Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuatan keputusan bertujuan mengatasi atau memecahkan masalah
yang bersangkuatan sehingga usaha pencapaian tujuan yang dimaksud dapat
dilaksanakan secara baik dan efektif. Pengambilan keputusan dibutuhkan
ketika kita memiliki masalah yang harus diselesaikan dengan memuaskan.
Situasi masalah tersebut yang menjadi masukan pertama dalam sistem
pembuatan keputusan. Pembuatan keputusan dengan pengetahuan,
pengalaman, dan data yang diperoleh atau dikumpulkan berkaitan dengan
masalah. Masalah atau problem yang dimaksud dapat dibagi tiga golongan
besar, yaitu masalah korektif, masalah progresif, dan masalah kreatif.
Masalah korektif adalah masalah yang timbul karena adanya
penyimpangan dari apa yang direncanakan. Masalah progresif adalah suatu
masalah yang terjadi akibat adanya keinginan untuk memperbaiki atau
meningkatkan suatu prestasi ayau hasil masa lalu. Masalah kreatif adalah
suatu masalah yang muncul karena adanya keinginan untuk menciptakan
sesuatu yang sama sekali baru. Keputusan adalah hasil yang dicapai dari
proses pengambilan keputusan. Menentukan pilihan (memutuskan) atau arah
tindakan tertentu bagi organisasi adalah keputusan. Pengambilan keputusan
yang efektif menjadi tolak ukur kepemimpinan yang efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pengambilan keputusan
Menurut Drummond (1985) dalam buku berjudul Sistem Pengambilan
Keputusan, mengemukaan pendapatnya, bahwa pengambilan keputusan
adalah usaha penciptaan kejadian-kejadian dalam bentukan masa depan
(peristiwa-peristiwa pada saat pemilihan dan sesudahnya).
Pengambilan keputusan menurut Mondy dan Premeaux dalam buku
Anzizhan tahun 2006 decision makin the process of generating and
evaluating alternatives and making choices among them. Pendapat ini
menegaskan bahwa pengambilan keputusan adala proses pada saat ada
sejumlah langkah dan pengevaluasian dari sejumlah alternatif yang ada.
Setiap proses pengambilan keputusan adalah suatu sistem tindakan
karena terdapat beberapa proses di dalamnya. Hal ini dikemukakan oleh
Pradjudi dalam buku Anzizhan, 2006. Kerangka yag ada dalam pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut :
a. Posisi orang yang berwenang dalam mengambil keputusan.
b. Problema (penyimpangan dari apa yang dikehendaki dan direncakan
atau dituju).
c. Situsi pengambil keputusan itu berada.
d. Kondisi pengambil keputusan (kekuatan dan kemampuan menghadapi
problem).
e. Tujuan (apa yang diinginkan atau dicapai dengan pengambilan keputusan).
Unsur-unsur yang telah disebutkan merupakan kesatuan yang harus ada
dalam sistem kerja pengambilan keputusan. Ha ini sangat penting artinya,
sebab pengambilan keputusan adalah sentral dari tugas seorang manajer
dalam mengoordinasikan tugas-tugas dan usaha organisasi untuk mencapai
sasaran. Manajer menembus seluruh pelaksanaan fungsi manajemen yang
mencakup pelaksanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
seluruh aktivitas organisasi.
Pakar manajemen telah banyak mengemukakan pendapatnya tentang
definisi pengambilan keputusan dalam konteks manajemen. Robbins
(1997:236) dalam buku yang ditulis oleh Anzizhan, tahun 2006 berpendapat
bahwa decision making is which on choses between two or more
alternative. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dipahami bahwa hakikat
pengambilan keputusan memilih dua alternatif atau lebih untuk melakukan
tindakan tertentu baik secara pribadi maupun kelompok.
B. Tipe-tipe keputusan
Pengambilan keputusan tidak hanya dilakukan oleh pimpinan puncak
atau manajer tetapi dilakukan juga oleh manajer menengah dan lini pertama.
Dalam mengambil keputusan manajer akan menggunakan tipe-tipe keputusan
dan akkan meneyesuaikannya dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Tipe-tipe keputusan yaitu:
1. Keputusan Terprogram
Dalam buku Sistem Informasi Manajemen Herbert A. Simon juga
menyebutkan bahwa keputusan terprogram bersifat repetitive dan rutin,
dalam hal prosedur tertentu digunakan untuk menanganinya sehingga
keputusan tersebut tidak perlu dianggap de novo (baru) setiap kali terjadi.
Keputusan terprogram biasanya muncul dalam operasi rutin serta pada
pekerjaan-pekerjaan administrative dalam sebuah organisasi. Jenis
pekerjaan yang sering didapati pada tingkat manajemen menengah ke
bawah atau rendah. Data inputan yang digunakan dalam pembuatan
keputusan tipe ini seringali lengkap dan terdefinisi dengan baik. Sehingga
prosedur dalam keputusan terprogram didasarkan pada pengalaman dalam
menghadapi sejumlah situasi yang serupa. Jika telah dimiliki prosedur
yang dimaksud maka dalam seluruh situasi yang serupa dapat diterapkan
prosedur standard.(Basyaib)
2. Keputusan tak Terprogram
Keputusan tak terprogram (non programmed decisions), yaitu
keputusan-keputusan yang baru, tidak biasa dan rumit, yang tidak
memiliki akhir yang telah tebukti. Keputusan-keputusan ini memiliki
berbagai solusi yang mungkin, semuanya memiliki berbagai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing (Bateman dan Snell,2008).
Keputusan tak terprogram berkenaan dengan masalah-masalah
khusus, khas dan tidak biasa. Bila suatu masalah yang timbul tidak cukup
diliput oleh kebijaksanaan atau sangat penting sehingga perlu penanganan
khusus, harus diselesaikan dengan suatu keputusan yang tidak
diprogram(Handoko, 2012)
Semakin tinggi kedudukan para pengambil keputusan, semakin luas
ruang lingkup keputusan yang dibuatnya, yang juga berarti semakin luas
dampaknya terhadap organisasi dan masyarakat. Berbeda dengan keputusan
terprogram yang sudah ada pedomannya sehingga pembuat keputusan tingkat
atas tidak perlu melibatkan diri dalam pembuatan keputusan, sedangkan
keputusan tak terprogram arus melibatkan manajer tingkat puncak.
Para manajer tingkat atas lebih cenderung menggunakan pengambilan
keputusan tidak terstruktur. Mengingat para eksekutif seringkali menghadapi
begitu banyak informasi dan ketidakpastian maka tidaklah mungkin hanya
menganalisis satu dari sekian banyak ketidakpastian (Sauju, 2004).
Beberapa contoh masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang
tidak diprogram antara lain, cara pengalokasian sumberdaya-sumber daya
organisasi, penanganan lini yang jatuh dipasaran, atau cara perbaikan
hubungan masyarakat .Penggunaan tipe pengambilan keputusan dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau masalah-masalah yang tengah
dihadapi. Jika masalah yang dihadapi masalah-masalah umum yang
menyangkut procedural dapat diatasi dengan menggunakan tipe keputusan
terprogram, sedangkan masalah-masalah yang bersifat khusus dan
memerlukan kreativitas maka menggunakan tipe keputusan tak terprogram
yang biasanya dilakukan oleh manajer tingkat puncak.
Berikut ini adalah tabel perbedaan keputusan terprogram dan tidak
terprogram berdasarkan masalah dan prosedurnya,
Perbedaan Keputusan Terprogram Keputusan Tidak Terprogram
Masalah Sering, berulang, rutin, ada Tidak terstruktur, ada
kepastian mengenai hubungan ketidakpastian mengenai
sebab akibat hubungan sebab akibat
Prosedur Bergantung pada kebijakan, Perlunya kreativitas
aturan, dan prosedur yang pasti
Contoh
Universitas Syarat rata-rata indeks prestasi Pembangunan fasilitas
untuk peringkat akademis yang ruang kelas yang baru
baik
Perawatan Prosedur penerimaan pasien Pembelian perlengkapan
kesehatan eksperimen
Pemerintah Sistem kelayakan untuk Pengorganisasian badan-
kenaikan pangkat ara pegawai badan pemerintah
negeri

C. Keterlibatan bawahan dalam pembuatan keputusan


Keterlibatan bawahan dalam pembuatan keputusan dapat bersifat resmi
misalnya dengan pembuatan kelompok, bisa juga bersifat tidak resmi misal
dengan meminta gagasan dan saran-saran. Pembuatan keputusan yang
didasarkan pada sifat formal lebih efektif karena banyak masukan-masukan
pengetahuan yang lainnya. Karakteristik situasi keputusan dan gaya
pembuatan keputusan manajemen akan mempengaruhi dan menentukan
apakah pembuatan keputusan dilakukan secara kelompok atau tidak.
Para manajer akan sulit untuk membuat keputusan tanpa melibatkan
bawahan, keterlibatan ini dapat secara formal, seperti penggunaan kelompok
dalam pembuatan keputusan, atau informal, seperti permintaan akan gagasan.
a. Pembuatan Keputusan Kelompok
Banyak manajer merasa bahwa keputusan yang dibuat secara
kelompok, seperti panitia lebih efektif karena mereka memaksimumkan
pengetahuan lain. Berbagai kelebihan dan kelemahan pembuatan
keputusan secara kelompok,
Kelebihan Kelemahan
Dalam pengembangan tujuan, Implementasi suatu keputusan
kelompok memberikan jumlah apakah dibuat oleh kelompok atau
pengetahuan yang lebih besar. tidak, harus diselesaikan oleh para
Dalam pengembangan alternatif, manajer secara individual. Karena
usaha individual para anggota kelompok kelompok tidak diberikan tanggung
dapat memungkinkan pencarian lebih jawab, keputusan kelompok dapat
luas dalam berbagai bidang fungsional menghasilkan situasi di mana tidak
organisasi. seorangpun merasa bertanggung
Dalam penilaian alternatif, jawab dan saling melempar
kelompok mempunyai kerangka tanggung jawab.
pandangan yang lebih lebar. Berdasarkan pertimbangan nilai
Dalam pemilihan alternatif dari waktu sebagai salah satu
kelompok lebih dapat menerima risiko sumber daya organisasi, keputusan
dibanding pembuat keputusan kelompok sangant memakan biaya.
individual. Pembuatan keputusan kelompok
Karena berpartisipasi dalam proses adalah tidak efesien bila keputusan
pembuatan keputusan, para anggota harus dibuat dengan cepat.
kelompok secara individudal lebih Keputusan kelompok, dalam
termotivasi untuk melaksanakan berbagai kasus, dapat merupakan
keputusan. hasil kompromi atau bukan
Kreativitas yang lebih besar sepenuhnya keputusan kelompok.
dihasilkan dari interaksi antar individu Bila atasan terlilbat, atau salah
dengan berbagai pandangan yang satu anggota mempunyai
berbeda- beda. kepribadian yang dominan,
keputusan yang dibuat kelompok
dalam kenyataannya bukan
keputusan kelompok.

b. Permintaan akan Gagasan


Yang dimaksud disini adalah pengambilan keputusannya dengan me
minta gagasan atau saran-saran dari bawahannya, sehingga keputusan yang
diambil merupakan keputusan dengan berbagai pertimbangan dari
bawahannya.
D. Gaya Pengambilan Keputusan
Menurut S. P. Robins dan DA. De Cenzo, gaya pengambilan keputusan
dibagi menjadi empat:
1. Gaya Direktif (Pengarahan)
Para manajer yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi
yang rendah terhadap ambiguitas dan bersikap rasional dalam cara
berpikirnya. Mereka cenderung lebih efisien dan logis. Pembuat keputusan
direktif berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan
cepat. Kecepatan dan efisiensi para manajer dalam membuat keputusan
sering kali mengakibatkan mereka mengambil keputusan dengan sedikit
informasi dan dengan sedikit alternatif saja.
2. Gaya Analitis
Para manajer yang bergaya analitis mempunyai toleransi yang tinggi
terhadap ambiguitas daripada gaya direktif. Mereka cenderung
mengumpulkan berbagai informasi dan berhati-hati dalam mengambil
keputusan. Jenis ini suka menganalisis situasi, pada kenyataannya, mereka
cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih
banyak informasi dan alternatif daripada pembuat keputusan direktif.
Mereka juga memerlukan jangka waktu yang lama untuk mengambil
keputusan. Mereka merespons situasi baru atau tidak menentu dengan
baik.
3. Gaya Konseptual
Para manajer yang bergaya konseptual mempunyai toleransi yang
tinggi terhadap ambiguitas. Mereka mempertimbangkan perhatian dalam
waktu jangka panjang dan sangat baik dalam menemukan pemecahan
masalah kreatif atas masalah-masalah. Mereka yang bergaya konseptual
cenderung mempunyai pandangan yang luas dan akan melihat banyak
alternatif. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu
mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam
pengambilan keputusan.
4. Gaya Perilaku
Para manajer yang bergaya perilaku mempunyai toleransi ambiguitas
yang rendah. Mereka sering kali menggunakan rapat dan musyawarah
untuk berkomunikasi meskipun mereka mencoba menghindari konflik.
Mereka cenderung mudah bekerja sama, terbuka, menerima saran, sportif,
dan menyukai informasi verbal daripada tulisan. Akan tetapi, mereka tidak
dapat membuat keputusan yang tegas.

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dalam pengambilan keputusan, diperlukan model yang dapat menjamin


kesuksesan dalam pengambilan keputusan tersebut. Menurut teori manajemen,
terdapat beberapa model dalam pengambilan keputusan. Model tersebut adalah
model keputusan klasik, administratif, dan heuristic penilaian.

1. Model Keputusan Klasik


Model keputusan klasik beranggapan bahwa manajer bertindak dalam
kepastian. Manajer menghadapi masalah yang terdefinisikan dengan jelas dan
mengetahui kemungkinan semua alternatif tindakan dan konsekuensinya.
Akhirnya, terbentuk keputusan yang optimis, yaitu manajer memilih alternatif
yang memberikan solusi masalah yang terbaik. Model ini merupakan model
yang sangat rasional untuk pengambilan keputusan manajerial.
Empat asumsi yang digarisbawahi dalam model ini adalah manajer
(pembuat keputusan) beroperasi untuk mencapai tujuan yang diketahui dan
disepakati; keputusan manajer berusaha untuk kondisi kepastian, semua
alternatif dihitung; kriteria untuk mengevaluasi alternatif diketahui;
manajerrasional dan menggunakan logika untuk memberikan nilai, mencoba
untuk memaksimalkan tujuan perusahaan.
2. Model Keputusan Administratif
Menurut Herbert Simon, dari sisi perilaku manajer dalam pengambilan
keputusan menghadapi tiga kondisi. Tiga kondisi tersebut adalah informasi
tidak sempurna dan tidak lengkap, rasionalitas yang terbatas (bounded
rasionality), dan cepat puas (satisfice).
Pada situasi tertentu, manajer menghadapi kondisi di mana informasi
tidak sempurna dan tidak lengkap. Karena informasi yang tidak sempurna dan
tidak lengkap inilah, seorang manajer sering kali menganggap remeh
masalah-masalah yang ada sehingga manajer bertindak terlambat.
Rasionalitas yang terbatas biasanya dikarenakan manajer terbelenggu
oleh kebiasaan, kemampuan, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh manajer.
Rasionalitas yang terbatas membatasi manajer untuk bertindak rasional.
Cepat puas terjadi karena manajer memiliki kecenderungan untuk
memilih alternatif pertama dalam pemecahan masalah. Manajer tidak ingin
mencari alternatif lain yang dapat memaksimalkan tujuan perusahaan. Secara
garis besar, model administratif menggambarkan perilaku yang lebih realistis
dalam pengambilan keputusan.
3. Model Keputusan Heuristik Penilaian
Heuristik adalah strategi yang disederhanakan dalam pengambilan
keputusan,di mana para manajer dihadapkan pada lingkungan yang kompleks,
informasi yang terbatas, dan keterbatasan kognitif. Kekurangan dari model ini
adalah dapat menimbulkan kesalahan keputusan. Heuristic penilaian terbagi
menjadi tiga macam, yaitu ketersediaan (availability heuristic), perwakilan
(representativeness heuristic), dan penyesuaian dan anchoring (anchoring and
adjustment heuristic).
a. Availability Heuristic
Heuristik penilaian ini terjadi ketika para manajer menggunakan
informasi yang telah tersedia sebagai dasar penilaian peristiwa yang
sedang berlangsung. Sebagai contoh, keputusan untuk tidak menanamkan
saham pada perusahaan produk baru. Bias potensialnya adalah informasi
yang tersedia bisa jadi salah dan tidak relevan. Ide tentang produk baru
tersebut baik dan kegagalannya bisa jadi waktu peluncurannya yang
kurang tepat.
b. Representativeness Heuristic
Heuristik penilaian ini terjadi ketika seorang manajer menilai
kemiripan sesuatu berdasarkan peristiwa yang sama. Sebagai contoh,
seorang manajer memutuskan memperkerjakan seorang karyawan karena
karyawan tersebut alumni yang sama dengan seorang karyawan yang
sukses. Bias potensialnya adalah pendiskriminasian faktor yang relevan,
karena bisa saja kemampuan karyawan baru tersebut tidak sesuai dengan
pekerjaan yang ditawarkan.
c. Anchoring and Adjustment Heuristic
Penilaian ini terjadi ketika seorang manajer membuat keputusan
berdasarkan penyesuaian nilai yang telah ada. Contohnya, penetapan gaji
baru hanya dengan menaikkan gaji tahun sebelumnya dengan prosentase
yang masuk akal. Bias potensialnya adalah pembiasan keputusan yang
tidak tepat terhadap peningkatan nilai, karena nilai pasar bisa saja lebih
tinggi daripada gaji yang diterima sehingga tidak dapat mencegah
karyawan mencari pekerjaan yang lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam keterampilan pengambilan keputusan sama dengan teknik-teknik
pengambilan keputusan. Teknik-teknik pengambilan keputusan berfungsi
untuk membantu kita dalam membuat keputusan terbaik dikaitkan dengan
ketersediaan informasi yang relevan.
pengambilan keputusan hendaknya di awali dengan menentukan jenis
keputusan yang akan diambil, setelah kita mengetahui jenisnya barulah kita
tentukan langkah pengambilan keputusan yang meliputi proses identifikasi,
penetapan parameter, alternatif, kriteria serta mengevaluasi hasilnya atau
disebut tahap implementasi. Sehingga pada akhirnya terciptalah sebuah
keputusan yang adil dan menguntungkan kedua belah pihak.
Pengambilan keputusan yang tepat dapat memberikan keputusan yang
sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap
pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dpt menerima
keputusan-keputusan yang dapat dibuat dengan rela dan lapang dada.
Dalam mengambil keputusan dalam manajemen, kita perlu mempelajari
berbagai aspek, kita semua pasti tidak menginginkan keputusan yang kita
ambil adalah keputusan yang bisa membuat kita menyesal di kemudian hari.
Untuk itu sangat perlu bagi semua orang khususnya mahasiswa mempelajari
Ilmu dan pengetahuan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan
kehidupan dimasa yang akan datang agar menjadi manusia yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai