Anda di halaman 1dari 166

PERBANDINGAN EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH:

STUDI PADA INDONESIA, MALAYSIA DAN PAKISTAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:
TATI ERLINA
NIM: 11160850000030

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
PERBANDINGAN EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH:
STUDI PADA INDONESIA, MALAYSIA DAN PAKISTAN

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:
TATI ERLINA
NIM: 11160850000030

Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing

RIRIS AISHAH PRASETYOWATI, SE.,M.M.


NIDN.0421046805

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF

Hari Selasa, 5 Maret 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

mahasiswa: Nama : Tati Erlina


NIM : 11160850000030
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Perbandingan Efisiensi Industri Perbankan Syariah Studi
Pada: Indonesia, Malaysia, dan Pakistan

Setelah mencermati kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian


komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan
LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 5 Maret 2020

1. Yuke Rahmawati, M.A. NIP. ( )


197509032007012023 Penguji I

2. Santi Yustini, S.E., M.Ak. (_______________________)


_____________________
NIDN. 9920112696 _ Penguji II

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 18 Agustus 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

Nama : Tati Erlina


NIM : 11160850000030
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Perbandingan Efisiensi Industri Perbankan Syariah: Studi Pada
Indonesia, Malaysia, dan Pakistan

Setelah mencermati kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka
diputuskan bahwa mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Agustus 2020

1. Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., MBA (______________________)


NIP. 197410182014112001 Ketua Penguji

2. Riris Aishah Prasetyowati, S.E., M.M. (______________________)


NIDN. 0421046805 Sekretaris Sidang

3. Riris Aishah Prasetyowati, S.E., M.M. (______________________)


NIDN. 0421046805 Pembimbing

4. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H. (______________________)


NIP. 197501012005011008 Penguji Ahli

iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi
Nama : Tati Erlina
Tempat, tanggal lahir : Padang Panjang, 01 Maret 1998
Agama : Islam
Alamat Rumah : Paninjauan, Kec. X Koto, Kab. Tanah Datar, Sumatera
barat
Nomor Handphone : 085213239562
Email : thacymichiyo@gmail.com
Kebangsaan : Indonesia

Riwayat Pendidikan

2004-2010 :SDN 35 Tabubaraie

2010-2013 : MTS Negeri Paninjauan

2013-2016 : MA Negeri 1 Koto Baru Padang panjang

2016-2020 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

2017-2018 : Anggota Biro Kesekretariatan DEMA Fakultas Ekonomi dan


Bisnis
2018-2019 : Wakil Sekretaris Umum HMJ Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis periode 2018-2019

Pengalaman Kepanitiaan

1. Anggota Divisi Perlengkapan 3rd IB Days Perbankan Syariah 2016


2. Anggota Divisi PUBDEKDOK PBAK (Pengenalan Budaya Akademik
Kampus) 2017
3. Anggota Divisi PUBDEKDOK PO OPening Closing Youth Economic
Summit (YES) 2017
4. Koordinator Divisi Konsumsi VOLCONOMY Youth Economic Summit
(YES) 2017

vi
5. Anggota Divisi Acara Rapat Kerja HMJ Perbankan Syariah Periode 2018-
2019
6. Koordinator Divisi PUBDEKDOK Carier Coaching HMJ Perbankan
Syariah 2018
7. Koordinator Divisi Kestari Study Banding HMJ Perbankan Syariah Ke
Universitas Kebangsaan Malaysia 2018
8. Koordinator Divisi PUBDEKDOK 5th IB Days 2018 Koordinator Divisi
Konsumsi PSY Berkarakter 2018

Kemampuan Khusus

1. Microsoft Office (Word, Excel, dan Power Point)


2. Bahasa (English, Jepang, dan Indonesia)
3. Desain Grafis ( Adobe Photoshop dan CorelDRAW)
4. Fotografi

vii
THE COMPARATIVE EFFICIENCY OF THE ISLAMIC BANKING INDUSTRY
STUDY IN INDONESIA, MALAYSIA AND PAKISTAN

ABSTRACS

This research analyzes the comparison of the level of efficiency of Islamic banking in
Indonesia, Malaysia, and Pakistan in the 2014-2018 period. The sample in this research
amounted to 6 Islamic banks consisting of 2 Islamic banks in Indonesia, 2 Islamic banks
in Malaysia, and 2 Islamic banks in Pakistan. The method used to measure the level of
efficiency is Data Envelopment Analysis (DEA). The results of this study indicate that
there is only one bank that achieves the optimum level of efficiency with the CRS and
Scale assumptions, namely CIMB Islamic Berhad, while with the VRS assumption there
are two banks that reach the optimum level of efficiency, namely Bank Muamalat
Indonesia and CIMB Islamic Berhad. The implication of this research shows that Islamic
banking in Malaysia and Indonesia is more efficient than Islamic banking in Pakistan,
both with the assumption of CRS, VRS, and Scale. Furthermore, the Kruskal-Wallis test
which was carried out proved that there was no significant difference between the
efficiency levels of Islamic banking in Indonesia, Malaysia, and Pakistan.
Keywords: efficiency, Data Envelopment Analysis (DEA), Islamic banking

viii
PERBANDINGAN EFISIENSI INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH STUDI
PADA INDONESIA, MALAYSIA, DAN PAKISTAN

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis perbandingan tingkat efisiensi perbankan syariah pada negara
Indonesia, Malaysia, dan Pakistan pada periode 2014-2018. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 6 bank syariah yang terdiri dari 2 bank syariah di Indonesia, 2 bank syariah di
Malaysia, dan 2 bank syariah di Pakistan. Metode yang digunakan untuk pengukuran
tingkat efisiensi adalah Data Envelopment Analysis (DEA). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hanya ada satu bank yang mencapai tingkat efisiensi optimum
dengan asumsi CRS dan Scale yaitu CIMB Islamic Berhad, sedangkan dengan asumsi
VRS terdapat dua bank yang mencapai tingkat efisiensi optimum yaitu Bank Muamalat
Indonesia dan CIMB Islamic Berhad. Implikasi penelitian ini menunjukkan bahwa
Perbankan Syariah di Malaysia dan Indonesia lebih efisien dibandingkan dengan
Perbankan Syariah di Pakistan baik dengan asumsi CRS, VRS, dan Scale. Selanjutnya
untuk uji Kruskal-Wallis yang dilakukan membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan.
Kata Kunci: Efisiensi, Data Envelopment Analysis (DEA), Perbankan Syariah

ix
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kita berbagai macam nikmat, baik itu berupa kesehatan, ilmu,
serta keberkahan dan juga diberi kelancaran dalam melakukan segala aktivitas.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah
serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Skripsi yang berjudul “Perbandingan Efisiensi Industri Perbankan


Syariah: Studi Pada Indonesia, Malaysia, dan Pakistan” ini penulis ajukan
untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E).
Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat
dukungan dari berbagai pihak, baik berupa do’a, bimbingan, arahan, dan
motivasi yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua tercinta, Ibu Hindun dan Bapak Bachtiar yang telah
memberikan dukungan yang sangat luar biasa baik secara moril dan
materil, serta selalu memberikan do’a, nasehat, waktu, tenaga dan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dan
studi sampai saat ini.
2. Seluruh keluarga besar dan saudara-saudara terkasih, yang senantiasa
memberikan do’a dan motivasi sehingga penulis bisa terus berusaha
mendapatkan gelar sarjana.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.,
selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

x
4. Ibu Riris Aishah Prasetyowati, S.E., M.M. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah berbaik hati memberikan ilmu, arahan, saran, dan
meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama proses
penulisan skripsi ini hingga selesai.
5. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., MBA., selaku Ketua Jurusan dan
Ibu Yuke Rahmawati, M.A., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan
Syariah fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pemenuhan
berkas-berkas administrasi dan persetujuan proposal penelitian.
6. Bapak Ade Ananto terminanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi dari
awal perkuliahan sampai akhir masa studi.
7. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S. Ag., MH selaku Penguji Ahli yang
telah berbaik hati untuk membimbing dan memberikan arahan berserta
saran kepada penulis.
8. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat berharga bagi penulis
selama masa studi.
9. Sahabat yang sekaligus teman seperjuangan penulis, Annisa
Dzahabiyah (Caca) dan Cut Annisa tamara (Cut) yang selalu setia
menemani dari awal sampai akhir perkuliahan serta dengan sabar selalu
memberikan dukungan, saran, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas
akhir ini.
10. Sahabat penulis selama perkuliahan, Fairuz, Aurel, Fitriyani, Nadia,
Yossy, Putri Yandriani, Devita, Yorica, dan Acebeli yang selalu
menemani penulis selama masa perkuliahan.
11. Seluruh teman-teman mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2016
kelas A dan Kelas B yang telah menemani penulis selama 4 tahun
perkuliahan.

xi
12. Teman-teman HMJ Perbankan Syariah Reza, Danang, Kijar, Bani yang
telah memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13. Adik-adik HMJ Perbankan Syariah Zafran, Gilang, Izan dan Nabila
yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir.
14. Kakak-kakak terbaik, Ka Aisyah Raisa Medina, Ka Erna Putri Lestari,
dan Bang Mahatir Ilham Muhamad yang sangat berjasa dan selalu setia,
sabar serta menyempatkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah
dan memberikan bantuan, bimbingan, serta arahan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
15. Kakak-kakak Angkatan 2015 Jurusan Perbankan Syariah yang selalu
membimbing dan memberikan dukungan selama masa perkuliahan
yaitu Bang Ilsyar, Bang Rahmad, Bang Halid, Bang Miftah, Bang Zein,
Kak Ayu, Kak Naelul, Kak Fiqi, kak Caca.
16. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis baik selama masa
perkuliahan ataupun selama proses penulisan skripsi yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah Membalas kebaikan kalian
Amin.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik serta saran yang
membangun untuk pencapaian yang lebih baik. Demikian skripsi ini penulis
ajukan, semoga bermanfaat dan atas perhatian pembaca penulis mengucapkan
terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Jakarta, 18 Juli 2020

Tati Erlina

xii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ............................................. iii


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACS ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
E. Manfaat penelitian ........................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 11
A. Teori –teori Terkait dengan Penelitian ....................................................... 11
1. Kinerja Keuangan Bank ......................................................................... 11
2. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)...................... 16
3. Efisiensi .................................................................................................. 20
4. Perbankan Syariah .................................................................................. 34
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 44
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 52
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian ................................ 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 57
A. Populasi dan Sampel .................................................................................. 57
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 60

xiii
C. Sumber Data ............................................................................................... 60
D. Instrumen Penelitian................................................................................... 61
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 61
F. Metode Analisis Data ................................................................................. 62
1. Mengukur Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA) .......... 62
2. Uji Normalitas Data (Kolmogrov-Smirnov Test).................................... 68
3. Uji Beda .................................................................................................. 68
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 72
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 72
B. Temuan Hasil Penelitian ............................................................................ 85
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 85
2. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis ................ 94
3. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov .......................................... 121
4. Hasil Uji Beda Non Parametrik Kruskal-Wallis .................................. 122
C. Pembahasan .............................................................................................. 123
1. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia, Malaysia,
dan Pakistan ................................................................................................. 123
2. Analisis Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia,
Malaysia, dan Pakistan ................................................................................ 125
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 128
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 128
B. SARAN .................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 133
LAMPIRAN ........................................................................................................ 138

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Aset Keuangan Syariah berdasarkan Sektor dan Negara......................... 1


Tabel 1.2 Perbandingan Beberapa Indikator Rasio Keuangan Bank Syariah
Pada Negara Indonesia, Malaysia, dan Pakistan .................................... 3
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 44
Tabel 3.1 Populasi penelitian pada BUS di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan ... 57
Tabel 3.2 Sampel Penelitian pada BUS di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan .... 59
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Perbankan Syariah di Indonesia,
Malaysia, dan Pakistan periode 2014-2018 ....................................... 86
Tabel 4.2 BUS di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan yang Mencapai
Efisiensi Optimum dengan Metode DEA .......................................... 95
Tabel 4.3 Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia, Malaysia,
dan Pakistan ....................................................................................... 96
Tabel 4.4 Tingkat Efisiensi di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan ..................... 97
Tabel 4.5 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Syariah Mandiri .......................... 99
Tabel 4.6 Target Efisiensi BSM 2017 ............................................................... 101
Tabel 4.7 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Muamalat Indonesia ................... 103
Tabel 4.8 Target Efisiensi Bank Muamalat Indonesia 2017 .............................. 105
Tabel 4.9 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Maybank Islamic Berhad ..................... 105
Tabel 4.10 Target Efisiensi Maybank Islamic Berhad 2014 .............................. 107
Tabel 4.11 Nilai Efisiensi Asumsi VRS CIMB Islamic Berhad ........................ 109
Tabel 4.12 Target Efisiensi CIMB Islamic Berhad 2016 .................................. 110
Tabel 4.13 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Meezan Bank Limited ....................... 111
Tabel 4.14 Target Efisiensi Meezan Bank Limited 2015 .................................. 113
Tabel 4.15 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Dubai Islamic Bank Pakistan Limited .. 115
Tabel 4.16 Target Efisiensi Dubai Islamic Bank Pakistan Limited 2017 ........... 117

xv
Tabel 4.17 Uji Normalitas One-sample Kolmogrov-Smirnov Test .................... 122
Tabel 4.18 Uji Beda Kruskal-Wallis .................................................................. 123

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Alur Operasional Perbankan Syariah ............................................. 42


Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 53
Gambar 3.1 Pengukuran Efisiensi dengan Menggunakan 1 Input dan 1 Output.. 65

xvii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Persentase Aset Perbankan Syariah Menurut Negara di Dunia ........... 2

Grafik 4.1 Pergerakan Biaya Tenaga kerja Perbankan Syariah di Indonesia,


Malaysia, dan Pakistan Periode 2014-2018 ......................................... 88

Grafik 4.2 Pergerakan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia,


Malaysia, dan Pakistan Periode 2014-2018 ......................................... 89
Grafik 4.3 Pergerakan Aset Tetap Perbankan Syariah di Indonesia, Malaysia,
dan Pakistan Periode 2014-2018 ......................................................... 91

Grafik 4.4 Pergerakan Total Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia,


Malaysia, dan Pakistan Periode 2014-2018 ........................................ 92
Grafik 4.5 Pergerakan Pendapatan Operasional Lainnya Perbankan Syariah di
Indonesia, Malaysia, dan Pakistan Periode 2014-2018 ...................... 93

Grafik 4.6 Tingkat Efisiensi Rata-rata BUS di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan
Asumsi CRS, VRS, dan Scale Efficiency ........................................... 98

Grafik 4.7 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Bank Mandiri
Syariah (BSM) ................................................................................ 100
Grafik 4.8 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Bank
Muamalat Indonesia (BMI) .............................................................. 104
Grafik 4.9 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Maybank
Islamic Berhad .................................................................................. 106
Grafik 4.10 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS CIMB
Islamic Berhad ............................................................................... 110
Grafik 4.11 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Meezan
Bank Limited .................................................................................. 112
Grafik 4.12 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Dubai
Islamic Bank Pakistan Limited ....................................................... 116
Grafik 4.13 Total potential Improvement BUS di Indonesia, Malaysia,
dan Pakistan .................................................................................... 119

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:Data Sekunder Sebelum diolah ..................................................... 139


Lampiran 2: Hasil Efisiensi DEA Asumsi CRS ................................................ 140
Lampiran 3: Hasil Efisiensi DEA Asumsi VRS ................................................ 143
Lampiran 4: Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS ........................... 145
Lampiran 5: Hasil Pengujian Normalitas Data .................................................. 147
Lampiran 6: Hasil pengujian Kruskal-Wallis .................................................... 147

xix
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Industri Keuangan syariah global menunjukkan perkembangan yang

sangat pesat. Berdasarkan data dari IFSB Financial Stability Report tahun

2016, aset industri keuangan syariah dunia telah tumbuh dari sekitar USD

150 miliar di tahun 1990-an menjadi sekitar USD 2 triliun di akhir tahun

2015 dan diprediksikan akan mencapai USD 6,5 triliun di tahun 2020.

Pertumbuhan ini didukung makin banyaknya negara-negara di dunia baik

negara dengan pendudukan mayoritas muslim maupun non-muslim, yang

mengembangkan keuangan syariah di negaranya.

Tabel 1.1 Aset Keuangan Syariah berdasarkan Sektor dan Negara (Dalam
Miliar USD, 2018)
Region Banking Sukuk Islamic Takaful Total
Assets Outstanding Fund Contributions
Assets
Asia 266.1 323.2 24.2 4.1 617.6
GCC 704.8 187.9 22.7 11.7 927.1
MENA (ex- 540.2 0.3 0.1 10.3 550.9
GCC)
Africa (ex- 13.2 2.5 1.5 0.01 17.3
North)
Others 47.1 16.5 13.1 - 76.7
Total 1,571.3 530.4 61.5 27.7 2,190
Sumber: IFSI Stability Report 2019 (data diolah)

1
2

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwasanya dalam

industri keuangan syariah secara global yang memberikan kontribusi

terbesar adalah perbankan syariah. Hal ini terlihat dari aset perbankan

syariah yang memberikan kontribusi paling besar untuk total aset keuangan

syariah secara global, yaitu sebesar USD 1.571,3 miliar. Dimana negara

GCC memberikan kontribusi paling besar yaitu sebesar USD 704,8 miliar,

kemudian disusul oleh negara MENA yang memberikan kontribusi sebesar

USD 540,2 miliar, dan negara Asia memberikan kontribusi sebesar USD

266,1 miliar.

Grafik 1.1 Persentase Aset Perbankan Syariah Berdasarkan Negara di


Dunia
Presentase Aset Perbankan Syariah Menurut Negara di
Bahrain
Dunia
0.7%
Sudan Pakistan Jordan
Others
Bangladesh 0.7% 1.3% 0,7% Oman Brunei 1.7%
1.9% Egypt 0.7% 0.5%
Turkey Indonesia 0.6%
2.6% 1.9%

Qatar Iran
6.2% 32.1%

Kuwait
6.3%
Malaysia
10.8%

UAE Saudi Arabia


9.8% 20.2%

Sumber: IFSI Stability Report 2019 (data diolah)


3

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwasanya negara Iran

merupakan negara yang memiliki persentase aset perbankan syariah paling

besar di dunia yaitu sebesar 32,1 %, kemudian disusul oleh negara Saudi

Arabia yang memiliki aset perbankan syariah sebesar 20,2%. Berdasarkan

grafik tersebut, kita juga dapat melihat bahwa perkembangan perbankan

syariah di negara-negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam) tidak merata,

khususnya pada negara Malaysia, Indonesia dan Pakistan. Dimana Malaysia

memiliki persentase aset perbankan syariah sebesar 10,8%, sedangkan

negara Indonesia memiliki persentase aset perbankan syariah sebesar 1,9%

dan negara Pakistan memiliki persentase aset perbankan syariah sebesar

1,3%.

Tabel 1.2 Perbandingan Beberapa Indikator Rasio Keuangan Bank Syariah


pada Negara Indonesia, Malaysia, dan Pakistan (%)
ROA ROE BOPO
Indonesia 0,70% 5,59% 92,40%
Malaysia 1,12% 12,27% 42,19%
Pakistan 0.50% 9,07% 74,36%
Sumber: Data diolah berdasarkan laporan keuangan bank syariah pada
masing-masing negara (2018)

Berdasarkan tabel diatas, dapat terlihat bahwa rasio profitabilitas

dan efisiensi bank syariah pada negara Indonesia, Malaysia, dan Pakistan

memiliki tingkat persentase yang berbeda-beda. Dimana bank syariah di

Malaysia terlihat lebih efisien dibandingkan dengan negara Indonesia dan

Pakistan. Sebagai mana yang kita ketahui semakin tinggi ROA dan ROE

maka kinerja bank semakin baik, berbanding terbalik dengan BOPO dimana
4

semakin kecil BOPO maka semakin efisien bank dalam beroperasi. Bank

syariah di Malaysia lebih efisien karena memiliki ROA sebesar 1,12%, ROE

sebesar 12,27% dan BOPO sebesar 42,19%. Selanjutnya, pada bank syariah

Pakistan memiliki persentase ROA sebesar 0,50%, ROE sebesar 9,07% dan

BOPO sebesar 74,36%. Sedangkan Bank Syariah di Indonesia terlihat masih

kurang efisien dengan memiliki persentase ROA sebesar 0,70%, ROE

sebesar 5,59% dan BOPO sebesar 92,40%.

Sebagai sektor keuangan yang mendukung perekonomian secara

global, perbankan syariah memiliki peran seperti perbankan pada umumnya

yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk

pembiayaan, serta tidak bertentangan dengan ketentuan syariah. Apabila

perbankan, yang merupakan bagian dari sistem keuangan tidak bisa

melakukan fungsi intermediaris sebagai mana mestinya, maka hal itu dapat

menghambat sistem perekonomian secara global, maka dari itu efisiensi

perbankan syariah sangat penting untuk diperhatikan.

Efisiensi seringkali diartikan dengan doing the thing right atau

melakukan sesuatu dengan benar. Hal ini berkaitan dengan cara kerja

perusahaan, dan dengan melakukan itu maka perbankan syariah bisa

mencapai tujuannya. Dalam hal ini, efisiensi biasanya berkaitan dengan cara

perusahaan untuk menekan biaya agar bisa mendapatkan keuntungan yang

optimal. Hal ini sejalan dengan teori produsen yaitu memaksimalkan

keuntungan dan meminimalisir biaya. Apabila semakin tinggi keuntungan


5

dan semakin rendah biaya yang dikeluarkan, maka perbankan syariah bisa

mencapai efisiensi yang optimum. (Rusydiana, 2018)

Perbankan berperan penting dalam kegiatan ekonomi suatu Negara.

Karena kemampuan sistem bank untuk melaksanakan peranannya sangat

menentukan dalam perekonomian secara efisien dan efektif. Terjadinya

kekacauan di dunia perbankan akan berdampak pula pada perekonomian.

Maka dari itu, setiap bank harus sehat dan mendatangkan laba yang

memadai agar bank itu dapat berkembang dan tumbuh kuat serta mampu

memenuhi kebutuhan masyarakat. (Maulidiyah, 2016)

Adanya krisis ekonomi global tahun 2008 telah membawa dampak

terhadap perekonomian dunia. Dimana krisis ini disebabkan oleh adanya

mekanisme pemberian kredit oleh berbagai lembaga keuangan di Amerika

Serikat yang sangat ekspansif. Dalam mekanisme tersebut banyak terjadi

kredit macet yang disebabkan karena tingginya tingkat suku bunga yang

ditetapkan oleh bank sentral Amerika Serikat, sehingga lembaga keuangan

dan penjamin simpanan mengalami kerugian. Krisis ekonomi global ini

telah mengakibatkan berbagai lembaga keuangan global dan bank berskala

global terutama di kawasan Amerika Serikat dan Eropa mengalami

kebangkrutan. Dimana kondisi kebangkrutan dan kerugian ini memberikan

dampak yang cukup mengkawatirkan dalam industri perbankan syariah di

Indonesia (Pratiko, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan (Uddin,

2017), menyatakan bahwa pada saat krisis tersebut bank syariah lebih relatif

stabil dibandingkan dengan bank konvensional. Perbankan syariah tidak


6

terpengaruh dengan krisis saat itu karena pada perbankan syariah tidak

mengandung unsur bunga. Maka dari itu, perbankan syariah diharapkan

mampu bertahan terhadap krisis dan dapat memajukan industri keuangan

secara global.

Berdasarkan laporan Profil Industri Perbankan Syariah Triwulan II

tahun 2018, terdapat peningkatan tekanan ekonomi global yang diiringi

dengan tidak meratanya pertumbuhan ekonomi global. Perekonomian

Amerika Serikat menunjukkan penguatan sementara ekonomi Eropa,

Jepang, dan tiongkok relatif melambat. Perekonomian global 2018 ditandai

ketidakpastian yang meningkat, dimana hal ini dipicu tiga perkembangan

yang kurang menguntungkan. Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia

melambat dari 3,8% pada tahun 2017 menjadi 3,7% pada tahun 2018.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat kemudian menurunkan pertumbuhan

volume perdagangan dunia dan harga komoditas global. Kedua, suku bunga

Federal funds Rate (FFR) naik lebih cepat dan lebih tinggi dari respons

tahun sebelumnya, sehingga memicu risiko pembalikan aliran modal dari

negara berkembang. Ketiga, ketidakpastian pasar keuangan global

meningkat dipicu beberapa faktor seperti peningkatan ketegangan

perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok dan negara lain, risiko

geopolitik seperti perundingan Brexit dan krisis di beberapa negara

berkembang seperti Argentina dan Turki. Ketiga faktor ini kemudian

mendorong investor global menarik dananya dan mengancam stabilitas

eksternal negara berkembang. Mata uang berbagai negara melemah tajam


7

terhadap dolar AS dan menimbulkan kerentanan instabilitas makro ekonomi

dan sistem keuangan. Maka dari itu, dengan banyaknya tekanan dari

eksternal, perbankan syariah yang tidak berorientasi kepada bunga

diharapkan dapat memiliki daya tahan terhadap krisis. Untuk meningkatkan

kinerja perbankan syriah maka efisiensi menjadi hal yang penting untuk

diperhatikan.

Masalah efisiensi harus mendapat perhatian serius terutama oleh

pengelola bank syariah dalam rangka mendorong pengembangan industri

perbankan Syariah agar dapat menghasilkan kinerja yang terbaik,

mempunyai daya saing yang tinggi dalam industri perbankan nasional, dan

dapat memperluas pangsa pasarnya. Ketika perbankan Syariah mampu

meningkatkan efisiensi operasinya, maka perbankan Syariah akan lebih

tangguh dalam menghadapi perubahan lingkungan ekonomi bisnis yang

terjadi.

Untuk meningkatkan daya saing industri perbankan syariah, maka

bank-bank syariah harus mampu beroperasi secara efisien. Hal-hal ini untuk

mencapai keuntungan dan mengoptimalkan produktivitas bank syariah.

Pengukuran efisiensi dalam perbankan syariah sangat penting karena dari

hasil pengukuran tersebut dapat diketahui kinerja bank secara menyeluruh.

(Ahmad Rodoni, 2017)


8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang di atas, maka identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak meratanya pertumbuhan perbankan syariah di negara-negara

OKI (Organisasi Kerjasama Islam) khususnya di negara Indonesia,

malaysia dan Pakistan maka diperlukan pengukuran efisiensi yang

bisa menjadi evaluasi bagi perbankan syariah di negara tersebut.

2. Adanya Perbedaan tingkat efisiensi pada bank-bank syariah di

Indonesia, Malaysia, dan Pakistan, untuk itu perlu mengukur

perbandingan efisiensi bank syariah pada ketiga negara tersebut.

3. Banyaknya perbankan yang mengalami kesulitan keuangan pada

saat terjadinya krisis 2007-2008, sehingga efisiensi perbankan

menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

4. Tekanan global yang membuat sektor perbankan syariah harus

menghadapi berbagai kemungkinan akibat ancaman perekonomian

global tersebut dengan memperhatikan efisiensi perbankan syariah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia, Malaysia

dan Pakistan?

2. Apakah terdapat perbedaan tingkat efisiensi perbankan syariah di

Indonesia, Malaysia dan Pakistan?


9

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Menganalisis tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia, Malaysia

dan Pakistan.

2. Menganalisis perbedaan tingkat efisiensi perbankan syariah di

Indonesia, Malaysia dan Pakistan.

E. Manfaat penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi kontribusi institusi pada

pengembangan ilmu pengetahuan, dan juga penelitian ini dapat

memberikan tambahan pengetahuan mengenai kinerja

perbankan, khususnya tentang efisiensi keuangan bank syariah

di Indonesia Malaysia dan Pakistan. Selain itu, penelitian ini

juga bisa menjadi bahan kajian dan referensi untuk penelitian-

penelitian selanjutnya.

2. Praktis

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk

mengetahui kinerja perbankan syariah terutama pada efisiensi

keuangan bank, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi oleh

pihak manajemen bank untuk dapat meningkatkan efisiensi


10

perbankan syariah agar mencapai efisiensi optimal. Kemudian

penelitian ini dapat menjadi tolak ukur perbandingan dengan

negara lain sehingga bisa menjadi salah satu pembelajaran bagi

pihak pemerintah agar dapat menjadikan perbankan syariah

yang lebih maju dan dapat bersaing secara global.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori –teori Terkait dengan Penelitian

1. Kinerja Keuangan Bank

a. Pengertian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk

melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan

benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah

memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi

Keuangan) atau GAAP (General Aceptep Accounting Priciple), dan

lainnya. (Fahmi, 2012)

Kinerja keuangan merupakan suatu usaha formal untuk

mengevaluasi efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam

menghasilkan laba dan posisi kas tertentu. Dengan pengukuran

kinerja keuangan, dapat dilihat prospek pertumbuhan dan

perkembangan keuangan perusahaan. Perusahaan dikatakan berhasil

apabila perusahaan telah mencapai suatu kinerja tertentu yang telah

ditetapkan. (Hery, 2015)

Laporan keuangan pada perbankan menunjukkan kinerja

keuangan yang telah dicapai perbankan pada suatu waktu. Kinerja

keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio

11
12

keuangan sehingga dapat mengetahui kinerja tersebut dengan

menggunakan analisis rasio, yakni rasio likuiditas, solvabilitas,

rentabilitas, dan efisiensi operasional. Analisis rasio ini merupakan

teknis analisis untuk mengetahui hubungan antara pos-pos tertentu

dalam neraca maupun laporan laba rugi bank secara individual

maupun secara bersama-sama. (Rahmawati, 2008)

b. Pengukuran Kinerja Keuangan

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan

perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing

dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan

proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung,

mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap

keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

Menurut (Munawir, 2012) menyatakan bahwa tujuan dari

pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:

1) Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan

kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

2) Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik

keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.


13

3) Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering

disebut dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

4) Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya dengan

stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan

perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar

beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.

c. Alat Analisis Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.

Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi

(Munawir, 2010):

1) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik

analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua

periode atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam

jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif).

2) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk

mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan

kenaikan atau penurunan.

3) Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan

teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada

masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva

maupun utang.
14

4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan

teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan

penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang

dibandingkan.

5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik

analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya

perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu.

6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan

untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca

maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara

simultan.

7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis

untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya

perubahan laba.

8) Analisis Break Event, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar

perusahaan tidak mengalami kerugian.

d. Pengukuran Rasio Keuangan

Menurut (Munawir, 2010) terdapat empatkelompok rasio

keuangan yaitu:

1) Rasio Likuiditas Yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan

perusahaan membiayai operasi dan memenuhi kewajiban

finansial pada saat ditagih.


15

2) Rasio Leverage Yaitu rasio untuk mengukur seberapa jauh

aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

3) Rasio Aktivitas Yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan

perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau

kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang

maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.

4) Rasio Rentabilitas Yaitu rasio yang digunakan untuk menilai

kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.

Menurut (Harahap, 2010) rasio keuangan yang sering

digunakan adalah sebagai berikut:

1) Rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.

2) Rasio solvabilitas adalah adalah rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka

panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan

dilikuidasi.

3) Rasio rentabiltas/profitabilitas adalah rasio yang

menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

4) Rasio leverage adalah adalah rasio yang melihat seberapa jauh

perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar.

5) Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan aktivitas yang

dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya.


16

6) Rasio pertumbuhan adalah rasio yang menggambarkan

persentase kenaikkan penjualan/pendapatan tahun ini dibanding

dengan tahun lalu.

7) Penilaian pasar adalah rasio yang menggambarkan situasi atau

keadaan prestasi perusahaan dipasar modal.

8) Rasio produktivitas adalah rasio yang menunjukkan tingkat

produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai.

2. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

a. Pengertian Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

Ada beberapa pengertian Rasio BOPO menurut para ahli. Di

antaranya menurut (Rivai, 2013) Rasio BOPO adalah perbandingan

antara beban operasional dengan pendapatan operasional dalam

mengukur tingkat efesiensi dan kemampuan bank dalam melakukan

kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio BOPO akan lebih baik,

karena bank yang bersangkutan dapat menutup beban operasional

dengan pendapatan operasionalnya. Adapun standar rasio beban

operasional dan pendapatan operasional (BOPO) menurut Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004,

adalah 94%-96%. Rumus rasio BOPO, yaitu:

Beban Operasional
BOPO = Pendapatan operasional × 100% (2.1)

b. Komponen Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional

Komponen pendapatan dan beban operasional secara

lengkap menurut (Kasmir, 2013) adalah sebagai berikut:


17

1) Pendapatan bunga, pos ini meliputi semua pendapatan bank

yang berupa hasil bunga dalam rupiah dan valuta asing (valas)

dalam aktivitas operasionalnya. Pos ini juga memasukkan

pendapatan berupa komisi dan provisi yang diterima dalam

rangka pemberian kredit.

2) Beban bunga, pos ini meliputi semua beban yang dibayarkan

bank berupa beban bunga dalam rupiah dan valuta asing baik

kepada penduduk maupun bukan penduduk. Dalam pos ini juga

dimasukkan komisi dan provisi yang dibayarkan bank dalam

bentuk komisi/provisi pinjaman.

3) Pendapatan operasional lainnya, pos ini berisi pendapatan

operasional lainnya baik dari penduduk maupun bukan

penduduk yang terdiri dari: pendapatan provisi, pendapatan

transaksi valuta asing, pendapatan kenaikan nilai surat berharga.

4) Beban (pendapatan) penghapusan aktiva produktif

5) Beban estimasi kerugian komitmen dan kontojensi, pos ini berisi

penyusutan amortisasi/penghapusan atas transaksi rekening

administratif.

6) Beban operasional lainnya, pos ini berisi semua pengeluaran

yang dilakukan bank untuk mendukung kegiatan

operasionalnya.

Sedangkan pendapatan dan beban menurut (Rivai, 2013) yaitu:

1) Pendapatan Bank, terdiri dari:


18

a) Hasil Bunga, adalah pendapatan bunga dari pinjaman yang

diberikan maupun dari penanaman-penanaman yang

dilakukan oleh bank.

b) Provisi dan Komisi, yaitu pendapatan bank yang akan

diterima dan diakui sebagai pendapatan pada saat kredit

disetujui oleh bank.

c) Pendapatan atas Transaksi Valuta Asing, merupakan

pendapatan yang berasal dari selisih kurs.

d) Pendapatan Operasional Lainnya, yaitu pendapatan lain

yang merupakan hasil langsung dari kegiatan lainnya yang

merupakan kegiatan operasional bank yang tidak termasuk

ke dalam rekening pendapatan diatas, misalnya deviden yang

diterima dari saham.

e) Pendapatan Non Operasional, adalah rupa-rupa pendapatan

yang berasal dari aktivitas diluar usaha bank.

f) Pendapatan Luar Biasa, yaitu keuntungan yang diterima

secara tiba-tiba atau tidak pernah diramalkan sebelumnya.

g) Koreksi Masa Lalu, yaitu koreksi terhadap dalam laporan

keuangan periode lalu yang berasal dari kesalahan

perhitungan atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi

yang tidak tepat, kelalaian mencatat suatu transaksi dan

kesalahan yang bersifat matematis.


19

h) Pengaruh Komulatif Perubahan Prinsip Akuntansi,

merupakan selisih antara jumlah laba yang ditahan awal

periode perubahan dengan jumlah laba yang ditahan yang

seharusnya dilaporkan bila prinsip akuntansi yang baru telah

diterapkan untuk seluruh periode yang dipengaruhi.

2) Beban Bank, terdiri dari:

a) Biaya Bunga, yaitu biaya bunga dana yang dimiliki oleh

bank.

b) Biaya Valuta Asing, muncul dari kerugian selisih kurs.

c) Biaya Overhead, adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank

yang tidak memiliki manfaat untuk masa-masa mendatang.

Jenis-jenis biaya tersebut antara lain biaya yang berkaitan

dengan pegawai, biaya penyusutan aktiva tetap, biaya

operasional kantor dan jenis biaya yang dikeluarkan atau

berkaitan dengan periode pelaporan keuangan.

d) Biaya Pegawai, yaitu seluruh biaya yang dikeluarkan bank

untuk membiayai pegawainya

e) Biaya Penyusutan, merupakan alokasi biaya yang

dibebankan ke dalam laporan laba-rugi menurut kriteria atau

berdasarkan waktu.

f) Biaya Non operasional, yaitu biaya yang tidak berkaitan

dengan kegiatan utama bank, misalnya kerugian dari

penjualan aktiva tetap.


20

g) Beban Luar Biasa, yaitu biaya yang kejadiannya tidak

normal atau tidak berhubungan dengan kegiatan perusahaan

serta tidak sering terjadi atau tidak terulang di masa yang

akan datang.

h) Koreksi Masa Lalu, apabila telah terjadi kesalahan


perhitungan, kesalahan prinsip akuntansi yang tidak tepat,
kelalaian mencatat suatu transaksi dll
i) Pajak Penghasilan

3. Efisiensi

a. Pengertian Efisiensi

Efisiensi berasal dari bahasa latin Efficere, yang berarti

menghasilkan, mengadakan, menjanjikan. Efisiensi diartikan

dengan bagaimana cara kerja untuk mendapatkan hasil yang

sebanyak dan sebaik mungkin dengan pengorbanan yang sekecil

mungkin. Efisiensi dalam perbankan, seperti halnya perusahaan juga

merupakan tolak ukur dalam mengukur kinerja bank. Di mana

efisiensi merupakan jawaban-jawaban atas kesulitan-kesulitan

dalam menghitung ukuran ukuran kinerja seperti tingkat alokasi,

teknis, maupun total efisiensi. (Pulungan, 2013)

Efisiensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu

(dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya). Definisi lain

efisiensi adalah pengukuran kinerja yang melihat dari segi


21

pengerjaan sesuai dengan jumlah biaya yang dikeluarkan, bahkan

akan lebih baik jika bisa dilakukan penghematan secara lebih

intensif. (Fahmi, 2012)

Menurut Sarjono (2008) dalam (Ramly, 2017) menjelaskan

bahwa efisiensi menjadi salah satu parameter kinerja perbankan

yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja perusahan.

Kemampuan memaksimalkan input yang tersedia untuk

menghasilkan output yang tinggi merupakan ukuran kinerja yang

diharapkan. Pada perbankan maka kondisi bagaimana mendapatkan

input yang ada dengan meminimalkan tingkat input. Untuk melihat

ketidakefesiensi sebuah perbankan dapat di identifikasi tingkat

output dan inputnya dengan menganalisa lebih jauh faktor-faktor

penyebabnya.

Menurut Weill (2004) dalam (Ferari, 2011) efisiensi industri

perbankan dapat dilihat dari aspek mikro dan makro. Dari aspek

mikro menjelaskan bahwa suatu bank harus bisa bertahan dalam

suasana persaingan yang semakin ketat. Bank-bank yang tidak

efisien tidak akan mampu berkompetensi di dalam pengelolaan

keuangan, pemasaran dan inovasi produk. Sementara dari aspek

makro, efisiensi pada industri perbankan dapat mempengaruhi biaya

intermediasi keuangan dan stabilitas sistem keuangan.

Efisiensi adalah nisbah atau rasio antara output dan input.

Suatu perusahaan termasuk industri perbankan dapat dikatakan


22

efisien jika mampu menghasilkan output lebih banyak dibandingkan

input yang dikeluarkan atau menghasilkan output yang sama dengan

input yang dikeluarkan lebih sedikit. (Hidayat, 2011)

Shone Rinald menyatakan bahwa efisiensi merupakan

perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya

output maksimum dengan sejumlah input yang berarti. Jika rasio

output input tersebut bernilai besar maka efisiensi dikatakan

semakin tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah

penggunaan input yang terbaik dalam memproduksi output.

(Amrillah, 2014)

b. Konsep Efisiensi dalam Perspektif Islam

Menurut (Ali, 2010), menekan biaya yang sebesar-besarnya

untuk mendapatkan keuntungan yang paling maksimal dalam teori

produsen akan berakibat pada perbuatan zalim yang tidak

bersenyawa dengan ruh Islam. Dalam Islam, perwujudan

keuntungan yang optimal dihasilkan melalui usaha

yang optimal (kerja keras) untuk menghasilkan sesuatu secara

optimal dengan tetap menjaga keseimbangan (ta‟adul) dan etika

syariah.

Dari sudut pandang ekonomi Islam, konsep efisiensi sejalan

dengan prinsip syariah yang bertujuan untuk mencapai dan menjaga

Maqashid Syariah yaitu terpeliharanya al-maal (Sari, 2015).

Maqashid Syariah adalah tujuan dan rahasia yang telah ditetapkan


23

syaria’ pada setiap hukum-hukum-Nya untuk kemaslahatan

manusia (Febriadi, 2017). Konsep efisiensi pada dasarnya adalah

menghindari segala bentuk pemborosan sebagaimana terkandung

dalam surat Al-Israa’ ayat 26-27:

Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga keluarga yang dekat akan

haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan

janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Sesungguhnya pemboros pemboros itu adalah saudara-saudara

syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.

(Q.S. Al-Israa : 26-27)

Menurut Hamka (2007) dalam (Sari, 2015) Makna kata

‘boros’ pada ayat di atas adalah berasal dari kata tabdzir yang

merupakan kata kerja (fi‟il) dari kata sifat (isim) mubadzir yang oleh

Imam Syafi’i diartikan sebagai membelanjakan harta tidak pada

jalannya. Lebih lanjut dijelaskan oleh Mujahid bahwa walaupun

seluruh harta dihabiskan untuk jalan yang benar, maka tidak

dikategorikan sebagai mubadzir. Sebaliknya, walaupun hanya

seukuran padi, tetapi digunakan untuk hal yang tidak benar, maka

hal itu disebut dengan mubadzir. Berdasarkan konsep tersebut, maka

konsep efisiensi dalam perbankan syariah merujuk kepada


24

pengelolaan sumber daya dan biaya untuk hasil yang optimal agar

tepat guna, hemat, wajar dan tidak boros.

c. Efisiensi dalam Perbankan

Konsep efisiensi pertama kali diperkenankan oleh Farrel

(1957) yang merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh

Debreu (1951) dan Koopmans (1951). Efisiensi adalah ukuran

penting dari kondisi operasional bank dan merupakan salah satu

kunci indikator sukses suatu bank, secara individual setelah

membandingkan dengan seluruh industri perbankan. Studi efisiensi

juga penting untuk mengukur potensi dampak yang muncul dari

suatu kebijakan bank sentral/pemerintah terhadap adanya perubahan

kebijakan perbankan. (Abidin, 2009)

Kurnia menjelaskan bahwa secara keseluruhan efisiensi

perbankan dapat dikomposisikan dalam efisiensi skala (scale

efficiency), efisiensi cakupan (scope efficiency), efisiensi teknik dan

efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai

efisiensi skala ketika bank yang bersangkutan mampu beroperasi

dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan

efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada

diversifikasi lokasi. Efisiensi lokasi tercapai ketika bank mampu

menentukan berbagai output yang memaksimumkan keuntungan,

sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan hubungan

antara input dengan output dalam proses produksi. (Purwanto, 2011)


25

Menurut Prasetyo (2007) dalam (Ali, 2010) mengatakan

bahwa dalam sudut pandang perusahaan dikenal tiga macam

efisiensi, yaitu:

1) Technical Efficiency, yaitu efisiensi yang mencerminkan

kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang

optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu.

2) Allocative Efficiency, yaitu efisiensi yang mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan

inputnya dengan struktur harga dan teknologinya.

3) Economic Efficiency, yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal

dan efisiensi alokatif.

d. Teknik Pengukuran Efisiensi

Secara umum, ada dua pendekatan untuk mengukur tingkat

efisiensi perbankan yaitu pendekatan nisbah keuangan (financial

ratio) dan pendekatan operating research yaitu sebagai berikut

(Hidayat, 2014):

1) Pendekatan Nisbah Keuangan (Financial Ratio)

Pendekatan ini mengukur tingkat efisiensi dengan merujuk

pada kinerja keungan, seperti: pengukuran Return On Asset

(ROA), Return On Equity (ROE), dan Beban

Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO).

Secara lebih rinci, ROA merupakan nisbah antaa pendapatan

dengan aset. Teknik ini untuk mengukur tingkat pendapatan


26

bank dalam kaitannya dengan penggunaan seluruh sumber daya

yang dimiliki oleh bank. Semakin tinggi nilai ROA, maka bank

terebut semakin efisien.

ROE merupakan nisbah antara pendapatan dengan modal

para pemegang saham. Teknik ini mengukur tingkat efisiensi

bank dalam kaitannya memperoleh keuntungan dari setiap unit

modal para pemegang saham. Semakin tinggi nilai ROE, berarti

bank tersebut semakin efisien.

Kemudian, BOPO merupakan nisbah antara biaya operasi

dengan pendapatan operasi. Teknik ini untuk mengukur tingkat

efisiensi bank dengan cara mengukur jumlah pendapatan

(income) dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan

bank. Semakin tingkat BOPO bermakna bank tersebut semakin

efisien. (Hidayat, 2014)

2) Pendekatan Operating Research

Pendekatan ini didasarkan pada frontier atau batasan.

Pendekatan ini semakin popular diterapkan untuk mengukur

tingkat efisiensi, karena frontier didasarkan pada perilaku

institusi, dalam hal ini bagaimana pihak institusi

memaksimalkan input ataupun dengan meminimalkan output.

Oleh karenanya, deviasi dari frontier dapat diinterpretasikan

sebagai ukuran dari efisiensi, yang merupakan standar kondisi

optimal yang mungkin dicapai. (Fauzi, 2014)


27

Dalam perkembangannya, pendekatan frontier ini lebih

diutamakan, karena hasil pengukurannya lebih objektif, bisa

didapatkan dari ukuranukuran numerik ukuran kinerja relatif,

yang bisa memasukkan banyak faktor, seperti: faktor biaya

(input), keuntungan (input), dan faktor-faktor lainnya untuk

menghitung efisiensi relatif dibandingkan dengan kinerja terbaik

institusi pada industri sejenis. (Fauzi, 2014)

Pendekatan parametrik terdiri dari Stochastic Frontier

Analysis/Approach (SFA), Thick Frontier Approach (TFA), dan

Distribution Free Approach (DFA). Sementara itu pendekatan

nonparametrik terdiri dari Data Envelopment Analysis (DEA)

dan Free Disposal Hull (FDH). (Fauzi, 2014)

DEA adalah analisa non-parametrik yang merupakan

pengembangan dari matematika linear programming untuk

mengukur tingkat efisiensi dari Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)

relatif terhadap (UKE) yang sejenis ketika semua unit-unit ini

berada pada atau di bawah “kurva” efisiensi frontiernya. Teknik

DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan

Rhodes (1978), berdasarkan penyelidikan Farrell (1957). Teknik

ini sangat populer sebagai alat manajemen (management tool),

serta paling banyak dipergunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi. DEA juga merupakan sebuah teknik yang unggul

dalam mengukur tingkat efisiensi teknik secara total (overall).


28

Sejak pertengahan tahun 1980-an, teknik non parametrik DEA

telah banyak digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi

industri perbankan dan secara luas diaplikasikan dalam menilai

kinerja usaha, sekolah, rumah sakit, perbankan dan perencanaan

produksi. (Hidayat, 2014)

Metode DEA menghitung efisiensi teknis untuk seluruh unit.

Skor efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada

tingkat efisiensi dari unit-unit lainnya di dalam sampel. Setiap

unit dalam sampel dianggap memiliki tingkat efisiensi yang

tidak negatif, dan nilainya antara 0 dan 1 dengan ketentuan satu

menunjukkan efisiensi yang sempurna. Selanjutnya, unit-unit

yang memiliki nilai satu ini digunakan dalam membuat envelope

untuk frontier efisiensi, sedangkan unit lainnya yang ada di

dalam envelope menunjukkan tingkat inefisiensi. (Abidin, 2009)

e. Hubungan Input dan Output dalam Efisiensi

Menurut Hadad et al. (2003) dalam (Amrillah, 2014)

terdapat tiga pendekatan yang digunakan dalam menentukan

input dan output untuk lembaga keuangan, yaitu:

1) Pendekatan Produksi

Pendekatan ini menilai lembaga keuangan sebagai

produser dari rekening tabungan dan pinjaman. Menurut

pendekatan produksi, output didefinisikan sebagai

penjumlahan dari rekening tabungan dan pinjaman. Input


29

yang digunakan berdasarkan pendekatan ini yaitu jumlah

tenaga kerja, pengeluaran modal pada aset tetap, dan input

lainnya.

2) Pendekatan Aset

Pendekatan ini mengukur kemampuan lembaga

keuangan dalam menanamkan pinjaman/dana. Output yang

digunakan berdasarkan pendekatan aset yaitu pinjaman,

surat-surat berharga, dan aset lainnya. Input yang digunakan

yaitu harga tenaga kerja, harga dana, dan harga fisik modal.

3) Pendekatan Intermediasi

Pendekatan ini menilai bahwa lembaga keuangan

sebagai intermediator yang merubah serta mentransfer aset-

aset finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit.

Input yang digunakan yaitu dana pihak ketiga, pembayaran

bunga deposit, tabungan, serta biaya operasional lainnya.

Output yang digunakan yaitu kredit pinjaman, dan investasi

finansial.

f. Variabel Input dan Output untuk Efisiensi

1) Variabel Input

a) Dana Pihak Ketiga

DPK adalah kewajiban Bank kepada penduduk dan

bukan penduduk dalam rupiah dan/atau valuta asing (PBI

No. 20/4/PBI/2018). DPK adalah dana yang dihimpun oleh


30

bank dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito

(Prasetyoningrum, 2015). Sementara itu, menurut (Ihsan,

2015) sumber dana pihak ketiga adalah sebagai berikut:

(1) Simpanan Giro, merupakan simpanan nasabah yang

memungkinkan nasabah penyimpan melakukan

penarikan dana sewaktu-waktu menggunakan fasilitas

seperti cek, bilyet giro, kartu ATM, pemindahbukuan

atau dengan menggunakan sarana perintah lainnya.

Simpanan Giro dalam bank syariah menggunakan akad

wadiah yad dhamanah, yakni akad titipan dengan pihak

yang menerima titipan (bank) dapat memanfaatkan

barang yang dititipkan.

(2) Simpanan Tabungan, yaitu jenis simpanan nasabah yang

memungkinkan nasabah untuk dapat mengambil

sewaktu waktu melalui teller kartu ATM, atau kartu

debet lainnya. Dalam bank syariah terdapat dua jenis

akad yang digunakan yaitu:

(a) Tabungan Wadiah, yaitu tabungan menggunakan

akad wadiah yad dhamanah, yakni penerima titipan

diberikan izin untuk menggunakan dan mengambil

manfaat dari titipan tersebut.

(b) Tabungan Mudharabah, yaitu tabungan

menggunakan akad mudharabah muthlaqah yakni


31

akad mudharabah yang tidak dibatasi

penggunaannya dari pihak nasabah dan nasabah

sebagai pemilik modal akan mendapatkan bagi hasil.

(3) Simpanan Deposito, yaitu jenis simpanan nasabah yang

mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo). Jangka

waktu deposito biasanya 1, 3, 6, dan 12 bulan. Akad yang

digunakan adalah mudharabah di mana akan terdapat

bagi hasil antara pemilik dana (nasabah) dan pengelola

dana (bank). Semakin lama jangka waktu

deposito maka tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank

juga akan semakin tinggi.

b) Aset Tetap

Aset adalah kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan

(Rodoni, 2014). Aset terdiri dari aset lancar dan aset tetap.

Total aset bank adalah jumlah keseluruhan kekayaan yang

dimiliki oleh bank.Aktiva/aset tetap adalah aktiva berwujud

yang diperoleh dalam bentuk siap pakai yang digunakan

dalam perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual. (Ihsan,

2015)

Menurut (Kasmir, 2009) Aktiva tetap dinyatakan

berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi

penyusutan dan kerugian penurunan nilai, kecuali hak atas


32

tanah dan bangunan yang telah dinilai kembali dengan harga

pasar berdasarkan peraturan pemerintah.

c) Biaya Tenaga Kerja

Biaya personalia atau biaya tenaga kerja merupakan

salah satu biaya/beban usaha yang menjadi tanggungan bank

(Kasmir, 2009). Menurut (Kustanti, 2016) Biaya Tenaga

Kerja adalah biaya gaji, biaya pendidikan, dan tunjangan

kesejahteraan karyawan perusahaan, dalam hal ini bank

syariah. Adapaun yang termasuk ke dalam biaya tenaga kerja

adalah seluruh biaya yang dikeluarkan bank untuk

membiayai pegawainya, seperti gaji dan upah, uang lembur,

perawatan kesehatan, honorarium komisaris, bantuan untuk

pegawai dalam bentuk natura, dan pengeluaran lainnya

untuk pegawai.

2) Variabel Output

a) Total Pembiayaan

Menurut UU No. 21 Tahun 2008, Pembiayaan adalah

penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu

berupa:

(1) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan

musyarakah.

(2) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa

beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.


33

(3) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah,

salam, dan istishna.

(4) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

(5) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk

transaksi multijasa.

Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara

Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan

pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk

mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu

dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

b) Pendapatan Operasional Lainnya

Pendapatan Operasional Lainnya merupakan

kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi

dalam bentuk arus kas masuk yang mengakibatkan kenaikan

ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Dengan kata lain pendapatan operasional lainnya adalah

sumber penghasilan lainnya yang diterima oleh bank atas

jasa yang telah diberikan kepada nasabahnya (Iskandar,

2013).

Adapun sumber dari pendapatan operasional lainnya

adalah pendapatan yang bukan berasal dari usaha pokok

bank seperti pendapatan biaya administrasi (fee based


34

income), penjualan aset tetap/inventaris dan lain-lain.

(Iskandar, 2013)

4. Perbankan Syariah

a. Bank Syariah

Praktik perbankan telah dilaksanakan oleh umat Islam sejak

zaman Rasulullah SAW. Umat Islam terbiasa menitipkan harta,

meminjamkan uang, dan melakukan pengiriman uang, baik antara

sesama muslim ataupun dengan non muslim. Ketiga aktivitas

tersebut merupakan fungsi perbankan yang utama yaitu menerima

titipan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa keuangan.

Sehingga dapat dikatakan praktik perbankan telah menjadi

kebutuhan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah SAW.

(Karim, 2010)

Perkembangan bank syariah secara internasional diawali

dengan diadakannya sidang menteri luar negeri yang

diselenggarakan oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada tahun

1970 di Pakistan. Pertemuan tersebut menghasilkan usulan untuk

mendirikan Islamic Development Bank (IDB) dan disetujui pada

tahun 1975 melalui sidang menteri keuangan OKI. Setelah

didirikannya IDB maka sejak tahun 1980 mulai didirikan bank

syariah di berbagai negara seperti di Mesir, Sudan, negaranegara

Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, dan Turki. (Anshori,

2009)
35

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang berperan

penting dalam perekonomian suatu negara. Semakin berkembang

industri perbankan maka semakin baik pula pertumbuhan ekonomi

negara tersebut. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi untuk

menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam

rangka pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional

kearah peningkatan kesejahteraan rakyat. (Kasmir, 2009)

Dalam Undang-Undang No.21 tahun 2008 dijelaskan bahwa

yang dimaksud dengan perbankan syariah adalah segala sesuatu

yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Menurut Undang-Undang No. 21

tahun 2008, bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan

usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri

dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan

negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu

lintas pembayaran dan juga peredaran uang yang beroperasi dengan

menggunakan prinsip-prinsip syariah atau Islam. Sedangkan

menurut Schaik, Bank Syariah adalah suatu bentuk dari bank

modern yang didasarkan pada hukum Islam, yang dikembangkan

pada abad pertengahan Islam dengan menggunakan konsep bagi

resiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem keuangan yang


36

didasarkan pada kepastian dan keuntungan yang telah ditentukan

sebelumnya (Ismail, 2013)

Jadi, berdasarkan pengertian diatas, pengertian bank syariah

adalah lembaga keuangan yang menjalankan fungsinya sebagai

perantara (intermediary) dalam menghimpun dana dari masyarakat

dan menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah.

b. Fungsi Bank Syariah


Berdasarkan Undang-Undang No.21 tahun 2008 dalam pasal

4, fungsi bank syariah diantaranya:

1) Fungsi manajer investasi, dimana bank syariah bertindak sebagai

manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) kemudian

bank syariah menyalurkan dana tersebut kepada usaha-usaha

yang produktif sehingga bank dapat menghasilkan keuntungan

keuntungan yang didapat oleh bank syariah akan dibagihasilkan

kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati

diawal akad.

2) Fungsi investor, bank syariah dapat melakukan penanaman atau

menginvestasikan dana kepada sector-sektor yang produktif

dengan risiko yang kecil.

3) Fungsi sosial artinya bank syariah dapat menghimpun dana

dalam bentuk zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF).

Setelah dana terkumpul bank syariah dapat menyalurkan kepada


37

pihak-pihak yang membutuhkan tanpa mengharapkan

keuntungan atau imbalan.

4) Fungsi jasa keuangan, fungsi ini merupakan pelayanan yang

diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat umum. Jasa

keuangan merupakan penunjang kelancaran kegiatan

penghimpunan dan penyaluran dana. Semakin lengkap jasa

keungan bank syariah akan semakin baik dalam pelayanan

kepada nasabah. (Ikit, 2015)

c. Produk dan Jasa Perbankan Syariah


Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan

syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu:

1) Produk Penghimpunan Dana (Funding)

Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro,

tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang dapat

diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip

Wadi’ah dan Mudharabah. (Karim A. , 2014)

Pada dasarnya, penghimpunan dana yang dilakukan oleh

bank terdiri dari dua unsur yaitu simpanan dan investasi.

Simpanan merupakan dana yang dipercayakan oleh nasabah

kepada bank syariah dan/atau UUS berdasarkan akad Wadi’ah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu. Investasi merupakan dana yang


38

dipercayakan oleh nasabah kepada bank syariah dan/atau UUS

berdasarkan akad Mudharabah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk deposito,

tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

(Soemitra, 2009)

2) Produk Penyaluran Dana (Financing)


Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis

besar produk penyaluran dana terbagi ke dalam empat kategori

yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:

pembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki

barang, pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk

mendapatkan jasa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna

mendapatkan barang dan jasa sekaligus, pembiayaan dengan

akad pelengkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan

dengan menggunakan tiga prinsip di atas. (Karim A. , 2014)

a) Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli

Pembiayaan dengan prinsip jual beli ini dilaksanakan

sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang

atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank

ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang

yang dijual. (Karim A. , 2014)


39

Pembiayaan dengan pola jual beli ini dapat

dibedakan menjadi tiga bagian akad yaitu Murabahah,

Salam, dan Isthisna’. (Soemitra, 2009)

b) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ini

dilaksanakan sehubungan dengan adanya kerja sama yang

ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.

Tingkat keuntungan bank ditentukan dan besarnya

keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada

pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, keuntungan

ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka.

(Karim A. , 2014)

Pembiayaan dengan pola bagi hasil ini dapat

dibedakan menjadi dua bagian akad yaitu Mudharabah dan

Musyarakah. (Soemitra, 2009)

c) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa

Pembiayaan dengan prinsip sewa ini dilandasi

dengan adanya perpindahan manfaat. Jadi, pada dasarnya

prinsip sewa sama saja dengan prinsip jual beli, tapi

perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada

prinsip jual beli objek transaksinya adalah barang, maka

pada prinsip sewa objek transaksinya adalah jasa. Tingkat


40

keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian

harga atas barang yang dijual. (Karim A. , 2014)

Pembiayaan dengan pola sewa ini dapat dibedakan

menjadi dua bagian akad yaitu Ijarah dan Ijarah Muntahiya

Bittamlik. (Soemitra, 2009)

d) Pembiayaan dengan Prinsip Akad Pelengkap

Dalam rangka mempermudah pelaksanaan

pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap.

Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari

keuntungan tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan

pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari

keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk

meminta pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti biaya ini

sekedar untuk menutupi biaya yang benarbenar timbul

(Karim A. , 2014). Pembiayaan dengan akad pelengkap ini

dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu Qardh,

Hawalah, dan Multijasa. (Soemitra, 2009)

Sedangkan menurut Al Harran dalam (Ascarya, 2015),

produk pembiayaan pada bank syariah dapat dibagi menjadi tiga,

yaitu:

a) Return bearing financing, yaitu pembiayaan yang bersifat

menuntungkan, di mana pemilik modal bersedia


41

menanggung risiko dan nasabah bersedia membagi

keuntungan.

b) Return free financing, yaitu pembiayaan yang tidak hanya

bertujuan untuk mencari keuntungan tetapi juga ditujukan

kepada pihak yang membutuhkan.

c) Charity financing, yaitu pembiayaan yang sengaja diberikan

kepada pihak-pihak yang membutuhkan sehinga tidak ada

pokok pembiayaan ataupun keuntungan yang dibagi kepada

bank.

3) Produk Jasa Perbankan Syariah

Selain menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari

(penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit

unit) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus unit), bank

syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa

perbankan kepada nasabah dengan imbalan berupa sewa atau

keuntungan. (Karim A. , 2014)

Beberapa produk jasa keuangan di perbankan syariah adalah

penukaran valuta asing (sharf), penyewaan kotak simpanan (safe

deposit box) dan jasa tatalaksana administrasi dokumen

(custodian), pembukuan L/C, inkaso, dan transfer uang.

(Soemitra, 2009)
42

d. Alur Operasional Perbankan Syariah


Gambar 2.1 Alur Operasional Bank Syariah

Sumber: Ascarya (2015)

Adapun penjelasan dari gambar diatas dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1) Penghimpunan dana bank syariah, yang diperhatikan bukan


nama produknya, namun prinsip syariah yang dipergunakan.

Selain itu, bank syariah juga mempunyai sumber dana lain yang

berasal dari modal sendiri.

2) Semua penghimpunan dana atau sumber dana tersebut dicampur

menjadi satu, dalam bentuk pooling dana. Dalam penghimpunan

dana inilah bank syariah sangat berperan sebagai manager

investasi dari pemilik dana yang dihimpun.

3) Dana bank syariah yang dihimpun, kemudian disalurkan dengan


pola-pola penyaluran dana yang sesuai syariah.
43

4) Dari penyaluran dana tersebut akan diperoleh pendapatan yaitu

berupa margin, bagi hasil, atau ujroh yang merupakan

pendapatan operasi utama.

5) Lalu pendapatan operasi utama ini akan dibagikan antara

pemilik dana (nasabah) dan pengelola dana (bank syariah).

6) Selain pendapatan operasi utama, bank syariah juga mendapat

pendapatan-pendapatan lainnya yang menjadi hak sepenuhnya

bagi bank syariah, di mana pendapatanpendapatan tersebut tidak

dibagi-hasilkan antara pemilik dan pengelola dana (bank).

Pendapatan tersebut antara lain pendapatan yang berasal dari fee

base income, fee pembayaran payroll dan fee lain dari jasa

layanan yang diberikan oleh bank syariah.


44

B. Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema

penelitian ini yang penulis cantumkan sebagai bahan pembanding adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
1 A Comparative Muhamma Hasil Mengukur Tidak
Study of d Afaq, penelitian efisiensi mengukur
Operational Haider menunjukkan perbankan efisiensi
Efficiency of Qasim bahwa tingkat syariah di perbankan
Pakistani and Raza, produktivitas Malaysi syariah pada
Malaysian Soniya perbankan adan negara
Islamic Banks: Jameel, syariah di Pakistan Indonesia.
Data Khansa Pakistan menggunak Variabel
Envelopment Pervaiz meningkat di an metode input:
Analysis (2019) bandingkan Data Deposito,
Approach dengan bank- Envelopmen Biaya
bank syariah di t Analysis Operasional
Malaysia (DEA). dan total aset.
Variabel
Output:
Investasi, laba
bersih serta
Loans and
advances.
2 Analisis Miftahurro Hasil Mengukur Tidak
Faktor-Faktor hman penelitian efisiensi mengukur
45

yang (2019) menunjukkan pada bank efisiensi bank


Mempengaruhi bahwa rata- umum syariah pada
Tingkat rata bank syariah negara
Efisiensi umum syariah dengan Pakistan.
Perbankan di negara- menggunak
Syariah negara an metode
dengan ASEAN Data
Pendekatan memiliki Envelopmen
Data tingkat efisien t Analysis
Envelopment yang relatif (DEA).
Analysis (Studi rendah selama Variabel
Pada Bank periode2008- Input: DPK,
Syariah 2014. Biaya
Negara-Negara tenaga kerja
ASEAN) dan Aset
tetap
Variabel
Output:
Total
pembiayaan
dan total
pendapatan
operasional
3 Islamic Bank Erna Putri Hasil Mengukur Tidak
Efficiency: A Lestari and penelitian efisiensi mengukur
Comparative Ade menunjukkan perbankan efisiensi pada
Study Between Sofyan BUS (Bank syariah negara
Indonesia and Mulazid umum syariah) menggunak Malaysia.
Pakistan (2018) di Indonesia an metode Variabel
lebih efisien data Output:
dibandingkan envelopmen
46

BUS di t analysis Investasi


Pakistan. (DEA). Finansial
Namun, tidak Variabel
ada perbedaan Input: DPK,
yang signifikan Aset Tetap
diantara dan Biaya
keduanya. Tenaga
Kerja.
Variabel
Output:
Pembiayaan
dan
Pendapatan
Operasional
4 Analisis Amalia, Hasil Mengukur Tidak
Perbandingan Meutia penelitian efisiensi mengukur
Efisiensi Bank Fitri menunjukkan pada negara efisiensi pada
Umum (2018) bahwa nilai Indonesia negara
Konvensional efisiensi Bank dengan Malaysia dan
Dan Bank Umum Syariah menggunak Pakistan.
Umum Syariah lebih baik an metode
Di Indonesia dibandingkan Data
dengan dengan Bank Envelopmen
Menggunakan Umum t Analysis
Metode Data Konvensional. (DEA)
Envelopment Hal ini dapat Variabel
Analysis ditunjukkan Input: DPK,
dengan lebih dan Biaya
tingginya nilai tenaga kerja
rata-rata Variabel
efisiensi Bank Output:
47

Umum Syariah Pembiayaan


baik dengan dan
model CRS Pendapatan
maupun VRS operasional
dibandingkan
dengan Bank
Umum
Konvensional.
5 Efisiensi dan Aam Rata-rata Mengukur Mengukur
Stabilitas Bank Slamet efisiensi CRS efisiensi Stabilitas bank
Umum Syariah Rusydiana bank syariah di bank syariah, dan
Di Indonesia (2018) Indonesia syariah di tidak
rendah, akan Indonesia mengukur
tetapi rata-rata dengan efisiensi pada
efisiensi VRS- menggunak negara
nya tinggi. an metode Malaysia dan
Data Pakistan serta
Envelopmen tidak
t Analysis melakukan uji
(DEA) beda.
Variabel
Input: DPK,
Biaya
Tenaga
Kerja
Variabel
Output:
Pembiayaan
dan
Pendapatan
Operasional
48

6 Comparing Ahmad Indonesia, Mengukur Tidak


Efficiency And Rodoni, Malaysia dan efisiensi mengukur
Productivity In M. Arskal Pakistan tidak perbankan produktifitas
Islamic Salim, dapat syariah di perbankan
Banking: Case Euis mencapai negara syariah.
Study In Amalia, efisiensi yang Indonesia, Variabel
Indonesia, Rezki optimum Malaysia Input: Biaya
Malaysia And Syahri dalam lima dan Staf, Biaya
Pakistan Rakhmadi. tahun, akan Pakistan Tetap, dan
(2017) tetapi yang menggunak Total Setoran.
paling an metode Variabel
mendekati data Output: Total
efisiensi envelopmen Pinjaman dan
optimum t analysis Aset Likuid
adalah (DEA).
Pakistan, Variabel
kemudian Output:
Malaysia dan Pendapatan
Indonesia.
7 Islamic Ika Yulita Tidak terdapat Menganalisi Tidak
Banking dan Perbedaan s perbedaan Mengukur
Efficiency: Sofyan yang efisiensi efisiensi
Comparative Rizal signifikan di perbankan perbankan
Studies (2016) Antara syariah dan syariah di
Between efisiensi melakukan negara
Malaysia dan Perbankan uji beda Pakistan.
Indonesia syariah di nonparamet Variabel
Indonesia dan rik Input: Biaya
Malaysia. Variabel Operasional.
Akan tetapi, input: DPK
score efisiensi dan Aset
49

perbankan Tetap.
syariah di Variabel
Indonesia lebih Output:
besar daripada Pembiayaan
di ,
Malaysia. Pendapatan
Operasional
8 Membandingk Hikmah Hasil Mengukur Tidak
an Efisiensi Maulidiya penelitian efisiensi mengukur
Bank Syariah h dan menunjukkan perbankan efisiensi pada
di Indonesia Nisful perbankan syariah di negara
dan Malaysia Laila syariah di negara Pakistan.
Dengan (2016) Indonesia lebih Indonesia Variabel
Metode Data efisien dan Input: Total
Envelopment daripada Malaysia Simpanan
Analysis perbankan dengan Variabel
(DEA) syariah di menggunak Output: Laba
Malaysia. an metode Operasional
Namun, tidak Data
ada perbedaan Envelopmen
yang t Analysis
signifikan (DEA).
diantara Variabel
keduanya. Input: Aset
Tetap dan
Biaya
Tenaga
Kerja.
Variabel
Output:
Pembiayaan
50

9 Efficiency Muhamma Hasil Mengukur Tidak


Analysis of d Tariq penelitian efisiensi mengukur
Islamic Banks Majeed menunjukkan Bank efisiensi pada
in Pakistan Abida bahwa bank Syariah di negara
Zanib syariah di Negara Indonesia dan
(2016) Pakistan Pakistan Malaysia.
kurang efisien dengan Variabel
dibandingkan menggunak Input:
dengan bank an metode Total
konvensional Data deposito,
Envelopmen Share Capital
t Analysis Variabel
(DEA). output:
Variabel Investment,
Input: Aset advances,
Tetap total aset
10 The Islamic Solihin Hasil Mengukur Tidak
Banking and Noer, penelitian efisiensi mengukur
the Economic Azam menunjukkan perbankan efisiensi pada
Integration in Achsani, bahwa syariah negara
ASEAN dan perbankan dengan Pakistan.
Imam T. syariah di menggunak Variabel
Saptono Malaysia an metode input: Beban
(2016) menunjukkan Data Operasional
tingkat Envelopmen Lainnya,
efisiensi yang t Analysis Kewajiban
lebih baik (DEA). pada Bank
dibandingkan Variabel lain.
dengan rata- input: DPK, Variabel
rata bank Biaya output:
51

syariah Tenaga Penempatan


ASEAN. Kerja pada Bank
Variabel lain, Surat
Output: Berharga yang
Pembiayaan dimiliki.
Sumber: diolah dari berbagai referensi
52

C. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan frontier

yaitu metode non parametrik data envelopmen analysis (DEA). Setelah

menentukan tingkat efisiensi dengan metode DEA dan didapatkan juga

variabel yang belum mencapai nilai efisiensi optimum (Potential

Improvement), kemudian dilakukan uji normalitas dengan kolmogrov-

smirnov untuk mengetahui normal atau tidaknya data yang digunakan. Jika

data terdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah uji ANOVA,

sedangkan jika data tidak terdistribusi normal, maka uji yang digunakan

adalah uji Kruskal-Wallis. Kerangka pemikiran mengenai penelitian ini

dapat dilihat dalam gambar berikut:


53

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran


Perbandingan Efisiensi Industri Perbankan Syariah:
Studi Pada Indonesia, Malaysia dan Pakistan

Laporan Keuangan BUS di Negara Indonesia,


Malaysia dan Pakistan Tahun 2014-2018

Variabel Input: Variabel Output:


1. Dana Pihak Ketiga 1. Total Pembiayaan
2. Aset Tetap 2. Pendapatan
3. Biaya Tenaga Operasional lainnya
Kerja
Pengukuran Efisiensi Menggunakan Metode Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan Pendekatan
Intermediasi

Asumsi CRS Asumsi VRS

Potential
Scale Efficiency
Improvement
masing-masing
BUS
Uji Normalitas Data dengan
Kolmogrov-smirnov

Jika Data Jika Data


Terdistribusi Terdistribusi
Normal Tidak Normal

Uji ANOVA Uji Kruskal-Wallis

Hasil dan Interpretasi Penelitian

Kesimpulan dan Rekomendasi


Penelitian
54

D. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian

1. Perbankan Syariah di Indonesia, Malaysia dan Pakistan Efisien

Efisiensi perbankan adalah kemampuan bank dalam menghasilkan

output yang maksimal dengan input tertentu atau menghasilkan output

tertentu dengan input minimal. Nilai efisiensi perbankan syariah yang

tinggi berarti bahwa perbankan syariah memiliki kinerja keuangan yang

baik. Dengan demikian bank syariah dapat bersaing dengan bank

konvensional dan dapat terus berkontribusi untuk mensejahterakan

rakyat. Pendekatan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dalam

penelitian ini adalah pendekatan intermediasi. Berger dan Humphrey

(1997) mengatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan

pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga

keuangan secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai

financial intermediation (Muharam, 2007). Selain itu, pendekatan

intermediasi merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan

untuk mengukur efisiensi (Hidayat, 2014). Begitupun menurut Berger

dan Humphrey (1997) dalam (Abidin, 2009) yang mengatakan bahwa

pendekatan intermediasi adalah yang paling sesuai untuk mengevaluasi

efisiensi seluruh bank. Pemilihan variabel input dan output dalam

penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan (Lestari, Erna

Putri dan Ade Sofyan Mulazid, 2018) dengan sedikit modifikasi pada

variabel output tidak memasukkan variabel investasi financial seperti

penelitian yang dilakukan oleh (Miftahurrohman, 2019). Jadi, Variabel


55

input yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPK, Aset Tetap dan

Biaya Tenaga Kerja dengan Total Pembiayaan dan Pendapatan

Operasional lainnya sebagai variabel outputnya.

Beberapa penelitian terdahulu mengatakan bahwa perbankan

syariah di beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia dan Pakistan

adalah efisien. Diantaranya penelitian yang dilakukan (Maulidiyah,

2016) yang meneliti mengenai Efisiensi Bank Syariah di Indonesia dan

Malaysia dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA), hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa bank syariah di Indonesia dan

Malaysia adalah Efisien. Selanjutnya penelitian yang dilakukan

(Ahmad Rodoni, 2017) yang meneliti tentang Efisiensi dan

Produktivitas Bank Syariah di Indonesia, Malaysia dan Pakistan dengan

metode Data Envelopment Analysis (DEA), hasil penelitian tersebut

meyatakan bahwa perbankan syariah yang paling mendekati efisiensi

optimum adalah bank syariah di Pakistan, kemudian di susul Malaysia

dan Indonesia.

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hal : Perbankan Syariah di Indonesia, Malaysia dan Pakistan adalah

efisien.

2. Perbedaan Tingakat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia,

Malaysia dan Pakistan Efisien


56

Perbedaan di antara pertumbuhan dan perkembangan perbankan

syariah di beberapa negara khususnya di Indonesia, Malaysia dan

Pakistan membuat peningkatan dan evaluasi melalui pengukuran

efisiensi perlu untuk dilakukan. Apabila tidak terdapat perbedaan yang

signifikan di antara perbankan syariah di negara-negara tersebut, maka

berarti efisiensi perbankan syariah di Indonesia, Malaysia dan Pakistan

tidak berbeda secara signifikan meskipun total asetnya memiliki

perbedaan yang cukup jauh. Beberapa penelitian yang masih berkaitan

dengan uji beda pada efisiensi ini.

Beberapa penelitian yang membandingkan efisiensi perbankan

syariah Indonesia dan Malaysia telah dilakukan sebelumnya, (Rizal,

2016) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)

perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia pada 2006-2014. Begitu

pula dengan penelitian yang dilakukan oleh (Maulidiyah, 2016), uji

Mann Whitney yang dilakukan membuktikan bahwa tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara efisiensi dengan metode DEA pada

perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia periode 2010-2014.

Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha2 : terdapat perbedaan tingkat efisiensi perbankan syariah di

Indonesia, malaysia dan pakistan.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2015). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS)

yang terdapat di negara Indonesia, Malaysia dan Pakistan. Adapun populasi

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian pada BUS di Indonesia, Malaysia


dan Pakistan
No Nama BUS di Indonesia
1 Bank Aceh Syariah
2 Bank Muamalat Indonesia
3 Bank Victoria Syariah
4 Bank BRI Syariah
5 Bank Jabar Banten Syariah
6 Bank BNI Syariah
7 Bank Syariah Mandiri
8 Bank Mega Syariah
9 Bank Panin Dubai Syariah
10 Bank Syariah Bukopin
11 BCA Syariah
12 Bank Tabungan Pensuiunan Nasional Syariah
13 Maybank Syariah Indonesia
14 BPD Nusa Tenggara Barat Syariah

57
58

No Nama BUS di Malaysia


1 Affin Islamic Bank Berhad
2 Al rajhi Banking & Invesment Corporation
(Malaysia) Berhad
3 Alliance Islamic Bank Berhad
4 AmBank Islamic Berhad
5 Bank Islam Malaysia Berhad
6 Bank Muamalat Malaysia Berhad
7 CIMB Islamic Bank Berhad
8 HSBC Amanah Malaysia Berhad
9 Hong Leong Islamic Bank Berhad
10 Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad
11 MBSB Bank Berhad
12 Maybank Islamic Berhad
13 OCBC Al-Amin Bank Berhad
14 Public Islamic Bank Berhad
15 RHB Islamic Bank Berhad
16 Standard Chartered Saadiq Bead
No Nama BUS di Pakistan
1 Al Baraka Bank (Pakistan) Limited
2 Bank Islami Pakistan Limited
3 Burj Bank Limited
4 Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
5 Meezan Bank Limited
Sumber: Daftar BUS di Otoritas Jasa Keuangan, Central Bank of
Malaysia dan State Bank of Pakistan
Sampel adalah sebagian elemen data yang mewakili populasi objek

penelitian dalam rangka pelaksanaan penelitian karena adanya kendala yang

dihadapi oleh peneliti, seperti biaya, waktu, tenaga, serta heterogenitas atau

homogenitas elemen populasi tersebut. Teknik pemilihan sampel dalam


59

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel yang menggunakan kriteria tertentu sebagai

pertimbangan oleh peneliti (Wahyuni, 2014).

Adapun pertimbangan yang digunakan sebagai pertimbangan

pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah (BUS) yang beroperasi di negara Indonesia,

Malaysia dan Pakistan yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan atau

Bank Indonesia, Central Bank of Malaysia dan State Bank of

Pakistan selama periode pengamatan 2014-2018.

2. Bank Umum Syariah (BUS) dengan peringkat Top 2 berdasarkan

Total Aset di masing-masing negara per Desember 2018

3. Bank Umum Syariah (BUS) di negara Indonesia, Malaysia dan

Pakistan yang mempublikasikan Laporan Keuangan Tahunan di

website resminya masing-masing selama periode pengamatan.

4. Tidak memiliki nilai atau bobot negatif pada variabel input atau

output di dalam laporan keuangan, hal ini merupakan syarat analisis

efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).

Tabel 3.2 Sampel Penelitian pada BUS di Indonesia, Malaysia dan


Pakistan
No Indonesia Malaysia Pakistan
1 Bank Syariah Maybank Islamic Al Baraka Bank
Mandiri Berhad (MIB) (Pakistan) Limited
2 Bank Muamalat CIMB Islamic Meezan Bank
Indonesia Berhad (CIMBIB) Limited
60

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perbankan syariah di Negara

Indonesia, Malaysia, dan Pakistan. Bank syariah yang diteliti berjumlah 6

bank syariah dengan 2 bank syariah di negara Indonesia, 2 bank syariah di

negara Malaysia dan 2 bank syariah di negara Pakistan. Penelitian ini

dilakukan dalam kurun waktu 2014-2018.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data

sekunder, karena diperoleh dari laporan keuangan tahunan masing-masing

BUS di negara Indonesia, Malaysia dan Pakistan melalui website resminya.

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data (peneliti) akan tetapi melalui dokumen atau orang

lain (Sugiyono, 2015).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis data

yaitu dalam bentuk data panel. Menurut (Sriyana, 2014) data panel adalah

penggabungan antara data time series dengan data cross section. data panel

menjelaskan dua macam informasi, yaitu informasi antar unit (cross section)

dan informasi antar waktu (time series).

Menurut (Suliyanto, 2011), data panel memilki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan data time series ataupun cross section. beberapa di

antaranya:

1. Data panel memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi

2. Data panel lebih informatif


61

3. Data panel cocok untuk studi perubahan dinamis

4. Data panel mampu mengukur pengaruh yang tidak dapat diobservasi

dengan data time series ataupun cross section.

5. Data panel dapat mempelajari model perilaku yang lebih kompleks

D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

efisiensi. Untuk pengukuran efisiensi menggunakan tiga variabel input dan

dua variabel output. Variabel input terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK),

Aset Tetap, dan Biaya Tenaga Kerja. Sedangkan variabel output terdiri dari

Total Pembiayaan dan Pendapatan Operasional lainnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Field Research

Penelitian ini menggunakan data panel yang diperoleh dari website

resmi masing-masing bank syariah di lima negara anggota ASEAN pada

rentang waktu 2011- 2017.

2. Library Research

Penelitian ini juga menggunakan data yang diperoleh dari beberapa

literatur, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan

objek penelitian dan dapat mendukung bahan kajian penelitian.

3. Internet Research
62

Peneliti juga dapat menggunakan data dari internet sebagai

alternatif, karena terkadang data yang didapat dari sumber lainnya

kurang memadai atau sudah kedaluwarsa seiring dengan

berkembangnya ilmu pengetahuan.

F. Metode Analisis Data

1. Mengukur Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA adalah teknik pemrograman linier untuk meneliti kinerja unit

pembuat keputusan (Decision Making Unit/DMU) atau suatu bank

dalam suatu industri beroperasi dalam hubungannya dengan bank lain

dalam sampel. Teknik ini membuat kumpulan batas (frontier set)

perbankan yang efisien dan membandingkannya dengan perbankan lain

yang tidak efisien. Hal ini dilakukan untuk membat skor (nilai) efisiensi.

Selanjutnya, skor efisiensi bank dibatasi antara 0 dan 1, yang mana bank

yang paling efisien mempunyai skor 1 dan bank yang paling tidak

efisien dengan skor 1 tidak perlu menghasilkan output maksimum

daripada input yang ada. Bank tersebut cukup menghasilkan “best

practice level of output” di antara bank lain dalam sampel. Pendekatan

yang biasa digunakan dalam pengukuran efisiensi adalah penggunaan

rasio output atas input, seperti persamaan 3.1 (Hidayat, 2014).


𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (3.1)

Dalam pendekatan DEA, pemrograman linier digunakan untuk

memaksimalkan nisbah antara input dan output. Demikian pula untuk

DMU’s industri perbankan syariah. Untuk DMU’s dalam industri


63

perbankan syariah (yang menjadi objek penelitian), seluruh sampel

input dan output masingmasing dinotasikan oleh ‘n’ dan ‘m’, yang mana

n adalah input, m adalah output, lalu efisiensi masing-masing bank

dihitung melalui persamaan berikut ini: (Hidayat, 2014)

∑𝒎
𝒊 =𝟏 𝒖𝒊 𝒚𝒊𝒔
𝒆𝒔 = ∑𝒏
untuk i = 1,.., m dan j = 1,...., n. (3.2)
𝒋 =𝟏 𝒗𝒋 𝒙𝒋𝒔

Keterangan:

yis : jumlah output ke-i yang dihasilkan oleh bank ke-s

xjs : jumlah input ke-j yang dihasilkan oleh bank ke-s

ui : pemberat (weight) output

vj : pemberat (weight) input

Nisbah efisiensi (es) dalam persamaan (3.2) kemudian

dimaksimumkan untuk memilih pemberat optimum dengan:

∑𝒎
𝒊 =𝟏 𝒖𝒊 𝒚𝒊𝒓
∑𝒏
Subject to ≤ 1, untuk r = 1,..,n dan ui dan vj ≥ 0 (3.3)
𝒋 =𝟏 𝒗𝒋 𝒙𝒋𝒓

Ketidaksamaan persamaan (3.2) menjamin nisbah efisiensi menjadi

sekurang-kurangnya persamaan (3.1) dan ketidaksamaan persamaan

(3.3) menjamin bahwa pemberatnya positif. Charnes, Cooper, dan

Rhodes (1978) menyatakan bahwa bagian pemograman linier ini dapat

diubah menjadi pemograman linier biasa (ordinasry linier program)

sebagai berikut:

Maximuze 𝑒𝑠 = ∑𝑚
𝑖=1 𝑢𝑖 𝑦𝑖𝑠 ≤ 0, r = 1,..,n; (3.4)

Subject to 𝑒𝑠 = ∑𝑚 𝑚
𝑖=1 𝑢𝑖 𝑦𝑖𝑠 − ∑𝑗=1 𝑢𝑗 𝑦𝑖𝑟

= 1 dan ui dan uj ≥ 0
64

∑ 𝑢𝑗 𝑥𝑖𝑠
𝑗=1

Dengan cara yang sama pemograman linier dapat diubah menjadi dwi

masalah:

Maximuze 𝜀𝑠

Subject to ∑𝑛𝑟=1 𝜑𝑟 𝑦𝑖𝑟 ≥ 𝑦𝑖𝑠,𝑖 = 1, … , 𝑚; (3.5)

𝜀𝑠 𝑥𝑖𝑠 − ∑𝑛𝑟=1 ∅𝑟 𝑥𝑖𝑟 ≥ 0, 𝑗 = 1, … , 𝑛; ∅𝑟 ≥ 0, dan 0 ≤ 𝜀𝑠 ≤ 1

dengan εs adalah total nilai (skor) efisiensi teknik daripada bank

ke-s, yang mana nilai 1 menandakan titik batas. Persamaan

pemograman linier persamaan (4) dan (5) mengasumsikan constant

return to scale (CRS). Batas (garis) efisiensi dapat dilihat sebagai

sempadan OC seperti yang ditujukan dalam Gambar 3.1. oleh sebab itu,

bank yang berada di batas (garis) tersebut ialah efisien berdasarkan

definisi Farrel (1957). Bank ke-s beralokasi di sisi kanan daripada batas

atau bank yang tidak efisien digambarkan sebagai titik point S dalam

Gambar 3.1. keseluruhan efisiensi teknik (εs) kemudian dihitung

dengan nisbah dari AQ/AS. Dengan demikian bank ke-s harus

dikurangi (1- εs) dari input untuk mencapai efisiensi di titik Q.

(Hidayat, 2014)
65

Gambar 3.1: Pengukuran Efisiensi dengan Menggunakan 1 Input


dan 1 Output

Sumber: (Hidayat, 2014:101)


Jika masalah pada pemograman linier (4) dan (5) dapat diselesaikan

dengan menambah hambatan (restriction) 𝜑𝑟𝑠 dari 1 ke n sama dengan

1, maka ada dua pengukuran efisiensi yaitu variable returns to scale

(VRS) yang dapat ditunjukkan oleh Gambar 3.1 sebagai VV’; dan pure

technical effeciency (PTE) yang ditunjukkan oleh ARAS = 𝑝𝑠 bagi bank

ke-s pada titik S. Ini berarti bahwa scale effeciency dihitung oleh Õs =

s/ps. Kemudian, pecahan daripada pengurangan keluaran (output lost)

yang disebabkan scale effeciency dapat diukur sebagai (1- Õs).

(Hidayat, 2014)

Scale effeciency sama dengan 1 apabila dan hanya jika teknologi

menunjukkan CRS atau titik B dalam Gambar 3.1. meskipun demikian,

scale effeciency dapat terjadi disebabkan oleh adanya kenaikan

(increasing/irs) atau penurunan (decreasing/drs) return to scale. Untuk

memperoleh kedua hasil tersebut, penyelesaian daripada persamaan

pemograman linier (4) dan (5) harus dibatasi dengan penjumlahan ∅r

dari 1 ke n kurang dari atau sama dengan 1 (≤ 1) dalam hal mana


66

penyelesaian gambar (pictorical solution) dapat ditunjukkan sebagai

OBV’. Pengukuran efisiensi dengan menggunakan metodologi ini bagi

bank ke-s pada titik S adalah ∅s = (AQ/AS) yang juga sama dengan s.

Oleh karena itu decreasing diperoleh dengan Õs = ∅s dan increasing

terjadi apabila Õs ≠ ∅s dengan demikian efisiensi terjadi apabila Õs =

∅s = s = 1. (Hidayat, 2014)

Pada DEA, organisasi atau objek yang diteliti disebut DMU

(Decision Making Unit). Inti dari DEA adalah menentukan bobot

(weighted) atau timbangan untuk setiap input dan output DMU. Secara

umum DMU dianggap sebagai entitas yang bertanggung jawab untuk

mengubah input menjadi output dan kinerjanya harus dievaluasi. Dalam

aplikasi manajerial, DMU dapat mencakup bank, department store dan

supermarket, dan diperluas ke pabrik mobil, rumah sakit, sekolah,

perpustakaan umum dan sebagainya. Dalam mengamankan

perbandingan relatif, sekelompok DMU digunakan untuk mengevaluasi

satu sama lain dengan masing-masing DMU yang memiliki tingkat

kebebasan manajerial tertentu dalam pengambilan keputusan. (Cooper,

2007)

Misalkan ada n DMU: DMU1, DMU2, ..., dan DMUke-n.

Beberapa item input dan output yang umum untuk masing-masing j = l,

..., n, DMU dipilih sebagai berikut (Cooper, 2007):

a. Data numerik tersedia untuk setiap input dan output, dengan data

diasumsikan positif untuk semua DMU.


67

b. Item (input, output dan pilihan DMU) harus mencerminkan

kepentingan analis atau manajer dalam komponen yang akan masuk

ke dalam evaluasi efisiensi relatif DMU.

c. Pada prinsipnya, jumlah input yang lebih kecil lebih baik dan jumlah

output yang lebih besar lebih disukai sehingga nilai efisiensi harus

mencerminkan prinsip-prinsip ini.

d. Unit pengukuran input dan output yang berbeda tidak perlu

kongruen. Beberapa mungkin melibatkan jumlah orang, atau area

lantai, uang yang dikeluarkan, dan lain-lain.

Analisis DEA pada awalnya digunakan untuk mengatasi

kekurangan analisis rasio dan regresi berganda, dimana DEA dapat

mengukur efisiensi relatif suatu DMU (Decision Making Unit) dengan

menggunakan input dan output lebih dari satu. Efisiensi relatif suatu

DMU adalah efisiensi suatu DMU dibanding dengan DMU lain dalam

sampel yang menggunakan jenis input dan output yang sama. DEA

memformulasikan DMU sebagai program linear fraksional untuk

mencari solusi, apabila model tersebut ditransformasikan ke dalam

program linear dengan nilai bobot dari input dan output (Sutawijaya,

2009). Di samping mengukur tingkat efisiensi relatif suatu DMU

terhadap DMU dalam kelompoknya. DEA juga dapat melihat sumber

ketidakefisienan dengan ukuran peningkatan potensial (potential

improvement) dari masingmasing input dan output (Endri, 2011).


68

2. Uji Normalitas Data (Kolmogrov-Smirnov Test)

Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel

independen bila datanya berbentuk ordinal yang telah tersuun pada tabel

distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kelas-kelas interval

(Sugiyono, 2015). Dengan kata lain, uji normalitas dapat digunakan

untuk menguji kenormalan dari suatu data. Rumus untuk menghitung

uji normalitas Kolmogrov Smirnov ini adalah sebagai berikut (Sugiyono,

2015):

D = maksimum [Sn1 (x) − Sn2 (x)] (3.6)

Uji Kolmogrov Smirnov ini dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0: Data residual berdistribusi normal

Jika hasil Uji Kolmogrov Smirnov menunjukkan nilai probabilitas tidak

signifikan yaitu di atas 0.05, maka hipotesis nol diterima yang berarti

data residual terdistribusi normal.

Ha: Data residual tidak terdistribusi normal.

Jika hasil Uji Kolmogrov Smirnov menunjukkan nilai probabilitas

signifikan yaitu di bawah atau sama dengan 0.05 maka hipotesis nol

ditolak yang berarti data residual tidak terdistribusi normal.

3. Uji Beda

a. Uji ANOVA

Uji ANOVA atau One Way ANOVA adalah uji yang

digunakan untuk menguji rata-rata/pengaruh perlakuan dari suatu

percobaan yang menggunakan satu faktor, di mana satu faktor


69

tersebut memiliki tiga atau lebih kelompok (Siregar, 2015). One

Way ANOVA merupakan pengujian hipotesis komparatif untuk

data berjenis interval/rasio, dengan k sampel (lebih dari dua sampel)

yang berkorelasi dengan satu faktor yang mempengaruhi.

Asumsi yang digunakan untuk menerapkan metode ini

adalah (Siregar, 2015):

1. Data dari sampel berjenis interval atau rasio

2. Sampel yang akan diuji lebih dari dua populasi (sampel)

3. Sampel yang akan diuji terdistribusi norma

4. Varian setiap populasi sama.

Rumus perhitungan uji ANOVA menggunakan Uji F adalah

sebagai berikut.

Jika Fhitung < Ftabel Maka H0 diterima dan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan di antara sampel

Jika Fhitung ≥ Ftabel Maka H0 ditolak dan terdapat

perbedaan yang signifikan di antara sampel

Atau jika menggunakan nilai signifikansi:

Jika p value > 0,05 (α) Maka H0 diterima dan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan.

Jika p value < 0,05 (α) Maka H0 ditolak dan terdapat

perbedaan yang signifikan.


70

b. Uji Kruskal Wallis

Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis

komparatif antara k sampel independen untuk data yang bersifat

ordinal (Sugiyono, 2015). Menurut (Siregar, 2015) Uji peringkat

Kruskal-Wallis diperkenalkan oleh W.H Kruskal dan Wallis pada

1952, yang merupakan turunan dari uji Wilcoxon dengan kriteria

lebih dari dua sampel bebas. Uji ini juga merupakan perluasan dari

Uji Mann-Whitney U-Test yang hanya bisa membandingkan 2

sampel independen. Uji Kruskal-Wallis merupakan uji non

parametrik, untuk itu uji ini dilakukan sebagai alternatif apabila data

tidak terdistribusi normal.

Asumsi yang digunakan untuk menerapkan metode ini

adalah (Siregar, 2015):

1) Data merupakan sampel acak hasil pengamatan

2) Populasi (sampel) tidak terdistribusi tertentu

3) Jumlah sampel tidak besar

4) Skala pengukuran yang dipakai ordinal

5) Ketiga sampel tidak saling memengaruhi

6) Variabel yang diamati yaitu variabel acak kontinu.

Rumus yang digunakan untuk pengujian adalah:

𝑘
12 𝑅2
𝐻 = 𝑁(𝑁+1) ∑ − 3(N + 1) (3.7)
𝑛𝑗
𝑗=1
71

Dimana:

N = Banyak baris dan tabel

k = Banyak kolom

Rj = Jumlah ranking dalam kolom

Kriteria pengujian efisiensi adalah sebagai berikut.

Jika H-hitung > X2tabel Maka H0 diterima dan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan di antara sampel

Jika H-hitung < X2tabel Maka H0 ditolak dan

terdapat perbedaan yang signifikan di antara sampel

Atau jika menggunakan nilai signifikansi:

Jika p value > 0,05 (α ) Maka H0 diterima dan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan.

Jika p value < 0,05 ( α) Maka H0 ditolak dan

terdapat perbedaan yang signifikan.


BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Perkembangan Bank Umum Syariah Di Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas

muslim terbesar di dunia, untuk itu Indonesia memiliki potensi

menjadi pusat pengembangan industri keuangan syariah. Industri

keuangan syariah dalam beberapa tahun terakhir menujukkan

perkembangan yang positif. Berdasarkan Islamic Finance

Development Indicator (IFDI) 2019, total aset keuangan syariah di

Indonesia menempati posisi ke-8 dengan total aset USD 86 miliar

pada tahun 2018. Sedangkan untuk aset perbankan syariah Indonesia

sendiri menempati posisi ke-10 dengan total aset USD 28 miliar.

Bank umum syariah di Indonesia dalam 5 tahun terakhir

berkembang dengan cukup baik. Berdasarkan Laporan

Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia (LPKSI) 2018, aset

bank syariah di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif.

Dimana aset bank syariah pada tahun 2018 naik 9,95% dari tahun

sebelumnya dengan total aset sebesar Rp316,691 miliar. Kinerja

perbankan syariah menunjukkan perbaikan, dilihat dari rasio

keuangan seperti ROA pada tahun 2018 sebesar 1,59%, meningkat

72
73

dari tahun 2017 sebesar 1,15%. Dimana hal ini didorong oleh

peningkatan pembiayaan dan membaiknya efisiensi perbankan

syariah. Efisiensi membaik tercermin dengan menurunnya nilai

BOPO perbankan syariah, dimana pada tahun 2017 nilai BOPO

sebesar 89,62% dan turun menjadi 85,49% pada 2018. Di Indonesia

terdapat 2 bank syariah yang memiliki aset terbesar adalah Bank

Syariah Mandiri (BSM) yang mempunyai total aset sebesar Rp98,34

triliun, dan Bank muamalat Indonesia (BMI) yang memiliki total

aset sebesar Rp57,2 triliun pada tahun 2018.

a. Bank Syariah Mandiri

Bank Syariah Mandiri (BSM) mulai resmi beroperasi sejak

Senin tanggal 1 November 1999. Bank Syariah Mandiri hadir

dengan harmonisasi idealisme usaha dengan nilai nilai spiritual.

Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999, merupakan

hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter tahun

1997-1998. Setelah diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak

Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di

panggung politik nasional, telah memunculkan berbagai

perbedaan negatif yang sangat kuat di kehidupan masyarakat,

tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri

perbankan nasional dipindahkan oleh bank konvensional.

Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan


74

merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian besar bank-bank

di Indonesia (www.syariahmandiri.co.id).

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB)

yang disokong oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT

Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga menghadapi

krisis. BSB berusaha keluar dari tantangan tersebut dengan

melakukan merger dengan beberapa bank lain serta mengundang

investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan

penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank

Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru

bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.

Kebijakan penggabungan ini juga mencari dan menetapkan PT

Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik kontribusi baru

BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri

melakukan penilaian serta membentuk Tim Pengembangan

Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk

mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok

perusahaan Bank Mandiri, sebagai respons atas diberlakukannya

UU No. 10 tahun 1998, yang memberikan peluang bank umum

untuk melakukan transaksi syariah (dual banking system). Per

Desember 2017 Bank Syariah Mandiri memiliki 737 kantor

layanan di seluruh Indonesia, dengan akses lebih dari 196.000

jaringan ATM (www.syariahmandiri.co.id).


75

b. Bank Muamalat Indonesia

PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merupakan Bank Syariah

pertama di Indonesia yang didirikan pada 1 November 1991 atau

24 Rabi’us Tsani 1412 H. Pendirian Bank Muamalat Indonesia

digagas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan

Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim

yang kemudian mendapat dukungan dari Pemerintah Republik

Indonesia. Sejak resmi beroperasi pada 1 Mei 1992 atau 27

Syawal 1412 H, Bank Muamalat Indonesia terus berinovasi dan

mengeluarkan produk- produk keuangan syariah seperti Asuransi

Syariah (Asuransi Takaful), Dana Pensiun Lembaga Keuangan

Muamalat (DPLK Muamalat) dan multifinance syariah (Al-Ijarah

Indonesia Finance), Shar-e, Shar-e Gold Debit Visa serta layanan

e-channel seperti internet banking, mobile banking, ATM, dan

cash management. Seluruh produk-produk tersebut menjadi

pionir produk syariah di Indonesia dan menjadi tonggak sejarah

penting di industri perbankan syariah.

(www.bankmuamalat.co.id).

Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia

mendapatkan izin sebagai Bank Devisa dan terdaftar sebagai

perusahaan publik yang tidak listing di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Pada tahun 2003, BMI melakukan Penawaran Umum

Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu


76

(HMETD) sebanyak 5 (lima) kali dan merupakan lembaga

perbankan pertama di Indonesia yang mengeluarkan Sukuk

Subordinasi Mudharabah. Hingga saat ini, Bank telah memiliki

325 kantor layanan termasuk 1 (satu) kantor cabang di Malaysia.

Operasional Bank juga didukung oleh jaringan layanan yang luas

berupa 710 unit ATM Muamalat, 120.000 jaringan ATM

Bersama dan ATM Prima, serta lebih dari 11.000 jaringan ATM

di Malaysia melalui Malaysia Electronic Payment (MEPS).

(www.bankmuamalat.co.id).

2. Perkembangan Bank Umum Syariah di Malaysia

Malaysia adalah salah satu negara yang menjadi pasar teratas

dalam pengembangan industri keuangan syariah bersama dengan

Bahrain dan UAE(United Arab Emirates). Keuangan syariah

Malaysia terus tumbuh dengan cepat, didukung oleh lingkungan

yang kondusif yang terkenal dengan inovasi produk yang

berkelanjutan, beragam lembaga keuangan dari seluruh dunia,

berbagai instrumen investasi syariah yang inovatif, infrastruktur

keuangan yang komprehensif dan mengadopsi peraturan global dan

praktik hukum terbaik. Semua proposisi nilai ini telah mengubah

Malaysia menjadi salah satu pasar perbankan Islam paling maju di

dunia.

Berdasarkan Islamic Finance Development Indicator (IFDI)

2019, Malaysia menempati posisi ke-3 untuk total aset keuangan


77

syariah pada tahun 2018 dengan total aset sebesar USD 521 miliar.

Sedangkan untuk aset perbankan syariah sendiri Malaysia juga

menempati posisi ke-3 dengan total aset sebesar USD 214 miliar.

Sistem keuangan syariah di Malaysia berkembang lebih cepat

daripada konvensional. Pada akhir 2019, pembiayaan syariah

menyumbang 39,2% dari total pembiayaan sektor perbankan, dan

untuk total dana yang ditempatkan pada bank syariah adalah sebesar

38% dari total simpanan sektor perbankan. (Financial Stability and

payment system report,2019).

Malaysia memiliki 16 Bank syariah yang terdiri dari Affin

Islamic Bank, Al Rajhi Islamic Bank, Allliance Islamic Bank,

AmBank Islamic Behard, Bank Islam Malaysia Berhad, Bank

Muamalat Malaysia Berhad, CIMB Islamic Berhad, HSBC Amanah,

Hong Leong Islamic Bank, Kuwait Finance House Berhad, MBSB

Bank Berhad, Maybank, OCBC Al Amin, Public Islamic Bank,

RHB Islamic Bank dan Standard Chartered Saadiq Berhad. Adapun

diantara 16 bank syariah tersebut, dua bank yang memiliki aset

tertinggi yaitu Maybank Islamic Berhad yang memiliki aset sebesar

RM 225,2 miliar dan CIMB Islamic Berhad dengan aset sebesar RM

97,5 miliar pada tahun 2018.


78

a. Maybank Islamic Berhad

Maybank Islamic Berhad merupakan anak perusahaan dari

Maybank, dimana Maybank adalah pemain perbankan syariah

terbesar di kawasan Asia Pasifik. Maybank didirikan pada 31

Mei 1960, Pada 17 Februari, Maybank mendaftar di Bursa Efek

Kuala Lumpur (Sekarang Bursa Malaysia). Pada 1974, Maybank

Islamic Berhad merupakan bank pertama yang memperkenalkan

skema kredit pedesaan dan dua tahun kemudian menjadi bank

pertama yang memperkenalkan layanan perbankan bus seluler.

Tahun 1978, Pelopor dalam komputerisasi operasi perbankan di

Malaysia, kemudian dua tahun selanjutnya Maybank

meluncurkan kartu kredit pertamanya – kartu Maybank Visa

Classic (www.maybank2u.com.my).

Maybank adalah bank ASEAN pertama yang mengadopsi

Microsoft Windows 8 platform untuk aplikasi mobile banking

perusahaannya, Maybank2E- Uang Tunai Regional pada tahun

2013. Maybank meluncurkan rencana terkait investasi

pertamanya, Edisi Mewah, rencana asuransi terkait investasi

tertutup premium tunggal di Malaysia untuk menawarkan

kombinasi perlindungan asuransi dan investasi untuk pasar

barang mewah. Maybank JUGA meluncurkan Maybank2u Pay,

yang lainnya pertama oleh bank di Malaysia. Pembayaran

Maybank2u adalah gateway pembayaran untuk memudahkan


79

pembelian di toko blog, dengan adanya Maybank2u kita bisa

melakukan transaksi yang cepat dan aman, selain itu belanja

online juga yang nyaman dan dapat diandalkan pengalaman.

(www.maybank2u.com.my).

Di Malaysia, Maybank Islamic adalah pemimpin pasar

domestik dalam total aset, total pembiayaan, dan total pendanaan

(Deposito dan Rekening Investasi Tidak Terbatas) serta

profitabilitas di semua segmen bisnis utama. Bank ini

mengadopsi pendekatan islami pertama dimana mereka

menawarkan produk dan layanan yang sesuai dengan Syariah

sebagai produk standar. Maybank Islamic Berhad ini

memberikan kontribusi 59% untuk pembiayaan Maybank di

Malaysia pada tanggal 31 Desember 2018.

(www.maybank.com).

b. CIMB Islamic Berhad

CIMB Islamic Berhad Merupakan waralaba layanan

perbankan dan keuangan syariah global dari CIMB Group.

CIMB berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia dan

menawarkan perbankan konsumen, perbankan grosir, produk

dan layanan manajemen aset yang mematuhi prinsip-prinsip

Syariah. CIMB Islamic Berhad adalah bagian dari grup

perbankan terbesar kelima di ASEAN, dan pada akhir Maret

2020 memiliki sekitar 35.000 staf dan 15 juta pelanggan di


80

beberapa negara di ASEAN, Asia dan sekitarnya. Hal ini

memungkinkan CIMB Islamic Berhad untuk menyediakan

berbagai macam produk dan layanan kepada pelanggan

komersial, perusahaan, dan institusi di seluruh ASEAN, Timur

Tengah, Asia Selatan, Asia Utara, dan pusat keuangan

internasional utama. Produk dan operasi CIMB Islamic Berhad

dikelola dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip Syariah di

bawah bimbingan Komite Syariah CIMB, yang terdiri dari para

cendekiawan Islam terkemuka di dunia.

(www.cimbislamic.com).

CIMB Islamic Bank didirikan oleh Tan Sri Dato 'Seri Dr

Zeti Akthar Aziz, Gubernur Bank Negara Malaysia pada 2 Juni

2003. Kemudian CIMB Islamic Bank bergabung dengan

Commerce Tijari Bank pada 6 Juni 2005. Setahun kemudian,

CIMB Group memulai latihan rebranding dan CIMB Islamic

diganti merek dan meluncurkan logo baru yang berwarna hijau.

Pada tahun yang sama, jendela CIMB Islamic dimulai di

Singapura. Pada tahun 2008 CIMB bermitra dengan Principal

Financial Group (PFG) untuk mendirikan usaha patungan dalam

pengelolaan dana syariah. Berbasis di Kuala Lumpur, CIMB-

Principal Islamic Asset Management adalah unit manajemen

dana Syariah global PFG yang memanfaatkan kredensial kuat

CIMB Islamic Bank untuk memanfaatkan selera institusional


81

global yang berkembang untuk investasi yang sesuai dengan

Syariah. Di Indonesia, Niaga Syariah dan Lippo Salam

bergabung menjadi CIMB Niaga Syariah. Setelah dua tahun,

CIMB Islamic Bank memodifikasi logo CIMB Islamic Bank

yang sekarang berwarna merah. (www.cimbislamic.com).

3. Perkembangan Bank Umum Syariah di Pakistan

Pakistan adalah salah satu negara muslim yang paling

berkembang di dunia, untuk itu industri keuangan syariah juga

berkembang dengan baik di Pakistan. Perbankan syariah

berkembang secara bertahap sebagai sistem paralel dan kompatibel.

Inisiatif untuk memperkenalkan kembali Perbankan Islam di

Pakistan diluncurkan pada awal tahun 2000 untuk beralih ke

ekonomi bebas bunga melalui pendekatan yang didorong oleh pasar

dan fleksibel, secara bertahap tanpa menimbulkan gangguan. Lebih

lanjut, ini bertujuan untuk membangun sistem keuangan berbasis

luas di negara ini untuk memungkinkan semua segmen populasi

mengakses layanan keuangan. Kerangka peraturan yang

komprehensif termasuk kerangka kerja Tata Kelola Syariah telah

diperkenalkan untuk pengembangan industri perbankan syariah

pada landasan yang sehat. State Bank of Pakistan (SBP) juga telah

berkolaborasi dengan regulator keuangan lokal dan internasional

dan lembaga pengembangan infrastruktur untuk mempromosikan

standardisasi dan harmonisasi dalam kerangka peraturan sejalan


82

dengan praktik terbaik internasional, untuk memfasilitasi

pengembangan industri jasa keuangan Islam secara lokal dan global.

(www.sbp.org.pk)

Perbankan syariah berkembang cukup baik di Pakistan, terlihat

dari aset bank syariah yang terus meningkat, dimana aset bank

syariah Pakistan meningkat 9,6% (Rs. 289 miliar) selama quarter

Oktober hingga Desember 2019, dan pada Desember 2019 aset bank

syariah Pakistan sebesar Rs. 3,284 miliar. Begitu juga dengan

deposito industri perbankan syariah yang mengalami pertumbuhan

triwulanan sebesar 10,2% (Rs. 245 miliar), dan pada akhir Desember

2019 deposito bank syariah pakistan sebesar Rs. 2,652 miliar.

Selanjutnya untuk laba sebelum pajak bank syariah Pakistan tercatat

sebesar Rs. 66 miliar pada akhir Desember 2019. Pangsa pasar aset

industri perbankan syariah secara keseluruhan tercatat sebesar

14,9% pada akhir Desember 2019. Pakistan memiliki 5 bank syariah

diantaranya Al Baraka Bank (Pakistan) Limited, Bank Islami

Pakistan Limited, Burj Bank Limited, Dubai Islamic Bank Pakistan

Limited, Meezan Bank Limited. Adapun dua bank syariah yang

memiliki aset terbesar yaitu Meezan Bank Limited dan Dubai

Islamic Bank yang masing-masing memiliki aset Rs. 937,9 dan Rs.

231,8 miliar pada tahun 2018. (www.sbp.org.pk).


83

a. Meezan Bank Limited

Meezan Bank, bank Islam pertama dan terbesar di Pakistan,

adalah perusahaan publik dengan modal disetor Rs. 10 miliar.

Ini adalah salah satu lembaga keuangan dengan pertumbuhan

tercepat di sektor perbankan negara ini. Dengan visi untuk

mendirikan 'perbankan syariah sebagai perbankan pilihan

pertama' - Bank Dunia mulai beroperasi pada tahun 2002, setelah

menerbitkan lisensi perbankan komersial islam yang pertama

kali oleh Bank Negara Pakistan. Bank menyediakan beragam

produk dan layanan perbankan syariah melalui jaringan

perbankan ritel yang beranggota lebih dari 790 cabang di 200

kota. Didukung oleh sistem inti inti T-24 mutakhir, jaringan

cabang didukung oleh 24/7 layanan perbankan yang mencakup

lebih dari 660 kartu ATM, VISA dan MasterCard Debit, Call

Center, Internet Banking, Aplikasi Mobile dan SMS.

(www.meezanbank.com)

Meezan Bank telah diakui sebagai bank terbaik di pakistan

oleh Pakistan banking Awards, yang merupakan penghargaan

paling bergengsi untuk sektor perbankan di Pakistan. Meezan

secara konsisten diakui sebagai bank islam terbaik baik oleh

lembaga lokal maupun internasional. Adapun penghargaan

lainnya yang didapatkan yaitu Islamic Finance News Malaysia,

Global Finance Magazine-New York, the Banker-United


84

Kingdom, Islamic Finance Forum of South Asian Awards, dan

lain sebagainya. (www.meezanbank.com)

b. Dubai Islamic Bank Pakistan Limited

Dubai Islamic Bank Pakistan Limited (DIBPL) merupakan

anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Dubai Islamic

Bank UAE (DIB). Perusahaan induk DIB adalah perusahaan

yang terdaftar di Dubai. Bank telah mempertahankan posisinya

sebagai penyedia solusi inovatif untuk semua kebutuhan

keuangan pelanggannya sesuai dengan syariah.

(www.dibpak.com)

DIBPL didirikan di Pakistan sebagai perusahaan terbatas

publik tidak terdaftar pada 27 Mei 2005 di bawah Ordinansi

Perusahaan (1984) untuk menjalankan bisnis Bank Komersial

Islam sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. Bank Negara

Pakistan (SBP) memberikan lisensi kepada Bank pada 26

November 2005 dan kemudian Bank menerima Sertifikat

Dimulainya Bisnis dari Komisi Sekuritas dan Pertukaran

Pakistan (SECP) pada 26 Januari 2006. Bank memulai

beroperasi sebagai Bank Umum Syariah yang dijadwalkan yang

berlaku mulai 28 Maret 2006. Saat ini DIBPL berdiri di 256

lokasi (235 cabang dan 21 stan perbankan permanen) di 68 kota

di seluruh Pakistan. (www.dibpak.com)


85

DIBPL adalah Bank Islam pertama di Pakistan yang

menawarkan Priority & Platinum Banking dan portofolio paling

luas & inovatif dari Alternate Distribution Channels (ADCs)

yang meliputi VISA ATM / Kartu Debit, Internet Banking, SMS

Banking, Phone Banking, Mobile Internet Banking, Transfer

Dana Antar Bank dan lebih dari 186 ATM di seluruh Pakistan.

DIBPL saat ini adalah salah satu pemain paling aktif di industri

Consumer Autos dan Home Finance dengan portofolio

gabungan jauh di atas PKR 10 Miliar. DIBPL terus berupaya dan

memperluas bidang keahlian Perbankan Kelas Dunia dalam

layanan Perbankan Ritel, Perusahaan, Perdagangan dan

Investasi di seluruh Pakistan. (www.dibpak.com)

B. Temuan Hasil Penelitian

1. Statistik Deskriptif

Sebelum menghitung tingkat efisensi perbankan syariah di

Indonesia, Malaysia dan Pakistan, terlebih dahulu menentukan

variabel input dan output yang digunakan. Dalam penelitian ini,

variabel input yang digunakan diantaranya DPK, Aset Tetap, dan

Biaya tenaga Kerja. Untuk variabel outputnya adalah Total

pembiyaan dan Pendapatan Operasional Lainnya. Untuk hasil

statistik deskriptif variabel yang digunakan dalam penelitian ini,

dapat dilihat sebagai berikut:


86

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Perbankan Syariah Di


Indonesia, Malaysia, dan Pakistan Periode 2014-2018 (Dalam
Jutaan US Dollar)
Variabel Mean Max Min Std. Dev
Biaya Tenaga 39,517 125,335 0,964 37,117
Kerja
Dana Pihak 8.669,412 34.609,37 3,377 9.784,046
Ketiga
Aset Tetap 238,959 1.566,979 1,119 382,256
Total 8.761,291 40.812,18 35,234 12.280,02
Pembiayaan
Pendapatan 124,184 759,719 6,689 204,634
Operasional
Lainnya
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 08 Juli
2020
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, nilai standar deviasi untuk setiap

variabel yang digunakan dalam penelitian ini cukup tinggi. Hal ini

berarti nilai variabel-variabel tersebut dari perbankan syariah di

Indonesia, Malaysia, dan Pakistan pada periode 2014-2018

bervariasi. Dari tabel diatas dapat dilihat untuk biaya tenaga kerja

memiliki nilai rata-rata sebesar U$D 39,517 juta. Kemudian nilai

tertinggi dan terendahnya masing-masing U$D 125,335 juta dan

U$D 0,964 juta. Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) rata-ratanya

adalah U$D 8.669,412 juta. Selanjutnya untuk nilai tertinggi dan


87

terendahnya masing-masing sebesar U$D 34.609,37 juta dan U$D

3,377 juta. Kemudian untuk Aset Tetap nilai rata-ratanya sebesar

U$D 238,959 juta, sedangkan untuk nilai tertingginya sebesar U$D

1.566,979 juta dan nilai terendahnya adalah U$D 1,119 juta.

Sementara itu, Total Pembiayaan memiliki rata-rata sebesar U$D

8.761,291 juta. Kemudian nilai tertingginya sebesar U$D 40.812,18

juta dan nilai terendahnya sebesar U$D 35,234 juta. Selanjutnya,

untuk Pendapatan Operasional Lainnya memiliki nilai rata-rata

sebesar U$D 124,184 juta. Kemudian untuk nilai tertinggi dan

terendahnya masing-masing sebesar U$D 759,719 juta dan U$D

6,689 juta.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat terlihat bahwa nilai

Biaya tenaga Kerja, DPK, Aset Tetap, Total Pembiayaan dan

Pendapatan Operasional Lainnya di Indonesia, Malaysia, dan

pakistan pada periode 2014-2018 sangat bervariasi. Hal ini terlihat

dari nilai standar deviasi yang tinggi dari masing-masing variabel.

Selain itu juga terlihat dari nilai maksimum dan minimum yang

rentang atau jaraknya cukup jauh antara satu dengan yang lain.

Variasi tersebut disebabkan karena perbedaan mata uang di setiap

negara, meskipun telah disamakan dengan menggunkan mata uang

Dolar Amerika. Untuk nilai rata-rata setiap variabel menunjukkan

angka yang masih wajar. Penjelasan lebih lanjut untuk setiap

variabel yang digunakan adalah sebagai berikut.


88

a. Biaya Tenaga Kerja

Grafik 4.1 Pergerakan Biaya Tenaga Kerja Perbankan Syariah


di Indonesia, Malaysia dan Pakistan periode 2014-2018 (Dalam
Jutaan US Dollar)

Biaya Tenaga Kerja


150

100

50

0
BSM BMI MIB CIMB IB MBL DIB

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data


diolah peneliti dengan menggunakan kurs US dollar
08 Juli 2020
Keterangan:
BSM: Bank Syariah mandiri
BMI: Bank Muamalat Indonesia
CIM IB: CIMB Islamic Berhad
MIB: Maybank Islamic Berhad
MBL: Meezan Bank Limited
DIB: Dubai Islamic Bank Pakistan Limited
Berdasarkan grafik 4.2 diatas, terlihat bahwa pergerakan

Biaya Tenaga Kerja di Indonesia, malaysia, dan pakistan selama

2014-2018 sangat bervarisi. Jumlah Biaya Tenaga Kerja

tertinggi adalah pada Bank Mandiri Syariah pada tahun 2018.

Sementara itu, untuk yang terendah adalah Dubai Islamic Bank

Pakistan Limited pada tahun 2014. Dari grafik tersebut juga

terlihat bahwa Biaya Tenaga Kerja Perbankan Syariah di


89

Indonesia, Malaysia dan pakistan relatif meningkat setiap tahun

kecuali CIMB Islamic Berhad dan Dubai Islamic Bank Pakistan

Limited.

Menurut (Kustanti, 2016) biaya tenaga kerja yang tinggi

akan menyebabkan semakin tingginya beban operasional. Hal

tersebut dapat menyebabkan turunnya laba operasional yang

diperoleh oleh bank, sehingga dengan turunnya laba operasional

bank dapat mengakibatkan alokasi laba yang disetor untuk

modal tambahan yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan juga

akan berkurang. Untuk itu, biaya tenaga kerja perlu diperhatikan

dalam efiensi.

b. Dana Pihak Ketiga

Grafik 4.2 Pergerakan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di


Indonesia, Malaysia dan Pakistan periode 2014-2018 (Dalam
Jutaan US Dollar)

Dana Pihak Ketiga


40000

30000

20000

10000

0
BSM BMI MIB CIMB IB MBL DIB

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data


diolah peneliti dengan menggunakan kurs US dollar
08 Juli 2020
90

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pergerakan Dana

Pihak Ketiga perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, dan

pakistan pada tahun 2014-2018 cukup bervariasi. Adapun Dana

Pihak Ketiga tertinggi yaitu pada Maybank Islamic berhad pada

tahun 2018. Kemudian untuk yang terendah adalah Bank

Meezan Bank Limited pada tahun 2016. Berdasarkan grafik

diatas, terlihat bahwa perkembangan Dana pihak Ketiga

perbankan syariah di Malaysia lebih tinggi dari pada di

Indonesia dan pakistan.

Menurut (Fauzan, 2017), semakin banyak dana yang dapat

dikumpulkan oleh bank maka akan semakin banyak pula dana

yang dapat disalurkan. Sehingga dapat meningkatkan

keuntungan guna keberlangsungan kegiatan operasional bank

untuk kedepannya. Untuk itu, bank dituntut untuk melakukan

pengelolaan dana secara efektif dan efisien agar memperoleh

keuntungan yang optimal.


91

c. Aset Tetap

Grafik 4.3 Pergerakan Aset Tetap Perbankan Syariah di


Indonesia, Malaysia dan Pakistan periode 2014-2018 (Dalam
Jutaan US Dollar)

Aset Tetap
2000

1500

1000

500

0
BSM BMI MIB CIMB IB MBL DIB

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data


diolah peneliti dengan menggunakan kurs US dollar
08 Juli 2020
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa jumlah Aset tetap

tertinggi adalah Maybank Islamic Berhad pada tahun 2017.

Sedangkan untuk jumlah Aset tetap terendah adalah pada Dubai

Islamic Bank Pakistan Limited pada tahun 2016. Dari grafik

diatas juga terlihat bahwa Aset Tetap perbankan syariah di

Indonesia, malaysia, dan pakistan pada tahun 2014-2018

cenderung meningkat kecuali pada Dubai Islamic Bank Limited

pakistan yang lebih fluktuatif.

Menurut (Budiman, 2014), aset tetap yang tinggi

berpengaruh negatif terhadap laba perusahaan. Dimana semakin

banyaknya aktiva tetap maka akan semakin tinggi biaya


92

depresiasi yang dikeluarkan sehingga akan menurunkan laba

perusahaan. Dengan demikian, bank harus dapat mengelola aset

tetap agar digunakan secara optimal.

d. Total Pembiayaan

Grafik 4.4 Pergerakan Total Pembiayaan Perbankan Syariah di


Indonesia, Malaysia dan Pakistan periode 2014-2018 (Dalam
Jutaan US Dollar)

Total Pembiayaan
50000
40000
30000
20000
10000
0
BSM BMI MIB CIMB IB MBL DIB

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data


diolah peneliti dengan menggunakan kurs US dollar
08 Juli 2020
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa Total Pembiayaan

bank syariah di negara Malaysia cenderung lebih tinggi

dibandingkan dengan Indonesia dan Pakistan. Adapun untuk

Total Pembiayaan yang tertinggi diperoleh oleh bank Maybank

Islamic Bank pada tahun 2018. Sedangkan yang terendah adalah

bank Dubai Islamic Bank Pakistan Limited pada tahun 2014.

Menurut (Haq, 2015), apabila bank dapat menegelola

berbagai macam pembiayaan dengan baik, maka akan sangat

mempengaruhi profitabilitas yang dimiliki suatu bank. Karena


93

besarnya pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan

pembiayaan bank dapat menjadi indikator dalam meningkatkan

laba bank itu sendiri. Untuk itu, pembiayaan menjadi hal penting

dalam efisiensi.

e. Pendapatan Operasional Lainnya

Grafik 4.5 Pergerakan Pendapatan Operasional Lainnya


Perbankan Syariah di Indonesia, Malaysia dan Pakistan periode
2014-2018 (Dalam Jutaan US Dollar)

Pendapatan Operasional Lainnya


800
600
400
200
0
BSM BMI MIB CIMB IB MBL DIB

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data


diolah peneliti dengan menggunakan kurs US dollar
08 Juli 2020
Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat bahwa Pendapatan

Operasional Lainnya bank syariah di Indonesia, malaysia dan

pakistan cukup bervariasi. Dimana diantara enam bank syariah

diatas yang memiliki rata-rata tertinggi adalah bank CIMB

Islamic Berhad. Pendapatan Operasional lainnya bank syariah

tertinggi diperoleh oleh bank CIMB Islamic Berhad pada tahun

2017. Sedangkan untuk yang terendah adalah bank Dubai

islamic Bank Pakistan Berhad pada tahun 2014.


94

Menurut (Massie, 2014), apabila Fee based income yang

merupakan bagian dari pendapatan operasional perbankan

meningkat, maka secara otomatis pendapatan operasional pun

akan meningkat. Jika pendapatan operasional meningkat maka

profitabilitas bank juga akan meningkat. Untuk itu, bank harus

dapat meningkatkan pendapatan operasional lainnya dengan

memanfaatkan teknologi agar bisa beroperasi secara efisien.

2. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis

a. Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia,

Malaysia, dan Pakistan

Berdasarkan data tahunan BUS di Indonesia, Malaysia, dan

Pakistan yang menjadi objek penelitian pada tahun 2014 sampai

dengan tahun 2018, diperoleh hasil perhitungan tingkat efisiensi

dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)

menggunakan asumsi CRS (Constant Return Scale), asumsi

VRS (Variabel Return Scale), dan Scale Efficiency.

Berdasarkan pendekatan asumsi CRS, bank yang mencapai

efisiensi optimum lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak

efisien. Atau dengan kata lain lebih mudah memperoleh bank

tidak efisien dari pada yang efisien. Sedangkan dengan

menggunakan pendekatan asumsi VRS, jumlah bank yang

efisien lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bank yang

tidak efisien. Untuk lebih mudah melihat perbedaan efisiensi


95

dengan menggukan dua asumsi tersebut, dapat dilihat pada tabel

4.2.

Berdasarkan tabel 4.2, jumlah bank umum syariah di

Indonesia, Malaysia, dan Pakistan yang mempunyai tingkat

efisiensi terendah (berdasarkan asumsi CRS) terjadi pada tahun

2015, dimana hanya 2 dari 6 BUS dalam penelitian ini yang

mencapai tingkat efisiensi optimum. Sedangkan jumlah bank

yang mencapai tingkat efisiensi optimum terbanyak terjadi pada

tahun 2016.

Adapun untuk pendekatan dengan asumsi VRS, jumlah

BUS di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan yang memiliki tingkat

efisiensi terendah terjadi pada tahun 2015 dan 2017 dimana

hanya 4 dari 6 BUS yang mencapai tingkat efisiensi optimum.

Lalu, jumlah bank yang mencapai tingkat efisiensi optimum

terbanyak terjadi pada tahun 2018.

Tabel 4.2 BUS di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan yang


mencapai Efisiensi Optimum dengan Metode DEA
Periode Kode Jumlah Periode Kode Jumlah
Bank bank Bank bank
CRS* VRS*
2014 1,2,4,6 4 2014 1,2,4,5,6 5
2015 1,4 2 2015 1,2,4,6 4
2016 2,3,4,5,6 5 2016 2,3,4,5,6 5
2017 2,3,4,5 4 2017 2,3,4,5 4
2018 1,3,4,6 4 2018 1,2,3,4,5,6 6
Sumber: Data diolah oleh peneliti
96

Keterangan*:

1: Bank Syariah Mandiri

2: Bank Muamalat Indonesia

3: Maybank Islamic Berhad

4: CIMB Islamic Berhad

5: Meezan Bank Limited

6: Dubai Islamic Bank Pakistan Limited

Berdasarkan tabel diatas, peneliti membuat rata-rata untuk

BUS di Indonesia, Malaysia, dn Pakistan selama periode

penelitian. Berikut hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi BUS

di Indonesia, malaysia, dan pakistan dengan asumsi CRS, VRS,

Scale Efficiency:

Tabel 4.3 Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia,


Malaysia, dan Pakistan
Scale
Bank CRS VRS Efficiency
Bank Syariah Mandiri 99,42% 99,62% 99,80%
Bank Muamalat
Indonesia 96,30% 100,00% 96,30%
Maybank Islamic Berhad 97,89% 97,96% 99,93%
CIMB Islamic Berhad 100,00% 100,00% 100,00%
Meezan Bank Limited 75,04% 94,84% 79,12%
DIB Pakistan Limited 94,07% 97,28% 96,70%
Average 93,79% 98,28% 95,31%
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa hanya ada satu

bank yang mencapai tingkat efisiensi optimum dengan

menggunakan asumsi CRS dan scale, sedangkan dengan


97

menggunakan asumsi VRS terdapat 2 bank yang mencapai

tingkat efisiensi optimum. Adapun bank yang memiliki tingkat

efisiensi yang rendah adalah Meezan Bank Limited, dimana

tingkat efisiensi dengan asumsi CRS sebesar 75,04%,VRS

sebesar 94,84% dan scale sebesar 79,12%.

Tabel 4.4 Tingkat Efisiensi di Indonesia, Malaysia, dan


Pakistan
Scale
Negara CRS VRS Efficiency
Indonesia 97,86% 99,81% 98,05%
Malaysia 98,95% 98,98% 99,96%
Pakistan 84,56% 96,06% 87,91%
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Dari tabel diatas, dapat terlihat bahwa rata-rata tingkat

efisiensi perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia lebih

tinggi dari pada tingkat efisiensi perbankan syariah di Pakistan.

Tingkat efisiensi di Malaysia paling tinggi dengan asumsi CRS

dan Scale yaitu sebesar 98,95% dan 99,96%, sedangkan untuk

asumsi VRS mecapai efisiensi sebesar 98,98%. Kemudian,

tingkat efisiensi di Indonesia lebih tinggi dengan asumsi VRS

yaitu 99,81%, dan untuk asumsi CRS dan Scale masing-masing

sebesar 97,86% dan 98,05%. Sedangkan tingkat efisiensi

perbankan syariah di Pakistan untuk asumsi CRS hanya

mencapai 84,56%, dan untuk asumsi VRS dan scale masing-

masing sebesar 96,06% dan 87,91%.


98

Grafik 4.6 Tingkat Efisiensi Rata-rata BUS di Indonesia, Malaysia,


dan Pakistan Asumsi CRS,VRS, dan Scale Efficiency

100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
BSM BMI MIB CIMB IB Meezan DIB Average

CRS VRS Scale Efficiency

Sumber: Data Diolah oleh Peneliti


Berdasarkan grafik diatas, tingkat efisiensi yang dimiliki

oleh bank umum syariah dalam penelitian ini hampir sama.

Akan tetapi, hanya ada satu bank yang mencapai tingkat

efisiensi optimum dengan asumsi CRS,VRS, dan Scale yaitu

CIMB Islamic Berhad. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi,

asumsi VRS mendapatkan nilai rata-rata efisiensi lebih tinggi

dari asumsi CRS, maka dari itu peneliti menggunakan hasil

asumsi VRS sebagai objek penelitian.

Berikut ini pembahasan mengenai hasil pengukuran tingkat

efisiensi BUS di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan secara

individu dengan pendekatan intermediasi menggunakan model

BCC dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale).


99

1) Bank Syariah Mandiri

Berikut ini hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi

dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank Syariah

Mandiri.

Tabel 4.5 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Syariah


Mandiri (%)
Periode Nilai Efisiensi
2014 100.00
2015 100.00
2016 99.81
2017 99.29
2018 100.00
Total 498.10
Rata-rata 99.62
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti

Berdasarkan tabel diatas, dapat terlihat bahwa

pergerakan tingkat efisiensi Bank Syariah Mandiri selama

periode penelitian ini mengalami fluktuasi turun dan naik.

Bank Syariah Mandiri mencapai tingkat efisiensi yang

optimum pada tahun 2014 dan 2015. Namun mengalami

penurunan pada tahun 2016 sebesar 0,19% dengan tingkat

efisiensi sebesar 99,81%. Begitu juga dengan tahun 2017,

mengalami penurunan sebesar 0,25% dari tahun 2016 dengan

tingkat efisiensi sebesar 99,29%. Pada tahun 2018, Bank

Syariah Mandiri kembali mencapai tingkat efisiensi yang

optimum.
100

Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank Syariah

Mandiri selama periode penelitian ini dapat dilihat pada

grafik 4.7. Berdasarkan grafik 4.7 terlihat bahwa pergerakan

tingkat efisiensi Bank Syariah Mandiri (BSM) mengalami

fluktuasi turun dan naik. Pada tahun 2014 dan 2015 mencapai

efisiensi yang optimum, kemuadian pada tahun 2016 dan

2017 mengalami penurunan, lalu meningkat kembali pada

tahun 2018.

Grafik 4.7 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi


Asumsi VRS Bank Mandiri Syariah (BSM)

Tingkat Efisiensi Asumsi VRS Bank


Syariah Mandiri (BSM)
100,2% 100% 100% 100%
100,0% 99,81%
99,8%
Efisiensi

99,6%
99,29%
99,4%
99,2%
99,0%
98,8%
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti

Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai keadaan

inefisiensi Bank Syariah mandiri (BSM) pada tahun 2017.


101

Tabel 4.6 Target Efisiensi BSM 2017


To Achiev
Efficiency Variable Actual Target
Gain ed
BTK 1,599,262 1,587,908 0,72% 99,28%
DPK 77,966,205 77,412,685 0,72% 99,28%
Aset
881,504 667,913 31,98% 68,02%
Tetap
Bank
Total
Syariah
Pembiay 100,00
57,977,439 57,977,439 0,00%
Mandiri %
aan
2017
Pendapat
(99,29%)
an
Operasio 943,252 969,999 2,76% 97,24%
nal
lainnya
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah peneliti
Berdasarkan tabel diatas, Bank mandiri Syariah pada

tahun 2017 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar

99,29% dibandingkan dengan tahun lainnya pada periode

penelitian ini. Semua variabel input mengalami inefisien, dan

terdapat satu variabel output yang inefisien yaitu Pendapatan

Operasional Lainnya. Beban Tenaga Kerja atau BTK tingkat

efisiensinya hanya mencapai 99,28% dan untuk mencapai

nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan

cara menurunkannya sebesar 0,72%. Implementasi anggaran

untuk BTK cukup tinggi yaitu sebesar Rp1,599,262 juta. Hal

ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam BTK,


102

dimana hanya dengan Rp1,587,908 juta saja, BTK sudah bisa

mencapai efisiensi yang optimum.

Pada variabel DPK yang juga mengalami inefisiensi,

dengan nilai 99,28%, maka dari itu diperlukan perbaikan

pada variabel DPK dengan cara menurunkan sebesar 0,72%.

Hal ini mengindikasikan DPK yang dihimpun oleh Bank

Syariah Mandiri melebihi target dan tidak disertai dengan

penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga tidak bisa

mencapai efisiensi secara optimum. Implementasi DPK yang

dihimpun mencapai Rp77,966,205 juta, sedangkan target

yang disarankan agar mencapai efisiensi optimum adalah

sebesar Rp77,412,685 juta.

Pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya

mencapai 68,02% dan untuk mencapai nilai efisiensi

optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara

menurunkannya sebesar 31,98%. Aset tetap yang dimiliki

oleh Bank Syariah Mandiri mencapai Rp881,504 juta. Aset

tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan

Rp667,913 juta saja, variabel aset tetap sudah dapat

mencapai nilai efisiensi yang optimum.

Variabel output yaitu Pendapatan Operasional Lainnya

juga mengalami inefisiensi dengan nilai 97,24%, maka dari

itu diperlukan perbaikan pada variabel Pendapatan


103

Operasional Lainnya dengan cara menaikkan sebesar 2,76%.

Hal ini mengindikasikan pendapatan operasional lainnya

masih kurang dari target yang seharusnya dicapai oleh Bank

Syariah Mandiri. Implementasi pendapatan lainnya hanya

mencapai Rp943,252 juta saja, oleh karena itu Bank Syariah

Mandiri harus menaikkan pendapatan operasional lainnya

menjadi Rp969,999 juta, agar dapar mencapai efisiensi yang

optimum.

2) Bank Muamalat Indonesia

Berikut adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi

dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale) pada Bank

Muamalat Indonesia:

Tabel 4.7 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Muamalat


Indonesia (%)
Periode Nilai Efisiensi
2014 100.00
2015 100.00
2016 100.00
2017 100.00
2018 100.00
Total 500.00
Rata-rata 100.00
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel diatas, tingkat efisiensi pada Bank

Muamalat Indonesia mencapai nilai optimum dari tahun

2014 sampai tahun 2018. Pergerakan tingkat rata-rata


104

efisiensi Bank Muamalat Indonesia selama periode

penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.8. Berdasarkan

grafik 4.8, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank

Muamalat Indonesia menunjukan konsistensi terhadap

tingkat efisiensi yang optimal.

Grafik 4.8 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi


Asumsi VRS Bank Muamalat Indonesia (BMI)

Tingkat Efisiensi Asumsi VRS Bank Muamalat


Indonesia (BMI)
120%
100% 100% 100% 100% 100%
100%
Efisiensi

80%
60%
40%
20%
0%
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti


Dengan optimumnya tingkat efisiensi Bank Muamalat

Indonesia tidak terdapat variabel yang menunjukan

pemborosan ataupun variabel yang kurang dari target untuk

mencapai tingkat efisiensi yang optimum.


105

Tabel 4.8 Target Efisiensi Bank Muamalat


Indonesia 2017
To
Efficiency Variable Actual Target Achieved
Gain
BTK 802,493 802,493 0,00% 100,00%
DPK 52,587,640 52,587,640 0,00% 100,00%
Bank
Aset Tetap 2,653,439 2,653,439 0,00% 100,00%
Muamalat
Total
Indonesia 39,964,561 39,964,561 0,00% 100,00%
Pembiayaan
2017
Pendapatan
(100,00%)
Operasional 476,126 476,126 0,00% 100,00%
lainnya
Sumber: DEA Frontier asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
3) Maybank Islamic Berhad
Berikut adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi

dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale) Maybank

Islamic Berhad:

Tabel 4.9 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Maybank Islamic


Berhad (%)
Periode Nilai Efisiensi
2014 93.93
2015 95.86
2016 100.00
2017 100.00
2018 100.00
Total 489.78
Rata-rata 97.96
Sumber:DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
106

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa pada tahun

2014 dan 2015 Maybank Islamic Berhad adalah inefisien.

Dimana pada tahun 2014 Maybank Islamic Berhad

memperoleh nilai efisiensi sebesar 93,93% , kemudian pada

tahun 2015 nilai efisiensinya sebesar 95,86%. Selanjutnya

pada tahun 2016, 2017, dan 2018 Maybank Islamic Berhad

memperoleh tingkat efisiensi yang optimum yaitu sebesar

100%.

Pergerakan rata-rata tingkat efisiensi Maybank Islamic

Berhad selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik

4.9. dari grafik tersebut terlihat bahwa tingkat efisiensi

Maybank islamic Berhad mengalami kenaikan dari tahun ke

tahun. Dan memperoleh efisiensi yang optimum selama 3

tahun terakhir pada periode penelitian ini.

Grafik 4.9 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi


Asumsi VRS Maybank Islamic Berhad

Tingkat Efisiensi Asumsi VRS Maybank


Islamic Berhad
101,00% 100% 100% 100%
100,00%
99,00%
98,00%
97,00%
Efisiensi

95,86%
96,00%
95,00% 93,93%
94,00%
93,00%
92,00%
91,00%
90,00%
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber:DEA Frontier, data diolah oleh peneliti


107

Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai keadaan

inefisiensi Maybank Islamic Berhad pada tahun 2014.

Tabel 4.10 Target Efisiensi Maybank Islamic Berhad 2014


Efficiency Variable Actual Target To Achieved
Gain
Maybank BTK
40 38 5,26% 94,74%
Islamic DPK
99,695 93,644 6,46% 93,54%
Berhad Aset Tetap
2,525 2,372 6,45% 93,55%
2014 Total
(93,93%) Pembiayaan
107,729 107,729 0,00% 100,00%
Pendapatan
Operasional
lainnya
384 406 5,42% 94,58%
Sumber:DEA Frontier asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel diatas, Maybank Islamic Berhad

mengalami inefisiensi paling rendah pada tahun 2014 yaitu

sebesar 93,93%. Seluruh variabel input mengalami

inefisiensi, sedangkan untuk variabel output terdapat satu

variabel yang tidak efisien. Biaya Tenaga Kerja (BTK)

tingkat efisiensinya adalah sebesar 94,74%, dan untuk

mencapai tingkat efisiensi yang optimum perlu dilakukan

perbaikan dengan menguranginya sebesar 5,26%.

Implementasi untuk BTK adalah sebesar RM40 juta, padahal

hanya dengan RM38 juta saja, variabel BTK sudah dapat

mencapai efisiensi yang optimum.


108

Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami

inefisiensi, dengan nilai 93.54%, maka dari itu diperlukan

perbaikan pada variabel DPK dengan cara menurunkan

sebesar 6,46%. Hal ini mengindikasikan DPK yang dihimpun

oleh Maybank Islamic Berhad melebihi target dan tidak

disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak ketiga

sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum.

Implementasi DPK yang dihimpun mencapai RM99,695

juta, sedangkan target yang disarankan agar mencapai

efisiensi optimum adalah sebesar RM93,644 juta.

Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap

mencapai 93,55% dan untuk mencapai nilai efisiensi

optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara

menurunkannya sebesar 6,45%. Aset tetap yang dimiliki oleh

Maybank Islamic Berhad mencapai RM2,252 juta. Aset tetap

ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan

Rp25RM2,372 juta saja, variabel aset tetap sudah dapat

mencapai nilai efisiensi yang optimum.

Kemudian, untuk variabel output yaitu pendapatan

operasional lainnya juga mengalami inefisiensi dengan nilai

94,58%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel

pendapatan lainnya dengan cara menaikkan sebesar 5,42%.

Hal ini mengindikasikan pendapatan lainnya masih kurang


109

dari target yang seharusnya dicapai oleh Maybank Islamic

Berhad. Implementasi pendapatan lainnya hanya mencapai

RM384 juta saja, oleh karena itu BNI Syariah harus

menaikkan pendapatan lainnya menjadi RM406 juta, agar

dapar mencapai efisiensi yang optimum.

4) CIMB Islamic Berhad

Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat

efisiensi dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank

CIMB Islamic Berhad:

Tabel 4.11 Nilai Efisiensi Asumsi VRS CIMB Islamic


Berhad (%)
Periode Nilai Efisiensi
2014 100.00
2015 100.00
2016 100.00
2017 100.00
2018 100.00
Total 500.00
Rata-rata 100.00
Sumber:DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, tingkat efisiensi pada Bank

CIMB Islamic Berhad mencapai nilai optimum dari tahun

2014 sampai tahun 2018. Pergerakan tingkat rata-rata

efisiensi Bank CIMB Islamic Berhad selama periode

penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.10. Berdasarkan

grafik tersebut, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi


110

bank CIMB Islamic Berhad menunjukan konsistensi

terhadap tingkat efisiensi yang optimal.

Grafik 4.10 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi


Asumsi VRS CIMB Islamic Berhad

Tingkat Efisiensi Asumsi VRS CIMB


Islamic Berhad
120% 100% 100% 100% 100% 100%
100%
Efisiensi

80%
60%
40%
20%
0%
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber:DEA Frontier, data diolah oleh peneliti


Dengan optimumnya tingkat efisien Bank CIMB Islamic

Berhad tidak terdapat variabel yang menunjukan

pemborosan ataupun variabel yang kurang dari target untuk

mencapai tingkat efisiensi yang optimum.

Tabel 4.12 Target Efisiensi CIMB Islamic Berhad 2016


Efficiency Variable Actual Target To Achieved
Gain
CIMB BTK
34 34 0,00% 100,00%
Islamic DPK
52,762 52,762 0,00% 100,00%
Berhad Aset Tetap
883 883 0,00% 100,00%
2016 Total
(100,00%) Pembiayaan
47,173 47,173 0,00% 100,00%
Pendapatan
Operasional
lainnya
2,695 2,695 0,00% 100,00%
Sumber:DEA Frontier asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
111

5) Meezan Bank Limited

Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat

efisiensi dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale)

Meezan Bank Limited:

Tabel 4.13 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Meezan Bank


Limited (%)
Periode Nilai Efisiensi
2014 100.00
2015 74.21
2016 100.00
2017 100.00
2018 100.00
Total 474.21
Rata-rata 94.84
Sumber:DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2014 nilai efisiensi

mencapai maksimum diperoleh oleh Meezan Bank Limited.

Namun, pada tahun 2015, nilai efisiensinya hanya mencapai

74,21%, terjadi penurunan efisiensi dari tahun sebelumnya.

Namun, di tahun selanjutnya yaitu tahun 2016, 2017, dan

2018 mengalami peningkatan menjadi 100.00%.

Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Meezan Bank

Limited selama periode penelitian ini dapat dilihat pada

grafik diatas. Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa

pergerakan tingkat efisiensi Bank Islam Brunei Darussalam

mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun 2013 sampai


112

dengan 2015 mencapai tingkat optimum, kemudian pada

tahun 2016 mengalami penurunan, dan pada 2017 meningkat

hingga mencapai efisiensi optimum.

Grafik 4.11 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi


Asumsi VRS Meezan Bank Limited

Tingkat Efisiensi Asumsi VRS Meezan Bank


Limited
120%
100% 100% 100% 100%
100%
74,21%
80%
Efisiensi

60%

40%

20%

0%
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber:DEA Frontier, data diolah oleh peneliti

Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat

efisiensi Meezan bank Limited mengalami fluktuasi turun

dan naik. Pada tahun 2014 mencapai tingkat efisiensi yang

optimum, kemudian pada tahun 2015 mengalami penurunan.

Pada tahun-tahun selanjutnya meningkat kembali dan

konsisten mencapai efisiensi yang optimum.

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai keadaan

inefisiensi Meezan Bank Limited pada tahun 2015.


113

Tabel 4.14 Target Efisiensi Mezaan Bank Limited 2015


Efficiency Variable Actual Target To Achieved
Gain
Meezan BTK
6,355 4,240 49,90% 50,10%
Bank DPK
471,821 286,501 64,68% 35,32%
Limited Aset Tetap
8,057 5,979 34,75% 65,25%
2015 Total
(74,21%) Pembiayaan
207,569 207,569 0,00% 100,00%
Pendapatan
Operasional
lainnya
4,597 4,597 0,00% 100,00%
Sumber:DEA Frontier asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, Mezaan Bank Limited pada

tahun 2015 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar

74,21% dibandingkan dengan tahun lainnya pada periode

penelitian ini. Semua variabel input mengalami inefisiensi,

dan dua variabel output memperoleh efisiensi. Implementasi

anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai 6,355 juta

rupee. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan

dalam BTK, padahal hanya dengan 4,240 juta rupee saja,

variabel BTK sudah dapat mencapai efisiensi optimum.

Beban Tenaga Kerja atau BTK tingkat efisiennya hanya

mencapai 50,10% dan untuk mencapai nilai efisiensi

optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara

menurunkannya sebesar 49,90%.


114

Kemudian variabel DPK yang juga mengalami

inefisiensi, dengan nilai 35,32%, maka dari itu diperlukan

perbaikan pada variabel DPK dengan cara menurunkan

sebesar 64,68%. Hal ini mengindikasikan DPK yang

dihimpun oleh Meezan Bank Limited melebihi target dan

tidak disertai dengan penyaluran kepada nasabah pihak

ketiga sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara

optimum. Implementasi DPK yang dihimpun mencapai

471,821 juta rupee, sedangkan target yang disarankan agar

mencapai efisiensi optimum adalah sebesar 286,501 juta

rupee.

Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap

hanya mencapai 65,25% dan untuk mencapai nilai efisiensi

optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara

menurunkannya sebesar 34,75%. Aset tetap yang dimiliki

oleh Meezan Bank Limited mencapai 8,057 juta rupee. Aset

tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan

5,979 juta rupee, variabel aset tetap sudah dapat mencapai

nilai efisiensi yang optimum.


115

6) Dubai Islamic Bank Pakistan Limited

Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat

efisiensi dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale) Dubai

Islamic Bank Pakistan Limited:

Tabel 4.15 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Dubai Islamic


Bank Pakistan Limited (%)
Periode Nilai Efisiensi
2014 100.00
2015 100.00
2016 100.00
2017 86.40
2018 100.00
Total 486.40
Rata-rata 97.28
Sumber:DEA Frontier, data diolah oleh peneliti

Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2014, 2015, dan

2016 Dubai Islamic Bank Pakistan Limited telah mencapai

efisiensi optimum. Namun pada tahun 2017 mengalami

inefisiensi dengan nilai efisiensi 86,40% . Kemudian

mengalami kenaikan dan mencapai efisiensi optimum

kembali pada tahun 2018.

Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Dubai Islamic

Bank Pakistan Limited selama periode penelitian ini dapat

dilihat pada grafik berikut ini:


116

Grafik 4.12 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi


Asumsi VRS Dubai Islamic Bank Pakistan Limited

Tingkat Efisiensi Asumsi VRS Dubai


Islamic bank Pakistan Limited
105%
100% 100% 100% 100%
100%
95%
Efisiensi 90% 86,40%
85%
80%
75%
2014 2015 2016 2017 2018

Sumber:DEA Frontier, data diolah oleh peneliti

Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat

efisiensi Dubai Islamic Bank Pakistan Limited mengalami

fluktuasi turun dan naik. Pada tahun 2014 sampai dengan

2016 mengalami kenaikan dan stagnan, kemudian menuju

tahun 2017 menurun dan pada tahun 2018 meningkat

kembali mencapai tingkat efisiensi optimum.

Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai keadaan

inefisiensi Dubai Islamic Bank Pakistan Limited pada tahun

2017.
117

Tabel 4.16 Target Efisiensi Dubai Islamic Bank


Pakistan Limited 2017
Efficiency Variable Actual Target To Achieved
Gain
Dubai BTK
2,159 1,865 15,75% 84,25%
Islamic DPK
149,295 128,986 15,75% 84,25%
Bank Aset Tetap
1,704 1,472 15,75% 84,25%
Pakistan Total
Limited Pembiayaan
119,522 119,522 0,00% 100,00%
2017 Pendapatan
(86,40%) Operasional
lainnya
1,903 1,903 0,00% 100,00%
Sumber:DEA Frontier asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, Dubai Islamic Bank Pakistan

Limited pada tahun 2017 mengalami inefisiensi terendah

yaitu sebesar 86,40% dibandingkan dengan tahun lainnya

pada periode penelitian ini. Semua variabel input mengalami

inefisiensi, dan dua variabel output memperoleh efisiesi yang

optimum. Biaya Tenaga Kerja (BTK) tingkat efisiennya

hanya mencapai 84,25% dan untuk mencapai nilai efisiensi

optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara

menurunkannya sebesar 15,75%. Implementasi anggaran

untuk BTK cukup tinggi mencapai 2,159 juta rupee. Hal ini

mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam BTK,

padahal hanya dengan 1,865 juta rupee saja, variabel BTK

sudah dapat mencapai efisiensi optimum.


118

Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami

inefisiensi, dengan nilai 84,25%, maka dari itu diperlukan

perbaikan pada variabel DPK dengan cara menurunkan

sebesar 15,75%. Hal ini mengindikasikan DPK yang

dihimpun oleh Dubai Islamic Bank Pakistan Limited

melebihi target dan tidak disertai dengan penyaluran kepada

nasabah pihak ketiga sehingga tidak bisa mencapai efisiensi

secara optimum. Implementasi DPK yang dihimpun

mencapai 149,295 juta rupee, sedangkan target yang

disarankan agar mencapai efisiensi optimum adalah sebesar

128,986 juta rupee.

Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap

juga mencapai 84,25% dan untuk mencapai nilai efisiensi

optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara

menurunkannya sebesar 15,75%. Aset tetap yang dimiliki

oleh Dubai Islamic Bank Pakistan Limited mencapai 1,704

juta rupee. Aset tetap ini juga mengalami pemborosan,

karena hanya dengan 1,472 juta rupee, variabel aset tetap

sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang optimum.


119

b. Total Potential Improvement BUS di Indonesia, Malaysia,

dan Pakistan

Hasil perhitungan DEA juga memperlihatkan potential

improvement yang bisa dilakukan oleh bank-bank yang belum

beroperasi secara efisien. Berdasarkan pendekatan intermediasi

yang berorientasi input, maka dapat disimpulkan bahwa

mayoritas bank syariah di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan

harus mengurangi jumlah total inputnya, dan meningkatkan

outputnya untuk menghasilkan output yang ideal oleh DMU

pada tahun-tahun tersebut.

Berikut ini penyebab inefisiensi pada BUS yang berada di

Indonesia,Malaysia, dan Pakistan yang akan dijadikan

perbandingan bagi ketiga negara tersebut:

Grafik 4.13 Total Potential Improvement BUS di Indonesia,


Malaysia dan Pakistan

2,74% 0,86% 0,98%


0,00%
BTK

DPK

Aset tetap

Total Pembiayaan

Pendapatan Operasional 31,88%


Lainnya

Sumber: Data diolah dari Target Input Oriented DEA Frontier


120

Berdasarkan grafik diatas, total improvement (variabel

yang perlu mendapat perbaikan) terdapat pada variabel input dan

output. Variabel input meliputi Biaya Tenaga Kerja, Dana Pihak

Ketiga, Aset tetap. Adapun variabel output yang perlu

mendapatkan perhatian adalah Pendapatan Operasional Lainnya.

Di Indonesia,malaysia, dan pakistan yang menjadi

penyabab inefisiensi terbesar adalah Aset tetap sebesar 31,88%

dan Pendapatan Operasional Lainnya 2,74%. Sedangkan

variabel yang efisien adalah Total Pembiayaan yang hanya

sebesar 0,00%.

Aset tetap yang berlebih, terjadinya inefisien ini bukan hal

yang tidak mungkin karena adanya ekspansifitas tinggi.

Pembangunan cabang baru, mesin ATM, kendaraan operasional,

dan sebagainya, menambah daftar panjang inefisiensi dari segi

Aset Tetap yang berlebih. Sebenarnya hal ini bisa diatasi atau

diminimalisir melalui kerjasama dengan bank konvensional

induknya untuk menekan cost of fixed asset, misalnya dengan

optimalisasi office channeling, strategi ATM bersama, atau

dengan terobosan baru yaitu branchless banking dimana cabang

tanpa kantor berbentuk fisik. Selain bisa menghemat biaya fixed

asset, Bank Umum Syariah pun bisa menjangkau lebih dekat

calon nasabahnya, khususnya nasabah unbankable sehingga bisa

tercapainya financial inclusion.


121

Masih kurangnya efisiensi Pendapatan Operasional

Lainnya yang berasal dari fee based income perlu mendapat

perhatian yang harus dilakukan. Hanya saja persoalannya

apabila masih terkait dengan rencana investasi tentu menjadi

kendala tersendiri. Misalnya saja fee based income diperoleh

dari layanan jasa ATM. Maka sepanjang ATMnya tidak

bertambah akan sulit. Tetapi, celakanya menambah ATM juga

berarti mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Meningkatkan fee

based income harus tetap memperhatikan input output ratio.

Pada umumnya peningkatan fee based income selalu berkaitan

dengan penggunaan teknologi yang mampu meningkatkan

pelayanan kepada nasabahnya. Jadi sebenarnya peluang

peningkatan fee based income hanya akan lebih banyak

dimanfaatkan oleh sejumlah bank yang secara teknologi sudah

maju.

3. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov

Setelah ditemukan nilai efisiensi dari masing-masing BUS

di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan, kemudian dilakukan pengujian

statistik untuk mengetahui ada tidaknya signifikansi perbedaaan

tingkat efisiensi di ketiga negara tersebut. Namun sebelum itu,

dilakukan uji normalitas terhadap data hasil analisis DEA terlebih

dahulu, untuk menetahui apakah data terdistrribusi normal atau

tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji
122

Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil uji normalitas one-

sample kolmogrov smirnove test menggunakan software SPSS 22.

Tabel 4.17 Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test


Efisiensi

N 30
Normal Parametersa,b Mean ,982667
Std. Deviation ,0536870
Most Extreme Differences Absolute ,427
Positive ,373
Negative -,427
Test Statistic ,427
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: data diolah peneliti dengan SPSS 22

Berdasarkan tabel di atas, Uji Normalitas Data denngan

Kolmogrov Smirnov , menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

sebesar 0.000. Maka H0 ditolak dan data efisiensi tersebut tidak

terdistribusi normal, karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0.05. Oleh

karena itu, uji beda yang digunakan untuk signifikansi perbedaan

pada penelitian ini adalah uji nonparametrik Kruskal-Wallis.

4. Hasil Uji Beda Non Parametrik Kruskal-Wallis

Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov Smirnov yang

telah dilakukan sebelumnya, data efisiensi tidak terdistribusi

normal. Untuk itu, uji beda yang digunakan adalah Uji Kruskal-

Wallis. Uji beda merupakan pengujian yang dilakukan untuk

melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan di antara sampel

yang ada. Uji Kruskal-Wallis adalah uji nonparametrik yang


123

digunakan untuk membedakan lebih dari dua sampel yang ada.

Berikut hasil uji beda kruskal-wallis perbankan syariah di Indonesia,

Malaysia, dan pakistan:

Tabel 4.18 Hasil Uji beda Kruskal-Wallis


Test Statisticsa,b

Scale_Efficiency

Chi-Square ,085
df 2
Asymp. Sig. ,959

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Negara

Sumber: Data diolah peneliti dengan SPSS 22

Berdasarkan gambar 4.2 terlihat bahwa nilai asymp.sig =

0,959 > nilai signifikansi (α = 0.05). Maka H0 diterima dan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi

perbankan syariah di Indonesia, Malaysia dan Pakistan.

C. Pembahasan

1. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia,

Malaysia, dan Pakistan

Perhitungan efisiensi yang dilakukan menggunakan metode

Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi

terhadap enam bank syariah di tiga negara, meliputi Indonesia (Bank

Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia), Malaysia

(Maybank Islamic Berhad dan CIMB Islamic Berhad), dan Pakistan


124

(Meezan Bank Limited dan Dubai Islamic Bank Pakistan Limited).

Berdasarkan perhitungan Data Envelopment Analysis hanya ada

satu bank yang mencapai tingkat efisiensi optimum dengan

menggunakan asumsi CRS dan scale yaitu CIMB Islamic berhad,

sedangkan dengan menggunakan asumsi VRS terdapat 2 bank yang

mencapai tingkat efisiensi optimum yaitu Bank Muamalat Indonesia

dan CIMB Islamic Berhad. Adapun bank yang memiliki tingkat

efisiensi yang rendah adalah Meezan Bank Limited, dimana tingkat

efisiensi dengan asumsi CRS sebesar 75,04%,VRS sebesar 94,84%

dan scale sebesar 79,12%.

Dari hasil penelitian, BUS di Malaysia dan Indonesia lebih

efisien dibandingkan dengan BUS di Pakistan. Tingkat efisiensi di

Malaysia paling tinggi dengan asumsi CRS dan Scale yaitu sebesar

98,95% dan 99,96%, sedangkan untuk asumsi VRS mecapai

efisiensi sebesar 98,98%. Kemudian, tingkat efisiensi di Indonesia

lebih tinggi dengan asumsi VRS yaitu 99,81%, dan untuk asumsi

CRS dan Scale masing-masing sebesar 97,86% dan 98,05%.

Sedangkan tingkat efisiensi perbankan syariah di Pakistan untuk

asumsi CRS hanya mencapai 84,56%, dan untuk asumsi VRS dan

scale masing-masing sebesar 96,06% dan 87,91%.

Hasil perhitungan DEA juga memperlihatkan potential

improvement yang dapat dilakukan oleh bank-bank yang belum

beroperasi secara efisien. Berdasarkan pendekatan intermediasi


125

yang berorientasi input, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas

bank syariah di negara Indonesia, Malaysia, dan Pakistan harus

mengurangi jumlah total inputnya, sekaligus meningkatkan

outputnya untuk menghasilkan output yang ideal oleh DMU pada

tahun-tahun tersebut.

Di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan, variabel Input yang

menjadi penyebab inefisiensi terbesar adalah Aset Tetap sebesar

31,88%, Dana Pihak Ketiga yaitu sebesar 0,86%, Beban Tenaga

Kerja yaitu sebesar 0,86%. Sedangkan variabel output yang inefisien

adalah Pendapatan Operasional Lainnya sebesar 2,74%, sedangkan

variabel yang efisien adalah Total Pembiayaan yaitu sebesar 0.00%

2. Analisis Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di

Indonesia, Malaysia, dan Pakistan

Dalam melihat perbedaan efisiensi di antara perbankan

Syariah di Indonesia, malaysia, dan Pakistan periode 2014-2018,

peneliti menggunakan uji beda Kruskal-Wallis terhadap tiga negara

yaitu Indonesia (Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat

Indonesia), Malaysia (Maybank Islamic Berhad dan CIMB Islamic

Berhad), dan Pakistan (Mezaan Bank Limited dan Dubai Islamic

Bank Pakistan Limited). Berdasarkan Uji Kruskal-Wallis tersebut,

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi

perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan. Hal ini

disebabkan karena tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia,


126

Malaysia, dan Pakistan cenderung pada level yang sangat baik, dan

sangat mendekati angka 1 yang dinilai sebagai efisiensi maksimum.

Hal ini membuat perbedaan efisiensi bank syariah pada negara-

negara tersebut tidak signifikan. Sehingga dalam hal efisiensi,

perbankan syariah di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan tidak terlalu

berbeda antara satu dengan yang lain.

Penulis tidak dapat membandingkan hasil uji Kruskal-

Wallis pada pembahasan. Akan tetapi, peneliti menemukan

beberapa penelitian yang masih berkaitan dengan uji beda terhadap

efisiensi. Terdapat beberapa penelitian yang membandingkan

efisiensi perbankan syariah Indonesia dengan Malaysia dan

Indonesia dengan Pakistan. Diantaranya yaitu Yulita dan Rizal

(2017) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)

perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia pada 2006-2014.

Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah dan

Laila (2016), yang melakukan uji Mann Whitney membuktikan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi

dengan metode DEA pada perbankan syariah di Indonesia dan

Malaysia periode 2010-2014. Kemudian penelitian yang dilakukan

oleh (Lestari, Erna Putri dan Ade Sofyan Mulazid, 2018). Uji Mann

Whitney yang dilakukan membuktikan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara efisiensi Indonesia dengan Pakistan dengan


127

metode DEA pada periode 2012-2016. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian ini yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan di antara tingkat efisiensi perbankan syariah di

Indonesia, Malaysia, dan Pakistan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat

efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia, Malaysia, dan Pakistan selama

periode 2014-2018 dengan menggunakan metode Data Envelopment

Analysis berdasarkan asumsi CRS, VRS dan juga Scale Efficiency.

Penelitian ini menggunakan 6 sampel bank syariah dengan 2 bank

syariah di negara Indonesia, 2 bank syariah di negara Malaysia, dan 2

bank syariah di negara Pakistan pada tahun 2014-2018. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dibahas pada bab IV, adapun kesimpulan

yang didapat pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Berdasarkan perhitungan Data Envelopment Analysis hanya ada

satu bank yang mencapai tingkat efisiensi optimum dengan

menggunakan asumsi CRS dan scale yaitu CIMB Islamic berhad,

sedangkan dengan menggunakan asumsi VRS terdapat 2 bank yang

mencapai tingkat efisiensi optimum yaitu Bank Muamalat Indonesia

dan CIMB Islamic Berhad. Adapun bank yang memiliki tingkat

efisiensi yang rendah adalah Meezan Bank Limited, dimana tingkat

efisiensi dengan asumsi CRS sebesar 75,04%,VRS sebesar 94,84%

dan scale sebesar 79,12%.

128
129

2. Dari hasil penelitian, BUS di Malaysia dan Indonesia lebih efisien

dibandingkan dengan BUS di Pakistan. Tingkat efisiensi di

Malaysia paling tinggi dengan asumsi CRS dan Scale yaitu sebesar

98,95% dan 99,96%, sedangkan untuk asumsi VRS mecapai

efisiensi sebesar 98,98%. Kemudian, tingkat efisiensi di Indonesia

lebih tinggi dengan asumsi VRS yaitu 99,81%, dan untuk asumsi

CRS dan Scale masing-masing sebesar 97,86% dan 98,05%.

Sedangkan tingkat efisiensi perbankan syariah di Pakistan untuk

asumsi CRS hanya mencapai 84,56%, dan untuk asumsi VRS dan

scale masing-masing sebesar 96,06% dan 87,91%.

3. Analisis Statistik menggunakan uji beda Kruskal-Wallis

menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara tingkat efisiensi perbankan syariah di Indonesia, Malaysia,

dan Pakistan dengan nilai Asymp. Sig = 0,959.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Praktisi

a. Perbankan Syariah

1) Untuk praktisi perbankan syariah, diharapkan dapat

mempertahankan dan meningkatkan tingkat efisiensi

melalui peningkatan pengelolaan sumber daya dengan


130

menerapkan beberapa strategi seperti manajemen SDM,

manajemen kas, dan manajemen aset tetap yang lebih baik.

2) Perlu adanya strategi marketing dan inovari produk yang

kompetitif, baik dari produk perhimpunan dana maupun

dari penyaluran dana agar bisa bersaing, dengan

memperkuat kerjasama antara internal bank, DSN-MUI,

dan regulator.

3) Untuk mengatasi aset tetap yang membengkak, dapat

diatasi dengan menerapkan strategi branchless banking,

sehingga selain meningkatkan efisiensi, bank dapat lebih

efektif dalam penyaluran pembiayaan kepada nasabah yang

unbankable. Selain itu, penguatan office channelling

ataupun teknologi perbankannnya untuk menekan cost of

fixed aset bisa menjadi solusi. Untuk itu perlu dukungan

kebijakan supervisi dari regulator agar bisa berjalan sesuai

harapan.

4) Praktisi perbankan syariah juga dapat memanfaatkan

teknologi untuk meningkatkan pendapatan operasional

lainnya. Khusunya pendapatan yang berasal dari fee based

income, dimana peningkatan fee based income selalu

berkaitan dengan penggunaan teknologi yang mampu

meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya. Jadi, peluang

peningkatan fee based income hanya akan lebih banyak


131

dimanfaatkan oleh sejumlah bank yang secara teknologi

sudah maju. Adapun cara lain yang dapat digunakan yaitu

dengan melakukan joint atau sharing operation. Dan dalam

bidang ATM penggunaan fasilitas VSAT dan disaster

recovery center dapat digunakan secara bersamaan.

b. Bagi Pemerintah

1) Pemerintah diharapkan dapat memberikan dukungan yang

maksimal terhadap industri keuangan syariah, khususnya

perbankan syariah. adapun dukungan tersebut bisa diberikan

dalam hal kebijakan dengan membantu dan tidak

mempersulit industri terkait.

2) Selain itu, pemerintah juga dapat meningkatkan literasi

keuangan syariah kepada masyarakat atau penduduknya.

Karena masih banyaknya masyarakat yang beranggapan

bahwa bank syariah dan bank konvensional sama saja.

Apabila minat masyarakat terhadap perbankan syariah

meningkat, maka efisiensi perbankan syariah juga akan

meningkat.

3) Pemerintah juga diharapkan lebih ketat menjaga kepatuhan

syariah. Jika di Indonesia terdapat Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama

Indonesia (DSN-MUI), maka akan sangat baik jika bisa


132

menjadi pelopor bagi negara-negara mayoritas muslim

lainnya.

4) Kemudian, pemerintah diharapkan bisa melakukan

koordinasi yang baik dengan pihak-pihak yang terkait

dengan perbankan syariah. karena dengan adanya koordinasi

yang baik akan mendukung keberlangsungan efisiensi

perbankan syariah.

2. Bagi Akademisi

Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya sampel bank syariah per

negara ditambah menjadi 4 bank syariah atau lebih di setiap negara.

Peneliti selanjutnya juga bisa mengubah atau menambah negara

yang ingin diteliti, seperti negara-negara di ASEAN. Periode

penelitian juga sebaiknya diperbarui agar data yang digunakan lebih

Update. Selanjutnya pendekatan yang digunakan juga bisa diubah

dengan pendekatan yang lain, seperti pendekatan aset dan

pendekatan produksi. Selain itu, peneliti selanjutnya juga bisa

menambah variabel lainnya selain efisiensi, seperti juga mengukur

stabilitas perbankan syariah.


DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal Ilmiah


Abidin, Z. d. (2009). Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan Daerah:
Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Akuntansi
dan keuangan, Vol.11 No. 1.
Ahmad Rodoni, d. (2017). Comparing Efficiency and Productivity in
Islamic Banking: Case Study in Indonesia, Malaysia and Pakistan.
Al-Iqtishaq Vol.9 No.2.
Ali, M. M. (2010). Analisis Efisiensi Baitul Maal Wat Tamwil dengan
Pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis (Studi Kasus
Kantor cabang BMT MMU dan BMT UGT Sidogiri). Islamic
Finance & Business Review, Vol. 5 No. 2.
Amrillah, A. (2014). Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia. Journal of
Economy and Policy (JEJAK) Vol. 7 No. 2.
Anshori, A. G. (2009). Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Ascarya. (2015). Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Grafindo
Persada.
Budiman, d. (2014). Analisis Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap pada PT
Hasjrat Multifinance Manado. Jurnal EMBA Vol. 2 No. 1.
Cooper, W. W. (2007). Data Envelopment Analysis Second Edition. New
York: Springer.
Endri. (2011). Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan Syariah di Indonesia
Aplikasi Two Stage Data Envelopment Analysis. STEI Tazkia.
Fahmi, I. (2012). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Fauzan, M. (2017). Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Modal Sendiri
Terhadap Pembiayaan Murabahah. JII Vol. 2 No. 1.
Fauzi, A. (2014). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia:
Apakah Efisien dalam Profitabilitas Operasional. Forum Riset
Keuangan Syariah, Hal 215.
Febriadi, S. R. (2017). Aplikasi Maqashid Syariah dalam Bidang Perbankan
Syariah . Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah, Vol. 1 No. 2.

133
134

Ferari, N. &. (2011). Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dan


Konvensional dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis
(DEA). Jurnal Ekonomi &Keuangan Islam, Vol. 1 No. 2.
Haq, R. N. (2015). Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah. Perbanas Review, Vol. 1 No. 1.
Harahap, S. S. (2010). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Persada.
Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Center For
Academic Publishing Services.
Hidayat, R. (2011). Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia. Media
Riset Bisnis & Manajemen Vol. 11 No.2.
Hidayat, R. (2014). Efisiensi Perbankan Syariah. Bekasi: Gramata
Publishing.
Ihsan, D. N. (2015). Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN
Press.
Ikit. (2015). Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah. Yogyakarta:
Deepublish.
Iskandar, S. (2013). Akuntansi Perbankan: Dalam Rupiah dan Valuta
Asing. Jakarta: In Media.
Ismail. (2013). Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Karim, A. (2010). Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan (Edisi Empat).
Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Karim, A. (2014). Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kasmir. (2009). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Kasmir. (2013). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kustanti, H. d. (2016). Analisis Perbandingan Efisiensi bank Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan Metode Stochastic
Frontier Analysis (SFA) Periode 2010-2014. Jurnal Studi
Manajemen dan Komunikasi, Vol. 5 No. 3.
Lestari, Erna Putri dan Ade Sofyan Mulazid. (2018). Islamic Bank
Efficiency: A Comparative Study Between Indonesia and Pakistan.
135

International Conference on Islamic Finance, Economics and


Business (ICIFEB), Vol. 2018.
Massie, G. M. (2014). Pengaruh Fee Based Income dan Intelectual Capital
Terhadap Profitabilitas Pada Industri Perbankan di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Katalogis, Vol. 2 No. 7.
Maulidiyah, H. d. (2016). Membandingkan Efisiensi Bank Syariah di
Indonesia dan Malaysia dengan Metode Data Envelopment analysis
(DEA). Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 4.
Miftahurrohman. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dengan Pendekatan Data
Envelopment Analysis (Studi Pada Bank Syariah Negara-Negara
ASEAN). Jurnal Lentera Akuntansi.
Muharam, H. d. (2007). Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di
Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 11 No. 3.
Munawir. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Munawir. (2012). Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Prasetyoningrum, A. K. (2015). Risiko Bank Syariah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Pratiko, L. S. (2011). Kinerja Efisiensi Bank Syariah Sebelum dan Sesudah
Krisis Global Berdasarkan Data Envelopment Analysis. Jurnal
Ekonomi Bisnis.
Pulungan, J. S. (2013). Efisiensi Kerja dalam Pekerjaan Rumah Tangga.
Jakarta: Kencana.
Purwanto, R. (2011). Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Umum
Konvensional dan Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Metode
Data Envelopment Analysis. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No
2.
Rahmawati, I. d. (2008). Bank dan Lembaga keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Praja.
Ramly, A. R. (2017). Permodelan efisiensi Bank di Indonesia: Perbandingan
antara Bank Syariah dan Bank Konvensional. Jurnal Bisnis dan
Manajemen Vol. 7 No. 2.
Rivai, V. d. (2013). Commercial Bank Management Manajemen Perbankan
dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
136

Rizal, I. Y. (2016). Islamic Banking Efficiency: Comparative Studies


Between Malaysia and Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol. 5 No.
1.
Rodoni, A. d. (2014). Manajemen Keuangan Modern. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Rusydiana, A. S. (2018). Efisiensi Dan Stabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia. Akuntabilitas Vol. 11 No. 2.
Sari, D. F. (2015). Membandingkan Efisiensi Pembiayaan Bank Umum
Syariah dan Bank Umum Konvensional di Indonesia dengan Metode
Data Envelopment Analysis (DEA). JESTT, Vol. 2 No. 8.
Siregar, S. (2015). Statistika Terapan untuk Perguruan TInggi. Jakarta: PT
Kharisma Putra Utama.
Soemitra, A. (2009). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
Kencana.
Sriyana, J. (2014). Metode Regresi Data Panel. Yogyakarta: Ekonisia.
Sugiyono. (2015). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suliyanto. (2011). Ekonometrika terapan Teori dan Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Sutawijaya, A. &. (2009). Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia Pasca
Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA.
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 10 No. 1.
Uddin, M. D. (2017). Efficiency and Stability: A Comparative Study
Between Islamic and Conventional Banks in GCC Countries. Future
Business Journal Vol.3 .
Wahyuni, S. (2014). Statistik Ekonomi dan Bisnis. Surakarta: UPT UNS
Press.

Dokumen pemerintah:

Bank Indonesia. (2019). Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2019.


Dokumen diakses pada 11 April 2020 melalui www.bi.go.id.
137

Bank Negara Malaysia. (2019). Financial Stability and Payment Systems


Report 2019. Dokumen diakses pada 13 April 2020 melalui
www.bnm.gov.my

Otoritas Jasa Keuangan. (2018). Laporan Perkembangan Keuangan Syariah


2018. Dokumen diakses pada 22 Mei 2020 melalui www.ojk.go.id.

Otoritas Jasa Keuangan. (2018). Laporan Profil Industri Perbankan


Triwulan II 2018. Dokumen diakses pada 22 Mei 2020 melalui
www.ojk.go.id.

State Bank of Pakistan. (2019) Islamic banking Bulletin 2019. Dokumen


diakses pada 20 Mei 2020 melalui www.sbp.org.pk.

Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008

Dokumen Website:

Islamic Financial Development Report 2017. Thomson Reuters. Dokumen


diakses pada 8 Juli 2020 melalui www.icd-ps.org.

Islamic Financial Services Board. (2019). Islamic Financial Services


Industry Stability Report 2019. Dokumen diakses pada 10 Maret
2020 melalui www.ifsb.org.

Website:

https://www.syariahmandiri.co.id/ diakses pada tanggal 20 April 2020

https://www.bankmuamalat.co.id/ diakses pada tanggal 20 April 2020

https://www.maybank.com/ diakses pada tanggal 21 April 2020

https://www.cimbislamic.com/ diakses pada tanggal 21 April 2020

https://www.sbp.org.pk/ diakses pada tanggal 25 April 2020

https://www.meezanbank.com/ diakses pada tanggal 25 April 2020

https://www.dibpak.com/ diakses pada tanggal 25 April 2020


138

LAMPIRAN

Daftar Lampiran:

1. Data sekunder sebelum diolah


2. Hasil efisiensi DEA CRS (Sumber DEA Frontier)
3. Hasil efisiensi DEA VRS (Sumber DEA Frontier)
4. Target to Optimum Efficient DEA VRS (Sumber: DEA Frontier)
5. Hasil Pengujian Normalitas Data
6. Hasil Pengujian Kruskal Wallis
139

Lampiran 1: Data Sekunder Sebelum Diolah


Indonesia (Dalam Jutaan Rupiah)
Bank Tahun BTK DPK AT PM PL
BSM 2014 1,359,776 59,851,848 725,405 46,576,875 1,002,553
BSM 2015 1,370,215 62,146,802 1,124,136 48,486,706 938,859
BSM 2016 1,485,175 69,999,843 973,273 52,837,460 860,071
BSM 2017 1,599,262 77,966,205 881,504 57,977,439 943,252
BSM 2018 1,805,975 87,983,698 984,63 64,901,059 1,126,451
BMI 2014 858,067 55,048,109 2,297,070 41,613,619 313,514
BMI 2015 924,521 50,372,870 2,394,218 38,825,317 311,894
BMI 2016 880,812 48,332,326 2,638,165 38,370,896 324,813
BMI 2017 802,493 52,587,640 2,653,439 39,964,561 476,126
BMI 2018 845,632 49,929,074 3,357,284 32,342,823 349,152

Malaysia (Dalam Jutaan Ringgit)


Bank Tahun BTK DPK AT PM PL
MIB 2014 40 99,695 2,525 107,729 384
MIB 2015 40 105,786 3,674 130,166 472
MIB 2016 41 106,604 4,507 148,523 485
MIB 2017 41 129,897 6,691 162,073 381
MIB 2018 47 147,782 4,243 174,268 546
CIMB 2014 72 41,328 101 363 2,249
CIMB 2015 72 44,248 169 40,325 2,464
CIMB 2016 34 52,762 883 47,173 2,695
CIMB 2017 31 64,729 604 57,551 3,244
CIMB 2018 28 75,932 724 70,619 39

Pakistan (Dalam Jutaan Ruppee)


Bank Tahun BTK DPK AT PM PL
Meezan 2014 4,756 380,422 6,273 175,712 4,755
Meezan 2015 6,355 471,821 8,057 207,569 4,597
Meezan 2016 7,338 564 8,924 31,153 5,797
Meezan 2017 8,279 67,318 11,875 420,029 7,577
Meezan 2018 10,656 736,209 13,129 512,565 7,463
DIB 2014 161 83,844 1,751 5,884 1,117
DIB 2015 204 136,743 1,843 104,954 1,274
DIB 2016 2,079 129,265 187 93,911 1,567
DIB 2017 2,159 149,295 1,704 119,522 1,903
DIB 2018 262 182,187 1,381 153,306 2,248
140

Lampiran 2: Hasil Efisiensi DEA asumsi CRS

A. Indonesia

Input Output
BTK Total Pembiayaan
DPK Pendapatan Operasional Lainnya
Aset Tetap
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 BSM2014 1,00000 1,000 Constant 1,000 BSM2014
2 BSM2015 1,00000 1,000 Constant 1,000 BSM2015
3 BSM2016 0,98535 1,085 Decreasing 0,733 BSM2014 0,174 BSM2018 0,179 BMI2014
4 BSM2017 0,98547 1,098 Decreasing 0,445 BSM2014 0,433 BSM2018 0,219 BMI2014
5 BSM2018 1,00000 1,000 Constant 1,000 BSM2018
6 BMI2014 1,00000 1,000 Constant 1,000 BMI2014
7 BMI2015 0,98038 0,971 Increasing 0,111 BSM2015 0,137 BMI2014 0,723 BMI2016
8 BMI2016 1,00000 1,000 Constant 1,000 BMI2016
9 BMI2017 1,00000 1,000 Constant 1,000 BMI2017
10 BMI2018 0,83479 0,819 Increasing 0,033 BSM2014 0,385 BMI2016 0,401 BMI2017
141

B. Malaysia
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 MIB2014 0,93629 1,077 Decreasing 0,425 MIB2016 0,039 CIMB2015 0,018 CIMB2017 0,594 CIMB2018
2 MIB2015 0,95840 1,009 Decreasing 0,686 MIB2016 0,057 MIB2018 0,031 CIMB2017 0,236 CIMB2018
3 MIB2016 1,00000 1,000 Constant 1,000 MIB2016
4 MIB2017 1,00000 1,000 Constant 1,000 MIB2017
5 MIB2018 1,00000 1,000 Constant 1,000 MIB2018
6 CIMB2014 1,00000 1,000 Constant 1,000 CIMB2014
7 CIMB2015 1,00000 1,000 Constant 1,000 CIMB2015
8 CIMB2016 1,00000 1,000 Constant 1,000 CIMB2016
9 CIMB2017 1,00000 1,000 Constant 1,000 CIMB2017
10 CIMB2018 1,00000 1,000 Constant 1,000 CIMB2018
142

C. Pakistan

Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 Meezan2014 0,66357 1,777 Decreasing 0,285 Meezan2016 0,370 DIB2016 1,122 DIB2018
2 Meezan2015 0,50513 1,705 Decreasing 0,273 Meezan2016 0,013 Meezan2017 0,401 DIB2016 1,018 DIB2018
3 Meezan2016 1,00000 1,000 Constant 1,000 Meezan2016
4 Meezan2017 1,00000 1,000 Constant 1,000 Meezan2017
5 Meezan2018 0,58340 2,931 Decreasing 0,456 Meezan2017 0,986 DIB2016 1,490 DIB2018
6 DIB2014 1,00000 1,000 Constant 1,000 DIB2014
7 DIB2015 0,90954 0,683 Increasing 0,001 Meezan2017 0,682 DIB2018
8 DIB2016 1,00000 1,000 Constant 1,000 DIB2016
9 DIB2017 0,79443 0,841 Increasing 0,074 Meezan2017 0,494 DIB2016 0,273 DIB2018
10 DIB2018 1,00000 1,000 Constant 1,000 DIB2018
143

Lampiran 3: Hasil Efisiensi DEA Asumsi VRS


A. Indonesia
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BSM2014 1,00000 1,000 BSM2014
2 BSM2015 1,00000 1,000 BSM2015
3 BSM2016 0,98813 0,602 BSM2015 0,316 BSM2018 0,082 BMI2016
4 BSM2017 0,99290 0,171 BSM2015 0,674 BSM2018 0,155 BMI2016
5 BSM2018 1,00000 1,000 BSM2018
6 BMI2014 1,00000 1,000 BMI2014
7 BMI2015 1,00000 1,000 BMI2015
8 BMI2016 1,00000 1,000 BMI2016
9 BMI2017 1,00000 1,000 BMI2017
10 BMI2018 1,00000 1,000 BMI2018
144

B. Malaysia
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 MIB2014 0,93930 0,314 MIB2016 0,141 MIB2018 0,064 CIMB2015 0,481 CIMB2018
2 MIB2015 0,95867 0,673 MIB2016 0,073 MIB2018 0,003 CIMB2015 0,028 CIMB2017 0,223
CIMB2018
3 MIB2016 1,00000 1,000 MIB2016
4 MIB2017 1,00000 1,000 MIB2017
5 MIB2018 1,00000 1,000 MIB2018
6 CIMB2014 1,00000 1,000 CIMB2014
7 CIMB2015 1,00000 1,000 CIMB2015
8 CIMB2016 1,00000 1,000 CIMB2016
9 CIMB2017 1,00000 1,000 CIMB2017
10 CIMB2018 1,00000 1,000 CIMB2018

C. Pakistan
Input-Oriented
Optimal
VRS Lambdas
DMU No. DMU Name with Benchmarks
Efficiency
1 Meezan2014 1,00000 1,000 Meezan2014
2 Meezan2015 0,74211 0,614 Meezan2014 0,152 Meezan2017 0,234 DIB2018
3 Meezan2016 1,00000 1,000 Meezan2016
4 Meezan2017 1,00000 1,000 Meezan2017
5 Meezan2018 1,00000 1,000 Meezan2018
6 DIB2014 1,00000 1,000 DIB2014
7 DIB2015 1,00000 1,000 DIB2015
8 DIB2016 1,00000 1,000 DIB2016
9 DIB2017 0,86397 0,065 Meezan2017 0,015 DIB2014 0,271 DIB2015 0,605 DIB2016 0,045 DIB2018
10 DIB2018 1,00000 1,000 DIB2018
145

Lampiran 4: Target to Optimum Efficient DEA Asumsi VRS


A. Indonesia
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name BTK DPK AT PM PL
1 BSM2014 1359776,00000 59851848,00000 725405,00000 46576875,00000 1002553,00000
2 BSM2015 1370215,00000 62146802,00000 1124136,00000 48486706,00000 938859,00000
3 BSM2016 1467538,66290 69168600,33288 924862,89281 52837460,00000 947556,48220
4 BSM2017 1587908,07228 77412685,52911 667912,88723 57977439,00000 969999,07225
5 BSM2018 1805975,00000 87983698,00000 98463,00000 64901059,00000 1126451,00000
6 BMI2014 858067,00000 55048109,00000 2297070,00000 41613619,00000 313514,00000
7 BMI2015 924521,00000 50372870,00000 2394218,00000 38825317,00000 311894,00000
8 BMI2016 880812,00000 48332326,00000 2638165,00000 38370896,00000 324813,00000
9 BMI2017 802493,00000 52587640,00000 2653439,00000 39964561,00000 476126,00000
10 BMI2018 845632,00000 49929074,00000 3357284,00000 32342823,00000 349152,00000
146

B. Malaysia
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name BTK DPK AT PM PL
1 MIB2014 37,57212 93643,81284 2371,74008 107729,00000 405,62253
2 MIB2015 38,34675 101413,73163 3522,14896 130166,00000 472,00000
3 MIB2016 41,00000 106604,00000 4507,00000 148523,00000 485,00000
4 MIB2017 41,00000 129897,00000 6691,00000 162073,00000 381,00000
5 MIB2018 47,00000 147782,00000 4243,00000 174268,00000 546,00000
6 CIMB2014 72,00000 41328,00000 101,00000 363,00000 2249,00000
7 CIMB2015 72,00000 44248,00000 169,00000 40325,00000 2464,00000
8 CIMB2016 34,00000 52762,00000 883,00000 47173,00000 2695,00000
9 CIMB2017 31,00000 64729,00000 604,00000 57551,00000 3244,00000
10 CIMB2018 28,00000 75932,00000 724,00000 70619,00000 39,00000

C. Pakistan

Efficient Input Target Efficient Output Target


DMU No. DMU Name BTK DPK AT PM PL
1 Meezan20144756,00000 380422,00000 6273,00000 175712,00000 4755,00000
2 Meezan20154239,58589 286500,86436 5979,16434 207569,00000 4597,00000
3 Meezan20167338,00000 564,00000 8924,00000 31153,00000 5797,00000
4 Meezan20178279,00000 67318,00000 11875,00000 420029,00000 7577,00000
5 Meezan201810656,00000 736209,00000 13129,00000 512565,00000 7463,00000
6 DIB2014 161,00000 83844,00000 1751,00000 5884,00000 1117,00000
7 DIB2015 204,00000 136743,00000 1843,00000 104954,00000 1274,00000
8 DIB2016 2079,00000 129265,00000 187,00000 93911,00000 1567,00000
9 DIB2017 1865,30254 128985,80053 1472,19802 119522,00000 1903,00000
10 DIB2018 262,00000 182187,00000 1381,00000 153306,00000 2248,00000
147

Lampiran 5: Hasil Pengujian Normalitas Data

Lampiran 6: Hasil Pengujian Beda Kruskal-Wallis

Ranks

Negara N Mean Rank

Scale_Efficiency Indonesia 10 15,90

Malaysia 10 15,50

Pakistan 10 15,10

Total 30

Test Statisticsa,b

Scale_Efficiency

Chi-Square ,085
df 2
Asymp. Sig. ,959

a. Kruskal Wallis Test


b. Grouping Variable: Negara

Anda mungkin juga menyukai