PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi dalam domain persoalan ini dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian
pesan dari komunikator (sender) kepada komunikan (receiver). Dalam hal ini apabila demokrasi
yang diterapkan lebih banyak memberikan peluang bagi para pemimpin politik (pejabat negara
atau pemimpin partai politik) untuk bersikap instruktif, maka yang bertindak sebagai
komunikator adalah kalangan elite politik belaka. Dalam relasi yang demikian ini, rakyat tidak
lebih berperan sebagai komunikan yang pasif. Rakyat sekadar menjadi pendengar yang hanya
boleh menerima pesan-pesan politik, namun tidak mampu menyampaikan umpan balik
(feedback).
Komunikasi pada model demokrasi kita yang berlangsung pada saat ini lebih banyak
menyajikan manipulasi simbolik ketimbang memberikan perhatian pada persoalan-persoalan
publik. Dalam situasi semacam ini diperlukan langkah yang tegas untuk memperkuat komunitas
politik yang dapat ditentukan dalam empat dimensi, yakni :
Influencer dapat diartikan sebagai seorang yang dapat mengubah cara berfikir maupun cara
bertindak orang lain. Contoh influencer yang aktif membahas politik ialah Dr. Tirta, Awkarin,
Bintang Emon, Ernest Prakasa, Tretan Muslim, Coki Pardede, dll.
Masyarakat
masyarakat adalah sebagai sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup
(atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada
dalam kelompok.
Media massa seperti televisi, radio, surat kabar dan majalah ikut mempengaruhi struktur
komunikasi dalam masyarakat dan juga dalam pembangunan opini publik, media massa
merupakan salah satu media yang sangat strategis.
Contohnya saja pada saat para politisi melakukan kampanye, media massa baik cetak
maupun elektronik merupakan salah satu untuk salauran kampanye. Apalagi dengan arus
teknologi ini, rasanya media elektronik menjadi salauran utama bagi jalan untuk mempengaruhi
pandangan masyarakat khususnya dalam masa kampanye Pemilu.
Di dalam kontestasi politik yang semakin memanas, peran Media di Indonesia cukuplah vital
dalam membentuk opini publik dan saling curi pengaruh. Sehingga tidak ayal kini media massa
di Indonesia juga tidak bisa lepas dari mesin perpolitikan.
Istilah Buzzer sendiri berasal dari ranah pemasaran (marketing) yang awalnya berupa
istilah buzz marketing atau teknik pemasaran barang atau jasa untuk menghasilkan bisnis dengan
pergerakan informasi dari mulut ke mulut.
3
Istilah Buzzer sendiri mulai populer ketika berkembangnya teknologi media sosial.
Dalam ranah media sosial, buzzer tidak hanya bertugas untuk mengunggah cuitan saja namun
menjalankan kampanye kepada follower dan dianggap memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
karena kemampuanya untuk menjangkau dan mendistribusikan konten kepada berbagai
pengguna media sosial.
Buzzer memiliki peran penting untuk memfasilitasi elit politik dalam melakukan
kampanye. Buzzer bertugas untuk membangun dukungan rakyat terhadap suatu calon pemimpin
yang sedang berkampanye. Kontestasi politik di Indonesia telah menjadikan media sosial sebagai
salah satu media yang memegang peranan penting dalam menyampaikan kampanye politik.
Dalam penelitian ini, buzzer politik adalah akun media sosial baik yang dikelola individu
maupun perusahaan dimana akun tersebut memiliki follower dalam jumlah banyak dan turut
melakukan kampanye politik dengan menyebar berbagai berita hoax serta ujaran kebencian.
hoax adalah informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Arti hoax
adalah salah satu tren terburuk yang pernah ada dalam sejarah penggunaan media sosial. Analis
politik Arif Nurul Imam menilai hoaks menjadi ancaman dalam membangun demokrasi.
Sayangnya hoaks kini menjadi tren termasuk dalam kontestasi elektoral.
4
Berikut adalah langkah yang harus kita ambil agar terhindar dari tipuan buzzer dan isu-
isu palsu
Komunikasi politik adalah bentuk dari jalannya proses interaksi antar komponen dalam
negara yaitu pemerintah dengan warganya, warga dengan sesama warga dalam bentuk kolektif
maupun individual serta lembaga-lembaga politik seperti partai dan sebagainya dan komunikasi
politik tidak lepas dari opini publik.
Opini publik pada dasarnya adalah pendapat rata-rata individu dalam masyarakat sebagai
hasil diskusi untuk memecahkan sebuah persoalan, terutama yang beredar di media massa.
Mengikuti formula Lasswel mengenai komunikasi massa, yaitu “who says what in which channel
to whom with what effects?” dapat disimpulkan mengenai strategi komunikasi dalam
pembentukan opini publik terkait masalah politik. Pesan politik yang disampaikan, oleh siapa
pesan tersebut disampaikan, kepada siapa pesan tersebut disampaikan, media apa yang
digunakan, serta dampak apa yang ditimbulkannya sangat mempengaruhi pembentukan opini
public. Dalam komunikasi politik itu sendiri terdapat agen agen komunikasi politik, yakni ;
Keluarga,
orang tua,
lingkungan di luar rumah,
kelompok teman sebaya (peer groups) dan
media massa.
5
Komunikasi antar personal dapat dilakukan oleh tokoh masyarakat (public figure)
ataupun elit politik dalam tataran informal agar tercipta interaksi yang lebih
mendalam sehingga dapat melahirkan ikatan emosional, hasil akhir yang diharapkan
adalah kesamaan persepsi yang terwujud dalam perilaku politik riil.
Komunikasi media massa ditujukan ke khalayak luas, heterogen, anonim, terbesar, serta
tidak mengenal batas geografis-kultural.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi politik adalah fungsi penting dalam sistem politik. Pada setiap proses politik,
komunikasi politik menempati posisi yang strategis. Bahkan, komunikasi politik dinyatakan
sebagai “urat nadi” proses politik. Politik merupakan sebuah proses panjang yang mempunyai
tujuan yang ingin dicapai, begitupula sebuah komunikasi adalah sebuah proses pertukaran
informasi yang mempunyai efek balik, dan komunikasi politik menjadi sangat penting untuk
dikaji karena merupakan sebuah komunikasi yang mempunyai tujuan politik dengan kata lain
komunikasi politik merupakan proses komunikasi yang dapat atau berpotensi mengontrol
manusia untuk melakukan sesuatu di bawah kondisi yang di inginkan oleh komunikator dan
sebuah strategi komunikasi politik dibutuhkan sebagai cara penyampaian pesan agar efektif dan
efisien.
B. Saran
Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada
kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan kami selaku penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan mengenai makalah diatas sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya.
7
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.moestopo.ac.id/index.php/wacana/article/view/14/158
http://almishbahjurnal.com/index.php/al-mishbah/article/view/149
https://um.ac.id/berita/peran-media-dalam-perpolitikan-indonesia/
https://www.kompasiana.com/nielsye/peran-media-massa-dalam-komunikasi-
politik_56279822c323bd290ec33039
https://www.neliti.com/publications/146116/peran-media-massa-dalam-komunikasi-politik
https://media.neliti.com/media/publications/218001-peran-komunikasi-dalam-demokratisasi.pdf
http://repository.untar.ac.id/12802/1/DOKUMEN%20BUKU%205.pdf
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=pelaku+komunikasi+politik&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart
file:///C:/Users/lenovo-g40-/Downloads/52087-109-121479-1-10-20190818.pdf
https://news.detik.com/kolom/d-5164350/menempatkan-influencer-dalam-sistem-politik-era-
digital
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-50204476
https://pakarkomunikasi.com/hubungan-opini-publik-dengan-komunikasi-politik
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Komunikasi_massa_12.pdf