Anda di halaman 1dari 205

PERAN WAKAF UANG DI BAITULMAAL MUAMALAT

(BMM) DALAM MEWUJUDKAN PROGRAM PENGENTASAN


KEMISKINAN DI DKI JAKARTA
(Studi Jakarta Timur)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Oleh:

FITRIA ANNISA A’LIIMAH RUSTANDI


11150850000033

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020M
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERAN WAKAF UANG DI BAITULMAAL MUAMALAT (BMM)


DALAM MEWUJUDKAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN
DI INDONESIA

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh
FITRIA ANNISA A’LIIMAH RUSTANDI
NIM: 11150850000033

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M

i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 03 September 2019 telah dilakukan uji komprehensif atas
mahasiswa/i:
Nama : Fitria Annisa A‟liimah Rustandi
NIM : 11150850000033
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Peran Wakaf Uang di Baitulmaal Muamalat
(BMM) Dalam Mewujudkan Program
Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia

Setelah mencerrmati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan


yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 03 September 2019


1. Drs. Ade Ananto Terminanto, M.M
NIDN. 2025116807

2. Muhammad Fadlillah Fauzukhaq, S.Pd.I, M.A


NIDN. 0304027901

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 20 Januari 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
Nama : Fitria Annisa A‟liimah Rustandi
NIM : 11150850000033
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsin : Peran Wakaf Uang Di Baitulmaal Muamalat (BMM)
Dalam Mewujudkan Program Pengentasan Kemiskinan
Di Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Januari 2020

1. Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.B.A. (…………….......………...)


NIP. 197410182014112001 Ketua

2. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., MH. (…………….......………...)


NIP. 197501012005011008 Sekretaris

3. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., MH. (…………….......………...)


NIP. 197501012005011008 Pembimbing I

4. Drs. Ade Ananto Terminanto, M.M (…………….......………...)


NIP. 196811252014111002 Pembimbing II

5. Umiyati, S.E.I., M.Si (…………….......………...)


NIDP. 2020047903 Penguji Ahli

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fitria Annisa A‟liimah Rustandi


NIM : 11150850000033
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Januari 2020

Yang menyatakan,

Fitria Annisa A’liimah Rustandi

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi
Nama Lengkap : Fitria Annisa A‟liimah Rustandi
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Lengkap : Jl. Saniin No.22 RT.010/002, Benteng,
Warudoyong, Kota Sukabumi, 143132
Agama : Islam
Email : fitriaalimah03@gmail.com
II. Pendidikan Formal
1. Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. MA Islamic Boarding School of Assalam Sukabumi
3. SMPN 10 Kota Sukabumi
4. SDN Benteng 1 Gentramasekdas Kota Sukabumi
5. TK Pertiwi Teladan Pangkalanbun
III. Pengalaman Organisasi
1. Sekretaris Bidang III Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perbankan
Syari‟ah Periode 2018 – 2019
2. Anggota Sosial Agama Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Periode
2017 – 2018 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Sekretari Umum 2nd Youth Economics Summit 2017 DEMA Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Anggota Lingkar Studi Ekonomi Islam (Lisensi) 2016 – 2017
5. Anggota Lembaga Kaligrafi (Lemka) 2015 – 2016

v
ABSTRACT

Fitria Annisa A'liimah Rustandi. The Role of Money Waqf in the Baitulmaal
Muamalat (BMM) in Realizing Poverty Alleviation Programs in DKI Jakarta (A
Study of East Jakarta)
This study aims to analyze the role of endowment funds in the Baitulmaal
Muamalat (BMM) in realizing poverty alleviation programs in Indonesia. This
type of research is a descriptive study with a quantitative approach. The
population in this study is mauquf'alaih who received the KUM3 (Community
Based Muamalat Micro Enterprise) program, B-BMT KUM3 in the form of a
Sharia Microfinance Institution strengthening program (LKMS). The sample in
this study was 30 respondent families taken by purposive sampling technique. The
instrument used in this study was a questionnaire / questionnaire. Data analysis
techniques in this study used the CIBEST model approach and correlation
analysis. The results showed that there was an improvement in the welfare
conditions of their families and individual families after receiving the Baitulmaal
Muamalat (BMM) endowment compared to the previous condition. In addition,
there is also a relationship between endowment of money and spiritual well-being
within the scope of the family and individual head of the family, and family
members 1, family members 2, and family members 3.

Keywords: Money Waqf, Poverty in Indonesia, Material and Spiritual Welfare.

vi
ABSTRAK

Fitria Annisa A’liimah Rustandi. Peran Wakaf Uang di Baitulmaal


Muamalat (BMM) Dalam Mewujudkan Program Pengentasan Kemiskinan
DKI Jakarta (Studi Jakarta Timur).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa peran dari wakaf uang di Baitulmaal
Muamalat (BMM) dalam mewujudkan program pengentasan kemiskinan di
Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah mauquf’alaih yang menerima
Program KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid), B-BMT
KUM3 yaitu berupa program penguat Lembaga Keuangan Mikro Syariah
(LKMS). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 KK responden mauquf’alaih
diambil dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner/angket. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan model CIBEST dan analisis korelasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya peningkatan kondisi kesejahteraan lungkup keluarga
maupun individu mauquf’alaih sesudah menerima wakaf uang Baitulmaal
Muamalat (BMM) dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Selain itu, terdapat
pula keterkaitan antara wakaf uang dengan kesejahteraan spiritual dalam lingkup
keluarga maupun individual kepala keluarga, dan anggota keluarga 1, anggota
keluarga 2, dan anggota keluarga 3.

Kata Kunci : Wakaf Uang, Kemiskinan di Indonesia, Kesejahteraan Material dan


Spiritual.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Alhamdulillahi Rabbil Aalaamiin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat yang tiada tara, hidayah, ridho serta Inayah-Nya kepada
peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul "Peran
Wakaf Uang di Baitulmaal Muamalat (BMM) Dalam Mewujudkan Program
Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia". Sholawat ma’as Salaam senantiasa
tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad S.A.W, yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bimbingan, motivasi dan tidak akan
terselesaikan tanpa bantuan dari pihak lain baik secara langsung maupun tidak
langsung. Karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua, Abii Asep Rustandi, Ummii Dedeh Fariqoh Ratna Dewi,
Mamah Wiwin Suparti, dan Adik – adik Lailatil Qodri Annur Rustandi,
Maulana Hidayah Rustandi, dan Maulana Falah Rustandi yang senantiasa
selalu memberikan do‟a, dukungan dan tanpa mengenal lelah membantu
peneliti hingga sampai titik ini.
2. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan do‟a dan dukungan kepada
peneliti untuk menyelesaikan masa studinya.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.,
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
kesempatan menyelesaikan skripsi kepada peneliti.
4. Dosen pempimbing skripsi Ayahanda Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., MH.
dan Ayahanda Drs. Ade Ananto Terminanto, MM. yang telah sabar
membimbing dan memberikan ilmu serta pengalaman baru melalui
penelitian ini yang sangat luar biasa berharganya.

viii
5. Ketua Jurusan Perbankan Syariah Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E.,
MBA. serta Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah Ibu Yuke Rahmawati,
S.Ag., M.A. yang telah memberikan dorongannya sehingga penelitian ini
dapat diselesaikan.
6. Ibu Aini Masruroh, S.E.I., MM. selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu mendengarkan keluh kesah peneliti dalam bidang akademik serta
senantiasa mendorong peningkatan prestasi di setiap semester.
7. Seluruh dosen – dosen Perbankan Syariah yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan. Semoga dapat menjadi
ladang pahala dan amal jariyah.
8. Terimakasih kepada Muhammad Irsyad As Shidqi yang senantiasa selalu
memberikan dukungan berupa do‟a, tenaga, dan waktu, serta selalu
menjadi tempat keluh kesah penulis selama melaksanakan penelitian.
Semoga terselesaikannya jenjang Sarjana (S1) ini merupakan langkah awal
untuk memulai cita-cita bersama.
9. Teman satu kamar teteh Ai Inayah, terimakasih telah menjadi sahabat
seperjuangan di Ciputat dan tempat berbagi selama tiga tahun terakhir ini.
Semoga silaturahmi dan do‟a tidak akan pernah putus diantara kita.
10. Sahabat – sahabat seperti Laeli Naelul Muna, Fiqi Syafaati, Anissa Abda,
Ayu Utari Ningsih, Karinda Muthia Fahmi, Alysha Primadani Putri
terimakasih telah membersamai sejak awal masa perkuliahan.
11. Sahabat – Sahabat Pewaris Sejarah 2015 Seperti Miftah Rohmani, Rahmad
Hasibuan, Mahatir Ilham, Baandalr Lizein, Sulaiman Zain dan Idham
Halid, terimakasih atas kebersamaan canda tawa selama ini.
12. Ibu Kostan Bunda Septi, terimakasih atas do‟a, dukungan dan kebaikannya
selama tiga tahun peneliti tinggal dikosan.
13. Senior – senior KOMFEIS, terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.
14. Adik – adik PMII Jurusan Perbankan Syariah, terimakasih atas
kebersamaannya.
15. Serta seluruh pihak yang telah membantu dari masa perkuliahan hingga
skripsi yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Jazakumullah
Ahsanal Jaza.

ix
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti,
oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak sangat peneliti harapkan demi pencapaian yang lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Jakarta, Januari 2020

Fitria Annisa A‟liimah Rustandi

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………………...i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF………………………ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI…………………………………iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………….iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………..v

ABSTRACT………………………………………………………………………vi

ABSTRAK………………………………………………………………………vii

KATA PENGANTAR………………………………………………………….viii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiv

DAFTAR DIAGRAM………………………………………………………….xvi

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..xvii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….......1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….......1

B. Permasalahan………………………………………………………………8

1. Identifikasi Masalah……………………………………………………….8

2. Batasan Masalah………………………………………………………….10

3. Rumusan Masalah………………………………………………………..10

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………...10

D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….11

E. Tinjauan Kajian Terdahulu………………………………………………12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..19

A. Definisi Wakaf…………………………………………………………...19

B. Sejarah Wakaf……………………………………………………………20

xi
C. Dasar Hukum Wakaf……………………………………………………..23

D. Rukun Wakaf…………………………………………………………….26

E. Syarat Wakaf……………………………………………………………..26

F. Jenis Harta Benda Wakaf………………………………………………...29

G. Baitulmaal Muamalat (BMM) …………………………………………...31

H. Wakaf Uang……………………………………………………………...32

I. Konsep Memelihara Harta Menurut Maqashid Syariah…………………33

J. Kemiskinan………………………………………………………………35

K. Kesejahteraan (Al-Falah) ………………………………………………..38

L. Kerangka Berfikir………………………………………………………...39

BAB III METODELOGI PENELITIAN……………………………………...41

A. Desain Penelitian…………………………………………………………41

B. Populasi dan Sampel……………………………………………………..41

1. Populasi Penelitian……………………………………………………….41

2. Sampel Penelitian………………………………………………………...42

C. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………42

D. Sumber Data……………………………………………………………...43

1. Data Primer………………………………………………………………43

2. Data Sekunder……………………………………………………………43

E. Instrumen Penelitian……………………………………………………...43

F. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….46

G. Teknik Pengolahan Data…………………………………………………47

1. Pengukuran Instrumen Penelitian………………………………………..47

2. Analisis Statistik Deskriptif……………………………………………...48

3. Uji Normalitas ……………………………………………………………48

4. Analisis Dengan Pendekatan Model CIBEST……………………………48

xii
5. Analisis Dengan Korelasi………………………………………………...53

H. Operasional Variabel Penelitian………………………………………….56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………58

A. Temuan Hasil Penelitian…………………………………………………58

1. Baitulmaal Muamalat (BMM) …………………………………………...58

2. Mekanisme Kerja Baitulmaal Muamalat (BMM) ……………………….70

3. Kemiskinan di Indonesia…………………………………………………73

B. Pembahasan………………………………………………………………77

1. Analilsis Kuantitatif……………………………………………………...77

2. Analisis Dengan Pendekatan Model CIBEST……………………………81

3. Analisis dengan Korelasi………………………………………………..102

C. Interpretasi Hasil……..…………………………………………………109

BAB V SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………...114

A. Simpulan………………………………………………………………..114

C. Saran…………………………………………………………………….115

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….117

LAMPIRAN – LAMPIRAN…………………………………………………..124

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Potensi wakaf di Indonesia……………………………………………..3


Tabel 1.2 Statistik Keuangan Yayasan Baitulmaal Muamalat…………………….6
Tabel 1.3 Tinjauan Kajian Terdahulu……………………………………………12
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen…………………………………………………….44
Tabel 3.2 Skala Likert…………………………………………………………....45
Tabel 3.3 Kuadran CIBEST………………………..…………………………….51
Tabel 3.4 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi ……………………………54
Tabel 4.1 Hasil uji Validitas……………………………………………………...77
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas…………………………………………………..78
Tabel 4.3 Karakteristik Mauquf’alaih……………………………………………78
Tabel 4.4 Daftar Variabel Uji Normalitas………………………………………..80
Tabel 4.5 Kuadran CIBEST Keluarga Mauquf’alaih……………………………81
Tabel 4.6 Indeks Kemiskinan Keluarga Mauquf’alaih…………………………..83
Tabel 4.7 Kuadran CIBEST Individu…………………………………………….84
Tabel 4.8 Indeks Kemiskinan Individu…………………………………………..86
Tabel 4.9 Selisih Perubahan Indeks Kemiskinan Individu………………………87
Tabel 4.10 Rata-Rata Pendapatan Keluarga Mauquf’alaih………………………89
Tabel 4.11 Klasifikasi Pendapatan Keluarga Mauquf’alaih……………………..89
Tabel 4.12 Rata-Rata Pendapatan Individu………………………………………90
Tabel 4.13 Klasifikasi Pendapatan Individu……………………………………..91
Tabel 4.14 Klasifikasi Pendapatan dari Pekerjaan Utama……………………….92
Tabel 4.15 Klasifikasi Tambahan Pendapatan dari Keluarga……………………93
Tabel 4.16 Klasifikasi Pendapatan dari Pekerjaan Sampingan…………………..93
Tabel 4.17 Rata-rata Ibadah Mauquf’alaih………………………………………94
Tabel 4.18 Rata-rata Ibadah Individual…………………………………………..95
Tabel 4.19 Klasifikasi Ibadah Sholat Individu…………………………………...97
Tabel 4.20 Klasifikasi Ibadah Puasa Individu……………………………………98
Tabel 4.21 Klasifikasi Ibadah Zakat dan Infaq Individu…..……………………99
Tabel 4.22 Klasifikasi Lingkungan Keluarga Individu…………………………100

xiv
Tabel 4.23 Klasifikasi Kebijakan Pemerintah Individu………………………...101
Tabel 4.24 Korelasi Pinjaman dengan Pendapatan dalam Lingkup Keluarga….102
Tabel 4.25 Korelasi Pinjaman dengan Ibadah dalam Lingkup Keluarga………103
Tabel 4.26 Korelasi Pinjaman dengan Pendapatan dalam Lingkup Individu …..104
Tabel 4.27 Korelasi Pinjaman dengan Ibadah dalam Lingkup Individu………..105
Tabel 4.28 Korelasi Pinjaman dengan Kebijakan Pemerintah menurut Individu105
Tabel 4.29 Korelasi Pinjaman dengan Lingkungan Keluarga Individu………...106
Tabel 4.30 Korelasi Pinjaman dengan Zakat dan Infaq Individu……………….107
Tabel 4.31 Korelasi Pinjaman dengan Puasa Individu………………………….107
Tabel 4.32 Korelasi Pinjaman dengan Shalat Individu…………………………108

xv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Data Akumulasi Tingkat Kemiskinan di Dunia…………………...73


Diagram 4.2 Data Akumulasi Kemiskinan Di Indonesia (Juta Jiwa) ………….74
Diagram 4.3 Data Akumulasi Kemiskinan Secara Wilayah di Indonesia………..75
Diagram 4.4 Data Akumulasi Kemiskinan Secara Wilayah di DKI Jakarta……..76

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Laporan penerimaan nadzhir wakaf uang dan melalui uang…………5
Gambar 2.1 Konsep Wakaf Uang………………………………………………..32
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir…………………………………………………...39
Gambar 4.1 Struktur Organisasi………………………………………………….69
Gambar 4.2 Skema Wakaf Uang di Baitulmaal Muamalat (BMM) ………….....70

xvii
xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pascakrisis ekonomi tingkat kemiskinan di Indonesia semakin menurun.
Hal ini berdasarkan data BPS menunjukan bahwa pada Maret 2015 penduduk
miskin di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 28,59 juta jiwa. Kemudian
menurun sampai posisi September 2018 di mana angka kemiskinan 9,82% atau
25,95 juta jiwa, kemudian menurun kembali pada Maret 2019 sebesar 9,41% atau
setara dengan 25,14 juta jiwa, meskipun penurunan tersebut belum signifikan.
Dalam upaya untuk mengatasi kemiskinan, pemerintah telah mengeluarkan
berbagai kebijakan agar permasalahan kemiskinan ini dapat terselesaikan, antara
lain dengan kebijakan (1) Program Keluarga Harapan (PHK); (2) Kartu Indonesia
Pintar; (3) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT); dan banyak program pengentasan
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat lainnya (Bappenas 2019). Dengan
demikian, pemerintah sudah melakukan perannya dengan pengadaan program
pengentasan kemiskinan dalam hal kegiatan sosial, walaupun belum dapat
memberikan dampak yang signifikan bagi penurunannnya angka kemiskinan di
Indonesia.
Secara wilayah, menurut Badan Pusat Statistik (2019) bahwa tingkat
kemiskinan terbanyak di Pulau Jawa mencapai 13,19 juta jiwa, Sumatera 5,92 juta
jiwa, Sulawesi 2,025 juta jiwa, Bali dan Nusa Tenggara 2,03 juta jiwa, Maluku-
Papua 1,52 juta dan Kalimantan 973,17 ribu.
Kemiskinan terbesar di pulau Jawa yaitu provinsi DKI Jakarta, persentase
penduduk miskin DKI Jakarta pada Maret 2019 adalah 3,47% atau sebesar 365,55
ribu orang. Sedangkan untuk angka kemiskinan tertinggi di DKI Jakarta ada
dikawasan Jakarta Timur yaitu 3,46%. Hal ini disebabkan penduduk kawasan itu,
padatnya penduduk membuat daerah ini menjadi kumuh. (Badan Pusat Statistika
(BPS), 2019).
Belum teratasinya kemiskinan di Indonesia terutama di DKI Jakarta,
mendorong pemikiran akan perlunya suatu strategi baru untuk penanggulangan
kemiskinan yang lebih menyentuh akar permasalahannya. Optimalisasi sumber

1
2

keuangan islam merupakan salah satu strategi baru yang dapat diterapkan dalam
rangka mengatasi kemiskinan. Wakaf merupakan suatu instrumen ekonomi Islam
yang belum diberdayakan secara optimal di Indonesia. Sedangkan di negara lain
yang memiliki permasalahan kemiskinan yang sama dengan Indonesia seperti
Mesir, Saudi Arabia, Yordania, Turki, Bangladesh, Mesir, Malaysia dn Amerika
Serikat, telah mengembangkan wakaf sebagai salah satu lembaga sosial ekonomi
Islam yang dapat membantu berbagai kegiatan umat dan mengatasi masalah umat
seperti kemiskinan. (Prihatini, et.al. 2005) Maka tidak ada salahnya jika Indonesia
mencoba mengoptimalisasikan sumber keuangan islam berupa wakaf sebagai
solusi dalam mengatasi permasalahan kemiskinan.
Saat ini telah terjadi perubahan yang signifikan atas pemahaman dan
pemberdayaan harta wakaf di masyarakat, pada awalnya praktek wakaf lebih
banyak dikembangkan pada sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan,
dan manfaat sosial lainnya yang menjadi suatu wakaf produktif termasuk salah
satunya dalam bentuk wakaf uang. Hal ini dibuktikan dengan munculnya Undang-
undang RI Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, pasal 1 ayat 5 yang
menyebutkan bahwa harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya
tahan lama dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi
menurut syariah yang diwakafkan oleh wakif. Perluasan dari pemahaman dan
pemberdayaan harta wakaf menjadi suatu hal yang penting terutama jika dikaitkan
dengan konsep pengembangan wakaf produktif yang bertujuan untuk kepentingan
sosial kemasyarakatan.
Wakaf produktif memiliki dua visi sekaligus yaitu menghancurkan
struktur-struktur sosial yang timpang dan menyediakan lahan subur untuk
mensejahterakan umat Islam. Visi ini secara langsung digapai ketika totalitas
diabdikan untuk bentuk-bentuk wakaf produktif yang selanjutnya diteruskan
dengan langkah-langkah taktis yang mengarah pada capaian tersebut. Langkah
taktis, sebagai derivasi dari filosofi disyariatkannya wakaf produktif dimana lebih
berupaya teknis-teknis pelaksanaan wakaf produktif. (Kasdi, 2010) Wakaf
produktif yang dimaksudkan diatas, merupakan suatu cara yang dapat digunakan
dalam memberikan manfaat berkepanjangan bagi penerima wakaf, namun dengan
cara mandiri atau penerima wakaf dapat mengelolanya kembali. Wakaf tunai
3

merupakan cara berpotensi di Indonesia jika diterapkan sebagai salah satu cara
pengembangan wakaf produktif,
Dalam disertasinya Hendra (2008) menemukan bahwa wakaf tunai dapat
menanggulangi kemiskinan melalui pekerjaan, yaitu melalui program ekonomi
dan kemitraan usaha yang keseluruhannya bertujuan memberikan akses bagi
masyarakat miskin untuk meningkatkan kesejahteraan mereka ke taraf yang lebih
tinggi. Wakaf uang benar-benar dapat berpotensi dalam menanggulangi
kemiskinan melalui kegiatan ekonomi sosial dan kemitraan yang mana mencakup
juga dalam visi wakaf produktif.
Penerapan wakaf uang sebagai salah satu bentuk wakaf produktif pada
masa sekarang akan mempunyai keunggulan yang lebih besar dari wakaf
tradisional, yaitu benda bergerak atau tidak bergerak. Hal ini, didasarkan UU
Wakaf pasal 16 ayat 1 sampai dengan ayat 3. Identik di masyarakat apabila
dikatakan harta wakaf, maka akan langsung dihubungkan dengan sekolah, rumah
sakit dan atau kuburan. Secara umum, wakaf benda bergerak atau tidak bergerak
hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki harta lebih. Hal inilah yang
menyebabkan kekayaan wakaf di Indonesia masih sedikit. Selain karena jumlah
harta wakaf yang masih sedikit, pengelolaannya pun masih belum menerapkan
manajemen modern. Sedangkan wakaf uang dapat dilakukan banyak orang,
meskipun tidak kaya. Seseorang dapat berwakaf uang sebesar Rp. 100.000,-. Di
Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar jika dijalankan secara optimal, hal
ini dapat diperjelas dengan tabel berikut:

Tabel 1.1 Potensi wakaf di Indonesia

Tingkat Jumlah Jumlah Potensi wakaf Potensi wakaf


penghasilan/bulan muslim wakaf/bulan uang/bulan uang/tahun
Rp. 500.000,- 4 juta Rp. 5.000,- Rp. 20 milyar Rp. 240 milyar
Rp. 1 juta – 2 juta 3 juta Rp. 10.000- Rp. 30 milyar Rp. 360 milyar
Rp. 2 juta – 5 juta 2 juta Rp. 50.000,- Rp. 100 milyar Rp. 1,2 triliun
≥ Rp. 5 juta 1 juta Rp. 100.000,- Rp. 100milyar Rp. 1,2 trliun
Total Rp. 3 triliun
Sumber: Nasution (2016)
4

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, bahwa di Indonesia memiliki potensi wakaf


uang yang sangat besar, karena mayoritas warga negaranya beragama Islam, dan
apabila dikelola dengan baik. Empat juta Muslim berpenghasilan Rp500
ribu/bulan, dan katakan saja mereka memberikan wakaf uang Rp5.000/bulan,
maka akan terkumpul wakaf uang sebesar Rp20 milyar/bulan atau Rp 240
milyar/tahun. Sejuta Muslim berpenghasilan 5-10 juta/bulan mewakafkan Rp100
ribu/bulan, maka akan terkumpul wakaf uang Rp100 milyar/bulan atau Rp1,2
triliun/tahun. Bisa dibayangkan betapa besarnya potensi wakaf uang tersebut.
Salah satu ciri khas perwakafan uang pasca terbitnya Undang – Undang
No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf adalah ditunjuknya Lembaga Keuangan
Syariah sebagai lembaga penerima wakaf uang. KH. Tholchah Hasan selaku ketua
Badan Wakaf Indonesia, dalam jumpa pers setelah ditetapkannya lima bank
syari‟ah sebagai Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKSPWU)
oleh Menteri Agama, menyatakan bahwa setelah ditetapkannya LKSPWU, maka
perwakafan uang harus lewat bank-bank syari‟ah yang telah ditetapkan sebagai
LKS-PWU tersebut. (Furqon, 2012) Maka dengan terpilihnya lima bank syari‟ah
sebagai LKSPWU di Indonesia ini sesuai dengan amanat yang tertera di dalam
pasal 28 UU No.41 Tahun 2004 tentang wakaf diatas.
Perbankan syariah adalah salah satu LKS yang dapat melakukan
penerimaan wakaf uang serta menjadi tempat pengelolaan dana wakaf oleh
nadzhir. Dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya, anatara lain luasnya
jaringan kantor beserta ATM-nya, SDM yang handal serta terjaminnya dana
wakaf oleh Lembaga Penjamin Simpanan, telah menjadikan perbankan syariah
memiliki potensi yang luar biasa untuk ikut serta mengoptimalkan pengumpulan
dan pengelolaan wakaf (Siregar: 2011). Tidaklah berlebihan apabila harapan umat
saat ini digantungkan kepada pundak perbankan syariah terkait pelaksanaan wakaf
uang, peranan perbankan syariah dalam pelaksanaan wakaf uang menjadi
dipertaruhkan demi kelangsungan wakaf uang itu sendiri, maupun untuk
optimalisasi kesejahteraan umat.
Upaya peningkatan peranan perbankan syariah untuk kelangsungan
perkembangan wakaf uang sudah diawali oleh Bank Mu‟amalat Indonesia, dengan
membuat devisi khusus yang menangani masalah wakaf yakni Baitulmaal
5

Muamalat (BMM), dimana baitulmaal Muamalat ini mengelola perbankan sektor


volunter. Dengan melihat potensi wakaf di Indonesia saat ini yang sangat luar
biasa, maka banyak lembaga wakaf yang melakukan inovasi atau terobosan yang
konsen atau fokus dalam penghimpunan dan pengelolaan dana wakaf diantaranya
adalah Baitulmaal Muamalat (BMM). Baitulmaal Muamalat (BMM) termasuk
dalam jajaran enam teratas kategori LKS yang memiliki potensi dalam
pengelolaan wakaf uang di Indonesia, diperjelas pada gambar bagan dibawah:

Gambar 1.1 Laporan penerimaan nadzhir wakaf uang dan melalui uang

Sumber: KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah 2019)

Berdasarkan gambar 1.1 diatas bahwasanya Baitulmaal Muamalat (BMM)


merupakan salah satu dari lima nadzir yang terbilang sukses dalam
penghimpunannya. Karena jumlah presentasenya berada pada peringkat kedua
setelah Badan Wakaf Nasional (BWI), yaitu sejumlah 3% atau setara dengan 924
juta rupiah.
Baitulmaal Muamalat (BMM) adalah suatu lembaga amil plus yang ruang
lingkup kegiatannya meliputi pemberdayaan terhadap masyarakat fakir miskin
melalui zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf. Baitulmaal Muamalat sebelumnya
merupakan bagian dari Bank Muamalat Indonesia yang didalamnya dibentuk
6

sebuah divisi untuk menangani berbagai masalah kemanusiaan khususnya di


lingkungan Bank, dengan mengambangkan dan mengelola dana wakaf uang yang
disebut dengan program WAQTUMU (Wakaf Tunai Muamalat) dimana sumber
dana utamanya berasal dari dana zakat para karyawan dan zakat perusahaan Bank
Muamalat Indonesia. (Suhairi, 2011).
Dalam perkembangannya Baitulmaal Muamalat bukan hanya mampu
menghimpun dana, tetapi juga berhasil menyalurkan kepada para mustahik. Pada
tahun 2013 Baitulmaal Muamalat telah menghimpun dana zakat, infaq, sedekah
dan wakaf (ZISWAF) hingga 40,7 Miliar Rupiah dan penyaluran dana kepada
para mustahik sebesar 32,8 Miliar Rupiah. Selain itu dalam membuktikan kinerja
melalui peningkatan profesionalitas dalam pengelolaan dana lembaga ini berhasil
memperoleh sertifikat International Standardization for Organization (ISO) untuk
ketiga kalinya dan berhasil meraih penghargaan Best Institution at Mosque Based
Economic Emprowerment 2013 yang diberikan oleh Indonesia Inspire & Best
Company Award 2013 pada bulan Desember (www.baitulmaalmuamalat.org).
Dalam sebuah perusahaan akan dikatakan baik jika laporan atau statistika
keuangannya dinyatakan wajar atau mengalami peningkatan disetiap tahunnya,
seperti yang dilakukan oleh Yayasan Baitulmaal Muamalat berikut ini:

Tabel 1.2 Statistik Keuangan Yayasan Baitulmaal Muamalat (dalam rupiah)


2016 2017 2018
Keterangan
Audited Audited Audited
Zakat 46,808,362,426 50,740,808,512 40,072,215,940
Infaq & Sedekah 5,143,671,036 5,448,612,674 5,617,458,976
Kemanusiaan 3,163,561,273 3,310,980,896 2,807,188,689
Kafala 1,750,951,627 9,125,194,470 2,763,503,687
Kelolaan 612,963,119 489,799,882 -
Amil 616,215,648 619,866,208 980,034,195
Non Zakat Infaq -
8,814,282,843 7,650,615,147
Sedekah
Wakaf 1,667,838,714 1,735,696,527 -
Jumlah 68,577,846,686 79,121,573,916 57,005,171,473
Sumber: Yayasan Baitulmaal Muamalat per 31 Desember 2018

Berdasarkan tabel 1.2 diatas, bahwa keuangan Yayasan Baitulmaal


Muamalat (BMM) berhasil menghimpun dana wakaf sebesar 1,7 miliyar permaret
2016, dan sebesar 1,8 miliyar permaret 2017, sedangkan perdesember 2018
7

baitulmaal muamalat tidak mendapatkan penambahan saldo dana pada posisi


keuangan wakaf, dikarenakan perwakafan uang di Baitulmaal Muamalat
perdesember 2018 belum dilaporkan kepada Badan Wakaf Indonesia.
Baitulmaal Muamalat (BMM) merupakan lembaga nazhir wakaf
berdasarkan surat tanda bukti pendaftaran nazhir Badan Wakaf Indonesia Nomor
3.3.0000.6 tertanggal 29 Januari 2018. Saat ini Baitulmaal Muamalat (BMM)
telah melakukan penerapan dini PSAK 112. PSAK 112 merupakan Akuntansi
Wakaf yang mengatur tenntang perlakuan akuntansi atas transaksi wakaf yang
dilakukan baik oleh nazhir maupun wakif yang berbentuk organisasi dan badan
hukum yang akan berlaku efektif pada 1 Januari 2021 mendatang. Pada hari
Kamis 03 Oktober 2019, Baitulmaal Muamalat (BMM) menyerahkan laporan
Keuangan Aset Wakaf tahun 2018 yang telah diaudit kepada Badan Wakaf
Indonesia (BWI). Penyerahan ini dilakukan di kantor BWI yang berlokasi di Bayt
Al-Qur‟an, Taman Mini Indonesia Indah. Tujuan dari penyerahan laporan
keuangan aset wakaf ini adalah sebagai bukti bahwa pengelolaan wakaf saat ini
oleh nazhir telah dilakukan dengan cara transparan, akuntabel dan sesuai dengan
prinsip syari‟ah. Selain penyampaian laporan keuangan aset wakaf tahun 2018,
dalam acara ini juga dilakukan penyerahan surplus pengelolaan wakaf uang (cash
waqf) Baitulmaal Muamalat (BMM) senilai Rp222.480.750,- kepada
mauquf’alaiih atau penerima manfaat wakaf. Dalam hal ini, mauquf’alaih untuk
program-program bidang pendidikan (antara lain beasiswa dan ekonomi)
(www.baitulmaalmualat.or.id).
Agenda ini dihadiri oleh ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI),
Muhammad Nuh yang mengatakan “saya sangat berterimakasih kepada
Baitulmaal Muamalat (BMM) yang telah menjadi pioneer dalam menginisiasi
pelaporan keuangan wakaf berdasarkan PSAK 112 ini. Hal ini tenntunya akan
membawa nazhir wakaf semakin dipercaya oleh masyarakat dalam mengelola aset
wakaf produktif yang tentunya akan menghasilkan hasil yang akan semakin
bermanfaat bagi para penerima manfaat baik itu di bidang pendidikan maupun
ekonomi”. Jajaran direktur eksekutif Baitulmaal Muamalat (BMM) dan
perwakilan mahasiswa-mahasiswa penerima manfaat (mauquf’alaih) wakaf pun
turut hadir dalam agenda ini, yang mana Teten Kustiawan sebagai direktur
8

eksekutif Baitulmaal Muamalat (BMM) mengatakan bahwa “adanya laporan


keuangan aset wakaf yang disusun sesuai PSAK 112 dan audited cerminan
profesionalitas dan akuntabilitas nazhir yang semakin baik. Semoga semua ini
menjadi washilah (sarana) semakin besarnya wakaf yang terhimppun dan
produktif dalam pengembangannya oleh nazhir” (www.baitulmaalmualat.or.id).
Dengan adanya bukti-bukti tersebutu diatas, maka Baitulmaal Muamalat
(BMM) dapat dikatakan sebagai LKSPWU yang berpotensi tinggi dalam
pengoptimalann wakaf uang guna memperbaiki perekonomian di Indonesia.
Walaupun dirasa sudah berhasil melakukan penghimpunan dan pengdistribusian
wakaf dengan berbagai penghargaan yang sudah diperolehnya, penyaluran
manfaat wakaf uang oleh Baitulmaal Muamalat ini bertujuan membantu dalam
program pengentasan kemiskinan yang berarti meningkatkan kesejahteraan umat
atau mauquf’alaih yang bersifat kelompok maupun individu, oleh karena itu
pengaruh wakaf uang terhadap kesejahteraan umatpun perlu diukur, bukan hanya
dari sisi materil saja namun juga dari sisi spiritual.
Berdasarkan uraian rumusan diatas, maka penulis memandang penting
untuk meneliti lebih lanjut tentang “PERAN WAKAF UANG DI
BAITULMAAL MUAMALAT (BMM) DALAM MEWUJUDKAN
PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DKI JAKARTA (Studi
Jakarta Timur).”

B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Mengacu pada hal-hal di atas yang melatar belakangi penelitian ini, maka
penulis mengidentifikasi permasalahannya:
1. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih disibukkan
dengan permasalahan kemiskinan. Tingkat kemiskinan di Indonesia
belum terlihat signifikan menurun setiap tahunnya.
2. Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pengentasan
kemiskinan dengan cara kegiatan sosial sampai saat ini namun masih
belum berpengaruh besar bagi pengurangan tingkat kemiskinan
secara signifikan.
9

3. Wakaf merupakan suatu instrumen ekonomi islam yang belum


diberdayakan secara optimal di Indonesia, Sedangkan di negara lain
yang memiliki permasalahan kemiskinan yang sama dengan
Indonesia telah mengembangkan wakaf sebagai salah satu lembaga
sosial ekonomi Islam yang dapat membantu berbagai kegiatan umat
dan mengatasi masalah umat seperti kemiskinan.
4. Pemahaman dan pemberdayaan harta wakaf yang saat ini terjadi
dimasyarakat mengalami perubahan yang signifikan, yang mana
pemberdayaannya tidak dikembangkan pada sarana ibadah,
pendidikan, maupun kesehatan, namun juga manfaat sosial lainnya
yang menjadi wakaf produktif salah satunya adalah wakaf uang.
5. Wakaf uang di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar jika
dikelola secara optimal, dikarenakan mayoritas warga negaranya
beragama Islam, hanya saja selama ini wakaf yang ada belum
dikelola dengan maksimal agar bisa produktif.
6. Ditetapkannya LKSPWU (Lembaga Keuangan Syari‟ah Penerima
Wakaf Uang) oleh Menteri Agama mengharuskan perwakafan uang
dilakukan melalui bank-bank yang sudah ditetapkan tersebut. Salah
satunya adalah Bank Muamalat Indonesia dengan membuat devisi
khusus yang menangani masalah wakaf yakni Baitulmaal Muamalat
(BMM).
7. Baitulmaal Muamalat (BMM) sebagai salah satu nadzir di Indonesia
yang sudah dapat menghimpun wakaf uang, dan menduduki
peringkat kedua setelah Badan Wakaf Indonesia (BWI) yaitu
sejumlah 3% atau setara dengan 924 juta rupiah.
8. Penyaluran manfaat wakaf uang oleh Baitulmaal Muamalat (BMM)
ini bertujuan membantu dalam program pengentasan kemiskinan,
yang berarti meningkatkan kesejahteraan umat atau mauquf’alaih
yang bersifat kelompok maupun individu, oleh karena itu pengaruh
wakaf uang terhadap kesejahteraan umatpun perlu diukur, bukan
hanya dari sisi materil saja namun juga dari sisi spiritual.
10

9. Selama ini pengukuran pengaruh wakaf terhadap kesejahteraan


mauquf’alaih masih terbatas pada pengukuran aspek material
padahal sebagai instrumen filantropi dalam islam wakaf uang juga
memiliki kaitan yang erat dengan aspek spiritual atau ibadah maupun
aspek material.

2. Batasan Masalah
Karena keterbatasan yang ada didalam diri peneliti, dan agar
penulisan Proposal Skripsi ini lebih mendasar dan tidak melebar dari topik
pembahasan, penulis menganggap perlu untuk membatasi permasalahan
tentang “Peran Wakaf Uang di Baitulmaal Muamalat (BMM) Dalam
Mewujudkan Program Pengentasan Kemiskinan di DKI Jakarta (Studi
Kasus Jakarta Timur)”. Objek dalam penelitian ini yaitu Baitulmaal
Muamalat (BMM) Matraman Jakarta Timur.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan
masalah di atas, maka rumusan masalah yang hendak diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penyaluran dana wakaf uang di Baitulmaal Muamalat
(BMM)?
2. Bagaimana tingkat kemiskinan di Indonesia?
3. Apakah ada perubahan kondisi kesejahteraan mauquf’alaih sebelum
dan sesudah menerima bantuan wakaf uang tunai produktif di
Baitulmaal Muamalat (BMM)?
4. Apakah ada Korelasi antara wakaf uang tunai produktif dengan
kesejahteraan mauquf’alaih Baitulmaal Muamalat (BMM)?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana penyaluran wakaf uang di Baitulmaal
Muamalat.
11

2. Untuk mengetahui tingkat kemiskinan di Indonesia.


3. Untuk mengetahuai bagaimana kondisi kemiskinan atau kesejahteraan
mauquf’alaih sebelum dan sesudah menerima bantuan wakaf uang tunai
produktif di Baitulmaal Muamalat.
4. Untuk mengetahui adakah keterkaitan antara wakaf uang tunai produktif
dengan kemiskinan atau kesejahteraan mauquf’alaih Baitulmaal Muamalat
(BMM).

D. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Kontribusi Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai
perwakafan, khususnya tentang wakaf uang serta dapat mengaplikasikan
ilmu yang telah didapat selama dibangku perkuliahan.
b. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan
dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pengembangan penelitian-
penelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sejenis.
2. Kontirbusi Praktisi
a. Bagi Bank
Dapat digunakan untuk bahan informasi dan sumbangsih keilmuan
dan pemikiran mengenai perwakafan serta membuka wacana tentang
wakaf tunai dan sebagai pembuka peluang selebar-lebarnya bagi alternatif
harta wakaf sehingga dapat menghidupkan sosial ekonomi umat.
b. Bagi Nasabah
Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan perwakafan Baitulmaal
Muamalat dalam menjalankan amanat usahanya, serta dapat dijadikan
pilihan dalam hal penitipan dana dan pengelolaan dana yang tepat dalam
bentuk wakaf uang.
12

c. Bagi Pemerintah
Dapat digunakan tolak ukur perbandingan dengan negara lain
sehingga bisa menjadi salah satu pembelajaran bagi pihak pemerintah agar
dapat menjadikan perbankan syariah yang lebih maju dan dapat bersaing
secara global terutama dalam hal perwakafan.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu


Tabel 1.3 Tinjauan Kajian Terdahulu

Penulis dan Judul Hasil


No Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian Penelitian
1. Anita Peluang dan Peluang Meneliti tentang Objek penelitian
Chairani Tantangan nasabah wakaf wakaf uang di di Baitulmaal
(2008) Pengelolaan uang di Indonesia. Muamalat dan
Wakaf Uang Indonesia perannya dalam
Pada Perbankan sangat besar, pengentasan
Syariah Pasca tantangannya kemiskinan di
UU No. 41 berada pada Indonesia.
Tahun 2004 pengenalan
Tentang Wakaf program wakaf
uang kepada
kalangan awam.
2. Muhammad Efektifitas Pada tahun Objek penelitian Perannya
Apriyadi Penghimpunan 2010 di di Baitulmaal terhadap
(2010) dan Pengelolaan Baittulmaal Muamalat. pengentasan
Wakaf Uang di Muamalat kemiskinan di
Baitulmaal (BMM) Indonesia.
Muamalat faktanya kurang
(BMM) efektif
dibuktikan tidak
adanya
kenaikan dana
penghimpunan
disetiap
tahunnya.
3. Ahmad Analisis Praktek Msih bannyak Penelitian Objek penelitian
Furqon Perwakafan bank wakaf perwakafan di Baitulmaal
(2011) Uang Pada yang belum uang di Bank Muamalat dan
Lembaga memiliki unit syariah. perannya
Keuangan khusus yang terhadap program
Syariah menangani pengentasan
tentang kemiskinan.
perwakafan
uang.
13

Penulis dan Judul Hasil


No Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian Penelitian
4. Apnizan Legal and Sharia Bahwa akad Sama sama Tidak membahas
Abdullah Issues in The wakalah pada membahas tentang wakaf
(2012) Application of wakaf di tentang wakaf. uang dan di
wakalah wkaf lembaga Baitulmaal
Model In Takaful keuangan Muamalat
Industry : An takaful sangat
Analysis berlangsung
signifikan dan
efisien.
5. Latiff Azhaa, The Practice and Praktek atau Sama sama Beda negara
Sayin Management of manajemen membahas untuk objek
Baharuddinb, Waqf Education wakaf di negara tentang wakaf. penelitian.
Sayurnoc, in Malaysia Malaysia sudah
S.S terbilang
Salahuddind, berkembang
M. Rani dengan baik.
Afandie
HamidAfifah
Hf (2012)
6. Muhammad Wakaf Uang dan Wakaf tunai Peran wakaf Wakaf uang di
Nur Rianto Pengaruhnya memiliki efek uang terhadap Baitulmaal
Al Arif terhadap pengganda di pengentasan Muamalat.
(2012) Program dalam kemiskinan di
Pengentasan perekonomian, Indonesia.
Kemiskinan di melalui efek
Indonesia inilah wakaf
tunai dapat
digunakan
sebagai
instrument
untuk
mengentaskan
kemiskinan
melalui
program
pemberdayaan
masyarakat.
7. Ahmad Manajemen Masih belum Meneliti tentang Objek
Atabik Pengelolaan banyak pihak wakaf tunai. penelitiann
(2014) Wakaf Tunai Di bank wakaf wakaf uang di
Indonesia yang Baitulmaal
menerapkan Muamalat dan
wakaf tunai, perannya
dan awamnya terhadap
masyarakat pengentasan
14

Penulis dan Judul Hasil


No Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian Penelitian
Indonesia kemiskinan.
terhadap wakaf
tunai.
8. Sri Fadilah Going Concern: Islam adalah Membahas Membahas
(2015) An agama tentang wakaf tentang wakaf
Implementation mayoritas di dan uang dan beda
inWaqf Indonesia. implementasinya objek penelitian
Institutions Dorongan dan di masyarakat. maupun
(Religious kepastian implementasinya.
Charitable hukum sangat
Endowment) penting untuk
membuat donor
wakif (wakif)
tertarik
dan percaya diri
untuk
memberikan
hadiah (wakaf /
pengesahan)
kepada
organisasi yang
didukung secara
hukum di
Indonesia. Ini
akan
berdampak
pada
keberlanjutan
Lembaga
Wakaf.
9. Mohd Amran Potential of Meskipun Membahas Tidak membahas
Mahata, Micro-Waqf as kemampuan tentang wakaf. wakaf uang dan
Mohd Yassir an Inclusive dan karakternya beda negara
Jaaffara, Strategy for terbukti dalam penelitian.
Mohamed Development membantu
Saladin of a Nation pengembangan
Abdul Muslim
Rasoola Bangsa, hari
(2015) ini, lembaga
wakaf
dilaporkan
memiliki
kontribusi
ringan terutama
untuk
15

Penulis dan Judul Hasil


No Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian Penelitian
peningkatan
Muslim
komunitas di
Malaysia.
10. Azniza The Possible Tulisan ini Pemabahasan Beda negara
Hartini Azrai Role of Waqf in mencoba untuk tentang penelitian dan
Azaimi Ensuring A menyelidiki manajemen tidak membahas
Ambrosea, Sustainable wakaf sebagai wakaf. tentang wakaf
Mohamed Malaysian instrumen yang uang.
Aslama, Federal mungkin untuk
Hanira Government mengurangi
Hanafia Debt utang
(2015) Pemerintah
Federal
Malaysia. Yang
terbaru
Rasio utang
pemerintah
federal
Malaysia
terhadap produk
domestik bruto
(PDB) adalah
54,47%; lebih
dari ambang
batas 50%
untuk
ekonomi
berkembang.
11. Risa Model Baitulmaal Objek penelitian Perannya
Risdianti Pengelolaan Muamalat wakaf uang di terhadap
(2016) Wakaf Tunai di (BMM) sudah Baitulmaal pengentasan
Perbankan melakukan Muamalat kemiskinan di
Syariah Studi mekanisme (BMM). Indonesia.
Manajemen manajemen
Wakaf Tunai Di wakaf tunai
Baitulmaal sesuai anjuran
Muamalat dan dasar
(BMM) hukum, namun
masih belum
tepat sasaran
terhadap
nasabah yang
benar-benar
membutuhkan
16

Penulis dan Judul Hasil


No Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian Penelitian
12. Muhammad Pendayagunaan Rumah tangga Sama sama Membahas
Ariqy Raihan zakat dalam miskin menggunakan tentang wakaf
(2017) mengurangi mustahik terjadi pendekatan uang
kemiskinan peningkatan model CIBEST
berdasarkan pada kategori dan membahas
CIBEST model kesejahteraan tentang
(Studi kasus: dan mengalami kemiskinan
DPU Darut penurunan
Tauhid untuk
Kabupaten kemiskinan
Bogor) absolut dan
miskin material.
Perubahan itu
dapat dilihat
pada kuadran
CIBEST
setelah adanya
bantuan dana
zakat.
13. Salahuddin Analysis of the Hasil penelitian Menggunakan Tidak membahas
El Ayyubi Impact of Zakat, menunjukkan pendekatan tentang wakaf
and Henni Infak, and bahwa ada model CIBEST. uang.
Eka Saputri Sadaqah peningkatan
(2018) Distribution on kesejahteraan
Poverty dan penurunan
Alleviation kemiskinan
Based on the materi,
CIBEST Model kemiskinan
(Case Study: spiritual, dan
Jogokariyan kemiskinan
Baitul Maal absolut, seperti
Mosque, yang terlihat
Yogyakarta) dari perubahan
indeks
kemiskinan
CIBEST Islam
untuk rumah
tangga
mustahik.
14. Dias Pengaruh wakaf Kondisi Sama sama Beda objek
Novitasari uang tunai kesejahteraan membahas penelitiannya
(2018) pruduktif mauquf’alaih tentang wakaf yaitu di
terhadap sesudah uang Baitulmaal
kesejahteraan menerima menggunakan Muamalat
mauquf’alaih wakaf uang pendekatan (BMM)
17

Penulis dan Judul Hasil


No Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian Penelitian
BWUT DIY tunai produktif CIBEST
dengan BWUT MUI
menggunakan DIY mengalami
pendekatan peningkatan
model CIBEST dibandingkan
dengan kondisi
sebelumnya.
Dan adanya
keterkaitan
antara wakaf
uang dengan
pengentasan
kemiskinan di
Indonesia
15. Gusva Model Bank Mempercepat Meneliti tentang Objek penelitian
Havita, Wakaf di kinerja bank Bank wakaf Baitulmaal
Kartika Indonesia Dalam wakaf dalam yang mengelola Muamalat.
Arum Potensinya memaksimalkan wakaf uang di
Sayekti, Untuk potensi wakaf Indonesia dan
Silvia Ranny Mengembangkan uang di mengatasi
Wafiroh Wakaf Uang dan Indonesia. kemiskinan.
(2018) Mengatasi
Kemiskinan
16. Zid Hartsa Penyaluran Dana Pemberian Sama-sama Beda dalam
Firdausi Zakat Melalui beasiswa meneliti tentang meneliti,
(2018) Beasiswa menggunakan Baitulmaal instrument
di Baitul Maal dana zakat Muamalat penelitiannya
Muamalat merupakan (BMM) berbeda.
permasalahan
kontemporer.
Menurut
jumhur Ulama
kontemporer
praktek
tersebut
diperbolehkan
dengan syarat
tertentu.
Sedangkan
pada
pelaksanaan
program BMM
dalam bidang
pendayagunaan
pendidikan
18

Penulis dan Judul Hasil


No Persamaan Perbedaan
Tahun Penelitian Penelitian
tersebut
diperbolehkan
karena
telah memenuhi
syarat-syarat
dari jumhur
Ulama
kontemporer
maupun fatwa
MUI.
17. Dian Analysis of the Penelitian ini Sama-sama Beda objek
Fitriarni Sari, Impact of menggunakan menggunakan pnelitiannya,
Irfan Syauqi Productive Zakat atau pendekatan yaitu pada zakat
Beik (2018) on Poverty memodifikasi model CIBEST
Reduction in the HDI dan indeks
Padang Panjang kesejahteraan
City, West BAZNAS
Sumatera ternyata
BAZNAS
mencapai 0,51
kategori yang
turun cukup
baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Wakaf
Kata wakaf berasal dari Bahasa Arab “Wakafa” yang berarti menahan
atau berhenti atau diam di tempat (Kemenag, 2006: 1). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2019), wakaf bermakna benda bergerak atau tidak bergerak
yang disediakan untuk kepentingan umum (Islam) sebagai pemberian yang
ikhlas.
Sementara itu para ahli fiqih juga memberikan definisi yang berbeda
tentang wakaf. Adapun definisi wakaf yang dikemukakan oleh para ahli fiqih
adalah sebagai berikut (BI, 2016: 89-91):
a. Mazhab Syafi‟i
Menurut ulama Mazhab Syafi‟i wakaf adalah menahan harta yang dapat
memberikan manfaat serta kekal materi bendanya (al-’ain) dengan cara
memutuskan hak pengelolahan wakif dan menyerahkannya kepada nazhir
sesuai ketentuan syariah.
b. Mazhab Hanafi
Secara umum, ulama Mazhab Hanafiah mengartikan wakaf dengan
menahan materi benda (al – „ain) menjadi milik wakif dan hanya
mewakafkan manfaatnya kepada siapapun untuk tujuan kebajikan.
c. Mazhab Malikiyah
Menurut Malikiyah definisi wakaf yaitu memberikan manfaat dari harta
yang dimiliki seseorang untuk diberikan kepada orang lain yang berhak
dalam waktu yang ditentukan wakif pada saat akad (shighat) wakaf itu
berlangsung.
d. Mazhab Hanabilah
Ulama Hanabilah seperti Ibn Qudamah dan Syamsuddin al- Maqdisyi
mendefinisikan wakaf dengan menahan asal dan memberikan hasilnya.
MUI sebagai salah satu lembaga agama Islam di Indonesia juga
memberikan definisi terhadap wakaf sebagaimana tertulis dalam Surat
Keputusan (SK) Komisi Fatwa MUI Pusat tertanggal 11 Mei 2002/ 28 Shafar

19
20

1423, wakaf menurut MUI yaitu menahan harta (baik berupa aset tetap
maupun aset lancar) yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya atau
pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda
tersebut (menjual, memberikan atau mewariskannya), untuk di salurkan
(hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada.
Dalam rangka memberikan payung hukum perwakafan di Indonesia
pemerintah menerbitkan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Menurut UU
ini wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Dari beberapa pengertian wakaf di atas maka penulis menyimpulkan
definisi wakaf adalah pemberian sebagian harta wakif kepada mauquf’alaih
baik secara langsung maupun melalui nazhir wakaf yang ditunjuk agar harta
tersebut dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan pada mauquf’alaih
sesuai dengan syariah islam.

B. Sejarah Wakaf
Menurut Buku Fiqih Wakaf (Kemenag, 2006: 4-11), sejarah wakaf
dalam Islam di kawasan Timur Tengah dibagi ke dalam dua masa sebagai
berikut:
a. Wakaf pada Masa Rasulullah
Wakaf dikenal sejak zaman Rasulullah berhijrah dari Mekah ke
Madinah. Menurut sebagian ulama Rasulullah adalah orang pertama yang
berwakaf. Beliau melaksanakan wakaf dengan memberikan tanah miliknya
untuk dibangun masjid. Pendapat ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan
oleh Umar bin Syabah dari „Amr bin Sa‟ad bin Mu‟ad yang artinya:
“Kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam? Orang Muhajirin
mengatakan adalah wakaf Umar, sedangkan orang-orang Ansor
mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW.”
Sementara itu, menurut sebagian ulama lainnya Umar bin Khathab
adalah orang yang pertama kali melaksanakan wakaf. Pendapat ini
berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra. yang artinya:
21

“Bahwa sahabat Umar ra. memperoleh sebidang tanah di Khaibar,


kemudian Umar ra. menghadap Rasulullah SAW. untuk meminta
petunjuk. Umar berkata: “Hai Rasulullah SAW., saya mendapat sebidang
tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka
apakah yang engkau perintahkan kepadaku?”
Rasulullah SAW. bersabda: “Bila engkau suka, kau tahan
(pokoknya) tanah itu, dan engkau sedekahkan (hasilnya). “Kemudian
Umar mensedekahkan (tanahnya untuk dikelola), tidak dijual, tidak
dihibahkan dan tidak diwariskan. Ibnu Umar berkata: “Umar
menyedekahkannya (hasil pengelolaan tanah) kepada orang-orang fakir,
kaum kerabat, hamba sahaya, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak
dilarang bagi yang mengelola (nazhir) wakaf makan dari hasilnya dengan
cara yang baik (sepantasnya) atau memberi makan orang lain dengan tidak
bermaksud menumpuk harta” (HR. Muslim).
b. Wakaf pada Masa Dinasti Islam
1) Dinasti Umayyah
Pada masa dinasti umayyah, Taubah bin Ghar al-Hadhramiy seorang
hakim Mesir mendirikan lembaga wakaf. Lembaga tersebut terletak di
Basrah dan menjadi lembaga administrasi wakaf pertama di Mesir,
bahkan di seluruh negara Islam. Pengelolaan lembaga wakaf tersebut
berada di bawah Departemen Kehakiman yang dikelola dengan baik
dan hasilnya disalurkan kepada yang berhak dan yang membutuhkan.
2) Dinasti Abbasiyah
Pada masa dinasti Abbasiyah didirikan sebuah lembaga wakaf yang
disebut “Shadr al-Wuquuf” yang mengurus administrasi dan memilih
staf pengelola lembaga wakaf.
3) Dinasti Ayyubiyah
Pada masa dinasti ayyubiyah hampir semua tanah-tanah pertanian
menjadi harta wakaf dan semuanya dikelola oleh negara dan menjadi
milik negara (baitul mal).
22

4) Dinasti Mamluk
Pada masa dinasti mamluk harta yang diwakafkan antara lain tanah
pertanian dan bangunan, seperti gedung perkantoran, penginapan dan
tempat belajar. Manfaat wakaf pada masa dinasti Mamluk digunakan
sebagaimana tujuan wakaf, seperti wakaf keluarga untuk kepentingan
keluarga, wakaf umum untuk kepentingan sosial, membangun tempat
untuk memandikan mayat dan untuk membantu orang-orang fakir dan
miskin.
Sementara itu menurut Buku Wakaf of Beginner (Kemenag, 2013:
46-48), sejarah pengaturan dan pelaksanaan wakaf di Indonesia juga
dibagi ke dalam dua masa sebagai berikut:
1. Wakaf Sebelum Kemerdekaan
Lembaga perwakafan sebenarnya sudah dikenal dan dilaksanakan
sejak zaman dahulu oleh penduduk muslim di Indonesia. Hal ini wajar
karena di Indonesia banyak berdiri kerajaan-kerajaan Islam seperti
Demak, Samudera Pasai, dan lain-lain. Lembaga perwakafan itu
berasal dari lembaga yang berdasar hukum Islam, namun seolah-olah
sudah disepakati bahwa lembaga tersebut juga adalah merupakan
bagian hukum adat Indonesia, sebab diterimanya lembaga ini berasal
dari suatu kebiasaan masyarakat. Sejak zaman dulu, peraturan tentang
wakaf ini telah diatur dalam Hukum Adat yang sifatnya tidak tertulis
dengan bersumber dari Hukum Adat.
2. Wakaf Sesudah Kemerdekaan
Pada tanggal 23 Desember 1953 Departemen Agama mengeluarkan
petunjuk – petunjuk mengenai perwakafan di Indonesia. Menurut
petunjuk yang dikeluarkan oleh Departemen Agama, perwakafan
menjadi wewenang bagian jawatan urusan agama. Kemudian pada
tahun 1956, Departemen Agama mengeluarkan surat edaran tentang
prosedur perwakafan tanah. Setelah melalui proses yang cukup
panjang dan penelitian yang mendalam selanjutnya pada 2004,
pemerintah mengeluarkan UU No.41 tahun 2004 tentang wakaf dan PP
No.42 tahun 2006 tentang pelaksanaan wakaf. Tujuan dari adanya
23

Undang-undang wakaf dan Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan


wakaf agar wakaf di Indonesia dapat diakomodir dalam koridor
peraturan perundang-undangan yang khusus. Selain itu, ada tujuan lain
yang lebih penting, yaitu agar wakaf dapat dikelola dan dikembangkan
secara produktif sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara nyata
oleh masyarakat.

C. Dasar Hukum Wakaf


a. Landasan Syariah
Dalam bukunya Al-Syathibi yang berjudul Al-Muwāfaqāt fī ushūl
al-syarī’ah (2006) menerangkan bahwa dalam Al-Qur‟an terdapat
beberapa ayat yang menganjurkan untuk menunaikan wakaf, beberapa
diantaranya adalah QS. Ali „Imran ayat 92:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
Ayat lain yang menjadi rujukan mengenai wakaf adalah QS. al-
Baqarah ayat 261 dan 267:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki, dan Allah
Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian
dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami
keluarkan dari bumi untuk kamu, dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri
tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.”
Selain Al-Qur‟an Al-Syathibi (2006) pun menyampaikan bahwa
yang dijadikan sebagai rujukan dalam mengamalkan wakaf, terdapat pula
hadits yang dijadikan dasar mengamalkan wakaf:
24

Hadits Nabi yang secara tegas menyinggung dianjurkannya ibadah


wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya
yang ada di Khaibar:
“Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar Ra. Memperoleh
sebidang tanah di Khaibar kemudian menghadap kepada Rasulullah
untukm memohon petunjuk Umar berkata: Ya Rasulullah, saya
mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah
mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah engkau perintahkan
kepadaku? Rasulullah menjawab: Bila kamu suka, kamu tahan (pokoknya)
ntanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian Umar
menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak
belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak
dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari
hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak
bermaksud menumpuk harta”. (HR. Muslim)
Hadis di atas lebih bersifat kasuistik tentang keinginan Umar bin
Khatthab ra untuk mewaqafkan hartanya yang berupa tanah. Dengan
demikian, riwayat ini tidak dapat diberlakukan secara umum berkaitan
dengan ketentuan bentuk harta yang diwakafkan, karena tanah hanyalah
salah satu bentuk harta yang dapat diwakafkan dan bukan satu-satunya.
(Muhammad ibn al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, 1981
M/1401 H), III: 185, dalam “Kitab asy-Syurūt fī al-Wakaf.” Hadis riyawat
Bukhari dari Qutaibah ibn Sa‟ad dari Muhammad ibn Abdullah al-Anshari
dari ibn „Aun dari Nafi‟ dari ibn „Umar Hadis ini sanadnya muttasil).
b. Landasan Yuridis
1) Fatwa MUI tentang Wakaf Uang
Dalam fatwa yang ditetapkan oleh komisi fatwa MUI pada 11
Mei 2002 tentang wakaf uang telah diputuskan hal – hal sebagai
berikut:
a) Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
b) Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga .
25

c) Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).


d) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan secara syariah.
e) Nilai pokok wakaf uang harus dijaga kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan
2) Undang – undang No.41 tahun 2004 tentang wakaf yang isinya
mencakup 11 bab pengaturan wakaf di Indonesia.
Dalam undang-undang tersebut bab pertama sampai dengan
bab kesepuluh secara berturut-turut berisi tentang ketentuan umum,
dasar-dasar wakaf, pendaftaran dan pengumuman harta benda wakaf,
perubahan status harta benda wakaf, pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf, Badan Wakaf Indonesia, penyelesaian sengketa,
pembinaan dan pengawasan, ketentuan pidana dan sanksi administratif,
ketentuan peralihan, serta ketentuan penutup.
3) PP No.42 tahun 2006 tentang pelaksanaan UU No.41 tahun 2004.
Dalam PP ini isinya mencakup ketentuan umum perwakafan di
Indonesia, nazhir, nazhir organisasi, nazhir badan hukum, tugas dan
masa bakti nazhir, jenis harta benda wakaf, akta ikrar wakaf dan
pejabat pembuat akta ikrar wakaf, benda bergerak selain uang, benda
bergerak berupa uang, akta pengganti akta ikrar wakaf, tata cara
pembuatan akta ikrar wakaf, tata cara pendaftaran dan pengumuman
harta benda wakaf, pengelolaan dan pengembangan, penukaran harta
benda wakaf, bantuan pembiayaan BWI, pembinaan dan pengawasan
nazhir, sanksi administratif, ketentuan peralihan, dan ketentuan
penutup.
Dari landasan-landasan diatas penulis dapat mengambil garis besar,
bahwasanya wakaf benar-benar sudah memenuhi kriteria dalam bentuk
perlindungan hukum, legalitas dalam berwakaf sesuai dengan syariah dan
negara.
26

D. Rukun Wakaf
Wakaf dinyatakan sah menurut syariat Islam apabila telah memenuhi
rukun dan syarat wakaf. Dalam buku fiqih wakaf (Kemenag, 2006: 19), rukun
wakaf terdiri dari:
a. Waqif yaitu orang yang mewakafkan hartanya
b. Mauquf bih yaitu harta yang diwakafkan
c. Mauquf‟alaih yaitu orang yang diberi wakaf
d. Shighat yaitu ikrar wakif untuk mewakafkan hartanya

E. Syarat Wakaf
Adapun syarat-syarat wakaf dapat dibedakan menjadi 8 syarat
(Kemenag, 2006: 19-21) sebagai berikut:
a. Syarat Wakif
Seorang waqif disyaratkan memiliki kecakapan hukum dalam
membelanjakan hartanya. Hal ini mencakup 4 kriteria, yaitu:
1) Merdeka
Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak tidak sah hukumnya karena
wakaf adalah pengguguran hak milik dengan cara memberikan hak
milik tersebut kepada orang lain. Sedangkan seorang budak tidak
mempunyai hak milik sehingga jika ia memberikan wakaf maka wakaf
tersebut tidak sah.
2) Berakal sehat
Wakaf yang dilakukan oleh orang gila tidak sah hukumnya karena ia
tidak berakal, tidak mumayyiz, dan tidak cakap dalam melakukan akad
serta tindakan lainnya. Wakaf yang dilakukan oleh orang yang lemah
mental, berubah akal karena faktor usia, sakit atau kecelakaan
hukumnya juga tidak sah karena akalnya tidak sempurna dan tidak
cakap untuk menggugurkan hak miliknya.
3) Dewasa
Wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum baligh (dewasa)
hukumnya tidak sah karena ia dipandang tidak cakap dalam melakukan
akad dan tidak cakap pula dalam menggugurkan hak yang dimilikinya.
27

4) Tidak berada di bawah pengampuan (boros)


Orang yang berada di bawah pengampuan dipandang tidak cakap
untuk berbuat kebaikan, maka wakaf yang dilakukan hukumnya tidak
sah. Tetapi berdasarkan istihsan, wakaf orang yang berada di bawah
pengampuan terhadap dirinya sendiri selama hidupnya hukumnya sah.
Karena tujuan dari pengampuan ialah untuk menjaga harta wakaf
supaya tidak habis dibelanjakan untuk sesuatu yang tidak benar, dan
untuk menjaga dirinya agar tidak menjadi beban orang lain.
b. Syarat Mauquf bih
Syarat dari harta yang diwakafkan/mauquf bih (Kemenag, 2006:
25-28), adalah sebagai berikut:
1) Mutaqawwam artinya harta yang diwakafkan adalah segala sesuatu
yang dapat disimpan dan halal digunakan dalam keadaan normal bukan
keadaan darurat.
2) Diketahui dengan yakin ketika diwakafkan, sehingga tidak
menimbulkan sengketa.
3) Harta yang diwakafkan adalah milik wakif, artinya harta yang
diwakafkan harus dimiliki wakif secara sempurna dan bukan sebagian
milik orang lain.
4) Harta yang diwakafkan bersifat terpisah dan bukan milik bersama,
sehingga harta kepemilikan bersama tidak boleh diwakafkan.
c. Syarat Mauquf’alaih
Menurut Jawad Mughniyah (2007:589) dalam Buku Wakaf Bank
Indonesia (BI, 2016: 95), syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
mauquf’alaih adalah sebagai berikut:
1) Penerima wakaf harus ada ketika proses wakaf terjadi. Apabila saat
proses wakaf berlangsung mauquf’alaih tidak ada maka wakafnya
tidak sah menurut Syafi‟iyah dan Hanabilah.
2) Penerima wakaf hendaknya memiliki kemampuan untuk memiliki.
3) Wakaf yang diberikan bukan untuk hal – hal yang melanggar perintah
Allah SWT.
4) Hendaknya penerima wakaf diketahui secara pasti keberadaannya
28

d. Syarat Sighat
Berdasarkan kesepakatan para ulama maka ikrar wakaf
menggunakan kata wakaftu (saya mewakafkan). Menurut para ulama
penggunaan lafadz wakaftu ini dipandang lebih jelas dan tidak perlu
keterangan lain baik dari segi bahasa, istilah, dan tradisi. Adapun
menggunakan kata habistu (saya menahan hak saya), sabiltu (saya berikan
jalan), atau abbadtu (saya serahkan selamanya) masih menjadi perdebatan
keabsahannya oleh para ulama. Namun, secara mendasar, menggunakan
kata apa saja dalam menyampaikan benda wakaf boleh saja dilakukan,
meskipun dalam menggunakan bahasa lokal asing. Sebab, bahasa hanya
merupakan sarana untuk mengucapkan maksud, tidak merubah tujuan dari
yang diinginkan. (BI, 2016: 96).
e. Syarat Jangka Waktu
Terdapat dua pendapat mengenai jangka waktu wakaf. Pendapat
pertama yang dikemukakan oleh sebagian besar ulama Syafi‟iyah,
Hanafiyah, Hanabilah (selain Abu Yusuf), Zaidiyah, Ja‟fariyah, dan
Zahriyah menyatakan bahwa wakaf haruslah bersifat permanen.
Selanjutnya pendapat kedua yang dikemukakan oleh Abu Yusuf dari
Hanabilah dalam satu riwayat, dan Ibn Suraij dari kalangan Syafi‟iyah
menyatakan kebolehan wakaf dalam jangak pendek atau jangka panjang.
Di Indonesia sendiri berdasarkan pasal 215 Kompilasi Hukum Islam
(KHI) menyatakan, bahwa wakaf sifatnya permanen. Namun, syarat
tersebut diubah melalui Pasal 1 UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf
dengan menambahkan hak pilih, selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu. (BI, 2016:99).
f. Syarat Nazhir
Syarat yang harus dipenuhi nazhir wakaf dibagi menjadi 3 yaitu
syarat moral, syarat manajemen, dan syarat bisnis, yang mana rinciannya
sebagai berikut:
1) Syarat moral (Kemenag, 2013:36)
a) Paham tentang hukum wakaf dan ZIS.
b) Jujur, amanah, dan adil.
29

c) Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha.


d) Pilihan, sungguh – sungguh, dan suka tantangan.
e) Cerdas spiritual dan emosional.
2) Syarat manajemen (Kemenag, 2013:36-37)
a) Mempunyai jiwa leadership.
b) Mempunyai konsep untuk pengembangan masa depan.
c) Cerdas intelektual, sosial, dan pemberdayaan.
d) Profesional dalam bidang pengelolaan harta.
3) Syarat bisnis (Kemenag, 2013:37)
a) Mempunyai keinginan.
b) Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk magang.
c) Punya ketajaman untuk melihat peluang usaha seperti
entrepreneur.
Setelah melihat dari beberapa keterangan syarat wakaf diatas, penulis
menyimpulkan bahwa wakaf hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang
faham bagaimana pelaksanaan, tatacara dan pengolahannya.

F. Jenis Harta Benda Wakaf


Menurut UU No.41 tahun 2004, harta benda yang boleh diwakafkan
terdiri dari benda tidak bergerak, benda bergerak selain uang, dan benda
bergerak berupa uang.
a. Benda Tidak Bergerak
Benda tidak bergerak yang dimaksud dalam Undang - undang wakaf dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
2) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah;
3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan prinsip syariah dan
peraturan perundang-undangan.
30

b. Benda Bergerak Selain Uang


Benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat
berpindah atau dipindahkan atau karena ketetapan undang-undang. Benda
bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan yang
tidak dapat dihabiskan karena pemakaian. Benda bergerak yang dapat
dihabiskan karena pemakaian tidak dapat diwakafkan, kecuali air dan
bahan bakar minyak yang persediaannya berkelanjutan. Benda bergerak
yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian dapat diwakafkan dengan
memperhatikan ketentuan prinsip syariah. Benda bergerak selain uang
karena sifatnya yang dapat diwakafkan yang dimaksud dalam Undang -
undang wakaf dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) kapal;
2) pesawat terbang;
3) kendaraan bermotor;
4) mesin atau peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan;
5) logam dan batu mulia, dan/atau
6) benda lainnya yang tergolong sebagai benda bergerak karena sifatnya
dan memiliki manfaat jangka panjang. Benda bergerak selain uang
karena peraturan perundang-undangan yang dapat diwakafkan
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagai berikut:
a) surat berharga yang berupa Surat Utang Negara, obligasi, dan surat
berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang;
b) hak atas kekayaan intelektual yang berupa hak cipta, hak merk, hak
paten, hak desain industri, hak rahasia dagang, hak sirkuit terpadu,
hak perlindungan varietas tanaman;
c) hak atas benda bergerak lainnya yang berupa: hak sewa, hak pakai
dan hak pakai hasil atas benda bergerak; atau perikatan, tuntutan
atas jumlah uang yang dapat ditagih atas benda bergerak.
c. Benda Bergerak Berupa Uang
Benda bergerak berupa uang yang dimaksud dalam Undang - undang
wakaf dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Wakaf uang yang dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah.
31

2) Dalam hal uang yang akan diwakafkan masih dalam mata uang asing,
maka harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam rupiah.
Dari uraian diatas menurut UU No.41 tahun 2004, bisa menyimpulkan
bahwasanya harta benda yang boleh diwakafkan hanya berupa benda yang
tidak bergerak, benda begerak selain uang, dan benda begerak berupa uang.

G. Baitulmaal Muamalat (BMM)


Baitulmaal Muamalat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Plus yang
ruang lingkup kegiatannya meliputi pemberdayaan terhadap masyarakat fakir
dan miskin melalui pendayagunaan zakat, infak, dan shadaqah. Lembaga ini
berkedudukan di Ruko Mitra Matraman Blok A1 Jl. Matraman Raya,
Matraman Jakarta Timur. Baitulmaal Muamalat (BMM) mulai dirintis oleh
Bank Muamalat Indonesia sejak tahun 1994. Berawal dari keresahan beberapa
orang yang peduli dengan Kondisi umat yang semakin terpuruk secara
ekonomi. Kemudian tanggal 16 Juni 2000 Baitulmaal Muamalat (BMM)
diresmikan oleh Menteri Agama RI. Bapak Tolcha Hasan. Sesuai dengan Akta
Yayasan Baitulmaal Muamalat No. 76 tanggal 22 Desember 2000 pasal 4
bahwa maksud dan tujuan yayasan adalah membantu pemerintah dalam usaha
mensejahterakan kehidupan bangsa dengan memajukan bidang pendidikan,
sosial, dan ekonomi. (Baitulmaal Muamalat. Standar Operasional
Perusahaan) (Jakarta, Baitulmaal Muamalat).
Laporan terakhir Baitulmaal Muamalat per Maret 2018 (bmm.o.id,
2019) menunjukan bahwa dana wakaf yang di himpun hanya mencapai Rp 1,8
miliyar, dan pada wawancaranya Direktur Eksekutif Laznas BMM, Bapak
teten Kustiawan menyampaikan bahwa penghimpunan wakaf di Baitulmaal
Muamalat (BMM) telah vakum cukup lama, sehingga penghimpunannya
hingga 2018 terhitung tidak signifikan, dan ia pun berkomitmen untuk
menghidupkan lagi pengumpulan wakaf dengan target 2019 sebesar Rp 8,5
miliar (www.baitulmaalmuamalat.org, 2019).
32

H. Wakaf Uang
Menurut Fatwa Wakaf Uang yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa
MUI (MUI, 2002: 410) wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang,
kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
Dalam ketentuan undang-undang terdapat dua model wakaf uang, yaitu
wakaf uang untuk jangka waktu tertentu dan wakaf uang untuk selamanya.
Wakaf uang jangka waktu tertentu haruslah diinvestasikan ke produk
perbankan agar lebih aman dan memudahkan pihak wakaf dalam menerima
uangnya kembali pada saat jatuh tempo. Sedangkan wakaf uang untuk
selamanya, pihak nazhir memiliki otoritas penuh untuk mengelola da
mengembangkan uang wakaf untuk mencapai tujuan wakafnya. Bila kegiatan
investasi menggunakan dana penghimpunan wakaf, maka atas keuntungan
bersih usaha hasil investasi ini (yaitu pendapatan kotor dikurangi dengan biaya
operasional), akan dibagikan sesuai dengan ketentuan undang-undang wakaf
yaitu 90% keuntungan akan diperuntukkan untuk tujuan wakaf (mauquf’alaih)
dan 10% untuk penerimaan pengelola atau nazhir. (UU No. 41 tahun 2004,
pasal 12)
Gambar 2.1 Konsep Wakaf Uang

Sumber: KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syari‟ah 2019)


33

I. Konsep Memelihara Harta Menurut Maqashid Syariah


Secara bahasa, maqashid berarti mendatangkan sesuatu, tuntutan,
kesengajaan, dan tujuan. Sedangkan syariah berarti jalan menuju sumber air,
yang dapat pula diartikan sebagai jalan ke arah sumber pokok keadilan (Al-
Qardhawi, 2007, p. 12).
Menurut istilah, Wahbah al-Zuhaili berpendapat bahwa maqashid
syariah adalah nilai-nilai dan sasaran hukum yang tersirat dalam segenap atau
bagian terbesar dari hukum-hukumnya. Nilainilai dan sasaran-sasaran itu
dipandang sebagai tujuan dan rahasia syariah, yang ditetapkan oleh pembuat
hukum (al-syaari) dalam setiap ketentuan hukum (Al-Zuhaili, 1986, p. 225).
Sementara itu, al-Syatibi menjelaskan bahwa maqashid syariah bertujuan
untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia dan di akhirat (Al-
Syathibi, n.d., p. 324; Karim, 2014, p. 381). Sedangkan, Ade Sofyan
menjelaskan bahwa maqashid syari‟ah adalah tujuan Allah atau hikmah yang
melaksanakan hukum demi kebaikan hikmah dari umat-Nya, baik dunia
maupun sesudah melalui sarana untuk mencapai keuntungan dan
kemudharatan (Mulazid, 2012). Dalam hal ini, kemaslahatan diartikannya
sebagai segala sesuatu yang menyangkut rezeki manusia dan pemenuhan
kehidupan manusia. Kemaslahatan yang akan diwujudkan itu adalah
dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat.
Kemaslahatan syariah islamiyah di dalam menegakkan tujuan syariat
(maqashid syariah) terdiri dari tingkatan yang berbeda dan tidak berada pada
satu kesatuan tingkat. Pertama, dharuriyat adalah perihal utama dan penting,
semisal dalam menjaga harta bahwa Islam menjadikan hal utama dan penting
pada perihal wajib mencari nafkah dan perihal kehalalan atasnya. Kedua,
hajiyat adalah perihal yang diperlukan untuk mendukung perihal utama yaitu
dharuriyat, semisal akad atau kontrak di dalam kegiatan bisnis untuk
mendukung perihal utama di dalam mencari nafkah adalah sesuatu yang
diperlukan (hajiyat) keberadaannya. Ketiga, tahsiniyat adalah perihal yang
menyempurnakan untuk tingkatan pertama dan kedua, semisal untuk
mendukung perihal utama di dalam mencari nafkah dan perihal kedua di
dalam akad dan transaksi bisnis, maka perihal yang menyempurnakan untuk
34

kedua tingkatan tersebut adalah etika dan perilaku bisnis yang baik (Al-
Qardhawi, 1999, pp. 25–28).
Al-Syathibi menguraikan tentang bagaimana menjaga/memelihara
harta sesuai dengan ketentuan maqashid syariah, yaitu adanya ketetapan
hukum yang dilegalkan oleh Allah tentang diharamkannya mencuri dan sanksi
atasnya, diharamkannya curang dan berkhianat di dalam bisnis,
diharamkannya riba, diharamkannya memakan harta orang lain dengan cara
yang batil, dan diwajibkan untuk mengganti barang yang telah dirusaknya,
sehingga dengan demikian terjagalah/terpeliharalah harta (Al-Syathibi, n.d.,
pp. 6–7). Selain itu, peranan maqashid syariah di dalam menjaga/memelihara
harta tersebut adalah dengan dilarangnya pemborosan harta dari hal-hal yang
dibutuhkan, dilarangnya penumpukan harta di tangan orang-orang kaya, dan
diwajibkannya infak dan sedekah untuk pemerataan harta dalam rangka
memberikan kemaslahatan bagi manusia keseluruhan.
Dalam ekonomi Islam, harta dijadikan wasilah untuk mendukung
kegiatan ibadah ataupun muamalah. Dalam hal ini, Allah menjadikan harta
sebagai wasilah untuk mendukung instrument zakat, infak dan sedekah. Hal
ini termaktub dalam firman Allah dalam QS. Ali Imran ayat 134.
Untuk itu, di dalam ekonomi Islam, harta memiliki fungsi yang terus
dimanfaatkan oleh manusia, sehingga kecenderungan manusia untuk terus
menguasai dan memiliki harta tidak pernah surut. Dalam hal ini, syariat
memberikan batasan fungsi dan peran harta, yakni: Pertama, untuk
mendukung kegiatan peribadatan, seperti menggunakan kain sarung untuk
menunjang ibadah shalat. Kedua, untuk memelihara dan meningkatkan
keimanan sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah, seperti bersedekah
dengan harta. Ketiga, untuk keberlangsungan hidup dan estafet kehidupan.
Keempat, untuk menyelaraskan kehidupan di dunia dan akhirat (Suhendi,
2008).
Ada tiga pokok penting yang perlu diperhatikan di dalam
menjaga/memelihara harta dalam kegiatan muamalah (Al-Syathibi, n.d., pp. 9-
10), yaitu: 1) pencatatan; 2) persaksian; dan 3) penyertaan dokumentasi. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah ayat 282.
35

Dengan melakukan pencatatan, memelihara harta dalam ekonomi


Islam yang dimaksud adalah menghilangkan keraguan di antara pihak yang
bertransaksi, memberi penjelasan yang nyata jika terjadi sengketa, menjaga
harta atau objek transaksi dari hal-hal yang menguranginya
ataupunmenghilangkannya, menghindari kelalaian dan penipuan, dan
mengikat para pihak yang bertransaksi untuk hak dan kewajibannya. Dengan
persaksian, memelihara harta dalam ekonomi Islam yang dimaksud adalah
menjaga kegiatan transaksi dari kecurangan, menghilangkan keraguan dari
berkurangnya hak atas kegiatan transaksi, dan berfungsi menguatkan
informasi diantara pihak yang bertransaksi. Sedangkan dengan penyertaan
dokumentasi, memelihara harta dalam ekonomi Islam yang dimaksud adalah
menjadikannya sebagai penguat atau bukti hukum, memelihara perkara
transaksi yang telah berlalu lama, dan menjadi pedoman pihak yang
bertransaksi dari kefasikan dan kecurangan.
Kemaslahatan memelihara harta dalam Islam benar-benar diperhatikan,
hal ini diperuntukan bagi manusia agar satu dengan yang lainnya tidak
memakan harta dengan cara yang batil, agar hak dan kewajiban atas harta dari
masing-masing yang bertransaksi terjaga dan terselamatkan dari kefasikan,
dan agar ketentraman bagi pihak yang bertransaksi terwujudkan. Inilah
konsepsi dan sekaligus teori aplikatif yang diberikan oleh Allah terhadap
hamba-Nya di dalam memelihara/menjaga harta.
J. Kemiskinan
a. Definisi Kemiskinan
Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun 2004, kemiskinan
adalah kondisi sosial ekonomi atas seseorang atau sekelompok orang yang
menunjukkan tidak terpenuhinya hak-hak dasar untuk mempertahankan
dan mengembangkan kehidupannya yang bermartabat. Kebutuhan dasar
tersebut yaitu pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari
perlakuan atau ancaman tindakan kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi
dalam penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik.
36

Chambers dalam Nasikun (2015) menjelaskan bahwa hidup dalam


kemiskinan tidak hanya tentang hidup dalam kekurangan uang dan tingkat
pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat kesehatan,
pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan
terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi
kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya
sendiri. Kemiskinan dapat dibagi dalam empat bentuk, yaitu:
a. Kemiskinan absolut: bila pendapatannya di bawah garis kemiskinan
atau tidak cukup untuk memenuhi pangan, sandang, kesehatan,
perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan
bekerja.
b. Kemiskinan relatif: kondisi miskin karena pengaruh kebijakan
pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga
menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.
c. Kemiskinan kultural: mengacu pada persoalan sikap seseorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau
berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak
kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.
d. Kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena
rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu
sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung
pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya
kemiskinan. Perkembangan terakhir, kemiskinan struktural lebih
banyak menjadi sorotan sebagai penyebab tumbuh dan
berkembangnya ketiga kemiskinan yang lain.
Menurut penelitiannya Fajar Nurfadhillah (2012) bahwa
kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan.
37

Menurut Hendra (2008) Kemiskinan dipahami dalam berbagai


cara. Pemahaman utamanya mencakup: Gambaran kekurangan materi,
yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang,
perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar, kemudian
gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,
ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat.
Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial
biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-
masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi, dan
gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.
Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian
politik dan ekonomi di seluruh dunia.
b. Kemiskinan dalam Sudut Pandang Islam
Menurut Beik dan Arsiyanti (2015) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa kemiskinan dalam agama Islam bersifat
multidimensional. Sifat ini dimaksudkan adalah Islam tidak memandang
dalam aspek material saja, namun juga pada aspek spiritual. Kemiskinan
material didasarkan pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
material sepenuhnya seperti sandang, pangan, papan. Kemiskinan spiritual
didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman yang kurang tepat terhadap
ajaran agama Islam atau ada unsur kesengajaan untuk tidak melaksanakan
ibadah agama. Hal ini sesuai dengan definisi kebutuhan pokok dalam
Islam yang tidak hanya terkait dengan kebutuhan material namun juga
spiritual dan beribadah kepada Allah. Seperti yang dijelaskan dalam QS Al
Quraisy [106]: 3-4 bahwa terdapat tiga kebutuhan kebutuhan pokok yaitu
dapat melaksanakan ibadah, terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan,
papan, dan hilangnya rasa takut.
Perbedaan pendapatan yang menjadi penyebab adanya kemiskinan
dalam perspektif Islam merupakan sunnatullah fil hayah. Artinya,
kemiskinan tidak dapat dihilangkan tetapi hanya dapat direduksi dan
38

diminimalisir. Dapat dilakukan dengan mengembangkan sikap saling


tolong menolong, saling membantu, saling bersilaturahmi, saling mengisi
dan saling bersinergi. Perhatian Islam terhadap kaum muslimin tertuang
dalam firman Allah: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan
memberi makan orang miskin (QS Al-Ma‟un [107]: 1-3). Ayat tersebut
menerangkan keharusan orang yang berkecukupan atas harta yang dimiliki
untuk senantiasa menafkahkan sebgian orang-orang miskin (Beik dan
Arsiyanti, 2015).

K. Kesejahteraan (Al-Falah)
Istilah Falah menurut Islam diambil dari kata-kata Al-Quran, yang
sering dimaknai sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia, dan akhirat,
sedangkan dalam pengertian liberal, falah adalah kemuliaan dan kemenangan,
yaitu kemuliaan dan kemenangan dalam hidup (P3EI, 2008: 2). Bung Hatta
berpendapat bahwa,
... Orang merasa hidupnya sejahtera apabila ia merasa senang, tidak
kurang suatu apa dalam batas yang mungkin dicapainya, jiwanya tentram lahir
dan batin terpelihara, ia merasakan keadilan dalam hidupnya … ia terlepas
dari kemiskinan yang menyiksa dan bahaya kemiskinan yang mengancam
(Anwar Abbas, 2010: 161).
Sedangkan menurut Syaikh Muhammad Muhyiddin Qaradaghi, istilah
al-falah berarti kebahagiaan dan keberuntungan dalam kehidupan dunia dan
akhirat dilihat dari aspek sisi dan dimensi (komprehensif) dalam seluruh aspek
kehidupan.
Kesejahteraan dalam pandangan Islam tidak hanya dinilai dari ukuran
material saja, tetapi dinilai juga dari ukuran non-material seperti: terpenuhinya
kebutuhan spiritual, terpeliharanya nilai-nilai moral dan terwujudnya
keharmonisan sosial (Noor, 2013).
Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis mendefinisikan
kesejahteraan (falah) sebagai kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuksesan
yang dirasakan oleh seseorang, baik ia bersifat lahir dan batin.
39

L. Kerangka Berfikir
Baitulmaal Muamalat (BMM) menyalurkan wakaf uang tunai yang
telah dihimpun dalam bentuk program penyaluran manfaat wakaf, beberapa
program ini bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Dalam
penelitian ini peneliti berfokus pada peran wakaf uang Baitulmaal Muamalat
(BMM) terhadap pengentasan kemiskinan di Indonesia yaitu dengan cara
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tak hanya diukur dari miskin secara
materi, namum juga diukur secara spiritual.
Langkah pertama yang ditempuh peneliti adalah meneliti tentang
penghimpunan dan penyaluran wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM)
secara garis besar penyalurannya terhadap masyarakat Indonesia
menggunakan data-data yang didapat dari Badan Wakaf Indonesia (BWI) dan
maupun Yayasan Muamalat itu sendiri. Langkah kedua yang ditempuh
peneliti adalah meneliti tentang tingkat kemiskinan di Indonesia menggunakan
data-data yang tertera pada Badan Pusat Statistika (BPS) di Indonesia pada
tahun 2018. Langkah ketiga yang ditempuh yaitu menteliti apakah terdapat
perubahan kondisi kemiskinan di Indonesia sebelum dan sesudah menerima
bantuan wakaf uang di Baitulmaal Muamalat berdasarkan model CIBEST.
Langkah terakhir yang ditempuh peneliti yaitu mengukur peran atau pengaruh
wakaf uang Baitulmaal Muamalat (BMM) terhadap program pengentasan
kemiskinan di Indonesia.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, maka dalam penelitian
ini penulis membuat suatu kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
40

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Baitulmaal Muamalat (BMM) merupakan


Wakaf Uang dapat menanggulangi
lembaga nazhir wakaf berdasarkan surat tanda
kemiskinan melalui pekerjaan, yaitu melalui
bukti pendaftaran nazhir Badan Wakaf
program ekonomi dan kemitraan usaha yang
Indonesia Nomor 3.3.0000.6 tertanggal 29
keseluruhannya bertujuan memberikan akses
Januari 2018, dan dapat dikatakan sebagai
bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan
LKSPWU yang berpotensi tinggi dalam
kesejahteraan mereka ke taraf yang lebih
pengoptimalan wakaf uang guna memperbaiki
tinggi. (Hendra, 2018)
perekonomian di Indonesia.

1. Program pengentasan kemiskinan di Indonesia


2. Pengukuran pengaruh wakaf uang terhadap kesejahteraan mauquf’alaih di Baitulmaal
Muamalat (BMM) masih terbatas pada pengukuran aspek material, padahal wakaf uang juga
memiliki kaitan yang erat dengan aspek spiritual atau ibadah.

Pendekatan Model CIBEST

Keluarga Mauquf’alaih Individu Mauquf’alaih

Material Spiritual

Kesejahteraaan Kesejahteraaan
Kemiskinan Material Kemiskinan Material
Kemiskinan Spiritual Kemiskinan Spiritual
Kemiskinan Absolute Kemiskinan Absolute

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Normalitas Kolmogorov Smilrov

Analisis Korelasi

Keluarga Mauquf’alaih Individu Mauquf’alaih

Pendapatan Pendapatan
Pinjaman Pinjaman
Ibadah Ibadah

Interpretasi Hasil

Simpulan dan Saran


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif korelatif, yang mana
arti dari deskriptif korelatif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan
untuk melihat hubungan antara dua variabel atau lebih (Notoadmodjo, 2002:
5), alat analisis data yang digunakan adalah pendekatan model CIBEST dan
metode korelasi.
Pendekatan model CIBEST dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM) terhadap
program pengentasan kemiskinan di Indonesia terutama di DKI Jakarta. Dari
hasil pendekatan dengan metode CIBEST akan diketahui apakah kemiskinan
mauquf’alaih setelah menerima wakaf uang berbeda dengan kemiskinan
mauquf’alaih sebelum menerima wakaf uang. Sementara itu metode korelasi
dalam penelitian ini untuk menguji apakah terdapat korelasi antara jumlah
pinjaman wakaf yang diterima mauquf’alaih (variabel bebas) dengan indeks
material CIBEST (variabel terikat) dan apakah terdapat korelasi antara jumlah
pinjaman wakaf yang diterima mauquf’alaih (variabel bebas) dengan indeks
spiritual CIBEST (variabel terikat) (Dias, 2018).

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2012: 90) “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari
kemudian di tarik kesimpulannya”.
Berdasarkan dengan definisi populasi di atas, bahwa populasi
adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti dengan segala
karakteristik yang dimilikinya, populasi dalam penelitian ini adalah
mauquf’alaih yang menerima program B-BMT dari Baitulmaal Muamalat
(BMM) yang bernama KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat
Berbasis Masjid), B-BMT KUM3 yaitu berupa program penguat Lembaga

41
42

Keuangan Mikro Syariah (LKMS), sebagai bagian dari penguat institusi


keuangan syariah, yang mana salah satu garis programnya permodalan,
dan ditujukan kepada kaum fakir yang produktif atau memiliki usaha yang
tinggal di sekitar masjid binaan, dimana mauquf’alaih akan menerima
bantuan uang tunai untuk kegiatan produktif atau pinjaman produktif.
Mauquf’alaih B-BMT KUM3 Baitulmaal Muamalat (BMM) yaitu
sebanyak 1.850 mauquf’alaih yang tersebar di 17 kota besar di Indonesia.
2. Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah kelompok elemen yang lengkap, yang
biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik
untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Mudrajad Kuncoro,
2003).
Teknik Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu
menggunakan teknik nonprobability sampling dengan menggunakan
purposive sampling. Nonprobability sampling yaitu dengan teknik
pengambilan sampel dengan tidak memberi peluang atau kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2012).
Metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). Dalam pengambilan
sampel umumnya peneliti sudah menentukan terlebih dahulu jumlah
sampel yang paling baik.
Oleh karena itu sampel dalam penelitian ini adalah mauquf’alaih
yang punya kriteria tinggal di daerah masjid binaan wilayah DKI Jakarta,
sedangkan peneliti memfokuskan pada mauquf’alaih binaan masjid yang
ada di sekitar wilayah kantor pusat Baitulmaal Muamalat yaitu Kota
Jakarta Timur, di Jakarta timur terdapat 33 Kepala Keluarga (KK), yang
terdiri dari 15 Anggota Keluarga 1 (AK1) dan 6 Anggota Keluarga 2
(AK2), jadi sampel penelitian ini berjumlah 54 jiwa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Baitulmaal Muamalat (BMM), dikarenakan
selain menjadi salah satu Lembaga Keuangan Penerima Wakaf Uang
43

(LKPWU) yang berhasil menghimpun dana wakaf uang dari masyarakat,


Baitulmaal Muamalat (BMM) juga memiliki program yang unik yaitu B-BMT
KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid), yaitu
memberdayakan masyarakat muslim sekitar masjid binaannya. Kantor
pusatnya berada di Perkantoran Mitra Matraman Blok A1 No.27, Jl.
Matraman Jaya, Rt.1/RW.4, Kb Manggis, Matraman, Kota Jakarta Timur,
DKI Jakarta 13150, dan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November
2018 – September 2019.

D. Sumber Data
Data adalah sesuatu yang masih memerlukan adanya suatu pengolahan.
Data bisa berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika,
bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan
untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep. Dalam
penelitian ini menggunakan sumber data yang meliputi data primer dan data
sekunder (Bisri, 2013: 9).
1. Data Primer
Penelitian ini membutuhkan data atau informasi sumber pertama
yang bisa disebut dengan responden. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dengan menggunakan kuisioner, kepada masyarakat atau
mauquf’alaih B-BMT KUM3 di Baitulmaal Muamalat.
2. Data Sekunder
Data Sekunder diperoleh dari data-data, dokumen-dokumen yang
sudah tersedia oleh Baitulmaal Muamalat (BMM) seperti data
mauquf’alaih penerima wakaf uang, profil lembaga, dan laporan
keuangan. Selain itu, data sekunder didapatkan dari Al-Quran, buku,
jurnal, internet, dan sumber lainnya.

E. Instrumen Penelitian
Untuk mengetahui peran wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM)
terhadap program pengentasan kemiskinan di Indonesia maka dirumuskan
instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Adapun instrumen dalam
44

penelitian ini lembar angket atau kuesioner dan dokumentasi yang berfungsi
sebagai alat pengumpul data responden. Sugiyono mendefinikan kuisioner sebagai
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2010).
Angket penelitian ini disusun untuk mendapatkan informasi dari
mauquf’alaih yang menerima wakaf uang produktif dari Baitulmaal Muamalat
(BMM). Angket yang digunakan yaitu angket campuran. Pada angket jenis ini,
terdapat jawaban dapat ditulis sendiri oleh responden sesuai dengan yang dialami
tanpa ada batasan yang mengikat dan adapula jawaban yang harus dipilih oleh
responden sesuai dengan alternatif jawaban yang disediakan peneliti.
Sebelum angket dijadikan alat pengumpul data, terlebih dahulu dilakukan
uji coba instrumen untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan dari angket
yang disusun. Adapun kisi-kisi instrumen (angket) yang digunakan dalam
penelitian ini terangkum dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen


No.
No Indikator Jumlah
Butir
A. Informasi Personal
1. Profil
mauquf’alaih yang meliputi informasi tentang 1, 2, 3,
7
nama mauquf’alaih, jenis kelamin, usia, 4, 5, 6, 7
pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor
handphone.
B. Sumber pendapatan sebelum dan sesudah menerima
dana wakaf uang tunai produktif
1. Pendapatan bulanan KK dan semua AK (yang
tinggal satu rumah) dari pekerjaan utama yang
dilakukan dalam satu tahun / periode wakaf uang
8, 9, 10,
tunai produktif diterima.
11, 12, 6
2. Pendapatan bulanan KK dan AK yang didapat dari
13
sumbangan orang lain (keluarga atau dermawan
bukan keluarga) dalam satu tahun terakhir/ periode
wakaf uang tunai produktif diterima.
3. Pendapatan bulanan KK dan semua AK dari
menjalankan pekerjaan sampingan dalam satu
45

No.
No Indikator Jumlah
Butir
tahun/periode wakaf uang tunai produktif diterima.
C. Bantuan wakaf uang tunai produktif Baitulmaal
Muamalat (BMM) yaitu jumlah yang diterima kepala 16, 17,
3
keluarga dari Baitulmaal Muamalat (BMM) atau 18
lembaga lain jika ada.
D Kegiatan ibadah keluarga mauquf’alaih sebelum dan
sesudah wakaf produktif yaitu pelaksanaan ibadah
19, 20 2
oleh keluarga mauquf’alaih sebelum dan sesudah
menerima wakaf produktif.
Jumlah 18

Instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan


menghasilkan data yang akurat maka setiap instrumen harus memiliki skala. Skala
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert. (Dias, 2018)

Tabel 3.2 Skala Likert


Variab Skala Likert
el 1 1 2 3 4 5
Shalat Melarang Menolak Melaksana- Melaksana- Melaksana-
orang lain konsep kan shalat kan shalat kan shalat
shalat shalat wajib tidak wajib rutin wajib rutin
rutin tapi tidak berjamaah
selalu dan
berjamaah melaksana-
kan solat
Sunnah
Puasa Melarang Menolak Melaksana- Hanya Melaksana-
orang lain konsep kan puasa melaksana- kan puasa
berpuasa puasa wajib tidak kan puasa wajib dan
penuh wajib puasa
secara Sunnah
penuh
Zakat Melarang Menolak Tidak pernah Membayar Membayar
dan orang lain zakat dan berinfak zakat fitrah zakat fitrah,
Infak berzakat infak walau sekali dan zakat zakat harta
dan infak dalam harta dan infaq/
setahun sedekah
Lingku Melarang Menolak Menganggap Mendukun Membangun
ngan anggota pelaksanaan ibadah g ibadah suasana
Keluarg keluarga ibadah urusan anggota keluarga
a beribadah anggota keluarga yang
46

Variab Skala Likert


el 1 1 2 3 4 5
keluarga mendukung
ibadah
secara
bersama-
sama
Kebijak Melarang Menolak Menganggap Mendukun Menciptaka
an ibadah pelaksanaan ibadah g ibadah n
Pemeri untuk ibadah urusan lingkungan
ntah anggota pribadi yang
keluarga masyarakat kondusif
untuk
ibadah

F. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini merupakan studi kasus di Baitulmaal Muamalat (BMM).
Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-
bahan yang relevan dan akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dengan teknik pengumpulan data menggunakan angket dan
dokumentasi.
1. Angket (kuesioner) adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah
dirumuskan sebelumnya untuk dijawab oleh responden terpilih, dan
merupakan suatu mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti
mengetahui dengan tepat yang diperlukan dan bagaimana mengukur
variabel penelitian (Suharso, 2009). Angket dalam penelitian ini terdiri
atas empat bagian. Pembagian angket adalah sebagai berikut:
a. Bagian pertama berisi tentang informasi personal.
b. Bagian kedua berisi tentang sumber pendapatan.
c. Bagian ketiga berisi tentang bantuan wakaf uang tunai produktif
Baitulmaal Mualamat (BMM).
d. Bagian keempat berisi tentang evaluasi kegiatan ibadah keluarga dan
individu mauquf’alaih.
2. Dokumentasi adalah data sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen
atau file, buku, tulisan, laporan, notulen rapat, majalah, surat kabar, dan
sebagainya. Dokumentasi digunakan dalam rangka memenuhi data atau
informasi yang diperlukan untuk kepentingan variabel penelitian yang
47

telah didesain sebelumnya (Suharso, 2009). Data dokumentasi yang


diperlukan adalah data mauquf’alaih penerima wakaf uang tunai produktif
dari Baitulmaal Muamalat (BMM).

G. Teknik Pengolahan Data


Teknik Pengolahan data yang di gunakan dalam penalitian ini adalah
teknik analisis statistik menggunakan software SPSS 25 deskriptif dan teknik
analisis inferensial yang bertujuan untuk mengkaji variabel penelitian.
1. Pengukuran Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (1993), “Instrumen yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid (sahih) dan reliable
(konsisten)”. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini diuji cobakan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai alat untuk
mendapatkan data dalam penelitian yang sesungguhnya. Responden yang
digunakan dalam uji coba diambil 10 keluarga mauquf’alaih Baitulmaal
Muamalat (BMM) yang terdiri dari 10 kepala keluarga, 10 anggota
keluarga 1, dan 5 anggota keluarga 2.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
ketepatan atau kesahihan suatu instrumen terhadap variabel yang
diteliti. Instrumen dikatakan valid jika nilai koefisien pada kolom
Corrected item total correlation melebihi atau sama dengan 0,3
(Muhson, 2015).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan suatu instrumen dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam
penelitian ini menggunakan ukuran Alpha Cronbach. Instrumen dapat
dikatakan reliabel jika niliai koefisien alpha tersebut melebihi 0,6
(Muhson, 2015). Berdasarkan hasil perhitungan data yang diolah
menggunakan SPSS 25, ditemukan bahwa koefisien alpha sebesar
0,875 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen bersifat reliabel.
48

2. Analisis Statistik Deskriptif


Statistika deskriptif yaitu statistika yang hanya memberikan
gambaran atau informasi tentang karakteristik data (Riadi, 2016, p. 57).
Pembahasan statistika dalam penelitian ini yaitu penggambaran
karakteristik responden secara keseluruhan berdasarkan usia, pendidikan,
jumlah anak dan frekuensi mendapatkan pembiayaan.
3. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah
kolmogorov smirnov. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak.
Dalam uji normalitas kolmogorov smirnov, sebuah data dikatakan
berdistribusi normal jika nilai sig. ≥ 0,05 (Muhson, 2012: 21). Sebaliknya
jika nilai sig. < 0,05 artinya data dikatakan tidak berdistribusi normal.
4. Analisis dengan pendekatan Model CIBEST
Analisis dengan Pendekatan Model CIBEST dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kondisi perubahan tingkat kemiskinan
mauquf’alaih sebelum dan sesudah menerima wakaf uang produktif
Baitulmaal Muamalat.
a. Menentukan garis kemiskinan material dan
garis kemiskinan spiritual mauquf’alaih Baitulmaal Muamalat (BMM)
1) Indeks kemiskinan material
Indeks kemiskinan yang digunakan dalam menentukan
kondisi mauquf’alaih adalah indeks kemiskinan Islami Center of
Islamic Business and Economics Studies (CIBEST) Institut
Pertanian Bogor (IPB) yang dikembangkan oleh Beik dan
Arsyianti (2015).
Perhitungan yang digunakan sebagai dasar perhitungan
dalam penelitian ini adalah nilai Material Value (MV) atau garis
kemiskinan rumah tangga dan pendapatan rumah tangga per bulan.
Material Value (MV) digunakan untuk mengukur standar minimal
material yang harus dipenuhi oleh rumah tangga. Nilai MV
49

diperoleh dengan mengalikan harga barang dan jasa yang


dikonsumsi (Pi) dengan jumlah minimal barang dan jasa yang
dibutuhkan (Mi). Secara matematis, MV dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Keterangan:
MV = Standar minimal material yang harus dipenuhi oleh rumah
tangga (Rp atau mata uang lain) atau bisa disebut Garis
Kemiskinan Material
Pi = Harga barang dan jasa (Rp atau mata uang lain)
Mi = Jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan

Karena adanya keterbatasan dan tidak dilakukannya survei


dalam penelitian ini, maka nilai MV yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai MV yang sudah ada yaitu garis
kemiskinan material DKI Jakarta yang nantinya akan
dikonversikan menjadi garis kemiskinan rumah tangga per kapita
per bulan. Perhitungan garis kemiskinan diperoleh dengan
mengalikan garis kemiskinan per kapita per bulan dengan rata-rata
besaran ukuran rumah tangga. Rata-rata besaran ukuran rumah
tangga didapat dari rasio total penduduk dengan jumlah rumah
tangga di wilayah yang diteliti (Tsani 2010).
2) Indeks kemiskinan spiritual
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan nilai spiritual
keluarga, pertama harus dihitung terlebih dahulu skor spiritual
masing-masing anggota keluarga menggunakan rumus berikut:

Keterangan :
Hi = Skor aktual anggota keluarga ke-i
Vpi = Skor shalat anggota keluarga ke-i
50

Vfi = Skor puasa anggota keluarga ke-i


Vzi = Skor zakat dan infak anggota keluarga ke-i
Vhi = Skor lingkungan kerja anggota keluarga ke-i
Vgi = Skor kebijakan pemerintah anggota keluarga ke-i

Langkah kedua dengan menghitung jumlah seluruh skor


spiritual anggota keluarga lalu membaginya dengan jumlah
anggota keluarga menggunakan rumus berikut:

Keterangan:
SH = skor rata-rata kondisi spiritual
Hi = Skor kondisi spiritual anggota keluarga ke-h
MH = jumlah anggota keluarga

Langkah ketiga dengan menghitung skor rata-rata kondisi


spiritual seluruh keluarga yang diteliti menggunakan rumus
berikut:

Keterangan:
SS = Skor rata-rata kondisi spiritual semua keluarga yang diteliti
SH = skor kondisi spiritual keluarga ke-k
N = Jumlah keseluruhan keluarga yang diamati di suatu wilayah

Jika menggunakan rumus diatas maka skor rata-rata untuk


keluarga yang secara spiritual miskin adalah 3 (SV = 3). Jika nilai
spiritual (SV) mauquf’alaih di atas 3 maka mauquf’alaih di anggap
kaya spiritual. Sebaliknya, jika nilai spiritual (SV) mauquf’alaih di
bawah atau sama dengan 3 maka mauquf’alaih di anggap miskin
spiritual.
51

b. Menghitung pendapatan sesungguhnya dari mauquf’alaih yang diteliti


Menghitung pendapatan sesungguhnya dari mauquf’alaih
penting dilakukan untuk menentukan apakah pendapatan mauquf’alaih
melebihi atau kurang dari nilai MV. Melalui tahap ini akan diketahui
apakah keluarga kaya atau miskin material. Keluarga dikatakan kaya
material jika pendapatan sesungguhnya dari mauquf’alaih yang diteliti
melebihi dari nilai MV. Sementara itu, keluarga dikatakan miskin
material jika pendapatan sesungguhnya dari mauquf’alaih yang diteliti
kurang dari atau sama dengan nilai MV.
c. Mengelompokkan ke dalam kuadran CIBEST
Setelah mengetahui nilai MV, SV, skor aktual spiritual dan
pendapatan riil maka masing-masing keluarga dikelompokkan ke
dalam kuadran CIBEST dengan menggunakan kombinasi dari nilai
spiritual dan material mereka seperti tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.3 Kuadran CIBEST

Skor Aktual Nilai MV MV


Kaya Spiritual, miskin Kaya Spiritual, kaya
>Nilai SV
material (Kuadran II) material (Kuadran I)
Miskin spiritual, miskin Miskin Spiritual, kaya
≤Nilai SV
material (Kuadran IV) material (Kuadran III)
Sumber: Beik dan Arsyanti 2016
Tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kuadran I : Jika nilai aktual skor spiritual rumah tangga (SH) lebih
besar dari SV dan pendapatannya lebih besar dari MV.
Kuadran II : Jika nilai SH lebih besar dari SV dan pendapatan lebih
rendah dari MV.
Kuadran III : Jika nilai SH lebih kecil dari SV dan pendapatan lebih
besar dari MV.
Kuadran IV : Jika nilai SH lebih kecil dari SV dan pendapatan lebih
kecil dari MV.
d. Menghitung setiap kudran CIBEST untuk mendapatkan nilai indeks
kesejahteraan, indeks kemiskinan material, indeks kemiskinan
52

spiritual, dan indeks kemiskinan absolut. Rumus untuk menghitung


indeks tersebut adalah sebagai berikut:
Indeks kesejahteraan (W)

Keterangan:
W = Indeks kesejahteraan; 0 ≤ W ≤ 1
w = Jumlah keluarga sejahtera (kaya secara material dan spiritual)
N = Jumlah populasi (jumlah keluarga yang diobservasi)

Indeks Kemiskinan Material (Pm)

Keterangan:
Pm = Indeks kemiskinan material ; 0 ≤ Pm ≤ 1
Mp = Jumlah keluarga yang miskin secara material namun kaya secara
spiritual
N = Jumlah populasi (rumah tangga yang diamati)

Indeks Kemiskinan Spiritual (Ps)

Keterangan:
Ps = Indeks kemiskinan spiritual; ; 0 ≤ Ps ≤ 1
Sp =Jumlah keluarga yang miskin secara spiritual namun
berkecukupan secara material

Indeks Kemiskinan Absolut (Pa)


53

Keterangan:
Pa = Indeks kemiskinan absolut; ; 0 ≤ Pa ≤ 1
Ap = Jumlah keluarga yang miskin secara spiritual dan juga material
N = Jumlah populasi total rumah tangga yang diamati

Peningkatan pada indeks kesejahteraan mengindikasikan bahwa


wakaf uang tunai produkrif dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan mauquf’alaih. Sebaliknya penurunan pada indeks
kesejahteraan mengindikasikan bahwa wakaf uang tunai produktif
tidak tepat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
mauquf’alaih.
5. Analisis dengan Korelasi
Selain dianalisis dengan menggunakan pendekatan model CIBEST,
pengaruh wakaf uang tunai produktif terhadap kesejahteraan mauquf’alaih
dalam penelitian ini juga dianalisis dengan uji korelasi. Adapun uji
korelasi yang dilakukan meliputi:
a. Uji korelasi product moment (pearson)
Uji korelasi product moment (pearson) digunakan untuk
mengetahui hubungan antar variabel yang memiliki skala rasio atau
interval. Namun sebelum menguji hubungan antarvariabel dengan
korelasi product moment (pearson), terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat analisis. Adapun uji prasyarat analisis korelasi product
moment (pearson) yang harus dilakukan adalah uji normalitas.
Apabila ditemukan data yang tidak berdistribusi normal maka
data tersebut tidak bisa diuji dengan korelasi product moment
(pearson) karena data dalam korelasi product moment (pearson) harus
berdistribusi normal.
Dalam uji korelasi product moment (pearson), sebuah variabel
dikatakan memiliki hubungan positif dengan variabel yang lain jika
nilai sig. (1-tailed) < 0,05 (Muhson, 2012: 12). Sebaliknya jika nilai
54

sig. (1-tailed) > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang positif antara
variabel satu dengan variabel lainnya.
Uji Korelasi Produck Moment digunakan untuk menguji
pengaruh variabel wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM)
terhadap program pengentasan kemiskinan di Indonesia. Untuk
keperluan ini, digunakan rumus korelasi Product Moment oleh
Sugiyono (1994: 202) yaitu:

Dimana :
rxy = kofisien korelasi
x = nilai variabel X
y = nilai variabel Y
n = jumlah data
Selanjutnya, pengujian koefisien korelasi dengan menguji
hipotesis, yaitu: H0 : ρ = 0 lawan H1 : ρ ≠ 0. Kriteria pengujian adalah
ada pengaruh yang signifikan jika nilai r hitung lebih besar nilai r tabel
pada sampel (N) tertentu pada taraf signifikan 5 % demikian pula
sebaliknya.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel wakaf
uang di Baitulmaal Muamalat (BMM) dengan variabel program
pengentasan kemiskinan di Indonesia, maka digunakan tabel
interpretasi nilai r dari Sugiyono (2012), yaitu:

Tabel 3.4 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi


Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat kuat

Selanjutnya, untuk memudahkan dalam pengolahan data maka


akan di gunakan aplikasi SPSS 25.
55

b. Uji korelasi rank spearman


Uji korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui
hubungan antar variabel yang memiliki skala ordinal atau nominal.
Adapun variabel yang diuji menggunakan korelasi rank spearman
dalam penelitian ini meliputi: pinjaman dengan lingkungan keluarga
mauquf’alaih, pinjaman dengan kebijakan pemerintah menurut kepala
keluarga, pinjaman dengan kebijakan pemerintah menurut anggota
keluarga 1, pinjaman dengan kebijakan pemerintah menurut anggota
keluarga 2, pinjaman dengan kebijakan pemerintah menurut anggota
keluarga 3, pinjaman dengan lingkungan keluarga kepala keluarga,
pinjaman dengan lingkungan keluarga anggota keluarga 1, pinjaman
dengan lingkungan keluarga anggota keluarga 2, pinjaman dengan
lingkungan keluarga anggota keluarga 3, pinjaman dengan zakat dan
infak kepala keluarga, pinjaman dengan zakat dan infak anggota
keluarga 1, pinjaman dengan zakat dan infak anggota keluarga 2,
pinjaman dengan zakat dan infak anggota keluarga 3, pinjaman dengan
puasa kepala keluarga, pinjaman dengan puasa anggota keluarga 1,
pinjaman dengan puasa anggota keluarga 2, pinjaman dengan puasa
anggota keluarga 1, pinjaman dengan shalat kepala keluarga, pinjaman
dengan shalat anggota keluarga 1, pinjaman dengan shalat anggota
keluarga 2, dan pinjaman dengan shalat anggota keluarga 3.
Dalam uji korelasi rank spearman, sebuah variabel dikatakan
memiliki hubungan positif dengan variabel yang lain jika nilai sig. (1-
tailed) < 0,05. Sebaliknya jika nilai sig. (1-tailed) > 0,05 artinya tidak
ada hubungan yang positif antara variabel satu dengan variabel
lainnya.

H. Operasional Variabel Penelitian


Untuk memberikan arah pada penelitian ini, penulis memberikan
definisi operasional atas variabel penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan nilai spiritual keluarga, pertama harus dihitung
terlebih dahulu skor spiritual masing-masing anggota keluarga
menggunakan rumus berikut:
56

Keterangan :
Hi = Skor aktual anggota keluarga ke-i
Vpi = Skor shalat anggota keluarga ke-i
Vfi = Skor puasa anggota keluarga ke-i
Vzi = Skor zakat dan infak anggota keluarga ke-i
Vhi = Skor lingkungan kerja anggota keluarga ke-i
Vgi = Skor kebijakan pemerintah anggota keluarga ke-i
Langkah kedua dengan menghitung jumlah seluruh skor spiritual anggota
keluarga lalu membaginya dengan jumlah anggota keluarga menggunakan
rumus berikut:

Keterangan:
SH = skor rata-rata kondisi spiritual
Hi = Skor kondisi spiritual anggota keluarga ke-h
MH = jumlah anggota keluarga
Langkah ketiga dengan menghitung skor rata-rata kondisi spiritual seluruh
keluarga yang diteliti menggunakan rumus berikut:

Keterangan:
SS = Skor rata-rata kondisi spiritual semua keluarga yang diteliti
SH = skor kondisi spiritual keluarga ke-k
N = Jumlah keseluruhan keluarga yang diamati di suatu wilayah
Jika menggunakan rumus diatas maka skor rata-rata untuk keluarga yang
secara spiritual miskin adalah 3 (SV = 3). Jika nilai spiritual (SV)
mauquf’alaih di atas 3 maka mauquf’alaih di anggap kaya spiritual.
Sebaliknya, jika nilai spiritual (SV) mauquf’alaih di bawah atau sama
dengan 3 maka mauquf’alaih di anggap miskin spiritual.
57

2. Garis kemiskinan beradasarkan garis kemiskinan DKI Jakarta per Maret


2019 yaitu sebesar Rp 637.000 per orang (BPS DKI Jakarta 2019). Daerah
menjadi tempat dilaksanakannya penelitian meliputi kota dimana kantor
pusat Baitulmaal Muamalat (BMM) berdiri, yaitu Jakarta Timur dengan
total jumlah penduduk dan rumah tangga di masing-masing wilayah
berjumlah 2.141.198 orang dan 535.733 rumah tangga (BPS Kota Jakarta
Timur 2019)
Rata-rata ukuran rumah tangga: = 3,996

Sehingga garis kemiskinan rumah tangga (MV) yang diperoleh adalah :


MV = Rp 637.000 x 3,996
= Rp 2.545.452 per rumah tangga per bulan
Maka jika pendapatan mauquf’alaih di atas Rp.2.545.452 maka
mauquf’alaih di anggap kaya material. Sebaliknya, jika pendapatan
mauquf’alaih di bawah atau sama dengan Rp.2.545.452 maka
mauquf’alaih di anggap miskin material.
3. Jumlah Pinjaman Wakaf Uang Tunai Produktif
Jumlah pinjaman wakaf uang tunai produktif dalam penelitian ini
adalah jumlah pinjaman uang tunai yang diterima oleh mauquf’alaih dari
Baitulmaal Muamalat (BMM) yaitu sebesar Rp.2.000.000,- dan
Rp.3.000.000,-.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Penelitian


1. Baitulmaal Muamalat (BMM)
a. Sejarah Baitulmaal Muamalat (BMM)
Baitulmaal Muamalat adalah sebuah Lembaga Amil Zakat Plus
yang ruang lingkup kegiatannya meliputi pemberdayaan terhadap
masyarakat fakir dan miskin melalui pendayagunaan zakat, infak, dan
shadaqah. Lembaga ini berkedudukan di Ruko Mitra Matraman Blok
A1 Jl. Matraman Raya, Matraman Jakarta Timur.
Baitulmaal Muamalat (BMM) mulai dirintis oleh Bank
Muamalat Indonesia sejak tahun 1994. Berawal dari keresahan
beberapa orang yang peduli dengan Kondisi umat yang semakin
terpuruk secara ekonomi. Kemudian tanggal 16 Juni 2000 Baitulmaal
Muamalat (BMM) diresmikan oleh Menteri Agama RI. Bapak Tolcha
Hasan. Sesuai dengan Akta Yayasan Baitulmaal Muamalat No. 76
tanggal 22 Desember 2000 pasal 4 bahwa maksud dan tujuan yayasan
adalah membantu pemerintah dalam usaha mensejahterakan kehidupan
bangsa dengan memajukan bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi
(Baitulmaal Muamalat. Standar Operasional Perusahaan, (Jakarta,
Baitulmaal Muamalat)).
Dukungan dari pemerintah semakin nyata setelah Baitulmaal
Muamalat dikukuhkan legalitasnya oleh Menteri Agama RI Kabinet
Presiden Megawati Soekarno Putri, KH. Dr. Said Agil Munawar,
sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui Surat Keputusan
Menteri Agama RI No. 481/2001.
Pada tahun 2001 sampai dengan 2004 Baitulmaal Muamalat
(BMM) menjalankan perannya sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional
(Laznas) plus. Kemudian pada tahun 2004 sampai dengan 2005
Baitulmaal Muamalat (BMM) menambahkan kapasitasnya menjadi
lembaga pemberdayaan dan Amil Nasional. Seiring berjalannya waktu

59
60

pada tahun 2006 sampai dengan 2009 Baitulmaal Muamalat (BMM)


mempertegas positioning sebagai “Indonesia Micro Mediator”, disusul
dengan diperkuatnya organisasi dan jejaring bagi kemashlahatan umat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama No.92-96 Tahun 2008,
ditunjuk 5 bank syari‟ah sebagai Lembaga Keuangan Syariah
Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU), yaitu Bank Syari‟ah Mandiri,
Bank Mu‟amalat Indonesia, Bank Nasional Indonesia (BNI) Syari‟ah,
Bank Mega Syari‟ah dan Bank DKI Syari‟ah, yang mana keputusan
Menteri Agama ini sesuai dengan amanat yang tertera di dalam pasal
28 UU No.41 Tahun 2004 tentang wakaf. (Furqon, 2012)
Baitulmaal Muamalat (BMM) menjadi bagian tak tepisahkan
dari pengelolaan zakat yang terintegrasi secara nasional berdasarkan
UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Kemudian pada
tahun 2012, Baitulmaal Muamalat (BMM) melakukan penguatan
portofolio dalam rangka mendukung dan menjadikan bagian yang tak
terpisahkan dari 20 tahun gerakan ekonomi syariah, yang bertepatan
dengan milad 20 tahun Bank Muamalat Indonesia. Bertindak sebagai
mediator perkembangan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) di Indonesia
pada tahun 2013. Semakin kuatnya Baitulmaal Muamalat (BMM)
setelah mendapatkan pengesahan SK Menteri Agama No. 256 Tahun
2016 sebagai Lembaga Amil Zakat Skala Nasional.
Mendapatkan perpanjangan STB BWI No.3.3.00006 pada
tanggal 29 Januari 2018 sebagai nadzir wakaf, merupakan peluang
yang menjanjikan akan kesuksesan penghimpunan dan penyaluran
dana wakaf. Baitulmaal Muamalat (BMM) juga sebagai lembaga yang
berbadan hukum yayasan mendapatkan akta perubahan No.4 tanggal
06 Agustus 2018 dan pengesahan Kemenhumkam No. AHU-
AH.01.06-000253 tanggal 07 Agustus 2018.
b. Visi dan Misi Baitulmaal Muamalat (BMM)
Adapun Visi dari Baitulmala Muamalat (BMM) yaitu
menjadikan amil zakat independen, profesional, dan unggul dalam
61

memberikan kemudahan muzaki berzakat sesuai syariah serta melayani


dan meningkatkan kesejahteraan mustahik.
Sedangkan untuk mencapai visi tersebut BMT berupaya
melakuakan beberapa misi diantaranya:
1) Mengembangkan tata kelola yang baik berbasis teknologi dalam
pengelolaan zakat dan wakaf.
2) Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten untuk
kesinambungan tumbuh kembang lembaga.
3) Membangun aliansi strategis dengan berbagai pemangku
kepentingan untuk kemandirian dan kemanfaatan lembaga.
4) Memberikan layanan bagi muzaki untuk menunaikan zakat dengan
mudah dan benar sesuai syariah.
5) Mengembangkan layanan dan program pemberdayaan untuk
meningkatkan kesejahteraan mustahik.
c. Produk Baitulmaal Muamalat (BMM)
Terdapat dua kelompok produk, yaitu produk funding dan produk
finance.
1) Produk Funding
Seseorang yang ingin mendonasikan hartanya untuk
kepedulian sesama dapat menyalurkannya melalui produk funding
Baitulmaal Muamalat (BMM), baik secara langsung maupun
transfer melalui nomer rekening masing-masing produk.
Baitulmaal Muamalat memiliki 5 produk funding, sebagai berikut:
a) ZIS (Zakat, Infaq, dan Sedekah)
Salah satu produk funding Baitul Maal Muamalat
adalah ZIS. Seperti namanya, seseorang dapat mendonasikan
hartanya melalui zakat, infaq, maupun sedekah.
b) WAQTUMU (Wakaf Tunai Muamalat)
Waqtumu merupakan metode wakaf yang
diinvenstasikan secara syariah, dalam bentuk deposito,
reksadana dan obligasi.
62

c) KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid)


KUM3 merupakan program BMM yang
mengembangkan usaha ekonomi produktif masyarakat sekitar
masjid seIndonesia menuju ekonomi berkelanjutan. Dalam
pengembangan ekonomi umat, KUM3 memberikan pendanaan
dan pendampingan. Keberadaan Program KUM3 sekaligus
mengoptimalkan potensi dana Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf
(ZISWAF) serta CSR perusahaan.
d) IDEAS (Infaq Dua Enam Satu)
Melalui produk IDEAS seseorang dapat berinfaq, yang
mana seseorang dapat berinfaq sebesar Rp 261.000,-
e) DAYA (Dana Yatim)
Daya merupakan salah satu model beasiswa yang
dijalankan Baitulmaal Muamalat. DAYA diperuntukan bagi
siswa-siswa SMP dan SMA berprestasi yang berasal dari
keluarga prasejahtera. Untuk melanjutkan pendidikan mereka
demi sebuah masa depan yang lebih baik.
2) Produk Finance
a) Pemberdayaan Ekonomi
i. BMT Shar-e (Lembaga Keuangan Mikro Jaringan Bank
Muamalat)
Program ini sudah dimulai sejak tahun 2010 yang
sumber dananya berasal dari non pemerintah. Program ini
merupakan jalinan sinergi (link age program) antara
Baitulmaal Muamalat dengan Baitulmaal wa Tamwil
(BMT) di daerah-daerah kemitraan.
ii. DBS (Dana Bergulir Syariah)
Program Dana Bergulir Syariah (DBS) merupakan
kerja sama Kementerian Koperasi dan UKM-RI dengan
Bank Muamalat. Pada program ini, pendampingan,
pembinaan, monitoring dan evaluasi program dilakukan
Baitulmaal Muamalat (BMM). Program ini diperuntukkan
63

bagi pengembangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah


(KUKM).
Pendampingan program ini telah dilakukan sejak
tahun 2003- 2007. DBS juga dapat dimanfaatkan untuk
memperkuat peran dan posisi KJKS/UJKS (Koperasi Jasa
Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah) sebagai
instrumen pemberdayaan usaha mikro.
iii. Kampung Jamur Ciputih
Kampung Ciputih terletak di Kabupaten Bogor.
Tanah Wakaf Ciputih adalah lahan perkebunan darat seluas
1,5 Ha yang diserahkan Bapak. H. Ridwan Noor, pada
tanggal 1 Agustus 2002. Pada tahap awal, pengembangan
lahan dilakukan BMM melalui pemeliharaan kambing
kepada 10 kepala keluarga miskin dengan jumlah domba
sebanyak 39 ekor. Hingga akhir tahun 2013 lahan tanah
wakaf tersebut semakin berkembang dengan adanya
program pemberdayaan jamur tiram.
Program ini berhasil meningkatkan produksi jamur
tiram di wilayah tersebut. Melihat animo yang besar dari
peserta dan potensi pengembangan pasar, BMM
mengembangkan lahan tersebut dengan memproduksi
beberapa jenis jamur, diantaranya jamur kuping dan jamur
shitake. Selama ini infrastruktur untuk ruang kumbung
yang ada di tanah wakaf tersebut meliputi ruang growing,
inokulasi, sterilisasi, inkubasi dan ruang panen.
iv. KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)-KUM3
Koperasi Jasa Keuangan Syariah Komunitas Usaha
Mikro Muamalat berbasis Masjid (KJKS-KUM3) adalah
lembaga keuangan formal yang didirikan melalui
pemberdayaan usaha mikro muamalat berbasis masjid.
Program ini merupakan kelanjutan dari program KUM3 di
satu wilayah yang telah memasuki jangka waktu
64

pelaksanaan maksimal dua tahun. Wilayah-wilayah tersebut


diarahkan untuk dapat melakukan kemandirian dalam
bentuk legalisasi kepemilikan usaha bersama. Wilayah
program yang dibentuk menjadi KJKS-KUM3 merupakan
wilayah yang memiliki predikat baik.
v. KUM3
Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid
(KUM3) merupakan program unggulan Baitulmaal
Muamalat (BMM). Sejak awal dijalankan, KUM3
memperoleh respons positif dan berjalan efektif. Dalam
program ini, BMM memiliki visi, misi, strategi, dan kriteria
sendiri. Sasaran program ini adalah Mustahik (fakir miskin)
dan tinggal disekitar masjid yang menjadi mitra program
KUM3. Hal tersebut karena sumber dana yang digunakan
untuk program ini adalah dana zakat dan wakaf.
vi. Sahabat Muamalat
Sahabat Muamalat merupakan program
pendampingan bagi KJKS yang mendapatkan fasilitas
pembiayaan mikro dari Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Program rintisan ini dimulai di wilayah potensial yakni
Provinsi DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa
Barat, Lampung dan DKI Jakarta dan akan dikembangkan
ke seluruh wilayah Indonesia.
vii. SIMURA (Asuransi Mikro Umat Syariah)
Program ini merupakan kerja sama Baitulmaal
Muamalat (BMM), PT Chartis Insurance Indonesia, dan PT
Buana Lintas Persada dan telah beroperasi sejak Juli 2012.
Program Simurah ditujukan untuk memberikan recovery
atas perawatan kesehatan, kecelakaan dan kematian kepada
para pengusaha mikro maupun anggota KJKS yang telah
mempunyai kerja sama dan pembinaan dari Baitulmaal
Muamalat.
65

b) Pendayagunaan Sosial dan Kemanusiaan


i. ASM (Aksi Sehat Muamalat)
Program Aksi Sehat Muamalat (ASM) merupakan
bentuk layanan pengobatan kesehatan langsung dari
Baitulmaal Muamalat untuk masyarakat tidak mampu.
Program ini menjadi bagian aksi kesehatan yang bersifat
kuratif (pengobatan). Layanan kesehatannya berupa
pengobatan massal dan pengobatan tingkat menengah.
ii. ATM (Aksi Tanggap Muamalat)
Program sosial ini merupakan salah satu bentuk
concern BMM terhadap penanganan bencana. Kegiatan
yang sudah berjalan selama ini meliputi: Tanggap Darurat,
Rehabilitasi dan Recovery.
iii. Berbagi Cahaya Qurban
Program Qurban yang dilaksanakan setiap tahunnya
dengan menyalurkan hewan qurban kepada masyarakat
yang tidak mampu di seluruh wilayah Indonesia. Jika
kondisi itu sedang terjadi bencana alam, maka daerah yang
menjadi korban bencana akan di prioritaskan.
iv. SBL (Sahur Berbuka Lebaran)
Program pendayagunaan sosial yang dilakukan di
bulan Ramadhan dalam rangka membantu meringankan
beban para mustahik agar kebutuhan hidup mereka selama
satu bulan dapat terpenuhi. Pemberian bantuan meliputi
kebutuhan pokok seharihari baik ketika sahur maupun
berbuka serta kebutuhan dasar lebaran (SBL).
v. KSM (Komunitas Sehat Muamalat)
Melalui paradigma sehat, diharapkan satu orang
sehat bisa menyehatkan empat orang sakit di sekitarnya.
Dengan tagline “Be Healthy Generation”, sasaran KSM
adalah anak yatim (piatu) binaan Baitulmaal Muamalat
yang tergabung dalam program DAYA. Program KSM
66

2012 adalah kelanjutan program serupa pada 2013, dengan


memfokuskan pada pengolahan sampah dan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di wilayah binaan KSM
yaitu di Pedurenan-Ciledug.
Kegiatan KSM melalui pelatihan pengolahan
sampah bekerjasama dengan PRODIA. Pemberdayaan di
lingkungan masyarakat dengan bekerjasama dengan
Posyandu dan Ketua RT/RW setempat. Kedepannya, para
anak yatim (piatu) tersebut diharapkan dapat menjadi kader
sehat bagi komunitasnya.
vi. Laju (Layanan Jenazah Terpadu)
Program LAJU merupakan program sosial dari
Baitulmaal Muamalat (BMM). Pada 2013, program
Layanan Jenazah terpadu ini sudah mampu melayani
masyarakat pra-sejahtera dan keluarga besar karyawan
Bank Muamalat Indonesia Group. Mereka memanfaatkan
jasa ambulan untuk mengantar jenazah ke pemakaman atau
pasien ke rumah sakit.
Lingkup layanan Program LAJU berada di sekitar
wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
(Jabodetabek)dan di luar Jabodetabek. Saat ini pelayanan
LAJU BMM sudah menyiapkan ambulan untuk melayani
masyarakat di sekitar Jabodetabek. Disamping itu, ada
ambulan yang disiagakan di daerah Klaten, Jawa Tengah.
vii. Santun (Santunan Tunai)
Progam Santun (santunan tunai) adalah program
penyaluran dana Zakat, Infaq, CSR, dan Non-ZIS untuk
mustahik yang membutuhkan. Progam Santun ini diberikan
dapat berupa bantuan pendidikan, kesehatan, sosial,
dakwah, kemanusiaan, pembangunan masjid, sekolah,
pondok pesantren, serta fasilitas umum lainnya.
67

c) Pendayagunaan Pendidikan
i. B-Share
Merupakan program beasiswa pendidikan
berprestasi bagi anak-anak yang tidak mampu dengan
jenjang pendidikan SMP, SMA dan sederajat, yang
bertujuan untuk memberikan jaminan keberlangsungan
pendidikan mereka hingga lulus SMA dan mampu mandiri.
Sistem program dibuat secara terintegrasi dengan
pembinaan baik dari segi akhlak maupun ibadah dan
pelatihan. Dengan menggunakan sistem tersebut diharapkan
dapat membantu mereka untuk mengembangkan prestasi,
potensi dan bakat positif sehingga dapat membentuk SDM
yang berakhlak islami dan berkualitas tinggi.
ii. B-Smart
B-SMART merupakan program santunan dalam
bentuk beasiswa untuk mahasiswa berprestasi dan Fi
Sabilillah. Penerima program ini diutamakan untuk yang
berstatus yatim, dengan jenjang pendidikan S1. Program
yang disoft launching pada 16 Juli 2012 ini berupa
beasiswa pendidikan kuliah dari awal hingga akhir
semester.
Saat ini program telah berjalan di wilayah
Jabodetabek. Hingga saat ini universitas yang tergabung
dalam program B-SMART STEITAZKIA, STEI SEBI,
Institute Pertanian Bogor, Universitas Indonesia,
Universitas Negeri Jakarta, Al Manar, Universitas Satya
Negara Indonesia, serta Universitas Pamulang.
iii. Beasiswa Daya
Daya adalah program beasiswa pendidikan bagi
anak yatim (mustahiq) dengan jenjang pendidikan SMP,
SMU dan sederajat. Program ini bertujuan memberikan
jaminan keberlangsungan pendidikan mereka hingga lulus
68

SMU dan mampu mandiri. Sistem program dibuat secara


terintegrasi dengan pembinaan baik dari segi akhlak
maupun ibadah dan pelatihan.
Dengan sistem tersebut diharapkan dapat membantu
mereka mengembangkan prestasi, potensi dan bakat positif
sehingga dapat membentuk SDM yang berakhlak islami
dan berkualitas tinggi. Program Beasiswa saat ini tersebar
di wilayah Jabodetabek meliputi Bekasi, Buaran, Bogor,
Slipi, Tangerang, Cengkareng dan Ciledug.
iv. ISS (Islamic Solidarity School)
Sekolah ini dibangun pada 25 Juli 2006 oleh Islamic
Development Bank (IDB) bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah Aceh Besar. Pengelolaan sekolah ini berada di
bawah manajemen serta pengawasan BMM didukung oleh
Bank Muamalat Indonesia (BMI). Islamic Solidarity School
(ISS) adalah lembaga pendidikan Islam yang pendiriannya
dilatarbelakangi adanya bencana gempa bumi dan tsunami.
Pada tahap awal, lembaga pendidikan ini hanya
menampung anak-yatim piatu korban tsunami. Harapannya,
meski dalam keterbatasan ekonomi akibat bencana tsunami,
mereka tetap bisa mendapatkan pendidikan berkualitas
berbasis kompetensi untuk sekolah menengah pertama
(SMP). Pada tahun 2011 Islamic Solidarity School (ISS)
telah membuka sekolah menengah kejuruan SMK Grafika.
Sekolah tersebut memberikan pendidikan yang dapat
membentuk akhlak, keterampilan dan pemahaman
pengetahuan sebagaimana yang ditargetkan dalam
kompetensi akademik siswa.
Kurikulum yang digunakan di ISS merupakan
kurikulum nasional yang diperkuat materi-materi muatan
lokal atau ke-Islaman serta pengembangan melalui
program–program eksternal. Dengan sistem asrama
69

(boarding) diharapkan siswa memiliki bekal ketakwaan,


akhlak, dan mental yang siap menyongsong masa depan.
Dilengkapi juga kelompok ekstrakurikuler yang terdiri dari
ekskul Tahfidz, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Jurnalis,
Pramuka, Silat, Sepak bola, Bola Voli, Sains, Seni, dan
Tata boga. Sedangkan untuk mengembangkan kompetensi
dan kapasitas guru, ISS mengadakan training dan workshop
baik internal. Termasuk mengirim guru untuk mendapatkan
pelatihan atau mengikuti seminar di luar.
v. ORPHAN KAFALA
Program Orphan Kafala merupakan program
pemberdayaan masyarakat berupa pemberian beasiswa bagi
anak yatim, yatim piatu, dan keluargakorban musibah
gempa tsunami dan konflik di Nangroe Aceh Darussalam.
Program ini merupakan kerjasama Islamic Development
Bank (IDB), Organization Of Islamic Cooperation (OIC)
dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Salah satu LAZ
diantaranya Baitulmaal Muamalat. BMM mulai
menjalankan Program Orphan Kafala sejak tahun 2006.
70

d. Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

Sumber: www.baitulmaalmualamat.org

Baitulmaal Muamalat (BMM)


Ketua Dewan Pengawas Yayasan : Riksa Prokoso
Direktur Eksekutif : Teten Kustiawan
Kepala Div. Penghimpunan : Galeh Pujonegoro
Manajer Penghimpunan : Asgaf Abdillah
Manajer Komunikasi : Noor Aflah
Kepala Div. Pendayagunaan : Agus Khalifatullah Sadikin
Manajer Pend. Ekonomi : Kuspriyanto
Manajer Pend. Sosial : Hadi Asmadi
Kepala Div. KUS : Betsy E Jiesral
Manajer KUS : Suhito
71

2. Mekanisme Kerja Baitulmaal Muamalat (BMM)


a. Skema Wakaf Uang di Baitulmaal Muamalat (BMM)

Gambar 4.2 skema wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM)

BMM dan Bank


Muamalat

Akuntan
Publik

Waqif
Mauquf’alaih
/ yang
menerima
manfaat
Aliran Dana

Fungsi Pengawasan Bisnis & Investasi

Lembaga Penjamin
Sumber: Baitulmaal Muamalat (BMM) 2019

Dari skema Wakaf Uang Baitulmaal Muamalat (BMM) di atas,


setiap bagian mempunyai peran yang berbeda. Di bawah ini adalah
peran setiap bagian dalam mekanisme kerja Baitulmaal Muamalat
(BMM).
1) Nazhir
Adapun fungsi dari Baitulmaal Muamalat (BMM) sebagai nazhir
wakaf uang tunai produktif adalah menerima dana dari wakif,
mengelola secara produktif dan menjaga nilainya, menyalurkan
keuntungan kepada Mauquf’alaih, mempublikasikan laporan
keuangan.
2) Bank Syariah
Adapun fungsi dari bank syariah dalam hal ini Bank Muamalat
Indonesia adalah sebagai penyimpan dan sirkulasi dana.
72

3) Akuntan Publik
Adapun fungsi dari akuntan publik adalah melakukan audit
keuangan kepada nadzir.
4) Dewan Pengawas
Adapun fungsi dari dewan pengawas adalah mengawasi
Baitulmaal Muamalat (BMM) agar tidak keluar dari syariah
Islam.
5) Lembaga Penjamin
Adapun fungsi dari lembaga penjamin adalah menanggung
kerugian nadzir yang disebabkan hal-hal di luar kendali.
b. Mekanisme Pengelolaan Dana Wakaf Uang di Baitulmaal
Muamalat (BMM)
Sebagai salah satu nadzir pengelola dana wakaf uang, maka
Baitulmaal Muamalat (BMM) melakukan pengelolaan dan wakaf yang
terdiri dari penghimpunan dana wakaf, pengelolaan dan penyaluran
atas pendistribusian Baitulmaal Muamalat (BMM) melakukan
fundrising (menggalang sumber dana) dari masyarakat. Sedangkan
dalam melaksanakan pengelolaan dana wakaf uang di Baitulmaal
Muamalat (BMM) dilakukan oleh dua pihak yakni manajer
pendayagunaan dana wakaf (Baitulmaal Muamalat (BMM)) yang
mana bertugas untuk memilih jenis-jenis investasi dan mengelolanya
secara profesional, dan untuk pelaksana dana wakaf (Bank Muamalat
Indonesia) yang bertugas untuk melakukan pengadministrasian
penerimaan dana wakaf dan pencatatan pengelolaan dana / investasi
penyaluran keuntungannya.
Pengelolaan dana wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM)
akan didayagunakan dalam bentuk investasi usaha yang berisiko kecil
seperti saham, obligasi syari‟ah, reksadana syari‟ah dan lain-lain untuk
mempertahankan nilai dana wakaf dan untuk memperoleh keuntungan
yang nantinya dari keuntungan tersebut akan disalurkan kepada orang
yang berhak dan membutuhkan secara produktif. Adapun penyaluran
73

atau pendistribusian dana wakaf uang dilakukan oleh pihak Baitulmaal


Muamalat (BMM) berdasarkan kriteria tertentu. Wakif dapat
menentukan pengelolaan dan penyaluran dana wakaf uang jika dana
yang ia wakafkan di atas Rp 100.000.000,-. Adapun program
pendistribusian yang sudah ditentukan oleh pihak Baitulmaal
Muamalat (BMM) adalah bina ekonomi, bina pendidikan dan bina
sosial.
c. Model Pengelolaan Dana Wakaf Uang di Baitulmaal Muamalat
(BMM)
Setelah peneliti menganalisis dana wakaf uang di Baitulmaal
Muamalat (BMM) maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pengelolaan dan pendistribusian dananya hampi sama dengan teori
model kerjasama antara nadzir dan LKS (Lembaga Keuangan Syariah)
yakni LKS sebagai fund manager, dimana Baitulmaal Muamalat
(BMM) sebagai nadzir yang mengelola dana wakaf uang dan
mengeluarkan sertifikat wakaf uang kepada wakif. Akan tetapi
terdapat sedikit perbedaan disini, dimana pengelolaan dana dilakukan
oleh dua pihak seperti yang sudah dijelaskan pada mekanisme
pengeloalan dana wakaf uang diatas. Untuk menjaga keutuhan dana
wakaf maka Baitulmaal Muamalat (BMM) bekerjasama dengan
Lembaga Penjamin Syari‟ah (LPS) dan untuk menjaga profesionalitas
kinerjanya Baitulmaal Muamalat (BMM) diawasi oleh lembaga
independen yakni Menteri Agama dan Badan Wakaf Indonesia (BWI).
74

3. Kemiskinan di Indonesia
Diagram 4.1 Data Akumulasi Tingkat Kemiskinan di Dunia

Sumber: Prosperity (Bank Dunia 2018)

Menurut laporan Poverty and Shared Prosperity yang dirilis Bank


Dunia tahun 2018 diatas, menerangkan bahwa tercatat 767 juta orang atau
sekitar 10,7% populasi global berada dalam jurang kemiskinan. Jumlah
orang miskin paling banyak berada di wilayah sub-sahara Afrika di mana
mencapai 388,7 juta orang. Sedangkan kedua, ada di Asia bagian Selatan
di mana mencapai 256,2 juta orang. Asia bagian timur dan pasifik menjadi
peringkat ketiga di mana mencapai 71 juta orang disusul Amerika Latin
dan Karibia yang tercatat sebanyak 33,6 juta orang. Adapun bagian Eropa
dan Asia Tengah tercatat yang paling rendah di mana sebanyak 10,8 juta
(finance.detik.com, 2019).
Sementara itu jumlah penduduk miskin di Asia Tenggara tahun
2016 sebesar 120 juta jiwa, hal ini diketahui berdasarkan data Presiden
Joko Widodo yang disampaikan dalam KTT ASEAN ke-8 tahun 2016
(Banjarmasin.tribunnews, 2016). Dari jumlah tersebut, sebesar 28,01 juta
jiwa adalah penduduk miskin Indonesia (www.bps.go.id, 2017).
75

Diagram 4.2 Data Akumulasi Kemiskinan Di Indonesia (Juta Jiwa)

Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik 2019)

Berdasar diagram 4.2 diatas yang menunjukan bahwasanya pada


Maret 2011, jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah 30,02 juta jiwa.
Kemudian pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah
28,07 juta jiwa, selanjutnya pada Maret 2015 mengalami kenaikan
penduduk miskin di Indonesia yaitu sebesar 28,59 juta jiwa, lalu turun lagi
sampai posisi September 2018 di mana angka kemiskinan persentasenya
9,82% atau 25,95 juta jiwa. Persentase penduduk miskin pada Maret 2019
sebesar 9,41% atau setara dengan 25,14 juta jiwa, menurun 0,25% poin
atau setara dengan 0,53 juta jiwa terhadap September 2018 dan menurun
0,41% poin atau setara dengan 0.80 juta jiwa terhadap Maret 2018.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September
2018 sebesar 6,89% atau setara dengan 10,13 juta jiwa, turun menjadi
6,69% atau setara dengan 9,9 juta jiwa pada Maret 2019, yang artinya
turun sebanyak 136,5 ribu jiwa. Sementara persentase penduduk miskin di
daerah perdesaan pada September 2018 sebesar 13,10% setara dengan
15,54 juta jiwa, turun menjadi 12,85% atau setara dengan 15,15% pada
Maret 2019, yang artinya turun sebanyak 393,4 ribu jiwa.
76

Garis Kemiskinan pada Maret 2019 tercatat sebesar Rp425.250,-


/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar
Rp313.232,- (73,66 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan
sebesar Rp112.018,- (26,34 persen).

Pada Maret 2019, secara rata-rata rumah tangga miskin di


Indonesia memiliki 4,68 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian,
besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata
adalah sebesar Rp1.990.170,-/rumah tangga miskin/bulan.

Diagram 4.3 Data Akumulasi Kemiskinan Secara Wilayah di Indonesia

Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik 2019)

Secara wilayah, menurut diagram 4.3 diatas bahwa tingkat


kemiskinan terbanyak di Pulau Jawa mencapai 13,19 juta jiwa, Sumatera
5,92 juta jiwa, Sulawesi 2,025 juta jiwa, Bali dan Nusa Tenggara 2,03 juta
jiwa, Maluku-Papua 1,52 juta dan Kalimantan 973,17 ribu.
Kemiskinan terbesar di pulau Jawa yaitu provinsi DKI Jakarta,
pada bulan September 2018 mencapai 3,55% mengalami penurunan
dibandingkan Maret 2018 (3,57 persen), tingkat kemiskinan tesebut
mencakup sejumlah 372,26 ribu orang. Persentase penduduk miskin DKI
Jakarta pada Maret 2019 adalah 3,47% atau sebesar 365,55 ribu orang.
77

Angka ini adalah yang terendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada Maret 2019 adalah 0,497, turun
0,006 poin jika dibandingkan September 2018 sebesar 0,503. Sebaliknya
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada periode yang sama mengalami
kenaikan sebesar 0,004 poin dari 0,107 menjadi 0,111. (Badan Pusat
Statistika (BPS), 2019).

Diagram 4.4 Data Akumulasi Kemiskinan Secara Wilayah di DKI Jakarta


(dalam %)

Sumber: BPS (Badan Pusat Statistika 2019)

Menurut Diagran 4.4 sebaran rumah tangga miskin di DKI Jakarta,


yakni Jakarta Timur ada 3,46%, Jakarta Barat ada 1,02%, Jakarta Pusat
ada 1,71%, Jakarta Utara 2,76 %, dan Jakarta Selatan 2,86%. Adapun
angka kemiskinan tertinggi di DKI Jakarta ada dikawasan Jakarta Timur
yaitu 3,46%. Hal ini disebabkan penduduk kawasan itu, padatnya
penduduk membuat daerah ini menjadi kumuh.
78

B. Pembahasan
1. Analilsis Kuantitatif
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
ketepatan atau kesahihan suatu instrumen terhadap variabel yang
diteliti. Instrumen dikatakan valid jika nilai koefisien pada kolom
Corrected item total correlation melebihi atau sama dengan 0,3
(Muhson, 2015: 4). Berikut ini adalah hasil uji validitas pada masing –
masing indikator penelitian.
Tabel 4.1 Hasil uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Shalat 16.4800 3.677 .800 .826
Puasa 16.3600 4.073 .710 .850
Zakat&Infaq 16.2000 4.083 .724 .848
Lingkungan 16.6400 3.323 .758 .839
Kebijakan 16.5600 3.840 .593 .878
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.1 bahwa nilai koefisien shalat sebesar


0,800; nilai koefisien puasa 0,710; nilai koefisien infak dan zakat
0,724; nilai koefisien lingkungan keluarga 0,758; dan nilai koefisien
kebijakan pemerintah 0,593. Maka dapat disimpulkan bahwa semua
instrumen telah valid karena nilai koefisiennya melebihi 0,3.

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan suatu instrumen dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam
penelitian ini menggunakan ukuran Alpha Cronbach. Instrumen dapat
dikatakan reliabel jika niliai koefisien alpha tersebut melebihi 0,6
(Muhson, 2015: 3). Berikut ini adalah hasil uji validitas pada masing –
masing indikator penelitian.
79

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.875 5
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.2 ditemukan bahwa cronbach alpha


sebesar 0,875 ( > 0.6 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen
bersifat reliabel.

c. Analisis Statistik Deskriptif


Statistika deskriptif yaitu statistika yang hanya memberikan
gambaran atau informasi tentang karakteristik data (Riadi, 2016, p.
57). Pembahasan statistika dalam penelitian ini yaitu penggambaran
karakteristik responden secara keseluruhan berdasarkan usia,
pendidikan, jumlah anak dan frekuensi mendapatkan pembiayaan.
Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 mauquf’alaih
yang menerima program B-BMT dari Baitulmaal Muamalat (BMM)
yang bernama KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis
Masjid). Adapun keadaan umum responden tersebut disajikan dalam
tabel sebagai berikut.

Tabel 4.3 Karakteristik Mauquf’alaih


Karakteristik Jumlah Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 37%
Perempuan 19 63%
Usia
15-64 29 97%
>64 1 3%
Pendidikan
Tidak Bersekolah 1 3%
SD 9 30%
SMP 4 13%
SMA/SMK 16 54%
Pekerjaan
Pedagang 15 50%
80

Karakteristik Jumlah Presentase


Pengrajin 1 3%
Penjahit 1 3%
Buruh 1 3%
Driver Ojol 10 34%
Jasa Laundry 2 7%
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.3 diatas mayoritas mauquf’alaih berjenis


kelamin perempuan dengan persentase sebesar 63%. Sedangkan,
mauquf’alaih dengan jenis kelamin laki-laki hanya sebesar 37 %.
Mayoritas mauquf’alaih juga berada pada usia produktif yaitu usia 15-
64 tahun yaitu sebesar 97 % sedangkan mauquf’alaih yang berada
pada usia tidak produktif atau lebih dari 64 tahun terdapat sebesar 3 %.
Tingkat pendidikan mayoritas mauquf’alaih adalah SMA/SMK
yaitu sebesar 54 %. Mauquf’alaih berpendidikan SMP sebanyak 13 %,
SD sebanyak 30 %, dan sebanyak 3 % mauquf’alaih tidak mengenyam
pendidikan. Dari aspek pekerjaan, mayoritas pekerjaan mauquf’alaih
adalah pedagang. Jumlah mauquf’alaih yang bekerja sebagai pedagang
sebanyak sebesar 50 %. Pekerjaan lain yang cukup banyak dilakukan
oleh mauquf’alaih adalah driver ojol yaitu sebanyak 34 %. Sementara
itu pekerjaan yang juga dilakukan oleh mauquf’alaih lainnya adalah
penjahit, buruh, pengrajin, serta jasa laundry yang masing-masing
berjumlah 3 %.

d. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah
kolmogorov smirnov. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau
tidak. Dalam uji normalitas kolmogorov smirnov, sebuah data
dikatakan berdistribusi normal jika nilai sig. ≥ 0,05 (Muhson, 2012:
21). Sebaliknya jika nilai sig. < 0,05 artinya data dikatakan tidak
berdistribusi normal. Di bawah ini disajikan daftar variabel hasil dari
uji normalitas.
81

Tabel 4.4 Daftar Variabel Uji Normalitas


Sig. Distribusi
Uji Normalitas
Normalitas Data
Pinjaman dan akumulasi pendapatan
0.050 Normal
keluarga mauquf’alaih
Pinjaman dan pendapatan keluarga
0.200 Normal
mauquf’alaih dari pekerjaan utama
Pinjaman dan pendapatan tambahan
keluarga mauquf’alaih dari kiriman sanak - -
keluarga
Pinjaman dan pendapatan keluarga
0.11 Normal
mauquf’alaih dari pekerjaan sampingan
Pinjaman dan ibadah keluarga mauquf’alaih 0.200 Normal
Pinjaman dan zakat infak keluarga
0.010 Normal
mauquf’alaih
Pinjaman dan akumulasi pendapatan kepala
0.17 Normal
keluarga
Pinjaman dan pendapatan kepala keluarga
0.168 Normal
dari pekerjaan utama
Pinjaman dan akumulasi pendapatan
0.200 Normal
anggota keluarga 1
pinjaman dan pendapatan anggota keluarga
0.200 Normal
1 dari pekerjaan utama
Pinjaman dan akumulasi pendapatan
0.200 Normal
anggota keluarga 2
Pinjaman dan pendapatan anggota keluarga
0.200 Normal
2 dari pekerjaan utama
Pinjaman dan pendapatan tambahan kepala
- -
keluarga dari kiriman sanak keluarga
Pinjaman dan pendapatan tambahan anggota
- -
keluarga 1 dari kiriman sanak keluarga
Pinjaman dan pendapatan kepala keluarga
0.48 Normal
dari pekerjaan sampingan
Pinjaman dan ibadah kepala keluarga 0.85 Normal
Pinjaman dan ibadah anggota keluarga 1 0.46 Normal
Pinjaman dan ibadah anggota keluarga 2 0.200 Normal
Pinjaman dan ibadah anggota keluarga 3 0.200 Normal
Sumber: data primer 2019, diolah
82

2. Analisis Dengan Pendekatan Model CIBEST


a. Analisis Pendekatan Model CIBEST dalam Lingkup Keluarga
1) Analisis Kuadran CIBEST Keluarga Mauquf’alaih
Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 keluarga
mauquf’alaih. Berdasarkan analisis kuadran CIBEST yang telah
dilakukan, antara kondisi sebelum dan sesudah adanya program
penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat, terjadi
perubahan proporsi jumlah keluarga mauquf’alaih yang berada di
masing-masing kuadran CIBEST. Perubahan tersebut diperlihatkan
dalam tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5 Kuadran CIBEST Keluarga Mauquf’alaih


Jumlah Keluarga
Muaquf‟alaih
Kuadran Sebelum Setelah
mengikuti mengikuti
program program
Kuadran I (Sejahtera) 23 27
Kuadran II (Miskin Material) 7 3
Kuadran III (Miskin Spiritual) 0 0
Kuadran IV (Miskin Absolut) 0 0
Total Keluarga Mauquf’alaih 30 30
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa terjadi perubahan dari


masing-masing kuadran. Kuadran I adalah kategori keluarga
mauquf’alaih sejahtera di mana dalam kategori ini keluarga
mauquf’alaih telah mampu memenuhi kebutuhan material dan
spiritual. Sebelum adanya program penyaluran manfaat wakaf dari
Baitulmaal Muamalat (BMM) terdapat 23 keluarga mauquf’alaih
yang masuk dalam kuadran I. Setelah adanya program penyaluran
manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat (BMM) jumlah keluarga
mauquf’alaih kategori sejahtera meningkat menjadi 27 keluarga.
Kuadran II adalah kategori keluarga mauquf’alaih miskin
material di mana dalam kategori ini keluarga mauquf’alaih telah
83

mampu memenuhi kebutuhan spiritual namun belum mampu


memenuhi kebutuhan material. Sebelum adanya program
penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat (BMM)
terdapat 7 keluarga mauquf‟alaih yang masuk dalam kuadran II.
Setelah adanya program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) jumlah keluarga mauquf‟alaih kategori miskin
material menurun menjadi 3 keluarga.
Kuadran III adalah kategori keluarga mauquf‟alaih miskin
spiritual di mana dalam kategori ini keluarga mauquf‟alaih telah
mampu memenuhi kebutuhan material namun belum mampu
memenuhi kebutuhan spiritual. Pada kondisi sebelum dan sesudah
adanya program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) tidak ada keluarga mauquf‟alaih yang masuk
dalam kuadran III. Hal ini mengindikasikan bahwa semua keluarga
mauquf‟alaih dalam penelitian ini tidak ada yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan spiritual.
Kuadran IV adalah kategori keluarga mauquf‟alaih miskin
absolut di mana dalam kategori ini keluarga mauquf‟alaih belum
mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Pada kondisi
sebelum dan sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf
dari Baitulmaal Muamalat (BMM) tidak ada keluarga mauquf‟alaih
yang masuk dalam kuadran IV. Hal ini mengindikasikan bahwa
semua keluarga mauquf‟alaih dalam penelitian ini tidak ada yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritual.
Secara umum adanya program penyaluran manfaat wakaf
yang diberikan oleh Baitulmaal Muamalat (BMM) mampu
meningkatkan jumlah keluarga mauquf‟alaih yang sejahtera serta
dapat menurunkan jumlah keluarga mauquf‟alaih yang mengalami
kondisi miskin material.
2) Analisis Indeks Kemiskinan Islami Keluarga Mauquf‟alaih
Indeks kemiskinan keluarga yang dibuat oleh CIBEST
terdiri atas indeks kesejahteraan, indeks kemiskinan material,
84

indeks kemiskinan spiritual, dan indeks kemiskinan absolut.


Perhitungan indeks kemiskinan dilakukan pada kondisi sebelum
dan sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf. Hasil
perhitungan tersebut tergambar dalam tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Indeks Kemiskinan Keluarga Mauquf’alaih


Nilai Indeks Nilai Indeks
Selisih
Sebelum Setelah
Indeks Kemiskinan Perubahan
Mengikuti Mengikuti
(%)
Program Program
Indeks
0.767 0.900 13.3
Kesejahteraan
Indeks Kemiskinan
0.233 0.100 13.3
Material
Indeks Kemiskinan
0 0 0
Spiritual
Indeks Kemiskinan
0 0 0
Absolut
Sumber: data primer 2019, diolah

Indeks kesejahteraan keluarga mauquf’alaih sebelum


adanya program penyaluran manfaat wakaf adalah 0.767.
Selanjutnya setelah adanya program penyaluran manfaat wakaf
dari Baitulmaal Muamalat (BMM), indeks kesejahteraan berubah
menjadi 0.900. Hal ini berarti program penyaluran manfaat wakaf
dapat meningkatkan indeks kesejahteraan sebesar 13,3%.
Indeks kemiskinan material keluarga mauquf’alaih sebelum
adanya program penyaluran manfaat wakaf adalah 0.233.
Selanjutnya setelah adanya program penyaluran manfaat wakaf
dari Baitulmaal Muamalat (BMM), indeks kesejahteraan berubah
menjadi 0.100. Hal ini berarti program penyaluran manfaat wakaf
dapat menurunkan indeks kemiskinan material sebesar 13,3%.
Indeks kemiskinan spiritual keluarga mauquf’alaih sebelum
dan sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf adalah 0.
Hal ini berarti tidak ada keluarga mauquf’alaih yang miskin
spiritual pada kondisi sebelum maupun setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf.
85

Indeks kemiskinan absolut keluarga mauquf’alaih sebelum


dan sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf adalah 0.
Hal ini berarti tidak ada keluarga mauquf’alaih yang miskin
absolut pada kondisi sebelum maupun setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf.

b. Analisis Pendekatan Model CIBEST dalam Lingkup Individu


1) Analisis Kuadran CIBEST Individu Mauquf’alaih
Responden dalam analisis ini terdiri dari 30 KK bekerja, 15
AK1 bekerja, dan 6 AK2 bekerja. Berdasarkan analisis kuadran
CIBEST yang telah dilakukan, antara kondisi sebelum dan sesudah
adanya program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM), terjadi perubahan proporsi jumlah individu
yang berada di masing-masing kuadran CIBEST. Perubahan
tersebut diperlihatkan dalam tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Kuadran CIBEST Individu


Jumlah Individu
Kua
Sebelum mengikuti Program Sesudah mengikuti program
dran
KK AK1 AK2 Total KK AK1 AK2 Total
I 10 1 3 14 17 2 3 22
II 19 13 3 35 12 11 3 26
III 0 0 0 0 0 0 0 0
IV 1 1 0 2 1 1 0 2
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa terjadi perubahan


jumlah individu pada setiap kuadran. Kuadran I adalah kategori
individu sejahtera di mana individu yang masuk dalam kategori ini
mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Sebelum
adanya program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) ada 14 individu yang masuk dalam kuadran I.
Adapun 14 individu tersebut terdiri dari 10 KK, 1 AK1, dan 3
86

AK2. Setelah adanya program penyaluran manfaat wakaf dari


Baitulmaal Muamalat (BMM) maka terjadi peningkatan jumlah
individu kategori sejahtera menjadi 22 individu yang terdiri dari 14
KK, 2 AK1, dan 3 AK2.
Kuadran II adalah kategori individu miskin material di
mana individu yang masuk dalam kategori ini mampu memenuhi
kebutuhan spiritual namun belum mampu memenuhi kebutuhan
material. Sebelum adanya program penyaluran manfaat wakaf dari
Baitulmaal Muamalat (BMM) ada 35 individu yang masuk dalam
kuadran II. Adapun 35 individu tersebut terdiri dari 19 KK, 13
AK1, dan 3 AK2.
Setelah adanya program penyaluran manfaat wakaf dari
Baitulmaal Muamalat (BMM) maka terjadi penurunan jumlah
individu kategori miskin material menjadi 26 individu yang terdiri
dari 12 KK, 11 AK1, dan 3 AK2. Untuk individu AK1, sebelum
adanya program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) ada 13 AK1 yang masuk kuadran II, namun
setelah ada program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) jumlah AK1 yang masuk kuadran II berkurang
menjadi 11 individu. Hal ini disebabkan ada 1 individu AK1 yang
masuk ke dalam kuadran I setelah ada program penyaluran manfaat
wakaf dari Baitulmaal Muamalat (BMM) sedangkan 1 individu
AK1 lainnya memilih untuk tidak bekerja dikarenakan pendapatan
kepala keluarganya mengalami peningkatan setelah setelah
menerima program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM).
Kuadran III adalah kategori individu miskin spiritual di
mana dalam kategori ini individu mampu memenuhi kebutuhan
material namun belum mampu memenuhi kebutuhan spiritual.
Sebelum dan sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf
dari Baitulmaal Muamalat (BMM) tidak ada individu yang masuk
dalam kuadran III.
87

Kuadran IV adalah kategori individu miskin absolut di


mana dalam kategori ini individu belum mampu memenuhi
kebutuhan material dan spiritual. Sebelum dan sesudah adanya
program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat
(BMM) ada 2 individu yang masuk dalam kuadran IV. Adapun 2
individu tersebut terdiri dari 1 KK dan 1 AK1.
Secara umum adanya program penyaluran manfaat wakaf
yang diberikan oleh Baitulmaal Muamalat (BMM) mampu
meningkatkan jumlah individu sejahtera dan individu miskin
spiritual serta dapat menurunkan jumlah individu yang mengalami
kondisi miskin material maupun miskin absolut.
2) Analisis Indeks Kemiskinan Islami Individu Mauquf’alaih
Indeks kemiskinan keluarga yang dibuat oleh CIBEST
terdiri atas indeks I yaitu indeks kesejahteraan, indeks II yaitu
kemiskinan material, indeks III yaitu indeks kemiskinan spiritual,
dan indeks IV yaitu indeks kemiskinan absolut. Perhitungan indeks
kemiskinan dilakukan pada kondisi sebelum dan sesudah adanya
program penyaluran manfaat wakaf. Hasil perhitungan tersebut
tergambar dalam tabel 4.8 dan 4.9 berikut ini.

Tabel 4.8 Indeks Kemiskinan Individu


Nilai Indeks Sebelum Nilai Indeks Setelah
Inde
Mengikuti Program Mengikuti Program
ks
KK AK1 AK2 KK AK1 AK2
I 0.334 0.067 0.500 0.567 0.143 0.500
II 0.634 0.867 0.500 0.400 0.786 0.500
III 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
IV 0.034 0.067 0.000 0.034 0.071 0.000
Sumber: data primer 2019, diolah
88

Tabel 4.9 Selisih Perubahan Indeks Kemiskinan Individu


Selisih Perubahan Nilai Indeks Sebelum dan Sesudah
Indeks Mengikuti Program (%)
KK AK1 AK2
I 23.3 7.61 0
II 23.4 8.09 0
III 0 0 0

IV 0 0.47 0
Sumber: data primer 2019, diolah

Indeks I yaitu indeks kesejahteraan di mana dalam indeks


ini seorang individu dapat memenuhi kebutuhan material dan
spiritual secara bersamaan. Dalam tabel 4.8 terlihat bahwa sebelum
adanya program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) nilai indeks kesejahteraan KK dan AK 1 secara
berturut-turut adalah 0.334 dan 0.067. Setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf, nilai indeks kesejahteraan KK dan AK
1 naik menjadi 0.567 dan 0.143. Berdasarkan tabel 4.7 terlihat
kenaikan persentase indeks kesejahteraan KK dan AK 1 sebesar
23.3% dan 7.61%, setelah adanya program penyaluran manfaat
wakaf. Namun untuk AK 2 tidak terjadi kenaikan persentase indeks
kesejahteraan karena nilai indeks sebelum adanya program
penyaluran manfaat wakaf sama dengan nilai indeks sesudah
adanya program penyaluran manfaat wakaf.
Indeks II yaitu indeks kemiskinan material di mana dalam
indeks ini seorang individu dapat memenuhi kebutuhan spiritual
namun tidak dapat memenuhi kebutuhan material. Dalam tabel 4.8
terlihat bahwa sebelum adanya program penyaluran manfaat wakaf
dari Baitulmaal Muamalat (BMM) nilai indeks kemiskinan
material KK dan AK 1 secara berturut-turut adalah 0.634 dan
0.867. Setelah adanya program penyaluran manfaat wakaf, nilai
indeks kemiskinan material KK dan AK 1 secara berturut-turut
89

turun menjadi 0.400 dan 0.786. Berdasarkan tabel 4.9 terlihat


penurunan persentase indeks kemiskinan material KK dan AK 1
masing-masing sebesar 23.4% dan 8.09% setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf. Namun untuk AK 2 tidak terjadi
penurunan persentase indeks kemiskinan material karena nilai
indeks sebelum adanya program penyaluran manfaat wakaf sama
dengan nilai indeks sesudah adanya program penyaluran manfaat
wakaf.
Indeks III yaitu indeks kemiskinan spiritual di mana dalam
indeks ini seorang individu dapat memenuhi kebutuhan material
namun tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual. Dalam tabel 4.8
terlihat bahwa sebelum dan sesudah adanya program penyaluran
manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat (BMM) nilai indeks
kemiskinan spiritual KK, AK 1, dan AK 2 secara berturut-turut
adalah 0.000, 0.000, dan 0.000. Berdasarkan tabel 4.9 terlihat tidak
terjadi kenaikan persentase indeks kemiskinan material KK, AK 1,
dan AK 2 setelah adanya program penyaluran manfaat wakaf. Hal
tersebut terjadi karena sebelum dan sesudah adanya program
penyaluran manfaat wakaf nilai indeks kemiskinan spiritual
seluruh individu tetap sama.
Indeks IV yaitu indeks kemiskinan absolut di mana dalam
indeks ini seorang individu tidak dapat memenuhi kebutuhan
material dan spiritual. Dalam tabel 4.8 terlihat bahwa sebelum
adanya program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) nilai indeks kesejahteraan KK, AK 1, dan AK 2
secara berturut-turut adalah 0.034, 0.067, dan 0.000. Setelah
adanya program penyaluran manfaat wakaf, nilai indeks
kesejahteraan KK, AK 1, dan AK 2 secara berturut-turut berubah
menjadi 0.034, 0.071. dan 0.000. Berdasarkan tabel 4.9 terlihat
bahwa tidak terjadi perubahan persentase nilai indeks KK dan AK
2. Namun disisi lain kenaikan sebesar 0.47% terjadi pada
persentase indeks kemiskinan absolut individu AK 1.
90

c. Analisis Variabel dalam Pendekatan Model CIBEST


Ada dua variabel dalam pendekatan Model CIBEST yaitu variabel
material dan variabel spiritual. Adapun analisis masing-masing
variabel disajikan sebagai berikut.
1) Analisis Variabel Material
Di bawah ini disajikan hasil analisis variabel material pendekatan
Model CIBEST dalam lingkup keluarga dan lingkup individu.
a) Analisis Variabel Material dalam Lingkup Keluarga
Responden analisis variabel material dalam lingkup keluarga
ini terdiri dari 30 responden keluarga mauquf’alaih. Adapun
analisis rata-rata variabel material keluarga disajikan dalam
tabel 4.10 berikut.

Tabel 4.10 Rata-Rata Pendapatan Keluarga Mauquf’alaih


Rata-rata Pendapatan Keluarga Mauquf’alaih
Sebelum Adanya Program Setelah Adanya Program
Rp 3,063,766.67 Rp 3,554,433.33
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa rata-rata


pendapatan keluarga mauquf’alaih sebelum adanya program
penyaluran manfaat wakaf adalah Rp 3,063,766.67. Setelah
adanya program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM), rata-rata pendapatan mauquf’alaih menjadi
Rp 3,554,433.33.

Tabel 4.11 Klasifikasi Pendapatan Keluarga Mauquf’alaih


>MV (di atas garis ≤MV (di bawah garis
kemiskinan material) kemiskinan material)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Program Program Program Program
23 27 7 3
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.11 terlihat bahwa sebelum adanya


program penyaluran manfaat wakaf terdapat 7 keluarga
91

mauquf’alaih yang memiliki pendapatan di bawah garis


kemiskinan material. Setelah adanya program penyaluran
manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat (BMM), jumlah
keluarga mauquf’alaih yang memiliki pendapatan di bawah
garis kemiskinan material berkurang menjadi 3 keluarga
mauquf’alaih. Hal ini berarti terdapat 4 keluarga mauquf’alaih
yang berhasil keluar dari garis kemiskinan material setelah
adanya program penyaluran manfaat wakaf.
Dari sisi pendapatan keluarga mauquf’alaih yang
berada di atas garis kemiskinan material, terlihat pada tabel
4.11 bahwa sebelum adanya program penyaluran manfaat
wakaf terdapat 23 keluarga mauquf’alaih yang memiliki
pendapatan di atas garis kemiskinan material. Setelah adanya
program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat
(BMM), jumlah keluarga mauquf’alaih yang memiliki
pendapatan di atas garis kemiskinan material meningkat
menjadi 27 keluarga mauquf’alaih. Hal ini berarti terdapat 4
keluarga mauquf’alaih yang berhasil meningkatkan
pendapatannya melebihi garis kemiskinan material setelah
adanya program penyaluran manfaat wakaf.
b) Analisis Variabel Material dalam Lingkup Individu
Responden analisis variabel material dalam lingkup individu
ini terdiri dari 30 KK bekerja, 15 AK1 bekerja, dan 6 AK2
bekerja. Adapun analisis rata-rata variabel material individu
disajikan dalam tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12 Rata-Rata Pendapatan Individu


Rata-Rata Pendapatan Individu
Individu Sebelum Program Setelah Program
KK Rp 2,569,433.33 Rp 2,971,100.00
AK1 Rp 582,000.00 Rp 1,464,285.71
AK2 Rp 1,016,666.67 Rp 1,016,666.67
Sumber: data primer 2019, diolah
92

Berdasarkan tabel 4.12 terlihat bahwa rata-rata


pendapatan KK, AK1, dan AK2 sebelum adanya program
penyaluran manfaat wakaf secara berturut-turut adalah
Rp2.569.433.33,- Rp582.000,- dan Rp1.016.666.67,- Setelah
adanya program penyaluran manfaat wakaf dari BWUT MUI
DIY, rata-rata pendapatan KK(L), KK(P), AK1, dan AK2
secara berturut-turut naik menjadi Rp2.971.100,-
Rp1.464.285.71,- dan Rp1.016.666.67,-.

Tabel 4.13 Klasifikasi Pendapatan Individu


>MV (di atas garis ≤MV (di bawah garis
Kemiskinan material) kemiskinan material)
Individu
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
program program program program
KK 10 17 20 13
AK1 0 0 15 14
AK2 0 0 6 6
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa sebelum adanya


program penyaluran manfaat wakaf terdapat 20 KK yang
memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan material.
Setelah adanya program penyaluran manfaat wakaf dari
Baitulmaal Muamalat (BMM), jumlah individu yang memiliki
pendapatan di bawah garis kemiskinan material berkurang
menjadi 13 KK. Hal ini berarti terdapat 7 KK yang berhasil
keluar dari garis kemiskinan material setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf. Walaupun pada pendapatan AK1
dan AK2 belum terlihat signifikan melewati batas kemiskinan
di Jakarta Timur, namun perubahan akan pendapatannya
meningkat.
i. Pendapatan dari pekerjaan utama
Responden analisis variabel material dalam lingkup
individu ini terdiri dari 30 responden KK, 15 responden
AK1, dan 6 responden AK2. Responden dalam analisis
93

variabel ini adalah individu yang memiliki pendapatan hasil


dari menjalankan pekerjaan utama. Adapun analisis
pendapatan yang bersumber dari pekerjaan utama dalam
lingkup individu disajikan dalam tabel 4.14 sebagai berikut.

Tabel 4.14 Klasifikasi Pendapatan dari Pekerjaan Utama


>MV (di atas garis ≤MV (di bawah garis
Kemiskinan material) kemiskinan material)
Individu
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
program program program program
KK 10 17 20 13
AK1 0 0 15 14
AK2 0 0 6 6
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.14 terlihat bahwa sebelum


adanya program penyaluran manfaat wakaf terdapat 20 KK
yang memiliki pekerjaan utama dengan pendapatan di
bawah garis kemiskinan material. Setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat
(BMM), jumlah individu yang memiliki pendapatan di
bawah garis kemiskinan material berkurang menjadi 13
KK. Hal ini berarti terdapat 7 KK yang berhasil keluar dari
garis kemiskinan material setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf. Walaupun pada pendapatan
AK1 dan AK2 belum terlihat signifikan melewati batas
kemiskinan di Jakarta Timur, namun perubahan akan
pendapatannya meningkat.
ii. Pendapatan tambahan dari kiriman sanak keluarga
Responden analisis variabel material dalam lingkup
individu ini terdiri dari 3 responden KK dan 1 responden
AK1. Responden dalam analisis variabel ini adalah individu
yang memiliki pendapatan tambahan berasal dari kiriman
sanak keluarga. Adapun analisis pendapatan tambahan
berasal dari kiriman sanak keluarga yang berlebih atau
94

diatas garis kemiskinan, dalam lingkup individu disajikan


dalam tabel 4.15 sebagai berikut.

Tabel 4.15 Klasifikasi Tambahan Pendapatan dari Keluarga


≤MV (di bawah garis kemiskinan
Individu material)
Sebelum Program Sesudah Program
KK 3 3
AK1 1 1
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.15 terlihat bahwa sebelum dan


sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf
terdapat 3 KK dan 1 AK1 yang memiliki tambahan
pendapatan dari kiriman keluarga. Nominal tambahan
pendapatan tersebut berkisar antara Rp200.000,- hingga
Rp500.000,-. Hal ini berarti tambahan pendapatan yang
diterima individu masih berada di bawah garis kemiskinan
material.
iii. Pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan
Responden analisis variabel material dalam lingkup
individu ini terdiri dari 7 responden KK, 3 responden AK1.
Responden dalam analisis variabel ini adalah individu yang
memiliki pendapatan tambahan berasal dari menjalankan
pekerjaan sampingan. Adapun analisis pendapatan yang
bersumber dari pekerjaan sampingan dalam lingkup
individu disajikan dalam tabel 4.16 sebagai berikut.

Tabel 4.16 Klasifikasi Pendapatan dari Pekerjaan


Sampingan
≤MV (di bawah garis kemiskinan material)
Individu
Sebelum Program Sesudah Program
KK 6 6
AK1 1 1
AK2 3 3
Sumber: data primer 2019, diolah
95

Berdasarkan tabel 4.16 terlihat bahwa sebelum dan


sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf
terdapat 6 KK, 1 AK1 dan 3 AK2 yang memiliki tambahan
pendapatan dari pekerjaan sampingan. Nominal tambahan
pendapatan tersebut berkisar antara Rp80.000,- hingga
Rp2.000.000,-. Hal ini berarti tambahan pendapatan yang
diterima individu masih berada di bawah garis kemiskinan
material.
2) Analisis Variabel Spiritual
Di bawah ini disajikan hasil analisis variabel material pendekatan
Model CIBEST dalam lingkup keluarga dan lingkup individu.
a) Analisis Variabel Spiritual dalam Lingkup Keluarga
Responden analisis variabel spiritual dalam lingkup keluarga
ini terdiri dari 30 responden keluarga mauquf’alaih. Adapun
analisis variabel spiritual dalam lingkup keluarga disajikan
dalam tabel 4.17 berikut ini.

Tabel 4.17 Rata-rata Ibadah Mauquf’alaih


Skor Kebutuhan Spiritual
Keluarga
Variabel Indikator Ibadah
Sebelum Setelah
Program Program
Sholat 3.81111 3.98056
Puasa 3,91389 4.05556
Zakat & Infaq 4.01111 4.34722
Lingkungan Keluarga 3.43333 3.56667
Kebijakan Pemerintah 3.29167 3.48333
Rata-rata Kebutuhan
3.69222 3.88667
Spiritual Keluarga
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.17 terlihat bahwa sebelum dan


sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf dari
Baitulmaal Muamalat (BMM) keluarga mauquf’alaih
mengalami peningkatan skor pada semua variabel indikator
96

ibadah. Dilihat dari rata-rata kebutuhan spiritual, keluarga


mauquf’alaih memiliki rata-rata kebutuhan spiritual di atas
garis kemiskinan spiritual. Hal ini berarti seluruh keluarga
mauquf’alaih baik sebelum maupun sesudah mengikuti
program penyaluran manfaat wakaf tidak mengalami
kemiskinan spiritual.
b) Analisis Variabel Spiritual dalam Lingkup Individu
Responden analisis variabel spiritual dalam lingkup individu
ini terdiri dari 30 responden KK, 25 responden AK1, 18
responden AK2 dan 9 responden AK3. Adapun analisis
variabel spiritual dalam lingkup individu disajikan dalam tabel
4.18 berikut ini.

Tabel 4.18 Rata-rata Ibadah Individual


Skor Kebutuhan Spiritual
KK
Variabel Indikator Ibadah KK
Sebelum Setelah
Program Program
Sholat 3.76666667 4.03333333
Puasa 3.90000000 4.06666667
Zakat & Infaq 3.96666667 4.40000000
Lingkungan Keluarga 3.43333333 3.56666667
Kebijakan Pemerintah 3.30000000 3.43333333
Rata-rata Kebutuhan Spiritual
3.67333334 3.90000000
KK
Skor Kebutuhan Spiritual
Variabel Indikator Ibadah AK1
AK1 Sebelum Setelah
Program Program
Sholat 3.72000000 3.92000000
Puasa 3.84000000 4.00000000
Zakat & Infaq 4.12000000 4.24000000
Lingkungan Keluarga 3.52000000 3.64000000
Kebijakan Pemerintah 3.36000000 3.52000000
Rata-rata Kebutuhan Spiritual
3.71200000 3.86400000
AK1
Variabel Indikator Ibadah Skor Kebutuhan Spiritual
AK2 AK2
97

Sebelum Setelah
Program Program
Sholat 3.88888889 4.00000000
Puasa 4.00000000 4.11111111
Zakat & Infaq 3.94444444 4.27777778
Lingkungan Keluarga 3.38888889 3.50000000
Kebijakan Pemerintah 3.27777778 3.55555556
Rata-rata Kebutuhan Spiritual
3.7000000 3.8888889
AK2
Skor Kebutuhan Spiritual
Variabel Indikator Ibadah AK3
AK3 Sebelum Setelah
Program Program
Sholat 4.00000000 4.11111111
Puasa 4.00000000 4.11111111
Zakat & Infaq 4.00000000 4.44444444
Lingkungan Keluarga 3.55555556 3.66666667
Kebijakan Pemerintah 3.55555556 3.77777778
Rata-rata Kebutuhan Spiritual
3.82222222 4.02222222
AK3
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.18 terlihat bahwa sebelum dan


sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf Baitulmaal
Muamalat (BMM), semua individu KK, AK1, AK2, dan AK3
mengalami peningkatan skor pada semua variabel indikator
ibadah. Dilihat dari rata-rata kebutuhan spiritual, semua
individu KK, AK1, AK2, dan AK3 memiliki rata-rata
kebutuhan spiritual di atas garis kemiskinan spiritual. Hal ini
berarti seluruh individu KK, AK1, AK2, dan AK3 baik
sebelum maupun sesudah mengikuti program penyaluran
manfaat wakaf tidak mengalami kemiskinan spiritual.
i. Shalat
Adapun standar pertama dalam pemenuhan kebutuhan
dasar spiritual adalah shalat sehingga shalat dimasukkan
dalam salah satu variabel kebutuhan spiritual pendekatan
98

model CIBEST. Analisis shalat dalam lingkup individu


disajikan dalam tabel 4.19 sebagai berikut.

Tabel 4.19 Klasifikasi Ibadah Sholat Individu


>SV (di atas garis ≤SV (di bawah garis
Kemiskinan material) kemiskinan material)
Individu
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
program program program program
KK 21 25 9 5
AK1 17 19 8 6
AK2 15 16 3 2
AK3 9 9 0 0
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.19 terlihat bahwa sebelum


adanya program penyaluran manfaat wakaf terdapat 21 KK,
17 AK1, 15 AK2, dan 9 AK3 yang memiliki skor shalat di
atas garis kemiskinan spiritual. Setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat
(BMM) terdapat 25 KK, 19 AK1, 16 AK2, dan 9 AK3 yang
memiliki skor shalat di atas garis kemiskinan spiritual.
Namun untuk AK 3 tidak terjadi kenaikan jumlah individu
yang memiliki skor shalat di atas garis kemiskinan spiritual.
Dari sisi skor shalat yang berada di bawah garis
kemiskinan spiritual, terlihat pada tabel 4.19 bahwa
sebelum adanya program penyaluran manfaat wakaf
terdapat 9 KK, 8 AK1, dan 3 AK2 yang memiliki skor
shalat di bawah garis kemiskinan spiritual. Setelah adanya
program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) terdapat terdapat 5 KK, 6 AK1, 2 AK2
yang memiliki skor shalat di bawah garis kemiskinan
spiritual. Hal ini mengindikasikan bahwa ada 3 KK, 2 AK1,
dan 1 AK2 yang berhasil keluar dari garis kemiskinan
spiritual setelah adanya program penyaluran manfaat
wakaf.
99

ii. Puasa
Adapun standar kedua dalam pemenuhan kebutuhan dasar
spiritual adalah puasa sehingga puasa dimasukkan dalam
salah satu variabel kebutuhan spiritual pendekatan model
CIBEST. Analisis puasa dalam lingkup individu disajikan
dalam tabel 4.20 sebagai berikut.

Tabel 4.20 Klasifikasi Ibadah Puasa Individu


>SV (di atas garis ≤SV (di bawah garis
Kemiskinan material) kemiskinan material)
Individu
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
program program program program
KK 27 28 3 1
AK1 21 23 4 2
AK2 18 18 0 0
AK3 9 9 0 0
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.20 terlihat bahwa sebelum


adanya program penyaluran manfaat wakaf terdapat 27 KK,
21 AK1, 18 AK2, dan 9 AK3 yang memiliki skor puasa di
atas garis kemiskinan spiritual. Setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf uang dari Baitulmaal Muamalat
(BMM) terdapat 28 KK, 23 AK1, 18 AK2, dan 9 AK3 yang
memiliki skor puasa di atas garis kemiskinan spiritual.
Namun untuk AK2 dan AK3 tidak terjadi kenaikan jumlah
individu yang memiliki skor puasa di atas garis kemiskinan
spiritual.
Dari sisi skor puasa yang berada di bawah garis
kemiskinan spiritual, terlihat pada tabel 4.20 bahwa
sebelum adanya program penyaluran manfaat wakaf
terdapat 3 KK, dan 4 AK1 yang memiliki skor puasa di
bawah garis kemiskinan spiritual. Setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf uang dari Baitulmaal Muamalat
(BMM) terdapat 2 KK, dan 2 AK1 yang memiliki skor
100

puasa di bawah garis kemiskinan spiritual. Hal ini


mengindikasikan bahwa ada 1 KK dan 2 AK1 yang berhasil
keluar dari garis kemiskinan spiritual setelah adanya
program penyaluran manfaat wakaf.
iii. Zakat dan Infaq
Adapun standar ketiga dalam pemenuhan kebutuhan dasar
spiritual adalah zakat dan infak sehingga zakat dan infak
dimasukkan dalam salah satu variabel kebutuhan spiritual
pendekatan model CIBEST. Analisis zakat dan infak dalam
lingkup individu disajikan dalam tabel 4.21 sebagai berikut.

Tabel 4.21 Klasifikasi Ibadah Zakat dan Infaq Individu


>SV (di atas garis ≤SV (di bawah garis
Kemiskinan material) kemiskinan material)
Individu
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
program program program program
KK 29 29 1 1
AK1 24 24 1 1
AK2 17 17 1 1
AK3 9 9 0 0
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.21 terlihat bahwa sebelum dan


sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf uang
terdapat 29 KK, 24 AK1, 17 AK2, dan 9 AK3 yang
memiliki skor zakat dan infak di atas garis kemiskinan
spiritual.
Dari sisi skor zakat dan infaq yang berada di bawah
garis kemiskinan spiritual, terlihat pada tabel 4.21 bahwa
sebelum dan sesudah adanya program penyaluran manfaat
wakaf terdapat 1 KK, 1 AK1, dan 1 AK2 yang memiliki
skor zakat dan infaq di bawah garis kemiskinan spiritual.
iv. Lingkungan Keluarga
Adapun standar keempat dalam pemenuhan kebutuhan
dasar spiritual adalah lingkungan keluarga. Variabel ini
101

dimasukkan dalam kebutuhan spiritual karena keluarga


memiliki peran penting dalam membangun lingkungan
yang kondusif untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
Analisis lingkungan keluarga dalam lingkup individu
disajikan dalam tabel 4.22 sebagai berikut.

Tabel 4.22 Klasifikasi Lingkungan Keluarga Individu


>SV (di atas garis ≤SV (di bawah garis
Kemiskinan material) kemiskinan material)
Individu
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
program program program program
KK 13 17 17 13
AK1 13 16 12 9
AK2 7 9 11 9
AK3 5 6 4 3
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.22 terlihat bahwa sebelum


adanya program penyaluran manfaat wakaf terdapat 13 KK,
13 AK1, 7 AK2, dan 5 AK3 yang memiliki skor lingkungan
keluarga di atas garis kemiskinan spiritual. Setelah adanya
program penyaluran manfaat wakaf uang dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) terdapat 17 KK, 16 AK1, 9 AK2, dan 6
AK3 yang memiliki skor lingkungan keluarga di atas garis
kemiskinan spiritual.
Dari sisi skor lingkungan keluarga yang berada di
bawah garis kemiskinan spiritual, terlihat pada tabel 4.22
bahwa sebelum adanya program penyaluran manfaat wakaf
terdapat 17 KK, 12 AK1, 11 AK2, dan 4 AK3 yang
memiliki skor lingkungan keluarga di bawah garis
kemiskinan spiritual. Setelah adanya program penyaluran
manfaat wakaf uang dari Baitulmaal Muamalat (BMM)
terdapat terdapat 13 KK, 9 AK1, 9 AK2, dan 3 AK3 yang
memiliki skor lingkungan keluarga di bawah garis
kemiskinan spiritual. Hal ini mengindikasikan bahwa ada 4
102

KK, 3 AK1, 2 AK2, dan 1 AK3 yang berhasil keluar dari


garis kemiskinan spiritual setelah adanya program
penyaluran manfaat wakaf uang.
v. Kebijakan Pemerintah
Adapun standar kelima dalam pemenuhan kebutuhan dasar
spiritual adalah kebijakan pemerintah. Variabel ini
dimasukkan dalam kebutuhan spiritual karena kebijakan
pemerintah dapat mempengaruhi kondusif tidaknya suasana
untuk menjalankan ibadah. Salah satu tugas pemerintah adalah
memberikan rasa aman kepada masyarakat dalam
menjalankan ibadahnya, tanpa harus khawatir muncul
tindakan represif kepada mereka yang mencoba taat
menjalankan ibadah. Analisis kebijakan pemerintah dalam
lingkup individu disajikan dalam tabel 4.23 sebagai berikut.

Tabel 4.23 Klasifikasi Kebijakan Pemerintah Individu


>SV (di atas garis ≤SV (di bawah garis
Kemiskinan material) kemiskinan material)
Individu
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
program program program program
KK 9 13 21 17
AK1 9 13 16 12
AK2 5 11 13 7
AK3 5 7 4 2
Sumber: data primer 2019, diolah

Berdasarkan tabel 4.23 terlihat bahwa sebelum


adanya program penyaluran manfaat wakaf terdapat 9 KK,
9 AK1, 5 AK2, dan 5 AK3 yang memiliki skor kebijakan
pemerintah di atas garis kemiskinan spiritual. Setelah
adanya program penyaluran manfaat wakaf uang dari
Baitulmaal Muamalat (BMM) terdapat 13 KK, 13 AK1, 11
AK2, dan 7 AK3 yang memiliki skor kebijakan pemerintah
di atas garis kemiskinan spiritual.
103

Dari sisi skor kebijakan pemerintah yang berada di


bawah garis kemiskinan spiritual, terlihat pada tabel 4.23
bahwa sebelum adanya program penyaluran manfaat wakaf
terdapat 21 KK, 16 AK1, 13 AK2, dan 4 AK3 yang
memiliki skor kebijakan pemerintah di bawah garis
kemiskinan spiritual. Setelah adanya program penyaluran
manfaat wakaf uang dari Baitulmaal Muamalat (BMM)
terdapat 17 KK, 12 AK1, 7 AK2, dan 2 AK3 yang memiliki
skor kebijakan pemerintah di bawah garis kemiskinan
spiritual. Hal ini mengindikasikan bahwa ada 4 KK, 4 AK1,
6 AK2, dan 2 AK3 yang berhasil keluar dari garis
kemiskinan spiritual setelah adanya program penyaluran
manfaat wakaf.

3. Analisis Dengan Korelasi


a. Korelasi dalam Lingkup Keluarga Mauquf’alaih
1) korelasi pinjaman dengan pendapatan dalam lingkup keluarga
Tabel 4.24 Korelasi Pinjaman dengan Pendapatan dalam Lingkup
Keluarga
Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan akumulasi Ada
0.007
pendapatan keluarga mauquf’alaih Korelasi
korelasi pinjaman dan pendapatan keluarga Tidak Ada
0.296
mauquf’alaih dari pekerjaan sampingan Korelasi
Korelasi pinjaman dan pendapatan keluarga Ada
0.005
mauquf’alaih dari pekerjaan utama Korelasi
Sumber: data primer diolah menggunakan SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.24 terlihat bahwa ada korelasi antara


variabel pinjaman dan variabel akumulasi pendapatan keluarga
mauquf’alaih serta variabel pinjaman dan variabel pendapatan
keluarga mauquf’alaih bersumber dari pekerjaan utama. Untuk uji
korelasi antara variabel pinjaman dan variabel pendapatan keluarga
104

mauquf’alaih bersumber dari pekerjaan sampingan tidak


ditemukan adanya korelasi.
2) korelasi pinjaman dengan ibadah dalam lingkup keluarga
Tabel 4.25 Korelasi Pinjaman dengan Ibadah dalam Lingkup
Keluarga
Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan ibadah keluarga Ada
0.001
mauquf’alaih Korelasi
Korelasi pinjaman dan kebijakan
Ada
pemerintah menurut keluarga 0.004
Korelasi
mauquf’alaih
Korelasi pinjaman dan lingkungan Tidak Ada
0.094
keluarga mauquf’alaih Korelasi
Korelasi pinjaman dan zakat infak Ada
0.000
keluarga mauquf’alaih Korelasi
Korelasi pinjaman dan puasa keluarga Ada
0.033
mauquf’alaih Korelasi
Korelasi pinjaman dan shalat keluarga Ada
0.022
mauquf’alaih Korelasi
Sumber: data primer diolah menggunakan SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.25 terlihat bahwa ada korelasi antara


variabel pinjaman dan variabel ibadah keluarga mauquf’alaih,
variabel pinjaman dan variabel kebijakan pemerintah menurut
keluarga mauquf’alaih, variabel pinjaman dan variabel zakat dan
infak keluarga mauquf’alaih, variabel pinjaman dan variabel puasa
keluarga mauquf’alaih, serta variabel pinjaman dan variabel shalat
keluarga mauquf’alaih. Untuk uji korelasi antara variabel pinjaman
dan variabel lingkungan keluarga mauquf’alaih tidak ditemukan
adanya korelasi.
105

b. Korelasi dalam Lingkup Individu Mauquf’alaih


1) Korelasi Pinjaman dengan Pendapatan dalam Lingkup Individu
Tabel 4.26 Korelasi Pinjaman dengan Pendapatan dalam Lingkup
Individu
Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan akumulasi Ada
0.006
pendapatan kepala keluarga Korelasi
Korelasi pinjaman dan pendapatan kepala Ada
0.002
keluarga dari pekerjaan utama Korelasi
Korelasi pinjaman dan akumulasi Tidak Ada
0.182
pendapatan anggota keluarga 1 Korelasi
Korelasi pinjaman dan pendapatan anggota Tidak Ada
0.267
keluarga 1 dari pekerjaan utama Korelasi
Korelasi pinjaman dan akumulasi Tidak Ada
0.289
pendapatan anggota keluarga 2 Korelasi
Korelasi pinjaman dan pendapatan anggota Ada
0.000
keluarga 2 dari pekerjaan utama Korelasi
Korelasi pinjaman dan pendapatan kepala Tidak Ada
0.462
keluarga dari pekerjaan sampingan Korelasi
Korelasi pinjaman dan pendapatan anggota Tidak Ada
0.667
keluarga 1 dari pekerjaan sampingan Korelasi
Sumber: data primer diolah menggunakan SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.26 terlihat bahwa ada korelasi antara


variabel pinjaman dan variabel akumulasi pendapatan kepala
keluarga, variabel pinjaman dan variabel pendapatan kepala
keluarga dari pekerjaan utama serta variabel pinjaman dan
pendapatan anggota keluarga 2 bersumber dari pekerjaan utama.
Untuk uji korelasi antara variabel pinjaman dan variabel akumulasi
pendapatan anggota keluarga 1, variabel pinjaman dan variabel
pendapatan anggota keluarga 1 bersumber dari pekerjaan utama,
variabel pinjaman dan variabel akumulasi pendapatan anggota
keluarga 2, variabel pinjaman dan variabel pendapatan kepala
keluarga bersumber dari pekerjaan sampingan, serta variabel
106

pinjaman dan variabel pendapatan anggota keluarga 1 bersumber


dari pekerjaan sampingan tidak ditemukan adanya korelasi.
2) Korelasi Pinjaman dengan Ibadah dalam Lingkup Individu
a) Analisis Korelasi Pinjaman dengan Ibadah Individu
Tabel 4.27 Korelasi Pinjaman dengan Ibadah dalam Lingkup
Individu
Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan ibadah kepala Ada
0.002
keluarga Korelasi
Korelasi pinjaman dan ibadah anggota Ada
0.002
keluarga 1 Korelasi
Korelasi pinjaman dan ibadah anggota Ada
0.001
keluarga 2 Korelasi
Korelasi pinjaman dan ibadah anggota Ada
0.048
keluarga 3 Korelasi
Sumber: data primer diolah menggunakan SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.27 terlihat bahwa ada korelasi


antara variabel pinjaman dan variabel dan ibadah kepala
keluarga, variabel pinjaman dan variabel ibadah anggota
keluarga 1, variabel pinjaman dan variabel ibadah anggota
keluarga 2, serta variabel pinjaman dan variabel ibadah anggota
keluarga 3.
b) Analisis Korelasi Pinjaman dengan Kebijakan Pemerintah
menurut Individu
Tabel 4.28 Korelasi Pinjaman dengan Kebijakan Pemerintah
menurut Individu
Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan kebijakan Ada
0.003
pemerintah menurut kepala keluarga Korelasi
Korelasi pinjaman dan kebijakan Ada
0.028
pemerintah menurut anggota keluarga 1 Korelasi
Korelasi pinjaman dan kebijakan Ada
0.023
pemerintah menurut anggota keluarga 2 Korelasi
107

Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan kebijakan Ada
0.018
pemerintah menurut anggota keluarga 3 Korelasi
Sumber: data primer diolah menggunakan SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.28 terlihat bahwa ada korelasi


antara variabel pinjaman dan variabel kebijakan pemerintah
menurut kepala keluarga, variabel pinjaman dan variabel
kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga 1, variabel
pinjaman dan variabel kebijakan pemerintah menurut anggota
keluarga 2, serta variabel pinjaman dan variabel kebijakan
pemerintah menurut anggota keluarga 3.
c) Korelasi Pinjaman dengan Lingkungan Keluarga Individu
Tabel 4.29 Korelasi Pinjaman dengan Lingkungan Keluarga
Individu
Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan lingkungan Tidak Ada
0.094
keluarga kepala keluarga Korelasi
Korelasi pinjaman dan lingkungan Ada
0.009
keluarga anggota keluarga 1 Korelasi
Korelasi pinjaman dan lingkungan Ada
0.014
keluarga anggota keluarga 2 Korelasi
Korelasi pinjaman dan lingkungan Tidak Ada
0.170
keluarga anggota keluarga 3 Korelasi
Sumber: data primer diolah menggunakan SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.29 terlihat bahwa ada korelasi


antara variabel pinjaman dan variabel lingkungan keluarga
anggota keluarga 1, variabel pinjaman dan variabel lingkungan
keluarga anggota keluarga 2, serta variabel pinjaman dan
variabel lingkungan keluarga anggota keluarga 3. Untuk uji
korelasi antara variabel pinjaman dan variabel lingkungan
keluarga kepala keluarga serta variabel pinjaman dan variabel
108

lingkungan keluarga anggota keluarga 3 tidak ditemukan


adanya korelasi.

d) Korelasi Pinjaman dengan Zakat dan Infaq Individu


Tabel 4.30 Korelasi Pinjaman dengan Zakat dan Infaq Individu
Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan Zakat dan Infaq Ada
0.002
kepala keluarga Korelasi
Korelasi pinjaman dan Zakat dan Infaq Ada
0.003
anggota keluarga 1 Korelasi
Korelasi pinjaman dan Zakat dan Infaq Ada
0.008
anggota keluarga 2 Korelasi
Korelasi pinjaman dan Zakat dan Infaq Tidak Ada
0.068
anggota keluarga 3 Korelasi
Sumber: data primer diolah menggunakan SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.30 terlihat bahwa ada korelasi


antara variabel pinjaman dan variabel zakat dan infaq kepala
keluarga, variabel pinjaman dan variabel zakat dan infaq
anggota keluarga 1, variabel pinjaman dan variabel zakat dan
infaq anggota keluarga. Untuk uji korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel zakat dan infak anggota keluarga 3 tidak
ditemukan adanya korelasi.
e) Korelasi Pinjaman dengan Puasa Individu
Tabel 4.31 Korelasi Pinjaman dengan Puasa Individu
Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan puasa kepala Tidak Ada
0.357
keluarga Korelasi
Korelasi pinjaman dan puasa anggota Ada
0.046
keluarga 1 Korelasi
Korelasi pinjaman dan puasa anggota Tidak Ada
0.257
keluarga 2 Korelasi
Korelasi pinjaman dan puasa anggota Tidak Ada
0.516
keluarga 3 Korelasi
Sumber: data primer diolah menggunakan SPSS 25, 2019
109

Berdasarkan tabel 4.31 terlihat bahwa ada korelasi


antara variabel pinjaman dan variabel puasa anggota keluarga
1. Untuk uji korelasi antara variabel pinjaman dan variabel
puasa kepala keluarga, variabel pinjaman dan variabel puasa
anggota keluarga 2, serta variabel pinjaman dan variabel puasa
anggota keluarga 3 tidak ditemukan adanya korelasi.
f) Korelasi Pinjaman dengan Shalat Individu
Tabel 4.32 Korelasi Pinjaman dengan Shalat Individu
Hasil
Variabel Korelasi Sig.
Korelasi
Korelasi pinjaman dan shalat kepala Ada
0.018
keluarga Korelasi
Korelasi pinjaman dan shalat anggota Ada
0.047
keluarga 1 Korelasi
Korelasi pinjaman dan shalat anggota Tidak Ada
0.334
keluarga 2 Korelasi
Korelasi pinjaman dan shalat anggota Tidak Ada
0.516
keluarga 3 Korelasi
Sumber: data primer diolah menggunakan SPSS 25, 2019

Berdasarkan tabel 4.32 terlihat bahwa ada korelasi


antara variabel pinjaman dan variabel shalat kepala keluarga
serta variabel pinjaman dan variabel shalat anggota keluarga 1.
Untuk uji korelasi antara variabel pinjaman dan variabel shalat
anggota keluarga 2 serta variabel pinjaman dan variabel shalat
anggota keluarga 3 tidak ditemukan adanya korelasi.
110

C. Interpretasi Hasil
Adapun interpretasi penelitian terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penyaluran Dana Wakaf Uang di Baitulmaal Muamalat (BMM)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa
Baitulmaal Muamalat (BMM) berperan sebagai nadzir yang mengelola
dana wakaf uang dan mengeluarkan sertifikat wakaf uang kepada wakif,
kemudian untuk pengelolaan dana wakaf uang di Baitulmaal Muamalat
(BMM) sekaligus untuk mempertahankan nilai dana wakaf, maka akan
didayagunakan dalam bentuk investasi usaha yang berisiko kecil seperti
saham, obligasi syari‟ah, reksadana syari‟ah dan lain-lain. Sekaligus untuk
memperoleh keuntungan yang nantinya dari keuntungan tersebut akan
disalurkan kepada orang yang berhak dan membutuhkan secara produktif.
Adapun program pendistribusian yang sudah ditentukan oleh pihak
Baitulmaal Muamalat (BMM) adalah bina ekonomi, bina pendidikan dan
bina sosial.
Baitulmaal Muamalat (BMM) menjadi pioneer dalam menginisiasi
pelaporan keuangan wakaf berdasarkan PSAK 112. Baitulmaal Muamalat
(BMM) sudah dapat menyalurkan surplus pengelolaan wakaf uang (cash
waqf) senilai Rp222.480.750,- kepada mauquf’alaiih atau penerima
manfaat wakaf. Dalam hal ini, mauquf’alaih untuk program-program
bidang pendidikan (antara lain beasiswa dan ekonomi)
Hasil penelitian ini menyempurnakan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ahmad Furqon (2011) menunjukkan bahwa Baitulmaal
Muamalat (BMM) sudah dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan
penghimpunan maupun pengelolaan wakaf uang.

2. Kemiskinan di Indonesia
Berdasarkan Diagram 4.1 sampai dengan 4.3 diketahui persentase
penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 sebesar 9,41% atau setara
dengan 25,14 juta jiwa, menurun 0,25% poin atau setara dengan 0,53 juta
111

jiwa dari 25,95 juta jiwa terhadap September 2018 dan menurun 0,41%
poin atau setara dengan 0.80 juta jiwa dari 28,59 juta jiwa terhadap Maret
2018. Secara wilayah, tingkat kemiskinan terbanyak yaitu di Pulau Jawa
mencapai 13,19 juta jiwa, kemudian kemiskinan terbesar di pulau Jawa
yaitu provinsi DKI Jakarta, yang mana pada bulan September 2018
mencapai 3,55% mengalami penurunan dibandingkan Maret 2018 (3,57
persen), tingkat kemiskinan tesebut mencakup sejumlah 372,26 ribu orang.
Persentase penduduk miskin DKI Jakarta pada Maret 2019 adalah 3,47%
atau sebesar 365,55 ribu jiwa.
Menurut Diagram 4.4 diketahui sebaran rumah tangga miskin di
DKI Jakarta, yakni Jakarta Timur ada 3,46%, Jakarta Barat ada 1,02%,
Jakarta Pusat ada 1,71%, Jakarta Utara 2,76 %, dan Jakarta Selatan 2,86%.
Adapun angka kemiskinan tertinggi di DKI Jakarta ada dikawasan Jakarta
Timur yaitu 3,46%. Hal ini disebabkan penduduk kawasan itu, padatnya
penduduk membuat daerah ini menjadi kumuh.

3. Kondisi Kesejahteraan Mauquf’alaih Sebelum dan Sesudah


Menerima Bantuan Wakaf Uang Tunai Produktif di Baitulmaal
Muamalat (BMM)
a. Analisis Pendekatan Model CIBEST dalam Lingkup Keluarga
Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 dalam lingkup responden yang
berjumlah 30 keluarga mauquf’alaih, terlihat bahwa terjadi perubahan
sebesar 13,3% pada kuadran I (sejahtera) dan kuadran II (miskin
material) sebelum dan sesudah adanya program penyaluran manfaat
wakaf dari Baitulmaal Muamalat (BMM), terdapat 23 keluarga
mauquf’alaih yang masuk dalam kuadra I (sejahtera), kemudian
setelah adanya program meningkat menjadi 27 keluarga mauquf’alaih.
Dan terdapat 7 keluarga mauquf‟alaih yang masuk dalam kuadran II
(miskin material), setelah adanya program menurun menjadi 3
keluarga mauquf’alaih.
b. Analisis Pendekatan Model CIBEST dalam Lingkup Individu
Berdasarkan tabel 4.7 dalam lingkup responden yang berjumlah 30
KK (Kepala Keluarga) bekerja, 15 AK1 (Anggota Keluarga 1) bekerja,
112

dan 6 AK2 (Anggota Keluarga 2) bekerja, terlihat bahwa terjadi


perubahan jumlah individu pada setiap kuadran. Sebelum adanya
program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal Muamalat (BMM)
terdapat 14 individu terdiri dari 10 KK, 1 AK1, dan 3 AK2 yang
masuk dalam kuadran I (sejahtera), dan terjadi peningkatan jumlah
individu kategori sejahtera menjadi 22 individu yang terdiri dari 14
KK, 2 AK1, dan 3 AK2. Pada kuadran II (miskin material) sebelum
adanya program terdapat 35 individu terdiri dari 19 KK, 13 AK1, dan
3 AK2, dan setelah adanya program menurun menjadi 26 individu
yang terdiri dari 12 KK, 11 AK1, dan 3 AK2. Kemudian Sebelum dan
sesudah adanya program penyaluran manfaat wakaf dari Baitulmaal
Muamalat (BMM) ada 2 individu yang masuk dalam kuadran IV.
Adapun 2 individu tersebut terdiri dari 1 KK dan 1 AK1.
Secara umum adanya program penyaluran manfaat wakaf yang
diberikan oleh Baitulmaal Muamalat (BMM) mampu meningkatkan
jumlah individu sejahtera dan individu miskin spiritual serta dapat
menurunkan jumlah individu yang mengalami kondisi miskin material
maupun miskin absolut. Hasi penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dias Novitasari (2018) menunjukan bahwa
kondisi kesejahteraan mauquf’alaih sesudah menerima wakaf uang
tunai produktif BWUT MUI DIY mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

4. Korelasi Antara Wakaf Uang Tunai Produktif dengan Kesejahteraan


Mauquf’alaih Baitulmaal Muamalat (BMM)
a. Korelasi Pinjaman dengan Pendapatan dalam Lingkup Keluarga
Berdasarkan tabel 4.24 terlihat bahwa ada korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel akumulasi pendapatan keluarga mauquf’alaih
serta variabel pinjaman dan variabel pendapatan keluarga
mauquf’alaih bersumber dari pekerjaan utama. Untuk uji korelasi
antara variabel pinjaman dan variabel pendapatan keluarga
mauquf’alaih bersumber dari pekerjaan sampingan tidak ditemukan
adanya korelasi.
113

b. Korelasi Pinjaman dengan Ibadah dalam Lingkup Keluarga


Berdasarkan tabel 4.25 terlihat bahwa ada korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel ibadah keluarga mauquf’alaih, variabel
pinjaman dan variabel kebijakan pemerintah menurut keluarga
mauquf’alaih, variabel pinjaman dan variabel zakat dan infak keluarga
mauquf’alaih, variabel pinjaman dan variabel puasa keluarga
mauquf’alaih, serta variabel pinjaman dan variabel shalat keluarga
mauquf’alaih. Untuk uji korelasi antara variabel pinjaman dan variabel
lingkungan keluarga mauquf’alaih tidak ditemukan adanya korelasi.
c. Korelasi Pinjaman dengan Pendapatan dalam Lingkup Individu
Berdasarkan tabel 4.26 terlihat bahwa ada korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel akumulasi pendapatan kepala keluarga, variabel
pinjaman dan variabel pendapatan kepala keluarga dari pekerjaan
utama serta variabel pinjaman dan pendapatan anggota keluarga 2
bersumber dari pekerjaan utama. Untuk uji korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel akumulasi pendapatan anggota keluarga 1,
variabel pinjaman dan variabel pendapatan anggota keluarga 1
bersumber dari pekerjaan utama, variabel pinjaman dan variabel
akumulasi pendapatan anggota keluarga 2, variabel pinjaman dan
variabel pendapatan kepala keluarga bersumber dari pekerjaan
sampingan, serta variabel pinjaman dan variabel pendapatan anggota
keluarga 1 bersumber dari pekerjaan sampingan tidak ditemukan
adanya korelasi.
d. Korelasi Pinjaman dengan Ibadah dalam Lingkup Individu
Berdasarkan tabel 4.27 terlihat bahwa ada korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel dan ibadah kepala keluarga, variabel pinjaman
dan variabel ibadah anggota keluarga 1, variabel pinjaman dan variabel
ibadah anggota keluarga 2, serta variabel pinjaman dan variabel ibadah
anggota keluarga 3.
114

Berdasarkan tabel 4.28 terlihat bahwa ada korelasi antara variabel


pinjaman dan variabel kebijakan pemerintah menurut kepala keluarga,
variabel pinjaman dan variabel kebijakan pemerintah menurut anggota
keluarga 1, variabel pinjaman dan variabel kebijakan pemerintah
menurut anggota keluarga 2, serta variabel pinjaman dan variabel
kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga 3.
Berdasarkan tabel 4.29 terlihat bahwa ada korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel lingkungan keluarga anggota keluarga 1,
variabel pinjaman dan variabel lingkungan keluarga anggota keluarga
2, serta variabel pinjaman dan variabel lingkungan keluarga anggota
keluarga 3. Untuk uji korelasi antara variabel pinjaman dan variabel
lingkungan keluarga kepala keluarga serta variabel pinjaman dan
variabel lingkungan keluarga anggota keluarga 3 tidak ditemukan
adanya korelasi.
Berdasarkan tabel 4.30 terlihat bahwa ada korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel zakat dan infaq kepala keluarga, variabel
pinjaman dan variabel zakat dan infaq anggota keluarga 1, variabel
pinjaman dan variabel zakat dan infaq anggota keluarga. Untuk uji
korelasi antara variabel pinjaman dan variabel zakat dan infak anggota
keluarga 3 tidak ditemukan adanya korelasi.
Berdasarkan tabel 4.31 terlihat bahwa ada korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel puasa anggota keluarga 1. Untuk uji korelasi
antara variabel pinjaman dan variabel puasa kepala keluarga, variabel
pinjaman dan variabel puasa anggota keluarga 2, serta variabel
pinjaman dan variabel puasa anggota keluarga 3 tidak ditemukan
adanya korelasi.
Berdasarkan tabel 4.32 terlihat bahwa ada korelasi antara variabel
pinjaman dan variabel shalat kepala keluarga serta variabel pinjaman
dan variabel shalat anggota keluarga 1. Untuk uji korelasi antara
variabel pinjaman dan variabel shalat anggota keluarga 2 serta variabel
pinjaman dan variabel shalat anggota keluarga 3 tidak ditemukan
adanya korelasi.
115
116

1)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan tentang peran wakaf
uang di Baitulmaal Muamalat (BMM) dalam mewujudkan program
pengentasan kemiskinan di Indonesia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Baitulmaal Muamalat (BMM) sebagai nadzir yang mengelola dana wakaf
uang dan mengeluarkan sertifikat wakaf uang kepada wakif, kemudian
untuk pengelolaan dana wakaf uang di Baitulmaal Muamalat (BMM) akan
didayagunakan dalam bentuk investasi usaha yang berisiko kecil seperti
saham, obligasi syari‟ah, reksadana syari‟ah dan lain-lain, untuk
mempertahankan nilai dana wakaf dan untuk memperoleh keuntungan
yang nantinya dari keuntungan tersebut akan disalurkan kepada orang
yang berhak dan membutuhkan secara produktif.
2. Persentase penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 sebesar 9,41%
atau setara dengan 25,14 juta jiwa. Secara wilayah, tingkat kemiskinan
terbanyak yaitu di Pulau Jawa mencapai 13,19 juta jiwa, kemudian
kemiskinan terbesar di pulau Jawa yaitu provinsi DKI Jakarta, dan
kemiskinan terbesar di DKI Jakarta ada dikawasan Jakarta Timur yaitu
3,46%.
3. Kondisi kesejahteraan mauquf’alaih sesudah menerima wakaf uang tunai
produktif Baitulmaal Muamalat (BMM) mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari
perubahan nilai indeks kemiskinan CIBEST dalam lingkup keluarga
maupun individu. Dalam lingkup keluarga, terjadi kenaikan nilai indeks
kesejahteraan dan penurunan nilai indeks kemiskinan material sesudah
adanya wakaf uang tunai produktif Baitulmaal Muamalat (BMM). Dalam
lingkup individu, sesudah adanya wakaf uang tunai produktif Baitulmaal
Muamalat terjadi kenaikan nilai indeks kesejahteraan serta penurunan nilai
indeks kemiskinan material dan absolut.

117
118

4. Keterkaitan antara wakaf uang tunai produktif dengan kesejahteraan


mauquf’alaih Baitulmaal Muamalat (BMM) dibagi menjadi dua yaitu
keterkaitan antara wakaf uang tunai produktif dengan kesejahteraan
material serta keterkaitan antara wakaf uang tunai produktif dengan
kesejahteraan spiritual. Dari sisi kesejahteraan material maka ditemukan
keterkaitan antara wakaf uang tunai produktif dengan kesejahteraan
material mauquf’alaih dalam lingkup keluarga maupun individu kepala
keluarga dan anggota keluarga 1. Dari sisi kesejahteraan spiritual maka
ditemukan keterkaitan antara wakaf uang tunai produktif dengan
kesejahteraan spiritual mauquf’alaih dalam lingkup keluarga maupun individu
kepala keluarga, anggota keluarga 1, anggota keluarga 2, dan anggota
keluarga 3.

B. Saran
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan kepada
beberapa pihak:
1. Kepada Baitulmaal Muamalat (BMM)
a. Dikarenakan kondisi kesejahteraan mauquf’alaih sesudah menerima
wakaf uang tunai produktif Baitulmaal Muamalat (BMM) mengalami
peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya maka
sebaiknya Baitulmaal Muamalat (BMM) lebih menggiatkan sosialisasi
tentang kemudahan berwakaf uang melalui Baitulmaal Muamalat
(BMM) di berbagai event sehingga lebih banyak individu yang
bersedia menjadi wakif di Baitulmaal Muamalat (BMM) dan pada
akhirnya lebih banyak pula manfaat wakaf yang dapat disalurkan
kepada mauquf’alaih.
b. Dikarenakan ada keterkaitan antara wakaf uang tunai produktif dengan
kesejahteraan material dan spiritual mauquf’alaih maka sebaiknya
Baitulmaal Muamalat (BMM) memberikan bimbingan dan monitoring
rutin kepada mauquf’alaih sehingga peningkatan kesejahteraan
material dan spiritual mauquf’alaih bisa lebih maksimal lagi ke
depannya.
119

2. Kepada Akademisi
Sebaiknya akademisi menggunakan model pendekatan lain seperti
maqashid al syariah maupun uji t berpasangan untuk meneliti dampak
wakaf terhadap kesejahteraan mauquf’alaih karena dalam penelitian ini
hanya menggunakan pendekatan model CIBEST dan uji korelasi, sehingga
nantinya dapat dikomparasikan. Dan alangkah lebih baiknya jika peneliti
selanjutnya meneruskan dan menyempurnakan dengan menganalisis lebih
detail mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
mauquf’alaih.
3. Kepada Pemerintah
Sebaiknya pemerintah bekerjasama dengan nazhir wakaf untuk
mendata nazhir wakaf di seluruh Indonesia sehingga setiap nazhir wakaf
dapat dipantau dalam rangka peningkatan kinerja nazhir wakaf.
4. Kepada Masyarakat
Sebaiknya masyarakat diberikan sosialisasi akan peran pentingnya
wakaf agar mereka sadar untuk berwakaf dan menyalurkannya di
organisasi resmi.
120
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Anwar. 2010. Bung Hatta dan Ekonomi Islam. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.

Abdullah, Apnizan dan Yaacob, Hakimah. 2012. Legal and Sharia Issues in The
Application of wakalah waqf Model In Takaful Industry: An Analysis.
Kuala Lumpur.

Al-Naisaburi, Imam Abu Al-Husaini Muslim Bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi, Sahih


Muslim, (Beirut Dar Al-Fikri,1988), Cet Ke-1.

Al-Sarbini, Muhammad Khatib, Mughni Al-Muhtaj, (Beirut: Dar Ihya Al-Turas


Al-Arabi,t.t.).Juz II.

Al-Syathibi. (n.d.). Al-Muwāfaqāt fī ushūl al-syarī’ah (Jilid 2). Cairo, Egypt:


Musthofa Muhammad.

Al Qur‟an Al Karim

Al-Qardhawi, Yusuf. Tanpa Tahun. Fiqih Maqashid Syari’ah. Terjemahan oleh


Arif Munandar Riswanto. 2007. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Al-Qardhawi, Y. (1999). Fiqh al-awlawiyat. Beirut, Lebanon: al-Maktab al-


Islami.

Al-Qardhawi, Y. (2007). Fiqih maqashid syariah. Jakarta, Indonesia: Pustaka al-


Kautsar.

Al-Zuhaili, W. (1986). Ushūl al-fiqh al-Islamī (Juz II). Damascus, Syria: Dar al-
Fikri.

Al-Zuhaili, W. (1997). Nadhāriyat al-dharūrah al-syar’iyah. Beirut, Lebanon:


Darul Fikri al-Muasir.

Al-Zuhaily, Wahbah, Al-Fiqih Al-Islam Wa Adillatahu, (Beirut: Dar Al-Fikri,


1989), Juz 8.

121
Apriyadi, Muhammad. Efektifitas Penghimpunan dan Pengelolaan Wakaf Uang
di Baitulmaal Muamalat (BMM). Jakarta 2010.

Ariqy, Muhammad Raihan. Pendayagunaan zakat dalam mengurangi kemiskinan


berdasarkan CIBEST model (Studi kasus: DPU Darut Tauhid Kabupaten
Bogor). Bogor 2017.

Atabik, Ahmad. Manajemen Pengelolaan Wakaf Tunai Di Indonesia. Jakarta


2014.

Azniza Hartini Azrai Azaimi Ambrosea, Mohamed Aslama, Hanira Hanafia. The
Possible Role of Waqf in Ensuring A Sustainable Malaysian Federal
Government Debt. Kuala Lumpur 2015.

Azwar, SAifudin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 5.

Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia 2015. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Indonesia 2017. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Indonesia 2018. Jakarta: Badan Pusat
Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Indonesia 2019. Diakses dari


https://www.bps.go.id Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Wakaf Indonesia (BWI), 2019. Wakaf. Diakses dari https://www.bwi.go.id.

Baitulmaal Muamalat. 2019. Standar Operasional Perusahaan, (Jakarta,


Baitulmaal Muamalat)

Baitulmaal Muamalat. 2019. Empowering & Caring Sociey, (Jakarta, Baitulmaal


Muamalat)

122
Baitulmaal Muamalat. 2019. Profil Baitulmaal Muamalat, (Jakarta, Baitulmaal
Muamalat). Salim, Peter, Salim’s Nith Collegiate English-Indonesia
Dictionary, (Jakarta: Erlangga).

Bank Indonesia. 2016. Wakaf: Pengaturan dan Tata Kelola yang Efektif. Jakarta:
Bank Indonesia.

Bappenas. 2019. Wakaf. Diaskses dari https://www.bappenas.go.id.

Beik, Irfan Syauqi. 2015. Konsep Dasar Model CIBEST. Iqtishodia Jurnal
Ekonomi Islam Republika, Kamis 28 Mei 2015: hal 23.

Beik, Arsyianti. 2016. Measuring Zakat Impact on Poverty and Welfare Using
CIBEST Model. Journal of Islamic Monetary Economics and Finance, 2,
141-159.

Beik, Irfan Syauqi. Wakaf Tunai dan Pengentasan Kemiskinan, ICMI: online
Halal Guide. September 2006.

Biro Perbankan Syariah, (2001), Peranan Perbankan Syariah dalam Wakaf Tunai
(Sebuah Kajian Konseptual), makalah seminar Wakaf Tunai-Inovasi
Finansial Islam: Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial yang diselenggarakan oleh Program Pasca Sarjana
Program Kajian Timur Tengah dan Islam, UI, H. 9.

Bisri, Mohammad. (2013). Statistik. Jakarta: ISBN.

Chairani, Anita. Peluang dan Tantangan Pengelolaan Wakaf Uang Pada


Perbankan Syariah Pasca UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Jakarta
2008.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


(Jakarta: Balai Pustaka, 1991).

Furqon, Ahmad. Praktik Wakaf Uang di Bank Syariah Mandiri. Jurnal Al-
Manahij, Vol. VI, No.1, Januari, 2012.

123
Fadilah, Sri. (2015) Going Concern: An Implementation in Waqf Institutions
(Religious Charitable Endowment). Bali.

Finance.detik.com. 2017. Berapa Banyak Orang Miskin di Muka Bumi Ini?


Diakses dari https://finance.detik. 2019.

Hartsa, Zid Firdausi. Penyaluran Dana Zakat Melalui Beasiswa di Baitul Maal
Muamalat. Jakarta 2018.

Havita, Gustav dan Arum, Kartika, Sayekti, dan Silvia Ranny Wafiroh. Model
Bank Wakaf di Indonesia Dalam Potensinya Untuk Mengembangkan
Wakaf Uang dan Mengatasi Kemiskinan. Jakarta 2018.

Hendra. (2008). Wakaf Uang dalam Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia


(Studi Kasus Tabung Wakaf Indonesia dan Wakaf Uang Muamalat Baitul
Mal Muamalat, disertasi tidak diterbitkan, Jakarta: SPS UIN Jakarta.

Https://www.baitulmaalmuamalat.or.id. Jakarta. 2019.

Kemendikbud. 2018. Wakaf. Diakses dari https://kemdikbud.go.id/wakaf. 2019.

Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan


Masyarakat dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2006. Fiqih Wakaf.
Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan


Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2013. Pedoman
Pengelolaan dan Perkembangan Wakaf. Jakarta: Kementerian Agama
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan


Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2013. Panduan
Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis. Jakarta: Kementerian

124
Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan


Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2013. Panduan
Pengelolaan Wakaf Tunai. Jakarta: Kementerian Agama Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat
Pemberdayaan Wakaf.

Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan


Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2013. Paradigma
Baru Wakaf di Indonesia. Jakarta: Kementerian Agama Republik
Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat
Pemberdayaan Wakaf.

Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan


Masyarakat dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf. 2013. Wakaf of
Beginner. Jakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Direktorat Pemberdayaan Wakaf.

Latiff Azhaa, Sayin Baharuddinb, Sayurnoc, S.S Salahuddind, M. Rani Afandie


HamidAfifah Hf. 2012. The Practice and Management of Waqf Education
in Malaysia. Selangor.

Mohd Amran Mahata, Mohd Yassir Jaaffara, Mohamed Saladin Abdul Rasoola.
Potential of Micro-Waqf as an Inclusive Strategy for Development of a
Nation. Mara 2015.

Mudrajad, Kuncoro. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.

Muhson, Ali. 2012. Materi Pelatihan Analisis Statistik dengan SPSS. Diakses dari
http://staff.uny.ac.id.2019.

Muhson, Ali. 2015. Uji Validitas dan Reliabilitas. Jakarta.

125
Mulazid, Ade Sofyan. 2012. An Analysis On The Implementation Of Corporate
The Social Responsibility Based On Maqashid Syari’ah In BNI Syariah
Pusat Jakarta. Jakarta.

Mulya, E, Siregar. 2011. Peranan Perbankan Syari’ah Dalam Implementasi


Wakaf Uang. Diakses dari http://www.badanwakafindonesia.org.

Nasution, Mustofa, Edwin dan Hasanah, Uswatun. 2014. Wakaf Tunai Inovasi
Finansial Islam, (Jakarta: Universitas Indonesia Press).

Novitasari, Dias. Pengaruh wakaf uang tunai pruduktif terhadap kesejahteraan


mauquf’alaih BWUT DIY dengan menggunakan pendekatan model
CIBEST. Yogyakarta 2018.

Nur Rianto, Muhammad Al Arif. Wakaf Uang dan Pengaruhnya terhadap


Program Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta 2012.

Prihatini, F. et. al. 2005. Hukum Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: Kerjasama
Penerbit Papas Sinar Mentari dengan Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia.

Riadi, E., 2016. Statistika Penelitian Analisis Manual dan IBM SPSS. Yogyakarta:
CV Andi Offset.

Risdianti, Risa. Model Pengelolaan Wakaf Tunai di Perbankan Syariah Studi


Manajemen Wakaf Tunai Di Baitulmaal Muamalat (BMM). Yogyakarta
2016.

Salahuddin El Ayyubi and Henni Eka Saputri. Analysis of the Impact of Zakat,
Infak, and Sadaqah Distribution on Poverty Alleviation Based on the
CIBEST Model (Case Study: Jogokariyan Baitul Maal Mosque,
Yogyakarta). Bogor 2018.

Soekidjo, Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

126
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suhairi. 2015. Implementasi Fungsi – Fungsi Manajemen Dalam Pengelolaan


Wakaf Produktif Di Singapura, STAIN, Lampung, Akademika, Vol. 20,
No. 01 Januari – Juni 2015.

Suharsimi, Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Yogyakarta: Rineka Cipta.

Suharsono, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis. Jakarta: PT


Indeks.

Suhendi, H. (2008). Fiqh muamalah. Jakarta, Indonesia: Rajawali Press.

Tsani T. 2010. Analisis Dampak Distribusi Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan


dan Kesenjangan Pendapatan: Studi Kasus Pendayagunaan Zakat oleh
BAZDA Lampung Selatan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

127
LAMPIRAN – LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian
2. Uji Validitas dan Reliabilitas
3. Data Pendapatan Mauquf‟alaih
4. Data Shalat, Puasa, Zakat Infak, Lingkungan Keluarga, dan Kebijakan
Pemerintah menurut Mauquf‟alaih
5. Rekapitulasi Pendapatan dan Ibadah Mauquf‟alaih
6. Input serta Output Korelasi Pinjaman dan Akumulasi Pendapatan Keluarga
dan Pendapatan Keluarga dari Pekerjaan Utama, Kiriman Sanak Keluarga,
dan Pekerjaan Sampingan
7. Input dan Output Korelasi Pinjaman dan Ibadah, Kebijakan Pemerintah,
Lingkungan Keluarga, Zakat Infak, Puasa, dan Shalat Keluarga
Mauquf‟alaih
8. Input dan Output Korelasi Pinjaman dan Akumulasi Pendapatan dan
Pendapatan dari Pekerjaan Utama KK, AK1, dan AK2
9. Input dan Output Korelasi Pinjaman dan Kiriman dari Sanak Keluarga dan
Pekerjaan Sampingan
10. Input dan Output Korelasi Pinjaman dan Ibadah, Shalat, Puasa, Zakat
Infak, Lingkungan Keluarga, dan Kebijakan Pemerintah menurut KK,
AK1, AK2, dan AK3
11. Laporan Keuangan Yayasan Baitulmaal Muamalat (BMM) per Desember
2018

128
LAMPIRAN

No :- Ciputat, 07 Oktober 2019


Lampiran : Kuesioner
Hal : Permohonan pengisian kuesioner

Kepada Yth
Bapak/Ibu/Saudara/i
di Tempat

Assalamu‟alaikum. Wr.Wb.
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Fitria Annisa A‟liimah Rustandi
NIM : 11150850000033
Jurusan : Perbankan Syariah
Instansi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul Skripsi : Peran Wakaf Uang di Baitulmaal Muamalat (BMM) Dalam
Mewujudkan Program Pengentasan Kemiskinan di Indonesia.

Sedang menyusun karya ilmiah untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapat gelar Sarjana Ekonomi (SE). Untuk itu saya mengharapkan kesediaan
dan bantuan dari bapak/ibu/saudara/I untuk dapat mengisi kuesioner ini dengan
jujur dan terbuka. Demikian permohonan saya, atas perhatian dan waktunya, saya
ucapkan terima kasih.

Hormat saya

Fitria Annisa A‟liimah Rustandi

129
Lampiran 1 Kuisioner Penelitan

KUISIONER PENELITIAN
PERAN WAKAF UANG DI BAITULMAAL MUAMALAT (BMM) DALAM
MEWUJUDKAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI
INDONESIA

Peneliti: Fitria Annisa A‟liimah Rustandi

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui peran wakaf uang di


Baitulmaal Muamalat (BMM) terhadap program pengentasan kemiskinan di
Indonesia, serta sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua informasi yang
didapat akan dijaga kerahasiaannya.

Catatan Penting:
 Kepala Keluarga, disingkat KK, adalah orang yang memiliki tanggung jawab
tertinggi di dalam keluarga, (bisa laki-laki atau perempuan)
 Anggota Keluarga, disingkat AK, adalah mereka yang hidup dan tinggal
bersama KK di rumah yang sama. Dalam penelitian ini anggota keluarga
terdiri dari 3 orang sebagai berikut.
o Anggota Keluarga 1, disingkat AK 1 adalah ibu yang hidup dan
tinggal bersama KK di rumah yang sama
o Anggota Keluarga 2, disingkat AK 2 adalah anak yang hidup dan
tinggal bersama KK di rumah yang sama
o Anggota Keluarga 3, disingkat AK 3 adalah anak yang hidup dan
tinggal bersama KK di rumah yang sama

130
A. INFORMASI PERSONAL MAUQUF’ALAIH
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
7. No.Hp :

B. SUMBER PENDAPATAN MAUQUF’ALAIH


1. Pendapatan mauquf‟alaih sebelum menerima dana wakaf uang produktif
a. Pendapatan bulanan KK dan semua AK (yang tinggal satu rumah) dari
pekerjaan utama yang dilakukan dalam satu tahun / periode wakaf uang
tunai produktif diterima
Total
KK Semua AK
Jenis pendapatan
(Rp/bulan/ (Rp/bulan/ hari)
Pendapatan keluarga
hari)
1 2 3 (Rp/bulan)
Gaji
Hasil
Berjualan
Komisi
Upah
Jumlah

b. Pendapatan bulanan KK dan AK yang didapat dari sumbangan orang lain


(keluarga atau dermawan bukan keluarga) dalam satu tahun terakhir/
periode wakaf uang tunai produktif diterima (jika ada)
Total
KK Semua AK
Jenis pendapatan
(Rp/bulan/ (Rp/bulan/ hari)
Pendapatan keluarga
hari)
1 2 3 (Rp/bulan)
Kiriman dari
keluarga
Bantuan dari
orang lain
yang bukan
keluarga
Jumlah

131
c. Pendapatan bulanan KK dan semua AK dari menjalankan pekerjaan
sampingan dalam satu tahun/periode wakaf uang tunai produktif diterima
Total
KK Semua AK
Jenis pendapatan
(Rp/bulan/ (Rp/bulan/ hari)
Pendapatan keluarga
hari)
1 2 3 (Rp/bulan)
Pengrajin
Beternak
Nelayan
Asisten
Rumah
Tangga
Office boy
Tukang
masak
Lainnya
(………)
Jumlah
Total dari seluruh keluarga dalam satu tahun: Rp

2. Pendapatan mauquf‟alaih sesudah menerima dana wakaf uang produktif


a. Pendapatan bulanan KK dan semua AK (yang tinggal satu rumah) dari
pekerjaan utama yang dilakukan dalam satu tahun / periode wakaf uang tunai
produktif diterima
Total
KK Semua AK
Jenis pendapatan
(Rp/bulan/ (Rp/bulan/ hari)
Pendapatan keluarga
hari)
1 2 3 (Rp/bulan)
Gaji
Hasil
Berjualan
Komisi
Upah
Jumlah

b. Pendapatan bulanan KK dan AK yang didapat dari sumbangan orang lain


(keluarga atau dermawan bukan keluarga) dalam satu tahun terakhir/
periode wakaf uang tunai produktif diterima (jika ada)
Total
KK Semua AK
Jenis pendapatan
(Rp/bulan/ (Rp/bulan/ hari)
Pendapatan keluarga
hari)
1 2 3 (Rp/bulan)
Kiriman dari

132
keluarga
Bantuan dari
orang lain
yang bukan
keluarga
Jumlah

c. Pendapatan bulanan KK dan semua AK dari menjalankan pekerjaan


sampingan dalam satu tahun/periode wakaf uang tunai produktif diterima
Total
KK Semua AK
Jenis pendapatan
(Rp/bulan/ (Rp/bulan/ hari)
Pendapatan keluarga
hari)
1 2 3 (Rp/bulan)
Pengrajin
Beternak
Nelayan
Asisten
Rumah
Tangga
Office boy
Tukang
masak
Lainnya
(………)
Jumlah
Total dari seluruh keluarga dalam satu tahun: Rp

C. BANTUAN BAITULMAAL MUAMALAT (BMM)

Jumlah bantuan yang diterima dari Baitulmaal Muamalat (BMM) atau lembaga
lainnya (jika ada)
Waktu Jangka Waktu
Jumlah Bantuan
Sumber Bantuan Penerimaan Pengembalian
(Rp)
Bantuan Bantuan
Baitulmaal
Muamalat (BMM)
Lainnya
(…………………)

133
D. KEGIATAN IBADAH MAUQUF’ALAIH SEBELUM DAN SESUDAH
WAKAF UANG PRODUKTIF
Indikator Kebutuhan Spiritual
Skala Likert
Variabel
1 2 3 4 5
Shalat Melarang Menolak Melaksanakan Melaksanakan Melaksanakan
orang lain konsep shalat shalat wajib shalat wajib rutin shalat wajib rutin
shalat tidak rutin tapi tidak selalu berjamaah dan
berjamaah melaksanakan
solat Sunnah
Puasa Melarang Menolak Melaksanakan Hanya Melaksana-kan
orang lain konsep puasa puasa wajib melaksanakan puasa wajib dan
berpuasa tidak penuh puasa wajib puasa Sunnah
secara penuh
Zakat & Melarang Menolak Tidak pernah Membayar zakat Membayar zakat
orang lain zakat dan berinfak walau fitrah dan zakat fitrah, zakat harta
Infaq
berzakat dan infak sekali dalam harta dan infaq / sedekah
infak setahun
Lingkungan Melarang Menolak Menganggap Mendukung Membangun
anggota pelaksanaan ibadah urusan ibadah anggota suasana keluarga
Keluarga
keluarga ibadah anggota keluarga yang mendukung
beribadah keluarga ibadah secara
bersama-sama
Kebijakan Melarang Menolak Menganggap Mendukung Menciptakan
ibadah untuk pelaksanaan ibadah urusan ibadah lingkungan yang
Pemerintah
anggota ibadah pribadi kondusif untuk
keluarga masyarakat ibadah

PETUNJUK PENGISIAN
Isilah dengan angka 1 / 2 / 3 / 4 / 5 sesuaikan dengan “Indikator Kebutuhan
Spiritual” diatas yang menurut Bapak/Ibu lebih sesuai.
1. Ibadah Mauquf‟alaih sebelum menerima dana wakaf uang produktif
Nilai Ibadah Keluarga
Variabel Semua AK Ket
KK
1 2 3
Shalat
Puasa
Zakat & Infaq
Lingkungan Keluarga
Kebijakan Pemerintah

2. Ibadah Mauquf‟alaih sesudah menerima dana wakaf uang produktif


Nilai Ibadah Keluarga
Variabel Semua AK Ket
KK
1 2 3
Shalat
Puasa
Zakat & Infaq
Lingkungan Keluarga
Kebijakan Pemerintah

134
Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas
Input Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
No
B1 B2 B3 B4 B5
Res
1. 4 4 4 4 4
2. 4 4 4 4 4
3. 4 4 4 4 4
4. 4 4 4 4 4
5. 4 4 4 4 4
6. 4 4 4 4 4
7. 4 5 4 4 3
8. 5 5 5 4 3
9. 4 4 4 4 3
10. 3 4 4 4 3
11. 4 4 4 3 4
12. 4 4 4 3 4
13. 4 4 4 3 4
14. 4 4 4 3 4
15. 4 4 4 3 4
16. 5 5 5 5 5
17. 5 5 5 5 5
18. 5 5 5 5 5
19. 5 5 5 5 5
20. 4 4 5 5 5
21. 4 4 5 4 4
22. 4 4 5 4 4
23. 4 4 5 4 4
24. 3 3 4 3 3
25. 3 4 4 3 4

135
Output Uji Reliabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.875 5

Output Uji Validitas

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
Shalat 16.4800 3.677 .800 .826
Puasa 16.3600 4.073 .710 .850
Zakat&Infaq 16.2000 4.083 .724 .848
Lingkungan 16.6400 3.323 .758 .839
Kebijakan 16.5600 3.840 .593 .878

136
Lampiran 3 Data Pendapatan Mauquf’alaih
Tabulasi data pendapatan dari pekerjaan utama sebelum dan sesudah adanya
program dari Baitulmaal Muamalat (BMM)
(dalam ribuan)
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 KK AK1 AK2
1. Rp 1,800.00 Rp 1,500.00 Rp 2,900.00 Rp 1,500.00
2. Rp 2,300.00 Rp 2,600.00
3. Rp 1,700.00 Rp 2,000.00
4. Rp 2,900.00 Rp. 3,800.00
5. Rp 2,900.00 Rp. 3,500.00
6. Rp 2,400.00 Rp 1,200.00 Rp 2,900.00 Rp 1,200.00
7. Rp 2,400.00 Rp 600.00 Rp. 2,700.00 Rp 1,000.00
8. Rp 2,300.00 Rp 2,600.00
9. Rp 2,300.00 Rp 600.00 Rp 2,600.00 Rp 600.00
10. Rp 2,900.00 Rp 4,700.00
11. Rp 2,300.00 Rp 750.00 Rp 2,450.00 Rp 1,350.00
12. Rp 2,900.00 Rp 300.00 Rp 1,500.00 Rp 2,900.00 Rp 450.00 Rp 1,500.00
13. Rp 3,300.00 Rp 550.00 Rp 4,100.00
14. Rp 3,400.00 Rp 3,900.00
15. Rp 2,900.00 Rp 300.00 Rp 2,900.00 Rp 450.00
16. Rp 2,000.00 Rp 750.00 Rp 2,400.00 Rp 750.00
17. Rp 2,900.00 Rp 3,400.00
18. Rp 2,600.00 Rp 900.00 Rp 2,600.00 Rp 1,200.00
19. Rp 3,200.00 Rp. 3,800.00
20. Rp 2,200.00 Rp 500.00 Rp 2,500.00 Rp 700.00
21. Rp 1,900.00 Rp 2,100.00
22. Rp 2,000.00 Rp 400.00 Rp 2,200.00 Rp 400.00
23. Rp 2,300.00 Rp 400.00 Rp 2,650.00 Rp 400.00
24. Rp 2,200.00 Rp 500.00 Rp 2,400.00 Rp 500.00
25. Rp 2,000.00 Rp 2,400.00
26. Rp 2,200.00 Rp 300.00 Rp 2,200.00 Rp 500.00
27. Rp 2,200.00 Rp 800.00 Rp 2,500.00 Rp 800.00
28. Rp 2,400.00 Rp 600.00 Rp 2,400.00 Rp 750.00
29. Rp 2,250.00 Rp 400.00 Rp 2,250.00 Rp 850.00

137
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 KK AK1 AK2
30. Rp 2,200.00 Rp 400.00 Rp 550.00 Rp 2,200.00 Rp 750.00 Rp 550.00
Tabulasi data tambahan pendapatan dari kiriman sanak keluarga sebelum dan
sesudah adanya program dari Baitulmaal Muamalat (BMM)
(dalam ribuan)
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 KK AK1
1. Rp 350.00 Rp 350.00
3. Rp 200.00 Rp 200.00
8. Rp 200.00 Rp 200.00
11. Rp 500.00 Rp 500.00

Tabulasi data pendapatan dari pekerjaan sampingan sebelum dan sesudah adanya
program dari Baitulmaal Muamalat (BMM)
(dalam ribuan)
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 KK AK1
3. Rp 300.00 Rp 300.00
4. Rp 149.00 Rp 149.00
10. Rp 2,000.00 Rp 2,000.00
13. Rp 200.00 Rp 200.00
15. Rp 150.00 Rp 300.00
17. Rp 750.00
20. Rp 300.00 Rp 300.00
21. Rp 300.00 Rp 300.00
28. Rp 80.00 Rp 200.00
29. Rp 134.00 Rp 134.00

138
Lampiran 4 Data Shalat, Puasa, Zakat Infak, Lingkungan Keluarga, dan
Kebijakan Pemerintah menurut Mauquf’alaih

Tabulasi data shalat sebelum dan sesudah adanya program dari Baitulmaal
Muamalat (BMM)
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
1. 4 4 4 4
2. 5 5 5 5
3. 4 4
4. 4 4 4 5 5 4
5. 3 3 3 3 3 3
6. 4 5 4 4 5 4
7. 4 4 4 4
8. 4 4
9. 4 4 4 4 4 4 4 4
10. 5 4 5 4
11. 4 4 4 4
12. 4 4 4 4 4 4 4 4
13. 4 4 4 4 5 4 4 4
14. 5 4 4 5 4 4
15. 4 4 4 4 5 5 4 4
16. 3 3 4 4
17. 4 4 4 4
18. 4 4 4 4 5 5 5 5
19. 3 3 3 3
20. 2 3 4 2 4 4
21. 4 4 3 4 4 3
22. 4 4 4 4
23. 3 3 4 4 3 4

139
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
24. 3 4 4 4
25. 4 4 4 4 4 4 4 4
26. 4 4 4 4
27. 3 3 4 4 4 4 4 4
28. 4 3 4 4 3 4
29. 3 3 3 3
30. 3 3 4 4 3 3 4 4

Tabulasi data puasa sebelum dan sesudah adanya program dari Baitulmaal
Muamalat (BMM)
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
1. 4 4 4 4
2. 4 4 4 4
3. 4 4
4. 4 4 4 5 5 4
5. 4 4 4 4 4 4
6. 3 4 4 3 4 4
7. 4 4 4 4
8. 4 4
9. 4 4 4 4 4 4 4 4
10. 4 4 4 4
11. 4 4 4 4
12. 4 4 4 4 4 4 4 4
13. 4 4 4 4 5 4 4 4
14. 5 4 4 5 4 4
15. 4 4 4 4 4 4 4 4
16. 4 4 5 5
17. 4 4 4 4

140
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
18. 4 4 4 4 5 5 5 5
19. 4 4 4 4
20. 2 3 4 2 4 4
21. 4 4 4 4 4 4
22. 4 4 4 4
23. 4 4 4 4 4 4
24. 3 3 4 4
25. 4 4 4 4 4 4 4 4
26. 4 4 4 4
27. 4 4 4 4 4 4 4 4
28. 4 3 4 4 3 4
29. 4 4 4 4
30. 4 3 4 4 4 3 4 4

Tabulasi data zakat & infaq sebelum dan sesudah adanya program dari Baitulmaal
Muamalat (BMM)
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
1. 4 4 5 5
2. 4 5 5 5
3. 4 5
4. 4 5 4 5 5 5
5. 4 4 4 4 4 4
6. 4 4 4 4 5 4
7. 4 4 5 5
8. 4 4
9. 4 4 4 4 5 4 5 5
10. 4 4 5 4
11. 4 4 4 5

141
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
12. 4 5 4 4 4 5 5 4
13. 4 4 4 4 5 4 4 5
14. 4 4 4 5 4 4
15. 4 5 4 4 5 5 4 5
16. 4 4 5 5
17. 4 4 4 4
18. 4 4 4 4 5 5 4 5
19. 4 4 4 4
20. 4 4 4 4 4 4
21. 4 4 4 4 4 4
22. 4 4 5 4
23. 4 4 4 4 4 4
24. 4 4 4 4
25. 4 4 4 4 4 4 4 4
26. 4 4 4 4
27. 4 4 4 4 4 4 4 4
28. 3 3 3 3 3 3
29. 4 4 4 4
30. 4 4 4 4 4 4 4 4

Tabulasi data lingkungan keluarga sebelum dan sesudah adanya program dari
Baitulmaal Muamalat (BMM)
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
1. 3 3 3 3
2. 4 4 4 4
3. 3 3
4. 4 4 4 4 4 4
5. 3 3 3 3 3 3

142
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
6. 3 3 3 3 3 3
7. 4 4 4 4
8. 3 3
9. 4 4 4 4 4 4 4 4
10. 4 4 4 4
11. 4 4 4 4
12. 4 4 4 4 4 4 4 4
13. 4 4 4 4 4 4 4 4
14. 4 4 4 4 4 4
15. 4 4 4 4 4 4 4 4
16. 3 3 4 4
17. 4 4 4 4
18. 4 4 4 4 4 4 4 4
19. 3 3 3 3
20. 3 3 3 3 3 3
21. 3 3 3 3 3 3
22. 3 3 4 4
23. 3 3 3 3 3 3
24. 3 3 4 4
25. 3 3 3 3 4 4 4 4
26. 4 4 4 4
27. 3 3 3 3 3 3 3 3
28. 3 3 3 3 3 3
29. 3 3 3 3
30. 3 3 3 3 3 3 3 3

143
Tabulasi data kebijakan pemerintah sebelum dan sesudah adanya program dari
Baitulmaal Muamalat (BMM)
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
1. 3 4 3 4
2. 4 3 4 4
3. 3 3
4. 3 3 3 4 4 4
5. 3 3 3 3 3 4
6. 4 3 3 4 4 4
7. 3 3 3 3
8. 3 3
9. 3 4 4 4 4 4 4 4
10. 3 3 4 4
11. 3 3 3 3
12. 4 4 3 4 4 4 3 4
13. 4 4 3 4 4 4 3 4
14. 4 4 3 4 4 4
15. 4 4 4 3 4 4 4 4
16. 4 3 4 4
17. 4 4 4 4
18. 4 4 4 4 4 4 4 4
19. 3 3 3 3
20. 3 3 3 3 3 3
21. 3 3 3 4 4 3
22. 3 3 3 3
23. 3 3 3 3 3 3
24. 3 3 3 3
25. 3 3 3 4 3 3 4 4
26. 3 4 3 4
27. 3 4 3 3 3 4 3 3

144
No Sebelum Sesudah
Res KK AK1 AK2 AK3 KK AK1 AK2 AK3
28. 3 3 3 3 3 3
29. 3 3 3 3
30. 3 3 4 3 3 3 3 3

145
Lampiran 5 Rekapitulasi Pendapatan dan Ibadah Mauquf’alaih
Rekapitulasi data akumulasi pendapatan serta rata-rata ibadah keluarga
mauquf‟alaih sebelum dan sesudah adanya program dari Baitulmaal Muamalat
(BMM)
Sebelum Sesudah
No
Pendapatan Pendapatan
Res Ibadah Ibadah
(dalam ribuan) (dalam ribuan)
1. Rp 3,650.00 3.7 Rp 4,750.00 3.9
2. Rp 2,300.00 4.2 Rp 2,600.00 4.4
3. Rp 2,200.00 3.6 Rp 2,500.00 3.8
4. Rp 3,049.00 3.866667 Rp 3,949.00 4.466667
5. Rp 2,900.00 3.4 Rp 3,500.00 3.466667
6. Rp 3,600.00 3.666667 Rp 4,100.00 3.866667
7. Rp 3,000.00 3.8 Rp 3,700.00 4
8. Rp 2,500.00 3.6 Rp 2,800.00 3.6
9. Rp 2,900.00 3.95 Rp 3,200.00 4.15
10. Rp 4,900.00 3.9 Rp 6,700.00 4.2
11. Rp 3,550.00 3.8 Rp 4,300.00 3.9
12. Rp 4,700.00 4 Rp 4,850.00 4.05
13. Rp 4,050.00 3.95 Rp 4,300.00 4.15
14. Rp 3,400.00 4.06667 Rp 3,900.00 4.2
15. Rp 3,350.00 4 Rp 3,650.00 4.25
16. Rp 2,750.00 3.5 Rp 3,150.00 4.4
17. Rp 2,900.00 4 Rp 4,150.00 4
18. Rp 3,500.00 4 Rp 3,800.00 4.55
19. Rp 3,200.00 3.4 Rp 3,800.00 3.4
20. Rp 3,000.00 3.2 Rp 3,500.00 3.333333
21. Rp 2,200.00 3.533333 Rp 2,400.00 3.666667
22. Rp 2,400.00 3.6 Rp 2,600.00 3.9
23. Rp 2,700.00 3.466667 Rp 3,050.00 3.533333
24. Rp 2,700.00 3.3 Rp 2,900.00 3.8
25. Rp 2,000.00 3.65 Rp 2,400.00 3.9
26. Rp 2,500.00 3.9 Rp 2,700.00 3.9
27. Rp 3,000.00 3.55 Rp 3,300.00 3.65
28. Rp 3,080.00 3.266667 Rp 3,350.00 3.266667
29. Rp 2,784.00 3.4 Rp 3,234.00 3.4
30. Rp 3,150.00 3.5 Rp 3,500.00 3.5
Jml Rp 91,913,000.00 Rp 106,633,000.00

146
Sebelum Sesudah
No
Pendapatan Pendapatan
Res Ibadah Ibadah
(dalam ribuan) (dalam ribuan)
Rata Rp 3,063,766.67 Rp 3,554,433.33
Rekapitulasi data akumulasi pendapatan serta rata-rata ibadah individu kepala
keluarga sebelum dan sesudah adanya program dari Baitulmaal Muamalat (BMM)
Sebelum Sesudah
No
Pendapatan KK Pendapatan KK
Res Ibadah Ibadah
(dalam ribuan) (dalam ribuan)
1. Rp 2,150.00 3.6 Rp 3,250.00 3.8
2. Rp 2,300.00 4.2 Rp 2,600.00 4.4
3. Rp 2,200.00 3.6 Rp 2,500.00 3.8
4. Rp 3,049.00 3.8 Rp 3,949.00 4.6
5. Rp 2,900.00 3.4 Rp 3,500.00 3.4
6. Rp 2,400.00 3.6 Rp 2,900.00 3.6
7. Rp 2,400.00 3.8 Rp 2,700.00 4
8. Rp 2,500.00 3.6 Rp 2,800.00 3.6
9. Rp 2,300.00 3.8 Rp 2,600.00 4.2
10. Rp 4,900.00 4 Rp 6,700.00 4.4
11. Rp 2,300.00 3.8 Rp 2,450.00 3.8
12. Rp 2,900.00 4 Rp 2,900.00 4
13. Rp 3,500.00 4 Rp 4,300.00 4.6
14. Rp 3,400.00 4.4 Rp 3,900.00 4.6
15. Rp 2,900.00 4 Rp 2,900.00 4.4
16. Rp 2,000.00 3.6 Rp 2,400.00 4.4
17. Rp 2,900.00 4 Rp 4,150.00 4
18. Rp 2,600.00 4 Rp 2,600.00 4.6
19. Rp 3,200.00 3.4 Rp 3,800.00 3.4
20. Rp 2,200.00 2.8 Rp 2,500.00 2.8
21. Rp 2,200.00 3.6 Rp 2,400.00 3.8
22. Rp 2,000.00 3.6 Rp 2,200.00 4
23. Rp 2,300.00 3.4 Rp 2,650.00 3.6
24. Rp 2,200.00 3.2 Rp 2,400.00 3.8
25. Rp 2,000.00 3.6 Rp 2,400.00 3.8
26. Rp 2,200.00 3.8 Rp 2,200.00 3.8
27. Rp 2,200.00 3.4 Rp 2,500.00 3.6
28. Rp 2,400.00 3.4 Rp 2,400.00 3.4
29. Rp 2,384.00 3.4 Rp 2,384.00 3.4
30. Rp 2,200.00 3.4 Rp 2,200.00 3.4

147
Sebelum Sesudah
No
Pendapatan KK Pendapatan KK
Res Ibadah Ibadah
(dalam ribuan) (dalam ribuan)
Jml Rp 77,083,000.00 Rp 89,133,000.00
Rata Rp 2,569,433.33 Rp 2,971,100.00

Rekapitulasi data akumulasi pendapatan serta rata-rata ibadah individu anggota


keluarga 1 sebelum dan sesudah adanya program dari Baitulmaal Muamalat
(BMM)
Sebelum Sesudah
No
Pendapatan AK1 Pendapatan AK1
Res Ibadah Ibadah
(dalam ribuan) (dalam ribuan)
7. Rp 600.00 3.8 Rp 1,000.00 4
11. Rp 1,250.00 3.8 Rp 1,850.00 4
12. Rp 300.00 4.2 Rp 1,750.00 4.2
13. Rp 550.00 4 - 4
15. Rp 450.00 4.2 Rp 2,050.00 4.4
18. Rp 900.00 4 Rp 2,500.00 4.6
20. Rp 800.00 3.2 Rp 1,000.00 3.6
22. Rp 400.00 3.6 Rp 400.00 3.8
23. Rp 400.00 3.4 Rp 400.00 3.4
24. Rp 500.00 3.4 Rp 500.00 3.8
26. Rp 300.00 4 Rp 1,800.00 4
27. Rp 800.00 3.6 Rp 800.00 3.8
28. Rp 680.00 3 Rp 2,250.00 3
29. Rp 400.00 3.4 Rp 2,150.00 3.4
30. Rp 400.00 3.2 Rp 2,050.00 3.2
Jml Rp 8,730,000.00 Rp 20,500,000.00
Rata Rp 582,000.00 Rp 1,464,285.71

Rekapitulasi data akumulasi pendapatan serta rata-rata ibadah individu anggota


keluarga 2 sebelum dan sesudah adanya program dari Baitulmaal Muamalat
(BMM)
Sebelum Sesudah
No
Pendapatan AK2 Pendapatan AK2
Res Ibadah Ibadah
(dalam ribuan) (dalam ribuan)
1. Rp 1,500.00 3.8 Rp 1,500.00 4

148
Sebelum Sesudah
No
Pendapatan AK2 Pendapatan AK2
Res Ibadah Ibadah
(dalam ribuan) (dalam ribuan)
6. Rp 1,200.00 3.8 Rp 1,200.00 4.2
9. Rp 600.00 4 Rp 600.00 4.2
12. Rp 1,500.00 3.8 Rp 1,500.00 4
16. Rp 750.00 3.4 Rp 750.00 4.4
30 Rp 550.00 3.8 Rp 550.00 3.8
Jml Rp 6,100,000.00 Rp 6,100,000.00
Rata Rp 1,016,666.67 Rp 1,016,666.67
Lampiran 6 Input serta Output Korelasi Pinjaman dan Akumulasi
Pendapatan Keluarga dan Pendapatan Keluarga dari Pekerjaan Utama,
Kiriman Sanak Keluarga, dan Pekerjaan Sampingan
Input korelasi pinjaman dan akumulasi pendapatan keluarga dan pendapatan
keluarga dari pekerjaan utama
Akumulasi pendapatan Pendapatan keluarga
No Pinjaman
keluarga mauquf’alaih dari pekerjaan utama
Res (dalam ribuan)
(dalam ribuan) (dalam ribuan)
1. Rp3,000.00 Rp 4,750.00 Rp 4,400.00
2. Rp 3,000.00 Rp 2,600.00 Rp 2,600.00
3. Rp 3,000.00 Rp 2,500.00 Rp 2,000.00
4. Rp 3,000.00 Rp 3,949.00 Rp 3,800.00
5. Rp 3,000.00 Rp 3,500.00 Rp 3,500.00
6. Rp 3,000.00 Rp 4,100.00 Rp 4,100.00
7. Rp 3,000.00 Rp 3,700.00 Rp 3700.00
8. Rp 3,000.00 Rp 2,800.00 Rp 2,600.00
9. Rp 3,000.00 Rp 3,200.00 Rp 3,200.00
10. Rp 3,000.00 Rp 6,700.00 Rp 4,700.00
11. Rp 3,000.00 Rp 4,300.00 Rp 3,800.00
12. Rp 3,000.00 Rp 4,850.00 Rp 4,850.00
13. Rp 3,000.00 Rp 4,300.00 Rp 4,100.00
14. Rp 3,000.00 Rp 3,900.00 Rp 3,900.00
15. Rp 3,000.00 Rp 3,650.00 Rp 4,650.00
16. Rp 3,000.00 Rp 3,150.00 Rp 3,150.00
17. Rp 3,000.00 Rp 4,150.00 Rp 3,400.00
18. Rp 3,000.00 Rp 3,800.00 Rp 3,800.00
19. Rp 3,000.00 Rp 3,800.00 Rp 3,800.00
20. Rp 2,000.00 Rp 3,500.00 Rp 3,200.00
21. Rp 2,000.00 Rp 2,400.00 Rp 2,100.00

149
22. Rp 2,000.00 Rp 2,600.00 Rp 2,600.00
23. Rp 2,000.00 Rp 3,050.00 Rp 3,050.00
24. Rp 2,000.00 Rp 2,900.00 Rp 2,900.00
25. Rp 2,000.00 Rp 2,400.00 Rp 2,400.00
26. Rp 2,000.00 Rp 2,700.00 Rp 2,700.00
27. Rp 2,000.00 Rp 3,300.00 Rp 3,300.00
28. Rp 2,000.00 Rp 3,350.00 Rp 3,150.00
29. Rp 2,000.00 Rp 3,234.00 Rp 3,100.00
30. Rp 2,000.00 Rp 3,500.00 Rp 3,500.00

Hasil uji normalitas pinjaman dan akumulasi pendapatan keluarga mauquf‟alaih


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 784.01701665
Most Extreme Differences Absolute .159
Positive .159
Negative -.076
Test Statistic .159
Asymp. Sig. (2-tailed) .050c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Output korelasi pinjaman dan akumulasi pendapatan keluarga mauquf‟alaih
Correlations
akumulasi_penda
pinjaman patan
pinjaman Pearson Correlation 1 .484**
Sig. (2-tailed) .007
N 30 30
**
akumulasi_pendapatan Pearson Correlation .484 1
Sig. (2-tailed) .007
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Hasil uji normalitas pinjaman dan pendapatan keluarga mauquf‟alaih dari
pekerjaan utama
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

150
Unstandardized
Residual
N 30
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 792.22369303
Most Extreme Differences Absolute .123
Positive .123
Negative -.088
Test Statistic .123
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Output korelasi pinjaman dan pendapatan keluarga mauquf‟alaih dari pekerjaan


utama
Correlations
pinjaman utama
pinjaman Pearson Correlation 1 .502**
Sig. (2-tailed) .005
N 30 30
**
utama Pearson Correlation .502 1
Sig. (2-tailed) .005
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Input korelasi pinjaman dan pendapatan tambahan keluarga mauquf‟alaih dari


kiriman sanak keluarga
Pendapatan tambahan keluarga
No Pinjaman
mauquf’alaih dari kiriman
Res (dalam ribuan)
sanak keluarga (dalam ribuan)
1. Rp 3,000.00 Rp 350.00
3. Rp 3,000.00 Rp 200.00
8. Rp 3,000.00 Rp 200.00
11. Rp 3,000.00 Rp 500.00

151
Hasil uji normalitas pinjaman dan pendapatan tambahan keluarga mauquf‟alaih
dari kiriman sanak keluarga
Warnings

There are not enough valid cases for processing. Statistics cannot be
computed.

Output korelasi pinjaman dan pendapatan tambahan keluarga mauquf‟alaih dari


kiriman sanak keluarga
Correlations
pinjaman sanakkluarga
a
pinjaman Pearson Correlation . .a
Sig. (2-tailed) .
N 4 4
a
sanakkluarga Pearson Correlation . 1
Sig. (2-tailed) .
N 4 4

a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.

Input korelasi pinjaman dan pendapatan keluarga mauquf‟alaih dari pekerjaan


sampingan
Pendapatan tambahan keluarga
No Pinjaman
mauquf’alaih dari pekerjaan
Res (dalam ribuan)
sampingan (dalam ribuan)
3. Rp 3,000.00 Rp 300.00
4. Rp 3,000.00 Rp 149.00
10. Rp 3,000.00 Rp 2,000.00
13. Rp 3,000.00 Rp 200.00
15. Rp 3,000.00 Rp 300.00
17. Rp 3,000.00 Rp 750.00
20. Rp 2,000.00 Rp 300.00
21. Rp 2,000.00 Rp 300.00

152
28. Rp 2,000.00 Rp 200.00
29. Rp 2,000.00 Rp 134.00

Hasil uji normalitas pinjaman dan pendapatan keluarga mauquf‟alaih dari


pekerjaan sampingan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 10
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 531.67810855
Most Extreme Differences Absolute .301
Positive .301
Negative -.190
Test Statistic .301
Asymp. Sig. (2-tailed) .011c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Output korelasi pinjaman dan pendapatan keluarga mauquf‟alaih dari pekerjaan


sampingan
Correlations
pinjaman sampingan
pinjaman Pearson Correlation 1 .368
Sig. (2-tailed) .296
N 10 10
sampingan Pearson Correlation .368 1
Sig. (2-tailed) .296
N 10 10

153
154
Lampiran 7 Input dan Output Korelasi Pinjaman dan Ibadah, Kebijakan
Pemerintah, Lingkungan Keluarga, Zakat Infak, Puasa, dan Shalat Keluarga
Mauquf’alaih
Input korelasi pinjaman dan ibadah, kebijakan pemerintah, lingkungan keluarga,
zakat infak, puasa, dan shalat Keluarga Mauquf‟alaih (KM)

Kebijakan
Ling Zakat & Puasa Shalat
No Pinjaman Ibadah pemerintah
kungan Infaq KM KM
Res (dalam ribuan) KM menurut
KM KM
KM

1. Rp 3,000.00 3.9 3.5 3 5 4 4


2. Rp 3,000.00 4.4 4 4 5 4 5
3. Rp 3,000.00 3.8 3 3 5 4 4
4. Rp 3,000.00 4.466667 4 4 5 4.666667 4.666667
5. Rp 3,000.00 3.466667 3.33333 3 4 4 3
6. Rp 3,000.00 3.866667 4 3 4.333333 3.666667 4.333333
7. Rp 3,000.00 4 3 4 5 4 4
8. Rp 3,000.00 3.6 3 3 4 4 4
9. Rp 3,000.00 4.15 4 4 4.75 4 4
10. Rp 3,000.00 4.2 4 4 4.5 4 4.5
11. Rp 3,000.00 3.9 3 4 4.5 4 4
12. Rp 3,000.00 4.05 3.75 4 4.5 4 4
13. Rp 3,000.00 4.15 3.75 4 4.5 4.25 4.25
14. Rp 3,000.00 4.2 4 4 4.333333 4.333333 4.333333
15. Rp 3,000.00 4.25 4 4 4.75 4 4.5
16. Rp 3,000.00 4.4 4 4 5 5 4
17. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
18. Rp 3,000.00 4.55 4 4 4.75 5 5
19. Rp 3,000.00 3.4 3 3 4 4 3
20. Rp 2,000.00 3.333333 3 3 4 3.333333 3.333333
21. Rp 2,000.00 3.666667 3.666667 3 4 4 3.666667
22. Rp 2,000.00 3.9 3 4 4.5 4 4
23. Rp 2,000.00 3.533333 3 3 4 4 3.666667
24. Rp 2,000.00 3.8 3 4 4 4 4
25. Rp 2,000.00 3.9 3.5 4 4 4 4
26. Rp 2,000.00 3.9 3.5 4 4 4 4
27. Rp 2,000.00 3.65 3.25 3 4 4 4
28. Rp 2,000.00 3.266667 3 3 3 3.666667 3.666667
29. Rp 2,000.00 3.4 3 3 4 4 3
30. Rp 2,000.00 3.5 3.25 3 4 3.75 3.5

155
Hasil uji normalitas pinjaman dan ibadah keluarga mauquf‟alaih
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .28951945
Most Extreme Differences Absolute .082
Positive .043
Negative -.082
Test Statistic .082
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Output korelasi pinjaman dan ibadah keluarga mauquf‟alaih
Correlations
pinjaman ibadahKM
pinjaman Pearson Correlation 1 .576**
Sig. (2-tailed) .001
N 30 30
**
ibadahKM Pearson Correlation .576 1
Sig. (2-tailed) .001
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Output korelasi pinjaman dan kebijakan pemerintah menurut keluarga
mauquf‟alaih
Correlations
kebijakanpemerin
pinjaman tah
pinjaman Pearson Correlation 1 .507**
Sig. (2-tailed) .004
N 30 30
**
kebijakanpemerintah Pearson Correlation .507 1
Sig. (2-tailed) .004
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

156
Output korelasi pinjaman dan lingkungan keluarga mauquf‟alaih
Correlations
pinjaman lingkungan
pinjaman Pearson Correlation 1 .312
Sig. (2-tailed) .094
N 30 30
lingkungan Pearson Correlation .312 1
Sig. (2-tailed) .094
N 30 30

Hasil uji normalitas pinjaman dan zakat infak keluarga mauquf‟alaih


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .36505550
Most Extreme Differences Absolute .186
Positive .117
Negative -.186
Test Statistic .186
Asymp. Sig. (2-tailed) .010c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Output korelasi pinjaman dan zakat infak keluarga mauquf‟alaih
Correlations
pinjaman zakatinfaq
pinjaman Pearson Correlation 1 .640**
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30
**
zakatinfaq Pearson Correlation .640 1
Sig. (2-tailed) .000
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

157
Output korelasi pinjaman dan puasa keluarga mauquf‟alaih
Correlations
pinjaman puasa
pinjaman Pearson Correlation 1 .391*
Sig. (2-tailed) .033
N 30 30
*
puasa Pearson Correlation .391 1
Sig. (2-tailed) .033
N 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan shalat keluarga mauquf‟alaih


Correlations
pinjaman sholat
pinjaman Pearson Correlation 1 .416*
Sig. (2-tailed) .022
N 30 30
*
sholat Pearson Correlation .416 1
Sig. (2-tailed) .022
N 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

158
Lampiran 8 Input dan Output Korelasi Pinjaman dan Akumulasi
Pendapatan dan Pendapatan dari Pekerjaan Utama KK, AK1, dan AK2
Input korelasi pinjaman dan akumulasi pendapatan dan pendapatan dari pekerjaan
utama yang dilakukan kepala keluarga
Akumulasi pendapatan
Akumulasi pendapatan
No Pinjaman kepala keluarga dari
kepala keluarga
Res (dalam ribuan) pekerjaan utama
(dalam ribuan)
(dalam ribuan)
1. Rp 3,000.00 Rp 3,250.00 Rp 2,900.00
2. Rp 3,000.00 Rp 2,600.00 Rp 2,600.00
3. Rp 3,000.00 Rp 2,500.00 Rp 2,000.00
4. Rp 3,000.00 Rp 3,949.00 Rp. 3,800.00
5. Rp 3,000.00 Rp 3,500.00 Rp. 3,500.00
6. Rp 3,000.00 Rp 2,900.00 Rp 2,900.00
7. Rp 3,000.00 Rp 2,700.00 Rp. 2,700.00
8. Rp 3,000.00 Rp 2,800.00 Rp 2,600.00
9. Rp 3,000.00 Rp 2,600.00 Rp 2,600.00
10. Rp 3,000.00 Rp 6,700.00 Rp 4,700.00
11. Rp 3,000.00 Rp 2,450.00 Rp 2,450.00
12. Rp 3,000.00 Rp 2,900.00 Rp 2,900.00
13. Rp 3,000.00 Rp 4,300.00 Rp 4,100.00
14. Rp 3,000.00 Rp 3,900.00 Rp 3,900.00
15. Rp 3,000.00 Rp 2,900.00 Rp 2,900.00
16. Rp 3,000.00 Rp 2,400.00 Rp 2,400.00
17. Rp 3,000.00 Rp 4,150.00 Rp 3,400.00
18. Rp 3,000.00 Rp 2,600.00 Rp 2,600.00
19. Rp 3,000.00 Rp 3,800.00 Rp. 3,800.00
20. Rp 2,000.00 Rp 2,500.00 Rp 2,500.00
21. Rp 2,000.00 Rp 2,400.00 Rp 2,100.00
22. Rp 2,000.00 Rp 2,200.00 Rp 2,200.00
23. Rp 2,000.00 Rp 2,650.00 Rp 2,650.00
24. Rp 2,000.00 Rp 2,400.00 Rp 2,400.00
25. Rp 2,000.00 Rp 2,400.00 Rp 2,400.00
26. Rp 2,000.00 Rp 2,200.00 Rp 2,200.00
27. Rp 2,000.00 Rp 2,500.00 Rp 2,500.00
28. Rp 2,000.00 Rp 2,400.00 Rp 2,400.00
29. Rp 2,000.00 Rp 2,384.00 Rp 2,250.00
30. Rp 2,000.00 Rp 2,200.00 Rp 2,200.00

159
Hasil uji normalitas pinjaman dan akumulasi pendapatan kepala keluarga
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 815.51480770
Most Extreme Differences Absolute .177
Positive .177
Negative -.132
Test Statistic .177
Asymp. Sig. (2-tailed) .017c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Output korelasi pinjaman dan akumulasi pendapatan kepala keluarga
Correlations
pinjaman akumulasi
pinjaman Pearson Correlation 1 .486**
Sig. (2-tailed) .006
N 30 30
**
akumulasi Pearson Correlation .486 1
Sig. (2-tailed) .006
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Hasil uji normalitas pinjaman dan pendapatan kepala keluarga dari pekerjaan
utama
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 561.81935116
Most Extreme Differences Absolute .135
Positive .135
Negative -.091
Test Statistic .135
Asymp. Sig. (2-tailed) .168c

a. Test distribution is Normal.

160
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Output korelasi pinjaman dan pendapatan kepala keluarga dari pekerjaan utama
Correlations
pinjaman utama
pinjaman Pearson Correlation 1 .546**
Sig. (2-tailed) .002
N 30 30
**
utama Pearson Correlation .546 1
Sig. (2-tailed) .002
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Input korelasi pinjaman dan akumulasi pendapatan dan pendapatan dari pekerjaan
utama yang dilakukan anggota keluarga 1
Akumulasi pendapatan
Akumulasi pendapatan
No Pinjaman anggota keluarga 1 dari
anggota keluarga 1
Res (dalam ribuan) pekerjaan utama
(dalam ribuan)
(dalam ribuan)
7. Rp 3,000.00 Rp 1,000.00 Rp 1,000.00
11. Rp 3,000.00 Rp 1,850.00 Rp 1,350.00
12. Rp 3,000.00 Rp 1,750.00 Rp 1,750.00
15. Rp 3,000.00 Rp 2,050.00 Rp 1,750.00
18. Rp 3,000.00 Rp 2,500.00 Rp 2,500.00
20. Rp 2,000.00 Rp 1,000.00 Rp 700.00
22. Rp 2,000.00 Rp 400.00 Rp 400.00
23. Rp 2,000.00 Rp 400.00 Rp 400.00
24. Rp 2,000.00 Rp 500.00 Rp 500.00
26. Rp 2,000.00 Rp 1,800.00 Rp 1,800.00
27. Rp 2,000.00 Rp 800.00 Rp 800.00
28. Rp 2,000.00 Rp 2,250.00 Rp 2,050.00
29. Rp 2,000.00 Rp 2,150.00 Rp 2,150.00
30. Rp 2,000.00 Rp 2,050.00 Rp 2,050.00

161
Hasil uji normalitas pinjaman dan akumulasi pendapatan anggota keluarga 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 14
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 691.53613226
Most Extreme Differences Absolute .150
Positive .150
Negative -.139
Test Statistic .150
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Output korelasi pinjaman dan akumulasi pendapatan anggota keluarga 1


Correlations
pinjaman akumulasiak1
pinjaman Pearson Correlation 1 .379
Sig. (2-tailed) .182
N 14 14
akumulasiak1 Pearson Correlation .379 1
Sig. (2-tailed) .182
N 14 14

162
Hasil uji normalitas pinjaman dan pendapatan anggota keluarga 1 dari pekerjaan
utama
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 14
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 687.25889323
Most Extreme Differences Absolute .179
Positive .179
Negative -.172
Test Statistic .179
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Output korelasi pinjaman dan pendapatan anggota keluarga 1 dari pekerjaan


utama
Correlations
pinjaman utamaak1
pinjaman Pearson Correlation 1 .319
Sig. (2-tailed) .267
N 14 14
utamaak1 Pearson Correlation .319 1
Sig. (2-tailed) .267
N 14 14

163
Input korelasi pinjaman dan akumulasi pendapatan dan pendapatan dari pekerjaan
utama yang dilakukan anggota keluarga 2
Akumulasi pendapatan
Akumulasi pendapatan
No Pinjaman anggota keluarga 2 dari
anggota keluarga 2
Res (dalam ribuan) pekerjaan utama
(dalam ribuan)
(dalam ribuan)
1. Rp 3,000.00 Rp 1,500.00 Rp 1,500.00
6. Rp 3,000.00 Rp 1,200.00 Rp 1,200.00
9. Rp 3,000.00 Rp 600.00 Rp 600.00
12. Rp 3,000.00 Rp 1,500.00 Rp 1,500.00
16. Rp 3,000.00 Rp 750.00 Rp 750.00
30 Rp 2,000.00 Rp 550.00 Rp 550.00

Hasil uji normalitas pinjaman dan akumulasi pendapatan anggota keluarga 2


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 6
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 374.69987990
Most Extreme Differences Absolute .184
Positive .165
Negative -.184
Test Statistic .184
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Output korelasi pinjaman dan akumulasi pendapatan anggota keluarga 2


Correlations
pinjaman akumulasiak2
pinjaman Pearson Correlation 1 .521
Sig. (2-tailed) .289
N 6 6
akumulasiak2 Pearson Correlation .521 1
Sig. (2-tailed) .289
N 6 6

164
Hasil uji normalitas pinjaman dan pendapatan anggota keluarga 2 dari pekerjaan
utama
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 6
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 374.69987990
Most Extreme Differences Absolute .184
Positive .165
Negative -.184
Test Statistic .184
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Output korelasi pinjaman dan pendapatan anggota keluarga 2 dari pekerjaan


utama
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 6
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 374.69987990
Most Extreme Differences Absolute .184
Positive .165
Negative -.184
Test Statistic .184
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

165
Lampiran 9 Input dan Output Korelasi Pinjaman dan Kiriman dari Sanak
Keluarga dan Pekerjaan Sampingan
Input korelasi pinjaman dan pendapatan tambahan kepala keluarga dari kiriman
sanak keluarga
Pendapatan tambahan kepala
No Pinjaman
keluarga dari kiriman sanak
Res (dalam ribuan)
keluarga (dalam ribuan)
1. Rp 3,000.00 Rp 350,00
3. Rp 3,000.00 Rp 200,00
8. Rp 3,000.00 Rp 200,00

Hasil uji normalitas pinjaman dan pendapatan tambahan kepala keluarga dari
kiriman sanak keluarga

Warnings
There are not enough valid cases for processing. Statistics cannot be
computed.

Input korelasi pinjaman dan pendapatan tambahan anggota keluarga 1 dari


kiriman sanak keluarga
Pendapatan tambahan anggota keluarga
No Pinjaman
1 dari kiriman sanak keluarga (dalam
Res (dalam ribuan)
ribuan)
11. Rp 3,000.00 Rp 500,00

Hasil uji normalitas pinjaman dan pendapatan tambahan anggota keluarga 1 dari
kiriman sanak keluarga

Warnings

There are not enough valid cases for processing. Statistics cannot be computed.

166
Input korelasi pinjaman dan pendapatan kepala keluarga dari pekerjaan sampingan
No Pinjaman Pendapatan kepala keluarga dari
Res (dalam ribuan) pekerjaan sampingan (dalam ribuan)
3. Rp 3,000.00 Rp 300.00
4. Rp 3,000.00 Rp 149.00
10. Rp 3,000.00 Rp 2,000.00
13. Rp 3,000.00 Rp 200.00
17. Rp 3,000.00 Rp 750.00
21. Rp 2,000.00 Rp 300.00
29. Rp 2,000.00 Rp 134.00

Hasil uji normalitas pinjaman dan pendapatan kepala keluarga dari pekerjaan
sampingan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 7
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 634.80164881
Most Extreme Differences Absolute .305
Positive .305
Negative -.202
Test Statistic .305
Asymp. Sig. (2-tailed) .048c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Output korelasi pinjaman dan pendapatan kepala keluarga dari pekerjaan


sampingan
Correlations
pinjaman sampingankk
pinjaman Pearson Correlation 1 .335
Sig. (2-tailed) .462
N 7 7
sampingankk Pearson Correlation .335 1
Sig. (2-tailed) .462
N 7 7

167
Input korelasi pinjaman dan pendapatan anggota keluarga 1 dari pekerjaan
sampingan
No Pinjaman Pendapatan anggota keluarga 1 dari
Res (dalam ribuan) pekerjaan sampingan (dalam ribuan)
15. Rp 3,000.00 Rp 300.00
20. Rp 2,000.00 Rp 300.00
28. Rp 2,000.00 Rp 200.00

Output korelasi pinjaman dan pendapatan anggota keluarga 1 dari pekerjaan


sampingan
Correlations
pinjaman sampinganak1
pinjaman Pearson Correlation 1 .500
Sig. (2-tailed) .667
N 3 3
sampinganak1 Pearson Correlation .500 1
Sig. (2-tailed) .667
N 3 3

168
Lampiran 10 Input dan Output Korelasi Pinjaman dan Ibadah, Shalat,
Puasa, Zakat Infak, Lingkungan Keluarga, dan Kebijakan Pemerintah
menurut KK, AK1, AK2, dan AK3
Input korelasi pinjaman dan ibadah, shalat, puasa, zakat infak, lingkungan
keluarga, dan kebijakan pemerintah menurut kepala keluarga

Zakat & Lingkungan Kebijakan


No Pinjaman Ibadah Sholat Puasa
Infaq Keluarga Pemerintah
Res (dalam ribuan) KK KK KK
KK KK KK
1. Rp 3,000.00 3.8 4 4 5 3 3
2. Rp 3,000.00 4.4 5 4 5 4 4
3. Rp 3,000.00 3.8 4 4 5 3 3
4. Rp 3,000.00 4.6 5 5 5 4 4
5. Rp 3,000.00 3.4 3 4 4 3 3
6. Rp 3,000.00 3.6 4 3 4 3 4
7. Rp 3,000.00 4 4 4 5 4 3
8. Rp 3,000.00 3.6 4 4 4 3 3
9. Rp 3,000.00 4.2 4 4 5 4 4
10. Rp 3,000.00 4.4 5 4 5 4 4
11. Rp 3,000.00 3.8 4 4 4 4 3
12. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
13. Rp 3,000.00 4.6 5 5 5 4 4
14. Rp 3,000.00 4.6 5 5 5 4 4
15. Rp 3,000.00 4.4 5 5 5 4 4
16. Rp 3,000.00 4.4 4 5 5 4 4
17. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
18. Rp 3,000.00 4.6 5 5 5 4 4
19. Rp 3,000.00 3.4 3 4 4 3 3
20. Rp 2,000.00 2.8 2 4 4 3 3
21. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 3 4
22. Rp 2,000.00 4 4 5 5 4 3
23. Rp 2,000.00 3.6 4 4 4 3 3
24. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 4 3
25. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 4 3
26. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 4 3
27. Rp 2,000.00 3.6 4 4 4 3 3
28. Rp 2,000.00 3.4 4 4 3 3 3
29. Rp 2,000.00 3.4 3 4 4 3 3
30. Rp 2,000.00 3.4 3 4 4 3 3

169
Hasil uji normalitas pinjaman dan ibadah kepala keluarga
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 30
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .38154074
Most Extreme Differences Absolute .150
Positive .088
Negative -.150
Test Statistic .150
Asymp. Sig. (2-tailed) .085c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Output korelasi pinjaman dan ibadah kepala keluarga


Correlations
pinjaman ibadahkk
pinjaman Pearson Correlation 1 .542**
Sig. (2-tailed) .002
N 30 30
**
ibadahkk Pearson Correlation .542 1
Sig. (2-tailed) .002
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan shalat kepala keluarga


Correlations
pinjaman sholatkk
pinjaman Pearson Correlation 1 .428*
Sig. (2-tailed) .018
N 30 30
*
sholatkk Pearson Correlation .428 1
Sig. (2-tailed) .018
N 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

170
Output korelasi pinjaman dan puasa kepala keluarga
Correlations
pinjaman puasakk
pinjaman Pearson Correlation 1 .174
Sig. (2-tailed) .357
N 30 30
puasakk Pearson Correlation .174 1
Sig. (2-tailed) .357
N 30 30

Output korelasi pinjaman dan zakat infak kepala keluarga


Correlations
pinjaman zakatKK
pinjaman Pearson Correlation 1 .550**
Sig. (2-tailed) .002
N 30 30
**
zakatKK Pearson Correlation .550 1
Sig. (2-tailed) .002
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan lingkungan keluarga kepala keluarga


Correlations
pinjaman lingkunganKK
pinjaman Pearson Correlation 1 .312
Sig. (2-tailed) .094
N 30 30
lingkunganKK Pearson Correlation .312 1
Sig. (2-tailed) .094
N 30 30

Output korelasi pinjaman dan kebijakan pemerintah menurut kepala keluarga


Correlations
pinjaman kebijakan
pinjaman Pearson Correlation 1 .526**
Sig. (2-tailed) .003
N 30 30
**
kebijakan Pearson Correlation .526 1
Sig. (2-tailed) .003

171
N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Input korelasi pinjaman dan ibadah, shalat, puasa, zakat infak, lingkungan
keluarga, dan kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga 1
Zakat & Lingkungan Kebijakan
No Pinjaman Ibadah Sholat Puasa
Infaq Keluarga Pemerintah
Res (dalam ribuan) AK1 AK1 AK1
AK1 AK1 AK1
2. Rp 3,000.00 4.4 5 4 5 4 4
4. Rp 3,000.00 4.6 5 5 5 4 4
5. Rp 3,000.00 3.4 3 4 4 3 3
7. Rp 3,000.00 4 4 4 5 4 3
9. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
10. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
11. Rp 3,000.00 4 4 4 5 4 3
12. Rp 3,000.00 4.2 4 4 5 4 4
13. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
14. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
15. Rp 3,000.00 4.4 5 4 5 4 4
17. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
18. Rp 3,000.00 4.6 5 5 5 4 4
19. Rp 3,000.00 3.4 3 4 4 3 3
20. Rp 2,000.00 3.6 4 4 4 3 3
21. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 3 4
22. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 4 3
23. Rp 2,000.00 3.4 3 4 4 3 3
24. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 4 3
25. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 4 3
26. Rp 2,000.00 4 4 4 4 4 4
27. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 3 4
28. Rp 2,000.00 3 3 3 3 3 3
29. Rp 2,000.00 3.4 3 4 4 3 3
30. Rp 2,000.00 3.2 3 3 4 3 3

172
Hasil uji normalitas pinjaman dan ibadah anggota keluarga 1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 25
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .33469958
Most Extreme Differences Absolute .176
Positive .104
Negative -.176
Test Statistic .176
Asymp. Sig. (2-tailed) .046c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Output korelasi pinjaman dan ibadah anggota keluarga 1


Correlations
pinjaman ibadahAK1
pinjaman Pearson Correlation 1 .581**
Sig. (2-tailed) .002
N 25 25
**
ibadahAK1 Pearson Correlation .581 1
Sig. (2-tailed) .002
N 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan shalat anggota keluarga 1


Correlations
pinjaman SholatAK1
pinjaman Pearson Correlation 1 .401*
Sig. (2-tailed) .047
N 25 25
*
SholatAK1 Pearson Correlation .401 1
Sig. (2-tailed) .047
N 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

173
Output korelasi pinjaman dan puasa anggota keluarga 1
Correlations
pinjaman PuasaAK1
pinjaman Pearson Correlation 1 .403*
Sig. (2-tailed) .046
N 25 25
*
PuasaAK1 Pearson Correlation .403 1
Sig. (2-tailed) .046
N 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan zakat infak anggota keluarga 1


Correlations
pinjaman ZakatAK1
pinjaman Pearson Correlation 1 .573**
Sig. (2-tailed) .003
N 25 25
**
ZakatAK1 Pearson Correlation .573 1
Sig. (2-tailed) .003
N 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan lingkungan keluarga anggota keluarga 1


Correlations
pinjaman LingkunganAK1
pinjaman Pearson Correlation 1 .510**
Sig. (2-tailed) .009
N 25 25
**
LingkunganAK1 Pearson Correlation .510 1
Sig. (2-tailed) .009
N 25 25

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

174
Output korelasi pinjaman dan dan kebijakan pemerintah menurut anggota
keluarga 1
Correlations
pinjaman Kebijakan
pinjaman Pearson Correlation 1 .439*
Sig. (2-tailed) .028
N 25 25
*
Kebijakan Pearson Correlation .439 1
Sig. (2-tailed) .028
N 25 25

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Input korelasi pinjaman dan ibadah, shalat, puasa, zakat infak, lingkungan
keluarga, dan kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga 2
Zakat & Lingkungan Kebijakan
No Pinjaman Ibadah Sholat Puasa
Infaq Keluarga Pemerintah
Res (dalam ribuan) AK2 AK2 AK2
AK2 AK2 AK2
1. Rp 3,000.00 4 4 4 5 3 4
4. Rp 3,000.00 4.2 4 4 5 4 4
5. Rp 3,000.00 3.6 3 4 4 3 4
6. Rp 3,000.00 4.2 5 4 5 3 4
9. Rp 3,000.00 4.2 4 4 5 4 4
12. Rp 3,000.00 4 4 4 5 4 3
13. Rp 3,000.00 3.8 4 4 4 4 3
14. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
15. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
16. Rp 3,000.00 4.4 4 5 5 4 4
18. Rp 3,000.00 4.4 5 5 4 4 4
20. Rp 2,000.00 3.6 4 4 4 3 3
21. Rp 2,000.00 3.4 3 4 4 3 3
23. Rp 2,000.00 3.6 4 4 4 3 3
25. Rp 2,000.00 4 4 4 4 4 4
27. Rp 2,000.00 3.6 4 4 4 3 3
28. Rp 2,000.00 3.4 4 4 3 3 3
30. Rp 2,000.00 3.8 4 4 4 3 4

175
Hasil uji normalitas pinjaman dan ibadah anggota keluarga 2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 18
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .22440823
Most Extreme Differences Absolute .162
Positive .162
Negative -.151
Test Statistic .162
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Output korelasi pinjaman dengan ibadah anggota keluarga 2


Correlations
pinjaman IbadahAK2
pinjaman Pearson Correlation 1 .705**
Sig. (2-tailed) .001
N 18 18
**
IbadahAK2 Pearson Correlation .705 1
Sig. (2-tailed) .001
N 18 18

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan shalat anggota keluarga 2


Correlations
pinjaman SholatAK2
pinjaman Pearson Correlation 1 .242
Sig. (2-tailed) .334
N 18 18
SholatAK2 Pearson Correlation .242 1
Sig. (2-tailed) .334
N 18 18

176
Output korelasi pinjaman dan puasa anggota keluarga 2
Correlations
pinjaman PuasaAK2
pinjaman Pearson Correlation 1 .282
Sig. (2-tailed) .257
N 18 18
PuasaAK2 Pearson Correlation .282 1
Sig. (2-tailed) .257
N 18 18

Output korelasi pinjaman dan zakat infak anggota keluarga 2


Correlations
pinjaman ZakatAK2
pinjaman Pearson Correlation 1 .601**
Sig. (2-tailed) .008
N 18 18
**
ZakatAK2 Pearson Correlation .601 1
Sig. (2-tailed) .008
N 18 18

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan lingkungan keluarga anggota keluarga 2


Correlations
pinjaman LingkunganAK2
pinjaman Pearson Correlation 1 .570*
Sig. (2-tailed) .014
N 18 18
*
LingkunganAK2 Pearson Correlation .570 1
Sig. (2-tailed) .014
N 18 18

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga 2


Correlations
pinjaman Kebijakan
pinjaman Pearson Correlation 1 .532*
Sig. (2-tailed) .023
N 18 18
*
Kebijakan Pearson Correlation .532 1
Sig. (2-tailed) .023
N 18 18

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

177
Input Korelasi Pinjaman dan ibadah, shalat, puasa, zakat infak, lingkungan
keluarga, dan kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga 3
Zakat & Lingkungan Kebijakan
No Pinjaman Ibadah Shalat Puasa
Infaq Keluarga Pemerintah
Res (dalam ribuan) AK3 AK3 AK3
AK3 AK3 AK3
6. Rp 3,000.00 3.8 4 4 4 3 4
9. Rp 3,000.00 4.2 4 4 5 4 4
12. Rp 3,000.00 4 4 4 4 4 4
13. Rp 3,000.00 4.2 4 4 5 4 4
15. Rp 3,000.00 4.2 4 4 5 4 4
18. Rp 3,000.00 4.6 5 5 5 4 4
25. Rp 2,000.00 4 4 4 4 4 4
27. Rp 2,000.00 3.6 4 4 4 3 3
30. Rp 2,000.00 3.6 4 4 4 3 3

Hasil uji normalitas pinjaman dan ibadah anggota keluarga 3


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 9
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .23979158
Most Extreme Differences Absolute .222
Positive .222
Negative -.132
Test Statistic .222
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

178
Output korelasi pinjaman dan ibadah anggota keluarga 3
Correlations
pinjaman IbadahAK3
pinjaman Pearson Correlation 1 .670*
Sig. (2-tailed) .048
N 9 9
*
IbadahAK3 Pearson Correlation .670 1
Sig. (2-tailed) .048
N 9 9

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Output korelasi pinjaman dan shalat anggota keluarga 3


Correlations
pinjaman SholatAK3
pinjaman Pearson Correlation 1 .250
Sig. (2-tailed) .516
N 9 9
SholatAK3 Pearson Correlation .250 1
Sig. (2-tailed) .516
N 9 9

Output korelasi pinjaman dan puasa anggota keluarga 3


Correlations
pinjaman PuasaAK3
pinjaman Pearson Correlation 1 .250
Sig. (2-tailed) .516
N 9 9
PuasaAK3 Pearson Correlation .250 1
Sig. (2-tailed) .516
N 9 9

Output korelasi pinjaman dan zakat infak anggota keluarga 3


Correlations
pinjaman ZakatAK3
pinjaman Pearson Correlation 1 .632
Sig. (2-tailed) .068
N 9 9
ZakatAK3 Pearson Correlation .632 1
Sig. (2-tailed) .068
N 9 9

179
Output korelasi pinjaman dan lingkungan keluarga anggota keluarga 3
Correlations
pinjaman LingkungnAK3
pinjaman Pearson Correlation 1 .500
Sig. (2-tailed) .170
N 9 9
LingkungnAK3 Pearson Correlation .500 1
Sig. (2-tailed) .170
N 9 9

Output korelasi pinjaman dan kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga 3


Correlations
pinjaman Kebijakan
pinjaman Pearson Correlation 1 .756*
Sig. (2-tailed) .018
N 9 9
*
Kebijakan Pearson Correlation .756 1
Sig. (2-tailed) .018
N 9 9

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

180
Lampiran II
Laporan Keuangan Yayasan Baitulmaal Muamalat (BMM)
(per 31 Desember 2018)

181
182
183
184
185
186

Anda mungkin juga menyukai