HASANU RIZKILLAH
NIM 11150920000065
Hasanu Rizkillah
11150920000065
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis
ii
PENGESAHAN UJIAN
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si
NIP. 19690404 200501 2 005 NIP. 19620308 198903 2 001
iii
PERNYATAAN
Hasanu Rizkillah
11150920000065
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
KEMAMPUAN
1. Mampu mengoperasikan Microsoft Office, Internet dan aplikasi e-
mail serta berbagai program piranti lunak (software).
2. Kreatif, inisiatif, jujur, disiplin, bekerja keras, memiliki jiwa
kepemimpinan, kemauan untuk belajar, mampu bekerja mandiri
maupun di dalam tim serta mampu berkomunikasi dengan sangat
baik.
v
PENGALAMAN ORGANISASI
2016 – 2017 : Staff Departemen Keorganisasian HMJ
(Himpunan Mahasiswa Jurusan) Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2017 – 2018 : Ketua Umum HMJ (Himpunan Mahasiswa
Jurusan) Agribisnis Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2018 – 2020 : Kepala Bidang PTKK HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) Komisariat Fakultas Sains
dan Teknologi Cabang Ciputat
2018 – 2020 : Kepala Bidang Kewirausahaan, Badan Pengurus
Pusat ISMPI (Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian
Indonesia)
2019 – 2020 : Kepala Bidang Pengabdian Masyarakat, DEMA
Universitas (Dewan Eksekutif Mahasiswa) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
PENGALAMAN KERJA
2015 : Saksi Pemilihan Walikota Tangerang Selatan Kec.
Benda Baru
2016 : Surveyor Pemilihan Gubernur DKI Jakarta
2017 : Tim Quick Count Pilkada DKI Jakarta Kel.
Kemang
2018 : Tim Magang PT. Bintaro Fish Center (BFC)
Mini Farm Tangerang Selatan
2018 : Surveyor Pemilihan Presiden dan Legislatif DKI
Jakarta, Jakarta Barat
2019 : Tim Saksi Pemilihan Presiden dan Legislatif DKI
Jakarta, Jatinegara, Jakarta Timur
2020 : Tim Divisi Implant PT. First Logistic Indonesia
2020 : Tim Inputer PKPU MSU (Mahkota Sentosa
Utama) Indonesia
vi
RINGKASAN
Kata kunci: ekspor, nilai tukar, harga pada negara tujuan, jumlah penduduk,
inflasi, regresi linear berganda, lobster.
vii
KATA PENGANTAR
karunia dan berkah yang diberikan Allah SWT, sehingga penulisan skripsi yang
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabat, dan kepada kita
Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
ini, baik dalam bentuk dukungan moril maupun materil. Terima kasih kepada :
1. Kedua orangtua tercinta Ibu Sutarti dan Bapak Suharli, terima kasih tak
terhingga untuk kalian atas cinta dan kasih sayang. Juga kepada Kaka, adik dan
2. Ibu Dr. Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan Ibu Dewi Rohma Wati, SP, M.Si,
viii
3. Ibu Rahmi Pumomowati, SP, M.Si dan Bapak Dr. Achmad Tjachja Nugraha,
SP, MP, selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan nasihat,
4. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud, selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seluruh dosen dan staff
Program Studi Agribisnis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
5. Ibu Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P., MM.,
selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas
Departemen, Kepala Divisi hingga Staff Departemen yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu namun tak sedikitpun mengurangi rasa bangga dan
terimakasih saya atas kerjasama tim yang sangat luar biasa! Agribisnis bersatu
7. Para kaka DPP HMJ Agribisnis 2018, Bang Noval, Bang Rizkita, Bang Dika,
Ka Salma, Ka Dina dan Kak Dewi Rohmawati atas nasehat, motivasi serta
Aziz, Bang Hilman Mbah, Bang Bibiw dan abang/kaka yang lainnya atas
8. Para Teman Seperjuangan, Vieri, Jojo, Alfi Haryo, Alfi Cubluk, Ture, Fawaz,
Boil, Danang, Fariz, Rommy, Ilham, Geby, Mamat, Reza, Apeb, Desta, Bowo,
Dewi, Qori, Arin, Dita Milih, Nungky, Farah, Kidoy, Rafida, Ilham Bandot,
ix
Maday, Zhawir, Ilham Bantet, Caca, Sisil, Maudi serta Keluarga besar
Agribisnis UIN Jakarta, terima kasih banyak atas kebersamaan, do’a dan
10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi, penulis
ini. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis dan bagi para pembaca. Amiin Ya Allah, Ya Rabbal Allamin. Barakallah.
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 39
LAMPIRAN ........................................................................................................... 63
xii
DAFTAR TABEL
6. Hasil Uji Run Test Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi ......................... 44
8. Hasil Uji Simultan (Uji F) Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi ............. 47
9. Hasil Uji Parsial (Uji t) Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi ................. 48
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
satunya adalah lobster (Panulirus spp). Lobster memiliki nilai ekonomis yang
tinggi dan ditujukan untuk pemasaran konsumsi lokal dan luar negeri (ekspor).
tersebar dari pantai timur dan barat Sumatera, pantai utara dan selatan Jawa
(Pantai Selatan Garut, Cilacap, Pacitan dam Gunung Kidul), Makassar Selatan,
Teluk Bone dan Laut Maluku hingga Arafura (Naamin et al. dalam Mahdiana dan
meliputi daerah karang, pantai dan teluk, dengan luas terumbu karang Indonesia
mencapai 39.583 km2 atau sekitar 45,7% dari total 86.503 km2 luas terumbu di
wilayah segi tiga karang (Coral Triangle) (Giyanto dkk., 2014:1). Identifikasi
1
tingginya permintaan, kecenderungan harga lobster pun terus meningkat, hal ini
mendorong nelayan untuk terus meningkatkan upaya menangkap lobster dari alam
populasi yang ditandai dengan penurunan jumlah hasil tangkapan dan ukuran
yang semakin menurun dan pengaruh musim dalam kegiatan penangkapan lobster
di laut, maka budidaya lobster telah mulai dilakukan sebagai upaya pemenuhan
permintaan di pasar. Menurut publikasi data FAO (2019:1), total produksi Lobster
perikanan tangkap dunia pada tahun 2010-2017 sebesar 319.996 Ton, sedangkan
produksi lobster hasil budidaya hanya sebesar 2.070 Ton. Hal tersebut
menunjukan dominasi hasil produksi lobster dunia masih dari hasil tangkapan di
dengan yang tertinggi terjadi pada tahun 2016, presentase ekspornya sebesar
59,1% dari jumlah produksi. Namun, telah terjadi penurunan produksi yang
signifikan pada tahun 2013 ke 2014 dari 16.482 ton menjadi 10.086 ton. Tabel 1.
2
menampilkan perkembangan produksi lobster, tingkat volume dan presentase
ekspor dari hasil produksi dalam rentang waktu 2011-2018 (KKP, 2019:2).
Persentase Ekspor
Tahun Jumlah produksi (Ton) Volume Ekspor (Ton)
(%)
2011 10.541 3576 33,9
2012 13.549 5281 38,9
2013 16.482 5147 31,2
2014 10.086 3321 32,9
2015 5.014 2584 51,5
2016 5.634 3330 59,1
2017 5.412 2073 38,3
2018 5.225 1815 34,7
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, Diolah (2019)
tahun 2014 terjadi akibat adanya ekspor bibit lobster dengan kode HS
0306211000 dan 0306221000 secara masif ke Vietnam pada tahun 2014. Tahun
2014 Indonesia tercatat mengekspor benih lobster ke Vietnam sebesar 24,6 ton
(BPS, 2015:1). Hal tersebut tentunya merugikan para nelayan lobster budidaya
karena itu, pada tahun 2015 dikeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan
Lobster (Panulirus sp.). Isi dari peraturan tersebut yaitu larangan melakukan
penangkapan lobster (Panulirus sp.) yang harus dilakukan dengan ukuran panjang
Permintaan konsumsi lobster air laut terus meningkat dari tahun ke tahun.
3
lobster dunia membuka peluang pasar ekspor lobster Indonesia. Menurut publikasi
ke-17 di dunia. Berdasarkan data BPS (2017:1), negara importir lobster terbesar
dagang dengan Most Favoured Nation (MFN) yang memiliki tingkat tarif nol
Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Perdagangan RI, total
perdagangan Indonesia dengan Singapura pada tahun 2014 adalah sebesar US$
41,99 milyar (Market Brief, 2015:6). Indonesia juga termasuk dalam sepuluh
besar negara tujuan ekspor dan negara asal impor Singapura. Dengan demikian,
Indonesia dapat tercatat sebagai mitra dagang utama Singapura. Indonesia yang
terletak di antara 2 (dua) samudera dengan iklim tropis dan berbentuk kepulauan
menjadikannya sebagai negara yang kaya akan sumber daya laut. Sumber daya
laut ini dapat diolah untuk menambah pendapatan negara dengan melakukan
4
ekspor produk-produk laut termasuk lobster (Market Brief, 2015:6). Selain itu
daya ikan yang berkelanjutan dari pengelolaan tataniaga lobster (Kurnia, 2017:2).
konsumsi Indonesia ke Singapura terjadi pada tahun 2016 dengan jumlah 294,40
Ton dan nilainya sebesar US$1.442.780. Volume ekspor terendah terjadi pada
tahun 2013 dengan hanya 59,83 Ton sedangkan nilai ekspor terendah terjadi pada
5
pemanfaatan lobster untuk kebutuhan ekspor haruslah dimanfaatkan agar dapat
meningkatkan devisa negara namun tetap berlandaskan pada sumber daya lobster
yang berkelanjutan dari pengelolaan tataniaga lobster. Oleh karena itu, diperlukan
6
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, sebagai penerapan ilmu yang didapat selama masa studi di
Penentuan prioritas ekspor lobster Indonesia pada faktor nilai tukar Rupiah, harga
lobster pada negara tujuan, jumlah penduduk Singapura dan Inflasi Indonesia
yang diukur menggunakan alat analisis regresi linear berganda dengan bantuan
SPSS 20. Periode tahun analisis time series yang digunakan yaitu 19 tahun, dari
tahun 2000 hingga tahun 2018. Komoditi lobster yang diteliti yaitu berdasarkan
Harmonized System (HS) 1996 yang terdiri dari Kode HS 030611 dan 030612
untuk lobster beku serta 030621 dan 030622 untuk lobster tidak beku. Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari
tata niaga (marketing) adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Namun, marketing
(tata niaga) bersifat dinamis karena mencakup semua persiapan, perencanaan dan
milik atas sesuatu barang atau jasa serta pelaksanaan perpindahan dan peralihan
tersebut.
yang mengarahkan aliran barang dari petani kepada konsumen. Pemasaran produk
pertanian terdapat unsur pokok kegiatan pemasaran yakni produk, harga dan
distribusi yang dimana satu sama lain saling berkaitan. Sehingga untuk
konsumen, maka unsur tadi perlu dirancang sebaik mungkin terutama dengan
Nugraha, 2016:44).
8
memerlukan adanya saluran tataniaga yang terdiri dari serangkaian lembaga untuk
melakukan semua fungsi yang digunakan dalam menyalurkan produk dan status
(2015:207) pada studi kasus di Kabupaten Simeulue, lembaga tata niaga pada
komoditas lobster terdiri dari nelayan atau pembudidaya, pedagang besar dan
eksportir. Tahapan proses yang dilakukan yaitu penyediaan input, budidaya dan
oleh eksportir ditujukan ke Jakarta, Medan dan Nagan Raya yang selanjutnya
dengan intensitas pengiriman tiga kali seminggu (Triyani dan Yusuf, 2015:207-
208).
Usaha jual beli lobster antara nelayan dengan pedagang pengumpul terjalin
masing-masing pihak. Selanjutnya aturan main yang telah disepakati tersebut oleh
9
masing-masing pihak didasarkan atas manfaat yang berkelanjutan (Suradisastra
keperluan ekspor dan domestik terdiri dari dua aktor yang terlibat, yaitu produsen
Pasokan lobster seluruhnya (100%) berasal dari pembudidaya dan nelayan yang
selanjutnya pasokan dibagi menjadi 90% untuk ke eksportir yang ada di Jakarta,
Medan dan Nagan Raya. Sedangkan sisa 10% dijual ke konsumen lokal dan
Hal-hal lain yang terkait dengan rantai pasok, seperti informasi dan
berharga yang mempengaruhi produksi dan kualitas produksi tidak dimiliki oleh
semua pelaku usaha sepanjang rantai pasok. Informasi harga lobster ditentukan
sepihak oleh eksportir. Untuk selanjutnya supplier juga menentukan harga secara
10
Informasi yang berhubungan dengan volume produksi jauh lebih sulit
permintaan pasar, harga, potensi produk yang masih dapat digali dan nilai produk
dari Karantina Ikan Wilayah Kerja Karantina Ikan, Pengendali Mutu, dan
yang tidak menentu terutama saat musim barat (badai) yang menyebabkan
nelayan tidak pergi melaut, selain itu juga disebabkan oleh over fishing dari
nelayan yang menangkap lobster dalam keadaan bertelur dan belum cukup umur.
perdagangan antara suatu negara dengan negara lain yang melewati batas-batas
11
regional maupun kesepakatan secara internasional melalui perjanjian atau dalam
manfaat kepada negara yang mempunyai sumber daya alam melimpah dan
memberikan jaminan pasar yang dapat bersaing dengan harga yang terkendali
disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Pada pihak lain, kelebihan
penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain
pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri, jumlah komoditas itu sendiri dan
12
Gambar 3 diatas menjelaskan adanya perdagangan internasional antara
adanya kelebihan penawaran oleh negara A dan kelebihan permintaan oleh negara
B. Harga suatu produk di negara A sebesar Pa dan B sebesar Pb, ceteris paribus.
Pada pasar internasional, harga dari negara A akan lebih kecil yakni berada pada
supply). Di negara B, harga suatu produk lebih besar dibandingkan dengan harga
demand).
atas suatu komoditas dengan harga sebesar P* pada pasar internasional. Dari
perbedaan antara harga domestik (Pa dan Pb) dengan harga internasional (P*);
serta permintaan (ED) dengan penawaran (ES) pada produk tertentu. Selain itu,
faktor dari nilai tukar mata uang (exchange rate) antar negara satu dengan negara
13
lain akan menyebabkan ekspor dan impor yang dilakukan oleh suatu Negara
Ekspor (export) adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi
di dalam negeri lalu di jual di luar negeri (Mankiw, 2006:240). Ekspor adalah
salah satu faktor penting dalam Gross Domestic Product dilihat dari sudut
menurun, pendapatan pun akan berubah. Namun tingginya aktivitas ekspor akan
membuat perekonomian suatu negara lebih sensitif terhadap gejolak atau fluktuasi
manfaat bagi suatu negara. Sukirno (2011:21) menjelaskan beberapa manfaat dari
ekspor, yaitu:
komoditas dari Indonesia yang mulai dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila
menjual suatu komoditas kepada masyarakat di luar negeri. Transaksi ini dapat
bertambah.
14
3. Memperluas Lapangan Kerja
semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam negeri
akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga
Impor adalah memasukan barang dan jasa yang dihasilkan dari luar suatu
2014:2). Menurut Brata (2015:874-875) impor adalah barang atau jasa yang
dihasilkan di negara lain yang masuk ke suatu negara. Impor suatu negara
ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya daya saing negara tersebut dan kurs
valuta asing. Namun penentu impor yang utama adalah pendapatan masyarakat
suatu negara. Semakin tinggi pendapatan masyarakat, maka semakin tinggi nilai
impor yang akan dilakukan. Impor juga bisa dikatakan sebagai perdagangan
dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah pabeanan Indonesia
tukar terhadap mata uang negara lain, pendapatan dan output luar negeri. Apabila
output luar negeri meningkat atau nilai tukar terhadap mata uang negara lain
menurun, maka volume dan nilai ekspor suatu negara akan cenderung meningkat,
demikian juga sebaliknya. Faktor utama ekspor suatu negara secara tidak langsung
ditentukan oleh perubahan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain
15
yang sangat ditentukan oleh jenis serta harga komoditas itu sendiri di pasar
mata uang relatif terhadap mata uang negara lain. Kurs memainkan peranan
kita menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang
sama. Menurut Sukirno (2011:397) sistem nilai tukar dibedakan menjadi 2 (dua)
sistem, yaitu sistem kurs tetap dan sistem kurs fleksibel. Sistem kurs tetap (fixed
exchange rate), yakni penentuan sistem nilai mata uang asing di mana bank
sentral menetapkan harga berbagai mata uang asing tersebut dan tidak dapat
diubah dalam jangka masa yang lama. Pemerintah (otoritas moneter) dapat
menentukan kurs valuta asing dengan tujuan untuk memastikan kurs yang
berwujud tidak akan menimbulkan efek yang buruk atas perekonomian. Kurs yang
ditetapkan ini berbeda dengan kurs yang ditetapkan melalui pasar bebas.
Sedangkan sistem kurs fleksibel adalah penentuan nilai mata uang asing yang
Faktor lain yang dapat memengaruhi ekspor adalah harga pada negara
tujuan. Harga merupakan hal terpenting dalam kegiatan bisnis, dimana suatu
barang maupun jasa yang dijual haruslah ditentukan harganya terlebih dahulu
sehingga seluruh pihak bisa menentukan strategi dalam kegiatan jual beli serta
Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, jasa atau jumlah
16
dari nilai yang ditukarkan oleh konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki
atau menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler and Amstrong, 2010:314).
Hubungan antara kuantitas barang yang diminta dan harga barang dapat
rendah harga suatu barang maka semakin sedikit penawaran terhadap barang
tersebut, dan sebaliknya. Penawaran akan barang ekspor pun ditentukan juga oleh
tingkat harga dari barang eskpor tersebut (Sukirno, 2010:58). Harga ekspor
merupakan harga suatu barang yang berlaku saat terjadinya perdagangan antar
negara. Bila harga suatu barang buatan dalam negeri meningkat secara relatif
terhadap harga barang luar negeri, maka penduduk tersebut akan cenderung
membeli lebih banyak barang luar negeri. Sehingga jumlah dan nilai ekspor akan
dipengaruhi oleh harga relatif antara barang-barang dalam negeri dan luar negeri,
yang pada gilirannya akan tergantung dari harga dalam negeri, harga internasional
penduduk suatu negara. Jumlah penduduk merupakan salah satu indikator penting
yang lahir (menambah jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan
dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur.
17
Sementara itu migrasi juga berperan. Imigran (pendatang) akan menambah dan
diminta. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah penduduk suatu negara,
akan meningkatkan jumlah komoditas yang dibeli. Ketika negara tersebut tidak
dapat memenuhi permintaan domestik, maka impor pun dilakukan. Hal ini tentu
menguntungkan bagi negara eksportir, karena negara importir dapat lebih banyak
bersifat umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika
menjadi lebih tinggi dari pada harga periode sebelumnya. Inflasi adalah alat untuk
menjadi lesu karena harga barang dan kebutuhan pokok terus melambung.
purchasing power parity (PPP) dapat diketahui sibahwa tingginya tingkat inflasi
akan menyebabkan melemahnya nilai tukar mata uang. Secara umum, apabila
18
naiknya harga barang sama artinya dengan turunnya nilai mata uang. Apabila
produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi karena tuntutan kenaikan
upah oleh buruh ataupun kenaikan harga bahan baku untuk industri sehingga
dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam penelitian ini diantaranya adalah:
udang Jawa Tengah tahun 1985-2010. Dalam penelitian ini, model alat analisis
untuk melihat pengaruh produksi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika dan
harga udang dunia terhadap ekspor udang Jawa Tengah. Hasil penelitian
terhadap ekspor udang Jawa Tengah. (2) variabel kurs Rupiah terhadap Dolar AS
dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap ekspor, namun dalam jangka
panjang kurs memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor udang
Jawa Tengah. (3) variabel harga udang internasional dalam jangka pendek dan
jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor udang Jawa
19
Tengah. (4) variabel produksi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, dan harga udang
ekspor dianalisis dengan data panel. Jenis data yang digunakan adalah time series
pada tahun 2005-2014 dan cross section dari negara tujuan utama ekspor lobster
Indonesia ke negara tujuan (GDP per kapita, jarak ekonomi, nilai tukar, harga
produksi, harga udang ekspor, GDP negara tujuan dan jumlah penduduk negara
negara tujuan dan jumlah penduduk negara tujuan terhadap ekspor udang
Metode analisis menggunakan regresi data panel dengan random effect. Hasil
20
negatif dan signifikan, GDP negara tujuan mempunyai hubungan positif dan
Berikut Tabel yang berisi persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu.
Objek Penelitian:Singapura
21
2.5 Kerangka Pemikiran
peluang ekspor yang selama ini belum dimanfaatkan secara penuh. Selain itu,
negara dan kesejahteraan masyarakat yang hidup dari perikanan, namun demikian
ini, terlebih lagi volume ekspor lobster Indonesia mengalami penurunan dalam
oleh penurunan produksi lobster Indonesia yang masih bergantung dari hasil
tangkapan di laut. Dengan tingginya permintaan dan harga jual lobster di pasar
ditambah lagi dengan tingginya kasus penyelundupan benih lobster ke luar negeri
Singapura, hal ini penting untuk meningkatkan ekspor lobster Indonesia ke negara
tersebut dengan tetap memperhatikan peran dari tataniaga lobster terkait peran
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya nilai tukar Rupiah, harga lobster
pada negara tujuan, jumlah penduduk Singapura dan inflasi Indonesia. Oleh
karena itu dapat disusun suatu kerangka pemikiraan teoritis tentang faktor-faktor
22
Pengaruh Nilai Tukar, Harga pada Negara
Tujuan, Jumlah Penduduk Singapura dan
Inflasi Indonesia terhadap Volume ekspor Tataniaga Lobster
Lobster Indonesia
Analisis Kualitatif
Deskriptif
Analisis Regresi Linear
Berganda
Uji Hipotesis:
1. Uji Adj. R
2. Uji F
3. Uji t
2.6 Hipotesis
23
a. H₀: Tidak terdapat pengaruh antara nilai tukar Rupiah pada USDollar
H₁: Terdapat pengaruh antara nilai tukar Rupiah pada USDollar terhadap
e. H₀: Tidak terdapat pengaruh simultan antara nilai tukar, harga lobster di
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder diperoleh tidak melalui tangan pertama atau tidak secara langsung.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai
Comtrade.
Bank.
Jenis-jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data
kuantitatif terdiri dari data volume ekspor lobster Indonesia ke Singapura tahun
25
3.2 Definisi Operasional
di dalam penelitian ini. Kurun waktu (time series) penelitian ini adalah
HS 1996 yang terdiri dari Kode HS 030611, 030612, 030621 dan 030622.
Nilai tukar atau kurs adalah harga mata uang suatu negara relatif terhadap
mata uang negara lain. Satuan nilai tukar adalah Dollar AS. Mengacu
sebagai berikut:
Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, jasa atau
jumlah dari nilai yang ditukarkan oleh konsumen (Kotler dan Amstrong,
dkk. (2018:189), Harga jual yang didasarkan pada perhitungan cost plus
26
4. Jumlah Penduduk Singapura (JP)
T = (L-M) + (I-E)
Keterangan:
T : Jumlah pertumbuhan penduduk per tahun
L : Jumlah Kelahiran/Fertilitas
M : Jumlah Kematian/Mortalitas
I : Jumlah Imigrasi (penduduk yang masuk kesuatu wilayah)
E : Jumlah Emigrasi (penduduk yang keluar dari suatu wilayah)
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang sifatnya umum dan terus-
27
Selanjutnya, untuk menjawab rumusan masalah yang kedua menggunakan
analisis regresi linear berganda. Analisis ini merupakan metode analisis yang tepat
dengan satu atau lebih variabel bebas, sesuai yang dibahas Ghozali (2011:85).
Kurun waktu (time series) dalam penelitian ini adalah 19 tahun (periode 2000-
2018). Alat bantu hitung yang digunakan untuk mengolah data adalah SPSS 20.
Rupiah (NT), harga pada negara tujuan (HLE), jumlah penduduk Singapura (JP)
dan Inflasi Indonesia (Inf) menggunakan model analisis regresi linier berganda.
Dimana :
28
Langkah-langkah estimasi model volume ekspor lobster konsumsi adalah sebagai
berikut:
pada analisis regresi linier berganda yang berbasis ordinary least square (OLS).
a. Uji Normalitas
1. Jika titik menyebar pada garis diagonal dan mengikuti arah garis maka model
2. Jika titik menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
Model regresi yang benar adalah model yang mempunyai distribusi data
normal ataupun mendekati normal yang dapat diketahui dari penyebaran data pada
grafik Normal P-P plot dengan menggunakan program SPSS versi 20.
b. Uji Multikolinearitas
29
berkorelasi dengan satu atau lebih dari variabel bebas lainnya. Jika terjadi
nilai VIF>1 maka terjadi korelasi antar variabel. Semakin besar nilai VIF
c. Uji Heteroskedastisitas
apabila tidak ada pola yang jelas (melebar, bergelombang lalu menyempit) pada
gambar Scatterplots di spss, serta terdapat titik-titik yang menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Model regresi yang benar adalah model regresi
yang tidak terjadi heterokedastisitas atau ketidaksamaan varian, karena data ini
apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
30
periode-t dengan periode t-1 (sebelumnya). Uji autokolerasi dilakukan dengan
membandingkan nilai durbin Watson (dw) hitung dengan dw tabel yaitu batas
atas (du) dan batas bawah (dL). Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:
2. Jika dL < d < du, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau tidak.
4. Jika 4 –du < d < 4 –dL, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau
tidak.
5. Jika du < d < 4 –du, maka tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.
2. Pengujian Hipotesis
koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
31
dependen. Metode yang digunakan adalah dengan melihat nilai probabilitas yang
tabel. Nilai F-hitung dilihat dari hasil pengolahan data bagian Anova. Prosedur
32
5. Berdasarkan probabilitas
6. Penarikan Kesimpulan
didukung oleh teori yang sesuai dengan objek dan masalah penelitian.
berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen secara parsial. Uji t dilakukan
dengan membandingkan t-hitung dengan t-tabel. Nilai t-hitung dapat dilihat dari
derajat keyakinan sebesar 95% atau toleransi kesalahan sebesar 5%. Langkah-
33
2. Menentukan tingkat signifikansi
a. Jika t-hitung < t-tabel, variabel independen (nilai tukar, harga lobster di
b. Jika t-hitung > t-tabel, variabel independen (nilai tukar, harga lobster di
5. Berdasarkan probabilitas
H₀ ditolak dan H₁ diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α).
6. Penarikan Kesimpulan
penelitian.
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa Barat,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan (Dinas Kelautan dan
Secara umum telah diketahui bahwa lobster terdiri dari 49 spesies lobster.
2015:4-5).
Sumatera, Jawa, bali, Nusa Tenggara, Timor Leste, Sulawesi, Halmahera dan
Nusa Tenggara Timur, Timor Leste, Sulawesi, Halmahera, Ambon dan Kepulauan
35
penicillatus) meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Maluku,
ornatus) tersebar di pulau Jawa, Sulawesi, Laut Banda, Aceh, Timor Leste dan
Produksi lobster Indonesia pada tahun 2013 mencapai 16.482 ton (KKP,
2019:2). Produksi itu berasal dari perairan Pulau Sebatik, perairan Gorontalo dan
Sulawesi Utara, perairan Maluku Utara, perairan Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Selatan. Pasokan utama lobster Indonesia untuk pasar global adalah dari perairan
geografis kedua negara yang saling berdekatan. Indonesia juga termasuk dalam
sepuluh besar negara tujuan ekspor maupun negara asal impor Singapura. Oleh
karena itu, Indonesia dapat digolongkan dalam mitra dagang utama Singapura dan
Singapura menunjukan volume dan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2016
dengan jumlah 294,40 Ton dan nilai ekspornya sebesar US$1.442.780. sedangkan
36
pada tahun 2013 dengan hanya 59,83 Ton serta nilai ekspor terendahnya terjadi
pada tahun 2011 dengan hanya sebesar US$268.720 (UN Comtrade, 2019:1).
penangkapan dengan ukuran panjang karapas >8 cm (di atas delapan sentimeter)
(KKP, 2015:2). Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No.
spp., dalam bentuk benih untuk budidaya, lobster bertelur dan lobster ukuran
karapas <8 cm atau berat <200 gram per ekor (Zulham, 2018:44).
upaya pengelolaan sumber daya lobster dengan basis pemulihan stok (stock
terkoordinasi antar satuan kerja terkait penyiapan rekayasa sosial dalam rangka
37
menyelesaikan hambatan perdagangan agar bisnis lobster anggota asosiasi
untuk mengatur penggunaan lahan secara efektif dan efisien. Selain itu
dengan adanya kebijakan “Singapore Green Plan”, yang pada tahap pertamanya
teridentifikasi empat (4) terumbu karang sebagai “daerah alam” yang meliputi 5%
dari luas total Singapura. Namun masalah kelangkaan tanah dan populasi yang
tinggi benar-benar terus mengurangi dan mengganggu wilayah alam yang tersisa
pada isu-isu lingkungan, kesehatan dan keamanan publik, namun untuk komoditas
utama bagi penduduk Singapura yang sebagian besar penduduknya merupakan ras
Chinese. Produk seafood di Singapura disajikan terutama pada saat Chinese New
Year dan acara pernikahan. Hal tersebut menjadi peluang yang masih terbuka
lebar bagi produk lobster Indonesia karena permintaan yang terus meningkat serta
38
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
bantuan program SPSS versi 20 pada kurun waktu data 19 tahun (2000 – 2018).
independent-nya. Langkah pertama yang dilakukan yakni uji asumsi klasik, untuk
mengetahui kelayakan dari suatu model regresi berganda yang berbasis ordinary
least square (OLS). Untuk mendapatkan estimator yang bersifat BLUE (best,
liniear, unbiased estimator) OLS harus memenuhi asumsi klasik yang terdiri dari
pengganggu atau variabel residual memiliki distribusi normal dalam model regresi
sebaran data (titik) pada normal p plot regression dari residual variabel
independen dimana:
a. Jika data (titik) menyebar digaris diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
b. Jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Model regresi yang benar adalah model dengan sebaran data normal atau
mendekati normal yakni dengan melihat penyebaran titik pada grafik Normal P-P
39
plot of Regression Standarized Residual dengan menggunakan program SPSS
Gambar 5. Grafik Normal P-P plot Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)
garis diagonal namun tetap mengikuti arah garis diagonal pada grafik Normal P-P
plot. Hal ini membuktikan bahwa data telah memenuhi syarat normal probability
membentuk korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang benar
variance inflationfactors (VIF). Apabila VIF > 1 maka terjadi korelasi antar
40
peubah bebas. Semakin besar nilai VIF maka menunjukkan gejala kolinieritas
semakin besar. Hasil uji multikolinearitas penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
terhadap dollar, harga pada negara tujuan, jumlah penduduk negara Singapura dan
inflasi Indonesia memiliki nilai toleransi lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari
10,00 Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam data
ataupun memengaruhi.
Serta terdapat titik-titik yang menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu
Y. Model regresi yang benar adalah model regresi yang tidak terjadi
41
Gambar 6. Grafik Scatterplot Model Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)
membentuk suatu pola yang teratur dan menyebar di atas dan di bawah angka 0
maka dari itu perlu dilakukan Uji Glejser untuk memastikan penelitian ini tidak
42
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai Sig. dari 4 variabel independent,
yakni Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar (NT) sebesar 0,082, Harga pada negara
tujuan (HLE) sebesar 0,082, Jumlah Penduduk (Ribu Jiwa) (JP) sebesar 0,055,
Inflasi Tahunan (Inf) sebesar 0,773. Mengacu pada Ghozali (2011:139) nilai
signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
durbin watson hitung (d) dengan nilai durbin watson tabel, yaitu batas atas (du)
b. Jika dL < d < du, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau tidak.
d. Jika 4 –du < d < 4 –dL, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau
tidak.
e. Jika du < d < 4 –du, maka tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif.
43
Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi
Data time series pada penelitian ini memiliki jumlah n = 19, α = 0,05 dan
dU = 1,848. Maka hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 5. yang menyajikan nilai Durbin-Watson sebesar 1,370 yang berarti nilai
DW berada dibawah dL (2,152) dan dU (1,848) sehingga dL > dW < dU. Hal ini
untuk melihat autokorelasi dengan signifikansi yakni menggunakan uji run test.
Uji run test disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi apabila nilai
signifikansi lebih dari 0,05 maka Tabel 6. menyajikan hasil run test.
Tabel 6. Hasil Uji Run Test Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi
Residu Tidak
Standar
Nilai Tes 39,36155
Kasus < Nilai Tes 9
Kasus >= Nilai Tes 10
Total Kasus 19
Jumlah dari Runs 9
Z -0,461
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,645
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)
Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0,645, nilai
signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 yang memiliki arti bahwa tidak
44
terdapat gangguan autokorelasi pada penelitian ini, sehingga disimpulkan variabel
Hasil uji asumsi klasik menunjukan data-data pada model volume ekspor
berupa nilai tukar (NT), Harga lobster di negara Singapura (HLE), Jumlah
Penduduk negara Singapura (JP) dan Inflasi Indonesia (Inf). Langkah yang
dilakukan setelah terpenuhinya uji asumsi klasik adalah dengan melakukan uji
analisis regresi linear berganda, yakni uji koefisien determinasi (R2), untuk
Serta uji hipotesis simultan (uji F) dan uji hipotesis parsial (uji t) untuk
45
(Ghozali, 2011:87). Regresi dengan lebih dari dua variabel independen
memiliki arti 56,9% variabel independen yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar,
Indonesia ke Singapura. Sisanya sebesar 43,1% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak ada dalam model. Korelasi yang terjadi antara variabel independen dengan
variabel dependennya berada dalam kategori hubungan yang kuat dilihat dari
dependen yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2011:101). Variabel
dependen apabila nilai F-hitung lebih besar daripada F-Tabel atau nilai
46
signifikansinya dibawah 0,05. Hasil uji F pada model volume ekspor lobster
Tabel 8. Hasil Uji Simultan (Uji F) Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi
Sum of
Variabel Df Mean Square F Sig
Squares
Regresi 1718038,347 4 429509,587 6,929 0,003
Residual 867843,643 14 61988,832
Total 2585881,990 18
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)
penyebut (df2) sebesar n-k (19-4 = 15) adalah sebesar 3,05. Apabila F-hitung dan
simultan variabel nilai tukar, harga pada negara tujuan, jumlah penduduk
volume ekspor lobster konsumsi Indonesia ke Singapura. Hal ini dikarenakan nilai
Uji parsial (uji t) digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari
Ghozali (2011: 98), uji t pada dasarnya menunjukkan besarnya pengaruh suatu
47
95% atau α = 5%, H0 ditolak dan H1 diterima jika nilai probabilitasnya kurang
dari 0,05 (α). Serta dengan Hasil t-hitung yang dibandingkan dengan t-tabel,
dengan kriteria :
a. Jika t-hitung < t-tabel, variabel bebas (independen) secara individu tidak
Berikut adalah hasil uji hipotesis parsial pada model volume ekspor lobster
Tabel 9. Hasil Uji Parsial (Uji t) Model Volume Ekspor Lobster Konsumsi
Koefisien Tidak
Variabel Standar Koefisien t Sig.
B Std. Error Standar
(Konstan) 2938,934 917,247 0,478 0,641
Nilai Tukar Rupiah
0,144 0,059 0,699 2,457 0,028
terhadap dollar (NT)
Harga lobster di Singapura
-0,007 0,064 -0,033 -0,109 0,915
(HLE)
Jumlah Penduduk
-0,791 0,213 -1,291 -3,721 0,002
Singapura (JP)
Inflasi Indonesia (Inf) -10,080 19,975 -0,102 -0,505 0,622
Sumber: Data Sekunder, SPSS (diolah)
setiap variabel. Sebelum membuat kesimpulan, hal yang perlu diketahui adalah
nilai t-tabel yang akan digunakan. Nilai t-tabel bergantung pada besarnya df dan
= (0,025:14), maka nilai t-tabel pada tingkat signifikansi 5% sebesar 2,145. Hal
48
ini dapat disimpulkan bahwa dalam pengujian pengaruh setiap variabel
independen (NT, HLE, JP dan Inf) terhadap variabel dependen (VEL) selama
Dollar (NT) memiliki nilai t-hitung sebesar 2,457 yang lebih besar dari t-
tabel yaitu 2,145. Angka signifikan untuk variabel nilai tukar Rupiah
terhadap Dollar sebesar 0,028 yang lebih kecil dari 0,05 (0,028<0,05).
(HLE) memiliki t-hitung sebesar -0,109 yang lebih kecil dari -2,145.
Angka signifikan untuk variabel harga pada negara tujuan sebesar 0,915
bahwa variabel harga pada negara tujuan tidak berpengaruh pada tingkat
Singapura.
tujuan (JP) memiliki t-hitung sebesar -3,721 yang lebih besar dari -2,145.
Angka signifikan untuk variabel harga pada negara tujuan sebesar 0,002
49
pada tingkat signifikansi 5% terhadap volume ekspor lobster konsumsi
Indonesia ke Singapura.
hitung sebesar -0,505 yang lebih kecil dari -2,145. Angka signifikan untuk
variabel inflasi sebesar 0,622 yang lebih besar dari 0,05 (0,622>0,05).
Indonesia ke Singapura.
lobster konsumsi sebagian besar masih dipenuhi dari hasil tangkapan di alam,
masih sangat sedikit nelayan pembudidaya lobster seperti di Simeulue Aceh. Pada
tataniaga lobster aspek informasi dan pengetahuan nyatanya tidak dimiliki oleh
peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas produk dan posisi tawar-
pasar, harga, potensi produk dan nilai produk yang seharusnya dapat
50
2012-2015 volume produksi lobster yang dikirimkan keluar dari Kabupaten
nasional yang juga mengalami penurunan produksi yang signifikan pada tahun
2013 ke 2014 dari 16.482 ton menjadi 10.086 ton dan kembali mengalami
yang tidak menentu terutama saat musim barat (badai) yang menyebabkan
nelayan tidak pergi melaut, selain itu juga disebabkan oleh over fishing dari
nelayan yang menangkap lobster dalam keadaan bertelur dan belum cukup umur.
dan harga jual nyatanya tidak dibarengi dengan pengetahuan serta informasi yang
Hal inilah yang membuat kebijakan pelestarian sumber daya laut yang
yaitu larangan penangkapan dalam kondisi bertelur dan ukuran panjang karapas
51
kontruksi sosial yang melarang transaksi lobster dalam bentuk benih untuk
budidaya, lobster bertelur dan lobster ukuran karapas <8 cm atau berat <200 gram
perikanan. Dalam hal ini penting untuk membahas dan mengetahui faktor-faktor
apa saja yang menjadi pendukung peningkatan volume ekspor lobster konsumsi
Indonesia ke Singapura.
5.3.1 Pengaruh Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (NT) Terhadap Volume
Ekpor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura
Singapura menerangkan bahwa variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar (NT)
memiliki nilai parameter sebesar 0,144 yang memiliki arti bahwa setiap
mengalami kenaikan sebesar 1 unit nilai tukar akan meningkatkan volume ekspor
lobster konsumsi sebesar 0,144 ton dengan asumsi variabel independen lainnya
tetap, NT berpengaruh signifikan pada taraf α=5% dengan arah yang positif. Hal
Nilai tukar mata uang antara suatu negara dengan negara lain memiliki
ekspor. Jika nilai Dollar melemah maka negara yang akan melakukan ekspor yaitu
52
Dollar menguat maka keuntungan Indonesia pun akan meningkat. Pada kurun
Indonesia yang melakukan ekspor tentu terjadi. Jadi, perubahan nilai tukar Rupiah
konsumsi ke Singapura. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmah (2016) dimana
memiliki nilai parameter sebesar -0,007 yang memiliki arti bahwa setiap
volume ekspor lobster konsumsi sebesar 0,007 Ton dengan asumsi variabel
independen lainnya tetap, HLE tidak berpengaruh pada taraf α=5%. Hal ini
Jika harga pada negara tujuan meningkat, masyarakat Singapura akan tetap
impor. Perkembangan harga pada negara tujuan memengaruhi restoran dan hotel
yang ingin mengolah lobster menjadi masakan, pengaruh dari harga pada negara
53
bahan baku serta menghasilkan masakan yang diinginkan konsumen. Besar
memiliki nilai parameter sebesar -0,791 yang memiliki arti bahwa setiap
lobster konsumsi sebesar 0,791 Ton dengan asumsi variabel independen lainnya
tetap, JP berpengaruh pada taraf α=5% namun dengan arah yang negatif. Hal ini
meningkatkan volume impor dari negara lain. Namun, bagi Indonesia sebagai
Indonesia hanya melakukan ekspor sebesar 138,9 Ton pada kode HS 030621 ke
besar yakni sebesar 4882,4 Ton pada kode HS 030622. Hal ini tidak sesuai
54
dengan penelitian Utami (2019), dimana jumlah penduduk tidak berpengaruh
parameter sebesar -10,080 yang memiliki arti bahwa setiap mengalami kenaikan
10,080 Ton dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, Inf tidak
berpengaruh pada taraf α=5%. Hal ini menunjukan H₀ diterima untuk hipotesis
Inf.
laju inflasi di Indonesia meningkat cukup besar sementara laju inflasi di Singapura
relatif tetap maka akan membuat harga produk di Indonesia menjadi semakin
mahal.
55
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
periode 2000-2018 memiliki lembaga tata niaga yang terdiri dari nelayan
(NT) yang berpengaruh secara positif dan jumlah penduduk Singapura (JP)
56
Indonesia yang tidak mempunyai pengaruh terhadap volume ekspor lobster
6.2 Saran
dan pendampingan yang diterima oleh pelaku usaha tataniaga lobster dapat
Indonesia.
57
DAFTAR PUSTAKA
Boesono, H., S. Anggoro,dan A.N. Bambang. 2011. Laju Tangkap dan Analisis
Usaha Penangkapan Lobster (Panulirus sp) dengan Jaring Lobster (Gillnet
Monofilament) di Perairan Kabupaten Kebumen. Jurnal Saintek Perikanan,
7(1): 77-87.
Brata, I Gede Chandra Surya. 2015. Derajat Keterbukaan Impor Dan Derajat
Konsentrasi Komoditas Kedelai Di Indonesia. Jurnal: Ekonomi
Pembangunan Volume 4, Nomor 8, Agustus 2015. Universitas Udayana.
Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh. 2015. Laporan Studi Kelimpahan Lobster di
Kabupaten Simeulue. https://dkp.acehprov.go.id/ Diakses tanggal 11
Februari 2021 pukul 20.31 WIB.
58
Kadafi, M., Widaningroem, R., & Soeparno. 2006. Biological Aspects And
Maximum Sustainable Yield Of Spiny Lobster (Panulirus Spp.) In Ayah
Coastal Waters Kebumen Regency. Journal of Fisheries Sciences VIII (1):
108-117.
Mahdiana, A. & S.P. Laurensia, 2011. Status Perikanan Lobster (Panulirus spp,)
di Perairan Kabupaten Cilacap. Sains Akuatik,13 (2): 52-57.
59
Market Brief. 2015. Produk Kepiting (HS 030614, 031024 dan 160510) di
Singapura, Kedutaan Besar Republik Indonesia Singapura.
Maulana, A. and Fitri Kartiasih. 2017. Analisis ekspor kakao olahan Indonesia ke
sembilan negara tujuan tahun 2000–2014. Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan Indonesia, 17(2).
Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
Nasution, Z., Vita, B. Indah., Yanti, B.V.I., Nurlaili & Yuliati C. 2018. Kesiapan
Dan Penguatan Kelembagaan Masyarakat Dalam Mendukung Pengelolaan
Program Restocking Lobster. Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol. 10
No. 1 Mei 2018: 33-42.
Nugraha, S. Satia. 2016. [Skripsi]. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi Dan
Beras Di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka. 11–52.
http://repository.unpas.ac.id/13281/.
Pratiwi, R., 2013. Lobster komersial (Panulirus spp). Oseana, 38 (2): 55-68.
Purwito, A. Indriani. 2015. Ekspor, Impor, Sistem Harmonisasi, Nilai Pabean dan
Pajak dalam Kepabeanan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
60
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Sam Ratulangi. Jurnal
Spasial Vol 6. No. 2, 2019 ISSN 2442-3262
Silitonga, BR. Ribka., Ishak, Zulkarnain & Mukhlis. 2017. Pengaruh Ekspor,
Impor dan Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah di Indonesia. Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol. 15 (1): 53-59, p-ISSN: 1829-5843, Juni
2017.
61
Triyani, Riesti & Risna Yusuf. 2015. Analisis Manajemen Rantai Pasok Lobster
(Studi Kasus di Kabupaten Simeulue, Aceh). J. Sosek KP Vol. 10 No. 2
Tahun 2015: 203-216. Aceh.
Utami, T Anindya. 2019. Pengaruh Produksi, Harga Udang Ekspor, GDP Negara
Tujuan dan Jumlah Penduduk Negara Tujuan Terhadap Ekspor Udang
Indonesia Periode 2006-2017. [Skripsi]. FEB. UIN Jakarta.
Wiguna, Ida Bagus Wira Satrya. 2014. Pengaruh Devisa, Kurs Dollar AS, PDB
Dan Inflasi Terhadap Impor Mesin Kompressor Dari China. Jurnal:
Ekonomi Pembangunan Volume 3, Nomor 5, Mei 2014. Universitas
Udayana.
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 1. Total Produksi Lobster Indonesia
64
Lampiran 2. Nilai Tukar Rupiah terhadap USDollar
2000 8,421.77
2001 10,298.65
2002 9,318.24
2003 8,573.40
2004 8,934.65
2005 9,710.64
2006 9,166.51
2007 9,136.50
2008 9,679.55
2009 10,398.35
2010 9,084.55
2011 8,779.49
2012 9,380.39
2013 10,451.37
2014 11,878.30
2015 13,391.97
2016 13,307.38
2017 13,384.13
2018 13,882.62
Sumber: Publikasi Website Resmi World Bank. 2020 (Data Diolah)
65
Lampiran 3. Harga Lobster di Singapura
2000 2,045.71
2001 3,279.69
2002 3,786.55
2003 2,342.11
2004 2,591.76
2005 2,358.38
2006 1,459.07
2007 3,303.37
2008 4,073.45
2009 2,743.34
2010 2,373.88
2011 3,543.14
2012 5,075.82
2013 6,446.41
2014 6,854.17
2015 6,651.14
2016 5,141.68
2017 6,257.19
2018 6,779.19
Sumber: Publikasi Website Resmi UN Comtrade. 2020 (Data Diolah)
66
Lampiran 4. Jumlah Penduduk Singapura
2000 4,028
2001 4,138
2002 4,248
2003 4,358
2004 4,468
2005 4,578
2006 4,688
2007 4,798
2008 4,908
2009 5,018
2010 5,128
2011 5,238
2012 5,348
2013 5,458
2014 5,568
2015 5,678
2016 5,788
2017 5,898
2018 6,008
Sumber: Publikasi Website Resmi World Bank. 2020 (Data Diolah)
67
Lampiran 5. Inflasi Indonesia
2000 9,35
2001 12,55
2002 10,03
2003 5,06
2004 6,40
2005 17,10
2006 6,60
2007 6,59
2008 11,06
2009 2,78
2010 6,96
2011 3,79
2012 4,30
2013 8,38
2014 8,36
2015 3,35
2016 3,02
2017 3,61
2018 3,13
Sumber: Publikasi Website Resmi BPS. 2020 (Data Diolah)
68
Lampiran 6. Volume dan Nilai Ekspor lobster Indonesia ke Singapura (Kode HS
030611, 030612, 030621 dan 030622)
69
Lampiran 7. Hasil Uji Multikolineritas
70
Lampiran 8. Hasil Uji Autokorelasi
71
Lampiran 9. Hasil Uji Run Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 39.36155
Cases < Test Value 9
Cases >= Test Value 10
Total Cases 19
Number of Runs 9
Z -.461
Asymp. Sig. (2-tailed) .645
a. Median
72
Lampiran 10. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Harga lobster di
-.007 .064 -.033 -.109 .915 .258 3.875
Singapura (HLE)
Jumlah Penduduk
-.791 .213 -1.291 -3.721 .002 .199 5.024
Singapura (JP)
Inflasi Indonesia (Inf) -10.080 19.975 -.102 -.505 .622 .590 1.694
a. Variabel Dependen: Volume Ekspor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Per TON (Y)
73
Lampiran 11. Hasil Uji Koefisien Determinasi
74
Lampiran 12. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Sum of
Model Df Mean Square F Sig
Squares
1 Regression 1718038.347 4 429509.587 6.929 .003b
Residual 867843.643 14 61988.832
Total 2585881.990 18
a. Variabel Independen: (Konstan), Inflasi Indonesia (%) (Inf), Harga lobster di Singapura Per TON (US$) (HLE), Nilai
Tukar Rupiah terhadap dollar (US$) (NT), Jumlah Penduduk Singapura (Ribu Jiwa) (JP)
b. Variabel Dependen: Volume Ekspor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Per TON (VEL)
75
Lampiran 13. Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji T)
Harga lobster di
-.007 .064 -.033 -.109 .915 .258 3.875
Singapura (HLE)
Jumlah Penduduk
-.791 .213 -1.291 -3.721 .002 .199 5.024
Singapura (JP)
Inflasi Indonesia (Inf) -10.080 19.975 -.102 -.505 .622 .590 1.694
a. Variabel Dependen: Volume Ekspor Lobster Konsumsi Indonesia ke Singapura Per TON (Y)
76