Skripsi
Skripsi ini berjudul “Analisis Penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
Keripik Singkong UM. Maharani di Tajurhalang, Kab. Bogor” yang ditulis oleh
Ariny Wardah Mulkiyah NIM. 11160920000079, telah diuji dan dinyatakan lulus
dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Desember 2021. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P)
pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph. D Akhmad Mahbubi S.P, M.M, Ph. D
NIP. 19710608 200501 1 005 NIP. 19811106201101 1 001
ii
SURAT PERNYATAAN
TINGGI MANAPUN.
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : arinywardah@gmail.com
PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI
iv
RINGKASAN
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Kab. Bogor”
ini, penulis memperoleh banyak bantuan baik berupa materi, bimbingan, dorongan
motivasi, semangat serta doa dari berbagai pihak yang terkait. Ucapan terima
kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada banyak pihak atas bantuan dan arahan
yang diberikan selama penyusunan skripsi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
1. Bapak Akhmad Mahbubi S.P, M.M, Ph. D selaku Ketua Program Studi dan
Ibu Rizki Adi Puspita Sari, S.P, M.M, selaku Sekertaris Program Studi
Agribisnis.
2. Bapak Dr. Achmad Tjachja N, MP, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah memberikan do’a, tenaga, bimbingan, kritik dan saran selama proses
3. Ibu Eny Dwiningsih, S.TP, M. Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II dan
vi
4. Ibu Zulmaneri, MM, selaku Dosen Penguji I yang telah bersedia memberikan
5. Bapak Fadeli Muhammad Habibie, S.TP, M.P, M.Sc, selaku Dosen Penguji II
7. Bapak Nanan selaku pemilik UM. Maharani dan seluruh karyawan toko dan
bagian produksi yang telah memberikan izin dan dukungan untuk penelitian
ini.
8. Bapak Mursid, S.Pd dan Ibu Robeah Hadawiyah, S.Pd selaku kedua orang tua
serta para adik yaitu Arie Fatan Muttaqien dan Arina Zahrah Luthfiyah yang
dimulai.
Deby Ramadanthy dan May Sarah yang telah menjadi pendengar keluh
10. Seluruh pihak yang membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian
vii
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca
pada waktu selanjutnya sebagai referensi untuk penulisan tugas akhir skripsi di
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................................ v
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 52
x
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Komposisi Kandungan Zat Gizi Singkong per 100 gram ................................. 11
2. Standar Mutu Keripik Singkong Menurut SNI 01-4305-1996 ......................... 12
3. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 48
4. Varian Produk Keripik Singkong...................................................................... 62
5. Hasil Gap Analysis Checklist ............................................................................ 77
6. Analisis Kelompok Penyimpangan Aspek CPPB ............................................. 98
7. Rekomendasi Perbaikan .................................................................................. 103
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 51
2. Struktur Organisasi Maharani ........................................................................... 60
3. Penerimaan Bahan Baku Singkong ................................................................... 63
4. Kondisi Penerimaan Bahan Baku ..................................................................... 63
5. Pembuatan Keripik Singkong ........................................................................... 64
6. Lokasi Toko Keripik Singkong Maharani ........................................................ 69
7. Denah Lokasi UM. Maharani............................................................................ 70
8. Kondisi Bangunan Produksi ............................................................................. 71
9. Kondisi Peralatan Produksi ............................................................................... 71
10. Kondisi Tempat Cuci Tangan ......................................................................... 72
11. Kondisi Karyawan Produksi ........................................................................... 73
12. Kondisi Proses Fisik Penghilangan Kotoran ................................................... 73
13. Kondisi Penyimpanan Bahan dan Produk Akhir ............................................ 74
14. Kondisi Karyawan Pada Saat Proses Produksi ............................................... 74
15. Label Keripik Singkong Maharani .................................................................. 75
16. Pencatatan Manual Karyawan Bagian Penggorengan .................................... 76
17. Kondisi Penyimpanan Bahan Pengemas dan Produk Akhir ........................... 79
18. Kondisi Penyimpanan Bahan Baku ................................................................ 80
19. Kondisi Penyimpanan Peralatan ..................................................................... 81
20. Peringatan Tindakan Koreksi Proses Penggorengan ...................................... 82
21. Kondisi Lantai Produksi ................................................................................. 84
22. Kondisi Dinding Ruang Produksi ................................................................... 85
23. Kondisi Langit-Langit Ruang Produksi .......................................................... 86
24. Kondisi Pintu Gerbang Ruang Produksi ......................................................... 86
25. Kondisi Karyawan Produksi Tidak menggunakan APD ................................ 88
26. Proses Penggaraman Tanpa Takaran Baku ..................................................... 89
27. Kondisi Peralatan Kayu .................................................................................. 90
xii
28. Limbah Kulit Singkong................................................................................... 92
29. Lokasi Produksi di Pinggir Jalan .................................................................... 93
30. Desain Label Kemasan.................................................................................... 96
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Gap Analysis Checklist Skoring ...................................................................... 114
2. Gap Analysis Checklist Kelompok Ketidaksesuaian ...................................... 118
3. Peraturan Air Bersih ....................................................................................... 122
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan
baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
mempengaruhi kualitas hidup dan karakter individu tersebut. Oleh karena itu,
setiap individu selayaknya mengkonsumsi pangan yang baik, sehat, utuh, aman
َ ۡ ِي أ َ ل
]88 :نتم بِهِۦ لمؤم لِنون [ المائدة ٓ ٱَّلل َّٱَّل
َ َّ ْ ٱَّلل َح َل َٰ اٗل َطي ابا ۚ َو َّٱت لقوا َ ل ل ْ َّ َ َ َ ل
ك لم َّ ل وُكوا مِما رزق
ِ
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan
Pemenuhan pangan yang aman dan bermutu merupakan hak asasi setiap
manusia, tidak terkecuali pangan yang dihasilkan oleh Industri Rumah Tanggan
menghasilkan produk pangan yang aman, layak dan berkualitas dengan cara
1
produksi sesuai dengan pedoman secara terus menerus akan menciptakan sebuah
olahan yang memproduksi keripik singkong juga perlu menerapkan cara produksi
pangan yang baik. Usaha yang sudah bergerak lebih dari 14 tahun ini, belum
memiliki izin edar untuk produk keripik singkong. Hal ini, dikarenakan kurangnya
Undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan, bahwa setiap pangan olahan yang
kemasan eceran sebelum diedearkan wajib memiliki izin edar. Pentingnya izin
edar diantaranya untuk produk beredar secara legal, meningkatkan daya saing, dan
menghasilkan keripik singkong berbentuk bulat sebanyak 1-3 ton per bulan dan
keripik singkong berbentuk irisan panjang sebanyak 10-15 ton per bulan.
sekitar UM. Maharani terdapat sampah plastik yang berserakan karena tidak
2
terdapat tempat sampah yang tertutup. Bangunan dan fasilitas dari UM. Maharani,
terdapat bangunan semi permanen dengan dinding terbuat dari anyaman bambu
atau tidak memiliki dinding. Lantai pada ruang produksi kotor karena tanah dan
keripik tidak mengenakan pakaian kerja seperti celemek, penutup kepala, sarung
tangan, masker dan sepatu kerja. Karyawan juga terkadang makan dan minum
selama proses produksi. Melalui hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa belum ada
penerapan higiene pada karyawan UM. Maharani. Proses produksi yang dilakukan
produk pangan. Hal tersebut juga berdampak pada keluhan dari konsumen karena
terdapat temuan benda asing yaitu berupa rambut maupun kotoran lain. Keluhan
tersebut dituturkan oleh 7 dari 10 konsumen keripik singkong maharani. Hal ini
terjadi 2-3 kali keluhan dalam sebulan, berarti bisa jadi hal tersebut terjadi 2-3 kali
dalam sekali running produksi. Bahkan keluhan dari konsumen pada Bulan
Januari 2021 yaitu bahwa biasanya hanya ada 1-2 temuan benda asing dalam satu
bal keripik tetapi sekarang hampir setiap produk dalam satu bal terdapat benda
benda asing di dalam kemasan telah terjadi sedari jumlah yang sedikit sampai saat
3
Keluhan yang diterima oleh UM. Maharani menunjukkan bahwa
kondisi keamanan serta kualitas keripik singkong yang diproduksi. UM. Maharani
sebanyak kurang lebih 50-60 ton per bulan dengan berdasarkan ukuran singkong
dan memiliki kondisi yang baik atau tidak busuk, namun UM. Maharani belum
memiliki standar jenis bahan baku yang akan digunakan untuk produksi keripik.
Sejauh ini, tidak ada temuan penggunaan bahan baku yang rusak dalam proses
produksi.
Bahan baku yang belum ditetapkan standar jenis singkong yang jelas dan
berakibat pada keluhan konsumen terkait inkonsistensi rasa pada produk keripik
singkong. Rasa yang tidak konsisten dalam produk keripik disebabkan oleh dua
kemungkinan yaitu berasal dari bahan baku singkong atau proses penggorengan
keripik. Kemungkinan bahan baku singkong yang diterima untuk produksi adalah
jenis singkong yang memiliki kadar asam sianida (HCN) yang tinggi (>50 mg/kg)
penggorengan keripik singkong yang digunakan adalah dengan cara deep frying.
Teknik deep frying membutuhkan minyak dalam jumlah banyak sehingga keripik
jawab atas flavor suatu produk. Minyak goreng yang sudah digunakan berulang-
4
ulang kali (lebih dari 4 kali) yang telah mengoksidasi akan mengalami ketengikan
pertimbangan dalam bisnis. Jika produk yang dijual tidak berkualitas dan
lebih banyak.
dengan memberikan jaminan bahwa produk yang ditawarkan aman, layak dan
berkualitas. Jika hal tersebut diabaikan, citra baik perusahaan dan kepercayaan
hanya tinggal menunggu waktu. Oleh karena itu, perlu adanya langkah awal
jaminan keamanan pangan bagi industri pangan yang dikenal dengan istilah Cara
5
1.2 Rumusan Masalah
tahun 2012?
6
1.4 Manfaat Penelitian
lain:
pada produksi pangan olahan agar dapat berjalan lebih baik sesuai dengan
salah satu syarat kelulusan studi program sarjana strata satu (S-1) Program
yang Baik produk keripik singkong UM. Maharani ditinjau dari penerapan CPPB
Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga dalam Peraturan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi,
mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan
agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang meliputi salah-satu atau keseluruhan
dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya
dengan pertanian dalam arti luas. Kalimat ‘ada hubungannya dengan pertanian
dalam artian yang luas’ maksudnya adalah kegiatan usaha yang menunjang
kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
Agribisnis adalah suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu
sistem bisnis yang terdiri dari empat subsistem yang terkait satu sama lain, antara
8
Memandang agribisnis sebagai sebuah sistem yang terdiri atas beberapa
subsistem. Sistem tersebut akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada
subsistem di dalamnya karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting dari
yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan
produksi yaitu suatu ilmu yang membahas secara komprehensif bagaimana pihak
produksi.
tindakan terpadu yang mencakup seluruh area kegiatan produksi yang tanggap
9
2.3 Agribisnis Singkong
Euphorbiaceae, genus Manihot, yang terdiri atas 100 spesies. Namun yang paling
Crantz atau ubi kayu (Richana, 2018:57). Menurut Widaningsih dalam Rohaman
dan Yuliasri (2019:5), Ubi kayu berasal dari negara Amerika Latin atau tepatnya
dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika,
Madagaskar, India, serta China. Ubi kayu diperkirakan masuk ke Indonesia pada
tahun 1852. Pada tahun 1852, Kebun Raya Bogor menerima bibit ubi kayu dari
Suriname yang pada tahun 1854 disebarkan ke seluruh karesidenan di Pulau Jawa
Singkong atau ubi kayu dapat dipanen setelah berusia 7-12 bulan
dikelompokkan menjadi 3 yakni genjah (7-9 bulan), sedang (8-11 bulan) dan
dalam (10-12 bulan). Singkong yang siap panen memiliki ciri bentuk ubi sudah
besar dengan diameter 2-3 cm dan panjang 50-80 cm tergantung varietas singkong
yang ditanam (Rahayu dkk, 2017:1). Kandungan zat gizi singkong dapat dilihat
pada Tabel 1.
10
Tabel 1. Komposisi Kandungan Zat Gizi Singkong per 100 gram
Kandungan Gizi Nilai Satuan
Protein 1,2 gram
Lemak 0,3 gram
Karbohidrat 34,0 gram
Kalsium 33,0 mg
Fosfor 40,0 mg
Besi 0,7 mg
Total kalori 146,0
Sumber: Ditjen Gizi (1981) dan Made-Astawan (2005), dikutip dari Rahayu dkk (2017:14)
berbagai skala baik besar, menengah maupun rumah tangga sudah banyak yang
memanfaatkan singkong sebagai bahan baku dengan omset yang cukup besar
Rohaman dan Yuliasri (2019:13) Olahan makanan bisa dihasilkan dari singkong,
mulai dari makanan berat seperti nasi tiwul dan gethuk, produk antara yaitu
tepung mocaf, serta makanan ringan seperti keripik, balthek, karakromeo, tape
kota besar di Indonesia . Cara pembuatan keripik singkong sangat sederhana. Ubi
kayu yang telah dikupas dan dicuci kemudian diiris tipis-tipis dan dimasukkan ke
11
Menurut SNI 01-4305-1996 keripik singkong adalah produk makanan
ringan, dibuat dari umbi singkong (Manihot sp) diiris/dirajang, digoreng dengan
atau tanpa penambahan bahan makanan yang lain dan tambahan makanan yang
diizinkan. Standar mutu keripik singkong telah ditetapkan dan dikeluarkan oleh
produk diperlukan agar konsumen memiliki jaminan rasa aman dengan produk
yang dikonsumsi. Standar mutu keripik singkong dapat dilihat pada Tabel 2:
12
2.4 Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
Cara Produksi Pangan yang Baik adalah suatu pedoman yang menjelaskan
bagaimana memproduksi pangan agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi
(BPOM RI, 2012:3). Cara Produksi Pangan yang Baik merupakan salah satu
faktor penting untuk memenuhi standar mutu atau persyaratan keamanan pangan
yang ditetapkan untuk pangan. CPPB sangat berguna bagi kelangsungan hidup
industri pangan baik yang berskala kecil, sedang, maupun yang berskala besar.
Melalui CPPB ini, industri pangan dapat menghasilkan pangan yang bermutu,
layak dikonsumsi, dan aman bagi kesehatan. Dengan menghasilkan pangan yang
aman untuk dikonsumsi, maka masyarakat pada umumnya akan terlindung dari
2012:1-2)
CPPB atau GMP termasuk dari salah satu bagian dalam sistem Hazard
menghilangkan masalah mutu pangan yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti, biologi,fisis dan kimia. Bagi industri kecil hingga industri menengah,
Pangan yang Baik mencakup 14 aspek yang terdiri dari lokasi dan lingkungan
produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, duplai air atau sarana
penyediaan air, fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi, kesehatan dan higiene
13
karyawan, pemeliharaan dan program higiene sanitasi karyawan, penyimpanan,
berikut:
a. Lokasi IRTP
Lokasi IRTP seharusnya dijaga tetap bersih, bebas dari sampah, bau, asap,
b. Lingkungan
dengan baik
14
2. Bangunan dan Fasilitas
tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia selama dalam proses produksi
b) Konstruksi Ruangan :
2) Lantai
a) Lantai sebaiknya dibuat dari bahan kedap air, rata, halus tetapi tidak
tergenang
15
3) Dinding atau Pemisah Ruangan
kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah
4) Langit-langit
terkikis,
terbuat dari bahan yang tidak menyerap air dan dilapisi cat tahan
panas,
sarang labah-labah.
5) Pintu Ruangan
a) Pintu sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah
16
b) Pintu seharusnya dilengkapi dengan pintu kasa yang dapat dilepas
samping sehingga debu atau kotoran dari luar tidak terbawa masuk
6) Jendela
a) Jendela sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, kuat, tidak mudah
mudah dibersihkan.
perawatan.
17
c) lubang angin atau ventilasi seharusnya dilengkapi dengan kasa
kotoran,
b. Fasilitas
dan pengeringnya.
18
2) Tempat Penyimpanan
dan oli.
3. Peralatan Produksi
Tata letak peralatan produksi diatur agar tidak terjadi kontaminasi silang.
1) Peralatan produksi sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama,
pengendalian hama.
menyerap air.
19
3) Peralatan harus tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk
pangan oleh jasad renik, bahan logam yang terlepas dari mesin /
bahaya;
Sumber air bersih untuk proses produksi sebaiknya cukup dan memenuhi
persyaratan kualitas air bersih dan / atau air minum. Air yang digunakan untuk
proses produksi harus air bersih dan sebaiknya dalam jumlah yang cukup
20
5. Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi
Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar
bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya
1) Sarana Pembersihan/Pencucian
sapu, sikat, pel, lap dan / atau kemoceng, deterjen, ember, bahan
Sarana higiene karyawan seperti fasilitas untuk cuci tangan dan toilet /
cuci tangan
21
b) Dilengkapi dengan alat pengering tangan seperti handuk, lap atau
bersih;
c) Tempat sampah harus terbuat dari bahan yang kuat dan tertutup
22
b. Kegiatan Higiene dan Sanitasi
sikat atau secara kimia seperti dengan sabun / deterjen atau gabungan
keduanya.
Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa karyawan
yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan tidak menjadi
sumber pencemaran
a. Kesehatan Karyawan
sebagai berikut :
1) Dalam keadaan sehat. Jika sakit atau baru sembuh dari sakit dan diduga
produksi.
sakit kuning (virus hepatitis A), diare, sakit perut, muntah, demam,
23
keluarnya cairan dari telinga (congek), sakit mata (belekan), dan atau
b. Kebersihan Karyawan
bahan / alat yang kotor, dan sesudah ke luar dari toilet / jamban;
c. Kebiasaan Karyawan
pangan.
seperti giwang / anting, cincin, gelang, kalung, arloji / jam tangan, bros
24
7. Pemeliharaan dan program Higiene Sanitasi Karyawan
bertekanan atau penghisap vakum), proses kimia (sabun atau deterjen) atau
gabungan proses fisik dan kima untuk menghilangkan kotoran dan lapisan
25
2) Program Higiene dan Sanitasi seharusnya dilakukan secara berkala serta
pencatatan;
b) Jendela, pintu dan lubang ventilasi harus dilapisi dengan kawat kasa
masuknya hama.
26
c) Tempat sampah harus dalam keadaan tertutup dan dari bahan yang
tahan lama
e. Pemberantasan Hama
2) Hama harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu dan
keamanan pangan.
f. Penanganan Sampah
dan cepat :
8. Penyimpanan
bahan penolong, BTP) dan produk akhir dilakukan dengan baik sehingga tidak
27
a. Penyimpanan Bahan dan Produk Akhir
1) Bahan dan produk akhir harus disimpan terpisah dalam ruangan yang
cukup
Expired First Out (FEFO), yaitu bahan yang lebih dahulu masuk dan /
umpan tikus, dll harus disimpan dalam ruang tersendiri dan diawasi agar
2) Bahan pengemas harus disimpan terpisah dari bahan baku dan produk
akhir.
28
d. Penyimpanan Label Pangan
1) Label pangan seharusnya disimpan secara rapih dan teratur agar tidak
pangan.
2) Label pangan harus disimpan di tempat yang bersih dan jauh dari
pencemaran.
9. Pengendalian Proses
Untuk menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses produksi harus
1) Persyaratan Bahan
29
c) Harus menentukan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan untuk
penggunaannya.
2) Persyaratan Air
perundangundangan;
peraturan perundang-undangan;
c) Air, es dan uap panas (steam) harus dijaga jangan sampai tercemar
30
d) Uap panas (steam) yang kontak langsung dengan bahan pangan atau
yang diolah.
31
d. Penetapan jenis, ukuran, dan spesifikasi kemasan
32
10. Pelabelan Pangan
Kemasan pangan IRT diberi label yang jelas dan informatif untuk
Label dan Iklan Pangan atau perubahannya; dan peraturan lainnya tentang
a. Nama produk sesuai dengan jenis pangan IRT yang ada di Peraturan
f. Kode produksi
g. Nomor P-IRT
Label pangan IRT tidak boleh bolehkah klaim kesehatan atau klaim gizi.
33
a. Penanggung jawab minimal harus memiliki tentang prinsip-prinsip dan
praktik higiene dan sanitasi pangan serta proses produksi pangan yang
mencakup:
1) Pengawasan Bahan
2) Pengawasan Proses
34
12. Penarikan Produk
pangan.
a. Pemilik IRTP harus menarik produk pangan dari peredaran jika dipicu /
diatasi.
c. Produk lain yang dihasilkan pada kondisi yang sama dengan produk
pangan.
35
13. Pencatatan dan Dokumentasi
pangan.
penjualan
b. Catatan dan dokumen dapat disimpan selama 2 (dua) kali umur simpan
c. Catatan dan dokumen yang ada sebaiknya dijaga agar tetap akurat dan
mutakhir.
36
14. Pelatihan Karyawan
tentang cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga.
lain.
modal usaha atau hasil penjualan tahunan. Berdasarkan PP No. 7 tahun 2021
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha mikro yaitu
dengan:
37
b. Hasil penjualan tahunan sampai paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah).
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil yaitu dengan:
a. Modal usaha lebih dari Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) sampai
miliar rupiah).
3. Usaha Menengah adalah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
Usaha Kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Menengah yaitu
dengan:
a. Modal usaha lebih dari Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai
38
b. Hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas
memproduksi dan memberikan jasa produk bermutu yang paling ekonomis, paling
dengan tujuan.
dan efisiensi, laba/keuntungan, pangsa pasar, moral dan semangat karyawan, serta
39
mutu produk, memberikan peringatan dini sehingga dapat dicegah terjadinya
penyimpangan mutu produk lebih lanjut, memberi petunjuk waktu yang tepat
(Mamuaja, 2016:109).
2008:41) :
2. Wujud Luar
Salah satu faktor yang penting atau sering dipergunakan oleh konsumen dalam
bawa kualitas tersebut relatif lebih baik, demkiian pula sebaliknya. Biaya
barang yang tinggi ini sering terjadi karena ingin mendapatkan kualitas yang
baik. Perlu kiranya disadari bahwa tidak semuanya biaya yang tinggi
40
2.5 Kerusakan Bahan Pangan
1. Kerusakan mikrobiologis
Kerusakan biologis yang dialami bahan pangan dapat disebabkan oleh adanya
mikroba merugikan, bahan pangan sudah beracun, atau bahan pangan yang
pangan setengah jadi, dan pangan hasil olahan. Makanan dalam kaleng atau botol
dapat rusak dan bisa memproduksi racun. Bahan-bahan yang rusak oleh mikroba
dapat menjadi sumber kontaminasi yang berbahaya bagi bahan-bahan lain yang
masih sehat dan segar. Karena bahan yang membusuk mengandung mikroba-
mikroba yang masih muda dan dalam pertumbuhan ganas (log phase), sehingga
dapat menular dengan cepat ke bahan-bahan lain yang ada didekatnya (Razak dan
Muntikah, 2017:38).
2. Kerusakan mekanis
benturan antara bahan itu sendiri atau karena benturan alat dengan bahan tersebut.
Penanganan bahan pangan khususnya buah dan sayur yang tidak tepat dapat
41
dialami oleh bahan pangan yang disebabkan karena dipukul, terbanting atau
atau freezing injuries dan freezer burn pada bahan yang dibekukan, pada
injuries mungkin disebabkan oleh suatu toksin yang terdapat dalam jaringan
hidup. Dalam keadaan netral, toksin tersebut dapat dinetralkan (detoksifikasi) oleh
senyawa lain. Tetapi pada proses pendinginan kecepatan produksi toksin akan
air yang terdapat di antara sel-sel jaringan pada suhu pembekuan menjadi kristal
es makin lama menjadi besar dengan cara menyerap air dari dalam sel-sel
sehingga metabolism berhenti dan sel-sel akan mati dan membusuk (Razak dan
Muntikah, 2017:40).
misalnya pada lemak. Reaksi Browning dan maillard non enzimatis dapat
42
kandungan senyawa kimia pada bahan pangan dapat terjadi selama proses
pencucian dan pemanasan. Bahan kimia berbahaya yang mungkin terdapat pada
produk pangan dibedakan kedalam dua kelompok yaitu bahan kimia yang
terbentuk secara alami pada bahan pangan dan bahan kimia yang ditambahkan
kedalam bahan pangan baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja.
4. Kerusakan biologis
Bila hewan ternak dipotong, akan terjadi penghentian sirkulasi darah yang
membawa oksigen ke jaringan otot (daging), hal ini akan membatasi terjadinya
menjadi keras (rigor mortis) kemudian kembali melunak dan proses autolisis akan
berlangsung menjadi rusak dan busuk. Pada perubahan pH, misalnya suatu jenis
43
2.7 Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)
dapat mencapai kondisi yang diinginkan (Crismanto dan Nova, 2018:75). Secara
umum, gap analysis bermanfaat untuk menilai seberapa besar kesenjangan antara
salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya yang
dkk, 2011:96)
Menurut Admaja dalam Crismanto dan Noya (2018:75), langkah awal dari
tools ini adalah menyusun gap analysis checklist yang berfungsi untuk
dikerjakan. Hasil penilaian analisis gap kemudian dibuat dalam bentuk presentase.
Skor
Persentase Nilai Gap = Total item ruang lingkup x 100%
44
2.8 Peraturan Produksi Pangan yang Baik
pada produk industri rumah tangga. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang
Pangan diamanatkan dalam pasal 86 ayat (1) sampai ayat (6) bahwa:
Pangan.
pangan.
5. Ayat (5), Pemberian sertifikasi sebagaimana dimaskud pada ayat (4) dilakukan
6. Ayat (6), Ketentuan mengenai standar Keamanan Pangan dan Mutu Pangan
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.86 Tahun 2019. Industri rumah
tangga dalam menjalankan Cara Produksi Pangan yang Baik juga memerlukan
45
sebuah jaminan tertulis, berupa sertifikasi yang menjelaskan bahwa usaha tersebut
No. 86 Tahun 2019 pada Pasal 35 Ayat (1) sampai ayat (4) bahwa:
1. Ayat (1), Pangan Olahan tertentu yang diproduksi oleh industri rumah tangga
2. Ayat (2), Izin produksi Pangan Olahan yang diproduksi oleh industri rumah
tangga sebagaimana yang dimaksud oleh ayat (1) diberikan dalam bentuk
3. Ayat (3), Penerbitan sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
a. Jenis Pangan
4. Ayat (4), Penerbitan sertifikasi produksi Pangan Olahan industri rumah tangga
peraturan perundang-undangan.
Badan POM tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah
pangan di seluruh mata rantai produksi mulai dari bahan baku sampai produk
46
1. Lokasi dan Lingkungan Produksi
3. Peralatan Produksi
8. Penyimpanan
9. Pengendalian Proses
47
2.9 Penelitian Terdahulu
konsep yang terdapat dalam penelitian ini dan digunakan sebagai rujukan untuk
48
Tabel 3. Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Uraian
2 Nama dan Sumber Yessie Darma Putri (2019)
Judul Evaluasi Good Halal Manufacturing Practices
(Studi Kasus: Pabrik Tahu)
Metode Gap analysis dan Root Cause Analysis
Hasil Evaluasi GHMP pada Pabrik Tahu Asli HB
menunjukkan bahwa presentase persyaratan
sesuai sebesar 58,38% dan tidak sesuai sebesar
41,61%. Selanjutnya tingakatan ketidaksesuaian
menunjukkan 9 ketidaksesuaian minor, 12
ketidaksesuaian mayor, 29 ketidaksesuaian serius
dan 21 ketidaksesuaian kritis.
Perbedaan Jenis produksi yaitu tahu
3 Nama dan Sumber Lulu Hana Salsabila (2019)
Judul Analisa Penerapan Sistem Hazard Analysis And
Critical Control Point (HACCP) Pada Produk
Kecap Manis PT.X
Metode Gap analysis
Hasil Rata-rata keseluruhan kesenjangan penerapan
HACCP sebesar 12,09%. Kesenjangan tertinggi
terdapat pada variabel pelaksanaan persyaratan
dasar meliputi GMP dan SSOP dengan nilai
masing-masing 17,64% dan 19,27%.
Perbedaan Jenis produksi yaitu kecap manis
49
2.10 Kerangka Pemikiran
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan
konsumen. Pelaku usaha perlu memberikan rasa aman bagi konsumen dalam
pelaku usaha dapat berupa jaminan keamanan produk dari cemaran mikrobiologi,
beroperasi selama 14 tahun, agar produk yang dihasilkan aman, layak dan
berkualitas yaitu dengan menerapkan Cara Produksi Pangan yang Baik. Hal ini
penting dilakukan agar konsumen merasa terjamin dengan produk dari Keripik
50
Berdasarkan hasil temuan dari penilaian aspek yang tidak sesuai,
untuk memperoleh hasil sesuai dengan rumusan masalah disajikan pada Gambar
1.
UM. Maharani
• Belum terdapat izin usaha
• Bangunan dan Fasilitas yang
belum memadai
Bagian Produksi
• Inkonsistensi Rasa
• Temuan benda asing
Rekomendasi Perbaikan
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan bulan Februari hingga bulan Maret 2021. Penelitian
mejalankan usahanya selama 14 tahun belum memiliki izin P-IRT dan perusahaan
Keluarga Sejahtera (UPPKS) terbaik se-Kabupaten Bogor pada tahun 2015, serta
cakupan pasar yang cukup luas sekitar jabodetabek, sehingga penulis merasa perlu
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan pemilik yaitu
Bapak Nanang serta karyawan dari UM. Maharani yang terlibat langsung dalam
52
3.3 Metode Pengumpulan Data
sebagai berikut :
Singkong Maharani dengan pedoman cara produksi pangan olahan yang baik
Maharani serta karyawan yang terlibat dalam proses produksi. Dalam hal ini
wawancara dilaksanakan.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dilakukan oleh pemilik UM. Maharani, kemudian karyawan yang ikut serta dalam
53
proses produksi, dengan daftar pertanyaan yang terlah dibuat oleh peneliti.
Informasi yang diperoleh dalam wawancara jumlahnya cukup banyak, oleh karena
itu peneliti melakukan reduksi data atau mengurangi data. Hal ini dilakukan untuk
ini.
keabsahan data tersebut akan diuji melalui metode triangulasi teknik. Metode ini
akan menguji keabsahan data dengan cara membandingkan dan memeriksa ulang
berupa aspek-aspek yang tidak sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM RI No.
penyimpangan. Hasil analisis tersebut akan menunjukkan ada dan tidak adanya
hal-hal yang harus diperbaiki dalam proses produksi keripik singkong maharani.
form Gap Analysis Checklist. Terdapat dua jenis formulir ceklis yaitu formulir
skoring dan kelompok penyimpangan. Pada formulir skoring, setiap elemen yang
54
diperiksa akan diberi nilai atau skor. Berikut skor dan keterangan dari formulir
checklist:
b. Skor 2: Setuju
c. Skor 3: Ragu-Ragu
kuesioner pada setiap parameter. Penjelasan terkait pemberian skor dalam gap
analysis, yaitu:
Skor satu (1) diberikan apabila perusahaan telah melakukan aktivitas yang
tersebut.
aktivitas.
tersebut serta belum memiliki prosedur dan ketentuan terkait aktivitas tersebut.
55
Skor lima (5) diberikan apabila perusahaan tidak memahami aktivitas
tersebut.
keseluruhan. yaitu:
penerapan aktivitas.
mekanisme.
dalam menjalankannya.
56
Pada formulir kelompok penyimpangan yaitu setiap elemen yang diperiksa
keamanan pangan.
pada UM. Maharani dengan penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik pada
bagian produksi.
Maharani.
57
3. GAP Analysis atau analisis kesenjangan dalam penelitian ini adalah
menggunakan dua form Gap Analysis Checklist yaitu formulir skoring dan
58
BAB IV
GAMBARAN UMUM
pangan. Maharani berdiri dari tahun 2007 yang terletak di Desa Nanggerang,
Singkong yang semula hanya dijual dalam bentuk mentah kemudian diolah
menjadi keripik singkong oleh Bapak Nanan. Pak Nanan melihat adanya peluang
bisnis dalam produksi keripik singkong ini. Usaha yang dijalankan oleh Pak
Walaupun usaha ini sudah berjalan lebih dari 14 tahun, namun Maharani masih
yang ada dalam lingkup perusahaan secara jelas. UM. Maharani juga memiliki
dalam struktur organisasi ini adalah antara pemilik dan pekerja. Pengambilan
59
keputusan dilakukan oleh Bapak Nanan selaku pemilik sekaligus pemimpin
organisasi.
Ketua
Nanan
Sekertaris Bendahara
Rani Fitri
Toko Maharani memiliki jam operasional dimulai dari pukul 07.00 sampai 21.00
WIB serta tidak memiliki hari libur. Jam kerja karyawan di toko terbagi menjadi 2
shift yaitu shift pagi dari jam 07.00 sampai jam 16.00 WIB, sedangkan shift siang
dari jam 13.00 sampai jam 21.00 WIB. Pergantian shift untuk karyawan yang
bekerja di toko diatur oleh pemilik dengan mengacak jadwal setiap seminggu
sekali. Maharani tidak menentukan jam istirahat khusus untuk karyawan yang
bekerja di toko. Karyawan yang bekerja di toko akan mengambil jam istirahat
60
Karyawan di tempat produksi memulai jam kerja sesuai dengan bagian
penggaraman keripik serta pengemasan keripik dimulai pada rentang jam 04.30
WIB hingga 12.00 WIB. Namun, untuk karyawan bagian penggorengan keripik
terbagi menjadi 2 shift yaitu shift pagi dan malam. Jam kerja pada shift pagi
dimulai pada jam 08.00 WIB hingga 15.00 WIB, sedangkan shift malam dimulai
pada 20.00 WIB hingga 24.00 WIB. Karyawan pada tempat produksi memiliki 2
hari libur kecuali karyawan pada proses penggorengan hanya memiliki 1 hari
libur. Hari libur produksi ditentukan oleh pemilik yaitu Bapak Nanan, biasanya
jenis yaitu upah harian dan upah berdasarkan hasil kerja masing-masing.
yaitu karyawan toko dan karyawan pada tahap perebusan. Sedangkan, karyawan
yang mendapatkan upah sesuai dengan hasil kerjanya yaitu karyawan pengupasan,
61
4.4 Produk UM. Maharani
Produk yang dihasilkan oleh UM. Maharani adalah keripik singkong. Varian
Keripik singkong yang diproduksi oleh UM. Maharani terdiri dari 2 jenis yaitu
keripik singkong bulat dan irisan panjang. Produk keripik singkong irisan panjang
Namun, untuk keripik singkong bulat original hanya diproduksi 2-3 hari sekali.
Kemudian, pada keripik singkong yang memiliki varian rasa biasanya diproduksi
Bahan baku yang digunakan oleh UM. Maharani adalah singkong. Berikut
proses penerimaan bahan baku singkong yang ada di UM. Maharani disajikan
pada Gambar 3.
62
Bahan Baku Datang
Penimbangan Singkong
Tempat Pengupasan
Sortasi Singkong
1. Bahan baku singkong datang dari mobil pick up menuju ke tempat pengupasan
5. Lalu singkong disortasi, untuk melihat apakah terdapat singkong yang busuk
63
4.6 Proses Produksi Keripik Singkong Maharani
Pembuatan keripik singkong pada UM. Maharani terdapat dua jenis proses
yaitu untuk keripik singkong berbentuk bulat dan keripik singkong berbentuk
irisan panjang. Diagram alir pembuatan keripik singkong dapat dilihat pada
Gambar 5.
Pengupasan Kulit
Pencucian
Perebusan
Pengirisan
Penjemuran
Penggorengan
Garam dan
Penggaraman
Penyedap Rasa
Pengemasan
Keripik Singkong
Gambar 5. Pembuatan Keripik Singkong
64
1. Tahap Pengupasan Kulit
Pengupasan dilakukan dengan cara membuat sayatan panjang dari ujung hingga
pangkal singkong. Pengupasan kulit ini akan dipisah antara kulit luar yg kotor
dengan kulit bagian dalam. Kulit bagian dalam akan dikumpulkan dan diberikan
kepada orang lain untuk pakan ternak. Sedangkan, singkong yang sudah bersih
2. Tahap Pencucian
baskom plastik, kemudian mulai dicuci satu persatu menggunakan air mengalir.
3. Tahap Perebusan
Tahap ini hanya dilakukan untuk keripik singkong irisan panjang. Tahap
menggunakan tungku dari batu bata dan sumber api yang digunakan yaitu dari gas
yang sudah mendidih. Proses perebusan ini tidak memiliki waktu baku, perebusan
akan selesai jika singkong yang direbus sudah lunak. Pengecekan singkong yang
lunak menggunakan sebilah bambu yang akan ditusuk pada permukaan singkong.
4. Tahap Pengirisan
65
Perbedaan tahap pengirisan antara keripik singkong irisan panjang dengan
keripik singkong bulat adalah alat yang digunakan. Pada keripik singkong bulat,
dari mesin pemotongan tersebut adalah irisan singkong tipis dan berbentuk bulat.
manual menggunakan tangan dan pisau khusus. Pengirisan manual ini tidak
menggunakan sarung tangan. Ketebalan dan panjang irisan singkong ini tidak
pengirisan singkong. Irisan singkong, baik yang bulat atau irisan panjang,
5. Tahap Penjemuran
Singkong yang telah diiris memanjang kemudian dijemur di bawah terik matahari.
Singkong tersebut dijejer secara rapih di atas terpal pada tanah lapang. Waktu
yang dihabiskan untuk menjemur singkong sekitar 3-4 jam apabila matahari
bersinar terang. Jika cuaca sedang hujan tak menentu maka penjemuran singkong
akan terhambat sehingga singkong tersebut masih terdapat banyak kadar air.
keranjang plastik.
6. Tahap Penggorengan
66
singkong ke dalam wajan besar sambil sesekali diaduk menggunakan saringan
kemudian diangkat dan ditiriskan beberapa menit. Hal ini dilakukan agar sisa-sisa
minyak yang masih ada di keripik singkong, tidak ikut terbawa dalam kemasan.
7. Tahap Penggaraman
Tahap ini merupakan pemberian rasa terhadap keripik singkong yaitu dengan
sedang. Kemudian, ditaburkan campuran garam dan penyedap rasa di atas keripik
singkong. Penguat rasa yang digunakan yaitu jenis BTP Mononatrium L-glumate
8. Tahap Pengemasan
seberat 500 gram. Tahap ini dilakukan dengan memasukkan keripik ke dalam
plastik zip kemudian disusun 20 bungkus dalam satu bal. Pengemasan keripik
dengan keripik singkong irisan panjang. Perbedaan tahap yang dilalui keripik
singkong irisan panjang lebih lama dibanding keripik singkong bulat. Keripik
keripik singkong bulat hanya melalui 6 tahap proses produksi. Keripik singkong
67
4.7 Pemasaran Produk Keripik Singkong Maharani
singkong yang terdiri dari dua bentuk yaitu keripik singkong bulat dan keripik
singkong irisan panjang. Harga produk yang dipasarkan adalah Rp. 10.000 per
500 gram dan kemasan yang sudah menggunakan plasik zip. Hal tersebut,
Produk UM. Maharani memiliki jaringan pemasaran yang cukup luas, yaitu
raya sehingga memudahkan akses konsumen untuk datang langsung ke toko UM.
promosi via status whatsapp dan penyampaian langsung dari lisan ke lisan (word
of mouth).
Produk yang dipasarkan oleh UM. Maharani belum memperoleh izin P-IRT.
Hal tersebut dapat berakibat pada konsumen maupun usaha pengolahan pangan
ini. Produk yang belum mendapatkan izin edar maka secara legalitas belum siap
dan layak untuk beredar di pasaran. Produk UM. Maharani yang belum mendapat
izin edar, belum terjamin keamanan dan mutu produknya serta dapat
Izin edar adalah hal yang penting untuk diperhatikan baik bagi produsen,
konsumen, dan juga distributor karena merupakan salah satu instrumen utama
dalam alur pemasaran produk. Kepemilikan izin P-IRT menjadi penting dalam
68
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) yang merujuk pada
membandingkan kondisi real lapangan dengan 14 ruang lingkup atau aspek CPPB
ditemukan masih terdapat aspek yang belum terpenuhi dan terlaksana dengan
baik.
berada dalam kawasan yang sama, namun setiap proses produksi berjalan di
69
Bangunan II Keterangan:
J F A = Tempat penjemuran
Bangunan I B = Tempat packing
a
C = Penyimpanan produk
A B C l E G H D = Tempat
a penggorengan
n E = Area parkir
D F = Toilet
G = Tempat packing
H = Penyimpanan produk
R I = Tempat pengupasan
Bangunan III a Bangunan IV J = Tempat perebusan
y K = Toko Maharani
I K L L = Tempat
a penggorengan
M = Tempat perebusan
J M N N = Rumah pemilik
keripik singkong terletak di pinggir jalan raya. Jalan tersebut cenderung hanya
digunakan oleh warga sekitar dan tidak terlalu banyak kendaraan lalu lalang serta
kondisi jalan yang sudah disemenisasi atau diaspal. Ketinggian tanah di lokasi
bagian kiri pada gambar (Bangunan I dan III) lebih tinggi daripada jalan raya,
penyimpanan dan tempat cuci tangan. Ruang produksi pada bagian sebelah kiri
gambar (Bangunan I dan III) cenderung lebih luas dibanding bagian sebelah
kanan.
70
Gambar 8. Kondisi Bangunan Produksi
digunakan ada yang terbuat dari besi, plastik maupun kayu. Wadah yang
yang dipakai berulang-ulang. Plastik yang digunakan yaitu ukuran 30kg dan 10kg.
produksinya.
Pada aspek Suplai Air dan Sarana Penyediaan Air, berdasarkan observasi
dan wawancara pada tanggal 17 maret 2021, sumber air yang digunakan adalah
air tanah dengan jumlah yang cukup untuk kegiatan produksi. Seluruh kegiatan
sumber yang sama. Maharani memiliki standar air yang akan digunakan dengan
71
uji organoleptik yaitu air yang digunakan tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
Aspek yang kelima yaitu Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi.
peralatan, perlengkapan dan bangunan yaitu berupa sikat, sapu, pel dan cairan
dilakukan setelah alat tersebut digunakan. Sarana higiene karyawan yang tersedia
berupa fasilitas 1 ruang toilet dan 4 buah sarana cuci tangan sederhana.
memberikan izin kepada karyawan produksi, jika merasa kurang sehat maka
adalah kebiasaan buruk karyawan saat proses produksi berlangsung yang masih
72
Gambar 11. Kondisi Karyawan Produksi
sekitar ruang produksi ditangani dengan cara dibuang setiap 2 hari sekali.
In First Out (FIFO) pada produk akhir. Kemudian, pada Bahan Tambahan Pangan
(BTP) juga menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan
bahan yang mudah menyerap air seperti garam sudah disimpan dalam tempat
73
Gambar 13. Kondisi Penyimpanan Bahan dan Produk Akhir
wawancara pada 17 Maret 2021, bahan baku yang digunakan untuk proses
produksi keripik singkong memiliki kondisi yang tidak rusak, tidak busuk, dan
tidak merugikan. Proses produksi yang telah berlangsung secara konsisten selama
14 tahun tanpa menentukan kondisi baku. Produk akhir berupa keripik singkong
74
Pada aspek Pelabelan Pangan, Maharani sudah memiliki desain label
dan slogan. Label kemasan digunakan saat ada keperluan tertentu seperti acara
pameran, bazar, dll. Namun, pada produk keripik singkong yang dihasilkan dan
dijual setiap harinya oleh UM. Maharani belum menggunakan label pada setiap
kemasan produk.
langsung oleh pemilik yaitu Bapak Nanan. Selama proses produksi, pemilik
yang sudah terjual tersebut menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki proses
produksi selanjutnya.
75
Pada aspek Pencatatan dan Dokumentasi, maharani melakukan pencatatan
terhadap gaji karyawan yang berdasarkan produk yang dihasilkan. Pada bagian
penggorengan, karyawan mencatat sendiri penghasilan yang didapat per hari pada
papan tulis putih. Setelah itu akan direkap penghasilannya oleh karyawan toko.
packing harus melaporkan langsung produk yang dihasilkan pada hari itu kepada
karyawan toko.
dan wawancara pada 17 Maret 2021, pemilik belum pernah mengikuti penyuluhan
tentang Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga sehingga
karyawan.
76
5.2 Analisis Ketidaksesuaian Aspek CPPB Perusahaan
peraturan pemerintah melalui formulir Gap Analysis Checklist. Terdapat dua jenis
mengacu pada panduan Peraturan Kepala BPOM RI tahun 2012 akan ditampilkan
77
Berdasarkan tabel tersebut, presentase penyimpangan penerapan CPPB pada
UM. Maharani sebesar 72%. Hal ini berarti, UM. Maharani masih kurang baik
dalam memenuhi Cara Produksi Pangan yang Baik artinya beberapa aktivitas
tersebut.
1. Pelatihan Karyawan
IRT tahun 2012. Penyimpangan yang terjadi sebesar 100%, hal ini dikarenakan
pemilik belum pernah mengikuti penyuluhan tentang Cara Produksi Pangan yang
pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan praktik higiene dan sanitasi pangan serta
berakibat pada produk yang dihasilkan tidak terjamin mutu dan keamanan
pangannya.
78
2. Penyimpanan
Bahan tambahan pangan (BTP) disimpan dalan ruangan yang sama dengan
produk akhir pada bangunan (II) (Gambar 7). Penyimpanan produk akhir
Keripik singkong yang sudah disusun dalam kemasan per bal, di dasar kemasan
terdapat kemasan sekunder yang kokoh yaitu kardus. Setiap produk dalam
kemasan per bal terdapat label tanggal produksi di depan barisan produk-produk
produk akhir dapat mencemari produk pangan. Hal tersebut, dimana seharusnya
bahan pangan, bahan pengemas dan produk akhir disimpan terpisah dalam
ruangan yang bersih, sesuai dengan suhu penyimpanan, dan penerangan yang
cukup. Penyimpanan yang kurang baik dapat mengakibatkan penurunan mutu dan
79
Menurut pedoman CPPB-IRT tahun 2012, penyimpanan bahan baku tidak
observasi dan wawancara, saat bahan baku singkong datang kemudian diletakkan
tanpa alas seperti terpal, kayu maupun plastik. Bahan baku yang datang langsung
habis diproses dalam sekali produksi, sehingga tidak terdapat ruang penyimpanan
langsung pada lantai. Mesin pengirisan dibiarkan di ruang terbuka dan hanya
ditutupi dengan terpal saja. Hal tersebut dapat mengakibatkan pencemaran dari
debu dan kotoran lain serta belum memenuhi pedoman CPPB-IRT tahun 2012.
80
Gambar 19. Kondisi Penyimpanan Peralatan
3. Penarikan Produk
sistem beli putus yang diterapkan oleh perusahaan dan menimbang terdapat
kerugian jika melakukan penarikan produk yang sudah terjual. Pemilik menyiasati
dengan memberikan arahan kepada reseller untuk mengecek kembali produk yang
akan dibeli.
agar mencegah lebih banyak timbul korban lainnya karena produk yang
kasus keracunan pangan. Namun, keluhan terkait adanya benda asing di dalam
produk keripik seharusnya ditindak lanjut dengan evaluasi cara produksi keripik
singkong tersebut.
dengan kondisi real lapangan sebesar 80%. Pemilik UM. Maharani belum pernah
81
mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP). Pentingnya seorang
pengetahuan terkait prinsip-prinsip dan praktik higiene dan sanitasi pangan yang
pengawasan internal yang dilakukan oleh pemilik belum terjadwal secara rutin.
nama produk, tanggal pebuatan dan kode produksi, jenis dan jumlah bahan yang
digunakan dalam satu kali proses pengolahan. Hal ini sejalan dengan penelitian
tesebut dibuat agar produk yang diproduksi sesuai dengan formula yang
informasi tentang tanggal produksi pada satu kali produksi. Pemilik terkadang
memberikan tindakan koreksi saat merasa produk akhir yang dihasilkan sedikit
82
5. Bangunan dan Fasilitas
tahun 2012. Penyimpangan yang terjadi sebesar 67%, hal ini dikarenakan
pangan tidak akan tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia selama proses
produksi serta sulit dibersihkan dan disanitasi. Ruang produksi keripik singkong
cukup luas dan tidak dipergunakan selain untuk memproduksi produk keripik
disemenisasi terdiri dari bangunan untuk toko dan bangunan untuk memproduksi
sebagian papan dengan lantai semen terdiri dari ruang penggorengan dan ruang
singkong.
Menurut pedoman CPPB-IRT tahun 2012, lantai produksi terbuat dari bahan
rata, halus tetapi tidak licin dan memudahkan pengaliran air sehingga tidak
tergenang. Hasil observasi di UM. Maharani pada unsur lantai produksi belum
sesuai dengan pedoman CPPB-IRT tahun 2012. Lantai produksi pada beberapa
ruang produksi keripik singkong sedikit sulit dibersihkan karena lantai berupa
plasteran tidak rata dan terdapat retakan-retakan. Kemudian, pada lantai ruang
83
perebusan singkong dalam kondisi berlubang sehingga menyebabkan terdapat
tanah di area produksi. Kondisi lantai yang tidak rata juga menyebabkan aliran air
yang tidak sempurna sehingga masih terdapat genangan air di ruang produksi
keripik singkong.
terjaga kebersihannya dari debu, lendir dan kotoran lainnya. Dinding ruangan
sebaiknya dibuat dari bahan tahan lama, rata, halus, berwarna terang, kuat dan
CPPB-IRT tahun 2012. Pada bangunan semi permanen, sebagian dinding terbuat
dari susunan bilah bambu dan atau wiremesh ulir (anyaman besi).
disebabkan oleh terkena asap dan hawa panas dari proses penggorengan keripik
bahan kayu, termasuk dinding bambu, sehingga noda yang tertinggal dalam
jangka waktu yang panjang menjadi sulit untuk dibersihkan. Dinding pada
bangunan semi permanen, baik susunan bilah bambu dan atau wiremesh ulir,
memiliki celah yang cukup banyak. Hal ini, dapat mengakibatkan debu dan
kotoran dari luar ruang produksi masuk dan dapat mengkontaminasi produk
84
keripik singkong. Sama halnya dengan bangunan yang hanya kerangka bangunan
polusi asap maupun kotoran dari luar ruang produksi atau pinggir jalan raya.
sebaiknya dibuat dari bahan yang tahan lama, tidak mudah bocor, permukaan rata,
berwarna terang dan dilapisi cat tahan panas. Hasil observasi di UM. Maharani
pada unsur langit-langit belum sesuai dengan pedoman CPPB-IRT tahun 2012.
berbahan asbes atau genting, sehingga tahan lama, tidak mudah bocor dan tidak
asbes berwarna abu gelap, tidak dilapisi cat tahan panas dan rangka bangunan
yang cukup tinggi mengakibatkan langit-langit sulit dan jarang dibersihkan. Pada
sudah banyak yang rusak. Kondisi ini dapat mengakibatkan, potongan singkong
85
Gambar 23. Kondisi Langit-Langit Ruang Produksi
Sehingga unsur pintu di UM. Maharani belum sesuai dengan pedoman CPPB-IRT
tahun 2012. Bangunan yang memiliki pintu produksi hanya toko dan satu
tahun 2012, pintu ruangan produksi seharusnya selalu dalam keadaan tertutup,
dilengkapi dengan pintu kasa dan didisain membuka ke luar/ ke samping sehingga
debu atau kotoran dari luar tidak terbawa masuk melalui udara ke dalam ruangan
pengolahan. Sedangkan, pintu toko berupa rolling door yang terbuka ke atas dan
pintu gerbang ruang produksi didisain terbuka ke dalam. Kedua pintu tersebut
tidak dilengkapi dengan pintu kasa. Selama proses produksi berlangsung, pintu
yaitu cahaya matahari yang masuk sempurna dan ditambah dengan penerangan
86
dilengkapi dengan tempat untuk mencuci tangan beserta sabun dan pengeringnya.
terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun. Namun, ketersediaan
air dan sabun terkadang tidak selalu dikontrol sehingga ada hari dimana tempat
cuci tangan tersebut air dan sabunnya kosong. Maharani juga belum menyediakan
yang sudah dipenuhi pada kesehatan karyawan yaitu pemilik memberikan izin
kepada karyawan yang sakit untuk tidak masuk kerja terlebih dahulu.
celemek, penutup kepala, sarung tangan, masker ataupun sepatu kerja. Karyawan
sebelum dan sesudah kegiatan produksi. Kendala dalam kegiatan sanitasi ini
adalah ketersediaan air dan sabun yang tidak selalu tersedia. Sehingga, terkadang
87
Gambar 25. Kondisi Karyawan Produksi Tidak menggunakan APD
kebiasaan yang kurang baik, yaitu merokok, makan ataupun minum disela-sela
proses produksi berlangsung. Karyawan dibagian pengolahan juga masih ada yang
memakai perhiasaan berupa gelang dan cicin serta memakai arloji. Hal ini, dapat
karyawan yang masih kurang baik. Hal tersebut dituturkan juga dalam penelitian
Pinka Saninta (2020) bahwa pengawasan atau pengontrolan yang ketat oleh
kepala produksi atau bagian QC terhadap kondisi kesehatan, kegiatan dan kondisi
7. Pengendalian Proses
terkait spesifikasi bahan baik jenis maupun jumlahnya. Bahan yang dimaksud
adalah bahan baku, bahan tambahan, bahan penolong termasuk air dan bahan
88
tambahan pangan (BTP). Bahan yang digunakan baik bahan baku singkong atau
bahan tambahan pangan (BTP) belum dituangkan dalam formula dasar yang
UM. Maharani juga belum memenuhi penetapan cara produksi yang baku,
penetapan komposisi dan formulasi bahan yang sesuai dengan pedoman CPPB-
IRT 2012. Berdasarkan observasi dan wawancara, usaha mikro ini belum belum
memiliki bagan alir atau urutan proses secara jelas. Proses produksi keripik
singkong yang berlangsung secara konsisten tahap per tahap, sehingga pemilik
merasa tidak perlu membuat diagram alir. Pada setiap tahap proses produksi juga
tidak memiliki ketetapan waktu atau kondisi baku. Seperti pada tahap proses
Bahan tambahan pangan (BTP) yang digunakan tidak pernah diukur atau
ditimbang dengan alat ukur atau alat timbang yang akurat, melainkan hanya
ditaburkan berdasarkan feeling karyawan saja. Hal ini berdampak pada cita rasa
keripik singkong yang bisa saja tidak merata antara running produksi satu dengan
yang lain.
89
8. Peralatan Produksi
Mesin pemotong singkong tidak mudah dibongkar sehingga sedikit sulit untuk
beberapa sudah ada yang berkarat. Peralatan yang terbuat dari kayu, seperti meja
kayu, tusukan bambu dan keranjang kayu memiliki sifat menyerap air. Beberapa
keranjang kayu bahkan sudah rusak tetapi tetap dipakai dalam produksi keripik
yang membahayakan keamanan pangan. Hal ini dituturkan dalam penelitian Lulu
Hana Salsabila (2019), bahwa peralatan kayu dapat menyebabkan terdapat rayap
terhadap produk. Hal tersebut tidak sesuai dengan pedoman CPPB-IRT tahun
2012.
90
Pengawasan dan pemantauan peralatan produksi yang juga belum sesuai
dengan pedoman CPPB-IRT tahun 2012. Hal tersebut dikarenakan pemilik tidak
digunakan. Pemilik juga kurang tangkas untuk mengganti peralatan yang sudah
Aspek Fasilitas dan Kegiatan Higiene dan Sanitasi belum sesuai dengan
ini dikarenakan masih terdapat beberapa sarana yang belum terpenuhi. Sarana
yang dimaksud adalah sarana higiene karyawan, sarana cuci tangan dan sarana
toilet/jamban.
tangan dan toilet, tersedia dalam jumlah yang cukup tetapi kurang terawat. Sarana
cuci tangan sudah diletakkan di dekat ruang produksi, dilengkapi air bersih dan
sabun cuci tangan. Namun, belum terlengkapi dengan alat pengering tangan
seperti handuk, lap, atau kertas serap yang bersih. Sarana toilet untuk karyawan
yang tersedia sudah dilengkapi sumber air yang mengalir dan saluran
pembuangan. Keran air sudah tersedia di sebelah toilet, tetapi tidak ada display
sign untuk peringatan kepada karyawan agar mencuci tangan dengan sabun
kotor dan kurang terawat. Keadaan sarana higiene tersebut tidak dapat menjamin
91
Limbah yang tercipta dari bahan baku singkong yaitu kulit singkong paling
luar. Kulit ari singkong dimanfaatkan kembali untuk pakan ternak. Kemudian,
kulit terluar singkong segera diangkut dan dibuang pada saat selesainya proses
pick up. Sedangkan, sampah-sampah produksi yang lain dibuang dalam tempat
sampah yang disediakan. Tempat sampah tersebut hanya dari plastik berukuran
kuat dan tertutup rapat. Hal ini belum sesuai dengan pedoman CPPB-IRT dan
IRTP yang seharusnya menurut pedoman CPPB-IRT yaitu bersih, bebas dari
sampah, bau, asap, kotoran, dan debu. Berdasarkan observasi dan wawancara,
UM. Maharani belum terbebas dari sampah dan debu. Terdapat sampah-sampah
yang masih berserakan di sekitar lokasi produksi. Letak lokasi yang berada di
pinggir jalan raya membuat debu-debu masuk ke dalam ruang produksi. Saluran
92
irigasi yang belum tertata dengan baik juga dapat mengakibatkan pencemaran
warga. Hal ini disebabkan, tempat produksi keripik singkong masih menjadi satu
Aspek Suplai Air atau Sarana Penyediaan Air belum sesuai dengan pedoman
Menurut pedoman CPPB-IRT tahun 2012, air yang digunakan untuk proses
produksi harus air bersih. Air yang digunakan untuk mencuci/kontak langsung
dengan bahan pangan, seharusnya memenuhi persyaratan air bersih sesuai dengan
93
sudah memenuhi parameter fisik rasa dan bau dengan standar baku mutu yaitu air
Standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air, untuk keperluan
Nomor 32 Tahun 2017 meliputi parameter fisik, biologi dan kimia. Parameter
peraturan PMK No. 32 tahun 2017 tersebut, UM. Maharani belum terjamin
pada Lampiran 3.
60%. Permasalahan besar yang terjadi pada aspek ini adalah terkait konsistensi
seperti yang sudah dijelaskan pada aspek lokasi dan lingkungan produksi,
menggunakan air, sikat, spons, dan sabun cuci piring. Tujuannya adalah untuk
Hal tersebut tidak sesuai dengan program higiene dan sanitasi pada CPPB-IRT
94
tahun 2012. Kemudian, peralatan yang sudah bersih tidak dapat diletakkan di
di ruangan yang terbuka dan dapat berpotensi terjadi pencemaran pada peralatan
Bahan kimia pencuci yaitu sabun cuci piring disimpan dalam wadah yang
plastik yang terletak di ruang pengupasan. Hal ini dapat membahayakan dengan
produk akhir.
observasi dan wawancara, label yang digunakan UM. Maharani belum memenuhi
maharani tidak memuat daftar bahan atau komposisi yang digunakan, berat bersih,
alamat IRTP, expired date, kode produksi, maupun nomor P-IRT. Konsumen
yang kurang informasi terkait expired date suatu produk, dapat menyebabkan hal
fatal seperti keracunan pangan dari produk yang sudah menurun kualitasnya. Hal
langsung.
95
Gambar 30. Desain Label Kemasan
14. Pencatatan dan Dokumentasi
IRT tahun 2012. Presentase penyimpangannya sebesar 60%, hal ini dikarenakan
Pencatatan penerimaan bahan baku hanya dilakukan oleh pemasok saja. UM.
pada bahan tambahan pangan (BTP) karena bahan tersebut dibeli langsung oleh
pemilik di pasar terdekat. Hal tersebut belum sesuai dengan pedoman CPPB-IRT
Pencatatan produk akhir hanya tertulis tanggal dan jumlah produksi dengan
kurangnya memuat nama jenis produk, tanggal produksi, kode produksi, jumlah
96
produk. Hal tersebut belum sesuai dengan pedoman CPPB-IRT tahun 2012 karena
dan distribusi.
penyimpangan yang terdiri dari 4 tingkatan, yaitu minor, mayor, serius dan kritis.
pangan IRTP secara langsung dan atau merupakan persyaratan yang wajib
97
Tabel 6. Analisis Kelompok Penyimpangan Aspek CPPB
No. Parameter Ketidaksesuaian Keterangan
Sampah yang berserakan
Lokasi pada IRTP
dan sebu dapat berpotensi
terdapat sampah plastik
mempengaruhi keamanan
1. yang berserakan dan Serius
produk jika dibiarkan
berdebu karena
dalam jangan waktu yang
kendaraan yang melintas
lama
Ruang produksi sebaiknya
cukup luas agar ruang
Ruang perebusan sempit
geraknya juga luas
2. sehingga sedikit ruang Mayor
sehingga tidak
gerak
bertabrakan satu dengan
yang lain
Lantai yang kotor dalam
Lantai pada ruang
ruangan produksi akan
penggorengan kotor dan Serius
mempengaruhi keamanan
berdebu
produk
Dinding terbuat dari
anyaman bambu yang
Dinding ruang
tidak tahan air, tidak
penggorengan terbuat
Serius berwarna terang serta sulit
dari anyaman bambu
dibersihkan dapat
3. yang tidak tahan air
mempengaruhi keamanan
pangan
Proses produksi tanpa
Ruang perebusan dan adanya pemisah dari
pengupasan tidak lingkungan luar dapat
memiliki dinding Serius mengakibatkan debu dari
sehingga dapat terkena luar masuk dan
debu dari luar mengkontaminasi produk
pangan
Ruang produksi tanpa
pintu dan pelapis kassa
Ventilasi, pintu, dan
dapat menimbulkan
4. jendela tidak terawat, Serius
sampah dan debu masuk
kotor, dan berdebu
ke dalam ruangan
produksi
Peralatan berkarat yang
Permukaan pisau yang
tetap digunakan terus
digunakan untuk
menerus dapat
5. pengupasan dan Kritis
menyebabkan serpihan
pemotongan ada yang
karat besi tercampur
berkarat
dengan bahan pangan
Sumber: Data diolah, 2021
98
Tabel 6. Analisis Kelompok Penyimpangan Aspek CPPB (lanjutan)
No. Parameter Ketidaksesuaian Keterangan
Alat rusak yang masih
digunakan berpotensi
Peralatan perebusan
mengelupas dan
terbuat dari anyaman
6. Serius meninggalkan serat-serat
bambu dengan kondisi
halus pada bahan baku
beberapa telah rusak
sehingga mempengaruhi
keamanan pangan
Air bersih yang Air untuk sanitasi bahan
digunakan belum pangan hanya memenuhi
7. Kritis
terjamin sesuai parameter fisik rasa dan
perundang-undangan bau saja
Kegiatan cuci tangan
Sarana cuci tangan tidak dengan hanya
lengkap dengan sabun menggunakan air tidak
8. Serius
dan alat pengering dapat menghilangkan
tangan bakteri sehingga higiene
karyawan tidak terjamin
Toilet hanya tersedia satu
Sarana toilet kurang
unit dan jarang
9. bersih dan kurang Serius
dibersihkan sehingga
terawat
terlihat kurang terawat
Tempat sampah yang
tidak tertutup dapat
Tempat sampah yang
mengakibatkan sampah
tersedia hanya dari
10. Kritis berserakan, mengundang
plastik besar dan tidak
lalat atau hama lain yang
tertutup
berpotensi mempengaruhi
keamanan pangan
Produk yang kontak
Karyawan produksi tidak langsung dengan
menggunakan pakaian karyawan dapat
11. Serius
kerja dan memakai membahayakan karena
perhiasan dapat terjadi kontaminasi
potensial pada produk
Karyawan dengan tangan
kotor yang bersentuhan
Kebiasaan cuci tangan langsung dengan produk
12. karyawan yang belum Kritis tanpa mencuci tangan
konsisten dilakukan terlebih dahulu dapat
mempengaruhi keamanan
produk
Sumber: Data diolah, 2021.
99
Tabel 6. Analisis Kelompok Penyimpangan Aspek CPPB (lanjutan)
No. Parameter Ketidaksesuaian Keterangan
Karyawan tidak menjaga
Terdapat karyawan yang kesterilan produk di ruang
13. makan dan minum saat Mayor produksi sehingga dapat
produksi berlangsung mengganggu keamanan
produk
Dengan tidak adanya yang
bertanggung jawab untuk
Tidak terdapat
menjaga kebersihan
14. penanggungjawab Mayor
produksi maka
higiene karyawan
keefektifan higiene
karyawan akan terganggu
Bahan kimia pencuci jika
Bahan pencuci disimpan tidak diletakkan di ruang
15. menggantung pada ruang Mayor khusus dapat
pengupasan mengkontaminasi bahan
pangan dan produk akhir
Tidak ada kesadaran dan
jadwal piket karyawan
Kegiatan higiene dan
produksi sehingga banyak
16. sanitasi tidak dilakukan Serius
tempat yang masih lalai
secara berkala
dalam kegiatan higiene
dan sanitasi
BTP dan bahan
Dapat terjadi kontaminasi
pengemas disimpan
Kritis kontaminasi silang
bersamaan dengan
dengan produk akhir
produk akhir
Kemasan yang menempel
17.
Penyimpanan produk dengan dinding dapat
akhir di simpan mengakibatkan kemasan
Kritis
menempel di dinding rusak dan kotor sehingga
ruangan mempengaruhi keamanan
produk
Peralatan yang bersih
Peralatan yang bersih dapat terkontaminasi debu
18. disimpan di tempat yang Kritis ataupun kotoran dari
kotor tempat penyimpanan yang
kotor
Produksi yang dilakukan
tanpa menggunakan
IRTP tidak memiliki
catatan baku pada
19. catatan baku terkait Kritis
komposisi dapat
komposisi bahan
mempengaruhi kualitas
produk
Sumber: Data diolah, 2021.
100
Tabel 6. Analisis Kelompok Penyimpangan Aspek CPPB (lanjutan)
No. Parameter Ketidaksesuaian Keterangan
Kegiatan produksi tanpa
IRTP tidak mempunyai adanya bagan alir dapat
20. bagan alir produksi Serius berakibat pada tindakan
pangan yang tidak sesuai dengan
standar yang ditetapkan
BTP yang digunakan
IRTP tidak memiliki alat
tanpa ukuran baku dapat
21. ukur untuk menimbang Serius
membahayakan
BTP
konsumen
Tidak menggunakan
label pada kemasan
berakibat pada
kurangnya informasi
Tidak terdapat label
yang diterima oleh
22. identitas pada produk Kritis
konsumen dan dapat
akhir
berpotensi
mempengaruhi kualitas
produk yang ada
dipasaran
Penanggung jawab yang
tidak memiliki
pengetahuan tentang
IRTP tidak mempunyai
keamanan pangan
23. penanggung jawab yang Kritis
berakibat pada rendahnya
memiliki Sertifikat PKP
kepedulian terhadap
keamanan produk pangan
yang dihasilkan
Dengan tidak adanya
pengawasan maka
Tidak terdapat
kefisiensian
24. pengawasan internal Serius
pengendalian kualitas
secara rutin
dan keamanan produk
akan terganggu
Produk yang tidak aman
Pemilik tidak melakukan jika tidak ditarik dari
penarikan produk pasaran akan
25. Kritis
terhadap produk yang mengakibatkan
tidak aman keamanan konsumen
terganggu
Sumber: Data diolah, 2021.
101
Tabel 6. Analisis Kelompok Penyimpangan Aspek CPPB (lanjutan)
No. Parameter Ketidaksesuaian Keterangan
Tidak terdapat catatan
IRTP tidak memiliki perusahaan maka akan
26. catatan dan dokumen Serius sulit untuk menelusur
produksi jika terdapat kejadian
luar biasa di perusahaan
Karyawan yang tidak
mengerti tentang
Tidak terdapat program keamanan pangan dapat
27. pelatihan keamanan Kritis berakibat pada rendahnya
pangan untuk karyawan tingkat kepedulian
karyawan terhadap
produk yang dihasilkan
Sumber: Data diolah, 2021
102
5.3 Rekomendasi Perbaikan
menujukkan masih terdapat beberapa parameter yang belum sesuai. Oleh karena
103
Tabel 7. Rekomendasi Perbaikan (lanjutan)
Rekomendasi
No Penyimpangan Rekomendasi Teknis
Manajerial
Ketidaksesuaian Serius
Lokasi pada IRTP - Menjaga kebersihan
terdapat sampah lingkungan pabrik dari
plastik yang sampah plastik dan
5. berserakan dan menyiapkan tempat
berdebu karena sampah tertutup
kendaraan yang - Menyiram air ke jalan
melintas jika terasa sangat berdebu
- Melakukan pembersihan,
perawatan serta
pengawasan terhadap
lantai, dinding dan
langit-langit secara rutin
- Memperbaiki desain
Lantai, dinding, dan
bangunan yang sulit
6. langit-langit, tidak
dibersihkan
terawat, kotor dan
- Memasang plafon
berdebu
dengan dilapisi cat tahan
panas
- Mengganti material
dinding dengan yang
lebih kuat serta mudah
dibersihkan
- Melakukan pembersihan,
perawatan serta
pengawasan terhadap
Ventilasi, pintu, dan
7. ventilasi, pintu dan
jendela tidak terawat,
jendela secara rutin
kotor, dan berdebu
- Melapisi ventilasi, pintu
dan jendela dengan
kawat kasa
- Menerapkan perlakuan - Menetapkan masa
Peralatan kayu yang pembersihan khusus pakai peralatan
digunakan beberapa untuk peralatan kayu
8.
rusak serta menyerap - Mengawasi serta
air mengganti perlatan yang
mulai rusak
Sumber: Data diolah, 2021
104
Tabel 7. Rekomendasi Perbaikan (lanjutan)
Rekomendasi
No Penyimpangan Rekomendasi Teknis
Manajerial
Sarana cuci tangan Menyediakan dan
tidak lengkap dengan memeriksan secara
9. sabun dan alat berkala ketersediaan
pengering tangan air, sabun cuci tangan
dan lap tangan
Melakukan perawatan dan
pembersihan pada toilet
Sarana toilet kurang dan membuat serta
10. bersih dan kurang menempelkan display sign
terawat terkait himbauan mencuci
tangan setelah
menggunakan toilet
Karyawan produksi Menyediakan pakaian
tidak menggunakan kerja untuk seluruh
pakaian kerja dan karyawan dan
11. memakai perhiasan membuat peraturan
tegas agar karyawan
wajib memakai
pakaian kerja
Program higiene dan Melakukan pengawasan
sanitasi tidak dan inspekasi dalam
12.
dilakukan secara pelaksanaan program
berkala higiene dan sanitasi
Membuat dan
IRTP tidak menempelkan bagan
13. mempunyai bagan alir proses produksi
alir produksi pangan keripik singkong di
ruang produksi
Menyediakan alat ukur
Alat ukur / timbangan untuk menimbang
untuk mengukur/ BTP serta menentukan
14.
menimbang BTP ukuran baku yang
tidak tersedia akan digunakan setiap
produksi
Tidak terdapat Melakukan pengawasan
pengawasan internal rutin dengan mencakup
15.
secara rutin pengawasan bahan dan
pengawasan proses
Sumber: Data diolah, 2021
105
Tabel 7. Rekomendasi Perbaikan (lanjutan)
Rekomendasi
No Penyimpangan Rekomendasi Teknis
Manajerial
Membuat catatan
terkait penerimaan
IRTP tidak memiliki bahan, produk akhir,
16. catatan dan dokumen penyimpanan dsb yang
produksi dapat disimpan
minimal 2 bulan
Ketidaksesuaian Kritis
Permukaan pisau Mengganti peralatan yang
yang digunakan untuk permukaannya sudah
17. pengupasan dan berkarat dengan peralatan
pemotongan ada yang yang baru
berkarat
Melakukan uji
Air bersih yang laboratorium yang
digunakan belum membuktikan bahwa air
18.
terjamin sesuai bersih yang digunakan
perundang-undangan lolos parameter fisik,
biologi dan kimia
Tidak tersedia tempat Membuang sampah setiap Menyediakan tempat
19. pembuangan sampah hari secara rutin sampah tertutup
tertutup
Kegiatan cuci tangan Menyediakan sarana
kurang konsisten cuci tangan yang
dilakukan oleh memadai dan
20. karyawan membuat serta
menempel himbauan
tentang menjaga
kebersihan badan
BTP dan bahan Membuat layout lokasi Menambah atau
pengemas disimpan dengan ruangan yang membuat ruangan
21.
bersamaan dengan lebih tertata terpisah khusus BTP
produk akhir dan bahan pengemas
Menentukan ruangan
Peralatan yang bersih khusus yang terjamin
22. disimpan di tempat higiene untuk
yang kurang higienis menyimpan peralatan
yang sudah bersih
Sumber: Data diolah, 2021
106
Tabel 7. Rekomendasi Perbaikan (lanjutan)
Rekomendasi
No Penyimpangan Rekomendasi Teknis
Manajerial
IRTP tidak memiliki Membuat dan
catatan baku terkait mencatat komposisi
23. komposisi bahan. baku yang digunakan
dalam sekali produksi
keripik singkong
Tidak terdapat label Menggunakan label pada
24. identitas pada produk setiap produk akhir yang
akhir. dijual ke konsumen
IRTP tidak Mengikuti Penyluhan
mempunyai Keamanan Pangan
penanggung jawab (PKP) yang diadakan
25. yang memiliki oleh dinkes setempat
Sertifikat Penyuluhan
Keamanan Pangan
(PKP)
Pemilik tidak Melakukan penarikan
melakukan penarikan produk yang berbahaya
26.
produk pangan yang serta melaporkan ke
tidak aman BPOM setempat
Tidak terdapat Mengikuti dan
program pelatihan membagikan
27.
keamanan pangan keterampilan terkait
untuk karyawan PKP kepada karyawan
Sumber: Data diolah, 2021
107
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
berikut:
1. Cara produksi pangan pada UM. Maharani terdapat beberapa aspek yang
72%. Hal ini berarti UM. Maharani masih kurang baik dalam memenuhi Cara
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian pada UM. Maharani, berikut beberapa saran yang
diberikan yaitu:
108
1. UM. Maharani dapat melakukan upaya perbaikan, dalam memenuhi
Cara Produksi Pangan yang Baik serta keamanan pangan agar pemilik dan
prinsip dan praktik higiene dan sanitasi pangan serta proses pengolahan
pangan.
bangunan dan mesin peralatan yang digunakan saat proses produksi. Hal ini
109
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2012. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang Cara Produksi
Pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga Nomor
HK.03.1.23.04.12.2206.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2012. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tentang Tata Cara
Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Nomor
HK.03.1.23.04.12.2207.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2021. Laporan Tahunan Badan POM
2020.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. 2018. Peraturan Badan Pengawasan
Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pengawasan
Pangan Industri Rumah Tangga.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Varietas Unggul Ubi Kayu
untuk Bahan Pangan dan Bahan Industri. Sinar Tani Edisi 29 Juni-5 Juli
2011 No. 3421 Tahun XLI.
Kadarisman, Darwin. 2012. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Bogor: IPB
Press.
110
Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene
Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Jakarta.
Muchsam, Yoki. Falahah dan Galih Irianto Saputro. 2011. Penerapan Gap
Analysis Pada Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Penilaian
Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT.XYZ). Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2011 (SNATI 2011).
Pudjihastuti, Isti., Siswo Sumardino, Oky Dwi Nurhayati, dan Yusuf Arya
Yudanto. 2019. Pengaruh Perbedaan Metode Penggorengan Terhadap
Kualitas Fisik dan Organoleptik Aneka Camilan Sehat. Prosiding Seminar
Nasional Vol.2. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Putri, Yessie Dharma. 2019. Evaluasi Good Halal Manufacturing Practices (Studi
Kasus: Pabrik Tahu). Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Syarif Kasim
Riau Pekanbaru.
Rahayu, Wiwit., Erlyna Wida R, Choiroel Anam, dan Intan Husna N. 2017.
Prospek Usaha Keripik singkong Rasa Gadung. Surakarta: CV. Indotama
Solo.
Razak, Maryam dan Muntikah. 2017. Ilmu Teknologi Pangan. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
111
Republik Indonesia. 2021. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2021 Tentang Kemudahan, Perlindungan dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Jakarta.
Richana, Nur. 2018. Menggali Potensi Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Bandung:
Penerbit Nuansa Cendekia.
Rohaman, M. Maman dan Yuliasri RM. 2019. Hilirisasi Pengolahan Ubi Kayu di
Bidang Pangan Menuju industri 4.0. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.
Salsabila, Lulu H. 2019. Analisis Penerapan Sistem HACCP Pada Produk Kecap
Manis PT.X. (skripsi). Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
112
LAMPIRAN
113
Lampiran 1. Gap Analysis Checklist Skoring
FORMULIR GAP ANALYSIS CHECKLIST
114
SKOR
NO. ELEMEN YANG DIPERIKSA
1 2 3 4 5
F. Kesehatan dan Higiene Karyawan
Seluruh karyawan di bagian produksi
14. pangan merawat kebersihan badan dan
kesehatannya
Karyawan di bagian produksi pangan
15. mengenakan pakaian kerja dan/atau tidak
mengenakan perhiasan
Karyawan selalu mencuci tangan dengan
bersih sewaktu memulai mengolah
16. pangan, sesudah menangani bahan
mentah, atau bahan/ alat yang kotor, dan
sesudah ke luar dari toilet/jamban.
Karyawan bekerja dengan perilaku yang
baik (seperti tidak makan dan minum)
17.
sehingga mencegah pencemaran produk
pangan.
Terdapat Penanggungjawab higiene
18.
karyawan
G. Pemeliharaan dan Program Higiene dan Sanitasi
Bahan kimia pencuci ditangani dan
19. digunakan sesuai prosedur, disimpan di
dalam wadah dengan label keterangan
Program higiene dan sanitasi dilakukan
20.
secara berkala
Tidak terdapat hewan peliharaan yang
21. berkeliaran di sekitar dan di dalam ruang
produksi pangan.
Sampah di lingkungan dan di ruang
22.
produksi segera dibuang.
H. Penyimpanan
Bahan pangan, bahan pengemas disimpan
terpisah dengan produk akhir dalam
23. ruangan penyimpanan yang bersih dan
terang dan tidak kontak langsung dengan
lantai atau dinding.
Peralatan yang bersih disimpan di tempat
24.
yang bersih.
115
SKOR
NO ELEMEN YANG DIPERIKSA
1 2 3 4 5
I. Pengendalian Proses
IRTP memiliki catatan; menggunakan
bahan baku dengan kondisi baik dan
25.
bahan tambahan pangan yang sesuai
dengan persyaratan penggunaannya.
IRTP mempunyai atau mengikuti bagan
26.
alir produksi pangan
IRTP menggunakan bahan kemasan
27.
khusus untuk pangan.
28. BTP diberi penandaan dengan benar
Alat ukur / timbangan untuk mengukur/
29.
menimbang BTP tersedia dan akurat.
J. Pelabelan Pangan
Label pangan mencantumkan nama
produk, daftar bahan yang digunakan,
30. berat bersih/isi bersih, nama dan alamat
IRTP, masa kedaluwarsa, kode produksi
dan nomor P-IRT
Label tidak mencantumkan klaim
31.
kesehatan atau klaim gizi
K. Pengawasan Oleh Penanggung Jawab
IRTP mempunyai penanggung jawab
32. yang memiliki Sertifikat Penyuluhan
Keamanan Pangan (PKP)
IRTP melakukan pengawasan internal
33. secara rutin, termasuk monitoring dan
tindakan koreksi
L. Penarikan Produk
Pemilik IRTP melakukan penarikan
34.
produk pangan yang tidak aman
M. Pencatatan dan Dokumentasi
35. IRTP memiliki dokumen produksi
Dokumen produksi IRTP mutakhir,
akurat, dapat ditelusuri dan mampu
36.
disimpan selama 2 (dua) kali umur
simpan produk pangan yang diproduksi.
116
SKOR
NO ELEMEN YANG DIPERIKSA
1 2 3 4 5
N. Pelatihan Karyawan
IRTP memiliki program pelatihan
37.
keamanan pangan untuk karyawan
117
Lampiran 2. Gap Analysis Checklist Kelompok Ketidaksesuaian
FORMULIR GAP ANALYSIS CHECKLIST
118
KETIDAKSESUAIAN
NO. ELEMEN YANG DIPERIKSA
MI MA SE KR
F. Kesehatan dan Higiene Karyawan
Seluruh karyawan di bagian produksi
14. pangan merawat kebersihan badan dan
kesehatannya
Karyawan di bagian produksi pangan
15. mengenakan pakaian kerja dan/atau tidak
mengenakan perhiasan
Karyawan selalu mencuci tangan dengan
bersih sewaktu memulai mengolah
16. pangan, sesudah menangani bahan
mentah, atau bahan/ alat yang kotor, dan
sesudah ke luar dari toilet/jamban.
Karyawan bekerja dengan perilaku yang
baik (seperti tidak makan dan minum)
17.
sehingga mencegah pencemaran produk
pangan.
Terdapat Penanggungjawab higiene
18.
karyawan
G. Pemeliharaan dan Program Higiene dan Sanitasi
Bahan kimia pencuci ditangani dan
19. digunakan sesuai prosedur, disimpan di
dalam wadah dengan label keterangan
Program higiene dan sanitasi dilakukan
20.
secara berkala
Tidak terdapat hewan peliharaan yang
21. berkeliaran di sekitar dan di dalam ruang
produksi pangan.
Sampah di lingkungan dan di ruang
22.
produksi segera dibuang.
H. Penyimpanan
Bahan pangan, bahan pengemas disimpan
terpisah dengan produk akhir dalam
23. ruangan penyimpanan yang bersih dan
terang dan tidak kontak langsung dengan
lantai atau dinding.
Peralatan yang bersih disimpan di tempat
24.
yang bersih.
119
KETIDAKSESUAIAN
NO ELEMEN YANG DIPERIKSA
MI MA SE KR
I. Pengendalian Proses
IRTP memiliki catatan; menggunakan
bahan baku dengan kondisi baik dan
25.
bahan tambahan pangan yang sesuai
dengan persyaratan penggunaannya.
IRTP mempunyai atau mengikuti bagan
26.
alir produksi pangan
IRTP menggunakan bahan kemasan
27.
khusus untuk pangan.
28. BTP diberi penandaan dengan benar
Alat ukur / timbangan untuk mengukur/
29.
menimbang BTP tersedia dan akurat.
J. Pelabelan Pangan
Label pangan mencantumkan nama
produk, daftar bahan yang digunakan,
30. berat bersih/isi bersih, nama dan alamat
IRTP, masa kedaluwarsa, kode produksi
dan nomor P-IRT
Label tidak mencantumkan klaim
31.
kesehatan atau klaim gizi
K. Pengawasan Oleh Penanggung Jawab
IRTP mempunyai penanggung jawab
32. yang memiliki Sertifikat Penyuluhan
Keamanan Pangan (PKP)
IRTP melakukan pengawasan internal
33. secara rutin, termasuk monitoring dan
tindakan koreksi
L. Penarikan Produk
Pemilik IRTP melakukan penarikan
34.
produk pangan yang tidak aman
M. Pencatatan dan Dokumentasi
35. IRTP memiliki dokumen produksi
Dokumen produksi IRTP mutakhir,
akurat, dapat ditelusuri dan mampu
36.
disimpan selama 2 (dua) kali umur
simpan produk pangan yang diproduksi.
120
KETIDAKSESUAIAN
NO ELEMEN YANG DIPERIKSA
MI MA SE KR
N. Pelatihan Karyawan
IRTP memiliki program pelatihan
37.
keamanan pangan untuk karyawan
Jumlah Ketidaksesuaian Kritis
Jumlah Ketidaksesuaian Serius
Jumlah Ketidaksesuaian Mayor
Jumlah Ketidaksesuaian Minor
121
Lampiran 3. Peraturan Air Bersih
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi tersebut digunakan untuk
pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan sikat gigi, serta untuk
keperluan mencuci bahan pangan, peralatan makan dan pakaian. Selain itu Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Parameter Fisik dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media
Air untuk Keperluan Higiene sanitasi
Standar Baku Mutu
No. Parameter Wajib Unit
(kadar maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut (Total mg/l 1000
Dissolved Solid)
4. Suhu °C Suhu udara ±3
5. Rasa Tidak berasa
6. Bau Tidak berbau
Parameter Biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Standar Baku Mutu
No Parameter Wajib Unit
(kadar maksimum)
1. Total coliform CFU/100 ml 50
2. E. coli CFU/100 ml 0
122
Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk Media
Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
Standar Baku Mutu
No Parameter Wajib Unit
(kadar maksimum)
1. pH mg/l 6,8 - 8,5
2. Besi mg/l 1
3. Fluorida mg/l 1,5
4. Kesadahan (CaCO3) mg/l 500
5. Mangan mg/l 0,5
6. Nitrat, sebagai N mg/l 10
7. Nitrit, sebagai N mg/l 1
8. Sianida mg/l 0,1
9. Deterjen mg/l 0,05
10. Pestisida total mg/l 0,1
Tambahan
1. Air raksa mg/l 0,001
2. Arsen mg/l 0,05
3. Kadmium mg/l 0,005
4. Kromium (valensi 6) mg/l 0,05
5. Selenium mg/l 0,01
6. Seng mg/l 15
7. Sulfat mg/l 400
8. Timbal mg/l 0,05
9. Benzene mg/l 0,01
10. Zat organik (KMNO4) mg/l 10
123