Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu politik, dikenal adanya konsep partisipasi politik untuk memberi
gambaran apa dan bagaimana tentang partisipasi politik. Dalam perkembangannya,
masalah partisipasi politik menjadi begitu penting, terutama saat mengemukakannya
tradisi pendekatan behavioral (perilaku) dan Post Behavioral (pasca tingkah laku).
Kajian-kajian partisipasi politik terutama banyak dilakukan di negara-negara
berkembang, yang pada umumnya kondisi partisipasi politiknya masih dalam tahap
pertumbuhan

Partisipasi politik merupakan aktifitas masyarakat yang bertujuan untuk


mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang
dalam posisinya sebagai warga Negara, bukan politikus atau pegawai negeri. Partisipasi
politik ini pun bersifat sukarela dan bukan dimobilisasi oleh Negara maupun partai yang
berkuasa (Basri, 2011: 97).

Dengan itu, maka kita mengetahui bahwa partisipasi politik itu merupakan suatu
hal yang bersifat suka rela terhadap masyarakat yang aktif dalam perpolitikan ini. Disini
dapat kita lihat bahwa masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan untuk ikut serta
dalam menentukan keputusan yang menyangkut keputusan bersama (umum). Oleh
karena itu di dalam mengambil keputusan dibutuhkannya kerja sama antara partai
politik dan masyarakat untuk memberikan keputusan yang baik dalam perpolitikan bagi
negaranya.

Dalam memberikan pengetahuan mengenai politik, selain partai politik, sekolah


dan keluarga, maka perang partai politik lah yang harus lebih di utamakan dalam
memberikan pendidikan tersebut. Karena partai politik merupakan organisasi yang
beroperasi dalam sistem perpolitikan. Salah satu fungsi partai politik adalah fungsi
partisipasi pilitik, dimana fungsi partisipasi adalah fungsi partai politik untuk membawa
warga Negara agar aktif dalam kegiatan perpolitikan. Jenis partisipasi politik yang

1
ditawarkan oleh partai politik kepada warga negaranya adalah kegiatan kampanye,
mencari dana bagi partai, memilih pemimpin, demonstrasi, dan debat politik. Dalam
kegiatan partai politik ini untuk memberikan pendidikan politik dapat dilakukan denga
cara mengadakan kegiatan kampanye, mencari dana bagi partai, memilih pemimpin,
demonstrasi, dan debat politik. Dengan itu maka masyarakat pun mendapatkan
pendidikan politik yang seharusnya didapatkan oleh masyarakat tersebut

1.2 Rumusan Masalah

Dalam pembahasan materi mengenai “Partisipasi Politik” kami mengangkat


rumusan masalah yaitu:
a. Bagaimana konsep partisipasi politik?
b. Apa sajakah bentuk-bentuk partisipasi politik?
c. Apa sajakah tingkatan partisipasi politik?
d. Apa sajakah faktor pendukung partisipasi politik?
e. Apa sajakah faktor penghambat partisipasi politik?
f. Apa sajakah fungsi pasrtisipasi politik?
g. Bagaimanakah manfaat dari partisipasi politik?

1.3 Tujuan
1. Untuk melengkapi tugas ujian tengah semester pendek pengantar ilmu politik
2. Menjelaskan bagaimana partisipasi politik

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Partisipasi Politik


Dalam ilmu politik, dikenal adanya konsep partisipasi politik untuk memberi
gambaran apa dan bagaimana tentang partisipasi politik. Dalam perkembangannya,
masalah partisipasi politik menjadi begitu penting, terutama saat mengemukanya tradisi
pendekatan behavioral (perilaku) dan Post Behavioral (pasca tingkah laku). Kajian-
kajian partisipasi politik terutama banyak dilakukan di negara-negara berkembang, yang
pada umumnya kondisi partisipasi politiknya masih dalam tahap pertumbuhan.
Sebelum mendefinisikan partisipasi politik secara komprehensif, terlebih dahulu
mendefinisikan secara kosa kata. Ada dua kosa kata yaitu partisipasi dan politik.
Partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran
serta, Miriam Budiardjo mengatakan bahwa Politik adalah usaha menggapai kehidupan
yang baik. Politik sangat erat kaitannya dengan masalah kekuasaan, pengambilan
keputusan, kebijakan publik dan alokasi atau distribusi
Partisipasi berasal dari bahsa latin, yaitu pars yang artinya bagian dan capere (sipasi)
yang artinya memangambil. Bila dihubungkan “berarti mengambil bagian”. Dalam
bahasa Inggris, participale atau participation berarti mengambil bagian atau mengambil
peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik suatu negara.
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut
serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin
negara dan secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan pemerintah
(public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam
pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau
lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, menjadi anggota partai
salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya dan sebagainya.1

Pengertian partisipasi menurut para ahli

1. Michael Rush Philip Althoff, partisipasi politik adalah keterlibatan individu


sampai macam-macam tingkatan di dalam sistem politik.

1
Miriam Budiarjo,dasar-dasar ilmu politik,(Jakarta:Gramedia,2008)hlm.367

3
2. Kevin R. Hardwic, partisipasi politik memberi perhatian cara-cara warga negara
berupaya menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka terhadap pejabat-
pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan-kepentingan tersebut.
3. Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari
warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses
pembentukan kebijakan umum2
4. Ramlan Surbakti partisipasi politik adalah keikut sertaan warga negara biasa
dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau memengaruhi hidupnya.
Sesuai dengan istilah partisipasi (politik) berarti keikutsertaan warga negara
biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam memengaruhi proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
5. Wahyudi Kumorotomo mengatakan, Partisipasi adalah berbagai corak tindakan
massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan timbale balik
antara pemerintah dan warganya.

Partisipasi politik adalah bagian penting dalam kehidupan politik semua negara,
terutama bagi negara yang mmenyebut dirinya sebagai negara demokrasi, partisipasi
politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara baru bisa disebut
sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa memberi kesempatan yang
seluas-luasnya kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik,
sebaliknya warga negara yang bersangkutan juga harus memperlihatkan tingkat
partisipasi politik yang cukup tinnggi. Jika tidak, maka kadar kedemokratisan negara
tersebut masih diragukan

Di negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa


kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk
menetapkan tujuan-tujuan serta masa depam masyarakat itu dan untuk menentukan
orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan.3

Partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin
sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam

2
Ibid.
3
Miriam Budiarjo,dasar-dasar ilmu politik,(Jakarta:Gramedia,2008)hlm.368

4
penyelenggaraan pemerintah. Di negara-negara demokrasi umumnya dianggap baha
lebih banyak partisipasi masyarakat maka lebih baik, sebaliknya tingkat partisipasi yang
rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat
ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah
kenegaraan.4

Masalah partisipasi politik bukan hanya menyangkut watak atau sifat dari
pemerintahan negara, melainkan sifat, watak atau karakter masyarakat suatu negara dan
berpengaruh yang ditimbulkannya.

2.2 Bentuk-Bentuk Partisipasi


Dalam tataran praktis, partisipasi politik bisa muncul dalam beberapa bentuk.
Setiap bentuk-bentuk partisipasi politik akan berisikan gaya, tuntunan, pelaku dan
sampai pada tindakan-tindakan yang dilakukan warga negara dalam konteks politik.
Selain itu juga berkanaan denganjumlah orang yang terlibat dalam bentuk-bentuk
partisipasi politik, tidak harus selalu dilakukan oleh sekelompok orang, tetapi bisa juga
dilakukan oleh hanya satu orang.

Perilaku politik seseorang dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik yang
dilakukannya. Bentuk partisipasi politik dilihat dari segi kegiatan dibagi menjadi dua,
yaitu:

a. Partisipasi aktif

Bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi masukan dan keluaran suatu sistem
politik. Misalnya, kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakana
umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan
pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan,
membayar pajak, dan ikut srta dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan.

4
Ibid.,369

5
b. Partisipasi pasif

Bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi keluaran suatu sistem politik.
Misalnya, kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima, dan melaksanakan begitu
saja setiap keputusan pemerintah.5

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi politik


menjadi:

1. Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum,


mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif
atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu;
2. Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik
dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu;
3. Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku
anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan
oleh pemerintah;
4. Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan
dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan
5. Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok guna
mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik
manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta,
pembutuhan politik (assassination), revolusi dan pemberontakan.6

Ditingkat individu, secara lebih spesifik Milbrarth M.L. Goel mengidentifikasi tujuh
bentuk partisipasi politik individual :

No Bentuk Partisipasi Keterangan

1. Aphatetic Inactuves Tidak beraktifitas yang partisipatif, tidak pernah memilih.

2. Passive Supporters Memilih secara reguler/teratur, menghadiri parade patriatik,


membayar seluruh pajak, “mencintai negara”.

3. Contact Specialist Pejabat penghubung lokal (daerah), propinsi dan nasional dalam

5
Sudijono, Sastroadmojo, Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, 1995, hal. 74
6
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html,diakses7Juli2014

6
masalah-masalah tertentu.

4. Communicators Mengikuti informasi-informasi politik, terlibat dalam diskusi-


diskusi, menulis surat pada editor surat kabar, mengirim pesan-
pesan dukungan dan protes terhadap pemimpin-pemimpin politik.

5. Party and campign Bekerja untuk partai politik atau kandidat, meyakinkan orang lain
workers tentang bagaimana memilih, menghadiri pertemuan-pertemuan,
menyumbang uang pada partai politik atau kandidat, bergabung
dan mendukung partai politik, dipilih jadi kandidat partai politik.

6. Community activitis bekerja dengan orang lain berkaitan dengan masalah-masalah


lokal, membentuk kelompok untuk menangani problem-problem
lokal, keanggotaan aktif dalam organisasi-organisasi kemasyara-
katan, melakukan kontak terhadap pejabat-pejabat berkenan
dengan isu-isu sosial.

7. Protesters Bergabung dengan demonstrasi-demonstrasi publik di jalanan,


melakukan kerusuhan bila perlu, melakukan protes keras bila
pemerintah melakukan sesuatu yang salah, menghadapi
pertemuan-pertemuan protes, menolak mematuhi aturan-aturan.

Dari berbagai aktivitas-aktivitas ini, kita bisa melihat keberagaman aktivitas dalam
partisipasi politik. Dari hal yang paling sederhana hingga yang kompleks, dari bentuk-
bentuk yang mengedepankan kondisi damai sampai tindakan-tindakan kekerasan.
Namun seluruh aktivitas ini termasuk dalam kerangka partisipasi politik, setiap tindakan
yang berhadapan dengan pembuat dan pelaksana kebijakan, dan partisipan terlibat untuk
mempengaruhi jalannya proses tersebut agar sesuai kepentingan dan aspirasinya.7

Bila dilihat dari jumlah pelaku, partisipasi politik dapat dibedakan menjadi berikut:

a) Partisipasi individual, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh orang perorang


secara individual, misalnya menulis surat yang berisi tuntutan atau keluhan
kepada pemerintah.

7
http://tumija.wordpress.com/2009/07/31/budaya-politik/ diakses7juli2014

7
b) Partisipasi kolektif, yakni kegiatan politik yang dilakukan oleh sejumlah warga
negara secara serentak yang dimaksudkan untuk mempengaruhi penguasa.
Partisipasi kolektif ini di bagi lagi menjadi dua, yaitu konvensional dan non-
konvensional.

Tur Wahyudin (2008), membagi bentuk partisipasi politik berdasarkan tipe


masyarakatnya seperti berikut ini:

a. Masyarakat Primitif, dalam masyarakat primitif, kehidupan politik cenderung


erat terintegrasi dengan kegiatan masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu,
partisipasi politik pada masyarakat ini cenderung tinggi dan mungkin sulit untuk
membedakannya dari kegiatan yang lain.
b. Masyarakat Berkembang, dalam masyarakat berkembang, karena adanya
kombinasi dari institusi dan pengaruh modern dan tradisional, partisipasi
umumnya dibatasi oleh faktor-faktor seperti tingkatan melek huruf dan masalah
umum. Oleh karenanya, partisipasi dalam masyarakat ini dalam beberapa bentuk
cenderung sangat tinggi, dan yang lainnya cenderung sangat rendah.
c. Masyarakat Totaliter, salah satu karakteristik paling penting dari masyarakat
totaliter adalah bahwa mereka berusaha mengontrol partisipasi dalam proses
politik pada semua tingkatan.

2.3 Tingkatan Partisipasi Politik


Identifikasi bentuk-bentuk kegiatan partisipasi politik, ternyata tidak cukup untuk
menjelaskan bobot dari masing-masing kegiatan tersebut. Hal ini dibutuhkan guna
menjelaskan keterlibatan seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk-bentuk
praktik partisipasi politik, bisa diukur dari segi efektivitasnya. Hal ini berkenaan dengan
defenisi inti seperti yang dikemukakan Huntington dan Nelson, yaitu berkenaan dengan
pengaruh kegiatan partisipasi politik terhadap proses politik yang dilakukan pemerintah.

Untuk menganalisis tingkat-tingkat partisipasi politik, mereka mengajukan dua


kriteria penjelas. Pertama, dilihat dari ruang lingkup atau proporsi dari suatu kategori
warga negara yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan partisipasi politik. Kedua,

8
intensitasnya, atau ukuran, lamanya, dan arti penting dari kegiatan khusus itu bagi
sistem politik

Hubungan antara dua kriteria ini, cenderung diwujudkan dalam hubungan


“berbanding balik”. Lingkup partisipasi politik yang besar biasanya terjadi dalam
intensitas yang kecil atau rendah, misal partisipasi dalam pemilihan umum. Sebaliknya
jika lingkup partisipasi politik rendah atau kecil, maka intensitasnya semakin tinggi.
Contoh, kegiatan aktivis-atktivis partai politik, pejabat partai politik, kelompok-
kelompok penekan. Jadi dalam hal ini, terjadi hubungan, “semakin luas ruang lingkup
partisipasi politik maka semakin rendah atau kecil intensitasnya, dan sebaliknya
semakin kecil ruang lingkup partisipasi politik, maka intensitasnya semakin
tinggi”.

 Tingkatan Partisipasi Politik


1. Pejabat, Partai sepenuh, Waktu. Pemimpin partai/kelompok kepentingan (Aktivis)
2. Petugas kampanye. Anggota aktif dari partai/kelompok kepentingan dalam proyek-
proyek sosial (Partisipan)
3. Menghadiri rapat umum anggota partai/kelompok kepentingan, membicarakan
masalah politik, mengikuti perkembangan politik melalui media massa,
memberikan suara dalam pemilu
4. Orang-orang yang apolitis

 Tingkatan partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson, Rush dan


Althoff .
1. Menduduki jabatan politik atau administratif
2. Mencari jabatan politik atau administratif
3. Keanggotaan aktif suatu organisasi politik
4. Keanggotaan pasif suatu organisasi politik
5. Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi-political)
6. Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi-political)
7. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya
8. Partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam bidang politik

9
9. Voting (pemberian suara)

Tingkatan partisipasi politik, mencerminkan kapasistas partisipan dalam


berpartisipasi politik. Semakin tinggi tingkatan yang ditempati, maka semakin tinggi
pula tingkatan partisipasi politiknya. Dalam lingkup partisipasi politiknya, jika semakin
tinggi maka semakin sedikit (semakin mengerucut pada jumlah tertentu).

Voting merupakan tingkatan partisipasi politik terendah, yang membedakan satu


tingkat di atas orang yang apatis total, sementara di atasnya terdapat orang atau
sekelompok orang yang sering terlibat dalam diskusi-diskusi politik informal, yang
proporsinya lebih rendah, namun intensitasnya lebih tinggi.

2.4 Faktor Pendukung Partisipasi Politik


a. Pendidikan politik
Menurut Ramdlon Naning, pendidikan politik adalah usaha untuk
memasyarakatkan politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat,
meningkatkan kesadaran setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; serta meningkatkan kepekaan dan kesadaran rakyat terhadap hak, kewajiban,
dan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara.

b. Kesadaran politik

Menurut Drs.M. Taupan,Kesadaran politik adalah suatu proses batin yang


menampakkan keinsafan dari setiap warga negara akan urgensi kenegaraan dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara, kesadaran politik atau keinsafan hidup bernegara
menjadi penting dalam kehidupan kenegaraan, mengingat tugas-tugas negara bersifat
menyeluruh dan kompleks sehingga tanpa dukungan positif dari seluruh warga
masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang terbengkelai.

c. Sosialisasi politik

Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses


dengan jalan mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada

10
politik. adapun alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi
politik. antara lain:

 keluarga(family)
 sekolah
 partai politik8

2.5 Faktor Penghambat Partisipasi Politik


Ada banyak orang yang tidak berpartisipasi dalam politik, hal ini disebabkan oleh
beberapa hal antara lain;

1. Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak punya
perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.
2. Sinisme menurut Agger diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk dari
manusia”, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang kotor,
tidak dapat dipercaya, dan menganggap partisipasi politik dalam bentuk apa pun
sia-sia dan tidak ada hasilnya.
3. Alienasi menurut Lane sebagai perasaan keterasingan seseorang dari politik dan
pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berpikir mengenai pemerintahan
dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk oranng lain tidak adil.
4. Anomie, yang oleh Lane diungkapkan sebagai suatu perasaan kehidupan nilai
dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami perasaan
ketidakefektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduli yang
mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk
bertindak.9

8
http://wayanpolitik.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-partisipasi.html,diakses7juli2014

9
Michael Rush dan Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT Rajawali, 1989, hal. 131

11
2.6 Fungsi Partisipasi Politik
Sebagai suatu tindakan atau aktivitas, baik secara individualmaupun kelompok,
partisipasi politik memiliki beberapa fungsi. Robert Lane (Rush dan Althoff, 2005)
dalam studinya tentang keterlibatan politik , menemukan empat fungsi partisipasi politik
bagi individu-individu.

1. Sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomis.


2. Sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian sosial.
3. Sebagai saran untuk mengejar nilai-nilai khusus.
4. Sebagai sarana untuk memenuhi keutuhan alam bawah sadar dan kebutuhan
psikologis tertentu.

Dari sisi lain, Arbit Sanit (Sastroatmodjo, 1995) memandang ada tiga fungsi
partisipasi politik.

1. Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuknya


beserta sistem politik yang dibentuknya.
2. Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan pemerintahan
3. Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya sehingga
kemudian diharapkan terjadi perubahan struktural dalam pemerintahan dan
dalam sistem politik, misalnya melalui pemogokan, hura-hura dan kudeta.

Partisipasi politik juga mempunyai fungsi bagi kepentingan pemerintahan. Untuk


kepentingan pemerintahan, partisipasi politik mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Untuk mendorong program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa peran


serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan program
pemerintah.
2. Sebagai institusi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan
bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan pembangunan.
3. Sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran dan kritik terhadap
pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program
pembanngunan.10

10
Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka Setia hlm67

12
2.7 Manfaat Partisipasi Politik
Manfaat partisipasi politik menurut beberapa ahli:
1) Menurut Robert Lane;
 sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomi
 sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhn bagi penyesuaian sosial
 sebagai sarana mengejar niai-nilai khusus.
 sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alam bawah sadar dan
kebutuhan psikologis tertentu.
2) Menurut Arbi Sanit;
 Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuknya
beserta sistem politik yang dibentuknya.
 Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan pemerintah
 Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya
sehingga diharapkan terjadi perubahan struktural dalam pemerintahan dan
dalam sistem politik

 Manfaat Partisipasi Politik bagi Pemerintah:


a) Mendorong program-program pemerintah
b) Sebagai institusi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan
bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meninngkatkan pembangunan.
c) Sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran dan kritik terhadap
pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan program-proram
pembangunan

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Partisipasi politik adalah hal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan, dengan
berpartispasi dalam politik kita bisa mengubah dan mempengaruhi suatu kebijakan
pemerintah, selain itu dengan berpartisipasi dalam politik kita telah melaksanakan
kewajiban kita sebagai warga negara, demi mewujudkan kehidupan yang leih baik
Tanpa adanya partisipasi politik maka negara akan menjadi suatu negara yang
otoriter dimana penguasalah yang akan menentukan segaa sesuatunya tanpa boleh satu
orangpun untuk mengubah ataupun menentang keputusan penguasa.

3.2 Saran
Menyadarkan kepada masyarakat bagaimana pentingnya partisipasi politik dan
manfaat dari partisipasi politik bagi kehidupan bernegara. Ini dapat dilakukan melaui
pendidikan sosialisasi politik kepada masyarakat itu sendiri, sehingga dengan ini kita
bisa menimbulkan kesadaran pada diri masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rush, Michael dan Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Penerbit PT Rajawali. Jakarta
1989
Budiarjo,Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Penerbit Gramedia.Jakarta.2008
Sastrodmojo,Sudijono. Perilaku Politik. Penerbit Semarang pres.Semarang.1995
http://wayanpolitik.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-partisipasi.html
diakses7juli2014
http://tumija.wordpress.com/2009/07/31/budaya-politik/ diakses7juli2014
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html,diakses7Juli2014
Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka Setia

15

Anda mungkin juga menyukai