Anda di halaman 1dari 7

Hasil Penelitian

PERAN PARTAI POLITIK


DALAM MENGGERAKKAN PARTISIPASI POLITIK RAKYAT

Abstract
Political participation is a citizen activity that acts as individuals intended to influence government
decision making. Participation can be individual or collective, organized or spontaneous, peaceful
or violent, legal or illegal, effective or ineffective. In general, Political Parties have a role as a
means of political communication, the party plays a very important role in an effort to articulate
interests or “political interests” that are hidden or sometimes hidden in society and combine
with other political interests (political agrigation) . Second, the Party as a means of political
socialization. Political parties also play a role as a means of political socialization (instrument of
political socialization). Third, political parties are a means of political recruitment. fourth, is the
regulator and manager of conflicts that occur in the community (conflict management). There
are several variables that can be used to explain why political participation is important, some
of which are; (1) Political trust; (2) socio-economic status; (3) Personality or psychological
explanation.

Keywords; Roles, Political Parties, Political Participation

*Hasanudin
*Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau

PENDAHULUAN dimungkinkan dan seberapa banyak warga-negara


yang memperoleh kesempatan berpartisipasi
Dalam bingkai demokrasi, partai politik dalam kompetisi politik itu.1 Dua arena yang
merupakan salah satu variable yang berpengaruh tergambar dalam dimensi teoritik yang
terhadap peningkatan kualitas partisipasi politik digambarkan Dahl yaitu arena pemilihan umum dan
rakyat dan pada gilirannya, peningkatan kualitas arena pengambilan keputusan diluar pemilihan
partisipasi politik rakyat mempengaruhi kapabilitas umum. Pada arena pemilihan umum dan di luar
partai politik. Proposisi ini mengikuti alur berpikir pemilihan umum partai politik adalah kontestan
yang dibangun Robert Dahl dengan yang berkontestasi, berkompetisi dan atau
memperkenalkan istilah “Poliarki” (“polyarchy”) beroposisi mengharapkan dukungan rakyat untuk
untuk menyebut demokrasi. Menurutnya ciri khas mendapatkan posisi sebagai pihak yang dapat
demokrasi adalah sikap tanggap pemerintah menjamin preferensi rakyat terlayani. Di pihak lain,
secara terus menerus terhadap preferensi atau rakyat pada dasarnya harus memiliki kesempatan
keinginan warga negaranya. Tatanan politik ikut serta dalam kompetisi politik itu, memberi
demokrasi bisa digambarkan dengan memakai dukungan pada partai politik supaya aspirasi
dua dimensi teoritik, yaitu seberapa tinggi tingkat kepentingan mereka dikonversi sebagai kebijakan
kontestasi, kompetisi atau oposisi yang publik.

94
Hasil Penelitian

Sejak bergulirnya reformasi politik lebih Ketua KPU menyatakan partisipasi


sepuluh tahun yang lalu, kontestasi, kompetisi atau pemilih sebesar 75 %, tetapi jika dibandingkan
oposisi diantara partai-partai politik secara legal jumlah DPT sebesar 185.826.024 orang dan
formal sudah sedemikian terjamin walaupun dengan jumlah suara sah sejumlah124.972.491 suara3,
berbagai catatan pada implementasinya.2 Melalui maka partisipasi pemilih hanya 67 %. Dari
undang-undang pemilihan umum dan undang- kecenderungan tersebut sangat wajar kalau ada
undang partai politik serta undang-undang upaya melihat peran apa saja yang dapat dilakukan
penyelenggara pemilu yang selalu direvisi, jaminan khususnya oleh partai politik dalam menggerakan
derajad kontestasi, kompetisi atau oposisi diatur partisipasi politik rakyat ?
sedemikian rupa. Permasalahan terletak pada
derajad pelembagaan partai politik masing-masing,
sehingga ada partai yang memiliki kapabilitas yang RUMUSAN MASALAH
memadai menghadapi kontestasi, kompetisi atau
oposisi dan ada partai politik yang kurang siap. Berdasarkan latar belakang yang telah
dijelaskan di atas, dapat dirumuskan pertanyaan
Hampir sama dengan kondisi partai politik, penelitian adalah peran apa saja yang dapat
kesempatan rakyat berpartisipasi politik dalam dilakukan khususnya oleh partai politik dalam
arena pemilihan umum maupun forum pengambilan menggerakan partisipasi politik rakyat?
keputusan public yang lain di luar pemilihan umum
masih sangat bervariasi. Meskipun secara legal
formal terbuka kesempatan bagi setiap warga KERANGKA TEOERI
negara untuk mengambil bagian, tetapi tidak semua
warga negara mampu keluar dari berbagai a. Partisipasi Politik
hambatan dan memandang kesempatan itu sebagai
Sebelum membahas peran apa yang dapat
arena mengekspresikan hak-hak politik untuk
dimainkan oleh partai politik untuk menggerak
mendorong perubahan. Realitas yang menjadi
partisipasi politik rakyat, terlebih dahulu akan
permasalahan adalah terdapat kecenderungan
didudukan apa yang dimaksud partisipasi politik
semakin rendah partisipasi pemilih justeru sejak
dan mengapa warga negara tidak berpartisipasi
reformasi digulirkan yang artinya pemilu semakin
dalam kehidupan politik ? Secara konseptual
demokratis, sebagaimana tergambar pada table
partisipasi politik adalah kegiatan warga negara
berikut:
yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang
Tabel: Tingkat Partisipasi Politik Pemilih dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan
dan Dalam Pemilu di Indonesia keputusan pemerintah. Partisipasi bisa bersifat
individual atau kolektif, terorganisir atau spontan,
No. Pemilu Tingkat Partisipasi secara damai atau kekerasan, legal atau ilegal,
Politik (%) efektif atau tidak efektif .4 Aktif berpartisipasi politik
1. 1955 91,4 yaitu kegiatan individu warga negara mempengaruhi
2. 1971 96,6
3. 1977 96,5
pengambilan keputusan politik yang tidak hanya
4. 1982 96,5 terbatas pada ikut voting (dalam pemilihan umum)
5. 1987 96,4 dan menjadi patriot (mendukung negara dengan
6. 1992 95,1 mengibarkan bendera nasional atau ikut upacara
7. 1997 93,6 kemerdekaan), tetapi lebih dari pada itu termasuk
8. 1999 92,6 melakukan diskusi-diskusi politik dan terlibat dalam
9. Pileg 2004 84,1 gerakan protes.
10 Pileg 2009 71
11 Pileg 2014 67(75)
Sumber: Diolah dari KPU, BPS dan Kompas
Pada pemilu legislatif 2014
95
Hasil Penelitian

Milbrath dan Goel mengajukan tiga bentuk mengorbankan waktunya untuk memperjuangkan
partisipasi politik, yaitu partisipasi aktif, partisipasi aspirasi dan kepentingan politiknya, sementara
pasif, dan apatis.5 Partisipasi aktif dibagi dalam dua yang lain tidak? Mengapa sebagian orang rela
kategori, yaitu partisipasi konvensional dan tidak diterpa hujan dan terik matahari untuk memprotes
konvensional. “Mode” partisipasi tidak suatu kebijakan politik pemerintah, sementara yang
konvensional ini adalah protestor, seperti lain tampak tak acuh? Mengapa sebagian orang
bergabung dalam demontrasi massa di jalanan, bersedia antri mengikuti proses pemilihan umum
gerakan-gerakan kekacauan (huru-hara), aksi sementara yang lain tidak? Variabel-variabel apa
protes menentang tindakan pemerintah yang secara yang dapat menjelaskan keaktifan atau
moral dianggap salah, menolak untuk mentaati ketidakaktifan seseorang dalam kegiatan politik?
undang-undang atau kebijakan yang dianggap tidak Pertanyaan-pertanyaan senada masih dapat
adil, dan sebagainya. “Mode” partisipasi dikembangkan jika kita bermaksud untuk
konvensional adalah aktifitass masyarakat (seperti melakukan kajian tentang partisipasi masyarakat.
bekerja bersama-sama menyelesaikan berbagai Jawaban terhadap pertanyaan di atas, tentu saja,
problem yang sedang dihadapi, membentuk suatu cukup variatif.
kelompok untuk bekerja dalam menyelesaiakan
problem lokal, aktif menjadi anggota suatu Salah satu variabel yang lazim digunakan
organisasi masyarakat, berhubungan dengan untuk menjelaskan keaktifan atau ketidakaktifan
seseorang dalam kegiatan politik adalah
pejabat pemerintah berkaitan dengan isu sosial
kepercayaan politik. Dalam literatur ilmu politik,
tertentu, dan semacamnya); aktivis partai dan
konsep kepercayaan banyak digunakan untuk
pekerja kampanye (bekerja secara aktif untuk
menjelaskan ketidakaktifan (inactivity) seseorang
partai atau kandidat, mempengaruhi orang lain
dalam dunia politik. Namun, menjelaskan
untuk memilih, mengikuti pertemuan dan rapat-
ketidakaktifan dengan konsep kepercayaan selalu
rapat partai, menyumbang uang bagi partai atau
mengandung pengertian ganda: Pertama,
kandidat, bergabung dan mendukung suatu partai
ketidakaktifan dapat diinterpretasi sebagai ekspresi
politik, menjadi kandidat dalam suatu jabatan
atas kepercayaan yang rendah terhadap sistem
publik, dan sebagainya; komunikator (mencari
politik atau sebagai ekspresi atas perasaan
informasi tentang politik, melibatkan diri dalam
keterasingan (alienasi); Kedua, ketidak aktifan
diskusi-diskusi politik, menyampaiakn dukungan
juga dapat diinterpretasi sebagai ekspresi
atau protes pada elit politik, dan sebagainya;
kepercayaan yang tinggi. Misalnya, ada bukti kuat
spesialis kontak (seperti menghubungi pejabat
bahwa partisipasi dalam sistem politik meningkat
pemerintah baik di daerah maupun pusat jika ada
masalah khusus yang berkaitan dengan pada saat terjadi krisis. Dengan begitu,
ketidakaktifan seseorang menandakan bahwa
kepentingannya, dan semacamnya. Sementara itu,
mereka puas terhadap sistem politik yang ada, atau
“mode” partisipasi pasif adalah pemilih (voters)
paling tidak mereka tidak khawatir terhadap
dan pecinta tanah air (patriots) seperti memilih
keadaan yang ada. Pengaruh kepercayaan politik
secara teratur pada saat pemilihan, cinta negara,
menunjukkan sikap patriotisme dengan harus dikaitkan dengan efikasi (informasi
mengibarkan bendera, mengikuti parade, politik).Jika seseorang mempunyai tingkat efikasi
membayar semua pajak dan retribusi, dan (informasi politik) tinggi dan merasa pemerintah
sebaganya. Sedangkan “mode” apatis adalah sebagian besar tidak dapat dipercaya (kepercayaan
politik rendah), maka mereka akan menunjukkan
ketidakaktifan dalam proses politik, seperti tidak
derajat yang tinggi dalam aktivitas voting.
menghadiri pemilu, tidak ikut aktif di berbagai
Sementara itu, mereka yang tingkat efikasinya tinggi
Mengapa orang berpartisipasi dalam dan merasa sangat percaya terhadap pemerintah,
proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan maka akan menunjukkan derajat yang tinggi dalam
politik? Mengapa sebagian orang rela aktivitas hak-hak sipil. Namun, jika variabel efikasi

96
Hasil Penelitian

rendah, maka kedua hubungan ini tidak berlaku.6 kepribadian yang tidak toleran, otoriter, tak acuh,
perasaan tidak aman, perasaan khawatir, kurang
Variabel lain yang yang lazim digunakan mempunyai tanggung jawab secara pribadi, dan
untuk menjelakan partisipasi masyarakat dalam semacamnya. Orang yang mempunyai kepribadian
proses politik adalah status sosial-ekonomi.
yang tidak toleran atau tak acuh cenderung untuk
Setidaknya ada tiga indikator yang biasa digunakan tidak aktif dalam politik. Sebab, apa yang
mengukur variabel status sosial-ekonomi, yaitu
diperjuangkan elit politik tidak selalu sejalan dengan
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan
kepentingan perorangan secara langsung,
pekerjaan. Tesis utama yang biasa dipakai adalah,
betapapun mungkin hal itu menyangkut kepentingan
tingkat partisipasi politik (dalam pemilu misalnya)
umum yang lebih luas. Dalam konteks semacam
berkorelasi secara signifikan dengan tingkat ini, para seseorang yang mempunyai kepribadian
pendidikan dan pendapatan. Tesis ini sebenarnya tidak toleran atau tak acuh cenderung menarik diri
bermula dari banyaknya temuan penelitian tentang
dari percaturan politik langsung, karena
perilaku memilih, yang menunjukkan tingginya
menganggap kegiatan politik tidak berhubungan
tingkat kehadiran pemilih dari pemilih yang
dengan kepentingannya.
berpendidikan dan berpenghasilan tinggi. Hasil
temuan Verba dan Nie menyimpulkan, “the best- Sementara itu, penjelasan psikologis yang
known about turnout is that citizens of higher lebih menitikberatkan faktor orientasi kepribadian
social and economic status participate more in melihat bahwa ketidakaktifan disebabkan oleh
politics....”7 Ada beberapa alasan mengapa tingkat orientasi kepribadian pemilih yang menunjukkan
status sosial- ekonomi berkorelasi dengan karakteristik apatis, anomi, dan alienasi.9 Perasaan
keaktifan atau ketidakaktifan seseorang dalam apatis sebenarnya merupakan jelmaan atau
kegiatan politik, khususnya pada saat pemilu. pengembangan lebih jauh dari kepribadian otoriter,
Pertama, tingkat pendidikan tinggi menciptakan yang secara sederhana ditandai dengan tiadanya
kemampuan lebih besar untuk mempelajari minat terhadap persoalan- persoalan politik. Hal
kehidupan politik tanpa rasa takut, disamping ini bisa disebabkan oleh rendahnya sosialisasi atau
memungkinkan seseorang menguasai aspek-aspek rangsangan (stimulus) politik, atau adanya perasaan
birokrasi dan aturan main yang ada. Kedua, (anggapan) bahwa aktvitas politik tidak
pekerjaan-pekerjaan tertentu lebih menghargai menyebabkan perasaan kepuasan atau hasil secara
partisipasi warga dibanding pekerjaan lainnya. langsung.
Ketiga, pendapatan yang tinggi memudahkan orang
untuk menanggung beban finansial akibat Anomi merujuk pada perasaan tidak
keterlibatannya dalam proses politik.8 berguna. Mereka melihat bahwa aktivitas politik
sebagai sesuatu yang sia-sia, karena mereka
Disamping variabel-variabel di atas, merasa tidak mungkin mempengaruhi peristiwa atau
variabel lain yang juga lazim digunakan untuk kebijaksanaan politik. Bagi para orang semacam
menjelaskan keaktifan atau ketidakaktifan ini, keaktifan atau ketidakaktifan tidak mempunyai
seseorang dalam proses politik adalah variabel pengaruh apa-apa, karena keputusan-keputusan
kepribadian atau penjelasan psikologis. Penjelasan politik seringkali berada di luar kontrol masyarakat
psikologis pada dasarnya dapat dikelompokkan luas. Sebab, para terpilih biasanya menggunakan
dalam dua kategori, yaitu penjelasan-penjelasan logika-logikanya sendiri dalam mengambil berbagai
yang lebih menitikberatkan faktor kepribadian- keputusan politik, dan dalam banyak hal mereka
individual dan penjelasan- penjelasan yang lebih berada jauh di luar jangkauan masyarakat.
menitikberatkan orientasi kepribadian. Penjelasan Perasaan powerless inilah yang disebut sebagai
faktor kepribadian-individual melihat bahwa anomi. Sedangkan alienasi berada di luar apatis
ketidakaktifan seseorang dalam kegiatan politik, dan anomi. Alienasi merupakan perasaan
terutama dalam kegiatan pemilu, disebabkan oleh keterasingan secara aktif. Pemerintah dianggap

97
Hasil Penelitian

tidak mempunyai pengaruh—terutama pengaruh articulation) atau “political interests” yang


baik—terhadap kehidupan seseorang. Bahkan terdapat atau kadang-kadang yang tersembunyi
pemerintah dianggap sebagai sesuatu yang dalam masyarakat dan menyatupadukan dengan
mempunyai konsekuensi jahat terhadap kehidupan kepentingan politik yang lain (political
manusia. Jika perasaan alienasi ini memuncak, agrigation). Berbagai kepentingan itu diserap
mungkin akan mengambil bentuk aksi politik politik sebaik-baiknya oleh partai politik menjadi ide-ide,
nonkonvensional, seperti melalui kerusuhan, visi dan kebijakan-kebijakan partai politik yang
kekacauan, demonstrasi, dan semacamnya. bersangkutan. Setelah itu, ide-ide dan kebijakan
Meskipun begitu, beberapa ahli menilai bahwa atau aspirasi kebijakan itu diadvokasikan sehingga
ketidaktertarikan terhadap politik dan rendahnya dapat diharapkan mempengaruhi atau bahkan
kepercayaan terhadap sistem serta perasaan menjadi materi kebijakan kenegaraan yang resmi.
powerless dalam mempengaruhi kebijaksanaan
pemerintah bukanlah gejala psikologis, tetapi lebih Kedua, Partai sebagai sarana
disebabkan oleh struktur sosial dan kekuasaan sosialisasi politik. Partai politik juga memainkan
yang tidak adil. Sherman dan Kolker mencatat, peranan sebagai sarana sosialisasi politik
“Another explanation for nonvoting is lack of (instrument of political socialization). Di
interest in politics and certain people’s belief dalam ilmu politik sosiali-sasi politik diartikan
that they are powerless to influence political sebagai proses melalui mana seseorang
decisions. Such an orientation reflects not memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena
deapseated personality disorders but a healthy politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat
adaption to the reality of the unequal di mana ia berada. Biasanya proses sosialisasi
distribution of power in society”.10 Beberapa berjalan secara berangsur-angsur dari masa
faktor lingkungan (di luar variabel kepribadian atau kanak--kanak sampai dewasa. Di samping itu
penjelasan psikologis) yang mempunyai peran sosialisasi politik juga mencakup proses melalui
besar terhadap partisipasi politik seseorang, yaitu mana masyarakat menyampaikan norma-norma
tingkat modernisasi suatu masyarakat, kondisi dan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi
struktur sosial atau kekuasaan, tingkat mobilitas berikutnya. Ide, visi dan kebijakan strategis yang
sosial, sistem politik atau aturan main, tingkat menjadi pilihan partai politik dimasyarakatkan
perkembangan demokrasi, dan sebagainya.11 kepada konstituen untuk mendapatkan ‘feedback’
berupa dukungan dari masyarakat luas. Terkait
dengan sosialisasi politik ini, partai juga berperan
sangat penting dalam rangka pendidikan politik.
b. Peran Partai Politik Partai lah yang menjadi struktur-antara atau
Secara umum Partai Politik dapat ‘intermediate structure’ yang harus memainkan
mengambil peran menggerakan partisipasi politik peran dalam membumikan cita-cita kenegaraan
rakyat bilamana secara konsisten dalam kesadaran kolektif masyarakat warga
menyelenggarakan fungsi-fungsi dasar sebagai negara.
partai politik yaitu: (a) menyalurkan aspirasi politik Dalam hubungan ini partai politik berfungsi
rakyat atau biasa disebut fungsi artikulasi dan sebagai salah satu sa-rana sosialisasi politik.
agregasi kepentingan; (b) melakukan sosialisasi Dalam usaha menguasai pemerintahan me-lalui
politik; (c) melakukan rekrutmen politik; (d) kemenangan dalam pemilihan umum, partai harus
mengendalikan konflik.12 Fungsi-fungsi partai memperoleh dukungan seluas mungkin. Untuk itu
politik terjabar sebagai berikut:13 partai berusaha menciptakan “image” bahwa ia
Pertama, sebagai sarana komunikasi memperjuangkan kepentingan umum. Di
politik, partai berperan sangat penting dalam upaya sam-ping menanamkan solidaritas dengan partai,
mengartikulasikan kepentingan (interests partai politik jugs men-didik anggota-anggotanya

98
Hasil Penelitian

menjadi manusia yang sadar akan Dengan perkataan lain, sebagai pengatur
tanggungjawabnya sebagai warga negara dan atau pengelola konflik (conflict management)
menempatkan kepen-tingan sendiri di bawah partai berperan sebagai sarana agregasi
kepentingan nasional. Di negara-negara baru kepentingan (aggregation of interests) yang
partai-partai politik juga berperan untuk menyalurkan ragam kepentingan yang berbeda-
memupuk indentitas nasio-nal dan integrasi beda itu melalui saluran kelembagaan politik partai.
nasional. Proses sosialisasi politik Oleh karena itu, fungsi pengeloa konflik dapat
diselenggarakan melalui ceramah-cera-mah dikaitkan dengan fungsi integrasi partai politik.
penerangan, kursus kader, penataran, dan Partai mengagregasikan dan mengintegrasikan
sebagainya. beragam kepentingan itu dengan cara
menyalurkannya dengan sebaik-baiknya untuk
Ketiga, partai politik adalah sarana
mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik
rekruitmen politik (political recruitment). Partai
kenegaraan.
dibentuk memang dimaksudkan untuk menjadi
kendaraan yang sah untuk menyeleksi kader-kader
pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan posisi-
posisi tertentu. Kader-kader itu ada yang dipilih HASIL DAN PEMBAHASAN
secara langsung oleh rakyat, ada pula yang dipilih Beberapa penelitian menunjukan bahwa
melalui cara yang tidak langsung, seperti oleh partai politik cenderung terjebak dalam pusaran
Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun melalui cara- rutinitas kepartaian. Sangat sedikit kegiatan partai
cara yang tidak langsung lainnya. politik di luar masa kampanye pemilihan umum
Tentu tidak semua jabatan dapat diisi yang secara langsung bersentuhan dengan rakyat.
melalui peranan partai politik sebagai sarana Partai politik lebih banyak disibukan melakukan
rekruitmen politik. Jabatan-jabatan profesional di aktifitas konsolidasi internal kepengurusan dan
bidang-bidang kepegawai-negerian, dan lain-lain pembekalan para caleg, itupun dalam 14 jangka waktu
yang tidak bersifat politik (poticial appointment), relative pendek yaitu sekitar pemilu.
tidak boleh melibatkan peran partai politik. Partai Pada dasarnya, dalam upaya menggerakan
hanya boleh terlibat dalam pengisian jabatan- partisipasi politik rakyat partai politik dapat
jabatan yang bersifat politik dan karena itu berperan: Pertama, merubah psikologi politik
memerlukan pengangkatan pejabatnya harus masyarakat dari apatis, ditingkatkan menjadi pasif
melalui prosedur politik pula (political dan selanjutnya menjadi aktif serta melembaga.
appointment). Salah satu cara yaitu partai memperbanyak
Fungsi keempat, adalah pengatur dan informasi politik yang diterima rakyat melalui
pengelola konflik yang terjadi dalam masyarakat penguatan forum-forum rakyat (perempuan,
(conflict management). Seperti sudah disebut di pemuda, petani dll) dengan perangkat program
atas, nilai-nilai (values) dan kepentingan- pendidikan politik; Kedua, merubah kondisi social
kepentingan (interests) yang tumbuh dalam ekonomi rakyat. Meskipun pihak yang secara
kehidupan masyarakat sangat beraneka ragam, langsung mampu merubah kondisi social ekonomi
rumit, dan cenderung saling bersaing dan masyarakat adalah domain eksekutif, akan tetapi
bertabrakan satu sama lain. Jika partai politiknya melalui intensitas komunikasi politik yang
banyak, berbagai kepentingan yang beraneka berkualitas partai politik harus mampu meyakinkan
ragam itu dapat disalurkan melalui polarisasi partai- rakyat bahwa partai politik adalah saluran yang
partai politik yang menawarkan ideologi, program, terpercaya efektif memperjuangkan kepentingan
dan altrernatif kebijakan yang berbeda-beda satu rakyat; Ketiga, terus menerus memperbaiki design
sama lain. partai politik dari partai tradisional yang
menggantung menjadi partai modern yang

99
Hasil Penelitian

mengakar pada rakyat. Partai politik harus segera Footnote:


dapat membangun jaringan kepartaian sampai 1
pada wilayah yang sangat kecil; Keempat, partai Lihat Robert Dahl, 1971 h. 5-6
politik seyogyanya mendorong terus efektifitas 2 Misalnya Prilaku pejabat incumbent yang
politik pemerintah dengan menjadikan daerah membatasi ruang gerak lawan politiknya dan
otonom semakin kecil sehingga system atau memanfaatkan posisi politik untuk
keterwakilan betul-betul realities. Pada gilirannya, mendapatkan dukungan para birokrat.
rakyat percaya bahwa kedaulatan ada ditangan
3
mereka. Kompas, 11 Mei 2014
4
Ramlan Surbakti, 1992 h.141
5
KESIMPULAN Milbrath dan Goel dalam M. Asfar, 2001 h.
239
Dalam upaya menggerakan partisipasi
6
politik rakyat partai politik dapat berperan: Gamson, dalam M. Asfar, 2001 h. 240
Pertama, merubah psikologi politik masyarakat 7
Verba and Nie, dalam ibid
dari apatis, ditingkatkan menjadi pasif dan
8
selanjutnya menjadi aktif serta melembaga. Kedua, Wolfinger and Rosenstone dalam M. Asfar,
merubah kondisi social ekonomi rakyat. Ketiga, 2001 h. 247
terus menerus memperbaiki design partai politik 9
Sherman and Kolker, dalam M. Asfar, 2001
dari partai tradisional yang menggantung menjadi
h. 247
partai modern yang mengakar pada rakyat.
Keempat, partai politik seyogyanya mendorong 10
Ibid., h. 248
terus efektifitas politik pemerintah dengan
11
menjadikan daerah otonom semakin kecil sehingga Milbath and Goel, dalam Ramlan Surbakti,
system keterwakilan betul-betul realities. 1992 h. 147
12
Lihat Miriam Budiardjo, 1981, h. 163-164 ;
Ramlan Surbakti, 1992 h. 140-148; Roy
DAFTAR PUSTAKA MacRidis dalam Ikhlasul Amal, 1996 h. 17-
34
Ikhlasul Amal,(eds) Teori-Teori Politik Mutakhir,
Tiara Wacana Yogyakarta 13
Lihat, Miriam Budiardjo,1981 ibid, Lihat juga
Jimly Asshiddiqie, Dinamika Partai Politik
M. Asfar,(eds), 2001, Implementasi Otonomi
dan Demokrasi, Makalah Tanpa Tahun.
Daerah, CPPS, Surabaya
14
Lihat penelitian, Baharuddin, Optimaslisasi
Miriam Budiardjo, 1981, Dasar-Dasar Ilmu Politik,
Peran Partai Politik Dalam Meningkatkan
Gramedia, Jakarta
Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilu
Ramlan Surbakti, 1992, Memahami Ilmu Politik, Legislatif Berdasarkan Undang Undang
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
Robert A. Dahl,1971, Poliarchy: Participation and
Opposition, NewHaven Conn: Yale
University Press

100

Anda mungkin juga menyukai