Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PARTISIPASI POLITIK
OTONOMO DAN MOBILISASI

Disusun Oleh:
Nama : SIMON PETRUS GOLVAR MOMO
NIM : 2021910245
Fakultas : FISIP
Prodi : SOSIOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG (UMS)


TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu politik, dikenal adanya konsep partisipasi politik untuk


memberi gambaran apa dan bagaimana tentang partisipasi politik. Dalam
perkembangannya, masalah partisipasi politik menjadi begitu penting, terutama
saat mengemukanya tradisi pendekatan behavioral (perilaku) dan Post Behavioral
(pasca tingkah laku). Kajian-kajian partisipasi politik terutama banyak dilakukan
di negara-negara berkembang, yang pada umumnya kondisi partisipasi politiknya
masih dalam tahap pertumbuhan

Partisipasi politik merupakan aktifitas masyarakat yang bertujuan untuk


mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan orang
dalam posisinya sebagai warga Negara, bukan politikus atau pegawai negeri.
Partisipasi politik ini pun bersifat sukarela dan bukan dimobilisasi oleh Negara
maupun partai yang berkuasa (Basri, 2011: 97).

Dengan itu, maka kita mengetahui bahwa partisipasi politik itu merupakan
suatu hal yang bersifat suka rela terhadap masyarakat yang aktif dalam
perpolitikan ini. Disini dapat kita lihat bahwa masyarakat sebagai subjek dalam
pembangunan untuk ikut serta dalam menentukan keputusan yang menyangkut
keputusan bersama (umum). Oleh karena itu di dalam mengambil keputusan
dibutuhkannya kerja sama antara partai politik dan masyarakat untuk memberikan
keputusan yang baik dalam perpolitikan bagi negaranya.

Dalam memberikan pengetahuan mengenai politik, selain partai politik,


sekolah dan keluarga, maka perang partai politik lah yang harus lebih di utamakan
dalam memberikan pendidikan tersebut. Karena partai politik merupakan
organisasi yang beroperasi dalam sistem perpolitikan. Salah satu fungsi partai
politik adalah fungsi partisipasi pilitik, dimana fungsi partisipasi adalah fungsi
partai politik untuk membawa warga Negara agar aktif dalam kegiatan

1
perpolitikan. Jenis partisipasi politik yang ditawarkan oleh partai politik kepada
warga negaranya adalah kegiatan kampanye, mencari dana bagi partai, memilih
pemimpin, demonstrasi, dan debat politik. Dalam kegiatan partai politik ini untuk
memberikan pendidikan politik dapat dilakukan denga cara mengadakan kegiatan
kampanye, mencari dana bagi partai, memilih pemimpin, demonstrasi, dan debat
politik. Dengan itu maka masyarakat pun mendapatkan pendidikan politik yang
seharusnya didapatkan oleh masyarakat tersebut

1.2 Rumusan Masalah

Dalam pembahasan materi mengenai “Partisipasi Politik” kami


mengangkat rumusan masalah yaitu:
a. Bagaimana konsep partisipasi politik?
b. Apa sajakah bentuk-bentuk partisipasi politik?
c. Apa sajakah tingkatan partisipasi politik?
d. Apa sajakah faktor pendukung partisipasi politik?
e. Apa sajakah faktor penghambat partisipasi politik?
f. Apa sajakah fungsi pasrtisipasi politik?
g. Bagaimanakah manfaat dari partisipasi politik?

1.3 Tujuan

1. Untuk melengkapi tugas ujian tengah semester pendek pengantar ilmu


politik

2. Menjelaskan bagaimana partisipasi politik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Partisipasi Politik


Dalam ilmu politik, dikenal adanya konsep partisipasi politik untuk memberi
gambaran apa dan bagaimana tentang partisipasi politik. Dalam
perkembangannya, masalah partisipasi politik menjadi begitu penting, terutama
saat mengemukanya tradisi pendekatan behavioral (perilaku) dan Post Behavioral
(pasca tingkah laku). Kajian-kajian partisipasi politik terutama banyak dilakukan
di negara-negara berkembang, yang pada umumnya kondisi partisipasi politiknya
masih dalam tahap pertumbuhan.
Sebelum mendefinisikan partisipasi politik secara komprehensif, terlebih
dahulu mendefinisikan secara kosa kata. Ada dua kosa kata yaitu partisipasi dan
politik. Partisipasi adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan;
keikutsertaan; peran serta, Miriam Budiardjo mengatakan bahwa Politik adalah
usaha menggapai kehidupan yang baik. Politik sangat erat kaitannya dengan
masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik dan alokasi atau
distribusi
Partisipasi berasal dari bahsa latin, yaitu pars yang artinya bagian dan capere
(sipasi) yang artinya memangambil. Bila dihubungkan “berarti mengambil
bagian”. Dalam bahasa Inggris, participale atau participation berarti mengambil
bagian atau mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik suatu negara.
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih
pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi
kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti
memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan
hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota

3
parlemen, menjadi anggota partai salah satu gerakan sosial dengan direct
actionnya dan sebagainya.1

Pengertian partisipasi menurut para ahli

1. Michael Rush Philip Althoff, partisipasi politik adalah keterlibatan


individu sampai macam-macam tingkatan di dalam sistem politik.
2. Kevin R. Hardwic, partisipasi politik memberi perhatian cara-cara warga
negara berupaya menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka
terhadap pejabat-pejabat publik agar mampu mewujudkan kepentingan-
kepentingan tersebut.
3. Herbert McClosky, partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela
dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung,
dalam proses pembentukan kebijakan umum2
4. Ramlan Surbakti partisipasi politik adalah keikut sertaan warga negara
biasa dalam menentukan segala keputusan menyangkut atau memengaruhi
hidupnya. Sesuai dengan istilah partisipasi (politik) berarti keikutsertaan
warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam
memengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
5. Wahyudi Kumorotomo mengatakan, Partisipasi adalah berbagai corak
tindakan massa maupun individual yang memperlihatkan adanya
hubungan timbale balik antara pemerintah dan warganya.

Partisipasi politik adalah bagian penting dalam kehidupan politik semua


negara, terutama bagi negara yang mmenyebut dirinya sebagai negara demokrasi,
partisipasi politik merupakan salah satu indikator utama. Artinya, suatu negara
baru bisa disebut sebagai negara demokrasi jika pemerintah yang berkuasa
memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk
berpartisipasi dalam kegiatan politik, sebaliknya warga negara yang bersangkutan

1
Miriam Budiarjo,dasar-dasar ilmu politik,(Jakarta:Gramedia,2008)hlm.367
2
Ibid.

4
juga harus memperlihatkan tingkat partisipasi politik yang cukup tinnggi. Jika
tidak, maka kadar kedemokratisan negara tersebut masih diragukan

Di negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham


bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan
bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depam masyarakat itu dan
untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan.3

Partisipasi politik erat sekali kaitannya dengan kesadaran politik, karena


semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak
bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah. Di negara-negara demokrasi
umumnya dianggap baha lebih banyak partisipasi masyarakat maka lebih baik,
sebaliknya tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda
yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh
perhatian terhadap masalah kenegaraan.4

Masalah partisipasi politik bukan hanya menyangkut watak atau sifat dari
pemerintahan negara, melainkan sifat, watak atau karakter masyarakat suatu
negara dan berpengaruh yang ditimbulkannya.

2.2 Bentuk-Bentuk Partisipasi

Dalam tataran praktis, partisipasi politik bisa muncul dalam beberapa


bentuk. Setiap bentuk-bentuk partisipasi politik akan berisikan gaya, tuntunan,
pelaku dan sampai pada tindakan-tindakan yang dilakukan warga negara dalam
konteks politik. Selain itu juga berkanaan denganjumlah orang yang terlibat dalam
bentuk-bentuk partisipasi politik, tidak harus selalu dilakukan oleh sekelompok
orang, tetapi bisa juga dilakukan oleh hanya satu orang.

Perilaku politik seseorang dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik yang
dilakukannya. Bentuk partisipasi politik dilihat dari segi kegiatan dibagi menjadi
dua, yaitu:

a. Partisipasi aktif

3
Miriam Budiarjo,dasar-dasar ilmu politik,(Jakarta:Gramedia,2008)hlm.368
4
Ibid.,369

5
bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi masukan dan keluaran suatu
sistem politik. Misalnya, kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu
kebijakana umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan
kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan
kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut srta dalam kegiatan pemilihan pimpinan
pemerintahan.

b. Partisipasi pasif

Bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi keluaran suatu sistem


politik. Misalnya, kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima, dan
melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.5

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi bentuk-bentuk partisipasi


politik menjadi:

1. Kegiatan Pemilihan – yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan


umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi
calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha
mempengaruhi hasil pemilu;
2. Lobby – yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan
politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu
isu;
3. Kegiatan Organisasi – yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik
selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah;
4. Contacting – yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun
jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi
keputusan mereka, dan
5. Tindakan Kekerasan (violence) – yaitu tindakan individu atau kelompok
guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan
kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara,

5
Sudijono, Sastroadmojo, Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, 1995, hal. 74

6
teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan
pemberontakan.6

Ditingkat individu, secara lebih spesifik Milbrarth M.L. Goel mengidentifikasi


tujuh bentuk partisipasi politik individual :

No Bentuk Partisipasi Keterangan

1. Aphatetic Inactuves Tidak beraktifitas yang partisipatif, tidak pernah memilih.

2. Passive Supporters Memilih secara reguler/teratur, menghadiri parade


patriatik, membayar seluruh pajak, “mencintai negara”.

3. Contact Specialist Pejabat penghubung lokal (daerah), propinsi dan nasional


dalam masalah-masalah tertentu.

4. Communicators Mengikuti informasi-informasi politik, terlibat dalam


diskusi-diskusi, menulis surat pada editor surat kabar,
mengirim pesan-pesan dukungan dan protes terhadap
pemimpin-pemimpin politik.

5. Party and campign Bekerja untuk partai politik atau kandidat, meyakinkan
workers orang lain tentang bagaimana memilih, menghadiri
pertemuan-pertemuan, menyumbang uang pada partai
politik atau kandidat, bergabung dan mendukung partai
politik, dipilih jadi kandidat partai politik.

6. Community activitis bekerja dengan orang lain berkaitan dengan masalah-


masalah lokal, membentuk kelompok untuk menangani
problem-problem lokal, keanggotaan aktif dalam
organisasi-organisasi kemasyara-katan, melakukan kontak
terhadap pejabat-pejabat berkenan dengan isu-isu sosial.

7. Protesters Bergabung dengan demonstrasi-demonstrasi publik di


jalanan, melakukan kerusuhan bila perlu, melakukan
protes keras bila pemerintah melakukan sesuatu yang
salah, menghadapi pertemuan-pertemuan protes, menolak
mematuhi aturan-aturan.

Dari berbagai aktivitas-aktivitas ini, kita bisa melihat keberagaman aktivitas


dalam partisipasi politik. Dari hal yang paling sederhana hingga yang kompleks,
dari bentuk-bentuk yang mengedepankan kondisi damai sampai tindakan-tindakan
6
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html,diakses7Juli2014

7
kekerasan. Namun seluruh aktivitas ini termasuk dalam kerangka partisipasi
politik, setiap tindakan yang berhadapan dengan pembuat dan pelaksana
kebijakan, dan partisipan terlibat untuk mempengaruhi jalannya proses tersebut
agar sesuai kepentingan dan aspirasinya.7

Bila dilihat dari jumlah pelaku, partisipasi politik dapat dibedakan menjadi
berikut:

a. Partisipasi individual, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh orang perorang


secara individual, misalnya menulis surat yang berisi tuntutan atau keluhan
kepada pemerintah.

b. Partisipasi kolektif, yakni kegiatan politik yang dilakukan oleh sejumlah warga
negara secara serentak yang dimaksudkan untuk mempengaruhi penguasa.
Partisipasi kolektif ini di bagi lagi menjadi dua, yaitu konvensional dan non-
konvensional.

Tur Wahyudin (2008), membagi bentuk partisipasi politik berdasarkan tipe


masyarakatnya seperti berikut ini:

a. Masyarakat Primitif, dalam masyarakat primitif, kehidupan politik cenderung


erat terintegrasi dengan kegiatan masyarakat pada umumnya. Oleh sebab itu,
partisipasi politik pada masyarakat ini cenderung tinggi dan mungkin sulit untuk
membedakannya dari kegiatan yang lain.

b. Masyarakat Berkembang, dalam masyarakat berkembang, karena adanya


kombinasi dari institusi dan pengaruh modern dan tradisional, partisipasi
umumnya dibatasi oleh faktor-faktor seperti tingkatan melek huruf dan masalah
umum. Oleh karenanya, partisipasi dalam masyarakat ini dalam beberapa bentuk
cenderung sangat tinggi, dan yang lainnya cenderung sangat rendah.

c. Masyarakat Totaliter, salah satu karakteristik paling penting dari masyarakat


totaliter adalah bahwa mereka berusaha mengontrol partisipasi dalam proses
politik pada semua tingkatan.

7
http://tumija.wordpress.com/2009/07/31/budaya-politik/ diakses7juli2014

8
2.3 Tingkatan Partisipasi Politik

Identifikasi bentuk-bentuk kegiatan partisipasi politik, ternyata tidak


cukup untuk menjelaskan bobot dari masing-masing kegiatan tersebut. Hal ini
dibutuhkan guna menjelaskan keterlibatan seseorang atau sekelompok orang
dalam bentuk-bentuk praktik partisipasi politik, bisa diukur dari segi
efektivitasnya. Hal ini berkenaan dengan defenisi inti seperti yang dikemukakan
Huntington dan Nelson, yaitu berkenaan dengan pengaruh kegiatan partisipasi
politik terhadap proses politik yang dilakukan pemerintah.

Untuk menganalisis tingkat-tingkat partisipasi politik, mereka mengajukan


dua kriteria penjelas. Pertama, dilihat dari ruang lingkup atau proporsi dari suatu
kategori warga negara yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan partisipasi
politik. Kedua, intensitasnya, atau ukuran, lamanya, dan arti penting dari kegiatan
khusus itu bagi sistem politik

Hubungan antara dua kriteria ini, cenderung diwujudkan dalam hubungan


“berbanding balik”. Lingkup partisipasi politik yang besar biasanya terjadi dalam
intensitas yang kecil atau rendah, misal partisipasi dalam pemilihan umum.
Sebaliknya jika lingkup partisipasi politik rendah atau kecil, maka intensitasnya
semakin tinggi. Contoh, kegiatan aktivis-atktivis partai politik, pejabat partai
politik, kelompok-kelompok penekan. Jadi dalam hal ini, terjadi hubungan,
“semakin luas ruang lingkup partisipasi politik maka semakin rendah atau kecil
intensitasnya, dan sebaliknya semakin kecil ruang lingkup partisipasi politik,
maka intensitasnya semakin tinggi”.

Tingkatan Partisipasi Politik

1. Pejabat, Partai sepenuh, Waktu. Pemimpin partai/kelompok kepentingan


(Aktivis)

2. Petugas kampanye. Anggota aktif dari partai/kelompok kepentingan dalam


proyek-proyek sosial (Partisipan)

9
3. Menghadiri rapat umum anggota partai/kelompok kepentingan, membicarakan
masalah politik, mengikuti perkembangan politik melalui media massa,
memberikan suara dalam pemilu

4. Orang-orang yang apolitis

Tingkatan partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson, Rush dan Althoff .

a. Menduduki jabatan politik atau administratif

b. Mencari jabatan politik atau administratif

c. Keanggotaan aktif suatu organisasi politik

d. Keanggotaan pasif suatu organisasi politik

e. Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi-political)

f. Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi-political)

g. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya

h. Partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam bidang politik

i. Voting (pemberian suara)

Tingkatan partisipasi politik, mencerminkan kapasistas partisipan dalam


berpartisipasi politik. Semakin tinggi tingkatan yang ditempati, maka semakin
tinggi pula tingkatan partisipasi politiknya. Dalam lingkup partisipasi politiknya,
jika semakin tinggi maka semakin sedikit (semakin mengerucut pada jumlah
tertentu).

Voting merupakan tingkatan partisipasi politik terendah, yang


membedakan satu tingkat di atas orang yang apatis total, sementara di atasnya
terdapat orang atau sekelompok orang yang sering terlibat dalam diskusi-diskusi
politik informal, yang proporsinya lebih rendah, namun intensitasnya lebih tinggi.

10
2.4 Faktor Pendukung partisipasi Politik

a. Pendidikan politik

menurut Ramdlon Naning, pendidikan politik adalah usaha untuk


memasyarakatkan politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat,
meningkatkan kesadaran setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara; serta meningkatkan kepekaan dan kesadaran rakyat terhadap hak,
kewajiban, dan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan negara.

b. Kesadaran politik

Menurut Drs.M. Taupan,Kesadaran politik adalah suatu proses batin yang


menampakkan keinsafan dari setiap warga negara akan urgensi kenegaraan dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara, kesadaran politik atau keinsafan hidup
bernegara menjadi penting dalam kehidupan kenegaraan, mengingat tugas-tugas
negara bersifat menyeluruh dan kompleks sehingga tanpa dukungan positif dari
seluruh warga masyarakat, tugas-tugas negara banyak yang terbengkelai.

c. Sosialisasi politik

Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


proses dengan jalan mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan
orientasi pada politik. adapun alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana
dalam sosialisasi politik. antara lain:

• keluarga(family)

• sekolah

• partai politik8

2.5 Faktor Penghambat Partisipasi Politik

Ada banyak orang yang tidak berpartisipasi dalam politik, hal ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain;

1. Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak
punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.
8
http://wayanpolitik.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-partisipasi.html,diakses7juli2014

11
2. Sinisme menurut Agger diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk dari
manusia”, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang kotor, tidak
dapat dipercaya, dan menganggap partisipasi politik dalam bentuk apa pun sia-sia
dan tidak ada hasilnya.

3. Alienasi menurut Lane sebagai perasaan keterasingan seseorang dari politik dan
pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berpikir mengenai pemerintahan
dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk oranng lain tidak adil.

4. Anomie, yang oleh Lane diungkapkan sebagai suatu perasaan kehidupan nilai
dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami perasaan
ketidakefektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduli yang
mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk
bertindak.9

2.6 Fungsi Partisipasi Politik

Sebagai suatu tindakan atau aktivitas, baik secara individualmaupun


kelompok, partisipasi politik memiliki beberapa fungsi. Robert Lane (Rush dan
Althoff, 2005) dalam studinya tentang keterlibatan politik , menemukan empat
fungsi partisipasi politik bagi individu-individu.

1. Sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomis.


2. Sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhan bagi penyesuaian
sosial.
3. Sebagai saran untuk mengejar nilai-nilai khusus.
4. Sebagai sarana untuk memenuhi keutuhan alam bawah sadar dan
kebutuhan psikologis tertentu.

Dari sisi lain, Arbit Sanit (Sastroatmodjo, 1995) memandang ada tiga fungsi
partisipasi politik.

1. Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang


dibentuknya beserta sistem politik yang dibentuknya.

9
Michael Rush dan Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT Rajawali, 1989, hal. 131

12
2. Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan
pemerintahan
3. Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya
sehingga kemudian diharapkan terjadi perubahan struktural dalam
pemerintahan dan dalam sistem politik, misalnya melalui pemogokan,
hura-hura dan kudeta.

Partisipasi politik juga mempunyai fungsi bagi kepentingan pemerintahan.


Untuk kepentingan pemerintahan, partisipasi politik mempunyai fungsi sebagai
berikut:

1. Untuk mendorong program-program pemerintah. Hal ini berarti bahwa


peran serta masyarakat diwujudkan untuk mendukung program politik dan
program pemerintah.
2. Sebagai institusi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk
masukan bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meningkatkan
pembangunan.
3. Sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran dan kritik terhadap
pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program
pembanngunan.10

2.7 Manfaat Partisipasi Politik

Manfaat partisipasi politik menurut beberapa ahli:

1) Menurut Robert Lane;

• sebagai sarana untuk mengejar kebutuhan ekonomi

• sebagai sarana untuk memuaskan suatu kebutuhn bagi penyesuaian sosial

• sebagai sarana mengejar niai-nilai khusus.

• sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alam bawah sadar dan kebutuhan
psikologis tertentu.

2) Menurut Arbi Sanit;


10
Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka Setia hlm67

13
• Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuknya
beserta sistem politik yang dibentuknya.

• Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan pemerintah

• Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya sehingga


diharapkan terjadi perubahan struktural dalam pemerintahan dan dalam sistem
politik

Manfaat Partisipasi Politik bagi Pemerintah:

a) Mendorong program-program pemerintah

b) Sebagai institusi yang menyuarakan kepentingan masyarakat untuk masukan


bagi pemerintah dalam mengarahkan dan meninngkatkan pembangunan.

c) Sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran dan kritik terhadap


pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan program-proram pembangunan

BAB III

14
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Partisipasi politik adalah hal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan,
dengan berpartispasi dalam politik kita bisa mengubah dan mempengaruhi suatu
kebijakan pemerintah, selain itu dengan berpartisipasi dalam politik kita telah
melaksanakan kewajiban kita sebagai warga negara, demi mewujudkan kehidupan
yang leih baik
Tanpa adanya partisipasi politik maka negara akan menjadi suatu negara
yang otoriter dimana penguasalah yang akan menentukan segaa sesuatunya tanpa
boleh satu orangpun untuk mengubah ataupun menentang keputusan penguasa.

3.2 Saran
Menyadarkan kepada masyarakat bagaimana pentingnya partisipasi politik dan
manfaat dari partisipasi politik bagi kehidupan bernegara. Ini dapat dilakukan
melaui pendidikan sosialisasi politik kepada masyarakat itu sendiri, sehingga
dengan ini kita bisa menimbulkan kesadaran pada diri masyarakat untuk
berpartisipasi dalam politik.

DAFTAR PUSTAKA

15
Rush, Michael dan Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Penerbit PT Rajawali.
Jakarta 1989

Budiarjo,Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Penerbit Gramedia.Jakarta.2008

Sastrodmojo,Sudijono. Perilaku Politik. Penerbit Semarang pres.Semarang.1995

http://wayanpolitik.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-partisipasi.html
diakses7juli2014

http://tumija.wordpress.com/2009/07/31/budaya-politik/ diakses7juli2014

http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html,diakses7Juli2014

Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka
Setia

16

Anda mungkin juga menyukai