PENDAHULUAN
Dalam ilmu politik, dikenal adanya konsep partisipasi politik untuk memberi
gambaran apa dan bagaimana tentang partisipasi politik. Dalam perkembangannya,
masalah partisipasi politik menjadi begitu penting, terutama saat mengemukakannya
tradisi pendekatan behavioral (perilaku) dan Post Behavioral (pasca tingkah laku).
Kajian-kajian partisipasi politik terutama banyak dilakukan di negara-negara
berkembang, yang pada umumnya kondisi partisipasi politiknya masih dalam tahap
pertumbuhan
Dengan itu, maka kita mengetahui bahwa partisipasi politik itu merupakan suatu
hal yang bersifat suka rela terhadap masyarakat yang aktif dalam perpolitikan ini. Disini
dapat kita lihat bahwa masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan untuk ikut serta
dalam menentukan keputusan yang menyangkut keputusan bersama (umum). Oleh
karena itu di dalam mengambil keputusan dibutuhkannya kerja sama antara partai
politik dan masyarakat untuk memberikan keputusan yang baik dalam perpolitikan bagi
negaranya.
1
ditawarkan oleh partai politik kepada warga negaranya adalah kegiatan kampanye,
mencari dana bagi partai, memilih pemimpin, demonstrasi, dan debat politik. Dalam
kegiatan partai politik ini untuk memberikan pendidikan politik dapat dilakukan denga
cara mengadakan kegiatan kampanye, mencari dana bagi partai, memilih pemimpin,
demonstrasi, dan debat politik. Dengan itu maka masyarakat pun mendapatkan
pendidikan politik yang seharusnya didapatkan oleh masyarakat tersebut
1.3 Tujuan
1. Untuk melengkapi tugas ujian tengah semester pendek pengantar ilmu politik
2. Menjelaskan bagaimana partisipasi politik
2
BAB 2
PEMBAHASAN
1
Miriam Budiarjo,dasar-dasar ilmu politik,(Jakarta:Gramedia,2008)hlm.367
3
2. Kevin R. Hardwic, partisipasi politik memberi perhatian cara-cara warga negara
berupaya menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka terhadap pejabat-
pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan-kepentingan tersebut.
3. Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari
warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses
pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses
pembentukan kebijakan umum2
4. Ramlan Surbakti partisipasi politik adalah keikut sertaan warga negara biasa
dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau memengaruhi hidupnya.
Sesuai dengan istilah partisipasi (politik) berarti keikutsertaan warga negara
biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam memengaruhi proses
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
5. Wahyudi Kumorotomo mengatakan, Partisipasi adalah berbagai corak tindakan
massa maupun individual yang memperlihatkan adanya hubungan timbale balik
antara pemerintah dan warganya.
Partisipasi politik adalah bagian penting dalam kehidupan politik semua negara,
terutama bagi negara yang mmenyebut dirinya sebagai negara demokrasi, partisipasi
politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara baru bisa disebut
sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa memberi kesempatan yang
seluas-luasnya kepada warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik,
sebaliknya warga negara yang bersangkutan juga harus memperlihatkan tingkat
partisipasi politik yang cukup tinnggi. Jika tidak, maka kadar kedemokratisan negara
tersebut masih diragukan
Partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin
sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam
2
Ibid.
3
Miriam Budiarjo,dasar-dasar ilmu politik,(Jakarta:Gramedia,2008)hlm.368
4
penyelenggaraan pemerintah. Di negara-negara demokrasi umumnya dianggap baha
lebih banyak partisipasi masyarakat maka lebih baik, sebaliknya tingkat partisipasi yang
rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat
ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah
kenegaraan.4
Masalah partisipasi politik bukan hanya menyangkut watak atau sifat dari
pemerintahan negara, melainkan sifat, watak atau karakter masyarakat suatu negara dan
berpengaruh yang ditimbulkannya.
Perilaku politik seseorang dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik yang
dilakukannya. Bentuk partisipasi politik dilihat dari segi kegiatan dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Partisipasi aktif
Bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi masukan dan keluaran suatu sistem
politik. Misalnya, kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakana
umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan
pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan,
membayar pajak, dan ikut srta dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan.
4
Ibid.,369
5
b. Partisipasi pasif
Bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi keluaran suatu sistem politik.
Misalnya, kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima, dan melaksanakan begitu
saja setiap keputusan pemerintah.5
Ditingkat individu, secara lebih spesifik Milbrarth M.L. Goel mengidentifikasi tujuh
bentuk partisipasi politik individual :
3. Contact Specialist Pejabat penghubung lokal (daerah), propinsi dan nasional dalam
5
Sudijono, Sastroadmojo, Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, 1995, hal. 74
6
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html,diakses7Juli2014
6
masalah-masalah tertentu.
5. Party and campign Bekerja untuk partai politik atau kandidat, meyakinkan orang lain
workers tentang bagaimana memilih, menghadiri pertemuan-pertemuan,
menyumbang uang pada partai politik atau kandidat, bergabung
dan mendukung partai politik, dipilih jadi kandidat partai politik.
Dari berbagai aktivitas-aktivitas ini, kita bisa melihat keberagaman aktivitas dalam
partisipasi politik. Dari hal yang paling sederhana hingga yang kompleks, dari bentuk-
bentuk yang mengedepankan kondisi damai sampai tindakan-tindakan kekerasan.
Namun seluruh aktivitas ini termasuk dalam kerangka partisipasi politik, setiap tindakan
yang berhadapan dengan pembuat dan pelaksana kebijakan, dan partisipan terlibat untuk
mempengaruhi jalannya proses tersebut agar sesuai kepentingan dan aspirasinya.7
Bila dilihat dari jumlah pelaku, partisipasi politik dapat dibedakan menjadi berikut:
7
http://tumija.wordpress.com/2009/07/31/budaya-politik/ diakses7juli2014
7
b) Partisipasi kolektif, yakni kegiatan politik yang dilakukan oleh sejumlah warga
negara secara serentak yang dimaksudkan untuk mempengaruhi penguasa.
Partisipasi kolektif ini di bagi lagi menjadi dua, yaitu konvensional dan non-
konvensional.
8
intensitasnya, atau ukuran, lamanya, dan arti penting dari kegiatan khusus itu bagi
sistem politik
9
9. Voting (pemberian suara)
b. Kesadaran politik
c. Sosialisasi politik
10
politik. adapun alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi
politik. antara lain:
keluarga(family)
sekolah
partai politik8
1. Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak punya
perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.
2. Sinisme menurut Agger diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk dari
manusia”, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang kotor,
tidak dapat dipercaya, dan menganggap partisipasi politik dalam bentuk apa pun
sia-sia dan tidak ada hasilnya.
3. Alienasi menurut Lane sebagai perasaan keterasingan seseorang dari politik dan
pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berpikir mengenai pemerintahan
dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk oranng lain tidak adil.
4. Anomie, yang oleh Lane diungkapkan sebagai suatu perasaan kehidupan nilai
dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami perasaan
ketidakefektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduli yang
mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk
bertindak.9
8
http://wayanpolitik.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-partisipasi.html,diakses7juli2014
9
Michael Rush dan Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT Rajawali, 1989, hal. 131
11
2.6 Fungsi Partisipasi Politik
Sebagai suatu tindakan atau aktivitas, baik secara individualmaupun kelompok,
partisipasi politik memiliki beberapa fungsi. Robert Lane (Rush dan Althoff, 2005)
dalam studinya tentang keterlibatan politik , menemukan empat fungsi partisipasi politik
bagi individu-individu.
Dari sisi lain, Arbit Sanit (Sastroatmodjo, 1995) memandang ada tiga fungsi
partisipasi politik.
10
Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka Setia hlm67
12
2.7 Manfaat Partisipasi Politik
Manfaat partisipasi politik menurut beberapa ahli:
1) Menurut Robert Lane;
sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomi
sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhn bagi penyesuaian sosial
sebagai sarana mengejar niai-nilai khusus.
sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alam bawah sadar dan
kebutuhan psikologis tertentu.
2) Menurut Arbi Sanit;
Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuknya
beserta sistem politik yang dibentuknya.
Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan pemerintah
Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya
sehingga diharapkan terjadi perubahan struktural dalam pemerintahan dan
dalam sistem politik
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Partisipasi politik adalah hal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan, dengan
berpartispasi dalam politik kita bisa mengubah dan mempengaruhi suatu kebijakan
pemerintah, selain itu dengan berpartisipasi dalam politik kita telah melaksanakan
kewajiban kita sebagai warga negara, demi mewujudkan kehidupan yang leih baik
Tanpa adanya partisipasi politik maka negara akan menjadi suatu negara yang
otoriter dimana penguasalah yang akan menentukan segaa sesuatunya tanpa boleh satu
orangpun untuk mengubah ataupun menentang keputusan penguasa.
3.2 Saran
Menyadarkan kepada masyarakat bagaimana pentingnya partisipasi politik dan
manfaat dari partisipasi politik bagi kehidupan bernegara. Ini dapat dilakukan melaui
pendidikan sosialisasi politik kepada masyarakat itu sendiri, sehingga dengan ini kita
bisa menimbulkan kesadaran pada diri masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Rush, Michael dan Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Penerbit PT Rajawali. Jakarta
1989
Budiarjo,Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Penerbit Gramedia.Jakarta.2008
Sastrodmojo,Sudijono. Perilaku Politik. Penerbit Semarang pres.Semarang.1995
http://wayanpolitik.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-partisipasi.html
diakses7juli2014
http://tumija.wordpress.com/2009/07/31/budaya-politik/ diakses7juli2014
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html,diakses7Juli2014
Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka Setia
15