Anda di halaman 1dari 103

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR BUAH-BUAHAN

DI INDONESIA PERIODE 2012-2016

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Disusun Oleh
Dhimas Setyanik
NIM : 11140840000002

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Dhimas Setyanik
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Febuari 1996
3. Alamat : Jl. Karya Bakti 3 Kel. Cijantung Kec. Pasar Rebo
Jakarta Timur
4. Telepon : 08567869962/082246831554
5. Email : noniks39@gmail.com

II. Pendidikan Formal


1. TK Islam Mukhlisin tahun 2001-2002
2. SDN 07 pagi Cijantung tahun 2002-2008
3. SMPN 217 Jakarta Timur tahun 2008-2011
4. SMAN Jakarta Timur tahun 2011-2014

III. Pengalaman Organisasi


1. HMJ IESP Jakarta 2014-2015
2. HMJ IESP Jakarta 2015-2016
3. HMJ IESP Jakarta 2016-2017

i
ABSTRACT

This study aims to see growth of volume of import‟s fruits in


Indonesia, and see the the factors that influence the volume of import‟s
fruits in Indonesia. This study uses the secondary data and panel data
analysis of Random Effect Model (REM) approach. The results of this
study show the domestic‟s production and the price of the import‟s fruits
that influence of negative significant for import volume. The price of
import‟s fruits is not positive influential by import volume. Simultaneously,
domestic production, price of domestic‟s fruits, and price of import‟s fruits
contribute the significant toward the import volume.

Keywords: Domestic Production, Price of Domestic, The Price of Import,


Fixed Effect Model

ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan volume impor
buah-buahan di Indonesia, dan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
volume impor buah-buahan di Indonesia. Penelitian ini mengguanakan data
sekunder dan analisis data panel dengan pendekatan Random Effect Model
(REM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi domestik dan
harga buah domestik berpengaruh signifikan negatif terhadap volume
impor. dan harga buah impor tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
volume impor. Secara simultan produksi , harga domestik domestik dan
harga buah impor berkontribusi secara signifikan terhadap volume impor.

Kata Kunci : Produk Domestik (PD), Harga Buah Domestik (HBD), Harga Buah Impor
(HBI), Volume Impor (VI), Fixed Effect Model (FEM)

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT. telah memberikan segala nikmat yang tidak
terhitung, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor Buah-Buahan di
Indonesia Periode 2012-2016” dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa
saya hanturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang membawa
seluruh umatnya dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Segala
proses dari mulai perencanaan latar belakang hingga selesai skripsi ini tentu
banyak pihak yang mendukung. Oleh karena itu izinkan saya untuk
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Orangtua saya Ibunda tersayang Sumarni yang selalu memberikan doa
serta dukungan secara moril dan material sehingga sampai pada tahap
ini. Segala pengorbanan yang tidak pernah henti, dan motivasi untuk
selalu rendah hati.
2. Terima Kasih kepada saudara kandung saya yaitu Lolyta Eka Pratiwi
dan Lilo Pambudi atas segala bantuan moril yang diberikan. Semoga
kalian selalu dalam lindungan Allah SWT.
3. Terima Kasih kepada Paman saya Syamsul Ma‟arif yang telah
memberikan motivasi dan juga dukungan agar segera menyelesaikan
studi. Terima Kasih atas segala fasilitas yang telah diberikan. Semoga
Allah senantiasa mengganti dan melipat gandakan rezeki yang
diberikan.
4. Terima Kasih untuk Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Bapak Dr.
Arief Mufraini, Lc., M.Si yang selama ini telah memberikan banyak
ilmu kepada saya.

iv
5. Terima Kasih kepada Bapak Arief Fitrijanto, M. Si selaku Kepala
Jurusan Program Studi Ekonomi Pembangunan dan Bapak Sofyan
selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan yang selalu
membimbing mahasiswanya.
6. Terima Kasih kepada Ibu Najwa Khairina, S.E., M.A. dan Ibu Rahmah
Farahdita Soeyatno, SP., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Terima
Kasih atas segala ilmu yang diberikan, arahan, kritikan dan saran untuk
menyelesaikan skripsi. Semoga ilmu yang diberikan selalu bermanfaat
dan selalu dalam Lindungan Allah SWT.
7. Terima Kasih teruntuk Muhammad Hasan Hidayat telah hadir dalam
hidup saya dan turut membimbing. Orang yang selalu memotivasi untuk
menjadi lebih baik lagi, dan tak pernah lelah untuk menemani ketika
sedih dan senang. Pembelajaran yang akan selalu diterapkan untuk
kehidupan selanjutnya.
8. Terima Kasih kepada sahabat-sahabat shaliha saya yaitu Terryna Lady
Dessy, Varrah Ainun Istiqomah, Yushi Septiana, Choirunnisa, Dwi
Nurhartinah. Terima kasih selalu menemani dalam keadaan sedih dan
senang, sahabat terbaik sepanjang masa, banyak sekali pembelajaran
bersama kalian. Semoga kalian selalu bahagia dimanapun berada.
9. Terima Kasih kepada teman-teman “KKN KORSA” atas segala
dukungan dan motivasinya. Terutama Nurul, Devi, Laras, Ramadhan,
Kak Nanda, Ocid dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas segala pengalaman yang berharga yang tidak bisa
diulang kembali. Semoga menjadikan kita manusia lebih baik setiap
harinya.
10. Terima Kasih kepada “JEJAK SAHAJA” atas segala canda tawa yang
diberikan serta pengalaman indah selama perjalanan yang telah
ditempuh. Semoga kita semua menjadi orang sukses.

v
11. Terima Kasih kepada PT. Telekomunikasi Indonesia khususnya untuk
Bu Ummul, Bu Iko, Bu Dewi, Mbak Rima, Mbak Widya, Pak Tio, Pak
Heksa, Pak Hendro atas segala keramahan dan ilmunya.
12. Terima Kasih untuk teman jurusan Ekonomi Pembangunan atas ilmu
dan pembelajarannya selama kuliah. Semoga kalian sukses dan selalu
sehat.
13. Terima Kasih kepada teman-teman konsentrasi Otonomi Keuangan
Daerah telah memberikan pembelajaran yang sangat berarti dalam kelas.
Semangat kalian yang tidak selalu membara, sehingga saya selalu
terpacu untuk berkembang.
14. Terima Kasih senior maupun alumni Ekonomi Pembangunan yang
memberikan masukan serta kritikan atas segala masalah yang saya
miliki. Semoga senantiasa kita diberi kemudahan untuk berbuat baik
kepada sesama.
15. Terima Kasih kepada HMJ Ekonomi Pembangunan atas segala wadah
telah memberikan kesempatan saya untuk berkontribusi selama tiga
tahun. Semoga HMJ Ekonomi lebih baik lagi dan berkembang.

Saya menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna karena itu
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan
dimasa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT selalu
melindungi dan memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Semoga Allah
SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan.

Tanggerang Selatan, 10 Agustus 2018


Penulis,

Dhimas Setyanik

vi
DAFTAR ISI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................... i


ABSTRACT ................................................................................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................................ix
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 11
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 12
A. Landasan Teori.................................................................................................................... 12
1. Teori Perdagangan Internasional .................................................................................... 12
2. Hortikultura ..................................................................................................................... 15
3. Ekspor ............................................................................................................................. 19
4. Impor ............................................................................................................................... 20
5. Permintaan ...................................................................................................................... 24
6. Produksi .......................................................................................................................... 26
7. Harga Domestik .............................................................................................................. 27
8. Harga Impor .................................................................................................................... 27
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................................................... 28
C. Hubungan Antar Variabel ................................................................................................... 31
D. Kerangka Berfikir ............................................................................................................... 33
E. Hipotesis ............................................................................................................................. 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................................. 37
A. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................................... 37

vii
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................................................. 37
C. Metode Pengolahan Data .................................................................................................... 39
D. Operasional Variabel Penelitian.......................................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 45
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................................................. 45
B. Interpretasi Hasil ................................................................................................................. 60
1. Analisis Deskriptif Volume Impor Apel, Anggur dan Jeruk di Indonesia ..................... 60
2. Hasil Analisis Model....................................................................................................... 64
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 73
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 75
LAMPIRAN I .............................................................................................................................. 81
LAMPIRAN II ............................................................................................................................. 83

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 PDB ADHB 2014-2016 (Dalam Miliar Rupiah) ............................................... 3


Tabel 1. 2 Produksi Buah-Buahan 2015-2016 .................................................................... 4
Tabel 3. 1 Operasional Variabel........................................................................................ 43
Tabel 4. 1 Sentra Produksi Buah ....................................................................................... 47
Tabel 4. 2 Luas Lahan Tanaman Apel, Anggur dan Jeruk (Dalam Ha)............................ 61
Tabel 4. 3 Produksi Apel, Anggur dan Jeruk di Indonesia (Dalam Kg) ........................... 63
Tabel 4. 4 Random Effect Model ...................................................................................... 67

ix
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 PDB ADHB 2014-2016 (Dalam Miliar Rupiah) .............................................. 2


Grafik 1. 2 Volume Impor Buah-Buahan 2014-2016 ......................................................... 9
Grafik 4. 1 Produksi Domestik Apel, Anggur, Jeruk ........................................................ 54
Grafik 4. 2 Harga Domestik Apel, Anggur, Jeruk ............................................................ 57
Grafik 4. 3 Harga Impor Apel, Anggur, Jeruk .................................................................. 59
Grafik 4. 4 Volume Impor Buah-Buahan Di Indonesia .................................................... 61

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kurva Perdagangan Internasional ................................................................ 14
Gambar 2. 2 Kurva Permintaan ......................................................................................... 24
Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 35
Gambar 4. 1 Uji Chow ...................................................................................................... 64
Gambar 4. 2 Uji Langrange Multiplier ............................................................................. 65
Gambar 4. 3 Uji Hausman................................................................................................. 66

xi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masing-masing negara memiliki sumber daya alam dan kebutuhan yang


berbeda antara satu negara dengan negara lain. Dalam memenuhi kelebihan atau
kekurangan, maka dilakukan kerjasama internasional, tujuan dari kerjasama
internasional adalah untuk memenuhi dan menghidupi negara. Kerjasama
internasional dapat diartikan sebuah cara untuk memenuhi kepentingan masing-
masing pihak. Dalam melakukan kerjasama dibutuhkan wadah yang dapat
memperlancar kegiatan kerjasama tersebut, salah satu bentuk kerjasama
internasional dalam bidang perdagangan adalah perdagangan internasional.

Hampir semua negara pernah melakukan perdagangan internasional, tanpa


terkecuali Indonesia. Cara yang dilakukan yaitu melakukan pertukaran barang
dan jasa melalui kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor terjadi ketika
sebuah negara memiliki sumber daya yang melimpah, sedangkan kegiatan impor
terjadi ketika kebutuhan negara belum tercukupi. Semakin berkembang ekspor
dan impor merupakan bentuk dari meluasnya perdagangan bebas.

Perbedaan nilai ekspor dan impor disebut neraca perdagangan, ketika nilai
ekspor lebih besar dari impor maka neraca perdagangan bernilai positif,
sedangkan ketika nilai impor lebih besar dari nilai ekspor neraca perdagangan
bernilai negatif. Untuk melaksanakan ekspor dan impor pada suatu negara ada
hal yang harus diperhatikan yaitu pertumbuhan ekonomi.

Besarnya pertumbuhan ekonomi dilihat dari PDB, yang dihitung dari seluruh
nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu wilayah dengan waktu
tertentu. Ada beberapa sektor yang disusun dalam menghitung nilai PDB yaitu,
sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengadaan
listrik dan gas, pengadaan air, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan
daur ulang, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda

1
motor, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum,
informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa
perusahaan, administrasi pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa pendidikan,
jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa lainnya. Berikut tampilan data yang
berbentuk grafik PDB ADHB dapat dilihat.

Grafik 1. 1
PDB ADHB 2014-2016 (Dalam Miliar Rupiah)

3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0

2014 2015 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik (2016)

Dalam grafik di atas dapat dilihat bahwa kontribusi terhadap PDB mengalami
peningkatan setiap tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2016 yaitu
sebesar 2.544.576,00 milyar rupiah pada sektor industri pengolahan. Peningkatan
terbesar kedua terjadi pada sektor pertanian 1.668.998,00 milyar rupiah. Hal ini
juga dibenarkan oleh biro humas informasi publik kementerian pertanian, yang
menyatakan bahwa peningkatan pada sektor pertanian disebabkan peran
pemerintah yang berupaya mendorong peningkatan produksi pangan terutama
komoditas yang strategis.

Pada sektor pertanian terdapat beberapa subsektor yang menjadi pendorong


atas peningkatan PDB. Diantaranya adalah tanaman hortikultura, tanaman
pangan, peternakan, kehutanan dan penebangan kayu dan perikanan. Tanaman

2
hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran, bunga-bungaan, obat-obatan.
Adapun karakteristik yang dimiliki hortikultura yaitu cepat busuk (perishable),
memiliki nilai estetika, produksi umumnya musiman, beberapa dintaranya tidak
tersedia sepanjang tahun, memerlukan volume yang besar (ruangan yang besar),
memiliki daerah menanam yang spesifik (Departemen Pertanian, 2010).

Tanaman hortikultura merupakan tanaman khas tropis yang tumbuh dan


cocok dikembangkan di Indonesia. Tanaman hortikultura memiliki nilai kalori
cukup tinggi, sumber vitamin, mineral serat alami dan antioksidan sehingga
dibutuhkan tubuh sebagai sumber pangan. Selain itu, tanaman hortikultura
memiliki nilai ekonomis yaitu nilai jual yang tinggi dibandingkan sektor lainnya.
Manfaat tanaman hortikultura memberikan kesejahteraan pendapatan pada petani
dan kontribusi yang lebih besar terhadap PDB. Nilai PDB pada subsector
pertanian sebagai berikut.

Tabel 1. 1
PDB ADHB 2014-2016 (Dalam Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha Tahun


2014 2015 2016
Tanaman Pangan 343.252,30 397.408,60 424.898,40
Tanaman Hortikultura 160.568,60 174.453,70 186.908,50
Perternakan 167.008,00 184.151,50 200.260,80
Kehutanan dan 746.180 828.596,50 855.450
Penebangan Kayu
Perikanan 245.488 288.916 893.946
Sumber: Badan Pusat Statistik (2016)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu tiga tahun
terakhir pertumbuhan PDB di Indonesia mengalami peningkatan. Seperti
peningkatan yang terjadi pada tanaman hortikultura pada tahun 2015 sebesar
174.453,60 milyar rupiah meningkat menjadi 186.908,50 milyar rupiah. Hal ini

3
menunjukkan subsektor hortikultura memiliki peran yang penting dalam
pembangunan ekonomi nasional sebagai penyedia bahan pangan.

Kenaikan kontribusi hortikultura, tidak terlepas dari peningkatan produksi


terutama buah-buahan di Indonesia. Berbagai macam buah yang cocok tumbuh di
Indonesia dan dibina oleh Direktorat Jenderal Hortikultura antara lain alpukat,
belimbing, duku/langsat, durian, jambu biji, jambu air, jeruk, jeruk besar, manga,
manggis, nagka/cempedak, nanas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo,
markisa, sirsak, sukun, apel, anggur, melon, semangka, blewah, stoberi, dan lain-
lain. Jumlah produksi buah-buahan di Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:

Tabel 1. 2
Produksi Buah-Buahan 2015-2016 (Dalam Ton)

Tahun Pertumbuhan
No Komoditi Absolut
2015 2016
(ton) %
1 Alpukat 382.537 304.932 -77.605 -4
2 Belimbing 98.959 78.761 -20.198 -1
3 Duku/Langsat 274.31 206.018 -68.292 -3.5
4 Durian 995.729 735.419 -260.31 -13.4
5 Jambu Biji 195.743 206.986 11.243 0.5
6 Jambu Air 92.543 88.681 -3.862 -0.1
7 Jeruk 1.744.330 2.014.206 269.876 13.9
8 Jeruk besar 111.746 124.252 12.506 0.6
9 Mangga 2.178.826 1.814.540 -364.286 -18.8
10 Manggis 230.100 162.862 -67.238 -3.4
11 Nangka/Cempedak 69 654.91 -44.58 -2.3
12 Nanas 1.729.600 1.396.141 -333.459 -17.2
13 Pepaya 851.528 904.282 53.024 2.7
14 Pisang 7.299.266 7.007.117 -292.149 -15.1
15 Rambutan 882.694 572.182 -310.512 -16.1
16 Salak 965.198 702.345 -262.853 -13.5
17 Sawo 134.641 132.279 -2.362 -0.1

4
18 Markisa 113.125 101.963 -11.162 -0.5
19 Sirsak 58.987 55.907 -3.080 -0.1
20 Sukun 125.039 108.37 -16.669 0.8
21 Apel 238.433 329.78 91.347 4.7
22 Anggur 11.406 9.506 -1.900 -0.1
23 Melon 137.879 117.337 -20.542 -1.1
24 Semangka 576.167 480.884 -95.283 -4.9
25 Blewah 34.306 19.539 -14.767 -0.7
26 Stoberi 31.798 12.091 -19.707 -1
18.434.559 15.573.797
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2017)
Pada tabel di atas menyatakan bahwa pertumbuhan produksi buah pada tahun
2016 mengalami penurunan. Pada tahun 2015 penurunan produksi sebesar
18.434.559 ton menjadi 15.573.797 ton. Penurunan produksi buah-buahan
terjadi pada hampir seluruh jenis buah, hanya terdapat beberapa buah yang
mengalami pertumbuhan positif yaitu jambu biji, jeruk, jeruk besar, pepaya, dan
apel. Penurunan produksi buah-buahan terjadi karena adanya perubahan iklim
yang terjadi sepanjang tahun 2016 seperti bencana banjir, kekeringan, serangan
hama penyakit serta pada komoditas buah disebabkan karena umur tanaman
sudah tidak produktif lagi (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2017).

Menurut Muhammad (2006) produksi buah-buahan yang berkurang


mengakibatkan harga buah lokal cenderung tinggi. Harga di pasar terbentuk dari
keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Peningkatan maupun
penurunan harga yang tinggi dapat diindikasikan akibat dari perbedaan
ketersediaan produksi, tingkat konsumsi. Harga yang tinggi disebabkan oleh
pasokan produksi yang menurun, sedangkan harga yang rendah dikarenakan
pasokan produksi yang melimpah. Maka tinggi rendah harga dipasar
menunjukkan kondisi penawaran dan permintaan.

Hal ini juga yang terjadi pada masyarakat ketika ingin membeli barang.
Masyarakat akan membeli barang lebih banyak ketika harga rendah, sedangkan
masyarakat akan mengurangi pembelian ketika harga tinggi. Menurut Sukirno

5
(2011) harga merupakan hal yang diperhatikan oleh masyarakat dalam
menentukan jumlah yang akan dibeli dari pendapatan yang diperoleh seperti
yang dijelaskan pada hukum permintaan. Nurcahyani menjelaskan (2014) bahwa
produksi buah lokal yang tidak menentu membuat harga buah lokal mengalami
fluktuatif bahkan harga cenderung tinggi karena suplai buah berkurang.
Sedangkan ketika penurunan produksi pada buah-buah lokal maka, memberikan
peluang terhadap buah impor untuk masuk ke Indonesia. Menurut Arhim (2017)
buah impor yang masuk ke Indonesia akan membuat harga buah impor lebih
rendah dibandingkan buah lokal, karena menyediakan suplai dalam jumlah yang
besar. Oleh karena buah impor yang beredar adalah cara yang digunakan untuk
menurunkan harga buah-buahan (Sayaka, 2013).

Peningkatan buah impor dijelaskan Sudianto (2009) yang disebabkan oleh


peningkatan pendapatan masyarakat yang tidak diimbangi oleh peningkatan
produksi dalam negeri. Disamping itu peningkatan permintaan masyarakat pada
produk yang berkualitas baik dengan harga yang relatif murah memberikan
dampak terhadap produk impor yang masuk ke Indonesia semakin bertambah.
Buah impor yang masuk juga sebagai cara pemenuhan kebutuhan konsumsi
masyarakat akan buah-buahan.

Menurut Kementerian Kesehatan (2014) konsumsi buah-buahan masyarakat


Indonesia dibutuhkan 180,1 gram/hari/kapita. Angka ini merupakan standar yang
telah ditetapkan oleh Food Agricultural Organization (FAO). Angka konsumsi
buah-buahan masyarakat Indonesia tahun 2014 berkisar 109,6 gram/hari/kapita.
Dari angka ini menunjukkan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia
masih rendah dan belum memenuhi standar FAO, sehingga diharapkan untuk
terus ditingkatkan. Sadeli dan Utami (2012) juga menjelaskan bahwa tingkat
konsumsi buah dapat dilihat dari jumlah penduduk yang semakin tinggi yang
menjadikan sasaran utama bagi importir.

Buah impor yang memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kondisi
wilayah. Perbedaan karakteristik buah-buahan ini yang menyebabkan terjadi

6
subtitusi impor, seperti yang terjadi pada tahun 2015 Indonesia mampu
mengekspor jeruk ke beberapa negara tujuan seperti Malaysia, Hongkong,
Pakistan, Arab Saudi, Singapore. Dan negara yang mengimpor jeruk ke
Indonesia yaitu China, Pakistan, Brazil, Australia, USA, dan Afrika Selatan
(Kementerian Pertanian, 2016). Dengan begitu dapat dilihat bahwa Indonesia
melakukan subtitusi impor dengan negara Paskistan berupa komoditas jeruk.
Beberapa jenis buah lain yang paling banyak diimpor adalah apel, anggur dan
jeruk. Mayoritas negara pengimpor jenis ini adalah negara China, Amerika
Serikat, dan Australia.

Buah apel, anggur, jeruk memiliki sentra produksi yang berbeda, sehingga
karakteristik yang dimiliki tidak sama. Sentra komoditas apel yang
dikembangkan di Jawa Timur khususnya di Kota Batu dan Malang. Jenis apel
yang dikembangkan yaitu Apel Manalagi, Apel Rome Beauty, Apel Ana
(Sukardi, 2016). Ketiga jenis apel ini memiliki karakteristik dan demografi yang
berbeda dengan negara China, Amerika Serikat, Australia dan Eropa. Selain buah
lokal, jenis buah apel impor yang dijual dipasar yaitu Apel Fuji Jingle, Apel
Golden, Apel Green Smith, Apel Royal Gala, dan Apel Washington. Jenis apel
impor yang masuk ke Indonesia didominasi oleh negara China, karena Indonesia
dengan China memiliki hubungan kerjasama Association of South East Asian
Nation (ASEAN) China Free Trade Area (ACFTA) adalah kesepakatan yang
dibuat dengan anggota (ASEAN) dengan China untuk meningkatkan
perdagangan bebas dengan mengurangi berbagai hambatan baik tarif maupun
non tarif.
Jeruk merupakan buah yang disukai berbagai lapisan masyarakat dan
umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar. Manfaat buah jeruk penting untuk
kesehatan yaitu memenuhi zat gizi vitamin dan mineral. Buah ini mudah
didapatkan di pasar tradisional maupun di supermarket). Beberapa jenis jeruk
yang dikembangkan di Indonesia adalah Jeruk Siam, Jeruk Manis, Jeruk keprok,
dan Jeruk pamelo. Sedangkan terdapat juga jeruk impor yang beredar dipasaran

7
yaitu Jeruk Ponkam RRC yang berasal dari China, Jeruk Imperial Seed dan Jeruk
Nova Daisy yang berasal dari Australia, Jeruk Valencia dan Jeruk Navel yang
berasal dari Amerika Serikat. Menurut Saphira (2017) buah jeruk impor
didominasi oleh China, negara China merupakan mitra dagang terbesar di
Indonesia. Indonesia dengan China memiliki kesepakatan tertulis dalam ACFTA,
dimana Indonesia memberikan tarif 0 % terhadap buah jeruk China yang masuk
ke Indonesia. Manfaat kesepakatan ACFTA ini yaitu meningkatkan
perekonomian negara masing-masing anggotanya.

Anggur merupakan tanaman asli Eropa dan Asia Tengah yang kini sudah
ditanam di Indonesia (Budiyati, 2012). Anggur memiliki manfaat sebagai
sumber antioksidan yang berguna untuk penangkal efek radikal bebas. Indonesia
juga memproduksi buah anggur, namun hasilnya rendah dan belum mencukupi
kebutuhan nasional, dan belum mampu bersaing dengan buah impor. Padahal
jenis buah ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi menurut Beberapa jenis
buah anggur lokal adalah Anggur Probolinggo super, Probolinggo 81, Kediri
kuning, bali, red price/prabu bestari Sentra-sentra produksi unggulan terdapat ada
Kota Probolinggo, Kab. Probolinggo, Kota Kediri, Kab. Buleleng, Kab. Sleman,
Kab. Klaten, Kota Palu, Kota Pare-Pare, Situbondo. Sedangkan jenis anggur
impor yang beredar di Indonesia diantaranya Anggur Red Globe, Anggur Autum
Royal, dan Anggur Calmeria. Ketiga jenis buah tersebut berasal dari Amerika
Serikat.

Produksi buah lokal yang tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat,


serta masyarakat semakin sadar terhadap manfaat buah untuk kesehatan yang
menyebabkan buah impor semakin banyak beredar di pasar (Ria, 2014). Hal ini
juga diutarakan oleh Arhim (2017) yang mengatakan bahwa meningkatnya buah
impor yang memenuhi sentra pasar di Indonesia disebabkan oleh terpenuhinya
kebutuhan buah lokal yang tidak sebanding dengan jumlah permintaan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan impor hortikultura masih dilakukan
menurut Nuhung (2013) karena produksi hortikultura dalam negeri belum

8
mencukupi permintaan, minat masyarakat pada buah impor lebih tinggi
dibandingkan buah lokal. Terdapat beberapa jenis hortikultura yang tidak bisa
tumbuh di Indonesiaa. Perhatian yang rendah oleh pemerintah tentang produk
hortikultura terutama pada alokasi anggaran untuk pembinaan dan
pengembangan, baik dalam bentuk Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), kredit perbankan
dan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal
Asing (PMA), pengeloaan pembangunan hortikultura masih kurang baik dari segi
kelembagaan, perencanaan, meskipun sudah ada undang-undang yang
mengaturnya.
Grafik 1. 2
Volume Impor Buah-Buahan 2014-2016 (Dalam Kg)

160,000,000.00

140,000,000.00

120,000,000.00

100,000,000.00

80,000,000.00

60,000,000.00

40,000,000.00

20,000,000.00

-
2014 2015 2016

Apel Jeruk Anggur

Sumber : Kementerian Pertanian (2016)

Diagram di atas menunjukkan volume impor buah-buahan di Indonesia.


Terlihat pada grafik apel pada tahun 2015 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya karena Kementerian Perdagangan memperketat pengawasan terhadap
apel impor yang masuk ke Indonesia terutama pada jenis Apel Granny Smith dan
Apel Gala produksi Bidart Bros atau yang dijual dengan merek Granny Best dan
Big B. Hal ini diduga apel terkontaminasi Bakteri Listeria Monocytogenes.

9
Sedangkan pada komoditas jeruk dan anggur tahun 2016 mengalami peningkatan
impor. Menurut penelitian Septian Nur Yekti (2017) disebabkan oleh World
Trade Organization (WTO) yang mengabulkan gugatan yang diajukan Amerika
Serikat dan Selandia Baru atas menghapuskan hambatan tarif maupun non-tarif
yang dibuat Indonesia karena dinilai tidak sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan seluruh anggota WTO. Hambatan tarif yaitu pajak yang dikenakan atas
barang-barang yang masuk ke wilayah lain, penghapusan tarif memberikan
dampak pada harga barang impor yang rendah dibandingkan harga barang lokal.
Sedangkan penerapan non tarif yaitu berupa kuota impor yang memberikan
batasan langsung terhadap jumlah barang yang diimpor. WTO mengabulkan
gugatan yang diajukan oleh Amerika Serikat dan Selandia Baru adalah
meningkatkan impor pada berbagai jenis komoditas khususnya hortikultura
(Ginting, 2014).

Pada Ria (2014) menjelaskan bahwa buah merupakan kebutuhan bagi


masyarakat karena memiliki kandungan gizi dan vitamin. Ketersediaan buah lokal
yang tidak menentu, permintaan yang tinggi menyebabkan Indonesia harus
mengimpor beberapa jenis buah untuk memenuhi kebutuhan. Menurut Saphira
(2017) volume impor yang bertambah merupakan indikasi bahwa kualitas produk
buah-buahan belum mampu bersaing dengan buah impor. Beberapa jenis buah
yang cukup besar nilai impornya dijelaskan oleh Winardi (2013) berupa jeruk,
apel, dan anggur. Buah-buahan tersebut juga termaksud buah impor utama untuk
dikonsumsi di Indonesia pada Vera Sylvia Seragi Sitio (2015). Dalam
Nurcahyani (2014) juga menegaskan bahwa peredaran buah impor sudah
menguasai pasar lebih dari 80% dipasar tradisional maupun modern.

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan yaitu kebutuhan buah-


buahan bagi masyarakat, ketersediaan yang tidak menentu, kualitas belum mampu
bersaing, dan meningkatnya peredaran buah impor di pasaran, maka judul yang
diambil ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR
BUAH-BUAHAN DI INDONESIA PERIODE 2012-2016”

10
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penelitian mengangkat suatu permasalahan
yang ingin dijawab melalui penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan volumr impor pada komoditas apel, anggur dan
jeruk di Indonesia?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi volume impor apel, anggur, jeruk di
Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang akan
akan dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mempelajari perkembangan volume impor pada komoditas apel, anggur dan
jeruk di Indonesia
2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor buah-buahan di
Indonesia

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait


dengan permasalahan yang diungkapkan, sehingga dapat digunakan sebagai salah
satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat memberikan wawasan serta pengetahuan tentang


perkembangan volume impor buahan-buahan, sehingga dapat mengurangi
volume impor di Indonesia
2. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi volume impor di Indonesia
3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh Direktorat Jenderal
Hortikultura untuk mengurangi volume impor.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan akibat dari reaksi permintaan dan
penawaran suatu barang dan jasa. Reaksi ini menunjukkan sektor manakah
yang lebih dominan dalam memenuhi kebutuhan negara. Menurut Setiawan
(2011) perdagangan internasional adalah kegiatan yang dilakukan oleh satu
penduduk negara dengan negara lain sebagai bentuk kesepakatan bersama.
Dalam Sobri (2001) menjelaskan perdagangan internasional adalah rangkaian
transaksi beberapa subyek dalam bidang ekonomi antarnegara. Subyek yang
dimaksud terdiri dari warga negara, perusahaan ekpor dan impor, perusahaan
industri, perusahaan negara maupun pemerintahan yang bisa dilihat dari
transaksi negara perdagangan.
Dalam melaksanakan perdagangan internasional akan terjadi apabila
terdapat pihak yang memperoleh keuntungan dan tidak terdapat pihak yang
dirugikan. Manfaat yang diperoleh dari perdagangan internasional disebut
manfaat perdagangan atau gains from trade. Secara sederhana perdagangan
internasional adalah pertukaran barang dan jasa antar negara. Tujuan dari
perdagangan internasional adalah untuk mencari keuntungan, dan dapat
terlaksana apabila terdapat permintaan serta penawaran pada pasar
internasional.
Alasan utama perdagangan internasional, yaitu pertama perbedaan
produk antara negara satu dengan negara yang lain. Kedua, untuk mencapai
skala dalam produksi. Menurut Sukirno (2011) alasan lain menjadi penyebab
terjadi perdagangan internasional sebagai berikut:
a) Perbedaan kekayaan yang dimiliki untuk menghasilkan barang yang
dapat diproduksi. Dengan perdagangan internasional maka akan
mempermudah produksi dalam negeri.

12
b) Dengan adanya spesialisasi maka memudahkan negara untuk
mengefisiensikan produksi dengan menggunakan faktor-faktor
produksi dalam negeri atau mengimpor barang tersebut. Tujuannya
untuk meminimalkan biaya produksi dan penggunaan sumber daya
yang terbatas.
c) Memperluas pasar dalam negeri. Saat melakukan perdagangan
internasional, berarti negara tersebut sedang memperluas pangsa
pasar. Hal ini terjadi karena harus dapat memenuhi kebutuhan
dalam dan luar negeri.
d) Untuk meningkatkan teknologi yang modern. Ketika suatu negara
melakukan perdagangan luar negeri, maka memberikan peluang
kepada negara tersebut untuk mempelajari teknik produksi yang
lebih efisien.
Dalam perdagangan internasional terdapat dua kegiatan yang dilakukan
yaitu ekspor dengan impor. Ekspor adalah kegiatan menjual barang atau jasa
ke negara lain, sedangkan impor kegiatan membeli barang atau jasa dari
negara lain. Kedua kegiatan ini saling menguntungkan karena dapat sama
membantu kebutuhan negara.

13
Gambar 2. 1
Kurva Perdagangan Internasional

Sumber : Salvatore (2014)

Gambar 2.1 menunjukkan terjadinya perdagangan internasional, terdapat


negara A dan negara B. Pada gambar tersebut negara A sebagai pengekspor
dan negara B sebagai pengimpor. Perdagangan internasional dapat terjadi
akibat negara A kelebihan penawaran dan negara B kelebihan permintaan.
Harga yang terjadi pada negara A pada suatu komoditas sebesar Pa, dan
negara B harga sebesar Pb, cateris paribus. Harga pada negara A akan lebih
kecil yaitu P* sehingga negara A akan mengalami kelebihan penawaran
Excess Supply (ES) di pasar internasiomal.
Negara B, harga lebih tinggi pada pasar internasional. Sehingga terjadi
kelebihan permintaan Excess Demand (ED). Kelebihan penawaran negara A
menjadi panawaran kurva ES pada pasar internasional. Sedangkan kelebihan
permintaan negara B pada pasar internasional terjadi pada kurva ED.
Kelebihan penawaran dan permintaan akan terjadi keseimbangan harga
sebesar P*. Hal tersebut menyebabkan negara A mengekspor barang dan
negara B mengimpor barang tertentu dengan harga sebesar P*. Dapat
disimpulkan bahwa perdagangan internasional terjadi karena perbedaan harga
domestik antara (Pa dan Pb), dan harga internasional (P*), permintaan (ED)

14
dan penawaran (ES) pada komoditas tertentu. Selain itu perbedaan mata uang
exchange rate suatu negara secara tidak langsung akan menyebabkan ekspor
dan impor pada pasar internasional.

Perdagangan internasional merupakan faktor yang dapat merangsang


sektor lain untuk dapat tumbuh. Karena dapat meningkatkan konsumsi dan
output negara. Terdapat faktor-faktor pendorong perdagangan internasional,
menurut Apridar (2009) faktor pendorong, sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri


2. Untuk menambah keuntungan serta pendapatan negara
3. Terdapat kemampuan yang berbeda pada bidang teknologi dan ilmu
pengetahuan
4. Melimpahnya sumber daya dalam negeri, sehingga timbulnya
permintaan
5. Adanya perbedaan sumber daya alam, iklim tenaga kerja, budaya dan
jumlah penduduk yang menyebabkan perbedaan hasil produksi
6. Memiliki kesamaan selera terhadap suatu barang
7. Adanya dukungan dari negara lain untuk membuka kerjasama
8. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak ada satu negara dapat hidup
sendiri
2. Hortikultura
a. Pengertian Hortikultura
Hortikultura berasal dari bahasa latin, yaitu hortus (kebun) dan colere
(menumbuhkan). Secara harfiah hortikultura berarti ilmu yang
mempelajari budidaya tanaman kebun. Menurut Zulkarnain (2009) para
pakar mendefinisikan hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari
budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan dan tanaman
hias. Tanaman hortikultura dibudidayakan sesuai dengan kondisi sekitar.
Pada tanaman hortikultura pertumbuhan sangat bergantung pada
lingkungan dimana tanaman tersebut berasal. Apabila tanaman

15
hortikultura ditanam pada lingkungan bukan pada asalnya, besar
kemungkinan tidak dapat tumbuh karena tidak memenuhi syarat
tumbuhnya.
Prospek yang dihasilkan dari tanaman hortikultura menurut Direktorat
Jenderal Hortikultura (2013) memberikan kontribusi yang positif terhadap
indikator ekonomi makro. Rata-rata pertumbuhan permintaan pasar
terhadap produk hortikultura mencapai 11 persen, sedangkan pada sektor
perkebunan dan tanaman pangan masih berkisar 7-8 persen. Kondisi ini
menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya
hortikultura yang tidak hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga pada
aspek kesehatan, estetika dan lingkungan. Kini hortikultura telah menjadi
sumber pendapatan bagi petani baik skala kecil, menengah dan besar
bahkan daerah-daerah yang telah dikenal sebagai icon hortikultura.
Tanaman hortikultura merupakan jenis tanaman sebagai penunjang
pemenuhan gizi masyarakat seperti vitamin, protein dan karbohidrat, serta
sebagai penunjang kegiatan agrowisata dan agroindustri. Hal ini
menunjukkan bahwa hortikultura memiliki aspek yang luas untuk
dikembangkan.
Berdasarkan kegunaannya, pengelompokkan tanaman hortikultura
terbagi menjadi beberapa jenis tanaman yaitu :
1. Tanaman Buah-Buahan
2. Tanaman Sayuran
3. Tanaman Bunga-bungaan
4. Tanaman Obat-obatan
Menurut Zulkarnain (2009) ciri-ciri tanaman hortikultura yang
dihasilkan sebagai berikut:
1. Mudah atau Cepat Busuk (perishable)
Karakteristik dari tanaman hortikultura dikenal mudah rusak,
sehingga perlu perlakuan khusus dan penanganan khusus pasca
panen agar dapat lebih tahan lama.

16
2. Terdapat Kandungan Air (water content)
Tanaman hortikultura dipanen dalam keadaan segar, sehingga
terdapat kandungan air yang cukup.
3. Bersifat Musiman atau Meruah (voluminous atau bulky)
Terdapat beberapa jenis tanaman hortikultura yang bersifat
musiman, hal ini memberikan dampak pada tidak tersedia setiap
saat. Saat masa panen tiba yang bersamaan membuat harga yang
diberikan umumnya lebih murah dibandingkan saat diluar musim.
4. Harga Ditentukan Kualitas Bukan Kuantitas
Penting memperhatikan kualitas dari produk hortikultura yang
dihasilkan. Apabila produk memiliki kualitas yang baik maka
akan bernilai jual tinggi, untuk mempertahankan agar memiliki
nilai lebih diperlukan bibit yang unggul serta penanganan yang
baik saat pra panen dan pasca panen.
5. Sumber Vitamin dan Karbohidrat
Berbeda dengan kebutuhan pokok, pada produk hortikultura
memiliki kandungan vitamin dan mineral, yang apabila tidak
dipenuhi maka akan berakibat pada kesehatan.
b. Buah Apel (Malus Sylvestris Mill)
Apel adalah tanaman berasal dari Asia Barat tumbuh pada iklim sub-
tropis, yang selanjutnya diadaptasi di Indonesia dengan iklim tropis.
Tanaman ini cocok di dataran tinggi, salah satu daerah budidaya apel
berada di Malang, Kota Batu dan Pasuruan. Karakteristik apel bentuk
bulat, terdapat cekungan di tengah pucuk, kulit yang tipis dan memiliki
daging buah berwarna putih, renyah dan kandungan air banyak serta rasa
manis (Suwarto, 2010). Menurut Direktorat Budidaya dan Pasca panen
Buah (2016) manfaat dari apel dapat mengurangi resiko kanker, usus
besar, kanker prostat dan kanker paru-paru. Kandungan pada serabut apel

17
membantu mengontrol pergerakan usus maka mengurangi resiko kanker
usus besar. Serat apel berguna untuk mengurangi resiko penyakit jantung
serta mengontrol berat badan tingkat kolesterol. Karena apel tidak
mengandung kolesterol dan mempunyai serat untuk mengurangi
kolesterol.
c. Buah Anggur (Vitis Vinivera L.)

Anggur merupakan buah yang disukai masyarakat karena memiliki


rasa yang manis, buah ini memiliki nilai jual yang tinggi. Karakteristik
bentuk buah bulat dan lonjong serta memiliki kulit yang tipis dan halus
sehingga bisa langsung dikonsumsi bersamaan. Daun anggur secara
umum berbentuk bulat dengan ujung lancip dan pinggir bergerigi. Warna
buah anggur terdapat merah, biru, ungu hingga hitam (Liang and
Drohojowski, 2008). Menurut Direktorat Jenderal Pascapanen Buah
manfaat anggur mengandung berbagai jenis senyawa seperti metabolit
sekunder, golongan flavoroid, antosianin, dan resveratrol. Senyawa
tersebut dapat meningkatkan kerja sel endothelial yang memperlancar
aliran darah yang terkait dengan aktivitas terhadap sel-sel otot halus.
Yang dapat mengurangi resiko penyakit jantung. Anggur juga berfungsi
untuk meningkatkan produksi lemak High Density Lipoprotein (HDL)
baik serta menurunkan trigliserida yang beredar dalam darah.

d. Buah Jeruk (citrureticulata Blanco)


Tanaman jeruk merupakan tanaman yang berasal dari Asia, dimana
tergolong pada tanaman buah tahunan. Negara yang pertama menanam
jeruk adalah China dan sudah mulai dikembangkan di Indonesia ratusan
tahun lalu. Berbagai macam jenis jeruk dapat tumbuh di daerah tropis.
Jeruk memiliki bentuk bulat yang terdiri dari kulit dan daging buah,
dengan ukuran kecil maupun besar, memiliki warna kuning sampai hijau
dan memiliki rasa asam hingga manis. Jeruk memiliki nilai gizi tinggi,

18
yang mengandung vitamin C mencegah sariawan dan menambah nafsu
makan.
Produksi jeruk di Indonesia cukup banyak, sentra-sentra penghasil
jeruk yang tersebar mulai dari dataran rendah hingga tinggi menunjukkan
bahwa buah ini cocok tumbuh di daerah tropis. Bahkan ada beberapa jenis
jeruk yang menjadi unggulan daerah maupun nasional, salah satunya jenis
jeruk siam yang terdapat di Sumatera Utara. (Martasari, 2008).
3. Ekspor
a. Teori Ekspor
Ekspor adalah beberapa macam jenis barang dan jasa yang diproduksi
suatu negara lalu dijual diluar negeri (Mankiw, 2006). Menurut Sukirno
(2010) ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang ke luar negeri
dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat
penjualan lainnya yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu pihak
eksportir dan importir. Jadi dapat disimpulkan ekspor adalah beberapa
jenis barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri dan menjual keluar
negeri menggunakan sistem pembayaran, kualitas kuantitas dengan syarat
disetujui oleh kedua belah pihak.
Ketika suatu negara melakukan ekspor barang ke negara lain
menunjukkan bahwa negara tersebut tidak mampu memproduksi atau
produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Yang
terpenting adalah ketika melakukan ekspor barang produksi dapat
bersaing dalam pasar luar negeri. Barang yang di ekspor harus memiliki
keunggulan dan harga yang terbaik, semakin istimewanya jenis barang
yang dihasilkan suatu negara maka semakin banyak ekspor yag akan
dilakukan (Sukirno, 2008). Manfaat yang didapatkan dari ekspor yaitu
akan meningkatkan cadangan devisa dan akan menaikan output dalam
negeri. Cadangan devisa dapat digunakan untuk keperluan pembiayaan
impor, baik barang produktif maupun konsumsi. Apabila negara

19
meningkatkan ekspor maka akan menambah cadangan devisa, sehingga
akan meningkatkan impor juga.
4. Impor
a. Teori Impor
Dalam melakukan perdagangan internasional tidak terlepas dari
kegiatan ekspor dan impor. Ekspor adalah menjual barang dan jasa dari
satu negara ke negara lain. Sedangkan pengertian impor menurut Djauhari
Ahsjar (2009) impor adalah kegiatan memasukkan barang dari luar negeri
kedalam wilayah pabean Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Susilo (2008) mengatakan secara harfiah, impor adalah memasukkan
barang daru suatu negara (luar negeri) ke dalam wilayah pabeaan negara
lain. Hal ini akan melibatkan dua negara yang dapat diwakilkan oleh dua
perusahaan yang berbeda, sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku. Hamdani (2003) juga menjelaskan pengertian impor membeli
barang dari luar negeri ke dalam negeri dan barang yang dibeli harus
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Bea Cukai Departemen Keuangan.
Dari pengertian impor diatas, maka disimpulkan bahwa impor adalah
kegiatan membeli barang atau memasukkan barang dari luar negeri
kedalam negeri, yang melibatkan dua negara dimana barang yang dibeli
harus dilaporkan kepada bea cukai.
Impor yang dilakukan sebuah negara bergantung dengan ketersediaan
barang yang diproduksi. Apabila sebuah negara belum mampu produksi
barang didalam negeri, maka kegiatan impor terus berlangsung. Untuk
mengurangi impor yang terjadi, maka sebuah negara harus mulai
memproduksi barang yang diimpor, supaya tidak ketergantungan dengan
negara lain.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor
Untuk melakukan perdagangan bebas,
1. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri
dan luar negeri

20
2. Harga barang-barang di dalam negeri
3. Besarnya nilai tukar yang menentukan jumlah mata uang domestik
yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing
4. Ongkos angkut barang antar negara
5. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional

c. Manfaat Impor
Impor yaitu memasukkan barang dari luar negeri ke dalam negeri.
Apapun jenis kegiatan baik ekspor dan impor juga memiliki manfaat,
manfaat yang diberikan dengan adanya kegiatan impor yaitu:
1. Memperoleh Barang yang Tidak Bisa Dihasilkan Sendiri
Mengetahui setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda
serta kemampuan untuk mengolah sumber daya alam yang berbeda
juga. Hal ini disebabkan kondisi letak geografis, topografi dan
kuantitas sumber daya yang tidak sama dengan wilayah lain. Dengan
dilakukannya perdagangan antarnegara maka memperoleh barang yang
tdiak bisa dihasilkan dalam negeri.
2. Memperoleh Teknologi Modern
Dengan adanya perdagangan antarnegara, maka manfaat yang
didapatkan adalah transformasi dari teknologi. Jika sumber daya
teknologi di negara kita masih rendah, maka perdagangan antarnegara
menjadi salah satu cara untuk mempelajari teknologi dari negara lain.
Hal ini disebabkan oleh pertukaran informasi antar berbagai pihak.
3. Memperoleh Bahan Baku
Untuk memproduksi sebuah barang, diperlukan bahan baku sebagai
penunjang dalam proses produksi. Setiap negara memiliki keterbatasan
bahan baku yang dihasilkan. Oleh sebab itu, dibutuhkan impor bahan
baku yang tidak dapat diproduksi negara sendiri. Bahan baku ini

21
merupakan sumber kelangsungan bagi sebuah produksi barang dan
jasa.
d. Kebijakan Bidang Impor

Pemerintah membuat berbagai kebijakan perdagangan internasional


tujuannya untuk menjaga produsen maupun konsumen dalam negeri.
Hady (2009) menjelaskan kebijakan perdagangan internasional di bidang
impor dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut:

A. Kebijakan Tariff Barrier


Kebijakan Tarrif Barrier atau TB yaitu pajak yang dibebankan
pada barang yang masuk pada negara lain dalam bentuk bea
masuk sebagai berikut:
1. Bea Masuk Tarif Rendah
Yaitu pembebasan bea masuk antara 0-5 % karena berbentuk
bahan kebutuhan pokok dan vital seperti beras, mesin-mesin
vital, alat militer pertahanan dan keamanan.
2. Bea Masuk Tarif Sedang
Yaitu pembebasan bea masuk antara >5-20 % karena berbentuk
barang setengah jadi dan barang lainnya yang belum mampu
diproduksi dalam negeri.
3. Bea Masuk Tarif Tinggi
Yaitu pembebasan bea masuk diatas 20% karena termasuk
barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah
cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan
pokok.
B. Kebijakan Non Tariff Barrier
1. Instrumen Kebijakan Non Tarrif
Kebijakan Non Tarif Barrier (NTB) yaitu kebijakan
perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi,

22
sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.
Menurut Rugman, Hodgetts (1995) non tarif barrier dapat
dikelompokka, sebagai berikut:
a) Pembatasan Spesifik
1. Larangan impor secara mutlak.
2. Pembatasan impor atau sistem kuota
3. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
4. Peraturan kesehatan/karantina.
5. Peraturan pertahanan dan keamanan negara.
6. Peraturan kebudayaan.
7. Perizinan impor (Import lincences.)
8. Embargo.
9. Hambatan pemasaran/marketing seperti:
a. VER (Voluntary Export Restraint), yaitu pembatasan
impor secara sukarela oleh negara eksportir
b. OMA (Orderly Marketing Agreement), yaitu pembatasan
pemasaran produk tertentu atas permintaan negara
importir.
2. Sistem kuota dan Efek-Efek Kuota
Kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang
dilakukan atas pemasukan barang impor dan pengeluaran barang
(kuota ekspor) dari suatu negara ke negara lain untuk melindungi
konsumen. Menurut ketentuan General Tarrifs and Trade
(GATT)/WTO, sistem kuota hanya dapat digunaka dalam hal
sebagai berikut:
a. Untuk melindungi bidang pertanian.
b. Untuk menjaga keseimbangan balance of payment.
c. Untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional.

23
5. Permintaan
a. Teori Permintaan
Menurut Rahardja (2010) permintaan adalah keinginan seseorang
untuk memenuhi kebutuhannya dalam tingkat harga dan periode waktu
tertentu. Pengertian lain dari Nasution (2006) permintaan adalah ketika
bersedia untuk membeli suatu barang dan jasa pada berbagai tingkat
harga dan periode waktu tertentu. Jadi disimpulkan permintaan adalah
keinginan seseorang ketika bersedia membeli suatu barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhannya pada tingkat harga dan periode tertentu.
Perilaku ini berkaitan erat dengan oleh permintaan dan harga yang dapat
digambarkan pada kurva permintaan sebagai berikut.

Gambar 2. 2
Kurva Permintaan

Sumber: Sadono Sukirno (2010)


Pada kurva permintaan di atas, harga (P) diukur pada sumbu vertikal,
sedangkan kuantitas yang diminta (Qd) diukur pada sumbu horizontal.
Pada kurva tersebut menunjukkan menurun kebawah yang sesuai dengan
Hukum Permintaan The Law of Demand. Yaitu ketika semakin rendah
harga suatu barang maka akan semakin tinggi tingkat permintaan barang
tersebut. Disisi lain ketika harga barang tersebut semakin tinggi, maka

24
tingkat permintaan barang dan jasa tersebut semakin rendah. Ini dapat
dijelaskan pada kehidupan sehari-hari yaitu ketika harga suatu barang
murah, maka permintaan akan barang tersebut akan meningkat. Dan
ketika harga barang semakin mahal, maka konsumen akan mengurangi
pembelian barang tersebut, dan akan mencari alternatif yang lain agar
dapat tetap mengonsumsi barang.
Impor pada dasarnya adalah permintaan, yaitu permintaan terhadap
barang modal luar negeri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan antara lain (Sukirno, 2010).
a. Harga Barang Itu Sendiri
Yaitu dapat dilihat dari harga barang itu sendiri, ketika harga
barang naik, maka jumlah barang yang diminta berkurang.
b. Harga Barang Lain
Berhubungan dengan jenis barang seperti barang subtitusi
(pengganti) dan barang komplementer (pelengkap). Ketika harga
subtitusi naik, maka permintaan akan barang pengganti akan
bertambah. Seperti ketika harga beras menurun, maka permintaan
akan gandum menurun. Sedangkan pada barang komplementer
atau barang pengganti antara teh dan gula, ketika harga gula
semakin meningkat, maka permintaan teh juga meningkat.
c. Pendapatan
Pendapatan dapat dikatakan kemampuan seseorang untuk membeli
suatu barang dan jasa. Ketika pendapatannya meningkat, maka
permintaan terhadap suatu barang juga akan meningkat.
d. Jumlah Populasi/Penduduk
Jumlah penduduk dapat menggambarkan jumlah permintaan akan
barang dan jasa. Ketika jumlah penduduk yang terus meningkat,
maka permintaan terhadap suatu barang juga akan meningkat

25
e. Estimasi Perkiraan
Estimasi perkiraan adalah keadaan yang dimasa akan datang,
dapat dilihat pada masa sekarang. Apabila perkiraan pada waktu
yang akan datang harga satu komoditas akan meningkat, maka
permintaan akan barang itu juga akan meningkat.
f. Selera
Selera berkaitan erat dengan preferensi konsumen untuk membeli
suatu barang dan jasa. Ketika Selera konsumen naik, maka
permintaan akan barang dan jasa juga meningkat

6. Produksi

Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan


menambah guna atas suatu benda, atau kegiatan yang dilakukan untuk orang
lain melalui pertukaran (Partadireja, 1985). Produksi menurut Sumarni (2010)
adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan dari barang atau
jasa, dimana kegiatan tersebut memerlukan faktor-faktor produksi. Produksi
dalam arti luas adalah pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi.
Produksi adalah kegiatan menghasilkan output.

Rahim (2007) menjelaskan bahwa pada proses produksi lebih dikenal


budidaya tanaman atau komoditas pertanian yang merupakan kegiatan
bercocok tanam atau budidaya untuk menghasikan bahan segar (raw
material). Bahan segar tersebut dijual untuk dilakukan proses selanjutnya
guna menghasil barang setengah jadi work in process atau barang jadi finished
product di industri-industri pertanian atau dapat dikenal dengan sebutan
agroindustri (agrifood industry). Sebuah proses produksi dalam negara
disebut juga produksi domestic.

Produksi domestik memiliki hubungan yang negatif terhadap volume


impor. Karena ketika produksi domestik meningkat namun kebutuhan dalam

26
negeri belum tercukupi maka volume impor akan meningkat. Sebaliknya, jika
produksi domestik meningkat dan sudah mampu memenuhi kebutuhan, maka
volume impor akan menurun.

7. Harga Domestik

Harga merupakan instrumen yang penting dalam transaksi jual beli atau
perdagangan. Harga menunjukkan tinggi dan rendah permintaan akan suatu
barang. Mekanisme harga dibentuk melalui proses permintaan dari segi
konsumen dan penawaran dari segi produsen yang bertemu di pasar. Apabila
permintaan tinggi melebihi penawarannya maka harga yang tercipta akan
tinggi, sebaliknya jika penawaran yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan
penawarannya maka harga cenderung turun. Tinggi rendah suatu harga dapat
mencerminkan ketersedian atau kelangkaan yang terjadi dari barang tersebut.

8. Harga Impor
Impor pada dasarnya adalah permintaan negara lain agar mampu
memenuhi kebutuhan negaranya terhadap negara lain. Impor ditentukan
besarnya permintaan yang diperlukan, dan dihargai dengan nilai atau harga.
Harga impor adalah komponen dalam perdagangan internasional yang dapat
mempengaruhi volume impor suatu negara. Harga impor merupakan nilai
yang ditetapkan pasar internasional yang telah diterima oleh negara importir.
Perubahan harga yang terjadi berdampak pada jumlah permintaan produk
impor pada negara. Karena keterikatan produk yang diminta dengan impor
suatu negara. Hubungan antara harga impor terhadap volume impor dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Harga Impor = Nilai Impor (US$)
Volume Impor (Ton)
Sukirno (2004) menjelaskan bahwa harga barang di pasar internasional
lebih murah dan memiliki kualitas lebih baik daripada barang dalam negeri
maka negara akan mengimpor barang tersebut. Harga impor berpengaruh
negatif terhadap volume impor yang artinya ketika harga impor mahal, maka

27
volume impor akan turun. Sebaliknya jika harga impor rendah maka volume
impor akan naik.

B. Penelitian Terdahulu
1. Hasil penelitian Silitoga (2014) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume
Impor Komoditas Jeruk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi volume impor
komoditas jeruk di Indonesia dan melihat dinamika kondisi impor komoditas
buah jeruk di Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
data panel dan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan, pada tahun 2012
komoditas jeruk dan neraca perdagangan Indonesia adalah negatif. Hasil
estimasi data panel yaitu aliran impor jeruk Indonesia, variabel yang
berpengaruh signifikan adalah produksi jeruk domestik , harga jeruk
domestik, harga jeruk luar negeri, dan dummy krisis. Produksi jeruk domestik
memiliki hubungan negatif dengan volume impor. Harga jeruk domestik
memiliki hubungan positif dengan volume impor, harga jeruk luar negeri
memiliki hubungan negatif dengan volume impor dan dummy krisis memiliki
hubungan negatif dengan volume impor. Diantara Variabel tersebut yang
paling berpengaruh terhadap impor jeruk di Indonesia adalah variabel harga
jeruk luar.
2. Kurniawan (2014) melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Impor Buah dan Sayuran Di Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan impor komoditas buah-
buahan dan sayuran di Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan impor buah-buahan dan sayuran di Indonesia.
Perkembangan impor buah dan sayuran Indonesia dari negara-negara eksportir
selama tahun 2006-2010 cenderung mengalami peningkatan. Secara
keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor buah-buahan
ke Indonesia adalah harga buah impor, indeks produksi industri, lag impor,
nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dan pasokan mangga di

28
Pasar Induk Keramat Jati. Variabel jarak ekonomi tidak berpengaruh nyata
terhadap permintaan impor buah-buahan di Indonesia. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap permintaan impor sayuran Indonesia secara keseluruhan
adalah harga sayuran impor, indeks produksi industri, Dollar Amerika, lag
impor dan jarak ekonomi.
3. Penelitian Sari (2016) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Impor Cabai di Indonesia Tahun 2000-2014. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh produksi cabai dalam negeri, harga cabai
domestik, konsumsi cabai dalam negeri, dan kurs terhadap impor cabai di
Indonesia. Metode yang digunakan adalah regresi linear berganda
mnggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel produksi cabai
dalam negeri, harga domestik cabai, konsumsi cabai dalam negeri dan kurs
berpengaruh signifikan terhadap impor cabai di Indonesia dan secara parsial
produksi cabai dalam negeri tidak berpengaruh secara signifikan dan
berhungan negatif. Harga domestik cabai berpengaruh signifikan dan
berhubungan positif. Konsumsi cabai dalam negeri tidak berpengaruh
signifikan dan berhubungan positif, serta kurs berpengaruh secara signifikan
tetapi berhubungan negatif terhadap impor cabai di Indonesia.
4. Hasil penelitian Pamungkas (2013) dengan judul Pengaruh Produksi,
Konsumsi dan Harga Terhadap Impor Bawang Merah di Kabupaten Brebes
Tahun (2006.01-2010.12). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh produksim konsumsi dan harga bawang merah secara bersama-sama
dan parsial terhadap impor bawang merah di Kabupaten Brebes. Metode yang
digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitian ini adalah produksi bawang
merah berpengaruh signifikan negatif terhadap volume impor, konsumsi dan
harga bawang merah berpengaruh signifikan terhadap volume impor. Variabel
produksi, konsumsi dan harga bawang merah secara parsial berpengaruh
negatif terhadap volume impor.

29
5. Penelitian yang dilakukan Anggasari (2008) yaitu Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Volume Impor Kedelai di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis perkembangan produksi, konsumsi dan impor kedelai
serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai di
Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini metode OLS program
eviews 4.1. Hasil Pada Penelitian ini menunjukkan bahwa produksi kedelai,
harga kedelai domestik berpengaruh signifikan positif terhadap volume impor
kedelai, sedangkan harga kedelai luar negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar
dan dummy tarif impor 10 persen tidak berpengaruh signifikan terhadap
volume impor kedelai.
6. Hasil penelitian oleh Prafajarika, Yulianto, Wilopo (2016) Pengaruh Nilai
Tukar, Harga Dalam Negeri Dan Harga Internasional Terhadap Volume Impor
Daging Sapi Di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menjelaskan pengaruh nilai tukar, harga daing sapi dalam negeri dan harga
daging sapi internasional terhadap volume impor daging di Indonesia,
pengaruh daging sapi dalam negeri terhadap volume impor daging sapi
Indonesia, pengaruh harga daging sapi internasional mempengaruhi volume
impor daging sapi Indonesia, dan pengaruh nilai tukar terhadap volume impor
daging sapi di Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian adalah
analisis deskriptif dan analisis linear berganda. Hasil pada penelitian ini
menunjukkan bahwa secara simultan antara variable nilai tukar, harga dalam
negeri, harga internasional terhadap impor daging sapi Indonesia, secara
parsial berpengaruh antara nilai tukar terhadap volume impor , dan secara
parsial tidak berpengaruh harga dalam negeri, harga internasional dengan
volume impor daging sapi Indonesia
7. Jamil (2015) melakukan penelitian dengan judul Analisis Permintaan Impor
Garam Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keragaan
kebijakan impor garam di Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan impor garam Indonesia, menganalisis kerentanan
permintaan impor garam Indonesia dari perspektif negara sumber impor

30
garam. Model pada penelitian ini menggunakan regresi data panel dan model
Almost Ideal Demand System (AIDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel produksi garam domestik, harga garam impor, Produk Domestik
Bruto (PDB) rill Indonesia, PDB riil negara sumber impor dan nilai tukar riil
berpengaruh signifikan, terdapat variabel yang memiliki hubungan negatif
yaitu produksi garam harga garam impor. Dalam perhitungan elastisitas
menunjukkan bahwa Indonesia sangat tergantung secara spesifik terhadap
garam impor dari Australia dan India. Selain itu, garam yang berasal dari
Australia dan India saling berkomplemen sehingga akan terus mendominasi
pangsa impor garam Indonesia, untuk impor garam ke Indonesia tidak
diperlukan kebijakan tarif impor. Pemerintah sebaiknya lebih menekankan
dan fokus dalam meningkatkan produksi garam domestik. Implikasi kebijakan
yang seharusnya dapat diterapkan oleh pemerintah yaitu melakukan
sinkronisasi data, upaya intensifikasi dan ekstensifikasi lahan.
C. Hubungan Antar Variabel
Dalam rumusan masalah peneliti telah menetapkan akan meneliti tentang
analisis faktor yang mempengaruhi volume impor buah-buahan Indonesia.
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Silitonga (2014) menganalisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk di Indonesia pada
penelitian ini ditemukan bahwa hasilnya Produksi Jeruk Domestik, Harga Jeruk
Impor berpengaruh signifikan negatif terhadap volume impor jeruk, Harga Jeruk
Domestik berpengaruh signifikan positif dan dummy krisis memiliki hubungan
negatif dengan volume impor jeruk.
Kemudian skripsi yang berjudul Analisis Faktor yang mempengaruhi impor
Cabai di Indonesia oleh Sari (2014) ditemukan Harga Cabai Domestik
berpengaruh signifikan terhadap volume impor, Konsumsi Cabai dalam negeri
tidak berpengaruh signifikan positif, Kurs Rupiah terhadap dollar berpengaruh
signifikan negatif, produksi cabai domestik tidak berpengaruh signifikan negatif
terhadap volume impor cabai.

31
Hal ini yang menjadi pertimbangan penulis untuk menggunakan variabel
Produksi Nasional, Harga Buah Domestik, Harga Buah Impor sebagai variabel
indenpenden dan volume impor sebagai variabel dependen. Sehingga dapat
dibuat rumus sebagai berikut:
VI = f (PD, HBD, HBI)
Keterangan:
VI : Volume Impor
PD : Produksi Domestik
HBD : Harga Buah Domestik
HBI : Harga Buah Impor

a. Produksi Buah Nasional terhadap Volume Impor


Menurut Baouhi Song et al (2009) volume impor dipengaruhi oleh
produksi dalam negeri yang belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Hal ini juga seperti yang dijelaskan oleh Rosetti (2009) menurunnya jumlah
produksi tanaman pangan disebabkan oleh lahan pertanian yang berkurang
dan beralih fungsi menjadi non pertanian dan bangunan, sehingga
mempengaruhi volume impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
b. Harga Domestik terhadap Volume Impor
Menurut Faodji (2015) harga adalah faktor penting yang menjadi pilihan
dalam bertransaksi jual beli. Perubahan harga menunjukkan tinggi rendahnya
permintaan suatu barang. Apabila permintaan lebih tinggi dari penawaran
suatu barang maka harga cendurung akan tinggi, sebaliknya ketika ketika
penawaran lebih tinggi dibandingkan permintaan, maka harga yang
didapatkan akan rendah. Tinggi rendah suatu harga barang menunjukkan
kelangkaan atas barang tersebut. Ketika harga tinggi, konsumen akan
mengganti barang tersebut dengan barang lain yang memiliki hubungan dekat
dan lebih murah.
Hukum permintaan memiliki sifat negatif, dimana “ketika harga suatu
barang rendah, maka semakin banyak permintaan akan barang tersebut.

32
Sebaliknya, jika semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit
permintaannya”. Akibat dari kenaikan harga yang terjadi, maka pembeli akan
mencari barang yang sama dengan harga yang lebih rendah karena memiliki
sifat dan manfaat yang sama.
c. Harga Buah Impor terhadap Volume Impor

Pada buku Case and Fair (2004) menjelaskan bahwa suatu barang akan
diimpor apabila harga barang impor lebih rendah dibandingkan harga lokal.
Maka konsumen akan memilih harga yang lebih murah, dan mengonsumsi
lebih banyak apabila terdapat perbedaan mutu antara produk dalam negeri dan
luar negeri serta harga dalam negeri yang ditawarkan lebih mahal
dibandingkan harga impor, maka konsumen akan beralih menggunakan
produk yang lebih murah sesuai dengan kemampuan.

D. Kerangka Berfikir
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang kaya akan tumbuh-
tumbuhan. Iklim ini cocok bagi buah-buahan untuk dapat berkembang, oleh
sebab itu banyak jenis buah yang mampu hidup dan bertahan. Peningkatan
permintaan buah-buahan tidak diimbangi oleh produksi nasional menyebabkan
Indonesia harus mengimpor beberapa jenis buah untuk memenuhi kebutuhan.
Seperti yang terjadi pada tahun 2015 produksi buah-buahan menurun
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 18.434.559 ton menjadi
15.573.797 ton tahun 2016. Penurunan ini terjadi akibat perubahan iklim
sepanjang tahun 2016. Penurunan produksi buah domestik ini memberikan
peluang untuk meningkatnya buah-buahan impor.
Hal yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah permasalahan yang
dihadapi oleh beberapa komoditas yaitu apel, anggur dan jeruk terhadap volume
impor. Yang akan dianalisis adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

33
volume impor buah-buahan di Indonesia yaitu produksi domestik, harga buah
domestik dan harga buah impor. Faktor-faktor tersebut akan digunakan sebagai
variabel independen dalam model yang mempengaruhi volume impor buah-
buahan di Indonesia.
Melalui hasil analisis ini diharapkan dapat mengungkapkan hal yang lebih
mendalam mengenai faktor yang mempengaruhi volume impor serta dapat
dijadikan masukan bagi pemerintah maupun memberikan gambaran keadan
volume impor di Indonesia agar dapat mengetahui tindakan preferentif yang
harus dilakukan.

34
Gambar 2. 3
Kerangka Berpikir

Permasalahan

1. Produksi domestik buah-buahan belum mampu memenuhi kebutuhan dalam


negeri
2. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maka dilakukan impor buah-buahan
3. Adanya impor juga menimbulkan masalah, karena produksi domestik kalah bersaing
dengan produk impor
4. Impor buah-buahan dilakukan juga sebagai langkah supaya harga buah-buahan stabil

Mengapa Indonesia melakukan impor buah-buahan?

Analisis yang mempengaruhi volume impor


Dinamika volume buah-buahan di Indonesia Periode 2012-2016

impor buah-buahan 1. Produksi Domestik (X1)


2. Harga Buah Domestik (X2)
3. Harga Buah Impor (X3)

Pemilihan Model

Analisis Deskriptif Random Effect Model

Pengujian Model

1. Uji Chow
2. Uji LM Test
3. Uji Hausman

Uji Hipotesis

1. Uji t statistik
2. Uji F-statistik
3. Uji Koefisien R2

Implikasi dan kebijakan

35
E. Hipotesis
Hipotensis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil
untuk menjawab pertanyaan permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin saja salah. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
a. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh produksi domestik secara parsial
terhadap volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh produksi domestik secara parsial
terhadap volume impor
b. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh harga buah domestik secara
parsial terhadap volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh harga buah domestik secara parsial
terhadap volume impor
c. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh harga buah impor secara parsial
terhadap volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh harga buah impor secara parsial
terhadap volume impor
d. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh produksi domestik, harga
buah domestik, harga buah impor secara simultan terhadap
volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh produksi domestik, harga buah
domestik, harga buah impor secara simultan terhadap volume
impor

36
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Dalam sebuah penelitian, diperlukan suatu ruang lingkup batasan, tujuannya
adalah agar subjek, objek dan waktu dari penelitian tidak melebihi dari tujuan
yang akan dicapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi volume impor buah-buahan di Indonesia. Ruang lingkup
penelitian yaitu pada wilayah Indonesia, variabel yang digunakan adalah variabel
dependen atau terikat yaitu volume impor buah dan tiga variabel independen atau
bebas yaitu produksi nasional buah, harga buah domestik, harga buah impor.
Periode yang digunakan yaitu data triwulan dari tahun 2012 hingga 2016.
B. Metode Penentuan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan
penentuan sampel tidak menggunakan teori slovin, karena keterbatasan data yang
didapatkan oleh sebab itu metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik yang digunakan
dalam memilih sampel, dimana memiliki keterkaitan erat dengan kriteria yang
sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2012). Untuk pemilihan sampel
menggunakan teori yang dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2010)
adalah sebagai berikut:

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai


dengan 500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misal: pria-wanita, pegawai negeri-
swasta dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal
30.
3. Pada penelitian yang akan menggunakan analisis dengan multivariate
(korelasi atau regresi ganda), maka jumlah anggota sampel yang ditentukan
minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Contoh variabel dengan

37
penelitiannya terdapat 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota
sampel = 10 x 5 = 50 sampel.
4. Pada penelitian eksperimen yang sederhana, menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota minimal sampel
masing-masing antara 10-20.

Untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teori tersebut. Yang


pada implementasi jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel
yang diteliti. Dengan menggunakan anggota sampel 4 variabel yaitu dependen
(volume impor) dan independen (produksi domestik, harga buah domestik, harga
buah impor) yang menghasilkan jumlah anggota sampel 10X4= 40 sampel. Ini
menunjukkan bahwa minimal variabel yang dipergunakan dalam penelitian yaitu
40 sampel.

Metode pengumpulan data pada penelitian adalah dengan dokumenatsi.


Dokumentasi adalah sebuah catatan dari kejadian yang telah terjadi pada masa
lalu. Dokumentasi yang digunakan pada penelitian ini berbentuk tulisan yang
bersumber dari dokumen dipublikasikan oleh lembaga resmi, seperti Badan Pusat
Statistik Republik Indonesia (BPS RI) Metode pengumpulan data pada penelitian
ini adalah data sekunder.
Beberapa sumber data yang didapatkan pada penelitian ini, sebagai berikut:
1. Volume impor, penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari
publikasi dari website resmi (www.bps.go.id).
2. Produksi nasional, penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari
publikasi dari website resmi (www.bps.go.id).
3. Harga domestik buah-buahan, penelitian ini menggunakan data yang
diperoleh dari publikasi dari website resmi (www.bps.go.id).
4. Harga impor buah-buahan, penelitian ini menggunakan data yang diperoleh
dari publikasi dari website resmi (www.bps.go.id).

38
C. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini untuk rumusan masalah yang pertama
menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan
atau menggambarkan masalah yang telah terjadi pada masa lalu maupun masa
sekarang atau saat penelitian ini berlangsung. Terdapat ciri-ciri penelitian
deskriptif yaitu terdapat hubungan dengan keadaan yang terjadi pada saat itu,
dapat menguraikan satu variabel atau beberapa variabel yang diuraikan satu
persatu, tidak memanipulasi variabel atau tidak ada perlakuan treatment (Ronny
Kountur, 2013). Pemilihan analisis pada penelitian ini didasarkan untuk melihat
kondisi yang telah terjadi pada beberapa tahun yang lalu serta menjelaskan sebab
dan fakta yang terjadi terhadap variabel yang di teliti.
Pada rumusan masalah yang kedua menggunakan analisis regresi dengan data
panel. Dimana alat yang digunakan untuk melakukan analisis tersebut dalam
mengolah data dengan Stata 12. Penelitian ini menggunakan data panel untuk
mengolah data, karena dengan menggunakan data panel, terdapat beberapa
kelebihan. Menurut (Gujarati, 2013), keuntungan, sebagai berikut:
1. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section
dapat mengatasi masalah yang timbul karena ada masalah penghilangan
variabel (omitted variable).
2. Dengan data panel yang menggabungkan antara cross section dan times
series, maka hasil yang didapatkan lebih akurat serta nilai degree of
freedom akan lebih tinggi dan menghasilkan estimasi yang lebih efisien.
3. Data panel lebih memberikan peluang observasi yang lebih banyak
dibandingkan metode lain, Karena akan meminimalisasikan bias dan
mampu mengurangi kolinearitas antar variabel.
4. Data panel, mampu mengidentifikasi atau menguji model rumit yang tidak
mampu diukur oleh time series murni atau cross section murni.
5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks dan
mampu melihat dinamika data. Dimana dapat membandingkan kondisi
individu dengan periode lainnya.

39
Keuntungan lain yang didapatkan menggunakan data panel menurut Effendi
(2014) yaitu memiliki kemampuan dalam memodelkan heterogenitas antar
individu atau antar waktu dari perilaku variabel yang diteliti baik variasi di dalam
atau di antara (within) mampu memvariasi antara individu atau waktu, memiliki
jumlah observasi data yang lebih besar jika dibandingkan dengan data cross
section atau time series saja. Jumlah data ini bisa sangat berguna mengatasi
masalah variabilitas data yang diperlukan. Jumlah observasi data yang lebih
besar juga dapat mengurangi permasalahan multikolineritas yang bisa muncul
jika terdapat lebih dari satu variabel independen. Dan yang terpenting data panel
mampu menjelaskan pada analisis yang lebih luas dan komprehensif terhadap
permasalahan yang ada.

Dalam regresi data panel terdapat model yang dapat digunakan. Model
tersebut antara lain: Pooled Least Square (PLS), Fixed Effects Model (FEM),
Random Effect Model (REM) (Gujarati, 2013).

1. Estimasi Model Data Panel


a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pool Least Squares)/PLS
Yaitu teknik yang paling mudah dan sederhana dengan cara
mengasumsikan data gabungan yang ada. Model ini hanya
menggabungkan seluruh data time series dan cross section, kemudian
estimasi model dengan menggunakan metode Ordinary Least Square
(OLS). Hasil dari regresi ini dianggap berlaku untuk semua objek pada
semua waktu. Keuntungan penaksiran menggunakan OLS yaitu data lebih
banyak dan bervariasi, heterogenitas individu atau kelompok secara
eksplisit seperti model lainnya tidak di eksploitasi (Effendi, 2014).
Wing Wahyu Winarno (2009) mengatakan bahwa pada metode OLS
(Ordinary Least Square) memiliki kekurangan, yaitu terletak pada
ketidaksesuaian model dengan keadan yang sesungguhnya. Kondisi tiap
objek saling berbeda, bahkan satu objek pada suatu waktu akan sangat
berbeda pada kondisi objek pada waktu yang lain.

40
b. Pendekatan Effek Tetap (Fixed Effect Model)
Model yang dapat menunjukkan perbedaan konstan antar objek
meskipun dengan koefisien regresi yang sama. Model ini juga
memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah
omitted variables yang mungkin membawa perubahan pada intercept time
series atau cross section. Menurut Wing Wahyu Winarno (2009) Model
FEM dengan efek tetap maksudnya adalah bahwa satu objek, memiliki
konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian
pula dengan koefisien regresinya yang besarnya tetap dari waktu ke
waktu (time invariant).
c. Pendekatan Effek Acak (Random Effect Model)
Dengan menggunakan model ini, kita tidak dapat melihat pengaruh
dari berbagai karakteristik yang bersifat konstan dalam waktu atau
konstan di antara individual. Model ini mengestimasi data panel dimana
melibatkan hubungan eror term. Perbedaan intersep diakomodasi oleh
eror term masing-masing. Keuntungan dari model ini yaitu
menghilangkan heterokedasitas.
2. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel
a. Uji Spesifikasi Model dengan Uji Chow

Uji spesifikasi bertujuan untuk menentukan model analisis data panel


yang akan digunakan. Uji Chow digunakan untuk memilih antara fixed
effect model atau pool least square yang sebaiknya dipakai. Apabila hasil
uji spesifikasi ini menunjukkan nilai probabilitas Chi-square lebih dari
10%, maka model yang dipilih adalah pool least square. Sebaliknya,
apabila nilai probabilitas Chi-square kurang dari 10%, maka model yang
sebaiknya dipakai adalah fixed effect. Ketika model yang terpilih adalah
fixed effect, maka perlu dilakukan uji lagi, yaitu Uji Langrange Multiplier
untuk mengetahui apakah sebaiknya memakai Fixed Effect Model (FEM)
atau Random Effect Model (REM).

41
b. Uji Spesifikasi Model dengan Lagrange Multiplier

Pada uji ini dilakukan untuk menentukan model apa yang digunakan
apakah pool least square atau random effect . Dengan menggunakan
Breush Pagan Langrangian Multiplier Test. Dengan melihat nilai
probabilitas Chi-square 10%. Apabila nilai chibar2 lebih kecil dari 10%
maka yang digunakan adalah random effect, sebaliknya jika nilai chibar2
lebih besar dari 10% maka menggunakan pool least square.

c. Uji Spesifikasi Model Dengan Uji Hausman

Uji ini bertujuan untuk mengetahui model yang sebaiknya dipakai,


yaitu Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Cara
dilakukan untuk memilih model mana yang terbaik melihat nilai
probababilitas. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 10%, maka model
yang terbaik adalah fixed effct sedangkan bila nilai probabilitas lebih besar
dari 10%, maka model yang dipilih adalah random effect.

3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji koefisien regresi hasilnya signifikan
atau tidak, sebagai berikut.
a) Uji t Statistik
Pada uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing atau
disebut parsial antara variabel independen terhadap dependen. Uji t
dilakukan dengan membandingkan nilai t statistik dengan signifikasi.
Apabila nilai t statistik lebih kecil dari signifikasi 10%, maka berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan bila nilai nilai t statistik
lebih besar dari signifikasi 10%, maka tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b) Uji F-Statistik
Uji ini digunakan untuk menguji apakah seluruh variabel independen
secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap variabel

42
dependen. Uji F-statistik dilakukan dengan membandingkan nilai F-
statistik dengan signifikasi. Apabila nilai F-statistik lebih kecil dari
signifikasi 10%, maka variabel independen secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai F-statistik
lebih besar dari signifikasi 10%, maka variabel indepeden secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
c) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi atau R2 adalah kemampuan model untul
menjelaskan variabel dependen dan independen. Nilai R2 mengukur
pengaruh variabel independen terhadap dependen. Apabila Pool Least
Square (PLS) yang terpilih, maka R2 yang digunakan adalah angka yang
tertulis sebagai di R-squared, jika yang terpilih model FEM maka R2 yang
digunakan adalah R-sq within, dan untuk model REM yang terpilih maka
menggunakan R-sq overall.
D. Operasional Variabel Penelitian
Masing-masing variabel dari penelitian harus didefinisikan agar jelas dari tiap
variabel. Berikut adalah urain definisi dari masing-masing variabel dari
penelitian ini:

Tabel 3. 1
Operasional Variabel

No Variabel Definisi Pengukuran


1. Volume Volume impor adalah Satuan kilogram
Impor (Y) banyaknya buah-buahan yang (Kg) per
masuk ke Indonesia. triwulan
2. Produksi Produksi buah nasional adalah Satuan ton (Ton)
Domestik banyaknya hasil buah-buahan per triwulan
(X1) yang dilakukan dengan
penjumlahan bulanan.
3. Harga Harga merupakan nilai dari Satuan rupiah

43
Domestik suatu barang dan jasa yang (Rp) per
(X2) dapat diukur oleh jumlah uang triwulan
yang akan diberikan. Skala
harga yang dimaksud adalah
harga buah domestik atau lokal
yang ditetapkan.
4. Harga Impor Harga merupakan nilai dari Satuan rupiah
(X3) suatu barang dan jasa yang (Rp) per
dapat diukur oleh jumlah uang triwulan
yang akan diberikan. Skala
harga yang dimaksud adalah
harga buah impor yang
ditetapkan.

44
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Kondisi Indonesia
Letak Indonesia secara geografis pada kordinat kordinat 6˚LU- 11˚08˚LS
dan 95˚BT-14145˚BT serta terletak antara dua benua yaitu Benua Asia dan
Benua Australia dan dua samudra, Samudra Hindia dan Samudra Pasific.
Dengan pulau yang dimiliki Indonesia sebanyak 17.508 pulau besar dan kecil
serta luas wilayah darat 1,937 juta km2, dan luas laut 5,8 juta km2.

Indonesia merupakan negara agraris, yaitu negara yang dalam


perekonomiannya ditopang dari sektor pertanian sebagai penyedia bahan
pangan, sandang dan papan. Hal ini karena struktur tanah dan iklim Indonesia
yang cocok pada sektor pertanian. Kondisi iklim ini Indonesia dipengaruhi
oleh fenomena El Nino dan La Nina yang bersumber dari wilayah timur
Indonesia (Ekuator Pasifik Tengah) dan Dipole yang terdapat pada wilayah
barat Indonesia (Samudra Hindia barat Sumatera hingga timur Afrika).

Fenomena El Nino merupakan kondisi global akibat dari interaksi dari


lautan yang ditandai dengan memanasnya suhu permukaan laut di Ekuator
Pasifik Tengah atau anomali suhu permukaan laut didaerah tersebut positif
(lebih panas diatas rata-rata). Dampak yang ditimbulkan oleh iklim ini sangat
tergantung pada kondisi perairan wilayah Indonesia. Fenomena ini
berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara derastis, dan akan
terjadi apabila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Ketika suhu
perairan cukup hangat, El Nino tidak mengurangi curah hujan secara
signifikan, dan tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El
Nino.
Fenomena lain seperti La Nina ditandai dengan anomali suhu permukaan
yang negatif (lebih dingin dari rata-rata) di Ekuator Pasifik Tengah yang
menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat bila bersamaan dengan

45
menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Iklim La Nina ini
juga tidak berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia.
Perubahan iklim yang terjadi dapat mempengaruhi sektor pertanian.
Sektor ini paling rentan, karena tanaman musiman yang sensitif terhadap
pengaruh kelebihan atau kekurangan air. Kerentanan sangat berhubungan
degan sistem lahan, sifat tanah, pola tanam, teknologi, pengelolaan tanah, air
serta varietas tanaman (Las et all, 2008). Faktor perubahan iklim ini akan
berdampak terhadap perubahan pola hujan dan iklim yang ekstrim (banjir dan
kekeringan), peningkatan suhu udara, peningkatan muka laut. Sedangkan pada
sektor pertanian akan berdampak yang bersifat continue, berupa suhu udara
naik, perubahan hujan, kenaikan salinitas air tanah untuk wilayah pertanian
dekat pantai yang berdampak pada penurunan produktivitas tanaman dan
perubahan panjang musim yang mengubah pola tanam, serta terdapat dampak
yang bersifat discontinue seperti gagal panen akibat meningkatkan intensitas
iklim ekstrim (banjir, kekeringan dan angin kencang) serta serangan hama
baru dan bersifat permanen berupa berkurangnya luas pertanian kawasan
pantai akibat kenaikan air laut (Boer et all, 2011).
Sektor pertanian memiliki peran penting dalam keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia. Hal ini didasari karena sektor ini sebagai penunjang
kebutuhan pangan yang penting. Ketersediaan sumber daya alam melimpah
memberikan peluang yang besar pada bidang ekonomi. Pertanian memiliki
subsektor yang perlu dikembangkan lainnya seperti pada tanaman hortikultura
(buah, sayuran, bunga, obat), tanaman pangan, peternakan, kehutanan dan
penebangan kayu dan perikanan. Selain tanaman pangan yang bersumber
sebagai karbohidrat, pada tanaman hortikultura juga memiliki fungsi sebagai
sumber bagi vitamin dan mineral harus mendapatkan perhatian dari
Pemerintah. Komoditas hortikultura memiliki prospek yang sangat baik yaitu
memiliki nilai komersial yang tinggi dan memiliki pasar yang luas baik dalam
negeri maupun luar negeri. Dilihat dari nilai impor buah-buahan lebih tinggi
dibandingkan sayuran. Pada data BPS tahun 2017 sepanjang Januari Oktober

46
nilai impor buah-buahan lebih tinggi dibandingkan sayuran. Nilai impor buah-
buahan sebesar US$ 942,10 juta lebih tinggi dibanding impor sayuran hanya
senilai US$ 67,91 juta..
Di Indonesia terdapat sentra-sentra produksi buah-buahan yang membantu
ketersediaan buah daerah serta nasional. Sentra ini memiliki keunggulan
strategis berdasarkan kondisi tanah dan iklim serta penguasaan teknologi dan
sumber daya manusia. Pengembangan tanaman buah-buahan cukup penting
bagi perekonomian daerah, baik sebagai pendapatan daerah maupun sumber
mata pencaharian petani. Sentra yang dikembang setiap daerah memiliki jenis
yang berbeda seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. 1
Sentra Produksi Buah
No Komoditas Provinsi Kabupaten
1. Alpukat Jawa Timur Probolinggo
Jawa Barat Bogor, Garut, Cianjur
Jawa Tengah Semarang, Kota Semarang
Sumatera Barat Solok, Lima Puluh Kota,
Agam, Kota Solok
2. Anggur Jawa Timur Situbondo, Kediri,
Probolinggo, Kota Probolinggo
Bali Buleleng
Sulawesi Tengah Kota Palu
3. Apel Jawa Timur Malang, Kota Batu, Pasuruan
4. Belimbing Jawa Timur Tuban, Kota Blitar,
Bojonegoro
Jawa Barat Kota Depok
Jawa Tengah Jepara
Sumatera Utara Deli Serdang
5. Buah Naga DIY Sleman, Kulonprogo
Jawa Tengah Sragen, Sukoharjo, Kendal
Jawa Timur Jember,Banyuwangi, Pasuruan,
Malang, Lumajang, Ponorogo
Riau Kota Pekanbaru, Siak,
Pelalawan
Sumatera Barat Padang Pariaman
Kepulaian Riau Batam, Bintan

47
6. Duku Jambi Muaro Jambi, Batanghari
Sumatera Selatan OKU Timur, OKI, Musi
Banyuasinm Lahat
Kalimantan Barat Pontianak
7. Durian Aceh Aceh Selatan, Aceh Barat,
Aceh Utara, Aceh Tengah
Sumatera Utara Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah, Dairi, Deli Serdang
Jambi Muaro Jambi, Batanghari,
Bungo, Tebo, Merangin
Sumatera Selatan Lahat, OKU, Musi Rawas
Riau Bengkalis,Kampar
Bangka Belitung Bangka Barat, Bangka Timur
Bengkulu Bengkulu Utara, Seluma
Lampung Way Kanan, Lampung Selatan,
Lampung Timur, Kota Metro,
Lampung Tengah
Banten Lebank, Serang, Pandeglang
Jawa Barat Majalengka, Cianjur, Bogor,
Sukabumi
Jawa Tengah Jepara, Kota Semarang, Tegal,
Pekalongan, Batang, Kendal,
Banjarnegara, Purbalingga,
Semarang, Karanganyar
DIY Kulonprogo
Jawa Timur Ngawi, Ponorogo, Madiun,
Tulungagung, Malang,
Trenggalek
Kalimantan Barat Melawi, Sintang, Sanggau
Kalimantan Tengah Barito Utara, Barito Timur,
Barito Selatan, Murung Raya,
Katingan, Gunung Mas
Kalimantan Selatan Tabalong
Kalimantan Timur Kutai Barat, Kutai
Kertanegara, Nunukan,
Panajem Paser Utara,
Bulungan, Malinau
Sulawesi Selatan Luwu, Luwu Utara, Bone,
Gowa, Kota Palopo
Sulawesi Barat Poliwali Mandar
Selawesi Tengah Toil-Toli, Parigi Mouton

48
Sulawesi Tenggara Kolaka
Gorontalo Gorontalo, Bone Bolango,
Boalemo
Maluku Kota Ambon, Seram Bagian
Barat
Maluku Utara Halmahera Selatan
Papua Barat Sorong, Fakfak, Sorong
Selatan, Raja Ampat
8. Jambu Air Jawa Timur Sampang
Jawa Tengah Demak
DIY Sleman
9. Jambu Biji Jawa Barat Bogor, Kota Depok, Cirebon,
Majalengka, Cianjur
Jawa Tengah Malang, Bangkalan, Sumenep
Sumatera Utara Deli Serdang, Asahan
10. Jeruk Jawa Timur Jember, Banyuwangi,
Ponorogo, Kota Batu,
Tulungagung
Sumatera Utara Karo, Simalungun
Kalimantan Barat Sambas
Kalimantan Selatan Batola, Banjar Baru
Sulawesi Barat Mauju
Papua Nabire
Sumatera Barat Lima Puluh Kota, Agam,
Pasaman
Lampung Tulang Bawang
Jawa Barat Garut, Sumedang, Bandung
Barat
NTT TTS, TTU
NAD Bireuen
Bali Bangli
Sulawesi Selatan Selayar, Pangkep
Bengkulu Bengkulu Selatan, Lebong
Sumatera Selatan Musi Rawas, Musi Banyuasin
11. Jeruk Besar NAD Bireun, Aceh Utara
Sumatera Selatan Palembang, Muara Enim
Lampung Lampung Tengah
Jawa Barat Bandung, Sumedang
Jawa Timur Magetan, Situbondo, Ngawi
Sulawesi Selatan Pangkep, Pangkajene,
Kepulauan, Maros, Gowa,

49
Soppeng
12. Lengkeng Jawa Tengah Kendal, Semarang, Ambarawa,
Salatiga, Demak, Kudus,
Temanggung, Bantul
Jawa Timur Malang, Banyuwangi
Lampung Lampung Timur, Lampung
Tengah
Kalimantan Barat Singkawang, Pontianak
13. Manga Jawa Timur Probolinggo, Situbondo,
Pasuruan, Bondowoso
Jawa Tengah Rembang, Blora, Pemalang
Bali Buleleng
Sulawesi Selatan Takalar, Jeneponto
NTB Lombok Barat, Lombok
Tengah, Sumbawa
Jawa Barat Majalengka, Cirebon,
Indramayu
14. Manggis Sumatera Barat Sawahlunto, Sijunjung, Padang
Pariaman, Lima Puluh Kota,
Pesisir Selatan, Agam
Sumatera Utara Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah
Sumatera Selatan Lahat
Lampung Tanggamus
Jawa Barat Bogor,Tasikmalaya,
Purwakarta, Sukabumi,
Subang
Jawa Tengah Purworejo
Jawa Timur Banyuwangi, Blitar,
Trenggalek
Bali Tabanan
NTB Lombok Barat
Riau Kampar
15. Markisa Jawa Barat Garut, Ciamis, Bogor
Sumatera Barat Solok
Sumatera Utara Karo
Sulawesi Selatan Gowa, Tana Toraja, Sinjai,
Enrekang
Sumatera Selatan Muara Enim
Jambi Kerinci
Riau Kampar

50
16. Markisa Jawa Barat Garut, Ciamis, Bogor
Sumatera Barat Solok
Sumatera Utara Karo
Sulawesi Selatan Gowa, Tana Toraja, Sinjai,
Enrekang
Sumatera Selatan Muara Enim
Jambi Kerinci
17. Melon Jawa Tengah Pekalongan, Sragen,
Karanganyar, Klaten,
Grobongan
Jawa Timur Madiun, Ponorogo, Ngawi,
Nganjuk, Blitar Banyuwangi
Sumatera Utara Deli Serdang
Lampung Lampung Timur
Banten Kota Cilegon, Kota Serang
Bali Gianyar
Kalimantan Selatan Tanah Laut
18. Nangka Bangka Belitung Bangka Barat
Jawa Barat Garut, Bandung, Majalengka
DIY Sleman
Jawa Tengah Blora, Jepara, Tegal
Jawa Timur Sampang, Malang, Bondowoso
Kalimantan Tengah Kapuas
Kalimantan Timur Kutai Kertanegara
19. Nenas Jawa Barat Subang, Bogor
Jawa Timur Blitar, Kediri
Lampung Lampung Timur, Lampung
Tengah
Riau Kampar
Jambi Muaro Jambi
Sumatera Selatan Prabumulih
Kalimantan Barat Kuburaya, Kota Pontianak
20. Pepaya Jawa Tengah Boyolali, Kebumen,
Purworejo, Cilacap
Jawa Timur Bogor
Jawa Barat Malang
Riau Kota Pekanbaru
Kalimantan Timur Kota Balikpapan, Samarinda
21. Pisang Sumatera Utara Deli Serdang, Serdang Bedagai
Sulawesi Barat Majene
Lampung Lampung Selatan, Pringsewu,

51
Pesawaran, Lampung Barat
Jawa Barat Sukabumi, Bogor, Cianjur
Jawa Tengah Kendal, Banyumas, Cilacap,
Purbalingga
Aceh Pidie
Jawa Timur Lumajang, Malang
22. Rambutan Jawa Barat Subang, Banjar
Jawa Timur Blitar
Jawa Tengah Kota Semarang
Banten Lebak, Serang, Tanggerang
Sumatera Utara Langkat
Sulawesi Utara Minahasa
Riau Kampar
23. Salak Jawa Barat Kota Tasikmalaya
Jawa Tengah Magelang, Banjarnegara
DIY Sleman
Sumatera Selatan Muara Enim
Sumatera Utara Tapanuli Selatan
Kalimantan Tengah Kotawaringi Timur
Kalimantan Timur Kutai Timur
Sulawesi Utara Sangihe
Bali Karangasem
Maluku Kota Ambon
Sumatera Utara Langkat
Sulawesi Utara Minahasa
Riau Kampar
24. Sawo Banten Serang, Kota Serang,
Pandeglang
Jawa Barat Cianjur, Ciamis, Sukabumi,
Sumedang
Jawa Tengah Sukoharjo, Wonogiri, Kendal,
Brebes, Seragen, Cilacap,
Karanganyar, Rembang
Jawa Timur Nganjuk, Kediri, Mojokerto,
Tuban, Probolinggo, Pasuruan
Lampung Lapung Timur, Lampung
Tenga, Tulang Bawang
Bengkulu Kaur
Jambi Bungo, Kota Jambi
Sumatera Barat Tanah Datar
Sumatera Utara Asahan, Deli Serdang

52
Sumatera Selatan Ogan Ilir, OKI, OKU, Muara
Enim, Lahat
NTB Sumbawa, Bima
25. Semangka Jawa Tengah Kebumen, Sragen, Grobogan,
Blora
Jawa Barat Indramayu
Jawa Timur Lamongan, Banyuwangi,
Jombang
Sumatera Selatan OKI
DIY Kulonprogo
Bali Jembrana
NTB Lombok Tengah
Lampung Lampung Tengah
Sumetera Utara Deli Serdang
Sumatera Barat Pesisir Selatan
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Selatan
Sulawesi Selatan Takalar
26. Srikaya Jawa Timur Lamongan
NTB Sumbawa
27. Stoberi Jawa Barat Bandung, Garut Ciajnur
Jawa Tengah Magelang, Banjarnegara,
Karanganyar, Purbalinnga
Jawa Timur Malang
Bali Tabanan
Sumatera Utara Karo
Bengkulu Rejang Lebong
Lampung Lampung Barat
Sumatera Barat Solok
Sumber : Direktorat Tanaman Buah, 2012
Dari data diatas menunjukkan persebaran sentra-sentra pengembangan
buah di Indonesia. Buah yang tersebar merupakan buah yang cocok pada
daerah dan dikembangan dengan iklim yang sesuai. Pengembangan dari
setiap daerah bertujuan untuk membudidayakan buah. Dengan adanya sentra-
sentra pengembangan membantu masyarakat dalam mendapatkan lapangan
pekerjaan serta meningkatkan pendapatan daerah dan negara Indonesia karena
melihat sektor buah-buahan merupakan sektor bernilai ekonomis yang apabila
dikembangkan dengan baik akan memberikan manfaat bagi masyarakat.

53
Selain itu pengembangan sentra-sentra produksi juga dapat memberikan efek
pada pelestarian alam, sosial, dan pariwisata.

Untuk tercapainya sentra produksi buah-buahan diperlukan waktu yang


cukup lama serta keseriusan dari petani agar dapat menghasilkan tanaman
yang berkualitas baik agar mampu bersaing dengan buah-buahan impor.

2. Produksi Domestik Apel, Anggur, Jeruk


Produksi domestik harus ditingkatkan agar mampu menambah ketersedian
buah-buahan lokal. Konsumsi buah yang cukup tinggi, menjadi faktor penting
untuk meningkatkan produksi apel, anggur dan jeruk. Keadaan lahan, kualitas
tanaman, iklim dan teknologi yang dipakai menjadi penunjang agar produksi
buah meningkat.

Grafik 4. 1
Produksi Domestik Apel, Anggur, Jeruk

700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0

Apel Jeruk Anggur

Sumber : Badan Pusat Statistika (2012-2016)


Dalam grafik diatas menunjukkan produksi apel, anggur dan jeruk
mengalami fluktuasi dalam perkembangannya. Seperti yang terjadi pada tahun
2012 kuartal satu, dua, tiga dan empat sebesar 345.454 ton, 482.144 ton,
439.972 ton, 230.826 ton. Perbedaan jumlah produksi ini disebabkan oleh

54
beberapa faktor seperti penurunan luas lahan, kualitas tanaman yang rendah,
dan iklim yang tidak menentu.
Produksi Apel di Indonesia masih rendah menjadi salah satu penyebab
volume impor yang tinggi. Salah satu sentra apel yang terkenal adalah Kota
Malang dan beberapa daerah timur seperti (NTT, Bali dan Papua) memiliki
lahan yang potensial untuk penanaman apel. Namun daerah tersebut memiliki
sentra produksi apel sesuai harapan yang diasebabkan oleh pengembangannya
belum diikuti dengan cara yang baik dan benar serta teknologi yang rendah.
Sajian buah apel selain dapat langsung dimakan dalam bentuk segar juga
dikembangkan sebagai keripik apel, selai apel, sirup apel. Pada tahun 2016
total buah apel yang dihasilkan sebesar 330.781 ton.
Produksi jeruk yang cukup tinggi memberikan kontribusi kebutuhan
buah-buahan di Indonesia. Jeruk Indonesia yang berkembang selama ini
adalah jeruk siam/keprok dan jeruk besar dengan lokasi sentra yang berbeda.
Sentra jeruk siam/keprok di Indonesia adalah provinsi Sumatera Utara dan
Jawa Timur, sedangkan jeruk besar ada di Provinsi Sulawesi, Jawa Timur dan
Bali (BPS, 2017). Menurut Riantari (2015) salah satu pengembangan tanaman
jeruk di Bali adalah Kabupaten Giansyar. Keadaan lingkungan (tanah, iklim,
ketinggian tempat, suhu) menjadi faktor penting dalam peningkatan produksi
jeruk. Rata-rata masyarakat berprofesi sebagai petani khususnya usahatani
jeruk siam. Total produksi jeruk tahun 2016 sebesar 2.014.214 ton dan
diprediksikan setiap tahun akan mengalami peningkatan.
Produksi anggur sangat rendah dibandingkan apel dan jeruk menunjukkan
bahwa belum banyak petani yang mengembangkan tanaman ini, karena
anggur yang ditanam harus sesuai dengan syarat tumbuh. Apabila menanam
anggur varietas unggul ditempat yang sesuai dan budidaya dengan baik
tanaman anggur akan berkembang (Emi Budiyati, 2012). Padahal buah anggur
memiliki nilai jual yang tinggi. Nilai jual anggur yang tinggi bila dilakukan
pengelolaan lebih lanjut seperti wine dan kismis. Sentra anggur yang terkenal
terdapat pada daerah Probolinggo. Sentra anggur yang dikembangkan juga

55
dijadikan untuk budidaya maupun agrowisata. Meskipun sentra anggur sudah
tersebar di Indonesia, namun jumlah masih sedikit dan tergantung pada iklim.
Salah satu faktor adalah intensistas curah hujan, apabila curah hujan tinggi
tanaman anggur tidak berkembang. Curah hujan tersebut berdampak pada
produksi anggur yang rendah, sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan
domestik. Produksi anggur yang paling rendah yaitu pada tahun 2016 kuartal
satu sebesar 9.507 ton.
Sentra anggur yang terkenal ada di Probolinggo. Buah anggur yang
dikembangkan bertujuan untuk budidaya anggur maupun sebagai agrowisata.
Budidaya anggur bagi masyarakat Probolinggo telah lama dikembangkan dari
pekarangan rumah yang dimanfaat untuk tanaman anggur baik untuk hiasan
rumah maupun usaha pendapatan keluarga. Jumlah tanaman anggur mulai
berkurang ketika terjadi pergeseran tanaman anggur menjadi tanaman manga.
Namun, sebagian penduduk masih tetap mempertahankan tanaman anggur
pada lahan yang sempit maupun luas (Amik, 2012). Meskipun sudah terdapat
Sentra anggur di Indonesia, mengingat jumlahnya masih sedikit dan
tergantung curah hujan maka produksi anggur masih belum dapat mencukupi
kebutuhan homestik. Anggur selain dapat dimakan dalam bentuk segar dapat
memiliki nilai tambah dengan pengolahan seperti wine, dan kismis. Dengan
sentra anggur yang sedikit dan produksi yang rendah tahun 2016 jumlah
produksinya hanya sebesar 9.507 ton.
3. Harga Domestik Apel, Anggur, Jeruk
Harga merupakan kondisi yang menggambarkan keadaan pasar antara
permintaan dan penawaran. Harga domestik cenderung lebih tinggi
dibandingkan harga buah impor, karena dari segi biaya produksi, biaya angkut
yang mahal serta iklim yang tidak menentu.

56
Grafik 4. 2
Harga Domestik Apel, Anggur, Jeruk

80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0

2013Q3

2016Q2
2012Q1
2012Q2
2012Q3
2012Q4
2013Q1
2013Q2

2013Q4
2014Q1
2014Q2
2014Q3
2014Q4
2015Q1
2015Q2
2015Q3
2015Q4
2016Q1

2016Q3
2016Q4
Apel Jeruk Anggur

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012-2016)


Pada grafik diatas menunjukkan fluktuasi harga anggur mendominasi
paling tinggi diantara jeruk dan apel. Rata-rata harga buah anggur dari tahun
2012 kuartal satu hingga 2016 kuartal empat sebesar Rp 61.047/kg. Harga
yang cukup tinggi menandakan bahwa ketersediaan anggur lokal yang rendah.
Harga apel rata-rata dari tahun 2012 kuartal satu hingga 2016 kuartal
empat berada pada angka Rp. 30.647/kg. Harga ini berfluktuasi setiap
triwulan, karena harga terbentuk dari ketersediaan buah-buahan. Harga
tertinggi terdapat pada tahun 2016 kuartal tiga yaitu Rp 37.689/kg dan harga
yang terendah apel terjadi pada tahun 2012 kuartal satu mengingat kualitas
apel pada saat itu rendah dan tidak bisa bersaing dengan buah impor. Menurut
Montgomery (2005) kualitas yang dapat bersaing dapat dinilai dari physical
(panjang dan berat), sensory (warna dan rasa), time orientation (seberapa lama
produk dipakai).
Harga jeruk yang cenderung lebih terjangkau dibanding buah apel dan
anggur karena produksi jeruk sudah berkembang di Indonesia. Ketersediaan
yang mencukupi memberikan dampak positif terhadap stabilitas harga yang

57
terbentuk. Stabilitas harga yang terbentuk dengan baik, mengindikasikan
bahwa jeruk sudah mulai dikembangkan dan dilirik oleh petani.
Ketersedian anggur lokal yang masih minim membuat harga anggur lokal
tinggi. Harga minimum buah anggur lokal pada angka Rp 47.146/kg, angka
ini sangat tinggi dibandingkan apel dan jeruk. Mengingat biaya produksi,
biaya angkut dan pasokan buah yang minim membuat harga anggur lokal
yang ditawarkan akan tinggi.
4. Harga Impor Apel, Anggur, Jeruk
Bila harga yang ditawarkan tinggi disebabkan oleh produksi buah yang
rendah. Faktor lainnya karena biaya produksi, biaya angkut tinggi, Harga buah
impor menunjukkan ketersedian buah lokal, ketika ketersedian buah lokal
rendah maka buah impor masuk sebagai cara untuk stabilitas harga di pasar.
Harga buah impor yang terbentuk berkaitan erat dengan jumlah produksi.
Apabila produksi buah lokal menurun, maka ada peluang untuk meningkatkan
volume impor. Dan bila produksi buah lokal tinggi, maka akan menurunkan
impor dengan syarat sudah mampu mencukupi kebutuhan. Buah impor yang
masuk sebagai stabilitas harga di pasar. Volume impor yang tinggi disebabkan
juga oleh beberapa bentuk kerjasama dan kebijakan yang berlaku. Akibatnya
persediaan buah tinggi akibat biaya angkut yang rendah serta harga yang
ditawarkan menjadi terjangkau.

58
Grafik 4. 3
Harga Impor Apel, Anggur, Jeruk

50,000
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0

2013Q3

2016Q2
2012Q1
2012Q2
2012Q3
2012Q4
2013Q1
2013Q2

2013Q4
2014Q1
2014Q2
2014Q3
2014Q4
2015Q1
2015Q2
2015Q3
2015Q4
2016Q1

2016Q3
2016Q4
Apel Jeruk Anggur

Sumber : Badan Pusat Statistik (2012-2016)


Dari grafik diantas menunjukkan bahwa selisih harga impor cenderung
memiliki jarak yang tinggi berbeda antar waktu. Berbeda dengan selisih harga
buah lokal yang memiliki jarak harga yang kecil. Hal ini disebabkan oleh
tinggi rendah volume impor buah di Indonesia. Apabila dibandingkan dengan
harga buah lokal, maka harga buah impor cenderung lebih murah.
Harga apel impor lebih murah dibandingkan harga apel lokal ini terbukti
bahwa pada tahun 2012 kuartal satu harga apel impor sebesar Rp 7.950/kg ini
merupakan harga terendah yang terjadi antara kurun waktu 2012 kuartal satu
hingga 2016 kuartal empat. Hal ini terjadi karena volume impor sepanjang
tahun sepanjang 2012 sebesar 183.859.437 kg. Harga jeruk impor lebih
rendah dibandingkan jeruk lokal, rata-rata harga yang ditawarkan selama 2012
kuartal satu hingga kuartal empat yaitu sebesar Rp 13.009/kg. Harga buah
impor ini cukup rendah, karena Indonesia memiliki perjanjian dengan negara
China tentang tarif bea masuk sebesar 0% khususnya terhadap komoditas
jeruk.

59
Kondisi komoditas anggur impor merupakan jenis buah yang diminati di
Indonesia karena memiliki ketersediaan sepanjang tahun. Dibandingkan buah
lokal yang memiliki musim tertentu. Minat masyarakat yang masih
bergantung pada buah impor kareana ketersedian anggur lokal yang belum
mampu memenuhi pasar di Indonesia. Hal ini rasa yang Anggur merupakan
komoditas yang diminati di Indonesia, namun produksi lokal yang belum
memenuhi permintaan pasar di Indonesia. Oleh sebab itu harga yang
ditawarkan anggur impor ini cukup rendah apabila dibandingkan dengan rata-
rata harga buah lokal yang mencapai Rp 61.047/kg sedangkan rata-rata anggur
impor hanya sebesar Rp 30.740/kg.

B. Interpretasi Hasil
1. Analisis Deskriptif Volume Impor Apel, Anggur dan Jeruk di Indonesia
Setiap tahun volume impor mengalami perkembangan dibandingkan
ekspor, hal ini disebabkan penghapusan tarif bea masuk komoditas
hortikultura di Indonesia, serta komoditas buah-buahan masih belum mampu
bersaing dengan buah impor karena kualitas yang masih rendah. Indonesia
hanya mampu memproduksi buah-buahan yang dibutuhkan oleh domestik,
sedangkan kebutuhan konsumsi buah-buahan harus tetap dipenuhi. Buah yang
dikonsumsi memiliki kandungan gizi dan vitamin yang dibutuhkan oleh
kesehatan. Hal ini membuka celah untuk masuknya buah-buahan impor.

60
Grafik 4. 4
Volume Impor Apel, Anggur, Jeruk di Indonesia

70,000,000

60,000,000

50,000,000

40,000,000

30,000,000

20,000,000

10,000,000

2015Q1

2016Q4
2012Q1
2012Q2
2012Q3
2012Q4
2013Q1
2013Q2
2013Q3
2013Q4
2014Q1
2014Q2
2014Q3
2014Q4

2015Q2
2015Q3
2015Q4
2016Q1
2016Q2
2016Q3
Apel Anggur Jeruk

Sumber : Badan Pusat Statistika (2012-2016)


Dari data diatas menunjukkan bahwa volume impor mengalami fluktuatif
setiap waktu. Volume impor tertinggi didominasi oleh buah apel, yang
selanjutnya diikuti oleh anggur dan jeruk. Volume impor tertinggi berada pada
tahun 2012 kuartal dua dengan nilai 64.803.823 kg untuk komoditas apel,
sedangkan volume impor terendah pada buah anggur terjadi pada tahun 2013
kuartal satu dengan nilai 4.917.878 kg yang diikuti oleh buah jeruk dengan
nilai terendah berada pada tahun 2013 kuartal tiga sebesar 2.162.540 kg.

Perkembangan volume impor yang cenderung tinggi disebabkan oleh


perubahan luas lahan. Seperti yang terdapat pada tabel dibawah luas lahan
pada tanaman apel, anggur dan jeruk.

Tabel 4. 2
Luas Lahan Tanaman Apel, Anggur dan Jeruk (Dalam Ha)

Tahun Komoditas
Apel Anggur Jeruk
2012 4.265 193 5.609
2013 3.734 167 5.362

61
2014 2.773 219 5.565
2015 2.892 163 4.551
2016 3.028 178 4.457
Sumber : Kementerian Pertanian (2012-2016)

Pada tabel diatas menunjukkan luas lahan di Indonesia mengalami


penurunan maupun kenaikan. Pada komoditas apel tahun 2012-2014
mengalami penurunan lahan yaitu sebesar 4.262 Ha menjadi 2.773 Ha.
Penurunan luas lahan ini terjadi khususnya di wilayah Kota Batu yang
merupakan kawasan berlereng curam dengan karakteristik tanah mudah
dilanda erosi.

Volume impor apel yang cukup tinggi, menunjukkan bahwa terdapat


keseriusan importir untuk menjaga kesegaran buah dari negara asal hingga
tujuan. Hal ini juga dibuktikan nilai impor apel yang tinggi pada tahun 2016
kuartal empat sebesar 46.816.358 kg. Buah yang diimpor ke Indonesia
memiliki pengiriman yang khusus seperti cara yang dilakukan adalah dalam
pengiriman menggunakan mesin pendingin yang suhu telah diatur hingga
sampai di negara tujuan tetap disimpan pada ruangan dengan suhu dan
kelembaban tertentu sagar kesegarannya terjaga. Sedangkan pada apel lokal
pada saat sampai daerah tujuan buah langsung dijual tanpa disimpan pada
ruangan yang semestinya, hal ini yang menyebabkan kerusakan, penurunan
kualitas buah apel. Beberapa jenis buah impor yang dijual adalah Apel Fuji
Jingle, Apel Golden, Apel Green Smith, Apel Royal Gala, Apel Washington.
Pada komoditas anggur volume impor mengalami fluktuatif. Hal ini
disebabkan oleh luas lahan yang mengalami penurunan maupun peningkatan.
Seperti yang ditunjukkan pada tahun 2012 luas lahan sebesar 193 Ha, pada
tahun 2013 menjadi 167 Ha.
Anggur merupakan tanaman asli Eropa dan Asia Tengah yang mulai
berkembang di Indonesia dan masih sedikit produksi yang dihasilkan. Hal ini
yang menyebabkan volume impor anggur terus dilakukan. Di Indonesia
terdapat tiga sentra pengembangan anggur yaitu Probolinggo, Buleleng dan

62
Bali. Produksi anggur hanya mampu untuk konsumsi daerah setempat, untuk
luar daerah belum bisa memenuhi kebutuhan. Angka Produksi pada buah
anggur dapat dijelaskan pada tabel dibawah.

Tabel 4. 3
Produksi Apel, Anggur dan Jeruk di Indonesia (Dalam Kg)
Komoditas
Tahun Apel Anggur Jeruk
2012 247.075 10.160 1.498.396
2013 255.245 9.474 1.548.401
2014 242.915 11.146 1.785.264
2015 238.434 11.410 1.744.339
2016 330.781 9.507 2.014.214
Sumber : Kementerian Pertanian (2012-2016)

Tabel diatas menunjukkan produksi apel, anggur dan jeruk. Seperti pada
tahun 2012 produksi anggur sebesar 10.160 ton, menurun tahun 2013 menjadi
9.474 ton. Sedangkan pada 2014 dan 2015 meningkat dari 11.146 ton menjadi
11.410 ton. Lalu menurun kembali produksinya sebesar 9.507 ton.

Produksi jeruk cukup tinggi dibandingkan buah anggur dan apel.


Angka produksi jeruk setiap tahun mengalami kenaikan. Peningkatan
produksi jeruk didukung oleh instansi terkait yang mengembangkan inovasi
jeruk agar menghasilkan buah yang melimpah, berbuah sepanjang tahun dan
dapat bersaing dengan buah impor. Seperti yang dilakukan oleh

Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropik mengeluarkan


inovasi teknologi dan produk unggulan tanaman jeruk berupa sistem pakar
untuk monitoring Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) jeruk, pukap jestro
pupuk ini sebagai pengganti untuk mengelola nutrisi tanaman yang memiliki
keunggulan yaitu ramah lingkungan, hemat biaya, mudah aplikasi, umur pupuk
lebih anjang, dan nutribusi sesuai pertumbutuhan tanaman, serta Bark
Persticide Aplicator (BPA) yaitu aplikasi pestisida sistemik yang dilakukan
batang tanaman jeruk yang berfungsi mengendalikan hama yang biasa
menyerang tanaman jeruk (Balitjestro, 2017). Serta mengembangkan teknologi

63
pembuahan jeruk berjenjang sepanjang tahun yang dikenal Bujangseta. Hal ini
untuk mengatasi permasalahan yang selama ini dialami petani jeruk berupa
masa produksi yang lama serta panen raya yang bersamaan. Dengan
menggunakan teknik ini produksi buah jeruk bisa berbuah sepanjang tahun (off
season) yang menghasilkan buah yang seragam, cita rasa sesuai pasar, kulit
buah yang mulus dan harga yang cukup bersaing.

2. Hasil Analisis Model


a. Uji Estimasi Data
1. Uji Chow
Uji selanjutnya untuk mementukan model regresi yang terbaik
apakah pooled least square atau fixed effect model. Jika nilai Prob
lebih kecil dari siginifikasi a 10% maka model yang digunakan
random effect model. Sebaliknya, jika nilai prob lebih besar α 10%,
maka model yang digunakan pooled least square. Sebaliknya jika nilai
prob lebih kecil α 10% maka model yang digunakan fixed effect model.
H0 = Model PLS
H1 = Model FE
Berdasarkan model pooled least square dengan fixed effect
diperoleh nilai sebagai berikut.

Gambar 4. 1
Uji Chow

Fixed-effect (within) regression

Prob > chi2 = 0.0806

Sumber : Hasil pengolahan data dengan Stata SE


Berdasarkan dari hasil diatas, nilai prob sebesar 0.0806
menunjukkan nilainya lebih kecil dari tingkat signifikasi α 10% maka
yang digunakan adalah fixed effect model.

64
2. Uji Lagrange Multiplier
Uji ini digunakan untuk memilih model yang akan digunakan pool
least square atau random effect model. Dapat diperiksa dengan
Breusch and Pagan Lagrangan multiplier test dengan cara melihat nilai
chibar2. Dengan tingkat signiifikasi 10%, bila chi-square lebih kecil α
maka model yang digunakan adalah random effect model. Sebaliknya
jika nilai chi-squared lebih besar maka model yang digunakan pooled
least square.
H0 = Model PLS
H1 = Model RE
Berdasarkan model pooled least square dengan random effect
diperoleh nilai sebagai berikut :

Gambar 4. 2
Uji Langrange Multiplier

Sumber : Hasil pengolahan data dengan Stata SE

65
Berdasarkan dari hasil diatas, Chibar2 sebesar 0.00 sehingga
nilainya lebih kecil dari tingkat signifikasi 10% maka model yang
digunakan adalah random effect model.

3. Uji Hausman
Merupakan uji yang digunakan untuk memilih model yang akan
diguanakan apakah fixed effect model atau random effet model. Dapat
dilihat dari nilai prob, jika nilai prob lebih kecil dari α 10% maka
model yang digunakan fixed effect model. Sebaliknya jika nilai prob
lebih besar dari α 10% maka yang digunakan adalah random effect
model.
H0 = Model RE
H1 = Model FE
Berdasarkan metode fixed effect model dengan random effect
model diperoleh sebagai berikut.

Gambar 4. 3
Uji Hausman

Sumber : Hasil pengolahan data dengan Stata SE

Berdasarkan dari hasil diatas, nilai prob sebesar lebih besar dari
signifikasi 10% maka artinya model panel yang baik digunakan
adalah random effect model.
Setelah dilakukan uji Lagrange Multiplier (LM) untuk memilih
antara pooled least square atau random effect, uji chow untuk memilih
pooled least square dengan fixed effect model, uji hausman untuk

66
memilih antara fixed effect atau random effect. Maka hasil yang
terbaik untuk model penelitian ini adalah random effect model.
4. Random Effect Model
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan random effect model. Dapat dijelaskan melalui persamaan
berikut:

Tabel 4. 4
Random Effect Model

R-square: Number of obs = 60


Within = 0.0370 Number of groups =3
Between = 0.1984 Wald chi2 (3) = 6.74
Overall = 0.1075 Prob > chi2 = 0.0806
VI Coef. Std. Eror Z Prob
PD -.3828714 .1683968 -2.27 0.023
HBD -2.009865 1.117678 -1.80 0.072
HBI .6192574 .4727808 1.31 0.190
_cons 35.31566 9.782909 3.61 0.000
Sumber : Pengolahan data dengan Stata SE

Hasil estimasi model REM menunjukkan bahwa dua dari empat


variabel signifikan dengan tingkat kesalahan 10%. Hasil uji F
menunjukkan bahwa model signifikasi dengan tingkat kesalahan α
sebesar 10% dan model menunjukkan nilai koefisein determinasi
overall 0.1075%.

Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:

VI = 35.31566 - 0.3828714 PD – 2.009865 HBD+ 0.6192574 HBI + ε


Keterangan :
VI = Volume Impor
PD = Produksi Domestik

67
HBD = Harga Buah Domestik
HBI = Harga Buah Impor
ε = error term
b. Uji Hipotesis
1. Uji t-statistik
Berdasarkan hasil estimasi regresi REM diperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa koefisien masing-masing variabel bebas memiliki
nilai yang berbeda. Identifikasi masing-masing variabel untuk model
dijelaskan sebagai berikut.
Pertama koefisien produksi domestik diperoleh -0.3828714
dengan hasil probabilitas 0.023. hasil pengujian ini meyimpulkan
bahwa H0 ditolak pada α sebesar 10%. Ini artinya, parameter ini dapat
dipakai sebagai estimator yang signifikan atau produksi domestik
mempengaruhi volume impor. Tanda koefisien menunjukkan
hubungan negatif antara kedua variabel tersebut, yaitu apabila terjadi
peningkatan pada produksi domestik sebesar 1% maka volume impor
akan menurun sebesar -0.3828714 persen dengan asumsi variabel
bebas lainnya tetap.
Kedua, koefisien harga buah domestik diperoleh -2.009865
dengan hasil probabilitas 0.072. hasil pengujian ini meyimpulkan
bahwa H0 ditolak pada α sebesar 10%. Ini artinya, parameter ini dapat
dipakai sebagai estimator yang signifikan atau harga buah domestik
mempengaruhi volume impor. Tanda koefisien menunjukkan
hubungan negatif antara kedua variabel tersebut, yaitu apabila terjadi
peningkatan pada harga buah domestik sebesar 1% maka volume
impor akan menurun sebesar -2.009865 persen dengan asumsi
variabel bebas lainnya tetap.
Ketiga, koefisien harga buah impor diperoleh 0.6192574 dengan
hasil probabilitas 0.072. Hasil pengujian ini meyimpulkan bahwa H0
diterima pada α sebesar 10%. Ini artinya, parameter ini dapat tidak

68
dipakai sebagai estimator yang signifikan atau harga buah impor tidak
mempengaruhi volume impor. Tanda koefisien menunjukkan
hubungan positif antara kedua variabel tersebut, yaitu apabila terjadi
peningkatan pada harga buah impor sebesar 1% maka volume impor
akan naik sebesar 0.6192574 persen dengan asumsi variabel bebas
lainnya tetap.
Hipotesis yang telah dibuat dapat dibuktikan sebagai berikut:
a. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh produksi domestik secara
parsial terhadap volume impor

H1 : Diduga terdapat pengaruh produksi domestik secara parsial


terhadap volume impor

b. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh harga buah domestik secara


parsial terhadap volume impor

H1 : Diduga terdapat pengaruh harga buah domestik secara


parsial terhadap volume impor

c. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh harga buah impor secara parsial


terhadap volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh harga buah impor secara parsial
terhadap volume impor
d. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh produksi domestik, harga
buah domestik, harga buah impor terhadap volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh produksi domestik, harga buah
domestik, harga buah impor terhadap volume impor

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka pembuktian hipotesis yang


telah dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai t-statistik produksi domestik 0.023 menunjukkan nilai lebih kecil
dari signifikasi 10%. Maka dapat disimpulkan H1 diterima

69
2. Nilai t-statistik harga buah domestik 0.072 menunjukkan nilai lebih
kecil dari signifikasi 10%. Maka dapat disimpulkan H1 diterima
3. Nilai t-statistik harga buah impor 0.190 menunjukkan nilai lebih kecil
dari signifikasi 10%. Maka dapat disimpulkan H0 diterima

2. Uji F-statistik
Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai probabilitas F-statistik
sebesar 0.0806. angka ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas F-
statistik kurang dari tingkat signifikasi α 10% sehingga, H0 ditolak dan
H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas
(produk domestik, harga buah domestik, harga buah impor) secara
simultan signifikan berpengaruh terhadap volume impor.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0.1075.
Hal ini berarti bahwa besar 10,75% variasi volume impor dapat
dijelaskan oleh produksi domestik, harga buah impor, harga buah
lokal, sedangkan sisanya sebesar 89.25% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dijelaskan dalam model.
c. Analisis Ekonomi Volume Impor dengan Variabel Produksi Domestik,
Harga Buah Domestik, Harga Buah Impor.
1. Produksi domestik terhadap Volume Impor

Produksi domestik adalah komponen yang penting dalam


menentukan volume impor yang dibutuhkan. Apabila produksi
domestik yang tercukupi maka dapat mengurangi volume impor.
Sedangkan volume impor yang menurun menunjukkan bahwa negara
tersebut dapat memenuhi kebutuhan.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa produksi domestik


berpengaruh signifikan terhadap volume impor. Karena besar kecilnya
volume impor ditentukan produksi domestik dalam negeri. Hubungan

70
antara produksi domestik dan volume impor bersifat negatif,
menunjukkan bahwa produksi buah domestik mengalami peningkatan
maka volume impor akan mengalami penurunan. Sebaliknya, apabila
produksi buah-buahan menurun, maka volume impor akan mengalami
peningkatan. Karena kebutuhan konsumsi tidak hanya dipengaruhi
jumlah konsumsi saja, namun harga juga. Ketika harga buah impor
lebih mahal dari buah domestik maka seseorang akan mengurangi
konsumsinya.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang


dilakukan oleh Silitonga (2014) Faktor Yang Mempengaruhi Volume
Impor Komoditas Jeruk di Indonesia. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa produksi jeruk berpengaruh negatif signifikan
terhadap terhadap volume impor.

2. Harga Buah Domestik terhadap Volume Impor

Harga merupakan salah satu faktor pendukung pada permintaan


barang, semakin rendah harga suatu barang maka permintaan
semakin tinggi. Sebaliknya jika semakin tinggi harga maka
permintaan akan barang semakin rendah. Permintaan disini
menunjukkan besarnya impor dari luar negeri. Ketika harga buah
domestik naik, maka permintaan buah akan menurun yang
menyebabkan jumlah buah yang terjual juga turun. Menurunnya
volume impor supaya tidak terjadi kerugian atau stok berlebih di
pasar dalam negeri.

Dalam penelitian menunjukkan bahwa harga buah domestik


berpengaruh signifikan terhadap volume impor buah-buahan.. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori permintaan yang menjelaskan
hubungan permintaan dengan harga. Yaitu ketika harga cenderung

71
tinggi, maka permintaan menurun. Sebaliknya jika harga cenderung
rendah, maka permintaan akan naik.

3. Harga Buah Impor terhadap Volume Impor


Harga Buah Impor memegang peranan penting bagi kestabilan
harga yang tercipta terhadap permintaan barang. Seperti pada teori
Case dan Fair (2004) yang menyatakan “suatu barang yang diimpor
jika harga bagi pembeli lebih rendah dari pada harga barang yang
diproduksi didalam negeri. Maka konsumen akan membeli yang
lebih murah dan mengkonsumsi lebih banyak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga buah impor tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap volume impor. Hubungan
harga buah impor dengan volume impor bertentangan dengan teori
yang memiliki sifat negatif. Karena buah-buahan termaksud dalam
hortikultura dan terdapat perjanjian tarif bea masuk sebesar 0%.
Maka ketika harga buah impor tinggi, akan tetap melakukan impor
karena biaya yang rendah yang tidak berdampak bagi para importir.
Penelitian yang dilakukan juga didukung oleh penelitian
sebelumnya oleh Silitonga (2014) yang berjudul Faktor Yang
Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk Di Indonesia. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa harga jeruk impor tidak
berpengaruh signifikan negatif terhadap volume impor.

72
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan juga pembahasan yang telah dilakukan. Penulis
memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengaenai analisis
faktor yang mempengaruhi volume impor buah-buahan di Indonesia, yaitu
sebagai berikut:
1. Selama kurun waktu 2012 hingga 2016, secara umum volume impor
mengalami fluktuatif cenderung meningkat. Peningkatan volume impor
tersebut disebabkan oleh perubahan luas lahan dan produksi. Pada
komoditas apel disebabkan oleh penurunan luas lahan, anggur disebabkan
oleh luas lahan dan produksi yang fluktuatif. Sedangkan pada komoditas
jeruk terjadi penurunan volume impor yang disebabkan oleh produksi
yang meningkat.
2. Faktor yang mempengaruhi volume buah-buahan di Indonesia yaitu
produksi domestik, harga domestik, dan harga buah impor. Variabel
produksi domestik dan harga domestik berpengaruh signifikan negatif
terhadap volume impor. Sedangkan harga impor tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap volume impor. Secara simultan produksi
domestik, harga domestik, dan harga impor berpengaruh signifikan
terhadap volume impor.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah
a. Sebaiknya Pemerintah membenahi sektor hulu dari sentra buah-
buahan di Indonesia dengan melakukan peremajaan tanaman. Dan
menyediakan bibit unggul yang melalui proses ilmiah untuk
menghasilkan kualitas dan kuantitas yang mampu bersaing.

73
b. Dari segi harga dengan memastikan ketersedian buah-buahan lokal,
agar tercipta harga yang terjangkau bagi masyarakat.
c. Sebaiknya pemerintah memberlakukan tariff barrier agar dapat
memantau keterdiaan buah impor di Indonesia yang akan berefek pada
harga buah impor.Apabila ketersedian buah impor banyak, maka harga
yang tercipta akan rendah, namun ketersediaan bauh impor rendah
maka harga akan tinggi.

2. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat membantu untuk mensejahterakan petani dengan
mengonsumsi buah dalam negeri. Karena buah dalam negeri lebih
segar dan kandungan gizi, vitamin yang banyak dibandingkan buah
impor.

3. Bagi Civitas Akademika


a. Dalam melakukan penelitian masih banyak kekurangan, untuk itu bagi
penelitian selanjutnya berharap dapat melengkapi. Variabel yang perlu
ditambahkan dalam penelitian yaitu nilai tukar, konsumsi.
b. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat memperluas objek penelitian
dengan lintas negara. Dan mampu menambah maupun rentan waktu
penelitian.

74
DAFTAR PUSTAKA

Ahsjar, Djauhari. (2007). Pedoman Transaksi Ekspor & Impor. Jakarta: Prestasi
Pustaka.

Anggasari, Poppy. (2008). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume


Impor Kedelai Indonesia.

Apridar. (2009). Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Arhim, Muh. (2017). Perbandingan Keputusan Pembelian Berdasarkan Indeks


Kepuasan Dari Proses Pemasaran Antara Buah Lokal Dan Buah Impor Di
Hypermart Kota Palopo.

Badan Pusat Statistik. (2016). Produk Domestik Bruto Atas Harga Dasar Berlaku.
https://www.bps.go.id/ Diakses pada tanggal 15 Juni 2018.

Bahoui Song et al. (2009). Competitive Analysis and Market Power of China’s
Soybean Import Market.

Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika [Balitjestro] (2017).


http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/ Diakses pada tanggal 17 Juni 2018

Boer, R. (2011). Ancaman perubahan iklim terhadap ketahanan pangan. Workshop


Nasional dan FGD Adaptasi Perubahan Iklim. Bandung, 9-10 November 2011.

Budiyati, Emi. (2012). Prospek Pengembangan Varietas-Varietas Unggul Anggur di


Daerah Sentra Produksi. http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id.

Case, Karl E dan Ray C. Fair. (2004). Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: PT
Indeks.

Departemen Pertanian. (2010). Direktorat Jendral Penanganan Pasca Panen.

Direktorat Jenderal Hortikultura (2013). Pedoman Teknis Peningkatan Produksi,


Produktivitas Dan Mutu Produk Hortikultura Berkelanjutan Tahun 2014.

75
Menurut Direktorat Budidaya dan Pasca panen Buah. (2016). Karakteristik Buah-
Buahan di Indonesia.

Direktorat Jenderal Hortikultura. (2017). Statistik Produksi Hortikultura 2016.


Kementerian Pertanian.

Direktorat Jendral Hortikultura. (2017). Laporan Kinerja Direktorat Jendral


Hortikultura.

Effendi, Nury dan Maman Setiawan. (2014). Ekonometrika Pendekatan Teori dan
Terapan. Jakarta : Salemba Empat.

Faodji, Imam. (2015). Analisis Impor Sapi Indonesia dari Australia.

Ginting, Ari Mulianta. (2014). Perkembangan Neraca Perdagangan dan Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhinya Trade Balance Development And Its Determining
Factors.
Gujarati, D. N. (2013). Dasar-dasar Ekonometrika, Edisi Kelima. Mangunsong, R.
C., penerjemah. Jakarta : Salemba Empat.
Hady, Hamdy. (2009). Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan Perdagangan
Internasional. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hamdani, (2003). Seluk Beluk Perdagangan Ekspor. Jakarta : Yayasan Bina Usaha
Niaga Indonesia.

Jamil, Ahmad Syariful. (2015). Analisis Permintaan Impor Garam Indonesia.

Kemenkes [Kementerian Kesehatan] Republik Indonesia. 2014. Tumpeng gizi


seimbang. http://gizi.depkes.go.id/download/pedomangiz i/PGSok.pdf. [30
Januari 2015].

Kementerian Pertanian. (2016). Outlook Komoditas Pertanian Subsektor Hortikultura


Jeruk.

Kountur, Ronny. (2003). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Jakarta: PPM.

76
Krismawati, Amik dan Sugiono. (2012). Kajian Penerapan Usahatani Anggur di Kota
Probolinggo. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas
Pertanian Universitas Trunijoyo Madura.

Kurniawan, Edi. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Impor Buah


dan Sayur di Indonesia.

Las, I., H. Syahbuddin, E. Surmaini, A.M. Fagi. (2008). Iklim dan Tanaman Padi:
Tantangan dan Peluang. Dalam Padi: Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan.
Balai Besar Penelitian Padi.

Liang, C. & Drohojowski, N. (2008). Grapes. New York : Hamilton College Press.

Mankiw, N. Gregory. (2006). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Martasari, C & H Mulyanto. (2008). Teknik Identifikasi Varietas Jeruk.

Muhammad, Firdaus. (2006). Ekonometrika Suatu Pengenalan Alternatif. Jakarta :


Bumi Aksara.

Mustafa Edwin Nasution, et all. (2006). Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.


Jakarta: Kencana Media Group.

Nuhung, Iskandar Andi. (2013). Strategi Pengendalian Impor Hortikultura.

Nurcahyani dan Hikmah. (2014). Distribusi buah import (studi kasus pada
pedagangan buah di Kota Semarang.

Pamungkas, Aditya Rizky. (2013). Pengaruh Produksi, Konsumsi dan Harga terhadap
Impor Bawang Merah di Kabupaten Brebes Tahun (2006.01-2010.12).

Partadireja. (1985). Pengantar Ekonomi. Yogyakarta (ID): BPFE-UGM.

Prafajarika, Sella Widya. Edy Yulianto. Wilopo. Pengaruh Nilai Tukar, Harga Dalam
Negeri dan Harga Internasional terhadap Volume Impor Daging Sapi
Indonesia.

Rahardja, Pratama. (2010). Teori Mikroekonomi. Jakarta: LP-FEUI.

77
Rahim. (2007). Ekonomika Pertanian (Pengantar, teori dan kasus). Jakarta : Penebar
Swadaya.

Ria, Rizkita. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi


Konsumen Terhadap Buah Lokal.

Riantari, Ni Made Angga dkk. (2015). Prospek Pengembangan Usahatani Jeruk Siam
di Desa Pupuan Kecaman Tegallalang Kabupaten Gianyar.

Rosetti et al. (2009). Economic Evaluation of The Increase in Production Capacity


of a High Technology Products Manufacturing Cell Using Discrete Event
Simulation. IEEE.

Rugman A.M. dan Hodgetts, R.M. (1995). International Business–A Strategic


Management Approach. New York : McGraw-Hill Inc.

Sadeli dan Utami. (2012). Motivasi, Pengetahuan, Dan Sikap Konsumen Terhadap
Atribut Komoditas Apel Lokal Dan Apel.

Salvatore D. (2014). International Economics (Ekonomi International). Edisi ke-9


Jakarta: Salemba Empat.
Saphira, Karina. (2017). Kepentingan Indonesia Melakukan Impor Buah Jeruk Dari
Tiongkok.

Sari, Dewi Retno. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Cabai
di Indonesia Tahun 2000-2014.

Sayaka, Bambang. (2013). Analisis Struktur Perilaku Kinerja Pasar Buah-Buahan.

Setiawan, Heri dan Sari Lestari. (2011). Perdagangan Internasional. Yogyakarta :


Pustaka Nusantara.

Silitonga, Yosep Andrew Tao. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume


Impor Komoditas Jeruk di Indonesia.

Sitio, Vera Sylvia Saragi dkk. (2015). Perbandingan Pola Konsumsi Untuk Impor
Buah Segar Selektif di Indonesia.

78
Sobri. (2001). Ekonomi Internasional: Teori Masalah dan Kebijaksanaannya.
Yogyakarta : BPFE UI.

Sudianto dkk. (2009). Analisis Daya Saing Buah Jeruk Lokal Terhadap Buah Jeruk
Impor Melalui Sikap Konsumen Terhadap Atribut Produk.

Sukardi dkk. (2016). Karakteristik Fase Pembangunan dan Pembentukan Bakal Apel
(Malus X Domestica Borkh. „Manalagi‟, „Rome Beauty‟, and „Anna‟ Untuk
mendapatkan Kultivar Baru Dalam Program Pemuliaan Apel.

Sumarni, Murti dan John Soeprihanto. (2010). Pengantar Bisnis (Dasar-dasar


Ekonomi Perusahaan). Edisi ke 5. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. (2008). Mikroekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta :


Raja Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. (2004). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo


Persada.
Sukirno, Sadono. (2010). Pengantar Teori Mikro Edisi 2. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

Sukirno, Sadono. (2011). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo


Persada.
Susilo, Andi. (2008). Buku Pintar Ekspor-Impor. Jakarta: Trans Media Pustaka.

Winardi, Wisnu. (2013). Dampak Pembatasan Impor Hortikultura Terhadap Aktivitas


Perekonomian, Tingkat Harga Dan Kesejahteraan.

Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis Ekonometrika dengan Statis dengan Eviews.
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Yekti, Nur Septian. (2017). Kebijakan Development State Indonesia dalam


Perdagagan Komoditas Hortikultura, Hewan dan Produk Hewan.

79
Zainal, Abidin. (2013). Modul Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.Jakarta : Pusdiklat Bea.

Zulkarnain. (2009). Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta : Bumi Aksara.

80
LAMPIRAN I
DATA

Triwulan Komoditas VI PD HBD HBI


2012Q1 Apel 17.47856 10.96842 9.94626 8.980927
2012Q2 Apel 17.79321 10.95401 9.954608 9.040619
2012Q3 Apel 17.82581 10.77405 10.00735 9.060331
2012Q4 Apel 17.40793 11.33993 10.04016 9.228279
2013Q1 Apel 16.76598 11.11313 10.16397 9.370587
2013Q2 Apel 17.98688 10.60175 10.42371 9.500769
2013Q3 Apel 16.62374 11.10192 10.315 9.616738
2013Q4 Apel 17.19763 11.31076 10.3376 9.732996
2014Q1 Apel 17.40457 10.95877 10.37761 10.80035
2014Q2 Apel 17.66368 11.02508 10.37358 9.61019
2014Q3 Apel 16.50364 11.16589 10.39081 9.777603
2014Q4 Apel 17.55578 10.8853 10.40925 9.780698
2015Q1 Apel 16.27459 10.13313 10.38736 9.861067
2015Q2 Apel 17.04204 11.06604 10.40599 9.998252
2015Q3 Apel 17.09707 11.11559 10.44793 10.06221
2015Q4 Apel 16.83895 11.31567 10.41223 10.03314
2016Q1 Apel 17.18483 11.10455 10.42955 10.652
2016Q2 Apel 16.90565 11.26289 10.46783 10.0322
2016Q3 Apel 17.55486 11.43064 10.53712 10.1421
2016Q4 Apel 17.66174 11.45455 10.47574 10.17796
2012Q1 Anggur 16.31158 8.02617 10.761 9.969463
2012Q2 Anggur 16.52801 6.944087 10.73881 9.728956
2012Q3 Anggur 16.83214 8.109826 10.79109 9.827524
2012Q4 Anggur 16.28569 7.914252 10.80712 9.846706
2013Q1 Anggur 15.40839 8.063378 10.96081 9.97539
2013Q2 Anggur 16.35607 7.610358 11.03669 10.21027
2013Q3 Anggur 16.0135 7.564238 11.02559 10.20733
2013Q4 Anggur 16.21592 7.762596 11.05695 10.45634
2014Q1 Anggur 15.81577 8.112228 11.11243 10.53893
2014Q2 Anggur 16.57056 7.74023 11.0567 10.39416
2014Q3 Anggur 16.45489 7.689829 11.06464 10.30229
2014Q4 Anggur 16.46715 8.109526 11.02821 10.59984
2015Q1 Anggur 15.7303 8.000349 11.09811 10.61853
2015Q2 Anggur 16.43232 7.948738 11.05829 10.58181
2015Q3 Anggur 16.2271 7.933797 11.09354 10.54958
2015Q4 Anggur 16.44393 7.939515 11.08294 10.66446

81
2016Q1 Anggur 15.91094 7.688913 11.15276 10.75577
2016Q2 Anggur 16.58977 7.56008 11.12641 10.59673
2016Q3 Anggur 16.62944 7.645398 11.12351 10.45775
2016Q4 Anggur 16.92414 8.105308 11.06122 10.7166
2012Q1 Jeruk 15.94262 12.75261 9.673949 8.844625
2012Q2 Jeruk 16.02438 13.086 9.697508 8.952476
2012Q3 Jeruk 16.41654 12.99447 9.748003 8.947546
2012Q4 Jeruk 15.49195 12.34942 9.786279 8.957897
2013Q1 Jeruk 15.45781 12.66926 9.877554 9.254166
2013Q2 Jeruk 15.66225 12.94022 9.979708 9.473397
2013Q3 Jeruk 14.58679 12.88238 9.955511 9.31677
2013Q4 Jeruk 15.71233 12.94923 10.01436 9.526537
2014Q1 Jeruk 15.25377 12.62176 9.993922 9.435029
2014Q2 Jeruk 15.71463 12.98892 10.02416 9.710792
2014Q3 Jeruk 15.70501 13.19936 10.00604 9.388068
2014Q4 Jeruk 15.47606 13.13157 10.02322 9.303375
2015Q1 Jeruk 15.40461 12.6227 10.00622 9.556621
2015Q2 Jeruk 15.88103 12.99618 10.00789 9.808847
2015Q3 Jeruk 15.33982 13.28466 10.01149 9.288843
2015Q4 Jeruk 16.06645 12.92911 10.01905 9.502587
2016Q1 Jeruk 16.01043 13.1221 10.0532 9.943589
2016Q2 Jeruk 15.39266 13.12549 10.09481 9.877452
2016Q3 Jeruk 15.46324 13.39403 10.08197 9.813508
2016Q4 Jeruk 15.80307 12.78466 10.08004 9.595807

82
LAMPIRAN II
A. Pool Least Square

83
B. FEM

84
C. REM

85
D. Uji Chow

86
E. UJI LM

F. UJI HAUSMAN

87

Anda mungkin juga menyukai