Tesis
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Mencapai Derajat Strata Dua (S2)
Diajukan Oleh:
Tia Martha Lailatusholihah
NIM: 21170850000030
THESIS
Disusun Oleh:
Tia Martha Lailatusholihah
NIM: 21170850000030
Disetujui Oleh :
Pembimbing
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Informasi Pribadi
Nama : Tia Martha Lailatusholihah
Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 07 September 1996
Alamat : KP.Teladan, Desa Teluklada, RT/RW 01/01
Kecamatan Sobang, Pandeglang, Banten.
Agama : Islam
Email : tiamarha96@gmail.com
V. Prestasi
Wisudawan angkatan 1 Youth Economics Leadership Program, Bank Indonesia,
2017.
Peserta Asean University Youth Summit, Kedah, Malaysia, 2015.
Juara ke-2 Youth Ecopreneur Indonesia, Bogor, 2014.
iii
ABSTRACT
This study aims to determine the impact of Bank Syariah Mandiri's small microfinance
facility (BSM) on the changes in the performance of the Micro, Small and Medium Enterprises
(MSEs) in South Tangerang, which are assessed for changes in business capital, sales turnover,
operating profit and number of workers. As well as knowing the ability of customers to pay the
Collectability Problem and evaluation of Micro Business Products (PUM) in BSM.
This research uses mixed methods, a method that combines quantitative and qualitative
methods. The population of PUM BSM customers is 197 people. The technique used for
sampling was purposive sampling with 46 subjects included in the study sample criteria,
consisting of custeomer service clusters, retail clusters and culinary clusters. Quantitative data
used in the form of simple financial statements of MSEs. The quantitative data analysis method
of this study includes the normality test, then followed by the Wilcoxon Signed Rank Test. While
qualitative data is obtained from the results of interviews with the customer and BSM. The
qualitative data analysis method uses descriptive explanations and analyzes of Strength,
Weakness, Opportunity, Threat (SWOT).
Based on the calculation of the sign rank test the Wilcoxon Signed Rank Test shows that
UMK financing activities from BSM have a positive impact on MSE business performance in
South Tangerang. Based on the results of interviews with BSM, it was found that 83% of
customers had good ability to pay installments and 17% of customers have problems with
installment payments.
Keywords: Micro and Small Business, Micro Business Financing, Wilcoxon Signed Rank Test,
Collectability Problem
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak fasilitas pembiayaan mikro kecil
Bank Syariah Mandiri (BSM) terhadap perubahan kinerja usaha pelaku Usaha Mikro Kecil
(UMK) di Tangerang Selatan yang dinilai dari perubahan modal usaha, omzet penjualan, laba
usaha dan jumlah tenaga kerja. Serta mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar
angsuran (Collectability Problem) serta evaluasi Produk Usaha Mikro (PUM) di BSM.
Penelitian ini menggunakan mixed methods yaitu metode yang menggabungkan antara
metode kuantitatif dan kualitatif. Populasi nasabah PUM BSM berjumlah 197 orang. Teknik
yang digunakan untuk pengambilan sampel ialah purposive sampling dengan 46 subyek yang
masuk dalam kriteria sampel penelitian, terdiri dari nasabah cluster jasa, cluster retail dan juga
cluster kuliner. Data kuantitatif yang digunakan berupa laporan keuangan sederhana para pelaku
UMK. Metode analisis data kuantitatif penelitian ini meliputi uji normalitas kemudian
dilanjutkan dengan uji pangkat tanda wilcoxon Signed Rank Test. Sedangkan data kualitatif
didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak nasabah dan BSM. Metode analisis data kualitatif
menggunakan penjelasan deskriptif dan analisa Strength, Weakness, Opportunity, Threat
(SWOT)
Berdasarkan perhitungan uji pangkat tanda Wilcoxon Signed Rank Test memperlihatkan
bahwa kegiatan pembiayaan UMK dari BSM memberikan dampak positif terhadap kinerja usaha
UMK di Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak BSM didapatkan
83% nasabah memiliki kemampuan yang baik dalam membayar angsuran dan 17% nasabah
mengalami collectability problem. Salah satu strategi yang dapat dilakukan BSM ialah
melakukan pendekatan spiritual kepada setiap nasabah.
Kata Kunci : Usaha Mikro dan Kecil, Pembiayaan Usaha Mikro, Wilcoxon Signed Rank Test,
Collectability Problem.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil al-‘alamin, segala puji dan syukur tak hentinya penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, zat yang maha pengasih dan penyayang yang telah melimpahkan segala
nikmat dan anugrah, sehingga tesis yang berjudul “Dampak Fasilitas Pembiayaan Bank Syariah
Terhadap Kinerja Usaha Pelaku Usaha Mikro Kecil Di Wilayah Tangerang Selatan” dapat
terselesaikan. Shalawat dan Salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW
yang telah memberi petunjuk kepada umatnya menuju kehidupan yang bahagia.
Penulis menyadari bahwa isi dari tesis ini jauh dari kesempurnaan, mengingat
keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Namun penulis berusaha
semaksimal mungkin untuk menjadikan tesis ini sebuah karya yang bermanfaat bagi banyak
orang. Hasil penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan doa berbagai pihak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesarnya atas bantuan dan
do’a kepada :
1. Suami tercinta, dr. Najib Askar yang telah memberikan motivasi, gagasan serta kasih
sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
2. Orang tua tercinta, Bapak Udwani, S.Pd. dan Mamah Esin Kuraesin, S.Tp. dengan ikhlas
selalu memberikan limpahan kasih sayang, dukungan moral dan moril, serta do’a yang tak
pernah putus hingga terwujudnya harapan dan keinginan penulis untuk menyelesaikan
pendidikan dengan baik.
3. Kakak tersayang, Edwin Rismawan, S.E. serta keluarga besar Bapak Sobari dan Bapak H.
Ismail yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis agar segera menyelesaikan
perkuliahan dengan baik.
4. Ibu Nur Hidayah, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing tesis dengan kerendahan hatinya bersedia
meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan serta bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si.,CA.,QIA.,BPK., CRMP selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
6. Bapak Dr. Herni Ali Husin Thalib, S.E., M.M. selaku Ketua Jurusan Magister Perbankan
Syariah dan Bapak Dr. Asyari Hasan, S.H.I., M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Magister
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
7. Keluarga besar Bank Syariah Mandiri, khususnya Bapak Ahmad Irsyadi selaku Micro
Banking Manager, Ibu Nur Fajriah, Bapak Ahmad Syarif dan Bapak Abdul Rosyid yang
telah menghibur dan memberikan kesempatan kepada penulis agar menyelesaikan tesis ini
dengan baik.
8. Teman-teman Magister Perbankan Syariah angkatan 2017 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
9. Semua pihak yang telah memberi dukungan sehingga selesainya penulisan tesis ini.
Semoga amal baik dan jasa yang telah diberikan para pihak kepada penulis diterima oleh
Allah SWT dan diberikan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala kelemahan dan kekurangan
yang terdapat dalam tesis ini, besar harapan penulis semoga tesis ini dapat menambah
pengetahuan dan manfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca umumnya. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita.
Tangerang Selatan,
08 Agustus 2019
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. iii
ABSTRACT .............................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................ ................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ............................. ................................................................ 5
C. Rumusan Masalah ................................. ................................................................ 6
D. Tujuan Penelitian ................................... ................................................................ 7
E. Manfaat Penelitian ................................. ................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 8
A. Landasan Teori......................................................................................................... 8
B. Pembiayaan Murābahah........................................................................................ 13
C. Indikator Perkembangan Usaha ............................................................................ 18
D. Usaha Mikro Kecil ................................................................................................. 24
E. Collectability Problem ........................................................................................... 26
F. Penelitian Terdahulu .............................................................................................. 27
G. Kerangka Pemikiran............................................................................................... 35
H. Hipotesis ................................................................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................ 37
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................... 37
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................................................. 37
C. Teknik Penentuan Sampel ..................................................................................... 38
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 39
E. Metode Analisis Data ............................................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................................... 43
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................................... 43
B. Deskripsi Data Penelitian ...................................................................................... 52
C. Hasil Analisis Data ................................................................................................ 58
D. Analisis dan Pembahasan ...................................................................................... 66
E. Analisa Dampak Pum Terhadap Kinerja Usaha Setiap Cluster ........................... 70
F. Presentase Kinerja Usaha Pada Setiap Cluster ........................................................ 79
G. Analisa Collectability Problem Nasabah PUM ....................................................... 86
H. Hukum Menunda Pembayaran Angsuran ............................................................. 86
I. Evaluasi Produk Pembiayaan Usaha Mikro ............................................................. 87
SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................................... 105
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 105
B. Saran ..................................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 109
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 113
viii
DAFTAR TABEL
NO KETERANGAN HALAMAN
1.1 Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah 1
2.1 Karakteristik UKM menurut UUD No.20 tahun 2008 24
2.2 Penelitian Terdahulu 27
3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian 38
3.2 Sampel Penelitian 39
4.1 Target produk pembiayaan mikro 45
4.2 Risk Acceptance Criteria (RAC) 45
4.3 Fitur Produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) 45
4.4 Jenis Usaha Nasabah 56
4.5 Hasil Uji Normalitas 60
4.6 Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Modal 61
4.7 Wilcoxon Signed Rank Test Modal 61
4.8 Wilcoxon Signed Rank Test Output Modal 62
4.9 Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Omzet 62
4.10 Wilcoxon Signed Rank Test Omzet 63
4.11 Wilcoxon Signed Rank Test Output Omzet 64
4.12 Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Laba 66
4.13 Wilcoxon Signed Rank Test Laba 66
4.14 Wilcoxon Signed Rank Test Output Laba 66
4.15 Wilcoxon Signed Rank Test Tenaga Kerja 66
4.16 Wilcoxon Signed Rank Test Output Tenaga Kerja 67
4.17 Rincian Biaya Transaksi 90
4.18 Jumlah Aset Bank Syariah di Indonesia 91
4.18 Simulasi Pembiayaan di Bank Syariah 99
ix
DAFTAR DIAGRAM
NO KETERANGAN HALAMAN
x
DAFTAR GAMBAR
NO KETERANGAN HALAMAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Usaha Mikro dan Kecil (UMK) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan
perekonomian di Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif lapangan pekerjaan, UMK juga
berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997 di saat
Saat ini UMK telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan
nasional. Kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah terhadap produk domestik bruto
meningkat dari 57,84% menjadi 60,34% dalam lima tahun terakhir (2013-2018). Serapan tenaga
kerja pada sektor ini juga meningkat dari 96,99% menjadi 97,22% pada periode yang sama
Tabel 1.1
Jumlah Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah
Kekuatan ekonomi suatu negara memiliki korelasi positif dengan kontribusi usaha kecil.
Semakin besar kontribusi usaha kecil terhadap perekonomian semakin kuat ekonomi negara
tersebut. Potensi keunggulan ekonomi dan sosial dari usaha kecil ditandai dengan kapasitasnya
1
dalam : (1) penciptaan lapangan kerja pada tingkat biaya modal yang rendah, (2) perbaikan dalam
forward dan backward linkage antara berbagai sektor, (3) penciptaan kesempatan kerja bagi
pengembangan dan adaptasi teknologi yang tepat guna, (4) sebagai pool of skill dan semi skill
workers, (5) mengisi market niche yang tidak efisien bagi perusahaan besar, (6) sebagai
Usaha mikro, kecil, dan menengah merupakan sektor yang memiliki tantangan
pengembangan yang banyak, mulai dari pemasaran produk hingga masalah permodalan
(Irmawati, 2013: 153). Oleh karena itu, perlu adanya sebuah inklusi keuangan bagi UMK agar
masalah permodalan bisa teratasi. Pemberian kredit atau modal kepada pelaku UMK, secara
langsung akan mempengaruhi volume usaha bila hal tersebut digunakan untuk modal kerja. Jika
modal usaha digunakan untuk investasi atau melakukan diversifikasi usaha, maka akan
meningkatkan kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan menambah volume usaha.
Pertambahan volume usaha akan meningkatkan pendapatan bagi UMK. Pemerintah sebagai
pemegang kebijakan diharapkan mendukung perkembangan UMK, selain itu peran lembaga
Salah satu daerah di Indonesia yang dinilai sangat baik dalam mengembangkan UMK
adalah Kota Tangerang Selatan. Di tahun 2018 Kota Tangerang Selatan mendapatkan
diberikan kepada kota yang baik dalam memasarkan, mendorong serta membangun ekosistem
UMK di daerahnya). Sebagian besar UMK di Kota Tangerang Selatan bergerak di cluster kuliner
2
yang berjumlah sebesar 36,5%, kemudian disusul dengan cluster retail/sembako sebanyak 32,3%
dan cluster jasa sebanyak 10,7% (Website Kota Tangerang Selatan, 2019)
Diagram 1.1
Jumlah dan Jenis UMK Kota Tangerang Selatan Tahun 2018
Menurut Sarmili, Kepala Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Tangerang Selatan. Beliau menjelaskan bahwa salah satu
permasalahan klasik yang melekat pada pelaku UMKM di Kota Tangerang Selatan adalah
masalah permodalan yang lemah. Keterbatasan modal membatasi ruang gerak para pengusaha.
Oleh karena itu bantuan modal dari sektor perbankan sangat diperlukan. (Republika, 2018)
kegiata usahanya, tidak hanya berpihak pada golongan ekonomi menengah ke atas, tetapi juga
luas, dalam hal ini ialah penyaluan kepada UMK basis kegiatan ekonomi mayoritas umat.
3
Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah salah satu bank yang berkomitmen dalam
mendukung segmen usaha mikro kecil. Hal ini terbukti dari laporan keuangan BSM yang
menyebutkan bahwa penyaluran pembiayaan kepada segmen mikro posisi per desember 2018
sebesar Rp4,34 triliun tumbuh sekitar 1,85% dibandingkan kinerja pembiayaan mikro pada tahun
2017 sebesar Rp4,26 triliun. Dukungan terhadap pembiayaan pada segmen UMKM sejalan
dengan ketentuan PBI No.17/12/PBI/2015 mengenai pemberian kredit atau pembiayaan oleh
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Bintaro Sektor III adalah salah satu kantor cabang
BSM yang memiliki produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM). Target pasar produk ini adalah
pelaku usaha mikro kecil di Kota Tangerang Selatan. Di akhir tahun 2018 BSM KC Bintaro
Sektor III telah menyalurkan pembiayaan kepada 197 nasabah mikro, dengan latar belakang
usaha yang berbeda-beda yang didominasi oleh cluster usaha unggulan Kota Tangerang Selatan,
Diagram 1.2
Jumlah Nasabah PUM Bank Syariah Mandiri Bintaro Sektor III
100
Jumlah Nasabah
80
60
40
20
0
PUM
4
Tabel di atas menggambarkan jumlah penyaluran pembiayaan usaha mikro BSM Sektor
III selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2016 jumlah nasabah pembiayaan mikro sebanyak
88 nasabah, kemudian di tahun 2017 mengalami sampai dengan 2018 selalu mengalami
penurunan yaitu 61 dan 48 nasabah. Hal ini menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri
memerlukan strategi baru untuk meningkatkan jumlah nasabah pembiayaan pada segmen Usaha
Berdasarkan pada deskripsi latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji peran
lembaga keuangan syariah terkait, dalam penyaluran pembiayaan kepada segmen UMK.
Sehingga nantinya dapat dirumuskan strategi guna membantu perkembangan UMK. Oleh
karenanya peneliti akan fokus pada judul “Dampak Fasilitas Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
Terhadap Kinerja Usaha Pelaku Usaha Mikro Kecil di Wilayah Tangerang Selatan”
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, agar penelitian dalam tesis ini terfokus pada
permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji sebagai
berikut :
1. Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri (BSM) Kantor Cabang Bintaro sektor III.
2. Objek Penelitian ini adalah pelaku usaha mikro cluster jasa, cluster retail dan cluster kuliner
di Kota Tangerang Selatan yang telah mendapatkan fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro
3. Data yang diolah adalah laporan keuangan nasabah UMK, persepsi para nasabah UMK, dan
5
4. Indikator yang digunakan untuk menganalisis peningkatan kinerja UMK adalah modal
5. Collectability problem didapatkan dari laporan pihak BSM KC Bintaro Sektor III dan dari
6. Evaluasi produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) dinilai dari perspektif nasabah UMK yang
mendapatkan fasilitas PUM dari BSM KC Bintaro Sektor III dan dari karyawan BSM KC
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan dan pembatasan masalah yang telah disebutkan, maka
1. Bagaimana dampak fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KC Bintaro Sektor III
terhadap kinerja usaha (perbedaan modal, omzet, keuntungan, dan tenaga kerja) UMK di
2. Bagaimana dampak fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KC Bintaro Sektor III
terhadap kinerja usaha (perbedaan modal, omzet, keuntungan, dan tenaga kerja) UMK
berdasarkan cluster jenis usaha jasa, retail, dan kuliner di wilayah Tangerang Selatan?
3. Bagaimana kemampuan pelaku UMK yang mendapatkan fasilitas pembiayaan usaha mikro
Sektor III?
4. Bagaimana persepsi pelaku UMK dan strategi BSM KC Bintaro Sektor III terhadap evaluasi
6
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini untuk:
1. Mengetahui dampak fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KC Bintaro Sektor III
terhadap kinerja usaha (perbedaan modal, omzet, keuntungan, dan tenaga kerja) UMK di
2. Mengetahui dampak fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KC Bintaro Sektor III
terhadap kinerja usaha (perbedaan modal, omzet, keuntungan, dan tenaga kerja) UMK
berdasarkan cluster jenis usaha jasa, retail, dan kuliner di wilayah Tangerang Selatan.
3. Mengetahui kemampuan pelaku UMK yang mendapatkan fasilitas pembiayaan usaha mikro
Sektor III.
4. Mengetahui persepsi pelaku UMK dan strategi BSM KC Bintaro Sektor III terhadap evaluasi
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini di antaranya:
1. Penilitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku UMK untuk
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para praktisi yang bergerak di
bidang perbankan, khususnya bank syariah atau lembaga pemerintah untuk memperbaiki
3. Penelitian ini dapat digunakan untuk kajian ilmiah, terutama dalam bidang usaha mikro kecil,
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dalam kegiatan penyaluran dana, lembaga keuangan baik bank maupun non-bank
dimaksud pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya ditambah dengan
sejumlah imbalan atau pembagian hasil. Tiga aspek pembiayaan yaitu : aman, lancar dan
menguntungkan.
Pemberian pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau
sewa yang terbebas dari penetapan bunga dan memberikan rasa aman, karena yang diberikan
kepada nasabah adalah barang bukan uang, serta tidak ada beban bunga yang ditetapkan di
pinjaman bagi debitur yang kekurangan dana untuk usahanya, dimana pihak debitur
diwajibkan memberikan angsuran setiap jangka waktu tertentu, dengan bagi hasil yang telah
Proses pembiayaan syariah memiliki dasar hukum yang telah ditetapkan. Dasar
8
a. Firman Allah terkait pembiayaan atau hutang dalam surat Al-Baqarah ayat 280 yang
artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, Maka berilah tenggang
waktu sampai Dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan (sebagian
atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS. Al Baqarah:
280).
b. Salah satu dalil hadis yang dipergunakan oleh para ulama mengenai pembiayaan syariah
adalah hadis riwayat Abi Dawud, Nabi SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: ‘Aku
adalah pihak ketika dari dua orang yang bersekutu selagi tidak saling mengkhianati.
Bila salah-satunya telah berbuat khianat kepada sahabatnya, maka Aku keluar dari
keduanya.”
c. Pembiayaan syariah menurut UU Perbankan No.10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 12 adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut, setelah jangka waktu tertentu dengan
3. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan
pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro (Muhammad,
2005: 17).
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat diakses secara
9
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha
membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas
pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui
penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja.
melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil
usahanya.
a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi,
yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai laba
maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana
yang cukup.
b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan
laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko yang mungkin
timbul, risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta
sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan
10
sumber daya modal tidak ada, maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan
daya ekonomi.
Menurut Karim (2004: 98) dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Prinsip ini dapat dibagi sebagai
berikut:
1) Pembiayaan Murābahah
Murābahah yaitu jual beli dengan kesepakatan pemberian keuntungan bagi penjual
2) Pembiayaan Salām
Salām adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada.
3) Pembiayaan Istiṣnā
Produk istiṣnā menyerupai produk salam, tetapi dalam istisna pembayarannya dapat
dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istiṣnā dalam
prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun perbedaanya terletak pada
11
objek traksaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada
1) Pembiayaan Mushārakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah mushārakah (shirkah atau serikat
atau kongsi). Dalam artian semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek
2) Pembiayaan Muḍarabah
Muḍarabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana
d. Akad Pelengkap
2) Rahṇ (Gadai)
dalam empat hal, yaitu: sebagai pinjaman talangan haji, sebagai pinjaman tunai
12
(cash advanced), sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, sebagai pinjaman
4) Wakālah (Perwakilan)
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,
Menurut Riva’i (2010: 686) pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi dua
B. Pembiayaan Murābahah
1. Pengertian Murābahah
Secara bahasa, kata murābahah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ribh yang
artinya “keuntungan”. Sedangkan secara istilah murābahah didefinisikan sebagai prinsip jual
beli dimana harga jual terdiri atas harga pokok barang ditambah nilai keuntungan. (Sutedi,
2009: 122)
Murābahah diartikan sebagai jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan
yang disepakati (Antonio, 2000: 101). Adapun menurut Riva’i (2010: 686), murābahah
adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan
13
pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas
murābahah, yang dimaksud dengan murābahah adalah menjual suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga lebih
sebagai laba.
prinsip jual beli dimana penjual menyatakan harga beli beserta keuntungan (margin), dalam
hal ini yang bertindak sebagai penjual adalah bank, sedang sebagai pembeli adalah nasabah.
a. Al-Qur’an
riba dalam kegiatan muamalah, seperti dalam QS. Al-Baqarah ayat 275 yang artinya : “..dan
b. Hadis
(utama) adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad
14
2) Hadis dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:”Tiga perkara yang didalamnya terdapat
keberkahan: menjual dengan pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari
mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan
c. Ijma’
tentang orang yang membeli baju di sebuah kota, dan mengambilnya ke kota lain untuk
mengatakan jika seorang menunjukan komuditas kepada seseorang dan mengatakan “kamu
beli untukku, aku akan memberikan keuntungan begini, begitu”, kemudian orang itu
membelinya, maka transaksi itu sah. Sedangkan Marghinani seorang fiqih mazhab hanafi
di dalamnya.
mengemukakan bahwa penjualan murābahah sah menurut hukum tanpa bantahan (Saeed,
2004: 119). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa landasan hukum pembiayaan
3. Skema Murābahah
Secara umum, aplikasi perbankan syariah dari bai’ al-murābahah dapat digambarkan
15
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan Murābahah
Bank Nasabah
3. Bayar
5.Terima barang & dokumen
Supplier Penjual
3.Beli barang 4.Kirim
Dari gambar di atas dapat dijelaskan proses pembiayaan murābahah adalah sebagai
berikut:
1) Negosiasi dan persyaratan, pada tahap ini melakukan negosisasi dengan pihak bank yang
berhubungan dengan spesifikasi produk yang diinginkan oleh nasabah, harga beli dan
lainnya yang harus dipenuhi oleh nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
bank syariah.
2) Bank membeli produk/barang yang sudah disepakati dengan nasabah tersebut. Bank
3) Akad jual beli, setelah bank membeli produk sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
penandatanganan akad jual beli antara bank dan nasabah, pada akad tersebut dijelaskan
hal-hal yang berhubungan dengan jual beli murābahah. Rukun dan syarat-syaratnya
harus terpenuhi.
16
4) Supplier mengirim produk/barang yang dibeli oleh bank ke alamat nasabah, atau sesuai
dengan akad perjanjian yang telah disepakati antara bank dan nasabah sebelumnya.
5) Tanda terima barang dan dokumen, ketika barang sudah sampai ke alamat nasabah,
maka nasabah harus menandatangani surat tanda terima barang, dan mengecek kembali
6) Proses selanjutnya adalah nasabah membayar harga produk/barang yang dibelinya dari
Sehingga dapat disimpulkan bahwa transaksi jual beli murābahah akan dicairkan
setelah akad perjanjian jual beli murābahah di tandatangani, serta bank telah menerima
dokumen bukti transaksi dan penyerahan (barang yang dimaksud dalam akad) dari supplier
Harga pembelian barang kepada supplier tersebut dibayarkan langsung oleh bank
kepada supplier, sedang nasabah (pembeli) menandatangani tanda terima barang yang dibeli
pembiayaan murābahah memberikan margin dalam setiap pembiayaan yang dilakukan. Dalam
menetapkan margin yang diberikan kepada nasabah ada faktor yang menjadi pertimbangan yaitu
Misalnya harga suatu barang yang diinginkan oleh nasabah A untuk mendukung
kegiatan usahanya senilai Rp100.000.000 (seratus juta rupiah), jangka waktu yang diinginkan
17
selama 24 bulan. Maka bank memberikan pembiayaan murābahah kepada nasabah dengan
Dalam contoh ini bank menetapkan margin sebesar 18%. (Rp118.000.000,- merupakan
nilai gross yang terdiri atas harga pokok dan margin). Namun bila nantinya nasabah A
mengalami usaha yang tidak lancar, bank dapat menurunkan margin tersebut. Kebijakan ini
diambil bank berdasarkan kemampuan nasabah dan kebijakan bank itu sendiri (Manual Book
Tolak ukur perkembangan usaha haruslah merupakan parameter yang dapat diukur
sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Chandra (2000: 35), perkembangan usaha
merupakan suatu kejadian terjadinya peningkatan omzet penjualan dan modal usaha.
Selanjutnya Jeaning Beaver dalam buku Muhammad Sholeh, menjelaskan bahwa tolak ukur
tingkat keberhasilan dan perkembangan perusahaan kecil dapat dilihat dari peningkatan
omset penjualan, pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan jumlah pelanggan (Sholeh,
2008: 26).
Menurut Rokhayati (2015: 98) dalam jurnalnya yang berjudul Pengukuran Kinerja
pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa pencapaian kinerja dapat
diketahui dari ukuran tentang keberhasilan dari UMKM tersebut, yang dapat dilihat dari;
18
adanya peningkatan penjualan, peningkatan modal usaha, peningkatan pendapatan dan laba
usaha, adanya peningkatan tenaga kerja yang digunakan, serta adanya perluasan pasar.
pada 4 variabel yaitu pertumbuhan modal usaha, omzet, laba usaha dan tenaga kerja.
1. Omzet Penjualan
Omzet penjualan adalah akumulasi dari kegiatan penjualan suatu produk barang dan
jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau
dalam satu proses akuntansi (Harahap, 2004: 301). Selanjutnya, Tjiptono (2002: 118)
memberikan pendapat tentang omzet penjualan diterapkan dalam tiga apresiasi yaitu: tingkat
penjualan yang ingin dicapai, pasar yang ingin dikembangkan sebagai kegiatan transaksi atau
tempat melakukan transaksi dan keuntungan atas penjualan. Ketiga esensi tersebut pada dasarnya
memberikan batasan bahwa omzet penjualan diartikan sebagai penambahan nilai ekonomi yang
ditimbulkan melalui aktivitas penawaran produk dari berbagai perusahaan industry yang
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah keseluruhan
jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah
Keterangan :
TR : Omzet
P : Harga Jual
Q : Kuantitas Jual
19
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan:
1) Kondisi dan kemampuan penjual, transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara
komersial atas barang dan jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual
dan pembeli. Penjual harus dapat menyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil
2) Kondisi Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam
kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah: jenis pasarnya, kelompok pembeli atau
segmen pasarnya, daya belinya, frekuensi pembelian, serta keinginan dan kebutuhan.
Kegiatan penjualan akan terhambat apabila tidak tercukupinya modal untuk produksi
ataupun promosi.
mempengaruhi penjualan.
2. Modal Usaha
Gitman (2003: 488) menjelaskan bahwa modal usaha adalah jumlah harta lancar
yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain
dalam suatu kegiatan bisnis. Modal Usaha juga diartikan sebagai uang tunai dan aktiva yang
20
Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segalanya dalam
sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Yang
menjadi persoalan di sini bukanlah penting tidaknya modal, karena keberadaannya memang
sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang
Macam-macam modal :
a. Modal Sendiri
Menurut Mardiyatmo (2008: 89) mengatakan bahwa modal sendiri adalah modal
yang diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan,
1) Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban
perusahaan;
2) Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari setoran pemilik
modal;
3) Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang relatif lama;
4) Tidak ada keharusan pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan pemilik akan
tertanam lama dan tidak ada masalah seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak
lain.
21
b. Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak
luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah
jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Di samping itu, dengan
menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk
mengerjakan usaha dengan sungguh-sungguh. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh
dari: pinjaman dari dunia perbankan, pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan
c. Modal Patungan
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal usaha dengan cara
berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan menggabungkan antara modal
sendiri dengan modal satu orang teman atau beberapa orang (Ambadar, 2010: 15).
3. Laba Usaha/Keuntungan
operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari
transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan tersebut. Soemarso (2010: 54)
mendefinisikan laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan
usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba atau rugi
Dalam ilmu ekonomi istilah untung atau rugi merujuk hanya pada dua “kutub” besar
dalam bisnis yaitu kutub biaya dan ongkos (TC) dan kutub peneriman (TR). Dalam hal ini bila
22
TC > TR maka perusahaan rugi, bila TC < TR maka perusahaan untung, bila TC = TR maka
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (2) UU No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ jasa,
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain atau setiap orang yang bekerja sendiri dengan tidak menerima
Penyerapan tenaga kerja menjelaskan tentang hubungan kuantitas tenaga kerja yang
dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha atas jumlah tenaga kerja yang
diminta karena orang tersebut dapat meningkatkan jumlah barang atau jasa yang diproduksi
terhadap tenaga kerja bergantung kepada pertambahan permintaan masyarakat akan barang
Menurut Sumarsono (2003: 26), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga kerja
ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain naik turunnya permintaan pasar akan
hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume
23
produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam
proses produksi.
Usaha mikro berdasarkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan perorangan
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil, yakni:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling banyak Rp500 juta
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta sampai dengan paling banyak
Rp2,5 miliar.
24
Karakteristik UKM menurut UUD No.20 tahun 2008 lebih ringkasnya dijelaskan dalam tabel
2.1.
Tabel 2.1
Karakteristik UKM menurut UUD No.20 Tahun 2008
Skala Usaha Kriteria
Sumber : Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMK Bab IV pasal 6.
Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, Peran usaha mikro dalam perekonomian
masyarakat
Sedangkan menurut UU No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro dan kecil bertujuan untuk
25
pembangunan perekonomian nasional melalui kontribusi terhadap PDB, penciptaan
lapangan pekerjaan, dan penyerapan tenaga kerja. Industri kecil merupakan usaha ekonomi
Saat ini kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah terhadap produk
domestik bruto meningkat dari 57,84% menjadi 60,34% dalam lima tahun terakhir (2013-
2018). Serapan tenaga kerja pada sektor ini juga meningkat dari 96,99% menjadi 97,22%
E. Collectability Problem
Collectability Problem berarti pengusaha yang memiliki masalah dalam kemampuan bayar.
terdapat penyimpangan (deviasi) atas terms of lending yang disepakati, sehingga terjadi
problem penerima kredit perbankan syariah adalah: Persoalan bisnis (bussines problem);
praktiknya kemacetan suatu pembiayaan disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:
a. Dari pihak bank yaitu : (1) kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah; (2) kurang
dilakukan evaluasi keuangan nasabah; (3) perhitungan modal kerja tidak didasarkan
kepada bisnis usaha nasabah; (4) aspek jaminan tidak diperhitungkan; (5) Lemahnya
pendampingan.
26
b. Dari pihak nasabah yaitu : (1) karakter nasabah yang tidak amanah (tidak jujur dalam
nasabah tidak memadai sehingga kalah dalam persaingan usaha; (3) usaha yang
dijalankan relatif baru; (4) bidang usaha nasabah telah jenuh; (5) tidak mampu
pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet (Iswi Hariyani,
diklasifikasikan oleh Bank Sentral menjadi lima status dari yang tertinggi hingga yang
terendah (1) kol-1 (lancar), (2) kol-2 (dalam perhatian khusus), (3) kol-3 (kurang lancar), (4)
F. Penelitian Terdahulu
dijadikan acuan penelitian. Adapun acuan jurnal dan penelitian terdahulu yaitu:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
1. Pitter Leiwakabess dan Usaha Mikro, kecil dan menengah Modal sebagai Objek, tempat,
Fensca Lahallo (2018) memberi kontribusi yang signifikan indikator dan waktu
dalam memacu pertumbuhan perkembangan penelitian.
Judul : Pembiayaan ekonomi Indonesia usaha. Indikator
Usaha Mikro Kecil dan Permodalan merupakan faktor utama perkembangan
Menengah (UMKM) yang diperlukan untuk usaha
mengembangkan suatu unit usaha. Metodologi
sebagai solusi dalam
Bagi pelaku UMK di Kab. Sorong Penelitian
meningkatkan modal pinjaman dari bank atau kualitatif
27
produktivitas usaha lembaga keuangan lain sulit dengan
pada UMKM Kab. diperoleh, karena persyaratan secara pendekatan
Sorong. 1(1), 11-21. administratif dan teknis yang diminta deskriptif.
oleh bank sulit dipenuhi.
2. Aprilya Rahayu (2018) Hasil penelitian menunjukan bahwa Metode Tempat
variabel modal usaha, produk, omzet penelitian penelitian
Judul : Analisis dan tenaga kerja mengalami kenaikan kuantitatif adalah BPRS
Perkembangan Usaha setelah menggunakan pembiayaan deskriptif Tahun
Mikro, Kecil dan dari BPRS Margirizki Bahagia Uji pangkat Penelitian
Menengah sebelum dan Yogyakarta. Hal ini dikarenakan tanda Wilcoxon Jenis produk
modal usaha nasabah yang bertambah Indikator dan tenaga
sesudah mendapatkan Perkembangan
setelah diberi pembiayaan, maka kerja menjadi
pembiayaan dari BPR usaha yang
nasabah menambah jumlah produksi, indikator
Syariah. sehingga omzet dan jumlah tenaga dipakai adalah perkembangan
modal dan
kerja mengalami kenaikan. usaha
omzet.
3. Richard O. Akingunola Penelitian ini menyimpulkan bahwa Fokus penelitian Objek, tempat,
(2017) terdapat korelasi positif antara kredit ialah menilai waktu dan
mikro dan pertumbuhan bisnis UMK. dampak UMK fokus
Impact of Microfinance Upaya yang dapat dilakukan Bank di terhadap kinerja penelitian.
Banks on Micro and Ogun adalah meningkatkan jumlah usaha mikro Metode regresi
Small Enterprises in pinjaman dan mengecilkan bunga kecil. sederhana
yang dibebankan sehingga UMK (Simple
Ogun State, Nigeria.
mampu membiayai operasional regression
9(2), 163-169. perusahaan juga membayar kreditnya analysis)
kepada Bank.
4. Mustica Bintang Sabiti Pembiayaan mikro syariah Indikator Objek, tempat,
(2017) berdampak positif terhadap perkembangan waktu dan
Judul : Islamic pendapatan para pelaku usaha mikro. UMK yang fokus
Microfinance and It’s Hal ini terlihat dari perubahan digunajan penelitian.
Impact On Poverty frekuensi laba sebelum dan sesudah adalah laba
Reduction In Bogor. pembiayaan yang terus meningkat. usaha. Metodelogi
6(1), 87-102. Penelitian
ialah analisis
regresi linier
berganda
5. Amarsyah Ali Hasibuan Pembiayaan mudharabah Indikator yang Objek, tempat,
(2017) mempengaruhi kenaikan omzet digunakan waktu dan
Judul : Peranan BPRS nasabah UMK. untuk melihat fokus
Puduarta Insani dalam Hasil penelitian menurut tabulasi perkembangan penelitian.
upaya meningkatkan silang/cross tabulation dapat dilihat usaha adalah Metode
adanya berbagai hambatan yang omzet. penelitian
dihadapi nasabah seperti kurangnya kuantitatif
28
kesejahteraan pengetahuan nasabah tentang dengan Uji
masyarakat di Tembung teknologi membuat sebagian nasabah beda (Paired
Kabupaten Deli Serdang masih sulit untuk mengakses Sample t Test)
pembiayaan. Tabulasi
Silang/Cross
Tabulation
Pembiayaan
mikro meng-
gunakan akad
mudharabah
6. Andi Munandar (2016) Potensi pertumbuhan UMK di daerah Fokus Objek, tempat,
sangat besar. penelitian ialah dan waktu
Judul :The Strategy Pengembangan UMK harus penilaian penelitian.
Development and dilaksanakan sesuai dengan budaya dampak UMK Metodologi
Competitive Advantages lokal dan potensi yang dimiliki oleh terhadap yang
Of Micro Small daerah yang bersangkutan. kinerja usaha digunakan
Peranan peningkatan SDM, mikro kecil. ialah metode
Medium Entreprise
pemanfaatan teknologi, permodalan, kualitatif.
Business Institution To pemasaran, informasi, dan
Ward Regional manajemen sangat penting dalam
Development. 1(2), 103- mengembangkan usaha mikro.
112.
7. Mohummed Shofi Keuangan mikro membantu Fokus penelitian Objek, tempat,
(2015) meningkatkan kualitas hidup para ialah menilai dan waktu
pelaku UMK. dampak UMK penelitian.
Judul : What Impact Perubahan positif secara konsisten terhadap kinerja Metodelogi
Does Microfinance dirasakan pada penerima pembiayaan usaha mikro yang digunakan
Have on Rural lembaga mikro non-pemerintah di kecil. ialah
Bangladesh. descriptive
Livelihood? A
Pembiayaan mikro dapat membantu statistics
Comparison of meningkatkan mata pencaharian di multiple
Governmental and Non- daerah pedesaan. regression
Governmental Penyaluran
Microfinance Programs pembiyaan
in Bangladesh. 68(C), mikro yaitu
336-354. pemerintah dan
lembaga
keuangan
swasta bukan
bank.
29
8.. Arif Rahman (2015) Hasil dari analisis LQ diketahui bahwa Tempat Objek, waktu
di Kota Tangerang terdapat 3 sektor penelitian di dan fokus
Judul : Potensi Ekonomi unggulan UMK, yaitu perdagangan, Kota Tangerang penelitian.
Daerah dalam hotel dan restoran dengan nilai indeks Selatan. Metodelogi
Pengembangan UMK 1,59. Disusul oleh sektor jasa Indutri unggulan yang
unggulan Di Kota perusahaan dan keuangan dengan nilai UMK digunakan
indeks 1,01 Tangerang ialah : Analisis
Tangerang
Kemudian dari hasil SWOT diketahui Selatan adalah Location
bahwa strategi yang bisa dilakukan kuliner, retail Quotient (LQ)
untuk pengembangan UMK adalah dan jasa. dan Analisis
memperbaiki kualitas SDM, dan SWOT
memudahkan para UMK dalam akses
permodalan.
11. Wina Saparingga dkk Penelitian ini menjukan bahwa Fokus penelitian Objek, tempat,
(2015) perkembangan usaha nasabah BRI ialah menilai waktu dan
Judul : Analisis Syariah sesudah mendapat fasilitas dampak UMK fokus
Perbandingan Tingkat pembiayaan mikro menjadi lebih terhadap kinerja penelitian.
Perkembangan Usaha berkembang usahanya dilihat dari
30
Mikro Kecil Menengah jumlah pelanggan, jumlah tenaga usaha mikro Metodelogi
Sebelum & Sesudah kerja dan jumlah macam barang kecil. penelitian
Mendapatkan Fasilitas yang dijual. deskriptif
Pembiayaan Mikro di komparatif
BRI Syariah Kepo Indikator
Bandung) perkembangan
usaha yang
1(2), 314-321
digunakan yaitu
jumlah
pelanggan dan
jumlah macam
barang yang
dijual.
12. Sri Maryati (2014) Hasil penelitian menunjukkan Fokus penelitian Objek, tempat,
besarnya pembiayaan produktif, aset ialah menilai waktu dan
Judul : Peran Bank usaha yang dimiliki UMKM, dan dampak UMK fokus
Pembiayaan Rakyat jumlah tenaga kerja yang terhadap kinerja penelitian.
Syariah dalam mempengaruhi nilai produksi usaha usaha mikro Metode
Pengembangan UMKM UMKM secara signifikan. kecil. analisa
Pembiayaan produktif dan aset usaha deskriptif-
dan Agribisnis Pedesaan
berpengaruh positif terhadap nilai kualitatif
di Sumatera Barat. 3(1), produksi usaha. Sedangkan, jumlah berbasis kajian
1-17. tenaga kerja berpengaruh negative kepustakaan
terhadap nilai produksi usaha. (library
research).
13. Anggraeni, Herdiana Hasil regresi logit menunjukkan Fokus penelitian Objek, tempat,
dkk (2013) dummy jenis usaha, umur, omzet dan ialah menilai waktu dan
dummy akses simpanan merupakan dampak UMK fokus
Judul : The Access of faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kinerja penelitian.
MSME towards Islamic akses UMKM terhadap pembiayaan usaha mikro Metode regresi
Microfinancing and Its BMT. kecil. logistik model
Impact on Business Pembiayaan syariah BMT logit
Development : A Case berpengaruh positif signifikan
of BMT Tadbiirul terhadap perubahan keuntungan
Ummah, Bogor. 1(1), usaha.
56-67.
14. Dewi Anggraini, dan Besarnya pengaruh variabel modal Indikator yang Objek, tempat,
Syahrir Hakim Nasution sendiri maupun modal dari KUR digunakan untuk waktu dan
(2013) Bank BRI berpengaruh terhadap mengetahui fokus
perubahan tingkat pendapatam pengaruh kredit penelitian.
Judul : “Peranan Kredit pengusaha UMKM. adalah modal
Usaha Rakyat (KUR) usaha.
31
Bagi Pengembangan Pengaruh ini bersifat positif atau Metodelogi
UMKM di Kota Medan dapat dikatakan semakin besar jumlah Penelitian
(Studi Kasus Bank BRI) modal maka semakin tinggi analisis linear
.1(3), 105-117. pendapatan yang akan diterima berganda.
pelaku usaha.
15. Rifda Zahra Afifah Hasil analisis menunjukkan bahwa Metode analisis Objek, tempat,
(2012) kredit dari Dinas Koperasi dapat deskriptif dan waktu
membantu meningkatkan modal Uji pangkat penelitian.
Judul : Analisis Bantuan usaha dan omzet penjualan para tanda Wilcoxon Pembiayaan
Modal dan Kredit bagi UMK di Kelurahan Pekunden. disalurkan
Kelompok Pelaku Hal tersebut memberi implikasi oleh
Usaha Mikro oleh Dinas bahwa program perkreditan Pemerintah
Koperasi dan UMKM pemerintah melalui pemberian (Dinas
Kota Semarang (Studi pinjaman dapat membantu Koperasi)
pengembangan usaha mikro. bukan dari
Kasus: KPUM di
Bank atau
Kelurahan Pekunden, Lembaga
Kecamatan Semarang Keuangan
Tengah) lainnya.
16. Priyo Harsono Kredit dari Dinas Kelautan & Teknik analisis Objek, tempat,
(2012) Perikanan Kabupaten Pati berpengaruh uji pangkat waktu dan
Judul :Analisis Bantuan positif terhadap perkembangan UMK tanda Wilcoxon fokus
Kredit terhadap binaan Kelompok Usaha Bersama Indikator penelitian.
Perkembangan Usaha (KUB) Rukun Mina Barokah di perkembangan Indikator
Bersama, 5(2), 117-229. Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. usaha yang perkembangan
Terdapat perbedaan positif pada setiap digunakan usaha yang
variabel yang diteliti. Peningkatan yaitu modal digunakan yaitu
masing-masing variabel (modal usaha, usaha, omzet jumlah
tenaga kerja, jumlah pelanggan, omzet dan pelanggan.
penjualan, dan keuntungan) yaitu keuntungan.
sebesar 13%, 15%, 27%, 30%, dan
32%.
17. Hidayahtu Rohmah Pedagang perempuan di Pasar Indikator Objek, tempat,
(2011) Kranggan mengalami peningkatan perkembangan waktu dan
omzet dan jumlah pelanggan sesudah usaha yang fokus
Judul: Pengaruh menerima kredit dibandingkan digunakan yaitu penelitian.
Pemberian Kredit sebelum menerima kredit Koperasi omzet Metodelogi
terhadap Perkembangan Pasar Rukun Agawe Santoso. penjualan. Kuantitatif
Terdapat hubungan positif signifikan Analisis
Usaha dan Pendapatan
antara jumlah kredit yang dipinjam regresi
Pedagang Perempuan di dengan jumlah tabungan pedagang berganda.
Pasar Demangan. perempuan di Pasar Kranggan.
32
Jumlah
konsumen dan
jumlah
tabungan
menjadi
indikator
perkembangan
usaha.
18. Fitra Ananda (2011) Dalam penelitian ini menunjukan Fokus penelitian Tempat, dan
Judul : Analisis bahwa modal, omzet dan keuntungan ialah menilai tahun
perkembangan usaha usaha dapat meningkat setelah dampak UMK penelitian.
mikro dan kecil setelah melakukan kerjasama dengan BSM terhadap kinerja Metodelogi
mendapat pembiayaan At Taqwa Halmahera. usaha mikro penelitian
mudharabah dari BSM kecil. kualitatif
deskriptif
At Taqwa Halmahera di
Objek
Kota Semarang. penelitian
terdahulu
adalah seluruh
nasabah
pembiayaan
mudharabah di
BMT.
19. Siti Zulaikah (2011) Penelitian ini menunjukan bahwa Peneliti Tempat
Judul : “Peranan BPRS BPRS mempunyai peran penting terdahulu penelitian di
Ben Salamah Abadi untuk permodalan UMKM. Hal ini menggunakan BPRS
Terhadap Pemberdaya- tercerin dari laporan keuangan para indikator modal Waktu
an Usaha Kecil dan pelaku usaha yang selalu mengalami usaha untuk penelitian
Menengah di peningkatan. menilai Metodelogi
perkembangan penelitian
Kecamatan Godong
usaha UMKM. kualitatif
Kabupaten Grobogan deskriptif
20. Indah Yuliana Putri Terdapat perbedaan modal, produksi, Metode analisis Objek, tempat,
(2010) omzet penjualan, jumlah tenaga kerja, deskriptif waktu dan
dan keuntungan sebelum dan sesudah Uji pangkat fokus
Judul : Analisis usaha mendapatkan kredit dari Dinas tanda Wilcoxon penelitian.
mikro monel yang UMKM Indikator yang Jumlah
memperoleh kredit dari digunakan untuk produksi dan
menilai jumlah tenaga
dinas UMKM
pengaruh kerja dijadikan
Kabupaten Jepara pembiayaan indikator untuk
(Studi Kasus: mikro adalah menilai
33
Kecamatan modal usaha dan pengaruh
Kalinyamatan, keuntungan. pembiayaan
Kabupaten Jepara) mikro kepada
UMK.
penelitian yang akan dilakukan. Persamaan dalam penelitian ini yaitu penulis dan peneliti
terdahulu ingin mencari tahu pengaruh pembiayaan mikro terhadap perkembangan usaha
mikro kecil (UMK) sebelum dan sesudah mendapatkan fasilitas pembiayaan oleh lembaga
keuangan syariah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu objek, tempat, waktu dan
fokus penelitian. Selain itu peneliti melakukan pemetaan potensi pengembangan UMK di
wilayah yang sedang di teliti kedalam beberapa cluster yaitu (cluster kuliner, cluster
retail/sembako, dan cluster jasa) agar dapat memudahkan dalam menilai cluster yang paling
banyak mengalami perubahan modal, omzet serta keuntungan di wilayah Tangerang Selatan.
dilakukan Bank Syariah Mandiri dalam upaya mengembangkan pembiayaan pada sektor
UMKM berdasarkan persepsi nasabah yang telah mendapatkan fasilitas pembiayaan usaha
mikro.
34
G. Kerangka Pemikiran
kuantitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kualitatif. Adapun langkah-langkah
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
35
H. Hipotesis
H0 : UMK cluster kuliner, jasa dan retail tidak mengalami peningkatan modal usaha,
omzet, laba usaha dan tenaga kerja setelah memperoleh pembiayaan usaha mikro dari
H1 : UMK cluster kuliner, jasa dan retail mengalami peningkatan modal usaha, omzet, laba
usaha dan tenaga kerja setelah memperoleh pembiayaan usaha mikro dari Bank
Syariah Mandiri.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
antara metode kuantitatif dan metode kualitatif . Metode penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan objektif (Sugiyono, 2011:
404).
Model mixed methods yang digunakan pada penelitian ini yaitu model sequential
dengan menggunakan pendekatan explanatory, yaitu data dan analisis kuantitatif pada tahap
pertama, dan diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap ke dua, guna
Fokus penggabungan dua metode (kualitatif dan kuantitatif) lebih pada teknik
pengumpulan data dan analisis data, sehingga peneliti dapat membandingkan seluruh data
temuan dari kedua metode tersebut, yang selanjutnya diperoleh kesimpulan dan saran apakah
Menurut Sugiyono (2011: 38), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini peneliti
mengunakan empat variable untuk menilai perkembangan usaha mikro dan kecil dan satu
variabel untuk menilai kemampuan dan permasalahan nasabah dalam membayar angsuran.
37
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
sampling yaitu teknik purposive sampling. Teknik ini mengambil sampel berdasarkan ciri-
ciri, sifat, ataupun karakteristik tertentu yang merupakan ciri pokok populasi. Metode ini
menggunakan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Sugiyono, 2011: 81)
38
Adapun karakteristik penelitian tersebut yaitu :
1. Subyek penelitian merupakan nasabah yang menerima Pembiayaan Usaha Mikro (PUM)
2. Subyek penelitian merupakan pengusaha UMK di Kota Tangerang Selatan yang memiliki
usaha pada salah satu cluster usaha pilihan yaitu: cluster jasa, cluster kuliner dan juga cluster
retail. Alasan peneliti menentukan sample tiga cluster usaha ini, karena ketiganya
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
pertanyaan kepada pelaku usaha mikro dan kecil anggota BSM di Kota Tangerang Selatan.
Kuesioner atau daftar pertanyaan yang diajukan disusun berdasarkan variabel yang diteliti,
dengan menyediakan jawaban alternatif yang dipilih oleh responden sesuai dengan kondisi
39
riil atas persepsi, pendapat dan opini tersebut, sehingga diharapkan mendapat data akurat
Data kuantitatif diperoleh dari laporan keuangan para pelaku usaha mikro dan kecil
yang mendapatkan pembiayaan dari BSM. Dikarenakan pelaku UMK sebagian besar tidak
memiliki laporan keuangan, maka peneliti berusaha membuatkan susunan laporan keuangan
sederhana yang mencakup materi yang akan diteliti. Laporan keuangan tersebut digunakan
untuk mengetahui informasi mengenai modal usaha, omzet penjualan, laba usaha dan jumlah
tenaga kerja dari pelaku UMK, setelah itu dikumpulkan, selanjutnya diteliti dan dianalisis.
Data yang digunakan untuk menilai kemampuan dan permasalahan nasabah dalam
membayar angsuran, diperoleh dari laporan nasabah pasdue Bank Syariah Mandiri KC
Bintaro Sektor III. Selanjutnya peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada nasabah
yang bersangkutan untuk menggali informasi terkait alasan nasabah dalam menunda
pembayaran. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan nasabah dan pihak Bank
BSM UMK untuk mengevaluasi produk PUM BSM KCP Bintaro Sektor III.
Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan, dimulai dari pertengahan Maret 2019
Tahap pertama metode analisis kuantitatif yaitu menggunakan alat uji normalitas.
Uji normalitas menjadi kunci untuk menentukan alat uji yang tepat untuk menganalisis hasil
penelitian ini. Jika dalam uji normalitas hasilnya data terdistribusi normal, maka alat analisis
data yang digunakan yaitu uji Paired T Test, namun apabila hasilnya data tidak terdistribusi
normal, maka alat uji analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Wilcoxon
40
Signed Rank Test. Adapun keterangan analisis data akan dilakukan tahapan-tahapan sebagai
berikut ini:
1. Uji Normalitas
Uji dilakukan jika sampel yang dipakai untuk analisa terdistribusi normal. Adapun
alat uji asumsi normalitas data yang digunakan adalah Kormogrov Smirnov, yaitu pengujian
yang melihat nilai signifikan Kolmogrov Smirnov menunjukkan <0,05 maka terjadi ketidak
normalan data, sedangkan apabila nilai signifikan >0,05 maka data terdistribusi normal.
Wilcoxon Signed Rank Test adalah uji non parametis untuk mengukur signifikansi
perbedaan dua kelompok data berpasangan berskala ordinal atau interval tetapi berdistribusi
Uji pangkat Wilcoxon digunakan sebagai uji beda dengan alasan data yang diteliti
berasal dari sejumlah responden yang sama dan berkaitan dengan periode waktu pengamatan
yang berbeda (sebelum dan sesudah memperoleh pembiayaan mikro dari BSM Sektor III
untuk UMK yang menjadi anggotanya). Adapun variabel-variabel yang diamati dan diuji
adalah modal usaha, omzet penjualan, laba usaha dan jumlah tenaga kerja.
Setelah uji tanda Wilcoxon dilakukan akan muncul nilai Z dan nilai probabilitas
H0 : UMK cluster kuliner, jasa dan retail tidak mengalami peningkatan modal
usaha, omzet, laba usaha dan tenaga kerja setelah memperoleh pembiayaan
41
H1 : UMK cluster kuliner, jasa dan retail mengalami peningkatan modal usaha,
omzet, laba usaha dan tenaga kerja setelah memperoleh pembiayaan usaha
Jika probabilitas (p) > 0,05 H0 diterima, jika probabilitas (p) < 0,05 maka H1
diterima. Signifikansi penelitian ini akan membandingkan Ztabel dan Zhitung. Menurut
Supranto (2001: 309) test statistik bagi rata-rata adalah nilai Z dari rata-rata, karena α=5%
maka nilai kritis yang bersesuaian dari tabel adalah Z0.025= 1.96 dan -Z0.025(test 2 ekor).
pembayaran angsuran (collectability problem) serta evaluasi produk usaha mikro. Penulis
produk pembiayaan usaha mikro. Selain itu, penulis juga memasukkan tanggapan
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bank Syariah Mandiri (BSM) sebagai lembaga intermediasi memiliki peluang untuk
mengembangkan bisnis dalam pembiayaan mikro untuk tujuan produktif dan serbaguna
modal kerja, termasuk pegawai aktif yang telah memiliki usaha dan ingin
berbagai macam kebutuhannya selain kebutuhan produktif. Pada penelitian ini penulis fokus
2. Target pasar
pembiayaannya. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha
43
Tabel 4.1
Target Pasar Produk Usaha Mikro
Manajemen risiko kredit menitik beratkan pada pengelolaan kualitas aktiva yang
baik, seleksi debitur dengan mengacu pada ketentuan Risk Acceptance Criteria (RAC) guna
meminimalisir risiko yang akan terjadi. Beberapa ketentuan tersebut disebutkan pada tabel
4.2.
Tabel 4.2
Risk Acceptance Criteria (RAC) Pembiayaan Usaha Mikro
NO Keterangan
1 Usia nasabah minimal 21 tahun atau sudah menikah dan usia maksimal 65 tahun saat
pembiayaan lunas.
2 Debt Burden Ratio (DBR) maksimum 50%
3 Informasi Debitur (iDEB) wajib dilakukan, dengan ketentuan sebagai berikut:
kewajiban pembayaran di bank lancar (hasil informasi debitur (iDEB) pada saat
pengajuan menunjukkan kolektibilitas 1 (satu) minimal 3 (tiga) bulan terakhir.
Sumber : Manual Book Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (2018).
44
4. Fitur Produk
Tabel 4.3
Fitur Produk Pembiayaan Usaha Mikro (PUM)
NO Fitur Keterangan
1 Tujuan Pembiayaan Untuk membiayai kebutuhan
produktif.
2 Limit Pembiayaan ≥ Rp1 juta s.d Rp200 juta
3 Jangka Waktu Maksimal 36 bulan untuk modal kerja, dan maksimal
60 bulan untuk investasi
4 Agunan Agunan Pembiayaan yang dapat diterima terdiri dari: Tanah &
Bangunan/Tanah Kosong/Kendaraan/Kios/Cash Collateral.
5 Penambahan Fasilitas -Seluruh pembiayaan existing mikro nasabah di BSM telah
(Top Up) berjalan minimal 12 bulan dengan status lancar dalam 12 bulan
berturut-turut.
-Kolektibilitas di lembaga keuangan lain dalam 6 bulan terakhir
memiliki status lancar.
6 Akad Pembiayaan Akad yang digunakan adalah murābahah dengan angsuran tetap
(flat) selama masa pembiayaan sesuai pada akad dan kontrak
Sumber : Manual Book Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (2018).
45
1) Calon nasabah mengisi lengkap formulir aplikasi pembiayaan warung mikro.
3) Micro Financing Staff (MFS) menerima aplikasi pembiayaan yang telah diisi
lengkap oleh calon nasabah dan memastikan bahwa aplikasi pembiayaan yang
4) Apabila aplikasi pembiayaan warung mikro telah diterima oleh selain dari warung
5) MFS melakukan input data nasabah atau customer Information File (CIF) sesuai
data dan dokumen nasabah yang diterima dari calon nasabah dan input fasilitas
pembiayaan.
6) MFS melakukan input skoring sesuai data dan dokumen yang diterima calon
1) Micro Financing Analys (MFA) melakukan verifikasi skoring dari MFS untuk
menyakini akurasi dan kebenarannya sesuai data dan dokumen yang disampaikan
calon nasabah.
2) Jika skoring telah diverifikasi akurasi dan kebenarannya maka MFA melakukan
kunjungan nasabah.
46
4) MFA meyakini bahwa bagi calon nasabah yang sedang mendapat fasilitas
pembiayaan di tempat lain atas objek pembiayaan yang akan dibiayai sudah dilunasi
5) MFA meyakini bahwa bagi nasabah yang memiliki usaha untuk tujuan produktif,
layak untuk dibiayai, berjalan dengan baik minimal 2 (dua) tahun, dan bukan
c. Persetujuan pembiayaan
2) Jika permohonan ditolak, maka Branch Manager meminta MFA agar membuat Surat
Penolakan Pembiayaan (SPP), MFA dapat menugaskan MFS untuk membuat SPP
calon nasabah.
47
1) Apabila surat penawaran pemberian pembiayaan (SP3) telah ditandatangani dan
diminta.
e. Pencairan Pembiayaan
1) Setelah akad pembiayaan (AP) ditandatangai oleh Branch Manager dan nasabah,
jaminan diarsipkan dengan rapi oleh Back Office (BO) untuk di simpan sesuai
f. Administrasi Pembiayaan
48
2) Pembayaran angsuran pembiayaan dilakukan dengan cara pendebetan otomatis
3) Pendebetan rekening tabungan dilakukan oleh cabang atas dasar Surat Kuasa dari
nasabah.
Gambar 4.1
Prosedur Pengajuan Pembiayaan Usaha Mikro
5.Pembayaran
Angsuran oleh
4.Pencairan nasabah
3. Akad
Pembiayaan
2.Verifikasi,
Appraisal dan
1.Permohonan Analisa
pengajuan dari
nasabah
perlu dilakukan agar pihak bank dapat mendeteksi lebih awal gejala-gejala yang mungkin
timbul setelah pembiayaan. Kegiatan pendampingan tersebut harus dilakukan oleh setiap
jajaran BSM yang terkait dalam bidang pembiayaan secara menyatu/terpadu sesuai tugas
berlakunya akad pembiayaan usaha mikro setiap nasabah, guna mempertahankan atau
49
meningkatkan kualitas nasabah pembiayaan secara individual dan portofolio, dengan
b. Memelihara kualitas dan kuantitas kunjungan ke tempat usaha nasabah agar dapat
c. Menjaga ketertiban penyampaian laporan-laporan dari nasabah dan upaya yang telah
keseluruhan.
Bank Syariah Mandiri Bintaro Sektor III biasanya melakukan pendampingan yang
dilakukan sedini mungkin, yaitu 1 bulan sekali. Misal dalam pemantauan 1 bulan dan di
50
Tujuan Bank Syariah Mandiri melakukan pendampingan yaitu:
a. Pengawalan dan pengamanan pembiayaan sebagai kekayaan yang harus dikelola dengan
akurasinya dapat menjadi informasi bagi setiap lini manajemen yang terlibat dalam
pembiayaan.
dilakukan sehingga mempunyai kualitas aktiva yang produktif dan mendukung menjadi
d. Pengumpulan informasi atas kondisi nasabah dan kualitas pembiayaan yang sebenarnya,
e. Tindak lanjut kondisi usaha dan kualitas pembiayaan nasabah. Bagi nasabah yang
kondisi usaha dan kualitas pembiayaannya baik, maka dapat diupayakan cara untuk
mendorong perkembangan usahanya. Sedangkan bagi nasabah yang kondisi usaha dan
sehingga terhindar dari pembiayaan bermasalah atau upaya lain untuk penagihan.
Pendampingan sangat penting dilakukan oleh pihak bank karena jika tidak
dilakukannya pemantauan terhadap usaha nasabah yang melakukan pembiayaan, maka akan
Problem). Pendampingan dilakukan bukan hanya melihat dari sisi kinerja usaha nasabah
51
namun juga melihat dari sisi ketepatan pembayaran angsuran nasabah sebelum jatuh tempo.
dalam usahanya (business probem), permasalahan hidup (life problem) atau masalah
Oleh karenanya, Bank Syariah Mandiri KC Bintaro Sektor III berkomitmen tetap
menjalankan pendampingan usaha kepada para UMK guna mendeteksi gejala-gejala yang
Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri KC Bintaro Sektor III. Peneliti
mengambil populasi nasabah Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) pada tahun 2016-2018
adalah 197 Nasabah (Sumber: Loan Number Bank Syariah Mandiri KCP Sektor III). Dari
populasi tersebut peneliti mengambil sampel sebanyak 46 responden yang memiliki usaha
dibahas berkaitan dengan latar belakang sosial ekonomi, meliputi gambaran struktur usia,
jenis kelamin, sektor usaha, plafon dan tenor pembiayaan, tujuan pembiayaan dan lama
berdirinya usaha.
3. Usia Nasabah
Berdasarkan hasil kuisioner penelitian, sebaran usia responden terbagi menjadi <40
tahun mencapai 41% persen dari total responden, berusia antara 41-50 tahun 32% dan yang
52
Diagram 4.1
Usia Nasabah
20
Jumlah Nasabah
15
10
0
Usia <40 Usia 41-50 Usia >50
Dalamexcel
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nasabah pelaku UMK merupakan
usaha mikro kecil jumlahnya hampir berimbang antara laki-laki dengan perempuan.
Diagram 4.2
Jenis Kelamin Nasabah
19
Laki-laki
27
Perempuan
53
2. Pendidikan Nasabah
mikro sangat beragam seperti yang digambarkan pada diagram 4.3 berikut ini :
Diagram 4.3
Pendidikan Nasabah
40%
Jumlah Nasabah
30%
20%
10%
0%
D3/S1 SD SLTA SLTP
Pendidikan Terakhir
Dari diagram ini dapat diketahui bahwa sebaran pendidikan nasabah UMK lulusan
SLTP yaitu sebanyak 15 orang, lainnya adalah lulusan Sekolah Dasar 8 Orang, SLTA 12
Penelitian ini difokuskan pada tiga cluster usaha yaitu cluster usaha kuliner, jasa
dan retail. Dari cluster-cluster tersebut memiliki ragam jenis usaha masing-masing, seperti
54
Tabel 4.4
Jenis Usaha Nasabah
Berdasarakan tabel 4.4 terlihat bahwa responden yang paling dominan adalah usaha
sembako dan warung nasi sebanyak 21%, kontrakan sebanyak 13% dan penjual pakaian &
55
sepatu sebanyak 10%, yang lainnya bergerak dalam banyak jenis usaha, diantaranya usaha
sangatlah cerah, karena didorong dengan sikap saling kreatif dalam menentukan segmen
Hasil penelitian yang dilakukan menggambarkan bahwa usaha yang dilakukan oleh
para pelaku UMK paling dominan sudah berjalan selama 2 – 10 tahun sebanyak 23
responden, dengan lama usaha antara 11-15 tahun ini para pelaku UMK sudah memiliki
paling lama adalah lebih dari 15 tahun yaitu sebanyak 10 responden, usaha ini biasanya
adalah usaha warisan dari orang tuanya dan diteruskan oleh anaknya. Lama usaha responden
Diagram 4.4
Lama Usaha Nasabah
5
4
3
2
1
0
2-10 11-15 >15
Lama Usaha
56
5. Tujuan Pembiayaan Nasabah
Dapat dilihat pada diagram 4.4 tujuan pembiayaan nasabah pembiayaan mikro di
Bank Syariah Mandiri ialah untuk modal kerja 31 orang nasabah (67%) dan tujuan investasi
Diagram 4.5
Tujuan Pembiayaan
Investasi
33%
Modal
Kerja
67%
Dapat dilihat pada diagram 4.5 plafon pembiayaan rata-rata nasabah adalah Rp11-
50 juta dengan jumlah 22 orang, dilanjutkan dengan pembiayaan plafon Rp50-100 juta
berjumlah 12 orang begitu juga dengan pembiayaan 101-200 juta berjumlah 12 orang.
Jangka waktu yang dibutuhkan untuk melunasi pembiayaan mikro di BSM rata-rata
nasabah mengambil jangka waktu 3-5 tahun, dapat dilihat pada diagram 4.6.
15
10
0
11-50 51-100 101-150 150-200
57
C. Hasil Analisis Data
1. Uji Normalitas
yaitu dengan membandingkan probabilitas (p) yang diperoleh dengan taraf signifikan (α) 0,05.
Apabila nilai p > α maka terdistribusi normal atau sebaliknya (Singgih, 2000: 212).
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov & Shapiro-Wilk)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Variabel Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Modal Sebelum .219 46 .000 .675 46 .000
Modal Setelah .187 46 .000 .841 46 .000
Omzet Sebelum .272 46 .000 .523 46 .000
Omzet Setelah .291 46 .000 .535 46 .000
Laba Sebelum .145 46 .017 .867 46 .000
Laba Setelah .197 46 .000 .830 46 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
Hasil uji normalitas masing-masing variable dengan program SPSS 17.0 diperoleh nilai
probalitas sebesar 0,000 di bawah 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi tidak
normal (p < 0,05). Secara rincian hasil uji normalitas dari masing masing variable dapat dilihat
pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak. Dalam penelitian ini
akan dilihat perubahan pada variabel yang diamati pada awal periode maupun pada akhir
58
periode. Adapun variabel-variabel yang diamati dan diuji adalah modal usaha, omzet
penjualan dan laba usaha mikro. Setelah uji pangkat tanda Wilcoxon dilakukan akan muncul
Tabel 4.6
Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Modal
Descriptive Statistics
minimum dan maksimum dari masing-masing kelompok data (modal awal dan modal akhir).
Tampak bahwa Mean atau rata-rata nilai modal akhir Rp144.021.739,- di mana lebih besar
Tabel 4.7
Wilcoxon Signed Rank Test Modal
Ranks
N
Modal Setelah - Negative Ranks 2a
Modal Sebelum Positive Ranks 44b
Ties 0c
Total 46
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.
59
Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan dalam rumus Wilcoxon Signed rank
Test, nilai-nilai yang di dapat adalah: nilai negatif ranks, positive ranks dan ties. Negatif ranks
artinya sampel dengan nilai modal akhir lebih rendah dari nilai kelompok modal awal yaitu
terdapat 2 pelaku usaha kecil yang modal akhir lebih kecil dari modal awal.Positive ranks adalah
sampel dengan nilai modal akhir lebih tinggi dari nilai modal awal yaitu sebanyak 44. Sedangkan
ties adalah nilai modal akhir sama besarnya dengan nilai modal awal yaitu sebanyak 0.
Tabel 4.8
Wilcoxon Signed Rank Test Output Modal
Test Statisticsb
Modal Setelah - Modal Sebelum
Z -5.804a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
didapat sebesar -5.804 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,000 di mana kurang dari
batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -5.804 < -1,96. Hal ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan antara modal awaldan modal akhir setelah mendapatkan pembiayaan
dari BSM.
60
b. Uji Wilcoxon Signed Rank Test pada Omzet Penjualan
Tabel 4.9
Wilcoxon Signed Rank Test Descriptive Output Omzet
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Omzet Sebelum 46 56190438.37 9.053E7 1200000 578786333
Omzet Setelah 46 72379293.48 1.232E8 4500000 599000000
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
Tabel deskriptive statistics di atas menunjukkan nilai mean, standart deviasi,
minimum dan maksimum dari masing-masing kelompok data (omset sebelum dan omset
sesudah). Tampak bahwa omset awal minimum sebesar Rp1.200.000,- dan maksimum
sebesar Rp578.000.000,- sedangkan nilai minimum omset akhir adalah Rp4.500.000,- dan
maksimal Rp599.000.000,- Nilai Mean atau rata-rata nilai omset akhir Rp72.000.000,- di
mana lebih besar dari pada nilai omset awal yaitu Rp56.000.000,-
Tabel 4.10
Wilcoxon Signed Rank Test Omzet
Ranks
N
Omzet Setelah - Omzet Negative Ranks 10a
Sebelum Positive Ranks 36b
Ties 0c
Total 46
a. Omzet Setelah < Omzet Sebelum
b. Omzet Setelah > Omzet Sebelum
c. Omzet Setelah = Omzet Sebelum
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan di dalam rumus Wilcoxon Signed
rank Test, nilai-nilai yang di dapat adalah: nilai negatif ranks, positive ranks dan ties.
61
Negatif ranks artinya sampel dengan nilai omset akhir lebih rendah dari nilai omset
awal setelah memperoleh pembiyaan dari BSM yaitu sebanyak 10 sampel. Positive ranks
adalah sampel dengan nilai omset akhir lebih tinggi dari nilai omset awal yaitu sebanyak 36
sample. Sedangkan ties adalah nilai modal akhir sama besarnya dengan nilai modal awal
Tabel 4.11
Wilcoxon Signed Rank Test Output Omzet
Test Statisticsb
Omzet Setelah - Omzet Sebelum
Z -2.792a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil kuisioner di olah dengan SPSS 17.0
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang
didapat sebesar -2,792 dengan p value (Asymp. Sig tailed) sebesar 0,005 di mana kurang dari
batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2,792 < -1,96. Hal ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan antara omset awal dan omset akhir setelah mendapatkan pembiayaan
dari BSM.
62
Tabel deskriptive statistics di atas menunjukkan nilai mean, standart deviasi,
minimum dan maksimum dari masing-masing kelompok data. Tampak bahwa keuntungan
Nilai Mean atau rata-rata nilai keuntungan akhir Rp17.514.000,- di mana lebih besar dari
pada nilai mean keuntungan awal yaitu Rp14.300.000,- Besarnya perbedaan ini bermakna
secara statistic, itulah yang akan dijawab oleh Uji Wilcoxon Signed Rank Test.
Tabel 4.13
Wilcoxon Signed Rank Test Ranks Laba/Keuntungan
Ranks
N
Laba Setelah - Negative Ranks 11a
Laba Sebelum Positive Ranks 35b
Ties 0c
Total 46
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan di dalam rumus Wilcoxon Signed rank
Test, nilai-nilai yang di dapat adalah: nilai negatif ranks, positive ranks dan ties. Negatif ranks
artinya sampel dengan nilai keuntungan akhir lebih kecil dari nilai keuntungan awal yaitu
sebanyak 11 sampel. Positive ranks adalah sampel dengan nilai keuntungan akhir lebih tinggi
dari nilai keuntungan awal yaitu sebanyak 35. Sedangkan ties adalah nilai keuntungan akhir sama
63
Tabel 4.14
Wilcoxon Signed Rank Test Ranks Keuntungan
Test Statisticsb
Laba Setelah - Laba Sebelum
Z -2.606a
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil kuisioner di olah dengan SPSS 17.0
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang
didapat sebesar -2.606 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,009 di mana kurang
dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2.606 < -1,96. Hal ini berarti terdapat
. Tabel 4.15
Wilcoxon Signed Rank Test Ranks Tenaga Kerja
Ranks
N
Tenaga Kerja Setelah - Negative Ranks 5a
Tenaga Kerja Sebelum Positive Ranks 16b
Ties 25c
Total 46
a. Tenaga Kerja Setelah < Tenaga Kerja Sebelum
b. Tenaga Kerja Setelah > Tenaga Kerja Sebelum
c. Tenaga Kerja Setelah = Tenaga Kerja Sebelum
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
64
Berdasarkan metode perhitungan yang dilakukan di dalam rumus Wilcoxon Signed rank
Test, nilai-nilai yang di dapat adalah: nilai negatif ranks, positive ranks dan ties. Negatif ranks
artinya jumlah tenaga kerja menurun dari jumlah awal, yaitu sebanyak 5 sample. Positive ranks
menunjukan terdapat 16 sampel dengan jumlah tenga kerja lebih banyak dibandingkan dengan
tenaga kerja sebelumnya. Sedangkan ties adalah jumlah tenaga kerja dari awal sebelum
mendapat pembiayaan sampai setelah mendapatkan pembiayaan jumlahnya tetap sama sebanyak
25 orang. Mean Rank adalah peringkat rata-ratanya, mean positive rank sebesar 11,94 serta mean
negative rank sebesar 8,00 dan sum of ranks adalah jumlah dari peringkatnya, yang mana sum
of rank positive sebesar 191 dan sum of rank negative sebesar 40.
Tabel 4.16
Wilcoxon Signed Rank Test Ranks Tenaga Kerja
Test Statisticsb
Tenaga Kerja Setelah -
Tenaga Kerja Sebelum
Z -2.745a
Asymp. Sig. (2-tailed) .006
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Hasil kuisioner diolah dengan SPSS 17.0
Berdasarkan hasil dari perhitungan Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang
didapat sebesar -2.745 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,006 di mana kurang
dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2745 < -1,96. Hal ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan antara jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah mendapakan
fasilitas pembiayaan.
65
D. Analisa dan Pembahasan
barang dan jasa sangat tergantung pada modal usaha yang dimiliki oleh para pelaku usaha mikro
dan kecil, karena hal ini yang menjadi alasan bagi para pelaku UMK terhadap perkembangan
oleh Bank Syariah Mandiri mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan para
pelaku UMK. Pelaku UMK memulai usahanya dengan modal Rp2.000.000,- akan tetapi,
terdapat pelaku usaha sebelum dibiayai oleh Bank Syariah Mandiri modal yang dimiliki sudah
cukup besar yaitu sebesar Rp500.000.000,-. Setelah memperoleh pembiyaan dari Bank Syariah
Mandiri modal yang dimiliki pemilik UMK semakin meningkat, nilai terendah sebesar
Rp20.000.000,- dan yang tertinggi sebesar Rp550 Juta (Sesuai hasil analisa data SPSS 17.0).
Jumlah pelaku UMK yang mengalami peningkatan modal usaha setelah memperoleh
pembiayaan dari BSM juga signifikan, yaitu sebanyak 44 pelaku usaha dari jumlah total 46
pelaku usaha yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil wawancara dengan pelaku UMK
bahwa mereka menjelaskan semakin besar nilai pembiayaan yang diberikan oleh Bank maka
akan semakin meningkatan modal usaha. Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri
sebagian besar digunakan untuk memperbaiki kios dan membeli peralatan usaha. Selain itu
digunakan juga untuk membeli bahan dagangan guna memenuhi stok barang dagangan.
pembiayaan dari Bank Syariah mandiri menyebutkan bahwa uang pembiayaan dari Bank tidak
66
semua dijadikan untuk modal usaha tetapi untuk keperluan konsumtif. Hal ini dikarenakan
Omzet penjualan adalah jumlah total hasil produksi yang dapat dijual dalam sekali
bakulan/ penjualan yang dihasilkan oleh pengusaha UMK. Omset penjualan para pelaku
UMK sangat bervariasi, mulai dari yang mempunyai omset penjualan sebesar Rp1.200.000,-
Jumlah pelaku UMK yang mengalami peningkatan omset usaha setelah memperoleh
pembiayaan dari BSM juga signifikan, yaitu sebanyak 36 pelaku usaha dari jumlah total 46
pelaku usaha yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Selain itu terdapat 10 pelaku usaha
yang mengalami penurunan omset penjualan dikarenakan permintaan barang yang semakin
Hasil wawancara dengan pelaku UMK bahwa mereka mengatakan semakin besar
nilai pembiayaan yang diberikan oleh BSM maka akan semakin meningkatan omset usaha.
Bertambahnya modal usaha menaikan jumlah produksi dan penjualan, sehingga omzet
semakin meningkat. Selain itu pembiayaan dari Bank Syariah mandiri banyak digunakan
para UMK untuk pembelian peralatan usaha yang lebih modern, renovasi kios/ kontrakan
sehingga tempat usaha lebih baik dari sebelumnya, yang membuat bertambahnya pelanggan.
Naik turunnya omset penjualan UMK ini dipengaruhi oleh banyak faktor menurut
67
barang bahkan makanan semua dipesan online, sedangkan nasabah mikro BSM masih
Permasalahan selanjutnya yaitu semakin tingginya harga bahan baku tetapi tidak di
imbangi oleh kenaikan harga jual barang. Tidak hanya persoalan bisnis tetapi juga masalah
keluarga yang membuat omzet menurun. Para pelaku UMK masih banyak yang
mencampurkan uang pribadi dengan uang usaha sehingga saat ada keperluan mendesak
seperti berobat, pendidikan anak, semua memakai uang untuk modal berdagang, keuangan
menjadi tidak seimbang, produksi dan penjualan menurun sehingga omzet menurun. Hal ini
terjadi karena tingkat pendidikan yang rendah dan pengetahuan tentang manajemen usaha
Keuntungan usaha adalah jumlah keuntungan perbulan yang diperoleh usaha kecil
yang merupakan pengurangan total cost (TC) terhadap total revenue (TR) atau π = TR –TC).
bagi berjalannya pelaku UMK, dari 46 sampel dalam penelitian ini 76% pelaku usaha
mengalami peningkatan keuntungan. Namun terdapat juga 34% persen pelaku UMK yang
karena beberapa faktor, nasabah menyebutkan ketatnya persaingan bisnis yang membuat
pelaku UMK menurunkan harga jual padahal cost/biaya-biaya produksi semakin meningkat,
hal ini yang membuat laba usaha menurun. Selanjutnya masih dalam permasalahan yang
sama pelaku UMK mencampurkan keuangan bisnis dengan keuangan pribadi sehingga
68
keuangan usaha menjadi tidak stabil. Keuntungan penjualan UMK sebenarnya sangat
menggiurkan jika dikelola dengan baik dan benar, uang masuk dan uang keluar tercatat
berpengaruh terhadap perubahan jumlah tenaga kerja. Namun pengaruhnya tidak begitu besar
yaitu hanya 34%. Jumlah tenaga kerja yang menurun dari jumlah awal yaitu 10%. Sedangkan
jumlah tenaga kerja dari awal sebelum mendapat pembiayaan sampai setelah mendapatkan
menyebutkan bahwa fasilitas pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri membuat usahanya
berkembang sehingga nasabah berani untuk membuka cabang baru dan menambah jumlah
karyawannya. Selanjutnya untuk pelaku usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sama dari
awal sampai akhir menyebutkan bahwa, lebih baik menambah barang dagangan/
memperluas tempat usaha dari pada merekrut tenaga kerja baru yang akan menambah biaya,
bahkan banyak diantara pelaku UMK mengelola usahanya sendiri (suami-istri) dan tidak
diakibatkan usaha yang dijalankan mengalami penurunan dan 2 diantaranya sudah menutup
usahanya.
69
E. Analisa Dampak Pembiayaan Mikro Terhadap Kinerja Usaha Setiap Cluster
1. Modal Usaha
setiap cluster usaha, baik itu cluster jasa, kuliner maupun retail. Namun pada cluster kuliner
terdapat perubahan yang menurun antara modal usaha sebelum dan setelah diberikan
pembiayaan. Berikut ini tabel penjelasan mengenai perubahan modal usaha untuk setiap
cluster:
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Modal sebelum 15 10000000 500000000
Modal setelah 15 25000000 550000000
Test Statisticsb
N
Modal setelah – Modal
Negative Ranks 0a
sebelum
Positive Ranks 15b
Z -3.412a
Ties 0c
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
Total 15
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan modal usaha 15 nasabah UMK
cluster jasa mengalami peningkatan, modal diawal hanya Rp10.000.000,- setelah diberikan
modal usaha oleh BSM naik menjadi Rp25.000.000,- dengan nilai Z yang didapat sebesar
70
-3.412 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,001 di mana kurang dari batas kritis
Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah modal usaha cluster jasa antara sebelum
produk usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan modal usaha cluster jasa.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Modal sebelum 18 4500000 38400000
Modal setelah 18 1850000 60000000
N Test Statisticsb
Negative Ranks 2a Modal setelah – Modal sebelum
b
Positive Ranks 16 Z -3.558a
Ties 0c Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Total 18 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan modal usaha dari 18 nasabah
UMK Cluster Kuliner 16 nasabah mengalami kenaikan dalam modal usahanya. Namun, 2
nasabah mengalami penurunan dalam modal usahanya. Kemudian dari uji Wilcoxon signed
rank test didapatkan nilai Z yang sebesar -3,558 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar
0,000 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -3,558 < -1,96.
Hal ini berarti terdapat perbedaan antara jumlah modal usaha cluster kuliner antara
71
pembiayaan produk usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan modal usaha cluster
kuliner.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Modal sebelum 13 2000000 250000000
Modal setelah 13 25000000 470000000
N Test Statisticsb
Negative Ranks 0a Modal setelah – Modal sebelum
b
Positive Ranks 13 Z -3.184a
c
Ties 0 Asymp. Sig. (2- .001
Total 13 tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan modal usaha dari 13 nasabah
UMK cluster retail mengalami peningkatan. Dari uji wilcoxon didapatkan nilai Z sebesar -
3,184 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,001 di mana kurang dari batas kritis
Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah modal usaha cluster retail antara sebelum
produk usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan modal usaha cluster retail.
72
2. Omzet
omzet setiap cluster usaha, baik itu cluster jasa, kuliner maupun retail. Namun pada setiap
cluster usaha terdapat perubahan yang menurun antara omzet usaha sebelum dan setelah
diberikan pembiayaan. Didapati 1 nasabah cluster jasa, 8 nasabah cluster kuliner dan 1
nasabah cluster retail mengalami penurunan omzet usaha. Berikut ini tabel penjelasan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Omzet Sebelum 15 4350000 176814416
Omzet Sesudah 15 5000000 195000000
N Test Statisticsb
Negative Ranks 1a Omzet setelah - Omzet sebelum
Positive Ranks 14b Z -2.983a
Ties 0c Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Total 15 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan omzet usaha dari 15 nasabah
UMK cluster jasa 14 nasabah mengalami peningkatan omzet namun 1 nasabah mengalami
penurunan omzet terlihat dari nilai negative ranks berjumlah 1. Dari hasil uji wilcoxon
didapatkan nilai Z sebesar -2,983 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,003 di
mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2,983 < -1,96.
73
Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah omzet cluster jasa antara sebelum dan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Omzet Sebelum 18 10500000 192000000
Omzet Sesudah 18 5000000 198000000
N Test Statisticsb
Negative Ranks 8a Omzet setelah- Omzet sebelum
Positive Ranks 10b Z .000a
Ties 0c Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Total 18 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan omzet usaha dari 18 nasabah
UMK cluster kuliner 10 nasabah mengalami peningkatan omzet usaha, namun terdapat 8
nasabah mengalami penurunan omzet terlihat dari nilai negative ranks berjumlah 8. Dari uji
wilcoxon signed test didapatkan nilai p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 1.000 di mana
Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan jumlah omzet cluster retail antara sebelum
produk usaha mikro tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan maupun
74
c. Omzet Cluster Retail
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Omzet Sebelum 13 1200000 578786333
Omzet Sesudah 13 4500000 599000000
N Test Statisticsb
Negative Ranks 1a Modal setelah – Modal sebelum
Positive Ranks 12b Z -2.517a
Ties 0c Asymp. Sig. (2-tailed) .012
Total 13 a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan omzet usaha dari 13 nasabah
UMK cluster retail, 12 nasabah mengalami peningkatan omzet usaha namun 1 nasabah
mengalami penurunan omzet terlihat dari nilai negative ranks berjumlah . Dari hasil uji
wilcoxon didapati nilai Z yang sebesar -2,517 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar
0,012 di mana lebih kecil dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2,517 < -
1,96.
Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah omzet cluster retail antara sebelum dan
3. Laba Usaha
laba usaha untuk setiap cluster, baik itu cluster jasa, kuliner maupun retail. Namun pada
75
setiap cluster usaha terdapat perubahan yang menurun antara laba usaha sebelum dan setelah
diberikan pembiayaan. Didapati 1 nasabah cluster jasa, 8 nasabah cluster kuliner dan 2
nasabah cluster retail mengalami penurunan laba usaha. Berikut ini tabel penjelasan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Laba Sebelum 15 2700000 53000000
Laba Sesudah 15 3600000 67825000
N Test Statisticsb
Negative Ranks 1a Laba setelah – Laba sebelum
b
Positive Ranks 14
Z -2.953a
c
Ties 0
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Total 15
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan laba usaha dari 15 nasabah UMK
cluster retail, 14 nasabah mengalami peningkatan dalam laba usahanya namun 1 nasabah
mengalami penurunan laba usaha terlihat dari nilai negative ranks berjumlah 1.Dari uji
wilcoxon didapati nilai Z sebesar -2,953 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,003
di mana lebih kecil dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z hitungnya -2,953 < -1,96.
Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah laba usaha cluster jasa antara sebelum dan
76
b. Laba Usaha Cluster Kuliner
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Laba Sebelum 18 4500000 38400000
Laba Sesudah 18 1850000 60000000
N Test Statisticsb
Negative Ranks 8a Laba setelah – Laba sebelum
b
Positive Ranks 10
Z -1.31
c
Ties 0
Asymp. Sig. (2-tailed) .896
Total 18
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan laba usaha dari 18 nasabah UMK
cluster kuliner, 10 nasabah mengalami peningkatan namun 8 nasabah mengalami penurunan laba
usaha terlihat dari nilai negative ranks berjumlah 8. Dari hasil uji wilcoxon didapati nilai p value
(Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,896 di mana lebih besar dari batas kritis penelitian 0,05.
Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan jumlah laba usaha cluster kuliner antara sebelum
dan sesudah mendapakan fasilitas pembiayaan. Dapat disimpulkan bahwa pembiayaan produk
usaha mikro tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan maupun penurunan laba
b. Descriptive Statistics
N Minimum Maximum
Laba Sebelum 13 800000 30878634
Laba Sesudah 13 1207500 34200000
77
N Test Statisticsb
Negative Ranks 2a Laba setelah – Laba sebelum
b
Positive Ranks 11
Z -2.062a
c
Ties 0
Asymp. Sig. (2-tailed) .039
Total 13
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Dari data descriptive statistics di atas menunjukan laba usaha dari 13 nasabah UMK
cluster retail, 12 nasabah mengalami peningkatan dalam laba usahanya namun 2 nasabah
diantaranya mengalami penurunan laba usaha dilihat dari negative ranks sebesar 2. Dari hasil
uji wilcoxon didapati nilai Z yang didapat sebesar -2.062 dengan p value (Asymp. Sig 2
tailed) sebesar 0,039 di mana lebih besar dari batas kritis penelitian 0,05 dan nilai Z
Hal ini berarti terdapat perbedaan jumlah laba usaha cluster retail antara sebelum
produk usaha mikro berpengaruh terhadap peningkatan laba usaha cluster retail.
4. Tenaga Kerja
terhadap cluster usaha jasa sebanyak 7 orang, cluster kuliner 5 orang dan 4 orang pada
cluster retail. Berikut hasil olah data melalui uji wilcoxon sign rank test :
78
Diagram
Jumlah Tenaga Kerja Setiap Cluster
10 9
8 8
Jumlah Nasabah
8 7
6 5 5
4
4
2
0 0
0
Cluster Jasa ClusterKuliner Cluster Retail
Jumlah peningkatan tenaga kerja setiap cluster sebanyak 16 nasabah, sedangkan 5 nasabah
mengalami penurunan jumlah tenaga kerja dan 25 nasabah memiliki jumlah karyawan yang sama
Berdasarkan hasil kuisioner laporan keuangan sederhana yang telah diisi oleh nasabah
UMK setiap cluster hasilnya sangat beragam. Sesuai dengan diagram dibawah ini :
Diagram 4.8
Presentase kinerja usaha pada setiap cluster
250%
Presentase perubahan
200%
150%
100%
50%
0%
Modal Omzet Laba Tenaga Kerja
Jasa 86% 23% 30% 0%
Kuliner 200% 1% 11% 4%
Retail 234% 64% 54% 1%
79
Dampak fasilitas pembiayaan mikro terhadap kinerja usaha setiap cluster hasilnya
Perubahan modal rata-rata setiap pelaku usaha sebesar 86%, rata-rata perubahan
omzet sebesar 23% dan 0% untuk rata-rata pertumbuhan tenaga keja. Hasil wawancara
dengan pelaku usaha cluster jasa menyebutkan dampak fasilitas pembiayaan dari Bank
Syariah Mandiri cukup membantu dalam penambahan modal juga omzet dan
keuntungan. Namun pengusaha cluster jasa ini tidak membutuhkan tambahan tenaga
Bank Syariah Mandiri sebesar Rp170.000.000,- yang akan digunakan untuk membangun
beberapa pintu kontrakan baru. Penambahan kontrakan ini tentu menaikan jumlah
pendapatan beliau setiap bulan, namun penambahan kontrakan ini tidak membuat Bapak
M menambah jumlah karyawan, Beliau bahkan menjadi pemilik sekaligus pegawai yang
Perubahan modal rata-rata setiap pelaku usaha sebesar 200%, namun perubahan
modal ini tidak membuat rata-rata omzet dan laba usaha naik secara signifikan.
Perubahan omzet setelah diberi pembiayaan rata-rata 1% saja. Kemudian perubahan laba
usaha rata-rata adalah 11% dan pertumbuhan tenaga kerja sebesar 4%.
80
Hasil wawancara dengan pelaku usaha cluster kuliner menyebutkan dampak
fasilitas pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri cukup membantu dalam penambahan
modal usaha namun pengelolaan modal yang dilakukan pelaku UMK belum begitu
maksimal. Misalnya Bapak AS, mengajukan pembiayaan untuk menambah modal usaha
ayam fried chicken. Ditengah perjalanan pendapatannya semakin hari semakin menurun,
alasannya karena harga bahan pokok yang semakin naik, serta mulai banyaknya pesaing
yang membuat Bapak AS lebih memilih menutup usahanya dari pada mendapat kerugian
Namun ada beberapa nasabah yang dapat mengelola modal usaha yang
diberikan Bank Syariah Mandiri dengan baik, membuat usahanya semakin berkembang.
usaha dari Bank Syariah Mandiri digunakan untuk sewa kios baru dan juga membeli
peralatan dagang. Pembukaan cabang baru ini membuat omzet dan laba yang didapat
semakin meningkat. Selain itu Bapak AT juga menambahkan beberapa karyawan buntuk
cabang barunya.
perubahan omzet sebesar 64% dan 54% untuk rata-rata pertumbuhan laba. Hasil
pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri cukup membantu dalam penambahan modal,
81
Misalnya Ibu M yang mengajukan pembiayaan mikro kepada Bank Syariah
Mandiri untuk modal usaha aksesoris dan jilbab yang dijual di pasar malam. Setelah
jualan di salah satu mall yang akhirnya meningkatkan penjualannya. Saat ini Ibu M
menambah jenis usahanya yaitu menjual es bubble dan mie ayam di sekitar kampus.
online. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki Ibu M bertambah, omzet dan keuntungan juga
bertambah. Ibu M adalah salah satu nasabah yang telah merasakan dampak pertumbuhan
usaha karena fasilitas pembiayaan dari Bank Syariah Mandiri terbukti dari usahanya
yang terus mengalami peningkatan. Sampai saat ini Ibu M telah mengajukan tiga kali
(collectability problem).
Salah satu tujuan pendampingan nasabah selain peningkatan kinerja usaha juga
peningkatan nilai spritualnya. Salah satu indikator untuk menilai peningkatan spiritual
Diagram 4.9
Collectability Problem
20% 17%
15%
10%
10% 8%
5%
0%
Business Problem Life Problem Commitment
Problem
82
Dari hasil pengamatan 83% nasabah lancar dalam membayar angsuran. Akan tetapi
17% atau 9 nasabah mengalami masalah dalam pembayarannya. Dari 9 nasabah, didapatkan
33% mengalami masalah dalam usahanya (business problem), 23% nasabah medapatkan
masalah hidup (life problem) yang mempengaruhi keuangan usahanya, dan 45% diantaranya
Hasil wawancara pada tanggal 03 Juni 2019 dengan salah satu nasabah UMK yang
bernama Bapak S, pengusaha ikan bandeng tanpa duri menyebutkan bahwa telat membayar
angsuran bukan karena disengaja tetapi memang karena kondisi usaha sedang tidak baik
(business problem).
“Usaha ikan bandeng tanpa duri didirikan pada tahun 2013. Pada saat itu usaha saya
ramai karena menjadi supplier ikan bandeng tanpa duri untuk Rumah Makan Warung Talaga.
Namun sudah hampir satu tahun ini, kerjasama dengan rumah makan tersebut diberhentikan
dengan alasan rumah makan telah mendapatkan supplier yang jauh lebih murah”. Dengan
adanya permasalahan bisnis dalam usaha Bapak S, saat ini status pembiayaan di BSM
Selanjutnya nasabah yang tidak dapat membayar angsuran tepat waktu karena
masalah hidup. Salah satu hasil wawancara pada tanggal 03 Juni 2019 dengan Ibu H
pengusaha jasa service tv yang saat ini pembayarannya tidak lancar menyebutkan bahwa
telat membayar angsuran bukan karena disengaja tetapi memang karena kondisi keuangan
“Biasanya saya selalu lancar membayar angsuran kepada pihak BSM namun sudah
hampir enam bulan ini pembayaran kurang lancar karena saya terkena musibah harus operasi
83
hemoroid tanpa BPJS, dan anak bungsu saya mulai masuk SMA, jadi keuangan keluarga
Disisi lain terdapat 45% nasabah yang selalu menunda-nunda pembayaran kepada
bank padahal sedang tidak mengalami penurunan pendapatan usaha dan juga permasalahan
hidup yang mengganggu keuangannya. Pelaku usaha ini menunggu ditagih dan diingatkan
Misalnya Ibu M penjual ayam bakar, omzet dan laba selalu mengalami peningkatan
namun setiap bulan selalu masuk kedalam daftar nama yang lambat dalam membayar
angsuran.
Hasil wawancara dengan Ibu M pada tanggal 09 Juni 2019 menyebutkan bahwa
telat membayar angsuran disengaja karena uang pembayaran angsuran digunakan untuk
keperluan lain.
“Saya mengerti wajibnya membayar hutang, saya tidak berniat untuk tidak
membayar angsuran kepada pihak BSM, hanya saja saya menunggu sampai batas jatuh
tempo, sampai pihak bank menagih melalui telpon baru saya membayar karena selama belum
ditagih saya dapat memutar uang saya miliki untuk perluan dagang”
Ibu M merasa tidak bersalah saat menunda pembayaran sampai pihak bank
Kemudian terdapat nasabah lain yang selalu menunda pembayaran karena masalah
komitmen, yaitu Ibu P. Ibu P memiliki usaha warung nasi yang sangat ramai pengunjungnya,
omzet dan laba usaha selalu mengalami peningkatan. Ibu P pun tidak memiliki masalah
84
hidup yang mengganggu keuangan usahanya, namun pembayaran angsuran kepada BSM
“Biasanya setiap jatuh tempo, pegawai BSM menelepon saya berkali-kali namun
tidak saya angkat, saya sengaja menunggu pegawai BSM datang menagih pembayaran
kepada saya, karena saya tidak ada waktu untuk menyetor ke bank”
Nasabah ini memiliki karakter yang kurang baik, padahal pergi sebentar ke bank
Selanjutnya hasil wawancara pada tanggal 14 Juni dengan Ibu R pengusaha sembako
dan sayur, menyebutkan bahwa menunda pembayaran angsuran BSM ialah disengaja.
“Saya memiliki beberapa pinjaman, ada di bank syariah dan juga ada pinjaman di
leasing, biasanya saya mendahulukan pembayaran di leasing karena jika telat membayar,
dendanya sangat besar, dan cara penagihannya kasar jadi pembayarannya saya segerakan.
Tetapi jika saya terlambat membayar kepada pihak BSM dendanya kecil dan penagihannya
biasanya hanya melalui chat dan telpon, kalau saya masih berlama-lama dalam membayar
Ibu R merasa tidak bersalah ketika menunda pembayaran kepada pihak bank BSM.
Solusi yang dilakukan Bank Syariah Mandiri adalah melakukan perhatian khusus dengan
cara melakukan pendekatan spiritual kepada nasabah tersebut secara berkala. Hal yang dapat
85
1. Hukum menunda pembayaran angsuran
Terdapat beberapa nasabah ketika mampu untuk membayar angsuran kepada bank
namun tidak segera membayarkan dengan berbagai alasan bahkan sibuk untuk membeli
pada waktu yang telah disepakati atau bahkan sebelum jatuh tempo. Segala usaha harus
dikerahkan supaya bisa melunasi utang tepat waktu, kalau perlu menjual barang-barang
Apabila seseorang yang berhutang telah mampu membayar utang dan tidak
memiliki udzur yang dibenarkan oleh agama setelah orang yang memberikan utang
belum mampu membayarnya atau ia telah mampu membayarnya namun masih berhalangan
untuk membayarnya, misal uang yang ia miliki belum berada ditangannya atau alasan-alasan
86
“Orang yang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
Dapat disimpulkan bahwa nasabah wajib membayar angsuran tepat waktu apabila
tidak memiliki masalah dalam bisnisnya (busniness promlem) dan masalah hidup yang
problem, Bank Syariah Mandiri perlu melakukan pendekatan spiritual kepada nasabah-
dilarang dan merupakan suatu dosa besar karena telah berbuat dzalim.
Evaluasi ini merupakan hasil rangkuman penulis, yang bersumber dari data primer
dan data sekunder. Data primer berasal dari hasil wawancara peneliti dengan para stake
holder dalam hal ini adalah pihak BSM dan nasabah penerima fasilitas pembiayaan PUM.
Data sekunder didapatkan dari data yang telah diolah dari berbagai sumber, diantaranya
adalah laporan keuangan bank, Undang-Undang Dasar (UUD), Peraturan Bank Indonesia
dan keluhan nasabah, analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Treat) produk
PUM serta strategi yang dapat dilakukan BSM untuk mengembangkan produk PUM. Berikut
87
Dalam proses penilaian dan pemberian pembiayaan, pihak Warung Mikro BSM
tidak perlu menutup kegiatan usahannya. Selain itu pihak BSM menjaga hubungan baik
Bank Syariah. Meskipun mayoritas nasabah tidak mengetahui perbedaan mendasar dan spesifik
antara bank syariah satu dengan bank syariah lainnya, nasabah merasa aman atau tenang karena
melalui keterbukaan informai. Dalam proses akad dan kontrak, pihak BSM membacakan
satu persatu ketentuan yang tertera disurat penanda – tanganan kontrak dan ayat – ayat
al-qur’an terkait. Selain itu BSM juga menjelaskan biaya yang mungkin timbul
dikemudian hari bila terdapat pelunasan dari waktu yang disepakati. Nilai positif yang
diterima ialah nasabah mengetahui biaya – biaya yang dikeluarkan digunakan secara
transparan.
88
dana penjaman pada kegiatan usaha. Tanggapan dari pihak bank syariah ialah uang
membayar angsuran lebih dari batas jatuh tempo, maka uang blokir ini didebet untuk
penggantinya. Hal ini baik untuk nasabah karena menjaga status nasabah agar tetap
Indonesia.
dari nilai agunan ialah memberatkan. Nasabah yang memiliki jaminan Sertifikat Hak
Milik (SHM) memiliki ketentuan atas nama calon nasabah sendiri, pasangan istri/suami,
anak atau orang tua. Jaminan atas nama kakak/ adik dan mertua tidak diperbolehkan.
Selanjutnya agunan dengan status Akta Jual Beli (AJB) maksimal plafon yang
didapatkan sebesar Rp50 juta. Persyaratan agunan yang ditetapkan cukup mempersulit
pelaku usaha UMK dalam menerima pembiayaan secara utuh yang telah disesuaikan
sebesar 1% dari jumlah plafon, namun bila digabungkan dengan biaya transaksi lainnya
nasabah perlu mengeluarkan biaya lebih besar 5% total nilai plafonyan diajukan.
89
Contoh biaya transaksi nasabah
Tabel 4.17
Rincian Biaya Transaksi
NO Transaksi Nominal
1 Administrasi 1% Rp1.000.000,-
4 Materai Rp72.000,-
Total Rp5.642.000,-
Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Irsyadi, Micro Banking Manager, 20 Juli 2019.
Dari perhitungan tabel di atas dapat diketahui bahwa biaya transaksi yang
dikeluaarkan oleh Bapak Rosyid untuk memperoleh dana produk usaha mikro sebesar
Rp100.000.000,- adalah Rp5.642.000,- Ini berarti modal usaha Bapak Rosyid terkurang
90
3. Analisa SWOT Produk PUM
a. Strength (Kekuatan)
Saat ini posisi aset Bank Syariah Mandiri berada di posisi pertama diantara bank
syariah lainnya. Berikut ini posisi Bank Umum Syariah di Indonesia dilihat dari segi
aset:
Tabel 4.18
Jumlah Aset Bank Syariah di Indonesia
Besarnya aset yang dimiliki BSM memberikan peluang lebih besar untuk
2) Nilai NPF Pembiayaan Usaha Mikro BSM KCP Bintaro Sektor III relatif kecil yaitu
Hasil wawancara pada tanggal 21 Juli 2019 dengan Bapak Irsyadi selaku Micro
Banking Manager, didapati nilai NPF Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) BSM KCP
Sektor III sebesar 0,53% di awal tahun 2019, nilai NPF ini lebih kecil dibandingkan
produk lain seperti produk Pembiayaan Serbaguna Mikro (PSM) yang diperuntukan
91
untuk para pegawai berpenghasilan tetap. Nilai NPF produk PSM sebesar 3,91% di awal
tahun 2019.
Diagram 4.10
Nilai NPF BSM KC Bintaro Sektor III
6
5
Nilai NPF
4
3
2
1
0
2016 2017 2018 2019
Tahun
PUM PSM
Dapat disimpulkan bahwa nilai NPF dariproduk PUM setiap tahunnya selalu
mengalami penurunan dimulai dari 1,48% di tahun 2016, naik menjadi 5,19% di tahun
2017, turun menjadi 2,39% di tahun 2018 dan menjadi 0,53% di awal tahun 2019.
Dimulai dari 2,72% di tahun 2016, turun menjadi 1,49% di tahun 2017, naik menjadi
Hal ini menunjukan bahwa nasabah pembiayaan UMK lebih patuh terhadap
mendapatkan pendampingan yang konsisten dari tim pembiayaan mikro. Namun nilai
NPF ini juga menjadi masukan untuk BSM KC Bintaro Sektor III agar lebih
92
Dalam menjaga nilai NPF, pihak BSM menggunakan strategi
moril pada nasabah dalam menjaga usahanya. Strategi tersebut dipercaya akan
Strategi promosi pembiayaan usaha mikro sampai saat ini masih menggunakan
system offline. Dengan mendatangi langsung calon nasabah oleh pihak marketing (door
mengetahui calon nasabah dan kegiatan yang dijalankan, sebagai pelayanan awal yang
diberikan oleh pihak bank. Contohnya adalah kegiatan penyebaran brosur di pasar
a. Weakness (Kelemahan)
tahunnya. Di tahun 2018, kinerja pembiayan mencapai Rp39,96 triliun, tumbuh sebesar
Rp5,36 triliun dibandingkan kinerja pembiayaan pada tahun 2017 sebesar Rp34,59
triliun. Namun, secara komposisi pembiayaan retail banking ini masih didominasi oleh
produk consumer banking sebesar 60,8%, dilanjutkan oleh business banking sebesar
93
Tabel 4.18
Produktivitas Retail Banking
wajib menyalurkan pembiayaan kepada segmen UMK minimal 20% dari total
pembiayaan.
penyaluran kurang dari 20% bukan karena kesengajaan ingin melanggar Peraturan Bank
Indonesia, namun pangsa pasar pembiayaan mikro yang masih kurang. Dapat dilihat dari
pertumbuhan yang begitu signifikan, secara nasional hanya tumbuh 1,85% dari tahun
tahun 208.
Hal ini terjadi karena persaingan pada segmen mikro lebih ketat. Banyak
pengusaha mikro kecil lebih memilih pembiayaan kepada Bank Plat Merah (BUMN)
karena bunga yang kecil dan produk yang ditawarkan tanpa mensyaratkan jaminan.
94
Tentunya hal ini mempersulit Tim Pembiayaan Mikro Bank Syariah Mandiri untuk
Peran BSM melalui Pembiayaan Usaha Mikro (PUM) masih terbatas sebagai
alternative sumber bantuan modal berupa uang. Pasca penyaluran dana pembiayaan
BSM tidak banyak terlibat dalam teknis kegiatan usaha nasabah. Pendekatan kepada
dalam pembayaran angsuran, tim pembiayaan mikro BSM baru melakukan OTS
(kunjungan langsung) untuk melihat kendala yang sedang dialami oleh UMK, namun
untuk pemberian solusi secara teknis masih belum maksimal dirasakan kehadirannya
oleh nasabah.
pembiayaan tidak bisa dipenuhi oleh seluruh pelaku usaha UMK. Pembiayaan usaha
mikro hanya diperuntukan bagi UMK yang memiliki aset seperti (Surat Hak milik
(SHM) Tanah, Akta Jual Beli (AJB), BPKB Kendaraan). Kenyataan di lapangan tidak
semua pelaku UMK memiliki aset tersebut. Sehingga pesaing terberat BSM adalah Bank
BUMN yang memberikan fasilitas pinjaman KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang tidak
mensyaratkan adanya aset untuk dijadikan jaminan, seperti KUR Bank BRI dan KUR
Bank Mandiri.
95
Dalam satu lini produk pembiayaan usaha mikro, BSM menyediakan produk
yang beragam melalui jenis produk yang ditawarkan dan penetapan harga yang kiranya
bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah. Akan tetapi di sisi lain, nasabah
menganggap strategi produk dan harga yang ditawarkan BSM tidak jauh berbeda dengan
bank serupa, baik sesama bank syariah ataupun dengan bank konvensional. Sehingga
konvensional.
usaha mikro.
Penggunaan teknologi oleh pembiayaan usaha mikro saat ini terbatas pada
sistem penyaluran dana pembiayaan dan sistem pembayaran angsuran yang bisa melalui
ATM. Padahal peningkatan sistem jaringan informasi berteknologi tinggi dan media
b. Opportunity (Peluang)
pembiayaan UMK
Dalam hal penyaluran akses sumber pembiayaan bagi UMK, pemerintah telah
menetapkan ketentuan baru yang memacu bank untuk lebih berani memberikan
96
mengenai jumlah minimal penyaluran kepada UMK dan bobot risiko kredit bagi UMK
yang dijamin oleh lembaga penjamin atau asuransi milik BUMD. Seperti Peraturan Bank
dengan seluruh perbankan syariah dan perbankan umum di Indonesia dalam menentukan
penguasaan pasar. Persaingan usaha tersebut antara lain dapat dilihat berdasarkan aset,
ketiga, pangsa pasar pada tahun 2018 masing-masing dapat dilihat dari diagram 4.11
berikut ini:
Diagram 4.11
Pangsa Pasar BSM
Total aset Bank Syariah Mandiri berhasil tumbuh sebesar Rp10,40 triliun,
dengan penguasaan pangsa pasar tahun 2018 mencapai 20,60%. Dari sisi pembiayaan
pangsa pasar Bank Syariah Mandiri tahun 2018 tetap stabil sebesar 21,16%. Sedangkan
97
untuk pangsa pasar pendanaan/dana pihak ketiga pada tahun 2018 mencapai 23,52%
menjaga kinerja operasional. Dengan besarnya DPK memberi peluang bagi BSM untuk
Salah satu faktor bagi mayoritas nasabah memiliki pembiayaan di Bank Syariah
Mandiri yaitu rasa aman, terutama bagi umat Muslim, karena bertransaksi di luar riba
beragama Islam. Hal ini tentu menjadi peluang bagi Bank Syariah Mandiri.
menjadi lebih efektif dan efisien, serta meningikatkan kualitas kredit dan layanan yang
memasarkan produknya.
c. Threats (Tantangan)
1) BSM KCP Bintaro Sektor III berada di lokasi yang kurang strategis
Lokasi BSM KCP Bintaro Sektor III berada di antara pusat kantor perusahaan,
perumahan elite, mall dan institusi pendidikan untuk menengah keatas, cukup jauh
dengan pusat perbelanjaan seperti pasar. Hal ini tentu menjadi tantangan untuk tim
98
marketing dalam mencari calon nasabah usaha mikro kecil dikarenakan lokasi bank tidak
Mengingat status bangunan kantor yang belum menjadi hak milik permanen,
maka hal ini menjadi bahan masukan bagi pihak BSM agar dapat membuka cabang di
tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat terutama segmen usaha mikro kecil.
lain untuk menarik minat masyarakat. Salah satu upaya bersaing bank adalah dengan
menetapkan strategi harga para produk, baik ketentuan margin, biaya, serta limit plafon
yang diberikan.
Tabel 4.19
Simulasi Pembiayaan di Bank Syariah
Sumber : Hasil simulasi diolah dari setiap website bank yang bersangkutan
Apabila dilihat dari tabel di atas, margin yang ditetapkan oleh setiap bank
syariah tidak jauh berbeda. Hal ini menjadikan persaingan antar bank syariah menjadi
lebih ketat, dalam hal ini keahlian marketing setiap bank dibutuhkan untuk menarik
nasabah baru.
99
3) Maraknya industri teknologi (fintech) di tanah air
bisnis keuangan karena kemampuannya menjangkau pasar lebih luas. Selain itu
pendatang baru (fintech) didukung oleh SDM professional muda yang sadar akan
teknologi.
Lokasi Bank Syariah Mandiri yang tidak begitu strategis untuk UMK membuat
BSM harus berusaha lebih giat dalam mencari nasabah di daerah pesisir Bintaro. BSM
dapat mencari pelaku UMK yang belum terlayani sebelumnya oleh pesaing dengan tidak
Menurut hasil wawancara pada tanggal 18 Juli 2019 dengan Bapak Syarif selaku
Micro Financing Staff BSM menyebutkan bahwa posisi Bank Syaariah Mandiri KC
Bintaro Sektor III berada di perkotaan. Biasanya bank –bank yang menyalurkan
pembiayaan kepada segmen mikro mencari nasabah di pasar-pasar. Akan tetapi BSM
booth dagangan di pusat perbelanjaan (mall). Strategi ini cukup efektif karena tidak
banyak pesaing yang menargetkan mall sebagai tempat mencari nasabah usaha mikro.
dapat digunakan oleh bank. Koordinasi ini dalam rangka menfasilitasi hubungan bank
100
dengan masyarakat dan pelaku usaha UMK. Bank syariah dapat bekerja sama dengan
selanjunya melakukan sosialisasi dan pendampingan usaha mikro yang diadakan secara
rutin. Dengan cara ini UMK akan merasa memiliki kedekatan dengan pihak bank,
sehingga bank akan mudah dalam berinteraksi dan menawarkan produk kepada UMK di
daerah tersebut.
digital untuk mendukung layanan yang lebih murah dan juga cepat dalam penyaluran
Saat ini Manajemen Bank Syariah Mandiri menyadari bahwa Bank menghadapi
hal tersebut, manajemen mengubah stuktur organisasi dengan menghadirkan unit kerja
Digital Banking. Platform digital dimulai dengan menghadirkan aplikasi New Mobile
Banking Syariah yang bisa digunakan tidak hanya untuk transaksi keuangan tapi juga
101
Beberapa persyaratan yang selama ini diberlakukan oleh pihak BSM kadang tidak sesuai
diwajibkan bagi calon nasabah memiliki NPWP untuk pembiayaan diatas Rp50 juta.
Biasanya pelaku usaha mikro/ pedagang pasar tidak memiliki NPWP. Selain itu
persyaratan agunan menjadi salah satu syarat terberat bagi para pelaku UMK, karena
tidak semua pelaku usaha memiliki aset besar untuk dijadikan agunan.
Dalam hal ini solusi alternatif yang dilakukan BSM adalah memberikan
Misalnya menemani calon nasabah dalam pembuatan NPWP di Kantor Pelayanan Pajak
Kelurahan.
Financing Staff Bank Syariah Mandiri yang diwawancarai pada tanggal 20 Juli 2019
agunan, calon nasabah diberikan solusi untuk mengajukan kepada lembaga keuangan
mikro syariah terdekat seperti Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang menerima plafon
Biaya transaksi adalah biaya yang timbul pada saat pembiayaan dilangsungkan.
Biaya-biaya ini terdiri dari biaya administrasi, biaya asuransi jiwa, biasa asuransi
kerugian, biaya notaris, biaya materai dsb. Biaya-biaya ini wajib disetorkan diawal oleh
102
memaksimalkan peluang nasabah dalam menggunakan dana pinjaman dari BSM pada
kegiatan usahanya.
perusahaan asuransi atau notaris yang memberikan harga paling rendah diantara
usaha nasabah, baik dalam bidang manajemen usaha, pemasaran, dan pengelola
keuangan, baik oleh pihak internal bank ataupun bekerjasama dengan pihak lain.
Bantuan pelatihan ini ditunjukan untuk memperkuat usaha UMK nasabah agar
menghasilkan produk yang mampu bersaing dengan produk pesaing, baik pada tingkat
Best Practice dalam hal ini misalnya adalah Bank Syariah Mandiri Cabang
Jambi. Menurut penelitian yang ditulis oleh Ferawati (2017: 190-202) menyebutkan
bahwa kontribusi BSM Cabang Jambi ialah memberikan bantuan teknis dalam hal
pengelolaan keuangan. Seringkali tidak ada pemisahan antara rekening pribadi dengan
rekening usaha, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk usaha akhirnya
BSM Cabang Jambi berperan sebagai fasilitator membuat pembukuan dan laporan
103
pendampingan pemanfaatan dana. Hal ini direspon positif dan sangat membantu bagi
104
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, penelitian ini dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
1. Fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro Bank Syariah Mandiri memberikan dampak positif
terhadap kinerja usaha pelaku UMK di Wilayah Tangerang Selatan. Hal ini ditandai
peningkatan keuntungan 21,7% dan peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 17,4%
2. Fasilitas Pembiayaan Usaha Mikro Bank Syariah Mandiri memberikan dampak yang
berbeda terhadap kinerja usaha setiap cluster usaha UMK. Pada cluster jasa rata-rata
perubahan modal setiap pelaku usaha sebesar 86%, rata-rata perubahan omzet sebesar
23% , peningkatan keuntungan sebesar 30% dan 0% untuk rata-rata pertumbuhan tenaga
keja. Dampak fasilitas pembiayaan mikro terhadap kinerja usaha cluster kuliner
mempengaruhi perubahan modal rata-rata setiap pelaku usaha sebesar 200%, perubahan
omzet rata-rata 1%, perubahan laba usaha rata-rata adalah 11% dan pertumbuhan tenaga
kerja rata-rata sebesar 4%. Pada cluster retail rata-rata perubahan modal setiap pelaku
usaha sebesar 234%, rata-rata perubahan omzet sebesar 64% dan pertumbuhan laba
kuliner relatif lebih kecil dibandingkan cluster jasa dan cluster retail. Hal ini
kemungkinan disebabkan persaingan bisnis cluster kuliner yang mulai memasuki fase
105
persaingan digitalisasi. Pelaku UMK cluster kuliner penerima fasilitas pembiayaan BSM
rata-rata masih berjualan secara offline, kalah saing dengan pelaku UMK kuliner yang
3. Kemampuan nasabah dalam membayar angsuran 83% lancar. Akan tetapi 17% atau 9
masalah hidup (life problem) yang mempengaruhi keuangan usahanya, dan 45%
Bank Syariah Mandiri untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan melakukan
pembayaran angsuran adalah dzalim apabila disengaja dan tidak ada alasan/udzur yang
4. Persepsi pelaku UMK terhadap produk Pembiayaan Usaha Mikro berupa dukungan dan
menerapkan prinsip kejujuran dalam bertransaksi. Akan tetapi nasabah UMK juga
mengeluhkan nominal yang diterima tidak utuh, persyaratan dan agunan memberatkan,
5. Strategi yang dapat dilakukan BSM ialah menggarap segmentasi baru, berkolaborasi
106
produk PUM, meringankan biaya transaksi, dan memberikan bantuan fasilitator terhadap
nasabah.
6. Bank Syariah Mandiri saat ini telah menjadi Bank Syariah dengan aset terbesar secara
nasional dengan aset kurang lebih Rp10,40 triliun di akhir tahun 2018 (Booklet BSM,
2018). Kondisi ini kemungkinan yang menyebabkan BSM mulai merubah segmentasi
pasarnya dimana pembiayaan UMK bukan lagi menjadi salah satu prioritas. Mengingat
persaingan pada segmen UMK yang semakin ketat, pesaingnya ialah Bank-Bank BUMN
yang menawarkan kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga rendah juga tidak
mensyaratkan adanya agunan. Disamping itu, dengan aset sekitar Rp10 triliun, BSM
mengalami reorientasi kepada pembiayaan pada segmen lain yaitu consumer, pada
segmen ini nominal penyaluran lebih besar dibandingkan dengan penyaluran pada
segmen mikro. Terlebih sektor consumer ini menjanjikan tingkat profit yang lebih tinggi
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
usaha, maka penemuan ini merupakan masukan bagi Bank Syariah Mandiri agar lebih
bisa dimanfaatkan untuk keperluan mengembangkan usaha saja, bukan untuk keperluan
konsumtif.
107
2. Penelitan selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah variabel penelitian.
mikro dan kecil agar dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih baik.
pembiayaan bagi para pelaku usaha mikro dan kecil yang mendapatkan pembiayaan dari
Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah yang lain agar dapat perbandingan
perkembangan para pelaku usaha mikro dan kecil khususnya di kota Tangerang Selatan.
108
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Herdiana dkk. 2013. The Access of MSME towards Islamic Microfinanc- ing and Its
Anggraini Dewi dan Syahrir Hakim Nasution. 2013. Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bagi
Pengembangan UMKM di Kota Medan (Studi Kasus Bank BRI), 1(3), 105-117.
Antonio, M. Syafì'i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. cet.I. Jakarta: Gema Insani Press
Cahya, Elvia. 2017. Peran pembiayaan warung mikro dalam meningkatkan perkembangan
Muhammadiyah: Yogyakarta.
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah-Bank Indonesia. 2016. Usaha Mikro Islami.
Jakarta: Prodi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Padjadjaran
Ferawati, Rofiqoh. Kontribusi Bank Syariah Jambi Dalam Pembiayaan UMKM di Kota Jambi,
4(2), 190-202.
Gitman, Lawrance J. 2003. Principles of Managerial Finance. Boston: Pearson Addison Wesley.
Harsono, Priyono. 2012. Analisis Bantuan Kredit terhadap Perkembangan Usaha Bersama,
5(2), 117-229.
Ichsan, Nurul. 2014. Perbankan Syariah: Sebuah Pengantar. Ciputat: GP Press Group.
Irmawati, S. 2013. Model Inklusi Keuangan Pada UMKM Berbasis Pedesaan. 6(2), 103–213.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo.
109
Kasmir. 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.
Koesworo. 2006. Strategi Penciptaan Wirausaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
yang Tangguh: Pola Inkubator Bisnis dan Teknik (IBT), 3(2), 195-205.
Kwartono, Adi. 2007. Analisis Usaha Kecil dan Menengah. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Laksamana, Yusuf. 2009. Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Leiwakabess Pitter dan Fensca F Lahallo. 2018. Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah
Maryati, Sri. 2014. Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam Pengembangan UMKM dan
Munandar, Andi. 2016. The Strategy Development and Competitive Advantages Of Micro Small
Pratomo Titik Sartika dan Abd. Rachman Soejono. 2007. Ekonomi Skala Kecil dan Menengah
Richard O. Akingunola. (2017). Impact of Microfinance Banks on Micro and Small Enterprises
Riva’I, Veitzal. 2008. Islamic Financial Management. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rokhayati, Isnaini. 2015. Pengukuran Kinerja pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah
110
Saeed, Abdullah. 2004. Menyoal Bank Syariah, Kritik Atas Implementasi Bunga Kaum
Sabiti, Mustica Bintang. 2017. Islamic Microfinance and It’s Impact On Poverty Reduction Of
Saparingga, Wina dkk. 2015. Analisis Perbandingan Tingkat Perkembangan Usaha Mikro Kecil
Sastro Soenarto, Hartanto. 2006. Industrialisasi serta Pembangunan Sektor Pertanian dan Jasa
Shofi, Mohummed. 2015. What Impact Does Microfinance Have on Rural Livelihood? A
Sohari Sahrani dan Ruf‟ah Abdullah. 2011. Fiqih Muamalah. Bogor : Galia Indonesia.
Sholeh, Muhammad. 2008. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.
Sulisyastuti, Diah. 2004. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Analisis Konsentrasi
111
Sumarsono. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Syahdeini, Sutan Remy. 2007. Perbankan Islam. Jakarta: Pustaka Utama Graffiti.
Wardoyo, Hendro Prabowo. 2003. Model Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Kredit Mikro
Yusuf, Ahmad dkk. 2009. Manajemen Operasional Bank Syariah. Cirebon : STAIN Press.
Zamroni. 2013. Peran Bank Syariah Dalam Penyaluran Dana Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
112
LAMPIRAN
113
Kuisioner Penelitian
Kepada Yth. Nasabah Responden Bank Syariah Mandiri KCP Bintaro Sektor III
Dengan hormat,
Saya Mahasiswi Program Studi Magister Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang mengadakan penelitian dengan kepentingan
penyusunan tesis untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar master. Judul tesis
ini ialah “Dampak Fasilitas Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Terhadap Kinerja Usaha Pelaku
Usaha Mikro Kecil di Wilayah Tangerang Selatan”. Dalam rangka pengumpulan data saya
mohon Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia membantu kelancaran penelitian dengan mengisi kuisioner
ini sejujur-jujurnya sesuai dengan kondisi yang sebenar-benarnya. Pengisian yang jujur dan
objektif sangat membantu dalam penelitian ini.
Terima kasih.
Peneliti
Tia Martha Lailatusholihah
Petunjuk mengisi data dan menjawab pertanyaan :
a. Isilah data/jawaban pertanyaan pada titik atau kolom yang telah tersedia secara singkat
dan jelas
b. Uraikan jawaban pada pertanyaan in-depth interview
c. Pada jawaban yang telah tersedia (a, b, c, ...) lingkari salah satu jawaban yang
dianggap benar
d. Pada jawaban yang telah tersedia dengan tanda bintang ( * ) coretlah yang tidak perlu.
I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden : ...............................................................................
2. Usia Responden : ..................................................................................
3. Jenis kelamin : Laki-Laki / Perempuan *
4. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Diploma/Sarjana
5. Alamat Responden : Rt. ......... Rw............ Kelurahan ..........................
Kecamatan ......................................... Kota Tangerang Selatan
6. Nomor Hp : ......... ..................................................................................
114
2.4 Tujuan Pembiayaan yang diterima dari BSM?
a. Modal Kerja
b. Investasi
2.5 Besarnya pembiayaan yang diterima dari BSM?
a. ≤ Rp 50 Juta c. Rp 50 Juta – Rp 100 Juta
b. Rp 100 Juta – Rp 150 Juta d. Rp 150 Juta – Rp 200 Juta
2.5 Berapa lama jangka waktu pembiayaan dari BSM?
a. 12 c. 36 e. 60
b. 24 d. 48
1. Bank Syariah Mandiri selalu mengingatkan saya untuk membayar angsuran sebelum
jatuh tempo (YA/TIDAK)
2. Bank Syariah Mandiri melakukan pendampingan spiritual yang membuat saya
enggan menunda pebayaran angsuran (YA/TIDAK)
3. Saya mengetahui bahwa hukum membayar hutang adalah wajib (YA/TIDAK)
4. Saya pernah menunda pembayaran angsuran (YA/TIDAK)
Jika YA, Alasan : ( ) Permasalahan bisnis/Life problem
( ) Permasalahan hidup/ Life Problem
( ) Tidak ada permasalahan
115
V. WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH INTERVIEW)
116
Hasil Kuisioner
Karakteristik Responden
NO Nama Mulai Cluster Jenis Usaha Tanggal Plafond Tenor
Nasabah Usaha Akad
117
20 HR 1992 Kuliner Sate Padang 15-Nov-16 50 36
21 IS 2003 Kuliner Ayam Bakar 8-Nov-16 50 36
22 MY 2017 Kuliner Nasi Uduk 8-Dec-16 72 48
23 M 2006 Kuliner Ayam Bakar Madu 3-Sep-18 100 36
24 MJ 2015 Kuliner Ayam Sabana 28-Dec-15 140 60
25 NU 2012 Kuliner Catering 25-Nov-15 200 48
26 PO 2001 Kuliner Warung Nasi 2-Sep-16 90 60
27 RA 2008 Kuliner Kelontong/ nasi box 7-May-18 200 60
28 RT 2011 Kuliner Nasi Uduk 7-May-18 45 36
29 RS 2013 Kuliner Sembako dan sayur 16-Aug-16 120 36
30 SG 1984 Kuliner Warung Nasi 25-Oct-17 90 36
31 SN 2013 Kuliner Pepes Bandeng 24-Feb-16 50 60
32 SS 2011 Kuliner Kue kering 8-Nov-16 30 24
33 SO 1995 Kuliner Seafood 8-Nov-16 30 24
34 AA 2009 Retail Pakaian 20-Jul-18 100 36
35 HA 2016 Retail Sepatu Futsal 10-Jul-15 185 60
36 HI 2018 Retail Klontong 18-Jun-15 200 60
37 IK 2011 Retail Sparepart Motor 29-Mar-16 25 36
38 KO 2011 Retail Counter HP 9-Aug-18 100 48
39 MY 2015 Retail Snack Tjendil 29-Mar-16 25 36
40 MA 2005 Retail Toko Jilbab dan 9-Aug-18 100 48
Aksesoris
41 MR 2006 Retail Taman Hias 6-Jun-17 50 24
42 MT 2008 Retail Pakaian di Bintaro Plaza 16-May-17 50 24
43 MR 2005 Retail Sayuran & Supplier 10-May-17 30 36
Ketorprak
118
44 PR 1992 Retail Sayuran 19-May-17 103 18
45 RM 2016 Retail ATK 20-Dec-16 100 36
46 UZ 2009 Retail Mukena 12-Jul-18 50 24
119
Rp 50,000,000.00 Rp 100,000,000.00 Rp 48,000,000.00 Rp 69,000,000.00 Rp17,000,000.00 Rp28,000,000.00 2 2
120
Hasil Olah Data SPSS
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Variabel Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Modal Sebelum .219 46 .000 .675 46 .000
Modal Setelah .187 46 .000 .841 46 .000
Omzet Sebelum .272 46 .000 .523 46 .000
Omzet Setelah .291 46 .000 .535 46 .000
Laba Sebelum .145 46 .017 .867 46 .000
Laba Setelah .197 46 .000 .830 46 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Modal Sebelum 46 75826086.96 8.929E7 2000000 500000000
Modal Setelah 46 144021739.13 1.186E8 20000000 550000000
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Modal Setelah - Modal Sebelum Negative Ranks 2a 5.00 10.00
Positive Ranks 44b 24.34 1071.00
Ties 0c
Total 46
a. Modal Setelah < Modal Sebelum
b. Modal Setelah > Modal Sebelum
c. Modal Setelah = Modal Sebelum
Test Statisticsb
Modal Setelah - Modal Sebelum
Z -5.804a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
121
3. Wilcoxon Signed Rank Test-Omzet
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Omzet Sebelum 46 56190438.37 9.053E7 1200000 578786333
Omzet Setelah 46 72379293.48 1.232E8 4500000 599000000
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Omzet Setelah - Omzet Sebelum Negative Ranks 10a 28.50 285.00
Positive Ranks 36b 22.11 796.00
Ties 0c
Total 46
a. Omzet Setelah < Omzet Sebelum
b. Omzet Setelah > Omzet Sebelum
c. Omzet Setelah = Omzet Sebelum
Test Statisticsb
Omzet Setelah - Omzet Sebelum
Z -2.792a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Laba Sebelum 46 14381117.09 1.146E7 800000 53000000
Laba Setelah 46 17514076.09 1.644E7 1207500 67825000
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Laba Setelah - Laba Sebelum Negative Ranks 11a 27.45 302.00
Positive Ranks 35b 22.26 779.00
Ties 0c
Total 46
a. Laba Setelah < Laba Sebelum
b. Laba Setelah > Laba Sebelum
c. Laba Setelah = Laba Sebelum
122
Test Statisticsb
Laba Setelah - Laba Sebelum
Z -2.606a
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Tenaga Kerja Sebelum 46 2.59 2.613 1 15
Tenaga Kerja Setelah 46 3.04 3.451 0 20
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Tenaga Kerja Setelah - Tenaga Kerja Negative Ranks 5a 8.00 40.00
Sebelum
Positive Ranks 16b 11.94 191.00
Ties 25c
Total 46
a. Tenaga Kerja Setelah < Tenaga Kerja Sebelum
b. Tenaga Kerja Setelah > Tenaga Kerja Sebelum
c. Tenaga Kerja Setelah = Tenaga Kerja Sebelum
Test Statisticsb
Tenaga Kerja
Setelah - Tenaga
Kerja Sebelum
Z -2.745a
123
Dokumentasi/ Foto Penelitian
Wawancara dengan Ibu HS (Service AC dan TV) Pondok Ranji 03 Juni 2019
Wawancara dengan Isri Bapak SN (Usaha Pepes Bandeng) Bintaro, 03 Juni 2019
Wawancara dengan Ibu MT (Usaha Ayam Bakar Madu) Sawah Baru, 07 Juni 2019
124
Z
Wawancara dengan Ibu M (Toko Jilbab dan Aksesoris) Pondok Aren, 12 Juni 2019
Wawancara dengan Suami IA (Jasa Jahit & Jual sparepart jahit) Pondok Aren, 02 Juli 2019
125