Anda di halaman 1dari 151

PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA, CORPORATE GOVERNANCE

DAN TRANSFER PRICING TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK


DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI

(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Sektor Pertambangan Yang


Terdaftar di BEI Periode Tahun 2019 – 2022)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

OLEH:

Pipi Afridiani Nasution

11190820000035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1445 H / 2023 M
PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA, CORPORATE GOVERNANCE
DAN TRANSFER PRICING TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI

(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Sektor Pertambangan Yang


Terdaftar di BEI Priode Tahun 2019 – 2022)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh:

Pipi Afridiani Nasution


NIM: 11190820000035

Di bawah Bimbingan

Yusro Rahma.,S.E.,MSi.
NIP.19800506 2008012016

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1445 H / 2023 M

ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Pipi Afridiani Nasution

NIM : 11190820000035

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan


mempertanggung jawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya.

Jakarta,25 Juli 2023

Yang Menyatakan,

Pipi Afridiani Nasution

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Pipi Afridiani Nasution
2. Tempat, Tanggal Lahir : Panyabungan, 21 Oktober 2000
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Legoso Raya, Ciputat Timur, Tangerang
Selatan
5. Telepon : 082289481724
6. Email : pipi.afridianinasution@gmail.com

II. PENDIDIKAN
1. TK (2006-2007) : TK Al- Islamiyah
2. SD (2007-2013) : SDN 1 Kayulaut
3. SMP (2013-2016) : MTsN 2 Mandailing Natal
4. SMA (2016-2019) : MAN 1 Mandailing Natal
5. S1 (2019-2023) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA


1. Ayah : Zulkarnain Nasution
2. Ibu : Nelmidawati Harahap
3. Anak Ke- : 2 dari 2 bersaudara

IV. PENGALAMAN ORGANISASI DAN MAGANG


1. Intern Finance ATW Solar Indonesia (Januari 2023 – April 2023).
2. Anggota Lingkar Study Ekonomi Islam (Lisensi) UIN Jakarta
(Februari 2021 – Januari 2022).

vi
ABSTRACT
THE EFFECT OF FAMILY OWNERSHIP, CORPORATE GOVERNANCE
AND TRANSFER PRICING ON TAX AVOIDANCE WITH PROFITABILITY
AS A MODERATION VARIABLE

(Empirical Study of Mining Sector Manufacturing Companies Listed on the


IDX Period 2019-2022)

This study aims to examine the effect of family ownership, corporate


governance, and transfer pricing on tax avoidance with profitability as a
moderating variable. The sample used in this research mining sector compani
listed on the Indonesia Stock Exchange during the 2019 -2022 period, with a total
sample of 99 obtained using purposive sampling. Testing the hypothesis in this
study using multiple linear regression analysis with SPSS version 25.
The results of this study indicate that the independent board of
commissioners, incidental ownership and transfer pricing have a significant
effect, while family ownership and audit committees have no significant effect on
tax avoidance. Then for the profitability of institutional ownership can moderate
the relationship of institutional ownership to tax avoidance while profitability is
not able to moderate family ownership, independent board of commissioners,
audit committee and transfer pricing on tax avoidance.

Keywords: Family Ownership, Corporate Governance, Transfer Pricing, Tax


Avoidance and Profitability

vii
ABSTRAK
PENGARUH KEPEMILIKAN KELUARGA, CORPORATE GOVERNANCE
DAN TRANSFER PRICING TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI

(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Sektor Pertambangan Yang


Terdaftar di BEI Periode Tahun 2019 – 2022)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan keluarga,


corporate governance, dan transfer pricing terhadap penghindaran pajak dengan
profitabilitas sebagai variabel modersi. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama priode 2019 -2022, dengan diperoleh jumlahh sampel 99 data
menggunakan purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linear berganda dengan SPSS versi 25.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dewan komisaris independen,
kepemilikan insirusional dan transfer pricing berpengaruh secara signifikan
sedangkan kepemilikan keluarga dan komite audit tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tax avoidance. Kemudian untuk profitabilitas kepemilikan
institusional dapat memoderasi hubungan kepemilikan institusional terhadap tax
avoidance sedangkan profitabilitas tidak mampu memoderasi kepemilikan
keluarga, dewan komisaris independen, komite audit dan transfer pricing terhadap
tax avoidance.

Kata Kunci: Kepemilikan Keluarga, Corporate Governance, Transfer Pricing,


Penghindaran Pajak dan Profitabilitas

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Assalamu‟alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta‟ala, yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat dan karunian-Nya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat

seta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallahu „Alaihi wa

Sallam yang telah menjadi suri tauladan bagi ummat manusia.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Keluarga, Corporate

Governance dan Transfer Pricing terhadap Penghindaran Pajak dengan

Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi”, ini merupakan tugas akhir yang

harus diselesaikan sebagai salah satu syarat guna meraih gelar sarjana Akuntansi

di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah

memberikan do’a, bimbingan, bantuan, dan dukungan secara langsung maupun

secara tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu,

syukur Alhamdulillah penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah

anugerahkan. Selain itu penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih

dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:

ix
1. Kedua orang tua penulis, yaitu Nelmidawati Harahap dan Zulkarnain

nasution yang selalu mendoakan, memberikan dukungan moral,

memberikan nasihat, perhatian serta tempat bercerita bagi penulis.

2. Kakak Penulis yaitu, Nila Riski Nasution yang telah menyemangati,

memberikan kasih sayang dan memberikan banyak inspirasi serta do’a

terbaiknya kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Qizam, M.Si., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Fitri Damayanti, S.E., M.Si selaku Ketua Prodi Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Yusro Rahma, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan arahan, saran serta dukungan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

6. Ibu Ismawati Haribowo S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu memberikan arahan dan motivasi selama perkuliahan.

7. Bapak Prof. Dr. Amilin., SE.,Ak. ,M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku

dosen mata kuliah metodologi penelitian yang telah membimbing penulis

sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait penulisan

skripsi.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama

perkuliahan.

x
9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam memenuhi

kebutuhan administrasi dan lain-lain.

10. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada

penulis yaitu, Nurtia Saputri, Melisa Safrida, Sania Julidar, Khoiriyah Nur

Rangkuti dan Mahdalena Nasution.

11. Teman-teman dari Akuntansi kelas C 2019 terkhusus Regitha, Alya,

Lutvanisa, yang selalu membantu penulis selama di bangku perkuliahan.

12. Teman-teman dan kakak-kakak organisasi LISENSI, terima kasih atas

pengalaman dan ilmu yang telah diberikan.

13. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan

satupersatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurnadikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan

bahkan kritik yang membangundari berbagai pihak. Ahir kata, penulis

mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang

membutuhkan.

Wassalamu‟alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.

Jakarta, 09 Agustus 2023

Pipi Afridiani Nasution

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... iii


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMAH .............................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP........................................................................................... vi
ABSTRACT........................................................................................................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI..................................................................................................................... xii
BAB Ⅰ .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................................. 10
C. Rumusan Masalah ................................................................................................. 11
D. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 12
E. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 13
BAB Ⅱ ............................................................................................................................... 15
TINJAUAN PUSKATA ................................................................................................... 15
A. Teori-Teori Terkait Penelitian .............................................................................. 15
1) Teori Keagenan ( Theory Agency ) ................................................................... 15
1. Tinjauan Umum Tentang Pajak ............................................................................ 19
a. Pengertian Pajak............................................................................................... 19
b. Fungsi Pajak .......................................................................................................... 20
2. Penghindaran Pajak ............................................................................................... 22
3. Kepemilikan Keluarga .......................................................................................... 24
4. Corporate Governance ......................................................................................... 26
a. Dewan komisaris independen ........................................................................... 28
b. Kepemilikan institusional ................................................................................. 30
c. Komite Audit .................................................................................................... 31
5. Transfer Pricing .................................................................................................... 32

xii
6. Profitabilitas .......................................................................................................... 36
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 39
C. Kerangka Pemikiran.............................................................................................. 45
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis ........................................................... 46
1. Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Penghindaran Pajak ..................... 46
2. Pengaruh Corporate Governance (Dewan Komisaris Independen) terhadap
penghindaran pajak ................................................................................................... 47
3. Pengaruh Corporate Governance (Kepemilikan Institusional) terhadap
penghindaran pajak ................................................................................................... 48
4. Pengaruh Corporate Governance (Komite Audit) terhadap penghindaran pajak
49
5. Pengaruh Transfer Pricing Terhadap penghindaran Pajak ............................... 49
6. Profitabilitas memoderasi pengaruh kepemilikan keluarga terhadap
penghindaran pajak ................................................................................................... 51
7. Profitabilitas memoderasi pengaruh corporate governance (Dewan Komisaris
Independen) terhadap penghindaran pajak................................................................ 52
8. Profitabilitas memoderasi pengaruh corporate governance (Kepemilikan
Institusional) terhadap penghindaran pajak .............................................................. 53
9. Profitabilitas memoderasi pengaruh corporate governance (Komite Audit)
terhadap penghindaran pajak. ................................................................................... 54
10. Profitabilitas memoderasi pengaruh Transfer Pricing terhadap penghindaran
pajak 55
BAB Ⅲ ............................................................................................................................. 57
METODE PENELITIAN .................................................................................................. 57
A. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................... 57
B. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 58
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 59
1. Penelitian Pustaka (Library Research) ............................................................. 59
2. Studi Dokumentasi ............................................................................................ 59
D. Metode Analisis Data ........................................................................................... 59
1. Uji Statistik Deskriptif ...................................................................................... 59
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................................. 60
3. Uji Hipotesis ..................................................................................................... 64
4. Operasionalisasi Variabel Penelitian ................................................................ 68
BAB IV ............................................................................................................................. 77

xiii
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................... 77
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................................... 77
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian ........................................................................ 78
1. Hasil Uji Statistik Deskriftif ............................................................................. 78
1. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 81
2. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................................ 89
C. Pembahasan....................................................................................................... 96
BAB V ............................................................................................................................ 110
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 110
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 110
B. Implikasi ............................................................................................................. 112
C. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 112
D. Saran ................................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 114
LAMPIRAN.................................................................................................................... 124

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .......................................................... 39


Tabl 3. 1 Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 76
Tabel 4. 1 Tahaapan Seleksi Sampel Penelitian dengan Kriteria......................... 78
Tabel 4. 2 Hasil Uji Statistik Seluruh Variabel .................................................... 79
Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas (Kolmogrov Simirnov) ..................................... 84
Tabel 4. 4 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................. 85
Tabel 4. 5 Hasil Uji Autokolerasi (Durbin-Watson) ............................................ 86
Tabel 4. 6 Hasil Uji Autokolerasi (Run- test) ...................................................... 87
Tabel 4. 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) ......................................... 89
Tabel 4. 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 90
Tabel 4. 9 Hasil Uji Statistik F ............................................................................. 91
Tabel 4. 10 Hasil Uji Statistik t ........................................................................... 92
Tabel 4. 11 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ................................................. 94

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 45


Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas (Histogram) .................................................... 82
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas (Normal P-Plot).............................................. 83
Gambar 4. 3 Hasil Uji Heteroskedastistas (Scatterplot)........................................ 88

xvi
BAB Ⅰ

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28

tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan pengertian pajak tersebut mengandung unsurunsur pokok

didalamnya yakni kontribusi wajib berupa iuran maupun pungutan, pajak yang

dipungut berdasarkan undang-undang, bersifat memaksa, tidak menerima kontra

prestasi, dan untuk membiayai keperluan negara yang outputnya untuk

kemakmuran rakyat (Sutedi, 2019).

Pajak merupakan salah satu penerimaan negara yang paling besar.

Penerimaan negara terbesar ini harus terus di tingkatkan secara optimal agar laju

pertumbuhan negara dan pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Sehingga wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya harus secara

sukarela sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Di Indonesia usaha –

usaha untuk mengoptimalkan penerimaan sektor pajak dilakukan melalui usaha

intensifikasi dan ekstentifikasi penerimaan pajak. Namun ada beberapa kendala

pada stabilitas perekonomian tidak menutup kemungkinan untuk menutup moral

hazard di kalangan para pelaku usaha yang mengarah pada tindakan atau upaya
penghindaran pajak sehingga menjadi salah satu kendala dalam rangkaian

optimalaisasi penerimaan pajak (Kabajeh,et,al 2020).

Penerimaan sektor pajak di Indonesia adalah sumber penerimaan yang

paling potensial, hampir 77,6% total pendapatan Negara Indonesia diperoleh dari

sektor pajak setiap tahun. Hal tersebut dibuktikan dengan realisasi APBN-P tahun

2022 telah menyumbang sebesar 78,95% dari total penerimaan Negara sebesar

Rp. 1.969.999.999,95 (sumber: www.kemenkeu.go.id). Dengan penerimaan pajak

tersebut wajib pajak menganggap bahwa pajak merupakan beban yang akan

mengurangi penghasilan mereka, sehingga banyak dari mereka yang

menginginkan beban pajaknya dapat seminimal mungkin. Hal inilah yang

menyebabkan banyak masyarakat bahkan perusahaan melakukan penghindaran

pajak (tax avoidance).

Dapat dilihat dari Desember 2022, Direktorat Jendral Pajak mampu

mengumpulkan penerimaan pajak Rp. 1.445,4 Triliun atau 91,02% dari target

APBN yaitu sebesar Rp. 1.743,65 Triliun. Penghindaran pajak biasanya diartikan

sebagai suatu skema penghindaran pajak untuk tujuan beban pajak dengan cara

memanfaatkan celah (Loophole) ketentuan perpajakan suatu negara. Penghindaran

Pajak ini ialah perlawanan aktif yang berasal dari wajib pajak, hal ini dilakukan

sesuai SKP (Surat Ketetapan Pajak) belum dikeluarkan. Kegiatan penghindaran

pajak menjadi suatu pertanyaan apakah kegiatan tersebut memiliki tujuan bisnis

yang dapat merugikan negara karena aktivitas penghindaran ini mengarah kepada

penghindaran pajak yang terlalu agresif (kemenkeu.go.id).

2
Diberbagai negara penghindaran pajak ini perlakuannya berbeda-beda

sehingga aktivitas ini ada yang diperbolehkan dan ada yang tidak. Berdasarkan

laporan Tax Justice Network (2022) Indonesia diperkirakan akan mengalami

kerugian sebesar US$ 4,86 miliar per tahun atau setara dengan RP 68,7 triliun

(kurs rupiah senilai Rp.14.149 per dolar Amerika Serikat) dari angka tersebut

sebanyak US$ 4,78 miliar setara Rp.67,6 triliuin diantaranya merupakan

penghindaran pajak yang disebabkan oleh wajib pajak badan yang melakukan di

Indonesia. Sedangkan sisanya, berasal dari wajib pajak orang pribadi dengan

jumlah mencapai US$ 78,83 juta atau setara Rp1,1 triliun (kemenkeu.go.id).

Laporan menyebutkan, dalam praktiknya perusahaan multinasional

melakukan penghindaran pajak dengan mengalihkan labanya ke negara yang

dianggap sebagai surga pajak. Tujuannya untuk tidak melaporkan berapa banyak

keuntungan yang sebenarnya di hasilkan di negara tempat berbisnis. Perusahaan

atau badan merupakan salah satu wajib pajak yang memberikan kontribusi

terbesar dalam penerimaan pajak negara. Bagi perusahaan, pajak merupakan

beban yang akan mengurangi laba bersih sehingga perusahaan selalu

menginginkan pembayaran pajak seminimal mungkin (Astuti & Aryani 2021).

Dengan adanya beban pajak yang memberatkan perusahaan dan

pemiliknya maka ada upaya untuk melakukan tindakan agresif. Tindakan pajak

agresif adalah tindakan yang bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui

perencanaan pajak dengan menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong

tax evasion atau suatu skema memperkecil pajak terutang dengan cara melanggar

ketentuan perpajakan. Secara hukum pajak, penghindaran pajak atau tax

3
avoidance tidak dilarang meskipun seringkali mendapat sorotan yang kurang baik

dari kantor pajak karena dianggap memiliki konotasi yang negative. Tax

Avoidance dapat memberikan adanya kepentingan pribadi manajer dengan

melakukan manipulasi laba sehingga dapat memberikan informasi yang sesat

kepada investor (Edeline & Sandra, 2018).

Hal ini dapat membuat investor memberikan penilaian yang rendah bagi

perusahaan. Sehingga penghindaran pajak tidak terlepas dari struktur kepemilikan

dan tata kelola perusahaan yang ada dalam suatu perusahaan. Dimana perusahaan

dengan kepemilikan keluarga adalah perusahaan yang anggota pendirinya

memegang posisi top management, ada pada jajaran direksi atau sebagai

blockholder yang diartikan sebagai pemegang saham atau bond perusahaan dalam

julah besar dari perusahaan. Seberapa besar keuntungan atau kerugian yang di

tanggung pihak keluarga yang menjadi manajemen perusahaan (family owners)

atau pihak menajer dalam perusahaan non keluarga. Peranan keluarga pada

operasional perusahaan dapat memperkuat manajemen perusahaan yang baik, hal

ini disebabkan loyalitas dan dedikasi pada perusahaan keluarga, rasa memiliki

pengendalian perusahaan dapat disimpulkan sangat di mungkinkan untuk dapat

mempraktekkan usaha mengurangi kewajibannya untuk membayar pajak (Ari dan

Rahmawati, 2020).

Dalam pembayaran pajak struktur good corporate governance juga

memiliki pengaruh yang sangat besar dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

Tuntutan bagi perusahaan dalam melakukan management pajak harus diawasi

menjadikan dibentuknya corporate governance yang di harapkan dapat

4
mendorong terwujudnya transparansi, accountability, responsibility, indpendency,

dan fairness. Faktor – faktor good corporate governance yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kepemilikan institusional, dewan komisaris independen dan

komite audit. Tata kelola pemerintahan yang baik (good corporate governance) di

perusahaan multinasional juga masih banyak yang melakukan penghindaran pajak

(Rachyu Purbowati 2021).

Perusahaan multinasional yang menginginkan keuntungan besar untuk

menghindari pajak mayoritas menggunakan praktik transfer pricing

(Surjana,2020). Pemanfaatan transfer harga oleh beberapa badan usaha di

Indonesia dengan melakukan penjualan barang ke anak usaha atau induk usaha di

negara lain yang memiliki tarif pajak yang rendah dan murah di bawah harga yang

berlaku di pasaran, kemudian subsidiary company atau parent company tersebut

melakukan penjualan baran tersebut ke pasar dengan nilai pasar berlaku dengan

nilai jual yang lebih tinggi, sekarang guna menekan biaya PPh badan dalam

negeri, management mengatur dan mengurangi keuntungan badan usaha agar

badan pajak tidak tinggi (Ilham T.S & Yulis 2020).

Praktik pemanfaatan transfer harga berdampak pada perusahaan dan

negara tertentu, hal tersebut pikiran utama bagi DJP dalam kurun waktu yang

lama serta belum ditemukan penyelesaiannya (Dewi R.R. & Elia, 2021).

Mekanisme Transfer Pricing perusahaan multinasional melakukan rekayasa

transfer harga sedemikian rupa agar menguntungkan perusahaan yang di transfer

antar divisi (Gusardi, 2021). Selain kepemilikan keluarga, corporate governance

dan transfer pricing (transfer harga), profitabilitas juga memiliki pengaruh

5
terhadap penghindaran pajak karena profitabilitas merupakan salah satu

pengukuran atau gambaran menajemen dalam mengelola serta mengukur kinerja

dari suatu perusahaan.

Profitabilitas dalam perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dari suatu periode pada tingkat penjualan, aset dan

modal saham tertentu. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah pajak

penghasilan akan meningkat sesuai dengan laba perusahaan sehingga

kecendrungan untuk melakukan tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan

meningkat. Jadi profitabilitas dapat dijadikan tolak ukur efekivitas manajemen

dalam mengelola perusahaan. Penghindaran pajak tidak hanya memberikan

kentungan bagi pihak perusahaan akan tetapi diduga juga dapat memberikan

adanya kepentingan pribadi manajer dengan melakukan manipulasi laba sehingga

dapat memberikan informasi yang sesat kepada investor (Dewi & Noviari 2021).

Hal ini dapat membuat investor memberikan penilaian yang rendah bagi

perusahaan. Tuntutan bagi perusahaan dalam melakukan manajemen pajak yang

harus diawasi menjadikan dibentknya corporate governance yang di harapkan

dapat mendorong terwujudnya transparansi, accountability, responsibility,

independency, dan fairness. Faktor- faktor corporate governance yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional, dewan komisaris

independent dan komite audit. Penelitian ini dimotivasi dengan adanya fenomena

tax avoidance di Indonesia pada tahun 2019, Direktorat Jendral Pajak (DJP)

mengindikasi PT. Adaro Energi Tbk melakukan penghindaran pajak, PT Adaro

Energi Tbk adalah perusahaan manufaktur di sektor pertambangan unggul dan

6
produsen batubara terbesar kedua di Indonesia yang berada di provinsi

Kalimantan Selatan, bertujuan menjadi grup pertambangan dan energi besar di

Asia Tenggara.

PT. Adaro Energi Tbk, yang diduga melakukan praktik penghindaran

pajak (tax avoidance) melakukan transfer pricing yaitu dengan memindahkan

keuntungan dalam jumlah yang besar dari Indonesia ke perusahaan di negara yang

dapat membebaskan pajak atau memiliki tarif pajak yang rendah dengan

memanfaatkan anak perusahaan Adaro yaitu Coltrade Services Internasional, hal

tersebut dilakukan sejak tahun 2019 hingga tahun 2021. Dengan memindahkan

sejumlah uang melalui suaka pajak, Adaro berhasil mengurangi tagihan pajaknya

di Indonesia yang berarti mengurangi pemasukan bagi pemerintah Indonesia

sebesar hampir US$14 juta setiap tahunnya yang sekiranya bisa digunakan untuk

kepentingan umum (Jakarta, CNBC Indonesia). Melalui Global Witness laporan

keuangan menunjukkan, nilai total komisi penuaan yang di terima Coltrade

dengan pajak rendah di Singapura meningkat rata-rata secara tahunan dari USD 4

juta sebelum 2019 menjadi USD 55 juta dari 2019 – 2021.

Peningkatan pembayaran ini juga mendorong peningkatan keuntungan

Coaltrade di Singapura, di mana mereka dikenakan pajak dengan tingkat rata –

rata tahunan sebesar 10%. Sedangkan seharusnya kuntungan dari komisi yang

berasal dari perdagangan batubara Adaro, dapat dikenakan tingkat pajak lebih

tinggi di Indonesia yaitu sebesar 50% dan lebih dari 70 persen batubara yang

dijualnya berasal dari anak perusahaan Adaro Energi di Indonesia.

7
Selain itu pada tahun 2019 PT Bentoel Investama juga pernah melakukan

penghindaran pajak. PT Bentoel Investama merupakan perusahaan British

American Tobaco (BAT) melalui PT Bentoel Investama yang membuat negara

bisa mendapatkan kerugian sejumlah US$ 14 juta per tahun. PT Bentoel pada

tahun 2013-2015 berutang dengan perusahaan Rothmans Far East BV yang

merupakan perusahaan satu afiliasi dengan BAT diketahui bahwa menurut

laporan bisnis Belanda, uang yang terutang juga berasal dari pendapatan utang ke

perusahaan inggris Pathway 4 (Jersey), yang juga merupakan bagian dari

perusahaan grup BAT lainnya. PT Bentoel sengaja memilih perusahaan Belanda

karena kedua negara memiliki perjanjian yang hamper membebaskan pajak. Dari

strategi tersebut maka Indonesia kehilangan pendapatan bagi negara sebesar US$

11 juta per tahun. Meskipun pada ahirnya Indonesia-Belanda merevisi perjanjian

mereka dengan memperbolehkan Indonesia mengenakan sebesar 5%. Namun

aturan tersebut baru berlaku pada Oktober 2017 yang berarti Beentoel telah selesai

melakukan transaksi pembayaran bunga utang (Dewi, 2019).

Selain itu pada tahun 2016 PT Rajawali Nusantara Indonesia juga pernah

melakukan penghindaran pajak. PT Rajawali Indonesia merupakan sebuah

perusahaan jasa kesehatanterafiliasi di singapura, pada tahun 2016 diidentifikasi

melakukan praktik penghindaran pajak dengan banyak variasi cara, yakni

mengakui utang afiliasi sebagai modal, melaporkan kerugian yang cukup besar

dalam laporan keuangan perusahaan, dan melaporkan omzet perusahaan tetap

berada di bawah 4,8 miliar rupiah per tahun dengan tujuan memanfaatkan

8
Peraturan Pemerintah 46/2013 tentang Pajak Penghasilan Khusus UMKM, agar

mendapatkan fasilitas tarif PPh final sebesar 1% (Narsa, 2022).

Penelitian ini betujuan untuk melihat apakah hasil dari penelitian

selanjutnya yang dilakukan memiliki hasil yang sama atau berbeda jika dilakukan

dengan adanya kombinasi dengan variabel yang berbeda dan pengambilan sampe

yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti juga bertujuan menganalisis faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi suatu perusahaan sehingga melakukan

penghindaran pajak. Faktor-faktor yang akan diteliti antara lain kepemilikan

keluarga, corporate governance, transfer pricing dan profitabilitas.

Hasil penelitian ini merefleksikan hasil penelitian Agnes Yunita Sari

(2021). Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terdapat pada :

1. Adanya penambahan variabel independen berupa, Kepemilikan

Keluarga, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit dan Transfer

Pricing.

2. Adanya penambahan variabel moderasi berupa, Profitabilitas.

3. Penelitian ini menggunakan skala rasio sebagai indikator pengukuran

variabel Transfer Pricing.

4. Objek yang digunakan dalam penelitian ini data dari perusahaan

manufaktur sektor pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2019-

2022. Sedangkan data penelitian sebelumnya menggunakan data

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017-2019.

Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penghindaran

pajak, seperti kepemilikan keluarga, corporate governance, transfer pricing dan

9
profitabilitas. Penghindaran pajak merupakan suatu pertimbangan yang dapat

mempengaruhi laporan perpajakan.Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Kepemilikan Keluarga,

Corporate Governance dan Transfer Pricing Terhadap Penghindaran Pajak

dengan Profitabilitas sebagai Varibael Moderasi”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut :

1. Penerimaan perpajakan merupakan sumber utama dalam pendapatan negara

Indonesia. Oleh karena itu, penerimaan perpajakan harus dioptimalkan.

Namun, adanya perbedaan tujuan antara pemerintah (fiskus) dengan

perusahaan (wajib pajak) yang saling bertentangan, yakni fiskus ingin

penerimaan pajak yang optimal sedangkan wajib pajak berlomba-lomba

meminimalisir pajak agar laba yang dihasilkan maksimal, sehingga wajib

pajak melakukan kegiatan tax avoidance.

2. Perusahaan sektor pertambangan merupakan perusahaan yang sangat penting

bagi roda ekonomi, kontribusi perpajakan dalam perusahaan sektor

petambangan masih bisa dimaksimalkan.

3. Perusahaan dengan kepemilikan keluarga memiliki motivasi dan kepentingan

yang berbeda dalam melakukan tax avoidance. Oleh karena itu, penting

untuk mengidentifikasi bagaimana faktor kepemilikan keluarga dapat

mempengaruhi praktik tax avoidance di perusahaan sektor energi

multinasional.

10
4. Melihat bagaimana corporate governance (tata kelola perusahaan) dapat

mempengaruhi tingkat penghindaran pajak di perusahaan manufaktur sektor

pertambangan dengan cara yang legal melalui penghindaran pajak.

5. Transfer pricing adalah proses penentuan harga dalam transaksi antara pihak

yang memiliki hubungin istimewa. Identifikasi masalah dapat mencakup

bagaimana praktik transfer pricing ini digunakan untuk mengalihkan

keuntungan ke yurisdiksi pajak yang lebih rendah dan bagaimana hal ini

dapat berkontribusi pada tingkat tax avoidance.

6. Masih terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi penghindaran pajak.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya,

pokok permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap penghindaran pajak ?

2. Apakah corporate governance (Dewan Komisaris Independen) berpengaruh

terhadap penghindaran pajak ?

3. Apakah corporate governance (Kepemilikan Institusional) berpengaruh

terhadap penghindaran pajak ?

4. Apakah corporate governance (Komite Audit) berpengaruh terhadap

penghindaran pajak ?

5. Apakah transfer pricing berpengaruh terhadap penghindaran pajak ?

6. Apakah profitabilitas mampu memoderasi pengaruh kepemilikan keluarga

terhadap penghindaran pajak ?

11
7. Apakah profitabilitas mampu memoderasi pengaruh Corporate governance

(Dewan Komisaris Independen) terhadap penghindaran pajak ?

8. Apakah profitabilitas mampu memoderasi pengaruh Corporate governance

(Kepemilikan Institusional) terhadap penghindaran pajak ?

9. Apakah profitabilitas mampu memoderasi pengaruh Corporate governance

(Komite Audit) terhadap penghindaran pajak ?

10. Apakah profitabilitas mampu memoderasi pengaruh transfer pricing

terhadap penghindaran pajak ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

bukti empiris mengenai:

1. Pengaruh kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak.

2. Pengaruh corporate governance (Dewan Komisaris Independen) terhadap

penghindaran pajak.

3. Pengaruh corporate governance (Kepemilikan institusional) terhadap

penghindaran pajak.

4. Pengaruh corporate governance (Komite Audit) terhadap penghindaran pajak.

5. Pengaruh transfer pricing terhadap penghindaran pajak.

6. Pengaruh profitabilitas dalam memoderasi kepemilikan keluarga terhadap

penghindaran pajak.

7. Pengaruh profitabilitas dalam memoderasi corporate governance (Dewan

Komisaris Independen) terhadap penghindaran pajak.

12
8. Pengaruh profitabilitas dalam memoderasi corporate governance

(Kepemilikan Institusional) terhadap penghindaran pajak.

9. Pengaruh profitabilitas dalam memoderasi corporate governance (Komite

Audit) terhadap penghindaran pajak.

10. Pengaruh profitabilitas dalam memoderasi transfer pricing terhadap

penghindaran pajak.

E. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu memiliki manfaat tersendiri, baik

untuk diri peneliti sendiri maupun pihak-pihak yang berhubungan. Adapun

manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kontribusi Teoritis

a. Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah

referensi mengenai perpajakan, terutama tentang perpajakan, terutama

tentang pengaruh kepemilikan keluarga, corporate governance, transfer

pricing, profitabilitas terhadap penghindaran pajak.

b. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan

referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk menambah ilmu

pengetahuan.

c. Masyarakat, sebagai sarana menambah pengetahuan akuntansi, khususnya

perpajakan dengan memberikan bukti empiris tentang pengaruh kepemilikan

keluarga, corporate governance, transfer pricing, dan profitabilitas terhadap

penghindaran pajak.

13
d. Peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan

melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

2. Kontribusi Praktis

a. Perusahaan, diharapkan dapat menjadi masukan dan dorongan terkait

faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan penghindaran pajak, sehingga

dapat menghindarkan diri dari penyimpanan hukum pajak dalam

menentukan besaran pajak yang harus di bayarkan pada negara.

b. Bagi investor, dapat membantu dalam mengetahui faktor-faktor apa saja

yang dapat mempengaruhi tindakan penghindaran pajak yang dapat

dilakukan oleh perusahaan yang diinvestasikannya.

14
BAB Ⅱ

TINJAUAN PUSKATA

A. Teori-Teori Terkait Penelitian

1) Teori Keagenan ( Theory Agency )

Hubungan keagenan menurut Jensen dan Meckling tahun 1976 muncul

ketika ada kontrak yang sifatnya mengikat antara pihak prinsipal dengan pihak

lainnya yakni agen, dimana pihak agen diharuskan bertindak berdasarkan

kepentingan prinsipal. Dalam corporate governance, investor menjadi pihak

prinsipal pada perusahaan yang modalnya berasal dari kepemilikan saham investor,

sedangkan pihak manajemen pengelola perusahaan merupakan pihak agen. Jika

dikaitkan dengan teori agensi, maka ada perbedaan kepentingan antara investor

dengan pihak manajemen, dimana investor menginginkan pengembalian investasi

yang lebih besar (untung) dengan kurun waktu yang cepat, sedangkan pihak

manajemen menginginkan insentif yang sebesar besarnya atas kinerjanya dalam

menjalankan operasional perusahaan (Optikasari & Trisnawati, 2020). Perbedaan

kepentingan antara investor dan pihak manajemen tersebut menyebabkan timbulnya

permasalahan yakni informasi yang asimetris (information asymmetry) yang

merupakan salah satu penyebab munculnya masalah keagenan (Optikasari &

Trisnawati, 2020).

Timbulnya masalah keagenan berjalan lurus dengan timbulnya biaya yang

harus dikeluarkan dalam hal ini disebut biaya keagenan (Wardani & Nugrahanto,

2022). Menurut Jensen dan Meckling tahun 1976 dalam Dea dan Arif (2022) terdapat

tiga biaya keagenan diantaranya:.

15
1. Monitoring Cost

Merupakan biaya yang harus dikeluarkan prinsipal untuk menilai,

memantau, dan mengendalikan perilaku pihak-pihak agen. Contohnya adalah biaya

melakukan audit.

2. Bonding Cost

Merupakan biaya yang ditanggung oleh pihak-pihak agen yang bertujuan

untuk menyamakan kepentingan antara prinsipal dengan pihak agen. Contohnya

biaya untuk menyediakan laporan keuangan interim kepada para prinsipal sehingga

mereka dapat memantau dengan lebih faktual perkembangan kinerja keuangan

perusahaan.

3. Residual Loss

Merupakan kekayaan prinsipal yang terdampak karena masalah

keagenan yang tidak terselesaikan melalui monitoring cost dan bonding cost. Artinya

antara pihak prinsipal dan pihak agen tetap bertindak sesuai dengan tujuannya

masing-masing yang saling bertolak belakang.

Perilaku penghindaran pajak merupakan salah satu akibat dari masalah

keagenan yakni asimetri informasi (Nadhifah & Arif, 2020). Dalam hal ini

pemerintah (fiskus) sebagai pinsipal dan manajer perusahaan sebagai pihak agen.

Sektor utama pendapatan negara berasal dari sektor perpajakan, pemerintah memiliki

keinginan pendapatan negara yang tinggi guna untuk mewujudkan masyarakat yang

makmur dan sejahtera. Sedangkan dari pihak manajer perusahaan memiliki tujuan

16
untuk mengefisiensikan beban termasuk beban pajak agar laba yang dihasilakn

perusahaan bisa makmisal (Kurubah & Adi, 2022).

Berdasarkan penjelasan-penjelasan terkait teori keagenan di atas dapat

disimpulkan bahwasannya teori keagenan adalah hubungan antara dua pihak dimana

pihak pertama sebagai prinsipal dan pihak kedua sebagai agen, kedua pihak tersebut

saling terikat dengan adanya kontrak sehingga pihak agen diharuskan bertindak

berdasarkan kepentingan prinsipal. Berdasarkan kontrak tersebut terdapat asumsi

teori agensi dimana setiap individu-individu atau pihak-pihak memiliki tujuan yang

berbeda sehingga termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri atau pihaknya saja

sehingga menimbulkan konflik antara pihak prinsipal dan pihak agen.

2) Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

Menurut Ajzen (1991) teori perilaku terencana (theory of planned behavior)

merupakan sikap terhadap perilaku dalam hal ini pandangan dasar mengenai rasa

setuju suatu individu terhadap apa yang menjadi stimulus tanggapannya, baik

positif maupun negatif.

Prinsip dasar penggunaan teori ini adalah asumsi bahwa niat yang dimiliki

seseorang akan memutuskan perilaku yang akan dia ambil, dimana semakin tinggi

niat seseorang untuk mencoba berinisiatif melakukan suatu hal maka semakin

besar kemungkinan perilaku berdasarkan niat tersebut. Teori ini menjelaskan

pengaruh-pengaruh motivasional terhadap perilaku yang bukan dibawah kendali

atau kemauan individu sendiri (Krisna, 2019).

Menurut Yuniarti et al. (2020) munculnya niat untuk berperilaku ditentukan

oleh tiga faktor, antara lain:

17
1. Behavioral Beliefs

Merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan

evaluasi atas hasil dari tindakan yang dilakukannya tersebut.

2. Normative Beliefs

Merupakan keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan

motivasi untuk memenuhi harapan tersebut. Atau normative belief dapat

juga diartikan sebagai kepercayaan-kepercayaan atau motivasi mengenai

suatu harapanharapan yang diinginkan, dan harapan tersebut muncul

karena pengaruh dari orang lain

3. Control Beliefs

Merupakan keyakinan atau kepercayaan tentang adanya

keberadaan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat perilaku

yang akan ditampilkan. Selain itu suatu persepsi seseorang akan muncul,

dan persepsi tersebut juga berhubungan tentang seberapa kuat hal-hal

yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut.

Implikasi dari teori perilaku terencana (theory of planned behavior)

dalam penelitian ini untuk menjelaskan beberapa variabel yang digunakan yaitu

penghindaran pajak (tax avoidance), kepemilikan keluarga, corporate governance

transfer pricing dan profitabilitas. Ketika wajib pajak memiliki sikap yang positif

serta memiliki hasil untuk melakukan sesuatu, kemudian wajib pajak tersebut akan

memutuskan untuk melakukan kewajibannya atau tidak. Ketika wajib pajak

memutuskan untuk melakukan kewajibannya, wajib pajak pun akan memiliki

kesadaran untuk melakukan tindakan penghindaran terhadap pajak (dari berbagai

18
kegiatan aktivitas seperti kepemilikan keluarga, corporate governance, transfer

prcing dan profitabilitas) sehingga dapat meminimalkan beban perusahaannya. Hal

tersebut menunjukkan bahwa perilaku seseorang harus dilandasi dengan niat dari

individu itu sendiri. Dapat disimpulkan hubungan teori perilaku terencana (theory

of planned behavior) dengan penghindaran pajak adalah keputusan perbuatan

penggelapan pajak wajib pajak akan dipengaruhi dari pertimbangan berlandaskan

rasionalitas.

1. Tinjauan Umum Tentang Pajak

a. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut UU Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1 nomor

1 pajak merupakan kontribusi wajib pada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Rochmat Soemitro (2020), pajak adalah iuran rakyat kepada kas

negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik

yang langsung dapat di tunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

Menurut Cahyono (2019) Pajak merupakan kontribusi wajib kepada

negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan sebagai wajib pajak dengan

tidak mendapatkan timbal balik secara langsung, bersifat memaksa dan

pemungutannya dilakukan berdasarkan undang-undang.

19
Menurut Siti Resmi (2019) pajak merupakan peralihan kekayaan dari

pihak rakyat kepada kas negara untuk membiaya pengeluaran rutin dan

―surplus‖-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama

untuk membiayai public Investment.

Berdasarkan pernyataan para ahli dapat disimpulkan bahwa pengertian

pajak yaitu suatu iuran yang dibayarkan rakyat kepada negara berdasarkan

undang-undang yang berlaku, yang digunakan oleh negara untuk membiayai

seluruh kepentingan umum dan berguna bagi seluruh masyarakat, tetapi timbal

balik dari pembayaran pajak tersebut tidak dapat secara langsung dirasakan

oleh masyarakat yang telah membayar pajak.

b. Fungsi Pajak

Menurut Siti Resmi (2020) terdapat dua fungsi pajak, yaitu budgetair

(sumber keuangan negara) dan fungsi regularend (pengatur).

1) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak memiliki fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah

satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik

rutin maupun pembangunan. Pada fungsi ini negara berusaha untuk

mendapatkan pendapatan pajak sebesar-besarnya sebagai pemasukan kas

negara yang kemudian dialokasikan ke dalam anggaran pendapatan

negara.

2) Fungsi Regularend ( Pengatur)

Pajak memiliki fungsi regularend, artinya pajak sebagai alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang

20
sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang

keuangan. Dengan kata lain, pajak dapat digunakan untuk mengatur agar

dapat menciptakan situasi pada suatu negara dapat menguntungkan

masyarakat di negara tersebut. Contohnya :

(a) Ditekankannya pajak PPnBM terhadap barang-barang mewah

dimaksudkan agar masyarakat tidak berlomba-lomba membeli

barang mewah.

(b) Tarif pajak progresif dikenakan tujuan agar terjadi pemerataan

dengan cara menerapkan tarif pajak progresif pada wajib pajak

yang berpenghasilan tinggi sehingga berkontribusi secara

maksimal.

(c) Tarif pajak ekspor 0% dimaksudkan untuk merangsang

perusahaan dalam negeri untuk melakukan ekspor produk

mereka ke luar negeri.

(d) Pembebasan pajak penghasilan koperasi, dimaksudkan untuk

merangsang pertumbuhan koperasi Indonesia.

(e) Pemberlakuan Tax Holiday, dimaksudkan untuk menarik

investor ke Indonesia.

(f) Pajak penghasilan atas penyerahan barang hasil industri tertentu

seperti rokok dan lain-lain. Dimaksudkan agar terjadi penekanan

produksi barang tersebut karena dapat mempengaruhi kesehatan

dan lingkungan

21
2. Penghindaran Pajak

Menurut Erly Suandy (2020) penghindaran pajak adalah rekayasa ―tax

affairs‖ yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan, sehingga

penghindaran pajak disini sama dengan perencanaan pajak. Perusahaan dalam

hal ini akan berusaha melakukan aktivitas penghindaran pajak dengan tidak

melanggar ketentuan perpajakan.

Astuti (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa penghindaran

pajak merupakan upaya wajib pajak dalam memanfaatkan peluang-peluang yang

ada dalam undang-undang perpajakan sehingga wajib pajak dapat membayar

pajaknya dengan lebih rendah. Untuk melakukan aktivitas penghindaran pajak

perusahaan akan terlebih dahulu mengidentifikasi undang-undang pajak yang

berlaku dengan tujuan dapat menemukan celah yang dapat dimanfaatkan agar

pajak yang dibayarkan menjadi lebih rendah. Sedangkan menurut Mardiasmo

(2020) Penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah suatu usaha meringankan

beban pajak dengan tidak melanggar peraturan yang ada.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

penghindaran pajak merupakan suatu upaya yang wajib dilakukan oleh wajib

pajak agar dapat meringankan beban pajak yang seharusnya dibayarkan dengan

cara memanfaatkan celah-celah yang terdapat pada undang-undang perpajakan

sehingga tidak melanggar peraturan yang berlaku.

Wajib pajak melakukan penghindaran pajak dengan menaati aturan

yang berlaku, yang sifatnya legal dan diperbolehkan oleh peraturan perundang-

undangan perpajakan (Putri,2020). Dalam hal ini penghindaran pajak,

22
pemerintah tidak dapat menuntut secara hukum suatu perusahaan karena telah

melakukan tindakan penghindaran pajak, karena tidak ada peraturan perpajakan

yang dilanggar.

Aktivitas penghindaran pajak itu sendiri merupakan salah satu hal yang

dapat menyebabkan tidak optimalnya penerimaan pajak yang diperoleh negara,

sehingga suatu negara akan berusaha untuk menekan serendah mungkin tingkat

terjadinya aktivitas penghindaran pajak agar target penghindaran pajak dapat

optimal dan sesuai dengan yang di targetkan oleh pemerintah. Penerimaan

terbesar yang dapat diperoleh suatu negara dapat berasal dari pajak. Menurut

Dewi dan Maria (2019) peranan pajak dalam pendapatan negara sangat dominan

dan mencapai 70 persen setiap tahunnya. Oleh karena itu, pemerintah akan

berusaha agar mendapatkan penerimaan pajak semaksimal mungkin untuk

melakukan pembangunan dan aktivitas rumah tangga suatu negara, sehingga

masyarakat dapat sejahtera.

Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Coorperation and

Development (OECD) menyebutkan tiga karakteristik penghindaran pajak yaitu :

a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat

di dalamnya padahal tidak dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor

pajak.

b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang

atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan,

padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-

undang.

23
c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para

konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran

pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkim.

Menurut Cahyoo (2019) penghindaran pajak dapat dilakukan dengan cara

berikut:

a. Memindahkan subjek pajak atau objek pajak ke negara-negara yang

memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax heaven

country) atas suatu penghasilan (substantive tax planning).

b. Usaha penghindaran pajak dengan tetap mempertahankan substansi

ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan

beban pajak yang paling rendah (formal tax planning).

3. Kepemilikan Keluarga

Salah satu defenisi kepemilikan keluarga terdapat dalam penelitian

Anderson dan Reeb (2020) yang menyebutkan bahwa perusahaan (family firm)

adalah setiap perusahaan yang memiliki pengang saham yang dominan.

Sedangkan Morck dan Yeung (2021) mendefinisikan perusahaan keluarga

meliputi perusahaan yang dijalankan berdasarkan keturunan atau warisan dari

orang-orang yang sudah lebih dulu menjalankannya atau oleh keluarga yang

secara terang-terangan mewariskan perusahaannya kepada generasi selanjutnya.

Chen.et.,al (2020) mengindikasikan bahwa perusahaan non keluarga

memiliki tingkat keagresifan terhadap penghindaran pajak yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perusahaan keluarga. Hal ini disebabkan oleh perusahaan

keluarga sangat menjaga reputasi dan nama baik serta menghindari konsekuensi

24
biaya lain, yatu biaya akibat dari maslah yang timbul akibat adanya masalah

keagenan (agency problem). Sehingga perusahaan keluarga tidak mau mengambil

resiko untuk melakukan tax avoidance.

Pada awalnya perusahaan keluarga merupakan perusahaan tertutup dan

mendanai kegiatan usahanya dari modal sendiri dan didukung oleh pinjaman dari

pihak luar. Namun seiring dengan perkembangan ekonomi dan pasar modal,

banyak dari perusahaan yang dikategorikan sebagai perusahaan family ownership

ini kemudian menjadi perusahaan terbuka. Dengan menjadi perusahaan terbuka,

maka resiko dan profit dari perusahaan yang pada awalnya hanya di tanggung

oleh keluarga pendiri perusahaan menjadi terbagi dengan pihak luar. Selain

membagi resiko bagian pihak luar, perusahaan juga dapat memperoleh lebih

banyak lagi dana dalam melakukan ekspansi usahanya dengan menjadi

perusahaan terbuka (Ayub 2020).

Kepemilikan keluarga diukur dengan menggunakan variabel dummy,

untuk menentukan kepemilikan keluarga dapat diketahui dengan mengidentifikasi

apakah kepemilikan saham sebesar 20% adalah anggota keluarga bisa dilihat atas

laporan (CLAK) di laporan keuangan. Kriteria kedua adalah dengan

mengidentifikasi adanya afiliasi hubungan keluarga antara dewan komisaris dan

direksi dengan melihat profil manapun riwayat dari dewan komisaris dan direksi

pada laporan tahunan. Terdapat keterangan bahwa pihak tersebut terafiliasi

dengan dewan komisaris lainnya, dewan direksi lainnyadan pemegang saham

utama (Putri 2020).

25
4. Corporate Governance

Dalam forum for Corporate Governance in Indonesia ( FCGI) corporate

governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara

pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan. Hal ini seringkali melibatkan penyelesaian konflik

kepentingan antara berbagai pemangku kepentingan dan memastikan bahwa

organisasi dikelola dengan baik, yang berarti bahwa proses, prosedur dan kebijakan

dilaksanakan sesuai dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas.

Berdasarkan pada Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor

117/MMBU/2012 tantang penerapan praktik good corporate governance pada

BUMN, defenisi corporate governance adalah proses dan struktur yang digunakan

oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas

perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan

tetap memperhatikan stakeholder lainnya, berdasarkan peraturan

Undang-undang dan nilai etika. Sedangkan menurut Komite Nasional

Kebijakan Governance (KNKG) Good Corporate Governance adalah salah satu

pilar ekonomi pasar. Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik

terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim suatu nagara.

Perusahaan Good Corporate Governance mendorong terciptanya persaingan yang

sehat dan iklim usaha yang kondusif. Prinsip-prinsip umum Good Corporate

Governance seperti dijelaskan KNKG yaitu:

26
1. Keterbukaan (Transparency)

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis perusahaan

harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang

mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus

mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang

diisyaratkan oleh perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku

kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Terkait dengan prinsip akuntabilitas, perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk

itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Untuk prinsip responsibilitas atau prinsip tanggung jawab,

perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawabterhadap masyarakat dan lingkungan sehingga

dapat menjalakan perusahaan dalam jangka panjang serta mendapat

pengakuan sebagai good corporate governance.

27
4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ

perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak

lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harusmemperhatikan

kepentingan pemegang saham mayoritas maupun minoritas dan pemangku

kepentingan lainnyaberdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Timbulnya kasus-kasus mengenai usaha untuk meminimalisir beban

pajak yang harus dibayar melalui upaya tindakan penghindaran pajak

menimbulkan pertanyaan bagi pihak corporate governance yang

mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme Good Corporate

Governance ( GCG) belum diterapkan di perusahaan-perusahaan publik di

Indonesia. Hal ini dapat memicu perusahaan untuk memberikan informasi

yang kurang sesuai dengan kenyataannya serta mendorong perusahaan untuk

cenderung melakukan manipulsi akuntansi untuk menghindari besarnya

beban pajak terutangnya. Adapun Coporate governance yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Proporsi Dewan Komisaris Independen,

Kepemilikan Institusional dan Komite Audit.

a. Dewan komisaris independen

Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian internal

tertinggi yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen

28
puncak. Perusahaan akan bergantung pada dewannya untuk dapat mengelola

sumber dayanya secara lebih baik sehingga dapat meningkatkan profitabilitas

(Sutojo dan Alridge 2020). Komisaris independen diukur dengan

menggunakan persentase jumlah komisaris independen terhadap jumlah total

komisaris dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel tahun amatan

(Kesit,2020).

Menurut peraturan yang dikeluarkan oleh BEI, jumlah komisaris

independen proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan

pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlahkomisaris independen

sekurang-kurangnya tiga puluh persen (30%) dari seluruh anggota komisaris.

Berdasarkan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep

29/PM/2020 ada beberapa kriteria komisaris independen tentang

pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit Nomor IX.15

adalah sebagai berikut:

a. Komisaris independen tidak memiliki saham, baik langsung

maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik.

b. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan

emiten atau perusahaan publik, komisaris, direksi atau

pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik.

c. Komisaris independen harus berasal dari luar emiten atau

perusahaan publik.

29
d. Tidak memiliki hubungan usaha, baik langsung maupun tidak

langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau

perusahaan publik.

b. Kepemilikan institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham suatu

perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank,

perusahaan investasi. Kepemilikan institusional dapat mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga keberadaannya

memiliki arti penting bagi pemonitoran manajemen. Dengan adanya

monitoring tersebut maka pemegang saham akan semakin terjamin

kemakmurannya, pengaruh kepemilikan institusional yang berperan

sebagai agen pengawas ditekan oleh investasi mereka yang cukup besar

dalam pasar modal (Purnamasari, 2021).

Kepemilikan institusional ini memiliki pengaruh yang penting

dalam perusahaan dalam memonitor manajemen, karena akan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga mempengaruhi

tindakan tax avoidannce. Semakin besar kepemilikan institusional yang

dimiliki oleh pendiri perusahaan,maka semakin kecil kebijakan pajak

agresif karena pemilik institusional sangat memperhatikan dampak jangka

panjang yang akan dihasilkan terhadap tindakan pajak agresif (Zemzem

dan Ftouhi, 2022).

Menurut Jensen dan Meckling (2001), dalam agency theory

terdapat interaksi antar pihak pihak yang berkepentingan dalam perusahan.

30
Masing masing pihak tersebut memiliki kepentingan pribadi yang dapat

menimbulkan konflik. Oleh karena itu perusahaan harus mencegah

terjadinya konflik itu dengan cara diperlukan adanya monitor dari pihak

luar yang dapat memantau masing-masing pihak yang memiliki perbedaan

kepentingan tersebut.

Dengan adanya kepentingan institusional akan meningkatkan

pengawasana yang lebih optimal, yang tentunya akan menjamin

kemakmuran pemegang saham.tingkat kepemilikan institusional yang

tinggi akan menimbulkan upaya pengawasan yang lebih ketat oleh pihak

investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku oportunistik

manajer (Sartik & Permanasari, 2021).

Menurut Sartik dan Purmanasari (2021), kepemilikan institusional

memiliki kelebihan sebagai berikut :

1. Memiliki profesionalisme dalam menganalis informasi

sehingga dapat menguji keandalan informasi.

2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan

lebih keta tatas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.

c. Komite Audit

Menurut Ikatan Komite Audit (IKAI) komite audit merupakan

komite yang bekerja setara profesional dan independen yang dibantu oleh

dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan atas proses

pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit dan

implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan.

31
Keberadaan komite audit diatur melalui peraturan BAPEPAM

Nomor Kep. 29/PM/2020 (bagi perusahaan publik) dan keputusan menteri

BUMN Nomor KEP-103/MBU/2020 (bagi BUMN). Komite audit terdiri

dari sekurang-kurangnya tiga orang, yang diketuai oleh komisaris

independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta

menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan (Hanum

2021).

Keberadaan komite audit untuk memberikan pandangan mengenai

masalah masalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan,

akuntansi, dan pengendalian intern. Pembentukan komite audit bertujuan

untuk (Asfiyati, 2021) :

1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan agar tidak

menyesatkan dan telah sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku

umum.

2. Memastikan internal kontrolnya memadai.

3. Menindaklanjuti dugaan adanya penyimpangan yang bersifat

material di bidang keuangan dan implikasi hukumnya.

4. Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.

5. Transfer Pricing

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2011

tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER43/PJ/2010

tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara

Wajib Pajak dengan Pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa, dijelaskan

32
pengertian transfer pricing adalah penetapan harga pada transaksi-transaksi yang

dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa antara satu

dengan yang lainnya. Menurut Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD) definisi dari transfer pricing ialah suatu harga yang telah

ditetapkan didalam transaksi antar anggota grup dan biasanya dilakukan pada

perusahaan multinasional dimana harga transfer yang ditentukan tersebut

berpeluang dapat menyimpang dari harga pasar wajar sepanjang cocok bagi

grupnya. Sedangkan menurut Cahya dan Riris (2019), transfer pricing memiliki

beberapa sebutan, yaitu intracompany pricing, intercorporate pricing, ataupun

interdivional pricing dimana memiliki arti persamaan harga dalam

memperhitungkan mengenai keperluan dalam pengendalian manajemen atas biaya

transmisi barang dan jasa sesama anggota (kelompok) perusahaan. Sebagai contoh,

sebuah perusahaan produsen mobil memiliki beberapa divisi yang terpisah,

contohnya divisi mesin yang tugasnya untuk membuat mesin mobil, divisi

perakitan mobil yang tugasnya merakit semua elemen mobil menjadi satu kesatuan

yang utuh, dan divisi lainnya. Harga transfer dalam kasus ini adalah harga yang

dibebankan ke divisi mesin ketika akan memindahkan atau mengirimkan mesin ke

divisi perakitan mobil. Dalam hal ini harga transfer menciptakan pendapatan bagi

divisi yang menjual, yaitu divisi mesin dan menciptakan harga pembelian bagi

divisi yang membeli, yaitu divisi perakitan, sehingga kegiatan tersebut

mempengaruhi laba operasi setiap divisi (Lutfia & Pratomo, 2018).

Implementasi transfer pricing dapat digunakan untuk tiga tujuan yang

berbeda. Pertama, dari sisi hukum perseroan yakni digunakan sebagai alat untuk

33
meningkatkan efisiensi dan sinergi antara perusahaan dengan pemegang sahamnya

serta tetap harus melindungi kreditur maupun pemegang saham minoritas dari

perlakukan yang tidak fair. Kedua, dari akuntansi manajerial yakni digunakan untuk

mencapai tujuan komersil dimana maksimumkan laba dan meminimalisir beban,

dengan cara penentuan harga barang atau jasa oleh suatu unit organisasi dari suatu

perusahaan kepada unit organisasi lainnya dalam perusahaan yang sama. Ketiga,

dari sisi perpajakan yakni suatu kebijakan harga yang ditetapkan dalam suatu

transaksi oleh pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa, dengan hal ini dapat

menentukan besaran penghasilan dari setiap pihak yang terlibat (Rasyid,

Sumbiharsih, & Utama, 2021). Menurut Ilham dan Anggiat (2020), terdapat tiga

metode dalam penentuan harga transfer dalam suatu perusahaan, diantaranya:

1. Market-based transfer pricing

Penentuan harga transfer yang berdasarkan harga pasar. Harga pasar merupakan

harga yang muncul ketika terjadinya mekanisme permintaan dan penawaran

pasar.

2. Cost-based transfer pricing

Penentuan harga transfer berdasarkan perhitungan biaya atas suatu produk yang

dihasilkan.

3. Negotiated transfer pricing

Penentuan harga transfer berdasarkan negoisasi antara pihak yang

berkepentingan. Dalam metode ini, harga pasar dan biaya suatu produk menjadi

bahan pertimbangan dalam negoisasi.

34
Transfer Pricing pada hakekatnya bersifat netral dan umum, tetapi dalam

praktiknya seringkali perusahaan melakukan transfer pricing sebagai jalan

untuk menimimalisir beban pajak dengan pengalihan harga atau laba antar

perusahaan dalam satu grup (Sari & Kurniato, 2022). Menurut Mauliddini dan

Abubakar (2020), terdapat lima indeks untuk mengukur agresivitas suatu

perusahaan dalam menetapkan transfer pricing, diantaranya:

1. Pada negara surga pajak (tax haven country) memiliki anak perusahaan

(subsidiary) atau anak perusahaan saudara (sibling subsidiary),

2. Adanya transaksi dengan anak perusahaan (subsidiary) atau anak

perusahaan saudara (sibling subsidiary) di negara surga pajak (tax haven

country),

3. Memiliki perusahaan orang tua (parent), anak perusahaan (subsidiary) atau

anak perusahaan saudara (sibling subsidiary) di negara dengan tarif pajak

yang berbeda selain negara surga pajak (tax haven country),

4. Bertransaksi dengan pihak terkait yang berlokasi di suatu negara dengan

tarif pajak yang berbeda, dan

5. Pembayaran royalti terkait aset tak berwujud antara pihak-pihak terkait.

Berdasarkan penjelasan di atas terkait transfer pricing, maka dapat

disimpulkan transfer pricing adalah suatu mekanisme penetapan harga oleh pihak-

pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam satu negara maupun beda negara

dengan tujuan komersil yakni memaksimumkan laba dan meminimalisir beban yang

harus dikeluarkan.

35
6. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba, baik dalam hubungan

dengan penjualan, aset dan modal saham tertentu (Husnan,2020). Menurut Irawati

(2019:58) rasio keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan merupakan kemampuan

suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama priode tertentu biasanya

semesteran, triwulan dan lain-lainuntuk meliat kemampuan perusahaan dalam

beroperasi secara efisien.

Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah return on

assets (ROA) yang digunakan sebagai indikator yang mengukur profitabilitas

dalam obpenelitian ini. ROA adalah suatu indikator yang mencerminkan performa

keuangan perusahaan, semakin tinggi nilai ROA yang mampu diraih oleh

perusahaan maka performa keuangan perusahaan tersebut dapat dikategorikan baik.

ROA dilihat dari laba bersih perusahaan dan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh)

untuk wajib pajak badan. ROA menunjukkan efektifitas perusahaandalam

mengelola aktiva baik modal-modal sendiri maupun modal pinjaman, investor akan

melihat seberapa efektif perusahaan dalam mengelola aset. Semakin tinggi ROA

maka akan memberikan efek terhadap penjualan saham, artinya laba perusahaan

akan meningkat. ROA diukur dengan membandingkan laba bersih dengan total aset

pada akhir priode.

Rasio profitabilitas mengukur kapasitas pendapatan perusahaan dan

dianggap sebagai indikator untuk pertumbuhan, keberhasilan dan kontrol. Rasio ini

36
juga menunjukkan kemajuan dan tingkat pengembalian atas investasiyang

dilakukan oleh investor. Tidak hanya pemegang saham yang mendapatkan manfaat

dari rasio profitabilitas, melainkan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini

dikarenakan pemangku kepentingan dapat mengetahui sejauh mana efisiensi

pemanfaatan aset yang dimiliki perusahaan untuk mendapatkan keuntungan.

Kreditur sebagai salah satu pemangku kepentingan juga tertarik dengan rasio

profitabilitas, sebagaimana yang dikatakan oleh Kabajehetal., (2019) bahwa

kreditur dapat mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban bunganya.

Menurut Hantono (2018), rasio profitabilitas adalah rasio keuangan yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Adapun yang termasuk dalam kelompok rasio profitabilitas yaitu:

a. Gross Profit Margin

Menunjukkan berapa persen keuntungan yang diperoleh dari penjualan

produk. Dalam kondisi normal, Gross Profit Margin seharusnya

bernilai positif karena menunjukkan apakah perusahaan mampu

menjual barang diatas harga pokok. Apabila negatif, hal itu berarti

perusahaan mengalami kerugian. Rumus:

Gross Profit Margin = Laba Kotor ÷ Penjualan

b. Net Profit Margin

Menunjukkan tingkat laba bersih (setelah dikurangi dengan biayabiaya)

yang diperoleh dari bisnis atau menunjukkan kemampuan perusahaan

37
dalam mengelola bisnisnya. Sama dengan GPM, perusahaan yang sehat

sewajarnya juga memiliki NPM yang positif.

c. Return on Assets (ROA)

Return on assets adalah rasio yang mencerminkan tingkat pengembalian

investasi dari seluruh investasi yang telah dilakukan bisnis.

d. Return on Equity

Return on Equity adalah rasio yang menggambarkan tingkat

pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis dari modal yang telah

dikeluarkan perusahaan.Rumus:

Return on Equity = Earning After Interest and Tax ÷ Equity

e. Earning per Share

Rasio laba per lembar saham, juga dikenal sebagai rasio nilai buku,

adalah rasio yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan

manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang

38
B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Judul (Penulis) Metode Penelitian Hasil Peneleitian


Persamaan Perbedaan
1. Pengaruh Kepemilikan Kepemilikan Financial distress Kepemilikan Keluarga secara parsial tidak
Keluarga, Financial distress Keluarga thin capitalization adanya pengaruh signifikan terhadap
dan thin capitalization Penghindaran Pajak, Financial Distress
terhadap penghindaran pajak. secara parsial memiliki pengaruh signifikan
negatif terhadap Penghindaran Pajak, Thin
Safitri selistiaweni, Capitalization tidak memiliki pengaruh yang
Dianwicaksih Arieftiara, signifikan terhadap penghindaran pajak
Samin (2020)
2. Pengaruh Profitabilitas dan Profitabilitas, Transfer Pricing Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kepemilikan Keluarga, Kepemilikan Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga,
corporate governance,dan Keluarga, Dewan Komisaris Independen, Komite
kepemilikan institusional Corporate Audit, Kepemilikan Institusional secara
terhadap penghindaran pajak Governance simultanberpengaruh signifikan terhadap
di indonesia. Penghindaran Pajak.
Lutvia Yanda Ayunanta,
M.Cholid Mawardi (2020)
3. Pengaruh Profitabilitas, Profitabilitas, Leverage Profitabilitas mempunyai pengaruh
Leverage, Kepemilikan Kepemilikan signifikansi terhadap praktik tax avoidance.
Institusional terhadap tax Institusioanal Sedangkan leverage dan kepemilikan
avoidance institusional tidak mempunyai pengaruh
terhadap praktik tax avoidance.
Agnes Yunita Sari (2021)
Sumber : diolah dari berbagai referensi Bersambung ke halaman selanjutnya

39
Tabel 2.1 (Lanjutan)

Ringkasan penelitian terdahulu

No Judul (Penulis) Metode Penelitian Hasil Peneleitian


Persamaan Perbedaan
4. Pengaruh Dewan Komisaris Dewan Komisaris Leverage, Komite audit memiliki pengaruh terhadap
Independen, Komite Audit, Independen, penghindaran pajak, sedangkan dewan
Leverage dan intensitas Komite Audit, komisaris independen, leverage, intensitas
modal terhadap Penghindaran modal tidak meliki pengaruh terhadap tax
Pajak. avoidance (penghindaran pajak)

Safitri selistiaweni,
Dianwicaksih Arieftiara,
Samin(2020)
5. Pengaruh Profitabilitas Profitabilitas, Corporate Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
Transfer Pricing dan Transfer Pricing, Governance terhadap variabel tax avoidance, Transfer
Kepemilikan Insitusional Kepemilikan Pricing tidak berpengaruh signifikan
terhadap Tax Avoidance. Insitusional, terhadap variabel tax avoidance,
Kepemilikan Institusional berpengaruh
Ayu Sahyani dewi, Agung negatif signifikan terhadap variabel tax
Ketut Agus Suardika (2021) avoidance
6. Pengaruh Leverage, Corporate Leverage, Ukuran Leverage tidak berpengaruh terhadap tax
Corporate Governance dan Governance Perusahaan avoidance, corporate governence dan
Ukuran Perusahaan terhadap ukuran perusahaan berpengatuh terhadap
penghindaran pajak. penghindaran pajak.

Hari Purnama, SE, MM


(2021)
Sumber : diolah dari berbagai referensi Bersambung ke halaman selanjutnya

40
Tabel 2.1 (Lanjutan)

Ringkasan penelitian terdahulu

No Judul (Penulis) Metode Penelitian Hasil Peneleitian


Persamaan Perbedaan
7. Pengaruh Profitabilitas, Profitabilitas, Kepemilikan Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga,
Kepemilikan Keluarga, Corporate Kepemilikan Institusional Dewan Komisaris Independen, Komite
Governence dan Kepemilikan Keluarga, Audit dan Kepemilikan Institusional
Institusional Terhadap Corporate secara simultan berpengaruh terhadap
Penghindaran Pajak. Governance. penghindaran pajak

Lutvia Yanda Ayunanta, M.


Cholid Mawardi dan Anik
Malikah (2020).
8. Pengaruh Profitabilitas, Transfer Profitabilitas, Manajemen Laba Profitaabilitas dan transfer pricing
Pricing dan manajemen laba Transfer Pricing memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tax avoidance. terhadap tax avoidance, manajemen laba
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
Renal Ijal Alfaridzi, Ratna terhadap tax avoidance.
Hindria Dyah Pita Sari,Ayunita
Ajengtiyas (2021)
Sumber : diolah dari berbagai referensi Bersambung ke halaman selanjutnya

41
Tabel 2.1 (Lanjutan)

Ringkasan penelitian terdahulu

No Judul (Penulis) Metode Penelitian Hasil Peneleitian


Persamaan Perbedaan
9. Pengaruh Kepemilikan Keluarga Kepemilikan Profitabilitas Profitabilitas tidak berpengaruh dalam
terhadap Penghindaran Pajak Keluarga, memoderasi kepemilikan keluarga
dengan Efektivitas Komisaris terhadap tax avoidance.
Independen dan Kualitas Audit
Sebagai Variabel Modersi.

Wirdaningsih, Ria Nelly Sari dan


Vince Rahmawati (2020).

10. Pengaruh Good Corporate Profitabilitas, Transfer Pricing komisaris independen yang dimoderasi
Governance terhadap tax Good Corporate melalui profitabilitas tidak berpengaruh
avoidance dengan profitabilitas Governance dengan tax avoidance. Jadi profitabilitas
sebagai pemoderasi. tidak dapat mendukung hubungan antara
komisaris independen dan tax avoidance.
Muhammad Yusuf, Heny kepemilikan institusional yang
Herawati dan Hasri dimoderasi melalui profitabilitas
Yulianti(2021) memperkuat pengaruh kepemilikan
institusional terhadap tax avoidance.
Komite audit yang dimoderasi melalui
profitabilitas memperlemah pengaruh
komite audit terhadap tax avoidance
Sumber : diolah dari berbagai referensi Bersambung ke halaman selanjutnya

42
Tabel 2.1 (Lanjutan)

Ringkasan penelitian terdahulu

No Judul (Penulis) Metode Penelitian Hasil Peneleitian


Persamaan Perbedaan
11. Pengaruh Dewan Komisaris Kepemilikan Leverage Dewan komisaris independen dan
Independen, Kepemilikan Insititusional, profitabilitas berpengaruh negatif
Institusional, Profitabilitas dan Dewan Komisaris terhadap tax avoidance. Keberadaan
Leverage terhadap Tax Independen kepemilikan institusional dan laverge
Avoidance. berpengaruh positif terhadap tax
I Made Agus Rico Ariawan.et.,al avoidance.
(2018)

12. Pengaruh Transfer Pricing dan Transfer Pricing Sales Growth Profitabilitas tidak mampu memperkuat
Sales Growth terhadap tax pengaruh transfer pricing terhadap tax
avoidance dengan profitabilitas avoidance, profitabilitas tidak mampu
sebagai variabel modersi. memperkuat pengaruh sales growth
terhadap tax avoidance
Cahya Sukma Widiyantoro, Riris
Rotua Sitorus (2019)
Sumber : diolah dari berbagai referensi Bersambung ke halaman selanjutn

43
Tabel 2.1 (Lanjutan)

Ringkasan penelitian terdahulu

No Judul (Penulis) Metode Penelitian Hasil Peneleitian


Persamaan Perbedaan
13. Pengaruh Good Corporate Good Corporate Profitabilitas, Dewan Komisaris Independen,Komite
Governance Terhadap Tax Governance. Kepemilikan Audit dan Kepemilikan Menejerial tidak
Avoidance. Keluarga berpengaruh terhadap tax
avoidance,Kepemilikan Insititusional
Rachyu Purbowati (2021) berpengaruh terhadap tax avoidance.
14. Pengaruh Komite Audit dan Komite Audit Dewan Komisaris Komite Audit dan Kualitas Audit secara
Kualitas Audit Terhadap Independen, simultan tidak berpengaruh signifikan
Penghindran pajak. Kepemilikan terhadap penghindaran pajak.
Institusional,
Sri Yunawati (2020) Kualitas Audit.

44
C. Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2. 1
Skema Kerangka Pemikiran

Fenomena Penghindaran Pajak

Faktor-Faktor Penyebab Penghindaran Pajak

Skandal Penghindaran Pajak

Basis Teori: Teori Agensi dan Teori Perilaku Direncanakan

Kepemilikan Keluarga

Dewan Komisaris Independen

Kepemilikan Institusional Penghindaran


Pajak
Komite Audit

Transfer Pricing

Profitabilitas

Metode Analisis: Regresi Linear Berganda

Hasil Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran

45
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis

1. Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Penghindaran Pajak

Untuk menentukan apakah tindakan penghindaran pajak (tax

avoidance) pada perusahaan keluarga lebih rendah atau lebih tinggi dari

pada perusahaan non keluarga lebih rendah atau lebih tinggi dari pada

perusahaan non keluarga, tergantung seberapa besar keuntungan dan

kerugian yang ditanggung oleh pihak keluarga yang menjadi manajemen

perusahaan (family owners) atau pihak manajer dalam perusahaan non-

keluarga. Dibandingkan manajer dalam perusahaan non-keluarga, family

owner memilki kepemilikan yang lebih besar, rentang waktu investasi yang

lebih lama, serta memilki kepedulian yang lebih tinggi terhadap reputasi

perusahaan.

Penelitian Chen et al. (2020) yang dilakukan untuk mengetahui

apakah perusahaan keluarga lebih agresif dalam tindakan pajaknya dari pada

perusahaan non-keluarga, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang

termasuk dalam S&P 1500 Index (periode 2017-1-2021), perusahaan

keluarga memiliki tingkat keagresifan pajak yang lebih kecil dari pada

perusahaan non-keluarga, family owner lebih rela membayar pajak lebih

tinggi, daripada harus membayar denda pajak dan menghadapi

kemungkinan rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak.

Namun hasil penelitian Sari dan Martani (2020) berbeda dengan hasil

penelitian Chen et., al. (2020) yang memperlihatkan bahwa kepemilikan

keluarga cenderung bertindak lebih agresif dalam melakukan penghindaran

46
pajak daripada perusahaan non keluarga. Penelitian Luh Putu Madyatidewi

dan I Made Sukarta (2018) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan keluarga

berpengaruh positif pada tax avoidance. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

semakin tinggi kepemilikan keluarga maka akan semakin tinggi tingkat tax

avoidance perusahaan. Berdasarkan argumen tersebut, maka dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

H1: Kepemilikan Keluarga berpengaruh positif terhadap penghindaran

pajak.

2. Pengaruh Corporate Governance (Dewan Komisaris Independen)

terhadap penghindaran pajak

Dewan Komisaris Independen berfungsi sebagai kekuatan

penyeimbang dalam mengambil keputusan oleh dewan komisaris. Dewan

komisaris independen berperan sangat penting dan cukup menentukan bagi

keberhasilan implementasi good corporate governance.

Presentasi dewan komisaris dalam suatu perusahaan secara tidak

langsung mempengaruhi manajemen pajak. Semakin besar jumlah ukuran

dewan komisaris maka dimungkinkan akan semakin besar pula tindakan

pajak agresif yang dilakukan oleh perusahaan (Annisa dan Kurniasih 2022).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh nurul hidayah (2021) menunjukkan

bahwa komisaris independent memiliki pengaruh positif terhdap tax

avoidance

H2: Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap

penghindaran pajak.

47
3. Pengaruh Corporate Governance (Kepemilikan Institusional) terhadap

penghindaran pajak

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh

pemerintah, institusi keuangan, institusi badan hukum, institusi luar negri

dan dana perwalian serta institusi lainnya. Insitusi – insitusi tersebut

memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan kerja manajemen.

Penelitian yang dilakukan Nurul Hidayah (2021) menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap tax avoidance.

Penelitian yang dilakukan oleh I Made Agus Rico Ariawan

(2018) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

positif terhadap tax avoidance. Kepemilikan institusional berperan penting

dalam mengawasi kinerja manajemen yang lebih optimal karena dianggap

mampu memonitor setiap keputusan yang diambil oleh para manajer

perusahaan. Perusahaan yang memiliki kepemilikan institutional yang

tinggi akan semakin agresif dalam meminimalisir pelaporan perpajakannya.

Keberadaan kepemilikan institusional mengindikasikan adanya tekanan

dari pihak institusional kepada manajemen perusahaan untuk melakukan

kebijakan pajak yang agresif dalam rangka memperoleh laba yang

maksimal sebagai akibat dari besarnya modal kepemilikan institusional

yang ditanamkan di perusahaan. Beban pajak dapat mengurangi laba

perusahaan, maka kepemilikan institusional akan melakukan pengawasan

yang lebih optimal terhadap manajemen untuk meminimalkan beban pajak

48
perusahaan yang mengakibatkan prilaku tax avoidance perusahaan akan

semakin meningkat.

H3 : Kepemilikan Insitusional berpengaruh positif terhadap

penghindaran pajak.

4. Pengaruh Corporate Governance (Komite Audit) terhadap

penghindaran pajak

Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung

jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan

fungsi Dewan Komisaris. Komite Audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga)

orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar

Emiten atau Perusahaan Publik.

Komite audit bertugas melakukan kontrol dalam proses penyusunan

laporan keuangan perusahaan untuk menghindari kecurangan pihak

manajemen, berjalannya fungsi komite audit secara efektif memungkinkan

pengendalian pada perusahaan dan laporan keuangan yang lebih baik serta

mendukung good corporate governance (Andriyani, 2022).

Dalam penelitian Eksandy (2021) variable komite audit berpengaruh

terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Hasil penelitian ini

menemukan bukti bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap

penghindaran pajak.

H4: Komite Audit berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.

5. Pengaruh Transfer Pricing Terhadap penghindaran Pajak

49
Transfer pricing merupakan salah satu cara yang paling banyak

digunakan oleh wajib pajak badan sebagai upaya memperkecil beban

pajak. Adanya perbedaan peraturan, kondisi ekonomi negara, serta kondisi

yuridis lain pada negara penempatan anak perusahaan atau cabang

perusahaan memberikan celah bagi perusahaan untuk melarikan profitnya

dari pengenaan pajak. Hasil penelitian Putri dan Mulyadi (2020)

membuktikan adanya pengaruh positif dari transfer pricing terhadap

agresivitas pajak. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian Fitriani,

Djajang dan Suyanto (2021) menyatakan bahwa transfer pricing terbukti

memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Hasil yang sama juga

didapatkan pada penelitian Wijaya & Rahayu (2021), dimana transfer

pricing terbukti memiliki signifikan terhadap agrevitas pajak.

Hasil yang sama juga yang didapatkan dari penelitian Putri dan

Mulyani (2020) membuktikan adanya pengaruh positif dari transfer pricing

terhadap penghindaran pajak. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian

Fitriani, Djajang dan Suyanto (2021) menyatakan bahwa transfer pricing

terbukti memiliki pengaruh positif terhadap agresivitas pajak. Penelitian

yang dilakukan oleh Wijaya & Rahayu (2021) dimana transfer

pricingterbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

Berdasarkan penelitian terdahulu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

H5: Transfer pricing berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.

50
6. Profitabilitas memoderasi pengaruh kepemilikan keluarga terhadap

penghindaran pajak

Indikator kepemilikan saham keluarga dapat diukur melihat

susunan dewan direksi dan komisaris dalam daftar kepemilikan saham

yang dilaporkan jika nama pemegang saham memoderasi pada beberapa

tahun dapat dipastikan kepemilikan saham adalah milik keluarga

(Ayunanta, dkk 2020).

Perusahaan keluarga (family firm) adalah setiap perusahaan yang

memiliki pemegang saham yang dominan (Andersondan Reeb, 2021), jika

kepemilikan keluarga memiliki peningkatan, maka penghindaran pajak

akan menurun. Untuk menentukan apakah Tindakan penghindaran pajak

pada perusahaan keluarga lebih rendah atau lebih tinggi dari pada

perusahaan keluarga non-keluarga, tergantung dari seberapa besar

keuntungan atau kerugian yang ditanggung oleh pihak keluarga yang

menjadi manajemen perusahaan (family owners) atau pihak manajer dalam

perusahaan non-keluarga.

Hasil penelitian Sari dan Martani (2021) yang menunjukkan

bahwa tingkat keagresifan pajak (Penghindaran Pajak) perusahaan

keluarga lebih tinggi dari pada perusahaan non-keluarga. Sedangkan

penelitian Prakosa (2020) yang menunjukkan bahwa tingkat keagresifan

pajak perusahaan keluarga lebih kecil dari pada perusahaan non-keluarga.

Hal ini terjadi karena di duga family owners lebih rela membayar pajak

lebih tinggi, dari pada harus membayar denda dan menghadapi

51
kemungkinan rusaknya reputasi perusahaan akibat pemerikasaan pajak

atau diaudit oleh fiskus pajak. Dalam hal ini penghindaran pajak

merupakan salah satu dari Tindakan pajak agresif. Berdasarkan penelitian

terdahulu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

H6: Bahwa profitabilitas dapat memperkuat hubungan kepemilikan

keluarga terhadap penghindaran pajak.

7. Profitabilitas memoderasi pengaruh corporate governance (Dewan

Komisaris Independen) terhadap penghindaran pajak

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan dan merupakan salah satu indikator keberhasilan

perusahaan dalam menghasilkan laba. Keberhasilan perusahaan dalam

menghasilkan laba yang tinggi tentu merupakan sebuah pencapaian,

terutama untuk komisaris independen yang membantu untuk merencanakan

strategi jangka panjang yang akan digunakan oleh perusahaan serta

meninjau agar perusahaan tidak melakukan tax avoidance. Namun

berdasarkan hasil olah data tidak membuktikan bahwa apabila nilai variabel

komisaris independen yang diikuti dengan nilai profitabilitas tinggi, maka

terdapat risiko rendah terjadinya tax avoidance, artinya jumlah komisaris

independen pada suatu perusahaan saat menghasilkan profitabilitas tinggi

tidak terdapat peluang terjadinya tax avoidance.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad yusuf et.,al

(2021) menyebutkan bahwa. komisaris independen yang dimoderasi

melalui profitabilitas berpengaruh dengan tax avoidance. Jadi profitabilitas

52
tidak dapat mendukung hubungan antara komisaris independen dan tax

avoidance. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Saputra & Asyik

(2017) serta Permata, Nurlaela & Masitoh (2018) bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance.

H7: Bahwa profitabilitas dapat memperkuat hubungan corporate

governance (Dewan Komisaris Independen) terhadap penghindran

pajak.

8. Profitabilitas memoderasi pengaruh corporate governance

(Kepemilikan Institusional) terhadap penghindaran pajak

Adanya kepemilikan institusional dalam perusahaan mendorong

manajemen untuk menyajikan laporan keuangan yang berfokus pada laba

yang mengakibatkan semakin rendahnya integritas laporan keuangan yang

diterbitkan. Teori ini didukung oleh hasil olah data yang membuktikan

bahwa apabila nilai variabel kepemilikan institusional yang diikuti dengan

nilai profitabilitas tinggi, maka terdapat risiko tinggi terjadinya tax

avoidance, artinya jumlah kepemilikan institusional pada suatu perusahaan

saat menghasilkan profitabilitas tinggi terdapat tingginya peluang

terjadinya tax avoidance. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh

variabel profitabilitas sebagai variabel moderasi dapat memperkuat

hubungan variabel kepemilikan institusional dengan variabel tax

avoidance.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad yusuf et., al

(2021) menyebutkan bahwa. kepemilikan institusional yang dimoderasi

53
melalui profitabilitas memperkuat pengaruh kepemilikan institusional

terhadap tax avoidance . Jadi profitabilitas memiliki hubungan antara

kepemilikan institusional dan tax avoidance. Karena nilai kepemilikan

institusional yang diikuti dengan nilai profitabilitas yang tinggi dari suatu

perusahaan maka peluang dalam melakukan tax avoidance pun semakin

besar, karena memiliki profitabilitas yang tinggi dapat membuat

manajemen perusahaan melakukan tindakan tax avoidance.

H8: Bahwa profitabilitas dapat memperkuat hubungan corporate

governance (Kepemilikan Institusional) terhadap penghindran pajak.

9. Profitabilitas memoderasi pengaruh corporate governance (Komite

Audit) terhadap penghindaran pajak.

Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris dan memiliki

tanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu melaksanakan

tugas serta fungsi dewan komisaris. Dengan adanya komite audit, para

investor akan lebih merasa aman untuk melakukan investasi, karena

pengawasan komite audit dapat mengurangi agresifitas perilaku tax

avoidance. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan hasil olah data bahwa

apabila jumlah variabel komite audit yang diikuti dengan nilai profitabilitas

tinggi, maka terdapat risiko rendah terjadinya tax avoidance, artinya jumlah

komite audit pada suatu perusahaan saat menghasilkan profitabilitas tinggi

terdapat rendahnya peluang terjadinya tax avoidance. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa pengaruh variabel profitabilitas sebagai variabel

54
moderasi memperkuat pengaruh negatif antara hubungan variabel komite

audit dengan variabel tax avoidance.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad yusuf et.,al

(2021) menyebutkan bahwa komite audit yang dimoderasi melalui

profitabilitas berpengaruh komite audit terhadap tax avoidance. apabila

jumlah variabel komite audit yang diikuti dengan nilai profitabilitas tinggi,

maka terdapat risiko rendah terjadinya tax avoidance, artinya jumlah

komite audit pada suatu perusahaan saat menghasilkan profitabilitas tinggi

terdapat rendahnya peluang terjadinya tax avoidance. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Ariawan & Setiawan (2017) dan Utari &

Supadmi (2017) bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tax

avoidance.

H9: Bahwa profitabilitas dapat memperkuat hubungan corporate

governance (Komite Audit) terhadap penghindaran pajak.

10. Profitabilitas memoderasi pengaruh Transfer Pricing terhadap

penghindaran pajak

Transfer pricing merupakan pengelakkan pajak oleh wajib pajak.

Praktik ini sangat merugikan pemerintah Indonesia dan sedang marak

dilakukan oleh perusahaan multinasional. Praktik menggeser laba (profit

shifting) dalam transfer pricing itu dilakukan dengan tujuan untuk

memperkecil pembayaran pajak (Prananda 2020). ―Pengontrolan praktik

transfer pricing dilakukan secara teratur dengan tiga dokumen yaitu lokal

file yaitu untuk kewajaran sebuah transaksi, master file untuk

55
mendeskripsikan usaha yang dilakukan, dan country by counry report

yaitu menjelaskan data keuangan perusahaan dan groupnya‖ (Santoso

2021).

Transfer pricing berdampak pada penghindaran pajak (Pratomo &

Triswidyaria,2021), secara parsial transfer pricing tidak berdampak pada

penghindaran pajak (Pratama & Larasati 2021). Harga transfer tidak

berdampak pada penghindaran pajak (Surjana 2020).

Profitabilitas mampu memperkuat pengaruh transfer pricing

terhadap tax avoidance (Cahaya Sukma Widiyantoro 2019). Profitabilitas

berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Dengan ini, dapat

dikatakan jika profitabilitas perusahaan dapat terus meningkat maka

peluang dalam melakukan tindakan tax avoidance pada perusahaan

kemungkinan pun ada dan malah bisa dikatakan terjadi peningkatan. Hal

tersebut dapat terjadi karena, adanya keinginan dalam mencapai

pendapatan dengan keuntungan (profitabilitas) yang besar. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan salah satu cara, adanya mempermainkan nilai

transfer pricing yang dipergunakan dalam proses transaksi bisnis.

H10: Bahwa profitabilitas mampu memperkuat hubungan transfer

pricing terhadap penghindaran pajak

56
BAB Ⅲ

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen

yaitu kepemilikan keluarga, corporate governance, dan transfer pricing,

terhadap variabel dependen, yaitu penghindaran pajak dan terhadap varibel

moderasi yaitu profitabilitas. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan

yang bergerak di industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) dari tahun 2019 sampai dengan 2022. Hal ini dengan pertimbangan

bahwa jumlah perusahaan yang termasuk dalam industri manufaktur paling

banyak dibandingkan dengan industri lain, sehingga mampu mewakili

perusahaan-perusahaan dari industri lain yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif berfokus pada pengujian teori dengan mengukur variabel dalam

penelitian dengan angka, menganalisis data sekunder menggunakan prosedur

statistik yang berasal dari pengalaman empiris, menginterpretasikan hasil data

yang dimiliki, dan membangun hubungan antara hipotesis dan premis untuk

menarik kesimpulan. Dimana data yang digunakan berupa angka yang

diperoleh dari laporan tahunan atau laporan keuangan perusahaan yang dapat

di akses melalui website resmi Bursa Efek Indonesia yakni www.idx.co.id atau

melalui website resmi Perusahaan.

57
B. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Populasi dalam

penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2019-2022. Karena penelitian ini bertujuan menganalisis

hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan variabel independen

yaitu kepemilikan keluarga, corporate governance, kepemilikan institusional,

dewan komisaris independen, komite audit dan transfer pricing terhadap

variabel dependennya yaitu penghindaran pajak menggunakan profitabilitas

sebagai varibel moderasi.

Sampel pada penelitian ini dipilih menggunakan metode purposive

sampling (pemilihan sampel bertujuan), dengan harapan peneliti memperoleh

informasi dari kelompok sasaran spesifik. Juga menggunakan teknik

pertimbangan (judgment sampling) yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak

acak yang informasinya didapat berdasarkan pertimbangan tertentu dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur di sektor pertambangan yang terdaftar selama

4 tahun berturut-turut di BEI selama tahun 2019 hingga 2022.

2. Menyajikan laporan keuangannya menggunakan tahun buku berakhir

31 Desember

3. Menyajikan laporan keuangannya tidak memiliki laba yang negatif

(mengalami kerugian).

58
4. Menyajikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini secara lengkap

selama periode penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian Pustaka dan

penelitian lapangan untuk mengumpulkan data. Berikut penjelasannya :

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Penelitian pustaka mengumpulkan data dari buku, jurnal, prosiding

konferensi, internet, dan penelitian-penelitian terdahulu sesuai dengan

masalah yang di teliti.

2. Studi Dokumentasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen-dokumen terkait

penelitian yakni laporan tahunan atau laporan keuangan perusahaan yang

diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengumpulkan data

mengenai variabel kepemilikan keluarga, dewan komisaris independent,

kepemilikan institusional, komite audit, transfer pricing terhadap tax

avoidance dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi.

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Uji Statistik Deskriptif

Uji Statistik deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan atau

mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), modus,

59
median, standar deviasi, minimum, maksimum, dan sum (Ghozali,2018).

Statistik deskriftif yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan nilai

maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasi. Dalam penelitian ini

menggunakan software IBM SPSS versi 25 untuk menganalisis data.

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah persamaan regresi berganda yang

digunakan menyimpang dari asumsi klasik, diperlukan uji asumsi klasik.

Pengujian ini terdiri atas uji normalitas, multikolonieritas, autokolerasi, dan

heteroskedastisitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas adalah pengujian statistik yang dilakukan untuk

menguji apakah dalam model regresi dalam penelitian memiliki

distribusi normal. Dalam penelitian ini, untuk menguji normalistas data

dalam model regresi, digunakan dua pendekatan analisis yaitu analisis

grafik dan uji statistic (Ghazali,2018). Dasar pengambilan keputusan

untuk analisis yaitu analisis grafik dan uji statistic (Ghazali,2018).

Dasar pengambilan keputusan untuk analisis grafik yaitu antara lain :

1) Jika data tersebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis tersebut atau grafik histogramnya, maka dapat disimpulkan

bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data tersebar secara tidak proporsional terhadap garis

diagonal, tidak mengikuti arah garis tersebut, atau grafik

histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka

60
dapat disimpulakn bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas (Ghozali,2018).

Adapun untuk uji statistik diukur dengan menggunakan One Sample

Kolmogrov Smirnov dengan tingkat signifikansi 0,05.Dasar untuk pengambilan

keputusannya yaitu :

1) Jika nilai profitabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

2) Jika nilai probabilitas signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data tersebut tidak terdistribusi secara normal

(Ghozali, 2018).

b. Uji multikolonieritas

Multikolonieritas merupakan keadaan dimana terdapat beberapa atau

semua variabel bebas memiliki kolerasi kuat. Apabila antar variabel terdapat

kolerasi yang kuat, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas yang

terjadi dalalm penelitian ini. Alat ukur untuk menegetahui ada atau tidaknya

multikolonieritas terhadap variabel independennya yaitu dengan menggunakan

Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Penjelasan masingmasing variabel

independen oleh variabel independen lainnya ditunjukkan oleh kedua ukuran

tersebut. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah

sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ Tolerance (Ghozali, 2018). Kriteria

pengambilan keputusan dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagai berikut:

61
1) Jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi multikolonieritas.

2) Jika nilai tolerance ≤ 0,10 dan nilai VIF ≥ 10, maka dapat disimpulkan

bahwa terjadi multikolonieritas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi

antara kesalahan residual pada suatu model regresi linier antara periode t dengan

periode t-1. Syarat suatu model regresi linier dikatakan baik, jika tidak terjadi

autokorelasi. Adanya autokorelasi dalam regresi linier dapat mengganggu suatu

model dan menghasilkan bias dalam kesimpulan yang diambil. Terdapat beberapa

metode yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan autokorelasi yaitu dengan

menggunakan uji Durbin Watson (DWTest). Hasil Uji Durbin Watson yaitu berupa

nilai DW hitung (DW) dan nilai DW tabel (DU) (Ghozali, 2018). Penelitian ini

menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5%. Untuk mengetahui suatu model

regresi bebas dari autokorelasi apabila memenuhi kriteria berikut ini:

1) Angka DW < DU berarti terdapat autokorelasi positif

2) Angka DU < DW < 4 – DU berarti tidak terdapat autokorelasi

3) Angka DW > 4 – DU berarti terdapat autokorelasi negative

Sedangkan untuk mengetahui apakah terdapat autokorelasi dengan Uji Run

dapat dilihat melalui hasil Asymp. Sig. (2-tailed), jika nilainya lebih besar dari 0,05

maka nilai residual tidak terdapat autokorelasi dan berlaku juga sebaliknya

(Ghozali, 2018).

62
d.Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat

ketidaksamaan variansi dalam model regresi dari residual antar pengamatan. Jika

varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut

homokesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

yaitu dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terkait (dependen)

yaitu ZPRED dengan residual SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan

sumber X adalah residual (Y prediksi- Y sesungguhnya) yang telah di-stundentized

(Ghozali, 2018). Dasardasar analisisnya adalah:

1. Jika pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang

teratur maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Selain melihat grafik scatterplot untuk mengetahui ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui uji Glejser. Uji ini dilakukan dengan

meregresi nilai absolut residual sebagai variabel dependen dengan semua variabel

independen dalam model regresi. Apabila nilai koefisien Uji Glejser untuk variabel

independen > 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

63
3. Uji Hipotesis

a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi sederhana dengan analisis regresi berganda memiliki

konsep yang serupa. Adapun perbedaan diantara keduanya yaitu dilihat dari jumlah

variabel independen. Sementara analisis regresi berganda menggunakan lebih dari

satu variabel independen untuk mempengaruhi variabel, analisis regresi sederhana

hanya menggunakan satu variabel independen untuk mempengaruhi variabel

dependen. Analisis regresi berganda dapat diukur dengan melalui koefisien

determinasi (R2), uji signifikansi simultan (statistik F), dan uji signifikan parameter

individual (statistik t).

Adapun variabel independen dalam penelitian ini yaitu kepemilikan

institusional, free cash flow, collateralizable assets dan profitabilitas. Sedangkan

variabel dependennya adalah kebijakan dividen. Berikut adalah model regresi yang

digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis:

CETR = α + β1KK + β2DKI + β3KI + β4KMT + β5TF + β6 ROA+ε

Keterangan:

CETR = Penghindaran Pajak

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

KK = Kepemilikan Keluarga

DKI = Dewan Komisaris Independen

KI = Kepemilikan Institusional

KMT = Komite Audit

64
TF = Transfer Pricing

ROA = Return On Assets / Profitabilitas

ε = Error

1) Uji Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2018), uji ini bertujuan untuk mengukur

seberapa besar kemampuan model dalam menerapkan variasi variabel

dependen. Koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai koefisien

determinasi yang lebih kecil mengimplikasikan bahwa kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat

terbatas. Jika nilainya mendekati satu, maka variabel-variabel independen

hampir menjelaskan semua informasi yang diperlukan untuk

memperkirakan variasi dari variabel dependen.

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F bertujuan untuk menganalisis apakah semua variabel

independen yang dicantumkan dalam model secara bersamasama memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018). Jika variabel

independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen maka persamaan regresi yang diperoleh sudah sesuai. Adapun

syarat pengambilan keputusan untuk menguji hipotesis ini dengan

menggunakan statistik F adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai signifikansinya > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal

tersebut menunjukkan bahwa variabel independen tidak memiliki

pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.

65
b) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hal

tersebut menunjukkan bahwa variabel independen memiliki pengaruh

secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.

3) Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Uji ststistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independent secara individual dalam menerangkan variansi

variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu

parameter (bi) sama dengan nol, atau :

H0 : βi = 0

Artinya apakah suatu variabel independent bukan merupakan penjelas

yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha)

parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau

Ha : βi ≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen.

Cara pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Ghozali,2018) ;

1) Quik look : bila kumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih , dan

derajat kepercayaan sebesar 5% maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat

ditolak bila nilai t lebih besar 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain

hipotesis alternatif diterima.

2) Membandingkan nilai statistic t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila

nilai statistic t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel,

hipotesis diterima.

66
b. Uji Regresi Moderat (Moderate Regresion Analysis-MRA)

Moderate Regresion Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus

regresi berganda linier dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur

interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) dengan rumus

persamaannya sebagai berikut: Hubungan Profitabilitas dalam memoderasi

Kebijakan Dividen, Kepemilikan Institusional dan Perencanaan Pajak terhadap

Nilai Perusahaan.

CETR = α + β1KK + β2DKI + β3KI + β4KMT + β5TF + β6 ROA+

β7(KKZ) + β8(DKIZ) + β9(KIZ) + β10(KMTZ) + β111(TFZ) +

Keterangan:

CETR = Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi

KK = Kepemilikan Keluarga

DKI = Dewan Komisaris Independen

KI = Kepemilikan Institusional

KMT = Komite Audit

TF = Transfer Pricing

ROA = Return On Assets / Profitabilitas

ε = Error

KKZ = Variabel perkalian antara Kepemilikan Keluarga

dengan Profitabilitas yang menggambarkan

67
pengaruh variabel moderasi Profitabilitas terhadap

Kepemilikan Keluarga dengan Penghindaran Pajak.

DKIZ = Variabel perkalian antara Dewan Komisaris

Independen dengan Profitabilitas yang

menggambarkan variabel moderasi Profitabilitas

terhadap Dewan Komisaris Independen dengan

Penghindran Pajak.

KIZ = Variabel perkalian antara kepemilikan Institusional

dengan Profitabilitas yang menggambarkan pengaruh

variabel moderasi Profitabilitas terhadap

Kepemeilikan Institusional dengan Penghindaran

Pajak.

KMTZ = Variabel perkalian antara Komite Audit dengan

Profitabilitas yang menggambarkan pengaruh variabel

moderasi Profitabilitas terhadap Komite Audit dengan

Penghindaran Pajak.

TFZ = Variabel perkalian antara Transfer Pricing dengan

Profitabilitas yang menggambarkan pengaruh variabel

moderasi Profitabilitas terhadap Transfer Pricing

dengan Penghindaran pajak.

4. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki tiga variabel, antara lain, variabel terikat

(dependent variable), variabel bebas (independent variable), dan variabel moderasi

68
(moderating variable). Vriabel terikat/dependen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penghindaran pajak. Variabel bebas/independen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah, kepemilikan keluarga, corporate governance dan transfer

pricing. Sementara variabel moderating, yang digunakan adalah profitabilitas.

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat/dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena adanya variabel bebas/independen. Variabel

terkait/dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penghindaran

pajak.

a. Penghindaran Pajak (Y)

Lim (2020) mendefinisikan penghindaran pajak sebagai

penghematan pajak yang timbul dari metode pengurangan pajak umum dan

perlindungan pajak yang mana terkadang legalitas untuk meminimalkan

kewajiban pajak dipertanyakan. Penghindaran pajak adalah melakukan

tindakan meminimalkan kewajiban pajak dalam koridor hukum, sedangkan

penggelapan pajak adalah melakukan tindakan ilegal untuk menghindari

penyebar pajak (Aumeerun et al., 2020). Variabel ini dihitung menggunakan

CETR (Cash Effective Tax Rate), yaitu kas yang dikeluarkan untuk

membayar beban pajak di bagi dengan laba sebelum pajak. Semakin rendah

kas yang di di bayarkan perusahaan untuk beban pajak mengindikasikan

bahwa semakin tinggi perusahaan cenderung melakukan penghindaran pajak.

Penelitian ini menggunakan CETR (Cash effective Tax Rate)

sebagai pengukuran agar dapat mengetahui perbandingan kas yang

69
dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar pajak dengan laba sebelum

pajaknya, sehingga akan diketahui berapa pastinya tarif pajak perusahaan

sesuai besarnya pajak yang di bayarkan dan dapat membandingkannya

dengan tarif pajak badan dalam peraturan undang-undang perpajakan, yang

mana semakin tinggi CETR mengindikasikan semakin rendah aktivitas

penghindaran pajak. Penghindaran pajak dalam penelitian ini diukur dengan

membandingkan kas yang dikeluarkan untuk beban pajak dengan laba

sebelum pajak (Huseynov & Klamm, 2020; Damayanti & Susanto, 2015;

Dewinta & Setiawan 2022) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas/independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab adanya variabel terkait/dependen. Variabel bebas/independen yang

digunakan dalam penelitian ini, antara lain : kepemilikan keluarga, corporate

governance dan transfer pricing.

a. Kepemilikan Keluarga

Menurut La Porta et.al., (1998:2), Kepemilikan keluarga

didefenisikan sebagai kepemilikan dari individu dan kepemilikan dari

perusahaan tertutup (di atas 5%), yang bukan perusahaan publik, negara,

ataupun institusi keuangan. Penelitian ini menggunakan persentase

kepemilikan keluarga dalam struktur saham perusahaan, seperti yang

digunakan oleh Putu Edy Arizona., et.al (2016). Untuk analisis sensivitas,

70
kepemilikan keluarga akan diukur dengan menggunakan variable dummy,

yaitu 1 untuk perusahaan dengan kepemilikan keluarga 20 % atau lebih dan 0

untuk perusahaan dengan kepemilikan keluarga kurang dari 20%.

Ukuran ini mengacu pada PSAK 15 (revisi 2009) yang

menyatakan jika investor memiliki, secara langsung maupun tidak langsung ,

20% atau lebih hak suara investee, maka investor dianggap mempunyai

pengaruh signifikan (Rebecca dan Siregar, 2013:12) Analisis ini bertujuan

untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh signifikan (bukan

hanya besaran persentase kepemilikan) oleh kepemilikan keluarga yang

mempengaruhi besarnya biaya ekuitas dan biaya utang perusahaan.

b. Corporate Governance

Potensi konflik kepentingan, bagaimanapun dapat di minimalisir

oleh kesejajaran mekanisme pemangku kepentingan eksternal dan internal.

Mekanisme ini lebih dikenal sebagai tata kelola perusahaan. Ini adalah

mekanisme yang mengontrol sebuah perusahaan sehingga dapat berjalan se

cara efektif dalam memenuhi kedua kepentingan pemangku kepentingan

eksternal dan internal seperti pemerintah dan manajemen ( Mulyadi & Anwar,

2022).

1. Dewan Komisaris Independen

Menurut Peraturan yang dikeluarkan oleh BEI, jumlah

komisaris independent proporsional dengan jumlah saham yang

dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan

jumlah komisaris independent sekurang-kurangnya (30%) dari

71
seluruh anggota komisaris, disamping hal tersebut komisaris

independent memamhami undang-undang dan peraturan tentang

pasar modal, dan diusulkan oleh pemegang saham yang bukan

merupakan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum

Pemegang Saham.

2. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional menurut Rennath dan trisnawati

(2023) adalah kepemilikan suatu perusahaan oleh isntitusi atau

Lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi

dan kepemilikan institusi lainnya. Konflik kepentingan dalam suatu

korporasi dapat dimitigasi dengan menetukan sejauh mana

kepemilikan institusional.

Besar kecilnya kepemilikan institusional maka akan

mempengaruhi kebijakan agresif yang dilakukan oleh perusahaan.

Kepemilikan institusional ini memiliki pengaruh penting bagi

perusahaan dalam emonitor manajemen, karena kan mendorong

peningkatan pengawasan yang lebih optimal sehingga

mempengaruhi tindakan tax avoidance. Dalam penlitian ini

kepemilikan institusional akan diukur menggunakan prosentase

kepemilikan institusional.

KI =

72
3. Komite Audit

Komite Audit adalah orang atau sekelompok orang

sekurang kurangnya tiga orang yang independendi dalam perusahaan

yang dipilih juga secara independent yang ,e,punya kapabilitas dan

kompetensi dalam bidang akuntansi dan keuangan, komite audit

bertanggung jawab kepada dewan komisaris

Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM NOMOR Kep-

29/PM/2004 peraturan no. IX.1.5 tentang Pembentukan dan

Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, disebutkan bahwa

komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris

dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Selain

itu, dinyatakan juga bahwa komite audit terdiri dari sekurang

kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang-

kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar Emiten

atau Perusahaan Publik.

Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan

komplektisitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas

dalam pengambilan keputusan (KNKG.2019). (Gajevszky ( 2020)

menyatakan bahwa komite audit memiliki peran penting yaitu

mengawasi proses pelaporan keuangan di bawah tugas utamanya

untuk menjamin integritas dan kreadibilitas laporan keuangan.

Komite audit diproksikan dengan jumlah personil komite audit yang

73
terdapat di perusahaan (Annisa & Kurniasih, 2019; Wibawaet

al.,2020).

Komite Audit = Jumlah personil komite audit

c. Transfer Pricing

―Harga Transfer menjelaskan kegiatan pertukaran barang atau jasa

antar divisi dalam satu golongan kegiatan usaha yang menggunakan nilai jual

tak semestinya, dapat dengan menaikkan nilai atau mark-up atau mengurangi

nilai mark-down, sering di gunakan badan usaha global (multi-Nasional

Enterprise)‖ (Sartono 2021). ―Harga transfer dapat dijadikan praktik dalam

melakukan pengelakan pajak oleh wajib pajak di Indonesia. Praktik ini sangat

merugikan pemerintah Indonesia dan sedang marak dilakukan oleh

perusahaan multinasional. Nilai penghindaran pajaknya sangat fantastis

dengan melibatkan perusahaan afiliasi di beberapa Negara dengan tarif pajak

yang murah. Praktik menggeser laba (profit shifting) dalam transfer pricing

itu dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil pembayaran pajak‖

(Pranada,2020).

―Mekanisme transfer pricing dilakukan oleh manajemen dengan

mengurangi beban pajak perusahaan, transaksi yang dilakukan kepada pihak

istimewa (related party transaction), melakukan transfer keuntungan pada

kelompok bisnis yang tidak memperoleh keuntungan yang besar, serta

melakukan transaksi ke perusahaan di negara bebas pajak atau tarif pajak

rendah‖ (tax heaven country) Herianti dan Chairina (2020) yang dapat di

rumuskan sebagai berikut:

74
3. Variabel Moderasi

a. Profitabilitas

Salah satu rasio yang sering digunakan dalam mengukur

profitabilitas ialah Return on asset (ROA), yang mana pengukuran ini digunakan

untuk mengetahui bagaimana kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan

asetnya untuk memperoleh keuntungan Kabajeh et al. (2019) menyebutkan

bahwa rasio profitabilitas merupakan indikator untuk efisiensi keseluruhan

perusahaan, yang mana biasanya digunakan sebagai ukuran untuk laba yang

dihasilkan perusahaan selama priode waktu berdasarkan tingkat penjualan, aset,

modal yang digunakan, kekayaan bersih dan laba per saham. Rasio profitabilitas

mengukur kapasitas pendapatan perusahaan dan dianggap sebagai indikator

untuk pertumbuhan, keberhasilan dan kontrol.

Return on asset (ROA) dalam penelitian ini dihitung dengan

membandingkan laba bersih dengan total aset yang dimiliki perusahaan

(Kabajeh et al., 2019; Zarai, 2020; Damayanti & Susanto 2021; Rizal 2022),

yang dapat dirumuskan sebagai berikut

x 100

75
Tabel 3. 1
Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Skala


Pengukuran
Kepemilikan Menggunakan variable dummy yang artinya Nominal
Keluarga perusahaan yang memiliki kepemilikan keluarga
(Wirawan & bernilai 1 dan bernilai 0 untuk perusahaan yang tidak
Sukharta,2021). memiliki kepemilikan keluarga.

Dewan Rasio
Komisaris
Independen
(Annisa &
Kurniasih,2020.
Kepemilikan x100 Rasio
Institusional
(Dewinta &
Setiawan 2021).

Komite Audit Komite Audit = Jumlah Personal Komite Audit Rasio


(Wibawa et al.,
(2021), Rizal
,2022).

Transfer pricing Rasio


(Herianto &
Chairina,2021).

Profitabilitas Rasio
(Kabajeh et
al.,2020).

Penghindaran CETR = Rasio


Pajak
(Huseynov &
Klamm 2021).

Sumber: Diolah dari berbagai referensi

76
BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur sektor

industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini

mengambil sampel selama empat tahun, yaitu 2019 – 2022. Dalam penelitian ini

menggunakan data sekunder dari laporan tahunan atau laporan keuangan tahun

2019 - 2022. Yang dapat diakses di situs resmi Bursa Efek Indonesia di

www.idx.co.id atau website resmi perusahaan. Untuk pengolahan data pada

penelitian ini menggunakan software Statistical Package for the Social Sciences

(SPSS) versi 25.0 sebagai alat untuk menguji data.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode purposive sampling

untuk menentukan sampel. Penelitian dengan metode purposive sampling

mengindikasikan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian merupakan

representasi dari populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan penelitian.

Tujuan dari analisis ini adalah mendapatkan informasi relevan yang

terkandung dalam data tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan

suatu masalah. Tabel 4.1 yang menyajikan perolehan sampel berdasarkan kriteria

yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

77
Tabel 4. 1
Tahaapan Seleksi Sampel Penelitian dengan Kriteria

No Kriteria Jumlah
1. Perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek 63
Indonesia tahun 2019-2022.

2. Perusahaan sektor pertambangan yang tidak terdaftar selama empat (6)


tahun berturut- turut di BEI selama tahun 2019-2022.
3 Perusahaan yang mengalami kerugian selama periode penelitian
2019-2022.
4. Perusahaan sektor pertambangan yang laporan tahunan atau (15)
keuangannya tidak tersedia secara lengkap periode 2019- 2022.
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria penelitian 30
Total sampel penelitian (2019-2022). 120
Data Outlier 21
Total sampel ahir penelitian 99
Sumber : Data sekunder yang diolah (2023)

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat dari bahwa sampel

yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah 99 sampel. Sampel tersebut

dipilih karena telah memenuhi kriteria yang ditentukan dan sesuai dengan

kebutuhan analisis peneletian.

B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriftif

Uji statistik deskriftif adalah uji yang menggambarkan atau

mendeskripsikan suatu informasi dilihat dari nilai rata-rata (mean), modus,

median, standar deviasi,minimum, maksimum dan sum (Ghozali,2018). Statistik

deskriftif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai maksimum, nilai

minimum,nilai rata-rata serta standar deviasi. Tabel 4.2 di bawah ini

menunjukkan hasil uji statistic deskriptif:

78
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Seluruh Variabel

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan Keluarga 99 0 1 .51 .503
Dewan Komisaris 99 .125 .750 .36831 .121367
Independen
Kepemilikan Institusional 99 .027 .977 .65094 .208432
Komite Audit 99 2 5 3.31 .695
Transfer Pricing 99 .001 36.375 1.48873 3.798539
Tax Avoidance 99 .006 7.424 1.09655 1.374997
Profitabilitas 99 .007 37.922 3.91713 7.541037
Valid N (listwise) 99
Sumber: Output SPSS,2023

Berdasarkan tabel hasil uji statistik deskriptif di atas, sebanyak 99 data

sampel yang telah dikumpulkan. Uraian mengenai tabel hasil uji statistik

deskriptif di atas dijelaskan sebagai berikut :

1. Kepemilikan Keluarga

Pada variabel ini diukur menggunakan variabel dummy dimana

kategori 1 untuk perusahaan yang memiliki struktur kepemilikan keluarga

dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki struktur kepemilikan

keluarga. Hasil dari statistik deskriptif kepemilikan keluarga

memperlihatkan nilai rata-rata sebesar 0,50 dengan nilai tertinggi sebesar 1

dan nilai terendah sebesar 0. Nilai standar deviasi untuk data kepemilikan

keluarga adalah sebesar 0,50, kepemilikan keluarga mempunyai nilai rata-

rata (mean) sebesar 0,51 dan standar deviasi sebesar 0,503.

79
2. Dewan Komisaris Independen

Dewan Komisaris Independen dengan jumlah 99 data mempunyai

nilai minimum sebesar 0,125 yang di dapat dari PT. Golden Energy

Mines Tbk 2020, nilai maksimum sebesar 0,750 yang di dapat dari PT.

Energi Mega Persada Tbk 2019 sedangkan nilai rata-rata (mean)

mempunyai nilai sebesar 0,36831 dan standar deviasi sebesar 0,121367.

3. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional dengan jumlah 99 data mempunyai nilai

minimum sebesar 0,027 yang di dapat dari PT. Sumber Global Energy Tbk

tahun 2019, nilai maksimum sebesar 0,977 yang di dapat dari PT. Cita

Mineral Investindo Tbk & PT. Super Energy Tbk tahun 2020 sedangkan

nilai rata-rata (mean) mempunyai nilai sebesar 0,65094 dan standar deviasi

sebesar 0,208432.

4. Komite Audit

Komite Audit dengan jumlah data 99 data mempunyai nilai

minimum sebesar 2 yang di dapat dari PT. Optima Prima Metal Sinergi Tbk

tahun 2019 hingga tahum 2022 dan PT.Alumindo Light Metal Industry Tbk

tahun 2021, nilai maksimum sebesar 5 yang di dapat dari PT. TBS Energi

Utama Tbk tahun 2019 hingga tahun 2022 dan dari PT. Indika Energy Tbk

tahun 2019 hingga tahun 2021, sedangkan nilai rata-rata (mean) 3,31 dan

standar deviasi sebesar 0,695.

80
5. Transfer Pricing

Transfer Pricing dengan jumlah 99 data mempunyai nilai

minimum sebesar 0,001 yang di dapat dari PT. Citra Tubindo Tbk tahun

2021, nilai maksimum sebesar 36,375 yang di dapat dari PT. Sumber

Global Energy Tbk tahun 2019, sedangkan nilai rata-rata (mean)

mempunyai nilai 1,44873 dan standar deviasi sebesar 3,798539.

6. Profitabilitas

Profitabilitas dengan jumlah 99 data mempunyai nilia minimum

sebesar 0,007 yang di dapat dari PT. Dwi Guna Laksana Tbk tahun 2022,

nilai maksimum sebesar 37,922 yang di dapat dari PT. Alumindo Light

Metal Industry Tbk tahun 2020, sedangkan nilai rata-rata (mean)

mempunyai nilai sebesar 3,91713 dan standar deviasi sebesar 7,541037.

7. Tax Avoidance

Tax Avoidance dengan jumlah 99 data mempunyai nilai

minimum sebesar 0,006 yang di dapat dari PT. Indo Tambangraya Megah

Tbk 2022, nilai maksimum sebesar 7,424 yang di dapat dari PT. Citra

Tubindo Tbk tahun 2021, Sedangkan nilai rata rata (mean) 1,09655 dan

standar deviasi sebesar 1,374997.

1. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi klasik digunakan untuk mengathui apakah persamaan regresi

berganda yang digunakan menyimpang dari asumsi klasik. Pada penelitian ini,

uji asumsi klasik menghasilkan hasil sebagai berikut:

81
a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian statistik yang dilakukan untuk melihat

apakah dalam model regresipenelitian memiliki distribusi normal

(Ghozali,2018). Dalam penelitian ini, analisis grafik dan uji statistik

digunakan untuk menentukan apakah data tersebut normal. Untuk analisis

grafik memakai histogram dan normal P-P Plot, sedangkan untuk uji statisstik

menggunakan uji One Sample Kolmogrov Smirnov.

Hasil uji normalistas digambarkan dalam histogram yang dapat dilihat

di bawah ini.

Gambar 4. 1
Hasil Uji Normalitas (Histogram)
Sumber : Output SPSS,2023

Pada gambar 4.1 di atas,menunjukkan bahwa grafik histogram memiliki

bentuk yang simetris, yang berarti tidak ada kemiringan (skewness) ke kiri

maupun ke kanan, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi

normal. Berikut merupakan grafik normal P-Plot hasil dari uji normalitas.

82
Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas (Normal P-Plot)
Sumber : Output SPSS,2023

Berdasarkan gambar 4.2 di atas, menunjukkan bahwa grafik Normal P-

Plot memiliki pola titik-titik yang menyebar dan berhimpit di sekitar garis

diagonal. Pada grafik normal P-Plot di atas, dapat disimpulkan bahwa data pada

penelitian ini merupakan data yang normal, sehingga model regresi dapat

memenuhi asumsi normalitas. Untuk memperkuat kedua hasil normalitas di atas,

peneliti juga melakukanuji statistic dengan menggunakan uji One Sampel

Kolmogrov Smirnov yang ditampilkan pada table 4.3 di berikut ini.

83
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas (Kolmogrov Simirnov)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 99
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. 1.11135335
Deviation
Most Extreme Absolute .085
Differences Positive .085
Negative -.070
Test Statistic .085
Asymp. Sig. (2-tailed) .075c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Output SPSS,2023

Berdasarkan table 4.3 di atas, menunjukkan bahwa hasil One-Sample

Kolmogorov-Simirnov memiliki nilai Asymp. Sig (2- tailed) sebesar 0,075.

Nilai tersebut lebih besar daripada nilai signifikansinya yaitu sebesar 0,05,

maka dapat di tarik kesimpulan bahwa data memiliki distribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas adalah pegujian untuk menegtahui apakah dalam

model regresi terdapat kolerasi kuat antar variable bebas (independent). Alat

ukur untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolonieritas antar variable

independennya yaitu dengan menggynakan nilai tolerance dan Variance

Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan nilai ≤ 10, maka berarti

tidak terjadi multikolinieritas. Berikut ini merupakan hasil uji multikolinieritas.

84
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Kepemilikan Keluarga .832 1.202
Dewan Komisaris .995 1.005
Independen
Kepemilikan .723 1.384
Institusional
Komite Audit .963 1.038
Transfer Pricing .820 1.219
a. Dependent Variable: Tax Avoidance
Sumber: Output SPSS : 2023

Berdasarkan table 4.4 di atas, menunjukkan bahwa hasil uji

multikolinearitas mempunyai nilai tolerance ≥ 0,10 dan nilai VIF ≤ 10. Oleh

karena itu kesimpulannya adalah tidak terjadi multikolonieritas dan tidak adanya

kolerasi antar variable dalam penelitian ini.

c. Uji Autokolerasi

Uji autokolerasi digunakan untuk mengetahui apakah terdapat kolerasi

antara kesalahan residual pada suatu model regresi linier antara priode t dengan

priode t-1. Syarat suatu model regresi linier dikatakan baik, jika tidak terjadi

autokolerasi yang di tunjukkan dengan nilai DU< DW< 4 ˗˗ DU. Berikut ini

merupakan hasil dari uji autokolerasi dengan uji Durbin-Watson.

85
Tabel 4. 5
Hasil Uji Autokolerasi (Durbin-Watson)

Model Summaryb

Std. Error of Durbin-


Model R the Estimate Watson

1 .446a .019911 1.999

Sumber: Output SPSS,2023


Berdasarkan table 4.5 di atas, menunjukkan hasil uji autokolerasi

dengan metode Durbin-Watson (DW) memiliki nilai DW 1,999. Kemudian nilai

tersebut dibandingkan dengan nilai DU menggunakan table Durbin-Watson pada

signifikansi 5% dengan sampel penelitian (n) = 99 dan jumlah variabel

independent (k) = 5 dengan nilai DU = 1,7799 dan nilai 4-DU=2,2201.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah autokolerasi

karena nilai DW sebesar 1,999 lebih besar daripada nilai batas atas (DU) sebesar

1,7799 dan nilainya kurang dari 4-2,2201 (4 – du). Selain uji Durbin-Watson,

uji autokorelasi juga dapat menggunakan uji Run-Test untuk memastikan lebih

lanjut apakah terjadi autokorelasi atau tidak. Berikut merupakan hasil dari uji

autokorelasi dengan uji Run-Test.

86
Tabel 4. 6
Hasil Uji Autokolerasi (Run- test)

Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value -.21674
Cases < Test Value 49
Cases >= Test Value 50
Total Cases 99
Number of Runs 36
Z .929
Asymp. Sig. (2-tailed) .053
a. Median
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, menunjukkan bahwa hasil uji autokorelasi

dengan metode Run-Test memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,053. Nilai

tersebut lebih besar dari 0,05, maka data lolos dari autokorelasi.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengethui apakah dalam

model regresi terdapat ketidaksamaan varian dari residual antar pengamatan.

Jika varian dari residual antar pengamatan lainnnya tetap, maka disebut

homokesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk

mengetahui adanya keteroskedastisitas dalam model regresi dapat

menggunakan grafik scatterplot. Jika pada grafik tidak membentuk pola yang

jelas. Serta titik-titik menyebar tersebar di atas angka 0 dan sumbu Y, maka

tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut merupakan hasil dari uji

heteroskedastisitas dengan scatterplot.

87
Gambar 4. 3
Hasil Uji Heteroskedastistas (Scatterplot)
Sumber: Output SPSS, 2023
Berdasarkan gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa penyebaran data

tersebut tidak membentuk pola yang jelas, data menyebar secara tidak beraturan

dan tersebar di atas angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam penelitian ini. Heteroskedastisitas juga dapat di deteksi

menggunakan uji Glejser. Berikut merupakan hasil dari uji heteroskedastisitas

dengan uji Glejser.

88
Tabel 4. 7
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients T Sig.
Std.
Model B Error Beta
1 (Constant) .942 1.200 .785 .435
Kepemilikan .007 .358 .002 .020 .984
Keluarga
Dewan Komisaris 2.642 1.369 .196 1.930 .057
Independen
Kepemilikan .693 .929 .088 .746 .457
Institusional
Komite Audit -.116 .242 -.049 -.479 .633
Transfer Pricing .020 .049 .046 .412 .682
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Output SPSS.2023

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, menunjukkan bahwa secara keseluruhan

variabel memiliki nilai signifikansi di atas 0,05. Sehingga dapat diartikan bahwa

model regresi memiliki data yang terbatas dari heteroskedastisitas dan layak

untuk dapat dilanjutkan ke analisis regresi.

2. Hasil Uji Hipotesis

a. Pengujian Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini menggunakan pengujian analisis regresi berganda untuk

menguji pengaruh antara variabel dependen ke semua variabel independen.

Tujuan analisis regresi berganda ialah menggunakan nilainilai variabel

independen yang diketahui untuk meramalkan nilai variabel dependen.

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji

89
koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji F), dan uji

signifikansi parsial (uji t).

1. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui suatu model

regresi penelitian guna menilai seberapa besar kemampuan variabel independent

secara keseluruhan dalam menjelaskan variabel dependen. Berikut ini

merupakan hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R2) Model I.

Tabel 4. 8
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate

1 .446a .199 .128 .019911

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai (Adjusted R2) yang

diperoleh sebesar 0,128 atau 12,8%. Ini berarti bahwa tax avoidance perusahaan

sektor pertambangan yang terdaftar di BEI dapat dijelaskan oleh variabel

bebasnya yaitu kepemilikan keluarga, corporate governance, transfer pricing

yang diharapkan sebesar 12,8%. Sedangkan sisanya sebesar 0,872 atau 87,2%

dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam Analisa regresi pada

penelitian ini seperti leverage (Agnes.,2021), manajemen laba (Renal,2021),

sales growth (Cahaya , 2021), kualitas audit (Sri Yunawati, 2020) dan factor

lainnya.

90
2. Hasil Uji Statistik F

Uji F bertujuan untuk menganalisis apakah semua variabel

independent dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama sama

terhadap variabel dependen. Hasil uji ststistik F dapat diketahui dari nilai Sig.

pada tabel ANOVAa. Jika nilai Sig < 0,005, maka variabel independent

berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, dan

berlaku sebaliknya. Berikut ini meruapakan hasil uji statistik F model

Tabel 4. 9
Hasil Uji Statistik F

ANOVAa
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.

1 Regression 25.624 5 5.125 3.938 .003b

Residual 121.040 93 1.302

Total 146.664 98
a. Dependent Variable: Tax Avoidance
b. Predictors: (Constant), Kepemilikan Keluarga, Dewan Komisaris
Independen,Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Transfer Pricing.
Berdasarkan hasil uji Stastistik F tersebut diperoleh nilai Sig. sebesar

0,003 yang mana < 0,05, variabel kepemilikan keluarga, corporate governance,

transfer pricing berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

3. Hasil Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Uji Statistik t digunakan untuk menunjukkan dan mengetahui

seberapa besar pengaruh satu variabel indeenden secara individual dalam

91
menerangkan variasi dependen (Ghozali, 2018). Kriteria dalam pengambilan

keputusan menggunakan kriteria sebagai berikut:

1) Jika nilai signifikan < α maka Ha diterima dan H0 ditolak, artinya

adanya pengaruh antara variabel dependen terhadap variabel

dependen.

2) Jika nilai signifikan > α maka Ha ditolak dan H0 diterima, artinya

tidak adanya pengaruh antara variabel dependen terhadap variabel

dependen.

Tabel 4. 10
Hasil Uji Statistik t

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.321 .881 1.499 .137
Kepemilikan Keluarga .029 .236 .012 .123 .902
Dewan Komisaris -2.619 .952 -.260 -2.750 .007
Independen
Kepemilikan Institusional .477 .227 .203 2.100 .038
Komite Audt .236 .577 .039 .409 .684
Transfer Pricing .128 .043 .289 2.993 .004
Profitabilitas .001 .001 .104 1.026 .048
a. Dependent Variable: Tax Avoidance
Sumber : Output SPSS.2023

Berdasarkan tabel 4.10 hasil uji pasrial adalah sebagai berikut :

1. Kepemilikan keluarga memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,902 lebih besar 0,05.

Dapat dikatakan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan

92
bahwa kepemilikan keluarga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap koefisien

penghindaran pajak.

2. Dewan Komisaris Independen memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,007 lebih besar

dari 0,05. Dapat dikatakan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap

koefisien penghindaran pajak.

3. Kepemilikan Institusional memiliki tingkat signifikansi 0,038 lebih kecil dari 0,05.

Dapat dikatakan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan

kepemilikan institusional bepengaruh signifikan terhadap koefisien penghindaran

pajak.

4. Komite Audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,684 lebih besar dari 0,05.

Dapat dikatakan bahwa Ha ditolak H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa

komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap koefisien pengjindaran

pajak.

5. Transfer pricing memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004 lebih kecil 0,05. Dapat

dikatakan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

transfer pricing berpengaruh secara signifikan terhadap koefisien penghindaran

pajak.

6. Profitabilitas memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,048 lebih kecil 0,05. Dapat

dikatakan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap koefisien penghindaran pajak.

93
a. Pengujian Analisis regresi Moderate (Moderate Regression Analysis-MRA)

1. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Pengujian parsial uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh

variabel moderasi memiliki pengaruh terhadap satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat

dignifikansi 0,05. Apabila nilai perusahaan t lebih besar dari 0,05 maka H0 tidak

ditolak dan Ha ditolak. Sebaliknya jika nilai perusahaan t lebih kecil dari 0,05 maka

H0 ditolak dan Ha tidak ditolak. Berikut ini merupakan hasil uji signifikansi parsial

(uji t). Hasil uji t ditunjukkan dalam tabel 4.10 berikut:

Tabel 4. 11
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.429 1.105 1.293 .199
Kepemilikan Keluarga .117 .317 .043 .369 .713
Dewan Komisaris -.538 1.323 -.047 -.407 .685
Independen
Kepemilikan Institusional .692 .809 .105 .855 .395
Komite Audit .371 .218 .187 1.699 .093
Transfer Pricing .006 .039 .018 .164 .870
Profitabilitas .070 .183 .384 .382 .703
KK*Z .013 .005 .421 2.331 .220
DKI*Z -.002 .007 -.142 -.249 .804
KI*Z .062 .020 7.370 3.126 .002
KMT*Z .010 .004 5.711 2.825 .060
TP*Z .035 .011 2.151 3.051 .073
a. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber : Output SPSS yang diolah,2023.

94
Berdasarkan tabel 4.11 di atas diperoleh sebagai berikut :

Variabel profitabilitas dalam memoderasi kepemilikan keluarga

memiliki thitung positif sebesar 2,331 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,220.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di diatas 0,05. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas tidak dapat memodersi hubungan

antara kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak.

Variabel profitabilitas dalam memoderasi dewan komisaris

independen memiliki thitung negatif sebesar -0,249 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,804. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di atas

0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas tidak dapat

memoderasi hubungan antara dewan komisaris independent terhadap

penghindaran pajak.

Variabel profitabilitas dalam memoderasi kepemilikan institusional

memiliki thitung negatif sebesar -3,126 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di bawah 0,05. Hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh dalam

memoderasi kepemilikan Institusional terhadap penghindaran pajak yang diukur

melalui CETR.

Variabel profitabilitas dalam memoderasi komite audit memiliki thitung

positif sebesar 2,825 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,060. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa variabel profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan

antara komite audit terhadap penghindaran pajak.

95
Variabel profitabilitas dalam memoderasi transfer pricing memiliki

thitung positif sebesar 3,051 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,073. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya di atas 0,05. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa variabel profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan

antara transfer pricing terhadap penghindaran pajak.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kepemilikan keluarga

memiliki sebesar 0,123 dan nilai signifikansi sebesar 0,902. Hasil ini

menunjukkan bahwa nilai sebesar 0,123 < sebesar 1,985 dan nilai

signifikansi 0,902 > 0,05, yang menandakan bahwa kepemilikan keluarga tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance (penghindaran pajak).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri

selistiaweni (2020) yang menyatakan bahwa kepemilikan keluarga tidak

berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Kepemilikan Keluarga digunakan

untuk mengukur seberapa banyak perusahaan yang memiliki kepemilikan saham

keluarga didalam perusahaannya. Keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan

keluarga ialah orientasi dalam jangka waktu yang panjang terhadap bisnis karena

akan mengasumsikan kelangsungan hidup dari bisnis terkait untuk dapat

memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup keluarga. Jika perusahaan

memiliki kebangkrutan maka keluarga tidak akan eksis lagi. Disamping hal itu,

perusahaan dan produk yang diproduksi sangat memberikan pengaruh terhadap

identitas dari anggota keluarga sehingga jika produk tersebut mengalami

96
kecatatan dan memiliki mutu yang rendah, maka akan merefleksikan diri mereka.

Maka perusahaan keluarga tidak memiliki kemungkinan untuk tertarik terhadap

keuntungan dalam jangka waktu yang pendek seperti melakukan penghindaran

pajak karena akan merusak kedudukan perusahaan.

Kepemilikan Keluarga tidak dapat dipisahkan dengan teori keagenan.

Dalam teori keagenan menjelaskan hubungan yang timbul karena adanya kontrak

(kerjasama), kepemilikan keluarga melakukan kerjasama dimana kepemilikan

keluarga memegang saham dan mendelegasikan tanggung jawab pengelolaan

perusahaan kepada manajemen.

Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Lutviana Yanda Ayunanta dkk (2020) yang menyatakan

bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran

pajak (tax avoidance). Hal ini bisa disebabkan karena di Indonesia menganut

system self assessment dimana wajib pajak yang menghitung, melaporkan dan

membayar pajak sehingga mereka dengan mudah melakukan Tindakan

penghindaran pajak. Sementara sanksi terhadap wajib pajak yang terbukti

melakukan tindakan penghindaran pajak belum seberapa artinya tidak terlalu berat

sehingga wajib pajak dengan mudah melakukan tindakan penghindaran pajak.

2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dewan komisaris independen

memiliki sebesar -2,750 dan nilai signifikansi sebesar 0,007. Hasil ini

menunjukkan bahwa nilai sebesar -2,750 < sebesar 1,985 dan nilai

97
signifikansi 0,007 < 0,05, yang menandakan bahwa dewan komisaris independen

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance (penghindaran pajak).

Berdasarkan teori keagenan, dewan komisaris mengawasi dan mengontrol

tindakan-tindakan direksi, yang dimungkinkan terjadi perilaku oportunistik.

Perusahaan yang melakukan praktik tax avoidance dengan tata kelola yang kurang

baik akan lebih berisiko terjadinya konflik keagenan. Dewan komisaris independen

mampu mengontrol dan mengendalikan keinginan pihak manajemen perusahaan

untuk melakukan penghematan pajak, menurunkan biaya agensi sehingga membuat

praktik tax avoidance menurun. Jika semakin besar proporsi komisaris independen

dalam perusahaan akan meningkatkan pengawasan sehingga dapat mencegah

penghindaran pajak perusahaan yang dilakukan oleh manajemen.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh I

Made Agus Riko Ariawan (2018) yang menyatakan bahwa dewan komisaris

independen berpengaruh terhadap tax avoidance. Dewan komisaris independen

merupakan salah satu bentuk mekanisme dari penerapan good corporate

governance yang memiliki fungsi untuk memonitor kinerja dan mengontrol

pengelolaan perusahaan. Keberadaan dewan komisaris independen dalam

perusahaan akan meningkatkan pengawasan dan monitoring terhadap manajemen

perusahaan dalam setiap keputusan yang diambil. Dewan komisaris independen

juga akan mengawasi manajemen perusahaan dalam mematuhi peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku untuk melaporkan beban pajak

perusahaan secara wajar dan meminimalkan prilaku tax avoidance.

98
Akan tetapi penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Rachyu Purbowati et.,al (2021) yang menyatakan bahwa dewan komisaris

independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa

tinggi atau rendahnya variasi tax avoidance tidak ditentukan oleh variabel dewan

komisaris independen. Dengan kata lain tinggi atau rendahnya dewan komisaris

independen yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan jumlah komisaris yang

ada tidak akan memberikan dampak yang berarti terhadap perilaku tax avoidance.

Hal ini dikarenakan komisaris independen hanya bisa mengawasi kinerja

manajemen, sementara pengambilan keputusan tetaplah menjadi kewenangan

manajemen. Terdapat beberapa hal yang diduga menjadi alasan mengapa dewan

komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Yang

pertama, tidak semua anggota dewan komisaris independen dapat menunjukkan

independensinya sehingga fungsi pengawasan tidak berjalan dengan baik dan

berdampak pada kurangnya pengawasan terhadap manajemen dalam melakukan tax

avoidance, yang kedua adalah kemampuan komisaris independen dalam rangka

memantau proses keterbukaan dan penyediaan informasi akan terbatas apabila

pihakpihak terafiliasi yang ada di perusahaan lebih mendominasi dan dapat

mengendalikan dewan komisaris independen kurang tanggap dalam memperhatikan

ada atau tidaknya tax avoidance perusahaan.

3. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kepemilikan institusional

memiliki sebesar 2,100 dan nilai signifikansi sebesar 0,038. Hasil ini

menunjukkan bahwa nilai sebesar 2,100 > sebesar 1,985 dan nilai

99
signifikansi 0,038 < 0,05, yang menandakan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance (penghindaran pajak).

Teori agensi menyatakan bahwa hubungan antara kepemilikan

institusional dengan tax avoidance yaitu pemilik institusional sebagai pihak yang

mengawasi segala perilaku manajemen dalam menetapkan segala keputusan untuk

perusahaan agar keputusan yang diambil manajemen adalah keputusan yang benar.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh I Made

Agus Rico Ariawan (2018) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Kepemilikan institusional berperan

penting dalam mengawasi kinerja manajemen yang lebih optimal karena dianggap

mampu memonitor setiap keputusan yang diambil oleh para manajer perusahaan.

Perusahaan yang memiliki kepemilikan institutional yang tinggi akan semakin

agresif dalam meminimalisir pelaporan perpajakannya. Keberadaan kepemilikan

institusional mengindikasikan adanya tekanan dari pihak institusional kepada

manajemen perusahaan untuk melakukan kebijakan pajak yang agresif dalam

rangka memperoleh laba yang maksimal sebagai akibat dari besarnya modal

kepemilikan institusional yang ditanamkan di perusahaan. Beban pajak dapat

mengurangi laba perusahaan, maka kepemilikan institusional akan melakukan

pengawasan yang lebih optimal terhadap manajemen untuk meminimalkan beban

pajak perusahaan yang mengakibatkan prilaku tax avoidance perusahaan akan

semakin meningkat.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Agnes Yunita Sari (2021) yang menyatakan bahwa kepemilikan

100
institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Kepemilikan

institusional berperan sebagai pihak yang mengawasi perusahaan belum pasti dapat

mengontrol dengan baik tindakan manajemen dalam praktik penghindaran pajak.

Penyebab naik turunnya persentase kepemilikan saham tidak dapat mempengaruhi

kebijakan perusahaan. Kepemilikan institusional tidak dapat menjadikan peran

dalam mendisiplinkan, mempengaruhi, dan memantau keputusan manajemen

karena dengan meningkatnya kepemilikan institusional, maka jumlah beban pajak

perusahaan yang wajib dibayar juga akan mengalami peningkatan

4. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa komite audit memiliki

sebesar 0,409 dan nilai signifikansi sebesar 0,684. Hasil ini menunjukkan

bahwa nilai sebesar 0,409 < sebesar 1,985 dan nilai signifikansi

0,684 > 0,05, yang menandakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap

tax avoidance (penghindaran pajak).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Marwan

Faiz Hilmi, et.al (2022) yang menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance. Hal ini menunjukan komite audit sebagai

instrumen pengawasan kebijakan dan regulasi keuangan tidak mampu

mempengaruhi tindakan tax avoidance. Kecenderungan perusahaan dalam

melakukan penghindaran pajak bukan dari jumlah banyaknya komite audit

melainkan dari kualitas kerja dan bagaimana laporan komite audit tersebut dapat

ditindak lanjuti dengan baik untuk kebaikan perusahaan yang membuktikan

101
komite audit tidak mampu memberikan pengaruh terhadap tindakan tax

avoidance.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sri Yunawati (2020) yang menyatakn bahwa komite audit

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Semakin tinggi keberadaan

komite audit dalam suatu perusahaan akan meningkatkan kualitas good corporate

governance didalam perusahaan. Sehingga akan mengurangi kemungkinan

terjadinya praktik penghindaran pajak. komite audit yang bertugas untuk

melakukan pengawasan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan dapat

mencegah kecurangan pihak manajemen. Perusahaan yang memiliki komite audit

akan lebih bertanggung jawab dan terbuka dalam menyajikan laporan keuangan

karena komite audit akan memonitor segala kegiatan yang berlangsung dalam

perusahan. Bahwa dengan semakin tinggi jumlah komite audit pada suatu

perusahaan maka kecenderungan manajer dalam melakukan penghindaran pajak

akan semakin rendah. Praktek penghindaran pajak menjadi lebih sulit untuk

dilakukan karena komite audit lebih ketat dan tegas dalam melakukan tugasnya.

5. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa transfer pricing memiliki

sebesar 2,993 dan nilai signifikansi sebesar 0,004. Hasil ini menunjukkan

bahwa nilai sebesar 2,993 > sebesar 1,985 dan nilai signifikansi 0,004

< 0,05, yang menandakan bahwa, transfer pricing berpengaruh terhadap tax

avoidance (penghindaran pajak).

102
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Renal Ijal

Alfarizi,et.al (2021) yang menyatakan bahwa transfer pricing berpengaruh

signifikan terhadap tax avoidance (penghindaran pajak). Hal ini dikarenakan

perusahaan pertambangan yang ada di Indonesia memanfaatkan celah dari

peraturan perpajakan yang ada dengan memindahkan pendapatan ataupun kekayaan

perusahaan mereka ke anak perusahaan yang ada di negara yang tarif pajaknya

lebih rendah dari tarif pajak yang ada di Indonesia.

Transfer pricing berhubungan dengan teori agensi, berdasarkan asumsi

sifat dasar manusia dijelaskan bahwa setiap individu akan cenderung fokus pada

kepentingan dirinya sendiri sehingga timbulnya masalah-masalah keagenan dapat

terjadi karena terdapat pihak-pihak yang memiliki perbedaan kepentingan namun

saling bekerja sama dalam pembagian tugas yang berbeda. Masalah keagenan

tersebut dapat merugikan pihak principal yang tidak terlibat secara langsung dalam

mengelola perusahaan sehingga principal hanya memiliki akses informasi yang

terbatas. Kewenangan dalam mengelola aktiva perusahaan yang diberikan oleh

prinsipal kepada agen dapat membuat agen mengenyampingkan kepentingan dari

pemegang saham dengan memanfaatkan insentifnya untuk melakukan transfer

pricing dengan tujuan untuk menurunkan pajak yang harus dibayar. Maka dari itu,

dengan adanya teori agensi ini diharapkan masalah perbedaan kepentingan antara

prinsipal dan agen dapat dikurangi dan diperlukan adanya pengendalian yang tepat

untuk dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan yang terjadi antara principal dan

agen.

103
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ayu Sahyani Dewi (2021) yang menyatakan bahwa transfer pricing

tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance. Kementrian keuangan mulai

bertindak tegas akan kelengkapan serta keakuratan informasi mengenai

pengungkapan transaksi pihak berelasi pada laporan keuangan tahunan suatu

perusahaan. Hal tersebut dibuktikan dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 213/PMK.03/2016 tentang Jenis Dokumen dan/atau Informasi Tambahan

yang wajib disimpan oleh wajib pajak yang melakukan transaksi dengan Pihak

yang mempunyai hubungan istimewa dan tata cara pengelolaannya. Maka dari itu,

dengan adanya kontrol yang ketat dan tegas dari peraturan menteri keuangan

tersebut, sehingga agak sulit bagi suatu perusahaan untuk melakukan penghindaran

pajak melalui praktik transfer pricing.

6. Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai variabel moderasi

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi

antara kepemilikan keluarga dengan profitabilitas memiliki nilai t hitung positif

sebesar 2,331 denagn tingkat signifikan 0,220. Hal tersebut menunjukkan bahwa

tingkat signifikan > 0,05, yang menandakan bahwa profitabilitas tidak dapat

memoderasi hubungan anatara kepemilikan keluarga terhadap tax avoidance

(penghindaran pajak).

Perusahaan keluarga (family firm) adalah setiap perusahaan yang memiliki

pemegang saham yang dominan. kepemilikan keluarga memiliki konsentrasi

kepemilikan substansial yang lebih tinggi yang memitigasi biaya agensi antara

104
manajemen dan pemilik. Perusahaan keluarga sendiri lebih fokus pada biaya

reputasi dan penalti. Oleh karena itu, mereka secara khusus cenderung untuk

kurang melakukan tindakan pajak yang agresif karena mereka peduli dengan nama

perusahaan mereka. Perusahaan keluarga mengakui bahwa perusahan mereka

sebagai warisan untuk generasi penerusnya. Perusahaan keluarga berkonsentrasi

pada nilai jangka panjang daripada jangka pendek.

7. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance dengan

Profitabilitas sebagai variabel moderasi

Bersadarkan tabel diatas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interasi

antara dewan komisaris independen dengan profitabilitas memiliki nilai thitung

negative sevesar -0,249 dengan tingkat signifikan 0,804. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tingkat signifikan > 0,05, yang menandakan bahwa

profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan antara dewan komisaris

independen terhadap tax avoidance (penghindaran pajak).

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan

oleh Muhammad Yusuf et.,al (2021) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak

dapat memoderasi dewan komisaris independen terhadap tax avoidance. Dari

hasil data, tidak membuktikan bahwa jika komisaris independen perusahaan naik

maka peluang terjadinya tax avoidance naik, dan sebaliknya jika komisaris

independen perusahaan turun maka peluang terjadinya tax avoidance kecil.

Perusahaan dengan jumlah komisaris independen yang tinggi tidak

dikategorikan sebagai perusahaan yang mengalami tax avoidance, demikian pula

dengan perusahaan dengan jumlah komisaris independen yang sedikit tidak

105
dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak mengalami tax avoidance. Yang

berarti besar kecilnya jumlah komisaris independen tidak bepengaruhi terhadap

tax avoidance.

8. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance dengan

Profitabilitas sebagai variabel moderasi

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi

antara kepemilikan institusional dengan profitabilitas memiliki nilai thitung negatif

sebesar -3,126 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tingkat signifikan < 0,05, yang menandakan bahwa

profitabilitas dapat memodersi hubungan antara kepemilikan insitusional terhadap

tax avoidance (penghindaran pajak)

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Muhammad Yususf et.,al (2021) yang menyatakan bahwa profitabilitas

memoderasi kepemilikan institusional terhadap tax avoidance. Adanya

kepemilikan institusional dalam perusahaan mendorong manajemen untuk

menyajikan laporan keuangan yang berfokus pada laba yang mengakibatkan

semakin rendahnya integritas laporan keuangan yang diterbitkan. Teori ini

didukung oleh hasil olah data yang membuktikan bahwa apabila nilai variabel

kepemilikan institusional yang diikuti dengan nilai profitabilitas tinggi, maka

terdapat risiko tinggi terjadinya tax avoidance, artinya jumlah kepemilikan

institusional pada suatu perusahaan saat menghasilkan profitabilitas tinggi

terdapat tingginya peluang terjadinya tax avoidance.

106
9. Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai variabel moderasi

Berdasarkan tabel diatas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi

komite audit dengan profitabilitas memiliki nilai thitung positif sebesar 2,825 dengan

tingkat signifikan 0,060. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikan >

0,05, yang menandakan bahwa profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan

antara komite audit terhadap tax avoidance (penghindaran pajak).

Komite audit merupakan salah satu komite perusahaan yang bertugas

membantu konisaris independen dalam hal pengawasan dan pengendalian internal.

Berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan Nomor: KEP-643/BL/2012 tentang pembentukan dan pedoman

pelaksanaan kerja komite audit, menjelaskan bahwa komite audit diketuai oleh

komisaris independen, anggotanya dapat terdiri dari komisaris independen dan

pihak dari luar emiten dengan anggota berlatar belakang akuntansi atau di bidang

keuangan. Anggota komite audit dengan keahlian akuntansi atau keuangan akan

lebih memahami celah dalam peraturan perpajakan serta bagaimana menghindari

deteksi risiko (Apriliyana & Suryarini, 2018).

Kegiatan tax avoidance dalam perusahaan dipengaruhi oleh faktor good

corporate governance yang dalam penelitian ini diproksikan salah satunya dengan

variabel komite audit. Keberadaan komite audit terutama yang memiliki keahlian di

bidang akuntansi atau keuangan bertujuan untuk melakukan pengawasan atas

proses penyusunan laporan keuangan perusahaan sehingga dapat meminimalisir

terjadinya kecurangan seperti tindakan penghindaran pajak. Hal ini dapat terjadi

107
karena bertambahnya laba yang didapat oleh perusahaan tidak mampu

mempengaruhi komite audit dalam mencegah tax avoidance. Komite audit tidak

mampu meningkatkan pengawasan terhadap manajemen karena kewenangan audit

yang masih dibatasi oleh dewan komisaris sehingga tidak dapat berkontribusi

langsung dalam mengawasi praktik tax avoidance. Hipotesis ini tidak berpengaruh

dapat juga disebabkan karena komite audit dilihat dari jumlah anggota yang berlatar

belakang akuntansi belum secara efektif melakukan pengawasan serta memberikan

saran atau rekomendasi kepada dewan komisaris atas kemungkinan ditemukannya

penghindaran pajak yang dilakukan oleh pihak manajer. (Apriliyana & Suryarini,

2018).

10. Pengaruh Transfer Pricing terhadap Tax Avoidance dengan Profitabilitas

sebagai variabel moderasi

Berdasarkan tabel di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

interaksi antara transfer pricing dengan profitabilitas memiliki nilai thitung positif

sebesar 3,051 dengan tingkat signifikan 0,073. Hal tersebut menunjukkan bahwa

tingkat signifikan > 0,05, yang menandakan bahwa profitabilitas tidaak dapat

memoderasi hubungan anatara transfer pricing terhadap tax avoidance

(penghindaran pajak).

Hail penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cahaya

Sukma Widiyantoro et.,al (2019) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak

mampu memoderasi transfer pricing terhadap tax avoidance. Profitabilitas yang

baik mengakibatkan investor meyampaikan tanggapan positif terhadap kinerja

108
perusahaan, bahwa anggaran yang diinvestasikan dalam perusahaan yang

bersangkutan akan dikelola dengan baik.

Selain itu, semakin tingginya nilai profitabilitas maka kecenderungan

perusahaan untuk melangsungkan tindakan tax avoidance semakin rendah. Tetapi,

apabila nilai profitabilitas rendah maka kecenderungan perusahaan untuk

melancarkan tindakan tax avoidance semakin meningkat. Perusahaan yang

memiliki nilai profitabilitas tinggi memiliki peluang untuk memposisikan diri

dalam melakukan tax planning yang menyusutkan jumlah beban kewajiban

perpajakan sehingga akan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan untuk

melakukan transfer pricing dengan cara melancarkan transaksi kepada perusahaan

aliansi yang berada di luar batas negara, sehingga laba berkurang dan pajak yang

dibayarkan juga berkurang. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor,

seperti adanya pergantian sistem pemerintahan yang mengakibatkan timbulnya

banyak kebijakan-kebijakan baru, seperti adanya tax amnesty dan lain sebagainya.

109
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan

keluarga, corporate governance dan transfer pricing terhadap tax avoidance

dengan profitablitas sebagai variabel modersi pada perusahaan sektor

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama priode 2019-2022.

Hasil penelitian dari uji hipotesis dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kepemilikan Keluarga tidak berpengaruh terhadap penghindaran

pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Safitri Selistiaweni (2020). Namun tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lutviana Yanda Ayunanta dkk (2020).

2. Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap penghindaran

pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh I Made Agus Rico Ariawan.et.,al (2018). Namun tidak

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachyu Purbowati et.,al

(2021).

3. Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan I

Made Agus Rico Ariawan.et.,al (2018). Namun tidak sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Agnes Yunita Sari (2021).

4. Komite Audit tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hasil

penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

110
Marwan Faiz Hilmi (2022). Namun tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Sri Yunawati (2020).

5. Transfer Pricing berpengaruh berterhadap penghindaran pajak. Hasil

penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Renal

Ijal Alfaridzi (2021). Namun tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ayu Sahyani Dewi (2021).

6. Profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan antara kepemilikan

keluarga terhadap penghindaran pajak.

7. Profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan antara dewan

komisaris independen terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian

ini mendukung penelitian Muhammad Yusuf et.,al (2021).

8. Profitabilitas memperkuat kepemilikan institusional terhadap

penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad Yusuf et al., (2021).

9. Profitabilitas tidak dapat memoderasi hubungan antara komite audit

terhadap penghindaran pajak.

10. Profitabilitas tidak dapat memodersi hubungan antara transfer pricing

terhadap penghindaran pajak. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian. Cahaya Sukma Widyantoro (2019).

111
B. Implikasi

Penelitian ini bertujuan untuk memperluas pemahaman dan pengetahuan

dalam bidang akuntansi, terutama mengenai penghindaran pajak (tax

avoidance). Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang pengaruh faktor-

faktor seperti kepemilikan keluarga, corporate governenance dan transfer

pricing terhadap penghindaran pajak dengan profitabilitas sebagai variabel

modersi pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2019-2022. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi acuan bagi manajer perusahaan dalam mengambil keputusan terkait

penghindaran pajak, serta menguatkan temuan-temuan yang telah ditemukan

dalam penelitian sebelumnya. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi dan memungkinkan perbandingan dalam

mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan dalam penyelesaiannya yang

dapat diperbaiki pada penelitian selanjutnya, berikut ini adalah keterbatasan dari

hasil penelitian ini:

1. Penelitian ini hanya menguji pada variabel dependen yang terkait dengan

kepemilikan keluarga, dewan komisaris independent, kepemilikan

institusional dan transfer pricing. Penelitian ini juga memakai

Profitabilitas sebagai variabel moderasi.

2. Sampel penelitian ini terbatas pada satu sektor perusahaan di Bursa Efek

Indonesia, yaitu perusahaan sektor industri barang konsumsi.

112
3. Penelitian ini hanya mencakup periode penelitian selama empat tahun,

yaitu 2019-2022. Sampel dipilih menggunakan metode purposive

sampling berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Jumlah data yang

diuji juga terbatas, yaitu sebanyak 99 data, yang dianggap relatif sedikit.

D. Saran

Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan keluarga, corporate

governance dan transfer pricing terhadap tax avoidance dengan profitabilitas

sebagai variabel moderasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) selama periode 2019-2022 dimasa yang akan datang

diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan

mempertimbangkan saran di bawah ini, antara lain:

1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mempertimbangkan penambahan

atau penggantian variabel independen yang dapat mempengaruhi variabel

dependen yaitu penghindaran pajak. Variabel lain yang juga memiliki

potensi pengaruh terhadap kebijakan dividen seperti likuiditas (Zelalem &

Abebe, 2022), kepemilikan manajerial (Benu, 2020), leverage (Situngkir &

Purwaningsih, 2022), Selain itu, dapat mempertimbangkan penggunaan

variabel moderasi profitabilitas untuk menganalisis pengaruhnya terhadap

penghindaran pajak.

2. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan objek sektor perusahaan lain atau

seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk memperluas rentang waktu

penelitian guna menghasilkan temuan yang lebih komprehensif dan akurat.

113
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bukhori dkk. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris


Independen, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Penghindaran pajak.Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan
Manajemen Bisnis.
Akbar. (2020). Pengaruh corporate Governance terhadap Tax Avoidance.
Universitas Sebelas Maret.
Anderson dan Reeb.(2020). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Pertumbuhan
Penjualan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak
Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang
Terdaftar di BEI Tahun 2015-2019. Jurnal Akuntansi Trisakti,
8(2), 189–208. Https://Doi.Org/10.25105/Jat.V8i2.9260
Andriana. (2021).―Pengaruh profitabilitas, kepemilikan keluarga, corporate
governance, ukuran perusahaan, kualitas audit dan kepemilikan ins
titusional terhadap penghindaran pajak‖.Skripsi. Universitas Muha
mmadiyah Yogyakarta.
Andriyani. (2022).Pengaruh Kepemilikan Institusional Komite Audit, Kualitas
Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return on
Assets terhadap Tax Avoidance. ESENSI Jurnal Bisnis dan
Manajemen, 5(2).
Annisa & Kurniasih. (2022). Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing.
Annisa, Nuralifmida A. dan Lulus Kurniasih. (2019). Pengaruh Corporate
Governance terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi &
Auditing, 8(2).
Ardyansah, Danis dan Zulaikha. (2014). Pengaruh Size, Leverage, Profitability,
Capital Intensity ratio, dan Komisaris Independen Terhadap
Effective Tax Rate (ETR). Diponegoro Journal of Accounting, 3 :
1-9.
Ari dan Rahmawati. (2020). Audit Quality, Corporate Governance and Firm
Characteristics in Nigeria. International Journal of Business and
Management, 5(5).
Aumeerun, B., B. Jugurnath, dan H. Soondrum. (2020). Tax Evasion: Empirical
Evidence from sub-Saharan Africa. Journal of Accounting and
Taxation, 8(7).

114
Ayu Sahyani Dewi ,Anak Agung Ketut Agus Suardika. (2021). Pengaruh
Profitabilitas, Transfer Pricing dan Kepemilikan Institusional
Terhadap Tax Avoidance, Hita Akuntansi dan Keuangan
Universitas Hindu Indonesia Edisi April 2021
Azzam & Subekti. (2020). Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8(2).
BAPEPAM,2004. Nomor Kep29/PM/2004. (bagi perusahaan publik) dan Keput
usan Menteri BUMN Nomor KEP-103/MBU/2002(bagiBUMN).

Cahya Sukma Widiyantoro Riris Rotua Sitorus. (2019). Pengaruh Transfer


Pricing dan Sales Growth terhadap tax avoidance dengan
profitabilitas sebagai variabel moderating, ISSN(P):2355-9993
(E):2527-953X Vol. 4, No. 2, Juli. — Des. 2019 : 01-10
Crumbley D. Larry. (2019). ―Pengaruh Family Ownership Terhadap cost of
debt(penelitian empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI)‖.Te
sis, Jakarta: Universitas Sumatera.
Cahyono. (2019).―Pengaruh Komisaris Independen,Komite Audit dan Kualitas
AuditTerhadap Penghindaran Pajak (TaxAvoidance).Competitive,
Volume 1 Nomor 1.Dalu, Tatenda, Vincent G. Maposa, Stanford
Pabwaungana, dan Tapiwa Dalu. 2019. The Impact of Tax
Evasion and Avoidance on the Economy: A Caseof Harare,
Zimbabwe. African J. of Economic and Sustainable Development,
1(3).

Chen et al. (2020). Chen, S., Chen, X., Cheng, Q dan Shevlin, T. 2010.Are
Family Firms More Tax Aggresive than Non-Family Firms?
Journal of Financial Economics, 95, pp:41-61.

Crumbley D. Larry. (2019). ―Pengaruh Family Ownership Terhadap cost of


debt(penelitian empiris pada perusahaan yang terdaftar di BEI)‖.T
esis, Jakarta: Universitas Sumatera.

Delgado, Francisco J., Elena Fernandez-Rodriguez, dan Antonio Martinez-


Arias. (2020). Effective Tax Rates in Corporate Taxation: A
Quantile Regression for the EU. Engineering Economics, 25(5).

Dewi. (2019). Earnings Management and Corporate Tax Shelters. Harvard


University and University of Connecticut Working Paper.

Dewi R.R. & Elia, (2021). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax
Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3).

115
Dewinta & Setiawan. (2021). Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap
penghindaraan pajak di Indonesia.

Eka Murni Lusiana Wati, Susi Astuti. (2021). Pengaruh Profitabilitas, Good
Corporate Governance dan Intensitas Modal terhadap
penghindaran pajak.Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen
Bisnis.

Eksandy. (2021). Pengaruh Kepemilikan Institusional Komite Audit, Kualitas


Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return
on Assets terhadap Tax Avoidance. ESENSI Jurnal Bisnis dan
Manajemen, 5(2).

ErlySuandy. (2020).“Tax Evasion and Avoidance Crimes Astudyon Some Corp


orate Firms of Bang ladesh”.Taxmanagement.

Fitriani, Djajang dan Suyanto. (2021). Pengaruh Transfer Pricing, Kepemilikan


Institusional, Risiko Perusahaan dan Return on Assets terhadap
TaxAvoidance. ESENSI Jurnal Bisnis dan Manajemen.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS


25 (9th ed.). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Preferensi Risiko


Eksekutif, Dan Capital Intensity Pada Penghindaran Pajak. E-
Jurnal Akuntansi, 21(1).

Gusardi. (2021). Audit Quality and Corporate Governance: Evidence from the
Bucharest Stock Exchange. Journal of Economic and Social
Development, 1(2).

Hanum, H.R & Zulaikha.(2019). Pengaruh karakteristik corporategovernance


terhadapefektivtaxratestudy empiris pada BUMN 2009 –
2011.ISSN.2 halaman 1-19.

Hari Purnama, SE, MM (2021). Pengaruh Leverage, Corporate Governance


dan Ukuran Perusahaan terhadap penghindaran pajak.Jurnal
Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis.

Hartono, Sabaruddin, Andry Priharta.(2022). Pengaruh Profitabilitas,


Kepemilikan Keluarga dan Transfer Pricing Terhadap
Penghindaran Pajak.19 (02), 49–62.

Herianto & Chairina. (2021). Pengaruh Transfer Pricing terhadap


penghindaraan pajak di Indonesia.

116
Huseynov & Klamm. (2021). Damayanti & Susanto. (2021). Penghindran Pajak
di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Bisnis.

Husnan. (2020). Pengaruh Corporate Governance, Leverage, Dan


Konservatisme Akuntansi Terhadap Tax Avoidance (Studi
Empiris Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2017-2019).

Irawati. (2019:58). The Curious Case of Corporate Tax Avoidance: Is it


Socially Irresponsible?. Journal of Business Ethics.

Istiqomah Vivin Mardianti. (2021). Pengaruh Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan, Profitabilitas, Kepemilikan Asing dan Intensitas
Modal Terhadap Penghindaran pajak.Jurnal Akuntansi, Ekonomi
dan Manajemen Bisnis.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of The Firm: Managerial


Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of
Financial Economics, 3, 305–360.

Kabajeh et al. (2020). Pengaruh Profitabilitas terhadap penghindaran


pajak.Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

Kedek Dwina Arta Sari, Ni nyoman Ayu Suryandari, Gde Bagus Brahma
Putra. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Kualitas Audit,
Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen
Bisnis. Vol. 3, No. 2.

Kesit.(2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak. Dalam


Journal Of Applied Accounting And Taxation Article History (Vol.
5, Nomor 1). Www.Pajak.Go.Id.

Krisna, A. M. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan


Manajerial pada Tax Avoidance dengan Kualitas Audit sebagai
Variabel Pemoderasi. Wacana Ekonomi (Jurnal Ekonomi, Bisnis
dan Akuntansi), 18(2), 82 91. doi:https://doi.org/10.22225/we.18.
2.1162.82-91

Kurniasih dan Sari. (2021). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga,


Corporate Governence dan Kepemilikan Institusional Terhadap
Penghindaran Pajak..Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen
Bisnis.
Kurubah, N., & Adi, S. W. (2022). Pengaruh Financial Distress, Corporate
Social Responsibility, Thin Capitalization, dan Perusahaan

117
Multinasional Terhadap Tax Avoidance. SENAKOTA - Seminar
Nasional Ekonomi dan Akuntansi, 1, 152-166. Retrieved
November 3, 2022, from https://prosiding.senakota.nusaputra.ac.i
d/article/view/18

Lutvia Yanda Ayunanta, M.Cholis Mawardi dan Anik Malikah. (2020).


Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga, Corporate
Governance dan Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran
Pajak di Indonesia. E-JRA Vol. 09 No. 12 Agustus 2020.

Made Dana Saputra, Jeni Susanti, Istiarto. (2019). Pengaruh Profitabilitas,


Kepemilikan Keluarga, Leverage dan Corporate Governance
Terhadap Penghindaran Pajak.Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan
Manajemen Bisnis.

Mardiasmo. (2020). Categorizing International Tax Planning. Fundamentals


of International Tax Planning.IBFDPg.66-69.

Marwan Faiz Hilmi, Sisti Nadia Amalia, Zul Amry, Susi Setiawat. (2022).
Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite Audit,
Leverage,Intensitas Modal Terhadap Penghindaran Pajak. Riset &
Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507.

Mayasari dan Al Musfiroh. (2020). Pengaruh Kepemilikan Institusional,


Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi Dewan Komisaris
Independen Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ekonomi, Bisnis,
Dan Akuntansi (Jeba), 20.

Muhamed.,et.al. (2020). Pengaruh kepemilikan keluarga terhadap tax avoidanc


edengan kualitas audit sebagai variabel moderating. Diponegoro J
urnal of Accounting,Volume 8 Nomor 4 Hal. 1-10.

Muhammad Yusuf, Heny Herawati dan Hasri Yulianti. (2021). Pengaruh


Corporaye Governance terhadap Tax Avoidance dengan
Profitabilitas Sebagai Variabel Pemodersi, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. 3 No. 1: Januari-Juni 2021.

Nadhifah & Arif. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris


Independen, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Penghindaran pajak.Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan
Manajemen Bisnis.

Nadhifah, M., & Arif, A. (2020, September). Transfer Pricing, Thin


Capitalization, Financial Distress, Earning Management, dan
Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance di Moderasi oleh Sales
Growth. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, 7(2), 145-170.

118
doi:http://dx.doi.org/10.25105/jmat.v7il.6311.
Narsa. (2022). Analisis Karakteristik Perusahaan, Intensitas Aset Tetap Dan
Konservatisme Akuntansi Terhadap Tax Avoidance. Ekopreneur,
1(2).

Nuansari, S. D., & Ratri, I. N. (2022). Pemetaan Riset Teori Agensi:


Bibliometrik Analisis Berbasis Data Scopus. Implementasi
Manajemen & Kewirausahaan,2(1),122.Https://Doi.Org/10.38156
/Imka.V2i1.10.

Nuralifmida dan Lulus. (2018). ―Pengaruh Corporate Governance Terhadap


TaxAvoidance.‖JurnalAkuntansidan Auditing Volume 8 Nomor 2.

Nurul Hidayah. (2021). Pengaruh Dewan Komisaris Independent Komite Audit,


Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan
Return on Assets terhadap Tax Avoidance. ESENSI Jurnal Bisnis
dan Manajemen, 5(2).

Optikasari, S., & Trisnawati, R. (2020). Pengaruh Karakteristik Eksekutif,


Family Ownership, Profitabilitas dan Real Earning Management
Terhadap Tax Avoidance. 1-16. Retrieved November 3, 2022,
from http://eprint.stieww.ac.id/id/eprint/1097

Pamungkas dan Nurcahyo .(2018). Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance


Dengan Profitabilitas, Size Dan Leverage Sebagai Variabel
Kontrol. Jurnal Akuntansi Dan Ekonomi, Vol. 5, 26–34.
Https://Doi.Org/10.29407/Jae.V5i3.14182.

Pohan, C. A. (2018). Pedoman Lengkap Pajak Internasional. Gramedia Pustaka


Utama.

Pramesti, L. E., & Hutabarat, F. M. (2022). Pengaruh Corporate Governance


Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Infobank15 Periode
2017-2020. Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi, Vol. 7(No.1).

Pramudya, A., & Rahayu, Y. (2021). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Dewan


Komisaris Independen Dan Komite Audit Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi.

Prananda. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Komisaris Independen,


Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Penghindaran pajak. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen
Bisnis.

119
Prasetyo, I., & Pramuka, B. A. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Kepemilikan Manajerial Dan Proporsi Dewan Komisaris
Independen Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Ekonomi, Bisnis,
Dan Akuntansi (Jeba), 20(02).

Pratiwi, A. P. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Kinerja


Keuangan Terhadap Penghindaran Pajak Dengan Corporate Sosial
Responsibility Sebagai Pemediasi. Jurnal Ilmu Manajemen &
Bisnis, 9(2). Www.Globalreporting.Org.

Pratama & Larasati. (2021). Wiguna, I. P. P., & Jati, I. K. (2017). Pengaruh
Corporate Social Responsibility, Preferensi Risiko Eksekutif, Dan
Capital Intensity Pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi,
21(1).

Pratomo & Triswidyaria,2021. Long-run corporate tax avoidance. The


Accounting Review, 83(1).

Purbowati, R. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax


Avoidance (Penghindaran Pajak). Jad: Jurnal Riset Akuntansi Dan
Keuangan Dewantara, Vol. 4(No.1).

Purnamasari. (2021). Pengaruh Kepemilikan Institusional Dan Kepemilikan


Manajerial Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Akuntansi Dan
Ekonomika, 9(1).

Putri dan Mulyadi. (2020). Pengaruh Transfer Pricing, Kepemilikan


Institusional Dan Kinerja Keuangan Terhadap Penghindaran Pajak
Dengan Corporate Sosial Responsibility Sebagai Pemediasi.
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis.

Putu Edy Arizonab, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputrac.‖Pengaruh


Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance
Terhadap penghindaran pajak‖. Jurnal Ilmiah Akuntansi • Vol. 1,
No. 2, Hal: 167-193.

Rachyu Purbowati. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap


Tax Avoidance (Penghindaran Pajak) Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan Dewantara.

Rebecca, Yulisa, dan S. Veronica Siregar,‖Pengaruh Corporate Governance


Index, Kepemilikan Keluarga, dan Kepemilikan Institusional
terhadap Biaya Ekuitas dan biaya Utang. Studi Empiris pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI‖ Jurnal Universitas
Indonesia. (2013)

120
Rego & Wilson. (2020). .Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Intensitas Aset
Tetap, Kompensasi Rugi Fiskal Dan Corporate Governanace
Terhadap Tax Avoidance.

Renal Ijlal Alfarizi, Ratna Hindria Dyah Pita Sari,Ayunita Ajengtiyas. (2021).
Pengaruh Profitabilitas Transfer Pricing dan Manajemen Laba
Terhadap Tax Avoidance, Koferensi Riset Nasional
Ekonomi,Manajemen, dan Akuntansi Volume 2, 2021 | hlm. 898-
917.

Republik Indonesia. (2002). KEP-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan


Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik
Negara(BUMN).

Rista & Mulyani. (2020). Pengaruh Profitabilitas,Leverage,Komisaris


Independen, Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Penghindaran pajak.Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan
Manajemen Bisnis.

Robby Krisyadi, Anita. (2022). Pengaruh Penegungkapan Tanggung Jawab


Sosial Perusahaan, Kepemilikan Keluarga dan Tata Kelola
Perusahaan terhadap Penghindaran Paajak.Jurnal Akuntansi,
Ekonomi dan Manajemen Bisnis. Vol. 3, No. 2.

Rochmat Soemitro. (2020). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan


Manajerial, Dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Penghindaran
Pajak. Scientific Journal Of Reflection: P-Issn 2615-3009
Economic, Accounting, Management And Business, 6(1).

Rosalia. (2021). Pengaruh Transfer Pricing dan Kepemilikan Asing Terhadap


Praktik Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Dengan
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Csr) Sebagai
Variabel Moderasi. Prosiding Seminar Nasional Pakar Ke 3.
Www.Idx.Co.Id.

Safitri selistiaweni, Dianwicaksih Arieftiara, Samin. (2020), Pengaruh


Kepemilikan Keluarga, Financial Distress dan Thin capitalizarion
terhadap penghindaran pajak.Business management, economic
and Accounting National Seminar.

Saputra & Istiarto. (2020). Do Client Characteristics Really Drive Big N


Differentiation?. University of Southern California Working
Paper.

121
Sartik dan Purmanasari. (2021). Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional Dan Leverage Terhadap Biaya
Keagenan Pada Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Manajemen
UniversitasUdayana,7(2),933.Https://Doi.Org/10.24843/Ejmunud.
2018.V7.I02.P16.

Siti Resmi (2019). Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage terhadap Tax


Avoidance pada Perusahaan Sub Sektor Pertambangan Batu Bara
Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2018-2020. Ekonomis I Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, Vol 15.

Sjahputra, A. (2019). Determinan Tax Avoidance Pada Perusahaan Food And


Beverages Di Indonesia. Scientific Journal Of Reflection:
Economic, Accounting, Management And Business, 2(4), 371–
380. Https://Doi.Org/10.5281/Zenodo.3472234.

Sri Yunanta. (2020). Pengaruh Komite Audit dan Kualitas Audit terhadap
Penghindaran pajak Jurnal Akpem.

Suliyanto. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Preferensi Risiko


Eksekutif, Dan Capital Intensity Pada Penghindaran Pajak. E-
Jurnal Akuntansi, 21(1).

Sundari dan Yugi Susanti. (2016). Pengaruh Konservatisme Akuntansi,


Intensitas Aset Tetap, Kompensasi Rugi Fiskal Dan Corporate
Governanace Terhadap Tax Avoidance. Jrak, 8(1), 85–109.

Surjana. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Preferensi Risiko


Eksekutif, Dan Capital Intensity Pada Penghindaran Pajak. E-
Jurnal Akuntansi, 21(1).

Sutedi. (2019).“Tax Evasion and Avoidance Crimes Astudyon Some Corporate


Firms of Bang ladesh”.Taxmanagement.

Sutojo dan Alridge. (2020). Pengaruh Konservatisme, Leverage, Profitabilitas,


Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Informasi,
Perpajakan, Akuntansi, Dan Keuangan Publik, 13(2), 181–198.
Https://Doi.Org/10.25105/Jipak.V13i2.5021.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Perpajakan.

Rahmat. (2020). Pengaruh Corporate Social Responsibility, Preferensi Risiko


Eksekutif, Dan Capital Intensity Pada Penghindaran Pajak. E-
Jurnal Akuntansi, 21(1).

122
Rego & Wilson. (2020). Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Intensitas Aset
Tetap, Kompensasi Rugi Fiskal Dan Corporate Governanace
Terhadap Tax Avoidance.

Wardani, D. K., & Nugrahanto, A. (2022). Pengaruh Book-Tax Differences,


Accrual, dan Operating Cash Flow. Jurnal Pajak Indonesia, 6,
159-182. doi:10.31092/JPI.V6I1.1721

Wibawa et al. (2021). Pengaruh Corporate Governance terhadap


penghindaraan pajak di Indonesia.

Wirawan & Sukharta. (2021). Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap


Penghindran Pajak di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Bisnis.

Wirdaningsih, Ria Nelly Sari & Vince Rahmawati. (2020). Pengaruh


Kepemilikan Keluarga Terhadap Penghindaran Pajak dengan
Efektivitas Komisaris Independen dan Kualitas Audit sebagai
Pemodersi.
Yuniarti Zs, N., Sherly, E. N., & Sari, D. N. (2020). Pengaruh Kepemilikan
Institusional dan Dewan Komisaris Independen Terhdap Tax
Avoidance pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Periode
2015-2017. Jurnal Akuntansi, Keuangan dan Teknologi Informasi
Akuntansi, 1, 97-109. doi:https://doi.org/10.36085/jakta.v1i1.827

123
LAMPIRAN

124
LAMPIRAN 1

SAMPEL DATA PERUSAHAAN

No Kode Nama Perusahaan


1 ADRO PT. Adaro Energy Tbk
2 BSSR PT. Baramulti Suksessarana Tbk
3 GEMS PT. Golden Energy Mines Tbk
4 HRUM PT. Harum Energy Tbk
5 INDY PT. Indika Energy Tbk
6 ITMG PT. Indo Tambangraya Megah Tbk
7 KKGI PT. Resource Alam Indonesia Tbk
8 PTBA PT. Bukit Asam Tbk
9 SMMT PT. Golden Eagle Energy Tbk
10 TOBA PT. TBS Energi Utama Tbk
11 DWGL PT. Dwi Guna Laksana Tbk
12 PSSI PT. Pelita Samudera Shipping Tbk
13 TPMA PT. Trans Power Marine Tbk
14 MDKA PT. Merdeka Copper Gold Tbk
15 OPMS PT. Optima Prima Metal Sinergi Tbk
16 SNTM PT. Aneka Tambang Tbk
17 DKFT PT. Central Omega Resources Tbk
18 TBMS PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk
19 ALKA PT. Alakasa Industrindo Tbk
20 ALMI PT.Alumindo Light Metal Industry Tbk
21 CITA PT. Cita Mineral Investindo Tbk
22 INAI PT. Indal Aluminium Industry Tbk
23 CTBN PT. Citra Tubindo Tbk
24 BAJA PT. Saranacentral Bajatam Tbk
25 MITI PT. Mitra Investindo Tbk
26 SURE PT. Sumber Energy Tbk
27 SGER PT.Sumber Global Ebergy Tbk
28 TCPI PT. Transcoal Pacific Tbk
29 BIPI PT. Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk
30 ENRG PT. Energi Mega Persada Tbk

125
LAMPIRAN 2

PENGUKURAN GABUNGAN

PERUSAHAAN SUB-SEKTOR PERTAMBANGAN 2019-2022

No Tahun Kode FAM DKI KI KA TP CETR ROA


Perusahaan
1. 2019 ADRO 0 0.2 0.439112 3 1.366393 2.195561 4.820488
2. 2019 BSSR 1 0.375 0.500012 3 2.249947 1.333365 1.777861
3. 2019 GEMS 1 0.125 0.425367 3 0.881592 3.402933 11.57995
4. 2019 HRUM 1 0.333 0.790827 3 1.263234 2.374856 5.639943
5. 2019 INDY 0 0.333 0.684401 5 2.432785 2.055258 4.224085
6. 2019 ITMG 1 0.428 0.651434 4 2.62805 1.522041 2.316608
7. 2019 KKGI 0 0.333 0.26369 3 3.78854 0.791862 0.627045
8. 2019 PTBA 1 0.5 0.659307 4 3.033488 1.318614 1.738743
9. 2019 SMMT 0 0.5 0.794335 3 1.888371 1.588671 2.523875
10. 2019 TOBA 1 0.333 0.832618 5 1.999716 2.500355 6.251776
11. 2019 DWGL 0 0.6 0.741241 4 3.237813 1.235402 1.526217
12. 2019 PSSI 0 0.2 0.796369 3 0.753419 3.981847 15.8551
13. 2019 TPMA 1 0.25 0.87714 3 0.855052 3.508559 12.30999
14. 2019 MDKA 0 0.333 0.403703 3 2.474591 1.212322 1.469724
15. 2019 OPMS 1 0.5 0.5979 2 1.67252 1.1958 1.429938
16. 2019 SNTM 1 0.2 0.65291 4 1.230769 3.250001 10.5625
17. 2019 DKFT 1 0.5 0.728354 3 2.059437 1.456709 2.122001
18. 2019 TBMS 0 0.4 0.762291 3 1.574202 1.905728 3.631798
19. 2019 ALKA 1 0.333 0.930686 3 1.073402 2.794852 7.811196
20. 2019 ALMI 1 0.333 0.764842 3 1.306152 2.296822 5.275393
21. 2019 CITA 1 0.5 0.973285 3 1.541172 1.946571 3.789138
22. 2019 INAI 0 0.333 0.672667 3 1.485132 2.020022 4.080489
23. 2019 CTBN 0 0.428 0.482313 3 2.662173 1.126899 1.269902
24. 2019 BAJA 0 0.333 0.164667 4 8.089069 0.494494 0.244525
25. 2019 SURE 1 0.25 0.839741 3 0.893132 3.358964 11.28264
26. 2019 SGER 1 0.333 0.027464 3 36.37497 0.082474 0.006802
27. 2019 TCPI 0 0.166 0.8667 4 0.83173 4.819277 23.22543
28. 2019 BIPI 0 0.333 0.554165 4 2.403614 1.66416 2.76943
29. 2019 ENRG 0 0.75 0.437724 3 5.14022 0.583633 0.340627
30. 2020 ADRO 0 0.2 0.439112 3 0.053008 0.271253 0.024838
31. 2020 BSSR 1 0.375 0.810012 3 0.535376 0.355164 0.256139
32. 2020 GEMS 1 0.125 0.97313 3 0.097806 0.008618 0.29217
33. 2020 HRUM 1 0.333 0.798846 3 0.974356 0.46157 0.012692
34. 2020 INDY 0 0.333 0.684401 5 0.254354 1.44678 0.02263
35. 2020 ITMG 1 0.428 0.651434 4 0.099939 0.864485 0.032649
36. 2020 KKGI 0 0.333 0.518878 3 0.202201 0.043794 0.106579
37. 2020 PTBA 1 0.5 0.659307 4 1.963332 0.040847 0.011822
38. 2020 SMMT 0 0.5 0.794335 3 0.961896 3.747284 0.003322
39. 2020 TOBA 1 0.333 0.102764 5 0.019765 0.147104 0.442121
40. 2020 DWGL 1 0.6 0.674327 4 0.031361 0.000116 6.563505

126
No Tahun Kode FAM DKI KI KA TP CETR ROA
Perusahaan
41. 2020 PSSI 0 0.2 0.797928 3 2.873505 0.235762 0.057411
42. 2020 MDKA 0 0.333 0.389337 3 0.878049 0.771466 6.529365
43. 2020 OPMS 1 0.5 0.5979 2 3.244012 1.431959 10.40985
44. 2020 TBMS 0 0.4 0.762291 3 1.280621 0.287771 0.02872
45. 2020 ALMI 0 0.333 0.764842 3 0.480426 0.015086 15.27723
46. 2020 CITA 1 0.5 0.977303 3 0.266347 0.718279 0.157183
47. 2020 INAI 0 0.333 0.672667 3 0.007482 0.139515 0.002859
48. 2020 CTBN 0 0.428 0.482313 3 0.433905 0.283512 0.329968
49. 2020 BAJA 0 0.333 0.164667 4 0.023851 0.129744 0.072525
50. 2020 MITI 0 0.333 0.509985 3 0.22 0.018886 0.35188
51. 2020 SURE 1 0.25 0.975036 3 0.935037 0.133201 0.057652
52. 2020 SGER 1 0.333 0.549279 3 1.132163 1.753505 0.038765
53. 2020 TCPI 0 0.166 0.87928 4 0.026782 0.060437 0.000295
54. 2021 ADRO 0 0.2 0.439112 3 0.05507 0.201711 0.135574
55. 2021 BSSR 1 0.375 0.810012 3 0.66353 0.03639 0.959219
56. 2021 GEMS 1 0.5 0.92528 3 0.079209 0.002097 0.940105
57. 2021 HRUM 1 0.333 0.798846 3 0.596154 0.067075 0.104269
58. 2021 INDY 0 0.333 0.684401 5 0.708085 0.332629 0.203811
59. 2021 ITMG 1 0.428 0.651434 4 0.060156 0.098039 0.022703
60. 2021 KKGI 0 0.333 0.518878 3 0.145961 0.01976 0.106579
61. 2021 PTBA 1 0.5 0.659307 4 1.132288 0.241311 0.020547
62. 2021 SMMT 0 0.5 0.836518 3 0.986152 0.024858 0.237684
63. 2021 TOBA 1 0.333 0.824563 5 0.002771 0.059498 0.615306
64. 2021 DWGL 0 0.6 0.553338 4 0.015501 0.000102 6.973505
65. 2021 PSSI 0 0.2 0.778169 3 0.072488 0.067818 1.311555
66. 2021 TPMA 1 0.25 0.740712 3 0.041484 4.845816 0.03989
67. 2021 MDKA 0 0.333 0.372215 3 0.947168 0.490145 7.669529
68. 2021 OPMS 1 0.5 0.5979 2 3.244012 0.000354 3.767753
69. 2021 SNTM 1 0.2 0.65337 4 0.268127 1.234783 5.655346
70. 2021 TBMS 0 0.4 0.762291 3 1.005644 0.185665 0.044473
71. 2021 ALMI 1 0.333 0.764842 2 0.378479 0.634533 7.9221
72. 2021 CITA 1 0.5 0.923133 3 0.55172 1.03772 0.131997
73. 2021 INAI 0 0.333 0.672667 3 0.021139 0.47714 0.021714
74. 2021 CTBN 0 0.428 0.482313 3 6.063505 0.226332 1499.136
75. 2021 BAJA 0 0.4 0.164667 4 0.074407 0.168834 0.122021
76. 2021 MITI 1 0.333 0.770928 3 0.290416 0.013609 0.049128
77. 2021 SURE 1 0.25 0.923118 3 0.98625 0.148856 0.010776
78. 2021 SGER 1 0.333 0.544182 3 2.983506 0.087401 0.000155
79. 2021 TCPI 0 0.1428 0.83132 4 0.033873 0.004242 0.289228
80. 2022 ADRO 0 0.2 0.439112 3 0.105642 0.010646 0.262571
81. 2022 GEMS 1 0.5 0.945173 3 0.071911 0.020473 1.493979
82. 2022 HRUM 1 0.4 0.798846 3 0.284779 1.924909 0.244339
83. 2022 ITMG 1 0.375 0.651434 4 0.002346 0.005642 0.454267
84. 2022 KKGI 0 0.333 0.518878 3 0.057334 0.789885 1.0541
85. 2022 PTBA 1 0.5 0.659307 4 1. 280621 0.622705 0.53122
86. 2022 SMMT 0 0.5 0.836518 3 0.977795 0.629736 0.3406

127
No Tahun Kode FAM DKI KI KA TP CETR ROA
Perusahaan
87. 2022 TOBA 1 0.333 0.674632 5 0.006863 0.301272 0.674802
88. 2022 DWGL 0 0.6 0.659309 4 0.021129 0.098523 1.683506
89. 2022 TPMA 1 0.25 0.651338 3 0.006001 4.430865 0.133134
90. 2022 MDKA 0 0.333 0.40991 3 0.893338 2.355992 11.93323
91. 2022 OPMS 1 0.5 0.5979 2 3.26645 0.245646 0.009128
92. 2022 TBMS 0 0.4 0.762291 3 1. 280621 3.55157 0.033317
93. 2022 ALKA 1 0.333 0.930686 3 1.20833 1.371452 5.18552
94. 2022 ALMI 1 0.333 0.908735 2 0.566776 0.33935 2.98643
95. 2022 INAI 0 0.333 0.672667 3 0.054631 1.455651 0.000568
96. 2022 CTBN 0 0.666 0.482313 3 0.000012 7.423506 6.9992
97. 2022 BAJA 0 0.5 0.164667 4 0.036746 0.566066 0.121048
98. 2022 SGER 1 0.333 0.438319 3 2.204179 0.171736 0.000236
99. 2022 TCPI 0 0.333 0.88878 4 0.027035 0.003813 0.000644

Keterangan :

FAM = Kepemilikan keluarga


DKI = Dewan Komisaris Independen
KI = Kepemilikan Institusional
KA = Komite Audit
TP = Transfer Pricing
CETR = Tax Avoidance
ROA = Profitabilitas

128
LAMPIRAN 3

Hasil Output SPSS

Statistik Deskriftif

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan Keluarga 99 0 1 .51 .503
Dewan Komisaris 99 .125 .750 .36831 .121367
Independen
Kepemilikan Institusional 99 .027 .977 .65094 .208432
Komite Audit 99 2 5 3.31 .695
Transfer Pricing 99 .001 36.375 1.48873 3.798539
Tax Avoidance 99 .006 7.424 1.09655 1.374997
Profitabilitas 99 .007 37.922 3.91713 7.541037
Valid N (listwise) 99

Uji Normalitas Histogram

129
Uji Normalitas P-Plot

Uji Normalitas dengan One Sample K-S (Kolmogorov-Simirnov)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 99
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. 1.11135335
Deviation
Most Extreme Absolute .085
Differences Positive .085
Negative -.070
Test Statistic .085
Asymp. Sig. (2-tailed) .075c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

130
Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Kepemilikan Keluarga .832 1.202
Dewan Komisaris .995 1.005
Independen
Kepemilikan .723 1.384
Institusional
Komite Audit .963 1.038
Transfer Pricing .820 1.219
a. Dependent Variable: Tax Avoidance
Sumber: Output SPSS : 2023

Uji Autokolerasi dengan Durbin-Watson


Model Summaryb

Mode Std. Error of Durbin-


l R the Estimate Watson

1 .446a .019911 1.999

Sumber : Output SPSS.2023

Uji Autokolerasi dengan Run-test


Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value -.21674
Cases < Test Value 49
Cases >= Test Value 50
Total Cases 99
Number of Runs 36
Z .929
Asymp. Sig. (2-tailed) .053
a. Median
Sumber : Output SPSS 2023

131
Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot

Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta t Sig.
1 (Constant) .942 1.200 .785 .435
Kepemilikan .007 .358 .002 .020 .984
Keluarga
Dewan Komisaris 2.642 1.369 .196 1.930 .057
Independen
Kepemilikan .693 .929 .088 .746 .457
Insitutusional
Komite Audit -.116 .242 -.049 -.479 .633
Transfer Pricing .020 .049 .046 .412 .682
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Output SPSS.2023

132
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate

1 .446a .199 .128 .019911

Sumber : Output SPSS.2023

Hasil Uji Statistik (Uji F)


ANOVAa

Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.

1 Regression 25.624 5 5.125 3.938 .003b

Residual 121.040 93 1.302

Total 146.664 98

Sumber : Output SPSS.2023

Hasil Uji Statistik (Uji t)


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.321 .881 1.499 .137
Kepemilikan Keluarga .029 .236 .012 .123 .902
Dewan Komisaris Independen -2.619 .952 .260 2.750 .007
Kepemilikan Institusional .477 .227 .203 2.100 .038
Komite Audt .236 .577 .039 .409 .684
Transfer Pricing .128 .043 .289 2.993 .004
Profitabilitas .001 .001 .104 1.026 .048
a. Dependent Variable: Tax Avoidance
Sumber : Output SPSS.2023

133
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.429 1.105 1.293 .199
Kepemilikan Keluarga .117 .317 .043 .369 .713
Dewan Komisaris -.538 1.323 -.047 -.407 .685
Independen
Kepemilikan Institusional .692 .809 .105 .855 .395
Komite Audit .371 .218 .187 1.699 .093
Transfer Pricing .006 .039 .018 .164 .870
Profitabilitas .070 .183 .384 .382 .703
KK*Z .013 .005 .421 2.331 .220
DKI*Z -.002 .007 -.142 -.249 .804
KI*Z .062 .020 7.370 3.126 .002
KMT*Z .010 .004 5.711 2.825 .060
TP*Z .035 .011 2.151 3.051 .073
a. Dependent Variable: Tax Avoidance

Sumber : Output SPSS yang diolah,2023

134
135

Anda mungkin juga menyukai