Anda di halaman 1dari 175

PENGARUH DANA ZAKAT PRODUKTIF, DAN

KARAKTERISTIK USAHA, TERHADAP PERKEMBANGAN


USAHA MIKRO
(Studi LAZISNU Kota Jombang)

Oleh:
Siti Maesaroh Andini
11140860000043

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021
PENGARUH DANA ZAKAT PRODUKTIF, DAN
KARAKTERISTIK USAHA, TERHADAP PERKEMBANGAN
USAHA MIKRO
(Studi LAZISNU Kota Jombang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat
untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
Siti Maesaroh Andini
NIM: 11140860000043

Di Bawah Bimbingan,

Pembimbing I

Dr. Sofyan Rizal. M, Si


NIP. 197604302011011002

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H / 2021

ii
EMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPERHENSIF

iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu 16 Juni 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas
mahasiswa :
Nama : Siti Maesaroh Andini
NIM : 11140860000043
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Dana Zakat Produktif, Karakteristik
Usaha, Terhadap Perkembangan Usaha
Mustahik (Studi LAZISNU Kota Jombang)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan
kemampuan yang bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka
diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS
dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Juni 2021


1. Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si. (……………...…)
Nip. 197711092009122001 Ketua

2. Dr. Sofyan Rizal, M.Si (………………...)


Nip. 197604302011011002 Pembimbing

3. Ady Cahyadi, SE., M.Si (………………...)


NIDN. 2015038202 Penguji

v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Siti Maesaroh Andini


NIM : 111408600000043
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang laintanpa mampu
mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya
orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa
menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik
karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu
bertanggungjawab atas karya ini.

Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya,
dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan,
ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya melanggar
pernyataan, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang
berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

vi
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 21 Mei 2020

Yang Menyatakan

Siti Maesaroh Andin

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA DIRI
Nama Lengkap : Siti Maesaroh Andini
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Mei 1997
Alamat : Jl. Tipar Cakung, gang salon RT 003
RW 03. No. 69. Kelurahan Sukapura,
Cilincing, Jakarta Utara. 14140
Telepon : 08996233503
Email : andini.sitimaesaroh@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL


Tahun 2002-2008 : SDN Sukaasih 02
Tahun 2008-2011 : SMPN 144 Jakarta
Tahun 2011-2014 : SMAN 89 Jakarta
Tahun 2014-2021 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI


Tahun 2014-2015 : Himpunan Qori dan Qoriah Mahasiswa

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA


Ayah : Ahmad Hadi
Tempat, Tanggal : Jakarta, 10 Juli 1968
Lahir
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Siti Maslicha

viii
Tempat, Tanggal : Jombang, 03 Mei 1975
Lahir
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

ix
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tidak lupa
senantiasa selalu terlimpah untuk Nabi Muhammad saw.
keluarganya beserta para sahabatnya hingga kepada umatnya
hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu


syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Sarjana
Ekonommi Jurusan Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul yang penulis ajukan adalah
“Pengaruh Dana Zakat Produktif, Karakteristik Usaha Terhadap
Perkembangan Usaha Mikro Mustahik (Studi LAZISNU
Jombang)”. Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua, bapak Ahmad Hadi dan ibu Siti Maslicha


karena telah memberikan kasih sayang yang begitu
melimpah dalam mendidik penulis dan membesarkan
penulis. Serta kakak dan adik penulis, Mayang Sari,
Mustika Layungsari, Abdusshomad Cakra Buana dan Naila

x
Salsabila yang menjadi motivasi agar penulis bisa segera
menyelesaikan studi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP.,
CRMP. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ibu
Dr. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si. selaku Wakil Dekan
Bidang Akademik, Bapak Dr. Suhendra, MM. selaku
Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Bapak Prof.
Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si. selaku
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.
3. Ibu Dr. Erika Amelia, SE., M.Si. selaku Sekretaris Prodi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, SE., MM, selaku Sekretaris
Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Bapak Prof. Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, M.Si.
selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dengan penuh perhatian selama masa studi.
6. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si. selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah sangat banyak membantu penulis dalam
memberikan arahan maupun masukan agar penelitian yang
dilakukan bisa berjalan dengan baik.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

xi
telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu yang tak
ternilai sehingga penulis bisa menyelesaikan studi
8. Seluruh Staff Tata Usaha dan Karyawan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membantu penulis selama mengurus
administrasi dan lain-lain.
9. Seluruh responden yang telah meluangkan waktunya untuk
mengisi kuesioner dan membantu proses penelitian.
10. Teman-teman seperjuangan yang mau direpotkan oleh
penulis Fisrty Izzata Bella, Diah Larasati, Nurul Mudhiatil,
Hujjatul Maryam, Irna Atriani, Nurrohmaniyah, Zaria
Azzahra, Astika Rahma Ghany, Ahmad Hisyamuddin, dan
Elfriedha S.H.
11. Hadiansyah Ramdhan, Riska Amelia, Citra Redita, Ummi
Kulsum, Dewi, Dwi, dan Hanindhiya Hanjaningtyas, Serta
sepupu-sepupuku yang bersedia menjadi tempat berbagi
keluh kesah selama penyusunan skripsi.
12. Teman-teman jurusan Ekonomi Syariah 2014 yang sudah
mewarnai hari-hari penulis selama perkuliahan.
13. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu yang telah membantu penulis selama masa studi
hingga menyelesaikan skripsi ini

Semoga Allah swt. memberikan balasan yang melimpah


kepada semua pihak di atas untuk semua hal baik yang pernah
mereka berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi

xii
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran, masukan, arahan maupun kritikan untuk
menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini bermafaat bagi semua
pihak yang membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh

xiii
ABSTRAK

Pembangunan ekonomi nasional adalah suatu keharusan


jika suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan rakyatnya terutama usaha mikro yang terus
meningkat belum diikuti dengan peningkatan kualitas usaha mikro
yang merata. sektor UMKM memiliki berbagai masalah, yaitu
keterbatasan akses modal kerja maupun investasi, kesulitan dalam
pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku, kualitas SDM
yang rendah keterbatasan akses informasi mengenai peluang pasar,
biaya transportasi tinggi, birokrasi yang kompleks, dan
kebijaksanaan ekonomi yang belum jelas arahnya. Sifat
unbankable usaha mikro inilah yang memunculkan semacam
Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Baitul Maal wa Tamwil
(BMT), Lembaga Amil Zakat (LAZ) ataupun Badan Amil Zakat
(BAZ) sebagai lembaga-lembaga finansial mikro yang
menyalurkan dana zakat produktif dalam bentuk modal. Penelitian
ini hanya terbatas pada akibat distribusi dana zakat produktif
kepada perkembangan usaha mustahik dan menganalisa apakah
terdapat perbandingan pemasaran saat sebelum serta setelah
memperoleh dana zakat produktif, populasi pada penelitian ini
berjumlah 93 sampel. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
perbedaan signifikan pada rata-rata keuntungan pelaku usaha
UMKM di Kabupaten Jombang sebelum dan setelah menerima
zakat produktif dari LAZISNU Kabupaten Jombang

xiv
Kata Kunci : Dana zakat produktif, Karakteristik usaha,
Perkembangan usaha mikro

xv
ABSTRACT

Economic development is a necessity if a country wants to


improve the standard of life and safety of its people, especially
micro enterprises, which continue to increase, not yet followed by
an even increase in the quality of micro businesses. The UMKM
sector has various problems, namely limited access to working
capital and investment, difficulties in marketing, distribution and
procurement of raw materials, low quality of human resources,
limited access to information on market opportunities, high
transportation costs, complex bureaucracy, and unclear economic
policies. . The nature of micro-business unbankable has led to such
microfinance institutions (LKM), Baitul Maal wa Tamwil (BMT),
Lembaga Amil Zakat (LAZ) or Badan Amil Zakat (BAZ) as micro
financial institutions that distribute productive zakat funds in the
form of zakat. . This research is only limited to the impact of the
distribution of productive zakat funds on the development of
mustahik efforts and to analyze whether there is a marketing
comparison before and after obtaining a productive charity
budget, the population in this study amounted to 93 samples. The
results showed that there were significant differences in the
average profit of MSME entrepreneurs in Jombang Regency
before and after receiving productive zakat from LAZISNU,
Jombang Regency.

xvi
Keywords: productive zakat funds, business characteristics,
micro-business development

xvii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................... iii


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPERHENSIF ........ iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH . vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................. x
ABSTRAK ................................................................................ xiv
ABSTRACT ............................................................................... xvi
DAFTAR ISI ........................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ................................................................... xxii
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xxiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... xxv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1


A. Latar Belakang ........................................................... 1
B. Batasan Masalah....................................................... 10
C. Identifikasi Masalah ................................................. 11
D. Rumusan Masalah .................................................... 12
E. Tujuan Penelitian ..................................................... 13
F. Manfaat Penelitian ................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................... 16


A. Landasan Teori ......................................................... 16

xviii
1. Zakat .................................................................... 16
2. Zakat Produktif.................................................... 34
3. Pendayagunaan Zakat.......................................... 39
4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ..... 43
5. Argumentasi Usaha Mikro mendapat zakat
produktif .............................................................. 54
6. Hubungan Pemanfaatan Dana Zakat Produktif
dengan Tingkat Penghasilan Mustahik ............... 59
B. Penelitian Terdahulu ................................................ 61
C. Kerangka Berpikir .................................................... 80
D. Hipotesis Penelitian.................................................. 82

BAB III METODE PENELITIAN .......................................... 84


A. Jenis Penelitian ......................................................... 84
B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................... 85
C. Definisi Operasional Variabel .................................. 88
D. Metode Analisis Data ............................................... 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........ 99


A. Gambaran Umum Responden .................................. 99
1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia ............ 99
2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ............................................................. 100
3. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan 101

xix
4. Gambaran Responden Berdasarkan Status
Pernikahan ......................................................... 102
5. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis
Usaha ................................................................. 104
6. Gambaran Responden Berdasarkan Lama
Usaha ................................................................. 105
7. Gambaran Responden Berdasarkan Lama
Menerima Bantuan ............................................ 106
B. Hasil Penelitian ...................................................... 108
1. Analisis Deskriptif ............................................ 108
2. Analisis Deskriptif Modal Usaha Responden ... 108
3. Analisis Deskriptif Besar Bantuan .................... 109
4. Analisis Deskriptif Rata-Rata Pendapatan Sebelum
Menerima Bantuan ............................................ 111
5. Analisis Deskriptif Rata-Rata Pendapatan Setelah
Menerima Bantuan ............................................ 113
6. Analisis Deskriptif Modal Usaha Sebelum
Menerima Bantuan ............................................ 115
7. Analisis Deskriptif Modal Usaha Setelah
Menerima Bantuan ............................................ 117
8. Analisis Deskriptif Pendapatan Sebelum
Menerima Bantuan ............................................ 118
9. Analisis Deskriptif Pendapatan Setelah Menerima
Bantuan ............................................................. 119
10. Uji Beda Paired Sample T Test ......................... 120

xx
11. Hasil Uji Regresi Logistik................................. 121
12. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model
Fit) ..................................................................... 122
13. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) . 123
14. Menilai Kelayakan Model Regresi.................... 125
15. Matriks Klasifikasi ............................................ 126
16. Model Regresi Logistik Yang Terbentuk dan
Pengujian Hipotesis ........................................... 127
C. Pembahasan ............................................................ 132
1. Perbedaan keuntungan sebelum dan setelah
menerima zakat produktif dari LAZISNU ........ 132
2. Pengaruh karakteristik usaha responden (jenis
usaha, dan lama menjalankan usaha) terhadap
keuntungan usaha mikro responden .................. 134

BAB V PENUTUP ................................................................... 138


A. Kesimpulan ............................................................ 138
B. Saran ....................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 141


LAMPIRAN ............................................................................. 145

xxi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penyebaran UMKM menurut Wilayah Jawa Timur ..... 3


Tabel 2.1 Distribusi Mustahiq yang Dapat Memperoleh Zakat
Produktif ..................................................................... 58
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu .................................................. 62
Tabel 4.1 Karakteristik Berdasarkan Usia .................................. 99
Tabel 4.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 100
Tabel 4.3 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ...................... 101
Tabel 4.4 Karakteristik Status Pernikahan Responden ............. 103
Tabel 4.5 Karakteristik Jenis Usaha Responden ...................... 104
Tabel 4.6 Karakteristik Lama Usaha Responden ..................... 105
Tabel 4.7 Karakteristik Lama Menerima Bantuan ................... 107
Tabel 4.8 Karakteristik Modal Usaha Responden.................... 109
Tabel 4.9 Karakteristik Besar Bantuan Responden.................. 110
Tabel 4.10 Karakteristik Rata-Rata Pendapatan Sebelum
Menerima Bantuan ................................................. 111
Tabel 4.11 Karakteristik Besar Bantuan Rata-Rata Pendapatan
Setelah Menerima Bantuan .................................... 114
Tabel 4.12 Karakteristik Modal Usaha Sebelum Menerima
Bantuan................................................................... 116
Tabel 4.13 Karakteristik Modal Usaha Setelah Menerima
Bantuan................................................................... 117
Tabel 4.14 Karakteristik Pendapatan Sebelum Menerima
Bantuan................................................................... 118

xxii
Tabel 4.15 Karakteristik Pendapatan Setelah Menerima
Bantuan................................................................... 119
Tabel 4.16 Hasil Uji Beda Dengan Paired Sample T Test ....... 121
Tabel 4.17 Perbandingan Nilai -2LL Awal dengan -2LL
Akhir....................................................................... 122
Tabel 4.18 Nilai Nagelkerke R Square ..................................... 124
Tabel 4.19 Penilaian Kelayakan Model Regresi ...................... 125
Tabel 4.20 Martiks Klasifikasi .................................................. 126
Tabel 4.21 Hasil Uji Wald ........................................................ 127

xxiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Distribusi Dana Zakat Produktif .................... 37


Gambar 2.2 Kerangka Berpikir .................................................. 81
Gambar 3.1 Bar Chart Presentase Rata-Rata Pendapatan
Sebelum Menerima Bantuan ................................ 112
Gambar 3.2 Pie Chart Presentase Rata-Rata Pendapatan
Sebelum Menerima Bantuan ................................ 113
Gambar 3.3 Bar Chart Presentase Rata-Rata Pendapatan
Setelah Menerima Bantuan .................................. 115
Gambar 3.4 Bar Chart Presentase Rata-Rata Pendapatan
Setelah Menerima Bantuan .................................. 115

xxiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ............................................ 151

xxv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi nasional adalah suatu keharusan jika

suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

rakyatnya. Dengan kata lain pembangunan ekonomi merupakan

upaya sadar dan terarah yang wajib dilakukan negara kepada

rakyatnya apabila negara ingin meningkatkan stabilitas ekonomi

nasional, kesejahteraan hidup serta kemakmuran rakyatnya.

Dengan kata lain, negara harus memulihkan dan menaikan tingkat

ekonomi dan kesejahteraan rakyat dengan usaha-usaha

pembangunan nasional hingga ke pelosok negeri baik yang

menyangkut sektoral ataupun regional. Pembangunan Ekonomi

bukanlah satu-satunya cara yang dapat diandalkan, tetapi

pembangunan ekonomi nasional adalah faktor penunjang untuk

menurunkan kemiskinan serta mengurangi ketimpangan distribusi

pendapatan. Jika pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti

pemerataan hasil-hasil pembangunan kepada seluruh lapisan

1
masyarakat, maka hal tersebut tidak memberikan manfaat dalam

mengurangi ketimpangan pendapatan. Adanya pembangunan

ekonomi di Indonesia, dapat membantu masyarakat yang

berpendapatan menengah kebawah hingga pedagang-pedagang

kecil dan masyarakat lain yang memiliki masalah pada aspek

ekonomi.

Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ialah salah

satu sektor yang penting dalam pembangunan negara. Hal ini

dikarenakan UMKM dapat menyerap tenaga kerja yang

berpendidikan rendah dan masyarakat yang hidup dalam kegiatan

usaha kecil baik tradisional maupun modern. Selain itu sektor

UMKM memiliki beberapa peranan penting lainnya yaitu berperan

dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,

mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam

mewujudkan stabilitas negara.

Data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah

UMKM di Indonesia selalu meningkat tiap tahunnya. Kontribusi

sektor UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai

60,34% dari sisi tenaga kerja, UMKM mampu menyerap tenaga

2
kerja 57,9 juta yang berarti 97,22% di berbagai daerah di Indonesia

(Detik. com, 2018). Besarnya jumlah tersebut tentunya berkorelasi

terhadap kapasitas penyerapan tenaga kerja. Harus disadari bahwa

dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi, sektor

UMKM telah menjamin stabilitas pasar tenaga kerja, menekan

jumlah pengangguran dan dapat menciptakan para wirausahawan

baru. Jombang ialah kota di Jawa Timur ikut ambil alih dalam

kegiatan kemajuan perekonomian daerahnya. Jombang memegang

kendali atas bagian bagian penting dalam hal perekonomian,

berarti dalam hal ini pandangan masyarakat Jombang tentang

perkembangan ekonomi telah meningkat dan menjadi kesadaran

tersendiri tentu hal tersebut akan meningkkatkan kesejahteran

masyarakatnya. Oleh sebab itu, hal ini menjadi impian setiap

warga dan masyarakat lain untuk meningkatkan usahanya,

selanjutnya penyebaran UMKM pada area yang tersebar di

Kabupaten Jombang, ialah sebagai berikut:

Tabel 1.1
Penyebaran UMKM menurut Wilayah Jawa Timur

No Wilayah Total UMKM Tenaga Kerja


1 PACITAN 181.115 221.784
3
No Wilayah Total UMKM Tenaga Kerja
2 PONOROGO 207.561 306.487
3 TRENGGALEK 143.455 194.016
4 TULUNGAGUNG 179.188 21,390
5 BLITAR 255.622 406.719
6 KEDIRI 251.493 395.355
7 MALANG 414.516 826.375
8 LUMAJANG 196.446 287.251
9 JEMBER 424.151 729.962
10 BANYUWANGI 296.706 501.379
11 BONDOWOSO 172.378 277.434
12 SITUBONDO 156.727 263.547
13 PROBOLINGGO 235.286 397.327
14 PASURUAN 248.802 403.965
15 SIDOARJO 171.264 306.481
16 MOJOKERTO 155.410 262.651
17 JOMBANG 188.614 328.380
18 NGANJUK 201.463 322.229
19 MADIUN 146.562 242.654
20 MAGETAN 154.800 233.043
21 NGAWI 185.312 309.653
22 BOJONEGORO 281.967 471.481
23 TUBAN 223.998 370.537
24 LAMONGAN 252.734 421.825
25 GRESIK 168.393 239.182
26 BANGKALAN 166.768 210.003
27 SAMPANG 195.215 264.569
28 PAMEKASAN 195.554 257.481
29 SUMENEP 269.005 486.196
30 KOTA KEDIRI 29.306 51.039
31 KOTA BLITAR 21.291 35.439
32 KOTA MALANG 77.778 141.906
KOTA
33 26.125 41.120
PROBOLINGGO
KOTA
34 24.257 44.520
PASURUAN

4
No Wilayah Total UMKM Tenaga Kerja
KOTA
35 17.480 31.212
MOJOKERTO
36 KOTA MADIUN 22.662 41.557
KOTA
37 260.762 466.779
SURABAYA
38 KOTA BATU 23.544 45.477
JAWA TIMUR 6.825.931 11.117.439
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur

Perkembangan UMKM terutama usaha mikro yang terus

meningkat belum diikuti dengan peningkatan kualitas usaha mikro

yang merata. Sektor UMKM memiliki berbagai masalah, yaitu

keterbatasan akses modal kerja maupun investasi, kesulitan dalam

pemasaran, distribusi dan pengadaan bahan baku, kualitas SDM

yang rendah, keterbatasan akses informasi mengenai peluang

pasar, biaya transportasi tinggi, birokrasi yang kompleks, dan

kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas arahnya (Tambunan,

2012). Keterbatasan akses modal yang dihadapi oleh para pelaku

UMKM khususnya pelaku usaha mikro dari lembaga keuangan

formal menyebabkan pelaku UMKM bergantung pada sumber-

sumber informal seperti bank keliling. Pemerintah telah

melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut

melalui perkembangan sektor usaha produktif dalam pemberian

5
pinjaman dari bank milik pemerintah maupun koperasi.

Penyaluran kredit bebas agunan dan lainnya. Keberadaan lembaga-

lembaga keuangan mikro seperti Lembaga Keuangan Mikro

(LKM), Bitul Maal wa Tamwil (BMT), dan lembaga keuangan

syariah cukup membantu dalam memberikan pembiayaan mikro.

Kabupaten Jombang harus mendapatkan perhatian yang

lebih dari pemerintah maupun masyarakat agar pelaku UMKM

dapat berkembang dan dapat berkompetisi bersama pelaku

ekonomi lainnya. Salah satu lembaga keuangan syariah yang

bertugas menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat

dan merupakan Lembaga resmi adalah Lembaga Amil Zakat

(LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ).

Zakat merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat Islam

yang mampu atau telah mencapai nisab dalam hartanya. Secara

konsep zakat merupakan sebuah hubungan yang vertikal sekaligus

horizontal. Dalam hubungan horizontal, tujuan zakat tidak sekedar

orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang

lebih permanen yaitu mengentaskan kemiskinan. Pendistribusian

dana ZIS terutama zakat kini telah berkembang, pada awalnya

6
hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan konsumtif, saat ini

sudah sampai pada zakat sebagai sumber dana produktif yang

diharapkan dapat mendongkrak perekonomian lebih baik lagi. Di

Indonesia sendiri, zakat produktif disahkan MUI pada tahun 1982.

Lalu diperkuat dengan adanya keterangan mengenai zakat yang

dikumpulkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) maupun Badan Amil

Zakat (BAZ) yang bisa diberikan secara konsumtif untuk

keperluan usaha yang dilakukan oleh mustahik.

Potensi zakat di Indonesia sangat besar. Indonesia

merupakan salah satu negara berpenduduk muslim terbanyak di

duni. Menurut Fauzi (2012), dari total penduduk sebanyak 237 juta

jiwa, di antaranya 205 juta jiwa beragama Islam. Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) menyebutkan potensi zakat di

Indonesia mencapai 217 triliun. Namun yang mampu terserap

hanya sekitar satu persen (Republika 2013). Berdasarkan laporan

auditor independent terhadap laporan keuangan BAZNAS 2016

diketahui bahwa pendapatan sektor zakat yaitu sebesar Rp.

97.637.657.910 (Ar. Utomo Pengaudit 2016). Jika potensi zakat di

Indonesia dapat terserap seluruhnya dan dapat dikelola dengan

7
baik oleh para amil dan mustahik, maka UMKM dapat

berkembang dengan pesat sehingga dapat menjadi solusi dari

masalah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.

Sesuai data yang dilaporkan oleh LAZISNU Kabupaten

Jombang, perkembangan penerimaan zakat mengalami naik turun,

pada tahun 2016 penerimaan sebanyak Rp. 390.401.137,83, lalu

mengalami kenaikan signifikan pada tahun 2017 yaitu RP.

4.600.908.980,00, namun terjadi penurunan yang sangat signifikan

tahun 2018 yaitu Rp. 101.296.650,00.

Badan Amil Zakat (BAZ) ialah badan zakat yang dibentuk

pemerintah untuk mengatur dan mengelola dana zakat masyarakat

dari tingkat pusat (nasional) hingga tingkat kecamatan.

Sebagaimana hal tersebut seharusnya BAZ mendapatkan

dukungan penuh dari pemerintah, baik dari pembiayaan

operasional, maupun teknis pengelolaan dana zakat itu sendiri.

Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat

mengoptimalisasi peran BAZ (Hafidhuddin dalam Bataviase.co.id,

2018). Di tingkat daerah (propinsi, kabupaten atau kota, dan

kecamatan) terdapat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) yang

8
merupakan bagian terorganisir dari Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan zakat

di daerah. Sementara itu di sisi lain terdapat Lembaga Amil Zakat

(LAZ), di mana dalam perundang-undangan merupakan instansi

pelayanan zakat yang dibentuk masyarakat secara swadaya (lepas

dari campur tangan pemerintah). Kehadiran BAZ serta LAZ

nyatanya menimbulkan dualisme, disebabkan tidak ada koordinasi

yang jelas antara lembaga tersebut.

Pemerintah selaku penentu kebijaksanaan menginginkan

lembaga pengelolaan zakat melalui satu pintu yaitu BAZ, di sisi

lain LAZ sebagai bentuk swadaya masyarakat dalam mengelola

zakat masih ingin menjalankan peranannya. Di tengah silang

pendapat antara LAZ serta BAZ tersebut. Faktanya peran Lembaga

dalam menghimpun dana zakat masih sangat kecil dari

keseluruhan jumlah zakat yang ada. Hal tersebut terjadi karena

kecenderungannya masyarakat untuk menyalurkan sendiri

zakatnya secara individual, pada pola-pola tersebut zakat yang

diterima masyarakat hanya diperuntukkan untuk kebutuhan

konsumtif sementara. Hal tersebut dirasakan tidak dapat

9
meningkatkan perekonomian masyarakat yang menerima zakat

(mustahik). Disinilah letak pentingnya penyaluran zakat sebagai

dana produktif, di mana dana zakat yang diberikan pada

masyarakat diperuntukkan pada kegiatan-kegiatan produktif yang

diharapkan dapat mendatangkan nilai lebih bagi kesejahteraan

masyarakat lainnya. Lembaga pengelola zakat harus dapat

memberikan bukti nyata pada masyarakat dalam penyaluran dana

produktif yang tepat sasaran dan keberhasilannya mengentaskan

kemiskinan. Hal tersebut dilakukan untuk mengembalikan ataupun

menumbuhkan kepercayaan dari masyarakat akan kredibilitas

BAZ maupun LAZ dalam mengelola dana umat.

B. Batasan Masalah

Melihat permasalahan dalam pendayagunaan zakat cukup

luas meliputi bidang Pendidikan, sosial, Kesehatan, ekonomi, serta

pemberdayaan lainnya, maka peneliti harus fokus pada masalah

ekonomi yaitu usaha mikro mustahik yang memperoleh

pembiayaan dari dana zakat produktif LAZISNU. Melalui program

10
ini, LAZISNU mengumpulkan data potensi lokal dan kemudian

diberi pembiayaan untuk kemajuan usaha mustahik.

Penelitian ini hanya terbatas pada dampak penyaluran dana

zakat produktif terhadap perkembangan usaha mustahik serta

menganalisis apakah ada perbedaan penjualan sebelum dan setelah

mendapatkan dana zakat produktif tersebut. Penelitian ini

mengambil studi pada program Ekonomi Mandiri NUcare

LAZISNU. Populasi dalam penelitian ini adalah mustahik di

daerah Jombang, Jawa Timur sebagai penerima manfaat berupa

bantuan modal usaha pada program Ekonomi Mandiri NUcare

tersebut. Pengambilan sampel mustahik diperoleh dari mustahik

program Ekonomi Mandiri NUcare yang sudah memiliki lama

usaha minimal 2 tahun,

C. Identifikasi Masalah

Kota Jombang mempunyai slogan yaitu Jombang Kota

Beriman, mayoritas masyarakat disana adalah muslim. Bisa dilihat

dari banyak terdapat pondok pesantren dan lembaga pendidikan

islam di Kota ini. Masalah yang terjadi adalah minimnya

11
penerimaan dana zakat dikarenakan kurang nya informasi dan

pengetahuan tentan zakat itu sendiri. Padahal seharusnya yang

terjadi jika dilihat dari populasi masyarakat Jombang yang

mayoritas islam, dana zakat yang terhimpun akan besar, lalu dana

zakat produktif yang di salurkan akan semakin banyak. Hal ini

diharapkan para pelaku usaha dapat meningkatkan produktifitas

usaha mereka, hingga dapat menaikkan taraf hidup dan

kesejahteraan ekonomi.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan keuntungan sebelum dan

setelah menerima zakat produktif dari LAZISNU?

2. Apakah terdapat pengaruh Antara keuntungan sebelum dan

setelah mendapatkan dana zakat produktif?

3. Bagaimana pengaruh karakteristik profil responden (usia,

status pernikahan, jenis kelamin, lama mendapatkan zakat

produktif) terhadap keuntungan usaha mikro responden?

4. Bagaimana pengaruh karakteristik usaha responden (jenis

usaha, dan lama menjalankan usaha) terhadap keuntungan

usaha mikro responden?

12
E. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis terdapatnya perbandingan keuntungan

sebelum dan setelah mendapatkan dana zakat produktif dari

LAZISNU.

2. Untuk menganalisis adanya pengaruh yang signifikan

antara keuntungan sebelum dan setelah menerima dana

zakat produktif dari LAZISNU.

3. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik profil

responden (usia, status pernikahan, jenis kelamin, lama

menjalankan usaha, serta lama mendapat zakat produktif)

4. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik usaha

responden (jenis usaha, serta lama melaksanakan usaha)

terhadap keuntungan usaha mikro mustahik.

F. Manfaat Penelitian

13
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat baik bagi penulisan maupun pihak-pihak lain yang

berkepentingan, adapun manfaat tersebut antara lain:

1. Bagi Penulis

Sarana untuk mengaplikasikan teori-teori ekonomi

islam yang penulis pelajari selama perkuliahan, terutama

teori mengenai penghimpunan dan pendayagunaan zakat.

Selain itu sebagai salah satu media untuk mengenalkan

zakat dan potensinya serta pendayagunaan dan

pendistribusiannya kepada masyarakat. Zakat digunakan

tidak hanya untuk kegiatan konsumtif, tetapi digunakan

juga untuk kegiatan produktif melalui pemberian modal

usaha bagi mustahik yang tidak mampu memperoleh

pinjaman (unbankable). Pada lembaga keuangan syariah

bank dan non bank lainnya seperti BPRS maupun BMT.

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat umum diharapkan dapat

mengetahui konsep zakat dalam hal penghimpunan dan


14
pendayagunaan yang bertujuan untuk membantu

pemerintah dalam mengentaskan kesenjangan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Bagi Lembaga Penghimpunan dan Pendayagunaan ZIS

Sebagai referensi dalam membuat program-

program pendayagunaan ZIS yang lebih fokus kearah

zakat produktif berupa pemberian modal usaha mikro

kepada mustahik agar mampu mengubah status menjadi

muzakki dan dapat menaikkan taraf hidup.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Zakat

a. Definisi Zakat

Secara etimologi zakat berasal dari sumber kata–‫زكا‬

‫( زكاء‬zaka– zakaa) yang berarti berkembang, bertumbuh

ataupun bertambah, kata yang serupa ialah ‫( زكي‬zaka)

bermakna mensucikan atau membersihkan. Arti zakat bagi

bahasa berawal dari kata‫( نام‬nama) yang berarti kesuburan,

‫( طهارة‬thaharah) berarti kesucian serta ‫ بركة‬yang berati

keberkahan, atau ‫تزكيةوالتطهير‬ (tazkiyah wa thahir)

mensucikan. Zakat merupakan suatu kegiatan (ibadah)

megeluarkan beberapa harta ataupun bahan makanan penting

cocok dengan syarat syariat yang diserahkan pada orang-

orang khusus, pada durasi tertentu dengan kandungan

tertentu.

16
Zakat, sebagai rukun Islam merupakan kewajiban

setiap muslim yang mampu untuk membayarnya dan

diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.

Dengan pengelolaan yang baik, zakat merupakan sumber

dana potensial yang dimanfaatkan untuk memajukan

kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Zakat sangat

erat kaitannya dengan masalah bidang sosial dan ekonomi di

mana zakat mengikis sifat ketamakan dan keserakahan orang

kaya. Pada masalah yang timbul di bidang sosial di mana

zakat ini bertindak sebagai alat yang diberikan agama Islam

untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan

menyadarkan orang yang segala kebutuhannya tercukupi

(kaya) untuk mengingatkan akan tanggung jawab sosial yang

mereka miliki, sedangkan pada sektor di bidang ekonomi

zakat ini berperan sebagai pencegah penumpukkan kekayaan

seseorang (Nopiardo, 2016, hal. 1).

Secara istilah syar’i, zakat berarti penunaian kewajiban

pada harta yang khusus, dan disyaratkan ketika dikeluarkan

telah memenuhi haul (masa satu tahun) dan nishab (ukuran

17
dikenai kewajiban zakat). Sedangkan muzakki adalah orang

yang memiliki harta tersebut untuk dizakati.

Menurut undang-undang Nomor. 23 tahun 2011

mengenai Pengelolaan Zakat, harta benda yang wajib

dikeluarkan zakatnya meliputi: emas, perak, serta logam

mulia lainnya, uang serta berharga lainnya, perniagaan,

pertanian, perkebunan, dan kehutanan, peternakan dan

perikanan, pertambangan, perindustrian, pendapatan dana

jasa, dan rikaz (barang temuan). Apabila kekayaan seorang

muslim tidak memenuhi salah satu landasan hukum zakat

dinyatakan dalam Al-Quran surat At-Taubah ayat 103:

peternakan serta perikanan, pertambangan, perindustrian,

pemasukan serta pelayanan, serta rikaz (benda temuan). Bila

kekayaan seseorang mukmin tidak penuhi salah satu alas

“Ambillah zakat dari beberapa harta mereka, dengan zakat

itu hendak membersihkan serta mensucikan mereka, serta

berdoalah untuk, mereka. Sebetulnya berkah kalian itu

menjadi ketentraman jiwa untuk mereka serta Allah Maha

18
mengikuti serta mengetahui.”.

Zakat merupakan asset berharga umat Islam sebab

berfungsi sebagai sumber dana potensial yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Para pakar di bidang hukum Islam menyatakan

bahwa zakat, infaq dan shadaqah dapat menjadi

komplementer dengan pembangunan nasional, karena dana

ZIS dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat khsusnya dalam bidang pengetasan kemiskinan,

kebodohan, keterbelakangan serta mengurangi jurang

pemisah antara si kaya dengan si miskin sekaligus

meningkatkan perekonomian pedagang kecil yang selalu

tertindas oleh pengusaha besar dan mengentaskan berbagai

persoalan yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan dan

sosial keagamaan,

Zakat adalah instrumen penting dalam sektor ekonomi

Islam dan mendorong kemajuan dan kemakmuran umat

Islam di seluruh dunia. Dengan demikian institusi zakat perlu

diatur dan dikelola secara efektif dan efisien. Melalui sistem

19
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan yang

baik, zakat dapa menjadi alternatif kestabilan krisis ekonomi

dunia. Menurut ajaran Islam, zakat sebaiknya dipungut oleh

negara atau lembaga yang diberi mandat oleh negara dan atas

nama pemerintah bertindak sebagai wakil fakir dan miskin.

Pengelolaan di bawah otoritas yang dibentuk oleh negara

akan jauh lebih efektif pelaksanaan fungsi dan dampaknya

dalam membangun kesejahteraan umat yang menjadi tujuan

zakat itu sendiri, dibanding zakat dikumpulkan dan

didistribusikan oleh lembaga yang berjalan sendiri-sendiri

yang tidak ada koordinasi (Nopiardo, 2016, hal. 2).

Dari beberapa teori di atas, dapat di paparkan bahwa

zakat adalah instrumen pendapatan yang berasal dari

golongan muzakki dan di distribusikan kepada golongan

mustahik dengan tujuan meringankan beban para mustahik.

b. Landasan Hukum Zakat

20
Dasar hukum zakat atau dalil-dalil shohih yang

berkenaan dengan zakat ada di Al-Quran serta Hadits, antara

lain:

1) Qs Al-Baqarah (2): 43

Artinya: “Dan dirikanlah sholat serta tunaikanlah

zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan

bagi dirimu, tentu kamu akan mendapatkan balasan

Nya pada bagian Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.

2) Qs Al-Baqarah (2): 83

Artinya: “Serta (ketahuilah), ketika Kita mengambil

janji dari Anak cucu Bani Israil (yaitu): Janganlah

kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah

21
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan

orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang

baik kepada manusia, dirikanlah sholat dan

tunaikanlah zakat, Kemudian kamu tidak memenuhi

janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan

kamu selalu berpaling”.

3) Qs Al-Baqarah (2): 110

Artinya: “dan dirikanlah shalat serta tunaikanlah

zakat. Serta kebaikan apa saja yang kamu usahakan

bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala Nya

pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat

apa-apa yang kamu kerjakan”.

4) Qs At-Taubah (9): 11

22
Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat

dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah

saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan

ayat-ayat itu bagi kamu yang membantu”.

5) Qs Al-Bayyinah (98): 5

Artinya: “padahal mereka tidak disuruh kecuali

supaya menyembah Allah dengan memurnikan

ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama

yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan

menunaikan zakat, dan demikian Itulah agama yang

lurus”.

Berdasarkan paparan Al-Quran diatas, dapat kita lihat

kata zakat selalu diiringi kata sholat terlebih dulu, yang

artinya Allah mewajibkan zakat setelah Allah mewajibkan

sholat atas harta hambanya yang telah mencapai nisab dan

haul. Hadist nabi yang mengenai perintah menunaikan zakat

antara lain:

23
1) Hadis Riwayat Bukhari Muslim (1422H, 1395)

Rasulullah saw bersabda:

“Ajaklah mereka kepada syahadah (persaksian) tak

ada Illah yang berhak disembah kecuali Allah &

bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah

mentaatinya, maka beritahukanlah bahwa Allah

mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari

semalam. Dan jika mereka telah mentaatinya, maka

beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas

mereka shadaqah (zakat) dari harta mereka yang

diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan

kepada orang-orang faqir mereka”.

24
2) Hadits Riwayat Bukhari (1422H, 1398) bahwa

Rasulullah Saw bersabda:

“Aku perintahkan kalian dengan empat perkara dan

aku larang dari empat perkara. (Yaitu) Iman kepada

Allah dan persaksian (syahadah) tak ada ilah yang

berhak disembah kecuali Allah. Lalu Beliau

Shallallahu’alaihiwasallam mengisyaratkan dengan

mengepalkan tangannya, mendirikan shalat,

menunaikan zakat, shaum Ramadhan dan kalian

mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang.

Dan aku melarang kalian dari (meminum sesuatu) dari

labu kering, guci hijau, pohon kurma (yang diukir) dan

sesuatu yang dilumuri tir. Dan berkata, Sulaiman dan

Abu an-Nu’man dari Hammad: Iman kepada Allah

25
persaksian (syahadah) tak ada ilah kecuali Allah.”

3) Hadist Riwayat Bukhori dan Muslim (1442H, 985)

“Kami selalu mengeluarkan zakat fitri di zaman

Rasulullah SAW. satu gantang bahan makanan atau

satu gantang syair, atau satu gantang kismis atau satu

gantang susu bubuk.”

c. HikmahnZakat

Adanya hikmat zakat pada Al-Quran memaparkan

Qs At-Taubah: 103

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,

dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan

mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya

doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.

26
Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui”.

Sedangkan menurut Ash-Shiddiqy hikmah zakat

dibagi menjadi 4 sisi, yaitu:

1) Hikmah Zakat bagi Muzakki

Jika seseorang melaksanakan kewajiban zakat,

maka ia berarti telah melakukan tindakan preventif

bagi terjadinya kerawanan sosial yang umumnya

dilatarbelakangi oleh kemiskinan dan ketidakadilan

seperti terjadinya pencurian, perampokan, maupun

kekerasan yang diakibatkan oleh kekayaan.

2) Hikmah Zakat bagi Mustahik

Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi

kebutuhan para mustahik akan tetapi memberi

kecukupan dan kesejahteraan kepada mereka dengan

cara memperkecil penyebab kehidupan mereka

menjadi miskin.

3) Hikmah Zakat Keduanya

27
Zakat sebagai suatu kewajiban dalam kebutuhan bagi

seorang muslim yang beriman. Menghilangkan rasa

kikir bagi pemilik harta serta membersihkan sikap

dengki dan iri hati bagi orang-orang yang kurang.

4) Hikmah Kekhususan dari Allah

Dari segi kepentingan harta benda yang dizakati,

akan memberikan suatu jaminan untuk membentengi

harta kekayaan tersebut dari kebinasaan dan

memberikan keberkatan serta kesucian dari kotoran

dan syubhat. Hal ini dirasa adanya balasan kebaikan

dari Allah, dengan mengabulkan doa dari para

penerima zakat yang telah memberikan bantuan.

Zakat sebagai instrumen Islam mengandung beberapa

Hikmah yang terdapat makna dan manfaat di dalamnya.

Menurut El Madani (2013) terdapat banyak kearifan serta

faedah dibalik perintah berzakat, di antara lain yakni:

a) Zakat dapat membiasakan orang yang menunaikan

memiliki sifat dermawan, sekaligus menghilangkan

sifat pelit dan kikir.

28
b) Zakat dapat menguatkan benih persaudaraan, serta

menambah rasa cinta dan kasih sayang sesama muslim.

c) Zakat merupakan salah satu upaya dalam mengatasi

kemiskinan.

d) Zakat dapat mengurangi angka pengangguran dan

penyebab-penyebabnya. Sebab hasil zakat dapat

digunakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan

baru.

e) Zakat dapat mensucikan jiwa dan hati dari rasa

dendam, serta menghilangkan iri hati dan kebencian

dari orang-orang miskin terhadap orang kaya.

f) Zakat bisa meningkatkan perekonomian umat

Dari penjelasan diatas bisa ditarik kesimpulan jika

hikmah zakat ialah sebgai menyucikan jiwa, mencegah dari

kemunkaran, menghilangkan sifat kikir dan pelit,

mengurangi kemiskinan dan akan berdampak pada

meningkatnya stabilitas sosial serta menaikkan keadaan

ekonomi mustahik.

29
d. Golongan Yang Berhak Menerima Zakat

(Mustahiq)

Allah SWT telah menentukan mustahiq zakat dalam

surat at-Taubah ayat 60. Ayat tersebut menisbatkan bahwa

kepemilikan zakat adalah untuk semua kelompok dan semua

kelompok memiliki hak yang sama. Atas dasar ini, pengelola

zakat tidak diperkenankan mendistribusikan zakat kepada

pihak lain di luar mustahiq. Maksud adil disini, sebagaimana

yang dikatakan Imam Syafi’i adalah dalam menjaga

kepentingan masing-masing mustahiq dan juga

kemaslahatan umat Islam semampunya (Qardhawi, 2005)

Pada surah At-Taubah ayat 60, dijelaskan kelompok-

kelompok yang berhak menerima zakat, yaitu firman Allah

SWT.

ِ ‫الر َقا‬
‫ب‬ ِ ‫ع َل ْيهَا َوا ْل ُم َؤ َّلفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِي‬ ِ َ‫ين َوا ْلع‬
َ َ‫ام ِلين‬ ِ ‫ص َدقَاتُ ِل ْلفُقَ َر‬
َ ‫اء َوا ْل َم‬
ِ ‫سا ِك‬ َّ ‫ِإنَّ َما ال‬

‫ع ِلي ٌم َح ِكي ٌم‬


َ ُ‫َّللا‬ َّ َ‫س ِبي ِل ۖ فَ ِريضَةً ِمن‬
َّ ‫َّللاِ ۗ َو‬ َّ ‫َّللاِ َواب ِْن ال‬ َ ‫َوا ْلغَ ِار ِمينَ َوفِي‬
َّ ‫س ِبي ِل‬

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah

untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,

30
pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk

hatinya, untuk jalan Allah SWT dan untuk mereka yang

sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan

yang diwajibkan Allah SWT, dan Allah SWT Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

Terdapat delapan golongan (ashnaf) yang berhak

menerima zakat yang dimuat dalam QS At-Taubah : 60 dan

di paparkan oleh Syaikh (2011) yaitu:

1) Fakir

Fakir yaitu mereka yang tidak mendapati sesuatu yang

dapat mencakupi kebutuhan mereka beserta

keluarganya, meski hanyak untuk setengah tahun.

2) Miskin

Miskin yaitu orang-orang yang taraf kehidupannya

lebih baik daripada orang-orang fakir. Karena mereka

dapat memenuhi kebutuhannya meski hanya separuh

dari kebutuhan yang diperlukan.

3) Amil

31
Amil adalah pengurus zakat. Artinya, orang-orang

yang memiliki wewenang untuk mengurus zakat, baik

mengumpulkan, membagikan (kepada para mustahik)

maupun mengelolanya, yang wewenang itu diperoleh

dari pihak penguasa. Mereka berhak menerima zakat

karena status mereka adalah sebagai pegawai.

4) Muallaf

Mereka orang-orang kafir yang bersedia masuk Islam,

yang masih lemah imannya atau mereka diberi zakat

karena untuk membujuk hati mereka kepada Islam.

Dengan diberi zakat, di harapkan iman yang

bersemayam dihati mereka semakin kuat.

5) Riqab

Seorang tawanan muslim (budak) yang ditawan oleh

orang-orang kafir. Lalu orang-orang kafir itu diberi

uang dari zakat dengan maksud agar berkenan

membebaskan budak tersebut.

6) Gharim

Gharim yaitu orang yang berhutang karena sesuatu

32
kepentingan yang bukan untuk perbuatan maksiat dan

ia tidak mampu untuk membayar atau melunasinya.

7) Sabilillah

Sabilillah merupakan jihad di jalan Allah. yang

dimaksud di jalan Allah di sini ialah jihad di jalan

Allah tidak ada yang lain, yaitu usaha-usaha yang

tujuannya untuk meningkatkan atau meninggikan syiar

Islam, seperti membela atau mempertahankan agama,

mendirikan tempat ibadah, pendidikan, rumah sakit

dan lain-lain.

8) Ibnussabil

Ibnussabil yaitu orang yang sedang dalam perjalanan

yang tidak bisa melanjutkan perjalanan karena

kehabisan perbekalan. Atau biasa disebut musafir yang

memerlukan bantuan.

Berdasarkan paparan di atas, zakat mempunyai tujuan

untuk meringankan beban atas himpitan ekonomi para

mustahik, membantu memperolah hak mereka agar mereka

33
dapat memenuhi kebutuhan hidup sehingga terwujudlah

kemashlahatan umat Islam.

2. Zakat Produktif

a. Definisi Zakat Produktif

Zakat produktif terdiri dari dua kata yakni zakat dan

produktif. Definisi zakat telah dipaparkan diatas, sedangkan

definisi produktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2016) merupakan:

1) Bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah

besar).

2) Mendatangkan (memberi hasil, manfaat, dan

sebagainya); menguntungkan.

3) Sanggup menciptakan serta digunakan dengan cara

tertib untuk membuat unsur-unsur baru. dalam QS At-

Taubah: 60 yang biasa disebut mustahik. Dalam istilah

ekonomi, zakat adalah tindakan transfer of income

(pemindahan kekayaan) dari golongan kaya

(agniya/the have) kepada golongan yang tidak

34
berpunya (the have not).

Dapat disimpulkan bahwa zakat produktif yaitu zakat

yang di transfer kepada masyarakat yang membutuhkan

bantuan modal (mustahik), didayagunakan untuk modal

usaha agar terpenuhinya kebutuhan hidup mustahuk secara

berkelanjutan. Sehingga mustahik dapat hidup mandiri

dengan layak, tanpa menggantungkan diri kepada orang lain.

b. Pola Pemanfaatan Dana Zakat Produktif

Zakat memiliki potensi yang besar menjadi salah satu

alternatif pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang

selama ini timpang. Hal ini dapat terlaksana apabila

pengelolaan zakat dilakukan secara efektif dalam hal

pengumpulan dan pendistribusiannya. Dengan keterlibatan

dari semua pihak, maka optimalisasi peran lembaga zakat

untuk menciptakan kadilan sosial sebagaimana esensi dari

zakat itu sendiri secara ideal dapat memberikan pemerataan

ekonomi.

35
Hafidhuddin (2002) menyatakan bahwa dalam

pendistribusian zakat produktif diperlukan lembaga amil

zakat yang amanah dan kredibel yang mampu mengatur

pendistribusian tersebut. Sifat amanah berarti berani

bertanggung jawab terhadap segala aktifitas yang

dilaksanakannya mengandung nilai-nilai kejujuran.

Sedangkan professional adalah sifat mampu untuk

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan

modal keilmuan yang ada. Pola pendistribusian dana zakat

produktif harus diatur sedemikian rupa sehingga tepat

mencapai sasaran yang di tuju, berikut beberapa langkat

menurut At-Thoilah yang menjadi acuan dalam

pendistribusian zakat produktif :

1) Forecasting, ialah meramalkan, memproyeksikan

serta melangsungkan taksiran saat sebelum pemberian

zakat tersebut.

2) Planning, ialah merumuskan dan merencanakan suatu

tindakan tentang apa saja yang akan dilaksanakan

untuk tercapainya program, seperti penentuan orang-

36
orang yang akan mendapat zakat produktif,

menentukan tujuan yang ingin dicapai, dan lain

sebagainya.

3) Organizing dan Leading, yaitu mengumpulkan

berbagai elemen yang akan membawa kesuksesan

program termasuk di dalamnya membuat peraturan

yang baku yang harus ditaati.

4) Controlling, yaitu pengawasan terhadap jalannya

program sehinga jika ada sesuatu yang tidak beres atau

menyimpang dari prosedur akan segera terdeteksi.

Dibawah ini adalah pola pemanfaatan dana zakat

produktif menurut Mufraini (2008) yang memajukan

rencana qardhul hasan bisa diilustrasikan sebagai berikut:

Gambar 2.1
Pola Distribusi Dana Zakat Produktif

37
4
Rugi
1 2
Proyek
Muzaki BAZ/LAZ Mustahik
Usaha
1
Untung

5 3
6
Mustahik
7 2

Keterangan :

1) Muzakki membayar zakat pada BAZ atau LAZ.

2) BAZ atau LAZ menyalurkan kepada mustahik 1 untuk

dimanfaatkan sebagai modal usaha.

3) Usaha untung maka mustahik mengembalikan

modalnya kepada BAZ atau LAZ.

4) Usaha rugi mustahik tidak perlu mengembalikan

modalnya.

5) BAZ atau LAZ menerima bantuan modal kembali dari

mustahik yang mengalami keuntungan dalam

usahanya.

6) BAZ atau LAZ memilih menyalurkan kepada

38
mustahik 2 untuk dimanfaatkan sebagai modal usaha,

dan begitu seterusnya.

3. Pendayagunaan Zakat

a. DefinisinPendayagunaaneZakat

Pendayagunaan mempunyai kata dasar daya dan

guna kemudian diberi awalan pe dan akhiran an,

menurut kamus besar Bahasa Indonesia bahwa kata

daya berarti kemampuan melakukan sesuatu dan kata

guna yang berarti manfaat sehingga kata

pendayagunaan berarti pengusahaan agar mampu

mendatangkan hasil dan manfaat, bisa pula bermakna

peningkatan kegunaan atau memaksimalkan kegunaan

(Abdullah, 2013, hal. 3).

Pendayagunaan dalam zakat erat kaitannya

dengan bagaimana cara pendistribusian dana zakat

tersebut. Kondisi itu dikarenakan jika

pendistribusiannya tepat sasaran dan tepat guna, maka

pendayagunaan zakat akan lebih optimal.

Dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan zakat

39
produktif adalah bagaimana memanfaatkan dana zakat

dengan mendistribusikannya secara tepat sasaran dan

tepat guna, untuk kegiatan usaha produktif agar

mendatangkan hasil dan manfaat.

b. Jenis-JenisdKegiatansPendayagunaanqDana

Zakat

Ada pula jenis-jenis aktivitas pemanfaatan zakat

dalam ketetapan Menteri Agama RI Nomor. 373 tahun

2003 mengenai pengurusan dana zakat, ialah:

1) Berbasis Sosial

Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam

bentuk pemenuhan kebutuhan pokok mustahik.

Ini disebut juga Program Karitas (santunan) atau

hibah konsumtif. Program ini merupakan bentuk

yang paling sederhana dari penyaluran dana zakat.

2) Berbasis pengembangan ekonomi

Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam

bentuk pemberian modal usaha kepada mustahik

40
secara langsung maupun tidak langsung, yang

pengelolaannya bisa melibatkan maupun tidak

melibatkan mustahik. Penyaluran dana zakat ini

diarahkan pada usaha ekonomi produktif, yang

diharapkan hasilnya dapat meningkatkan taraf

kesejahteraan masyarakat.

c. Bentuk-bentukfPenyaluranxDanarZakat

Menurut Mufraini (2012) Bentuk-bentuk penyebaran

zakat dibagi 4, ialah:

1) Konsumtif Tradisional

Maksud dari pembagian zakat dengan cara

konsumtif tradisional yaitu zakat dibagikan

kepada mustahik untuk dimanfaatkan secara

langsung, seperti zakat fitrah yang diberkan fakir

miskin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

atau zakat mal yang dibagikan kepada para korban

bencana alam. Pola pendistribusiannya dapat

diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan pokok

41
yang dapat meningkat gizi, seperti

mendistribusikan susu berkualitas tinggi, madu,

Pola ini merupakan program jangka pendek dalam

hal menanggulangi permasalahan ekonomi

masyarakat.

2) Konsumtif Kreatif

Pembagian zakat dengan cara konsumtif

kreatif adalah zakat yang diwujudkan dalam

bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk

membantu orang miskin dalam mengatasi

permasalahan sosial dan ekonomi yang

dihadapinya. Bantuan tersebut Antara lain berupa

alat-alat sekolah dan beasiswa untuk para pelajar,

bantuan sarana ibadah seperti sarung dan mukena,

bantuan alat pertanian, seperti cangkul untuk

petani, gerobak jualan untuk pedagang kecil.

3) Produktif Konvensional

Pendistribusian zakat dengan cara ini yaitu

42
dimana zakat yang diberikan dalam bentuk

barang-barang produktif seperti kambing, sapi,

alat cukur, cangkul untuk petani, alat pertukangan

dan lain sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini

akan menciptakan suatu usaha yang membuka

lapangan kerja bagi fakir miskin.

4) Produktif kreatif

Pengalokasian zakat dengan cara produktif

kreatif merupakan zakat yang diberikan dalam

bentuk permodalan baik untuk membangun

proyek sosial. Contohnya adalah untuk

pembangunan sekolah, tempat ibadah, saran

kesehatan atau menambah modal pedagang

pengusaha kecil.

4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

a. DefinisiqdaneKarakteristik UMKM

Terdapat beberapa pendapat yang

mendefinisikan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Di

43
Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-

Undang No 20 Tahun 2008 mengenai UMKM. Berikut

adalah pembagiannya:

1) Usaha Mikro

Usaha mikro adalah usaha produktif milik

perorangan atau badan usaha perorangan yang

memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini, yang memiliki kekayaan

bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) paling

banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan

hasil penjualan tahunan (omzet/tahun) paling banyak

Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

2) Usaha Kecil

Usaha Kecil merupakan usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dibentuk oleh

orang perorangan ataupun badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

44
Usaha Menengah atau Usaha besar yang memenuhi

kriteria Usaha kecil sebagaimana yang dimaksud

dalam Undang-Undang ini. Kriteria dari Usaha Kecil

adalah memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah

dan bangunan) lebih dari dari Rp 50.000.000,- (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan hasil

penjualan tahunan (omzet/tahun) lebih dari Rp

300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima

ratus juta rupiah).

3) Usaha Menengah

Usaha Menengah menurut Undang-Undang

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar. Kriteria dari Usaha

45
Menengah adalah memiliki kekayaan bersih (tidak

termasuk tanah dan bangunan) lebih dari Rp

500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar

rupiah).

Adapun beberapa definisi lain Usaha Mikro, yaitu

sebagai berikut:

1) UU Nomor. 9 Tahun 1995, Usaha Mikro merupakan

aktivitas ekonomi rakyat yang berskala kecil dan

memenuhi keriteria kekayaan atau hasil penjualan

tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang ini.

2) Badan Pusat Statistik, Usaha Mikro memiliki pekerja

lima orang, termasuk tenaga keluarga yang tidak

dibayar. Sedangkan Usaha Kecil memiliki pekerja 5-

19 orang. Sedangkan usaha Menengah memiliki

pekerja sebanyak 20-99 orang.

3) Bank Indonesia, usaha Mikro yaitu usaha yang

dijalankan oleh orang miskin, dimiliki keluarga,

46
sumber daya lokal dan teknologi non industri. Aset Rp

600.000.000,- diluar tanah dan bangunan untuk sektor

non industri manufaktur, dan dengan Omzet tahunan

Rp 3 000.000.000,-.

4) Bank Dunia, Usaha Mikro ialah usaha gabungan atau

usaha keluarga dengan tenaga kerja kurang dari 10

orang. Usaha Mikro merupakan usaha untuk

mempertahankan hidup yang kebutuhan hidupnya

dipenuhi oleh tabungan dan pinjaman berkala kecil.

b. PeranaUsahaaMikropKecil danoMenengah

(UMKM)

Menurut Undang- Undang No 20 tahun 2008,

Usaha Mikro serta kecil bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun

perekonomian nasional berdasarkan demokrasi

ekonomi yang berkeadilan. UMKM juga memiliki

peran dalam pembangunan perekonomian nasional

melalui kontribusi terhadap PDB, menciptakan

lapangan pekerjaan, dan penyerapan tenaga kerja.

47
Kemampuan UMKM dalam menghadapi krisis dan

pembangunan perekonomian nasional disebabkan

oleh:

1) Sektor dapat dikembangkan hampir disemua

sektor usaha dan tersebar di seluruh wilayah

Indonesia.

2) Karena sifat penyebaran yang sangat luas (baik

sektor wilayahnya maupun sektor tenaga

kerjanya) sektor mikro sangat berperan dalam

pemerataan kesempatan kerja.

3) UMKM termasuk usaha-usaha anggota koperasi

yang pada bersifat fleksibel. UMKM dengan skala

usaha yang tidak besar, kesederhanaan spesifikasi

dan teknologi yang digunakan dapat lebih mudah

menyesuaikan dengan perubahan atau

perkembangan yang terjadi.

4) UMKM ialah industri padat modal. Dalam

struktur biaya produksinya, komponen terbesar

adalah biaya variabel yang mudah menyesuaikan

48
dengan perubahan kebutuhan primer masyarakat.

5) Produk-produk yang dihasilkan sebagian besar

merupakan produk yang berkaitan langsung

dengan kebutuhan primer masyarakat.

6) UMKM lebih sesuai dan dekat dengan kehidupan

pada tingkat bawah (grassroot) sehingga upaya

mengentaskan masyarakat dari keterbatasan akan

lebih efektif.

c. PermasalahannUsahanMikrooKecilpdanqMeneng

ah (UMKM)

Perkembangan UMKM di Indonesia tidak

terlepas dari berbagai masalah. Beberapa masalah

umum yang dihadapi UMKM yaitu keterbatasan

modal, kesulitan bahan baku dengan harga terjangkau

dan kualitas baik, informasi pasar dan kesulitan

pemasaran. Tingkat intensitas dan sifat masalah-

malasah tersebut bisa berbeda tidak hanya menurut

jenis produk, atau pasar yang dilayani, tetapi juga

49
berbeda antar lokasi atau wilayah, sektor atau antar

subsektor, antar jenis kegiatan, dan antar unit usaha

dalam kegiatan yang sama (Tambunan, 2012).

Bagi Musa Hubeis (2015), permasalahan umum

yang biasanya terjadi pada UMKM yaitu :

1) Kesulitan Pemasaran

Kesulitan pemasaran sering dianggap

sebagai salah satu kendala yang kritis bagi

perkembangan UMKM. UMKM tidak melakukan

perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait

pemasaran seperti peningkatan kualitas produk

dan kegiatan promosi, cukup sulit bagi UMKM

untuk dapat turut berpartisipasi dalam era

perdagangan bebas.

2) Keterbatasan Finansial

Pada umumnya modal awal berasal dari

modal (tabungan) sendiri atau dari sumber-

sumber informal, tetapi sumber-sumber

permodalan ini sering tidak memadai dalam

50
banyak skema-skema kredit maupun pembiayaan

dari sektor informal masih tetap dominan dalam

pembiayaan kegiatan UMKM.

3) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

Salah satu kendala serius bagi banyak UMKM di

Indonesia ialah keterbatasan SDM dalam aspek

manajemen, metode produksi, pengembangan produk,

oragnisasi bisnis, akuntan data, teknik pemasaran, dan

lain sebagainya. Semua keahlian sangat dibutuhkan

untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas

produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas

dalam produksi, memperluas pangsa dan menembus

pasar barang.

4) Masalah Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam

memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang

srius bagi UMKM di Indonesia. Hal ini dapat

menyebabkan harga yang relatif mahal. Banyak

pengusaha yang terpaksa berhenti dari usaha dan

51
berpindah profesi pada kegiatan ekonomi lainnya

akibat masalah keterbatasan bahan baku.

5) Keterbatasan Teknologi

UMKM di Indonesia umumnya masih memakai

teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua

atau alat-alat produksi yang bersifat manual. Hal ini

membuat proses produksi menjadi rendah,

kemampuan produksi menjadi kurang maksimal, dan

kualitas produk menjadi relatif rendah.

6) Kemampuan Manajemen

Keterbatasan pengusaha kecil untuk menentukan

pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan

tahap pengembangan usahanya, membuat pengelolaan

usaha menjadi terbatas.

7) Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama

antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu

antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah

kemitraan sendiri mengandung arti walaupun

52
tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah

hubungan yang setara (sebagai mitra kerja).

Kemudian menurut Lembaga Pengembangan

Perbankan Indonesia (2015) salah satu permasalahan

Internal UMKM adalah mengenai permodalan. Sekitar

60- 70% UMKM belum mendapat akses pembiayaan

perbankan. Diantara faktornya, hambatan geografis.

Belum banyak perbankan yang mampu menjangkau

hingga ke wilayah pelosok dan terpencil. Kemudian

kendala administratif, manajemen bisnis UMKM

masih dikelola secara manual dan tradisional, terutama

manajemen keuangan. Pengelola belum dapat

memisahkan antara uang untuk operasional rumah

tangga dan pendapatan usaha.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat

disimpulkan bahwa permasalahan yang dialami

UMKM cukup komplek. Diantaranya adalah masalah

mengakses modal, teknologi, administrasi, manajemen

53
usaha serta keuangan, kualitas SDM yang rendah, dan

kesulitan dalam pemasaran.

5. Argumentasi Usaha Mikro mendapat zakat produktif

Zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada

fakir miskin berupa modal usaha atau yang lainnya yang

digunakan untuk usaha produktif yang mana hal ini akan

meningkatkan taraf hidupnya, dengan harapan seorang

mustahik akan bisa menjadi muzakki jika dapat

menggunakan harta zakat tersebut untuk usahanya. Hal ini

juga pernah dilakukan oleh Nabi, dimana beliau memberikan

harta zakat untuk digunakan shahabatnya sebagai modal

usaha (Abdullah, 2013, hal. 6). Hal ini seperti yang

disebutkan oleh Didin Hafidhuddin yang berdalil dengan

hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yaitu ketika

Rasulullah memberikan uang zakat kepada Umar bin Al-

Khatab yang bertindak sebagai amil zakat seraya bersabda:

“Ambillah dahulu, setelah itu milikilah (berdayakanlah) dan

sedekahkan kepada orang lain dan apa yang datang

54
kepadamu dari harta semacam ini sedang engkau tidak

membutukannya dan bukan engkau minta, maka ambillah.

Dan mana-mana yang tidak demikian maka janganlah

engkau turutkan nafsumu.” HR Muslim

Kalimat (fatamawalhu) berarti mengembangkan dan

mengusahakannya sehingga dapat diberdayakan, hal ini

sebagai satu indikasi bahwa harta zakat dapat digunakan

untuk hal-hal selain kebutuhan konsumtif, semisal usaha

yang dapat menghasilkan keuntungan. Hadits lain berkenaan

dengan zakat yang didistribusikan untuk usaha produktif

adalah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik:

“Bahwasanya Rasulullah tidak pernah menolak jika diminta

sesuatu atas nama Islam, maka Anas berkata "Suatu ketika

datanglah seorang lelaki dan meminta sesuatu pada beliau,

maka beliau memerintahkan untuk memberikan kepadanya

domba (kambing) yang jumlahnya sangat banyak yang

terletak antara dua gunung dari harta shadaqah, lalu laki-laki

itu kembali kepada kaumnya seraya berkata " Wahai kaumku

masuklah kalian ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad

55
telah memberikan suatu pemberian yang dia tidak takut jadi

kekurangan !" HR. Ahmad dengan sanad shahih

Pemberian kambing kepada muallafah qulubuhum di

atas adalah sebagai bukti bahwa harta zakat dapat disalurkan

dalam bentuk modal usaha. Pendistribusian zakat secara

produktif juga telah menjadi pendapat ulama sejak dahulu.

Masjfuk Zuhdi mengatakan bahwa Khalifah Umar bin Al-

Khatab selalu memberikan kepada fakir miskin bantuan

keuangan dari zakat yang bukan hanya untuk memenuhi

perutnya berupa sedikit uang atau makanan, melainkan

sejumlah modal berupa ternak unta dan lain-lain untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Demikian

juga seperti yang dikutip oleh Sjechul Hadi Permono yang

mengutip pendapat Asy-Syairozi yang mengatakan bahwa

seorang fakir yang mampu menggunakan tenaganya diberi

alat kerja, yang mengerti bisnis dan dagang diberi modal

dagang atau modal bisnis, selanjutnya An-Nawawi dalam

syarah Al-Muhazzab merinci bahwa tukang jual roti, penjual

minyak wangi, penjahit, tukang kayu, dan lain sebagainya

56
diberi uang untuk membeli alat-alat yang sesuai, ahli jual

beli diberi zakat untuk membeli barang-barang dagangan

yang hasilnya cukup untuk sumber penghidupan tetap

(Abdullah, 2013, hal. 6-7).

Pendapat Ibnu Qudamah seperti yang dinukil oleh

Yusuf Qaradhawi mengatakan “Sesungguhnya tujuan zakat

adalah untuk memberikan kecukupan kepada fakir miskin.”

Hal ini juga seperti dikutip oleh Masjfuk Zuhdi yang

membawakan pendapat Asy-Syafi’i, An-Nawawi, Ahmad

bin Hambal serta Al-Qasim bin Salam dalam kitabnya Al-

Amwal, mereka berpendapat bahwa fakir miskin seharusnya

diberi dana yang cukup dari zakat sehingga ia terlepas dari

kemiskinan dan dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan

keluarganya secara mandiri. Secara umum tidak ada

perbedaan pendapat para ulama mengenai dibolehkannya

penyaluran zakat secara produktif. Karena hal ini hanyalah

masalah tekhnis untuk menuju tujuan inti dari zakat yaitu

mengentaskan kemiskinan golongan fakir dan miskin

(Abdullah, 2013, hal. 7).

57
Di antara mustahik zakat yang berhak untuk menerima

zakat produktif adalah kaum fakir, miskin, Amil zakat serta

para Muallaf. Namun yang lebih diutamakan dari mereka

adalah golongan fakir dan miskin. Selain mereka hanya

mendapatkan zakat konsumtif atau keperluan tertentu saja

seperti ibnu sabil, fi sabilillah, gharimin dan hamba sahaya.

Tabel dibawah ini menjelaskan tentang distribusi mustahik

yang dapat memperoleh zakat produktif (Abdullah, 2013,

hal. 7):

Tabel 2.1
Distribusi Mustahik yang Dapat Memperoleh Zakat
Produktif

No Asnaf Produktif Non-Produktif


1 Fakir √ √
2 Miskin √ √
3 Amil √ √
4 Muallaf √ √
5 Riqab - √
6 Gharimin - √
7 Ibnu Sabil - √

58
No Asnaf Produktif Non-Produktif
8 Fi Sabilillah - √

Pada tabel terlihat bahwa kelompok fakir dan miskin

menjadi prioritas dalam menerima zakat produktif, sehingga

kepada merekalah diberdayakan zakat jenis ini. Adapun

mengenai amilin dan muallaf pada asalnya mereka juga

dapat diberikan harta zakat dalam bentuk ini, namun hal ini

akan disesuaikan dengan keadaan zaman apakah memang

diperlukan atau tidak (Abdullah, 2013, hal. 7).

6. Hubungan Pemanfaatan Dana Zakat Produktif dengan

Tingkat Penghasilan Mustahik

Tidak bisa dipungkiri jika dana zakat ialah salah satu

tambahan bagi pendapatan khususnya bagi UMKM, dana

zakat sebagai tambahan modal. Hal ini akan menyebabkan

adanya peningkatan pada permintaan barang dikarenakan

adanya peningkatan konsumsi itu sendiri. Sedangkan pada

sektor produksi akan menyebabkan bertambahnya

produktivitas, sehingga perusahaan-perusahaan yang telah

59
ada semakin bergerak maju, bahkan memunculkan

berdirinya perusahaan-perusahaan baru untuk menghadapi

kenaikan permintaan tersebut. Di sisi lain modal yang masuk

ke perusahaan akan bertambah banyak. Setiap suatu barang

sangat penting dan merupakan kebutuhan yang mendasar,

setiap itu pula permintaan tidak akan berubah. Hal inilah

yang menyebabkan terus-menerusnya produktivitas

perusahaan dan terjaminnya modal-modal yang

diinvestasikan..

Pada era ini, zakat tidak hanya dimanfaatkan untuk

suatu hal yang konsumtif saja, melainkan zakat akan lebih

luas pemanfaatannya jika digunakan secara produktif.

Karena hal inilah yang akan membantu para mustahik tidak

hanya dalam jangka pendek saja, namun manfaatnya dapat

terus menerus dirasakan dalam jangka panjang. Keberadaan

zakat yang memang pada awal mulanya ditujukan untuk

memeratakan distribusi kekayaan, yang bertujuan untuk

memberantas kemiskinan kini menimbulkan pemikiriran-

pemikiran serta inovasi dalam hal pendistribusian dana zakat

60
tersebut, salah satunya adalah sebagai bantuan modal dalam

usaha produktif.

Dengan adanya modal dari pihak mustahik, hal

tersebut dapat meningkatkan penghasilannya melalui usaha

produktif dari dana zakat yang mereka terima. Dengan

menerima dana zakat produktif susunan masyarakat akan

berubah atau dengan tujuan menjadikan mustahik menjadi

seorang muzakki (Shinta Dwi, 2013).

Dalam Ekonomi Islam, zakat dapat meningkatkan

pendapatan dan mengurangi kesenjangan pendapatan

ekonomi dalam masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa zakat

berfungsi sebagai pengurang jumlah rata-rata pendapatan

dari orang miskin sebagai suatu presentase dari garis

kemiskinan dengan adanya kebijakan alternatif zakat di

harapkan akan ada mekanisme transfer pendapatan orang

miskin yang awalnya mengalami dfisit.

B. Penelitian Terdahulu

61
Untuk menghindari plagiat atau penelitian dengan objek

yang sama, maka diperlukan kajian penelitian terdahulu. Dalam

penulisan ini, penulis melakukan kajian pustaka berupa skripsi

penulis-penulis sebelumnya sebagai pembanding dari skripsi ini.

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
1. Rusli (2013)“ Percobaan Beda serta Perbedaannya
Analisa Akibat OLS. Membuktikan jika adalah sampel,
Pemberian Modal ada perbandingan studi kasus, serta
Zakat Produktif pendapatan yang indikator variable
kepada Pengentasan penting antara saat yang akan diteliti.
Kekurangan di sebelum serta setelah
Kabupaten Aceh menemukan dana zakat
Utara”. produktif. Terus menjadi
besar jumlah zakat
produktif yang
diserahkan hingga akan
terus menjadi besar pula
pendapatan usahanya.
2 Rakhma (2014),“ Tata cara OLS. Hasilnya Perbedaannya
Analisa Faktor- gelombang ZIS adalah variabel y,
faktor yang produktif mempengaruhi dan kasus yang
pengaruhi positif tehadap diteliti.
pendapatan usaha pendapatan usaha
mustahik akseptor mustahik. Sedangkan
ZIS Produktif” baya mustahik
mempengaruhi minus
kepada pendapatan
usaha mustahik.
3. Sintha Dwi Tata cara yang dipakai Alat analisis,
Wulansari serta merupakan tata cara sampel, studi

62
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
Achmad Hendra deskriptif untuk kasus, serta
Setiawan,( 2014): menganalisa pangkal indikator variabel
Analisa Andil Dana serta pemakaian dana y yang akan
Zakat Produktif zakat dan pengurusan diteliti
kepada Kemajuan dana zakat produktif
Usaha Mikro yang disalurkan pihak
Mustahik( Akseptor Rumah Zakat Kota
Zakat) ( Riset Semarang.
Permasalahan
Rumah Zakat Kota Penelitian memakai tata
Semarang)” cara analisa percobaan
beda untuk menganalisa
kedudukan dana zakat
produktif kepada
pergantian tingkatan
mengkonsumsi,
pendapatan usaha dan
profit usaha warga
yang menemukan
saluran dana zakat.

Dalam mendefinisikan
perihal itu akan dicoba
percobaan beda kepada
elastis modal, omzet
pemasaran, serta profit
usaha responden
dengan memakai
percobaan paired T- test

4. Syarifah Mursalina( Memakai pendekatan Perbedaannya


2015):“ Damoak kuantitatif dengan tata merupakan
Pemanfaatan Zakat cara Ordinary Last ilustrasi. Riset
Produktif kepada Square (OLS) permasalahan dan
Kemajuan Usaha penanda elastis y
Mikro Mustahik Riset membuktikan jika yang akan
Permasalahan: pembiayaan pengaruhi diawasi.
Usaha Mikro kemajuan asset serta
profit aspek yang lain

63
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
Arahan BAZNAS Di yang penting serta
Kabupaten Bogor.” mempengaruhi positif
yakni omset usaha,
lama upaya, lama
pembelajaran serta
dummy usaha,
sebaliknya dummy jenis
kelamin mempengaruhi
negatif. Serta aspek lain
mempengaruhi positif
kepada perekembangan
profit yakni
perekembangan omset,
perekembangan modal,
sebaliknya asset
mempengaruhi negatif.
.
5. Fatmawati, Hidayat, Analisis Pengelolaan Perbedaannya
& Suprihatin, 2016 Zakat Dalam Usaha dalam penelitian
Meningkatkan ini adalah lebih
Kesejahteraan Mustahik mefokuskan pada
di BAZNAS Cimahi fasilitas yang
disediakan
BAZNAS Cimahi
6. Zakat Produktif Zakat produktif untuk pengumpulan
Untuk pemberdayaan ekonomi dana zakat dari
Pemberdayaan mustahiq yang muzakki
Ekonomi Umat dilakukan oleh hingga
(Anwar, 2018) LAZISNU Kudus pendistribusian
dengan program zakat serta pembinaan
produktif, dengan dan
diarahkan untuk pendampingan
membantu masyarakat
dalam membangun
perekonomian guna
menompang kebutuhan
hidup sehari-hari dan
juga pengalokasian
zakat produktif

64
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
dilakukan untuk
meningkatkan taraf
hidup. Ini dilakukan
agar kaum dhu’afa bisa
diberdayakan dan tidak
diberi santunan atau
zakat secara terus
menerus. Selain itu
harapan ada peningkatan
dari mustahiq menjadi
muzakki. Adapun
langkah-langkah
pemberdayaan, yaitu
pendataan, pembinaan,
pendampingan, dan
pengawasan.
7 Mekanisme Penelitian ini Inovasi program
Pengelolaan Zakat menggunakan yang telah
Produktif Pada pendekatan kualitatif diluncurkan
Badan Amil Zakat deskriptif. Penelitian dengan analisis
Nasional Tanah yang dilakukan ini yang panjang
Datar (Nopiardo, adalah penelitian
2016) lapangan (field
research), dengan
menggunakan
pendekatan kuantitatif
deskriptif. Dalam
penelitian ini
pembahasan akan
menitik beratkan pada
bagaimana mekanisme
pengelolaan zakat
produktif yang
dilakukan oleh
BAZNAS Tanah Datar
dari 2013 – 2015. Pada
tahun 2013
pendistribusian zakat
produktif sebesar Rp.

65
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
2.795.398.000,- adalah
33,21 % dari total
pengumpulan. Pada
tahun 2014
pendistribusian zakat
produktif sebesar Rp.
2.522.051.000,- adalah
28,81 % dari total
pengumpulan.
Sedangkan pada tahun
2015 distribusian zakat
produktif sebesar
Rp.1.254.584.000,-
adalah 13,67 % dari
total.
8. Revitalisasi Jenis penelitian yang Pendistribusian
Pendistribusian dilakukan ini adalah zakat produktif di
Zakat Produktif penelitian lapangan. kota Yogyakarta
Sebagai Upaya Adapun metode sudah dilakukan
Pengentasan penelitian ini bersifat secara
Kemiskinan di Era kualitatif deskriptif. proporsional dan
Modern (Haidir, Hasil penelitian profesional oleh
2019) mengungkapkan bahwa para petugas
pengimplementasian Badan Amil Zakat
modal zakat produktif Nasional
berdampak positif dalam (BAZNAS) kota
pengentasan Yogyakarta
kemiskinan,
peningkatan pendapatan
serta melahirkan
wirausahawan baru.
Oleh sebab itu, program
penyaluran zakat
produktif oleh BAZNAS
kota Yogyakarta perlu
terus dilakukan sembari
meningkatkan kualitas
pengelolaanya serta
sumber dayanya.

66
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
9. Pendistribusian Kewajiban berzakat Pendistribusian
Zakat Produktif serta penjelasan tentang zakat secara
Dalam Perspektif hukumnya sudah produktif
Islam (Zalikha, ditegaskan semenjak dibolehkan
2016) zaman Mekah, menurut dengan maksud
pendapat kuat pada untuk
tahun kedua Hijriyah. meningkatkan
Namun, kehidupan
perkembangan ilmu ekonomi para
pengetahuan, teknologi mustahik. Namun,
dan industri serta ada persyaratan
perubahan struktur penting
politik dan ekonomi, bahwa para calon
membuat konsep mustahik itu
kekayaan dan sendiri
kemiskinan berubah sebelumnya harus
drastis, mengetahui
sehingga paradigma bahwa harta
hukum tidak lagi zakat yang
mencukupi untuk sedianya mereka
menjalankan ajaran terima akan
zakat disalurkan secara
dalam masyarakat. produktif atau
Maka perlu adanya didayagunakan
kritik dan evaluasi atas dan mereka
pemahaman dan memberi izin atas
persepsi tentang zakat, penyaluran zakat
baik pada konsep dengan cara
teoritik maupun konsep seperti
operasional, serta itu.
model pelaksanaan dan
aplikasinya. Artikel ini
merupakan upaya
membangun
kembali konsep zakat
yang utuh, komprehensif
dan tepat dengan
berbagai konsep

67
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
terkait, yang meliputi
konsep harta,
kepemilikan, ekonomi
dan keadilan dalam
berbagai dimensi. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa pendistribusian
zakat secara
produktif dibolehkan
dengan maksud untuk
meningkatkan
kehidupan ekonomi para
mustahik.
10. Pengaruh Hasil analisis statistik frekuensi
Pendayagunaan melalui paired sample t- mustahiq
Zakat Produktif test menunjukkan bahwa menerima zakat
Terhadap terdapat produktif, rata-
Pemberdayaan perbedaan tingkat rata responden
Mustahik Di Kota pendapatan mustahiq sebagai
Medan (Siti Halida sebelum dan setelah mustahiq, hanya 1
Utami, 2014) menerima zakat kali menerima
produktif, zakat produktif,
dimana perbedaan dengan jumlah
tersebut rata-rata responden
mengalami peningkatan sebanyak 26
walaupun dalam jumlah responden dari 37
yang relatif sedikit. responden yang
Kenaikan pendapatan diteliti.
minimum mustahiq
yaitu sebesar Rp
300.000
perbulan dan kenaikan
pendapatan maksimum
yaitu sebesar Rp
2.000.000 perbulan.
Kenaikan pendapatan
rata-rata 37 responden
dapat dilihat dari nilai
mean paired samples

68
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
test yaitu sebesar Rp
303.500 perbulan.
Secara rata-rata, jumlah
zakat produktif yang
paling banyak
disalurkan atau diterima
oleh
responden sebagai
mustahiq adalah pada
jumlah Rp 500.000 ± Rp
1.000.000 dan
tanggapan
responden terhadap
tingkat kecukupan
jumlah zakat produktif
yang diterima masih
dalam
jumlah yang kurang,
dimana kedua kategori
ini masing-masing
terdapat 20 responden
dari 37 responden yang
diteliti.
11. Strategi Strategi pengelolaan Permasalahan
Pendayagunaan zakat yang dilakukan zakat yang
Zakat Produktif oleh BAZ Kota dihadapi saat ini
(Abdullah, 2013) Sukabumi berupa sangat kompleks,
“pinjaman” modal dan dari mulai masih
dana bergulir bagi para adanya sebagian
mustahik zakat yaitu orang yang tidak
para fakir miskin yang mau membayar
berada di wilyah Kota zakat, distribusi
Sukabumi. Program ini zakat yang belum
mendapat respon tertata
antusias dari para rapi hingga
golongan permasalah fiqh
lemah di wilayah ini. tentang
Dari hasil observasi pengembangan
yang dilakukan dan ijtihad bagi

69
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
diperoleh kseimpulan model-model
bahwa zakat
model zakat produktif produktif.
ini sangat bermanfaat Permasalah
bagi para mustahiq zakat terakhir inilah
sehingga diharapkan yang menjadi
ke depan bisa terus pembahasan
dikembangkan makalah ini.
12. Perbandingan Zakat Penelitian ini bertujuan Perbandingan
Produktif dan Zakat untuk membandingkan Zakat Produktif
Konsumtif dalam efektivitas penyaluran dan Zakat
Meningkatkan zakat secara produktif Konsumtif dalam
Kesejahteraan dengan penyaluran zakat Meningkatkan
Mustahik secara konsumtif dalam Kesejahteraan
(Khalifah Muhamad meningkatkan Mustahik
Ali, 2016) kesejahteraan mustahik.
Penelitian ini
menggunakan Model
CIBEST (Center of
Islamic Business and
Economics Studies)
yang tidak hanya
mengukur kemiskinan
dari aspek material,
namun juga aspek
spiritual responden.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
kedua cara penyaluran
zakat tersebut terbukti
dapat meningkatkan
kesejahteraan sekaligus
menurunkan kemiskinan
mustahik. Zakat
produktif lebih mampu
meningkatkan
kesejahteraan mustahik
dibandingkan dengan
zakat konsumtif.

70
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
13. Pengaruh Zakat, Penelitian ini termasuk ZIS produktif,
Infaq dan Shadaqah kategori Penelitian Pertumbuhan,
Produktif terhadap eksplanatori atau kesejahteraan,
pertumbuhan usaha confirmatory, yakni mustahik, BAZ
mikro dan ingin mendapatkan
kesejahteraan penjelasan mengenai
mustahik di Kota hubungan antar variabel.
Medan (Tanjung, Objek yang akan
2019) diteliti/dianalisis
hubungannya adalah
variabel Zakat Infaq
Shadaqah (ZIS)
produktif dengan
variabel usaha mikro
dan variabel
kesejahteraan mustahik
pada BAZDA Kota
Medan. Penelitian ini
merupakan penelitian
kuantitatif yang
menggunakan analisis
pendekatan SPSS. Hasil
penelian menunjukkan
Zakat, Infaq dan
Shadaqah Produktif
berpengaruh terhadap
pertumbuhan usaha
mikro mustahik di Kota
Medan, sedangkan
Zakat, Infaq dan
Shadaqah Produktif
tidak berpengaruh
terhadap kesejahteraan
mustahik di Kota
Medan, adapun
pertumbuhan usaha
mikro mustahiq tidak
berpengaruh terhadap
kesejahteraan mustahiq

71
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
di Kota Medan. Potensi
ZIS di Kota Medan
sebenarnya cukup besar,
apabila mereka
menyalurkan zakatnya
melalui BAZNAS Kota
Medan akan terkumpul
dana yang lebih besar
bagi kemaslahatan
ummat.
14. Pengelolaan Zakat Zakat produkti f zakat produkti f,
Produktif merupakan salah satu kemiskinan,
Berwawasan model penyaluran zakat kewirausahaan
Kewirausahaan yang efekti f dalam sosial
Sosial dalam penyelesaian masalah
Pengentasan sosial, khususnya
Kemiskinan Di pengentasan
Indonesia (Efendi, kemiskinan. Masalah
2017) kemiskinan
masih menjadi
persoalan yang perlu
disikapi secara serius.
Agar tujuan tersebut
dapat
terwujud, maka zakat
produkti f harus
dikelola dengan tepat.
Kewirausahaan sosial
yang beberapa tahun
terakhir sedang
berkembang di
beberapa negara,
menarik untuk
ditemukan relasinya
dengan pengelolaan
zakat produkti f.
Dengan demikian akan
diketahui
sejauhmana peluang

72
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
konsep kewirausahaan
sosial sebagai alternati f
model pengelolaan
zakat produkti f di
Indonesia. Lebih jauh,
pengelolaan zakat
produkti f yang
berwawasan
social enterprenurship
diharapkan mampu
menyelesaikan
permasalahan
kemiskinan secara
mandiri dan
berkelanjutan.
15. The Utilization of The study aims to The management
Zakah Productive analyze the effect of of Lembaga Amil
towards Micro- productive Zakah, Zakat
Business Infak, Sedekah (ZIS) to Muhammadiyah
Growth and the should be more
Mustahik Welfare micro-business growth focused on
(Muhammad Irfan of mustahik of the utilization of
Nasution, 2019) Muhammadiyah Society productive zakah,
in Medan City, and through
simultaneously the giving of
effect of Productive zakah to help the
Zakah, Infak, Sedekah mustahik of
(ZIS) and micro- Muhammadiyah
business growth to the society in Medan
mustahik welfare City through
of Muhammadiyah business capital in
society in Medan City. order to develop
This research used the economy
quantitative analysis, of Muslims in
the sample was Medan City, and
selected by using quota provide the
sampling with 100 direction and
respondent, and the data guidance to the
analysis technique used Muhammadiyah

73
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
was society who
multiple linear receive the zakah
regression analysis. The fund in order
results showed that
there is a positive and
significant influence
between productive
Zakah and mustahik
welfare, there is a
relationship between
micro-business
growth and mustahik
welfare and also
simultaneously there is
a relationship between
productive
Zakah and the micro-
business growth
towards mustahik
welfare of
Muhammadiyah society
in Medan
city. The implication of
this study is
emphasizing the
distribution of Zakah
that more prioritizing on
Productive Zakah
16. The Effect of This study aims to
Productive Zakat, determine the effect of Productive Zakat,
Business Experience, productive zakat, Assistance,
and Mentoring on business experience and Farmers Income,
Farmers’ Revenues mentoring on the Lumbung Desa
(Survey on income of farmers
Lumbung Desa participating in the
Program by Sinergi Lumbung Desa-Sinergi
Foundation in Foundation program in
Cibaeud Village, Cibaeud Village,
Cigalontang District, Cigalontang District,

74
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
Tasikmalaya Tasikmalaya Regency.
Regency) (Irfaany The research method
Fauziyah Taufiq, used is an explanatory
2018) survey with a
questionnaire as the data
collection tool. The
sampling technique is
saturated sampling twith
68 respondents. Linear
regression analysis is
used as the data analysis
technique. The results
show that productive
zakat and business
experience have a
positive and significant
effect on farmers'
income, while the
assistance has a positive
but not significant
effect.
17. The effectivities of This study to investigate
zakat productive effectivities of zakat Zakat productive,
funds toward zakat productive funds toward skill, training and
recipient income in zakat recipient income zakat recipient
Palembang (Ichsan in Palembang. Data income
Hamidi, 2019) using primary data
which collect through
interviews, observation,
and documentation with
instruments a
questionnaire. The
method in this study
uses the quantitative
approach with applying
a regression model. The
population in this study
are all the recipients
who receive the funding

75
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
of zakat productive from
BAZNAS of South
Sumatra. The findings
of this study indicated
that the capital of zakat
productive, length of
business and training
has a significant effect
on zakat recipient
income in Palembang
city.
18. Productive Zakat This study aims to Productive Zakat,
Distribution in determine the influence Dependents Of
Increasing the of productive zakat, Mustahik,
Revenue of Mustahik dependents of mustahik, Duration of
in Baitul Mal Aceh and duration of Mustahik
(Evi Mutia, 2019) mustahik business Business,
toward mustahik Mustahik
earnings. This research Earnings.
is conducted by taking
samples of mustahik
who earn productive
zakat from Baitul Mal
Aceh and chosen sample
for 100 mustahik. Data
collection was used in
the form of
questionnaires measured
on a Likert scale. The
result of the research
shows that
simultaneously
productive zakat,
mustahik dependent, and
duration of mustahik
enterprises have an
effect on mustahik
earnings. However
partially only variable

76
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
productive zakat that
affect the income of
mustahik. Dependents of
mustahik and duration
of mustahik business are
not affect mustahik
earnings.
19 The Effect Of The purpose of this ZIS productive,
Productive Zakah, study was to determine growth,
Infaq And Shadaqah the effect of Zakah, prosperity,
To The Growth Of Sadaqah Infaq and mustahiq, BAZ
Micro-Enterprises productive to the growth
And Welfare of micro-enterprises and
Mustahiq In welfare mustahiq in
Pasuruan Pasuruan in
(Muhammad Zaid East Java, as well as to
Alaydrus, 2017) determine the effect of
growth on the welfare of
micro
enterprises mustahiq
mustahiq in Pasuruan,
East Java. This study
included an
explanatory or
confirmatory research
category, which would
like to get an
explanation of the
relationship between
variables. The object to
be examined /
analyzed the
relationship is variable
Infaq Zakah Sadaqah
(ZIS) productive with
variable micro and
welfare variables Bazda
mustahiq in Pasuruan.
This research is a

77
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
quantitative analysis
approach PLS (Partial
Least Square). Results
penelian show
Zakah, Infaq and
Shadaqah Productive
affect the growth of
micro enterprises
mustahiq in Pasuruan in
East Java, while Zakah,
Infaq and Shadaqah
Productive no
influence on the welfare
mustahiq in Pasuruan in
East Java, while the
growth of
micro enterprises
mustahiq no influence
on the welfare mustahiq
in city of Pasuruan,
East Java. Potential ZIS
in Pasuruan actually
quite large, if they
distribute their zakah
through BAZNAS
Pasuruan will
accumulate greater
funds for the benefit of
the
Ummah.
20. Zakat, Islamic
Economics And Indonesia is a country Zakat, Islamic
Poverty Alleviation with a majority Muslim Economic,
In Indonesia population. The total Poverty, Welfare
(Marpaung, 2019) Muslim
population is 209.12
million people or 87%
of the total 269 million
people with a total poor

78
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
population of 9.41% or
25.14 million people. In
2018 the amount of
zakat collected was as
much as Rp. 8.100
billion with a potential
of Rp 217 Trillion.
Poverty is a problem
that seizes the attention
of the government every
year. With the majority
of the Islamic
population, zakat is one
solution to reduce
poverty. The purpose of
this study is to
determine the potential
for poverty alleviation
with zakat and the
opportunity for
Indonesia to become the
center of Islamic
economics. The method
used is the study of
literature, namely data
collection techniques by
conducting a study of a
review of books,
literature, notes, and
journals that are in
accordance with the
research objectives.
Basically, zakat aside
from being a form of
obedience to God is
also a social concern.
The concept of zakat in
Islam is mandatory and
is the identity and

79
No. Penulis dan Judul Metode dan Hasil
Perbedaan
Penelitian Penelitian
characteristics of
Islamic economics that
distinguish it from
conventional economic
systems. Zakat is an
Islamic economic joint,
which if implemented
properly, will have a
significant economic
impact. Through proper,
transparent, and
professional distribution
zakat should be an
alternative in alleviating
poverty in Indonesia

C. Kerangka Berpikir

Zakat adalah kewajiban bagi setiap muslim yang

apabila hartanya telah mencapai nishab. Keberadaan

lembaga amil zakat yang bertujuan untuk membantu mulai

dari penghimpunan hingga penyaluran dana zakat tersebut

diharapkan dapat mencapai tujuan yaitu dapat menciptakan

muzakki-muzakki baru, sehingga masalah kesenjangan

ekonomi yang besar akan berkurang.

80
Dengan adanya pemeberian dana zakat dengan pola

produktif ini, harus ada manajemen dan pengawasan yang

baik dari lembaga amil zakat agar program tersebut

terlaksana dengan baik. Penelitian ini ditujukan untuk

mengetahui sejauh mana peranan dana zakat produktif yang

disalurkan oleh Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah

Nahdlatul Ulama dapat meningkatkan modal, omzet maupun

keuntungan usaha mustahik.

Lembaga Zakat Infak dan


Usaha Mikro Mustahik Shodaqoh Nahdlatul Ulama

Kendala Usaha Mikro


(Permodalan dan Sumber Program Ekonomi Mandiri
Daya Manusia)

Perkembangan Usaha Mikro (Omset dan Keuntungan)

Mengurangi Kesenjangan Perekonomian masyarakat

Gambar 2.2
Kerangka Berpikir

81
D. Hipotesis Penelitian

Penulis mencoba merumuskan hipotesis yang akan di uji

kebenarannya apakah hasil penelitian akan menerima ataupun

menolak hipotesis itu. Hipotesis itu merupakan sebagai berikut:

1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

rata-rata pendapatan usaha sebelum pembiayaan

dengan rata-rata pendapatan usaha setelah

pembiayaan

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata

pendapatan usaha sebelum pembiayaan dengan

rata-rata pendapatan usaha setelah pembiayaan.

2. H0 : Pembiayaan dari dana zakat produktif tidak

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha

mikro mustahik

H1 : Pembiayaan dari dana zakat produktif berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan usaha mikro

mustahik

82
3. H0 : Karakteristik profil mustahik tidak berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan usaha mikro

H1 : Karakteristik profil mustahik berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan usaha mikro

4. H0 : Karakteristik usaha mustahik tidak berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan usaha mikro.

H1 : Karakteristik usaha mustahik berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan usaha mikro.

83
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan

dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Arikunto, (2015: 112) yang mengemukakan bahwa

penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang

banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran data tersebut, dan

memperlihatkan hasilnya. Dalam penelitian ini informasi

digabungkan dengan menggunakan kuesioner, dari hasil

kuesioner tersebut dianalisis untuk melihat akibat setiap

variabel yang dihitung menggunakan analisa Regresi

Logistik.

Informasi yang digabungkan dalam penelitian ini

adalah memakai metode survei. menurut Sugiyono (2016:

53) Tata cara Survei merupakan metode yang dipakai untuk

84
memperoleh informasi dari tempat khusus yang mengalami

kejadian, dimana penulis melaksanakan penelitian dengan

mengumpulkan informasi, dan data-data yang diperlukan

misalnya dengan mendistribusikan kuisioner, uji, dan tanya

jawab tersusun. Jenis penelitian yang dicoba merupakan

explanatory research (penelitian penjelasan). Bagi

Singarimbun serta Effendi, (2014: 67), explanatory research

merupakan suatu penelitian dimana peneliti menjelaskan

hubungan kausal karena dampak antara variabel-variabel

melalui pengujian hipotesa.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Bagi Sugiyono (2016: 80) populasi merupakan

wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau poin yang

memiliki mutu serta karakter khusus yang ditetapkan oleh

penulis untuk dipelajari serta setelah itu ditarik

kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini merupakan

semua pelaku usaha UMKM di Kabupaten Jombang ialah

85
berjumlah 188.614 pelaku usaha bersumber pada informasi

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jombang.

Bagi Sugiyono (2016: 81) sampel merupakan sebagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi besar dan penulis tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu..

Sampel merupakan beberapa yang didapat dari

totalitas subjek yang diawasi serta dikira mewakili semua

populasi (Notoatmojo, 2015). Metode pengumpulan sampel

dilakukan dengan metode non probability sampling ialah

metode pengumpulan sampel yang tidak ada peluang serupa

untuk setiap faktor ataupun setiap populasi untuk diseleksi

menjadi sampel. Sebaliknya tata cara yang di maanfaatkan

dalam pengumpulan ilustrasi merupakan Purposive

sampling. Purposive sampling merupakan metode

determinasi sampel dengan estimasi khusus. Pengumpulan

sampel ini dicoba dengan kriteria khusus (Purposive

sampling) yaitu:

86
1. Telah menjalankan usaha UMKM di Kabupaten Jombang

selama 1 tahun terakhir.

2. Pernah menerima dana Zakat Produktif.

Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 4.432 yang

masuk dalam katergori. selanjutnya pengambilan sampel

dilakukan dengan memakai rumus Slovin (Umar, 2016)

sebagai berikut:

𝑵
𝒏=
𝟏 + 𝑵𝒆²

Keterangan :

n : Ukuran sampel

N : Ukuran Populasi

E : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel padapenelitian ini diambil nilai

10% (0.10)

Maka :

87
𝟒. 𝟒𝟑𝟐
𝒏=
𝟏 + (𝟒. 𝟒𝟑𝟐 𝒙𝟎. 𝟏𝟎𝟐 )

𝒏 = 𝟗𝟕. 𝟕𝟗𝟑𝟒 dibulatkan menjadi 100 sampel.

Menurut perhitungan di atas penulis memilih anggota sampel

yang dipakai dalam metode penelitian ini ialah 97.7934 sampel

serta dibulatkan menjadi 98 sampel.

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ialah suatu nilai atau sifat dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai jenis tertentu

yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari, kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016: 2). Ada pula

variabel- variabel yang dipakai dalam penelitian ini, ialah:

1. Pertumbuhan Keuntungan Usaha

Pertumbuhan usaha ialah suatu wujud usaha yang

diberikan pada usaha tersebut supaya usaha tersebut

berkembang lebih baik dan mencapai pada titik keberhasilan.

Pertumbuhan usaha dapat diukur menggunakan berbagai

indikator. Menurut Prastiawati dan Darma (2016), indikator

88
yang dapat digunakan dalam menganalisis perkembangan

usaha diantaranya yaitu, jumlah keuntungan, laba, nilai

penjualan, pembeli, barang terjual, serta perluasan usaha

dalam jangka waktu tertentu. Perkembangan skala usaha

dalam penelitian ini diukur dengan skala biner yaitu 0 yang

menunjukan tidak terjadi pertumbuhan skala usaha dan 1

menunjukan terdapat pertumbuhan skala usaha.

2. Jenis Usaha

Jenis usaha adalah merupakan usaha produktif milik

orang perorangan dana ataupun badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.

3. Lama usaha

Lama usaha merupakan jangka waktu yang telah

dijalani pengusaha dalam melaksanakan usahanya. Lama

usaha dilihat dari pengalaman, semakin lama usaha tersebut

maka akan semakin bagus kualitas usaha tersebut.

4. Besar Pembiayaanh

89
Besar Pembiayaan adalah sejumlah uang yang diterima

UMKM dari pihak LAZISNU yang bersifat pinjaman untuk

kebutuhan pengembangan usaha.

D. Metode Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dipakai untuk menggunakan

variabel-variabel dalam penelitian. Penelitian memakai

statistik deskriptif yang terdiri dari angka minimal, angka

maksimal, rata-rata (mean), serta standar deviasi (standard

deviation) tiap variabel yang di maanfaatkan (Ghozali, 2011:

19). Mean di manfaatkan untuk membagikan besar rata-rata

populasi yang di perkirakan dari sampel. Standar deviasi

dipakai untuk menilai disperse rata-rata dari sampel.

Maksimum-minimum dipakai untuk melihat angka minimal

serta maksimal dari populasi. Hal ini diperlukan untuk

melihat hasil totalitas dari sampel yang telah digabungkan

untuk memenuhi ketentuan dan dijadikan sampel penelitian.

2. Uji Beda (Paired Sample T Test)

90
Uji beda digunakan untuk mengetahui perbandingan

keuntungan pelaku usaha saat sebelum serta setelah

memperoleh pembiayaan. Uji beda yang dalam penelitian ini

memakai tata cara Uji Beda Sampel Berpasangan (Paired

Sampel t-test). Percobaan Beda Ilustrasi Berduaan (Paired

Ilustrasi t-test) dipakai untuk mencoba ada atau tidaknya

perbandingan rata-rata 2 sampel yang berkaitan. Dalam hal

ini sampel tetapnya adalah usaha mikro, hanya bedanya

merupakan permasalahan saat setelah dan sebelum

menerima pinjaman dari koperasi. Oleh karena itu sampel

yang digunakan sama, yakni usaha mikro yang diukur

pendapatannya setelah serta saat sebelum menerima

pinjaman dari koperasi, sehingga alat uji yang dipakai adalah

percobaan beda sampel berpasangan (Paired Sampel t-test).

(Ghozali: 2013)

Pengambilan keputusan dapat dilihat dari :

a. Jika probabilitas > 0, 05 maka H0 diterima serta H1

ditolak, artinya tidak ada perbandingan signifikan

keuntungan pelaku usaha saat sebelum serta setelah

91
mendapatkan pembiayaan.

b. Jika probabilitas < 0, 05 hingga H0 ditolak serta H1

diterima, artinya ada perbandingan signifikan

keuntungan pelaku usaha saat sebelum serta setelah

mendapatkan pembiayaan

3. Analisis Regresi Logistik

Analisis statistik inferensial dalam penelitian memakai

analisa regresi logistic (logistic regression). Alasan

menggunakan alat analisa regresi (logistic regression) ialah

karena variabel dependen bersifat dummy (menerima

ataupun tidak menerima opini audit going concern) karena

UMKM tidak selamanya berada dalam keadaan baik, ada

kalanya mengalami banyak kendala, maka dilakukan analisa

regresi logistik. Regresi logistik hampir serupa dengan

analisa deskriminan yakni dipakai untuk menguji apakah

probabilitas terbentuknya variabel terikat bisa diprediksi

oleh variabel bebasnya (Ghozali, 2011; 333). Penelitian ini

menggunakan Uji hipotesis logistic (logistic regression),

metode ini cocok digunakan untuk penelitian yang variabel

92
dependennya bersifat kategorikal (nominal atau non metrik)

dan variabel independennya kombinasi Antara metrik dan

non metrik seperti dalam penelitian ini.

Regresi logistik merupakan regresi yang di terapkan

untuk mencoba apakah probabilitas terbentuknya variabel

dependen bisa diprediksi oleh varibel independen. Pada

metode analisis regresi logistik tidak membutuhkan lagi uji

normalitas serta uji asumsi klasik pada varibel bebasnya

(Ghozali, 2011: 333). Analisa regresi logistik di maanfaatkan

untuk mencoba apakah faktor jenis usaha, lama usaha, dan

besar pembiayaan terhadap pertumbuhan keuntungan usaha

pelaku UMKM di Kabupaten Jombang. Adapun model

regresi yang di kembangkan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

𝑌 = 𝛼 + 𝛽1(𝑋1) + 𝛽2(𝑋2) + 𝛽3(𝑋3) + 𝜀

Y = pertumbuhan keuntungan usaha pelaku UMKM

(variabel dummy, 1 jika pelaku usaha mengalami

pertumbuhan, 0 jika pelaku usaha tidak mengalami

pertumbuhan).

93
α = konstanta

β1-β3 = koefisien regresi

X1 = jenis usaha

X2 = lama usaha

X3 = besar pembiayaan

ε = koefisien error

Cara meregresi logistic dengan cara (Ghozali, 2011):

a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Uji ini dipakai untuk menilai model yang sudah

dihipotesiskan telah fit ataupun tidak dengan

informasi. Hipotesis untuk menilai metode fit

merupakan:

H0 : model yang dihipotesiskan fit dengan data

H₁ : model yang dihipotesiskan tidak fit dengan

informasi Dari hipotesis ini, supaya bentuk

fit dengan informasi hingga wajib diterima.

Statistik yang dipakai bersumber pada

Likelihood. Likelihood dari bentuk merupakan

probabilitas jika model yang dihipotesiskan

94
menerangkan data input. Terdapatnya penurunan nilai

anatara angka awal - 2LogL dengan angka - 2LogL

pada tahap selanjutnya membuktikan mengambarkan

data input. Terdapatnya penurunan nilai antar nilai

awal - 2LogL dengan nilai - 2LogL. Pada tahap

selanjutnya membuktikan jika bentuk yang

dihipotesiskan fit dengan informasi. Temuan

likelihood (- 2LogL) membuktikan bentuk regresi

yang lebih bagus ataupun dengan kata lain bentuk yang

dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2011: 340).

b. Koefisien Determinan (Naglkerke R Square)

Nagelkerke R Square ialah pengujian yang

dicoba untuk mengenali seberapa besar variabel

independen maupun menerangkan serta

mempengaruhi variabel dependen. Nilai Nagelkerke R

Square bermacam-macam antara 1 (satu) hingga

dengan 0 (nol). Bila angka terus menjadi mendekati 1

hingga model dianggap semakin goodness of fit,

95
sedangkan bila terus menjadi mendekati 0 hingga

model dikira tidak goodness of fit (Ghozali, 2011:341).

c. Menilai Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan

menggunakan Hosmer and Lemeshow’ s Goodness of

Fit Test. Hosmer and lemeshow’ s Goodness of Fit Test

jadi hipotesis nol jika informasi empiris sesuai ataupun

cocok dengan model (tidak terdapat perbandingan

antara dengan informasi sehingga bentuk informasi

dibilang fit). Ada pula hasilnya (Ghozali, 2011:345):

1) Apabila nilai statistik Hosmer and Lemeshow’ s

Goodness of Fit Test sesuai dengan ataupun

kurang dari 0, 05 hingga hipotesis nol ditolak

yang berarti terdapat perbedaan penting antara

bentuk dengan nilai observasinya sehingga

Goodness fit model tidak bagus sebab bentuk

tidak bisa memperkirakan nilai observasinya.

96
2) Apabila nilai statistik Hosmer and Lemeshow’ s

Goodness of fit test lebih besar dari 0, 05, maka

hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti

model mampu memprediksi nilai observasinya

atau dapat dikatakan model dapat diterima

karena cocok dengan data observasinya.

d. Matriks Klasifikasi

Matriks klasifikasi membuktikan kekuatan

prediksi dari model regresi untuk memperkirakan

kemungkinan pelaku usaha mengalami perkembangan

laba usaha.

e. Pengujian Hipotesis

Penelitian pengujian dengan model regresi

logistik dikenakan dalam penelitian ini ialah untuk

mengetahui pengaruh dari tiap-tiap variabel

independen kepada variabel dependen. tolak ukur

pengujian:

1) Standart yang dipakai kepercayaan 95% atau

taraf signifikan 5% (α = 0,05).

97
2) Kriteria hopotesis diterima atau ditolak berdasar

pada sig ρ-value.

a) Jika taraf signifikan > 0,05 ditolak

b) Jika taraf signifikan < 0,05 diterima.

98
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Responden

1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia

Karakter responden ini diidentifikasi bersumber pada

angket yang terkumpul ialah dengan keseluruhan ilustrasi

dalam riset ini sebesar 100 responden. Hasil analisa statistik

deskriptif untuk karakter responden dipaparkan sebagai

berikut:

Tabel 4.1
Karakteristik Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Presentase
1 < 20 Tahun 10 10%
2 20-30 Tahun 42 42%
3 31-50 Tahun 39 39%
4 > 50 Tahun 9 9%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.1 di atas dikenal jika dari 100 pelaku jenis

usaha yang dipakai selaku responden, kebanyakan responden

99
ialah pelaksana usaha UMKM dengan bentang umur 20

tahun hingga dengan 30 tahun ialah berjulah 42 responden

ataupun sebanding dengan 42% dari keseluruhan responden.

Ada 39 responden ataupun sebanding dengan 39%

responden ialah pelaku usaha UMKM dengan bentang umur

31 tahun hingga dengan 50 tahun. Ada 10 responden ataupun

sebanding dengan 10% responden ialah pelaku usaha

UMKM dengan bentang umur di dasar 20 tahun. Ada 9

responden ataupun sebanding dengan 9% responden ialah

pelaku usaha UMKM dengan bentang umur di atas 50 tahun.

2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakter responden ini diidentifikasi bersumber pada

angket yang terkumpul ialah dengan keseluruhan ilustrasi

dalam riset ini sebesar 100 responden. Hasil analisa statistik

deskriptif untuk karakter responden dipaparkan sebagai

berikut:

Tabel 4.2
Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

100
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1 Laki-Laki 41 41%
2 Perempuan 59 59%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Bersumber pada tabel 4.2 di atas dikenal jika dari 100

pelaku usaha yang dipakai bagaikan responden, kebanyakan

responden ialah pelaku usaha UMKM dengan jenis kelamin

wanita ialah berjumlah 59 responden ataupun sebanding

dengan 59% dari keseluruhan responden. Sebaliknya

lebihnya ialah sebesar 41 responden ataupun sebanding

dengan 41% responden ialah pelaku usaha UMKM dengan

jenis kelamin pria.

3. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan

Karakter responden ini diidentifikasi bersumber pada

angket yang terkumpul ialah dengan keseluruhan ilustrasi

dalam riset ini sebesar 100 responden. Hasil analisa statistik

deskriptif untuk karakter responden dipaparkan sebagai

berikut:

Tabel 4.3
Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

101
No Pendidikan Jumlah Presentase
1 SD 8 8%
2 SMP 24 24%
3 SMA 46 46%
4 S1/Diploma 22 22%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Bersumber pada tabel 4.3 dari 100 responden bisa

disimpulkan beberapa besar responden ialah responden

dengan pembelajaran terakhir SMA ialah berjumlah 46

ataupun sebanding dengan 46% dari keseluruhan totalitas

responden sebaliknya sisahnya ada 24 ataupun sebanding

dengan 24% responden ialah responden dengan

pembelajaran terakhir SMP. Ada 22 responden ataupun

sebanding dengan 22% responden ialah responden dengan

pembelajaran terakhir S1 atau Akta. Ada 8 ataupun

sebanding dengan 8% responden ialah responden dengan

pembelajaran terakhir SD.

4. Gambaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan

102
Karakter responden bersumber pada status perkawinan

responden didapat dari tabulasi angket yang disebarkan pada

100 responden riset. Hasil analisa statistik deskriptif untuk

karakter responden dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 4.4
Karakteristik Status Pernikahan Responden

No Status Menikah Jumlah Presentase


1 Belum menikah 51 51%
2 Menikah 42 42%
3 Janda/duda 7 7%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.4 di atas membuktikan jika kebanyakan

responden ialah responden yang belum mempunyai status

perkawinan terdapat 51 responden ataupun sebanding

dengan 51% responden. Sebaliknya, jumlah responden yang

sudah menikah ialah sebesar 42 responden ataupun

sebanding dengan 42% dari keseluruhan responden ialah

pelaku usaha UKM yang sudah menikah. Ada 7 responden

ataupun sebanding dengan 7% dari keseluruhan responden

ialah responden dengan status duda ataupun janda.

103
5. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Karakter responden bersumber pada jenis usaha

responden didapat dari tabulasi angket yang disebarkan

pada 100 responden riset. Hasil analisa statistik

deskriptif untuk karakter responden dipaparkan sebagai

berikut:

Tabel 4.5
Karakteristik Jenis Usaha Responden

No Jenis Usaha Jumlah Presentase


1 Pedagang Grosir 34 34%
Pedagang Kaki
2 Lima 25 25%
Pedagang
3 Warung/Toko 27 27%
4 Dan lain-lain 14 14%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.5 di atas membuktikan jika kebanyakan

responden ialah responden yang mempunyai jenis usaha

orang dagang agen ialah beberapa 34 responden ataupun

sebanding dengan 34% responden. Responden yang

mempunyai jenis usaha orang dagang kaki 5 ialah beberapa

25 responden ataupun sebanding dengan 25% responden.

104
Responden yang mempunyai jenis usaha orang dagang gerai

atau pedagang kaki lima ialah sebanyak 27 responden

ataupun sebanding dengan 27% responden. Jumlah

responden yang mempunyai jenis usaha yang lain ialah

sebesar 14 responden ataupun sebanding dengan 14% dari

keseluruhan responden.

6. Gambaran Responden Berdasarkan Lama Usaha

Karakter responden bersumber pada lama usaha

responden didapat dari tabulasi angket yang disebarkan

pada 100 responden riset. Hasil analisa statistik

deskriptif untuk karakter responden dipaparkan sebagai

berikut:

Tabel 4.6
Karakteristik Lama Usaha Responden

No Lama Usaha Jumlah Presentase


1 < 1 Tahun 10 10%

105
No Lama Usaha Jumlah Presentase
2 1-2 Tahun 29 29%
3 3-5 Tahun 36 36%
4 > 5 Tahun 25 25%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.6 di atas membuktikan jika kebanyakan

responden ialah responden yang mempunyai lama usaha 3-5

tahun ialah beberapa 36 responden ataupun sebanding

dengan 36% responden. Responden yang mempunyai lama

usaha 5 tahun ialah beberapa 25 responden ataupun

sebanding dengan 25% responden. Responden yang

mempunyai lama usaha 1-2 tahun ialah beberapa 29

responden ataupun sebanding dengan 29% responden.

Sebaliknya lebihnya responden yang mempunyai lama usaha

1 tahun ialah sebesar 10 responden ataupun sebanding

dengan 10% dari keseluruhan responden.

7. Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menerima

Bantuan

Karakter responden bersumber pada lama

106
menerima dana zakat produktif didapat dari tabulasi

angket yang disebarkan pada 100 responden riset. Hasil

analisa statistik deskriptif untuk karakter responden

dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 4.7
Karakteristik Lama Menerima Bantuan

Lama Menerima Dana


No Jumlah Presentase
Zakat Produktif
1 < 1 Tahun 27 27%
2 1-2 Tahun 28 28%
3 3-5 Tahun 31 31%
4 > 5 Tahun 14 14%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.7 di atas membuktikan jika kebanyakan

responden ialah responden yang menerima dana zakat

produktif selama 3-5 tahun ialah beberapa 31 responden

ataupun sebanding dengan 31% responden. Responden yang

menerima dana zakat produktif selama 1 tahun ialah

beberapa 27 responden ataupun sebanding dengan 27%

responden. Responden yang menerima bantuan dana zakat

produktif selama 1-2 tahun ialah beberapa 28 responden

107
ataupun sebanding dengan 28% responden. Sebaliknya

lebihnya responden yang menerima dana zakat produktif

selama 5 tahun ialah sebesar 14 responden ataupun

sebanding dengan 14% dari keseluruhan responden.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif

Pada bagian ini akan diamati hal kecondongan

balasan responden atas tiap-tiap elastisitas variabel yang

diteliti. Kecondongan balasan responden ini bisa

diamati dari modal, besar dorongan, pada umumnya

pendapatan saat sebelum menerima bantuan, serta pada

umumnya pendapatan setelah menerima bantuan.

2. Analisis Deskriptif Modal Usaha Responden

Karakter responden bersumber pada modal

usahanya didapat dari tabulasi angket yang disebarkan

pada 100 responden riset. Hasil analisa statistik

deskriptif untuk karakter responden dipaparkan sebagai

berikut:

108
Tabel 4.8
Karakteristik Modal Usaha Responden

No Modal Usaha Responden Jumlah Presentase


1 < Rp 1.000.000 19 19%
2 Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 25 25%
3 Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000 30 30%
4 > Rp 3.000.000 26 26%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.8 di atas membuktikan jika kebanyakan

responden mempunyai modal usaha Rp 2.100.000 – Rp 3.

000. 000 ialah beberapa 30 responden ataupun sebanding

dengan 30% responden. Responden yang mempunyai modal

usaha Rp 3.000.000 ialah beberapa 26 responden ataupun

sebanding dengan 26% responden. Responden yang

mempunyai modal usaha Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 ialah

beberapa 25 responden ataupun sebanding dengan 25%

responden. Jumlah responden yang mempunyai modal usaha

Rp 1.000.000 ialah sebesar 19 responden ataupun sebanding

dengan 19% dari keseluruhan responden.

3. Analisis Deskriptif Besar Bantuan

Karakter responden bersumber pada besar bantuan

109
didapat dari tabulasi angket yang disebarkan pada 100

responden riset. Hasil analisa statistik deskriptif untuk

karakter responden dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 4.9
Karakteristik Besar Bantuan Responden

No Besar Bantuan Responden Jumlah Presentase


1 < Rp 2.000.000 10 10%
2 Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 29 29%
3 Rp 3.100.000 – Rp 4.000.000 36 36%
4 > Rp 4.000.000 25 25%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.9 di atas menunjukan bahwa mayoritas

responden memperoleh bantuan Rp 3.100.000 – Rp

4.000.000 yaitu sejumlah 36 responden atau setara dengan

36% responden. Responden yang memperoleh bantuan Rp

2.000.000 – Rp 3.000.000 yaitu sejumlah 29 responden atau

setara dengan 29% responden. Responden yang memperoleh

bantuan > Rp 4.000.000 yaitu sejumlah 25 responden atau

setara dengan 25% responden. Sedangkan sisanya responden

yang memperoleh bantuan < Rp 2.000.000 yaitu sebesar 10

responden atau setara dengan 10% dari total responden.

110
4. Analisis Deskriptif Rata-Rata Pendapatan Sebelum

Menerima Bantuan

Karakteristik responden berdasarkan rata-rata

pendapatan sebelum menerima bantuan diperoleh dari

tabulasi kuesioner yang disebarkan kepada 100

responden penelitian. Hasil analisis statistik deskriptif

untuk karakteristik responden disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.10
Karakteristik Rata-Rata Pendapatan Sebelum Menerima
Bantuan
Rata-rata Pendapatan
No Jumlah Presentase
Sebelum Menerima Bantuan
1 < Rp 500.000 21 21%
2 Rp 500.000 – Rp 1.500.000 16 16%
3 Rp 1.600.000 – Rp 3.000.000 31 31%
4 > Rp 3.000.000 32 32%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.10 di atas menunjukan bahwa mayoritas

responden yang memiliki rata-rata pendapatan sebelum

menerima bantuan > Rp 3.000.000 yaitu sejumlah 32

responden atau setara dengan 32% responden. Responden

yang memiliki rata-rata pendapatan sebelum menerima

bantuan < Rp 500.000 yaitu sejumlah 21 responden atau

111
setara dengan 21% responden. Responden yang mempunyai

pendapatan rata-rata sebelum menerima bantuan Rp

1.600.000 – Rp 3.000.000 yaitu sejumlah 31 responden atau

setara dengan 31% responden. Sedangkan sisanya responden

yang memiliki rata-rata pendapatan sebelum menerima

bantuan Rp 500.000 – Rp 1.500.000 yaitu sebesar 16

responden atau setara dengan 16% dari total responden.

Gambar 3.1
Bar Chart Presentase Rata-Rata Pendapatan Sebelum
Menerima Bantuan

112
Gambar 3.2
Pie Chart Presentase Rata-Rata Pendapatan Sebelum
Menerima Bantuan

5. Analisis Deskriptif Rata-Rata Pendapatan Setelah

Menerima Bantuan

Karakter responden bersumber pada pada

umumnya pendapatan setelah menerima bantuan didapat

dari tabulasi angket yang disebarkan pada 100

responden riset. Hasil analisa statistik deskriptif untuk

karakter responden dipaparkan sebagai berikut:

113
Tabel 4.11
Karakteristik Besar Bantuan Rata-Rata Pendapatan Setelah
Menerima Bantuan
Rata-rata Pendapatan Setelah
No Jumlah Presentase
Menerima Bantuan
1 < Rp 1.000.000 19 19%
2 Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000 18 18%
3 Rp 2.600.000 – Rp 5.000.000 33 33%
4 > Rp 5.000.000 30 30%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.11 di atas membuktikan bahwa kebanyakan

responden yang mempunyai pendapatan setelah menerima

bantuan Rp 2.600.000 – Rp 5.000.000 ialah beberapa 33

responden ataupun sebanding dengan 33% responden.

Responden yang mempunyai pendapatan setelah menerima

bantuan Rp 1. 000. 000 ialah beberapa 19 responden ataupun

sebanding dengan 19% responden. Responden yang

mempunyai pendapatan setelah menerima bantuan Rp

5.000.000 ialah beberapa 30 responden ataupun sebanding

dengan 30% responden. Jumlah responden yang mempunyai

pendapatan setelah menerima bantuan Rp 1.000. 000 – Rp

2.500.000 ialah sebesar 18 responden ataupun sebanding

114
dengan 18% dari keseluruhan responden.

Gambar 3.3
Bar Chart Presentase Rata-Rata Pendapatan Setelah
Menerima Bantuan

Gambar 3.4
Bar Chart Presentase Rata-Rata Pendapatan Setelah
Menerima Bantuan

6. Analisis Deskriptif Modal Usaha Sebelum Menerima


Bantuan

115
Tabel 4.12
Karakteristik Modal Usaha Sebelum Menerima Bantuan
Modal Usaha Sebelum Menerima
Nilai
Bantuan
Minimal Rp 3.201.700
Maximal Rp 17.168.400
Mean Rp 9.641.543
SD Rp 3.493.486
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.12 menyatakan jika berdasarkan tabulasi

kuesioner yang disebarkan kepada 100 responden penelitian,

modal usaha sebelum menerima bantuan mempunyai rata-

rata nilai sebesar Rp 9.641.543 yang artinya rata-rata modal

usaha responden sebelum menerima bantuan adalah sebesar

Rp 9.641.543 dengan nilai minimal atau nilai terkecil

sebesar Rp 3.201.700, nilai maksimal atau nilai terbesar

sebesar Rp 17.168.400, dan nilai standar deviasi sebesar Rp

3.493.486 yang artinya rata-rata nilai penyimpangan modal

usaha responden sebelum menerima bantuan adalah sebesar

Rp 3.493.486.

116
7. Analisis Deskriptif Modal Usaha Setelah Menerima
Bantuan

Tabel 4.13
Karakteristik Modal Usaha Setelah Menerima Bantuan
Modal Usaha Setelah Menerima
Nilai
Bantuan
Minimal Rp 4.701.700
Maximal Rp 26.093.400
Mean Rp 13.767.543
SD Rp 4.998.898
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.13 menyatakan jika berdasarkan tabulasi

kuesioner yang disebarkan kepada 100 responden penelitian,

modal usaha setelah menerima bantuan mempunyai rata-rata

nilai Rp 13.767.543 yang artinya rata-rata modal usaha

responden setelah menerima bantuan adalah sebesar Rp

13.767.543 dengan nilai minimal atau nilai terkecil sebesar

Rp 4.701.700, nilai maksimal atau nilai terbesar sebesar Rp

26.093.400, dan nilai standar deviasi sebesar Rp 4.998.898

yang artinya rata-rata nilai penyimpangan modal usaha

responden setelah menerima bantuan adalah sebesar Rp

4.998.898.

117
8. Analisis Deskriptif Pendapatan Sebelum Menerima
Bantuan
Tabel 4.14
Karakteristik Pendapatan Sebelum Menerima Bantuan

Pendapatan Sebelum Menerima


Nilai
Bantuan
Minimal Rp 340.000
Maximal Rp 5.600.000
Mean Rp 2.445.300
SD Rp 1.527.363
Sumber: Data diolah penulis
Tabel 4.14 menyatakan jika berdasarkan tabulasi

kuesioner yang disebarkan kepada 100 responden penelitian,

pendapatan sebelum menerima bantuan mempunyai rata-rata

nilai sebesar Rp 2.445.300 yang artinya rata-rata pendapatan

responden sebelum mendapat bantuan adalah sebesar Rp

2.445.300 dengan nilai minimal atau nilai terkecil sebesar Rp

340.000, nilai maksimal atau nilai terbesar sebesar Rp

5.600.000, dan nilai standar deviasi sebesar Rp 1.527.363

yang artinya rata-rata nilai penyimpangan pendapatan

responden sebelum menerima bantuan adalah sebesar Rp

1.527.363.

118
9. Analisis Deskriptif Pendapatan Setelah Menerima
Bantuan

Tabel 4.15
Karakteristik Pendapatan Setelah Menerima Bantuan

Pendapatan Setelah Menerima Bantuan Nilai


Minimal Rp 340.000
Maximal Rp 7.000.000
Mean Rp 3.257.400
SD Rp 1.858.119
Sumber: Data diolah penulis

Tabel 4.15 menyatakan jika berdasarkan tabulasi

kuesioner yang disebarkan kepada 100 responden penelitian,

pendapatan sebelum menerima bantuan mempunyai rata-rata

nilai sebesar Rp 3.257.400 yang artinya rata-rata pendapatan

responden sebelum mendapat bantuan adalah sebesar Rp

3.257.400 dengan nilai minimal atau nilai terkecil sebesar Rp

340.000, nilai maksimal atau nilai terbesar sebesar Rp

7.000.000, dan nilai standar deviasi sebesar Rp 1.858.119

yang artinya rata-rata nilai penyimpangan pendapatan

responden sebelum menerima bantuan adalah sebesar Rp

1.858.119.

119
10. Uji Beda Paired Sample T Test

Uji Beda Paired Sample T Test dipakai untuk

mengenali perbandingan profit pelaku usaha saat sebelum

serta setelah memperoleh pembiayaan. Uji beda yang dalam

riset ini memakai tata cara Uji Beda Ilustrasi Berpasangan

(Paired Ilustrasi t-test). Uji Beda Ilustrasi Berpasangan

(Paired Ilustrasi t-test) dipakai untuk mencoba terdapat

ataupun tidaknya perbandingan ratarata 2 sampel yang

berkaitan. Dalam perihal ini sampel senantiasa usaha mikro

yang serupa, hanya kelainannya merupakan permasalahan

setelah serta saat sebelum menerima bantuan angsuran dari

koperasi. Oleh sebab sampelnya serupa, ialah usaha mikro

yang diukur pendapatannya setelah serta saat sebelum

menerima bantuan dana zakat produktif dari LAZISNU,

hingga perlengkapan percobaan nya dipakai percobaan beda

ilustrasi berduaan (Paired Ilustrasi t-test). Ada hasil

pengujian sampel berpasangan pada pendapatan pelaku

usaha UMKM di Kabupaten Jombang ialah :

120
Tabel 4.16
Hasil Uji Beda Dengan Paired Sample T Test
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed)
Mean Std. Std.95% Confidence
Deviation ErrorInterval of the
Mean Difference
Lower Upper
Sebelum - - -
1541705.9 154170 5.26
Pair 1 – 812100 1118007. 506192. 99 .000
26 .593 8
Setelah .000 903 097

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa perdapat

perbedaan signifikan rata-rata pendapatan pelaku Usaha

UMKM sebelum dan setelah diberikan bantuan zakat

produktif oleh Laziznu Kabupaten Jombang. Hasil

pengetesan membuktikan angka sig (2- tailed) sebesar 0. 000

ataupun lebih kecil dari angka alpha 0. 05 sehingga dapat

dikatakan ada perbandingan penting pendapatan pelaku usaha

saat sebelum dan setelah diserahkan bantuan dana zakat

produktif. Dengan kata lain, H1 diterima.

11. Hasil Uji Regresi Logistik

Analisa statistik inferensial dalam riset memakai

analisa regresi peralatan (logistic regression). Didalam riset

121
ini variabel terikat bersifat dummy (mempunyai pengaruh

terhadap Perkembangan Pendapatan Usaha UMKM), hingga

pengujian kepada anggapan dicoba dengan memakai uji

regresi logistik. Regresi peralatan merupakan regresi yang

dipakai untuk mencoba apakah terbentuknya variabel terikat

bisa dipengaruhi oleh variabel bebasnya. Pada metode

analisa regresi peralatan tidak membutuhkan lagi percobaan

normalitas serta asumsi klasik pada elastis bebasnya

(Ghozali, 2011: 333).

12. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Analisa awal yang digunakan untuk mengetahui

apakah suatu model dikatakan fit atau tidak terhadap data

statistik. Di bawah ini dipaparkan data penelitian dalam tabel

5.4:

Tabel 4.17
Perbandingan Nilai -2LL Awal dengan -2LL Akhir
2Log Likelihood pada dini (block number= 0) 125.374
- 2Log Likelihood pada akhir (block number= 1) 65.543

Begitu juga nampak dalam bagan 5.4 jika analogi

angka 2 Batang kayu Likelihood dini (block number = 0)

122
dengan-2 Log Likelihood akhir (block number = 1)

merupakan 125. 374 untuk angka awal serta setelah variabel

bebas dimasukan pada bentuk regresi, hingga angka-2 Log

Likelihood akhir (block number = 1) merupakan sebesar 65.

543.

Bersumber pada data tersebut, terjadi penurunan angka

antara 2 Log Likelihood awal serta akhir sebesar 59. 831.

Penyusutan angka 2 Log Likelihood ini bisa dimaksud jika

akumulasi variabel bebas dimasukkan ke dalam penilaian

keseluruhan model regresi ini, dimana jika terjadi penurunan

dalam nila -2 Log Likelihood pada blok kedua dibandingkan

dengan blok pertama maka dapat disimpulkan bahwa model

kedua dari regresi menjadi lebih baik. (Ghozali, 2011: 340).

13. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Nagelkerke R Square ialah dimensi yang berupaya

menyamai dimensi R Square pada multiple regression yang

didasarkan pada metode ditaksir likelihood dengan angka

maksimum kurang dari 1 sehingga sulit untuk

diinterpretasikan. Oleh sebab itu, Nagelkerke R Square yang

123
ialah perubahan dari Cox & Snell R di mana nilainya

bermacam-macam dari 0 - 1, akan lebih mudah untuk

diinterpretasikan begitu juga pemahaman atas R Square pada

multiple regression ataupun Kuasi R-Square dalam

multinominal peralatan regression.

Tabel 4.18
Nilai Nagelkerke R Square
Model Summary
Step -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R
likelihood Square Square
a
1 65.543 .450 .630
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.

Bersumber pada informasi dari bagan 5. 5 dibawah ini,

angka Nagelkerke R Square sebesar 0. 630 yang berarti

variabel terikat bisa dipaparkan oleh variabel bebas sebesar

63%, sebaliknya lebihnya sebesar 37% dipaparkan oleh

variabel-variabel lain diatur bentuk riset. Perihal itu

membuktikan jika dengan cara bersama-sama variabel bebas

(Jenis Usaha, Lama Usaha, dan Besar Pembiayaan) dapat

menjelaskan variasi variabel Pertumbuhan Pendapatan

Usaha UMKM sebesar 63%.

124
14. Menilai Kelayakan Model Regresi

Analisa berikutnya yaitu memperhitungkan seluruh

bentuk regresi logistik yang akan dipakai. Menguji

kelayakan serta bentuk regresi dapat dilakukan dengan

mencermati goodness of fit bentuk yang diukur dengan Chi-

Square pada kolom Hosmer and Lemeshove’s (Ghozali,

2011: 345). Anggapan yang dipakai untuk memperhitungkan

kelayakan bentuk regresi ini merupakan:

Ha = Tidak terdapat perbandingan antara bentuk

dengan data

H0 = Terdapat perbandingan antara bentuk dengan data

Tabel 4.19
Penilaian Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 2.285 7 .942

Tabel 4.19 membuktikan hasil pengetesan Hosmer and

Lemeshow’ s Test. Bersumber pada bagan itu, bisa dikenal

jika angka signifikansi sebesar 0. 942. Angka penting yang

didapat itu diatas 0, 05 yang berarti anggapan 0 (nihil) tidak

bisa ditolak (diperoleh). Perihal ini berarti bentuk

125
memperkirakan angka observasinya ataupun bentuk bisa

diperoleh sebab sesuai dengan informasi observasinya

sehingga bentuk ini bisa dipakai untuk analisa berikutnya.

15. Matriks Klasifikasi

setelah dicoba pemahaman koefisien, hingga tahap

berikutnya menganalisa akurasi pengelompokan bentuk.

Dibawah ini adalah tabel hasil dari akurasi pengelompokan:

Tabel 4.20
Martiks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
Pertumbuhan Percenta
Tidak Mengala ge
Mengalami mi Correct
Pertumbuha Pertumbu
n han
Tidak Mengalami
25 7 78.1
Pertumbuh Pertumbuhan
Step 1 an Mengalami
5 63 92.6
Pertumbuhan
Overall Percentage 88.0
a. The cut value is .500
Matriks pengelompokan membuktikan kemampuan

berdasarkan bentuk regresi untuk memperkirakan mungkin

Perkembangan Pendapatan Usaha UMKM. Bersumber pada

126
informasi dari tabel 4.19 membuktikan jika daya perkiraan

dari bentuk regresi untuk memperkirakan adanya pengaruh

Pertumbuhan Pendapatan Usaha UMKM adalah sebesar

88%. Hal tersebut menunjukan bahwa faktor jenis usaha,

lama usaha, dan besar pembiayaan mampu memprediksi

kemungkinan Pertumbuhan Pendapatan Usaha UMKM

sebesar 88%.

16. Model Regresi Logistik Yang Terbentuk dan Pengujian

Hipotesis

Bentuk regresi logistik bisa dibentuk dengan melihat

pada angka ditaksir patokan dalam Variables in The

Equation pada tabel 4.20 dibawah ini :

Tabel 4.21
Hasil Uji Wald
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Jenis_Usaha .115 .288 .161 1 .688 1.122
Step
1a Lama_Usah
.637 .545 4.069 1 .044 3.005
a

127
Pembiayaan .860 .573 2.251 1 .013 2.362
Constant -4.800 .110 18.690 1 .000 .008
a. Variable(s) entered on step 1: Jenis_Usaha, Lama_Usaha,
Pembiayaan.

Bentuk regresi yang tercipta bersumber pada angka

ditaksir patokan dalam Variables in The Equation

merupakan sebagai berikut ini:

Y = -4.800α + 0.115X1 + 0.637X2 +0.860X3 + 0.110e

Keterangan :

α = Konstanta

Y = Kemungkinan Pertumbuhan Pendapatan UMKM

X1 = Jenis Usaha

X2 = Lama Usaha

X3 = Besar Pembiayaan

e = Standart error

Dari persamaan regresi bisa diterangkan dibawah ini :

a. Konstanta sebesar -4.800; berarti jika Jenis Usaha,

Lama Usaha, dan Besar Pembiayaan nilainya adalah 0,

maka k Kemungkinan Pertumbuhan Pendapatan

UMKM (Y’) adalah sebesar -4.800.

128
b. Koefisien variabel bebas Jenis Usaha (X1) sebesar 0.

115 maksudnya bila elastis bebas lain nilainya

senantiasa serta elastis Jenis Usaha mengalami

peningkatan 1%, hingga Perkembangan Pendapatan

UMKM (Y’) mengalami kenaikan sebesar 0.115.

Koefisien berpengaruh positif maksudnya terjalin

akibat positif Jenis Usaha kepada Perkembangan

Pendapatan UMKM, mengalami peningkatan pada

Jenis Usaha hingga terus menjadi besar mungkin

Perkembangan Pendapatan UMKM.

c. Koefisien variabel bebas Lama Usaha (X2) sebesar

0.637 maksudnya bila elastis bebas lain nilainya

senantiasa serta elastis Lama Usaha mengalami

peningkatan 1%, hingga Perkembangan Pendapatan

UMKM (Y’) mengalami kenaikan sebesar 0.637.

Koefisien berharga positif maksudnya berpengaruh

positif Lama Usaha kepada Perkembangan Pendapatan

UMKM, berpengaruh positif Lama Usaha hingga

mengalami peningkatan Perkembangan Pendapatan

129
UMKM.

d. Koefisien regresi elastis Besar Pembiayaan (X3)

sebesar 0.860 maksudnya bila variabel bebas lain

nilainya senantiasa serta variabel Besar Pembiayaan

mengalami peningkatan 1%, hingga Perkembangan

Pendapatan UMKM (Y’) akan mengalami kenaikan

sebesar 0.860. Koefisien berpengaruh positif

maksudnya terjalin akibat positif Besar Pembiayaan

kepada Perkembangan Pendapatan UMKM,

berpengaruh positif Besar Pembiayaan sehingga

mengalami peningkatan pada Perkembangan

Pendapatan UMKM.

e. Angka Standart error untuk meminimalisisr kekeliruan

yang terjalin sehingga angka e disini merupakan 0.110

Uji regresi dicoba dengan metode menyamakan antara

tingkatan signifikansi (sig) dengan tingkatan kekeliruan (α)

= 5% ataupun 0, 05. Bersumber pada bagan 4.20 bisa

dinterpretasikan hasil sebagai berikut:

a. Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

130
Pada variabel bebas Jenis Usaha didapat angka

koefisiensi sebesar 0. 115 dengan tingkatan signifikansi (ρ-

value) sebesar 0. 688 > 0, 05. Nilai signifikansi lebih besar

dari α = 0,05 hingga anggapan ke- 2 ditolak. Ini berarti

Jenis Usaha tidak mempengaruhi penting kepada

Pertumbuhan Pendapatan UMKM. Atau dengan kata lain

H2 ditolak.

b. Pengujian Hipotesis pertama (H3)

Pada Variabel Lama Usaha didapat koefisien

regresi sebesar 0.637. Elastis Lama Usaha (X2)

mempunyai angka signifikansi (Sig.) 0.044 pada bagan

hasil percobaan Wald dengan angka α (bagian signifkansi)

0.05 maksudnya 0.044 lebih kecil dari alpha 0.05 ataupun

ada akibat positif serta penting. Artinya semakin lama

pelaku usaha menjalankan usahanya aka kemungkinan

pelaku usaha tersebut mengalami peningkatan pendapatan

akan semakin besar. Atau dengan kata lain H3 diterima.

c. Pengujian Hipotesis pertama (H4)

131
Pada variabel Besar Pembiayaan didapat koefisien

regresi sebesar 0. 860. Variabel Besar Pembiayaan (X3)

mempunyai angka signifikansi (Sig.) 0.013 pada bagan

hasil percobaan Wald dengan angka α ( bagian signifkansi)

0.05 maksudnya 0.013 lebih kecil dari alpha 0.05 ataupun

ada akibat yang penting. Maksudnya Besar Pembiayaan

mempengaruhi positif serta penting kepada Perkembangan

Pendapatan UMKM, sehingga Besar Pembiayaan

mengalami kenaikan hingga Perkembangan Pendapatan

UMKM juga meningkat. Ataupun dengan kata lain H4

diterima.

C. Pembahasan

1. Perbedaan keuntungan sebelum dan setelah menerima

zakat produktif dari LAZISNU

Berdasarkan hasil uji beda sampel berpasangan (paired

sampel t-test) bisa dilihat jika nilai sig (2-tailed)

menunjukkan nilai sebesar 0.000 atau lebih kecil dari

nilai alpha 0.05 yang artinya terdapat perbedaan

132
signifikan pada rata-rata keuntungan pelaku usaha

UMKM di Kabupaten Jombang sebelum dan setelah

menerima zakat produktif dari LAZISNU Kabupaten

Jombang.

Dana zakat produktif ialah salah satu instrumen

pendapatan untuk UMKM. Hal itu mengakibatkan

terdapatnya kenaikan pada permintaan barang disebabkan

terdapatnya kenaikan konsumsi itu sendiri. Terlihat kenaikan

pada permintaan dapat dibuktikan saat harta zakat dibagikan

pada mereka yang berhak menerimanya dan terjadi kenaikan

pembelian dikarenakan meningkatnya pendapatan setelah

mendapatkan zakat.

Sebaliknya pada sisi pelaku usaha menimbulkan

meningkatnya daya produksi, sehingga perusahaan-

perusahaan terus meningkatkan produksi barang sehingga

terciptalah pelaku-pelaku usaha baru untuk menghadapi

kenaikan akan permintaan barang tersebut. Hal inilah yang

menimbulkan terus meningkatnya daya produksi industri

serta terjaminnya modal-modal yang diinvestasikan.

133
Pada awalnya, kehadiran zakat tertuju untuk

memeratakan penyaluran kekayaan, yang bermaksud untuk

menurunkan tingkat kemiskinan. Tetapi, pada era saat ini

zakat tidak hanya digunakan untuk sesuatu perihal yang

konsumtif saja tetapi pula dipakai sebagai salah satu bantuan

modal dalam usaha produktif. Menurut Shinta Dwi (2013)

dengan menerima bantuan dana zakat produktif diharapkan

masyarakat dapat merubah status dari mustahik menjadi

seseorang muzakki. Menurut Agung Arif (2002) jika zakat

berperan sebagai pengurang jumlah pada umumnya

pendapatan dari orang miskin sebagai sesuatu presentase dari

garis kemiskinan dengan terdapatnya kebijaksanaan

pengganti zakat di harapkan akan terdapat metode

memindahkan pendapatan orang miskin yang pada awalnya

mengalami kekurangan.

2. Pengaruh karakteristik usaha responden (jenis usaha,

dan lama menjalankan usaha) terhadap keuntungan

usaha mikro responden

134
Bersumber pada hasil percobaan analisa uji regresi

(logistic regression) dapat diketahui jika: (1) Pada elastis

Jenis Usaha didapat angka koefisiensi sebesar 0.115 dengan

tingkatan signifikansi (ρ- value) sebesar 0. 688 > 0,05.

Karena nilai signifikansi lebih besar dari α = 0,05 hingga

anggapan ke-2 ditolak, maksudnya Jenis Usaha tidak

mempengaruhi penting kepada Perkembangan Pendapatan

UMKM. Ataupun dengan kata lain H2 ditolak. (2) Pada

variabel Lama Usaha didapat koefisien regresi sebesar 0.637.

Variabel Lama Usaha (X2) mempunyai angka signifikansi

(Sig.) 0.044 pada bagan hasil percobaan Wald dengan angka

α (bagian signifkansi) 0.05 yang maksudnya 0.044 lebih

kecil dari alpha 0.05 berpengaruh positif. Maksudnya ialah

semakin lama pelaku usaha melaksanakan usahanya, maka

pelaku usaha tersebut akan mengalami peningkatan

pendapatan secara terus menerus. Ataupun dengan kata lain

H3 diterima. (3) Pada elastis Besar Pembiayaan didapat

koefisien regresi sebesar 0.860. Variabel kedudukan Besar

Pembiayaan (X3) mempunyai angka signifikansi (Sig.)

135
0.013 pada bagan hasil percobaan Wald dengan angka α

(bagian signifkansi) 0.05 maksudnya 0.013 lebih kecil dari

alpha 0.05 ataupun ada pengaruh positif. Maksudnya Besar

Pembiayaan mempengaruhi positif serta penting kepada

Perkembangan Pendapatan UMKM, hasilnya bila Besar

Pembiayaan terus menjadi besar hingga Perkembangan

Pendapatan UMKM terus menerus mengalami peningkatan.

Ataupun dengan kata lain H4 diperoleh.

Lama suatu usaha dapat menimbulkan suatu

pengalaman usaha. Para pelaku usaha yang mempunyai

pengalaman yang cukup lama dalam usahanya, wawasan,

dan sanggup membuat kebijakan dalam tiap situasi serta

kondisi. Tidak hanya itu, pelaku usaha dengan pengalaman

serta lama usaha yang lebih banyak, secara tidak langsung

akan memperoleh jaringan ataupun hubungan luas yang

bermanfaat dalam memasarkan produknya.

Pendapatan yang diperoleh UMKM sangat

berpengaruh dari aspek produksi. Semakin besar

pembiayaan yang dipakai serta diiringi dengan

136
meningkatnya pendapatan UMKM. Asumsinya jika dengan

pembiayaan yang besar, hingga akan meningkat juga pada

jenis barang yang dipasarkan, dengan besarnya modal usaha

yang dimiliki akan mengakibatkan jumlah serta jenis

produksi lebih banyak.

Menurut Ardiansyah (2010) dengan pembiayaan yang

besar, hingga akan menarik minat konsumen untuk membeli

barang yang diproduksi serta pendapatan akan bertambah.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh modal usaha

terhadap pendapatan berpengaruh positif.

137
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada pengujian yang dilakukan terhadap hipotesis dapat

disimpulkan bahwa:

(1) Terdapat perbedaan signifikan pada rata-rata

keuntungan pelaku usaha UMKM di Kabupaten

Jombang sebelum dan setelah menerima zakat

produktif dari LAZISNU Kabupaten Jombang,

Dana zakat produktif merupakan salah satu tambahan

pendapatan bagi UMKM yang dapat menyebabkan

adanya kenaikan pada permintaan barang, terlihat

kenaikan pada permintaan dapat dibuktikan jika harta

zakat dibagikan pada mereka yang berhak

menerimanya dan sementara kenaikan permintaan

tidak berpengaruh kecuali dengan adanya akumulasi

pendapatan, yaitu dengan menambahkan variabel

zakat.

138
(2) Terdapat pengaruh positif serta penting antara Lama

Usaha dengan keuntungan pelaku usaha UMKM di

Kabupaten Jombang. Artinya semakin lama pelaku

usaha menjalankan usahanya maka kemungkinan

pelaku usaha tersebut mengalami peningkatan

pendapatan akan semakin besar. usaha UMKM di

Kabupaten Jombang.

(3) Terdapat pengaruh signifikan antara Besar Pembiayaan,

dengan keuntungan pelaku usaha UMKM di Kabupaten

Jombang, Artinya apabila Besar Pembiayaan semakin

besar maka Pertumbuhan Pendapatan UMKM juga akan

semakin besar.

(4) Sedangkan Jenis Usaha dan Lama Usaha tidak

berpengaruh signifikan terhadap keuntungan pelaku

usaha UMKM di Kabupaten Jombang.

B. Saran

Penulis memberikan beberapa saran dalam penelitian ini,

antara lain:

139
1. Bagi Masyarakat, seharusnya lebih memahami konsep zakat

dalam hal penghimpunan dan pendayagunaan yang

bertujuan untuk membantu pemerintah dalam mengentaskan

kesenjangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

2. Bagi Lembaga, seharusnya membuat program-program

pendayagunaan ZIS yang lebih fokus kearah zakat produktif

berupa pemberian modal usaha mikro kepada mustahik agar

mampu mengubah status menjadi muzakki dan dapat

menaikkan taraf hidup masyarakat. Serta memaksimalkan

pengelolaannya terutama dalam pengelolaan zakat produktif

tentang pendampingan, pengawasan dan evaluasi terhadap

usaha yang dimiliki oleh mustahik.

140
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ustmani, Syaikh Muhammad bin Shalih. 2011. Fiqih Zakat


Kontemporer. Solo: Al-qawam
Anton Athoillah M, Ekonomi Zakat, (Bandung: Pustaka Aura
Semesta, 2015),
Arif, dkk. 2012. Akuntansi Pemerintahan. Jakarta, Penerbit
Salemba Empat.
Arikunto. 2015. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta.
Athoilah, Anton M. 2015 Ekonomi Zakat. Bandung: Pustaka Aura
Semesta.
Bakry, Umar Suyadi. 2016. Metode Penelitian Hubungan
Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dewi, Ayu Shinta. 2013. Pengaruh independensi, Kecakapan
Profesional, Obyektifitas, Kompetensi,dan Pengalaman
kerja Terhadap Kualitas Hasil Audit(Studi empiris pada
pemerintah kota surakarta dan kabupaten Wonogiri).
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
El-Madani, 2013. Fiqih Zakat Lengkap. Yogyakarta: Diva Press.
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan
Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Dalam Diskusi Kelompok C.2 Temu Nasional
Bazar Pengembangan Mikro.

141
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan
Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hubeis, Musa. 2015. Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah
Inkubator Bisnis. Bogor: Ghalia Indonesia
Mufraini, M. Arif. 2008. Akuntansi dan Manajemen Zakat.
Jakarta: Media Group.
Mufraini, M. Arif. 2012. Akuntansi dan Manajemen Zakat.
Jakarta: Kencana.
Notoatmodjo, S. 2015. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Prastiawati, F. dan Darma, E. S. (2016, Juli). Peran Baitul Maal
Wat Tamwil Terhadap Perkembangan Usaha dan
Peningkatan Kesejahteraan Anggotanya dari Sektor Mikro
Pedagang Pasar Tradisional. Jurnal Akuntansi dan
Investasi, Vol. 17, 197-208.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei,
Jakarta: LP3ES, 2014
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: PT Alfabet.
Tambunan, Tulus. Usaha Mikro Kecil Dan Menengah di
Indonesia: Isu-isu Penting, Jakarta: LP3ES, 2012.

Jurnal

142
Abdullah, A. (2013). STRATEGI PENDAYAGUNAAN ZAKAT
PRODUKTIF. AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN
PRANATA SOSIAL ISLAM, Vol 1, No 01.
Anwar, A. T. (2018). ZAKAT PRODUKTIF UNTUK
PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT. ZISWAF, Vol. 5,
No. 1.
Efendi, M. (2017). Pengelolaan Zakat Produktif Berwawasan
Kewirausahaan Sosial dalam Pengentasan Kemiskinan Di
Indonesia. Al Hakam JURNAL ILMU SYARI'AH DAN
HUKUM, Vol. 2, Nomor 1.
Evi Mutia, L. A. (2019). Productive Zakat Distribution in
Increasing the Revenue of Mustahik in Baitul Mal Aceh.
Proceedings of the 2nd Aceh Global Conference on
Business Economic and Sustainable Development Trends
(AGC-BEST), 17-18.
Haidir, M. S. (2019). Revitalisasi Pendistribusian Zakat Produktif
Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan di Era Modern.
Muqtasid, 10(1).
Ichsan Hamidi, S. a. (2019). The effectivities of zakat productive
funds toward zakat recipient income in Palembang. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol. 17 (1).
Irfaany Fauziyah Taufiq, K. a. (2018). The Effect of Productive
Zakat, Business Experience, and Mentoring on Farmers’
Revenues (Survey on Lumbung Desa Program by Sinergi
Foundation in Cibaeud Village, Cigalontang District,

143
Tasikmalaya Regency). International Journal of Zakat,
Vol.3(3).
Khalifah Muhamad Ali, N. N. (2016). Perbandingan Zakat
Produktif dan Zakat Konsumtif dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Mustahik. Jurnal Al-Muzara’ah, Vol.4,
No.1.
Marpaung, L. W. (2019). Zakat, Islamic Economics And Poverty
Alleviation In Indonesia. Proceeding International
Seminar on Islamic Studies, Volume 1 Nomor 1.
Muhammad Irfan Nasution, M. A. (2019). The Utilization of
Zakah Productive towards Micro-Business Growth and
Mustahik Welfare. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian
Masalah Ekonomi dan Pembangunan, 20 (1).
Muhammad Zaid Alaydrus, T. W. (2017). The Effect Of
Productive Zakah, Infaq and Shadaqah to The Growth Of
Micro-Enterprises and Welfere Mustahiq in Pasuruan.
Journal of Islamic Economics Science, Vol.1 No. 1.
Nopiardo, W. (2016). Mekanisme Pengelolaan Zakat Produktif
Pada Badan Amil Zakat Nasional Tanah Datar. JEBI
(Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam), Volume 1, Nomor 2.
Siti Halida Utami, I. L. (2014). Pengaruh Pendayagunaan Zakat
Produktif Terhadap Pemberdayaan Mustahiq di Kota
Medan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.2 No.6.
Tanjung, D. S. (2019). pengaruh Zakat, Infaq dan Shadaqah
Produktif terhadap pertumbuhan usaha mikro dan

144
kesejahteraan mustahiq di Kota Medan. At-Tawassuth:
Jurnal Ekonomi Islam, Volume IV No. 2.
Zalikha, S. (2016). Pendistribusian Zakat Produktif Dalam
Perspektif Islam. Jurnal Ilmiah Islam Futura, Vol. 15. No.
2.

Sumber Internet
Badan Amil dan Zakat Nasional. Informasi Finansial Zakat
(On;ine). http://pusat.baznas.go.id/, diakses pada Juli
2019.
Badan Pusat Statistik. Jumlah UMKM (Online).
http://sp2010.bps.go.id/, diakses pada Juli 2019

Hadits Digital: Referensi Pembelajaran Hadits (Fress Download


Islamic Ebook & Software at http://al-jihads.blogspot.com
Potensi Zakat Rp 217 Triliun Terserap Satu Persen.
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-
ekonomi. Diakses 17 Juni 2018.

. Kamus Besar Bahasa Indonesia (online).


http://kbbi.web.id, Diakses pada Juli 2019.

LAMPIRAN

145
Lampiran 1 : Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN

Kepada Yth.
Bapak / Ibu / Sdr / i Muzakki
Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh NU Jombang
Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan Skripsi Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Dana Zakat Produktif, Karakteristik
Usaha Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Mustahik
(Studi LAZISNU Jombang)”
Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk
meluangkan sedikit waktunya untuk mengisi kuesioner (daftar
pertanyaan) pada penelitian yang saya sertakan berikut ini. seluruh
informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam kuesioner ini bersifat
rahasia dan tidak mempengaruhi eksistensi Bapak/Ibu/Sdr/i dalam
membayar dana zakat pada Lembaga Amil Zakat dan
semacamnya.
Atas ksediaan Bapak/Ibu/Sdr/i dalam pengisian kuesioner
ini, kami sampaikan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
Siti Maesaroh Andini
NIM: 11140860000043

146
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH DANA ZAKAT PRODUKTIF,
KARAKTERISTIK USAHA TERHADAP
PERKEMBANGAN USAHA MUSTAHIK (LAZISNU
JOMBANG)

A. Cara Pengisian
 Profil responden diisi dengan keterangan diri.
 Mohon diisi daftar pertanyaan di bawah ini sesuai dengan
pendapat anda.
 Mohon isi jawaban sesuai dengan kondisi anda
 Tandai jawaban anda dengan memberi tanda silang ( X )
pada jawaban yang Bapak/Ibu pilih.

B. Karakteristik Responden
1. Nama (boleh diisi inisial) :
2. Alamat :
3. Usia :
a. < 20 Tahun c. 31-50 Tahun
b. 20-30 Tahun d. > 50 Tahun
4. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki b. Perempuan
5. Pendidikan :
a. SD c. SMA

147
b. SMP d. S1/Diploma
6. Status :
a. Belum menikah
b. Menikah
c. Janda/ duda
7. Jenis Usaha :
a. Pedagang Grosir c.Pedagang
Warung/Toko
b. Pedagang Kaki Lima d. Dan lain-lain

Jenis/Nama Usaha

8. Lama Menjalankan Usaha :


a. < 1 Tahun c. 3-5 Tahun
b. 1-2 Tahun d. > 5 Tahun
9. Sudah berapa lama menerima dana zakat produktif :
a. < 1 Tahun c. 3-5 Tahun
b. 1-2 Tahun d. > 5 Tahun

C. Keberlangsungan Usaha Mikro (Pengaruh Pembiayaan


terhadap Kondisi Usaha)
I. Modal Usaha
1. Berapa modal yang digunakan untuk memulai usaha?
a. < Rp 1.000.000 c. Rp 2.100.000 – Rp 3.000.000
b. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 d. > Rp 3.000.000

148
2. Berapa bantuan modal (pembiayaan) dari LAZISNU yang
Bapak/Ibu terima?
a. < Rp 2.000.000 c. Rp 3.100.000 – Rp 4.000.000
b. Rp 2.000.00 – Rp 3.000.000 d. > Rp 4.000.000
3. Berapa modal yang digunakan untuk memulai usaha?
Modal Sebelum Modal Setelah

II. Pendapatan
1. Berapa rata-rata pendapatan usaha Anda setiap
bulannnya sebelum menerima dana zakat
produktif dari LAZISNU ?
a. < Rp. 500.000
b. Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000
c. Rp. 1.600.000 – Rp. 3.000.000
d. > Rp. 3.000.000
2. Berapa rata-rata pendapatan usaha Anda setiap
bulannnya setelah menerima dana zakat produktif
dari LAZISNU ?
e. < Rp. 1000.000
f. Rp. 1000.000 – Rp. 2.500.000
g. Rp. 2.600.000 – Rp. 5.000.000
h. > Rp. 5.000.000

149
3. Apakah dengan adanya pendayagunaan dana
zakat produktif dari LAZISNU pendapatan usaha
Anda meningkat dibandingkan dengan sebelum
Anda menerima dana zakat produktif?
a. Ya
b. Tidak

P Pendapatan Sebelum Pe Pendapatan Setelah

150

Anda mungkin juga menyukai