terkumpul dengan
sistematis, terolah dengan baik dan tersimpan secara teratur
sehingga fakta/data itu dapat dipercayai.
e) Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilih dari
berbagai alternatif yang telah diana- lisis secara matang.

Terkait dengan fungsi tersebut,maka tujuan pengambilan


keputusan dapat dibedakan:
(1) Tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan keputusan yang
bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya
menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak
ada kaitannya dengan masalah lain dan
(2) Tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan yang
bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan
menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang
diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang
bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.
Dalam Dekdinas (2002) Konklusi yang diperoleh mengenai
pengambilan keputusan adalah: tujuan pengambilan keputusan itu
bersifat tunggal, dalam arti bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada
kaitannya dengan masalah lain, kemungkinan kedua adalah tujuan
pengambilan keputusan dapat juga bersifat ganda (multiple objective)
dalam arti bahwa satu keputusan yang diambilanya itu sekaligus
memecahkan dua masalah atau lebih yang sifatnya kontradiktif.
C. Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang
rasional dari administrator untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan pada bagian awal dari fungsi perencanaan. Prosesnya
mulai dan berakhir dengan pertimbangan. Ia memerlukan kreativitas,
keterampilan kuantitatif dan pengalaman.
Urutan-urutan langkah-langkahnya dalam oteng (1993) yaitu
sebagai berikut:
1) Penentuan masalah,
2) Analisa situasi yang ada,
3) Pengembangan alternatif-alternatif,
4) Analisa alternatif-alternatif,
5) Pilihan alternatif yang paling baik.
Pendapat di atas, menegaskan bahwa sebenarnya proses
pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif pemecahan
masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik. Bila dilakukan
secara nalar, memang proses ini lebih panjang dan makan waktu,
namun kemungkinan kesalahannya dapat diperkecil.
Keputusan yang diambil akan dapat diasumsikan baik bila telah
memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Anoraga (2001) sebagai
berikut:
1) Keputusan diam- bil sebagai pemecahan masalah yang dihadapi.
2) Sedapat mungkin cepat dan tepat.
3) Bersifat rasional, artinya dapat diterima akal sehat terutama bagi para
pelaksana yang nantinya bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
4) Bersifat praktis dan pragmatis, artinya dapat dilaksanakan dengan
kemampuan yang ada.
5) Berdampak negatif seminim mungkin.
6) Menguntungkan banyak pihak demi kelan- caran kerja dan arah tujuan
yang hendak dicapai.
7) Keputusan yang diambil dapat dievaluasi untuk masa yang akan
datang.
Dengan demikian di dalam mengambil sebuah keputusan,harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut dalam Nurs (2003):
a) Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan.
b) Pengambilan keputusan dilakukan secara sistematik, yaitu:
tersedianya sumber- sumber untuk melaksanakan keputusan yang
akan diambil, kua- lifikasi tenaga kerja yang tersedia, falsafah yang
dianut organisasi, situasi lingkungan internal dan eksternal yang
akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam
organisasi.
c) Masalah harus diketahui dengan jelas.
d) Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang
terkumpul dengan sistematis.
e) Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari
berbagai alter- natif yang telah dianalisa secara matang.
Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima
hal di atas, akan menimbulkan berbagai masalah:
1) Tidak tepatnya keputusan.
2) Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan
kemampuan organisasi baik dari segi manusia, uang mau-pun
material.
3) Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada
sinkronisasi antara kepentingan organisasi dengan orang- orang di
dalam organisasi tersebut.
4) Timbulnya penolakan terha- dap keputusan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa
proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai tindakan yang
memanfaatkan berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang
diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.
Oleh karena itu, pengambilan sebuah keputusan bukanlah
sebuah hal yang mudah, Karena sebuah keputusan adalah permulaan
dari sebuah risiko. Benar, setiap keputusan mengandung sebuah
risiko, yang mau tak mau harus dihadapi ke depannya, terutama oleh
sang pengambil keputusan, yaitu manajer.
D. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan
Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan
kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses
pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis
proses kebijakan. Terdapat berbagai pendapat tentang proses
pengambilan keputusan, antara lain
Menurut Campbell(1997) adalah sesuatu yang dapat
menentukantujuan,mengidentifikasipilihan, menganalisis informasi, dan
menentukan pilihan. Boeh (2002) mengemukakan langkah-langkah
dalam mengambil keputusan meliputi: menu- liskan pertanyaan,
menentukan pilihan- pilihan, mengumpulkan informasi, membuat daftar
pro dan kontra, dan mengambil keputusan.
Sedangkan Adair (2007) mengemukakan lima langkah dalam
pengambilan keputusan yakni mendefinisikan tujuan, mengumpulkan
data yang relevan, menghasilkan pilihan yang layak, membuat
keputusan, dan mengimplementasikan dan mengevaluasi.
Sementara Thohiron (2013) menjelaskan proses pengambilan
keputusan meliputi sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu merumuskan masalah
yang ada di dalam suatu organisasi. Suatu masalah ha- dir karena:
a) Adanya gap atau kesenjangan antara kenyataan, titik berangkat,
dengan tujuan yang ingin diraih atau standar yang ingin dicapai.
b) Adanya halangan dan kesulitan untuk menjembatani kesenjangan
itu.
c) Adanya kemungkinan penyelesaian masalah bila perumusannya
benar.
Perumusan masalah juga terkait dengan sudut pandang.
Karenanya beberapa proses harus dipastikan hadir.Apakah ciri
suatu perumusan masalah yang baik? Sebuah perumusan yang
baik mengidentifikasikan semua elemen-elemen yang relevan,
elemen apa yang absen, dan elemen apa yang perlu ditam-
bahkan.
Perumusan masalah dimulai dengan mengkaji fakta-fakta
yang ada. Sering kali hal yang kedengarannya sederhana ini
menjadi sumber kegagalan pengambilan keputusan yang benar.
Masalah yang sering muncul dalam pengkajian fakta adalah
pemimpin dan orang yang ada di sekitarnya sering mem- baurkan
fakta dengan tafsiran tentang fakta tersebut.Sebuah perumusan
yang baik mengidentifikasikan semua elemen- elemen yang
relevan, elemen apa yang absen, dan elemen apa yang perlu
ditambahkan.
2. Pengumpulan dan Penganalisis Data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan mengana-
lisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
Adapun proses pemecahan masalah dalam pengambilan
keputusan yaitu:
a) Fase pengumpulan fakta.
b) Fase penemuan ide.
c) Fase penemuan solusi.
Fase pengumpulan data/fakta meliputi kegiatan
mendefinisikan masalah serta mengumpulkan masalah serta meng-
analisis data yang penting. Satu cara untuk meningkatkan
kemampuan pengumpulan data adalah dengan mulai dulu melihat
masalah yang ada secara luas dan kemudian melan-jutkannya
dengan menentukan sub masalah yang ada. Dalam hal ini,
diperlukan kemampuan untuk membedakan antara gejala dari
masalah yang sebenarnya.
Fase penemuan ide meliputi kegiatan pengumpulan ide-ide
yang mungkin dipakai dan kemudian mencari ide yang terbaik.
Dapat saja berbagai ide yang ada dimodifikasi dan dikom-
binasikan. Fase penemuan solusi ini meliputi kegiatan mengidentifi-
kasi dan mengevaluasi pemecahan yang mungkin dilakukan dan
bagaimana cara melakukan. Kegiatan dalam fase ini meliputi
penentuan pendapat, analisis dan penerimaan/pemberian kritik.
Setiap ide yang ada diberi nilai/bobot masing- masing.
3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik,
maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan
ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alter- natif
beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab
itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-
baiknya.
Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi
yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu
terdiri dari berbagai macam pengertian:
a) Perkiraan dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada
kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun
secara kronologis.
b) Perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan
menggunakan analisis sebab akibat.
c) Perkiraan dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada
kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif,
artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah
perasaan.
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk
memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertim-
bangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu
alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan
alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
Pengambilan keputusan oleh pimpinan, kaitannya dengan
pemilihan alternatif pemecahan masalah, akan melibatkan semua
pihak yang terlibat dalam lembaga pendidikan. Hal ini karena
kekuasaan pimpinan tidak dapat dioperasionalkan apa- bila tidak
didukung dan dibantu oleh seluruh personal yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda.
Dalam Hikmat (2009) Pimpinan harus mengembangkan
konsep kerja sama antar personal agar pelaksanaan alternatif
pemecahan masalah lebih cepat dan mudah. Kerja sama dapat
diciptakan jika pimpinan memiliki keterampilan manusiawi.
5. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin
harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika
menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai
alternatif yang lain. Pelaksanaan pengambilan keputusan sering
menjadi masalah karena keputusan yang mesti ditanggapi oleh
banyak orang malah ditangani oleh sedikit orang.
6. Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat
mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian
ulang perlu diadakan. Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus
diputuskan sejak awal dan tidak setelah pelaksanaan ber-jalan.
Dengan cara ini memang akan mudah terjadi debat yang hangat,
namun akurasi akan lebih terjamin.
Berdasarkan pendapat pada ahli di atas, maka disimpulkan
tahapan proses pengambilan keputusan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah:
1) Perumusan masalah,
2) Penentuan kriteria pemecahan masalah,
3) Pengidentifikasian alternatif pemecahan masalah,
4) Penilaian terhadap alternatif peme- cahan masalah,
5) Pemilihan alternatif yang terbaik,
6) penetapan keputusan atau pengimplementasian alternatif yang
dipilih.
PEMBAHASAN
Pengambilan keputusan merupakan kegiatan pemimpin yang
dapat dijumpai pada semua tingkatan dan semua bidang manajemen.
Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka
menyelesaikan/memecahkan permasalahan atau persoalan (problem
solving). Sebagian besar kegiatan analisis masalah dan hasil
pemecahan masalah dianalisis melalui tekhnik-tekhnik kuantitatif.
Secara umum, yang dimaksud dengan masalah adalah tidak adanya
keseimbangan / kesesuaian antara yang harus dilakukan (should)
dengan kondisi sekarang (is).Masalah juga dapat dilihat dari
perbedaan antara standar pelaksanaan (yang ingin dilaksanakan )
dengan pelaksanaan yang dilakukan, perbedaan antara teori dengan
praktek, perbedaan antara yang diinginkan dengan yang terjadi,
perbedaan antara ‘yang seharusnya’ dengan ‘pada kenyataannnya,’
perbedaan antara teori dengan teori, dan perbedaan antara program/
rencana kerja dengan hasil kerja. Hadari Nawawi mendefenisikan
bahwa keputusan pada dasarnya berarti hasil akhir dalam
mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara nyata.
Keputusan juga dapat diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih
satu diantara dua atau beberapa alternatif yang dihadapi. Sementara
itu, pengambilan keputusan merupakan proses atau rangkaian
kegiatan menganalisis berbagai fakta, informasi, data dan
teori/pendapat yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang
dinilai paling baik dan tepat. Proses pengambilan keputusan ini dapat
dilakukan sendiri dan dapat pula dilaksanakan dengan bantuan atau
pengikutsertaan orang lain.
Gatot Suradji dan Engelbetus Martono mendefenisikan bahwa
keputusan merupakan proses pemikiran yang menetapkan satu pilihan
diantara alternatif pilihan guna memecahkan suatu masalah.
Sementara itu, pengambilan keputusan merupakan proses analisis
informasi masalah sampai penetapan suatu keputusan. Irham Fahmi
mendefenisikan keputusan sebagai proses penelusuran masalah yang
berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga pada
terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi. Dari beberapa defenisi
para ahli sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami
bahwa pengambilan keputusan adalah proses memilih salah satu
alternatif terbaik di antara sekian banyak alternatif yang ada yang
dilakukan dalam rangka menyelesaikan masalah.
Proses pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang
rasional dari administrator untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan pada bagian awal dari fungsi perencanaan. Prosesnya
mulai dan berakhir dengan pertimbangan. Ia memerlukan kreativitas,
keterampilan kuantitatif dan pengalaman.Secara umum para pakar
sepakat bahwa pengambilan keputusan meliputi langkah-langkah
antara lain; pemahaman terhadap masalah/identifikasi tujuan,
membaca kriteria, membuat prioritas kriteria, membuat alternatif,
seleksi alternatif yang mendekati solusi, menetapkan
alternative,pelaksanaan,memodivikasi evaluasi alternative
Menentukan tujuan dan sasaran khusus dan mengukur hasilnya.
Organisasi memerlukan tujuan dan sasaran dalam setiap bidang
dimana hasil karya mempengaruahi efektivitas organisasi. Jika tujuan
dan sasaran ditetapkan secara memadai, maka ia akan menentukan
hasil yang harus dicapai dan ukuran yang digunakan untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut. Pendefinisian masalah serta
identifikasi informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan
persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan diambil.
Menetapkan tujuan dan sasaran khusus dan mengukur hasilnya.
Mengidentifikasi persoalan.Buat satu set matriks perbandingan
berpasangan. Setiap elemen diatas level digunakan untuk
membandingkan unsur – unsur di level yang berada dibawahnya.
Susun hirarki keputusan dengan menetapkan tujuan keputusan,
lalu tujuan dari tujuan perspektif tingkat menengah (melalui kriteria),
lalu tingkat terendah (yang berupa seperangkat alternatif).Setelah
masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan
cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu
diusahakan adanya alternatifalternatif beserta konsekuensinya, baik
positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat
mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan
dibutuhkan adanya informasi yang cukup dan metode perkiraan yang
baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai macam pengertian:
a. P)erkiraan dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada
kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara
kronologis;
b. Perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan
menggunakan analisis sebab akibat;
c. Perkiraan dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada
kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif, artinya
tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
Tujuan memilih alternatif adalah memecahkan persoalan supaya
dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Memilih alternatif bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu
didasari bahwa dalam kebanyakan pengambilan
keputusan,pemecahan yang optimal seringkali tidak mungkin. Hal ini
disebabkan karena pengambilan keputusan tidak mungkin. Proses
untuk merepresentasikan model sistem yang akan dibangun
berdasarkan pada asumsi yang telah ditetapkan. Suatu model dari
masalah dibuat, diuji dan divalidasi. Melakukan pengujian dan memilih
keputusan terbaik berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan
dan mengarah kepada tujuan yang akan dicapai. Fase ini merupakan
bagian tersulit yang harus dilakukan oleh seorang pengambil
keputusan. Namun, dengan mengikuti prosedur yang runut dan rinci
dan berorientasi pada penyelesaian masalah, dapat diyakini akan
mengahsilkan keputusan yang memuaskan.
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk
memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan
yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif
dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternatif yang
dipakai akan berhasil atau sebaliknya. Pengambilan keputusan oleh
pimpinan, kaitannya dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah,
akan melibatkan semua pihak yang terlibat. Hal ini karena kekuasaan
pimpinan tidak dapat dioperasionalkan apabila tidak didukung dan
dibantu oleh seluruh personal yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang berbeda-beda. Pimpinan harus mengembangkan
konsep kerja sama antar personal agar pelaksanaan alternatif
pemecahan masalah lebih cepat dan mudah. Kerja sama dapat
diciptakan jika pimpinan memiliki keterampilan. Dalam pelaksanaan
keputusan berarti kita harus mampu menerima dampak yang positif
atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, kita juga harus
mempunyai alternatif yang lain.
Pelaksanaan pengambilan keputusan sering menjadi masalah
karena keputusan yang mesti ditanggapi oleh banyak orang malah
ditangani oleh sedikit orang. Hal sebaliknya juga sering terjadi.
Keputusan yang seharusnya dapat ditangani oleh 2-3 orang diserahkan
kepada sebuah tim yang terdiri dari 40 orang atau lebih. Akibatnya
timbul perdebatan yang tak henti-hentinya. Jadi tentukan dulu cara
pengambilan keputusan yang paling cocok dengan situasi dan masalah
yang ada: individu, tim, musyawarah, voting, dan lain-lain. Setelah
keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak
dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian ulang perlu diadakan.
Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal
dan tidak setelah pelaksanaan berjalan. Dengan cara ini memang akan
mudah terjadi debat yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin.
Membuat keputusan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari
baik secara individu ataupun secara kelompok. Pengambilan
keputusan mempunyai arti penting bagi maju atau mundurnya suatu
organisasi. Pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan
suatu perubahan terhadap organisasi ke arah yang lebih baik, namun
sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk
pada roda organisasi dan administrasinya. Keputusan berarti hasil akhir
dalam mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara
nyata. Keputusan dapat diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih
satu dari lebih alternatif pilihan. Pengambilan keputusan merupakan
proses rangkaian kegiatan menganalisis berbagai fakta, informasi, data
dan teori/pendapat yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang
dinilai paling baik dan tepat.
Secara umum, proses pengambilan keputusan kepemimpinan
dapat melalui tiga tahap yaitu tahap penelitian, desain dan pemilihan.
Pengambilan keputusan merupakan kegiatan pemimpin yang dapat
dijumpai pada semua tingkatan dan semua bidang manajemen.
Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka
menyelesaikan/memecahkan permasalahan atau persoalan (problem
solving).Sebagian besar kegiatan analisis masalah dan hasil
pemecahan masalah dianalisis melalui tekhnik-tekhnik kuantitatif.
Secara umum, yang dimaksud dengan masalah adalah tidak adanya
keseimbangan/ kesesuaian antara yang harus dilakukan (should)
dengan kondisi sekarang (is).Masalah juga dapat dilihat dari perbedaan
antara standar pelaksanaan (yang ingin dilaksanakan ) dengan
pelaksanaan yang dilakukan, perbedaan antara teori dengan praktek,
perbedaan antara yang diinginkan dengan yang terjadi, perbedaan
antara ‘yang seharusnya’ dengan ‘pada kenyataannnya,’ perbedaan
antara teori dengan teori, dan perbedaan antara program/ rencana
kerja dengan hasil kerja. Komponen atau unsur-unsur pengambilan
keputusan yang bersifat umum, antara lain adalah: 1) Tujuan. Setiap
pengambilan keputusan selalu memiliki tujuan atau target atau hasil
yang diharap dari keputusan yang diambil. 2) Proses. Setiap
pengambilan keputusan merupakan proses mulai dari identifikasi
masalah sampai pemantauan dan evaluasi keputusan. 3) Metode.
Setiap keputusan senantiasa melibatkan penggunaan metode atau
cara baik itu metode pengumpulan data dan informasi, metode
identifikasi penelusuran masalah dan penyebab, metode analisis
alternatif keputusan, metode pengukuran hasil dan metode monitoring-
evaluasi pelaksanaan keputusan. 4) Faktor lingkungan yang tak dapat
dikendalikan. Setiap keputusan tidak pernah berada pada kondisi
vakum, namun ada dalam konteks lingkungan.
Dalam banyak hal, lingkungan eksternal tidak dapat dikelola atau
dikendalikan secara langsung. Oleh karena keputusan bersifat
futuristik. Sementara kondisi yang akan datang tidak dapat diketahui
dengan pasti terlebih dalam konteks lingkungan eksternal yang bersifat
tak dapat dikendalikan, maka keberhasilan keputusan yang dibuat akan
sangat bergantung pada kemampuan memprediksi kondisi di masa
datang. Subyek Pengambilan Keputusan (Pengambilan Keputusan
Individual dan Pengambilan Keputusan Kelompok) Pengambilan
keputusan dapat dilakukan oleh individu tertentu dalam oragnisasi,
namun bisa juga dilakukan oleh sekelompok orang (kolegial).
Keputusan yang diambil oleh individu maupun oleh kelompok, masing-
masing memiliki kelebihan an kekurangnnya sendiri-sendiri. Seperti
misalnya, pengambilan keputusan oleh individu memiliki kelebihan
dalam hal kecepatan. Artinya pengambilan keputusan dapat dilakukan
secara relatif lebih cepat tidak perlu menunggu persetujuan dari orang
lain.
Pengambilan keputusan oleh individu dalam prosesnya tidak
melalui pertentangan pendapat, dan bila keputusan diambil oleh indiviu
yang memiliki kemampuan tinggi dan pengalaman yang luas, maka
keputusan yang diambil cenderung tepat. Di sisi lain, pengambilan
keputusan oleh individu memiliki kekurangan salah satunya adalah bila
individu yang mengambil keputusan memiliki kemampuan yang rendah
dan pengalaman yang kurang, maka keputuan cenderung tidak tepat.
Bagaimanapun, perlu diingat bahwa setinggi-tinggi kemampuan
seseorang tentu terselip batas-batas kekurangan sebagai manusia.
Kelemahan yang lain adalah bahwa meskipun pengambilan keputusan
dapat dilakukan dengan cepat, namun kecepatan tersebut dapat
menjadi celah kelemahan bagi kurangnya pertimbangan yang
mengakibatkan keputusan menjadi tidak tepat. terakhir, tanggung
jawab kesalahanpengambilan keputusan menjadi beban individu yang
bisa menjadi tekanan tersendiri.
Demikian halnya keputusan yang dibuat oleh kelompok, juga
memiliki plus minus. Sisi plusnya adalah keputusan yang dibuat oleh
kelompok cenderung merupakan hasil pemikiran beberapa orang yang
salig melengkapi.. Kesalahan dalam pengambilan keputusan menjadi
beban bersama. Pengambilan keputusan berkelompok dapat menjadi
sarana pemberian kesempatan pada setiap anggota organisasi untuk
berpendapat, , melatih disilin kelompok melalui tekanan masyarakat
untuk berkeputusan, serta memupuk kerjasama kelompok dalam
memecahkan masalah. Sedang sisi minus atau kelemahannya adalah
pengambilan keputusan membuka kemungkinan pertentangan
pendapat yang berakibat pada waktu pengambilan keputusan yang
berlarut-larut dan kemungkinan terjadinya saling lempar tanggung
jawab bila terjadi keslahan. Pengambilan keputusan kelompok juga
dapat membatasi keinginan individu. dengan demikian inividu menjadi
termanipulasi oleh kelompok. Selebihnya pada pengambilan keputusan
kelompok membuat pimpinan kurang leluasa mengemukakan ide dan
kurang mendapat kesempatan untuk memperoleh dan mengakomodasi
saran dari para konsultan. Terlepas ari apakah pembuatan keputusan
dilakukan oleh individu atau sekelompok orang, pada prinsipnya ada
setidaknya tiga kekuatan yang senantiasa berusaha mempengaruhi
suatu keputusan. Tiga kekuatan tersebut adalah dinamika individu
dalam oragnisasi, dinamika kelompok orang dalam organisasi dan
dinamika lingkungan organisasi. Untuk dapat mengambil keputusan
diantara tiga kekuatan tersebut, diperlukan kemampuan yang dapat
mengakomodasi perubahan (dinamika) ketiga kekuatan tersebut. Lebih
jauh, pengambilan keputusan harus berdampak pada terjadinya
perubahan pada tiga kekuatan tersebut., baik dari segi tujuan,
kebijakan, kegiatan maupun sarana yang digunakan.
Setiap orang dalam organisasi dapat dilihat sebagai sosok yang
memiliki kepribadian ganda dalam artian satu sisi kepribadian individu
dan sisi lain adalah kepribadian kelompok yang timbul karena inividu
tersebut hidup dalam kelompok. Idealnya, kepribadian yang gana
tersebut dapat menyatu menjadi kepribadian tunggal dimana tujuan
pribadi sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi. Hal lain,
lingkungan juga perlu mendapat perhatian karena antara organisasi
dan lingkungan memiliki hubungan saling mempengaruhi. Oleh karena
itu, tindakan atau keputusan organisasi perlu mempertimbangkan
suasana lingkungan. bagaimanapun suatu keputusan merupakan awal
mata rantai dari rangkaian kegiatan selanjutnya. (Hendra Poerwanto
G). Kegiatan pengambilan keputusan pada prinsipnya meliputi
setidaknya empat aktivitas, Aktivitas yang pertama adalah kegiatan
inteligensi. Kegiatan inteligensia di sini merupakan kegiatan mengamati
lingkungan untuk kepentingan membuat keputusan. Kedua, kegiatan
perancangan. Kegiatan menemukan, mngembangkan dan analisis
berbagai kemungkinan tindakan dalam rangka pembuatan keputusan.
Ketiga, kegiatan pemilihan, yaitu kgiatan memilih atau menentukan
tindakan tertentu dari berbagai alternatif tindakan yang dapat diambil.
Terakhir, keempat, kegiatan peninjauan. Tindakan yang telah dipilih
kemudian dilaksanakan dan dievaluasi
Bila proses pengambilan keputusan dianalisis, maka analisis
tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan analisis proses
kebijakan. Ini karena komponen proses kebijakan juga merupakan
komponen proses pengambilan keputusan yang meliputi (1) masalah
kebijakan, (2) alternatif kebijakan, (3) tindakan kebijakan, (4) hasil
kebijakan, dan (5) pola pelaksanaan kebijakan. Antar komponen
tersebut secara berurutan saling terkait dan terhubung oleh metode.
Misalnya komponen (1) dan komponen (2) terhubung oleh metode
prakiraan. Artinya untuk menyelesaikan komponen (1) diperlukan
metode prakiraan yang menghasilkan berbagai alternatif kebijakan.
Dari komponen (2) menuju komponen (3) diperlukan metode
rekomendasi untuk memilih salah satu dari berbagai alternatif
kebijakan. Selanjutnya dari komponen (3) ke komponen (4) diperlukan
metode monitoring untuk memantau hasil dari kebijakan yang dipilih.
Terakhir dari komponen (4) ke komponen (5) atau kembali ke
komponen (2) diperlukan metode evaluasi. Bila evaluasi menunjukkan
bahwa hasil pelaksanaan kebijakan baik, maka komponen (5)
merupakan kesimpulan untuk menjadi pegangan di saat mengalami
masalah serupa.
DAFTAR PUSTAKA

Adair, John.2007.Decision Making dan Problem Solving Strategies.


London: Kogan Page.
Anoraga,P.2001.Psikologi Kepemimpinan,Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Depdiknas R.I.2002.Proses Pengambilan Keputusan.Jakarta: Direktorat
Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan
Tingkat Pertamam.
Hikmat.2009. Manajemen Pendidikan,Bandung: Pustaka Setia
Koontz.1998.Manajemen.terj.Tim DosenFakultas EkonomiUniversitas
Indonesia Jakarta: Erlangga.
Kusnadi,dkk.2005.Pengantar Manajemen: Konsepsual & Perilaku,
(Malang: Unibraw, 2005).
Siagian, P. Sondang.2008,Filsafat Administrasi.Jakarta: Bumi Aksara
Steiner, A. George.2010.Kebijakan Strategi Manajemen, terj. Tim Dosen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, (Jakarta: Erlangga,
Sunarto.2004. Perilaku Organisasi.Yogyakarta: Amus.

Anda mungkin juga menyukai