Anda di halaman 1dari 116

Makalah Masyarakat, Interaksi, dan

Perubahan Sosial
OPINI | 22 October 2011 | 21:20 Dibaca: 40070 Komentar: 12 2

buat temen2 yg mau tau soal masyarakat, interaksi dan perubahan sosial dalam hubungannya
dengan studi masyarakat Indonesia,ni aku share yaaa

sebagian browsing di web juga kok tapi..hehe

ini sejenis makalah gitu,semoga bermanfaat yaaa. :-)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling


mempengaruhi. Ada aksi dan ada reaksi. Pelakunya lebih dari satu.
Individu vs individu. Individu vs kelompok. Kelompok vs kelompok dll.
Contoh guru mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu
dengan kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu Kontak Sosial
dan Komunikasi Sosial.

Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder.


Sedangkan komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak
langsung. Interaksi sosial secara langsung apabila tanpa melalui
perantara. Misalnya A dan B bercakap-cakap termasuk contoh Interaksi
sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip salam ke C lewat B dan B
meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh interaksi sosial tidak
langsung.

Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial meliputi imitasi,


sugesti, identifikasi, indenifikasi, simpati dan empati Imitasi adalah
interaksi sosial yang didasari oleh faktor meniru orang lain.
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak
menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula perubahan-perubahan
yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan-
perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga berjalan dengan
cepat.

Perubahan-perubahan hanya dapat ditemukan oleh seseorang yang


sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu
waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan
masyarakat tersebut pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan
masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-
pola prilaku organisasi, sususnan kelembagaan masyarakat, kekuasaan
dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.

B. RUMUSAN MASALAH

Pembahasan kami akan merujuk pada masalah masalah sebagai


berikut:

1. Apakah pengertian masyarakat dan faktor-faktor atau unsur


yang terdapat didalam masyarakat?

2. Apakah pengertian interaksi sosial?

3. Apakah ciri-ciri interaksi sosial?

4. Apakah syarat terjadinya suatu interaksi sosial?

5. Apa sajakah bentuk dari interaksi sosial?

6. Apakah pengertian dari perubahan sosial?

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosaial?

8. Bentuk-bentuk perubahan sosial?


C. TUJUAN

Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata


kuliah Studi Masyarakat Indosesia dan sebagai bahan bacaan untuk
memperluas ilmu pengetahuan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. MASYARAKAT

1. Pengertian Masyarakat

Koentjaraningrat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi


menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat
kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Selo Soemardjan

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang


menghasilkan kebudayaan.

Paul B. Horton & C. Hunt

Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif


mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama,
tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan
sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam
kelompok / kumpulan manusia tersebut.

J.L Gillin dan J.P Gillin


Masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan
yang sama.

Emile Durkheim

Masyarakat adalah suatu sistem yang dibentuk dari hubungan


antar anggota sehingga menampilkan suatu realitas tertentu
yang mempunyai ciri-cirinya sendiri.

Karl Marx

Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu


ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara
ekonomi.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat


adalah manusia yang hidup bersama di suatu wilayah tertentu
dalam waktu yang cukup lama yang saling berhubungan dan
berinteraksi dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan
persatuan yang sama.

2. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat


unsur sebagai berikut ini :

a. Beranggotakan minimal dua orang.

b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang


menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan
membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan
serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

Dalam masyarakat pasti akan ada interaksi sosial, yang


bermula dari individu melakukan tindakan sosial terhadap orang
lain. Tindakan sosial merupakan perbuatan-perbuatan yang
ditunjukkan atau dipengaruhi orang lain untuk maksud atau tujuan
tertentu. Oleh karena adanya sifat memengaruhi satu sama lain,
tindakan ini menyebabkan hubungan sosial. Jika hubungan sosial ini
berlangsung timbal balik maka akan menciptakan interaksi sosial.

B. INTERAKSI SOSIAL

1. Pengertian interaksi sosial

Maryati dan Suryawati (2003)

Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau


interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau
antar individu dan kelompok

Murdiyatmoko dan Handayani (2004)

Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang


menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya
memungkinkan pembentukan struktur sosial.

Young dan Raymond W. Mack

Interaksi Sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang


dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antar individu,
baik antara individu dengan kelompok, maupun antara
kelompok dengan kelompok.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi
sosial adalah interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam
hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan
kelompok.

2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Proses interaksi sosial dalam masyarakat memiliki ciri sebagai berikut :

a. Adanya dua orang pelaku atau lebih

b. Adanya hubungan timbale balik antar pelaku

c. Diawali dengan adanya kontak sosial, baik secara langsung.

d. Mempunyai maksud dan tujuan yang jelas.

3. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Proses interaksi sosial dalam masyarakat terjadi apabila terpenuhi


dua syarat sebagai berikut:

a. Kontak sosial, yaitu hubungan sosial antara individu satu


dengan individu lain yang bersifat langsung, seperti dengan
sentuhan, percakapn, maupun tatap muka sebagai wujud aksi
dan reaksi.

b. Komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari seseorang


kepada orang lain yang dilakukan secara langsung maupun
dengan alat bantu agar orang lain memberikan tanggapan
atau tindakan tertentu.

4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu asosiatif dan


disosiatif.
a. Asosiatif

Interaksi sosial bersifat asosiatif akan mengarah pada bentuk


penyatuan. Interaksi sosial ini terdiri atas beberapa hal
berikut.

Kerja sama (cooperation)

Kerjasama terbentuk karena masyarakat menyadari bahwa


mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama
sehingga sepakat untuk bekerjasama dalam mencapai
tujuan bersama. Berdasarkan pelaksanaannya terdapat
empat bentuk kerjasama, yaitu bargaining (tawar-
menawar), cooptation (kooptasi), koalisi dan joint-venture
(usaha patungan)

Akomodasi

Akomodasi merupakan suatu proses penyesuaian antara


individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau
kelompok dengan kelompok guna mengurangi, mencegah,
atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. Proses
akomodasi dibedakan menjadi bebrapa bentuk antara lain :

1) Coercion yaitu suatu bentuk akomodasi yang


prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan

Contohnya: perbudakan.

2) Kompromi yaitu, suatu bentuk akomodasi dimana


pihak-pihak yang terlibat masing-masing mengurangi
tuntutannya agar dicapai suatu penyelesaian
terhadap suatu konflik yang ada.
Contohnya: kompromi antara sejumlah partai politik
untuk berbagi kekuasaan sesuai dengan suara yang
diperoleh masing-masing.

3) Mediasi yaitu, cara menyelesaikan konflik dengan


jalan meminta bantuan pihak ketiga yang netral.

Contoh : Seorang ayah melerai anak-anaknya yg


sedang berkelahi.

4) Arbitration yaitu, cara mencapai compromise dengan


cara meminta bantuan pihak ketiga yang dipilih oleh
kedua belah pihak atau oleh badan yang
berkedudukannya lebih dari pihak-pihak yang
bertikai.

Contoh : konflik antara buruh dan pengusaha dengan


bantuan suatu badan penyelesaian perburuan
Depnaker sebagai pihak ketiga.

5) Adjudication (peradilan)yaitu, suatu bentuk


penyelesaian konflik melalui pengadilan.

Contoh: pembelian tanah atau rumah,tetapi


mempunyai masalah. Maka harus diselesaikan di
pengadilan.

6) Stalemate yaitu, Suatu keadaan dimana pihak-pihak


yang bertentangan memiliki kekuatan yang
seimbang dan berhenti melakukan pertentangan
pada suatu titik karena kedua belah pihak sudah
tidak mungkin lagi maju atau mundur.

Contoh : Gencatan senjata antara kedua belah pihak


yang terjadi konflik.
7) Toleransi yaitu, suatu bentuk akomodasi tanpa
adanya persetujuan formal.

Contoh : Toleransi untuk saling menghormati antar


satu ras dengan ras yang lainnya.

8) Consiliation yaitu, usaha untuk mempertemukan


keinginan-keinginan pihak-pihak yang berselisih bagi
tercapainya suatu persetujuan bersama.

Contohnya: pertemuan beberapa partai politik di


dalam lembaga legislatif (DPR) untuk duduk bersama
menyelesaikan perbedaan-perbedaan sehingga
dicapai kesepakatan bersama.

Asimilasi

Proses asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai


adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat
diantara beberapa orang atau kelompok dalam masyarakat
serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi
tercapainya tujuan bersama. Asimilasi timbul bila ada
kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan
yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka
waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka
akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan
baru sebagai kebudayaan campuran.

Akulturasi

proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok


masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan
asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur
kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya
kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

b. Disosiatif

Interaksi sosial ini mengarah pada bentuk pemisahan dan


terbagi dalam tiga bentuk sebagai berikut:

Persaingan/kompetisi

Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau


kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan
atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman
atau benturan fisik di pihak lawannya.

Kontravensi

Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara


persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud
kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara
tersembunyi maupun secara terang - terangan seperti
perbuatan menghalangi, menghasut, memfitnah,
berkhianat, provokasi, dan intimidasi yang ditunjukan
terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur -
unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat
berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai
menjadi pertentangan atau konflik.

Konflik

Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok


masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan
kepentingan yang sangat mendasar, sehingga
menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah
yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang
bertikai tersebut.

5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial

a. Sugesti yaitu, proses pemberian pandangan atau pengaruh


kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga pendangan
atau pengaruh tersebut diikuti tanpa berfikir panjang.

Contoh : Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah


ikut-ikutan terlibat kenalan remaja. Tanpa memikirkan
akibatnya kelak .

b. Imitasi yaitu, pembentukan nilai melalui dengan meniru cara-


cara orang lain.

Contoh: Seorang anak sering kali meniru kebiasan kebiasan


orang tuanya .

c. Identifikasi yaitu, menirukan dirinya menjadi sama dengan


orang yang ditirunya .

Contoh: Seorang anak laki laki yang begitu dekat dan akrab
dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi
sama dengan ayah nya .

d. Simpati yaitu, perasaan tertarik yang timbul dalam diri


seseorang yang membuatnya merasa seolah-olah berada
dalam keadaan orang lain.

Contoh: mengucapkan ulang tahun pada hari ulang tahun


merupakan wujud simpati pada seseorang.

e. Empati yaitu, rasa haru ketika seseorang melihat orang lain


mengalami sesuatu yang menarik perhatian. Empati
merupakan kelanjutan rasa simpati yang berupa perbuatan
nyata untuk mewujudkan rasa simpatinya.

Contoh: apabila kita melihat seseorang yang kecelakaan kita


berempati untuk ikut membantu korban kecelakaan itu.

f. Motivasi yaitu, dorongan yang mendasari seseorang untuk


melakukan perbuatan berdasarkan pertimbangan rasionalistis.
Motivasi dalam diri seorang muncul disebabkan faktor atau
pengaruh dari orang lain sehingga individu melakukan kontak
dengan orang lain.

Contoh : Pemberian tugas dari seorang guru kepada muridnya


merupakan salah satu bentuk motivasi supaya mereka mau
belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab

C. PERUBAHAN SOSIAL

1. Definisi Perubahan Sosial

Selo Soemardjan mengatakan perubahan sosial merupakan segala


perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai,
sikap-sikap, dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok
dalam masyarakat.

Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-


perubahan yang terjadi dalam struktur dalam struktur dan fungsi
masyarakat.

Mac lver mengatakan perubahan sosial sebagai perubahan-


perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan terhadap
keseimbangan hubungan sosial.

Gillin mengatakan perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-


cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan
kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi
maupun karena adanya difusi atau penemuan baru dalam
masyarakat.

Ruang lingkup perubahan-perubahan sosial meliputi unsur-unsur


kebudayaan baik yang material maupun immaterial, yang ditekankan
adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap
unsur-unsur immaterial.

2. Teori-teori Perubahan Sosial

Para ahli banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan


terjadinya perubahan sosial merupakan gejala wajar yang
timbul dari pergaulan hidup manusia.

Ahli lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena


adanya perubahan dalam unsur-unsur geografis, biologis,
ekonomis, atau kebudayaan. Pendapat-pendapat pada
umumnya menyatakan bahwa perubahan merupakan
lingkaran kejadian-kejadian.

Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk


mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu
dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan
berhasil baik.

Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi


sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan.
Misalnya kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-
aspek kehidupan sosial lainnya. Sebaliknya ada pula yang
mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya,
satu atau semua akan menelorkan perubahan-perubahan
sosial.
Pada dewasa ini proses-proses pada perubahan sosial dapat
diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut :

a. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena


setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara
lambat atau cepat.

b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan


tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga sosial lainnya.

c. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya


mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena
berada didalam proses penyesuaian diri.

d. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang


kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang
tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.

3. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial

a. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat

Perubahan yang memerlukan waktu lama dan disertai perubahan


kecil yang saling mengikuti dengan lambat dinamakan evolusi.
Ada bermacam-macam teori tentang evolusi, yaitu :

Unilinear theories of evolution

Berpendapat bahwa manusia dan masyarakat (termasuk


kebudayaan) mengalami perkembangan sesuai tahap-
tahap tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana,
kemudian bentuk kompleks, sampai pada tahap sempurna.

Universal theory of evolution


Menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu
melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Kebudayaan
manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.

Multilinied theories of evolution

Menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-


tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat.

Perubahan sosial yang berlangsung cepat dinamakan revolusi.


Syarat-syarat terjadi revolusi :

Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu


perubahan.

Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang


dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.

Adanya pemimpin yang dapat menampung keinginan


masyarakat lalu menjadikan program dan arah gerakan.

Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan


pada masyarakat.

b. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

Perubahan kecil merupakan perubahan-perubahan yang terjadi


pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh
langsung terhadap masyarakat.

Perubahan besar merupakan perubahan-perubahan yang dapat


membawa pengaruh besar pada masyarakat.

c. Perubahan yang Dikehendaki dan Perubahan yang Tidak


Dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki merupakan perubahan yang


direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak
mengadakan perubahan didalam masyarakat. Perubahan sosial
yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yangterjadi tanpa
dikehendaki, berlangsung diluara jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang
yang tidak diharapkan masyarakat.

4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Sosial

a. Bertambah atau berkurangnya penduduk

Pertambahan penduduk menyebabkan terjadinya perubahan


dalam struktur masyarakat, terutama lembaga-lembaga
kemasyarakatannya. Berkurangnya penduduk mungkin
disebabkan karena adanya migrasi. Perpindahan penduduk
menyebabkan kekosongan, misalnya dalam bidang pembagian
kerja dan stratifikasi sosial yang mempengaruhi lembaga-
lembaga masyarakat.

b. Penemuan-penemuan baru

Penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru tersebar ke


lain-lain bagian masyarakat dan cara-cara kebudayaan baru
tersebut diterima, dipelajari, dan akhirnya dalam masyarakat
yang bersangkutan.

c. Pertentangan masyarakat

Pertentangan masyarakat mungkin pula menjadi sebab


terjadinya perubahan sosial. Pertentangan bisa terjadi antara
individu dengan kelompok, bisa antara kelompok dengan
kelompok.

d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi


Pemberontakan atau revolusi dapat menyebabkan perubahan
mendasar pada segenap lembaga kemasyarakatan, mulai dari
bentuk negara sampai keluarga batih.

Perubahan sosial juga dapat disebabkan oleh faktor yang berasal


dari luar masyarakat itu sendiri, yaitu :

a. Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam fisik yang ada


disekitar manusia

b. Peperangan

c. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

5. Faktor-faktor yang mendorong jalannya proses perubahan :

a. Kontak dengan kebudayaan lain

b. Sistem pendidikan yang maju

c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginannya untuk


maju

d. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpang

e. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka

f. Penduduk yang heterogen

g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan


tertentu

h. Orientasi ke muka

i. Nilai meningkatkan taraf hidup

6. Faktor-faktor yang menghambat terjadinya perubahan :

a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyarakat lain

b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat


c. Sikap masyarakat yang tradisionalis

d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan


kuat

e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan

f. Prasangka terhadap hal-hal baru

g. Hambatan ideologis

h. Kebiasaan

i. Nilai pasrah

D. KAITANNYA DENGAN STUDI MASYARAKAT DI INDONESIA

Masyarakat merupakan bagian yang penting dalam suatu negara.


Tanpa masyarakat, tidak akan terbentuk suatu negara, karena masyarakat
merupakan komponen penting dalam negara.

Seperti halnya di Indonesia, masyarakat di Indonesia terdiri dari


beragam suku, bahasa, maupun agama. Masyarakat Indonesia adalah
masyarakat majemuk yang saling berinteraksi untuk dapat menjalin
hubungan yang baik termasuk dalam pemenuhan kebutuhan. Seperti
yang dikatakan banyak ahli mengenai pengertian masyarakat,
masyarakat di Indonesia memiliki adat istiadat, norma maupun peraturan
yang perlu dipatuhi agar tercapai keteraturan dalam masyarakat. Sesuai
hakikatnya, seorang individu adalah makhluk sosial yang tidak dapat
berdiri sendiri dan memerlukan orang lain, begitu pula masyarakat di
Indonesia memiliki sifat ketergantungan dan saling membutuhkan
sehingga terjalin kerjasama untuk dapat memenuhi kebutuhan.

Pada masyarakat yang majemuk, seperi di Indonesia memiliki banyak


kebudayaan dengan standar perilaku yang berbeda dan kadangkala
bertentangan. Perkembangan kepribadian individu pada masyarakat ini
sering dihadapkan pada model-model perilaku yang suatu saat disetujui
oleh beberapa kelompok namun dicela kelompok lainnya.
Masyarakat Indonesia sebagai salah satu negara berkembang
mempunyai ciri , adanya perubahan yang sangat pesat dalam berbagai
aspek kehidupan, baik perubahan sistem ekonomi, politik, sosial dan
sebagainya. Dalam kenyataannya, tidak ada perubahan sosial yang tidak
menimbulkan akibat terhadap kebudayaan setempat. Kebudayaan
dianggap sebagai sumber perilaku individu pada sekelompok masyarakat,
karena setiap anak lahir dalam suatu lingkungan alam tertentu dan dalam
satu lingkungan kebudayaan tertentu yang keduanya merupakan
lingkungan yang berkaitan dalam menentukan proses perkembangannya.
Dalam kenyataannya, kebudayaan cenderung mengulang-ulang perilaku
tertentu melalui pola asuh dan proses belajar yang kemudian
memunculkan adanya kepribadian atau perilaku yang merupakan ciri khas
dan masyarakat tertentu yang mencerminkan kepribadian masyarakat
dalam lingkungan tersebut sebagaimana terjadi di Indonesia

Kemajemukan masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku


bangsa memicu munculnya masalah - masalah kesuku bangsaan yang
memiliki potensi pemecah belah dan penghancuran sesama bangsa
Indonesia. Konflik-konflik yang sering terjadi adalah konflik antar etnik dan
antar agama. Ini merupakan konflik yang sering terjadi akibat
kemajemukan masyarakat Indonesia yang mungkin masih belum bisa
diterima oleh sebagian masyarakat di Indonesia.

Keanekaragaman Indonesia tidak hanya dilihat dari kemajemukan


masyarakatnya saja. Indonesia adalah negara kaya baik hasil bumi
maupun adat dan budaya nya. Bahkan terdapat semangat perubahan
sosial yang mencakup semua aspek yang ada di Indonesia, yang lebih
difokuskan pada keinginan untuk melakukan perubahan sosial yang
berdampak positif dan menghasilkan kemajuan dalam setiap aspek.
Meskipun begitu, banyak sekali kendala dalam melakukan perubahan baik
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain sebagainya.
Perwujudan konkrit dari perubahan itu adalah berupa upaya
pembangunan yang terencana, termasuk di dalamnya sumber daya
manusia. Tetapi tidak jarang, perubahan yang akan terjadi itu justru
menimbulkan konflik yang panjang.

Seperti yang terjadi ketika masa penjajahan, masyarakat Indonesia


memaksa Soekarno untuk menjadi presiden dan Bung Hatta sebagai wakil
presiden. Masyrakat Indonesia memilih atas dasar kepercayaan dan
keinginan untuk terbebas dari penjajahan dengan cara mengangkat
seorang presiden dan wakil presiden untuk memproklamirkan
kemerdekaan. Disinilah terjadi revolusi yang besar yang mampu
mengubah seluruh masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia menjadi
merasa lebih tenang karen terlepas dari jajahan Jepang maupun Belanda.
Ini menjadi perubahan yang sangat cepat yang memberikan dampak yang
cukup kuat bagi masyarakat di Indonesia. Ini merupakan perubahan besar
dan dikehendaki karena membawa pengaruh dalam perubahan alam
aspek ekonomi, sosial, budaya, maupun politik.

Seiring berkembangnya zaman, bangsa Indonesia semakin modern


dan mulai menggunakan teknologi yang dipercaya dapat mempermudah
pekerjaan manusia. Namun tidak semua lapisan masyarakat mau
menerima perubahan ini. Ada beberapa kelompok masyarakat yang
menolak perubahan secara terang terangan. Seperti di beberapa suku
terpencil di Indonesia, jangankan menggunakan teknologi yang baru,
mereka pun tidak mau menggunakan sabun mandi yang jelas jelas
sangat bermanfaat bagi kesehatan mereka sendiri, dengan alasan agar
nenek moyang tidak marah karena keturunannya menggunakan benda
benda asing. Padahal jika dipikir secara logika, perilaku mereka ini justru
merupakan upaya pemeliharaan lingkungan dari bahan bahan kimia.
Kelompok kelompok yang cenderung tertutup dan lebih memilih untuk
menjunjung tinggi budayanya inilah yang akan mengalami proses yang
sangat lambat dalam menerima perubahan yang terjadi di Indonesia.

Namun lebih banyak masyarakat Indonesia memilih untuk melakukan


perubahan sosial dengan keinginan agar lebih maju, meskipun hal itu
dilakukan dengan mempelajari atau bahkan menyerap kebudayaan lain.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masyarakat adalah manusia yang hidup bersama di suatu


wilayah tertentu dalam waktu yang cukup lama yang saling
berhubungan dan berinteraksi dan mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Sedangkan interaksi
sosial adalah interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam
hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan
kelompok.

Dan perubahan sosial adalah interaksi sosial adalah suatu


hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok
maupun atar individu dan kelompok.

Jadi, didalam sebuah masyarakat terdapat interaksi sosial yang membuat


mereka terhubung antara satu dengan yang lainya dan masyarakat dapat
berubah sesuai dengan faktor-faktor lingkungan.

http://sosbud.kompasiana.com/2011/10/22/makalah-masyarakat-interaksi-dan-
perubahan-sosial-405714.html
19 -2- 2014

MAKALAH PERUBAHAN SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan ada dan hidup di dalam masyarakat, maka keduanya memiliki
hubungan ketergantungan yang erat. Pendidikan mengabdi kepada masyarakat
dan masyarakat menjadi semakin berkembang dan maju melalui pendidikan.
Pendidikan adalah sebuah proses pematangan dan pendewasaan masyarakat.
Maka lembaga-lembaga pendidikan harus memahami perannya tidak sekadar
menjual jasa tetapi memiliki tugas mendasar memformat Sumber Daya Manusia
(SDM) yang unggul.
Masyarakat ternyata tidak statis, tetapi dinamis, bahkan sangat dinamis. Pada
masa sekarang ini masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat pesat.
Isu postmodernisasi dan globalisasi sebenarnya ingin merangkum pemahaman
suatu perubahan yang sangat cepat dan dahsyat. Modernisasi adalah proses
perubahan masyarakat dan kebudayaannya dari hal-hal yang bersifat tradisional
menuju modern. Globalisasi pada hakikatnya merupakan suatu kondisi
meluasnya budaya yang seragam bagi seluruh masyarakat di dunia. Globaliasi
muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang begitu cepat.
Sebagai akibatnya, masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah
saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan budaya yang sama.
Perubahan, kata Senge (1990) dalam Maliki (2010:276) merupakan sesuatu yang
tidak bisa dielakkan, karena ia melekat, built in dalam proses pengembangan
masyarakat. Kebutuhan untuk bisa survive dalam ketidakpastian dan perubahan
menjadi tuntutan masa kini. Perubahan terjadi begitu cepat dan luas, termasuk
mengubah dasar-dasar asumsi dan paradigma memandang perubahan.
Perubahan yang terjadi di masyarakat tentunya sangat berpengaruh pada dunia
pendidikan. Masalah-masalah sosial yang muncul di tengah masyarakat juga
dialami dunia pendidikan. Sosiologi pendidikan memainkan perannya untuk ikut
memformat pendidikan yang mampu berkiprah secara kontekstual. Sistem,
muatan, proses dan arah pendidikan perlu ditata ulang dan diatur secara khusus
sehingga mampu menjawab sekaligus bermain di arena perubahan sosial
tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Makalah ini dibuat untuk mengkritisi perubahan-perubahan sosial dan
dampaknya bagi dunia pendidikan. Maka masalah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Perubahan Sosial?
2. Bagaimana Eksistensi Pendidikan khususnya di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh perubahan sosial pada pendidikan, khususnya di
Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perubahan Sosial


Perubahan sosial adalah proses yang meliputi bentuk keseluruhan aspek
kehidupan masyarakat. Menurut pengamatan, perubahan sosial telah menjadi
titik kajian beragam ilmu yang sifatnya lintas disiplin. Perubahan sosial adalah
masalah teori-teori sosial yang dipakai untuk menerangi fenomena perubahan
sosial secara sepihak. Dalam banyak hal, ternyata teori, substansi dan
metodologi tidak bisa terpisah menjadi suatu sistem berpikir untuk memahami
fenomena perubahan sosial yang lengkap.
Perubahan sosial menggambarkan suatu proses perkembangan masyarakat.
Pada satu sisi perubahan sosial memberikan suatu ciri perkembangan atau
kemajuan (progress) tetapi pada sisi yang lain dapat pula berbentuk suatu
kemunduran (regress). Perubahan sosial dapat terjadi oleh karena suatu sebab
yang bersifat alamiah dan suatu sebab yang direncanakan. Perubahan sosial
yang bersifat alamiah adalah suatu perubahan yang bersumber dari dalam
masyarakat itu sendiri. Sedangkan perubahan sosial yang direncanakan adalah
perubahan yang terjadi karena adanya suatu program yang direncanakan,
seringkali berbentuk intervensi, yang bersumber baik dari dalam ataupun dari
luar suatu masyarakat. Perubahan yang direncanakan yang datang dari dalam
masyarakat yang bersangkutan, seringkali merupakan program perubahan yang
dibuat oleh sekelompok anggota masyarakat tertentu, biasanya para elite
masyarakat, yang ditujukan bagi kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
Gejala perubahan sosial yang masih relevan dalam tatanan kehidupan masa kini
adalah gejala modernisasi yang dicanangkan dunia Barat untuk memperbaiki
perekonomian masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga. Dampak modernisasi
sangat luas, baik yang dianggap positif maupun negatif oleh kalangan
masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga, baik yang berkaitan dangan masalah
ekonomi, sosial, politik, budaya dan ilmu pengetahuan. Modernisasi sebagai
fenomena perubahan mendapat respon yang beragam, bahkan dikritisi sebagai
westernisasi. Bagaimanapun sebuah masyarakat bukanlah 'bejana' kosong yang
begitu saja menerima hal-hal yang berasal dari luar, tetapi ia memiliki
mekanisme tertentu melalui norma-norma dan nilai-nilai tradisi (budaya) dalam
menangani dan menanggapi perubahan yang terjadi.
Dalam kaitannya dengan hal ini adalah peran para agen perubahan (pemerintah
dan lembaga-lembaga masyarakat) yang mampu mengantisipasi berbagai
perkembangan masyarakat sehingga mampu mengarahkan masyarakat untuk
berubah ke arah yang lebih baik.

2.2. Aspek-aspek Perubahan Sosial


Dalam ilmu sosiologi dibedakan antara sosiologi makro dan sosiologi mikro.
Sosiologi makro adalah ilmu sosiologi yang mempelajari pola-pola sosial
bersekala besar terutama dalam pengertian komparatif dan historis, misalnya
antara masyarakat tertentu, atau antara bangsa tertentu. Sosiologi mikro lebih
memberikan perhatian pada perilaku sosial dalam kelompok dan latar sosial
masyarakat tertentu (Salim, 2002: 11). Berangkat dari pengertian tersebut agak
sulit menempatkan studi perubahan sosial, apakah dalam posisi sosiologi makro
atau mikro. Akan tetapi, mempertimbangkan beberapa hal, seperti akan
dijelaskan kemudian, studi perubahan sosial berwajah ganda, baik sosiologi
makro maupun mikro.
Namun demikian, merumuskan suatu konsep atau definisi yang dapat diterima
berbagai pihak merupakan pekerjaan yang sulit dan bisa jadi tidak bermanfaat.
Itulah sebabnya, dalam kajian ini teori perubahan sosial yang dikedepankan tidak
berpretensi untuk memuaskan sejumlah tuntutan. Dalam kajian ini yang
dimaksud dengan satu pengertian perubahan sosial adalah terjadinya perubahan
dari satu kondisi tertentu ke kondisi yang lain dengan melihatnya sebagai gejala
yang disebabkan oleh berbagai faktor. Hal itu terjadi lebih sebagai dinamika
bolak-balik antara hakikat dan kemampuan manusia sebagai makhluk yang
hidup dan memiliki kemampuan tertentu (faktor internal) berdialektika dengan
lingkungan alam (fisik), sosial, dan budayanya (faktor eksternal).
Persoalan yang dibicarakan oleh teori perubahan sosial antara lain sebagai
berikut. Pertama, bagaimana kecepatan suatu perubahan terjadi, ke mana arah
dan bentuk perubahan, serta bagaimana hambatan-hambatannya. Dalam kasus
masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilakukan dengan melihat sejarah
perkembangan sosialnya. Seperti diketahui, Indonesia mengalami proses
percepatan pembangunan, atau modernisasi awal terutama setelah tahun 1900-
an, yakni ketika Belanda memperkenalkan kebijakan politik etis. Akan tetapi,
seperti akan dijelaskan kemudian, percepatan perubahan di Indonesia terutama
terjadi setelah tahun 1980-an. Hal itu berkaitan dengan pengaruh timbal balik
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta beberapa kemudahan
yang disebabkan faktor tersebut.
Kedua, faktor apa yang berpengaruh terhadap perubahan sosial. Dalam hal ini
terdapat enam faktor yang berpengaruh terhadap perubahan sosial; (1)
penyebaraan informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media dalam
menyampaikan pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran); (2) modal, antara
lain SDM ataupun modal finansial; (3) teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor
yang cepat berubah sesusai dengan perkembangan ilmu pengetahuan; (4)
ideologi atau agama, bagaimana agama atau ideologi tertentu berpengaruh
terhadap porses perubahan sosial; (5) birokrasi, terutama berkaitan dengan
berbagai kebijakan pemerintahan tertentu dalam membangun kekuasaannya; (6)
agen atau aktor. Hal ini secara umum termasuk dalam modal SDM, tetapi secara
spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif individual dalam mencari
kehidupan yang lebih baik.
Ketiga, dari mana perubahan terjadi, dari negara, atau dari pasar bebas
(kekuatan luar negeri), atau justru dari dalam diri masyarakat itu sendiri.
Keempat, hal-hal apa saja yang berubah dan bagaimana perubahan itu terjadi.
Seperti diketahui, perubahan dapat sesuatu yang berbentuk fisik
(tampak/material), misalnya terjadinya pembangunan dalam pengertian fisik,
tetapi ada pula hal-hal yang tidak tampak (nonmaterial), seperti pemikiran,
kesadaran, dan sebagainya. Kelima, hal-hal atau wacana-wacana apa saja yang
dominan dalam proses perubahan sosial tersebut? Misalnya, untuk kasus
Indonesia di antara enam faktor perubahan seperti disinggung di atas, mana di
antaranya yang dominan, dan mengapa hal tersebut terjadi.
Keenam, bagaimana membedakan konteks-konteks perubahan dalam setiap
masyarakat dan bagaimana proses sosial tersebut berlangsung. Dalam masalah
ini, pertama, ada yang disebut proses reproduksi, yakni proses pengulangan-
pengulangan dalam ruang dan waktu yang berbeda seperti halnya warisan sosial
dan budaya dari masyarakat sebelumnya. Kedua, apa yang disebut sebagai
proses transformasi, yakni suatu proses perubahan bentuk atau penciptaan yang
baru, atau yang berbeda dari sebelumnya.
2.3. Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan
gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan
itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin
mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia
sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan (Widodo:2008). Perubahan
sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi; cara dan
pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah penduduk,
penemuan baru, terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti
bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.
Perkembangan masyarakat seringkali juga dianalogikan seperti halnya proses
evolusi. suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini
sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah
berkembang dengan pesatnya. Peletak dasar pemikiran perubahan sosial
sebagai suatu bentuk evolusi antara lain Herbert Spencer dan Augus Comte.
Keduanya memiliki pandangan tentang perubahan yang terjadi pada suatu
masyarakat dalam bentuk perkembangan yang linear menuju ke arah yang
positif. Perubahan sosial menurut pandangan mereka berjalan lambat namun
menuju suatu bentuk kesempurnaan masyarakat.
Berbeda dengan Spencer dan Comte yang menggunakan konsepsi optimisme,
Oswald Spengler cenderung ke arah pesimisme. Menurut Spengler, kehidupan
manusia pada dasarnya merupakan suatu rangkaian yang tidak pernah berakhir
dengan pasang surut. seperti halnya kehidupan organisme yang mempunyai
suatu siklus mulai dari kelahiran, masa anak-anak, dewasa, masa tua dan
kematian. Perkembangan pada masyarakat merupakan siklus yang terus akan
berulang dan tidak berarti kumulatif.
2.4. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial
Ke mana arah perubahan sosial di Indonesia, hingga hari ini tampaknya belum
dapat dibaca dengan cukup cermat. Proses tawar-menawar masih sedang terjadi,
dan semua hal masih sangat mungkin terjadi. Akan tetapi, yang pasti, hingga
kini masyarakat Indonesia masih sedang gelisah, marah, sedih, dan prihatin.
Demokrasi masih diperjuangkan terus-menerus, dan tidak tahu demokrasi
seperti apa yang akan terjadi, penegakan hukum masih simpang siur, dan secara
relatif masyarakat hidup tanpa kepastian (Salam: 2007).
Secara garis besar bentuk-bentuk perubahan sosial budaya dapat dipilah
menjadi dua: Pertama perubahan yang berlangsung cepat dan menyangkut
dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat yang disebut revolusi. Di dalam
revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan
terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.
Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat
memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu
puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi
pokok kehidupan masyarakat seperti sistem kekeluargaan dan hubungan
antara buruh dan majikan yang telah berlangsung selama ratusan tahun.
Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan
membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru.
Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol
dan membangun.
Kedua, perubahan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu (lambat) yang
disebut evolusi. Dalam konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan sifat-
sifat yang diwariskan dalam suatu populasi organisme dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menjadi dasar dari evolusi ini dibawa oleh
gen yang diwariskan pada keturunan suatu makhluk hidup. Sifat baru dapat
diperoleh dari perubahan gen oleh mutasi, transfer gen antar populasi, seperti
dalam migrasi, atau antar spesies seperti yang terjadi pada bakteria, serta
kombinasi gen mealui reproduksi seksual. Meskipun teori evolusi selalu
diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusi telah
berakar sejak jaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan
pertama yang mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti mapan
menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin tentang evolusi yang
terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas masyarakat sains sebagai
teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Perubahan sosial mencakup aspek-aspek yang kompleks, mulai dari politik,
ekonomi, kebudayaan, hukum, keamanan dan sebagainya. Perubahan yang
terjadi, baik secara cepat maupun lambat akan memberikan dampak bagi
masyarakatnya, juga pendidikan. Perubahan yang berlangsung cepat (revolusi)
memang pada umumnya lebih berpeluang mengagetkan masyarakat sehingga
tidak siap menghadapi perubahan itu.

2.5. Eksistensi Pendidikan


Pendidikan merupakan investasi besar bagi suatu negara. Pendidikan
menyangkut kepentingan semua warga negara, masyarakat, negara, institusi-
institusi dan berbagai kepentingan lain. Ini disebabkan pendidikan berkaitan erat
dengan outcomenya berupa tersedianya SDM yang handal untuk menyuplai
berbagai kepentingan. Oleh sebab itu titik berat pembangunan pendidikan
terletak pada peningkatan mutu setiap jenis dan jenjang, serta perluasan
kesempatan belajar pada pendidikan dasar. Pendidikan memegang kunci
keberhasilan suatu negara di masa depan. Namun kenyataan membuktikan,
khususnya di Indonesia, pendidikan masih belum dipandang vital, khususnya
oleh para pemegang tampuk kepemimpinan negara.
Menurut Tilaar (2004), pendidikaan saat ini telah direduksikan sebagai
pembentukan intelektual semata sehingga menyebabkan terjadinya kedangkalan
budaya dan hilangnya identitas lokal dan nasional. Perubahan global dan
liberalisasi pendidikan memaksa lembaga-lembaga pendidikan menghasilkan
lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Pendidikan yang hanya
berorientasi pasar sesungguhnya telah kehilangan akar pada kesejatian dan
identitas diri. Gejala-gejala pendangkalan ini sekarang mudah dibaca.
Misi pendidikan adalah mewariskan ilmu dari generasi ke generasi selanjutnya.
Ilmu yang dimaksud antara lain pengetahuan, tradisi dan nilai-nilai budaya
(keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah diemban oleh orang-
orang yang concern terhadap enerasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang
yang punya visi kedepan, yaitu menjadikan generasi yang lebih baik dan
beradab. Apabila berbicara pendidikan berskala nasional maka secara umum
konsep pendidikan nasional di Indonesia tak lagi memperlihatkan keberpihakan
terhadap dunia pendidikan di berbagai daerah. Salah satu contoh yaitu
kontroversial mengenai Ujian Nasional yang memperlihatkan betapa
sentralistiknya pendidikan saat ini. Pusat terkesan memaksa seleranya terhadap
anak didik di daerah.
Salah seorang pakar pendidikan di Indonesia, Dr Anita Lie dalam presentasi
mengenai Renstra Biro Pendidikan LPMAK yang berlangsung di Sheraton Hotel
Timika belum lama ini mengakui ada ketidakberesan dalam konsep pendidikan
nasional. Anita bahkan merujuk pada materi Ujian Nasional yang cenderung
membebani masyarakat pendidikan di daerah-daerah.
Tak saja Anita Lie, Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu pun menilai konsep
pendidikan nasional saat ini tak lagi relevan untuk diterapkan di daerah
termasuk di Papua. Barnabas Suebu malah menyentil konsep pendidikan
nasional ibarat pakaian jadi (pakaian konveksi). Pakaian tersebut diukur dan
dijahit di Jakarta kemudian dikirim ke daerah. Masyarakat di Papua yang butuh
pakaian langsung mengenakan saja tanpa melihat ukuran. Orang di Jakarta pun
tidak tahu tentang postur orang Papua, mereka hanya asal jahit berdasarkan
seleranya, begitu kata Barnabas mengibaratkan konsep pendidikan nasional
saat ini

2.6. Pengaruh perubahan sosial pada Pendidikan


Carut-marut situasi pendidikan di Indonesia memang tidak lepas dari pengaruh
perubahan sosial. Dan setiap berbicara mengenai pendidikan, orang selalu
berkonotasi sekolah formal. Meski tidak semuanya salah namun konsep ini
menisbikan peran pendidikan informal dan non formal, padahal keduanya sama
pentingnya. Dengan demikian keterpurukan pendidikan tidak boleh didefinisikan
sebagai kegagalan pendidikan formal semata. Kebobrokan sistem dan perilaku
sejumlah pemuka masyarakat dan negara, dengan demikian bukan dosa sekolah
semata.
Oleh sebab itu sekolah juga mendapat tempat yang istimewa dalam pemikiran
tiap orang dalam usahanya meraih tangga sosial yang lebih tinggi. Sedemikian
istimewanya hingga sekolah telah menjadi salah satu ritus yang harus dijalani
orang-orang muda yang hendak mengubah kedudukannya dalam susunan
masyarakat. Mudah diduga bahwa jalan pikiran seperti itu secara logis mengikuti
satu kanal yang menampung imajinasi mayoritas mengalir menuju sebuah
muara, yakni credo tentang sekolah sebagai kawah condrodimuko tempat agen-
agen perubahan dicetak.
Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat menyangkut nilai-nilai sosial,
pola-pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, yang terjadi secara cepat atau lambat
memiliki pengaruh mendasar bagi pendidikan. Perubahan sosial tak lagi
digerakkan hanya oleh sejenis borjuis di Eropa abad 17 18 melawan kaum
feodal, atau oleh kelas buruh yang ingin mengakhiri semacam masyarakat
borjuis di abad 19 untuk kemudian menciptakan masyarakat nir kelas, atau oleh
para petani kecil yang mencita-citakan suatu land-reform. Juga lebih tak mungkin
lagi keyakinan bahwa perubahan hanya dimotori oleh kaum profesional yang
merasa diri bebas dan kritis. Masyarakat sipil terdiri dari aneka kekuatan dan
gerakan yang membawa dampak perubahan di sana sini.
Esensi dari sekolah adalah pendidikan dan pokok perkara dalam pendidikan
adalah belajar. Oleh sebab itu tujuan sekolah terutama adalah menjadikan setiap
murid di dalamnya lulus sebagai orang dengan karakter yang siap untuk terus
belajar, bukan tenaga-tenaga yang siap pakai untuk kepentingan industri. Dalam
arus globalisasi dewasa ini perubahan-perubahan berlangsung dalam tempo
yang akan makin sulit diperkirakan. Cakupan perubahan yang ditimbulkan juga
akan makin sulit diukur. Pengaruhnya pada setiap individu juga makin mendalam
dan tak akan pernah dapat diduga dengan akurat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sedemikian pesat. Ekonomi
mengalami pasang dan surut berganti-ganti sulit diprediksi. Konstelasi kekuatan-
kekuatan politik juga berubah-ubah. Kita tak lagi hidup dengan anggapan lama
tentang dunia yang teratur harmonis. Sebaliknya setiap individu sekarang
menghadapi suatu keadaan yang cenderung tak teratur. Kecenderungan chaos
seperti ini harus dihadapi dan hanya dapat dihadapi oleh orang-orang yang
selalu siap untuk belajar hal-hal baru. Bukanlah mereka yang bermental siap
pakai yang akan dapat memanfaatkan dan berhasil ikut mengarahkan
perubahan-perubahan kontemporer melainkan mereka yang pikirannya terbuka
dan antusias pada hal-hal baru.
Keadaan tersebut akan berpengaruh besar pada pendidikan. Oleh sebab itu
sekolah, di tingkat manapun, yang tetap menjalankan pendidikan dengan
orientasi siap pakai untuk para pelajarnya tidak boleh rusak akibat perubahan
tetapi sebaliknya harus mampu menjadi pengemban misi sebagai agent of
changes tetapi sekedar consumers of changes. Dari sekolah dengan pandangan
siap pakai tidak akan dihasilkan orang-orang muda yang dengan kecerdasannya
berhasil memperbaiki kedudukannya dalam susunan sosial output dari sekolah
semacam itu hanya dua. Pertama, orang-orang muda yang terlahir berada dan
akan terus menduduki strata sosial tinggi, Kedua, para pemuda tak berpunya
yang akan tetap menelan kecewa karena ternyata mereka makin sulit naik ke
tangga sosial yang lebih tinggi dari orang tua mereka. Sekolah yang tetap kukuh
dengan prinsip-prinsip pedagogis, metode-metode pendidikan dan teknik-teknik
pengajaran yang bersemangat siap pakai hanya akan menjadi lembaga
reproduksi sosial bukan lembaga perubahan sosial. Indonesia perlu sekolah baru!

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat. Hal-hal yang berkaitan dengan perubahan sosial: Nilai-nilai sosial,
Pola-pola perilaku, Organisasi, Lembaga kemasyarakatan, Lapisan dalam
masyarakat, Kekuasaan dan wewenang. Faktor Penyebab Perubahan Sosial: Laju
penduduk , Penemuan-penemuan baru, Pertentangan, Pemberontakan / revolusi.
Bentuk-bentuk perubahan sosial: Lambat & Cepat, Kecil & Besar, Intended
Change (perubahan yang di kehendaki) dan Uninted Change (perubahan yang
tidak di kehendaki).
Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi antara manusia dewasa
dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media
dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya.
Pendidikan memiliki peran strategis dan vital bagi kelangsungan suatu bangsa.
Oleh perubahan yang gencar terjadi, pendidikan bisa menjadi korban. Pendidikan
yang kehilangan pijakan akan terbang mengikuti arah angin perubahan yang
sedang terjadi. Maka perubahan sosial yang terjadi baik itu mengangkut nilai-
nilai sosial, pola-pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan
dalam masyarakat, maupun berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang
(politik), harus dihadapi dengan perubahan dalam dunia pendidikan. Pendidikan
justru harus mampu menjadi agen perubahan, bukan menjadi korban perubahan.

3.2. Saran dan Solusi


Dunia pendidikan harus memposisikan diri sebagai agen perubahan (agent of
changes). Pemahaman monokultur harus diarahkan pada multikultur (bdk. Maliki,
2010:252). Harus disadari bahwa kehidupan itu majemuk dan semakin majemuk,
namun paradigma pendidikan belum berubah ke arah itu. Pendidikan di
Indonesia masih mengacu pada budaya, kehendak, keinginan tunggal. Kedua,
pendidikan harus memposisikan diri sebagai pelaku transformasi besar-besaran.
Pendidikan yang hanya diperuntukkan mencerdaskan otak harus
ditransformasikan ke dalam perspektif yang holistik yakni mencerdaskan perilaku
secara keseluruhan. Ketiga, pendidikan harus mampu mengkonstruk identitas
budaya bagi manusianya. Budaya kita adalah budaya plural.
Pendidikan multikultural akan efektif jika dalam tatakelola pendidikan tidak
hanya berorientasi out put, melainkan juga memperhatikan out come. Dengan
melihat out come berarti melihat kompetensi lulusan di tengah kehidupan
masyarakatnya, baik kompetensi kognitif, afektif maupun psikomotor. Guna
mencapai outcome yang nyata dan bermanfaat bagi masyarakat, pendidikan
multikultural harus ditransformasikan melalui pendekatan praksis. Pendidikan
tidak hanya dikemas dalam tatanan wacana dan diskursus melainkan memasuki
kehidupn nyata. Untuk itu penerapan model service learning antara peserta
didik, guru dan warga sekolah perlu digalakkan. Dengan service learning peserta
didik secara nyata membangun kehidupan yang damai, terbuka menghadapi
keanekaragaman, toleransi dan demokratis.

Daftar Rujukan :
Koento, Wibisono. 1983. Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Augus
Comte. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
Maliki, Zainuddin. 2010. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Salam, Aprinus. 2007. Perubahan Sosial dan Pertanyaan tentang Kearifan Lokal.
Sumber : Jurnal Ibda` | Vol. 5 | No. 2 | Jul-Des 2007 | 257-275 2 P3M STAIN
Purwokerto dari: www.ibdajurnal.googlepages.com. diakses tgl. 25 November
2010

Salim, Agus.2002. Perubahan Sosial Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia.Yogyakarta: Tiara Wacana.
Widodo, Slamet. 2008. Perspektif Teori tentang Perubahan Sosial; Struktural
Fungsional dan Psikologi Sosial. Dari http//www.slametwidodo.com. diakses tgl.
26 November 2010.
Widodo, Slamet. 2008, Perubahan Sosial. Dari http://learning-
of.slametwidodo.com. diakses tgl. 26 November 2010.
http://sospol-fisip.blogspot.com/2012/11/makalah-perubahan-sosial.html
19-2-2014

Makalah Perubahan Sosial Budaya

PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA


Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengantar Ilmu Sosial

Di susun oleh:
Kelompok 3

Taufiq Riyana
Roni Fardiansyah
Priatna
Khoerul Anwar
Kokom Komariah
Imas Alawiyah
Olivia Sarah
Ummi Lailatus Salaamah
Annisa Fitri Aprilia
Lina Herlinayati
Rika Dwi Ecaesar
Ovi Oktaviani
Mutia Addini
Rini Nuraeni
Putri Karina
Meri Sri Gantini
Dadan diki

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI KOTA SUKABUMI)
TAHUN 2012

KATA PENGANTAR
Alhamdulilah dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, akhirnya makalah ini
dapat diselesaikan sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan. Makalah ini berisikan
tentang Pengertian Perubahan Sosial Budaya, Faktor internal dan ekstrenal serta factor
pendorong dan penghambat perubahan social budaya.
Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Wawan
Hermawan,M.Pd selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Sosial yang telah memberi
kesempatan dan kepercayaannya kepada kami untuk membuat dan menyelesaikan
makalah ini. Sehingga kami memperoleh banyak ilmu, informasi dan pengetahuan selama
kami membuat dan menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kepada seluruh rekan kami yang
membantu penyelesaian makalah ini baik berupa bantuan moril maupun materil.
Setelah itu kami berharap semoga makalah ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat
banyak kekurangsempurnaan di dalamnya. Akhir kata kami meminta maaf sebesar-
besarnya kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika terdapat kesalahan dalam
penulisan, penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak berkenan di hati pembaca mupun
pengoreksi, karena hingga saat ini kami masih dalam proses belajar. Oleh karena itu kami
memohon kritik dan sarannya demi kemajauan bersama.
Sukabumi, Desember 2012
Penyusun
a.n. Kelompok 3

Roni Fardiansyah

DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar isi 2
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah . 3
b. Maksud dan Tujuan . 5
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian Perubahan Sosial Budaya..6
b. Teori teori Perubahan Sosial.. 7
c. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya8
d. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial dan kebudayaan... ..9
e. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya.12
f. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya 16
g. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya .. 18
h. Proses Perubahan Sosial Budaya... 20
i. Sikap Kritis Masyarakat terhadap Perubahan Sosial Budaya23
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan .25
b. Saran-saran 25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang
mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas,
serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan
dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat diketemukan oleh seseorang yang
sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan
membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang
lampau. Seseorang yang tidak dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di
indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan
tidak berubah. Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja
kurang mendalam dan kurang teliti.Karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti
pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang orang desa sudah mengenal perdagangan,
alat-alat transport modern, bahkan dapat mengakui berita-berita menggenai daerah lain
melalui radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya belum dikenal sebelumnya.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma
sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan
dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Karena
luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-perubahan tersebut maka bilamana
seseorang hendak membuat penelitian perlulah terlebih dahulu ditentukan secara tegas,
perubahan apa yang dimaksudnya dasar penelitiannya mungkin tak akan jelas, apabila hal
tersebut tidak dikemukakan terlebih dahulu.
Dengan diakuinya dinamika sebagai inti jiwa masyarakat banyak sosiolog modern
yang mencurahkan perhatiannya pada masalah-masalah perubahan sosial dan kebudayaan
dalam masyarakat. Masalah tersebut menjadi lebih penting lagi dalam hubungannya dengan
pembangunan ekonomi yang di usahakan oleh banyak masyarakat Negara-negara yang
memperoleh kemerdekaan politiknya setelah perang dunia II. Sebagian besar ahli ekonomi
mula-mula mengira bahwa suatu masyarakat akan dapat membangun ekonominya dengan
cepat, apabila telah dicukupi dan dipenuhi syarat-syarat yang khusus diperlukan dalam
bidang ekonomi. Akan tetapi pengalaman mereka yang berniat untuk mengadakan
pembangunan ekonomi dalam masyarakat-masyarakat yang baru mulai dengan
pembangunan terbukti bahwa syarat-syarat ekonomis saja tak cukup untuk melancarkan
pembangunan.Di samping itu diperlukan pula perubahan-perubahan masyarakat yang dapat
menetralisasi faktor-faktor kemasyarakatan yang mengalami perkembangan. Hal ini dapat
memperkuat atau menciptakan factor-faktor yang dapat mendukung pembangunan tersebut.
Sebaliknya, perlu diketahui terlebih dahulu perubahan-perubahan di bidang manakah yang
akan terjadi nanti sabagai akibat dari pembangunan ekonomi dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan di luar bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan karena setiap
perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula perubahan-
perubahan di dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan yang lainnya. Pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan tersebut selalu terkait proses saling mempengaruhi secara timbal
balik.
Para sosiologi pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakat-masyarakat statis
dan dinamis. Masyarakat yang statis adalah masyarakat yang sedikit sekali mengalami
perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis adalah masyarakat yang
mengalami berbagai perubahan dengan cepat.Jadi setiap masyarakat, pada suatu masa
dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis. Sedangkan pada masyarakat yang lainya,
dianggap sebagai masyarakat yang dinamis. Perubahan-perubahan bukanlah semata-mata
berarti suatu kemajuan (progress) namun dapat pula berarti kemunduran dari bidang-bidang
kehidupan tertentu.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan
gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain
berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang
terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh
dari tempat tersebut.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun
dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya, sehingga
membingungkan manusia yang menghadapinya.Perubahan-perubahan sering berjalan
secara konstan.Ia tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena
sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi keadaan
di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang
terkena perubahan.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui:


1. Pengertian Perubahan Sosial Budaya
2. Teori-teori Perubahan Sosial
3. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya
4. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial Budaya
5. Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya
6. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
7. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
8. Proses Perubahan Sosial Budaya
9. SIkap Kritis Masyarakat terhadap Perubahan Sosial budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian perubahan sosial budaya
Beberapa pakar mengemukakan pengertian perubahan sosial diantaranya sebagaiberikut:

1. Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi


pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
sistem sosialnya. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam sistem sosial adalah nilai-nilai,
sikap-sikap dan pola perilakunya diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selain itu
Kingsley davis mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi pada
struktur dan fungsi masyarakat.

2. William F Ogburn berusaha memberikan pengertian tertentu, walau tidak memberi definisi
tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup perubahan-
perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik material maupun yang immaterial,
yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-
unsur immaterial.

3. Mac iver lebih suka membedakan antara utilitarian elements dengan cultural elements yang
didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Semua
kegiatan dan ciptaan manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut
diatas. Sebuah mesin ketik, alat pencetak, atau sistem keuangan, merupakan utilitarian
elements, karena benda-benda tersebut tidak langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhan
manusia, tetapi dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya. Utilitarian elements
disebutnya civilization. Artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia
dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem-sistem
organisasi sosial, teknik dan alat-alat material. Pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah,
hukum dan seterusnya dimasukan ke dalam golongan tersebut. Cultur menurut Mac Iver
adalah ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni
kesusastraan, agama rekreasi dan hiburan. Sebuah potret, novel, drama, film, permainan,
filsafat dan sebagainya, termasuk culture, karena hal-hal itu secara langsung memenuhi
kebutuhan manusia.
4. Gillin dan gillin mengatakan perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-
cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Koening
mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi
dalam pola-pola kehidupan manusia.
Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah
perubahan unsur-unsur sosial dalam masyarakat, sehingga terbentuk tata kehidupan sosial
yang baru dalam masyarakat. Perubahan dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai
sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi, susunan lembaga
kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi
sosial, dan lain sebagainya. Perubahan budaya adalah perubahan unsur-unsur kebudayaan
karena perubahan pola pikir masyarakat sebagai pendukung kebudayaan.Unsur-unsur
kebudayaan yang berubah adalah sistem kepercayaan/religi, system mata pencaharian
hidup, sistem kemasyarakatan, sistem peralatan hidup dan tehnologi, bahasa, kesenian,
serta ilmu pengetahuan.
B. Teori-teori perubahan sosial
Para ahli filsafat, sejarah, ekonomi dan para sosiolog telah mencoba untuk merumuskan
prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat
bahwa kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan social merupakan gejala wajar
yang timbul dari pergaulan hidup manusia.
Yang lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam
unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan
dalam unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian ada pula
yang berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial bersifat periodik dan non periodik.
Pokoknya, pendapat-pendapat tersebut pada umumnya menyatakan bahwa perubahan
merupakan lingkaran kejadian-kejadian. Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap
usaha untuk mengemukakan bahwa ada suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap
dalam perubahan-perubahan sosial , tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran
akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi perubahan-
perubahan tetap ada, dan yang paling penting adalah bahwa lingkaran terjadinya gejala-
gejala sosial harus dipelajari, karena dengan jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh
suatu generalisasi.

Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial premier yang


menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis,
geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek
kehidupan sosial lainya (William F. Ogburn menekankan pada kondisi tekhnologis).
Sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya,
satu atau semua akan menghasilkan perubahan-perubahan sosial.
Untuk mendapatkan hasil sebagaimana diharapkan, hubungan antara kondisi dan faktor-
faktor tersebut harus diteliti terlebih dahulu.Penelitian yang obyektif akan dapat memberikan
hukum-hukum umum perubahan sosial dan kebudayaan, disamping itu juga harus
diperhatikan waktu serta tempatnya perubahan-perubahan tersebut berlangsung.
C. Hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan
antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan-perubahan kebudayaan. Perbedaan
demikian tergantung dari adanya perbedaan pengertian dari masyarakat dan kebudayaan.
Apabila perbedaan pengertian tersebut dapat dinyatakan dengan tegas, maka dengan
sendirinya perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan
kebudayaan dapat dijelaskan.
Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu: kesenian,
ilmu pengetahuan, tekhnologi, filsafat dan seterusnya, bahkan perubahan-perubahan dalam
bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial. Sebagai contoh dikemukakanya perubahan
pada logat bahasa Aria setelah terpisah dari induknya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak
mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.Perubahan-perubahan tersebut lebih
merupakan perubahan kebudayaan ketimbang perubahan sosial. Masyarakat menurut
kingsley davis adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi,
dan bukan hubungan antara sel-sel, kebudayaan dikatakanya mencakup segenap cara
berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti
menyampaikan buah pikiran secara simbolis dan bukan oleh karena warisan yang
berdasarkan keturunan.
Apabila diambil definisi kebudayaan dari Tylor yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah
suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan. Keseniaan, moral, hukum,
adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat,
maka perubahan-perubahan kebudayaan adalah setiap perubahan dari unsur-unsur
tersebut.
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama yaitu
kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dewasa ini
proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri
tertentu, antara lain :
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat
mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan
perubahan-perubahan pada lembaga lembaga sosial lainnya.
3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan di
ikuti oleh suatu reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain
yang baru.
4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual
saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
5. Secara tipologis perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai:
a. Social proses : the circulation of various rewards, facilities, and personnel in an existing
structure.
b. Segmentation: the proliferation of structural units that do not differ qualitatively from existing
units.
c. Structural change: the emerge of qualitatively new complexes of roles and organization
d. Changes in group structure: the shifts in the composition of groups, the level of
consciousness of groups, and the relations among the groups in society.
D. Bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk, yaitu :
1. Perubahan Evolusi
Perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat,
dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan
masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari
usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya
dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari
masyarakat berburu menuju ke masyarakat agraris.

Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:
Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami
perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks
dan sampai pada tahap yang sempurna.
Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu
melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah
mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh
perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.
2. Perubahan Revolusi
Perubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada
kehendak atau perencanaan sebelumnya.Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan
sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Dalam revolusi, perubahan dapat
terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana sering kali diawali dengan
ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi, suatu
revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain adalah:
Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat
harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk
mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin
masyarakat tersebut.
Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian
merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program
dan arah bagi geraknya masyarakat.
Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya
adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu,
diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak, misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor
adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan
waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.
Contoh dari perubahan Revolusi adalah: Kemerdekaan Indonesia merupakan revolusi dari
Negara terjajah menjadi Negara merdeka.
3. Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki
Perubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang
telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan
di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of
change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari
masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.Oleh
karena itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan
pengawasan agent of change. Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut
perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat
polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau untuk
mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga
berencana (KB).
4. Perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki
Perubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki
oleh masyarakat.Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering
membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam
masyarakat. Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan
akan terjadi. Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir
dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.Sebagai
akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang
mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.
5. Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecil
Perubahan berpengaruh besar
Suatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan
terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata
pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan
masyarakat agraris menjadi industrialisasi. Pada perubahan ini memberi pengaruh secara
besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan
adanya perubahan mata pencaharian.
Perubahan berpengaruh kecil
Perubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang terjadi
pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.
Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak
membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-
perubahan pada lembaga kemasyarakatan homolis.
E. Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan
Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan budaya bukanlah merupakan faktor yang
tunggal, tetapi menyangkut hal yang kompleks.banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan dalam masyarakat. Soeryono Soekanto menyebutkan adanya faktor internal dan
eksternal yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam masyarakat.
1. Faktor internal
a. Perubahan jumlah penduduk
Bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat di pulau jawa, menyebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur masyarakatnya, terutama tentang hal yang menyangkut lembaga-
lembaga kemasyarakatan. Lembaga sistem hak milik atas tanah mengalami perubahan-
perubahan. Orang mengenal hak milik individual atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, bagi
hasil, dan sebagainya, yang sebelumnya tidak dikenal. Sebaliknya, berkurangnya penduduk
disebabkan karena berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dari satu daerah ke
daerah lain (misalnya transmigrasi). Perpindahan penduduk tersebut mangakibatkan
kekosongan misalnya dalam bidang pembagian kerja atau stratifikasi sosial yang
selanjutnya dapat memperngaruhi lembaga-lembaga kemasyrakatan.
b. Penemuan-penemuan baru
Penemuan-penemuan juga dapat menjadi penyebab terjadinya perubahan pada masyarakat
meliputi beberapa hal berikut.
1) Discovery adalah suatu penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat atau gagasan
yang diciptakan oleh seorang individu maupun serangkaian individu dalam suatu masyarkat.
Contoh: penemuan listrik, diesel, lokomotif, dan lain-lain.
2) Invention adalah discovery yang telah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat.
Jadi, invention merupakan bentuk pengembangan dari discovery. Contoh: mobil, kreta api,
dan lain-lain.
3) Inovasi artinya suatu penemuan baru apabila unsur atau alat baru yang ditemukan tersebut
sudah menyebar ke bagian-bagian masyarakat dan dikenal serta dimanfaatkan secara luas
oleh masyarakat. Jadi, pada saat penemuan menjadi invention, proses inovasi belum
selesai.
Beberapa faktor yang mendorong terjadinya penemuan baru antara lain sebagai berikut:
1) Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
2) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan.
3) Perangsang untuk aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat
c. Teknologi
Teknologi dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat yaitu dapat mempengaruhi
sebagian dari pikiran dan perilaku manusia yang akan membawa perubahan sosial budaya
dalam kehidupannya. Contoh: teknologi dalam industri tekstil dapat mempengaruhi cara
berpakaian serta mode atau gaya berpakaian manusia. Dengan demikian sesungguhnya
keberadaan teknologi telah banyak membantu atau memudahkan aktivitas manusia dan
juga mengubah kehidupan manusia menuju keadaan yang lebih baik. Namun, dalam
kenyataannya, teknologi juga dapat membawa pengaruh ke arah yang kurang baik dan
justru dapat menyebabkan masalah baru yang lebih parah. Contoh : teknologi komunikasi
seperti dalam bentuk tayangan telivisi, jika tidak dapat diadaptasi dengan baik secara
langsung dapat mengubah pola kehidupan sehari-hari masyarakat, misalnya gaya hidup,
kekerasan, dan lainya.
d. Pertentangan (conflict)
Sebagai proses sosial, pertentangan (conflict) merupakan proses disosiatif, namun selalu
berakibat negatif. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat dapat berupa hal-hal berikut:
1) Pertentangan antara individu di dalam masyarakat
2) Pertentangan antar kelompok di dalam masyarakat
3) Pertentangan antara individu dengan kelompok di dalam masyarakat.
4) Pertentangan antar generasi di dalam masyarakat
Sebenarnya, hubungan antara pertentangan dengan perubahan sosial budaya bersifat
timbal balik, yaitu pertentangan di suatu masyarakat dapat memungkinkan terjadinya
perubahan sosial budaya, dan sebaliknya perubahan sosial budaya di dalam masyarakat
dapat memungkinkan terjadinya pertentangan.
e. Keterbukaan masyarakat
Sifat masyarakat yang terbuka mempermudah masyarakat tersebut untuk menerima unsur-
unsur baru atau menyerapnya dalam kehidupan sosial dan budayanya. Oleh karena itu,
masyarakat yang bersifat terbuka akan mempermudah terjadinya perubahan-perubahan
sosial maupun budaya. Contoh : melalui pendidikan, seorang anak buruh bangunan dapat
menjadi seorang dokter atau insinyur, sehingga dapat mengubah kondisi keluarganya, yakni
mengangkat keluarganya untuk memiliki kehidupan sosial dan budaya yang lebih baik.

f. Pemberontakan atau revolusi


Revolusi ataupun pemberontakan merupakan faktor yang dapat menyebabkan perubahan-
perubahan sosial budaya yang besar. Contoh :revolusi kemerdekaan Indonesia.

2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan alam (lingkungan fisik)
Perubahan lingkungan alam fisik (bukan karena faktor manusia) dapat membawa
perubahan pada kehidupan sosial budaya suatu masyarakat. Bencana alam yang dahsyat
dapat mengubah struktur sosial budaya masyarakat setempat. Contoh banjir dan gempa.
Gempa dan gelombang tsunami yang memporak porandakan Aceh, menyebabkan
beberapa penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan dievakuasi atau akhirnya
pindah ke dataran tinggi sehingga beralih profesi sebagai petani dan mencoba untuk
menekuni pertanian di daerah tersebut
b. Peperangan
Perang menyebabkan pada banyak aspek. Pihak yang menang pada umumnya berupaya
menerapkan norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap paling benar oleh masyarakat
mereka. Contoh : perang antara Amerika dan sekutu terhadap Irak. Amerika dan sekutu
sebagai pihak yang menang, berupaya mempengaruhi sistem politik, sosial , dan budaya
Iraq. Hal ini menyebabkan perubahan pemerintahan Iraq termasuk perubahan kehidupan
sosial negara Iraq seperti emansipasi kaum perempuan Iraq.
c. Kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
Kontak kebudayaan antar masyarakat akan menyebabkan pengaruh positif dan negatif.
Contoh: kontak kebudayaan Indonesia dengan kebudayaa barat (Eropa). Pengaruh positif
yang di dapat oleh masyarakat Indonesia antara lain berupa transformasi ilmu pengetahuan
dan teknologi. Adapun pengaruh negatif yang diperoleh bangsa Indonesia dapat berupa
sikap sekelompok anak muda di dalam masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan
(westernis).

Proses terjadinya pengaruh perubahan karena kontak kebudayaan dengan masyarakat lain
dijelaskan sebagai berikut:
1) Difusi kebudayaan : penyebaran unsur kebudayaan dari suatu tempat lain
2) Akulturasi kebudayaan : pertemuan antar dua kebudayaan atau lebih di mana kebudayaan
asli masih tampak.
3) Asimilasi kebudayaan: proses pertemuan dan percampuran dua kebudayaan atau lebih.
Faktor yang merubah terjadinya asimilasi antara lain toleransi, pernikahan campur, atau
sikap simpati terhadap kebudayaan lain.
Di dalam masyarakat yang mengalami suatu proses perubahan, terdapat faktor- faktor
pendorong jalannya perubahan. Margono Slamet menyebutkan bahwa terdapat kekuatan-
kekuatan pendorong (motivational forces) yang mempengaruhi perubahan. Faktor-faktor
tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Adanya ketidakpuasan terhadap situasi yang ada, karena itu ada keinginan akan situai yang
lain.
b. Adanya pengetahuan tentang perbedaan antara apa yang ada dengan yang seharusnya
bisa ada.
c. Adanya tekanan-tekanan dari luar, seperti persaingan atau kompetisi, keharusan-keharusan
menyesuaikan diri, dan sebagainya.
d. Adanya kebutuhan-kebutuhan daridalam untuk mencapai efisiensi dan peningkatan,
misalnya produktivitas.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan
Laju perubahan sosial budaya setiap daerah berbeda-beda. Lihat saja, masyarakat kota
lebih cepat mengalami perubahan dibandingkan masyarakat desa. Laju perubahan sosial
budaya dalam masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu faktor pendorong dan
faktor penghambat.
a. Faktor Pendorong Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor pendorong perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Kontak dengan Budaya Lain
Kontak merupakan proses penyampaian informasi tentang ide, keyakinan, dan hasil-hasil
budaya. Adanya kontak dengan budaya lain menjadikan satu kebudayaan bertemu dan
saling bertukar informasi. Misalnya kontak dagang antara pedagang nusantara dengan
pedagang India, Arab, dan Barat. Kebudayaan mereka saling mempengaruhi yang akhirnya
membawa perubahan sosial budaya. Oleh karena itu, seringnya melakukan kontak dengan
budaya lain akan mempercepat laju perubahan sosial budaya.
2) Sikap Menghargai Hasil Karya Orang Lain
Tidak adanya apresiasi terhadap karya orang lain menjadikan seseorang enggan untuk
berkarya. Namun, akan berbeda jika setiap orang menghargai hasil karya orang lain. Setiap
orang akan berlomba-lomba menciptakan suatu karya yang bermanfaat bagi masyarakat.
Karya-karya inilah yang mendorong munculnya perubahan sosial budaya. Penemuan
pesawat terbang mengilhami Prof. Dr. Ing.B.J. Habibie untuk mendirikan pabrik pesawat di
Bandung.
3) Sistem Pendidikan yang Maju
Pendidikan mengajarkan seseorang untuk berpikir ilmiah dan objektif. Dengan kemampuan
tersebut, seseorang dapat menilai bentuk kebudayaan yang sesuai dengan kebutuhan serta
kebudayaan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Berbekal pengetahuan itu
seseorang melakukan perubahan pada kebudayaan jika dirasa perlu. Oleh karena itu,
sistem pendidikan tinggi mampu mendorong munculnya perubahan sosial budaya.
4) Keinginan untuk Maju
Tidak ada seorang pun yang puas dengan keadaan sekarang. Mereka umumnya
menginginkan sesuatu yang lebih baik dari keadaan saat ini. Oleh karena itu, orang akan
melakukan berbagai upaya guna melakukan perubahan hidup yang tentunya ke arah
kemajuan. Misalnya seorang pelajar mengikuti kursus komputer untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan komputer.
5).Toleransi terhadap Perubahan
Sikap toleransi dibutuhkan untuk mempercepat laju perubahan sosial budaya dalam
masyarakat. Adanya sikap toleransi menjadikan masyarakat lebih mudah menerima halhal
baru. Masyarakat akan menerima hal-hal baru yang dirasa membawa kebaikan.
6) Penduduk yang Heterogen
Masyarakat yang heterogen memudahkan terjadinya perubahan sosial budaya. Hal ini dapat
dilihat pada masyarakat Indonesia. Penduduk Indonesia terdiri atas bermacam-macam
suku, ras, dan ideologi. Perbedaan-perbedaan yang ada tidak selamanya membawa
keuntungan bagi Indonesia. Perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik jika tidak
disertai dengan rasa toleransi yang tinggi. Konflik-konflik inilah yang mendorong munculnya
perubahan sosial budaya.
7) Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang Kehidupan Tertentu
Setiap orang tidak akan pernah puas dengan keadaannya saat ini. Berbagai cara dan upaya
mereka lakukan untuk mengubah taraf hidup. Rasa tidak puas terhadap keadaan
mendorongnya melakukan berbagai perubahan. Hal ini pun terjadi pada masyarakat
Indonesia ketika reformasi digulirkan. Rasa tidak puas terhadap pemerintahan saat itu
mendorong masyarakat menuntut perubahan secara total.
8) Sistem Pelapisan Terbuka
Sistem pelapisan terbuka memungkinkan terjadinya gerak sosial vertikal yang lebih tinggi.
Sistem ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk maju. Kesempatan untuk menaiki
strata yang lebih tinggi mendorong seseorang melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik.
9) Orientasi ke Masa Depan (Visioner)
Pandangan yang visioner mendorong seseorang melakukan beragam perubahan. Bagi
mereka masa lalu adalah sesuatu yang patut untuk dikenang, bukan sebagai pedoman
hidup. Masa depan harus lebih baik dari masa sekarang. Visi inilah yang mendorong
seseorang melakukan perubahan.
10) Sikap Mudah Menerima Hal-Hal Baru
Suatu perubahan akan berdampak besar jika setiap orang menerima perubahan tersebut.
Keadaan ini menjadi berbeda jika tidak ada seorang pun yang menanggapi perubahan
tersebut. Perubahan akan berlalu begitu saja tanpa ada masyarakat yang mengikutinya.
Oleh karena itu, sikap mudah menerima hal-hal baru mendorong terjadinya perubahan
sosial budaya di masyarakat.
b. Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Faktor-faktor penghambat perubahan sosial budaya sebagai berikut.
1) Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Masyarakat yang kurang berhubungan dengan masyarakat lain mengalami perubahan yang
lamban. Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak mengetahui perkembangan
masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan sendiri. Mereka terkukung dalam
kebudayaan mereka dan polapola pemikiran yang masih sederhana. Contohnya suku-suku
bangsa yang masih tinggal di pedalaman.
2) Masyarakat yang Bersikap Tradisional
Umumnya masyarakat tradisional memegang kuat adat istiadat yang ada. Mereka menolak
segala hal baru yang berkenaan dengan kehidupan sosial. Adat dan kebiasaan diagung-
agungkan. Sikap ini menghambat masyarakat tersebut untuk maju.
3) Pendidikan yang Rendah
Masyarakat yang berpendidikan rendah umumnya tidak dapat menerima hal-hal baru. Pola
pikir dan cara pandang mereka masih bersifat sederhana. Mereka umumnya enggan
mengikuti gerak perubahan yang ada. Artinya, masyarakat statis dan tidak mengalami
perubahan yang berarti.
4) Adanya Kepentingan yang Tertanam Kuat pada Sekelompok Orang (vested interest)
Adanya vested interest yang kuat dalam suatu kelompok menyebabkan perubahan sulit
terjadi. Hal ini dikarenakan setiap kelompok yang telah menikmati kedudukannya akan
menolak segala bentuk perubahan. Mereka akan berusaha mempertahankan sistem yang
telah ada. Mereka takut adanya perubahan akan mengubah kedudukan dan statusnya
dalam masyarakat.
5) Ketakutan akan Terjadinya Kegoyahan Integrasi
Terciptanya integrasi merupakan harapan dan cita-cita masyarakat pada umumnya.Oleh
karena itu, integrasi merupakan sesuatu yang dilindungi oleh masyarakat. Segala hal baru
ditolak untuk menghindari kegoyahan dalam integrasi masyarakat.
6) Prasangka Buruk terhadap Unsur Budaya Asing
Sikap demikian sering dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa asing.
Pengalaman-pengalaman tempo dahulu menyebabkan mereka senantiasa berprasangka
buruk terhadap budaya asing. Akibatnya, mereka menolak segala hal baru terutama berasal
dari bangsa asing, walaupun akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
7) Hambatan Ideologis
Perubahan yang bersifat ideologi sangat sulit dilakukan. Mengapa demikian? Setiap orang
memandang ideologi sebagai sebuah pedoman hidup yang paling mendasar. Oleh karena
itu, perubahan yang bersifat ideologis tidak mungkin terjadi terlebih pada masyarakat
tradisional ketika ideologi dipegang kuat dalam kehidupan sosial.
8) Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat di dalam
memenuhi segala kebutuhan pokoknya. Apabila kemudian ternyata pola-pola perilaku
tersebut efektif lagi didalam memenuhi kebutuhan pokok, krisis akan muncul. Mungkin adat
atau kebiasaan yang mencakup bidang kepercayaan, system mata pencaharian, pembuatan
rumah, cara berpakaian tertentu, begitu kokoh sehingga sukar untuk di rubah.

G. Proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan


1. penyesuaian masyarakat terhadap perubahan
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equilibrium) merupakan keadaan yang
diidam-idamkan setiap masyarakat. Dengan keserasian masyarakat dimaksudkan sebagai
suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok benar-benar
berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian, individu secara psikologis
merasakan adanya ketentraman, karena tidak adanya pertentangan dalam norma-norma
dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat
dapat menolaknya atau mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatanya dengan
maksud menerima unsur yang baru. Akan tetapi, kadang kala unsur baru dipaksakan
masuknya oleh suatu kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya karena unsur
baru tersebut tidak menimbulkan kegoncangan,pengaruhnya tetap ada, akan tetapi
sikapnya dangkal dan hanya terbatas pada bentukluarnya. Norma-norma dan nilai-nilai
sosial tidak akan terpengaruh olehnya, dan dapat berfungsi secara wajar.
Adakalanya unsur, unsur baru dan lama yang betentangan secara bersamaan
mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula pada warga
masyarakat. Itu berarti adanya gangguan yang kontinu terhadap keserasian masyarakat.
Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan serta kekcewaan diantara para
warga tidak mempunyai saluran pemecahan. Apabila ketidakserasian dapat dipulihkan
kembali setelah terjadi suatu perubahan, maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian
(adjustment) bila sebaliknya yang terjadi maka dinamakan ketidak penyesuaian sosial
(maladjustment) yang mungkin mengakibatkan terjadinya anomie.
Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan penyesuaian dan individu yang ada dalam masyarakat tersebut. Yang
pertama menunjuk pada keadaan, di mana masyarakat berhasil menyesuaikan lembaga-
lembaga kemasyarakatan dengan keadaan yang mengalami perubahan sosial dan
kebudayaan. Sedangkan yang kedua menunjuk pada usaha-usaha individu untuk
menyesuaikan diri dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah diubah atau
diganti, agar terhindar dari disorganisasi psikologis. Di minangkabau misalnya dimana
menurut tradisi wanita mempunyai keududukan penting karena garis keturunan yang
matrilineal, terlihat adanya suatu kecenderungan di mana hubungan antara anggota
keluarga batih lebih erat. Hubungan antara anak-anak dengan ayahnya yang semula
dianggap tidak mempunyai kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah dianggap
sebagai orang luar cenderung menguat.
2. Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan
Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan (avenue or channel of change)
merupakan saluran-saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-
saluran tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan,
ekonomi, pendidikan, agama,rekreasi dan seterusnya. Apabila lembaga-lembaga
kemasyarakatan tersebut sebagai suatu sistem sosial digambarkan, maka coraknya sebagai
berikut:
Organisasi politik

Organisasi keagamaan
Organisasi pendidikan
Organisasi ekonomi
Organisasi hukum
Lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu struktur apabila
mencakup hubungan antar lembaga-lambaga kemasyarakatan yang mempunyai pola-pola
tertentu dankeserasian tertentu.
Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar sesuatu
perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan oleh khalayak ramai, atau dengan
singkat, mengalami proses institutionalization (pelembagaan)
3. Disorganisasi (disintergrasi) dan reorganisasi (reintergrasi)
a. pengertian
Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari
suatu kebulatan, misalnya masyarakat, agar dapat berfungsi sebagai organisasi, harus ada
keserasian antar bagian-bagianya. Kriteria terjadinya disorganisasi antara lain terletak pada
persoalan apakah organisasi tersebut berfungsi secara semestinya atau tidak baik, masalah
lain yang sering timbul adalah disorganisasi dalam masyarakat acapkali dihubungkan
dengan moral yaitu anggapan-anggapan tentang apa yang baik dan apa yang buruk.
Suatu disorganisasi atau disintergrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai suatu proses
berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, karena perubahan-perubahan
yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sedangkan reorganisasi atau
reintergrasi adalah suatu proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai baru agar serasi
dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan.
Tahap reorganisasi dilaksanakan apabilanorma-norma dan nilai-nilai yang baru telah
melembaga (institutionalized) dalam diri warga masyarakat. Berasil tidaknya proses
pelembagaan (institutionalization) tersebut dalam masyarakat, mengikuti formula sebagai
berikut.
Pelembagaan (institutionalization) = (efektivitas menanam) (kekuatan menentang masyarakat
Kecepatan menanam
Yang dimaksud dengan efektivitas menanam adalah hasil positif penggunaan tenaga
manusia, alat, organisasi dan metode didalam menanamkan lembaga baru. Semakin besar
kemampuan tenaga manusia, alat-alat yang dipakai organisasi yang tertibnya dan system
penanaman sesuai dengan kebudayaan masyarakat makin besar pula hasil yang dapat
dicapai oleh usaha penanaman lembaga baru itu.
b. Suatu gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi
Gambaran mengenai disorganisasi dan reorganisasi dalam masyarakat pernah dilukiskan
oleh William.I.Thomas dan Florian Znaniecki dalam karya klasiknya yang berjudul The
Polish Peasant in Europe and Amerika. Khusus tentang On disorganization and
Reorganization mereka membentangkan pengaruh dari suatu masyarakat yang tradisional
dan masyarakat yang modern terhadap jiwa anggotanya, watak atau jiwa seseorang sedikit
banyak merupakan pencerminan kebudayaan masyarakatnya. Pada masyarakat-
masyarakat tradisional, aktivitas seseorang sepenuhnya berada di bawah kepentingan
masyarakatnya.Segala sesuatu didasarkan pada tradisi dan setiap usaha untuk mengubah
suatu unsur saja, itu berarti bahwa sedang ada usaha untuk mengubah struktur masyarakat
seluruhnya. Struktur di anggap sesuatu yang suci, tak dapat di ubah-ubah dengan drastis
dan berjalan lambat sekali. Perubahan dari suatu masyarakat yang tradisional menjadi
masyarakat yang modern akan mengakibatkan pula perubahan dalam jiwa setiap anggota
masyarakat itu.
c. Ketidakserasian perubahan-perubahan dan ketertinggalan budaya (cultural lag)
Pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu perubahan-perubahan
pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami kelainan yang seimbang. Ada
unsur-unsur yang dengan cepat berubah, akan tetapi ada pula unsur-unsur yang sukar
untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih mudah berubah dari
pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah. Apabila terdapat unsur-unsur yang tidak
mempunyai hubungan yang erat, maka tak ada persoalan mengenai tidal adanya
keseimbangan lajunya perubahan-perubahan. Misalnya suatu perubahan dalam cara
bertani, tidak begitu pengaruh terhadap tarian-tarian tradisional, akan tetapi sistem
pendidikan anak-anak mempunyai hubungan yang erat dengan dipekerjakannya tenaga-
tenaga wanita pada industri, misalnya, apabila dalam hal ini terjadi ketidakserasian, maka
kemungkinan akan terjadi kegoyahan dalam hubungan antara-antara unsur-unsur tersebut
diatas, sehingga keserasian masyarakat terganggu.
Suatu teori yang terkenal di dalam sosiologi mengenai perubahan dalam masyarakat adalah
teori ketertinggalan budaya (cultural lag) dari William F.Ogburn, teori tersebut mulai dengan
kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam
keseluruhanya seprti di uraikan sebelumnya, akan tetapi ada bagian yang tumbuh cepat,
sedangkan ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara kemajuan dari
berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat, dinamakan cultural lag (artinya
ketertinggalan kebudayaan), juga suatu ketertinggalan (lag) terjadi apabila laju perubahan
dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan (mungkin juga lebih) yang mempunyai korelasi,
tidak sebanding sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya.
H. Sikap kritis masyarakat terhadap perubahan sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat, apapun bentuk dan jenis unsur
yang berubah akan meninggalkan suatu kondisi yang baru. Peralihan dari kondisi lama
kepada kondisi baru tersebut dinamakan transisi.Keadaan lama dan baru bukan merupakan
keadaan yang terpisah, melainkan saling menyambung.secara singkat dikatakan bahwa
kondisi sekarang merupakan hasil dari proses perubahan di waktu lampau dan kondisi
sekarang ini pun akan mengalami perubahan membentuk keadaan baru di masa depan.
Selain ada unsur-unsur yang berubah, di dalam masyarakat terdapat juga unsu-unsur sosial
dan kebudayaan yang tidak mengalami perubahan.Unsur yang tidak mengubah unsur
kebudayaan fundamental yang diajadikan pedoman hidup, misalnya ideology.
Selain itu ada pula unsur-unsur sosial atau kebudayaan yang jika berubah dikhawatirkan
akan mengganggu keseimbangan system atau menimbulkan kegoncangan
dalammasyarakat. Bierens de Hann menyebutkan adanya dua unsur perubahan didalam
masyarakat:
1. Unsur statika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang cenderung mempertahankan
sesuatu keadaan untuk tidak berubah, seperti adanya vested interest atau golongan orang-
orang yang menghendaki status quo(keadaan yang tetap).
2. Unsur dinamika, yaitu unsur-unsur di dalam masyarakat yang menghendaki adanya
perubahan, misalnya perubahan lingkungan alam, perubahan struktur sosial, nilai-nilai
sosial, dan sebagainya,
Oleh karena itu, masyarakat umum dan masyarakat Indonesia pada khususnya, hendaknya
menyikapi perubahan apapun yang terjadi secara selektif.Masyarakat Indonesia harus
mampu mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan setiap perubahan sosial dan
budaya. Perubahan tersebut harus diantisipasi dengan perilaku-perilaku yang positif. Jangan
sampai pada saat terjadi perubahan sosial dan budaya, masyarakat Indonesia belum punya
pegangan nilai dan norma yang kokoh, sehingga terjadi keadaan anomie. Selain itu,
masyarakat Indonesia hendaknya jangan terlalu bersikap apriori terhadap perubahan sosial
dan budaya, hingga tidak ingin menerima perubahan sama sekali. Sikap apriori ini
menyebabkan ketertinggalan kebudayaan. Kita sadari bahwa perubahan sosial dan budaya
akan terjadi dalam masyarakat selama masyarakat itu masih ada. Sikap terbaik kita adalah
haros selektif dalam menerima perubahan, kita harus mampu memilih yang sesuai dengan
norma dan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-
perubahan.Perubahan mana dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang
mencolok. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas,
serta ada pula perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yang berjalan
dengan cepat. Perubahan-perubahan hanya akan dapat diketemukan oleh seseorang yang
sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan
mebandingkanya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang
lampau. Seseorang yang tidak dapat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di
indonesia misalnya, akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis , tidak maju dan
tidak berubah.

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,


pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu.Namun
dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya, sehingga
membingungkan manusia yang menghadapinya.Perubahan-perubahan mana sering
berjalan secara konstan.Ia tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi
karena sifatnya yang berantai, maka perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselingi
keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat
yang terkena perubahan.

B. Kritik dan Saran


Makalah yang kami buat masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami berharap
pembaca terutama Bapak Dosen dapat memberikan kritik dan saran konstruktif kepada
kami untuk perbaikan makalah agar lebih bagus lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. DR. Soerjono Soekanto, SH, MA,(1990).Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali
pers.
Tim Absi Guru, (2007).IPS Terpadu untuk SMP Kelas 3. Jakarta: Erlangga
Wismuliani, Endar dkk, 2009, IPS : untuk SMP dan MTs Kelas IX, Jakarta : Pusat perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional, h. 57 67.
http://gurumuda.com/
(http://belajarpsikologi.com/pengertian-perubahan-sosial/)

http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-perubahan-sosial-
budaya.html

PERUBAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1

Disusun oleh :

Sueli Asih 10144600033 / A1-10

Risa Kristiana 10144600049 / A1-10

Dosen Pengampu :

Dhiniaty Gularso, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul Perubahan Sosial Dalam
Masyarakat ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) 1. Dalam penyelesaian karya tulis ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis ucapakan terima kasih kepada :

1. Ibu Dhiniaty Gularso, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) 1 yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah
ini.

2. Bapak dan Ibu kami, selaku orang tua yang selalu memberi dorongan untuk kami.

3. Teman-teman yang telah membantu penyelesaian karya tulis ini, dan kepada semua
pihak yang telah terlibat.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca dan memberikan penjelasan
perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Penulis menyadari bahwa
makalah ini belumlah sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari pembaca sangat penulis
harapkan. Atas saran dan kritiknya, penulis ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, November 2011

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan, setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan. Tidak ada


sekelompok masyarakat pun yang tidak berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi dalam
berbagai bidang kehidupan, misalnya dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun
perubahan yang berkaitan dengan kebudayaan. Perubahan yang terjadi dalam bidang sosial
pada suatu masyarakat sering dikenal dengan istilah perubahan sosial.

Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ini dipengaruhi oleh banyak
faktor dan juga perubahannya dapat menuju ke arah yang positif maupun menuju arah yang
negatif. Dalam hal ini, berarti perubahan dapat membuat lebih baik, namun juga sebaliknya.
Tentunya perubahan sosial yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor dan mempunyai
berbagai dampak bagi kehidupan masyarakat. Dan para ahli mempunyai pendapat yang
berbeda tentang perubahan sosial tersebut. Oleh karena itu, melalui makalah ini, kami ingin
mengetahui bagamaina pendapat para ahli mengenai perubahan sosial dan contoh perubahan
yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.

2. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat ?

2. Bagaimana pendapat para ahli tentang perubahan sosial?

3. Apa sajakah tipe-tipe dari perubahan sosial?


4. Apa sajakah perubahan sosial yang terjadi di lingkungan?

3. TUJUAN

Tujuan yang ingin kami peroleh dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat.

2. Untuk mengetahui pendapat para ahli tentang perubahan sosial.

3. Untuk mengetahui tipe-tipe perubahan sosial.

4. Untuk mengetahui perubahan sosial yang terjadi di lingkungan.

4. MANFAAT

Manfaat yang kami peroleh dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat.

2. Dapat mengetahui pendapat para ahli tentang perubahan sosial.

3. Dapat mengetahui tipe-tipe perubahan sosial.

4. Dapat mengetahui perubahan sosial yang terjadi di lingkungan.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A. DEFINISI PERUBAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada
pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks. Perubahan sosial
dapat dilihat dari segi terganggunya kesinambungan di antara kesatuan sosial walaupun
keadaannya relatif kecil. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan
semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia, organisasi atau komunitas,
termasuk perubahan dalam hal budaya.

Perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut :

1) Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan.

2) Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang
menguntungkan bagi masyarakat.
Jika perubahan sosial dapat bergerak ke arah suatu kemajuan, masyarakat akan berkembang.
Sebaliknya, perubahan sosial juga dapat menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami
kemunduran.

Adanya pengenalan teknologi, cara mencari nafkah, migrasi, pengenalan ide baru, dan
munculnya nilai -nilai sosial baru untuk melengkapi ataupun menggantikan nilai nilai sosial
yang lama merupakan beberapa contoh perubahan sosial dalam aspek kehidupan. Dengan
kata lain, perubahan sosial merupakan suatu perubahan menuju keadaan baru yang berbeda
dari keadaan sebelumnya.

Ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadi perubahan sosial, yaitu faktor yang berasal
dari dalam masyarakat dan juga faktor yang berasal dari luar masyarakat. Faktor yang
bersumber dari masyarakat itu sendiri meliputi : bertambah atau berkurangnya penduduk,
penemuan-penemuan baru, pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, dan terjadinya
pemberontakan atau resolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri. Sedangkan, faktor yang
berasal dari luar masyarakat meliputi : sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang
ada di sekitar manusia, peperangan dengan negara lain, dan pengaruh kebudayaan lain.

Selain adanya faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, adapula faktor yang
mendorong dan juga menghambat perubahan sosial. Faktor yang mendorong terjadinya
perubahan yaitu : kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan yang lebih maju, sikap
menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju, toleransi, sistem
lapisan masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat
terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, orientasi ke muka, dan juga nilai meningkatkan
taraf hidup.

Faktor yang menghambat terjadinya perubahan soaial adalah : kurangnya hubungan dengan
masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang
tradisionalistis, adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat, rasa takut
akan terjadinya kegoyahan kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal yang baru, hambatan
ideologis, kebiasaan dan nilai pasrah.

1. B. PENDAPAT PARA AHLI TENTANG PERUBAHAN SOSIAL

Para sosiolog dan antropolog mempunyai pendapat yang berbeda mengenai perubahan sosial.
Berikut ini adalah para ahli beserta pendapat mereka mengenai perubahan sosial :

1. 1. William F. Ogburn (1964), mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan


sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan material dan immaterial, yang ditekankan
pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial.

2. 2. Kingsley Davis (1960), mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-


perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya
pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-
perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan yang selanjutnya menyebabkan
perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.

3. 3. Mac Iver (1937: 272), mengartikan bahwa perubahan sosialsebagai perubahan


dalam hubungan sosial (perubahan yangdikehendaki dan perubahan yang tidak
dikehendaki) atausebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium)hubungan
sosial.

4. 4. Gillin dan Gillin (1957: 279), mengartikan perubahan sosialadalah suatu variasi
dari cara hidup yang telah diterima, baikkarena perubahan-perubahan kondisi
geografis, kebudayaanmaterial, komposisi penduduk, dan ideologi maupun
karenaadanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalammasyarakat

5. 5. Selo Soemardjan (1962: 379), merumuskan perubahan sosial sebagai segala


perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang
memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola
perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

6. 6. Samuel Koenig (1957: 279), mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk


pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
Modifikasi-modifikasi dapat disebabkan oleh faktor intern dan ekstern.

7. 7. Sugihen (1982), mengkaitkan perubahan sosial dengan beberapa kata lain yang
merujuk pada proses sosial yang sama, seperti : industrialisasi, modernisasi, dan
pembangunan.

8. 8. Merton (1957;1964), mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan fungsi


manifestasi dari suatu rekayasa sosial lewat upaya pembangunan yang dilambangkan
atau diwujudkan dalam kegiatan industralisasi menuju suatu masyarakat modern.

9. 9. Rogers, et. al. (1988), memahami bahwa perubahan sosial adalah suatu proses
yang melahirkan perubahan-perubahan di dalam struktur dan fungsi dari suatu sistem
kemasyarakatan. Ada 3 tahapan utama dalam proses perubahan sosial yang terjadi.
Pertama, berawal dari diciptakannya atau lahirnya sesuatu yang berkembang menjadi
suatu gagasan. Bila gagasan tersebut sudah menggelinding seperti roda yang berputar
pada sumbunya, dan sudah tersebar di kalangan masyarakat maka perubahan tersebut
sudah memasuki tahap kedua. Tahapan yang ketiga yaitu disebut dengan hasil, yaitu
perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial yang bersangkutan
sebagai akibat dari diterimanya, atau ditolaknya suatu inovasi.

10. Larson dan Rogers (1964), mengemukakan pengertian tentang perubahan sosial yang
dikaitan dengan adopsi teknologi yaitu perubahan sosial merupakan suatu proses yang
berkesinambungan dalam suatu bentangan waktu tertentu. Pemakaian teknologitertentu oleh
suatu warga masyarakat akan membawa suatu perubahan sosial yang dapat diobservasi lewat
perilaku anggota masyarakat yang bersangkutan.

11. Ferdinand Toennies (1855-1936), menggambarkan proses perubahan sosial sebagai


perkembangan dari Gemeinschaft menjadi Gesellschaft. Gemeinschaft (paguyuban) adalah
kelompok orang yang relasi-relasi interaksionalnya bersifat langsung, dalam, dan terarah
kepada diri orang lain dalam keseluruhannya. Sedangkan Gesellschaft (patembayan) adalah
kelompok-kelompok di mana interaksional bersifat tidak langsung, dangkal, hanya
menyentuh kulit atau permukaan hidup saja, dan terarah pada sebagaian saja dari orang lain,
yaitu kedudukan, wewenang, atau kemampuannya.
12. Atkinson (1987) dan Brooten (1978), menyatakan definisi perubahan merupakan
kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan
sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau
institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap,
perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang
kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan
dapat berguna.

13. Etzioni (1973) mengungkapkan bahwa, perkembangan masyarakat seringkali


dianalogikan seperti halnya proses evolusi, suatu proses perubahan yang berlangsung sangat
lambat. Pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang
memang telah berkembang dengan pesatnya.

14. Spencer mengungkapkan bahwa suatu organisme akan bertambah sempurna apabila
bertambah kompleks dan terjadi diferensiasi antar organ-organnya. Kesempurnaan organisme
dicirikan oleh kompleksitas, differensiasi dan integrasi. Perkembangan masyarakat pada
dasarnya berarti pertambahan diferensiasi dan integrasi, pembagian kerja dan perubahan dari
keadaan homogen menjadi heterogen. Spencer berusaha meyakinkan bahwa masyarakat
tanpa diferensiasi pada tahap pra industri secara intern justru tidak stabil yang disebabkan
oleh pertentangan di antara mereka sendiri. Pada masyarakat industri yang telah
terdiferensiasi dengan mantap akan terjadi suatu stabilitas menuju kehidupan yang damai.
Masyarakat industri ditandai dengan meningkatnya perlindungan atas hak individu,
berkurangnya kekuasaan pemerintah, berakhirnya peperangan antar negara, terhapusnya
batas-batas negara dan terwujudnya masyarakat global.

15. Comte mempunyai pemikiran yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu alam.
Pemikiran Comte yang dikenal dengan aliran positivisme, memandang bahwa masyarakat
harus menjalani berbagai tahap evolusi yang pada masing-masing tahap tersebut dihubungkan
dengan pola pemikiran tertentu. Selanjutnya Comte menjelaskan bahwa setiap kemunculan
tahap baru akan diawali dengan pertentangan antara pemikiran tradisional dan pemikiran
yang berdifat progresif. Sebagaimana Spencer yang menggunakan analogi perkembangan
mahkluk hidup, Comte menyatakan bahwa dengan adanya pembagian kerja, masyarakat akan
menjadi semakin kompleks, terdeferiansi dan terspesialisasi.

Comte membagi perubahan sosial dalam dua konsep yaitu social statics (bangunan
struktural) dan social dynamics (dinamika struktural). Bangunan struktural merupakan
struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai struktur sosial
yang ada di masyarakat yang melandasi dan menunjang kestabilan masyarakat. Sedangkan
dinamika struktural merupakan hal-hal yang berubah dari satu waktu ke waktu yang lain.
Perubahan pada bangunan struktural maupun dinamika struktural merupakan bagian yang
saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

16. Kornblum (1988), berusaha memberikan suatu pengertian tentang perubahan sosial.
Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material
maupun immaterial. Penekannya adalah pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan
material terhadap unsur-unsur immaterial. Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

17. Soekanto, (1990) mendefinisikan perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi
dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem
sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan
kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan
sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis,
ekonomis dan kebudayaan.

1. 18. Moore (2000), perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya.
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu
pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak
mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan
kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.

2. C. TIPE TIPE PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial dapat terjadi dalam segala bidang yang wujudnya dapat dibagi menjadi
beberapa bentuk. Beberapa bentuk perubahan sosial menurut Soekanto, yaitu sebagai berikut
:

1. 1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat.

Perubahan terjadi secara lambat akan mengalami rentetan

perubahan yang saling berhubungan dalam jangka waktu yang

cukup lama. Perkembangan perubahan ini termasuk dalam evolusi. Perubahan secara evolusi
dapat diamati berdasarkan batas waktu yang telah lampau sebagai patokan atau tahap awal
sampai masa sekarang yang sedang berjalan. Adapun penentuan kapan perubahan tersebut
terjadi, bergantung pada orang yang bersangkutan.

Perubahan sosial yang terjadi secara cepat mengubah dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat, perubahan itu dinamakan revolusi. Contohnya, Revolusi Industri di Eropa.
Revolusi tersebut menyebabkan perubahan besar-besaran dalam proses produksi barang-
barang industri. Contoh lain Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang mengubah tatanan
kenegaraan dan sistem pemerintahan NKRI.

Zoom

1. 2. Perubahan yang Pengaruhnya Kecil dan Perubahan yang

Pengaruhnya Besar

Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang

memengaruhi unsur-unsur kehidupan masyarakat. Akan tetapi,

perubahan ini dianggap tidak memiliki arti yang penting dalam

struktur sosial. Contohnya, perubahan mode pakaian yang tidak


melanggar nilai sosial. Perubahan yang pengaruhnya besar adalah perubahan yang dapat
memengaruhi lembaga-lembaga yang ada pada masyarakat. Misalnya, perubahan sistem
pemerintahan yang memengaruhi tatanan kenegaraan suatu bangsa.

1. 3. Perubahan yang Dikehendaki dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki

Perubahan yang dikehendaki (intended-change) atau disebut juga perubahan yang


direncanakan (planned-change) merupakan perubahan yang memang telah direncanakan
sebelumnya terutama oleh pihak yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan
kebijaksanaan. Misalnya, penerapan program Keluarga Berencana(KB) untuk membentuk
keluarga kecil yang sejahtera dan menurunkan angka pertumbuhan penduduk.

Perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change)atau disebut juga perubahan yang


tidak direncanakan (unplanned-change) umumnya beriringan dengan perubahan yang
dikehendaki. Misalnya adanya pembuatan jalan baru yang melalui suatu desa maka sumber
alam desa akan mudah dipasarkan ke kota. Dengan demikian, tingkat kesejahteraan penduduk
desa akan meningkat. Meskipun begitu lancarnya hubungan desa dengan kota menyebabkan
mudahnya penduduk desa melakukan urbanisasi dan masuknya budaya kota terutama yang
bersifat negatif, seperti mode yang dipaksakan, minuman keras, VCD porno, dan keinginan
penduduk desa untuk memiliki barang-barang mewah.

1. D. PERUBAHAN SOSIAL YANG TERJADI DI LINGKUNGAN


MASYARAKAT

Sekarang ini banyak sekali perilaku yang menunjukkan perubahan sosial yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat. Di lingkungan tempat tinggal saya pun terjadi berbagai macam
perubahan sosial, seperti :

1. 1. Perubahan Jumlah Penduduk

Dahulu, sepasang suami istri memiliki anak yang lebih dari dua, misalnya lima, atau enam
bahkan lebih. Dengan adanya program Kelurga Berencana (KB), saat ini sepasang suami istri
hanya mempunyai 2 orang anak. Selain dipengaruhi oleh kelahiran perubahan jumlah
penduduk di lingkungan saya juga disebabkan oleh adanya kematian dan juga perpindahan
penduduk. Banyak masyarakat yang berpindah ke kota untuk mencari pekerjaan tetapi juga
sebaliknya banyak penduduk yang dari kota berpindah ke desa.

1. 2. Perubahan Kualitas Penduduk

Masyarakat di taun-taun yang lampau hanya menempuh pendidikan sampai Sekolah Dasar
atau Sekolah Menengah saja, namun sekarang masyarakat telah banyak yang menempuh
pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Dengan demikian pengetahuan yang dimiliki semakin
bertambah, hal ini sebagai akaibat positif dengan terjadinya perubahan.

Akan tetapi, selain memberikan dampak positif bagi kualitas penduduk, perubahan sosial
juga menimbulkan dampak negatif yang berupa penurunan moral yang dimiliki oleh
masyarakat. Penurunan moral ini sering terjadi pada anak muda, hal ini dapat dilihat pada
perilaku yang kurang sopan dalam masyarakat. Misalnya ketika jalan/lewat di depan warga
masyarakat tanpa memberi salam, berbicara yang kurang sopan kepada orang lain. Selain itu,
banyak juga masyarakat yang tidak mentaati peraturan yang berlaku dalam lingkungan
masyarakat. Misalnya tentang peraturan lalu lintas.

1. 3. Perubahan Sistem Pemerintahan

Perubahan sisitem pemerintahan yang terjadi dalam negara, juga mempunyai pengaruh bagi
pemerintahan suatu dusun. Misalnya dalam suatu pengambilan keputusan dalam suatu
musyawarah. Di lingkungan tempat tinggal saya pengambilan keputusan dilakukan melalui
demokrasi yaitu melalui musyawarah mufakat.

1. 4. Perubahan Mata Pencaharian

Dahulu, Mata pencaharian penduduk di lingkungan saya sebagaian besar adalah sebagai
petani, namun dengan berjalannya waktu dan berkembangnya pengetahuan yang mereka
miliki, saat ini banyak yang menjadi pegawai negeri, karyawan suatu perusahaan, dan juga
ada yang pergi merantau bekerja ditampat lain.

1. 5. Perubahan Gaya Hidup

Seiring dengan perkembangan jaman, gaya hidup masyarakat pun berubah. Saat ini gaya
hidup konsumtif sudah menjangkit sampai di lingkungan pedesaan. Warga masyarakat
memiliki keinginan untuk berbelanja yang tinggi. Contoh perilaku konsumtif masyarakat
dapat dilihat misalnya pada gaya berpakaian. Setiap hari selalu ada model pakain baru yang
ditawarkan baik di toko maupun di pasar. Warga masyarakat yang merasa mampu tentunya
tidak ingin ketinggalan. Selain itu, dengan adanya perubahan sosial, masyarakat mempunyai
pandangan bahwa produk dari luar negeri lebih baik dari pada produk dari dalam negeri.

1. 6. Perubahan karena Adanya Teknologi

Dahulu, para petani di lingkungan tempat tinggal saya masih menggunakan bantuan tenaga
hewan dalam mengerjakan/membajak sawahnya dan juga dibantu oleh tetangga dalam
menanam padi atau tanaman lainnya. Namun saat ini, dengan berkembangnya teknologi, para
petani telah menggunakan traktor dalam membajak sawah dan juga sudah menggunakan
mesin perontok padi untuk mengolah hasil panenannya.

Selain teknologi dalam bidang pertanian, teknologi yang berkaitan dengan komunikasi pun
berkembang pesat. Dahulu, apabila ingin berkomunikasi jarak jauh memerlukan waktu yang
lama. Akan tetapi, alat komunikasi saat ini sudah canggih. Misalnya melalui telepon seluler
yang saat ini satu orang tidak hanya memiliki satu alat komunikasi tersebut. Bahkan,
sekarang anak usia remaja bahkan yang masih anak-anak sekalipun telah mengenal apa itu
facebook, email, twitter, dan lain sebagainya

1.

2.

3.
4.

5.

6.

7. 7. Perubahan Budaya

Perubahan budaya yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dapat dilihat pada perilaku
anak muda saat ini. Banyak yang meniru trend-trend atau budaya masyarakat barat, misalnya
cara berpakaian. Sekarang ini, jarang sekali anak muda yang mau mengenakan pakaian adat
Jawa (Jogja), begitupun dalam acara pernikahan. Mereka bilang terlalu ribet.

Selain itu, contoh-contoh hasil kebudayaan seperti, angklung, gamelan, kesenian ketoprak,
lagu-lagu tradisional tidak lagi diminati oleh masyarakat. Bahkan ada warga yang tidak
mengetahui kebudayaan daerah tempat tinggalnya sendiri. Sekarang ini, keberadaan
kesenian-kesenian tersebut telah tergantikan oleh adanya lagu-lagu pop, rock, dan lain
sebagainya.

BAB III

PENUTUP
1. KESIMPULAN

Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada
pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks. Perubahan sosial
dapat bergerak ke arah suatu kemajuan, dalam hal ini masyarakat akan berkembang.
Sebaliknya, perubahan sosial juga dapat menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami
kemunduran.

Banyak ahli yang mengungkapkan pendapatnya mengenai perubahan sosial. Diantaranya


William F. Ogburn, Selo Soemardjan, Ferdinand Toennies, Gillin dan Gillin, dan masih
banyak ahli lainnya. Salah satu pandangan yang paling dikenal oleh masyarakat yaitu
pendapat Selo Soemardjan (1962: 379) yang merumuskan perubahan sosial sebagai segala
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang
memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Ada tiga (3) bentuk atau tipe perubahan sosial. Tipe-tipe tersebut adalah : perubahan lambat
dan perubahan cepat, perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki,
dan perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang pengaruhnya besar.

Perubahan sosial yang terjadi di lingkungan saya adalah sebagai berikut : perubahan jumlah
penduduk, perubahan gaya hidup, perubahan mata pencaharian, perubahan kualitas
penduduk, perubahan peraturan, perubahan karena adanya teknologi, dan perubahan budaya.

2. SARAN

Karena masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan
sosial, maka :

1. 1. Sebaiknya masyarakat mendukung perubahan ke arah kemajuan dan juga ikut


berperan aktif untuk mewujudkan masyarakat yang berkembang untuk lebih maju.

2. 2. Walaupun sudah terjadi perubahan (perkembangan jaman), sebaiknya warga


masyarakat tidak melupakan kebudayaan peninggalan nenek moyang dan sebaiknya
melestarikan kebudayaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.


Sugihen, Bahrein T. 1994. Sosiologi Pedesaan. Jakarta : Rajawali Pers.

Waluya, Bagja. Sosiologi 3. 2009. Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat Untuk Kelas
XII. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.

Veeger, Karel J, dkk. 1997. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Victory Jaya Abadi.

Giddens, Anthony, dkk. 2009. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta :
Kreasi Wacana.

http://risaely.wordpress.com/2011/12/30/makalah-perubahan-sosial/

Contoh Makalah Perubahan Sosial

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan sosial dengan


kata lain perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap kehidupan
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan yang terjadi dalam masyarakat
Indonesia, dimana pada masa lalu dalam kehidupan keluarga suami merupakan
tulang punggung dan mempunyai posisi yang dominan dalam berbagai urusan
dalam rumah tangga, termasuk juga dalam hal ekonomi keluarga, sehingga
apabila suami tidak bekerja maka suatu keluarga dalam ekonomi akan
mengalami kesulitan. Sedangkan dalam masyarakat modern saat ini posisi
seorang suami tidak terlalu dominan.

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam mayarakat dapat diketahui


dengan cara membandingkan keadaan masyarakat pada waktu tertentu dengan
keadaan dimasa lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang ada pada
masyarakat. Sehingga akan mengubah sturktur dan fungsi dari unsur-unsur
sosial masyarakat tertentu.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Cakupan Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap masyarakat.


Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan
ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat,
sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi
masyarakat yang bersangkutan.

Suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu, berarti telah


mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai tahap tertentu
yang diakui tingkat IPTEK dan unsur budaya lainnya. Dengan demikian,
masyarakat tadi telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti,
sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Proses tersebut tidak terlepas
dari berbagai perkembangan, perubahan, dan pertumbuhan yang meliputi
aspek-aspek demografi, ekonomi, organsisasi, politik, IPTEK dan lainnya.
Menurut Nursid Sutmaatmadja perubahan segala aspek kehidupan, tidak hanya
dialami, dihayati dan dirasakan oleh anggota masyarakat. Melainkan telah diakui
serta didukungnya. Jika proses tersebut telah terjadi demikian maka dapat
dikatakan bahwa masyarakat tersebut telah mengalami perubahan sosial.
Pada masyarakat tersebut, struktur, organisasi, dan hubungan sosial telah
mengalami perubahan.
Dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial mencangkup tiga hal yaitu:
1) Perubahan struktur dalam sosial
2) Perubahan organisasi sosial.
3) Perubahan hubungan sosial.

Wilbert Moore memandang perubahan sosial sebagai perubahan struktur sosial,


pola prilaku dan intraksi sosial. Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur
masyarakat atu perubahan dalam organisasi sosial disebut perubahan sosial.
Perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan. Perubahan
kebudayaan mengarah pada unsur-unsur kebudayaan yang ada. Contoh
perubahan sosial: perubahan peranan seorang istri dalam keluarga modern,
perubahan kebudayaan contohnya: adalah penemuan baru sepeti radio, televisi,
komputer yang dapat mempengaruhi lembaga-lembaga sosial.

William F. Ogburn mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-perubahan


sosial mencangkup unsur-unsur kebudayaan yang materil maupun immateril
dengan menekankan bahwa pengaruh yang besar dari unsur-unsur immaterial.
Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi
dalam fungsi dan struktur masyarakat. Perubahan-perubahan sosial
dikatakannya sebagai perubahan dalam hubungan sosial (social relationship)
atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial
tersebut.

Gilin dan Gilin mengarakan bahwa perubahan-perubahan sosial untuk suatu


variasi cara hidup yang lebih diterima yang disebabkan baik karena perubahan
kondisi geografis, kebudayaan materil, kompetensi penduduk, ideologi, maupun
karena adanya difusi atau pun perubahan-perubahan baru dalam masyarakat
tersebut.

Menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada
lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi
sistem sosial, termasuk didalamnya nilai-nilai sikap-sikap dan pola prilaku
diantara kelompok dalam masyarakat menurutnya, antara perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan memiliki satu aspek yang sama yaitu keduanya
bersangkut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan
cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

Perubahan sosial itu bersifat umum meliputi perubahan berbagai aspek dalam
kehidupan masyarakat, sampai pada pergeseran persebaran umur, tingkat
pendidikan dan hubungan antar warga. Dari perubahan aspek-aspek tersebut
terjadi perubahan struktur masyarakat serta hubungan sosial.
Perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan. Hal ini
disebabkan kebudayaan hasil dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan
adanya kebudayaan apabila tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan
tidak ada satupun masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan.

Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam
hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Sebagai akibat
adanya dinamika anggota masyarakat dan yang telah didukung oleh sebagian
besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari
kesetabilannya. Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan perubahan sosial
yang dialami masyarakat adalah hal yang wajar. Kebalikannya masyarakat yang
tidak berani melakukan perubahan-perubahan tidak akan dapat melayani
tuntutan dan dinamika anggota-anggota yang selalu berkembang kemauan dan
aspirasi.

Cara yang paling sederhana untuk dapat memahami terjadinya perubahan sosial
dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi
dalam masyarakat sebelumnya. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat
dianalisis dari berbagai segi:

a) Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (direction of change)


bahwa perubahan tersebut meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi
setelah meninggalkan faktor tersebut, mungkin perubahan itu bergerak pada
sesuatu yang baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak kearah suatu
bentuk yang sudah ada pada waktu yang lampau.
b) Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang
terjadi dalam masyarakat.

Perubahan sosial bisa terjadi dengan cara:


- Direncanakan (planed) atau/ dan tidak direncanakan (unplaned).
- Menuju kearah kemajuan (progressive) atau/dan kemunduran
(regressive).
- Bersifat positif dan tidak negatif.

Menurut Prof. Dr. Soerjono bentuk-bentuk perubahan sosial dapat terjadi dengan
beberapa cara, seperti:
1. Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara
cepat.
a. Perubahan secara disebut evolusi, pada evolusi perubahan terjadi dengan
sendirinya, tanpa suatu rencana atau suatu kehendak tertentu. Perubahan
terjadi karena usaha-usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan
keperluan, keadaan, dan konsdisi-kondisi baru yang timbul karena pertumbuhan
masyarakat.
b. Perubahan secara cepat disebur revolusi, dalam revolusi perubahan yang
terjadi direncanakan lebih dahulu maupun tanpa rencana.

2. Perubahan yang pengaruhnya kecil, dan perubahan yang pengaruhnya


besar.
a. Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur
sosial yang tidak bisa membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti
dalam masyarakat.
b. Perubahan yang pengaruhnya besar seperti proses industrialisasi pada
masyarakat agraris.

3. Perubahan yang di kehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki.


a. Perubahan yang dikehendaki adalah bila seseorang mendapat kepercayaan
sebagai pemimpin.
b. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki merupakan perubahan yang
terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung dari jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat yang tidak diingini.

B. Teori Perubahan Sosial

Teori perubahan sosial pada dasarnya dapat dikelompokan dalam dua kelompok,
yaitu teori klasik dan teori modern.

1. Teori Klasik Perubahan Sosial

Pemikiran para tokoh klasik tentang perubahan sosial dapat digolongkan ke


dalam beberapa pola, perubahan social pola linear, perubahan social pola siklus,
dan perubahan sosial gabungan beberapa pola.

a) Pola Linear
Perubahan sosial mengikuti pola linear seperti dikemukakan oleh Auguste
Comte. Dia mengatakan bahwa kemajuan progresif peradaban manusia
mengikuti suatu jalan yang alami, pasti, sama, dan tak terletakkan. Perubahan
selalu berubah dari yang sederhana ke arah yang lebih kompleks, selalu berubah
menuju arah kemajuan. Comte mengemukakan hukum tiga tahap, yaitu bahwa
suatu masyarakat mengikuti perkembangan perubahan dengan pola seperti
berikut:
Tahap Teologis dan Militer, yaitu suatu tahapan dimana hubungan sosial
bersifat militer, masyarakat senantiasa bertujuan untuk menundukan
masyarakat lain. Pemikiran-pemikiran masyarakat dalam tahap ini ditandai oleh
kuatnya pemikiran yang bersifat adikodrati, yaitu dikuasai oleh suatu kekuatan
yang berasal dari luar diri manusia, kuatnya pemikiran magis regius, pemikiran
yang bersifat rasional dan berdasarkan penelitian tidak dibenarkan.
Tahap Metafisik dan Religius, yaitu suatu tahapan dimana dalam
masyarakat sudah terjadi adanya suatu hubungan atau jembatan pemikiran
yang menghubungkan masyarakan militer dan masyarakat industri. Pengamatan
atau penelitian masih dikuasai oleh imajinasi tetapi lambat laun semakin
merubahnya dan menjadi dasar bagi suatu penelitian.
Tahap Ilmu Pengetahuan dan Industri, yaitu suatu tahapan dimana
industri mendominasi hubungan sosial dan produksi menjadi tujuan utama
manyarakat.

b) Pola Siklus
Menurut pola siklus, masyarakat berkembang laksana sebuah roda. Pada suatu
saat ada di atas, saat lain di bawah. Masyarakat mengalami kemajuan dalam
peradabannya, namun suatu saat akan mengalami kemunduran bahkan mungkin
mengalami suatu kemusnahan. Perjalanan peradaban manusia laksana sebuah
perjalanan gelombang, bisa muncul tiba-tiba, berkembang, kemudian lenyap.
Bisa juga diibaratkan seperti perkembangan seorang manusia mengalami masa
muda, masa dewasa, masa tua dan kemudian punah.

c) Gabungan Beberapa Pola


Teori ini menggabungkan pola linear dan pola siklus. Perubahan sosial dalam
masyarakat bias berbentuk pola siklus dan linear. Contoh perubahan linear,
dicontohkan oleh pemikiran Marx. Menurut Marx, masyarakat berubah dari
masyarakat komunis tradisional ke arah komunis kaum borjuis yang akan
dimenangkan oleh kaum buruh kemudian akan membentuk masyarakat
komunis. Pemikiran siklis Marx terlihat dari pandangannya bahwa sejarah
manusia adalah sejarah perjuangan terus menerus antara kelas-kelas dalam
masyarakat. Setelah satu kelas menguasai kelas lainya siklus akan berulang lagi.
Max Weber, salah satu tokoh yang menggabungkan pola siklus dan linear dalam
melihat perubahan sosial. Pandangan siklusnya terlihat dalam mengkaji jenis
wewenang yang ada dalam masyarakat. Menurutnya, di dalam masyarakat
terdapat tiga jenis wewenang, yaitu wewenang kharismatis, rasional-legal, dan
tradisional. Wewenang yang ada dalam masyarakat akan beralih-alih: wewenang
kharismatis akan mengalami rutinisasi sehingga berubah menjadi wewenang
tradisional atau rasional legal, kemudian akan muncul wewenang kharismatis
kembali, dan itu akan berulang lagi. Sedangkan pandangan linearnya terlihat
dari cara memandang masyarakat, bahwa perubahan masyarakat akan menuju
kearah peningkatan yaitu masyarakat yang rasional (rasionalitas).

C. Penyebab Perubahan Sosial

Prof.Dr.Soerjono menyebutkan, ada dua faktor yang menyebabkan perubahan


sosial dalam masyarakat, yaitu :

1. Faktor Intern
a. Bertambah dan berkurangnya penduduk
b. Adanya penemuan-penemuan baru yang meliputi berbagai proses, seperti di
bawah ini :
1) Discovery, penemuan unsur kebudayaan baru
2) Invention, pengembangan dari discovery
3) Inovasi, proses pembaharuan
c. Konflik dalam masyarakat
Konflik (pertentangan) yang dimaksud adalah konflik antara individu dalam
masyarakatnya, antara kelompok dan lain-lain.

d. Pemberontakan dalam tubuh masyarakat


Revolusi Indonesia 17 Agustus 1945 mengubah struktur pemerintahan colonial
menjadi pemerintah nasional dan berbagai perubahan struktur yang
mengikutinya.

2. Faktor Ekstern
a. Faktor alam yang ada di sekitar masyarakat yang berubah, seperti bencana
alam
b. Pengaruh kebudayaan lain dengan melalui adanya kontak kebudayaan antara
dua masyarakat atau lebih yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Akulturasi
dan asimilasi kebudayaan berperan dalam perubahan ini.
D. Dampak Perubahan Sosial

a. Integrasi social
Dalam perubahan sosial di masyarakat, perlu diikuti adanya penyesuaian baik
unsur masyarakat maupun unsur baru. Hal demikian sering disebut sebagai
integrasi sosial. Unsur yang saling berbeda dapat saling menyesuaikan diri.
Indonesia yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa dan budayanya,
diharapkan semua unsur/ komponen bangsa dapat menyesuaikan diri. Oleh
karena itu akan terciptakan integrasi sosial atau integrasi nasional Indonesia.

b. Disintegrasi social
Disintegrasi sering diartikan sebagai proses terpecahnya suatu kesatuan menjadi
bagian-bagian kecil yang trpisah satu sama lain. Sedangkan disintegrasi sosial
adalah proses terpecahnya suatu kelompok sosial menjadi beberapa unit sosial
yang terpisah satu sama lain. Proses ini terjadi akibat hilangnya ikatan kolektif
yang mempersatukan anggota kelompok satu sama lain. Perubahan sosial sering
ditandai dengan perubahan unsur kebudayaan, tanpa diimbangi perubahan
unsur kebudayaan yang lain yang saling terkait. Biasanya unsur yang cepat
berubah adalah kebudayaan kebendaan bila dibandingkan dengan kebudayaan
rokhani. Dalam hal ini dapat dikemukakan beberapa bentuk :
1. Anomie
Anomie adalah keadaan kritis dalam masyarakat akibat perubahan sosial dimana
norma/ nilai lama memudar, namun norma/ nilai baru yang akan menggantikan
belum terbentuk. Dengan demikian dalam kehidupan masyarakat sekolah-olah
tidak ada norma atau nilai

2. Cultural lag
Menurut William F. Ogburn dikemukakan sebagai perbedaan taraf kemajuan
antara berbagai bagian dalam kebudayaan, atau ketertinggalan antara unsur
kebudayaan material dengan non material. Penyebab timbulnya cultural lag
adalah :
a. Kurangnya intetiviteit (penemuan baru) dalam sektor yang harus
menyesuaikan dengan perkembangan sosial.
b. Adanya hambatan terhadap perkembangan pada umumnya.
c. Heterogenitas/ keberagaman sikap masyarakat yaitu kesiapan dalam
menerima perubahan.
d. Kurangnya kontak dengan budaya material masyarakat lain.

3. Mestizo culture
Mestizo culture atau kebudayaan campuran merupakan proses percampuran
unsur kebudayaan yang satu dengan unsur kebudayaan lain yang memiliki
warna dan sifat yang berbeda. Hal ini bercirikan sifat formalimse, yaitu hanya
dapat meniru bentuknya, tetapi tidak mengerti akan arti sesungguhnya.
Keadaan ini ditandai dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat serta
terjadinya demonstrasi efek (pamer kekayaan) yang makin besar dengan adanya
iklan. Kondisi demikian dapat menimbulkan disintegrasi sosial.
Dalam kehidupan masyarakat perubahan sosial kadang-kadang dapat
menimbulkan ketidakseimbangan (disequilibrium). Ketidakseimbangan tersebut
dapat disebabkan adanya kesenjangan budaya dalam masyarakat (disintegrasi
sosial).
Adapun gejala yang menyebabkan terjadinya disintegrasi sosial adalah sebagai
berikut :
a. Tidak ada persepsi atau persamaan pandangan di antara anggota masyarakat
mengenai norma yang semula dijadikan pegangan oleh anggota masyarakat.
b. Norma-norma masyarakat tidak berfungsi dengan baik sebagai alat untuk
mencapai tujuan masyarakat.
c. Timbul pertentangan norma-norma dalam masyarakat, sehingga
menimbulkan kebingungan bagi anggota masyarakat itu sendiri.
d. Tidak ada tindakan sanksi yang tepat bagi pelanggar norma.
e. Tindakan dalam masyarakat sudah tidak sesuai lagi dengan norma
masyarakat.
f. Interaksi sosial yang terjadi ditandai dengan proses yang bersifat disosiatif.
Berdasarkan gejala tersebut, kehidupan dalam masyarakat sudah tidak ada lagi
penyesuaian di antara unsur yang berbeda (disintegrasi sosial). Disintegrasi
sosial akan mendorong timbulnya gejala kehidupan sosial yang tidak normal
yang dinamakan masalah sosial.
Adapun bentuk disintegrasi sebagai akibat terjadinya perubahan sosial yang
dapat dijumpai di Indonesia cukup kompleks.
1. Pergolakan di daerah
Pergolakan daerah adalah peristiwa disintegrasi yang mempermasalahkan isu
lokal/ daerah. Pergolakan dapat berupa tuntutan sekelompok massa kepada
kelompok lain termasuk the rulling class (penguasa). Dari bentuk disintegrasi ini
kita dapat mengambil pelajaran untuk lebih berhati-hati dalam melangkah
terutama menyangkut hal mendasar dan melibatkan masyarakat luas. Hal ini
dapat dicontohkan gerakan RMS (1950), DI/TII (1949 1962), PRRI/Permesta
(1957-1958), pergolakan di Aceh, pergolakan di Papua, dan sebagainya.
Timbulnya pergolakan daerah dapat dilatarbelakangi hal berikut :
a. Sentimen kedaerahan dan primordialisme lebih berkembang dibanding
sentimen nasionalisme.
b. Sentralisasi kehidupan ekonomi dan politik yang mengakibatkan perbedaan
pertumbuhan yang tajam antara pusat dan daerah.

Adapun faktor yang dapat memunculkan pergolakan di daerah atau konflik


antarkelompok antara lain :
a. Program pembangunan yang dilaksanakan tidak memperhatikan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat.
b. Kurang berfungsinya lembaga masyarakat.
c. Ketidakstabilan situasi politik dan keamanan nasional.
d. Sarana-sarana komunikasi dan interaksi sosial antar daerah di berbagai
bidang tidak berjalan dengan baik.
e. Terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat.
f. Masing-masing kelompok atau daerah memiliki kesetiaan primordial yang
berlebihan.

Pergolakan yang kemungkinan berlangsung dalam masyarakat dapat


diminimalisir dengan cara :

a. Menyusun perencanaan pembangunan yang mengarah pada peningkatan


kualitas hidup masyarakat dan meminimalkan konflik.
b. Memfungsikan secara optimal lembaga sosial kemasyarakatan sebagai
kontrol sosial.
c. Mengefektifkan sarana komunikasi, interaksi atau kerjasama antar kelompok
dengan baik.
d. Berbagai pihak yang ada dalam masyarakat diajak bersama dalam
kelangsungan proses pembangunan.
e. Proses pembauran bangsa atau antar suku bangsa harus tetap dijalankan.
f. Mempertegas tata nilai hukum dalam kehidupan bangsa.
g. Membudayakan nilai Pancasila dan UUD 1945.

2. Aksi protes dan demonstrasi


Aksi protes dapat diartikan gerakan yang dilakukan secara perorangan atau
bersama untuk menyampaikan pernyataan tidak setuju yang oleh sebagian
besar orang biasanya dilancarkan melalui kecaman pedas. Demonstrasi adalah
tindakan sekelompok orang secara bersama-sama untuk menunjukkan rasa
ketidakpuasan yang pada umumnya menyangkut bidang ekonomi, sosial dan
politik.
Bentuk disintegrasi ini dapat dikategorikan menjadi :
a. Demonstrasi yang berkaitan dengan sengketa tanah
Aksi ini biasanya dilakukan petani dengan latar belakang mereka merasa ganti
rugi yang kurang layak dan ditetapkan secara sepihak, misal pengalihan hak
untuk kepentingan ekonomi dan industri seperti perumahan, industri dan kantor.
b. Demonstrasi yang berkaitan dengan perburuhan
Kategori ini termasuk paling menonjol dan cenderung meningkat. Meningkatnya
kasus ini seiring dengan pesatnya perkembangan industri di Indonesia. Tuntutan
yang diajukan menyangkut perbaikan kesejahteraan misal, kenaikan upah
(UMK), jaminan sosial dan kondisi dan keselamatan kerja.
c. Demonstrasi dan protes mahasiswa
Mahasiswa sering dianggap sebagai tumpuan bagi perubahan (agent of change).
Tindakan mahasiswa terpusat pada isu lokal/daerah, namun memiliki konteks
nasional. Dengan demikian masalah yang diangkat tumpang tindih dengan
demonstrasi petani dan buruh.
Aksi protes dan demonstrasi dapat membawa pengaruh :
- Negatif
Pengaruh negatif akan timbul apabila aksi dilakukan dengan merusak fasilitas
umum, mengganggu ketertiban umum, peledakan bom, tidak terkendali dan
tidak terarah, akan berakibat merugikan masyarakat umum.
- Positif
Pengaruh positif akan timbul jika aksi dilakukan secara terkendali dan terarah,
tuntutan disampaikan melalui legislatif/ wakil rakyat atau langsung kepada
penguasa melalui nomor kotak pos atau nomor ponsel yang terbuka bagi
masyarakat umum. Misal kotak pos 5000 dan 777 Jakarta pada masa orde baru.

3. Kriminalitas
Tindak kejahatan adalah tingkah laku anggota masyarakat yang melanggar
norma hukum dan norma sosial. Secara yuridis, tindak kejahatan diartikan
sebagai bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral dan kemanusiaan,
merugikan masyarakat, dan melanggar ketentuan hukum. Ditinjau secara
sosiologis, kejahatan adalah setiap bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku
yang secara ekonomi, politik, sosial, dan psikologis merugikan kepentingan
umum, melanggar norma sosial, dan menyerang keselamatan warga
masyarakat.
Tindak kriminal pada dasarnya bukan bawaan sejak lahir, namun bisa dilakukan
setiap orang. Hal ini dapat dilihat dari sebab timbulnya :
a. Kejahatan di kota besar disebabkan adanya tekanan baik dari teman, jiwa
maupun kebutuhan hidup.
b. Kriminalitas disebabkan kondisi dan proses sosial yang sama, yang
menghasilkan perilaku sosial yang berbeda (Donald R. Greesey).
c. Perilaku jahat seseorang dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dan
orang tersebut mendapat perilaku itu dari mereka yang berperilaku melawan
norma hukum (EH. Sutherland).
Jika kita tinjau secara mendalam, kriminalitas dapat disebabkan adanya proses-
proses berikut :
a. Persaingan dan pertentangan kebudayaan
b. Perbedaan ideologi politik
c. Pertentangan masalah agama dan kesenjangan di bidang ekonomi
d. Kepadatan dan komposisi kekayaan
e. Perbedaan distribusi kekayaan
f. Perbedaan kekayaan dan pendapatan
Individu atau manusia dalam masyarakat dapat berbuat tindak kejahatan atas
dorongan media massa dan dipelajari dari kelompok kecil yang bersifat intim.
Adapun bentuk tindak kejahatan dibedakan atas :
a. Blue colour crime
Blue colour crime atau kejahatan kerah biru merupakan tindak kejahatan yang
dilakukan oleh masyarakat umum yang secara ekonomi dan politik tergolong
miskin. Mereka yang berbuat jahat termasuk kelas menengah ke bawah. Tindak
kriminal berkaitan dengan pencurian, penjambretan, dan sebagainya. Perbuatan
mereka didasari alasan kemiskinan.
b. White colour crime
White colour crime atau kejahatan kerah putih merupakan tindak kejahatan
yang dilakukan masyarakat lapisan atas (pejabat atau pengusaha). Tindak
kejahatan sangat ditentang masyarakat, karena tindakan itu melanggar norma
dan nilai yang berlaku dalam masyarakat, terutama norma hukum. Padahal nilai
dan norma merupakan bagian penting bagi kesinambungan masyarakat. Oleh
karena itu, timbul upaya masyarakat untuk menentang dan mengatasi tindak
kejahatan.
- Preventif
Tindakan ini dilakukan dengan pencegahan untuk menjaga agar kejahatan tidak
timbul kembali, misal melalui penyuluhan hukum atau kadarkum.
- Represif
Masyarakat melalui lembaga yang ditunjuk melakukan upaya dengan
menciptakan sistem dan program untuk menghukum mereka yang berbuat
jahat. Disamping itu juga mengupayakan orang tidak berbuat jahat lagi, misal
warga diberi konsultasi psikologis atau diklat.

4. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja (Juvenile delinquency) seperti dikemukakan Fuad Hasan
adalah suatu perbuatan anti sosial yang dilakukan anak/ remaja yang jika
dilakukan orang dewasa dikategorikan sebagai tindak kejahatan. Tindak
kenakalan remaja dewasa ini semakin berkembang. Bentuk kenakalan
diantaranya membolos, aksi corat coret, kebut-kebutan, minuman keras,
mencuri sepeda, dan sebagainya. Muncul dan berkembangnya tindak kenakalan
cenderung disebabkan faktor motivasi. Berdasarkan motivasi, kenakalan remaja
disebabkan :
a. Internal, yang meliputi : inteligensia, usia, jenis kelamin dan kedudukan
anak dalam keluarga.
b. Eksternal, yang meliputi : lingkungan rumah tangga, lingkungan
pendidikan dan sekolah, pergaulan anak dan media massa.
Secara sosiologis, kenakalan remaja dapat ditandai gejalanya sebagai berikut :
- Persoalan sense of value yang kurang ditanamkan oleh orang tua.
- Timbulnya organisasi-organisasi non formal yang berperilaku menyimpang
sehingga tidak disukai masyarakat.
- Timbulnya usaha untuk mengubah keadaan yang disesuaikan dengan youth
values.
Secara umum kenakalan remaja disebabkan oleh :
a. Disfungsi keluarga dalam arti hubungan antar anggota keluarganya kurang
harmonis atau mengalami keretakan.
b. Kurangnya pendidikan agama dan moral.
c. Seringnya melihat kekerasan baik melalui masyarakat atau kekerasan
dalam bentuk kerusuhan
d. Lingkungan pergaulan yang senang melakukan tindakan kenakalan.
e. Kurang berprestasinya di sekolah dan masyarakat baik intelektual maupun
kemampuan terbatas.
Remaja yang memiliki peran strategis pada masa mendatang, perlu diarahkan
dan didampingi selama masa pertumbuhannya. Adanya kenakalan remaja, perlu
disusun upaya penanggulangan secara berkesinambungan.
a. Tindakan Preventif
Tindakan preventif dilakukan dengan koordinasi yang jelas dan kebersamaan
yang sungguh-sungguh antara orang tua, pendidik di sekolah, warga
masyarakat, termasuk Polri, jaksa dan hakim. Hal ini ditujukan untuk menekan
perkembangan bentuk kenakalan remaja yang merupakan beih awal tindak
kejahatan
b. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan remaja
c. Mengatur pemenuhan kebutuhan remaja agar tidak ada kesan terlalu
dimanjakan.
d. Penyuluhan yang berkaitan dengan perkembangan usia remaja, bentuk
perilaku dan latar belakang remaja, dan penyebab dan akibat kenakalan remaja.
e. Sensor film yang lebih tegas sesuai dengan budaya timur.

5. Prostitusi

Prostitusi atau pelacuran merupakan suatu pekerjaan yang bersifat


menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan perbuatan seksual dengan
mendapatkan imbalan. Sebab timbulnya prostitusi dibedakan atas :

a. Sebab intern (dalam) : hasrat seksual yang tinggi, sifat malas, keinginan
besar untuk hidup mewah (hedonisme).
b. Sebab ekstern (luar) : faktor ekonomi, urbanisasi yang tidak teratur, dan
adanya kebutuhan yang tidak terlaksana.
Sebenarnya tindakan prostitusi adalah tindakan yang dilarang norma sosial dan
norma agama. Hal ini disebabkan tindakan tersebut jelas banyak pengaruh
buruknya yaitu :
- Menurunkan harkat dan martabat manusia
- Dapat terserang penyakit kelamin
- Dapat tertular penyakit hilangnya kekebalan tubuh (hiv atau aids)
- Merusak moral
- Bagi yang sudah berkeluarga, akan menyebabkan keretakan berkeluarga
- Pemborosan secara ekonomi
- Kepercayaan diri (self confidence) menurun
- Memudahkan terjerumus pada penggunaan narkoba.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikemukakan adanya beberapa
upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi gejala disorganisasi sosial
yaitu:
1. Norma dan nilai sosial dalam masyarakat difungsikan lagi sebagai pegangan
hidup bersama seperti semula
2. Kebutuhan para anggota kelompok dipenuhi melalui kelompok masyarakat
masing-masing.
3. Norma yang sudah tidak mantap lagi sebagai pedoman hidup kelompok
perlu diganti sesuai dengan kebutuhan jaman
4. Tindakan yang tegas kepada setiap anggota masyarakat yang diketahui
melanggar norma dengan sanksi dan hukuman
5. Diberantasnya tempat atau sarang yang dianggap sebagai tempat
pelanggaran norma
6. Dibangkitkannya lagi rasa kepercayaan anggota kelompok masyarakat agar
terwujud masyarakat yang bersatu
7. Terwujudnya masyarakat madani harus diberi keteladanan dari tokoh
masyarakat dan tokoh politik.
Dengan adanya disintegrasi sosial, pola kehidupan masyarakat mengalami
kurang serasi atau kekacauan, misal kurang adanya tertib sosial (sosial order)
dan banyak pelanggaran hukum. Hal ini pada akhirnya akan menciptakan situasi
krisis yaitu social disorder. Dalam suasana ini pengambil keputusan harus cepat
mengambil langkah untuk mengembalikan keadaan menjadi normal. Jika tidak
berhasil, maka akan tercipta situasi sosial berupa disintegrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anna Yulia Hartati, Staf Pengajar FISIP Universitas Wahid Hasyim Semarang
Illustrasi Barma http://sosial-budaya.blogspot.com/

Gumgum Gumilar S.Sos., M.Si / Program Studi Ilmu Komunikasi Unikom


http://kuliahnyaevaa.blogspot.com/2010/11/makalah-sosiologi-problema-sosial-
dalam.html

-. Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan.


http:// www.g-excess.com/id/pages/perubahan%11sosial.html [5 September
2009]

-. SOSIOLOGI KOMUNIKASI.
http://agussetiaman.wordpress.com/2008/11/25/perubahan-sosial/ [5
September 2009]

-. Makalah Perubahan
Sosial.http://syair79.wordpress.com/2009/04/17/makalah-perubahan-sosial/ [5
September 2009]

Alpizar. 2008. Islam dan Perubahan Sosial.


http://www.uinsuska.info/ushuluddin/attachments/074_ISLAM%20DAN
%20PERUBAHAN%20SOSIAL.pdf [8 September 2009]
Assadi Husain. 2009. Islam dan Perubahan Sosial.
http://abstrakkonkrit.wordpress.com/2009/05/01/islam-dan-perubahan-sosial/
[5 September 2009]

http://reissyanna.blogspot.com/2012/12/contoh-makalah-perubahan-
sosial_3080.html
19-2-2014
11
Maret

Perubahan Sosial Masyarakat Desa (paper)


Label: paper..

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang

Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan, yang


dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Ada pula
perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula
perubahan-perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan dengan cepat.
Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti
susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya
dengan susunan dan kehidupan masyarakat pada waktu yang lampau. Seseorang yang
tidak sempat menelaah susunan dan kehidupan masyarakat desa di Indonesia misalnya
akan berpendapat bahwa masyarakat tersebut statis, tidak maju, dan tidak berubah.
Pernyataan demikian didasarkan pada pandangan sepintas yang tentu saja kurang
mendalam dan kurang teliti karena tidak ada suatu masyarakat pun yang berhenti pada
suatu titik tertentu sepanjang masa. Orang-orang desa sudah mengenal perdagangan, alat
transportasi modern, bahkan dapat mengikuti berita-berita mengenai daerah lain melalui
radio, televisi, dan sebagainya yang kesemuanya belum dikenal sebelumnya.

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial,


pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam
masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala
yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lain berkat
adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di
suatu tempat dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari
tempat tersebut.

Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu. Namun, dewasa ini
perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepatnya sehingga membingungkan
manusia yang menghadapinya, yang sering berjalan konstan. Perubahan memang terikat
oleh waktu dan tempat. Akan tetapi, karena sifatnya yang berantai, perubahan terlihat
berlangsung terus, walau diselingi keadaan di mana masyarakat mengadakan reorganisasi
unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena perubahan.

1. 2. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah definisi perubahan sosial?

2. Bagaimanakah aspek-aspek perubahan sosial pada masyarakat desa?

3. Bagaimanakah pengertian mengenai pembangunan masyarakat desa?

1. 3. Tujuan

1. Mengetahui definisi perubahan social secara umum dan pada masyarakat desa.

2. Mengetahui aspek-aspek perubahan sosial pada masyarakat desa.

3. Mengetahui pembangunan masyarakat desa.s

I. 4. Manfaat

1. Memahami definisi perubahan social secara umum dan pada masyarakat desa.

2. memahami mengenai aspek-aspek perubahan sosial pada masyarakat desa.

3. Memahami pembangunan masyarakat desa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perubahan Sosial


2.1.1. Definisi Perubahan Sosial

Banyak pengertian yang menjelaskan tentang bagaimana perubahan


sosial tersebut terjadi dalam masyarakat. Hal demikian disebabkan karena tiap-
tiap masyarakat mempunyai kondisi lingkungan sosial budaya dan alam yang
berbeda. Beberapa ahli sosiologi pun mengartikan perubahan sosial berbeda-
beda menurut pandangannya masing-masing. Berikut adalah beberapa
pengertian dari perubahan sosial menurut para ahli.

a. John Lewis Gillin and John Philip Gillin

Menurut J.L Gillin dan J.P Gillin perubahan sosial adalah suatu variasi
dari cara-cara hidup yang diterima, yang disebabkan oleh perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi
penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi dan penemuan baru
dalam masyarakat tersebut.

b. Max Weber

Berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan


situasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian
unsur-unsur (dalam buku Sociological Writings).

c. W. Kornblum

Berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu


budaya masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam
buku Sociology in Changing World).

d. Selo Soemardjan

Selo Soemardjan mengatakan bahwa perubahan sosial adalah segala


perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya. Termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut.
e. Robert H. Leuser

Robert mengatakan bahwa perubahan sosial sebagai perubahan


dalam segi fenomena sosial di berbagai tingkat kehidupan manusia,
mulai dari tingkat individu orang-perorangan sampai tingkat dunia.

f. Kingsley Davis

Davis mengartikan perubahan sosial adalah perubahan-perubahan


yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

g. Robert Mac Iver

Dalam bukunya A Textbook of Society ia mengatakan bahwa


perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan-
hubungan sosial (social relationship) atau perubahan terhadap
keseimbangan hubungan sosial.

h. William F. Ogburn

William menyatakan bahwa perubahan sosial mencakup unsur-unsur


kebudayaan baik material atau non material.

Dari beberapa pengertian diatas, perubahan sosial dapat disimpulkan


bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi akibat adanya
ketidaksesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam
kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak
serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.

2.1.2. Karakteristik Perubahan Sosial

Dengan memahami definisi perubahan sosial dan budaya di atas, maka suatu
perubahan dikatakan sebagai perubahan sosial budaya apabila memiliki karakteristik
sebagai berikut.

1. Tidak ada masyarakat yang perkembangannya berhenti karena


setiapmasyarakat mengalami perubahan secara cepat ataupun lambat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan diikuti

perubahan pada lembaga sosial yang ada.

3. Perubahan yang berlangsung cepat biasanya akan mengakibatkan kekacauan


sementara karena orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi.

4. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja
karena keduanya saling berkaitan.

2.1.3. Sebab-sebab Perubahan Sosial

Menurut Prof. Soerjono Soekamto ada dua penyebab terjadinya perubahan


sosial yaitu perubahan yang disebabkan oleh masyarakat itu sendiri (intern) dan dari
luar (ekstern).

1. Sebab Intern

Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:

Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu


desa. Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada tempat
tinggal. Tempat tinggal yang semula terpusat pada lingkungan kerabat akan
berubah atau terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya penduduk
pedesan juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya. Contoh perubahan
penduduk adalah program urbanisasi dan TKI.

Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik


penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat
menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).

Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.

2. Sebab Ekstern

Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:

Adanya pengaruh bencana alam.


Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi
meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat
tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam
dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat
memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.

Adanya peperangan.

Peristiwa peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat
menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat
memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.

Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika


pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut
demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka
disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih
tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun
unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur
kebudayaan baru tersebut.

2.1.4. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial

Perubahan adalah sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan itu
bisa berupa kemajuan maupun kemunduran.

Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya, maka bentuk perubahan sosial dapat
dibedakan menjadi:

1. Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress)

Perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang


memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat. Hal ini tentu sangat
diharapkan karena kemajuan itu bisa memberikan keuntungan dan berbagai
kemudahan pada manusia. Perubahan kondisi masyarakat tradisional, dengan
kehidupan teknologi yang masih sederhana, menjadi masyarakat maju dengan
berbagai kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan merupakan
sebuah perkembangan dan pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi,
pembangunan dalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah
kemajuan (progress).

Perubahan dalam arti progress misalnya listrik masuk desa, penemuan alat-
alat transportasi, dan penemuan alat-alat komunikasi. Masuknya jaringan listrik
membuat kebutuhan manusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan alat-alat
elektronik meringankan pekerjaan dan memudahkan manusia memperoleh
hiburan dan informasi; penemuan alat-alat transportasi memudahkan dan
mempercepat mobilitas manusia proses pengangkutan; dan penemuan alat-alat
komunikasi modern seperti telepon dan internet, memperlancar komunikasi jarak
jauh.

2. Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress)

Tidak semua perubahan yang tujuannya ke arah kemajuan selalu berjalan


sesuai rencana. Terkadang dampak negatif yang tidak direncanakan pun muncul
dan bisa menimbulkan masalah baru. Jika perubahan itu ternyata tidak
menguntungkan bagi masyarakat, maka perubahan itu dianggap sebagai sebuah
kemunduran.

Misalnya, penggunaan HP sebagai alat komunikasi. HP telah memberikan


kemudahan dalam komunikasi manusia, karena meskipun dalam jarak jauh pun
masih bisa komunikasi langsung dengan telepon atau SMS. Disatu sisi HP telah
mempermudah dan mempersingkat jarak, tetapi disisi lain telah mengurangi
komunikasi fisik dan sosialisasi secara langsung. Sehingga teknologi telah
menimbulkan dampak berkurangnya kontak langsung dan sosialisasi antar
manusia atai individu.

Jika dilihat dari proses berlangsungnya, menurut Soerjono Soekamto perubahan


dapat dibedakan menjadi Evolusi dan Revolusi (perubahan lambat dan perubahan
cepat).

1. Evolusi

Evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses


lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan-perubahan ini berlangsung
mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain,
perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna
menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan
perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari
masyarakat berburu menuju ke masyarakat meramu.

2. Revolusi

Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau


lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali
perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam
masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin
berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi
memerlukan persyaratan tertentu, antara lain:

a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.

b. Adanya pemimpin/kelompok yang mampu memimpin masyarakat tersebut.

c. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.

d. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.

e. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta


menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang
diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi.

Contoh perubahan secara revolusi adalah peristiwa reformasi (runtuhnya rezim


Soeharto), peristiwa Tsunami di Aceh, semburan lumpur Lapindo (Sidoarjo).

Jika dilihat dari ruang lingkupnya, perubahan sosial dibagi menjadi dua, yaitu
perubahan social yang berpengaruh besar dan perubahan sosial yang
berpengaruh kecil.

1. Perubahan Kecil

Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur


sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi
masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau
perubahan mode pakaian.
2. Perubahan besar

Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur


struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi
masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan
dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.

Jika dilihat dari keadaannya, perubahan sosial dibagi menjadi dua yaitu, perubahan
yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan.

1. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan

Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan


perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-
pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut
dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial.
Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau
perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan Orde
Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.

2. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan

Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan


merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat
dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan.
Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah
munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan
Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.

2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial Budaya

Terjadinya sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun


perubahan tersebut diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor yang mendorong
sehingga mendukung perubahan, tetapi juga ada faktor penghambat sehingga
perubahan tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Faktor pendorong perubahan Sosial


Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan.
Menurut Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya
perubahan sosial, yaitu:

1. Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.

2. Sistem pendidikan formal yang maju

3. Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.

4. Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

5. Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.

6. Penduduk yang heterogen.

7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu

8. Orientasi ke masa depan

9. Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.

Faktor penghambat perubahan

Banyak faktor yang menghambat sebuah proses perubahan. Menurut Soerjono


Soekanto, ada delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial,
yaitu:

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.

3. Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan cenderung


konservatif.

4. Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat

(vestedinterest).

5. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan menimbulkan


perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal dari Barat.

7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.

8. Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah.

2.2. Aspek-Aspek Perubahan Sosial Pada Masyarakat Desa

2.2.1 Perubahan-perubahan Khusus

Disini yang dimaksud dengan aspek-aspek perubahan yaitu menyangkut


tentang perubahan khusus dalam masyarakat desa yang diperkirakan penting
untuk memahami kehidupan masyarakat desa. Hal ini dapat memperdalam
pemahaman tentang dinamika kehidupan desa.

a) Urbanisasi dan Perkembangan Masyarakat Desa

Urbanisasi, terlebih dalam artinya sebagai proses pengotaan, adalah


suatu bentuk khusus modernisasi. Dengan kata lain, konsep modernisasi
yang sangat luas cakupan pengertiannya itu mendapatkan bentuknya
yang khusus di pedesaan dalam konsep urbanisasi. Sebagaimana
diketahui urbanisasi adalah proses pengotaan (proses mengotanya
suatu desa), proporsi penduduk yang tinggal di desa dan di kota, dan
perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanward migration).

Urbanisasi dalam arti proses pengkotaan hakekatnya


menggambarkan proses perubahan dari suatu wilayah dengan
masyarakatnya yang semula adalah desa atau bersifat pedesaan
kemudian berubah dan berkembang menjadi kota atau bersifat
kekotaan. Dalam kenyataannya secara umum desa memang selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Cepat-lambatnya atau
besar-kecilnya perubahan dan perkembangan yang terjadi tergantung
pada banyak faktor, antara lain tergantung- kepada potensi wilayah
yang bersangkutan. Perubahan itu secara umum cenderung
mengarah ke sifat-sifat perkotaan. Namun, tidak semua perubahan
dan perkembangan yang terjadi di desa itu dapat disimpulkan
sebagai proses pengkotaan (proses perubahan desa menjadi kota).
Proses perubahan itu seringkali hanya merupakan proses perubahan
biasa saja, yang hakekatnya secara umum terjadi di semua
kelompok masyarakat. Menurut Roland L. Warren, proses perubahan
yang menunjukkan terjadinya metamorpose dari desa menjadi kota
hanya dapat disimak lewat adanya gejala yang disebut great
change.

Indikator dari adanya great change ini adalah:

1. Division of labor, yakni bila pada desa itu telah menunjukkan


tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok kerja yang
berbeda-beda tetapi saling ada ketergantungan atau jalinan.

2. Munculnya diferensiasi kepentingan dan asosiasi.

3. Semakin bertambahnya hubungan yang sistemik dengan


masyarakat yang lebih luas.

4. Muncul dan berkembangnya fenomena birokratisasi dan imperso -


nalisasi dalam kegiatan usaha;

5. Pengalihan fungsi-fungsi ke lembagaan bidang usaha yang


menguntungkan.

6. Adanya proses penerapan gaya hidup perkotaan.

7. Adanya proses perubahan nilai-nilai (Roland L. Warren, 1963: 54).

Yang sering diulas dalam berbagai pembahasan adalah konsep


urbanasasi dalam artian pergeseran penduduk dari desa ke
kota. Urbanisasi dalam artian ini banyak diulas berkaitan dengan
kerugian-kerugian yang dialami desa jika penduduknya bermigrasi ke
kota. Desa akan kehilangan para penduduknya dan itu menyebabkan
desa semakin sulit berkembang. Disamping itu ada pula gejala
urbanisasi yang tidak permanen. Artinya, para migran tersebut tidak
secara permanen menetap di kota. Jika tidak ada peluang lagi bekerja
di kota, mereka akan kembali ke desa. Di desapun meski mereka lebih
merasakan sebagai seorang warga desa, namun selalu siap untuk
bergerak ke kota apabila menemukan peluang pekerjaan di kota.

b) Perubahan Kultural

Perubahan kultural (kebudayaan) adalah perubahan kebudayaan


masyarakat desa dari pola tradisional menjadi bersifat modern. Dalam
hal ini yang dimaksud adalah kebudayaan desa yang awalnya bersifat
tradisional mulai dari alat yang digunakan, ideologi, pendidikan, sedikit
demi sedikit menjadi berkembang ke arah yang lebih modern.

Yang menjadi titik tolak utama pengertian pola kebudayaan


tradisional adalah yang dikemukakan oleh Paul H. Landis an Everett
M. Rogers. Seperti telah diuraikan dalam bab tersebut, nurut Paul
H. Landis keberadaan pola kebudayaan tradisional tentukan oleh
tiga faktor. Ketiga faktor itu adalah:

1. Sejauh mana ketergantungan masyarakat terhadap alam,

2. Bagaimana tingkat teknologi nya.

3. Bagaimana sistem. produksinya.

Pola kebudayaan tradisional akan tetap eksis apabila


masyarakat desa memiliki ketergantungan yang sangat besar
terhadap alam, namun dengan tingkat teknologi yang tinggi, dan
produksi yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Ini berarti bahwa apabila ketergantungan terhadap alam
berkurang atau bahkan hilang, tingkat teknologinya tinggi, dan
produksi ditujukan untuk mengejar keuntungan (profit orientecl), maka
kebudayaan tradisional menjadi kehilangan dasar eksistensinya Dan hal
tersebut menunjukkan perubahan cultural pada masyarakat desa yang
sudah terlihat. Selain hal tersebut meningkatnya teknologi pada
masyarakat desa juga menunjukkan semakin berubahnya kebudayaan
di desa. Ynag awalnya menggunakan alat pertanian yang sederhana,
sekarang mulai maju dengan menggunakan teknologi-teknologi modern.
Hal ini tidak buruk karena dapat semakin memajukan desa kearah
modern. Akan tetapi masih ada kendala dalam memajukan desa kea
rah modern. Hal ini disebabkan karena cara hidup modern
menuntut biaya tinggi. Sebaliknya, cara hidup tradisional adalah
merupakan cara hidup yang relatif murah. Oleh karena itu, sekalipun
misalnya penduduk telah mendapatkan dan menyerap pengetahuan
baru dan budaya modern, namun pengaruhnya hanya sebatas sikap
dan pandangan hidup saja. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan hidup modern karena masalah struktural,
yakni karena mereka termasuk golongan miskin yang rendah tingkat
keberdayaannya.

c) Perubahan Struktural

Senada dengan uraian tentang perubahan kebudayaan di


atas, bagian ini juga mencoba mengungkapkan perubahan struktur
masyarakat desa yang menjadi semakin bersifat kompleks.

Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu


berhubungan satu dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut
disatukan. Struktur adalah sifat fundamental bagi setiap sistem.
Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas subjektif, karena
tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya dan
hubungan mereka. Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur
berorientasi tujuan dan tergantung pada pengetahuan yang ada.

d) Perubahan Lembaga dan Kelembagaan

Lembaga adalah sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan dalam


suatu masyarakat. Dalam kaitan ini kelembagaan adalah sebagai wujud dari
suatu tindakan bersama (Collective action). Jadi jika suatu masyarakat
menginginkan suatu kebutuhan baru dan beragam maka secara otomatis
lembaga lama akan tidak berfungsi lagi.
Seperti telah dijelaskan di atas, secara umum lembaga diartikan
sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam suatu
masyarakat. Kelembagaan dalam kaftan ini adalah tindakan bersama
(collective action) yang memiliki pola atau tertib yang jelas dalam upaya
untuk mencapai tujuan atau kebutuhan tertentu. ini berarti bahwa
kelembagaan yang ada dalam suatu masyarakat eksistensinya
ditentukan oleh sifat dan ragam kebutuhan yang ada dalam suatu
masyarakat. Dengan demikian apabila dalam masyarakat muncul
kebutuhan-kebutuhan baru yang semakin meluas dan bera gam, maka
lembaga-lembaga lama menjadi kurang dapat berfungsi. Sebagai
konsekuensinya, lembaga-lembaga baru yang instrumental bagi
pemenuhan kebutuhan baru itu semakin dituntut keberadaannya. Munculnya
lembaga-lembaga baru di desa-desa belum tentu rupakan tanggapan
dari kebutuhan-kebutuhan baru yang berkembang di tengah masyarakat
itu. Lembaga-lembaga baru dapat saja muncul berdasarkan program-
program pembangunan yang diadakan oleh Pemerintah. Sebagai contoh
di Indonesia terdapat seiurnfah mbaga baru seperti LSD/LKMD, BUD, KUD,
LMD, BPD, dan bagainya. Badan-badan lain di luar Pemerintah juga ikut
menyumbang hadirnya lembaga-lembaga baru itu, seperti misalnya berbagai
lembaga dari berbagai LSM yang bergerak di pedesaan.

e) Perubahan dan Pembangunan dalam Bidang Pertanian

Perubahan dan pembangunan di bidang pertanian tidak lepas dari


perubahan yang ada di dunia ini khususya dalam IPTEK dan teknologi
yang menunjang peningkatan dalam sektor pertanian.

2.3. Pembangunan Masyarakat Desa

Pembangunan merupakan proses perubahan yang disengaja dan


direncanakan. Di samping itu, pembangunan berarti perubahan yang
disengaja atau direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan
yang tidak dikehendaki ke arah yang dikehendaki. Istilah pembangunan
umun juga dapat dipadankan dengan istilah development sekalipun istilah
development sebagai pembangunan tanpa perencanaan.akan tetapi
perkembangan masyarakat yang sering disebut ruraldevelopment maka
dapat pula disebut dengan moderanisasi. Sehingga pembangunan dapat
pula diartikan seb agai usah a ya ng dila ku kan seca ra sada r un tu k
nciptakan perubahan sosial melalui modernisasi.

Di negara-negara berkembang, proses perubahan dan


perkembangan yang terjadi pada masyarakat, termasuk masyarakat
desa tidak terlepas dari campur tangan Pemerintah. Dengan demikian jelas
bahwa yang merencanakan dan merekayasa perubahan adalah Negara.
Campur tangan Negara ini dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat
akselerasi pembangunan agar bangsanya tidak tertinggal dari dunia, Barat.

Bagaimana rumusan pengertian pembangunan nasional kita?


Diawali dengan penugasan Deppernas oleh Presider untuk meran -
cangkan pola masyarakat adil dan makmur sebagai mana dimaksudkan oleh
Pembukaan UUD 1945, maka Undang-undang Nomor 85 Tahun 1958
menyiratkan pengertian pembangunan nasional kita sebagai usaha
untuk mempertinggi tingkat kehidupan bangsa Indonesia dengan
jalan peningkatan produksi dan pengubahan struktur perekonomian
yang ada menjadi struktur perekonomian nasional. Rumusan semacam ini
ditegaskan kembali dalam Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tentang
Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional

Bagaimana dengan pembangunan masyarakat desa? Pembangunan


masyarakat desa termasuk ke dalam pembangunan nasional. Secara lebih
khusus pembangunan masyarakat desa memiliki beberapa pengertian,
antara lain:

1. Menurut Pembangunan masyarakat desa berarti pembangunan


masyarakat tradisional menjadi manusia modern (Horton
dan Hunt, 1976, Alex Inkeles, 1965)

2. Pembangunan masyarakat desa berarti pembangunan karena


adanya masyarakat dan rasa percaya pada diri sendiri (Mukerjee
dalam Bhattacharyya, 1972).
3. Pembangunan pedesaan tidak lain dari pembangunan usaha tarsi
atau (Mosher, 1974, Bertrand, 1958).

Di samping batasan-batasan tersebut, pembangunan desa di


Indonesia memiliki arti: pembangunan nasional yang ditujukan pada
usaha peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan, yang
menumbuhkan partisipasi aktif setiap anggota masyarakat terhadap
pembagian dan penciptaan hubungan yang selaras antara masyarakat dengan
lingkungannya.

BAB III

REVIEW JURNAL

Makalah ini menggambarkan hasil penilaian terhadap perubahan pengetahuan, sikap


dan perilaku masyarakat Desa Talise dan desa kontrolnya antara saat kegiatan proyek
pesisir dimulai tahun 1997/1998 dengan tahun 2000 yang merupakan tahun pertengahan
proyek.

Proyek Pesisir, bagian dari Program Pengelolaan Sumberdaya Alam (NRM II,USAID
BAPPENAS), sedang mengembangkan model desentralisasi dan penguatan pengelolaan
sumberdaya pesisir yang berbasis-masyarakat di empat desa di Sulawesi Utara. Desa Talise
merupakan salah satu desa di antara keempat desa di Sulawesi Utara yang dijadikan
sebagai desa proyek pengembangan model desentralisasi dan penguatan pengelolaan
sumberdaya wilayah pesisir yang berbasis-masyarakat tersebut. Proses pengelolaan
sumberdaya pesisir berbasis-masyarakat yang dilakukan di Desa Talise ini telah
berlangsung selama lebih dari empat tahun. Kegiatan ini difasilitasi dengan penempatan
penyuluh lapangan di desa secara full time selama lebih dari 2 tahun. Suatu tim teknis
mendukung penyuluh lapangan dengan kegiatan-kegiatan khusus seperti pelatihan
pemantauan terumbu karang berbasis-masyarakat, studi teknis mengenai pemilihan isu-isu,
pengukuran profil pantai, dan penyusunan peraturan desa. Proyek Pesisir
mengkoordinasikan perencanaan berbasis masyarakat dan implementasi ini melalui suatu
tim kerja antar instansi dalam tingkat kabupaten, yang lebih dikenal dengan Tim Kerja
Kabupaten, kelompok inti untuk penyusunan rencana pengelolaan desa dan badan
pengelola.
Salah satu bagian penting dari strategi proyek adalah melibatkan masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan proyek. Berdasarkan pengalaman dari pengelolaan sumber daya pesisir
berbasis masyarakat yang telah dilakukan sebelumnya di seluruh dunia menunjukkan
betapa pentingnya keterlibatan atau peran serta masyarakat dalam setiap tahapan proses
kegiatan. Perbedaan jenis kelamin merupakan bagian yang penting dari strategi
keperansertaan, khususnya keterlibatan anggota masyarakat wanita dalam semua kegiatan
proyek. Oleh karena itu dalam pelaksanaan proses pembangunan dan pengelolaan di Desa
Talise peran serta masyarakat berdasarkan perbedaan jenis kelamin senantiasa menjadi
suatu perhatian.

Untuk menilai keefektifan kegiatan pengelolaan ini, Proyek Pesisir menentukan


beberapa desa kontrol. Maksudnya untuk menilai perubahan pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat desa-desa proyek dibandingkan dengan masyarakat desa-desa kontrol
yang tidak mendapatkan intervensi dari Proyek Pesisir.

Proyek penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan informan kunci,


pengamatan langsung, karena wawancara dengan informan merupakan kunci, pengamatan
langsung, dan menyebarkan kuesioner dengan metode acak berdasarkan letak tempat
tinggal merupakan metode yang digunakan dalam pengambilan data. Responden dipilih
wanita dan pria untuk menggali persepsi berdasarkan perbedaan jenis kelamin.

Dari hasil proyek telah diperoleh hasil dan pembahasan yang dibagi menjadi empat
sesuai dengan proyek penelitian.

1. Partisipasi, Pengetahuan dan Jenis Kelamin.

Gambaran mengenai pengetahuan dan peran serta responden berdasarkan jenis


kelamin terus mengalami tingkat pengetahuan dan partisipasi yang tinggi dari masyarakat
dalam kegiatan-kegiatan proyek kecuali dalam hal peran serta dalam organisasi proyek.
Pengetahuan responden pria dan wanita menunjukkan keefektifan kegiatan penyebaran
informasi tentang kegiatan proyek yang telah dilakukan. Tidak terdapat perbedaan antara
pengetahuan pria dengan wanita, hal ini didukung fakta yang menunjukkan 46 persen
partisipan dari kegiatan-kegiatan proyek yang formal (pertemuan-pertemuan, presentasi,
dan pendidikan lingkungan hidup) tercatat sebagai wanita. Sedangkan tingkat partisipasi
wanita yang lebih rendah dari pria dalam kegiatan-kegiatan proyek menunjukkan adanya
pembedaan antara pekerjaan pria dan wanita di masyarakat.

2. Perubahan Sosial Ekonomi.


Laju pertumbuhan penduduk Talise rata-rata setiap tahunnya adalah 6,56 persen. Faktor
migrasi sepertinya cukup berperan dalam laju pertumbuhan penduduk Talise yang cukup
tinggi ini. Pada periode ini terdapat kerusuhan di Maluku dan terdapat beberapa keluarga
dari daerah tersebut yang mengungsi ke Desa Talise. Faktor lainnya yang menyebabkan
pertambahan ini adalah peristiwa kelahiran dan pernikahan. Terdapat beberapa penduduk
Desa Talise yang menikah dengan orang luar desa dan kemudian menetap di Talise.

Kegiatan produktif paling utama penduduk Desa Talise masih sama antara tahun
1997 dengan tahun 2000 yaitu di bidang perikanan dan jumlah rumah tangga yang mata
pencaharian utamanya dibidang perikanan ini mengalami peningkatan yang besar. Hal ini
menunjukkan ketergantungan masyarakat terhadap perikanan di Desa Talise meningkat dan
dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada sumberdaya perikanan. Oleh karena itu,
perlu perhatian yang lebih tinggi terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan ini.
Diharapkan pendirian DPL dapat membantu menyediakan sumberdaya perikanan yang
lestari di Desa Talise.

Hasil pengukuran terhadap komponen MSL menunjukkan bahwa tidak terdapat


perubahan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik di Desa Talise. Hal ini berarti proyek tidak
berpengaruh nyata terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi di Desa Talise. Mengacu
pada kegiatankegiatan proyek yang telah dilakukan, memang sangat sedikit kegiatan proyek
yang berkenaan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat Desa Talise sehingga tidak
terdapat peningkatan kesejahteraan ekonomi yang nyata.

3. Perubahan Persepsi Masyarakat Terhadap Masalah dan Kualitas Hidup.

Anggapan responden di Desa Talise dan desa kontrol mengenai keadaan rumah tangga
mereka dibandingkan lima tahun yang lalu dan kemungkinan lima tahun mendatang
mengalami perubahan yang nyata. Mereka merasa keadaan rumah tangga mereka lebih
baik dibandingkan lima tahun yang lalu dan akan lebih baik lagi untuk lima tahun kemudian.
Pada tahun 1998 termasuk tahun-tahun awal krisis ekonomi dan hal ini diduga
mempengaruhi persepsi responden di Desa Talise dan desa kontrol mengenai masa depan
mereka. Meskipun persentase persepsi lebih baikdi Desa Talise lebih tinggi dibandingkan
dengan desa kontrol, namun perbedaan tersebut tidak nyata. Hal ini berarti bahwa
perubahan persepsi masyarakat di Desa Talise terhadap kondisi rumah tangga

mereka tidak dapat dikatakan karena pengaruh proyek.


Hal menarik yang kiranya perlu dicermati dari alasan reponden mengenai perubahan
persepsi untuk kesejahteraan rumah tangga mereka adalah alasan akses pada
sumberdaya. Di Desa Talise alasan ini mengalami penurunan, baik peringkat alasan
maupun jumlah responden. Berbeda dengan yang terjadi di Desa Talise, untuk desa kontrol
alasan sumberdaya ini justru mengalami peningkatan, baik peringkat alasan maupun jumlah
responden. Walapun penurunan alasan akses pada sumberdaya di Desa Talise kecil, namun
kejadian ini kiranya dapat diduga karena ada hubungannya dengan pengelolaan
sumberdaya pesisir yang sedang dilakukan oleh masyarakat Desa Talise.

Begitu pula untuk alasan anggapan terhadap masalah hidup, alasan akses pada
sumberdaya merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan pada tahun 1997. Pada
tahun 2000 alasan tersebut tidak muncul lagi. Persepsi masyarakat mengenai akses pada
sumberdaya merupakan hal yang sangat penting. Perubahan anggapan masyarakat
mengenai hal tersebut merupakan indicator bahwa kesepakatan yang telah dibuat antara
masyarakat Desa Talise dengan perusahaan budidaya mutiara telah berhasil. Masyarakat
Talise dengan pihak perusahaan, difasilitasi oleh Proyek Pesisir, telah menghasilkan sebuah
kesepakatan yang dikenal dengan Deklarasi Talise. Hasil kesepakatan ini salah satunya
adalah membolehkan masyarakat Talise untuk menangkap ikan di sekitar atau di

dalam lokasi budidaya dengan syarat tidak mengganggu atau merusak kegiatan budidaya.
Kegiatan penangkapan ikan tersebut sebelumnya dilarang. Bahkan bagi masyarakat yang
melanggar dikenakan hukuman oleh pihak perusahaan. Dengan adanya kesepakatan
tersebut akses masyarakat Talise terhadap sumberdaya menjadi lebih besar.

4. Perubahan Persepsi Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Sumberdaya Alam.

Pada bagian keyakinan terhadap sumberdaya, penting untuk menentukan apakah


kegiatan-kegiatan proyek berpengaruh pada persepsi anggota masyarakat terhadap
lingkungan pesisir atau tidak. Hasil analisis menunjukkan bahwa proyek telah memiliki
pengaruh yang sangat positif dan nyata pada perubahan persepsi masyarakat di Desa
Talise. Pengetahuan masyarakat Desa Talise mengenai penggunaan bom dan akibat yang
ditimbulkannya juga mengalami peningkatan yang sangat nyata. Hal tersebut merupakan
pemahaman dan perilaku yang positif yang ditunjukkan masyarakat. Kegiatan-kegaiatan
proyek seperti pertemuan-pertemuan, pelatihan, presentasi, dan pendidikan lingkungan
hidup yang dilakukan di Desa Talise diduga berpengaruh banyak terhadap perubahan
persepsi ini.
Dari hasil penelitian proyek diatas dapat ditarik kesimpulan bahwad di Desa Talise,
kondisi perekonomian masyarakat mengalami sedikit penurunan sedangkan persepsi
mengenai masa depan yang akan lebih baik meningkat secara signifikan. Persepsi
masyarakat mengenai pengaruh kegiatan manusia terhadap sumberdaya alam juga
meningkat secara signifikan.

Hasil perbandingan antara Desa Talise dengan desa kontrol, hanya aspek persepsi
masyarakat mengenai pengaruh kegiatan manusia terhadap sumberdaya alam yang
berbeda nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa proyek telah memiliki pengaruh yang sangat
nyata dalam merubah persepsi masyarakat Talise mengenai pengaruh-pengaruh kegiatan
manusia terhadap sumberdaya alam.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Definisi Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungi
suatu sistem social. Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses social. Dengan
kata lain, perubahan-perubahan social merupakan gejala yang melekat di setiap
masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat pada suatu
waktu tertentu dengan keadaannya pada masa lampau.

Misalnya dibeberapa masyarakat Indonesia pada umumnya pada masa lalu,


suami merupakan posisi yang sangat dominant dalam berbagai urusan yang sangat
dominant dalam berbagai urusan dalam kehidupan sebuah keluarga, sehingga apabila
suami tidak bekerja atau tidak mempunyai penghasilan, maka suatu keluarga secara
ekonomi akan lumpuh. Pada masyarakat modern sekarang ini suami tidak selalu
merupakan posisi yang menentukan jalanya keluarga.

Laju kecepatan peruban tidak selalu sama antara satu masyarakat dengan
masyarakat lain. Misalnya antara masyarakat desa dengan masyarakat kota. Demikian
juga antara masyarakat yang terisolasi (terasing) dengan masyarakat terbukaatau
mempunyai hubungan dengan masyarakat lain.masyarakat terisolasi mempunyai laju
perubahan yang sangat lambat, sehingga sering disebut masyarakat statis. Disebut
masyarakat statis tentu saja bukan berarti tidak mengalami perubahan sama sekali atau
mengalami stagnasi (kemandegan), tetapi perubahan-perubahan yang terjadi
berlangsung dengan lambatnya sehingga hampir tidak menunjukan gejala-gejala
perubahan. Sedangkan masyarakat yang terbuka hubungannya dengan masyarakat
luas mengalami perubahan-perubahan yang berlangsung dengan cepat, sehingga sering
disebut masyarakat dinamis.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat menimbulkan


ketidaksesuaian antara unsur-unsur social yang ada dalam masyarakat. Dengan kata
lain, perubahan-perubahan sosial akan mengubah struktur dan fungsi dari unsur-unsur
social dalam masyarakat. Dengan demikian perubahan social dalam masyarakat
mengandung pengertian ketidaksesuaian diantara unsure-usur social yang saling
berbeda dalam masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak
serasi fungsinyabagi masyarakt yang bersangkutan.

Apa yang dimaksud dengan perubahan social? Menurut prf. Selo Soemardjan,
perubahan social adalah perubahan-prubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya,
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilakunya di antar
kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Kingsley David memberikan difinisi perubahan social sebagai perubahan-


perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi masyarakat. Dari definisi ini dapat
ditegaskan bahwa dalam perubahan social dan system sosialnya. Struktur social
merupakan bentuk jalinan di antara unsure-unsur social yang pokok dalam masyarakat,
yang menunjukan pada bentuk seluruh jaringan hubungan antarindiviu dalam
masyarakat dimana terjalin interaksi, interealism, dan komunikasi social. Sedangkan
system social menunjukan pada bagaimana hubungan antara unsure-unsur social dalam
masyarakat sehingga membentuk suatu kebulatan (totalitas) yang berfungsi.

Adapun Selo Soemardjan mengartikan perubahan social sebagai perubahan-


perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk di dalamnya nila-nilai,
skap-sikap dan pola-pola perilakunya di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat ditarik benang merahnya bahwa
perubahan social adalah:

1. Perubahan pada segi structural masyaraka sepert pola-pola perilaku dan pola
interaksi antar anggota masyarakat.
2. Perubahan pada segi cultural masyarakat seoerti nilai-nilai, sikap-sikap, serta
norma-norma social masyarakat.

3. Merupakan perubahan diberbagai tingkat kehidupan manusia mulai dari tingkat


individual sehingga ke tingkat dunia.

4. Merupakan perubahan yang dapat menimbulkan ketidakseimbangan (disequilibrium)


dalam suatu system masyarakat.

Jika dibandingkan dengan perubahan sosial pada desa Talise yang menjadi objek jurnal
Desa talise tersebut sudah mengalami perubahan sosial yaitu perubahan-perubahan
yang menyangkut aspek-aspek partisipasi, pengetahuan dan jenis kelamin, aspek-aspek
perubahan sosial ekonomi,aspek-aspek persepsi masyarakat terhadap masalah dan
kualitas hidup, dan perubahan persepsi pengaruh kegiatan masyarakat terhadap
sumberdaya alam.

4.1.1 Karakteristik Perubahan Sosial

Dengan memahami definisi perubahan sosial dan budaya di atas, maka suatu
perubahan dikatakan sebagai perubahan sosial budayaapabila memiliki karakteristik
sebagai berikut. Pertama tidak ada masyarakat yang perkembangannya berhenti
karena setiapmasyarakat mengalami perubahan secara cepat ataupun lambat. Kedua
perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan diikuti perubahan pada
lembaga sosial yang ada. Ketiga perubahan yang berlangsung cepat biasanya akan
mengakibatkan kekacauan sementara karena orang akan berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Keempat perubahan tidak dapat
dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena keduanya saling berkaitan.
Maasyarakat desa Talise memang belum terlalu mengacu pada karakteristik
peubahan-perubahan tersebut, tetapi pada desa Talise sudah mulai dijumpai
perubahan kea rah moderanisasi meskipun tidak terlalu sempurna.

4.1.2 Sebab-sebab Perubahan Sosial

Menurut Prof. Soerjono Soekamto ada dua penyebab terjadinya perubahan


sosial yaitu perubahan yang disebabkan oleh masyarakat itu sendiri (intern) dan dari
luar (ekstern). Dalam review jurnal, sebab-sebab perubahan sosial sama halnya
dengan pendapat Prof. Soerjono Soekamto. Ini dapat dilihat dari isi review jurnal yang
menjelaskan tentang penyebab perubahan sosial, seperti:
1. Sebab Intern

Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:

Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk di suatu


desa. Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada tempat
tinggal. Dimana telah disebutkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Talise rata-
rata adalah 6,56 persen. Faktor migrasi sepertinya cukup berperan dalam laju
pertumbuhan penduduk Talise yang cukup tinggi. Selain itu adanya faktor lain
yang menyebabkan pertambahan ini adalah peristiwa kelahiran dan pernikahan.
Terdapat penduduk Talise yang menikah dengan orang luar desa dan kemudian
menetap di desa Talise.

Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik


penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat
menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention). Pada desa Talise
telah dikembangkan model desentralisasi dan penguatan pengelolaan
sumberdaya pesisir yang berbasis-masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa desa
Talise telah mendapatkan penemuan-penemuan baru dibidang pengetahuan
pengelolaan sumberdaya pesisir yang berbasis-masyarakat.

Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut


terjadinya perubahan-perubahan besar. Masyarakat Talise dengan pihak
perusahaan, difasilitasi oleh Proyek Pesisir, telah menghasilkan sebuah
kesepakatan yang dikenal dengan Deklarasi Talise. Hasil kesepakatan
ini salah satunya adalah membolehkan masyarakat Talise untuk
menangkap ikan di sekitar atau didalam lokasi budidaya dengan syarat
tidak mengganggu atau merusak kegiatan budidaya. Kegiatan
penangkapan ikan tersebut sebelumnya dilarang. Bahkan bagi
masyarakat yang melanggar dikenakan hukuman oleh pihak perusahaan.
Dengan adanya kesepakatan tersebut akses masyarakat Talise terhadap
sumberdaya menjadi lebih besar.

2. Sebab Ekstern

Merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain:
Adanya peperangan.

Adanya kerusuhan di Maluku menyebabkan beberapa keluarga dari daerah


tersebut mengungsi di daerah Talise dan lama-kelamaan keluarga tersebut
menetap dan tinggal di desa Talise.

Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Di


desa Talise ada beberapa warga yang menikah dengan warga daerah lain. Hal ini
tentunya akan menyebabkan bertemunya dua kebudayaan yang berbeda.
Sehingga dapat muncul perubahan-perubahan sosial masyarakat desa Talise.

4.1.3 Bentuk-bentuk Perubahan Sosial

Perubahan adalah sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan itu bisa
berupa kemajuan maupun kemunduran.

Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya, maka bentuk perubahan sosial dapat
dibedakan menjadi perubahan sebagai suatu kemajuan (progress) dan
perubahan sebagai kemunduran (regress).Pada desa Talise menunjukkan
bahwa terjadi perubahan sebagai suatu kemajuan (progress). Perubahan
sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang memberi dan
membawa kemajuan pada masyarakat.

Hal ini tentu sangat diharapkan karena kemajuan itu bisa memberikan
keuntungan dan berbagai kemudahan pada manusia. Perubahan kondisi
masyarakat tradisional, dengan kehidupan teknologi yang masih sederhana,
menjadi masyarakat maju dengan berbagai kemajuan teknologi yang
memberikan berbagai kemudahan merupakan sebuah perkembangan dan
pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi, pembangunan dalam
masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah kemajuan (progress).
Sesuai yang telah dijelaskan dalam review jurnal yaitu kegiatan produktif
paling utama penduduk desa Talise masih sama antara tahun 1997,
sedangkan pada tahun 2000 yaitu di bidang perikanan dan jumlah rumah
tangga yang mata pencaharian utamanya di bidang perikanan ini mengalami
peningkatan yang sangat besar.
Jika dilihat dari proses berlangsungnya, menurut Soerjono Soekamto
perubahan dapat dibedakan menjadi Evolusi dan Revolusi (perubahan
lambat dan perubahan cepat). Pada desa Talise, perubahan terjadinya
secara lambat, sehingga dikatakan evolusi. Lebih tepatnya lagi sesuai
teori Soerjono Soekamto yaitu Unilinier Theories of Evolution. Dimana
teori ini menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami
perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang
sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa laju perekonomian
masyarakat desa Talise tiap tahunnya mengalami peningkatan.

Jika dilihat dari ruang lingkupnya, perubahan sosial dibagi menjadi dua,
yaitu perubahan social yang berpengaruh besar dan perubahan sosial
yang berpengaruh kecil. Pada desa Talise perubahan sosial
mengalami pengaruh yang besar. Perubahan besar adalah perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh
langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh nyata yaitu
dampak dari jumlah penduduk yang semakin meningkat akibat
banyaknya migrasi dan dampak dari dijadikannya desa Talise sebagai
desa proyek pengembangan model desentralisasi dan penguatan
pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang berbasis-masyarakat.

Jika dilihat dari keadaan nya, perubahan sosial dibagi menjadi dua yaitu,
perubahan yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan. Pada desa
Talise terjadi perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak
direncanakan, yaitu:

1. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan

Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan


perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu
oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat.
Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk
memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh pada desa Talise
yaitu menjadikan desa Talise sebagai desa proyek pengembangan model
desentralisasi dan penguatan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir
yang berbasis-masyarakat.

2. Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan

Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan


merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang
tidak diharapkan. Contoh nyata yaitu adanya kerusuhan di Maluku yang
menyebabkan beberapa keluarga mengungsi di desa Talise dan ada pula
imigran serta adanya kelahiran dan perkawinan beda daerah yang dapat
menyebabkan perubahan sosial.

4.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Sosial Budaya

Terjadinya sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun


perubahan tersebut diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor yang mendorong
sehingga mendukung perubahan, tetapi juga ada faktor penghambat sehingga
perubahan tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Pada desa Talise tentunya ada
beberapa faktor pendorong perubahan sosial dan faktor penghambat perubahan
sosial, faktor-faktor tersebut yaitu:

Faktor pendorong perubahan Sosial

Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Menurut


Soerjono Soekanto ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial,
yaitu:

Terjadinya kontak atau sentuhan dengan kebudayaan lain.

Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling


berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan,
baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal
ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya
kebudayaan yang ada.

Sistem pendidikan formal yang maju


Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat
kemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan
membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan
memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan
atau tidak.

Sikap menghargai hasil karya orang dan keinginan untuk maju.

Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya.
Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk
mengembangkan diri

Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang.

Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan


tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya.
Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang
kreatif.

Sistem terbuka dalam lapisan-lapisan masyarakat.

Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial


vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat
tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan
sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat
mengembangkan kemampuan dirinya.

Penduduk yang heterogen.

Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi


yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan
kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya
perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan
sosial.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu


Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan
menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan
revolusi untuk mengubahnya

Orientasi ke masa depan

Kondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan


menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa
depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong
terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan
dan tuntutan zaman.

Nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk perbaikan hidup.

Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi


kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.

Faktor penghambat perubahan

Banyak faktor yang menghambat sebuah proses perubahan. Menurut Soerjono


Soekanto, ada delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial,
yaitu:

1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.

2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.

3. Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan cenderung


konservatif.

4. Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat

(vestedinterest).

5. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan menimbulkan


perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.

6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal dari Barat.
7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.

8. Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah.

4.2 Hubungan aspek-aspek perubahan sosial pada masyarakat dengan jurnal


penelitian perubahan sosial masyarakat desa Talase sebelum dan sesudah
adanya proyek.

Yang dimaksud dengan aspek-aspek perubahan yaitu menyangkut


tentang perubahan khusus dalam masyarakat desa yang diperkirakan penting
untuk memahami kehidupan masyarakat desa. Hal ini dapat memperdalam
pemahaman tentang dinamika kehidupan desa. Aspek-aspek sosial pada
masyarakat desa yang meliputi berbagai macam hal yang menyebabkan
perubahan sosial pada masyarakat desa. Aspek aspek itu diantaranya adalah :

a) Urbanisasi dan Perkembangan Masyarakat Desa

Urbanisasi, terlebih dalam artinya sebagai proses pengotaan, adalah suatu


bentuk khusus modernisasi. Dengan kata lain, konsep modernisasi yang sangat luas
cakupan pengertiannya itu mendapatkan bentuknya yang khusus di pedesaan dalam
konsep urbanisasi. Sebagaimana diketahui urbanisasi adalah proses pengotaan
(proses mengotanya suatu desa), proporsi penduduk yang tinggal di desa dan di
kota, dan perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanward migration).

b) Perubahan Kultural

Perubahan kultural (kebudayaan) adalah perubahan kebudayaan masyarakat


desa dari pola tradisional menjadi bersifat modern. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah kebudayaan desa yang awalnya bersifat tradisional mulai dari alat yang
digunakan, ideologi, pendidikan, sedikit demi sedikit menjadi berkembang ke arah
yang lebih modern.

c) Perubahan Struktural

Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu


dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat
fundamental bagi setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas
subjektif, karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya
dan hubungan mereka. Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur berorientasi
tujuan dan tergantung pada pengetahuan yang ada.

d) Perubahan Lembaga dan Kelembagaan

Lembaga adalah sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan dalam suatu


masyarakat. Dalam kaitan ini kelembagaan adalah sebagai wujud dari suatu
tindakan bersama (Collective action). Jadi jika suatu masyarakat menginginkan
suatu kebutuhan baru dan beragam maka secara otomatis lembaga lama akan tidak
berfungsi lagi.

e) Perubahan dan Pembangunan dalam Bidang Pertanian

Perubahan dan pembangunan di bidang pertanian tidak lepas dari perubahan


yang ada di dunia ini khususya dalam IPTEK dan teknologi yang menunjang
peningkatan dalam sector pertanian.

Pada jurnal penelitian terhadap perubahan pengetahuan dan perilaku


masyarakat Desa Talise terhadap adanya proyek Pesisir, yang merupakan bagian
dari Program Pengelolaan Sumberdaya Alam (NRM II,USAID BAPPENAS), tidak
terlalu ditemukan aspek-aspek perubahan sosial seperti yang ada literatur buku
serjono soekamto.

Urbanisasi dan Perkembangan Masyarakat Desa

Ditinjau dari aspek urbanisasi, pada hasil penelitian terhadap masyarakt


desa Talise ditemukan kesesuaian aspek urbanisasi itu sendiri. Aspek
urbanisaasi sendiri yang memiliki arti sebagai proses pengotaan, adalah suatu
bentuk khusus modernisasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada desa
Talise. Pada masyarakat desa talise dewasa ini telah ditemukan banyak
masyarakat yang memiliki pengetahuan-pengetahuan maju dan cenderung
modern. Hal ini disebabkan oleh makin berkembang nya proyek-proyek pabrik
yang banyak melibatkan warga desa Talise sehingga banyak masyarakat nya
yang semakin bnerpikiran maju. Pada ddesa Talise tidak terdpat perbedaan
pengetahuan antar pria dan wanita. Hal ini saja sudah menunjukkan kemajuan
terhadap masyarakat desa itu sendiri. Selain itu pada desa Talise telah banyak
dijumpai perempuan-perempuan yang bekerja dan mengikuti proyek. Hal ini
juga menunjukkan pengotaan pada desa Talise, klarena para perempuan di
desa tidak lagi hanya bertugas di dapur seperti halnya waniat desa pada
umumnya. Hal ini menunjukkan adanya aspek urbanisasi pada desa Talise.

Perubahan Kultural

Aspek perubahan kultural yang merupakan perubahan kebudayaan pada


masyarakat desa, Perubahan kultural (kebudayaan) adalah perubahan
kebudayaan masyarakat desa dari pola tradisional menjadi bersifat modern.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah kebudayaan desa yang awalnya bersifat
tradisional mulai dari alat yang digunakan, ideologi, pendidikan, sedikit demi
sedikit menjadi berkembang ke arah yang lebih modern.

Aspek perubahan ini telah ural pada desa Talise. Hal ini dapat dilihat dari
telah banyaknya wanita yang mengikuti berbagai kegiatan proyek, maupun
mengikuti bekerja dalam budidaya mutiara, atau juga dalam pengolahan
perikanan. Kebudayaan masyarakat pedesaan yang cenderung menyuruh
wanita berdiam diri di rumah, memasak, tidak perlu berpengetahuan tinggi,
sirna sudah. Masyarakat desa Talise sekarang ini semakin banyak
menggunakan tenaga kerja baik priya ataupun wanita. Sehinggan dapat
diartikan bahwa sedikit demi sedikit desa Talise telah mengalami perubahan
kebudayaan.

Perubahan Struktural

Aspek Perubahan structural merupakan aspek yang merubah struktur-


struktur pada sebuah Desa. Gambaran tentang pola pemukiman masyarakat
desa dalam Bab IV dalam garis besarnya membedakan pola pemukiman
mengelompok
(the farm village type) dengan pola pemukiman memencar (the pure and
arranged isolated farm type). Yang pertama menjadi ciri pola pemukiman Asia
umumnya dan yang ke dua menjadi ciri umum pola pemukiman Barat. Dalam
kerangka perspektif evolusioner pemilahan ini bisa memberi kesan
bahwa pola pemukiman mengelompok tersebut adalah pola pemukiman
masyarakat desa tradisional, sedang pola pemukiman menyebar adalah pola
pemukiman yang modern. lebih lanjut, kerangka pemikiran semacam ini juga
akan mendorong pada kesimpulan bahwa dalam proses perkembangan yang
terjadi. maka pola pemukiman mengelompok akan berubah , ke arah pola
pemukiman memencar. Kesimpulan semacam ini tidaklah benar.
Mengapa terjadi pola pemukiman yang bersifat mengelompok maupun
memencar lebih tepat dijelaskan lewat determinan lainnya daripada
dijelaskan berdasar tingkat kemajuan masyarakatnya. Setidaknya
secara teoritis dapat dirumuskan bahwa untuk daerah-daerah yang
tingkat kepadatan penduduknya rendah, pemilikan tanah per petani luas
dan tingkat kesuburan tanah yang rendah, akan cenderung
menciptakan pola pemukiman menyebar (pola pemukim berjauhan satu
sama lain). Sebaliknya, untuk daerah-daerah yang tingkat kepadatan
penduduknya tinggi, pemilikan tanah per petani sempit, dan tingkat kesuburan
tanahnya tinggi, akan cenderung menciptakan pola pemukiman mengelompok.

Yang perlu mendapat perhatian adalah gejala semakin pecahnya


desa sebagai suatu unit kesatuan komunitas kecil seiring dengan
perkembangan yang terjadi. Pola pemukiman mengelompok (the farm village
type) hakekatnya merupakan gambaran desa pada tingkat isolasi ya ng
masih tinggi. Dalam kondisi semacam ini, pola pemukiman tersebut
sangat berpengaruh pada organisasi sosial masyarakatnya. Sementara
dalam proses perkembangan yang terjadi saat ini, tingkat keterisolasian
semacam itu telah tidak dapat bertahan lagi. Hal ini disebabkan oleh
semakin menyebar dan meluasnya jaringan transportasi dan komunikasi
beserta beragai media massanya, di samping semakin intensifnya sistem
ekonomi kapitalisme yang bersifat global.

Sejalan dengan perkembangan ini, maka desa tidak lagi sangat


tergantung pada sektor pertanian. Desa semakin berubah menjadi bagian
dari sistem sosial-ekonomis dari masyarakat yang lebih besar. Desa-
desa di Indonesia, yang umumnya berpola mengelompok (the farm village
type), semula juga merupakan suatu komunitas kecil yang padu secara
sosial. Terlebih di luar Jawa yang kebanyakan diperkuat oleh ikatan
kekeluargaan, kehidupan sosialnya menjadi sangat kuat. Oleh karena itu,
dalam sifatnya yang demikian ini, desa-desa itu menjadi basis dari unit
pembangunan, dengan tujuan agar mendapatkan tumpuan yang kuat dari
masyarakat. Badan Usaha Unit Desa (BUUD).

Bagaimana dan sejauh mana proses perubahan berpengaruh


terhadap struktur horisontal masyarakat desa? Sebagaimana telah
dikemukakan dalam Bab IV, kelompok yang sangat penting dan
rupakan komponen utama struktur horisontal masyarakat desa alah
keluarga, ketetanggaan (neighborhood), dan komunitas (desa). Dari ke tiga
kelompok itu keluarga adalah merupakan kelompok yang keluarganya yang
sangat besar pengaruhnya terhadap dimensi struktur horisontal
masyarakat desa. Untuk desa yang masih sangat bersahaja, keluarga
dapat mengendalikan perilaku warga desa baik secara pe rorangan
maupun kelompok.

Dari keputusan memilih pasangan hidup, penentuan saat dan


upacara pernikahan, sampai masalah agama, kepercayaan, atau bahkan
pandangan hidup, semuanya berada dalam pengendalian keluarga.
Kekuasaan keluarga semacam ini, yang oleh D. Sanderson disebut family
control, merembes sampai ke tingkat tetanggaan dan komunitas. Artinya,
baik ketetanggaan maupun komunitas adalah merupakan semacam
kepanjangan tangan keluaryang memberikan kondisi bagi terlaksananya
proses pengendalian luarga (family control). Dengan demikian ke tiga
kelompok itu bukanlah kelompok-kelompok yang terdeferensiasi
sebagaimana laziimnya yang terdapat di kota-kota, melainkan saling
melengkapi satu sama lain. Terlebih untuk masyarakat desa yang grasinya
didasarkan atas ikatan darah (genealogic), pengaruh family control
tersebut lebih kuat lagi.

Ditinjau dari aspek perubahan structural, yang merupakan aspek-aspek


peruabahan keadaan desa ataupun perubahan pekerjaan masyarakat desa,
jika dibandingkan dengan rangkupan penelitian jurnal dapat dikataka hampir
sama, atau sesuai. Karena pada rangkuman jurnal ditemui bahwa pada desa
Talise telah dijumpai semakin menyebar dan meluasnya jaringan
transportasi dan komunikasi beserta beragai media massa nya, di samping
semakin intensifnya sistem ekonomi kapitalisme yang bersifat global. Sejalan
dengan perkembangan ini, desa Talise tidak lagi sangat tergantung pada
sektor pertanian. Desa semakin berubah menjadi bagian dari sistem
sosial-ekonomis dari masyarakat yang lebih besar. Desa talise, telah
banyak mengikuti berbagai macam pekerjaan yang berbeda-beda. Hal ini
sesuai dengan pengertian perubahan struktural yang terdapat pada
tinajauan pustaka.

Perubahan Lembaga dan Kelembagaan

Perubahan kelembagaan pada desa Talise mengalami perubahan pada


tiap lembaganya. Hal ini disamping adanya bantuan dari pemerintah juga akibat
adanya proyek-proyek yang dilakukan oleh para peneliti-peneliti demi kemajuan
dan desa Talise itu sendiri. Saat ini pengelompokan seperti pengelompokan
proyek telah juga membentuk lembaga lembaga lembaga modern. Hal ini
sesuai denagn buku Soerjono soekamto yang mengatakan bahwa perubahan
kelembagaan diantaranya adalah yang berkaitan dengan pengaruh
modernisasi. Sejalan dengan proses modernisasi yang sedang terjadi, terjadi
pula bahan atau pergantian dari lembaga-lembaga lama yang bersifat
tradisional menjadi atau digantikan oleh lembaga-lembaga baru yang
modern.

Perubahan semacam ini bukan hanya menyangkut jenis atau lamanya,


melainkan juga karakteristik yang terlekat padanya. Lembaga atau
kelembagaan lama umumnya dilandasi oleh komunalisme masyarakat
desa dan fungsi-fungsi yang membaur (diffused), sedangkan lembaga atau
kelembagaan baru lebih bertumpu pada individualitas dan diferensiasi
fungsi . Lembaga atau kelembagaan lama umumnya dilandasi oleh
komunalisme masyarakat desa dan fungsi-fungsi yang membaur , sedangkan
lembaga atau kelembagaan baru lebih bertumpu pada indivi dualitas dan
diferensiasi fungsi . di sini pada desa Talise kelembagaannya hampir mengikut
dan menyesuaikan denag hal tersebut karena adanya proyek-proyek dari
perkotaan yang mengkibatkan masyarakat semakin berpikiran maju.
Sedangkan aspek Perubahan dan pembangunan di bidang pada desa
Talise tidak sesuai dengan literatur buku. Hal ini disebabkan rata-rata pekerjaan
pada masyarakat desa talise cenderung pada bidang perikanan. Hal ini
disebabkan letak desa talise sendiri yang meruapakan daerah pesisir pantai.
Sehingga pada aspek perubahan dan pengembangan pertanian tida sesuai
dengan ajaran pada buku atau literatur.

5.3 Pembahasan Pembangunan

Banyak definisi mengenai arti pembangunan, salah satunya adalah


proses perubahan secara dimensional yang memuat peubahan-perubahan
sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi sosial Todaro. Disisi lain
pembangunan dapat juga perubahan dari suatu kondisi nasional tertentu
menuju kondisi nasional lain yang lebih menyejahterakan (Saul M. Kant), dan
dengan definisi tersebut dapat kita mengartikan pembangunan sebagai
proses transformasi yang lebih mengarah pada tujuan yang lebih baik dan
kemajuan atau perubahan sosial.

Dalam teori pembangunan (grand theory of development) senantiasa


memiliki muatan, dalam hal ini kita akan menggunakan definisi dari Todaro
(1999) bahwa pilar pembangunan memiliki tiga inti : kecukupan, jati diri (self
esteem), dan kebebasan (freedom). Jika diterjemahkan lebih jauh, kecukupan
memiliki maksud bahwa terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar mulai dari
sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan. Jati diri jika dikaji lebih jauh
memiliki makna bahwa penemuan terhadap konsepsi diri dan bagaimana
menggunakannya sebagai doktrin dalam menjalani kehidupan (self
orientation). Yang terakhir adalah kebebasan atau kemampuan memilih, dan
hal ini jika dijadikan sebagai pandangan maka turunannya adalah pada
terjewantahkannya hak-hak invidu pada persoalan atau kondisi kebebasan
politik, keamanan, kepastian akan hukum, kemerdekaan beraspirasi atau
berekspresi, tersalurkannya aspirasi secara politik, dan terdapatnya
persamaan akan kesempatan-kesempatan yang ada.

Otonomi daerah (otoda) No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan


Daerah yang dicetuskan juga belum terimplementasikan pada semua segmen
pada lapisan masyarakat, mungkin ini pula yang menjadi kelemahan
pembangunan bangsa secara umum, dan pembangunan pedesaan secara
khususnya. Mengapa demikian, dikarenakan konsep-konsep tersebut terlalu
mengawan-awan pada kebutuhan kepentingan semata dan belum
tersosialisasi dengan baik pada masyarakat dan masih banyaknya birokrat
belum mampu memaknai arti dan bagaimana mengimplemantasikannya,
serta instrumen apa yang mesti digunakan agar sasaran tercapai.

5.3.1 Bagaimana Membangun Desa

Pedesaan adalah perangkat negara yang secara administratif paling


kecil dan sederhana di seluruh nusantara ini kita mengenal misalnya nagari di
Sumatera Barat, Huta di Sumatera Utara, kampung di Kalimantan Barat,
kampong di Sulawesi Selatan, Ngata di Sulawesi Tengah, serta desa di Jawa
dan Madura. Satuan-satuan sosial yang ada itu terbentuk atas dasar ikatan
teritorial, genealogis (keturunan) atau keduanya. Demikian pula luas wilayah
mereka beragam ada yang sangat luas ada pula yang tidak.

Dilihat dari arti pembangunan, pembangunan pada desa Talise ini cukup signifikan.
Hail ini terlihat dari perkembangan pengetahuan, partisipasi dan jenis kelamin,
perubahan sosial ekonomi, perubahan persepsi masyarakat terhadap masalah dan
kualitas hidup, serta mengenai perubahan persepsi pengaruh kegiatan manusia
terhadap sumberdaya alam.

1) Pengetahuan, partisipasi dan jenis kelamin

Gambaran mengenai pengetahuan dan peran serta responden


berdasarkan jenis kelamin pada tabel pengamatan, perkembangan yang
meningkat yaitu pengetahuan mengenai partisipasi dalam penyusunan
rencana pengolaan dan tahu proyek. Namun, pada keikutsertaan
masyarakat dalam organisasi proyek, cukup rendah. Sehingga pada desa
ini tingkat pembangunannya cukup berjalan lancar dalam kegiatan proyek
namun lemah dalam kegiatan keorganisasiannya. Hali ini dapat terjadi
dikarenakan tingkat pengetahuan tentang keorganisasian kurang. Selain
itu, dapat disebabkan karena tingkat sumber daya manusianya tidak dapat
mengikuti perkembangan khususnya di bidang keorganisasian.

2) Perubahan sosial ekonomi

Pada segi sosial ekonomi, desa Talise mengalami laju pertumbuhan


ekonominya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk
di desa kontrolpada desa Taslise ini kegiatan yang produktif yaitu dibidang
perikanan dan pertanian sedangkan di desa control kegiatan produktif tetap di
bidang perikanan diikuti bidang-bidang lainnya. Kebalikan dengan Desa Talise,
persentase rumah tangga yang mata pencaharian paling utamanya di bidang
perikanan mengalami penurunan.

Karakteristik rumah tangga secara fisik digunakan sebagai ukuran


kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat. Untuk melihat perubahan ekonomi
yang terjadi pada tiap rumah tangga, maka skala MSL (Material Style of Life)
digunakan. Skala ini menggunakan 28 karakteristik rumah tangga yang disurvei
yang meliputi struktur rumah tangga seperti jendela, dinding, atap; juga fasilitas
rumah tangga seperti air ledeng, WC dan listrik; dan perabotan rumah tangga
seperti kompor, televisi, lemari dan sebagainya. Tabel 4 memperlihatkan bahwa
nilai-nilai MSL menunjukkan sedikit perubahan di Desa Talise. Komponen rumah
dan perabotan mengalami peningkatan sedangkan komponen fasilitas dan
struktur bangunan rumah tangga mengalami penurunan. Sementara di desa
kontrol, komponen rumah dan perabotan meningkat secara nyata komponen
fasilitas mengalami sedikit penurunan dan komponen struktur bangunan rumah
tangga mengalami sedikit peningkatan. Lewat fasilitasi dari proyek Pesisir
sebagian masyarakat Talise (220 KK) kini telah memiliki sertifikat kepemilikan
tanah. Walaupun mereka baru mendapatkan sertifikat untuk tanah pekarangan
namun hal ini sangat membantu. Seperti terlihat pada Tabel 5, mereka sudah
tidak takut lagi membangun rumah, merasa senang dan tidak khawatir lagi, dan
lain-lainnya.

3) Perubahan persepsi masyarakat terhadap masalah dan kualitas hidup

Di Talise, terdapat peningkatan jumlah responden yang menyatakan bahwa


keadaan rumah tangga mereka lebih baik dibandingan lima tahun yang lalu.
Pada tahun 1997 jumlah responden yang menyatakan hal tersebut sebesar 54
persen dan pada tahun 2000 meningkat menjadi 64 persen. Perubahan persepsi
antara tahun 1997 dengan tahun 2000 tersebut berbeda nyata Persepsi
responden di desa-desa kontrol juga mengalami peningkatan. Responden yang
menyatakan mereka lebih baik pada tahun 1997 sebesar 20 persen dan tahun
2000 meningkat menjadi 54 persen. Alasan ekonomi merupakan alasan pertama
yang paling banyak dikemukakan responden, dalam hal perubahan persepsi
untuk kesejahteraan rumah tangga mereka, pada tanggapan pertama tahun
1997. Alasan ekonomi ini mengalami penurunan pada tahun 2000.

Namun demikian, alasan ekonomi ini tetap merupakan alasan yang paling
banyak dikemukakan responden. Alasan karena inflasi mengalami peningkatan
yang cukup besar. Alasan inflasi ini merupakan alasan kedua yang paling banyak
dikemukan responden Desa Talise pada tahun 2000. Tanggapan terhadap
pertanyaan mengenai anggapan responden menyangkut masalah hidup dapat
dilihat pada table pengamatan mengenaai anggapan terhadap masalah di alasan
pertama dalam desa Talise desa kontrol, responden yang menyatakan Tidak ada
masalah mengalami peningkatan yang besar. Di Desa Talise, alasan akses pada
sumberdaya merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan pada tahun
1997 dan pada tahun 2000 alasan tersebut tidak ada lagi.

4) Perubahan persepsi pengaruh kegiatan manusia terhadap sumberdaya


alam

Pada bagian keyakinan terhadap sumberdaya, penting untuk menentukan


apakah kegiatan-kegiatan proyek berpengaruh pada persepsi anggota
masyarakat terhadap lingkungan pesisir atau tidak. Hasil analisis menunjukkan
bahwa proyek telah memiliki pengaruh yang sangat positif dan nyata pada
perubahan persepsi masyarakat di Desa Talise. Pengetahuan masyarakat Desa
Talise mengenai penggunaan bom dan akibat yang ditimbulkannya juga
mengalami peningkatan yang sangat nyata. Hal tersebut merupakan
pemahaman dan perilaku yang positif yang ditunjukkan masyarakat. Kegiatan-
kegaiatan proyek seperti pertemuan-pertemuan, pelatihan, presentasi, dan
pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan di Desa Talise diduga berpengaruh
banyak terhadap perubahan persepsi ini.

Perusahaan budidaya mutiara merupakan salah satu lapangan kerja yang


ada di Desa Talise dan desa sekitarnya. Walaupun sudah terdapat Deklarasi
Talise (kesepakatan penyelesaian konflik antara masyarakat dengan pihak
perusahaan) tapi masih terdapat masyarakat yang menganggap perusahaan
budidaya mutiara ini merugikan. Masyarakat yang merasa dirugikan adalah para
nelayan karena kehadiran perusahaan di lingkungan mereka menyebabkan area
penangkapan menjadi terbatas.

Dalam mengelola lingkungan pedesaan ada beberapa hal yang perlu


menjadi perhatian dalam mengeksplorasi. Komponen-komponen yang
dapat menjadi alat perhatian, bahwa komponen penting pedesaan adalah
jenis pekerjaan, lingkungan alam, ukuran komunitas, kepadatan
penduduk, heterogenitas dan homogenitas penduduk, diferensiasi dan
stratifikasi sosial, mobilitas sosial dan sistem interaksi sosial.

Mengamati komponen yang pertama adalah jenis pekerjaan, rata-rata


pekerjaan yang digeluti masyarakat pedesaan adalah bertani, berkebun,
dll, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada seperti hutan, air,
dan lahan yang belum terkelola. Pekerjaan mereka rata-rata secara
fungsional dalam artian lahan garapan berdekatan dengan rumah tinggal.
Komponen desa yang kedua adalah hubungan masyarakat dengan
lingkungan alam sekitar dimana ai menetap atau bermukim, sifat dari
pekerjaan pertanian yang didominasi secara pelaku oleh penduduk desa
berada dalam ruang terbuka. Sedangkan komponen desa yang ketiga
adalah besaran ukuran komunitas, jika ditinjau dari besaran komunitas
masyarakat pedesaan maka besarannya tidak sepadat jika dibandingkan
dengan wilayah perkotaan, hal ini dikarenakan sifat dasar dari sistem
pertanian telah menghambat terciptanya konsentrasi penduduk petani
dalam komunitas besar dengan ribuan penduduk, dan sifat fundamental
lainnya rata-rata petani yang bermukim di pedesaan karena keberadaan
lahan mengharuskan petani berada secara permanen dekat lahan
pertaniannya.

Gambaran penduduk pedesaan juga sangatlah homogen hal ini dapat


dimaklumi dikarenakan mereka lahir dan dibesarkan di wilayah tersebut,
adapun yang menjadi titik homogenitas mereka pada wilayah pekerjaan,
ras, pendidikan dan gaya hidup (life style) dan ditopang kuat oleh sistem
interaksi sosial antara komunitas dengan komunitas kurang terjalin
sehingga interaksi internal semakin kuat dengan gambaran demikian
maka diferensiasi sosial ditingkat pedesaan sangat kurang aktual, dengan
kondisi cenderung terkungkung demikian maka mobilitas sosial dari
masyarakat semakin mengarah pada alur urbanisasi dengan pengharapan
perubahan kehidupan yang lebih dan memberikan masalah tersendiri bagi
kehidupan perkotaan.

Selain yang demikian diatas kemandirian lokal masyarakat pedesaan


perlu pula menjadi sorotan sebagai pilar membangun wilayah pedesaan.
Dasar kemandirian lokal seperti yang digambarkan mantan rektor
Universitas Hasanuddin, Radi A Gany bahwa kemandirian lokal dapat
dijadikan kesimpulan subjek pembangunan yang dapat mencakup orang
perorangan, kelompok, daerah, dan kawasan dalam hal : pengelolaan
potensi dan sumber daya lokal, pemeliharaan akan kelestarian dan fungsi
kualitas lingkungan hidup, dan pengembangan kerjasama dengan subjek
pembangunan lainnya dalam suatu kesatuan masyarakat.

5.3.2 Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Solusi

Telah dimaklumi bahwa pembangunan pedesaan telah sedikit


mengalami kemajuan namun masih banyak kendala yang menjadi
hambatan dan masih perlu mendapat perhatian guna pembenahan.
Kendala-kendala tersebut antara lain a). Terbatasnya lapangan pekerjaan
diluar sektor pertanian, b). Lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi, baik
secara sektoral maupun spasial, ataupun hubungan antara pedesaan dan
kota, c). Masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia di pedesaan, d).
Rendahnya kualitas sarana dan prasarana, serta pelayanan di wilayah
pedesaan, e). Lemahnya kelembagaan dan organisasi berbasis
masyarakat, f). Lemahnya koordinasi antar bidang dalam pembangunan
pedesaan.

Hakikat pembangunan masyarakat adalah pembangunan dari bawah


(bottom-up), dalam artian membangun dengan menjadikan masyarakat
yang dominan masyarakat petani dengan berbasis pada pedesaan.
Banyak instrumen yang dapat dijadikan jembatan dalam mencapai
pembangunan masyarakat pedesaan antara lain, kesamaan sinergi
konsep antara Lembaga Swadaya Masyarakat dengan lembaga
pemerintah. Disatu sisi terjadi pengawasan atas kondisi yang terjadi pada
masyarakat pedesaan dan disisi lain terdapat monitoring yang dilakukan
pemerintah yang memiliki keterbatasan dalam sumber daya dan dalam
menjangkau wilayah-wilayah pedesaan.

Perlu dilirik bahwa sebenarnya masyarakat pedesaan terkadang bukan


modal berupa dana segar atau bantuan hibah yang mereka perlukan akan
tetapi bagaimana menemukan dan menumbuhkan semangat hidup.
Dengan perpaduan elemen Lembaga non Government dan sinergi dengan
pemerintah diharapakan akan menjadi pemicu pembangunan, karena
pilar-pilar tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pada pembangunan masyarakat pedesaan memadukan pertumbuhan dan
pemerataan guna mencapai kesejahteraan dan tercapainya konsep atas
bottom-up, dalam artian pemberdayaan yang kita pahami bersama adalah
sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Pemberdayaan juga meliputi penguatan individu sebagai anggota
masyarakat, tetapi juga pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat
dan demikian pula dengan institusi-institusi sosial yang dimiliki masyarakat
pedesaan. Tapi perlu menjadi catatan bahwasanya pemeberdayaan
masyarakat pedesaan bukan menjadi sebuah ketergantungan pada
berbagai program akan tetapi menjadi kemandirian atas diri masyarakat,
memampukan, dan membagun kemampuan untuk memajukan diri menuju
kehidupan yang lebih baik, bermartabat dan tentunya memiliki jati dirinya
sendiri sebagai doktrin membenahi hidup.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil makalah ini dapat ditarik kesimpulan yaitu perubahan sosial dapat
disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi akibat adanya
ketidaksesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan
sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi
masyarakat yang bersangkutan.

Selain itu kesimpulan yang dapat penulis temukan dari makalah ini adalah
setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses sosial, dengan kata lain perubahan-
perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat dapat diketahui
dengan membandingkan keadaan masyarakat pada suatu waktu tertentu dengan
keadaannya pada masa lampau.

Tidak ada satu pun perubahan sosial yang tidak membawa pengaruh bagi
masyarakat. Perubahan sosial akan membawa pengaruh positif bagi kehidupan
masyarakatnya, tetapi juga berdampak negatif. Dampak atau akibat dari perubahan
sosial yaitu semakin kompleksnya alat dan perlengkapan dalam memnuhi kebutuhan
hidup,majunya teknologi diberbagaibidang kehidupan, industri berkembang maju,
tercipta stabilitas politik,meningkatkan tarap hidup masyarakat, dan sebagainya.

5.2 Saran

Dari pembahasan mengenai perubahan sosial ini, kami menyarankan agar masyarakat desa
mampu mengenali karakteristik desanya agar mampu mengikuti perubahan sosial tanpa
mengubah struktur desa tersebut. Sehingga unsur dari desa tersebut tidak hilang dan masih
mampu mempertahankan aspek-aspek yang ada dalam desa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/perubahan-sosial/

Anonymous.http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial_budaya

Anonymous http://learning-of.slametwidodo.com/2008/02/01/proses-proses-perubahan-
sosial-perubahan-stratifikasi-dan-struktur-sosial/

Anonymous.http://sosial-budaya.blogspot.com/2009/09/pengertian-perubahan-sosial-
budaya.html

Anonymous.http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journal/files/udejournal/(3)%20soca-
roosgandha-tk%20dlm%20proses%20modernisasi(1).pdf

Anonymous.http://www.crc.uri.edu/download/KonasIII.pdf
Anonymous http://www.scribd.com/doc/6592742/Perubahan-Sosial

Soekamto,Soerdjono.2007.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

http://nilafuitoriya.blogspot.com/2010/03/perubahan-sosial-masyarakat-desa-
paper.html
19-2-2014

Anda mungkin juga menyukai