Anda di halaman 1dari 4

Bab X

KOMUNIKASI POLITIK
I. Pengantar
Selain system politik, perubahan politik, sosialisasi politik, dan partisipasi politik,
topik penting lain hampir selalu menyertai dirkursus tentang politik adalah
komunikasi politik. Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik? Apa perbedaan
antara komunikasi politik dan komunikasi lain di luar bidang politik?

Komunikasi politik adalah “proses dimana informasi politik yang relevan diterukan
dari satu bagian system politik kepada bagian lainnya dan di antara system-sistem
sosial dengan system-sitem politik” (Rush & Althoff, 1997, dikutip Maran, 2014:
158).

Maka, komunikasi politik merupakan proses pertukaran informasi publik antar


subjek, lembaga, instansi, atau masyarakat umumTransaksi, bukan sekedar
meneruskan informasi menciptakan informasi, meluruskan informasi

Isi komunikasi: pengetahuan, nilai, sikap, isu, kebijakan.. dll.. dengan maksud
untuk sekedar diketahui atau mendpatkan tanggapan public.

Ruang Lingkup Komunikasi Politik


Politik sebagai urusan publik melibatkan komunikasi antar berbagai komponen
masyarakat. Politik, hukum, ekonomi, media, demokrasi, dan sebagainya. Media
berperan besar dalam komunikasi politik. Runang lingkup komunikasi poltik
sebetulnya amat luas: iklan politik (political advertising), marketing and public
relations, and the communicative practices of organizations at all levels, from
grass-root campaigning through to governments and international bodies. …the
growing role of bloggers and online pundits in the political agenda-setting process..,
the emergence of social media platforms such as Twitter, YouTube and Facebook,
and their destabilising impact on the management of political crises all over the
world. The growing power of Wikileaks, lambe turah, and other online information
sources to challenge state control of classified information. Semua bentuk media ini
berperan dalam melakukan komunikasi politik.

Bahkan opini public atau pendapat umum yang terbentuk dari praktik demokrasi
dan berkembangnya kesadaran diri (self-consciousness) telah melahirkan teknik-
teknik persuasi dalam komunikasi politik. Tidakan politik pn tidak lagi sekedar
datang dari keinginan rasional individu-individu dalam masyarakat melainkan
muncul dari pengaruh opini public dan informasi tentang proses politik. Opini public
itu dibentuk, dikonstruksikan, diproduksi, bahkan juga dimanipulasi demi
kepentingan tertentu. Pada titik ini para professional media dan agen pers, insitusi
media, dan mereka yang menguasi media memiliki peran besar dan menentukan
dalam komunikasi politik. Menurut Lypmann (1922), peran media ini tidak hanya
mengakselerasi praktik demokrasi melainkan juga membuat politik sebagai hiburan,
perayaan (poilitikus seperti selebritis) dari seluruh penjuru dunia (global village).
Media-media baru seperti: blogs, Facebook, Twitter, YouTube, dan web pages,
merupakan media yang sekarang ini paling sering mempropagandakan informasi
politik, partai politik, opini public, bahkan tokoh politik.
Fungsi media komunikasi Politk:
Brian McNair (2011), menunjukan 5 fungsi media komunikasi politik dalam
masyarakat demokratis ideal. Kelima fungsi media komunikasi tersebut adalah:
1. Menginformasikan kepada warga Negara apa yang terjadi di sekeliling
mereka (fungsi monitoring),
2. Mengedukasi warga Negara misalnya dengan munjukkan makna dan
signifikasi ‘fakta’ (fungsi menjelaskan) secara objektif dan professional.
3. Memberikan platform atau wadah bagi wacana politik public; memfasilitasi
pembentukan ‘opini publik’ dan mengembalikan opini tersebut kepada public
dimana ia muncul.
4. Memberikan publikasi kepada pemerintah dan insitusi-institusi politik secara
objektif, visible, accountable, terbuka bagi semua unsur masyarakat.
5. Sebagai channel bagi advokasi pandangan-pandangan politik tertentu. Partai-
partai politik dan pemerintah membutuhkan ruang untuk mempublikasikan
program dan kebijakan mereka;

Komunikasi Politik dan ruang public (public sphere)


Komunikasi politik berlangsung dalam ruang public. Apa yang dimaksud dengan
ruang public atau public sphere? Brian McNair (2011), dengan mengutip Habermas,
menulis, “By the public sphere we mean first of all a realm of our social life in which
something approaching public opinion can be formed. . . . Citizens behave as a
public body when they confer in an unrestricted fashion – that is, within the
guarantee of freedom of assembly and association and the freedom to express and
publish their opinions. Ruang public adalah ruang kehidupan sosial dimana opini
public terbentuk sebagai wujud dari kebebasan berkumpul warga Negara unutk
menyatakan opini mereka.

Bagi Josef Ernst, ruang public tidak lain dari ‘ruang diskusif distingtif’ (‘distinctive
discursive space’) di mana individu-individu disatukan sedemikian sehingga mampu
peran mereka yang secara politik sangat kuat. Ruang public yang pada esensinya
merupakan bidang komunikatif indviidu-individu itu, merupakan ruang dimana fakta
dan opini diartikulasikan sehingga pemahaman dan pengetahuan bersama tentang
situasi sosial dibangun. Melalui ruang public itulah tindakan politik kolektif dapat
dilakukan.

Maka menurut Habermas, ruang public harus:


1. dapat dijangkau oleh semua warga masyarakat,
2. Berisikan informasi yang dapat diakses,
3. Sarana-sarana untuk meneruskan informasi harus dapat diakses oleh mereka
yang dapat dipengaruhi atau yang berkepentingan dengan informasi
tersebut,
4. Harus ada jaminan dari institusi bagi ruang public tersebut agar tetap eksis.
Ruang public yang terbuka tidak hanya menandai masyarkat demokratis melainkan
menjadi prasyarat bagi demokrasi itu sendiri. Karena dalam ruang public semua
anggota masyarakat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan public. Itu berarti
bahwa semua warga Negara mesti memiliki akses terhadap media, informasi, dan
kebijakan bersama. Tetapi ini mengandaikan masyarakat yang cukup terdidik,
rasional, dan memiliki pengetahuan memadai untuk menyaring informasi politik
secara memadai sehingga ruang public menjadi sarana efektif dalam menentukan
kehidupan bersama.
II. Unsur-Unsur Pokok Komunikasi

Sender/Pengiri Saluran/media Message/Pes Penerima Pesan/Receiver


m an
Pemahaman, Isi pesan, Isi pesan. Penerima pesan
keteranpilan, Waktu, Tanda,
sikap Bahasa, suara suaran,
(konotatif/denotati tulisan yang
ve) memiliki
makna yang
dapat
dipahami
penerima
dan pengirim

Pesan harus sampai pada penerima. Saluran atau media menetukan keberhasilan
distribusi pesan. Komunikasi tidak akan terjadi bila pesan tidak sampai kepada
penerima. Setiap pesan mengaharapkan feedback, tanggapan, atau respon
penerima pesan. Jika tidak ada feedback maka pesan sebetulnya gagal. Feedback
adalah pesan yang dikirim oleh penerima pesan kepada pengirim pesan.

Terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi politik:


1. Pengirim pesan tidak dapat memehami hakikat persoalan yang ingin
dikomunikasikan
2. Pesan tidak dirumuskan secara jelas dan memadai sehingga menyebabkan
distorsi isi pesan,
3. Penerima tidak memiliki pemahaman yang sama dengan pengirim,
4. Menggunakan media komunikasi yang tidak tepat,
5. Pra anggpan atau asumsi pengirim dan penerima yang tidak dapat dicarikan
‘konsensusnya’.

III. Pola Komuniskasi Politik:


a. Vertikal: atasan dan bawahan:
b. Horisontal: Antar individu, antar kelompok
c. Formal,
d. Informal,

IV. Media Komunikasi Politik


Kompleks dan beragam.
a. Kontak antara pribadi,
b. Media massa (Koran, tabloid, majalah, TV)
c. Diskusi Publik
d. Partai Politik
e. Opini public/pendapat umum:
V. Tujuan Komunikasi Politik
Seperti sudah sering dikatakana bahwa politik selalu berusuan dengan kekuasaan.
Dengan demikian, tujuan dasar komunikasi politik adalah:
1. Memberikan informasi yang berkataian dengan politik: tokoh, lembaga,
kebijakan, kepada masyarakat atau sebaliknya dari masyarakat kepada
tokoh politik, lembaga
2. Menciptakan gambaran tentang tokoh, lembaga, atau kebijakan yang diambil
oleh pejabat public.
3. Memperoleh dan mempertahankan popularitas tokoh politik,
4. Memelihara kekuasaan,
5. Mempengaruhi opini dan kesadaran public.

VI. Dampak Komunikasi Politik

1. Mendapatkan feed back dalam bentuk persetujuan dari masyarakat atau


warga Negara tentang kebijakan politik.
2. Pembentukan opini public (public opinion). Opini public adalah pandangan
masyarakat umum tentang realitas, kebijakan, pemerintahan, informasi atau
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bersama. Opini dimaksud bisa
dalam bentuk persetujuan, penolkan, dukungan, atau kritik terhadap
kebijakan-kebijakan pemerintah atau otoritas public yang mengatur
mengenai kehidupan bersama. Opini public tidak hanya soal kesamaan
pendapat melainkan juga soal perbedaan pendapat, kritik, dan penolakan
terhadap persoalan atau kebijakan tertentu yang mencakup kepentingan
masyarakat secara keseluruhan.
Opini public menjadi sesuatu yang penting dalam masyarakat demokratis
karena merepresentasi kedaulatan rakyat. Politik dan kebijakan demokratis
mesti dikomunikasikan dalam arena public. Pengetahuan dan informasi yang
menjadi dasar pilihan politik warga Negara harus diartikulasikan secara
bebas dan tersedia bagi semua orang. Kebijakan-kebijakan demokratis itu
pada hakikatnya adalah public juga. Di samping teori demokrasi menekankan
kedudukan individu, proses politik pada dasarnya menuntut agar individu-
individu bertindak secara kolektif memutuskan tentang siapa yang
memerintah mereka. Opini politik privat dari masing-masing individu menjadi
opini public masyarakat secara keseluruhan. Opini public itu terbentuk dalam
ruang public atau ‘the public sphere’.
3. Menegakkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan politik. Tidak ada politik
tanpa komunikasi dan tidak ada komunikasi yang tidak memiliki dampak
poltis.
4. Meningkatkan partisipasi politik masyarakat.

Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dan komunika politik?
2. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur pokok komunikasi politik.
3. Sebutkanlah fungsi media dalam komunikasi politik.
4. Sebutkan dan jelaskan tujuan komunikasi politik.

Anda mungkin juga menyukai