SKRIPSI
Oleh:
Khairun Nisa
NIM. 11150840000063
I. Identitas Pribadi
Nama : Khairun Nisa
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Mei 1996
Alamat : Jalan Alhidayah RT.002 RW.002 No. 21
Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Pondok
Aren, Kota Tanggerang Selatan Provinsi Baten
15424
Email : khaisaaa9@gmail.com
Telepon : 089506596463
III. Pendidikan
1. SDN 06 Pondok Aren Tahun 2002-2008
2. SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun 2008-2011
3. SMAN 5 Tangerang Selatan Tahun 2011-2014
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019
v
ABSTRACT
The aims of this research to analyse the factors that effect the level of
Indonesian Migrant Workers (TKI). This research uses panel data analysis with sample
research of provincial in Indonesia, there are Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, and Sumatera Utara from 2008 to 2017 which were
processed using the Fixed Effect Model (FEM). The findings of the research show that
partially Poverty and Mean Years School have a negative and significant effect on
Indonesian Labor Migration. The provincial minimum wage has a positive and
significant effect on Indonesian Labor Migration. While population density has a
negative and insignificant effect on Indonesian labor migration. Simultaneously,
Population Density, Poverty, Provincial Minimum Wages, and Mean Years School have
an effect on Indonesian Labor Migration.
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta Rasulullah SAW yang
telah membawa kita dari zaman gelap gulita ke zaman yang terang benderang.Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang judul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI): Studi Kasus pada
6 Provinsi Tahun 2008-2017”dengan baik.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan
selesainya penyusunan dan penulisan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Adapun ucapan terimakasih ini penulis tunjukan kepada:
1. Orang tua penulis, ayahanda Muhammad Taufik dan Ibunda Sri Ningsih yang telah
memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tidak bisa disebutkan satu per
satu. Sehingga penulis selalu optimis dalam menjalani kehidupan khususnya dalam
menyelesaikan skripsi ini. Segala pengorbanan dan jerih payah yang telah diberikan
untuk penulis, semoga dapat menjadi kebahagiaan dan keberkahan bagi kedua
orang tua penulis.
2. Kedua kakak, Fhadila Agustina dan Muhammad Hafidz yang telah memberikan
dukungan berupa moril maupun materi. Serta keponakan penulis, Satria Pratama
dan Raditya Syahreza yang menjadi penghibur selama penyusunan skripsi ini.
3. Paman Tarjono dan Tante Zainah said yang telah memberikan dukungan dan doa
kepada penulis dari awal perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
4. Keluarga besar Said Saud dan Hapsah yang telah memberi dukungan dan doa
kepada penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA., BKP., CRMP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
6. Bapak Dr. M. Hartana Iswandi Putra, M,Si dan Bapak Deni Pandu Nugraha,SE.,
M.Sc selaku ketua jurusan dan sekretaris jurasan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Djaka Badranaya S. Ag., M.E. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan ilmu yang bermanfaat sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen serta jajaran staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga besar HMJ Ekonomi Pembangunan Periode 2015-2016.
10. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi dan Bisnis
Cabang Ciputat.
11. Cayufi yang selalu memberikan semangat dari masa perkuliahan, perhatian,
kebaikan, kesabaran, dan berbagi suka duka dalam penyusunan skripsi ini.
12. Teman seperjuangan Minceu Lover (Azalia Nada Bayanillah, Andini, Diyah Ayu
Fatimah, Diyah Ayu SN, Kurniasih Anderesta, Maria Ulfah, Octavira Maretta,
Priska Fatma Anggita, Rara Min Arsyillah, Resha Ayu Nuvisa, Sofi Pratiwi, dan
Tenti Aprianti Rukmana) yang telah membuat masa kuliah saya menjadi sangat
berwarna karena kehadiran kalian semua.
13. Arfani Widiutari, Suci Rahmawati, dan Riska Juliana Putri yang terus-menerus
memberikan kebaikan dan semangat untuk penulis.
14. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2015.
Serta untuk pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang
membantu terealisasinya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalam yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dimasa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
untuk mencerdaskan para pembacanya.
ix
Aamiin ya Rabbal „alamin
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Khairun Nisa
x
DAFTAR ISI
xi
D. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 41
E. Hipotesis ......................................................................................................... 43
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................................ 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 45
B. Metode Penentuan Sampel .............................................................................. 45
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 46
D. Metode Analisis Data ...................................................................................... 47
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................................... 54
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 56
A. Temuan Hasil Penelitian ................................................................................. 56
1. Uji Chow .................................................................................................... 56
2. Uji Hausman............................................................................................... 56
3. Fixed Effect Model ..................................................................................... 57
4. Uji Multikolinearitas................................................................................... 61
5. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................... 61
6. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................................... 62
7. Uji F-statistik .............................................................................................. 63
8. Uji t-statistik ............................................................................................... 64
B. Pembahasan .................................................................................................... 66
1. Kepadatan Penduduk Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ................ 66
2. Kemiskinan Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia .............................. 67
3. Upah Minimum Provinsi Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia .......... 69
4. Rata-rata Lama SekolahTerhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ............. 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 74
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
LAMPIRAN ......................................................................................................... 82
xii
DAFTAR GRAFIK
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Faktor Daerah Asal, Daerah Tujuan, dan Rintangan Antara dalam Keputusan
Bermigrasi ....................................................................................................... 15
2.2 Keseimbangan Tenaga Kerja Dua Negara ........................................................ 17
2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 42
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
A. Multikolinearitas ........................................................................................... 87
B. Heteroskedastisitas........................................................................................ 87
xv
DAFTAR TABEL
1.1 Persentase Jumlah Migrasi TKI Berdasarkan Provinsi di Indonesia 2017 ........ 3
1.2 Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 .................... 5
1.3 Persentase Penduduk Miskin di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 .......................... 6
1.4 Upah Minimum Provinsi (UMP) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 .................... 7
1.5 Upah Minimum Per Bulan di Beberapa Negara Tujuan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) Tahun 2017 (Dalam US Dollar) ............................................. 8
1.6 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 ....................... 10
2.1 Kriteria Kepadatan Penduduk .......................................................................... 23
2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 34
3.1 Operasional Variabel Penelitian ...................................................................... 54
4.1 Uji Chow......................................................................................................... 56
4.2 Uji Hausman ................................................................................................... 57
4.3 Hasil Regresi Fixed Effect Model .................................................................... 58
4.4 Interpretasi Fixed Effect Model........................................................................ 59
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................................. 61
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 62
4.7 Uji Koefisien Determinasi (R2)........................................................................ 62
4.8 Uji F-statistik .................................................................................................. 63
4.9 Uji t-statistik ................................................................................................... 65
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang mengharapkan adanya perbedaan pendapatan di daerah asal dengan
daerah tujuan. Apabila daerah asal tidak mampu memenuhi kebutuhannya,
maka ia akan mengambil keputusan untuk bermigrasi (Triyanti, dkk.. 2013).
Grafik 1.1
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Sektor Formal dan Informal
Tahun 2011-2017
600.000
500.000
400.000
Formal
300.000
Informal
200.000 Total
100.000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Sumber : BNP2TKI
Grafik 1.1 menunjukkan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
fluktuatif pada sektor formal dan informal. Pada tahun 2011 ke tahun 2012
jumlah TKI mengalami penurunan baik sektor formal maupun informal. Di
tahun 2013 jumlah TKI kembali meningkat namun tidak lebih besar dari tahun
2011. Selama tiga tahun berturut-turut jumlah TKI mengalami penurunan dan
kembali meningkat di tahun 2017. Pada tahun 2012 sampai 2016 TKI formal
jumlahnya lebih besar dibandingkan TKI informal. Hal tersebut terjadi karena
pemerintah membuat kebijakan yang mendorong peningkatan penempatan TKI
formal untuk mengurangi penempatan pada TKI informal. Namun,
kenyataannya di tahun 2017 TKI informal tetap lebih besar 55% atau 142.990
jiwa dibandingkan TKI formal yang jumlahnya 118.830 jiwa. Para migran
lebih memilih menjadi TKI informal karena prosedur yang dilakukan untuk
menjadi TKI formal memiliki proses yang panjang dan biaya rekrutmen yang
mahal untuk dilakukan para migran. Padahal, jika TKI bekerja secara
2
prosedural dapat mengurangi risiko beban kerja yang tidak sesuai dan
meminimalisir proses penganiayaan dan pelecehan yang masih kerap terjadi.
Berdasarkan data Migrant Care para pekerja Indonesia sebagian besar
menjadi buruh migran di sektor-sektor yang memiliki risiko dengan tingkat
proteksi yang rendah. Di Timur Tengah terutama di Arab Saudi, buruh migran
Indonesia banyak yang menjadi korban pemerkosaan dan kekerasan oleh
majikannya. Sedangkan, di negara-negara lain memiliki ragam persoalan yang
berbeda. Di Hongkong buruh migran menerima upah dibawah standar
pengupahan yang ditentukan. Di Taiwan banyak upah yang tidak dibayarkan
dan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak serta adanya
perdagangan perempuan Indonesia untuk tujuan kawin kontrak.
Tabel 1.1
Persentase Jumlah Migrasi TKI Berdasarkan Provinsi di Indonesia
Tahun 2017
3
NTT 1.955 5.287.300 0.04%
Kalimantan Barat 1.325 4.932.500 0.03%
Kalimantan Tengah 37 2.605.300 0.001%
Kalimantan Selatan 129 4.119.800 0.003%
Kalimantan Timur 2.758 3.575.400 0.08%
Kalimantan Utara 9 691.100 0.001%
Sulawesi Utara 458 2.461.000 0.02%
Sulawesi Tengah 631 2.966.300 0.02%
Sulawesi Selatan 1.124 8.690.300 0.01%
Sulawesi Tenggara 158 2.602.400 0.006%
Gorontolo 41 1.168.200 0.004%
Sulawesi Barat 236 1.331.000 0.02%
Maluku 104 1.744.700 0.006%
Maluku Utara 8 1.209.300 0.0007%
Papua Barat 8 915.400 0.0009%
Papua 13 3.265.200 0.0004%
Indonesia 261.820 261.890.900 0.1%
Sumber : BNP2TKI dan BPS
Tabel 1.1 diatas menunjukan migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
banyak mengirimkan Tenaga Kerja ke luar negeri berdasarkan provinsi di
Indonesia tahun 2017. Pada provinsi Sumutera Utara, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat adalah provinsi dengan
persentase migrasi TKI terbanyak dengan jumlah penduduk di provinsi
masing-masing. Sehingga, Enam provinsi di atas merupakan provinsi yang
dipilih penulis untuk diteliti karena memiliki jumlah migrasi TKI terbanyak
dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia atau dikenal dengan daerah
kantong-kantong TKI.
Dilihat dari jumlah penduduk di ke-enam provinsi tersebut merupakan
provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia seperti Jawa Barat
memiliki penduduk sebesar 48.037.600 jiwa, Jawa Timur sebesar 39.293.000
jiwa, Jawa Tengah sebesar 34.257.900 jiwa, dan Sumatera Utara sebesar
14.262.100 jiwa di tahun 2017 menurut BPS. Sedangkan Lampung dan Nusa
Tenggara Barat memiliki jumlah penduduk yang setara dengan provinsi
4
lainnya, namun di kedua provinsi tersebut memiliki migrasi TKI lebih besar.
Banyaknya jumlah penduduk dengan kepadatan penduduk yang tinggi di suatu
daerah tentunya memiliki permintaan terhadap kesempatan kerja yang lebih
besar, namun terkadang hal tersebut tidak dapat terpenuhi di beberapa daerah
sehingga peluang mencari pekerjaan di daerah lain menjadi besar.
Tabel 1.2
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017
Provinsi 2015 2016 2017
Jawa Barat 1.320 1.339 1.358
Jawa Tengah 1.030 1.037 1.044
Jawa Timur 813 817 822
NTB 260 264 267
Lmpung 234 237 239
Sumatera Utara 191 193 195
Sumber: Statistik Indonesia (BPS)
Kepadatan penduduk pada provinsi di atas terus meningkat dari tahun
ketahun sesuai dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun, namun
tidak berbanding lurus dengan luas wilayah yang tidak akan bertambah besar.
Hal tersebut tentunya membawa berbagai dampak negatif bagi kehidupan
individu. Permasalahan yang ditimbulkan dengan kepadatan penduduk yang
semakin tinggi berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan. Seorang individu pada akhirnya
memustuskan migrasi keluar negeri sebagai tujuan untuk memperbaiki
perekonomian keluarga. ketika di wilayah tempat tinggal sudah tidak lagi
terpenuhi. Sesuai yang dinyatakan Tjiptoherijanto (1999) dalam Listyarini
(2011) migrasi internasional yang semakin banyak dilakukan hampir di seluruh
negara-negara di dunia dipandang sebagai keputusan yang rasional karena
adanya tekanan yang dihadapi penduduk di dalam negeri. kemiskinan
merupakan salah satu tekanan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan
sekaligus menjadi masalah besar yang banyak dihadapi oleh negara-negara
berkembang, seperti Indonesia.
5
Tabel 1.3
Persentase Penduduk Miskin di 6 Provinsi Tahun 2015-2017
Provinsi 2015 2016 2017
Jawa Barat 9.57 8.77 7.83
Jawa Tengah 13.32 13.19 12.23
Jawa Timur 12.34 12.05 11.77
NTB 16.54 16.02 15.05
Lampung 13.53 13.86 13.04
Sumatera Utara 10.79 10.27 9.28
Sumber : Badan Pusat Statistik
6
tersebut. Hambatan terhadap biaya tersebut merupakan faktor yang sangat
berarti bagi orang miskin karena dapat mengakibatkan ketidakmampuan
mereka melakukan migrasi. Menurut World Bank (2011) jika biaya migrasi
dapat dikurangi, maka migrasi menjadi salah satu program pengentas
kemiskinan.
Tabel 1.4
Upah Minimum Provinsi (UMP) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017
Provinsi 2015 2016 2017
Jawa Barat Rp 1.000.000 Rp 2.250.000 Rp 1.420.624
Jawa Tengah Rp 910.000 Rp 910.000 Rp 1.367.000
Jawa Timur Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Rp 1.388.000
NTB Rp 1.330.000 Rp 1.482.245 Rp 1.631.245
Lampung Rp 1.581.000 Rp1.763.000 Rp 1.908.477
Sumatera Utara Rp 1.625.000 Rp 1.811.875 Rp 1.961.354
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
7
Tabel 1.5
Upah Minimum per Bulan di Beberapa Negara Tujuan Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) Tahun 2017 (Dalam US Dollar)
Negara Upah Minimum Nilai Tukar Rupiah (13.568)
Hongkong 998.81 Rp 13.551.854
Indonesia 99.91-250.63 Rp 1.355.578 - Rp 3.400.547
Malaysia 218.16-237.13 Rp 2.959.994 – Rp 3.217.379
Taiwan 997.4 Rp 13.532.723
Sumber: Philippine Statistic Authority
8
lebih menguntungkan dalam arti ekonomi. Serta adanya faktor yang dominan
yang mempengaruhi seseorang bermigrasi adalah sulitnya memperoleh
pendapatan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan
yang lebih baik di daerah tujuan migran.
Grafik 1.2
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di 6 Provinsi Tahun 2017
25.000
20.000
Jawa Barat
15.000 Jawa Tengah
Jawa Timur
10.000 NTB
Lampung
5.000 Sumatera Utara
0
SD SMP SMU/K Diploma/S1/S2
Sumber : BNP2TKI
Jumlah Tenaga kerja Indonesia dengan pendidikan tamat SD, SMP, dan
SMU/K merupakan jumlah yang cukup tinggi setiap tahunnya dibandingkan
dengan jumlah tenaga kerja Indonesia dengan latar belakang pendidikan
diploma, sarjana maupun pasca sarjana. Migrasi yang dilakukan berdasarkan
tingkat pendidikan terlihat di dominasi oleh tingkatan Sekolah Mengah
Pertama (SMP) di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Lampung. Migrasi TKI dengan tingkat pendidikan terendah yaitu SD berada
pada provinsi Nusa Tenggara Barat yang berarti pemerataan pembangunan
pada sektor pendidikan belum terpenuhi dengan adaya program wajib belajar 9
tahun yang di danai oleh pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah
(BOS). Sedangkan, Sumatera Utara menjadi Provinsi dengan tingkat
pendidikan SMU/K terbanyak yang melakukan migrasi TKI.
9
Tabel 1.6
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017
Provinsi 2015 2016 2017
Jawa Barat 7.86 7.95 8.14
Jawa Tengah 7.03 7.15 7.27
Jawa Timur 7.14 7.23 7.87
NTB 6.71 6.79 6.9
Lampung 7.56 7.63 7.63
Sumatera Utara 9.03 9.12 9.25
Sumber : Badan Pusat Statistik
10
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi permasalahan yang terkait
yaitu:
1. Variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi
(UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebagai variabel bebas (X).
Keempat variabel tersebut yang mempengaruhi variabel Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) sebagai Variabel terikat (Y).
2. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara dengan periode
2008-2017.
3. Penelitian ini hanya mengkaji tentang bagaimana hubungan Kepadatan
Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Rata-rata
Lama Sekolah (RLS) dapat mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
C. Rumusan Masalah
Dari kondisi yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti antara lain:
1. Bagaimana pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017?
2. Bagaimana pengaruh Kemiskinan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017?
3. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2008-2017?
4. Bagaimana pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-
2017?
11
5. Bagaimana pengaruh Kepadatan Penduduk, Kemisikinan, Upah Minimum
Provinsi (UMP), dan Tingkat Pendidikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-
2017.
2. Mengetahui pengaruh Kemiskinan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
3. Mengetahui pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2008-2017.
4. Mengetahui pengaruh Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2008-2017.
5. Mengetahui pengaruh Kepadatan Penduduk, Kemisikinan, Upah Minimum
Provinsi (UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-
2017.
12
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
di Provinsi lain.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
14
4. Wanita melakukan migrasi pada jarak yang dekat jika dibandingkan
dengan pria.
5. Kemajuan teknologi menyebabkan migrasi meningkat.
Selanjutnya Everett S Lee (1966) volume migrasi dipengaruhi oleh faktor
pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor) pada kondisi daerah
asal dan daerah tujuan. Faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya
migrasi, adanya perbedaan penghasilan antara satu negara dengan negara
lainnya. Selain itu, minimnya jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan yang
menyebabkan membengkaknya pengangguran pada suatu daerah atau negara,
tekanan-tekanan politik, konflik agama dan suku. Hal ini sangat dirasakan
terutama di beberapa lokasi daerah yang memiliki penyerapan tenaga kerja
yang tidak memadai seiring dengan semakin besarnya pertumbuhan jumlah
penduduk dari tahun ke tahun (Lucas, 1981). Faktor penarik sendiri biasanya
berasal dari tempat atau daerah yang akan dituju seperti ketersediaan
lapangan pekerjaan yang luas serta adanya kesempatan pekerjaan yang lebih
baik, adanya kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup, upah yang lebih
besar di daerah tujuan, keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang
menyenangkan seperti iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas
publik.
Gambar 2.1
Faktor Daerah Asal. DaerahTujuan. dan Rintangan Antara dalam
Keputusan Bermigrasi
15
Menurut gambar 2.1 diatas, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan migrasi di daerah asal (origin), daerah tujuan (destination), dan
hambatan (intervening obstacles). Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1) Faktor positif (+), yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan jika
bertempat tinggal di daerah atau negara tersebut. Misalnya terdapat
sekolah, adanya kesempatan kerja atau lapangan pekerjaan, infrastruktur,
keamanan, iklim yang kondusif, dan lain sebagainya.
2) Faktor negatif (-), yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau
merugikan bila tinggal di daerah atau negara tersebut. Sehingga,
seseorang merasa ingin pindah ke daerah atau negara lain. Misalnya,
kepadatan penduduk, iklim yang tidak sesuai, kebisingan polusi, dan lain
sebagainya.
3) Faktor netral (0), yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan
seorang individu untuk tetap tinggal di daerah asal atau pindah ke daerah
lain atau tujuan.
Terdapat faktor lain sebagai penghambat untuk melakukan migrasi
penduduk. Hambatan atau rintangan berupa tingginya ongkos pindah dari
daerah asal ke daerah tujuan, topografi antara daerah asal dengan daerah
tujuan berbukit, sarana transportasi, lama perjalanan, undang-undang Imigrasi
yang ketat, risiko rusaknya barang berharga atau barang kesayangan jika
dipindahkan.
Berbagai faktor yang telah disebutkan tersebut, migrasi juga dapat
dipengaruhi oleh faktor individu. Faktor individu merupakan faktor
terpenting yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi, karena individu
dapat menilai positif atau negatifnya suatu daerah atau negara tujuan,
memutuskan untuk pindah atau menetap di daerah asal, dan memberikan
penilaian apakah daerah/negara tujuan dapat memenuhi kebutuhannya atau
tidak.
Lewis (1954) teori migrasi internal yang membahas tentang proses
perpindahan desa-kota, dimana model yang dikembangkan Lewis diperluas
oleh Fei dan Ranis pada tahun (1961). Kemudian menjadi teori umum yang
diterima dan dikenal dengan model Lewis-Fei-Ranis (L-F-R). Dengan begitu.
16
perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan peluang kerja di sektor modern
dijelaskan oleh Todaro lebih lanjut.
Menurut Todaro (2003) arus migrasi berlangsung sebagai tanggapan
terhadap adanya perbedaan pendapatan antara suatu daerah dengan daerah
lainnya. Dalam Expected Income Model of Rural-Urban Migration, dimana
mobilitas ke kota mempunyai dua harapan, yaitu harapan untuk memperoleh
pekerjaan dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi
daripada yang diperoleh di desa. Para migran akan mempertimbangkan dan
membandingkan berbagai macam peluang pasar tenaga kerja yang tersedia di
suatu negara atau daerah, kemudian memilih salah satu diantaranya yang
dapat memaksimumkan keuntungan yang diharapkan (expected gains) dari
migrasi. Dengan kata lain, para migran akan melakukan migrasi bila
penghasilan yang diterimanya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Gambar 2.2
Keseimbangan Tenaga Kerja Dua Negara
17
dan D2. Jika pasar tenaga kerja adalah pasar persaingan sempurna dan tenaga
kerja bebas bergerak, maka tingkat upah dikedua negara akan bergerak
menuju 01 Weq dan jumlah tenaga kerja yang akan diminta negara 1 adalah
01L1, sedangkan jumlah tenaga kerja yang akan diminta oleh negara 2 adalah
02L1. sehingga titik A mengambarkan keseimbangan. Seandainya pasar
tenaga kerja dikedua negara terpisah maka tingkat upah di negara 1 berada
dibawah negara 2. Jumlah tenaga kerja negara 1 sebesar 0 1L2 dan jumlah
tenaga kerja negara 2 hanya sebesar 02L2. Jika tenaga kerja merespon adanya
perbedaan tingkat upah, maka tenaga kerja akan berpindah dari negara 1 ke
negara 2. terlihat pada titik B keseimangan. Dalam kondisi seperti ini maka
upah dinegara 1 akan naik sedangkan di negara 2 akan turun hingga mencapai
tingkat upah keseimbangan 01Weq (Appleyard & Field Jr, 1995) dalam
(Pabowo, 2018).
Sehingga bagi negara 1, penawaran tenaga kerja berkurang dan tingkat
upah meningkat. Peningkatan upah menyebabkan tenaga kerja di negara
tersebut menjadi lebih baik (better off). Namun, produktivitas faktor produksi
lainnya turun sehingga output berkurang. Sebaliknya bagi negara 2,
penawaran tenaga kerja meningkat sehingga terjadi penurunan upah.
Penurunan upah menyebabkan tenaga kerja di negara tersebut menjadi lebih
buruk (worse off). Sementara, faktor produksi lain mengalami peningkatan
dan pemilik faktor produksi menjadi lebih baik pada akhirnya output di
negara 2 akan meningkat (Appleyard & Field Jr, 1995) dalam (Pabowo,
2018).
Penduduk merupakan faktor yang berperan dalam perkembangan suatu
daerah. Penduduk di suatu daerah selain terdiri dari penduduk setempat juga
terdapat penduduk migran. Menurut Mantra (2000) Migrasi penduduk
merupakan salah satu komponen yang akan mempengaruhi struktur penduduk
di wilayah. Proses migrasi akan memberikan dampak pada perkembangan
suatu daerah dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Terdapat 2 dimensi penting dalam migrasi, yaitu dimensi waktu dan
dimensi daerah. Dimensi waktu menurut konsep BPS, yaitu ketika sudah
bermukim di tempat tinggalnya selama minimal 6 bulan berturut-turut. Untuk
18
dimensi daerah meliputi perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara
lain yang disebut migrasi internasional, ataupun perpindahan penduduk yang
terjadi dalam satu negara seperti migrasi antar provinsi, kota/kabupaten yang
dikenal dengan migrasi internal. Selain itu, terdapat berbagai jenis-jenis
migrasi, yaitu sebagai berikut:
1) Migrasi Masuk (In Migration), yaitu banyaknya migran yang masuk ke
suatu provinsi atau daerah tujuan.
2) Migrasi Keluar (Out Migration), yaitu banyaknya migran yang keluar
dari suatu provinsi atau daerah asal.
3) Migrasi Neto (Net Migration), yaitu banyaknya migran neto (selisih
antara migrasi masuk dikurangi dengan migrasi keluar). Migrasi neto
terbagi menjadi dua yaitu migrasi neto positif dan negatif. Apabila
migrasi masuk lebih besar daripada migrasi keluar disebut migrasi neto
positif. Sebaliknya, migrasi keluar lebih besar daripada masuk adalah
migrasi neto negatif.
4) Migrasi Total (Total Migration), yaitu banyaknya seluruh kejadian
migrasi, baik migrasi semasa hidup dan migrasi pulang atau seluruh
orang yang pernah pindah.
5) Migrasi Internasional (Internasional Migration), yaitu perpindahan
penduduk dari suatu negara ke negara lain.
6) Migrasi Internal (Intern Migration), yaitu perpindahan penduduk yang
terjadi dalam satu negara, misalnya perpindahan antar provinsi,
kota/kabupaten atau administratif yang lebih kecil seperti kecamatan,
kelurahan, dan lainnya.
7) Migrasi Sirkuler (Sirkuler Migration), yaitu migrasi yang dilakukan
bukan bermaksud untuk menetap tetapi hanya sebatas mendekati tempat
pekerjaan dalam jangka waktu kurang enam bulan.
8) Migrasi Ulang-alik (Commuter), yaitu migrasi yang dilakukan setiap hari
meninggalkan tempat tinggalnya pergi ke daerah lain untuk bekerja,
berdagang dan lain sebagainya. tetapi pada sore hari akan pulang.
19
9) Migrasi Semasa Hidup (Life Time Migration), yaitu para migran yang
pada waktu pencacahan sensus bertempat tinggal di daerah yang bebeda
dengan tempat kelahirannya.
10) Migrasi Risen (Recent Migration), yaitu migran yang bertempat tinggal
waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei.
11) Arus Migrasi (Migration Stream), yaitu banyaknya migran yang
berpindah dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
12) Urbanisasi (Urbanization), yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota
atau bertambahnya penduduk yang berdiam dari daerah asal ke daerah
tujuan dalam waktu tertentu.
13) Transmigrasi (Transmigration), yaitu pemindahan penduduk dari daerah
yang padat penduduk (kota) ke daerah lain (desa) yang ditetapkan di
dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan atau
pemerataan.
b. Tenaga Kerja
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja juga
didefinisikan sebagai penduduk yang sudah dan sedang bekerja, sedang
mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan
mengurus rumah tangga (Payaman, 2001) dalam (Rahmawati, 2010). Tenaga
kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik dalam mengumpulkan data
ketenagakerjaan adalah The Labour Force Concept yang disarankan oleh
Internasional Labour Organization (ILO). Konsep tersebut membagi
penduduk menjadi dua kelompok. yaitu penduduk yang termasuk angkatan
kerja dan penduduk yang bukan angkatan kerja.
1) Penduduk yang termasuk angkatan kerja, adalah penduduk usia kerja (15
tahun dan lebih) yang bekerja. atau punya pekerjaan namun sementara
tidak bekerja dan pengangguran.
20
2) Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja, adalah penduduk usia
kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah. mengurus rumah tangga
atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Angkatan kerja yang digolongan bekerja menurut BPS, sebagai berikut:
1. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan,
paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
2. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, keadaan seseorang
mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu sementara
tidak bekerja disebabkan oleh sakit, cuti, menunggu panen, mogok
kerja dan lain sebagainya.
Berdasarkan jenisnya tenaga kerja terdiri dari:
1) Tenaga Kerja Terdidik, yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian atau
keterampilan dalam bidang tertentu yang diperoleh dari sekolah,
pendidikan formal atau informal. Seperti dokter, pengacara, konsultan,
guru, dan lain sebagainya.
2) Tenaga Kerja Terlatih, yaitu tenaga kerja yang sudah menguasai
pekerjaan tertentu diperoleh melalui pengalaman. Seperti apoteker,
mekanik, dan lain sebagainya.
3) Tenaga Kerja tidak Terdidik dan tidak Terlatih. yaitu tenaga kerja yang
mengandalkan keterampilan dan kekuatan sendiri. Seperti pelayan,
buruh bangunan, pengurus bayi/lansia, dan lain sebagainya.
2. Kepadatan Penduduk
a. Konsep Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi.
Menurut Bagoes Mantra (2007) dalam Najmutsaqib (2018) kepadatan
penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah yang
dihuni. Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎 ℎ
Kepadatan Penduduk = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎 ℎ
21
yang semakin berkurang (deminishing return). Malthus berpendapat bahwa
pertambahan penduduk searah dengan deret ukur (1, 2, 4, 8, ...) namun, dalam
prakteknya produksi pertanian tidak dapat meningkat lebih cepat dari deret
hitung (1, 2, 3, 4, 5, ...). Lahan yang dimiliki masyarat makin lama makin
sempit, maka kontribusi marjinal terhadap total produksi pagan akan
semakin menurun. Oleh karena itu, pertumbuhan pangan tidak dapat
mengimbangi pertambahan penduduk. Sehingga pendapatan dari produksi
rendah membuat kondisi ekonomi berada sedikit diatas tingkat subsisten.
Malthus menyatakan bahwa ledakan penduduk akan menimbulkan pola hidup
yang serba pas-pasan (subsisten).
Peningkatan jumlah penduduk yang disebut dengan pertumbuhan
penduduk yaitu sebagai berikut:
1. Pertumbuhan penduduk alami (Natural Population Increase),
pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih jumlah kelahiran dan
jumlah kematian.
2. Pertumbuhan penduduk migrasi, pertumbuhan penduduk yang diperoleh
dari selisih jumlah migrasi masuk (imigrasi) dan jumlah migrasi keluar
(emigrasi)
3. Pertumbuhan penduduk total (Total Population Growth), pertumbuhan
penduduk yang dihitung dari selisih jumlah kelahiran dengan jumlah
kematian ditambah dengan selisih jumlah imigrasi dengan jumlah
emigrasi.
Menurut BPS Sirusa kepadatan penduduk di bagi menjadi tiga jenis,
antara lain:
1. Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Population Density), yaitu
menunjukkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi luas
wilayah. Luas wilayah yang dimaksud adalah luas seluruh daratan pada
suatu wilayah administrasi.
2. Kepadatan Fisiologis (Physiological Density), yaitu menyatakan
banyaknya jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi wilayah
lahan yang ditanami (cultuvable land).
22
3. Kepadatan Agraris (Agriculture Density), yaitu menunjukkan banyaknya
penduduk petani untuk setiap kilometer persegi wilayah lahan yang
ditanami (cultuvable land).
Kepadatan penduduk kasar merupakan ukuran persebaran penduduk yang
umum digunakan, karena ukuran ini sudah distandarisasi dengan luas
wilayah.
Kriteria kepadatan penduduk berdasarkan Peraturan Pemerintah Penganti
Undang-undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 dalam Pasal 1 Ayat 3, sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Kriteria Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk per Kriteria Daerah
Kilometer Persegi
0 - 50 Tidak Padat
51 - 250 Kurang Padat
251 - 400 Cukup Padat
401 - ke atas Sangat Padat
Sumber :Bq Mahyuniati Fitria (2013)
Menurut Badan Pusat Statistik skala penentuan batas aman kepadatan
penduduk bisa dilihat dari Indeks Kepadatan Penduduk yang menyatakan
kualitas lingkungan berdasarkan kepadatan penduduk. Rumus Indeks
Kepadatan Penduduk (IKP) sebagai berikut:
IKP = 100 – (K – 96)
Dimana:
K = kepadatan penduduk yang lebih dari 96 jiwa per hektar.
Untuk kepadatan penduduk yang kurang dari atau sama dengan 96 jiwa
per hektar diberi nikai indeks 100. Nilai indeks berkisaran 0 sampai 100.
Nilai 100 menunjukkan kepadatan penduduk di kota tersebut merupakan
kepadatan yang ideal.
Kepadatan penduduk menjadi salah satu penentu kualitas lingkungan
karena tingginya aktivitas sosial-ekonomi penduduk ibu kota provinsi akan
menekan lingkungan hidup, baik lingkungan lahan/tanah, air maupun udara.
23
Semakin padat penduduk maka tekanan terhadap lingkungan semakin besar
yang akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.
3. Kemiskinan
a. Konsep Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah/negara. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun
papan. Supriatna (1997) dalam Kadji kemiskinan adalah situasi yang serba
terbatas bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Penduduk dikatakan
miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja,
pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang
menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan itu disebabkan oleh
terbatasnya sumber daya manusia, karena pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan yang dimilikinya relatif rendah.
24
Kriteria yang digunakan untuk mengukur kemiskinan menurut BPS
adalah menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs approach). Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan
yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan.
Konsep Garis Kemiskinan (GK) sendiri yaitu sebagai berikut:
1) Garis Kemiskinan (GK) merupakan pnjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
2) Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran minim
makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita per hari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi. seperti padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, dan
susu, sayuran, kacangan-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak,
serta lain sebagainya.
3) Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan kebutuhan
minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket
komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi
di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
Adapun perhitungan Garis Kemiskinan:
GK = GKM + GKNM
Dimana:
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan
Konsep persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
(GK) dengan Head Count Indeks (HCI-P0), Ada 2 Indeks. yaitu:
1) Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), yaitu ukuran
rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin
25
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh
rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
2) Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2), yaitu
memberikan gambaran penyebaran pengeluaran diantara penduduk
miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin.
Rumus Perhitungan:
26
1) Persistent Poverty, yaitu kemiskinan kronis atau telah turun menurun.
Kemiskinan ini pada umumnya terjadi pada daerah yang kritis sumber
daya alam atau daerah terisolasi.
2) Cyclical Povert, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus
ekonomi secara keseluruhan.
3) Seasonal Poverty, yaitu kemiskinan musimam, seperti dijumpai pada
para petani dan nelayan.
4) Accidental Poverty, yaitu kemiskinan yang terjadi karena bencana
alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan
menurunya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.
27
Sebab-sebab kemiskinan lainnya menurut Sharp, et.al (dalam Kuncoro,
1997) kemudian dalam Kadji, penyabab kemiskinan dipandang dari sisi
ekonomi sebagai berikut:
1) Secara Mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah
terbatas dan kualitasnya rendah.
2) Perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti
produktivitas rendah yang mengakibatkan upah menjadi rendah pula.
Rendahnya kualitas tersebut, karena pendidikan yang rendah, nasib yang
kurang beruntung, adanya diskriminasi, dan keturunan keluarga.
28
kepentingan produksi. Upah yang diterima pekerja dapat dibedakan
berdasarkan dua macam, yaitu:
1.) Upah Nominal, adalah sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk
uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.
2.) Upah Riil, adalah upah nominal yang diterima para pekerja, jika
ditukarkan dengan barang dan jasa, maka diukur dengan banyaknya
barang dan jasa yang didapatkan dari pertukaran tersebut.
Upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan sebagai upah bulanan
terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap yang ditetapkan oleh
gubernur. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan
tingkat upah, anatara lain:
1) Penawaran dan permintaan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang
terampil jumlahnya terbatas yang pada akhirnya akan meningkatkan
upah. Penawaran yang besar pada bagian jabatan-jabatan tertentu
memiliki tingkat upah yang standar atau rendah.
2) Produktivitas, semakin besar tingkat produktivitas atau prestasi yang
diberikan tenaga kerja kepada perusahaan maka semakin besar pula
imbalan upah yang diterima pekerja.
3) Kemampuan untuk membayar, upah merupakan salah satu biaya
produksi perusahaan, apabila biaya produksi meningkat akan
mengakibatkan kerugian dan ketidakmampuan perusahaan dalam
memenuhi fasilitasnya.
4) Serikat pekerja, serikat pekerja yang dapat terlibat langsung dalam
manajemen. dapat mempengaruhi penentuan upah.
5) Biaya hidup, menjadi batas penerimaan upah bagi tenaga kerja.
6) Pemerintah, melalui peraturan dan wewenang yang dimilikinya dapat
menentukan besar kecil tingkat upah. Seperti menenukan upah minimum
provinsi atau upah minimum regional.
Beberapa faktor lain yang menentukan tingkat upah menurut Moekijat
dalam Natsir (2008) kemudian dalam Sidik (2017), yaitu:
1) Inflasi
29
2) Pendapatan nasional
3) Harga pasar
4) Jam kerja
5) Perbedaan geografis
6) Kondisi atau lingkungan pekerja
7) Persediaan atau penawaran tenaga kerja
8) Produktivitas tenaga kerja
9) Upah yang diberikan
10) Biaya hidup
11) Peraturan pemerintah
12) Sistem pengupahan
Variabel upah minimum menjadi tolak ukur bagi pekerja dalam
memperoleh penghasilan yang akan diterimanya. Perbedaan upah minimum
di beberapa daerah menjadi faktor terjadinya perpindahan penduduk dari
daerah asal ke daerah lain karena perbedaan penghasilan yang didapatkan
lebih menguntungkan dalam arti ekonomi. Dari beberapa penjelasan di atas
mengenai faktor yang menentukan tingkat upah sangat mempengaruhi
seseorang melakukan migrasi.
Dimana:
30
RLS = Rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas
xi = Lama sekolah penduduk ke-i yang berusia 25 tahun
n = Jumlah penduduk usia 25 tahun ke atas
Pendidikan menjadi modal manusia dalam mengembangkan kehidupan,
dilihat dari segi Sumber daya Manusia (SDM) yang berkualitas akan
menghasilkan produktivitas pada pekerjaan. Lama sekolah yang ditempuh
masyarakat akan menjadi gambaran modal manusia yang dimilikinya.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai
Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah, antara lain:
1. Wahyu Indah Puspitasari, Sri Kusreni (2017) dalam penelitiannya yang
berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke
Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia” menyatakan bahwa: (1)
Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia berdasarkan Provinsi di Indonesia. (2) PDRB,
Tingkat Pendidikan, dan Kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia berdasarkan Provinsi di Indonesia.
2. Didit Purnomo (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Fenomena
Migrasi Tenaga Kerja dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal:
Studi Empiris di Kabupaten Wonogiri” menyatakan bahwa: (1) Umur,
Pendidikan, dan Status Pernikahan berpengaruh signifikan terhadap
Migrasi ke daerah tujuan. (2) Pendapatan, Kepemilikan Harta di Daerah
Asal, dan Pekerjaan di Daerah asal tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Migrasi ke daerah tujuan.
3. Indi Najmutsaqib (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi (UMP), Kesempatan
Kerja Terhadap Migrasi Internasional Tenaga Kerja Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2005-2016” menyatakan bahwa Upah Minimum Provinsi
(UMP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi Internasional
Tenaga Kerja. Sedangkan, Kepadatan Penduduk dan Kesempatan Kerja
31
tidak berpengaruh signifikan terhadap Migrasi Internasional Tenaga
Kerja.
4. Rika Handayani (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Minat Masyarakat
Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Menurut Perspektif Ekonomi
Islam (Studi pada Kecamatan Bayumas Kabupaten Pringsewu)”
menyatakan bahwa Tingkat Pendidikan dan Pendapatan berpengaruh
signifikan terhadap Minat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
5. Tita Merisa Rahmawati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Faktor yang Mempengaruhi Minat Tenaga Kerja untuk Bekerja ke Luar
Negeri” menyatakan bahwa: (1) Umur dan Status Pernikahan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Minat Migrasi ke Luar
Negeri. (2) Pekerjaan di Daerah asal dan Pendidikan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Minat Migrasi ke Luar Negeri. (3) Tangunggan
Keluarga dan Pendapatan berpengaruh signifikan Minat Migrasi ke Luar
Negeri.
6. Antonio Mihi-Ramirez, Aurimaz Rudzionis, dan Vilmante Kumpikaite
(2013) dalam penelitiannya yang berjudul “European Economic
Migration Flow, Earning and Unemployment in decade of 2000”
menyatakan bahwa pengangguran berpengaruh signifikan terhadap
emigrasi di Uni Eropa yaitu semakin tinggi pengangguran semakin tinggi
juga emigrasi. Pengangguran berpengaruh negatif terhadap imigrasi.
Sedangkan, pendapatan berpengaruh negatif terhadap emigrasi yaitu
semakin rendah pendapatan maka seakin tinggi emigrasi.
7. Oded Stark, Maja Micevska, dan, Jerzy Mycielski (2009) dalam
penelitian yang berjudul “Relative Poverty as Determinant of Migration:
Evidence from Poland” menyatakan bahwa Koefisien Gini berpengaruh
positif dan signifikan terhadap migrasi. Pengangguran berpengaruh
negatif terhadap migrasi internasional dan migrasi internal/antardaerah
Karena di Polandia memiliki kendala yang signifikan terhadap faktor
struktural seperti modal manusia yang tidak bisa bekerja pada sektor
industri. Kemiskinan tidak berpengaruh signifikan secara statistik
32
terhadap migrasi. Kepadatan Penduduk berpengaruh terhadap migrasi
internasional.
8. D. Martin dan A. Termos (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Does a High Minimum Wage Spur Low-skilled Emigration?”
menyatakan bahwa Upah Minimum berpengaruh signifikan terhadap
migrasi untuk para tenaga kerja yang berketerampilan rendah.
9. Frank W. Agbola dan Angelito B. Acupan (2010) dalam penelitiannya
yang berjudul “An Empirical Analysis of Internasional Labour Migration
in The Philippines” menyatakan bahwa Biaya Migrasi, Tingkat Inflasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap migrasi. Kepadatan
Penduduk, Tingkat Melek Huruf/pendidikan, Kestabilan politik
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap migrasi di Filipina.
Ketimpangan tidak berpengaruh signifikan terhadap migrasi di Filipina.
Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap migrasi di
Filipina.
33
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
34
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
Pendapatan, Status signifikan terhadap Migrasi
Pernikahan, ke daerah tujuan.
Kepemilikan Harta
di Daerah Asal, dan
Pekerjaan di
Daerah Asal.
3. Indi Pengaruh Kepadatan Variabel Regresi Linear Upah Minimum Provinsi
Najmutsaqib Penduduk, Upah Dependen: Berganda dan (UMP) berpengaruh positif
(2018) Minimum Provinsi Migrasi Data Time Series dan signifikan terhadap
(UMP), Kesempatan Internasional Migrasi Internasional
Kerja Terhadap Tenaga Kerja Tenaga Kerja. Sedangkan,
Migrasi Internasional Kepadatan Penduduk dan
Tenaga Kerja Provinsi Variabel Kesempatan Kerja tidak
Jawa Tengah Tahun Independen: berpengaruh signifikan
2005-2016 Kepadatan terhadap Migrasi
Penduduk, Upah Internasional Tenaga Kerja.
Minimum Provinsi
(UMP), dan
Kesempatan Kerja.
4. Rika Analisis Tingkat Variabel Regresi Linear Tingkat Pendidikan dan
Handayani Pendidikan dan Dependent: Berganda dan Pendapatan berpengaruh
(2018) Pendapatan Terhadap Minat Migrasi Data signifikan terhadap Minat
Minat Masyarakat Tenaga Kerja Primer/kuesioner Migrasi Tenaga Kerja
Menjadi Tenaga Kerja Indonesia Indonesia (TKI).
Indonesia (TKI)
Menurut Perspektif Variabel
Ekonomi Islam (Studi Independen:
pada Kecamatan Tingkat Pendidikan
35
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
Bayumas Kabupaten dan Pendapatan
Pringsewu)
5. Tita Merisa Faktor yang Variabel Regresi Tobit dan 1. Umur dan Status
Rahmawati Mempengaruhi Minat Dependen: Data Pernikahan berpengaruh
(2010) Tenaga Kerja untuk Minat Migrasi ke Primer/Kuesioner negatif dan signifikan
Bekerja ke Luar Luar Negeri terhadap Minat Migrasi
Negeri ke Luar Negeri.
Variabel 2. Pekerjaan di Daerah asal
Independen: dan Pendidikan
Umur, Status berpengaruh positif dan
Pernikahan, signifikan terhadap Minat
Pekerjaan di Migrasi ke Luar Negeri.
Daerah Asal, 3. Tangunggan Keluarga
Pendidikan, Jumlah dan Pendapatan
Tangunggan, dan berpengaruh signifikan
Pendapatan yang di terhadap Minat Migrasi
Peroleh ke Luar Negeri.
6. Antonio Mihi- European Economic Variabel Analisis Korelasi Pengangguran berpengaruh
Ramirez. Migration Flow, Dependen: dan Data Panel
signifikan terhadap emigrasi
Aurimaz Earning and Emigrasi dan
Rudzionis. dan Unemployment in Imigrasi di Uni di Uni Eropa yaitu semakin
Vilmante decade of 2000 Eropa
tinggi Pengangguran
Kumpikaite
(2013) Variabel semakin tinggi juga
Independen:
emigrasi. Pengangguran
Pendapatan dan
Pengangguran berpengaruh negetif
36
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
terhadap imigrasi.
Sedangkan, Pendapatan
berpengaruh negatif
terhadap emigrasi yaitu,
semakin rendah pendapatan
maka semakin tinggi
emigrasi
7. Oded Stark, Relative Poverty as Variabel Regresi Linear Koefisien Gini berpengaruh
Maja Determinant of Dependen: Berganda dan
positif dan signifikan
Micevska dan Migration: Evidence Migrasi Data Panel
Jerzy from Poland Internasional dan terhadap migrasi.
Mycielski Migrasi
Pengangguran berpengaruh
(2009) Internal/antardaera
h negatif terhadap migrasi
internasional dan migrasi
Variabel
Independen: internal/antardaerah karena
Koefisien Gini,
di Polandia memiliki
Tingkat
Pengangguran, kendala yang signifikan
Tingkat
terhadap faktor struktural
Kemiskinan, dan
Kepadatan seperti modal manusia yang
Penduduk.
tidak bisa bekerja pada
37
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
sektor industri. Kemiskinan
tidak berpengaruh
signifikan secara statistik
terhadap migrasi.
Kepadatan Penduduk
berpengaruh terhadap
migrasi internasional.
8. D. Martin dan Does a High Variabel Model Logit dan Upah Minimum
A. Termos Minimum Wage Spur Dependen: Data Panel
berpengaruh signifikan
(2015) Low-skilled Migrasi
Emigration? Internasional terhadap migrasi untuk para
tenaga kerja yang
Variabel
Independen: berketerampilan rendah.
Upah Minimum
9. Frank W. An Empirical Variabel Ordinary Least Biaya Migrasi, Tingkat
Agbola dan Analysis of Dependen: Square (OLS) dan
Inflasi, Pendapatan per
Angelito B. Internasional Labour Migrasi di Filipina Error Correction
Acupan (2010) Migration in The Model dan Data kapita berpengaruh negatif
Philippines Variabel Time Series
dan tidak signifikan
Independen:
Tingkat Melek terhadap migrasi.
Hurus/Pendidikan,
Kepadatan Penduduk,
Biaya Migrasi,
Tingkat Inflasi,
38
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
Pengangguran, Tingkat Melek Huruf orang
Kepadatan
dewasa/pendidikan,
Penduduk,
pendapatan per Stabilitas politik
kapita dan
berpengaruh negatif dan
Kestabilan Politik
signifikan terhadap migrasi
di Filipina. Ketimpangan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap migrasi
di Filipina. Pengangguran
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap migrasi
di Filipina.
39
C. Hubungan Antar Variabel
Pada rumusan masalah yang telah ditetapkan akan meneliti tentang
Kepadatan penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenga Kerja Indonesia (TKI) pada 6 provinsi
periode 2008-2017. Hubungan variabel tersebut, sebagai berikut:
1. Hubungan antara Kepadatan Penduduk terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk yang tinggal di wilayah tertentu dengan luas wilayahnya.
Semakin luas suatu wilayah, maka semakin besar peluang penduduk
menempati wilayah tersebut. Namun, bila kepadatan penduduk semakin
tinggi akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Keterbatasan sumber daya di suatu wilayah yang padat penduduk akan
memberikan kepekaan bagi penduduk lainnya untuk mencari sumber
daya di daerah lain. Dengan begitu. timbulah suatu migrasi penduduk ke
wilayah lain.
2. Hubungan antara Kemiskinan terhadap Migrasi Tenga Kerja Indonesia
Masyarakat miskin umumnya lemah dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, pendidikan dan kesehatan,
kemampuan berusaha, dan mempunyai akses yang terbatas kepada
kegiatan sosial ekonomi sehingga menimbulkan perilaku miskin. Upaya
penanggulangan kemiskinan terkait erat dengan upaya pemberdayaan
masyarakat dan penyediaan berbagai kebutuhan pokok dengan biaya
yang terjangkau sehingga secara bertahap mereka dapat meningkatkan
kemampuannya untuk memanfaatkan peluang yang terbuka (Heinz,
1988) dalam (Deryanto, dkk 2012). Pemerintah terus berupaya untuk
menanggulangi kemiskinan dengan program-program yang ada seperti
pengembangan desa tertinggal, gerakan terpadu pengentas kemiskinan,
jaringan pengaman sosial (JPS), beras untuk keluarga miskin (Raskin),
Program Keluarga Harapan, dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). Upaya-
upaya yang digalangkan tersebut merupakan suatu usaha untuk
40
membantu seseorang agar keluar dari garis kemikinan yang
membelegunya.
Menurut Todaro (1994) dalam andias (2014) karakteristik ekonomi
dinyatakan bahwa selama beberapa tahun terakhir ini persentase terbesar
dari migran adalah mereka yang miskin dengan sebagian besar
kemiskinan mereka yang disebabkan karena mereka tidak memiliki
tanah, tidak memiliki keahlian, dan juga tidak ada kesempatan untuk
berusaha di tempat asal migran. Hal tersebut menjadi alasan seorang
migran untuk melakukan migrasi dengan tujuan keluar dari status
kemiskinannya. Namun, terdapat hambatan biaya yang membuat seorang
migran tidak memiliki kemampuan untuk migrasi.
3. Hubungan antara Upah Minimum Provinsi terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia
Upah adalah imbalan yang diterima oleh para pekerja atas pekerjaan
yang telah mereka selesaikan. Upah minimum provinsi menjadi indikator
sesorang untuk mendapatkan imbalan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah masing-masing. Adanya UMP
menjadikan seseorang untuk dapat bekerja di daerah asal mereka dengan
pekerjaan formal. Namun, terdapat pekerja dengan tingkat UMP yang
rendah membuat seseorang merasa tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya dan memutuskan untuk migrasi ke daerah
atau negara lain dengan tingkat upah yang lebih tinggi dibandingkan di
daerah asal migran. Menurut Andias (2014) Semakin besar perbandingan
upah antara daerah/negara asal dengan daerah/negara tujuan memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk memutuskan migrasi ke daerah lain
serta bekerja ke luar negeri dibanding di dalam negeri.
4. Hubungan antara Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia
Pencapaian pendidikan dasar serta menengah di Indonesia cukup
baik, terbukti dengan terus meningkatnya rata-rata lama sekolah di
beberapa provinsi di Indonesia. Di mana porsi pendidikan terbesar
masyarakat Indonesia merupakan pendidikan sekolah dasar dan Sekolah
41
Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut, didukung dengan adanya
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berbentuk subsidi pada bidang
pendidikan sehingga akses penduduk terhadap pendidikan dasar semakin
tahun mengalami peningkatan.
Pendidikan memiliki keterkaitan dengan migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI), seperti jumlah TKI dengan pendidikan rendah menjadi
dominan atau terbanyak dibandingkan dengan yang pendidikan tinggi.
Alasan seseorang melakukan migrasi ke luar negeri untuk mendapatkan
pekerjaan karena jika tetap di daerah asal mereka akan kalah bersaing
pada mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun
bekerja sebagai tenaga kasar di luar negeri dengan pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan rendah. Namun, mereka berpendapat bisa
mendapatkan penghasilan lebih besar jika dibandingkan bekerja di
daerah asal.
Menurut Andias (2014) menjelaskan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk
bermigrasi di dalam negeri dibanding ke luar negeri. Hal ini dapat dilihat
dari jenis pekerjaan yang tersedia di luar negeri mayoritas di sektor
informal dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tenaga kerja
cenderung migrasi ke luar negeri sebagai Penata Laksana Rumah tangga
(PLRT), pengasuh anak, perawat lansia, pekerja pabrik, kontruksi, supir,
penjaga toko, dan pekerja retoran yang tidak membutuhkan tingkat
pendidikan tinggi. Mengaitkan dengan fenomena yang ada, tingkat
pendidikan menentukan seseorang dalam memperoleh pekerjaan. Hal ini
karena adanya faktor sertifikasi dan regulasi berkaitan dengan keguanaan
ijazah dan sebagainya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin besar
kesempatan bekerja di sektor formal.
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori-teori terkait dan penelitian-penelitian terdahulu yang
telah dijelaskan diatas mengenai pengaruh Kepadatan Penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah terhadap
42
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Kemudian dikembangkan menjadi
kerangka pemikiran yang ditunjukan sebagai berikut:
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Kemiskinan (X2)
Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) (Y)
Upah Minimum Provinsi
(UMP) (X3)
43
E. Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dari suatu penelitian serta
pendoman dalam penelitian yang disusun berdasarkan teori terkait dimana
suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
menghubungan dua variabel atau lebih.
Dari uraian mengenai hubungan antar variabel tersebut, maka dapat
dituliskan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0 : Tidak ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
2. H0 : Tidak ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
3. H0 : Tidak ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara
parsial terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara parsial
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
4. H0 : Tidak ada pengaruh Rata-rata Lama Sekolah secara parsial
44
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Rata-rata Lama Sekolah secara parsial terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
5. H0 : Tidak ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Rata-rata
Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2008-2017.
H1 : Ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Rata-rata
Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2011-2017.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
46
Pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau
karakteristik yang menjadi ciri-ciri pokok dari populasi dan sampel yang
diambil benar-benar yang paling banyak mewakili kriteria dari populasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, sampel penelitian ini mengambil studi kasus di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara, karena 6 provinsi tersebut menjadi daerah
dengan jumlah Migrasi Tenaga Kerja Indonesia terbanyak dari perhitungan
jumlah penduduknya jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia, dengan
tahun penelitian 2008 sampai 2017.
47
terakhir Rata-rata Lama Sekolah diperoleh dari BPS, digunakan untuk
mengetahui kualitas pendidikan di beberapa wilayah.
48
Y = β0 + β1X1it + β2X2it +β3X3it + β4X4it + ԑ
Keterangan :
Y = Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
β0 = konstanta
β1. β2. β3. β4 = Parameter atau koefisien regresi
X1it = Kepadatan Penduduk di Provinsi i pada periode t
X2it = Kemiskinan di Provinsi i pada periode t
X3it = Upah Minimum Provinsi di Provinsi i pada periode t
X4it = Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi i pada periode t
ԑ = Error
49
3) Random Effect Model (REM)
Pada Fixed Effect Model perbedaan antar individu dan waktu
dicerminkan lewat intercept. Maka pada Random Effect Model.
perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga
memperhitungan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time
series dan cross section. Keuntungan dalam menggunakan teknik ini
akan menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga dikenal
dengan Error Component Model (ECM) atau Generalized Least
Square (GLS).
Sebelum menentukan model mana yang terbaik, perlu dilakukan uji
spesifikasi model terlebih dahulu. Uji spesifikasi model tersebut antara
lain:
1) Uji Chow
Uji ini digunakan untuk mengetahui model mana yang lebih
baik dalam mengestimasi data panel, apakah Pooled Least Square
atau Fixed Efffect Model. Hipotesis yang digunakan dalam Uji Chow
adalah sebagai berikut:
H0 : Pooled Least Square
H1 : Fixed Effect Model
Jika nilai probabilitas < α maka tolak H0 atau menerima H1.
berarti model yang tepat digunakan untuk mengestimasi data panel
adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya, jika probabilitas ˃ α
maka terima H0 atau tolak H1, berarti model yang tepat digunakan
untuk mengestimasi data panel adalah Pooled Least Square (PLS).
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 %.
2) Uji Hausman
Uji ini digunakan untuk mengetahui model mana yang lebih
baik dalam mengestimasi data panel, apakah Random Effect Model
atau Fixed Efffect Model. Hipotesis yang digunakan dalam Uji
Hausman adalah sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
50
Jika nilai probabilitas < α maka tolak H0 atau menerima H1.
berarti model yang tepat digunakan untuk mengestimasi data panel
adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya, jika probabilitas ˃ α
maka terima H0 atau tolak H1, berarti model yang tepat digunakan
untuk mengestimasi data panel adalah Random Effect Model (REM).
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 %.
51
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) atau tolarence
(1/VIF). Regresi yang bebas multikolineritas memiliki VIF di
sekitar satu atau tolerence disekitar satu. Apabila suatu variabel
independen nilai VIF > 10 maka dikatakan terjadi kolineritas yang
kuat antarvariabel independen (Rosadi, 2012).
2) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan kondisi eror yang berubah-
ubah atau tidak identik. Sedangkan, asumsi regresi linear yang
harus terpenuhi adalah homogenitas atau homoskedastisitas yang
berarti variansi dari eror bersifat konstan/tetap atau identik. Apabila
terjadi heteroskedastisitas, maka estimator OLS tidak bersifat
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), tetapi hanya LUE.
Dengan demikian, nilai standard error dari koefisien hasil estimasi
yang dihasilkan dengan motode OLS tidak akurat.
Metode untuk pengujian heteroskedastisitas ada beberapa cara
yaitu dengan menggunakan metode grafik, uji white, uji park, uji
glejser, uji korelasi pearman, uji goldfield-quandt, dan uji bruesch-
pangan-godffrey.
4. Uji Hipotesis
1) Uji F Statistik (Uji Simultan)
Uji F satistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum
Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
(TKI). Hipotesis Uji F statistik adalah sebagai berikut:
Ho : β1=β2=β3=β4=β5 = 0
Artinya variabel-variabel independen yaitu Kepadatan
Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolaj secara simultan atau bersama-sama tidak memiliki
52
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
H1 : β1≠β2≠β3≠β4≠β5 ≠ 0
Artinya variabel-variabel independen yaitu Kepadatan
Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah secara simultan atau bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
Dalam penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah
5%. Jika nilai probabilitas < α = 5% (0.05) maka tolak H 0 terima
H1, yang berarti variabel independen secara simultan atau bersama-
sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya, jika nilai probabilitas ˃ α = 5% (0.05) maka
terima H0 tolak H1, yang berarti variabel independen secara
simultan atau bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
53
H1 : β2 ≠ 0
H1 : β3 ≠ 0
H1 : β4 ≠ 0
H1 : β5 ≠ 0
Artinya variabel-variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan,
Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah secara
parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Dalam penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah
5%. Jika nilai probabilitas < α = 5% (0.05) maka tolak H0 terima
H1, yang berarti variabel independen secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
jika nilai probabilitas ˃ α = 5% (0.05) maka terima H0 tolak H1 .
yang berarti variabel independen secara parsial tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
54
variabel independen (X) dapat mempengaruhi variabel terikat atau
variabel dependen (Y).
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Variabel Definisi Satuan
Dependen Migrasi Migrasi adalah perpindahan Jiwa
Tenaga penduduk atau individu dari
Kerja daerah asal ke daerah tujuan
dengan melewati batas politik
atau administrasi dan/atau batas
bagian daerah untuk tujuan
tertentu. Sedangkan. Tenaga
Kerja adalah penduduk yang
sudah memasuki usia kerja dan
mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang
dan/atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun orang
lain.
Independen Kepadatan Kepadatan penduduk adalah Jiwa
Penduduk banyaknya penduduk per
kilometer persegi (banyaknya
penduduk pada luas wilayah
tertentu).
Independen Kemiskinan Kemiskinan adalah suatu kondisi Persen
ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasar
55
individu berupa pangan.
sandang. dan papan.
Independen Upah Upah Minimum adalah upah Rupiah
Minimum bulanan terendah yang terdiri
Provinsi atas upah pokok termasuk
(UMP) tunjangan tetap yang ditetapkan
oleh Gubernur dan berlaku di
suatu Kota/Kabupaten di satu
Provinsi.
Independen Rata-rata RLS sebagai jumlah tahun untuk Tahun
Lama menempuh atau menamatkan
Sekolah pendidikan formal pada usia 25
(RLS) tahun ke atas.
56
BAB IV
Pada Tabel 4.1 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0053 yang
berarti nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α = 5% atau
0.0053 < 0.05. Maka tolak H0 atau terima H1, sehingga model terbaik yang
digunakan adalah Fixed Effect Model.
2) Uji Hausman
Pada Uji Hausman ini untuk menentukan model mana yang paling tepat
antara Random Effect Model atau Fixed Effect Model. Dengan tingkat
signifikan α = 5%. Hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah:
57
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Berikut adalah hasil Uji Hausman yang didapat setelah dilakukan
pengelohan data dengan Eviews 8.0
Tabel 4.2
Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d. f. Prob.
Cross-section random 18.545234 4 0.0010
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Pada tabel 4.2 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0010 yang
berarti nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α = 5% atau
0.0010 < 0.05. Maka tolak H0 atau terima H1, sehingga model terbaik yang
digunakan adalah Fixed Effect Model.
58
Tabel 4.3
Hasil Regresi Fixed Effect Model
Variabel Koefisien Prob.
C 11.69371 0.2987
LN_KPENDUDUK -0.747282 0.7315
KEMISKINAN -0.052286 0.0345
LN_UMP 0.667414 0.0342
RLS -0.684368 0.0046
59
kenaikan 1% upah minimum provinsi, maka akan meningkatkan migrasi
tenaga kerja Indonesia.
Berbeda dengan variabel Rata-rata Lama Sekolah (RLS) memiliki
hubungan yang negatif. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan rata-rata
lama sekolah mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera
Utara dapat diterima. Hubungan ini mempunyai arti apabila kenaikan satu
tahun rata-rata lama sekolah, maka akan mengurangi migrasi tenaga kerja
Indonesia.
Dapat dilihat pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa enam provinsi
memiliki pengaruh individu yang berbeda-beda untuk setiap perubahan pada
kepadatan penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan rata-rata
lama sekolah.
Tabel 4.4
Interpretasi Fixed Effect Model
Variabel Koefisien Indv. Effect Prob.
C 11.69371 0.2987
60
a. Provinsi Jawa Barat
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Jawa Barat akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 13.089001%
b. Provinsi Jawa Tengah
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Jawa Tengah akan mendapatkan pengaruh individu
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 12.705795%
c. Provinsi Jawa Timur
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Jawa Timur akan mendapatkan pengaruh individu
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 12.572187%
d. Provinsi Nusa Tenggara Barat
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Nusa Tenggara Barat akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 11.021706%
e. Provinsi Lampung
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Lampung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 10.188998%
f. Provinsi Sumatera Utara
Apabila Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan
penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata
Lama Sekolah, maka Sumatera Utara akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 10.584572%
61
Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik untuk medeteksi apakah
terdapat multikolinaeritas dan heteroskedastisitas dalam model. Berikut
adalah hasil uji asumsi klasik:
1) Uji Multikolinearitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui korelasi dari masing-masing
variabel bebas dilihat dari nilai koefisiennya. Jika nilai koefisien lebih
besar dari 0.8 maka terdapat multikolinearitas dari masing-masing
variabel bebas.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
2) Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah residual dari model yang
terbentuk memiliki varians yang konstan atau tidak. Dilakukan uji
Glejser untuk menguji ada atau tidak hesteroskedastisitas pada regresi
ini. Hipotesis Uji Glejser sebagai berikut:
H0 : Tidak terjadi heteroskedastisitas
H1 : Terjadi heteroskedastisitas
62
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Koefisien Prob.
C 1.358692 0.4653
Ln_KPENDUDUK 0.054452 0.3765
KEMISKINAN -0.001083 0.9322
LN_UMP -0.084831 0.3811
RLS -0.027248 0.6971
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0
2. Pengujian Hipotesis
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pada uji R-squared (R2) ini untuk melihat pengaruh setiap variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.869776
Sumber :Hasil Pengolahan Data
63
2) Uji F Statistik (Uji Simultan)
Uji ini dilakukan untuk melihat variabel-variabel independen secara
simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Dengan kriteria pengaruh signifikan, jika probabilitas
(F-statistik) < α = 5% (0.05) maka tolak H0 terima H1 dan sebaliknya
jika probabilitas (F-statistik) ˃ α = 5% (0.05) maka terima H0 tolak H1.
Hipotesis uji F statistik adalah sebagai berikut:
64
3) Uji t-statistik (Uji Parsial)
Uji ini dilakukan untuk melihat variabel independen secara masing-
masing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dengan kriteria pengaruh signifikan, jika probabilitas (t-statistik) < α =
5% (0.05) maka tolak H0 terima H1 dan sebaliknya jika probabilitas (t-
statistik) ˃ α = 5% (0.05) maka terima H0 tolak H1. Hipotesis uji t
statistik adalah sebagai berikut:
1. H0 : Tidak ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampug, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
2. H0 : Tidak ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
3. H0 : Tidak ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara
parsial terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara parsial
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
4. H0 : Tidak ada pengaruh Rata-rata Lama Sekoloah secara parsial
65
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Rata-rata Lama Sekolah secara parsial terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
Tabel 4.9
Uji t-statistik
Variabel Koefisien Prob.
C 11.69371 0.2987
LN_KPENDUDUK -0.747282 0.7315
LN_KEMISKINAN -0.052286 0.0345
LN_UMP 0.667414 0.0342
RLS -0.684368 0.0046
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0
66
berarti tolak H0 terima H1, maka ada pengaruh antara upah
minimum provinsi terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
d) Pada variabel rata-rata lama sekolah mimiliki nilai probabilitas
sebesar 0.0046 lebih kecil dari α = 5% (0.0046 < 0.05) yang berarti
tolak H0 terima H1, maka ada pengaruh antara rata-rata lama
sekolah terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
B. Pembahasan
1. Kepadatan Penduduk Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
Kepadatan penduduk dikaitkan dengan jumlah penduduk dan luas
wilayah. Jumlah penduduk disuatu provinsi atau wilayah setiap tahunnya
akan mengalami peningkatan namun tidak berbanding lurus dengan luas
wilayah yang tidak mengalami perluasan. Sehingga, setiap per kilometer
persegi akan terdapat banyaknya jumlah penduduk. Wilayah yang memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi umumnya adalah pusat permukiman, pusat
peradaban, dan pusat aktivitas sosial ekonomi (pusat pertumbuhan).
Dalam penelitian ini kepadatan penduduk memiliki pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Hasil ini
tidak sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi tinjauan
pustaka dalam penelitian ini. Menurut teori Malthus pertumbuhan penduduk
searah dengan deret ukur namun produksi pertanian tidak lebih cepat dari
deret hitung. Sehingga, pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan
pertumbuhan pagan akan menimbulkan kondisi ekonomi yang pas-pasan
(subsisten). Dengan kata lain, jika sumber daya di suatu daerah tidak dapat
mendukung perkembangan penduduk maka akan menyebabkan migrasi ke
daerah lain.
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan tingkat
kepadatan penduduk yang sangat padat menurut kriteria kepadatan penduduk
67
disebabkan karena menjadi pusat permukiman dan daerah pusat pertumbuhan
ekonomi. Jadi, hal ini tidak mempengaruhi individu melakukan migrasi.
Menurut Agbola dan Acupan (2010) kepadatan penduduk memiliki hubungan
negatif terhadap arus migrasi tenaga kerja menunjukkan ada kecenderungan
inheren ekonomi untuk mencegah migrasi keluar ketika pertumbuhan
penduduk. Pada saat peningkatan pertumbuhan penduduk akan dikaitkan
dengan peningkatan permintaan barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri, hal ini akan merangsang pertumbuhan ekonomi ketika kesejahteraan
individu dalam perekonomian meningkat, maka mereka tidak akan
melakukan migrasi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti
oleh Indi Najmutsaqib (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi (UMP), Kesempatan Kerja
Terhadap Migrasi Internasional Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun
2005-2016”. Serta penelitian oleh Frank W. Agbola dan Angelito B. Acupan
(2010) dalam penelitiannya yang berjudul “An Empirical Analysis of
Internasional Labour Migration in The Philippines”.
68
yang diperlukan serta biaya pelatihan yang tidak ditanggung oleh Pelaksana
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Sesuai pernyataan
Sjastaad (1962) dalam Nabila dan Pardede (2010) orang miskin tidak
bermigrasi karena tidak mampu membayar biaya migrasi. Dalam jurnal
Susilo (2015) untuk berangkat menjadi TKI ke Korea Selatan harus
membayar uang sebesar Rp 52 juta. Bagi orang miskin dan diperdesaan
jumlah uang tersebut bukan jumlah yang kecil. Menurut BNP2TKI dalam
mengurus dokumen atau prosedur yang dibutuhkan memiliki 22 tahapan
kompleksitas, dan memakan waktu 5 sampai 6 bulan serta mengeluarkan
biaya yang mahal. Berdasarkan jumlah migrasi yang di lakukan pada tahun
2009 sampai 2013 mengalami peningkatan, serta bersamaan dengan
penurunan jumlah penduduk miskin di enam provinsi yang di teliti. Berarti
pengiriman remitansi yang dilakukan migran untuk keluarganya di daerah
asal mensejahterakan hidupnya, serta menjadi salah satu cara membantu
mereka keluar dari garis kemiskinan dan meningkatkan status sosial.
Dibuktikan dengan masuknya remitansi ke Indonesia tahun 2009 sampai
2013 menurut World Bank selalu mengalami peningkatan. Penurunan
kemiskinan serta dibarengi bertambahnya migrasi TKI yang dilakukan di
enam provinsi disebabkan karena mereka melihat orang sekitar atau
tetangganya yang migrasi ke negara tujuan dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya serta meningkatkan status sosial untuk kepentingan gaya hidup.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti
oleh Wahyu Indah Puspitasari dan Sri Kusreni (2017) dalam penelitiannya
yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke
Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia”. Serta penelitian oleh Aulis
Nabila dan Elda L. Pardede (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Kemiskinan Terhadap Migrasi Indonesia: Analisis Data Sakerti
Tahun 2000 dan 2007”, menyatakan kemiskinan berpengaruh signifikan
terhadap keputusan migrasi dari hasil analisis deskriptif dan regresi individu
yang miskin akan cenderung tidak melakukan migrasi.
69
3. Upah Minimum Provinsi Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
Upah menjadi suatu imbalan atas apa yang telah dikerjakan oleh pekerja
berdasarkan tingkat pekerjaanya. Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur
sebagai batasan dalam pemberian upah kepada pekerja. Upah yang rendah
menyebabkan keterbatasan bagi pekerja dan keluarganya dalam memenuhi
Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Penetapan upah minimum provinsi yang
berbeda-beda memberikan dampak yang besar bagi para tenaga kerja untuk
migrasi ke daerah lain dengan tingkat upah yang lebih besar dibandingkan di
daerah asal.
Dalam penelitian ini upah minimum provinsi memiliki hubungan positif
dan signifikan terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia dengan probabilitas
sebesar 0.0342 dan koefisien 0.667414. Sehingga dapat diinterpretasikan
ketika kenaikan 1% upah minimum provinsi, maka akan meningkatkan
0.667414% migrasi tenaga kerja Indonesia. Menurut penulis, hal itu
dikarenakan kenaikkan upah minimum provinsi akan diikuti oleh kenaikkan
Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
Grafik 4.1
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Barat
1200000
1000000
800000
600000 UMP
400000 KHL
200000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
70
Grafik 4.2
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Tengah
1000000
800000
600000
UMP
400000 KHL
200000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Grafik 4.3
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Timur
1200000
1000000
800000
600000 UMP
400000 KHL
200000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
71
Grafik 4.5
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Lampung
2000000
1500000
1000000 UMP
KHL
500000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
72
bagi keluarganya. Jadi, Melakukan migrasi adalah salah satu cara dalam
memperoleh pendapatan yang lebih menguntungkan dalam arti ekonomi.
Hasil penelitian sebelumnya D. Martin dan A. Termos (2015) yang
menganalisis tentang “Does a High Minimum Wage Spur Low-skilled
Emigration?” serta penelitian oleh Indi Najmutsaqib (2018) yang
menganalisis tentang “Pengaruh Kepadatan Penduduk, Upah Minimum
Provinsi (UMP), Kesempatan Kerja Terhadap Migrasi Internasional Tenaga
Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2016”.
73
dikarenakan masyarakat dengan lulusan sekolah dasar dan menengah akan
kalah bersaing dengan lulusan perguruan tinggi, lowongan pekerjaan akan
terisi oleh mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Sehingga untuk
mendapatkan pekerjaan dengan pendidikan rendah akan bekerja pada sektor-
sektor informal yang tidak memerlukan keahlian khusus atau hanya
mengandalkan kekuatan sendiri seperti asisten rumah tangga, pengasuh,
pelayanan restoran, dan buruh lainnya. Tenaga kerja dengan pendidikan yang
rendah namun mereka ingin memiliki tingkat pendapatan yang tinggi, maka
mereka mempunyai kesempatan untuk migrasi tenaga kerja ke luar negeri
sebagai upaya dalam mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih
besar dengan tingkat pekerjaan yang sama di daerah asal. Dengan demikian
semakin rendah pendidikan seseorang maka meningkatkan migrasi tenaga
kerja Indonesia.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti
oleh Wahyu Indah Puspitasari dan Sri Kusreni (2017) yang menganalisis
tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke Luar
Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia” serta penelitian oleh Didit
Purnomo (2009) yang menganalisis tentang “Fenomena Migrasi Tenaga
Kerja dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal: Studi Empiris di
Kabupaten Wonogiri”.
74
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan data yang
dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh terhadap data-data Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia, Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi,
dan Rata-rata Lama Sekolah di beberapa provinsi di Indonesia (Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera
Utara) periode 2008-2017 adalah sebagai berikut:
1. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Kepadatan Penduduk
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan,
kepadatan penduduk yang sangat padat menurut kriteria kepadatan
penduduk di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
merupakan pusat permukiman, pusat peradapan, dan pusat aktivitas sosial
ekonomi atau pusat pertumbuhan.
2. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Kemiskinan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia di provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung,
dan Sumatera Utara. Artinya, semakin tinggi kemiskinan di enam provinsi
atau wilayah yang diteliti maka akan menurunkan migrasi tenaga kerja
Indonesia. Hal yang paling utama dikarena adanya faktor penghambat
berupa biaya pra-keberangkatan serta pengurusan dokumen yang komplek
dan memakan waktu yang lama.
3. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Upah Minimum Provinsi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Artinya, semakin
meningkat upah minimum provinsi maka akan meningkatkan migrasi
tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan peningkatan upah minimum
75
diikuti oleh peningkatan kebutuhan hidup layak atau biaya hidup.
Sehingga, meningkatnya upah minimum tidak langsung meningkatkan
kesejahteran pekerja. Oleh karena itu, adanya expected income atau
pendapatan yang di harapkan di negara lain sebagai upaya untuk
mendapatkan upah yang lebih besar dibandingkan di daerah asal. Dengan
begitu, walaupun upah minimum provinsi meningkat tetapi migrasi tenaga
kerja indonesia juga meningkat karena adanya perbedaan pendapatan di
daerah asal dan daerah tujuan.
4. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Rata-rata Lama Sekolah
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Artinya, semakin rendah
rata-rata lama sekolah individu di provinsi atau wilayah maka akan
meningkatkan migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan
pendidikan yang dimiliki individu untuk bersaing bekerja di daerah asal
rendah, sehingga mencari peluang pekerjaan di negara lain.
5. Hasil temuan penelitian secara simultan menyatakan bahwa Kepadatan
Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama
Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara. Sehingga jika terjadi perubahan pada nilai
kepadatan penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah suatu provinsi secara bersamaan maka akan turut serta
mengubah jumlah migrasi Tenaga kerja Indonesia tersebut.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah di Beberapa Provinsi Indonesia yang Diteliti
a. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pendidikan para Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) sehingga mengurangi para pekerja yang tidak
terlatih dan meningkatkan pekerja pada bidang profesional.
76
b. Diharapkan pada penyaluran TKI swasta atau semacam PJTKI
memberikan kemudahan pada biaya keberangkatan para calon TKI.
Serta ada banyaknya calo agensi yang makin menyulitkan pada biaya,
sehingga biaya yang dikeluarkan lebih besar.
c. Diharapkan peningkatan upah minimum provinsi dapat memenuhi
kebutuhan hidup layak bagi para pekerjanya. Sehingga tidak dibarengi
dengan peningkatan pada biaya hidup.
77
DAFTAR PUSTAKA
Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2016. Pusat
Penelitian Dan Perkembangan Informasi BNP2TKI.
Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2017. Pusat
Penelitian Dan Perkembangan Informasi BNP2TKI.
78
Hatton. T.. & Williamson. J. 2002. What Fundamental Drive World Migration?
(Discussion Paper No. 458) Camberra: Centre for Economic Research.
Australian National Univertity.
Kependudukan.lipi.go.id
Mardiani. Ita & Purnomo. Nuhroho Hari. 2018. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Kementerian Riset. Teknologi. dan Pendidikan Tinggi.
Martin. D dan Termos. A. 2015. Does a High Minimum Wage Spur Low-skilled
Emigration?. Departmen of Economics. Amarican University of Beirut.
79
Lebanon; Olayan School of Business. Amarican University of Beirut.
Lebanon. Publised by Elsevier Ltd.
Munir. Rozy. 2011. “Migrasi”. Sri Moertiningsih Adioetomo & Omas Bulan
Samosir “Dasar-dasar Demografi”. Depok: Penerbit Salemba Empat
dan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Nabila. Aulia. & Pardede L Elda. 2014. “Pengaruh Kemiskinan Terhadap Migrasi
di Indonesia: Analisis data Sakerti Tahun 2000 dan 2007”. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.
Noveria. Mita. 2017. Migrasi Berulang Tenaga Kerja Migran Internasional: Kasus
Pekerja Migran Asal Dea Sukorejo Wetan. Kabupaten Tulungagung.
Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 12 No1 1.
80
Purnomo. Didit. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja dan Perannya Bagi
Pemabangunan Daerah asal: Studi Empiris di Kabupaten Wonogiri.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Puspita. Wahyu Indah & Kusreni. Sri. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Migrasi ke Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia. Jurnal Ilmu
Ekonomi Terapan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Rahmawati. Tita Merisa. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Minat Tenaga Kerja
untuk Bekerja ke Luar Negeri. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponogoro.
Stark. Oded.. Micevska. Maja.. dan. Mycielski. Jerzy. 2009. Relative Poverty as
Determinant of Migration: Evidence from Poland. University of Bonn.
Germany;Universities of Klagenfurta and Vienna. Austria; Warsaw
81
University and Warsaw school of Economics. Poland; University
Klagenfurt. Austria. Publised by Elsevier Ltd.
Sumardi. Mulyanto.. & Hans-Dieter Evers. ed. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan
Pokok. Kelapa Gading Permai Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.
82
LAMPIRAN
83
B. Fixed Effect Model (FEM)
Effects Specification
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
84
C. Uji Chow
85
D. Random Effect Model (REM)
Effects Specification
S.D. Rho
Weighted Statistics
Unweighted Statistics
86
E. Uji Hausman
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Effects Specification
87
Lampiran 2 : Hasil Uji Asumsi Klasik
A. Multikolinearitas
B. Heteroskedastisitas
88
Lampiran 3 : Data Penelitian
Provinsi Tahun Migrasi Kepadatan Kemiskinan Upah Rata-rata Ln_MTKI Ln_KPenduduk Ln_UMP
Tenaga Penduduk Minimum Lama
Kerja (Kpenduduk) Provinsi Sekolah
Indonesia (UMP) (RLS)
(MTKI)
JawaBarat 2008 71.330 1.108 10.88 568.193 7.5 11.17507228 7.010311867 13.25021643
JawaBarat 2009 31.170 1.124 10.33 628.191 7.72 10.34721137 7.02464903 13.35059954
JawaBarat 2010 35.985 1.222 9.43 671.500 7.4 10.49085746 7.10824414 13.41726929
JawaBarat 2011 145.811 1.180 9.26 732.000 7.46 11.89006654 7.073269717 13.50353579
JawaBarat 2012 119.641 1.198 9.89 780.000 7.52 11.69225087 7.088408779 13.5670492
JawaBarat 2013 129.910 1.282 9.61 850.000 7.58 11.77459718 7.156176637 13.65299163
JawaBarat 2014 105.479 1.301 9.18 1.000.000 7.71 11.56626716 7.170888479 13.81551056
JawaBarat 2015 63.064 1.320 9.57 1.000.000 7.86 11.05190536 7.185387016 13.81551056
JawaBarat 2016 51.052 1.339 8.77 1.312.355 7.95 10.8406 7.199678346 14.62644077
JawaBarat 2017 50.872 1.358 7.83 1.420.624 8.14 10.83706795 7.213768308 14.16660677
JawaTengah 2008 57.899 995 16.34 547.000 6.8 10.96645539 6.902742737 13.21220408
JawaTengah 2009 37.548 1.002 15.41 575.000 6.86 10.53337539 6.909753282 13.26212532
JawaTengah 2010 44.339 989 14.33 660.000 6.71 10.69961993 6.896694332 13.39999511
JawaTengah 2011 123.239 1.003 14.12 675.000 6.74 11.72188084 6.910750788 13.42246797
JawaTengah 2012 115.472 1.002 14.98 765.000 6.77 11.65678336 6.909753282 13.54763111
JawaTengah 2013 105.979 1.014 14.44 830.000 6.8 11.57099624 6.921658184 13.62918098
JawaTengah 2014 92.592 1.022 13.58 910.000 6.93 11.43595802 6.929516771 13.72119988
JawaTengah 2015 57.078 1.030 13.32 910.000 7.03 10.95217403 6.937314081 13.72119988
JawaTengah 2016 49.515 1.037 13.19 910.000 7.15 10.81003093 6.944087208 13.72119988
JawaTengah 2017 55.088 1.044 12.23 1.367.000 7.27 10.91668719 6.950814768 14.12812912
89
JawaTimur 2008 35.895 794 18.51 500.000 6.95 10.48835329 6.677083461 13.12236338
JawaTimur 2009 37.901 798 16.68 570.000 7.2 10.54273278 6.682108597 13.25339164
JawaTimur 2010 46.260 781 15.26 630.000 7.24 10.74203294 6.66057515 13.3534751
JawaTimur 2011 109.266 786 14.23 705.000 7.34 11.60154056 6.666956792 13.46595308
JawaTimur 2012 100.383 785 13.08 745.000 6.85 11.51674815 6.665683718 13.5211395
JawaTimur 2013 93.847 803 12.73 866.250 6.9 11.44942108 6.688354714 13.67192883
JawaTimur 2014 78.306 808 12.28 1.000.000 7.05 11.26837951 6.694562059 13.81551056
JawaTimur 2015 48.314 813 12.34 1.000.000 7.14 10.78547665 6.70073111 13.81551056
JawaTimur 2016 43.150 817 12.05 1.000.000 7.23 10.6724377 6.705639095 13.81551056
JawaTimur 2017 64.143 822 11.77 1.388.000 7.87 11.06887024 6.711740395 14.14337442
NTB 2008 12.712 221 29.47 730.000 6.7 9.450301708 5.398162702 13.50079981
NTB 2009 31.081 225 28.84 832.500 6.73 10.34435198 5.416100402 13.6321885
NTB 2010 34.029 243 28.16 890.775 5.73 10.43496838 5.493061443 13.69984715
NTB 2011 72.847 245 23.67 950.000 6.07 11.19611663 5.501258211 13.76421726
NTB 2012 46.248 247 18.02 1.000.000 6.33 10.7417735 5.509388337 13.81551056
NTB 2013 63.439 254 17.25 1.100.000 6.54 11.05783409 5.537334267 13.91082074
NTB 2014 61.139 257 17.05 1.210.000 6.67 11.02090524 5.549076085 14.00613092
NTB 2015 51.743 260 16.54 1.330.000 6.71 10.85404444 5.560681631 14.1006895
NTB 2016 40.416 264 16.02 1.482.950 6.79 10.60698103 5.575949103 14.20954391
NTB 2017 34.994 267 15.05 1.631.245 6.9 10.4629319 5.587248658 14.30485408
Lampung 2008 12.053 196 17.85 617.000 7.3 9.397068871 5.278114659 13.3326243
Lampung 2009 3.908 199 16.78 691.000 7.49 8.270781013 5.293304825 13.4458951
Lampung 2010 5.558 220 14.3 767.500 7.75 8.62299361 5.393627546 13.55089376
Lampung 2011 17.104 217 12.27 855.000 7.82 9.747067633 5.379897354 13.65885675
Lampung 2012 16.268 220 15.65 975.000 7.87 9.696955267 5.393627546 13.79019275
Lampung 2013 17.977 229 14.39 1.150.000 7.89 9.796848442 5.433722004 13.9552725
Lampung 2014 18.500 232 14.21 1.399.037 7.48 9.825526011 5.446737372 14.1512947
90
Lampung 2015 16.109 234 13.53 1.581.000 7.56 9.687133401 5.455321115 14.27356812
Lampung 2016 16.051 237 13.86 1.763.000 7.63 9.683526432 5.468060141 14.38252746
Lampung 2017 15.372 239 13.04 1.908.448 7.63 9.640302952 5.476463552 14.46180038
Sumut 2008 9.248 180 12.85 822.205 8.6 9.132162591 5.192956851 13.61974503
Sumut 2009 8.386 182 11.45 905.000 8.65 9.034318928 5.204006687 13.71569022
Sumut 2010 15.878 179 11.34 965.000 8.51 9.672689782 5.187385806 13.77988338
Sumut 2011 12.449 183 10.75 1.035.500 8.61 9.429395577 5.209486153 13.85039496
Sumut 2012 13.728 184 10.41 1.200.000 8.72 9.527192822 5.214935758 13.99783211
Sumut 2013 13.301 186 10.39 1.375.000 8.79 9.495594499 5.225746674 14.13396429
Sumut 2014 14.782 189 9.85 1.505.850 8.93 9.601165503 5.241747015 14.22486808
Sumut 2015 12.054 191 10.79 1.625.000 9.03 9.397151834 5.252273428 14.30101837
Sumut 2016 14.137 193 10.27 1.811.875 9.12 9.556550753 5.262690189 14.40987278
Sumut 2017 17.109 195 9.28 1.961.355 9.25 9.74735992 5.272999559 14.48909462
91