Anda di halaman 1dari 137

DAMPAK FASILITAS PEMBIAYAAN BANK SYARIAH MANDIRI

TERHADAP KINERJA USAHA PELAKU USAHA MIKRO KECIL DI


WILAYAH TANGERANG SELATAN

Tesis
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Mencapai Derajat Strata Dua (S2)

Program Studi Magister Perbankan Syariah

Diajukan Oleh:
Tia Martha Lailatusholihah
NIM: 21170850000030

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
DAMPAK FASILITAS PEMBIAYAAN BANK SYARIAH MANDIRI
TERHADAP KINERJA USAHA PELAKU USAHA MIKRO KECIL DI
WILAYAH TANGERANG SELATAN

THESIS

Disusun Oleh:
Tia Martha Lailatusholihah
NIM: 21170850000030
Disetujui Oleh :
Pembimbing

Nur Hidayah, MA.,Ph.D


NIP. 197610312001122002

Ketua Program Studi

Dr.Herni Ali HT, SE, MM


NIDN. 04221255902

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Tia Martha Lailatusholihah
Nomor Induk Mahasiswa : 31170850000018
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Magister Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli atau tanpa izin
pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jika kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Islam
(UIN) Syarif Hidayatullaah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Tangerang Selatan, 08 Agustus 2019


Yang Menyatakan

Tia Martha Lailatusholihah

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Informasi Pribadi
Nama : Tia Martha Lailatusholihah
Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 07 September 1996
Alamat : KP.Teladan, Desa Teluklada, RT/RW 01/01
Kecamatan Sobang, Pandeglang, Banten.
Agama : Islam
Email : tiamarha96@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


 SD Negeri Teluklada I : 2001-2007
 MTs Mathla’ul Anwar : 2007-2010
 MA Mathla’ul Anwar : 2010-2013
 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013-2017
 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2017-2019

III. Pengalaman Organisasi


 Divisi Entrepreneur HMJ Perbankan Syariah : 2013-2014
 Kabid SDM Pojok Bursa Pasar Modal : 2014-2015
 Kabid Marketing Pojok Bursa Pasar Modal : 2015-2016

IV. Pengalaman Kerja


 Magang di Bank Indonesia Institute : 2017
 Micro Financing Staff Bank Syariah Mandiri : 2017- sekarang

V. Prestasi
 Wisudawan angkatan 1 Youth Economics Leadership Program, Bank Indonesia,
2017.
 Peserta Asean University Youth Summit, Kedah, Malaysia, 2015.
 Juara ke-2 Youth Ecopreneur Indonesia, Bogor, 2014.

VI. Latar Belakang Keluarga


Suami : dr. Najib Askar
Ayah : Udwani, S.Pd.
Ibu : Esin Kuraesin, S.Tp.
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Saudara : Edwin Rismawan, S.E.

iii
ABSTRACT

This study aims to determine the impact of Bank Syariah Mandiri's small microfinance
facility (BSM) on the changes in the performance of the Micro, Small and Medium Enterprises
(MSEs) in South Tangerang, which are assessed for changes in business capital, sales turnover,
operating profit and number of workers. As well as knowing the ability of customers to pay the
Collectability Problem and evaluation of Micro Business Products (PUM) in BSM.
This research uses mixed methods, a method that combines quantitative and qualitative
methods. The population of PUM BSM customers is 197 people. The technique used for
sampling was purposive sampling with 46 subjects included in the study sample criteria,
consisting of custeomer service clusters, retail clusters and culinary clusters. Quantitative data
used in the form of simple financial statements of MSEs. The quantitative data analysis method
of this study includes the normality test, then followed by the Wilcoxon Signed Rank Test. While
qualitative data is obtained from the results of interviews with the customer and BSM. The
qualitative data analysis method uses descriptive explanations and analyzes of Strength,
Weakness, Opportunity, Threat (SWOT).
Based on the calculation of the sign rank test the Wilcoxon Signed Rank Test shows that
UMK financing activities from BSM have a positive impact on MSE business performance in
South Tangerang. Based on the results of interviews with BSM, it was found that 83% of
customers had good ability to pay installments and 17% of customers have problems with
installment payments.

Keywords: Micro and Small Business, Micro Business Financing, Wilcoxon Signed Rank Test,
Collectability Problem

iv
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak fasilitas pembiayaan mikro kecil
Bank Syariah Mandiri (BSM) terhadap perubahan kinerja usaha pelaku Usaha Mikro Kecil
(UMK) di Tangerang Selatan yang dinilai dari perubahan modal usaha, omzet penjualan, laba
usaha dan jumlah tenaga kerja. Serta mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar
angsuran (Collectability Problem) serta evaluasi Produk Usaha Mikro (PUM) di BSM.
Penelitian ini menggunakan mixed methods yaitu metode yang menggabungkan antara
metode kuantitatif dan kualitatif. Populasi nasabah PUM BSM berjumlah 197 orang. Teknik
yang digunakan untuk pengambilan sampel ialah purposive sampling dengan 46 subyek yang
masuk dalam kriteria sampel penelitian, terdiri dari nasabah cluster jasa, cluster retail dan juga
cluster kuliner. Data kuantitatif yang digunakan berupa laporan keuangan sederhana para pelaku
UMK. Metode analisis data kuantitatif penelitian ini meliputi uji normalitas kemudian
dilanjutkan dengan uji pangkat tanda wilcoxon Signed Rank Test. Sedangkan data kualitatif
didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak nasabah dan BSM. Metode analisis data kualitatif
menggunakan penjelasan deskriptif dan analisa Strength, Weakness, Opportunity, Threat
(SWOT)
Berdasarkan perhitungan uji pangkat tanda Wilcoxon Signed Rank Test memperlihatkan
bahwa kegiatan pembiayaan UMK dari BSM memberikan dampak positif terhadap kinerja usaha
UMK di Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BSM didapatkan
83% nasabah memiliki kemampuan yang baik dalam membayar angsuran dan 17% nasabah
mengalami collectability problem. Salah satu strategi yang dapat dilakukan BSM ialah
melakukan pendekatan spiritual kepada setiap nasabah.

Kata Kunci : Usaha Mikro dan Kecil, Pembiayaan Usaha Mikro, Wilcoxon Signed Rank Test,
Collectability Problem.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil al-‘alamin, segala puji dan syukur tak hentinya penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, zat yang maha pengasih dan penyayang yang telah melimpahkan segala
nikmat dan anugrah, sehingga tesis yang berjudul “Dampak Fasilitas Pembiayaan Bank Syariah
Terhadap Kinerja Usaha Pelaku Usaha Mikro Kecil Di Wilayah Tangerang Selatan” dapat
terselesaikan. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah memberi petunjuk kepada umatnya menuju kehidupan yang bahagia.
Penulis menyadari bahwa isi dari tesis ini jauh dari kesempurnaan, mengingat
keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Namun penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menjadikan tesis ini sebuah karya yang bermanfaat bagi banyak
orang. Hasil penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan doa berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesarnya atas bantuan dan
do’a kepada :

1. Suami tercinta, dr. Najib Askar yang telah memberikan motivasi, gagasan serta kasih
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
2. Orang tua tercinta, Bapak Udwani, S.Pd. dan Mamah Esin Kuraesin, S.Tp. dengan ikhlas
selalu memberikan limpahan kasih sayang, dukungan moral dan moril, serta do’a yang tak
pernah putus hingga terwujudnya harapan dan keinginan penulis untuk menyelesaikan
pendidikan dengan baik.
3. Kakak tersayang, Edwin Rismawan, S.E. serta keluarga besar Bapak Sobari dan Bapak H.
Ismail yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis agar segera menyelesaikan
perkuliahan dengan baik.
4. Ibu Nur Hidayah, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing tesis dengan kerendahan hatinya bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si.,CA.,QIA.,BPK., CRMP selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi
6. Bapak Dr. Herni Ali Husin Thalib, S.E., M.M. selaku Ketua Jurusan Magister Perbankan
Syariah dan Bapak Dr. Asyari Hasan, S.H.I., M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Magister
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Keluarga besar Bank Syariah Mandiri, khususnya Bapak Ahmad Irsyadi selaku Micro
Banking Manager, Ibu Nur Fajriah, Bapak Ahmad Syarif dan Bapak Abdul Rosyid yang
telah menghibur dan memberikan kesempatan kepada penulis agar menyelesaikan tesis ini
dengan baik.
8. Teman-teman Magister Perbankan Syariah angkatan 2017 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
9. Semua pihak yang telah memberi dukungan sehingga selesainya penulisan tesis ini.
Semoga amal baik dan jasa yang telah diberikan para pihak kepada penulis diterima oleh
Allah SWT dan diberikan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala kelemahan dan kekurangan
yang terdapat dalam tesis ini, besar harapan penulis semoga tesis ini dapat menambah
pengetahuan dan manfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca umumnya. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita.
Tangerang Selatan,
08 Agustus 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iii
ABSTRACT .............................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................ ................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ............................. ................................................................ 5
C. Rumusan Masalah ................................. ................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian ................................... ................................................................ 7
E. Manfaat Penelitian ................................. ................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 8
A. Landasan Teori......................................................................................................... 8
B. Pembiayaan Murābahah........................................................................................ 13
C. Indikator Perkembangan Usaha ............................................................................ 18
D. Usaha Mikro Kecil ................................................................................................. 24
E. Collectability Problem ........................................................................................... 26
F. Penelitian Terdahulu .............................................................................................. 27
G. Kerangka Pemikiran............................................................................................... 35
H. Hipotesis ................................................................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 37
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 37
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 37
C. Teknik Penentuan Sampel ..................................................................................... 38
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 39
E. Metode Analisis Data ............................................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 43
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................................... 43
B. Deskripsi Data Penelitian ...................................................................................... 52
C. Hasil Analisis Data ................................................................................................ 58
D. Analisis dan Pembahasan ...................................................................................... 66
E. Analisa Dampak Pum Terhadap Kinerja Usaha Setiap Cluster ........................... 70
F. Presentase Kinerja Usaha Pada Setiap Cluster ........................................................ 79
G. Analisa Collectability Problem Nasabah PUM ....................................................... 86
H. Hukum Menunda Pembayaran Angsuran ............................................................. 86
I. Evaluasi Produk Pembiayaan Usaha Mikro ............................................................. 87
SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................................... 105
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 105
B. Saran ..................................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 109
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 113

viii
DAFTAR TABEL
NO KETERANGAN HALAMAN
1.1 Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah 1
2.1 Karakteristik UKM menurut UUD No.20 tahun 2008 24
2.2 Penelitian Terdahulu 27
3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian 38
3.2 Sampel Penelitian 39
4.1 Target produk pembiayaan mikro 45
4.2 Risk Acceptance Criteria (RAC) 45
4.3 Fitur Produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) 45
4.4 Jenis Usaha Nasabah 56
4.5 Hasil Uji Normalitas 60
4.6 Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Modal 61
4.7 Wilcoxon Signed Rank Test Modal 61
4.8 Wilcoxon Signed Rank Test Output Modal 62
4.9 Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Omzet 62
4.10 Wilcoxon Signed Rank Test Omzet 63
4.11 Wilcoxon Signed Rank Test Output Omzet 64
4.12 Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Laba 66
4.13 Wilcoxon Signed Rank Test Laba 66
4.14 Wilcoxon Signed Rank Test Output Laba 66
4.15 Wilcoxon Signed Rank Test Tenaga Kerja 66
4.16 Wilcoxon Signed Rank Test Output Tenaga Kerja 67
4.17 Rincian Biaya Transaksi 90
4.18 Jumlah Aset Bank Syariah di Indonesia 91
4.18 Simulasi Pembiayaan di Bank Syariah 99

ix
DAFTAR DIAGRAM

NO KETERANGAN HALAMAN

1.1 Jumlah dan Jenis UMK Kota Tangerang Selatan 3


1.2 Jumlah Nasabah Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri 5
4.1 Usia Nasabah 52
4.2 Jenis Kelamin Nasabah 53
4.3 Pendidikan Nasabah 54
4.4 Lama Usaha Nasabah 56
4.5 Tujuan Pembiayaan Nasabah 57
4.6 Plafond Pembiayaan Nasabah 57
4.7 Tenor Pembiayaan Nasabah 57
4.8 Presentase Kinerja Usaha Pada Setiap Cluster 79
4.9 Collectability Problem 82
4.10 Nilai NPF BSM 92
4.11 Pangsa Pasar BSM Presentase Kinerja Usaha Pada Setiap Cluster 97

x
DAFTAR GAMBAR

NO KETERANGAN HALAMAN

2.1 Skema Pembiayaan Murābahah 16


2.2 Kerangka Pemikiran 35
4.1 Prosedur Pengajuan Pembiayaan Usaha Mikro 49

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha Mikro dan Kecil (UMK) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan

perekonomian di Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif lapangan pekerjaan, UMK juga

berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997 di saat

perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya.

Saat ini UMK telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan

nasional. Kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah terhadap produk domestik bruto

meningkat dari 57,84% menjadi 60,34% dalam lima tahun terakhir (2013-2018). Serapan tenaga

kerja pada sektor ini juga meningkat dari 96,99% menjadi 97,22% pada periode yang sama

(Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2018)

Tabel 1.1
Jumlah Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah

Skala Usaha 2015 2016 2017


Mikro 58.521.987 60.863.578 62.992.617
Kecil 681.552 731.047 757.090
Menengah 59.263 56.551 58.627
Tenaga Kerja 123.229.396 116.273.356 120.260.185
Sumber : Badan Pusat Statistik 2018 (Jumlah Satuan)

Kekuatan ekonomi suatu negara memiliki korelasi positif dengan kontribusi usaha kecil.

Semakin besar kontribusi usaha kecil terhadap perekonomian semakin kuat ekonomi negara

tersebut. Potensi keunggulan ekonomi dan sosial dari usaha kecil ditandai dengan kapasitasnya

1
dalam : (1) penciptaan lapangan kerja pada tingkat biaya modal yang rendah, (2) perbaikan dalam

forward dan backward linkage antara berbagai sektor, (3) penciptaan kesempatan kerja bagi

pengembangan dan adaptasi teknologi yang tepat guna, (4) sebagai pool of skill dan semi skill

workers, (5) mengisi market niche yang tidak efisien bagi perusahaan besar, (6) sebagai

pendukung perusahaan berskala besar (Astuti dan J.Widiatmoko, 2003 : 215).

Usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan sektor yang memiliki tantangan

pengembangan yang banyak, mulai dari pemasaran produk hingga masalah permodalan

(Irmawati, 2013: 153). Oleh karena itu, perlu adanya sebuah inklusi keuangan bagi UMK agar

masalah permodalan bisa teratasi. Pemberian kredit atau modal kepada pelaku UMK, secara

langsung akan mempengaruhi volume usaha bila hal tersebut digunakan untuk modal kerja. Jika

modal usaha digunakan untuk investasi atau melakukan diversifikasi usaha, maka akan

meningkatkan kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan menambah volume usaha.

Pertambahan volume usaha akan meningkatkan pendapatan bagi UMK. Pemerintah sebagai

pemegang kebijakan diharapkan mendukung perkembangan UMK, selain itu peran lembaga

keuangan diharapkan mampu mengatasi masalah permodalan yang merupakan permsalahan

umum yang dihadapi oleh para UMK. (Zamroni, 2013: 227).

Salah satu daerah di Indonesia yang dinilai sangat baik dalam mengembangkan UMK

adalah Kota Tangerang Selatan. Di tahun 2018 Kota Tangerang Selatan mendapatkan

Penghargaan Natamukti dari Kementrian Koperasi Republik Indonesia (Penghargaan ini

diberikan kepada kota yang baik dalam memasarkan, mendorong serta membangun ekosistem

UMK di daerahnya). Sebagian besar UMK di Kota Tangerang Selatan bergerak di cluster kuliner

2
yang berjumlah sebesar 36,5%, kemudian disusul dengan cluster retail/sembako sebanyak 32,3%

dan cluster jasa sebanyak 10,7% (Website Kota Tangerang Selatan, 2019)

Diagram 1.1
Jumlah dan Jenis UMK Kota Tangerang Selatan Tahun 2018

Sumber : Dinas Koperasi dan UMK Tangerang Selatan 2019

Menurut Sarmili, Kepala Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas

Koperasi dan UMKM Kota Tangerang Selatan. Beliau menjelaskan bahwa salah satu

permasalahan klasik yang melekat pada pelaku UMKM di Kota Tangerang Selatan adalah

masalah permodalan yang lemah. Keterbatasan modal membatasi ruang gerak para pengusaha.

Oleh karena itu bantuan modal dari sektor perbankan sangat diperlukan. (Republika, 2018)

Perbankan syariah merupakan lembaga keuangan yang berlandaskan nilai-nilai islam,

mempunyai kewajiban untuk meralisasikan Maqāṣid Syarῑ’ah, sehingga dalam melaksanakan

kegiata usahanya, tidak hanya berpihak pada golongan ekonomi menengah ke atas, tetapi juga

mampu menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan di kalangan masyarakat

luas, dalam hal ini ialah penyaluan kepada UMK basis kegiatan ekonomi mayoritas umat.

3
Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah salah satu bank yang berkomitmen dalam

mendukung segmen usaha mikro kecil. Hal ini terbukti dari laporan keuangan BSM yang

menyebutkan bahwa penyaluran pembiayaan kepada segmen mikro posisi per desember 2018

sebesar Rp4,34 triliun tumbuh sekitar 1,85% dibandingkan kinerja pembiayaan mikro pada tahun

2017 sebesar Rp4,26 triliun. Dukungan terhadap pembiayaan pada segmen UMKM sejalan

dengan ketentuan PBI No.17/12/PBI/2015 mengenai pemberian kredit atau pembiayaan oleh

Bank kepada UMK minimal 20%.

Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro Sektor III adalah salah satu kantor cabang

BSM yang memiliki produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM). Target pasar produk ini adalah

pelaku usaha mikro kecil di Kota Tangerang Selatan. Di akhir tahun 2018 BSM KC Bintaro

Sektor III telah menyalurkan pembiayaan kepada 197 nasabah mikro, dengan latar belakang

usaha yang berbeda-beda yang didominasi oleh cluster usaha unggulan Kota Tangerang Selatan,

yaitu cluster jasa, cluster retail, dan cluster kuliner.

Diagram 1.2
Jumlah Nasabah PUM Bank Syariah Mandiri Bintaro Sektor III

100
Jumlah Nasabah

80
60
40
20
0
PUM

2016 2017 2018

Sumber: Annual Report Bank Syariah Mandiri, 2018

4
Tabel di atas menggambarkan jumlah penyaluran pembiayaan usaha mikro BSM Sektor

III selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2016 jumlah nasabah pembiayaan mikro sebanyak

88 nasabah, kemudian di tahun 2017 mengalami sampai dengan 2018 selalu mengalami

penurunan yaitu 61 dan 48 nasabah. Hal ini menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri

memerlukan strategi baru untuk meningkatkan jumlah nasabah pembiayaan pada segmen Usaha

Mikro Kecil (UMK).

Berdasarkan pada deskripsi latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji peran

lembaga keuangan syariah terkait, dalam penyaluran pembiayaan kepada segmen UMK.

Sehingga nantinya dapat dirumuskan strategi guna membantu perkembangan UMK. Oleh

karenanya peneliti akan fokus pada judul “Dampak Fasilitas Pembiayaan Bank Syariah Mandiri

Terhadap Kinerja Usaha Pelaku Usaha Mikro Kecil di Wilayah Tangerang Selatan”

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, agar penelitian dalam tesis ini terfokus pada

permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji sebagai

berikut :

1. Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Bintaro sektor III.

2. Objek Penelitian ini adalah pelaku usaha mikro cluster jasa, cluster retail dan cluster kuliner

di Kota Tangerang Selatan yang telah mendapatkan fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro

(PUM) di Bank Syariah Mandiri pada tahun 2016-2018.

3. Data yang diolah adalah laporan keuangan nasabah UMK, persepsi para nasabah UMK, dan

persepsi pihak BSM KC Bintaro Sektor III.

5
4. Indikator yang digunakan untuk menganalisis peningkatan kinerja UMK adalah modal

usaha, omzet penjualan, laba usaha dan jumlah tenaga kerja.

5. Collectability problem didapatkan dari laporan pihak BSM KC Bintaro Sektor III dan dari

wawancara dengan nasabah terkait.

6. Evaluasi produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) dinilai dari perspektif nasabah UMK yang

mendapatkan fasilitas PUM dari BSM KC Bintaro Sektor III dan dari karyawan BSM KC

Bintaro Sektor III.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan dan pembatasan masalah yang telah disebutkan, maka

penulis menetapkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KC Bintaro Sektor III

terhadap kinerja usaha (perbedaan modal, omzet, keuntungan, dan tenaga kerja) UMK di

wilayah Tangerang Selatan?

2. Bagaimana dampak fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KC Bintaro Sektor III

terhadap kinerja usaha (perbedaan modal, omzet, keuntungan, dan tenaga kerja) UMK

berdasarkan cluster jenis usaha jasa, retail, dan kuliner di wilayah Tangerang Selatan?

3. Bagaimana kemampuan pelaku UMK yang mendapatkan fasilitas pembiayaan usaha mikro

dalam membayar pengembalian pinjaman (collectability problem) di BSM KC Bintaro

Sektor III?

4. Bagaimana persepsi pelaku UMK dan strategi BSM KC Bintaro Sektor III terhadap evaluasi

produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) di BSM KC Bintaro Sektor III?

6
D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini untuk:

1. Mengetahui dampak fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KC Bintaro Sektor III

terhadap kinerja usaha (perbedaan modal, omzet, keuntungan, dan tenaga kerja) UMK di

wilayah Tangerang Selatan.

2. Mengetahui dampak fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KC Bintaro Sektor III

terhadap kinerja usaha (perbedaan modal, omzet, keuntungan, dan tenaga kerja) UMK

berdasarkan cluster jenis usaha jasa, retail, dan kuliner di wilayah Tangerang Selatan.

3. Mengetahui kemampuan pelaku UMK yang mendapatkan fasilitas pembiayaan usaha mikro

dalam membayar pengembalian pinjaman (collectability problem) di BSM KC Bintaro

Sektor III.

4. Mengetahui persepsi pelaku UMK dan strategi BSM KC Bintaro Sektor III terhadap evaluasi

produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) di BSM KC Bintaro Sektor III.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini di antaranya:

1. Penilitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku UMK untuk

mengajukan fasilitas pembiayaan kepada lembaga perbankan syariah.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para praktisi yang bergerak di

bidang perbankan, khususnya bank syariah atau lembaga pemerintah untuk memperbaiki

layanan pembiayaan bagi sektor usaha mikro kecil.

3. Penelitian ini dapat digunakan untuk kajian ilmiah, terutama dalam bidang usaha mikro kecil,

perbankan syariah, dan ekonomi islam.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembiayaan di Bank Syariah

Dalam kegiatan penyaluran dana, lembaga keuangan baik bank maupun non-bank

melakukannya dengan cara menyalurkan pembiayaan. Menurut UU No 7 Tahun 1992, yang

dimaksud pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya ditambah dengan

sejumlah imbalan atau pembagian hasil. Tiga aspek pembiayaan yaitu : aman, lancar dan

menguntungkan.

Pemberian pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau

sewa yang terbebas dari penetapan bunga dan memberikan rasa aman, karena yang diberikan

kepada nasabah adalah barang bukan uang, serta tidak ada beban bunga yang ditetapkan di

muka. (Subagyo, 2002: 124)

Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan di bank syariah adalah sebuah fasilitas

pinjaman bagi debitur yang kekurangan dana untuk usahanya, dimana pihak debitur

diwajibkan memberikan angsuran setiap jangka waktu tertentu, dengan bagi hasil yang telah

disepakati diawal atas persetujuan kedua belah pihak.

2. Dasar Hukum Pembiayaan

Proses pembiayaan syariah memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan. Dasar

hukum tersebut bersumber dari Al-Qur’an, Al-Hadis dan Undang-undang Perbankan.

8
a. Firman Allah terkait pembiayaan atau hutang dalam surat Al-Baqarah ayat 280 yang

artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, Maka berilah tenggang

waktu sampai Dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan (sebagian

atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS. Al Baqarah:

280).

b. Salah satu dalil hadis yang dipergunakan oleh para ulama mengenai pembiayaan syariah

adalah hadis riwayat Abi Dawud, Nabi SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: ‘Aku

adalah pihak ketika dari dua orang yang bersekutu selagi tidak saling mengkhianati.

Bila salah-satunya telah berbuat khianat kepada sahabatnya, maka Aku keluar dari

keduanya.”

c. Pembiayaan syariah menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 12 adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut, setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil.

3. Tujuan Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan

pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro (Muhammad,

2005: 17).

Secara makro dijelaskan bahwa pembiayaan bertujuan :

a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat diakses secara

ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.

9
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha

membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas

pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus

dana,sehingga dapat digulirkan.

c. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi

masyarakat agar mampu meningkatkan daya produksinya.

d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui

penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.

Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu

melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil

usahanya.

Adapun secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:

a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi,

yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba

maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana

yang cukup.

b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan

laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko yang mungkin

timbul, risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan

dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta

sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan

10
sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan

demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber

daya ekonomi.

4. Produk Pembiayaan Syariah

Menurut Karim (2004: 98) dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk

pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yaitu :

a. Prinsip Jual Beli (Bai’)

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan

kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Prinsip ini dapat dibagi sebagai

berikut:

1) Pembiayaan Murābahah

Murābahah yaitu jual beli dengan kesepakatan pemberian keuntungan bagi penjual

dengan memperhatikan dan memperhitungkannya modal awal penjual.

2) Pembiayaan Salām

Salām adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada.

3) Pembiayaan Istiṣnā

Produk istiṣnā menyerupai produk salam, tetapi dalam istisna pembayarannya dapat

dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istiṣnā dalam

bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi.

b. Prinsip Sewa (Ijārah)

Transaksi ijārah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya

prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun perbedaanya terletak pada

11
objek traksaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada

ijārah objek transaksinya adalah jasa.

c. Prinsip Bagi Hasil (Shirkah)

1) Pembiayaan Mushārakah

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah mushārakah (shirkah atau serikat

atau kongsi). Dalam artian semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek

mushārakah dan dikelola bersama-sama.

2) Pembiayaan Muḍarabah

Muḍarabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana

pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola

(muḍharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.

d. Akad Pelengkap

1) Ḥiwālah (Alih Utang-Piutang)

Tujuan fasilitas ḥiwālah adalah untuk membantu supplier mendapatkan

modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.

2) Rahṇ (Gadai)

Tujuan akad rahṇ adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada

bank dalam memberikan pembiayaan.

3) Qarḍ (Pinjaman Uang)

Qarḍ adalah pinjaman uang. Aplikasi qarḍ dalam perbankan biasanya

dalam empat hal, yaitu: sebagai pinjaman talangan haji, sebagai pinjaman tunai

12
(cash advanced), sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, sebagai pinjaman

kepada pengurus bank, dsb.

4) Wakālah (Perwakilan)

Wakālah dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan

kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,

seperti inkasi dan transfer uang.

Menurut Riva’i (2010: 686) pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi dua

1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan

modal dalam rangka pengembangan usaha.

2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan

investasi atau pengadaan barang konsumtif.

B. Pembiayaan Murābahah

1. Pengertian Murābahah

Secara bahasa, kata murābahah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ribh yang

artinya “keuntungan”. Sedangkan secara istilah murābahah didefinisikan sebagai prinsip jual

beli dimana harga jual terdiri atas harga pokok barang ditambah nilai keuntungan. (Sutedi,

2009: 122)

Beberapa tokoh memiliki penafsiran yang sama mengenai definisi murābahah.

Murābahah diartikan sebagai jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan

yang disepakati (Antonio, 2000: 101). Adapun menurut Riva’i (2010: 686), murābahah

adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan

13
pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas

barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya.

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/V/2000 tentang

murābahah, yang dimaksud dengan murābahah adalah menjual suatu barang dengan

menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih

sebagai laba.

Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murābahah adalah akad pembiayaan dengan

prinsip jual beli dimana penjual menyatakan harga beli beserta keuntungan (margin), dalam

hal ini yang bertindak sebagai penjual adalah bank, sedang sebagai pembeli adalah nasabah.

2. Dasar Hukum Murābahah

Landasan hukum murābahah terdapat pada Al-Qur’an, Hadis, dan Ijma:

a. Al-Qur’an

Dijelaskan dalam Al-Qur’an tentang diperbolehkannya jual beli dan diharamkannya

riba dalam kegiatan muamalah, seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yang artinya : “..dan

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

b. Hadis

Selain Al-Qur’an, terdapat beberapa hadis yang memberikan landasan mengenai

murābahah, diantaranya ialah:

1) Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassallam: “Pendapatan yang paling afdhal

(utama) adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad

Al Bazzar Ath Thabrani).

14
2) Hadis dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:”Tiga perkara yang didalamnya terdapat

keberkahan: menjual dengan pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari

mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan

tidak untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).

c. Ijma’

Menurut Imam Malik, murābahah itu dibolehkan (mubah) dengan berlandaskan

pada orang-orang Madinah. Terdapat konsensus pendapat di Madinah mengenai hukum

tentang orang yang membeli baju di sebuah kota, dan mengambilnya ke kota lain untuk

menjulanya berdasarkan suatu kesepakatan berdasarkan keuntungan. Imam Syafi’i

mengatakan jika seorang menunjukan komuditas kepada seseorang dan mengatakan “kamu

beli untukku, aku akan memberikan keuntungan begini, begitu”, kemudian orang itu

membelinya, maka transaksi itu sah. Sedangkan Marghinani seorang fiqih mazhab hanafi

membenarkan keabsahan murābahah berdasarkan kondisi penting bagi validitas penjualan

di dalamnya.

Dengan demikian pula Nawawi dari mazhab syafi’i, secara sederhana

mengemukakan bahwa penjualan murābahah sah menurut hukum tanpa bantahan (Saeed,

2004: 119). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa landasan hukum pembiayaan

murābahah adalah Al-quran, Hadis Rasulullah Saw serta Ijma’ ulama.

3. Skema Murābahah

Secara umum, aplikasi perbankan syariah dari bai’ al-murābahah dapat digambarkan

dalam skema berikut ini (Laksamana, 2009: 25).

15
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Murābahah

1. Negosiasi & persyaratan

2. Akad Jual Beli

Bank Nasabah

3. Bayar
5.Terima barang & dokumen

Supplier Penjual
3.Beli barang 4.Kirim

Dari gambar di atas dapat dijelaskan proses pembiayaan murābahah adalah sebagai

berikut:

1) Negosiasi dan persyaratan, pada tahap ini melakukan negosisasi dengan pihak bank yang

berhubungan dengan spesifikasi produk yang diinginkan oleh nasabah, harga beli dan

harga jual, jangka waktu pembayaran atau pelunasan, serta persyaratan-persyaratan

lainnya yang harus dipenuhi oleh nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada

bank syariah.

2) Bank membeli produk/barang yang sudah disepakati dengan nasabah tersebut. Bank

biasanya membeli ke supplier.

3) Akad jual beli, setelah bank membeli produk sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan

nasabah, maka selanjutnya bank menjualnya kepada nasabah, disertai dengan

penandatanganan akad jual beli antara bank dan nasabah, pada akad tersebut dijelaskan

hal-hal yang berhubungan dengan jual beli murābahah. Rukun dan syarat-syaratnya

harus terpenuhi.

16
4) Supplier mengirim produk/barang yang dibeli oleh bank ke alamat nasabah, atau sesuai

dengan akad perjanjian yang telah disepakati antara bank dan nasabah sebelumnya.

5) Tanda terima barang dan dokumen, ketika barang sudah sampai ke alamat nasabah,

maka nasabah harus menandatangani surat tanda terima barang, dan mengecek kembali

kelengkapan dokumen-dokumen produk/barang tersebut.

6) Proses selanjutnya adalah nasabah membayar harga produk/barang yang dibelinya dari

bank, biasanya pembayaran dilakukan secara angsuran/cicilan dalam jangka waktu

tertentu yang telah disepakati sebelumnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa transaksi jual beli murābahah akan dicairkan

setelah akad perjanjian jual beli murābahah di tandatangani, serta bank telah menerima

dokumen bukti transaksi dan penyerahan (barang yang dimaksud dalam akad) dari supplier

kepada nasabah selaku wakil bank.

Harga pembelian barang kepada supplier tersebut dibayarkan langsung oleh bank

kepada supplier, sedang nasabah (pembeli) menandatangani tanda terima barang yang dibeli

dari bank dengan pembayaran secara tangguh.

4. Ketentuan Margin Pembiayaan Murābahah

Bank Syariah Mandiri dalam memberikan pelayanan kepada nasabah berupa

pembiayaan murābahah memberikan margin dalam setiap pembiayaan yang dilakukan. Dalam

menetapkan margin yang diberikan kepada nasabah ada faktor yang menjadi pertimbangan yaitu

kemampuan nasabah dan kebijakan dari Bank Syariah Mandiri.

Misalnya harga suatu barang yang diinginkan oleh nasabah A untuk mendukung

kegiatan usahanya senilai Rp100.000.000 (seratus juta rupiah), jangka waktu yang diinginkan

17
selama 24 bulan. Maka bank memberikan pembiayaan murābahah kepada nasabah dengan

perhitungan angsuran sebagai berikut :

Harga Pokok : Rp100.000.000,-

Margin Murābahah : Rp18.000.000,-

Harga Jual Bank : Rp118.000.000,-

Angsuran Perbulan : Rp118.000.000,- / 24 = Rp 4.916.700,-

Dalam contoh ini bank menetapkan margin sebesar 18%. (Rp118.000.000,- merupakan

nilai gross yang terdiri atas harga pokok dan margin). Namun bila nantinya nasabah A

mengalami usaha yang tidak lancar, bank dapat menurunkan margin tersebut. Kebijakan ini

diambil bank berdasarkan kemampuan nasabah dan kebijakan bank itu sendiri (Manual Book

Pembiayaan Bank Syariah Mandiri, 2018)

C. Indikator Perkembangan Usaha

Tolak ukur perkembangan usaha haruslah merupakan parameter yang dapat diukur

sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Chandra (2000: 35), perkembangan usaha

merupakan suatu kejadian terjadinya peningkatan omzet penjualan dan modal usaha.

Selanjutnya Jeaning Beaver dalam buku Muhammad Sholeh, menjelaskan bahwa tolak ukur

tingkat keberhasilan dan perkembangan perusahaan kecil dapat dilihat dari peningkatan

omset penjualan, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan jumlah pelanggan (Sholeh,

2008: 26).

Menurut Rokhayati (2015: 98) dalam jurnalnya yang berjudul Pengukuran Kinerja

pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa pencapaian kinerja dapat

diketahui dari ukuran tentang keberhasilan dari UMKM tersebut, yang dapat dilihat dari;

18
adanya peningkatan penjualan, peningkatan modal usaha, peningkatan pendapatan dan laba

usaha, adanya peningkatan tenaga kerja yang digunakan, serta adanya perluasan pasar.

Dalam konteks penelitian ini, penulis memfokuskan indikator perkembangan usaha

pada 4 variabel yaitu pertumbuhan modal usaha, omzet, laba usaha dan tenaga kerja.

1. Omzet Penjualan

Omzet penjualan adalah akumulasi dari kegiatan penjualan suatu produk barang dan

jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau

dalam satu proses akuntansi (Harahap, 2004: 301). Selanjutnya, Tjiptono (2002: 118)

memberikan pendapat tentang omzet penjualan diterapkan dalam tiga apresiasi yaitu: tingkat

penjualan yang ingin dicapai, pasar yang ingin dikembangkan sebagai kegiatan transaksi atau

tempat melakukan transaksi dan keuntungan atas penjualan. Ketiga esensi tersebut pada dasarnya

memberikan batasan bahwa omzet penjualan diartikan sebagai penambahan nilai ekonomi yang

ditimbulkan melalui aktivitas penawaran produk dari berbagai perusahaan industry yang

menawarkan pembelian kepada konsumen.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah keseluruhan

jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah

uang yang diperoleh.

Rumus menghitung omzet sebagai berikut :


Rumus : TR = P X Q

Keterangan :
TR : Omzet
P : Harga Jual
Q : Kuantitas Jual

19
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan:

Dalam prakteknya, kegiatan penjualan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut: (Swastha dan Irawan, 1990: 84).

1) Kondisi dan kemampuan penjual, transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara

komersial atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual

dan pembeli. Penjual harus dapat menyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil

mencapai sasaran penjualan yang diharapkan.

2) Kondisi Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam

penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor-faktor

kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah: jenis pasarnya, kelompok pembeli atau

segmen pasarnya, daya belinya, frekuensi pembelian, serta keinginan dan kebutuhan.

3) Modal sangat diperlukan untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.

Kegiatan penjualan akan terhambat apabila tidak tercukupinya modal untuk produksi

ataupun promosi.

4) Faktor-faktor lain seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah, sering

mempengaruhi penjualan.

2. Modal Usaha

Gitman (2003: 488) menjelaskan bahwa modal usaha adalah jumlah harta lancar

yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain

dalam suatu kegiatan bisnis. Modal Usaha juga diartikan sebagai uang tunai dan aktiva yang

mudah diuangkan untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.

20
Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segalanya dalam

sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Yang

menjadi persoalan di sini bukanlah penting tidaknya modal, karena keberadaannya memang

sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang

dijalankan dapat berjalan lancar (Amirullah, 2005: 7).

Rumus untuk menghitung modal usaha adalah :

Modal Akhir = Modal Awal + Laba Bersih – Prive

Keterangan : Prive adalah pengambilan dana oleh pemilik perusahaan

Macam-macam modal :

a. Modal Sendiri

Menurut Mardiyatmo (2008: 89) mengatakan bahwa modal sendiri adalah modal

yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan,

hibah, pemberian saudara, dan lain sebagainya.

Kelebihan modal sendiri adalah:

1) Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban

perusahaan;

2) Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari setoran pemilik

modal;

3) Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang relatif lama;

4) Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan pemilik akan

tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak

lain.

21
b. Modal Asing (Pinjaman)

Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak

luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah

jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan

menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk

mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh

dari: pinjaman dari dunia perbankan, pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan

pegadaian, modal ventura, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya.

c. Modal Patungan

Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal usaha dengan cara

berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan menggabungkan antara modal

sendiri dengan modal satu orang teman atau beberapa orang (Ambadar, 2010: 15).

3. Laba Usaha/Keuntungan

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara

operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari

transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan tersebut. Soemarso (2010: 54)

mendefinisikan laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan

usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba atau rugi

merupakan hasil perhitungan secara periodik (berkala).

Dalam ilmu ekonomi istilah untung atau rugi merujuk hanya pada dua “kutub” besar

dalam bisnis yaitu kutub biaya dan ongkos (TC) dan kutub peneriman (TR). Dalam hal ini bila

22
TC > TR maka perusahaan rugi, bila TC < TR maka perusahaan untung, bila TC = TR maka

perusahaan tidak mendapatkan keuntungan namun juga tidak dapat kerugian.

Rumus untuk menghitung laba:

Laba Bersih= Laba Kotor – Beban Usaha

4. Pertumbuhan Tenaga Kerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (2) UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ jasa,

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain atau setiap orang yang bekerja sendiri dengan tidak menerima

upah atau imbalan.

Penyerapan tenaga kerja menjelaskan tentang hubungan kuantitas tenaga kerja yang

dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha atas jumlah tenaga kerja yang

diminta karena orang tersebut dapat meningkatkan jumlah barang atau jasa yang diproduksi

dan kemudian dijual kepada konsumen. Adanya pertambahan permintaan perusahaan

terhadap tenaga kerja bergantung kepada pertambahan permintaan masyarakat akan barang

dan jasa yang diproduksi.

Menurut Sumarsono (2003: 26), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah

tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga kerja

ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain naik turunnya permintaan pasar akan

hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume

23
produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam

proses produksi.

D. Usaha Mikro dan Kecil

1. Pengertian Usaha Mikro dan Kecil (UMK)

Usaha mikro berdasarkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur

dalam undang-undang ini.

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan perorangan

yang memenuhi kriteria usaha mikro, yakni:

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha.

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil, yakni:

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling banyak Rp500 juta

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta sampai dengan paling banyak

Rp2,5 miliar.

24
Karakteristik UKM menurut UUD No.20 tahun 2008 lebih ringkasnya dijelaskan dalam tabel

2.1.

Tabel 2.1
Karakteristik UKM menurut UUD No.20 Tahun 2008
Skala Usaha Kriteria

Kekayaan Bersih Omzet

Usaha Mikro Maksimal Rp50 juta Maksimal Rp300 juta

Usaha Kecil >Rp50 juta-Rp500 juta >Rp300 juta-Rp2,5 miliar

Usaha Menengah >Rp500juta-Rp10Miliar >Rp2,5Miliar-Rp50 Miliar

Sumber : Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMK Bab IV pasal 6.

2. Peran Usaha Mikro dan Kecil

Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, Peran usaha mikro dalam perekonomian

di Indonesia paling tidak dapat dilihat dari:

a. Pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor

b. Penyedia lapangan kerja terbesar

c. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan

masyarakat

d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi

e. Menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor

Sedangkan menurut UU No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro dan kecil bertujuan untuk

menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun perekonomian

nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. UMK berperan dalam

25
pembangunan perekonomian nasional melalui kontribusi terhadap PDB, penciptaan

lapangan pekerjaan, dan penyerapan tenaga kerja. Industri kecil merupakan usaha ekonomi

yang tersebar luas diseluruh daerah.

Saat ini kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah terhadap produk

domestik bruto meningkat dari 57,84% menjadi 60,34% dalam lima tahun terakhir (2013-

2018). Serapan tenaga kerja pada sektor ini juga meningkat dari 96,99% menjadi 97,22%

pada periode yang sama (Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, 2018).

E. Collectability Problem

Collectability yang dimaksud dalam konsep ini adalah kemampuan pengusaha

UMK penerima pembiayaan mikro syariah dalam mengembalikan pembiayaan.

Collectability Problem berarti pengusaha yang memiliki masalah dalam kemampuan bayar.

Pembiayaan bermasalah juga berarti suatu kondisi pembiayaan yang di dalamnya

terdapat penyimpangan (deviasi) atas terms of lending yang disepakati, sehingga terjadi

keterlambatan atau gagal bayar. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi collectability

problem penerima kredit perbankan syariah adalah: Persoalan bisnis (bussines problem);

Persoalan hidup (life problem); Persoalan komitmen (commitment problem). Dalam

praktiknya kemacetan suatu pembiayaan disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:

a. Dari pihak bank yaitu : (1) kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah; (2) kurang

dilakukan evaluasi keuangan nasabah; (3) perhitungan modal kerja tidak didasarkan

kepada bisnis usaha nasabah; (4) aspek jaminan tidak diperhitungkan; (5) Lemahnya

pendampingan.

26
b. Dari pihak nasabah yaitu : (1) karakter nasabah yang tidak amanah (tidak jujur dalam

memberikan informasi dan laporan tentang kegiatannya); (2) kemampuan pengelolaan

nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha; (3) usaha yang

dijalankan relatif baru; (4) bidang usaha nasabah telah jenuh; (5) tidak mampu

menanggulangi masalah atau kurang menguasai bisnis (Muchdarsyah, 1992: 11).

Pembiayaan bermasalah digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu:

pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet (Iswi Hariyani,

2010 : 35). Informasi mengenai riwayat pembiayaan nasabah (status kolektibilitas)

diklasifikasikan oleh Bank Sentral menjadi lima status dari yang tertinggi hingga yang

terendah (1) kol-1 (lancar), (2) kol-2 (dalam perhatian khusus), (3) kol-3 (kurang lancar), (4)

kol-4 (diragukan), dan (5) kol-5 (macet).

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada jurnal-jurnal maupun penelitian terdahulu untuk

dijadikan acuan penelitian. Adapun acuan jurnal dan penelitian terdahulu yaitu:

Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu

No Identitas Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Pitter Leiwakabess dan Usaha Mikro, kecil dan menengah  Modal sebagai  Objek, tempat,
Fensca Lahallo (2018) memberi kontribusi yang signifikan indikator dan waktu
dalam memacu pertumbuhan perkembangan penelitian.
Judul : Pembiayaan ekonomi Indonesia usaha.  Indikator
Usaha Mikro Kecil dan  Permodalan merupakan faktor utama perkembangan
Menengah (UMKM) yang diperlukan untuk usaha
mengembangkan suatu unit usaha.  Metodologi
sebagai solusi dalam
 Bagi pelaku UMK di Kab. Sorong Penelitian
meningkatkan modal pinjaman dari bank atau kualitatif

27
produktivitas usaha lembaga keuangan lain sulit dengan
pada UMKM Kab. diperoleh, karena persyaratan secara pendekatan
Sorong. 1(1), 11-21. administratif dan teknis yang diminta deskriptif.
oleh bank sulit dipenuhi.
2. Aprilya Rahayu (2018)  Hasil penelitian menunjukan bahwa  Metode  Tempat
variabel modal usaha, produk, omzet penelitian penelitian
Judul : Analisis dan tenaga kerja mengalami kenaikan kuantitatif adalah BPRS
Perkembangan Usaha setelah menggunakan pembiayaan deskriptif  Tahun
Mikro, Kecil dan dari BPRS Margirizki Bahagia  Uji pangkat Penelitian
Menengah sebelum dan Yogyakarta. Hal ini dikarenakan tanda Wilcoxon  Jenis produk
modal usaha nasabah yang bertambah  Indikator dan tenaga
sesudah mendapatkan Perkembangan
setelah diberi pembiayaan, maka kerja menjadi
pembiayaan dari BPR usaha yang
nasabah menambah jumlah produksi, indikator
Syariah. sehingga omzet dan jumlah tenaga dipakai adalah perkembangan
modal dan
kerja mengalami kenaikan. usaha
omzet.
3. Richard O. Akingunola  Penelitian ini menyimpulkan bahwa  Fokus penelitian  Objek, tempat,
(2017) terdapat korelasi positif antara kredit ialah menilai waktu dan
mikro dan pertumbuhan bisnis UMK. dampak UMK fokus
Impact of Microfinance  Upaya yang dapat dilakukan Bank di terhadap kinerja penelitian.
Banks on Micro and Ogun adalah meningkatkan jumlah usaha mikro  Metode regresi
Small Enterprises in pinjaman dan mengecilkan bunga kecil. sederhana
yang dibebankan sehingga UMK (Simple
Ogun State, Nigeria.
mampu membiayai operasional regression
9(2), 163-169. perusahaan juga membayar kreditnya analysis)
kepada Bank.
4. Mustica Bintang Sabiti  Pembiayaan mikro syariah  Indikator  Objek, tempat,
(2017) berdampak positif terhadap perkembangan waktu dan
Judul : Islamic pendapatan para pelaku usaha mikro. UMK yang fokus
Microfinance and It’s  Hal ini terlihat dari perubahan digunajan penelitian.
Impact On Poverty frekuensi laba sebelum dan sesudah adalah laba
Reduction In Bogor. pembiayaan yang terus meningkat. usaha.  Metodelogi
6(1), 87-102. Penelitian
ialah analisis
regresi linier
berganda
5. Amarsyah Ali Hasibuan  Pembiayaan mudharabah  Indikator yang  Objek, tempat,
(2017) mempengaruhi kenaikan omzet digunakan waktu dan
Judul : Peranan BPRS nasabah UMK. untuk melihat fokus
Puduarta Insani dalam  Hasil penelitian menurut tabulasi perkembangan penelitian.
upaya meningkatkan silang/cross tabulation dapat dilihat usaha adalah  Metode
adanya berbagai hambatan yang omzet. penelitian
dihadapi nasabah seperti kurangnya kuantitatif

28
kesejahteraan pengetahuan nasabah tentang dengan Uji
masyarakat di Tembung teknologi membuat sebagian nasabah beda (Paired
Kabupaten Deli Serdang masih sulit untuk mengakses Sample t Test)
pembiayaan.  Tabulasi
Silang/Cross
Tabulation
 Pembiayaan
mikro meng-
gunakan akad
mudharabah
6. Andi Munandar (2016)  Potensi pertumbuhan UMK di daerah  Fokus  Objek, tempat,
sangat besar. penelitian ialah dan waktu
Judul :The Strategy  Pengembangan UMK harus penilaian penelitian.
Development and dilaksanakan sesuai dengan budaya dampak UMK  Metodologi
Competitive Advantages lokal dan potensi yang dimiliki oleh terhadap yang
Of Micro Small daerah yang bersangkutan. kinerja usaha digunakan
 Peranan peningkatan SDM, mikro kecil. ialah metode
Medium Entreprise
pemanfaatan teknologi, permodalan, kualitatif.
Business Institution To pemasaran, informasi, dan
Ward Regional manajemen sangat penting dalam
Development. 1(2), 103- mengembangkan usaha mikro.
112.
7. Mohummed Shofi  Keuangan mikro membantu  Fokus penelitian  Objek, tempat,
(2015) meningkatkan kualitas hidup para ialah menilai dan waktu
pelaku UMK. dampak UMK penelitian.
Judul : What Impact  Perubahan positif secara konsisten terhadap kinerja  Metodelogi
Does Microfinance dirasakan pada penerima pembiayaan usaha mikro yang digunakan
Have on Rural lembaga mikro non-pemerintah di kecil. ialah
Bangladesh. descriptive
Livelihood? A
 Pembiayaan mikro dapat membantu statistics
Comparison of meningkatkan mata pencaharian di multiple
Governmental and Non- daerah pedesaan. regression
Governmental  Penyaluran
Microfinance Programs pembiyaan
in Bangladesh. 68(C), mikro yaitu
336-354. pemerintah dan
lembaga
keuangan
swasta bukan
bank.

29
8.. Arif Rahman (2015)  Hasil dari analisis LQ diketahui bahwa  Tempat  Objek, waktu
di Kota Tangerang terdapat 3 sektor penelitian di dan fokus
Judul : Potensi Ekonomi unggulan UMK, yaitu perdagangan, Kota Tangerang penelitian.
Daerah dalam hotel dan restoran dengan nilai indeks Selatan.  Metodelogi
Pengembangan UMK 1,59. Disusul oleh sektor jasa  Indutri unggulan yang
unggulan Di Kota perusahaan dan keuangan dengan nilai UMK digunakan
indeks 1,01 Tangerang ialah : Analisis
Tangerang
 Kemudian dari hasil SWOT diketahui Selatan adalah Location
bahwa strategi yang bisa dilakukan kuliner, retail Quotient (LQ)
untuk pengembangan UMK adalah dan jasa. dan Analisis
memperbaiki kualitas SDM, dan SWOT
memudahkan para UMK dalam akses
permodalan.

9. Si Islam Siarno (2015)  Nasabah BMT Kota Surakarta  Metodelogi  Tempat


mengalami perkembangan usahanya analisis penelitian di
Tesis Judul : Analisis setelah dibiayai oleh BMT. kuantitatif Baitul Mal Wat
Perkembangan Usaha  Hal ini dikarenakan modal usaha  Analisis Tamwil.
Mikro dan Kecil Setelah nasabah yang bertambah setelah Wilcoxon  Tahun
Memperoleh diberi pembiayaan, maka nasabah Signed Rank penelitian.
menambah jumlah produksi, sehingga Test  Objek
Pembiayaan Dari Baitul
omzet dan laba usaha mengalami penelitian ialah
Mal Wat Tamwil kenaikan. seluruh nasabah
Di Kota Surakarta pembiayaan
Tahun 2015 musyarakah.
10. Sayed Samer  Pembiayaan Mikro yang disalurkan  Indikator yang  Objek, tempat,
(2015) oleh Amanah Ikhtiar Malaysia (AIM) digunakan waktu dan
dapat meningkatkan kesejahteraan untuk menilai fokus
Judul : The Impact of sosial ekonomi masyarakat miskin pengaruh penelitian.
Microfinance on dan berpenghasilan rendah terutama pembiayaan  Metodologi
Poverty Reduction: pada pendapatan usaha rumahan para mikro adalah Penelitian
perempuan di Malaysia. omzet para kualitatif
Empirical
UMK. (Interview &
Evidence from Observasi)
Malaysian Perspective.
195(5), 721-728.

11. Wina Saparingga dkk  Penelitian ini menjukan bahwa  Fokus penelitian  Objek, tempat,
(2015) perkembangan usaha nasabah BRI ialah menilai waktu dan
Judul : Analisis Syariah sesudah mendapat fasilitas dampak UMK fokus
Perbandingan Tingkat pembiayaan mikro menjadi lebih terhadap kinerja penelitian.
Perkembangan Usaha berkembang usahanya dilihat dari

30
Mikro Kecil Menengah jumlah pelanggan, jumlah tenaga usaha mikro  Metodelogi
Sebelum & Sesudah kerja dan jumlah macam barang kecil. penelitian
Mendapatkan Fasilitas yang dijual. deskriptif
Pembiayaan Mikro di komparatif
BRI Syariah Kepo  Indikator
Bandung) perkembangan
usaha yang
1(2), 314-321
digunakan yaitu
jumlah
pelanggan dan
jumlah macam
barang yang
dijual.
12. Sri Maryati (2014)  Hasil penelitian menunjukkan  Fokus penelitian  Objek, tempat,
besarnya pembiayaan produktif, aset ialah menilai waktu dan
Judul : Peran Bank usaha yang dimiliki UMKM, dan dampak UMK fokus
Pembiayaan Rakyat jumlah tenaga kerja yang terhadap kinerja penelitian.
Syariah dalam mempengaruhi nilai produksi usaha usaha mikro  Metode
Pengembangan UMKM UMKM secara signifikan. kecil. analisa
 Pembiayaan produktif dan aset usaha deskriptif-
dan Agribisnis Pedesaan
berpengaruh positif terhadap nilai kualitatif
di Sumatera Barat. 3(1), produksi usaha. Sedangkan, jumlah berbasis kajian
1-17. tenaga kerja berpengaruh negative kepustakaan
terhadap nilai produksi usaha. (library
research).
13. Anggraeni, Herdiana  Hasil regresi logit menunjukkan  Fokus penelitian  Objek, tempat,
dkk (2013) dummy jenis usaha, umur, omzet dan ialah menilai waktu dan
dummy akses simpanan merupakan dampak UMK fokus
Judul : The Access of faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja penelitian.
MSME towards Islamic akses UMKM terhadap pembiayaan usaha mikro  Metode regresi
Microfinancing and Its BMT. kecil. logistik model
Impact on Business  Pembiayaan syariah BMT logit
Development : A Case berpengaruh positif signifikan
of BMT Tadbiirul terhadap perubahan keuntungan
Ummah, Bogor. 1(1), usaha.
56-67.
14. Dewi Anggraini, dan  Besarnya pengaruh variabel modal  Indikator yang  Objek, tempat,
Syahrir Hakim Nasution sendiri maupun modal dari KUR digunakan untuk waktu dan
(2013) Bank BRI berpengaruh terhadap mengetahui fokus
perubahan tingkat pendapatam pengaruh kredit penelitian.
Judul : “Peranan Kredit pengusaha UMKM. adalah modal
Usaha Rakyat (KUR) usaha.

31
Bagi Pengembangan  Pengaruh ini bersifat positif atau  Metodelogi
UMKM di Kota Medan dapat dikatakan semakin besar jumlah Penelitian
(Studi Kasus Bank BRI) modal maka semakin tinggi analisis linear
.1(3), 105-117. pendapatan yang akan diterima berganda.
pelaku usaha.
15. Rifda Zahra Afifah  Hasil analisis menunjukkan bahwa  Metode analisis  Objek, tempat,
(2012) kredit dari Dinas Koperasi dapat deskriptif dan waktu
membantu meningkatkan modal  Uji pangkat penelitian.
Judul : Analisis Bantuan usaha dan omzet penjualan para tanda Wilcoxon  Pembiayaan
Modal dan Kredit bagi UMK di Kelurahan Pekunden. disalurkan
Kelompok Pelaku  Hal tersebut memberi implikasi oleh
Usaha Mikro oleh Dinas bahwa program perkreditan Pemerintah
Koperasi dan UMKM pemerintah melalui pemberian (Dinas
Kota Semarang (Studi pinjaman dapat membantu Koperasi)
pengembangan usaha mikro. bukan dari
Kasus: KPUM di
Bank atau
Kelurahan Pekunden, Lembaga
Kecamatan Semarang Keuangan
Tengah) lainnya.
16. Priyo Harsono  Kredit dari Dinas Kelautan &  Teknik analisis  Objek, tempat,
(2012) Perikanan Kabupaten Pati berpengaruh uji pangkat waktu dan
Judul :Analisis Bantuan positif terhadap perkembangan UMK tanda Wilcoxon fokus
Kredit terhadap binaan Kelompok Usaha Bersama  Indikator penelitian.
Perkembangan Usaha (KUB) Rukun Mina Barokah di perkembangan  Indikator
Bersama, 5(2), 117-229. Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. usaha yang perkembangan
 Terdapat perbedaan positif pada setiap digunakan usaha yang
variabel yang diteliti. Peningkatan yaitu modal digunakan yaitu
masing-masing variabel (modal usaha, usaha, omzet jumlah
tenaga kerja, jumlah pelanggan, omzet dan pelanggan.
penjualan, dan keuntungan) yaitu keuntungan.
sebesar 13%, 15%, 27%, 30%, dan
32%.
17. Hidayahtu Rohmah  Pedagang perempuan di Pasar  Indikator  Objek, tempat,
(2011) Kranggan mengalami peningkatan perkembangan waktu dan
omzet dan jumlah pelanggan sesudah usaha yang fokus
Judul: Pengaruh menerima kredit dibandingkan digunakan yaitu penelitian.
Pemberian Kredit sebelum menerima kredit Koperasi omzet  Metodelogi
terhadap Perkembangan Pasar Rukun Agawe Santoso. penjualan. Kuantitatif
 Terdapat hubungan positif signifikan  Analisis
Usaha dan Pendapatan
antara jumlah kredit yang dipinjam regresi
Pedagang Perempuan di dengan jumlah tabungan pedagang berganda.
Pasar Demangan. perempuan di Pasar Kranggan.

32
 Jumlah
konsumen dan
jumlah
tabungan
menjadi
indikator
perkembangan
usaha.
18. Fitra Ananda (2011)  Dalam penelitian ini menunjukan  Fokus penelitian  Tempat, dan
Judul : Analisis bahwa modal, omzet dan keuntungan ialah menilai tahun
perkembangan usaha usaha dapat meningkat setelah dampak UMK penelitian.
mikro dan kecil setelah melakukan kerjasama dengan BSM terhadap kinerja  Metodelogi
mendapat pembiayaan At Taqwa Halmahera. usaha mikro penelitian
mudharabah dari BSM kecil. kualitatif
deskriptif
At Taqwa Halmahera di
 Objek
Kota Semarang. penelitian
terdahulu
adalah seluruh
nasabah
pembiayaan
mudharabah di
BMT.
19. Siti Zulaikah (2011)  Penelitian ini menunjukan bahwa  Peneliti  Tempat
Judul : “Peranan BPRS BPRS mempunyai peran penting terdahulu penelitian di
Ben Salamah Abadi untuk permodalan UMKM. Hal ini menggunakan BPRS
Terhadap Pemberdaya- tercerin dari laporan keuangan para indikator modal  Waktu
an Usaha Kecil dan pelaku usaha yang selalu mengalami usaha untuk penelitian
Menengah di peningkatan. menilai  Metodelogi
perkembangan penelitian
Kecamatan Godong
usaha UMKM. kualitatif
Kabupaten Grobogan deskriptif
20. Indah Yuliana Putri  Terdapat perbedaan modal, produksi,  Metode analisis  Objek, tempat,
(2010) omzet penjualan, jumlah tenaga kerja, deskriptif waktu dan
dan keuntungan sebelum dan sesudah  Uji pangkat fokus
Judul : Analisis usaha mendapatkan kredit dari Dinas tanda Wilcoxon penelitian.
mikro monel yang UMKM  Indikator yang  Jumlah
memperoleh kredit dari digunakan untuk produksi dan
menilai jumlah tenaga
dinas UMKM
pengaruh kerja dijadikan
Kabupaten Jepara pembiayaan indikator untuk
(Studi Kasus: mikro adalah menilai

33
Kecamatan modal usaha dan pengaruh
Kalinyamatan, keuntungan. pembiayaan
Kabupaten Jepara) mikro kepada
UMK.

Dari ringkasan penelitian terdahulu, penulis memperoleh persamaan dan perbedaan

penelitian yang akan dilakukan. Persamaan dalam penelitian ini yaitu penulis dan peneliti

terdahulu ingin mencari tahu pengaruh pembiayaan mikro terhadap perkembangan usaha

mikro kecil (UMK) sebelum dan sesudah mendapatkan fasilitas pembiayaan oleh lembaga

keuangan syariah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu objek, tempat, waktu dan

fokus penelitian. Selain itu peneliti melakukan pemetaan potensi pengembangan UMK di

wilayah yang sedang di teliti kedalam beberapa cluster yaitu (cluster kuliner, cluster

retail/sembako, dan cluster jasa) agar dapat memudahkan dalam menilai cluster yang paling

banyak mengalami perubahan modal, omzet serta keuntungan di wilayah Tangerang Selatan.

Selanjutnya peneliti juga menghubungkan dampak fasilitas pembiayaan mikro

terhadap kemampuan dan permasalahan nasabah dalam membayar angsuran (collectability

problem). Di akhir pembahasan penulis merumuskan alternative strategi yang dapat

dilakukan Bank Syariah Mandiri dalam upaya mengembangkan pembiayaan pada sektor

UMKM berdasarkan persepsi nasabah yang telah mendapatkan fasilitas pembiayaan usaha

mikro.

34
G. Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian mixed method dengan

pendekatan sequential explanatory, tahap pertama penelitian menggunakan metode

kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Adapun langkah-langkah

tersebut sesuai gambar di bawah ini :

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran

Perbedaan kinerja usaha Kemampuan dan permasalahan Evaluasi Produk


sebelum dan sesudah nasabah dalam membayar PUM
mendapatkan fasilitas PUM angsuran (Collectability Problem)

Kuantitatif Kuantitatif Kualitatif

Pelaku UMK Pihak Bank Kuisioner


evaluasi
(Cluster jasa, retail dan kuliner)
Laporan nasabah pasdue

Laporan Keuangan Pelaku UMK


UMK Kualitatif Karyawan
BSM (Cluster jasa,
retail dan
Pelaku UMK kuliner)
Modal Omzet Laba Tenaga Kerja

Collectabiliity Problem (Life,


Uji Normalitas Business, Commitement)
dan Uji Wilcoxon
Signed Rank Test Analisa deskriptif
Analisa deskriptif

Analisa hasil dan


Simpulan dan saran
pembahasan

35
H. Hipotesis

H0 : UMK cluster kuliner, jasa dan retail tidak mengalami peningkatan modal usaha,

omzet, laba usaha dan tenaga kerja setelah memperoleh pembiayaan usaha mikro dari

Bank Syariah Mandiri.

H1 : UMK cluster kuliner, jasa dan retail mengalami peningkatan modal usaha, omzet, laba

usaha dan tenaga kerja setelah memperoleh pembiayaan usaha mikro dari Bank

Syariah Mandiri.

36
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan mixed methods, yaitu metode yang menggabungkan

antara metode kuantitatif dan metode kualitatif . Metode penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan objektif (Sugiyono, 2011:

404).

Model mixed methods yang digunakan pada penelitian ini yaitu model sequential

dengan menggunakan pendekatan explanatory, yaitu data dan analisis kuantitatif pada tahap

pertama, dan diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap ke dua, guna

memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang dilakukan pada tahap pertama.

Fokus penggabungan dua metode (kualitatif dan kuantitatif) lebih pada teknik

pengumpulan data dan analisis data, sehingga peneliti dapat membandingkan seluruh data

temuan dari kedua metode tersebut, yang selanjutnya diperoleh kesimpulan dan saran apakah

kedua data saling memperkuat, memperlemah atau bertentangan.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 38), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti

mengunakan empat variable untuk menilai perkembangan usaha mikro dan kecil dan satu

variabel untuk menilai kemampuan dan permasalahan nasabah dalam membayar angsuran.

37
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel untuk menilai kinerja usaha Definisi


1 Modal Usaha Kemampuan finansial perusahaan dalam
menjalankan operasional usaha untuk memproduksi
barang dan jasa (Gitman, 2003: 448)
2 Omzet Penjualan Omzet penjualan adalah akumulasi dari kegiatan
penjualan suatu produk barang dan jasa yang
dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu
tertentu secara terus menerus atau dalam satu proses
akuntansi (Harahap, 2004: 301)
3 Laba Usaha/ Profit laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban
sehubungan dengan kegiatan usaha (Soemarso, 2010:
54)
4 Tenaga Kerja Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/ jasa (Sumarsono, 2003:
26)
Variabel untuk menilai kemampuan dan Definisi
permasalahan nasabah dalam membayar
angsuran. (Collectability Problem)
-Business Problem Persoalan-persoalan sikap dan perilaku usaha mikro
yang menghalangi pengusaha mikro tersebut
-Life Problem mengembalikan pembiayaan mikro syariah yang
-Commitment Problem didapatnya. Tiga hal penyebabnya adalah masalah
bisnis, masalah hidup dan masalah komitmen.
(Usaha Mikro Islami, 2016: 149)
Sumber diolah penulis dari berbagai pendapat para ahli

C. Teknik Penentuan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah teknik non–probabilty

sampling yaitu teknik purposive sampling. Teknik ini mengambil sampel berdasarkan ciri-

ciri, sifat, ataupun karakteristik tertentu yang merupakan ciri pokok populasi. Metode ini

menggunakan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Sugiyono, 2011: 81)

38
Adapun karakteristik penelitian tersebut yaitu :

1. Subyek penelitian merupakan nasabah yang menerima Pembiayaan Usaha Mikro (PUM)

Bank Syariah Mandiri KC Bintaro Sektor III tahun 2016-2018

2. Subyek penelitian merupakan pengusaha UMK di Kota Tangerang Selatan yang memiliki

usaha pada salah satu cluster usaha pilihan yaitu: cluster jasa, cluster kuliner dan juga cluster

retail. Alasan peneliti menentukan sample tiga cluster usaha ini, karena ketiganya

merupakan sektor usaha unggulan di Kota Tangerang Selatan.

Dari penjaringan populasi sebanyak 197 nasabah, didapatkan 46 nasabah yang

masuk dalam kriteria sampel penelitian.

Tabel 3.2
Sampel Penelitian

No Cluster Jumlah Sampel


1 Kuliner 18
2 Jasa 15
3 Retail 13
Total Sampel 46

D. Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh secara langsung dengan memberikan kuesioner atau daftar

pertanyaan kepada pelaku usaha mikro dan kecil anggota BSM di Kota Tangerang Selatan.

Kuesioner atau daftar pertanyaan yang diajukan disusun berdasarkan variabel yang diteliti,

dengan menyediakan jawaban alternatif yang dipilih oleh responden sesuai dengan kondisi

39
riil atas persepsi, pendapat dan opini tersebut, sehingga diharapkan mendapat data akurat

untuk penelitian ini.

Data kuantitatif diperoleh dari laporan keuangan para pelaku usaha mikro dan kecil

yang mendapatkan pembiayaan dari BSM. Dikarenakan pelaku UMK sebagian besar tidak

memiliki laporan keuangan, maka peneliti berusaha membuatkan susunan laporan keuangan

sederhana yang mencakup materi yang akan diteliti. Laporan keuangan tersebut digunakan

untuk mengetahui informasi mengenai modal usaha, omzet penjualan, laba usaha dan jumlah

tenaga kerja dari pelaku UMK, setelah itu dikumpulkan, selanjutnya diteliti dan dianalisis.

Data yang digunakan untuk menilai kemampuan dan permasalahan nasabah dalam

membayar angsuran, diperoleh dari laporan nasabah pasdue Bank Syariah Mandiri KC

Bintaro Sektor III. Selanjutnya peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada nasabah

yang bersangkutan untuk menggali informasi terkait alasan nasabah dalam menunda

pembayaran. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan nasabah dan pihak Bank

BSM UMK untuk mengevaluasi produk PUM BSM KCP Bintaro Sektor III.

Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan, dimulai dari pertengahan Maret 2019

sampai dengan pertengahan bulan Juli 2019.

E. Metode Analisis Data

Tahap pertama metode analisis kuantitatif yaitu menggunakan alat uji normalitas.

Uji normalitas menjadi kunci untuk menentukan alat uji yang tepat untuk menganalisis hasil

penelitian ini. Jika dalam uji normalitas hasilnya data terdistribusi normal, maka alat analisis

data yang digunakan yaitu uji Paired T Test, namun apabila hasilnya data tidak terdistribusi

normal, maka alat uji analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Wilcoxon

40
Signed Rank Test. Adapun keterangan analisis data akan dilakukan tahapan-tahapan sebagai

berikut ini:

1. Uji Normalitas

Uji dilakukan jika sampel yang dipakai untuk analisa terdistribusi normal. Adapun

alat uji asumsi normalitas data yang digunakan adalah Kormogrov Smirnov, yaitu pengujian

yang melihat nilai signifikan Kolmogrov Smirnov menunjukkan <0,05 maka terjadi ketidak

normalan data, sedangkan apabila nilai signifikan >0,05 maka data terdistribusi normal.

2. Uji Statistik Pangkat Wilcoxon Signed Rank Test

Wilcoxon Signed Rank Test adalah uji non parametis untuk mengukur signifikansi

perbedaan dua kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi berdistribusi

tidak normal (Supranto, 2001: 302).

Uji pangkat Wilcoxon digunakan sebagai uji beda dengan alasan data yang diteliti

berasal dari sejumlah responden yang sama dan berkaitan dengan periode waktu pengamatan

yang berbeda (sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mikro dari BSM Sektor III

untuk UMK yang menjadi anggotanya). Adapun variabel-variabel yang diamati dan diuji

adalah modal usaha, omzet penjualan, laba usaha dan jumlah tenaga kerja.

Setelah uji tanda Wilcoxon dilakukan akan muncul nilai Z dan nilai probabilitas

(p). Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

H0 : UMK cluster kuliner, jasa dan retail tidak mengalami peningkatan modal

usaha, omzet, laba usaha dan tenaga kerja setelah memperoleh pembiayaan

usaha mikro dari Bank Syariah Mandiri.

41
H1 : UMK cluster kuliner, jasa dan retail mengalami peningkatan modal usaha,

omzet, laba usaha dan tenaga kerja setelah memperoleh pembiayaan usaha

mikro dari Bank Syariah Mandiri.

Jika probabilitas (p) > 0,05 H0 diterima, jika probabilitas (p) < 0,05 maka H1

diterima. Signifikansi penelitian ini akan membandingkan Ztabel dan Zhitung. Menurut

Supranto (2001: 309) test statistik bagi rata-rata adalah nilai Z dari rata-rata, karena α=5%

maka nilai kritis yang bersesuaian dari tabel adalah Z0.025= 1.96 dan -Z0.025(test 2 ekor).

Daerah kritis adalah Z > 1.96 atau Z < -1.9

Selanjutnya untuk mencari tau kemampuan dan permasalahan nasabah dalam

pembayaran angsuran (collectability problem) serta evaluasi produk usaha mikro. Penulis

menggunakan metode analisis kualitatif deksriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk

memberikan gambaran umum nasabah responden, tanggapan nasabah responden atas

produk pembiayaan usaha mikro. Selain itu, penulis juga memasukkan tanggapan

karyawan BSM dalam mengevaluasi produk PUM.

42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Produk Pembiayaan Usaha Mikro KC Bintaro Sektor III

Bank Syariah Mandiri (BSM) sebagai lembaga intermediasi memiliki peluang untuk

mengembangkan bisnis dalam pembiayaan mikro untuk tujuan produktif dan serbaguna

mengingat potensi pasar pembiayaan mikro yang luas.

Jenis produk pembiayaan mikro terdiri dari 2 (dua) produk yaitu :

a. Pembiayaan Usaha Mikro (PUM)

b. Pembiayaan Serbaguna Mikro (PSM)

Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) adalah pembiayaan yang diberikan kepada

wiraswasta/profesional untuk membiayai kebutuhan produktif baik untuk investasi maupun

modal kerja, termasuk pegawai aktif yang telah memiliki usaha dan ingin

mengembangkannya. Sedangkan Pembiayaan Sebaguna Mikro (PSM) adalah pembiayaan

yang diberikan kepada wiraswasta/profesional maupun pegawai aktif untuk membiayai

berbagai macam kebutuhannya selain kebutuhan produktif. Pada penelitian ini penulis fokus

untuk membahas jenis produk PUM.

2. Target pasar

Bank Syariah Mandiri memiliki target pasar khusus untuk menyalurkan

pembiayaannya. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha

seperti yang dijelaskan dalam tabel 4.1 di bawah ini :

43
Tabel 4.1
Target Pasar Produk Usaha Mikro

1 Warga Negara Indonesia (WNI) yang berdomisili di Indonesia.


2 Usaha telah berjalan minimal 2 (dua) tahun.
3 Radius maksimal 5 km dari lokasi usaha atau tempat bekerja dari Branch/Unit mikro.
Catatan: Radius 5 km tidak berlaku untuk pembiayaan dengan pola kerjasama dengan
aliansi/program.
Sumber : Manual Book Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (2018)

3. Risk Acceptance Criteria (RAC)

Manajemen risiko kredit menitik beratkan pada pengelolaan kualitas aktiva yang

baik, seleksi debitur dengan mengacu pada ketentuan Risk Acceptance Criteria (RAC) guna

meminimalisir risiko yang akan terjadi. Beberapa ketentuan tersebut disebutkan pada tabel

4.2.

Tabel 4.2
Risk Acceptance Criteria (RAC) Pembiayaan Usaha Mikro

NO Keterangan
1 Usia nasabah minimal 21 tahun atau sudah menikah dan usia maksimal 65 tahun saat
pembiayaan lunas.
2 Debt Burden Ratio (DBR) maksimum 50%
3 Informasi Debitur (iDEB) wajib dilakukan, dengan ketentuan sebagai berikut:
kewajiban pembayaran di bank lancar (hasil informasi debitur (iDEB) pada saat
pengajuan menunjukkan kolektibilitas 1 (satu) minimal 3 (tiga) bulan terakhir.
Sumber : Manual Book Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (2018).

44
4. Fitur Produk

Bank Syariah Mandiri terus berjuang untuk mewujudkan pembangunan umat

dengan pengembangan program Pembiayaan Usaha Mikro (PUM). Program ini

memudahkan nasabah mendapatkan pinjaman dana pengembangan usaha secara syariah.

Beberapa fitur produk PUM ini dijelaskan pada tabel 4.3

Tabel 4.3
Fitur Produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM)

NO Fitur Keterangan
1 Tujuan Pembiayaan Untuk membiayai kebutuhan
produktif.
2 Limit Pembiayaan ≥ Rp1 juta s.d Rp200 juta
3 Jangka Waktu Maksimal 36 bulan untuk modal kerja, dan maksimal
60 bulan untuk investasi
4 Agunan Agunan Pembiayaan yang dapat diterima terdiri dari: Tanah &
Bangunan/Tanah Kosong/Kendaraan/Kios/Cash Collateral.
5 Penambahan Fasilitas -Seluruh pembiayaan existing mikro nasabah di BSM telah
(Top Up) berjalan minimal 12 bulan dengan status lancar dalam 12 bulan
berturut-turut.
-Kolektibilitas di lembaga keuangan lain dalam 6 bulan terakhir
memiliki status lancar.
6 Akad Pembiayaan Akad yang digunakan adalah murābahah dengan angsuran tetap
(flat) selama masa pembiayaan sesuai pada akad dan kontrak
Sumber : Manual Book Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (2018).

5. Prosedur Pembiayaan Produk Usaha Mikro Bank Syariah Mandiri

Adapun prosedur pembiayaan PUM BSM sebagai berikut:

a. Pengajuan permohonan pembiayaan

45
1) Calon nasabah mengisi lengkap formulir aplikasi pembiayaan warung mikro.

2) Setelah formulir aplikasi diisi lengkap, calon nasabah menyampaikan data/dokumen

pendukung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Micro Financing Staff (MFS) menerima aplikasi pembiayaan yang telah diisi

lengkap oleh calon nasabah dan memastikan bahwa aplikasi pembiayaan yang

dimaksud telah lengkap.

4) Apabila aplikasi pembiayaan warung mikro telah diterima oleh selain dari warung

mikro, maka aplikasi diteruskan kepada warung mikro terdekat.

5) MFS melakukan input data nasabah atau customer Information File (CIF) sesuai

data dan dokumen nasabah yang diterima dari calon nasabah dan input fasilitas

pembiayaan.

6) MFS melakukan input skoring sesuai data dan dokumen yang diterima calon

nasabah dengan menggunakan Aplikasi Skoring Mikro (ASM), hasil keputusan

ASM terdiri atas “Direkomendasikan” dan “Tidak Direkomendasikan”.

b. Verifikasi, Appraisal dan Analisa Pembiayaan

1) Micro Financing Analys (MFA) melakukan verifikasi skoring dari MFS untuk

menyakini akurasi dan kebenarannya sesuai data dan dokumen yang disampaikan

calon nasabah.

2) Jika skoring telah diverifikasi akurasi dan kebenarannya maka MFA melakukan

kunjungan nasabah.

3) MFA melakukan penilaian atas jaminan pembiayaan.

46
4) MFA meyakini bahwa bagi calon nasabah yang sedang mendapat fasilitas

pembiayaan di tempat lain atas objek pembiayaan yang akan dibiayai sudah dilunasi

oleh calon nasabah sebelum pencairan pembiayaan di bank dilaksanakan.

5) MFA meyakini bahwa bagi nasabah yang memiliki usaha untuk tujuan produktif,

layak untuk dibiayai, berjalan dengan baik minimal 2 (dua) tahun, dan bukan

merupakan usaha yang dilarang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

6) MFA melakukan proses analisa pembiayaan berdasarkan data dan kelengkapan

dokumen pembiayaan kepada komite pembiayaan. Meliputi persetujuan/penolakan,

jenis, fitur, limit yang diberikan, dan jangka waktu.

7) MFA melakukan pengecekan data calon nasabah melalui BI checking. Hasil

pengecekan tersebut dilampirkan pada NAP (Nota Analisa Pembiayaan) yang

diajukan kepada Micro Banking Manager Cabang dan Cabang Pembantu.

c. Persetujuan pembiayaan

1) Berdasarkan usulan MFA, maka dimintakan persetujuan kepada Micro Banking

Manager Cabang atau Cabang Pembantu.

2) Jika permohonan ditolak, maka Branch Manager meminta MFA agar membuat Surat

Penolakan Pembiayaan (SPP), MFA dapat menugaskan MFS untuk membuat SPP

yang ditandatangani Branch Manager untuk disampaikan kepada pemohon.

3) Jika permohonan disetujui, MFA membuat Surat Penawaran Pemberian

Pembiayaan (SP3) yang ditandatangani Branch Manager untuk di sampaikan kepada

calon nasabah.

d. Akad Pembiayaan (AP)

47
1) Apabila surat penawaran pemberian pembiayaan (SP3) telah ditandatangani dan

dikembalikan oleh nasabah, maka AM membuat akad pembiayaan (AP) untuk

ditandatangani oleh Branch Manager dengan calon nasabah.

2) Sebelum penandatanganan, calon nasabah:

a) Menunjukkan dan/atau menyerahkan dokumen asli sesuai persyaratan yang

diminta.

b) Membayar biaya-biaya yang dipersyaratkan seperti: administrasi, premi

asuransi, dan sebagainya (apabila diperkenakan).

e. Pencairan Pembiayaan

1) Setelah akad pembiayaan (AP) ditandatangai oleh Branch Manager dan nasabah,

BO wajib memastikan pengikatan agunan telah dilakukan sesuai ketentuan.

2) Selanjutnya MFA membuat memo pencairan fasilitas pembiayaan kepada bagian

operasional Cabang/Cabang Pembantu, proses posting dilakukan oleh Back Office

Cabang/Cabang Pembantu ke rekening nasabah. Selanjutnya nasabah dapat

melakukan penarikan dana dari rekening tabungan.

3) Dokumen pembiayaan, seperti: Nota Analisa Pembiayaan Usaha Mikro, Surat

Penawaran Pemberian Pembiayaan (SP3), Akad Pembiayaan (AP) dan dokumen

jaminan diarsipkan dengan rapi oleh Back Office (BO) untuk di simpan sesuai

dengan ketentuan bank yang berlaku.

f. Administrasi Pembiayaan

1) Pengembalian pembiayaan dilakukan secara angsuran sampai pembiayaan lunas

sesuai dengan kesepakatan.

48
2) Pembayaran angsuran pembiayaan dilakukan dengan cara pendebetan otomatis

(System Auto Debet) untuk pembayaran angsuran pembiayaan.

3) Pendebetan rekening tabungan dilakukan oleh cabang atas dasar Surat Kuasa dari

nasabah.

Gambar 4.1
Prosedur Pengajuan Pembiayaan Usaha Mikro

5.Pembayaran
Angsuran oleh
4.Pencairan nasabah

3. Akad
Pembiayaan
2.Verifikasi,
Appraisal dan
1.Permohonan Analisa
pengajuan dari
nasabah

Sumber : Manual Operasional Prosedur Bank Syariah Mandiri, 2018

6. Pendampingan Nasabah Pembiayaan Bank Syariah Mandiri KCP. Sektor III

Pendampingan dilaksanakan setelah akad pembiayaan, setelah dilakukan akad bank

harus melakukan pendampingan/ monitoring kepada nasabahnya. Pendampingan ini sangat

perlu dilakukan agar pihak bank dapat mendeteksi lebih awal gejala-gejala yang mungkin

timbul setelah pembiayaan. Kegiatan pendampingan tersebut harus dilakukan oleh setiap

jajaran BSM yang terkait dalam bidang pembiayaan secara menyatu/terpadu sesuai tugas

dan fungsinya masing-masing. Pendampingan tersebut harus dilakukan selama masa

berlakunya akad pembiayaan usaha mikro setiap nasabah, guna mempertahankan atau

49
meningkatkan kualitas nasabah pembiayaan secara individual dan portofolio, dengan

langkah-Iangkah sebagai berikut:

a. Menertibkan dokumentasi pembiayaan baik kelengkapan maupun legalitasnya.

b. Memelihara kualitas dan kuantitas kunjungan ke tempat usaha nasabah agar dapat

mengikuti perkembangan dan seluk beluk usaha nasabah.

c. Menjaga ketertiban penyampaian laporan-laporan dari nasabah dan upaya yang telah

dilakukan untuk mendapatkan laporan tersebut.

d. Memanfaatkan dan menertibkan data/laporan pembiayaan untuk melakukan

pendampingan terhadap portofolio pembiayaan nasabah baik secara individual maupun

keseluruhan.

Bank Syariah Mandiri Bintaro Sektor III biasanya melakukan pendampingan yang

dilakukan sedini mungkin, yaitu 1 bulan sekali. Misal dalam pemantauan 1 bulan dan di

bulan depannya baik maka dilakukan per 3 bulan.

Adapun fungsi Bank Syariah Mandiri melakukan pendampingan yaitu :

a. Pendampingan merupakan suatu sistem dalam pengelolaan pembiayaan yang dapat

berfungsi sebagai penutup kekurangan/kelemahan dalam proses kegiatan pembiayaan.

b. Pendampingan pembiayaan harus mampu memberikan feedback agar tindak lanjut

perbaikan segera dapat dilaksanakan.

c. Pendampingan merupakan alat kendali apakah pemberian pembiayaan telah

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan maupun ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan di bidang pembiayaan.

50
Tujuan Bank Syariah Mandiri melakukan pendampingan yaitu:

a. Pengawalan dan pengamanan pembiayaan sebagai kekayaan yang harus dikelola dengan

baik, agar tidak timbul risiko yang diakibatkan oleh penyimpangan-penyimpangan

(deviasi), baik oleh nasabah maupun oleh internal Bank.

b. Pengadministrasian dan pendokumentasian pembiayaan harus terlaksana sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan, sehingga ketelitian, kelengkapan, keaslian, dan

akurasinya dapat menjadi informasi bagi setiap lini manajemen yang terlibat dalam

pembiayaan.

c. Pembinaan portofolio, baik secara individual maupun secara keseluruhan, dapat

dilakukan sehingga mempunyai kualitas aktiva yang produktif dan mendukung menjadi

Bank yang sehat.

d. Pengumpulan informasi atas kondisi nasabah dan kualitas pembiayaan yang sebenarnya,

sehingga dapat ditentukan langkah-langkah pembinaan yang tepat.

e. Tindak lanjut kondisi usaha dan kualitas pembiayaan nasabah. Bagi nasabah yang

kondisi usaha dan kualitas pembiayaannya baik, maka dapat diupayakan cara untuk

mendorong perkembangan usahanya. Sedangkan bagi nasabah yang kondisi usaha dan

kualitas pembiayaannya kurang baik, maka agar diupayakan peningkatan pembinaan

sehingga terhindar dari pembiayaan bermasalah atau upaya lain untuk penagihan.

Pendampingan sangat penting dilakukan oleh pihak bank karena jika tidak

dilakukannya pemantauan terhadap usaha nasabah yang melakukan pembiayaan, maka akan

timbul gejala-gejala yang akan membuat pembayaran angsuran bermasalah (Collectability

Problem). Pendampingan dilakukan bukan hanya melihat dari sisi kinerja usaha nasabah

51
namun juga melihat dari sisi ketepatan pembayaran angsuran nasabah sebelum jatuh tempo.

Kemungkinan nasabah telat membayarkan angsuran dikarenakan tiga hal, permasalahan

dalam usahanya (business probem), permasalahan hidup (life problem) atau masalah

spritualnya (commitment problem)

Oleh karenanya, Bank Syariah Mandiri KC Bintaro Sektor III berkomitmen tetap

menjalankan pendampingan usaha kepada para UMK guna mendeteksi gejala-gejala yang

timbul setelah pembiayaan.

B. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri KC Bintaro Sektor III. Peneliti

mengambil populasi nasabah Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) pada tahun 2016-2018

adalah 197 Nasabah (Sumber: Loan Number Bank Syariah Mandiri KCP Sektor III). Dari

populasi tersebut peneliti mengambil sampel sebanyak 46 responden yang memiliki usaha

di cluster jasa, cluster retail dan cluster kuliner.

Dari hasil survei dan wawancara di lapangan terhadap responden, diperoleh

beberapa informasi mengenai karakteristik responden. Karakteristik responden yang akan

dibahas berkaitan dengan latar belakang sosial ekonomi, meliputi gambaran struktur usia,

jenis kelamin, sektor usaha, plafon dan tenor pembiayaan, tujuan pembiayaan dan lama

berdirinya usaha.

3. Usia Nasabah

Berdasarkan hasil kuisioner penelitian, sebaran usia responden terbagi menjadi <40

tahun mencapai 41% persen dari total responden, berusia antara 41-50 tahun 32% dan yang

berusia 51-60 tahun sebesar 26% dari total respoden.

52
Diagram 4.1
Usia Nasabah
20

Jumlah Nasabah
15

10

0
Usia <40 Usia 41-50 Usia >50

Sumber : Hasil kuisioner dan diolah oleh Microsoft

Dalamexcel
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nasabah pelaku UMK merupakan

usia produktif, dengan rata-rata usia adalah 42 tahun.

4. Jenis Kelamin Nasabah

Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh gambaran jenis kelamin yang menjalankan

usaha mikro kecil jumlahnya hampir berimbang antara laki-laki dengan perempuan.

Responden laki-laki berjumlah 27 sample, sedangkan responden perempuan berjumlah 19

sample seperti terlihat pada diagram berikut:

Diagram 4.2
Jenis Kelamin Nasabah

19
Laki-laki
27
Perempuan

Sumber : Hasil kuisioner dan diolah oleh Microsoft excel

53
2. Pendidikan Nasabah

Berdasarkan hasil kuisioner diperoleh gambaran pendidikan nasabah pembiayan

mikro sangat beragam seperti yang digambarkan pada diagram 4.3 berikut ini :

Diagram 4.3
Pendidikan Nasabah

40%
Jumlah Nasabah

30%
20%
10%
0%
D3/S1 SD SLTA SLTP
Pendidikan Terakhir

Sumber : Hasil kuisioner dan diolah oleh Microsoft excel

Dari diagram ini dapat diketahui bahwa sebaran pendidikan nasabah UMK lulusan

SLTP yaitu sebanyak 15 orang, lainnya adalah lulusan Sekolah Dasar 8 Orang, SLTA 12

orang dan 11 orang lulusan D3/S1.

3. Jenis Usaha Nasabah

Penelitian ini difokuskan pada tiga cluster usaha yaitu cluster usaha kuliner, jasa

dan retail. Dari cluster-cluster tersebut memiliki ragam jenis usaha masing-masing, seperti

terlihat pada tabel 4.4

54
Tabel 4.4
Jenis Usaha Nasabah

Cluster Usaha Jenis Usaha Jumlah


Jasa Konveksi 2
Jasa Laundry 1
Jasa Kontrakan 6
Jasa Sewa mobil 1
Jasa Salon 1
Jasa Service AC dan TV 1
Jasa Fotocopy 1
Kuliner Rumah Makan/ Warung Nasi 10
Kuliner Kue basah/Kue Kering 3
Kuliner Catering 2
Kuliner Retail/Sembako 11
Kuliner Bakso 1
Retail Jual Pakaian/ Sepatu 5
Retail Counter HP 1
Retail Sayuran 2
Retail Sparepart Motor 1
Retail Taman Hias 1
Total 46

Sumber : Hasil kuisioner dan diolah oleh Microsoft excel

Berdasarakan tabel 4.4 terlihat bahwa responden yang paling dominan adalah usaha

sembako dan warung nasi sebanyak 21%, kontrakan sebanyak 13% dan penjual pakaian &

55
sepatu sebanyak 10%, yang lainnya bergerak dalam banyak jenis usaha, diantaranya usaha

kue kering/basah, sayuran, dll.

Sektor UMK sangatlah beragam, ini menggambarkan bahwa prospek kedapannya

sangatlah cerah, karena didorong dengan sikap saling kreatif dalam menentukan segmen

usaha yang akan dijalankan oleh pelaku UMK.

4. Lama Usaha Nasabah

Hasil penelitian yang dilakukan menggambarkan bahwa usaha yang dilakukan oleh

para pelaku UMK paling dominan sudah berjalan selama 2 – 10 tahun sebanyak 23

responden, dengan lama usaha antara 11-15 tahun ini para pelaku UMK sudah memiliki

banyak pengalaman dalam menjalankan usahanya sebanyak 13 responden. Usaha yang

paling lama adalah lebih dari 15 tahun yaitu sebanyak 10 responden, usaha ini biasanya

adalah usaha warisan dari orang tuanya dan diteruskan oleh anaknya. Lama usaha responden

yang selengkapnya dapat dilihat pada diagram 4.3 sebagai berikut:

Diagram 4.4
Lama Usaha Nasabah
5
4
3
2
1
0
2-10 11-15 >15

Lama Usaha

Sumber : Hasil kuisioner dan diolah oleh Microsoft excel

56
5. Tujuan Pembiayaan Nasabah

Dapat dilihat pada diagram 4.4 tujuan pembiayaan nasabah pembiayaan mikro di

Bank Syariah Mandiri ialah untuk modal kerja 31 orang nasabah (67%) dan tujuan investasi

sebanyak 15 orang nasabah (33%).

Diagram 4.5
Tujuan Pembiayaan

Investasi
33%
Modal
Kerja
67%

Sumber : Hasil kuisioner dan diolah oleh Microsoft excel

6. Plafon dan Tenor Pembiayaan Nasabah

Dapat dilihat pada diagram 4.5 plafon pembiayaan rata-rata nasabah adalah Rp11-

50 juta dengan jumlah 22 orang, dilanjutkan dengan pembiayaan plafon Rp50-100 juta

berjumlah 12 orang begitu juga dengan pembiayaan 101-200 juta berjumlah 12 orang.

Jangka waktu yang dibutuhkan untuk melunasi pembiayaan mikro di BSM rata-rata

nasabah mengambil jangka waktu 3-5 tahun, dapat dilihat pada diagram 4.6.

Diagram 4.6 Diagram 4.7


25
Plafon Pembiayaan Tenor Pembiayaan
20

15

10

0
11-50 51-100 101-150 150-200

Sumber : Hasil kuisioner dan diolah oleh Microsoft excel

57
C. Hasil Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan metode Kolmogrov Smirnov. Cara menguji normalitas

yaitu dengan membandingkan probabilitas (p) yang diperoleh dengan taraf signifikan (α) 0,05.

Apabila nilai p > α maka terdistribusi normal atau sebaliknya (Singgih, 2000: 212).

Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov & Shapiro-Wilk)
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Variabel Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Modal Sebelum .219 46 .000 .675 46 .000
Modal Setelah .187 46 .000 .841 46 .000
Omzet Sebelum .272 46 .000 .523 46 .000
Omzet Setelah .291 46 .000 .535 46 .000
Laba Sebelum .145 46 .017 .867 46 .000
Laba Setelah .197 46 .000 .830 46 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
Hasil uji normalitas masing-masing variable dengan program SPSS 17.0 diperoleh nilai

probalitas sebesar 0,000 di bawah 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak

normal (p < 0,05). Secara rincian hasil uji normalitas dari masing masing variable dapat dilihat

pada tabel 4.5 dibawah ini.

2. Uji Wilcoxon Signed Rank Test

Uji pangkat bertanda Wilcoxon digunakan untuk menganalisis hasil-hasil

pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Dalam penelitian ini

akan dilihat perubahan pada variabel yang diamati pada awal periode maupun pada akhir

58
periode. Adapun variabel-variabel yang diamati dan diuji adalah modal usaha, omzet

penjualan dan laba usaha mikro. Setelah uji pangkat tanda Wilcoxon dilakukan akan muncul

nilai Z dan nilai probabilitas (p).

a. Uji Wilcoxon Signed Rank Test pada Modal Penjualan

Tabel 4.6
Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Modal
Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


Modal Sebelum 46 75826086.96 8.929E7 2000000 500000000
Modal Setelah 46 144021739.13 1.186E8 20000000 550000000
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0

Tabel deskriptive statistics di atas menunjukkan nilai mean, standart deviasi,

minimum dan maksimum dari masing-masing kelompok data (modal awal dan modal akhir).

Tampak bahwa Mean atau rata-rata nilai modal akhir Rp144.021.739,- di mana lebih besar

dari pada nilai modal awal yaitu Rp75.826.086,-

Tabel 4.7
Wilcoxon Signed Rank Test Modal
Ranks

N
Modal Setelah - Negative Ranks 2a
Modal Sebelum Positive Ranks 44b
Ties 0c

Total 46
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.

59
Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan dalam rumus Wilcoxon Signed rank

Test, nilai-nilai yang di dapat adalah: nilai negatif ranks, positive ranks dan ties. Negatif ranks

artinya sampel dengan nilai modal akhir lebih rendah dari nilai kelompok modal awal yaitu

terdapat 2 pelaku usaha kecil yang modal akhir lebih kecil dari modal awal.Positive ranks adalah

sampel dengan nilai modal akhir lebih tinggi dari nilai modal awal yaitu sebanyak 44. Sedangkan

ties adalah nilai modal akhir sama besarnya dengan nilai modal awal yaitu sebanyak 0.

Tabel 4.8
Wilcoxon Signed Rank Test Output Modal

Test Statisticsb
Modal Setelah - Modal Sebelum
Z -5.804a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0


Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang

didapat sebesar -5.804 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,000 di mana kurang dari

batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -5.804 < -1,96. Hal ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara modal awaldan modal akhir setelah mendapatkan pembiayaan

dari BSM.

60
b. Uji Wilcoxon Signed Rank Test pada Omzet Penjualan
Tabel 4.9
Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Omzet

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Omzet Sebelum 46 56190438.37 9.053E7 1200000 578786333
Omzet Setelah 46 72379293.48 1.232E8 4500000 599000000
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
Tabel deskriptive statistics di atas menunjukkan nilai mean, standart deviasi,

minimum dan maksimum dari masing-masing kelompok data (omset sebelum dan omset

sesudah). Tampak bahwa omset awal minimum sebesar Rp1.200.000,- dan maksimum

sebesar Rp578.000.000,- sedangkan nilai minimum omset akhir adalah Rp4.500.000,- dan

maksimal Rp599.000.000,- Nilai Mean atau rata-rata nilai omset akhir Rp72.000.000,- di

mana lebih besar dari pada nilai omset awal yaitu Rp56.000.000,-

Tabel 4.10
Wilcoxon Signed Rank Test Omzet
Ranks
N
Omzet Setelah - Omzet Negative Ranks 10a
Sebelum Positive Ranks 36b
Ties 0c
Total 46
a. Omzet Setelah < Omzet Sebelum
b. Omzet Setelah > Omzet Sebelum
c. Omzet Setelah = Omzet Sebelum
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan di dalam rumus Wilcoxon Signed

rank Test, nilai-nilai yang di dapat adalah: nilai negatif ranks, positive ranks dan ties.

61
Negatif ranks artinya sampel dengan nilai omset akhir lebih rendah dari nilai omset

awal setelah memperoleh pembiyaan dari BSM yaitu sebanyak 10 sampel. Positive ranks

adalah sampel dengan nilai omset akhir lebih tinggi dari nilai omset awal yaitu sebanyak 36

sample. Sedangkan ties adalah nilai modal akhir sama besarnya dengan nilai modal awal

yaitu tidak ada.

Tabel 4.11
Wilcoxon Signed Rank Test Output Omzet

Test Statisticsb
Omzet Setelah - Omzet Sebelum
Z -2.792a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil kuisioner di olah dengan SPSS 17.0
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang

didapat sebesar -2,792 dengan p value (Asymp. Sig tailed) sebesar 0,005 di mana kurang dari

batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2,792 < -1,96. Hal ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara omset awal dan omset akhir setelah mendapatkan pembiayaan

dari BSM.

c. Uji Wilcoxon Signed Rank Test pada Laba/Keuntungan Penjualan


. Tabel 4.12
Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Laba/Keuntungan
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Laba Sebelum 46 14381117.09 1.146E7 800000 53000000
Laba Setelah 46 17514076.09 1.644E7 1207500 67825000
Sumber : Hasil kuisioner di olah dengan SPSS 17.0

62
Tabel deskriptive statistics di atas menunjukkan nilai mean, standart deviasi,

minimum dan maksimum dari masing-masing kelompok data. Tampak bahwa keuntungan

awal minimum sebesar Rp800.000,- dan maksimum sebesar Rp530.000,000,- sedangkan

nilai minimum keuntungan akhir adalah Rp12.000.000,- dan maksimal Rp678.000.000,-

Nilai Mean atau rata-rata nilai keuntungan akhir Rp17.514.000,- di mana lebih besar dari

pada nilai mean keuntungan awal yaitu Rp14.300.000,- Besarnya perbedaan ini bermakna

secara statistic, itulah yang akan dijawab oleh Uji Wilcoxon Signed Rank Test.

Tabel 4.13
Wilcoxon Signed Rank Test Ranks Laba/Keuntungan

Ranks
N
Laba Setelah - Negative Ranks 11a
Laba Sebelum Positive Ranks 35b
Ties 0c
Total 46
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan di dalam rumus Wilcoxon Signed rank

Test, nilai-nilai yang di dapat adalah: nilai negatif ranks, positive ranks dan ties. Negatif ranks

artinya sampel dengan nilai keuntungan akhir lebih kecil dari nilai keuntungan awal yaitu

sebanyak 11 sampel. Positive ranks adalah sampel dengan nilai keuntungan akhir lebih tinggi

dari nilai keuntungan awal yaitu sebanyak 35. Sedangkan ties adalah nilai keuntungan akhir sama

besarnya dengan nilai keuntungan awal yaitu sebanyak 0.

63
Tabel 4.14
Wilcoxon Signed Rank Test Ranks Keuntungan

Test Statisticsb
Laba Setelah - Laba Sebelum
Z -2.606a
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil kuisioner di olah dengan SPSS 17.0
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang

didapat sebesar -2.606 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,009 di mana kurang

dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2.606 < -1,96. Hal ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara keuntungan awal dan keuntungan akhir.

d. Uji Wilcoxon Signed Rank Test pada Tenaga Kerja

. Tabel 4.15
Wilcoxon Signed Rank Test Ranks Tenaga Kerja

Ranks
N
Tenaga Kerja Setelah - Negative Ranks 5a
Tenaga Kerja Sebelum Positive Ranks 16b
Ties 25c
Total 46
a. Tenaga Kerja Setelah < Tenaga Kerja Sebelum
b. Tenaga Kerja Setelah > Tenaga Kerja Sebelum
c. Tenaga Kerja Setelah = Tenaga Kerja Sebelum
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0

64
Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan di dalam rumus Wilcoxon Signed rank

Test, nilai-nilai yang di dapat adalah: nilai negatif ranks, positive ranks dan ties. Negatif ranks

artinya jumlah tenaga kerja menurun dari jumlah awal, yaitu sebanyak 5 sample. Positive ranks

menunjukan terdapat 16 sampel dengan jumlah tenga kerja lebih banyak dibandingkan dengan

tenaga kerja sebelumnya. Sedangkan ties adalah jumlah tenaga kerja dari awal sebelum

mendapat pembiayaan sampai setelah mendapatkan pembiayaan jumlahnya tetap sama sebanyak

25 orang. Mean Rank adalah peringkat rata-ratanya, mean positive rank sebesar 11,94 serta mean

negative rank sebesar 8,00 dan sum of ranks adalah jumlah dari peringkatnya, yang mana sum

of rank positive sebesar 191 dan sum of rank negative sebesar 40.

Tabel 4.16
Wilcoxon Signed Rank Test Ranks Tenaga Kerja
Test Statisticsb
Tenaga Kerja Setelah -
Tenaga Kerja Sebelum
Z -2.745a
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0

Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang

didapat sebesar -2.745 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,006 di mana kurang

dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2745 < -1,96. Hal ini berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah mendapakan

fasilitas pembiayaan.

65
D. Analisa dan Pembahasan

1. Analisa Modal Usaha Setelah Memperoleh Pembiayaan BSM

Kemampuan finansial dalam menjalankan operasional usaha untuk memproduksi

barang dan jasa sangat tergantung pada modal usaha yang dimiliki oleh para pelaku usaha mikro

dan kecil, karena hal ini yang menjadi alasan bagi para pelaku UMK terhadap perkembangan

usaha yang dijalankannya.

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pemberian pembiayaan yang diberikan

oleh Bank Syariah Mandiri mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan para

pelaku UMK. Pelaku UMK memulai usahanya dengan modal Rp2.000.000,- akan tetapi,

terdapat pelaku usaha sebelum dibiayai oleh Bank Syariah Mandiri modal yang dimiliki sudah

cukup besar yaitu sebesar Rp500.000.000,-. Setelah memperoleh pembiyaan dari Bank Syariah

Mandiri modal yang dimiliki pemilik UMK semakin meningkat, nilai terendah sebesar

Rp20.000.000,- dan yang tertinggi sebesar Rp550 Juta (Sesuai hasil analisa data SPSS 17.0).

Jumlah pelaku UMK yang mengalami peningkatan modal usaha setelah memperoleh

pembiayaan dari BSM juga signifikan, yaitu sebanyak 44 pelaku usaha dari jumlah total 46

pelaku usaha yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil wawancara dengan pelaku UMK

bahwa mereka menjelaskan semakin besar nilai pembiayaan yang diberikan oleh Bank maka

akan semakin meningkatan modal usaha. Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri

sebagian besar digunakan untuk memperbaiki kios dan membeli peralatan usaha. Selain itu

digunakan juga untuk membeli bahan dagangan guna memenuhi stok barang dagangan.

Selanjutnya 2 pelaku usaha yang modalnya tidak mengalami kenaikan setelah

pembiayaan dari Bank Syariah mandiri menyebutkan bahwa uang pembiayaan dari Bank tidak

66
semua dijadikan untuk modal usaha tetapi untuk keperluan konsumtif. Hal ini dikarenakan

kurangnya pengawasan dari Bank setelah akad pembiayaan.

2. Analisa Omset Penjualan Setelah Memperoleh Pembiayaan BSM

Omzet penjualan adalah jumlah total hasil produksi yang dapat dijual dalam sekali

bakulan/ penjualan yang dihasilkan oleh pengusaha UMK. Omset penjualan para pelaku

UMK sangat bervariasi, mulai dari yang mempunyai omset penjualan sebesar Rp1.200.000,-

perbulan sampai yang menembus omset Rp578 juta perbulan.

Jumlah pelaku UMK yang mengalami peningkatan omset usaha setelah memperoleh

pembiayaan dari BSM juga signifikan, yaitu sebanyak 36 pelaku usaha dari jumlah total 46

pelaku usaha yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Selain itu terdapat 10 pelaku usaha

yang mengalami penurunan omset penjualan dikarenakan permintaan barang yang semakin

sepi karena persaingan harga di pasaran.

Hasil wawancara dengan pelaku UMK bahwa mereka mengatakan semakin besar

nilai pembiayaan yang diberikan oleh BSM maka akan semakin meningkatan omset usaha.

Bertambahnya modal usaha menaikan jumlah produksi dan penjualan, sehingga omzet

semakin meningkat. Selain itu pembiayaan dari Bank Syariah mandiri banyak digunakan

para UMK untuk pembelian peralatan usaha yang lebih modern, renovasi kios/ kontrakan

sehingga tempat usaha lebih baik dari sebelumnya, yang membuat bertambahnya pelanggan.

Naik turunnya omset penjualan UMK ini dipengaruhi oleh banyak faktor menurut

10 pelaku usaha yang mengalami penurunan menyebutkan beberapa masalah seperti :

Berkurangnya pelanggan dikarenakan platform penjualan online, mulai dari pembelian

67
barang bahkan makanan semua dipesan online, sedangkan nasabah mikro BSM masih

tertinggal sebagian besar masih berdagang secara offline.

Permasalahan selanjutnya yaitu semakin tingginya harga bahan baku tetapi tidak di

imbangi oleh kenaikan harga jual barang. Tidak hanya persoalan bisnis tetapi juga masalah

keluarga yang membuat omzet menurun. Para pelaku UMK masih banyak yang

mencampurkan uang pribadi dengan uang usaha sehingga saat ada keperluan mendesak

seperti berobat, pendidikan anak, semua memakai uang untuk modal berdagang, keuangan

menjadi tidak seimbang, produksi dan penjualan menurun sehingga omzet menurun. Hal ini

terjadi karena tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan tentang manajemen usaha

yang sangat kurang.

3. Analisa Keuntungan Setelah Memperoleh Pembiayaan BSM

Keuntungan usaha adalah jumlah keuntungan perbulan yang diperoleh usaha kecil

yang merupakan pengurangan total cost (TC) terhadap total revenue (TR) atau π = TR –TC).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian pembiayaan sangat berpengaruh

bagi berjalannya pelaku UMK, dari 46 sampel dalam penelitian ini 76% pelaku usaha

mengalami peningkatan keuntungan. Namun terdapat juga 34% persen pelaku UMK yang

malah mengalami kerugian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaku UMK, mereka mengalami kerugian

karena beberapa faktor, nasabah menyebutkan ketatnya persaingan bisnis yang membuat

pelaku UMK menurunkan harga jual padahal cost/biaya-biaya produksi semakin meningkat,

hal ini yang membuat laba usaha menurun. Selanjutnya masih dalam permasalahan yang

sama pelaku UMK mencampurkan keuangan bisnis dengan keuangan pribadi sehingga

68
keuangan usaha menjadi tidak stabil. Keuntungan penjualan UMK sebenarnya sangat

menggiurkan jika dikelola dengan baik dan benar, uang masuk dan uang keluar tercatat

dengan jelas agar dapat dianalisa jika terjadi kerugian.

4. Analisa Jumlah Tenaga Kerja Setelah Memperoleh Pembiayaan BSM

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pembiayaan Bank Syariah mandiri

berpengaruh terhadap perubahan jumlah tenaga kerja. Namun pengaruhnya tidak begitu besar

yaitu hanya 34%. Jumlah tenaga kerja yang menurun dari jumlah awal yaitu 10%. Sedangkan

jumlah tenaga kerja dari awal sebelum mendapat pembiayaan sampai setelah mendapatkan

pembiayaan jumlahnya tetap sama yaitu 56%.

Hasil wawancara dengan pelaku UMK yang menambah jumlah karyawan

menyebutkan bahwa fasilitas pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri membuat usahanya

berkembang sehingga nasabah berani untuk membuka cabang baru dan menambah jumlah

karyawannya. Selanjutnya untuk pelaku usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sama dari

awal sampai akhir menyebutkan bahwa, lebih baik menambah barang dagangan/

memperluas tempat usaha dari pada merekrut tenaga kerja baru yang akan menambah biaya,

bahkan banyak diantara pelaku UMK mengelola usahanya sendiri (suami-istri) dan tidak

mempercayakan pada orang lain.

Kemudian untuk nasabah yang mengalami penurunan jumlah tenaga kerja

diakibatkan usaha yang dijalankan mengalami penurunan dan 2 diantaranya sudah menutup

usahanya.

69
E. Analisa Dampak Pembiayaan Mikro Terhadap Kinerja Usaha Setiap Cluster

1. Modal Usaha

Produk pembiayaan usaha mikro memberikan pengaruh terhadap perubahan modal

setiap cluster usaha, baik itu cluster jasa, kuliner maupun retail. Namun pada cluster kuliner

terdapat perubahan yang menurun antara modal usaha sebelum dan setelah diberikan

pembiayaan. Berikut ini tabel penjelasan mengenai perubahan modal usaha untuk setiap

cluster:

a. Modal Usaha Cluster Jasa

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Modal sebelum 15 10000000 500000000
Modal setelah 15 25000000 550000000

Test Statisticsb
N
Modal setelah – Modal
Negative Ranks 0a
sebelum
Positive Ranks 15b
Z -3.412a
Ties 0c
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Total 15
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dari data descriptive statistics di atas menunjukan modal usaha 15 nasabah UMK

cluster jasa mengalami peningkatan, modal diawal hanya Rp10.000.000,- setelah diberikan

modal usaha oleh BSM naik menjadi Rp25.000.000,- dengan nilai Z yang didapat sebesar

70
-3.412 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,001 di mana kurang dari batas kritis

penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -3,412 < -1,96.

Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah modal usaha cluster jasa antara sebelum

dan sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan

produk usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan modal usaha cluster jasa.

b. Modal Usaha Cluster Kuliner

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum
Modal sebelum 18 4500000 38400000
Modal setelah 18 1850000 60000000

N Test Statisticsb
Negative Ranks 2a Modal setelah – Modal sebelum
b
Positive Ranks 16 Z -3.558a
Ties 0c Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Total 18 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan modal usaha dari 18 nasabah

UMK Cluster Kuliner 16 nasabah mengalami kenaikan dalam modal usahanya. Namun, 2

nasabah mengalami penurunan dalam modal usahanya. Kemudian dari uji Wilcoxon signed

rank test didapatkan nilai Z yang sebesar -3,558 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar

0,000 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -3,558 < -1,96.

Hal ini berarti terdapat perbedaan antara jumlah modal usaha cluster kuliner antara

sebelum dan sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa

71
pembiayaan produk usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan modal usaha cluster

kuliner.

c. Modal Usaha Cluster Retail

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum
Modal sebelum 13 2000000 250000000
Modal setelah 13 25000000 470000000

N Test Statisticsb
Negative Ranks 0a Modal setelah – Modal sebelum
b
Positive Ranks 13 Z -3.184a
c
Ties 0 Asymp. Sig. (2- .001
Total 13 tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dari data descriptive statistics di atas menunjukan modal usaha dari 13 nasabah

UMK cluster retail mengalami peningkatan. Dari uji wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -

3,184 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,001 di mana kurang dari batas kritis

penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -3,184 < -1,96.

Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah modal usaha cluster retail antara sebelum

dan sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan

produk usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan modal usaha cluster retail.

72
2. Omzet

Produk pembiayaan usaha mikro memberikan pengaruh positif terhadap perubahan

omzet setiap cluster usaha, baik itu cluster jasa, kuliner maupun retail. Namun pada setiap

cluster usaha terdapat perubahan yang menurun antara omzet usaha sebelum dan setelah

diberikan pembiayaan. Didapati 1 nasabah cluster jasa, 8 nasabah cluster kuliner dan 1

nasabah cluster retail mengalami penurunan omzet usaha. Berikut ini tabel penjelasan

mengenai perubahan omzet usaha untuk setiap cluster:

a. Omzet Cluster Jasa

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Omzet Sebelum 15 4350000 176814416
Omzet Sesudah 15 5000000 195000000

N Test Statisticsb
Negative Ranks 1a Omzet setelah - Omzet sebelum
Positive Ranks 14b Z -2.983a
Ties 0c Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Total 15 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dari data descriptive statistics di atas menunjukan omzet usaha dari 15 nasabah

UMK cluster jasa 14 nasabah mengalami peningkatan omzet namun 1 nasabah mengalami

penurunan omzet terlihat dari nilai negative ranks berjumlah 1. Dari hasil uji wilcoxon

didapatkan nilai Z sebesar -2,983 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,003 di

mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2,983 < -1,96.

73
Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah omzet cluster jasa antara sebelum dan

sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan produk

usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan omzet usaha cluster jasa.

b. Omzet Cluster Kuliner

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Omzet Sebelum 18 10500000 192000000
Omzet Sesudah 18 5000000 198000000

N Test Statisticsb
Negative Ranks 8a Omzet setelah- Omzet sebelum
Positive Ranks 10b Z .000a
Ties 0c Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Total 18 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dari data descriptive statistics di atas menunjukan omzet usaha dari 18 nasabah

UMK cluster kuliner 10 nasabah mengalami peningkatan omzet usaha, namun terdapat 8

nasabah mengalami penurunan omzet terlihat dari nilai negative ranks berjumlah 8. Dari uji

wilcoxon signed test didapatkan nilai p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 1.000 di mana

lebih besar dari batas kritis penelitian 0,05.

Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan jumlah omzet cluster retail antara sebelum

dan sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan

produk usaha mikro tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan maupun

penurunan omzet usaha cluster kuliner.

74
c. Omzet Cluster Retail

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Omzet Sebelum 13 1200000 578786333
Omzet Sesudah 13 4500000 599000000

N Test Statisticsb
Negative Ranks 1a Modal setelah – Modal sebelum
Positive Ranks 12b Z -2.517a
Ties 0c Asymp. Sig. (2-tailed) .012
Total 13 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Dari data descriptive statistics di atas menunjukan omzet usaha dari 13 nasabah

UMK cluster retail, 12 nasabah mengalami peningkatan omzet usaha namun 1 nasabah

mengalami penurunan omzet terlihat dari nilai negative ranks berjumlah . Dari hasil uji

wilcoxon didapati nilai Z yang sebesar -2,517 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar

0,012 di mana lebih kecil dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2,517 < -

1,96.

Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah omzet cluster retail antara sebelum dan

sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan produk

usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan omzet usaha cluster retail.

3. Laba Usaha

Produk pembiayaan usaha mikro memberikan pengaruh positif terhadap perubahan

laba usaha untuk setiap cluster, baik itu cluster jasa, kuliner maupun retail. Namun pada

75
setiap cluster usaha terdapat perubahan yang menurun antara laba usaha sebelum dan setelah

diberikan pembiayaan. Didapati 1 nasabah cluster jasa, 8 nasabah cluster kuliner dan 2

nasabah cluster retail mengalami penurunan laba usaha. Berikut ini tabel penjelasan

mengenai perubahan omzet usaha untuk setiap cluster:

a. Laba Usaha Cluster Jasa

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Laba Sebelum 15 2700000 53000000
Laba Sesudah 15 3600000 67825000

N Test Statisticsb
Negative Ranks 1a Laba setelah – Laba sebelum
b
Positive Ranks 14
Z -2.953a
c
Ties 0
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Total 15
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan laba usaha dari 15 nasabah UMK

cluster retail, 14 nasabah mengalami peningkatan dalam laba usahanya namun 1 nasabah

mengalami penurunan laba usaha terlihat dari nilai negative ranks berjumlah 1.Dari uji

wilcoxon didapati nilai Z sebesar -2,953 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,003

di mana lebih kecil dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2,953 < -1,96.

Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah laba usaha cluster jasa antara sebelum dan

sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan produk

usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan laba usaha cluster jasa.

76
b. Laba Usaha Cluster Kuliner

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Laba Sebelum 18 4500000 38400000
Laba Sesudah 18 1850000 60000000

N Test Statisticsb
Negative Ranks 8a Laba setelah – Laba sebelum
b
Positive Ranks 10
Z -1.31
c
Ties 0
Asymp. Sig. (2-tailed) .896
Total 18
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan laba usaha dari 18 nasabah UMK

cluster kuliner, 10 nasabah mengalami peningkatan namun 8 nasabah mengalami penurunan laba

usaha terlihat dari nilai negative ranks berjumlah 8. Dari hasil uji wilcoxon didapati nilai p value

(Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,896 di mana lebih besar dari batas kritis penelitian 0,05.

Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan jumlah laba usaha cluster kuliner antara sebelum

dan sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan produk

usaha mikro tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan maupun penurunan laba

usaha cluster kuliner.

c. Laba Usaha Cluster Retail

b. Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Laba Sebelum 13 800000 30878634
Laba Sesudah 13 1207500 34200000

77
N Test Statisticsb
Negative Ranks 2a Laba setelah – Laba sebelum
b
Positive Ranks 11
Z -2.062a
c
Ties 0
Asymp. Sig. (2-tailed) .039
Total 13
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan laba usaha dari 13 nasabah UMK

cluster retail, 12 nasabah mengalami peningkatan dalam laba usahanya namun 2 nasabah

diantaranya mengalami penurunan laba usaha dilihat dari negative ranks sebesar 2. Dari hasil

uji wilcoxon didapati nilai Z yang didapat sebesar -2.062 dengan p value (Asymp. Sig 2

tailed) sebesar 0,039 di mana lebih besar dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z

hitungnya -2.062 < -1.96.

Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah laba usaha cluster retail antara sebelum

dan sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan

produk usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan laba usaha cluster retail.

4. Tenaga Kerja

Produk pembiayaan usaha mikro memberikan perubahan jumlah teaga kerja

terhadap cluster usaha jasa sebanyak 7 orang, cluster kuliner 5 orang dan 4 orang pada

cluster retail. Berikut hasil olah data melalui uji wilcoxon sign rank test :

78
Diagram
Jumlah Tenaga Kerja Setiap Cluster
10 9
8 8

Jumlah Nasabah
8 7
6 5 5
4
4
2
0 0
0
Cluster Jasa ClusterKuliner Cluster Retail

Negative Positif Ties

Jumlah peningkatan tenaga kerja setiap cluster sebanyak 16 nasabah, sedangkan 5 nasabah

mengalami penurunan jumlah tenaga kerja dan 25 nasabah memiliki jumlah karyawan yang sama

sebelum dan setelah mendapatkan pembiayaan PUM darri BSM.

F. Presentase Kinerja Usaha pada setiap Cluster penerima PUM

Berdasarkan hasil kuisioner laporan keuangan sederhana yang telah diisi oleh nasabah

UMK setiap cluster hasilnya sangat beragam. Sesuai dengan diagram dibawah ini :

Diagram 4.8
Presentase kinerja usaha pada setiap cluster

250%
Presentase perubahan

200%

150%

100%

50%

0%
Modal Omzet Laba Tenaga Kerja
Jasa 86% 23% 30% 0%
Kuliner 200% 1% 11% 4%
Retail 234% 64% 54% 1%

Sumber : Hasil Olahan Excel 2013

79
Dampak fasilitas pembiayaan mikro terhadap kinerja usaha setiap cluster hasilnya

berbeda-beda. Berikut penjelasannya :

1) Dampak fasilitas pembiayaan mikro terhadap kinerja usaha Cluster Jasa

Perubahan modal rata-rata setiap pelaku usaha sebesar 86%, rata-rata perubahan

omzet sebesar 23% dan 0% untuk rata-rata pertumbuhan tenaga keja. Hasil wawancara

dengan pelaku usaha cluster jasa menyebutkan dampak fasilitas pembiayaan dari Bank

Syariah Mandiri cukup membantu dalam penambahan modal juga omzet dan

keuntungan. Namun pengusaha cluster jasa ini tidak membutuhkan tambahan tenaga

kerja baru karena usahanya tidak membutuhkan banyak karyawan.

Misalnya Bapak M pemilik kontrakan di daerah Pondok Aren dekat dengan

Kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) mengajukan pembiayaan mikro

Bank Syariah Mandiri sebesar Rp170.000.000,- yang akan digunakan untuk membangun

beberapa pintu kontrakan baru. Penambahan kontrakan ini tentu menaikan jumlah

pendapatan beliau setiap bulan, namun penambahan kontrakan ini tidak membuat Bapak

M menambah jumlah karyawan, Beliau bahkan menjadi pemilik sekaligus pegawai yang

mengatur segala keperluan kontrakannya sendiri.

2) Dampak fasilitas pembiayaan mikro terhadap kinerja usaha cluster kuliner

Perubahan modal rata-rata setiap pelaku usaha sebesar 200%, namun perubahan

modal ini tidak membuat rata-rata omzet dan laba usaha naik secara signifikan.

Perubahan omzet setelah diberi pembiayaan rata-rata 1% saja. Kemudian perubahan laba

usaha rata-rata adalah 11% dan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 4%.

80
Hasil wawancara dengan pelaku usaha cluster kuliner menyebutkan dampak

fasilitas pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri cukup membantu dalam penambahan

modal usaha namun pengelolaan modal yang dilakukan pelaku UMK belum begitu

maksimal. Misalnya Bapak AS, mengajukan pembiayaan untuk menambah modal usaha

ayam fried chicken. Ditengah perjalanan pendapatannya semakin hari semakin menurun,

alasannya karena harga bahan pokok yang semakin naik, serta mulai banyaknya pesaing

yang membuat Bapak AS lebih memilih menutup usahanya dari pada mendapat kerugian

yang terus meners.

Namun ada beberapa nasabah yang dapat mengelola modal usaha yang

diberikan Bank Syariah Mandiri dengan baik, membuat usahanya semakin berkembang.

Misalnya Bapak AT pengusaha rumah makan sambel ngeledek menyebutkan modal

usaha dari Bank Syariah Mandiri digunakan untuk sewa kios baru dan juga membeli

peralatan dagang. Pembukaan cabang baru ini membuat omzet dan laba yang didapat

semakin meningkat. Selain itu Bapak AT juga menambahkan beberapa karyawan buntuk

cabang barunya.

3) Dampak fasilitas pembiayaan mikro terhadap kinerja usaha cluster retail

Perubahan modal rata-rata setiap pelaku usaha sebesar 234%, rata-rata

perubahan omzet sebesar 64% dan 54% untuk rata-rata pertumbuhan laba. Hasil

wawancara dengan pelaku usaha cluster retail menyebutkan dampak fasilitas

pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri cukup membantu dalam penambahan modal,

omzet dan keuntungan.

81
Misalnya Ibu M yang mengajukan pembiayaan mikro kepada Bank Syariah

Mandiri untuk modal usaha aksesoris dan jilbab yang dijual di pasar malam. Setelah

mendapatkan pembiayaannya usaha Ibu M memberanikan diri untuk membuka booth

jualan di salah satu mall yang akhirnya meningkatkan penjualannya. Saat ini Ibu M

menambah jenis usahanya yaitu menjual es bubble dan mie ayam di sekitar kampus.

Beliaupun sudah mendaftarkan usaha kulinernya pada aplikasi pemesanan makanan

online. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki Ibu M bertambah, omzet dan keuntungan juga

bertambah. Ibu M adalah salah satu nasabah yang telah merasakan dampak pertumbuhan

usaha karena fasilitas pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri terbukti dari usahanya

yang terus mengalami peningkatan. Sampai saat ini Ibu M telah mengajukan tiga kali

top up pembiayaan kepada Bank Syariah Mandiri.

G. Analisa kemampuan dan permasalahan nasabah dalam pengembalian pinjaman

(collectability problem).

Salah satu tujuan pendampingan nasabah selain peningkatan kinerja usaha juga

peningkatan nilai spritualnya. Salah satu indikator untuk menilai peningkatan spiritual

adalah komitmen nasabah dalam mengembalikan pembiayaan yang digunakannya kepada

bank (collectability problem).

Diagram 4.9
Collectability Problem
20% 17%
15%
10%
10% 8%

5%
0%
Business Problem Life Problem Commitment
Problem

82
Dari hasil pengamatan 83% nasabah lancar dalam membayar angsuran. Akan tetapi

17% atau 9 nasabah mengalami masalah dalam pembayarannya. Dari 9 nasabah, didapatkan

33% mengalami masalah dalam usahanya (business problem), 23% nasabah medapatkan

masalah hidup (life problem) yang mempengaruhi keuangan usahanya, dan 45% diantaranya

mengalami masalah spiritual (commitment problem).

Hasil wawancara pada tanggal 03 Juni 2019 dengan salah satu nasabah UMK yang

bernama Bapak S, pengusaha ikan bandeng tanpa duri menyebutkan bahwa telat membayar

angsuran bukan karena disengaja tetapi memang karena kondisi usaha sedang tidak baik

(business problem).

“Usaha ikan bandeng tanpa duri didirikan pada tahun 2013. Pada saat itu usaha saya

ramai karena menjadi supplier ikan bandeng tanpa duri untuk Rumah Makan Warung Talaga.

Namun sudah hampir satu tahun ini, kerjasama dengan rumah makan tersebut diberhentikan

dengan alasan rumah makan telah mendapatkan supplier yang jauh lebih murah”. Dengan

adanya permasalahan bisnis dalam usaha Bapak S, saat ini status pembiayaan di BSM

berstatus kolektabilitas 5 (Nasabah Macet).

Selanjutnya nasabah yang tidak dapat membayar angsuran tepat waktu karena

masalah hidup. Salah satu hasil wawancara pada tanggal 03 Juni 2019 dengan Ibu H

pengusaha jasa service tv yang saat ini pembayarannya tidak lancar menyebutkan bahwa

telat membayar angsuran bukan karena disengaja tetapi memang karena kondisi keuangan

keluarga sedang tidak baik (life problem).

“Biasanya saya selalu lancar membayar angsuran kepada pihak BSM namun sudah

hampir enam bulan ini pembayaran kurang lancar karena saya terkena musibah harus operasi

83
hemoroid tanpa BPJS, dan anak bungsu saya mulai masuk SMA, jadi keuangan keluarga

terganggu dan pembayaran kepada BSM menjadi kurang lancar”.

Disisi lain terdapat 45% nasabah yang selalu menunda-nunda pembayaran kepada

bank padahal sedang tidak mengalami penurunan pendapatan usaha dan juga permasalahan

hidup yang mengganggu keuangannya. Pelaku usaha ini menunggu ditagih dan diingatkan

oleh pihak bank untuk membayar.

Misalnya Ibu M penjual ayam bakar, omzet dan laba selalu mengalami peningkatan

namun setiap bulan selalu masuk kedalam daftar nama yang lambat dalam membayar

angsuran.

Hasil wawancara dengan Ibu M pada tanggal 09 Juni 2019 menyebutkan bahwa

telat membayar angsuran disengaja karena uang pembayaran angsuran digunakan untuk

keperluan lain.

“Saya mengerti wajibnya membayar hutang, saya tidak berniat untuk tidak

membayar angsuran kepada pihak BSM, hanya saja saya menunggu sampai batas jatuh

tempo, sampai pihak bank menagih melalui telpon baru saya membayar karena selama belum

ditagih saya dapat memutar uang saya miliki untuk perluan dagang”

Ibu M merasa tidak bersalah saat menunda pembayaran sampai pihak bank

mengingatkan untuk pembayaran. Padahal disaat menandatangi akad pembiayaan telah

disepakati bahwa pembayaran angsuran wajib dilakukan sebelum jatuh tempo.

Kemudian terdapat nasabah lain yang selalu menunda pembayaran karena masalah

komitmen, yaitu Ibu P. Ibu P memiliki usaha warung nasi yang sangat ramai pengunjungnya,

omzet dan laba usaha selalu mengalami peningkatan. Ibu P pun tidak memiliki masalah

84
hidup yang mengganggu keuangan usahanya, namun pembayaran angsuran kepada BSM

ditunda-tunda dengan alasan tidak ada waktu untuk pergi ke Bank.

“Biasanya setiap jatuh tempo, pegawai BSM menelepon saya berkali-kali namun

tidak saya angkat, saya sengaja menunggu pegawai BSM datang menagih pembayaran

kepada saya, karena saya tidak ada waktu untuk menyetor ke bank”

Nasabah ini memiliki karakter yang kurang baik, padahal pergi sebentar ke bank

untuk melakukan setoran adalah komitmen yang telah dijanjikan.

Selanjutnya hasil wawancara pada tanggal 14 Juni dengan Ibu R pengusaha sembako

dan sayur, menyebutkan bahwa menunda pembayaran angsuran BSM ialah disengaja.

“Saya memiliki beberapa pinjaman, ada di bank syariah dan juga ada pinjaman di

leasing, biasanya saya mendahulukan pembayaran di leasing karena jika telat membayar,

dendanya sangat besar, dan cara penagihannya kasar jadi pembayarannya saya segerakan.

Tetapi jika saya terlambat membayar kepada pihak BSM dendanya kecil dan penagihannya

biasanya hanya melalui chat dan telpon, kalau saya masih berlama-lama dalam membayar

barulah pihak BSM mendatangi saya”

Ibu R merasa tidak bersalah ketika menunda pembayaran kepada pihak bank BSM.

Solusi yang dilakukan Bank Syariah Mandiri adalah melakukan perhatian khusus dengan

cara melakukan pendekatan spiritual kepada nasabah tersebut secara berkala. Hal yang dapat

disampaikan ialah mengenai wajibnya membayar hutang serta bahayanya menunda

pembayaran angsuran menurut agama Islam.

85
1. Hukum menunda pembayaran angsuran

Terdapat beberapa nasabah ketika mampu untuk membayar angsuran kepada bank

namun tidak segera membayarkan dengan berbagai alasan bahkan sibuk untuk membeli

kebutuhan tersier, ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.

Orang yang memiliki pinjaman harus segera membayar kembali pinjaman/utangnya

pada waktu yang telah disepakati atau bahkan sebelum jatuh tempo. Segala usaha harus

dikerahkan supaya bisa melunasi utang tepat waktu, kalau perlu menjual barang-barang

berharga yang dimiliki untuk keperluan itu (Muchammad Ichsan, 2008:62)

Hukum menunda pembayaran hutang dapat di bagi menjadi dua, yaitu :

a. Hukum menunda pembayaran utang adalah haram

Apabila seseorang yang berhutang telah mampu membayar utang dan tidak

memiliki udzur yang dibenarkan oleh agama setelah orang yang memberikan utang

memintanya atau setelah jatuh tempo.

Dalilnya adalah sabda rasulullah SAW:

Artinya : “Mengulur-ulur waktu pembayaran hutang bagi yang mampu adalah

kedzoliman.” (Shahih Bukhori dan Shahih Muslim)

b. Hukum menunda pembayaran utang adalah mubah.

Imam Syafi‟i menjelaskan, apabila orang yang berhutang memang benar-benar

belum mampu membayarnya atau ia telah mampu membayarnya namun masih berhalangan

untuk membayarnya, misal uang yang ia miliki belum berada ditangannya atau alasan-alasan

lain yang dibenarkan agama. Allah SWT telah berfirman :

86
“Orang yang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia

berkelapangan.”(Q.S. Al-Baqaroh: 280)

Dapat disimpulkan bahwa nasabah wajib membayar angsuran tepat waktu apabila

tidak memiliki masalah dalam bisnisnya (busniness promlem) dan masalah hidup yang

menggaggu keuangan usahanya (life problem). Untuk meminimalisir masalah collectability

problem, Bank Syariah Mandiri perlu melakukan pendekatan spiritual kepada nasabah-

nasabahnya, terutama yang memiliki masalah commitment problem, agar nasabah

memahami bahwa risiko menunda-nunda pembayaran angsuran menurut ajaran Islam

dilarang dan merupakan suatu dosa besar karena telah berbuat dzalim.

I. Evaluasi Produk Pembiayaan Usaha Mikro

Evaluasi ini merupakan hasil rangkuman penulis, yang bersumber dari data primer

dan data sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara peneliti dengan para stake

holder dalam hal ini adalah pihak BSM dan nasabah penerima fasilitas pembiayaan PUM.

Data sekunder didapatkan dari data yang telah diolah dari berbagai sumber, diantaranya

adalah laporan keuangan bank, Undang-Undang Dasar (UUD), Peraturan Bank Indonesia

(PBI), dan sebagainya.

Penulis membagi kedalam beberapa sub-bab pembahasan yaitu bentuk dukungan

dan keluhan nasabah, analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Treat) produk

PUM serta strategi yang dapat dilakukan BSM untuk mengembangkan produk PUM. Berikut

penjelasan lebih lengkapnya :

1. Dukungan Nasabah terhadap Produk PUM

a. Pihak BSM memberikan pelayanan maksimal

87
Dalam proses penilaian dan pemberian pembiayaan, pihak Warung Mikro BSM

mempermudah prosedur dengan menandatangai lokasi usaha nasabah, sehingga nasabah

tidak perlu menutup kegiatan usahannya. Selain itu pihak BSM menjaga hubungan baik

dengan memberi dukungan moril pada nasabah dan menjalankan usahannya.

b. BSM mendapat respon positif dari masyarakat karena menjalankan kegiatan

operasionalnya berdasarkan prinsip syariah

Sebagian nasabah memutuskan mengambil pembiayaan di BSM berdasarkan faktor

Bank Syariah. Meskipun mayoritas nasabah tidak mengetahui perbedaan mendasar dan spesifik

antara bank syariah satu dengan bank syariah lainnya, nasabah merasa aman atau tenang karena

kegiatan usahannya tetap berjalan sesuai syariah.

c. BSM menerapkan prinsip kejujuran dalam bertransaksi

Prinsip kejujuran diterapkan BSM selama proses penyaluran pembiayaan

melalui keterbukaan informai. Dalam proses akad dan kontrak, pihak BSM membacakan

satu persatu ketentuan yang tertera disurat penanda – tanganan kontrak dan ayat – ayat

al-qur’an terkait. Selain itu BSM juga menjelaskan biaya yang mungkin timbul

dikemudian hari bila terdapat pelunasan dari waktu yang disepakati. Nilai positif yang

diterima ialah nasabah mengetahui biaya – biaya yang dikeluarkan digunakan secara

transparan.

2. Keluhan Nasabah terhadap Produk PUM

a. Nominal yang diterima tidak utuh

Nasabah menyayangkan adanya ketentuan penahanan 1 x angsuran diawal

perjanjian, yang mana mengurangi peluang nasabah dalam memaksimalkan penggunaan

88
dana penjaman pada kegiatan usaha. Tanggapan dari pihak bank syariah ialah uang

penahanan/ blokiran 1 x angsuran digunakan untuk berjaga-jaga apabila nasabah lupa

membayar angsuran lebih dari batas jatuh tempo, maka uang blokir ini didebet untuk

penggantinya. Hal ini baik untuk nasabah karena menjaga status nasabah agar tetap

memiliki status kolektabilitas lancar di dalam laporan informasi debitur di Bank

Indonesia.

b. Persyaratan dan agunan memberatkan

Sebagian nasabah menilai ketentuan pembiayaan yang diberikan bernilai 30%

dari nilai agunan ialah memberatkan. Nasabah yang memiliki jaminan Sertifikat Hak

Milik (SHM) memiliki ketentuan atas nama calon nasabah sendiri, pasangan istri/suami,

anak atau orang tua. Jaminan atas nama kakak/ adik dan mertua tidak diperbolehkan.

Selanjutnya agunan dengan status Akta Jual Beli (AJB) maksimal plafon yang

didapatkan sebesar Rp50 juta. Persyaratan agunan yang ditetapkan cukup mempersulit

pelaku usaha UMK dalam menerima pembiayaan secara utuh yang telah disesuaikan

dengan kebutuhan usahanya.

c. Biaya transaksi yang dikeluarkan nasabah tergolong besar

Mayoritas nasabah mengeluhkan biaya transaksi yang perlu dikeluarkan selama

proses penyaluran pembiayaan. Ketentuan biaya administrasi yang ditetapkan BSM

sebesar 1% dari jumlah plafon, namun bila digabungkan dengan biaya transaksi lainnya

nasabah perlu mengeluarkan biaya lebih besar 5% total nilai plafonyan diajukan.

89
Contoh biaya transaksi nasabah

Nama : Bapak Rosyid (nama samaran)

Alamat bisnis : Kp Peladen, Pondok Aren.

Plafon/ Tenor : Rp100.000.000,- / 24 Bulan.

Jenis pembiayaan : Produk Usaha Mikro (PUM) –Modal Kerja

Tujuan : Penambahan stok dagangan sembako

Jaminan : Sertifikat Hak Milik

Tabel 4.17
Rincian Biaya Transaksi

NO Transaksi Nominal

1 Administrasi 1% Rp1.000.000,-

2 Asuransi Jiwa Rp1.650.000,-

3 Asuransi Kerugian Rp320.000,-

4 Materai Rp72.000,-

5 Pengikatan Notaris Rp2.500.000,-

6 Pembukaan rekening Rp100.000,-

Total Rp5.642.000,-

Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Irsyadi, Micro Banking Manager, 20 Juli 2019.

Dari perhitungan tabel di atas dapat diketahui bahwa biaya transaksi yang

dikeluaarkan oleh Bapak Rosyid untuk memperoleh dana produk usaha mikro sebesar

Rp100.000.000,- adalah Rp5.642.000,- Ini berarti modal usaha Bapak Rosyid terkurang

sebesar 5,6% yang digunakan untuk biaya-biaya bank.

90
3. Analisa SWOT Produk PUM

a. Strength (Kekuatan)

1) BSM merupakan bank syariah dengan aset terbesar

Saat ini posisi aset Bank Syariah Mandiri berada di posisi pertama diantara bank

syariah lainnya. Berikut ini posisi Bank Umum Syariah di Indonesia dilihat dari segi

aset:

Tabel 4.18
Jumlah Aset Bank Syariah di Indonesia

Bank Syariah Jumlah Aset

Bank Syariah Mandiri Rp98,34 triliun

Bank Muamalat Indonesia Rp55,2 triliun

Bank BNI Syariah Rp41,05 triliun

Bank BRI Syariah Rp36,18 triliun

Sumber: Laporan Kinerja Bank Syariah Tahun 2018

Besarnya aset yang dimiliki BSM memberikan peluang lebih besar untuk

memaksimalkan penyaluran pembiayaan, terutama pada sektor usaha mikro kecil.

2) Nilai NPF Pembiayaan Usaha Mikro BSM KCP Bintaro Sektor III relatif kecil yaitu

sebesar 0,53% diawal tahun 2019.

Hasil wawancara pada tanggal 21 Juli 2019 dengan Bapak Irsyadi selaku Micro

Banking Manager, didapati nilai NPF Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KCP

Sektor III sebesar 0,53% di awal tahun 2019, nilai NPF ini lebih kecil dibandingkan

produk lain seperti produk Pembiayaan Serbaguna Mikro (PSM) yang diperuntukan

91
untuk para pegawai berpenghasilan tetap. Nilai NPF produk PSM sebesar 3,91% di awal

tahun 2019.

Diagram 4.10
Nilai NPF BSM KC Bintaro Sektor III

6
5
Nilai NPF

4
3
2
1
0
2016 2017 2018 2019
Tahun
PUM PSM

Dapat disimpulkan bahwa nilai NPF dariproduk PUM setiap tahunnya selalu

mengalami penurunan dimulai dari 1,48% di tahun 2016, naik menjadi 5,19% di tahun

2017, turun menjadi 2,39% di tahun 2018 dan menjadi 0,53% di awal tahun 2019.

Sebaliknya dengan produk PSM yang mengalami kenaikan setiap tahunnya.

Dimulai dari 2,72% di tahun 2016, turun menjadi 1,49% di tahun 2017, naik menjadi

2,39% di tahun 2018 dan menjadi 3,91% di awal tahun 2019.

Hal ini menunjukan bahwa nasabah pembiayaan UMK lebih patuh terhadap

komitmen pembayaran angsuran, salah satu alasannya karena pelaku UMK

mendapatkan pendampingan yang konsisten dari tim pembiayaan mikro. Namun nilai

NPF ini juga menjadi masukan untuk BSM KC Bintaro Sektor III agar lebih

mengedepankan prinsip kehati-hatian, serta lebih mendalam saat menganalisis calon

nasabah dalam prosedur penyaluran pembiayaan.

3) Pihak Bank Syariah Mandiri menjaga hubungan baik dengan nasabah

92
Dalam menjaga nilai NPF, pihak BSM menggunakan strategi

pendekatan/pendampingan dengan menjaga hubungan baik dan memberi dukungan

moril pada nasabah dalam menjaga usahanya. Strategi tersebut dipercaya akan

menambah rasa enggan nasabah untuk menunda pembayaran.

4) Kegiatan pemasaran yang selama ini berjalan menggunakan System Offline.

Strategi promosi pembiayaan usaha mikro sampai saat ini masih menggunakan

system offline. Dengan mendatangi langsung calon nasabah oleh pihak marketing (door

to door) ke tempat-tempat berlangsungnya kegiatan usaha UMK. Kegiatan ini

bermanfaat untuk memperkenalkan produk BSM secara terperinci kepada masyarakat,

mengetahui calon nasabah dan kegiatan yang dijalankan, sebagai pelayanan awal yang

diberikan oleh pihak bank. Contohnya adalah kegiatan penyebaran brosur di pasar

(Grebek Pasar), Gerai di acara Car Free Day, dsb.

a. Weakness (Kelemahan)

1) Produkivitas Pembiayaan Mikro yang masih mimim.

Produktivitass pembiayaan retail banking BSM terus mengingkat setiap

tahunnya. Di tahun 2018, kinerja pembiayan mencapai Rp39,96 triliun, tumbuh sebesar

Rp5,36 triliun dibandingkan kinerja pembiayaan pada tahun 2017 sebesar Rp34,59

triliun. Namun, secara komposisi pembiayaan retail banking ini masih didominasi oleh

produk consumer banking sebesar 60,8%, dilanjutkan oleh business banking sebesar

21,5% , pembiaaan mikro 10,8% dan pawning sebesar 6,5%.

93
Tabel 4.18
Produktivitas Retail Banking

Sumber: Annual Report BSM 2018


Tentunya masih ada gap sebesar 9,2% bagi Bank Syariah Mandiri untuk

menyalurkan pembiayaan kepada segmen mikro karena di dalam Peraturan Bank

Indonesia (PBI) No.17/12/PBI/2015 mengenai pemberian kredit atau pembiayaan, bank

wajib menyalurkan pembiayaan kepada segmen UMK minimal 20% dari total

pembiayaan.

Menurut Bapak Irsyadi selaku Micro Banking Manager menyebutkan alasan

penyaluran kurang dari 20% bukan karena kesengajaan ingin melanggar Peraturan Bank

Indonesia, namun pangsa pasar pembiayaan mikro yang masih kurang. Dapat dilihat dari

produktivitas pembiayaan pada segmen mikro di tahun 2018 tidak mengalami

pertumbuhan yang begitu signifikan, secara nasional hanya tumbuh 1,85% dari tahun

sebelumnya. Lebih kecil dibandingkan produk lain misalkan produktivitas penyaluran

pembiayaan pada Produk Consumer Banking pertumbuhannya mencapai 29,08% di

tahun 208.

Hal ini terjadi karena persaingan pada segmen mikro lebih ketat. Banyak

pengusaha mikro kecil lebih memilih pembiayaan kepada Bank Plat Merah (BUMN)

karena bunga yang kecil dan produk yang ditawarkan tanpa mensyaratkan jaminan.

94
Tentunya hal ini mempersulit Tim Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri untuk

mencari nasabah baru.

2) Minimnya pemberian bantuan teknis kepada Pembiayaan Usaha Mikro.

Peran BSM melalui Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) masih terbatas sebagai

alternative sumber bantuan modal berupa uang. Pasca penyaluran dana pembiayaan

BSM tidak banyak terlibat dalam teknis kegiatan usaha nasabah. Pendekatan kepada

nasabah sebatas permasalahan kolektabilitas. Saat nasabah mengalami keterlambatan

dalam pembayaran angsuran, tim pembiayaan mikro BSM baru melakukan OTS

(kunjungan langsung) untuk melihat kendala yang sedang dialami oleh UMK, namun

untuk pemberian solusi secara teknis masih belum maksimal dirasakan kehadirannya

oleh nasabah.

3) Akses pembiayaan UMK terbatas pada lingkup tertentu

Ketentuan nilai agunan (jaminan) yang dipersyaratkan dalam prosedur

pembiayaan tidak bisa dipenuhi oleh seluruh pelaku usaha UMK. Pembiayaan usaha

mikro hanya diperuntukan bagi UMK yang memiliki aset seperti (Surat Hak milik

(SHM) Tanah, Akta Jual Beli (AJB), BPKB Kendaraan). Kenyataan di lapangan tidak

semua pelaku UMK memiliki aset tersebut. Sehingga pesaing terberat BSM adalah Bank

BUMN yang memberikan fasilitas pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang tidak

mensyaratkan adanya aset untuk dijadikan jaminan, seperti KUR Bank BRI dan KUR

Bank Mandiri.

4) Minimnya diferensiasi yang ditawarkan BSM dengan bank lain

95
Dalam satu lini produk pembiayaan usaha mikro, BSM menyediakan produk

yang beragam melalui jenis produk yang ditawarkan dan penetapan harga yang kiranya

bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah. Akan tetapi di sisi lain, nasabah

menganggap strategi produk dan harga yang ditawarkan BSM tidak jauh berbeda dengan

bank serupa, baik sesama bank syariah ataupun dengan bank konvensional. Sehingga

masyarakat terang-terangan menyamakan produk bank syariah dengan bank

konvensional.

5) Belum dimaksimalkan penggunaan teknologi dalam kegiatan operasional pembiayaan

usaha mikro.

Penggunaan teknologi oleh pembiayaan usaha mikro saat ini terbatas pada

sistem penyaluran dana pembiayaan dan sistem pembayaran angsuran yang bisa melalui

ATM. Padahal peningkatan sistem jaringan informasi berteknologi tinggi dan media

elektronik mengubah pola masyarakat dalam berinteraksi terhadap sistem penjualan,

promosi dan pembayaran secara online.

b. Opportunity (Peluang)

1) Peraturan dan regulasi pemerintah mendukung lembaga keuangan menyalurkan

pembiayaan UMK

Dalam hal penyaluran akses sumber pembiayaan bagi UMK, pemerintah telah

menetapkan ketentuan baru yang memacu bank untuk lebih berani memberikan

pinjaman tanpa menghilangkan asas kehati-hatian bisnis perbankan guna mendorong

program-program pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan

pertumbuhan ekonomi terutama bagi UMK. Seperti menetapkan ketentuan baru

96
mengenai jumlah minimal penyaluran kepada UMK dan bobot risiko kredit bagi UMK

yang dijamin oleh lembaga penjamin atau asuransi milik BUMD. Seperti Peraturan Bank

Indonesia (PBI) No.17/12/PBI/2015 yang telah disinggung sebelumnya.

2) Kinerja Operasional BSM yang mengalami kenaikan

Mandiri Syariah sebagai bank syariah, secara khusus menghadapi persaingan

dengan seluruh perbankan syariah dan perbankan umum di Indonesia dalam menentukan

penguasaan pasar. Persaingan usaha tersebut antara lain dapat dilihat berdasarkan aset,

pembiayaan, pendanaan/ dana pihak ketiga (DPK).

Berdasarkan jumlah aset, pembiayaan, dan jumlah pendanaan/dana pihak

ketiga, pangsa pasar pada tahun 2018 masing-masing dapat dilihat dari diagram 4.11

berikut ini:

Diagram 4.11
Pangsa Pasar BSM

Sumber: Annual Report BSM 2018

Total aset Bank Syariah Mandiri berhasil tumbuh sebesar Rp10,40 triliun,

dengan penguasaan pangsa pasar tahun 2018 mencapai 20,60%. Dari sisi pembiayaan

pangsa pasar Bank Syariah Mandiri tahun 2018 tetap stabil sebesar 21,16%. Sedangkan

97
untuk pangsa pasar pendanaan/dana pihak ketiga pada tahun 2018 mencapai 23,52%

meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 23,27%.

Pencapaian tersebut menunjukkan keberhasilan Bank Syariah Mandiri dalam

menjaga kinerja operasional. Dengan besarnya DPK memberi peluang bagi BSM untuk

meningkatkan jumlah pembiayaan dan pangsa pasarnya.

3) Besarnya tanggapan positif masyarakat karena BSM menjalankan kegiatan operasional

berdasarkan prinsip syariah.

Salah satu faktor bagi mayoritas nasabah memiliki pembiayaan di Bank Syariah

Mandiri yaitu rasa aman, terutama bagi umat Muslim, karena bertransaksi di luar riba

dalam kegiatan mumalah. Hal tersebut mengingat mayoritas masyarakat Indonesia

beragama Islam. Hal ini tentu menjadi peluang bagi Bank Syariah Mandiri.

4) Kemajuan teknologi yang pesat

Penguasaan terhadap perkembangan teknologi terkini menjadi modal bersaing

dalam industri perbankan. Penguasaan teknologi mendukung kegiatan operasional

menjadi lebih efektif dan efisien, serta meningikatkan kualitas kredit dan layanan yang

diberikan kepada nasabah. Dengan teknologi juga mempermudah bank dalam

memasarkan produknya.

c. Threats (Tantangan)

1) BSM KCP Bintaro Sektor III berada di lokasi yang kurang strategis

Lokasi BSM KCP Bintaro Sektor III berada di antara pusat kantor perusahaan,

perumahan elite, mall dan institusi pendidikan untuk menengah keatas, cukup jauh

dengan pusat perbelanjaan seperti pasar. Hal ini tentu menjadi tantangan untuk tim

98
marketing dalam mencari calon nasabah usaha mikro kecil dikarenakan lokasi bank tidak

mudah diakses oleh para pedagang.

Mengingat status bangunan kantor yang belum menjadi hak milik permanen,

maka hal ini menjadi bahan masukan bagi pihak BSM agar dapat membuka cabang di

tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat terutama segmen usaha mikro kecil.

2) Persaingan harga yang ketat dengan kompetitor

Minimnya perbedaan produk yang ditawarkan menjadikan bank mencari cara

lain untuk menarik minat masyarakat. Salah satu upaya bersaing bank adalah dengan

menetapkan strategi harga para produk, baik ketentuan margin, biaya, serta limit plafon

yang diberikan.

Tabel 4.19
Simulasi Pembiayaan di Bank Syariah

Keterangan Bank Syariah Bank BNI Syariah Bank Jabar


Mandiri Banten Syariah

Jumlah Pembiayaan (Harga Rp40.000.000,- Rp40.000.000,- Rp40.000.000,-


pokok)
Harga Pokok + Margin Rp43.156.548,- Rp43.148.000,- Rp46.000.000,-

Angsuran Perbulan Rp3.596.379,- Rp3.595.667,- Rp3.610.000,-

Sumber : Hasil simulasi diolah dari setiap website bank yang bersangkutan

Apabila dilihat dari tabel di atas, margin yang ditetapkan oleh setiap bank

syariah tidak jauh berbeda. Hal ini menjadikan persaingan antar bank syariah menjadi

lebih ketat, dalam hal ini keahlian marketing setiap bank dibutuhkan untuk menarik

nasabah baru.

99
3) Maraknya industri teknologi (fintech) di tanah air

Keberadaan fintech sebagai inovasi di bidang jasa financial dengan

mengadaptasi perkemmbangan teknologi merupakan ancaman bagi keberlangsungan

bisnis keuangan karena kemampuannya menjangkau pasar lebih luas. Selain itu

pendatang baru (fintech) didukung oleh SDM professional muda yang sadar akan

teknologi.

4. Strategi Pengembangan yang dapat dilakukan BSM

a. Menggarap segmentasi baru

Lokasi Bank Syariah Mandiri yang tidak begitu strategis untuk UMK membuat

BSM harus berusaha lebih giat dalam mencari nasabah di daerah pesisir Bintaro. BSM

dapat mencari pelaku UMK yang belum terlayani sebelumnya oleh pesaing dengan tidak

memusatkan penyaluran pembiayaan pada satu kelompok usaha tertentu.

Menurut hasil wawancara pada tanggal 18 Juli 2019 dengan Bapak Syarif selaku

Micro Financing Staff BSM menyebutkan bahwa posisi Bank Syaariah Mandiri KC

Bintaro Sektor III berada di perkotaan. Biasanya bank –bank yang menyalurkan

pembiayaan kepada segmen mikro mencari nasabah di pasar-pasar. Akan tetapi BSM

Cabang Bintro dapat melakukan canvasing pada pengusaha-pengusaha yang membuka

booth dagangan di pusat perbelanjaan (mall). Strategi ini cukup efektif karena tidak

banyak pesaing yang menargetkan mall sebagai tempat mencari nasabah usaha mikro.

b. Menjalin Kordinasi dengan pemerintah daerah sebagai penyedia akses

Melibatkan pemerintah daerah setempat sebagai penyedia akses informasi yang

dapat digunakan oleh bank. Koordinasi ini dalam rangka menfasilitasi hubungan bank

100
dengan masyarakat dan pelaku usaha UMK. Bank syariah dapat bekerja sama dengan

pemerintah setempat untuk melakukan pendataan jumlah UMK di daerah tersebut,

selanjunya melakukan sosialisasi dan pendampingan usaha mikro yang diadakan secara

rutin. Dengan cara ini UMK akan merasa memiliki kedekatan dengan pihak bank,

sehingga bank akan mudah dalam berinteraksi dan menawarkan produk kepada UMK di

daerah tersebut.

c. Berkolaborasi dengan fintech dalam kegiatan penyaluran pembiayaan.

Menggandeng industri teknologi finansial (fintech) dalam kegiatan operasional

perbankan sebagai upaya melakukan pengembangan insfratuktur dan inovasi teknologi

digital untuk mendukung layanan yang lebih murah dan juga cepat dalam penyaluran

pembiayaan, juga untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Saat ini Manajemen Bank Syariah Mandiri menyadari bahwa Bank menghadapi

tantangan seiring perubahan dunia digital terutama financial technology. Menghadapi

hal tersebut, manajemen mengubah stuktur organisasi dengan menghadirkan unit kerja

Digital Banking. Platform digital dimulai dengan menghadirkan aplikasi New Mobile

Banking Syariah yang bisa digunakan tidak hanya untuk transaksi keuangan tapi juga

melengkapi fitur kebutuhan ibadah. Mandiri Syariah juga menghadirkan pembukaan

rekening online dimana Nasabah dapat mengisi aplikasi tabungan melalui

www.syariahmandiri.co.id, menghadirkan layanan virtual (chatbot) atau Asisten

Interaktif Mandiri Syariah (Aisyah).

d. Melonggarkan persyaratan yang selama ini menjadi kendala masyarakat

101
Beberapa persyaratan yang selama ini diberlakukan oleh pihak BSM kadang tidak sesuai

dengan kemampuan atau kapasitas pelaku usaha untuk memenuhinya. Misalkan

diwajibkan bagi calon nasabah memiliki NPWP untuk pembiayaan diatas Rp50 juta.

Biasanya pelaku usaha mikro/ pedagang pasar tidak memiliki NPWP. Selain itu

persyaratan agunan menjadi salah satu syarat terberat bagi para pelaku UMK, karena

tidak semua pelaku usaha memiliki aset besar untuk dijadikan agunan.

Dalam hal ini solusi alternatif yang dilakukan BSM adalah memberikan

pendampingan kepada pelaku usaha dalam memenuhi persyaratan pengajuan.

Misalnya menemani calon nasabah dalam pembuatan NPWP di Kantor Pelayanan Pajak

atau pendampingan dalam pembuatan Surat Keterangan Usaha (SKU) di Kantor

Kelurahan.

Selanjutnya untuk permasalahan agunan menurut Bapak Syarif selaku Micro

Financing Staff Bank Syariah Mandiri yang diwawancarai pada tanggal 20 Juli 2019

menyebutkan bahwa nasabah-nasabah yang tidak memenuhi kriteria dalam penilaian

agunan, calon nasabah diberikan solusi untuk mengajukan kepada lembaga keuangan

mikro syariah terdekat seperti Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang menerima plafon

pengajuan dan agunan lebih kecil dari BSM.

e. Meringankan biaya transaksi

Biaya transaksi adalah biaya yang timbul pada saat pembiayaan dilangsungkan.

Biaya-biaya ini terdiri dari biaya administrasi, biaya asuransi jiwa, biasa asuransi

kerugian, biaya notaris, biaya materai dsb. Biaya-biaya ini wajib disetorkan diawal oleh

nasabah. Rendahnya biaya transaksi yang dibebankan kepada nasabah akan

102
memaksimalkan peluang nasabah dalam menggunakan dana pinjaman dari BSM pada

kegiatan usahanya.

Strategi yang dapat dilakukan oleh BSM adalah bekerjasama dengan

perusahaan asuransi atau notaris yang memberikan harga paling rendah diantara

pesaingnya, agar meminimalisir biaya transaksi untuk nasabah.

f. Memberikan bantuan fasilitator terhadap nasabah

Memberikan bantuan teknis berupa pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan

usaha nasabah, baik dalam bidang manajemen usaha, pemasaran, dan pengelola

keuangan, baik oleh pihak internal bank ataupun bekerjasama dengan pihak lain.

Bantuan pelatihan ini ditunjukan untuk memperkuat usaha UMK nasabah agar

menghasilkan produk yang mampu bersaing dengan produk pesaing, baik pada tingkat

domestik ataupun internasional.

Best Practice dalam hal ini misalnya adalah Bank Syariah Mandiri Cabang

Jambi. Menurut penelitian yang ditulis oleh Ferawati (2017: 190-202) menyebutkan

bahwa kontribusi BSM Cabang Jambi ialah memberikan bantuan teknis dalam hal

pengelolaan keuangan kepada nasabah pembiayaan usaha mikro.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa UMKM memiliki kelemahan dalam

pengelolaan keuangan. Seringkali tidak ada pemisahan antara rekening pribadi dengan

rekening usaha, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk usaha akhirnya

digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dalam hal pengelolaan keuangan,

BSM Cabang Jambi berperan sebagai fasilitator membuat pembukuan dan laporan

keuangan, pelatihan dan pendampingan misalnya pelatihan perpajakan dan

103
pendampingan pemanfaatan dana. Hal ini direspon positif dan sangat membantu bagi

para pelaku usaha mikro.

104
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, penelitian ini dapat menyimpulkan

sebagai berikut:

1. Fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro Bank Syariah Mandiri memberikan dampak positif

terhadap kinerja usaha pelaku UMK di Wilayah Tangerang Selatan. Hal ini ditandai

dengan rata-rata peningkatan modal sebesar 89,9%, peningkatan omzet 28,8%,

peningkatan keuntungan 21,7% dan peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 17,4%

setelah mendapatkan pembiayaan.

2. Fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro Bank Syariah Mandiri memberikan dampak yang

berbeda terhadap kinerja usaha setiap cluster usaha UMK. Pada cluster jasa rata-rata

perubahan modal setiap pelaku usaha sebesar 86%, rata-rata perubahan omzet sebesar

23% , peningkatan keuntungan sebesar 30% dan 0% untuk rata-rata pertumbuhan tenaga

keja. Dampak fasilitas pembiayaan mikro terhadap kinerja usaha cluster kuliner

mempengaruhi perubahan modal rata-rata setiap pelaku usaha sebesar 200%, perubahan

omzet rata-rata 1%, perubahan laba usaha rata-rata adalah 11% dan pertumbuhan tenaga

kerja rata-rata sebesar 4%. Pada cluster retail rata-rata perubahan modal setiap pelaku

usaha sebesar 234%, rata-rata perubahan omzet sebesar 64% dan pertumbuhan laba

54%dan 1% pertumbuhan tenaga kerja. Peningkatan skala usaha UMKM dibidang

kuliner relatif lebih kecil dibandingkan cluster jasa dan cluster retail. Hal ini

kemungkinan disebabkan persaingan bisnis cluster kuliner yang mulai memasuki fase

105
persaingan digitalisasi. Pelaku UMK cluster kuliner penerima fasilitas pembiayaan BSM

rata-rata masih berjualan secara offline, kalah saing dengan pelaku UMK kuliner yang

sudah berjualan secara online (sudah terdigitalisasi).

3. Kemampuan nasabah dalam membayar angsuran 83% lancar. Akan tetapi 17% atau 9

nasabah mengalami masalah dalam pembayarannya. Dari 9 nasabah, didapatkan 33%

mengalami masalah dalam usahanya (business problem), 23% nasabah medapatkan

masalah hidup (life problem) yang mempengaruhi keuangan usahanya, dan 45%

diantaranya mengalami masalah komitment (commitment problem). Hal yang dilakukan

Bank Syariah Mandiri untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan melakukan

pendekatan spiritual kepada nasabah secara berkala karena hukum menunda-nunda

pembayaran angsuran adalah dzalim apabila disengaja dan tidak ada alasan/udzur yang

dibenarkan oleh agama.

4. Persepsi pelaku UMK terhadap produk Pembiayaan Usaha Mikro berupa dukungan dan

juga keluhan. Dukungannya ialah pihak BSM memberikan pelayanan pembiayaan

secara maksimal, menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan prinsip syariah,

menerapkan prinsip kejujuran dalam bertransaksi. Akan tetapi nasabah UMK juga

mengeluhkan nominal yang diterima tidak utuh, persyaratan dan agunan memberatkan,

serta biaya transaksi PUM tergolong besar.

5. Strategi yang dapat dilakukan BSM ialah menggarap segmentasi baru, berkolaborasi

dengan fintech dalam kegiatan penyaluran pembiayaan, menjalin koordinasi dengan

pemerintah daerah sebagai penyedia akses kepada UMK, meningkatkan sosialisai

106
produk PUM, meringankan biaya transaksi, dan memberikan bantuan fasilitator terhadap

nasabah.

6. Bank Syariah Mandiri saat ini telah menjadi Bank Syariah dengan aset terbesar secara

nasional dengan aset kurang lebih Rp10,40 triliun di akhir tahun 2018 (Booklet BSM,

2018). Kondisi ini kemungkinan yang menyebabkan BSM mulai merubah segmentasi

pasarnya dimana pembiayaan UMK bukan lagi menjadi salah satu prioritas. Mengingat

persaingan pada segmen UMK yang semakin ketat, pesaingnya ialah Bank-Bank BUMN

yang menawarkan kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga rendah juga tidak

mensyaratkan adanya agunan. Disamping itu, dengan aset sekitar Rp10 triliun, BSM

mengalami reorientasi kepada pembiayaan pada segmen lain yaitu consumer, pada

segmen ini nominal penyaluran lebih besar dibandingkan dengan penyaluran pada

segmen mikro. Terlebih sektor consumer ini menjanjikan tingkat profit yang lebih tinggi

dibandingkan sektor usaha mikro.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Terdapat pelaku usaha tidak menggunakan uang pembiayaan untuk mengembangkan

usaha, maka penemuan ini merupakan masukan bagi Bank Syariah Mandiri agar lebih

meningkatkan pendampingan kepada nasabah, agar dana pembiayaan yang diberikan

bisa dimanfaatkan untuk keperluan mengembangkan usaha saja, bukan untuk keperluan

konsumtif.

107
2. Penelitan selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah variabel penelitian.

mengembangkan variabel-variabel yang khususnya menyangkut perkembangan usaha

mikro dan kecil agar dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih baik.

3. Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan membandingkan dampak fasilitas

pembiayaan bagi para pelaku usaha mikro dan kecil yang mendapatkan pembiayaan dari

Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah yang lain agar dapat perbandingan

perkembangan para pelaku usaha mikro dan kecil khususnya di kota Tangerang Selatan.

108
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Herdiana dkk. 2013. The Access of MSME towards Islamic Microfinanc- ing and Its

Impact on Business Development : A Case of BMT Tadbiirul Ummah, 1(1), 56-67.

Anggraini Dewi dan Syahrir Hakim Nasution. 2013. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi

Pengembangan UMKM di Kota Medan (Studi Kasus Bank BRI), 1(3), 105-117.

Antonio, M. Syafì'i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. cet.I. Jakarta: Gema Insani Press

Cahya, Elvia. 2017. Peran pembiayaan warung mikro dalam meningkatkan perkembangan

usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Yogyakarta. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah: Yogyakarta.

Chandra, Puri. 2001. Menjadi Entreupreneur Sukses. Jakarta: PT. Grasindo.

Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah-Bank Indonesia. 2016. Usaha Mikro Islami.

Jakarta: Prodi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Padjadjaran

Ferawati, Rofiqoh. Kontribusi Bank Syariah Jambi Dalam Pembiayaan UMKM di Kota Jambi,

4(2), 190-202.

Gitman, Lawrance J. 2003. Principles of Managerial Finance. Boston: Pearson Addison Wesley.

Hakim, Lukman. 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, Yogyakarta: Erlangga.

Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Harsono, Priyono. 2012. Analisis Bantuan Kredit terhadap Perkembangan Usaha Bersama,

5(2), 117-229.

Ichsan, Nurul. 2014. Perbankan Syariah: Sebuah Pengantar. Ciputat: GP Press Group.

Irmawati, S. 2013. Model Inklusi Keuangan Pada UMKM Berbasis Pedesaan. 6(2), 103–213.

Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo.

109
Kasmir. 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.

Koesworo. 2006. Strategi Penciptaan Wirausaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

yang Tangguh: Pola Inkubator Bisnis dan Teknik (IBT), 3(2), 195-205.

Kwartono, Adi. 2007. Analisis Usaha Kecil dan Menengah. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Laksamana, Yusuf. 2009. Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Leiwakabess Pitter dan Fensca F Lahallo. 2018. Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah

(UMKM) Sebagai Solusi Dalam meningkatkan Produktivitas Usaha Pada UMKM

Kabupaten Sorong, 1(1), 11-21.

Maryati, Sri. 2014. Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam Pengembangan UMKM dan

Agribisnis Pedesaan di Sumatera Barat. 3(1), 1-17.

Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: YKPN.

Munandar, Andi. 2016. The Strategy Development and Competitive Advantages Of Micro Small

Medium Entreprise Business Institution To Ward Regional Development, 1(2), 103-112.

Pratomo Titik Sartika dan Abd. Rachman Soejono. 2007. Ekonomi Skala Kecil dan Menengah

dan Koperasi. Jakarta: Galia Indonesia.

Richard O. Akingunola. (2017). Impact of Microfinance Banks on Micro and Small Enterprises

in Ogun State, Nigeria. Journal Binus Business Review, 9(2), 163-169.

Riva’I, Veitzal. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Rokhayati, Isnaini. 2015. Pengukuran Kinerja pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM). 4(2). 94-100.

110
Saeed, Abdullah. 2004. Menyoal Bank Syariah, Kritik Atas Implementasi Bunga Kaum

Neorevivalitas. Jakarta: Pramadina.

Sabiti, Mustica Bintang. 2017. Islamic Microfinance and It’s Impact On Poverty Reduction Of

Two Village Models in Bogor, 6(1), 87-102.

Saparingga, Wina dkk. 2015. Analisis Perbandingan Tingkat Perkembangan Usaha Mikro Kecil

Menengah Sebelum & Sesudah Mendapatkan Fasilitas Pembiayaan Mikro di BRI

Syariah Kepo Bandung, 1(2), 314-321

Sastro Soenarto, Hartanto. 2006. Industrialisasi serta Pembangunan Sektor Pertanian dan Jasa

Menuju Visi Indonesia 2030. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Samer, Sayed. 2015. The Impact of Microfinance on Poverty Reduction: Empirical

Evidence from Malaysian Perspective, 195(5), 721-728.

Shofi, Mohummed. 2015. What Impact Does Microfinance Have on Rural Livelihood? A

Comparison of Governmental and Non-Governmental Microfinance Programs in

Bangladesh, 68(C), 336-354

Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Manajemen DanaBank. Jakarta: Rineka Cipta.

Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah. 2011. Fiqih Muamalah. Bogor : Galia Indonesia.

Sholeh, Muhammad. 2008. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.

Sulisyastuti, Diah. 2004. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Analisis Konsentrasi

Regional UKM di Indonesia 1999-2001, 9(2), 143-164.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.

111
Sumarsono. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Syahdeini, Sutan Remy. 2007. Perbankan Islam. Jakarta: Pustaka Utama Graffiti.

Wardoyo, Hendro Prabowo. 2003. Model Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Kredit Mikro

Koperasi Warga Kesuma Tiara, 1(8), 1-16.

Yusuf, Ahmad dkk. 2009. Manajemen Operasional Bank Syariah. Cirebon : STAIN Press.

Zamroni. 2013. Peran Bank Syariah Dalam Penyaluran Dana Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM), 6(2), 225–240.

112
LAMPIRAN

113
Kuisioner Penelitian
Kepada Yth. Nasabah Responden Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor III
Dengan hormat,
Saya Mahasiswi Program Studi Magister Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang mengadakan penelitian dengan kepentingan
penyusunan tesis untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar master. Judul tesis
ini ialah “Dampak Fasilitas Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Terhadap Kinerja Usaha Pelaku
Usaha Mikro Kecil di Wilayah Tangerang Selatan”. Dalam rangka pengumpulan data saya
mohon Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia membantu kelancaran penelitian dengan mengisi kuisioner
ini sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi yang sebenar-benarnya. Pengisian yang jujur dan
objektif sangat membantu dalam penelitian ini.
Terima kasih.
Peneliti
Tia Martha Lailatusholihah
Petunjuk mengisi data dan menjawab pertanyaan :
a. Isilah data/jawaban pertanyaan pada titik atau kolom yang telah tersedia secara singkat
dan jelas
b. Uraikan jawaban pada pertanyaan in-depth interview
c. Pada jawaban yang telah tersedia (a, b, c, ...) lingkari salah satu jawaban yang
dianggap benar
d. Pada jawaban yang telah tersedia dengan tanda bintang ( * ) coretlah yang tidak perlu.
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden : ...............................................................................
2. Usia Responden : ..................................................................................
3. Jenis kelamin : Laki-Laki / Perempuan *
4. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Diploma/Sarjana
5. Alamat Responden : Rt. ......... Rw............ Kelurahan ..........................
Kecamatan ......................................... Kota Tangerang Selatan
6. Nomor Hp : ......... ..................................................................................

II. INFORMASI USAHA


2.1 Usaha berdiri tahun :…………………….
2.2 Jenis usaha:
a. Usaha bengkel d. Pedagang Pasar g. Café/ Tempat Jajan
b. Kost-Kostan e. Pedagang Sayur h. Rumah Makan
c. Klinik/Kesehatan f. Toko Klontong/Sembako i. Lainnya, sebutkan
2.3 Darimanakah anda mendapatkan informasi mengenai pembiayaan Bank Syariah
Mandiri?
a. Marketing Bank Syariah Mandiri
b. Brosur/ Iklan
c. Teman/ Relasi
d. Keluarga
e. Sosial Media

114
2.4 Tujuan Pembiayaan yang diterima dari BSM?
a. Modal Kerja
b. Investasi
2.5 Besarnya pembiayaan yang diterima dari BSM?
a. ≤ Rp 50 Juta c. Rp 50 Juta – Rp 100 Juta
b. Rp 100 Juta – Rp 150 Juta d. Rp 150 Juta – Rp 200 Juta
2.5 Berapa lama jangka waktu pembiayaan dari BSM?
a. 12 c. 36 e. 60
b. 24 d. 48

III. INFORMASI PERUBAHAN MODAL, ASET, LABA, DAN JUMLAH TENAGA


KERJA

No Kriteria Sebelum Setelah


mendapatkan Mendapatkan
pembiayaan Pembiayaan
1 Jumlah tenaga kerja yang dimiliki ………… Orang ………… Orang
2 Total modal usaha yang dimiliki Rp………………… Rp…………………
3 Omzet penjualan per bulan Rp………………. Rp……………….
4 Biaya usaha dan pengeluaran per Rp………………. Rp……………….
bulan
5 Keuntungan usaha
(Omzet - Biaya usaha dan
pengeluaran) Rp………………. Rp……………….

IV. INFORMASI (COLLECTABILITY PROBLEM)

1. Bank Syariah Mandiri selalu mengingatkan saya untuk membayar angsuran sebelum
jatuh tempo (YA/TIDAK)
2. Bank Syariah Mandiri melakukan pendampingan spiritual yang membuat saya
enggan menunda pebayaran angsuran (YA/TIDAK)
3. Saya mengetahui bahwa hukum membayar hutang adalah wajib (YA/TIDAK)
4. Saya pernah menunda pembayaran angsuran (YA/TIDAK)
Jika YA, Alasan : ( ) Permasalahan bisnis/Life problem
( ) Permasalahan hidup/ Life Problem
( ) Tidak ada permasalahan

115
V. WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW)

1. Peran lembaga terkait (BSM) sebagai alternative pembiayaan.


(YA/TIDAK)
Tanggapan Nasabah :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………
2. Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro mudah untuk nasabah.
(YA/TIDAK)
Tanggapan Nasabah :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
3. Persyaratan berupa agunan/ Jaminan mudah untuk nasabah.
(YA/TIDAK)
Tanggapan Nasabah :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………
4. Lembaga syariah terkait (BSM) berbeda dengan lembaga syariah lainnya.
(YA/TIDAK)
Tanggapan Nasabah :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
5. Lembaga syariah terkait (BSM) memberikan pendampingan usaha setelah akad
pembiayaan berlangsung
(YA/TIDAK)
Tanggapan Nasabah :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………
6. Kekurangan dan Kelebihan yang dirasakan nasabah selama menjadi nasabah
pembiayaan usaha mikro (PUM) di Bank Syariah Mandiri
Tanggapan Nasabah :
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………

116
Hasil Kuisioner
Karakteristik Responden
NO Nama Mulai Cluster Jenis Usaha Tanggal Plafond Tenor
Nasabah Usaha Akad

1 AF 2014 Jasa Kontrakan 9 Pintu 28-Aug-15 80 36


2 AJ 2005 Jasa Kontrakan 6 Pintu dan 30-Nov-17 50 36
Sembako
3 DK 2007 Jasa Kontrakan 5 Pintu & 1 21-May-18 20 24
Kios
4 FM 2016 Jasa Kontrakan 3 pintu & 2 23-Oct-15 75 48
Kostan
5 HS 2004 Jasa Service TV 18-Sep-17 50 24
6 IA 2010 Jasa Jasa Jahit & Jual 10-Sep-15 35 36
sparepart alat jahit
7 MH 2012 Jasa Kontrakan + Bimbel 18-Sep-18 200 60
8 MS 2000 Jasa Kontrakan dan Galon 6-Jul-15 170 48
9 RH 2000 Jasa Fotocopy 23-Aug-16 80 48
10 RH 2004 Jasa Konveksi 13-Dec-18 100 60
11 SB 2009 Jasa Service AC 26-Dec-16 50 36
12 SC 2002 Jasa Sewa mobil 1-Mar-18 25 24
13 ST 2000 Jasa Salon 26-Jun-15 140 48
14 SO 1997 Jasa Kontrakan 17-May-18 15 36
15 WT 2009 Jasa Laundry d'kilosi 16-Apr-18 15 60
16 AT 2017 Kuliner Sambal Ngeledek 4-May-17 150 60
17 AS 2010 Kuliner Bakso 30-Jan-18 25 24
18 AN 2007 Kuliner Kue basah 16-Aug-18 125 24
19 DP 2009 Kuliner Warung Nasi 15-Oct-15 50 36

117
20 HR 1992 Kuliner Sate Padang 15-Nov-16 50 36
21 IS 2003 Kuliner Ayam Bakar 8-Nov-16 50 36
22 MY 2017 Kuliner Nasi Uduk 8-Dec-16 72 48
23 M 2006 Kuliner Ayam Bakar Madu 3-Sep-18 100 36
24 MJ 2015 Kuliner Ayam Sabana 28-Dec-15 140 60
25 NU 2012 Kuliner Catering 25-Nov-15 200 48
26 PO 2001 Kuliner Warung Nasi 2-Sep-16 90 60
27 RA 2008 Kuliner Kelontong/ nasi box 7-May-18 200 60
28 RT 2011 Kuliner Nasi Uduk 7-May-18 45 36
29 RS 2013 Kuliner Sembako dan sayur 16-Aug-16 120 36
30 SG 1984 Kuliner Warung Nasi 25-Oct-17 90 36
31 SN 2013 Kuliner Pepes Bandeng 24-Feb-16 50 60
32 SS 2011 Kuliner Kue kering 8-Nov-16 30 24
33 SO 1995 Kuliner Seafood 8-Nov-16 30 24
34 AA 2009 Retail Pakaian 20-Jul-18 100 36
35 HA 2016 Retail Sepatu Futsal 10-Jul-15 185 60
36 HI 2018 Retail Klontong 18-Jun-15 200 60
37 IK 2011 Retail Sparepart Motor 29-Mar-16 25 36
38 KO 2011 Retail Counter HP 9-Aug-18 100 48
39 MY 2015 Retail Snack Tjendil 29-Mar-16 25 36
40 MA 2005 Retail Toko Jilbab dan 9-Aug-18 100 48
Aksesoris
41 MR 2006 Retail Taman Hias 6-Jun-17 50 24
42 MT 2008 Retail Pakaian di Bintaro Plaza 16-May-17 50 24
43 MR 2005 Retail Sayuran & Supplier 10-May-17 30 36
Ketorprak

118
44 PR 1992 Retail Sayuran 19-May-17 103 18
45 RM 2016 Retail ATK 20-Dec-16 100 36
46 UZ 2009 Retail Mukena 12-Jul-18 50 24

Kinerja Usaha Responden


Modal Omset Keuntungan Tenaga Kerja

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Rp 100,000,000.00 Rp 180,000,000.00 Rp 6,750,000.00 Rp 7,650,000.00 Rp 6,000,000.00 Rp 7,000,000.00 1 1

Rp 80,000,000.00 Rp 115,000,000.00 Rp 4,350,000.00 Rp 6,150,000.00 Rp 2,700,000.00 Rp 4,500,000.00 1 2

Rp 150,000,000.00 Rp 320,000,000.00 Rp 4,400,000.00 Rp 9,500,000.00 Rp 4,000,000.00 Rp 8,650,000.00 1 1

Rp 135,000,000.00 Rp 215,000,000.00 Rp 5,800,000.00 Rp 7,400,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 6,600,000.00 1 1

Rp 90,000,000.00 Rp 140,000,000.00 Rp 88,230,000.00 Rp 90,050,000.00 Rp26,469,000.00 Rp28,000,000.00 1 1

Rp 100,000,000.00 Rp 300,000,000.00 Rp 17,400,000.00 Rp 20,000,000.00 Rp15,900,000.00 Rp18,500,000.00 4 6

Rp 20,000,000.00 Rp 45,000,000.00 Rp 8,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 4,000,000.00 Rp 5,500,000.00 3 5

Rp 185,000,000.00 Rp 285,000,000.00 Rp 176,814,416.00 Rp 195,000,000.00 Rp53,000,000.00 Rp58,500,000.00 1 1

Rp 60,000,000.00 Rp 100,000,000.00 Rp 57,715,000.00 Rp 70,000,000.00 Rp27,500,000.00 Rp32,500,000.00 1 1

Rp 500,000,000.00 Rp 550,000,000.00 Rp 52,500,000.00 Rp 589,000,000.00 Rp24,250,000.00 Rp31,450,000.00 15 20

Rp 15,000,000.00 Rp 35,000,000.00 Rp 6,191,666.00 Rp 7,000,000.00 Rp 4,191,666.00 Rp 4,500,000.00 5 7

Rp 300,000,000.00 Rp 403,000,000.00 Rp 5,600,000.00 Rp 8,400,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 7,800,000.00 7 7

Rp 100,000,000.00 Rp 200,000,000.00 Rp 5,900,000.00 Rp 6,800,000.00 Rp 5,400,000.00 Rp 6,300,000.00 1 2

Rp 10,000,000.00 Rp 25,000,000.00 Rp 7,000,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 5,600,000.00 Rp 3,600,000.00 1 1

Rp 80,000,000.00 Rp 130,000,000.00 Rp 74,589,700.00 Rp 81,750,000.00 Rp43,589,700.00 Rp67,825,000.00 3 4

Rp 40,000,000.00 Rp 70,000,000.00 Rp 19,500,000.00 Rp 20,962,500.00 Rp 8,600,000.00 Rp 9,245,000.00 4 5

Rp 15,000,000.00 Rp 75,000,000.00 Rp 15,000,000.00 Rp 5,000,000.00 Rp 4,500,000.00 Rp 1,850,000.00 1 0

Rp 25,000,000.00 Rp 75,000,000.00 Rp 24,000,000.00 Rp 40,000,000.00 Rp 5,400,000.00 Rp 9,000,000.00 1 2

Rp 60,000,000.00 Rp 260,000,000.00 Rp 39,000,000.00 Rp 43,000,000.00 Rp15,600,000.00 Rp 2,050,000.00 4 5

Rp 30,000,000.00 Rp 140,000,000.00 Rp 24,300,000.00 Rp 27,600,000.00 Rp11,600,000.00 Rp13,100,000.00 3 2

Rp 25,000,000.00 Rp 125,000,000.00 Rp 44,000,000.00 Rp 120,000,000.00 Rp14,800,000.00 Rp60,000,000.00 3 6

Rp 20,000,000.00 Rp 70,000,000.00 Rp 16,500,000.00 Rp 17,000,000.00 Rp 6,600,000.00 Rp 7,000,000.00 1 1

119
Rp 50,000,000.00 Rp 100,000,000.00 Rp 48,000,000.00 Rp 69,000,000.00 Rp17,000,000.00 Rp28,000,000.00 2 2

Rp 20,000,000.00 Rp 140,000,000.00 Rp 10,500,000.00 Rp 8,500,000.00 Rp 4,575,000.00 Rp 4,700,000.00 1 0

Rp 30,000,000.00 Rp 60,000,000.00 Rp 63,125,000.00 Rp 50,000,000.00 Rp12,435,000.00 Rp 9,500,000.00 6 6

Rp 45,000,000.00 Rp 165,000,000.00 Rp 45,000,000.00 Rp 30,000,000.00 Rp18,000,000.00 Rp12,000,000.00 3 4

Rp 60,000,000.00 Rp 35,000,000.00 Rp 48,000,000.00 Rp 23,600,000.00 Rp 7,200,000.00 Rp 3,540,000.00 1 1

Rp 15,000,000.00 Rp 45,000,000.00 Rp 15,000,000.00 Rp 8,100,000.00 Rp 8,750,000.00 Rp 4,600,000.00 1 1

Rp 35,000,000.00 Rp 20,000,000.00 Rp 45,000,000.00 Rp 15,750,000.00 Rp 8,100,000.00 Rp 2,430,000.00 1 0

Rp 150,000,000.00 Rp 235,000,000.00 Rp 192,000,000.00 Rp 198,000,000.00 Rp38,400,000.00 Rp39,600,000.00 1 1

Rp 17,000,000.00 Rp 37,000,000.00 Rp 16,500,000.00 Rp 12,375,000.00 Rp 6,100,000.00 Rp 4,600,000.00 2 1

Rp 20,000,000.00 Rp 50,000,000.00 Rp 40,739,133.00 Rp 43,200,000.00 Rp16,295,653.00 Rp18,350,000.00 1 1

Rp 80,000,000.00 Rp 130,000,000.00 Rp 105,000,000.00 Rp 120,000,000.00 Rp13,800,000.00 Rp28,800,000.00 1 1

Rp 20,000,000.00 Rp 100,000,000.00 Rp 28,500,000.00 Rp 34,860,000.00 Rp11,400,000.00 Rp15,900,000.00 5 5

Rp 30,000,000.00 Rp 50,000,000.00 Rp 9,014,000.00 Rp 11,500,000.00 Rp 8,100,000.00 Rp 1,207,500.00 1 1

Rp 2,000,000.00 Rp 30,000,000.00 Rp 1,200,000.00 Rp 8,500,000.00 Rp 800,000.00 Rp 4,700,000.00 1 1

Rp 50,000,000.00 Rp 100,000,000.00 Rp 60,000,000.00 Rp 85,500,000.00 Rp17,250,000.00 Rp34,200,000.00 1 1

Rp 250,000,000.00 Rp 470,000,000.00 Rp 578,786,333.00 Rp 599,000,000.00 Rp30,878,634.00 Rp33,500,000.00 3 4

Rp 80,000,000.00 Rp 205,000,000.00 Rp 124,828,667.00 Rp 133,300,000.00 Rp24,965,733.00 Rp34,100,000.00 6 6

Rp 60,000,000.00 Rp 110,000,000.00 Rp 63,000,000.00 Rp 68,000,000.00 Rp25,200,000.00 Rp30,000,000.00 3 4

Rp 30,000,000.00 Rp 80,000,000.00 Rp 25,000,000.00 Rp 28,000,000.00 Rp10,000,000.00 Rp11,750,000.00 2 3

Rp 130,000,000.00 Rp 200,000,000.00 Rp 124,526,250.00 Rp 146,500,000.00 Rp25,581,000.00 Rp30,000,000.00 2 2

Rp 24,000,000.00 Rp 75,000,000.00 Rp 60,000,000.00 Rp 69,000,000.00 Rp18,000,000.00 Rp19,800,000.00 2 2

Rp 50,000,000.00 Rp 105,000,000.00 Rp 75,000,000.00 Rp 55,000,000.00 Rp15,000,000.00 Rp11,500,000.00 1 1

Rp 15,000,000.00 Rp 25,000,000.00 Rp 2,500,000.00 Rp 4,500,000.00 Rp 2,000,000.00 Rp 3,000,000.00 1 1

Rp 85,000,000.00 Rp 200,000,000.00 Rp 100,000,000.00 Rp 120,000,000.00 Rp22,000,000.00 Rp26,400,000.00 8 10

120
Hasil Olah Data SPSS

1. Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Variabel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Modal Sebelum .219 46 .000 .675 46 .000
Modal Setelah .187 46 .000 .841 46 .000
Omzet Sebelum .272 46 .000 .523 46 .000
Omzet Setelah .291 46 .000 .535 46 .000
Laba Sebelum .145 46 .017 .867 46 .000
Laba Setelah .197 46 .000 .830 46 .000
a. Lilliefors Significance Correction

2. Wilcoxon Signed Rank Test-Modal Usaha

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Modal Sebelum 46 75826086.96 8.929E7 2000000 500000000
Modal Setelah 46 144021739.13 1.186E8 20000000 550000000

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Modal Setelah - Modal Sebelum Negative Ranks 2a 5.00 10.00
Positive Ranks 44b 24.34 1071.00
Ties 0c
Total 46
a. Modal Setelah < Modal Sebelum
b. Modal Setelah > Modal Sebelum
c. Modal Setelah = Modal Sebelum

Test Statisticsb
Modal Setelah - Modal Sebelum
Z -5.804a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

121
3. Wilcoxon Signed Rank Test-Omzet

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Omzet Sebelum 46 56190438.37 9.053E7 1200000 578786333
Omzet Setelah 46 72379293.48 1.232E8 4500000 599000000

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Omzet Setelah - Omzet Sebelum Negative Ranks 10a 28.50 285.00
Positive Ranks 36b 22.11 796.00
Ties 0c
Total 46
a. Omzet Setelah < Omzet Sebelum
b. Omzet Setelah > Omzet Sebelum
c. Omzet Setelah = Omzet Sebelum

Test Statisticsb
Omzet Setelah - Omzet Sebelum
Z -2.792a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

4. Wilcoxon Signed Rank Test-Laba Usaha

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Laba Sebelum 46 14381117.09 1.146E7 800000 53000000
Laba Setelah 46 17514076.09 1.644E7 1207500 67825000

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Laba Setelah - Laba Sebelum Negative Ranks 11a 27.45 302.00
Positive Ranks 35b 22.26 779.00
Ties 0c
Total 46
a. Laba Setelah < Laba Sebelum
b. Laba Setelah > Laba Sebelum
c. Laba Setelah = Laba Sebelum

122
Test Statisticsb
Laba Setelah - Laba Sebelum
Z -2.606a
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

3 Wilcoxon Signed Rank Test-Tenaga Kerja

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Tenaga Kerja Sebelum 46 2.59 2.613 1 15
Tenaga Kerja Setelah 46 3.04 3.451 0 20

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Tenaga Kerja Setelah - Tenaga Kerja Negative Ranks 5a 8.00 40.00
Sebelum
Positive Ranks 16b 11.94 191.00
Ties 25c
Total 46
a. Tenaga Kerja Setelah < Tenaga Kerja Sebelum
b. Tenaga Kerja Setelah > Tenaga Kerja Sebelum
c. Tenaga Kerja Setelah = Tenaga Kerja Sebelum

Test Statisticsb

Tenaga Kerja
Setelah - Tenaga
Kerja Sebelum

Z -2.745a

Asymp. Sig. (2-tailed) .006

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

123
Dokumentasi/ Foto Penelitian

Wawancara dengan Ibu HS (Service AC dan TV) Pondok Ranji 03 Juni 2019

Wawancara dengan Isri Bapak SN (Usaha Pepes Bandeng) Bintaro, 03 Juni 2019

Wawancara dengan Ibu MT (Usaha Ayam Bakar Madu) Sawah Baru, 07 Juni 2019

124
Z

Wawancara dengan Ibu M (Toko Jilbab dan Aksesoris) Pondok Aren, 12 Juni 2019

Wawancara dengan Istri Bapak HI (Toko Klontong) Ciputat, 14 Juni 2019

Wawancara dengan Suami IA (Jasa Jahit & Jual sparepart jahit) Pondok Aren, 02 Juli 2019

125

Anda mungkin juga menyukai