Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PERILAKU ORGANISASI

TEORI KEPEMIMPINAN & GAYA KEPEMIMPINAN


CHAIRUL TANJUNG

Oleh :

KELOMPOK 9

1. MELDA SYOVINA

2. FUJI FASISCA EFITRIA

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2016 B
A.  PENGERTIAN KEPEMIMPINAN DAN TEORI PERKEMBANGAN
KEPEMIMPINAN :

Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung


melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. Seiring
perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan
pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini
terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang leadership dengan berbagai sudut
pandang atau perspektifnya. Leadership tidak hanya dilihat dari baik saja, akan tetapi dapat
dilihat dari penyiapan sesuatu secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
Kepemimpinan atau  leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan
manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut
sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa
kesamaan. Berikut merupakan macam-macam pengertian kepemimpinan:
1. Menurut Tead Terry Hoyt (dalam Kartono, 2003).
Pengertian kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
2. Menurut Young (dalam Kartono, 2003).
Pengertian kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi
yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang
khusus.
Dalam perkembangannya, studi tentang kepemimpinan berkembang sejalan dengan
kemajuan zaman yang dikategorikan menjadi empat pendekatan yaitu:
a. Pendekatan cirri.
b. Pendekatan perilaku.
c. Pendekatan kekuatan – pengaruh.
d. Perkembangan teori kepemimpinan.
B. TIPE, GAYA & PERILAKU KEPEMIMPINAN

Berikut ini berbagai teori tentang gaya kepemimpinan. Kepemimpinan merupakan tulang
punggung pengembangan organisasi karena tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit mencapai
tujuan organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku orang lain,
maka orang tersebut perlu memikirkan gaya kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi
kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha dipimpinnya atau
mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar (Robert, 1992). James et. al. (1996)
mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh
pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja.
Pengertian Gaya kepemimpinan menurut Tampubolon (2007) adalah perilaku dan
strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan
seorang pemimpin ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Berdasarkan definisi
gaya kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang dalam mengarahkan, mempengaruhi, mendorong dan mengendalikan orang lain atau
bawahan untuk bisa melakukan sesuatu pekerjaan atas kesadarannya dan sukarela dalam
mencapai suatu tujuan tertentu. Terdapat lima gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan
situasi menurut Siagian (2002), yaitu:

1. Tipe Otokratik.
Seorang pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang
biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Seorang pemimpin otokratik adalah
seorang yang egois. Egoismenya akan memutarbalikkan fakta yang sebenarnya sesuai dengan
apa yang secara subjektif diinterpretasikannya sebagai kenyataan. Dengan egoismenya,
pemimpin otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan
organisasional. Egonya yang besar menumbuhkan dan mengembangkan persepsinya bahwa
tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadinya. Dengan persepsi yang demikian, seorang
pemimpin otokratik cenderung menganut nilai organisasional yang berkisar pada pembenaran
segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Berdasarkan nilai tersebut, seorang
pemimpin otokratik akan menunjukkan sikap yang menonjolkan keakuannya dalam bentuk:
a. Kecenderungan memperlakukan bawahan sama dengan alat lain dalam organisasi.
b. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas.
c. Pengabaian peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan
Sikap pemimpin demikian akan menampakkan diri pada perilakunya dalam berinteraksi
dengan bawahannya, misalnya tidak mau menerima saran dan pandangan bawahannya,
menonjolkan kekuasaan formal. Dengan persepsi, nilai, sikap, dan perilaku demikian, seorang
pemimpin yang otokratik dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan:
a. Menuntut ketaatan penuh bawahannya
b. Menegakkan disiplin dengan kaku
c. Memberikan perintah atau instruksi dengan keras
d. Menggunakan pendekatan punitip dalam hal bawahan melakukan penyimpangan

2. Tipe Paternalistik.
Tipe pemimpin ini umumnya terdapat pada masyarakat tradisional. Popularitas pemimpin
yang paternalistik mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a. Kuatnya ikatan primordial
b. Extended family system
c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik
d. Peranan adat istiadat yang kuat
e. Masih dimungkinkan hubungan pribadi yang intim
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang peranannya dalam kehidupan
organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya. Harapan bawahan
berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi
dan layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan
perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Pemimpin yang paternalistik
mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya merupakan penerimaan atas peranannya yang
dominan dalam kehidupan organisasional. Berdasarkan persepsi tersebut, pemimpin paternalistik
menganut nilai organisasional yang mengutamakan kebersamaan. Nilai tersebut mengejawantah
dalam sikapnya seperti kebapakan, terlalu melindungi bawahan. Sikap yang demikian tercermin
dalam perilakunya berupa tindakannya yang menggambarkan bahwa hanya pemimpin yang
mengetahui segala kehidupan organisasional, pemusatan pengambilan keputusan pada diri
pemimpin. Dengan penonjolan dominasi keberadaannya dan penekanan kuat pada kebersamaan,
gaya kepemimpinan paternalistik lebih bercorak pelindung, kebapakan dan guru.

3. Tipe Kharismatik.
Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya
tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan
para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu
dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai yang dianut, sikap, dan perilaku serta gaya
yang digunakan pemimpin itu.

4. Tipe Laissez Faire.


Persepsi seorang pemimpin yang laissez faire melihat perannya sebagai polisi lalu lintas,
dengan anggapan bahwa anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untuk taat pada
peraturan yang berlaku. Seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peran yang
pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri. Nilai yang dianutnya
biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas,
mempunyai kesetiaan, taat pada norma, bertanggung jawab.
Nilai yang tepat dalam hubungan atasan –bawahan adalah nilai yang didasarkan pada saling
mempercayai yang besar. Bertitik tolak dari nilai tersebut, sikap pemimpin laissez faire biasanya
permisif. Dengan sikap yang permisif, perilakunya cenderung mengarah pada tindakan yang
memperlakukan bawahan sebagai akibat dari adanya struktur dan hirarki organisasi. Dengan
demikian, gaya kepemimpinan yang digunakannya akan dicirikan oleh:
a. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif
b. Pengambilan keputusan diserahkan kepada pejabat pimpinan yang lebih rendah
c. Status quo organisasional tidak terganggu
d. Pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan
kepada anggota organisasi
e. Intervensi pemimpin dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimal
5. Tipe Demokratik.
Ditinjau dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang demokratik biasanya memandang
peranannya selaku koordinator dan integrator. Karenanya, pendekatan dalam menjalankan fungsi
kepemimpinannya adalah holistik dan integralistik. Seorang pemimpin yang demokratik
menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara
jelas aneka tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi.
Seorang pemimpin yang demokratik melihat bahwa dalam perbedaan sebagai kenyataan hidup,
harus terjamin kebersamaan. Nilai yang dianutnya berangkat dari filsafat hidup yang menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi. Nilai
tersebut tercermin dari sikapnya dalam hubungannya dengan bawahannya, misalnya dalam
proses pengambilan keputusan sejauh mungkin mengajak peran serta bawahan sehingga
bawahan akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Dalam hal menindak bawahan yang
melanggar disiplin organisasi dan etika kerja, cenderung bersifat korektif dan edukatif. Perilaku
kepemimpinannya mendorong bawahannya untuk menumbuhkembangkan daya inovasi dan
kreativitasnya. Karakteristik lainnya adalah kecepatan menunjukkan penghargaan kepada
bawahan yang berprestasi tinggi.
Berdasarkan persepsi, nilai, sikap, dan perilaku, maka gaya kepemimpinannya biasanya
mengejawantah dalam hal:
a. Pandangan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia bagi organisasi, hanya dapat
digunakan oleh manusia dalam organisasi untuk pencapaian tujuan dan sasarannya
b. Selalu mengusahakan pendelegasian wewenang yang praktis dan realistik
c. Bawahan dilibatkan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan
d. Kesungguhan yang nyata dalam memperlakukan bawahan sebagai mahluk politik, sosial,
ekonomi, dan individu dengan karakteristik dan jati diri yang khas
e. Pengakuan bawahan atas kepemimpinannya didasarkan pada pembuktian kemampuan
memimpin organisasi dengan efektif
C. KEPEMIMPINAN CHAIRUL TANJUNG

Chairul Tanjung pengusaha sukses Indonesia yang berhasil masuk dalam jajaran orang
terkaya versi Forbes dalam beberapa tahun terakhir. Chairul Tanjung seorang CEO CT Corp,
yang mempunyai kerajaan bisnis yang mengandalkan pada tiga bisnis inti. Pertama jasa
keuangan seperti Bank Mega, Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Mega Capital
Indonesia. Kedua, gaya hidup dan hiburan seperti Trans TV, Trans7. Ketiga berbasis sumber
daya alam. Mantan Ketua Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) ini juga mempunyai bisnis
properti, seperti Bandung Supermall. Dengan bisnisnya ini, tak heran suami dari Dokter gigi
Ratna Anitasari ini dijuluki "The Rising Star".
Dalam menjalankan kepemimpinan, menerapkan gaya memberi panutan terhadap anak
buah. Cara ini terbukti ampuh. "Jika anda mencontohkan kerja keras maka anak buah akan kerja
keras. Saya mempraktekkannya. Dan, itu jalan." begitu kata beliau. Ambisi membesarkan semua
lini bisnis CT Corp semakin besar. Dalam memimpin  Bank Mega dirancang untuk menjadi bank
terbesar dalam 10 tahun ke depan. Strateginya, Bank Indonesia akan banyak membuka cabang di
Indonesia Timur dalam tiga tahun mendatang. Targetnya 200 kantor baru di Indonesia Timur,
sehingga bisa menjadi bank terbesar di wilayah itu. Dan dalam gaya memimpinnya, Chairul
Tanjung sengaja berkeliling Indonesia untuk bertemu dengan seluruh karyawannya. Dia
menjelaskan bagaimana kondisi perekonomian saat ini agar pegawainya siap menghadapi krisis.
Ada tiga pesan, pertama, jika ternyata krisis ini sangat panjang dan semua orang harus mati,
maka pastikan menjadi orang yang terakhir mati. Kedua, jika krisis ini sangat panjang dan hanya
tersisa satu orang, maka pastikan anda menjadi orang tersebut. Ketiga, jika tidak terjadi krisis
maka pastikan anda menjadi orang yang paling bahagia karena anda sudah siap.
Menurut Chairul Tanjung, Pola kepemimpinan suatu lembaga atau negara masih menjadi
kriteria penentuan investor berinvestasi. Pemimpin harus menularkan sikap kepemimpinan
kepada bawahan lewat teladan untuk membangun iklim kerja positif. Gaya kepemimpinan yang
berkembang dalam satu organisasi bisa dilihat dari citra lembaga dan produk yang dihasilkan.
Artinya, kepemimpinan yang detail dan bisa melakukan hal yang semestinya saat itu juga,
dengan cara pandang jelas, sangat bermanfaat bagi perkembangan bisnis. Krisis keuangan di
Eropa dan AS membuat pendulum prospek perekonomian beralih ke Asia. Perusahaan-
perusahaan lokal semestinya menikmati peluang ini untuk memetik keuntungan lebih baik.
Namun, ada sejumlah hal yang membuat hal ini tidak bisa berjalan dengan mudah. Salah satunya
adalah menyiapkan pemimpin masa depan sekaligus merespons kebutuhan saat ini.
Chairul Tanjung mengungkapkan, kunci kepemimpinan adalah ahli strategi, eksekutor,
membangun bakat bawahan, mengembangkan sumber daya manusia, dan mampu menjaga
emosi.Chairul Tanjung  mencontohkan beberapa perusahaan. Di antaranya Bandara Changi di
Singapura dan jaringan Hotel JW Marriott yang sukses membangun citra sebagai bisnis
berorientasi kepada konsumen. Demikian pula jaringan ritel di AS, Wal-mart, yang terkenal
dengan harga termurah, memiliki pola kepemimpinan yang mengefisienkan biaya dan tepat
waktu.
”Kepemimpinan adalah bagaimana tingkah laku pemimpin bisa menular kepada orang
lain di sekitarnya. Hal ini akan menyamakan semangat pemimpin dan karyawan sehingga
memudahkan mereka bekerja,” ujar Chairul Tanjung.

Anda mungkin juga menyukai