Anda di halaman 1dari 126

ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY

MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR


PENENTU STRUKTUR MODAL TERHADAP
FINANCIAL LEVERAGE
(Studi Kasus Pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009 – 2013)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Subhan Wisnu Aji
1111081000102

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


KONSENTRASI KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M / 1436 H
ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY
MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU
STRUKTUR MODAL TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE
(Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Subhan Wisnu Aji
NIM: 1111081000102

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB Adhitya Ginanjar, SE., M.Si
NIP. 19741127 200112 1 002 NIP. 19740810 201101 1 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1436 H

i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa 10 Maret 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Subhan Wisnu Aji
NIM : 1111081000102
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY
MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR
PENENTU STRUKTUR MODAL TERHADAP
FINANCIAL LEVERAGE (Studi Kasus pada Emiten
Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013).

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Maret 2015

1. Yoghi Citra Pratama, M.Si ( )


NIP. 19830717 201101 1 011 Ketua

2. Miftahul Munir, Drs., MM ( )


NIP. 105102102 Sekretaris

3. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc ( )


NIP. Penguji Ahli

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini, Selasa, 23 Juni 2015, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Subhan Wisnu Aji
NIM : 1111081000102
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui
Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal
Terhadap Financial Leverage (Studi Kasus Pada Emiten
Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2015

1. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA ( )


NIP. 2011077201 Ketua

2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si ( )


NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris

3. Taridi Kasbhi Ridho, SE., MBA ( )


NIP. Penguji Ahli

4. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB ( )


NIP. 19741127 200112 1 002 Pembimbing I

5. Adhitya Ginanjar, SE.,M.Si ( )


NIP. 19740810 201101 1 001 Pembimbing II

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Subhan Wisnu Aji
No. Induk Mahasiswa : 1111081000102
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Konsentrasi : Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilik
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Tangerang, 23 Juni 2015

(Subhan Wisnu Aji)

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI
Nama : Subhan Wisnu Aji
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 18 Agustus 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : M. Sofyan Ramli
Nama Ibu : Wastilah
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Pondok Surya F.9 RT 003 RW 011,
Kel. Karang Tengah, Kec. Karang Tengah,
Ciledug, Tangerang
No. Telp : 087780182260
Email : subhan_16th@yahoo.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
1998-1999 : TK Citra Bhakti
1999-2005 : SD Negeri Karang Tengah 07
2005-2008 : SMP Yadika 5 Jakarta Barat
2008-2011 : SMA Negeri 63 Jakarta Selatan
2011-2015 : S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis (4 tahun) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2007-2008 : Wakil Ketua KIR (Karya Ilmiah Remaja) SMP
Yadika 5 Jakarta
2014-2015 : Sekretaris Bidang II. Himpunan Mahasiswa
Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

v
III. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
2011-2012 : Kursus Bahasa Inggris LIA Institute
2014 : Seminar Pasar Modal Syariah (Panin Sekuritas)
2014 : Seminar “ASEAN 2015 Threat or Opportunity”
2014 : Seminar Sosialisasi Kebijakan Fiskal dalam
Menghadapi AEC 2015 (Badan Kementrian
Fiskal)
2014 : Peserta Company Visit to OJK (Otoritas Jasa
Keuangan)
2014 : Sekolah Pasar Modal Syariah Level 1 (Bursa Efek
Indonesia)

vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji hipotesis pecking


order yang lebih mengutamakan penggunaan dana internal melalui keterkaitan
profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan
likuiditas terhadap financial leverage pada emiten syariah yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index pada tahun 2009 sampai dengan 2013.
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 14 emiten syariah pada
berbagai sub-sektor industri, dimana metode yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang mengambil obyek dengan
kriteria tertentu. Analisis data menggunakan alat analisis uji regresi berganda
yang didahului dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
heterokedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesa
dilakukan dengan uji F dan uji t.
Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa secara bersama-
sama profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan,
dan likuiditas mempengaruhi struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel
yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah profitabilitas, pertumbuhan
penjualan, dan likuiditas sedangkan variabel struktur aktiva dan ukuran
perusahaan secara parsial tidak mempengaruhi struktur modal. Besarnya uji
koefisien determinasi (adjusted R square) adalah sebesar 0,281. Hal ini berarti
bahwa 28,1 persen variabel dependen yaitu struktur modal dapat dijelaskan oleh
lima variabel independen yaitu profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan,
pertumbuhan penjualan, dan likuiditas sedangkan sisanya sebesar 71,9 persen
struktur modal dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lain diluar model

Kata kunci : Hipotesis pecking order, Profitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran


Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, Likuiditas, dan Financial
Leverage

vii
ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze and test the pecking order
hypothesis that more priority to the use of internal funds through linkages
profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity toward
financial leverage through the Islamic issuers listed on the Jakarta Islamic Index
in 2009 until 2013.

The sample used sharia as many as 14 issuers in a variety of industry


subsectors,where the method used was purposive sampling is a sampling method
that takes an object with certain criteria. Analysis of data using multiple
regression analysis tool, which is preceded by classical assumption of normality
test, multicollinearity test, autocorrelation test and the heteroscedasticity test.
Hypothesis testing is done by using F test and T test.

Results of data analysis or regression results indicate that simultaneously


profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity affect the
capital structure. While the partially variable affecting the profitability, sales
growth, and liquidity is the structure of assets while the variable asset structure
and size of the company partially not affect the capital structure. The amount of
testing the degree of determination (adjusted R square) is approximately 0,281. It
means that 28,1 percent of the dependent variable which is capital structure can
be explained by four independent variables those are profitability, assets
structure, firm size, sales growth, and liquidity while the remaining amount of
71,9 percent of capital structure can be explained by the other causes outside the
model.

Keyword : Pecking order hypothesis, profitability, asset structure, firm size, sales
growth, liquidity, and financial leverage

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua dan memberikan kenikmatan yang sempurna pada seluruh
alam semesta ini. Shalawat serta salam tidak henti-hentinya kita ucapkan pada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan kita
semua pengikutnya yang selalu istiqomah hingga akhir zaman. Aamiin
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui
Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial
Leverage (Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode
2009-2013)” ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat
dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau gelar sarjana Ekonomi
Manajemen pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika dalam
penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis. Namun
berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus hati
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada:
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rasa sayang dan kebaikan pada
penulis. Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu Yaa Rabb. Terima kasih
atas segala kenikamatan yang engkau limpahkan pada hamba.
2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak M. Sofyan Ramli dan Ibu
Wastilah yang senantiasa memberikan kasih dan cintanya yang teramat
besar untukku setiap harinya, papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam
mendidik dan membesarkan penulis serta rela bekerja keras demi
pendidikan anak-anaknya. Semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada papa dan mama juga
semoga penulis dapat membanggakan keduannya. Amin

ix
3. Kakakku, Meita Afriani Desanti yang selalu menyemangati, memberikan
dorongan dan doa agar penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB sebagai dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing
penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan
dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dengan
tegas dan bijaksana yang telah bapak berikan kepada penulis selama ini.
8. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si sebagai dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis
selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan untuk
menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dan arahan yang telah
bapak berikan selama ini.
9. Bapak Ali Rama, SE., M.Sc sebagai dosen Pembimbing Akademik yang
telah bersedia memberikan dorongan dan arahan di setiap semester yang
dilalui oleh penulis.
10. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia memberikan ilmu-ilmu yang
bermanfaat kepada penulis.
11. Seluruh staf karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah bersedia memberikan bantuan kepada penulis.
12. Sahabatku yang paling hebat, Novian Adhi Nugraha, Rizki Wibowo, dan
Agung Setiawan Cahaya Putra. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas
semua pengalaman, canda tawa, tangis, motivasi dan juga arahan yang
selalu kalian berikan. Terima Kasih telah menerimaku menjadi sahabat
kalian serta selalu menemaniku disaat keadaan senang ataupun sedih.

x
Waktu yang kuhabiskan serta berbagi cerita bersama kalian akan selalu ku
kenang di masa tua nanti.
13. Sahabat “PEJANTAN KOSAN”, Karim, Mulki, Eka Januar, Willian, Pak
Ustad (Rizky), Tri (Roger), Heri, dan Fahrul. Terima kasih atas
pengalaman, canda tawa, pelajaran, motivasi dan juga arahan yang kalian
berikan kepada penulis. Semoga kita akan menjadi orang sukses di masa
depan nanti. Kalian yang Terbaik.
14. Teman-teman MJC, Nisa, Nia, Ina, Tasya, Tika, Monika, Lila, Bang Zen.
Terima kasih atas kebersamaan nya selama ini.
15. Teman-teman Manajemen D 2011, terima kasih atas dukungan dan
kebersamaan nya selama ini.
16. Teman-Teman Manajemen Keuangan 2011, Terima kasih atas semua
pelajaran dan kenangan yang telah diberikan.
17. Teman-teman KKN OASE 2014 yang telah memberikan pengalaman
beharga akan sebuah kebersamaan dan kerjasama antar kelompok. Terima
kasih atas semuanya.
18. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena


terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tangerang, 23 Juni 2015

(Subhan Wisnu Aji)

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 13
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 16


A. Landasan Teori ............................................................................................. 16
1. Struktur Modal ...................................................................................... 16
2. Komponen Struktur Modal ................................................................... 18
3. Pecking Order Theory ........................................................................... 20
4. Financial Leverage ............................................................................... 21
5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal ................................ 23
a. Profitabilitas .................................................................................... 23
b. Struktur Aktiva ................................................................................ 25
c. Sales Growth ................................................................................... 26
d. Ukuran Perusahaan .......................................................................... 27
e. Likuiditas ........................................................................................ 29
B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ..................... 30
C. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 34

xii
D. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 38
E. Hipotesis ...................................................................................................... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 42


A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 42
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 42
1. Populasi ................................................................................................. 42
2. Sampel ................................................................................................... 43
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 45
D. Metode Analisis Data .................................................................................. 45
1. Analisis Deskriptif ................................................................................. 45
2. Analisis Regresi Linier Berganda ......................................................... 46
2.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 47
a. Uji Normalitas ........................................................................ 47
b. Uji Autokorelasi ..................................................................... 48
c. Uji Multikolinearitas .............................................................. 49
d. Uji Heterokedastisitas ............................................................ 50
3. Uji Hipotesis ......................................................................................... 51
a. Uji Statistik F .................................................................................. 51
b. Uji Statistik t ................................................................................... 52
c. Koefisien Determinasi ..................................................................... 53
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 54
1. Variabel Dependen .......................................................................... 54
2. Variabel Independen ....................................................................... 55

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 58


A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 58
B. Hasil Analisis dan Pembahasan .................................................................. 62
1. Analisis Deskriptif Statistik ................................................................... 62
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 71
a. Uji Normalitas ................................................................................... 71
b. Uji Multikolinearitas .......................................................................... 73
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................................ 75
d. Uji Autokorelasi ................................................................................. 77
3. Pengujian Hipotesis ................................................................................. 79
a. Uji F (Simultan) ................................................................................. 79
b. Uji-t (Parsial) ..................................................................................... 80
c. Koefisien Determinasi ....................................................................... 88
4. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................... 89

xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 92
A. Kesimpulan ................................................................................................. 92
B. Saran ............................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 95


LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 98

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah di JII 2009-2013 ............... 7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 34
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ........................................................................................ 44
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ........................................................................ 44
Tabel 3.3 Posisi Angka Durbin Watson .................................................................... 48
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ...................................................................................... 63
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ............................................................................. 73
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas........................................................................... 74
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteokedastisitas ......................................................................... 77
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................. 78
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson............................................................................... 78
Tabel 4.7 Hasil Uji F .................................................................................................... 79
Tabel 4.8 Hasil Uji-t ..................................................................................................... 80
Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi ......................................................................... 88
Tabel 4.10 Hasil Regresi Berganda ............................................................................... 89

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ................................................................... 39


Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot ............................................................. 72
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot .................................................................................. 76

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Emiten Syariah yang Dijadikan Sampel Penelitian

Lampiran 2 : Data Mentah Financial Leverage (DER)

Lampiran 3 : Data Mentah Profitabilitas

Lampiran 4 : Data Mentah Struktur Aktiva

Lampiran 5 : Data Mentah Ukuran Perusahaan

Lampiran 6 : Data Mentah Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)

Lampiran 7 : Data Mentah Likuiditas

Lampiran 8 : Descriptive Statistics

Lampiran 9 : Variables Entered/Removed

Lampiran 10 : Correlations

Lampiran 11 : Model Summary

Lampiran 12 : ANOVA

Lampiran 13 : Coeficients

Lampiran 14 : Residual Statistic

Lampiran 15 : Histogram

Lampiran 16 : Normal P-Plot

Lampiran 17 : Scatterplot

Lampiran 18 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Lampiran 19 : Coeficients Uji Glejser

Lampiran 20 : Tabel Durbin Watson

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu perusahaan untuk menjalankan sistemnya harus

memperhatikan dua unsur keputusan, yaitu investment decision dan

financing decision. Investment decision adalah keputusan yang

diambil perusahaan dalam operasionalnya untuk mendapatkan

keuntungan yang optimal, biasanya perusahaan menanamkan

investasinya pada suatu proyek yang mempunyai prospek

menjanjikan juga dengan mengamati periode dari investasi

tersebut, sehingga tingkat likuiditas perusahaan juga pada tingkat

yang optimal. Sedangkan financing decision adalah keputusan

yang dibuat perusahaan dalam mendapatkan pendanaannya yang

berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham

biasa, melalui pertimbangan dari biaya dana tersebut dan jangka

waktu dari dana tersebut (Suad dan Husnan, 1998).

Financing decision harus dibuat untuk mendukung adanya

investment decision perusahaan, tujuannya adalah rencana investasi

yang dibuat oleh perusahaan akan dapat membentuk suatu struktur

modal yang dapat meminimalkan biaya modal, sehingga dapat

memaksimalkan usaha dalam mencapai salah satu tujuan

perusahaan yaitu kemakmuran dan kesejahteraan pemegang

saham. Namun perbedaan karakteristik antar perusahaan

1
menyulitkan perusahaan untuk menetapkan struktur modal yang

ideal bagi perusahaan tersebut.

Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer

(keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi

perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur

modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi

hutang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan

oleh perusahaan. manajer dalam mengambil keputusan pendanaan

harus teliti secara sifat dan biaya dari sumber yang dipilih. Hal ini

karena masing-masing sumber pendanaan mempunyai konsekuensi

financial yang berbeda-beda. Masalah keputusan pendanaan akan

berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari

dalam (internal) maupun dari luar (external) yang sangat

mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan keuangan

perusahaan juga akan sangat menentukan kemampuan perusahaan

dalam melakukan aktivitas operasinya.

Keputusan pendanaan yang diambil oleh manajemen,

apakah menggunakan modal sendiri atau hutang menjadi tidak

relevan bila apapun sumber dana yang digunakan tidak

mempengaruhi nilai perusahaan. Hal inilah yang ditekankan oleh

Modigliani dan Miller pada tahun 1958. Asumsi yang melandasi

pernyataan tersebut antara lain pasar yang sempurna, tidak ada

biaya transaksi dan tidak ada biaya pajak. Dalam perkembangan

2
selanjutnya Modigliani dan Miller memasukkan unsur pajak.

Dengan adanya pajak penggunaan hutang akan memberikan

manfaat dalam peningkatan nilai perusahaan atau menurunkan

biaya modal.

Ada beberapa teori yang menyatakan terdapat struktur

modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Teori yang

dimaksudkan ini diwakili oleh dua teori yaitu teori static trade-off

dan teori pecking order. Teori static trade-off muncul karena

penggabungan teori Modigliani-Miller yang memasukkan biaya

kebangrutan dan biaya agensi. Semakin besar proporsi utang maka

semakin besar perlindungan pajak yang diperoleh. Di sisi lain,

semakin besar proporsi utang maka semakin besar biaya

kebangkrutan yang mungkin timbul. Teori static trade-off, secara

teoritik memprediksikan bahwa leverage akan meningkat sejalan

dengan pemanfaatan utang dan menurun sejalan dengan

bertambahnya biaya utang.

Model lain yang membahas mengenai struktur modal

adalah teori pecking order. Teori yang dikembangkan oleh Myers

dan Majluf pada tahun 1984 (dalam Arief, 2011) ini menjelaskan

urutan prioritas para manajer dalam menentukan sumber

pendanaannya. Preferensi manajer dinyatakan dalam urutan

sumber pendanaan yang dimulai dari pendanaan internal sebagai

sumber utama. Pilihan prioritas berikutnya adalah hutang, dan yang

3
terakhir berupa penerbitan saham. Salah satu faktor yang

mendorong manajer untuk menerapkan teori pecking order dalam

menentukan struktur modalnya adalah perbedaan informasi tentang

nilai dan investasi perusahaan yang sebenarnya dengan investasi

luar yang hanya bisa memperkirakan nilai-nilai tersebut.

Perusahaan dalam ekspansi usahanya ataupun membiayai

aktvitas operasionalnya tidak terlepas dari penggunaan hutang.

Dari penggunaan hutang itu, biasanya perusahaan atau pihak yang

meminjamkan uang akan mengenakan suatu tingkat persentase

tambahan dari nilai hutang yang diberikan. Sehingga perusahaan

yang berlandaskan hukum syariah Islam menjadikan hal tersebut

sebagai pertimbangan untuk keputusan pendanaan. Di Indonesia

sudah bertahun - tahun transaksi ekonomi berdasarkan sistem

ribawi (konvensional) menguasai sistem perekonomian di

Indonesia bahkan sistem perekonomian di dunia. Dengan beragam

produknya sistem konvensional mendominasi aktifitas

perekonomian umat manusia.

Syariat Islam memandang bahwa transaksi ekonomi antar

manusia harus terbebas dari riba, karena riba menurut pandangan

syariat Islam sebagai dosa yang sangat besar (hadist, Al-Qur’an

Ar-Rum Ayat 39, An-Nisa Ayat 160-161 dan Ali-Imran Ayat 130

serta Al-Baqarah Ayat 275-280). Karena itu umat Islam diwajibkan

untuk melaksanakan ajaran tentang haramnya riba dengan

4
meninggalkan segala sesuatu yang berbau riba. Menurut

terminologi ilmu fiqh dalam (Chair, 2012), riba merupakan

tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat tanpa

adanya imbalan tertentu. Riba sering juga diterjemahkan dalam

bahasa Inggris sebagai "Usury" dengan arti tambahan uang atas

modal yang diperoleh dengan cara yang dilarang oleh syara', baik

dengan jumlah tambahan yang sedikit atau pun dengan jumlah

tambahan banyak.

Dalam pemberian hutang terdapat dua pola dalam

pembayaran hutang pada saat jatuh temponya, yaitu sistem bunga

yang sampai sekarang diterapkan oleh perusahaan konvensional

dan sistem bagi hasil yang mulai diterapkan di Indonesia dalam

perusahaan yang berprinsip syariah. Sistem ekonomi Islam tumbuh

karena pola bagi hasil yang diterapkannya. Sistem ini lebih unggul

bila dibandingkan dengan sistem bunga konvensional. Pada sistem

yang berdasarkan atas prinsip bagi hasil (profit and loss sharing)

dan berbagi risiko (risk sharing). Sistem ini diyakini oleh para

ulama sebagai jalan keluar untuk menghindari penerimaan dan

pembayaran bunga (riba). Jadi dalam operasinya perusahaan

melakukan kemitraan dengan pengusaha dan meminjamkan dana,

tanpa memungut bunga, tetapi memperoleh bagi hasil dan bagi

risiko dengan perusahan jika tidak memperoleh keuntungan, karena

bank dapat merugi dan tidak memperoleh hasil tetap dan pasti.

5
Seiring berjalan nya waktu Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Mengeluarkan fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/X/2011 bahwa

rasio penggunaan hutang disertai bunga terhadap ekuitas atau

modal dalam perusahaan yang telah memenuhi kualifikasi dari

kriteria syariah maksimal sebesar 45%.

Bursa Efek Indonesia mendukung peraturan maupun fatwa

dari pemerintah dan ulama, maka dikembangkanlah salah satu

indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga

rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria

syariah, yaitu Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII.

Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal

Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT

Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah

dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen

syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah

yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003.

Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia

yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek

Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang

masuk JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah.

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan

kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham

berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam

6
menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa

efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan

akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi

jawaban ataskeinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai

syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang

ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur

dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja

(benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.

Emiten syariah dalam sistem pendanaannya berupa hutang

harus mempertimbangkan syarat-syarat yang diberikan oleh

kreditur yang meminjamkan dana berupa hutang tersebut, biasanya

kebijakan hutang tersebut disertai oleh bunga dan dalam prinsip

syariah penggunaan bunga baik pembiayaan maupun

penghimpunan dananya tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Rasio antara sumber dana pihak ketiga dengan hutang yang

menggambarkan struktur perusahaan disebut DER (Debt to Equity

Ratio). Rasio DER menunjukan tingkat resiko suatu perusahaan

dimana semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi resiko

perusahaan. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah ekuitas

perusahaan tidak mampu menutupi kuantitas hutang perusahaan.

Kesimpulannya semakin banyak laba operasi perusahaan yang

digunakan untuk membayar beban bunga tetap, semakin banyak

aliran kas yang digunakan untuk membayar angsuran tetap,

7
sehingga laba bersih setelah pajak (EAT) perusahaan akan banyak

berkurang. Menurut Brigham dan Houston (2010), para investor

lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besaran rasionya

kurang dari satu, karena nilai DER perusahaan yang menunjukan

nilai lebih dari satu memberi arti bahwa koefisien hutang dalam

suatu perusahaan lebih tinggi dari jumlah modal sendiri. Berikut

adalah Tabel 1.1 yang merupakan data empiris dari DER masing-

masing emiten syariah di JII Periode 2009-2013.

Tabel 1.1
Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah yang
Terdaftar Pada JII
Periode 2009-2013

No Nama Perusahaan Debt to Equity Ratio Rata-


2009 2010 2011 2012 2013 Rata
1. Adaro Energy Tbk 1,43 1,19 1,31 1,23 1,10 1,26
2. Astra Agro Lestari Tbk 0,22 0,19 0,21 0,33 0,00 0,19
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk 0,23 0,29 0,41 0,54 0,71 0,43
4. Alam Sutera Realty Tbk 0,84 1,07 1,16 1,31 1,71 1,22
5. Astra International Tbk 1,00 1,10 0,34 0,42 1,02 0,77
6. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0,24 0,17 0,15 0,17 0,16 0,18
7. Kalbe Farma Tbk 0,39 0,22 0,27 0,28 0,33 0,30
8. Lippo Karawaci Tbk 1,40 1,03 0,94 1,17 1,21 1,15
9. PP London Sumatera Indonesia Tbk 0,18 0,22 0,16 0,20 0,21 0,19
10. Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0,40 0,36 0,41 0,50 0,55 0,44
11. Telekomunikasi Indonesia Tbk 1,50 0,98 0,69 0,66 0,65 0,90
12. Semen Indonesia (Persero) Tbk 0,23 0,29 0,35 0,46 0,41 0,35
13. United Tractors Tbk 0,84 0,84 0,69 0,56 0,61 0,71
14. Unilever Indonesia Tbk 1,02 1,15 1,85 2,02 0,69 1,63
Sumber : Data yang Diolah

Bedasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa perusahaan yang

memiliki struktur modal melalui perhitungan Debt to Equity Ratio

yang merupakan cerminan penggunaan hutang suatu perusahaan

dalam membiayai kegiatan operasionalnya, yaitu perusahaan yang

8
menggunakan hutang tidak lebih dari modal sendiri perusahaan

tersebut, atau perbandinganya kurang dari sama dengan 1, maka

perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang dianggap baik.

Dari data diatas perusahaan yang mempunyai DER lebih

dari 1 antara lain Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk,

Lippo Karawaci Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Komposisi

hutang dalam perusahaan-perusahaan tersebut lebih besar dari pada

total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Jadi menurut teori struktur

modal yang baik atau optimal, perusahaan-perusahaan ini memiliki

struktur modal yang tidak optimal, yang bearti juga biaya modal

yang besar sebanding dengan risiko yang dihadapi. Sementara itu

kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya ke

dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai DER

yang besarnya kurang dari 1. Karena jika DER lebih besar dari 1

bearti risiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat.

Sebaliknya, untuk perusahaan yang mempunyai DER

kurang dari 1 maka menurut teori struktur modal dianggap optimal.

Dalam data pada table diatas, dapat dilihat beberapa perusahaan

yang mempunyai rasio penggunaan hutangnya tidak lebih dari

penggunaan ekuitas, perusahaan tersebut antara lain, Astra Agro

Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, Astra International

Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP

London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam

9
Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero)

Tbk, dan United Tractors Tbk.

Terdapat beberapa variable yang menentukan manajer

dalam keputusan pendanaanya atau keputusan para kreditur untuk

mengucurkan dananya. Setiawan (2010) menggunakan variabel

profitabilitas, sales growth dan struktur aktiva pada struktur modal

perusahaan di indeks LQ-45. Adapun Arief (2011) menggunakan

variabel profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan

kesempatan bertumbuh dalam menganalisis struktur modal

perusahaan di indeks JII (Jakarta Islamic Index). Namun tidak

semua variabel akan dibahas dalam penelitian ini, namun hanya

beberapa variabel yang akan dibahas seperti profitabilitas, struktur

aktiva, sales growth, likuiditas, dan ukuran perusahaan.

Profitabilitas merupakan variabel yang mempengaruhi

struktur modal. Dalam penelitian ini profitabilitas diwakili oleh

ROA, yaitu rasio dari laba bersih dengan total aktiva perusahaan.

Weston dan Bringham (2008) mengatakan bahwa perusahaan

dengan ROA yang relatif tinggi cenderung menggunakan hutang

yang minim. Hal ini dikarenakan dengan tingkat ROA yang tinggi,

perusahaan akan memenuhi kebutuhan pendanaannya dengan dana

yang dihasilkan secara internal (laba ditahan). Hubungan antara

profitabilitas dengan struktur modal diprediksi bernilai negatif

karena perusahaan yang profitable cenderung akan menggunakan

10
pendanaan internal daripada hutang. Penelitian yang dilakukan

Setiawan (2010) dan Arief (2011) menunjukan bahwa profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan yang

diukur melalui Rasio DER. Ini menandakan bahwa semakin tinggi

laba yang diraih, maka kebutuhan hutang akan semakin rendah.

Struktur modal juga dapat dipengaruhi oleh struktur aktiva

dimana komposisi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar dapat

mendorong perusahaan meminjamkan aktivanya untuk

memperoleh pinjaman dari pihak luar. Aktiva lancar yang dapat

menunjukan tingkat likuiditas perusahaan sehingga perusahaan

dapat membayarkan hutang sebelum jatuh tempo. Aktiva tidak

lancar (Fix Assets) dapat dijadikan agunan untuk melakukan

pinjaman kepada pihak luar. (Fix Assets) seperti tanah, gedung,

kendaraan dapat dijadikan agunan untuk memperoleh pendanaan

dari pihak eksternal. Konsisten dengan penelitian yang dilakukan

oleh Bramantyo Arief dengan menggunakan sampel di indeks JII

(Jakarta Islamic Index) tahun 2006-2009 diperoleh hasil adanya

hubungan struktur aktiva terhadap Leverage yang diukur melalui

DER (Debt to Equity Ratio).

Sales Growth yang pada umumnya memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap struktur modal menunjukan hasil yang tidak

signifikan didalam penelitian Suci Pujiani dan Prasetiono yaitu

pengaruh struktur aktiva, ROA, sales growth, firm size dan

11
kesempatan bertumbuh terhadap Leverage di perusahaan

manufaktur sektor aneka industry dan barang konsumsi yang

listing di BEI periode 2008-2011.

Ukuran perusahaan yang besar akan dengan mudah

mendapatkan akses pendanaan eksternal, dikarenakan perusahaan

tersebut mampu menyediakan informasi yang menurut kreditur

lebih banyak dan relevan dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Disamping itu perusahaan berukuran besar dilihat dari struktur

aktivanya dipercaya akan lebih likuid dalam pengembalian hutang,

sehingga akan mendapatkan kepercayaan dari para kreditur untuk

menerbitkan hutang yang lebih besar. Dalam penelitian yang

dilakukan pujiani dan prasetiono tahun 2012 lalu menyatakan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage

yang diukur dengan DER. Namun penelitian ini menguji salah satu

teori dalam struktur modal yaitu Pecking Order Theory.

Likuiditas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi

struktur modal. Dalam hipotesis pecking order, likuiditas

berpengaruh negative terhadap struktur modal. Karena perusahaan

yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka perusahaan

tersebut akan menghindari hutang dan mendanai perusahaan nya

dengan modal sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Farida Arini mengenai pengaruh likuiditas, Ukuran

Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan

12
Penjualan terhadap Struktur Modal di Perusahaan Pertambangan

yang listing di BEI periode 2007-2012.

Dari beberapa penelitian terdahulu, masih terdapat

perbedaan penelitian (research gap), feneomena di lapangan yang

berkenaan dengan topic struktur modal. Bedasarkan Uraian diatas,

maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengujian Pecking

Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu

Struktur Modal Terhadap Financial Leverage pda Emiten

Syariah di Jakarta Islamic Index periode 2009-2013”.

B. Perumusan Masalah

Adapun Perumusan masalah dalam Penelitian Ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah Profitabilitas, Struktur Aktiva, Sales Growth, Ukuran

Perusahaan dan Liquiditas berpengaruh terhadap Financial

Leverage (DER) pada emiten syariah di indeks JII periode

2009-2013 baik secara parsial maupun simultan.

b. Apakah Emiten Syariah di Indeks JII periode 2009-2013

menggunakan pecking order theory dalam menentukan

perilaku kebijakan struktur modalnya.

13
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam penulisan ini, tujuan penelitian adalah sebagai

berikut :

a. Untuk menganalisis hubungan Profitabilitas, Struktur Aktiva,

Sales Growth, Ukuran Perusahaan dan Liquiditas terhadap

Financial Leverage (DER) baik secara parsial dan simultan.

b. Untuk menganalisis perilaku kebijakan struktur modal pada

emiten syariah di Indeks JII periode 2009-2013 bedasarkan

pada teori struktur modal dalam manajemen keuangan yaitu

Pecking Order Theory.

Adapun kegunaan dari penelitian adalah :

1. Perusahaan

Pengujian teori pecking order melalui profitabilitas,

struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan

Likuiditas dapat dijadikan sebagai referensi terutama para

praktisi berkaitan dengan pertimbangan perusahaan dalam

mengambil keputusan investasi juga keputusan pendanaan

yang memprioritaskan lebih kepada pendanaan internal

(pertama), pendanaan eksternal berupa hutang (kedua) dan

pendanaan eksternal berupa equity (ketiga) sehingga dapat

memaksimalkan pencapaian salah satu tujuan perusahaan

yaitu kemakmuran dan kesejahteraan pemegang saham.

14
2. Investor

Memberikan gambaran kepada para investor sebagai

bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan

keputusan investasi kepada perusahaan yang akan

ditanamkan dana dengan melihat struktur modal dari

perusahaan yang bersangkutan.

3. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal terutama

mengenai Pecking Order Theory yang dikaitkan pada

struktur modal emiten syariah di Indeks JII.

4. Akademik

Sebagai referensi dan pengetahuan dalam pengelolaan

keuangan yang baik dan terarah khususnya pemahaman

tentang struktur modal pada Indeks Syariah (JII). Dan juga

menjadi tambahan bahan dalam pelaksanaan penelitian

ataupun pembelajaran.

15
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Struktur Modal

Menurut Weston dan Brigham (2008), struktur modal merupakan

kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca

sumber modal perusahaan. Pengertian struktur modal dibedakan dengan

struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen

yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri,

sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan antara seluruh

hutang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan modal sendiri.

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2012) mengatakan struktur modal

merupakan bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan

yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa dan

struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang meminimalkan biaya

modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan.

Menurut Weston dan Copeland (2005), struktur modal adalah pembiayaan

permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal

pemegang saham. Dengan tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan

bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan

harga saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai

perusahaan tercapai.

Menurut Rodoni dan Ali (2010), struktur modal adalah proporsi dalam

16
menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang

diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari

dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal

dari dalam dan luar perusahaan.

Menurut Riyanto (2008), struktur modal adalah pembelanjaan permanen

didalam mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal

sendiri.

Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan struktur modal adalah proporsi dalam pemenuhan kebutuhan

belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau

panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua

sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

Setiap perusahaan dapat memperoleh dana dari 2 sumber, yaitu dari

perusahaan itu sendiri dan dari luar perusahaan. Proporsinya tergantung dari

kebijakan perusahaan itu sendiri. Dana ini nantinya akan digunakan untuk

membiayai kegiatan usahanya.

Target dari struktur modal adalah menciptakan suatu komposisi hutang

dan modal yang paling tepat dan yang paling menguntungkan dari segi

keuangan bagi perusahaan. Jika perusahaan memiliki hutang yang besar maka

modal perusahaan otomatis juga besar. Modal yang besar menyebabkan

perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar dimana disertai dengan

risiko yang besar pula.

17
2. Komponen Struktur Modal

Menurut Riyanto (2008), Struktur modal suatu perusahaan memiliki

beberapa komponen yang terdiri dari :

1) Hutang jangka panjang

Hutang jangka panjang yaitu hutang dengan jangka waktu relative

panjang, umurnya lebih dari sepuluh tahun, yang umumnya digunakan

untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi

perusahaan. Jumlah hutang, baik hutang jangka pendek maupun jangka

panjang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman

yang digunakan dalam operasi perusahaan. Pada umumnya pinjaman

jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka

pendek.

Waktu jatuh tempo hutang jangka panjang pada umumnya lebih

dari satu tahun, biasanya 5 sampai 20 tahun. Pinjaman hutang jangka

panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan

untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi

hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi.

Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt

ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan

total aset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal

pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi

perusahaan.

18
2) Modal Sendiri

Berkaitan dengan besarnya risiko yang ditanggung perusahaan

apabila menggunakan hutang sebagai sumber pendanannya, maka

perusahaan seringkali menitikberatkan susunan modalnya dengan

penggunaan modal sendiri.

Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi pemilik adalah

control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham

tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung

risiko perusahaan. Dua hal tersebut merupakan opportunity cost atas

modal sendiri. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka

panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham.

Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka

waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh

tempo. Ada 2 (dua) sumber utama dari modal saham yaitu:

a) Modal saham preferen

Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa

hak istimewa yang menjadikannya lebih diprioritaskan daripada pemegang

saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham

preferen dalam jumlah yang banyak.

b) Modal saham biasa

Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang

menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian

dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut

19
pemilik residual, sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh

tuntutan atas pendapatan dan aset telah dipenuhi.

3. Pecking Order Theory

Pecking order theory ini merupakan pengembangan dari signaling theory.

Teori tersebut adalah teori struktur pendanaan yang menawarkan alternatif

lain dalam pengambilan keputusan pendanaan. Pemilihan pendanaan

bedasarkan risiko merupakan konsep pecking order theory yang

diperkenalkan oleh Myers (1984) dan Myers dan Majluf (1984). Perilaku

manajemen yang tidak mengikuti urutan pendanaan menurut pecking order

theory merupakan suatu sinyal yang buruk mengenai prospek perusahaan

dimasa yang akan dating. Pecking order theory mengacu pada teori

perusahaan yang bertujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik

perusahaan. Konsep ini berbeda dengan agency theory walaupun memiliki

asumsi yang sama dalam hal asimetri informasi. Pecking order theory

memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit

pendanaan internal.

a) Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam

atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal

tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan

operasional perusahaan.

b) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih

pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang

20
paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas

hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham

biasa.

c) Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan

menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh

seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

d) Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan

dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta

kesempatan bertumbuh, maka perusahaan akan mengambil portofolio

investasi yang lancar tersedia.

Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.

Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan

tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana

ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat

menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang

tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.

4. Financial Leverage

Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan dalam rangka

membiayai aktivitas operasionalnya. Dalam arti harfiah, leverage bearti

pengungkit atau tuas. Menurut Weston & Copeland (2005), financial leverage

adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang terhadap total modal sendiri atau

nilai total perusahaan. Bila semua dana berasal dari pemilik dalam bentuk

21
saham biasa, perusahaan tidak terikat dengan kewajiban untuk membayar

tunai secara berkala dalam pembiayaannya. Tetapi, bunga atas hutang yang

diambil dalam rangka pembiayaan perusahaan, biasanya merupakan biaya

tetap keuangan yang harus dibayar tanpa mempedulikan tingkat laba

perusahaan. Makin besar hutang yang diambil maka makin besar biaya tetap

keuangan yang harus ditambahkan pada biaya tetap operasi.

Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban

tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang

lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan

yang tersedia bagi pemegang saham (R. Agus Sartono : 2008).

Dalam hal ini, financial leverage diartikan sebagai penggunaan hutang,

sedangkan beban tetap yang dimaksud adalah berupa bunga. Pada analisis

rasio keuangan, financial leverage dihitung melalui perbandingan total hutang

dan total aset perusahaan, dimana dalam laporan keuangan perusahaan disebut

leverage ratio. Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang

berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai

investasi dan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing

akan meningkatkan rasio perusahaan. Biasanya leverage diukur dengan

menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yang menunjukkan perbandingan

antara total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) dengan modal sendiri

(modal saham biasa dan saham preferen) atau diukur menggunakan Debt to

Total Asset menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana

yang dibelanjai dengan hutang atau berapa bagian aktiva yang digunakan

22
untuk menjamin hutang. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan komposisi

hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan

semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.

5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal

Keputusan Struktur Modal tercermin dari perubahan keputusan

pendanaan, maka penelitian ini menggunakan perubahan Leverage untuk

mengukur keputusan pendanaan perusahaan. Penelitian ini menggunakan

variabel untuk menentukan struktur modal pada emiten syariah di JII (Jakarta

Islamic Index) bedasarkan hipotesis Pecking Order Theory. Berikut adalah

penjelasan masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini,

antara lain :

a. Profitabilitas

Profitabilitas menurut Riyanto (2008) adalah kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang

diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan

utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya.

Profitabilitas menurut Sartono (2008) adalah kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam penjualanya.

Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba. (Rodoni dan Herni Ali, 2010). Dengan pengukuran

profitabilitas, maka dapat diketahui kinerja perusahaan dalam

menghasilkan laba yang akan menentukan struktur modal yang dimiliki

23
perusahaan. Perolehan laba yang besar diduga akan mengurangi jumlah

modal yang berasal dari hutang, begitupun sebaliknya.

Sujoko (2007) dalam Fadli (2010) mendefinisikan profitabilitas

adalah kemampuan perusahan untuk menghasilkan profit atau laba

selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan

penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Untuk mengetahui

profitabilitas yaitu dengan membandingkan antara laba yang diperoleh

dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah pada perusahaan

tersebut.

Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu

rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan

dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Salah

satu rasio yang sering digunakan adalah Return on Investment (ROI),

yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan

dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan investasi

yang tersedia di dalam perusahaan. Bila investasi yang digunakan adalah

keseluruhan jumlah aktiva yang ada, maka Return on Investment sering

juga disebut Return on Assets (ROA). (Riyanto, 2008)

Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dapat

dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil

pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan

modal dalam perusahaan yang bersangkutan.

24
b. Struktur Aktiva

Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –

masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva

tetap (Riyanto, 2008). Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu

kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah

dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun).

Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara

berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi (Riyanto,

2008).

Struktur aktiva dapat dipandang dari aspek operasional yang pada

dasarnya menggolongkan aktiva dalam perbandingan tertentu untuk

keperluan operasi utama perusahaan. Kebanyakan perusahaan industri

dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed

asset). Dari keseluruhan jumlah aktiva tetap ada, maka ada beberapa yang

merupakan “keharusan” dalam perusahaan– perusahaan industri, karena

tanpa aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan. Ada

perusahaan–perusahaan yang menggunakan aktiva tetap dalam jumlah

yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja

yang diperlukan dalam proses produksi. Perusahaan yang menggunakan

aktiva tetap yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah

tenaga kerja disebut sebagai perusahaan yang “capital intensive”,

sedangkan perusahaan–perusahaan yang memperkerjakan jauh lebih

banyak tenaga kerja dibandingkan dengan mesin-mesin, disebut sebagai

25
perusahaan yang “labour intensive”. Penelitian yang dilakukan oleh

Pujiani dan Prasetiono (2012) menyatakan bahwa Struktur Aktiva

mempunyai hubungan Negatif terhadap Financial Leverage. Sehingga

sesuai dengan Hipotesis Pecking Order yang Artinya Ketika perusahaan

memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya

jadi lebih mudah. Sehingga, permasalahan asimetri informasi menjadi

lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi

penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat dan

lebih memilih untuk menerbitkan saham.

c. Sales Growth

Menurut Rodoni dan Ali (2010), mengtakan bahwa petumbuhan

secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang

signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah.

Jadi perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki debt

ratio yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang

pertumbuhanya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia

nyata, sebagai hasilnya pendanaan hutang tidak optimal.

Perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman

memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang

lebih tinggi dibandingan dengan perusahaan dengan tingkat penjualan

yang tidak stabil (Brigham dan Houston, 2010)

Menurut Pujiani dan Prasetiono (2012) Rasio Sales Growth adalah

rasio yang mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan dengan

26
mengukur perbedaan nilai penjualan pada suatu periode. Perusahaan yang

memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan

lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun

aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber

pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang

memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi

kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai

asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.

d. Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham dan Houston (2010), ukuran perusahaan adalah

rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai

beberapa tahun kemudian. Pada perusahan yang besar di mana saham

akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai

pengaruh yang kecil terhadap terhadap hilangnya atau tergesernya

pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan

(Riyanto, 2008).

Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham tersebut berada

dilingkungan perusahan yang kecil, penambahan jumlah saham akan

mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak

dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan

ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan sumber

pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapat pinjaman dari

kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar

27
memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam

industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih

menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi

terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan

perusahaan besar tingkat leverage akan lebih besar dari pada perusahaan

yang berukuran kecil.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran

perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan

pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai

tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Dalam penelitian ini, total penjualan digunakan sebagai alat ukur

ukuran perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwa nilai penjualan

relatif lebih stabil. Jika nilai dari total aktiva, penjualan, atau modal itu

besar, maka digunakan natural logaritma dari nilai tersebut (Miswanto

dan Husnan, 1999) dalam Arief (2011).

Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage,

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono

(2012). Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk

menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki

kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial

distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi

sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan

meningkatkan kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang

28
diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka

perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan

asumsi bahwa pemberi pinjaman (lenders) percaya bahwa perusahaan

mempunyai tingkat likuiditas yang cukup.

e. Likuiditas

Penggunaan rasio lancar untuk likuiditas akan diketahui seberapa

besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya.

Menurut Rodoni dan Herni Ali (2010) rasio likuiditas yaitu mengukur

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya

pada saat jatuh tempo. Dari pengertian tersebut, likuiditas

mempengaruhi struktur modal dimana melihat kemampuan perusahaan

dalam memenuhi hutangnya, semakin kecil kemampuan memenuhi

hutang kemungkinan menggunakan modal dengan hutang juga

berkurang atau sedikit. Disisi lain, rasio lancar akan menunjukkan

kepada investor bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban

lancar yang dimilikinya. Maka akan menambah kepercayaan kepada

investor bahwa investasi di perusahaan akan menjamin resiko

perusahaan tidak gulung tikar karena mampu memenuhi kewajibannya

atau likuiditasnya tinggi. Likuiditas merupakan pertimbangan yang

diperlukan investor dalam menilai perusahaan dalam melaksanakan

kegiatan usahanya tidak tertanggu dengan lilitan hutang yang

ditanggungnya. Investor tidak khawatir dengan adanya hutang yang

timbul karena likuiditas yang mencukupi yang menandakan

29
perusahaan mampu membayar hutang tersebut. Menurut pecking order

theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan

cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini

disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana

internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih

menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai

investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui

hutang. Ini Artinya likuiditas mempunyai Hubungan negatif terhadap

Leverage.

B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

1) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Leverage

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

laba dari penggunaan modal atau total aktivanya. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Arief (2011) profitabilitas ditemukan berhubungan negatif

dengan hutang sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order yang

menyatakan Profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset

(ROA) berhubungan negatif terhadap financial leverage, yang artinya

semakin besar Profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan

pendanaan melalui hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio

(DER). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan

(2010), Pujiani dan Prasetiono (2012), Nurul, Roslina, dan Suhana (2012)

dan Ariani (2013). Dimana perusahaan dengan tingkat pengembalian yang

30
tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil, dan

memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan

dengan dana yang dihasilkan secara internal karena lebih mudah dan biaya

akan lebih efektif dengan menggunakan pendanaan internal, yaitu dengan

laba ditahan. Oleh karena itu, profitabilitas mempunyai hubungan positif

dengan financial leverage.

2) Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Financial Leverage

Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –

masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva

tetap (Riyanto, 2008). Struktur aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva

tetap. Struktur aktiva diukur dengan perbandingan aktiva tetap dengan

total aktiva. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2013),

struktur aktiva berpengaruh negative terhadap hutang yang diukur melalui

Debt to Equity Ratio. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva

berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah

sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan

demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika

proporsi aktiva berwujud meningkat. Ini artinya semakin tinggi struktur

aktiva (semakin besar jumlah aktiva tetap) maka penggunaan modal

sendiri akan semakin tinggi yang akan sehingga penggunaan modal asing

akan semakin sedikit atau struktur modalnya semakin rendah. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief (2011) dan Pujiani

31
dan Prasetiono (2012) yang mengatakan bahwa struktur aktiva

berpengaruh negative terhadap leverage atau hutang.

3) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Leverage

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan

besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, salah satunya adalah total

aktiva atau asset. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan

Prasetiono (2012). Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif

dengan Leverage yang diukur melalui Debt to Equity Ratio (DER) Serta

sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan

dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan

untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih

lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga

menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan

kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total

asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah

untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman

(lenders) percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang

cukup. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Arief (2011) dan Ariani (2013).

32
4) Pengaruh Sales Growth Terhadap Financial Leverage

Pertumbuhan Penjualan yang stabil akan mengakibatkan perusahaan

cenderung menggunakan modal sendiri sebagai pembiayaan aktivitas

operasionalnya (Rodoni dan Ali, 2010). Pendapat ini sesuai dengan

hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa Sales Growth

berpengaruh negative terhadap Leverage (DER). Tingkat pertumbuhan

penjualan yang stabil menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu

dalam menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil pula,

sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber pendanaan dari

laba ditahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widodo (2013).

5) Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Leverage

Likuiditas merupakan salah satu indikator mengenai kemampuan

perusahaan dalam membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek

pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.

Dalam hipotesis pecking order, likuiditas berpengaruh negative terhadap

Debt to Equity Ratio (DER). Karena ketika perusahaan memiliki tingkat

likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya akan rendah dikarenakan

sumber dana yang melimpah sehingga perusahaan akan menggunakan

dana internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya. Hal ini

sejalan dengan penelitian Rahman (2013) dan Ariani (2013).

33
C. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai

penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu

mengenai struktur modal perusahaan.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Nama dan Judul


No. Sampel Alat statistik Hasil
Penelitian
1. Setiawan (2010), “Analisis Semua Analisis Berdasarkan metode
Pengaruh Profit, Growth, Perusahaan yang regresi liner yang digunakan yaitu
dan Asset Structure masuk kategori berganda Metode Analisis linier
terhadap Struktur Modal : indeks LQ 45 Berganda menjelaskan
(Studi kasus pada periode 2006- bahwa terdapat
perusahaan LQ 45)”. 2008 pengaruh secara
simultan pada variabel
profit, growth dan
asset struktur terhadap
struktur modal. Secara
parsial variabel yang
berpengaruh adalah
profit dan asset
struktur. Pada
penelitian ini
ditemukan analisa
variabel yang paling
dominan adalah profit.
2. Fadli (2010), “ Analisis 97 Perusahaan Structural tangibility, size dan
Pengaruh Faktor-Faktor yang terdaftar di Equation growth secara
penentu Struktur Modal Bursa Efek Modeling signifikan berpengaruh
Terhadap Leverage Indonesia periode (SEM) terhadap leverage
Hipotesis Pecking Order 2005-2008 menggunakan perusahaan, sedangkan
dan Trade Off Theory”. program profitability dan
LISREL 8.80 earning volatility tidak
berpengaruh
signifikan.

Perusahaan di BEI
menggunakan struktur
modal teori Pecking
Order Theory.

34
3. Arief (2011), “Analisis 12 Emiten Syariah Analisis Hasil penelitian ini
Pengujian Pecking Order pada berbagai sub regresi Linier adalah secara simultan
Theory melalui keterkaitan sektor industry berganda variabel profitabilitas,
profitabilitas, struktur yang masuk
struktur asset, ukuran
aktiva, ukuran perusahaan, kategori indeks JII
dan kesempatan bertumbuh periode 2006- perusahaan, dan
pada emiten syariah di JII 2009 kesempatan
periode 2006-2009”. bertumbuh
mempengaruhi
struktur modal.
Sedangkan secara
parsial variabel yang
mempengaruhi
struktur modal adalah
profitabilitas dan
struktur asset
sedangkan variabel
ukuran perusahaan
dan kesempatan
bertumbuh tidak
mempengaruhi
struktur modal.

4. Pujiani dan Prasetiono 62 perusahaan Regresi Linier Hasil penelitian


(2012), “Pengaruh Return Manufaktur yang Berganda dan menunjukkan bahwa
on Asset, Sales Growth, terdiri dari Tiga menggunakan perusahaan
Structure Asset, Firm Size, Sektor, yaitu Uji beda yaitu manufaktur sektor
dan, Investment Sektor Industri Chow Test. aneka industri return
Opportunity terhadap dan Kimia (22 on assets, structure
Financial Leverage”. Perusahaan), assets, dan investment
Sektor Aneka opportunity
Industri (15 mempengaruhi
Perusahaan), dan financial leverage.
Sektor Barang Sedangkan pada sektor
Konsumsi (25 barang konsumsi
Perusahaan) hanya return on assets
dan investment
opportunity yang
mempengaruhi
financial leverage.
5. Nurul, Roslina dan Suhana Sampel diambil Analisis Dari hasil penelitian
(2012), “The Determinants menggunakan regresi linier ini diperoleh bahwa
of capital structure : purposive berganda debt ratio dari
Evaluation between sampling dan
perusahaan syariah
Shariah-Compilant and telah diambil 70
Coventional Companies”. perusahaan yang diteliti
syariah dan 50 berpengaruh
perusahaan signifikan terhadap
konvensional. profitabilitas, size dan
Yang terdaftar di Tangibility, tetapi non
bursa efek debt tax shield tidak
Malaysia periode
signifikan terhadap

35
2005-2010 debt ratio. Sedangkan
pada perusahaan
konvensional
diperoleh bahwa
profitabilitas, size, dan
non debt tax shield
signifikan terhadap
debt ratio, tetapi
tangibility tidak
signifikan.

6. Arini (2013), “Pengaruh 30 sampel dari Analisis Dari hasil penelitian


Likuiditas, Ukuran populasi Regresi Linier variabel pertumbuhan
Perusahaan, Struktur perusahaan yang Berganda penjualan mempunyai
Aktiva, Profitabilitas, dan masuk dalam
pengaruh positif dan
Pertumbuhan Penjualan kategori
terhadap Struktur Modal pertambangan signifikan, variabel
(Studi kasus pada yang terdaftar di likuiditas, ukuran
perusahaan pertambangan BEI periode 2007- perusahaan, dan
yang terdaftar di Bursa Efek 2012. profitabilitas
Indonesia)”. mempunyai pengaruh
signifikan kearah
negatif. Sedangkan
variabel struktur
aktiva mempunyai
pengaruh yang positif
tidak signifikan. Dan
variabel yang
berpengaruh dominan
terhadap struktur
modal adalah variabel
profitabilitas dengan
nilai beta
standardized koefisien
tertinggi.

7. Lusangaji (2013), 13 Perusahaan Analisis Secara simultan


“Pengaruh Ukuran Makanan dan Regresi Linier variabel ukuran
Perusahaan, Struktur Minuman yang Berganda perusahaan, struktur
Aktiva, Pertumbuhan terdaftar di Bursa
aktiva, pertumbuhan
Perusahaan, dan Efek Indonesia
Profitabilitas Terhadap periode 2005- perusahaan, dan
Struktur Modal”. 2011 profitabilitas
berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal.

Secara parsial ukuran


perusahaan,

36
pertumbuhan
penjualan, dan
profitabilitas yang
berpengaruh terhadap
struktur modal.
Sedangkan struktur
aktiva tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.

8. Widodo (2013), “Analisis 11 Perusahaan Analisis Secara Simultan Size,


Faktor-Faktor yang Pertambangan Regresi Linier Growth, Struktur
mempengauhi Struktur yang terdaftar di Berganda Aktiva, ROA, dan
Modal Perusahaan sektor Bursa Efek Sales berpengaruh
Pertambangan yang Indonesia periode terhadap Long Debt to
terdaftar di Bursa Efek 2007 sampai Equity Ratio.
Indonesia”. dengan 2011.
Secara Parsial Size,
ROA, dan Sales
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
Long Debt to Equity
Ratio. Sedangkan
variabel Struktur
Aktiva tidak
berpengaruh terhadap
Long Debt to Equity
Ratio.

9. Ahmed dan Shabbir (2014), 28 Perusahaan Analisis Size, Profitabilitas,


“Does Pakistani Insurance Asuransi di Regresi Linier Tangibility, Risk dan
Industry follow Pecking Pakistan periode Berganda Likuiditas sangat
Order Theory? ”. 2007-2011 berperan penting
dalam menentukan
struktur modal
perusahaan asuransi di
Pakistan. Dari
signifikasi variabel
profitabiitas,
Likuiditas, Tangibility,
dan Resiko
menunjukan bahwa
perusahaan asuransi di
Pakistan mengikuti
Pecking Order Theory
dalam Struktur
Modalnya.
10. Fidelis, Edim dan Eke 25 Perusahaan Model Panel Profitabilitas,
(2014), “Determinants of bedasarkan Regresi Volatilitas (Resiko
Financial Structure : Kriteria Operasional),
Evidence from Nigerian pengambilan Kesempatan
Quoted Firms”. Sampel untuk Bertumbuh
periode 14 tahun mempunyai Hubungan

37
yang diambil dari yang negative
laporan tahunan terhdadap Struktur
yang diterbitkan Modal. Sedangkan
perusahaan oleh Ukuran Perusahaan
Bursa Efek dan Tangibility
Nigeria mempunyai hubungan
yang positif terhadap
Struktur Modal. Dan
Perusahaan Nigeria
mengacu pada Pecking
Order Theory dimana
Perusahaan telah
disimpulkan
Menggunakan
Pembiayaan Internal
dalam Struktur
Modalnya

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akn menguji apakah variabel faktor-faktor penentu struktur

modal seperti profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth,

dan likuiditas berpengaruh terhadap financial leverage pada emiten syariah di

JII dan apakah teori pecking order mampu menjelaskan lebih baik perilaku

leverage pada emiten syariah di JII.

Bedasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan

dengan teori, konsep jalur dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat

dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat sebagai berikut :

38
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Laporan Keuangan Emiten Syariah di Jakarta


Islamic Index di Berbagai Sektor

Pecking Order Theory

Profitabilitas Struktur Aktiva Ukuran Perusahaan Sales Growth Likuiditas


(X1) (X2) (X3) (X4) (X5)

(-) (-) (+) (-) (-)

Financial
Leverage

(Y)

Uji Asumsi Klasik


Analisis
Uji Model
Deskriptif 1. Uji Normalitas
Regresi
Statistik 2. Uji Heterokedastisitas
3. Uji Multikolinearitas
4. Uji Autokorelasi

Regresi Linear Berganda : Uji Hipotesis

Intepretasi Uji Koefisien Determinasi 1. Uji F


(Adjusted R Square) 2. Uji T

Kesimpulan dan Saran

39
E. Hipotesis

Bedasarkan Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu dapat Diturunkan

sejumlah Hipotesis sebagai Berikut :

H0 : β = 0 : Variabel Profitabilitas, Struktur Aktiva,

Ukuran Perusahaan, Sales Growth, dan

Likuiditas tidak berpengaruh secara Simultan

terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β ≠ 0 : Variabel Profitabilitas, Struktur Aktiva,

Ukuran Perusahaan, Sales Growth, dan

Likuiditas berpengaruh secara simultan

terhadap Financial Leverage (DER).

Ho : β1 = 0 : Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh

terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β1 ≠ 0 : Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif

terhadap Financial Leverage (DER).

Ho : β2 = 0 : Variabel Struktur Aktiva tidak berpengaruh

terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β2 ≠ 0 : Variabel Struktur Aktiva berpengaruh negatif

terhadap Financial Leverage (DER).

Ho : β3 = 0 : Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh

terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β3 ≠ 0 : Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh

positif terhadap Financial Leverage (DER).

40
Ho : β4 = 0 : Variabel Sales Growth tidak berpengaruh

terhadap Financial Leverage (DER).

Ha : β4 ≠ 0 : Variabel Sales Growth berpengaruh negatif

terhadap Financial Leverage (DER).

Ho : β5 = 0 : Variabel Likuiditas tidak berpengaruh terhadap

Financial Leverage (DER).

Ha : β5 ≠ 0 : Variabel Likuiditas berpengaruh negatif

terhadap Financial Leverage (DER).

41
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap Emiten Syariah dari Berbagai

sektor di JII (Jakarta Islamic Index) periode 2009 – 2013. Dimana di

BEI (Bursa Efek Indonesia) adalah tempat perusahaan mempublikasi

laporan keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia.

Adapun penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan dari Emiten

Syariah JII (Jakarta Islamic Index) terkini yang telah diaudit dengan

pengambilan periode terkini yaitu periode 2009-2013. Adapun variabel

yang akan diteliti untuk proksi perhitungan hipotesis pecking order

theory adalah Struktur Aktiva, Profitabilitas, Firm Size, Sales Growth,

dan Likuiditas. Yaitu, dimana ada 1 variabel dependen dan 5 variabel

independen.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009), Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

utnuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan

kata lain, populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian.

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh

42
Emiten Syariah yang Listing di JII (Jakarta Islamic Index)

periode 2009 sampai dengan 2013.

2. Sampel

Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Sugiyono, 2009).

Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan sampling karena

jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga keterbatasan

peneliti untuk dapat meneliti populasi. Tekhnik sampling yang

diambil adalah tekhnik sampling purposive sampling. Yaitu

tekhnik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau

karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam

penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa

kriteria berikut:

1) Saham-saham emiten terdaftar di Jakarta Islamic Index

aktif diperdagangkan selama periode pengamatan yaitu

2009 sampai 2013.

2) Emiten tidak mengalami delisting (Konsisten) pada

Jakarta Islamic Index dari periode 2009-2013.

3) Perusahaan emiten menerbitkan laporan keuangan yang

telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan

mempublikasikan secara lengkap selama periode 2009-

2013.

43
4) Menyajikan Laporan Keuangan dalam satuan mata uang

rupiah (Rp), tidak dalam satuan mata uang asing.

5) Tidak memiliki ekuitas negatif.

Tabel 3.1
Pemilihan Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1. Emiten Syariah yang terdaftar di 58


indeks JII Periode 2009-2013
2. Emiten Syariah yang Delisting (tidak (42)
konsisten) selama periode 2009-2013
3. Emiten Syariah dengan data (2)
Keuangan Mata Uang Asing
Jumlah Perusahaan yang Memenuhi Kriteria 14

Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan

No Nama Perusahaan
1. Adaro Energy Tbk
2. Astra Agro Lestari Tbk
3. Aneka Tambang (Persero) Tbk
4. Alam Sutera Realty Tbk
5. Astra International Tbk
6. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
7. Kalbe Farma Tbk
8. Lippo Karawaci Tbk
9. PP London Sumatera Indonesia Tbk
10. Tambang Batubara Bukitasam Tbk
11. Telekomunikasi Indonesia Tbk
12. Semen Indonesia (Persero) Tbk
13. United Tractors Tbk
14. Unilever Indonesia Tbk
Sumber : www.idx.co.id

44
C. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan

penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis sumber data yaitu data

sekunder, dan data tersier. Dimana data sekunder didapatkan melalui

laporan keuangan tahunan Emiten Syariah yang listing di JII (Jakarta

Islamic Index) Periode 2009 sampai dengan 2013.

Selain itu, data sekunder didapatkan dari sumber yang sudah

menjadi sebuah sumber yang dipercaya. Sesuai dengan jenis data yang

diperlukan yaitu data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode studi kepustakaan.

Metode studi kepustakaan yaitu suatu cara yang dilakukan dimana

dalam memperoleh data dengan menggunakan cara membaca dan

mempelajari buku-buku serta jurnal – jurnal yang berhubungan dengan

masalah yang dibahas dalam lingkup penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Bedasarkan latar belakang dan tinjauan literature diatas, maka

penelitian ini menggunakan beberapa analisis untuk membuktikan hasil

dari literature-literatur sebelumnya, analisis tersebut diantara nya :

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisis data yang

dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti

berupa angka-angka sebagai dasar untuk berbagai pengambilan

45
keputusan, dimana dalam penelitian ini terdiri dari rata-rata, stamdar

deviasi, minimum dan maksimum

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh

antara variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen

secara bersama-sama (simultan) ataupun secara parsial.untuk

mengetahui variabel independen yang mempengaruhi secara signifikan

terhadap Debt To Equity Ratio pada emiten syariah di Bursa Efek

Indonesia yaitu profitabilitas (ROA), struktur aktiva, ukuran

perusahaan (size), sales growth, dan likuditas digunakan persamaan

umum regresi linear berganda atas empat variabel bebas terhadap

sebuah variabel tidak bebas model umum regresi berganda, yaitu :

Keterangan :

LEV : Tingkat Hutang (Debt to Equity Ratio)

α : Konstanta

β1PROF : Profitabilitas (ROA)

β2STR : Struktur Aktiva

β3SIZE : Firm Size (Ukuran Perusahaan)

β4SG : Sales Growth

β5LIQ : Likuiditas

ε : Variabel Residual (Tingkat Kesalahan)

46
2.1 Uji Asumsi Klasik

Penggunaan uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan

menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan pada penelitian

ini. Tujuan lainnya untuk memastikan bahwa di dalam model regresi

yang digunakan mempunyai data yang terdistribusikan secara normal,

bebas dari autokorelasi, multikolinieritas serta heterokedastisitas.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Untuk melihat normalitas residual menggunakan grafik

histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan

distribusi yang mendekati distribusi normal. Jika data menyebar

sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memiliki

asumsi normalitas (Ghozali, 2011).

Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah

sebagai berikut :

1. Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)

Menurut Ghozali (2011), metode yang lebih handal adalah

dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal

akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data

47
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika

distribusi data residual normal, maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya.

2. Kolmogorov-Smirnov

Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametric

Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan

fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi

berdistribusi normal jika nilai sig.2 tailed > 0,05 (Ghozali,

2011).

b. Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokolerasi (Ghozali, 2011).

Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat

dideteksi dengan uji Durbin-Waston (DW test). Untuk mengetahui

ada tidaknya autokorelasi maka berikut ini adalah tabel

autokorelasi Durbin-Waston

48
Tabel 3.3
Posisi Angka Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada Tolak 0 < dw < dl


autokorelasi
positif
Tidak ada Tidak ada dl < dw< du
autokorelasi kesimpulan
positif
Tidak ada korelasi Tolak 4-dl < dw <
negative 4

Tidak ada korelasi Tidak ada 4-du < dw <


negative kesimpulan 4-dl

Tidak ada Tidak terjadi du < dw < 4-


autokorelasi, autokorelasi du
positif atau
negative

c. Uji Multikolinieritas

Uji mulitikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen.

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar

variabel independen (Ghozali, 2011)

Deteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi

adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan

tolerance. Regresi bebas dari masalah mutikolinieritas jika nilai

VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.1 (Ghozali, 2011).

49
d. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas.

Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari

ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada

pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

mengidentifikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika

tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka terjadi tidak terjadi

heteroskedastisitas. (Ghozali, 2011).

Salah satu kelemahan pengujian secara grafik adalah tidak

jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik. Keputusan

secara subkjektif tentunya dapat mengakibatkan perbedaan

keputusan antara satu orang dengan lainnya. Oleh karena itu,

dibutuhkan uji formal untuk memutuskannya. Uji formal yang

digunakan menggunakan uji glejser. Menurut Ghozali (2011), uji

glejser melihat apakah model regresi terjadi masalah

heterokedastisitas dengan cara melihat nilai sig. dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut :

50
1. Tidak terjadi heterokedastisitas, jika nilai sig > alpha (0,05)

2. Terjadi heterokedastisitas, jika nilai sig < alpha (0,05)

3. Uji Hipotesis

Peneliti menggunakan beberapa uji hipotesis, diantaranya

adalah uji statistik F, uji statistic t dan koefisien determinasi.

a. Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam

pengolahan data menggunakan program komputer Statistical

Product and Service Solutions (SPSS) versi 22.0, pengaruh secara

individual ditunjukkan dari nilai sifnifikan uji F. Dengan tingkat

signifikansi (5%),

Nilai F tabel didapat dari nilai degree of freedom (df1) = k-1,

degree of freedom (df2) = n-k.

tabel ={=
F tabel α {; (df
α ;1)(df
= 1k-1, (df2)(df
) = k-1, = 2n-k}
) = n-k}

Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun

regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel

yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance)

melalui bantuan program SPSS versi 22.0. Dari hasil output SPSS,

uji-F dapat dilihat nilai F pada tabel ANOVA. Pengujian ini

dilakukan dengan uji-F pada confident level 95% dan tingkat

51
kesalahan analisis (α) 5% dengan ketentuan degree of freedom

(df1) = k–1, degree of freedom (df2) = n-k. maka kriteria pengujian

adalah sebagai berikut:

1. Bila nilai signifikansi F < 0.05, maka H0 ditolak, artinya

terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel

independen terhadap variabel dependen.

2. Apabila nilai signifikansi F > 0.05, maka H0 diterima, artinya

semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen.

b. Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Dalam pengolahan data

menggunakan program komputer SPSS versi 22.0, pengaruh secara

individual ditunjukkan dari nilai sifnifikan uji t. Dengan tingkat

signifikansi (5%),

Uji-t yang mengguakan ttabel pada tingkat keyakinan 95% dan

tingkat kesalahan dalam analisa (α) = 5%, dengan ketentuan degree

of freedom (df1) = n-k-1, dimana n adalah besarnya sampel, k

adalah jumlah variabel.

t-tabel=={{αα;;df
t-tabel df==((nn––kk)}
)}

maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

52
1. Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak,

artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu

variabel independen terhadap variabel dependen.

2. Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima,

artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu

variabel independen terhadap variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( ) bertujuan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol

dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen

hampir memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variabel dependen. (Ghozali, 2011)

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah

bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke

dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka

pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu,

penelitian ini menggunakan nilai Adjusted , yang dapat fluktuasi

apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

Nilai Adjusted adalah sebesar satu berarti fluktuasi variabel

dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen

53
dan ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen.

Jika nilai Adjusted adalah sebesar satu berarti fluktuasi variabel

dependen sebelumnya dapat dijelaskan oleh variabel independen

dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel

dependen. Nilai Adjusted berkisar antara nol sampai satu. Jika

mendekati 1 berarti semakin kuat kemempuan variabel independen

dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya jika nilainya

mendekati nol, berarti semakin rendah kemampuan variabel

independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen.

E. Operasional Variabel Penelitian

Berikut peneliti sajikan rumus-rumus mengenai perhitungan dari

variabel- variabel yang diambil dalam penelitian ini, baik variabel

independen dan variabel dependen. Dimana variabel independen terdiri

dari Struktur Aktiva, Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaaan, Sales

Growth, dan Likuiditas. Sedangkan Financial Leverage sebagai variabel

dependen.

1. Variabel Dependen (Dependent Variable)

Variabel dependen merupakan variabel utama yang menjadi faktor

yang berlaku dalam investigasi dan dipengaruhi atau tergantung oleh

variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependen/terikat adalah : Tingkat Hutang (Leverage Ratio). untuk

mengukur tingkat hutang yang digunakan perusahaan maka dalam

54
penelitian ini digunakan Debt to Equity Ratio (DER), yaitu suatu rasio

untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan biaya

hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya yang diukur melalui

total hutang dan total ekuitas (equity). Rumus DER adalah sebagai

berikut :

2. Variabel Independen (Independent Variable)

Variabel independen disebut juga variabel prediktor (predictor

variable) yang biasa dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif atau negatif.

Yaitu, jika terdapat variable independen, variabel dependen juga ada,

dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel independen, terdapat

pula kenaikan atau penurunan dalam variable dependen. Variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Profitabilitas

Variabel independen dengan symbol (β1PROF). dalam

perhitungan tingkat kemapulabaan atau kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba, profitabilitas menggunakan proksi ROA

(Return On Asset), Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti

yang digunakan oleh Setiawan (2010) dan Arief (2011) :

55
b. Struktur Aktiva

Variabel independen dengan symbol (β2STR). Variabel ini

untuk mengetahui berapa besar jumlah asset tetap berwujud

perusahaan dibandingkan dengan total asset yang dimilikinya.

Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti yang digunakan oleh

Arief (2011) dan Pujiani dan Prasetiono (2012) :

c. Ukuran Perusahaan

Variabel independen yang diberi symbol (β3SIZE). Sebenarnya

banyak cara untuk mengetahui ukuran perusahaan, bisa melalui

logaritma natural penjualan dan lainnya. Dalam penelitian ini

digunakan rumus seperti yang digunakan oleh Pujiani dan

Prasetiono (2012) dan Arini (2013) :

d. Sales Growth

Variabel dependen yang diberi symbol dalam regresi liner

berganda dengan symbol (β4SG). Pertumbuhan penjualan

merupakan persentase kenaikan penjualan dari tahun ke tahun.

Menurut Weston dan Copeland (2005) rumusnya adalah :

56
e. Likuditas

Variabel dependen yang diberi symbol dalam regresi linear

berganda dengan symbol (β5LIQ). sebagai proksi perhitungan

tingkat likuiditas perusahaan, peneliti menggunakan rasio lancar

atau current ratio. Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti

yang digunakan oleh Ariani (2013) :

57
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Jakarta Islamic Index

Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan

yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan public

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga profesi

yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme

operasionalnya tidak bertentangan dengan syariat Islam (Rodoni dan

Hamid, 2008).

Di Indonesia secara historis keberadaan pasar modal syariah

dimulai dan diperkenalkan pada pertengahan tahun 1997 melalui

instrumen reksadana syariah. Berkat adanya kerja sama antara PT

Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan PT Danareksa Investment

Manajement (DIM) pada bulan juli 2000 berhasil dibentuk Jakarta

Islamic Index (JII). Kemudian pembentukan ini diikuti dengan

peluncuran Obligasi Syariah Mudharabah oleh PT Indosat di

penghujung tahun 2002. Namun secara resmi, peluncuran pasar modal

syariah di Indonesia terjadi pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003, setelah

melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Pengawas

Pasar Modal dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama

Indonesia (Burhanuddin, 2010).

Fungsi pasar modal syariah menurut MM.Metwally adalah

58
sebagai berikut: (Heri Sudarsono, 2008).

a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan

bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan

resikonya.

b. Memungkinkan bagi pemegang saham menjual sahamnya guna

mendapatkan likuiditas.

c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar

untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.

d. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka

pendek pada harga saham.

e. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh

kinerja kegiatan bisnis sebagimana tercermin pada harga

saham.

Instrumen yang dilarang dalam pasar modal syariah menurut Abdul

Hamid (2009) diantaranya sebagai berikut:

a. Saham Istimewa (Preferred Stock)

Saham istimewa adalah saham yang memberikan hak lebih

besar daripada saham biasa dalam deviden pada waktu

perseroan dilikuiditas.

b. Forward Contract

Forward contract merupakan salah satu jenis transaksi yang

diharamkan bertentangan dengan syariah. Forward contract

merupakan bentuk jual beli hutang yang didalamnya terdapat

59
unsur riba, sedangkan transaksi jual beli dilakukan sebelum

tanggal jatuh tempo.

c. Opsi

Opsi adalah transaksi yang tidak disertai dengan underlying

asset atau real aset, dengan kata lain objek yang ditransaksikan

tidak dimiliki oleh pihak penjual. Opsi termasuk dalam

kategori gharar (penipuan/spekulasi) dan maysir (judi).

d. Transaction Margin on Trading

Transaksi ini adalah dimana pembeli membayar sebagian harga

secara tunai, yang sisanya dilunasi dari pinjaman kepada bank

melalui perantara dengan syarat surat berharga tersebut

dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman.

e. Transaction Short – Shelling

Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi jual beli

dimana penjualan terhadap surat berharga yang belum dimiliki

pada waktu akad.

Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan

prinsip hukum Islam adalah (Ahmad Rodoni, 2009).

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau

perdagangan yang dilarang.

b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk

perbankan dan asuransi konvensional.

60
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta

memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong

haram.

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan

barang-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat

mudarat.

Dalam rangka kegiatan pasar modal syariah ada beberapa lembaga

penting yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengawasan dan

perdagangan, yaitu: BAPEPAM, Dewan Syari’ah Nasional (DSN),

Bursa Efek, Perusahaan Efek, Emiten, profesi dan lembaga penunjang

pasar modal serta pihak terkait lainnya. Khususnya untuk kegiatan

pengawasan akan dilakukan secara bersama oleh BAPEPAM dan

DSN.

Adapun tahapan atau seleksi untuk saham yang masuk dalam

indeks syariah antara lain (Heri Sudarsono, 2008) :

a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih

dari 3 bulan kecuali termasuk dalam 10 kapitalis besar).

b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau

tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap

aktiva maksimal sebesar 90%.

c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan

urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization)

61
terbesar selama satu tahun terakhir.

d. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan

tingkat likuiditas rata – rata nilai perdagangan regurel selama

satu tahun terakhir.

Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan

komponen index pada awal bulan januari dan juli setiap tahunnya.

Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di monitor secara

terus-menerus berdasarkan data-data public dan media. Index harga

saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham terahir yang

tersedia di bursa.

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran tentang suatu

data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata

(mean) dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel

penelitian. Variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi profitabiilitas, pertumbuhan penjualan, ukuran

perusahaan, struktur aktiva, dan likuiditas sebagai variabel

independen, serta financial leverage sebagai variabel dependen.

Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif

dengan menggunakan program SPSS seperti yang terlihat dalam

tabel 4.1 dibawah ini :

62
Tabel 4.1
Deskriptif Statsistik

Sumber : Data yang sudah Diolah

1) Tingkat Profitabilitas (ROA) Emiten Syariah di

Jakarta Islamic Index

Tingkat pengembalian atas aset menunjukkan

keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam

memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi

pemegang saham dalam perusahaan. Rasio ini

menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan

jumlah yang diinvestasikan. Makin tinggi nilai rasio ini

menunjukkan makin tinggi tingkat pengembalian terhadap

aset dan berarti semakin baik kinerja perusahaan tersebut.

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)

tingkat pengembalian atas aset untuk emiten yang menjadi

sampel dalam penelitian sebesar 0,1888 atau (18,88 %)

dan nilai standar deviasi sebesar 0,054. Ini berarti tingkat

pengembalian terhadap aset pada emiten syariah di JII

sebesar 18,88%.

63
Emiten yang memiliki tingkat pengembalian atas aset

di atas rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka

Tambang (Persero) Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang

Batubara Bukitasam Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk,

Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan Unilever Indonesia

Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pengembalian

terhadap asset yang paling tinggi adalah Telekomunikasi

Indonesia Tbk sebesar 26,67%.

Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat

pengembalian atas aset di bawah rata-rata adalah Adaro

Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International

Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk. Dan emiten

yang memiliki tingkat pengembalian terhadap asset yang

paling rendah adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,813%.

2) Tingkat Struktur Aktiva Emiten Syariah di Jakarta

Islamic Index

Struktur aktiva menunjukan besarnya alokasi asset

yang dimiliki suatu perusahaan atau emiten. Dimana asset

tersebut kebanyakan merupakan sebagian besar modal

yang tertanam dalam suatu perusahaan. Semakin besar

64
aktiva yang dimiliki maka kinerja perusahaan dibidang

produksi juga akan semakin bagus.

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)

tingkat struktur aktiva untuk emiten yang menjadi sampel

dalam penelitian sebesar 0,2901 atau (29,01 %) dan nilai

standar deviasi sebesar 0,1628. Ini berarti tingkat struktur

aktiva pada emiten syariah di JII sebesar 29,01%.

Emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva di atas

rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk, PP London Sumatera Indonesia

Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia

(Persero) Tbk, United Tractors Tbk, Unilever Indonesia

Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva

yang paling tinggi adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar

48,57%.

Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat struktur

aktiva di bawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Aneka

Tambang (Persero) Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra

International Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk,

Tambang Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang

memiliki tingkat struktur aktiva paling rendah adalah

Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,884%.

65
3) Tingkat Ukuran Perusahaan Emiten Syariah di

Jakarta Islamic Index

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan

cerrminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam

nilai total aktiva perusahaan. Dengan semakin besar

ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih banyak

investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut.

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)

tingkat ukuran perusahaan untuk emiten yang menjadi

sampel dalam penelitian sebesar 30,47% dan nilai standar

deviasi sebesar 0,9984. Ini berarti tingkat ukuran

perusahaan pada emiten syariah di JII sebesar 30,47%.

Emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan

diatas rata-rata adalah Astra International Tbk,

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Lippo Karawaci Tbk,

Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia

(Persero) Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever

Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat ukuran

perusahaan paling tinggi adalah Astra International Tbk

sebesar 32,36%.

Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat ukuran

perusahaan dibawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk,

Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk,

66
Alam Sutera Realty Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London

Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam

Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan

paling rendah adalah PP London Sumatera Indonesia Tbk

sebesar 29,49%.

4) Tingkat Pertumbuhan Penjualan Emiten Syariah

di Jakarta Islamic Index

Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total

penjualan atau pendapatan dimana pertumbuhan penjualan

masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan

datang dan pertumbuhan yang datang. Tingkat

pertumbuhan penjualan akan menunjukkan seberapa jauh

perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber

pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage,

perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber

pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency

cost) antara pemegang saham dengan manajemen

perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang

sebagai sumber pembiayannya.

67
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)

tingkat pertumbuhan penjualan untuk emiten yang menjadi

sampel dalam penelitian sebesar 0,1420 atau (14,20%) dan

nilai standar deviasi sebesar 0,1709 Ini berarti tingkat

pertumbuhan penjualan pada emiten syariah di JII sebesar

14,20%.

Emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan

diatas rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera

Realty Tbk, Astra International Tbk, Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk,

Semen Indonesia (Persero) Tbk, United Tractors Tbk, dan

Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki

tingkat pertumbuhan penjualan yang paling tinggi adalah

Lippo Karawaci Tbk sebesar 22,32%.

Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan

penjualan dibawah rata-rata adalah Astra Agro Lestari

Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, PP London Sumatera

Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk,

Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki

tingkat pertumbuhan penjualan yang paling rendah adalah

Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 0,037%.

68
5) Tingkat Likuiditas Emiten Syariah di Jakarta

Islamic Index

rasio likuiditas yaitu mengukur kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya

pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang memiliki

Likuiditas perusahaan yang tinggi berarti perusahaan

memiliki internal financing yang akan cukup digunakan

untuk membayar kewajibannya sehingga struktur modal

akan berkurang.

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)

tingkat likuiditas untuk emiten yang menjadi sampel dalam

penelitian sebesar 2,5106 atau (251,06%) dan nilai standar

deviasi sebesar 1,6769. Ini berarti tingkat likuiditas pada

emiten syariah di JII sebesar 251,06%.

Emiten yang memiliki tingkat likuiditas di atas rata-

rata adalah Aneka Tambang (Persero) Tbk, Indocement

Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci

Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang

Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang memiliki

tingkat likuiditas paling tinggi adalah Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk sebesar 527,32%.

Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat likuiditas

dibawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Astra Agro

69
Lestari Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International

Tbk,, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia

(Persero) Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever

Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat

likuiditas paling rendah adalah Unilever Indonesia Tbk

sebesar 78,89%.

6) Tingkat Leverage Emiten Syariah di Jakarta Islamic

Index

Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal

yang berasal dari pinjaman (modal asing) yang

dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional

perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan

meningkatkan rasio perusahaan. Semakin tinggi rasio

leverage menunjukkan komposisi hutang semakin besar

dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan

semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya.

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)

tingkat leverage untuk emiten yang menjadi sampel dalam

penelitian sebesar 0,6942 atau (69,42%) dan nilai standar

deviasi sebesar 0,5055. Ini berarti tingkat leverage pada

emiten syariah di JII sebesar 69,42%.

70
Emiten yang memiliki tingkat leverage di atas rata-rata

adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra

International Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Telekomunikasi

Indonesia Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten

yang memiliki tingkat leverage paling tinggi adalah

Unilever Indonesia Tbk sebesar 163,50%.

Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat likuiditas

dibawah rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka

Tambang (Persero) Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia

Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan United Tractors

Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat leverage paling

rendah adalah Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar

17,98%.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Dalam uji normalitas ini digunakan analisis

grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak.

71
1) Analisis Grafik dengan menggunakan Normal

Probability Plot (Normal P-P Plot).

Uji normalitas data dengan menggunakan SPSS 22.0

menghasilkan grafik sebagai berikut :

Grafik 4.1
Hasil Uji Normalitas

Sumber : Data yang telah Diolah

Bedasarkan hasil olah data diatas, dapat dilihat bahwa

titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan

penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal, hal

ini menandakan bahwa model asumsi regresi memenuhi

asumsi normalitas dan model regresi layak dipakai untuk

menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas

(profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales

growth, dan likuiditas) terhadap variabel terikat (financial

leverage).

72
2) Uji Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov

Sumber : Data yang telah Diolah

Bedasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan data

dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat

dilihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,095 dan

nilai sig. > derajat alpha pada 0,198 atau lebih besar dari

0,05.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini

73
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel

independen yang nilai korelasi antar sesama variabel

independen sama dengan nol. Pengujian dalam uji

multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance

Inflation Factor) harus berada dibawah 10, hal ini akan

dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber : Data yang telah Diolah

Bedasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil

uji multikolinieritas menunjukkan nilai tolerance mendekati

angka 1 dan nilai VIF disekitar angka 1 untuk setiap variabel.

Hasil perhitungan Toleransi menunjukan tidak ada variabel

independen yang memiliki nilai Toleransi kurang dari 0.10

yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen

yang nilainya lebih dari 95%. Hasil VIF juga menunjukkan

hal yang sama tidak ada suatu variabel independen yang

memiliki nilai VIF lebih dari 10. Berdasarkan hasil uji

multikolinieritas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

74
semua variabel independen dalam model persamaan regresi

tidak terdapat problem multikolinearitas dan dapat digunakan

dalam penelitian ini.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan

dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika terdapat pola

tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya jika

tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heterokedastisitas. Adapun hasil uji heterokedastisitas dalam

penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.2.

75
Grafik 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber : Data yang telah Diolah

Bedasarkan hasil heterokedastisitas pada grafik 4.2

terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka

nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan

demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam

model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi

heterokedastisitas.

Selain menggunakan scatter plot untuk pengujian

heteroskedastisitas, peneliti juga menggunakan Uji Glejser untuk

menghindari kerancuan yang diakibatkan pengambilan keputusan

melalui grafik. Uji Glejser dapat dilakukan setelah kita

mendapatkan nilai unstandardized residual yang telah

dikuadratkan dan di absolutkan, lalu meregresikan nilai tersebut

menjadi variable dependen.

76
Tabel 4.4
Hasil Uji Heterokedastisitas Melalui Uji Glejser

Sumber : Data yang telah Diolah

Pada tabel 4.4, dapat kita lihat hasil uji Glejser melalui

tabel coefficients dan nilai sig. Pada bagian sig dapat kita

ketahui bahwa semua variabel independen tidak ada yang

signifikan karena nilai signifikansi berada diatas 0,05. Hal ini

berarti model regresi tidak mengalami heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Tujuan pengujian autokorelasi adalah untuk mengetahui

ada tidaknya korelasi antara anggota dari observasi yang

disusun menurut time series atau cross section. Asumsi

autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara

data pengamatan, dimana muncul suatu data dipengaruhi oleh

data sebelumnya. Penyimpangan autokorelasi dalam

penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DW-test).

Berdasarkan output SPSS 22.0, maka hasil uji autokorelasi

pada tabel 4.5 sebagai berikut :

77
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi

Sumber : Data yang telah diolah

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi

bedasarkan tabel autokorelasi yang menyebutkan bahwa nilai

Uji Durbin-Watson = 2.090 sedangkan dalam tabel DW

untuk “k”=5 dan N = 70 besarnya DW tabel : dl (Batas luar)

= 1,4637 ; du (batas dalam) = 1,7683 ; 4-du = 2,2317 ; dan 4-

dl = 2,5363. Maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DW-

test terletak pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada

gambar 4.6

Tabel 4.6
Hasil Uji Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada Tolak 0 < 2,090 <


autokorelasi 1,4637
positif
Tidak ada Tidak ada 1,4637 <
autokorelasi kesimpulan 2,090 <
positif 1,7683

Tidak ada Tolak 4-1,4637 <


korelasi negative 2,090 < 4

Tidak ada Tidak ada 4-1,7683 <


korelasi negative kesimpulan 2,090 < 4-

78
1,4637

Tidak ada Tidak terjadi 1,7683 <


autokorelasi, autokorelasi 2,090 < 4-
positif atau 1,7683
negative

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji F

Hasil uji statistik F digunakan untuk mengukur apakah

semua variabel independen yang digunakan mempunyai

pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel

dependen. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji

dengan melihat siginifikansi (sig.) yang terdapat pada tabel

ANOVA. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat

dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.7
Hasil Uji F

Sumber : Data yang sudah diolah


Dari tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai sig sebesar 0,000. Hal

ini memberikan hasil yang signifikan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa struktur aktiva, profitabilitas, ukuran

79
perusahaan, sales growth dan likuiditas secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap financial leverage (debt to

equity ratio). Hal ini dikarenakan nilai sig. 0,000 < alpha (α = 5

%) maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan variabel independen

secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji-t

Uji Parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel

dependen secara individual atau secara parsial. Hasil uji t dapat

diketahui melalui nilai sig t yang terdapat pada tabel coefficients

melalui nilai t. Selengkapnya mengenai hasil uji t penelitian

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.8
Hasil Uji-t

Sumber : Data yang sudah Diolah

80
1) Pengaruh Profitabilitas terhadap Financial Leverage

Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap

Financial Leverage dengan nilai significant level 0,044 <

0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage, dengan

demikian H1 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti

diterima).

Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori yaitu

Pecking Order Theory yang menyimpulkan bahwa apabila

dana internal telah memenuhi kebutuhan sebagian besar dana

maka perusahaan dapat menekan hutang ke tingkat yang

lebih rendah. Ini berarti dana internal telah mampu

merupakan pilihan utama dalam memenuhi sumber

pembiayaan.

Dalam kaitannya dengan variabel profitabilitas,

profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap Financial

Leverage yang artinya bahwa perusahaan yang mempunyai

tingkat profitabilitas yang tinggi akan mengurangi

ketergantungan modal dari pihak luar, karena tingkat

keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk

memperoleh sebagian besar pendanaannya yang dihasilkan

secara internal yang berupa laba ditahan sebelum perusahaan

menggunakan sumber dana eksternal seperti hutang. Hal

81
tersebut dapat disebabkan karena dengan semakin tingginya

laba yang diperoleh perusahaan akan semakin banyak dana

yang akan diperoleh sebagai sumber dana sehingga

penggunaan hutang akan semakin sedikit, sehingga

berpengaruh terhadap penentuan komposisi struktur

modalnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012) dan Arief

Rahman Hakim (2013) yang menyatakan bahwa variabel

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Financial

Leverage (DER).

2) Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Financial

Leverage

Variabel struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap

Financial Leverage dengan nilai significant level 0,425 >

0,05.). Hal ini menunjukan bahwa variabel struktur aktiva

tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage, dengan

demikian H2 ditolak (hipotesis yang diajukan peneliti tidak

diterima).

Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva

secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar

dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva

lain yang dapat direalisasikan menjadi uang atau dijual atau

dikonsumsi suatu periode akuntansi yang normal, sedangkan

82
aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam

bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu yang

digunakan dalam operasi perusahaan dan mempunyai masa.

Fenomena yang terjadi selama periode penelitian ini salah

satunya adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata

uang asing yaitu pada periode 2010 sampai dengan 2013.

Transaksi pada saat itu sudah mengacu pada mata uang asing

sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka pendeknya semakin mahal dan juga ketika

perusahaan ingin menjual asset beharga nya sebagai modal

produksi perusahaan, nilai nya akan anjlok atau semakin

murah sehingga perusahaan akan mencari kebijakan selain

struktur aktiva sebagai faktor struktur modal nya. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian dari Lusangaji (2013)

yang menyatakan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh

terhadap struktur modal (Debt to Equity Ratio). Namun tidak

mendukung penelitian dari Arief Rahman Hakim (2013),

serta Pujiani dan Prasetiono (2012) yang menyatakan bahwa

struktur aktiva berpengaruh terhadap financial leverage

(DER).

83
3) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Financial

Leverage

Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap Financial Leverage dengan nilai significant level

0,300 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel ukuran

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial

Leverage, dengan demikian H3 ditolak (hipotesis yang

diajukan peneliti tidak diterima).

Hasil ini tidak sesuai dengan landasan teori yang

menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang lebih besar akan

lebih menjamin memiliki akses yang lebih mudah untuk

mendapatkan sumber modalnya. Kemungkinan yang dapat

terjadi dari hasil penelitian ini adalah bahwa perusahaan lebih

cenderung menyukai pendanaan yang berasal dari internal

dibandingkan dari hutang, sehingga ukuran perusahaan tidak

memiliki pengaruh terhadap penggunaan sumber dana

eksternal. Kemungkinan lain adalah bahwa perusahaan besar

yang mempunyai akses lebih mudah ke pasar modal

dibandingkan dengan perusahaan kecil belum tentu dapat

memperoleh dana dengan mudah di pasar modal. Hal ini

disebabkan karena para investor akan membeli saham atau

menanamkan modalnya tidak hanya mempertimbangkan

besar-kecilnya perusahaan, tetapi juga memperhatikan faktor-

84
faktor lain, seperti prospek perusahaan, sifat manajemen

perusahaan saat ini dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arief Rahman

Hakim (2013) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan

tidak mempengaruhi Financial Leverage (DER).

4) Pengaruh Sales Growth terhadap Financial Leverage

Variabel Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap

Financial Leverage dengan nilai significant level 0,042 <

0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel sales growth

berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage, dengan

demikian H4 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti

diterima).

Hal ini mengindikasikan bahwa semakin stabil

pertumbuhan penjualan, maka perusahaan cenderung

mengurangi pendanaan yang bersumber dari hutang jangka

panjang sehingga mengakibatkan turunnya tingkat struktur

modal. Tingkat pertumbuhan penjualan yang stabil

menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu dalam

menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil

pula, sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber

pendanaan dari laba ditahan, begitu pula sebaliknya.

85
Perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index

yang mampu mengalokasikan laba ditahan dari sebagian laba

bersihnya akan cenderung mengurangi porsi penggunaan

hutang jangka panjang dengan tujuan mengurangi biaya tetap

yang tinggi berupa bunga hutang. Kreditur akan tetap

beranggapan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan

penjualan yang stabil pun masih memiliki potensi risiko dan

ketidakpastian yang cukup tinggi. Hal inilah yang

menyebabkan kreditur membebankan biaya bunga hutang

yang lebih tinggi serta membebankan agency cost akibat

bebagai persyaratan mengikat yang diajukan kreditur dalam

memberikan pinjaman kepada perusahaan sebagai debitur.

Dalam keadaan normal, tingginya biaya hutang jangka

panjang menyebabkan pendanaan yang bersumber dari

hutang jangka panjang baru akan dipilih perusahaan sektor

pertambangan setelah pendanaan yang bersumber dari laba

ditahan dianggap tidak mencukupi dan penerbitan saham

dianggap sudah tidak menguntungkan bagi perusahaan.

Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang stabil

dapat menjual sahamnya dengan harga yang lebih wajar. Hal

tersebut dikarenakan stabilitas pertumbuhan penjualan

merupakan sinyal positif bagi calon investor eksternal

(publik) yang menandakan bahwa perusahaan memiliki

86
stabilitas keuangan serta prospek yang baik, sehingga mampu

mengurangi peluang terjadinya informasi asimetris antara

manajemen dan publik. Preferensi penggunaan pendanaan

yang bersumber dari laba ditahan serta penerbitan saham

untuk perusahaan sektor pertambangan yang memiliki

stabilitas pertumbuhan penjualan dibanding pendanaan yang

berusmber dari hutang jangka panjang menyebabkan

turunnya tingkat struktur modal.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan

oleh Widodo (2013) yang menunjukan bahwa Sales Growth

mempengaruhi Financial Leverage (DER).

5) Pengaruh Likuiditas terhadap Financial Leverage

Variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap

Financial Leverage dengan nilai significant level 0,000 <

0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel likuiditas

berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage, dengan

demikian H5 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti

diterima).

Sesuai dengan Pecking Order Theory. Bahwa perusahaan

yang memiliki tingkat profitabilitas dan likuiditas yang tinggi

justru tingkat hutangnya rendah, sehingga perusahaan tidak

menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini dikarenakan

87
perusahaan memiliki sumber dana internal yang melimpah,

sehingga perusahaan lebih cenderung menggunakan dana

internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya

sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang.

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ahmeed

dan Shabbir (2014).

c. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk

menggambarkan seberapa besar perubahan atau variasi dari

variabel dependen dapat dijelaskan oleh perubahan atau

variasi dari varabel independen. Dalam penelitian ini

menggunakan nilai Adjusted R Square karena variabel

independen lebih dari dua dan nilai Adjusted R Square dapat

naik turun apabila variabel independen ditambahkan ke

dalam model penelitian, maka dapat dilihat dari tabel berikut

Tabel 4.9
Hasil Koefisien Determinasi

Sumber : Data yang telah diolah

88
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,281 atau 28,1%, hal ini

berarti struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva,

profitabilitas, ukuran perusahaan, sales growth, dan likuiditas,

sedangkan sisanya sebesar 72,9% kemungkinan dapat dijelaskan

oleh faktor lain diluar model yang tidak dimasukkan ke dalam

penelitian ini misalnya pajak, tingkat pertumbuhan perusahaan,

dan risiko bisnis.

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui arah

hubungan variabel independen pada variabel dependennya, apakah

secara positif atau negatif. Persamaan regresi dalam penelitian ini

adalah :

Tabel 4.10
Hasil Regresi Berganda

Sumber : Data yang sudah Diolah

89
Bedasarkan tabel diatas diperoleh persamaan regresi sebagai

berikut :

Y = -0,188 – 2,507Profitabilitas – 0,585Sales Growth –

0,137Likuiditas + e

Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut adalah

sebagai berikut:

1) Jika nilai dari variabel X1 (Profitabilitas), X4 (Sales

Growth), dan X5 (Likuiditas) sama dengan nol, maka

nilai variabel Y (Financial Leverage) adalah -0,188%.

2) Variabel profitabilitas (X1) mempunyai pengaruh

negatif terhadap struktur modal (Y) dengan koefisien

regresi sebesar 2,971 yang artinya jika terjadi

peningkatan variabel profitabilitas (X1) sebesar 1%,

maka nilai financial leverage (Y) akan turun sebesar

2,971%. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap.

3) Variabel sales growth (X4) mempunyai pengaruh

negatif terhadap financial leverage (Y) dengan

koefisien regresi sebesar 0,635 yang artinya jika terjadi

peningkatan variabel sales growth (X4) sebesar 1%,

maka nilai financial leverage (Y) akan turun sebesar

0,665%. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap.

4) Variabel likuiditas (X5) mempunyai pengaruh negatif

terhadap financial leverage (Y) dengan koefisien

90
regresi sebesar 0,179 yang artinya jika terjadi

peningkatan variabel likuiditas (X5) sebesar 1%, maka

financial leverage (Y) akan berkurang sebesar 0,179%.

Dengan catatan bahwa variabel lain tetap.

91
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil uraian tentang pengaruh struktur aktiva, profitabilitas,

ukuran perusahaan, sales growth dan likuiditas terhadap financial

leverage (DER) pada emiten yang terdaftar pada Jakarta islamic index

periode 2009-2013, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa,

a) Struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap financial leverage

(DER).

b) Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial leverage

(DER).

c) Sales growth berpengaruh negatif terhadap financial leverage

(DER).

d) Likuiditas berpengaruh negatif terhadap financial leverage

(DER).

e) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

financial leverage (DER).

2. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan struktur aktiva,

profitabilitas, ukuran perusahaan, sales growth dan likuiditas

berpengaruh signifikan terhadap financial leverage (DER).

3. Hasil dari Adjusted R square .diperoleh hasil 0,281. Hal ini berarti

bahwa struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva,

92
4. profitabilitas, ukuran Perusahaan, sales growth dan likuiditas

sebesar 28,1%, sedangkan sisanya 71,9% dapat dijelaskan oleh

variabel lain diluar model misalnya, stabilitas penjualan, leverage

operasi, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penialai

kredibilitas, sikap manajemen, kondisi internal perusahaan dan

pajak.

5. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa emiten syariah yang

terdaftar pada Jakarta Islamic Index mengacu pada Pecking Order

Theory dalam struktur modalnya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa

saran yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini

merupakan informasi yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan,

investor dan akademisi.

1. Bagi Emiten

Dari penelitian ini dapat berguna untuk bahan pertimbangan

sebagai acuan dari sumber pendanaan yang cocok bagi emiten

syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dalam usaha

mencapai dan mengembangkan bisnisnya, dimana perusahaan

harus menentukan besarnya perbandingan jumlah pinjaman

jumlah hutang dan modal sendiri agar struktur modal perusahaan

bias mencapai optimal. Yaitu dengan memperhatikan faktor-

93
faktor seperti struktur aktiva, profitabilitas, likuiditas, sales

growth, dan ukuran perusahaan.

Dalam menggunakan hutang pada tingkat tertentu (sejauh

manfaat yang dapat diberikan, maka tambahan hutang akan

diperkenankan) sebagai sumber pendanaannya dapat

meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaan. Sedangkan

profitabilitas yang positif menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menciptakan peningkatan laba yang memiliki potensi baik

untuk mengurangi ketergantungan akan sumber dana eksternal.

2. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

para investor dalam menentukan dan memutuskan investasi yang

akan dilakukan, karena setiap investor menginginkan prospek

yang lebih baik bagi perusahaannya di masa depan.

3. Bagi Akademisi

Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai

variabel keuangan lainnya yang memiliki pengaruh lebih besar

terhadap struktur modal selain variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian ini dan memperluas sampel perusahaan yang

mencakup semua jenis perusahaan yang terdaftar di Busa Efek

Indonesia.

94
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Naveed and Salman Shabbir. 2014. “Does Pakistiani Insurance


Industry follow Pecking Order Theory?”. European Journal Business
and Management. Vol.6, No.4.

Arief, Bramantyo. 2011. Analisis Pengujian Teori Pecking Order Melalui


Keterkaitan Profitabilitas, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan
Kesempatan bertumbuh Terhadap Financial Leverage pada Emiten
Syariah di Jakarta Islamic Index periode 2006-2009. Skripsi.
Program Studi Manajemen Universitas Diponegoro.

Arini, Farida. 2013. Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Struktur


Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Struktur Modal (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya.

Brigham dan Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku 2


(Edisi 11). Jakarta : Salemba Empat.

Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta, Graha


Ilmu, 2010.

Chair, Abdul. 2012. Perspektif Riba dalam Ekonomi Islam. Yogyakarta : UIN
Sunan Kalijaga.

Fadli. 2010. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penentu Kebijakan Struktur


Modal Terhadap Leverage, Hipotesis Pecking order Teori dan Trade
off Teori. Skripsi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fidelis A.A, Edim N.O, dan Eke F.A. 2014. Determinants of Financial
Structure : Evidence from Nigerian Quoted Firms. Research Journal
of Finance and Accounting, Vol.5, No. 16.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19.
Semarang : Univ. Diponegoro.

Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan


Jangka Panjang), Buku 1, Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE.

Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, Jr. 2012. Prinsip-Prinsip


Manajemen Keuangan (Edisi 13). Jakarta : Salemba Empat.

95
J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham. (2008). Dasar-dasar Manajemen
Keuangan (1 thed). Jakarta: Erlangga.

J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham. (2008). Dasar-dasar Manajemen


Keuangan (2th ed). Jakarta : Erlangga.

Lusangaji, Dumas. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva,


Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur
Modal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,
Malang.

Myers, Stewart C. & Nicholas S. Majluf (1984). Corporate Financing and


Investment Decisions When Firms Have Information Investors Do
Not Have. National Bureau of Economic Research.

Nurul, Nadia Najwa, Roslina Mohammad, dan Suhana Mohamed. 2012. The
Determinants of Capital Structure : Evaluation between Shariah-
Complicant and Conventional Companies. Management and
Technology Research, Malacca, Malaysia.

Pujiani, Suci dan Prasetiono. 2012. Analisis Pengaruh Return on Asset, Sales
Growth, Structure Assets, Firm Size, dan Investment Opportunity
terhadap Financial Leverage (studi perbandingan pada perusahaan
manufaktur sektor aneka industry dan barang konsumsi yang
terdaftar di BEI periode 2008-2011). Diponegoro Journal of
Accounting, Vol.1, No 1, Hal 158-171.

Rahman, Arief Hakim. 2013. Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas,


Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas terhadap Struktur Modal (Studi
Kasus pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012). Skripsi Manajemen
Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Cet 8.


Yogyakarta, BPFE, 2008.

Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama.
Jakarta : Mitra Wacana Media.

Rodoni, Ahmad. Dan Abdul Hamid. Lembaga Keuangan Syariah, Cet 1,


Jakarta, Zikrul Hakim, 2010.

Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE

96
Setiawan, Andi. 2010. Analisis Pengaruh Profit, Growth, dan Aset Structure
terhadap Struktur Modal. Skripsi Manajemen Keuangan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta, 2008.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. (2005). Manajemen Keuangan.


Edisi Kedelapan. Jakarta : Binarupa Aksara

Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. (2008). Manajemen Keuangan.


Edisi Kesembilan. Penerjemah : Jaka Wasana. Jakarta : Binarupa
Aksara

Widodo, Cahyo. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur


Modal Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

www.bapepam.co.id

www.idx.co.id

97
Lampiran - Lampiran

98
Lampiran 1 : Data Emiten Syariah yang Dijadikan Sampel Penelitian

Nama Pe rusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk

Lampiran 2 : Data Mentah Financial Leverage (DER)

Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013


Adaro Energy Tbk 1.4343 1.1856 1.3171 1.2344 1.1076
Astra Agro Lestari Tbk 0.2160 0.1851 0.2110 0.3261 0.0005
Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.2272 0.2850 0.4112 0.5359 0.7091
Alam Sutera Realty Tbk 0.8430 1.0739 1.1557 1.3133 1.7061
Astra International Tbk 1.0028 1.0985 0.3416 0.4156 1.0152
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0.2430 0.1726 0.1536 0.1718 0.1580
Kalbe Farma Tbk 0.3924 0.2184 0.2699 0.2776 0.3312
Lippo Karawaci Tbk 1.3993 1.0345 0.9406 1.1682 1.2077
PP London Sumatera Indonesia Tbk 0.1799 0.2212 0.1631 0.2026 0.2058
Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0.4021 0.3583 0.4093 0.4966 0.5463
Telekomunikasi Indonesia 1.5022 0.9758 0.6899 0.6628 0.6526
Semen Indonesia (Persero) Tbk 0.2250 0.2851 0.3453 0.4632 0.4123
United Tractors Tbk 0.8388 0.8388 0.6885 0.5573 0.6091
Unilever Indonesia Tbk 1.0199 1.1500 1.8477 2.0201 2.1373

99
Lampiran 3 : Data Mentah Profitabilitas

Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013


Adaro Energy Tbk 0.1499 0.1775 0.1329 0.1174 0.0789
Astra Agro Lestari Tbk 0.1797 0.1953 0.2063 0.2263 0.2540
Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.1212 0.1936 0.2189 0.2026 0.2154
Alam Sutera Realty Tbk 0.1332 0.1418 0.1468 0.1468 0.1786
Astra International Tbk 0.1129 0.1273 0.1549 0.1888 0.2029
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0.1865 0.2101 0.2367 0.2400 0.2409
Kalbe Farma Tbk 0.1125 0.1545 0.1791 0.1947 0.2138
Lippo Karawaci Tbk 0.0485 0.0649 0.0754 0.0828 0.1351
PP London Sumatera Indonesia Tbk 0.1870 0.2038 0.1769 0.2537 0.2846
Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0.1891 0.1730 0.1815 0.2129 0.2444
Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.2187 0.2660 0.2811 0.2770 0.2908
Semen Indonesia (Persero) Tbk 0.2182 0.2206 0.2200 0.2275 0.2588
United Tractors Tbk 0.1641 0.1674 0.1701 0.1745 0.2094
Unilever Indonesia Tbk 0.2197 0.2284 0.2350 0.2369 0.2512

Lampiran 4 : Data Mentah Struktur Aktiva

Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013


Adaro Energy Tbk 0.1746 0.2170 0.2531 0.2643 0.2533
Astra Agro Lestari Tbk 0.3229 0.3056 0.3356 0.3960 0.4340
Aneka Tambang (Persero) Tbk 0.2908 0.2398 0.1961 0.2366 0.3064
Alam Sutera Realty Tbk 0.0143 0.0323 0.0568 0.0647 0.0556
Astra International Tbk 0.2467 0.2150 0.1876 0.1883 0.1769
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0.5855 0.5019 0.4208 0.3487 0.3497
Kalbe Farma Tbk 0.2157 0.2283 0.2248 0.2394 0.2586
Lippo Karawaci Tbk 0.1027 0.0747 0.0852 0.0894 0.0898
PP London Sumatera Indonesia Tbk 0.3305 0.3105 0.2686 0.2953 0.3482
Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0.0460 0.1056 0.0991 0.1456 0.2401
Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.0038 0.4594 0.5327 0.5122 0.5218
Semen Indonesia (Persero) Tbk 0.3099 0.4924 0.5921 0.6319 0.6126
United Tractors Tbk 0.4465 0.4465 0.2944 0.3021 0.2541
Unilever Indonesia Tbk 0.4056 0.4768 0.5070 0.5243 0.5150

100
Lampiran 5 : Data Mentah Ukuran Perusahaan

Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013


Adaro Energy Tbk 31.3797 31.3348 29.3643 29.5320 29.5382
Astra Agro Lestari Tbk 29.6554 29.8048 29.9538 30.1503 30.3366
Aneka Tambang (Persero) Tbk 29.9276 28.1518 30.3524 30.6121 30.7159
Alam Sutera Realty Tbk 28.9008 29.1545 29.4240 30.0240 30.3002
Astra International Tbk 32.1190 32.3571 32.3630 32.4373 32.5288
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 30.2170 30.3619 30.5298 30.7558 30.9122
Kalbe Farma Tbk 29.5001 29.5816 29.7442 29.8736 30.0572
Lippo Karawaci Tbk 30.1265 30.4133 30.5357 30.8447 31.0747
PP London Sumatera Indonesia Tbk 29.2105 29.3469 29.5467 29.6528 29.7073
Tambang Batubara Bukitasam Tbk 29.7202 29.7969 30.0740 30.1749 30.0887
Telekomunikasi Indonesia Tbk 32.2115 32.2338 32.2663 32.3439 32.4827
Semen Indonesia (Persero) Tbk 30.1922 30.3759 30.6097 30.9111 31.0583
United Tractors Tbk 31.0222 31.0222 31.4692 31.5490 31.6804
Unilever Indonesia Tbk 29.6439 29.7945 29.9807 30.1147 30.2224

Lampiran 6 : Data Mentah Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)

Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013


Adaro Energy Tbk 0.4889 -0.0835 0.4672 -0.0664 -0.1175
Astra Agro Lestari Tbk -0.0903 0.1912 0.2181 0.0735 0.0960
Aneka Tambang (Persero) Tbk -0.0918 0.0038 0.1832 0.0100 0.0812
Alam Sutera Realty Tbk -0.0728 0.4003 0.4932 0.4818 0.5060
Astra International Tbk 0.0151 0.3194 0.2598 0.1568 0.0310
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0.0814 0.0531 0.2469 0.2450 0.0810
Kalbe Farma Tbk 0.1536 0.1254 0.0670 0.2497 0.1735
Lippo Karawaci Tbk 0.0046 0.2184 0.3405 0.4704 0.0821
PP London Sumatera Indonesia Tbk -0.1681 0.1228 0.3045 -0.1013 -0.0185
Tambang Batubara Bukitasam Tbk 0.2400 -0.1161 0.3720 0.0684 -0.0332
Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.0644 0.0141 0.0382 0.0827 0.0755
Semen Indonesia (Persero) Tbk 0.1767 -0.0030 0.1418 0.1966 0.2502
United Tractors Tbk 0.2764 0.2766 0.4748 0.0164 -0.0883
Unilever Indonesia Tbk 0.1713 0.0791 0.1919 0.1634 0.1265

101
Lampiran 7 : Data Mentah Likuiditas

Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013


Adaro Energy Tbk 1.9806 1.7606 1.6652 1.5723 1.7719
Astra Agro Lestari Tbk 1.8258 1.9317 1.3097 0.6846 0.4500
Aneka Tambang (Persero) Tbk 3.2599 3.8177 4.8000 2.5142 1.8364
Alam Sutera Realty Tbk 0.9800 0.9800 0.9778 1.2348 0.7530
Astra International Tbk 1.3688 1.2618 1.3640 1.3991 1.2420
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 3.0055 5.5537 5.6309 6.0276 6.1481
Kalbe Farma Tbk 2.9870 4.3936 3.6527 3.4054 2.8393
Lippo Karawaci Tbk 4.2031 4.2031 5.5936 5.6000 4.9598
PP London Sumatera Indonesia Tbk 1.4054 2.3927 4.8325 3.2730 2.4852
Tambang Batubara Bukitasam Tbk 4.9123 5.7905 4.6325 4.9237 2.8659
Telekomunikasi Indonesia Tbk 0.6058 0.9149 0.9580 1.1604 1.1631
Semen Indonesia (Persero) Tbk 3.5763 0.0029 2.6465 1.7245 1.8824
United Tractors Tbk 1.5659 1.5659 1.7164 1.9465 1.9102
Unilever Indonesia Tbk 1.0417 0.8513 0.6867 0.6683 0.6964

Lampiran 8 : Descriptive Statistics

Lampiran 9 : Variables Entered/Removed

102
Lampiran 10: Correlations

Lampiran 11 : Model Summary

Lampiran 12 : ANOVA

103
Lampiran 13 : Coeficients

Lampiran 14 : Residual Statistic

104
Lampiran 15 : Histogram

Lampiran 16 : Normal P-Plot

105
Lampiran 17 : Scatterplot

Lampiran 18 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

106
Lampiran 19 : Tabel Cooeficients (Uji Glejser)

107
Lampiran 20 : Tabel Durbin Watson

108

Anda mungkin juga menyukai