Anda di halaman 1dari 11

Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah
Prilaku Organisasi Dan Kepemimpinan Pendidikan
Dosen pengampu: Dr. Lilik Utari, M.Hum.

Disusun oleh :
1. Ragil Utomo (214031003)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID
SURAKARTA 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah organisasi adalah wadah bagi beroperasinya manajemen. Disini
manajemen menjadi salah satu subsistim dari sistim organisasi.Manajemen menjadi
tekhnik atau alat yang dapat menggerakkan organisasi menuju tercapainya tujuan
yang diinginkan. Dalam konteks tugas menejer, pengambilan keputusan merupakan
salah satu peran menejer.
Dalam menentukan tindakan manajerial, seorang pemimpin dituntut untuk
berani mengambil keputusan, baik atas dasar pertimbangan individu dengan
kewenangannya sebagai pemimpin, maupun dengan keputusan dari hasil musyawarah
dengan memperhatikan pemikiran, perasaan atau masukan dari anggota organisasi.
Pengambilan keputusan dalam fungsi manajemen itu.
Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun fungsi manajemen
yang dapat dilaksanakan tanpa melalui proses pembuatan keputusan, karena
keputusan merupakan pangkal tolak dari seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen organisasi.
Proses keputusan berlansung dan berfungsi baik dalam perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan maupun dalam pengawasan. Pengambilan keputusan
tidak hanya bersifat substantif untuk menyusun rencana-rencana strategis, tetapi juga
dalam menangani pelaksanaan tugas-tugas operasional serta mengatasi masalah
(penyimpangan dari rencana) yang dihadapi para menejer dan personil dalam setiap
organisasi.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah pokok yang menjadi pembahasan untuk dibahas dalam makalah ini adalah
bagaimana Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi dilaksanakan dengan efektif.
Untuk terarahnya pembahasan makalah ini, maka masalah pokok tersebut di atas akan
dibahas dalam bentuk sub-sub masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pengambilan keputusan?
2. Bagaimana proses pengambilan keputusan?
3. Bagaimana gaya pengambilan keputusan yang efektif dalam organisasi?

C. Tujuan Pembahasan
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dalam makalah
ini diarahkan pada beberapa tujuan, yaitu:
1. Mengetahui pengertian pengambilan keputusan
2. Mengetahui proses pengambilan keputusan
3. Mengatahui gaya pengambilan keputusan yang efektif dalam organisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengambilan Keputusan


Pemimpin adalah individu yang memimpin, dan kepemimpinan merupakan
sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan ialah
kemampuan untuk mempengaruhi manusia dalam melakukan dan tidak melakukan
sesuatu.
Menurut Robbins (1984) mendefenisikan pengambilan keputusan sebagai
berikut; “Pengambilan keputusan adalah proses di mana seseorang memilih
antara dua atau lebih alternatif”. Berdasarkan defenisi diatas dapat dipahami
pengambilan keputusan adalah proses memilih dua alternative atau lebih. Pilihan
yang ditetapkan didasarkan pada pertimbangan rasional yang memiliki keutamaan
lebih banyak bagi organisasi dari pada alternatif lainnya.
Selanjutnya, Sutisna (1985) menjelaskan pengambilan keputusan merupakan
memilih tindakan tertentu antara sejumlah tindakan alternatif yang mungkin. Defenisi
lain tentang pengambilan keputusan (dicision making) dari berbagai ahli, Terry
mengartikan pengertian pengambilan keputusan sebagai pemilihan alternatif prilaku
dari dua alternatif atau lebih. Siagian mengungkapkan bahwa hakikat pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan sistimatis terhadap suatu masalah, fakta-fakta dan
data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Selanjutnya, menurut Mckeachie (1986), pengambilan keputusan adalah
pertimbangan beberapa tujuan dan pengukuran atas kemungkinan keberhasilan dari
beberapa alternatif yang diketahui. William Biddle menyatakan bahwa pengambilan
keputusan merupakan selection of proposed action to solve the problem, yaitu suatu
pilihan dari tindakan yang ditawarkan untuk memecahkan persoalan. Pengambilan
keputusan sesungguhnya merupakan pembuatan pilihan atas dua atau lebih alternative
yang ada. Hal ini dilakukan sebagai reaksi terhadap suatu masalah yang dihadapi
Dari defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan
ialah proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif
untuk menetapkan suatu tindakan dalam rangka menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

3
B. Proses Pengambilan Keputusan

Menyediakan alternatif bukanlah suatu tindakan yang mudah. Umumnya


manajer yang akan mengambil suatu keputusan selalu berpaling kepada
pengalamannya dan menyediakan tindakan alternative dari pengalamannya masa
lampau. Langkah seperti ini kurang bijaksana mengingat pesatnya kemajuan-
kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga pengalaman masa
lampau belum tentu selalu akan berhasil. Suatu tindakan alternatif dapat disusun
berdasarkan pengalaman lampau dan pemikiran-pemikiran yang baru. Itulah
sebabnya setiap manejer harus mengembangkan pengetahuannya didalam bidang
manajemen sepanjang masa. Perlu juga dijelaskan disini bahwa tindakan alternatif
bukanlah suatu pertimbangan antara bertindak atau tidak
Setiap manajer perlu memahami langkah-langkah pengambilan keputusan
sebagaimana dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux (1995), terdapat lima langkah,
antara lain:
a. Mengidentifikasi masalah atau peluang Mempelajari atau mengenali masalah apa
saja masalah yang menghadapi atau peluang apa sajakah yang harus ditangkap
oleh organisasi dalam meningkatkan perannya dimasa depan. Karena itu, faktor
yang menyebabkan munculnya masalah atau faktor-faktor yang menjadi peluang
harus diidentifikasi sedemikian rupa melalui analisis rasional dan sistimatis.
b. Membuat sejumlah alternatif yang diperkirakan akan dapat menjadi jawaban
dalam pemecahan masalah adalah sangat penting. Sebab berbagai alternatif yang
dibuat akan dapat dipilih alternatif yang paling menguntungkan dalam pemecahan
masalah yang dihadapi. Demikian pula berbagai alternatif peluang bagi yang
membuat keputusan menyangkut masa depan organisasi agar diketahui peluang
yang lebih baik untuk memajukan organisasi.
c. Mengevaluasi alternative Menilai keuntungan dan kerugian, atau kekuatan dan
kelemahan dari masing-masing alternatif di dalam memecahkan masalah dan
menjawab peluang yang ada merupakan langkah yang akan menentukan pilihan.
d. Memiliki dan mengimplementasikan alternative Adapun tindakan memilih
alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang diajukan dalam mendukung
keberhasilan dalam pemecahkan masalah dan menjawab peluang yang ada dalam
organisasi merupakan langkah ke empat. Pemilihan alternatif itu sekaligus
menetapkannya untuk dilaksanakan sebagai keputusan yang diambil.
e. Mengevaluasi alternative Keputusan yang telah ditetapkan dan telah dilaksanakan
hendaklah dievaluasi apakah telah mencapai tujuan yang diinginkan atau belum.
Jika belum, maka tindakan harus diperbaiki dengan melihat alternatif-alternatif
yang diajukan.
4
Tahap pengambilan keputusan menurut beberapa ahli. Robbin memberikan enam
langkah dalam proses pengambilan keputusan, yaitu menetapakan masalah,
mengidentifikasi kriteria keputusan, mengalokasi bobot pada kriteria,
mengembangkan alternatif, evaluasi alternatif, dan memilih alternatif terbaik.
Berdasarkan beberapa teori proses pengambilan keputusan yang telah
dikemukan, Gitosudarmo dan Sudita (1997) merangkumnya dalam proses yang
lebih rinci, sebagai berikut:
a) Menentukan tujuan. Penetapan tujuan dan sasaran secara memadai akan
menentukan hasil yang akan dicapai
b) Mengidentifikasi persoalan. Sebuah syarat yang perlu bagikeputusan adalah
persoalan. Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah
permasalahan diidentifikasi
c) Mengembangkan berbagai alternatif solusi. Sebelum mengambil keputusan
harus dikembangkan beberapa alternatif solusi yang dapat dilaksanakan dan
harus dipertimbangkan konsekuensinya
d) Mengevaluasi alternatif. Setelah alternatif dikembangkan, alternatif harus
dievaluasi dan dibandingkan Memilih alternatif. Alternatif yang baik adalah
dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak dicapai
e) Melaksanakan keputusan. Jika salah satu alternatif yang terbaik telah dipilih,
keputusan tersebut harus ditetapkan.
f) Evaluasi. Mekanisme sistim evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan
dari keputusan tersebut dapat terealisasi. Evaluasi didasarkan atas sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pengambilan keputusan diawali ketika seseorang berada dalam
situasi pengambilan keputusan. Penanganan yang tepat terhadap situasi
pengambilan keputusan juga akan menentukan keberhasilan pengambilan
keputusan. Situasi pengambilan keputusan menjadi muncul dalam diri
seseorang ketika ia dihadapkan dengan permasalahan dan beberapa alternatif
atau pilihan sebagai jawaban dari permasalahannya. Selanjutnya dari beberapa
alternatif tersebut, ia mulai mempertimbangkan, berpikir, menaksir,
memprediksi dan menentukan pilihan. Tahap menentukan pilihan dari
alternatif yang ada merupakan tahap terpenting dalam proses pengambilan
keputusan.
Dalam proses penentuan pilihan bisa terasa sulit bisa juga terasa
mudah. Dijelaskan oleh Muhaimin, dkk bahwa pengambilan keputusan
bergantung atas keterlibatan yang dilakukan sebelum melakukan pilihan.
Keterlibatan ini oleh Kotler dan Andreasen dibagi menjadi dua, yaitu
5
keterlibatan tingkat tinggi dan keterlibatan tingkat rendah. Keterlibatan ini
dapat mempengaruhi jumlah pertimbangan yang dilakukan oleh pembuat
keputusan. Keterlibatan tinggi terjadi apa bila keputusan diakukan untuk yang
pertama kalinya, resiko yang tinggi, tekanan dari kelompok luar yang kuat.
Jadi, keterlibatan tinggi ini dapat beransur-ansur melemah (rendah) jika
keputusan itu sudah sering dibuat.

C. Gaya Pengambilan Keputusan Yang Efektif Dalam Organisasi


Gaya pengambilan keputusan adalah cara atau respons yang dilakukan
seseorang dalam rangka pengambilan keputusan. Dalam pengertian lain, gaya
pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang dilakukan seseorang didalam
membuat keputusan-keputusan, baik untuk dirinya, orang lain, maupun
organisasi. Menurut Didin Kurniadin dan Imam Machali, terdapat dua gaya
pengambilan keputusan, yaitu gaya rasional dan gaya intuitif.(Alwizra et al.,
2020)
1. Gaya Rasional
Gaya pengambilan keputusan rasional ini bercirikan adanya kepastian
berdasarkan pada hal-hal yang rasional, eksak, dan masuk akal, kemampuan
yang tinggi dalam perencanaan, kepercayaan yang tinggi, cendrung
menyelesaikan tugas dengan kontrol yang tinggi.
Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa gaya pengambilan keputusan
rasional cendrung berusaha untuk merumuskan pengambilan keputusan dengan
banyak menitik beratkan pada penalaran rasional. Hal-hal yang tidak masuk
akal dan berkaitan dengan emosi, perasaan, maupun fantasi tidak begitu
dihiraukan. Akan tetapi, hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan yang
matang, perhitungan cermat, prediksi yang masuk akal, dan pemikiran yang
rasional tanpak menonjol dalam individu dengan gaya pengambilan keputusan
rasional ini.
Contoh kasus dalam penyelesaian masalah peningkatan potensi guru, model
pengambilan keputusan rasional pada dasarnya dilakukan dengan melalui
tahapan, yaitu: kepala sekolah melakukan identifikasi masalah dengan
menetapkan suatu masalah focus pada kualitas guru yang kurang professional.
Kemudian melakukan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
perencanaan yang lebih bersifat sistematis, sehigga diketahui kebutuhan yang
harus dilakukan, setelahnya kepala sekolah membuat beberapa alternative dan
memilih alternative yang paling tepat untuk di lakukan.
6
Gaya pengambilan keputusan rasional menitik beratkan pada penalaran
yang sistimatis, terarah dan amsuk akal. Robbin (1996) menyatakan secara
social gaya pengambilan keputusan yang rasional ini lebih banyak diterima
dibandingkan yang lain, apa lagi dimasyarakat maju menaruh perhatian pada
hal-hal yang rasional.
2. Gaya Intuitif
Gaya pengambilan keputusan intuitif ini lebih mengutamakan perasaan,
kesadaran emosional, fantasi, dan kadang-kadang bersifat impulsif (cepat
mengambil keputusan). Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses tak
sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Dalam hal ini,
tidak berarti analisis rasional sama sekali tidak berjalan, lebih tepatnya antara
faktor emosional, fantasi, dan rasional saling melengkapi. Hanya saja aspek
emosional lebih dominan
Robbin (1996) dikutip Didin Kurniadin dan Imam Machali,
mengidentifikasikan ada delapan kondisi yang memungkinkan orang
menggunakan pengambilan keputusan intuitif, antara lain:
1) Bila ada ketidak pastian dalam tingkat yang tinggi
2) Bila hanya ada sedikit precedent untuk diikuti
3) Bila hal-hal yang dihadapi kurang dapat diramalkan secara ilmiah
4) Bila fakta-fakta yang terkait terbatas
5) Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan untuk diikuti
6) Bila data analisis kurang berguna
7) Bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih dari
antaranya dengan argumen yang baik untuk masing-masing
8) Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera mengambil keputusan
yang cepat.
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi bersifat subjektif. Innerfeeling
yang bersifat subjektif ini mudah terkena sugesti, pengaruh luar, rasa lebih
suka yang satu dari pada yang lain (preferences) dan faktor kejiwaan lainnya.

Sebagai contoh kasus adalah ketika seorang kepala sekolah ketika


menghadapi perbedapatan dala sebuah rapat kerja yang tidak kunjung selesai,
maka sebagai kepala sekolah ia harus bisa segera menyelesaikan berdebatan
tersebut dengan memberikan kebijakan dengan berdasarkan pengalaman -
pengalamannya.
7
Berdasarkan kajian dan pengamatan para ahli manajemen, telah disimpulkan
bahwa ada lima cara untuk mengambil keputusan yang baik. Tetapi setiap cara dapat
dikatan baik hanya jika cara itu sesuai dengan situasi pada waktu itu. Adapun cara-
cara dimaksud adalah sebagai berikut:(Alwizra et al., 2020)
1. Otokrasi
Manajer mengambil keputusan hanya berdasarkan informasi yang ada padanya.
Dia tidak berkonsultasi dengan siapa pun.
2. Semi otokrasi
Manajer meminta keterangan dari beberapa bawahannya, dan mengambil
kesimpulan berdasarkan keterangan-keterangan yang diperolehnya.
3. Semi konsultatif
Manajer memberitahukan masalah yang sedang dihadapi dengan beberapa
bawahan satu demi satu. Pendapat para bawahan diminta, tetapi keputusan yang
diambil tidak harus mencerminkan pandangan atau sasaran dari bawahan.
4. Konsultatif
Manajemen memanggil para bawahannya dan mengadakan suatu musyawarah
dengan mereka tentang masalah yang sekarang dihadapi. Kemudian dia
mengambil keputusan berdasarkan hasil musyawarah ini. Dale Carnegie (1995)
mengatakan Bukanlah penilaian yang buruk kalau anda mencoba memaksakan
pendapatpendapat anda ke tenggorokan orang lain. Bukankah lebih bijaksana jika
anda membuat saran-saran dan membiarkan orang lain memikirkan
kesimpulannya.

5. Demokrasi
Manajemen dan bawahan bersama-sama menilai masalah yang sedang dihadapi.
Kemudian mereka mengambil sebuah keputusan secara bersama. Manajer tidak
mempengaruhi bawahannya dalam musyawarah ini. Keputusan yang telah diambil
akan dilaksanakan bersama dan segala konsekwensinya akan ditanggung secara
bersama pula.
Dalam membuat keputusan setiap manajer tentunya ingin mencari situasi
yang ideal dimana informasi sudah lengkap dan masalahnya telah matang. Namun
dalam realita sehari-hari situasi ideal ini jarang tampak. Colin Powel mengatakan
bahwa setiap pemimpin harus selalu mampu membuat keputusan dalam situasi yang
serba terbatas.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang
manajer dalam menetapkan alternatif-alternatif solusi permasalah organisasi/lembaga,
kemudian menetapkan satu diantara banyak alternative sebagai solusi yang dianggap
tepat. Penetapan sebuah keputusan oleh seorang manajer dilakukan dengan proses
yang terstruktur dan terarah, serta penuh pertimbangan.
Pengambilan keputusan adalah dalam rangka mengambil langkah solutif dalam
menyelesaikan perkara atau menetapkan kebijakan, dimana kebijakan tersebut
memiliki pengaruh jangka panjang, untuk seluruh orang yang terlibat dengan hasil
keputusan yang ditetapkan. Oleh karena itu, keputusan yang baik adalah keputusan
yang melibatkan pemangku kepentingan dalam proses penetapannya.
Kualitas seorang pemimpin dapat dilihat dari cara seorang pemimpinan dalam
memutuskan suatu perkara. Langkah-langkah yang diambil seorang pemimpin
membutuhkan pengalaman yang cukup, sehingga setiap kebijakan yang ditetapkan
telah melalui proses yang terstruktur dan terukur. Sehingga melahirkan keputusan
yang arif lagi bijaksana.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alwizra, Fadlan, A. H., & Kurniawan, M. E. (2020). Manajemen Pengambilan


Keputusan. Jurnal Menata, 3(2), 96–111.

Wahyudi. 2009. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembela jaran


(Learning Organization). CV. Alfabeta.

Syafruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press,


2005),
Alwizra, Fadlan, A. H., & Kurniawan, M. E. (2020). Manajemen Pengambilan
Keputusan. Jurnal Menata, 3(2), 96–111.

10

Anda mungkin juga menyukai