Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

VOLUME EKSPOR LOBSTER KONSUMSI INDONESIA


KE SINGAPURA PERIODE 2000-2018

HASANU RIZKILLAH
NIM 11150920000065

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M/1442 H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME
EKSPOR LOBSTER KONSUMSI INDONESIA KE SINGAPURA
PERIODE 2000-2018

Hasanu Rizkillah
11150920000065

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021 M / 1442 H

ii
PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor


Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Periode 2000-2018” yang ditulis
oleh Hasanu Rizkillah dengan NIM. 11150920000065, telah diuji dan dinyatakan
lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Februari 2021. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Rahmi Purnomowati, SP, M.Si Dr. Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP


NIP. 19740803 199903 2 002 NIP. 19740709 200701 1 026

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Lilis Imamah Ichdayati Dewi Rohma Wati, SP, M.Si


NIP. 19620617 198903 2 003

Mengetahui,

Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis

Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si
NIP. 19690404 200501 2 005 NIP. 19620308 198903 2 001

iii
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-


BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Februari 2021

Hasanu Rizkillah
11150920000065

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Hasanu Rizkillah, SP


Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Juni 1997
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi, Berat Badan : 172 cm, 59 kg
Agama : Islam
Alamat : Jl. H. Gaim, Rt 01 Rw 02 No. 37, Petukangan
Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 12260
Nomor Kontak : Hp. 0895-07763186 /0858-91096287
e-mail : hasanurizkillah@gmail.com
IPK : 3,34

RIWAYAT PENDIDIKAN

2015 – 2020 : S-1 Agribisnis, Universitas Islam Negeri (UIN)


Syarif Hidayatullah Jakarta
2012 – 2015 : SMA Negeri 90 Jakarta Selatan
2009 – 2012 : SMP Negeri 177 Jakarta Selatan

KEMAMPUAN
1. Mampu mengoperasikan Microsoft Office, Internet dan aplikasi e-
mail serta berbagai program piranti lunak (software).
2. Kreatif, inisiatif, jujur, disiplin, bekerja keras, memiliki jiwa
kepemimpinan, kemauan untuk belajar, mampu bekerja mandiri
maupun di dalam tim serta mampu berkomunikasi dengan sangat
baik.

v
PENGALAMAN ORGANISASI
2016 – 2017 : Staff Departemen Keorganisasian HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan) Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2017 – 2018 : Ketua Umum HMJ (Himpunan Mahasiswa
Jurusan) Agribisnis Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2018 – 2020 : Kepala Bidang PTKK HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) Komisariat Fakultas Sains
dan Teknologi Cabang Ciputat
2018 – 2020 : Kepala Bidang Kewirausahaan, Badan Pengurus
Pusat ISMPI (Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian
Indonesia)
2019 – 2020 : Kepala Bidang Pengabdian Masyarakat, DEMA
Universitas (Dewan Eksekutif Mahasiswa) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN KERJA
2015 : Saksi Pemilihan Walikota Tangerang Selatan Kec.
Benda Baru
2016 : Surveyor Pemilihan Gubernur DKI Jakarta
2017 : Tim Quick Count Pilkada DKI Jakarta Kel.
Kemang
2018 : Tim Magang PT. Bintaro Fish Center (BFC)
Mini Farm Tangerang Selatan
2018 : Surveyor Pemilihan Presiden dan Legislatif DKI
Jakarta, Jakarta Barat
2019 : Tim Saksi Pemilihan Presiden dan Legislatif DKI
Jakarta, Jatinegara, Jakarta Timur
2020 : Tim Divisi Implant PT. First Logistic Indonesia
2020 : Tim Inputer PKPU MSU (Mahkota Sentosa
Utama) Indonesia

vi
RINGKASAN

Hasanu Rizkillah, Analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor


lobster konsumsi Indonesia ke Singapura periode 2000-2018 (di bawah bimbingan
Lilis Imamah Ichdayati dan Dewi Rohma Wati)

Komoditas perikanan Indonesia yang potensial untuk dikembangkan salah


satunya adalah lobster (Panulirus spp). Lobster memiliki nilai ekonomis yang
tinggi dan ditujukan untuk pemasaran konsumsi lokal dan luar negeri (ekspor).
Lobster termasuk dalam kelompok Krustasea (udang). Negara importir lobster
terbesar dari Indonesia yaitu China, Malaysia, Jepang dan Singapura. Indonesia
memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Singapura. Berdasarkan data
Kementerian Perdagangan RI, total perdagangan Indonesia-Singapura pada tahun
2014 sebesar US$ 41,99 milyar (Market Brief, 2015:6), Indonesia termasuk dalam
sepuluh besar negara tujuan ekspor maupun negara asal impor Singapura. Oleh
karena itu, Indonesia dapat digolongkan dalam mitra dagang utama Singapura.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1). Mengetahui tataniaga lobster pada
ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura periode 2000-2018. 2).
Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi ekspor lobster konsumsi
Indonesia ke Singapura periode 2000-2018. (3). Mengetahui pengaruh faktor-
faktor ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura periode 2000-2018.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri
dari data kualitatif dan kuantititif. Data kualitatif diperoleh dari publikasi jurnal
dan penelitian terdahulu mengenai tataniaga lobster Indonesia. Sedangkan data
kuantitatif diperoleh dari BPS, KKP, World Bank dan UN Comtrade mengenai
volume ekspor lobster Indonesia ke Singapura tahun 2000-2018, data nilai tukar,
harga pada negara tujuan, jumlah penduduk dan inflasi. Metode analisis
menggunakan Regresi Linear Berganda dengan time series. Alat bantu yang
digunakan untuk mengolah data adalah SPSS 20.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tataniaga lobster pada ekspor
lobster konsumsi Indonesia ke Singapura memiliki lembaga tata niaga yang terdiri
dari nelayan atau pembudidaya, pedagang besar dan eksportir. Masalah dalam
tataniaga lobster adalah keterbatasan pendidikan dan pendampingan yang diterima
oleh pelaku usaha tataniaga lobster sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran
pemanfaatan sumberdaya lobster secara lestari. Pengaruh faktor-faktor ekspor
lobster konsumsi Indonesia ke Singapura yakni nilai tukar Rupiah terhadap US
Dollar yang berpengaruh secara positif dan signifikan, jumlah penduduk
Singapura yang berpengaruh secara negatif serta harga lobster di Singapura dan
inflasi Indonesia yang tidak mempunyai pengaruh terhadap volume ekspor lobster
konsumsi Indonesia ke Singapura.

Kata kunci: ekspor, nilai tukar, harga pada negara tujuan, jumlah penduduk,
inflasi, regresi linear berganda, lobster.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb. Puji dan syukur penulis ucapkan atas segala

karunia dan berkah yang diberikan Allah SWT, sehingga penulisan skripsi yang

berjudul “Analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor lobster

konsumsi Indonesia ke Singapura periode 2000-2018” dapat diselesaikan

dengan tepat waktu. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabat, dan kepada kita

semua yang mengharapkan syafa’at-nya di hari kiamat nanti.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

ini, baik dalam bentuk dukungan moril maupun materil. Terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua tercinta Ibu Sutarti dan Bapak Suharli, terima kasih tak

terhingga untuk kalian atas cinta dan kasih sayang. Juga kepada Kaka, adik dan

keponakan tersayang, Indana Zulfah, El Zafran, Arkalam serta rekan

pendamping, Nabila Firya yang selalu mendukung, mendo’akan dan

memberikan keceriaan serta dukungan selama penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Ibu Dewi Rohma Wati, SP, M.Si,

selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan

dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

viii
3. Ibu Rahmi Pumomowati, SP, M.Si dan Bapak Dr. Achmad Tjachja Nugraha,

SP, MP, selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan nasihat,

dukungan dan saran yang baik sampai menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud, selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seluruh dosen dan staff

Program Studi Agribisnis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P., MM.,

selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas

Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. BPH serta Jajaran Kepengurusan HMJ Agribisnis 2018, para Kepala

Departemen, Kepala Divisi hingga Staff Departemen yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu namun tak sedikitpun mengurangi rasa bangga dan

terimakasih saya atas kerjasama tim yang sangat luar biasa! Agribisnis bersatu

tak bisa dikalahkan! Agribisnis bersatu hapuskan kelaparan!

7. Para kaka DPP HMJ Agribisnis 2018, Bang Noval, Bang Rizkita, Bang Dika,

Ka Salma, Ka Dina dan Kak Dewi Rohmawati atas nasehat, motivasi serta

bimbingannya kepada kepengurusan HMJ Agribisnis 2018. Terimakasih juga

untuk Abang-abang rekan berjuang di organisasi hingga keseharian, Bang

Aziz, Bang Hilman Mbah, Bang Bibiw dan abang/kaka yang lainnya atas

kebersamaan dan motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.

8. Para Teman Seperjuangan, Vieri, Jojo, Alfi Haryo, Alfi Cubluk, Ture, Fawaz,

Boil, Danang, Fariz, Rommy, Ilham, Geby, Mamat, Reza, Apeb, Desta, Bowo,

Dewi, Qori, Arin, Dita Milih, Nungky, Farah, Kidoy, Rafida, Ilham Bandot,

ix
Maday, Zhawir, Ilham Bantet, Caca, Sisil, Maudi serta Keluarga besar

Agribisnis UIN Jakarta, terima kasih banyak atas kebersamaan, do’a dan

dukungan kepada penulis selama ini.

9. Keluarga Besar DEMA UIN Jakarta, ISMPI, POPMASEPI dan HmI

Komfastek Ciputat yang telah memberikan kehangatan dan membersamai

penulis dalam masa perkuliahan, Terimakasih atas segala keramahan dan

pengalaman kepada penulis.

10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi, penulis

mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi

penulis dan bagi para pembaca. Amiin Ya Allah, Ya Rabbal Allamin. Barakallah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 8

2.1 Tataniaga Lobster .................................................................................. 8


2.2 Teori Perdagangan Internasional......................................................... 11
2.3 Faktor yang Memengaruhi Ekspor ...................................................... 15
2.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 19
2.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 22
2.6 Hipotesis……………….……………………………………….............................23

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 25

3.1 Sumber dan Jenis Data ........................................................................ 25


3.2 Definisi Operasional............................................................................ 26
3.3 Metode Analisis Data .......................................................................... 27

BAB IV GAMBARAN UMUM............................................................................. 35

4.1 Karakteristik Lobster Indonesia .......................................................... 35


4.2 Perdagangan Lobster Indonesia dan Singapura .................................. 36

xi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 39

5.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 39


5.1.1 Hasil Uji Normalitas ................................................................. 39
5.1.2 Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................ 40
5.1.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................... 41
5.1.4 Hasil Uji Autokorelasi .............................................................. 43
5.2 Faktor-Faktor Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Lobster
Konsumsi Indonesia ke Singapura ..................................................... 45
5.2.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ....................................... 45
5.2.2 Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ........................................ 46
5.2.3 Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji t) ............................................. 47
5.3 Pembahasan Faktor-faktor Berpengaruh Terhadap Ekspor Lobster
Konsumsi Indonesia ke Singapura ...................................................... 50
5.3.1 Pengaruh Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (NT) Terhadap
Volume Ekpor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura...... 52
5.3.2 Pengaruh Harga pada Negara Tujuan (HLE) Terhadap Volume
Ekpor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura ................... 53
5.3.3 Pengaruh Jumlah Penduduk (JP) Terhadap Volume Ekpor
Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura .............................. 54
5.3.4 Pengaruh Inflasi Indonesia (Inf) Terhadap Volume Ekspor
Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura .............................. 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 56


6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 56

6.2 Saran .................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 58

LAMPIRAN ........................................................................................................... 63

xii
DAFTAR TABEL

1. Jumlah Produksi, Volume dan Presentase Ekspor Lobster Indonesia. ............... 3

2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian ini ............ 21

3. Hasil Uji Multikolinieritas Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi ............ 41

4. Hasil Uji Glejser Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi............................ 42

5. Hasil Uji Autokorelasi Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi .................. 44

6. Hasil Uji Run Test Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi ......................... 44

7. Hasil Uji R2 Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi ................................... 46

8. Hasil Uji Simultan (Uji F) Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi ............. 47

9. Hasil Uji Parsial (Uji t) Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi ................. 48

xiii
DAFTAR GAMBAR

1. Nilai dan Volume Ekspor Lobster Indonesia ke Singapura ................................ 5

2. Sistem Rantai Pasok Komoditas Lobster Konsumsi ......................................... 10

3. Kurva Perdagangan Internasional ..................................................................... 12

4. Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................................... 23

5. Grafik Normal P-P plot Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi................. 40

6. Grafik Scatterplot Model Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi .............. 42

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Total Produksi Lobster Indonesia ..................................................................... 64

2. Nilai Tukar Rupiah terhadap USDollar............................................................. 65

3. Harga Lobster di Singapura .............................................................................. 66

4. Jumlah Penduduk Singapura ............................................................................. 67

5. Inflasi Indonesia ................................................................................................ 68

6. Volume dan Nilai Ekspor lobster Indonesia ke Singapura (Kode HS


030611, 030612, 030621 dan 030622) ............................................................. 69

7. Hasil Uji Multikolineritas ................................................................................. 70

8. Hasil Uji Autokorelasi....................................................................................... 71

9. Hasil Uji Run Test............................................................................................. 72

10. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda .......................................................... 73

11. Hasil Uji Koefisien Determinasi ..................................................................... 74

12. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) ............................................................... 75

13. Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji T) .................................................................. 76

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komoditas perikanan Indonesia yang potensial untuk dikembangkan salah

satunya adalah lobster (Panulirus spp). Lobster memiliki nilai ekonomis yang

tinggi dan ditujukan untuk pemasaran konsumsi lokal dan luar negeri (ekspor).

Data ekspor-impor pemerintah Indonesia mencatat bahwa lobster termasuk dalam

kelompok Crustacea (udang). Di Indonesia, potensi perairan penghasil lobster

tersebar dari pantai timur dan barat Sumatera, pantai utara dan selatan Jawa

(Pantai Selatan Garut, Cilacap, Pacitan dam Gunung Kidul), Makassar Selatan,

Teluk Bone dan Laut Maluku hingga Arafura (Naamin et al. dalam Mahdiana dan

Laurensia, 2011:52). Daerah penyebaran lobster di perairan Indonesia sangat luas,

meliputi daerah karang, pantai dan teluk, dengan luas terumbu karang Indonesia

mencapai 39.583 km2 atau sekitar 45,7% dari total 86.503 km2 luas terumbu di

wilayah segi tiga karang (Coral Triangle) (Giyanto dkk., 2014:1). Identifikasi

jenis lobster di Indonesia secara umum ditemukan 6 jenis, yaitu: P. homarus, P.

penicillatus, P. longipes, P.ornatus, P. versicolor, dan P. polyphagus (Moosa dan

Aswandy dalam Kadafi et al., 2006:108)

Tingkat permintaan lobster tergolong tinggi, berdasarkan Boesono dkk.

(2011:78), udang karang (Spiny lobster, Panulirus sp) merupakan komoditas

perikanan laut Indonesia yang berperan penting dalam tingginya permintaan

ekspor dari jenis udang-udangan (Crustacea) setelah udang Penaeid. Akibat

1
tingginya permintaan, kecenderungan harga lobster pun terus meningkat, hal ini

mendorong nelayan untuk terus meningkatkan upaya menangkap lobster dari alam

sebesar-besarnya. Pada tahun–tahun terakhir ini disinyalir telah terjadi penurunan

populasi yang ditandai dengan penurunan jumlah hasil tangkapan dan ukuran

lobster yang tertangkap di alam khususnya di perairan Selatan Jawa seperti

Banyuwangi, Trenggalek, Pacitan, Gunung kidul, Kebumen dan Pengandaran

(Kadafi et al., 2006:108).

Kebutuhan lobster ukuran konsumsi sebagian besar dipenuhi dari hasil

tangkapan di alam. Sementara itu, untuk memastikan pasokan lobster di pasar

tersedia secara kontinyu, serta untuk mengantisipasi jumlah ketersediaan lobster

yang semakin menurun dan pengaruh musim dalam kegiatan penangkapan lobster

di laut, maka budidaya lobster telah mulai dilakukan sebagai upaya pemenuhan

permintaan di pasar. Menurut publikasi data FAO (2019:1), total produksi Lobster

perikanan tangkap dunia pada tahun 2010-2017 sebesar 319.996 Ton, sedangkan

produksi lobster hasil budidaya hanya sebesar 2.070 Ton. Hal tersebut

menunjukan dominasi hasil produksi lobster dunia masih dari hasil tangkapan di

laut yakni sebesar 99,3%.

Produksi lobster ukuran konsumsi mengalami pertumbuhan yang

fluktuatif. Dari jumlah produksi dilakukan penjualan ke luar negeri (ekspor)

dengan yang tertinggi terjadi pada tahun 2016, presentase ekspornya sebesar

59,1% dari jumlah produksi. Namun, telah terjadi penurunan produksi yang

signifikan pada tahun 2013 ke 2014 dari 16.482 ton menjadi 10.086 ton. Tabel 1.

2
menampilkan perkembangan produksi lobster, tingkat volume dan presentase

ekspor dari hasil produksi dalam rentang waktu 2011-2018 (KKP, 2019:2).

Tabel 1. Jumlah Produksi, Volume dan Presentase Ekspor Lobster Indonesia.

Persentase Ekspor
Tahun Jumlah produksi (Ton) Volume Ekspor (Ton)
(%)
2011 10.541 3576 33,9
2012 13.549 5281 38,9
2013 16.482 5147 31,2
2014 10.086 3321 32,9
2015 5.014 2584 51,5
2016 5.634 3330 59,1
2017 5.412 2073 38,3
2018 5.225 1815 34,7
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, Diolah (2019)

Penurunan jumlah produksi lobster ukuran konsumsi yang signifikan pada

tahun 2014 terjadi akibat adanya ekspor bibit lobster dengan kode HS

0306211000 dan 0306221000 secara masif ke Vietnam pada tahun 2014. Tahun

2014 Indonesia tercatat mengekspor benih lobster ke Vietnam sebesar 24,6 ton

(BPS, 2015:1). Hal tersebut tentunya merugikan para nelayan lobster budidaya

karena akan menyebabkan kelangkaan bibit anakan untuk pembesaran. Oleh

karena itu, pada tahun 2015 dikeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/Permen-KP/2015 tentang Penangkapan

Lobster (Panulirus sp.). Isi dari peraturan tersebut yaitu larangan melakukan

penangkapan Lobster (Panulirus sp.) dalam kondisi bertelur dan ketentuan

penangkapan lobster (Panulirus sp.) yang harus dilakukan dengan ukuran panjang

karapas di atas delapan sentimeter (KKP, 2015:2).

Permintaan konsumsi lobster air laut terus meningkat dari tahun ke tahun.

Menurut Drengstig dan Bergheim (2013:15), permintaan kebutuhan lobster air

laut di pasar internasional mencapai 2000–2500 ton/tahun. Tingginya permintaan

3
lobster dunia membuka peluang pasar ekspor lobster Indonesia. Menurut publikasi

UN Comtrade (2019:1), Indonesia merupakan negara penghasil lobster peringkat

ke-17 di dunia. Berdasarkan data BPS (2017:1), negara importir lobster terbesar

dari Indonesia yaitu negara China, Malaysia, Jepang dan Singapura.

Singapura sebagai negara yang memiliki lokasi strategis dan didukung

dengan infrastruktur pelabuhan dan bandara yang sangat memadai menjadikannya

sebagai kawasan penghubung strategis perdagangan internasional. Dalam

mengembangkan perdagangan internasionalnya, Singapura menerapkan sistem

perdagangan terbuka dengan liberalisasi tarif yang hampir mencapai 100%.

Singapura memiliki hambatan perdagangan yang relatif sedikit serta bermitra

dagang dengan Most Favoured Nation (MFN) yang memiliki tingkat tarif nol

untuk setiap produk selain minuman beralkohol. Namun terdapat pembatasan

impor untuk beberapa komoditas, terutama pada isu-isu lingkungan, kesehatan

dan keamanan publik (Market Brief, 2015:3).

Indonesia memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Singapura.

Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Perdagangan RI, total

perdagangan Indonesia dengan Singapura pada tahun 2014 adalah sebesar US$

41,99 milyar (Market Brief, 2015:6). Indonesia juga termasuk dalam sepuluh

besar negara tujuan ekspor dan negara asal impor Singapura. Dengan demikian,

Indonesia dapat tercatat sebagai mitra dagang utama Singapura. Indonesia yang

terletak di antara 2 (dua) samudera dengan iklim tropis dan berbentuk kepulauan

menjadikannya sebagai negara yang kaya akan sumber daya laut. Sumber daya

laut ini dapat diolah untuk menambah pendapatan negara dengan melakukan

4
ekspor produk-produk laut termasuk lobster (Market Brief, 2015:6). Selain itu

kekayaan Sumber daya laut haruslah dikelola untuk pemenuhan kebutuhan

ekonomi rakyat, di samping tetap memperhatikan pada aspek konservasi sumber

daya ikan yang berkelanjutan dari pengelolaan tataniaga lobster (Kurnia, 2017:2).

Volume dan nilai ekspor lobster ukuran konsumsi Indonesia ke Singapura

mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Gambar 1. Menampilkan grafik volume

dan nilai ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura.

Gambar 1. Nilai dan Volume Ekspor Lobster Indonesia ke Singapura


Sumber: UN Comtrade (2019)

Berdasarkan gambar diatas, volume dan nilai tertinggi ekspor lobster

konsumsi Indonesia ke Singapura terjadi pada tahun 2016 dengan jumlah 294,40

Ton dan nilainya sebesar US$1.442.780. Volume ekspor terendah terjadi pada

tahun 2013 dengan hanya 59,83 Ton sedangkan nilai ekspor terendah terjadi pada

tahun 2011 sebesar US$268.720. Indonesia sebagai eksportir lobster konsumsi

harus menghadapi berbagai tantangan pada era globalisasi perdagangan ini,

5
pemanfaatan lobster untuk kebutuhan ekspor haruslah dimanfaatkan agar dapat

meningkatkan devisa negara namun tetap berlandaskan pada sumber daya lobster

yang berkelanjutan dari pengelolaan tataniaga lobster. Oleh karena itu, diperlukan

penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan

lobster Indonesia ke Singapura.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yang akan dibahas, yakni:

1. Bagaimana tataniaga lobster pada ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura periode 2000-2018?

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi ekspor lobster konsumsi

Indonesia ke Singapura periode 2000-2018?

3. Bagaimana pengaruh faktor-faktor ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura periode 2000-2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini yakni:

1. Mengetahui tataniaga lobster pada ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura periode 2000-2018.

2. Mengetahui Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi ekspor lobster

konsumsi Indonesia ke Singapura periode 2000-2018.

3. Mengetahui pengaruh faktor-faktor ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura periode 2000-2018.

6
1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian akan bermanfaat bagi beberapa elemen, antara lain:

1. Bagi penulis, sebagai penerapan ilmu yang didapat selama masa studi di

universitas dan melengkapi syarat untuk menyelesaikan pendidikan

strata satu (S-1).

2. Bagi akademik, diharapkan sebagai sumbangan pemikiran mengenai

ekspor, lebih khusus pada ekspor lobster konsumsi Indonesia.

3. Bagi praktisi, diharapkan penelitian ini memberikan informasi bagi

pengambil kebijakan dalam upaya peningkatan ekspor lobster Indonesia.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan pada penelitian ini berfokus untuk mengetahui faktor-faktor yang

memengaruhi volume ekspor lobster konsumsi di Indonesia ke Singapura.

Penentuan prioritas ekspor lobster Indonesia pada faktor nilai tukar Rupiah, harga

lobster pada negara tujuan, jumlah penduduk Singapura dan Inflasi Indonesia

yang diukur menggunakan alat analisis regresi linear berganda dengan bantuan

SPSS 20. Periode tahun analisis time series yang digunakan yaitu 19 tahun, dari

tahun 2000 hingga tahun 2018. Komoditi lobster yang diteliti yaitu berdasarkan

Harmonized System (HS) 1996 yang terdiri dari Kode HS 030611 dan 030612

untuk lobster beku serta 030621 dan 030622 untuk lobster tidak beku. Penelitian

ini dilakukan untuk memformulasikan faktor-faktor yang memengaruhi tingkatan

volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tataniaga Lobster

Istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari

kata marketing. Menurut Nitisemito (2010:13), marketing adalah semua kegiatan/

aktivitas untuk memperlancar arus barang/jasa dari produsen ke konsumen secara

paling efisien dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif. Kegiatan

tata niaga (marketing) adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Namun, marketing

(tata niaga) bersifat dinamis karena mencakup semua persiapan, perencanaan dan

penelitian dari segala sesuatu yang bersangkutan dengan perpindahan, peralihan

milik atas sesuatu barang atau jasa serta pelaksanaan perpindahan dan peralihan

tersebut.

Dalam bidang pertanian tata niaga merupakan keragaan aktivitas bisnis

yang mengarahkan aliran barang dari petani kepada konsumen. Pemasaran produk

pertanian terdapat unsur pokok kegiatan pemasaran yakni produk, harga dan

distribusi yang dimana satu sama lain saling berkaitan. Sehingga untuk

menciptakan pemasaran yang baik serta memberikan kepuasan terhadap

konsumen, maka unsur tadi perlu dirancang sebaik mungkin terutama dengan

memperhatikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan konsumen (Rahayu dalam

Nugraha, 2016:44).

Tataniaga menjembatani kesenjangan (gap) yang terjadi antara sektor

produksi dan konsumsi. Tataniaga menciptakan 4 macam kegunaan bagi suatu

komoditas, yaitu kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan kepemilikan. Tataniaga

8
memerlukan adanya saluran tataniaga yang terdiri dari serangkaian lembaga untuk

melakukan semua fungsi yang digunakan dalam menyalurkan produk dan status

kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Menurut Triyani dan Yusuf

(2015:207) pada studi kasus di Kabupaten Simeulue, lembaga tata niaga pada

komoditas lobster terdiri dari nelayan atau pembudidaya, pedagang besar dan

eksportir. Tahapan proses yang dilakukan yaitu penyediaan input, budidaya dan

pengumpulan yang dilakukan oleh para pembudidaya dan pedagang.

Penyediaan input (benih dan pakan) dilakukan oleh nelayan, sedangkan

pemeliharaan di lakukan oleh pembudidaya. Lobster yang sudah dikumpulkan

oleh pedagang besar (supplier) selanjutnya dijual ke eksportir. Pengiriman lobster

oleh eksportir ditujukan ke Jakarta, Medan dan Nagan Raya yang selanjutnya

dikirim ke Taiwan, Hongkong, Shanghai, Tiongkok, dan Singapura. Untuk pasar

dalam negeri lobster dikirim ke Bandung, Semarang, Surabaya, Solo, Palembang,

Batam, Lampung dan kabupaten-kabupaten yang ada di Propinsi NAD.

Transportasi pengiriman lobster dari nelayan/pembudidaya ke supplier dilakukan

lewat jalur laut menggunakan perahu-perahu motor, sedangkan pengiriman dari

supplier ke eksportir menggunakan motor (jalur darat) dan pengiriman ke

Medan/Jakarta/Aceh dilakukan lewat jalur udara menggunakan pesawat Susi Air

dengan intensitas pengiriman tiga kali seminggu (Triyani dan Yusuf, 2015:207-

208).

Usaha jual beli lobster antara nelayan dengan pedagang pengumpul terjalin

dalam bentuk kerjasama melalui pengaturan yang disesuaikan dengan kebutuhan

masing-masing pihak. Selanjutnya aturan main yang telah disepakati tersebut oleh

9
masing-masing pihak didasarkan atas manfaat yang berkelanjutan (Suradisastra

dalam Romdhon dan Sukiyono, 2011:127). Sistem Rantai Pasok Komoditas

Lobster Konsumsi tertera pada Gambar 2.

Nelayan/Fisher Pedagang Pengumpul Eksportir/Exporter


(100%) Besar/Supplier (90%)
(100%)

Pembudidaya/ Konsumen Dalam Konsumen Luar


Fish Farmer Negeri/ Domestic Negeri/ Foreign
(100%) Consumer Consumer
(10%) (100%)

Gambar 2. Sistem Rantai Pasok Komoditas Lobster Konsumsi


Sumber: Triyani dan Yusuf (2015: 205-212)

Sistem rantai pasok komoditas lobster di Kabupaten Simeleu, Aceh, untuk

keperluan ekspor dan domestik terdiri dari dua aktor yang terlibat, yaitu produsen

(pembudidaya/nelayan) dan pedagang (pedagang pengumpul dan eksportir).

Pasokan lobster seluruhnya (100%) berasal dari pembudidaya dan nelayan yang

kemudian dijual seluruhnya (100%) kepada pedagang pengumpul besar (supplier)

selanjutnya pasokan dibagi menjadi 90% untuk ke eksportir yang ada di Jakarta,

Medan dan Nagan Raya. Sedangkan sisa 10% dijual ke konsumen lokal dan

wisatawan yang berkunjung ke kawasan sentra (Triyani dan Yusuf, 2015:209).

Hal-hal lain yang terkait dengan rantai pasok, seperti informasi dan

pengetahuan yang sebenarnya memiliki peran yang sangat penting dalam

menentukan kualitas produk dan posisi tawar-menawar produsen. Informasi

berharga yang mempengaruhi produksi dan kualitas produksi tidak dimiliki oleh

semua pelaku usaha sepanjang rantai pasok. Informasi harga lobster ditentukan

sepihak oleh eksportir. Untuk selanjutnya supplier juga menentukan harga secara

sepihak kepada nelayan (Triyani dan Yusuf, 2015:209-210).

10
Informasi yang berhubungan dengan volume produksi jauh lebih sulit

diperoleh. Informasi volume produk sangat bermanfaat dalam memperkirakan

permintaan pasar, harga, potensi produk yang masih dapat digali dan nilai produk

yang seharusnya dapat dimaksimalkan. Selain itu keterbatasan pendidikan dan

pendampingan kepada pelaku usaha tataniaga lobster menyebabkan kurangnya

kesadaran akan pemanfaatan sumberdaya lobster secara lestari. Berdasarkan data

dari Karantina Ikan Wilayah Kerja Karantina Ikan, Pengendali Mutu, dan

Keamanan Hasil Perikanan Simeulue Tahun 2012-2015 volume produksi lobster

yang dikirimkan keluar dari Kabupaten Simeulue mengalami penurunan sebesar

63,58 % (Triyani dan Yusuf, 2015:210-211).

Penurunan volume produksi lobster disebabkan oleh musim penangkapan

yang tidak menentu terutama saat musim barat (badai) yang menyebabkan

nelayan tidak pergi melaut, selain itu juga disebabkan oleh over fishing dari

nelayan yang menangkap lobster dalam keadaan bertelur dan belum cukup umur.

Menindaklanjuti Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 1 Tahun 2015

tentang Pelarangan Penangkapan dan Perdagangan Lobster, Kepiting dan

Rajungan. Melakukan penangkapan, perdagangan dan konsumsi lobster bertelur

berarti telah membunuh dan mengorbankan jutaan calon lobster sehingga

keberlanjutan lobster ke depan akan punah (Triyani dan Yusuf, 2015:211).

2.2 Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang berkaitan dalam

perdagangan antara suatu negara dengan negara lain yang melewati batas-batas

negara, bersifat interdependensi dengan menerapkan aturan tradisional, bilateral,

11
regional maupun kesepakatan secara internasional melalui perjanjian atau dalam

keanggotaan suatu institusi global. Perdagangan internasional memberikan

manfaat kepada negara yang mempunyai sumber daya alam melimpah dan

memberikan jaminan pasar yang dapat bersaing dengan harga yang terkendali

serta stabil di era perdagangan bebas (Purwito dan Indriyani, 2015:34).

Volume ekspor suatu komoditi dari negara tertentu ke negara lain

merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang

disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Pada pihak lain, kelebihan

penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain

atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh

permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri, jumlah komoditas itu sendiri dan

komoditas substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat

memengaruhi harga baik secara langsung maupun tidak langsung (Salvatore,

2014:132). Sebagaimana dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Kurva Perdagangan Internasional


Sumber: Salvatore (2014:132)

12
Gambar 3 diatas menjelaskan adanya perdagangan internasional antara

negara A serta negara B. Negara A sebagai negara pengekspor sedangkan negara

B sebagai negara pengimpor. Perdagangan internasional tersebut terjadi akibat

adanya kelebihan penawaran oleh negara A dan kelebihan permintaan oleh negara

B. Harga suatu produk di negara A sebesar Pa dan B sebesar Pb, ceteris paribus.

Pada pasar internasional, harga dari negara A akan lebih kecil yakni berada pada

harga P* sehingga negara A akan mengalami penawaran yang berlebih (excess

supply). Di negara B, harga suatu produk lebih besar dibandingkan dengan harga

di pasar internasional. Sehingga terjadi permintaan yang berlebih (excess

demand).

Keseimbangan yang terjadi di tingkat pasar internasional, kelebihan

penawaran negara A akan menjadi penawaran di pasar internasional yakni pada

kurva ES. Sedangkan kelebihan permintaan pada negara B menjadi permintaan di

pasar internasional yakni sebesar ED. Kelebihan permintaan dan penawaran

tersebut menyebabkan terjadinya keseimbangan harga sebesar P*. Hal tersebut

akan mengakibatkan negara A melakukan ekspor dan negara B melakukan impor

atas suatu komoditas dengan harga sebesar P* pada pasar internasional. Dari

penjelasan tersebut disimpulkan bahwa perdagangan internasional terjadi akibat

perbedaan antara harga domestik (Pa dan Pb) dengan harga internasional (P*);

serta permintaan (ED) dengan penawaran (ES) pada produk tertentu. Selain itu,

faktor dari nilai tukar mata uang (exchange rate) antar negara satu dengan negara

13
lain akan menyebabkan ekspor dan impor yang dilakukan oleh suatu Negara

secara tidak langsung (Salvatore, 2014:134).

Ekspor (export) adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi

di dalam negeri lalu di jual di luar negeri (Mankiw, 2006:240). Ekspor adalah

salah satu faktor penting dalam Gross Domestic Product dilihat dari sudut

pengeluaran. Ketika ekspor mengalami perubahan baik meningkat maupun

menurun, pendapatan pun akan berubah. Namun tingginya aktivitas ekspor akan

membuat perekonomian suatu negara lebih sensitif terhadap gejolak atau fluktuasi

di pasar internasional dan ekonomi dunia. Ekspor memberikan keuntungan dan

manfaat bagi suatu negara. Sukirno (2011:21) menjelaskan beberapa manfaat dari

ekspor, yaitu:

1. Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia

Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk

Indonesia ke luar negeri. Misal, komoditas perikanan merupakan salah satu

komoditas dari Indonesia yang mulai dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila

permintaan terhadap komoditas perikanan Indonesia semakin meningkat, maka

kegiatan produksi komoditas perikanan di Indonesia akan semakin berkembang.

2. Menambah Devisa Negara

Melalui perdagangan internasional memungkinkan eksportir Indonesia

menjual suatu komoditas kepada masyarakat di luar negeri. Transaksi ini dapat

menambah penerimaan devisa negara. Dengan demikian, kekayaan negara

bertambah.

14
3. Memperluas Lapangan Kerja

Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan

semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam negeri

akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga

lapangan kerja semakin luas.

Impor adalah memasukan barang dan jasa yang dihasilkan dari luar suatu

negara ke negara tersebut dengan mengikuti ketentuan yang berlaku (Wiguna,

2014:2). Menurut Brata (2015:874-875) impor adalah barang atau jasa yang

dihasilkan di negara lain yang masuk ke suatu negara. Impor suatu negara

ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya daya saing negara tersebut dan kurs

valuta asing. Namun penentu impor yang utama adalah pendapatan masyarakat

suatu negara. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka semakin tinggi nilai

impor yang akan dilakukan. Impor juga bisa dikatakan sebagai perdagangan

dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah pabeanan Indonesia

dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

2.3 Faktor yang Memengaruhi Ekspor

Faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor suatu negara adalah nilai

tukar terhadap mata uang negara lain, pendapatan dan output luar negeri. Apabila

output luar negeri meningkat atau nilai tukar terhadap mata uang negara lain

menurun, maka volume dan nilai ekspor suatu negara akan cenderung meningkat,

demikian juga sebaliknya. Faktor utama ekspor suatu negara secara tidak langsung

ditentukan oleh perubahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain

15
yang sangat ditentukan oleh jenis serta harga komoditas itu sendiri di pasar

internasional (Salvatore, 2012:122).

Menurut Ekananda (2014:314), nilai tukar (kurs) merupakan harga suatu

mata uang relatif terhadap mata uang negara lain. Kurs memainkan peranan

penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan

kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang

sama. Menurut Sukirno (2011:397) sistem nilai tukar dibedakan menjadi 2 (dua)

sistem, yaitu sistem kurs tetap dan sistem kurs fleksibel. Sistem kurs tetap (fixed

exchange rate), yakni penentuan sistem nilai mata uang asing di mana bank

sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan tidak dapat

diubah dalam jangka masa yang lama. Pemerintah (otoritas moneter) dapat

menentukan kurs valuta asing dengan tujuan untuk memastikan kurs yang

berwujud tidak akan menimbulkan efek yang buruk atas perekonomian. Kurs yang

ditetapkan ini berbeda dengan kurs yang ditetapkan melalui pasar bebas.

Sedangkan sistem kurs fleksibel adalah penentuan nilai mata uang asing yang

ditetapkan berdasarkan perubahan permintaan dan penawaran di pasaran valuta

asing dari hari ke hari.

Faktor lain yang dapat memengaruhi ekspor adalah harga pada negara

tujuan. Harga merupakan hal terpenting dalam kegiatan bisnis, dimana suatu

barang maupun jasa yang dijual haruslah ditentukan harganya terlebih dahulu

sehingga seluruh pihak bisa menentukan strategi dalam kegiatan jual beli serta

mendapatkan hasil yang memuaskan dengan penetapan harga yang disetujui.

Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, jasa atau jumlah

16
dari nilai yang ditukarkan oleh konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki

atau menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler and Amstrong, 2010:314).

Hubungan antara kuantitas barang yang diminta dan harga barang dapat

dijelaskan melalui hukum permintaan. Apabila harga suatu barang meningkat,

maka permintaannya menurun dan sebaliknya. Tingginya harga mencerminkan

kelangkaan akan barang tersebut. Dalam hukum penawaran, bahwa semakin

rendah harga suatu barang maka semakin sedikit penawaran terhadap barang

tersebut, dan sebaliknya. Penawaran akan barang ekspor pun ditentukan juga oleh

tingkat harga dari barang eskpor tersebut (Sukirno, 2010:58). Harga ekspor

merupakan harga suatu barang yang berlaku saat terjadinya perdagangan antar

negara. Bila harga suatu barang buatan dalam negeri meningkat secara relatif

terhadap harga barang luar negeri, maka penduduk tersebut akan cenderung

membeli lebih banyak barang luar negeri. Sehingga jumlah dan nilai ekspor akan

dipengaruhi oleh harga relatif antara barang-barang dalam negeri dan luar negeri,

yang pada gilirannya akan tergantung dari harga dalam negeri, harga internasional

dan nilai tukar uang (Samuelson dan Nordhaus, 2004:182).

Faktor selanjutnya yang dapat memengaruhi ekspor adalah jumlah

penduduk suatu negara. Jumlah penduduk merupakan salah satu indikator penting

dalam suatu negara. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang

dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan mengurangi jumlah

penduduk. Secara terus-menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi

yang lahir (menambah jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan

dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur.

17
Sementara itu migrasi juga berperan. Imigran (pendatang) akan menambah dan

emigran akan mengurangi jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk diakibatkan

oleh 4 komponen, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), migrasi

masuk dan migrasi keluar (Wirosuhardjo,2007:5).

Lipsey dkk. dalam Maulana dan Kartiasih (2017:105) menjelaskan bahhwa

jumlah penduduk memiliki hubungan positif dengan banyaknya komoditas yang

diminta. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah penduduk suatu negara,

akan meningkatkan jumlah komoditas yang dibeli. Ketika negara tersebut tidak

dapat memenuhi permintaan domestik, maka impor pun dilakukan. Hal ini tentu

menguntungkan bagi negara eksportir, karena negara importir dapat lebih banyak

menyerap penawaran dari negara eksportir.

Faktor lainnya yang memengaruhi ekspor adalah inflasi. Menurut Rahardja

dan Manurung (2015:359), inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang

bersifat umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika

menjadi lebih tinggi dari pada harga periode sebelumnya. Inflasi adalah alat untuk

menentukan kondisi perekonomian suatu negara. Inflasi membuat perekonomian

menjadi lesu karena harga barang dan kebutuhan pokok terus melambung.

Meningkatnya harga bahan baku menyebabkan para produsen akan mengalami

penurunan kuantitas produksi dan pada akhirnya akan memengaruhi nilai.

Mengacu penelitian Silitonga, dkk. (2017:58), berdasarkan teori

purchasing power parity (PPP) dapat diketahui sibahwa tingginya tingkat inflasi

akan menyebabkan melemahnya nilai tukar mata uang. Secara umum, apabila

inflasi meningkat maka harga barang di dalam negeri mengalami kenaikan,

18
naiknya harga barang sama artinya dengan turunnya nilai mata uang. Apabila

inflasi meningkat diakibatkan kenaikan harga akan disertai dengan penurunan

produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi karena tuntutan kenaikan

upah oleh buruh ataupun kenaikan harga bahan baku untuk industri sehingga

mengurangi jumlah ekspor dan menambah jumlah impor.

2.4 Penelitian Terdahulu

Ekspor lobster terjadi karena berbagai faktor internal maupun eksternal.

Faktor-faktor tersebut secara teori telah dijelaskan sebelumnya dan dibuktikan

secara empiris dalam berbagai penelitian. Penelitian-penelitian terdahulu yang

dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

Ulfah (2012) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi ekspor

udang Jawa Tengah tahun 1985-2010. Dalam penelitian ini, model alat analisis

yang digunakan adalah model ekonometrika dinamis, yaitu dengan menggunakan

model koreksi kesalahan (Error Correction Model/ECM). Penelitian ini bertujuan

untuk melihat pengaruh produksi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dan

harga udang dunia terhadap ekspor udang Jawa Tengah. Hasil penelitian

menunjukkan (1) variabel produksi dalam jangka pendek tidak berpengaruh

signifikan terhadap ekspor, namun dalam jangka panjang berpengaruh positif

terhadap ekspor udang Jawa Tengah. (2) variabel kurs Rupiah terhadap Dolar AS

dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap ekspor, namun dalam jangka

panjang kurs memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor udang

Jawa Tengah. (3) variabel harga udang internasional dalam jangka pendek dan

jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor udang Jawa

19
Tengah. (4) variabel produksi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, dan harga udang

internasional secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap

ekspor udang Jawa Tengah dalam jangka panjang.

Penelitian Rahmah (2016) tentang aliran perdagangan dan strategi

pengembangan ekspor lobster Indonesia. Menggunakan analisis RCA (Revealed

Comparative Advantage) dan EPD (Export Product Dynamict) untuk

mengidentifikasi posisi daya saing lobster Indonesia di pasar internasional.

Faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan lobster ke negara tujuan

ekspor dianalisis dengan data panel. Jenis data yang digunakan adalah time series

pada tahun 2005-2014 dan cross section dari negara tujuan utama ekspor lobster

Indonesia. Berdasarkan hasil estimasi data panel menggunakan fungsi permintaan

ekspor, semua faktor yang memengaruhi aliran perdagangan ekspor lobster

Indonesia ke negara tujuan (GDP per kapita, jarak ekonomi, nilai tukar, harga

ekspor, dan perjanjian perdagangan bebas) berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai ekspor lobster.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Utami (2019) mengenai pengaruh

produksi, harga udang ekspor, GDP negara tujuan dan jumlah penduduk negara

tujuan terhadap ekspor udang Indonesia periode 2006-2017. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh produksi, harga udang ekspor, GDP

negara tujuan dan jumlah penduduk negara tujuan terhadap ekspor udang

Indonesia periode 2006-2017. Data yang digunakan merupakan data sekunder.

Metode analisis menggunakan regresi data panel dengan random effect. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa harga udang ekspor mempunyai hubungan

20
negatif dan signifikan, GDP negara tujuan mempunyai hubungan positif dan

signifikan, sedangkan produksi dan jumlah penduduk negara tujuan mempunyai

hubungan tidak signifikan terhadap ekspor udang Indonesia.

Berikut Tabel yang berisi persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu.

Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian ini

No Nama/Judul Persamaan Perbedaan


1. Ulfah (2012)/ Analisis Variabel nilai tukar dan Alat Analisis: ECM
Faktor-Faktor yang harga udang Periode: 1985-2010
Memengaruhi Ekspor Udang
Jawa Tengah. Komoditas: Perikanan Objek Penelitian:
(Udang) Jepang

Objek Penelitian:Singapura

2. Rahmah (2016)/ Analisis Variabel nilai tukar/kurs Periode: 2005-2014


Aliran Perdagangan dan Dollar AS dan harga
Strategi Pengembangan ekspor lobster Menggunakan Merode
Ekspor Lobster Indonesia Regresi Data Panel dengan
Komoditas: Lobster RCA dan EPD.

Objek Penelitian: Objek Penelitian:


Singapura Amerika Serikat, Malaysia,
Australia, Jepang, Hongkong,
China

3. Utami (2019)/ Variabel Harga komoditas Metode Penelitian:


Pengaruh Produksi, Harga Regresi data panel dengan
Udang Ekspor, GDP Negara Komoditas: Perikanan random effect
Tujuan dan Jumlah (Udang)
Penduduk Negara Tujuan Periode: 2006-2017
Terhadap Ekspor Udang Objek Penelitian:
Singapura.
Indonesia Periode 2006- Objek Penelitian:
2017 Jepang, Amerika, Inggris,
Korea Selatan dan Belanda

21
2.5 Kerangka Pemikiran

Lobster dapat diprioritaskan sebagai komoditas unggulan karena memiliki

peluang ekspor yang selama ini belum dimanfaatkan secara penuh. Selain itu,

pertumbuhan ekspor lobster secara keseluruhan dapat ikut meningkatkan devisa

negara dan kesejahteraan masyarakat yang hidup dari perikanan, namun demikian

Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan pada era globalisasi perdagangan

ini, terlebih lagi volume ekspor lobster Indonesia mengalami penurunan dalam

beberapa tahun terakhir. Penurunan volume ekspor lobster konsumsi disebabkan

oleh penurunan produksi lobster Indonesia yang masih bergantung dari hasil

tangkapan di laut. Dengan tingginya permintaan dan harga jual lobster di pasar

internasional mengakibatkan penangkapannya dilakukan secara besar-besaran,

ditambah lagi dengan tingginya kasus penyelundupan benih lobster ke luar negeri

hingga ketersediaan lobster ukuran konsumsi semakin terancam ketersediaannya.

Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui faktor-

faktor yang memengaruhi aliran perdagangan lobster Indonesia di pasar negara

Singapura, hal ini penting untuk meningkatkan ekspor lobster Indonesia ke negara

tersebut dengan tetap memperhatikan peran dari tataniaga lobster terkait peran

serta pendampingan informasi dan pengawasannya. Ekspor lobster di Indonesia

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya nilai tukar Rupiah, harga lobster

pada negara tujuan, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia. Oleh

karena itu dapat disusun suatu kerangka pemikiraan teoritis tentang faktor-faktor

yang memengaruhi volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura

dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda sebagai berikut:

22
Pengaruh Nilai Tukar, Harga pada Negara
Tujuan, Jumlah Penduduk Singapura dan
Inflasi Indonesia terhadap Volume ekspor Tataniaga Lobster
Lobster Indonesia

Variabel Variabel Independen:


Dependen:
1. Nilai Tukar
Volume Ekspor 2. Harga pada Negara
Lobster Tujuan
Konsumsi 3. Jumlah Penduduk
Indonesia ke Singapura
Singapura 4. Inflasi

Analisis Kualitatif
Deskriptif
Analisis Regresi Linear
Berganda

Uji Hipotesis:

1. Uji Adj. R
2. Uji F
3. Uji t

Mengetahui tataniaga lobster


Mengetahui pengaruh Nilai Tukar, terhadap ekspor lobster konsumsi
Harga pada Negara Tujuan, Jumlah Indonesia ke Singapura periode
Penduduk dan Inflasi terhadap 2000-2018
Volume Ekspor lobster konsumsi
Indonesia ke Singapura periode
2000-2018
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono,

2013:164). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

23
a. H₀: Tidak terdapat pengaruh antara nilai tukar Rupiah pada USDollar

terhadap volume ekspor lobster Indonesia periode 2000-2018.

H₁: Terdapat pengaruh antara nilai tukar Rupiah pada USDollar terhadap

volume ekspor lobster Indonesia periode 2000-2018.

b. H₀: Tidak terdapat pengaruh antara harga lobster di Singapura terhadap

volume ekspor lobster Indonesia periode 2000-2018.

H₁: Terdapat pengaruh antara harga lobster di Singapura terhadap volume

ekspor lobster Indonesia periode 2000-2018.

c. H₀: Tidak terdapat pengaruh antara jumlah penduduk Singapura terhadap

volume ekspor lobster Indonesia periode 2000-2018.

H₁: Terdapat pengaruh antara jumlah penduduk Singapura terhadap volume

ekspor lobster Indonesia periode 2000-2018.

d. H₀: Tidak terdapat pengaruh antara inflasi Indonesia terhadap volume

ekspor lobster Indonesia periode 2000-2018.

H₁: Terdapat pengaruh antara inflasi Indonesia terhadap volume ekspor

lobster Indonesia periode 2000-2018.

e. H₀: Tidak terdapat pengaruh simultan antara nilai tukar, harga lobster di

Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia terhadap

volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura periode 2000-2018.

H₁: Terdapat pengaruh simultan antara nilai tukar, harga lobster di

Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia terhadap

volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura periode 2000-2018.

24
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder diperoleh tidak melalui tangan pertama atau tidak secara langsung.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai

sumber sebagai berikut:

1. Volume ekspor, bersumber dari publikasi website resmi UN Comtrade.

2. Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, bersumber dari publikasi website

resmi World Bank.

3. Harga lobster di Singapura, bersumber dari publikasi website resmi UN

Comtrade.

4. Jumlah penduduk Singapura, bersumber dari publikasi website resmi World

Bank.

5. Inflasi Indonesia, bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS).

Jenis-jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data

kuantititif. Data kualitatif diperoleh melalui pengumpulan dari publikasi jurnal

dan penelitian terdahulu mengenai tataniaga lobster Indonesia. Sedangkan data

kuantitatif terdiri dari data volume ekspor lobster Indonesia ke Singapura tahun

2000-2018, data nilai tukar, harga lobster di Singapura, jumlah penduduk

Singapura dan inflasi Indonesia.

25
3.2 Definisi Operasional

Setiap variabel pada data kuantitatif dapat didefinisikan sehingga lebih

jelas. Berikut definisi dari masing-masing variabel dalam penelitian ini.

1. Volume ekspor lobster konsumsi Indonesia (VEL)

Volume ekspor lobster konsumsi digunakan sebagai variabel dependen (Y)

di dalam penelitian ini. Kurun waktu (time series) penelitian ini adalah

periode 2000-2018. Kode Harmonized System (HS) yang digunakan adalah

HS 1996 yang terdiri dari Kode HS 030611, 030612, 030621 dan 030622.

Satuan Volume ekspor adalah Ton.

2. Nilai tukar rupiah terhadap dollar (NT)

Nilai tukar atau kurs adalah harga mata uang suatu negara relatif terhadap

mata uang negara lain. Satuan nilai tukar adalah Dollar AS. Mengacu

penelitian Rokhim (2014:10), Nilai tukar dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

Kurs Tengah = Kurs Jual + Kurs Beli


2
3. Harga lobster di Singapura (HLE)

Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, jasa atau

jumlah dari nilai yang ditukarkan oleh konsumen (Kotler dan Amstrong,

2010:314). Satuan harga adalah US$. Mengacu Garrison dalam Meroekh,

dkk. (2018:189), Harga jual yang didasarkan pada perhitungan cost plus

pricing dapat dilakukan perhitungan dengan rumus :

Harga Jual Produk = Taksiran Biaya Penuh + Laba yang diinginkan

26
4. Jumlah Penduduk Singapura (JP)

Salah satu masalah paling mendasar dalam peningkatan Pendapatan

Domestik Bruto dan pembangunan nasional adalah demografi atau faktor

kependudukan. Mengacu penelitian Rinaldi., dkk (2019:376), pertumbuhan

penduduk yang merupakan hasil dari perhitungan penduduk alami ditambah

dengan pertumbuhan migrasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

T = (L-M) + (I-E)
Keterangan:
T : Jumlah pertumbuhan penduduk per tahun
L : Jumlah Kelahiran/Fertilitas
M : Jumlah Kematian/Mortalitas
I : Jumlah Imigrasi (penduduk yang masuk kesuatu wilayah)
E : Jumlah Emigrasi (penduduk yang keluar dari suatu wilayah)

5. Inflasi Indonesia (Inf)

Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang sifatnya umum dan terus-

menerus (Rahardja dan Manurung, 2015:359). Mengacu penelitian Rokhim

(2014:11), inflasi dihitung dari Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat

dilakukan pengukuran sebagai berikut:

3.3 Metode Analisis Data

Analisis untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yakni

mengetahui tataniaga lobster Indonesia menggunakan analisis yang bersifat

deskriptif. Menurut Mukhtar (2013:10) metode penelitian deskriptif adalah sebuah

metode yang digunakan peneliti untuk menemukan pengetahuan atau teori

terhadap penelitian pada satu waktu tertentu.

27
Selanjutnya, untuk menjawab rumusan masalah yang kedua menggunakan

analisis regresi linear berganda. Analisis ini merupakan metode analisis yang tepat

ketika penelitian melibatkan satu variabel terikat yang diperkirakan berhubungan

dengan satu atau lebih variabel bebas, sesuai yang dibahas Ghozali (2011:85).

Kurun waktu (time series) dalam penelitian ini adalah 19 tahun (periode 2000-

2018). Alat bantu hitung yang digunakan untuk mengolah data adalah SPSS 20.

Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu nilai tukar

Rupiah (NT), harga pada negara tujuan (HLE), jumlah penduduk Singapura (JP)

dan Inflasi Indonesia (Inf) menggunakan model analisis regresi linier berganda.

Sedangkan variabel dependen adalah volume ekspor lobster Indonesia (VEL).

Berikut model volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura:

VELt = a + b1NTt + b2HLEit + b3JPit + b4Infit + e

Dimana :

VELt = Volume ekspor lobster Indonesia pada tahun t


NTt = Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar pada tahun t
HLEit = Harga lobster ekspor di negara Singapura pada tahun t
JPit = Jumlah Penduduk negara Singapura pada tahun t
Infit = Inflasi Tahunan Indonesia pada tahun t
a = Konstanta
b1, b2, b3 = Koefisien regresi
e = Error term di negara Singapura pada periode t

28
Langkah-langkah estimasi model volume ekspor lobster konsumsi adalah sebagai

berikut:

1. Uji Asumsi Klasik, merupakan persyaratan statistik yang harus dipenuhi

pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).

Untuk mendapatkan estimator dengan sifat BLUE (best, liniear, unbiased

estimator) OLS harus memenuhi asumsi-asumsi klasik (Hakim, 2014:38). Asumsi

klasik dalam model regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel pengganggu atau residualnya memiliki distribusi normal (Ghozali,

2011:161). Uji normalitas dilakukan dengan memperhitungkan penyebaran data

(titik) pada grafik normal p plot regression residual dimana:

1. Jika titik menyebar pada garis diagonal dan mengikuti arah garis maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika titik menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Model regresi yang benar adalah model yang mempunyai distribusi data

normal ataupun mendekati normal yang dapat diketahui dari penyebaran data pada

grafik Normal P-P plot dengan menggunakan program SPSS versi 20.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

membentuk korelasi antara variabel bebas (independen). Mengacu pada Ghozali

(2011:107-108) Multikolinieritas adalah keadaan apabila suatu variabel bebas

29
berkorelasi dengan satu atau lebih dari variabel bebas lainnya. Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan masalah multikolinieritas. Untuk mengetahui adanya

gejala multikolinieritas dilihat dari nilai variance inflationfactors (VIF). Apabila

nilai VIF>1 maka terjadi korelasi antar variabel. Semakin besar nilai VIF

menunjukkan gejala kolinieritas semakin besar. Kriteria untuk mengujinya adalah:

1. H₀ (tidak terdapat pengaruh antara nilai tukar, harga lobster di Singapura,

jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia) ditolak dan H1 (terdapat

pengaruh antara nilai tukar, harga lobster di Singapura, jumlah penduduk

Singapura dan inflasi Indonesia) diterima, jika nilai VIF > 1;

2. H₁ (tidak terdapat pengaruh antara nilai tukar, harga lobster di Singapura,

jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia) diterima dan H1 (terdapat

pengaruh antara nilai tukar, harga lobster di Singapura, jumlah penduduk

Singapura dan inflasi Indonesia) ditolak, jika nilai VIF < 1;

c. Uji Heteroskedastisitas

Mengacu pada Ghozali (2011:139), Heteroskedastisitas tidak terjadi

apabila tidak ada pola yang jelas (melebar, bergelombang lalu menyempit) pada

gambar Scatterplots di spss, serta terdapat titik-titik yang menyebar di atas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y. Model regresi yang benar adalah model regresi

yang tidak terjadi heterokedastisitas atau ketidaksamaan varian, karena data ini

menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran.

d. Uji Auto Korelasi

Mengacu pada Ghozali (2011:110) uji autokorelasi bertujuan menguji

apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

30
periode-t dengan periode t-1 (sebelumnya). Uji autokolerasi dilakukan dengan

membandingkan nilai durbin Watson (dw) hitung dengan dw tabel yaitu batas

atas (du) dan batas bawah (dL). Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Jika 0 < d < dL, maka terjadi autokorelasi positif.

2. Jika dL < d < du, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau tidak.

3. Jika d-dL < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatife.

4. Jika 4 –du < d < 4 –dL, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau

tidak.

5. Jika du < d < 4 –du, maka tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

2. Pengujian Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R²)

Mengacu pada Ghozali (2011: 87) koefisien determinasi (R²) merupakan

alat pengukur kemampuan model dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen, yakni nilai tukar, harga pada negara

Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia dalam menjelaskan

variabel dependennya, yakni volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura amat terbatas. Sebaliknya jika nilainya mendekati 1 artinya variabel

independen menyediakan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel dependennya.

b. Uji Simultan (Uji F)

Uji F berfungsi untuk menunjukan apakah semua variabel independen di

dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

31
dependen. Metode yang digunakan adalah dengan melihat nilai probabilitas yang

signifikan, jika nilainya kurang dari 5% maka variabel independen akan

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersama-sama

(Ghozali, 2011: 98). Uji F dilakukan dengan membandingkan F-hitung dengan F-

tabel. Nilai F-hitung dilihat dari hasil pengolahan data bagian Anova. Prosedur

pengujian simultan dengan menggunakan uji F adalah sebagai berikut:

1. Membuat formula uji hipotesis

H₀ : b₁, b2 =0, tidak terdapat pengaruh variabel independent (nilai tukar,

harga lobster di Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi

Indonesia) terhadap variabel dependent (volume ekspor lobster konsumsi).

H₁ : b₁, b2 ≠ 0, terdapat pengaruh variabel independent (nilai tukar, harga

lobster di Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia)

terhadap variabel dependent (volume ekspor lobster konsumsi).

2. Menentukan tingkat signifikansi

Penelitian ini menggunakan tingkat signifikan α=0,05, yang kemungkinan

kebenaran dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas sebesar

95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%.

3. Menghitung nilai F-hitung

Nilai ini dipergunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel

koefisien korelasi bernilai signifikan atau tidak.

4. Hasil F-hitung dibandingkan dengan F-tabel, dengan kriteria :

Jika F-hitung < F-tabel maka variabel independen secara bersama-sama

tidak mempengaruhi variabel dependen, maka H₀ diterima dan H₁ ditolak.

32
5. Berdasarkan probabilitas

Jika F-hitung > F-tabel maka variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi variabel dependen maka H₀ ditolak dan H₁ diterima.

6. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan didasarkan pada hasil pengujian hipotesis dan

didukung oleh teori yang sesuai dengan objek dan masalah penelitian.

c. Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (uji t) digunakan untuk menguji apakah variabel independen

berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen secara parsial. Uji t dilakukan

dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Nilai t-hitung dapat dilihat dari

hasil pengolahan data Coefficients. Mengacu pada Ghozali (2011:98) uji t

berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara

individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan

derajat keyakinan sebesar 95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%. Langkah-

langkah pengujian parsial dengan menggunakan uji t adalah sebagai berikut :

1. Membuat formula uji hipotesis

H₀ : b₁=0, tidak terdapat pengaruh variabel independent (nilai tukar, harga

lobster di Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia)

terhadap variabel dependent (volume ekspor lobster konsumsi).

H₁ : b₁≠0, terdapat pengaruh variabel independent (nilai tukar, harga lobster

di Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia) terhadap

variabel dependent (volume ekspor lobster konsumsi).

33
2. Menentukan tingkat signifikansi

Penelitian ini menggunakan tingkat signifikan α=0,05, yang kemungkinan

kebenaran dari hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas sebesar

95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%.

3. Menghitung nilai t-hitung

Nilai ini digunakan untuk menentukan apakah variabel koefisien korelasi

memiliki nilai signifikan atau tidak

4. Hasil t-hitung dibandingkan dengan t-tabel, dengan kriteria :

a. Jika t-hitung < t-tabel, variabel independen (nilai tukar, harga lobster di

Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia) secara

individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (volume ekspor

lobster konsumsi Indonesia ke Singapura), H₀ diterima dan H₁ ditolak.

b. Jika t-hitung > t-tabel, variabel independen (nilai tukar, harga lobster di

Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia) secara

individu berpengaruh terhadap variabel dependen (volume ekspor lobster

konsumsi Indonesia ke Singapura), H₀ ditolak dan H₁ diterima.

5. Berdasarkan probabilitas

H₀ ditolak dan H₁ diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α).

6. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan

memberikan dukungan teoritis berdasarkan objek penelitian dan pertanyaan

penelitian.

34
BAB IV
GAMBARAN UMUM

4.1 Karakteristik Lobster Indonesia

Perairan Indonesia termasuk wilayah distribusi lobster yang kawasannya

sangat luas. Indonesia memperkirakan luas sebaran lobster berada di 21 provinsi

seluas 6.799.000 kilometer persegi. Provinsi dengan produktivitas tinggi adalah

Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa Barat,

Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan (Dinas Kelautan dan

Perikanan Aceh, 2015: 11-12).

Secara umum telah diketahui bahwa lobster terdiri dari 49 spesies lobster.

Di Samudera Hindia-Samudera Pasifik Barat terdapat 11 jenis lobster dari marga

Panulirus, dimana 6 jenis diantaranya terdapat di perairan Indonesia yang

menghuni perairan tropis, yaitu: Panulirus versicolor (lobster hijau), Panulirus

penicillatus (lobster batu), Panulirus longipes (lobster bunga), Panulirus homarus

(lobster hijau pasir), Panulirus ornatus (lobster mutiara) dan Panulirus

polyphagus (lobster bamboo coklat) (Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh,

2015:4-5).

Lobster hijau pasir (Panulirus homarus) tersebar mulai dari pulau

Sumatera, Jawa, bali, Nusa Tenggara, Timor Leste, Sulawesi, Halmahera dan

Ambon. Lobster hijau (Panulirus versicolor) meliputi pulau Sumatera, Jawa,

Nusa Tenggara Timur, Timor Leste, Sulawesi, Halmahera, Ambon dan Kepulauan

Key. Lobster bunga (Panulirus longipes) tersebar di pulau Jawa, Bali,

Kalimantan, Sulawesi dan Ambon. Persebaran lobster batu (Panulirus

35
penicillatus) meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Maluku,

Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, dan Papua. Lobster mutiara (Panulirus

ornatus) tersebar di pulau Jawa, Sulawesi, Laut Banda, Aceh, Timor Leste dan

Ambon. Lobster bamboo coklat (Panulirus polyphagus) tersebar di pulau Jawa,

NTT, Manado dan Sulawesi (Pratiwi, 2013:57-61).

Produksi lobster Indonesia pada tahun 2013 mencapai 16.482 ton (KKP,

2019:2). Produksi itu berasal dari perairan Pulau Sebatik, perairan Gorontalo dan

Sulawesi Utara, perairan Maluku Utara, perairan Sulawesi Tengah dan Sulawesi

Selatan. Pasokan utama lobster Indonesia untuk pasar global adalah dari perairan

barat Sumatera yang didominasi oleh P. penicilatus (32,8%), P. versicolor

(22,9%), P. longipes (13,1%) dan P.homarus (22,4%) (Zulham, 2018:44).

4.2 Perdagangan Lobster Indonesia dan Singapura

Berdasarkan data BPS (2017:1), negara importir lobster terbesar dari

Indonesia yaitu negara China, Malaysia, Jepang dan Singapura. Indonesia

memiliki hubungan perdagangan yang erat dengan Singapura mengingat kondisi

geografis kedua negara yang saling berdekatan. Indonesia juga termasuk dalam

sepuluh besar negara tujuan ekspor maupun negara asal impor Singapura. Oleh

karena itu, Indonesia dapat digolongkan dalam mitra dagang utama Singapura dan

sebaliknya (Market Brief, 2015:6). Untuk perdagangan lobster Indonesia ke

Singapura menunjukan volume dan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2016

dengan jumlah 294,40 Ton dan nilai ekspornya sebesar US$1.442.780. sedangkan

volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura yang terendah terjadi

36
pada tahun 2013 dengan hanya 59,83 Ton serta nilai ekspor terendahnya terjadi

pada tahun 2011 dengan hanya sebesar US$268.720 (UN Comtrade, 2019:1).

Indonesia memiliki kebijakan untuk perdagangan lobster terkait upaya

keberlanjutan sumber daya lobster di alam. Kebijakan tersebut melalui Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 1/Permen-KP/2015

tentang Penangkapan Lobster (Panulirus sp.) yakni larangan melakukan

penangkapan Lobster (Panulirus sp.) dalam kondisi bertelur dan ketentuan

penangkapan dengan ukuran panjang karapas >8 cm (di atas delapan sentimeter)

(KKP, 2015:2). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No.

1/PERMEN-KP/2015 disempurnakan dengan Permen KP No. 56/PERMEN-

KP/2016 yang merupakan kontruksi sosial yang melarang transaksi Panulirus

spp., dalam bentuk benih untuk budidaya, lobster bertelur dan lobster ukuran

karapas <8 cm atau berat <200 gram per ekor (Zulham, 2018:44).

Dalam rangka menunjang usaha pelestarian lobster di Indonesia dilakukan

upaya pengelolaan sumber daya lobster dengan basis pemulihan stok (stock

enchancement) dan konservasi sumber daya lobster dengan penebaran ulang

(restocking). Kegiatan pemulihan populasi lobster adalah dengan penelitian

terkoordinasi antar satuan kerja terkait penyiapan rekayasa sosial dalam rangka

mengetahui kesiapan kelembagaan dan penguatan kelembagaan restocking lobster

berbasis masyarakat (Nasution dkk., 2018:34-35). Selain itu dalam penyiapan

strategi untuk mengembangkan bisnis lobster di Indonesia diperlukan adanya

organisasi (institution) dalam bentuk asosiasi sebagai kontruksi sosial untuk

menjamin investasi, mengendalikan effort penangkapan lobster dan

37
menyelesaikan hambatan perdagangan agar bisnis lobster anggota asosiasi

tersebut tetap berkembang (Zulham, 2018:46).

Singapura sebagai negara yang memiliki lokasi strategis dan didukung

dengan infrastruktur pelabuhan dan bandara yang sangat memadai menjadikannya

sebagai sentra perdagangan internasional. Singapura telah memulai pembangunan

perkotaannya dengan menyusun sebuah rencana tata ruang yang berkelanjutan

untuk mengatur penggunaan lahan secara efektif dan efisien. Selain itu

Pemerintah Singapura juga mengambil prinsip keseimbangan Ekonomi, Sosial

dan Lingkungan. Singapura berupaya menjaga keberlanjutan sumber daya lautnya

dengan adanya kebijakan “Singapore Green Plan”, yang pada tahap pertamanya

teridentifikasi empat (4) terumbu karang sebagai “daerah alam” yang meliputi 5%

dari luas total Singapura. Namun masalah kelangkaan tanah dan populasi yang

tinggi benar-benar terus mengurangi dan mengganggu wilayah alam yang tersisa

(Tanuwidjaja dalam Kompasiana, 2015:1). Maka dari itu, Singapura melakukan

kebijakan pembatasan impor untuk beberapa komoditas, terutama berdasarkan

pada isu-isu lingkungan, kesehatan dan keamanan publik, namun untuk komoditas

lobster tidak termasuk didalamnya (Market Brief, 2015:3).

Produk seafood termasuk lobster merupakan salah satu menu makanan

utama bagi penduduk Singapura yang sebagian besar penduduknya merupakan ras

Chinese. Produk seafood di Singapura disajikan terutama pada saat Chinese New

Year dan acara pernikahan. Hal tersebut menjadi peluang yang masih terbuka

lebar bagi produk lobster Indonesia karena permintaan yang terus meningkat serta

posisi Singapura yang berbatasan langsung dengan kepulauan Indonesia sehingga

memudahkan akses transportasi ke negara tersebut (Market Brief, 2015:13).

38
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan

bantuan program SPSS versi 20 pada kurun waktu data 19 tahun (2000 – 2018).

Tujuannya untuk mengetahui keterkaitan antar variabel dependent dan varibel

independent-nya. Langkah pertama yang dilakukan yakni uji asumsi klasik, untuk

mengetahui kelayakan dari suatu model regresi berganda yang berbasis ordinary

least square (OLS). Untuk mendapatkan estimator yang bersifat BLUE (best,

liniear, unbiased estimator) OLS harus memenuhi asumsi klasik yang terdiri dari

uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

5.1.1 Hasil Uji Normalitas

Uji distribusi normal bertujuan untuk menguji apakah variabel

pengganggu atau variabel residual memiliki distribusi normal dalam model regresi

(Ghozali, 2011: 161). Uji normalitas data dilakukan dengan mempertimbangkan

sebaran data (titik) pada normal p plot regression dari residual variabel

independen dimana:

a. Jika data (titik) menyebar digaris diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Model regresi yang benar adalah model dengan sebaran data normal atau

mendekati normal yakni dengan melihat penyebaran titik pada grafik Normal P-P

39
plot of Regression Standarized Residual dengan menggunakan program SPSS

versi 20 hingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Gambar 5. Grafik Normal P-P plot Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)

Gambar diatas menjelaskan bahwa data pada grafik menyebar disekitar

garis diagonal namun tetap mengikuti arah garis diagonal pada grafik Normal P-P

plot. Hal ini membuktikan bahwa data telah memenuhi syarat normal probability

plot, sehingga disimpulkan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi.

5.1.2 Hasil Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi akan

membentuk korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang benar

seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independennya (Ghozali,

2011:107-108). Untuk mengetahui adanya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai

variance inflationfactors (VIF). Apabila VIF > 1 maka terjadi korelasi antar

40
peubah bebas. Semakin besar nilai VIF maka menunjukkan gejala kolinieritas

semakin besar. Hasil uji multikolinearitas penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Multikolinieritas Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi

Variabel Statistik Kolinier


Toleransi VIF
Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar (NT) 0,296 3,376
Harga lobster di Singapura Per TON (HLE) 0,258 3,875
Jumlah Penduduk Singapura (JP) 0,199 5,024

Inflasi Indonesia (Inf) 0,590 1,694


Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)

Tabel 3. memperlihatkan bahwa nilai toleransi untuk nilai tukar rupiah

terhadap dollar, harga pada negara tujuan, jumlah penduduk negara Singapura dan

inflasi Indonesia memiliki nilai toleransi lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari

10,00 Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam data

penelitian ini, artinya bahwa variabel independen tidak saling mengganggu

ataupun memengaruhi.

5.1.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2011:139), Heteroskedastisitas tidak terjadi apabila pola

titik melebar, bergelombang lalu menyempit pada gambar Scatterplots di spss.

Serta terdapat titik-titik yang menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu

Y. Model regresi yang benar adalah model regresi yang tidak terjadi

heterokedastisitas atau ketidaksamaan varian, karena data ini menghimpun data

yang mewakili berbagai ukuran.

41
Gambar 6. Grafik Scatterplot Model Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)

Pada grafik Scatterplot diatas menunjukkan bahwa titik-titik tidak

membentuk suatu pola yang teratur dan menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y, namun terdapat keragu-raguan karna terdapat pola menyempit,

maka dari itu perlu dilakukan Uji Glejser untuk memastikan penelitian ini tidak

terjadi heteroskedastisitas. Berikut Tabel 4 yang menunjukkan hasil Uji Glejser.

Tabel 4. Hasil Uji Glejser Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi

Variabel Sig. Statistik Kolinier


Toleransi VIF

Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar (NT) 0,082 0,296 3,376

Harga lobster di Singapura (HLE) 0,082 0,258 3,875

Jumlah Penduduk Singapura (JP) 0,055 0,199 5,024

Inflasi Indonesia (Inf) 0,773 0,590 1,694


Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)

42
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai Sig. dari 4 variabel independent,

yakni Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar (NT) sebesar 0,082, Harga pada negara

tujuan (HLE) sebesar 0,082, Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) (JP) sebesar 0,055,

Inflasi Tahunan (Inf) sebesar 0,773. Mengacu pada Ghozali (2011:139) nilai

signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas.

5.1.4 Hasil Uji Autokorelasi

Mengacu pada Ghozali (2012: 110), uji autokorelasi bertujuan untuk

menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan

kesalahan pengganggu periode t-1(sebelumnya) pada model regresi. Pengujian

autokolerasi dilakukan dengan uji durbin watson dengan membandingkan nilai

durbin watson hitung (d) dengan nilai durbin watson tabel, yaitu batas atas (du)

dan batas bawah (dL). Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a. Jika 0 < d < dL, maka terjadi autokorelasi positif.

b. Jika dL < d < du, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau tidak.

c. Jika d-dL < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatife.

d. Jika 4 –du < d < 4 –dL, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau

tidak.

e. Jika du < d < 4 –du, maka tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.

Uji yang digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah metode

yang dikemukakan oleh Durbin-Watson (DW). Metode di dalam penelitian ini

ditunjukkan pada Tabel 5.

43
Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi

R R Square R Square Std. Error Dari Durbin-


Disesuaikan Perkiraan Watson

0,815 0,664 0,569 248,97556 1,370


Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)

Data time series pada penelitian ini memiliki jumlah n = 19, α = 0,05 dan

jumlah variabel independen k = 4, sehingga didapatkan nilai kritis dL = 2,152 dan

dU = 1,848. Maka hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 5. yang menyajikan nilai Durbin-Watson sebesar 1,370 yang berarti nilai

DW berada dibawah dL (2,152) dan dU (1,848) sehingga dL > dW < dU. Hal ini

disimpulkan bahwa masalah autokorelasi dalam penelitian ini tidak dapat

disimpulkan atau berada dalam keragu-raguan (Ghozali, 2011:140). Adapula cara

untuk melihat autokorelasi dengan signifikansi yakni menggunakan uji run test.

Uji run test disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi apabila nilai

signifikansi lebih dari 0,05 maka Tabel 6. menyajikan hasil run test.

Tabel 6. Hasil Uji Run Test Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi

Residu Tidak
Standar
Nilai Tes 39,36155
Kasus < Nilai Tes 9
Kasus >= Nilai Tes 10
Total Kasus 19
Jumlah dari Runs 9
Z -0,461
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,645
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)

Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0,645, nilai

signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 yang memiliki arti bahwa tidak

44
terdapat gangguan autokorelasi pada penelitian ini, sehingga disimpulkan variabel

independen tidak terganggu maupun terpengaruhi oleh variabel pengganggu.

Hasil uji asumsi klasik menunjukan data-data pada model volume ekspor

lobster konsumsi telah memenuhi syarat yakni terbebas dari heteroskedastisitas,

autokorelasi, multikolinieritas dan terdistribusi secara normal. Langkah

selanjutnya adalah dengan melakukan uji statistik.

5.2 Faktor-Faktor Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Lobster


Konsumsi Indonesia ke Singapura

Faktor-faktor yang diteliti sebagai variabel bebas di dalam penelitian ini

berupa nilai tukar (NT), Harga lobster di negara Singapura (HLE), Jumlah

Penduduk negara Singapura (JP) dan Inflasi Indonesia (Inf). Langkah yang

dilakukan setelah terpenuhinya uji asumsi klasik adalah dengan melakukan uji

statistik, untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor diatas terhadap volume ekspor

lobster konsumsi Indonesia ke Singapura (VEL) dengan serangkaian uji di dalam

analisis regresi linear berganda, yakni uji koefisien determinasi (R2), untuk

mengukur kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya.

Serta uji hipotesis simultan (uji F) dan uji hipotesis parsial (uji t) untuk

merepresentasikan kondisi faktor yang signifikan baik secara keseluruhan maupun

per variabel terhadap volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura.

5.2.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen

45
(Ghozali, 2011:87). Regresi dengan lebih dari dua variabel independen

menggunakan R2 yang disesuaikan sebagai koefisien determinasinya. Hasil

pengujian koefisien determinasi pada model volume ekspor lobster konsumsi

Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji R2 Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi

R R Square R Square Disesuaikan Std. Error Dari Perkiraan


0,815 0,664 0,569 248,97556
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)

Tabel 7. menunjukan bahwa nilai R2 disesuaikan sebesar 0,569 sehingga

memiliki arti 56,9% variabel independen yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar,

harga lobster di Singapura, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia

dapat menjelaskan variabel dependennya yaitu volume ekspor lobster konsumsi

Indonesia ke Singapura. Sisanya sebesar 43,1% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak ada dalam model. Korelasi yang terjadi antara variabel independen dengan

variabel dependennya berada dalam kategori hubungan yang kuat dilihat dari

besaran nilai R yaitu 0,815.

5.2.2 Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Uji statistik F menunjukan apakah semua variabel independen dalam

model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2011:101). Variabel

independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen apabila nilai F-hitung lebih besar daripada F-Tabel atau nilai

46
signifikansinya dibawah 0,05. Hasil uji F pada model volume ekspor lobster

konsumsi Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Simultan (Uji F) Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi

Sum of
Variabel Df Mean Square F Sig
Squares
Regresi 1718038,347 4 429509,587 6,929 0,003
Residual 867843,643 14 61988,832
Total 2585881,990 18
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)

Tabel 8. menjelaskan bahwa nilai F-hitung sebesar 6,929. Nilai

signifikansi 5% dan degree of freedom (df) sebesar k = 4 dan derajat bebas

penyebut (df2) sebesar n-k (19-4 = 15) adalah sebesar 3,05. Apabila F-hitung dan

F-Tabel dibandingkan maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama atau

simultan variabel nilai tukar, harga pada negara tujuan, jumlah penduduk

Singapura dan inflasi Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura. Hal ini dikarenakan nilai

F-hitung (6,929) lebih besar daripada F-Tabel (3,05).

5.2.3 Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Uji parsial (uji t) digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Uji t dilakukan

dengan langkah membandingkan dari t-hitung dengan t-tabel. Mengacu pada

Ghozali (2011: 98), uji t pada dasarnya menunjukkan besarnya pengaruh suatu

variabel penjelas atau variabel bebas dalam menjelaskan perubahan variabel

terikat. Pengujian terhadap model volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura dilakukan dengan menggunakan uji t pada derajat keyakinan sebesar

47
95% atau α = 5%, H0 ditolak dan H1 diterima jika nilai probabilitasnya kurang

dari 0,05 (α). Serta dengan Hasil t-hitung yang dibandingkan dengan t-tabel,

dengan kriteria :

a. Jika t-hitung < t-tabel, variabel bebas (independen) secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen, H₀ diterima dan H₁ ditolak.

b. Jika t-hitung> t-tabel maka variabel bebas (variabel independen) akan

mempengaruhi variabel terikat masing-masing, H₀ ditolak dan H₁ diterima.

Berikut adalah hasil uji hipotesis parsial pada model volume ekspor lobster

konsumsi Indonesia ke Singapura dengan bantuan program SPSS 20 pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji Parsial (Uji t) Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi

Koefisien Tidak
Variabel Standar Koefisien t Sig.
B Std. Error Standar
(Konstan) 2938,934 917,247 0,478 0,641
Nilai Tukar Rupiah
0,144 0,059 0,699 2,457 0,028
terhadap dollar (NT)
Harga lobster di Singapura
-0,007 0,064 -0,033 -0,109 0,915
(HLE)
Jumlah Penduduk
-0,791 0,213 -1,291 -3,721 0,002
Singapura (JP)
Inflasi Indonesia (Inf) -10,080 19,975 -0,102 -0,505 0,622
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)

Tabel 9 menjelaskan bahwa terdapat nilai t-hitung yang diperoleh dari

setiap variabel. Sebelum membuat kesimpulan, hal yang perlu diketahui adalah

nilai t-tabel yang akan digunakan. Nilai t-tabel bergantung pada besarnya df dan

tingkat signifikansi yang digunakan. Tingkat signifikansi dalam penelitian ini

sebesar 5% serta nilai degree of freedom (df) sebesar (α/2:n-k-1) = (0,05/2:19-4-1)

= (0,025:14), maka nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5% sebesar 2,145. Hal

48
ini dapat disimpulkan bahwa dalam pengujian pengaruh setiap variabel

independen (NT, HLE, JP dan Inf) terhadap variabel dependen (VEL) selama

periode 2000 – 2018 adalah sebagai berikut:

1. Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar (NT) memiliki nilai t-hitung sebesar 2,457 yang lebih besar dari t-

tabel yaitu 2,145. Angka signifikan untuk variabel nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar sebesar 0,028 yang lebih kecil dari 0,05 (0,028<0,05).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar memiliki pengaruh signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap

volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura.

2. Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel harga pada negara tujuan

(HLE) memiliki t-hitung sebesar -0,109 yang lebih kecil dari -2,145.

Angka signifikan untuk variabel harga pada negara tujuan sebesar 0,915

yang lebih besar dari 0,05 (0,915>0,05). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel harga pada negara tujuan tidak berpengaruh pada tingkat

signifikansi 5% terhadap volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura.

3. Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel jumlah penduduk negara

tujuan (JP) memiliki t-hitung sebesar -3,721 yang lebih besar dari -2,145.

Angka signifikan untuk variabel harga pada negara tujuan sebesar 0,002

yang lebih kecil dari 0,05 (0,002<0,05). Sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel jumlah penduduk negara tujuan memliki pengaruh negatif

49
pada tingkat signifikansi 5% terhadap volume ekspor lobster konsumsi

Indonesia ke Singapura.

4. Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel Inflasi (Inf) memiliki t-

hitung sebesar -0,505 yang lebih kecil dari -2,145. Angka signifikan untuk

variabel inflasi sebesar 0,622 yang lebih besar dari 0,05 (0,622>0,05).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh pada

tingkat signifikansi 5% terhadap volume ekspor lobster konsumsi

Indonesia ke Singapura.

5.3 Pembahasan Faktor-faktor Berpengaruh Terhadap Ekspor Lobster


Konsumsi Indonesia ke Singapura

Lobster (Panulirus spp) merupakan salah satu komoditas perikanan

Indonesia yang tingkat permintaannya tergolong tinggi. Namun produksi untuk

lobster konsumsi sebagian besar masih dipenuhi dari hasil tangkapan di alam,

masih sangat sedikit nelayan pembudidaya lobster seperti di Simeulue Aceh. Pada

tataniaga lobster aspek informasi dan pengetahuan nyatanya tidak dimiliki oleh

semua pelaku usahanya, padahal informasi dan pengetahuan tersebut memiliki

peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas produk dan posisi tawar-

menawar produsen serta informasi volume produk dalam perkiraan permintaan

pasar, harga, potensi produk dan nilai produk yang seharusnya dapat

dimaksimalkan (Triyani dan Yusuf, 2015:210-211).

Selain itu keterbatasan pendidikan dan pendampingan kepada pelaku usaha

tataniaga lobster menyebabkan kurangnya kesadaran akan pemanfaatan

sumberdaya lobster secara lestari. Berdasarkan data Perikanan Simeulue Tahun

50
2012-2015 volume produksi lobster yang dikirimkan keluar dari Kabupaten

Simeulue mengalami penurunan sebesar 63,58 % dari tahun sebelumnya (Triyani

dan Yusuf, 2015:210-211). Hal tersebut dibarengi dengan Produksi lobster

nasional yang juga mengalami penurunan produksi yang signifikan pada tahun

2013 ke 2014 dari 16.482 ton menjadi 10.086 ton dan kembali mengalami

penurunan pada tahun 2015 menjadi 5.014 ton (KKP, 2019:2).

Penurunan volume produksi lobster disebabkan oleh musim penangkapan

yang tidak menentu terutama saat musim barat (badai) yang menyebabkan

nelayan tidak pergi melaut, selain itu juga disebabkan oleh over fishing dari

nelayan yang menangkap lobster dalam keadaan bertelur dan belum cukup umur.

Hal tersebut tentunya menjadi kekhawatiran, dimana dengan tingginya permintaan

dan harga jual nyatanya tidak dibarengi dengan pengetahuan serta informasi yang

maksimal diterima oleh para pelaku tataniaga lobster baik nelayan/pembudidaya,

supplier maupun eksportir. Kemudian dengan besarnya kasus penyelundupan

lobster ukuran benih ke luar negeri membuat keterjaminan pasokan lobster di

kawasan Indonesia semakin terancam.

Hal inilah yang membuat kebijakan pelestarian sumber daya laut yang

berkelanjutan dari pengelolaan tataniaga lobster diperlukan. Upaya tersebut yakni

dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri (PerMen) Kementerian Kelautan dan

Perikanan No.1/Permen-KP/2015 tentang penangkapan lobster (Panulirus sp.),

yaitu larangan penangkapan dalam kondisi bertelur dan ukuran panjang karapas

>8 cm (di atas delapan sentimeter) (KKP, 2015:2). Peraturan tersebut

disempurnakan dengan Permen KP No. 56/PERMEN-KP/2016 yang merupakan

51
kontruksi sosial yang melarang transaksi lobster dalam bentuk benih untuk

budidaya, lobster bertelur dan lobster ukuran karapas <8 cm atau berat <200 gram

per ekor (Zulham, 2018:44).

Lobster dapat diprioritaskan sebagai komoditas ekspor karena memiliki

permintaan yang tinggi dari konsumen internasional. Namun peluang ekspornya

belum dimanfaatkan secara penuh, padahal pertumbuhan bisnis lobster secara

keseluruhan dapat ikut meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat

perikanan. Dalam hal ini penting untuk membahas dan mengetahui faktor-faktor

apa saja yang menjadi pendukung peningkatan volume ekspor lobster konsumsi

Indonesia ke Singapura.

5.3.1 Pengaruh Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (NT) Terhadap Volume
Ekpor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura

Hasil pengujian model volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura menerangkan bahwa variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (NT)

memiliki nilai parameter sebesar 0,144 yang memiliki arti bahwa setiap

mengalami kenaikan sebesar 1 unit nilai tukar akan meningkatkan volume ekspor

lobster konsumsi sebesar 0,144 ton dengan asumsi variabel independen lainnya

tetap, NT berpengaruh signifikan pada taraf α=5% dengan arah yang positif. Hal

ini menunjukan H₁ diterima untuk hipotesis NT.

Nilai tukar mata uang antara suatu negara dengan negara lain memiliki

keterkaitan yang erat pada aktivitas perdagangan internasional salah satunya

ekspor. Jika nilai Dollar melemah maka negara yang akan melakukan ekspor yaitu

Indonesia akan menghasilkan lebih sedikit keuntungan, sebaliknya jika nilai

52
Dollar menguat maka keuntungan Indonesia pun akan meningkat. Pada kurun

waktu 19 tahun (2000-2018) kurs Dollar cenderung menguat, maka keuntungan

Indonesia yang melakukan ekspor tentu terjadi. Jadi, perubahan nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar Amerika berpengaruh signifikan terhadap ekspor lobster

konsumsi ke Singapura. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmah (2016) dimana

nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor lobster.

5.3.2 Pengaruh Harga pada Negara Tujuan (HLE) Terhadap Volume


Ekpor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura

Hasil pengujian model volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura menerangkan bahwa variabel harga lobster di Singapura (HLE)

memiliki nilai parameter sebesar -0,007 yang memiliki arti bahwa setiap

mengalami kenaikan sebesar 1 unit harga lobster di Singapura akan menurunkan

volume ekspor lobster konsumsi sebesar 0,007 Ton dengan asumsi variabel

independen lainnya tetap, HLE tidak berpengaruh pada taraf α=5%. Hal ini

menunjukan H₀ diterima untuk hipotesis HLE.

Jika harga pada negara tujuan meningkat, masyarakat Singapura akan tetap

cenderung mengkonsumsi lobster konsumsi dikarenakan kebutuhan

mengkonsumsi makanan laut (seafood) seperti lobster tergolong tinggi bagi

mereka, hal tersebut akan membuat pemerintah Singapura berusaha untuk

memenuhi kebutuhan lobster konsumsi lebih banyak dengan menambah jumlah

impor. Perkembangan harga pada negara tujuan memengaruhi restoran dan hotel

yang ingin mengolah lobster menjadi masakan, pengaruh dari harga pada negara

tujuan tidak terlalu signifikan dibandingkan kebutuhan industri untuk memenuhi

53
bahan baku serta menghasilkan masakan yang diinginkan konsumen. Besar

kecilnya harga pada negara tujuan tidak menjadikan industri seafood

memberhentikan kebutuhan lobster konsumsinya. Hal ini tidak sesuai dengan

penelitian Ulfah (2012), dimana harga ekspor berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel terikatnya.

5.3.3 Pengaruh Jumlah Penduduk (JP) Terhadap Volume Ekpor Lobster


Konsumsi Indonesia ke Singapura

Hasil pengujian model volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura menerangkan bahwa variabel variabel jumlah penduduk Singapura (JP)

memiliki nilai parameter sebesar -0,791 yang memiliki arti bahwa setiap

mengalami kenaikan sebesar 1000 penduduk akan menurunkan volume ekspor

lobster konsumsi sebesar 0,791 Ton dengan asumsi variabel independen lainnya

tetap, JP berpengaruh pada taraf α=5% namun dengan arah yang negatif. Hal ini

menunjukan H₁ diterima untuk hipotesis JP.

Peningkatan jumlah penduduk Singapura akan memengaruhi peningkatan

kebutuhan lobster (konsumsi) di pasaran. Upaya Singapura adalah dengan

meningkatkan volume impor dari negara lain. Namun, bagi Indonesia sebagai

salah satu importir lobster konsumsi ke Singapura justru mengalami penurunan

volume di beberapa tahun terakhir. Menurut publikasi UN Comtrade (2019:1),

Indonesia hanya melakukan ekspor sebesar 138,9 Ton pada kode HS 030621 ke

Singapura, sedangkan Malaysia melakukan ekspor lobster ke Singapura jauh lebih

besar yakni sebesar 4882,4 Ton pada kode HS 030622. Hal ini tidak sesuai

54
dengan penelitian Utami (2019), dimana jumlah penduduk tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikatnya.

5.3.4 Pengaruh Inflasi Indonesia (Inf) Terhadap Volume Ekspor Lobster


Konsumsi Indonesia ke Singapura

Hasil pengujian model volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura menerangkan bahwa variabel Inflasi Indonesia (Inf) memiliki nilai

parameter sebesar -10,080 yang memiliki arti bahwa setiap mengalami kenaikan

sebesar 1% inflasi akan menurunkan volume ekspor lobster konsumsi sebesar

10,080 Ton dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, Inf tidak

berpengaruh pada taraf α=5%. Hal ini menunjukan H₀ diterima untuk hipotesis

Inf.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Silitonga, dkk., (2017),

dimana inflasi tidak berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Pada umumnya

inflasi memiliki hubungan negatif terhadap ekspor, yakni memicu pertumbuhan

impor lebih cepat berkembang dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor. Jika

laju inflasi di Indonesia meningkat cukup besar sementara laju inflasi di Singapura

relatif tetap maka akan membuat harga produk di Indonesia menjadi semakin

mahal.

55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis serta pembahasan di dalam penelitian ini maka

didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tataniaga lobster pada ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura

periode 2000-2018 memiliki lembaga tata niaga yang terdiri dari nelayan

atau pembudidaya, pedagang besar dan eksportir. Penyediaan input (benih

dan pakan) dilakukan oleh nelayan sedangkan pemeliharaan di lakukan oleh

pembudidaya, Pasokan lobster yang diperoleh dari pembudidaya dan

nelayan dilakukan pengumpulan oleh pedagang besar (supplier), selanjutnya

dijual ke eksportir. Masalah dalam tataniaga lobster adalah keterbatasan

pendidikan dan pendampingan yang diterima oleh pelaku usaha tataniaga

lobster sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran pemanfaatan

sumberdaya lobster secara lestari.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor lobster konsumsi Indonesia ke

Singapura periode 2000-2018 adalah nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar

(NT) yang berpengaruh secara positif dan jumlah penduduk Singapura (JP)

yang berpengaruh secara negatif.

3. Pengaruh faktor-faktor ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura

periode 2000-2018 adalah nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar yang

berpengaruh secara positif dan signifikan, jumlah penduduk Singapura yang

berpengaruh secara negatif serta harga lobster di Singapura dan inflasi

56
Indonesia yang tidak mempunyai pengaruh terhadap volume ekspor lobster

konsumsi Indonesia ke Singapura.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan beberapa

saran untuk penelitian selanjutnya, yakni:

1. Diharapkan permasalahan tataniaga lobster terkait keterbatasan pendidikan

dan pendampingan yang diterima oleh pelaku usaha tataniaga lobster dapat

diperbaiki. Sehingga kesadaran pemanfaatan sumberdaya lobster secara

lestari dapat dijalankan secara maksimal.

2. Bagi penelitian lanjutan, disarankan untuk menggunakan variabel independen

yang lebih banyak terkhusus kepada variabel produksi. Serta disarankan

meneliti dampak produksi terhadap volume ekspor lobster ukuran konsumsi

Indonesia.

57
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika. 2015. https://www.bps.go.id/ Diakses tanggal 22 Januari


2020 pukul 21.55 WIB.

Badan Pusat Statistika. 2017. https://www.bps.go.id/ Diakses tanggal 22 Juli 2020


pukul 11.24 WIB.

Badan Pusat Statistika. 2020. https://www.bps.go.id/ Diakses tanggal 24 Juli 2020


pukul 15.31 WIB.

Boesono, H., S. Anggoro,dan A.N. Bambang. 2011. Laju Tangkap dan Analisis
Usaha Penangkapan Lobster (Panulirus sp) dengan Jaring Lobster (Gillnet
Monofilament) di Perairan Kabupaten Kebumen. Jurnal Saintek Perikanan,
7(1): 77-87.

Brata, I Gede Chandra Surya. 2015. Derajat Keterbukaan Impor Dan Derajat
Konsentrasi Komoditas Kedelai Di Indonesia. Jurnal: Ekonomi
Pembangunan Volume 4, Nomor 8, Agustus 2015. Universitas Udayana.

Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh. 2015. Laporan Studi Kelimpahan Lobster di
Kabupaten Simeulue. https://dkp.acehprov.go.id/ Diakses tanggal 11
Februari 2021 pukul 20.31 WIB.

Drengstig, A., & A. Bergheim. 2013. Commercial land-based farming of


European lobster (Homarus gammarus L.) in Recirculating Aquaculture
System (RAS) using a single cage approach. Journal of Aquacultural
Engineering, 53, 14– 18.

Ekananda, Mahyus. 2014. Ekonomi Internasional. Jakarta: Erlangga.

FAO. 2019. http://www.fao.org/in-action/globefish/market-reports/resource-


detail/en/c/357932/ Diakses tanggal 7 April 2020 pukul 19.24 WIB.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Giyanto, A. EW. Manuputty, M. Abrar, dan R. M. Siringoringo. 2014. Panduan


Monitoring Kesehatan Terumbu Karang, Ikan Karang, Megabenthos, dan
Penulisan Laporan. CRITC COREMAP CTI LIPI. Jakarta.

58
Kadafi, M., Widaningroem, R., & Soeparno. 2006. Biological Aspects And
Maximum Sustainable Yield Of Spiny Lobster (Panulirus Spp.) In Ayah
Coastal Waters Kebumen Regency. Journal of Fisheries Sciences VIII (1):
108-117.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. [KKP] 2010. Statistik Perikanan Tangkap


Indonesia 2010. Jakarta.

Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. [KKP] 2015. Peraturan Menteri


Kelautan Dan Kelutan Republik Indonesia. Nomor 01/Permen-KP/2015
Tentang Penangkapan Lobster (Panulirus Spp.). Kepiting (Scylla Spp.). dan
Rajungan (Portunus Pelagicus Spp.)

Kementerian Kelautan dan Perikanan. [KKP] 2017. Statistik Kelautan dan


Perikanan. http://www.kkp.go.id. Diakses tanggal 2 Agustus 2020 pukul
17.56 WIB.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. [KKP] 2018. Statistik Kelautan dan


Perikanan 2017. Jakarta. Diakses tanggal 23 Januari 2020 pukul 19.37
WIB.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. [KKP] 2019. Statistik Kelautan dan


Perikanan 2018. Jakarta. Diakses tanggal 24 Januari 2020 pukul 20.41
WIB.

Kementerian Kelautan dan Perikanan. [KKP] 2020. Renstra Kementerian


Kelautan Perikanan 2015-2019. http://www.kkp.go.id. Diakses tanggal 2
Februari 2020 pukul 21.30 WIB.

Kompasiana, 2015. Singapura dan Hukum Lingkungan? Berhasilkah?.


https://www.kompasiana.com/gunteitbyahoocom/54ffa3fba33311494c5109
7d/singapura-dan-hukum-lingkungan-berhasilkah. Diakses tanggal 2 Juli
2020 pukul 21.30 WIB.

Kotler. P and Armstrong. 2010. Principles of Marketing, thirteen edition. New


Jersey: Prentice-Hall,Inc.

Kurnia, Ida. 2017. Implementasi pembangunan berkelanjutan dalam pemanfaatan


sumber daya perikanan di ZEE Indonesia. Jurnal Hukum Prioris, Vol. 6 No.
1 Tahun 2017.

Mahdiana, A. & S.P. Laurensia, 2011. Status Perikanan Lobster (Panulirus spp,)
di Perairan Kabupaten Cilacap. Sains Akuatik,13 (2): 52-57.

Mankiw, N. Gregory. 2006. Makro Ekonomi, Terjemahan: Fitria Liza, Imam


Nurmawan: Penerbit Erlangga. , Jakarta.

59
Market Brief. 2015. Produk Kepiting (HS 030614, 031024 dan 160510) di
Singapura, Kedutaan Besar Republik Indonesia Singapura.

Maulana, A. and Fitri Kartiasih. 2017. Analisis ekspor kakao olahan Indonesia ke
sembilan negara tujuan tahun 2000–2014. Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan Indonesia, 17(2).

Meroekh, H. Melynda., De Rozari, E. Petrus & Foenay, C. Christien. 2018.


Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam Menentukan Harga Jual Melalui
Metode Cost Plus Pricing (Studi Kasus Pada Pabrik Tahu Pink Jaya Oebufu
di Kupang). Journal Of Management (SME’s) Vol. 7, No. 2, 2018, p181-
205.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.

Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriftif Kualitatif. Jakarta : GP Press Group.

Nasution, Z., Vita, B. Indah., Yanti, B.V.I., Nurlaili & Yuliati C. 2018. Kesiapan
Dan Penguatan Kelembagaan Masyarakat Dalam Mendukung Pengelolaan
Program Restocking Lobster. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol. 10
No. 1 Mei 2018: 33-42.

Nitisemito, S. Alex. 2010. Manajemen Personalia Manajemen Sumber Daya


Manusia. Edisi Ketiga. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nugraha, S. Satia. 2016. [Skripsi]. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi Dan
Beras Di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. 11–52.
http://repository.unpas.ac.id/13281/.

Pratiwi, R., 2013. Lobster komersial (Panulirus spp). Oseana, 38 (2): 55-68.

Purwito, A. Indriani. 2015. Ekspor, Impor, Sistem Harmonisasi, Nilai Pabean dan
Pajak dalam Kepabeanan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2015. Pengantar Ilmu Ekonomi


(Mikroekonomi Dan Makroekonomi). Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Rahmah, L. Nur Alia. 2016. Analisis Aliran Perdagangan dan Strategi


Pengembangan Ekspor Lobster Indonesia. Sekolah Bisnis Institut Pertanian
Bogor.

Rinaldi, M. C. Rumengan, Jefrey I. Kindangen & Esli D. Takumansang. 2019.


Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Fasilitas Sosial di Kota Kotamobagu.

60
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sam Ratulangi. Jurnal
Spasial Vol 6. No. 2, 2019 ISSN 2442-3262

Rokhim, Mukhammad. [Skripsi] 2014. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai


Kurs, Suku Bunga Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada
Masa Stimulus Amerika Serikat Quantitatife Easing (QE) Tahun 2008-
2014. Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya.

Romdhon, M. Mustopa., & Ketut Sukiyono. 2011. Pola Kemitraan Pemasaran


Lobster Di Kota Bengkulu. AGRISEP:Journal Agribusiness and
Agricultural Socio-Economics 10(1), 126–137.
https://doi.org/10.31186/jagrisep.10.1.126-137.

Salvatore, D. 2014. Ekonomi Internasional: Salemba Empat, Jakarta.

Saptanto, S dan Soetjitpto, W. 2010. Analisis Model Ekspor Komoditas Perikanan


Indonesia dengan Pendekatan Gravity Model. J. Bijak dan Riset Sosek KP.
Vol.5 No.2, 2010.

Setyawan, M. Santoso. 2017. Financial Programming and Policies (FPP),


Keterkaitan Antar Kebijakan Makro: FPP. Jakarta: Bank Indonesia, 2017.

Silitonga, BR. Ribka., Ishak, Zulkarnain & Mukhlis. 2017. Pengaruh Ekspor,
Impor dan Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah di Indonesia. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol. 15 (1): 53-59, p-ISSN: 1829-5843, Juni
2017.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2010. Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT.Raja


Grafindo Persada.

Suryana, T. Fariyanti., A. Rifin, A. 2014. Analisis Perdagangan Kakao Indonesia


di Pasar Internasional. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Tambunan, Tulus T.H. 2011. Perekonomian Indonesia: Kaian Teoritis dan


Analisis Empiris. Bogor: Ghalia Indonesia.

61
Triyani, Riesti & Risna Yusuf. 2015. Analisis Manajemen Rantai Pasok Lobster
(Studi Kasus di Kabupaten Simeulue, Aceh). J. Sosek KP Vol. 10 No. 2
Tahun 2015: 203-216. Aceh.

Ulfah, Faiqoh. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Udang


Jawa Tengah. Jurnal Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Economics Development Analysis Journal 1 (2), ISSN 2252-6560. 2012

UNCOMTRADE. 2017. https://comtrade.un.org/. Diakses tanggal 28 Januari


2020 pukul 20.13 WIB.

UNCOMTRADE. 2018. https://comtrade.un.org/ Diakses tanggal 15 Februari


2020 pukul 22.45 WIB.

UNCOMTRADE. 2019. https://comtrade.un.org/Publikasi Ekspor Kode HS


Lobster Negara di Dunia Diakses tanggal 27 Februari 2020 pukul 02.31
WIB.

UNCOMTRADE. 2020. https://comtrade.un.org/ Diakses tanggal 22 Juli 2020


pukul 14.28 WIB sampai 25 Juli pukul 22.31 WIB.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan


United Nations Convention On The Law Of The Sea (Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut)

Utami, T Anindya. 2019. Pengaruh Produksi, Harga Udang Ekspor, GDP Negara
Tujuan dan Jumlah Penduduk Negara Tujuan Terhadap Ekspor Udang
Indonesia Periode 2006-2017. [Skripsi]. FEB. UIN Jakarta.

Wardojo. & Wiganda. 2010. Pengembangan Usaha Agribisnis Udang Karang


(Spiny Lobster) Studi Kasus Pada PT ASI Pudjiastuti Di Kabupaten Ciamis,
Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Majalah Forum Ilmiah Unija
Vol. 14 No. 06 Juni 2010.

Wiguna, Ida Bagus Wira Satrya. 2014. Pengaruh Devisa, Kurs Dollar AS, PDB
Dan Inflasi Terhadap Impor Mesin Kompressor Dari China. Jurnal:
Ekonomi Pembangunan Volume 3, Nomor 5, Mei 2014. Universitas
Udayana.

Wirosuhardjo, Kartomo. 2007. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta : Lembaga


Demografi FEUI.

Zulham, A. 2018. Kontruksi Sosial Dalam Membangun Bisnis Lobster Di


Indonesia. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia. Vol. 10 No. 1 Mei
2018:43-52.

62
LAMPIRAN

63
Lampiran 1. Total Produksi Lobster Indonesia

Tahun Total Produksi (TON)


2000 3596
2001 4490
2002 4758
2003 5348
2004 5439
2005 6648
2006 5254
2007 4705
2008 9896
2009 5892
2010 7651
2011 10541
2012 13549
2013 16482
2014 10086
2015 5014
2016 5634
2017 5412
2018 5225
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2019 (Data Diolah)

64
Lampiran 2. Nilai Tukar Rupiah terhadap USDollar

Tahun Nilai Tukar Rupiah terhadap USDollar

2000 8,421.77
2001 10,298.65
2002 9,318.24
2003 8,573.40
2004 8,934.65
2005 9,710.64
2006 9,166.51
2007 9,136.50
2008 9,679.55
2009 10,398.35
2010 9,084.55
2011 8,779.49
2012 9,380.39
2013 10,451.37
2014 11,878.30
2015 13,391.97
2016 13,307.38
2017 13,384.13
2018 13,882.62
Sumber: Publikasi Website Resmi World Bank. 2020 (Data Diolah)

65
Lampiran 3. Harga Lobster di Singapura

Tahun Harga Lobster di Singapura Per Ton (Rupiah)

2000 2,045.71
2001 3,279.69
2002 3,786.55
2003 2,342.11
2004 2,591.76
2005 2,358.38
2006 1,459.07
2007 3,303.37
2008 4,073.45
2009 2,743.34
2010 2,373.88
2011 3,543.14
2012 5,075.82
2013 6,446.41
2014 6,854.17
2015 6,651.14
2016 5,141.68
2017 6,257.19
2018 6,779.19
Sumber: Publikasi Website Resmi UN Comtrade. 2020 (Data Diolah)

66
Lampiran 4. Jumlah Penduduk Singapura

Tahun Jumlah Penduduk Singapura (Ribu Jiwa)

2000 4,028

2001 4,138

2002 4,248

2003 4,358

2004 4,468

2005 4,578
2006 4,688

2007 4,798

2008 4,908
2009 5,018

2010 5,128

2011 5,238
2012 5,348
2013 5,458

2014 5,568

2015 5,678
2016 5,788
2017 5,898

2018 6,008
Sumber: Publikasi Website Resmi World Bank. 2020 (Data Diolah)

67
Lampiran 5. Inflasi Indonesia

Tahun Inflasi Indonesia (%)

2000 9,35
2001 12,55
2002 10,03
2003 5,06
2004 6,40
2005 17,10
2006 6,60
2007 6,59
2008 11,06
2009 2,78
2010 6,96
2011 3,79
2012 4,30
2013 8,38
2014 8,36
2015 3,35
2016 3,02
2017 3,61
2018 3,13
Sumber: Publikasi Website Resmi BPS. 2020 (Data Diolah)

68
Lampiran 6. Volume dan Nilai Ekspor lobster Indonesia ke Singapura (Kode HS
030611, 030612, 030621 dan 030622)

Tahun Volume Ekspor (TON) Nilai Ekspor (Ribu US$)


2000 1115.208 2,391.39
2001 1430.851 3,508.60
2002 631.753 1,154.92
2003 417.32 940.94
2004 220.02 487.23
2005 249.141 467.96
2006 847.277 1,009.74
2007 446.431 858.40
2008 167.916 635.94
2009 145.475 421.07
2010 187.056 445.20
2011 113.498 268.72
2012 124.61 613.78
2013 59.834 421.23
2014 109.32 693.00
2015 210.826 1,349.70
2016 294.399 1,442.78
2017 105.128 657.99
2018 151.905 960.95
Sumber: Publikasi Website Resmi UN Comtrade. 2020 (Data Diolah)

69
Lampiran 7. Hasil Uji Multikolineritas

Model Collinearity Statistics


Tolerance VIF
(Constant)
Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar (US$) (NT) .296 3.376
Harga lobster di Singapura Per TON (US$) (HLE) .258 3.875
Jumlah Penduduk Singapura (Ribu Jiwa) (JP) .199 5.024

Inflasi Indonesia (%) (Inf) .590 1.694


a. Variabel Dependen: Volume Ekspor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Per TON (VEL)

Sumber: Data Sekunder, SPSS. 2020 (Data Diolah)

70
Lampiran 8. Hasil Uji Autokorelasi

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-


Square the Estimate Watson
1 .815a .664 .569 248.97556 1.370
a. Variabel Independen: (Konstan), Inflasi Indonesia (%) (Inf), Harga lobster di Singapura Per TON (US$) (HLE), Nilai
Tukar Rupiah terhadap dollar (US$) (NT), Jumlah Penduduk Singapura (Ribu Jiwa) (JP)
b. Variabel Dependen: Volume Ekspor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Per TON (VEL)

Sumber: Data Sekunder, SPSS. 2020 (Data Diolah)

71
Lampiran 9. Hasil Uji Run Test

Unstandardized
Residual
Test Valuea 39.36155
Cases < Test Value 9
Cases >= Test Value 10
Total Cases 19
Number of Runs 9
Z -.461
Asymp. Sig. (2-tailed) .645
a. Median

Sumber: Data Sekunder, SPSS. 2020 (Data Diolah)

72
Lampiran 10. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolera VIF
Error nce

(Konstan) 2938.934 917.247 3.204 .006

Nilai Tukar Rupiah


.144 .059 .699 2.457 .028 .296 3.376
terhadap dollar (NT)

Harga lobster di
-.007 .064 -.033 -.109 .915 .258 3.875
Singapura (HLE)

Jumlah Penduduk
-.791 .213 -1.291 -3.721 .002 .199 5.024
Singapura (JP)

Inflasi Indonesia (Inf) -10.080 19.975 -.102 -.505 .622 .590 1.694
a. Variabel Dependen: Volume Ekspor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Per TON (Y)

Sumber: Data Sekunder, SPSS. 2020 (Data Diolah)

73
Lampiran 11. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-


Square the Estimate Watson
1 .815a .664 .569 248.97556 1.370
a. Variabel Independen: (Konstan), Inflasi Indonesia (%) (Inf), Harga lobster di Singapura Per TON (US$) (HLE), Nilai
Tukar Rupiah terhadap dollar (US$) (NT), Jumlah Penduduk Singapura (Ribu Jiwa) (JP)
b. Variabel Dependen: Volume Ekspor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Per TON (VEL)

Sumber: Data Sekunder, SPSS. 2020 (Data Diolah)

74
Lampiran 12. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Sum of
Model Df Mean Square F Sig
Squares
1 Regression 1718038.347 4 429509.587 6.929 .003b
Residual 867843.643 14 61988.832
Total 2585881.990 18
a. Variabel Independen: (Konstan), Inflasi Indonesia (%) (Inf), Harga lobster di Singapura Per TON (US$) (HLE), Nilai
Tukar Rupiah terhadap dollar (US$) (NT), Jumlah Penduduk Singapura (Ribu Jiwa) (JP)

b. Variabel Dependen: Volume Ekspor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Per TON (VEL)

Sumber: Data Sekunder, SPSS. 2020 (Data Diolah)

75
Lampiran 13. Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji T)

Model Unstandardized Standardized T Sig. Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Tolera VIF
nce

(Konstan) 2938.934 917.247 3.204 .006

Nilai Tukar Rupiah


.144 .059 .699 2.457 .028 .296 3.376
terhadap dollar (NT)

Harga lobster di
-.007 .064 -.033 -.109 .915 .258 3.875
Singapura (HLE)

Jumlah Penduduk
-.791 .213 -1.291 -3.721 .002 .199 5.024
Singapura (JP)

Inflasi Indonesia (Inf) -10.080 19.975 -.102 -.505 .622 .590 1.694

a. Variabel Dependen: Volume Ekspor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Per TON (Y)

Sumber: Data Sekunder, SPSS. 2020 (Data Diolah)

76

Anda mungkin juga menyukai