Anda di halaman 1dari 16

JURNAL MENATA Volume 3, No.

2, Juli-Desember 2020

MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Oleh:
Alwizra1, Amul Husni Fadlan, M.A,2 dan M. Eko Kurniawan3
alwiael326@gmail.com
amulhf@gmail.com

Abstrak

Pengambilan keputusan merupakan proses pemecahan masalah


dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan
suatu tindakan dimasa depan. Pengambilan keputusan merupakan
sikap yang hati-hati dalam bertindak untuk menentukan sebuah pilihan
dari beberapa alternatif. Pengambilan keputusan adalah proses
berfikir dan bertindak yang meliputi semua aktifitas pemecahan
masalah, diantaranya; (1) Menentukan tujuan yang akan dicapai, (2)
Mengidentifikasi persoalan, (3) Mengembangkan berbagai alternatif
solusi, (4) Mengevaluasi alternatif, (5) Memilih alternatif yang baik, (6)
Melaksanakan keputusan, dan (7) Mengevaluasi hasil keputusan yang
telah menjadi kebijakan.

Kata Kunci: Keputusan, Langkah Solutif

A. PENDAHULUAN

Sebuah organisasi adalah wadah bagi beroperasinya manajemen.


Disini manajemen menjadi salah satu subsistim dari sistim organisasi.
Manajemen menjadi tekhnik atau alat yang dapat menggerakkan organisasi
menuju tercapainya tujuan yang diinginkan. Dalam konteks tugas menejer,
pengambilan keputusan merupakan salah satu peran menejer.
Dalam menentukan tindakan manajerial, seorang pemimpin dituntut
untuk berani mengambil keputusan, baik atas dasar pertimbangan individu
dengan kewenangannya sebagai pemimpin, maupun dengan keputusan dari
hasil musyawarah dengan memperhatikan pemikiran, perasaan atau masukan
dari anggota organisasi. Pengambilan keputusan dalam fungsi manajemen itu

1
Dosen Manajemen Pendidikan Islam STAI-YAPTIP Pasaman Barat
2
Dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini STAI-YAPTIP Pasaman Barat
3
Mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam STAI-YAPTIP Pasaman Barat

96
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

meliputi beberapa hal; (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3)


Penggerakan, dan, (4) Pengawasan.
Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun fungsi
manajemen yang dapat dilaksanakan tanpa melalui proses pembuatan
keputusan, karena keputusan merupakan pangkal tolak dari seluruh kegiatan
yang dilakukan oleh manajemen organisasi.
Proses keputusan berlansung dan berfungsi baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan maupun dalam pengawasan. Pengambilan
keputusan tidak hanya bersifat substantif untuk menyusun rencana-rencana
strategis, tetapi juga dalam menangani pelaksanaan tugas-tugas operasional
serta mengatasi masalah (penyimpangan dari rencana) yang dihadapi para
menejer dan personil dalam setiap organisasi.
Pengendalian manajemen merupakan proses dengan mana para
manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk
mengimplementasikan strategi organisasi. Pengendalian manajemen terdiri
atas berbagai kegiatan, seperti; (1) mengkoordinasikan, (2)
mengkomunikasikan, (3) mengevaluasi, (4) memutuskan/mengambil
keputusan, (5) dan mempengaruhi orang lain.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Menurut Robbins (1984) mendefenisikan pengambilan keputusan
sebagai berikut; “Decision making is process in wich one chooses
between two or more alternative”.4 Berdasarkan defenisi diatas dapat
dipahami pengambilan keputusan adalah proses memilih dua alternatif
atau lebih. Pilihan yang ditetapkan didasarkan pada pertimbangan rasional
yang memiliki keutamaan lebih banyak bagi organisasi dari pada
alternatif lainnya.
Selanjutnya, Sutisna (1985) menjelaskan pengambilan keputusan
merupakan memilih tindakan tertentu antara sejumlah tindakan alternatif

4
Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005),
h. 46

97
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

yang mungkin. Demikian pula Drummond (1995) berpendapat bahwa


pengambilan keputusan merupakan usaha penciptaan kejadian-kejadian
dan pembentukan masa depan. Sejalan dengan pendapat di atas Mondy
dan Premeaux (1995) menjelaskan; “Decision making is the process of
generating and evaluating alternatives and making choises among them”.
Pendapat ini menjelaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan
proses dimana ada sejumlah langkah yang harus dilakukan dan
pengevaluasian alternatif untuk membuat putusan dari semua alternatif
yang ada. 5
Defenisi lain tentang pengambilan keputusan (dicision making)
dari berbagai ahli, Terry mengartikan pengertian pengambilan keputusan
sebagai pemilihan alternatif prilaku dari dua alternatif atau lebih. Siagian
mengungkapkan bahwa hakikat pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistimatis terhadap suatu masalah, fakta-fakta dan data,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat. Selanjutnya, menurut Mckeachie (1986), pengambilan keputusan
adalah pertimbangan beberapa tujuan dan pengukuran atas kemungkinan
keberhasilan dari beberapa alternatif yang diketahui. William Biddle
menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan selection of
proposed action to solve the problem, yaitu suatu pilihan dari tindakan
yang ditawarkan untuk memecahkan persoalan. Pengambilan keputusan
sesungguhnya merupakan pembuatan pilihan atas dua atau lebih alternatif
yang ada. Hal ini dilakukan sebagai reaksi terhadap suatu masalah yang
dihadapi.6
Dari defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengambilan keputusan ialah proses pemecahan masalah dengan
menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu
tindakan dalam rangka menyelesaikan masalah yang dihadapi.
5
Ibid., h. 149
6
Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan, (Jokjakarta, Ar-Ruzz
Media, 2012), h. 322

98
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

Pengambilan keputusan merupakan fungsi terpenting dari penggerakan


(actuating), bahkan dikatakan inti dari organisasi adalah kepemimpinan,
dan inti dari kepemimpinan adalah keberanian dalam mengambil
keputusan (dicision making). Karena begitu pentingnya pengambilan
keputusan, kemampuan ini harus dikembangkan oleh seorang pemimpin.

2. Sistim Pengambilan Keputusan

Menyediakan alternatif bukanlah suatu tindakan yang mudah.


Umumnya manajer yang akan mengambil suatu keputusan selalu
berpaling kepada pengalamannya dan menyediakan tindakan alternatif
dari pengalamannya masa lampau. Langkah seperti ini kurang bijaksana
mengingat pesatnya kemajuan-kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga pengalaman masa lampau belum tentu selalu akan
berhasil. Suatu tindakan alternatif dapat disusun berdasarkan pengalaman
lampau dan pemikiran-pemikiran yang baru. Itulah sebabnya setiap
manejer harus mengembangkan pengetahuannya didalam bidang
manajemen sepanjang masa. Perlu juga dijelaskan disini bahwa tindakan
alternatif bukanlah suatu pertimbangan antara bertindak atau tidak.7
Dalam perspektif pengambilan keputusan dipahami sebagai upaya
menetapkan satu pilihan dari berbagai pilihan-pilihan untuk melakukan
suatu tindakan dimasa depan. Pengambilan keputusan merupakan sikap
yang hati-hati dalam bertindak untuk menentukan sebuah pilihan dari
beberapa alternatif. Pengambilan keputusan adalah proses berfikir yang
meliputi semua aktifitas pemecahan masalah.
Dalam Immegart dan Pilecki (1972) dikemukan bagan sistem
aktivitas pengambilan keputusan dalam organisasi sekolah, sebagai
berikut:
Sub sistem “A” Sub sistem “B” Sub sistem “C”
Masukan Keluaran

Situasi Solusi
7
Bennett
masalah Silalahi, Manajemen Integratif, (Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
masalah
LPMI, 2001), Edisi V, h. 59

99
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

mengumpulkan analisis data dan pemilihan


data yang pengajuan keputusan
berhubungan alternatif diantara alternatif
dengan masalah

Tabel di atas menjelaskan subsistem yang melingkari sistim


aktivitas seperti pengambilan keputusan. Setiap dari proses subsistem
dalam kenyataannya merupakan realitas dari input (masukan) dan output
(keluaran) dalam sistem tersebut. Situasi masalah atau masalah yang ada
menjadi input (masukan) kepada subsistem pengumpulan data yang
berhubungan dengan masalah kemudian menjadi masukan kepada
subsistem analisis data dan selanjutnya menjadi masukan kepada
subsistem pemilihan keputusan diantara berbagai alternatif sehingga
muncul keluaran berupa alternatif solusi masalah.

3. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan

Berdasarkan kajian dan pengamatan para ahli manajemen, telah


disimpulkan bahwa ada lima cara untuk mengambil keputusan yang baik.
Tetapi setiap cara dapat dikatan baik hanya jika cara itu sesuai dengan
situasi pada waktu itu. Adapun cara-cara dimaksud adalah sebagai
berikut:8
a. Otokrasi
Manajer mengambil keputusan hanya berdasarkan
informasi yang ada padanya. Dia tidak berkonsultasi dengan siapa
pun.
b. Semi otokrasi
Manajer meminta keterangan dari beberapa bawahannya,
dan mengambil kesimpulan berdasarkan keterangan-keterangan
yang diperolehnya.
c. Semi konsultatif

8
Ibid., h. 62-63

100
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

Manajer memberitahukan masalah yang sedang dihadapi


dengan beberapa bawahan satu demi satu. Pendapat para bawahan
diminta, tetapi keputusan yang diambil tidak harus mencerminkan
pandangan atau sasaran dari bawahan.
d. Konsultatif
Manajemen memanggil para bawahannya dan mengadakan
suatu musyawarah dengan mereka tentang masalah yang sekarang
dihadapi. Kemudian dia mengambil keputusan berdasarkan hasil
musyawarah ini. Dale Carnegie (1995) mengatakan Bukanlah
penilaian yang buruk kalau anda mencoba memaksakan pendapat-
pendapat anda ke tenggorokan orang lain. Bukankah lebih
bijaksana jika anda membuat saran-saran dan membiarkan orang
lain memikirkan kesimpulannya. 9
e. Demokrasi
Manajemen dan bawahan bersama-sama menilai masalah yang
sedang dihadapi. Kemudian mereka mengambil sebuah keputusan
secara bersama. Manajer tidak mempengaruhi bawahannya dalam
musyawarah ini. Keputusan yang telah diambil akan dilaksanakan
bersama dan segala konsekwensinya akan ditanggung secara
bersama pula.
Dalam membuat keputusan setiap manajer tentunya ingin mencari
situasi yang ideal dimana informasi sudah lengkap dan masalahnya telah
matang. Namun dalam realita sehari-hari situasi ideal ini jarang tampak.
Colin Powel mengatakan bahwa setiap pemimpin harus selalu mampu
membuat keputusan dalam situasi yang serba terbatas. Ia bahkan
memberikan formula matematis; kalau anda merasa sudah mendapat
antara 40-70% informasi yang diperlukan, ambillah keputusan itu, dan
gunakan naluri anda. Pemimpin yang mempunyai kebiasaan menunda-

9
Dale Carnegie, How to Win Friends and Influence People, Bagaimana Mencari Kawan
dan Mempengaruhi Orang Lain, Jakarta: Binarupa Aksara 1995, Diterjemahkan ke Bahasa
Indonesia, h. 294

101
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

nunda keputusan karena menunggu informasi lengkap, hanya akan


memperbesar resiko kegagalan terhadap masalah ditangan.10
Setiap manajer perlu memahami langkah-langkah pengambilan
keputusan sebagaimana dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux (1995),
terdapat lima langkah, antara lain: 11
a. Mengidentifikasi masalah atau peluang
Mempelajari atau mengenali masalah apa saja masalah
yang menghadapi atau peluang apa sajakah yang harus ditangkap
oleh organisasi dalam meningkatkan perannya dimasa depan.
Karena itu, faktor yang menyebabkan munculnya masalah atau
faktor-faktor yang menjadi peluang harus diidentifikasi
sedemikian rupa melalui analisis rasional dan sistimatis.
b. Membuat alternatif-alternatif
Membuat sejumlah alternatif yang diperkirakan akan dapat
menjadi jawaban dalam pemecahan masalah adalah sangat
penting. Sebab berbagai alternatif yang dibuat akan dapat dipilih
alternatif yang paling menguntungkan dalam pemecahan masalah
yang dihadapi. Demikian pula berbagai alternatif peluang bagi
yang membuat keputusan menyangkut masa depan organisasi
agar diketahui peluang yang lebih baik untuk memajukan
organisasi.
c. Mengevaluasi alternatif
Menilai keuntungan dan kerugian, atau kekuatan dan
kelemahan dari masing-masing alternatif di dalam memecahkan
masalah dan menjawab peluang yang ada merupakan langkah
yang akan menentukan pilihan.
d. Memiliki dan mengimplementasikan alternatif
Adapun tindakan memilih alternatif terbaik dari sejumlah
alternatif yang diajukan dalam mendukung keberhasilan dalam
10
Dino Patti Djalal, Harus Bisa, Seni Memimpin Ala SBY, Jilid 1, (Catatan Harian Dr.
Dino Patti Djalal)
11
Op.cit., Syafruddin h. 53

102
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

pemecahkan masalah dan menjawab peluang yang ada dalam


organisasi merupakan langkah ke empat. Pemilihan alternatif itu
sekaligus menetapkannya untuk dilaksanakan sebagai keputusan
yang diambil.
e. Mengevaluasi alternatif
Keputusan yang telah ditetapkan dan telah dilaksanakan
hendaklah dievaluasi apakah telah mencapai tujuan yang
diinginkan atau belum. Jika belum, maka tindakan harus
diperbaiki dengan melihat alternatif-alternatif yang diajukan.
Tahap pengambilan keputusan menurut beberapa ahli. Robbin
memberikan enam langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu
menetapakan masalah, mengidentifikasi kriteria keputusan, mengalokasi
bobot pada kriteria, mengembangkan alternatif, evaluasi alternatif, dan
memilih alternatif terbaik. Gibson, dkk (1997) meggambarkan proses
pengambilan keputusan yang sebagaimana pada skema berikut:12

12
Op.cit., Didin Kurniadin dan Imam Machali, h. 325

103
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

Mengidentifikasi Masalah

Revisi
Mengembangkan

Menilai Alternatif

Revisi

Kondisi Pasti Kondisi Beresiko Kondisi tidak Pasti

Menilai Alternatif

Revisi
Menilai Alternatif

Menilai Alternatif

Berdasarkan beberapa teori proses pengambilan keputusan yang


telah dikemukan, Gitosudarmo dan Sudita (1997) merangkumnya dalam
proses yang lebih rinci, sebagai berikut:
a. Menentukan tujuan. Penetapan tujuan dan sasaran secara
memadai akan menentukan hasil yang akan dicapai
b. Mengidentifikasi persoalan. Sebuah syarat yang perlu bagi
keputusan adalah persoalan. Proses pengambilan keputusan
umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi
c. Mengembangkan berbagai alternatif solusi. Sebelum mengambil
keputusan harus dikembangkan beberapa alternatif solusi yang
dapat dilaksanakan dan harus dipertimbangkan konsekuensinya
d. Mengevaluasi alternatif. Setelah alternatif dikembangkan,
alternatif harus dievaluasi dan dibandingkan

104
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

e. Memilih alternatif. Alternatif yang baik adalah dalam


hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai
f. Melaksanakan keputusan. Jika salah satu alternatif yang terbaik
telah dipilih, keputusan tersebut harus ditetapkan.
g. Evaluasi. Mekanisme sistim evaluasi perlu dilakukan agar apa
yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisasi.
Evaluasi didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pengambilan keputusan diawali ketika seseorang berada
dalam situasi pengambilan keputusan. Penanganan yang tepat terhadap
situasi pengambilan keputusan juga akan menentukan keberhasilan
pengambilan keputusan. Situasi pengambilan keputusan menjadi muncul
dalam diri seseorang ketika ia dihadapkan dengan permasalahan dan
beberapa alternatif atau pilihan sebagai jawaban dari permasalahannya.
Selanjutnya dari beberapa alternatif tersebut, ia mulai mempertimbangkan,
berpikir, menaksir, memprediksi dan menentukan pilihan. Tahap
menentukan pilihan dari alternatif yang ada merupakan tahap terpenting
dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam proses penentuan pilihan bisa terasa sulit bisa juga terasa
mudah. Dijelaskan oleh Muhaimin, dkk bahwa pengambilan keputusan
bergantung atas keterlibatan yang dilakukan sebelum melakukan pilihan.
Keterlibatan ini oleh Kotler dan Andreasen dibagi menjadi dua, yaitu
keterlibatan tingkat tinggi dan keterlibatan tingkat rendah. Keterlibatan ini
dapat mempengaruhi jumlah pertimbangan yang dilakukan oleh pembuat
keputusan. Keterlibatan tinggi terjadi apa bila keputusan diakukan untuk
yang pertama kalinya, resiko yang tinggi, tekanan dari kelompok luar yang
kuat. Jadi, keterlibatan tinggi ini dapat beransur-ansur melemah (rendah)
jika keputusan itu sudah sering dibuat.13

13
Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan, Cet.Ke-3 (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2009), h. 113

105
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

4. Jenis-jenis dan Ciri-ciri Keputusan yang Baik

Secara umum, keputusan dibagi kepada dua jenis, diantaranya:


a. Keputusan strategis
Setiap organisasi melahirkan berbagai kebijakan atau
keputusan organisasi. Kebijakan dan arah organisasi merupakan
keputusan strategis. Kebiajakan menyita banyak perhatian terutama
bagi para manajer puncak karena pengaruhnya sangat besar
terhadap pertumbuhan dan kelansungan hidup organisasi.
b. Keputusan operasional
Adapun keputusan organisasional menyangkut pengelolaan
organisasi sehari-hari. Keputusan operasional sangat menentukan
efektifitas keptusan strategis yang diambil oleh para manajer
puncak.
Pengambilan keputusan yang baik memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Setiap keputusan yang diambil dikomunikasikan dengan jelas
kepada orang yang terkena keputusan
b. Dalam sekolah, kepala sekolah, staf dan personil lainnya
berpartisipasi penuh dalam proses pembuatan keputusan
c. Keputusan yang dibuat tidak kaku, harus rasional, dan mudah
diimlementasikan
d. Keputusan yang diambil harus diiukuti dengan realisasi yang jelas
e. Keputusan yang telah diambil dan dirasa tidak cocok lagi, tidak
dipaksanakan untuk dilaksanakan, tetapi harus dibuat keputusan
pengganti.
Demikianlah ciri-ciri keputusan yang baik, hal penting ini perlu
diperhatikan oleh para pemimpin lembaga pendidikan Islam dalam
menjalankan roda organisasi, agar keputusan-keputusan yang diambilnya
benar-benar produktif dan pada akhirnya dapat mengantarkan pada
keberhasilan serta kemajuan pendidikan yang dipimpin.

106
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

5. Gaya Pengambilan Keputusan

Gaya pengambilan keputusan adalah cara atau respons yang


dilakukan seseorang dalam rangka pengambilan keputusan. Dalam
pengertian lain, gaya pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang
dilakukan seseorang didalam membuat keputusan-keputusan, baik untuk
dirinya, orang lain, maupun organisasi. Menurut Didin Kurniadin dan
Imam Machali14, terdapat dua gaya pengambilan keputusan, yaitu gaya
rasional dan gaya intuitif.
a. Gaya Rasional
Gaya pengambilan keputusan rasional ini bercirikan adanya
kepastian berdasarkan pada hal-hal yang rasional, eksak, dan
masuk akal, kemampuan yang tinggi dalam perencanaan,
kepercayaan yang tinggi, cendrung menyelesaikan tugas dengan
kontrol yang tinggi.
Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa gaya pengambilan
keputusan rasional cendrung berusaha untuk merumuskan
pengambilan keputusan dengan banyak menitik beratkan pada
penalaran rasional. Hal-hal yang tidak masuk akal dan berkaitan
dengan emosi, perasaan, maupun fantasi tidak begitu dihiraukan.
Akan tetapi, hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan yang
matang, perhitungan cermat, prediksi yang masuk akal, dan
pemikiran yang rasional tanpak menonjol dalam individu dengan
gaya pengambilan keputusan rasional ini.
Gaya pengambilan keputusan rasional menitik beratkan
pada penalaran yang sistimatis, terarah dan amsuk akal. Robbin
(1996) menyatakan secara sosial gaya pengambilan keputusan yang
rasional ini lebih banyak diterima dibandingkan yang lain, apa lagi
dimasyarakat maju menaruh perhatian pada hal-hal yang rasional.

14
Op.cit., Didin Kurniadin dan Imam Machali, h 329

107
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

b. Gaya Intuitif
Gaya pengambilan keputusan intuitif ini lebih
mengutamakan perasaan, kesadaran emosional, fantasi, dan
kadang-kadang bersifat impulsif (cepat mengambil keputusan).
Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses tak sadar yang
diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Dalam hal ini,
tidak berarti analisis rasional sama sekali tidak berjalan, lebih
tepatnya antara faktor emosional, fantasi, dan rasional saling
melengkapi. Hanya saja aspek emosional lebih dominan.
Robbin (1996) dikutip Didin Kurniadin dan Imam Machali,
mengidentifikasikan ada delapan kondisi yang memungkinkan
orang menggunakan pengambilan keputusan intuitif, antara lain:15
1) Bila ada ketidak pastian dalam tingkat yang tinggi
2) Bila hanya ada sedikit precedent untuk diikuti
3) Bila hal-hal yang dihadapi kurang dapat diramalkan secara
ilmiah
4) Bila fakta-fakta yang terkait terbatas
5) Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan untuk
diikuti
6) Bila data analisis kurang berguna
7) Bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal
untuk dipilih dari antaranya dengan argumen yang baik
untuk masing-masing
8) Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera
mengambil keputusan yang cepat.
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi bersifat
subjektif. Innerfeeling yang bersifat subjektif ini mudah terkena
sugesti, pengaruh luar, rasa lebih suka yang satu dari pada yang
lain (preferences) dan faktor kejiwaan lainnya.

15
Op.cit., Didin Kurniadin dan Imam Machali, h. 330

108
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, terdapat empat


gaya yang akan ditampilkan pemimpin ketika berkomunikasi
dengan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, yakni
telling style, selling style, participating style, dan delegating style.
Efektif tidaknya gaya kepemimpinan tersebut tergantung pada
sejauh mana gaya kepemimpinan tersebut beradaptasi dengan
kematangan (maturuty), bawahan. Secara garis besar konsep yang
dikemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard adalah
sebagai berikut:16
a. Telling Style. Prilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan
rendah dukungan. Gaya ini mempunyai kemungkinan
efektif paling tinggi jika diadaptasikan kepada bawahan
yang kematangannya relatif rendah.
b. Selling Style. Prilaku pimpinan yang tinggi pengarahan dan
tinggi dukungan. Gaya ini mempunyai kemungkinan paling
tinggi jika diadaptasikan kepada bawahan yang
kematangannya relatif sedang.
c. Participating Style. Prilaku pimpinan yang tinggidunkungan
dan rendah pengarahan. Gaya ini mempunyai kemungkinan
efektif paling tinggi jika diadaptasikan kepada bawahan
yang kematangannya relatif sedang.
d. Delegating Style. Prilaku pimpinan yang rendah dukungan
dan rendah pengawasan. Gaya ini mempunyai kemungkinan
efektif paling tinggi jika diadaptasikan kepada bawahan
yang mempunyai kematangan relatif tinggi.
Untuk mencapai keberhasilan tingkat tinggi diperlukan
dukungan dan kerja sama orang lain. Dan untuk mendapatkan
dukungan serta kerja sama orang lain ini diperlukan kemampuan
memimpin. Keberhasilan dan kemampuan memimpin orang lain
yaitu; membuat mereka mengerjakan hal-hal yang tidak akan

16
Op.cit., Didin Kurniadin dan Imam Machali, h. 331

109
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

mereka kerjakan seandainya mereka tidak dipimpin berjalan


berdampingan.17

C. PENUTUP

Pengambilan keputusan merupakan tindakan yang dilakukan oleh


seorang manajer dalam menetapkan alternatif-alternatif solusi permasalah
organisasi/lembaga, kemudian menetapkan satu diantara banyak alternatif
sebagai solusi yang dianggap tepat. Penetapan sebuah keputusan oleh seorang
manajer dilakukan dengan proses yang terstruktur dan terarah, serta penuh
pertimbangan.
Pengambilan keputusan adalah dalam rangka mengambil langkah
solutif dalam menyelesaikan perkara atau menetapkan kebijakan, dimana
kebijakan tersebut memiliki pengaruh jangka panjang, untuk seluruh orang
yang terlibat dengan hasil keputusan yang ditetapkan. Oleh karena itu,
keputusan yang baik adalah keputusan yang melibatkan pemangku
kepentingan dalam proses penetapannya.
Kualitas seorang pemimpin dapat dilihat dari cara seorang
pemimpinan dalam memutuskan suatu perkara. Langkah-langkah yang
diambil seorang pemimpin membutuhkan pengalaman yang cukup, sehingga
setiap kebijakan yang ditetapkan telah melalui proses yang terstruktur dan
terukur. Sehingga melahirkan keputusan yang arif lagi bijaksana.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Baharuddin dan Makin, Moh, Manajemen Pendidikan Islam, Malang: UIN Maliki
Press, 2010.

17
David J. Schwartz, The Magic of Thinking Big, Berpikir dan Berjiwa Besar, Jakarta: Binarupa
Aksara, 1996, Alih Bahasa ke Indonesia, h. 380

110
JURNAL MENATA Volume 3, No. 2, Juli-Desember 2020

Carnegie, Dale, How to Win Friends and Influence People, Bagaimana Mencari
Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain, Jakarta: Binarupa Aksara 1995,
Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia
Didin, Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan, Jokjakarta, Ar-
Ruzz Media, 2012.
Fahmi, Irham. Manajemen Pengambilan Keputusan. Bandung: Alfabeta, 2013.
J. Schwartz, David, The Magic of Thinking Big, Berpikir dan Berjiwa Besar,
Jakarta: Binarupa Aksara, 1996, Alih Bahasa ke Indonesia
Karna, Husni, Manajemen Perubahan Sekolah, Bandung: PT. Pustaka Setia,
2015.
Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2009, Cet.Ke-3.
N. Antony, Robert dan Govindarajan, Vijay, Management Control, Sistem
Pengendalian manajemen, Jakarta, Salemba Empat, 2005, Diterjemahkan
ke dalam bahasa indonesia.
Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 2007.
O`Cannor, Carol, Kepemimpinan yang Sukses dalam Seminggu. Jakarta: Permata
Putri Media, 2014.

Silalahi, Bennett, Manajemen Integratif, Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen


LPMI, 2001 Edisi V.
Siswanto, Bedjo. Manajemen Modern Konsep dan Aplikasi. Bandung: Sinar Baru,
1990.
Solihin, ismail, Manajemen Strategik, Bandung: Erlangga, 2012.
Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ciputat Press,
2005.
Triono, Rachmad Agus, Pengambilan Keputusan Manajerial. Jakarta: Salemba
Empat, 2012.

111

Anda mungkin juga menyukai