Hakikat pengambilan keputusan adalah tindakan dalam mengeluarkan
keputusan yang bersifat taktis maupun operasional seperti memuat program yang ingin dicapai, strategi pelaksanaannya dan strategi pemecahan masalah, melalui suatu keputusan yang didasarkan pada hasil pemilihan beberapa alternatif masalah yang telah ditetapkan untuk pencapaian tujuan. Pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif keputusan berda-sarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin timbul. Dalam tahap implementasi atau operasionalnya. pimpinan harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan kegiatan sesuai dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah dilakukan.
Kata Kunci: Pengambilan Keputusan
A. Pendahuluan
Membuat keputusan merupakan bagian dari kehidupan kita
sehari-hari baik secara individu ataupun secara kelompok, terutama dalam suatu organisasi.Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju atau mundurnya suatu organisasi. Pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi ke arah yang lebih baik, namun sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk pada roda organisasi dan administrasinya. Pembuat keputusan harus mampu melakukan proses pengambilan keputusan, dan bisa melakukan proses delegasi wewenang secara baik. Pengambilan keputusan membutuhkan keterampilan mulai dari proses pengumpulan informasi,pencarian alternatif keputusan, memilih keputusan, hingga mengelola akibat ataupun konsekuensi dari keputusan yang telah diambil. Keputusan dan kebijakan merupakan alat untuk mencapai tujuan yaitu menjadikan madrasah sebagai lembaga yang memiliki standar pendidikan.Pembuatan keputusan juga dilihat sebagai suatu proses dominan seseorang (pembuat keputusan) memilih dari dua atau lebih alternatif tindakan yang memungkinkan. Proses dominan kepala madrasah memilih dua atau lebih alternatif tindakan yang memungkinkan mulai dari dasar, gaya, teknik dan teknik pelibatan stakeholder. Proses pengambilan keputusan terkait dengan ketepatan pendekatan yang dilakukan baik tidaknya suatu hasil keputusan tergantung pada pendekatan yang digunakan. Setiap pendekatan mempunyai kelebihan yang berbeda-beda tergantung pada jenis permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, penggunaan suatu pendekatan tidak efektif untuk memecahkan semua masalah yang dihadapi. B. Pengambilan Keputusan
Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice).
Pilihan yang dimaksud di sini adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, atau dapat dikatakan pula sebagai keputusan dicapai setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih satu kemung-kinan pilihan. Seperti yang diungkapkan oleh Gito Sudarmo (2000), bahwa keputusan terkait dengan ketetapan atau penentuan suatu pilihan yang diinginkan. Definisi di atas mengandung pengertian, dalam keputusan yaitu: (1)ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan;(2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Pengertian keputusan, selanjutnya dikutipkan pendapat para ahli mengenai pengertian pengambilan keputusan. Menurut Steiner (1998) pengambilan keputusan didefinisikan sebagai suatu proses manusiawi yang didasari dan mencakup baik fenomena individu maupun sosial, didasarkan pada premis nilai dan fakta, menyimpulkan sebuah pilihan dari antar alternatif dengan maksud bergerak menuju suatu situasi yang diinginkan. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. Steers mengemukakan bahwa “decision making is a process of selecting among available alternatives”. Artinya bahwa pengambilan keputusan menyangkut pilihan dari berbagai macam alternatif yang ada dalam organisasi. Selanjutnya Koontz (1998) mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan seleksi berbagai alternatif tindakan yang akan ditempuh merupakan inti perencanaan. William (1992) mendefinisikan bahwa pengambilan keputusan sebagai seleksi berbagai alternatif kegiatan yang diusulkan untuk memecahkan masalah. Pengambilan keputusan merupakan kegiatan pemimpin yang dapat dijumpai pada semua tingkatan dan semua bidang manajemen. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka menyelesaikan/memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving). Sebagian besar kegiatan analisis masalah dan hasil pemecahan masalah dianalisis melalui tekhnik-tekhnik kuantitatif. Secara umum, yang dimaksud dengan masalah adalah tidak adanya keseimbangan/ kesesuaian antara yang harus dilakukan (should) dengan kondisi sekarang (is).Masalah juga dapat dilihat dari perbedaan antara standar pelaksanaan (yang ingin dilaksanakan ) dengan pelaksanaan yang dilakukan, perbedaan antara teori dengan praktek, perbedaan antara yang diinginkan dengan yang terjadi, perbedaan antara ‘yang seharusnya’ dengan ‘pada kenyataannnya,’ perbedaan antara teori dengan teori, dan perbedaan antara program/ rencana kerja dengan hasil kerja. Siagian (1986) mengungkapkan delapan langkah pengambilan keputusan, yaitu: (1) definisi masalah, (2) pengumpulan data, (3) analisis data, (4) penentuan alternatif, (5) pemilihan alternatif yang terbaik, (6) putuskan, (7) implementasikan dan monitor hasil, dan (8) evaluas Sujak (1990) memperkenalkan proses pengambilan keputusan normatif yang meliputi tujuh tahap, yaitu: (1) mengklarifikasi dan mendefinisikan problem, (2) mengembangkan kriteria pemecahan masalah yang baik, (3) mengembangkan alternatif, (4) membandingkan alternatif dengan kriteria, (5) pemilihan alternatif pemecahan, (6) implementasi keputusan, dan (7) monitoring keputusan dan balikan. Stoner (1990) mengidentifikasi empat langkah dalam proses pemecahan masalah rasional, yaitu: (1) selidiki situasi, (2) kembangkan alternatif, (3) evaluasi alternatif dan pilih yang terbaik, (4) laksanakan dan adakan tindak lanjut. Dalam mengelaborasi langkah pengambilan keputusan, Simon (1977) (da l am Turpin and Marasis 2004) mengemukakan 4 tahap model rasional pengambilan keputusan yang disebut IDCR, yaitu (1) Intelligence, yakni menemukan kesempatan untuk membuat keputusan, (2) Design, meliputi kegiatan menciptakan, mengembangkan, dan menganalisis kemungkinan sejumlah tindakan, (3) Choice, yakni memilih tindakan tertentu dari alternatif yang tersedia, (4) Review, yakni menilai pilihan masa lalu. Gibson, dkk (1992) menemukan tujuh tahap dalam proses pengambilan keputusan yang meliputi: (1) menetapkan tujuan dan sasaran khusus dan mengukur hasilnya, (2) mengidentifikasi persoalan, (3) mengembangkan alternatif, (4) menentukan alternatif, (5) memilih satu alternatif, (6) menerapkan keputusan, (7) mengendalikan dan mengevaluasi. Pokras (1993) mengemukakan enam langkah proses pemecahan masalah dan mengambil keputusan, yaitu: (1) mengenali masalah, (2) menamai masalah, (3) menganalisis penyebab masalah, (4) menjajaki pilihan pemecahan masalah, (5) mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah, (6) menciptakan dan mengikuti rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan senantiasa berkaitan dengan problem atau masalah dalam organisasi, sifat hakiki dari pengambilan keputusan adalah memilih satu dua atau lebih alternatif pemecahan masalah menuju satu situasi yang diinginkan,melalui keputusan atau penetapannya orang berharap akan tercapai suatu pemecahan masalah dari problem yang terjadi. Siagian (2008) menjelaskan bahwa pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi. Pendekatan yang sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat masalah yang dihadapi itu, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang dihadapi, analisis masalah dengan menggunakan fakta dan data,mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif sehingga ditemukan alternatif yang paling rasional, dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai akibat dari keputusan yang diambil. Kusnadi (2005) menjelaskan yang dimaksud dengan pengambilan keputusan adalah penetapan atau pemilihan suatu alternatif dari beberapa alternatif yang tersedia, dengan memperhatikan kondisi internal maupun eksternal yang ada. Pengertian tersebut menunjukan dengan jelas beberapa hal, yaitu: a) Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan. b) Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara asal jadi karena cara pendekatan kepada pengambilan keputusan harus didasarkan kepada sistematika tertentu. Siste- matika tertentu perlu didasarkan pada: (1) Kemampuan organisasi dalam arti tersedianya sumber-sumber materil yang dapat dipergunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil. (2) Tenaga kerja yang tersedia serta kualifikasinya untuk melaksanakan keputusan. (3) Filsafat yang dianut organisasi. (4) Situasi lingkungan internal dan eksternal yang menurut perhitungan akan mempengaruhi roda administrasi dan manajemen dalam organisasi. c) Bahwa sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakikat masalah itu terlebih dahulu diketahui dengan jelas. d) Pemecahan tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan intuisi, akan tetapi pula perlu berdasarkan pada fakta yang terkumpul dengan sistematis, terolah dengan baik dan tersimpan secara teratur sehingga fakta/data itu dapat dipercayai. e) Keputusan yang diambil adalah keputusan yang dipilih dari berbagai alternatif yang telah diana- lisis secara matang.
Terkait dengan fungsi tersebut,maka tujuan pengambilan
keputusan dapat dibedakan: (1) Tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan masalah lain dan (2) Tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif. Dalam Dekdinas (2002) Konklusi yang diperoleh mengenai pengambilan keputusan adalah: tujuan pengambilan keputusan itu bersifat tunggal, dalam arti bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain, kemungkinan kedua adalah tujuan pengambilan keputusan dapat juga bersifat ganda (multiple objective) dalam arti bahwa satu keputusan yang diambilanya itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih yang sifatnya kontradiktif. C. Proses Pengambilan Keputusan Proses pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang rasional dari administrator untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal dari fungsi perencanaan. Prosesnya mulai dan berakhir dengan pertimbangan. Ia memerlukan kreativitas, keterampilan kuantitatif dan pengalaman. Urutan-urutan langkah-langkahnya dalam oteng (1993) yaitu sebagai berikut: 1) Penentuan masalah, 2) Analisa situasi yang ada, 3) Pengembangan alternatif-alternatif, 4) Analisa alternatif-alternatif, 5) Pilihan alternatif yang paling baik. Pendapat di atas, menegaskan bahwa sebenarnya proses pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif pemecahan masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik. Bila dilakukan secara nalar, memang proses ini lebih panjang dan makan waktu, namun kemungkinan kesalahannya dapat diperkecil. Keputusan yang diambil akan dapat diasumsikan baik bila telah memenuhi ketentuan-ketentuan dalam Anoraga (2001) sebagai berikut: 1) Keputusan diam- bil sebagai pemecahan masalah yang dihadapi. 2) Sedapat mungkin cepat dan tepat. 3) Bersifat rasional, artinya dapat diterima akal sehat terutama bagi para pelaksana yang nantinya bertanggung jawab atas keputusan tersebut. 4) Bersifat praktis dan pragmatis, artinya dapat dilaksanakan dengan kemampuan yang ada. 5) Berdampak negatif seminim mungkin. 6) Menguntungkan banyak pihak demi kelan- caran kerja dan arah tujuan yang hendak dicapai. 7) Keputusan yang diambil dapat dievaluasi untuk masa yang akan datang. Dengan demikian di dalam mengambil sebuah keputusan,harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut dalam Nurs (2003): a) Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan. b) Pengambilan keputusan dilakukan secara sistematik, yaitu: tersedianya sumber- sumber untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil, kua- lifikasi tenaga kerja yang tersedia, falsafah yang dianut organisasi, situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam organisasi. c) Masalah harus diketahui dengan jelas. d) Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis. e) Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alter- natif yang telah dianalisa secara matang. Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal di atas, akan menimbulkan berbagai masalah: 1) Tidak tepatnya keputusan. 2) Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik dari segi manusia, uang mau-pun material. 3) Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara kepentingan organisasi dengan orang- orang di dalam organisasi tersebut. 4) Timbulnya penolakan terha- dap keputusan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai tindakan yang memanfaatkan berbagai ragam keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi. Oleh karena itu, pengambilan sebuah keputusan bukanlah sebuah hal yang mudah, Karena sebuah keputusan adalah permulaan dari sebuah risiko. Benar, setiap keputusan mengandung sebuah risiko, yang mau tak mau harus dihadapi ke depannya, terutama oleh sang pengambil keputusan, yaitu manajer. D. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Terdapat berbagai pendapat tentang proses pengambilan keputusan, antara lain Menurut Campbell(1997) adalah sesuatu yang dapat menentukantujuan,mengidentifikasipilihan, menganalisis informasi, dan menentukan pilihan. Boeh (2002) mengemukakan langkah-langkah dalam mengambil keputusan meliputi: menu- liskan pertanyaan, menentukan pilihan- pilihan, mengumpulkan informasi, membuat daftar pro dan kontra, dan mengambil keputusan. Sedangkan Adair (2007) mengemukakan lima langkah dalam pengambilan keputusan yakni mendefinisikan tujuan, mengumpulkan data yang relevan, menghasilkan pilihan yang layak, membuat keputusan, dan mengimplementasikan dan mengevaluasi. Sementara Thohiron (2013) menjelaskan proses pengambilan keputusan meliputi sebagai berikut: 1. Perumusan Masalah Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu merumuskan masalah yang ada di dalam suatu organisasi. Suatu masalah ha- dir karena: a) Adanya gap atau kesenjangan antara kenyataan, titik berangkat, dengan tujuan yang ingin diraih atau standar yang ingin dicapai. b) Adanya halangan dan kesulitan untuk menjembatani kesenjangan itu. c) Adanya kemungkinan penyelesaian masalah bila perumusannya benar. Perumusan masalah juga terkait dengan sudut pandang. Karenanya beberapa proses harus dipastikan hadir.Apakah ciri suatu perumusan masalah yang baik? Sebuah perumusan yang baik mengidentifikasikan semua elemen-elemen yang relevan, elemen apa yang absen, dan elemen apa yang perlu ditam- bahkan. Perumusan masalah dimulai dengan mengkaji fakta-fakta yang ada. Sering kali hal yang kedengarannya sederhana ini menjadi sumber kegagalan pengambilan keputusan yang benar. Masalah yang sering muncul dalam pengkajian fakta adalah pemimpin dan orang yang ada di sekitarnya sering mem- baurkan fakta dengan tafsiran tentang fakta tersebut.Sebuah perumusan yang baik mengidentifikasikan semua elemen- elemen yang relevan, elemen apa yang absen, dan elemen apa yang perlu ditambahkan. 2. Pengumpulan dan Penganalisis Data Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan mengana- lisis data yang dapat membantu memecahkan masalah yang ada. Adapun proses pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan yaitu: a) Fase pengumpulan fakta. b) Fase penemuan ide. c) Fase penemuan solusi. Fase pengumpulan data/fakta meliputi kegiatan mendefinisikan masalah serta mengumpulkan masalah serta meng- analisis data yang penting. Satu cara untuk meningkatkan kemampuan pengumpulan data adalah dengan mulai dulu melihat masalah yang ada secara luas dan kemudian melan-jutkannya dengan menentukan sub masalah yang ada. Dalam hal ini, diperlukan kemampuan untuk membedakan antara gejala dari masalah yang sebenarnya. Fase penemuan ide meliputi kegiatan pengumpulan ide-ide yang mungkin dipakai dan kemudian mencari ide yang terbaik. Dapat saja berbagai ide yang ada dimodifikasi dan dikom- binasikan. Fase penemuan solusi ini meliputi kegiatan mengidentifi- kasi dan mengevaluasi pemecahan yang mungkin dilakukan dan bagaimana cara melakukan. Kegiatan dalam fase ini meliputi penentuan pendapat, analisis dan penerimaan/pemberian kritik. Setiap ide yang ada diberi nilai/bobot masing- masing. 3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatif-alter- natif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik- baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai macam pengertian: a) Perkiraan dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara kronologis. b) Perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat. c) Perkiraan dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan. 4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertim- bangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya. Pengambilan keputusan oleh pimpinan, kaitannya dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah, akan melibatkan semua pihak yang terlibat dalam lembaga pendidikan. Hal ini karena kekuasaan pimpinan tidak dapat dioperasionalkan apa- bila tidak didukung dan dibantu oleh seluruh personal yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Dalam Hikmat (2009) Pimpinan harus mengembangkan konsep kerja sama antar personal agar pelaksanaan alternatif pemecahan masalah lebih cepat dan mudah. Kerja sama dapat diciptakan jika pimpinan memiliki keterampilan manusiawi. 5. Pelaksanaan keputusan Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan pengambilan keputusan sering menjadi masalah karena keputusan yang mesti ditanggapi oleh banyak orang malah ditangani oleh sedikit orang. 6. Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian ulang perlu diadakan. Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal dan tidak setelah pelaksanaan ber-jalan. Dengan cara ini memang akan mudah terjadi debat yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin. Berdasarkan pendapat pada ahli di atas, maka disimpulkan tahapan proses pengambilan keputusan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: 1) Perumusan masalah, 2) Penentuan kriteria pemecahan masalah, 3) Pengidentifikasian alternatif pemecahan masalah, 4) Penilaian terhadap alternatif peme- cahan masalah, 5) Pemilihan alternatif yang terbaik, 6) penetapan keputusan atau pengimplementasian alternatif yang dipilih. PEMBAHASAN Pengambilan keputusan merupakan kegiatan pemimpin yang dapat dijumpai pada semua tingkatan dan semua bidang manajemen. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka menyelesaikan/memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving). Sebagian besar kegiatan analisis masalah dan hasil pemecahan masalah dianalisis melalui tekhnik-tekhnik kuantitatif. Secara umum, yang dimaksud dengan masalah adalah tidak adanya keseimbangan / kesesuaian antara yang harus dilakukan (should) dengan kondisi sekarang (is).Masalah juga dapat dilihat dari perbedaan antara standar pelaksanaan (yang ingin dilaksanakan ) dengan pelaksanaan yang dilakukan, perbedaan antara teori dengan praktek, perbedaan antara yang diinginkan dengan yang terjadi, perbedaan antara ‘yang seharusnya’ dengan ‘pada kenyataannnya,’ perbedaan antara teori dengan teori, dan perbedaan antara program/ rencana kerja dengan hasil kerja. Hadari Nawawi mendefenisikan bahwa keputusan pada dasarnya berarti hasil akhir dalam mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara nyata. Keputusan juga dapat diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih satu diantara dua atau beberapa alternatif yang dihadapi. Sementara itu, pengambilan keputusan merupakan proses atau rangkaian kegiatan menganalisis berbagai fakta, informasi, data dan teori/pendapat yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang dinilai paling baik dan tepat. Proses pengambilan keputusan ini dapat dilakukan sendiri dan dapat pula dilaksanakan dengan bantuan atau pengikutsertaan orang lain. Gatot Suradji dan Engelbetus Martono mendefenisikan bahwa keputusan merupakan proses pemikiran yang menetapkan satu pilihan diantara alternatif pilihan guna memecahkan suatu masalah. Sementara itu, pengambilan keputusan merupakan proses analisis informasi masalah sampai penetapan suatu keputusan. Irham Fahmi mendefenisikan keputusan sebagai proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga pada terbentuknya kesimpulan atau rekomendasi. Dari beberapa defenisi para ahli sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan adalah proses memilih salah satu alternatif terbaik di antara sekian banyak alternatif yang ada yang dilakukan dalam rangka menyelesaikan masalah. Proses pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang rasional dari administrator untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal dari fungsi perencanaan. Prosesnya mulai dan berakhir dengan pertimbangan. Ia memerlukan kreativitas, keterampilan kuantitatif dan pengalaman.Secara umum para pakar sepakat bahwa pengambilan keputusan meliputi langkah-langkah antara lain; pemahaman terhadap masalah/identifikasi tujuan, membaca kriteria, membuat prioritas kriteria, membuat alternatif, seleksi alternatif yang mendekati solusi, menetapkan alternative,pelaksanaan,memodivikasi evaluasi alternative Menentukan tujuan dan sasaran khusus dan mengukur hasilnya. Organisasi memerlukan tujuan dan sasaran dalam setiap bidang dimana hasil karya mempengaruahi efektivitas organisasi. Jika tujuan dan sasaran ditetapkan secara memadai, maka ia akan menentukan hasil yang harus dicapai dan ukuran yang digunakan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut. Pendefinisian masalah serta identifikasi informasi yang dibutuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan diambil. Menetapkan tujuan dan sasaran khusus dan mengukur hasilnya. Mengidentifikasi persoalan.Buat satu set matriks perbandingan berpasangan. Setiap elemen diatas level digunakan untuk membandingkan unsur – unsur di level yang berada dibawahnya. Susun hirarki keputusan dengan menetapkan tujuan keputusan, lalu tujuan dari tujuan perspektif tingkat menengah (melalui kriteria), lalu tingkat terendah (yang berupa seperangkat alternatif).Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya alternatifalternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang cukup dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai macam pengertian: a. P)erkiraan dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah terkumpul dan tersusun secara kronologis; b. Perkiraan dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat; c. Perkiraan dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan. Tujuan memilih alternatif adalah memecahkan persoalan supaya dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Memilih alternatif bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu didasari bahwa dalam kebanyakan pengambilan keputusan,pemecahan yang optimal seringkali tidak mungkin. Hal ini disebabkan karena pengambilan keputusan tidak mungkin. Proses untuk merepresentasikan model sistem yang akan dibangun berdasarkan pada asumsi yang telah ditetapkan. Suatu model dari masalah dibuat, diuji dan divalidasi. Melakukan pengujian dan memilih keputusan terbaik berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditentukan dan mengarah kepada tujuan yang akan dicapai. Fase ini merupakan bagian tersulit yang harus dilakukan oleh seorang pengambil keputusan. Namun, dengan mengikuti prosedur yang runut dan rinci dan berorientasi pada penyelesaian masalah, dapat diyakini akan mengahsilkan keputusan yang memuaskan. Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya. Pengambilan keputusan oleh pimpinan, kaitannya dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah, akan melibatkan semua pihak yang terlibat. Hal ini karena kekuasaan pimpinan tidak dapat dioperasionalkan apabila tidak didukung dan dibantu oleh seluruh personal yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Pimpinan harus mengembangkan konsep kerja sama antar personal agar pelaksanaan alternatif pemecahan masalah lebih cepat dan mudah. Kerja sama dapat diciptakan jika pimpinan memiliki keterampilan. Dalam pelaksanaan keputusan berarti kita harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, kita juga harus mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan pengambilan keputusan sering menjadi masalah karena keputusan yang mesti ditanggapi oleh banyak orang malah ditangani oleh sedikit orang. Hal sebaliknya juga sering terjadi. Keputusan yang seharusnya dapat ditangani oleh 2-3 orang diserahkan kepada sebuah tim yang terdiri dari 40 orang atau lebih. Akibatnya timbul perdebatan yang tak henti-hentinya. Jadi tentukan dulu cara pengambilan keputusan yang paling cocok dengan situasi dan masalah yang ada: individu, tim, musyawarah, voting, dan lain-lain. Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah dibuat. Penilaian ulang perlu diadakan. Faktor-faktor penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal dan tidak setelah pelaksanaan berjalan. Dengan cara ini memang akan mudah terjadi debat yang hangat, namun akurasi akan lebih terjamin. Membuat keputusan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari baik secara individu ataupun secara kelompok. Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju atau mundurnya suatu organisasi. Pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi ke arah yang lebih baik, namun sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk pada roda organisasi dan administrasinya. Keputusan berarti hasil akhir dalam mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara nyata. Keputusan dapat diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih satu dari lebih alternatif pilihan. Pengambilan keputusan merupakan proses rangkaian kegiatan menganalisis berbagai fakta, informasi, data dan teori/pendapat yang akhirnya sampai pada satu kesimpulan yang dinilai paling baik dan tepat. Secara umum, proses pengambilan keputusan kepemimpinan dapat melalui tiga tahap yaitu tahap penelitian, desain dan pemilihan. Pengambilan keputusan merupakan kegiatan pemimpin yang dapat dijumpai pada semua tingkatan dan semua bidang manajemen. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka menyelesaikan/memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving).Sebagian besar kegiatan analisis masalah dan hasil pemecahan masalah dianalisis melalui tekhnik-tekhnik kuantitatif. Secara umum, yang dimaksud dengan masalah adalah tidak adanya keseimbangan/ kesesuaian antara yang harus dilakukan (should) dengan kondisi sekarang (is).Masalah juga dapat dilihat dari perbedaan antara standar pelaksanaan (yang ingin dilaksanakan ) dengan pelaksanaan yang dilakukan, perbedaan antara teori dengan praktek, perbedaan antara yang diinginkan dengan yang terjadi, perbedaan antara ‘yang seharusnya’ dengan ‘pada kenyataannnya,’ perbedaan antara teori dengan teori, dan perbedaan antara program/ rencana kerja dengan hasil kerja. Komponen atau unsur-unsur pengambilan keputusan yang bersifat umum, antara lain adalah: 1) Tujuan. Setiap pengambilan keputusan selalu memiliki tujuan atau target atau hasil yang diharap dari keputusan yang diambil. 2) Proses. Setiap pengambilan keputusan merupakan proses mulai dari identifikasi masalah sampai pemantauan dan evaluasi keputusan. 3) Metode. Setiap keputusan senantiasa melibatkan penggunaan metode atau cara baik itu metode pengumpulan data dan informasi, metode identifikasi penelusuran masalah dan penyebab, metode analisis alternatif keputusan, metode pengukuran hasil dan metode monitoring- evaluasi pelaksanaan keputusan. 4) Faktor lingkungan yang tak dapat dikendalikan. Setiap keputusan tidak pernah berada pada kondisi vakum, namun ada dalam konteks lingkungan. Dalam banyak hal, lingkungan eksternal tidak dapat dikelola atau dikendalikan secara langsung. Oleh karena keputusan bersifat futuristik. Sementara kondisi yang akan datang tidak dapat diketahui dengan pasti terlebih dalam konteks lingkungan eksternal yang bersifat tak dapat dikendalikan, maka keberhasilan keputusan yang dibuat akan sangat bergantung pada kemampuan memprediksi kondisi di masa datang. Subyek Pengambilan Keputusan (Pengambilan Keputusan Individual dan Pengambilan Keputusan Kelompok) Pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh individu tertentu dalam oragnisasi, namun bisa juga dilakukan oleh sekelompok orang (kolegial). Keputusan yang diambil oleh individu maupun oleh kelompok, masing- masing memiliki kelebihan an kekurangnnya sendiri-sendiri. Seperti misalnya, pengambilan keputusan oleh individu memiliki kelebihan dalam hal kecepatan. Artinya pengambilan keputusan dapat dilakukan secara relatif lebih cepat tidak perlu menunggu persetujuan dari orang lain. Pengambilan keputusan oleh individu dalam prosesnya tidak melalui pertentangan pendapat, dan bila keputusan diambil oleh indiviu yang memiliki kemampuan tinggi dan pengalaman yang luas, maka keputusan yang diambil cenderung tepat. Di sisi lain, pengambilan keputusan oleh individu memiliki kekurangan salah satunya adalah bila individu yang mengambil keputusan memiliki kemampuan yang rendah dan pengalaman yang kurang, maka keputuan cenderung tidak tepat. Bagaimanapun, perlu diingat bahwa setinggi-tinggi kemampuan seseorang tentu terselip batas-batas kekurangan sebagai manusia. Kelemahan yang lain adalah bahwa meskipun pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat, namun kecepatan tersebut dapat menjadi celah kelemahan bagi kurangnya pertimbangan yang mengakibatkan keputusan menjadi tidak tepat. terakhir, tanggung jawab kesalahanpengambilan keputusan menjadi beban individu yang bisa menjadi tekanan tersendiri. Demikian halnya keputusan yang dibuat oleh kelompok, juga memiliki plus minus. Sisi plusnya adalah keputusan yang dibuat oleh kelompok cenderung merupakan hasil pemikiran beberapa orang yang salig melengkapi.. Kesalahan dalam pengambilan keputusan menjadi beban bersama. Pengambilan keputusan berkelompok dapat menjadi sarana pemberian kesempatan pada setiap anggota organisasi untuk berpendapat, , melatih disilin kelompok melalui tekanan masyarakat untuk berkeputusan, serta memupuk kerjasama kelompok dalam memecahkan masalah. Sedang sisi minus atau kelemahannya adalah pengambilan keputusan membuka kemungkinan pertentangan pendapat yang berakibat pada waktu pengambilan keputusan yang berlarut-larut dan kemungkinan terjadinya saling lempar tanggung jawab bila terjadi keslahan. Pengambilan keputusan kelompok juga dapat membatasi keinginan individu. dengan demikian inividu menjadi termanipulasi oleh kelompok. Selebihnya pada pengambilan keputusan kelompok membuat pimpinan kurang leluasa mengemukakan ide dan kurang mendapat kesempatan untuk memperoleh dan mengakomodasi saran dari para konsultan. Terlepas ari apakah pembuatan keputusan dilakukan oleh individu atau sekelompok orang, pada prinsipnya ada setidaknya tiga kekuatan yang senantiasa berusaha mempengaruhi suatu keputusan. Tiga kekuatan tersebut adalah dinamika individu dalam oragnisasi, dinamika kelompok orang dalam organisasi dan dinamika lingkungan organisasi. Untuk dapat mengambil keputusan diantara tiga kekuatan tersebut, diperlukan kemampuan yang dapat mengakomodasi perubahan (dinamika) ketiga kekuatan tersebut. Lebih jauh, pengambilan keputusan harus berdampak pada terjadinya perubahan pada tiga kekuatan tersebut., baik dari segi tujuan, kebijakan, kegiatan maupun sarana yang digunakan. Setiap orang dalam organisasi dapat dilihat sebagai sosok yang memiliki kepribadian ganda dalam artian satu sisi kepribadian individu dan sisi lain adalah kepribadian kelompok yang timbul karena inividu tersebut hidup dalam kelompok. Idealnya, kepribadian yang gana tersebut dapat menyatu menjadi kepribadian tunggal dimana tujuan pribadi sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi. Hal lain, lingkungan juga perlu mendapat perhatian karena antara organisasi dan lingkungan memiliki hubungan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, tindakan atau keputusan organisasi perlu mempertimbangkan suasana lingkungan. bagaimanapun suatu keputusan merupakan awal mata rantai dari rangkaian kegiatan selanjutnya. (Hendra Poerwanto G). Kegiatan pengambilan keputusan pada prinsipnya meliputi setidaknya empat aktivitas, Aktivitas yang pertama adalah kegiatan inteligensi. Kegiatan inteligensia di sini merupakan kegiatan mengamati lingkungan untuk kepentingan membuat keputusan. Kedua, kegiatan perancangan. Kegiatan menemukan, mngembangkan dan analisis berbagai kemungkinan tindakan dalam rangka pembuatan keputusan. Ketiga, kegiatan pemilihan, yaitu kgiatan memilih atau menentukan tindakan tertentu dari berbagai alternatif tindakan yang dapat diambil. Terakhir, keempat, kegiatan peninjauan. Tindakan yang telah dipilih kemudian dilaksanakan dan dievaluasi Bila proses pengambilan keputusan dianalisis, maka analisis tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dengan analisis proses kebijakan. Ini karena komponen proses kebijakan juga merupakan komponen proses pengambilan keputusan yang meliputi (1) masalah kebijakan, (2) alternatif kebijakan, (3) tindakan kebijakan, (4) hasil kebijakan, dan (5) pola pelaksanaan kebijakan. Antar komponen tersebut secara berurutan saling terkait dan terhubung oleh metode. Misalnya komponen (1) dan komponen (2) terhubung oleh metode prakiraan. Artinya untuk menyelesaikan komponen (1) diperlukan metode prakiraan yang menghasilkan berbagai alternatif kebijakan. Dari komponen (2) menuju komponen (3) diperlukan metode rekomendasi untuk memilih salah satu dari berbagai alternatif kebijakan. Selanjutnya dari komponen (3) ke komponen (4) diperlukan metode monitoring untuk memantau hasil dari kebijakan yang dipilih. Terakhir dari komponen (4) ke komponen (5) atau kembali ke komponen (2) diperlukan metode evaluasi. Bila evaluasi menunjukkan bahwa hasil pelaksanaan kebijakan baik, maka komponen (5) merupakan kesimpulan untuk menjadi pegangan di saat mengalami masalah serupa. DAFTAR PUSTAKA
Adair, John.2007.Decision Making dan Problem Solving Strategies.
London: Kogan Page. Anoraga,P.2001.Psikologi Kepemimpinan,Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Depdiknas R.I.2002.Proses Pengambilan Keputusan.Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertamam. Hikmat.2009. Manajemen Pendidikan,Bandung: Pustaka Setia Koontz.1998.Manajemen.terj.Tim DosenFakultas EkonomiUniversitas Indonesia Jakarta: Erlangga. Kusnadi,dkk.2005.Pengantar Manajemen: Konsepsual & Perilaku, (Malang: Unibraw, 2005). Siagian, P. Sondang.2008,Filsafat Administrasi.Jakarta: Bumi Aksara Steiner, A. George.2010.Kebijakan Strategi Manajemen, terj. Tim Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, (Jakarta: Erlangga, Sunarto.2004. Perilaku Organisasi.Yogyakarta: Amus.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti