SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
Dhimas Setyanik
NIM : 11140840000002
I. Identitas Pribadi
1. Nama Lengkap : Dhimas Setyanik
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Febuari 1996
3. Alamat : Jl. Karya Bakti 3 Kel. Cijantung Kec. Pasar Rebo
Jakarta Timur
4. Telepon : 08567869962/082246831554
5. Email : noniks39@gmail.com
i
ABSTRACT
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan volume impor
buah-buahan di Indonesia, dan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
volume impor buah-buahan di Indonesia. Penelitian ini mengguanakan data
sekunder dan analisis data panel dengan pendekatan Random Effect Model
(REM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi domestik dan
harga buah domestik berpengaruh signifikan negatif terhadap volume
impor. dan harga buah impor tidak berpengaruh signifikan positif terhadap
volume impor. Secara simultan produksi , harga domestik domestik dan
harga buah impor berkontribusi secara signifikan terhadap volume impor.
Kata Kunci : Produk Domestik (PD), Harga Buah Domestik (HBD), Harga Buah Impor
(HBI), Volume Impor (VI), Fixed Effect Model (FEM)
iii
KATA PENGANTAR
iv
5. Terima Kasih kepada Bapak Arief Fitrijanto, M. Si selaku Kepala
Jurusan Program Studi Ekonomi Pembangunan dan Bapak Sofyan
selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan yang selalu
membimbing mahasiswanya.
6. Terima Kasih kepada Ibu Najwa Khairina, S.E., M.A. dan Ibu Rahmah
Farahdita Soeyatno, SP., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Terima
Kasih atas segala ilmu yang diberikan, arahan, kritikan dan saran untuk
menyelesaikan skripsi. Semoga ilmu yang diberikan selalu bermanfaat
dan selalu dalam Lindungan Allah SWT.
7. Terima Kasih teruntuk Muhammad Hasan Hidayat telah hadir dalam
hidup saya dan turut membimbing. Orang yang selalu memotivasi untuk
menjadi lebih baik lagi, dan tak pernah lelah untuk menemani ketika
sedih dan senang. Pembelajaran yang akan selalu diterapkan untuk
kehidupan selanjutnya.
8. Terima Kasih kepada sahabat-sahabat shaliha saya yaitu Terryna Lady
Dessy, Varrah Ainun Istiqomah, Yushi Septiana, Choirunnisa, Dwi
Nurhartinah. Terima kasih selalu menemani dalam keadaan sedih dan
senang, sahabat terbaik sepanjang masa, banyak sekali pembelajaran
bersama kalian. Semoga kalian selalu bahagia dimanapun berada.
9. Terima Kasih kepada teman-teman “KKN KORSA” atas segala
dukungan dan motivasinya. Terutama Nurul, Devi, Laras, Ramadhan,
Kak Nanda, Ocid dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas segala pengalaman yang berharga yang tidak bisa
diulang kembali. Semoga menjadikan kita manusia lebih baik setiap
harinya.
10. Terima Kasih kepada “JEJAK SAHAJA” atas segala canda tawa yang
diberikan serta pengalaman indah selama perjalanan yang telah
ditempuh. Semoga kita semua menjadi orang sukses.
v
11. Terima Kasih kepada PT. Telekomunikasi Indonesia khususnya untuk
Bu Ummul, Bu Iko, Bu Dewi, Mbak Rima, Mbak Widya, Pak Tio, Pak
Heksa, Pak Hendro atas segala keramahan dan ilmunya.
12. Terima Kasih untuk teman jurusan Ekonomi Pembangunan atas ilmu
dan pembelajarannya selama kuliah. Semoga kalian sukses dan selalu
sehat.
13. Terima Kasih kepada teman-teman konsentrasi Otonomi Keuangan
Daerah telah memberikan pembelajaran yang sangat berarti dalam kelas.
Semangat kalian yang tidak selalu membara, sehingga saya selalu
terpacu untuk berkembang.
14. Terima Kasih senior maupun alumni Ekonomi Pembangunan yang
memberikan masukan serta kritikan atas segala masalah yang saya
miliki. Semoga senantiasa kita diberi kemudahan untuk berbuat baik
kepada sesama.
15. Terima Kasih kepada HMJ Ekonomi Pembangunan atas segala wadah
telah memberikan kesempatan saya untuk berkontribusi selama tiga
tahun. Semoga HMJ Ekonomi lebih baik lagi dan berkembang.
Saya menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna karena itu
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan
dimasa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT selalu
melindungi dan memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Semoga Allah
SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan.
Dhimas Setyanik
vi
DAFTAR ISI
vii
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................................................. 37
C. Metode Pengolahan Data .................................................................................................... 39
D. Operasional Variabel Penelitian.......................................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 45
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................................................. 45
B. Interpretasi Hasil ................................................................................................................. 60
1. Analisis Deskriptif Volume Impor Apel, Anggur dan Jeruk di Indonesia ..................... 60
2. Hasil Analisis Model....................................................................................................... 64
BAB V PENUTUP ....................................................................................................................... 73
A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 75
LAMPIRAN I .............................................................................................................................. 81
LAMPIRAN II ............................................................................................................................. 83
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GRAFIK
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kurva Perdagangan Internasional ................................................................ 14
Gambar 2. 2 Kurva Permintaan ......................................................................................... 24
Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 35
Gambar 4. 1 Uji Chow ...................................................................................................... 64
Gambar 4. 2 Uji Langrange Multiplier ............................................................................. 65
Gambar 4. 3 Uji Hausman................................................................................................. 66
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbedaan nilai ekspor dan impor disebut neraca perdagangan, ketika nilai
ekspor lebih besar dari impor maka neraca perdagangan bernilai positif,
sedangkan ketika nilai impor lebih besar dari nilai ekspor neraca perdagangan
bernilai negatif. Untuk melaksanakan ekspor dan impor pada suatu negara ada
hal yang harus diperhatikan yaitu pertumbuhan ekonomi.
Besarnya pertumbuhan ekonomi dilihat dari PDB, yang dihitung dari seluruh
nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu wilayah dengan waktu
tertentu. Ada beberapa sektor yang disusun dalam menghitung nilai PDB yaitu,
sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengadaan
listrik dan gas, pengadaan air, pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan
daur ulang, konstruksi, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
1
motor, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum,
informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real estate, jasa
perusahaan, administrasi pertahanan dan jaminan sosial wajib, jasa pendidikan,
jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa lainnya. Berikut tampilan data yang
berbentuk grafik PDB ADHB dapat dilihat.
Grafik 1. 1
PDB ADHB 2014-2016 (Dalam Miliar Rupiah)
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
Dalam grafik di atas dapat dilihat bahwa kontribusi terhadap PDB mengalami
peningkatan setiap tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2016 yaitu
sebesar 2.544.576,00 milyar rupiah pada sektor industri pengolahan. Peningkatan
terbesar kedua terjadi pada sektor pertanian 1.668.998,00 milyar rupiah. Hal ini
juga dibenarkan oleh biro humas informasi publik kementerian pertanian, yang
menyatakan bahwa peningkatan pada sektor pertanian disebabkan peran
pemerintah yang berupaya mendorong peningkatan produksi pangan terutama
komoditas yang strategis.
2
hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran, bunga-bungaan, obat-obatan.
Adapun karakteristik yang dimiliki hortikultura yaitu cepat busuk (perishable),
memiliki nilai estetika, produksi umumnya musiman, beberapa dintaranya tidak
tersedia sepanjang tahun, memerlukan volume yang besar (ruangan yang besar),
memiliki daerah menanam yang spesifik (Departemen Pertanian, 2010).
Tabel 1. 1
PDB ADHB 2014-2016 (Dalam Miliar Rupiah)
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu tiga tahun
terakhir pertumbuhan PDB di Indonesia mengalami peningkatan. Seperti
peningkatan yang terjadi pada tanaman hortikultura pada tahun 2015 sebesar
174.453,60 milyar rupiah meningkat menjadi 186.908,50 milyar rupiah. Hal ini
3
menunjukkan subsektor hortikultura memiliki peran yang penting dalam
pembangunan ekonomi nasional sebagai penyedia bahan pangan.
Tabel 1. 2
Produksi Buah-Buahan 2015-2016 (Dalam Ton)
Tahun Pertumbuhan
No Komoditi Absolut
2015 2016
(ton) %
1 Alpukat 382.537 304.932 -77.605 -4
2 Belimbing 98.959 78.761 -20.198 -1
3 Duku/Langsat 274.31 206.018 -68.292 -3.5
4 Durian 995.729 735.419 -260.31 -13.4
5 Jambu Biji 195.743 206.986 11.243 0.5
6 Jambu Air 92.543 88.681 -3.862 -0.1
7 Jeruk 1.744.330 2.014.206 269.876 13.9
8 Jeruk besar 111.746 124.252 12.506 0.6
9 Mangga 2.178.826 1.814.540 -364.286 -18.8
10 Manggis 230.100 162.862 -67.238 -3.4
11 Nangka/Cempedak 69 654.91 -44.58 -2.3
12 Nanas 1.729.600 1.396.141 -333.459 -17.2
13 Pepaya 851.528 904.282 53.024 2.7
14 Pisang 7.299.266 7.007.117 -292.149 -15.1
15 Rambutan 882.694 572.182 -310.512 -16.1
16 Salak 965.198 702.345 -262.853 -13.5
17 Sawo 134.641 132.279 -2.362 -0.1
4
18 Markisa 113.125 101.963 -11.162 -0.5
19 Sirsak 58.987 55.907 -3.080 -0.1
20 Sukun 125.039 108.37 -16.669 0.8
21 Apel 238.433 329.78 91.347 4.7
22 Anggur 11.406 9.506 -1.900 -0.1
23 Melon 137.879 117.337 -20.542 -1.1
24 Semangka 576.167 480.884 -95.283 -4.9
25 Blewah 34.306 19.539 -14.767 -0.7
26 Stoberi 31.798 12.091 -19.707 -1
18.434.559 15.573.797
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2017)
Pada tabel di atas menyatakan bahwa pertumbuhan produksi buah pada tahun
2016 mengalami penurunan. Pada tahun 2015 penurunan produksi sebesar
18.434.559 ton menjadi 15.573.797 ton. Penurunan produksi buah-buahan
terjadi pada hampir seluruh jenis buah, hanya terdapat beberapa buah yang
mengalami pertumbuhan positif yaitu jambu biji, jeruk, jeruk besar, pepaya, dan
apel. Penurunan produksi buah-buahan terjadi karena adanya perubahan iklim
yang terjadi sepanjang tahun 2016 seperti bencana banjir, kekeringan, serangan
hama penyakit serta pada komoditas buah disebabkan karena umur tanaman
sudah tidak produktif lagi (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2017).
Hal ini juga yang terjadi pada masyarakat ketika ingin membeli barang.
Masyarakat akan membeli barang lebih banyak ketika harga rendah, sedangkan
masyarakat akan mengurangi pembelian ketika harga tinggi. Menurut Sukirno
5
(2011) harga merupakan hal yang diperhatikan oleh masyarakat dalam
menentukan jumlah yang akan dibeli dari pendapatan yang diperoleh seperti
yang dijelaskan pada hukum permintaan. Nurcahyani menjelaskan (2014) bahwa
produksi buah lokal yang tidak menentu membuat harga buah lokal mengalami
fluktuatif bahkan harga cenderung tinggi karena suplai buah berkurang.
Sedangkan ketika penurunan produksi pada buah-buah lokal maka, memberikan
peluang terhadap buah impor untuk masuk ke Indonesia. Menurut Arhim (2017)
buah impor yang masuk ke Indonesia akan membuat harga buah impor lebih
rendah dibandingkan buah lokal, karena menyediakan suplai dalam jumlah yang
besar. Oleh karena buah impor yang beredar adalah cara yang digunakan untuk
menurunkan harga buah-buahan (Sayaka, 2013).
Buah impor yang memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kondisi
wilayah. Perbedaan karakteristik buah-buahan ini yang menyebabkan terjadi
6
subtitusi impor, seperti yang terjadi pada tahun 2015 Indonesia mampu
mengekspor jeruk ke beberapa negara tujuan seperti Malaysia, Hongkong,
Pakistan, Arab Saudi, Singapore. Dan negara yang mengimpor jeruk ke
Indonesia yaitu China, Pakistan, Brazil, Australia, USA, dan Afrika Selatan
(Kementerian Pertanian, 2016). Dengan begitu dapat dilihat bahwa Indonesia
melakukan subtitusi impor dengan negara Paskistan berupa komoditas jeruk.
Beberapa jenis buah lain yang paling banyak diimpor adalah apel, anggur dan
jeruk. Mayoritas negara pengimpor jenis ini adalah negara China, Amerika
Serikat, dan Australia.
Buah apel, anggur, jeruk memiliki sentra produksi yang berbeda, sehingga
karakteristik yang dimiliki tidak sama. Sentra komoditas apel yang
dikembangkan di Jawa Timur khususnya di Kota Batu dan Malang. Jenis apel
yang dikembangkan yaitu Apel Manalagi, Apel Rome Beauty, Apel Ana
(Sukardi, 2016). Ketiga jenis apel ini memiliki karakteristik dan demografi yang
berbeda dengan negara China, Amerika Serikat, Australia dan Eropa. Selain buah
lokal, jenis buah apel impor yang dijual dipasar yaitu Apel Fuji Jingle, Apel
Golden, Apel Green Smith, Apel Royal Gala, dan Apel Washington. Jenis apel
impor yang masuk ke Indonesia didominasi oleh negara China, karena Indonesia
dengan China memiliki hubungan kerjasama Association of South East Asian
Nation (ASEAN) China Free Trade Area (ACFTA) adalah kesepakatan yang
dibuat dengan anggota (ASEAN) dengan China untuk meningkatkan
perdagangan bebas dengan mengurangi berbagai hambatan baik tarif maupun
non tarif.
Jeruk merupakan buah yang disukai berbagai lapisan masyarakat dan
umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar. Manfaat buah jeruk penting untuk
kesehatan yaitu memenuhi zat gizi vitamin dan mineral. Buah ini mudah
didapatkan di pasar tradisional maupun di supermarket). Beberapa jenis jeruk
yang dikembangkan di Indonesia adalah Jeruk Siam, Jeruk Manis, Jeruk keprok,
dan Jeruk pamelo. Sedangkan terdapat juga jeruk impor yang beredar dipasaran
7
yaitu Jeruk Ponkam RRC yang berasal dari China, Jeruk Imperial Seed dan Jeruk
Nova Daisy yang berasal dari Australia, Jeruk Valencia dan Jeruk Navel yang
berasal dari Amerika Serikat. Menurut Saphira (2017) buah jeruk impor
didominasi oleh China, negara China merupakan mitra dagang terbesar di
Indonesia. Indonesia dengan China memiliki kesepakatan tertulis dalam ACFTA,
dimana Indonesia memberikan tarif 0 % terhadap buah jeruk China yang masuk
ke Indonesia. Manfaat kesepakatan ACFTA ini yaitu meningkatkan
perekonomian negara masing-masing anggotanya.
Anggur merupakan tanaman asli Eropa dan Asia Tengah yang kini sudah
ditanam di Indonesia (Budiyati, 2012). Anggur memiliki manfaat sebagai
sumber antioksidan yang berguna untuk penangkal efek radikal bebas. Indonesia
juga memproduksi buah anggur, namun hasilnya rendah dan belum mencukupi
kebutuhan nasional, dan belum mampu bersaing dengan buah impor. Padahal
jenis buah ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi menurut Beberapa jenis
buah anggur lokal adalah Anggur Probolinggo super, Probolinggo 81, Kediri
kuning, bali, red price/prabu bestari Sentra-sentra produksi unggulan terdapat ada
Kota Probolinggo, Kab. Probolinggo, Kota Kediri, Kab. Buleleng, Kab. Sleman,
Kab. Klaten, Kota Palu, Kota Pare-Pare, Situbondo. Sedangkan jenis anggur
impor yang beredar di Indonesia diantaranya Anggur Red Globe, Anggur Autum
Royal, dan Anggur Calmeria. Ketiga jenis buah tersebut berasal dari Amerika
Serikat.
8
mencukupi permintaan, minat masyarakat pada buah impor lebih tinggi
dibandingkan buah lokal. Terdapat beberapa jenis hortikultura yang tidak bisa
tumbuh di Indonesiaa. Perhatian yang rendah oleh pemerintah tentang produk
hortikultura terutama pada alokasi anggaran untuk pembinaan dan
pengembangan, baik dalam bentuk Anggaran Pendapatan Belanja Negara
(APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), kredit perbankan
dan investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal
Asing (PMA), pengeloaan pembangunan hortikultura masih kurang baik dari segi
kelembagaan, perencanaan, meskipun sudah ada undang-undang yang
mengaturnya.
Grafik 1. 2
Volume Impor Buah-Buahan 2014-2016 (Dalam Kg)
160,000,000.00
140,000,000.00
120,000,000.00
100,000,000.00
80,000,000.00
60,000,000.00
40,000,000.00
20,000,000.00
-
2014 2015 2016
9
Sedangkan pada komoditas jeruk dan anggur tahun 2016 mengalami peningkatan
impor. Menurut penelitian Septian Nur Yekti (2017) disebabkan oleh World
Trade Organization (WTO) yang mengabulkan gugatan yang diajukan Amerika
Serikat dan Selandia Baru atas menghapuskan hambatan tarif maupun non-tarif
yang dibuat Indonesia karena dinilai tidak sesuai dengan perjanjian yang telah
ditetapkan seluruh anggota WTO. Hambatan tarif yaitu pajak yang dikenakan atas
barang-barang yang masuk ke wilayah lain, penghapusan tarif memberikan
dampak pada harga barang impor yang rendah dibandingkan harga barang lokal.
Sedangkan penerapan non tarif yaitu berupa kuota impor yang memberikan
batasan langsung terhadap jumlah barang yang diimpor. WTO mengabulkan
gugatan yang diajukan oleh Amerika Serikat dan Selandia Baru adalah
meningkatkan impor pada berbagai jenis komoditas khususnya hortikultura
(Ginting, 2014).
10
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penelitian mengangkat suatu permasalahan
yang ingin dijawab melalui penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan volumr impor pada komoditas apel, anggur dan
jeruk di Indonesia?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi volume impor apel, anggur, jeruk di
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan yang akan
akan dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mempelajari perkembangan volume impor pada komoditas apel, anggur dan
jeruk di Indonesia
2. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor buah-buahan di
Indonesia
D. Manfaat Penelitian
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan akibat dari reaksi permintaan dan
penawaran suatu barang dan jasa. Reaksi ini menunjukkan sektor manakah
yang lebih dominan dalam memenuhi kebutuhan negara. Menurut Setiawan
(2011) perdagangan internasional adalah kegiatan yang dilakukan oleh satu
penduduk negara dengan negara lain sebagai bentuk kesepakatan bersama.
Dalam Sobri (2001) menjelaskan perdagangan internasional adalah rangkaian
transaksi beberapa subyek dalam bidang ekonomi antarnegara. Subyek yang
dimaksud terdiri dari warga negara, perusahaan ekpor dan impor, perusahaan
industri, perusahaan negara maupun pemerintahan yang bisa dilihat dari
transaksi negara perdagangan.
Dalam melaksanakan perdagangan internasional akan terjadi apabila
terdapat pihak yang memperoleh keuntungan dan tidak terdapat pihak yang
dirugikan. Manfaat yang diperoleh dari perdagangan internasional disebut
manfaat perdagangan atau gains from trade. Secara sederhana perdagangan
internasional adalah pertukaran barang dan jasa antar negara. Tujuan dari
perdagangan internasional adalah untuk mencari keuntungan, dan dapat
terlaksana apabila terdapat permintaan serta penawaran pada pasar
internasional.
Alasan utama perdagangan internasional, yaitu pertama perbedaan
produk antara negara satu dengan negara yang lain. Kedua, untuk mencapai
skala dalam produksi. Menurut Sukirno (2011) alasan lain menjadi penyebab
terjadi perdagangan internasional sebagai berikut:
a) Perbedaan kekayaan yang dimiliki untuk menghasilkan barang yang
dapat diproduksi. Dengan perdagangan internasional maka akan
mempermudah produksi dalam negeri.
12
b) Dengan adanya spesialisasi maka memudahkan negara untuk
mengefisiensikan produksi dengan menggunakan faktor-faktor
produksi dalam negeri atau mengimpor barang tersebut. Tujuannya
untuk meminimalkan biaya produksi dan penggunaan sumber daya
yang terbatas.
c) Memperluas pasar dalam negeri. Saat melakukan perdagangan
internasional, berarti negara tersebut sedang memperluas pangsa
pasar. Hal ini terjadi karena harus dapat memenuhi kebutuhan
dalam dan luar negeri.
d) Untuk meningkatkan teknologi yang modern. Ketika suatu negara
melakukan perdagangan luar negeri, maka memberikan peluang
kepada negara tersebut untuk mempelajari teknik produksi yang
lebih efisien.
Dalam perdagangan internasional terdapat dua kegiatan yang dilakukan
yaitu ekspor dengan impor. Ekspor adalah kegiatan menjual barang atau jasa
ke negara lain, sedangkan impor kegiatan membeli barang atau jasa dari
negara lain. Kedua kegiatan ini saling menguntungkan karena dapat sama
membantu kebutuhan negara.
13
Gambar 2. 1
Kurva Perdagangan Internasional
14
dan penawaran (ES) pada komoditas tertentu. Selain itu perbedaan mata uang
exchange rate suatu negara secara tidak langsung akan menyebabkan ekspor
dan impor pada pasar internasional.
15
hortikultura ditanam pada lingkungan bukan pada asalnya, besar
kemungkinan tidak dapat tumbuh karena tidak memenuhi syarat
tumbuhnya.
Prospek yang dihasilkan dari tanaman hortikultura menurut Direktorat
Jenderal Hortikultura (2013) memberikan kontribusi yang positif terhadap
indikator ekonomi makro. Rata-rata pertumbuhan permintaan pasar
terhadap produk hortikultura mencapai 11 persen, sedangkan pada sektor
perkebunan dan tanaman pangan masih berkisar 7-8 persen. Kondisi ini
menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya
hortikultura yang tidak hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga pada
aspek kesehatan, estetika dan lingkungan. Kini hortikultura telah menjadi
sumber pendapatan bagi petani baik skala kecil, menengah dan besar
bahkan daerah-daerah yang telah dikenal sebagai icon hortikultura.
Tanaman hortikultura merupakan jenis tanaman sebagai penunjang
pemenuhan gizi masyarakat seperti vitamin, protein dan karbohidrat, serta
sebagai penunjang kegiatan agrowisata dan agroindustri. Hal ini
menunjukkan bahwa hortikultura memiliki aspek yang luas untuk
dikembangkan.
Berdasarkan kegunaannya, pengelompokkan tanaman hortikultura
terbagi menjadi beberapa jenis tanaman yaitu :
1. Tanaman Buah-Buahan
2. Tanaman Sayuran
3. Tanaman Bunga-bungaan
4. Tanaman Obat-obatan
Menurut Zulkarnain (2009) ciri-ciri tanaman hortikultura yang
dihasilkan sebagai berikut:
1. Mudah atau Cepat Busuk (perishable)
Karakteristik dari tanaman hortikultura dikenal mudah rusak,
sehingga perlu perlakuan khusus dan penanganan khusus pasca
panen agar dapat lebih tahan lama.
16
2. Terdapat Kandungan Air (water content)
Tanaman hortikultura dipanen dalam keadaan segar, sehingga
terdapat kandungan air yang cukup.
3. Bersifat Musiman atau Meruah (voluminous atau bulky)
Terdapat beberapa jenis tanaman hortikultura yang bersifat
musiman, hal ini memberikan dampak pada tidak tersedia setiap
saat. Saat masa panen tiba yang bersamaan membuat harga yang
diberikan umumnya lebih murah dibandingkan saat diluar musim.
4. Harga Ditentukan Kualitas Bukan Kuantitas
Penting memperhatikan kualitas dari produk hortikultura yang
dihasilkan. Apabila produk memiliki kualitas yang baik maka
akan bernilai jual tinggi, untuk mempertahankan agar memiliki
nilai lebih diperlukan bibit yang unggul serta penanganan yang
baik saat pra panen dan pasca panen.
5. Sumber Vitamin dan Karbohidrat
Berbeda dengan kebutuhan pokok, pada produk hortikultura
memiliki kandungan vitamin dan mineral, yang apabila tidak
dipenuhi maka akan berakibat pada kesehatan.
b. Buah Apel (Malus Sylvestris Mill)
Apel adalah tanaman berasal dari Asia Barat tumbuh pada iklim sub-
tropis, yang selanjutnya diadaptasi di Indonesia dengan iklim tropis.
Tanaman ini cocok di dataran tinggi, salah satu daerah budidaya apel
berada di Malang, Kota Batu dan Pasuruan. Karakteristik apel bentuk
bulat, terdapat cekungan di tengah pucuk, kulit yang tipis dan memiliki
daging buah berwarna putih, renyah dan kandungan air banyak serta rasa
manis (Suwarto, 2010). Menurut Direktorat Budidaya dan Pasca panen
Buah (2016) manfaat dari apel dapat mengurangi resiko kanker, usus
besar, kanker prostat dan kanker paru-paru. Kandungan pada serabut apel
17
membantu mengontrol pergerakan usus maka mengurangi resiko kanker
usus besar. Serat apel berguna untuk mengurangi resiko penyakit jantung
serta mengontrol berat badan tingkat kolesterol. Karena apel tidak
mengandung kolesterol dan mempunyai serat untuk mengurangi
kolesterol.
c. Buah Anggur (Vitis Vinivera L.)
18
yang mengandung vitamin C mencegah sariawan dan menambah nafsu
makan.
Produksi jeruk di Indonesia cukup banyak, sentra-sentra penghasil
jeruk yang tersebar mulai dari dataran rendah hingga tinggi menunjukkan
bahwa buah ini cocok tumbuh di daerah tropis. Bahkan ada beberapa jenis
jeruk yang menjadi unggulan daerah maupun nasional, salah satunya jenis
jeruk siam yang terdapat di Sumatera Utara. (Martasari, 2008).
3. Ekspor
a. Teori Ekspor
Ekspor adalah beberapa macam jenis barang dan jasa yang diproduksi
suatu negara lalu dijual diluar negeri (Mankiw, 2006). Menurut Sukirno
(2010) ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang ke luar negeri
dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat
penjualan lainnya yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu pihak
eksportir dan importir. Jadi dapat disimpulkan ekspor adalah beberapa
jenis barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri dan menjual keluar
negeri menggunakan sistem pembayaran, kualitas kuantitas dengan syarat
disetujui oleh kedua belah pihak.
Ketika suatu negara melakukan ekspor barang ke negara lain
menunjukkan bahwa negara tersebut tidak mampu memproduksi atau
produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Yang
terpenting adalah ketika melakukan ekspor barang produksi dapat
bersaing dalam pasar luar negeri. Barang yang di ekspor harus memiliki
keunggulan dan harga yang terbaik, semakin istimewanya jenis barang
yang dihasilkan suatu negara maka semakin banyak ekspor yag akan
dilakukan (Sukirno, 2008). Manfaat yang didapatkan dari ekspor yaitu
akan meningkatkan cadangan devisa dan akan menaikan output dalam
negeri. Cadangan devisa dapat digunakan untuk keperluan pembiayaan
impor, baik barang produktif maupun konsumsi. Apabila negara
19
meningkatkan ekspor maka akan menambah cadangan devisa, sehingga
akan meningkatkan impor juga.
4. Impor
a. Teori Impor
Dalam melakukan perdagangan internasional tidak terlepas dari
kegiatan ekspor dan impor. Ekspor adalah menjual barang dan jasa dari
satu negara ke negara lain. Sedangkan pengertian impor menurut Djauhari
Ahsjar (2009) impor adalah kegiatan memasukkan barang dari luar negeri
kedalam wilayah pabean Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Susilo (2008) mengatakan secara harfiah, impor adalah memasukkan
barang daru suatu negara (luar negeri) ke dalam wilayah pabeaan negara
lain. Hal ini akan melibatkan dua negara yang dapat diwakilkan oleh dua
perusahaan yang berbeda, sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku. Hamdani (2003) juga menjelaskan pengertian impor membeli
barang dari luar negeri ke dalam negeri dan barang yang dibeli harus
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Bea Cukai Departemen Keuangan.
Dari pengertian impor diatas, maka disimpulkan bahwa impor adalah
kegiatan membeli barang atau memasukkan barang dari luar negeri
kedalam negeri, yang melibatkan dua negara dimana barang yang dibeli
harus dilaporkan kepada bea cukai.
Impor yang dilakukan sebuah negara bergantung dengan ketersediaan
barang yang diproduksi. Apabila sebuah negara belum mampu produksi
barang didalam negeri, maka kegiatan impor terus berlangsung. Untuk
mengurangi impor yang terjadi, maka sebuah negara harus mulai
memproduksi barang yang diimpor, supaya tidak ketergantungan dengan
negara lain.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor
Untuk melakukan perdagangan bebas,
1. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri
dan luar negeri
20
2. Harga barang-barang di dalam negeri
3. Besarnya nilai tukar yang menentukan jumlah mata uang domestik
yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing
4. Ongkos angkut barang antar negara
5. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional
c. Manfaat Impor
Impor yaitu memasukkan barang dari luar negeri ke dalam negeri.
Apapun jenis kegiatan baik ekspor dan impor juga memiliki manfaat,
manfaat yang diberikan dengan adanya kegiatan impor yaitu:
1. Memperoleh Barang yang Tidak Bisa Dihasilkan Sendiri
Mengetahui setiap negara memiliki sumber daya alam yang berbeda
serta kemampuan untuk mengolah sumber daya alam yang berbeda
juga. Hal ini disebabkan kondisi letak geografis, topografi dan
kuantitas sumber daya yang tidak sama dengan wilayah lain. Dengan
dilakukannya perdagangan antarnegara maka memperoleh barang yang
tdiak bisa dihasilkan dalam negeri.
2. Memperoleh Teknologi Modern
Dengan adanya perdagangan antarnegara, maka manfaat yang
didapatkan adalah transformasi dari teknologi. Jika sumber daya
teknologi di negara kita masih rendah, maka perdagangan antarnegara
menjadi salah satu cara untuk mempelajari teknologi dari negara lain.
Hal ini disebabkan oleh pertukaran informasi antar berbagai pihak.
3. Memperoleh Bahan Baku
Untuk memproduksi sebuah barang, diperlukan bahan baku sebagai
penunjang dalam proses produksi. Setiap negara memiliki keterbatasan
bahan baku yang dihasilkan. Oleh sebab itu, dibutuhkan impor bahan
baku yang tidak dapat diproduksi negara sendiri. Bahan baku ini
21
merupakan sumber kelangsungan bagi sebuah produksi barang dan
jasa.
d. Kebijakan Bidang Impor
22
sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.
Menurut Rugman, Hodgetts (1995) non tarif barrier dapat
dikelompokka, sebagai berikut:
a) Pembatasan Spesifik
1. Larangan impor secara mutlak.
2. Pembatasan impor atau sistem kuota
3. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
4. Peraturan kesehatan/karantina.
5. Peraturan pertahanan dan keamanan negara.
6. Peraturan kebudayaan.
7. Perizinan impor (Import lincences.)
8. Embargo.
9. Hambatan pemasaran/marketing seperti:
a. VER (Voluntary Export Restraint), yaitu pembatasan
impor secara sukarela oleh negara eksportir
b. OMA (Orderly Marketing Agreement), yaitu pembatasan
pemasaran produk tertentu atas permintaan negara
importir.
2. Sistem kuota dan Efek-Efek Kuota
Kuota adalah pembatasan fisik secara kuantitatif yang
dilakukan atas pemasukan barang impor dan pengeluaran barang
(kuota ekspor) dari suatu negara ke negara lain untuk melindungi
konsumen. Menurut ketentuan General Tarrifs and Trade
(GATT)/WTO, sistem kuota hanya dapat digunaka dalam hal
sebagai berikut:
a. Untuk melindungi bidang pertanian.
b. Untuk menjaga keseimbangan balance of payment.
c. Untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional.
23
5. Permintaan
a. Teori Permintaan
Menurut Rahardja (2010) permintaan adalah keinginan seseorang
untuk memenuhi kebutuhannya dalam tingkat harga dan periode waktu
tertentu. Pengertian lain dari Nasution (2006) permintaan adalah ketika
bersedia untuk membeli suatu barang dan jasa pada berbagai tingkat
harga dan periode waktu tertentu. Jadi disimpulkan permintaan adalah
keinginan seseorang ketika bersedia membeli suatu barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhannya pada tingkat harga dan periode tertentu.
Perilaku ini berkaitan erat dengan oleh permintaan dan harga yang dapat
digambarkan pada kurva permintaan sebagai berikut.
Gambar 2. 2
Kurva Permintaan
24
tingkat permintaan barang dan jasa tersebut semakin rendah. Ini dapat
dijelaskan pada kehidupan sehari-hari yaitu ketika harga suatu barang
murah, maka permintaan akan barang tersebut akan meningkat. Dan
ketika harga barang semakin mahal, maka konsumen akan mengurangi
pembelian barang tersebut, dan akan mencari alternatif yang lain agar
dapat tetap mengonsumsi barang.
Impor pada dasarnya adalah permintaan, yaitu permintaan terhadap
barang modal luar negeri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
permintaan antara lain (Sukirno, 2010).
a. Harga Barang Itu Sendiri
Yaitu dapat dilihat dari harga barang itu sendiri, ketika harga
barang naik, maka jumlah barang yang diminta berkurang.
b. Harga Barang Lain
Berhubungan dengan jenis barang seperti barang subtitusi
(pengganti) dan barang komplementer (pelengkap). Ketika harga
subtitusi naik, maka permintaan akan barang pengganti akan
bertambah. Seperti ketika harga beras menurun, maka permintaan
akan gandum menurun. Sedangkan pada barang komplementer
atau barang pengganti antara teh dan gula, ketika harga gula
semakin meningkat, maka permintaan teh juga meningkat.
c. Pendapatan
Pendapatan dapat dikatakan kemampuan seseorang untuk membeli
suatu barang dan jasa. Ketika pendapatannya meningkat, maka
permintaan terhadap suatu barang juga akan meningkat.
d. Jumlah Populasi/Penduduk
Jumlah penduduk dapat menggambarkan jumlah permintaan akan
barang dan jasa. Ketika jumlah penduduk yang terus meningkat,
maka permintaan terhadap suatu barang juga akan meningkat
25
e. Estimasi Perkiraan
Estimasi perkiraan adalah keadaan yang dimasa akan datang,
dapat dilihat pada masa sekarang. Apabila perkiraan pada waktu
yang akan datang harga satu komoditas akan meningkat, maka
permintaan akan barang itu juga akan meningkat.
f. Selera
Selera berkaitan erat dengan preferensi konsumen untuk membeli
suatu barang dan jasa. Ketika Selera konsumen naik, maka
permintaan akan barang dan jasa juga meningkat
6. Produksi
26
negeri belum tercukupi maka volume impor akan meningkat. Sebaliknya, jika
produksi domestik meningkat dan sudah mampu memenuhi kebutuhan, maka
volume impor akan menurun.
7. Harga Domestik
Harga merupakan instrumen yang penting dalam transaksi jual beli atau
perdagangan. Harga menunjukkan tinggi dan rendah permintaan akan suatu
barang. Mekanisme harga dibentuk melalui proses permintaan dari segi
konsumen dan penawaran dari segi produsen yang bertemu di pasar. Apabila
permintaan tinggi melebihi penawarannya maka harga yang tercipta akan
tinggi, sebaliknya jika penawaran yang ditawarkan lebih tinggi dibandingkan
penawarannya maka harga cenderung turun. Tinggi rendah suatu harga dapat
mencerminkan ketersedian atau kelangkaan yang terjadi dari barang tersebut.
8. Harga Impor
Impor pada dasarnya adalah permintaan negara lain agar mampu
memenuhi kebutuhan negaranya terhadap negara lain. Impor ditentukan
besarnya permintaan yang diperlukan, dan dihargai dengan nilai atau harga.
Harga impor adalah komponen dalam perdagangan internasional yang dapat
mempengaruhi volume impor suatu negara. Harga impor merupakan nilai
yang ditetapkan pasar internasional yang telah diterima oleh negara importir.
Perubahan harga yang terjadi berdampak pada jumlah permintaan produk
impor pada negara. Karena keterikatan produk yang diminta dengan impor
suatu negara. Hubungan antara harga impor terhadap volume impor dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Harga Impor = Nilai Impor (US$)
Volume Impor (Ton)
Sukirno (2004) menjelaskan bahwa harga barang di pasar internasional
lebih murah dan memiliki kualitas lebih baik daripada barang dalam negeri
maka negara akan mengimpor barang tersebut. Harga impor berpengaruh
negatif terhadap volume impor yang artinya ketika harga impor mahal, maka
27
volume impor akan turun. Sebaliknya jika harga impor rendah maka volume
impor akan naik.
B. Penelitian Terdahulu
1. Hasil penelitian Silitoga (2014) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume
Impor Komoditas Jeruk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi volume impor
komoditas jeruk di Indonesia dan melihat dinamika kondisi impor komoditas
buah jeruk di Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
data panel dan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan, pada tahun 2012
komoditas jeruk dan neraca perdagangan Indonesia adalah negatif. Hasil
estimasi data panel yaitu aliran impor jeruk Indonesia, variabel yang
berpengaruh signifikan adalah produksi jeruk domestik , harga jeruk
domestik, harga jeruk luar negeri, dan dummy krisis. Produksi jeruk domestik
memiliki hubungan negatif dengan volume impor. Harga jeruk domestik
memiliki hubungan positif dengan volume impor, harga jeruk luar negeri
memiliki hubungan negatif dengan volume impor dan dummy krisis memiliki
hubungan negatif dengan volume impor. Diantara Variabel tersebut yang
paling berpengaruh terhadap impor jeruk di Indonesia adalah variabel harga
jeruk luar.
2. Kurniawan (2014) melakukan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Impor Buah dan Sayuran Di Indonesia. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan impor komoditas buah-
buahan dan sayuran di Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan impor buah-buahan dan sayuran di Indonesia.
Perkembangan impor buah dan sayuran Indonesia dari negara-negara eksportir
selama tahun 2006-2010 cenderung mengalami peningkatan. Secara
keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor buah-buahan
ke Indonesia adalah harga buah impor, indeks produksi industri, lag impor,
nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dan pasokan mangga di
28
Pasar Induk Keramat Jati. Variabel jarak ekonomi tidak berpengaruh nyata
terhadap permintaan impor buah-buahan di Indonesia. Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap permintaan impor sayuran Indonesia secara keseluruhan
adalah harga sayuran impor, indeks produksi industri, Dollar Amerika, lag
impor dan jarak ekonomi.
3. Penelitian Sari (2016) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Impor Cabai di Indonesia Tahun 2000-2014. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat pengaruh produksi cabai dalam negeri, harga cabai
domestik, konsumsi cabai dalam negeri, dan kurs terhadap impor cabai di
Indonesia. Metode yang digunakan adalah regresi linear berganda
mnggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel produksi cabai
dalam negeri, harga domestik cabai, konsumsi cabai dalam negeri dan kurs
berpengaruh signifikan terhadap impor cabai di Indonesia dan secara parsial
produksi cabai dalam negeri tidak berpengaruh secara signifikan dan
berhungan negatif. Harga domestik cabai berpengaruh signifikan dan
berhubungan positif. Konsumsi cabai dalam negeri tidak berpengaruh
signifikan dan berhubungan positif, serta kurs berpengaruh secara signifikan
tetapi berhubungan negatif terhadap impor cabai di Indonesia.
4. Hasil penelitian Pamungkas (2013) dengan judul Pengaruh Produksi,
Konsumsi dan Harga Terhadap Impor Bawang Merah di Kabupaten Brebes
Tahun (2006.01-2010.12). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh produksim konsumsi dan harga bawang merah secara bersama-sama
dan parsial terhadap impor bawang merah di Kabupaten Brebes. Metode yang
digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitian ini adalah produksi bawang
merah berpengaruh signifikan negatif terhadap volume impor, konsumsi dan
harga bawang merah berpengaruh signifikan terhadap volume impor. Variabel
produksi, konsumsi dan harga bawang merah secara parsial berpengaruh
negatif terhadap volume impor.
29
5. Penelitian yang dilakukan Anggasari (2008) yaitu Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Volume Impor Kedelai di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis perkembangan produksi, konsumsi dan impor kedelai
serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai di
Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini metode OLS program
eviews 4.1. Hasil Pada Penelitian ini menunjukkan bahwa produksi kedelai,
harga kedelai domestik berpengaruh signifikan positif terhadap volume impor
kedelai, sedangkan harga kedelai luar negeri, nilai tukar rupiah terhadap dollar
dan dummy tarif impor 10 persen tidak berpengaruh signifikan terhadap
volume impor kedelai.
6. Hasil penelitian oleh Prafajarika, Yulianto, Wilopo (2016) Pengaruh Nilai
Tukar, Harga Dalam Negeri Dan Harga Internasional Terhadap Volume Impor
Daging Sapi Di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menjelaskan pengaruh nilai tukar, harga daing sapi dalam negeri dan harga
daging sapi internasional terhadap volume impor daging di Indonesia,
pengaruh daging sapi dalam negeri terhadap volume impor daging sapi
Indonesia, pengaruh harga daging sapi internasional mempengaruhi volume
impor daging sapi Indonesia, dan pengaruh nilai tukar terhadap volume impor
daging sapi di Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian adalah
analisis deskriptif dan analisis linear berganda. Hasil pada penelitian ini
menunjukkan bahwa secara simultan antara variable nilai tukar, harga dalam
negeri, harga internasional terhadap impor daging sapi Indonesia, secara
parsial berpengaruh antara nilai tukar terhadap volume impor , dan secara
parsial tidak berpengaruh harga dalam negeri, harga internasional dengan
volume impor daging sapi Indonesia
7. Jamil (2015) melakukan penelitian dengan judul Analisis Permintaan Impor
Garam Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keragaan
kebijakan impor garam di Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan impor garam Indonesia, menganalisis kerentanan
permintaan impor garam Indonesia dari perspektif negara sumber impor
30
garam. Model pada penelitian ini menggunakan regresi data panel dan model
Almost Ideal Demand System (AIDS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel produksi garam domestik, harga garam impor, Produk Domestik
Bruto (PDB) rill Indonesia, PDB riil negara sumber impor dan nilai tukar riil
berpengaruh signifikan, terdapat variabel yang memiliki hubungan negatif
yaitu produksi garam harga garam impor. Dalam perhitungan elastisitas
menunjukkan bahwa Indonesia sangat tergantung secara spesifik terhadap
garam impor dari Australia dan India. Selain itu, garam yang berasal dari
Australia dan India saling berkomplemen sehingga akan terus mendominasi
pangsa impor garam Indonesia, untuk impor garam ke Indonesia tidak
diperlukan kebijakan tarif impor. Pemerintah sebaiknya lebih menekankan
dan fokus dalam meningkatkan produksi garam domestik. Implikasi kebijakan
yang seharusnya dapat diterapkan oleh pemerintah yaitu melakukan
sinkronisasi data, upaya intensifikasi dan ekstensifikasi lahan.
C. Hubungan Antar Variabel
Dalam rumusan masalah peneliti telah menetapkan akan meneliti tentang
analisis faktor yang mempengaruhi volume impor buah-buahan Indonesia.
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Silitonga (2014) menganalisis Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk di Indonesia pada
penelitian ini ditemukan bahwa hasilnya Produksi Jeruk Domestik, Harga Jeruk
Impor berpengaruh signifikan negatif terhadap volume impor jeruk, Harga Jeruk
Domestik berpengaruh signifikan positif dan dummy krisis memiliki hubungan
negatif dengan volume impor jeruk.
Kemudian skripsi yang berjudul Analisis Faktor yang mempengaruhi impor
Cabai di Indonesia oleh Sari (2014) ditemukan Harga Cabai Domestik
berpengaruh signifikan terhadap volume impor, Konsumsi Cabai dalam negeri
tidak berpengaruh signifikan positif, Kurs Rupiah terhadap dollar berpengaruh
signifikan negatif, produksi cabai domestik tidak berpengaruh signifikan negatif
terhadap volume impor cabai.
31
Hal ini yang menjadi pertimbangan penulis untuk menggunakan variabel
Produksi Nasional, Harga Buah Domestik, Harga Buah Impor sebagai variabel
indenpenden dan volume impor sebagai variabel dependen. Sehingga dapat
dibuat rumus sebagai berikut:
VI = f (PD, HBD, HBI)
Keterangan:
VI : Volume Impor
PD : Produksi Domestik
HBD : Harga Buah Domestik
HBI : Harga Buah Impor
32
Sebaliknya, jika semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit
permintaannya”. Akibat dari kenaikan harga yang terjadi, maka pembeli akan
mencari barang yang sama dengan harga yang lebih rendah karena memiliki
sifat dan manfaat yang sama.
c. Harga Buah Impor terhadap Volume Impor
Pada buku Case and Fair (2004) menjelaskan bahwa suatu barang akan
diimpor apabila harga barang impor lebih rendah dibandingkan harga lokal.
Maka konsumen akan memilih harga yang lebih murah, dan mengonsumsi
lebih banyak apabila terdapat perbedaan mutu antara produk dalam negeri dan
luar negeri serta harga dalam negeri yang ditawarkan lebih mahal
dibandingkan harga impor, maka konsumen akan beralih menggunakan
produk yang lebih murah sesuai dengan kemampuan.
D. Kerangka Berfikir
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang kaya akan tumbuh-
tumbuhan. Iklim ini cocok bagi buah-buahan untuk dapat berkembang, oleh
sebab itu banyak jenis buah yang mampu hidup dan bertahan. Peningkatan
permintaan buah-buahan tidak diimbangi oleh produksi nasional menyebabkan
Indonesia harus mengimpor beberapa jenis buah untuk memenuhi kebutuhan.
Seperti yang terjadi pada tahun 2015 produksi buah-buahan menurun
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 18.434.559 ton menjadi
15.573.797 ton tahun 2016. Penurunan ini terjadi akibat perubahan iklim
sepanjang tahun 2016. Penurunan produksi buah domestik ini memberikan
peluang untuk meningkatnya buah-buahan impor.
Hal yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah permasalahan yang
dihadapi oleh beberapa komoditas yaitu apel, anggur dan jeruk terhadap volume
impor. Yang akan dianalisis adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
33
volume impor buah-buahan di Indonesia yaitu produksi domestik, harga buah
domestik dan harga buah impor. Faktor-faktor tersebut akan digunakan sebagai
variabel independen dalam model yang mempengaruhi volume impor buah-
buahan di Indonesia.
Melalui hasil analisis ini diharapkan dapat mengungkapkan hal yang lebih
mendalam mengenai faktor yang mempengaruhi volume impor serta dapat
dijadikan masukan bagi pemerintah maupun memberikan gambaran keadan
volume impor di Indonesia agar dapat mengetahui tindakan preferentif yang
harus dilakukan.
34
Gambar 2. 3
Kerangka Berpikir
Permasalahan
Pemilihan Model
Pengujian Model
1. Uji Chow
2. Uji LM Test
3. Uji Hausman
Uji Hipotesis
1. Uji t statistik
2. Uji F-statistik
3. Uji Koefisien R2
35
E. Hipotesis
Hipotensis merupakan jawaban sementara atau kesimpulan yang diambil
untuk menjawab pertanyaan permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin saja salah. Hipotesis
dalam penelitian ini adalah:
a. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh produksi domestik secara parsial
terhadap volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh produksi domestik secara parsial
terhadap volume impor
b. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh harga buah domestik secara
parsial terhadap volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh harga buah domestik secara parsial
terhadap volume impor
c. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh harga buah impor secara parsial
terhadap volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh harga buah impor secara parsial
terhadap volume impor
d. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh produksi domestik, harga
buah domestik, harga buah impor secara simultan terhadap
volume impor
H1 : Diduga terdapat pengaruh produksi domestik, harga buah
domestik, harga buah impor secara simultan terhadap volume
impor
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan
penentuan sampel tidak menggunakan teori slovin, karena keterbatasan data yang
didapatkan oleh sebab itu metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik yang digunakan
dalam memilih sampel, dimana memiliki keterkaitan erat dengan kriteria yang
sesuai dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2012). Untuk pemilihan sampel
menggunakan teori yang dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono (2010)
adalah sebagai berikut:
37
penelitiannya terdapat 5 (independen + dependen), maka jumlah anggota
sampel = 10 x 5 = 50 sampel.
4. Pada penelitian eksperimen yang sederhana, menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota minimal sampel
masing-masing antara 10-20.
38
C. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini untuk rumusan masalah yang pertama
menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan
atau menggambarkan masalah yang telah terjadi pada masa lalu maupun masa
sekarang atau saat penelitian ini berlangsung. Terdapat ciri-ciri penelitian
deskriptif yaitu terdapat hubungan dengan keadaan yang terjadi pada saat itu,
dapat menguraikan satu variabel atau beberapa variabel yang diuraikan satu
persatu, tidak memanipulasi variabel atau tidak ada perlakuan treatment (Ronny
Kountur, 2013). Pemilihan analisis pada penelitian ini didasarkan untuk melihat
kondisi yang telah terjadi pada beberapa tahun yang lalu serta menjelaskan sebab
dan fakta yang terjadi terhadap variabel yang di teliti.
Pada rumusan masalah yang kedua menggunakan analisis regresi dengan data
panel. Dimana alat yang digunakan untuk melakukan analisis tersebut dalam
mengolah data dengan Stata 12. Penelitian ini menggunakan data panel untuk
mengolah data, karena dengan menggunakan data panel, terdapat beberapa
kelebihan. Menurut (Gujarati, 2013), keuntungan, sebagai berikut:
1. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section
dapat mengatasi masalah yang timbul karena ada masalah penghilangan
variabel (omitted variable).
2. Dengan data panel yang menggabungkan antara cross section dan times
series, maka hasil yang didapatkan lebih akurat serta nilai degree of
freedom akan lebih tinggi dan menghasilkan estimasi yang lebih efisien.
3. Data panel lebih memberikan peluang observasi yang lebih banyak
dibandingkan metode lain, Karena akan meminimalisasikan bias dan
mampu mengurangi kolinearitas antar variabel.
4. Data panel, mampu mengidentifikasi atau menguji model rumit yang tidak
mampu diukur oleh time series murni atau cross section murni.
5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks dan
mampu melihat dinamika data. Dimana dapat membandingkan kondisi
individu dengan periode lainnya.
39
Keuntungan lain yang didapatkan menggunakan data panel menurut Effendi
(2014) yaitu memiliki kemampuan dalam memodelkan heterogenitas antar
individu atau antar waktu dari perilaku variabel yang diteliti baik variasi di dalam
atau di antara (within) mampu memvariasi antara individu atau waktu, memiliki
jumlah observasi data yang lebih besar jika dibandingkan dengan data cross
section atau time series saja. Jumlah data ini bisa sangat berguna mengatasi
masalah variabilitas data yang diperlukan. Jumlah observasi data yang lebih
besar juga dapat mengurangi permasalahan multikolineritas yang bisa muncul
jika terdapat lebih dari satu variabel independen. Dan yang terpenting data panel
mampu menjelaskan pada analisis yang lebih luas dan komprehensif terhadap
permasalahan yang ada.
Dalam regresi data panel terdapat model yang dapat digunakan. Model
tersebut antara lain: Pooled Least Square (PLS), Fixed Effects Model (FEM),
Random Effect Model (REM) (Gujarati, 2013).
40
b. Pendekatan Effek Tetap (Fixed Effect Model)
Model yang dapat menunjukkan perbedaan konstan antar objek
meskipun dengan koefisien regresi yang sama. Model ini juga
memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah
omitted variables yang mungkin membawa perubahan pada intercept time
series atau cross section. Menurut Wing Wahyu Winarno (2009) Model
FEM dengan efek tetap maksudnya adalah bahwa satu objek, memiliki
konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode waktu. Demikian
pula dengan koefisien regresinya yang besarnya tetap dari waktu ke
waktu (time invariant).
c. Pendekatan Effek Acak (Random Effect Model)
Dengan menggunakan model ini, kita tidak dapat melihat pengaruh
dari berbagai karakteristik yang bersifat konstan dalam waktu atau
konstan di antara individual. Model ini mengestimasi data panel dimana
melibatkan hubungan eror term. Perbedaan intersep diakomodasi oleh
eror term masing-masing. Keuntungan dari model ini yaitu
menghilangkan heterokedasitas.
2. Pemilihan Metode Estimasi dalam Data Panel
a. Uji Spesifikasi Model dengan Uji Chow
41
b. Uji Spesifikasi Model dengan Lagrange Multiplier
Pada uji ini dilakukan untuk menentukan model apa yang digunakan
apakah pool least square atau random effect . Dengan menggunakan
Breush Pagan Langrangian Multiplier Test. Dengan melihat nilai
probabilitas Chi-square 10%. Apabila nilai chibar2 lebih kecil dari 10%
maka yang digunakan adalah random effect, sebaliknya jika nilai chibar2
lebih besar dari 10% maka menggunakan pool least square.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji koefisien regresi hasilnya signifikan
atau tidak, sebagai berikut.
a) Uji t Statistik
Pada uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing atau
disebut parsial antara variabel independen terhadap dependen. Uji t
dilakukan dengan membandingkan nilai t statistik dengan signifikasi.
Apabila nilai t statistik lebih kecil dari signifikasi 10%, maka berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Sedangkan bila nilai nilai t statistik
lebih besar dari signifikasi 10%, maka tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
b) Uji F-Statistik
Uji ini digunakan untuk menguji apakah seluruh variabel independen
secara bersama-sama atau simultan berpengaruh terhadap variabel
42
dependen. Uji F-statistik dilakukan dengan membandingkan nilai F-
statistik dengan signifikasi. Apabila nilai F-statistik lebih kecil dari
signifikasi 10%, maka variabel independen secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai F-statistik
lebih besar dari signifikasi 10%, maka variabel indepeden secara simultan
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
c) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi atau R2 adalah kemampuan model untul
menjelaskan variabel dependen dan independen. Nilai R2 mengukur
pengaruh variabel independen terhadap dependen. Apabila Pool Least
Square (PLS) yang terpilih, maka R2 yang digunakan adalah angka yang
tertulis sebagai di R-squared, jika yang terpilih model FEM maka R2 yang
digunakan adalah R-sq within, dan untuk model REM yang terpilih maka
menggunakan R-sq overall.
D. Operasional Variabel Penelitian
Masing-masing variabel dari penelitian harus didefinisikan agar jelas dari tiap
variabel. Berikut adalah urain definisi dari masing-masing variabel dari
penelitian ini:
Tabel 3. 1
Operasional Variabel
43
Domestik suatu barang dan jasa yang (Rp) per
(X2) dapat diukur oleh jumlah uang triwulan
yang akan diberikan. Skala
harga yang dimaksud adalah
harga buah domestik atau lokal
yang ditetapkan.
4. Harga Impor Harga merupakan nilai dari Satuan rupiah
(X3) suatu barang dan jasa yang (Rp) per
dapat diukur oleh jumlah uang triwulan
yang akan diberikan. Skala
harga yang dimaksud adalah
harga buah impor yang
ditetapkan.
44
BAB IV
45
menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Iklim La Nina ini
juga tidak berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia.
Perubahan iklim yang terjadi dapat mempengaruhi sektor pertanian.
Sektor ini paling rentan, karena tanaman musiman yang sensitif terhadap
pengaruh kelebihan atau kekurangan air. Kerentanan sangat berhubungan
degan sistem lahan, sifat tanah, pola tanam, teknologi, pengelolaan tanah, air
serta varietas tanaman (Las et all, 2008). Faktor perubahan iklim ini akan
berdampak terhadap perubahan pola hujan dan iklim yang ekstrim (banjir dan
kekeringan), peningkatan suhu udara, peningkatan muka laut. Sedangkan pada
sektor pertanian akan berdampak yang bersifat continue, berupa suhu udara
naik, perubahan hujan, kenaikan salinitas air tanah untuk wilayah pertanian
dekat pantai yang berdampak pada penurunan produktivitas tanaman dan
perubahan panjang musim yang mengubah pola tanam, serta terdapat dampak
yang bersifat discontinue seperti gagal panen akibat meningkatkan intensitas
iklim ekstrim (banjir, kekeringan dan angin kencang) serta serangan hama
baru dan bersifat permanen berupa berkurangnya luas pertanian kawasan
pantai akibat kenaikan air laut (Boer et all, 2011).
Sektor pertanian memiliki peran penting dalam keberlangsungan hidup
masyarakat Indonesia. Hal ini didasari karena sektor ini sebagai penunjang
kebutuhan pangan yang penting. Ketersediaan sumber daya alam melimpah
memberikan peluang yang besar pada bidang ekonomi. Pertanian memiliki
subsektor yang perlu dikembangkan lainnya seperti pada tanaman hortikultura
(buah, sayuran, bunga, obat), tanaman pangan, peternakan, kehutanan dan
penebangan kayu dan perikanan. Selain tanaman pangan yang bersumber
sebagai karbohidrat, pada tanaman hortikultura juga memiliki fungsi sebagai
sumber bagi vitamin dan mineral harus mendapatkan perhatian dari
Pemerintah. Komoditas hortikultura memiliki prospek yang sangat baik yaitu
memiliki nilai komersial yang tinggi dan memiliki pasar yang luas baik dalam
negeri maupun luar negeri. Dilihat dari nilai impor buah-buahan lebih tinggi
dibandingkan sayuran. Pada data BPS tahun 2017 sepanjang Januari Oktober
46
nilai impor buah-buahan lebih tinggi dibandingkan sayuran. Nilai impor buah-
buahan sebesar US$ 942,10 juta lebih tinggi dibanding impor sayuran hanya
senilai US$ 67,91 juta..
Di Indonesia terdapat sentra-sentra produksi buah-buahan yang membantu
ketersediaan buah daerah serta nasional. Sentra ini memiliki keunggulan
strategis berdasarkan kondisi tanah dan iklim serta penguasaan teknologi dan
sumber daya manusia. Pengembangan tanaman buah-buahan cukup penting
bagi perekonomian daerah, baik sebagai pendapatan daerah maupun sumber
mata pencaharian petani. Sentra yang dikembang setiap daerah memiliki jenis
yang berbeda seperti pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. 1
Sentra Produksi Buah
No Komoditas Provinsi Kabupaten
1. Alpukat Jawa Timur Probolinggo
Jawa Barat Bogor, Garut, Cianjur
Jawa Tengah Semarang, Kota Semarang
Sumatera Barat Solok, Lima Puluh Kota,
Agam, Kota Solok
2. Anggur Jawa Timur Situbondo, Kediri,
Probolinggo, Kota Probolinggo
Bali Buleleng
Sulawesi Tengah Kota Palu
3. Apel Jawa Timur Malang, Kota Batu, Pasuruan
4. Belimbing Jawa Timur Tuban, Kota Blitar,
Bojonegoro
Jawa Barat Kota Depok
Jawa Tengah Jepara
Sumatera Utara Deli Serdang
5. Buah Naga DIY Sleman, Kulonprogo
Jawa Tengah Sragen, Sukoharjo, Kendal
Jawa Timur Jember,Banyuwangi, Pasuruan,
Malang, Lumajang, Ponorogo
Riau Kota Pekanbaru, Siak,
Pelalawan
Sumatera Barat Padang Pariaman
Kepulaian Riau Batam, Bintan
47
6. Duku Jambi Muaro Jambi, Batanghari
Sumatera Selatan OKU Timur, OKI, Musi
Banyuasinm Lahat
Kalimantan Barat Pontianak
7. Durian Aceh Aceh Selatan, Aceh Barat,
Aceh Utara, Aceh Tengah
Sumatera Utara Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah, Dairi, Deli Serdang
Jambi Muaro Jambi, Batanghari,
Bungo, Tebo, Merangin
Sumatera Selatan Lahat, OKU, Musi Rawas
Riau Bengkalis,Kampar
Bangka Belitung Bangka Barat, Bangka Timur
Bengkulu Bengkulu Utara, Seluma
Lampung Way Kanan, Lampung Selatan,
Lampung Timur, Kota Metro,
Lampung Tengah
Banten Lebank, Serang, Pandeglang
Jawa Barat Majalengka, Cianjur, Bogor,
Sukabumi
Jawa Tengah Jepara, Kota Semarang, Tegal,
Pekalongan, Batang, Kendal,
Banjarnegara, Purbalingga,
Semarang, Karanganyar
DIY Kulonprogo
Jawa Timur Ngawi, Ponorogo, Madiun,
Tulungagung, Malang,
Trenggalek
Kalimantan Barat Melawi, Sintang, Sanggau
Kalimantan Tengah Barito Utara, Barito Timur,
Barito Selatan, Murung Raya,
Katingan, Gunung Mas
Kalimantan Selatan Tabalong
Kalimantan Timur Kutai Barat, Kutai
Kertanegara, Nunukan,
Panajem Paser Utara,
Bulungan, Malinau
Sulawesi Selatan Luwu, Luwu Utara, Bone,
Gowa, Kota Palopo
Sulawesi Barat Poliwali Mandar
Selawesi Tengah Toil-Toli, Parigi Mouton
48
Sulawesi Tenggara Kolaka
Gorontalo Gorontalo, Bone Bolango,
Boalemo
Maluku Kota Ambon, Seram Bagian
Barat
Maluku Utara Halmahera Selatan
Papua Barat Sorong, Fakfak, Sorong
Selatan, Raja Ampat
8. Jambu Air Jawa Timur Sampang
Jawa Tengah Demak
DIY Sleman
9. Jambu Biji Jawa Barat Bogor, Kota Depok, Cirebon,
Majalengka, Cianjur
Jawa Tengah Malang, Bangkalan, Sumenep
Sumatera Utara Deli Serdang, Asahan
10. Jeruk Jawa Timur Jember, Banyuwangi,
Ponorogo, Kota Batu,
Tulungagung
Sumatera Utara Karo, Simalungun
Kalimantan Barat Sambas
Kalimantan Selatan Batola, Banjar Baru
Sulawesi Barat Mauju
Papua Nabire
Sumatera Barat Lima Puluh Kota, Agam,
Pasaman
Lampung Tulang Bawang
Jawa Barat Garut, Sumedang, Bandung
Barat
NTT TTS, TTU
NAD Bireuen
Bali Bangli
Sulawesi Selatan Selayar, Pangkep
Bengkulu Bengkulu Selatan, Lebong
Sumatera Selatan Musi Rawas, Musi Banyuasin
11. Jeruk Besar NAD Bireun, Aceh Utara
Sumatera Selatan Palembang, Muara Enim
Lampung Lampung Tengah
Jawa Barat Bandung, Sumedang
Jawa Timur Magetan, Situbondo, Ngawi
Sulawesi Selatan Pangkep, Pangkajene,
Kepulauan, Maros, Gowa,
49
Soppeng
12. Lengkeng Jawa Tengah Kendal, Semarang, Ambarawa,
Salatiga, Demak, Kudus,
Temanggung, Bantul
Jawa Timur Malang, Banyuwangi
Lampung Lampung Timur, Lampung
Tengah
Kalimantan Barat Singkawang, Pontianak
13. Manga Jawa Timur Probolinggo, Situbondo,
Pasuruan, Bondowoso
Jawa Tengah Rembang, Blora, Pemalang
Bali Buleleng
Sulawesi Selatan Takalar, Jeneponto
NTB Lombok Barat, Lombok
Tengah, Sumbawa
Jawa Barat Majalengka, Cirebon,
Indramayu
14. Manggis Sumatera Barat Sawahlunto, Sijunjung, Padang
Pariaman, Lima Puluh Kota,
Pesisir Selatan, Agam
Sumatera Utara Tapanuli Selatan, Tapanuli
Tengah
Sumatera Selatan Lahat
Lampung Tanggamus
Jawa Barat Bogor,Tasikmalaya,
Purwakarta, Sukabumi,
Subang
Jawa Tengah Purworejo
Jawa Timur Banyuwangi, Blitar,
Trenggalek
Bali Tabanan
NTB Lombok Barat
Riau Kampar
15. Markisa Jawa Barat Garut, Ciamis, Bogor
Sumatera Barat Solok
Sumatera Utara Karo
Sulawesi Selatan Gowa, Tana Toraja, Sinjai,
Enrekang
Sumatera Selatan Muara Enim
Jambi Kerinci
Riau Kampar
50
16. Markisa Jawa Barat Garut, Ciamis, Bogor
Sumatera Barat Solok
Sumatera Utara Karo
Sulawesi Selatan Gowa, Tana Toraja, Sinjai,
Enrekang
Sumatera Selatan Muara Enim
Jambi Kerinci
17. Melon Jawa Tengah Pekalongan, Sragen,
Karanganyar, Klaten,
Grobongan
Jawa Timur Madiun, Ponorogo, Ngawi,
Nganjuk, Blitar Banyuwangi
Sumatera Utara Deli Serdang
Lampung Lampung Timur
Banten Kota Cilegon, Kota Serang
Bali Gianyar
Kalimantan Selatan Tanah Laut
18. Nangka Bangka Belitung Bangka Barat
Jawa Barat Garut, Bandung, Majalengka
DIY Sleman
Jawa Tengah Blora, Jepara, Tegal
Jawa Timur Sampang, Malang, Bondowoso
Kalimantan Tengah Kapuas
Kalimantan Timur Kutai Kertanegara
19. Nenas Jawa Barat Subang, Bogor
Jawa Timur Blitar, Kediri
Lampung Lampung Timur, Lampung
Tengah
Riau Kampar
Jambi Muaro Jambi
Sumatera Selatan Prabumulih
Kalimantan Barat Kuburaya, Kota Pontianak
20. Pepaya Jawa Tengah Boyolali, Kebumen,
Purworejo, Cilacap
Jawa Timur Bogor
Jawa Barat Malang
Riau Kota Pekanbaru
Kalimantan Timur Kota Balikpapan, Samarinda
21. Pisang Sumatera Utara Deli Serdang, Serdang Bedagai
Sulawesi Barat Majene
Lampung Lampung Selatan, Pringsewu,
51
Pesawaran, Lampung Barat
Jawa Barat Sukabumi, Bogor, Cianjur
Jawa Tengah Kendal, Banyumas, Cilacap,
Purbalingga
Aceh Pidie
Jawa Timur Lumajang, Malang
22. Rambutan Jawa Barat Subang, Banjar
Jawa Timur Blitar
Jawa Tengah Kota Semarang
Banten Lebak, Serang, Tanggerang
Sumatera Utara Langkat
Sulawesi Utara Minahasa
Riau Kampar
23. Salak Jawa Barat Kota Tasikmalaya
Jawa Tengah Magelang, Banjarnegara
DIY Sleman
Sumatera Selatan Muara Enim
Sumatera Utara Tapanuli Selatan
Kalimantan Tengah Kotawaringi Timur
Kalimantan Timur Kutai Timur
Sulawesi Utara Sangihe
Bali Karangasem
Maluku Kota Ambon
Sumatera Utara Langkat
Sulawesi Utara Minahasa
Riau Kampar
24. Sawo Banten Serang, Kota Serang,
Pandeglang
Jawa Barat Cianjur, Ciamis, Sukabumi,
Sumedang
Jawa Tengah Sukoharjo, Wonogiri, Kendal,
Brebes, Seragen, Cilacap,
Karanganyar, Rembang
Jawa Timur Nganjuk, Kediri, Mojokerto,
Tuban, Probolinggo, Pasuruan
Lampung Lapung Timur, Lampung
Tenga, Tulang Bawang
Bengkulu Kaur
Jambi Bungo, Kota Jambi
Sumatera Barat Tanah Datar
Sumatera Utara Asahan, Deli Serdang
52
Sumatera Selatan Ogan Ilir, OKI, OKU, Muara
Enim, Lahat
NTB Sumbawa, Bima
25. Semangka Jawa Tengah Kebumen, Sragen, Grobogan,
Blora
Jawa Barat Indramayu
Jawa Timur Lamongan, Banyuwangi,
Jombang
Sumatera Selatan OKI
DIY Kulonprogo
Bali Jembrana
NTB Lombok Tengah
Lampung Lampung Tengah
Sumetera Utara Deli Serdang
Sumatera Barat Pesisir Selatan
Kalimantan Selatan Hulu Sungai Selatan
Sulawesi Selatan Takalar
26. Srikaya Jawa Timur Lamongan
NTB Sumbawa
27. Stoberi Jawa Barat Bandung, Garut Ciajnur
Jawa Tengah Magelang, Banjarnegara,
Karanganyar, Purbalinnga
Jawa Timur Malang
Bali Tabanan
Sumatera Utara Karo
Bengkulu Rejang Lebong
Lampung Lampung Barat
Sumatera Barat Solok
Sumber : Direktorat Tanaman Buah, 2012
Dari data diatas menunjukkan persebaran sentra-sentra pengembangan
buah di Indonesia. Buah yang tersebar merupakan buah yang cocok pada
daerah dan dikembangan dengan iklim yang sesuai. Pengembangan dari
setiap daerah bertujuan untuk membudidayakan buah. Dengan adanya sentra-
sentra pengembangan membantu masyarakat dalam mendapatkan lapangan
pekerjaan serta meningkatkan pendapatan daerah dan negara Indonesia karena
melihat sektor buah-buahan merupakan sektor bernilai ekonomis yang apabila
dikembangkan dengan baik akan memberikan manfaat bagi masyarakat.
53
Selain itu pengembangan sentra-sentra produksi juga dapat memberikan efek
pada pelestarian alam, sosial, dan pariwisata.
Grafik 4. 1
Produksi Domestik Apel, Anggur, Jeruk
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
54
beberapa faktor seperti penurunan luas lahan, kualitas tanaman yang rendah,
dan iklim yang tidak menentu.
Produksi Apel di Indonesia masih rendah menjadi salah satu penyebab
volume impor yang tinggi. Salah satu sentra apel yang terkenal adalah Kota
Malang dan beberapa daerah timur seperti (NTT, Bali dan Papua) memiliki
lahan yang potensial untuk penanaman apel. Namun daerah tersebut memiliki
sentra produksi apel sesuai harapan yang diasebabkan oleh pengembangannya
belum diikuti dengan cara yang baik dan benar serta teknologi yang rendah.
Sajian buah apel selain dapat langsung dimakan dalam bentuk segar juga
dikembangkan sebagai keripik apel, selai apel, sirup apel. Pada tahun 2016
total buah apel yang dihasilkan sebesar 330.781 ton.
Produksi jeruk yang cukup tinggi memberikan kontribusi kebutuhan
buah-buahan di Indonesia. Jeruk Indonesia yang berkembang selama ini
adalah jeruk siam/keprok dan jeruk besar dengan lokasi sentra yang berbeda.
Sentra jeruk siam/keprok di Indonesia adalah provinsi Sumatera Utara dan
Jawa Timur, sedangkan jeruk besar ada di Provinsi Sulawesi, Jawa Timur dan
Bali (BPS, 2017). Menurut Riantari (2015) salah satu pengembangan tanaman
jeruk di Bali adalah Kabupaten Giansyar. Keadaan lingkungan (tanah, iklim,
ketinggian tempat, suhu) menjadi faktor penting dalam peningkatan produksi
jeruk. Rata-rata masyarakat berprofesi sebagai petani khususnya usahatani
jeruk siam. Total produksi jeruk tahun 2016 sebesar 2.014.214 ton dan
diprediksikan setiap tahun akan mengalami peningkatan.
Produksi anggur sangat rendah dibandingkan apel dan jeruk menunjukkan
bahwa belum banyak petani yang mengembangkan tanaman ini, karena
anggur yang ditanam harus sesuai dengan syarat tumbuh. Apabila menanam
anggur varietas unggul ditempat yang sesuai dan budidaya dengan baik
tanaman anggur akan berkembang (Emi Budiyati, 2012). Padahal buah anggur
memiliki nilai jual yang tinggi. Nilai jual anggur yang tinggi bila dilakukan
pengelolaan lebih lanjut seperti wine dan kismis. Sentra anggur yang terkenal
terdapat pada daerah Probolinggo. Sentra anggur yang dikembangkan juga
55
dijadikan untuk budidaya maupun agrowisata. Meskipun sentra anggur sudah
tersebar di Indonesia, namun jumlah masih sedikit dan tergantung pada iklim.
Salah satu faktor adalah intensistas curah hujan, apabila curah hujan tinggi
tanaman anggur tidak berkembang. Curah hujan tersebut berdampak pada
produksi anggur yang rendah, sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan
domestik. Produksi anggur yang paling rendah yaitu pada tahun 2016 kuartal
satu sebesar 9.507 ton.
Sentra anggur yang terkenal ada di Probolinggo. Buah anggur yang
dikembangkan bertujuan untuk budidaya anggur maupun sebagai agrowisata.
Budidaya anggur bagi masyarakat Probolinggo telah lama dikembangkan dari
pekarangan rumah yang dimanfaat untuk tanaman anggur baik untuk hiasan
rumah maupun usaha pendapatan keluarga. Jumlah tanaman anggur mulai
berkurang ketika terjadi pergeseran tanaman anggur menjadi tanaman manga.
Namun, sebagian penduduk masih tetap mempertahankan tanaman anggur
pada lahan yang sempit maupun luas (Amik, 2012). Meskipun sudah terdapat
Sentra anggur di Indonesia, mengingat jumlahnya masih sedikit dan
tergantung curah hujan maka produksi anggur masih belum dapat mencukupi
kebutuhan homestik. Anggur selain dapat dimakan dalam bentuk segar dapat
memiliki nilai tambah dengan pengolahan seperti wine, dan kismis. Dengan
sentra anggur yang sedikit dan produksi yang rendah tahun 2016 jumlah
produksinya hanya sebesar 9.507 ton.
3. Harga Domestik Apel, Anggur, Jeruk
Harga merupakan kondisi yang menggambarkan keadaan pasar antara
permintaan dan penawaran. Harga domestik cenderung lebih tinggi
dibandingkan harga buah impor, karena dari segi biaya produksi, biaya angkut
yang mahal serta iklim yang tidak menentu.
56
Grafik 4. 2
Harga Domestik Apel, Anggur, Jeruk
80,000
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
2013Q3
2016Q2
2012Q1
2012Q2
2012Q3
2012Q4
2013Q1
2013Q2
2013Q4
2014Q1
2014Q2
2014Q3
2014Q4
2015Q1
2015Q2
2015Q3
2015Q4
2016Q1
2016Q3
2016Q4
Apel Jeruk Anggur
57
terbentuk. Stabilitas harga yang terbentuk dengan baik, mengindikasikan
bahwa jeruk sudah mulai dikembangkan dan dilirik oleh petani.
Ketersedian anggur lokal yang masih minim membuat harga anggur lokal
tinggi. Harga minimum buah anggur lokal pada angka Rp 47.146/kg, angka
ini sangat tinggi dibandingkan apel dan jeruk. Mengingat biaya produksi,
biaya angkut dan pasokan buah yang minim membuat harga anggur lokal
yang ditawarkan akan tinggi.
4. Harga Impor Apel, Anggur, Jeruk
Bila harga yang ditawarkan tinggi disebabkan oleh produksi buah yang
rendah. Faktor lainnya karena biaya produksi, biaya angkut tinggi, Harga buah
impor menunjukkan ketersedian buah lokal, ketika ketersedian buah lokal
rendah maka buah impor masuk sebagai cara untuk stabilitas harga di pasar.
Harga buah impor yang terbentuk berkaitan erat dengan jumlah produksi.
Apabila produksi buah lokal menurun, maka ada peluang untuk meningkatkan
volume impor. Dan bila produksi buah lokal tinggi, maka akan menurunkan
impor dengan syarat sudah mampu mencukupi kebutuhan. Buah impor yang
masuk sebagai stabilitas harga di pasar. Volume impor yang tinggi disebabkan
juga oleh beberapa bentuk kerjasama dan kebijakan yang berlaku. Akibatnya
persediaan buah tinggi akibat biaya angkut yang rendah serta harga yang
ditawarkan menjadi terjangkau.
58
Grafik 4. 3
Harga Impor Apel, Anggur, Jeruk
50,000
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0
2013Q3
2016Q2
2012Q1
2012Q2
2012Q3
2012Q4
2013Q1
2013Q2
2013Q4
2014Q1
2014Q2
2014Q3
2014Q4
2015Q1
2015Q2
2015Q3
2015Q4
2016Q1
2016Q3
2016Q4
Apel Jeruk Anggur
59
Kondisi komoditas anggur impor merupakan jenis buah yang diminati di
Indonesia karena memiliki ketersediaan sepanjang tahun. Dibandingkan buah
lokal yang memiliki musim tertentu. Minat masyarakat yang masih
bergantung pada buah impor kareana ketersedian anggur lokal yang belum
mampu memenuhi pasar di Indonesia. Hal ini rasa yang Anggur merupakan
komoditas yang diminati di Indonesia, namun produksi lokal yang belum
memenuhi permintaan pasar di Indonesia. Oleh sebab itu harga yang
ditawarkan anggur impor ini cukup rendah apabila dibandingkan dengan rata-
rata harga buah lokal yang mencapai Rp 61.047/kg sedangkan rata-rata anggur
impor hanya sebesar Rp 30.740/kg.
B. Interpretasi Hasil
1. Analisis Deskriptif Volume Impor Apel, Anggur dan Jeruk di Indonesia
Setiap tahun volume impor mengalami perkembangan dibandingkan
ekspor, hal ini disebabkan penghapusan tarif bea masuk komoditas
hortikultura di Indonesia, serta komoditas buah-buahan masih belum mampu
bersaing dengan buah impor karena kualitas yang masih rendah. Indonesia
hanya mampu memproduksi buah-buahan yang dibutuhkan oleh domestik,
sedangkan kebutuhan konsumsi buah-buahan harus tetap dipenuhi. Buah yang
dikonsumsi memiliki kandungan gizi dan vitamin yang dibutuhkan oleh
kesehatan. Hal ini membuka celah untuk masuknya buah-buahan impor.
60
Grafik 4. 4
Volume Impor Apel, Anggur, Jeruk di Indonesia
70,000,000
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
2015Q1
2016Q4
2012Q1
2012Q2
2012Q3
2012Q4
2013Q1
2013Q2
2013Q3
2013Q4
2014Q1
2014Q2
2014Q3
2014Q4
2015Q2
2015Q3
2015Q4
2016Q1
2016Q2
2016Q3
Apel Anggur Jeruk
Tabel 4. 2
Luas Lahan Tanaman Apel, Anggur dan Jeruk (Dalam Ha)
Tahun Komoditas
Apel Anggur Jeruk
2012 4.265 193 5.609
2013 3.734 167 5.362
61
2014 2.773 219 5.565
2015 2.892 163 4.551
2016 3.028 178 4.457
Sumber : Kementerian Pertanian (2012-2016)
62
Bali. Produksi anggur hanya mampu untuk konsumsi daerah setempat, untuk
luar daerah belum bisa memenuhi kebutuhan. Angka Produksi pada buah
anggur dapat dijelaskan pada tabel dibawah.
Tabel 4. 3
Produksi Apel, Anggur dan Jeruk di Indonesia (Dalam Kg)
Komoditas
Tahun Apel Anggur Jeruk
2012 247.075 10.160 1.498.396
2013 255.245 9.474 1.548.401
2014 242.915 11.146 1.785.264
2015 238.434 11.410 1.744.339
2016 330.781 9.507 2.014.214
Sumber : Kementerian Pertanian (2012-2016)
Tabel diatas menunjukkan produksi apel, anggur dan jeruk. Seperti pada
tahun 2012 produksi anggur sebesar 10.160 ton, menurun tahun 2013 menjadi
9.474 ton. Sedangkan pada 2014 dan 2015 meningkat dari 11.146 ton menjadi
11.410 ton. Lalu menurun kembali produksinya sebesar 9.507 ton.
63
pembuahan jeruk berjenjang sepanjang tahun yang dikenal Bujangseta. Hal ini
untuk mengatasi permasalahan yang selama ini dialami petani jeruk berupa
masa produksi yang lama serta panen raya yang bersamaan. Dengan
menggunakan teknik ini produksi buah jeruk bisa berbuah sepanjang tahun (off
season) yang menghasilkan buah yang seragam, cita rasa sesuai pasar, kulit
buah yang mulus dan harga yang cukup bersaing.
Gambar 4. 1
Uji Chow
64
2. Uji Lagrange Multiplier
Uji ini digunakan untuk memilih model yang akan digunakan pool
least square atau random effect model. Dapat diperiksa dengan
Breusch and Pagan Lagrangan multiplier test dengan cara melihat nilai
chibar2. Dengan tingkat signiifikasi 10%, bila chi-square lebih kecil α
maka model yang digunakan adalah random effect model. Sebaliknya
jika nilai chi-squared lebih besar maka model yang digunakan pooled
least square.
H0 = Model PLS
H1 = Model RE
Berdasarkan model pooled least square dengan random effect
diperoleh nilai sebagai berikut :
Gambar 4. 2
Uji Langrange Multiplier
65
Berdasarkan dari hasil diatas, Chibar2 sebesar 0.00 sehingga
nilainya lebih kecil dari tingkat signifikasi 10% maka model yang
digunakan adalah random effect model.
3. Uji Hausman
Merupakan uji yang digunakan untuk memilih model yang akan
diguanakan apakah fixed effect model atau random effet model. Dapat
dilihat dari nilai prob, jika nilai prob lebih kecil dari α 10% maka
model yang digunakan fixed effect model. Sebaliknya jika nilai prob
lebih besar dari α 10% maka yang digunakan adalah random effect
model.
H0 = Model RE
H1 = Model FE
Berdasarkan metode fixed effect model dengan random effect
model diperoleh sebagai berikut.
Gambar 4. 3
Uji Hausman
Berdasarkan dari hasil diatas, nilai prob sebesar lebih besar dari
signifikasi 10% maka artinya model panel yang baik digunakan
adalah random effect model.
Setelah dilakukan uji Lagrange Multiplier (LM) untuk memilih
antara pooled least square atau random effect, uji chow untuk memilih
pooled least square dengan fixed effect model, uji hausman untuk
66
memilih antara fixed effect atau random effect. Maka hasil yang
terbaik untuk model penelitian ini adalah random effect model.
4. Random Effect Model
Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan random effect model. Dapat dijelaskan melalui persamaan
berikut:
Tabel 4. 4
Random Effect Model
67
HBD = Harga Buah Domestik
HBI = Harga Buah Impor
ε = error term
b. Uji Hipotesis
1. Uji t-statistik
Berdasarkan hasil estimasi regresi REM diperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa koefisien masing-masing variabel bebas memiliki
nilai yang berbeda. Identifikasi masing-masing variabel untuk model
dijelaskan sebagai berikut.
Pertama koefisien produksi domestik diperoleh -0.3828714
dengan hasil probabilitas 0.023. hasil pengujian ini meyimpulkan
bahwa H0 ditolak pada α sebesar 10%. Ini artinya, parameter ini dapat
dipakai sebagai estimator yang signifikan atau produksi domestik
mempengaruhi volume impor. Tanda koefisien menunjukkan
hubungan negatif antara kedua variabel tersebut, yaitu apabila terjadi
peningkatan pada produksi domestik sebesar 1% maka volume impor
akan menurun sebesar -0.3828714 persen dengan asumsi variabel
bebas lainnya tetap.
Kedua, koefisien harga buah domestik diperoleh -2.009865
dengan hasil probabilitas 0.072. hasil pengujian ini meyimpulkan
bahwa H0 ditolak pada α sebesar 10%. Ini artinya, parameter ini dapat
dipakai sebagai estimator yang signifikan atau harga buah domestik
mempengaruhi volume impor. Tanda koefisien menunjukkan
hubungan negatif antara kedua variabel tersebut, yaitu apabila terjadi
peningkatan pada harga buah domestik sebesar 1% maka volume
impor akan menurun sebesar -2.009865 persen dengan asumsi
variabel bebas lainnya tetap.
Ketiga, koefisien harga buah impor diperoleh 0.6192574 dengan
hasil probabilitas 0.072. Hasil pengujian ini meyimpulkan bahwa H0
diterima pada α sebesar 10%. Ini artinya, parameter ini dapat tidak
68
dipakai sebagai estimator yang signifikan atau harga buah impor tidak
mempengaruhi volume impor. Tanda koefisien menunjukkan
hubungan positif antara kedua variabel tersebut, yaitu apabila terjadi
peningkatan pada harga buah impor sebesar 1% maka volume impor
akan naik sebesar 0.6192574 persen dengan asumsi variabel bebas
lainnya tetap.
Hipotesis yang telah dibuat dapat dibuktikan sebagai berikut:
a. H0 : Diduga tidak dapat pengaruh produksi domestik secara
parsial terhadap volume impor
69
2. Nilai t-statistik harga buah domestik 0.072 menunjukkan nilai lebih
kecil dari signifikasi 10%. Maka dapat disimpulkan H1 diterima
3. Nilai t-statistik harga buah impor 0.190 menunjukkan nilai lebih kecil
dari signifikasi 10%. Maka dapat disimpulkan H0 diterima
2. Uji F-statistik
Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai probabilitas F-statistik
sebesar 0.0806. angka ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas F-
statistik kurang dari tingkat signifikasi α 10% sehingga, H0 ditolak dan
H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas
(produk domestik, harga buah domestik, harga buah impor) secara
simultan signifikan berpengaruh terhadap volume impor.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0.1075.
Hal ini berarti bahwa besar 10,75% variasi volume impor dapat
dijelaskan oleh produksi domestik, harga buah impor, harga buah
lokal, sedangkan sisanya sebesar 89.25% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak dijelaskan dalam model.
c. Analisis Ekonomi Volume Impor dengan Variabel Produksi Domestik,
Harga Buah Domestik, Harga Buah Impor.
1. Produksi domestik terhadap Volume Impor
70
antara produksi domestik dan volume impor bersifat negatif,
menunjukkan bahwa produksi buah domestik mengalami peningkatan
maka volume impor akan mengalami penurunan. Sebaliknya, apabila
produksi buah-buahan menurun, maka volume impor akan mengalami
peningkatan. Karena kebutuhan konsumsi tidak hanya dipengaruhi
jumlah konsumsi saja, namun harga juga. Ketika harga buah impor
lebih mahal dari buah domestik maka seseorang akan mengurangi
konsumsinya.
71
tinggi, maka permintaan menurun. Sebaliknya jika harga cenderung
rendah, maka permintaan akan naik.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan juga pembahasan yang telah dilakukan. Penulis
memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengaenai analisis
faktor yang mempengaruhi volume impor buah-buahan di Indonesia, yaitu
sebagai berikut:
1. Selama kurun waktu 2012 hingga 2016, secara umum volume impor
mengalami fluktuatif cenderung meningkat. Peningkatan volume impor
tersebut disebabkan oleh perubahan luas lahan dan produksi. Pada
komoditas apel disebabkan oleh penurunan luas lahan, anggur disebabkan
oleh luas lahan dan produksi yang fluktuatif. Sedangkan pada komoditas
jeruk terjadi penurunan volume impor yang disebabkan oleh produksi
yang meningkat.
2. Faktor yang mempengaruhi volume buah-buahan di Indonesia yaitu
produksi domestik, harga domestik, dan harga buah impor. Variabel
produksi domestik dan harga domestik berpengaruh signifikan negatif
terhadap volume impor. Sedangkan harga impor tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap volume impor. Secara simultan produksi
domestik, harga domestik, dan harga impor berpengaruh signifikan
terhadap volume impor.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah
a. Sebaiknya Pemerintah membenahi sektor hulu dari sentra buah-
buahan di Indonesia dengan melakukan peremajaan tanaman. Dan
menyediakan bibit unggul yang melalui proses ilmiah untuk
menghasilkan kualitas dan kuantitas yang mampu bersaing.
73
b. Dari segi harga dengan memastikan ketersedian buah-buahan lokal,
agar tercipta harga yang terjangkau bagi masyarakat.
c. Sebaiknya pemerintah memberlakukan tariff barrier agar dapat
memantau keterdiaan buah impor di Indonesia yang akan berefek pada
harga buah impor.Apabila ketersedian buah impor banyak, maka harga
yang tercipta akan rendah, namun ketersediaan bauh impor rendah
maka harga akan tinggi.
2. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat membantu untuk mensejahterakan petani dengan
mengonsumsi buah dalam negeri. Karena buah dalam negeri lebih
segar dan kandungan gizi, vitamin yang banyak dibandingkan buah
impor.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ahsjar, Djauhari. (2007). Pedoman Transaksi Ekspor & Impor. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Badan Pusat Statistik. (2016). Produk Domestik Bruto Atas Harga Dasar Berlaku.
https://www.bps.go.id/ Diakses pada tanggal 15 Juni 2018.
Bahoui Song et al. (2009). Competitive Analysis and Market Power of China’s
Soybean Import Market.
Case, Karl E dan Ray C. Fair. (2004). Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: PT
Indeks.
75
Menurut Direktorat Budidaya dan Pasca panen Buah. (2016). Karakteristik Buah-
Buahan di Indonesia.
Effendi, Nury dan Maman Setiawan. (2014). Ekonometrika Pendekatan Teori dan
Terapan. Jakarta : Salemba Empat.
Hamdani, (2003). Seluk Beluk Perdagangan Ekspor. Jakarta : Yayasan Bina Usaha
Niaga Indonesia.
Kountur, Ronny. (2003). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Jakarta: PPM.
76
Krismawati, Amik dan Sugiono. (2012). Kajian Penerapan Usahatani Anggur di Kota
Probolinggo. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas
Pertanian Universitas Trunijoyo Madura.
Las, I., H. Syahbuddin, E. Surmaini, A.M. Fagi. (2008). Iklim dan Tanaman Padi:
Tantangan dan Peluang. Dalam Padi: Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan.
Balai Besar Penelitian Padi.
Liang, C. & Drohojowski, N. (2008). Grapes. New York : Hamilton College Press.
Nurcahyani dan Hikmah. (2014). Distribusi buah import (studi kasus pada
pedagangan buah di Kota Semarang.
Pamungkas, Aditya Rizky. (2013). Pengaruh Produksi, Konsumsi dan Harga terhadap
Impor Bawang Merah di Kabupaten Brebes Tahun (2006.01-2010.12).
Prafajarika, Sella Widya. Edy Yulianto. Wilopo. Pengaruh Nilai Tukar, Harga Dalam
Negeri dan Harga Internasional terhadap Volume Impor Daging Sapi
Indonesia.
77
Rahim. (2007). Ekonomika Pertanian (Pengantar, teori dan kasus). Jakarta : Penebar
Swadaya.
Riantari, Ni Made Angga dkk. (2015). Prospek Pengembangan Usahatani Jeruk Siam
di Desa Pupuan Kecaman Tegallalang Kabupaten Gianyar.
Sadeli dan Utami. (2012). Motivasi, Pengetahuan, Dan Sikap Konsumen Terhadap
Atribut Komoditas Apel Lokal Dan Apel.
Sari, Dewi Retno. (2016). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Cabai
di Indonesia Tahun 2000-2014.
Sitio, Vera Sylvia Saragi dkk. (2015). Perbandingan Pola Konsumsi Untuk Impor
Buah Segar Selektif di Indonesia.
78
Sobri. (2001). Ekonomi Internasional: Teori Masalah dan Kebijaksanaannya.
Yogyakarta : BPFE UI.
Sudianto dkk. (2009). Analisis Daya Saing Buah Jeruk Lokal Terhadap Buah Jeruk
Impor Melalui Sikap Konsumen Terhadap Atribut Produk.
Sukardi dkk. (2016). Karakteristik Fase Pembangunan dan Pembentukan Bakal Apel
(Malus X Domestica Borkh. „Manalagi‟, „Rome Beauty‟, and „Anna‟ Untuk
mendapatkan Kultivar Baru Dalam Program Pemuliaan Apel.
Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis Ekonometrika dengan Statis dengan Eviews.
Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
79
Zainal, Abidin. (2013). Modul Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.Jakarta : Pusdiklat Bea.
80
LAMPIRAN I
DATA
81
2016Q1 Anggur 15.91094 7.688913 11.15276 10.75577
2016Q2 Anggur 16.58977 7.56008 11.12641 10.59673
2016Q3 Anggur 16.62944 7.645398 11.12351 10.45775
2016Q4 Anggur 16.92414 8.105308 11.06122 10.7166
2012Q1 Jeruk 15.94262 12.75261 9.673949 8.844625
2012Q2 Jeruk 16.02438 13.086 9.697508 8.952476
2012Q3 Jeruk 16.41654 12.99447 9.748003 8.947546
2012Q4 Jeruk 15.49195 12.34942 9.786279 8.957897
2013Q1 Jeruk 15.45781 12.66926 9.877554 9.254166
2013Q2 Jeruk 15.66225 12.94022 9.979708 9.473397
2013Q3 Jeruk 14.58679 12.88238 9.955511 9.31677
2013Q4 Jeruk 15.71233 12.94923 10.01436 9.526537
2014Q1 Jeruk 15.25377 12.62176 9.993922 9.435029
2014Q2 Jeruk 15.71463 12.98892 10.02416 9.710792
2014Q3 Jeruk 15.70501 13.19936 10.00604 9.388068
2014Q4 Jeruk 15.47606 13.13157 10.02322 9.303375
2015Q1 Jeruk 15.40461 12.6227 10.00622 9.556621
2015Q2 Jeruk 15.88103 12.99618 10.00789 9.808847
2015Q3 Jeruk 15.33982 13.28466 10.01149 9.288843
2015Q4 Jeruk 16.06645 12.92911 10.01905 9.502587
2016Q1 Jeruk 16.01043 13.1221 10.0532 9.943589
2016Q2 Jeruk 15.39266 13.12549 10.09481 9.877452
2016Q3 Jeruk 15.46324 13.39403 10.08197 9.813508
2016Q4 Jeruk 15.80307 12.78466 10.08004 9.595807
82
LAMPIRAN II
A. Pool Least Square
83
B. FEM
84
C. REM
85
D. Uji Chow
86
E. UJI LM
F. UJI HAUSMAN
87