PARTISIPASI POLITIK
OTONOMO DAN MOBILISASI
Disusun Oleh:
Nama : SIMON PETRUS GOLVAR MOMO
NIM : 2021910245
Fakultas : FISIP
Prodi : SOSIOLOGI
Dengan itu, maka kita mengetahui bahwa partisipasi politik itu merupakan
suatu hal yang bersifat suka rela terhadap masyarakat yang aktif dalam
perpolitikan ini. Disini dapat kita lihat bahwa masyarakat sebagai subjek dalam
pembangunan untuk ikut serta dalam menentukan keputusan yang menyangkut
keputusan bersama (umum). Oleh karena itu di dalam mengambil keputusan
dibutuhkannya kerja sama antara partai politik dan masyarakat untuk memberikan
keputusan yang baik dalam perpolitikan bagi negaranya.
1
perpolitikan. Jenis partisipasi politik yang ditawarkan oleh partai politik kepada
warga negaranya adalah kegiatan kampanye, mencari dana bagi partai, memilih
pemimpin, demonstrasi, dan debat politik. Dalam kegiatan partai politik ini untuk
memberikan pendidikan politik dapat dilakukan denga cara mengadakan kegiatan
kampanye, mencari dana bagi partai, memilih pemimpin, demonstrasi, dan debat
politik. Dengan itu maka masyarakat pun mendapatkan pendidikan politik yang
seharusnya didapatkan oleh masyarakat tersebut
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
parlemen, menjadi anggota partai salah satu gerakan sosial dengan direct
actionnya dan sebagainya.1
1
Miriam Budiarjo,dasar-dasar ilmu politik,(Jakarta:Gramedia,2008)hlm.367
2
Ibid.
4
juga harus memperlihatkan tingkat partisipasi politik yang cukup tinnggi. Jika
tidak, maka kadar kedemokratisan negara tersebut masih diragukan
Masalah partisipasi politik bukan hanya menyangkut watak atau sifat dari
pemerintahan negara, melainkan sifat, watak atau karakter masyarakat suatu
negara dan berpengaruh yang ditimbulkannya.
Perilaku politik seseorang dapat dilihat dari bentuk partisipasi politik yang
dilakukannya. Bentuk partisipasi politik dilihat dari segi kegiatan dibagi menjadi
dua, yaitu:
a. Partisipasi aktif
3
Miriam Budiarjo,dasar-dasar ilmu politik,(Jakarta:Gramedia,2008)hlm.368
4
Ibid.,369
5
bentuk partisipasi ini berorientasi kepada segi masukan dan keluaran suatu
sistem politik. Misalnya, kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu
kebijakana umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan
kebijakan pemerintah, mengajukan kritik dan saran perbaikan untuk meluruskan
kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut srta dalam kegiatan pemilihan pimpinan
pemerintahan.
b. Partisipasi pasif
5
Sudijono, Sastroadmojo, Perilaku Politik, IKIP Semarang Press, 1995, hal. 74
6
teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan
pemberontakan.6
5. Party and campign Bekerja untuk partai politik atau kandidat, meyakinkan
workers orang lain tentang bagaimana memilih, menghadiri
pertemuan-pertemuan, menyumbang uang pada partai
politik atau kandidat, bergabung dan mendukung partai
politik, dipilih jadi kandidat partai politik.
7
kekerasan. Namun seluruh aktivitas ini termasuk dalam kerangka partisipasi
politik, setiap tindakan yang berhadapan dengan pembuat dan pelaksana
kebijakan, dan partisipan terlibat untuk mempengaruhi jalannya proses tersebut
agar sesuai kepentingan dan aspirasinya.7
Bila dilihat dari jumlah pelaku, partisipasi politik dapat dibedakan menjadi
berikut:
b. Partisipasi kolektif, yakni kegiatan politik yang dilakukan oleh sejumlah warga
negara secara serentak yang dimaksudkan untuk mempengaruhi penguasa.
Partisipasi kolektif ini di bagi lagi menjadi dua, yaitu konvensional dan non-
konvensional.
7
http://tumija.wordpress.com/2009/07/31/budaya-politik/ diakses7juli2014
8
2.3 Tingkatan Partisipasi Politik
9
3. Menghadiri rapat umum anggota partai/kelompok kepentingan, membicarakan
masalah politik, mengikuti perkembangan politik melalui media massa,
memberikan suara dalam pemilu
Tingkatan partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson, Rush dan Althoff .
h. Partisipasi dalam diskusi politik informal minat umum dalam bidang politik
10
2.4 Faktor Pendukung partisipasi Politik
a. Pendidikan politik
b. Kesadaran politik
c. Sosialisasi politik
• keluarga(family)
• sekolah
• partai politik8
Ada banyak orang yang tidak berpartisipasi dalam politik, hal ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain;
1. Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak
punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.
8
http://wayanpolitik.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-partisipasi.html,diakses7juli2014
11
2. Sinisme menurut Agger diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk dari
manusia”, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang kotor, tidak
dapat dipercaya, dan menganggap partisipasi politik dalam bentuk apa pun sia-sia
dan tidak ada hasilnya.
3. Alienasi menurut Lane sebagai perasaan keterasingan seseorang dari politik dan
pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berpikir mengenai pemerintahan
dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk oranng lain tidak adil.
4. Anomie, yang oleh Lane diungkapkan sebagai suatu perasaan kehidupan nilai
dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami perasaan
ketidakefektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduli yang
mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk
bertindak.9
Dari sisi lain, Arbit Sanit (Sastroatmodjo, 1995) memandang ada tiga fungsi
partisipasi politik.
9
Michael Rush dan Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : PT Rajawali, 1989, hal. 131
12
2. Sebagai usaha untuk menunjukkan kelemahan dan kekurangan
pemerintahan
3. Sebagai tantangan terhadap penguasa dengan maksud menjatuhkannya
sehingga kemudian diharapkan terjadi perubahan struktural dalam
pemerintahan dan dalam sistem politik, misalnya melalui pemogokan,
hura-hura dan kudeta.
• sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan alam bawah sadar dan kebutuhan
psikologis tertentu.
13
• Memberikan dukungan kepada penguasa dan pemerintah yang dibentuknya
beserta sistem politik yang dibentuknya.
BAB III
14
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Partisipasi politik adalah hal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan,
dengan berpartispasi dalam politik kita bisa mengubah dan mempengaruhi suatu
kebijakan pemerintah, selain itu dengan berpartisipasi dalam politik kita telah
melaksanakan kewajiban kita sebagai warga negara, demi mewujudkan kehidupan
yang leih baik
Tanpa adanya partisipasi politik maka negara akan menjadi suatu negara
yang otoriter dimana penguasalah yang akan menentukan segaa sesuatunya tanpa
boleh satu orangpun untuk mengubah ataupun menentang keputusan penguasa.
3.2 Saran
Menyadarkan kepada masyarakat bagaimana pentingnya partisipasi politik dan
manfaat dari partisipasi politik bagi kehidupan bernegara. Ini dapat dilakukan
melaui pendidikan sosialisasi politik kepada masyarakat itu sendiri, sehingga
dengan ini kita bisa menimbulkan kesadaran pada diri masyarakat untuk
berpartisipasi dalam politik.
DAFTAR PUSTAKA
15
Rush, Michael dan Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Penerbit PT Rajawali.
Jakarta 1989
http://wayanpolitik.blogspot.com/faktor-faktor-pendukung-partisipasi.html
diakses7juli2014
http://tumija.wordpress.com/2009/07/31/budaya-politik/ diakses7juli2014
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/partisipasi-politik.html,diakses7Juli2014
Gatara, Said dan Said, Moh. Dzulkiah. 2007. Sosiologi Politik. Bandung. Pustaka
Setia
16