Anda di halaman 1dari 131

PENGARUH SIFAT LOVE OF MONEY, MACHIAVELLIAN DAN

RELIGIUSITAS TERHADAP PERILAKU ETIS DI DUNIA KERJA

(Survei pada Alumni Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
UIN Raden Intan Lampung)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Guna Memenuhi Syarat-
Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Wiwik Indah Sapitri
NIM. 11170820000033

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H/2023 M
PENGARUH SIFAT LOVE OF MONEY, MACHIAVELLIAN DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP PERILAKU ETIS DI DUNIA KERJA

(Survei pada Alumni Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
UIN Raden Intan Lampung)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh:
Wiwik Indah Sapitri
NIM: 11170820000033

Di Bawah Bimbingan

Dr. Yulianti, SE., M.Si


NIP. 19820318 201101 2 011

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H/2023

i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Nama : Wiwik indah sapitri


Tempat/Tgl Lahir : Padang Cermin, 10 September 1999
NIM : 11170820000033
Program Studi : Akuntansi
Konsentrasi : Keuangan
Tanggal Ujian : 16 Maret 2023
Penguji I : Dr. Khayatun Nufus, M.Si
Penguji 2 : Haryati, SE.,M.Si

Setelah melihat dan mempertimbangkan hasil ujian komprehensif, dengan ini


saudara dinyatakan:
Ujian Komprehensif S1 dengan hasil: LULUS
Demikian hasil ujian komprehensif ini, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Jakarta, 16 March 2023


Ketua/Sekretaris

Yessi Fitri, SE, M.Si., CA


NIP. 19760924 200604 2 002

ii
LEMBAR PENGASAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini senin, 25 september 2023 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/I
:

1. Nama : Wiwik Indah Sapitri

2. NIM 11170820000033

3. Program Studi : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Sifat Love of Money, Machiavellian


dan ReligiusitasTerhadap Perilaku Etis Didunia Kerja.

Setelah mencermati dan memperhatikan penempilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterrima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tanggerang Selatan, September 2023

1. Yessi Fitri, S.E.,M.Si.,Ak.,CA (…………………...)

NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua

2. Dr. Yulianti, S.E.,M.Si (…………………...)


NIP. 19820318 201101 2 011 Pembimbing

3. Hepi Prayudiawan , S.E.,M.M.,Ak.,CA (…………………....)

iii
NIP. 1972516 200901 1 006 Penguji Ahli

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Wiwik Indah Sapitri

NIM : 11170820000033

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan


mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggungjawabkan
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian dan dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar aturan diatas, maka saya siap dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
hidayatullah Jakarta.

Dengan pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 12 juli 2023

Yang Menyatakan

Wiwik Indah Sapitri

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI
1. Nama : Wiwik Indah Sapitri
2. Tempat, Tanggal Lahir : Padang Cermin, 10 September 1999
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jln. Kemuning IV, Pamulang Barat,
Tanggerang Selatan
5. Telepon : 081213386599
6. Email : wiwikindahsyafitri03@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL


1. SDN 1 Sumber Agung (2005-2011)
2. SMPN 1 Ngambur (2011-2014)
3. SMAN 1 Ngambur (2014-2017)
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2017-2023)
S1 Akuntansi

III. PENDIDIKAN NON-FORMAL


1. Pendidikan dasar koperasi mahasiswa
2. Paduan suara mahasiswa
3. Lembaga dakwah kampus
4. Komunitas Menulis Online Indonesia (KMOI)

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA


1. Ayah : Abdul Mutholib
2. Ibu : Nunik Lestari
3. Anak :3

v
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat serta
karunianya-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul: “Pengaruh Sifat Love of money, Machiavellian dan Religiusitas
terhadap Perilaku Etis di Dunia Kerja” (Survei pada Alumni Jurusan Akuntansi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Raden Intan Lampung)
dengan lancar dan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan
kepada junjungan baginda Nabi Muhammad saw. beserta para keluarga, sahabat,
dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini diselesaikan untuk memenuhi syarat-syarat meraih


gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan memberikan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses
penyusunan proposal skripsi ini terutama kepada:

1. Kepada suami tercinta (Muhammad Rizal Al-Fikri) yang selalu


memberikan nasihat, bantuan, dukungan, dan pengertian secara terus
menerus sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
2. Kedua orang tua tercinta yang telah menjadi penyemangat terbesar dan
terbaik dalam hidup penulis serta telah memberikan dukungan tiada henti
berupa kasih sayang, doa dan perhatiannya kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Qizam SE.,Ak M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Fitri Damayanti, SE.,M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi
5. Ibu Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA, Ph.D selaku dosen
pembimbing Akademik yang selalu memberikan nasihat dan perhatian
kepada penulis.
6. Dr. Yulianti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu
pengetahuannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi hingga akhirnya
skripsi ini bisa diselesaikan.
7. Kepada temen-teman kosan nenek kak putri, juita, qory, kak annas, kak
Maryam, kak shopi, syarifah, syifa, azizah, kak uli, uzma, wilda, kak atul
yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penulis selama
pengerjaan skripsi ini.
8. Kepada sahabat-sahabat terdekat Rizka, tari, anita, mitha, halimah, aulia,
Akuntansi A 2017 yang telah berbagi suka dukanya dalam proses
pembuatan proposal skripsi ini.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dan memberi masukan serta inspirasi bagi penulis, suatu
kebahagiaan telah dipertemukan dengan kalian semua, terima kasih banyak.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki penulis, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Ciputat, 04 september 2023

Penulis

(Wiwik Indah Sapitri)

vii
PENGARUH SIFAT LOVE OF MONEY, MACHIAVELLIAN DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP PERILAKU ETIS DI DUNIA KERJA

(Survei pada Alumni Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
UIN Raden Intan Lampung)

ABSTRACT

This study aims to examine the effect of the nature of love of money,
Machiavellian and religiosity on ethical behavior in the world of work. This study
uses primary data. Questionnaires were distributed to accounting alumni who are
currently working or have worked as accountants. This study used the convenience
sampling method to determine the sample. The number of respondents in this study
were 100 respondents. The analytical method to test the data processing in this
study used multiple linear regression analysis with SPSS 23.
The results of this study indicate that love of money and Machiavellian have
a negative effect on ethical behavior and religiosity does not have a positive effect
on ethical behavior. F test results show that love of money, machiavellian and
religiosity influence ethical behavior.
Keywords: Love of money, Machiavellian, Religiosity, Ethical Behavior

viii
PENGARUH SIFAT LOVE OF MONEY, MACHIAVELLIAN DAN
RELIGIUSITAS TERHADAP PERILAKU ETIS DI DUNIA KERJA

(Survei pada Alumni Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
UIN Raden Intan Lampung)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sifat love of money,


Machiavellian dan religiusitas terhadap perilaku etis di dunia kerja. Penelitian ini
menggunakan data primer. Kuesioner disebarkan kepada alumni akuntansi yang
sedang bekerja atau pernah bekerja sebagai akuntan. Penelitian ini menggunakan
metode convenience sampling untuk menentukan sampel. Jumlah responden dalam
penelitian ini sebanyak 100 responden. Metode analisis untuk menguji pengolahan
data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
SPSS 23.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa love of money dan machiavellian
berpengaruh negatif terhadap perilaku etis dan religiusitas tidak berpengaruh positif
terhadap perilaku etis. Hasil uji F menunjukkan bahwa love of money,
Machiavellian dan religiusitas secara simultan mempengaruhi perilaku etis.
Kata Kunci: Love of money, Machiavellian, Religiusitas, Perilaku Etis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................. iiv


DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL ................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 4
BAB I ...................................................................................................................... 5
A. Latar Belakang .......................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 15
BAB II ................................................................................................................... 17
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 17
A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian ..................................................... 17
1. Theory ofPlanned Behavior ............................................................... 17
2. Perilaku Etis di Dunia Kerja............................................................... 19
3. Religiusitas ......................................................................................... 30
4. Love of Money .................................................................................... 35
5. Machiavellian ..................................................................................... 41
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 50
C. Pengembangan Hipotesis ........................................................................ 55
D. Kerangka Pemikiran................................................................................ 61
BAB III ................................................................................................................. 62
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 62
A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 62
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 63
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 65

1
D. Definisi Operasional Variabel……………………………...………...….65
E. Metode Analisis Data .............................................................................. 69
1. Statistik deskriptif .............................................................................. 69
2. Uji Kualitas Data ................................................................................ 70
3. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 71
4. Analisis Regresi Linier Berganda ...................................................... 73
5. Uji Kelayakan Model ......................................................................... 74
BAB IV ................................................................................................................. 77
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 77
A. Gambaran umum objek penelitian .......................................................... 77
1. Karakteristik Profil Responden .......................................................... 77
B. Temuan Hasil Penelitian………………………………………………..81
1. Hasil Uji Statistik Deskripsi………………………………………….81
2. Hasil Uji Kualitas Data ...................................................................... 82
3. Hasil Uji Asumsi Klasik..................................................................... 88
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)................................................. 93
5. Hasil Uji Hipotesis..............................................................................94
C. Pembahasan............................................................................................. 98
1. Love of money berpengaruh negatif terhadap perilaku etis ................ 98
2. Machiavellian berpengaruh negatif terhadap peilaku etis...................99
3. Religiusitas berpengaruh positif terhadap perilaku etis ................... 101
4. Love of mone, machiavellian dan religiusitas berpengaruh terhadap
perilaku etis ...................................................................................... 103
BAB V................................................................................................................. 105
PENUTUP ........................................................................................................... 105
A. Kesimpulan ........................................................................................... 104
B. Saran ..................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107
LAMPIRAN 111

2
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu…………………………………50

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian……………………………........69

Tabel 4.1 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…….78

Tabel 4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia……………….78

Tabel 4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan…………79

Tabel 4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Alumni Universitas 81

Tabel 4.5 Uji Statistik Deskripsi……………………………………………81

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Love of Money……………………………….82

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Machiavellian……………………………….84

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Religiusitas…………………………………..85

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Perilaku Etis…………………………………86

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas……………………………………………..87

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas……………………………………………..89

Tabel 4.12 Hasil Uji Glejser…………………………………………………92

Tabel 4.13 Hasil Uji Multikolonieritas………………………………………93

Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)……………………………94

Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik F………...…………………………………….95

Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik t……………………………………………….96

Tabel 4.17 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis…………………………..104

3
4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram………………………….91


Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Grafik P-plot………………………………91
Gambar 4.3 Hasil Uji Heterokesdatisitas……………………………………..92

5
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai macam etika akan tumbuh dan berkembang dalam

kehidupan bermasyarakat. Menurut Marwanto (2007) etika terkait dengan

prinsip moral dan perbuatan yang melandasi tindakan seseorang sehingga

tindakan yang diambil dianggap sebagai suatu perbuatan yang terpuji dan

dapat memberikan rasa hormat bagi individu tersebut di masyarakat.

Menurut Kattsoff (1996) terdapat dua etika yang berkembang di

masyarakat, pertama etika deskriptif yang menjelaskan perilaku dan nilai

individu dalam suatu keadaan dan realita budaya kehidupan bermasyarakat.

Kedua etika normatif yang menghimbau serta memberikan penilaian

terhadap individu mengenai berperilaku sesuai peraturan dan norma dalam

masyarakat.

Mempelajari perilaku dalam profesi akuntan sangat penting.

Pertimbangan etis dalam profesi sangat diperlukan karena kepercayaan dan

nilai perilaku individu terkait dengan penilaian profesional (Elias, 2008).

Kredibilitas serta integritas menjadi sangat penting dalam menentukan

perilaku etis seorang akuntan. Profesi akuntan tentu sangat dekat serta

rawan dengan tindakan kecurangan. Isu-isu mengenai etika dalam dunia

bisnis dan profesi setelah terjadinya skandal-skandal di perusahaan besar

6
membuat kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan kian menurun

(Normadewi, 2012).

Profesi akuntan dalam menjalankan tugas dan membuat keputusan

harus didasari kode etik yang ada. Realitanya profesional akuntan banyak

yang bekerja tidak didasari pada kode etik profesional (Prabowo &

Widanaputra, 2018). Salah satu kasus terbesar yang terjadi yaitu skandal

Enron Corp pada tahun 2001. Enron Corp merupakan perusahaan terbesar

ke tujuh di Amerika Serikat yang bergerak di bidang industri energi. Kasus

ini terjadi karena para manajer Enron Corp yang memanipulasi laporan

keuangan dengan mencatatkan keuntungan sebesar 600 juta dolar AS .

Selain itu kasus ini juga diperparah dengan tidak independennya Kantor

Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen terhadap Enron Corp. KAP Arthur

Andersen terbukti melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan Enron

Corp dengan menyembunyikan hutang yang dimilikinya untuk mengelabui

publik dan juga menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan

dengan investigasi atas kebangkrutan Enron Corp (www.republika.co.id).

Robertson (2008) menyatakan bahwa kehancuran moral yang

dihasilkan oleh perusahaan seperti Enron dan WorldCom menghasilkan The

Sarbanes-Oxley (SOX) Act tahun 2002. Peraturan tersebut ditujukan untuk

manajer perusahaan agar bertanggung jawab atas tindakan mereka dan

rekan-rekan mereka. Saat ini, profesi akuntan mengandalkan kode etik

untuk menyampaikan tanggung jawab mereka kepada masyarakat.

7
Sejak kebangkrutan perusahaan besar di Amerika Serikat, profesi

akuntan telah mengalami krisis kepercayaan dalam kemampuannya untuk

mengatur anggotanya dan menyediakan laporan keuangan yang dapat

diandalkan untuk publik. Auditor sering disalahkan atas runtuhnya

perusahaan (Elias & Farag, 2010). Oleh sebab itu pemerintah

menindaklanjuti masalah tersebut dengan The Sarbanes-Oxley (SOX) Act

yang diterapkan untuk mencegah kegagalan penyajian laporan keuangan.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa The Sarbanes-Oxley (SOX) Act

memiliki dampak positif, dimana aturan ini dibuat untuk mengembalikan

kepercayaan publik terhadap pasar modal nasional dengan cara memperkuat

pengawasan akuntansi perusahaan. The Sarbanes-Oxley (SOX) Act

menetapkan suatu lembaga semi pemerintah, Public Company Accounting

Oversight Board (PCAOB) yang bertugas mengawasi, mengatur,

memeriksa dan mendisiplinkan kantor-kantor akuntan, kebebasan auditor,

tata kelola perusahaan, penilaian pengendalian internal, serta pengungkapan

laporan keuangan yang lebih dikembangkan. Canary & Jennings (2008)

mengungkapkan untuk adanya pengujian persamaan dan perbedaan

kelakuan kode etik perusahaan sebelum dan sesudah diterapkannya The

Sarbanes-Oxley (SOX) Act. Hasil penelitian (Canary & Jennings, 2008)

tersebut menemukan bahwa struktur kode etik telah berubah dari waktu ke

waktu dengan kenaikan penekanan kepatuhan kode etik sesudah

diterapkannya The Sarbanes-Oxley (SOX) Act.

8
Kasus yang serupa juga pernah dialami di Indonesia, yaitu Laporan

Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh pihak-

pihak tertentu. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan keuangannya.

Beberapa data disajikan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

Dalam laporan kinerja keuangan tahun 2005 PT KAI mengumumkan bahwa

keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 6,90 miliar. Padahal apabila

dicermati dengan benar sebenarnya PT KAI harus dinyatakan menderita

kerugian sebesar Rp. 63 miliar. Hal tersebut juga sudah dilakukan PT KAI

pada tahun sebelumnya. Hal ini mungkin sudah biasa terjadi dan masih bisa

diperbaiki. Namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak auditor

menyatakan laporan keuangan itu wajar yang kemudian membuat adanya

kejanggalan dan tidak ada penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.

Padahal setelah dilakukan audit ulang ternyata terjadi penyimpangan

standar akuntansi yaitu pada piutang tak tertagih. Hal ini akan

mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap profesi akuntansi.

Keterlibatan kantor akuntan besar keuangan yang terjadi pada perusahaan

besar ini lah yang kemudian membuat kepercayaan masyarakat menurun

(Pradanti & Prastiwi, 2014).

Kasus yang sama juga terjadi pada kurun waktu dua tahun terakhir,

dimana manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk secara mengejutkan

berhasil menorehkan kinerja yang cemerlang pada tahun 2018. Tidak hanya

kondisi kerugian yang membaik (jumlah kerugian berkurang), tetapi bahkan

hingga berhasil mencatat laba bersih US$809,84 ribu atau setara dengan

9
Rp11,33 miliar (Rp14.000 per US$). Grup Garuda Indonesia memperoleh

keuntungan sebesar US$239,940,000 dengan sebagian diantaranya yakni

senilai US$28,000,000 adalah merupakan bagi hasil Garuda Indonesia

dengan PT Sriwijaya Air. Namun, hal yang cukup disesalkan adalah karena

perusahaan (PT Garuda Indonesia) pada kenyataanya belum menerima

pembayaran dari hasil kerja sama yang dilakukannya tersebut. Tetapi

manajemen tetap melaporkannya sebagai pemerolehan pendapatan,

sehingga menurut sistem pencatatan akuntansi, PT. Garuda Indonesia dapat

mempublikasikan pencapaian laba bersih hingga US$809 ribu pada tahun

2018 dari sebelumnya merugi sebesar US$216,58 juta.

Pada kasus Garuda 2018 seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

di atas, kerusuhan yang terjadi tidak akan melebar terlalu jauh jika semua

pihak memiliki kesepahaman yang sama akan penerapan Standar Akuntansi

yang berlaku di Indonesia. Pengakuan pendapatan Garuda Indonesia diduga

telah bertentangan dengan PSAK 72 paragraf 28 dan 29. Sejalan pernyataan

yang tercantum dalam PSAK 72 paragraf 28, pendapatan yang berasal dari

penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti,

dan dividen diakui dengan dasar pengakuan yang kemudian dijelaskan di

paragraf 29, di mana pendapatan tersebut hanya akan diakui jika dan hanya

jika terdapat kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan

transaksi tersebut akan mengalir ke entitas dan jumlah pendapatannya dapat

diukur secara andal (Bwarleling, 2020).

10
Kasus pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap

akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk

menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan

pekerjaan profesionalnya (Ludigdo, 1999). Oleh karena itu, terjadinya

berbagai kasus sebagaimana disebutkan di atas, seharusnya memberi

kesadaran untuk lebih memperhatikan etika dalam melaksanakan pekerjaan

profesi akuntan. Sudibyo (1995) dalam (Khomsiyah dan Indriantoro, 1998)

mengemukakan bahwa dunia pendidikan akuntansi mempunyai pengaruh

yang besar terhadap perilaku etika auditor. Ungkapan tersebut

mengisyaratkan bahwa sikap dan perilaku moral auditor (akuntan) dapat

terbentuk melalui proses pendidikan yang terjadi dalam lembaga pendidikan

akuntansi, dimana mahasiswa sebagai input, sedikit banyaknya akan

memiliki keterkaitan dengan akuntan yang dihasilkan sebagai output

Prinsip etika profesi dan kode etik yang ditetapkan oleh IAI

menyatakan penetapan suatu pekerjaan/profesi akuntan harus memiliki

tanggung jawab kepada publik selaku pemakai jasa akuntan, dan rekan.

Prinsip ini mengarahkan para anggota untuk menjalankan profesinya

dengan profesional dan bertanggung jawab hal tersebut merupakan landasan

dasar dalam berperilaku etis dan profesional. Prinsip ini bertujuan untuk

mengarahkan seorang akuntan agar memiliki komitmen dalam berperilaku

baik dan terhormat, bahkan dengan mengorbankan keuntungan yang

bersifat pribadi (Yuliani, 2016:94). Seharusnya para akuntan menjadikan

kode etik sebagai pedoman dan aturan yang harus ditaati guna dalam

11
bertindak dan menyampaikan tanggung jawab dalam masyarakat. Sikap

profesionalisme sangat dituntut dalam profesi akuntan, karena akuntan

merupakan profesi yang kinerjanya diukur dari profesionalisme, maka

diperlukan penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang baik serta

penguatan karakter diri yang dicirikan oleh kepatuhan terhadap etika sejak

dini (Ludigdo, 2007). Etika menuntun seseorang untuk berfikir dalam

menentukan sesuatu yang baik buruk atau salah benarnya suatu tindakan

yang akan dilakukan yang dapat diketahui oleh pikiran dan nurani manusia.

Pendidikan etika sejak dini memang sangat diperlukan untuk

menekan angka kecurangan yang terjadi di dalam perusahaan. Berdasarkan

penjelasan di atas mengenai skandal manipulasi laporan keuangan, terdapat

krisis etika atau moral pada para pembuat keputusan. Perilaku menyimpang

dalam profesi akuntan bisa diminimalisasi oleh nilai-nilai etika. Nilai etika

sebaiknya ditanamkan sedini mungkin untuk menciptakan karakter dan

moral seseorang. Seorang akuntan sering dihadapkan dalam situasi yang

penuh dengan konflik kepentingan. Dihadapkan dengan sesuatu yang

menjadikan akuntan tertekan dan menjadikan akuntan harus mengambil

keputusan yang sulit. Dengan kerasnya lingkungan bisnis dan konflik

kepentingan yang ada. Untuk menghadapi hal ini sebaiknya seorang akuntan

dibekali dengan nilai-nilai etis yang menjunjung tinggi kejujuran.

Selain faktor pendidikan yang tidak kalah penting adalah faktor

spiritual atau religiusitas. Aprianti (2018) menyatakan agama dapat menjadi

faktor yang menentukan arah perkembangan akuntansi, karena akuntansi

12
dipengaruhi oleh nilai-nilai dasar yang dianut oleh individu dan masyarakat.

Agama sangat berkaitan erat dengan etika. Manusia adalah makhluk sosial

yang membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi.

Ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan

bermasyarakat seseorang perlu untuk mengatur tingkah laku, karena setiap

daerah mempunyai tata aturan serta kebiasaan yang berbeda. Begitu juga

dengan agama, yang sejak zaman primitif sudah dianut oleh manusia dengan

variasi yang berbeda-beda. Agama mengatur tata cara dalam bertingkah

laku yang berkaitan langsung dengan hukum Tuhan yang tertera di dalam

kitab suci masing-masing agama.

Etika dan agama mempunyai persamaan yaitu menentukan baik atau

buruknya perbuatan manusia dalam bertingkah laku berdasarkan amal

perbuatan manusia itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwasanya etika

mengajarkan manusia baik dan buruk berdasarkan akal pikiran dan hati

nurani manusia dan agama mengajarkan kita baik dan buruk suatu perbuatan

kepada manusia lainnya melalui kitab suci yang kebenarannya bersifat

mutlak. Wandari (2018) menyatakan bahwa agama dipercaya dapat

mengontrol dalam bertindak tidak etis. Karena agama sebagai pengatur dan

penunjuk arah kehidupan manusia serta agama, yang dapat membangkitkan

kebahagiaan batin seseorang yang paling sempurna, dan juga perasaan takut.

Pengaruh agama dalam kehidupan seseorang dapat memberi kemantapan

batin, rasa bahagia, rasa terlindung, rasa sukses, dan rasa puas. Selain itu

13
diharapkan dengan pengetahuan keagamaan yang tinggi seseorang dapat

mengendalikan perbuatannya dalam bertingkah laku tidak etis.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku etis seseorang adalah

uang. Uang merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-

hari. Mitchell & Mickel, (1999) menyatakan bahwa uang berhubungan

dengan kepribadian individu dan merupakan variabel sikap. Elias (2009)

menyatakan bahwa di Amerika, uang dan pendapatan menjadi tolok ukur

dalam melihat kesuksesan seseorang. Herzberg & Moult (1987) menyatakan

bahwa uang menjadi motivasi untuk sebagian orang, akan tetapi bagi orang

lain uang merupakan sebuah faktor kesehatan (hygiene factor).

Tang & Chen (2008) melakukan penelitian dengan melakukan

pengujian variabel psikologis yang baru yakni cinta individu pada uang

(love of money). Love of money digunakan sebagai konsep dalam menilai

subjektifnya perasaan seseorang terhadap uang. Kecintaan terhadap uang

banyak dikonotasikan secara negatif di sebagian kelompok masyarakat.

Beberapa kepercayaan umum menyebutkan bahwa kecintaan terhadap uang

adalah akar dari segala kejahatan (Tang et al., 2005) atau dianggap

berhubungan erat dengan konsep ketamakan (Sloan, 2002). Sifat serakah

seseorang dapat menimbulkan perilaku tidak etis dan melakukan tindakan-

tindakan kejahatan seperti kecurangan, korupsi ataupun mencuri.

Penelitian (Richmond, 2001) mendapatkan bukti adanya sifat

individu yang mempengaruhi perilaku etis. Investigasi yang dilakukan

14
(Richmond, 2001) mengenai suatu paham machiavellianism sebagai bentuk

suatu kepribadian yaitu machiavellian dan pertimbangan etis terkait

cenderungnya sifat individu dalam menyelesaikan dilema etis. Penelitian ini

mendapatkan hasil yaitu pertama, tingginya sifat machiavellian dapat

menimbulkan perilaku yang tidak etis. Kedua, tingginya pertimbangan etis,

menyebabkan orang akan berperilaku semakin etis.

Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Pradanti

& Prastiwi (2014). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah adanya

penambahan variabel machiavellian dan religiusitas sebagai variabel

independen dan juga memperluas penelitian dengan perilaku etis di dunia

kerja sebagai variabel dependen. Penelitian ini akan mengkaji lebih jauh

bagaimana sifat dari love of money dan machiavellian mempengaruhi pola

perilaku akuntan saat sudah berada didunia kerja dan religiusitas dapat

menekan sifat love of money sehingga judul penelitian ini adalah

“Pengaruh Sifat love of money, machiavellian dan religiusitas terhadap

perilaku etis di dunia kerja” dengan survei yang dilakukan pada alumni

jurusan akuntansi PTKIN di wilayah Banten.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah sifat love of money berpengaruh terhadap perilaku etis di dunia

kerja?

2. Apakah machiavellian berpengaruh terhadap perilaku di dunia kerja?

3. Apakah religiusitas berpengaruh terhadap perilaku etis di dunia kerja?

15
4. Apakah sifat love of money, machiavellian dan religiusitas berpengaruh

terhadap perilaku etis di dunia kerja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Menguji pengaruh sifat love of money terhadap perilaku etis di dunia

kerja.

2. Menguji pengaruh tingkat religiusitas yang tinggi terhadap perilaku etis

di dunia kerja.

3. Menguji pengaruh machiavellian terhadap perilaku etis di dunia kerja.

4. Menguji pengaruh sifat love of money, machiavellian dan Religiusitas

terhadap perilaku etis di dunia kerja.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Keilmuan, sebagai bukti mengenai pengaruh sifat love of money,

Machiavellian dan religiusitas terhadap perilaku etis di dunia kerja

dalam bidang akuntansi.

b. Mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang etika

profesi akuntansi.

c. Pembaca, sebagai dasar dalam menambah informasi melalui

penelitian ini

16
2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang

berguna bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang akuntansi dan

kantor-kantor akuntan publik dalam penerapan etika profesi dan

kode etik akuntan.

17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian

1. Theory of planned behavior

Theory of planned behavior (TPB) atau teori perilaku terencana

pertama kali dikembangkan oleh Martin Fishbein dan Icek Ajzen pada

tahun 1975. Teori ini merupakan pengembangan dari teori sebelumnya

yaitu theory of reasoned action (TRA). Sebelumnya dijelaskan pada

TRA niat perilaku hanya dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dan

norma subyektif. Pada TPB menambahkan kontrol perilaku persepsian

sebagai niat perilaku seseorang (Setiawan et al., 2020). Dalam theory of

planned of behavior menjelaskan bahwa perilaku seseorang akan hadir

karena adanya niat untuk berperilaku. Teori ini dikhususkan pada

perilaku spesifik seseorang dan untuk semua perilaku secara umum

(Rahmadanty & Farah, 2020). Menurut Ajzen dan Fishbein (1980)

dalam Meitiana (2017), theory of planned behavior mendalilkan tiga

aspek penentu konseptual niat. Secara khusus, niat didasarkan pada tiga

faktor utama yaitu sikap terhadap perilaku (attitude towards behavior),

norma subyektif (subjective norm) dan kontrol berperilaku yang

dirasakan (perceived behavioral control). Niat atau intention merupakan

suatu kemampuan untuk menangkap faktor-faktor motivasional yang

dapat mempengaruhi suatu perilaku. Dimana faktor-faktor motivasional

tersebut menunjukkan seberapa kuat keinginan seseorang untuk

18
mencoba, seberapa banyak usaha yang direncanakan untuk menerapkan

usaha tersebut. Jogiyanto (2008) menyatakan bahwa dalam theory of

planned behavior (TPB), perilaku yang tampak dari seseorang timbul

karena terdapat niat untuk berperilaku (behavioral intention). Niat

berperilaku didasari oleh tiga macam kepercayaan, yaitu:

1. Kepercayaan perilaku (behavioral belief), yaitu kepercayaan terkait

kemungkinan akan terjadinya perilaku. Kepercayaan perilaku akan

menciptakan suatu tindakan menyukai atau tidak menyukai terhadap

perilaku.

2. Kepercayaan normatif (normative belief), yaitu kepercayaan tentang

ekspektasi normatif dari orang lain dan motivasi untuk menyetujui

ekspektasi tersebut. Kepercayaan normatif menciptakan adanya

tekanan sosial atau norma subjektif.

3. Kepercayaan kontrol (control belief), yaitu kepercayaan tentang

keberadaan aspek-aspek yang akan memfasilitasi atau merintangi

kinerja dari tindakan dan kekuatan persepsian dari aspek-aspek

tersebut. Kepercayaan kontrol akan menciptakan kontrol perilaku

persepsian. Lebih lanjut, secara simultan, sikap terhadap perilaku

(attitude toward behavior), norma-norma subjektif (subjective

norms), dan kontrol perilaku persepsi (perceived behavioral control)

akan mengakibatkan niat perilaku (behavioral intention) dan yang

selanjutnya akan menimbulkan perilaku (behavior) sehingga

19
diharapkan dengan mengidentifikasi pola perilaku auditor terhadap

upaya peningkatan kinerja.

2. Perilaku Etis di dunia Kerja

a. Definisi Perilaku

Perilaku manusia adalah fungsi dari interaksi antara individu

dengan lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi

berupa kemampuan, kepercayaan, pengharapan, kebutuhan dan

pengalaman masa lalunya. Sedangkan karakteristik individu akan

dibawa memasuki lingkungan organisasi. Disisi lain organisasi juga

mempunyai karakteristik dan merupakan lingkungan bagi individu.

Karakteristik organisasi antara lain pengkajian, sistem penilaian dan

budaya kerja yang spesifik (Utaminingsih, 2014).

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan

interaksi manusia dengan lingkungan. Wujud dari perilaku dapat

berupa pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku manusia terdiri

atas sudut pandang psikologis, fisiologi dan sosial yang bersifat

menyeluruh. Sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan

peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Budiaharto,

2013).

Perilaku manusia dalam segi biologi dapat diartikan sebagai

aktivitas manusia yang sangat bersifat kompleks, antara lain perilaku

dalam berbicara, berpakaian, berjalan dan sebagainya. Perilaku

20
umumnya dapat diamati oleh orang lain, namun ada perilaku yang

tidak dapat diamati orang lain yang disebut internal activities seperti

persepsi, emosi, pikiran dan motivasi (Herijulianti dkk, 2001).

Perilaku manusia merupakan pencerminan dari berbagai unsur

kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut dan

sebagainya yang dipengaruhi oleh bentuk dari faktor-faktor dalam

diri manusia. Faktor lingkungan memiliki peran dalam

perkembangan perilaku manusia. Lingkungan terdiri atas

lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosial atau budaya.

Lingkungan fisik atau lingkungan geografi adalah lingkungan

tempat tinggal manusia dengan semua tantangan hidup yang harus

dihadapi. Lingkungan sosial atau budaya mempunyai pengaruh

dominan terhadap pembentukan perilaku manusia, yang termasuk

lingkungan sosial budaya adalah sosial ekonomi, sarana dan

prasarana sosial, pendidikan tradisi, kepercayaan dan agama

(Budihartono, 2013)

b. Etis

Kata “etika” berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Bagi

orang-orang Yunani kata ethos mempunyai banyak arti, seperti

tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan adat, akhlak, watak dan

perasaan serta cara berfikir (Sihotang, 2016). Griffin dan Ebert

mengemukakan bahwa etika adalah keyakinan tentang apa yang

21
benar dan salah atau baik dan buruknya suatu perbuatan yang

dilakukan oleh seseorang. Nilai dan moral individu, ditambah

konteks sosial dimana perilaku itu terjadi, yang kemudian menjadi

penentu perbuatan tersebut dianggap etis ataupun tidak etis (Griffin

& Ebert 2017).

Para pakar etika mendefinisikan kata “etika” secara

beragam. Ronald F. Duska dan Brenda shay Duska, misalnya,

mengartikan etika dalam tiga butir berikut (Sihotang, 2016:57)

a. Sebuah disiplin ilmu terkait dengan apa yang baik dan yang

buruk dan kewajiban moral

b. Serangkaian prinsip-prinsip moral atau nilai

c. Teori mengenai sistem nilai moral dan prinsip perilaku yang

mengatur individu atau kelompok.

Tokoh lain yang berpendapat tentang etika yaitu Karel

Sosipater, beliau mempersempit arti etika dalam dua hal, pertama

penilaian tentang apa yang benar dan apa yang salah dalam

perilaku manusia, kedua sebuah cabang ilmu, tempatnya cabang

filsafat, yakni pemikiran kefilsafatan tentang moralitas, problem

moral, dan pertimbangan moral (Sosipater 2012:3).

Secara umum etika dibagi menjadi dua yaitu etika umum dan

etika khusus. Etika umum berbicara tentang kondisi-kondisi dasar

seorang manusia dalam bertindak secara etis, bagaimana

22
mengambil keputusan, serta mendalami rasionalitas standar moral

perbuatan dan prinsip moral dasar dalam pengambilan sebuah

keputusan, sedangkan etika khusus adalah prinsip-prinsip yang

berlaku pada profesi tertentu seperti kedokteran, wartawan, dan

akuntan (Sihotang, 2016:67). Harsono (1997) menyimpulkan

bahwa etika adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah benar

dan salah.

Dari pandangan berbagai pakar etika diatas dapat disimpulkan

bahwa arti etika yaitu penilaian tentang apa yang baik buruknya

perilaku seseorang dan kajian terhadap kenyataan hidup dari segi

baik buruk dan benar salahnya. Pertama disebut dengan istilah “etika

sebagai praksis”, yang kedua disebut “etika sebagai refleksi”

(Bertens, 2013).

Menurut Siagian (1996) dalam Utami & Indriawati, (2006)

menyebutkan bahwa ada empat alasan mengapa mempelajari etika

sangat penting. Pertama, etika memandu manusia dalam memilih

berbagai keputusan yang dihadapi dalam kehidupan. Kedua, etika

merupakan pola perilaku yang didasarkan pada kesepakatan nilai-

nilai sehingga kehidupan yang harmonis dapat tercapai. Ketiga,

dinamika dalam kehidupan manusia menyebabkan perubahan nilai-

nilai moral sehingga perlu dilakukan analisa dan ditinjau ulang.

Keempat, etika mendorong tumbuhnya naluri moralitas dan

23
memahami manusia untuk sama-sama mencari, menentukan dan

menerapkan nilai hidup yang hakiki.

Etika profesi mengarahkan seseorang profesional untuk

berperilaku sesuai dengan tata aturan yang berlaku. Etika profesi

dituangkan dalam aturan tertulis yang disebut kode etik. Kode etik

tersebut dijadikan sebagai pegangan bagi anggota profesi dalam

menjaga reputasi dan kepercayaan masyarakat agar profesi tetap

bertahan (Tikollah et al., 2006). Bertens (1994) menyatakan bahwa

kode etik profesi merupakan norma yang telah ditetapkan dan

diterima oleh kelompok profesi untuk mengarahkan atau

memberikan petunjuk kepada anggota nya, yaitu bagaimana

“seharusnya” (das sollen) berbuat dan sekaligus menjamin kualitas

moral profesi yang bersangkutan di mata masyarakat untuk

memperoleh tanggapan yang positif. Kode etik profesi merupakan

bagian moral etika terapan (professional ethic application) karena

dihasilkan berdasarkan penerapan dari pemikiran etis yang berkaitan

dengan suatu perilaku atau aplikasi profesi tertentu yang

berpedoman dengan tindakan etik.

Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik

Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI) dan dapat dipergunakan oleh akuntan

lainnya yang bukan atau belum menjadi anggota IAI. Ada dua

sasaran pokok dari kode etik ini, yaitu pertama, kode etik ini

24
bermaksud untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan

dirugikan oleh kelalaian, baik secara sengaja maupun tidak sengaja

dari kaum profesional. Kedua, kode etik ini bertujuan untuk

melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk

orang-orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998

dalam Martadi dan Suranta, 2006).

Etika adalah salah satu unsur utama dari profesi yang menjadi

landasan bagi akuntan dalam menjalankan kegiatan profesionalnya.

Akuntan memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan

kepentingan publik dan mengesampingkan kepentingan individu

ataupun kelompok tertentu. Seorang akuntan dituntut untuk dapat

menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dan

bertindak secara etis. Seorang akuntan harus mematuhi kode etik

yang berlaku. Kode etik menetapkan standar mutu yang tinggi atas

perilaku etis yang diharapkan dari akuntan. Kode etik juga dapat

digunakan atau diadopsi oleh pihak yang bertanggung jawab untuk

menetapkan standar etika Akuntan disektor atau yuridiksi tertentu

dalam mengembangkan kebijakan etika dan independensi. (Kode

Etik, IAI 2021:100.3).

Seorang akuntan harus mematuhi setiap prinsip dasar atika.

Prinsip dasar etika menetapkan standar perilaku yang diharapkan

dari seorang Akuntan. Kerangka kerja konseptual menetapkan

pendekatan yang perlu diterapkan oleh seorang Akuntan, yang

25
membantunya dalam mematuhi prinsip dasar etika tersebut. prinsip

dasar tersebut meliputi (IAI, 2021:110.1 A1):

a. Integritas: Integritas adalah sikap yang lugas serta jujur dalam

segala hubungan profesional dan bisnis.

b. Objektivitas: menerapkan pertimbangan profesional atau bisnis

tanpa dikompromikan oleh benturan kepentingan atau pengaruh

yang tidak semestinya terhadap individu, organisasi, teknologi,

atau faktor lain.

c. Kompetensi dan kehati-hatian profesional bertujuan untuk

mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian

profesional yang sesuai pada level yang disyaratkan untuk

memastikan bahwa klien atau organisasi tempat bekerja

memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan

standar profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertindak

sungguh sungguh serta sesuai dengan standar profesional dan

teknis yang berlaku.

d. Kerahasiaan: Menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh

dari hasil hubungan profesional dan bisnis.

e. Perilaku profesional: Profesional adalah perilaku mematuhi

peraturan perundang-undangan yang berlaku serta berperilaku

konsisten dengan tanggung jawab profesi untuk bertindak bagi

26
kepentingan publik dalam semua aktivitas profesional dan

hubungan bisnis dan menghindari perilaku apapun yang diketahui

oleh akuntan mungkin akan mendiskreditkan profesi akuntan.

c. Perilaku Etis

Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan keyakinan

individu dan norma sosial yang berkembang dimasyarakat tentang

apa yang benar dan baik. Perilaku tidak etis adalah perilaku yang

sesuai dengan keyakinan individu dan norma-norma sosial tentang

apa yang didefinisikan sebagai suatu anggapan yang dinilai salah

dan buruk di masyarakat (Griffin dan Ebert 2017:70).

Perilaku yang beretika dalam organisasi dapat dilihat

dengan bagaimana melaksanakan tindakan secara fair yang sesuai

dengan hukum konstitusional dan peraturan pemerintah yang dapat

diaplikasikan (Reiss & Mitra, 1998). Perilaku etis juga sering

disebut sebagai komponen dari kepemimpinan, yang mana

pengembangan etika adalah hal yang penting bagi kesuksesan

individu sebagai pemimpin suatu organisasi (Morgan, 1993). Larkin

(2000) juga menyatakan bahwa kemampuan untuk mengidentifikasi

perilaku etis dan tidak etis sangat berguna bagi semua profesi dalam

melakukan suatu pekerjaan.

Larkin (2000) menjelaskan bahwa kemampuan untuk

mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis pada suatu profesi

27
sangat penting, karena kepercayaan masyarakat terhadap profesi

akan rusak apabila seseorang melakukan tindakan-tindakan yang

tidak etis. Jika seorang akuntan melakukan tindakan yang tidak etis,

maka akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi

akuntan tersebut (Khomsiyah dan Indriantoro, 1998).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku etis meliputi

(Dougall dalam Nadirsyah & Zuhra, 2009):

1. Faktor personal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri

individu

2. Faktor situasional, yaitu faktor yang berasal dari luar diri

manusia sehingga dapat menyebabkan seseorang cenderung

berperilaku sesuai dengan karakteristik kelompok atau

organisasi dimana individu ikut serta di dalamnya.

3. Faktor stimulasi, yaitu yang mendorong dan meneguhkan

perilaku seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

etis yaitu physical (kualitas air, udara dan keamanan), moral

(kebutuhan akan kejujuran dan keadilan), bad judge, activist,

competition, financial malfeasance, accountability, synergy dan

institusional reinforcement.

d. Perilaku Etis di Dunia Kerja

Sumber daya manusia merupakan penggerak utama dalam

suatu organisasi. Kunci sukses sebuah perubahan adalah pada

sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator, pemberi tenaga,

28
kreativitas dan usaha mereka kepada organisasi untuk meningkatkan

kemampuan dalam perubahan organisasi secara terus-menerus

(Handoko, 2003:233). Menurut Nawawi (2003:40) sumber daya

manusia tersebut diartikan sebagai karyawan pengelola dan

pelaksana suatu perusahaan yang dipercaya oleh perusahan dalam

melaksanakan tugas kegiatan. Perusahaan mempunyai kesempatan

yang baik untuk bertahan dan maju jika mempunyai karyawan

ataupun tenaga kerja yang tepat, sehingga membutuhkan usaha yang

terus-menerus untuk mencari, memilih, dan melatih calon atau

karyawan.

Melihat pentingnya sumber daya manusia, ada banyak

karyawan yang bekerja dengan sungguh-sungguh atau berperilaku

baik (etis) dalam suatu perusahaan, tetapi ada juga yang bekerja di

luar kontrol sehingga dapat membawa karyawan ke arah perilaku

yang tidak baik atau perilaku tidak etis.

e. Menilai perilaku Etis

Apa yang membedakan perilaku etis dari perilaku tidak etis

kadang kala bersifat subjektif dan mengundang perbedaan pendapat.

Ada tiga langkah yang disederhanakan untuk menerapkan penilaian

etis terhadap situasi yang dapat timbul selama kita melakukan

aktivitas bisnis yaitu:

29
1. Mengumpulkan informasi faktual yang relevan

2. Menganalisis fakta-fakta untuk menentukan nilai moral

yang paling tepat

3. Melakukan penilaian etis berdasarkan kebenaran atau

kesalahan terhadap aktivitas atau kebijakan yang akan kita

nilai tersebut.

Keputusan yang tidak etis juga timbul dikarenakan adanya

pengaruh dari karakter individu dan juga lingkungan. Menurut

Ustadi & Utami (2005) dalam perusahaan terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi sebuah keputusan atau perilaku tidak etis yaitu

kebutuhan setiap individu yang berbeda, individu yang faktor yang

berpengaruh pada keputusan atau tindakan tidak etis antara lain

kebutuhan setiap individu, individu tidak memiliki pedoman dalam

dirinya, kebiasaan dari individu tersebut, tidak etisnya lingkungan

sekitar, dan tindakan dari atasan yang membuat setiap individu

dalam perusahaan berperilaku tidak etis, contohnya perilaku tidak

etis oleh profesi akuntan seperti memanipulasi laporan keuangan,

tidak menjaga kerahasiaan informasi di dalam kantor atau organisasi

tempatnya bekerja, mencemarkan nama baik profesi dan berperilaku

tidak jujur (IAI 2020).

30
3. Religiusitas

a. Definisi Religiusitas

Agama memiliki peran penting dalam menata kehidupan

manusia terutama etika dan perilaku. Jalaluddin (2012)

mengemukakan bahwa Religiusitas adalah sikap keagamaan

seseorang dimana situasi ataupun keadaan yang ada di dalam pribadi

seseorang dapat mendorong untuk melakukan perbuatan yang sesuai

dengan tingkat ketaatannya terhadap agama yang dianutnya.

Semakin tinggi pemahaman seseorang terhadap agama maka akan

semakin baik perilaku dan tindakannya. Sebaliknya, semakin rendah

pengetahuan seseorang tentang agama maka akan menimbulkan

perilaku dan tindakan yang buruk pula.

Menurut Glock dan Stark dalam Ancok dan Suroso (2011)

religiusitas adalah simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem

perilaku yang terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada

persoalan-persoalan yang dihayati dan yang paling maknawi

(Ultimate Meaning).

b. Faktor yang mempengaruhi religiusitas

(Thouless, 1992) mengungkapkan religiusitas dipengaruhi oleh

beberapa faktor:

1. Pengaruh dalam pemberian pembelajaran dan berbagai tekanan

dalam lingkungan sosial termasuk pendidikan yang diberikan

31
dari orang tua, tradisi sosial yang disepakati oleh lingkungan

tersebut.

2. Berbagai pengalaman yang membentuk sikap keagamaan,

terutama pengalaman-pengalaman mengenai keindahan,

keselarasan dan kebaikan didunia konflik moral dan pengalaman

emosi beragama

3. Kebutuhan yang belum terpenuhi terutama kebutuhan untuk rasa

keamanan, kebutuhan cinta kasih, harga diri serta adanya

ancaman kematian.

4. Berbagai proses pemikiran verbal atau faktor intelektual

seseorang.

c. Pengukuran Religiusitas

Religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan

manusia. Aktivitas keberagaman bukan hanya terjadi ketika

seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah khusus) saja tetapi

juga ketika melakukan aktivitas kehidupan lainnya. Bukan hanya

berkaitan dengan aktivitas yang dapat dilihat mata, tetapi juga

aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati sanubari

seseorang (Boston dan Gray, 1981). Dengan demikian religiusitas

meliputi berbagai sisi atau dimensi. Glock dan Stark dalam Ancok

(2011:77) berpendapat bahwa religiusitas terdiri dari lima dimensi

sebagai berikut:

32
1. Dimensi Keyakinan (ideology), yaitu tingkat sejauh mana

seseorang percaya tentang ajaran serta keyakinan agama yang

bersifat mutlak dan tidak boleh diperdebatkan. Misalnya tentang

adanya Tuhan, adanya malaikat, surga, dan neraka.

2. Dimensi praktik agama (ritualistic), yaitu sejauh mana seseorang

menjalankan kewajiban sebagai tanda keimanan kepada

agamanya. Misalnya sholat, puasa, mengaji, dan membayar zakat

serta ibadah haji.

3. Dimensi penghayatan (ekspresi), Dimensi ini berisikan dan

memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung

pengharapan-pengharapan tertentu meski tidak tepat jika

dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada

suatu waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung

mengenai ketaatan.

4. Dimensi pengalaman (konsekuensial) yaitu dimensi dimana

agama memiliki peran dalam lingkungan sosial yang dapat

mengontrol perilaku dan mampu memotivasi diri seseorang.

Misalnya memperlakukan seseorang dengan baik, menolong

orang yang kesulitan dan memberikan sebagian hartanya kepada

orang yang lebih membutuhkan.

5. Dimensi pengetahuan agama (intelektual) yaitu tingkat

pengetahuan seseorang tentang seberapa jauh pemahaman agama

yang dianutnya.

33
Dimensi ini mengacu kepada identifikasi akibat-akibat

keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan

seseorang dari hari ke hari. Jika dimensi-dimensi religiusitas di atas

dikaitkan dengan perspektif Islam, menurut Ancok (2011:80) maka

dimensi-dimensi religiusitas dalam Islam dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Dimensi keyakinan atau akidah islam menunjuk pada seberapa

tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran

agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat

fundamental dan dogmatic. Di dalam keberislaman, isi

dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para

malaikat, 25 Nabi, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta

Qadha dan Qadar.

2. Dimensi peribadatan (praktik agama) atau syariah menunjuk

pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan

kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan

oleh agamanya. Dalam keberislaman, dimensi peribadatan

menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca

Al Quran, doa, dzikir, ibadah qurban, i’tikaf di masjid di bulan

puasa dan sebagainya.

3. Dimensi pengalaman atau penghayatan adalah dimensi yang

menyertai keyakinan, pengamalan dan peribadatan. Dimensi

penghayatan menunjuk pada seberapa jauh tingkat muslim

34
dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan

pengalaman-pengalaman religius. Dalam kebersamaan,

dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat/akrab dengan

Allah, perasaan doa-doanya terkabul, perasaan tentram

bahagia karena menuhankan Allah, perasaan khusuk ketika

melaksanakan sholat atau berdoa, perasaan bergetar ketika

mendengar adzan atau ayat-ayat Al Quran, perasaan bersyukur

kepada Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan

dari Allah.

4. Dimensi pengetahuan atau ilmu menunjuk seberapa tingkat

pengetahuan dan pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran

agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari 33

agamanya, sebagaimana termuat dalam kitab sucinya. Dalam

keberislaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang

isi Al Quran, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan

dilaksanakan (rukun Islam dan Rukun Iman), hukum-hukum

Islam, sejarah Islam, dan sebagainya.

5. Dimensi pengamalan atau akhlak menunjuk seberapa tingkat

muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya,

yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya terutama

dengan manusia lain. Dalam kebersamaan, dimensi ini

meliputi perilaku suka menolong, bekerja sama, berderma

35
mensejahterakan dan menumbuh kembangkan orang lain,

menegakkan keadilan dan kebenaran, dan lain-lain.

Dengan berdasarkan pada uraian di atas maka pengukuran

religiusitas yang digunakan meliputi: (1) Dimensi Keyakinan

atau Akidah Islam, (2) Dimensi Peribadatan atau praktek

agama, (3) Dimensi Pengalaman atau Penghayatan, (4)

Dimensi Pengetahuan atau ilmu, dan (5) Dimensi Pengamalan

atau akhlak.

4. Love of Money

a. Definisi Love

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian

cinta adalah suka sekali, sayang benar, kasih sekali dan ingin sekali.

Sedangkan mencintai memiliki arti memberikan kasih sayang

kepada seseorang atau sesuatu. Cinta dapat mempengaruhi

seseorang untuk melakukan pengorbanan, empati, perhatian dan rela

untuk membantu apapun yang diinginkan oleh orang tersebut. Cinta

dapat membawa pengaruh positif dan negatif tergantung bagaimana

cinta itu diartikan. Cinta dapat memberikan kebahagiaan dan

kenyamanan jiwa dan raga.

b. Definisi Money

Alan (2006:245-247) menyatakan uang adalah suatu benda yang

mudah dan umum diterima oleh masyarakat untuk pembayaran

pembelian barang, jasa, barang berharga lainnya, dan untuk

36
pembayaran utang. Sir Dennis Holme Robertson mengatakan bahwa

uang adalah sesuatu yang bisa diterima yang digunakan untuk

transaksi pembelian untuk mendapatkan suatu barang. Dapat

disimpulkan uang adalah sebagai alat tukar dalam transaksi

pembelian barang ataupun jasa yang mudah diterima masyarakat.

c. Fungsi uang

Fungsi uang dibagi menjadi dua yaitu fungsi asli dan fungsi

turunan. Fungsi asli uang digunakan oleh masyarakat sebagai alat

tukar dan satuan hitung. Sedangkan fungsi turunan adalah sebagai

standar ataupun ukuran dalam pembayaran yang tertunda dapat

menjadi alat penyimpan kekayaan, dan alat pengalih kekayaan.

1. Alat Tukar

Fungsi uang sebagai alat tukar sudah sangat banyak dilakukan

oleh manusia. Contohnya jika seorang mahasiswa ingin membeli

buku maka harus menggunakan uang.

2. Alat satuan hitung (pengukur nilai)

Uang digunakan untuk menghitung harga sebuah barang dan

nilai suatu barang dapat diukur dengan uang.

3. Standar atau ukuran pembayaran yang ditunda (Standard of

Deferred payment)

Dalam fungsi ini, uang digunakan untuk membayar hutang.

37
4. Alat penyimpan kekayaan

Seseorang berusaha untuk tidak menggunakan uang secara

penuh dan bersamaan. Biasanya ada kecenderungan untuk

menyisihkan sebagian uang tersebut yang akan disimpan sebagai

tabungan dan akan digunakan dimasa yang akan datang atau pada

saat diperlukan.

d. Definisi Love of Money

Uang merupakan aspek yang sangat penting dalam

kehidupan sehari – hari dan seringkali digunakan untuk mengukur

keberhasilan (McClelland, 1976). Arti penting uang juga digunakan

dalam dunia bisnis, para manajer seringkali menggunakan uang

untuk memotivasi kinerja karyawan (Milkovich dan Newman,

2002). Tang (1992) memperkenalkan konsep “the love of money”

sebagai literatur psikologis yang merupakan ukuran perasaaan

subjektif seseorang tentang uang. Alasan dari konsep tersebut tidak

lain karena pentingnya fungsi uang dan perbedaan persepsi

seseorang tentang uang.

Tang (1988) menemukan suatu konsep pengukuran yaitu

Money Ethic Scale (MES) tujuannya untuk mengukur perasaan

subjektif seseorang terhadap uang. Uang seringkali dianggap negatif

dalam kehidupan sehari hari, bahkan uang sering dianggap sebagai

akar dari kejahatan. Alasannya karena berbagai aksi kejahatan yang

terjadi banyak berkaitan dengan uang. Penelitian yang dilakukan

38
oleh Tang & Chiu (2003) menunjukkan bahwa karyawan Hongkong

dengan love of money lebih tinggi memiliki kepuasan kerja yang

lebih kecil daripada teman kerjanya, sehingga terdapat kemungkinan

melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis. Studi tersebut juga

menunjukkan hubungan yang signifikan antara love of money dan

perilaku tidak etis. Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh Tang

et al., 2005) memberikan hasil yang berbeda. Mereka berpendapat

bahwa love of money dapat mengendalikan perilaku tidak etis

seseorang. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan love of money

dalam memprediksi kepuasan kerja dan perilaku tidak etis

Tang (1993) Uang memiliki dampak signifikan pada

motivasi orang dan perilaku. Love of money mengukur seberapa jauh

kecintaan seseorang kepada uang nantinya akan berpengaruh pada

persepsi etisnya terhadap uang. Kecintaan yang berlebih terhadap

uang dapat menumbuhkan sikap buruk yang akan berpengaruh

kepada persepsi etis terhadap profesi. Tang & Chen, (2008) juga

mengungkapkan bahwa mahasiswa yang memahami etika profesi

dengan baik akan secara signifikan mengubah pola pikir mereka

untuk menjauhi tindakan tidak etis.

Uang memiliki dampak yang cukup signifikan pada motivasi

seseorang dan perilaku dia dalam bekerja. Sikap seseorang terhadap

uang dimungkinkan dapat berdampak juga pada persepsi mereka

terhadap pekerjaan, sistem reward, dan motivasi dari dalam diri pada

39
pekerjaan yang mana pada perputarannya dapat mempengaruhi

perilaku dalam pekerjaan, task performance, kepuasan kerja dan

moral, serta efektivitas organisasi (Tang, 1993).

e. Pengukuran Love of Money

Tang & Chiu (2003) menggunakan skala pandangan cinta

terhadap uang atau The Love of Money Scale (LOMS). LOMS

memiliki empat faktor yaitu motivator, sukses, pentingnya uang,

dan kekayaan. Love of Money mencerminkan kombinasi pikiran

bahwa uang adalah motivator, mewakili kesuksesan, uang adalah

penting dan keinginan untuk menjadi kaya. Pengukuran LOMS

secara subjektif dilakukan melalui perasaan seseorang terhadap

uang sedangkan pengukuran objektif dari uang berkaitan dengan

perilaku seseorang demi mendapatkan uang (Tang & Chiu, 2003).

Untuk mengukur Love of Money digunakan Money Ethics scale

(MES) yang dikembangkan oleh Tang (1992). Skala ini mengukur

sikap manusia terhadap uang. Tang dan rekan-rekannya kemudian

mengembangkan versi beberapa skala yang lebih pendek, tetapi

penelitian ini menggunakan skala asli karena kedalaman dan

cakupan yang komprehensif dari sikap terhadap uang. Tiga puluh

lima item kuesioner diterjemahkan ke banyak bahasa dan berhasil

digunakan dalam banyak studi sejak publikasi aslinya. Kuesioner

menghasilkan sepuluh faktor yang diidentifikasi sebagai berikut:

40
1) Budget

Bagaimana anggaran uang mereka yang terkait gagasan

retensi dan usaha atau kemampuan.

2) Evil

Kecenderungan kuat untuk terlibat dalam perilaku yang

tidak etis.

3) Equity

Mereka yang berpikir bahwa uang merupakan pencapaian

seseorang, mereka akan mengalami tingkat rendah kepuasan kerja

dan kepuasan hidup.

4) Succes

Obsesi orang dengan uang sebagai tanda keberhasilan.

5) Self expression

Dengan uang seseorang bisa memiliki otonomi, kebebasan

dan jadi apa yang diinginkan.

6) Social influence

Uang dapat membantu orang mengekspresikan kompetensi

dan kemampuan mereka, mendapatkan harga diri dan rasa hormat

dari mereka.

7) Power of Control

Uang adalah kekuatan. Uang dapat memiliki kekuatan untuk

mempengaruhi diri sendiri atau orang lain untuk terlibat dalam

perilaku tidak etis.

41
8) Happiness

Uang dapat membuat seseorang merasa bahagia dan tentram.

9) Richness

Mencerminkan bahwa kebanyakan orang ingin menjadi kaya

dan memiliki banyak uang.

10) Motivator

Perilaku yang dimotivasi oleh uang atau uang dipandang

sebagai motivator dalam kehidupan seseorang dan penggerak untuk

mencapai tujuan.

5. Machiavellian

Niccolo Machiavelli (1469-1527) merupakan pelopor dari sifat

Machiavellian. Ia sendiri tak lain adalah seorang ahli filsuf politik dari

Italia. Nama Machiavellian, selanjutnya diasosiasikan dengan hal yang

negatif, untuk menghalalkan cara untuk mencapai tujuan. Orang yang

melakukan tindakan seperti ini disebut dengan machiavelis. Penelitian

yang dilakukan oleh Ghosh dan Crain (2006) juga menyatakan bahwa

individu dengan sifat machiavellian tinggi cenderung memanfaatkan

situasi untuk mendapatkan keuntungan. Sifat machiavellian merupakan

suatu persepsi atau keyakinan yang diyakini tentang hubungan antar

personal. Persepsi ini akan membentuk suatu kepribadian yang menjadi

dasar untuk menentukan sikap dalam berhubungan dengan orang lain.

Kepribadian machiavellian diterangkan oleh Christie dan Gies (1980)

dalam Richmond (2001) sebagai kepribadian yang kurang mempunyai

42
afeksi dalam hubungan personal, mengabaikan moralitas konvensional,

dan memperlihatkan komitmen ideologi yang rendah. Kepribadian

machiavellian mempunyai kecenderungan untuk memanipulasi orang

lain, dan sangat rendah dalam menghargai orang lain.

Richmond (2001) mendeskripsikan perilaku Machiavellian adalah

perilaku tidak memiliki terkait hubungan secara personal, moral

konvensional yang diabaikan, dan rendahnya komitmen mengenai

ideologi. Umumnya sifat Machiavellian berkaitan dengan sifat

manipulative dari individu, untuk mencapai tujuannya individu sangat

bersifat persuasif, dan sangat agresif. Perilaku machiavellian, semangat

mudah melakukan manipulasi terhadap orang lain dan tidak

menghargai adanya individu lain. Seorang akuntan penting dalam

memiliki kualitas untuk menjaga integritasnya dan tepatnya keputusan

etis yang dapat dibuat.

Christie dan Geis (1970) mendeskripsikan kepribadian

Machiavellian sebagai suatu kepribadian antisosial, yang tidak

memperhatikan moralitas konvensional dan mempunyai komitmen

ideologis yang rendah. Seorang Machiavellian mempunyai

kecenderungan untuk mengontrol dan mempengaruhi orang lain.

Penelitian Yeltsinta et al., (2013) mendapatkan hasil dimana

perilaku machiavellian auditor yang tinggi dapat menyebabkan

melakukan penyimpangan pada persepsi etis. Perilaku

43
Machiavellian yang tinggi menyebabkan persepsi etis semakin

rendah. Terdapat pengaruh negatif perilaku machiavellian dengan

persepsi etis. Artinya, seseorang dengan perilaku machiavellian

yang tinggi, maka persepsi etisnya semakin rendah.

Yuliana dan Cahyonowati (2012) menyebutkan sifat

machiavellian yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang lebih

mengutamakan hasil akhir, sehingga segala sesuatu akan dilakukan

demi hasil yang memuaskan walaupun tindakan yang diambil

merupakan suatu tindakan tidak etis dan tidak bertanggung jawab

sosial. Saputri dan Wirama (2015) juga menyatakan individu yang

memiliki sifat machiavellian akan memiliki persepsi bahwa etika

dan tanggung jawab sosial tidaklah penting.

Penelitian lain dilakukan oleh Haritsah, (2015) menguji

profesionalisme dan sifat Machiavellian sebagai variabel

independen terhadap keputusan etis auditor sebagai variabel

dependen. Hasil penelitian tersebut membuktikan secara bersama

sama profesionalisme auditor dan sifat Machiavellian berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan etis auditor pada KAP di kota

Bandung. Penelitian tersebut mengungkapkan hasil temuan

mengenai variabel sifat Machiavellian mengenai pernyataan bahwa

kebanyakan orang adalah pemberani, pada umumnya auditor pada

Kantor Akuntan Publik dikota Bandung merasa hanya sedikit orang

yang pemberani. Kantor akuntan publik perlu memberikan

44
pemahaman kepada auditor yang bekerja di kantor akuntan tersebut

bahwa mereka harus pemberani sebagai auditor yang berani dalam

mengambil keputusan etis sesuai standar prosedur dan

memberitahukan hal-hal sebenarnya yang menyangkut fakta-fakta di

lapangan selama proses audit.

Menurut Chrismastuti & Purnamasari (2004) Skala

Machiavellian (Skala Mach IV) merupakan instrumen yang tepat

untuk mengukur kecenderungan sikap etis Akuntan. Akuntan

dengan skala Machiavellian tinggi cenderung menerima sikap-sikap

yang secara etis diragukan. Pendidikan, Status, Gender, dan Usia

merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi besar pada perilaku

etis Akuntan. Adapun indikator-indikator yang dapat mempengaruhi

sifat machiavellian adalah:

1. Afeksi

Merupakan aspek kepribadian yang berupa perasaan atau

emosi pada diri individu. Chaplin (1995) menjelaskan afeksi

sebagai “satu kelas yang luas dari proses-proses mental,

termasuk perasaan, emosi suasana hati, dan temperamen.

Perkembangan afeksi pada setiap periode perkembangan

manusia dapat dijelaskan sebagai berikut.

a) Masa Bayi

Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk

sederhana, hampir tidak terbedakan sama sekali. Seiring

45
dengan bertambahnya usia, emosi pada bayi mulai

terbedakan, dan reaksi emosional dapat ditimbulkan oleh

berbagai macam rangsangan.

b) Masa Kanak-kanak

Selama masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat

ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak

mudah terbawa ledakan emosional sehingga sulit

dibimbing dan diarahkan. Dengan bertambah besarnya

badan, anak-anak mulai mengungkapkan amarah dalam

bentuk murung, menggerutu, dan berbagai ungkapan

kasar. Ledakan amarah menjadi jarang karena anak

mengetahui bahwa tindakan tersebut dianggap sebagai

perilaku bayi.

c) Masa Remaja

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai

periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana

ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari

perubahan fisik dan kelenjar. Selain itu, meningginya

emosi terutama karena remaja di bawah tekanan sosial

dan menghadapi kondisi baru, sedangkan pada kanak-

kanak dia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi

keadaan-keadaan itu. Pola emosi masa remaja adalah

sama dengan pada masa kanak-kanak.

46
Perbedaannya terletak pada rangsangan yang

membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya pada

pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi

mereka. Misalnya perlakuan sebagai “anak kecil” atau

secara “tidak adil” membuat remaja sangat marah

dibandingkan dengan hal-hal lain.

d) Masa Dewasa

Setelah melewati masa remaja, maka individu yang

berada pada tahap dewasa mempunyai emosi yang dapat

dikendalikan dan dikontrol. Hal ini sejalan dengan

perkembangan kognitif pada tahap tersebut. Orang

dewasa telah mampu menempatkan dimana emosi itu

bisa ditunjukkan dan kapan tidak. Emosi yang sangat

menonjol pada masa ini adalah cinta dan perhatian

terhadap lawan jenis. Pada masa ini individu telah

memikirkan masa depan serta pasangan hidupnya.

e) Masa Lansia

Masa ini merupakan masa penutup pada rentang

kehidupan seseorang, yaitu suatu masa dimana seseorang

telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih

menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

dengan manfaat. Pada usia lanjut, emosi yang nampak

tidak lagi seperti pada masa-masa sebelumnya (dewasa,

47
remaja) yang penuh gejolak. Manusia karena

kemunduran fisik dan mental maka emosi pun tidak

dimunculkan dengan mencolok, sehingga nampak bahwa

pada usia lanjut ini, manusia penuh dengan

kebijaksanaan

2. Komitmen Ideologis Rendah

Mowday (1984)mendefinisikan komitmen sebagai kekuatan

relatif dari identifikasi individu dan keterlibatannya sebagai

kekuatan relatif dari identifikasi individu dengan organisasi

kerja. Sedangkan Mitchell (1982) memandang komitmen

sebagai suatu orientasi nilai terhadap kerja yang menunjukkan

bahwa individu sangat memikirkan pekerjaannya. Dimana

pekerjaan memberikan kepuasan hidup, dan pekerjaan

memberikan status bagi individu. Komitmen adalah suatu janji

terhadap diri sendiri atau kepada orang lain. Apabila komitmen

seseorang kecil atau rendah maka janji serta tekad untuk tujuan

tertentu akan susah dicapai. Seseorang dengan komitmen

ideologis rendah akan cenderung tidak bisa memberikan suatu

keputusan dengan tepat, dan lebih sering untuk mengikuti

pendapat atau keputusan orang lain.

3. Ego

Egois berasal dari kata ego, ego yang berarti “aku” dalam

bahasa Yunani. Seseorang yang disebut egois yaitu yang selalu

48
mementingkan dirinya sendiri di atas kepentingan orang lain.

Seseorang egois merupakan seseorang yang takut kehilangan apa

yang dimiliki atau haknya. Sikap egois merupakan kelanjutan

dari apa yang telah diterima selama ini. Seseorang dengan sifat

egois tidak akan memperdulikan keadaan sekitar, dan lebih

mementingkan kepentingan pribadi. Sifat semacam ini adalah

sifat yang tidak bisa diajak dalam berorganisasi dan akan lebih

sulit jika dipekerjakan di dalam lingkungan yang selalu

bekerjasama.

4. Manipulatif

Pengertian manipulatif adalah suatu tindakan memanipulasi

yang berasal dari kata dasar “manipulasi” yang berarti sebuah

proses rekayasa dengan melakukan penambahan,

penyembunyian, penghilangan atau pengaburan terhadap suatu

bagian atau keseluruhan sebuah realitas, kenyataan, fakta-fakta

ataupun data-data yang dilakukan berdasarkan sistem

perancangan sebuah tata sistem nilai, manipulasi adalah bagian

penting dari tindakan menanamkan gagasan, sikap, sistem

berfikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.

5. Agresif

Perilaku agresif cenderung bersikap otoriter yang bermain

perintah. Individu yang bertipe agresif selalu tidak

mempertimbangkan kepentingan orang lain, yang ada hanya

49
kepentingan pribadinya. Apapun yang menjadi keinginannya

maka itu harus dilaksanakan. Orang yang berperilaku agresif,

akan menemui berbagai kesulitan pada waktu bekerja pada tim.

Ciri-ciri seseorang yang mempunyai sifat agresif:

a) Jujur, terbuka namun cara mengungkapkan perasaan tidak

tepat.

b) Cenderung memaksakan kehendak.

c) Diliputi rasa marah dan menyalahkan.

d) Ingin menjatuhkan orang lain.

e) Menimbulkan ketegangan, rasa sakit, cemas dan salah.

f) Menggunakan segala cara verbal dan nonverbal untuk

melakukan sesuatu, misal: sinisme dan kekerasan.

50
B. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
1. Analisis, love of money, Wildatara Wandari, 1. Variabel religiusitas Penelitian terdahulu Penambahan
gender dan religiusitas 2016 berpengaruh positif menggunakan variabel
terhadap persepsi etis terhadap variabel variabel love of machiavellian
mahasiswa akuntansi. persepsi etis money dan sebagai variabel
mahasiswa akuntansi. religiusitas sebagai independen dan
2. Gender berpengaruh variabel perilaku Etis di
terhadap persepsi etis independen dunia kerja sebagai
mahasiswa variabel dependen.
3. Variabel love of money
berpengaruh signifikan
negatif terhadap
persepsi etis
mahasiswa akuntansi
Bersambung ke halaman selanjutnya

51
Tabel 2.1 (lanjutan)

No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan


(Tahun)
2. Analisis love of money Noviani Rindar 1. Pengaruh Jenis Penelitian Menambahkan
terhadap persepsi etis Pradanti, Andri kelamin terhadap sebelumnya variabel
mahasiswa akuntansi Prastiwi, 2014 persepsi etis menggunakan religiusitas,
mahasiswa akuntansi variable love of machiavellian, dan
2. Jenis kelamin money variabel dependen
berpengaruh terhadap menjadi perilaku
love of money etis di dunia kerja
3. Pendidikan
berpengaruh negatif
terhadap tingkat love
of money Seseorang
4. Penghasilan
berpengaruh positif
terhadap love of money
5. Ethnic background
berpengaruh terhadap
love of money
move of money
berpengaruh negatif
terhadap persepsi etis
mahasiswa akuntansi
Bersambung ke halaman selanjutnya

52
Tabel 2.1 (lanjutan)

No. Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan


(Tahun)
3. Hubungan antara love of Rindayanti, 1. Love of money tidak Penelitian terdahulu Menambahkan
money, machiavellian Dekeng Setyo berpengaruh terhadap menggunakan variabel religiusitas
dengan persepsi etis: Budiarto, 2017 perilaku etis variable love of sebagai variabel
analisis berdasarkan mahasiswa akuntansi money independen dan
perspektif 2. Machiavellian variabel dependen
machiavellian” berpengaruh terhadap menjadi Perilaku
persepsi etis etis di dunia kerja
mahasiswa akuntansi

No. Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan


(Tahun)
4. Pengaruh love of money Thariq Ibnu Azis Love of money mempunyai Penelitian terdahulu Menambahkan
dan machiavellian (2015) pengaruh negatif terhadap menggunakan variabel religiusitas
terhadap persepsi etis persepsi etis mahasiswa. variable love of sebagai variabel
mahasiswa akuntansi” money dan independen dan
machiavellian memperluas
variabel dependen
menjadi Perilaku
etis di dunia kerja
Bersambung ke halaman selanjutnya

53
Tabel 2.1 (lanjutan)

No. Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan


(Tahun)
5. Pengaruh pendidikan Mirna Wati dan Hasil Hasil penelitian ini Penelitian terdahulu Menambahkan
etika bisnis dan Bambang Sudibyo menunjukkan bahwa menggunakan variabel
religiusitas terhadap (2016) pendidikan etika dan performa variabel religiusitas machiavellian, love
persepsi etis mahasiswa akademik tidak berpengaruh of money sebagai
akuntansi signifikan terhadap persepsi variabel
etis mahasiswa, berbeda independen, serta
halnya dengan religiusitas dan memperluas
gender yang memiliki variabel dependen
pengaruh yang signifikan. menjadi perilaku
etis di dunia kerja.

No. Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan


(Tahun)
6. Pengaruh gender, Yesi Mutia Basri, 1. Machiavellian Penelitian terdahulu Menambahkan
religiusitas dan Sikap 2015 berpengaruh pada menggunakan variabel
love of money pada religiusitas. variabel machiavellian
persepsi etika 2. Gender tidak religiusitas, dan sebagai variabel
penggelapan pajak berpengaruh pada love of money independen serta
mahasiswa akuntansi sikap love of money. perilaku etis di
3. Machiavellian tidak dunia kerja sebagai
berpengaruh pada etika variabel dependen
penggelapan pajak

54
4. Religiusitas tidak
berpengaruh pada etika
penggelapan pajak.
5. Makin tinggi sifat love
of money seseorang
maka persepsi
terhadap etika
penggelapan pajak
juga makin tinggi.

55
C. Pengembangan Hipotesis

1. Sifat Love of Money terhadap perilaku etis di dunia kerja

Love of money merupakan suatu kecintaan seseorang terhadap

uang. Seseorang yang memiliki kecintaan terhadap uang tinggi, maka ia

akan melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhannya meskipun

hal tersebut mungkin tidak sesuai dengan etika atau sebaliknya. Sifat

tersebut dapat membuat seseorang melakukan tindakan-tindakan yang

melanggar kode etik.

Hubungan antara perilaku cinta uang dan persepsi etis telah

diteliti lebih lanjut di beberapa negara. Elias (2009) menguji hubungan

love of money apabila dikaitkan dengan persepsi etis menghasilkan

hubungan yang negatif. Hal ini didukung oleh Tang & Chiu (2003) yang

berpendapat bahwa etika pada uang memiliki dampak yang signifikan

dan langsung terhadap perilaku yang tidak etis, jika tingkat love of

money tinggi memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk berperilaku

tidak etis. Dengan kata lain, love of money akan berpengaruh negatif

terhadap perilaku etis. Artinya semakin tinggi sifat love of money

seseorang maka perilaku etisnya semakin rendah, karena seseorang yang

mempunyai sifat love of money yang tinggi akan cenderung

menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan

mengesampingkan kode etik yang berlaku.

56
H1 : Sifat love of money berpengaruh negatif terhadap perilaku etis di

dunia kerja

2. Machiavellian terhadap perilaku etis di dunia kerja

Sifat machiavellian pada perilaku etis dapat dijelaskan dengan teori

motivasi. Biasanya kebutuhan akan kekuasaan dapat menyebabkan

seseorang berperilaku machiavellian. Apabila dorongan motivasi

kebutuhan akan kekuasaan terlalu kuat, maka orang itu bisa melakukan

perbuatan yang curang, licik dan dusta demi mendapatkan kekuasaan dan

pasti akan mempertahankan kekuasaannya. Machiavellianisme dapat

didefinisikan sebagai strategi perilaku sosial yang melibatkan seseorang

untuk memanipulasi orang lain demi keuntungan pribadi dan sering

bertentangan dengan kepentingan umum. Richmond (2001)

mendeskripsikan perilaku machiavellian adalah perilaku tidak memiliki

terkait hubungan secara personal, moral konvensional yang diabaikan, dan

rendahnya komitmen mengenai ideologi. Perilaku machiavellian, sangat

mudah melakukan manipulasi terhadap orang lain dan tidak menghargai

adanya individu lain. Seorang akuntan penting dalam memiliki kualitas

untuk menjaga integritasnya dan tepatnya keputusan etis yang dapat dibuat.

Penelitian Yeltsinta et al., (2013) mendapatkan hasil dimana perilaku

machiavellian auditor yang tinggi dapat menyebabkan melakukan

penyimpangan pada perilaku etis.

Yuliana dan Cahyonowati (2012) menyebutkan sifat machiavellian

yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang lebih mengutamakan hasil

57
akhir, sehingga segala sesuatu akan dilakukan demi hasil yang memuaskan

walaupun tindakan yang diambil merupakan suatu tindakan tidak etis dan

tidak bertanggung jawab sosial.

Saputri dan Wirama (2015) juga menyatakan individu yang

memiliki sifat machiavellian akan memiliki pandangan bahwa etika dan

tanggung jawab sosial tidaklah penting. Perilaku machiavellian yang tinggi

menyebabkan perilaku etis semakin rendah. Terdapat pengaruh negatif

machiavellian dengan perilaku etis. Artinya, seseorang dengan perilaku

machiavellian yang tinggi akan memiliki perilaku etisnya semakin rendah.

Karena, perilaku machiavellian mempunyai dasar untuk melakukan cara

apapun guna mencapai tujuan nya. Sekalipun hal tersebut dapat merugikan

pihak lain.

H2: Machiavellian berpengaruh negatif terhadap perilaku etis di dunia kerja

3. Religiusitas terhadap perilaku etis di dunia kerja

Agama selalu menganjurkan manusia untuk selalu berperilaku

dengan baik dan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku etis

selalu mengarahkan seseorang kepada sesuatu yang benar. Akuntan

memiliki nilai etika yang diatur dalam kode etik profesi akuntan dan

kedelapan kode etik tersebut selaras dengan nilai-nilai agama atau sesuai

dengan ajaran agama. Misalnya, terkait dengan tanggung jawab profesi,

agama mengajarkan setiap orang memastikan bertanggung jawab terhadap

apa yang diperbuatnya. Seseorang yang religius diharapkan akan memiliki

58
perilaku etis yang tinggi karena tuntunan berperilaku etis ada dalam ajaran

agama.

Teori motivasi mengungkapkan bahwa setiap orang tentunya

memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, mulai dari kebutuhan dasar

hingga kebutuhan lainnya. Dorongan untuk memenuhi kebutuhan tanpa

adanya keahlian dan kesempatan membuat seseorang mampu melakukan

berbagai cara, sekalipun tidak etis guna mencapai tujuan. Seseorang yang

terlihat memiliki religiusitas tinggi tidak selalu menjamin bahwa dirinya

sebagai orang baik. Hal ini dibuktikan dengan banyak kasus kejahatan yang

melibatkan orang religius. Rendahnya pemahaman serta keyakinan akan

agama dari dalam diri seseorang menjadi penyebab maraknya kasus yang

melibatkan orang religius. Seseorang yang terlihat religius tentunya lebih

dipercaya oleh orang lain, hal ini mendorong banyak orang ingin terlihat

religius tanpa sepenuhnya mengerti akan ajaran agama dan komitmen dalam

mematuhi berbagai aturan yang ada. Terdapat beberapa hasil penelitian

terkait hubungan religiusitas dengan persepsi etis mahasiswa.

Penelitian Wati dan Sudibyo (2016) mendapatkan hasil bahwa

religiusitas berpengaruh positif terhadap persepsi etis mahasiswa. Penelitian

Peterson et al., (2010) menyatakan religiusitas berpengaruh positif pada

persepsi etis mahasiswa akuntansi. Penelitian Julianto, 2013 menyatakan

bahwa tingkat religiusitas siswa yang lebih tinggi akan meningkatkan

tingkat persepsi etis mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Donahue

(1985) dalam Lung & Chai (2010) menyatakan Bahwa seseorang yang

59
memiliki tingkat religiusitas yang tinggi lebih memiliki sikap etis dalam

semua aspek kehidupan, yang pada akhirnya membuat mereka kurang

bersedia dalam melakukan perilaku yang tidak etis. Dapat ditarik

kesimpulan bahwa religiusitas berdampak positif terhadap perilaku etis.

Semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka semakin tinggi pula

perilaku etisnya. Artinya bahwa seseorang yang memiliki keyakinan agama

yang kuat akan cenderung lebih sensitif terhadap masalah etika dari pada

mereka yang memiliki keyakinan agama yang rendah.

H3: Religiusitas berpengaruh positif terhadap perilaku etis di dunia kerja

4. Love of money, Machiavellian dan Religiusitas terhadap perilaku etis

didunia kerja

Love of Money yang tinggi dapat membuat seseorang berperilaku

tidak etis. Karena seseorang akan melakukan berbagai cara untuk

melakukan apapun agar dapat menghasilkan uang tidak peduli yang

dilakukannya baik atau buruk. Religiusitas yang tinggi akan berpengaruh

positif terhadap perilaku etis. Karena agama mengajarkan manusia untuk

selalu melakukan hal baik dan tidak merugikan orang lain. Machiavellian

dapat berpengaruh negatif karena seseorang yang mempunyai sifat ini

dalam kehidupan sosialnya akan berpengaruh dalam perilaku sosial nya

yang sewaktu-waktu dapat memanipulasi untuk mendapatkan keuntungan

pribadi semata.

60
H4: Love of money, machiavellian dan religiusitas berpengaruh terhadap

perilaku etis didunia kerja.

61
D. Kerangka Pemikiran

Love of Money
(X1)

(Nazaruddin, I., Rezki, S. B., & Rahmanda, Y. (2018),


(Tan, T.L.P. and Chen, Y.J. (2008), (Tang Thomas Li-
Ping (1993), (Tang, T. 1992.), (Yesi Mulya Basari,
(2015).

(Kurniawan, A., & Anjarwati, A. (2020, March),


(Chrismastuti dan Purnamasari 2004), (Purnamasari, St.
Vena dan Agnes Advensia C. (2006), (Prabowo, P. P., &
Widanaputra, A. A. G. P. (2018).

Perilaku Etis
Machiavellian (X2) Lulusan Akuntansi
di Dunia Kerja (Y)

Religiusitas (X3)

(Mirnawati dan Bambang Sudibyo 2016), (Kurniawan, A., &


Anjarwati, A. (2020, March), (Horizons, Economic et al. 2018),
(Yesi Mulya Basari, (2015).

62
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2018:130). Populasi dalam penelitian ini adalah alumni jurusan akuntansi

yang berasal dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Raden Intan

Lampung yang bekerja sebagai seorang akuntan, baik yang bekerja sebagai

akuntan publik, pendidik, manajemen dan sebagainya. Alasan penelitian ini

menggunakan alumni sebagai responden yaitu, ingin melihat bagaimana

kejadian empiris yang terjadi pada profesi akuntan di dunia kerja, maka

dipilihlah alumni sebagai responden dalam penelitian sedangkan PTKIN

dipilih dalam penelitian ini dikarenakan universitas keagamaan memiliki

standar yang lebih baik dalam mengetahui nilai-nilai etika yang kemudian

membawa pengaruh positif dalam perilaku mahasiswa.

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili keseluruhan

anggota populasi yang bersifat representatif (Morissan, 2012). Penentuan

sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Convenience sampling.

Definisi Convenience sampling menurut (Sekaran & Bougie 2016:247)

adalah ”Convenience Sampling refers to of collection the information from

members of the population who are conveniently available to provide it”.

Jadi Convenience sampling adalah kumpulan informasi dari anggota-

63
anggota populasi yang mudah untuk diperoleh dan mampu menyediakan

informasi tersebut. Dengan demikian siapa saja yang dapat memberikan

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dapat digunakan sebagai

sampel, dengan ketentuan bahwa orang yang memberikan informasi

tersebut cocok sebagai sumber data (Sekaran & Bougie , 2016).

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri

(PTKIN) yang berada di wilayah Banten dan Lampung yaitu Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Islam Negeri

Raden Intan Lampung.

3. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer. Data

primer adalah sumber data yang didapatkan langsung kepada pengumpul

data (Sugiyono, 2018:213). Data diperoleh dari angket yang dibagikan

kepada responden, kemudian responden akan menjawab pertanyaan

sistematis.

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Alumni Sarjana Akuntansi/Akuntansi Syariah

b. Responden merupakan alumni di Universitas UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan UIN Raden Intan Lampung

c. Responden yang sedang atau pernah bekerja sebagai akuntan

64
Sedangkan penentuanukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan

rumus Lameshow (1997), hal ini dikarenakan jumlah populasi tidak

diketahui. Berikut rumus Lameshow:

𝑧 2 𝑝 (1 − 𝑝)
𝑛=
𝑑2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
z = Nilai standart = 1.96
p = Maksimal estimasi = 50% = 0.5
d = alpha (0,05) atau sampling error = 5%

Maka diperoleh hasil jumlah sampel minimal yang dibutuhkan

dalam penelitian ini adalah 96 responden yang dibulatkan oleh peneliti

menjadi 100 responden. Alasan peneliti menggunakan rumus dari

Lemeshow (1997) karena populasi yang dituju terlalu besar dengan jumlah

yang berubah-ubah.

1. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

(Angket). Kuesioner dalam penelitian ini mengadaptasi dari penelitian

sebelumnya. Instrumen perilaku etis diadaptasi dari penelitian Tikollah et

al., (2006) yang terdiri dari 25 item pertanyaan. Instrumen Religiusitas

diadaptasi dari penelitian Fatmawati (2015) dan Rois (2016) yang terdiri

dari 24 pernyataan. Instrumen move of money diadaptasi dari penelitian Azis

(2015) yang terdiri dari 25 pernyataan. Pengukuran variabel Machiavellian

65
menggunakan skala Mach IV, dimana terdapat pernyataan sebanyak 20 item

dan dihitung menggunakan skala likert. Pengukuran dalam penelitian ini

menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Dengan menggunakan skala likert maka pada setiap pertanyaan

diberikan alternatif tanggapan dari beberapa tingkatan gradasi mulai dari

sangat positif sampai sangat negatif dan kemudian diberi skor.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer. Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara

langsung dengan responden yang artinya data dapat diperoleh melalui

survei, wawancara, atau hasil pengamatan. Informasi data primer diperoleh

langsung dari tanggapan alumni akuntansi melalui kuesioner yang berisi

pertanyaan terkait perilaku etis dilihat dari sifat love of money,

Machiavellian, dan Religiusitas. Kuesioner yang digunakan adalah

kuesioner dengan pertanyaan tertutup.

3. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2018:38), “Variabel penelitian merupakan

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi terkait hal tersebut, untuk kemudian

ditarik kesimpulan”. Penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yang

meliputi:

66
a. Variabel Dependen (Terikat)

Menurut Sugiyono (2018:39), “Variabel terikat merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas”. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah

perilaku etis di dunia kerja. Indikator yang digunakan dalam pengukuran

variabel ini meliputi (1) integritas (2) Objektivitas (3) kompetensi dan

kehati-hatian (4) Kerahasiaan (5) perilaku Profesional (IAI 2020:110.1-

A1).

b. Variabel Independen (Bebas)

Menurut Sugiyono (2018:38) mengemukakan bahwa

variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel tersebut merupakan variabel bebas

(independen) dan variabel (dependent) variabel terikat. Variabel

bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel (dependent) variabel

terikat (Sugiyono 2018:39). Penelitian ini memiliki 3 variabel

independen, yaitu:

1. Love of money (X1)

Love of money adalah kecintaan seseorang terhadap uang

dimana setiap tindakan dilakukan berdasarkan pada uang. Indikator

yang digunakan dalam pengukuran variabel ini meliputi (1) Budget,

67
(2) Evil, (3) Equity, (4) Success, (5) Self Expression, (6) Social

Influence, (7) Power of Control, (8) Happiness, (9) Richness, dan

(10) Motivator (Tang 1992).

2. Machiavellian (X2)

Kepribadian Machiavellian terkait dengan individu yang

manipulatif, menggunakan perilaku persuasif untuk mencapai tujuan

pribadi, dan biasanya agresif. Machiavellian didefinisikan sebagai

sebuah proses di mana manipulator mendapat lebih banyak semacam

reward daripada yang akan didapatnya tanpa memanipulasi,

sementara orang lain mendapat lebih sedikit, setidaknya dalam

konteks langsung (Christie & Gei, 1970). Sifat Machiavellian (X2)

diukur dengan menggunakan instrumen Mach IV scale yang

dikembangkan oleh Christie and Geis (1970). Skala Mach IV adalah

ukuran perilaku Machiavellian yang tervalidasi dengan baik. Skala

Mach IV adalah instrumen 20-item yang dirancang untuk mengukur

perasaan responden tentang apakah seseorang percaya bahwa orang

lain rentan terhadap manipulasi dalam situasi interpersonal

(Richmond, 2001). Satuan pengukuran yang digunakan adalah

frekuensi dengan rentan nilai 1 sampai dengan 5, dengan ukuran

sebagai berikut: nilai (1) Tidak pernah, (2) Jarang/kadang-kadang,

(3) cukup, (4) sering, dan (5) selalu.

Adapun indikator dari variabel machiavellian, adalah sebagai

berikut (Christien dan Geis (1970) :

68
a. Afeksi

b. Komitmen ideologis rendah

c. Ego

d. Manipulatif

e. Agresif

3. Religiusitas (X3)

Religiusitas adalah tingkat kedalaman ilmu agama dan

keyakinannya terhadap sang pencipta yang akan menjadi pegangan

kuat dalam setiap tindakan yang dilakukannya. Indikator yang

digunakan dalam pengukuran variabel ini meliputi (1) Dimensi

Keyakinan atau Akidah Islam, (2) Dimensi Peribadatan atau praktik

agama, (3) Dimensi Pengalaman atau Penghayatan, (4) Dimensi

Pengetahuan atau ilmu, dan (5) Dimensi Pengamalan atau akhlak

Ancok (2011:80).

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator No. butir Skala


Pertanyaan pengukuran
Love of money 1. Budget 1-2
Tang & Chiu 2. Evil 3-4
(2003) 3. Equity 5-7
Elias (2009 4. Success 8-9
5. Self Expression 10-12 Ordinal
6. social Influence 13
7. Power of Control 14-16
8. Happiness 17
9. Richness 18-22
10. Motivator 23-25

69
Machiavellian 1. Afeksi 1-3
Yeltsinta et al., 2. Komitmen idiologis rendah 4-6
(2013) 3. Ego 7-9 Ordinal
Yuliana & 4. Manipulatif 10-12
Cahyonowati 5. Agresif 13-15
(2012)
Religiusitas 1. Dimensi keyakinan 1-4
Peterson et 2. Dimensi Peribadatan 5-9
al.,(2010) 3. Dimensi pengalaman 10-14 Ordinal
Wati dan 4. Dimensi pengetahuan 15-18
Subdibyo (2016) 5. Dimensi akhlak 19-23

Perilaku Etis 1.Integritas 1-2


Kode Etik 2. Objektivitas 3-4
Indonesia, 3. Kompetensi 5 Ordinal
(2021:110.1 A1) 4. Kerahasiaan 6-7
5. Perilku profesional 8-9

4. Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Menurut (Sugiyono, 2017:11) menyatakan bahwa statistik

deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Data

yang akan dilihat adalah dari rata-rata (mean), standar deviasi, nilai

maksimal, nilai minimum, dan jumlah data penelitian.

1) Menentukan rentang data, yaitu:

Rentang Data = (data terbesar-data terkecil) +1

Menghitung panjang kelas, yaitu:

Panjang Kelas = rentang data / jumlah kelas (K)

70
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengkategorikan

terhadap nilai masing-masing indikator. Dari nilai tersebut dibagi

menjadi tiga kategori berdasarkan Mean ideal (Mi) dan Standar

deviasi ideal (Si). Rumus untuk mencari Mi dan SDi adalah sebagai

berikut:

a. Mean Ideal (Mi) = 1/2 (nilai maksimum + nilai minimum)

b. Standar deviasi Ideal (Si) = 1/6 (nilai maksimum – nilai

minimum).

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas Data

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan

sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam melakukan fungsi

ukurannya. Suatu skala pengukuran dikatakan valid jika melakukan

apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya

diukur. Jika skala pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat

bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang

seharusnya dilakukan (Riduwan & Kuncoro, 2017)

Suatu kuesioner disebut valid jika pertanyaan pada kuesioner

dapat mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Pada penelitian ini menggunakan uji validitas dengan

pearson correlation. Uji pearson correlation dilakukan dengan

menghitung jumlah korelasi antara nilai yang diperoleh dari

71
pertanyaan-pertanyaan kuesioner. Jika memiliki nilai yang

signifikan di bawah 0,05 dan 0,01 berarti menunjukkan bahwa data

yang diperoleh yaitu valid (Ghazali, 2016).

c. Uji Reliabilitas Data

Reliabilitas merupakan instrumen atau alat uji yang

digunakan dalam penelitian yang bertujuan memperoleh informasi

yang dapat dipercaya dan mampu memberikan informasi yang

sebenarnya di lapangan dari data yang dikumpulkan. Reliabilitas

menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skala pengukuran

atau skor. Uji reliabilitas digunakan untuk memastikan apakah

kuesioner penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data

variabel penelitian reliabel atau tidak. Teknik yang digunakan dalam

penelitian ini untuk menentukan untuk mengukur tingkat reliabilitas

adalah Cronbach’s Alpha Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila

nilai koefisien Cronbach’s Alpha minimal 0.60. Uji reliabilitas

dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau

keajegan) alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan

(Riduwan & Kuncoro, 2017:220).

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya

korelasi antar variabel bebas (Independen) dalam model regresi,

72
atau dengan kata lain uji multikolinearitas digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model

regresi, yakni dengan melihat dari nilai tolerance, dan lawannya

yaitu variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh

variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas

lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF

yang tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cut off yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

tolerance ≥0,10, atau sama dengan nilai VIF ≤10. Apabila di

dalam model regresi tidak ditemukan asumsi deteksi seperti di

atas, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini

bebas dari multikolinearitas, dan demikian pula sebaliknya. Suatu

model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel bebas atau tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali,

2018). Untuk menghitung multikolinearitas dilakukan dengan

menggunakan VIF (Variance Inflation Factor).

b. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan melakukan uji asumsi heteroskedastisitas adalah

untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi

ketidaksamaan varians dan residual dari suatu pengamatan ke

pengamatan yang tetap, maka disebut dengan homogenitas dan

73
jika varians berbeda disebut heterogenitas (Ghozali,2016). Uji

Heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji Glejser, yang akan meregresi nilai absolute residual (AbsUi)

terhadap variabel independen lainnya dengan persamaan regresi.

Jika signifikansi kurang dari 0,05 maka regresi terdapat masalah

heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).

c. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah

variabel independen, dependen atau keduanya dapat berdistribusi

normal atau tidak. Dalam penelitian ini, teknik uji normalitas

yang digunakan berupa analisis grafik dan kolmogorov smirnov

test pada program SPSS 20. Kolmogorov smirnov test merupakan

pengujian dua sisi yang dilakukan dengan membandingkan

signifikansi dari hasil uji (p value) dengan taraf signifikan 5%.

Apabila signifikansi data lebih dari 5% maka dapat dikatakan

normal sedangkan apabila signifikansi kurang dari 5% maka data

dikatakan tidak normal (Ghozali, 2018).

5. Analisis Regresi Linear Berganda (multiple regression)

Analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti

bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel

dependen bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor

prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi

74
ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independen nya minimal dua

(Sugiyono, 2017:275). Persamaan regresi berganda adalah:

Keterangan:

Y = Perilaku Etis di Dunia Kerja

a = konstanta

b = koefisien regresi

X1 = Love of Money

X2 = Machiavellian

X3 = Religiusitas

e = residu / Eror

Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan ataupun

penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan

variabel independen.

6. Uji Kelayakan Model

1. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu.

75
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara

umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section)

relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-

masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time

series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang

tinggi (Ghozali, 2018).

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk mengukur

ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual

(goodness of fit). Uji F digunakan untuk menguji variabel

independen mampu atau belum menjelaskan variabel dependen

secara baik atau untuk menguji model yang digunakan telah fit

atau tidak. Pengujian dilakukan dengan membandingkan dengan

kriteria:

1. Jika F hitung > F tabel, atau P value (signifikansi) < α = 0,05

maka model yang digunakan bagus (fit).

2. Jika F hitung < F tabel, atau P value (signifikansi) > α = 0,05

maka model yang digunakan tidak bagus (tidak fit) (Ghozali,

2018).

76
3. Uji parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat

dilihat dari tabel coefficients. Apabila nilai probabilitas t lebih

kecil atau sama dengan nilai probabilitas 0.05 atau (sig < 0.05),

berarti terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap

dependen atau tidak signifikan (tidak terdapat pengaruh yang

nyata) (Ghozali, 2018).

77
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Karakteristik Profil Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap alumni sarjana Akuntansi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang berada di provinsi Banten dan UIN

Raden Intan Lampung yang berada di wilayah Lampung pulau

Sumatera. Alasan penelitian ini menggunakan UIN Jakarta karena

alumni cenderung memiliki latar belakang, suku, agama, kebudayaan,

tingkat pendidikan, pendapatan dan strata sosial ekonomi yang lebih

heterogen. Hal inilah yang kemudian menjadi landasan penelitian ini

dengan melihat apakah masyarakat yang lebih heterogen akan

mempengaruhi tingkat religiusitas dan cara pandang seseorang terhadap

uang akan berbeda dan berpotensi mempengaruhi perilaku etisnya

dalam dunia kerja.

Sampel penelitian ini menggunakan metode conveniance sampling

dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Lemeshow (1997)

sehingga penelitian ini menggunakan 100 responden. Pengumpulan data

dalam penelitian ini dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner secara

tidak langsung melalui google form, karena waktu penyebaran kuesioner

bertepatan dengan adanya penyebaran virus COVID 19 hal ini tidak

memungkinkan penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung

kepada responden.

78
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut ini Tabel 4.1 akan menyajikan hasil uji deskriptif responden

berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.1
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative

Percent Percent

Valid laki-laki 39 39,0 39,0 39,0

Perempuan 61 61,0 61,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 100 responden yang ada didominasi

oleh jenis kelamin perempuan sebanyak 61 responden atau 61% sedangkan

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 39 responden atau 39%

dari total persentase.

b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia

Berikut ini Tabel 4.2 akan menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan usia.

Tabel 4.2
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Usia
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid 22 1 1,0 1,0 1,0
23 13 13,0 13,0 14,0
24 38 38,0 38,0 52,0

79
25 29 29,0 29,0 81,0
26 17 17,0 17,0 98,0
27 2 2,0 2,0 100,0
Total 100 100,0 100,0
Sumber: Data primer diolah, 2022
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 22 tahun sebanyak

1 orang atau 1% responden, yang berusia 23 tahun sebanyak 13 orang atau 13%

responden, yang berusia 24 orang sebanyak 38 orang atau 38% responden, yang

berusia 25 tahun sebanyak 29 orang atau 29% responden, yang berusia 26 tahun

sebanyak 17 orang atau 17% responden, yang berusia 27 tahun sebanyak 2 orang

atau 2%. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa alumni dari universitas

UIN Jakarta dan UIN Lampung yang bekerja sebagai akuntan di dominasi usia 24

tahun yaitu 38% dari total persentase.

c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berikut ini Tabel 4.3 akan menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan Pekerjaan.

Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Akuntan 29 29,0 29,0 29,0
Sektor
Publik
Akuntan 1 1,0 1,0 30,0
Pendidik
Akuntan 61 61,0 61,0 91,0
Pajak
Akuntan 3 3,0 3,0 94,0
Syariah
Auditor 2 2,0 2,0 96,0

80
Akuntan 1 1,0 1,0 97,0
Perusahaan
Akuntan 3 3,0 3,0 100,0
kantor jasa
Akuntan
Total 100 100,0 100,
0
Sumber: Data primer diolah, 2022
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa alumni akuntansi yang bekerja sebagai

akuntan sektor publik sebanyak 29 orang atau 29% responden, yang bekerja sebagai

akuntan pendidik sebanyak 1 orang atau 1% responden, yang bekerja sebagai

akuntan pajak sebanyak 61 orang atau 61% responden, yang bekerja sebagai

akuntan syariah sebanyak 3 orang atau 3% responden, yang bekerja sebagai auditor

sebanyak 2 orang atau 2% responden, yang bekerja sebagai akuntan perusahaan

sebanyak 1 orang atau 1% responden, yang bekerja sebagai akuntan kantor jasa

akuntan sebanyak 3 orang atau 3% responden. Berdasarkan data diatas dapat

disimpulkan bahwa alumni akuntansi UIN Jakarta dan UIN Lampung didominasi

bekerja sebagai akuntan pajak.

d. Deskripsi Responden Berdasarkan Alumni Universitas

Berikut ini Tabel 4.4 akan menyajikan hasil uji deskripsi responden

berdasarkan Alumni Universitas.

Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Alumni Universitas
Alumni
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid UIN 53 53,0 53,0 53,0
Jakarta

81
UIN 47 47,0 47,0 100,0
Lampung
Total 100 100,0 100,0

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 4.4 menunjukkan alumni akuntansi universitas UIN Jakarta

sebanyak 53 orang atau 53% responden dan universitas UIN Lampung sebanyak

47 orang atau 47% responden dari total persentase.

B. Temuan Hasil Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskripsi

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi love of

money, Machiavellian dan religiusitas yang akan diuji secara statistik

deskriptif yang terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.5
Uji Statistik Deskripsi

Descriptive Statistic
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
LTTOTAL 100 46 90 71,68 11,673
MATOTAL 100 23 53 37,11 6,274
RETOTAL 100 83 122 101,69 6,719
Valid N 100
(listwise)
Sumber: Data diolah, 2022

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah responden (N)

yang valid dan dapat diproses lebih lanjut yaitu sebanyak 100

responden. Pada variabel Love of money (L), skor jawaban minimum

82
responden sebesar 46 dan maksimum sebesar 98 dengan rata-rata total

jawaban 71,68 dan standar deviasi 11,673. Variabel Machiavellian

(MA) skor jawaban minimum responden sebesar 23 dan maksimum

sebesar 53 dengan rata-rata total jawaban 37,11 dan standar deviasi

6,276. Variabel religiusitas (RE), skor jawaban minimum responden

sebesar 83 dan maksimum sebesar 112 dengan rata-rata total jawaban

101,69 dan standar deviasi 6,719.

2. Hasil Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation

untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner atau instrumen

penelitian. Suatu butir pertanyaan dalam kuesioner dikatakan valid

apabila tingkat signifikansinya dibawah 0,05 (Ghozali, 2018). Tabel

berikut ini menunjukkan hasil uji validitas dari 4 variabel yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu Love of money (L), Machiavellian

(MA), Religiusitas (RE) dan Perilaku etis (PE) dengan 100 sampel

responden.

Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Love of Money

Nomor
Butir Pearson Sig. 2 Keterangan
Pertanyaan Corelation (Tailed)
L1 ,679** ,000 Valid
L2 ,502** ,000 Valid

83
L3 ,584** ,000 Valid
L4 ,487** ,000 Valid
L5 ,341** ,000 Valid
L6 ,534** ,000 Valid
L7 ,432** ,000 Valid
L8 ,505** ,000 Valid
L9 ,497** ,000 Valid
L10 ,420** ,000 Valid
L11 ,651** ,000 Valid
L12 ,661** ,000 Valid
L13 ,526** ,000 Valid
L14 ,664** ,000 Valid
L15 ,638** ,000 Valid
L16 ,663** ,000 Valid
L17 ,574** ,000 Valid
L18 ,607** ,000 Valid
L19 ,646** ,000 Valid
L20 ,550** ,000 Valid
L21 ,658** ,000 Valid
L22 ,622** ,000 Valid
L23 ,610** ,000 Valid
L24 ,700** ,000 Valid
L25 ,658** ,000 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji validitas variabel Love of money

mempunyai kriteria yang valid untuk semua butir pertanyaan dengan nilai

sig < 0,05.

84
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Machiavellian
Nomor

Butir Pearson Sig. 2 Keterangan


Corelation
Pertanyaan (Tailed)

MA1 ,595** ,000 Valid

MA2 ,548** ,000 Valid

MA3 ,539** ,000 Valid

MA4 ,392** ,000 Valid

MA5 ,365** ,000 Valid

MA6 ,462** ,000 Valid

MA7 ,502** ,000 Valid

MA8 ,590** ,000 Valid

MA9 ,659** ,000 Valid

MA10 ,579** ,000 Valid

MA11 ,660** ,000 Valid

MA12 ,606** ,000 Valid

MA13 ,527** ,000 Valid

MA14 ,499** ,000 Valid

MA15 ,564** ,000 Valid

Sumber: Data primer diolah, 2022

85
Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji validitas variabel Machiavellian

mempunyai kriteria yang valid untuk semua butir pertanyaan dengan nilai

sig < 0,05.

Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Religiusitas

Nomor

Butir Pearson Sig. 2 Keterangan


Corelation
Pertanyaan (Tailed)

RE1 ,244* ,014 Valid

RE2 ,222* ,026 Valid

RE3 ,237* ,017 Valid

RE4 ,206* ,039 Valid

RE5 ,649** ,000 Valid

RE6 ,428** ,000 Valid

RE7 ,618** ,000 Valid

RE8 ,683** ,000 Valid

RE9 ,432** ,000 Valid

RE10 ,268** ,007 Valid

RE11 ,294** ,003 Valid

RE12 ,229* ,022 Valid

RE13 474** ,000 Valid

RE14 ,293** ,003 Valid

86
RE15 ,656** ,000 Valid

RE16 ,470** ,000 Valid

RE17 ,490** ,000 Valid

RE18 ,594** ,000 Valid

RE19 ,422** ,000 Valid

RE20 ,473** ,000 Valid

RE21 ,444** ,000 Valid

RE22 ,388** ,000 Valid

RE23 ,463** ,000 Valid

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji validitas variabel Religiusitas

mempunyai kriteria yang valid untuk semua butir pertanyaan dengan nilai

sig < 0,05.

Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Perilaku Etis

Nomor

Butir Pearson Sig. 2 Keterangan


Corelation
Pertanyaan (Tailed)

PE1 ,499** ,000 Valid

PE2 ,634** ,000 Valid

PE3 ,657** ,000 Valid

PE4 ,619** ,000 Valid

87
PE5 ,718** ,000 Valid

PE6 ,710** ,000 Valid

PE7 ,745** ,000 Valid

PE8 ,611** ,000 Valid

PE9 ,656** ,000 Valid

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 3.9 menunjukkan hasil uji validitas variabel perilaku etis

mempunyai kriteria yang valid untuk semua butir pertanyaan dengan nilai

sig < 0,05.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk konsistensi dari instrumen

penelitian. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang dari pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke

waktu. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik

Cronbach alpha di atas 0,70 (Ghozali, 2018). Tabel 4.10 menunjukkan

hasil uji reliabilitas untuk keempat variabel penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini.

Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach Alpha Reliabel

Love of Money (X1) 0,916 Reliabel

Machiavellian (X2) 0,826 Reliabel

Religiusitas (X3) 0,804 Reliabel

88
Perilaku Etis (Y) 0,831 Reliabel

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha untuk

variabel love of money sebesar 0,916, variabel Machiavellian

sebesar 0,826, variabel religiusitas sebesar 0,804, dan variabel

perilaku atis sebesar 0,831. Dengan demikian, dapat diambil

kesimpulan bahwa pernyataan dalam kuesioner penelitian ini

reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari

0,70 . Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pertanyaan yang

digunakan akan memperoleh data yang konsisten apabila pertanyaan

tersebut diajukan kembali maka akan diperoleh jawaban yang relatif

sama dengan jawaban sebelumnya.

3. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen

atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah model yang mempunyai distribusi data

normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, pengujian

normalitas dilakukan dengan menggunakan uji non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S), P-P plot, dan grafik histogram. Yang

menjadi dasar pengambilan keputusan dalam keputusan pada uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S) yaitu melihat nilai probabilitas

89
signifikansi dari data residual. Suatu data dikatakan berdistribusi

normal jika memiliki tingkat signifikansi > 0,05. Adapun hasil uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S), dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Mean 0,0000000
a,b
Parameters Std. Deviation 3,39347859
Most Absolute 0,049
Extreme Positive 0,036
Differences Negative -0,049
Test Statistic 0,049
Asymp. Sig. (2-tailed)c ,200d
Monte Carlo Sig. 0,801
Sig. (2- 99% Lower 0,791
tailed)e Confidence Bound
Interval Upper 0,811
Bound
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
e. Lilliefors' method based on 10000 Monte Carlo
samples with starting seed 2000000.
Sumber: Data primer yang diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4.11 di atas dapat terlihat bahwa hasil uji

Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

yaitu sebesar 0,200. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data

tersebut terdistribusi secara normal sehingga model penelitian ini memenuhi

uji asumsi klasik normalitas.

90
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas menggunakan Grafik Histogram
Sumber: Data primer diolah, 2022

Normal P-P Plot of Regression Standardized


Residual
1,2
Expected Cum Prob

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Observed Cum Prob

Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data primer diolah, 2022

Pada gambar 4.1 dan 4.2 menunjukkan bahwa grafik histogram

maupun grafik normal P-Plot menghasilkan pola distribusi data yang

normal. Hal tersebut dapat terlihat pada grafik histogram yang

91
membentuk kurva lonceng yang tersebar secara normal mengikuti arah

garis diagonalnya, dan pada grafik P-Plot karena terlihat titik-titik pada

grafik mendekati garis sumbunya.

b. Hasil Uji Heterokedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari

suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual dari

suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Scatterplot
3
Regression Studentized Residual

0
-3 -2 -1 0 1 2 3
-1

-2

-3

-4
Regression Standardized Predicted Value

Gambar 4.3
Hasil Uji Hetesrokedastisitas
Sumber: Data primer diolah, 2022
Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa titik – titik menyebar secara acak

dan tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Maka

92
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model

regresi (Ghozali, 2018).

Tabel 4.12
Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients

B Std. Beta
Error
1 (Constant) 6,332 3,264 1,940 0,055

LTOTAL 0,011 0,023 0,064 0,494 0,622


MATOTAL -0,044 0,034 -0,134 -1,276 0,205
RETOTAL -0,027 0,039 -0,089 -0,688 0,493
a. Dependent Variable: Abs_RES
Sumber: Data primer yang diolah, 2022
Berdasarkan data tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa pengujian

dengan metode uji Glejser digunakan untuk mengetahui nilai signifikansi

dari 3 variabel independen penerapan love of money, machiavelian, dan

religiusitas. Pada tabel diatas diketahui bahwa nilai sig. adalah 0,622 untuk

variabel love of money, 0,205 untuk Machiavellian dan 0,493 untuk variabel

religiusitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak

ada variabel yang mengandung heteroskedastisitas karena nilai sig lebih

besar dari 0,05

c. Hasil Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

93
Tabel 4.13
Hasil Uji Multikolonieritas
Constant Collinearity Statisctics
Tolerance VIF
Constant
X1 0,606 1,651
X2 0,917 1,091
X3 0,605 1,652
Sumber: Data primer diolah, 2022

Berdasarkan Tabel 4.13 di atas terlihat bahwa nilai tolerance > 0,10 dan

nilai variance inflation factor (VIF) < 10 untuk semua variabel. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai tolerence untuk variabel love of money (X1) sebesar

0,606, variabel machiavellian (X2) sebesar 0,917, variabel religiusitas (X3)

sebesar 0,605. Selain itu, nilai VIF untuk variabel love of money (X1) sebesar

1.651, variabel machiavellian (X2) sebesar 1,091, variabel religiusitas (X3)

sebesar 1,652. Suatu model regresi dikatakan bebas dari masalah

multikolinieritas apabila memiliki nilai VIF kurang dari 10. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi terbebas dari masalah

multikolinieritas antar variabel independen dan dapat digunakan dalam

penelitian ini.

4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variasi variabel dependen

dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinasi (R2), yang berada

antara nol dan satu. Apabila nilai R2 semakin mendekati satu, berarti variabel-

variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

94
memprediksi variabel terikat (Ghozali, 2018). Uji ini dilakukan untuk

mengukur kemampuan variabel-variabel independen yaitu love of money,

Machiavellian dan religiusitas dalam menjelaskan variabel dependennya yaitu

perilaku etis. Adapun hasil perhitungan nilai koefisien determinasi dapat dilihat

pada tabel di bawah ini. Tabel 4.14 menyajikan hasil uji koefisien determinasi.

Tabel 4.14
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of


Square the Estimate

1 ,497a 0,259 0,223 3,44609

a. Predictors: (Constant), Religiusitas, Machiavelian, Love of


money
b. Dependen variabel Perilaku Etis

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,223. Hal

ini menandakan bahwa variabel love of money, Machiavellian dan

religiusitas hanya dapat menjelaskan 22,3% variabel perilaku etis.

Sedangkan sisanya sebesar 77,7% dijelaskan oleh faktor lain seperti gender,

kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, tingkat pendidikan dan

perspektif ekonomi yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.

5. Hasil Uji Hipotesis

a. Pengujian Hipotesis Regresi Berganda

Hasil pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan

95
karena model regresi telah terbebas dari masalah normalitas data, tidak

terjadi multikolinearitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Selanjutnya

dapat dilakukan pengujian hipotesis yang terdiri dari uji t dan uji F. Uji

estimasi linier berganda diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Uji Statistik F

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model yang

digunakan sudah signifikan. Apabila nilai signifikansi < 0,05, maka

dapat dinyatakan bahwa model yang digunakan sudah signifikan.

Berikut hasil uji statistik F untuk penelitian ini disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 4.15
Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of df Mean F Sig.


Squares Square

1 Regression 386,148 3 128,716 10,489 <,001b

Residual 1178,042 96 12,271

Total 1564,190 99

a. Dependent Variable: Perilaku Etis

b. Predictors: (Constant), Religiusitas, Machiavelian, Love of money

Sumber: Data primer diolah, 2022

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikan pada kolom Sig.

sebesar 0,001 dimana nilai tersebut <0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa

H4 diterima. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sudah

96
fit. Berdasarkan nilai Sig. tersebut juga dapat dikatakan bahwa love of

money, Machiavellian dan religiusitas secara simultan mempengaruhi

perilaku etis.

2. Uji Statistik t

Pengujian signifikansi parameter individual (uji t) digunakan untuk

menguji pengaruh dari masing-masing variabel independen secara

signifikan terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi

0,05. Jika nilai probability t < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak,

sedangkan jika nilai probability t > 0,05 maka Ha ditolak dan H0 diterima.

Berikut hasil uji statistic t terhadap variabel Y, X1, X2 dan X3 dapat dilihat

pada tabel:

Tabel 4.16
Hasil Uji Statistik t

Coefficients

Model Unstandardized Standardized T Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Beta
Error

=1 (Constant) 55,458 5,609 9.887 <0,001

Love of -0,085 0,033 -0,249 -2,541 0,013


money

Machiavelian -0,300 0,056 -0,474 -5,333 0,000

Religiusitas -0,150 0,058 -0,253 -2,588 0,011

97
a. Dependent Variable: Perilaku Etis

Sumber; Data perimer diolah, 2022

Berdasarkan tabel 3.16 di atas, maka model persamaan regresi

berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + e

Y = 55,458 - 0,085 (X1) - 0,300 (X2) - 0,150 (X3) + 5,609

Keterangan :

Y : Perilaku Etis

a : konstanta

b : koefisien regresi

X1 : Love of Money

X2 : Machiavellian

X3 : Religiusitas

e : residu / error

Berdasarkan Tabel 1.15 hasil pengujian statistik t yang di olah dapat dilihat

bahwa:

1. Variabel Love of money memiliki nilai t-Statistic sebesar -2,541 dan koefisien

regresi sebesar -0,085 menunjukan bahwa setiap peningkatan X1 sebesar 1

satuan maka akan menurunkan Y sebesar -0,085. Semakin tinggi penerapan love

of money maka semakin rendah pula perilaku etis nya. Tingkat signifikan 0,013

yaitu lebih kecil dari 0,05 yang artinya variabel penerapan love of money

mempunyai pengaruh negatif terhadap perilaku etis sehingga H1 diterima.

98
2. Variabel Machiavellian memiliki nilai t-Statistic sebesar -5,333 dan koefisien

regresi sebesar -0,300 menunjukan bahwa setiap peningkatan X2 sebesar 1

satuan maka akan menurunkan Y sebesar 0,300. Semakin tinggi machiavellian

maka semakin rendah perilaku etisnya . Tingkat signifikan yaitu 0,000 atau

<0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel machiavellian berpengaruh

negatif terhadap perilaku etis sehingga H2 diterima.

3. Variabel Religiusitas memiliki nilai t-Statistic sebesar -2,588 dan koefisien

regresi sebesar -0,150 menunjukan bahwa setiap peningkatan X3 sebesar 1

satuan maka akan menurunkan Y sebesar 0,150, dengan asumsi semakin tinggi

religiusitas maka semakin rendah pula perilaku etis. Tingkat signifikan sebesar

0,011 yaitu kurang dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel

religiusitas tidak berpengaruh positif terhadap perilaku etis sehingga H3 ditolak.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh positif dan negatif dari

variabel-variabel yang telah ditetapkan terhadap variabel dependen yaitu

perilaku etis.

1. Love of money berpengaruh negatif terhadap perilaku etis

Hasil uji hipotesis pada Tabel 1.15 menunjukkan bahwa love of

money mempunyai tingkat signifikansi 0,013 atau dapat dikatakan lebih

kecil daripada 0,05 dan diperoleh arah koefisien parameter negatif dengan

nilai sebesar -0,085 dan nilai t-Statistic sebesar -2,541 lebih besar dari 1,98.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini menerima hipotesis pertama

99
(H1). Sehingga dapat disimpulkan love of money atau sifat kecintaan

terhadap uang berpengaruh negatif terhadap perilaku etis dan mendukung

hipotesis pertama H1 diterima.

Hasil penelitian ini didukung dalam penelitian prandanti & prastiwi

(2014) mempunyai hasil penelitian yang sama yaitu love of money

berpengaruh negatif terhadap perilaku etis. Penelitian ini juga sejalan

dengan Robbins & Judge (2007) bahwa faktor sikap merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Sikap seseorang yang

memiliki sikap cinta uang berlebih akan cenderung memandang uang

sebagai suatu kebutuhan dan berambisi untuk memperolehnya dengan

berbagai cara. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Elias (2010) yang menyatakan bahwa love of money dan persepsi etis

memiliki hubungan yang negatif. Hasil penelitian tersebut didukung oleh

Tang dan Chiu (2003) yang berkesimpulan bahwa kecintaan seseorang

terhadap uang memiliki dampak yang signifikan terhadap perilaku tidak

etis.

2. Machiavellian berpengaruh negatif terhadap perilaku etis

Hasil uji hipotesis pada Tabel 1.15 menunjukkan bahwa

machiavellian mempunyai tingkat signifikansi 0,000 atau dapat dikatakan

lebih kecil daripada 0,05 dan diperoleh arah koefisien parameter negatif

dengan nilai sebesar -0,300 dan nilai t-Statistic sebesar -5,333 yang berarti

lebih besar dari 1,98 Ttabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini

menerima hipotesis kedua (H2) diterima .

100
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purnamasari (2006)

yang menyatakan bahwa auditor yang memiliki perilaku machiavellian

tinggi akan lebih cenderung melakukan penyimpangan terhadap persepsi

etis mahasiswa. Semakin tinggi perilaku machiavellian seseorang maka

semakin rendah persepsi etisnya.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Kelly Ann Richmond

(2001) yang menyimpulkan bahwa perilaku machiavellian secara signifikan

berpengaruh dengan pengambilan keputusan etis jika dilema etis tersebut

berada di dalam diri sendiri tetapi tidak berpengaruh ketika dilema etis

dihadapi orang lain.

Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat pengaruh

negatif machiavellian terhadap perilaku etis lulusan akuntansi di dunia

kerja. Semakin tinggi machiavellian, maka semakin rendah perilaku etis,

karena machiavellian berkaitan dengan individu yang manipulatif,

menggunakan perilaku persuasive untuk mencapai tujuan pribadinya, dan

biasanya agresif sehingga akan menurunkan etika dalam mengambil

keputusan. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Ratih Yelsinta

(2013) yang menyimpulkan terdapat hubungan antara tingkat Love of

Money dari seorang mahasiswa akuntansi dengan tingkat Ethical Reasoning

dan Machiavellian yang menentang questionable action.

101
3. Religiusitas berpengaruh positif terhadap perilaku etis

Variabel Religiusitas memiliki nilai t-Statistic sebesar -2,588 dan

koefisien regresi sebesar -0,150 yang menunjukan bahwa setiap

peningkatan X3 sebesar 1 satuan maka akan menurunkan Y sebesar 0,150,

dengan asumsi semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah pula

perilaku etis nya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel religiusitas tidak

berpengaruh positif terhadap perilaku etis sehingga H3 ditolak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hidayatullah & Sartini (2019) yang menyatakan bahwa religiusitas tidak

berpengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa. Penelitian ini juga didukung

oleh penelitian Basri (2015) yang mengemukakan bahwa religiusitas tidak

berpengaruh terhadap penggelapan pajak dan Hidayatulloh (2016) yang

menemukan bahwa religiusitas seseorang tidak memiliki pengaruh terhadap

perilaku untuk penggelapan pajak.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Welch et al. (2005) yang

mengungkapkan bahwa persepsi penggelapan pajak dalam masyarakat tidak

berkaitan dengan tingkat religiusitas yang dimiliki seseorang. Dalam

penelitian tersebut terlihat bahwa pengaruh persepsi terhadap proyeksi

kecurangan pajak berfungsi sama antara mereka yang sangat religius dan

mereka yang kurang taat terhadap agama. Hal ini menunjukkan bahwa

religiusitas pribadi memiliki dampak yang kecil pada bagaimana persepsi

tersebut bekerja dan religiusitas individu tidak mungkin untuk

menghilangkan atau mengurangi efek kriminogen yang dihasilkan dari

102
penerimaan atau penolakan yang dirasakan terhadap perilaku menyimpang

oleh sebagian besar masyarakat.

Penelitian lain juga dilakukan oleh McKerchar et al. (2013) yang

menyatakan bahwa integritas pribadi dianggap memiliki efek yang lebih

kuat pada sikap kepatuhan pajak dibandingkan dengan keyakinan agama

yang dianut. Integritas pribadi seseorang dapat terlihat melalui kata-kata,

tindakan, ataupun keputusan yang diambil dalam penyelesaian suatu

masalah. Terlebih bagaimana seseorang tersebut mampu untuk

berkomitmen dalam bekerja, menunjukkan kejujuran serta mengerjakan

sesuatu dengan konsisten.

Penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2013) mengungkapkan

bahwa ada beberapa hal yang memungkinkan religiusitas (keberagamaan)

tidak mampu untuk mengontrol perilaku seseorang. Aktivitas beragama

bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan peribadatan (ibadah)

semata, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh

kekuatan supranatural. Agustin (2001) mengemukakan bahwa manusia

memiliki dua alam, yaitu alam sadar (fisik) dan alam bawah sadar (psikis).

Wilayah fisik manusia hanya mampu menangkap apa yang dilihat dengan

indra saja, sedangkan wilayah psikis erat hubungannya dengan mentalitas,

sehingga ketika ada seseorang yang rajin melakukan ibadah keagamaan

tetapi perilaku atau perbuatannya tidak sesuai dengan ajaran agama, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa ibadah yang dilakukan tersebut hanya

103
sebatas wilayah fisik atau ibadah yang hanya dilakukan oleh fisik semata

dan tidak masuk ke wilayah psikis yang arahnya adalah spiritual.

Selain itu pemahaman yang benar terhadap agama dan pengalaman

spiritual yang terus menerus dilakukan secara benar terhadap keyakinan

agama yang dianut yang akan membedakan seseorang dengan orang lain.

Tanpa adanya pemahaman yang benar dalam keyakinan beragama sebuah

kepercayaan tidak akan membentuk pribadi yang jujur, bertanggung jawab,

toleransi dan ajaran agama hanya akan menjadi sebatas untuk diketahui,

tanpa ada tanggung jawab moral terhadap terlaksananya ajaran tersebut di

masyarakat.

Tabel 4.17
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Pernyataan Hipotesis Hasil Pengujian

Perilaku love of money berpengaruh negatif Mendukung Hipotesis


H1
terhadap perilaku etis
Machiavellian berpengaruh negatif Mendukung hipotesis
H2
terhadap perilaku etis
Religiusitas berpengaruh positif terhadap Tidak mendukung hipotesis
H3
perilaku etis
Love of money, Machiavellian dan Mendukung Hipotesis
H4
religiusitas berpengaruh terhadap perilaku
etis

104
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai

pengaruh sifat love of money, machiavellian dan religiusitas terhadap

perilaku etis didunia kerja. Responden dalam penelitian ini adalah 100

orang dan semua kuesioner dapat diolah, responden pada penelitian ini

adalah alumni jurusan akuntansi UIN Jakarta dan UIN Lampung yang

pernah atau sedang bekerja sebagai akuntan. Berdasarkan data yang telah

dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap

permasalahan pada penelitian ini dengan menggunakan IBM SPSS 23, maka

dapat diambil kesimpulan berikut :

1. Variabel love of money berpengaruh negatif terhadap perilaku

etis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Elias (2010)

2. Variabel machiavellian berpengaruh negatif terhadap perilaku

etis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kelly Ann Richmond (2001).

3. Variabel religiusitas tidak berpengaruh positif terhadap perilaku

etis. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hidayatullah & Sartini (2019)

105
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang mungkin dapat

menimbulkan ketidakakuratan pada hasil penelitian ini, seperti diantaranya:

1. Terbatasnya sumber informasi dan sumber penelitian terdahulu yang

relevan dengan judul yang diangkat penelitian ini.

2. Dalam penelitian ini belum memasukan semua variabel yang sesuai

dengan topik penelitian seperti faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi perilaku etis seseorang seperti tingkat pendidikan,

lingkungan dan gender.

3. Penelitian ini hanya fokus pada dua universitas

B. Saran

Penelitian ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat

kekurangan dalam pengetahuan dan pengalaman menulis baik secara teori

maupun praktik. Diharapkan penelitian di masa mendatang dapat

menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi

pembaca. Oleh karena itu ada beberapa masukan mengenai beberapa hal

untuk penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mencari lebih banyak

literatur yang relevan dengan topik penelitian yang diambil seta

menambahkan variabel moderasi agar penelitian lebih bervariasi

guna meningkatkan hasil penelitian.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas daerah

penyebaran kuesioner tidak hanya dua universitas saja, sehingga

106
hasil penelitian memiliki kemampuan generalisasi yang lebih

luas.

107
DAFTAR PUSTAKA

Akuntan, IAI (2021). Kode Etik Akuntan Indonesia. Journal of Chemical


Information and Modeling, Vol 53(9).
Ancok, D. dan Suroso, F. N. (2011). Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem-
Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aprianti, H. W. (2018). Teori Akuntansi Berdasarkan Pendekatan Syariah.
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Bertens. (2013). Etika. Yogyakarta: Kanisius.
Bwarleling, T. H. (2020). Aplikasi Hukum Benford dalam Menganalisa Kasus
Garuda Indonesia. Jurnal Akuntansi Bisnis, 13(2), 78–99.
https://doi.org/10.30813/jab.v13i2.2240
Canary, H. E., & Jennings, M. M. (2008). Principles and Influence in Codes of
Ethics: A Centering Resonance Analysis Comparing Pre-and Post Sarbanes-
Oxley Codes of Ethics. Journal of Business Ethics, 80(2), 263–278.
https://doi.org/10.1007/s10551-007-9417-1
Chaplin, C. P. (1995). Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII (3
diterjem). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Chrismastuti, A. A., & Purnamasari, V. (2004). Hubungan Sifat Machiavellian,
Pembelajaran Etika dalam Mata Kuliah Etika, dan Sikap Etis Akuntan: Suatu
Analisis Perilaku Etis Akuntan dan Mahasiswa Akuntansi di Semarang.
Proceeding Simposium Nasional Akuntansi VII, 2–3.
Elias, R. Z (2008). Auditing Students’ Professional Commitment and Anticipatory
Socialization and Their Relationship to Whistleblowing. Managerial
Auditing Journal, 23(3), 283–294.
https://doi.org/10.1108/02686900810857721
Elias, R. Z. (2009). The Impact of Anti-Intellectualism Attitudes and Academic
Self-Efficacy on Business Students’ Perceptions of Cheating. Journal of
Business Ethics, 86(2), 199–209. https://doi.org/10.1007/s10551-008-9843-8
Elias, R. Z., & Farag, M. (2010). The Relationship Between Accounting Students’
Love of Money and Their Ethical Perception. Managerial Auditing Journal,
25(3), 269–281. https://doi.org/10.1108/02686901011026369
Ghozali Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM
SPSS23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Haritsah, Z. (2015). Pengaruh Profesionalisme, dan Sifat Machiavellian terhadap
Pengambilan Keputusan Etis Auditor (Survey pada Kantor Akuntan Publik
di Kota Bandung, Jawa Barat). Acounting Journal.

108
Herzberg, O., & Moult, J. (1987). Bacterial Resistance to -Lactam Antibiotics :
Staphylococcus Aureus. Science, 236(4802), 694–701.
Ikatan Akuntan Indonesia, (2021). Kode Etik Akuntan Indonesia. Journal of
Chemical Information and Modeling, Vol 53(9).
Jalaluddin. (2012). Hidup Berkontribusi : Perspektif Qur’ani. (sholihin Rahmat,
Ed.) (1 ed.). Yogyakarta.
Jogiyanto. (2008). Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi Publisher.
Kattsoff, L. O. (1996). Pengantar Filsafat. (Terjemahan Soejono Soemargono,
Ed.) (7 ed.). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Khomsiyah, N. I. (1998). Pengaruh Orientasi Etika terhadap Komitmen dan
Sensitivitas Etika Editor Pemerintah di Jakarta. The Indonesian Journal of
Accounting Research, 1(2). https://doi.org/DOI:
http://doi.org/10.33312/ijar.17
Kum-Lung, C., & Tek-Chai, L. (2010). Attitude Towards Ethics. International
Journal of Marketing Studies, 2(1), 225–232.
Larkin, J. M. (2000). The Ability of Internal Auditors to Identify Ethical
Dilemmas. Journal of Business Ethics, 23(4), 401–409.
https://doi.org/10.1023/A:1006150718834
Ludigdo, U. (1999). Persepsi Akuntan dan Mahasiswa terhadap Etika Bisnis. Riset
Akuntansi Indonesia, 2, 1–9.
M. Ridwan Tikollah, Iwan Triyuwono, & H. Unti Ludigdo. (2006). Pengaruh
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual
terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada Perguruan Tinggi
Negeri di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan). Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang, 1–25.
Marwanto. (2007). Pengaruh Pemikiran Moral, Tingkat Idealisme, Tingkat
Relativisme dan Locus of Control terhadap Sensitivitas, Pertimbangan,
Motivasi dan Karakter Mahasiswa Akuntansi (Studi Eksperimen Pada
Politeknik Negeri Samarinda). Tesis, (April), 1–83.
Meitiana, M. (2017). Perilaku Pembelian Konsumen: Sebuah Tinjauan Literatur
Theory of Planned Behavior. Jurnal Ekonomi Modernisasi, 13(1), 16.
https://doi.org/10.21067/jem.v13i1.1762
Mitchell, T. R., & Mickel, A. E. (1999). The Meaning of Money: An Individual-
Difference Perspective. Academy of Management Review, 24(3), 568–578.
https://doi.org/10.5465/AMR.1999.2202138
Morissan M A. (2012). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana.
Mowday, R. T. (1984). Strategies for Adapting to High Rates of Employee
Turnover. Human Resource Management, 23(4), 365–380.

109
https://doi.org/10.1002/hrm.3930230404
Nadirsyah, N., & Zuhra, I. (2009). Locus of Control, Time Budget Pressure Dan
Penyimpangan Perilaku dalam Audit. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi,
2(2), 104–116.
Prabowo, P. P., & Widanaputra, A. A. G. P. (2018). Pengaruh Love of Money,
Machiavellian, dan Idealisme pada Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. E-
Jurnal Akuntansi, 23, 513. https://doi.org/10.24843/eja.2018.v23.i01.p20
Pradanti, N. R., & Prastiwi, A. (2014). Analisis Pengaruh Love of Money
terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Volume 3, Nomor 3, Tahun
2014, Halaman 1-12, 3(2010), 1–11.
Rahmadanty, D. riski, & Farah, W. (2020). Pengaruh Gaya Hidup Sehat , Gaya
Kepemimpinan , Dan Time Budget Pressure Terhadap Kinerja Auditor
Pemerintah. Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah, 1(1), 58–79.
Reiss, M. C., & Mitra, K. (1998). The Effects of Individual difference factors on
the Acceptability of Ethical and Unethical Workplace Behaviors. Journal of
Business Ethics, 17(14), 1581–1593.
https://doi.org/10.1023/A:1005742408725
Richard Christie & Florence L. Geis. (1970). Studies In Machiavellianism. New
York: Elsevier Inc.
Richmond, K. A. (2001). “Ethical Reasoning, Machiavellian Behavior, and
Gender: the Impact on Accounting Students’ Ethical Decision Making”.
Dissertition.Virginia Polytechnic Institute.
Riduwan & Engkos Achmad Kuncoro. (2017). Cara Menggunakan dan Memakai
Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
Sekaran, Uma & Bougie Roger. (2016). Research methods for business : a skill-
building approach (7 ed.). United Kingdom: Wiley.
Setiawan, A., Setyasih, R. D., & Hosana, L. J. (2020). Analisis Faktor – Faktor
Penggunaan Financial Technology pada Sistem Pembayaran Transportasi
Online. Monex, 9, 30–37. Diambil dari
http://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/monex/article/view/1640
Sihotang, K. (2016). Etika Profesi Akuntansi. (Sudubyo Ganjar, Ed.). Yogyakarta:
PT Kanisius.
Sloan, A. (2002). The Jury’s in: “Greet isn’t Good.” New Week.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV
Alfabeta.
Tang, T. L. P., & Chen, Y. J. (2008). Intelligence vs. Wisdom: The Love of
Money, Machiavellianism, and Unethical Behavior Across College Major
and Gender. Journal of Business Ethics, 82(1), 1–26.

110
https://doi.org/10.1007/s10551-007-9559-1
Tang, T. L. P., Tang, D. S. H., & Luna-Arocas, R. (2005). Money Profiles: The
Love of Money, Attitudes, and Needs. Personnel Review, 34(5), 603–618.
https://doi.org/10.1108/00483480510612549
Tang, Thomas Li-ping, & Chiu, R. K. (2003). Tang-Chiu2003 Article Income
Money Ethic Pay Satisfactio, 13–30.
Tang, Thomas Li‐Ping. (1992). The Meaning of Money Revisited. Journal of
Organizational Behavior, 13(2), 197–202.
https://doi.org/10.1002/job.4030130209
Thouless, R. (1992). Pengantar psikologi agama. Jakarta: CV Rajawali.
Ustadi, N., & Utami, R. (2005). Analisis Perbedaan Faktor-Faktor Individual
terhadap Persepsi Perilaku Etis Mahasiswa : Studi Kasus pada Mahasiswa
Jurusan Akuntansi dan Manajemen di Perguruan Ting gi Se-Karesidenan
Surakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing (JAA), Volume 1(Nomor 1), 162–
180.
Utami, W., & Indriawati, F. (2006). Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi
Keuangan dan Dampaknya Terhadap Persepsi Etika Mahasiswa: Studi
Eksperimen Semu. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang, 23–26.
Utaminingsih, A. (2014). Perilaku Organisasi. Malang: Elektronik Pertama dan
terbesar di Indonesia.
W, E. R. j & G. R. (2017). Business Essentials (11 ed.). New York: Global
Edition.
Wati, M. & B. S. (2016). Pengaruh Pendidikan Etika Bisnis dan Religiusitas
terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Economia, 12(2), 183–201.
Yeltsinta, R. (2013). Love of Money, Ethical Reasoning, Machiavellian,
Questionable Actions : the Impact on Accounting Students’ Ethical Decision
Making By Gender Moderation. Diponegoro Journal of Accounting, 2(3),
713–723.

111
LAMPIRAN :

KUESIONER PENELITIAN

Pengaruh Sifat Love of Money, Machiavellian dan Religiusitas terhadap Perilaku

Etis di Dunia Kerja

(Survei pada Alumni Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

UIN Raden Intan Lampung)

Berikut adalah kuesioner yang berkaitan dengan penulisan tentang Pengaruh Sifat

Love of Money, Machiavellian dan Religiusitas terhadap Perilaku Etis di Dunia

Kerja pada alumni jurusan akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN

Raden Intan Lampung. Oleh karena itu, saya memohon kesediaan

Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Setiap detail informan akan dijaga

kerahasiaannya. Atas perhatian dan partisipasinya, saya ucapkan terimakasih.

IDENTITAS RESPONDEN

Beri tanda (x) atau (√) pada identitas pengenal Bapak/Ibu/Saudara

1. Nama/Inisial :
2. Email :
3. Usia :
4. Alamat :
5. Alumni Universitas :

6. Jenis Kelamin : Pria Wanita usia

112
7. Pekerjaan : Akuntan Sektor Publik

Akuntan Pendidik

Akuntan Pajak

Akuntan Syariah

Akuntan Kantor Jasa Akuntan

Lain-lain

8. Gelar Profesi : Ak CPA QIA

CPMA Lain-lain

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberi tanda centang ( √ ) pada jawaban
yang sesuai dengan keadaan, pendapat dan perasaan Anda yang sebenarnya.

1. Tidak Pernah
2. Jarang
3. Kadang-Kadang
4. Sering
5. Selalu

113
A. Love of Money
No Item pernyataan Tidak Jarang/ Cukup Sering Selalu
Pernah Kadang-
kadang
(1) (2) (3) (4) (5)

Budget
1. Saya melakukan apa saja untuk
mendapatkan lebih banyak uang
2. Saya berbicara tentang berapa banyak uang
yang saya miliki
Evil
3. Saya menganggap bahwa uang dapat
merusak norma etika
4. Saya melakukan tindakan tidak etis untuk
memaksimalkan keuntungan perusahaan
Equity
5. Menurut saya bonus (uang lebih) hanya
diberikan kepada orang-orang yang
berprestasi
6. Menurut saya pekerjaan pada level bawah
harus dibayar dengan uang lebih sedikit dari
pada pekerjaan lain dilevel atas
7. Menurut saya uang dengan jumlah yang
lebih banyak, harus dibayarkan untuk
pekerjaan dengan tanggung jawab yang
lebih tinggi
Success
8. Saya menyadari bahwa uang adalah simbol
kesuksesan seseorang
9. Saya menganggap bahwa uang
mencerminkan prestasi seseorang
Self-Expression
10. Uang memberikan saya kekuasaan dan
kebebasan
11. Saya menganggap bahwa uang adalah
segalanya
12. Uang membawa ketenangan hidup bagi saya
Social Influence

114
13. Uang mempermudah saya dalam
mengekspresikan diri
Power of Control
14. Uang membantu saya mendapatkan
kehormatan
15. Saya dikagumi banyak orang karena
mempunyai uang
16. Uang membantu meningkatkan citra di
masyarakat
Happiness
17. Saya mempunyai banyak teman karena uang
Richness
18. Saya akan melakukan apa saja karena uang
sangat penting
19. Saya memandang bahwa uang memiliki
kekuatan untuk mempengaruhi dan
memanipulasi orang lain
20. Saya menganggap uang dapat
mengendalikan perilaku seseorang
21. Uang dapat memenuhi semua keinginan
saya
22. Kepuasan diri akan saya dapatkan jika
memiliki banyak uang
Motivator
23. Uang akan membuat hidup saya lebih
terjamin
24. Uang akan membuat hidup saya lebih
menyenangkan
25. Saya menganggap uang sebagai motivator

115
B. Machiavellian
No Item Tidak Jarang/ Cukup Sering Selalu
Pernyataan Pernah Kadang-
kadang
(1) (2) (3) (4) (4)
Afeksi
1. Saya tidak memperdulikan
kesulitan teman dalam
menyelesaikan
pekerjaannya, karena saya
mempunyai pekerjaan yang
sama pentingnya,
2. Saya sibuk dengan
pekerjaan kantor dan tidak
memperdulikan keadaan
sekitar.
3. Saya tidak membantu
pekerjaan orang lain tanpa
diminta.
Komitmen Ideologis Rendah
4. Apabila pendapat saya tidak
diterima oleh perusahaan,
maka saya tidak akan
menurut pada pendapat lain
5. Saya akan bersikap diam
dan tidak berkomentar
apabila pimpinan saya
memberikan pendapat yang
berbeda dari saya.
6. Komitmen saya dalam
menyampaikan pendapat
kepada pimpinan sewaktu-
waktu dapat berubah
apabila pimpinan tidak
menyetujuinya.
Ego
7. Saya akan menyalahkan dan
menyudutkan orang lain
apabila pimpinan tidak

116
menyukai hasil kerja yang
saya lakukan
8. Saya tidak menghiraukan
permintaan tolong dari
partner saya, karena saya
sedang fokus di depan
komputer.
9. Saya tidak peduli dengan
terget kerja rekan saya,
karena saya fokus dengan
target saya sendiri.
Manipulatif
10. Saya akan memanipulasi
data yang ada dalam
laporan keuangan saat
menjalankan tugas untuk
mendapatkan pujian dari
pimpinan
11. Saya akan
menyembunyikan data
transaksi dalam penyajian
laporan keuangan untuk
memperoleh keuntungan
12. Saya akan tetap mengisi
daftar hadir di perusahaan,
meskipun saya tidak benar-
benar bekerja pada waktu
itu.
Agresif
13. Saya tidak menyelesaikan
pekerjaan secara cepat, jika
hanya untuk mendapatkan
pujian dari pimpinan
14. Saya tidak senang apabila
mengambil alih pekerjaan
rekan kerja saya.
15. Saya akan melakukan apa
saja untuk mempromosikan
diri saya kepada pimpinan

117
demi memperoleh kenaikan
jabatan dalam perusahaan

C. Religiusitas
No Item Pertanyaan Tidak Jarang/ Cukup Sering Selalu
Pernah Kadang-
kadang
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Saya Percaya kepada Allah
SWT
2. Saya percaya bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah
3. Saya yakin bahwa Al Quran
berisi ajaran-ajaran yang
baik bagi pedoman hidup
saya
4. Saya yakin Al Quran
sebagai penyempurna kitab-
kitab sebelumnya.
5. Saya melaksanakan
kewajiban sholat lima
waktu secara tertib
6. Sebelum dan sesudah
melaksanakan sholat lima
waktu, saya tidak lupa
melaksanakan sholat sunah
7. Saya berusaha
menyempatkan waktu untuk
membaca Al Quran setelah
shalat
8. Saya biasa melakukan
puasa sunah
9. Dengan berdoa dan
berdzikir saya merasa dekat
dengan Allah SWT
10. Saya yakin dengan selalu
bersyukur, Allah akan
melipatgandakan rejeki
saya

118
11. Saya merasa sangat
menyesal setelah saya
melakukan perbuatan dosa
12. Saya mengganggap bahwa
Allah senantiasa
mendengarkan doa saya dan
mengabulkannya
13. Saya merasa kecewa pada
diri sendiri saat
meninggalkan sholat
14. Saya merasa Allah selalu
menolong saya di manapun
dan dalam keadaan apapun
15. Saya mengikuti pengajian
atau kajian agama
16. Saya menyempatkan diri
membaca buku-buku
tentang keislaman setiap
hari
17. Saya mengetahui isi Al-
Quran, pokok-pokok ajaran
yang harus diimani dan
dilaksanakan
18. Saya mengetahui dengan
jelas apa yang dilarang
dalam agama Islam
19. Ketika saya mendapatkan
rizki yang lebih, saya
menyisihkannya untuk
disedehkankan kepada
orang lain
20. Ketika ada saudara maupun
teman yang membutuhkan
pertolongan, saya berusaha
untuk membantunya
21. Saya menolak jika ada
ajakan untuk melakukan
hal-hal yang dilarang oleh
agama

119
22. Saya berusaha untuk jujur
dan menjaga amanah yang
diberikan orang lain
23. Saya mudah m emaafkan
kesalahan orang lain

D. Perilaku Etis di Dunia Kerja


No Item Pernyataan Tidak Jarang/ Cukup Sering Selalu
Pernah Kadang-
kadang
(1) (2) (3) (4) (5)
Integritas
1. Sebagai seorang akuntan
saya harus mempertahankan
integritas dan profesional
dalam menjalankan tugas
2. Saya akan bersikap jujur
dalam menjalankan tugas
Objektivitas
3. Saya akan bersikap adil dan
tidak memihak, jujur secara
intelektual dan bebas dari
pengaruh pihak lain.
4. Sebagai seorang akuntan
saya harus menjaga
objektivitas profesional
Kompetensi dan kehati-hatian
5. Saya harus bertanggung
jawab untuk menentukan
kompetensi pendidikan,
pedoman dan pertimbangan
yang memadai
Kerahasiaan
6. Sebagai seorang akuntan
saya harus memelihara
kepercayaan masyarakat
7. Sebagai seorang akuntan
saya harus menjaga semua

120
informasi penerima jasa
dari pihak lain.
Perilaku Profesional
8. Sebagai seorang akuntan
saya harus berperilaku
secara konsisten dengan
reputasi profesi yang baik
9. Sebagai seorang akuntan
saya harus profesional
dalam bersikap karena hal
tersebut akan berpengaruh
terhadap pertimbangan
profesional sebagai seorang
akuntan.

121

Anda mungkin juga menyukai