Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI
PENGORGANISAIAN (ORGANIZING)
Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Suatu rencana yang
telah dirumuskan dan ditetapkan sebagai hasil penyelenggaraan fungsi organic
perencanaan, dilaksanakan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam satuansatuan kerja tertentu. Diperlukan berbagai pengaturan yang menetapkan bukan
saja wadah tempat berbagai kegiatan akan diselenggarakan , tetapi juga tata
karma yang harus ditaati oleh setiap orang dalam orang dalam organisasi dengan
orang-orang lain,baik dalam satu satuan kerja tertentu maupunantara kelompok
yang ada
1. Pengertian
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang,
alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu
kesatuan

dalam

rangka

mencapai

tujuan

yang

telah

ditetapkan.

Pengorganisasian merupakan langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan


mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang
serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka
mencapai tujuan (Muninjaya, 2004).
Hubber (2000) menyatakan

bahwa

pengorganisasian

adalah

memobilisasisumber daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai


tujuan organisasi, dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang
satu dengan yang lain.pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan
dinamis. Secara statis merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk
mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis merupakan suatu aktipitas dari
tata hubungan kerja yang teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan
tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009).

Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk


menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah
organisasi. Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama
yakni organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional,
misalnya sebuah rumah sakit, puskesmas, sebuah perkumpulan, badan-badan
pemerintahan

dan

lain

sebagainya.

Kedua,

merujuk

pada

proses

pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara


para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif.
Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan
system kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama
secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa,
arus komunikasi dan memfokuskan sumberdaya pada tujuan.
Agar organisasi dapat berpungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan
secara efektif, maka dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas
dan tanggung jawab orang-orang atau karyawan yang akan melakukan
kegiatan masing-masing.
Agar organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan
secara efektif, maka dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas
dan tanggung jawab orang-orang atau karyawan yang akan melakukan
kegiatan masing-masing.
Dalam penyelengaraan fungsi penggorganisasian, terdapat lima
pertanyaan yang harus terjawab dengan baik antara lain adalah :
a. Pertama : siapa melakukan apa?
Dalam rangka pengorganisasian harus terdapat kegiatan menciptakan atau
merumuskan klasifakasi jabatan, analisis pekerjaan, deskripsi pekerjaan.
Analisis ini akan dapat ditafsirkan jumlah orang yang dibutuhkan dengan
tingkat kepastian yang tinggi. Ketidakjelasan jawaban tentang hal ini dapat
berakibat pada beraneka ragam kesulitan, seperti jumlah tenaga yang tidak
sesuai dengan kebutuhan, atau tenaga kerja yang ada tidak mencukupi

persyaratan kualitatif dan penempatan orang yang tidak sesuai dengan


tuntutan tugasnya, dan lainnya.
Ada dua hal sorotan pandangan, untuk menentukan anlalisis penempatan
orang. Yaitu kemampuan teknis dan kemampuan manajerial. Kemampuan
teknis biasanya tercermin pada keterampilan tertentu. Keterampilan teknis
dituntut dari mereka yang ditugaskan menyelenggarakan berbagai kegiatan
operasional. Kemampuan manajerial dituntut dari mereka yang menduduki
berbagai jenjang jabatan kepemimpinan dalam organisasi
b. Kedua : siapa bertanggung jawab kepada siapa?
Suatu organisasi terdiri dari satuan-satuan kerja tertentu. Artinya organisasi
harus menggambarkan pembagian pembagian tugas, wewenang dan tanggung
jawabnya, antara lain demi kepentingan koordiansi dan sinkronisasi, mutlak
perlu terdapat kejelasan tentang hal-hal tersebut. Ketidakjelasan tentang
wewenang dan tanggung jawab akan berakibat pada tumpang tindah dan
duplikasi kegiatan yang menimbulkan berbagai jenis konflik dan pemborosan
yang tidak akan pernah dapat diselesaikan
c. Ketiga : siapa yg berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?
Interaksi antara berbagai satuan kerja pasti dan memang harus terjadi.
Interaksi timbul karena adanya saling ketergantungan antara satu satuan kerja
dengan satuan kerja lainnya. Tidak ada satuan kerja yang demikian tinggi
yang demikian tinggi tingkat otonominya sehingga ia tidak usah berinteraksi
dengan yang lain karena saling ketergantungan dalam hubungan berbagai
satuan kerja itu, hubungan dan interaksi yang terjadi haruslah didasarkan pada
pendekatan yg simbiosis mutualisme.
d. Keempat : saluran komunikasi apa yg terdapat dalam organisasi, bagaimana
cara memanfaatkannya, dan untuk kepentingan apa?
Lancar tidaknya jalannya roda suatu organisasi sangat tergantung pada bentuk
dan jenis saluran komunikasiyang terdapat dalamorganisasi tersebut. Ditinjau
dari segia arahnya komunikasi dalam suatu organisasi berlangsung secara
vertical, horizontal dan diagonal. Komunikasi yg bersipat vertical terjadi
antara atasan dengan para bawahannya yg digunakan untuk berbagai

kepentingan, seperti penyampaian keputusan, perintah, interuksi, informasi,


petunjuk, bahan pembinaan, pengarahan, pedoman kerja, pujian, teguran, dan
sebagainya. Sebaliknya komunikasi vertical ke atas, yaitu antara para
bawahan dengan pimpinannya, terjadi dalam hal penyampaian laporan,
informasi, saran, masalah, keluhan, dan hal-hal lain yang di pandang perlu di
ketahui oleh atasan yang bersangkutan. Komunikasi horizontal terjadi antara
orang-orang yg menduduki jabatan setingkat, tetapi terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan yg berbeda. Komunikasi horizontal terjadi untuk
kepentingan penyampaian informasi, permintaan bahan, tukar menukar
pengalaman, yang kesemuanya bermanfaat untuk kepentingan koordinasi dan
sinkronisasi kegiatan organisasional. Komunikasi diagonal terjadi antara
sekelompok orang yg berbeda jenjang hierarki yg lebih tinggi dengan
sekelompok orang yg berada pada jenjang hierarki yg lebih rendah, tetapi
terlibat dalam penanganan kegiatan yg sejenis. Contohnya ialah penyampaian
berbagai

hal

seperti

kebijakan

kepegawaian,

petunjuk

operasional,

penyampain informasi, permintaan laporan dan sebagainya. Agar pesan dapat


disampaikan dengan cara yang paling efektif, sumber pesan harus
memutuskan bentuk sarana, dan wahana yg hendak digunakannya dalam
penyampaian pesan tersebut.
2. Manfaat pengorganisasian
Untuk penjabaran secara terinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan
perorangan/ kelokmpok, dan mengatur mekanisme kerja antar masing-masing
anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber, 2000). Marquis
dan Huston (2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian hubungan
ditetapkan, prosuder diuraikan, perlengkapan di siapkan, dan tugas berikan.
3. Prinsip-prinsip organisai
Cara lain yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan fungsi
pengorganisasian ialah dengan mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip
organanisasi. Pungsi pengorganisasian harus dilihat tidak hanya sebagai

masalah teknis yg berkaitan dengan penentuan struktur dengan kotakkotaknya dan penggambaran pembagian tugas yg sifatnya mekanistik.
Melainkan berkaitan erat dengan sikap dan perilaku para anggotanya dalam
pemanfaatan organisasi tersebut.
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersipat lentur dalam arti bahwa
perlu di pertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasisituasi yg berubah. Menurut Henry fayol, seorang pencetus teori manajemen
yg berasal dari perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari :
a. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai
Setiap organisasi yang bergerak di bidang apapun didirikan oleh seorang
atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut
harus jelas bagi semua orang yang terlibat usaha pencapiannya. Kejelasan
tujuan bukanlah merupakan jaminan bahwa perjalanan organisasi akan
mulus. Akan tetapi , tanpa tujuan yg jelas pasti organisasi akan
menghadapi berbagai masalah. Adanya tujuan yg jelas bias any
amembantu para manajer dalam organisasi untuk memperhitungan
tindakan apa yang perlu di ambil dalam mengatasi keadaan yang tidak
menguntungkan

berkat

pengetahuan

manajerial

pengalaman

dan

kemampuannya menggunakan gaya kepemimpinan yang di pandang


paling tepat. Sebaliknya, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan
gaya kepemimpinan tidak akan banyak manfaaatnya apabila tidak
diketahui dengan jelas kea rah nama organisasi akan di bawa.
b. Pemahaman tujuan oleh para anggota organisasi
Seseorang memasuki berbagai jenis organisasi sebagai cara yang di
pandangnya paling afektif untuk memuaskan berbagai kepentingan dan
kebutuhannya. Kesemuanya itu diarahkan kepada peningkatan mutu hidup
orang yang bersangkutan. Telah umum pula diakui bahwa alas an utama
seseorang memasuki berbagai jenis organisasi adalah pemuasan
kepentingan dan kebutuhan yg biasanya bersifat individualistis,akan tetapi
keanggotaan seseorang dalam satu organisasi menuntunnya melakukan

berbagai penyesuaian. Salah satu bentuk penyesuaian yg sangat


fundamental sifatnya ialah kesediaan membawahkan kepentingan pribadi
kepada kepentingan organisasi. Artinya, untuk menjadi seorang anggota
organisasi yg baik, seseorang harus terlebih dahulu mrngetahui dan
memahami secara tepat tujuan yg ingin di capai oleh organisasi sebagai
keseluruhan.
c. Penerimaan tujuan oleh para anggota organisasi
Pemahaman tujuan organisasi saja tidak cukup. Agar mempunyai makna
yg positif, tujuan yang di pahami harus meningkat menjadi sesuatu yang
di terima oleh para anggota organisasi seabagi tujuan yang layak.
Misalnya jika tujuan suatu organisasi dimaksudkan sebagai cara untuk
peningkatan taraf hidup manusia, dengan perwujudannya yang pada
umumnya terlihat pada berbagai kebutuhan kebendaan, para anggota
organisasi dapat menilai tujuan itu sebagai tujuan yang pantas untuk
diusahakan pencapaiannya. Penerimaan demikian menjadi sangat penting
karena ia merupakan motivasi kuat bagi para anggota organisasi untuk
menunjukkan sikap, tindak tanduk dan perilaku positif yang biasanya
tercermin pada prestasi kerja yang sesuai dengan harapan organisasi yang
bersangkutan.
d. Kesatuan arah
Usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi harus di kelola
dengan pendekatan kesisteman. Artinya manajemen dalam organisasi
menggerakkan organisasi sebagai satu kesatuan yang bulat meskipun
didalamnya terdapat beraneka ragam satuan kerja dengan tugasnya yg
spesialistis dan teknis. Dengan demikian, apapun yg terjadi dalam
organisasi dan kegiatan apapunyg di lakukan semuanya di tujukan pada
hanya satu arah, yaitu tercapainya tujuan yang telah di tetapkan
sebelumnya. Hanya dengan demikian, organisasi akan bekerja tidak hanya
secara efisien, efektif, dan produktif, tetapi juga yang di dalamnya tumbuh

dan terpelihara interaksi yg positif antara orang-orang dan antar berbagai


satuan kerja.
e. Kesatuan perintah
Dalam setiap organisasi terdapat berbagai tingkat dan jenjang jabataan
manajerial. Jika atasan yang lebih tinggi ingin memberikan perintah atau
hal-hal lain kepada para bawahan yg berada beberapa tangga di bawah
dalam hierarki organisasi, seyogyanya hal itu dilakukan melalui atasan
langsung orang yang bersangkutan. Paling sedikit dengan sepengetahuan
atasan langsung orang yang bersangkutan. Paling sedikit dengan
sepengetahuan atasan langsung tersebut. Inilah arti yang tepat dari prinsip
kesatuan perintah biasanya dilaksanakan berdasarkan pendekatan one step
down. Artinya, seorang manajer memberikan perintah kepada orang yang
setingkat lebih rendah dari padanya yang meneruskan ke tingkat yang
lebih bawah lagi apabila hal itu di perlukan. Dengan demikian dapat di
cegah kesimpangsiuran, bukan hanya dalam pemberian perintah tetapi
juga dalam hal pertanggung jawaban. Dampak positif dari penerapan
prinsip ini terlihat tidak hanya dalam hal adanya kepastian perintah yg di
terima oleh seseorang, tetapi juga berkaitan langsung dengan pembinaan
perilaku para bawahan yg bersangkutan.
f. Fungsionalisasi
Pada dasarnya prinsip ini berarti bahwa dalam setiap organisasi terdapat
satuan kerja tertentu yg secara fungsional bertanggung jawab atas
penyelesaian tugas-tugas tertentu pula. Penerapan prinsip ini sangat
bermanfaat untuk berbagai kepentingan antara lain 1) mencehag
timbulnya tumpang tindih 2) mencegah timbulnya duplikasi 3)
mempermudah pelaksanaan koordinasi antara satuan kerja karena satuan
kerja 4) memperlancar jalannya pengawasan.
g. Deliniasi barbagi tugas
Yaitu adanya perumusan yang jelas dari uraian tugas, bukan hanya dari
satuan-satuan kerja yg terdapat dalam organisasi tetapi juga uraian tugas
setiap anggota organisasi. Salah satu manfaat yang dapat di petik dengan

penerapan prinsip ini ialah bahwa setiap orang mengetahui hal-hal yg


harus dikerjaknnya, dengan siapa ia perlu berinteraksi, sarana kerja apa yg
diperlukan. Dan kepada siapa ia mempertanggung jawabkan hasil
pekerjaannya. Disamping kekurangan di atas, ada manfaat lain yg dapat di
petik yg sifatnya psikologis dan adanya keseimbangan antara wewenang
dan tanggung jawab.
h. Pembagian tugas
Tugas-tugas yg harus di kerjakan dalam organisasi beraneka ragam.
Bagaimana struktur organisasi disusun, dasr pemikirannya ialah bahwa
struktur diciptakan untuk menampung semua tugas. Semua tugas yang
harus terbagi habis sesuai tujuan organisasi. Ada dua hal penting dalam
pembagian tugas yaitu 1) semua tuags harus jelas wadahnya dan jangan
sampai ada tugas yang tidak diketahui dengan pasti berinduk ke manna 2)
jangan sampai terjadi bahwa ada kegiatan tertentu yg menjadi rebutan dan
di wadahi oleh lebih dari satu satuan kerja. Perlu diperhatikan pula bahwa
karena organissi merupakan pewadahan interaksi antara orang-orang atau
antara satuan-satuan kerja tertentu, sifat dan kecendrungan para anggota
organisasi bertindaak dengan cara tertentu tidak bisa diabaikan begitu saja.
i. Kesederhanaan struktur
Struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga sesuaai
dengan kebutuhan dan usaha koordinasi dapat berjalan dg lancar. Perlu
disadari bahwa jika di satu pihak susunan organisasi lebih rumitdari yg
diperlukan sesungguhnya, akan terjadi pemborosan tenaga, ruang, dan
peralatan karena aka nada satuan-satuan kerja yg tidak mempunyai cukup
kegiatan. Sebaliknya jika struktur organisasi terlalu sederhana, ada dua
kemungkinan besar dapat timbul, yaitu tidak semua tugasa yang harus
dilaksanakan secara wajar dan satuan satuan kerja akan dibebani dengan
tugas-tugas melembaga secara wajar, terpaksa di tempuh cara-cara
penyelesaian yg tidak konvensional seperti pembentukan panitia hoc
untuk menyelesaikannya.

j. Pola dasar organisasi yang relative permanen


Organisasi selalu menghadapi berbagai jenis perubahan, baik karena
faktor-faktor internal maupun karena faktor- faktor eksternal.berbagai
faktor itu dapat berakibat pada pemekaran organisasi. Misalnya karena
perluasan usaha, timbulnya tugas baru, bertambahnya tenaga kerja yang
dikaryakan, bertambahnya beban tugas yang harus dipikul dan sebagainya.
Sebaliknya jika terjadi kemunduran faktor tadi maka mungkin akan terjadi
mengecilnya organisasi. Fleksibilitas dalam penentuan struktur organisasi,
sangat penting untuk mengingat bahwa perubahan itu pasti terjadi dan
harus di hadapi, tetapi hal itu tentunya tidak harus mengubah pola dasr
struktur organisasi, artinya prinsip prinsip dasar pengorganisasian tetap
perlu di pegang teguh
k. Adanya pola pendelegasian wewenang
Salah satu faktor penentu efektivitas manajerial seorang terletak pada
kemampuannya mengenali situasi organisasi yang dipimpinnya yang pada
gilirannya memungkinkan manajer yang bersangkutan untuk menentukan
pola pendelegasian wewenang kepada para bawahannya. Dalam hubungan
ini perlu ditekankan bahwa pola pendelegasian apapun yang di gunakan
dalam satu organisasi, pada analis terakhir manajer yang mendelegasikan
wewenang itu pulalah yang bertanggung jawab atas keberhasilan atau
kegagalan dalam pelaksanaan pekerjaan yang didelegasikannya itu.
l. Rentang pengawasan
Merupakan hal yang sangat sukar dan bahkan tidak mungkin untuk
menentukan secara aksiomatik jumlah orang yang dapat diawasi oleh
seorang manager secara efektif dalam melaksanakan semua jenis kegiatan
di semua jenis organisasi. Yang jelas kemampuan seorang manager
melakukan pengawasan selalu terbatas. Akan tetapi dengan keterbatasan
kemampuan itu dapat dinyatakan bahwa rentang pengawasan bersifat
elastic, artinya jumlah bawahan yang dapat diawasi secara efektif oleh

seorang manager berbeda pada satu situasi yang lain. Dan dari satu
organisasi ke organisasi yang lain
m. Jaminan pekerjaan
Setiap karyawan ingin memperoleh kepastian bahwa ia akan mendapat
perlakuan yang rasional, obyektif, dan manusiawi dalam kehidupan
organisasionalnya. Artinya para manager diharapkan untuk tidak
memperlakukan para bawahannya dengan semena-mena. Misalnya,
melakukan pemutusan hubungan kerja tanpa dasar yang sangat kuat.
Dengan perkataan lain, selama seseorang melakukan tugasnya sesuai
dengan berbagai ketentuan yang berlaku dalam organisasi, ada jaminan
seseorang tidak akan kehilangan pekerjaan yang menjadi sumber mata
pencahariannya yang pada gilirannya memungkinkannya memuaskan
berbagai kebutuhan terutama yang bersifat kebendaan dan sosial.
n. Keseimbangan antara jasa dan imbalan
Dengan memasuki suatu organisasi sebagai tempat berkarya seseorang
dapat menyatakan kesediannya untuk menyerahkan sebagian waktunya
organisasi dari melakukan berbagai kegiatan yang dipercayakan
kepadanya.

Dalam

melakukan

pekerjaannya,

yang

bersangkutan

diharapkan mengerahkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan


pengalamannya. Sebaliknya dengan berbuat demikian ia mengharapkan
imbalan yang sesuai dengan pengorbnan yang diberiksnnys itu.
4. Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi:
a. Pola strutur berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara
efektif.
b. Penerapan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi.
c. Strutur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama pola
hubungan antara kegiatan yang tepat dan pembinaan cara komunikasi
yang efektif antara perawat.
5. Aktifitas pengorganisasian:
a. Mengembangkan uraian tugas
b. Mengembangkan prosedur.

c. Mengembangkan ketenagaan dan jadwal kerja dinas.


6. Kegunaan pengorganisasian:
a. Penjabaran secara rinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan.
b. Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan atau
kelompok.
c. Mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk
hubungan dan organisasi
7. Pengorganisasian di Ruang MPKP
Menurut Sutupo (2000), pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas
untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan,
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertical
maupun horizontal, yang b ertanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga keperawatan di ruang
MPKP menggunakan pendekatan system penugasan modifikasi keperawatan
tim primer. Secara fertikal ada Kepala ruang, Ketua Tim, dan perawat
pelaksana. Setiap tim bertugas terhadap setian pasien. Pengorganisasian di
ruang MPKP terdiri dari:
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi adalah komponen-komponen dalam suatu organisasi. Pada
pengorganisasian struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja
dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda beda
diintegrasikan atau dikoordinasikan.
Struktur organisasi juga menunjukkan
KEPALA RUANG
spesialisasi pekerjaan. Struktur organisasi ruang MPKP, menggunakan system
penugasan tim primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang
yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai
TIM 2
perawat primerTIM1
membawahi beberapa perawat pelaksana
yang memberikan
asuhan keperawatan
secara menyeluruh kepada
sekelompok
KETUA TIM
KETUA
TIM pasien. Struktur
organisasi tersebut dapat digambarkan dalam bagan:
ANGGOTA TIM
ANGGOTA TIM
Perawat

perawat

8-10 klien

8-10 klien

Gambar 1.1 struktur organisasi

b. Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di ruang MPKP


1) Kepala ruang membagi perawat yang ada menjadi dua tim dan tiap tim
diketahui masing-masing oleh seorang ketua tim yang terpilihbmelalui
tes.
2) Kepala ruang bekerjasama dengan ketua tim mengatur jadwal dinas (pagi,
sore, malam)
3) Kepala ruang mmembagi klien untuk masing-mmasing tim
4) Apabila suatu ketika satu tim kekurangan perawat pelaksana karena
kondisi tertentu, kepala ruang dapat memindahkan perawat pelaksana dari
tim yang mengalami kekurangan anggota
5) Kepala ruang menunjukkan penanggung jawab shift sore,malam, dan sift
pagi apabila karena suatu hal kepala ruang sedang tidak bertugas. Untuk
itu yang dipilih adalah perawat yang paling kompeten dari perawat yang
ada sebagai pengganti kepala ruang adalah ketua tim, sedangkan jika

ketua tim berhalangan, tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat


pelaksana) yang paling kompeten diantara anggota tim.
6) Ketua tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien
7) Ketua tim mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien baik yang diterapkan oleh dirinya maupun perawat pelaksana
anggota timnya.
8) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lain dilakukan oleh ketua tim. Bila
ketua tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung
jawabnya didelegasikan kepada perawat paling expert yang ada dalam tim
9) Masing-masing tim memiliki buku komunitas
10) Perawat pelaksana melakukan asuhan keperawatan kepada klien yang
menjadi tanggung jawabnya

c. Uraian tugas
1) Kepala ruang
a) Manajemen approach
(1) Perencanaan
Dalam petencanaan kepala ruang menyusun visi, misi,filosofi, dan
rencana jangka pendek, rencana harian, rencana bulanan dan
rencana tahunan
(2) Pengorganisasian
Kepala ruang menyusun struktur organisasi, jadwal dinas, dan
membuat alokasi klien
(3) Pengarahan
Kepala ruang memimpin operan, menciptakan iklim motivasi, dan
mengatur pendelegasian serta melakukan supervisi
(4) Pengendalian
Kepala ruang mengevaluasi indikator mutu, melakukan audit
dokumentasi, melakukan survey kepuasan pasien, keluarga,
perawat, dan tenaga kesehatan lainnya, melakukan survey masalah
kesehatan/keperawatan
b) Conversatory reward

Kepala ruang melakukan penilaian kinerja ketua tim dan perawat


pelaksana dan merencanakan atau melaksanakan pengembangan staf.
c) Professional relationship
kepala ruang memimpin rapat keperawatan, memimpin konferesi
kasus, melakukan rapat tim kesehatan dan melakukan kolaborasi
dengan dokter
d) Pasien care delivery
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan
gangguan konsep diri dan harga diri rendah, perilaku kekerasan,
halusinasi, waham, rpk dan rpd.
2) Ketua tim
a) Manajemen approach
(1) Perencanaan
Dalam perencanaan ketua tim dalam menyusun rencana harian dan
bulanan
(2) Pengorganisasian
Ketua tim menyusun jadwal dinas bersama kepala ruang dan
membagi alokasi pasien pada perawat asosiate
(3) Pengarahan
Ketua tim memimpin pre dan postkonfrence, menciptakan iklim
motivasi, dn mengatur pendelegasian dalam tim dan mengatur
supervisi pada anggota tim
(4) Pengendalian
Ketua tim mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan kepada
klien yg dilakukan perawat pelaksana, dan memberikan umpan
balik perawat pelaksana.
b) Copensatory reward
Ketua tim melakukan penilaian kinerja perawat pelaksana
c) Professional relationship
Ketua tim melaksanakan konferensi kasus dan melakukan kolaborasi
dengan dokter
d) Pasien care delivery
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan konsep diri dan harga diri rendah, perilaku kekerasan,
halusinasi, waham, rpk dan rpd.

3) Perawat pelaksana
Dalam perencanaan perawat pelaksana menyusun rencana jangka pendek
(rencana harian).
d. Daftar dinas ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas yang bertugas dan yang bertanggung jawab
dinas/sift. Daftar dinas disesuaikan berdasarkan tim, di buat dalam satu
minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya
untuk melakukan dinas. Pembuatan jadwal dinas perawat dilakukan oleh
kepala ruang pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadwal dinas pada hari
minggu selanjutnya bekerjasama dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai
anggota tim yang berdinas pagi, sore, malam dan lepas dari dinas (libur)
terutama yang berdinas pada malam hari
e. Daftar pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien nama dokter, nama
perawat dalam, penanggung jawab pasien dan alokasi perawat yang
menjalankan dinas di setiap sift. Dan daftar pasien menjadi tanggung jawab
tiap tim selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung
jawab secara total selama di rawat dan juga setiap jadwal sift dinas. Dalam
daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan alamat agar kerahasiaan
pasien terjaga. Daftar pasien juga menggambarkan tanggung jawab dan
tanggung gugat atas asuhan keperawatan sehingga terwujudnta keperawatan
pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega
kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang pengembangan dan
perawatan pasien. Daftar pasien di ruangan di isi oleh ketua tim sebelum
operan dengan dinas berikutnya dan dapat di modifikasi sesuai kebutuhan
(WHO & FKUI,2006).

Anda mungkin juga menyukai