INDONESIA
SKRIPSI
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi
Data Diri
Email : ekarizkifebriani@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Formal
2012 - 2017 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009 – 2012 : MAN 1 Bogor
2006 – 2009 : MTs. Darul Ihya
2000 – 2006 : SDN 04 Dukuhwaru
Non Formal
2014 – 2015 : Sekolah Menulis Kreatif Indonesia (MSKI)
Pengalaman Organisasi
Pengalaman Lainnya
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis
Jakarta.
dari bantuan berbagai pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan
baik secara moril dan meteril, secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
kepada:
1 Kedua orang tua, Ibu Jamilah dan Bapak Heri Sudarmanto, serta seluruh
keluarga atas semua doa, nasihat, kasih sayang, pengorbanan, cinta serta
penulis. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu bakti wujud cinta
dan kasih sayang penulis kepada Ibu, Bapak, dan seluruh keluarga yang
2 Ibu Ir. Siti Rochaeni, M. Si dan Bapak Ir. Junaidi M. Si selaku dosen
dosen penguji skripsi yang telah memberikan ilmu, arahan, serta dukungan
4 Bapak Dr. Agus Salim, M. Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
II, dan III, beserta staf TU, Akademik, dan Karyawan FST lainnya.
5 Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si
Agribisnis.
8 Bapak Jonih Rahmat dan Ibu Sriwardani selaku orang tua angkat penulis,
tidak ada yang dapat penulis ingat tentang bapak dan ibu selain kebaikan
yang selalu diberikan dan diajarkan kepada penulis. Semoga Gusti Allah
ix
9 Sahabat di Yayasan Ar-Rahmah (Aci, Siti, Tresna, Lina) yang selalu ada
dalam suka maupun duka di hidup penulis terimaksih karena telah menjadi
tempat dimana penulis tidak merasa malu ketika kekurangan diri terlihat.
pelajaran baru.
dan kesempatan penulis untuk lebih bisa berfikir terbuka, mengenal dan
lebih berani, lugas, dn berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik
x
15 Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
semoga skripi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
pembaca. Akhirnya hanya kepada Allah semua hal diserahkan. Semoga amal baik
xi
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR TABEL
No Hal
5. Kualifikasi Susu Segar Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Susu .......... 65
6. Standarisasi Bahan Baku Susu Menurut Total Kandungan Bakteri (TPC) pada
Industri Pengolahan Susu (IPS) ........................................................................ 66
No. Hal
4. Kurva Permintaan............................................................................................. 15
6. Kurva Permintaan............................................................................................. 28
12. Perkembangan Volume Impor Susu Di Indonesia Tahun 1996 – 2015 .......... 70
13. Perkembangan Harga Susu Impor (Skim Milk Powder) dan Susu Segar Dalam
Negeri ............................................................................................................ 71
14. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Periode 1996 - 2015 ............. 73
15. Perkembangan Produk Domestik Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan
Tahun Dasar 2010 .......................................................................................... 75
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
2. Produksi, Konsumsi, Impor Susu di Indonesia Tahun 1996 – 2015 ............... 103
3. Perkembagan Harga Susu Dalam Negeri dan Susu Impor Tahun 1996 – 2015
........................................................................................................................ 104
4. Produk Domestik Bruto Perkapita Indonesia Tahun 1996 – 2015 Tahun Dasar
(2010) ............................................................................................................. 105
5. Indeks Harga Konsumen Indonesia dan Amerika Serikat Tahun Dasar (2010 =
100) ................................................................................................................. 106
11. Inpres No. 4 Tahun 1998 (Kebijakam Penghapusan Rasio Impor Susu di
Indonesia) .................................................................................................... 112
melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan, dan investasi antar
antar negara baik dalam hal sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun
bagi negara yang menjalankannya, terutama jika nilai impornya lebih kecil dari
kelebihan permintaan barang dan jasa yang tidak dapat dipenuhi dengan produksi
pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi dan jumlah penduduk relatif padat,
penduduknya untuk memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang
layak, dan aman. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas pemerintah untuk
Pangan hewani adalah bahan makanan yang berasal dari hewan atau
olahan yang bahan dasarnya dari hasil hewan. Bahan pangan hewani yang
merupakan produk dari subsektor peternakan diantaranya adalah daging, telur, dan
susu. Bahan pangan hewani merupakan sumber protein penting yang berperan
Indonesia mengandalkan produksi dalam negeri dan mengimpor dari negara lain.
namun cenderung meningkat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada
gambar 1.
3500
3000
2500
(000) ton
2000 Susu
1500 Daging
Telur
1000
500
0
1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
2
Berdasarkan gambar 1, dapat dilihat bahwa diantara ketiga produk
trend yang cenderung terus meningkat setiap tahunnya adalah susu. Dalam kurun
waktu 20 tahun periode tahun 1996 sampai dengan 2015 rata-rata volume susu
yang diimpor Indonesia sebesar 1.647.000 ton, dengan volume impor tertinggi
pada tahun 2013 yaitu mencapai 3.065.000,824 ton atau meningkat sebesar 7,2%
dari tahun sebelumnya. Kemudian disusul oleh daging yang memilliki rata-rata
volume impor dalam periode waktu yang sama sebesar 326.727,143 ton, dan
dengan volume impor tertinggi pada tahun 2010 yaitu mencapai 922.827,741 ton
atau mengalami peningkatan sebesar 21% dari tahun sebelumnya. Telur berada
diposisi paling rendah dengan rata-rata volume impor sebesar 4.596,95 ton dan
volume tertnggi pada tahun 1999 yaitu mencapai 10.837,93 ton atau meningkat
pangan yang memiliki peran sangat besar bagi peningkatan kualitas sumber daya
manusia melalui protein dan mineral. Kandungan protein dan asam amino esensial
pada susu sangat penting bagi kesehatan manusia. Protein dan asam amino
tubuh, baik pada masa pertumbuhan maupun pada masa perkembangan, termasuk
berfungsi sebagai nutrisi dalam perkembangan otak. Oleh karena itu, agar
kebutuhan terhadap asam amino dan protein harus tercukupi. Kandungan asam
amino esensial pada susu seperti triptofa dan lysin tidak ditemukan dalam
3
tumbuhan, sehingga protein dan lemak susu mempunyai kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan protein nabati. Susu yang paling banyak dijumpai di pasar
baik dalam bentuk segar maupun olahan adalah susu sapi. Sapi perah
pertumbuhan penduduk yang sangat pesat. Menurut hasil proyeksi Badan Pusat
Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia terus meningkat yaitu dari 206,2 juta
jiwa pada tahun 2000 menjadi 255,4 juta jiwa pada tahun 2015. Peningkatan
konsusmsi susu per kapita dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 konsumsi susu di
Hewan, 2014). Realitas ini tergambar pada Gambar 2. yang menunjukan volume
4
4000000
3500000
3000000
2500000
Ton
2000000 Produksi
1500000 Konsumsi
1000000 Impor
500000
0
1998
2000
2002
1996
1997
1999
2001
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Tahun
selama periode tahun 1996 sampai dengan tahun 2015 sebesar 2.275.851,893 ton
atau rata-rata pertumbuhan sebesar 3.14% hal ini mengakibatkan volume impor
juga ikut memiliki trend yang terus meningkat dengan rata-rata volume selama 20
4,65%. Tingginya angka impor diakibatkan oleh produksi susu dalam negeri tidak
domestik adalah sebesar 1,39% dengan rata-rata volume sebesar 545.095,755 ton.
Dari realitas yang ada dapat disimpulkan bahwa konsumen susu di Indonesia
sangat tergantung pada pasokan susu dari negara lain. Setidaknya sekitar 70%
5
kebutuhan konsumsi susu di Indonesia dipenuhi oleh susu impor, sedangkan
oleh permintaan aktual konsumen atas produk susu sebagai output industri
pengolahan susu (IPS). Setidaknya, 90% dari total kebutuhan susu domestik
diutilisasi oleh industri pengolahan susu (IPS). Produsen susu segar dalam negeri
kepemilikan sapi perah sekitar 3-4 ekor dengan kemampuan produksi dan
penanganan ternak serta produk susu segar yang relatif masih rendah (Boediana,
2008:6). Kondisi ini menjadikan susu hasil produksi peternak dalam negeri tidak
konsumen utama susu segar dalam negeri baik secara kuantitas maupun kualitas.
International Monetary Fund (IMF) pada tahun 1998, realisasi dari komitmen
tersebut adalah dicabutnya surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri yaitu
mengenai bukti serap (BUSEP) dan perhitungan rasio impor susu dalam kaitannya
dengan penyerapan susu impor dan domestik melalui penetapan Inpres No.
6
preferensi yang lebih tinggi untuk menggunakan susu impor yang lebih unggul
baik secara kualitas maupun kuantitas sebagai input dalam proses produksi.
peternak terhadap industri pengolahan susu dalam memasarkan susu segar yang
pemberlakuan standar bahan baku yang ketat oleh kalangan industri pengolahan
susu mendudukan peternak sapi perah pada posisi tawar (bargaining potition)
yang rendah.
peternak dan program swasembeda susu sebesar 50% pada tahun 2020 sangat
berlawanan arah dengan realitas yang ada, sehingga impor susu seharusnya
dikurangi. Selain itu banyak dari impor susu menyebabkan terkurasnya devisa
nasional, hilangnya kesempatan terbaik (opportunity loss) yang berasal dari tidak
sapi perah, serta hilangnya revenue yang seharusnya diperoleh pemerintah dari
pajak apabila agribisnis sapi perah dikembangkan secara baik. Mengingat potensi
sumberdaya alam Indonesia yang besar bagi agribisnis sapi perah, adalah ironis
indikator yang berpengaruh terhadap impor susu di Indonesia. Oleh karena itu,
peneliti akan menganalisa faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi impor susu
di Indonesia selama 20 tahun, yaitu dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2015.
7
Yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi bagi pihak yang
impor suatu komoditi, diantaranya adalah harga barang dalam negeri dan luar
negeri, serta PDB negara tersebut, selain itu, secara langsung impor ditentukan
pula oleh nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lainnya.
Indonesia?
Indonesia.
Indonesia.
8
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Hidayatullah Jakarata.
2. Bagi Pembaca
Ruang lingkup susu dalam penelitian ini adalah susu dengan kode HS
empat digit yaitu 0402 (skim milk powder) di UN Comtrade, dengan pertimbangan
bahwa produk susu tersebut merupakan bahan baku susu yang mayoritas di impor
9
Berdasarkan periode pengamatan, data yang digunakan dalam melakukan
penelitian ini merupakan data deret waktu (time series), rentang waktu yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 20 tahun, yaitu tahun 1996 sampai tahun
2015. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(ambing) pada binatang mamalia betina yang sehat tanpa dibubuhi dan dikurangi
bahan tertentu. Susu merupakan sumber gizi terbaik bagi mamalia yang baru
Soeparno et all (2011:69), mengemukakan bahwa warna air susu berkisar dari
putih kebiruan hingga kuning keemasan. Hal tersebut dipengaruhi oleh lemak,
kalsium, dan kasein. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan laktosa,
sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat, dan garam-garam mineral lainnya.
Menurut Bucklet et all (2009: 273-277), bahwa komposisi susu terdiri dari air
(87,9%), lactose (4,60%), vitamin, enzim, gas, dan mineral serta bahan kering
(12,1%). Bahan kering yang terdiri dari lemak (3,45%), dan bahan kering tanpa
lemak (8,65%). Bahan kering tanpa lemak terdiri dari protein (3,20%), kasein
dipenuhi oleh susu sapi. Sapi perah menghasilkan susu sebesar 83%, disusul
dan tidak terlalu rendah dibandingkan dengan ternak lainnya ( Kerbau, zebu,
kambing, domba). Adapun hasil maksimum dalam produksi susu akan dicapai
ketika sapi perah berumur 8-10 tahun dan produksi susu akan meningkat ketika
kualitas susu di Indonesia masih berdasarkan Milk Codex. Milk Codex adalah
suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar
tersebut sudah disepakati oleh para ahli gizi dan kesehatan dunia, walaupun
Milk Codex untuk kualitas susu yang dianggap normal harus memenuhi angka-
No Kandungan Kadar
1. Berat jenis 1,028
2. Lemak 2,8%
3. Bahan kering tanpa lemak 8%
4. Laktosa 4,2%
5. Protein murni 2,7%
6. Titik beku -0.520˚C
7. Kuman per cc maksimum 1 juta
Sumber : Nugraheni (2013 : 197)
Susu segar dibagi menjadi beberapa produk olahan. Hal ini disebabkan
karena sifat dari produk susu itu sendiri yang tidak tahan lama, mudah
nilai tambah. Produk olahan susu biasanya lebih tahan lama dan berbentuk lebih
padat dari susu itu sendiri. Produk olahan susu yang dihasilkan dengan bahan
12
baku susu segar disajikan dalam bentuk pohon industri seperti yang terlihat pada
gambar 3.
Susu Pasteurisasi/
Fermentasi Keju
Whey
Mentega
Susu UHT
Susu (IPS) yang dibagi menjadi tiga kelompok. Industri pengolahan susu yang
pertama adalah kelompok industri hulu dengan produk utamanya susu segar.
Kedua, kelompok industri antara dengan hasil utama susu pasteurisasi, susu UHT,
dan susu fermentasi. Industi antara merupakan industri yang menghasilkan produk
antara yang menjadi bahan baku industri lain. Industri pengolahan susu yang
terakhir adalah kelompok industri hilir. Industri hilir merupakan industri yang
13
yang dihasilkan dari industri ini adalah susu bubuk, susu kental manis, makanan
bayi dari susu, keju, mentega, es krim, dan yogurt. Adapun produk utama yang
negeri adalah dalam bentuk SMF (Skim Milk Powder) dan whole milk powder,
diikuti dengan cheese, whey, dan butter (Nugroho, 2010:66). Susu yang diimpor
akan diolah kembali oleh Industri Pengolahan Susu (IPS) dan non Industri
Pengolahan Susu.
selama periode tertentu dengan harga komoditi tersebut. Jumlah komoditi total
yang ingin dibeli oleh konsumen disebut yang ingin diminta. Banyaknya komoditi
yang ingin dibeli oleh konsumen pada periode waktu tertentu oleh variabel
penting berikut, yaitu harga komoditi itu sendiri, rata-rata pendapatan, harga
hipotesis ekonomi dasar menyatakan bahwa harga suatu komodi dan kuantitas
yang diminta berhubungan negatif, dengan faktor lain tetap sama (ceteris paribs).
Artinya semakin rendah harga suatu komoditi maka jumah yang akan diminta
14
hubungan antara jumlah yang diminta pada tingkat harga tertentu, dengan faktor
lain tetap.
Keterangan :
P : Harga Komodias
yang diminta pada Q dengan tingkat harga pada P. titik – titik a, b, dan c
merupakan titik –titik kombinasi antara harga komoditas dan jumlah yang
permintaan menunjukan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen pada
periode waktu dan keadaan tertentu. Dalam kenyataanya permintaan akan suatu
barang tidak hanya dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri namun juga oleh
15
faktor-faktor lain (Sukirno, 2005:76). Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi
(cetris paribus). Jadi hubungan jumlah barang yang diminta dengan harga
Hubungan antara suatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat
dibedakan dalam tiga golongan : A). barang pengganti, yaitu suatu barang
yang dapat menggantikan funsi dari barang lain tersebut. Bila terjadi
apabila dua macam barang tidak mempunyai kaitan yang rapat, maka
lainnya.
3. Pendapatan Konsumen
jenis barang.
16
4. Distribusi Pendapatan Masyarakat
Distribusi pendapatan masyrakat dapat mempengaruhi corak permintaan
5. Selera Masyarakat
6. Jumlah Penduduk
banyak orang yang menerima pendapatan dan hal ini juga akan menambah
permintaan.
akan bertambah tinggi di masa yang akan datang, dapat mendorong jumlah
17
pembelian yang lebih banyak pada saat ini, demikian juga sebaliknya bila
Dimana :
Y= Pendapatan Konsumen
T = Selera
U = Faktor-faktor lainnya
harga barang X, pendapatan konsumen, harga barang lain, selera konsumen, dan
faktor-faktor lainnya.
barang yang akan ditawarkan oleh penjual atau produsen di pasar pada berbagai
tingkat harga, pada waktu dan keadaan tertentu (Lukman, 2007:24). Penawaran
(supply) dapat didefinisikan sebagai jumlah barang atau jasa yang ditawarkan oleh
“jika harga turun maka jumlah barang yang ditawarkan cenderung menurun,
sebaliknya jika harga naik, naka jumlah barang yang ditawarkan cenderung
18
meningkat. Dengan asumsi faktor-faktor lain di luar harga konstan” (Rasul, dkk,
1. Teknologi
2. Harag Input
input yang dipakai. Bila harga faktor produksi (input) turun, maka
19
menyebabkan terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau
4. Jumlah produsen
Dengan kata lain, semakin bertambah produsen dalam suatu pasar maka
6. Elastisitas produksi
(tanah, tenaga kerja, dan modal) dan juga dipengaruhi oleh waktu yang
produksi.
impor, perdagangan dan keuangan atau moneter, serta organisasi (baik swasta
20
maupun pemerintah) dan kerja sama antar negara. Permasalahan pokok yang
komoditi dan masalah pilihan komoditi. Komoditi atau produk yang dimaksud
adalah barang dan jasa serta ide yang dibutuhkan dan dihasilkan atau diolah oleh
manusia. Masalah tersebut muncul karena adanya permintaan akan kebutuhan dan
keinginan manusia yang sifatnya tidak terbatas dan penawaran dari sumberdaya
internasional jika ada permintaan dari dalam maupun luar negeri begitu juga
ekonomi yaitu perdagangan yang terjadi antara dua negara atau lebih.
pembangunan negara yang berorientasi keluar akan tetapi juga dalam mencari
pasar di negara lain bagi hasil-hasil produksi di dalam negeri serta pengadaan
kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan suatu negara dengan negara
internasional adalah adanya perbedaan antar negara dan setiap negara bertujuan
21
mencapai skala ekonomis dalam produksinya. Perbedaan antar negara yang
alam, sumber daya modal, tenaga kerja, dan teknologi yang mengakibatkan
meskipun salah satu negara lebih efisien dibandingkan negara lainnya. Suatu
internasional adalah:
Beberapa barang tidak dapat diproduksi sendiri oleh suatu negara karena
yang dimilki setiap negara dapat digunakan dengan lebih efisien dan setiap
negara dapat menikmati lebih banyak barang dari yang dapat diproduksi di
dalam negeri.
22
4. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mempelajari teknik
produksi dan manajemen yang lebih baik dari negara lain mengimpor alat-
alat dengan teknologi yang lebih canggih dari negara lain untuk
meningkatkan efisiensi.
permintaan suatu negara terhadap produk tertentu. Secara teoritis, suatu negara
rendah dibandingkan dengan harga domestik negara B. struktur harga yang terjadi
demand) sehingga harga yang terjadi di negara B lebih tinggi. Dalam hal ini
negara B berkeinginan untuk membeli komoditi dari negara lain yang relatif lebih
murah. Jika kemudian terjadi konsumsi antara negara A dengan negara B, maka
akan terjadi perdagangan antara keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua
23
Gambar 5. Kurva Perdagangan Internasional
Sumber : Salvatore (1997:84)
Keterangan :
sebesar PA dan di negara B adalah PB. Penawaran pasar internasional akan terjadi
jika harga internasional lebih tinggi dari PA, sedangkan permintaan di pasar
24
internasional akan tinggi jika harga internasional lebih rendah dari PB. Pada saat
harga internasional (P*) sama dengan PA, maka negara B akan terjadi excesss
demand (ED) sebesar B. Jika harga internasional sama dengan PB, maka di negara
A akan terjadi excess supply (ES) sebesar A. dari A dan B akan terbentuk kurva
yaitu ekspor dan impor. Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri dan dijual ke luar negeri, sedangkan impor adalah barang dan jasa yang
diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri (Mankiw, dkk. 2012: 64).
pendapatan yang telah diterima telah dibelanjakan untuk memebeli barang yang
25
antara konsumsi domestik dikurangi produksi domestik, dan dikurangi stok pada
akhir tahun lalu. Secara matematik impor dapat digambarkan sebagai berikut.
Dimana:
Besarnya impor yang dilakukan suatu negara antara lain ditentukan oleh
barang-barang yang dihasilkan oleh suatu negara. Apabila barang-barang dari luar
negeri mutunya lebih baik, atau harganya lebih murah daripada barang-barang
yang sama yang dihasilkan di dalam negeri, maka akan terdapat kecenderungan
bahwa negara tersebut akan mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri.
untuk memebaya impor tersebut. Ini berarti bahwa besaran impor lebih
luar negeri untuk bersaing dengan barang-barang produksi dalam negeri (Sakirno,
2004:90).
26
2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor
negeri
3. Besarnya nilai tukar yang menentukan jumlah mata uang domestik yang
(2012:185), di atas tidak semua faktor dijadikan variabel dalam penelitian ini. hal
ini didasarkan oleh adanya beberapa faktor yang tidak dapat digunakan karena
keterbatasan penulis, seperti data selera konsumen yang datanya bersifat kualitatif
dan tidak dapat dihitung. Sedangkan faktor biaya transportasi barang dari satu
negara ke negara lain, tidak dijadikan variabel karena penelitian ini tidak
penelitian ini penulis menggunakan harga dalam negeri dan luar negeri atau
impor, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, pendapatan konsumen atau
27
sebagai variabel adalah kebijakan mengenai penghapusan rasio impor yang
disebakan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas
jumlah yang harus ditagihkan untuk suatu produk atau jasa (Kotler dan Keller,
2009 : 18). Harga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan
suatu barang atau jasa. Jika harga barang semakin mahal, maka permintaan
terhadap barang tersebut akan berkurang, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai
dengan hukum permintaan, yaitu bila harga sutau barang naik, cateris paribus,
maka jumlah barang yang diminta akan berkurang. Begitu juga sebaliknya. Jika
harga suau barang turun, maka jumlah barang yang diminta akan bertambah
28
2.6.2. Nilai Tukar Mata Uang
yang berbeda-beda. Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi, maka mata
uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara lain.
Nilai tukar adalah harga atau berapa banyak suatu mata uang harus dipertukarkan
untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Nilai tukar didasari dua konsep.
harga mata uang yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang
diperoleh guna memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain. Kedua adalah
konsep riil yang dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu
(nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan
mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan nilai tkar riil
(real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan
barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain. Secara umum
Nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan
tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil tinggi, berarti harga barang luar
negeri relatif murah dan harga barang-barang domestik relatif mahal. Sebaliknya,
29
jika nilai tukar riil rendah berarti harga barang-brang luar negeri relatif mahal dan
dan jasa-jasa yang diproduksi di dalam negara dalam satu waktu tertentu. PDB
dapat mengukur dua hal sekaligus, yaitu pendapatan total semua orang dalam
perekonomian dan jumlah pembelajaan untuk membeli barang dan jasa hasil dari
perekonomian. Menurut Mankiw, dkk. (2012: 197), alasan mengapa PDB dapat
mengukur pendapatan total dan pengeluaran secara bersamaan adalah kedua hal
ini pada dasarnya sama saja. Untuk suatu perekonomian secara keseluruhan,
pegangan, atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur pemerintah
Hambatan dalam arus perdagangan ada dua macam, yaitu hambatan tariff (tariff
30
barrier) dan hambatan yang bersifat nontarif (non tariff barrier). Hambatan yang
bersifat tariff merupakan hambatan terhadap arus barang ke dalam suatu negara
yang disebabkan oleh diberlakukannya tarif bea masuk dan tariff lainnya.
adalah angka indeks yang mmenunjukan tingkat harga barang dan jasa yang harus
dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka indeks harga knsumen (IHK)
dan jasa tersebut diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa
yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar. Indeks harga konsumen
(IHK) adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa yang dibeli konsumen
sekelompok tetap barang dan jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat.
atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang atau jasa kebutuhan rumah tangga
menyatakan bahwa dilihat dari cakupan komoditas yang dihitung, IHK kurang
mencerminkan tingkat inflasi yang sebenarnya. Tetapi IHK sangat berguna karena
31
mengambarkan besarnya kenaikan biaya hidup bagi konsumen, sebab IHK
masyarakat.
kesejahteraan rakyat yng diukur dengan tingkat daya beli pendapatan. Inflasi
mnyebabkan daya beli pendapatan makin rendah, khusunya bagi masyarakat yang
merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi. Inflasi yang kronis
menumbuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik. Bagi
konsumen perkiraan ini mendorong pembelian barang dan jasa lebih banyak dari
Akibatnya, permintaan barang dan jasa justru dapat meningkat. Sedangkan bagi
produsen, perkiraan akan naiknya barang dan jasa mendorong mereka untuk
akan semakin memburuk (Rahardja dan Manurung, 2008 : 371-372). Inflasi yang
32
2.7. Penelitian Terdahulu
yang digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam pemilihan metode
Amaliah (2008) melakukan penelitian dengan judul analisis daya saing dan
3). Merumuskan rekomendasi strategi yang mampu meningkatkan daya saing susu
Model (ECM). Data yang digunakam merupakan data time series periode tahun
1976 – 2005. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
volume impor susu Indonesia sebagai variabel terikat, serta variabel bebasnya
adalah volume produksi susu domestik, harga riil susu impor, harga riil susu
33
domestik, nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan produk domestik
kelemahan mendasar daya saing susu domestik terletak pada kondisi faktor.
Sebaliknya, faktor yang diduga berkontribusi besar tehadap kondisi daya saing
mempengaruhi impor susu Indonesia dari sisi permintaan pada jangka panjang
dipengaruhi secara signifikan oleh harag riil susu impor, harga riil susu domestik,
nilai tukar riil Rupiah, dan pendapatan perkapita. Impor susu pada jangka pendek
dipengaruhi secara signifikan oleh produksi susu domestic, haraga riil susu lag
pertama, pendapatan perkapita saat ini dan lag ketiga, serta nilai tukar riil Rupiah
Australlia,India, Selandia Baru, dan Cina. Tujuan dari penelitian tersebut adalah :
data time series dan data cross section (data panel) dalam periode tahun 2001
hingga 2010 dengan empat mitra dagang utama yakni Australia, India, Selandia
Baru, dan Cina. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis kuantitatif dengan regresi Ordanary Least Square data panel program
34
Eviews 6. Dalam penelitian tersebut alat analisis yang digunakan adalah regresi
data panel. Variabel terikat dalam penelitian Analisi Faktor-faktor Impor Garam
adalah populasi, nilai tukar riil, harga impor garam, jumlah industri berbahan
baku garam, produksi, serta dummy negara Australia, India, dan Selandia Baru
terhadap volume impor garam. Hasil dari analisis yang dilakukan adalah nilai R²
dijelaskan oleh variabel harga impor, GDP, populasi, jumlah industri yang
menggunakan bahan baku garam, dan nilai tukar. Sedangkan sisanya 2,30 %
digunakan dalam penelitian tersebut adalah data sekunder runtut waktu (time
series) mulai tahun 1986 hingga tahun 2013. Pengolahan data dilakukan dengan
22. Pengujian statistic dalam penelitian tersebut menggunakan Uji R², Uji- T, dan
Uji- F.
9% impor gula di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan
35
dalam model yaitu produksi gula, konsumsi gula, harga gula domestik, harga gula
internasional, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, Produk Dometik Bruto,
dan tarif impor berpengaruh terhadap impor gula di Indonesia secara signifikan.
domestik, dan produk domestit bruto memiliki memilik pengaruh positif dan
Sedangkan variabel produksi gula, harga gula internasional, nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar Ameriak, dan Tarif Impor memiliki pengaruh negative dan
kedelai di Indonesia, nilai tukar valuta asing, dan harga kedelai impor. Penelitian
ini bertujuan untuk : 1) menegatahui konsumsi, nilai tukar valuta asing, dan harga
terhadap faktor-faktor tersebut. Data yang digunakan adalah data sekunder rubtut
waktu (time series) dari tahun 2002 hingga tahun 2011. Pengolahan data
software SPSS versi 18. Pengujian statistic dalam penelitian ini menggunaka uji
89,4% impor kedelai di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang
digunakan dalam model yaitu konsusmsi kedelai, nilai tukar valuta asing (Rupiah
terhadap Dolar Amerika), dan harga impor berpengaruh terhadap impor kedelai di
36
Indonesia dengan nilai probabilitas 0,001 < 0,5. Hasil pengujian secara persial
menunjukan variabel konsumsi dengan nilai probabilitas 0,000 < 0,05, harga
kedlai impor dengan nilai probabilitas 0, 805 > 0,05, nilai tukar valuta asing
(Rupiah terhadap Dolar Amerika) 0,62 yang memiliki pengaruh terhadap impor
95%. Sedangkan variabel harga kedelai impor dan kurs memliki pengaruh
negative dan tidak signifikan terhadap impor kedelai di Indonesia dengan tingkat
kepercayaan 95%.
variabel dependen, dan sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah
harga durian lokal, harga durian impor, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar
Amerika, dan PDB. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun
2002 hingga tahun 2013. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dan
SPSS versi21.
Hasil yang diperoleh pada peneliltian tersebut adalah variabel harga durian
impor berpengaruh negative yang nyata dan signifikan pada tara kepercayaan
90%. Variabel durian lokal memliki nilai positif namun tidak berpengaruh nyata
37
dan signifikan terhadap impor durian di Indonesia. Untuk variabel nilai tukar
positif yang nyata dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai elastisitas
harga durian impor dan harga durian lokal bersifat inlatis. Sedangkan nilai PDB
dan nilai tukar Rupiah terhadapa Dollah Amerika bersifat elastis terhadap impor
durian di Indonesia.
pengaruh produksi, jumlah penduduk, PDB dan kurs Dollar terhadap impor
pengaruh produksi, jumlah penduduk, PDB, dan kurs terhadap impor jagung di
Indonesia baik secara simultan maupun persial. 2). Mengathui faktor yang paling
adalah data time series mulai dari tahun 1997 hingga tahun 2013. Metode yang
digunakan yaitu metode deskriptif dan analisis kuantitaf dengan regresi linear
Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan
dan kurs Dollar Amerika Serikat berpengaruh secara simultan terhadap impor
jagung di Indonesia periode tahun 1997 – 2013. Hal ini ditunjukan dengan nilai F
hitung (21,685) > F tabel (3,41). Secara persial, variabel PDB berpengaruh positif
dan signifikan terhadap impor jagung di Indonesia tahun 1997 – 2013, sedangkan
38
variabel produksi, jumlah penduduk, dan kurs Dollar Amerika Serikat tidak
dijadikan acuan. Penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2008) bertujuan untuk
Indonesia dengan kurun waktu 1976-2005. Penelitian yang dilakukan oleh kemala
impor garam di Indonesia dalam kurun waktu 2001 – 2010. Arastika (2015)
terhadap volume impor gula di Indonesia dalam kurun waktu 1986 – 2013.
mengetahui konsumsi kedelai, nilai valuta asing serta harga kedelai impor di
dalam kurun waktu 2002 – 2011. Penelitian berikutnya adalah penelitian yang
tersebut terhadap impor durian di Indonesia dengan periode waktu dari tahun 2002
– 2013.
39
volume impor susu di Indonesia secara keseluruhan, tidak terbatas dalam wilayah
no. 4/1998 tentang penghapusan rasio impor susu di Indonesia, hasil dari
menggunakan data time serie dalam kurun waktu 20 tahun yaitu pada periode
1996 – 2015.
bebas yang digunakan dalam penelitian ini memeliki persamaan dengan beberapa
variabel penelitian terdahulu yaitu harga domestik, harga impor, nilai tukar
terhadap produk pangan hewani seperti susu yang mengandung nilai gizi yang
permintaan akan susu tidak mampu dipenuhi oleh kapasitas produksi susu
nasional.
strategi yang dapat ditempuh dengan mengizinkan aliran impor susu untuk
40
menutup kondisi excess demand baik dari industri pengolahan susu sebagai bahan
baku untuk diolah lebih lanjut, maupun konsumen akhir. Akan tetapi kebijakan
Dibukanya kran impor untuk bahan baku dan produk susu, melahirkan
trade off terutama bagi peternak sapi perah. Hal ini dikarenakan kepentingan
mekanisme Bukti Serap (BUSEP) yang mengatur rasio penyerapan susu domestik
terhadap impor.
kementerian koperasi dan usaha kecil menengah untuk menghapus kebijakan rasio
susu impor, yang pada faktanya lebih unggul dari segi kualitas. Hal ini menjadi
tantangan yang lebih besar bagi produsen susu domestik untuk mengembangkan
41
selama beberapa tahun terakhir dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
impor susu di Indonesia. Pemilihan variabel yang diduga merupakan faktor yang
(2012:185), yaitu, harga susu dalam negeri, harga susu impor atau luar negeri,
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, penghasilan konsumen atau PDB per
linear berganda.
Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu informasi yang
42
Produksi Susu Tidak
Konsumi Susu Dapat Memenuhi
Meningkat Konsumsi
Peningkatan Volume
Impor Susu
yang telah dipaparkan sebelumnya, maka diajukan sebuah dugaan sementara atau
43
hipotesis. Beberapa hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian tentang faktor-
impor susu di Indonesia, artinya semakin tinggi harga riil susu domestik
Indonesia.
2 Harga riil susu impor diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor
susu di Indonesia, artinya semakin tinggi harga riil susu impor makan
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
CTAD, World Bank, dan instansi lainnya seperti BPS, Kementeria Pertanian,
menggunakan data sekunder deret waktu (time series) periode watu 20 tahun yaitu
dari tahun 1996 hingga tahun 2015. Diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews
9 dan Microsoft excel Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari data volume impor susu Indonesia, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat, Produk Domestik Bruto Indonesia, Harga riil susu dalam negeri
menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
(Suyatno dan Sutinah, 2005 : 56). Sumber data yang digunakan untuk k
alat analisis kualitatif berupa analisis deskriptif dan alat analisis kuantitatif berupa
tersebut meliputi volume impor susu Indonesia, harga riil susu domestik di
Indonesia, harga riil susu impor, produk domestik bruto perkapita Indonesia, nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan data indeks harga konsumen (IHK)
1. Data volume impor susu Indonesia dengan satuan ribu ton (000 ton)
periode waktu 20 tahun, yaitu dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2015.
2. Data harga susu impor di Indonesia dengan satuan Rp per ribu ton (Rp/000
ton) dalam kurun waktu 20 tahun yaitu dari tahun 1996 sampai tahun
46
2015. Harga susu impor di Indonesia diperoleh dari pembagian nilai impor
susu di Indonesia (US$) dengan volume impor susu Indonesia (000 ton),
tahun dasar (2010:100). Secara lebIh rinci rumus mendapatkan harga riil
a. Keterangan:
b. Harga Impor Riil = Harga riil susu susu impor di Indonesia
(Rp/000 ton)
c. Harga Impor = harga impor susu di Indonesia (Rp/000
ton)
d. IHK Pengimpor = Indeks harga konsumen Indonesia (2010 :
100)
3. Harga riil susu domestik tingkat konsumen dengan satuan Rupiah per ribu
(Rp/000 ton) dalam kurun waktu 20 tahun yaitu dari periode tahun 1996
sampai dengan tahun 2015. Data yang diperoleh dari pusat data dan
47
4. Data nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dengan satuan
Rupiah per US$ (Rp/US$) dalam kurun waktu 20 tahun, dari tahun 1996
sampai tahun 2015. Menurut Rahardja dan Manurung (2008 : 307), nilai
tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang kedua negara, yang
dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai tukar riil
Rupiah terhadap Dollar Amerika diperoleh dari hasil perkalian nilai tukar
pengimpor (Indonesia tahun dasar 2010 = 100) dengan nilai indeks harga
sebagai berikut:
Keterngan:
48
5. PDB per kapita Indonesia diperoleh dengan satuan Dollar (US$) kemudian
7. Indeks harga konsumen adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa
yang dibeli oleh konsumen (Mankiw, dkk. 2012 : 26). Nilai indeks harga
mengetahui sejauh mana hubungan antar suatu variabel dengan satu atau beberapa
terhadap pengaruh yang terjadi terhadap variabel tak bebas atau perubahan salah
49
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regesi linear
Keterangan:
a = Konstanta Regresi
e = Standar Error
alpha yang digunakan adalah 5%. Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi
50
dikenal dengan uji BLUE (Best Liniear Unbiased Estimate) yaitu data terdistribusi
1. Uji Normalitas
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
51
b. Uji Normalitas dengan Jarque-bera (JB Test)
(JB) hitung dengan tingkat alpha 0,05 (5 %). Apabila nilai Prob. JB hitung
lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi
normal, dan sebaliknya apabila nilai prob. JB lebih kecil dari tingkat alpha
yang telah ditentukan maka distribusi data tidak normal (Mansuri, 2016 :
36).
Hasil dari uji normalitas dalam penelitian ini yaitu nilai nilai
statistik Jarque-Bare sebesar 1,058367 yang lebih kecil dari nilai Chi-
penelitian ini yaitu 0,05 (5%), (0,5837 < 0,05), (Lampiran 12).
2. Uji Multikolinearitas
Inflation Factor (VIF). Apabilai nilai VIF > alpha maka dapat
52
Dalam model faktor-faktor yang mempengaruhi impor susu di
Factor tidak ada yang melebih alpha, dalam penelitian ini alphanya
sebesar 5% (VIF < 5%). Hasil dari uji multikolinearitas dalam penelitian
3. Uji Heterokesdastisitas
lebih besar dari alpha 5% (0,1174 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa
53
4. Uji Autokorelasi
observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Salah satu
Watson. Jika nilai di atas 2 maka tidak ada autokolerasi baik positif
tingkat alpha, dalam penelitian ini menggunakan tingkat alpha 0,05 (5%).
Apabila nilai probabilitas F hitung lebih besar dari alpha (0,05), maka
jika nilai probablitas F hitung lebih kecil dari alpha maka terjadi
54
dU = 1,9908. Nilai Durbin-Watson dalam pnelitian ini adalah sebesar
Sehingga 0,7918 < 1,603535 < 1,9908. Sedangkan hasil uji autokolerasi
0,2642 lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (0,2642 > 0,05). Sehingga dapat
berikut:
a. Bila nilai F lebih besar dari 4, maka H₀ dapat ditolak pada derajat
dependen.
55
2. Uji Signifikan Persial (t)
apabila lebih dari 0,05 maka H₀ ditolak bila nilai t lebih dari 2
(nilai absolut).
56
3.3.4. Definisi Operasional
susu di Indonesia:
1. Volume impor susu di Indonesia adalah total volume impor susu Indonesia
dalam satuan ribu ton (000 ton). Data yang digunakan merupakan data
time series selama 20 tahun dari tahun 1996 sampai tahun 2015.
2. Harag riil susu domestik adalah harga yang harus dibayar oleh konsumen
negeri dalam satuan Rupiah per ribu ton (Rp/000 ton). Data yang
digunakan merupakan data time series selama 20 tahun dari tahun 1996
3. Harga riil susu impor adalah harag susu yang berlaku di pasar
internasional dalam satuan US$ per ribu ton (US$/000 ton). Data yang
digunakan merupakan data time series selama 20 tahun dari tahun 1996
4. Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika adalah nilai perbandingan
mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika yang berlaku dalam satuan
Rupiah per US$ (Rp/US$). Data yang digunakan merupakan data time
57
5. Produk domestik bruto (PDB) perkapita Indonesia adalah besarnya
dalam Inpres no. 4/1998 sebagai hasil dari kesepakatan antara pemerintah
58
BAB IV
GAMBARAN UMUM
mendatangkan sapi perah bibit jenis Fries Holland (FH) sebagai perintis peternak
sapi perah Indonesia. Fries Holland mempunyai kemampuan laktasi yang tinggi
yang terbatas pada wilayah tertentu pada dekade 70-an. Pemerintah menggerakan
International Moneteary Fund (IMF), tak terkucuali pada usaha peternakan sapi
perah. Kebijaka rasio impor susu dihapuskan karena dianggap telah mendistorsi
perdagangan dan secara khusus telah menciptakan inefisiensi pada usaha
peternakan sapi perah. Hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan deregulasi
tersebut adalah penataan ulang struktur pasar susu nasional serta penyelamatan
nasib ribuan peternak sapi perah yang menerima konsekuensi logis berupa
penurunan surplus yang diterima oleh produsen (Yusdja dan Sayuti, 2002 : 16).
menunjukan tingkat pendistribusian yang tidak merata di Indonesia. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 9. yang menunjukan data sebaran populasi sapi perah di
700000
600000
500000
400000
Jawa
300000
Luar Jawa
200000
100000
0
1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014
demikian, pertumbuhan populasi sapi perah di Pulau Jawa periode 2012 – 2015
mengalami penurunan sebesar 1,14% per tahun, sedangkan di luar Pulau Jawa
60
Indonesia masih didominasi usaha peternakan di Pulau Jawa yang mencapai lebih
dari 99% dari total populasi sapi perah Indonesia sebanyak 518,65 ribu ekor pada
tahun 2015. Dari jumlah tersebut, 513,51 ribu ekor berada di Pulau Jawa.
Sementara itu, tahun 2015 populasi sapi perah di luar Pulau Jawa hanya mencapai
5,13 ribu ekor atau 0,99% dari populasi sapi perah di Indonesia.
produksi susu domestik. Tetapi besarnya peningkatan populasi sapi perah secara
proposional tidak selalu akan meningkatkan produksi susu dengan besar kenaikan
yang sama. Hal ini dikarenakan 30% kemampuan berproduksi sapi perah
oleh keadaan lingkungan, tata laksana, iklim, penyakit, dan sebagainya (Suhartini,
28:2001).
Dari sebaran populasi sapi perah yang ada, pusat populasi sapi perah
terbesar terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Realitas tersebut
0.50%
0.78% 1.08%
Jawa Timur
22.93%
49.70% Jawa Tengah
Jawa Barat
25% DI. Yogyakarta
DKI Jakarta
Provinsi Lainnya
61
Interpretasi yang dapat disampaikan dari data yang terangkum pada
Gambar 10, bahwa pada periode 2011-2015 sekita 259,57 ribu ekor atau 49,7%
dari total populasi sapi perah Indonesia berada di wilayan Jawa Timur. Provinsi
lain yang memiliki populasi sapi perah cukup besar adalah Jawa Tengah dan Jawa
Barat masing-masing 130,57 ribu ekor atau 25% dan 119,74 ribu ekor atau
peningkatan populasi sapi perah yang di tempuh melalui impor sapi perah, bibit,
diberikan oleh pemerintah pada usaha peternakan sapi perah. Injeksi modal usaha
melalui kredit koperasi ini secara operasional memiliki kelemahan. Program sapi
perah yang dirintis menghadapi banyak masalah dan pada akhirnya terjadi
62
Table 4. Produksi Susu di Indonesia Periode 1996 – 2015
produksi susu sapi perah di Indonesia sama halnya dengan populasi sapi perah
produksi susu di Pulau Jawa sebesar 8,43% per tahun, dengan peningkatan
tertinggi pada tahun 2010 sebesar 87,44% atau 420,66 ribu ton dari tahunn 2009.
hasil berkurang 1% per tahun atau menjadi 840,43 ribu ton. Perkembangan
peningkatan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 6,95%. Namun pada periode
63
Provinsi penghasil susu terbesar juga berasal dari Jawa Timur. Pada tahun
2011 sampai tahun 2015 rata-rata produksi sapi perah di Jawa Timur sebesar
475,12 ribu ton atau 55,50% dari produksi nasional. Urutan kedua adalah provinsi
Jawa Barat dengan rata-rata produksi mencapai 260,43 ribu ton atau 30,74%,
kemudian Jawa Tengah pada urutan ketiga dengan rata-rata produksi sebesar
98,86 ribu ton atau 11,67%. Sementara provinsi lainnya hanya berkontribusi
sebesar kurang dari 1%. Pada Gambar 11, menunjukkan refleksi dari penjelasan di
atas.
0.61% 0.79%
0.69%
Susu segar sebagai output dari usaha peternakan sapi perah sekaligus input
64
kualifikasi teknis yang harus dipenuhi oleh susu segar terlebih pada fungsinya
Tabel 5. Kualifikasi Susu Segar Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Susu
harga susu segar sebagai bahan baku industri. Berat Jenis (BJ) atau Total Solid
(TS) dan kandungan lemak (fat) merupakan kriteria yang telah digunakan secara
luas oleh industri pengolahn susu (IPS). Kriteria penting lainnya untuk menyerap
bahan baku susu adalah total kandungan bakteri atau Total Plate Cone (TPC).
Tabel 5 berikut ini menyajikan standarisasi bahan baku susu menurt total
65
Tabel 6. Standarisasi Bahan Baku Susu Menurut Total Kandungan Bakteri (TPC)
pada Industri Pengolahan Susu (IPS)
1. Wilayah yang memiliki kondisi fisik alam yang rendah akan tetapi
2. Wilayah dengan kondisi alam yang tinggi tetapi mempunyai kondisi sosial
bagi tipe wilayah (1) rendahnya penyediaan hijauan dan performa produksi. Serta
minimnya penyediaan konsentrat dan rantai pemesaran susu di tipe wilayah (2).
permukaan laut. Penelaahan hubungan produksi susu sapi perah dengan topografi
66
wilayah memperlihatkan bahwa selisih ketinggian 100 meter berkaitan erat
perah di Indonesia adalah relative kecilnya skala usaha tersebut. Usaha peternakan
sapi sebagai supplier domestik susu merupakan usaha subsisten dan belum
peternak kecil dengan rata-rata pemiliknya tiga sampai dengan empat ekor sapi
usaha peternakan sapi perah di Indonesia belum mencapai nilai yang ekonomis.
Rata-rata pemilikan sapi perah enam ekor per rumah tangga merupakan skala
usaha yang paling efisien untuk pengembangan usaha peternakan sapi perah.
Hingga saat ini, usaha peternakan sapi perah setidaknya masih dihadapkan
ini pada umumnya disebebkan oleh tingkat pengolahan yang kurang baik
genetiknya.
2 Sistem pemasaran bahan baku susu yang mencakup bentuk pasar dan
67
perah. Lemahnya sistem pemasaran susu segar untuk bahan baku industri
susu membuat industri pengolahan susu memeilih opsi untuk melakukan impor
bahan baku susu. Susu impor di Indonesia disupply dari negara-negara produsen
dan produk susu ternama di dunia. New Zeland, Australia, Amerika dan Belanda
merupakan negara importir dengan market share terbesar. Bahan baku susu yang
diproses menajdi bentuk bubuk. Susu bubuk terbut diimpor dalam bentuk skim
milk powder (SMP) dan anhydrous milk fat (AMF), ful cream milk powder
pasteurisasi susu segar tanpa bahan tambahan (aditif) apapun. Bahan baku
susu ini mempunya kadar lemak yang rendah, kurang dari 1% sehingga
baik untuk kesehatan. Skim milk powder adalah mayoritas bahan baku
susu yang diimpor oleh industri pengolahan susu, hal ini karena secara
68
luas digunakan sebagai campuran untuk mereduksi kadar lemak susu segar
Full cream milk powder merupakan bahan baku susu yang diproduksi
sekaligus lemak yang tinggi, yakni sebesar 20% dan baik digunakan dalam
69
3500000
3000000
2500000
2000000
Ton
1500000
Impor susu
1000000
500000
0
1996199820002002200420062008201020122014
Tahun
Gambar 12. Perkembangan Volume Impor Susu Di Indonesia Tahun 1996 – 2015
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2016)
susu impor yang paling tinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 16% dengan
volume mencapai 1.110.756,035 ton, dan pada tahun 2004 yaitu tumbuh sebesar
24% dari tahun sebelumnya yaitu dengan volume impor pada tahun tersebut
begitu besar ini, pada tahun 2015 sebesar 2.980.013 ton, maka diperlukan upaya
dan langkah yang efektif agar ketergantungan terhadap susu impor dapat
konsumen terhadap suatu barang. Perkembangan harga susu di dalam negeri dan
70
harga susu impor menjadi salah satu acuan Indonesia untuk melakukan impor
susu. Perkembangan harga susu domestik ataupun impor dari beberapa eksportir
10000
9000
8000
7000
6000
Rp/Liter
Gambar 13 . Perkembangan Harga Susu Impor (Skim Milk Powder) dan Susu
Segar Dalam Negeri
Sumber : UN Comtrade dan Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan (2006)
impor setara susu segar berada di bawah harga susu segar dalam negeri. selama
kurun waktu tahun 1996 – 2015 rata-rata harga susu segar dalam negeri terus
mengalami peningkatan yang cukup substansial. Pada periode waktu tersebut rata-
rata harga susu segar dalam negeri adalah sebesar Rp 5.391,7 per liter dengan
rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 5,9%. Sedangkan susu impor setara
susu segar rata-rata harga dalam periode waktu yang sama hanya sebesar Rp.
2.966,49 per liter, dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 3,79%.
Harga susu impor yang lebih rendah dari harga susu dalam negeri diduga
71
untuk menggunakan susu impor. Selain harganya yang lebih murah, susu impor
pengolahan susu.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Lipsey (1997:65),
barang subtitusi yang memliki harga lebih rendah. Barang subtitusi adalah barang
pengganti yang memiliki fungsi yang sama dengan barang utama. Dalam hal ini
susu yang di impor oleh Indonesia sebagai barang subtitusi dari susu segar dalam
negeri merupakan susu skim yaitu susu yang kandungan lemaknya kurang dari
1%. Susu kim mengandung semua kandungan yang dimiliki susu pada umumnya
Nilai tukar mata uang atau kurs mempengaruhi tinggi rendahnya nilai
menggunakan mata uang yang berbeda, maka kurs bertindak sebagai fasilitator
untuk membandingkan nilai mata uang antar negara. Nilai tukar Rupiah terhadap
mata uang asing sangat berpengaruh terhadap besarnya impor yang masuk ke
internasional adalah Dollar Amerika Serikat (US$). Hal ini dikarenakan Amerika
merupakan negara yang memiliki kondisi perekonomian yang cenderung kuat dan
72
stabil. Selain itu, selama beratus tahun Amerika Serikat tidak begitu bergantung
kepada perdagangan luar negeri karena memiliki semua sumber daya, faktor
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada periode tahun 1996 –
2015.
2010
2012
2014
Gambar 14. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Periode 1996 - 2015
Sumber: UNCTAD (2016)
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat dari tahun ke tahun terus
melemah. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 sampai 1998,
Nilai tukar Rupiah tahun 1997 berada pada posisi Rp. 2.993 dan pada tahun 1998
terus tertekan hingga berada pada posisi Rp. 10. 013. Sejak tahun 1997 tersebut,
73
nilai tukar Rupiah cenderung berfluktuatif sampai tahun 2015. Bahkan tahun 2015
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat mengalami kemerosotan yang
sehingga menyebabkan daya beli masyarakat dan kegiatan industri ikut melemah.
Oleh karena itu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika diharapkan dapat
stabil atau bahkan menguat. Apabila Rupiah stabil maka harga produk impor
termasuk susu yang masuk ke Indonesia juga akan relative stabil, terlebih bila
Rupiah menguat, maka Indonesia akan membayar lebih murah, karena harga
melemah maka Indonesia akan membayar lebih mahal karena harga produk impor
negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB),
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada
dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha
dalam suatu negara, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
PDB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan
74
PDB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai
tahun dasar. PDB atas harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran
dan struktur ekonomi, sedangkan PDB atas dasar harga konstan dapat digunakan
peningkatan berarti daya beli masyarakat juga akan meningkat. Grafik dibawah ini
2015.
800,000,000
600,000,000
400,000,000 PDB Harga Konstan
200,000,000 (2010)
0
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
Tahun
Gambar 15 . Perkembangan Produk Domestik Bruto Per Kapita Atas Dasar Harga
Konstan Tahun Dasar 2010
Sumber: World Bank (2016)
kapita Indonesia pada tahun 1996 – 2015 mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan. PDB per kapita Indonesia yang terus meningkat menunjukan tingkat
75
kesejahteraan masyarkat dan pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Pendapatan
nasional akan sangat menentukan besar kecilnya jumlah konsumsi suatu barang
pendapatan nasional suatu negara maka jumlah konsumsi terhadap barang juga
peternak, IPS, dan pihak-pihak lain yang terkait di dalamnya. Salah satu kebijakan
pemerintah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kebijakan yang
ditetapkan melalui Inpres no. 4 tahun 1998, yaitu mengenai penghapusan rasio
impor susu.
melindungi peternak kecil dan meningkatkan produksi susu segar dalam negeri.
industri pengolahan susu segar produksi dalam negeri sebagai syarat dalam
menentukan jumlah impor volume impor yang diperbolehkan. Rasio impor yang
berlaku adalah 1 : 2, misalnya untuk dapat menimpor dua ton bahan baku susu,
industri pengolahan susu wajib untuk menyerap susu segar dalam negeri sebesar
satu ton, dan sebagai buktinya diberikan tanda bukti serap susu (BUSEP) yang
76
Pemerintah menerapkan BUSEP pada tahun 1985 melalui keputusan
perdagangan. Dengan adanya keputusan ini, sekalipun harga susu segar dalam
negeri relatif jauh lebih mahal dibandingkan harga bahan baku susu impor IPS
diharuskan membeli seluruh susu segar produksi dalam negeri. Pihak IPS
umumnya menganggap bahwa kebijakan ini sebagai beban dan menambahn biaya
pengekspor susu dunia, karena kebijakan ini menyalahi ratifikasi GATT dan
ketentuan World Trade Organization (WTO) serta secara langsung merugikan dan
tarif dan secara bertahap mengurangi tingkat tarif yang diterapkan (Priyanti et al,
2004:84). Kebijakan rasio impor bahan baku susu merupakan salah satu hambatan
non tarif (non-tariff barriers), sehingga akhirnya dengan tekanan dari IMF pada
bulan Februari 1998 melalu Inpers No. 4/1998 tentang koordinasi pengembangan
77
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Square (OLS) pada program Eviews 9. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data deret waktu (time series) dari mulai tahun 1996 hingga tahun 2015.
variabel bebas yang digunakan ada lima, yaitu harga riil susu segar dalam negeri,
harga riil susu impor, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, produk
domestik bruto Indonesia, dan dummy kebijakan penghapusan rasio impor susu di
Indonesia.
klasik) maupun uji statistik (uji hipotesis). Pada uji asumsi klasik dianalisis
autokolerasi, hasil dari uji asumsi klasik dapat dilihat pada lampiran 12 dan
lampiran 13. Pada uji hipotesis dianalisis menggunakan uji simultan (uji F), uji
regresi linear berganda (uji t dan uji F) serta pengujian koefisien determinasi (R²).
linear berganda ada dua pengujian yang harus dilakukan untuk mengetahui
signifikansi dari variabel bebas, yaitu pengujian secara simultan (uji F) serta
variabel terikat pada tingkat kepercayaan 95% atau pada taraf nyata (α)
sebesar 5%. Nilai probablitas F statistik harus lebih kecil dari taraf nyata
Variabel Coefficient
Prob(F-statistic) 0.000074
dalam model penelitian ini secara simultan variabel bebas (harga riil susu
79
dalam negeri, harga riil susu impor, produk domestik bruto Indonesia, nilai
secara simultan atau secara bersama-sama juga dapat dilihat dari nilai F
hitungnya. Hasil dari uji F dalam penelitian ini memperoleh nilai F hitung
besar dari F-tabel (2,62) (13,04886 > 2,62), sehingga dapat disimpulkan
merupakan tabel yang menunjukan jasil dari uji t dalam model faktor-
80
faktor yang mempengaruhi impor susu di Indonesia. Signifikansi variabel
ditunjukan nilai t probabilitas yang lebih kecil dari taraf nyata (α).
Keterangan :
Kapita adalah 0,0101 lebih kecil dari alpha 0,05 (0,0101 < 0,05) dan
variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat memiliki nilai
t probabilitas sebesar 0,0216 yang lebih kecil dari 0,05 (0,0216 < 0,05).
Artinya variabel PDB per Kapita dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
negeri adalah 0,7844 > 00,05, variabel harga riil susu impor adalah 0,5614
81
0,0594 > 0,05. Artinya variabel harga riil susu dalam negeri, harga riil
variabel independen yaitu harga riil susu dalam negeri, harga riil susu
impor, PDB per Kapita, nilai tukar Rupiaj terhadap Dollar Amerika Srikat
sebesar 17,67% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
Hasil dari pengaruh harga riil susu dalam negeri (X₁) harag riil susu impor
(X₂), PDB per Kapita (X₃), nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
(X₄), dan dummy kebijakan penghapusan rasio impor (Xᴅ ) terhadap volume
impor susu di Indonesia (Y) dapat diketahui dengan analisis regersi linear
82
berganda yang diolah dengan bantuan Eviews 9. Tabel 11 di bawah ini
Berdasarkan hasil analisi regresi linear berganda pada tabel 11, maka
82820,27 Xᴅ + e.
keterangang :
83
X₃ : PDB per Kapita (Rp)
Xᴅ : Dummy
impor susu di Indonesia tahun 1996 – 2015, variabel terikat dalam penelitian ini
adalah volume impor susu Indonesia (000 ton), sedangkan yang merupakan
variabel bebas dalam penelitian ini adalah harga riil susu dalam negeri (Rp/000
ton), harga riil susu impor (Rp/000 ton), PDB per Kapita Indonesia (Rp), nilai
permintaan suatu barang atau jasa. Jika harga barang semakin mahal, maka
permintaan terhadap barang tersebut akan berkurang, begitu juga sebaliknya. Jika
harga susu domestik meningkat maka permintaan industri pengolahan susu yang
meningkatkan permintaan terhadap bahan baku produk susu dari luar negeri.
84
Hasil regresi linear berganda dalam model faktor-faktor yang
susu domestik adalah negatif. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian,
dimana apabila harga susu domestik meningkat maka akan meningkatkan volume
impor susu. Berdasarkan hasil analisis regersi berganda pada model dalam
penelitian ini, variabel harga susu domestik memiliki nilai koefisien regersi
sebesar -0,002898. Hal ini dapat diartikan jika harga riil susu domestik
Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan, variabel harga riil susu segar
impor susu di Indonesia, karena meiliki nilai t probabilitas sebesar 0,7844 yang
lebih besar dari taraf nyata lima persen 0,0225 < 00,05. Hal ini menunjukan
bahwa meningkat maupun menurunnya harga riil susu dalam negeri tidak
terhadap volume impor susu di Indonesia diduga karena negosiasi harga antara
sapi perah dan industri pengolah susu sebagai pihak yang merefleksikan kekuatan
pengolahan susu secara sepihak. Posisi tawar GKSI dan peternak yang lemah
85
produksi bahan baku susu domestik dalam menghadapi permintaan yang jauh
lebih besar. Kedua, saluran pemasaran susu segar yang dipasarkan kepada industri
pengolah susu untuk diutilisasi sebagai bahan baku susu olahan melakukan
pengolahn susu sebagai oligopsoni dapat berkolusi menetapkan harga. Ketiga, isu
kualitas bahan baku susu domestik yang kerapkali berada dibawah standar industri
kegiatan ekspor dengan tujuan mendapatkan harga yang lebih tinggi. Dan negara
yang memiliki produksi sedikit mereka akan melakukan kegiatan impor dari
yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi nasional. Hal ini berlaku bagi komoditas
susu di Indonesia, dimana produksi susu Indonesia yang sedikit dan belum
susu dari beberapa negara eksportir seperti Australia dan New Zeland.
86
Hasil regresi linear berganda dalam model faktor-faktor yang
riil impor susu di Indonesia adalah negatif. Hal ini sesuai dengan hipotesis dalam
penelitian. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda pada model dalam
penelitian ini, varibel harga riil susu impor di Indonesia sebesar -0,006836. Hal ini
dapat diartikan bahwa apabila harga riil susu impor meningkat sebesar Rp. 1 maka
akan menurunkan volume impor susu di Indonesia sebesar 0,006836 ribu ,cateris
paribus.
Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan, variabel harga riil susu impor
pada taraf nyata (α) lima persen terhadap volume impor susu di Indonesia. Hal ini
Varibel harga riil susu impor tidak mempengaruhi volume impor susu di
Indonesia secara signifikan diduga karena produk susu segar dalam negeri yang
tidak memenuhi persyaratan yang ditentukann oleh industri pengolahan susu baik
secara kualitas maupun kuantitas dikarenakan sebagian besar produsen susu segar
dalam negeri merupakan peternak rakyat dengan skala usaha ternak yang relatif
kecil, serta kemampuan penanganan ternak dan produk susu segar yang relatif
rendah atau good farming pactices belum dilakukan dengan baik. Sehingga impor
bahan baku susu dari negara-negara produsen susu dunia seperti Australia,
Amerika, dan New Zeland tetap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam
87
5.2.3. Produk Domestik Bruto per Kapita Indonesia (X₃)
merupakan fungsi dari pendapatan. Pendapatan disini bisa juga produk domestik
produk domestik bruto perkapita adalah positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis,
karena apabila pendapatan tinggi maka daya beli pun tinggi sehingga akan
dalam model pada penelitian ini memiliki nilai koefisien sebesar 0,003008. Hal
88
ini dapat diartikan bahwa jika produk domestik bruto perkapita Indonesia naik
sebesar Rp. 1, maka akan meningkatkan volume impor susu sebesar 0,003008 ribu
Varibel produk domestik bruto per kapita dalam model faktor-faktor yang
nyata terhadap volume impor susu di Indonesia pada taraf nyata (α) 0,05%.
masyarakat. daya beli yang semakin tinggi akan menggerakan pola konsumsi
pangan masyarakat dari makanan pokok yang kaya karbohidrat pada jenis pangan
yang berkalori tinggi seperti produk susu olahan dengan asumsi produk susu
pedesaan (Fabiosa, 2005 : 17). Peningkatan permintaan produk susu olahan yang
peningkatan devided demand industri pengolahan susu terhadap bahan baku susu.
Kondisi aktual pasokan susu domestik yang belum mampu memenuhi kebutuhan
yang terus meningkat dan rincian spesifikasi bahan baku yang dituntut industri
mempengaruhi impor susu di Indonesia adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat, karena mata uang Dollar Amerika Serikat digunakan sebagai
alat pembayaran transaksi perdagangan internasional. Hal ini terjadi karena nilai
89
mata uang Dollar Amerika Serikat dianggap sebagai mata uang yang relatif stabil
tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat adalah negatif. Hal ini sesuai
dengan hipotesis dalam penelitian, karena apabila nilai tukar Rupiah meningkat
maka akan menyebabkan volume impor susu menurun, sebaliknya jika nilai tukar
penelitian ini, variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
memeliki koefisien regresi sebesar -13,70735. Hal ini dapat diartikan bahwa
apabila nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat meningkat atau
Indonesia sebesar 13,70735 ribu ton (000 ton), cateris paribus dengan susmsi
variabel lain konstan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Sukirno
negara. Apabila terjadi depresiasi nilai mata unga Rupiah artinya terjadi kenaikan
nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, maka harga barang-barang
domestik akan lebih murah dan penduduk domestik akan membeli sedikit barang
impor.
signifikan atau berpengaruh nyata pada taraf nyata (α) 0,05% terhadap volume
90
impor susu di Indonesia. Inflasi Rupiah terhadap Dollar Amerika menyebabkan
harga barang impor relatif murah dan harga barang domestik relatif mahal. Dalam
hal ini harga susu impor lebih murah dari pada harga susu dalam negeri. Sehingga
susu impor lebih memiliki daya saing dari sisi kuantitas maupun dari sisi harga,
yang mengakibatkan industri pengolahan susu akan memilih susu impor sebagai
input dalam proses produksi, karena harga susu impor relatif lebih murah
industri pengolahan susu, dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Salah satu
produksi susu segar dalam negeri, pada tahun 1982 pemerintah menerbitkan surat
Surat keputusan bersama (SKB) ini memuat ketentuan bahwa izin impor
bahan baku susu akan diberikan kepada industri pengolahan susu apabila ada
tanda bukti penyarapan susu segar dalam negeri yang dikenal dengan mekanisme
91
GATT/WTO yang melarang adanya kebijakan non-tarif, kebijakan rasio impor
terpaksa dihapus yang diralisasikan dalan perarturan Inpres no.4 tahun 1998.
dummy kebijakan penghapusan rasio impor susu di Indonesia adalah positif. Hal
rasio impor diterapkan, mengakibatkan kenaikan volume impor bahan baku susu
luas untuk melakukan penyerapan impor bahan baku susu tanpa melalui
atau nyata terhadap volume impor susu di Indonesia pada taraf nyata (α) lima
Hal ini diduga karena melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika serikat sehingga harga susu segar domestik jauh lebih rendah
dibandingkan dengan harga bahan baku susu impor. Hal ini mengakibatkan
92
kebijakan tersebut, dimana seharusnya industri pengolahan susu dapat melakukan
impor total untuk bahan baku susu dengan harapan harga impor lebih murah.
susu segar domestik dari peternak. Sejalan dengan hasil penelitian Amaliah
impor susu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume impor susu pada
jangka pendek. Hal ini diduga disebabkan oleh waktu penerapan penghapusan
kebijakan rasio impor yang relative bersamaan dengan krisis ekonomi yang terjadi
mengakibatkan dua hal yaitu memicu kenaikan harga secara umum (tingkat
inflasi) dan depresiasi tajam nilai tukar Rupiah. Tingginya inflasi mengakibatkan
penurunan daya beli masyarakat serta penurunan aktivitas impor oleh industri
pengolahan susu.
93
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
kurun waktu 20 tahun yaitu dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2015 dapat
telah dianalisis dalam penelitian ini adalah harga riil susu dalam negeri,
harga riil susu impor, produk domestik bruto per kapita Indonesia, nilai
tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, dan dummy kebijakan
no 4 tahun 1998.
dijelaskan oleh variabel-variabel bebas (harga riil susu dalam negeri, harga
riil susu impor, produk domestik bruto perkapita, nilai tukar Rupiah
bebas lainnya yang tidak masuk dalam model. Hasil uji F menunjukan
produk domestik bruto perkapita dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
Amerika Serikat.
6.2. Saran
Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap bahan baku susu impor untuk
menurunkan konsusmsi susu yang berkulitas berbahan baku susu segar dalam
negeri. Untuk itu perlu dilakukan upaya demi memenuhi kebutuhan konsumsi
susu berbasis susu segar dalam negeri Berdasarkan hasil analisis yang telah
di Indonesia, maka beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
konsumsi terhadap bahan pangan yang benilai gizi tinggi seperti susu,
95
Pembinaan peternak dilakukan oleh penyuluh, atau atas rekomendasi
peternak
2 Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat juga merupakan faktor
pemerintah dalam nilai tukar serta harga agar nantinya lebih berpihak ke
arah petani. Seperti misalnya efisiensi produksi susu dalam negeri dan
negeri.
3 Penelitian ini hanya menggunkan lima variabel bebas, yaitu harga riil susu
dalam negeri, harga riil susu impor, produk domestik perkapita, nilai tukar
penghapusan rasio impor susu dalam kurun waktu 20 tahun yaitu dari tahu
1996 sampai tahu 2015. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
4 Susu yang diimpor oleh Indonesia berasal dari Amerika, Australia, dan
New Zeland sehingga perlu dikaji lebi dalam mengenai kehalalan susu
96
impor tersebut, mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah
muslim.
97
DAFTAR PUSTAKA
Singgih, Vita Agustria dan Sudirma, I Wayan. 2015. Pengaruh Produksi, Jumlah
Penduduk, PDB dan Kurs Dollar Terhadap Impor Jagung Indonesia. E-
Jurnal EP Unud 4 (2) : 71 – 79.
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi Ke
Dua Belas. Jakarta: PT. Indeks.
Mankiw, N Gregory, Euston Quah, dan Peter Wilson. 2012. Pengamtar Ekonomi
Makro. Jakarta : Salemba Empat.
Murti, Trijoko Wisnu. 2014. Ilmu Manajemen dan Industri Ternak Perah.
Bandung : Pustaka Reka Cipta.
99
Nurtini, Sudi dan Muzayyanah, Mujtahidah Anggriani Ummul. 2014. Prospektif
Persusuan Indonesia. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.
Setiawan dan Dwi Endah Kursini. 2010. Ekonometrika. Yogyakarta. CV. Andi
Offset.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi Edisi
Revisi 2002. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sunyoto, Danang. 2010. Uji KHI Kuadrta dan Regresi Untuk Pneleitian.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanan. Bogor : Departemen Ilmu
Makanan Ternan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Suyatno, Bagong & Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial edisi ketiga. Jakarta :
Prenada Media Group.
100
Sosial Ekonomi Pertanian, Bbadan Pnelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian.
Rasul, Agung Abdul, Nuryadi Wijiharjono, dan Tupi Setyowati. 2013. Ekonomi
Mikro Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media.
Yusdja, Yusmichad dan Sayuti, Rosmijati. 2002. Skala Usaha Koperasi Susu dan
Implikasinya Bagi Pengembangan Usaha Sapi Rakyat. JAE Volume 20
No.1.
101
LAMPIRAN
103
Lampiran 3. Perkembagan Harga Susu Dalam Negeri dan Susu Impor Tahun 1996
– 2015
104
Lampiran 4. Produk Domestik Bruto Perkapita Indonesia 1996 – 2015 Tahun
Dasar (2010)
105
Lampiran 5. Indeks Harga Konsumen Indonesia dan Amerika Serikat tahun Dasar
(2010 = 100)
106
Lampiran 6. Data Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor
Susu di Indonesia.
Y X1 X2 X3 X4 XD
Keterangan :
107
Lampiran 7. Tabel Chi Square
Pr
0.25 0.10 0.05 0.010 0.005 0.001
d
f
108
Lampiran 8. Tabel Durbin Watson
109
Lampiran 9. Tabel Uji F
110
Lampiran 10. Tabel Uji t
Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001
111
Lampiran 11. Inpres No. 4 Tahun 1998 (Kebijakam Penghapusan Rasio Impor
Susu di Indonesia)
112
Lampiran 11. Lanjutan
113
Hasil Uji Normalitas
8
Series: Residuals
7 Sample 1996 2015
Observations 20
6
Mean 3.31e-11
5 Median 1515.943
Maximum 57849.18
4 Minimum -80578.26
Std. Dev. 31363.99
3 Skewness -0.469678
Kurtosis 3.622616
2
Jarque-Bera 1.058367
1
Probability 0.589086
0
-100000 -50000 0 50000
C 5.00E+09 74.84530 NA
X1 0.000108 102.1569 3.059965
X2 0.000132 32.89737 1.680882
X3 1.03E-06 11.01982 1.837714
X4 28.09399 63.28724 4.098205
XD 1.63E+09 2.441169 2.197052
114
Lampiran 13. Hasil Uji Autokolerasi dan Uji Heterokesdatisitas
Hasil Uji Autokolerasi
115