Anda di halaman 1dari 132

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SAYUR HIDROPONIK

METODE NUTRIENT FILM TECHNIQUE DI FOREVER


GREEN, JAKARTA TIMUR

Bunga Chikita Aprilia


11170920000090

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SAYUR HIDROPONIK
METODE NUTRIENT FILM TECHNIQUE DI FOREVER
GREEN, JAKARTA TIMUR

Oleh:
BUNGA CHIKITA A
11170920000090

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1442 H
PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani Sayur Hidroponik Metode


Nutrient Film Technique di Forever Green, Jakarta Timur” yang ditulis oleh
Bunga Chikita Aprilia dengan NIM 11170920000090 telah diuji dan dinyatakan
lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, 31 Maret 2021. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Dr. Lilis Imamah Ichdayati Titik Inayah, S.P, M.Si


NIP. 19620617 198903 2 003 NIP. 197209 201411 1 001

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si Ir. Junaidi, M.Si


NIP. 19620308 198903 2 001 NIP. 19660508 201411 1 004

Mengetahui,

Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Program Studi Agribisnis

Ir. Nashrul Hakiem, M.T, Ph.D Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si
NIP 197106082005011005 NIP. 19620308 198903 2 001
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR BENAR

HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bekasi, Juli 2021

Bunga Chikita A
11170920000090

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Bunga Chikita Aprilia

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 April 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Melati No. 47 Kelurahan Harapan Jaya,


Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi
No. Hp : 089533401618

Email : bunga671@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

2012017-2021 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2014-2017 SMAN 4 Kota Bekasi

2011-2014 SMPN 13 Kota Bekasi

2005-2011 SDN Harapan Jaya VI

PENGALAMAN ORGANISASI
2019-2020 Anggota dan Pengurus LDKS FST UIN Jakarta

2018 Anggota Muda Berkarya

2017 Pengurus Organisasi SBMPTN se-Indonesia

2015-2016 Ketua II PMR SMAN 4 Kota Bekasi

2015-2016 Pengurus PKIR SMAN 4 Kota Bekasi


2014 Anggota PMI Muda Kota Bekasi

2012-2013 Wakil Ketua OSIS SMPN 13 Bekasi

PENGALAMAN KERJA

2017 Program Magang Telkom Indonesia

2020 Praktek Kerja Lapangan Forever Green

2020-sekarang Packaging Stations Leader di Forever Green


RINGKASAN

Bunga Chikita A, Analisis Kelayakan Usahatani Sayur Hidroponik Metode


Nutrient Film Technique di Forever Green, Jakarta Timur. Di bawah bimbingan Siti
Rochaeni dan Junaidi.

Sayuran adalah tanaman yang dapat dikonsumsi secara langsung dalam


bentuk mentah atau yang telah diolah. Sayuran memiliki kandungan yang tinggi
akan serat, vitamin serta mineral yang banyak bermanfaat bagi tubuh, diantaranya
dapat membersihkan racun dalam tubuh, sebagai sumber energi, mencegah
berbagai penyakit baik penyakit ringan hingga berat, memperlancar sistem
pencernaan, dan banyak manfaat lainnya. Sejak COVID-19 menyerang seluruh
penjuru dunia khususnya Indonesia, konsumsi masyarakat meningkat terhadap
segala jenis sayuran. Namun semakin tinggi konsumsi masyarakat terhadap sayuran
di Indonesia tidak sebanding dengan produksi sayur di Indonesia. Karena semakin
berkurangnya kapasitas ketersedian lahan pertanian akibat konversi lahan yang
cukup tinggi untuk kebutuhan perumahan dan industri. Oleh karena itu perlu adanya
strategi yang dilakukan agar pemenuhan akan produksi sayuran dapat terus
berjalan, salah satunya dengan teknik budidaya sistem hidroponik. Forever Green
merupakan salah satu perusahaan di Jakarta Timur yang bergerak di sektor
pertanian urban farming dengan sistem Hidroponik Nutrient Film Technique.
Forever Green merupakan perusahaan baru sehingga perlu diadakan analisis
kelayakan baik dari aspek non finansial maupun finansial, untuk meyakinkan
bahwa usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk terus dijalankan atau pun tidak.
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Menganalisis kelayakan usahatani sayur
hidroponik NFT di Forever Green berdasarkan aspek non finansial. 2) Menganalisis
kelayakan usahatani sayur hidroponik NFT di Forever Green berdasarkan aspek finansial.
Penelitian ini dilakukan di Forever Green, Jakarta Timur. Data yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Sumber
data primer dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara langsung dengan Bapak
Michael selalu pemilik usaha. Sumber data sekunder terdiri dari laporan Badan
Pusat Statistika, laporan perusahaan, penelitian terdahulu dan jurnal terkait. Metode
penelitian menggunakan alat analisis: Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio,
Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Return On Investment (ROI).
Software penghitung menggunakan Microsoft Excel dan kalkulator.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Berdasarkan hasil analisis
aspek non finansial yaitu aspek legalitas, pasar dan pemasaran, teknis, manajemen
dan SDM, lingkungan serta sosial dan ekonomi menyatakan bahwa usaha yang
dijalankan Forever Green selama satu tahun sudah memenuhi standar kelayakan. 2)
Berdasarkan hasil analisis aspek finansial, usahatani sayur hidroponik yang
dilakukan oleh Forever Green menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.
Nilai PP dapat dikembalikan oleh perusahaan setelah usaha berjalan selama 10
bulan dan nilai ROI atau kemampuan perusahaan dalam mengembalikan investasi
yang telah dikeluarkan yaitu sebesar 3,71%. NPV bernilai positif atau lebih besar

vi
dari nol yaitu sebesar Rp. 2.686.005,00. Net B/C bernilai lebih besar dari satu yaitu
sebesar 1,031 dan nilai IRR 19,4% yang berarti lebih besar dari tingkat suku bunga
investasi Bank Pembangunan Daerah DKI Tahun 2019 (19%).

Kata Kunci: Hidroponik NFT, Kelayakan Non Finansial, Kelayakan Finansial.


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Puji dan syukur penulis ucapkan atas segala karunia dan rahmat yang

diberikan Allah SWT, sehingga penulisan skripsi dengan judul “Analisis

Kelayakan Usahatani Sayur Hidroponik Metode Nutrient Film Technique di

Forever Green, Jakarta Timur” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta

salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para

sahabat, dan kepada kita semua yang mengharapkan syafa’at-nya di hari akhir nanti.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, baik

dalam bentuk dukungan moril maupun materil. Terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Ayah Mulya Rasul (Almarhum) dan Umi Ira Dini,

kedua abang dan seluruh keluarga serta Kakak-Ku yang senantiasa

memberikan do’a, dukungan moril maupun materil yang tidak terhingga,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si, dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku Dosen

Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,

arahan, dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

viii
3. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati dan Ibu Titik Inayah, S.P, M.Si selaku dosen

penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran yang membangun

sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

4. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si, M.T, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta beserta

jajarannya.

5. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan

Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP selaku Dosen Penasehat Akademik dan seluruh

Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

yang telah memberikan arahan, motivasi serta ilmu selama perkuliahan

sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Seluruh pihak Forever Green yang telah bersedia mengizinkan Forever Green

sebagai lokasi penelitian dan memberikan ilmu serta pengalaman mengenai

usahatani sayur hidroponik NFT.

8. Sahabat-sahabat, Keluarga besar Agribisnis 2017 dan E-Agri terima kasih

banyak atas kebersamaan, do’a dan dukungan kepada penulis selama ini.

9. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi, penulis

mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih

x
terdapat kekurangan baik implementasi maupun dalam penulisan. Namun

demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bekasi, Juli 2021

Penulis

xi
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ….. xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Usahatani ............................................................................. 10


2.2 Sayuran Hidroponik ........................................................................... 13
2.3 Hidroponik Nutrient Film Technique ................................................ 14
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Budidaya Hidroponik NFT ................... 17
2.5 Struktur Biaya ................................................................................... 19
2.6 Investasi ............................................................................................ 21
2.7 Penyusutan ........................................................................................ 22
2.8 Studi Kelayakan Bisnis ..................................................................... 25
2.8.1 Aspek Legalitas ......................................................................... 26
2.8.2 Aspek Pasar dan Pemasaran ...................................................... 27
2.8.3 Aspek Teknis…......................................................................... 28
2.8.4 Aspek Manajamen dan SDM .................................................... 28
2.8.5 Aspek Lingkungan .................................................................... 29
2.8.6 Aspek Sosial dan Ekonomi ....................................................... 29
2.8.7 Aspek Finansial ......................................................................... 30

2.9 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 38


2.10 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 44


3.2 Jenis dan Sumber Data……………………………………………… 44
3.3 Metode Pengumpulan Data................................................................. 45
3.4 Analisis Data………. .......................................................................... 46
3.4.1 Aspek Non Finansial .................................................................. 47
3.4.2 Aspek Finansial… ...................................................................... 49

3.5 Definisi Operasional .......................................................................... 57

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Profil Forever Green .......................................................................... 59


4.2 Visi dan Misi Forever Green ............................................................. 60
4.3 Struktur Organisasi Forever Green .................................................... 61
4.4 Sarana dan Prasarana Forever Green ................................................. 62

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kelayakan Usahatani Aspek Non Finansial ........................ 65


5.1.1 Aspek Legalitas.. ....................................................................... 65
5.1.2 Aspek Pasar dan Pemasaran ...................................................... 66
5.1.3 Aspek Teknis……… ................................................................. 82
5.1.4 Aspek Manajemen dan SDM.. . ................................................ 89
5.1.5 Aspek Lingkungan . .................................................................. 93
5.1.6 Aspek Sosial dan Ekonomi . ..................................................... 94

5.2 Analisis Kelayakan Usahatani Aspek Finansial .................................. 94


5.2.1 Payback Period (PP) ................................................................... 94
5.2.2 Return On Investment (ROI) ........................................................ 95
5.2.3 Net Present Value (NPV)............................................................. 95
5.2.4 Net B/C Ratio… ........................................................................... 97
5.2.5 Internal Rate of Return (IRR). ...................................................... 98

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan………………... ............................................................ 101


6.2 Saran……………………… ............................................................ 102

xiii
DAFTAR PUSTAKA. .................................................................................... 104

LAMPIRAN….... ............................................................................................ 109

xiv
DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Data Penjualan Sayur Hidroponik di Forever Green


(April 2020 – Maret 2021)......................................................................... 5

2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu....................................... 41

3 Contoh Estimasi Arus Kas…..................................................................... 51

4 Total Data Penjualan Sayur Hidroponik di Forever Green pada bulan


April 2020 – Maret 2021……................................................................... 74

5 Harga Produk Sayur Hidroponik di Forever Green................................... 78

6 Siklus Budidaya Sayur Hidroponik NFT dalam 1 bulan........................... 86

7 Analisis Payback Period (PP) Usahatani Sayur Hidroponik NFT di


Forever Green pada Bulan April 2020 – Maret 2021................................ 94

8 Analisis Return On Investment (ROI) Usahatani Sayur Hidroponik


NFT di Forever Green pada Bulan April 2020 – Maret 2021.................... 95

9 Analisis Net Present Value (NPV) Usahatani Sayur Hidroponik


NFT di Forever Green pada Bulan April 2020 – Maret 2021.................... 96

10 Analisis Net B/C Ratio Usahatani Sayur Hidroponik NFT di Forever


Green pada Bulan April 2020 – Maret 2021............................................. 98

11 Analisis Internal Rate of Returm (IRR) Usahatani Sayur Hidroponik


NFT di Forever Green pada Bulan April 2020 – Maret 2021................... 99

12 Hasil Nilai Kelayakan Aspek Finansial.................................................... 100

xvi
DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Tingkat Konsumsi Sayur di Indonesia Tahun 2015 - 2019........................ 2

2 Luas Lahan Pertanian di Indonesia Tahun 2013 – 2018............................ 3

3 Kerangka Pemikiran…............................................................................... 43

4 Struktur Organisasi Forever Green............... ............................................ 62

5 Data Penjualan Berdasarkan Segmentasi Geografis.................................. 67

6 Data Penjualan Segmentasi Demografis Berdasarkan Usia....................... 68

7 Data Penjualan Berdasarkan Segmentasi Psikografis................................ 69

8 Data Sasaran Penjualan.............................................................................. 71

9 (a) Caisim Kemasan 250 gram ; (b) Buket Sayur....................................... 75

10 Logo Produk Forever Green....................................................................... 76

11 Saluran Distribusi Forever Green............................................................... 80

12 Promosi Produk Forever Green.................................................................. 81


DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Daftar Pertanyaan .................................................................................... 110

2 Layout Bangunan Forever Green............................................................... 113

3 Tingkat Suku Bunga Investasi Bank Pembangunan DKI Tahun


2019 (19%) ............................................................................................... 114

4 Tingkat Suku Bunga Investasi Bank Pembangunan DKI Tahun


2020 (20%) .............................................................................................. 114

5 Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 115


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayuran adalah bahan makanan yang berasal dari bagian tumbuhan seperti

daun, batang, dan bunga (Sediaoetomo, 2014:10). Sayuran adalah tanaman yang

dapat dikonsumsi secara langsung dalam bentuk mentah atau yang telah diolah.

Sayuran biasa dikonsumsi sebagai pelengkap makanan pokok. Sayuran memiliki

kandungan yang tinggi akan serat, vitamin serta mineral yang banyak bermanfaat

bagi tubuh, diantaranya dapat membersihkan racun dalam tubuh, sebagai sumber

energi, mencegah berbagai penyakit baik penyakit ringan hingga berat,

memperlancar sistem pencernaan, dan banyak manfaat lainnya.

Setiap tahunnya, sayuran memiliki permintaan yang tinggi karena jumlah

konsumsi penduduk Indonesia terus meningkat seiring dengan tingginya

pertumbuhan jumlah penduduk. Terlebih lagi dengan adanya Pandemi COVID-19

menjadikan momentum yang membangkitkan sektor komoditas hortikultura di

Indonesia. Pasalnya, tingkat konsumsi sayuran saat ini menjadi prioritas utama.

Sejak COVID-19 menyerang seluruh penjuru dunia khususnya Indonesia, konsumsi

masayarakat meningkat terhadap segala macam dan jenis sayuran yang dipercaya

dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat menangkal penyebaran Virus

Corona. Kesadaran masyarakat akan manfaat sayur yang banyak mengandung

vitamin guna meningkatkan daya imun tubuh yang menyebabkan meningkatnya

konsumsi sayuran di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan pada tingkat konsumsi


sayuran oleh masyarakat Indonesia dalam kurun waktu lima tahun.Tingkat

konsumsi tersebut tercantum pada Gambar 1 berikut.

175
170
165
160
155
150
145
2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 1. Konsumsi Sayur di Indonesia Tahun 2015-2019 (gr/kapita/hari)


Sumber: Badan Pusat Statistik (2019)

Gambar 1. dapat dijelaskan bahwa konsumsi sayuran di Indonesia pada

tahun 2015 sebesar 155 gr/kapita/hari. Pada tahun selanjutnya terjadi peningkatan

sebesar 6,5% sehingga besarnya konsumsi sayuran di Indonesia pada tahun 2016

yaitu sebesar 165 gr/kapita/hari. Peningkatan juga terjadi pada tahun 2017 dan

2018, hingga pada tahun 2019 konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran

menjadi 170,2 gr/kapita/hari.

Namun semakin tinggi konsumsi masyarakat terhadap sayuran di Indonesia

tidak sebanding dengan produksi sayur di Indonesia. Karena semakin

berkurangnya kapasitas ketersedian lahan pertanian akibat konversi lahan yang

cukup tinggi untuk kebutuhan perumahan dan industri, hal tersebut menjadi

kendala utama hingga saat ini. Sehingga kesediaan lahan untuk memenuhi

peningkatan produksi sayuran di Indonesia semakin lama semakin berkurang. Hal

tersebut dibuktikan di dalam data Badan Pusat Statistik tahun 2018 yang mencatat

2
terjadinya penurunan luas lahan pertanian di Indonesia.

7.8

7.6

7.4

7.2

6.8

6.6
2013 2015 2018

Gambar 2. Luas Lahan Pertanian di Indonesia Tahun 2013 – 2018 (per juta
hektar)
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013-2018)

Pada tahun 2013 Indonesia memiliki lahan pertanian seluas 7,75 juta

hektar. Namun setiap tahunnya terus mengalami penurunan hingga sebesar 8,4%

sampai pada tahun 2018 luas lahan pertanian di Indonesia menjadi 7,1 juta hektar.

Penurunan yang terus terjadi ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan

berkurangnya nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.

Oleh karena itu perlu adanya strategi yang dilakukan agar pemenuhan akan

produksi sayuran dapat terus berjalan. Yaitu dengan penerapan teknik budidaya

yang dirasa memiliki efisiensi dan efektivitas yang tinggi, salah satunya dengan

teknik budidaya sistem hidroponik. Teknik budidaya sistem hidroponik

merupakan salah satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan meningkatkan

efesiensi dan efektivitas dalam penggunaan lahan dan penggunaan pupuk (Ardian,

2007:15). Sistem hidroponik tidak mengenal musim, sehingga dapat diusahakan

sepanjang tahun. Sehingga, harga jual dari produk yang dibudidayakan dengan

sistem hidroponik pun tidak dikhawatirkan akan anjlok. Pemeliharaan dengan

3
budidaya sistem hidroponik lebih mudah dilakukan, karena tempat budidaya yang

relatif lebih bersih, media tanam yang digunakan steril, tanaman terlindung dari

paparan sinar matahari yang tinggi dan curahan hujan, serangan hama dan penyakit

relatif rendah, serta memiliki kualitas dan produktivitas yang tinggi seperti sayuran

lebih sehat, tekstur lebih garing, lebih bersih, dan sebagainya (Wibisono dan

Asriyanti, 2013:115). Hasil panen dari budidaya hidroponik jauh lebih berkualitas

dan steril jika dibandingkan dengan hasil panen dari budidaya konvensional karena

tidak memakai pestisida. Sehingga hasil panen tanaman hidroponik tersebut

menjadi semakin aman dan sehat untuk dikonsumsi serta lebih menguntungkan

dalam aspek finansial.

Forever Green merupakan perusahaan yang didirikan pada bulan Januari

tahun 2020. Perusahaan ini bergerak di sektor pertanian urban farming dengan

sistem Hidroponik Nutrient Film Technique. Green house Forever Green

Hydroponic Farm terletak di daerah Jakarta Timur, dengan kapasitas awal

sebanyak 7000 lubang tanam. Target minimal panen perusahaan sebesar 80-100

kg per bulan dengan berbagai macam jenis sayuran. Forever Green

membudidayakan 16 jenis sayuran, diantaranya kangkung, caisim, bayam hijau,

bayam merah, siomak, sawi hijau, sawi pagoda, selada keriting, basil, pakchoy,

kailan, kale, san feng, samhong, cherry tomato, dan romaine. Data penjualan

Forever Green dari bulan April 2020 hingga Maret 2021 tercantum pada Tabel 1

berikut.

4
Tabel 1. Data Penjualan Sayur Hidroponik di Forever Green (April 2020 – Maret
2021)

Tahun Bulan Penjualan (kg/bulan)


April 129
Mei 163
Juni 274
Juli 349
2020 Agustus 376
September 451
Oktober 486
November 516
Desember 546
Januari 556
2021 Februari 561
Maret 562
Sumber: Lampiran 1 J.e)

Tabel 1. dapat dijelaskan bahwa penjualan akan seluruh jenis sayur

hidroponik di Forever Green dalam satu tahun terus mengalami peningkatan dengan

rata-rata sebesar 8% per bulan. Pada bulan April tahun 2020 Forever Green sudah

berhasil menjual sayur hidroponik NFT sebesar 129 kg, pada bulan Mei permintaan

akan sayur meningkat sebesar 33 kg, begitupun pada bulan berikutnya, hingga pada

akhir bulan Desember tahun 2020 Forever Green sudah dapat menjual sayur sebesar

3.290 kg. Pada tahun 2021, permintaan akan sayur juga terus meningkat, namun

peningkatannya tidak sebesar seperti tahun sebelumnya. Total sayur yang sudah

terjual selama bulan Januari, Februari dan Maret tahun 2021 sebesar 1.679 kg.

Hingga saat ini, Forever Green berusaha memaksimalkan penjualan sayuran

hidroponiknya. Pada awalnya Forever Green memiliki kapasitas 7.000 lubang

tanam. Pada bulan Oktober 2020, Forever Green telah menambah kapasitas 3.000

lubang tanam, sehingga saat ini Forever Green memiliki kapasitas 10.000 lubang

tanam. Forever Green juga sedang memperluas usaha nya dengan membuka lahan

5
baru di daerah Jonggol dengan luas lima kali lipat dibandingkan dengan luas lahan

di Duren Sawit. Semakin bertambahnya permintaan dan penjualan maka

keuntungan yang didapat pun diharapkan juga semakin bertambah.

Menurut Umar (2001:5), studi kelayakan merupakan analisis yang

mempertimbangkan seluruh faktor relevan dalam sebuah usaha. Forever Green

merupakan perusahaan baru sehingga perlu diadakan analisis kelayakan baik dari

aspek non finansial maupun finansial, untuk meyakinkan bahwa usaha tersebut

dapat dikatakan layak untuk terus dijalankan atau pun tidak. Jika hasil analisis

tersebut menyatakan bahwa usaha yang dijalankan oleh Forever Green tersebut

layak, maka perusahaan perlu melakukan pengembangan dalam usahanya. Dan

sebaliknya, jika hasil usaha dinyatakan tidak layak, maka Forever Green perlu

melakukan evaluasi dalam usaha tersebut agar usaha dapat terus berjalan dengan

baik serta menguntungkan.

1.2 Rumusan Masalah

Studi kelayakan usaha merupakan penelitian terhadap rencana suatu usaha

yang berfungsi menganalisis apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk dibangun

dan dijalankan hingga mencapai keuntungan yang maksimal dalam jangka panjang

(Suswarsono, 2000:72). Analisis kelayakan suatu usaha dapat dilakukan

berdasarkan pada aspek finansial, aspek non finansial, dan kedua aspek tersebut.

Tujuan utama dari setiap kegiatan usaha ialah untuk memperoleh

keuntungan semaksimal mungkin dengan pengeluaran yang optimal serta memiliki

manajemen yang baik, sehingga kegiatan tersebut dapat terus dan layak untuk

6
diusahakan. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menganalisis tingkat

kelayakan dari suatu kegiatan usaha baik dari aspek finansial maupun non finansial,

khususnya bagi Forever Green yang dimana perusahaan tersebut merupakan usaha

baru yang bergerak di sektor pertanian, sehingga hal inilah yang menjadi latar

belakang peneliti untuk mengkaji “Analisis Kelayakan Usahatani Sayur

Hidroponik Metode Nutrient Film Technique di Forever Green, Jakarta

Timur”.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kelayakan usahatani sayuran hidroponik di Forever Green

berdasarkan aspek non finansial apakah layak atau tidak untuk dijalankan?

2. Bagaimana kelayakan usahatani sayuran hidroponik di Forever Green

berdasarkan aspek non finansial apakah layak atau tidak untuk dijalankan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,

maka tujuan penelitian, yaitu:

1. Menganalisis kelayakan usahatani sayuran hidroponik di Forever Green

berdasarkan aspek non finansial apakah layak atau tidak untuk dijalankan.

2. Menganalisis kelayakan usahatani sayuran hidroponik di Forever Green

berdasarkan aspek non finansial apakah layak atau tidak untuk dijalankan.

7
1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi yang

dapat digunakan oleh berbagai pihak antara lain:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan

masukan pertimbangan dalam melanjutkan usahanya maupun bagi pemula.

2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, ilmu,

pengalaman dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh

selama di bangku perkuliahan. Serta sebagai syarat kelulusan strata satu di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi

serta tambahan ilmu pengetahuan untuk penelitian sejenis yang akan

dilakukan selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Forever Green yang merupakan salah satu

perusahaan baru yang bergerak di bidang pertanian khususnya pada budidaya

sayuran dengan sistem hidroponik Nutrient Film Technique. Penelitian ini

berfokus untuk menganalisis besar pendapatan yang diterima oleh Forever Green

dan bagaimana kelayakan usahatani sayur hidroponik, baik dari aspek finansial

maupun non finansial. Analisis kelayakan berdasarkan aspek non finansial

meliputi aspek legalitas, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek

manajemen dan SDM, aspek lingkungan serta aspek sosial dan ekonomi yang

8
dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis kelayakan aspek

finansial diperoleh dengan Analisis Cash Flow, Proceed, Break Even Point (BEP),

Payback Period (PP), Return On Investment (ROI), Net Present Value (NPV), Net

B/C Ratio dan Internal Rate of Return (IRR). Data yang digunakan untuk

menganalisis aspek finansial berupa biaya, kas, penerimaan dan data keuangan

lainnnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini selama satu tahun, dimulai dari

bulan April 2020 hingga Maret 2021.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Usahatani

Menurut Rahim dan Hastuti (2007:158), ilmu usahatani adalah ilmu yang

mempelajari tentang cara petani mengelola input produksi (tanah, tenaga kerja,

modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu

untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya

meningkat. Menurut Firdaus (2009:6), usahatani adalah organisasi dari alam

(lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

pertanian, yang ketatalaksanaannya berdiri sendiri oleh seseorang atau sekumpulan

orang sebagai pengelolanya.

Mosher (2011:1) mengutarakan bahwa usahatani merupakan pertanian

rakyat yang berasal dari bahasa inggris yaitu kata farm. Mosher memberikan

definisi farm sebagai suatu tempat dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang

petani tertentu. Atau usahatani juga dapat diartikan sebagai himpunan dari sumber-

sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi

pertanian, seperti tanah dan air, perbaikan yang dilakukan atas tanah tersebut, sinar

matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya.

Makehaam dan Malcolm (1991:14) mendefinisikan ilmu usahatani

merupakan proses dimana sumber daya dan situasi dimanipulasi oleh keluarga tani

dalam mencoba kegiatan-kegiatan pertanian, dengan informasi yang terbatas

untuk
mencapai seluruh tujuannya.

Dapat disimpulkan dari keseluruhan definisi yang dikemukakan oleh para

ahli, bahwa usahatani merupakan suatu kegiatan dengan memanfaatkan lahan dan

sumber daya lainnya secara efektif dan efisien guna memperoleh hasil yang

maksimal. Menurut Hernanto (1991:19) terdapat faktor-faktor produksi dalam

usahatani, diantaranya :

1. Tanah

Tanah merupakan faktor utama dalam usahatani, karena tanah merupakan

tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani secara keseluruhannya. Namun

kondisi tanah di Indonesia kian lama menjadi kendala utama dalam

memaksimalkan kegiatan usahatani karena adanya alih fungsi lahan serta distribusi

penguasaannya pada masyarakat yang tidak merata. Tanah memiliki sifat istimewa,

yaitu bukan merupakan barang produksi, tidak dapat diperbanyak, dan tidak dapa

dipindah-pindah. Pada dasarnya petani digolongkan menjadi 4 berdasarkan dengan

luas tanahnya, yaitu :

a. Petani Luas (> 2 ha)

b. Petani Sedang (0,5-2 ha)

c. Petani Sempit (0,5 ha)

d. Buruh Tani Tidak Bertanah

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu bagi jalannya usahatani.

Menurut Hernanto (1991:20), penggolongan jenis tenaga kerja yaitu manusia,

ternak, dan mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria,

11
wanita, dan anak-anak. Kerja manusia dipengaruhi oleh umur, pendidikan,

keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan, tingkat kecakapan, dan faktor-faktor

alam (iklim, lahan). Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan menghitung

setiap kegiatan masing-masing komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlah

untuk keseluruhan usahatani. Suratiyah (2015:25) menyatakan, satuan yang sering

digunakan dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja adalah HKO (Hari Kerja

Orang) dan JKO (Jam Kerja Orang).

3. Modal

Modal merupakan unsur usahatani yang penting. Menurut Soemarso

(2002:42), yang termasuk modal usahatani yaitu tanah, bangunan, alat dan mesin

pertanian, tanaman, ternak, saprodi, uang tunai, pinjaman dari bank. Berdasarkan

sumbernya dapat dibedakan menjadi milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan,

kontrak sewa, hasil dari usaha lain. Dalam ekonomi pengertian modal ialah barang

atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lainnya yang akan

menghasilkan barang-barang baru, berupa produksi pertanian. Menurut sifatnya

modal terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Modal Tetap, adalah jenis modal yang dapat digunakan secara berulang-

ulang. Seperti mesin-mesin dan bangunan pabrik. Jenis modal ini

memerlukan pemeliharaa agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang

lama. Jenis modal ini dapat terkena penyusutan, berdasarkan jenis dan

waktu.

2. Modal Tidak Tetap, adalah modal yang habis digunakan dalam satu kali

proses produksi. Seperti bahan-bahan baku, uang tunai, pinjaman modal,

12
ternak.

4. Manajemen (Pengelolaan)

Manajemen usahatani adalah penggunaan secara efisien sumber-sumber yang

terdapat dalam keadaan terbatas meliputi faktor-faktor produksi. Tujuan akhir

pengembangan manajemen usahatani adalah guna meningkatkan taraf hidup yang

lebih tinggi. Kenaikan pendapatan merupakan tujuan jangka pendek dan ini

merupakan jalan atau cara untuk mencapai tujuan akhir. Manajemen usahatani

meliputi perencanaan, pengaturan, pelaksanaan hingga pengawasan (Sufrianata,

2015:1).

2.2 Sayuran Hidroponik

Sayuran hidroponik adalah sayuran yang tumbuh dengan bantuan cairan

yang mengandung mineral yang diperlukan oleh sayuran untuk tumbuh. Berbeda

dengan sayuran lainnya yang membutuhkan tanah untuk tumbuh,

tanaman hidroponik hanya membutuhkan air bermineral untuk tumbuh. Air yang

digunakan untuk menanam sayuran ini pun bisa didaur ulang. Budidaya sayuran

hidroponik banyak dipilih oleh masyarakat masa kini. Cara bercocok tanam

hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh

dari tanah. Secara harfiah, hidroponik berarti penanaman dalam air yang

mengandung campuran hara (Balitsa, 2020:20).

Nutrisi yang terkandung dalam beragam jenis sayur sangat dibutuhkan

untuk berbagai aktivitas metabolisme tubuh, membantu diet, mendukung

pertumbuhan anak, dan berbagai manfaat lainnya. Namun seringkali

13
mengkonsumsi sayur menjadi sebuah tantangan tersendiri, khusus untuk

masyarakat di daerah perkotaan yang takut akan bahaya zat kimia yang kerap

dipakai selama proses penanaman. Maka dari itu tak jarang orang yang mulai

melakukan budidaya sayur secara mandiri secara organik di rumah untuk

memproduksi produk dengan kualitas yang lebih terjaga. Selain dapat

menghasilkan kualitas sayuran yang lebih baik, teknik penanaman hidroponik juga

memiliki beragam manfaat lain dibanding dengan teknik budidaya konvensional.

Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan

dibandingkan dengan budidaya secara konvensional, yaitu pertumbuhan tanaman

dapat dikontrol, tanaman dapat berproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang

tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air

irigasi dan larutan hara lebih efisien dan efektif, dapat diusahakan terus menerus

tanpa tergantung oleh musim, dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit (Susila,

2013:18).

Budidaya hidroponik memiliki banyak keunggulan, namun usaha sayuran

hidroponik membutuhkan biaya yang tinggi dalam produksinya. Biaya investasi

serta biaya operasional yang dibutuhkan seperti tenaga kerja, distribusi, penyediaan

sarana irigasi memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga jenis sayuran yang

diusahakan serta harga jual sayuran hidroponik penting untuk diperhatikan oleh

pengusaha sayuran hidroponik.

2.3 Hidroponik Nutrient Film Technique

Istilah hidroponik berasal dari bahasa latin “hydro” (air) dan “ponous”

14
(kerja), disatukan menjadi “hydroponic” yang berarti bekerja dengan air. Sehingga

istilah hidroponik dapat diartikan secara ilmiah yaitu suatu budidaya tanaman tanpa

menggunakan tanah tetapi dapat menggunakan media seperti pasir, rockwool,

krikil, pecahan genteng yang diberi larutan nutrisi mengandung semua elemen

esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman (Lingga, 2009:17).

Hidroponik merupakan salah satu sistem pertanian masa depan karena dapat

diusahakan di berbagai tempat, baik wilayah pedesaan, perkotaan, lahan terbuka,

bahkan di atas apartemen sekalipun. Hidroponik dapat diusahakan sepanjang tahun

tanpa mengenal adanya musim. Pemeliharaan tanaman hidroponik pun lebih mudah

karena tempat budidayanya relatif bersih, media tanamnya steril, tanaman

terlindung dari terpaan hujan, serangan hama dan penyakit yang relatif kecil, serta

tanaman lebih sehat dan produktivitas lebih tinggi. Prinsip dasar dalam budidaya

hidroponik yaitu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu

kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan sehingga tidak

terjadi ketergantungan tanaman terhadap alam. Tanaman memperoleh hara dari

larutan garam mineral yang di berikan langsung ke akar tanaman, sehingga tanaman

lebih memfokuskan energinya untuk pertumbuhan dari pada memperebutkan unsur

hara (Soeseno, 1991:121).

Sistem Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) adalah sistem yang

paling populer dibandingkan dengan sistem hidroponik lainnya. Hidroponik

sistem NFT (Nutrient Film Technique) adalah salah satu sistem hidroponik yang

menggunakan sistem sirkulasi nutrisi. NFT mensirkulasi aliran nutrisi tipis atau

serupa dengan film. NFT bertujuan agar tanaman mendapatkan nutrisi, air dan

15
oksigen secara bersamaan. NFT sangat efisien karena penggunaan aplikasi air dan

nutrisi yang bersamaan dapat menghemat tenaga dan waktu kerja. Sistem NFT

harus menggunakan listrik untuk pompa air yang berfungsi untuk sirkuasi nutrisi.

Air dan nutrisi dipompa ke seluruh bagian akar tanaman dan dialirkan kembali ke

dalam lubang tandon dan disirkulasikan kembali ke akar tanaman. Mengingat

bahwa kelebihan air akan mengurangi jumlah oksigen maka lapisan nutrisi dalam

sistem NFT dibuat dengan maksimal tinggi larutan 3 mm, sehingga kebutuhan

nutrisi dan oksigen dapat terpenuhi (Suhardiyanto, 2011:35).

Agar tercapainya budidaya yang maksimal pada penerapan hidroponik NFT

(Nutrient Film Technique), hal yang harus diperhatikan adalah panjang pipa dan

jarak tanam. Pipa yang terlalu panjang akan berakibat pada tanaman, salah satunya

menyebabkan defisiensi nitrogen. Jarak tanam yang terlalu rapat mengakibatkan

persaingan unsur hara. Menurut Suhardiyanto (2011:39), persaingan unsur hara

juga dapat terjadi akibat terbendungnya aliran akibat pertumbuhan akar yang terlalu

lebat di dalam pipa bila jarak tanam terlalu dekat.

Salah satu kelemahan utama sistem NFT adalah ketika ada tanaman yang

terkena penyakit, tanaman yang lainnya mampu beresiko ikut terkontaminasi. Jika

terindikasi hal tersebut sebaiknya tanaman segera dibuang. Selain itu, biaya

konstruksi dan pembuatan sistem hidroponik NFT biasanya lebih mahal

dibandingkan dengan pembuatan sistem hidroponik jenis lainnya. Menurut Arifin

(2016:56), pada saat menjalankan sistem hidroponik NFT, ketersediaan listrik

adalah hal yang penting agar air masih bisa mengaliri akar tanaman.

Menurut Lakitan (2004:110), jika jaringan tumbuhan mengandung unsur

16
hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan maksimum, maka pada kondisi ini dikatakan tumbuhan dalam

kondisi konsumsi mewah. Pada konsentrasi yang terlalu tinggi, unsur hara esensial

dapat juga menyebabkan keracunan bagi tumbuhan.

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Budidaya Hidroponik NFT

Sistem NFT banyak digunakan dikalangan hidroponik. Terutama bagi

pengguna skala besar yang tentunya sudah mempunyai greenhouse untuk skala

bisnis. NFT merukapan sistem hidroponik yang menggunakan wadah talang atau

gully yang berbentuk trapesium ataupun kotak, dimana air hanya melewati

permukaan talang dan tidak menggenang didalamnya. Berbeda dengan sistem DFT

dimana sistem tersebut menggunakan peralon atau pipa ukuran 2,5 inchi atau 3

inchi (sesuai kebutuhan) yang mana air tersebut menggenang dalam pipa / talang

yang digunakan (Suhardiyanto, 2011:42).

Saat pertama kali ingin membangun sistem hidroponik kita harus

mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan sistem yang akan kita buat ini agar

kita dapat menyesuaikan maintenance / perawatan yang akan dilakukan nantinya

dengan baik. Berikut kelebihan serta kekurangan sistem NFT saat proses budidaya

nya jika dibandingkan dengan sistem lainnya.

Kelebihan Budidaya Sisem NFT, diantaranya: 1) Pertumbuhan tanaman

lebih cepat dibandingkan dengan sistem lain. Hal yang paling utama yang

menyebabkan pertumbuhan lebih cepat adalah kebutuhan akar tanaman akan air,

nutrisi dan oksigen tercukupi. Netpot dan media tanam yang langsung menyentuh

17
ke dasar gully menyebabkan akar bisa langsung terkena aliran nutrisi. Selain itu,

dasar gully yang datar membuat akar lebih leluasa untuk menyebar sehingga

penyerapan nutrisi bisa lebih maksimal. 2) Sangat mudah untuk mengontrol

keadaan nutrisinya. Kunci utama dalam hidroponik terletak pada nutrisinya, apabila

pemberian dan pengaturan nutrisi bisa terkontrol maka proses pertumbuhannya

akan sesuai dengan yang diinginkan. 3) Risiko pengendapan kotoran di dalam gully

sangat sedikit.Sistem NFT memiliki sistem yang dapat mengalirkan air nutrisi

secara terus menerus tanpa mengendap di dalam gully. Hal ini sangat

menguntungkan karena kotoran ataupun residu nutrisi sangat sedikit sekali yang

menempel pada gully. 4) Pertumbuhan tanaman seragam. Nutrisi dan aliran air yang

didapatkan masing-masing tanaman yang sama membuat pertumbuhan tanaman di

semua bagian menjadi rata dan seragam. Hal ini juga akan sangat menguntungkan,

karena keseragaman ini membuat tanaman akan tumbuh secara optimal sehingga

tidak ada tanaman lebih dominan yang dapat mengganggu tanaman yang lebih

kecil.

Sedangkan kekurangan pada budidaya sisem NFT, yaitu : 1) Sistem NFT

sangat bergantung dengan listrik. Air nutrisi harus selalu dialirkan atau disirkulasi

ke dalam gully, maka penggunaan pompa listrik harus terus dilakukan untuk

memompa air nutrisi ke atas. Berbeda dengan sistem lain yang memiliki genangan

air, jika listrik mati maka tanaman akan kekurangan air dan nutrisi. Maka sistem ini

sangat tidak cocok untuk daerah yang sering ada pemadaman listrik. 2) Penyebaran

penyakit yang disebabkan oleh jamur pada air akan sangat cepat. Air nutrisi yang

disirkulasi akan membawa serta menyebarkan jamur ke masing-masing tanaman

18
dengan cepat. Jadi ketika salah satu terkena jamur, akan menular ke tanaman yang

lain dengan sangat cepat. 3) Investasi untuk pembuatan instalasi tergolong mahal.

Sistem hidroponik NFT ini mengharuskan menggunakan gully yang permukaan

bawahnya rata. Harga gully untuk pembuatan instalasi ini masih tergolong mahal

dan masih susah didapatkan.

2.5 Struktur Biaya

Menurut Niswonger, dkk (1992:732) biaya adalah jumlah yang terpakai

atau jasa yang digunakan dalam proses menghasilkan pendapatan. Adapun biaya

menurut Mulyadi (2002:8) adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur

dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk

tujuan tertentu. Menurut Hernanto (1991:16), biaya merupakan korbanan yang

dicurahkan di dalam proses produksi, yang semula fisik kemudian diberikan nilai

rupiah. Biaya ini tidak lain adalah korbanan. Biaya merupakan pengorbanan yang

dapat diduga sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis

tidak dapat dihindarkan dan berhubungan dengan suatu proses produksi tertentu.

Menurut Soekartawi (2002:285), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang

dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap

ini tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Semakin tinggi

volume kegiatan semakin rendah biaya satuan dan sebaliknya jika volume kegiatan

19
semakin rendah maka biaya satuan semakin tinggi. Menurut Rasyaf (1993:256)

biaya tetap merupakan biaya-biaya yang dalam batas-batas tertentu tidak berubah

apabila tingkat kegiatan produksi berubah. Contoh biaya tetap antara lain : sewa

tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi.

2. Biaya Tidak Tetap (Variabel)

Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar-kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Semakin besar volume kegiatan, maka

semakin tinggi jumlah total biaya variabel dan sebaliknya semakin rendah volume

kegiatan, maka semakin rendah jumlah total biaya variabel. Biaya satuan pada biaya

variabel bersifat konstan karena tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.

Contohnya biaya untuk sarana produksi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang

berubah secara langsung dan berbanding lurus terhadap jumlah suatu produk

(Anrevinno, 2006:65). Biaya variabel adalah biaya yang secara langsung berkaitan

dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan dengan input variabel yang dipakai,

seperti penyiangan, pupuk, tenaga kerja tdak tetap, bibit, dan sebagainya (Makeham

dan Malcolm, 1991:93). Biaya variabel merupakan besar kecilnya biaya yang

dikeluarkan tergantung pada kapasitas produksi yang bersangkutan (Rasyaf,

2000:18), sedangkan menurut Usry (2004:59) biaya variabel sebagai biaya yang

secara total meningkat terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun terhadap

penurunan dalam aktivitas. Untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan

atau mengevaluasi biaya pada tingkat aktivitas yang berbeda, biaya tetap dan biaya

variabel harus dipisahkan.

20
2.6 Investasi

Menurut Harianto dan Siswanto (1998:2), pengertian investasi adalah suatu

kegiatan menempatkan dana pada suatu atau lebih dari satu aset selama periode

tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan

investasi. Pengertian investasi menurut Fahmi dan Hadi (2011:6) dalam PSAK

(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) adalah suatu aktiva yang digunakan

perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (acceration of wealth) melalui distribusi

hasil investasi (seperti bunga, royalti, dividen dan uang sewa), untuk apresiasi nilai

investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti

manfaat yang diperoleh melalui hubungan perdagangan.

Kebutuhan modal untuk melakukan investasi terdiri dari dua macam, yaitu

modal investasi dan modal kerja. Modal investasi digunakan untuk membeli aktiva

tetap seperti tanah bangunan, mesin-mesin, peralatan, serta inventaris lainnya dan

biasanya modal investasi diperoleh dari pinjaman yang berjangka waktu panjang

(di atas satu tahun). Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:91) dilihat dari segi sumber

asalnya, modal di bagi dua macam yaitu: 1) Modal Asing (Modal Pinjaman), modal

asing atau modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh dari luar pihak

prusahaan dan biasanya dipeoleh secara pinjaman. Menggunakan modal pinjaman

untuk membiayai suatu usaha akan terkena beban biaya, yaitu biaya administrasi,

provinsi, dan komisi, serta bunga yang besarnya relatif. Kemudian adanya

kewajiban untuk mengembalikan pinjaman setelah jangka waktu tertentu sesuai

perjanjian sebelumnya. Perolehan modal asing juga relatif sulit kerena diperlukan

syarat-syarat tertentu sesuai dengan kebijakan pemilik dana. Sumber dana dari

21
modal asing dapat diperoleh dari pinjaman dari dunia perbankan, pinjaman dari

lembaga keuangan seperti perusahaan modal ventura, asuransi, leasing, dana

pensiun, atau lembaga keuangan lainnya, pinjaman dari perusahaan non bank. 2)

Modal Sendiri, yang merupakan modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan

dengan cara mengeluarkan saham baik secara tertutup atau terbuka. Tertutup

artinya hanya dari kalangan internal pemilik saham sebelumnya, sedangkan terbuka

dengan menjual saham kepada masyarakat luas. Perolehan dana dari modal sendiri

biasanya berasal dari setoran dari pemegang saham, cadangan laba atau dari laba

yang belum dibagi.

Jenis investasi terbagi menjadi 2 yaitu: 1) Investasi jangka pendek,

merupakan investasi yang bersifat sementara dan pada umumnya dapat mudah

ditarik lagi dalam jangka waktu yang relatif singkat (deposito, tabungan bank dan

saham). 2) Investasi jangka panjang, merupakan investasi dimana daya yang

digunakan akan dijalankan terus menerus dan dapat dicairkan dengan jangka waktu

minimal 1 tahun (emas, tanah atau bangunan,dan asuransi).

2.7 Penyusutan

Penyusutan atau Depresiasi adalah proses bertahap dan berkesinambungan

yang berkurangnya nilai aset, baik dengan penggunaan aset atau karena berakhirnya

waktu. Penyusutan digunakan hanya untuk aktiva tetap berwujud, dan tidak

digunakan untuk aset tidak berwujud atau perlengkapan yang hanya sekali pakai

(Skousen et al, 2005:104).

Menurut Baridwan (2004:307), berikut ini adalah beberapa faktor yang

22
perlu dipertimbangkan saat menentukan biaya penyusutan atau biaya depresiasi.

1. Biaya Perolehan (Acquisition Cost)

Biaya akuisisi atau total biaya aset adalah faktor utama untuk menentukan

jumlah penyusutan. Beban penyusutan ini dihitung berdasarkan total biaya suatu

aset yang harus dikeluarkan hingga aset tetap tersebut siap digunakan.

2. Perkiraan Umur Ekonomis Aktiva (Estimate Economical Life Time of Asset)

Faktor selanjutnya yang harus dipertimbangkan saat menghitung biaya

penyusutan atau depresiasi adalah umur ekonomis suatu aset. Jumlah penyusutan

yang lebih kecil dibebankan untuk aset dengan masa manfaat yang lebih lama

dan sebaliknya. Umur ekonomis ini dapat dinyatakan dalam jumlah unit yang

diproduksi atau jangka waktu seperti minggu, bulan atau tahun.

3. Perkiraan Nilai Residu Aset (Estimated Residual Value Of Asset)

Nilai sisa Aset atau Nilai Residu Aset adalah nilai yang dapat direalisasikan

ketika aset dijual atau tidak dipakai lagi pada akhir perkiraan masa manfaatnya.

Apabila perusahaan menggunakan aset tersebut hingga usang dan sama sekali

tidak memberikan manfaatnya lagi, maka aset atau aktiva tersebut dapat

dikatakan sudah tidak memiliki nilai residu atau nilai sisa lagi. Namun apabila

perusahaan menggantikan aktivanya setelah periode penggunaan yang relatif

singkat dan aset yang bersangkutan masih dapat dimanfaatkan lagi, maka nilai

residu atau nilai sisa aset tersebut akan relatif masih tinggi.

Beberapa metode dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan.

Pemilihan metode penyusutan harus mempertimbangkan berbagai keadaan. Standar

kelayakan untuk menghitung beban penyusutan yaitu dilihat dari waktu

23
pengembalian investasi, semakin cepat waktu pengembalian investasi maka

semakin baik pula usaha yang dijalankan. Metode-metode yang digunakan untuk

menghitung penyusutan menurut Baridwan (2004:308) adalah sebagai berikut.

1. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)

Metode ini mengasumsikan bahwa beban penyusutan setiap periode adalah

sama. Oleh karena itu, metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan

paling banyak digunakan. Metode ini menggunakan asumsi sebagai berikut : 1)

Kegunaan ekonomis aktiva menurun secara proporsional setiap periode akuntansi.

2) Biaya reparasi setiap periode akuntansi relatif tetap. 3) Kegunaan ekonomis

berkurang karena waktu. 4) Penggunaan aktiva tiap periode akuntansi relatif sama.

Penyusutan dengan Metode Garis Lurus dihitung dengan rumus sebagai berikut.

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢


𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 =
𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠

2. Metode Jam Jasa (Service-Hour Method)

Metode ini mengasumsikan bahwa suatu aktiva akan lebih cepat rusak jika

digunakan sepenuhnya dibandingkan dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya.

Penyusutan dengan Metode Jam Jasa dihitung dengan rumus sebagai berikut.

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢


𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 =
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑚 𝐽𝑎𝑠𝑎

3. Metode Hasil Produksi (Productive-Output Method)

Metode ini mengasumsikan bahwa aktiva ditujukan untuk menghasilkan

24
produk sehingga metode penyusutan juga harus didasarkan pada produk yang

dihasilkan, maka besarnya beban penyusutan tiap periode akuntansi dapat berbeda

sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan. Penyusutan dengan Metode Hasil

Produksi dihitung dengan rumus sebagai berikut.

𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢


𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 =
𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

4. Metode Beban Berkurang (Reducing-Charge Method)

Metode ini mengasumsikan bahwa biaya penyusutan pada tahun-tahun

pertama lebih kecil dibandingkan dengan beban-beban penyusutan pada tahun-

tahun berikutnya. Hal ini karena aktiva pada tahun awal akan bekerja lebih efisien

dibandingkan dengan aktiva yang sudah lama. Aktiva yang baru memerlukan lebih

sedikit biaya perawatan dibandingkan dengan aktiva yang sudah lama. Penyusutan

dengan Metode Beban Berkurang dihitung dengan rumus sebagai berikut.

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 = 1 − √
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛

2.8 Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Suliyanto (2010:65), studi kelayakan bisnis merupakan penelitian

yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk

dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk dilaksanakan jika

ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak

dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan. Hal ini karna baik studi kelayakan

25
bisnis maupun rencana bisnis menganalisis beberapa aspek yang sama, yaitu aspek

legalitas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan SDM , aspek lingkungan,

aspek sosial dan ekonomi serta aspek finansial atau keuangan. Studi kelayakan

bisnis maupun rencana bisnis mempunyai fungsi membantu dalam pengambilan

suatu keputusan.

2.8.1 Aspek Legalitas

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:24), untuk memulai studi kelayakan suatu

usaha pada umumnya dimulai dari aspek legalitas. Tujuan dari aspek tersebut adalah

untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen

yang dimiliki. Penelitian keabsahan dokumen dapat dilakukan sesuai dengan

prosedur lembaga yang mengeluarkan dan mengesahkan dokumen yang

bersangkutan. Aspek ini merupakan hal yang penting karena sebelum usaha tersebut

dijalankan, semua prosedur berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan

harus dipenuhi terlebih dahulu.

Secara umum dokumen-dokumen yang akan diteliti sehubungan dengan

aspek hukum ini sebagai berikut: 1) Bentuk Badan Usaha Ada beberapa jenis badan

hukum yang lazim di Indonesia, misalnya Perseroan Terbatas (PT), Perseroan

Komanditer (CV), koperasi yayasan, Firma (Fa), dan lain-lain. 2) Kartu identitas

diri para pemilik usaha yang dikeluarkan oleh kelurahan setempat atau Kartu Tanda

Penduduk (KTP). 3) Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sesuai dengan bidang

usahanya masing-masing. 4) Nomor Pokok Wajib Pajak. 5) Izin-izin Perusahaan

meliputi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU).

26
2.8.2 Aspek Pasar dan Pemasaran

Syafrizal (2007:43) berpendapat bahwa pasar adalah tempat dimana

seseorang dapat menjual dan membeli suatu barang atau jasa. Transaksi jual beli

yang terjadi dilakukan oleh penjual dan pembeli. Secara umum, pasar adalah orang-

orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan

untuk membelanjakannya.

Pengenalan pasar adalah penting bagi keberhasilan pemasar. Mengenal

pasar berarti mengenal berbagai pasar sasaran yang membentuk keseluruhan pasar.

Dengan kata lain, sangat penting bagi pemasar bukan saja mengenal siapa yang

membeli produk tapi juga mengakui bahwa tidak semua orang membeli dengan

alasan-alasan yang sama. Hanya jika mereka memiliki pengetahuan ini, para

pemasar mampu merancang strategi-strategi pemasaran yang optimal. Secara

spesifik analisis aspek pasar dalam studi kelayakan bertujuan untuk: 1)

Menganalisis permintaan atas produk yang akan dihasilkan, 2) Menganalisis

penawaran atas produk sejenis, 3) Menganalisis ketersediaan rekanan atas pemasok

factor produksi yang dibutuhkan, 4) Menganalisis ketepatan strategi pemasaran

yang akan digunakan.

Suatu usaha dapat dinilai layak, jika perusahaan telah memiliki strategi

pemasaran yang optimal untuk mencapai peluang pasar yang dilihat dari potensi

pasar, jumlah konsumen, daya beli masyarakat, segmentasi, situasi persaingan di

industri tersebut, dan lain-lain. Sebaliknya, suatu usaha juga dapat dinyatakan tidak

layak, jika masa pemulihan modal investasi lebih lama dibandingkan usia

ekonomis.

27
2.8.3 Aspek Teknis

Aspek teknis adalah untuk menilai kesiapan suatu usaha dalam menjalankan

kegiatannya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan layout serta

kesiapan mesin dan teknologi. Penentuan kelayakan teknis atau operasi menyangkut

hal-hal yang berkaitan dengan lokasi, luas produksi, dan tata letak (Kasmir dan

Jakfar, 2016:150). Kelengkapan kajian aspek teknis sangat tergantung dari jenis

usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritasnya sendiri.

Aspek teknis menjadi bagian yang penting dalam studi kelayakan bisnis. Analisis

ini bertujuan untuk memastikan gagasan atau ide yang telah dipilih oleh perusahaan,

apakah sudah layak atau belum untuk dijalankan.

2.8.4 Aspek Manajemen dan SDM

Manajemen merupakan faktor yang paling penting dalam menjalankan suatu

usaha, tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

Manajemen merupakan pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang

efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengendalian sumber daya organisasi (Syafrizal, 2007:32).

Menurut Kadariah (1999:36), analisis terhadap aspek manajemen dilakukan

untuk mengetahui bagaimana kemampuan pihak perusahaan dalam menjalankan

aktivitas usahanya. Dalam aspek manajemen, struktur organisasi mendapat

perhatian penuh, karena dengan susunan organisasi yang baik dan spesifikasi

jabatan yang jelas, kegiatan operasional diharapkan dapat berjalan dengan baik dan

lancar. Usaha dikatakan layak apabila perusahaan telah mampu melaksanakan


28
seluruh rangkaian kegiatan dengan baik.

2.8.5 Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan bertujuan untuk mengukur dan mengetahui dampak yang

ditimbulkan jika suatu investasi dilakukan, baik dampak negatif maupun positif.

Dampak yang timbul dapat langsung memengaruhi pada kegiatan usaha dilakukan

sekarang atau baru akan terlihat di masa yang akan datang. Oleh karena itu, sebelum

usaha dijalankan perlu dilakukan studi tentang dampak lingkungan untuk

mengetahui dampak apa yang akan ditimbulkan dalam usaha tersebut.

Usaha dikatakan layak apabila perusahaan memiliki cara atau jalan keluar

untuk mengatasi dampak-dampak yang ditimbulkan dari aktivitas yang dijalankan.

Studi ini juga sering disebut dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) (Syafrizal, 2007:38).

2.8.6 Aspek Sosial dan Ekonomi

Menurut Kasmir dan Jakfar (2016:160), setiap usaha yang dijalankan tentu

akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif dan negatif ini akan

dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi perusahaan itu sendiri, pemerintah

ataupun masyarakat luas. Dalam aspek ekonomi dan sosial dampak positif yang

diberikan dengan adanya investasi lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya

dan pemerintah umumnya. Bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek

ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya.

Dampak negatif pun tidak akan terlepas dari aspek ekonomi, misalnya eksplorasi

29
sumber daya alam yang berlebihan, masuknya pekerja dari luar daerah sehingga

mengurangi peluang bagi masyarakat sekitar. Dampak positif dari aspek sosial bagi

masyarakat secara umum adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan,

seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi

pemerintah dampak negatif dari aspek sosial adanya perubahan demografi di suatu

wilayah, perubahan budaya dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, aspek sosial

dan ekonomi ini perlu dilihat apakah usaha atau proyek dijalankan akan

memberikan manfaat secara sosial dan ekonomi kepada berbagai pihak atau

sebaliknya, karena dampak yang akan ditimbulkan nantinya sangat luas apabila

salah dalam melakukan penilaian.

2.8.7 Aspek Finansial

Analisis kelayakan aspek finansial usahatani digunakan untuk menentukan

layak atau tidaknya sebuah usaha dijalankan setelah menelaah semua faktor

produksi yang dijalankan. Antara input (alokasi sumber daya yang diinvestasikan)

dengan output (hasil penjualan barang dan jasa yang dihasilkan) maka selisihnya

adalah keuntungan atau hasil dari pengembalian investasi. Jika keuntungan atau

pengembalian hasil lebih besar atau sama dari yang diharapkan, maka usahanya pun

dapat dijalankan. Jika ternyata di bawah daripada hasil diinginkan, maka usaha

tersebut ditunda atau dibatalkan atau dinyatakan tidak layak. Jika usaha dinyatakan

tidak layak untuk dijalankan, maka perusahaan harus kembali ke titik awal untuk

mencari lagi alternatif lainnya. Jika layak dijalankan, berarti perusahaan akan

memasuki tahapan implementasi dan terus dilanjutkan (Suwinto, 2011:11).

30
Untuk menganalisis kelayakan finansial, terdapat beberapa alat/metode yang

masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada kelayakan finansial

dalam penelitian ini dilakukan analisis Cash Flow, Penyesuaian Nilai Sekarang (Net

Present Value/NPV), Net B/C Ratio, Tingkat Balikan Internal (Internal Rate of

Return/IRR), Pengembalian Investasi (Payback Period/PP), dan Return On

Investment (ROI) (Suwinto, 2011:119). Penjelasan metode analisis finansial dapat

dijelaskan sebagai berikut.

2.8.7.1 Arus Kas (Cash Flow)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:95), Cash Flow merupakan arus kas atau

aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow

menggambarkan berapa uang yang masuk ke dalam perusahaan dan jenis-jenis

pemasukkan tersebut. Selain itu cash flow juga menggambarkan berapa uang yang

keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.

Uang yang masuk dapat berupa pinjaman dari lembaga keuangan atau hibah

dari pihak tertentu. Uang masuk juga dapat diperoleh dari yang berhubungan

langsung dengan usaha yang sedang dijalankan. Uang masuk dapat pula berasal

dari pendapatan lainnya yang bukan dari usaha utama. Uang keluar merupakan

sejumlah uang yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode, baik yang

langsung berhubungan dengan usaha yang dijalankan, maupun yang tidak ada

hubungannya sama sekali dengan usaha utama.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:96), aliran kas mempunyai tiga

komponen utama yaitu Initial Cash Flow (pengeluaran pada awal periode yang

berhubungan dengan pengeluaran untuk investasi), Operational Cash Flow (kas

31
yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi usaha, seperti penghasilan yang

diterima dan pengeluaran yang dikeluarkan pada suatu periode), dan Terminal Cash

Flow (aliran kas yang diterima pada saat usaha tersebut berakhir dari nilai sisa

aktiva tetap yang dianggap sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi dan

pengembalian modal kerja awal). Cash Flow dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut.

*Langkah 1: 𝐸𝐴𝑇 = 𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 − 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

*Langkah 2: 𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑒𝑑 = 𝐸𝐴𝑇 − 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛

*Langkah 3: 𝑃𝑉 𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ = 𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑒𝑑 𝑥 𝐷𝑖𝑠𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟

2.8.7.2 Net Present Value (NPV)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:103), Net Present Value (NPV) atau

nilai bersih sekarang adalah perbandingan antara PV kas bersih (PV of Proceed)

dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai

kedua PV inilah yang disebut dengan Net Present Value (NPV).

Menurut Suwinto (2011:121), Net Present Value (NPV) merupakan metode

analisis keuangan yang memasukkan faktor nilai waktu uang (time value of money)

karena nilai uang akan bertambah sejalan dengan jalannya waktu. Nilai yang

dihasilkan untuk masa yang akan datang atau sedang berjalan dikalikan dengan

faktor nilai waktu sehingga menyamakan nilai dengan nilai investasi sekarang.

Usaha dinilai layak jika Net Present Value (NPV) bernilai positif, dan dinilai tidak

layak dari aspek keuangan jika NPV bernilai negatif. Rumus yang digunakan dalam

menghitung NPV adalah sebagai berikut.

𝑅𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 ……….……. .. (1)
(1+𝑖)

32
Keterangan :
Rt = Arus kas bersih pada tahun ke-t (Rp)
i = Suku bunga diskonto (%)
t = Arus waktu kas (tahun)

Kelebihan yang didapat dari metode ini, yaitu:

1. Memperhitungkan nilai uang karena faktor waktu sehingga lebih realistis

terhadap perubahan harga.

2. Memperhitungkan arus kas selama usia ekonomis usaha.

3. Memperhitungkan adanya nilai sisa usaha.

Metode Net Present Value (NPV) ini pun juga memiliki kekurangan saat

penggunaannya, yaitu:

1. Lebih sulit dalam penggunaan perhitungan.

2. Derajat kelayakan selain dipengaruhi arus kas juga oleh faktor usia ekonomis

usaha.

2.8.7.3 Net B/C Ratio

Analisis Net B/C Ratio adalah perbandingan antara jumlah PV net benefit

positif dengan jumlah PV net benefit negatif. Jumlah PV positif sebagai pembilang

dan jumlah PV negatif sebagai penyebut. Net B/C Ratio merupakan manfaat bersih

tambahan yang diterima oleh perusahaan dari setiap 1 satuan biaya yang

dikeluarkan (Rahardi dan Hartono, 2003:69). Kelayakan dilihat dari kriteria

berikut: 1) nilai B/C lebih besar dari 1, maka usaha dikatakan layak. 2) B/C lebih

kecil dari 1, maka usaha dikatakan tidak layak. 3) nilai B/C sama dengan 1, maka

usaha berada pada kondisi break even point (tidak untung dan tidak rugi). Semakin

33
besar nilai Net B/C maka semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari

usaha tersebut. Rumus yang digunakan dalam menghitung Net B/C Ratio adalah

sebagai berikut.

𝐵𝑡 −𝐶𝑡
∑𝑛
𝑡=1 𝑡
(1+𝑖)
Net B/C Ratio = 𝐵 …………………. (2)
∑𝑛 𝑡 −𝐶𝑡
𝑡=1(1+𝑖)𝑡

Keterangan :

Bt = Manfaat (Benefit) pada tahun ke-t (Rp)

Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-t (Rp)

i = Suku Bunga (Interest) (%)

t = Umur usaha (tahun)

2.8.7.4 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode penilaian kelayakan suatu

usaha dengan menggunakan perluasan metode Nilai Sekarang (Suwinto, 2011:123).

Metode Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk mencari tingkat bunga

yang menyamakan nilai sekarang dari arus yang diharapkan di masa yang akan

datang (Umar, 2001:198). Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:104), Internal Rate of

Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern.

Terdapat dua cara yang digunakan untuk mencari IRR., yaitu sebagai berikut.

1. Cara pertama untuk mencari IRR dengan menggunakan rumus:

𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + × (𝑖2 − 𝑖1 )
𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉2 …………………. (3)

34
Keterangan :

i1 = Tingkat suku bunga 1 (%)

i2 = Tingkat suku bunga 2 (%)

NPV1 = Net Present Value 1 (Rp)

NPV2 = Net Present Value 2 (Rp)

2. Cara kedua untuk mencari IRR dapat pula dengan menggunakan rumus

Interpolasi:
𝑃2 −𝑃1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑃1 − (𝐶1 𝑥 ) …………………. (4)
𝐶2 −𝐶1

Keterangan :

P1 = Tingkat suku bunga 1 (%)

P2 = Tingkat suku bunga 2 (%)

C1 = Net Present Value 1 (Rp)

C2 = Net Present Value 2 (Rp)

Usaha dapat dinilai layak jika IRR lebih besar dari persentase biaya modal

(bunga kredit) atau sesuai dengan persentase keuntungan yang ditetapkan investor.

Jika IRR lebih kecil dari biaya modal atau lebih rendah dari tingkat keuntungan

yang diinginkan investor, maka usaha dinilai tidak layak.

Kelebihan yang didapat dari metode ini, yaitu:

1. Sudah memperhitungkan nilai uang yang disebabkan oleh faktor waktu.

2. Memperhitungkan usia ekonomis suatu usaha.

3. Memperhitungkan adanya nilai sisa usaha.

4. Bank lebih mudah menentukan persentase tingkat suku bunga maksimum yang
35
bisa ditutup (covered) suatu usaha.

Metode IRR juga memiliki kekurangan saat penggunaannya, yaitu lebih

sulit dalam proses perhitungannya, namun dengan program komputer, masalah

kesulitan perhitungan dapat diatasi.

2.8.7.5 Break Even Point (BEP)

Break Even Poitn (BEP) adalah suatu titik atau keadaan dimana perusahaan

di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian.

Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol

(Kasmir dan Jakfar, 2012:98). Terdapat dua jenis perhitungan BEP, yaitu BEP

Harga dan BEP Volume. Rumus yang digunakan dalam menghitung Net B/C Ratio

adalah sebagai berikut.

1. BEP Harga:

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = …………………. (5)
𝑃 − 𝑉𝐶

2. BEP Volume:

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = …………………. (6)
𝑉𝐶
1− 𝑃

Keterangan :

FC = Fix Cost (Biaya Tetap/ Rp)

P = Price (Harga/ Rp)

VC = Variable Cost (Biaya Variabel/ Rp)

Analisis Break Even Point (BEP) dapat membantu pimpinan dalam

mengambil keputusan mengenai hal sebagai berikut : 1) Jumlah penjualan minimal

36
yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2) Jumlah

penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. 3) Seberapa

jauhkan berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 4)

Mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan

terhadap keuntungan yang diperoleh.

2.8.7.6 Payback Period (PP)

Payback Period (PP) adalah masa pengembalian modal, yaitu lama periode

waktu untuk mengembalikan modal investasi. Cepat atau lambatnya waktu sangat

tergantung pada sifat aliran kas masuknya, jika aliran kas masuknya besar maka

proses pengembalian modal akan lebih cepat dengan asumsi modal yang digunakan

tetap atau tidak ada penambahan modal selama umur proyek (Sofyan, 2002:18).

Metode Payback Period pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa lama

(periode) atau waktu yang diperlukan agar investasi mencapai kondisi pulang

pokok atau BEP (Break Even Point).

𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


𝑃𝑃 = × 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 …………………. (7)
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Suatu usaha dapat dinilai layak, jika masa pemulihan modal investasi lebih

pendek dari usia ekonomis. Suatu usaha juga dapat dinyatakan tidak layak, jika

masa pemulihan modal investasi lebih lama dibandingkan usia ekonomis.

Kelebihan yang didapat dari metode ini , yaitu:

1. Mudah dalam penggunaan dan perhitungan.

2. Berguna untuk memilih suatu usaha yang memiliki masa pemulihan tercepat.

37
3. Masa pemulihan modal dapat digunakan untuk alat prediksi risiko ketidakpastian

pada masa mendatang. Usaha dengan masa pemulihan tercepat memiliki risiko

lebih kecil dibandingkan dengan usaha yang memiliki masa pemulihan yang

relatif lama.

Kekurangan yang didapat dari metode ini, yaitu:

1. Mengabaikan adanya perubahan nilai uang dari waktu ke waktu.

2. Mengabaikan arus kas setelah periode pemulihan modal dicapai.

3. Mengabaikan nilai sisa usaha.

2.8.7.7 Return On Investment (ROI)

Menurut Sartono (2010:123), ROI merupakan pengukuran kemampuan

perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah

keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio,

maka semakin baik keadaan suatu perusahaan.

(𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖) …………………. (8)


𝑅𝑂𝐼 = 𝑥 100%
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

2.9 Penelitian Terdahulu

Sebagai pembanding dan acuan untuk penulis, dengan itu penulis

memerlukan gambaran serta kerangka pemikiran untuk mendukung penelitian,

adapun pembanding tersebut yakni berupa penelitian terdahulu yang menjadi acuan

penulis. Berikut tercantum pada Tabel 2 penelitian terdahulu yang digunakan

sebagai acuan pada penelitian ini.

1. Andira, S (2019) menganalisis kelayakan dan optimasi usaha sayur hidroponik

38
NFT di New Farm. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan

aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan

hukum, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif

digunakan untuk menganalisis kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Aspek

finansial menunjukkan NPV sebesar Rp 4.932.565, Net B/C sebesar 1.75, IRR

sebesar 12 persen, dan payback period selama 3,5 tahun. Hasil analisis

kelayakan ini menunjukkan bahwa New Farm layak berdasarkan aspek hukum,

aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan

lingkungan, serta aspek finansial.

2. Febrianto, A (2019) menganalisis kelayakan finansial usaha pembenihan ikan

lele sangkuriang di Dafu Farm, Depok, Jawa Barat. Metode penelitian yang

digunakan untuk melakukan perhitungan menggunakan R/C Rasio, B/C Rasio,

Break Event Point (BEP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Payback Period, dan Analisis Sensitivitas. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa : 1) Total biaya usaha pembenihan ikan lele sangkuriang

di Dafu Farm selama satu tahun sebesar Rp. 137.469.500. Total kas bersih

usaha pembenihan ikan lele sangkuriang di Dafu Farm dalam satu tahun

sebesar Rp. 102.649.238. 2) Analisis kelayakan usaha pembenihan ikan lele

sangkuriang di Dafu Farm menghasilkan Nilai R/C Rasio sebesar 1,74

menunjukkan bahwa nilai R/C Rasio lebih dari satu (R/C Rasio > 1). Nilai B/C

Rasio sebesar 0,75 menunjukkan bahwa nilai B/C Rasio lebih dari nol (B/C

Rasio > 0). BEP Volume mendapatkan nilai sebesar 499.889 ekor benih dan

BEP harga mendapatkan nilai Rp. 158/ekor benih. Nilai Net Present Value

39
(NPV) usaha pembenihan ikan lele sangkuriang sebesar Rp. 3.160.351 dan

bernilai positif. Nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 3,89% > 2,5%. Nilai

Payback Period sebesar 2,05 menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan lele

sangkuriang yang dilakukan oleh Dafu Farm akan mengalami pengembalian

modal dalam waktu 2 tahun 6 hari. 3) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas,

kenaikan biaya pakan dibagi menjadi dua yaitu, biaya pakan indukan dan biaya

pakan benih. Kenaikan biaya pakan indukan sebesar 3%, 6%, dan 12% dapat

ditoleransi. Kenaikan biaya pakan benih sebesar 3%masih dapat ditoleransi,

sedangkan kenaikan biaya pakan benih sebesar 6% dan 12% tidak dapat

ditoleransi karena menghasilkan NPV negatif. Penurunan harga jual benih

sebesar 3%, 6%, dan 12% sudah tidak dapat ditoleransi karena menghasilkan

nilai NPV negatif.

3. Bachtiar, I (2017) menganalisis kelayakan usaha sari buah belimbing dengan

metode analisis kriteria investasi (NPV, Net B/C Ratio,dan IRR). Variabel

yang diteliti adalah mengidentifikasi aspek kelayakan usaha pada usaha olahan

belimbing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari analisis perhitungan

menunjukkan nilai NPV sebesar Rp. 45.728.311,-, perhitungan Gross B/C

Ratio mempunyai nilai 1.3, sedangkan profitability ratio adalah 7.3,

perhitungan IRR usaha sari belimbing dengan masa investasi tahun ke 1 hingga

ke 9 mempunyai nilai IRR sebesar 89,13% dengan menggunakan nilai discount

factor sebesar 88%. Usaha sari belimbing dinyatakan layak secara finansial,

yang artinya NPV positif atau NPV > 0 yang berarti usaha sari belimbing layak

untuk dijalankan.

40
Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

No. Penulis Judul Penelitian Persamaan Perbedaan


1. Andira, S Analisis Kelayakan dan Analisis Penggunaan
(2019) Optimasi Budidaya berdasarkan aspek Analisis Optimasi
Sayur Hidroponik finansial dan non dengan Program
Dengan Sistem NFT di finansial Linear
New Farm, Jawa Barat
2. Febrianto, Analisis Kelayakan Penggunaan Penggunaan
A (2019) Finansial Usaha metode R/C Ratio, Analisis
Pembenihan Ikan Lele B/C Ratio, Break Sensitivitas
Sangkuriang di Dafu Event Point
Farm, Depok, Jawa (BEP), Net
Barat Present Value
(NPV), Internal
Rate of Return
(IRR), Payback
Period (PP).
3. Bachtiar, I Analisis Usaha Sari Penggunaan Penggunaan
(2017) Buah Belimbing metode NPV, Net metode BEP, R/C
B/C Ratio,dan Ratio, PP
IRR

2.10 Kerangka Pemikiran

Teknik budidaya sistem hidroponik merupakan teknik budidaya yang

tinggi dalam memproduksi sayuran dan memiliki banyak keunggulan dibandingkan

produksi secara konvensional. Kualitas sayuran yang dihasilkan lebih segar,

renyah, dan higienis untuk dikonsumsi. Di tengah pandemi COVID-19 saat ini,

tingginya permintaan terhadap sayuran yang lebih sehat dan higienis membuka

peluang besar bagi usaha sayuran hidroponik.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis bagaimana kelayakan usahatani

sayuran hidroponik NFT di Forever Green, Jakarta Timur, baik dari aspek finansial

maupun non finansial. Analisis kelayakan finansial diperoleh dengan Analisis Cash

Flow, Proceed, Break Even Point (BEP), Payback Period (PP), Return On

41
Investment (ROI), Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio dan Internal Rate of

Return (IRR).

Data yang digunakan berupa data keuangan selama satu tahun yang dimulai

dari bulan April 2020 hingga Maret 2021. Analisis berdasarkan aspek non finansial

meliputi aspek pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, lingkungan serta sosial

dan ekonomi. Berdasarkan uraian di atas maka gambaran kerangka pemikiran

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

42
Usahatani Sayur Hidroponik
NFT

Analisis Kelayakan
Usahatani

Aspek Non Finansial Aspek Finansial

Analisis Kelayakan
1. BEP
1. Aspek Legalitas 2. PP
2. Aspek Pasar dan Pemasaran 3. ROI
3. Aspek Teknis 4. NPV
4. Aspek Manajemen dan SDM 5. Net B/C Ratio
5. Aspek Lingkungan 6. IRR
6. Aspek Sosial dan Ekonomi 5. PP
6. ROI

Layak Tidak Layak

Pengembangan Evaluasi
Usaha

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

43
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Forever Green Hydroponic Farm, yang

beralamatkan di Selat Makassar No. 11, Duren Sawit, Jakarta Timur. Pemilihan

lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Forever Green merupakan salah satu

perusahaan baru yang bergerak di bidang usahatani sayuran dengan menggunakan

sistem hidroponik Nutrient Film Technique.

Penelitian dilakukan dalam waktu kurang lebih 5 bulan, dimulai dari bulan

November 2020 hingga Maret 2021. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh

data dan keterangan yang terkait dengan penelitian serta melakukan analisis data.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini

menggunakan data-data yang akurat untuk membahas dan menganalisis pendapatan

serta bagaimana kelayakan usahatani sayuran hidroponik. Data untuk penelitian

merupakan data primer dan data sekunder.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui

pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak Forever Green,

Jakarta Timur. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini merupakan data

pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait serta studi pustaka dan

sumber-sumber literatur, penelusuran data kepustakaan, buku serta internet yang

relevan dengan penelitian.


Teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan, pertama dengan cara

observasi dan wawancara sebagai data primer. Observasi diperoleh dengan

melakukan pengamatan langsung. Wawancara dilakukan dengan secara terbuka

dan terstruktur dengan mengajukan pertanyaan kepada manajer Forever Green.

Kedua, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan, dokumen dari

lembaga-lembaga terkait dan literatur yang mendukung, serta pencarian internet.

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif yaitu data tentang gambaran umum perusahaan yang

meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi, proses usahatani sayuran dengan

sistem hidroponik NFT, ketenagakerjaan, sarana dan prasarana. Data kuantitatif

yaitu data tentang biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani sayuran

hidroponik NFT, hasil panen yang diperoleh, harga penjualan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

wawancara dan kuesioner kepada seorang narasumber yaitu Bapak Michael James

selaku pemilik usaha. Serta observasi dan studi pustaka.

1. Wawancara secara terbuka, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung melalui tatap

muka (face to face) maupun secara tidak langsung melalui telepon dan pesan

yang dilakukan dengan Bapak Michael. Wawancara dilakukan untuk

melengkapi informasi yang diperoleh melalui pengamatan. Wawancara

digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila penulis ingin melakukan

45
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan

juga apabila penulis ingin mengetahui hal-hal dari narasumber yang lebih

mendalam terhadap satu topik yang telah ditentukan.

2. Wawancara secara terstruktur atau kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan memberikan berbagai pertanyaan kepada pemilik

usaha Forever Green secara tertulis. Pertanyaan yang diberikan berkaitan

dengan penelitian agar dapat mengetahui biaya dan penerimaan yang

dibutuhkan secara lebih detail untuk usahatani sayur hidroponik NFT yang

terdapat pada Lampiran 1.

3. Observasi, yaitu dengan cara pengamatan langsung secara sistematis terhadap

aktivitas budidaya sayur hidroponik NFT.

4. Studi pustaka, yaitu guna menunjang pengumpulan data dilapangan,

diperlukan studi kepustakaan dimana digunakan literatur yang berhubungan

dengan judul penelitian.

3.4 Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Data

kualitatif digunakan untuk melihat kelayakan non finansial pada aspek legalitas,

aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan serta

aspek sosial dan ekonomi yang dijelaskan secara deskriptif. Sedangkan data

kuantitatif diolah dengan menggunakan bantuan alat hitung yaitu program

Microsoft Excel. Analisis kelayakan finansial diperoleh dengan Analisis Cash

Flow, Proceed, Break Even Point (BEP), Payback Period (PP), Return On

46
Investment (ROI), Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio dan Internal Rate of

Return (IRR), dari usahatani sayuran hidroponik yang dijalankan oleh Forever

Green.

3.4.1 Aspek Non Finansial

Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji aspek non finansial yaitu meliputi

aspek legalitas, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan

SDM, aspek lingkungan serta aspek sosial dan ekonomi. Keenam aspek tersebut

berfungsi untuk membantu perusahaan dalam pengambilan suatu keputusan.

Analisis aspek non finansial disajikan secara deskriptif atau berupa uraian yang

dijelaskan sebagai berikut.

3.4.1.1 Aspek Legalitas

Mengacu pada Kasmir dan Jakfar (2012:24), untuk memulai studi

kelayakan suatu usaha pada umumnya dimulai dari aspek legalitas, yang bertujuan

untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen

yang dimiliki oleh perusahaan. Dokumen yang akan diteliti adalah dokumen berupa

Bentuk Badan Usaha yang dijalankan oleh Forever Green.

3.4.1.2 Aspek Pasar dan Pemasaran

Mengacu pada Syafrizal (2007:43) yang berpendapat bahwa pasar adalah

tempat dimana seseorang dapat menjual dan membeli suatu barang atau jasa. Atau

tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli.

Standar kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran dapat didukung oleh

keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran distribusi

47
yang baik dan promosi yang efektif.. Dalam penelitian ini, aspek pasar mengkaji

mengenai 4P (Product, Price, Place, Promotion) yang diterapkan oleh Forever

Green.

3.4.1.3 Aspek Teknis

Mengacu pada Kasmir dan Jakfar (2016:150), penentuan kelayakan teknis

atau operasi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan lokasi, luas produksi, dan

tata letak. Analisis ini bertujuan untuk memastikan gagasan atau ide yang telah

dipilih oleh perusahaan, apakah sudah layak atau belum untuk dijalankan. Dalam

penelitian ini, aspek teknis mengkaji mengenai kegiatan usaha, lokasi dan lay out

bangunan usaha.

3.4.1.4 Aspek Manajemen dan SDM

Mengacu pada Kadariah (1999:36), analisis terhadap aspek manajemen

dilakukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan pihak perusahaan dalam

menjalankan aktivitas usahanya. Standar kelayakan pada aspek ini dapat didukung

oleh keberhasilan perusahaan dalam mengatur sumber daya manusia mulai dari

pengadaan sampai pada penempatannya di jabatan tertentu untuk menjalakan

kegiatan perusahaan.

3.4.1.5 Aspek Lingkungan

Mengacu pada Syafrizal (2007:38), aspek lingkungan bertujuan untuk

mengukur dan mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu usaha dilakukan,

baik dampak negatif maupun positif. Dampak yang timbul dapat langsung

memengaruhi pada kegiatan usaha dilakukan sekarang atau baru akan terlihat di

masa yang akan datang. Oleh karena itu standar kelayakan pada aspek lingkungan

48
dapat didukung dari keberhasilan perusahaan dalam melakukan upaya pencegahan

dari dampak yang dihasilkan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan berdirinya

usahatani sayur hidroponik di Forever Green. Dalam penelitian ini, aspek

lingkungan mengkaji mengenai bentuk limbah, perlakuan dan pemanfaatan limbah

yang dihasilkan oleh Forever Green.

3.4.1.6 Aspek Sosial dan Ekonomi

Mengacu pada Kasmir dan Jakfar (2016:160), aspek sosial dan ekonomi

bertujuan untuk melihat berbagai dampak yang ditimbulkan dari suatu usaha yang

didirikan. . Standar kelayakan pada aspek ini dapat didukung oleh keberhasilan

perusahaan apakah usaha tersebut akan memberikan manfaat secara sosial dan

eknomi kepada berbagai pihak atau sebaliknya. Dalam penelitian ini, mengkaji

mengenai manfaat apa yang diberikan oleh Forever Green kepada masyarakat dalam

aspek sosial dan ekonomi.

3.4.2 Aspek Finansial

Analisis aspek finansial menganalisis perhitungan dengan menggunakan

Analisis Cash Flow, Proceed, Analisis Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio,

Analisis Internal Rate of Return (IRR), Analisis Payback Period (PP), Break Event

Point (BEP) dan Analisis Return On Investment (ROI) dari usahatani sayuran

hidroponik di Forever Green.

3.4.2.1 Arus Kas Masuk

Mengacu pada Kasmir dan Jakfar (2016:93), arus kas masuk yaitu arus kas

menurut jenis transaksinya yang mengakibatkan terjadinya arus penerimaan kas.

49
Inflow yang ada pada suatu usaha terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat

tambahan, dan nilai sisa. Ketiga penerimaan tersebut yang paling utama adalah

penerimaan penjualan yang bersifat rutin. Arus kas masuk dapat dihitung

menggunakan rumus berikut.

𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝑇𝑃𝑈𝑆𝐻 + 𝑃𝑒𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑖𝑛 …………………. (9)

Keterangan :

TPUSH = Total Penerimaan Usahatani Sayur Hidroponik (Rp)

3.4.2.2 Arus Kas Keluar

Arus Kas Keluar (Cash Outflow), yaitu larus kas menurut jenis transaksinya

yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran dana kas. Cash Outflow adalah semua

kas yang dikeluarkan dari perusahaan yang dimaksudkan untuk mendukung

berbagai kegiatan di dalam perusahaan itu sendiri. Outflow usaha dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya tetap, biaya tidak tetap (biaya variabel) dan

biaya penyusutan. Arus kas keluar dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝑇𝐵𝑈𝑆𝐻 + 𝑃𝑆𝐻 + 𝑃𝑗 + 𝐵𝑃 …………………. (10)

Keterangan :

TBUSH = Total Biaya Usahatani Sayur Hidroponik (Rp)

PSH = Penyusutan Sayur Hidroponik (Rp)

Pj = Pajak (Rp)

BP = Bunga Pinjaman (Rp)

50
3.4.2.3 Penyusutan

Mengacu pada Skousen et al, (2005:104), penyusutan adalah proses

bertahap dan berkesinambungan yang berkurangnya nilai aset, baik dengan

penggunaan aset atau karena berakhirnya waktu.

Pada penelitian ini, penulis menghitung nilai penyusutan dengan Metode

Garis Lurus (Straight-Line Method) tanpa nilai residu yang dapat dirumuskan

sebagai berikut.

𝐻𝐵𝐵𝑈 …………………. (11)


𝑃𝑆𝐻 =
𝑈𝐸𝐵𝑈

Keterangan :

PSH = Penyusutan Sayur Hidroponik (Rp)

HBBU = Harga Beli Barang Usahatani (Rp)

UEBU = Umur Ekonomis Barang Usahatani (tahun)

3.4.2.4 Arus Kas (Cash Flow)

Mengacu pada Kasmir dan Jakfar (2012:93), Cash Flow merupakan arus

kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash Flow

menggambarkan jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan

mulai dari investasi dilakukan sampai dengan berakhirnya investasi tersebut.

Berdasarkan jenis transaksinya, kas dalam cash flow dibagi menjadi dua macam,

yaitu Arus kas masuk (Cash Inflow) dan Arus kas keluar (Cash Outflow).

51
Tabel 3. Contoh Estimasi Arus Kas

No. Uraian Biaya (Rp)


1. Investasi ….
2. Total Penerimaan ….
3. Biaya Tetap ….
4. Penyusutan ….
5. Biaya Variabel ….
6. Total Biaya (3+4+5) ….
7. Total Cash Flow (2 - (1+6) ….
8. Bunga Pinjaman (0%) ….
9. Pajak (10%) ….
10. Net Benefit ….
11. Penyusutan ….
KBUSH (10+11) ….

Keterangan :

KBUSH = Kas Bersih Usahatani Sayur Hidroponik (Rp) ………………. (12)

Pada Tabel 3 diatas dapat dijelaskan bahwa, 1) Investasi merupakan biaya

awal yang dikeluarkan untuk pembelian aset penunjang usaha yang akan

dijalankan. 2) Total penerimaan merupakan biaya dari hasil penjualan produk sayur

hidroponik NFT selama bulan April 2020 hingga Maret 2021. 3) Biaya tetap

merupakan biaya yang dikeluarkan secara konstan selama satu tahun usaha

berjalan. 4) Penyusutan merupakan alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan

dari suatu aset selama umur manfaatnya. 5) Biaya variabel merupakan biaya yang

bervariasi dengan perubahan dalam jumlah unit produksi. 6) Total Biaya

merupakan jumlah dari biaya tetap, penyusutan, dan variabel yang dikeluarkan

perusahaan selama satu tahun. 7) Total Cash Flow dperoleh dari total penerimaan

dikurangi dengan penjumlahan antara biaya investasi dengan total biaya yang

dikeluarkan. 8) Bunga pinjaman (Interest) sebesar 0%, hal tersebut dikarenakan

52
seluruh biaya yang dikeluarkan merupakan modal sendiri. 9) Pajak (Tax) sebesar

10% berdasarkan dengan ketentuan dari Peraturan Pemerintah tentang Pajak Tahun

2007. Sehingga untuk mengetahui besarnya kas bersih usahatani sayur hidroponik

NFT selama satu tahun diperoleh dari hasil penjumlahan laba setelah pajak dengan

penyusutan aset tetap.

3.4.2.5 Analisis Net Present Value (NPV)

Mengacu pada Kasmir (2016:103), Net Present Value (NPV) atau nilai

bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV Kas Bersih (PV Of Proceed)

dan PV Investasi (Capital Outlays) selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua

PV tersebutlah yang dikenal dengan Net Present Value (NPV). Untuk menghitung

NPV, terlebih dahulu harus mengetahui kas bersih dengan cara menghitung Cash

Flow perusahaan selama umur investasi tertentu. Dalam penelitian ini dalam

menghitung NPV, penulis menggunakan tingkat suku bunga investasi Bank

Pembangunan Daerah DKI berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Tahun 2019

sebesar 19%, untuk melihat apakah perusahaan dapat memberikan keuntungan yang

lebih besar saat melakukan investasi dibandingkan dengan menyimpan modalnya di

Bank. Untuk menghitung NPV dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝐾𝐵𝑈𝑆𝐻1 𝐾𝐵𝑈𝑆𝐻2 𝐾𝐵𝑈𝑆𝐻12


𝑁𝑃𝑉ℎ = + + ⋯+ −𝐼 ……. (13)
(1 + 𝑖) (1 + 𝑖) 2 (1 + 𝑖)12

Keterangan :

NPVh = Net Present Value hidroponik Forever Green (Rp)

KBUSH1 = Kas Bersih Usahatani Sayur Hidroponik (bulan ke-1) (Rp)

KBUSH2 = Kas Bersih Usahatani Sayur Hidroponik (bulan ke-2) (Rp)

53
KBUSHn = Kas Bersih Usahatani Sayur Hidroponik (bulan ke-n) (Rp)

i = Tingkat Suku Bunga Investasi Bank Pembangunan DKI Tahun 2019

(19%)

I = Investasi atau Modal awal Forever Green Tahun 2020

Kriteria untuk menilai kelayakan dengan NPV adalah sebagai berikut :

1. Usahatani sayur hidroponik NFT dinilai layak jika NPV bernilai positif atau lebih

besar dari nol.

2. Usahatani sayur hidroponik NFT dinilai tidak layak jika NPV bernilai negatif

atau lebih kecil dari nol.

3. Usahatani sayur hidroponik NFT dinilai tidak menguntungkan juga tidak

mengalami kerugian jika NPV sama dengan nol.

3.4.2.6 Analisis Net B/C Ratio

Mengacu pada Rahardi dan Hartono (2003:69), analisis Net B/C Ratio

adalah perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net

benefit yng telah di discount negatif (-). Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai

Net B/C lebih besar dari 1 (Net B/C > 1). Semakin besar nilai Net B/C maka semakin

besar nilai manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut. Secara sistematis dapat

dirumuskan sebagai berikut.

𝐾𝐵𝑈𝑆𝐻
Net B/C Ratio = ………..……. (14)
𝑇𝐵𝑈𝑆𝐻

Keterangan :

KBUSH = Kas Bersih Usahatani Sayur Hidroponik (Rp)

54
TBUSH = Total Biaya Usahatani Sayur Hidroponik (Rp)

3.4.2.7 Analisis Internal Rate of Return (IRR)

Mengacu pada Kasmir (2016:105), Internal Rate of Return (IRR)

merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern. IRR digunakan

untuk mengetahui pada tingkat suku bunga berapa nilai NPV sama dengan nol. Pada

penelitian ini untuk menghitung nilai IRR penulis menggunakan tingkat suku bunga

investasi Bank Pembangunan Daerah DKI berdasarkan Data Badan Pusat Statistik

Tahun 2019 sebesar 19% sebagai i1 dan Tahun 2020 sebesar 20% sebagai i2.

Adapun untuk menghitung IRR dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝑁𝑃𝑉ℎ1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + × (𝑖2 − 𝑖1 ) ………..……. (15)
𝑁𝑃𝑉ℎ1 − 𝑁𝑃𝑉ℎ2

Keterangan :

i1 = Tingkat Suku Bunga Investasi Bank Pembangunan DKI Tahun 2019


(19%)

i2 = Tingkat Suku Bunga Investasi Bank Pembangunan DKI Tahun 2020


(20%)

NPVh1 = Net Present Value hidroponik pada DF (discount factor) 1

NPVh = Net Present Value hidroponik pada DF (discount factor) 2

DF = 1/(1+i) n

Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga, maka investasi dinilai

menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat

suku bunga, maka investasi dinilai merugikan dan tidak layak untuk dilanjutkan.

Dan jika nilai IRR sama dengan tingkat bunga, maka investasi mengalami Break

Even Point yang berarti pelaku usaha dapat melakukan investasi tetapi

55
keuntungannya akan sama jika dana disimpan di Bank.

3.4.2.8 Analisis Break Event Point (BEP)

Mengacu pada Kasmir dan Jakfar (2012:98). Break Even Point (BEP)

merupakan suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak

memperoleh keuntungan dan tidak pula memperoleh kerugian. BEP terbagi

menjadi dua jenis, yaitu BEP Produksi (Volume) dan BEP Harga. Rumus yang

digunakan dalam menghitung BEP adalah sebagai berikut.

1. BEP Produksi :

𝐵𝑇𝑈𝑆𝐻
𝐵𝐸𝑃 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 = ………..……. (16)
𝐻𝑆 − 𝐵𝑉𝑆𝑃

2. BEP Harga :

𝐵𝑇𝑈𝑆𝐻
𝐵𝐸𝑃 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 = ………..……. (17)
𝐵𝑉𝑆𝑃
1 − 𝐻𝑆

Keterangan :

BEP Produksi = Jumlah produksi sayur hidroponik (pack)

BEP Harga = Penerimaan produksi sayur hidroponik (Rp)

BTUSH = Biaya Tetap Usahatani Sayur Hidroponik (Rp)

HS = Harga Sayur (Rp/Pack)

BVSP = Biaya Variabel Sayur per Pack (Rp)

3.4.2.9 Analisis Payback Period (PP)

Mengacu pada Wijayanto (2012:247), Payback Period (PP) merupakan

periode penentuan jangka waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali

56
pengeluaran investasi suatu proyek (initial cash investment). Perhitungan Payback

Period untuk suatu proyek yang memiliki pola aliran kas yang sama dari tahun ke

tahun atau dari bulan ke bulan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝐼 ………..……. (18)
𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 = × 1 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐾𝐵𝑈𝑆𝐻

Keterangan :

I = Investasi

KBUSH = Kas Bersih Usahatani Sayur Hidroponik

Dari hasil analisis dengan metode Payback Period, nantinya akan dipilih

alternatif investasi yang mempunyai periode tersingkat. Penggunaan analisis ini

hanya digunakan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur seberapa

cepat pengembalian modal yang diinvestasikan.

3.4.2.10 Analisis Return On Investment (ROI)

Mengacu pada Sartono (2010:123), Return On Investment (ROI)

merupakan suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

yang digunakan untuk menutup investasi yang telah dikeluarkan. Perhitungan

Return On Investment dapat dirumuskan sebagai berikut.

(𝑇𝑃𝑈𝑆𝐻 − 𝐼)
𝑅𝑂𝐼 = 𝑥 100% ………..……. (19)
𝐼

Keterangan :

TPUSH = Total Penerimaan Usahatani Sayur Hidroponik

I = Investasi

57
3.5 Definisi Operasional

Definisi yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Usahatani yang dijalankan oleh Forever Green merupakan usahatani

sayur hidroponik dengan sistem NFT.

2. Budidaya Hidroponik sistem NFT (Nutrient Film Technique) merupakan

salah satu sistem hidroponik yang menggunakan sistem sirkulasi nutrisi

yang tipis atau serupa dengan film.

3. Analisis kelayakan usahatani adalah analisis yang digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan menilai sejauh

mana manfaat yang diperoleh dari usahatani.

4. Analisis Kelayakan Non Finansial bertujuan untuk memutuskan apakah

sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak yang dilihat dari

aspek legalitas, pasar dan pemasaran, teknis, manajemen dan SDM,

lingkungan, serta sosial dan ekonomi yang terdapat di Forever Green.

5. Analisis Kelayakan Finansial bertujuan untuk memutuskan apakah

sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak yang dilihat dari

perhitungan seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Forever Green.

6. Biaya tetap usahatani sayur hidroponik (BTUSH) adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan selama proses produksi dengan besar yang tidak

dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan dihitung dalam

rupiah (Rp).

7. Biaya variabel usahatani sayur hidroponik (BVUSH) adalah biaya-biaya

yang dikeluarkan selama proses produksi dengan besar yang dipengaruhi

58
oleh banyaknya produksi yang dihasilkan dihitung dalam rupiah (Rp).

8. Biaya variabel sayur per pack (BVSP) adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan produksi dalam satu kemasan dihitung

dalam rupiah (Rp).

9. Total biaya usahatani sayur hidroponik (TBUSH) adalah jumlah dari

keseluruhan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dari kegiatan

usahatani yang dihitung dalam rupiah (Rp).

10. Total penerimaan usahatani sayur hidroponik (TPUSH) adalah jumlah

dari keseluruhan penerimaan yang didapat selama proses produksi yang

dihasilkan dihitung dalam rupiah (Rp).

11. Keuntungan usahatani sayur hidroponik (KUSH) adalah selisih antara

total penerimaan (TPUSH) dengan total biaya (TBUSH) yang

dikeluarkan dihitung dalam rupiah (Rp).

59
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Profil Forever Green

Forever Green Hydroponic Farm atau yang sering disebut dengan Forever

Green merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dengan

sistem Urban Farming yaitu Hidroponik dengan Metode Nutrient Film Technique.

Forever Green berlokasi di Duren Sawit, Jakarta Timur. Usaha ini didirikan pada

bulan Januari 2020, namun perusahaan baru menjalankan kegiatan usahatani sayur

hidroponik mulai pada bulan Maret tahun 2020.

Pada awalnya dipertengahan tahun 2019, Bapak Michael selaku pendiri

usaha hanya melakukan percobaan usahatani budidaya sayur hidroponik di

pekarangan rumahnya dengan sederhana. Bapak Michael turut serta bergabung

pada kelompok hidroponik se-Indonesia untuk mempelajari keseluruhan

berbudidaya hidroponik dimulai dari persiapan budidaya hingga pasca panen.

Seiring dengan berjalanannya waktu, budidaya sayur hidroponiknya terus

mengalami perkembangan. Sebagai percobaan, sayuran yang dihasilkan tersebut

ditawarkan kepada teman-teman dan tetangga sekitar rumahnya. Setelah

mendapatkan respon yang baik, Bapak Michael dan Ibu Gracia, selaku rekannya

memutuskan untuk memperluas usahatani tersebut.

Nama Forever Green Hydroponic Farm sendiri diambil dari bahasa inggris

yang berarti “Pertanian Hidroponik Hijau Selamanya”. Forever Green memiliki

seorang investor yaitu Bapak Rudi, yang merupakan ayah dari Bapak Michael

sendiri. Forever Green Hydroponic Farm atau yang biasa disebut dengan Forever
Green menerapkan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique). Kebun

Forever Green terlindungi oleh Green house dan insect net dimana tanaman tidak

akan terkena air hujan yang bisa mengganggu pertumbuhan daun dan

meminimalisir binatang ataupun hama yang menjadi musuh utama semua tanaman.

Forever Green telah membudidayakan 16 jenis sayuran. Bahkan hingga saat

ini, Forever Green sedang dalam proses pembukaan lahan baru yang berlokasi di

Jonggol, Jawa Barat dengan luas lahan lima kali lipat dibandingkan dengan

lahannya di Duren Sawit.

4.2 Visi dan Misi Forever Green

Dalam menjalankan usahanya, Forever Green berpegang pada visi dan misi

yang telah dibuat. Berikut adalah visi dan misi Forever Green.

Visi

“Menyediakan sumber pangan masyarakat Indonesia dengan sistem yang lebih

efisien, bersih dan higienis sehingga masyarakat dapat hidup lebih sehat dan

berkualitas”.

Misi

1. Menghasilkan produk yang sehat dengan cara yang lebih efisien, bersih

dan higienis.

2. Bersemangat membantu produk lokal yang dapat dikonsumsi oleh setiap

masyarakat dengan teknologi dan sistem yang efisien.

3. Menginspirasi setiap orang yang ingin bergabung di komunitas Urban

Farming.

61
4. Memperluas pengetahuan petani dan lapangan kerja di sekitar daerah

produksi untuk kemakmuran masyarakat Indonesia.

4.3 Struktur Organisasi Forever Green

Struktur organisasi di Forever Green disusun berdasarkan garis, dimana

dalam organisasi garis tugas-tugas perencanaan, pengarahan dan pengawasan

berada di satu kendali garis kewenangan langsung dari pimpinan kepada bawahan.

Forever Green dipimpin oleh seorang komisaris dan pemilik usaha. Dewan

komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan,

serta pemberi nasihat. Pemilik usaha atau yang sering disebut owner mempunyai

tanggung jawab seperti menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan

pekerjaan, mengadakan kegiatan administrasi, memberikan tugas kepada pengurus

perusahaan.

Kemudian dibawahnya terdapat Direktur Operasional dan Direktur

Pemasaran. Untuk saat ini, seorang owner di Forever Green merangkap sebagai

Direktur Operasional. Direktur Operasional memiliki tanggung jawab untuk

merancang dan mengomunikasikan visi perusahaan, memotivasi anggota tim,

merekrut anggota tim, meramalkan tren pasar, menguraikan strategi bisnis

perusahaan, membangun hubungan dengan investor, mengatur pembiayaan dan

anggaran. Direktur Pemasaran bertanggung jawab menyusunan kebijakan strategis

dalam memasarkan produk dan memberikan masukan dalam memutuskan hal-hal

yang berkaitan dengan pemasaran. Kemudian dibawahnya terdapat karyawan yang

memiliki pembagian tugasnya masing – masing. Forever Green memiliki 4 orang

62
karyawan, 2 karyawan dibagian eksternal dan 2 lainnya dibagian internal. Bagian

eksternal bertanggung jawab dalam pemeliharaan greenhouse. Sedangkan bagian

internal bertanggung jawab dalam proses persemaian dan penjualan. Untuk lebih

jelas nya struktur organisasi di Forever Green dapat dilihat pada Gambar 4.

Komisaris Owner

Direktur Direktur
Operasional Pemasaran

Karyawan 1 Karyawan 2 Karyawan 3 Karyawan 4

Gambar 4. Struktur Organisasi Forever Green

4.4 Sarana dan Prasarana Forever Green

Forever Green memiliki sarana dan prasarana yang menunjang operasional

perusahaan serta membantu kelancaran pekerjaan karyawan selama proses

produksi. Sarana dan Sarana dan prasarana yang disediakan oleh Forever Green

untuk kegiatan tersebut terdiri dari:

1. Green House

Green House Forever Green berkapasitas kurang lebih 7000 lubang tanam

dengan luas 500 meter persegi. Dengan lahan ini, minimal target panen ada

pada angka 80-100 kg per bulan nya dengan berbagai macam jenis sayuran.

2. Ruang Kantor

63
Ruang kantor merupakan ruangan yang diisi meja beserta kursinya dan

seluruh peralatan – peralatan kerja yang akan digunakan. Ruang kantor juga

dilengkapi pendingin ruangan, kipas angin, TV, rak penyimpanan,

dispenser, papan tulis, dll. Ruang kantor ini merupakan tempat dimana

seluruh kegiatan indoor dilakukan, seperti kegiatan penyemaian, pasca

panen, diskusi, serta ishoma. Ruangan ini pun menjadi ruangan yang sering

disinggahi oleh tamu baik formal maupun non formal serta ruangan untuk

melakukan rapat terkait pemasaran produk.

3. Tempat Pencucian

Tempat pencucian digunakan untuk mencuci sayur-sayuran yang sudah

dipanen dan mencuci berbagai peralatan baik sebelum maupun sesudah

selesai digunakan.

4. Cold Strorage

Cold Storage merupakan salah satu ruangan yang berisi 3 pendingin utama

(kulkas) yang dimiliki perusahaan untuk menyimpan produk dengan suhu

-3 sampai -6oC, kapasitas Cold Storage bisa menyimpan produk hingga

500 kemasan.

5. Toilet

Toilet yang disediakan, dilengkapi dengan kloset, rak penyimpanan, dan

juga keran air untuk berwudhu.

6. Tempat Parkir

Tempat parkir disediakan untuk kendaran yang digunakan oleh para

karyawan.

64
7. Peralatan Usahatani Sayur Hidroponik

Peralatan usahatani sayur hidroponik yang dimiliki oleh Forever Green

digunakan untuk menunjang seluruh kegiatan budidaya sayur hidroponik

sistem NFT.

65
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kelayakan Usahatani Aspek Non Finansial

Kelayakan usahatani non finansial terdiri dari beberapa aspek yaitu, Aspek

Legalitas, Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Teknis, Aspek Manajemen dan

SDM, Aspek Lingkungan, serta Aspek Sosial dan Ekonomi.

5.1.1 Aspek Legalitas

Dalam penelitian ini, aspek legalitas mengkaji tentang bentuk badan usaha

di Forever Green yaitu berupa perusahaan perseorangan. Saat ini Forever Green

sedang dalam proses pembangunan badan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT).

Dengan mendirikan badan usaha Perseroan Terbatas, Forever Green diharapkan

dapat lebih mudah dikenal secara luas oleh kalangan masyarakat luas dan

memungkinkan pula menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di

Forever Green.

Berdasarkan penelitian terdahulu, pada aspek legalitas, penelitian Andira,

S (2019) pada Usaha Sayur Hidroponik NFT di New Farm, Jawa Barat menyatakan

bahwa usaha tersebut merupakan usaha berbentuk CV. New Farm memiliki lahan

pertanian bersertifikasi pada Tahun 2016 sebesar 1 ha. Dokumen yang dimiliki CV.

New Farm diantaranya Akta Notaris, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat

Izin Tempat Usaha (SITU) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Kelengkapan

dokumen CV. New Farm yaitu sebesar 36% dari keseluruhan dokumen berdasarkan

aspek legalitas.

66
5.1.2 Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam penelitian ini, aspek pasar mengkaji mengenai strategi pemasaran

(Segmentation, Targeting, Positioning) dan bauran pemasaran dengan

menggunakan sistem 4P (Product, Price, Place, Promotion) yang diterapkan oleh

Forever Green.

Berdasarkan penelitian terdahulu, dilihat dari aspek pasar, penelitian

Andira, S (2019) pada Usaha Sayur Hidroponik NFT di New Farm, Jawa Barat

dikatakan layak untuk dijalankan. CV tersebut sudah memiliki potensi pasar dan

target yang cukup luas khususnya pada daerah Bandung, Bogor dan Sukabumi.

Pada bauran pemasaran, produk yang ditawarkan New Farm sudah memiliki

beberapa pesaing besar di daerah Bandung, harga yang ditetapkan sedikit lebih

rendah dengan harga pesaing, lokasi usaha strategis, serta promosi yang menarik

dengan memanfaatkan sosial media khususnya pada Facebook dan Instagram.

5.1.2.1 Strategi Pemasaran STP Forever Green

Agar usaha dapat berjalan dengan baik, maka perlu melakukan strategi

bersaing yang tepat. Strategi tersebut bertujuan untuk menentukan segmentasi pasar,

menetapkan pasar sasaran, dan menentukan posisi pasar.

1. Segmentasi (Segmentation)

Adanya segmentasi pasar bertujuan untuk membantu proses pemasaran

menjadi lebih jelas dan terarah. Selain itu, perusahaan akan lebih mudah dalam

memahami minat dan kebutuhan konsumen, sehingga layanan yang diberikan

semakin maksimal. Forever Green memiliki tiga aspek segmentasi pasar,

diantaranya segmentasi geografis, segmentasi demografis dan segmentasi

67
psikografis.

a. Segmentasi Geografis

Segmentasi geografis yaitu mengelompokkan konsumen berdasarkan pada

kota dan wilayah. Hingga saat ini Forever Green memasarkan produknya ke

berbagai kota dan wilayah yang diantaranya Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi.

Kota dan wilayah tersebut dipandang sangat potensial serta menguntungkan bagi

perusahaan sehingga menjadi target utama operasi perusahaan. Data penjualan

berdasarkan segmentasi geografis dapat dilihat pada Gambar. 5

Segmentasi Geografis
12%

20%
60%
8%

Jakarta Depok Tangerang Bekasi

Gambar 5. Data Penjualan Berdasarkan Segmentasi Geografis


Sumber: Data Penjualan Forever Green selama 1 tahun

Gambar 5. dapat dijelaskan bahwa sebesar 60% dari keseluruhan data

penjualan sayur hidroponik NFT di Forever Green berdasarkan segmentasi

geografis merupakan konsumen yang berada di wilayah Jakarta. Hal tersebut

dikarenakan lokasi Forever Green di Duren Sawit yang cukup strategis sehingga

saat proses pengiriman untuk wilayah Jakarta pun lebih cepat dan terjangkau.

Kemudian, banyaknya promosi khusus yang dilakukan untuk konsumen yang

berada di wilayah Jakarta seperti “bebas ongkir” dan “buy 2 get 1” yang juga sangat

menarik perhatian konsumen untuk membeli sayur hidroponik di Forever Green.

68
b. Segmentasi Demografis

Segmentasi demografis yaitu mengelompokkan konsumen berdasarkan jenis

kelamin, usia, status perkawinan, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, agama,

ras, dan lainnya. Forever Green telah memasarkan produknya kepada pria dan

wanita di semua umur. Konsumen Forever Green seimbang antara ras pribumi dan

Chinese. Data penjualan berdasarkan segmentasi demografis dapat dilihat pada

Gambar 6.

Segmentasi Demografis (Usia)

20%

55% 25%

20-30 tahun 31-40 tahun 41-70 tahun

Gambar 6. Data Penjualan Segmentasi Demografis Berdasarkan Usia


Sumber: Data Penjualan Forever Green selama 1 tahun

Gambar 6. dapat dijelaskan bahwa sebesar 55% dari keseluruhan data

penjualan sayur hidroponik NFT di Forever Green yang dilihat dari segmentasi

demografis merupakan ibu rumah tangga dengan rata-rata usia 41-70 tahun yang

sudah memiliki pengetahuan akan pentingnya mengkonsumsi sayuran yang lebih

sehat dan bebas pestisida untuk disediakan kepada seluruh anggota keluarganya,

sehingga hal tersebut sangat mendukung permintaan sayuran hidroponik di Forever

Green.

69
c. Segmentasi Psikografis

Segmentasi psikografis yaitu mengelompokkan konsumen berdasarkan

dengan karakteristik gaya hidup atau kepribadian. Berdasarkan dari segmentasi

psikografis, konsumen Forever Green memiliki gaya hidup atau kepribadian yang

gemar mengkonsumsi sayuran, hanya mengkonsumsi sayuran (vegetarian), dan

berpola hidup sehat. Data penjualan berdasarkan segmentasi psikografis dapat

dilihat pada Gambar 7.

Segmentasi Psikografis

40% 35%

25%

Gemar mengkonsumsi sayuran Vegetarian Berpola hidup sehat

Gambar 7. Data Penjualan Berdasarkan Segmentasi Psikografis


Sumber: Data Penjualan Forever Green selama 1 tahun

Gambar 7. dapat dijelaskan bahwa sebesar 40% dari keseluruhan data

penjualan sayur hidroponik NFT di Forever Green berdasarkan segmentasi

psikografis merupakan konsumen dengan kepribadian berpola hidup sehat. Hal

tersebut dikarenakan sayur hidroponik NFT yang dipercaya bebas dari pestisida dan

juga memiliki kecenderungan kandungan nutrisi yang lebih tinggi dari sayuran

sehat biasanya. Sehingga dapat dikatakan bahwa jenis sayuran hidroponik

merupakan pilihan sayuran sehat yang tepat untuk masyarakat yang menjalani gaya

hidup sehat.

70
2. Sasaran (Targeting)

Pemasaran yang diterapkan oleh Forever Green adalah Business to Business

(B2B) dan Business to Customer (B2C). Target sasaran untuk B2B yaitu pedagang

besar yang membutuhkan sayur hidroponik dalam skala besar yang akan menjual

kembali produk tersebut dengan menggunakan label nya sendiri (reseller), hingga

saat ini Forever Green sudah bekerja sama dengan tiga reseller tetap yang berada di

daerah Bekasi, Jakarta dan Tangerang dengan masing – masing permintaan sebesar

30 hingga 50 kg per bulannya. Sedangkan untuk B2C, Forever Green menargetkan

sasarannya kepada konsumen langsung yang sebagian besar adalah ibu rumah

tangga dengan rata-rata usia 41-70 tahun. Data penjualan berdasarkan sasaran

Forever Green dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. dapat dijelaskan bahwa sebesar 50% dari keseluruhan sasaran

penjualan sayur hidroponik NFT di Forever Green merupakan konsumen langsung

atau konsumen akhir. Kemudian sebesar 50% lainnya merupakan konsumen yang

akan menjual kembali sayur hidroponik tersebut (reseller) yang kini telah berada di

daerah Jakarta, Tangerang dan Bekasi.

Sasaran Penjualan

20%
50% 20%

10%
Reseller Jakarta Reseller Tangerang
Reseller Bekasi Konsumen Langsung

Gambar 8. Data Sasaran Penjualan


Sumber: Data Penjualan Forever Green selama 1 tahun

71
3. Posisi (Positioning)

Adanya posisi pasar berfungsi untuk membangun persepsi relatif untuk

suatu produk. Forever Green memposisikan diri sebagai perusahaan yang menjual

16 jenis sayuran hidroponik dengan kualitas produk yang tinggi yaitu sayur yang

lebih sehat, lebih bergizi, lebih garing, dan menggunakan pestisida alami sehingga

aman untuk dikonsumsi.

Berdasarkan kualitas Forever Green memposisikan diri sebagai perusahaan

dengan kualitas pelayanan terbaik, hal tersebut dilakukan dengan cara selalu

menjaga seluruh kualitas sayur dimulai dari proses pra-panen, panen, pasca panen,

hingga sayur diterima langsung oleh tangan konsumen. Saat sayur sudah sampai di

tangan konsumen, Forever Green akan menanyakan melalui WhatsApp untuk me-

review bagaimana kondisi sayur yang telah diterim, apakah dalam kondisi baik,

buruk, dan sebagainya.

Keunggulan produk Forever Green diantaranya harga lebih terjangkau, berat

dan ukuran sayur yang baik, warna sayur tidak pucat, minim dari hama dan penyakit,

sayur bervolume besar (tidak kurus, tinggi, langsing atau “Kutilang”) serta memiliki

tekstur yang garing. Meskipun Forever Green merupakan usaha yang terbilang baru,

namun hingga saat ini Forever Green sudah mampu bersaing dengan “Amazing

Farm” dan “TGIF Farm” yang telah lebih dulu menjalankan usaha sayur hidroponik

NFT dengan kualitas yang baik.

5.1.2.2 Bauran Pemasaran Forever Green

Bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan

untuk mempengaruhi permintaan produknya, diantaranya sebagai berikut :


72
1. Produk (Product)

Produk yang yang dimiliki oleh Forever Green dilakukan identifikasi dalam

beberapa aspek produk, aspek tersebut diantaranya :

a. Jenis Produk

Forever Green membudidayakan 16 jenis sayuran, diantaranya sayur kangkung,

caisim, bayam hijau, bayam merah, siomak, sawi hijau, sawi pagoda, basil, pakchoy,

kailan, kale, selada keriting, san feng, samhong, cherry tomato, dan romaine. Setiap

bulannya, Forever Green rata-rata mengalami permintaan akan sayurnya. Forever

Green juga melakukan inovasi produk yaitu adanya buket sayur “Veggie Bouquet”.

Buket sayur merupakan rangkaian atau kumpulan beberapa jenis sayur yang disusun

dalam bentuk yang kreatif. Forever Green sendiri menetapkan tiga pack sayur

dengan jenis apapun (sesuai permintaan konsumen) yang dapat dijadikan buket

sayur tersebut.

Data penjualan sayur hidroponik NFT di Forever Green selama satu tahun

cukup mengalami peningkatan juga penurunan tiap bulannya. Selama bulan April

tahun 2020 hingga Maret tahun 2021, tiga produk unggulan atau tiga produk dengan

permintaan tertinggi oleh konsumen adalah sayur bayam hijau, kangkung, dan kale.

Selama satu tahun Forever Green telah menjual 1.000 kg atau 4.000 pack bayam

hijau, 900 kg atau 3.600 pack kangkung dan 750 kg atau 3.000 pack kale baik

kepada konsumen akhir atau pun reseller. Kemudian dilanjutkan dengan jumlah

permintaan yang kurang dari 3.000 pack dalam kurun waktu satu tahun, diantaranya

yaitu sayur caisim 1.680 pack, bayam merah 1.200 pack, romaine 1.080 pack, nai

bai 760 pack, pakcoy 640 pack, pagoda 560 pack, kalian 528 pack, cherry tomato

73
516 pack, sawi samhong 512 pack, sawi sanfeng 484 pack, selada keriting 456 pack,

siomak 440 pack dan sawi hijau 420 pack.

b. Pengemasan (Packaging)

Pengemasan merupakan kegiatan penanganan penting dalam pasca panen,

pengemasan merupakan salah satu cara untuk membuat kualitas sayur agar bertahan

lebih lama. Penurunan dari tingkat kesegaran sayur tidak dapat dihentikan, namun

penurunan tersebut hanya dapat diperlambat. Prinsip adanya pengemasan adalah

untuk melindungi sayur dari pengaruh lingkungan seperti sinar matahari dan

kelembaban, serta kerusakan fisik. Pengemasan juga dapat membuat sayur

memiliki nilai tambah dari sisi keindahan dan citra produk. Forever Green

menggunakan kemasan plastik yang kemudian di seal. Pada awalnya di tahun 2020,

bentuk kemasan pada produk yang ditawarkan oleh Forever Green terbagi menjadi

2 jenis berdasarkan berat keseluruhan tanaman, yaitu 200 gram dan 250 gram. Untuk

kemasan 200 gram hanya terdapat pada Cherry Tomato dan ke-15 jenis sayur

lainnya dikemas dengan berat 250 gram. Namun pada awal tahun 2021, kemasan

Cherry Tomato telah diubah mengikuti jenis sayur lainnya, yaitu dikemas dengan

berat 250 gram.

Pengemasan untuk buket sayur pun dapat dilihat pada Gambar 9 (b), tiga jenis

sayur yang telah dikemas disusun dan dihias dengan kertas berwarna dan pita

sehingga berbentuk seperti buket bunga pada umumnya.

74
Gambar 9. (a) Caisim Kemasan 250 gram ; (b) Buket Sayur

c. Label

Forever Green menggunakan kalimat “Hydroponic Fresh Vegetables” pada

kemasannya seperti contoh pada Gambar 9 (a), yang memiliki makna bahwa produk

yang dipasarkan berasal dari sayuran hidroponik yang langsung dipanen pada hari

yang sama. Serta kalimat “From Our Farm to Your Plate” yang memiliki makna

bahwa produk yang dipasarkan untuk konsumen merupakan produk asli yang

berasal dari kebun Forever Green itu sendiri.

Gambar 10. Logo Produk Forever Green

Forever Green menggunakan logo produk berupa gambar sayur samhong

dengan air mengalir dibawahnya dan menggunakan lingkaran berwarna hijau. Logo

dapat dilihat pada Gambar 10, yang bermakna bahwa Forever Green hanya

75
membudidayakan dan memasarkan jenis sayurannya dengan menggunakan sistem

hidroponik NFT dengan penuh konsentrasi dan ketepatan.

d. Pelayanan (Service)

Forever Green selalu berusaha keras untuk memberikan pelayanan terbaik

terhadap seluruh konsumen, agar konsumen merasa nyaman sehingga terciptanya

loyalitas dari konsumen itu sendiri. Pelayanan yang diberikan Forever Green kepada

para konsumen yaitu:

d.1) Akses Pemesanan Produk yang Mudah

Forever Green membuka layanan pemesanan diawal atau PO (Pre Order) setiap

hari Minggu - Senin untuk pesanan yang akan diantarkan pada hari Selasa dan

membuka kembali PO setiap hari Rabu - Kamis untuk pesanan yang akan diantarkan

pada hari Jum’at. Calon konsumen yang ingin memesan produk Forever Green dapat

menghubungi administrasi penjualan melalui Whatsapp maupun Instagram dengan

minimal pesanan sebesar 750gr (3 pack sayur).

d.2) Fasilitas Pengiriman

Forever Green menyediakan fasilitas delivery order untuk mengantarkan semua

produk yang dipesan oleh konsumen dengan melakukan kerja sama menggunakan

jasa KJN-Express dengan pelayanan KSHS (Kiriman Satu Hari Sampai).

Kesepakatan antara Forever Green dengan KJN-Express yaitu: 1) Penjemputan

seluruh pesanan sayur di kantor pusat sesuai dengan waktu yang telah disepakati

bersama, 2) Menjamin dan bertanggung jawab atas keselamatan setiap proses

pengiriman hingga produk sayur hidroponik sampai tujuan, 3) Pembayaran invoice

atau tagihan pelayanan KSHS sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Pesanan

76
diantarkan dengan menggunakan motor dan mobil yang telah disediakan oleh pihak

KJN-Express tersebut. Sehingga dengan adanya kerja sama tersebut dapat

menguntungkan kedua belah pihak.

d.3) Pelayanan Komplain

Komplain dilakukan apabila terjadi ketidaksesuaian atau terdapat kerusakan

pada produk yang diterima oleh konsumen. Apabila terdapat komplain pesanan di

hari yang sama setelah pengantaran pesanan, maka Forever Green akan

membuatkan sistem kredit dari barang tersebut dengan menggantikannya pada

order selanjutnya. Forever Green juga menerapkan sistem refund atau

pengembalian uang tunai 100%. Hingga saat ini belum pernah terjadi komplain

untuk sayur hidroponik di Forever Green.

2. Harga (Price)

Strategi penetapan harga yang dilakukan oleh Forever Green adalah

penetapan harga plus laba yang dilakukan dengan mempertimbangkan perhitungan

berdasarkan dari biaya-biaya yang dikeluarkan. Kemudian Forever Green akan

menentukan margin yang sesuai hingga terciptanya harga jual yang competitive

dengan para pesaing. Apabila dibandingkan, harga produk Forever Green jauh lebih

terjangkau dibandingkan dengan harga produk pesaing bisnis sayuran hidroponik

lainnya. Khusus untuk reseller minimal harus melakukan pesanan sebesar 10kg saat

pemesanan pertama, kemudian minimal 8kg untuk pemesanan selanjutnya. Berikut

Tabel 5 mencantumkan daftar harga sayuran hidroponik yang terdapat di Forever

Green.

77
Tabel 5. Harga Produk Sayur Hidroponik di Forever Green

No. Nama Produk Berat (gram/pack) Harga (Rp)


1 Bayam Hijau 250 12.000
2 Bayam Merah 250 13.000
3 Caisim 250 12.000
4 Cherry Tomato 250 14.000
5 Kangkung 250 11.000
6 Kailan 250 14.000
7 Kale 250 15.000
8 Nai Bai 250 14.000
9 Pagoda 250 14.000
10 Pakcoy 250 12.000
11 Sawi Hijau 250 13.000
12 Sawi Samhong 250 13.000
13 Sawi Sanfeng 250 13.000
14 Selada Keriting 250 15.000
15 Siomak 250 14.000
16 Romaine 250 15.000
Rata-rata Harga 13.400

Tabel 5. dapat dijelaskan bahwa dari seluruh jenis sayur di Forever Green

dikemas dengan berat keseluruhan sebesar 250 gram. Kemudian harga yang

ditawarkan oleh Forever Green dimulai dari Rp. 11.000,00 hingga 15.000,00.

Sehingga diperoleh rata-rata untuk keseluruhan harga jenis sayur adalah sebesar Rp.

13.400,00.

3. Distribusi (Place)

Saluran distribusi yang diterapkan oleh Forever Green yaitu saluran

distribusi langsung dimana produk dari produsen langsung dijual ke tangan

konsumen tanpa melalui penyalur, dan saluran distribusi tingkat satu yang dimana

memiliki satu lembaga perantara (Reseller). Hingga saat ini, Forever telah memiliki

tiga Reseller, ketiganya memiliki jalur distribusi yang sama yaitu Forever Green –

Reseller – Konsumen. Lokasi pengantaran berada di kantor pusat, yang

beralamatkan di Jl. Selat Makassar No. 11, Kecamatan Duren Sawit, Kota Jakarta

78
Timur.

Distribusi dilakukan dengan menggunakan alat transportasi berupa sepeda

motor dan mobil yang telah disediakan. Kapasitas pengangkutan oleh mobil

minimal 30 pack, sedangkan oleh sepeda motor minimal 10 pack. Pendistribusian

dilakukan dihari yang sama saat hari panen. Pendistribusian dilakukan mulai pukul

09.00 WIB setiap hari Selasa dan Jum’at. Alur pendistribusian dapat dilihat pada

Gambar 11 dibawah ini.

Saluran I

Saluran II

Gambar 11. Saluran Distribusi Forever Green

Pada Gambar 11 tersebut dapat dilihat alur pendistribusian Forever Green

yang terbagi menjadi dua saluran. Saluran I berupa saluran langsung antara Forever

Green menuju konsumen akhir dan saluran II yang melibatkan pelaku usaha

lainnya.

Pada saluran pemasaran I termasuk dalam saluran langsung atau saluran

yang langsung menuju kepada konsumen akhir. Konsumen memiliki kesempatan

untuk mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan kepada pedagang lain

79
atau Reseller dengan rata-rata sayur hidroponik sebesar Rp. 13.400 per pack.

Pada saluran pemasaran II, lembaga pemasaran yang terlibat adalah pelaku

usaha dan reseller. Sesuai dengan hasil penelitian yang terlibat dalam saluran

pemasaran yaitu pelaku usaha itu sendiri (Forever Green) kemudian Reseller

sebanyak 3 orang. Forever Green melakukan penjualan sayur hidroponik NFT

dengan harga rata-rata Rp 13.400/pack ke Reseller dan kemudian Reseller tersebut

akan menjualnya kembali dengan harga rata-rata Rp 18.000/pack ke konsumen

akhir. Sehingga diperoleh margin pemasaran sebesar Rp. 4.600.

4. Promosi (Promotion)

Promosi yang dilakukan oleh Forever Green yaitu dengan pendekatan pada

media sosial. Forever Green memasarkan produknya melalui Whatsapp dan

Instagram. Forever Green memperkenalkan dan mempromosikan produknya dengan

memposting produk-produk sayuran hidroponik yang siap panen secara informatif

dengan desain yang kreatif dan menarik, seperti Gambar 12 berikut.

Gambar 12. Promosi Produk Forever Green

Forever Green juga memperkenalkan produknya secara offline dengan

menyebarkan brosur ke rumah makan, pusat kebugaran (gym) di daerah Jadetabek.

Untuk daerah sekitar kantor pusat, yang merupakan area perumahan Forever Green

80
juga turut menyebarkan brosur ke rumah masyarakat.

5.1.3 Aspek Teknis

Aspek teknis ini berkaitan dengan proses kegiatan suatu usaha. Dalam usaha

yang dilakukan oleh Forever Green, aspek teknis ini dilihat dari pemilihan lokasi

usaha, layout bangunan usaha dan kegiatan usaha.

1. Pemilihan Lokasi Usaha

Lokasi usaha Forever Green ini berada di Jl. Selat Makassar No. 11,

Kecamatan Duren Sawit, Kota Jakarta Timur. Lokasi ini dipilih dengan

pertimbangan bahwa sang pemilik usaha memiliki lahan kosong tepat disamping

rumahnya, sehingga pemilik usaha memiliki ide untuk memanfaatkan lahan

tersebut untuk membuka usahatani sayur hidroponik NFT.

a. Pasar yang Dituju

Forever Green merupakan perusahaan baru di daerah Duren Sawit, Jakarta

Timur. Forever Green termasuk perusahaan yang menerapkan sistem urban

farming atau pertanian modern yang masih sangat jarang ditemui di daerah

perkotaan. Banyak masyarakat yang berada di Jabodetabek tertarik dengan produk

yang ditawarkan oleh Forever Green. Sehingga, konsumen sasaran Forever Green

adalah mereka yang berdomisili di daerah Jadetabek dan sekitarnya. Untuk saat ini

sasaran utama Forever Green merupakan rumah tangga. Untuk kedepannya Forever

Green juga merencanakan untuk melakukan kerja sama dengan rumah makan, pusat

kebugaran hingga Industri. Lokasi kantor pusat dengan sasaran pasar pun terbilang

efektif dan efisien untuk dijangkau.

81
b. Ketersediaan Tenaga Kerja

Dengan berdirinya Forever Green memberikan kesempatan kerja

khususnya bagi masyarakat sekitar. Forever Green memilih tenaga kerja yang

berdomisili di sekitar wilayah Jakarta Timur. Sehingga memudahkan serta

menghemat waktu para tenaga kerja apabila sewaktu-waktu dibutuhkan atau

terdapat pekerjaan yang harus dilakukan secara mendadak. Hingga saat ini Forever

Green telah memiliki empat orang tenaga kerja dan 2 orang direktur dengan rata-

rata usia 25 tahun.

c. Fasilitas Jalan Umum

Akses jalan menuju Forever Green berupa jalan aspal yang dapat dilalui

oleh kendaraan umum maupun kendaraan pribadi beroda dua hingga empat.

Kendaraan/angkutan umum untuk menuju Forever Green yaitu jenis mikrolet

dengan nomor atau kode JAK-85 yang dapat berhenti tepat di depan lokasi Forever

Green. Hal tersebut sangat memudahkan konsumen, jika terdapat konsumen yang

ingin berkunjung untuk melihat-lihat hingga melakukan pelatihan budidaya sayur

hidroponik NFT yang diselenggarakan oleh Forever Green.

2. Layout Bangunan Usaha

Luas keseluruhan lahan Forever Green kurang lebih 700 m2. Lahan tersebut

dibangun dengan berbagai sarana dan prasarana guna menunjang kegiatan

usahatani sayur hidroponik NFT. Di sebelah selatan terdapat halaman depan dan

lahan parkir karyawan, di samping kanan lahan parkir terdapat tempat

penampungan toren. Kemudian melewati pintu masuk menuju green house yang

didalamnya terdapat ruang kantor dengan luas 6x5 m2, tempat pencucian, tempat

82
instalasi hidroponik NFT, cold storage serta toilet. Layout bangunan usaha Forever

Green dapat dilihat pada Lampiran 2.

3. Kegiatan Usaha

Kegiatan usaha sayur hidroponik NFT ini dimulai dengan tiga tahap, yaitu

proses budidaya, panen dan pasca panen.

a. Proses Budidaya

Langkah pertama untuk menanam sayuran hidroponik NFT adalah dengan

menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat dan bahan yang paling inti

digunakan adalah benih sayuran, media tanam berupa rockwool,

pelubang rockwool, air, sistem NFT, nutrisi sayuran, TDS meter, pH meter, nampan

plastik dan netpot. Seluruh jenis dan macam sayuran yang ada di Forever Green

memiliki langkah yang sama untuk setiap proses budidayanya.

Rockwool dapat dipotong dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm dan diberikan satu

lubang tanam. Kemudian masukkan benih sayur pada media

semai rockwool dengan memasukkan satu benih per lubang rockwool. Rockwool

yang sudah berisikan benih akan diletakkan pada nampan dan berikan air

secukupnya hingga dalam keadaan kelembaban yang sesuai. Kemudian semaian

sayur diletakkan pada tempat yang memiliki cahaya yang cukup dan terlindungi dari

air hujan. Sayuran memerlukan kondisi tempat semai yang memiliki cahaya

matahari yang cukup. Jika semaian kekurangan cahaya maka akan terjadinya

etiolasi pada hasil semaian. Etiolasi merupakan keadaan dimana pertumbuhan bibit

yang panjang menjalar pada batangnya tetapi tidak kokoh dan daun kecil pucat atau

yang biasa disebut dengan penyakit Kurus, Tinggi, Langsing atau “Kutilang”. Pada

83
hari berikutnya, cek selalu semaian dengan menjaga kelembaban media semainya

dengan memberi air sedikit demi sedikit pada pagi atau sore hari.

Kemudian dilanjutkan dengan proses pindah tanam atau transplanting yang

dilakukan saat semaian berusia 5 hari atau dapat dilihat juga saat tanaman sudah

memiliki 3–5 helai daun sejati. Pindah tanam dilakukan dengan memasukkan bibit

ke dalam netpot berukuran 7 cm yang kemudian dipindahkan ke dalam lubang

tanam pada instalasi hidroponik NFT. Jarak tanam rata-rata setiap sayur adalah 10

cm per lubang tanam. Jarak tanam harus selalu diperhatikan karena akan

mempengaruhi pertumbuhan terutama pada saat proses fotosintesis. Pindah tanam

biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari, karena pada jam tersebut kondisi cuaca

jauh lebih sejuk. Saat proses pindah tanam dilakukan, sayur sudah dapat

diaplikasikan nutrisi AB Mix sayuran daun. Awal sayuran saat pindah tanam dapat

diaplikasikan nutrisi AB Mix dengan tingkat kepekatan 600 sampai 800 ppm

(sesuai jenis sayur). Setelah umur satu minggu setelah pindah tanam dapat di

tingkatkan menjadi 900–1200 ppm. Kepekatan nutrisi ini adalah sebagai patokan

umum, tergantung dengan kepekatan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan

tanaman.

Pemeliharaan dan perawatan tanaman yang dapat dilakukan setiap hari

minimal satu hari sekali. Misalkan pada pagi hari, selalu cek kondisi tanaman, cek

suhu, cek air nutrisi, cek hama dan penyakit serta cek instalasi hidroponik NFT.

Tandon nutrisi adalah alat yang wajib sekali dan harus selalu dicek terutama

kondisi suhu air nutrisi dalam tandon. Pada umunya kondisi air nutrisi dalam tandon

memiliki suhu yang tinggi yang dapat menyebabkan terganggunya proses

84
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, pengecekkan sayur harus selalu dilakukan

terutama pada hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang adalah hama ulat.

Ulat dapat menjadi hama utama yang dapat menyebabkan gagal panen, sehingga

harus dan wajib diperhatikan. Sistem hidroponik terutama NFT wajib sekali dicek

karena sistem NFT sangat bergantung pada listrik sehingga ketika listrik mati akan

berpengaruh pada kondisi tanaman. Selang pada sistem NFT juga harus selalu dicek

dan dibersihkan karena akan sering kali tersumbat. Cek sistem hidroponik harus dan

wajib dilakukan, jika tidak maka sayuran akan tumbuh layu dan menyebabkan

pertumbuhan sayuran mengalami stress. Stress pada sayuran dapat menyebabkan

rasa dan pertumbuhan yang tidak normal dan sesuai. Berdasarkan uraian di atas

maka gambaran proses budidaya sayur hidroponik NFT dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Siklus Budidaya Sayur Hidroponik NFT dalam 1 bulan

Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Ahad


Pembersi- Pemeliharaan Pindah Pemeliharaan Perawatan
Semai Semai
han Talang Tanaman Tanam Tanaman Greenhouse
Pindah
Tanam,
Pemeliharaan Pindah Pemeliharaan Perawatan
Pemeliha - Semai Semai
Tanaman Tanam Tanaman Greenhouse
raan
Tanaman
Pindah
Tanam,
Pemeliharaan Pindah Pemeliharaan Perawatan
Pemeliha- Semai Semai
Tanaman Tanam Tanaman Greenhouse
raan
Tanaman
Pindah
Tanam,
Pemeliharaan Pindah Pemeliharaan Perawatan
Pemeliha- Panen Panen
Tanaman Tanam Tanaman Greenhouse
raan
Tanaman

b. Panen

Pemanenan sayur di Forever Green rata-rata dilakukan pada saat sayuran

berumur 25-30 HST. Sayuran yang dibudidayakan dengan sistem hidroponik NFT

85
memiliki pertumbuhan yang cenderung lebih cepat. Proses panen di Forever Green

dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at yang dimulai pukul 05.00 WIB. Penentuan

waktu tersebut bertujuan agar sayur yang telah di panen tidak cepat layu akibat

terpapar sinar matahari secara langsung. Cara panen sayuran di Forever Green dapat

dilakukan secara manual yaitu dengan dipanen sekali cabut atau dilakukan

perompesan secara berkala tergantung jenis kebutuhannya. Sayuran yang sudah

dipanen dikumpulkan di dalam nampan yang kemudian didistribusikan ke dalam

Office untuk menjalani proses selanjutnya yaitu penanganan pasca panen yang

terdiri dari proses sortasi, penimbangan, dan pengemasan.

c. Pasca Panen

Setelah sayuran didistribusikan ke dalam Office, maka tahap selanjutnya

adalah sortasi, yang merupakan kegiatan memisahkan sayuran yang berkualitas

kurang baik, seperti cacat, luka, busuk dan bentuknya tidak normal dari sayuran

yang berkualitas baik. Pada proses sortasi dilakukan proses pembersihan, yaitu

membuang bagian yang tidak diperlukan seperti daun tua, cacat atau busuk serta

mencuci sayur agar dapat menghilangkan kotoran, benda-benda asing, sisa-sisa

tanaman yang menempel pada hasil panen. Sortasi dilakukan berdasarkan

keseragaman ukuran dan kualitasnya. Forever Green melakukan sortasi secara

manual yaitu dengan menggunakan indera manusia, contohnya sortasi menurut

warna dan tingkat kerusakan yang dapat dilihat oleh mata. Sortasi dilakukan di

dalam Office dengan cara memisahkan sayuran yang tidak masuk ke dalam standar

kualitas untuk dikemas dengan sayuran yang layak untuk di kemas.

Selanjutnya, proses penimbangan sayuran dengan menggunakan timbangan

86
digital. Forever Green menggunakan timbangan digital agar lebih mudah dan

akurat saat proses penimbangan sayur yang selanjutnya akan dikemas.

Penimbangan sayuran yang telah disesuaikan oleh Forever Green, yaitu dengan

minimal berat sebesar 260 gram (untuk kemasan dengan berat 250 gram) dan 210

gram (untuk kemasan dengan berat 200 gram). Forever Green melebihkan masing-

masing berat per kemasan sebesar 10 gram. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi

jika sayuran tersebut mengalami penyusutan berat saat sayuran sampai ke tangan

konsumen.

Setelah sayuran sudah sesuai dengan beratnya maka dilanjutkan dengan

tahap terakhir yaitu pengemasan, yang merupakan kegiatan penanganan pasca

panen dan salah satu cara untuk membuat kualitas sayuran bertahan lebih lama.

Pengemasan yang dilakukan oleh Forever Green menggunakan kemasan plastik

yang kemudian dilakukan dengan proses pengepressan dan pastikan tidak ada

lubang atau kebocoran di dalam plastik. Produk dikemas 250 dan 200 gram per

pack sesuai dengan jenis sayuran. Jumlah tanaman dalam satu pack untuk masing

masing komoditas berbeda-beda tergantung ukuran tanamannya. Kemudian

sayuran siap diantarkan kepada konsumen yang telah melakukan pemesanan pada

hari-hari sebelumnya melalui WhatsApp dan Instagram.

5.1.4 Aspek Manajemen dan SDM

Usaha yang dilakukan oleh Forever Green memerlukan penerapan fungsi-

fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling) agar usaha yang dijalankan

87
dapat berkembang sebaik mungkin.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan (Planning) mempunyai fungsi yang sangat penting untuk

mencapai tujuan perusahaan. Suatu perencanaan dilakukan dengan mengambil

metode yang strategis guna mencapai tujuan tersebut. Perencanaan merupakan

proses terpenting dari seluruh fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-

fungsi lainnya tidak dapat berjalan dengan baik. Perencanaan yang dilakukan pada

Forever Green diantaranya sebagai berikut :

a. Perencanaan Produksi

Usaha yang dilakukan oleh Forever Green yaitu dengan menggunakan

hidroponik sistem NFT (Nutrient Film Technique) dengan pengaliran nutrisi kepada

16 jenis sayur selama 24 jam. Pemberian nutrisi dilakukan hingga mencapai

kepekatan 1200 ppm.

b. Perencanaan Panen dan Pasca Panen

Pemanenan dilakukan pada saat sayuran berumur 25-30 hari setelah tanam.

Pemanenan sayuran dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at. Pemanenan sayuran

berdasarkan dengan pesanan konsumen melalui media online yang telah dilakukan

pada hari-hari sebelumnya.

Penanganan pasca panen sayuran hidroponik NFT meliputi tahapan pencucian,

sortasi, penimbangan, dan pengemasan. Pencucian dilakukan untuk membersihkan

sayuran dari tanah atau kotoran yang menempel pada sayuran. Sortasi atau

pemilihan sayuran dengan kualitas yang baik dan membuang bagian sayuran yang

rusak, kemudian ditimbang dengan minimal berat 210 gram untuk kemasan 200

88
gram per kemasan dan minimal berat 260 gram untuk kemasan 250 gram per

kemasan.

c. Perencanaan Pemasaran

Perencanaan pemasaran yang dilakukan Forever Green yaitu dapat menjual

seluruh produk sayur hidroponik dengan sistem NFT ke seluruh wilayah

Jabodetabek hingga luar daerah yang ditujukan untuk konsumen dimulai dari anak-

anak hingga dewasa dengan tingkat ekonomi menengah keatas, dan semua jenis

kelamin baik laki-laki maupun perempuan.

d. Perencanaan Kegiatan Eksternalitas

Pengadaan pelatihan sayur hidroponik NFT kepada masyarakat luas baik

secara online maupun offline yang akan diselenggarakan langsung di Green House

Forever Green.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian (Organizing) yang dilakukan oleh Forever Green adalah

dengan melakukan pembagian tugas yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian

eksternal dan bagian internal. Bagian eksternal memiliki tugas yang mencakup

pemeliharaan kebun, seperti panen, mencuci talang, toren dan tandon, memberikan

nutrisi, penambahan air, dan lainnya. Sedangkan pada bagian internal memiliki

tugas yang dapat dilakukan di dalam kantor, seperti administrasi, penyemaian,

mencatat data panen, hingga penanganan pasca panen (sortasi, penimbangan,

pengemasan).

Struktur organisasi pada Forever Green terdiri dari orang-orang yang

berkompeten dalam pelaksanaan tugasnya masing-masing untuk tercapainya tujuan

89
yang telah ditetapkan. Pengetahuan dan keahlian dari tiap-tiap tugas yang diberikan

dilakukan dengan banyak berlatih dan rutin mengikuti pelatihan-pelatihan tentang

budidaya hidroponik sehingga memperoleh banyak ilmu dan pengalaman. Tenaga

kerja di Forever Green terdiri dari empat orang tenaga kerja harian, setiap satu

orang tenaga kerja memiliki 14 hari kerja dalam satu bulan. Dalam satu hari tenaga

kerja yang datang hanya dua orang, begitu pula untuk hari berikutnya. Jadwal hari

kerja pun sudah diatur oleh pemilik usaha. Untuk sistem penggajian tenaga kerja

Forever Green belum berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional) Kota Jakarta

Timur. Namun pemilik usaha berencana untuk mulai menerapkan sistem

penggajian berdasarkan UMR Kota Jakarta Timur dalam waktu dekat serta

memberikan asuransi kesehatan kepada seluruh tenaga kerja di Forever Green.

3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan (Actuating) merupakan tindakan mengupayakan seluruh

anggota organisasi untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah

ditetapkan. Waktu operasional kantor dilakukan pada hari Senin sampai Jum’at

dimulai dari pukul 06.00 – 15.30 WIB dengan dua kali waktu istirahat yaitu pukul

09.00 – 10.00 WIB dan 12.00 – 13.00 WIB. Khusus untuk hari Selasa dan Jum’at

yang merupakan hari panen, waktu operasional dimulai dari pukul 05.00 – 15.30

WIB. Tugas dan peran yang dilakukan dalam menjalankan usaha Forever Green

bertujuan guna menciptakan kerjasama yang lebih efisien, mengembangkan

kemampuan dan keterampilan dalam bercocok tanam serta membuat usaha

berkembang lebih dinamis.

Prospek usaha sayur hidroponik NFT yang dilakukan oleh Forever Green

90
untuk jangka panjang yaitu berusaha untuk terus memperkenalkan produk Forever

Green ke wilayah yang lebih luas. Sehingga akan banyak masyarakat yang

mengenal hingga mengkonsumsi produk yang dihasilkan. Serta Forever Green pun

terus mengusahakan agar dapat membuka cabang dengan memproduksi lebih

banyak jenis sayuran dan buah-buahan yang hingga nantinya akan menjadi salah

satu perusahaan supplier terbesar di Indonesia dan perusahaan pengekspor sayur

dan buah ke beberapa negara tetangga.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan (Controlling) pada Forever Green rutin dilakukan, khususnya

pada quality control yang harus di perhatikan dalam berbudidaya hidroponik sistem

NFT. Pemeliharaan dan perawatan tanaman yang dapat dilakukan setiap hari

minimal satu hari sekali. Biasanya dilakukan pada pagi hari, dengan selalu

mengecek kondisi tanaman, mengecek suhu, mengecek air nutrisi, mengecek hama

dan penyakit serta instalasi hidroponik NFT.

Kemudian adanya Monitoring yang dilakukan setiap satu kali dalam

seminggu. Kegiatan tersebut bertujuan agar pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan

apabila terdapat kesalahan, maka dapat diatasi sedini mungkin agar dapat

meminimalisirkan resiko yang akan terjadi pada usaha yang dilakukan oleh Forever

Green.

Dilihat dari aspek manajemen, penelitian Andira, S (2019) menunjukkan

bahwa usaha sayur hidroponik NFT di New Farm, Jawa Barat dikatakan layak untuk

dijalankan. Struktur organisasi sudah tersusun dengan baik sesuai dengan tugas dan

tanggung jawab masing-masing bagian.

91
5.1.5 Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan yang terdapat pada Forever Green yaitu penanganan dari

limbah padat yang dihasilkan dari media semai berupa rockwool. Rockwool

merupakan bahan non-organik yang dibuat dengan meniupkan udara atau uap ke

dalam batuan yang dilelehkan. Secara ekonomis rockwool merupakan media tanam

yang tergolong mahal. Oleh karena itu, sangat disayangkan apabila rockwool hanya

digunakan untuk sekali pakai dan hanya akan meningkatkan limbah bagi

perusahaan serta lingkungan sekitar.

Dengan melihat kondisi tersebut, Forever Green melakukan daur ulang pada

rockwool agar dapat dimanfaatkan dengan menggunakannya kembali. Langkah

pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan sisa-sisa rockwool yang telah

dipakai. Setelah itu rockwool direndam dalam air bersih selama kurang lebih 10

menit. Langkah selanjutnya adalah membersihkan dan membuang sisa-sisa akar

yang masih tersisa pada rockwool hingga bersih agar menghindari adanya jamur

dan bakteri yang kemungkinan masih terdapat di dalam sisa-sisa akar tanaman.

Setelah rockwool sudah bersih, dilanjutkan dengan menghancurkan rockwool

tersebut dengan meremas-remas hingga hancur dan bertekstur lembut seperti pasta

atau bubur. Kemudian rockwool disaring dan dipindahkan pada wadah yang bersih

sambil diperas atau dikeringkan agar airnya keluar. Selanjutnya, dilakukan kembali

perendaman dengan air panas selama 5 menit. Perendaman dengan air panas

bertujuan untuk membunuh bakteri dan jamur yang kemungkinan masih ada pada

rockwool.

92
Langkah terakhir adalah menyiapkan cetakan untuk membentuk rockwool

agar rapih dan mudah digunakan yakni dengan menggunakan cetakan yang

sebelumnya telah dilubangi bagian bawahnya sebagai tempat untuk mengeluarkan

air dari rockwool. Kemudian dipadatkan hingga air tidak lagi menetes dari lubang

cetakan. Penjemuran rockwool yang telah dicetak dibawah cahaya matahari sekitar

2-3 hari. Tujuan menjemur hingga kering adalah agar rockwool daur ulang ini dapat

disimpan kembali bila tidak langsung digunakan.

5.1.6 Aspek Sosial dan Ekonomi

Keberadaan Forever Green memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.

Pada aspek ekonomi, dengan adanya usaha Forever Green menjadikan peluang

pekerjaan bagi masyarakat setempat. Hal tersebut dikarenakan dalam penggunaan

tenaga kerjanya, Forever Green melibatkan masyarakat setempat sehingga dapat

mengurangi tingkat pengangguran.

Pada aspek sosial, adanya pemberian sayur gratis kepada karyawan dan

masyarakat sekitar juga menjadi rutinitas Forever Green yang dilakukan pada setiap

hari panen. Kemudian, dengan adanya lahan Forever Green ini sangat menarik

perhatian masyarakat untuk mengetahui lebih dalam tentang budidaya sayur

hidroponik. Pada masa Pandemi ini, Forever Green juga membuka pelatihan secara

online tentang budidaya hidroponik NFT bagi masyarakat umum. Sehingga, dengan

adanya pelatihan tersebut dapat memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat

yang ingin mencoba melakukan budidaya pada rumah masing – masing.

93
5.2 Analisis Kelayakan Usahatani Aspek Finansial

Analisis kelayakan usahatani aspek finansial berdasarkan kas bersih dapat

dihitung analisis Payback Period (PP) dan Return On Investment (ROI).

Berdasarkan discount factor dapat dihitung analisis Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR) dan Net B/C Ratio.

5.2.1 Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan suatu indikator yang berfungsi untuk

mengetahui berapa jangka waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk

mengembalikan biaya investasi yang telah dikeluarkan. Semakin cepat waktu

pengembalian investasi maka semakin baik usaha tersebut untuk diusahakan.

Perhitungan analisis Payback Period (PP) usahatani sayur hidroponik NFT dapat

dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Analisis Payback Period (PP) Usahatani Sayur Hidroponik NFT di Forever
Green pada Bulan April 2020 - Maret 2021

No. Uraian Nilai


1. Investasi (Rp) 74.310.000
2. Kas Bersih Usahatani (Rp) 88.879.530
0,84
Payback Period (PP) = (1)/(2) 0,84 x 12 bulan
10 bulan
Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 7 , dalam usahatani sayur hidroponik

NFT yang telah berjalan selama satu tahun, Forever Green telah menerima kembali

modalnya saat usaha berusia 10 bulan.

Berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Andira, S

94
(2019) dengan judul Analisis Kelayakan dan Optimasi Budidaya Sayur Hidroponik

Dengan Sistem NFT di New Farm, Jawa Barat, menunjukkan bahwa perusahaan

dapat menerima kembali modalnya setelah usaha berusia 3,5 tahun.

5.2.2 Return On Investment (ROI)

Berdasarkan hasil analisis Return On Investment, dapat diketahui bahwa

penggunaan modal investasi dalam usaha yang dilakukan oleh Forever Green sudah

digunakan dengan efisien. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai ROI sebesar

3,71% sehingga perusahaan dapat mengembalikan biaya investasi yang dikeluarkan

dalam waktu yang cepat. Hasil perhitungan analisis Return On Investment (ROI)

usahatani sayur hidroponik NFT dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Analisis Return On Investment (ROI) Usahatani Sayur Hidroponik NFT di


Forever Green pada Bulan April 2020 - Maret 2021

No. Uraian Hasil (%)


1. TPUSH 275.638.400
2. Investasi 74.310.000
Return On Investment (ROI) = ((1)-(2))/(2) x 100% 3,71
Sumber : Data Primer

5.2.3 Net Present Value (NPV)

Analisis Net Present Value (NPV) merupakan analisis yang berfungsi untuk

mengetahui keuntungan yang akan diperoleh Forever Green selama umur usaha

berjalan. Dari hasil dari perhitungan NPV akan menunjukkan penghematan biaya

nilai investasi yang diperkirakan akan diperoleh pada masa yang akan datang.

Usahatani sayur hidroponik NFT yang dijalankan oleh Forever Green dikatakan

layak jika nilai NPV telah memenuhi kriteria yaitu nilai NPV lebih dari nol.

95
Semakin besar nilai NPV yang dihasilakan maka semakin besar pula keuntungan

yang diperoleh oleh perusahaan. Untuk menganalisis NPV, pertama-tama yang

dilakukan adalah menghitung arus kas bersih per bulan kemudian didiskonkan

dengan menggunakan tingkat suku bunga investasi Bank Pembangunan Daerah

DKI Tahun 2019 yaitu sebesar 19%, untuk melihat apakah perusahaan dapat

memberikan keuntungan yang lebih besar saat melakukan investasi dibandingkan

dengan menyimpan modalnya di Bank. Tingkat suku bunga Bank tersebut dapat

dilihat pada Lampiran 3. Perhitungan analisis Net Present Value (NPV) usahatani

sayur hidroponik NFT dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9. Analisis Net Present Value (NPV) Usahatani Sayur Hidroponik NFT di
Forever Green pada Bulan April 2020 - Maret 2021

Bulan Proceeds DF (19%) PV DF


1 -7.504.923 0,98 -7.354.824,05
2 -4.187.523 0,97 -4.061.896,83
3 -599.523 0,96 -575.541,6
4 -25.923 0,95 -24.626,375
5 6.044.478 0,94 5.681.808,9
6 8.854.678 0,93 8.234.850,1
7 10.630.678 0,91 9.673.916,525
8 9.938.678 0,90 8.944.809,8
9 16.246.678 0,89 14.459.542,98
10. 15.480.878 0,87 13.468.363,43
11. 16.423.878 0,85 13.960.295,88
12. 17.577.478 0,83 14.589.306,33
Total PV DF 76.996.004,95
Investasi 74.310.000
NPV 2.686.005

Selama usaha yang telah dijalankan, nilai PV yang diperoleh mengalami

perbedaan. Pada bulan ke-1, PV bernilai negatif yaitu sebesar –Rp. 7.354.824,05.

Hal tersebut dikarenakan adanya biaya investasi yang dikeluarkan lebih besar dari

penerimaan yang diterima. Kemudian pada bulan selanjutnya yaitu bulan ke-2

96
hingga bulan ke-4, PV masih bernilai negatif. Selanjutnya pada bulan ke-5 hingga

bulan ke-12, PV telah bernilai positif yang berarti bahwa usahatani sayur

hidroponik NFT telah mencapai keuntungan.

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 22, nilai NPV pada usahatani sayur

hidroponik NFT di Forever Green sebesar Rp. 2.686.005,00 (NPV > 0). Nilai NPV

tersebut menunjukkan bahwa penerimaan yang diterima oleh Forever Green sejak

bulan April 2020 hingga Maret 2021 lebih besar dibandingkan dengan nilai yang

diinvestasikan. Sehingga dari hasil analisis Net Present Value (NPV) yang telah

didapat, menyatakan bahwa usahatani Forever Green layak sehingga dapat terus

dijalankan.

Berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Andira, S

(2019) dengan judul Analisis Kelayakan dan Optimasi Budidaya Sayur Hidroponik

Dengan Sistem NFT di New Farm, Jawa Barat, perhitungan nilai NPV menunjukan

nilai positif, yaitu Rp. 4.932.565,00 dengan suku bunga sebesar 10% per tahun,

angka 10% diperoleh dari suku bunga Bank Jawa Barat pada tahun 2016.

5.2.4 Net B/C Ratio

Net B/C Ratio merupakan perbandingan antara jumlah dari NPV positif

dengan NPV negatif. Hasil Net B/C Ratio berfungsi untuk mengetahui berapa

kali lipat benefit yang akan diperoleh dari cost yang telah dikeluarkan oleh

perusahaan. Usaha dikatakan layak jika nilai Net B/C Ratio telah memenuhi kriteria,

yaitu nilai Net B/C Ratio lebih dari satu. Semakin besar nilai yang dihasilkan maka

semakin besar pula manfaat yang didapat. Dan sebaliknya, apabila nilai Net B/C

97
Ratio kurang dari satu, maka usaha dikatakan tidak layak dan akan mengalami

kerugian karena tidak dapat menutupi seluruh biaya yang telah dikeluarkan. Hasil

perhitungan analisis Net B/C Ratio usahatani sayur hidroponik NFT dapat dilihat

pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Analisis Net B/C Ratio Usahatani Sayur Hidroponik NFT di Forever
Green pada Bulan April 2020 - Maret 2021

No. Uraian Hasil


1. PV (+) 89.012.893,8
2. PV (-) 86.326.889
Net B/C Ratio = (1)/(2) 1,031

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 10, nilai Net B/C Ratio yang

diperoleh oleh Forever Green yaitu sebesar 1,031 (Net B/C Ratio > 1). Nilai

tersebut menunjukkan bahwa usahatani sayur hidroponik NFT layak

dijalankan, karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh Forever

Green akan menghasilkan manfaat sebesar 1,031 rupiah.

Berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Andira, S

(2019) dengan judul Analisis Kelayakan dan Optimasi Budidaya Sayur Hidroponik

Dengan Sistem NFT di New Farm, Jawa Barat, perhitungan nilai Net B/C Ratio

menunjukan nilai positif (Net B/C Ratio > 1), yaitu 1,75 sehingga usaha tersebut

dikatakan layak untuk dijalankan.

5.2.5 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat internal hasil merupakan suatu

kriteria investasi yang berfungsi untuk mengetahui presentase keuntungan dari

suatu usaha. Suatu usaha dikatakan layak apabila memperoleh nilai IRR lebih besar

98
dari tingkat diskonto yang telah ditentukan. Aapabila nilai IRR kurang dari tingkat

diskonto, berarti usaha tidak layak dan akan mengalami kerugian. Tingkat diskonto

yang digunakan sama seperti saat menganalisis nilai Net Present Value (NPV)

dengan menggunakan tingkat suku bunga investasi Bank Pembangunan Daerah

DKI Tahun 2019 sebesar 19%. Hasil perhitungan analisis Internal Rate of Return

(IRR) usahatani sayur hidroponik NFT dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Analisis Internal Rate of Return (IRR) Usahatani Sayur Hidroponik NFT
di Forever Green pada Bulan April 2020 - Maret 2021

No. Uraian Hasil (%)


1. i1 0,19
2. i2 0,20
3. NPV1 2.686.005
4. NPV2 -4.678.463
Internal Rate of Return (IRR)
0,194
= ((1) + {(3)/(3)-(4) x (2)-(1)}

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 11, nilai IRR yang diperoleh oleh

Forever Green yaitu sebesar 0,194 atau 19,4%. Nilai tersebut lebih besar dari

nilai tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 19%. Sehingga usahatani sayur

hidroponik NFT dikatakan layak untuk dijalankan, karena memiliki tingkat

pengembalian lebih besar dari tingkat suku bunga (diskonto).

Berdasarkan pada hasil penelitian terdahulu yaitu pada penelitian Andira, S

(2019) dengan judul Analisis Kelayakan dan Optimasi Budidaya Sayur Hidroponik

Dengan Sistem NFT di New Farm, Jawa Barat, perhitungan nilai IRR lebih besar

dari suku bunga yang ditentukan. Suku bunga yang ditentukan sebesar 10% dan

nilai IRR pada usaha ini adalah 12% yang berarti usaha akan mendapatkan

keuntungan bila diterus dijalankan.

Berdasarkan dari seluruh analisis kelayakan finansial usahatani sayur

99
hidroponik NFT di Forever Green yang telah dilakukan, maka nilai dan hasil

analisis dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

Tabel 12. Hasil Nilai Kelayakan Aspek Finansial

No. Uraian Nilai Hasil


1. NPV Rp. 2.686.005 Layak
2. Net B/C Rasio 1,031 Layak
3. IRR 19,4% Layak
4. PP 10 bulan Layak
5. ROI 3,71% Layak
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2021)

Tabel 12. menyatakan bahwa usahatani sayur hidroponik NFT yang

dijalankan Forever Green selama satu tahun telah memenuhi standar kelayakan

berdasarkan aspek finansial. Sehingga usaha yang dijalankan telah layak serta akan

mendapatkan keuntungan apabila diterus dijalankan secara berkesinambungan dan

dilakukan pengembangan di masa - masa kedepan.

100
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil analisis aspek non finansial:

a) Aspek legalitas mengkaji bentuk badan usaha di Forever Green yaitu berupa

perusahaan perseorangan. Saat ini Forever Green sedang dalam proses

pembangunan badan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT), yang

diharapkan dapat lebih mudah dikenal secara luas oleh kalangan masyarakat

luas dan memungkinkan pula menarik minat investor untuk menanamkan

modalnya di Forever Green.

b) Aspek pasar dan pemasaran menyatakan bahwa strategi pemasaran yang

diterapkan oleh Forever Green berdasarkan faktor STP (Segmentation,

Targeting, Positioning) serta faktor bauran pemasaran terbagi atas 4P yang

terdiri dari Produk (Product), Harga (Price), Distribusi (Place) dan Promosi

(Promotion) sudah baik dilakukan hingga permintaannya pun terus

mengalami peningkatan.

c) Aspek teknis yang dilakukan oleh Forever Green secara keseluruhan sudah

dapat dilakukan dengan baik oleh pihak perusahaan, dimulai dari pemilihan

lokasi, bangunan usaha hingga proses budidaya guna memenuhi permintaan

konsumen dapat berjalan dengan lancar.

d) Aspek manajemen dan SDM pada Forever Green masih terdapat kekurangan
yaitu pada bagian Direktur Pemasaran dan Direktur Operasional yang

ditangani oleh pemilik dan rekan pemilik, belum adanya perhitungan untuk

upah yang akan diterima sebagai biaya yang akan dikeluarkan oleh Forever

Green itu sendiri.

e) Aspek lingkungan Forever Green telah memiliki cara untuk mengatasi

limbah padat yang dihasilkan dengan mendaur ulang limbah (rockwool)

tersebut, sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya yang berdekatan

dengan lingkungan perumahan.

f) Usaha yang dijalankan oleh Forever Green telah memberikan manfaat serta

pengaruh positif bagi masyarakat setempat, baik dalam aspek sosial maupun

ekonomi.

2. Hasil analisis aspek finansial usahatani sayur hidroponik yang dilakukan

oleh Forever Green menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Nilai

PP dapat dikembalikan setelah usaha berjalan selama 10 bulan dan nilai ROI

atau kemampuan perusahaan dalam mengembalikan investasi yang telah

dikeluarkan yaitu sebesar 3,71%. Berdasarkan discount factor diperoleh

NPV yang bernilai positif atau lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp.

2.686.005,00. Net B/C bernilai lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,031 dan

nilai IRR 19,4% yang berarti lebih besar dari tingkat suku bunga investasi

Bank Pembangunan Daerah DKI Tahun 2019 (19%).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, terdapat

102
beberapa saran yang akan peneliti sampaikan yaitu sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis secara keseluruhan baik aspek non finansial maupun

finansial, usaha yang dijalankan oleh Forever Green sudah dikatakan layak.

Forever Green dapat terus melanjutkan usahanya karena pada masa saat ini

prospek untuk usaha sayur hidroponik terus mengalami peningkatan, oleh

karena itu Forever Green perlu melakukan pengembangan usahanya.

2. Pada aspek pasar dan pemasaran, Forever Green dapat meluaskan kemitraan

dengan pelaku bisnis sayur hidroponik lainnya. Ditambah lagi dengan akan

dimulainya usahatani sayur hidroponik cabang Jonggol, diharapkan Forever

Green dapat memenuhi permintaan dalam skala besar seperti rumah makan,

sehingga kapasitas penjualan perusahaan terus meningkat.

3. Pada aspek manajemen dan SDM, Forever Green sebaiknya

memperhitungkan honor untuk Direktur Operasional dan Direktur

Pemasaran lebih rinci. Hal tersebut bertujuan agar Forever Green dapat

memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan secara lebih terperinci,

sehingga pendapatan yang diperoleh perusahaan pun akan semakin jelas.

103
DAFTAR PUSTAKA

Andira, S. Analisis Kelayakan dan Optimasi Budidaya Sayur Hidroponik Dengan


Sistem NFT di New Farm, Jawa Barat. [Skripsi]. Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya. (Institut Pertanian Bogor, 2019).

Andriyani, H. 2009. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Cabai dengan Sistem


Irigasi Tetes di Desa Ragajaya, Bogor. [Skripsi]. Program Studi Ekonomi
Pertanian dan Sumberdaya. Institut Pertanian Bogor.

Anggraini, A. 1999. Budidaya Sayuran Hidroponik Dengan Metode NFT Ditinjau


Dari Sisi Finansial dan Marjin Pemasaran (Kasus Kebun Studio Agribisnis,
Pasir Sarongge Cipanas, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi
Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Anrevinno, C. 2006. Pedoman Analisis Kelayakan Budidaya Secara Hidroponik.


Bandung: Nuansa Aulia.

Ardian, M. 2007. Tanaman Hidroponik. Jakarta : Pasca Utama.

Arif, H. 2010. Cara Mudah Memahami Business Plan. Jakarta : Grasindo.

Arifin, S. 2016. Cara Mudah Belajar Hidroponik. Edisi 2. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Aryanto, D. 2016. Analisis Pendapatan Usahatani Mina Padi di Desa Margoluwih


Kecamatan Sayegan Kabupaten Sleman. Skripsi. Fakultas Pertanian, UMY.

Bachtiar, I. 2017. Analisis Usaha Sari Buah Belimbing. [Skripsi]. Medan : Program
Studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.

Badan Pusat Statistik. Tingkat Suku Bunga Investasi Bank Pembangunan DKI
Tahun 2019. (Jakarta, BPS : 2019).

Badan Pusat Statistik. Tingkat Suku Bunga Investasi Bank Pembangunan DKI
Tahun 2020. (Jakarta, BPS : 2020).
Badan Pusat Statistik. Konsumsi Sayuran di Indonesia (Jakarta, BPS : 2018-2019).
Badan Pusat Statistik. Luas Lahan Pertanian di Indonesia (Jakarta, BPS : 2013-
2018).

Badan Penelitian Tanaman Sayuran. Budidaya Sayuran Hidroponik.


http.//balitsa.litbang.pertanian.go.id diakses pada 19 Desember Tahun 2020.

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting: Edisi Kedelapan. Yogyakarta:


BPFE.

Dahlia, E. 2002. Analisis Finansial Usahatani Tomat Apel (Recento F1)


Hidroponik. Skripsi. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dewi, Prima. 2015. Akuntansi Biaya Edisi 1-2. Bogor: In Media.

Fahmi dan Hadi. 2011. Teori Portofolio dan Analisis. Investasi Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat.

Febrianto, Agung. 2019. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembenihan Ikan


Lele Sangkuriang di Dafu Farm, Depok, Jawa Barat. [Skripsi]. Jakarta :
Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif
Hidayatullah.

Firdaus, A. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta : Salemba

Ginting, D. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Paprika dan Timun


Jepang Hidroponik Pada PT Horti Jaya Lestari Kabupaten Karo, Provinsi
Sumatera Utara. [Skripsi]. Bogor : Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Harianto dan Siswanto. 1998. Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar
Modal Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta : PT. Bursa Efek.

Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Jensen MH, Collins WL. 1985. Hydroponic Vegetable Production. Hortic Reviews
7, 483-554.

105
Kadariah. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
UI, Jakarta.

Kasmir. 2016. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi 3. Jakarta : Prenada Media.

Kasmir dan Jakfar. 2016. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi (12). Jakarta :
Kencana.

Kasmir dan Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta : Kencana.

Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada

Lingga, P. 2009. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta : Penebar


Swadaya

Lukman, Syamsudin. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : Raja


Grafindo Persada.

Makeham, J.P dan R.L Malcom. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis.
Diterjemahkan oleh Basilius B.Teku. Jakarta : LP3ES.

Mardiyanto, H. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta : Grasindo.

Mulyadi, H. 2002. Akuntansi Biaya. Ed. Ke-5. Yogyakarta : Aditya Media.

Mosher, AT. 2011. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta : Yasaguna

Niswonger, Rollin dkk. 1992. Prinsip-prinsip Akuntansi. Jakarta : Erlangga.

Normansyah, Dodi. 2014. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran (Studi Kasus:


Kelompok Tani Jaya, Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Sains dan Teknologi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Pajak.

Rahardi, F dan Hartono, R. 2003. Agribisnis. Jakarta : Penebar Swadaya.

106
Rahim dan Hastuti. 2007. Ekonomika Pengantar Pertanian, Teori dan Kasus.
Jakarta : Penebar Swadaya

Rasyaf, D. 1993. Ekonomi Pertanian. Ed 1. Bandung : CV. Tirtayasa.

Rochaeni, Siti. 2009. Kelayakan Usaha Pembesaran Lele Dumbo Secara Intensif
pada Kolam Terpal. Jurnal Agribisnis. Juni 2009. Vol 4, No. 1:1-6.

Sartono, A. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta :


BPFE

Sediaoetomo. 2014. Budidaya Usahatani Sayur dan Buah. Jakarta : Penebar


Swadaya

Skousen, et al. 2005. Akuntansi Intermedit 2. Edisi 15. Jakarta : Salemba Empat

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta : UI – Press.

Soemarso, S.R. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta : Salemba Empat.

Soeseno. 1999. Bisnis Sayuran Hidroponik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Sofyan, M. 2002. Ekonomi Bisnis Dasar. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Sufrianata, A. 2015. Unsur-Unsur Manajemen Usahatani. Jakarta : CV. Yasaguna.

Suhardiyanto, H. 2011. Teknologi Rumah Tanaman untuk Iklim Tropika Basah.


Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. Bogor : IPB Press.

Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta: ANDI


Yogyakarta.

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Susila, A.D. 2013. Sistem Hidroponik. Departemen Agronomi dan Hortikultura.


Fakultas Pertanian. Modul. Bogor : IPB

107
Suswarsono, H. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Suwinto, J. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Jakarta : Graha Ilmu.

Syafrizal, H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Cet. 1. Medan: USU Press.

Thresia, M. 2017. Analisis Pendapatan Usahatani Kedelai di Kecamatan Berbak


Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas
Jambi.

Tiku, T. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi. Edisi Revisi. Jakarta : Kencana.

Umar, Husein. 2001. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 2. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Usry, Carter. Akuntansi Biaya. Ed.Ke-13. Jakarta : Penebar Swadaya, 2004.

Wibisono dan Asriyanti. 2013. Hidroponik Indonesia Bercerita. Jakarta : Griya


Kencana.

Widi, A. 2010. Asas Metodologi Penelitian Edisi Revisi. Yogyakarta : Graha Ilmu

Wijayanto, D. 2012. Ilmu Ekonomi. Bandung : Gadjah Mada.

108
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan

A. Pewawancara

1. Nama : Bunga Chikita Aprilia

2. NIM : 11170920000090

3. Alamat : Jl. Melati No. 47 Harapan Jaya, Bekasi Utara 17124

B. Identitas Narasumber

1. Nama : Michael James

2. Usia : 26 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Alamat : Jl. Selat Makassar No. 11, Duren Sawit, Jakarta Timur

5. Jabatan : Pemilik

C. Gambaran Umum Perusahaan

1. Nama usaha : Forever Green Hydroponic Farm

2. Alamat : Jl. Selat Makassar No. 11, Duren Sawit, Jakarta Timur

3. Tahun berdiri : 2020

4. Luas lahan : 700 m2

5. Status lahan : Milik Pribadi

D. Aspek Legalitas

1. Bagaimana bentuk badan hukum perusahaan?

2. Surat izin apa saja yang dimiliki perusahaan?

3. Apa visi dan misi serta tujuan perusahaan?

E. Aspek Pasar dan Pemasaran

1. Apa saja strategi STP yang diterapkan oleh perusahaan?

110
2. Apa saja bauran pemasaran yang ada di perusahaan?

3. Apakah terdapat produk sampingan yang dihasilkan oleh perusahaan?

4. Berapa harga produk utama dan produk sampingan yang ditetapkan oleh

perusahaan?

5. Bagaimana sistem distribusi yang dilakukan?

6. Apa saja promosi yang dilakukan oleh perusahaan?

7. Bagaimana sistem pelayanan yang diberikan oleh perusahaan?

F. Aspek Manajemen dan SDM

1. Bagaimana sistem manajemen yang ada pada perusahaan?

2. Berapa jumlah tenaga kerja dan dari mana asalnya?

3. Bagaimana sistem pembagian tugas tenaga kerja yang ada di perusahaan?

4. Berapa gaji yang diperoleh oleh tenaga kerja?

G. Aspek Teknis

1. Bagaimana keadaan lokasi perusahaan?

2. Bagaimana layout dan berapa luas tanah yang dimiliki?

3. Bagaimana proses produksi di perusahaan?

H. Aspek Lingkungan

1. Apakah perusahaan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan?

2. Bagaimana penanganan limbah yang terdapat pada perusahaan?

3. Apakah terdapat manfaat dari penanganan limbah tersebut bagi perusahaan?

I. Aspek Sosial dan Ekonomi

1. Bagaimana pengaruh pendirian usaha terhadap sosial dan ekonomi masyarakat

setempat?

111
2. Apakah dalam penyerapan tenaga kerja, perusahaan melibatkan masyarakat

setempat?

3. Bagaimana fungsi sosial perusahaan terhadap masyarakat?

J. Aspek Finansial

J.a) Data Penjualan Sayur Hidroponik di Forever Green


(April 2020 – Maret 2021)

Tahun Bulan Penjualan Penjualan dalam


(kg/bulan) Kemasan (pack)
April 129 516
Mei 163 652
Juni 274 1.096
Juli 349 1.396
2020 Agustus 376 1.504
September 451 1.804
Oktober 486 1.944
November 516 2.064
Desember 546 2.184
Januari 556 2.224
2021 Februari 561 2.244
Maret 562 2.248
Total 4969 19.876

112
Lampiran 2. Layout Bangunan Forever Green

J B
C D

F E

A
A

H
I

Keterangan:

A : Tempat budidaya sayuran hidroponik NFT


B : Kantor
C : Tempat Pencucian 1 U

D : Toilet
E : Tempat Pencucian 2
F : Tempat Talang penyemaian B T
G : Pintu masuk/keluar
H : Tempat penampungan toren air
I : Tempat parkir karyawan
S
J : Cold Storage

113
Lampiran 3. Tingkat Suku Bunga Investasi Bank Pembangunan DKI Tahun
2019 (19%)

No. Bulan Suku Bunga (%)


1. Januari 1,30
2. Februari 1,40
3. Maret 1,42
4. April 1,34
5. Mei 1,36
6. Juni 1,78
7. Juli 1,80
8. Agustus 1,66
9. September 1,40
10. Oktober 1,78
11. November 1,88
12. Desember 1,88
Jumlah Suku Bunga 1 tahun 19
Rata-rata Suku Bunga per Bulan 1,6
Sumber : Badan Pusat Statistik 2019

Lampiran 4. Tingkat Suku Bunga Investasi Bank Pembangunan DKI Tahun


2020 (20%)

No. Bulan Suku Bunga (%)


1. Januari 1,90
2. Februari 1,60
3. Maret 1,40
4. April 1,50
5. Mei 1,60
6. Juni 1,56
7. Juli 1,62
8. Agustus 1,70
9. September 1,76
10. Oktober 1,75
11. November 1,80
12. Desember 1,81
Jumlah Suku Bunga 1 tahun 20
Rata-rata Suku Bunga per Bulan 1,7
Sumber : Badan Pusat Statistik 2020

114
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Green House Penyemaian

Panen Pemeliharaan

115

Anda mungkin juga menyukai