A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
B. KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
2
3
4
mengubah energi potensial menjadi energi aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil.
Jadi, seorang kepala sekolah bisa disebut menerapkan kaidah kepemimpinan
transformasional, jika dia mampu mengubah sumber daya baik manusia, instrumen, maupun
situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja
dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang
telah ditetapkan.5[5] Sumber daya yang dimaksud yaitu sumber daya manusia seperti
pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti, dan lain-lain.
Berkaitan dengan kepemimpinan transformasional ini, Leithwood, dkk (1999)
mengemukakan :6[6]
Transformational leadership is seen to be sensitive to organization building, developing
shared vision, distributing leadership and building school culture necessary to current
restructuring efforts in schools.
Kepemimpinan transformasional menggiring SDM yang dipimpin ke arah tumbuhnya
sensitivitas pembinaan dan pengembangan organisasi, pengembangam visi secara bersama,
pendistribusian kewenangan kepemimpinan, dan membangun kultur organisasi sekolah yang
menjadi keharusan dalam skema restrukturisasi sekolah.
5
6
7
b. Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi
c. Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.
Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yang
membedakan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya:8[8]
a. Charisma
Memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa
hormat dan percaya.
b. Inspiration
Mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya,
mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.
c. Intellectual stimulation
Meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.
d. Individualized consideration
Memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan
secara individual.
8
9
d. Pemimpin memotivasi pengikutnya dengan menetapkan tujuan dan menjanjikan imbalan
bagi kinerja yang dikehendaki.
e. Kepemimpinan tergantung pada kekuatan pemimpin memperkuat bawahan untuk berhasil
tawar-menawar.
2. Kepemimpinan Transformasional
a. Pemimpin membangkitkan emosi pengikut dan memotivasi mereka bertindak di luar
kerangka dari apa yang digambarkan sebagai hubungan pertukaran.
b. Kepemimpinan adalah bentuk proaktif dan harapan-harapan baru pengikut.
c. Pemimpin dapat dibedakan oleh kapasitas mereka mengilhami dan memberikan
pertimbangan individual (bentuk perhatian, dukungan, dan pengembangan bagi pengikut),
stimulasi intelektual (upaya pemimpin untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan
organisasional dengan sudut pandang yang baru) dan pengaruh ideal (membangkitkan emosi
dan identifikasi yang kuat terhadap visi organisasi) untuk pengikut.
d. Pemimpin menciptakan kesempatan belajar bagi pengikut mereka dan merangsang
pengikutnya untuk memecahkan masalah.
e. Pemimpin memiliki visi yang baik, retoris dan keterampilan manajemen untuk
mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan pengikutnya.
f. Pemimpin memotivasi pengikutnya bekerja untuk tujuan yang melampaui kepentingan
pribadi.
KESIMPULAN
TUGAS KEPEMIMPINAN
“Perbedaan Kepemimpina Transaksional dan Kepemimpinan
Transformasional”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Kepemimpinan”
Dosen pembimbing:
Drs. Imas Maesaroh, Dip,I.M.Lib.,Ph,D.
Oleh :
Syafa’atus Sholihah
(B74213065)
JURUSAN MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2014
Kepemimpinan Transformasional.
Kepemimpinan Transformasional memiliki pengertian kepemimpinan
yang bertujuan untuk perubahan. Sesuai dengan natur kepemimpinan
yaitu adanya pergerakan untuk mencapai tujuan, maka tujuan yang
dimaksud disini adalah perubahan. Perubahan yang diasumsikan sebagai
perubahan ke arah yang lebih baik, menantang status quo, dan aktif.
Kepemimpinan Transformasional memiliki empat faktor yang bisa
disebut 41, yaitu:
Karisma dan idealisme (idealize influence)- yang dimiliki pemimpin
Motivasi inspirasional (inspirational motivation)- dari pemimpin kepada
pengikut
Stimulasi intelektual(intellectual motivation)-dari pemimpin kepada
pengikut
Perhatian pada individu (individualized consideration)- dari pemimpin
agar pengikutnya bertumbuh
Istilah Transformational Leadership dimunculkan pertama kali tahun
1973 oleh Downton. Kemudian James McGrefor Burns, seorang sosiolog
politik, menulis dalam buku leadership di tahun 1978 bahwa seorang
pemimpin menangkap motivasi para pengikutnya dengan tujuan untuk
mencapai tujuan bersama. Burns membedakan antara kepemimpinan
dengan pemaksaan, karena adanya keinginan dan pengikut yang juga
harus dipenuhi.
Pemimpin pemimpin transaksional mengklarfikasikan peran dan
persyaratan-persyaratan tugas pada bawahan, mengawali strktur,
memberikan penghargaan penghargan yang sepantasnya, dan berusaha
untuk penuh perhatian dan mkemenuhi kebutuhan para bawahan.
Kemampuan pemimpin transaksional untuk memuaskan para bawahan
dapat meningkatkan produktivitas. Pemimpin transaksional unggul dalam
fungsi-fungsi manajeman, mereka adalah pemimpin-pemimpin yang suka
bekerja keras, toleran, dan adil. Mereka berusaha mempertahankan
segalanya berjalan dengan lancer dan efisien. Pemimpin-pemimpin
transaksional sering menekankan aspek-aspek kinerja yang tidak
menunjuk pada seseorang, seperti rencana, jadwal, dan anggaran. Mereka
memiliki rasa komitmen terhadap organisasi dan menyesuaikan diri
dengan norma-norma dan nilai-nilai organisasional. Kepemimpinan
transaksional penting bagi semua organisasi, tetapi mengawali perubahan
membutuhkan pendekatan yang berada.
Ciri kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan Transformasional memiliki cirri memperhatikan
perkembangan dan perubahan prestasi dari para pengikutnya, apakah
menjadi semakin baik menurut criteria organisasi atau tidak. Pemimpin
membangun kepercayaan serta mendukung pengikut untuk
mengekspresikan segenap potensi yang ada do dalam dirinya. Tujuan
yang hendak dicapai antara pemimpin dan pengikut dan atau mirip, dan
berjalan dengan sinkron.
Di dalam kepemimpinan Transformasional ada beberapa unsur, yaitu:
Unsur pemimpin
Pemimpin memiliki karisma dimata pengikut
Pemimpin memiliki visi atau idealisme yang sesuai dengan harapan
pengikut
Pemimpin mampu memberikan pengaruh kepada pengikut
Unsur Pengikut
Pengikut memiliki inspirasi dan dirinya dan memandang pemimpin
mampu membawanya untuk mewujudkan inspirasi tersebut
Pengikut memiliki motivasi dan pemimpin menangkap motivasi tersebut
untuk diarahkan menjadi tujuan bersama
Unsur Kerjasama
Didalam melaksanakan pekerjaannya, pemimpin mampu merangsang
atau memicu kreatifitas intelektual dari para pengikut
Unsur Keputusan
Didalam kerjasama transformasional, pengikut bebas mengambil
keputusan dan bukan karena ada tekanan
Komponen penting dalam kepemimpinan transformasional adalah
karisma dalam diri pemimpin dimata pengikutnya. Apabila diartikan
secara langsung, pemimpin yang berkarisma adalah pemimpin yang
dianggap memiliki anugrah dari Tuhan
11) Pemimpin lebih focus pada kualitas yang tidak nyata, seperti visi, nilai-
nilai, dll
judul diatas memang terasa amat panjang, awal yang saya kira bagaimana harus menuliskan
sesuatu dlm tulisan ini..
judul itu adlh sebuah refleksi dari skripsi sya yg sedang saya tulis sekarang, yang saya
bagikan disini adalah gambaran secara garis besarnya saja, penambahan-penambahan
setelahnya bisa ditambah jika dirasa perlu .
sebelum berbicara tentang transfor dan transak, sebaiknya kita paham betul tentang arti
kepemimpinan :
1. kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi. kepemimpinan hanya ada dalam
proses relasi dengan orang lain (para pengikut) . Apabila tidak ada pengikut, maka
tidak ada pemimpin. tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa pemimpin yang
efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berralasi dengan
para pengikut mereka.
2. kepemimpinan merupakan suatu proses. agar bisa mempimpin, pemimpin harus
melakukan sesuatu. sprti telah diobservasi oleh john gardner (1986-1988)
kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas
yang diformalkan mungkin sangat mendorong suatu proses kepemimpinan, namun
sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3. kepemimpinan harus membujuk orang2 lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin
membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seoerti menggunakan otoritas yang
terelegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi
imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi dan mengkomonikasikan visi.
Konsep kepemimpinan transformasional dan transaksional didasari oleh teori kebutuhan atau
motivasi maslow. Menurut Bass dalam Robbins, (2008) kebutuhan pada tingkat yang lebih
rendah bisa dipenuhi dengan baik oleh pola kepemimpinan transaksional sedangkan
pemuasan kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi hanya bisa dipenuhi oleh pemimpin yang
menerapkan pola kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan Transformasional.
Bass dalam Robbin dan Judge, (2008) mengemukakan adanya empat ciri karakteristik
kepemimpinan transformasional, yaitu:
kharisma dan pengaruh yang ideal dari pemimpin menunjukkan adanya pendirian,
menekankan kebanggan dan kepercayaan, menempatkan isu-isu yang sulit, menunjukkan
nilai yang paling penting dalam visi dan misi yang kuat, menekankan pentingnya tujuan,
komitmen dan konsekuen etika dari keputusan serta memiliki sence of mission. Dengan
demikian pemimpin akan diteladani, membangkitkan kebanggaan, loyalitas, hormat,
antusiasme, dan kepercayaan bawahan. Selain itu pemimpin akan membuat bawahan
mempunyai kepercayaan diri. Sunarsih, (2001)
Berarti mengenalkan cara pemecahan masalah secara cerdik dan cermat, rasional dan hati-
hati sehingga anggota mampu berpikir tentang masalah dengan cara baru dan menghasilkan
pemecahan yang kreatif. Rangsangan intelektual berarti menghargai kecerdasan
mengembangkan rasionalitas dan pengambilan keputusan secara hati-hati. Pemimpin yang
mendorong bawahan untuk lebih kreatif, menghilangkan keengganan bawahan untuk
mengeluarkan ide-idenya dan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan
pendekatan-pendekatan baru yang lebih menggunakan intelegasi dan alasan-alasan yang
rasional dari pada hanya didasarkan pada opini-opini atau perkiraan-perkiraan semata. Bass
dalam Sunarsih, (2001).
Pemimpin yang inspirasional adalah seorang pemimpin yang bertindak dengan cara
memotivasi dan menginspirasi bawahan yang berarti mampu mengkomunikasikan harapan-
harapan yang tinggi dari bawahannya, menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan
pada kerja keras, mengekspresikan tujuan dengan cara sederhana.
Pemimpin mempunyai visi yang menarik untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi
bagi para bawahan, optimis dan antusiasme, memberikan dorongan dan arti terhadap apa
yang perlu dilakukan. Sehingga pemimpin semacam ini akan memperbesar optimisme dan
antusiasme bawahan serta motivasi dan menginspirasi bawahannya untuk melebihi harapan
motivasional awal melalui dukungan emosional dan daya tarik emosional.
Perhatian secara individual merupakan cara yang digunakan oleh pemimpin untuk
memperoleh kekuasaan dengan bertindak sebagai pembimbing, memberi perhatian secara
individual dan dukungan secara pribadi kepada bawahannya.
Kepemimpinan Transaksional
Bass dalam Yukl, (2007) mengemukakan bahwa hubungan pemimpin transaksional dengan
karyawan tercermin dari tiga hal yakni:
1) Pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelasakan apa yang akan
mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan;
2) Pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan; dan
3) Pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan tersebut
sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan.
2. Manajemen dengan pengecualian / eksepsi Aktif (Active Manajemen By exception).
Pada manajemen eksepsi aktif pemimpin memantau deviasi dari standar yang telah
ditetapkan dan melakukan tindakan perbaikan, serta melakukan tindakan perbaikan.
3. Manajemen dengan pengecualian / eksepsi pasif (Pasive Manajemen By exception).
Pada manajemen eksepsi pasif pemimpin melakukan tindakan jika standar tidak tercapai.
Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah sesuatu perasaan yang dimiliki masing2 individu khususnya dalam
menilai kerja.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual, setiap individu
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada
dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan
individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut, dengan demikian
kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya
senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai
yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Perasaan yang
berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima,
kesempatan pengembangan karir, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja,jenis
pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang
berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan.
Hian Chye Koh menyatakan bahwa kepuasan kerja didukung oleh lima faktor yang meliputi:
pekerjaan, rekan kerja, gaji, promosi, dan pemimpin. Berangkat dari pendapat itu, diantara
kepuasan kerja yang didapat karyawan, faktor pemimpin mempunyai andil dalam membentuk
loyalitas karyawan agar tetap berjalan sesuai dengan apa yang dihapkan oleh perusahaan.
1. Kepemimpinan Transaksional
2. Kepemimpinan Transformasional
- Pengaruh yang ideal, memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggan serta
mendapatkan respek dan kepercayaan.
- Motivasi yang inspirasional, mengkomunikasikan ekspektasi yang tinggi,
menyatakan tujuan tujuan penting dengan sederhana
- Stimulasi intelektual, meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan
masalah yang cermat.
- Pertimbangan yang bersifat individual, memberikan perhatian pribadi,
memperlakukan karyawan secara individual, serta melatih dan memberi saran.
Sri Mulyani adalah contoh seorang pemimpin transformasional yang berkarakter, dia
memegang teguh etika kerjanya dan memiliki integritas yang kuat sehingga terkenal
sebagai pemimpin yang bersih dari faktor KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme). Dia
berani mengambil resiko, melawan arus birokrasi yang ada yang sudah berjalan
bertahun-tahun dan mengakar dengan kuat dengan cara melakukan pembaharuan dan
reformasi proses birokrasi di departemen keuangan dan departemen terkait lainnya,
seperti bea cukai, perpajakan, yang terkenal kuat dengan citra KKN. Beliau melakukan
pembaharuan dan reformasi birokrasi didepartemen-departemen yang dipimpinnya,
dia memberikan contoh tentang apa yang harus dilakukan, dia mendorong agar anak
buahnya menjadi lebih baik dan bertransformasi meninggalkan citra yang buruk, dia
menginspirasi orang banyak untuk mempertahankan integritas dan etika yang baik
sebagai pejabat publik. Sri Mulyani juga telah membuktikan bahwa dia mempunyai
kualitas-kualitas dan ciri-ciri sebagai pemimpin yang efektif; seperti berintegritas,
beretika, mempunyai visi dan misi yang jelas, berani membuat tindakan/keputusan,
berani menempuh resiko, memberikan rewards dan punishment, membawa dan
melakukan perubahan, memenuhi target yang diharapkan, dan bertanggung-jawab dan
akuntabel atas keputusannya, serta masih banyak lagi kualitas lainnya. Dari segi
kompetensi inti atau skill, SMI memiliki intelektualitas dan pengalaman dibidang
perekonomian dan dunia internasional yang sangat baik bahkan diakui oleh pihak
internasional serta memiliki kemampuan konseptual yang baik.
PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan diteliti,
karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit dipahami. Fenomena
kepemimpinan di negara Indonesia juga telah membuktikan bagaimana kepemimpinan
telah berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam
dunia bisnis, kepemimpinan berpengaruh sangat kuat terhadap jalannya organisasi dan
kelangsungan hidupnya. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan
organisasi harus mampu menyikapi perkembangan zaman ini. Pemimpin yang tidak dapat
mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon,
besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya
mengalami keruntuhan.
Pada era globalisasi dan pasar bebas hanya perusahaan yang mampu melakukan
perbaikan terus-menerus (continuous improvement) dalam pembentukan keunggulan
kompetitif yang mampu untuk berkembang. Organisasi sekarang harus dilandasi oleh
keluwesan, team kerja yang baik, kepercayaan, dan penyebaran informasi yang memadai.
Sebaliknya, organisasi yang merasa puas dengan dirinya dan mempertahankan status quo
akan tenggelam dan selanjutnya tinggal menunggu saat-saat kematiannya.
Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 3, No. 3, Desember 2010 | Irra Chrisyanti Dewi
dan Nuri Herachwati
2
Pembelajaran organisasi merupakan salah satu sumber penting keuntungan kompetitif
yang berkesinambungan yang dimiliki oleh perusahaan (de Geus, 1988 dalam Hugo, et al.,
2009), dan menjadi pengendali penting kinerja perusahaan (Stata, 1989 dalam Hugo, et al.,
2009). Pada lingkungan yang bergejolak tempat organisasi beroperasi, pembelajaran
berkesinambungan menjadi pengendali kunci kemampuan perusahaan untuk tetap adaptif
dan fleksibel, artinya untuk tetap bertahan dan bersaing secara efektif (Burke, dkk., 2006
dalam Hugo, et al., 2009). Sejumlah penelitian membahas tentang pembelajaran organisasi
yang mempengaruhi keuntungan kompetitif (Jashapara, 2003 dalam Hugo, et al., 2009),
kinerja keuangan dan non-keuangan (Bontis, dkk., 2002; Skerlavaj/Dimovski, 2004;
Dimovski/Skerlavaj, 2005; Jimenez-Jimenez/Cegarra-Navarro, 2006 dalam Hugo, et al.,
2009),
keuntungan berwujud dan tidak berwujud melalui aliansi strategis (Simonin, 1997 dalam
Hugo,
et al., 2009), biaya unit produksi (Darr, dkk., 1995 dalam Hugo, et al., 2009), dan inovasi
(Llorens, dkk., 2005 dalam Hugo, et al., 2009).
Keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tidak lepas dari
peran kepemimpinan, karena kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi,
menggerakkan, dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan berperan
sebagai penggerak segala sumber daya manusia dan sumber daya lain yang ada dalam
organisasi, dan juga sebagai faktor kunci dalam aspek manajerial. Keberadaan pemimpin
dalam perusahaan merupakan hal yang terpenting karena merupakan tulang punggung
dan memiliki peranan yang strategis dalam mencapai tujuan perusahaan. Gaya
kepemimpinan yang tepat dapat menimbulkan motivasi karyawannya untuk berprestasi
karena sukses dan tidaknya karyawan dalam mengukir prestasi kerja dapat dipengaruhi oleh
gaya kepemimpinan atasannya. Pemimpin yang efektif akan dapat menjalankan fungsinya
tidak hanya ditunjukkan dari kekuasaan yang dimiliki, tetapi juga ditunjukkan oleh sikap
untuk
memotivasi karyawan dalam menjalankan tugasnya. Kepemimpinan yang efektif akan
memotivasi karyawan untuk bertindak mencapai kinerja yang lebih baik.
Salah satu faktor situasional yang berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan
adalah relasi antara pemimpin dan pengikut. Interaksi antar pribadi yang berbeda motivasi
dan potensi kekuasaan, termasuk di dalamnya ketrampilan dalam mencapai tujuan
bersama. Interaksi ini memiliki dua bentuk, yaitu: kepemimpinan transaksional dan
transformasional (Yukl, 1998). Kepemimpinan transaksional dan transformasional sangat
penting dan dibutuhkan dalam organisasi. Organisasi membutuhkan kepemimpinan
transaksional yang dapat memberikan arahan, menjelaskan perilaku yang diharapkan, serta
memberikan reward dan punishment, yang dimungkinkan dapat berpengaruh pada kinerja
karyawan. Sementara itu organisasi juga membutuhkan visi serta dorongan yang dibentuk
oleh kepemimpinan transformasional. Esensi nyata dari kepemimpinan transformasional
adalah bahwa pemimpin ini menyebabkan pengikut melakukan lebih dari yang diharapkan
Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 3, No. 3, Desember 2010 | Irra Chrisyanti Dewi
dan Nuri Herachwati
3
mereka lakukan, dan pengikut itu mengetahui, serta percaya bahwa pemimpin tidak akan
mengambil keuntungan dari mereka. Seseorang yang memiliki kepercayaan yang lebih
pada orang lain akan berlaku sesuai dengan apa yang seharusnya, sehingga stándar kerja
yang diharapkan dapat dicapai (Hugo, et al., 2009) .
Dikarenakan pentingnya pembelajaran organisasi bagi kinerja perusahaan, maka
pemahaman sejumlah cara yang dapat digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi
proses belajar di organisasi menjadi semakin penting. Lei, dkk. (1999), Llorens, dkk. (2005),
Senge (1990), dan Swieringa/Wierdsma (1992) dalam Hugo, et al. (2009) menekankan
pentingnya kepemimpinan bagi pembelajaran organisasi. Maani/Benton (1999),
Slater/Narver (1995), dan Snell (2001) dalam Hugo, et al. (2009) mendeskripsikan
kemampuan
yang terkait dengan kepemimpinan transformasional sebagai salah satu sarana terpenting
untuk mengembangkan pembelajaran organisasi, sedangkan pengembangan teroritis
terbaru menekankan pada pentingnya pendekatan pendukung pada pembelajaran
kepemimpinan dan organisasi (Vera/Crossan, 2004 dalam Hugo, et al. 2009).
PT Bangun Satya Wacana Surabaya sebagai salah satu anak perusahaan dari Kelompok
Kompas-Gramedia (KKG) yang bergerak di bidang pendidikan komputer, telah dipercaya
oleh beberapa yayasan pendidikan di Surabaya, sehingga harus bersaing dengan keras
antar sesama perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan. Oleh sebab itu, PT Bangun
Satya Wacana berusaha meningkatkan kinerja karyawannya melalui pembelajaran
organisasi agar memiliki keunggulan yang kompetitif, dan pada akhirnya visi, misi, dan
tujuannya dapat tercapai. Seperti telah diketahui bahwa kepemimpinan dan pembelajaran
organisasi ditanggapi tidak sama oleh semua karyawan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian
ini secara empiris menganalisis hubungan antara gaya kepemimpinan dan pembelajaran
organisasi di dalam konteks ekonomi transisional, atau lebih tepatnya peralihan dari ekonomi
yang asalnya terpusat menjadi bebas. Secara lebih khusus, penelitian ini meneliti pengaruh
kepemimpinan transaksional dan transformasional pada PT Bangun Satya Wacana Surabaya.
Hal ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui hasil penelitian dan memahami gaya
kepemimpinan secara lebih baik, dan dari gaya kepemimpinan tersebut dapat diketahui
dengan gaya yang mana yang lebih mempengaruhi proses pembelajaran organisasi.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah: 1) Apakah kepemimpinan transaksional berpengaruh secara signifikan
terhadap pembelajaran organisasi? ; 2) Apakah kepemimpinan transformasional
berpengaruh secara signifikan terhadap pembelajaran organisasi? ; 3) Apakah pengaruh
kepemimpinan transformasional lebih kuat dibandingkan kepemimpinan transaksional
terhadap pembelajaran organisasi?
Adapun tujuan penelitian ini antara lain: 1) Menganalisis pengaruh kepemimpinan
transaksional terhadap pembelajaran organisasi; 2) Menganalisis pengaruh kepemimpinan
transformasional terhadap pembelajaran organisasi; 3) Menganalisis pengaruh
Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 3, No. 3, Desember 2010 | Irra Chrisyanti Dewi
dan Nuri Herachwati
4
kepemimpinan transformasional lebih kuat dibandingkan kepemimpinan transaksional
terhadap pembelajaran organisasi.
Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan transaksional memungkinkan pemimpin memotivasi dan mempengaruhi
bawahan dengan cara mempertukarkan reward dengan kinerja tertentu. Artinya, dalam
sebuah transaksi bawahan dijanjikan untuk diberi reward bila bawahan mampu
menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat bersama. Alasan ini
mendorong Burn dalam Pawar dan Eastman (1997) untuk mendefinisikan kepemimpinan
transaksional sebagai bentuk hubungan yang mempertukarkan jabatan atau tugas tertentu
jika bawahan mampu menyelesaikan dengan baik tugas tersebut. Sedangkan Bass (1985)
mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah sejumlah langkah dalam proses
transaksional yang meliputi: pemimpin transaksional memperkenalkan apa yang diinginkan
bawahan dari pekerjaannya dan mencoba memikirkan apa yang akan bawahan peroleh
jika hasil kerjanya sesuai dengan transaksi. Pemimpin menjanjikan imbalan bagi usaha yang
dicapai, dan pemimpin tanggap terhadap minat pribadi bawahan bila ia merasa puas
dengan kinerjanya. Menurut Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), kepemimpinan
transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan
perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang
melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan
mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan. Jadi,
kepemimpinan transaksional menekankan proses hubungan pertukaran yang bernilai
ekonomis untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologis sesuai dengan kontrak yang
telah mereka setujui bersama.
Pada hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan
kepada bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan
bawahannya yang berkinerja buruk. Apakah penghargaan yang dijanjikan atau
terhindarnya dari hukuman itu mampu memotivasi bawahannya untuk meningkatkan
kinerjanya? Hal ini tergantung pada apakah pemimpinnya mampu mengendalikan
penghargaan dan hukuman tersebut, serta apakah bawahan menginginkan penghargaan
atau takut terhadap hukuman tersebut (Bass, 1990a).
Bass dalam Howell dan Avolio (1993) mengemukakan bahwa karakteristik kepemimpinan
transaksional terdiri atas dua aspek, yaitu: contingent reward dan management by
exception. Hal ini sejalan dengan pendapat Antonakis, dkk. (2003) dalam Hugo, et al. (2009)
bahwa kepemimpinan transaksional mempunyai tiga dimensi, antara lain: contingent reward
(kepemimpinan dengan memberikan hadiah merujuk pada perilaku yang berfokus pada
pengklarifikasian persyaratan peranan dan tugas, serta memberikan bawahan hadiah
materi atau psikologis jika menyelesaikan kewajiban kontraktual), management by
Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 3, No. 3, Desember 2010 | Irra Chrisyanti Dewi
dan Nuri Herachwati
5
exception-active (merujuk pada pemantauan aktif pemimpin yang bertujuan untuk
memastikan pemenuhan standar kerja, management by exception-passive (terjadi saat
pemimpin menunggu mengambil tindakan sampai terjadi kesalahan yang menarik
perhatiannya dan pemimpin gagal ikut campur dalam masalah tersebut sampai masalah
tersebut terlanjur menjadi serius.
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan
perubahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan
yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi
sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada
saat itu (Bass, 1985 dalam Locke, 1997). Popper dan Zakkai (1994) mendefinisikan
kepemimpinan transformasional merupakan kepemimpinan yang proaktif. Proaktif di sini
berarti pemimpin melihat kondisi saat ini sebagai batu loncatan untuk pencapaian tujuan di
masa depan. Pemimpin yang berhubungan dengan kebutuhan pengembangan para
bawahannya, sedangkan menurut Jung dan Avolio (1999) kepemimpinan transformasional
meliputi pengembangan hubungan yang lebih dekat antara pemimpin dan pengikutnya,
bukan hanya sekedar sebuah perjanjian tetapi lebih didasarkan pada kepercayaan dan
komitmen. Sejalan dengan hal tersebut Podsakoff (1996) menyatakan bahwa perilaku
pemimpin transformasional dapat menaikkan imbas (impact) perilaku pemimpin
transaksional pada variabel-variabel outcomes bawahan, sebab bawahan merasa percaya
dan hormat terhadap pemimpin serta mereka termotivasi berbuat lebih daripada apa yang
diharapkan.
Selanjutnya, menurut Bass (1998) dalam Tschannen-Moran (2003) untuk dapat
menghasilkan produktivitas, kepemimpinan transformasional telah didefinisikan sebagai
“Fours I’s” yang menjadi dimensi-dimensi dalam kepemimpinan transformasional, dengan
penjelasannya adalah: individualized influence (melalui model-model aturan bagi pengikut,
yang mana pengikut mengidentifikasi dan ingin melakukan melebihi model tersebut.
Pemimpin-pemimpin menunjukkan standard tinggi dari tingkah laku moral dan etika, serta
menggunakan kemampuan untuk menggerakkan individu maupun kelompok terhadap
pencapaian misi mereka dan bukan untuk nilai perorangan), inspirational motivation
(pemimpin memberikan arti dan tantangan bagi pengikut dengan maksud menaikkan
semangat dan harapan, menyebarkan visi, komitmen pada tujuan dan dukungan tim),
intellectual stimulation (pemimpin transformasional menciptakan rangsangan dan berpikir
inovatif bagi pengikut melalui asumsi-asumsi pertanyaan, merancang kembali masalah,
menggunakan pendekatan pada situasi lampau melalui cara yang baru), dan individualized
consideration (melalui pemberian bantuan sebagai pemimpin, memberikan pelayanan
Jurnal Manajemen Teori dan Terapan | Tahun 3, No. 3, Desember 2010 | Irra Chrisyanti Dewi
dan Nuri Herachwati
6
sebagai mentor, memeriksa kebutuhan individu untuk perkembangan dan peningkatan
keberhasilan).
Pembelajaran Organisasi
Pembelajaran organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip dasar pembelajaran yakni
menerima dan mengumpulkan informasi, menginterpretasikannya, dan bertindak
berdasarkan interpretasi dari informasi tersebut (Garvin, 2000). Pembelajaran organisasi
menyediakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar yang memungkinkan organisasi belajar
(Cleveland dan Plastrik, 1995). Pembelajaran organisasi juga dapat digambarkan sebagai
seperangkat perilaku organisasi yang menunjukkan komitmen untuk belajar dan terus
melakukan perbaikan. Pembelajaran organisasi merupakan jenis aktivitas dalam
Teori Kepemimpinan. Salah satu teori yang menekankan suatu perubahan dan yang paling
komprehensif berkaitan dengan kepemimpinan adalah teori kepemimpinan transformasional dan
transaksional (Bass, 1990). Gagasan awal mengenai gaya kepemimpinan transformasional dan
transaksional ini dikembangkan oleh James MacFregor Gurns yang menerapkannya dalam konteks
politik. Gagasan ini selanjutnya disempurnakan serta diperkenalkan ke dalam konteks organisasional
oleh Bernard Bass (Berry dan Houston, 1993).
Burn (dalam Pawar dan Eastman, 1997) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional dan transaksional dapat dipilah secara tegas dan keduanya merupakan gaya
kepemimpinan yang saling bertentangan. Kepemimpinan transformasional dan transaksional sangat
penting dan dibutuhkan setiap organisasi.
Selanjutnya Burn (dalam Pawar dan Eastman, 1997; Keller, 1992) mengembangkan konsep
kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan berlandaskan pada pendapat Maslow
mengenai hirarki kebutuhan manusia. Menurut Burn (dalam Pawar dan Eastman, 1997) keterkaitan
tersebut dapat dipahami dengan gagasan bahwa kebutuhan karyawan yang lebih rendah, seperti
kebutuhan fisiologis dan rasa aman hanya dapat dipenuhi melalui praktik gaya kepemimpinan
transaksional. Sebaliknya, Keller (1992) mengemukakan bahwa kebutuhan yang lebih tinggi, seperti
harga diri dan aktualisasi diri, hanya dapat dipenuhi melalui praktik gaya kepemimpinan
transformasional.
Sejauhmana pemimpin dikatakan sebagai pemimpin transformasional, Bass (1990) dan Koh, dkk.
(1995) mengemukakan bahwa hal tersebut dapat diukur dalam hubungan dengan pengaruh
pemimpin tersebut berhadapan karyawan. Oleh karena itu, Bass (1990) mengemukakan ada tiga
cara seorang pemimpin transformasional memotivasi karyawannya, yaitu dengan:
1) mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha;
2) mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok; dan
3) meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan aktualisasi diri.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu dimensi kompetensi yang sangat menentukan
terhadap kinerja atau keberhasilan organisasi.Esensi pokok kepemimpinan adalah
cara untuk memengaruhi orang lain agar menjadi efektif tentu setiap orang bisa
berbeda dalam melakukan. Kepemimpinan merupakan seni, karena pendekatan
setiap orang dalam memimpin orang dapat berbeda tergantung karakteristik
pemimpin, karakteristik tugas maupun karakteristik orang yang dipimpinnya.
Armstrong (2003) menyatakan kepemimpinan adalah proses memberi inspirasi
kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk mencapai hasil yang
diharapkan.
Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan Transaksional
kepada kesadaran tentang konsep diri serta harga diri dari bawahannya tersebut.
Pendekatan transaksional menggunakan konsep mencapai tujuan sebagai kerangka
kerja. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan transaksional
membantu karyawannya dalam meningkatkan motivasi untuk mencapai hasil yang
diinginkan dengan dua cara, yang pertama yaitu seorang pemimpin mengenali apa
yang harus dilakukan bawahan untuk mencapai hasil yang sudah direncanakan
setelah itu pemimpin mengklarifikasikan peran bawahannya kemudian bawahan
akan merasa percaya diri dalam melaksanakan pekerjaan yang membutuhkan
perannya. Yang kedua adalah pemimpin mengklarifikasi bagaimana pemenuhan
kebutuhan dari bawahan akan tertukar dengan penetapan peran untuk mencapai
hasil yang sudah disepakati (Bass, 1985).
Teori-teori Kepemimpinan
a. Teori Kelebihan
Teori ini beranggapan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin apabila ia memiliki
kelebihan dari para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin mencakup 3 hal yaitu kelebihan ratio, kelebihan rohaniah,
kelebihan badaniah.
b. Teori Sifat
Teori ini menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik apabila
memiliki sifat-sifat yang positif sehingga para pengikutnya dapat menjadi pengikut
yang baik, sifat-sifat kepemimpinan yang umum misalnya bersifat adil, suka
melindungi, penuh rasa percaya diri, penuh inisiatif, mempunyai daya tarik, energik,
persuasif, komunikatif dan kreatif.
c. Teori Keturunan
Menurut teori ini, seseorang menjadi pemimpin karena keturunan atau warisan,
karena orangtuanya seorang pemimpin maka anaknya otomatis akan menjadi
pemimpin menggantikan orangtuanya.
d. Teori Kharismatik
Teori ini menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang tersebut
mempunnyai kharisma (pengaruh yang sangat besar). Pemimpin ini biasanya
memiliki daya tarik, kewibawaan dan pengaruh yang sangat besar.
e. Teori Bakat
Teori ini disebut juga teori ekologis, yang berpendapat bahwa pemimpin lahir karena
bakatnya. Ia menjadi pemimpin karena memang mempunyai bakat untuk menjadi
pemimpin. Bakat kepemimpinan harus dikembangkan, misalnya dengan memberi
kesempatan orang tersebut menduduki suatu jabatan.
f. Teori Sosial
Teori ini beranggapan pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin. Setiap
orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin asal dia diberi kesempatan. Setiap
orang dapat dididik menjadi pemimpin karena masalah kepemimpinan dapat
dipelajari, baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman praktek.
Fungsi-fungsi Kepemimpinan
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator
merupakan pihak yang menentukan apa, bagaiman, bilamana, dan dimana perintah
itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan
yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang
lain agar mau melaksanakan perintah.
b. Fungsi konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Konsultasi itu dimaksudkan untuk
memperoleh masukan berupa umpan balik untuk memperbaiki dan
menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan
pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya
sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikut sertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi
dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri
atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam
fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memerikan pelimpahan wewenang membuat atau
menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari
pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang
penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang
mempunyai kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses atau efektif
mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif sehingga memungkinkan tercipnya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi
pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan.
Sosok Jokowi adalah figure yang cerdas, dan pandai dalam memimpin kota Solo dan
Jakarta sebagai Ibukota Negara yang cukup rumit, kompleks dalam segala konstelasi
ekonomi, politik, sosial, agama, kemanan, dan etnis. Namun Model kepemimpinan
transfomasional. kepemimpinan transformasional sebagai kemampuan yang dimiliki
seorang pemimpin untuk mempengaruhi anak buahnya, sehingga mereka akan
percaya, meneladani, dan menghormatinya.
sebut saja Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal
dengan panggilan Ahok. Ahok adalah tipe pemimpin Transaksional dimana beliau
memperlakukan bawahannya dengan memberikan reward dan punishment yang
jelas. Beliau dapat menjadi contoh yang baik agar para bawahannya menjadi lebih
baik. Beliau memiliki sifat yang jujur, berani melawan pihak yang korupsi,
transparan atau auditable. Salah satu contoh sikap transparan yang ditunjukkan
adalah semua yang menyangkut uang rakyat informasinya selalu disampaikan ke
masyarakat secara terbuka dan bisa dipertanggung jawabkan, sehingga rakyat dapat
mengetahui jika Ahok memimpin DKI Jakarta untuk kepentingan rakyat.
Hal tersebut tentu merupakan hal yang positif karena seorang pemimpin dituntut
untuk membawa perubahan bagi masyarakat yang dipimpinnya. Dengan tindakan
yang dilakukan Ahok dalam penegakan kebijakan, Seorang pemimpin harus bisa
menjadi sosok yang baik dan bijak, baik kepada rakyat kecil maupun rakyat besar.