Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI POLITIK

PARTISIPASI KOMUNIKATOR POLITIK

KELOMPOK 5:

Ainun Karunia Ramadhani 06520200073


Alya Junianty 06520200092
Rina Sulfia Bachri 06520200122
St. Rulmadani 06520200100
Adibah F. Huddini 06520200118
Awal Karunia 06520180114

FAKULTAS SASTRA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
A. PARTISIPASI POLITIK
A. Pengertian partisipasi politik
Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian dan capere yang
artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara. Apabila
digabungkan berarti “mengambil bagian”. Dalam bahasa inggris, partisipate atau
participation berarti mengambil bagian atau peranan. Jadi partisipasi berarti mengambil
peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara (Suharno, 2004:102-103).
Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi. Partisipasi politik
merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Dalam pengertian umum, partisipasi politik
adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam
kehidupan politik. Kegiatan ini dapat berupa pemberian suara dalam pemilu, menjadi
anggota suatu partai dan lain sebagainya. Adanya keputusan politik yang dibuat dan
dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara,
maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson dalam No Easy Choice: Political Participation
in Developing Countries Huntington dan Nelson (1997: 3) partisipasi politik sebagai
kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud sebagai
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau secara damai atau kekerasan, legal atau illegal, efektif
atau tidak efektif.

B. Kategori partisipasi politik


Milbrath dan Goel yang dikutip oleh Cholisin (2007: 152) membedakan partisipasi
politik menjadi beberapa kategori yakni:
1. Partisipasi politik apatis, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses
politik.
2. Partisipasi politik spector, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam
pemilihan umum.
3. Partisipasi politik gladiator, mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik,
yakni komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan
pekerja kampanye dan aktivis masyarakat.
4. Partisipasi politik pengritik, orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak
konvensional.

C. Partisipasi politik
Menurut Myron Weimer partisipasi politik di pengaruhi oleh beberapa hal, seperti yang
dikutip oleh Mohtar Mas’oed dan Collin MacAndrews (2011:56-57).
1. Modernisasi
Modernisasi disegala bidang akan berimplikasi pada komensialisme pertanian,
industrial, meningkatkan arus urbanisasi, peningkatan kemampuan baca tulis,
perbaikan pendidikan dan pengembangan media massa atau media komunikasi secara
luas.
2. Terjadi perubahan struktur kelas sosial
Terjadinya perubahan kelas struktur kelas baru itu sebagai akibat dari
terbentuknya kelas menengah dan pekerja baru yang meluas era industralisasi dan
modernisasi.
3. Pengaruh kaum intelektual dan meningkatnya komunikasi massa modern
Ide-ide baru seperti nasionalisme, liberalisme, membangkitkan tuntuntan-tuntutan
untuk berpartisipasi dalam pengambilan suara.
4. Adanya konflik diantara pemimpin-pemimpin politik
Pemimpin politik yang bersaing merebutkan kekuasaan sering kali untuk
mencapai kemenangannya dilakukan dengan cara mencari dukungan massa.
5. Keterlibatan pemerintah yang semakin luas dalam unsur ekonomi, social dan budaya
Meluasnya ruang lingkup aktivis pemerintah ini seringkali merangsang timbulnya
tuntutan-tuntutan organisasi untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembuatan
keputusan politik.

D. Bentuk-bentuk partisipasi politik


Menurut Almond membagi bentuk-bentuk partisipasi politik menjadi
konvensional dan nonkonvensional dengan penjelasan sebagai berikut:
 Partisipasi Secara Konvensional
1. Pemberian suara (voting)
Pemungutan suara adalah alat untuk mengekspresikan dan mengumpulkan pilihan
partai atau calon dalam pemilihan. Bangsa Yunani kuno melakukan pemungutan
suara dengan menempatkan batu kerikil di sebuah jambangan besar, yang kemudian
memunculkan istilah psephology, atau kajian mengenai bermacam-macam pemilihan
umum.
Menjelang akhir abad ke-19, kebanyakan negara Barat memberikan hak suara
kepada sebagian besar pria dewasa dan selama dasawarsa awal abad ke-20, hak itu
diperluas kepada sebagian besar wanita dewasa. Pemilihan-pemilihan kompetisi yang
bebas dianggap sebagai kunci bagi demokrasi perwakilan.
2. Diskusi Politik
Hal ini merupakan ajang tukar pikiran tentang masalah-masalah publik untuk
kemudian dicarikan pemecahannya yang secara langsung berpengaruh terhadap
kebijakan publik.
3. Kegiatan Kampanye
Dalam masa pemilihan umum, baik pemilihan kepala daerah dan presiden, bentuk
kegiatan ini sangat marak dipilih sebagai sarana efektif dalam menyampaikan aspirasi
dari sebuah partai kepada masyarakat pemilihnya. Media kampanye pun beragam,
antara lain poster, kaos, bendera, yang semua diberikan kepada masyarakat umum
atau dengan melakukan pemasangan alat peraga yang tentunya tidak diperkenankan
melanggar peraturan perundang-undangan.
4. Membentuk dan bergabung dengan kelompok kepentingan
Hal ini biasanya dilakukan dengan ikut membentuk organisasi sosial keagamaan
sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat dan sebagai upaya memperjuangkan
kepentingannya kepada pemerintah atau menjadi anggota dari salah satu organisasi
sosial keagamaan.
5. Komunikasi individual dengan pejabat dan administrasi
Kegiatan ini dilakukan dengan mendatangi anggota parlemen untuk menyalurkan
aspirasi, mendatangi Walikota/Bupati/Camat, kepala dinas untuk menanyakan sesuatu
yang menyangkut masalah publik.
 Partisipasi secara Nonkonvensional
1. Pengajuan petisi
Petisi adalah pernyataan yang disampaikan kepada pemerintah untuk meminta
agar pemerintah mengambil tidakan terhadap suatu hal. Hak petisi ada pada warga
negara dan juga badan-badan pemerintahan, seperti kabupaten dan provinsi agar
pemerintah pusat membela atau memperjuangkan kepentingan daerahnya.
Petisi juga berarti sebuah dokumen tertulis resmi yang disampaikan kepada pihak
berwenang untuk mendapatkan persetujuan dari pihak tersebut. Umumnya petisi
ditandatangani oleh beberapa orang atau sekelompok besar orang yang mendukung
permintaan yang terdapat dalam dokumen.
2. Demostrasi (Unjuk rasa)
Demonstrasi adalah hak demokrasi yang dapat dilaksanakan dengan tertib, damai
dan intelek. Demonstrasi merupakan sebuah media dan sarana penyampaian gagasan
atau ide-ide yang dianggap benar dan berupaya mempublikasikannya dalam bentuk
pengerahan massa. Demonstrasi merupakan sebuah sarana atau alat yang sangat
terkait dengan tujuan digunakannya sarana atau alat tersebut dan cara
penggunaannya.
3. Konfrontasi
Konfrontasi digolongkan sebagai bentuk partisipasi politik nonkonvensional
karena aspirasi diperjuangkan dengan cara-cara yang tidak mengindahkan pandangan
dan hak pihak lain. Dengan kata lain, pihak lain diposisikan sebagai lawan yang harus
tunduk untuk mengabulkan aspirasinya. Jadi, dalam konfrontasi tidak dikenal
kompromi tetapi merupakan penaklukan. Konfrontasi sendiri dianggap sesuatu yang
tidak lazim dalam negara demokrasi.
4. Mogok
Mogok adalah penghentian proses produksi demi suatu tuntutan tertentu. Dalam
realitas, ada dua kemungkinan yang menyebabkan proses produksi berhenti, yaitu
buruh secara sadar berhenti bekerja dan keluar pabrik serta pemblokiran kawasan dan
jalanannya sehingga sebagian besar buruh tidak bisa masuk ke pabrik untuk bekerja.
Pemogokan bisa terjadi di tingkat pabrik, kawasan sampai tingkat nasional yang
melibatkan buruh di berbagai kota dalam satu negeri. Pemogokan yang lebih luas
dilakukan bukan saja karena tuntutan yang sama, tetapi karena hubungan produksi itu
bersifat luas, tidak hanya melibatkan satu atau dua pabrik. Pemogokan kadang
digunakan pula untuk menekan pemerintah untuk mengganti suatu kebijakan.
5. Tindakan kekerasan politik
Kekerasan politik merupakan reaksi beberapa kelompok masyarakat yang menilai
para pemegang kekuasaan kurang adil dalam mengelola berbagai konflik dan sumber
kekuasaan yang ada. Bahkan, pemegang kekuasaan dinilai dengan wewenang
strukturalnya memakai cara-cara nondialogis atau nonmusyawarah untuk
menyelesaikan konflik.
6. Perang gerlya
Cara ini digunakan pada masa perang kemerdekaan dengan tujuan melemahkan
atau menghancurkan kekuasaan kelompok lain dengan jalan perumpahan darah.
Meski begitu. pada masa sekarang sistem perang gerilya juga bukannya tidak pernah
dilakukan. Terlebih oleh kelompok gerakan-gerakan sporadis.

B. KOMUNIKATOR POLITIK
A. Pengertian Komunikator Politik
Komunikator Politik adalah orang atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan
poltik yang biasa nya berkaitan dengan kekuasaan pemerintah, kebijakan pemerintah,
aturan pemerintah, kewenangan pemerintah yang bertujuan untuk mempengaruhi
khalayak baik itu verbal atau non verbal.
Selanjutnya Nimmo mengatakan Komunikator Politik yang baik adalah komunikator
yang mampu mengenal diri sendiri, memiliki Kredibilitas (kepercayaan), daya Tarik dan
memiliki Power (kekuatan).
Komunikator politik sebaiknya memiliki kapasitas sebagai pemimpin. Orang yang
mengidentifikasi dirinya berkemampuan sebagai komunikator politik adalah orang yang
memiliki leadership. Bagi orang yang masuk kedalam panggung politik dan kekuasaan,
hal yang tak bisa ditawarkan adalah memiliki kemampuan dalam memimpin. Pemimpin
itu tak lahir seketika atau instant. Pemimpin sejak lahir sudah terlihat bakatnya sebagai
pemimpin dimana pun dia berada.
B. Komunikator utama politik menurut Nimmo (1989)
Menurut "Nimmo (1989)" mengklasifikasikan komunikator utama dalampolitik
sebagai berikut:
1. Politikus
Orang yang memegang jabatan pemerintah, tidak perduli apakah mereka dipilih,
ditunjuk atau pejabat karir. Dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif,
legislatif, yudikatif.
a. Politikus ideology, adalah orangorang yang dalam proses politik lebih
memperjuangkan kepentingan bersama/publik. Mereka tidak begitu terpusat
perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan atau
kelompoknya. Mereka lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan
kebijakan yang lebih luas, mengusahkan reformasi, bahkan mendukung
perubahan revolusioner jika hal ini mendatangkan kebaikan lebih bagi bangsa
dan negara.
b. Politikus partisan, adalah orangorang yang dalam proses politik lebih
memperjuangkan kepentingan seorang langganan atau kelompoknya.
2. Profesional
Orang-orang yang mencari nafkahnya dengan berkomunikasi, karna keahlian nya
berkomunikasi.
a. Jurnalis, karyawan organisasi berita yang menhubungkan sumber berita
dengan khalayak. Mereka bisa mengatur para politikus dengan publik umum,
menghubungkan publik umum dengan para pemimpin dan membantu
menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda diskusi publik. Kita
membicarakan jurnalis sebagai siapun yang berkaitan dengan media berita
dalam pengumpulan, persiapan, penyajian, dan penyerahan laporan mengenai
peristiwa-peristiwa.
b. Promotor, orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan
tertentu. Yang termasuk ke dalam promotor adalah agen publisitas tokoh
masyarakat yang penting, personel hubungan masyarakat pada organisasi
swasta atau pemerintah, sekretaris pers kepresidenan dsb.
3. Aktivis
Komunikator poltik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan
interpersonal. Ia cukup terlibat baik dalam politik dan semiprofesional dalam
komunikasi politik. Mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi, melaporkan
keputusan dan kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi.

C. Proses komunikasi politik


1. Partisipan (actor)
Dikutip dari buku Komunikasi Politik: Demokrasi, Media Massa, dan Pemilihan
Umum di Indonesia (2021) karya Alfian Muhazir, partisipan dalam komunikasi
politik adalah semua pihak yang terlibat dalam penyampaian serta penerimaan pesan.
2. Pesan
Sebuah proses komunikasi dikatakan sebagai komunikasi politik, apabila
pesannya bermuatan atau berkaitan dengan politik.
3. Saluran
Pemilihan saluran harus disesuaikan dengan pesan yang akan disampaikan.
Kesesuaian saluran akan memengaruhi efektivitas penyampaian pesan.
4. Situasi atau konteks
Komunikasi politik harus dilaksanakan sesuai konteks atau situasinya.
5. Pengaruh atau efek
Dilansir dari buku Media Baru dalam Komunikasi Politik (Komunikasi Politik di
Dunia Virtual) (2018) oleh Yusrin Ahmad Tosepu, efek komunikasi politik yang
diharapkan adalah terciptanya pemahaman mengenai sistem pemerintahan serta partai
politik.

Anda mungkin juga menyukai