Anda di halaman 1dari 156

ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN PENDEKATAN INDEKS ZAKAT NASIONAL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh
Akbar Prayogi
NIM: 11150820000065

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019 M
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

i
LEMBER PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

iii
LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Akbar Prayogi


NIM 11150820000065
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan


mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Juli 2019

(Akbar Prayogi)

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Akbar Prayogi
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 Agustus 1997
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Anak ke- dari : 2 dari 2
6. Alamat : Jl. H. Ramli No. 40
Kel. Menteng Dalam, Kec. Tebet
Jakarta Selatan 12870
7. Telepon 082246336940
8. Email : prayogi.akbar16@gmail.com

II. PENDIDIKAN
1. TK (2002-2003) : Yayasan Mercu Suar
2. SD (2003-2009) : SDN Kebagusan 02
Pagi 3. SMP (2009-2012) :
SMPN 175 Jakarta
4. SMK (2012-2015) : SMKN 8 Jakarta
5. S1 (2015-2019) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Anggota Kerohanian Islam SMPN 175 Jakarta (2003-2009)
2. Band SMKN 8 Jakarta (2012-2013)
3. Bendahara Kerohanian Islam SMKN 8 Jakarta (2013-2014)
4. HMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016-2017)
5. Bendahara KKN SEIHA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2018)

IV. LATAR BELAKANG ORANG TUA


1. Ayah : Alm. Basri
2. Tempat, tanggal lahir :-
3. Pekerjaan :-
4. Ibu : Juhairiyah
5. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 3 Mei 1969
6. Pekerjaan : Karyawan Swasta
7. Alamat : Jl. H. Ramli No. 40
Kel. Menteng Dalam, Kec. Tebet
Jakarta Selatan 12870
8. Telepon 081281441947

v
PERFORMANCE ANALYSIS OF BAZNAS SOUTH TANGERANG CITY
WITH NATIONAL ZAKAT INDEX APPROACH

ABSTRACT

High poverty rate was a crucial problem faced by Indonesia. Poverty data
recorded at the Central Statistics Agency (BPS) September 2018, the number of
poor people in Indonesia reached 25.67 million people. One of the redistribution
instruments that can be used to reduce poverty was zakat. The potential of zakat at
South Tangerang City in 2018 was approximately Rp 5 billion, but the fund
collected was Rp 4.3 billion. This result shows that the management of zakat was
not optimized both in terms of collection and distribution of zakat. This study aims
to evaluate the performance of zakat institutions, and the influence of zakat on the
welfare of mustahik in Tangerang Selatan. The research was conducted with
survey to 100 households of mustahik by means of interview using questionnaire.
The sampling method that used in this research was convenience sampling
technique. Analysis of the research was done by National Zakat Index (IZN) with
Muti-Stage Weight Index Method.
The result of this study indicate that the index value in the macro
dimension was 0.083, this means that the performance evaluation of the role of
the government and society in the aggregate was not good. The index value on the
micro dimension was 0.65, meaning that the assessment of the performance of
zakat institutions and the impact of zakat on mustahiq were in good condition.
South Tangerang City’s zakat performance was good enough with an index value
of 0.42.

Keywords: National Zakat Index, Performance of Zakat Practices, Poverty

vi
ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN
DENGAN PENDEKATAN INDEKS ZAKAT NASIONAL

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan masalah yang krusial di Indonesia dengan angka


kemiskinan cukup tinggi. Data kemiskinan yang tercatat di Badan Pusat Statistik
(BPS) September 2018, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,67
juta orang. Salah satu instrumen redistribusi yang dapat digunakan untuk
mengurangi tingkat kemiskinan adalah zakat. Potensi zakat di Kota Tangerang
Selatan pada tahun 2018 sekitar Rp 5 miliar, akan tetapi dana yang terhimpun
baru sekitar Rp
4.3 miliar. Hal ini menunjukkan belum optimalnya pengelolaan zakat baik segi
penghimpunan maupun penyaluran zakat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi kinerja perzakatan yang mencakup peran pemerintah dan
masyarakat, kinerja lembaga zakat, serta pengaruh zakat terhadap kesejahteraan
mustahik di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan survei
terhadap 100 rumah tangga mustahik melalui wawancara menggunakan kuesioner.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Zakat Nasional (IZN) dengan
metode yang dinamakan Multi-Stage Weight Index.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai indeks pada dimensi
makro sebesar 0.083, artinya penilaian kinerja peran pemerintah dan masyarakat
secara agregat berada pada kondisi tidak baik. Nilai indeks pada dimensi mikro
sebesar 0.65, artinya penilaian kinerja lembaga zakat dan dampak zakat terhadap
mustahik berada pada kondisi baik. Kinerja perzakatan Kota Tangerang Selatan
cukup baik dengan nilai indeks sebesar 0.42.

Kata kunci: Indeks Zakat Nasional, Kinerja Zakat, Kemiskinan

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini
yang berjudul: “Analisis Kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan Dengan
Pendekatan Indeks Zakat Nasional” dengan lancar. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW teladan
bagi insan di muka bumi. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua (Alm. Bapak dan Mama) yang telah menjadi penyemangat
terbesar dan terbaik dalam hidup dan yang telah memberikan dukungan tiada
henti baik berupa doa maupun kasih sayang berlimpah kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., CRMP., BKP. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Rini SE., Ak., CA. selaku dosen dosen pembimbing penelitian yang
telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terimakasih atas
bantuan, perhatian dan pelayanan yang diberikan kepada penulis.

viii
8. Sahabat tercinta di kampus dari awal semester hingga sekarang alias
Mashlahah (Bagas, Fatih, Fiqih, dan Bening) yang selalu bersama-sama
berjuang dari semester awal hingga saat ini, memberikan bantuan, doa,
dukungan serta meluangkan waktu untuk penulis. Thank you so much and see
you on top!
9. Keluarga besar LDK UIN Jakarta yang dalam kesibukannya masing-masing
tetap memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis.
10. Seluruh teman Akuntansi 2015 (khususnya Akuntansi B) yang telah banyak
memberikan motivasi kepada penulis.
Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, Juni 2019

Akbar Prayogi

ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI.......................................................................i
LEMBER PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF..........................................ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................................iii
LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH.............................................................iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................v
ABSTRACT..............................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................viii
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................9
C. Pembatasan Masalah.....................................................................................9
D. Rumusan Masalah.......................................................................................10
E. Tujuan Penelitian........................................................................................11
F. Manfaat Penelitian......................................................................................11
BAB II....................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................13
A. Tinjauan Literatur........................................................................................13
1. Syariah Enterprise Theory..................................................................13
2. Konsep Metafora Amanah..................................................................15
3. Teori Akuntansi Manajemen...............................................................17
4. Pengertian Zakat..................................................................................18
5. Golongan Penerima Zakat...................................................................21
6. Hikmah dan Manfaat Zakat.................................................................23
7. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)............................................25
8. International Standard of Zakat Management (ISZM)........................27

x
9. Indonesia Magnificence of Zakat........................................................29
10. Balance Scorecard...............................................................................30
11. Indeks Zakat Nasional (IZN)..............................................................32
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu................................................................35
C. Kerangka Pemikiran....................................................................................42
BAB III..................................................................................................................43
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................43
A. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................43
B. Model Penentuan Sampel............................................................................43
1. Populasi dan Sampel...........................................................................43
2. Metode Pengambilan Sampel..............................................................44
C. Metode Pengumpulan Data.........................................................................44
D. Metode Analisis Data..................................................................................45
1. Indeks Zakat Nasional.........................................................................45
2. Indeks Kesejahteraan CIBEST............................................................49
3. Indeks Modifikasi IPM.......................................................................57
BAB IV..................................................................................................................60
PEMBAHASAN....................................................................................................60
A. Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan...................................................60
B. Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik....................................................62
C. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro...................................................65
1. Indikator Regulasi...............................................................................65
2. Indikator Dukungan APBD.................................................................65
3. Indikator Database Lembaga Zakat....................................................66
D. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Mikro....................................................70
1. Indikator Kelembagaan.......................................................................70
2. Indikator Dampak Zakat......................................................................73
E. Indeks Zakat Nasional.................................................................................81
F. Analisis IZN Kota Tangerang Selatan dengan IZN Kota/Kabupaten Lain.84
G. Implikasi Kebijakan....................................................................................98
BAB V.................................................................................................................100
PENUTUP............................................................................................................100
A. Kesimpulan...............................................................................................100

xi
B. Saran..........................................................................................................101
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................102
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................103

xii
DAFTAR TABEL

1.1 Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin ……… 3


2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ………………………………… 35
3.1 Skor Kebutuhan Spiritual ………………………………………… 53
3.2 Kuadran CIBEST ………………………………………………… 56
4.1 Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik……………………….... 63
4.2 Skoring Variabel Regulasi………………………………………... 65
4.3 Skoring Variabel Dukungan APBD……………………………… 66
4.4 Skoring Variabel -Variabel Database Lembaga Zakat………….... 68
4.5 Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro………………………... 70
4.6 Skoring Variabel -Variabel Kelembagaan……………………….. 72
4.7 Skoring Variabel Indeks Kesejahteraan CIBEST………………... 73
4.8 Klasifikasi Rumah Tangga Mustahik
Berdasarkan Kuadran CIBEST…………………………………... 75
4.9 Hasil Perhitungan Perubahan Indeks CIBEST ………………….. 76
4.10 Nilai Modofikasi IPM……………………………………………. 76
4.11 Skoring Variabel Indeks Modifikasi IPM……………………….. 77
4.12 Skoring Variabel Indeks Kemandirian…………………………... 79
4.13 Nilai indeks variabel, indikator, dan dimensi mikro……………... 80
4.14 Nilai Indeks Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan………….... 81
4.15 Analisis IZN Kota Tangerang Selatan
dengan IZN Kota/Kabupaten Lain………………………………. 84

xiii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Komponen Pembentuk IZN...............................................................34


2.2 Skema Kerangka Pemikiran...............................................................42
3.1 Kuadran CIBEST...............................................................................50

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Penelitian…......................................................................106
2 Skoring Dimensi Makro & Mikro......................................................114
3 Tabel Perhitungan Indeks Harapan Hidup.........................................118
4 Tabel Perhitungan Harapan Lama Sekolah........................................122
5 Tabel Perhitungan Harapan Lama Sekolah........................................126

xv
BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama telah ada, dan hal

ini menjadi kenyataan di dalam kehidupan (Amalia dan Mahalli, 2012).

Angka kemiskinan yang tinggi di Indonesia menjadi bahan evaluasi bagi

bangsa ini untuk mencari instrumen yang tepat dalam mempercepat

penurunan kemiskinan tersebut. Berbagai kebijakan baik sektoral, moneter

dan fiskal maupun kebijakan lainnya ternyata belum efektif dalam

menurunkan angka kemiskinan yang signifikan bagi bangsa ini. Lingkaran

kemisikinan yang terjadi di Indonesia diakibatkan kurangnya masyarakat

miskin untuk mendapatkan modal. Sistem ekonomi saat ini yang tidak

berpihak kepada masyarakat miskin ditenggarai menjadi penyebabnya

sulitnya menurunkan angka kemiskinan di Indonesia (Pratama, 2015).

Jumlah penerimaan dana zakat yang dihimpun dalam kurun waktu

tahun 2016 adalah sebesar Rp 97.637.657.910 dengan nilai penyaluran

sebesar Rp 67.727.019.807. Sedangkan untuk tahun 2017, penerimaan dana

zakat senilai Rp 138.096.290.551 dengan nilai penyaluran sebesar Rp

118.071.046.770. Dan untuk tahun 2018, penerimaan dana zakat senilai Rp

195.092.051.942 dengan nilai penyaluran sebesar Rp 175.811.470.985. Dapat

disimpulkan bahwa baik penerimaan dan penyaluran zakat mengalami

peningkatan yang cukup signifikan, namun menjadi sebuah pertanyaan

1
mengapa jumlah

1
penduduk miskin di beberapa daerah justru bertambah, termasuk di Kota

Tangerang Selatan.

Data kemiskinan yang tercatat di Badan Pusat Statistik (BPS)

September 2018, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,67 juta

orang (9,66%), berkurang sebesar 0,91 juta orang dibandingkan dengan

kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12%). Salah satu

provinsi yang menyumbang angka kemiskinan adalah Provinsi Banten,

dimana pada bulan September 2015 berjumlah 690.670 jiwa, pada bulan

September 2016 berjumlah 657.740 jiwa, pada bulan September 2017

berjumlah 699.830 jiwa, dan pada bulan September 2018 berjumlah 668.740

jiwa. Dan salah satu kota yang menyumbang angka kemiskinan adalah Kota

Tangerang Selatan. Pada tahun 2018 angka kemiskinan di Kota Tangerang

Selatan berjumlah 28.210 jiwa atau sekitar 1,68 persen. Angka ini

menunjukkan peningkatan dari tahun- tahun sebelumnya (lihat Tabel 1.1).

Akan tetapi angka ini sudah jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan kota

lainnya dan presentase kemiskinan di Indonesia saat ini. Dan juga dibutuhkan

salah satu instrumen untuk membantu dalam meminimalisir angka

kemiskinan.

2
Tabel 1.1 Jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin Kota
Tangerang Selatan tahun 2015-2018

Jumlah Penduduk Presentase


Tahun
Miskin (Jiwa) Kemiskinan (%)
2015 25.890 1,69
2016 26.380 1,67
2017 28.730 1,76
2018 28,210 1,68
Sumber: BPS (2018)

Menurut Beik (2009), berbagai kebijakan pemerintah dibuat untuk

mengatasi kemiskinan, namun kebijakan yang dibuat kurang berjalan dengan

baik dan dibutuhkan instrumen alternatif dalam mengatasi kemiskinan. Salah

satu instrumen alternatif tersebut adalah zakat, infaq, dan shadaqah. Zakat

merupakan salah satu instrumen Islami yang digunakan untuk distribusi

pendapatan dan kekayaan (Pratama, 2015). Zakat memiliki peranan yang

sangat strategis dalam upaya pengentasan kemiskinan atau pembangunan

ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain,

zakat tidak memiliki dampak balik apapun bagi muzakki kecuali ridha dan

mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti

mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya (Damanhur & Nurainiah, 2016).

Menurut Musfiqoh (2002) yang dikutip oleh Damanhur (2016), pemberdayaan

kegiatan zakat, beserta infaq dan shodaqah merupakan strategi untuk

meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat serta usaha mengurangi

ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap bantuan-bantuan luar, dan

membebaskan masyarakat dari problem kemiskinan. Zakat bagi orang Islam

adalah alat untuk melaksanakan tugas ekonomi dan moral (Multifiah, 2011).

Dalam bidang

3
moral, zakat berperan dalam membersihkan hati dari sifat kikir karena

menumbuhkan rasa berbagi dan juga mensucikan harta yang dimiliki setiap

muzakki agar Allah ridho akan harta kekayaan tersebut (Multifiah, 2011).

Menurut Qadir (1998), Pengelolaan zakat melalui lembaga memiliki

beberapa kelebihan dibandingkan secara individu, yaitu:

1. Disiplin dalam pembayaran zakat

2. Menjaga perasaan rendah diri mustahik apabila berhadapan

langsung dengan muzaki

3. Mencapai efisiensi, efektivitas, dan sasaran yang tepat dalam

penggunaan harta zakat

4. Menunjukkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan negara

dan pemerintahan yang sesuai dengan sasaran Islami.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

menjelaskan bahwa lembaga yang berwenang untuk melakukan tugas

pengelolaan zakat secara nasional adalah Badan Zakat Nasional (BAZNAS).

Sesuai dengan pasal 9, BAZNAS juga dapat dibantu dengan Lembaga Amil

Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dalam pelaksanaan,

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan dana zakat. BAZNAS dan

LAZ dapat didirikan di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota bahkan sampai

membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Lembaga resmi zakat dibentuk

sebagai usaha dalam pengoptimalan potensi zakat nasional.

Sebelumnya, belum ada indikator yang diakui secara nasional dalam

menilai keberhasilan organisasi pengelola zakat. Namun terdapat beberapa

4
penelitian yang mengguakan alat pengukuran lain seperti penelitian yang

dilakukan oleh Lubis (2017) dengan rasio yang digunakan untuk mengukur

kinerja keuangan BAZNAS. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio-rasio

yang terdapat pada aspek kinerja fiskal (fiscal performance), aspek dukungan

publik (public support) dan aspek efisiensi penghimpunan dana (fundraising

efficiency).

Polinggapo (2015) menggunakan Balance Scorecard dalam mengukur

kinerja Lembaga Amil Zakat. Balance Scorecard memberikan rerangka

komprehensif unttuk menerjemahkan visi ke dalam sasaran strategik. Menurut

Mulyadi (2001, 338), balance scorecard menggunakan empat perspektif

dalam merumuskan sasaran strategik yang komprehensif, yaitu perspektif

keuangan, perspektif customer, perspektif proses bisnis internal, dan

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Yuanta (2016) melakukan penelitian penilaian kinerja Lembaga Amil

Zakat dengan pendekatan Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ). IMZ atau

Indonesia Magnificence of Zakat adalah lembaga konsultasi pemberdayaan

dan manajemen organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang pelatihan,

konsultasi dan pendampingan, serta riset dan advokasi zakat. Metode

pengukuran kinerja ini disebut dengan kinerja prima pengelola zakat. Metode

pengukuran kinerja OPZ oleh IMZ dengan mengunakan lima komponen

pengukuran yang digunakan pada tahun 2011, yaitu kinerja kepatuhan syariah,

legalitas, dan kelembagaan, kinerja manajemen, kinerja keuangan, kinerja

program pendayagunaan, dan kinerja legitimasi sosial (Yuanta, 2016).

Harto (2018)

5
mengukur kinerja lembaga zakat dengan International Standard of Zakat

Management (ISZM). Pengukuran kinerja keuangan lembaga zakat yang

tercantum dalam ISZM terdiri atas pengukuran terhadap efisiensi lembaga

zakat dan pengukuran terhadap kapasitas organisasi. Pengukuran komponen

efisiensi ini akan memperlihatkan apakah pengelolaan dana yang dilakukan

lembaga zakat sudah efisien atau belum. Lembaga zakat yang dikatakan

efisien apabila mengeluarkan sedikit biaya untuk mendapatkan penghimpunan

dana dimana usaha penghimpunan ini harus sejalan dengan program dan

pelayanan lembaga zakat (PEBS-FEUI & IMZ, 2010).

Pada tanggal 13 Desember 2016, Pusat Kajian Strategi (Puskas)

BAZNAS menetapkan suatu konsep yang digunakan untuk mengukur kinerja

pengelolaan zakat yang dinamakan dengan Indeks Zakat Nasional (IZN). IZN

bertujuan untuk melihat sejauh mana kontribusi pemerintah dan masyarakat

terhadap pengelolaan zakat serta dampak zakat terhadap mustahik. IZN dapat

di aplikasikan pada tingkat pusat dan tingkat daerah. Tujuan IZN adalah agar

semua pihak yang terlibat dalam perzakatan dapat mengukur diri dan

meningkatkan kinerja sehingga semua institusi zakat dapat membantu

perkembangan perzakatan di Indonesia (BAZNAS, 2016).

BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai lembaga resmi pengelola

zakat dapat melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui langkah-

langkah yang akan dilakukan dalam usaha memperbaiki kondisi pengelolaan

zakat oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Evaluasi kinerja pengelolaan

zakat berdasarkan pada perhitungan Indeks Zakat Nasional (IZN). Indeks

Zakat

6
Nasional (IZN) yang disusun oleh tim peneliti Pusat Kajian Strategis (Puskas)

BAZNAS merupakan sebuah indeks komposit yang dibangun dengan tujuan

untuk mengukur perkembangan kondisi perzakatan nasional (BAZNAS,

2016). Nilai IZN dapat merepresentasi kondisi dan perkembangan zakat di

tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Hasil analisis dari nilai IZN

dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja BAZNAS dari sisi makro dan

mikro.

Amalia dan Mahalli (2012) melakukan penelitian untuk melihat sejauh

mana pengaruh potensi dan peranan zakat dalam mengentaskan kemiskinan di

Kota Medan. Hasil Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Potensi zakat yang

ada pada BAZDASU Kota Medan berasal dari pemerintahan, swasta dan

perbankan dan zakat yang dikelola di distribusikan dalam bentuk

pendayagunaan zakat melalui skim produktif, bantuan pinjaman dan modal

dengan metode Qardul Hasan, pelatihan dan ketrampilan serta bantuan pada

sentra ternak & pertanian. Dari hasil penelitian yang dilakukan masyarakat

sangat setuju pemanfaatan zakat melalui bantuan pinjaman & modal di sertai

pelatihan dan keterampilan yang nantinya akan membantu perekonomian

masyarakat dan menjadi mayarakat yang mandiri.

Pratama (2015), melakukan penelitian dengan studi kasus pada program

zakat produktif pada Badan Amil Zakat Nasional. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa meskipun dana zakat yang terkumpul masih sangat kecil,

tetapi memiliki dampak nyata dalam upaya pengentasan kemisikinan melalui

program zakat produktif. Dan zakat menjadi instrument keuangan yang efektif

dalam permasalahan modal kaum miskin.

7
Dan mengenai penelitian terdahulu yang membahas kinerja zakat

dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional, salah satunya telah dilakukan oleh

Hilmiyah dan Beik (2017), melakukan penelitian dengan fokus wilayah

Kabupaten Bogor. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kinerja zakat

Bogor berada pada kategori cukup baik dengan nilai sebesar 0,532. Kinerja

zakat secara makro di Kabupaten Bogor berada pada kategori kurang baik

dengan nilai sebesar 0,40. Dilihat dari adanya regulasi yang mengatur tentang

zakat, dukungan APBD untuk operasional BAZNAS Kabupaten Bogor, dan

database lembaga zakat, Kabupaten Bogor memperoleh nilai 0, 1, dan 0

berturut-turut. Kinerja zakat secara mikro di Kabupaten Bogor berada pada

kategori sudah baik dengan nilai sebesar 0,62. Dari sisi kelembagaan dan

dampak zakat, kinerja BAZNAS Kabupaten Bogor memperoleh nilai 0,65 dan

0,60 berturut-turut.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian ini karena belum ditemukan penelitian yang membahas mengenai

analisis kinerja zakat dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional (IZN)

khusunya di wilayah Kota Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini adalah

untuk melihat sejauh mana kontribusi pemerintah dan masyarakat terhadap

pengelolaan zakat serta dampak zakat terhadap mustahik, khusunya di wilayah

Kota Tangerang Selatan. Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap agar

masyarakat turut aktif dalam mengawasi kinerja Lembaga Zakat agar terjadi

pemerataan ekonomi dalam rangka mengurangi angka kemiskinan yang ada.

Dengan demikian peneliti memberi judul skripsi ini sebagai “Analisis Kinerja

BAZNAS Kota Tangerang Selatan Dengan Pendekatan Indeks Zakat

8
Nasional”.

9
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatar, maka identifikasi masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini terkait dengan analisis kinerja zakat,

misalnya:

1. Cukup baiknya kinerja zakat di Kota Tangerang Selatan namun terdapat

peningkatan jumlah penduduk miskin dan presentase kemiskinan.

2. Cukup baiknya kinerja zakat secara makro dan mikro di Kota Tangerang

Selatan

3. Cukup regulasi dan dukungan APBD untuk operasional BAZNAS Kota

Tangerang Selatan

4. Cukup baiknya kinerja lembaga dan dampak zakat BAZNAS Kota

Tangerang Selatan

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka pembatasan masalah yang

hendak diteliti dalam penelitiani ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis Kinerja Zakat dengan Pendekatan Indeks Zakat

Nasional (IZN)

Dari sekian banyak instrumen perhitungan analisis, peneliti

hanya berfokus dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional (IZN).

IZN yang disusun oleh Tim Peneliti Pusat Kajian Strategis (Puskas)

BAZNAS, merupakan sebuah indeks komposit yang dibangun

dengan tujuan untuk mengukur perkembangan kondisi perzakatan

1
nasional. IZN diharapkan dapat menjadi indikator yang dapat

memberikan gambaran sejauh mana zakat telah berperan terhadap

kesejahteraan mustahik, dan juga menunjukkan pada tahap apa

institusi zakat telah dibangun, baik secara internal kelembagaan,

partisipasi masyarakat, maupun dari sisi dukungan yang diberikan

pemerintah. Formulasi IZN ini diharapkan dapat menjadi standard

measurement atau pengukuran standar kinerja zakat nasional yang

diukur secara periodik (misalnya setiap tahun) sehingga evaluasi

dilakukan secara berkelanjutan. Selain pada tingkat nasional, IZN

juga dapat dilakukan pada tingkat regional provinsi hingga

perbandingan antara daerah, dan evaluasi distribusi kinerja zakat

dapat dilakukan.

2. Hanya pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Dari sekian banyak BAZNAS yang tersebar di seluruh wilayah

Indonesia, penelitian ini hanya fokus pada BAZNAS Kota

Tangerang Selatan yang berada di Pamulang, Kota Tangerang

Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan

dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional?

1
2. Berapa nilai Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kota Tangerang

Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dibahas dalam

penelitian ini, maka tujuan dari penelitian antara lain :

1. Menganalisis kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan

dari dimensi makro dan mikro.

2. Menganalisis Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kota Tangerang

Selatan.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini dapat bermanfaat atas

hal-hal sebagai berikut:

1. Kontribusi Teoritis

a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi untuk

menambah ilmu pengetahuan terkait dengan kinerja zakat.

b. Peneliti berikutnya,sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang

akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

c. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan

mengenai analisis kinerja perzakatan di wilayah penelitian.

1
2. Kontribusi Praktis

a. Sebagaimana tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan sebagai

informasi yang dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kinerja

perzakatan di Indonesia dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang

ada. Dan sebagai bukti bahwa dengan adanya analisis ini berdasarkan

beberapa data dan laporan keuangan, masyarakat menjadi yakin dan

ikut berpartisipasi aktif dalam mensukseskan kegiatan zakat di

Indonesia.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Syariah Enterprise Theory

Syariah Enterprise Theory tidak mendudukkan manusia sebagai pusat

dari segala sesuatu sebagaimana dipahami oleh antroposentrisme. Tapi

sebaliknya, Syariah Enterprise Theory menempatkan Tuhan sebagai pusat

dari segala sesuatu. Tuhan menjadi pusat tempat kembalinya manusia dan

alam semesta. Oleh karena itu, manusia di sini hanya sebagai wakil-Nya

(khalifatullah fil ardh), sebagai perpanjangan tangan yang memiliki

konsekuensi patuh terhadap semua hukum-hukum Tuhan. Artinya sebagai

khalifatullah fil ardh manusia memiliki misi mulia yaitu menciptakan dan

mendistribusikan kesejahteraan (materi dan nonmateri) bagi seluruh

manusia dan alam semesta, untuk mempermudah tugas ini manusia dapat

menciptakan organisasi (organisasi profit atau organisasi non-profit) yang

digunakan sebagai instrumen dalam mengemban tugas tersebut sehingga

organisasi diharuskan mempertanggung jawabkan seluruh aktivitas

kepada Allah secara vertikal, dan kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk

pertanggungjawaban secara horizontal kepada umat manusia lain serta

pada lingkungan alam (Kalbarini & Suprayogi, 2014).

Proses kembali kepada Tuhan memerlukan proses penyatuan dan

pendekatan diri dengan sesama manusia dan alam sekaligus dengan

1
hukum-hukum yang melekat di dalamnya. Tentu saja konsep ini sangat

berbeda dengan Entity Theory yang menempatkan manusia dalam hal ini

stakeholders sebagai pusat, sehingga Syariah Enterprise Theory ini sangat

erat kaitannya dengan aspek akuntabilitas yang ada pada Badan Amil

Zakat karena mampu untuk menjawab segala aspek yang berkaitan secara

mendasar didalamnya terutama yang berkaitan dengan pengelolaan

akuntansi zakat.

Syariah Enterprise Teory menyeimbangkan nilai egoistik (maskulin)

dengan nilai altruistik (feminim), nilai materi (maskulin) dengan nilai

spiritual (feminim). Dalam syari’ah islam, bentuk keseimbangan tersebut

secara konkrit diwujudkan dalam salah satu bentuk ibadah yaitu zakat.

Zakat (yang kemudian dimetaforakan menjadi metafora zakat) secara

implisit mengandung nilai egoistik-altruistik, materispiritual, dan

individu- jamaah.

Tuhan menjadi pusat tempat kembalinya manusia dan alam semesta.

Kepatuhan manusia (dan alam) semata-mata dalam rangka kembali

kepada tuhan dengan jiwa yang tenang. Dengan menempatkan Tuhan

sebagai stakeholder tertinggi, maka tali penghubung antara muzakki

maupun pengelola zakat lebih membangkitkan kesadaran akan sesuatu

yang diamanahkan dan diberi amanah sehingga para penggunanya tetap

terjamin (mustahik). Konsekuensi menetapkan Tuhan sebagai stakeholder

tertinggi adalah digunakannya sunnatullah sebagai basis bagi konstruksi

akuntansi syari’ah. Hal ini tercermin dalam konsep metafora amanah

dimana nilai,
1
tata cara dan praktek hidup yang diatur islam merupakan sebuah dimensi

universal yang mencakup keseluruhan aspek hidup manusia, di dunia

maupun di akhirat. Selain itu amanah dari Allah yang didalamnya melekat

sebuah tanggung jawab untuk menggunakan cara dan tujuan yang

ditetapkan oleh Sang Maha Pemberi Amanah.

2. Konsep Metafora Amanah

Amanah dalam konteks ekonomi menyatakan bahwa segala sumber

daya milik Allah dan manusia adalah seseorang yang diberi amanah untuk

menyebar misi sakral yang ditugaskan kepadanya. Tujuan organisasi

menurut Islam adalah menyebarkan rahmat bagi semua makhluk

(Kalbarini & Suprayogi, 2014). Tujuan itu pada hakekatnya tidak terbatas

pada kehidupan dunia individu, tetapi juga kehidupan setelah dunia ini.

Morgan (1986) dalam Triyuwono (2000:10) menyatakan bahwa

metafora adalah suatu cara berpikir dan melihat yang mempengaruhi cara

seseorang melakukan interpretasi dan memahami realitas sosialnya.

Kalbarini (2014) menyatakan bahwa metafora amanah dalam bentuk

operasional bisa diturunkan menjadi metafora zakat atau realitas

organisasi yang di metaforakan dengan zakat (zakat metaphorized

organisational reality). Senada dengan Koni (2014) bahwa dalam

melakukan segala sesuatu harus didasarkan pada kesadaran diri

(selfconsciousness) sebagai khalifah di bumi mempunyai konsekuensi

bahwa semua aktivitas harus sesuai dengan kekuatan Tuhan (the will of

God) dan dapat bermanfaat bagi sesama mahluk Tuhan (rahmatan lil

alamin).
1
Pemahaman konsep organisasi dalam konteks amanah akan membawa

manusia pada pemahaman bahwa setiap aktivitas adalah untuk mencari

ridha Allah. Ini merupakan bentuk pencapaian paling tinggi, lebih tinggi

dari ukuran materialisme. Dalam tataran tersebut, tujuan lembaga tidak

bisa dibatasi hanya untuk memperoleh laba yang maksimal guna

meningkatkan kekayaan pemilik, tetapi perlu juga diarahkan pada

pemenuhan tuntutan sosial masyarakat yang selama ini selalu terabaikan

(stakeholder oriented) disamping menjaga kelestarian alam lingkungan

(environment oriented) (Triyuwono, 2006:352).

Dalam konteks metafora amanah, tujuan lembaga yang

memaksimalkan laba tidak lagi relevan. Metafora amanah ini dapat

dijelaskan pada hal yang lebih operasional lagi yaitu zakat. Organisasi

dengan metafora amanah ini tidak saja mempunyai kepedulian terhadap

kesejahteraan manusia tetapi juga kesejahteraan (kelestarian) alam yang

dikelola dengan cara-cara yang adil dengan menggunakan potensi internal

yaitu dengan akal dan hati (Kholmi, 2012). Dalam tradisi islam atau

organisasi yang menggunakan metafora amanah, Badan Amil Zakat harus

dioperasikan atas dasar nilai-nilai etika yaitu etika yang diformulasikan

dalam bentuk syariah. Dalam pengertian luas, syariah merupakan

pedoman yang digunakan oleh umat islam untuk berperilaku dalam segala

aspek kehidupan. Bila metafora ini secara sadar diterima dan di

praktikkan dalam kegiatan pada suatu lembaga secara lebih menyeluruh,

maka akan tercipta

1
apa yang dinamakan dengan realitas organisasi dengan jaringan-jaringan

kuasa Ilahi.

3. Teori Akuntansi Manajemen

Akuntansi manajemen adalah proses pengukuran, pencatatan,

pengklasifikasian, peringkasan dan pelaporan serta penyajian data biaya

yang diperlukan oleh pihak intern perusahaan yaitu pihak manajemen

untuk pengambilan keputusan (Indrayati, 2018). Akuntansi manajemen

timbul karena akibat adanya kebutuhan akan informasi akuntansi yang

dapat membantu manajemen dalam memimpin suatu perusahaan yang

semakin besar dan semakin kompleks. Akuntansi manajemen merupakan

suatu sistem informasi yang mana dengan informasi ini manajemen dapat

mengambil keputusan-keputusan dalam hal memimpin selia

mengendalikan kegiatan-kegiatan perusahaan. Seorang manajer harus

dapat menjabarkan teori manajemen dan teoriteori lainnya dalam bentuk

angka-angka yang nyata, sehingga manajemen dapat menganalisa dan

menginterprestasikan angka-angka tersebut dalam rangka pengambilan

keputusan.

Dengan demikian pengertian lain dari akuntansi manajemen adalah

bagaimana menggunakan data yang tersedia untuk tujuan pengambilan

keputusan (Sucipto, 2004). Menurut Garrison dan Norren (2000) yang

dikutip oleh Luther (2016), akuntansi manajemen adalah akuntansi yang

berkaitan dengan penyediaan informasi kepada para manajer untuk

membuat perencanaan dan pengendalian operasi serta dalam pengambilan

1
keputusan. Menurut Mulyadi (2001) akuntansi manajemen dapat

dipandang dari dua sudut yaitu akuntansi manajemen sebagai salah satu

tipe akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi.

Dapat disimpulkan bahwa akuntansi manajemen adalah penerapan

teknik-teknik dan konsep-konep yang tepat dalam pengelolaan data

ekonomi historikal dan yang diproyeksikan dari suatu satuan usaha untuk

membantu manajemen dalam menyusun rencana dan tujuan-tujuan

ekonomi yang rasional (Luther, 2016).

Alasan pemilihan teori ini adalah karena hasil penelitian ini dapat

dijadikan dasar bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan,

menyusun rencana dan implementasi agar lembaga dapat mengoperasikan

usahanya menjadi lebih baik lagi, dalam rangka meningkatkan angka

kesejahteraan masyarakat dan mengurangi angka kemisikinan yang ada,

sehingga terjadi pemerataan ekonomi antar masyarakat.

4. Pengertian Zakat

Zakat adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam. Secara

etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan

(at-thaharatu) dan berkah (albarakatu). Sedangkan secara terminologis,

zakat mempunyai arti mengeluarkan sebagian harta dengan persyaratan

tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu (Mustahik) dengan

persyaratan tertentu pula. (Hafidhuddin, 2002).

Menurut bahasa, kata “zakat” berarti tumbuh, berkembang, subur atau

bertambah. Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan, “Allah memusnahkan

1
riba dan menyuburkan sedekah” (QS. al-Baqarah[2]: 276); “Ambillah

zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan

dan menyucikan mereka” (QS. at-Taubah[9]: 103); “Sedekah tidak akan

mengurangi harta” (HR. Tirmizi). Menurut istilah, dalam kitab al-Hâwî,

al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama pengambilan tertentu dari

harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk diberikan

kepada golongan tertentu.

Adapun kata infak dan sedekah, sebagian ahli fikih berpendapat bahwa

infak adalah segala macam bentuk pengeluaran (pembelanjaan), baik

untuk kepentingan pribadi, keluarga, maupun yang lainnya. Sementara

kata sedekah adalah segala bentuk pembelanjaan (infak) di jalan Allah.

Berbeda dengan zakat, sedekah tidak dibatasi atau tidak terikat dan tidak

memiliki batasan-batasan tertentu. Sedekah, selain bisa dalam bentuk

harta, dapat juga berupa sumbangan tenaga atau pemikiran, dan bahkan

sekadar senyuman.

Menurut Al-Qardhawi (2002) yang dikutip oleh Beik (2009) bahwa

tujuan mendasar ibadah zakat itu adalah untuk menyelesaikan berbagai

macam persoalan sosial seperti pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain.

Sistem distribusi zakat merupakan solusi terhadap persoalan-persoalan

tersebut dengan memberikan bantuan kepada orang miskin tanpa

memandang ras, warna kulit, etnis, dan atribut-atribut keduniawian

lainnya. Pramanik (1993) berpendapat bahwa zakat dapat memainkan

peran yang sangat signifikan dalam meredistribusikan pendapatan dan

kekayaan

1
dalam masyarakat muslim. Dalam studinya, Pramanik menyatakan bahwa

dalam konteks makro ekonomi, zakat dapat dijadikan sebagai instrumen

yang dapat memberikan insentif untuk meningkatkan produksi, investasi,

dan untuk bekerja. Zakat adalah mekanisme transfer terbaik dalam

masyarakat.

Menurut Al Qardhawi (1973) yang dikutip oleh Khoirunnisa (2017)

bahwa zakat sejak pertama diwajibkan telah ditentukan kadar dan

jumlahnya tetapi hanya diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan fakir dan

miskin. Namun, setelah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam

hijrah ke Madinah, diberlakukan beberapa ketentuan dengan syarat yang

harus dipenuhi dalam zakat meliputi:

a. Islam

Zakat hanya diwajibkan untuk umat Islam dan merupakan rukun

Islam.

b. Sempurna ahliyahnya

Sebagian berpendapat zakat termasuk ibadah madlah dan sebagian

berpendapat zakat merupakan taklif maali (kewajiban atas harta) dan

yang terakhir inilah menurut sebagian ulama merupakan pendapat

yang rajih (terpilih).

c. Sempurnanya kepemilikan

Kepemilikan muzaki (orang yang wajib zakat) atas harta yang mau

dizakatkan merupakan kepemilikan yang sempurna, dalam artian harta

tersebut tidak terdapat kepemilikan dan hak orang lain.

2
d. Berkembang

Harta tersebut mendatangkan income atau tambahan kepada

pemiliknya, seperti hasil pertanian, pertambangan da lain-lain.

e. Nisab

Harta yang wajib dizakati harus sampai pada kadar tertentu, yang

disebut nisab. Harta zakat yang telah mencapai nisab harus ada dalam

kepemilikan ahlinya sampai waktu 12 bulan qamariyah, kecuali hasil

pertanian, perkebunan, barang tambang, madu dan sejenisnya.

Dalam Kitab Fiqih Zakat (Qardhawi, 2000) dikutip oleh Pratama

(2015), bahwa tujuan dan dampak zakat bagi si penerima (mustahik) antara

lain:

a. Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga dapat

merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu ibadat kepada

Tuhannya.

b. Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci. Karena sifat ini akan

melemahkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini dengan

semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba mencabut

akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan

menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan

satu sama lain.

5. Golongan Penerima Zakat

Golongan yang berhak menerima zakat menurut Hafidhuddin (2002)

adalah sebagai berikut:

2
a. Fakir adalah golongan masyarakat yang tidak memiliki penghasilan

dikarenakan tidak memiliki pekerjaan atau sudah tidak dapat bekerja

lagi.

b. Miskin adalah golongan masyarakat yang memiliki penghasilan

namun penghasilannya tidak dapat mencukupi kebutuhan dasar

hidupnya.

c. Amil (pengurus) zakat yaitu panitia atau orang-orang yang melakukan

segala kegiatan yang berkaitan dengan zakat. Amil bertugas mengurus

zakat, mencatat, mengadministrasikan, menagih zakat,

mendistribusikan, serta melakukan sosialisasi dengan menggunakan

sebagian besar atau seluruh waktunya. Amil yang melakukan tugas

tersebut berhak mendapatkan bagian sebesar 12.5 persen dari dana

zakat. Biaya tersebut termasuk biaya transportasi dan biaya lain yang

dibutuhkan dalam pengelolaan zakat.

d. Muallaf yaitu golongan orang yang baru masuk Islam, yang imannya

masih dianggap lemah. Mereka diberikan bagian dana zakat agar

bertambah keimanannya dan merasa diperhatikan dalam Islam.

e. Hamba sahaya yaitu seseorang budak baik laki-laki maupun

perempuan yang dijanjikan oleh tuannya bahwa dia boleh

memerdekakan dirinya dengan syarat harus menebusnya atau

membayarnya dengan sejumlah harta tertentu. Dana zakat juga

digunakan untuk memerdekakan hamba sahaya untuk menghilangkan

perbudakan dalam masyarakat. Budak disini adalah seseorang yang

dimiliki secara penuh seperti pada masa Rasulullah saw. Oleh karena

2
itu, tidak diperbolehkan mengeluarkan

2
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah dengan majikannya

menggunakan dana zakat.

f. Gharimin yaitu orang yang sama sekali tidak dapat melunasi utangnya.

Utang yang dimaksud adalah utang karena keadaan terdesak, bukan

utang untuk memenuhi kebutuhan sekunder. Orang-orang yang

termasuk dalam kelompok gharimin antara lain kelompok yang

mempunyai utang untuk kemaslahatan diri dan keluarganya,

kelompok orang yang mempunyai utang untuk kemaslahatan orang

lain, serta kelompok orang yang memiliki usaha kemanusiaan yang

terpaksa berutang untuk memenuhi kebutuhan lembaganya.

g. Fii Sabilillah yaitu orang yang berjuang di jalan Allah dalam

menegakkan Islam. Perjuangan yang dilakukan dapat berupa perang

melawan orang kafir pada zaman Rasulullah dan sahabat. Dewasa ini,

jihad termasuk mengabdikan diri untuk mengajarkan Islam di

pedalaman, menyebarkan buku-buku tentang Islam, serta menuntut

ilmu (sekolah).

h. Ibnu sabil yaitu orang yang kehabisan perbekalan dalam perjalanan

yang bukan perjalanan maksiat.

6. Hikmah dan Manfaat Zakat

Menurut Hafidhuddin (2002), zakat memiliki hikmah dan manfaat bagi

orang yang berzakat (muzakki), penerima zakat (mustahik), harta yang

2
dikeluarkan zakatnya, dan bagi masyarakat secara keseluruhan. Hikmah

dan manfaat zakat antara lain sebagai berikut:

a. Perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,

menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,

menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan

ketenangan hidup sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki.

b. Zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk

menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin

agar dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas hidup

mereka, serta terhindar dari kekufuran.

c. Sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang-orang kaya dan para

mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan

Allah serta sebagai bentuk jaminan sosial dalam Islam.

d. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar agar usaha yang

dijalankan dalam memeroleh harta sesuai dengan ketentuan Allah

SWT.

e. Distribusi pendapatan. Harta tidak berputar di kelompok tertentu saja.

Pengelolaan zakat dengan baik dapat meningkatkan pertumbuhan

ekonomi.

2
7. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat dalam BAB III bahwa untuk

melaksanakan pengelolaan zakat di Indonesia pemerintah membentuk

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). BAZNAS merupakan lembaga

pemerintah non-struktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab

kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS memiliki fungsi

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, serta pelaporan

dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat. Dalam Pasal 15

dijelaskan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada

tingkat provinsi dan kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan

BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS juga dapat dibantu oleh Lembaga

Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dalam pelaksanaan

pengelolaan zakat.

BAZNAS menjalankan empat fungsi yaitu:

a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat, serta

d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS

memiliki beberapa kewenangan sebagai berikut:

a. Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat,

2
b. Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi,

BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ, serta

c. Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan

dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.

BAZNAS memiliki visi yaitu “Menjadi pengelola zakat terbaik dan

terpercaya di dunia”. Disamping visi, BAZNAS juga memiliki beberapa

misi. Misi BAZNAS adalah:

a. Mengkoordinasikan BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota,

dan LAZ dalam mencapai target-target nasional,

b. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat nasional,

c. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk

pengentasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan

pemoderasian kesenjangan sosial,

d. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan

akuntabel berbasis teknologi informasi dan komunikasi terkini,

e. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku

kepentingan zakat nasional,

f. Menggerakan dakwah islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui

sinergi ummat,

g. Melibatkan diri secara aktif dalam memimpin gerakan zakat dunia,

h. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju

masyarakat yang adil dan makmur, baldatun thayyibatun warabbun

ghafuur, dan

2
i. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi

rujukan dunia.

8. International Standard of Zakat Management (ISZM)

Pengukuran kinerja keuangan lembaga zakat yang tercantum dalam

International Standard of Zakat Management (ISZM) terdiri atas

pengukuran terhadap efisiensi lembaga zakat dan pengukuran terhadap

kapasitas organisasi.

Pengukuran komponen efisiensi ini akan memperlihatkan apakah

pengelolaan dana yang dilakukan lembaga zakat sudah efisien atau

belum. Lembaga zakat yang dikatakan efisien apabila mengeluarkan

sedikit biaya untuk mendapatkan penghimpunan dana dimana usaha

penghimpunan ini harus sejalan dengan program dan pelayanan lembaga

zakat (PEBS-FEUI & IMZ, 2010). Berdasarkan hal tersebut maka

pengeluaran yang dilakukan lembaga zakat harus lebih banyak digunakan

untuk program dan pelayanannya.

Efisiensi pengelolaan zakat dapat diukur dengan rasio beban

program, rasio beban operasional, rasio beban penghimpunan dan

efisiensi penghimpunan (PEBS-FEUI, 2010). Rasio beban program

didapat dengan membagi total biaya program dengan total biaya yang

dikeluarkan lembaga zakat selama satu tahun. Biaya program yang

dimaksudkan adalah pengeluaran yang ditujukan untuk pemberdayaan

mustahik. Beban operasional adalah pengeluaran lembaga zakat untuk

kegiatan operasional, yang mana hal ini tercermin dalam penggunaan

dana amil. Rasio ini

2
didapat dengan membandingkan total pengeluaran untuk operasional

dengan keseluruhan pengeluaran. pelayanan untuk mustahik. Beban

penghimpunan dalam lembaga zakat adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan dalam rangka penghimpunan dana, seperti biaya iklan,

sosialisasi dll. Rasio beban penghimpunan didapat dengan membagi total

beban penghimpunan dengan keseluruhan beban atau pengeluaran

lembaga zakat. Rasio efisiensi penghimpunan didapat dengan membagi

total biaya yang dikeluarkan untuk menghimpun dana dengan total

kontribusi yang diberikan oleh muzakki atau penghimpunan dana dari

muzakki.

Perlunya analisis terhadap kapasitas lembaga zakat adalah untuk

menentukan seberapa jauh keberlangsungan program dan pelayanan

lembaga zakat dan seperti apa lembaga zakat dapat mempertahankannya.

Pengukuran kapasitas lembaga zakat menurut ISZM terdiri atas rasio

pertumbuhan penerimaan dana, rasio pertumbuhan beban program dan

rasio modal kerja.

Rasio pertumbuhan penghimpunan dana ini akan berdampak bagi

perencanaan penyaluran dan ekspansi lembaga zakat (PEBS-FEUI,

2010). Rasio ini didapatkan dengan mencari selisih dari penghimpunan

dana zakat di tahun berjalan dengan tahun sebelumnya kemudian

dibandingkan dengan penghimpunan dana tahun sebelumnya. Rasio

pertumbuhan beban program didapatkan dengan membandingkan selisih

beban program tahun berjalan dari tahun sebelumnya dengan beban

program tahun sebelumnya.

2
Rasio modal kerja didapat dengan membandingkan modal kerja dengan

total beban lembaga zakat.

9. Indonesia Magnificence of Zakat

Pengukuran kinerja OPZ terkini di Indonesia adalah metode

pengukuran kinerja oleh IMZ. IMZ atau Indonesia Magnificence of Zakat

adalah lembaga konsultasi pemberdayaan dan manajemen organisasi

nirlaba yang bergerak dalam bidang pelatihan, konsultasi dan

pendampingan, serta riset dan advokasi zakat. Metode pengukuran

kinerja ini disebut dengan kinerja prima pengelola zakat.

Awal mulanya pada tahun 2010, PEBS-FEUI bekerja sama dengan

IMZ melakukan pengukuran kinerja OPZ dan mempublikasikan hasilnya

dalam IZDR 2010 (Indonesia Zakat & Development Report). Kemudian

pada tahun 2011, IMZ menerbitkan buku IZDR 2011 dengan menambah

kriteria kinerja manajemen yang menilai tiga aspek penting, yaitu

penghimpunan, pendayagunaan, dan manajemen. Penilaian kinerja

dengan pendekatan IMZ dapat menilai kinerja Organisasi Pengelola

Zakat secara komprehensif. Penjabaran penilaian ke dalam lima

komponen yang lebih spesifik merupakan kelebihan bagi metode ini jika

dibandingkan dengan metode pengukuran kinerja lainnya. Metode

pengukuran kinerja OPZ oleh IMZ dengan mengunakan lima komponen

pengukuran yang digunakan pada tahun 2011, yaitu , yaitu kinerja

kepatuhan syariah, legalitas, dan kelembagaan, kinerja manajemen,

kinerja keuangan, kinerja program pendayagunaan, dan kinerja legitimasi

sosial (Yuanta, 2016).

3
10. Balanced Scorecard

Robert S. Kaplan dan David P. Norton (1996) dalam Hansen dan

Mowen (2009) menyatakan bahwan Balanced Scorecard adalah sistem

manajemen strategis yang mendefinisikan sistem akuntansi

pertanggungjawaban berdasarkan strategi. Balanced Scorecard

menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam tujuan operasional

dan ukuran kinerja dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan,

perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan (infrastruktur). Perspektif keuangan

menjelaskan konsekuensi ekonomi tindakan yang diambil dalam tiga

perspektif lain. Perspektif pelanggan mendefinisikan segmen pasar dan

pelanggan di mana unit bisnis akan bersaing. Perspektif proses nilai

kepada pelanggan dan pemilik. Akhirnya, perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan (infrastruktur) mendefinisikan kemampuan yang diperlukan

organisasi untuk memperoleh pertumbuhan jangka panjang dan

perbaikan. Perspektif terakhir mengacu pada tiga faktor utama yang

memungkinkannya, yaitu kemampuan pegawai, kemampuan sistem

informasi, dan perilaku pegawai (motivasi, pemberdayaan, dan

penyejajaran) (Hansen & Mowen, 2009: 366).

a. Perspektif Keuangan

Perspektif keuangan menetapkan tujuan kinerja keuangan

jangka pendek dan jangka panjang. Perspektif keuangan mengacu

pada konsekuensi keuangan global dari ketiga perspektif lainnya.

Jadi,

3
tujuan dan ukuran perspektif lain harus dihubungkan dengan tujuan

keuangan. Perspektif keuangan memiliki tiga tema strategis:

pertumbuhan pendapatan, penurunan biaya, dan pemanfaatan aset.

Ketiga tema ini merupakan elemen penting bagi pengembangan

tujuan dan ukuran operasional spesifik.

b. Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan adalah sumber komponen pendapatan dari

tujuan keuangan. Perspektif ini mendefinisikan dan memilih

pelanggan dan segmen pasar di mana perusahaan memutuskan untuk

bersaing.

c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Proses adalah sarana menciptakan nilai pelanggan dan

pemegang saham. Jadi, perspektif proses mencakup identifikasi

proses yang diperlukan untuk mencapai tujuan pelanggan dan

keuangan. Untuk memberikan kerangkan kerja yang diperlukan

perspektif ini, rantai nilai proses didefinisikan. Rantai nilai proses

terdiri atas tiga proses, proses inovasi, proses operasional, dan proses

pascapenjualan. Proses inovasi mengantisipasi kebutuhan yang

timbul dan kebutuhan yang potensial dari pelanggan, serta

menciptakan produk dan jasa baru untuk memuaskan kebutuhan itu.

Proses ini mewakili apa yang disebut gelombang panjang dari

penciptaan nilai. Proses operasional menghasilkan serta

mengurumkan produk dan jasa yang telah ada kepada pelanggan.

Proses ini dimulai dengan pesanan pelanggan dan

3
berakhir dengan pengiriman produk atau jasa. Proses ini merupakan

gelombang pendek dari penciptaan nilai. Proses jasa pascapenjualan

meberikan pelayanan yang cepat tanggap dan penting bagi

pelanggan setelah produk atau jasa telah dikirim.

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Infrastruktur)

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah sumber

kemampuan yang memungkinan penyelesaian atau pencapaian

tujuan tiga perspektif lainnya. Perspektif ini memiliki tiga tujuan

utama: peningkatan kemampuan pegawai; peningkatan inovasi,

pemberdayaan, dan pelibatan pegawai; serta peningkatan

kemampuan sistem informasi.

11. Indeks Zakat Nasional (IZN)

Indeks Zakat Nasional (IZN) yang disusun oleh tim peneliti Pusat

kajian strategis (Puskas) BAZNAS merupakan sebuah indeks komposit

yang dibangun dengan tujuan untuk mengukur perkembangan kondisi

perzakatan nasional. IZN diharapkan dapat menjadi indikator yang dapat

memberikan gambaran sejauh mana zakat telah berperan terhadap

kesejahteraan mustahik dan juga dapat memberikan gambaran pada tahap

apa institusi zakat telah dibangun, baik secara internal kelembagaan,

partisipasi masyarakat, maupun dari sisi dukungan yang diberikan

pemerintah (Puskas BAZNAS 2016).

Dalam perkembangan pengelolaan zakat, baik di Indonesia maupun

ada level internasional, sampai saat ini memang belum ada alat ukur

3
standar yang dapat dipakai untuk mengukur kinerja dan perkembangan

zakat. Padahal, keberadaan alat ukur ini sangat penting dalam

menentukan keberhasilan pencapaian pembangunan zakat. Selain itu,

dengan mengetahui perkembangan pencapaian kinerja zakat, dapat juga

diukur sejauh mana kontribusi zakat terhadap pembangunan ekonomi

sosial. Sehingga IZN diharapkan menjadi sebuah ukuran standar yang

dapat dipakai oleh regulator, lembaga zakat dan juga masyarakat dalam

mengevaluasi perkembangan zakat secara nasional.

Penyusunan IZN dilakukan dengan menggunakan penelitian berbasis

mixed methods. Mixed Methods research merupakan sebuah metodologi

penelitian yang mengintegrasikan metode kuantitatif, dan penelitian

kualitatif. Metode kualitatif digunakan dalam menyusun komponen

pembentuk IZN, sedangkan metode kuantitatif digunakan dalam

membentuk model estimasi penghitungannya. Dalam menentukan

komponen-komponen yang membentuk IZN, tim peneliti Puskas

BAZNAS juga menetapkan sebuah pedoman yang menjadi konsep dasar

dalam keseluruhan proses penyusunan index yang dibuat. Pedoman

tersebut disingkat dengan istilah SMART, yaitu komponen indeks yang

memenuhi kriteria Spesific, Measurable, Aplicable, Reliable, dan Timely.

Dari proses kajian yang telah dilakukan oleh Tim Peneliti Pusat Kajian

Strategis BAZNAS, didapatkan komponen-komponen pembentuk IZN

yang dibagi menjadi dimensi makro dan dimensi mikro. Kedua dimensi

tersebut kemudian dibreak-down lagi ke dalam komponen yang lebih

3
detail, komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Setiap komponen

juga memiliki bobot kontribusi yang telah ditentukan melalui mekanisme

Focus Group Discussion (FGD) dan kriteria ekspert judgment. Secara

umum, keseluruhan komponen IZN dapat digambarkan dalam Gambar 1.

Gambar 2.1
Komponen Pembentuk IZN
Sumber: Puskas BAZNAS (2016)

3
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat

dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode Penelitian


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
1 Fitriani dan Analisis Kinerja Kinerja zakat. Responden dan Kinerja zakat di Kabupaten Pati
Irfan Syauqi Perzakatan Kabupaten Instrumen lokasi penelitian. berada pada kategori cukup baik
Beik Pati (Studi Kasus: analisis. dengan nilai
BAZNAS Kabupaten Penelitian sebesar 0,60.
(2017) Pati) kualitatif. Kinerja zakat secara makro di
Kabupaten Pati berada pada
kategori baik dengan
nilai sebesar 0,70.
Dilihat dari adanya regulasi yang
mengatur tentang zakat,
dukungan APBD untuk
operasional BAZNAS Kabupaten
Pati, dan database lembaga zakat,
Kabupaten Pati
memperoleh nilai 1, 1, dan 0
berturut-turut.

3
Peneliti Metode Penelitian
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
Kinerja zakat secara mikro di
Kabupaten Pati berada pada
kategori cukup baik
dengan nilai sebesar 0,53.
Dari sisi kelembagaan dan
dampak zakat, kinerja BAZNAS
Kabupaten Pati
memperoleh nilai 0,65 dan 0,45
berturut-turut.
2 Ulfah Laelatul Penghitungan Indeks Kinerja zakat. Responden dan Kinerja zakat di Kabupaten
Hilmiyah dan Zakat Nasional (IZN) Instrumen lokasi penelitian. Bogor berada pada kategori
Irfan Syauqi Pengelolaan Zakat analisis. cukup baik dengan nilai
Beik Kabupaten Bogor Penelitian sebesar 0,532.
kualitatif. Kinerja zakat secara makro di
(2017) Kabupaten Bogor berada pada
kategori kurang baik
dengan nilai sebesar 0,40.
Dilihat dari adanya regulasi
yang mengatur tentang zakat,
dukungan APBD untuk
operasional BAZNAS Kabupaten
Bogor, dan database lembaga
zakat, Kabupaten
Bogor memperoleh nilai 0, 1, dan
0 berturut-turut.

3
Peneliti Metode Penelitian
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
Kinerja zakat secara mikro di
Kabupaten Bogor berada pada
kategori sudah baik
dengan nilai sebesar 0,62.
Dari sisi kelembagaan dan
dampak zakat, kinerja BAZNAS
Kabupaten Bogor
memperoleh nilai 0,65 dan 0,60
berturut-turut.
3 Elok Nurlita dan Pengaruh Zakat Variabel Zakat. Variabel Konsumsi. Bahwa zakat yang diterima dan
Marlina Terhadap Konsumsi Responden dan jumlah anggota rumah tangga
Ekawaty Rumah Tangga lokasi penelitian. berpengaruh terhadap konsumsi
Mustahik Penelitian rumah tangga mustahik.
(2017) (Studi Pada Penerima Kuantitatif. Selain itu, pendapatan rumah
Zakat Dari Baznas Kota Instrumen alat ukur tangga sebagai variabel perantara
Probolinggo) penelitian. juga berpengaruh terhadap
konsumsi rumah tangga mustahik,
sedangkan pendidikan kepala
rumah tangga dan usia kepala
rumah tangga tidak berpengaruh
terhadap konsumsi rumah tangga
mustahik
4 Hidayaneu Penghitungan Indeks Kinerja zakat. Responden dan Kinerja zakat Kota Bandung dari
Farchatunnisa, Zakat Nasional (IZN) Instrumen lokasi penelitian. sisi makro memiliki nilai indeks
dan Prof. Dr. analisis.

3
Peneliti Metode Penelitian
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
KH. Didin Pengelolaan Zakat Kota Penelitian 0,047 yang dinilai masih belum
Hafiduddin, Bandung kualitatif. optimal.
Kinerja zakat Kota Bandung dari
sisi mikro, cukup baik yakni pada
(2017) nilai indeks IZN 0,56.
Kelembagaan pengelolaan zakat
Kota Bandung memiliki nilai
indeks 0,5 yang dinilai cukup
baik
Nilai indeks dampak zakat
memiliki nilai indeks 0,6 yang
dinilai sudah baik
Dari sisi regulasi dan alokasi
APBD pengelolaan zakat Kota
Bandung memiliki nilai indeks
IZN 0,00 melihat pengadaan
regulasi tentang pengelolaan
zakat Kota Bandung baru sebatas
instruksi walikota
Kinerja zakat di Kota Bandung
dengan menggunakan metode
CIBEST dan modifikasi IPM
mendapat nilai indeks sebesar
0,60 dengan indeks variable

3
Peneliti Metode Penelitian
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
kemandirian mustahik zakat Kota
Bandung sebesar 0,50.
5 Widiawati, Kinerja Pengelolaan Kinerja zakat. Responden dan Kinerja Pengelolaan Zakat di
Nunung Zakat Menggunakan Instrumen lokasi penelitian. BAZNAS Provinsi Jawa Barat
Nurhayati, dan Indeks Zakat Nasional analisis. mendapatkan nilai indeks 0,57
Ifa Hanifia (IZN) di BAZNAS Penelitian yang artiya, kinerja pengelolaan
Senjiati Provinsi Jawa Barat. kualitatif. zakat di BAZNAS Provinsi Jawa
Barat termasuk dalam kategori
(2016) baik. Nilai indeks tersebut
berdasarkan perhitungan dari
setiap nilai indeks pada dimensi
makro dan dimensi mikro.
6 Damanhur dan Analisis Pengaruh Analisis Pengaruh Responden dan Zakat berpengaruh terhadap
Nurainiah Bantuan Zakat Bantuan Zakat lokasi penelitian. kesejahteraan masyarakat di
Terhadap Tingkat Penelitian Kabupaten Aceh Utara.
(2016) Kesejahteraan kuantitatif. Variabel terikat (Pendapatan)
Masyarakat Kabupaten Menggunakan SPSS dapat dipengaruhi sebesar 33,3%
Aceh Utara oleh saluran dana zakat , dan
sisanya sebesar
66,7% dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.

3
Peneliti Metode Penelitian
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
7 Yoghi Citra Peran Zakat Dalam Variabel Zakat. Variabel Bahwa karakteristik mustahik
Pratama Penanggulangan Kemiskinan. yang memperoleh dana zakat
Kemiskinan Responden dan produktif dari baznas didominasi
(2015) (Studi Kasus : Program populasi penelitian. dari gender perempuan, dimana
Zakat Produktif Pada Indeks pengukuran berdasarkan penelitian ini kaum
Badan Amil Zakat (Headcount ratio, perempuan mencapai 92,5%.
Nasional) rasio kesenjangan Secara keseluruhan mustahik
kemiskinan dan rasio menilai program zakat produktif
kesenjangan, Indeks sudah berjalan dengan sangat
Sen, dan Indeks baik, hal ini dinyatakan oleh 45%
Foster, Greer dan responden yang terlibat dalam
Thorbecke (FGT)). penelitian ini dan cukup baik
dinilai dari 55% dari total
responden.
Meskipun dana zakat yang
terkumpul masih sangat kecil,
tetapi memiliki dampak nyata
dalam upaya pengentasan
kemisikinan melalui program
zakat produktif. Dan zakat
menjadi instrument keuangan
yang efektif dalam permasalahan
modal kaum miskin.

4
Peneliti Metode Penelitian
No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
8 Amalia dan Potensi Dan Peranan Variabel Zakat. Responden dan Dari hasil penelitian yang
Kasyful Mahalli Zakat Dalam populasi penelitian. dilakukan masyarakat sangat
Mengentaskan Menggunakan setuju pemanfaatan zakat melalui
(2012) Kemiskinan Di Kota program SPSS. bantuan pinjaman & modal di
Medan Penelitian sertai pelatihan dan ketrampilan
Kuantitatif. yang nantinya akan membantu
perekonomian masyarakat dan
menjadi mayarakat yang mandiri
9 Irfan Syauqi Analisis Peran Zakat Analisis Peran Responden dan Zakat mampu mengurangi jumlah
Beik dalam Mengurangi Zakat lokasi penelitian. keluarga miskin dari 84 persen
Kemiskinan : Studi Penelitian Indeks pengukuran menjadi 74 persen. Kemudian
(2009) Kasus Dompet Dhuafa Kualitatif (Headcount ratio, dari aspek kedalaman
Republika rasio kesenjangan kemiskinan, zakat juga terbukti
kemiskinan dan rasio mampu mengurangi kesenjangan
kesenjangan, Indeks kemiskinan dan kesenjangan
Sen, dan Indeks pendapatan, sedangkan ditinjau
Foster, Greer dan dari tingkat keparahan
Thorbecke (FGT)). kemiskinan, zakat juga mampu
mengurangi tingkat keparahan
kemiskinan

4
C. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

gambar berikut:

BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Penilaian Kinerja Perzakatan


BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Indeks Zakat Nasional (IZN)

Dimensi Makro Dimensi Mikro

Regulasi Dukungan Database Kelembagaan Dampak Zakat


APBD Lembaga

Penghimpunan Indeks
Jumlah Rasio Rasio kesejahteraan
lembaga muzakki muzakki CIBEST
Pengelolaan
zakat individu badan
resmi,
Modifikasi IPM
mustahik, Penyaluran
dan
Kemandirian
muzakki
terdaftar Pelaporan

Rekomendasi Pengoptimalan Kinerja BAZNAS


Kota Tangerang Selatan

Rekomendasi Akuntansi Manajemen BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran

4
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan

adalah untuk melihat sejauh mana kontribusi pemerintah dan masyarakat

terhadap pengelolaan zakat serta dampak zakat terhadap mustahik. Agar lebih

fokus terhadap penelitian yang dilakukan, maka ruang lingkup penelitian

difokuskan hanya pada BAZNAS yang berada di Kota Tangerang Selatan.

B. Model Penentuan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, pihak peneliti

selanjutnya menentukan populasi yang akan diuji. Menurut Sekaran

(2011:

121) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan kelompok

orang, kejadian, atau hal dan minat yang ingin peneliti investigasi.

Sedangkan sampel adalah subkelompok atau sebagian dari populasi.

Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan

yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitan (Sekaran, 2011:

123). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah rumah tangga

mustahik yang berlokasi di Kota Tangerang Selatan, sedangkan responden

yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 rumah tangga

yang merupakan mustahik dari program Layanan Mustahik.

4
2. Metode Pengambilan Sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik convenience sampling istilah umum yang mencakup

variasi luasnya prosedur pemilihan responden dimana unit sampel yang

ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur

dan bersifat kooperatif (Tim FEB UIN Jakarta, 2012). Sedangkan

menurut Sekaran (2011) convenience sampling merupakan pengumpulan

informasi dari anggota populasi yang dengan senang hati bersedia

memberikannya.

Metode pemilihan sampel yang digunakan dimaksudkan untuk

mengantisipasi adanya kemungkinan tidak didapatkannya jawaban dari

para mustahik yang berada di wilayah Kota Tangerang Selatan. Hal lain

yang dianggap penting adalah jumlah data yang terkumpul, agar tetap

dapat memenuhi kriteria pengolahan data.

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder, dengan keterangan sebagai berikut:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara

dengan menggunakan kuesioner terhadap pihak BAZNAS Kota

Tangerang Selatan dan rumah tangga mustahik yang mendapatkan dana

zakat melalui program Layanan Mustahik pada BAZNAS Kota

Tangerang Selatan.

2. Data sekunder diperoleh dari data-data yang sudah tersedia pada

BAZNAS Kota Tangerang Selatan terkait dengan database mustahik,


4
gambaran umum BAZNAS Kota Tangerang Selatan, dan laporan

keuangan BAZNAS

4
Kota Tangerang Selatan. Data pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Tangerang Selatan, UNDP, serta literatur lainnya untuk melengkapi data

primer dalam penelitian.

3. Penelitian Pustaka (Library Research)

Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang

sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat

lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

D. Metode Analisis Data

1. Indeks Zakat Nasional

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks

Zakat Nasional (IZN). Adapun teknik estimasi perhitungan yang

dilakukan dalam memperoleh nilai IZN menggunakan metode yang

dinamakan Stage Weighted Index. Metode ini menggabungkan beberapa

proses tahapan pembobotan yang telah diberikan pada setiap komponen

penyusun index, sehingga pembobotan yang diberikan pada setiap

komponen tersebut harus dilakukan dan bersifat prosedural.

Keseluruhan prosedur estimasi perhitungan indeks tersebut adalah

sebagai berikut (Puskas BAZNAS 2016):

Tahap pertama, membuat skoring skala likert dengan rentang 1-5,

dimana 1 menggambarkan kondisi paling buruk dan 5 kondisi paling baik.

Skoring ini dibuat untuk keseluruhan variabel penyusun indeks.

4
Tahap kedua, menghitung indeks setiap variabel dengan formula

sebagai berikut:

Keterangan:

Ii = Indeks pada variabel i

Si = Nilai skor aktual pada pengukuran variabel i

Smax = Skor maksimal

Smin = Skor minimal

Tahap ketiga, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap

variabel dengan bobot masing-masing untuk memperoleh indeks pada

indikator. Dua indikator yaitu regulasi dan anggaran pemerintah tidak

diturunkan ke variabel yang lebih detail sehingga tidak memerlukan

perhitungan khusus pada tahap ini. Tiga indikator lain yang diturunkan ke

dalam beberapa variabel memiliki perhitungan khusus sebagai berikut:

a. Indeks Indikator Database Lembaga Zakat

X13= 0.33X131 + 0.33X132 + 0.33X133

Keterangan:

X13 : Indeks Indikator Database Lembaga Zakat

X131 : Indeks Variabel Jumlah Lembaga Zakat, Muzaki, dan Mustahik

4
X132 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Individu terhadap Jumlah Rumah

Tangga

X133 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Badan terhadap Jumlah Badan

Usaha

b. Indeks Indikator Kelembagaan

X21= 0.30X211 + 0.20X212 + 0.30X213 + 0.20X214

Keterangan:

X12 : Indeks Indikator Kelembagaan

X211 : Indeks Variabel Penghimpunan

X212 : Indeks Variabel Pengelolaan

X213 : Indeks Variabel Penyaluran

X214 : Indeks Variabel Pelaporan

c. Indeks Indikator Dampak Zakat

X22= 0.40X221 + 0.40X222 + 0.20X223

Keterangan:

X22 : Indeks Indikator Dampak Zakat

X221 : Indeks Variabel Kesejahteraan CIBEST (material dan spiritual)

X222 : Indeks Variabel Modifikasi IPM (pendidikan dan kesehatan)

X223 : Indeks Variabel Kemandirian

4
Tahap keempat, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap

indikator dengan bobot masing-masing untuk memperoleh indeks pada

dimensi makro dan dimensi mikro.

a. Indeks Dimensi Makro

X1= 0.30X11 + 0.40X12 + 0.30X13

Keterangan:

X1 : Indeks Dimensi Makro

X11 : Indeks Indikator Regulasi

X12 : Indeks Indikator Dukungan APBD

X13 : Indeks Indikator Database Lembaga Zakat

b. Indeks Dimensi Mikro

X2= 0.40X21 + 0.60X22

Keterangan:

X2 : Indeks Dimensi Mikro

X21 : Indeks Indikator Kelembagaan

X22 : Indeks Indikator Dampak Zakat

Tahap kelima, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap

dimensi dengan bobot masing-masing untuk memperoleh Indeks Zakat

Nasional, yaitu:

4
IZN= 0.40X1 + 0.60X2

Keterangan:

IZN : Indeks Zakat Nasional

X1 : Dimensi Makro

X2 : Dimensi Mikro

Nilai indeks yang dihasilkan akan berada pada rentang 0.00-1.00.

Nilai 0.00 artinya nilai indeks paling rendah yaitu “nol”, sedangkan nilai

1.0 artinya nilai indeks paling tinggi yaitu “satu”. Semakin rendah indeks

maka tidak baik kinerja perzakatan, semakin tinggi indeks maka sangat

baik kinerja perzakatan.

Kriteria Nilai IZN :

a. 0.00-0.20 : Kinerja Tidak Baik

b. 0.21-0.40 : Kinerja Kurang Baik

c. 0.41-0.60 : Kinerja Cukup Baik

d. 0.61-0.80 : Kinerja Baik

e. 0.80-1.00 : Kinerja Sangat Baik

2. Indeks Kesejahteraan CIBEST

Center of Islamic Business and Economics Studies (CIBEST)

Model atau indeks CIBEST dikembangkan oleh Beik & Arsyianti (2014).

Pengembangan indeks ini didasarkan pada kuadran CIBEST yang terbagi

menjadi empat area, yaitu area kesejahteraan, kemiskinan spiritual,

kemiskinan material, dan kemiskinan absolut.

5
Gambar 3.1
Kuadran
CIBEST

Indeks CIBEST menghitung jumlah penduduk yang berada di

masingmasing kuadran dan implikasinya terhadap kebijakan pemerintah.

Fokus kebutuhan yang perlu dihitung adalah kebutuhan material dan

spiritual. Dalam konsep CIBEST, unit analisis yang digunakan adalah

rumah tangga/keluarga. Hal tersebut karena keluarga/rumah tangga harus

dipandang sebagai sesuatu yang utuh. Dalam konsep CIBEST, rumah

tangga/keluarga ini dibagi menjadi enam sub kelompok, yaitu: kepala

rumah tangga/keluarga, orang dewasa bekerja, orang dewasa tidak bekerja

(>18 tahun), remaja usia 14-18 tahun, anak-anak usia 7-13 tahun, dan

anak- anak berusia enam tahun atau kurang dari enam tahun.

Penelitian ini menggunakan perhitungan berdasarkan pendapatan

rumah tangga per bulan dan garis kemiskinan rumah tangga atau Material

Value (MV) sebagai dasar perhitungan. Penentuan garis kemiskinan pada

penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu penentuan garis kemiskinan

material dan garis kemiskinan spiritual. Kategori garis kemiskinan

material juga dibagi dua yaitu garis kemiskinan rumah tangga sebelum

5
memperoleh

5
bantuan dana zakat dan garis kemiskinan rumah tangga setelah

memperoleh bantuan dana zakat. Hal ini didasari atas perbedaan waktu

dan kondisi rumah tangga mustahik pada periode sebelum dan sesudah

mendapatkan bantuan dana zakat.

Material Value (MV) memiliki formula tersendiri untuk mengukur

standar minimal kebutuhan material suatu rumah tangga yang harus

dipenuhi. Secara formula, penentuan MV merupakan total dari hasil

perkalian harga barang dan jasa yang dibutuhkan (Beik dan Arsyianti

2016). Secara matematis formula tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

MV : standar minimal kebutuhan material yang harus dipenuhi rumah

tangga (Rp atau mata uang lain) atau dapat disebut sebagai Garis

Kemiskinan Material

Pi : Harga barang dan jasa (Rp atau mata uang lain)

Mi : Jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan

Penelitian ini memiliki keterbatasan waktu sehingga tidak akan

dilakukan survey, maka nilai MV didasarkan pada perkalian garis

kemiskinan material Kota Tangerang Selatan per kapita per bulan, yaitu

Rp 549.150,00 pada tahun 2018 dengan jumlah anggota keluarga.

5
MV = Garis Kemiskinan Kota Tangerang Selatan x jumlah anggota

keluarga

Perhitungan garis kemiskinan spiritual atau Spiritual Value (SV)

digunakan untuk mengukur kondisi rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan

spiritual. Beik dan Arsyianti (2015) merumuskan standar pemenuhan lima

variabel yaitu pelaksanaan ibadah shalat, puasa, zakat, lingkungan keluarga, dan

kebijakan pemerintah.

5
Tabel 3.1 Skor Kebutuhan Spiritual

Standar
Variabel
1 2 3 4 5 Kemiskinan
Melaksanakan
Melaksanakan shalat wajib
Melarang Melaksanakan
Menolak shalat wajib rutin
orang shalat
Shalat konsep rutin tapi berjamaah
lain wajib tidak
shalat tidak selalu dan
shalat rutin
berjamaah melakukan
shalat sunnah
Melarang Melaksanakan Hanya Melaksanakan
Menolak
orang puasa melaksanakan puasa wajib
Puasa konsep
lain wajib tidak puasa wajib dan puasa
puasa
puasa penuh secara penu sunnah
Skor rata-rata
Tidak untuk
Melarang Membayar
pernah Membayar keluarga
orang Menolak zakat fitrah,
Zakat dan berinfak zakat fitrah yang
lain zakat dan zakat harta,
Infak walau sekali dan zakat secara
berzakat infak dan
dalam harta spiritual
dan infak infak/sedekah
setahun miskin
adalah 3
Menganggap Membangun (SV=3)
Melarang ibadah Mendukung suasana
Menolak
Lingkungan anggota urusan ibadah keluarga yang
pelaksana
Keluarga keluarga pribadi anggota mendukung
an ibadah
ibadah anggota keluarga ibadah secara
keluarga bersama-sama

Melarang Menganggap
Menciptakan
ibadah Menolak ibadah
Kebijakan Mendukung lingkungan
untuk pelaksana urusan
Pemerintah ibadah yang kondusif
setiap an ibadah pribadi
untuk ibadah
keluarga masyarakat
Sumber: Beik dan Arsyianti (2015)

5
Indeks CIBEST yang diperlukan dalam IZN hanya besaran indeks

kesejahteraan. Formula indeks kesejahteraan adalah sebagai berikut:

Dimana,

W : Indeks kesejahteraan; 0 < W < 1

w : jumlah keluarga sejahtera atau berada di kuadran 1

N : Jumlah keluarga yang diobservasi

Dalam penelitian ini, skor kebutuhan spiritual akan menggunakan

pendekatan persepsi dari kepala keluarga. Kepala keluarga

menggambarkan kondisi dari masing-masing variabel indikator kebutuhan

spiritual dalam rumah tangga tersebut.

Pemenuhan kebutuhan spiritual dihitung berdasarkan standar

pemenuhan lima variabel, diantaranya skor pelaksanaan ibadah shalat,

zakat, puasa, lingkungan keluarga/rumah tangga, dan kebijakan

pemerintah, dapat dilihat pada Tabel 3. Skor diberikan pada masing-

masing variabel dengan menggunakan skala likert antara 1 hingga 5. Garis

kemiskinan spiritual (SV) nilainya adalah sama dengan tiga.

5
Perhitungan skor spiritual individu anggota rumah tangga/keluarga

didasarkan pada rumus berikut ini:

Keterangan :

Hi = skor aktual keluarga ke-i

Vpi = skor shalat anggota keluarga ke-i

Vfi = skor puasa anggota keluarga ke-i

Vzi = skor zakat dan infak anggota keluarga ke-i

Vhi = skor lingkungan keluarga menurut anggota keluarga ke-I

Vgi = skor kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga ke-i

Hasil skor individu anggota keluraga, kemudian dapat ditentukan

skor spiritual rumah tangga/keluarga dengan menjumlahkan skor seluruh

anggota keluarga dan membaginya dengan jumlah anggota keluarga.

Formula perhitungan sebagai berikut:

Keterangan:

SH = skor rata-rata kondisi spiritual keluarga

Hh = skor kondisi spiritual anggota keluarga ke-h

MH = jumlah anggota keluarga

5
Hasil nilai spiritual lebih besar dari nilai SV, maka keluarga

tersebut dikatakan kaya spiritual. Hasil dari perhitungan nilai material dan

spiritual menggambarkan kondisi setiap keluarga secara material dan

spiritual.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan terhadap masing-

masing keluarga yang diamati maka akan didapatkan nilai MV dan SV.

Nilai SV dan MV tersebut menjadi acuan untuk menempatkan sebuah

rumah tangga dalam kategori kemiskinan berdasarkan kuadran CIBEST.

Tabel 3.2 Kuadran CIBEST


Skor Aktual < Nilai MV > Nilai MV
Kaya spiritual, Miskin Kaya spiritual, kaya
> Nilai SV material material
(Kuadran II) (Kuadran I)

Miskin spiritual, Miskin Miskin spiritual, kaya


< Nilai SV material material
(Kuadran IV) (Kuadran III)

Sumber: Beik dan Arsyianti (2015)

Jika nilai aktual skor spiritual rumah tangga (SH) lebih besar dari

SV dan pendapatan lebih besar dari MV maka rumah tangga tersebut

masuk ke kategori kuadaran I yang tercukupi kebutuhan material dan

spiritualnya. Rumah tangga yang memiliki nilai SH lebih besar dari nilai

SV dan pendapatan lebih rendah dari nilai MV, maka rumah tangga

tersebut masuk kedalam kategori kuadran II. Rumah tangga dengan skor

spiritual lebih kecil dari nilai SV dan pendapatan lebih besar dari nilai MV

maka rumah tangga tersebut masuk kedalam kuadran III. Rumah tangga

yang memiliki skor

5
spiritual lebih kecil dari nilai SV dan pendapatan lebih kecil dari MV, maka

rumah tangga tersebut masuk kedalam kategori kuadran IV.

3. Indeks Modifikasi IPM

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan cara penduduk

dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan,

kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM dibentuk oleh tiga dimensi

dasar yaitu umur dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.

Perhitungan setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum

dan nilai maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Indeks Angka Harapan Hidup

Dimana,

Ikesehatan : Indeks Kesehatan

AHH : Angka Harapan Hidup

AHHmin : Angka Harapan Hidup Minimum

AHHmaks : Angka Harapan Hidup

Maksimum

5
b. Indeks Harapan Lama Sekolah

Keterangan :

IHLS : Indeks Harapan Lama Sekolah

HLS : Harapan Lama Sekolah

HLSmin : Harapan Lama Sekolah Minimum

HLSmaks : Harapan Lama Sekolah Maksimum

c. Indeks Rata-Rata Lama Sekolah

Keterangan :

IRLS : Indeks Rata-Rata Lama Sekolah

RLS : Rata-Rata Lama Sekolah

RLSmin : Rata-Rata Lama Sekolah Minimum

RLSmaks : Rata-Rata Lama Sekolah Maksimum

d. Indeks Pendidikan

Keterangan :

Ipendidikan : Indeks Pendidikan

IHLS : Indeks Harapan Lama Sekolah

IRLS : Indeks Lama Sekolah

6
e. Indeks Pembangunan Manusia

Perhitungan IPM menggunakan metode baru yang berdasarkan

angka harapan hidup saat lahir (AHH), harapan lama sekolah (HLS)

dan rata-rata lama sekolah (RLS), PNB per kapita, rata-rata

geometrik (BPS 2014). Modifikasi IPM yang dihitung dalam

penelitian ini yaitu kesehatan dan pendidikan.

Keterangan :

IPM : Indeks Pembangunan Manusia

Ikesehatan : Indeks Kesehatan

Ipendidikan : Indeks Pendidikan

Untuk melihat capaian IPM antar wilayah dapat dilihat

melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu:

Nilai IPM Kriteria

0 – 60 IPM Rendah

61 – 70 IPM Sedang

71 – 80 IPM Tinggi

81 – 100 IPM Sangat Tinggi

6
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan

Pengelolaan Zakat Infaq dan Sedekah mengacu pada UU Nomor 23 Tahun

2011 pengganti UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan

Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang

pelaksanaan UU Nomor 38 Tahun 1999 serta Keputusan Direktur Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D-291 Tahun 2000

Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Keputusan Walikota Tangerang Selatan No. 451.12/Kep.281-Huk/2016,

tentang Pengangkatan Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kota Tangerang

Selatan masa kerja 2016-2921, tertanggal 30 Desember 2016.

Visi Baznas Kota Tangerang Selatan ialah mewujudkan masyarakat

muslim dan muslimat yang sadar akan zakat serta memiliki keyakinan bahwa

BAZ adalah wadah untuk memenuhi rasa keadilan bagi para asnafnya. Untuk

mencapai visi tersebut, BAZNAS melaksanakan misi sebagai berikut:

1. Mewujudkan pengelolaan zakat yang berdaya guna bagi kesejahteraan

ummat;

2. Memudahkan pelayanan pembayaran zakat bagi muzakki dan

penyalurannya kepada mustahik;

3. Mewujudkan masyarakat yang sadar zakat, suka berinfak dan

bersedekah;

6
4. Menjadikan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai wadah yang

amanah dan transparan dalam pengelolaan.

BAZNAS Kota Tangerang Selatan melaksanakan pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan dana masyarakat berupa dana zakat, dana

infak/sedekah secara profesional dan transparan. Dana yang telah terkumpul

didistribusikan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip

pemerataan, keadilan dan kewilayahan melalui mekanisme konsumtif dan

produktif dalam bentuk program yaitu sebagai berikut:

1. Bidang Pendidikan

2. Bidang Ekonomi

3. Bidang Kesehatan

4. Bidang Keagamaan dan Dakwah Advokasi

5. Bidang Kemanusiaan

Susunan Pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan berdasarkan

Keputusan Walikota No. 451.12/Kep.281-Huk/2016 tanggal 30 Desember

2016 tentang Pengangkatan Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional Kota

Tangerang Selatan 2016-2021 adalah sebagai berikut:

Ketua :

KH. Endang Saefudin, MA

Ketua I, Bidang Pengumpulan :

Teten Kurniawan

6
Ketua II, Bidang Distribusi dan Pendayagunaan :

H. Muhammad Salbini, LC

Ketua III, Bidang Perencanaan Keuangan dan Pelaporan:

Drs. H. Ucup Yusuf, M.Pd

Ketua IV, Bidang Administrasi SDM dan Umum :

H. Muhammad Thohir, SQ

B. Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik

Responden dalam penelitian kali ini berjumlah 100 orang yang

merupakan mustahik (penerima dana zakat) dari Badan Amil Zakat Nasional

Kota Tangerang Selatan. Dalam penelitian kali ini, yang diwawancarai

(sebagai narasumber) adalah kepala keluarga atau yang mewakili kepala

keluarga.

Karakteristik kepala keluarga mustahik tersebut akan disajikan dalam

tabel 4.1 sebagai berikut:

6
Tabel 4. 1 Karakteristik Kepala Keluarga Mustahik
Karakteristik Jumlah Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 62 62%
Perempuan 38 38%

Usia
21-40 4 4%
41-60 85 85%
>60 11 11%

Status Pernikahan
Menikah 51 51%
Duda/Janda 49 49%

Pendidikan
Tidak Sekolah 5 5%
SD 48 48%
SMP 17 17%
SMA 30 30%

Pekerjaan
Karyawan 1 1%
Pedagang 62 62%
Buruh 13 13%
Sektor Jasa 9 9%
Tidak Bekerja 15 15%

Ukuran Keluarga
1-3 orang 76 76%
4-6 orang 24 24%
Sumber: Data Primer (2018)

Berdasarkan tabel 4.1, mayoritas kepala keluarga mustahik yang telah

mendapatkan bantuan dari dana zakat Badan Amil Zakat Nasional Kota

Tangerang Selatan berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 62 persen.

Kepala keluarga mayoritas berada pada usia produktif yaitu usia 21-60 tahun,

6
dengan presentase tertinggi berada pada rentang usia 41-60 tahun yaitu 85

persen, untuk kepala keluarga dengan rentang usia tidak produktif atau lebih

dari 60 tahun sebesar 11 persen, kemudian rentang usia 21-40 tahun sebesar 4

persen. Sebanyak 51 persen atau 51 orang dari 100 kepala rumah tangga

memiliki status menikah dan 49 persen atau sebanya 49 orang duda/janda.

Tingkat pendidikan kepala keluarga tergolong rendah karena

mayoritas kepala keluarga hanya memiliki pendidikan setara Sekolah Dasar

(SD) yaitu 48 persen, 30 persen setara Sekolah Menengah Atas (SMA), 17

persen Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 5 persen tidak pernah

bersekolah.

Dari aspek pekerjaan, mayoritas pekerjaan kepala keluarga adalah

pedagang sebesar 62 persen. Pekerjaan lain yang dilakukan kepala keluarga

mustahik adalah sebagai buruh sebanyak 13 persen, sektor jasa 9 persen dan

karyawan 1 persen. Kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki presentase

yang cukup besar setelah berdagang, yaitu 15 persen. Ukuran tanggungan

keluarga mayoritas 1-3 orang dengan jumlah 76 keluarga atau sebesar 76

persen, ukuran ini tergolong kecil. Untuk ukuran keluarga 4-6 orang dapat

dikategorikan sebagai ukuran keluarga sedang, dalam data ini berjumlah 24

keluarga dengan presentase 24 persen. Dalam penelitian ini, tidak terdapat

untuk ukuran keluarga lebih dari 6 orang mengingat sebagian besar keluarga

sudah berpisah kartu keluarga (KK) dari kepala keluarga mustahik.

6
C. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro

1. Indikator Regulasi

Indikator regulasi memiliki satu variabel, yaitu variabel regulasi.

Variabel regulasi mendapat skor 1, artinya BAZNAS Kota Tangerang

Selatan belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang peraturan

pengelolaan zakat. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal

ini menyebabkan variabel regulasi mendapat nilai indeks sebesar 0.

Interpretasinya adalah kinerja dari sisi regulasi tidak baik.

Tabel 4. 2 Skoring Variabel Regulasi


Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Belum memiliki
Peraturan Daerah
Sangat Tidak
Regulasi (Perda) tentang 1 0,00
Lemah Baik
peraturan pengelolaan
zakat
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

Perhitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:


Si-Smin 1-1
I11= = 0,00
Smax-Smin 5-1

2. Indikator Dukungan APBD

Indikator dukungan APBD memiliki satu variabel, yaitu variabel

dukungan APBD. Variabel dukungan APBD mendapat skor 1, artinya

BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendapatkan alokasi APBD untuk

operasional pada tahun 2018 sebesar Rp 600.000.000 dan pada tahun

2017 sebesar Rp. 500.000.000. Variabel ini berada pada kategori sangat

lemah,

6
karena rasio APBD terhadap biaya operasional BAZNAS Daerah kurang

dari 20%, yakni sebesar 0,59%. Hal ini menyebabkan variabel dukungan

APBD mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja

dari sisi dukungan APBD tidak baik.

Tabel 4. 3 Skoring Variabel Dukungan APBD


Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Rasio APBD terhadap


Dukungan biaya operasional Sangat Tidak
1 0,00
APBD BAZNAS Daerah Lemah Baik
kurang dari 20%
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:


Si-Smin 1-1
I12= = 0,00
Smax-Smin 5-1

3. Indikator Database Lembaga Zakat

Indikator database lembaga zakat terdiri atas tiga variabel, yaitu

variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar,

rasio muzakki individu, dan rasio muzakki badan. Variabel jumlah

lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar mendapat skor 4,

artinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki database jumlah

lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik per lembaga. Variabel

ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel jumlah

lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik mendapat nilai indeks

sebesar 0.75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi jumlah lembaga

zakat

6
resmi, muzakki, dan mustahik kuat. Perhitungan nilai indeksnya adalah

sebagai berikut:

Si-Smin 4-1
I131= = 0,75
Smax-Smin 5-1

Variabel rasio muzakki individu mendapat skor 1, artinya rasio

jumlah muzakki terdaftar terhadap jumlah rumah tangga kurang dari 1

persen. Jumlah muzakki terdaftar hanya 34 jiwa dari 419.313 rumah

tangga. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini

menyebabkan variabel rasio muzakki individu mendapat nilai indeks

sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki individu

tidak baik. Perhitungan nilai indeksnya adalah sebagai berikut:

Si-Smin 1-1
I132= = 0,00
Smax-Smin 5-1

Variabel rasio muzakki badan mendapat skor 1, artinya rasio

jumlah muzakki badan usaha terhadap jumlah badan usaha kurang dari 1

persen. Sebanyak 49 badan usaha yang terdaftar sebagai muzakki dari

134 badan usaha di Kota Tangerang Selatan. Variabel ini berada pada

kategori sangat lemah. Hal ini menyebabkan variabel rasio muzakki

badan mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja

dari sisi rasio muzakki badan tidak baik. Perhitungan nilai indeksnya

adalah sebagai berikut:

Si-Smin 1-1
I133= = 0,00
Smax-Smin 5-1

6
Tabel 4. 4 Skoring Variabel -Variabel Database Lembaga Zakat
Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Jumlah
lembaga Memiliki database
zakat resmi, jumlah lembaga zakat
muzakki, resmi, jumlah muzaki 4 Kuat 0,75 Baik
dan dan mustahik per
mustahik lembaga
terdaftar

Rasio Rasio jumlah muzakki


jumlah terdaftar terhadap Sangat Tidak
1 0.00
muzaki jumlah rumah tangga Lemah Baik
individu kurang dari 1 persen

Rasio jumlah muzakki


Rasio
badan usaha terhadap Sangat Tidak
muzakki 1 0.00
jumlah badan usaha Lemah Baik
badan
kurang dari 1 persen
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

Setelah mendapatkan skor dan nilai indeks pada setiap variabel,

kemudian mengalikan nilai indeks dengan bobot masing-masing untuk

memperoleh indeks pada indikator database lembaga zakat. Formula

yang digunakan pada tahap ketiga sebagai berikut:

X13 = 0.33X131 + 0.33X132 + 0.33X133

= 0.33(0,75) + 0.33(0) + 0.33(0)

= 0,25

Nilai indeks yang didapat berdasarkan perhitungan diatas untuk

indikator database lembaga zakat bernilai 0,25 artinya kinerja lembaga

untuk indikator database lembaga zakat kurang baik.

6
Hasil perhitungan berikutnya yaitu dengan mengalikan nilai indeks

yang diperoleh pada setiap indikator dengan bobot masing-masing untuk

memperoleh nilai indeks pada dimensi makro, yaitu:

X1 = 0.30X11 + 0.40X12 + 0.30X13

= 0.33(0) + 0.33(0) + 0.33(0,25)

= 0,083

Berdasarkan perhitungan indeks tiap variabel dan indikator

diperoleh nilai indeks dimensi makro yang disajikan pada perhitungan di

atas. Dari perhitungan di atas diketahui bahwa nilai indeks dimensi

makro sebesar 0.08. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi makro tidak

baik. Nilai ini diperoleh dari pembobotan masing-masing indeks

indikator. Indikator regulasi mendapat nilai indeks 0, artinya kinerja dari

sisi regulasi tidak baik. Indikator dukungan APBD mendapat nilai indeks

0, artinya kinerja dari sisi dukungan APBD tidak baik. Indikator database

lembaga zakat mendapat nilai indeks sebesar 0.25, artinya kinerja dari

sisi database lembaga zakat kurang baik.

6
Tabel 4. 5 Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Makro

Nilai Niai Nilai


Dimensi Indikator Variabel
Indeks Indeks Indeks
Regulasi (X11) 0,00 Regulasi 0,00
Dukungan Dukungan
0,00 0,00
APBD (X12) APBD
Jumlah lembaga
zakat resmi,
muzakki, dan
Makro 0,083 0,75
Database mustahik
Lembaga 0,25 terdaftar
Zakat (X13) Rasio jumlah
0.00
muzaki individu
Rasio muzakki
0.00
badan
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

D. Kinerja Perzakatan Pada Dimensi Mikro

1. Indikator Kelembagaan

Indikator kelembagaan terdiri atas empat variabel yaitu variabel

penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Variabel

penghimpunan mendapat skor 5, artinya pertumbuhan penghimpunan

lebih dari 20 persen. BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018

berhasil menghimpun dana sebesar Rp 4.301.537.795 dan tahun 2017

menghimpun dana sebesar Rp 1.918.866.984. Dana yang terhimpun

mengalami kenaikan sebesar Rp 2.382.670.811 atau sebesar 224 persen.

Variabel ini berada pada kategori sangat kuat. Hal ini menyebabkan

variabel penghimpunan mendapat nilai indeks sebesar 1. Interpretasinya

adalah kinerja dari sisi penghimpunan sangat baik. Perhitungan

indeksnya adalah sebagai berikut:

7
Si-Smin 5-1
I211= = 1
Smax-Smin 5-1

Variabel pengelolaan mendapat skor 5, artinya BAZNAS Kota

Tangerang Selatan memiliki SOP pengelolaan, rencana strategis, dan

program kerja tahunan. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini

menyebabkan variabel pengelolaan mendapat nilai indeks 1.

Interpretasinya adalah kinerja dari sisi pengelolaan sangat baik.

Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:

Si-Smin 5-1
I212= = 1
Smax-Smin 5-1

Variabel penyaluran mendapat skor 4, artinya Allocation to

Collection Ratio (ACR) diantara 50-69%, penyaluran bantuan konsumtif

dan produktif dilakukan dua kali dalam setahun, dan terdapat anggaran

untuk program dakwah. BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun

2018 menyalurkan dana sebesar Rp 3.027.906.688 atau sebesar 70,4%

persen dari total dana yang terhimpun. Variabel ini berada pada kategori

kuat. Hal ini menyebabkan variabel penyaluran mendapat nilai indeks

sebesar 0,75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penyaluran baik.

Perhitungan indeksnya adalah sebagai berikut:

Si-Smin 4-1
I213= = 0,75
Smax-Smin 5-1

Variabel pelaporan mendapat skor 4, artinya BAZNAS Kota

Tangerang Selatan memiliki laporan keuangan teraudit eksternal. Variabel

7
ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel pelaporan

mendapat nilai indeks sebesar 0.75. Interpretasinya adalah kinerja dari

sisi pelaporan kurang baik. Perhitungan indeksnya adalah sebagai

berikut:

Si-Smin 4-1
I214= = 0,75
Smax-Smin 5-1

Tabel 4. 6 Skoring Variabel -Variabel Kelembagaan


Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Pertumbuhan
Penghimpunan penghimpunan Sangat Sangat
5 1
(X211) lebih dari 20 Kuat Baik
persen
Memiliki SOP
pengelolaan,
Pengelolaan Sangat Sangat
rencana strategis, 5 1
(X212) Kuat Baik
dan program kerja
tahunan
Allocation to
Collection Ratio
(ACR) diantara 50-
69%, penyaluran
bantuan konsumtif
Penyaluran
dan produktif 4 Kuat 0,75 Baik
(X213)
dilakukan dua kali
dalam setahun, dan
terdapat anggaran
untuk program
dakwah
Memiliki laporan
Pelaporan
keuangan teraudit 4 Kuat 0,75 Baik
(X214)
eksternal
Sumber: Data Sekunder 2018 (diolah)

Setelah mendapatkan nilai indeks variabel penyusun indikator

kelembagaan, kemudian perhitungan nilai indeks indikator kelembagaan

adalah sebagai berikut:

7
X21 = 0.30X211 + 0.20X212 + 0.30X213+0.20X214

= 0.30(1) + 0.20(1) + 0.30(0,75) + 0.20(0,75)

= 0,875

Nilai indeks indikator kelembagaan adalah 0.875 yang artinya

secara kelembagaan, BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki kinerja

yang sangat baik.

2. Indikator Dampak Zakat

a. Variabel Indeks Kesejahteraan CIBEST

Variabel indeks kesejahteraan CIBEST mendapat skor 4, artinya

rumah tangga mustahik yang sejahtera berada pada rentang nilai 0.61-

0.080. Variabel ini berada pada kategori kuat. Dengan perhitungan

nilai indeks kesejahteraan CIBEST yaitu:

Si-Smin 4-1
I221= = 0,75
Smax-Smin 5-1

Maka dari itu nilai indeks kesejahteraan CIBEST adalah 0.75.

Interpretasinya adalah dari sisi dampak zakat terhadap jumlah rumah

tangga mustahik baik (lihat tabel 4. 7).

Tabel 4. 7 Skoring Variabel Indeks Kesejahteraan CIBEST


Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Indeks Rumah tangga mustahik
Kesejahteraan yang sejahtera berada 4 Kuat 0,79 Baik
CIBEST pada nilai 0,79
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

7
Hal ini diperoleh melalui analisis kuadran CIBEST dan

perhitungan model CIBEST. Berdasarkan tabel 4. 7 diketahui bahwa

sebelum adanya bantuan dana zakat, jumlah rumah tangga mustahik

yang berada pada kuadran I sejahtera (kaya material dan spiritual)

sebanyak 67 rumah tangga. Rumah tangga mustahik tersebut

memiliki rata-rata skor spiritual sebesar 3,79 dan rata-rata

pendapatan sebesar Rp 3.714.925.

Setelah adanya bantuan dana zakat, jumlah rumah tangga mustahik

pada kuadran I meningkat menjadi 79 rumah tangga. Rumah tangga

mustahiki tersebut memiliki rata-rata skor spiritual sebesar 3,81 dan

rata-rata pendapatan sebesar Rp 3.765.823. Jumlah rumah tangga

mustahik pada kuadran II kemiskinan material (kaya spiritual tetapi

miskin material) sebelum adanya bantuan dana zakat sebanyak 33

rumah tangga. Rumah tangga mustahik tersebut memiliki rata-rata

skor spiritual sebesar 3,88 dan rata-rata pendapatan sebesar Rp

824.242. Setelah adanya bantuan dana zakat, jumlah rumah tangga

mustahik pada kuadran II menurun menjadi 21 rumah tangga dengan

rata-rata skor spiritual sebesar 3,89 dan rata-rata pendapatan sebesar

Rp 876.190. Tidak ada rumah tangga mustahik yang masuk ke dalam

kuadran III dan kuadran IV.

7
Tabel 4. 8 Klasifikasi Rumah Tangga Mustahik
Berdasarkan Kuadran CIBEST
Sebelum Zakat Sesudah Zakat
Rata- Rata-
Jumlah Jumlah
No Kuadran rata Rata-rata rata Rata-rata
Rumah Rumah
Skor Pendapatan Skor Pendapatan
Tangga Tangga
Spiritual Spiritual
Kuadran
1 3,795 3.714.925 67 3,816 3.765.823 79
I
Kuadran
2 3,881 824.242 33 3,895 876.190 21
II
Kuadran
3 - - - - - -
III
Kuadran
4 - - - - - -
IV
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan model CIBEST diketahui bahwa

indeks kesejahteraan sebelum menerima bantuan dana zakat nilai

indeksnya sebesar 0,67 dan sesudah menerima bantuan dana zakat

nilai indeksnya meningkat menjadi 0,79 atau naik 12 persen. Ini

berarti setelah menerima bantuan dana zakat, sebesar 12 persen

rumah tangga mustahik mampu memenuhi kebutuhan material dan

spiritual. Nilai indeks kemiskinan material sebelum menerima

bantuan dana zakat adalah sebesar 0,33. Sesudah menerima bantuan

dana zakat nilai indeksnya menurut menjadi 0,21 atau turus 12

persen. Penurunan nilai indeks ini dipengaruhi oleh pendistribusian

dana zakat produktif sebagai suntikan modal usaha rumah tangga

mustahik. Tidak ada rumah tangga yang masuk kategori kuadran III

dan kuadran IV (lihat tabel 4.9).

7
Tabel 4. 9 Hasil Perhitungan Perubahan Indeks CIBEST
Nilai Nilai
Presentase
Indeks Indeks
Indeks CIBEST Perubahan
Tanpa Dengan
(%)
Zakat Zakat
Indeks Kesejahteraan
0,67 0,79 12
(W)
Indeks Kemiskinan
0,33 0,21 12
Materiil (Pm)
Indeks Kemiskinan
- - -
Spiritual (Ps)
Indeks Kemiskinan
- - -
Absolut (Pa)
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

b. Variabel Modifikasi IPM

Modifikasi Indeks Pembangunan Manusia hanya terdiri dari Indeks

Pendidikan dan Kesehatan, sedangkan untuk Indeks Pengeluaran

telah ditentukan dalam perhitungan Indeks CIBEST. Indeks

Kesehatan memiliki dua komponen yaitu Harapan Lama Sekolah

dan Rata-Rata Lama Sekolah, sedangkan Indeks Kesehatan

dijelaskan oleh Angka Harapan Hidup. Berdasarkan hasil estimasi

perhitungan modifikasi IPM tingkat individu pada mustahik

BAZNAS Kota Tangerang Selatan, dari 100 responden diperoleh

rata-rata nilai modifikasi IPM sebagai berikut:

Tabel 4. 10 Nilai Modofikasi IPM


Komponen IPM Nilai Indeks (Persen)
Indeks Kesehatan 0,2816 28,16
Indeks Pendidikan 0,4458 44,58
Modifikasi IPM 0,3543 35,43
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

7
Variabel modifikasi IPM mendapat skor 2, artinya rumah tangga

mustahik dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan berada pada

rentang nilai 0.21-0.40. Variabel ini berada pada kategori kurang

baik. Hal ini menyebabkan variabel modifikasi IPM mendapat nilai

indeks sbesar 0.25. Interpretasinya adalah dari sisi pendidikan dan

kesehatan rumah tangga mustahik kurang baik (lihat Tabel 4. 11).

Tabel 4. 11 Skoring Variabel Indeks Modifikasi IPM


Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja
Rata-rata rumah tangga
Modifikasi mustahik dilihat dari aspek Kurang
2 Kurang 0,25
IPM kesehatan dan pendidikan Baik
berada pada nilai 0,35
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Perhitungan nilai indeks variabel kemandirian adalah sebagai

berikut:

Si-Smin 2-1
I222 = = 0,25
Smax-Smin 5-1

Dalam hal ini, dampak zakat terhadap IPM tidak signifikan.

Farchatunnisa (2017) mengatakan hal ini disebabkan karena dana

zakat yang disalurkan kepada mustahik sifatnya kondisional dan

tidak bersifat kontinyu. Dampak zakat terhadap tingkat kesehatan

dan pendidikan mustahik kurang signifikan karena mustahik

mengajukan bantuan pada saat mustahik memerlukan bantuan untuk

biaya pendidikan dan biaya pengobatan. Tidak ada pengecekan lebih

lanjut

7
yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan terhadap

mustahik yang mengajukan bantuan untuk kesehatan dan pendidikan.

Nilai tersebut dihitung berdasarkan angka harapan hidup yang

mencerminkan tingkat kesehatan mustahik dan harapan lama sekolah

dan rata-rata lama sekolah untuk indeks pendidikan. Angka harapan

lama sekolah menggambarkan lamanya sekolah yang diharapkan

akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang

digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Nilai

indeks modifikasi IPM berdasarkan estimasi perhitungan sebesar

0,354 artinya nilai tersebut berada pada kategori kurang baik.

c. Variabel Kemandirian

Nilai indeks variabel kemandirian diberikan skor 3 yang artinya

rata- rata rumah tangga mustahik di kota Tangerang Selatan

memiliki pekerjaan atau usaha dan tidak memiliki tabungan.

Perhitungan nilai indeks variabel kemandirian adalah sebagai

berikut:

Si-Smin 3-1
I223 = = 0,5
Smax-Smin 5-1

Tidak terdapat rumah tangga mustahik yang memiliki skor 1

dengan kriteria tidak memiliki pekerjaan dan tabungan dan juga

tidak terdapat rumah tangga mustahik yang memiliki skor 2 dengan

kriteria memiliki pekerjaan (serabutan). Rumah tangga mustahik

7
yang mendapat skor 3

7
dengan kriteria hanya memiliki satu dari pekerjaan tetap atau

usaha/bisnis sebanyak 78 rumah tangga atau sebesar 78 persen.

Rumah tangga mustahik yang memiliki skor 4 dengan kriteria

memiliki salah satu dari pekerjaan tetap atau usaha/bisnis dan

memiliki tabungan sebanyak 18 rumah tangga atau sebesar 18

persen. Dan rumah tangga mustahik yang memiliki skor 5 dengan

kriteria memiliki pekerjaan tetap, usaha/bisnis dan memiliki

tabungan sebanyak 4 rumah tangga atau sebesar 4 persen. Skor ini

berada pada kategori cukup. Indeks variabel kemandirian sebesar

0,5. Artinya kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik

cukup baik (lihat tabel 4. 12).

Tabel 4. 12 Skoring Variabel Indeks Kemandirian

Variabel Kondisi Aktual Skor Kategori Indeks Kinerja

Hanya Memiliki Satu


Cukup
Kemandirian dari Pekerjaan Tetap 3 Cukup 0,5
Baik
atau Usaha/Bisnis
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Hasil dari perhitungan setiap variabel, kemudian dapat

menentukan nilai indeks indikator dampak zakat. Perhitungan nilai

indeks tersebut sebagai berikut:

X22 = 0.40X221 + 0.40X222 + 0.20X223

0.40(0,75) + 0.40(0,25) + 0.20(0,5)

0.5

8
Hasil perhitungan setiap indikator yang menyusun dimensi mikro

dapat dilihat pada Tabel 4. 13.

Tabel 4. 13 Nilai indeks variabel, indikator, dan dimensi mikro

Nilai Niai Nilai


Dimensi Indikator Variabel
Indeks Indeks Indeks
Penghimpunan
1
(X211)
Pengelolaan
1
Kelembagaan (X212)
0,875
(X21) Penyaluran
0,75
(X213)
Pelaporan
0,75
(X214)
Kesejahteraan
Material dan
Mikro 0,65
spiritual (Indeks
0,75
Kesejahteraan
CIBEST)
(X221)
Dampak
0,5 Pendidikan dan
Zakat (X22)
Kesehatan
0,25
(Modifikasi
IPM) (X222)
Kemandirian
0,5
(X223)
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Hasil perhitungan nilai indeks setiap variabel dan indikator

berdasarkan formula berikut:

X2 = 0.40X21+0.60X22

= 0.40(0.875) + 0.60(0.5)

= 0,65

8
Nilai indeks dimensi mikro mendapatkan nilai 0.65 yang artinya

kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan dilihat dari sisi mikro

termasuk kriteria yang baik. Hasil yang baik dilihat dari sisi mikro

harus dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi karena zakat

merupakan instrumen alternatif dalam mengatasi masalah

kemiskinan. Zakat yang dikelola dengan baik dapat memberikan

dampak kepada mustahik sehingga lebih mandiri dan mampu

bertransformasi menjadi muzaki sehingga dapat mengurangi

kemiskinan.

E. Indeks Zakat Nasional

Indeks zakat nasional didapatkan dari hasil perhitungan indeks dimensi

makro dan mikro. Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai indeks dimensi

makro dan mikro, kemudian didapatkan hasil IZN Kota Tangerang Selatan

yaitu:

Tabel 4. 14 Nilai Indeks Zakat Nasional Kota Tangerang Selatan


Nilai
No Dimensi Indeks Kinerja
Tidak
1 Makro 0,083
Baik
2 Mikro 0,65 Baik
Cukup
IZN Kota Tangerang Selatan 0,42
Baik
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

Hasil perhitungan nilai Indeks Zakat Naisonal Kota Tangerang Selatan

berdasarkan formula berikut:

8
IZN = 0.40X1+0.60X2

= 0.40(0.083)+0.60(0.65)

= 0.42

Hasil perhitungan diatas menunjukkan nilai Indeks Zakat Nasional

BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebesar 0.42. Hal ini menjelaskan bahwa

kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah cukup baik. Nilai

ini berada pada kondisi cukup baik karena berdasarkan kinerja lembaga

BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada aspek kelembagaan dan dampak

zakat berkontribusi dengan baik terhadap perzakatan di Kota Tangerang

Selatan. Meskipun pada sisi makro yaitu dilihat dari peran pemerintah dan

partisipasi masyarakat kurang baik terhadap perzakatan di Kota Tangerang

Selatan.

Hasil penelitian ini sejalan oleh penelitian Suryaningtyas (2017) yang

berjudul Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang. Hasil penelitian

Suryaningtyas (2017) menunjukkan nilai IZN 0.60 yang berarti cukup baik.

Hal ini dikarenakan asil perhitungan indeks pada dimensi makro yaitu sebesar

0.70 yang artinya kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang secara makro

sudah baik. Nilai indeks pada dimensi mikro sebesar 0.53 yang menunjukkan

bahwa kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang dari sisi mikro cukup baik.

Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fitriani (2017) yang

berjudul Analisis Kinerja Perzakatan Kabupaten Pati (Studi Kasus: BAZNAS

Kabupaten Pati. Hasil penelitian Fitriani (2017) menunjukkan nilai IZN 0.392

yang berarti kurang baik. Hal ini dikarenakan nilai indeks pada dimensi
8
makro

8
sebesar 0.05, artinya penilaian kinerja peran pemerintah dan masyarakat

secara agregat berada pada kondisi tidak baik. Nilai indeks pada dimensi

mikro sebesar 0.62, artinya penilaian kinerja lembaga zakat dan dampak zakat

terhadap mustahik berada pada kondisi baik.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti-peneliti sebelumnya kemungkinan besar dikarenakan adanya

perbedaan responden. Responden pada penelitian Fitriani (2017) adalah

mustahiq di wilayah Kabupaten Pati, sehingga hasilnya menunjukkan bahwa

kinerja BAZNAS Kabupaten Pati dengan pendekatan Indeks Zakat Nasional

kurang baik, dengan nilai IZN 0.392.

8
F. Analisis IZN Kota Tangerang Selatan dengan IZN Kota/Kabupaten Lain

Tabel 4. 15 Analisis IZN Kota Tangerang Selatan dengan IZN


Kota/Kabupaten Lain
Kota Tangerang Kab. Kab. Kab.
Indikator/Kota Kab. Pati
Selatan Tangerang Cilacap Bogor
Makro
Indikator Regulasi 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00
Dukungan APBD 0,00 1,00 0,00 0,50 1,00
Database Lembaga Zakat 0,25 0,00 0,17 0,25 0,00
Jumlah lembaga zakat resmi,
muzakki, dan mustahik 0,75 0,00 0,50 0,75 0,00
terdaftar
Rasio jumlah muzaki individu 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Rasio muzakki badan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Mikro
Indikator Kelembagaan 0,875 0,65 0,65 0,825 0,65
Penghimpunan 1,00 0,75 1,00 1,00 1,00
Pengelolaan 1,00 0,75 0,75 0,75 0,75
Penyaluran 0,75 0,75 0,50 0,75 0,50
Pelaporan 0,75 0,25 0,25 0,75 0,25
Indikator Dampak Zakat 0,50 0,45 0,60 0,60 0,60
Indeks Kesejahteraan CIBEST 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Modifikasi IPM 0,25 0,25 0,50 0,50 0,50
Kemandirian 0,50 0,25 0,50 0,50 0,50

Indeks Zakat Nasional 0,42 0,6 0,392 0,524 0,532


Kategori Cukup Cukup Kurang Baik Cukup Cukup
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

8
Dalam indikator regulasi, BAZNAS Kota Tangerang Selatan belum

memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang peraturan pengelolaan zakat, sehingga

nilai indeks pada indikator ini menunjukkan angka 0 yang berarti sangat lemah,

berbeda dengan BAZNAS di Kabupaten Tangerang yang telah memiliki regulasi

terkait zakat yang tertera dalam Perda Nomor 24 Tahun 2004 tentang Pengelolaan

Zakat, Infaq, dan Shadaqah di Kabupaten Tangerang. Perda tersebut dibuat sebagai

bentuk pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat. Perda Nomor 24 Tahun 2004 terdiri atas 11 bab dan 24 pasal yang

menjelaskan aturan dalam pengelolaan ZIS di Kabupaten Tangerang. Perda tersebut

ditetapkan di Tigaraksa pada tanggal 28 Juni 2004 oleh Bupati Tangerang pada

periode tersebut, yaitu H.Ismet Iskandar. Di sisi lain, wilayah Kabupaten Pati dimana

BAZNAS belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang peraturan pengelolaan

zakat. Sehingga variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini

menyebabkan variabel regulasi mendapat nilai indeks sebesar 0 sebagaimana

BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Untuk BAZNAS Kabupaten Cilacap, skor skala

likert dan nilai indeks regulasi yang didapatkan oleh BAZNAS Kabupaten Cilacap

adalah 0. Nilai 0 menunjukkan bahwa kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap terkait

pengadaan Perda dinilai tidak baik, sejalan dengan BAZNAS Bogor yang tidak

memiliki Peraturan Daerah yang mengatur tentang zakat, namun kondisi aktual

mengenai peraturan zakat di Kabupaten Bogor hanya terdapat Instruksi Bupati

Bogor Nomor 1 Tahun 2015 tentang Optimalisasi Pengumpulan ZIS di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Bogor dan BUMD melalui BAZNAS Kabupaten Bogor.

Dalam indikator dukungan APBD, BAZNAS Kota Tangerang Selatan

mendapatkan alokasi APBD untuk operasional Rp 600.000.000. Variabel ini berada

pada kategori sangat lemah, karena rasio APBD terhadap biaya operasional

BAZNAS

8
daerah kurang dari 20%, yakni 0,59%. Hal ini menyebabkan variabel dukungan

APBD mendapat nilai indeks sebesar 0. Sedangkan APBD untuk biaya operasional

BAZNAS Kabupaten Tangerang sebesar Rp 650.000.000. Alokasi APBD tersebut

digunakan untuk membayar listrik, internet, memberikan insentif pada pengurus

BAZNAS, dan lain-lain. Rasio alokasi APBD untuk zakat terhadap dana operasional

yang dibutuhkan oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan zakat

adalah sebesar 76 persen. Rasio tersebut lebih dari 75 persen, sehingga diberikan

skor 5. Dengan begitu didapatkan nilai indeks variabel dukungan APBD adalah 1

yang artinya kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang dari sisi dukungan APBD

sangat baik.

Pada BAZNAS Kabupaten Pati, variabel dukungan APBD mendapat

skor 1 yang artinya BAZNAS Kabupaten Pati belum mendapatkan alokasi

APBD untuk operasional. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah.

Hal ini menyebabkan variabel dukungan APBD mendapat nilai indeks

sebesar 0.

Nilai indeks indikator dukungan APBD untuk BAZNAS Kabupaten

Cilacap adalah 0.5, yang menunjukkan bahwa terdapat dukungan dana dari

APBD sebesar 30% untuk BAZNAS Kabupaten Cilacap. Pada BAZNAS

Kabupaten Bogor, nilai indeks yang didapatkan untuk indikator dukungan

APBD adalah satu, artinya BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan alokasi

dana APBD dalam pelaksanaan perzakatan di Kabupaten Bogor. Biaya

operasional BAZNAS Kabupaten Bogor dibebankan pada anggaran

pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Bogor melalui bantuan hibah

pemda Kabupaten Bogor. Dana APBD yang diberikan untuk BAZNAS

8
Kabupaten Bogor sebesar 1 miliar.

8
Indikator database lembaga zakat terdiri atas tiga variabel, yaitu

variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar, rasio

muzakki individu, dan rasio muzakki badan.

Variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik

terdaftar mendapat skor 4, artinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan

memiliki database jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzaki dan mustahik

per lembaga. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan

variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik mendapat

nilai indeks sebesar

0.75. Pada BAZNAS Kabupaten Tangerang, variabel jumlah lembaga zakat

resmi, muzaki, dan mustahik mendapatkan skor 1 karena BAZNAS

Kabupaten Tangerang tidak memiliki database jumlah lembaga zakat resmi,

muzaki, dan mustahik. BAZNAS Kabupaten Tangerang hanya memiliki data

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) 29 kecamatan sebagai upaya untuk membantu

dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat. Lembaga zakat yang

terdapat di Kabupaten Tangerang tidak ada yang mendaftar secara resmi ke

BAZNAS Kabupaten Tangerang. Lalu pada BAZNAS Kabupaten Pati,

variabel jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik terdaftar

mendapat skor 3, artinya BAZNAS Kabupaten Pati memiliki 2 dari database

jumlah lembaga zakat resmi, jumlah muzakki dan mustahik. Variabel ini

berada pada kategori cukup. Hal ini menyebabkan variabel jumlah lembaga

zakat resmi, muzakki, dan mustahik mendapat nilai indeks sebesar 0.5.

Interpretasinya adalah kinerja dari sisi jumlah lembaga zakat resmi, muzakki,

dan mustahik cukup baik. Indikator database BAZNAS Kabupaten Cilacap

9
mendapat nilai 0.248 yang artinya

9
kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap terhadap database kelembagaan dinilai

kurang baik. Dan pada BAZNAS Kabupaten Bogor, variabel jumlah lembaga

zakat resmi, muzaki dan mustahik mendapatkan nilai skor satu karena tidak

memiliki database lembaga zakat resmi serta kelengkapan database terkait

jumlah muzaki dan mustahik yang terdaftar pada BAZNAS Kabupaten

Bogor. Nilai indeks pada variabel tersebut adalah nol artinya database

lembaga zakat tidak baik.

Variabel rasio muzakki individu Kota Tangerang Selatan mendapat

skor 1, artinya rasio jumlah muzakki terdaftar terhadap jumlah rumah tangga

kurang dari 1 persen. Jumlah muzakki terdaftar hanya 34 jiwa dari 419.313

rumah tangga. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini

menyebabkan variabel rasio muzakki individu mendapat nilai indeks sebesar

0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki individu tidak baik.

Variabel rasio muzaki individu Kabupaten Tangerang mendapatkan

skor 1 karena rasio jumlah individu yang terdaftar terhadap rumah tangga di

Kabupaten Tangerang hanya sebesar 0.012 persen yang kurang dari satu

persen. Muzaki individu yang terdaftar di BAZNAS Kabupaten Tangerang

hanya 100 orang dari 827 015 rumah tangga. Jumlah muzaki yang hanya

sedikit terdaftar pada BAZNAS Kabupaten Tangerang disebabkan kesadaran

masyarakat dalam membayar zakat yang masih rendah. Variabel rasio

muzakki individu Kabupaten Pati mendapat skor 1, artinya rasio jumlah

muzakki terdaftar terhadap jumlah rumah tangga kurang dari 1 persen.

Jumlah muzakki terdaftar hanya 32 jiwa dari 424 616 rumah tangga.

Variabel ini berada pada


9
kategori sangat lemah. Hal ini menyebabkan variabel rasio muzakki individu

mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio

muzakki individu tidak baik Sedangkan variabel muzaki individu Kabupaten

Cilacap indeks 0 dikarenakan jumlah muzaki individu kurang dari 1 persen

dibandingkan keseluruhan individu. Pada BAZNAS Kabupaten Bogor, rasio

muzaki individu mendapatkan skor satu artinya rasio muzaki individu

terdaftar atau yang memiliki NPWZ kurang dari satu persen yakni 0.003

persen. Nilai indeks pada variabel rasio muzaki individu terhadap jumlah

rumah tangga daerah bernilai nol atau tidak baik.

Variabel rasio muzakki badan mendapat skor 1, artinya rasio jumlah

muzakki badan usaha terhadap jumlah badan usaha kurang dari 1 persen.

Sebanyak 49 badan usaha yang terdaftar sebagai muzakki dari 134 badan

usaha di Kota Tangerang Selatan. Variabel ini berada pada kategori sangat

lemah. Hal ini menyebabkan variabel rasio muzakki badan mendapat nilai

indeks sebesar 0. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi rasio muzakki badan

tidak baik.

Variabel rasio muzaki badan Kabupaten Tangerang mendapatkan skor

1 karena rasio jumlah badan usaha yang terdaftar terhadap badan usaha di

Kabupaten Tangerang sebesar 0.82 persen. Muzaki badan usaha yang

terdaftar di BAZNAS Kabupaten Tangerang hanya 40 badan usaha dari total

4 883 badan usaha yang terdapat di Kabupaten Tangerang. Variabel rasio

muzaki badan Kabupaten Pati mendapat skor 1, artinya rasio jumlah muzakki

badan usaha terhadap jumlah badan usaha kurang dari 1 persen. Belum ada

badan
9
usaha yang terdaftar sebagai muzakki dari 531 badan usaha di Kabupaten

Pati. Variabel ini berada pada kategori sangat lemah. Hal ini menyebabkan

variabel rasio muzakki badan mendapat nilai indeks sebesar 0. Interpretasinya

adalah kinerja dari sisi rasio muzakki badan tidak baik. Sedangkan variabel

muzaki badan usaha Kabupaten Cilacap indeks 0 dikarenakan jumlah muzaki

badan usaha kurang dari 1 persen dibandingkan keseluruhan badan usaha

yang terdaftar. Dan pada BAZNAS Kabupaten Bogor, rasio muzaki badan

usaha mendapatkan skor satu artinya rasio muzaki badan usaha terdaftar

kurang dari satu persen yakni nol persen. Nilai indeks yang didapatkan adalah

nol atau tidak baik karena tidak adanya badan usaha yang mengeluarkan zakat

perusahaan pada BAZNAS Kabupaten Bogor.

Nilai indeks yang didapat BAZNAS Kota Tangerang Selatan untuk

indikator database lembaga zakat bernilai 0,25 artinya kinerja lembaga untuk

indikator database lembaga zakat kurang baik. Sedangkan nilai indeks

indikator database lembaga zakat BAZNAS Kabupaten Tangerang adalah 0

yang artinya kinerja tidak baik dilihat dari database lembaga zakat pada

BAZNAS Kabupaten Tangerang. Nilai indeks yang didapat BAZNAS

Kabupaten Pati untuk indikator database lembaga zakat bernilai 0,17 artinya

kinerja lembaga untuk indikator database lembaga zakat tidak baik.

Nilai indeks yang didapat BAZNAS Kabupaten Cilacap untuk

indikator database lembaga zakat bernilai 0,25 artinya kinerja lembaga untuk

indikator database lembaga zakat kurang baik. Dan nilai indeks yang didapat

BAZNAS

9
Kabupaten Bogor untuk indikator database lembaga zakat bernilai 0,00

artinya kinerja lembaga untuk indikator database lembaga zakat tidak baik.

Indikator kelembagaan terdiri atas empat variabel yaitu variabel

penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Variabel

penghimpunan mendapat skor 5, artinya pertumbuhan penghimpunan lebih

dari 20 persen. Variabel ini berada pada kategori sangat kuat. Hal ini

menyebabkan variabel penghimpunan mendapat nilai indeks sebesar 1.

Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penghimpunan sangat baik. Variabel

penghimpunan untuk BAZNAS Kabupaten Tangerang mendapatkan skor 4.

Hal ini menyebabkan variabel penghimpunan mendapat nilai indeks sebesar

0,75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penghimpunan baik.

Variabel penghimpunan BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 5,

artinya pertumbuhan penghimpunan lebih dari 20 persen. Variabel ini berada

pada kategori sangat kuat. Hal ini menyebabkan variabel penghimpunan

mendapat nilai indeks sebesar 1. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi

penghimpunan sangat baik. Variabel penghimpunan BAZNAS Kabupaten

Cilacap mendapat nilai indeks 1.00 yang berarti kinerja penghimpunan dana

zakat yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Cilacap sangat baik.

Variabel penghimpunan BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor 5

yang artinya pertumbuhan dana ZIS yang dapat dihimpun oleh BAZNAS

Kabupaten Bogor lebih dari 20 persen. Nilai indeks yang didapatkan pada

variabel penghimpunan sebesar satu artinya kinerja dari peningkatan

penghimpunan dana zakat sangat baik.

9
Variabel pengelolaan BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendapat

skor 5, artinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki SOP pengelolaan

zakat, rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja

tahunan. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan

variabel pengelolaan mendapat nilai indeks 1. Interpretasinya adalah kinerja

dari sisi pengelolaan sangat baik. Variabel pengelolaan BAZNAS Kabupaten

Tangerang mendapat skor 4 yang menunjukkan bahwa BAZNAS Kabupaten

Tangerang memiliki sekurang-kurangnya 3 dari SOP pengelolaan zakat,

rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan program kerja

tahunan.

Variabel pengelolaan BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 4,

artinya BAZNAS Kabupaten Pati memiliki sekurang-kurangnya 3 dari SOP

pengelolaan zakat, rencana strategis, sertifikasi ISO/manajemen mutu, dan

program kerja tahunan. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini

menyebabkan variabel pengelolaan mendapat nilai indeks 0.75.

Interpretasinya adalah kinerja dari sisi pengelolaan baik. Variabel pengeloaan

BAZNAS Kabupaten Cilacap dengan indeks 0.75. nilai tersebut berarti bahwa

kinerja pengelolaan dana zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Cilacap

sudah baik. BAZNAS Kabupaten Cilacap memiliki SOP, program kerja, dan

rencana strategis. Variabel pengelolaan BAZNAS Kabupaten Bogor

mendapatkan skor

4 artinya BAZNAS Kabupaten Bogor memiliki SOP pengelolaan zakat,

rencana strategis, dan program kerja tahunan sehingga nilai indeks yang

didapatkan sebesar 0.75. Hal ini berarti, kinerja dalam pengelolaan baik.

9
Variabel penyaluran mendapat skor 4, artinya Allocation to Collection

Ratio (ACR) diantara 50-69%, penyaluran bantuan konsumtif dan produktif

dilakukan dua kali dalam setahun, dan terdapat anggaran untuk program

dakwah. BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018 menyalurkan

dana sebesar Rp 3.027.906.688 atau sebesar 70,4% persen dari total dana

yang terhimpun. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan

variabel penyaluran mendapat nilai indeks sebesar 0,75. Interpretasinya

adalah kinerja dari sisi penyaluran baik. Variabel penyaluran BAZNAS

Kabupaten Tangerang juga mendapatkan skor 4. Variabel ini berada pada

kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel penyaluran mendapat nilai

indeks sebesar 0,75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi penyaluran baik.

Variabel penyaluran BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 3,

artinya Allocation to Collection Ratio (ACR) kurang dari 20 persen. Variabel

ini berada pada kategori lemah. Hal ini menyebabkan variabel penyaluran

mendapat nilai indeks sebesar 0.5. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi

penyaluran cukup baik. Variabel penyaluran BAZNAS Kabupaten Cilacap

mendapat nilai indeks 0.75. Nilai tersebut berarti bahwa kinerja penyaluran

dana zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Cilacap sudah baik. Variabel

penyaluran BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor 3 artinya

Allocation to Collection Ratio (ACR) BAZNAS Kabupaten Bogor berada

pada rentang 50-69. Nilai indeks pada variabel penyaluran sebesar 0.5 artinya

penyaluran dana zakat yang dilakukan BAZNAS Kabupaten Bogor cukup

baik.

9
Variabel pelaporan mendapat skor 4, artinya BAZNAS Kota

Tangerang Selatan memiliki laporan keuangan teraudit eksternal. Variabel ini

berada pada kategori kuat. Hal ini menyebabkan variabel pelaporan mendapat

nilai indeks sebesar 0.75. Interpretasinya adalah kinerja dari sisi pelaporan

kurang baik. Variabel pelaporan BAZNAS Kabupaten Tangerang

mendapatkan skor 2 karena laporan keuangan BAZNAS Kabupaten

Tangerang tidak teraudit. Laporan keuangan tersebut hanya teraudit secara

internal. Variabel pelaporan BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 2,

artinya BAZNAS Kabupaten Pati memiliki laporan keuangan belum teraudit

eksternal. Variabel ini berada pada kategori lemah. Hal ini menyebabkan

variabel pelaporan mendapat nilai indeks sebesar 0.25. Interpretasinya adalah

kinerja dari sisi pelaporan kurang baik. Variabel pelaporan BAZNAS

Kabupaten Cilacap mendapat nilai indeks 0.75, yang artinya kinerja

BAZNAS Kabupaten Cilacap terkait pelaporan dana zakat dinilai baik.

Variabel pelaporan BAZNAS Kabupaten Bogor mendapatkan skor 2 artinya

BAZNAS Kabupaten Bogor memiliki laporan keuangan namun tidak teraudit.

Laporan keuangan BAZNAS Kabupaten Bogor hanya teraudit internal. Nilai

indeks yang didapatkan sebesar 0.25 artinya pelaporan yang dilakukan

BAZNAS Kabupaten Bogor kurang baik.

Nilai indeks indikator kelembagaan adalah 0.875 yang artinya secara

kelembagaan, BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki kinerja yang

sangat baik. Nilai indeks indikator kelembagaan adalah 0.65 yang artinya

secara kelembagaan, BAZNAS Kabupaten Tangerang dan BAZNAS

Kabupaten Pati memiliki kinerja yang baik. Indikator kelembagaan BAZNAS

9
Kabupaten

9
Cilacap memiliki nilai indeks 0.825 yang artinya secara kelembagaan,

BAZNAS Kabupaten Cilacap memiliki kinerja yang sangat baik. Nilai indeks

pada indikator kelembagaan sebesar 0.65. Hal ini berarti, kinerja BAZNAS

Kabupaten Bogor berdasarkan aspek kelembagaan baik.

Variabel indeks kesejahteraan CIBEST mendapat skor 4, artinya

rumah tangga mustahik yang sejahtera berada pada rentang nilai 0.61-0.080.

Variabel ini berada pada kategori kuat.Maka dari itu nilai indeks

kesejahteraan CIBEST adalah 0.75. Interpretasinya adalah dari sisi dampak

zakat terhadap jumlah rumah tangga mustahik baik. Indeks kesejahteraan

CIBEST BAZNAS Kabupaten Tangerang mendapat hasil 0.69 diberikan skor

empat. Nilai indeks variabel indeks kesejahteraan CIBEST adalah 0.75 yang

artinya kesejahteraan mustahik di Kabupaten Tangerang termasuk kategori

baik. Variabel indeks kesejahteraan CIBEST BAZNAS Kabupaten Pati

mendapat skor 4, artinya rumah tangga mustahik yang sejahtera berada pada

rentang nilai 0.61-0.80. Variabel ini berada pada kategori kuat. Hal ini

menyebabkan variabel indeks kesejahteraan CIBEST mendapat nilai indeks

sebesar 0.75. Interpretasinya adalah dari sisi dampak zakat terhadap jumlah

rumah tangga mustahik baik.

Variabel indeks kesejahteraan CIBEST BAZNAS Kabupaten Cilacap

mendapatkan skor 4 dan berada pada kriteria kuat yang berarti nilai indeks

CIBEST adalah 61 – 80 persen. Nilai indeks variabel adalah 0.75 yang

artinya kinerja zakat terhadap kesejahteraan mustahik berada pada kondisi

baik. Variabel indeks kesejahteraan CIBEST BAZNAS Kabupaten Bogor

mendapatkan 4 empat yang artinya nilai indeks yang didapatkan adalah 0.75,
1
artinya dana zakat BAZNAS Kabupaten Bogor berdampak baik terhadap

kondisi rumah tangga mustahik.

Variabel modifikasi IPM mendapat skor 2, artinya rumah tangga

mustahik dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan berada pada rentang

nilai 0.21-0.40. Variabel ini berada pada kategori kurang baik. Hal ini

menyebabkan variabel modifikasi IPM mendapat nilai indeks sbesar 0.25.

Interpretasinya adalah dari sisi pendidikan dan kesehatan rumah tangga

mustahik kurang baik. Hasil perhitungan indeks pendidikan dan kesehatan

BAZNAS Kabupaten Tangerang dengan menggunakan modifikasi IPM

mendapatkan hasil 0.34 atau dengan presentase 34 persen yang artinya IPM

rendah. Nilai indeks variabel modifikasi IPM adalah 0.25 yang artinya

pembangunan manusia dilihat dari pendidikan dan kesehatan di Kabupaten

Tangerang termasuk kategori kurang baik.

Variabel modifikasi IPM BAZNAS Kabuipaten Pati mendapat skor 3,

artinya rumah tangga mustahik dilihat dari aspek pendidikan dan kesehatan

berada pada rentang nilai 0.41-0.60. Variabel ini berada pada kategori cukup.

Hal ini menyebabkan variabel modifikasi IPM mendapat nilai indeks sbesar

0.5. Interpretasinya adalah dari sisi pendidikan dan kesehatan rumah tangga

mustahik cukup baik. IPM mustahik Kabupaten Cilacap adalah 43.61 persen.

Nilai tersebut tergolong pada klasifikasi cukup baik. Hal ini berarti responden

dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh kesehatan dan

pendidikan dengan cukup baik. Variabel modifikasi IPM BAZNAS

Kabupaten Bogor mendapatkan skor 3 artinya nilai indeks pendidikan

dan kesehatan
1
berada pada rentang 0.41-0.60 yakni 0.458. Nilai indeks modifikasi IPM

sebesar 0.5 artinya indeks kesehatan dan indeks pendidikan mustahik cukup

baik.

Variabel kemandirian BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendapat

skor 3, artinya rata-rata rumah tangga mustahik di kota Tangerang Selatan

memiliki pekerjaan atau usaha dan tidak memiliki tabungan. Variabel ini

berada pada kategori cukup. Indeks variabel kemandirian sebesar 0.5. Artinya

kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik cukup . Variabel kemandirian

BAZNAS Kabupaten Tangerang mendapat skor 2, artinya rata-rata rumah

tangga mustahik memiliki pekerjaan tidak tetap dan tidak memiliki tabungan.

Variabel ini berada pada kategori lemah. Indeks variabel kemandirian sebesar

0.25. Artinya kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga mustahik kurang

baik.Variabel kemandirian BAZNAS Kabupaten Pati mendapat skor 3, artinya

rata-rata rumah tangga mustahik memiliki pekerjaan atau usaha dan tidak

memiliki tabungan. Variabel ini berada pada kategori cukup. Indeks variabel

kemandirian sebesar 0.5. Artinya kinerja dari sisi kemandirian rumah tangga

mustahik cukup. Nilai variabel kemandirian BAZNAS Kabupaten Cilacap yang

diteliti adalah

0.60 yang artinya dampak zakat terhadap kemandirian mustahik cukup baik.

Variabel kemandirian BAZNAS Kabupaten bogor mendapatkan 3 yang artinya rata-

rata rumah tangga mustahik memiliki salah satu pekerjaan tetap atau usaha/bisnis

namun tidak memiliki tabungan. Nilai indeks yang diperoleh sebesar 0.5 artinya

tingkat kemandirian mustahik cukup.

Hasil IZN BAZNAS Kota Tangerang Selatan menunjukkan angka 0,42 yang

berarti kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan berada dalam kategori cukup.
1
Sama

1
halnya dengan hasil IZN Baznas Kabupaten Tangerang, IZN Baznas Kabupaten

Cilacap dan IZN Baznas Kabupaten Bogor yang masing-masing menunjukkan angka

0,6, 0,5 dan 0,5 yang berarti bahwa kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang, Baznas

Kabupaten Cilacap dan Baznas Kabupaten Bogor berada dalam kategori cukup.

Namun hasil IZN pada BAZNAS Kabupaten Pati menujukkan angka 0,392 yang

berarti kinerja BAZNAS Kabupaten Pati berada dalam kategori kurang baik.

G. Implikasi Kebijakan

Berdasarkan hasil perhitungan indeks zakat nasional Kota Tangerang

Selatan, ada beberapa kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kinerja perzakatan Kota Tangerang Selatan. Untuk dimensi makro dapat

ditingkatkan melalui nilai indeks indikator dukungan APBD dan variabel

rasio muzakki badan dari indikator database lembaga zakat. Nilai indeks

indikator dukungan APBD dapat ditingkatkan dengan adanya alokasi APBD

Kota Tangerang Selatan untuk operasional BAZNAS Kota Tangerang

Selatan. Nilai indeks variabel rasio muzakki badan dapat ditingkatkan dengan

adanya MoU atau nota kesepahaman antara BAZNAS Kota Tangerang

Selatan dan badan usaha milik daerah (BUMD). MoU ini terkait kewajiban

BUMD untuk membayar zakat. Hal ini akan berdampak pada pertambahan

jumlah dana zakat yang terhimpun di BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

Sementara itu, dari dimensi mikro dapat dilakukan dengan pembuatan peta

pengalokasian dana zakat sehingga tepat sasaran. Peta ini dapat berdasarkan

jumlah penduduk miskin yang ada di Kota Tangerang Selatan. Kecamatan

dengan jumlah penduduk miskin tertinggi menjadi prioritas utama. Dengan

1
demikian, diharapkan zakat dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan

antar masyarakat serta dapat mentransformasikan para mustahik menjadi

muzakki.

Lalu terkait dengan manajemen akuntansi pada BAZNAS Kota Tangerang

Selatan, dapat ditingkatkan dengan mengaudit Laporan Keuangan setiap

periode, serta menampilkan angka audit dalam laporan audit paling tidak

selama dua periode, agar dapat diketahui serta dibandingkan antara periode

berjalan dengan periode sebelumnya apakah terdapat peningkatan atau

penurunan dalam hal penghimpunan dan penyaluran zakat, sehingga dapat

menjadi evaluasi tersendiri bagi pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan

dalam rangka mengurangi angka kemiskinan di Kota Tangerang Selatan

khususnya dan di Negara Indonesia umumnya.

1
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah cukup

baik. Nilai ini berada pada kondisi cukup baik karena berdasarkan

kinerja lembaga BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada aspek

kelembagaan dan dampak zakat berkontribusi dengan baik terhadap

perzakatan di Kota Tangerang Selatan. Meskipun pada sisi makro

yaitu dilihat dari peran pemerintah dan partisipasi masyarakat kurang

baik terhadap perzakatan di Kota Tangerang Selatan

2. Nilai indeks pada dimensi makro sebesar 0.083, artinya penilaian

kinerja peran pemerintah dan masyarakat secara agregat berada pada

kondisi tidak baik. Nilai indeks pada dimensi mikro sebesar 0.65,

artinya penilaian kinerja lembaga zakat dan dampak zakat terhadap

mustahik berada pada kondisi baik. Secara keseluruhan dilihat dari

hasil perhitungan indeks dimensi makro dan mikro kinerja perzakatan

Kota Tangerang Selatan berada pada kondisi cukup baik dengan nilai

indeks 0.42.

1
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, beberapa saran yang dapat

diajukan adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya dukungan APBD demi keberlangsungan operasional

BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

2. BAZNAS Kota Tangerang Selatan perlu melakukan MoU atau nota

kesepahaman dengan badan usaha milik daerah (BUMD) di Kota

Tangerang Selatan terkait kewajiban membayar zakat.

3. BAZNAS Kota Tangerang Selatan perlu membuat peta pengalokasian

dana zakat sehingga tepat sasaran.

4. BAZNAS Kota Tangerang Selatan perlu melakukan sistem mentoring

terhadap penerima manfaat zakat, khususnya pada program zakat

produktif dalam hal ini modal usaha. Penelitian menemukan adanya

penggunaan dana zakat yang tidak tepat guna, seperti menggunakan

dana zakat yang semestinya digunakan sebagai modal usaha tapi pada

pelaksanaannya digunakan untuk membayar utang dan kegiatan

konsumtif mustahik.

5. Mentoring pada kondisi spiritual mustahik juga diperlukan, karena

penelitian menunjukkan bahwa hampir tidak ada peningkatan dari sisi

spiritual mustahik pasca mendapatkan bantuan zakat.

6. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menghitung indeks zakat

nasional tingkat provinsi dan membandingkan kinerja antar BAZNAS.

10
DAFTAR PUSTAKA
Amalia dan Kasyful Mahalli. (2012). Potensi Dan Peranan Zakat Dalam
Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Medan. Ekonomi Dan Keuangan, 1(1),
70–87.

Anonim. Presentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi 2007-2018. Diakses


melalui https://bps.go.id/dynamictable/2016/08/18/1219/presentase-
penduduk-miskin-menurut-provinsi-2007---2018.html, pada tanggal 17
April 2019.

Anonim. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota 2015-2018. Diakses


melalui https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/08/03/1260/jumlah-
penduduk-miskin-menurut-kabupaten-kota-2015---2018.html, pada tanggal
17 April 2019.

Anonim. Presentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaen/Kota 2015-2018.


Diakses melalui
https://www.bps.go.id/dynamictable/2017/08/03/1261/persentase-penduduk-
miskin-menurut-kabupaten-kota-2015---2018.html, pada tanggal 17 April
2019.

Anonim. Presentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi 2007-2018. Diakses


melalui https://www.bps.go.id/dynamictable/2016/08/18/1219/persentase-
penduduk-miskin-menurut-provinsi-2007---2018.html, pada tanggal 17 April
2019.

BAZNAS. (2016). Indeks Zakat Nasional. Jakarta: Puskas BAZNAS.

Beik, Irfan Syauqi. (2009). Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan:
Studi Kasus Dompet Dhuafa. Pemikiran Dan Gagasan, II.

Beik, Irfan Syauqi dan Laily Dwi Arsyianti. (2015). Construction Of CIBEST
Model As Measurement Of Poverty and Welfare Indices From Islamic. Al-
Iqtishad, VIII(1), 87–104.

Damanhur dan Nurainiah. (2016). Analisis Pengaruh Bantuan Zakat Terhadap


Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Aceh Utara. Visioner &
Strategis, 5(2), 71–82.

Farchatunnisa, Hidayaneu., Didin Hafidhuddin dan Khalifah Muhamad Ali. (2017).


Analisis Kinerja Baznas Kota Bandung. Bogor: Institus Pertanian Bogor.

Fitriani. (2017). Analisis Kinerja Perzakatan Kabupaten Pati (Studi Kasus:


BAZNAS Kabupaten Pati). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

10
Hafidhuddin. (2002). Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani
Press.

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (2009). Akuntansi Manajerial. (L.


Alfiah, Ed.) (8th ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Harto, Prayogo P., Vivi Sufi Anggraeni dan Ai Nur Bayinah. (2018). Komparasi
Kinerja Keuangan Lembaga Amil Zakat. Akuntansi Dan Keuangan Islam,
6(1), 19–33.

Hilmiyah, Ulfah Laelatul. (2017). Analisis Kinerja Perzakatan BAZNAS


Kabupaten Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Indrayati. (2017). Akuntansi Manajemen. Malang: Media Nusa Creative.

Kalbarini, Rahmah Yulisa dan Noven Suprayogi. (2014). Implementasi


Akuntabilitas dalam Konsep Metafora Amanah di Lembaga Bisnis Syariah
(Studi Kasus: Swalayan Pamella Yogyakarta). Jestt, 1(7), 506–517.

Khoirunnisa, Ayu Amalia. (2017). Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Cilacap


Ddengan Pendekatan Indeks Zakat Nasional. Bogor: Institus Pertanian
Bogor.

Kholmi, Masiyah. (2012). Akuntabilitas dan Pembentukan Perilaku Amanah


dalam Masyarakat Islam. Jurnal Salam, 15(1), 1–18.

Koni, Wiwin. (2014). Kapitalis, Akuntansi Syariah: Solusi Krisis Akuntansi.


Jurnai Al Mizan, 10(1), 107–120.

Luther, Cicilia Cynthia. (2016). Pengaruh Penggunaan Informasi Akuntansi


Manajemen Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Pada Kentucky Fried
Chicken Di Manado). Jurnal EMBA, 4(1), 505–513.

Marhaeni, Harmawanti. (2019). Profil Kemiskinan di Indonesia September 2018.


Jakarta: Badan Pusat Statistik.
(2018). Profil Kemiskinan di Indonesia September 2017.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Multifiah. (2011). ZIS Untuk Kesejahteraan Umat. Malang: Universitas


Brawijaya Press.

Mulyadi. (2001). Balance Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk


Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
(2001). Sistem Akuntansi (3rd ed.). Jakarta: Salemba Empat.

10
Nurlita, Elok dan Marlina Ekawaty. (2017). Pengaruh Zakat Terhadap Konsumi
Rumah Tangga Mustahik (Studi Pada Penerima Zakat Dari BAZNAS Kota
Probolinggo). Ekonomi Dan Bisnis Islam, 3(2), 85–105.

PEBS-FEUI. (2010). Menggagas Arsitektur Zakat Indonesia: Menuju Sinergi


Pemerintah dan Masyarakat Sipil Dalam Pengelola Zakat Nasional. Jakarta:
IMZ.

Polinggapo, Seviawati. (2015). Pengukuran Kinerja Lembaga Pengelola Zakat,


Infaq dan Sedekah Dengan Menggunakan Metode Balance Scorecard.
Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.

Pramanik. (1993). Development and Distribution in Islam. Pelanduk Publications,


Petaling Jaya.

Pratama, Yoghi Citra. (2015). Peran Zakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan


(Studi Kasus: Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional).
The Journal of Tauhidinomics, 1(1), 93–104.

Qadir, A. (1998). Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Romantin, Maya, Efri Syamsul Bahri dan Ahmad Tirmidzi Lubis. (2017). Analisis
Kinerja Keuangan Lembaga Zakat (Studi Kasus : Badan Amil Zakat
Nasional). Perisai, 2(1), 14–34.

Sucipto. (2004). Penerapan Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan.


Sumatera Utara: Repository Universitas Sumatera Utara.

Suryaningtyas, Rahma. (2017). Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang.


Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tim FEB UIN Jakarta. (2012). Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Syarif Hidayatullah.

Triyuwono, I. (2000). Organisasi dan Akuntansi Syari’ah. Yogyakarta: LkiS.


(2006). Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syari’ah.
Jakarta: Radjawali Press.

Widiawati, Nunung Nurhayati dan Ifa Hanifia Senjiati. (2017). Kinerja


Pengelolaan Zakat Menggunakan Indeks Zakat Nasional (IZN) di BAZNAS
Provinsi Jawa Barat. Keuangan Dan Perbankan Syariah, 308–314.

Yuanta, Ines. (2016). Penilaian Kinerja Lembaga Amil Zakat Dengan Pendekatan
Indonesia Magnificence of Zakat. Jember: Universitas Jember.

10
LAMPIRAN-LAMPIRAN

10
LAMPIRAN 1
Kuesioner Penelitian

10
ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN
Peneliti: Akbar Prayogi
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui dampak zakat di Kota Tangerang
Selatan terhadap kemiskinan, pembangunan manusia, dan kemandirian yang
telah disusun oleh Tim Pusat Kajian Strategis BAZNAS serta sebagai syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Akuntansi dalam bidang Ilmu Akuntansi pada
UIN Syarif Hidayatullah. Semua informasi yang didapat akan dijaga
kerahasiaannya.

Catatan Penting:
o Kepala Keluarga, disingkat KK adalah orang yang memiliki tanggung
jawab tertinggi di dalam rumah tangga. (bisa laki-laki atau
perempuan).
o Anggaran Anggota Keluarga, disingkat AK adalah mereka yang hidup
dan tinggal bersama KK dikediaman/rumah yang sama.

10
NOMOR KUESIONER (Area/Urutan):
Tanggal Wawancara:
Nama Kepala Keluarga:
Alamat Lengkap:
No. Hp (jika ada);

BAGIAN A: INFORMASI PERSONAL

Pendidikan
Jenis Tahun Apakah Mengikuti
Nama Status Formal
Kelamin Lahir Pendidikan Informal **
Terakhir *

L/P 1. Kepala 1. Tidak a. Ya (sebutkan)


Keluarga Pernah b. Tidak
(KK) Sekolah
2. Anggota 2. SD
Keluarga 3. SMP
(AK) 4. SMA
5. Diploma
6. Universitas

Catatan:
 Pendidikan terakhir (lengkap dengan tingkatnya: misal SMP kelas 2, kuliah tingkat
1, dsb)
 Kegiatan informal termasuk: kursus, les, kerja paket, pelatihan,
diskusi/ceramah mingguan (harus rutin)

BAGIAN B: PENDAPATAN KELUARGA

Anggota Pekerjaan Pendapatan Pendapatan Pendapatan Total


Status Rutin tidak rutin dari aset yang Pendapatan
(Rp/Bulan) disewakan
KK = 1. Karyawan 1. Kiriman 1. Tanah
Kepala 2. Petani keluarga 2. Rumah
Keluarga 3. Pedagang 2. Bantuan 3. Kendaraan
AK = 4. Buruh pemerintah 4. Peralatan
Anggota 5. Lain-lain 3. Kiriman 5. Lain-lain
Keluarga (sebutkan) pihak lain (sebutkan)
4. Lain-lain
(sebutkan)
KK
AK 1
AK 2
AK 3
AK 4
Dst
Catatan:
 Pekerjaan yang dicatat adalah pekerjaan yang dilakukan selama satu bulan terakhir

10
 Jika pendapatan tidak tetap, maka diperkirakan dalam satuan waktu yang
termudah, misalnya perminggu; per 3 bulan; per hari. Kemudian dibulatkan menjadi
pendapatan selama satu bulan.

BAGIAN C: INFORMASI TABUNGAN DAN SIMPANAN

No Jenis Tabungan Ya Tidak Jumlah


1 Memiliki tabungan di bank
konvensional
2 Memiliki tabungan di bank syariah
3 Memiliki tabungan di koperasi
konvensional
4 Memiliki tabungan di koperasi
syariah/IMBT
5 Memiliki tabungan di lembaga zakat
6 Mengikuti arisan uang rutin
7 Memiliki tabungan di rumah dalam
bentuk celengan, brankas, dan
sejenisnya

BAGIAN D: INFORMASI KESEHATAN


No Indikator Ya Tidak
1 Memiliki atap rumah yang terbuat dari genteng dan
sejenisnya
2 Memiliki dinding rumah yang terbuat dari tembok dan
sejenisnya
3 Memiliki fasilitas listrik memadai
4 Memiliki lantai permanen
5 Memiliki fasilitas air bersih (air PAM/air tanah)
6 Memiliki fasilitas sanitasi (toilet) memadai
7 Memiliki penyakit berat menahun (seperti TBC,
stroke, diabetes, jantung, dll)
8 Memiliki cacat fisik akibat kecelakaan (diamputasi,
dsb)
9 Memiliki akses kesehatan (BPJS, dan sejenisnya)
10 Tidak memiliki anggota keluarga yang merokok

BAGIAN E: BANTUAN ZAKAT DARI BAZNAS DAN LAZ


1. Jumlah bantuan yang diterima KK + AK dari BAZNAS atau lembaga zakat
lainnya (jika ada) dikonversi ke nilai rupiah selama satu bulan terakhir
Jumlah Pendapatan Nilai Bantuan Zakat Penambahan Pendapatan Pasca
per Keluarga (Rp) Zakat (Rp/bulan)
Bantuan Konsumtif
(detailkan):
a. Pangan
b. Kesehatan
c. Pendidikan
d. Biaya hidup
lainnya
Bantuan Produktif Omset Usaha Keuntungan
(detailkan):
a. Bantuan modal

10
b. Bantuan alat
c. Bantuan lain
Lainnya (......)
Total Tambahan Zakat

Keterangan: *jika dengan sebab bantuan, pendapatan bertambah 1 Untuk kolom


omset usaha dan keuntungan, dapat dipilih salah satu saja

BAGIAN F: PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN DARI BAZNAS


No Jenis Pembinaan/Pendampingan Ya Tidak
1 Pembinaan spiritual (pengajian/pertemuan rutin)
sekurang-kurangnya 1x dalam sebulan
2 Pembinaan dan peningkatan kapasitas usaha
sekurangkurangnya 1x dalam 6 bulan
3 Pendampingan rutin sekurang-kurangnya 2x dalam 1
bulan

BAGIAN G: TOTAL PENGELUARAN RUMAH TANGGA (Dalam 1 Bulan Terakhir)


Catatan: Perkirakan pengeluaran rata-rata per item dalam waktu yang paling mudah (
misalkan per hari/ minggu/ bulan/ dsb) lalu diakumulasi selama 1 bulan.
Pengeluaran KK Total Bulanan
Jenis Pengeluaran Total (KK+AK)
Saja (KK+AK)
Sewa rumah (jika
rumah kontrakan)
Listrik, air, dan gas
Konsumsi makanan
sehari-hari
Biaya Sekolah:
- SPP
- Uang Saku
Transportasi
(Angkutan umum,
bensin)
Komunikasi (pulsa)
Kesehatan:
- Obat-obatan
- Konsultasi
medis
Belanja Pakaian
Kosmetika
Rokok
Sumbangan hajatan
Hiburan (Pasar
malam, bioskop, dll)
Utang jatuh tempo

1
Contoh: bantuan produktif pengadaan mesin Rp 2 juta. Dengan sebab pengadaan mesin,
mustahik memiliki usaha dengan omset Rp 500 ribu/hari dan keuntungan Rp 50 ribu/hari. Maka
masukkan nilai Rp 500 ribu/hari atau Rp 15 juta/bulan ke dalam kolom omset usaha, dan
masukkan Rp 50 ribu/hari atau Rp 1.5 juta/bulan ke kolom keuntungan. Yang dihitung sebagai
tambahan pendapatan adalah kolom keuntungan.

11
Pelunasan
cicilan/kredit barang
per bulan
Lainnya (sebutkan)

BAGIAN H: EVALUASI KEGIATAN IBADAH RUMAH TANGGA MUSTAHIK SEBELUM


DAN SESUDAH ZAKAT

Evaluasi Ibadah Rumah Tangga Mustahik sebelum menerima dana zakat.


Skala Likert
Variabel 1 2 3 4 5 Keterangan
Shalat
Puasa
Zakat &
Infak
Lingkungan
Keluarga
Kebijakan
Pemerintah

Evaluasi Ibadah Rumah Tangga Mustahik sesudah menerima dana zakat.


Skala Likert
Variabel 1 2 3 4 5 Keterangan
Shalat
Puasa
Zakat &
Infak
Lingkungan
Keluarga
Kebijakan
Pemerintah

11
ANALISIS KINERJA BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

Peneliti: Akbar Prayogi


BAZNAS Kabupaten/Kota:
Nama Pengisi/Jabatan:
No Komponen Ketersediaan/Variabel Deskripsi Variabel
Peraturan
1 Daerah (Perda) Ada / Tidak Ada* No. Perda :
tentang Zakat

Tahun 2017
Alokasi APBD Rp.
Ada / Tidak Ada*
untuk BAZNAS
2
kab/kota 2 tahun
terakhir Tahun 2018
Rp.
Ada / Tidak Ada*

a. Lembaga zakat resmi


1. (nama lembaga):
yang terdaftar di
BAZNAS (termasuk 2. (nama lembaga):
BAZNAS kab/kota dan
LAZ ditingkat kab/kota) 3. (nama lembaga):

4. (nama lembaga):

5. (nama lembaga):

6. (nama lembaga):

b. Jumlah mustahik
(jiwa)
Database Tahun yang terdaftar
3
2018
c. Jumlah muzakki
perorangan yang (jiwa)
terdaftar
d. Jumlah muzakki
badan usaha yang (unit)
terdaftar
e. Jumlah total rumah
tangga di tingkat (RT)
kabupaten/kota
f. Jumlah total badan
usaha di tingkat (unit)
kabupaten/kota

Tahun 2017: Rp.


Penghimpunan
4 Total Penghimpunan
Dana Zakat
Tahun 2018: Rp.
Pengelolaan
5 Program Kerja Ada / Tidak Ada*
Zakat 2018

11
Rencana Strategis Ada / Tidak Ada*

Standar Operational Ada / Tidak


Jenis SOP:
Procedures (SOP) Ada*
Ada / Tidak
Sertifikat ISO Jenis ISO:
Ada*
Total Dana Zakat yang
Rp.
Disalurkan
Dana Zakat untuk
Ada / Tidak Ada* Jika Ada: Rp.
Penyaluran kegiatan Dakwah
6 Dana Zakat Rencana
Penyaluran Zakat Realisasi Penyaluran pada
2018 Penyaluran pada
Produktif Bulan: Bulan:
Rencana
Penyaluran Zakat Realisasi Penyaluran pada
Penyaluran pada
Sosial/Konsumtif Bulan:
Bulan:

Ada / Tidak Ada* Teraudit / Tidak Teraudit*


Laporan Keuangan
Dipublikasikan /
Pelaporan Zakat Jika Teraudit, mendapat opini
7 Tidak
2018 WTP / Tidak WTP *
dipublikasikan *

Laporan Audit Syariah Ada / Tidak Ada*

Biaya
Operasional
8 Rp.
Pengelolaan
Zakat 2018

11
LAMPIRAN 2
Skoring Dimensi Makro & Mikro

11
Skoring Dimensi Makro dan Mikro

1. Dimensi Makro
No Variabel Kriteria
(1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
1 Regulasi Memiliki UU Memiliki UU Memiliki UU Memiliki UU Memiliki UU
Nasional zakat zakat zakat zakat zakat
berserta berserta berserta berserta berserta
perangkat perangkat perangkat perangkat perangkat
peraturan peraturan peraturan peraturan peraturan
pendukung di pendukung di pendukung di pendukung pendukung
tingkat tingkat tingkat di tingkat di tingkat
nasional serta nasional serta nasional serta nasional nasional
memiliki Perda memiliki Perda memiliki Perda serta memiliki serta memiliki
zakat di zakat zakat Perda Perda
<25% provinsi sekurang- sekurang- zakat zakat di
kurangnya di kurangnya di sekurangkuran seluruh
25% provinsi 50% provinsi gnya provinsi
di 75%
provinsi
2 Regulasi Memiliki Perda Memiliki Perda Memiliki Perda Memiliki Perda Memiliki Perda
Daerah zakat di zakat di zakat zakat zakat
(untuk tingkat provinsi tingkat provinsi di tingkat di tingkat di tingkat
perhitung dan dan provinsi dan provinsi provinsi
an Perda zakat di Perda zakat Perda zakat dan Perda dan Perda
level <25% sekurang- sekurang- zakat zakat di
provinsi) kab/kota di kurangnya kurangnya sekurang- seluruh
provinsi di 25% di 50% kurangnya di kab/kota di
tersebut kab/kota di kab/kota di 75% kab/kota provinsi
provinsi provinsi di tersebut
tersebut tersebut provinsi
tersebut
3 APBN Rasio APBN Rasio APBN Rasio APBN Rasio APBN Rasio APBN
untuk terhadap terhadap terhadap terhadap biaya terhadap biaya
BAZNAS biaya biaya biaya operasional operasional
operasional operasional operasional BAZNAS BAZNAS
BAZNAS <20% BAZNAS BAZNAS sekurangkuran sekurangkuran
sekurangkuran sekurangkuran gnya gnya
gnya gnaya 50% 75%
20% 30%
4 APBD Rasio APBD Rasio APBD Rasio APBD Rasio APBD Rasio APBD
untuk terhadap terhadap terhadap terhadap biaya terhadap biaya
BAZNAS biaya biaya biaya operasional operasional
daerah operasional operasional operasional BAZNAS BAZNAS
(untuk BAZNAS BAZNAS BAZNAS daerah daerah
perhitung daerah <20% daerah daerah sekurang- sekurang-
an sekurang- sekurang- kurangnya kurangnya
level kurangnya kurangnya 50% 75%
provinsi) 20% 30%

11
1. Dimensi Makro
No Variabel Kriteria
(1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
5 Jumlah Tidak memiliki Memiliki 1 dari Memiliki 2 dari Memiliki Memiliki
lembaga database dari database database database database
zakat jumlah jumlah jumlah jumlah jumlah
resmi, lembaga zakat lembaga zakat lembaga zakat lembaga zakat lembaga zakat
muzakki, resmi, jumlah resmi, jumlah resmi, jumlah resmi, jumlah resmi, jumlah
dan muzaki dan muzaki dan muzaki dan muzaki dan muzaki dan
mustahik mustahik per mustahik per mustahik per mustahik per mustahik per
lembaga lembaga lembaga lembaga lembaga serta
peta
sebarannya
6 Rasio Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah
jumlah muzaki muzaki muzaki muzaki muzaki
muzaki terdaftar terdaftar terdaftar terdaftar terdaftar
individu (memiliki (memiliki (memiliki (memiliki (memiliki
terhadap NPWZ) NPWZ) NPWZ) NPWZ) NPWZ)
jumlah terhadap terhadap terhadap terhadap terhadap
rumah rumah jumlah jumlah rumah jumlah rumah jumlah rumah
tangga tangga rumah tangga tangga tangga tangga
nasional nasional <1% nasional 1- nasional 4- nasional 7-10% nasional >10%
3.9% 6.9%
7 Rasio Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah Rasio jumlah
muzaki muzaki muzaki muzaki muzaki muzaki
badan badan terdaftar badan terdaftar badan terdaftar badan terdaftar badan terdaftar
usaha (memiliki (memiliki (memiliki (memiliki (memiliki
terhadap NPWZ) NPWZ) NPWZ) NPWZ) NPWZ)
jumlah terhadap terhadap terhadap terhadap terhadap
badan jumlah badan jumlah jumlah badan jumlah jumlah
usaha usaha <1% badan usaha usaha 2-2.9% badan usaha badan usaha
nasional 1-1.9% 3-3.9% ≥4%
Keterangan:
Khusus tingkat kabupaten/kota, keberadaan Perda pengelolaan zakat akan
membuat nilai indeks regulasi = 1, dan ketiadaan Perda pengelolaan zakat akan
membuat nilai indeks regulasi = 0.

2. Dimensi Mikro
No Variabel Kriteria
(1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
1 Penghimpunan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan
(YoY) (YoY) 5- (YoY) (YoY) (YoY)
<5% 9% 10-14% 15-19% >20%

2 Pengelolaan Tidak Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki SOP


memiliki SOP sekurangkura sekurangkura sekurangkura pengelolaan
pengelolaan ngnya ngnya ngnya zakat,
zakat, 1 dari SOP 2 dari 3 dari SOP rencana
rencana pengelolaan SOP pengelolaan strategis,
strategis, zakat, pengelolaan zakat, sertifikasi
sertifikasi

11
2. Dimensi Mikro
No Variabel Kriteria
(1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
ISO/manajem rencana zakat, rencana ISO/manajem
en strategis, rencana strategis, en
mutu, dan sertifikasi strategis, sertifikasi mutu, dan
program ISO/manajem sertifikasi ISO/manajem program
kerja tahunan en mutu, ISO/manajem en mutu, kerja tahunan
dan program en dan program
kerja mutu, dan kerja
tahunan program tahunan
kerja tahunan
3 Penyaluran ACR <20% ACR 20-49% ACR 20-49% ACR 50-69% ACR 20-49%
PS >12 bulan PS 9-12 PS 6-<9 PS 3-<6 PS <3 bulan
PE > 15 bulan bulanPE 12- bulan bulan PE <6 bulan
Tidak ada 15 PE 9-<12 PE 6-<9 PD minimal
anggaran bulan bulan bulan dialokasikan
untuk PD PD minimal PD minimal PD minimal ≥10%
dialokasikan dialokasikan dialokasikan anggaran
0.1-<2.5% 2.5- 7.5-<10%
anggaran <7.5% anggaran
anggaran
4 Pelaporan Tidak Memiliki Memiliki Memiliki Memiliki
memiliki laporan laporan laporan laporan
laporan keuangan keuangan keuangan keuangan
keuangan yang tidak teraudit teraudit WTP teraudit
teraudit tapi tidak dan publikasi WTP,
WTP pelaporan memiliki
berkala laporan audit
syariah
dan publikasi
pelaporan
berkala
5 Indeks Nilai indeks 0- Nilai indeks Nilai indeks Nilai indeks Nilai indeks
kesejahteraan 0.20 0.21-0.40 0.41- 0.61-0.80 >0.80
CIBEST (W) 0.60
6 Modifikasi Nilai indeks 0- Nilai indeks Nilai indeks Nilai indeks Nilai indeks
IPM 0.20 0.21-0.40 0.41- 0.61-0.80 >0.80
0.60
7 Kemandirian Tidak Memiliki Hanya Memiliki salah Memiliki
memiliki pekerjaan memiliki satu pekerjaan
pekerjaan tidak tetap salah satu dari tetap,
dan (serabutan) dari pekerjaan usaha/bisnis,
usaha/bisnis pekerjaan tetap dan tabungan
tetap atau atau
usaha/bisnis usaha/bisnis
dan
memiliki
tabungan
Keterangan:
Keterangan: ACR= Allocation to Collection Ratio, PS=Program Sosial, PE=Program
Ekonomi, PD=Program Dakwah.
Sumber: Puskas BAZNAS (2016)

11
LAMPIRAN 3
Tabel Perhitungan Indeks Harapan Hidup

1
No Tahun Lahir AHH AHH MIN AHH MAX IAHH
1 1954 21,2 20 85 0,018000
2 1966 27,9 20 85 0,121538
3 1957 35,0 20 85 0,230923
4 1978 42,4 20 85 0,344769
5 1971 52,2 20 85 0,495692
6 1972 36,8 20 85 0,258462
7 1961 27,0 20 85 0,108000
8 1971 35,9 20 85 0,244769
9 1972 51,0 20 85 0,477385
10 1968 33,2 20 85 0,202308
11 1976 53,6 20 85 0,517077
12 1969 44,0 20 85 0,369077
13 1955 33,5 20 85 0,207846
14 1975 51,1 20 85 0,478769
15 1970 35,0 20 85 0,230154
16 1965 27,1 20 85 0,108769
17 1965 30,1 20 85 0,155538
18 1968 41,1 20 85 0,324615
19 1941 11,5 20 85 0,130615
20 1955 22,0 20 85 0,030615
21 1973 47,9 20 85 0,428615
22 1973 37,7 20 85 0,272615
23 1969 49,1 20 85 0,448115
24 1970 35,0 20 85 0,230154
25 1980 44,3 20 85 0,373846
26 1942 22,0 20 85 0,030974
27 1978 38,5 20 85 0,285231
28 1975 35,8 20 85 0,243231
29 1977 51,2 20 85 0,479231
30 1977 41,5 20 85 0,330154
31 1975 39,6 20 85 0,301385
32 1968 29,6 20 85 0,147692
33 1970 31,3 20 85 0,174462
34 1970 35,0 20 85 0,230154
35 1972 36,8 20 85 0,258462
36 1968 33,2 20 85 0,203077
37 1967 39,9 20 85 0,305641
38 1948 13,6 20 85 -0,098000
39 1968 29,6 20 85 0,147692
40 1975 48,8 20 85 0,443115
41 1968 29,6 20 85 0,147692
42 1965 43,7 20 85 0,364423

11
No Tahun Lahir AHH AHH MIN AHH MAX IAHH
43 1968 29,6 20 85 0,147692
44 1979 54,0 20 85 0,523795
45 1970 35,0 20 85 0,230154
46 1952 19,6 20 85 0,006923
47 1971 54,2 20 85 0,525462
48 1963 46,7 20 85 0,411385
49 1967 46,4 20 85 0,406000
50 1958 51,0 20 85 0,476692
51 1948 24,9 20 85 0,075692
52 1970 47,9 20 85 0,429346
53 1960 37,9 20 85 0,275077
54 1958 40,3 20 85 0,312000
55 1949 36,1 20 85 0,247000
56 1965 30,5 20 85 0,161385
57 1979 47,9 20 85 0,428923
58 1959 37,9 20 85 0,275692
59 1975 52,9 20 85 0,505538
60 1965 44,0 20 85 0,369385
61 1960 43,3 20 85 0,359077
62 1979 50,7 20 85 0,471692
63 1968 41,2 20 85 0,325385
64 1968 32,3 20 85 0,188923
65 1965 43,1 20 85 0,355385
66 1967 31,0 20 85 0,168462
67 1965 30,5 20 85 0,161385
68 1955 24,0 20 85 0,061692
69 1959 42,8 20 85 0,350923
70 1970 42,9 20 85 0,352154
71 1966 31,4 20 85 0,174923
72 1963 55,9 20 85 0,552615
73 1965 29,7 20 85 0,148769
74 1965 44,5 20 85 0,377077
75 1969 40,8 20 85 0,320154
76 1965 31,8 20 85 0,181846
77 1965 29,2 20 85 0,141846
78 1966 31,0 20 85 0,168923
79 1965 30,5 20 85 0,161385
80 1968 42,3 20 85 0,343077
81 1965 29,7 20 85 0,148769
82 1970 51,2 20 85 0,480308
83 1965 35,9 20 85 0,244308
84 1969 49,7 20 85 0,456154

12
No Tahun Lahir AHH AHH MIN AHH MAX IAHH
85 1966 30,5 20 85 0,162000
86 1970 50,0 20 85 0,461231
87 1969 44,8 20 85 0,381846
88 1963 37,2 20 85 0,264923
89 1968 32,3 20 85 0,188923
90 1972 52,2 20 85 0,494769
91 1968 40,2 20 85 0,310923
92 1965 43,3 20 85 0,358769
93 1966 43,6 20 85 0,363077
94 1963 35,2 20 85 0,233385
95 1968 32,3 20 85 0,188923
96 1970 42,3 20 85 0,343385
97 1972 45,5 20 85 0,392462
98 1970 34,1 20 85 0,216462
99 1965 30,5 20 85 0,161385
100 1970 41,7 20 85 0,334000
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

12
LAMPIRAN 4
Tabel Perhitungan Harapan Lama Sekolah

1
No Tahun Lahir HLS HLS MIN HLS MAX IHLS
1 1954 4,2 0 18 0,233333
2 1966 6,45 0 18 0,358333
3 1957 4,95 0 18 0,275000
4 1978 7,95 0 18 0,441667
5 1971 7,2 0 18 0,400000
6 1972 7,2 0 18 0,400000
7 1961 5,7 0 18 0,316667
8 1971 7,2 0 18 0,400000
9 1972 7,2 0 18 0,400000
10 1968 6,45 0 18 0,358333
11 1976 7,95 0 18 0,441667
12 1969 6,45 0 18 0,358333
13 1955 4,95 0 18 0,275000
14 1975 7,95 0 18 0,441667
15 1970 7,2 0 18 0,400000
16 1965 6,45 0 18 0,358333
17 1965 6,45 0 18 0,358333
18 1968 6,45 0 18 0,358333
19 1941 2,1 0 18 0,116667
20 1955 4,95 0 18 0,275000
21 1973 7,2 0 18 0,400000
22 1973 7,2 0 18 0,400000
23 1969 6,45 0 18 0,358333
24 1970 7,2 0 18 0,400000
25 1980 8,7 0 18 0,483333
26 1942 2,1 0 18 0,116667
27 1978 7,95 0 18 0,441667
28 1975 7,95 0 18 0,441667
29 1977 7,95 0 18 0,441667
30 1977 7,95 0 18 0,441667
31 1975 7,95 0 18 0,441667
32 1968 6,45 0 18 0,358333
33 1970 7,2 0 18 0,400000
34 1970 7,2 0 18 0,400000
35 1972 7,2 0 18 0,400000
36 1968 6,45 0 18 0,358333
37 1967 6,45 0 18 0,358333
38 1948 3,45 0 18 0,191667
39 1968 6,45 0 18 0,358333
40 1975 7,95 0 18 0,441667

12
No Tahun Lahir HLS HLS MIN HLS MAX IHLS
41 1968 6,45 0 18 0,358333
42 1965 6,45 0 18 0,358333
43 1968 6,45 0 18 0,358333
44 1979 7,95 0 18 0,441667
45 1970 7,2 0 18 0,400000
46 1952 4,2 0 18 0,233333
47 1971 7,2 0 18 0,400000
48 1963 5,7 0 18 0,316667
49 1967 6,45 0 18 0,358333
50 1958 4,95 0 18 0,275000
51 1948 3,45 0 18 0,191667
52 1970 7,2 0 18 0,400000
53 1960 5,7 0 18 0,316667
54 1958 4,95 0 18 0,275000
55 1949 3,45 0 18 0,191667
56 1965 6,45 0 18 0,358333
57 1979 7,95 0 18 0,441667
58 1959 4,95 0 18 0,275000
59 1975 7,95 0 18 0,441667
60 1965 6,45 0 18 0,358333
61 1960 5,7 0 18 0,316667
62 1979 7,95 0 18 0,441667
63 1968 6,45 0 18 0,358333
64 1968 6,45 0 18 0,358333
65 1965 6,45 0 18 0,358333
66 1967 6,45 0 18 0,358333
67 1965 6,45 0 18 0,358333
68 1955 4,95 0 18 0,275000
69 1959 4,95 0 18 0,275000
70 1970 7,2 0 18 0,400000
71 1966 6,45 0 18 0,358333
72 1963 5,7 0 18 0,316667
73 1965 6,45 0 18 0,358333
74 1965 6,45 0 18 0,358333
75 1969 6,45 0 18 0,358333
76 1965 6,45 0 18 0,358333
77 1965 6,45 0 18 0,358333
78 1966 6,45 0 18 0,358333
79 1965 6,45 0 18 0,358333
80 1968 6,45 0 18 0,358333

12
No Tahun Lahir HLS HLS MIN HLS MAX IHLS
81 1965 6,45 0 18 0,358333
82 1970 7,2 0 18 0,400000
83 1965 6,45 0 18 0,358333
84 1969 6,45 0 18 0,358333
85 1966 6,45 0 18 0,358333
86 1970 7,2 0 18 0,400000
87 1969 6,45 0 18 0,358333
88 1963 5,7 0 18 0,316667
89 1968 6,45 0 18 0,358333
90 1972 7,2 0 18 0,400000
91 1968 6,45 0 18 0,358333
92 1965 6,45 0 18 0,358333
93 1966 6,45 0 18 0,358333
94 1963 5,7 0 18 0,316667
95 1968 6,45 0 18 0,358333
96 1970 7,2 0 18 0,400000
97 1972 7,2 0 18 0,400000
98 1970 7,2 0 18 0,400000
99 1965 6,45 0 18 0,358333
100 1970 7,2 0 18 0,400000
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

12
LAMPIRAN 5
Tabel Perhitungan Rata-Rata Lama Sekolah

1
No Tahun Lahir RLS RLS MIN RLS MAX IRLS
1 1954 6 0 15 0,4
2 1966 12 0 15 0,8
3 1957 12 0 15 0,8
4 1978 12 0 15 0,8
5 1971 12 0 15 0,8
6 1972 9 0 15 0,6
7 1961 9 0 15 0,6
8 1971 12 0 15 0,8
9 1972 9 0 15 0,6
10 1968 9 0 15 0,6
11 1976 12 0 15 0,8
12 1969 12 0 15 0,8
13 1955 6 0 15 0,4
14 1975 9 0 15 0,6
15 1970 6 0 15 0,4
16 1965 9 0 15 0,6
17 1965 12 0 15 0,8
18 1968 9 0 15 0,6
19 1941 0 0 15 0
20 1955 6 0 15 0,4
21 1973 6 0 15 0,4
22 1973 12 0 15 0,8
23 1969 12 0 15 0,8
24 1970 12 0 15 0,8
25 1980 12 0 15 0,8
26 1942 12 0 15 0,8
27 1978 12 0 15 0,8
28 1975 12 0 15 0,8
29 1977 12 0 15 0,8
30 1977 12 0 15 0,8
31 1975 12 0 15 0,8
32 1968 12 0 15 0,8
33 1970 12 0 15 0,8
34 1970 9 0 15 0,6
35 1972 6 0 15 0,4
36 1968 9 0 15 0,6
37 1967 9 0 15 0,6
38 1948 6 0 15 0,4
39 1968 9 0 15 0,6

12
No Tahun Lahir RLS RLS MIN RLS MAX IRLS
40 1975 6 0 15 0,4
41 1968 9 0 15 0,6
42 1965 12 0 15 0,8
43 1968 6 0 15 0,4
44 1979 12 0 15 0,8
45 1970 6 0 15 0,4
46 1952 0 0 15 0
47 1971 9 0 15 0,6
48 1963 6 0 15 0,4
49 1967 6 0 15 0,4
50 1958 6 0 15 0,4
51 1948 0 0 15 0
52 1970 12 0 15 0,8
53 1960 6 0 15 0,4
54 1958 0 0 15 0
55 1949 6 0 15 0,4
56 1965 6 0 15 0,4
57 1979 12 0 15 0,8
58 1959 0 0 15 0
59 1975 12 0 15 0,8
60 1965 12 0 15 0,8
61 1960 6 0 15 0,4
62 1979 6 0 15 0,4
63 1968 6 0 15 0,4
64 1968 9 0 15 0,6
65 1965 6 0 15 0,4
66 1967 6 0 15 0,4
67 1965 6 0 15 0,4
68 1955 6 0 15 0,4
69 1959 6 0 15 0,4
70 1970 12 0 15 0,8
71 1966 6 0 15 0,4
72 1963 6 0 15 0,4
73 1965 6 0 15 0,4
74 1965 6 0 15 0,4
75 1969 6 0 15 0,4
76 1965 6 0 15 0,4
77 1965 6 0 15 0,4
78 1966 12 0 15 0,8

12
No Tahun Lahir RLS RLS MIN RLS MAX IRLS
79 1965 6 0 15 0,4
80 1968 6 0 15 0,4
81 1965 6 0 15 0,4
82 1970 9 0 15 0,6
83 1965 9 0 15 0,6
84 1969 6 0 15 0,4
85 1966 6 0 15 0,4
86 1970 6 0 15 0,4
87 1969 12 0 15 0,8
88 1963 6 0 15 0,4
89 1968 6 0 15 0,4
90 1972 9 0 15 0,6
91 1968 6 0 15 0,4
92 1965 6 0 15 0,4
93 1966 6 0 15 0,4
94 1963 6 0 15 0,4
95 1968 12 0 15 0,8
96 1970 6 0 15 0,4
97 1972 6 0 15 0,4
98 1970 6 0 15 0,4
99 1965 6 0 15 0,4
100 1970 6 0 15 0,4
Sumber: Data Primer 2018 (diolah)

12

Anda mungkin juga menyukai