Anda di halaman 1dari 25

III.

TEORI-TEORI KEPEMIMIPINAN

Prof Pamudji S, membagi teori kepemimpinan sebagai berikut :

1. Teori Serba Sifat (Traits theory)


 Teori ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan
serangkaian sifat-sifat, ciri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin
keberhasilan pada prinsip situasi. Biasanya seorang pemimpin akan
berhasil apabila ia memiliki sifat, ciri atau perangai tertentu.
 Teori ini pada awalnya melalui penelitian sifat, ciri terhadap “orang-
orang besar” (great man) yang dibawa sejak lahir, jadi merupakan
sesuatu yang diwariskan atau kepemimpinan lahir karena genetik
(keturunan) disebut juga “teori genetis”. Teori ini berkesimpulan
bahwa “pemimpin-peminpim dilahirkan dan tidak dibentuk” ( leader
are born and not made). Sementara orang juga menyebut “teori
bakat”.
 Teori di atas memiliki kelemahan-kelemahan antara lain ;
a. Diantara pendukung-pendukungnya tidak ada persesuain atau
kesamaan mengenai perincian sifat dan ciri dimaksud
b. Terlalu sulit menetapkan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin
c. Sejarah membuktikan bahwa situasi dan kondisi tertentu
memerlukan sifat-sifat pemimpin yang tertentu pula.

2. Teori Lingkungan (Environmental theory)


 Teori lingkungan ini mengkonstatir bahwa munculnya pemimpin-
pemimpin itu, merupakan hasil dari pada waktu, tempat dan
keadaan atau situasi dan kondisi.
 Suatu tantangan atau suatu kejadian penting dan luar biasa akan
menampilkan seseorang untuk menjadi pemimpin. Bahwa situasi dan
kondisi tertentu melahirkan tantangan-tantangan tertentu dan
dengan sendirinya diperlukan orang-orang yang memiliki sifat-sifat
atau ciri tertentu yang cocok.
 Dengan perkataan lain ; setiap situasi dan kondisi menuntut kualitas
kepemimpinan yang berbeda. Seseorang pemimpin yang pada
sitruasi dan kondisi tertentu tidak menjamin bahwa ia pasti berhasil
pada situasi dan kondisi yang lain.
 Teori lingkungan ini, karena memperhitungkan faktor situasi dan
kondisi tertentu, juga disebut “teori serba situasi”. Kebangkitan dan
kejatuhan seorang pemimpin dikarenakan oleh situasi dan kondisi ;
apabila seseorang “menguasai” situasi dan kondisi tertentu, maka ia
akan dapat menjadi pemimpin.
 Teori lingkungan dianggap kurang sempurna, maka disejalankan
dengan “teori sosial” yang menyatakan bahwa “leaders are made
not born” (pemimpin dibentuk bukan dilahirkan). Seseorang akan
muncul sebagai pemimpin apabila ia berada dalam lingkungan sosial
yaitu suatu kehidupan kelompok, dan memanfaatkan situasi dan
kondisi sosial untuk bertindak dan berkarya mengatasi masalah-
masalah sosial yang timbul (SP Siagian dalam Pamudji S, 1989)

3. Teori Pribadi dan Situasi (Personal-Situasional Theory)


 Teori ini pada dasarnya mengakui bahwa kepemimpina merupakan
produk dari terkaitnya tiga faktor :
a. Perangai (sifat-sifat) pribadi dari pimpinan
b. Sifat dari kelompok dan anggota-anggotanya, dan
c. Kejadian-kejadian (atau masalah-masalah) yang dihadapi oleh
kelompok
 Sementara itu, ada penganut teori ini yang menyatakan ; studi
tentang kepemimpinan harus berkenaan dengan status, interaksi,
persepsi, dan perilaku individu-individu dalam hubungan dengan
anggota-anggota lain dari kelompok yang terorganisir (Ralp M.
Stogdill dalam Pamudji S, 1989)
 Jadi kepemimpinan harus dipandang sebagai hubungan diantara
orang-orang dan bukannya sebagai sifat-sifat atau ciri-ciri dari
seorang individu yang terisolir.
 Jelas di sini bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri seseorang saja belum
memungkinkan ia berkembang menjadi pemimpin. Sifat-sifat atau
ciri-ciri itu masih harus dikaitkan dengan situasi dan kondisi.
 Teori ini mungkin dapat diparalelkan dengan “teori ekologis” yang
pada pokoknya menyatakan bahwa ; seseorang akan berhasil
melaksanakan kepemimpinan apabila ia pada waktu lahir telah
memilki bakat-bakat atau sifat-sifat kepempinan yang kemudian
dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman (SP.Siagian dlm
Pamudji S, 1989)
 Situasi terdiri dari tiga lapis ;
a. Tugas pekerjaan atau masalah yang dihadapi
b. Orang-orang yang dipimpin
c. Keadaan yang mempengaruhi tugas, pekerjaan dan orang-orang
tadi.

4. Teori Interaksi dan Harapan (Interaction-Expectation Theory)


 Teori ini mendasarkan diri pada variabel-variabel ; aksi, reaksi,
interaksi dan perasaan (Prajoedi Atmosudirjo, dalam Pamudji, 1989).
Seorang pemimpin menggerakkan pengikut dengan harapan-
harapan bahwa ia akan berhasil, ia akan mencapai tujuan-tujuan
organisasi, ia akan mendapatkan keuntungan, penghargaan dan
sebagainya.
 Demikian pula pengikut-pengukut, mereka akan mengukuti
pemimpin dengan harapan-harapan seperti harapan si pemimpin
tadi. Oleh karena itu, aksi-aksi pemimpin harus berisi sesuai dengan
harapan untuk kemudian ditanggapi dengan reaksi, sehingga dengan
demikian terjadilah interaksi yang dipateri dengan perasaan-
perasaan tertentu. Interaksi tersebut diusahakan dapat memenuhi
harapan-harapan bersama.
 Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interaksi dan partisipasi
dalam kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling
menyukai/ menyenangi satu sama lain dan semakin memperjelas
pengertian atas norma-norma kelompok. Semakin tinggi seseorang
dalam kelompok, semakin mendekati kesesuaian kegiatannya
dengan norma-norma, semakin luas jangkauan interaksinya dan
semakin besar jumlah anggota kelompok yang bergerak. Kuncinya
harus dijaga agar aksi-aksi pemimpin tidak mengecewakan harapan-
harapan.
5. Teori Humanistik (Humanistic Theory)
 Teori ini mendasarkan diri pada dalil “ the human being is by nature
a motivated organism ; “the organization is by nature structured and
controlled”(manusia karena sifatnya adalah organisma yang
dimotivasi, sedangkan organisasi karena sifatnya adalah tersusun
dan terkendali), Rapl M Stogdill dalam Pamudji S, 1989).
 Menurut teori humanistik ini, perlu dilakukan votivasi pada pengikut
dengan memenuhi harapan-harapan mereka dan memuaskan
kebutuhan-kebutuhan mereka seperti memenuhi tingkat kebutuhan
manusia (A Maslaw).
 Teori ini melakukan motivasi berarti juga melakukan human relation
(hubungan antar manusia), maka muncul “teori hubungan antar
manusia” yang maksudnya mengusahakan keseimbangan antra
kebutuhan/ kepentingan perseorangan dan kebutuhsn/ kepentingan
umum organisasi (Prajoedi Atmosoedirdjo dalam Pamudji S, 1989).

6. Teori Tuka Menukar (Exchange Theory)


 Teori ini berdasarkan asumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan
suatu bentuk tukar menukar dalam mana anggota-anggota kelompok
memberikan kontribusi dengan pengorbanan-pengorbanan mereka
sendiri dan menerima imbalan dengan pengorbanan-pengorbanan
kelompok atau anggota yang lain (Ralp M. Stogdill dalam Pamudji S,
1989).
 Interaksi berlangsung terus, oleh karena anggota-anggota merasakan
tuka menukar secara sosial ini saling memberi penghargaan.
Demikian pula antara pemimpin dan yang dipimpin, antara anggota
yang dipimpin satu sama lain harus berlangsung tuka menukar
keuntungan dan keenakan, harus saling memberi dan menerima.
 Dalam teori ini ditekankan adanya “give and take” antara pemimpin
dan yang dipimpin, karena itu teori ini juga disebut “teori beri
memberi” (Parjoedi Atmosoedirdjo dalam Pamudji S, 1989).

Munculnya seorang pemimpin oleh karena faktor-faktor lingkungan


dan faktor-faktor individu yang berinteraksi dan menghasilkan sifat-
sifat atau ciri-ciri tertentu yang cocok untuk situasi dan kondisi
tertentu. Sejarah telah membuktikan bahwa pemimoin-pemimpin yang
berhasil pada suatu saat, ternyata kurang berhasil bahkan mengalami
kejatuhannya pada saat yang lain.

IV. Sikap Dasar KPI


1. Konsisten dan Konsekwen Dalam Pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945
 Mampu memahami Sila demi Sila Pancasila dan menjadi pedoman
dalam setiap tindakan warga negara dan pemerintah
 Menjadikan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
 4 Pilar Bangsa sebagai harga mati atau tidak dapat ditawar
2. Mengayomi
 Pemimpin pemerintahan harus menjadi pengayom, pelindung dan
pelayan masyarakat
 Mengayomi, melindung dan melayani masyarakat merupakan salah
bentuk tanggung jawab pimpinan
 Bentuk tanggung jawab pimpinan pemerintahan harus dapat
menanggung resiko akibat proses kepemimpinan dan pengikutnya,
namun kadang kala tidak adil bahwa tanggung jawab itu
dibebankan kepada diri si Pemimpin dan sebaliknya juga tidak adil
apbila dibebankan kepada para pengiktnya
 Karena itu chek and balance antara pemimpin dan pengikut perlu
dilakukan dengan pengawasan yang ketat baik oleh pengawasan
bersama maupun pengawasan melekat oleh pimpinnan itu sendiri.

V. Gaya Kepemimpinan

Dari berbagai teori yang kita baca banyak sekali gaya kepemimpinan dan
tipe kepemimpin yang bila ditelusuri sering tumpah tindih pengertiannya,
namun setelah diperhatikan gaya kepemimpinan itu dapat dikelompokkan
menjadi gaya partisipatif dan gaya demokratis yang cocok dengan falsafah
Panncasila, dengan menekankan pada pemberian motivasi yang positif
disertai perhatian yang besar terhadap faktor manusia.
Di sini akan dibahas gaya kepemimpinan sebagai berikut :

a. Gaya Motivasi
Pemimpin dalam menggerakkan orang-orang dengan mempergunakan
motivasi baik yang berimbalan ekonomis, dengan memberikan berupa
hadiah (reward), Jadi bersifat positif maupun yang berupa ancaman
hukuman (pinalties), Jadi bersifat negatif. Sekarang dikenal dengan
istilah “reward and phunisment”. Dalam hubungannya dengan KPI
sedapat-dapatnya menekankan pada pemberian motivasi yang bersifat
positif.

b. Gaya Kekuasaan
Pemimpin yang cenderung menggunakan kekuasaan untuk
menggerakkan orang-orang. Cara bagaimana ia menggunakan
kekuasaan akan menetukan gaya kepemimpinannya. Gaya kekuasaan
ini dapat dikelompkkkan menjadi :
1) Gaya Otokratik,
 Gaya ini disebut juga gaya otoritarian yaitu pemimpin yang
menggantungkan pada kekuasaan formalnya, organisasi
dipandang sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi
dengan tujuan organisasi.
 Lebih dari pada itu wewenang dan juga kekuasaan adalh milik
pribadi bersumber dari statusnya sebagai pemimpin.
Kepemimpinan bersifat pribadi, pengikut adalah alat dan harus
mengikuti saja dan tidak memperoleh kesempatan untuk iktu
ambil bagian dalam proses pengambiulan keputusan.
 Pemimpin otokratik ini biasanya tidak mau menerima kritik,
saran atau pendapat dan tidak mau berunding dengan bawahan
(alergi kritik). Kepemimpinan ini juga sering menggunakan gaya
motivasi negatif dengan ancaman dan paksaan.
2) Gaya Partisipatif,
 Kadangkala gaya ini juga disebut gaya demokratis, yaitu
pemimpin yang memandang manusia adalah makhluk yang
bermartabat yang harus dihormati hak-haknya.
 Dalam menggerakkan pengikut lebih banyak mempergunakan
persuasif dan memberikan contoh-contoh. Kepentingan dan
tujuan organisasi sejauh mungkin diintegrasikan dengan
kepentingan dan tujuan pribadi para pengikut, mengutamakan
kepentingan organisasi dan kepentingan pengikut daripada
kepentingan di pemimpin.
 Suka menerima kritik, saran dan pendapat serta mendorong
kelompok untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
dan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada para
pengikut (pemimpin yang tidak alergi kritik)
 Pemimpin gaya ini bersedia memanfaatkan pendapat kelompok,
menunggu persetujuan kelompok, berunding dengan pengikut,
mengutamakan kerja sama, medesentralisasikan kekuasaan,
memberikan keleluasaan (kebebasan) kepada bawahan untuk
bertindak dan mendorong bawahan untuk berpartisipasi
(inisiatif).
 Gaya kepemimpinan demokratis/ partisipatif ini yang
berkembang dewasa ini, sehingga dalam apa pun baik sektor
publik maupun sektor privat dapat menerapkan konsep
manajemen stratejik yakni membangun visi, misi, tujuan/
sasaran, nilai, strategi/ kebijakan, program dan kegiatan yang
jelas dan terukur.
3) Gaya Bebas (Free-rein Style),
 Kepemimpinan yang hanya mengikuti kemauan pengikut,
menghindari diri penggunaan paksaan atau tekanan. Pemimipin
lebih banyak memberikan kebebasan kepada pengikut untuk
menentukan tujuan organisasi dan dalam menghadapi
permasalahan organisasi.
 Karena gayanya seperti itu, maka si pemimpin seringkali
bertindak hanya sebagai perantara saja (contact man) dengan
dunia luar (eksternal) untuk menyajikan informasi kepada
kelompok.
 Gaya free-rein ini mempunyai kecenderungan ke arah kekacauan
(chaos).
 Gaya KPI harus menghindarkan dari gaya free-rein ini, dan
berupaya menerapkan gaya partisipati atau demokratis.

c. Gaya Pengawasan
 Kepemimpinan yang dilandaskan kepada perhatian seseorang
pemimpin terhadap perilaku kelompok.
 Gaya pengawasan dapat dibedakan :
1) Berorientasi kepada pegawai (employee-oriented),
 dimana si pemimpin selalu memperhatikan anak buahnya
sebagai manusia yang bermartabat. Pemimpin mengetahui
dan mengakui kebutuhan pengikut-pengikutnya dan
menghormati keagungan kemanusiaan (human dignity)
mereka.
 Banyak usaha ditujukan untuk membentuk “team work”
yang baik dalam rangka meningkatkan produksi.
2) Berorientasi produksi (production oriented)
 Dimana pemimpin selalu memperhatikan proses produksi
serta metoda-metodanya.
 Melalui perbaikan metoda dan disertai penyesuai tenaga
manusia terhadap metoda tersebut diharapkan akan dapat
dicapai hasil yang optimal. Jadi orientasi produksi ini orang-
orang harus menyesuaikan diri dengan proses produksi.

 Pemimpin yang bergaya employee-oriented, memiliki indikator-


indikator demokratik, permisif, orientasi kepada pengikut,
partisipati dan penuh pertimbangan, sedangkan gaya
production-oriented mempunyai indikator-indikator otokratik,
restriktif, menciptakan jarak sosial antara pemimpin dan
pengikut, direktif dan terjadi pen-strukturan.

 KPI harus mengutamakan gaya employee-oriented style,


sedapat mungkin tidak menekankan gaya production-oriented,
walau pun gaya ini ada juga baiknya. Karena gaya
kepemimpinan orientasi produksi ini kadangkala manusia hanya
berperan sebagai pekerja tok (robot), sedang KPI harus
berpedoman kepada sikap dasar yakni nilai-nailai Pancasila dan
UUD 1945.

VI. TEKNIK-TEKNIK KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA (KPI)

 Teknik kepemimpinan disini dimaksudkan adalah suatu cara yang


merupakan pola tetap untuk mempengaruhi orang-orang agar bergerak
kearah yang diinginkan si pemimpin.
 Banyak teknik kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, namun
teknik ini dikemukakan oleh Prof Arifin Abdoelrahman (Pamudji S,
1989) sebagai berikut :

1. Teknik Pematangan/ Penyiapan Pengikut


Teknik ini adalah melalui untuk penyiapan/ pematangan pengikut,
baik berupa teknik penerangan maupun propaganda.

Teknik penerangan ; dimkasudkan untuk memberikan keterangan


yang jelas dan faktual kepada orang-orang sehingga mereka dapat
memiliki pengertian yang jelas dan mendalam mengenal sesuatu hal
yang menyebabkan timbulnya kemauan untuk mengukuti pemimpin
sesuai dengan rasa hati dan akalnya

Teknik propaganda : teknik ini berusaha memaksakan kehendak


atau keinginan pemimpin, bahkan kadang-kadang bagi pengikut tidak
ada pilihan lain, menggunakan ancaman hukuman/ sanksi

Untuk berhasilnya kedua teknik ini perlu diperhatikan hal sebagai


berikut :
 Pengetahuan, pendidikan, adat istiadat, alam pikiran dari para
pengikut guna menetapkan metoda penerangan dan propaganda
 Melakukan tindakan-tindakan penerangan dan propaganda sesuai
dengan rencana
 Mengawasi pelaksanaan dan menilai hasil kegiatan penerangan
dan propaganda
Dari kedua teknik ini perlu mendapat perhatian lebih besar adalah
teknik penerangan, karena lebih cocok/ sesuai dengan alam
demokrasi dan nilai-nilai ideologi Pancasila. Dapat menggunakan
sarana penerangan berupa ;

 Sarana visual spt ; selebaran, majalah, pameran, gambar dll


 Sarana audial spt ; pidato, konferensi, diskusi, dapat melalui alat
radio, telepon dan televisi
 Sarana audio visual berupa ; gambar hidup, opera, sandiwara,
wayang golek, randai dsb

2. Teknik Human Relation


Teknik ini merupakan proses atau rangkaian kegiatan memotivasi
orang-orang, yaitu keseluruhan proses pemberian motif/ dorongan
agar orang mau bergerak. Motif dapat berupa ; pemenuhan
kebutuhan ( menurut A Maslaw), bila kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi biasanya orang bersedia mengikuti pemimpin.

3. Teknik Menjadi Teladan


Teknik keteladanan sangat diperlukan oleh para pengikut, apalagi
masyarakat dewasa ini masih berorienatsi ke atas. Memberikan
contoh keteladan oleh si Pemimpin maka orang/ pengikut dapat
digerakkan melalui apa yang mereka lihat/ saksikan. Dalam literatur
ajaran kepemimpinan dari Keraton Surakarta, yaitu “ Wulangreh “.
Ada beberapa larang bagi seorang pemimpin yakni :
a. Jangan lonjo, artinya orang yang tidak dapat diikuti kehendaknya,
pendirian tidak tetap, tidak mempunyai kesetiaan terhadap
tujuan dan cita-cita
b. Jangan lemer, orang mudah sekali tenggelam pada keinginan-
keinginan
c. Jangan genyah, orang-orang tidak mantap dalam pekerjaan,
selalu berganti dalam pekerjaan
d. Jangan anggron pasanakan, maksudnya mengadakan hubungan
gelap dengan isteri orang lain (suadara, teman, prt dan
sebagainya)
e. Jangan nyumur gumuling, orang-orang yang tidak punya rahasia,
segala sesuatu selalu disampaika kepada orang lain
f. Jangan umbutut arit, buntut artinya ekor sabit artinya didepan
lurus dibelakang bengkok, tidak satu kata dengan perbuatan.
Kemudian ada larangan/ pantangan seorang pemimpin
dikenal dengan 5 M yaitu ; Minum (miras), Mencuri, Main judi,
Mengisap madat, Madon (silingkuh)

4. Teknik Persuasi dan Pemberian Perintah


 Teknik persuasi,
Menunjukkan kepada suasana dimana antara kedudukan
pemimpin dengan pengikut tidak terdapat batas-batas yang jelas,
sehingga pemimpin tidak dapat menggunakan kekuasaan dan
kekuatan.

Karena itu cara persuasi/ ajakan dilakukan secara lunak sehingga


orang-orang yang diajaknya bersedia mengikuti pemimpin dengan
kemauan sendiri dan atas tanggung jawab sendiri.

Proses persuasi berlangsung secara lambat, sedikit demi sedikit.


Dasar persuasif ini karena adanya kesadaran dan keinsyafan
mengenai persoalan yang dihadapi bersama.

Teknik ini biasa berlangsung pada kepemimpinan kolektif


kolegial, dimana pimpinan tidak bisa bertindak sendiri tanpa
persetujuan bersama, seperti ; Lembaga legislatif (DPR/DPD,
DPRD) dan lembaga lainnya.

 Teknik pemberian perintah,


Pemberian perintah adalah menyuruh orang untuk melakukan
sesuatu. Pemberian perintah terikat dengan kekuatan dan
kewenangan yang dimilki oleh pemberi perintah (top manejer).

Teknik pemberian perintah ini umum digunakan dalam organisasi


baik organisasi sektor publik maupun organisasi sektor privat.
Sepertinya berlaku pada lembaga pemerintahan semua level,
lembaga TNI/ Polri dan perintah itu biasanya bersifat tertulis
misalnya ; surat perintah, surat biasa dsb, bahkan pemberian
perintah dalam bentuk lisan

Dalam praktek sehari-hari teknik persuasif biasanya digabungkan


dengan teknik pemberian perintah, sehingga kelihatannya lebih
lunak untuk diterima dan dilaksanakan oleh bawahan.

5. Teknik Penggunaan Sistem Komunikasi Yang Cocok


Penggunaan sistem komunikasi di sini dimaksudkan adalah
menyampaikan sesuatu kepada pihak lain, baik dalam rangka
penerangan/ informasi, persuasi/ ajakan, perintah dsb nya

Kuncinya adalah bahwa apa isi perintah harus dapat diterima utuh
dan maksud yang sama oleh penerima perintah. Sering terjadi bahwa
perintah informasi yang diberikan tidak pas sama dengan yang
diterima bahkan ditafsirkan lain, menyebabkan dalam pelaksanaan
menimbulkan kekeliruan dan kerancuan.

Ilustrasi ; banyak terjadi misalnya perintah/ amanat yang


disampaikan pimpinan sepuluh poin tapi yang bisa diterima hanya 8
point, lebih jeleknya perintah 8 itu hanya bisa disampaikan ketingkat
bawah sebanyak 6 atau 7 poin saja. Artinya perintah pimpinan 10
poin harus diterima sama sebanyak itu tanpa ada penafsiran lain
oleh bawahan.

Alat/ sarana komunikasi harus diperhatikan, baik alat komunikasi


modern spt ; mic, audi visual, media cetak dan elektronik maupun
kounikasi tradisional spt ; kentongan, tabuh/ beduq dsb nya

Sistem komunkasi yang cocok tergantung pada kondisi dan keadaan


si pengirm dan sipenerima, hal ini akan dipengaruhi olehn beberapa
hal ;
a. Bahasa, kesukaran dalam penggunaan bahasa atau penyesuai
bahasa dengan audiens (penerima maksud)
b. Pendidikan, sering bermasalah pada tingkat pendidikan
c. Golongan atau latar belakang sosial (social background)
d. Kedudukan, sering menimbulkan masalah perbedaan status/
kedudukan dengan para bawahan/ audien
e. Jarak dalam susunan organisasi dan lokasi/ tempat

6. Teknik Penyediaan Fasilitas-Fasilitas


Apabila sekelompok orang sudah siap dan bersedia untuk
melaksanakan perintah, maka orang-orang tersebut harus diberikan
fasilitas atau kemudahan berupa ;
a. Kecakapan/ kompetensi, melalui pendidikan dan latihan
b. Uang/ dana disediakan dalam anggaran
c. Perlengkapan dan tempat kerja, harus memadai dan dapat
bekerja dengan nyaman dan tentram
d. Waktu, ketersediaan waktu yang diberikan harus jelas dan
terbatas, sehingga target tetap etrcapai
e. Perangsang, agar pekerja memperoleh motivasi tinggi diperlukan
rangsangan dalam bentuk materi spt ; uang saku, perlengkapan
pribadi dsb nya, berupa non materi misalnya ; kebanggaan dan
penghargaan.

VII. Fungsi Kepemimpinan dan Pemerintahan

1. Fungsi Kepemimpinan
a. Pengambilan Keputusan
 Salah satu kewajiban pemimpin pemerintahan adalah mengambil
keputusan dalam rangka menjalankan kekuasaan atau dalam rangka
memecahkan masalah-masalah dalam organisasinya

 Pengambilan keputusan diperlukan berbagi seni, yakni :


a) “in not deciding prematurely” yaitu jangan mengambil keputusan
terlalau cepat, kalau masih ada kesempatan untuk mengendapkan
masalah-masalah yang akan diputus sebaiknya hal itu dikerjakan

b) “in not deciding question that are not now pertinent”


yaitu jangan mengambil keputusan mengenai masalah-
masalah yang pada saat itu belum memerlukan
keputusan, hal ini dengan maksud untuk mencari saat
yang tepat. Bisa saja terjadi situasi dan kondisi berubah
berhubung perjalanan waktu, sehingga keputusan yang diambil
(sebelum waktunya) menjadi tidak cocok sama sekali, karenanya
perlu diambil keputusan baru

c) “in not making decision that can not be made effective” yaitu
tidak mengambil keputusan apabila tidak diefektifkan
(dilaksanakan), sebab kalau ini sampai terjadi akan menimbulkan
tanda tanya dan keragu-raguan dikalangan anak buah dan
akhirnya menghilangkan kepercayaan kepada pemimpin dan
dengan sendirinya hilangnya kewibawaan

d) “in not making decision that other should make” yaitu jangan
mengambil keputusan yang seharusnya dibuat oleh orang lain, hal
ini perlu untuk menghindari kekacauan atau kesimpangsiuran
karena keputusan diambil oleh pihak yang tidak berwenang.

b. Motivasi
 Seorang pemimpin pemerintahan harus lah memahami apa yang
menjadi kebutuhan manusia atau kebutuhan staf serta juga apa
yang menjadi kebutuhan masyarakat saat itu, Karena itu pemimpin
pemerintahan haruslah dapat memotovasi atau memberikan
dorongan agar orang-orang mau bekerja/ bergerak dengan ikhlas
dan sukarela atau munculnya partisipasi masyarakat guna
pencapaian tujuan sebaiknya.

 Motif atau motive adalah sesuatu seperti kebutuhan atau keinginan


yang mendorong atau mempengaruhi seseorang untuk melakukan
gerak

 Tingkatan kebutuhan manusia menurut A Maslow sebagai berikut :

a) Physiological need (fisiologis), seperti ; pangan, sandang dan


papan, ini merupakan kebutuhan paling mendasar dan manusia
akan memenuhinya pada kesempatan pertama
b) Safety need (kebutuhan keamanan), apabila kebutuhan
mendasar telah terpenuhi, maka kebutuhan keamanan segara
mendorongnya untuk dipenuhi. Orang akan terus bergerak untuk
kebutuhan kedua ini, hal ini kebutuhan keamanan memotivasi
misalnya ; kebutuhan akan perlindungan terhadap bahaya atau
kekersan, kebutuhan keselamatan
c) Social needs (kebutuhan sosial), apabila kebutuhan mendasar
dan kebutuhan keamanan telah terpenuhi, maka kedua
kebutuhan tersebut tidak lagi memotivasi. Akan muncul
kebutuhan sosial yang menjadi motivasi yang kuat, seperti
misalnya ; kebutuhan afiliasi (disegolongkan) kebutuhan
memberi dan menerima kasih saying dan kebutuhan akan
persahabatan

d) Ego/ Esteem need (kebutuhan akan prestise), kebutuhan ini


berkaitan dengan ;
 Prestise atau kehormatan seseorang, yaitu kebutuhan akan
kepercayaan diri sendiri dan kepercayaan dari orang lain,
kebutuhan akan keberhasilan dan kebutuhan akan
pengetahuan
 Kebutuhan-kebutuhan akan reputasi seseorang, yaitu
kebutuhan akan status, penghargaan, penghormatan, dan
sebagainya

e) Self Actualization needs (kebutuhan akan mempertinggi


kemampuan kerja/ perwujudan diri), hal ini merupakan
kebutuhan yang terakhir, yang dapat mendorong perilaku
seseorang apabila kebutuhan-kebutuhan yang lebih rendah/
sebelumnya telah terpenuhi. Kebutuhan ini misalnya kebutuhan
akan prestasi, seniman yang mendorong dirinya diatas kanvas,
kebutuhan mahasiswa bekerja siang hari dan kuliah dimalam
hari. Kebutuhan ini sama halnya dengan ego need jarang sekali
dapat dipenuhi seluruhnya.
Gambar : Tingkat Kebutuhan Manusia (A Maslow)

Actualization Needs/
Aktualisasi Diri

Ego/Esteem Self Needs/


Prestise
Social Needs/
Sosial

Safety Needs/
Keamanan

Physiologikal need/ kebutuhan fisiologis

2. Fungsi Pemerintahan
a. Regulasi
 Membuat peraturan perundangan, berupa ;
 Undang-undang bersama DPR
 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
 Peraturan Pemerintah (PP)
 Peraturan Presiden (perpres)
 Keputusan Presiden (Kepres)
b. Pelayanan
Fungsi pelayanan, terdiri dari ;
 Pelayananan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, berupa ;
 Pelayanan barang, dan
 Pelayanan jasa
 Pelayanan Administratif
 Pelayanan perizinan, dan
 Pelayanan non perizinan

c. Pemberdayaan
 Masyarakat dapat diberdayakan, apabila memiliki ;
 Pendidikan dan pengetahuan
 Keterampilan (bakat, minat dan talenta)
 Penguatan (teknologi dan modal)

d. Pembangunan
 Secara sederhana pembangunan di artikan ; mengadakan yang
selama ini belum ada dan memperbaiki atau mengembangkan selama
belum baik atau belum berkembang
 Pembangunan phisik
Pembangunan phisik berupa ; pembangunan infra struktur, manufactur
dan lain sejenisnya
 Pembangunan non phisik
Pembagunan non phisik berupa ; peningkatan kualitas sumber daya
manusia, berupa ; pendidikan dan latihan, bimtek, workshop,
keterampilan dan sejenisnya

Bahan diskusi : Tujuan Negara, Visi Daerah dan Misi Daerah

a. Tujuan Negara
b. Visi Daerah
c. Misi Daerah

VIII. Konsep Kepemimpinan Pemerintahan

a. Konsep Kepemimpinan Asta Brata


Ada 8 ajaran utama alamiah terkenal sebagai “Sifat Kepemimpinan Asta
Brata, yakni ;
a) Watak mata hari, mata hari mempunyai sifat panas dan penuh energik
dan pemberi saran hidup. Setiap pemimpin harus dapat berfungsi
laksana mata hari yaitu ; pemberi semangat, memberi kehidupan dan
memberi energi kepada anak buahnya
b) Watak bulan, bulan mempunyai wujud indah dan menerangi dalam
kegelapan. Artinya ; bahwa setiap pemimpin harus dapat berfungsi
laksana bulan yaitu dapat menyenangkan dan memberi terang dalam
kegelapan kepada setiap anak buahnya/ masyarakat yang dipimpinnya
c) Watak bintang, bintang mempunyai bentuk yang indah dan menjadi
hiasan diwaktu malam yang sunyi serta menjadi kompas atau pedoman
bagi mereka yang kehilangan arah. Artinya bahwa setiap pemimpin dapat
berfungsi laksana bintang yaitu ; bertaqwa dan dapat menjadi contoh
tauladan dan dapat menjadi pedoman bagi yang dipimpinnya
d) Watak angin, angin mempunyai sifat mengisi setiap ruangan yang
kosong, walau tempat yang rumit sekalipun. Artinya ; bahwa setiap
pemimpin harus dapat berfungsi laksana angin yaitu dapat melakukan
tindakan yang teliti, cermat, turun kelapangan untuk menyelami
kehidupan masyarakatnya
e) Watak mendung, mendung mempunyai sifat menakutkan/ wibawa, tetapi
setelah mendung menjadi hujan (air) dapat menghidupkan segala yang
tumbuh. Artinya ; setiap pemimpin harus dapat berfungsi laksana
mendung yaitu berwibawa, tetapi dalam tindakannya harus bermanfaat
bagi yang dipimpinnya
f) Watak api, api mempunyai sifat tegak dan sanggup membakar apa saja
yang bersentuhan dengannya. Artinya ; bahwa setiap pemimpin harus
dapat berfungsi laksana api yaitu ; dapat bertindak adil, berprinsip tetap
tegak dan tegas tanpa pandang bulu
g) Watak samudra, samudra mempunyai sifat luas dan rata. Artinya ;
bahwa setiap pemimpin harus dapat berfungsi laksana samudra yaiut
mempunyai pandangan yang luas, rata, sanggup menerima persoalan
dan tidak boleh membenci terhadap seseorang
h) Watak bumi, bumi mempunyai sifat sentosa dan suci. Artinya ; bahwa
setiap pemimpin harus dapat berfungsi laksana bumi yaitu ; sentosa
budinya, dan jujur serta mau memberi anugerah kepada siapa saja yang
telah berjasa kepada negara dan bangsa.

Bahan Diskusi :

Konsep kepemimpinan Minangkabau

IX. Konsep Kepemimpinan Pamong Praja

Beberapa Pengertian tentang :


1. Sejarah Kepamongprajaan

Pada zaman kolonial pamongpraja ini bernama “ binnenland bestur “,


kemudian pada zaman awal kemerdekaan dinamakan “ Pangreh raja “,
selanjutnya pada era orde lama dan orde baru ada istilah “ Pagarpraja “
dan “Pamongpraja “.

Pangreh raja adalah merupakan orang-orang bekerja untuk kepentingan


kolonial yang mengelola pemerintahan mulai tingkat desa sampai
ketingkat pusat. Pangreh Praja merupakan alat pemerintahan kolonial
belanda.

Secara etimologis, pamongpraja terdiri dari dua kata “ praja “ berarti


kerajaan,kota, dan Negara, sedangkan pamong berasal dari kata
“emong “ yang berarti melayani, melindungi dan mengayomi. Jadi
pamong adalah pengasuh, penyelenggara. Dengan demikian
pamongpraja adalah penyelenggara pemerintahan

Pada awal kemerdekaan sampai rezim orde lama dan rezim orde baru
istilah pangreh praja berganti nama menjadi Pagarpraja dan
Pamongpraja dan pada era reformasi sampai sekarang masih
menggunakan nomenklatur Pamongpraja.
2. Kepamongprajaan
 Secara etimologis, pamongpraja terdiri dari dua kata yaitu ; pamong
berasal dari kata “ emong “ berarti pengasuh, penyelenggara. Praja
berarti kerajaan, kota, Negara. Pamongpraja berarti penyelenggara
pemerintahan. Jadi pamongpraja identik dengan “ Pemerintah dan
Pemerintahan “ (Taliziduhu Ndraha, 2010)
 Pamongpraja menunjuk sekelompok penyelenggara (aparat)
pemerintah yang bertugas melayani, melindungi dan mengayomi
masyarakat, sehingga masyarakat memperoleh hak-haknya secara
aman (Wirman Syafri, 2010)
 Pamongpraja adalah orang/ aparat yang bekerja dibidang
pemerintahan, khususnya bidang penyelenggaraan tugas
pemerintahan umum (tugas umum pemerintahan) yang meliputi
koordinasi, pengawasan, pemeliharaan ketentraman dan ketertiban
serta melaksanakan tugas lain (residu) yang belum menjadi tugas
sesuatu instansi.dan atau tugas yang telah menjadi urusan daerah
 Kepamongprajaan adalah kemampuan menyelenggarakan
pemerintahan dalam negeri. Aparat yang memiliki kemampuan itu
disebut Pamongpraja (Taliziduhu Ndraha, 2010)
 Secara kelembagaan pamongpraja itu identik berada pada pemerintah
desa/ kelurahan, kecamatan dan pemerintah daerah kabupaten/ kota
dan pemerintah provinsi. Dapat dikatakan bahwa pamongpraja itu
adalah penyelenggara pemerintahan dalam negeri yang telah dibekali
ilmu pemerintahan (kybernologi) dan sistem nilai kepamongprajaan
(sistem nilai dasar pemerintahan) melalui penyelenggaraan pendidikan
tinggi kepamongprajaan (Taliziduhu Ndraha, 2011)
 Padanan makna lain dari kepamongprajaan dapat dilihat dari istilah
government yang berarti “ pemerintah “ dan juga “ pemerintahan “.
Governance dapat diartikan juga pemerintah atau pemerintahan,
namun lebih dapat dilihat dari segi hasil (output) seperti bila
penyelenggaraan pemerintahan itu good (good governance), atau
tidak baik (bad governance). (Taliziduhu Ndraha, 2010)
 Jadi pengertian kepamongprajaan, government dan governance
merupakan padanan makna dari pemerintah dan pemerintahan.

Kepamongprajaan Sebagai Profesi dan Kinerja


1. Etika Profesi Pamongpraja
Tujuan akhir pelaksanaan tugas dan fungsi pamongpraja setidaknya
tercipta rasa aman bagi masyarakat (Wirman Syafri dkk, 2010). Rasa
aman yang dimaksudkan meliputi 4 hal sbb ;
a. Security, perasaan bebas dari gangguan fisik dan physikis
b. Surety, kemantapan hati atau perasaan bebas dari keragu-raguan
c. Safety, perasaan bebas dari kemungkinan adanya resiko
d. Peace, perasaan damai lahiriah dan bathiniah (tanpa beban)

Terciptanya rasa aman tersebut, maka masyarakat benar-benar


terayomi, terlindungi dan terlayani dengan baik. Untuk mewujudkan
rasa aman tersebut, diperlukan seperangkat nilai dan etika profesi
pamongpraja sebagai berikut ;
a. Sopan, menunjuk pada suatu perbuatan dan tingkah laku selaras
dan tidak bertentangan dengan ajaran agama, susila, norma yang
terdapat dalam kebiasaan sehari-hari masyarakat. Sopan itu
dapat dibagi pula sebagai berikut ;
 Sopan dalam sikap bathin
 Sopan dalam sikap lahir
 Sopan dalam tindakan
 Sopan dalam bertutur kata
b. Melayani, pada dasarnya pamongpraja bertugas 24 jam untuk
melayani berbagai keluhan masyarakat baik disampaikan lisan
maupun tertulis atau meminta pelayanan mengenai kebutuhan
barang dan jasa serta berbagai kebutuhan masyarakat lainnya.
c. Melindungi, merupakan kebutuhan masyarakat untuk
memperoleh kepastian rasa aman, keselamatan lahir bathin, tidak
terganggu hak miliknya serta tidak ada keraguan akan
mengganggu dari pihak lain. Hal-hal yang perlu dilindungi adalah ;
 Keamanan dan keselamatan fisik dan phykis masyarakat
 Kepemilikan harta benda masyarakat
 Kepentingan masyarakat
 Melindungi harga diri, harkat dan martabat masyarakat
(penegakan HAM)
 Melindungi norma atau aturan agar dipatuhi masyarakat
 Melindungi citra korp pamongpraja itu sendiri

d. Mengayomi, dalam arti melakukan tindakan yang membuat


orang lain atau masyarakat merasa nyaman dan aman serta
bebas dari rasa kekhawatiran. Di samping itu, pamongpraja
harus pula berperan sebagai ;
 Sebagai guru
 Sebagai bapak atau yang dituakan
 Sebagai pemimpin

2. Seni dan ilmu


 Seni (art) dan ilmu (science) selalu dimiliki oleh manusia tetapi
akan berbeda satu sama lain. Seni pada dasarnya melekat
pada diri seseorang bahkan bawaan sejak lahir dan
kadangkala sulit itu dipelajari, sedangkan ilmu dapat dipelajari
mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi.
 Kepemimpinan itu merupakan seni dan ilmu, dalam praktek
kepemimpinan sering dijumpai bahwa seorang pemimpin
memiliki banyak ilmu kepemimpinan, namun untuk
menerapkannya memerlukan seni tersendiri.
 Seni memimpin itu terkait dengan gaya atau style serta
performance seseorang yang sulit ditiru dan dipraktekkan
orang lain.

X. Prinsip-Prinsip Good Governance


A. Prinsip Good Governance
Ada banyak pendapat tentang prinsip good governance seperti
dikemukakan oleh Bank Dunia, UNDP, namun dalam mata kuilah ini
hanya mengemukakan 4 prinsip penting good governance :
1. Pelayanan publik
2. Partisipatif
3. Penegakan hukum (reward and phunisment)
4. Transparansi

B. Pelayanan (Indikator kualitas dan Nilai)


Beberapa Pengertian
 Pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1995)
 Pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukan orang lain (Sutopo, 1994;14 dalam
Bustamar , Tesis, 2003)
 Pelayanan umum adalah sebagai suatu proses untuk mencapai
sasaran tertentu yang telah ditetapkan berkaitan dengan kepentingan
umum (Munir, 1995;57 dalam Bustamar, Tesis, 2003)
 Pelayanan umum adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum
yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan
dilingkungan BUMN/D dalam bentuk barang dan atau jasa, baik
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
(Kepmen PAN Nomor 81 Tahun 1993 dalam Bustamar, Tesis,
1993)
 Kualitas pelayanan atau excelent service adalah pelayanan yang
unggul yaitu suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani
pelanggan secara memuaskan, secara garis besar ada 4 )unsur
pokok dalam pelayanan berkualitas yakni ; lebih cepat (faster), lebih
murah (cheaper ), lebih baik (better), pasti dan transparan (Tjiptono,
1996;18 dalam Bustamar, Tesis, 2003)
 Pelayanan yang berkualitas adalah terjemahan dari excellent service
yang secara harfiah berarti pelayanan yang prima (Soetopo, 1999;17
dalam Bustamar, Tesis, 2003)

C. Pelayanan Prima Msyarakat


Dalam pelayanan prima masyarakat ada beberapa hal yang harus
diperhatikan ;
 Apabila dikaitkan dengan tugas dan fungsi pemerintahan dalam
pelayanan kepada masyarakat, maka pelayanan prima adalah
pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada masyarakat
 Pelayanan berkualitas manakala punya standar pelayanan minimal
 Pelayanan prima adalah pelayanan yang sudah memenuhi standar.

D. Standar pelayanan minimal adalah :


a. Jelas lembaga yang melayani
Untuk sebuah pelayanan yang prima harus ada lembaga khusus yang
menangani pelayanan public, sehingga tidak ada lagi pelayanan yang
diberikan oleh banyak perangkat/ unit daerah
b. Mekanisme dan prosedur pelayanan
Memuat hal sbb ; jenis pelayanan, alur/ prosedur pelayanan mulai
dari awal penerimaan berkas sampai penyerahan hasil pelayanan
c. Mudah persyaratannya
Persyaratan harus hal yang prinsip, mudah diperoleh dan tidak
berbelit
d. Jelas besar tarifnya dan
Tarif/ biaya yang dikenakan harus sesuai dengan aturan berlaku,
tidak boleh ditambah atau dikurangi
e. Terukur dan pasti waktu pengurusannya
Untuk setiap jenis pelayanan harus terukur dan pasti seberapa lama
pengurusan itu harus diselesaikan dan harus ditepati
f. Ada ruang akses publik
Ruang akses publik harus disediakan, ini juga merupakan standar
pelayanan minimal. Ruang akses ini diperlukan guna menampung
keluhan masyarakat baik lisan maupun tertulis, serta ruang untuk
memberikan saran, masukan, kritik atau pengaduan bila pelayanan
yang diberikan tidak sesuai standar, hal ini berupa ; kotak saran,
nomor telepon yang selalu on

 Standar pelayanan minimal ini lebih praktis diterapkan dalam


pelayanan administratif, baik dalam pelayanan perizinan maupun
dalam pelayanan non perizinan.

E. Lembaga Pelayanan
Ada 2 bentuk lembaga pelayanan di daerah yakni ;
1. Pelayanan satu pintu terpadu (one gate service)
Pada saat sekarang lembaga seperti ini adalah Badan/ Kantor,
dan ada yang digabung menjadi Badan/ Kantor Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, bahkan sudah ada
lembaganya yang berdiri sendiri, Pelayanan Administrasi
Kecamatan (PATEN) Kantor Camat dan Kantor Kepala Desa
(nama lain)
2. Pelayanan satu atap
Bentuk lembaga pelayanan satu atap saat ini adalah Samsat
(Sistem administrasi satu atap), di mana ada 3 lembaga yang
memilikii tupoksi berkaitan erat satu sama lain spt ; DPPKAD
(Bidang Pendapatan), Polri (Satlantas) dan PT. Jasa Raharja
dalam menerbitkan STNK. Akan tetapi lembaga yang ada pada
satuan administrasi ini bertanggung jawab secara hirarki kepada
atasan masing-masing.

Kementerian dan Lembaga yang secara fungsional bertanggung


dalam hal pembinaan dan fasilitasi terhadap pelayanan publik
adalah ;
1. Kementerian Dalam Negeri RI
2. Kementerian PAN dan RB RI
3. LAN RI
4. Ombusmen RI

OKE

Anda mungkin juga menyukai