Anda di halaman 1dari 108

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT

MIGRASI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)


(Studi Kasus Pada 6 Provinsi Tahun 2008-2017)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Khairun Nisa
NIM. 11150840000063

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYTULLAH JAKARTA
1440 H / 2019 M
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi
Nama : Khairun Nisa
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Mei 1996
Alamat : Jalan Alhidayah RT.002 RW.002 No. 21
Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan Pondok
Aren, Kota Tanggerang Selatan Provinsi Baten
15424
Email : khaisaaa9@gmail.com
Telepon : 089506596463

II. Latar Belakang Keluarga


Ayah : Muhammad Taufik
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juni 1962

Ibu : Sri Ningsih


Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Oktober 1965

III. Pendidikan
1. SDN 06 Pondok Aren Tahun 2002-2008
2. SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun 2008-2011
3. SMAN 5 Tangerang Selatan Tahun 2011-2014
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019

IV. Pengalaman Organisasi


1. OSIS SMPN 13 Tangerang Selatan Tahun 2009-2010
2. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Tahun 2015-2016
Ekonomi Pembangunan
3. Himpinan Mahasiswa Islam (HMI) Tahun 2017- sekarang

v
ABSTRACT

The aims of this research to analyse the factors that effect the level of
Indonesian Migrant Workers (TKI). This research uses panel data analysis with sample
research of provincial in Indonesia, there are Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, and Sumatera Utara from 2008 to 2017 which were
processed using the Fixed Effect Model (FEM). The findings of the research show that
partially Poverty and Mean Years School have a negative and significant effect on
Indonesian Labor Migration. The provincial minimum wage has a positive and
significant effect on Indonesian Labor Migration. While population density has a
negative and insignificant effect on Indonesian labor migration. Simultaneously,
Population Density, Poverty, Provincial Minimum Wages, and Mean Years School have
an effect on Indonesian Labor Migration.

Keywords: Indonesian Labor Migration (TKI), Population Density, Poverty, Provincial


Minimum Wage, Mean Years School (MYS), Fixed Effect Model (FEM)

vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Tingkat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Penelitian ini menggunakan analisis
data panel dengan sampel penelitian provinsi di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada tahun
2008 sampai 2017 yang diolah menggunakan Fixed Effect Model (FEM). Temuan hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Kemiskinan dan Rata-rata Lama Sekolah
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia. Upah
minimum Provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga kerja
Indonesia. Sementara Kepadatan Penduduk negatif dan tidak signifikan terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia. Secara simultan, Kepadatan Penduduk, Kemiskinan,
Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah berpengaruh terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia.

Kata Kunci : Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), Kepadatan Penduduk,


Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP), Rata-rata Lama Sekolah, Fixed Effect
Model (FEM)

vii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta Rasulullah SAW yang
telah membawa kita dari zaman gelap gulita ke zaman yang terang benderang.Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang judul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI): Studi Kasus pada
6 Provinsi Tahun 2008-2017”dengan baik.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan
selesainya penyusunan dan penulisan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Adapun ucapan terimakasih ini penulis tunjukan kepada:

1. Orang tua penulis, ayahanda Muhammad Taufik dan Ibunda Sri Ningsih yang telah
memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tidak bisa disebutkan satu per
satu. Sehingga penulis selalu optimis dalam menjalani kehidupan khususnya dalam
menyelesaikan skripsi ini. Segala pengorbanan dan jerih payah yang telah diberikan
untuk penulis, semoga dapat menjadi kebahagiaan dan keberkahan bagi kedua
orang tua penulis.
2. Kedua kakak, Fhadila Agustina dan Muhammad Hafidz yang telah memberikan
dukungan berupa moril maupun materi. Serta keponakan penulis, Satria Pratama
dan Raditya Syahreza yang menjadi penghibur selama penyusunan skripsi ini.
3. Paman Tarjono dan Tante Zainah said yang telah memberikan dukungan dan doa
kepada penulis dari awal perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
4. Keluarga besar Said Saud dan Hapsah yang telah memberi dukungan dan doa
kepada penulis.
5. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA., BKP., CRMP selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

viii
6. Bapak Dr. M. Hartana Iswandi Putra, M,Si dan Bapak Deni Pandu Nugraha,SE.,
M.Sc selaku ketua jurusan dan sekretaris jurasan Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Djaka Badranaya S. Ag., M.E. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan ilmu yang bermanfaat sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh dosen serta jajaran staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9. Keluarga besar HMJ Ekonomi Pembangunan Periode 2015-2016.
10. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi dan Bisnis
Cabang Ciputat.
11. Cayufi yang selalu memberikan semangat dari masa perkuliahan, perhatian,
kebaikan, kesabaran, dan berbagi suka duka dalam penyusunan skripsi ini.
12. Teman seperjuangan Minceu Lover (Azalia Nada Bayanillah, Andini, Diyah Ayu
Fatimah, Diyah Ayu SN, Kurniasih Anderesta, Maria Ulfah, Octavira Maretta,
Priska Fatma Anggita, Rara Min Arsyillah, Resha Ayu Nuvisa, Sofi Pratiwi, dan
Tenti Aprianti Rukmana) yang telah membuat masa kuliah saya menjadi sangat
berwarna karena kehadiran kalian semua.
13. Arfani Widiutari, Suci Rahmawati, dan Riska Juliana Putri yang terus-menerus
memberikan kebaikan dan semangat untuk penulis.
14. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2015.

Serta untuk pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang
membantu terealisasinya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalam yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
untuk mencerdaskan para pembacanya.

ix
Aamiin ya Rabbal „alamin

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Jakarta, Juli 2019

Khairun Nisa

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACT ......................................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii


KATA PENGANTAR .......................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi


BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Batasan Masalah ............................................................................................. 11
C. Rumusan Masalah ........................................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 12
E. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 14
A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian ........................................................ 14
1. Migrasi dan Tenaga Kerja ........................................................................... 14
2. Kepadatan Penduduk .................................................................................. 21
3. Kemiskinan ................................................................................................ 24
4. Upah Minimum Provinsi (UMP) ................................................................. 28
5. Rata-rata Lama Sekolah .............................................................................. 30
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 31
C. Hubungan Antar Variabel................................................................................ 39

xi
D. Kerangka Pemikiran ........................................................................................ 41
E. Hipotesis ......................................................................................................... 43
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................................ 45
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................... 45
B. Metode Penentuan Sampel .............................................................................. 45
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 46
D. Metode Analisis Data ...................................................................................... 47
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................................... 54
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 56
A. Temuan Hasil Penelitian ................................................................................. 56
1. Uji Chow .................................................................................................... 56
2. Uji Hausman............................................................................................... 56
3. Fixed Effect Model ..................................................................................... 57
4. Uji Multikolinearitas................................................................................... 61
5. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................... 61
6. Uji Koefisien Determinasi (R2) ................................................................... 62
7. Uji F-statistik .............................................................................................. 63
8. Uji t-statistik ............................................................................................... 64
B. Pembahasan .................................................................................................... 66
1. Kepadatan Penduduk Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ................ 66
2. Kemiskinan Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia .............................. 67
3. Upah Minimum Provinsi Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia .......... 69
4. Rata-rata Lama SekolahTerhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ............. 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 74
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 74
B. Saran ............................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
LAMPIRAN ......................................................................................................... 82

xii
DAFTAR GRAFIK

1.1 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Sektor Formal dan Informal


Tahun 2011-2017 ............................................................................................ 2
1.2 Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Berdasarkan Tingkat Pendidikan di 6
Provinsi Tahun 2017 ........................................................................................ 9
4.1Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Barat .................... 69
4.2 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Tengah ............... 70
4.3 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Timur ................. 70
4.4 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak NTB ............................ 70
4.5 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Lampung ..................... 71
4.6 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Sumut .......................... 71

xiii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Faktor Daerah Asal, Daerah Tujuan, dan Rintangan Antara dalam Keputusan
Bermigrasi ....................................................................................................... 15
2.2 Keseimbangan Tenaga Kerja Dua Negara ........................................................ 17
2.3 Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 42

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Hasil Uji Data Panel ............................................................................ 82

A. Pooled Least Square (PLS) ........................................................................... 82


B. Fixed Effect Model (FEM) ............................................................................ 83
C. Uji Chow ...................................................................................................... 84
D. Random Effect Models (REM) ...................................................................... 85
E. Uji Hausman ................................................................................................. 86

Lampiran 2: Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 87

A. Multikolinearitas ........................................................................................... 87
B. Heteroskedastisitas........................................................................................ 87

Lampiran 3: Data Penelitian ................................................................................... 88

xv
DAFTAR TABEL

1.1 Persentase Jumlah Migrasi TKI Berdasarkan Provinsi di Indonesia 2017 ........ 3
1.2 Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 .................... 5
1.3 Persentase Penduduk Miskin di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 .......................... 6
1.4 Upah Minimum Provinsi (UMP) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 .................... 7
1.5 Upah Minimum Per Bulan di Beberapa Negara Tujuan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) Tahun 2017 (Dalam US Dollar) ............................................. 8
1.6 Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017 ....................... 10
2.1 Kriteria Kepadatan Penduduk .......................................................................... 23
2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 34
3.1 Operasional Variabel Penelitian ...................................................................... 54
4.1 Uji Chow......................................................................................................... 56
4.2 Uji Hausman ................................................................................................... 57
4.3 Hasil Regresi Fixed Effect Model .................................................................... 58
4.4 Interpretasi Fixed Effect Model........................................................................ 59
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas .............................................................................. 61
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 62
4.7 Uji Koefisien Determinasi (R2)........................................................................ 62
4.8 Uji F-statistik .................................................................................................. 63
4.9 Uji t-statistik ................................................................................................... 65

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Pembangunan ekonomi suatu negara, pada umumnya terjadi di negara
sedang berkembang. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang.
Perencanaan pembangunan ekonomi di Indonesia berorientasi pada kendala
yang berkaitan dengan permasalahan pertumbuhan ekonomi dan penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, secara langsung akan
berdampak terhadap perkembangan angkatan kerja dan kesempatan kerja yang
tidak seimbang. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017 mencatat
128.062.746 angkatan kerja dengan jumlah yang bekerja sebesar 94.50% atau
121.022.423 pekerja, dan tersisa sebesar 5.50% atau 7.040.323 pengangguran
di Indonesia. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan tidak tertampungnya
angkatan kerja menyebabkan para pekerja untuk bekerja di negara lain atau
migrasi. Migrasi merupakan pindahanya suatu penduduk dengan tujuan
menetap dari daerah asal ke daerah tujuan melampaui batas politik/negara
ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara.
Menurut Everett S Lee (1966) keputusan individu melakukan migrasi
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor
pendorong berkaitan dengan perbedaan pertumbuhan ekonomi dan
ketidakmerataan fasilitas pembangunan antara suatu negara dengan negara lain.
seperti kepadatan penduduk yang tinggi mengakibatkan terbatasnya jumlah
ketersediaan lapangan pekerjaan dengan jumlah pengangguran yang semakin
tinggi, perbedaan pengahasilan satu negara dengan negara lain, keadaan
ekonomi yang miskin di daerah asal, dan alasan tingkat pendidikan.
Sebaliknya, faktor penarik berkaitan dengan berpindahnya tenaga kerja dari
negara yang pertumbuhan ekonominya lebih rendah menuju negara yang
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, yaitu adanya kesempatan kerja
yang lebih besar, upah yang lebih tinggi, dan kondisi lingkungan yang baik
dengan terdapat beberapa fasilitas di negara tujuan bagi pekerja. Sesuai yang
dinyatakan Todaro (2006) keputusan bermigrasi merupakan keputusan individu

1
yang mengharapkan adanya perbedaan pendapatan di daerah asal dengan
daerah tujuan. Apabila daerah asal tidak mampu memenuhi kebutuhannya,
maka ia akan mengambil keputusan untuk bermigrasi (Triyanti, dkk.. 2013).
Grafik 1.1
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Sektor Formal dan Informal
Tahun 2011-2017
600.000

500.000

400.000

Formal
300.000
Informal

200.000 Total

100.000

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber : BNP2TKI
Grafik 1.1 menunjukkan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
fluktuatif pada sektor formal dan informal. Pada tahun 2011 ke tahun 2012
jumlah TKI mengalami penurunan baik sektor formal maupun informal. Di
tahun 2013 jumlah TKI kembali meningkat namun tidak lebih besar dari tahun
2011. Selama tiga tahun berturut-turut jumlah TKI mengalami penurunan dan
kembali meningkat di tahun 2017. Pada tahun 2012 sampai 2016 TKI formal
jumlahnya lebih besar dibandingkan TKI informal. Hal tersebut terjadi karena
pemerintah membuat kebijakan yang mendorong peningkatan penempatan TKI
formal untuk mengurangi penempatan pada TKI informal. Namun,
kenyataannya di tahun 2017 TKI informal tetap lebih besar 55% atau 142.990
jiwa dibandingkan TKI formal yang jumlahnya 118.830 jiwa. Para migran
lebih memilih menjadi TKI informal karena prosedur yang dilakukan untuk
menjadi TKI formal memiliki proses yang panjang dan biaya rekrutmen yang
mahal untuk dilakukan para migran. Padahal, jika TKI bekerja secara

2
prosedural dapat mengurangi risiko beban kerja yang tidak sesuai dan
meminimalisir proses penganiayaan dan pelecehan yang masih kerap terjadi.
Berdasarkan data Migrant Care para pekerja Indonesia sebagian besar
menjadi buruh migran di sektor-sektor yang memiliki risiko dengan tingkat
proteksi yang rendah. Di Timur Tengah terutama di Arab Saudi, buruh migran
Indonesia banyak yang menjadi korban pemerkosaan dan kekerasan oleh
majikannya. Sedangkan, di negara-negara lain memiliki ragam persoalan yang
berbeda. Di Hongkong buruh migran menerima upah dibawah standar
pengupahan yang ditentukan. Di Taiwan banyak upah yang tidak dibayarkan
dan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak serta adanya
perdagangan perempuan Indonesia untuk tujuan kawin kontrak.
Tabel 1.1
Persentase Jumlah Migrasi TKI Berdasarkan Provinsi di Indonesia
Tahun 2017

Provinsi Jumlah Migrasi TKI Jumlah Penduduk Persentase


Aceh 680 5.189.500 0.01%
Sumutera Utara 17.109 14.262.100 0.12%
Sumatera Barat 945 5.321.500 0.02%
Riau 637 6.657.900 0.01%
Jambi 261 3.515.000 0.01%
Sumatera Selatan 2.103 8.267.000 0.03%
Bengkulu 294 1.934.300 0.02%
Lampung 15.327 8.289.600 0.18%
Kep. Bangka Belitung 16 1.430.900 0.001%
Kep. Riau 1.882 2.082.700 0.09%
DKI Jakarta 894 10.374.200 0.01%
Jawa Barat 50.756 48.037.600 0.11%
Jawa Tengah 54.737 34.257.900 0.16%
DI Yogyakarta 1.525 3.762.200 0.04%
Jawa Timur 63.498 39.293.000 1.62%
Banten 2.315 12.448.200 0.02%
Bali 4.872 4.246.500 0.11%
NTB 34.975 4.955.600 0.71%

3
NTT 1.955 5.287.300 0.04%
Kalimantan Barat 1.325 4.932.500 0.03%
Kalimantan Tengah 37 2.605.300 0.001%
Kalimantan Selatan 129 4.119.800 0.003%
Kalimantan Timur 2.758 3.575.400 0.08%
Kalimantan Utara 9 691.100 0.001%
Sulawesi Utara 458 2.461.000 0.02%
Sulawesi Tengah 631 2.966.300 0.02%
Sulawesi Selatan 1.124 8.690.300 0.01%
Sulawesi Tenggara 158 2.602.400 0.006%
Gorontolo 41 1.168.200 0.004%
Sulawesi Barat 236 1.331.000 0.02%
Maluku 104 1.744.700 0.006%
Maluku Utara 8 1.209.300 0.0007%
Papua Barat 8 915.400 0.0009%
Papua 13 3.265.200 0.0004%
Indonesia 261.820 261.890.900 0.1%
Sumber : BNP2TKI dan BPS

Tabel 1.1 diatas menunjukan migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang
banyak mengirimkan Tenaga Kerja ke luar negeri berdasarkan provinsi di
Indonesia tahun 2017. Pada provinsi Sumutera Utara, Lampung, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat adalah provinsi dengan
persentase migrasi TKI terbanyak dengan jumlah penduduk di provinsi
masing-masing. Sehingga, Enam provinsi di atas merupakan provinsi yang
dipilih penulis untuk diteliti karena memiliki jumlah migrasi TKI terbanyak
dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia atau dikenal dengan daerah
kantong-kantong TKI.
Dilihat dari jumlah penduduk di ke-enam provinsi tersebut merupakan
provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia seperti Jawa Barat
memiliki penduduk sebesar 48.037.600 jiwa, Jawa Timur sebesar 39.293.000
jiwa, Jawa Tengah sebesar 34.257.900 jiwa, dan Sumatera Utara sebesar
14.262.100 jiwa di tahun 2017 menurut BPS. Sedangkan Lampung dan Nusa
Tenggara Barat memiliki jumlah penduduk yang setara dengan provinsi

4
lainnya, namun di kedua provinsi tersebut memiliki migrasi TKI lebih besar.
Banyaknya jumlah penduduk dengan kepadatan penduduk yang tinggi di suatu
daerah tentunya memiliki permintaan terhadap kesempatan kerja yang lebih
besar, namun terkadang hal tersebut tidak dapat terpenuhi di beberapa daerah
sehingga peluang mencari pekerjaan di daerah lain menjadi besar.
Tabel 1.2
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017
Provinsi 2015 2016 2017
Jawa Barat 1.320 1.339 1.358
Jawa Tengah 1.030 1.037 1.044
Jawa Timur 813 817 822
NTB 260 264 267
Lmpung 234 237 239
Sumatera Utara 191 193 195
Sumber: Statistik Indonesia (BPS)
Kepadatan penduduk pada provinsi di atas terus meningkat dari tahun
ketahun sesuai dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun, namun
tidak berbanding lurus dengan luas wilayah yang tidak akan bertambah besar.
Hal tersebut tentunya membawa berbagai dampak negatif bagi kehidupan
individu. Permasalahan yang ditimbulkan dengan kepadatan penduduk yang
semakin tinggi berdampak pada kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan. Seorang individu pada akhirnya
memustuskan migrasi keluar negeri sebagai tujuan untuk memperbaiki
perekonomian keluarga. ketika di wilayah tempat tinggal sudah tidak lagi
terpenuhi. Sesuai yang dinyatakan Tjiptoherijanto (1999) dalam Listyarini
(2011) migrasi internasional yang semakin banyak dilakukan hampir di seluruh
negara-negara di dunia dipandang sebagai keputusan yang rasional karena
adanya tekanan yang dihadapi penduduk di dalam negeri. kemiskinan
merupakan salah satu tekanan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan
sekaligus menjadi masalah besar yang banyak dihadapi oleh negara-negara
berkembang, seperti Indonesia.

5
Tabel 1.3
Persentase Penduduk Miskin di 6 Provinsi Tahun 2015-2017
Provinsi 2015 2016 2017
Jawa Barat 9.57 8.77 7.83
Jawa Tengah 13.32 13.19 12.23
Jawa Timur 12.34 12.05 11.77
NTB 16.54 16.02 15.05
Lampung 13.53 13.86 13.04
Sumatera Utara 10.79 10.27 9.28
Sumber : Badan Pusat Statistik

Kemiskinan terjadi akibat tidak adanya kemajuan ekonomi,


menyempitnya lapangan pekerjaan, dan rendahnya kualitas pendidikan.
Persentase jumlah penduduk miskin cenderung mengalami penurunan dengan
upaya mengurangi tingkat kemiskinan di beberapa provinsi di atas menjadi
pekerjaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Nusa Tenggara Barat dan
lampung menjadi provinsi dengan jumlah persentase penduduk miskin
tertinggi, karena pembangunan lapangan pekerjaan oleh investor di daerah
tersebut di isi oleh tenaga kerja dari daerah lain. Hal ini disebabkan
kemampuan masyarakat setempat yang rendah. Oleh sebab itu, masyarakat
lebih memilih bekerja ke luar negeri sebagai upaya untuk memperbaiki
kehidupan yang layak.
Menurut Hampshire (2002) orang yang sangat miskin mungkin akan
menjadikan migrasi sebagai pilihan mereka yang paling terakhir ketika
alternatif untuk keluar dari status kemiskinan yang lain gagal. Para migran
yang miskin di negara-negaranya sendiri pada akhirnya berhasil keluar dari
status kemiskinan setelah migrasi ke negara tujuan bekerja. Penggiriman
remitansi oleh migran untuk keluarga di daerah asal akan membantu mereka
keluar dari garis kemiskinan. Hal ini, menunjukkan bahwa solusi untuk keluar
dari status kemiskinan dapat di tempuh melalui migrasi. Tetapi, angkatan kerja
yang miskin memiliki hambatan untuk melakukan migrasi pada biaya yang
akan dikeluarkan untuk melakukan pindahan dari daerah asal ke daerah tujuan

6
tersebut. Hambatan terhadap biaya tersebut merupakan faktor yang sangat
berarti bagi orang miskin karena dapat mengakibatkan ketidakmampuan
mereka melakukan migrasi. Menurut World Bank (2011) jika biaya migrasi
dapat dikurangi, maka migrasi menjadi salah satu program pengentas
kemiskinan.
Tabel 1.4
Upah Minimum Provinsi (UMP) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017
Provinsi 2015 2016 2017
Jawa Barat Rp 1.000.000 Rp 2.250.000 Rp 1.420.624
Jawa Tengah Rp 910.000 Rp 910.000 Rp 1.367.000
Jawa Timur Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Rp 1.388.000
NTB Rp 1.330.000 Rp 1.482.245 Rp 1.631.245
Lampung Rp 1.581.000 Rp1.763.000 Rp 1.908.477
Sumatera Utara Rp 1.625.000 Rp 1.811.875 Rp 1.961.354
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Penetapan kenaikan UMP yang diputuskan oleh Gubernur


dipertimbangkan berdasarkan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi serta
keputusan Kementerian Ketenagakerjaan dan Asosiasi Pengusaha Indonesia
(APINDO). Kenaikan UMP tidak hanya dipertimbangkan berdasarkan
kepentingan buruh atau pekerja, melainkan pengusaha. Kenaikan UMP yang
tinggi menjadi masalah bagi pengusaha pada biaya produksi dan laba
perusahaan. Sehingga, perusahaan akan dihadapkan pada pilihan untuk
meningkatkan harga penjualan atau mengurangi biaya produksi dengan cara
mengurangi pekerja atau menambah pengangguran. Sebaliknya, jika kenaikan
UMP terlalu datar, maka kesejahteraan para buruh atau pekerja tidak tercapai.
Kenaikan upah setiap tahun di beberapa provinsi diikuti oleh kenaikan
Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Sehingga, biaya hidup seseorang untuk tetap
tinggal mengalami kenaikan dan semakin berat dengan tanggungan anggota
keluarga lainnya. Pada akhirnya memaksa seseorang untuk mencari pendapatan
yang lebih tinggi di daerah lain.

7
Tabel 1.5
Upah Minimum per Bulan di Beberapa Negara Tujuan Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) Tahun 2017 (Dalam US Dollar)
Negara Upah Minimum Nilai Tukar Rupiah (13.568)
Hongkong 998.81 Rp 13.551.854
Indonesia 99.91-250.63 Rp 1.355.578 - Rp 3.400.547
Malaysia 218.16-237.13 Rp 2.959.994 – Rp 3.217.379
Taiwan 997.4 Rp 13.532.723
Sumber: Philippine Statistic Authority

Menurut Mantra (1985) motivasi utama orang melakukan perpindahan


dari daerah asal ke daerah tujuan adalah motif ekonomi. Motif ekonomi
tersebut berupa pekerjaan yang lebih baik dan pendapatan yang lebih besar.
Keputusan para TKI untuk bermigrasi ke luar negeri dengan tingkat upah lebih
tinggi dibandingkan UMP di daerah asal migran terlihat pada tabel 1.5 yang
memperlihatkan upah minimum yang bisa diterima migran jika bekerja di
negara tujuan.
Berdasarkan BNP2TKI penempatan tenaga kerja Indonesia berdasarkan
negara pada tahun 2017 yaitu negara Hongkong, Malaysia, dan Taiwan
merupakan negara dengan penempatan TKI terbanyak. Sehingga, Upah
minimum yang diterima migran jauh lebih besar jika dibandingkan dengan
penetapan UMP di daerah asal. Hal tersebut terlihat pada upah minimum per
bulan yang di dapat TKI jika bekerja di Hongkong jumlahnya sebesar
US998.81 Dollar atau Rp 13.551.854, jika di bandingkan dengan UMP di enam
provinsi yang teliti memiliki selisih yang jauh. Negara Malaysia menjadi
negara dengan jumlah migrasi terbesar dibandingkan negara lainnya yaitu
sebanyak 88.991 jiwa TKI tahun 2017, di lihat dari upah minimum yang
ditetapkan Malaysia, batasan upah terendah malaysia di atas Indonesia.
Walaupun upah minimum yang di dapat jika bekerja di Malaysia selisihnya
tidak jauh, namun banyak TKI yang bekerja ke Malaysia karena jarak yang
ditempuh untuk migrasi dekat, bahasa yang digunakan tidak berbeda jauh,
serta iklim yang sesuai dengan daerah asal. Maka penetapan UMP di daerah
asal migran menjadi alasan pendapatan yang akan di dapat di negara tujuan

8
lebih menguntungkan dalam arti ekonomi. Serta adanya faktor yang dominan
yang mempengaruhi seseorang bermigrasi adalah sulitnya memperoleh
pendapatan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan
yang lebih baik di daerah tujuan migran.
Grafik 1.2
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Berdasarkan Tingkat Pendidikan
di 6 Provinsi Tahun 2017
25.000

20.000

Jawa Barat
15.000 Jawa Tengah
Jawa Timur
10.000 NTB
Lampung
5.000 Sumatera Utara

0
SD SMP SMU/K Diploma/S1/S2

Sumber : BNP2TKI
Jumlah Tenaga kerja Indonesia dengan pendidikan tamat SD, SMP, dan
SMU/K merupakan jumlah yang cukup tinggi setiap tahunnya dibandingkan
dengan jumlah tenaga kerja Indonesia dengan latar belakang pendidikan
diploma, sarjana maupun pasca sarjana. Migrasi yang dilakukan berdasarkan
tingkat pendidikan terlihat di dominasi oleh tingkatan Sekolah Mengah
Pertama (SMP) di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Lampung. Migrasi TKI dengan tingkat pendidikan terendah yaitu SD berada
pada provinsi Nusa Tenggara Barat yang berarti pemerataan pembangunan
pada sektor pendidikan belum terpenuhi dengan adaya program wajib belajar 9
tahun yang di danai oleh pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah
(BOS). Sedangkan, Sumatera Utara menjadi Provinsi dengan tingkat
pendidikan SMU/K terbanyak yang melakukan migrasi TKI.

9
Tabel 1.6
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di 6 Provinsi Tahun 2015-2017
Provinsi 2015 2016 2017
Jawa Barat 7.86 7.95 8.14
Jawa Tengah 7.03 7.15 7.27
Jawa Timur 7.14 7.23 7.87
NTB 6.71 6.79 6.9
Lampung 7.56 7.63 7.63
Sumatera Utara 9.03 9.12 9.25
Sumber : Badan Pusat Statistik

Jika dilihat dari Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di beberapa provinsi


tersebut, masih di dominasi oleh mereka yang berpendidikan SMP. Hal ini
sesuai dengan migrasi TKI yang di dominasi oleh mereka yang menempuh
pendidikan selama tujuh tahun atau menamatkan pendidikan SMP kelas VII.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri mengatur tingkat
pendidikan minimal Sekolah Menegah Pertama (SMP). Kemudian, terdapat
perubahan oleh Mahkamah Konstitusi bahwa pendidikan minimal yaitu
Sekolah Dasar (SD) atau bisa membaca dan menulis. Walaupun para TKI
memiliki pendidikan yang rendah, pemerintah telah membuat kebijakan yang
diatur sesuai peraturan perundang-undangan untuk melakukan pendidikan dan
pelatihan yang dilaksanakan oleh pelaksana penempatan tenaga kerja swasta
atau lembaga pelatihan kerja guna memenuhi persyaratan. Jika para TKI tetap
bekerja di negara asal dengan pendidikan yang rendah sulit untuk mendapatkan
pekerjaan dan pendapatan yang tinggi. Namun, bila dibandingkan bekerja di
luar negeri terutama sektor informal yang tidak memerlukan ke ahlian khusus
dan pendidikan yang tinggi akan memperoleh pendapatan lebih besar. Hal
tersebut, menjadi salah satu harapan para TKI melakukan migrasi untuk
mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

10
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi permasalahan yang terkait
yaitu:
1. Variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi
(UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebagai variabel bebas (X).
Keempat variabel tersebut yang mempengaruhi variabel Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) sebagai Variabel terikat (Y).
2. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara dengan periode
2008-2017.
3. Penelitian ini hanya mengkaji tentang bagaimana hubungan Kepadatan
Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Rata-rata
Lama Sekolah (RLS) dapat mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).

C. Rumusan Masalah
Dari kondisi yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti antara lain:
1. Bagaimana pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017?
2. Bagaimana pengaruh Kemiskinan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017?
3. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2008-2017?
4. Bagaimana pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-
2017?

11
5. Bagaimana pengaruh Kepadatan Penduduk, Kemisikinan, Upah Minimum
Provinsi (UMP), dan Tingkat Pendidikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh Kepadatan Penduduk terhadap Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-
2017.
2. Mengetahui pengaruh Kemiskinan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
3. Mengetahui pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2008-2017.
4. Mengetahui pengaruh Rata-rata Lama Sekolah (RLS) terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2008-2017.
5. Mengetahui pengaruh Kepadatan Penduduk, Kemisikinan, Upah Minimum
Provinsi (UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-
2017.

12
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.
2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
di Provinsi lain.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian


1. Migrasi dan Tenaga Kerja
a. Teori Migrasi Penduduk
Migrasi disebabkan oleh adanya perbedaan ekonomi antar negara.
Perbedaan dalam kemampuan ekonomi telah menimbulkan kesadaran untuk
melakukan migrasi ke daerah yang menjanjikan dengan adanya kesempatan
kerja yang lebih baik. Migrasi tenaga kerja terjadi karena adanya perbedaan
antar negara, terutama dalam memperoleh kesempatan ekonomi. Terjadinya
migrasi juga disebabkan oleh adanya faktor kekurangan tenaga kerja di
negara tujuan migran, karena rata-rata negara tujuan migran merupakan
negara maju dengan tenaga kerja yang dimiliki berketerampilan tinggi.
Sehingga, tidak lagi memiliki sumber tenaga kerja yang kurang terampil. Hal
ini dijadikan sebuah alasan bagi tenaga kerja yang kurang terampil di negara-
negara berkembang seperti Indonesia untuk mengirimkan tenaga kerjanya ke
negara tujuan yang membutuhkan.
Teori migrasi oleh Ravenstein (1885) menyatakan bahwa volume migrasi
bergantung pada jarak. Migrasi cenderung menempuh jarak dekat dan untuk
migrasi jarak jauh pada umumnya menuju pusat-pusat ekonomi penting.
Ravenstein juga menyatakan bahwa keberadaan transportasi, kawasan
industri, dan perdagangan menyebabkan frekuensi migrasi meningkat serta
keputusan migrasi didorong oleh motif ekonomi. Faktor teori Ravenstein
lainnya adalah:
1. Migrasi bertahap, yaitu adanya arus migrasi yang terarah dan migrasi dari
desa-kota kecil-kota besar.
2. Arus dan arus balik, yaitu setiap arus migrasi utama akan menimbulkan
arus balik penggantinya.
3. Adanya perbedaan antar desa dan kota membuat kecenderungan
melakukan migrasi.

14
4. Wanita melakukan migrasi pada jarak yang dekat jika dibandingkan
dengan pria.
5. Kemajuan teknologi menyebabkan migrasi meningkat.
Selanjutnya Everett S Lee (1966) volume migrasi dipengaruhi oleh faktor
pendorong (push factor) dan faktor penarik (pull factor) pada kondisi daerah
asal dan daerah tujuan. Faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya
migrasi, adanya perbedaan penghasilan antara satu negara dengan negara
lainnya. Selain itu, minimnya jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan yang
menyebabkan membengkaknya pengangguran pada suatu daerah atau negara,
tekanan-tekanan politik, konflik agama dan suku. Hal ini sangat dirasakan
terutama di beberapa lokasi daerah yang memiliki penyerapan tenaga kerja
yang tidak memadai seiring dengan semakin besarnya pertumbuhan jumlah
penduduk dari tahun ke tahun (Lucas, 1981). Faktor penarik sendiri biasanya
berasal dari tempat atau daerah yang akan dituju seperti ketersediaan
lapangan pekerjaan yang luas serta adanya kesempatan pekerjaan yang lebih
baik, adanya kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup, upah yang lebih
besar di daerah tujuan, keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang
menyenangkan seperti iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas
publik.
Gambar 2.1
Faktor Daerah Asal. DaerahTujuan. dan Rintangan Antara dalam
Keputusan Bermigrasi

Sumber : Lee. 1996 dalam Pabowo. 2018

15
Menurut gambar 2.1 diatas, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan migrasi di daerah asal (origin), daerah tujuan (destination), dan
hambatan (intervening obstacles). Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1) Faktor positif (+), yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan jika
bertempat tinggal di daerah atau negara tersebut. Misalnya terdapat
sekolah, adanya kesempatan kerja atau lapangan pekerjaan, infrastruktur,
keamanan, iklim yang kondusif, dan lain sebagainya.
2) Faktor negatif (-), yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau
merugikan bila tinggal di daerah atau negara tersebut. Sehingga,
seseorang merasa ingin pindah ke daerah atau negara lain. Misalnya,
kepadatan penduduk, iklim yang tidak sesuai, kebisingan polusi, dan lain
sebagainya.
3) Faktor netral (0), yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan
seorang individu untuk tetap tinggal di daerah asal atau pindah ke daerah
lain atau tujuan.
Terdapat faktor lain sebagai penghambat untuk melakukan migrasi
penduduk. Hambatan atau rintangan berupa tingginya ongkos pindah dari
daerah asal ke daerah tujuan, topografi antara daerah asal dengan daerah
tujuan berbukit, sarana transportasi, lama perjalanan, undang-undang Imigrasi
yang ketat, risiko rusaknya barang berharga atau barang kesayangan jika
dipindahkan.
Berbagai faktor yang telah disebutkan tersebut, migrasi juga dapat
dipengaruhi oleh faktor individu. Faktor individu merupakan faktor
terpenting yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi, karena individu
dapat menilai positif atau negatifnya suatu daerah atau negara tujuan,
memutuskan untuk pindah atau menetap di daerah asal, dan memberikan
penilaian apakah daerah/negara tujuan dapat memenuhi kebutuhannya atau
tidak.
Lewis (1954) teori migrasi internal yang membahas tentang proses
perpindahan desa-kota, dimana model yang dikembangkan Lewis diperluas
oleh Fei dan Ranis pada tahun (1961). Kemudian menjadi teori umum yang
diterima dan dikenal dengan model Lewis-Fei-Ranis (L-F-R). Dengan begitu.

16
perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan peluang kerja di sektor modern
dijelaskan oleh Todaro lebih lanjut.
Menurut Todaro (2003) arus migrasi berlangsung sebagai tanggapan
terhadap adanya perbedaan pendapatan antara suatu daerah dengan daerah
lainnya. Dalam Expected Income Model of Rural-Urban Migration, dimana
mobilitas ke kota mempunyai dua harapan, yaitu harapan untuk memperoleh
pekerjaan dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi
daripada yang diperoleh di desa. Para migran akan mempertimbangkan dan
membandingkan berbagai macam peluang pasar tenaga kerja yang tersedia di
suatu negara atau daerah, kemudian memilih salah satu diantaranya yang
dapat memaksimumkan keuntungan yang diharapkan (expected gains) dari
migrasi. Dengan kata lain, para migran akan melakukan migrasi bila
penghasilan yang diterimanya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Gambar 2.2
Keseimbangan Tenaga Kerja Dua Negara

Sumber : Appleyard & Field Jr. 1995 dalam (Pabowo. 2018)


Berdasarkan gambar 2.2 diasumsikan tenaga kerja di dua negara adalah
homogen dan bebas bergerak, tenaga kerja akan berpindah dari negara yang
melimpah tenaga kerja dan memiliki tingkat upah rendah ke negara yang
kekurangan tenaga kerja dan memiliki tingkat upah tinggi.
Garis horizontal di dalam gambar merupakan tenaga kerja dikedua
negara. Permintaan untuk masing-masing negara ditunjukan oleh kurva D1

17
dan D2. Jika pasar tenaga kerja adalah pasar persaingan sempurna dan tenaga
kerja bebas bergerak, maka tingkat upah dikedua negara akan bergerak
menuju 01 Weq dan jumlah tenaga kerja yang akan diminta negara 1 adalah
01L1, sedangkan jumlah tenaga kerja yang akan diminta oleh negara 2 adalah
02L1. sehingga titik A mengambarkan keseimbangan. Seandainya pasar
tenaga kerja dikedua negara terpisah maka tingkat upah di negara 1 berada
dibawah negara 2. Jumlah tenaga kerja negara 1 sebesar 0 1L2 dan jumlah
tenaga kerja negara 2 hanya sebesar 02L2. Jika tenaga kerja merespon adanya
perbedaan tingkat upah, maka tenaga kerja akan berpindah dari negara 1 ke
negara 2. terlihat pada titik B keseimangan. Dalam kondisi seperti ini maka
upah dinegara 1 akan naik sedangkan di negara 2 akan turun hingga mencapai
tingkat upah keseimbangan 01Weq (Appleyard & Field Jr, 1995) dalam
(Pabowo, 2018).
Sehingga bagi negara 1, penawaran tenaga kerja berkurang dan tingkat
upah meningkat. Peningkatan upah menyebabkan tenaga kerja di negara
tersebut menjadi lebih baik (better off). Namun, produktivitas faktor produksi
lainnya turun sehingga output berkurang. Sebaliknya bagi negara 2,
penawaran tenaga kerja meningkat sehingga terjadi penurunan upah.
Penurunan upah menyebabkan tenaga kerja di negara tersebut menjadi lebih
buruk (worse off). Sementara, faktor produksi lain mengalami peningkatan
dan pemilik faktor produksi menjadi lebih baik pada akhirnya output di
negara 2 akan meningkat (Appleyard & Field Jr, 1995) dalam (Pabowo,
2018).
Penduduk merupakan faktor yang berperan dalam perkembangan suatu
daerah. Penduduk di suatu daerah selain terdiri dari penduduk setempat juga
terdapat penduduk migran. Menurut Mantra (2000) Migrasi penduduk
merupakan salah satu komponen yang akan mempengaruhi struktur penduduk
di wilayah. Proses migrasi akan memberikan dampak pada perkembangan
suatu daerah dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Terdapat 2 dimensi penting dalam migrasi, yaitu dimensi waktu dan
dimensi daerah. Dimensi waktu menurut konsep BPS, yaitu ketika sudah
bermukim di tempat tinggalnya selama minimal 6 bulan berturut-turut. Untuk

18
dimensi daerah meliputi perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara
lain yang disebut migrasi internasional, ataupun perpindahan penduduk yang
terjadi dalam satu negara seperti migrasi antar provinsi, kota/kabupaten yang
dikenal dengan migrasi internal. Selain itu, terdapat berbagai jenis-jenis
migrasi, yaitu sebagai berikut:
1) Migrasi Masuk (In Migration), yaitu banyaknya migran yang masuk ke
suatu provinsi atau daerah tujuan.
2) Migrasi Keluar (Out Migration), yaitu banyaknya migran yang keluar
dari suatu provinsi atau daerah asal.
3) Migrasi Neto (Net Migration), yaitu banyaknya migran neto (selisih
antara migrasi masuk dikurangi dengan migrasi keluar). Migrasi neto
terbagi menjadi dua yaitu migrasi neto positif dan negatif. Apabila
migrasi masuk lebih besar daripada migrasi keluar disebut migrasi neto
positif. Sebaliknya, migrasi keluar lebih besar daripada masuk adalah
migrasi neto negatif.
4) Migrasi Total (Total Migration), yaitu banyaknya seluruh kejadian
migrasi, baik migrasi semasa hidup dan migrasi pulang atau seluruh
orang yang pernah pindah.
5) Migrasi Internasional (Internasional Migration), yaitu perpindahan
penduduk dari suatu negara ke negara lain.
6) Migrasi Internal (Intern Migration), yaitu perpindahan penduduk yang
terjadi dalam satu negara, misalnya perpindahan antar provinsi,
kota/kabupaten atau administratif yang lebih kecil seperti kecamatan,
kelurahan, dan lainnya.
7) Migrasi Sirkuler (Sirkuler Migration), yaitu migrasi yang dilakukan
bukan bermaksud untuk menetap tetapi hanya sebatas mendekati tempat
pekerjaan dalam jangka waktu kurang enam bulan.
8) Migrasi Ulang-alik (Commuter), yaitu migrasi yang dilakukan setiap hari
meninggalkan tempat tinggalnya pergi ke daerah lain untuk bekerja,
berdagang dan lain sebagainya. tetapi pada sore hari akan pulang.

19
9) Migrasi Semasa Hidup (Life Time Migration), yaitu para migran yang
pada waktu pencacahan sensus bertempat tinggal di daerah yang bebeda
dengan tempat kelahirannya.
10) Migrasi Risen (Recent Migration), yaitu migran yang bertempat tinggal
waktu survei berbeda dengan tempat tinggal lima tahun sebelum survei.
11) Arus Migrasi (Migration Stream), yaitu banyaknya migran yang
berpindah dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
12) Urbanisasi (Urbanization), yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota
atau bertambahnya penduduk yang berdiam dari daerah asal ke daerah
tujuan dalam waktu tertentu.
13) Transmigrasi (Transmigration), yaitu pemindahan penduduk dari daerah
yang padat penduduk (kota) ke daerah lain (desa) yang ditetapkan di
dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan atau
pemerataan.

b. Tenaga Kerja
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja juga
didefinisikan sebagai penduduk yang sudah dan sedang bekerja, sedang
mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan
mengurus rumah tangga (Payaman, 2001) dalam (Rahmawati, 2010). Tenaga
kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja
yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik dalam mengumpulkan data
ketenagakerjaan adalah The Labour Force Concept yang disarankan oleh
Internasional Labour Organization (ILO). Konsep tersebut membagi
penduduk menjadi dua kelompok. yaitu penduduk yang termasuk angkatan
kerja dan penduduk yang bukan angkatan kerja.
1) Penduduk yang termasuk angkatan kerja, adalah penduduk usia kerja (15
tahun dan lebih) yang bekerja. atau punya pekerjaan namun sementara
tidak bekerja dan pengangguran.

20
2) Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja, adalah penduduk usia
kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah. mengurus rumah tangga
atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Angkatan kerja yang digolongan bekerja menurut BPS, sebagai berikut:
1. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan,
paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.
2. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, keadaan seseorang
mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu sementara
tidak bekerja disebabkan oleh sakit, cuti, menunggu panen, mogok
kerja dan lain sebagainya.
Berdasarkan jenisnya tenaga kerja terdiri dari:
1) Tenaga Kerja Terdidik, yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian atau
keterampilan dalam bidang tertentu yang diperoleh dari sekolah,
pendidikan formal atau informal. Seperti dokter, pengacara, konsultan,
guru, dan lain sebagainya.
2) Tenaga Kerja Terlatih, yaitu tenaga kerja yang sudah menguasai
pekerjaan tertentu diperoleh melalui pengalaman. Seperti apoteker,
mekanik, dan lain sebagainya.
3) Tenaga Kerja tidak Terdidik dan tidak Terlatih. yaitu tenaga kerja yang
mengandalkan keterampilan dan kekuatan sendiri. Seperti pelayan,
buruh bangunan, pengurus bayi/lansia, dan lain sebagainya.

2. Kepadatan Penduduk
a. Konsep Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per kilometer persegi.
Menurut Bagoes Mantra (2007) dalam Najmutsaqib (2018) kepadatan
penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah yang
dihuni. Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎 ℎ
Kepadatan Penduduk = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑤𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎 ℎ

Thomas Robert Malthus mengemukakan teori tentang pertumbuhan


penduduk dengan merumuskan sebuah konsep tentang pertambahan hasil

21
yang semakin berkurang (deminishing return). Malthus berpendapat bahwa
pertambahan penduduk searah dengan deret ukur (1, 2, 4, 8, ...) namun, dalam
prakteknya produksi pertanian tidak dapat meningkat lebih cepat dari deret
hitung (1, 2, 3, 4, 5, ...). Lahan yang dimiliki masyarat makin lama makin
sempit, maka kontribusi marjinal terhadap total produksi pagan akan
semakin menurun. Oleh karena itu, pertumbuhan pangan tidak dapat
mengimbangi pertambahan penduduk. Sehingga pendapatan dari produksi
rendah membuat kondisi ekonomi berada sedikit diatas tingkat subsisten.
Malthus menyatakan bahwa ledakan penduduk akan menimbulkan pola hidup
yang serba pas-pasan (subsisten).
Peningkatan jumlah penduduk yang disebut dengan pertumbuhan
penduduk yaitu sebagai berikut:
1. Pertumbuhan penduduk alami (Natural Population Increase),
pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih jumlah kelahiran dan
jumlah kematian.
2. Pertumbuhan penduduk migrasi, pertumbuhan penduduk yang diperoleh
dari selisih jumlah migrasi masuk (imigrasi) dan jumlah migrasi keluar
(emigrasi)
3. Pertumbuhan penduduk total (Total Population Growth), pertumbuhan
penduduk yang dihitung dari selisih jumlah kelahiran dengan jumlah
kematian ditambah dengan selisih jumlah imigrasi dengan jumlah
emigrasi.
Menurut BPS Sirusa kepadatan penduduk di bagi menjadi tiga jenis,
antara lain:
1. Kepadatan Penduduk Kasar (Crude Population Density), yaitu
menunjukkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi luas
wilayah. Luas wilayah yang dimaksud adalah luas seluruh daratan pada
suatu wilayah administrasi.
2. Kepadatan Fisiologis (Physiological Density), yaitu menyatakan
banyaknya jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi wilayah
lahan yang ditanami (cultuvable land).

22
3. Kepadatan Agraris (Agriculture Density), yaitu menunjukkan banyaknya
penduduk petani untuk setiap kilometer persegi wilayah lahan yang
ditanami (cultuvable land).
Kepadatan penduduk kasar merupakan ukuran persebaran penduduk yang
umum digunakan, karena ukuran ini sudah distandarisasi dengan luas
wilayah.
Kriteria kepadatan penduduk berdasarkan Peraturan Pemerintah Penganti
Undang-undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 dalam Pasal 1 Ayat 3, sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Kriteria Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk per Kriteria Daerah
Kilometer Persegi
0 - 50 Tidak Padat
51 - 250 Kurang Padat
251 - 400 Cukup Padat
401 - ke atas Sangat Padat
Sumber :Bq Mahyuniati Fitria (2013)
Menurut Badan Pusat Statistik skala penentuan batas aman kepadatan
penduduk bisa dilihat dari Indeks Kepadatan Penduduk yang menyatakan
kualitas lingkungan berdasarkan kepadatan penduduk. Rumus Indeks
Kepadatan Penduduk (IKP) sebagai berikut:
IKP = 100 – (K – 96)
Dimana:
K = kepadatan penduduk yang lebih dari 96 jiwa per hektar.
Untuk kepadatan penduduk yang kurang dari atau sama dengan 96 jiwa
per hektar diberi nikai indeks 100. Nilai indeks berkisaran 0 sampai 100.
Nilai 100 menunjukkan kepadatan penduduk di kota tersebut merupakan
kepadatan yang ideal.
Kepadatan penduduk menjadi salah satu penentu kualitas lingkungan
karena tingginya aktivitas sosial-ekonomi penduduk ibu kota provinsi akan
menekan lingkungan hidup, baik lingkungan lahan/tanah, air maupun udara.

23
Semakin padat penduduk maka tekanan terhadap lingkungan semakin besar
yang akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan.

b. Dampak Kepadatan Penduduk


Permasalahan dalam kepadatan penduduk merupakan persebaran yang
tidak merata, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduknya.
Dampak yang terjadi dari ledakan jumlah penduduk yaitu:
1. Semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan pokok berupa pangan,
sandang, papan yang layak. Akibatnya sumber-sumber pokok tersebut
tidak lagi sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk.
2. Tidak tertampungnya angkatan kerja yang ada dengan jumlah lapangan
pekerjaan yang terbatas. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah
pengangguran dan berdampak pada penurunan kualitas sosial seperti
banyaknya tuna wisma, pengemis, kriminalitas meningkat, dan lain
sebagainya.
3. Tidak tercukupinya fasilitas sosial dan kesehatan yang ada seperti
sekolah, rumah sakit, tempat rekreasi serta berbagai fasilitas pendukung
lainnya.

3. Kemiskinan
a. Konsep Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah/negara. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun
papan. Supriatna (1997) dalam Kadji kemiskinan adalah situasi yang serba
terbatas bukan atas kehendak orang yang bersangkutan. Penduduk dikatakan
miskin bila ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja,
pendapatan, kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang
menunjukkan lingkaran ketidakberdayaan. Kemiskinan itu disebabkan oleh
terbatasnya sumber daya manusia, karena pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan yang dimilikinya relatif rendah.

24
Kriteria yang digunakan untuk mengukur kemiskinan menurut BPS
adalah menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs approach). Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan
yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan.
Konsep Garis Kemiskinan (GK) sendiri yaitu sebagai berikut:
1) Garis Kemiskinan (GK) merupakan pnjumlahan dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
2) Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran minim
makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita per hari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis
komoditi. seperti padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, dan
susu, sayuran, kacangan-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak,
serta lain sebagainya.
3) Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan kebutuhan
minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket
komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi
di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
Adapun perhitungan Garis Kemiskinan:
GK = GKM + GKNM
Dimana:
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan
Konsep persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
(GK) dengan Head Count Indeks (HCI-P0), Ada 2 Indeks. yaitu:
1) Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), yaitu ukuran
rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin

25
terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh
rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
2) Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2), yaitu
memberikan gambaran penyebaran pengeluaran diantara penduduk
miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan
pengeluaran diantara penduduk miskin.
Rumus Perhitungan:

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi empat karakteristik, yaitu


kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural, dan struktural.
1) Kemiskinan Absolut, ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan dasar minimum agar seseorang dapat hidup secara layak.
Kemiskinan absolut diukur melalui perbandingan tingkat pendapatan
seseorang dengan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
2) Kemiskinan Relatif, mereka yang telah hidup di atas garis kemiskinan
namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Hal
ini berarti kemiskinan relatif memperhatikan faktor ketimpangan di
sekitarnya.
3) Kemiskinan Kultural, berkaitan dengan sikap seseorang atau
sekelompok orang yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.
4) Kemiskinan Struktural, berkaitan dengan rendahnya akses terhadap
sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial
politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan. tetapi
menyebabkan suburnya kemiskinan.
Kemiskinan menurut pola waktu dibedakan atas empat pengertian,
diantaranya:

26
1) Persistent Poverty, yaitu kemiskinan kronis atau telah turun menurun.
Kemiskinan ini pada umumnya terjadi pada daerah yang kritis sumber
daya alam atau daerah terisolasi.
2) Cyclical Povert, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus
ekonomi secara keseluruhan.
3) Seasonal Poverty, yaitu kemiskinan musimam, seperti dijumpai pada
para petani dan nelayan.
4) Accidental Poverty, yaitu kemiskinan yang terjadi karena bencana
alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan
menurunya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat.

b. Sebab-sebab Terjadinya Kemiskinan


Menurut Hartono dan Aziz (1997) dalam Hudaya (2009) berikut adalah
beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan :
1) Beban Keluarga, yaitu jumlah keluarga yang banyak tidak diimbangi
dengan usaha dalam peningkatkan pendapatan akan menimbulkan
kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga maka semakin
banyak kebutuhan atau beban yang harus terpenuhi.
2) Malas Bekerja, yaitu sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada
nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak
bergairah untuk bekerja.
3) Terbatasnya Lapangan Pekerjaan, yaitu tidak tertampungnya angkatan
kerja untuk bekerja. sehingga membawa kemiskinan bagi masyarakat.
4) Keterbatasan Sumber Alam, yaitu sumber alam yang dimiliki tidak lagi
memeberikan keuntungan. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin
karena sumberdaya alamnya miskin.
5) Keterbatasan Modal, yaitu seseorang tidak memiliki modal untuk
membangun atau mengembangkan usahanya dalam memperoleh
pendapatan, dikarenakan kemiskinan yang menyebabkan orang tersebut
tetap menjadi miskin.

27
Sebab-sebab kemiskinan lainnya menurut Sharp, et.al (dalam Kuncoro,
1997) kemudian dalam Kadji, penyabab kemiskinan dipandang dari sisi
ekonomi sebagai berikut:
1) Secara Mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola
kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang
timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah
terbatas dan kualitasnya rendah.
2) Perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti
produktivitas rendah yang mengakibatkan upah menjadi rendah pula.
Rendahnya kualitas tersebut, karena pendidikan yang rendah, nasib yang
kurang beruntung, adanya diskriminasi, dan keturunan keluarga.

4. Upah Minimum Provinsi (UMP)


a. Konsep Upah Minimum
Upah merupakan sesuatu hal yang penting dan menjadi faktor yang
dominan bagi seseorang, karena bersedia bekerja untuk kepentingan orang
lain, perusahaan, atau organisasi. Tanpa upah tidak ada hubungan kerja antara
tenaga kerja dengan perusahaan atau organisasi. Pengaruh upah sangat besar
bagi tenaga kerja dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya serta
menjaga kelangsungan hidup dirinya sendiri dan keluarganya.
Upah merupakan suatu imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk
sesuatu pekerjaan yang sudah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai
dalam bentuk yang telah ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Penetapan upah yang diberikan kepada
tenaga kerja sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya, memiliki dampak
positif bagi perusahaan atau organisasi karena tenaga kerja akan bekerja
semaksimal mungkin untuk memberikan keuntungan perusahaan.
Menurut Justine T Sirait (2006) dalam Najmutsaqib (2018) menyatakan
bahwa upah merupakan harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan seseorang
kepada orang lain. Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis
dianggap sebagai harga dari tenaga yang telah dikorbankan pekerja untuk

28
kepentingan produksi. Upah yang diterima pekerja dapat dibedakan
berdasarkan dua macam, yaitu:
1.) Upah Nominal, adalah sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk
uang yang diterima secara rutin oleh para pekerja.
2.) Upah Riil, adalah upah nominal yang diterima para pekerja, jika
ditukarkan dengan barang dan jasa, maka diukur dengan banyaknya
barang dan jasa yang didapatkan dari pertukaran tersebut.
Upah minimum dalam pasal 1 ayat 1 dari Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 1 tahun 1999, upah minimum didefinisikan sebagai upah bulanan
terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan tetap yang ditetapkan oleh
gubernur. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan
tingkat upah, anatara lain:
1) Penawaran dan permintaan tenaga kerja, jumlah tenaga kerja yang
terampil jumlahnya terbatas yang pada akhirnya akan meningkatkan
upah. Penawaran yang besar pada bagian jabatan-jabatan tertentu
memiliki tingkat upah yang standar atau rendah.
2) Produktivitas, semakin besar tingkat produktivitas atau prestasi yang
diberikan tenaga kerja kepada perusahaan maka semakin besar pula
imbalan upah yang diterima pekerja.
3) Kemampuan untuk membayar, upah merupakan salah satu biaya
produksi perusahaan, apabila biaya produksi meningkat akan
mengakibatkan kerugian dan ketidakmampuan perusahaan dalam
memenuhi fasilitasnya.
4) Serikat pekerja, serikat pekerja yang dapat terlibat langsung dalam
manajemen. dapat mempengaruhi penentuan upah.
5) Biaya hidup, menjadi batas penerimaan upah bagi tenaga kerja.
6) Pemerintah, melalui peraturan dan wewenang yang dimilikinya dapat
menentukan besar kecil tingkat upah. Seperti menenukan upah minimum
provinsi atau upah minimum regional.
Beberapa faktor lain yang menentukan tingkat upah menurut Moekijat
dalam Natsir (2008) kemudian dalam Sidik (2017), yaitu:
1) Inflasi

29
2) Pendapatan nasional
3) Harga pasar
4) Jam kerja
5) Perbedaan geografis
6) Kondisi atau lingkungan pekerja
7) Persediaan atau penawaran tenaga kerja
8) Produktivitas tenaga kerja
9) Upah yang diberikan
10) Biaya hidup
11) Peraturan pemerintah
12) Sistem pengupahan
Variabel upah minimum menjadi tolak ukur bagi pekerja dalam
memperoleh penghasilan yang akan diterimanya. Perbedaan upah minimum
di beberapa daerah menjadi faktor terjadinya perpindahan penduduk dari
daerah asal ke daerah lain karena perbedaan penghasilan yang didapatkan
lebih menguntungkan dalam arti ekonomi. Dari beberapa penjelasan di atas
mengenai faktor yang menentukan tingkat upah sangat mempengaruhi
seseorang melakukan migrasi.

5. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)


a. Konsep Rata-rata Lama Sekolah
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang
digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. Semakin
tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi tingkat pendidikan yang
dijalani. Penduduk dengan tamat SD berarti lama sekolah 6 tahun, tamat SMP
berarti lama sekolah 9 tahun, tamat SMA berarti lama sekolah 12 tahun, dan
tamat S1 berarti lama sekolah 16 tahun dan seterusnya. Rata-rata lama
sekolah untuk mengetahui kualitas pendidikan pada usia 25 tahun keatas
dengan tingkat pendidikan yang telah ditamatkan oleh masyarakat disuatu
wilayah. Untuk menghitung rata-rata lama sekolah, sebagai berikut:
1 𝑛
RLS = 𝑛 𝑥 𝑖=1 𝑥𝑖

Dimana:

30
RLS = Rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas
xi = Lama sekolah penduduk ke-i yang berusia 25 tahun
n = Jumlah penduduk usia 25 tahun ke atas
Pendidikan menjadi modal manusia dalam mengembangkan kehidupan,
dilihat dari segi Sumber daya Manusia (SDM) yang berkualitas akan
menghasilkan produktivitas pada pekerjaan. Lama sekolah yang ditempuh
masyarakat akan menjadi gambaran modal manusia yang dimilikinya.

B. Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai
Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah, antara lain:
1. Wahyu Indah Puspitasari, Sri Kusreni (2017) dalam penelitiannya yang
berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke
Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia” menyatakan bahwa: (1)
Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia berdasarkan Provinsi di Indonesia. (2) PDRB,
Tingkat Pendidikan, dan Kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia berdasarkan Provinsi di Indonesia.
2. Didit Purnomo (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Fenomena
Migrasi Tenaga Kerja dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal:
Studi Empiris di Kabupaten Wonogiri” menyatakan bahwa: (1) Umur,
Pendidikan, dan Status Pernikahan berpengaruh signifikan terhadap
Migrasi ke daerah tujuan. (2) Pendapatan, Kepemilikan Harta di Daerah
Asal, dan Pekerjaan di Daerah asal tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Migrasi ke daerah tujuan.
3. Indi Najmutsaqib (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi (UMP), Kesempatan
Kerja Terhadap Migrasi Internasional Tenaga Kerja Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2005-2016” menyatakan bahwa Upah Minimum Provinsi
(UMP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi Internasional
Tenaga Kerja. Sedangkan, Kepadatan Penduduk dan Kesempatan Kerja

31
tidak berpengaruh signifikan terhadap Migrasi Internasional Tenaga
Kerja.
4. Rika Handayani (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap Minat Masyarakat
Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Menurut Perspektif Ekonomi
Islam (Studi pada Kecamatan Bayumas Kabupaten Pringsewu)”
menyatakan bahwa Tingkat Pendidikan dan Pendapatan berpengaruh
signifikan terhadap Minat Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
5. Tita Merisa Rahmawati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Faktor yang Mempengaruhi Minat Tenaga Kerja untuk Bekerja ke Luar
Negeri” menyatakan bahwa: (1) Umur dan Status Pernikahan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Minat Migrasi ke Luar
Negeri. (2) Pekerjaan di Daerah asal dan Pendidikan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Minat Migrasi ke Luar Negeri. (3) Tangunggan
Keluarga dan Pendapatan berpengaruh signifikan Minat Migrasi ke Luar
Negeri.
6. Antonio Mihi-Ramirez, Aurimaz Rudzionis, dan Vilmante Kumpikaite
(2013) dalam penelitiannya yang berjudul “European Economic
Migration Flow, Earning and Unemployment in decade of 2000”
menyatakan bahwa pengangguran berpengaruh signifikan terhadap
emigrasi di Uni Eropa yaitu semakin tinggi pengangguran semakin tinggi
juga emigrasi. Pengangguran berpengaruh negatif terhadap imigrasi.
Sedangkan, pendapatan berpengaruh negatif terhadap emigrasi yaitu
semakin rendah pendapatan maka seakin tinggi emigrasi.
7. Oded Stark, Maja Micevska, dan, Jerzy Mycielski (2009) dalam
penelitian yang berjudul “Relative Poverty as Determinant of Migration:
Evidence from Poland” menyatakan bahwa Koefisien Gini berpengaruh
positif dan signifikan terhadap migrasi. Pengangguran berpengaruh
negatif terhadap migrasi internasional dan migrasi internal/antardaerah
Karena di Polandia memiliki kendala yang signifikan terhadap faktor
struktural seperti modal manusia yang tidak bisa bekerja pada sektor
industri. Kemiskinan tidak berpengaruh signifikan secara statistik

32
terhadap migrasi. Kepadatan Penduduk berpengaruh terhadap migrasi
internasional.
8. D. Martin dan A. Termos (2015) dalam penelitiannya yang berjudul
“Does a High Minimum Wage Spur Low-skilled Emigration?”
menyatakan bahwa Upah Minimum berpengaruh signifikan terhadap
migrasi untuk para tenaga kerja yang berketerampilan rendah.
9. Frank W. Agbola dan Angelito B. Acupan (2010) dalam penelitiannya
yang berjudul “An Empirical Analysis of Internasional Labour Migration
in The Philippines” menyatakan bahwa Biaya Migrasi, Tingkat Inflasi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap migrasi. Kepadatan
Penduduk, Tingkat Melek Huruf/pendidikan, Kestabilan politik
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap migrasi di Filipina.
Ketimpangan tidak berpengaruh signifikan terhadap migrasi di Filipina.
Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap migrasi di
Filipina.

33
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu

No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil


Tahun Data
1. Wahyu Indah Faktor-faktor yang Variabel Regresi Linear 1. Pengangguran
Puspitasari, Sri Mempengaruhi Dependen: Berganda dan berpengaruh positif dan
Kusreni (2017) Migrasi Tenaga Kerja Migrasi Tenaga Data Panel signifikan terhadap
ke Luar Negeri Kerja Indonesia Migrasi Tenaga Kerja
Berdasarkan Provinsi Indonesia berdasarkan
di Indonesia Variabel Provinsi di Indonesia.
Independen: 2. PDRB, Tingkat
Pengangguran, Pendidikan, dan
Produk Domestik Kemiskinan berpengaruh
Regional Bruto per signifikan terhadap
Kapita, Tingkat Migrasi Tenaga Kerja
Pendidikan, dan Indonesia berdasarkan
Jumlah Penduduk Provinsi di Indonesia.
Miskin/Kemiskinan
2. Didit Purnomo Fenomena Migrasi Variabel Binary 1. Umur, Pendidikan, dan
(2009) Tenaga Kerja dan Dependen: Logit/Regresi Status Pernikahan
Perannya Bagi Migrasi ke daerah Logit. Regresi berpengaruh signifikan
Pembangunan Daerah tujuan Linear Berganda. terhadap Migrasi ke
Asal: Studi Empiris di dan Data Time daerah tujuan.
Kabupaten Wonogiri Variabel Series 2. Pendapatan, Kepemilikan
Independen: Harta di Daerah Asal, dan
Umur, Pendidikan, Pekerjaan di Daerah asal
tidak memiliki pengaruh
yang

34
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
Pendapatan, Status signifikan terhadap Migrasi
Pernikahan, ke daerah tujuan.
Kepemilikan Harta
di Daerah Asal, dan
Pekerjaan di
Daerah Asal.
3. Indi Pengaruh Kepadatan Variabel Regresi Linear Upah Minimum Provinsi
Najmutsaqib Penduduk, Upah Dependen: Berganda dan (UMP) berpengaruh positif
(2018) Minimum Provinsi Migrasi Data Time Series dan signifikan terhadap
(UMP), Kesempatan Internasional Migrasi Internasional
Kerja Terhadap Tenaga Kerja Tenaga Kerja. Sedangkan,
Migrasi Internasional Kepadatan Penduduk dan
Tenaga Kerja Provinsi Variabel Kesempatan Kerja tidak
Jawa Tengah Tahun Independen: berpengaruh signifikan
2005-2016 Kepadatan terhadap Migrasi
Penduduk, Upah Internasional Tenaga Kerja.
Minimum Provinsi
(UMP), dan
Kesempatan Kerja.
4. Rika Analisis Tingkat Variabel Regresi Linear Tingkat Pendidikan dan
Handayani Pendidikan dan Dependent: Berganda dan Pendapatan berpengaruh
(2018) Pendapatan Terhadap Minat Migrasi Data signifikan terhadap Minat
Minat Masyarakat Tenaga Kerja Primer/kuesioner Migrasi Tenaga Kerja
Menjadi Tenaga Kerja Indonesia Indonesia (TKI).
Indonesia (TKI)
Menurut Perspektif Variabel
Ekonomi Islam (Studi Independen:
pada Kecamatan Tingkat Pendidikan

35
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
Bayumas Kabupaten dan Pendapatan
Pringsewu)
5. Tita Merisa Faktor yang Variabel Regresi Tobit dan 1. Umur dan Status
Rahmawati Mempengaruhi Minat Dependen: Data Pernikahan berpengaruh
(2010) Tenaga Kerja untuk Minat Migrasi ke Primer/Kuesioner negatif dan signifikan
Bekerja ke Luar Luar Negeri terhadap Minat Migrasi
Negeri ke Luar Negeri.
Variabel 2. Pekerjaan di Daerah asal
Independen: dan Pendidikan
Umur, Status berpengaruh positif dan
Pernikahan, signifikan terhadap Minat
Pekerjaan di Migrasi ke Luar Negeri.
Daerah Asal, 3. Tangunggan Keluarga
Pendidikan, Jumlah dan Pendapatan
Tangunggan, dan berpengaruh signifikan
Pendapatan yang di terhadap Minat Migrasi
Peroleh ke Luar Negeri.
6. Antonio Mihi- European Economic Variabel Analisis Korelasi Pengangguran berpengaruh
Ramirez. Migration Flow, Dependen: dan Data Panel
signifikan terhadap emigrasi
Aurimaz Earning and Emigrasi dan
Rudzionis. dan Unemployment in Imigrasi di Uni di Uni Eropa yaitu semakin
Vilmante decade of 2000 Eropa
tinggi Pengangguran
Kumpikaite
(2013) Variabel semakin tinggi juga
Independen:
emigrasi. Pengangguran
Pendapatan dan
Pengangguran berpengaruh negetif

36
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
terhadap imigrasi.
Sedangkan, Pendapatan
berpengaruh negatif
terhadap emigrasi yaitu,
semakin rendah pendapatan
maka semakin tinggi
emigrasi
7. Oded Stark, Relative Poverty as Variabel Regresi Linear Koefisien Gini berpengaruh
Maja Determinant of Dependen: Berganda dan
positif dan signifikan
Micevska dan Migration: Evidence Migrasi Data Panel
Jerzy from Poland Internasional dan terhadap migrasi.
Mycielski Migrasi
Pengangguran berpengaruh
(2009) Internal/antardaera
h negatif terhadap migrasi
internasional dan migrasi
Variabel
Independen: internal/antardaerah karena
Koefisien Gini,
di Polandia memiliki
Tingkat
Pengangguran, kendala yang signifikan
Tingkat
terhadap faktor struktural
Kemiskinan, dan
Kepadatan seperti modal manusia yang
Penduduk.
tidak bisa bekerja pada

37
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
sektor industri. Kemiskinan
tidak berpengaruh
signifikan secara statistik
terhadap migrasi.
Kepadatan Penduduk
berpengaruh terhadap
migrasi internasional.
8. D. Martin dan Does a High Variabel Model Logit dan Upah Minimum
A. Termos Minimum Wage Spur Dependen: Data Panel
berpengaruh signifikan
(2015) Low-skilled Migrasi
Emigration? Internasional terhadap migrasi untuk para
tenaga kerja yang
Variabel
Independen: berketerampilan rendah.
Upah Minimum
9. Frank W. An Empirical Variabel Ordinary Least Biaya Migrasi, Tingkat
Agbola dan Analysis of Dependen: Square (OLS) dan
Inflasi, Pendapatan per
Angelito B. Internasional Labour Migrasi di Filipina Error Correction
Acupan (2010) Migration in The Model dan Data kapita berpengaruh negatif
Philippines Variabel Time Series
dan tidak signifikan
Independen:
Tingkat Melek terhadap migrasi.
Hurus/Pendidikan,
Kepadatan Penduduk,
Biaya Migrasi,
Tingkat Inflasi,

38
No. Penulis dan Judul Variabel Metode dan Hasil
Tahun Data
Pengangguran, Tingkat Melek Huruf orang
Kepadatan
dewasa/pendidikan,
Penduduk,
pendapatan per Stabilitas politik
kapita dan
berpengaruh negatif dan
Kestabilan Politik
signifikan terhadap migrasi
di Filipina. Ketimpangan
tidak berpengaruh
signifikan terhadap migrasi
di Filipina. Pengangguran
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap migrasi
di Filipina.

39
C. Hubungan Antar Variabel
Pada rumusan masalah yang telah ditetapkan akan meneliti tentang
Kepadatan penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenga Kerja Indonesia (TKI) pada 6 provinsi
periode 2008-2017. Hubungan variabel tersebut, sebagai berikut:
1. Hubungan antara Kepadatan Penduduk terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah
penduduk yang tinggal di wilayah tertentu dengan luas wilayahnya.
Semakin luas suatu wilayah, maka semakin besar peluang penduduk
menempati wilayah tersebut. Namun, bila kepadatan penduduk semakin
tinggi akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
Keterbatasan sumber daya di suatu wilayah yang padat penduduk akan
memberikan kepekaan bagi penduduk lainnya untuk mencari sumber
daya di daerah lain. Dengan begitu. timbulah suatu migrasi penduduk ke
wilayah lain.
2. Hubungan antara Kemiskinan terhadap Migrasi Tenga Kerja Indonesia
Masyarakat miskin umumnya lemah dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar seperti pangan dan gizi, pendidikan dan kesehatan,
kemampuan berusaha, dan mempunyai akses yang terbatas kepada
kegiatan sosial ekonomi sehingga menimbulkan perilaku miskin. Upaya
penanggulangan kemiskinan terkait erat dengan upaya pemberdayaan
masyarakat dan penyediaan berbagai kebutuhan pokok dengan biaya
yang terjangkau sehingga secara bertahap mereka dapat meningkatkan
kemampuannya untuk memanfaatkan peluang yang terbuka (Heinz,
1988) dalam (Deryanto, dkk 2012). Pemerintah terus berupaya untuk
menanggulangi kemiskinan dengan program-program yang ada seperti
pengembangan desa tertinggal, gerakan terpadu pengentas kemiskinan,
jaringan pengaman sosial (JPS), beras untuk keluarga miskin (Raskin),
Program Keluarga Harapan, dan Bantuan Siswa Miskin (BSM). Upaya-
upaya yang digalangkan tersebut merupakan suatu usaha untuk

40
membantu seseorang agar keluar dari garis kemikinan yang
membelegunya.
Menurut Todaro (1994) dalam andias (2014) karakteristik ekonomi
dinyatakan bahwa selama beberapa tahun terakhir ini persentase terbesar
dari migran adalah mereka yang miskin dengan sebagian besar
kemiskinan mereka yang disebabkan karena mereka tidak memiliki
tanah, tidak memiliki keahlian, dan juga tidak ada kesempatan untuk
berusaha di tempat asal migran. Hal tersebut menjadi alasan seorang
migran untuk melakukan migrasi dengan tujuan keluar dari status
kemiskinannya. Namun, terdapat hambatan biaya yang membuat seorang
migran tidak memiliki kemampuan untuk migrasi.
3. Hubungan antara Upah Minimum Provinsi terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia
Upah adalah imbalan yang diterima oleh para pekerja atas pekerjaan
yang telah mereka selesaikan. Upah minimum provinsi menjadi indikator
sesorang untuk mendapatkan imbalan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah masing-masing. Adanya UMP
menjadikan seseorang untuk dapat bekerja di daerah asal mereka dengan
pekerjaan formal. Namun, terdapat pekerja dengan tingkat UMP yang
rendah membuat seseorang merasa tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya dan memutuskan untuk migrasi ke daerah
atau negara lain dengan tingkat upah yang lebih tinggi dibandingkan di
daerah asal migran. Menurut Andias (2014) Semakin besar perbandingan
upah antara daerah/negara asal dengan daerah/negara tujuan memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk memutuskan migrasi ke daerah lain
serta bekerja ke luar negeri dibanding di dalam negeri.
4. Hubungan antara Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia
Pencapaian pendidikan dasar serta menengah di Indonesia cukup
baik, terbukti dengan terus meningkatnya rata-rata lama sekolah di
beberapa provinsi di Indonesia. Di mana porsi pendidikan terbesar
masyarakat Indonesia merupakan pendidikan sekolah dasar dan Sekolah

41
Menengah Pertama (SMP). Hal tersebut, didukung dengan adanya
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berbentuk subsidi pada bidang
pendidikan sehingga akses penduduk terhadap pendidikan dasar semakin
tahun mengalami peningkatan.
Pendidikan memiliki keterkaitan dengan migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI), seperti jumlah TKI dengan pendidikan rendah menjadi
dominan atau terbanyak dibandingkan dengan yang pendidikan tinggi.
Alasan seseorang melakukan migrasi ke luar negeri untuk mendapatkan
pekerjaan karena jika tetap di daerah asal mereka akan kalah bersaing
pada mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi. Walaupun
bekerja sebagai tenaga kasar di luar negeri dengan pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan rendah. Namun, mereka berpendapat bisa
mendapatkan penghasilan lebih besar jika dibandingkan bekerja di
daerah asal.
Menurut Andias (2014) menjelaskan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk
bermigrasi di dalam negeri dibanding ke luar negeri. Hal ini dapat dilihat
dari jenis pekerjaan yang tersedia di luar negeri mayoritas di sektor
informal dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tenaga kerja
cenderung migrasi ke luar negeri sebagai Penata Laksana Rumah tangga
(PLRT), pengasuh anak, perawat lansia, pekerja pabrik, kontruksi, supir,
penjaga toko, dan pekerja retoran yang tidak membutuhkan tingkat
pendidikan tinggi. Mengaitkan dengan fenomena yang ada, tingkat
pendidikan menentukan seseorang dalam memperoleh pekerjaan. Hal ini
karena adanya faktor sertifikasi dan regulasi berkaitan dengan keguanaan
ijazah dan sebagainya. Semakin tinggi pendidikan maka semakin besar
kesempatan bekerja di sektor formal.

D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori-teori terkait dan penelitian-penelitian terdahulu yang
telah dijelaskan diatas mengenai pengaruh Kepadatan Penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah terhadap

42
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Kemudian dikembangkan menjadi
kerangka pemikiran yang ditunjukan sebagai berikut:

Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Migrasi Tenaga Kerja


Indonesia (TKI)

(Studi Kasus Pada 6 Provinsi Tahun 2008-2017)

Faktor Pendorong Faktor Penarik

Variabel Independen: Variabel Dependen:

 Kepadatan Penduduk (X1)

 Kemiskinan (X2)
 Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) (Y)
 Upah Minimum Provinsi
(UMP) (X3)

 Rata-rata Lama Sekolah


(X4)

43
E. Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dari suatu penelitian serta
pendoman dalam penelitian yang disusun berdasarkan teori terkait dimana
suatu hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
menghubungan dua variabel atau lebih.
Dari uraian mengenai hubungan antar variabel tersebut, maka dapat
dituliskan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0 : Tidak ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
2. H0 : Tidak ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
3. H0 : Tidak ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara
parsial terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara parsial
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
4. H0 : Tidak ada pengaruh Rata-rata Lama Sekolah secara parsial

44
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Rata-rata Lama Sekolah secara parsial terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
5. H0 : Tidak ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Rata-rata
Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2008-2017.
H1 : Ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Rata-rata
Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode
2011-2017.

45
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode data panel dengan analisis kuantitatif
tentang pengaruh Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi,
dan Rata-rata Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
dependen dan variabel independen. Menurut Sugiyono (2011) variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya
variabel independen. sedangkan variabel independen merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi penyebab timbulnya variabel dependen.
Dalam penelitian ini. variabel dependen yang digunakan adalah Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI), sementara variabel independen yang digunakan
adalah Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP),
dan Rata-rata Lama Sekolah.
Penelitian ini menggunakan metode data panel. Fokus lokasi studi yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Periode yang
diteliti dari tahun 2008 sampai tahun 2017. Data yang digunakan merupakan
data tahunan. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia, Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah
Minimum Provinsi (UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS).

B. Metode Penentuan Sampel


Penentuan sampel dalam penelitian ini. yaitu dengan menggunakan
purposive sampling. Hal ini dilakukan dengan cara mengambil sampel
berdasarkan penilaian atau pertimbangan yang memenuhi persyaratan untuk
dijadikan sampel. Sesuai dengan buku Metode Penelitian Sugiyono (2012)
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.

46
Pengambilan sampel didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau
karakteristik yang menjadi ciri-ciri pokok dari populasi dan sampel yang
diambil benar-benar yang paling banyak mewakili kriteria dari populasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, sampel penelitian ini mengambil studi kasus di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara, karena 6 provinsi tersebut menjadi daerah
dengan jumlah Migrasi Tenaga Kerja Indonesia terbanyak dari perhitungan
jumlah penduduknya jika dibandingkan provinsi lain di Indonesia, dengan
tahun penelitian 2008 sampai 2017.

C. Metode Pengumpulan Data


Menurut Siregar (2013) data adalah informasi atau keterangan yang dapat
menjelaskan sebuah fakta yang bersumber dari bahan yang diolah baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder dalam bentuk cross-section dan runtut waktu atau time
series. Pengumpulan data perlu dilakukan pada saat melakukan sebuah
penelitian unuk mencapai tujuan dari penelitian tersebut. Berdasarkan sumber
dan cara pengumpulannya. Data dibagi menjadi beberapa jenis, seperti data
primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini, peneliti menggunanakan data
sekunder. Sehingga pengambilan data bukan dari hasil tinjauan langsung ke
lapangan atau area penelitian. Pengumpulan data diperoleh dari lembaga-
lembaga resmi terkait.
Data Migrasi Tenaga Kerja Indonesia di peroleh dari Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), digunakan
untuk mengetahui jumlah atau besaran tenaga kerja Indonesia yang melakukan
migrasi ke luar negeri. Data Kepadatan Penduduk diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS), digunakan untuk mengetahui kriteria kepadatan penduduk
disuatu wilayah yang mencakup sangat padat, cukup padat, kurang padat, dan
tidak padat. Data Kemiskinan diperoleh dari BPS, digunakan untuk mengetahui
berapa persen jumlah penduduk miskin disuatu wilayah dengan total
keseluruhan penduduknya. Data Upah Minimum Provinsi diperoleh dari BPS,
digunakan untuk melihat minimum upah yang diterima di setiap wilayah. Data

47
terakhir Rata-rata Lama Sekolah diperoleh dari BPS, digunakan untuk
mengetahui kualitas pendidikan di beberapa wilayah.

D. Metode Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis model
data panel. Data panel merupakan gabungan antara data runtut waktu atau time
series dan data silang atau cross-section. Data time series dalam penelitian ini
adalah periode 2008-2017. Sedangkan, data silang atau cross-section dalam
penelitian ini adalah enam provinsi di Indonesia yang terdiri dari Provinsi Jawa
Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara. Perhitungan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program Eviews 8.0 dan Excel 2010.
Menurut Gujarati (2003) data panel banyak memiliki keunggulan baik
secara statistik maupun teori ekonomi. Dengan mengakomodasi informasi yang
terkait dengan variabel time series maupun cross section. Data panel secara
substansial mampu menurunkan masalah omitted variable atau mengabaikan
variabel yang relavan. Data panel mampu perhitungkan heterogenitas individu
secara eksplisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu sehingga
membuat data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model
perilaku yang lebih kompleks.
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi adalah suatu analisis yang bertujuan untuk
menunjukkan hubungan matematis antara variabel independen terhadap
variabel dependen. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linear berganda, yakni dimana regresi lebih dari
satu variabel bebas atau variabel independen yang digunakan untuk
menjelaskan perilaku variabel tak bebas atau variabel dependen. Model
ini untuk melihat pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap
variabel Migrasi Tenaga Kerja Indonesia. Variabel-variabel yang akan
diuji adalah variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum
Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah. Model persamaan yang akan di
estimasi dalam penelitian ini adalah:

48
Y = β0 + β1X1it + β2X2it +β3X3it + β4X4it + ԑ

Keterangan :
Y = Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
β0 = konstanta
β1. β2. β3. β4 = Parameter atau koefisien regresi
X1it = Kepadatan Penduduk di Provinsi i pada periode t
X2it = Kemiskinan di Provinsi i pada periode t
X3it = Upah Minimum Provinsi di Provinsi i pada periode t
X4it = Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi i pada periode t
ԑ = Error

2. Metode Analisis Data Panel


Untuk mengestimasi model dengan menggunakan data panel.
terdapat beberapa teknik, anatara lain:
1) Pooled Least Square (PLS) atau Common Effect Model (CEM)
Teknik ini adalah teknik yang paling sederhana untuk
mengestimasi data panel dibandingkan dua model lainnya. karena
teknik ini mengkombinasi data time series dan cross section.
Kemudian data ini digabungkan dan diperlakukan sebagai satu
kesatuan pengamatan untuk mengestimasi model dengan
menggunakan metode OLS. Dengan menggabungkan data maka
tidak dapat melihat perbedaan antar individu maupun antar waktu,
dengan kata lain teknik ini tidak memperhatikan dimensi individu
maupun waktu.
2) Fixed Effect Model (FEM)
Teknik ini juga dikenal sebagai Least Square Dummy Variable
(LSDV). Mengestimasi data panel dengan teknik ini menggunakan
variabel dummy untuk melihat adanya perbedaan intersep antara
individu atau cross section maupun antar waktu atau time series.

49
3) Random Effect Model (REM)
Pada Fixed Effect Model perbedaan antar individu dan waktu
dicerminkan lewat intercept. Maka pada Random Effect Model.
perbedaan tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini juga
memperhitungan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time
series dan cross section. Keuntungan dalam menggunakan teknik ini
akan menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga dikenal
dengan Error Component Model (ECM) atau Generalized Least
Square (GLS).
Sebelum menentukan model mana yang terbaik, perlu dilakukan uji
spesifikasi model terlebih dahulu. Uji spesifikasi model tersebut antara
lain:
1) Uji Chow
Uji ini digunakan untuk mengetahui model mana yang lebih
baik dalam mengestimasi data panel, apakah Pooled Least Square
atau Fixed Efffect Model. Hipotesis yang digunakan dalam Uji Chow
adalah sebagai berikut:
H0 : Pooled Least Square
H1 : Fixed Effect Model
Jika nilai probabilitas < α maka tolak H0 atau menerima H1.
berarti model yang tepat digunakan untuk mengestimasi data panel
adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya, jika probabilitas ˃ α
maka terima H0 atau tolak H1, berarti model yang tepat digunakan
untuk mengestimasi data panel adalah Pooled Least Square (PLS).
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 %.
2) Uji Hausman
Uji ini digunakan untuk mengetahui model mana yang lebih
baik dalam mengestimasi data panel, apakah Random Effect Model
atau Fixed Efffect Model. Hipotesis yang digunakan dalam Uji
Hausman adalah sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model

50
Jika nilai probabilitas < α maka tolak H0 atau menerima H1.
berarti model yang tepat digunakan untuk mengestimasi data panel
adalah Fixed Effect Model (FEM). Sebaliknya, jika probabilitas ˃ α
maka terima H0 atau tolak H1, berarti model yang tepat digunakan
untuk mengestimasi data panel adalah Random Effect Model (REM).
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 %.

3. Uji Asumsi Klasik


Model regresi berganda dibangun atas beberapa asumsi klasik yang
diperlukan untuk mendapatkan estimator OLS yang bersifat BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator) yang berarti model regresi tidak bermasalah.
Uji asumsi klasik ini dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
multikolinaeritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi dalam model.
Dalam penelitian ini hanya menggunakan uji multikolinearitas dan
heteroskedastisitas. Berikut ini beberapa uji asumsi klasik dari model
regresi:
1) Uji Multikolinearitas
Masalah multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan
linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua
variabel bebas atau variabel independen dari model regresi ganda.
Jika terjadi multikolinearitas menimbulkan beberapa akibat, yaitu:
(1) variansi dari koefisien regresi membesar, maka nilai standard
error dari koefisien menjadi tidak valid sehingga uji signifikan
koefisien dengan uji t tidak valid. (2) Selang kepercayaan untuk
parameter regresi cenderung melebar sehingga hasil perkiraan yang
diperoleh menjadi tidak dapat dipercaya. (3) R2 tinggi, tetapi tidak
banyak variabel yang signifikan dari uji t atau terjadi kontradiksi
antara pengujian hipotesis statistik uji F dan uji t. (4) Dampak yang
lebih serius dari adanya multikolinearitas adalah berubahnya tanda
koefisien regresi menjadi negatif.
Salah satu ukuran yang paling populer untuk melihat adanya
multikolineritas antarvariabel independen adalah dengan

51
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) atau tolarence
(1/VIF). Regresi yang bebas multikolineritas memiliki VIF di
sekitar satu atau tolerence disekitar satu. Apabila suatu variabel
independen nilai VIF > 10 maka dikatakan terjadi kolineritas yang
kuat antarvariabel independen (Rosadi, 2012).

2) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan kondisi eror yang berubah-
ubah atau tidak identik. Sedangkan, asumsi regresi linear yang
harus terpenuhi adalah homogenitas atau homoskedastisitas yang
berarti variansi dari eror bersifat konstan/tetap atau identik. Apabila
terjadi heteroskedastisitas, maka estimator OLS tidak bersifat
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), tetapi hanya LUE.
Dengan demikian, nilai standard error dari koefisien hasil estimasi
yang dihasilkan dengan motode OLS tidak akurat.
Metode untuk pengujian heteroskedastisitas ada beberapa cara
yaitu dengan menggunakan metode grafik, uji white, uji park, uji
glejser, uji korelasi pearman, uji goldfield-quandt, dan uji bruesch-
pangan-godffrey.

4. Uji Hipotesis
1) Uji F Statistik (Uji Simultan)
Uji F satistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum
Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
(TKI). Hipotesis Uji F statistik adalah sebagai berikut:
Ho : β1=β2=β3=β4=β5 = 0
Artinya variabel-variabel independen yaitu Kepadatan
Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolaj secara simultan atau bersama-sama tidak memiliki

52
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
H1 : β1≠β2≠β3≠β4≠β5 ≠ 0
Artinya variabel-variabel independen yaitu Kepadatan
Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah secara simultan atau bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
Dalam penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah
5%. Jika nilai probabilitas < α = 5% (0.05) maka tolak H 0 terima
H1, yang berarti variabel independen secara simultan atau bersama-
sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Sebaliknya, jika nilai probabilitas ˃ α = 5% (0.05) maka
terima H0 tolak H1, yang berarti variabel independen secara
simultan atau bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.

2) Uji t (Uji Parsial)


Uji t adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui
apakah koefisien regresi signifikan atau tidak pada masing-masing
variabel independen. Dengan Uji t pada dua sisi dikemukakan
hipotesis sebagai berikut :
H0 : β1 = 0
H0 : β2 = 0
H0 : β3 = 0
H0 : β4 = 0
H0 : β5 = 0
Artinya variabel-variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan,
Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah secara
parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
H1 : β1 ≠ 0

53
H1 : β2 ≠ 0
H1 : β3 ≠ 0
H1 : β4 ≠ 0
H1 : β5 ≠ 0
Artinya variabel-variabel Kepadatan Penduduk, Kemiskinan,
Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama Sekolah secara
parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Dalam penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah
5%. Jika nilai probabilitas < α = 5% (0.05) maka tolak H0 terima
H1, yang berarti variabel independen secara parsial memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
jika nilai probabilitas ˃ α = 5% (0.05) maka terima H0 tolak H1 .
yang berarti variabel independen secara parsial tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

3) Uji Koefisien Determinasi R-squared (R2)


Pengukuran kecocokan model dilakukan dengan
memperhatikan besarnya koefisien determinisai (R²). model
dianggap baik atau cocok apabila R²=1. R² sekaligus menunjukkan
besar pengaruh semua variabel independen terhadap variabel
dependen. Nilai R² akan meningkat dengan bertambahnya jumlah
variabel independen, derajat bebas akan semakin kecil, karena itu
dipergunakan R² Adjusted yang sudah mempertimbangkan derajat
bebas, disamping itu dapat pula diketahui koefisien determinasi
parsial (r2) yang menunjukan seberapa besar kemampuan masing-
masing variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.
Jika nilai R² mendekati angka nol berarti kemampuan variabel-
variabel bebas atau variabel independen (X) tidak dapat
mempengaruhi variabel terikat atau variabel dependen (Y). Jika
nilai R² mendekati angka satu berarti variabel-variabel bebas atau

54
variabel independen (X) dapat mempengaruhi variabel terikat atau
variabel dependen (Y).

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Berdasarkan dari permasalahan dalam penelitian ini, maka definisi
operasional variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Variabel Definisi Satuan
Dependen Migrasi Migrasi adalah perpindahan Jiwa
Tenaga penduduk atau individu dari
Kerja daerah asal ke daerah tujuan
dengan melewati batas politik
atau administrasi dan/atau batas
bagian daerah untuk tujuan
tertentu. Sedangkan. Tenaga
Kerja adalah penduduk yang
sudah memasuki usia kerja dan
mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang
dan/atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan sendiri maupun orang
lain.
Independen Kepadatan Kepadatan penduduk adalah Jiwa
Penduduk banyaknya penduduk per
kilometer persegi (banyaknya
penduduk pada luas wilayah
tertentu).
Independen Kemiskinan Kemiskinan adalah suatu kondisi Persen
ketidakmampuan dalam
memenuhi kebutuhan dasar

55
individu berupa pangan.
sandang. dan papan.
Independen Upah Upah Minimum adalah upah Rupiah
Minimum bulanan terendah yang terdiri
Provinsi atas upah pokok termasuk
(UMP) tunjangan tetap yang ditetapkan
oleh Gubernur dan berlaku di
suatu Kota/Kabupaten di satu
Provinsi.
Independen Rata-rata RLS sebagai jumlah tahun untuk Tahun
Lama menempuh atau menamatkan
Sekolah pendidikan formal pada usia 25
(RLS) tahun ke atas.

56
BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Penelitian


1. Hasil Estimasi Data Panel
Dalam penelitian ini menggunakan metode data panel, maka terdapat tiga
model regresi dalam mengestimasi data panel yaitu Pooled Least Square,
Fixed Effect Model, dan Random Effect Model. Untuk menentukan model
regresi mana yang paling tepat dalam penelitian ini, dilakukan Uji Chow dan
Uji Hausman sebagai berikut:
1) Uji Chow
Pada Uji Chow ini untuk menentukan model mana yang paling tepat
antara Pooled Least Square atau Fixed Effect Model. Dengan tingkat
signifikan α = 5%. Hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah:
H0 : Pooled Least Square
H1 : Fixed Effect Model
Berikut adalah hasil Uji Hausman yang didapat setelah dilakukan
pengelohan data dengan Eviews 8.0
Tabel 4.1
Uji Chow
Effects Test Statistic d.f Prob.
Cross-section F 3.807235 (5,50) 0.0053
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pada Tabel 4.1 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0053 yang
berarti nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α = 5% atau
0.0053 < 0.05. Maka tolak H0 atau terima H1, sehingga model terbaik yang
digunakan adalah Fixed Effect Model.

2) Uji Hausman
Pada Uji Hausman ini untuk menentukan model mana yang paling tepat
antara Random Effect Model atau Fixed Effect Model. Dengan tingkat
signifikan α = 5%. Hipotesis yang digunakan pada uji ini adalah:

57
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Berikut adalah hasil Uji Hausman yang didapat setelah dilakukan
pengelohan data dengan Eviews 8.0
Tabel 4.2
Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d. f. Prob.
Cross-section random 18.545234 4 0.0010
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Pada tabel 4.2 diatas diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.0010 yang
berarti nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α = 5% atau
0.0010 < 0.05. Maka tolak H0 atau terima H1, sehingga model terbaik yang
digunakan adalah Fixed Effect Model.

3) Model Fixed Effect Model


Dari hasil Uji Chow dan Uji Hausman, maka penelitian ini memperolah
model data panel yang paling tepat digunakan adalah Fixed Effect Model
(FEM) dapat dijelaskan melalui persamaan regresi sebagai berikut:

LnMTKI = 11.69371 – 0.747282 Ln_KPENDUDUK – 0.052286


KEMISKINAN + 0.667414 Ln_UMP – 0.684368 RLS +
ԑ
Dimana:
MTKI : Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
KPENDUDUK : Kepadatan Penduduk
KEMISKINAN : Kemiskinan
UMP : Upah Minimum Provinsi
RLS : Rata-rata Lama Sekolah
ԑ : Error

58
Tabel 4.3
Hasil Regresi Fixed Effect Model
Variabel Koefisien Prob.
C 11.69371 0.2987
LN_KPENDUDUK -0.747282 0.7315
KEMISKINAN -0.052286 0.0345
LN_UMP 0.667414 0.0342
RLS -0.684368 0.0046

F-stat 37.10589 0.000000


R2 0.869776
Adj R2 0.846335
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

Pada kolom koefisien hasil regresi Fixed Effect Model, menunjukkan


variabel Kepadatan Penduduk memiliki arah hubungan yang negatif
terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini berarti hipotesis yang
menyatakan bahwa Kepadatan penduduk tidak mempengaruhi migrasi
tenaga kerja Indonesia di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara dapat diterima. Hubungan
ini mempunyai arti apabila kenaikan 1% kepadatan penduduk, maka akan
mengurangi migrasi tenaga kerja Indonesia.
Variabel kemiskinan memiliki hubungan yang negatif. Hal ini berarti
hipotesis yang menyatakan bahwa kemiskinan mempengaruhi migrasi
tenaga kerja Indonesia di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara dapat diterima. Hubungan
kemiskinan mempunyai arti apabila kenaikan 1% kemiskinan, maka akan
mengurangi migrasi tenaga kerja Indonesia.
Sedangkan variabel upah minimum provinsi memiliki hubungan yang
positif. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan bahwa upah minimum
provinsi mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara
dapat diterima. Hubungan upah minimum provinsi mempunyai arti apabila

59
kenaikan 1% upah minimum provinsi, maka akan meningkatkan migrasi
tenaga kerja Indonesia.
Berbeda dengan variabel Rata-rata Lama Sekolah (RLS) memiliki
hubungan yang negatif. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan rata-rata
lama sekolah mempengaruhi migrasi tenaga kerja Indonesia di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera
Utara dapat diterima. Hubungan ini mempunyai arti apabila kenaikan satu
tahun rata-rata lama sekolah, maka akan mengurangi migrasi tenaga kerja
Indonesia.
Dapat dilihat pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa enam provinsi
memiliki pengaruh individu yang berbeda-beda untuk setiap perubahan pada
kepadatan penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan rata-rata
lama sekolah.
Tabel 4.4
Interpretasi Fixed Effect Model
Variabel Koefisien Indv. Effect Prob.
C 11.69371 0.2987

LN_KPENDUDUK? -0.747282 0.7315


KEMISKINAN? -0.052286 0.0345

LN_UMP? 0.667414 0.0342

RLS? -0.684368 0.0046


Fixed Effect Cross
_JABAR_C 1.395291 13.089001
_JATENG_C 1.012085 12.705795
_JATIM_C 0.878477 12.572187
_NTB_C -0.672004 11.021706
_LAMPUNG_C -1.504712 10.188998
_SUMUT_C -1.109138 10.584572
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

60
a. Provinsi Jawa Barat
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Jawa Barat akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 13.089001%
b. Provinsi Jawa Tengah
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Jawa Tengah akan mendapatkan pengaruh individu
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 12.705795%
c. Provinsi Jawa Timur
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Jawa Timur akan mendapatkan pengaruh individu
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 12.572187%
d. Provinsi Nusa Tenggara Barat
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Nusa Tenggara Barat akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 11.021706%
e. Provinsi Lampung
Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan penduduk,
Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata Lama
Sekolah, maka Lampung akan mendapatkan pengaruh individu terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 10.188998%
f. Provinsi Sumatera Utara
Apabila Apabila terjadi perubahan sebesar 1% pada Kepadatan
penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, serta 1 tahun Rata-rata
Lama Sekolah, maka Sumatera Utara akan mendapatkan pengaruh
individu terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia sebesar 10.584572%

61
Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik untuk medeteksi apakah
terdapat multikolinaeritas dan heteroskedastisitas dalam model. Berikut
adalah hasil uji asumsi klasik:
1) Uji Multikolinearitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui korelasi dari masing-masing
variabel bebas dilihat dari nilai koefisiennya. Jika nilai koefisien lebih
besar dari 0.8 maka terdapat multikolinearitas dari masing-masing
variabel bebas.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas

LN_KPENDUDUK KEMISKINAN LN_UMP RLS


LN_KPENDUDUK
1.000000 -0.317496 -0.386813 -0.309825
KEMISKINAN
-0.317496 1.000000 -0.276239 -0.651145
LN_UMP
-0.386813 -0.276239 1.000000 0.417103
RLS
-0.309825 -0.651145 0.417103 1.000000
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

Hasil uji koloneritas di atas menunjukan nilai koefisien masing-


masing variabel bebas di bawah atau tidak melebihi 0.8 maka model pada
penelitian ini terbebas dari masalah multikolinearitas.

2) Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah residual dari model yang
terbentuk memiliki varians yang konstan atau tidak. Dilakukan uji
Glejser untuk menguji ada atau tidak hesteroskedastisitas pada regresi
ini. Hipotesis Uji Glejser sebagai berikut:
H0 : Tidak terjadi heteroskedastisitas
H1 : Terjadi heteroskedastisitas

62
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Koefisien Prob.
C 1.358692 0.4653
Ln_KPENDUDUK 0.054452 0.3765
KEMISKINAN -0.001083 0.9322
LN_UMP -0.084831 0.3811
RLS -0.027248 0.6971
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

Berdasarkan hasil uji di atas diperoleh nilai variabel independen ˃ α


= 5% (0.05) yang berarti terima H0 tolak H1, maka variabel menunjukkan
tidak mempengaruhi resabs atau residual absolute sehingga model dalam
penelitian ini terbebas dari heteroskedastisitas.

2. Pengujian Hipotesis
1) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pada uji R-squared (R2) ini untuk melihat pengaruh setiap variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.7
Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.869776
Sumber :Hasil Pengolahan Data

Tabel 4.7 diatas menunjukkan nilai R-squared sebesar 0.869776 atau


86.98% yang berarti variabel independen berupa kepadatan penduduk,
kemiskinan, upah minimum provinsi, dan rata-rata lama sekolah dapat
menjelaskan variabel dependen yaitu migrasi tenaga kerja Indonesia
sebesar 86.98%. Sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak terdapat dalam penelitian ini sebesar 13.02%.

63
2) Uji F Statistik (Uji Simultan)
Uji ini dilakukan untuk melihat variabel-variabel independen secara
simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Dengan kriteria pengaruh signifikan, jika probabilitas
(F-statistik) < α = 5% (0.05) maka tolak H0 terima H1 dan sebaliknya
jika probabilitas (F-statistik) ˃ α = 5% (0.05) maka terima H0 tolak H1.
Hipotesis uji F statistik adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk,


Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Rata-rata
Lama Sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh secara simultan Kepadatan Penduduk, Kemiskinan,
Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Rata-rata Lama Sekolah
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
Tabel 4.8
Uji F-statistik
F-statistic 37.10589
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber :Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 9.0

Nilai Probabilitas (F-statistik) di atas sebesar 0.000000 < α = 5%


(0.000000 < 0.05) maka tolak H0 terima H1, yang berarti dalam penelitian
ini ada pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara kepadatan
penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan rata-rata lama
sekolah terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

64
3) Uji t-statistik (Uji Parsial)
Uji ini dilakukan untuk melihat variabel independen secara masing-
masing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Dengan kriteria pengaruh signifikan, jika probabilitas (t-statistik) < α =
5% (0.05) maka tolak H0 terima H1 dan sebaliknya jika probabilitas (t-
statistik) ˃ α = 5% (0.05) maka terima H0 tolak H1. Hipotesis uji t
statistik adalah sebagai berikut:
1. H0 : Tidak ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Kepadatan Penduduk secara parsial terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampug, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
2. H0 : Tidak ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Kemiskinan secara parsial terhadap Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
3. H0 : Tidak ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara
parsial terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) secara parsial
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
4. H0 : Tidak ada pengaruh Rata-rata Lama Sekoloah secara parsial

65
terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
H1 : Ada pengaruh Rata-rata Lama Sekolah secara parsial terhadap
Migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
Tabel 4.9
Uji t-statistik
Variabel Koefisien Prob.
C 11.69371 0.2987
LN_KPENDUDUK -0.747282 0.7315
LN_KEMISKINAN -0.052286 0.0345
LN_UMP 0.667414 0.0342
RLS -0.684368 0.0046
Sumber : Hasil Pengolahan Data Dengan Eviews 8.0

Tabel uji t-statistik di atas menunjukan hasil nilai probabilitas dari


variabel-variabel independen. Dengan hasil hipotesis sebagai berikut:
a) Pada variabel kepadatan penduduk mimiliki nilai probabilitas
sebesar 0.7315 lebih besar dari α = 5% (0.7315 ˃ 0.05) yang berarti
terima H0 tolak H1, maka tidak ada pengaruh antara kepadatan
penduduk terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
b) Pada variabel kemiskinan memiliki nilai probabilitas sebesar
0.0345 lebih kecil dari α = 5% (0.0345 < 0.05) yang berarti tolak
H0 terima H1, maka ada pengaruh antara kemiskinan terhadap
migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan
Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
c) Pada variabel upah minimum provinsi (UMP) memiliki nilai
probabililas 0.0342 lebih kecil dari α = 5% (0.0342 < 0.05) yang

66
berarti tolak H0 terima H1, maka ada pengaruh antara upah
minimum provinsi terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Barat, Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.
d) Pada variabel rata-rata lama sekolah mimiliki nilai probabilitas
sebesar 0.0046 lebih kecil dari α = 5% (0.0046 < 0.05) yang berarti
tolak H0 terima H1, maka ada pengaruh antara rata-rata lama
sekolah terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara pada periode 2008-2017.

B. Pembahasan
1. Kepadatan Penduduk Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
Kepadatan penduduk dikaitkan dengan jumlah penduduk dan luas
wilayah. Jumlah penduduk disuatu provinsi atau wilayah setiap tahunnya
akan mengalami peningkatan namun tidak berbanding lurus dengan luas
wilayah yang tidak mengalami perluasan. Sehingga, setiap per kilometer
persegi akan terdapat banyaknya jumlah penduduk. Wilayah yang memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi umumnya adalah pusat permukiman, pusat
peradaban, dan pusat aktivitas sosial ekonomi (pusat pertumbuhan).
Dalam penelitian ini kepadatan penduduk memiliki pengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap migrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Hasil ini
tidak sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu yang menjadi tinjauan
pustaka dalam penelitian ini. Menurut teori Malthus pertumbuhan penduduk
searah dengan deret ukur namun produksi pertanian tidak lebih cepat dari
deret hitung. Sehingga, pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan
pertumbuhan pagan akan menimbulkan kondisi ekonomi yang pas-pasan
(subsisten). Dengan kata lain, jika sumber daya di suatu daerah tidak dapat
mendukung perkembangan penduduk maka akan menyebabkan migrasi ke
daerah lain.
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur dengan tingkat
kepadatan penduduk yang sangat padat menurut kriteria kepadatan penduduk

67
disebabkan karena menjadi pusat permukiman dan daerah pusat pertumbuhan
ekonomi. Jadi, hal ini tidak mempengaruhi individu melakukan migrasi.
Menurut Agbola dan Acupan (2010) kepadatan penduduk memiliki hubungan
negatif terhadap arus migrasi tenaga kerja menunjukkan ada kecenderungan
inheren ekonomi untuk mencegah migrasi keluar ketika pertumbuhan
penduduk. Pada saat peningkatan pertumbuhan penduduk akan dikaitkan
dengan peningkatan permintaan barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri, hal ini akan merangsang pertumbuhan ekonomi ketika kesejahteraan
individu dalam perekonomian meningkat, maka mereka tidak akan
melakukan migrasi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti
oleh Indi Najmutsaqib (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kepadatan Penduduk, Upah Minimum Provinsi (UMP), Kesempatan Kerja
Terhadap Migrasi Internasional Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun
2005-2016”. Serta penelitian oleh Frank W. Agbola dan Angelito B. Acupan
(2010) dalam penelitiannya yang berjudul “An Empirical Analysis of
Internasional Labour Migration in The Philippines”.

2. Kemiskinan Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia


Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang dihadapi oleh sebagian besar
negara berkembang serta menjadi salah satu indikator ekonomi untuk melihat
tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Penentuan tingkat kemiskinan yang
ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tidak dipungkiri bahwa Indonesia
memiliki jumlah penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah
garis kemiskinan mencapai 10.12 persen atau sebesar 26.58 juta orang pada
tahun 2017.
Dalam penelitian ini kemiskinan memiliki hubungan yang negatif dan
signifikan terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia dengan probabilitas
0.0345 dan nilai koefisien -0.052286. Sehingga dapat diinterpretasikan ketika
kenaikan 1% kemiskinan, maka akan mengurangi 0.052286% migrasi tenaga
kerja Indonesia. Menurut penulis, hal ini dikarenakan terdapat faktor
penghambat berupa biaya atau ongkos untuk mengurus dokumen-dokumen

68
yang diperlukan serta biaya pelatihan yang tidak ditanggung oleh Pelaksana
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS). Sesuai pernyataan
Sjastaad (1962) dalam Nabila dan Pardede (2010) orang miskin tidak
bermigrasi karena tidak mampu membayar biaya migrasi. Dalam jurnal
Susilo (2015) untuk berangkat menjadi TKI ke Korea Selatan harus
membayar uang sebesar Rp 52 juta. Bagi orang miskin dan diperdesaan
jumlah uang tersebut bukan jumlah yang kecil. Menurut BNP2TKI dalam
mengurus dokumen atau prosedur yang dibutuhkan memiliki 22 tahapan
kompleksitas, dan memakan waktu 5 sampai 6 bulan serta mengeluarkan
biaya yang mahal. Berdasarkan jumlah migrasi yang di lakukan pada tahun
2009 sampai 2013 mengalami peningkatan, serta bersamaan dengan
penurunan jumlah penduduk miskin di enam provinsi yang di teliti. Berarti
pengiriman remitansi yang dilakukan migran untuk keluarganya di daerah
asal mensejahterakan hidupnya, serta menjadi salah satu cara membantu
mereka keluar dari garis kemiskinan dan meningkatkan status sosial.
Dibuktikan dengan masuknya remitansi ke Indonesia tahun 2009 sampai
2013 menurut World Bank selalu mengalami peningkatan. Penurunan
kemiskinan serta dibarengi bertambahnya migrasi TKI yang dilakukan di
enam provinsi disebabkan karena mereka melihat orang sekitar atau
tetangganya yang migrasi ke negara tujuan dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya serta meningkatkan status sosial untuk kepentingan gaya hidup.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti
oleh Wahyu Indah Puspitasari dan Sri Kusreni (2017) dalam penelitiannya
yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke
Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia”. Serta penelitian oleh Aulis
Nabila dan Elda L. Pardede (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Kemiskinan Terhadap Migrasi Indonesia: Analisis Data Sakerti
Tahun 2000 dan 2007”, menyatakan kemiskinan berpengaruh signifikan
terhadap keputusan migrasi dari hasil analisis deskriptif dan regresi individu
yang miskin akan cenderung tidak melakukan migrasi.

69
3. Upah Minimum Provinsi Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
Upah menjadi suatu imbalan atas apa yang telah dikerjakan oleh pekerja
berdasarkan tingkat pekerjaanya. Upah minimum ditetapkan oleh Gubernur
sebagai batasan dalam pemberian upah kepada pekerja. Upah yang rendah
menyebabkan keterbatasan bagi pekerja dan keluarganya dalam memenuhi
Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Penetapan upah minimum provinsi yang
berbeda-beda memberikan dampak yang besar bagi para tenaga kerja untuk
migrasi ke daerah lain dengan tingkat upah yang lebih besar dibandingkan di
daerah asal.
Dalam penelitian ini upah minimum provinsi memiliki hubungan positif
dan signifikan terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia dengan probabilitas
sebesar 0.0342 dan koefisien 0.667414. Sehingga dapat diinterpretasikan
ketika kenaikan 1% upah minimum provinsi, maka akan meningkatkan
0.667414% migrasi tenaga kerja Indonesia. Menurut penulis, hal itu
dikarenakan kenaikkan upah minimum provinsi akan diikuti oleh kenaikkan
Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
Grafik 4.1
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Barat
1200000
1000000
800000
600000 UMP
400000 KHL
200000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Badan Pusat Statistik

70
Grafik 4.2
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Tengah
1000000

800000

600000
UMP
400000 KHL
200000

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Badan Pusat Statistik

Grafik 4.3
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Jawa Timur
1200000
1000000
800000
600000 UMP
400000 KHL
200000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Badan Pusat Statistik


Grafik 4.4
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak NTB
1600000
1400000
1200000
1000000
800000 UMP
600000
KHL
400000
200000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Badan Pusat Statistik

71
Grafik 4.5
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Lampung
2000000

1500000

1000000 UMP
KHL
500000

0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Badan Pusat Statistik


Grafik 4.6
Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Sumut
1800000
1600000
1400000
1200000
1000000
800000 UMP
600000 KHL
400000
200000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Badan Pusat Statistik


Pada enam grafik di atas mengambarkan bahwa peningkatan upah
minimum diikuti oleh peningkatan kebutuhan hidup layak (KHL). Sehingga,
adanya peningkatan pada upah minimum tidak berarti meningkatkan
kesejahteraan para pekerja, karena dibarengi dengan peningkatan biaya hidup.
Oleh karena itu, adanya Expected Income atau pendapatan yang diharapkan
jika bekerja ke negara lain akan mendapatkan upah lebih besar jika
dibandingkan di negara asal. Sesuai dengan Todaro (2006) keputusan
bermigrasi adalah keputusan individu yang mengharapkan perbedaan
pendapatan di daerah asal dengan daerah tujuan. Hal tersebut dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan hidup layak (HKL) baik untuk individu itu sendiri dan

72
bagi keluarganya. Jadi, Melakukan migrasi adalah salah satu cara dalam
memperoleh pendapatan yang lebih menguntungkan dalam arti ekonomi.
Hasil penelitian sebelumnya D. Martin dan A. Termos (2015) yang
menganalisis tentang “Does a High Minimum Wage Spur Low-skilled
Emigration?” serta penelitian oleh Indi Najmutsaqib (2018) yang
menganalisis tentang “Pengaruh Kepadatan Penduduk, Upah Minimum
Provinsi (UMP), Kesempatan Kerja Terhadap Migrasi Internasional Tenaga
Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2016”.

4. Rata-rata Lama Sekolah Terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia


Kualitas pendidikan menjadi salah satu modal manusia dalam
mengembangkan karir pekerjaan. Dilihat dari rata-rata lama sekolah yang
dimiliki negara sedang berkembang di dominasi oleh tenaga kerja dengan
pendidikan rendah, karena sulitnya akses dalam mendapatkan pendidikan
menengah dan tinggi dengan mahalnya biaya pendidikan. Sehingga
berdampak pada rendahnya kualitas tenaga kerja. Dengan begitu penyerapan
tenaga kerja akan lebih sulit karena rendahnya pendidikan yang tidak sesuai
keahlian dan keterampilan yang dimiliki. Berdasarkan data dari BNP2TKI,
jumlah migrasi dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
menjadi pengirim migran terbanyak di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Lampung. Sementara, Nusa Tenggara Barat menjadi
Provinsi dengan jumlah migran terbanyak pada pendidikan Sekolah Dasar
(SD), serta Sumatera Utara menjadi provinsi dengan jumlah migran terbanyak
pada tingkat pendidikan SMU/K. Hal ini menunjukkan pendidikan migran di
enam provinsi tersebut masih rendah karena di dominasi dengan pendidikan
SMP, serta sesuai dengan rata-rata lama sekolah yang di miliki daerah
tersebut, yaitu lama sekolah 7 tahun setara dengan SMP kelas 1.
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan memiliki hubungan negatif dan
signifikan terhadap migrasi tenaga kerja Indonesia dengan probabilitas
sebesar 0.0046 dan koefisien -0.684368. Sehingga dapat diinterpretasikan
ketika kenaikan 1 tahun rata-rata lama sekolah, maka akan mengurangi
0.684368% migrasi tenaga kerja Indonesia. Menurut penulis, hal ini

73
dikarenakan masyarakat dengan lulusan sekolah dasar dan menengah akan
kalah bersaing dengan lulusan perguruan tinggi, lowongan pekerjaan akan
terisi oleh mereka yang memiliki pendidikan tinggi. Sehingga untuk
mendapatkan pekerjaan dengan pendidikan rendah akan bekerja pada sektor-
sektor informal yang tidak memerlukan keahlian khusus atau hanya
mengandalkan kekuatan sendiri seperti asisten rumah tangga, pengasuh,
pelayanan restoran, dan buruh lainnya. Tenaga kerja dengan pendidikan yang
rendah namun mereka ingin memiliki tingkat pendapatan yang tinggi, maka
mereka mempunyai kesempatan untuk migrasi tenaga kerja ke luar negeri
sebagai upaya dalam mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang lebih
besar dengan tingkat pekerjaan yang sama di daerah asal. Dengan demikian
semakin rendah pendidikan seseorang maka meningkatkan migrasi tenaga
kerja Indonesia.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang diteliti
oleh Wahyu Indah Puspitasari dan Sri Kusreni (2017) yang menganalisis
tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja ke Luar
Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia” serta penelitian oleh Didit
Purnomo (2009) yang menganalisis tentang “Fenomena Migrasi Tenaga
Kerja dan Perannya Bagi Pembangunan Daerah Asal: Studi Empiris di
Kabupaten Wonogiri”.

74
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan data yang
dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh terhadap data-data Migrasi Tenaga
Kerja Indonesia, Kepadatan Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi,
dan Rata-rata Lama Sekolah di beberapa provinsi di Indonesia (Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera
Utara) periode 2008-2017 adalah sebagai berikut:
1. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Kepadatan Penduduk
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan,
kepadatan penduduk yang sangat padat menurut kriteria kepadatan
penduduk di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
merupakan pusat permukiman, pusat peradapan, dan pusat aktivitas sosial
ekonomi atau pusat pertumbuhan.
2. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Kemiskinan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia di provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Lampung,
dan Sumatera Utara. Artinya, semakin tinggi kemiskinan di enam provinsi
atau wilayah yang diteliti maka akan menurunkan migrasi tenaga kerja
Indonesia. Hal yang paling utama dikarena adanya faktor penghambat
berupa biaya pra-keberangkatan serta pengurusan dokumen yang komplek
dan memakan waktu yang lama.
3. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Upah Minimum Provinsi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Artinya, semakin
meningkat upah minimum provinsi maka akan meningkatkan migrasi
tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan peningkatan upah minimum

75
diikuti oleh peningkatan kebutuhan hidup layak atau biaya hidup.
Sehingga, meningkatnya upah minimum tidak langsung meningkatkan
kesejahteran pekerja. Oleh karena itu, adanya expected income atau
pendapatan yang di harapkan di negara lain sebagai upaya untuk
mendapatkan upah yang lebih besar dibandingkan di daerah asal. Dengan
begitu, walaupun upah minimum provinsi meningkat tetapi migrasi tenaga
kerja indonesia juga meningkat karena adanya perbedaan pendapatan di
daerah asal dan daerah tujuan.
4. Hasil temuan penelitian menyatakan bahwa Rata-rata Lama Sekolah
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja
Indonesia di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, dan Sumatera Utara. Artinya, semakin rendah
rata-rata lama sekolah individu di provinsi atau wilayah maka akan
meningkatkan migrasi tenaga kerja Indonesia. Hal ini dikarenakan
pendidikan yang dimiliki individu untuk bersaing bekerja di daerah asal
rendah, sehingga mencari peluang pekerjaan di negara lain.
5. Hasil temuan penelitian secara simultan menyatakan bahwa Kepadatan
Penduduk, Kemiskinan, Upah Minimum Provinsi, dan Rata-rata Lama
Sekolah berpengaruh signifikan terhadap Migrasi Tenaga Kerja Indonesia
di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sumatera Utara. Sehingga jika terjadi perubahan pada nilai
kepadatan penduduk, kemiskinan, upah minimum provinsi, dan Rata-rata
Lama Sekolah suatu provinsi secara bersamaan maka akan turut serta
mengubah jumlah migrasi Tenaga kerja Indonesia tersebut.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Daerah di Beberapa Provinsi Indonesia yang Diteliti
a. Diharapkan pemerintah dapat meningkatkan pendidikan para Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) sehingga mengurangi para pekerja yang tidak
terlatih dan meningkatkan pekerja pada bidang profesional.

76
b. Diharapkan pada penyaluran TKI swasta atau semacam PJTKI
memberikan kemudahan pada biaya keberangkatan para calon TKI.
Serta ada banyaknya calo agensi yang makin menyulitkan pada biaya,
sehingga biaya yang dikeluarkan lebih besar.
c. Diharapkan peningkatan upah minimum provinsi dapat memenuhi
kebutuhan hidup layak bagi para pekerjanya. Sehingga tidak dibarengi
dengan peningkatan pada biaya hidup.

2. Bagi Peneliti selanjutnya:


a. Bisa memperbarui periode penelitian agar hasil penelitian dapat
menggambarkan kondisi provinsi yang lebih update atau terbaru.
b. Bisa menambah jumlah provinsi yang diteliti agar hasil penelitian dapat
menggambarkan lebih banyak wilayah yang diteliti.
c. Dapat menambah atau meneliti dengan variabel-variabel bebas yang
berbeda dari variabel dalam penelitian ini yang sekiranya dapat
mempengaruhi Migrasi Tenaga Kerja Indonesia ke luar Negeri, agar
didapatkan hasil temuan yang lebih bervariatif.

77
DAFTAR PUSTAKA

Agbola. Frank W dan Acupan. Angelito B. 2010. An Empirical Analysis of


Internasional Labour Migration in The Philippines. Newcastle Business
School & Centre for Institutional and Organisational Studies. Faculty of
Business and Law. The University of Newcastle. Australia. 1 University
Drive. Callaghan. NSW 2308. Australia b Strategy. Policy and
Communication Office. Small Business Guarantee and Finance
Corporation. the Philippines. Publised by Elsevier Ltd.

Badan Pusat Statistik. 2008-2018. Statistik Indonesia: Statistical Yearsbook of


Indonesia. Publikasi Badan Pusat Statistik.

Daryanto. Arief.. & Hafizriadi. Yundy. 2012. Model-model Kuantitatif: untuk


Prencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah. Penerbit IPB Press Kampus
IPB Taman Kencana Bogor.

Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2016. Pusat
Penelitian Dan Perkembangan Informasi BNP2TKI.

Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2017. Pusat
Penelitian Dan Perkembangan Informasi BNP2TKI.

Gujarati. D.. 2003.. Basic Econometrics. 3rd edition. International Edition.


Singapore: McGraw-Hill.

Gujarati. Damodar. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid Ketiga. Jakarta:


Penerbit Erlangga.

Handayani. Rika. 2018. Analisis Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Terhadap


Minat Masyarakat Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Menurut
Perspektif Ekonomi Islam: Studi pada Kecamatan Bayumas Kabupaten
Pringsewu. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Raden Intan
Lampung.

78
Hatton. T.. & Williamson. J. 2002. What Fundamental Drive World Migration?
(Discussion Paper No. 458) Camberra: Centre for Economic Research.
Australian National Univertity.

https://www.gurupendidikan.co.id. Di akses 04 Januari 2019

https://www.padamu.net/pengertian-kepadatan-penduduk. Di akses 17 september


2017

hudaya. Dadan. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di


Indonesia. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institusi Pertanian
Bogor (IPB).

Kadji. Yulianto. Kemiskinan dan Konsep Teoritisnya. Guru Besar Kebijakan


Publik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNG. repository.ung.ac.id

Kependudukan.lipi.go.id

Lestyasari. Devi______. “Hubungan Upah Minimum Provinsi Dengan Jumlah


Tenaga Kerja Formal Di Jawa Timur”. Fakultas Ekonomi Unesa.
Surabaya.

Lucas. R. 1998. On The Mechanic of Economy Development. Journal of Monetary


Economics.

Lystiarini. Nikmah. 2011. Faktor-Faktor Individual yang Mempengaruhi Minat


Migrasi Tenaga Kerja Wanita Kabupaten Pati Jawa Tengah Ke Malaysia.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro. Semarang.

Mantra. Ida Bagoes. 1985. “Pengantar Studi Demografi”. Pustaka Pelajar.


Yogyakarta.

Mardiani. Ita & Purnomo. Nuhroho Hari. 2018. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Kementerian Riset. Teknologi. dan Pendidikan Tinggi.

Martin. D dan Termos. A. 2015. Does a High Minimum Wage Spur Low-skilled
Emigration?. Departmen of Economics. Amarican University of Beirut.

79
Lebanon; Olayan School of Business. Amarican University of Beirut.
Lebanon. Publised by Elsevier Ltd.

Mihi-Ramirez. Antonio.. Rudzionis. Aurimaz.. dan Kumpikaite. Vilmante. 2013.


European Economic Migration Flow. Earning and Unemployment in
decade of 2000. Faculty of Economic and Management Granada
University; Campus Cartuja; Kaunas Universitu of Tecnology. Publised
by Elsevier Ltd.

Munir. Rozy. 2011. “Migrasi”. Sri Moertiningsih Adioetomo & Omas Bulan
Samosir “Dasar-dasar Demografi”. Depok: Penerbit Salemba Empat
dan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Muta’ali. Lutfi. 2015. Teknik Analisi Regional dan Lingkungan. Yogyakarta:


Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) Universits Gajah Mada.

Nabila. Aulia. & Pardede L Elda. 2014. “Pengaruh Kemiskinan Terhadap Migrasi
di Indonesia: Analisis data Sakerti Tahun 2000 dan 2007”. Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.

Nachrowi. Nachrowi Djalal & Usman. Hardius. 2008. Penggunaan Teknik


Ekonometrik. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada.

Najmutsaqib. Indi. 2018. Pengaruh Kepadatan Penduduk. Upah Minimum


Provinsi (UMP). Kesempatan Kerja Terhadap Migrasi Internasional
Tenaga Kerja Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2016. Fakultas
Ekonomi Universitas Tidar.

Noveria. Mita. 2017. Migrasi Berulang Tenaga Kerja Migran Internasional: Kasus
Pekerja Migran Asal Dea Sukorejo Wetan. Kabupaten Tulungagung.
Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 12 No1 1.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 Tentang


Pengupahan. Undang-Undang Dasar.

Pujoalwanto. Basuki. 2014. Perekonomian Indonesia: Tinjauan historis. Teoritis.


dan Empiris. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.

80
Purnomo. Didit. 2009. Fenomena Migrasi Tenaga Kerja dan Perannya Bagi
Pemabangunan Daerah asal: Studi Empiris di Kabupaten Wonogiri.
Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Puspita. Wahyu Indah & Kusreni. Sri. 2017. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Migrasi ke Luar Negeri Berdasarkan Provinsi di Indonesia. Jurnal Ilmu
Ekonomi Terapan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.

Rachmawati. Lucky. & Ghofur A Muhammad. 2015. “Migrasi Tenaga Kerja di


Era Asean Economic Community (AEC). Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Surabaya.

Rahmawati. Tita Merisa. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Minat Tenaga Kerja
untuk Bekerja ke Luar Negeri. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponogoro.

Reni.. Tarmizi. Nurlina.. & Maryadi. 2016. Analisis Keputusan Bermigrasi


Tenaga Kerja Asal Kabupaten Ogan Ilir ke Malaysia. I-Economic Vol. 2
No.2.

Rosadi. Dedi. 2012. Ekonometrika dan Analisi Rintun Waktu Terapan.


Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Rosyidi. Suherman. 2014. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori


Ekonomi Mikro & Makro. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada.

Setiawan & Kusrini. Dwi Indah. 2010. Ekonometrika: Analisis Regresi.


Multikolinearitas. Heteroskedastisitas. Otokorelas. Sistem Peneran
Simultan. dan Model Dinamis. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.

Siregar. Sofyan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Penerbit PT Fajar


Interpratama Mandiri.

Stark. Oded.. Micevska. Maja.. dan. Mycielski. Jerzy. 2009. Relative Poverty as
Determinant of Migration: Evidence from Poland. University of Bonn.
Germany;Universities of Klagenfurta and Vienna. Austria; Warsaw

81
University and Warsaw school of Economics. Poland; University
Klagenfurt. Austria. Publised by Elsevier Ltd.

Sugiono. 2011. “Metode Penelitian Pendidikan”. CV Alfabeta. Bandung.

Sumardi. Mulyanto.. & Hans-Dieter Evers. ed. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan
Pokok. Kelapa Gading Permai Jakarta: Penerbit CV. Rajawali.

Syafitri. Wildan. & Andias. Tri. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Keputusan Migran Bekerja di Dalam Negeri dan Luar
Negeri (Studi Kasus Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tengang


Ketanagakerjaan.

Widodo. Tri.. Susamto. Akhmad. Akbar.. Musthofa. Ma’ruful.. Hindriyani.


Martha.. & Kamil. Amiadji Nur. 2015. Menuju Negara Maju: Apakah
Indonesia Bergerak ke Arah yang Benar?. Yogyakarta: Penerbit Gadjah
Mada University Press.

82
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Uji Data Panel

A. Pooled Least Square atau Common Effect Model

Dependent Variable: LN_MTKI


Method: Panel Least Squares
Date: 08/15/19 Time: 10:46
Sample: 2008 2017
Periods included: 10
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.879965 3.852459 1.266714 0.2106


LN_KPENDUDUK 0.692404 0.127318 5.438377 0.0000
KEMISKINAN -0.033427 0.026415 -1.265464 0.2110
LN_UMP 0.451073 0.200292 2.252071 0.0283
RLS -0.592352 0.145194 -4.079731 0.0001

R-squared 0.741156 Mean dependent var 10.46996


Adjusted R-squared 0.722331 S.D. dependent var 0.868588
S.E. of regression 0.457696 Akaike info criterion 1.354432
Sum squared resid 11.52171 Schwarz criterion 1.528961
Log likelihood -35.63296 Hannan-Quinn criter. 1.422700
F-statistic 39.37088 Durbin-Watson stat 1.092305
Prob(F-statistic) 0.000000

83
B. Fixed Effect Model (FEM)

Dependent Variable: LN_MTKI?


Method: Pooled EGLS (Cross-section weights)
Date: 08/15/19 Time: 11:20
Sample: 2008 2017
Included observations: 10
Cross-sections included: 6
Total pool (balanced) observations: 60
Linear estimation after one-step weighting matrix

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 11.69371 11.13603 1.050079 0.2987


LN_KPENDUDUK? -0.747282 2.165474 -0.345089 0.7315
KEMISKINAN? -0.052286 0.024049 -2.174124 0.0345
LN_UMP? 0.667414 0.306528 2.177333 0.0342
RLS? -0.684368 0.230528 -2.968695 0.0046
Fixed Effects (Cross)
_JABAR--C 1.395291
_JATENG--C 1.012085
_JATIM--C 0.878477
_NTB--C -0.672004
_LAMPUNG--C -1.504712
_SUMUT--C -1.109138

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.869776 Mean dependent var 11.81500


Adjusted R-squared 0.846335 S.D. dependent var 3.689132
S.E. of regression 0.401293 Sum squared resid 8.051812
F-statistic 37.10589 Durbin-Watson stat 1.598873
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.807887 Mean dependent var 10.46996


Sum squared resid 8.551387 Durbin-Watson stat 1.478423

84
C. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: PLS
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 3.807235 (5,50) 0.0053


Cross-section Chi-square 19.356459 5 0.0016

Cross-section fixed effects test equation:


Dependent Variable: LN_MTKI
Method: Panel Least Squares
Date: 08/15/19 Time: 10:47
Sample: 2008 2017
Periods included: 10
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.879965 3.852459 1.266714 0.2106


LN_KPENDUDUK 0.692404 0.127318 5.438377 0.0000
KEMISKINAN -0.033427 0.026415 -1.265464 0.2110
LN_UMP 0.451073 0.200292 2.252071 0.0283
RLS -0.592352 0.145194 -4.079731 0.0001

R-squared 0.741156 Mean dependent var 10.46996


Adjusted R-squared 0.722331 S.D. dependent var 0.868588
S.E. of regression 0.457696 Akaike info criterion 1.354432
Sum squared resid 11.52171 Schwarz criterion 1.528961
Log likelihood -35.63296 Hannan-Quinn criter. 1.422700
F-statistic 39.37088 Durbin-Watson stat 1.092305
Prob(F-statistic) 0.000000

85
D. Random Effect Model (REM)

Dependent Variable: LN_MTKI


Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/15/19 Time: 10:48
Sample: 2008 2017
Periods included: 10
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 60
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.879965 3.438595 1.419174 0.1615


LN_KPENDUDUK 0.692404 0.113641 6.092932 0.0000
KEMISKINAN -0.033427 0.023577 -1.417774 0.1619
LN_UMP 0.451073 0.178775 2.523127 0.0146
RLS -0.592352 0.129596 -4.570761 0.0000

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.000000 0.0000


Idiosyncratic random 0.408526 1.0000

Weighted Statistics

R-squared 0.741156 Mean dependent var 10.46996


Adjusted R-squared 0.722331 S.D. dependent var 0.868588
S.E. of regression 0.457696 Sum squared resid 11.52171
F-statistic 39.37088 Durbin-Watson stat 1.092305
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.741156 Mean dependent var 10.46996


Sum squared resid 11.52171 Durbin-Watson stat 1.092305

86
E. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: PLS
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 18.545234 4 0.0010

** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

LN_KPENDUDUK 0.546573 0.692404 4.277975 0.9438


KEMISKINAN -0.055606 -0.033427 0.000176 0.0944
LN_UMP 0.363808 0.451073 0.072240 0.7454
RLS -0.717361 -0.592352 0.050087 0.5765

Cross-section random effects test equation:


Dependent Variable: LN_MTKI
Method: Panel Least Squares
Date: 08/15/19 Time: 10:48
Sample: 2008 2017
Periods included: 10
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 8.221878 10.42943 0.788334 0.4342


LN_KPENDUDUK 0.546573 2.071446 0.263860 0.7930
KEMISKINAN -0.055606 0.027051 -2.055609 0.0451
LN_UMP 0.363808 0.322801 1.127035 0.2651
RLS -0.717361 0.258615 -2.773855 0.0078

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.812530 Mean dependent var 10.46996


Adjusted R-squared 0.778786 S.D. dependent var 0.868588
S.E. of regression 0.408526 Akaike info criterion 1.198491
Sum squared resid 8.344689 Schwarz criterion 1.547549
Log likelihood -25.95473 Hannan-Quinn criter. 1.335027
F-statistic 24.07889 Durbin-Watson stat 1.532325
Prob(F-statistic) 0.000000

87
Lampiran 2 : Hasil Uji Asumsi Klasik

A. Multikolinearitas

LN_KPENDUDUK KEMISKINAN LN_UMP RLS


LN_KPENDUDUK 1.000000 -0.317496 -0.386813 -0.309825
KEMISKINAN -0.317496 1.000000 -0.276239 -0.651145
LN_UMP -0.386813 -0.276239 1.000000 0.417103
RLS -0.309825 -0.651145 0.417103 1.000000

B. Heteroskedastisitas

Dependent Variable: RESABS


Method: Panel Least Squares
Date: 08/15/19 Time: 11:08
Sample: 2008 2017
Periods included: 10
Cross-sections included: 6
Total panel (balanced) observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.358692 1.847799 0.735303 0.4653


LN_KPENDUDUK 0.054452 0.061067 0.891670 0.3765
KEMISKINAN -0.001083 0.012670 -0.085502 0.9322
LN_UMP -0.084831 0.096068 -0.883031 0.3811
RLS -0.027248 0.069641 -0.391259 0.6971

R-squared 0.105810 Mean dependent var 0.305153


Adjusted R-squared 0.040779 S.D. dependent var 0.224148
S.E. of regression 0.219530 Akaike info criterion -0.115001
Sum squared resid 2.650636 Schwarz criterion 0.059528
Log likelihood 8.450032 Hannan-Quinn criter. -0.046733
F-statistic 1.627054 Durbin-Watson stat 1.675406
Prob(F-statistic) 0.180496

88
Lampiran 3 : Data Penelitian

Provinsi Tahun Migrasi Kepadatan Kemiskinan Upah Rata-rata Ln_MTKI Ln_KPenduduk Ln_UMP
Tenaga Penduduk Minimum Lama
Kerja (Kpenduduk) Provinsi Sekolah
Indonesia (UMP) (RLS)
(MTKI)
JawaBarat 2008 71.330 1.108 10.88 568.193 7.5 11.17507228 7.010311867 13.25021643
JawaBarat 2009 31.170 1.124 10.33 628.191 7.72 10.34721137 7.02464903 13.35059954
JawaBarat 2010 35.985 1.222 9.43 671.500 7.4 10.49085746 7.10824414 13.41726929
JawaBarat 2011 145.811 1.180 9.26 732.000 7.46 11.89006654 7.073269717 13.50353579
JawaBarat 2012 119.641 1.198 9.89 780.000 7.52 11.69225087 7.088408779 13.5670492
JawaBarat 2013 129.910 1.282 9.61 850.000 7.58 11.77459718 7.156176637 13.65299163
JawaBarat 2014 105.479 1.301 9.18 1.000.000 7.71 11.56626716 7.170888479 13.81551056
JawaBarat 2015 63.064 1.320 9.57 1.000.000 7.86 11.05190536 7.185387016 13.81551056
JawaBarat 2016 51.052 1.339 8.77 1.312.355 7.95 10.8406 7.199678346 14.62644077
JawaBarat 2017 50.872 1.358 7.83 1.420.624 8.14 10.83706795 7.213768308 14.16660677
JawaTengah 2008 57.899 995 16.34 547.000 6.8 10.96645539 6.902742737 13.21220408
JawaTengah 2009 37.548 1.002 15.41 575.000 6.86 10.53337539 6.909753282 13.26212532
JawaTengah 2010 44.339 989 14.33 660.000 6.71 10.69961993 6.896694332 13.39999511
JawaTengah 2011 123.239 1.003 14.12 675.000 6.74 11.72188084 6.910750788 13.42246797
JawaTengah 2012 115.472 1.002 14.98 765.000 6.77 11.65678336 6.909753282 13.54763111
JawaTengah 2013 105.979 1.014 14.44 830.000 6.8 11.57099624 6.921658184 13.62918098
JawaTengah 2014 92.592 1.022 13.58 910.000 6.93 11.43595802 6.929516771 13.72119988
JawaTengah 2015 57.078 1.030 13.32 910.000 7.03 10.95217403 6.937314081 13.72119988
JawaTengah 2016 49.515 1.037 13.19 910.000 7.15 10.81003093 6.944087208 13.72119988
JawaTengah 2017 55.088 1.044 12.23 1.367.000 7.27 10.91668719 6.950814768 14.12812912

89
JawaTimur 2008 35.895 794 18.51 500.000 6.95 10.48835329 6.677083461 13.12236338
JawaTimur 2009 37.901 798 16.68 570.000 7.2 10.54273278 6.682108597 13.25339164
JawaTimur 2010 46.260 781 15.26 630.000 7.24 10.74203294 6.66057515 13.3534751
JawaTimur 2011 109.266 786 14.23 705.000 7.34 11.60154056 6.666956792 13.46595308
JawaTimur 2012 100.383 785 13.08 745.000 6.85 11.51674815 6.665683718 13.5211395
JawaTimur 2013 93.847 803 12.73 866.250 6.9 11.44942108 6.688354714 13.67192883
JawaTimur 2014 78.306 808 12.28 1.000.000 7.05 11.26837951 6.694562059 13.81551056
JawaTimur 2015 48.314 813 12.34 1.000.000 7.14 10.78547665 6.70073111 13.81551056
JawaTimur 2016 43.150 817 12.05 1.000.000 7.23 10.6724377 6.705639095 13.81551056
JawaTimur 2017 64.143 822 11.77 1.388.000 7.87 11.06887024 6.711740395 14.14337442
NTB 2008 12.712 221 29.47 730.000 6.7 9.450301708 5.398162702 13.50079981
NTB 2009 31.081 225 28.84 832.500 6.73 10.34435198 5.416100402 13.6321885
NTB 2010 34.029 243 28.16 890.775 5.73 10.43496838 5.493061443 13.69984715
NTB 2011 72.847 245 23.67 950.000 6.07 11.19611663 5.501258211 13.76421726
NTB 2012 46.248 247 18.02 1.000.000 6.33 10.7417735 5.509388337 13.81551056
NTB 2013 63.439 254 17.25 1.100.000 6.54 11.05783409 5.537334267 13.91082074
NTB 2014 61.139 257 17.05 1.210.000 6.67 11.02090524 5.549076085 14.00613092
NTB 2015 51.743 260 16.54 1.330.000 6.71 10.85404444 5.560681631 14.1006895
NTB 2016 40.416 264 16.02 1.482.950 6.79 10.60698103 5.575949103 14.20954391
NTB 2017 34.994 267 15.05 1.631.245 6.9 10.4629319 5.587248658 14.30485408
Lampung 2008 12.053 196 17.85 617.000 7.3 9.397068871 5.278114659 13.3326243
Lampung 2009 3.908 199 16.78 691.000 7.49 8.270781013 5.293304825 13.4458951
Lampung 2010 5.558 220 14.3 767.500 7.75 8.62299361 5.393627546 13.55089376
Lampung 2011 17.104 217 12.27 855.000 7.82 9.747067633 5.379897354 13.65885675
Lampung 2012 16.268 220 15.65 975.000 7.87 9.696955267 5.393627546 13.79019275
Lampung 2013 17.977 229 14.39 1.150.000 7.89 9.796848442 5.433722004 13.9552725
Lampung 2014 18.500 232 14.21 1.399.037 7.48 9.825526011 5.446737372 14.1512947

90
Lampung 2015 16.109 234 13.53 1.581.000 7.56 9.687133401 5.455321115 14.27356812
Lampung 2016 16.051 237 13.86 1.763.000 7.63 9.683526432 5.468060141 14.38252746
Lampung 2017 15.372 239 13.04 1.908.448 7.63 9.640302952 5.476463552 14.46180038
Sumut 2008 9.248 180 12.85 822.205 8.6 9.132162591 5.192956851 13.61974503
Sumut 2009 8.386 182 11.45 905.000 8.65 9.034318928 5.204006687 13.71569022
Sumut 2010 15.878 179 11.34 965.000 8.51 9.672689782 5.187385806 13.77988338
Sumut 2011 12.449 183 10.75 1.035.500 8.61 9.429395577 5.209486153 13.85039496
Sumut 2012 13.728 184 10.41 1.200.000 8.72 9.527192822 5.214935758 13.99783211
Sumut 2013 13.301 186 10.39 1.375.000 8.79 9.495594499 5.225746674 14.13396429
Sumut 2014 14.782 189 9.85 1.505.850 8.93 9.601165503 5.241747015 14.22486808
Sumut 2015 12.054 191 10.79 1.625.000 9.03 9.397151834 5.252273428 14.30101837
Sumut 2016 14.137 193 10.27 1.811.875 9.12 9.556550753 5.262690189 14.40987278
Sumut 2017 17.109 195 9.28 1.961.355 9.25 9.74735992 5.272999559 14.48909462

91

Anda mungkin juga menyukai