Anda di halaman 1dari 125

ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

PADA KELOMPOK TANI TERNAK MUKTI ANDHINI I


DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN

SKRIPSI

Disusun Oleh:
Gyan Nina Bella Agro S.
135130059

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG
PADA KELOMPOK TANI TERNAK MUKTI ANDHINI I
DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Pertanian dari Universitas Pembangunan “Veteran” Yogyakarta

Disusun oleh:
Gyan Nina Bella Agro S.
135130059

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Usaha Penggemukan Sapi Potong pada


Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa
Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten
Nama Peneliti : Gyan Nina Bella Agro S
Nomor Mahasiswa : 135130059
Program Studi : Agribisnis
Diuji pada Tanggal : 15 Januari 2021

Menyetujui,

Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I
Agus Santosa SP., M.Si. 02-03-2021
Pembimbing II
Dr. Ir Nanik Dara Senjawati MP. ………………… …………………
Penelaah I
Dr. Ir. Budiarto MP. ………………… …………………
Penelaah II
Ir. Ni Made Suyastiri YP, MP. ………………… …………………

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Dr. Ir. Budiarto MP.

Tanggal: ………………..
ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ii
PADA KELOMPOK TANI TERNAK MUKTI ANDHINI I
DI DESA CUCUKAN, KECAMATAN PRAMBANAN
KABUPATEN KLATEN

Gyan Nina Bella Agro S.

Dibimbing oleh Agus Santosa dan Nanik Dara Senjawati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis perbedaan keuntungan usaha


penggemukan sapi potong model Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat
(DAPM) dengan individu pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa
Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten, 2) menganalisis perbedaan
kelayakan usaha penggemukan sapi potong model Dana Amanah Pemberdayaan
Masyarakat (DAPM) dengan individu pada Kelompok Tani Ternak Mukti
Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Metode
dasar penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan
metode pelaksanaan menggunakan metode survey. Metode penentuan lokasi
menggunakan metode purposive. Metode pengambilan responden menggunakan
metode purposive dan teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara, dan kuesioner. Macam data menggunakan data primer dan data
sekunder. Penelitian ini menggunakan responden model DAPM sebanyak 4
responden dan model individu 8 responden. Teknik analisis data yang digunakan
adalah keuntungan dan analisis kelayakan menggunakan profit rate. Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan bahwa 1) Rata-rata keuntungan usaha penggemukan
sapi potong DAPM sebesar Rp 6.518.413,33 per 3 ekor per periode lebih besar
dari rata-rata keuntungan usaha penggemukan sapi potong individu sebesar Rp
5.135.006,77 per 3 ekor per periode. 2) Nilai profit rate usaha penggemukan sapi
potong DAPM dan individu lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
artinya kedua usaha penggemukan sapi potong layak untuk diusahakan. Rata-rata
kelayakan usaha penggemukan sapi potong DAPM sebesar 9,06% per 3 ekor per
periode lebih besar dari kelayakan usaha penggemukan sapi potong individu yaitu
8,07% per 3 ekor per periode.

Kata kunci: keuntungan, kelayakan usaha, penggemukan sapi potong

iii
BEEF CATTLE FATTENING BUSINESS ANALYSIS
ON KELOMPOK TANI TERNAK MUKTI ANDHINI I AT CUCUKAN
VILLAGE, PRAMBANAN DISTRICT, KLATEN REGENCY

Gyan Nina Bella Agro S

Supervised by Agus Santosa and Nanik Dara Senjawati

ABSTRACT

This research aimed to analyze the profitability difference of beef cattle


fattening in the Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) model with
individuals in the Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I at Cucukan village,
Prambanan district, Klaten regency and to analyze the feasibility difference of
beef cattle fattening with the Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM)
model and individuals in the Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I at Cucukan
village, Prambanan district, Klaten regency. The basic method of research used is
descriptive research method with implementation methods using survey methods.
The method of determining the location using the purposive method. The method
of taking respondents using the purposive method and data collection techniques
using observation, interviews, and questionnaries. Kinds of data use primary data
and secondary data. This study used 4 respondents with the DAPM model and 8
individual model. The data analysis technique used is profit and feasibility
analysis using profit rate. Based on the research result, it was found that the
profit of DAPM beef cattle fattening business was Rp 6.518.413,33 per 3 head per
period, greater than the profit of individual beef cattle fattening business with Rp
5.135.006,77per 3 head per period and the feasibility of fattening beef cattle for
DAPM is 9,06% greater than the feasibility of individual fattening beef cattle with
8,07%.

Keywords : profit, business feasibility, beef cattle fattening.

iv
RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Lirik pada tanggal 8 Januari 1995, merupakan anak kedua

dari empat bersaudara dari pasangan Sumarno dan Yansorlin. Pendidikan Sekolah

Dasar (SD) kelas satu hingga kelas lima di SD 004 Sorek Satu, Pelalawan, Riau

dan pada tahun 2007 menyelesaikan pendidikan di SDN 2 Pandansimping,

Prambanan, Klaten. Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah

Pertama (SMP) di SMPN 1 Prambanan, Klaten dan lulus pada tahun 2010. Penulis

melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Kalasan,

Sleman dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi dengan mengambil Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya

yang diberikan kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi

dengan judul “Analisis Usaha Penggemukan Sapi Potong pada Kelompok

Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan

Kabupaten Klaten”. Skripsi ini dapat selesai karena bantuan banyak pihak. Oleh

karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Yogyakarta.

2. Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Yogyakarta.

3. Bapak Agus Santosa SP., M.Si dan Ibu Dr. Ir Nanik Dara Senjawati, MP

selaku Dosen Pembimbing yang memberikan bimbingan, arahan dan masukan

dalam penyusunan skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Budiarto MP dan Ibu Ir. Ni Made Suyastiri YP,MP selaku

Dosen Penelaah yang memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan

skripsi.

5. Kepala Desa dan petani ternak anggota Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini

I yang telah memberikan ijin serta sebagai narasumber dalam penyusunan

skripsi.

vi
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan, segala

saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi

kesempurnaan penelitian. Demikian skripsi ini dibuat, semoga bermanfaat.

Yogyakarta,

Januari 2021

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... ii
ABSTRAK................................................................................................................. iii
ABSTRACT............................................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP................................................................................................. v
KATA PENGANTAR............................................................................................ vi
DAFTAR ISI............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
BAB I.......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 7
E. Landasan Teori....................................................................................... 7
F. Penelitian Terdahulu.............................................................................. 24
G. Kerangka Pemikiran............................................................................... 27
H. Hipotesis................................................................................................. 29
I. Pembatasan Penelitian............................................................................ 30
J. Definisi Operasioanal dan Pengukuran Variabel................................... 30
K. Metode Penelitian................................................................................... 32
L. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis.............................................. 37
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.......................... 42
A. Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten....................... 42
B. Kelompok Mukti Andhini I...................................................................... 44
BAB III IDENTITAS PETANI TERNAK........................................................ 51
A. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Jenis Kelamin.............................. 52
B. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Usia............................................. 52
C. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Pendidikan Terakhir.................... 53
D. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Lama Bergabung dalam KTT
Mukti Andhini I..................................................................................... 54
E. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Jumlah Ternak Sapi..................... 54
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PENGUJIAN
HIPOTESIS............................................................................................... 56
A. Analisis Hasil Penelitian........................................................................ 56
B. Pengujian Hipotesis................................................................................ 64
BAB V PEMBAHASAN........................................................................................ 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 74
A. Kesimpulan............................................................................................ 74
B. Saran....................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 75
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Populasi, Produksi dan Konsumsi Sapi Potong di Indonesia pada


Tahun 2014-2018............................................................................... 2

Tabel 2. Data Impor Sapi dan Daging Sapi Tahun 2014 sampai dengan
Tahun 2018........................................................................................ 3

Tabel 3. Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang.................................. 24

Tabel 4. Jumlah Anggota Kelompok pada Kelompok Tani Ternak Sapi di


Desa Cucukan Tahun 2019................................................................ 34

Tabel 5. Daftar Kelompok Tani Ternak di Desa Cucukan.............................. 43

Tabel 6. Identitas Petani Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kelompok


Mukti Andhini I Tahun 2020 Berdasarkan Usia............................... 52

Tabel 7. Identitas Petani Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kelompok


Mukti Andhini I Tahun 2020 Berdasarkan Pendidikan Terakhir..............
53

Tabel 8. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Jumlah Ternak Sapi di


Kelompok Mukti Andhini I Tahun 2020........................................... 55

Tabel 9. Rata-rata Biaya Tetap Mengusahakan Penggemukan Sapi Potong


Individu dan DAPM.......................................................................... 56

Tabel 10. Rata-rata Biaya Variabel Mengusahakan Penggemukan Sapi


Potong Individu dan DAPM.............................................................. 58

Tabel 11. Rata-rata Biaya Total Usaha Penggemukan Sapi Potong Individu
dan DAPM......................................................................................... 61

Tabel 12. Rata-rata Produksi, Rata-rata Harga, Rata-rata Penerimaan pada


Usaha Penggemukan Sapi Potong Individu dan DAPM................... 62

Tabel 13. Rata-rata Penerimaan, Rata-rata Total Biaya, Rata-rata


Keuntungan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong Individu dan
DAPM................................................................................................ 63

Tabel 14. Rata-rata Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong Individu


dan DAPM......................................................................................... 64

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Usaha Penggemukan Sapi


Potong.............................................................................................. 29

Gambar 2. Peta Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten..........


42

Gambar 3. Peta Letak Kelompok Ternak Mukti Andhini Desa Cucukan............


44

Gambar 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini “I”.........


47

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian


Lampiran 2. Karakteristik Petani Ternak Penggemukan Sapi Potong pada
Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I
Lampiran 3. Jumlah Kepemilikan Sapi Potong Petani Ternak Penggemukan
Sapi Potong di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 4. Biaya Bakalan Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 5. Biaya Bakalan Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 6. Biaya Pakan Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 7. Biaya Pakan Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 8. Biaya Obat dan Vitamin Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 9. Biaya Obat dan Vitamin Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 11. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 12. Biaya Penyusutan Alat Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 13. Biaya Penyusutan Alat Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 14. Biaya Penyusutan Kandang Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 15. Biaya Penyusutan Kandang Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 16. Biaya Listrik dan PBB Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I

xi
Lampiran 17. Biaya Listrik dan PBB Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 18. Biaya Pengangkutan Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I

Lampiran 19. Biaya Pengangkutan Usaha Penggemukan Sapi Potong


Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 20. Hasil Produksi Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 21. Hasil Produksi Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Lampiran 22. Penerimaan, Total Biaya Mengusahakan, dan Keuntungan Usaha
Penggemukan Sapi potong Kepemilikan DAPM di Kelompok
Tani Mukti Andhini I
Lampiran 23. Penerimaan, Total Biaya Mengusahakan, dan Keuntungan Usaha
Penggemukan Sapi potong Kepemilikan Individu di Kelompok
Tani Mukti Andhini I
Lampiran 24. Dokumentasi

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peternakan merupakan kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk

mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada

faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan sektor yang memiliki peranan

penting dalam perekonomian nasional yaitu sebagai penyedia lapangan kerja,

penyedia bahan pangan dan sumber devisa negara. Menurut Susilorini (2008)

usaha dan pengembangan peternakan saat ini menunjukkan prospek yang

sangat cerah dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan

ekonomi pertanian. Ada enam faktor yang mendukung dunia peternakan selalu

berkelanjutan dan menjanjikan peluang bisnis, sebagai berikut:

1. Kebutuhan pangan meningkat sejalan dengan kecepatan pertumbuhan

populasi manusia

2. Produk pangan asal ternak mempunyai nilai gizi yang berkualitas

3. Ternak mempunyai kemampuan untuk mengubah bahan pakan menjadi

produk pangan untuk manusia

4. Dalam siklus kehidupan, ternak berperan bagi kesuburan dan konservasi

tanah serta konservasi air

5. Ternak merupakan sumber protein dan energi

6. Dunia peternakan merupakan sumber pendapatan dan lapangan kerja.

Ternak sapi, khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging, disamping ikutan lainnya seperti

1
2

pupuk kandang, kulit, tulang dan sebagainya (Sugeng, Y.B, 2004). Sapi potong

merupakan sumber penyedia daging terbesar kedua di Indonesia setelah ayam

(Ngadiyono, 2004). Sapi potong merupakan jenis ternak yang mempunyai nilai

jual tinggi diantara ternak-ternak lainnya. Pada umumnya, masyarakat

membutuhkan hewan ini untuk dikonsumsi karena kandungan protein yang

tinggi. Laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menuntut

ketersedian daging yang juga meningkat. Oleh karena itu, usaha sapi potong

termasuk salah satu usaha yang memiliki nilai ekonomi tinggi (Wibowo, 2019).

Peningkatan kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia menjadi salah

satu peluang berkembangnya bisnis penggemukan sapi potong di Indonesia.

Kebutuhan akan daging dalam negeri terus meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk, peningkatan daya beli masyarakat dan

perubahan gaya hidup serta peningkatan kesadaran masyarakat untuk

mengkonsumsi protein hewani (Daryanto, 2009; Mayulu, et al. 2010) seperti

pada tabel 1.

Tabel 1. Populasi, Produksi dan Konsumsi Sapi Potong di Indonesia pada


Tahun 2014-2018
Konsumsi
Tahun Populasi (ekor) Produksi (ton)
(kg/kapita/tahun)
2015 15.419.718 506.661 0,417
2016 15.977.029 518.484 0,417
2017 16.429.102 486.320 0,469
2018 16.432.945 497.972 0,469
Sumber: Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2019

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa populasi sapi potong dari tahun

2014 hingga 2018 mengalami kenaikan, akan tetapi produksi sapi potong tidak

stabil cenderung mengalami penurunan. Padahal kebutuhan konsumsi sapi


3

potong per kapita pertahun meningkat setiap tahunnya. Pemerintah telah

mencanangkan bahwa Indonesia akan swasembada daging sapi di tahun 2014.

Namun hingga saat ini untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri, tidak

diimbangi oleh produksi yang optimal, hal tersebut dibuktikan dengan masih

dibukanya impor sapi hidup maupun daging sapi oleh pemerintah seperti pada

tabel 2

Tabel 2. Data Impor Sapi dan Daging Sapi Tahun 2014 sampai dengan Tahun
2018
Hasil Ternak
No. Tahun Ternak Sapi (ton)
(ton)
1. 2014 248.834,35 76.887,34
2. 2015 197.604,09 50.309,02
3. 2016 195.764,11 116.761,38
4. 2017 168.588,53 118.646,84
5. 2018 204.682,78 164.260,57
Sumber: Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2019

Desa Cucukan Kecamatan Prambanan merupakan salah satu sentra sapi

di Kabupaten Klaten. Desa Cucukan ditetapkan menjadi Desa Sentra Ternak

Sapi Potong pada tahun 2015. Selain dikenal sebagai tempat pengembangan

sapi potong Kabupaten Klaten, desa Cucukan juga diharapkan sebagai tempat

penghasil bibit sapi potong unggul di Kabupaten Klaten. Desa Cucukan

Kecamatan Prambanan terdapat beberapa kelompok peternak sapi potong

diantaranya Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I. Diperjalanan waktu

lahirlah organisasi atau kelompok-kelompok dengan unit usaha yang sama.

Sampai pada tahun 2018 telah terbentuk 5 kelompok tani ternak di desa

Cucukan.
4

Kelompok Mukti Andhini merupakan cikal bakal dari Kelompok Tani

Ternak Mukti Andhini I berdiri resmi pada tanggal 15 Desember 2002 yang

telah memiliki badan hukum dengan nomor AHU-0004867. AH. 01.07.

TAHUN 2015. Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I memiliki unit usaha

budidaya sapi potong, penggemukan sapi potong serta unit pengolahan pakan

yang produksinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan konsentrat

kelima kelompok di desa Cucukan serta untuk memenuhi kebutuhan peternak

di luar desa maupun di luar Kecamatan Prambanan.

Usaha penggemukan sapi potong banyak diminati oleh investor dan juga

masyarakat karena perputaran modalnya cepat, risiko kegagalan kecil, dan

margin keuntungannya relatif tinggi. Usaha penggemukan sapi cukup butuh

waktu 3-6 bulan saja untuk bisa mendapatkan hasil. Hal ini berarti untuk satu

siklus usaha pembibitan sapi bisa menghasilkan 3-8 kali siklus usaha

penggemukan sapi. Risiko kegagalan usaha penggemukan sapi relatif lebih

kecil dibandingkan risiko usaha pembibitan sapi, karena sapi bakalan yang

dipelihara pada usaha penggemukan sapi pada umumnya sudah berusia 6-24

bulan, sudah cukup kuat untuk bertahan hidup. Margin keuntungan usaha

penggemukan sapi relatif lebih tinggi dibandingkan usaha pembibitan. Usaha

penggemukan sapi memerlukan waktu pendek sehingga volume pakan yang

diperlukan juga relatif sedikit. Rasio konversi berat pakan ke berat tubuh sapi

lebih terukur (Purwoko, 2015).

Pada Kelompok Mukti Andhini I sistem kepemilikan penggemukan sapi

potong terbagi menjadi tiga berdasarkan pembagian hasil, yaitu kepemilikan


5

individu, kepemilikan kelompok, dan kepemilikan DAPM (Dana Amanah

Pemberdayaan Masyarakat). Peternak dengan kepemilikan individu melakukan

kegiatan usaha penggemukan sapi secara sendiri mulai dari penyediaan sarana

produksi hingga pemasaran hasil. Untuk kepemilikan kelompok benih sapi

didapatkan dari bantuan pemerintah yang dikelolah oleh kelompok dan

sebagian besar diusahakan untuk pembibitan sapi potong. Sedangkan pada

kepemilikan DAPM petani ternak melakukan bagi hasil dengan pemberi modal

dalam hal ini pemerintah Kecamatan Prambanan. Dalam penelitian ini peneliti

mengambil sistem kepemilikan sapi potong individu dan DAPM. Kedua

kepemilikan tersebut sama-sama mengusahakan penggemukan sapi potong.

Perbedaan pola usaha penggemukan sapi pada Kelompok Tani Ternak Mukti

Andhini I ini dapat berimplikasi pada perbedaan manajemen teknis usaha

penggemukan sapi mulai dari penyediaan bakalan sampai penjualan hasil

produksi. Hal tersebut juga dapat menyebabkan perbedaan sruktur biaya dan

pendapatan dari usaha ternaknya. Keberhasilan atau kegagalan suatu usaha

peternakan sapi potong umumnya diukur dari keuntungan atau kerugian yang

diperolehnya. Keberlangsungan usaha peternakan penggemukan sapi potong

ini ditentukan oleh gambaran finansial usaha, usaha tersebut dapat bertahan

jika menguntungkan dan layak secara finansial.

Berdasarkan uraian dan fakta tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”Analisis Usaha Penggemukan Sapi Potong pada

Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan

Prambanan Kabupaten Klaten”.


6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Apakah usaha penggemukan sapi model DAPM lebih menguntungkan dari

usaha penggemukan sapi model individu pada Kelompok Tani Ternak

Mukti Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten

Klaten?

2. Apakah nilai kelayakan usaha penggemukan sapi model DAPM lebih tinggi

untuk dibandingkan usaha penggemukan sapi model individu pada

Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan

Prambanan Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis perbedaan keuntungan usaha penggemukan sapi potong model

Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) dengan individu pada

Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan

Prambanan Kabupaten Klaten.

2. Menganalisis perbedaan kelayakan usaha penggemukan sapi potong model

Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) dengan individu pada

Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan

Prambanan Kabupaten Klaten.


7

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan akan menambah pengetahuan peneliti mengenai

analisis usaha penggemukan sapi potong.

2. Bagi Peternak

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dalam kegiatan

usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan peternak dalam Kelompok

Tani Ternak Mukti Andhini I sehingga dapat terus berjalan.

3. Bagi Penelitian Lain

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan atau bahan referensi serta

dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang analisis usaha

penggemukan sapi potong.

E. Landasan Teori

1. Usaha Penggemukan Sapi Potong

Tujuan budidaya ternak adalah untuk mendapatkan hasil yang

optimal. Optimalisasi produksi bisa dicapai jika didukung oleh tiga faktor

besar, yaitu pakan, manajemen atau tata laksana, dan pemuliaan ternak.

Faktor pakan sangat terkait dengan cara pemberiannya, yaitu harus sesuai

dengan kebutuhan ternak untuk hidup pokok, pertumbuhan, dan produksi

semaksimal mungkin dengan biaya yang ekonomis. Tata lakasana

merupakan cara-cara pemeliharaan sehari-hari, yaitu membersihkan ternak,


8

perkandangan, pencegahan dan pengobatan penyakit, serta penanganan

perkawinan yang teratur dan tepat waktu. Pemuliaan ternak adalah

melakukan seleksi (pemilihan bibit) dan sistem perkawinan sehingga

diperoleh bibit yang unggul. Apabila ketiga faktor tersebut dapat dijalankan

dengan baik, akan diperoleh produksi ternak yang sesuai dengan harapan

dan potensi genetiknya (Susilorini, 2008).

Salah satu sumber protein asal hewan yang kebutuhannya cenderung

meningkat setiap tahun adalah daging sapi. Tingginya permintaan tersebut

disebabkan oleh peningkatan kesejahteraan penduduk, tingginya kesadaran

akan kebutuhan gizi, dan tingginya permintaan terhadap daging olahan

untuk industri pengolahan daging. Salah satu upaya untuk memenuhi

kebutuhan daging tersebut yaitu dengan meningkatkan populasi, produksi,

dan produktivitas sapi potong.

Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, Anggraini

(2003) mengklasifikasikan usaha peternakan menjadi empat kelompok,

yaitu:

a. Peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan

komoditas pertanian terutama tanaman pangan, sedangkan ternak hanya

sebagai usaha sambilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga (subsisten)

dengan tingkat pendapatan usaha dari peternakan < 30%

b. Peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak mengusahakan

pertanian campuran dengan ternak dan tingkat pendapatan dari usaha

ternak mencapai 30-70%


9

c. Peternakan sebagai usaha pokok, yaitu peternak mengusahakan ternak

sebagai usaha pokok dengan tingkat pendapatan berkisar antara 70-100%

d. Peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak secara khusus

(specialized farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan

mencapai 100%.

Sistem pemeliharaan sapi potong di Indonesia dibedakan menjadi tiga,

yaitu: intensif, ekstensif, dan usaha campuran (mixed farming). Pada

pemeliharaan secara intensif, sapi dikandangkan secara terus-menerus atau

hanya dikandangkan pada malam hari dan pada siang hari ternak

digembalakan. Pola pemeliharaan sapi secara intensif banyak dilakukan

petani peternak di Jawa, Madura, dan Bali. Pada pemeliharaan ekstensif,

ternak dipelihara di padang penggembalaan dengan pola pertanian menetap

atau di hutan. Pola tersebut banyak dilakukan peternak di Nusa Tenggara

Timur, Kalimantan, dan Sulawesi (Sugeng 2004). Dari kedua cara

pemeliharaan tersebut, sebagian besar merupakan usaha rakyat dengan ciri

skala usaha rumah tangga dan kepemilikan ternak sedikit, menggunakan

teknologi sederhana, bersifat padat karya, dan berbasis azas organisasi

kekeluargaan (Azis dalam Yusdja dan Ilham 2004).

a. Intensif

Pola budidaya dengan cara sapi dikandangkan, kebutuhan pakan

dan air minum disediakan penuh, meliputi:


10

1) Pemeliharaan pedet dilakukan sebagai berikut:

a) Melakukan penanganan khusus pedet yang baru lahir sampai umur

7 hari;

b) Penimbangan bobot lahir;

c) Pemasangan nomor identitas pedet;

d) Pemeliharaan dalam kandang individu sampai umur 1 bulan dan

bebas bergerak serta mendapat sinar matahari pagi;

e) Sudah mulai diberikan pakan hijauan pada umur 3 bulan; dan

f) Dilakukan penyapihan pada umur 6-8 bulan.

2) Pemeliharaan pedet lepas sapih dilakukan sebagai berikut:

a) Penimbangan bobot sapih;

b) Pedet dipelihara dalam satu kelompok umur dan jenis kelamin yang

sama;

c) Bebas bergerak dan mendapat sinar matahari cukup;

d) Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar; dan

e) Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum).

3) Pemeliharaan sapi dara dilakukan sebagai berikut:

a) Mulai dikawinkan pada umur 18 bulan atau telah mencapai dewasa

tubuh;

b) Perkawinan dianjurkan dengan inseminasi buatan;

c) Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar;

d) Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum);


11

e) Mencatat tanggal perkawinan, identitas pejantan yang digunakan,

dan hasil pemeriksaan kebuntingan; dan

f) Melakukan pemeriksaan kesehatan hewan secara rutin.

4) Pemeliharaan induk bunting dilakukan sebagai berikut:

a) Pemberian pakan ditingkatkan mutunya terutama setelah 6 bulan

kebuntingan;

b) Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum);

c) Bebas bergerak;

d) Satu bulan sebelum melahirkan sapi ditempatkan pada kandang

beranak; dan

e) Mencatat pelayanan kesehatan hewan.

5) Pemeliharaan untuk penggemukan dilakukan sebagai berikut:

a) Penimbangan bobot badan awal dan bobot badan akhir;

b) Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar;

c) Pemberian air minum secara tidak terbatas (adlibitum); dan

d) Lama penggemukan 4-6 bulan.

b. Semi Intensif

Budidaya sapi dengan cara sapi dikandangkan dan/atau

digembalakan serta sumber pakan utama disediakan sebagian dan/atau

berasal dari padang penggembalaan. Pola budi daya semi intensif ini

hampir sama dengan budi daya intensif, namun dalam dalam penyediaan

pakan dan minum tidak sepenuhnya disediakan.


12

c. Eksklusif

Budidaya sapi dengan cara sapi tidak dikandangkan dan sumber

pakan utama berasal dari padang penggembalaan.

1) Pemeliharaan pedet dilakukan sebagai berikut:

a) Pedet dijaga dari kemungkinan gangguan penyakit dan aman dari

kemungkinan kecelakaan; dan

b) Pedet dibiarkan selalu bersama induknya sampai umur lepas sapih

yaitu umur 6 sampai dengan 8 bulan.

2) Pemeliharaan pedet lepas sapih dilakukan sebagai berikut:

a) Sapi ditempatkan di paddock dalam satu kelompok umur dan jenis

kelamin yang sama; dan

b) Disesuaikan dengan kapasitas tampung pasture.

3) Pemeliharaan sapi dara dilakukan sebagai berikut:

a) Sapi ditempatkan di paddock berdasarkan kelompok umur dan jenis

kelamin;

b) Mulai dikawinkan pada umur 18 bulan atau telah mencapai dewasa

tubuh;

c) Sapi dara siap kawin ditempatkan pada paddock khusus untuk

perkawinan;

d) Perkawinan biasanya dilakukan dengan kawin alam; dan

e) Mencatat tanggal perkawinan, identitas pejantan yang digunakan,

dan hasil pemeriksaan kebuntingan.


13

4) Pemeliharaan induk bunting dilakukan sebagai berikut:

a) Sapi bunting ditempatkan pada paddock terpisah, diberi pakan dan

vitamin/mineral tambahan;

b) Pengawasan dilakukan untuk penanganan sapi yang

memperlihatkan tanda-tanda akan melahirkan; dan

c) Mengeluarkan induk sapi yang telah menunjukkan tanda-tanda

akan melahirkan, dan menempatkan pada paddock terpisah.

5) Pemeliharaan pejantan dilakukan sebagai berikut:

a) Ditempatkan pada paddock tersendiri;

b) Pemberian pakan dalam jumlah dan mutu sesuai standar;

c) Melakukan pemeriksaan kesehatan hewan secara rutin; dan

d) Penggunaan pejantan dalam perkawinan perlu diatur untuk

menghindari terjadinya perkawinan sedarah.

d. Perkawinan

Perkawinan pada pola intensif, semi intensif, dan ekstensif dapat

dilakukan dengan cara kawin alam dan/atau Inseminasi Buatan (IB)

dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Perkawinan secara kawin alam dengan rasio perbandingan jantan dan

betina 1: 15-20 ekor;

2) Perkawinan dengan IB menggunakan semen beku sesuai SNI atau

semen cair dari pejantan unggul; dan

3) Dalam pelaksanaan perkawinan hindari terjadinya perkawinan sedarah

(inbreeding).
14

e. Pencatatan

Dalam usaha budidaya sapi potong dilakukan pencatatan meliputi:

1) Nama rumpun (jika persilangan, sebutkan nama rumpun pejantan dan

betinanya);

2) Asal dan tanggal pemasukan;

3) Identitas ternak;

4) Jenis kelamin;

5) Tanggal lahir/umur;

6) Perkawinan (tanggal kawin, nomor dan rumpun pejantan, kawin

alam/IB);

7) Kelahiran (tanggal, jenis kelamin, identitas tetua jantan dan betina);

8) Bobot badan (lahir, umur 7 bulan, 12 bulan, 18 bulan);

9) Jenis dan jumlah pemberian pakan;

10) Pelayanan kesehatan hewan (gejala sakit, penanganan, jenis penyakit,

jenis obat dan vaksin, hasil penanganan); dan

11) Mutasi (penambahan dan pengurangan).

Untuk penggemukan dilakukan penimbangan bobot badan awal

dan akhir penggemukan. Sapi hasil pengembangbiakan dipertimbangkan

sebagai calon bibit.

Sapi potong merupakan salah satu komponen usaha yang cukup

berperan dalam agribisnis pedesaan, utamanya dalam sistem integrasi

dengan subsektor pertanian lainnya, sebagai rantai biologis dan ekonomis

sistem usaha tani. Terkait dengan penyedian pupuk, maka sapi dapat
15

berfungsi sebagai “pabrik kompos”. Seekor sapi dapat menghasilkan

kotoran sebanyak 8-10 kg/hari yang apabila diproses akan menjadi 4-5

kg pupuk organik. Potensi pupuk organik ini diharapkan dapat

dimanfaatkan secara optimal untuk mempertahankan kesuburan lahan,

melalui siklus unsur hara secara sempurna (Mariyono dkk, 2010).

Menurut Yulianto (2010) usaha ternak sapi ada yang dilakukan

secara perorangan atau kerja sama dengan orang lain. Keistimewaan

usaha ternak besar ini adalah adanya kerja sama yang biasa disebut

sistem gaduh. Bentuk-bentuk usaha ternka sapi tersebut di antaranya

sebagai berikut:

1) Usaha perorangan

Bentuk usaha ini paling sederhana dan paling mudah diorganisir

karena pemiliknya hanya satu orang. Manajemenya dipegang sendiri

serta keuntungan dan kerugiannya juga ditanggung sendiri.

2) Usaha gaduhan

Usaha gaduhan merupakan salah satu usaha kerja sama yang sering

dilakukan di masyarakat. Usaha kerja sama ini untuk memenuhi atau

menyambung keinginan sebagian masyarakat untuk beternak sapi. Hal

ini biasanya terjadi bila seseorang yang memiliki modal cukup dan

ingin beternak, sapi tetapi tidak ada tempat dan pengetahuan mengenai

ternak sapi.
16

3) Kemitraan

Kemitraan adalah upaya pengembangan usaha yang dilandasi kerja

sama antara perusahaan dan peternakan rakyat. Kerja sama tersebut

mengandung pengertian bahwa kedua belah pihak harus memperolah

keuntungan atau manfaat.

2. Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM)

Upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan pemerintah

dengan berbagai macam program bantuan sosial salah satunya adalah

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan,

merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat

dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan

kesempatan kerja di wilayah pedesaan. Pemerintah meluncurkan PNPM

Mandiri pada tahun 2007 sebagai program nasional untuk mempercepat

pengurangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja dengan

menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri telah

berkembang diantaranya berhasil menyediakan dan memberikan akses

pinjaman dana bergulir bagi masyarakat miskin produktif berbasis

kelompok sehingga menjadi sumber pendapatan tambahan dan penciptaan

lapangan kerja. PNPM Mandiri yang berjalan sejak tahun 2007 telah

berakhir pada 31 Desember 2014. Setelah berakhirnya program PNPM

Mandiri untuk melindungi dana program PNPM Mandiri, dana tersebut

kemudian dikelola oleh unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang kemudian


17

berganti nama menjadi Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM)

(Untari, 2019).

Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) merupakan dana

milik masyarakat yang berasal dari dana bergulir PNPM Mandiri yang

dikelola oleh masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan berbasis

pemberdayaan masyarakat. DAPM merupakan lanjutan dari program

PNPM Mandiri Perdesaan. Adapun tujuannya sama dengan PNPM Mandiri

Perdesaan yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan

mempercepat penanggulangan kemiskinan (Riswah, 2019). Salah satu jenis

kegiatan DAPM adalah kegiatan ekonomi produktif yaitu adanya pinjaman

modal. Program tersebut secara menyeluruh di Indonesia, salah satunya di

Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Salah satu penerima Dana

Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) di Kecamatan Prambanan

adalah Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I. Pemberdayaan masyarakat

yang dilakukan berupa bantuan modal serta pendampingan usaha bagi

petani peternak. Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat diberikan guna

membantu usaha budidaya sapi potong yang dilakukan dalam kelompok

tani tersebut, sehingga memberi peluang bagi anggota kelompok yang tidak

memiliki modal tetapi ingin membudidayakan sapi potong sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan mereka. Kinerja usaha sapi potong di

Indonesia masih rendah, sehingga dengan bantuan dana tersebut

diharapkan dapat meningkatkan populasi dan produksi sapi potong dalam

negeri. Pertumbuhan populasi sapi potong menjadi harapan baru bagi


18

Pemerintah untuk dapat memenuhi kebutuhan swasembada pangan hewani

bagi masyarakat. Tujuan pengembangan usaha sapi potong selain untuk

memenuhi kebutuhan pangan asal hewani sekaligus dapat meningkatkan

pendapatan peternak

3. Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan

a. Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk

mencapai tujuan tertentu (Mulyadi,2002). Biaya merupakan bagian

terpenting dalam suatu usaha karena dengan biaya usaha dapat berjalan.

Dalam menjalankan usaha peternakan dibutuhkan biaya-biaya dalam

proses pemeliharaannya. Biaya yang mesti dikeluarkan tidak hanya biaya

pakan dan obat-obatan saja, melainkan juga perkandangannya,

penyusutan kandang pertahunnya, peralatan kandang, lahan untuk

kandang dan pakan, dan masih banyak lagi lainnya. Biaya adalah semua

pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperluakan untuk

menghasilkan sesuatu produk dalam suatu periode produksi. Soekartawi

(1995), mengemukakan bahwa biaya usahatani dapat diklasifikasikan

menjadi dua yaitu:

1) Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang penggunaannya tidak habis

dalam satu masa produksi, misalnya: pajak tanah, penyusutan alat, dan

penyusutan bangunan.
19

2) Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat

bergantung pada skala produksi, misalnya: pengeluaran untuk bibit,

pakan, obat-obatan dan vitamin.

Biaya total (total cost) merupakan jumlah keseluruhan yang

dikeluarkan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dengan kata

lain, biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel.

Menurut Hernanto (1996) secara matematis biaya total dinotasikan

sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = Total Cost
TFC = Total Fixed Cost
TVC = Total Variable cost

b. Penerimaan

Penerimaan disebut juga dengan pendapatan kotor (gross farm

income). Penerimaan usahatani dapat didefinisikan sebagai nilai uang

yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi, 1986).

Besarnya proporsi penerimaan tunai dari total peneriman dapat

digunakan untuk perbandingan keberhasilan petani satu terhadap petani

lainnya (Hernanto, 1996). Menurut Soekartawi (1995), penerimaan

usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga

jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:


20

TR = Y × Py

Keteranganan:
TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
Y = Produksi yang diperoleh dalam satu periode penggemukan
Py = Harga Y

c. Keuntungan

Keuntungan adalah selisih positif antara penerimaan total dengan

biaya total (Soekartawi,1986). Dalam menerapkan konsep keuntungan

maka aspek biaya yang digunakan adalah biaya yang menghasilkan yaitu

biaya tetap dan biaya variabel. Keuntungan akan tercapai mana kala

penerimaan diperoleh lebih besar dari total biaya. Secara formula

matematik keuntungan ditulis:

π = TR – TC

Keterangan:
π = Keuntungan (profit)
TR = Penerimaan Total (Total Revenue)
TC = Biaya Total (Total Cost)

4. Kelayakan Usaha

Studi kelayakan dapat dilakukan untuk menilai investasi, baik pada

sebuah proyek maupun bisnis yang sedang berjalan. Studi kelayakan yang

dilakukan untuk menilai kelayakan sebuah proyek yang akan dijalankan

disebut studi kelayakan proyek, sedangkan studi kelayakan yang dilakukan

untuk menilai kelayakan dalam pengembangan sebuah usaha disebut studi

kelayakan bisnis (Subagyo, 2007).

Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan mempelajari secara

mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam
21

rangka menentukan layak atau tidak suatu usaha tersebut dijalankan.

Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut

dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan

memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang

akan dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan dapat diartikan bahwa usaha

yang dijalankan akan memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial

sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan. Layak dalam hal ini diartikan

juga akan memberikan keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang

menjalankannya tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah, dan

masyarakat luas (Kasmir & Jakfar, 2003).

Keputusan untuk menanamkan modal merupakan tindakan yang

mempunyai konsekuensi besar dalam suatu kegiatan investasi karena modal

merupakan salah satu faktor produksi yang langa sehingga dalam usaha

untuk memiliki, menguasai dan menggunakannya harus ditangani secara

ekonomis. Analisis kealayakan investasi dalam kegiatan investasi pada

suatu proyek perlu dilakukan. Menurut Soetrisno (1982) dalam Darwis

(2017) studi kelayakan usahatani adalah suatu studi apakah suatu proyek

apabila dilaksanakan dapat berjalan dan berkembang sesuai dengan

tujuannya atau tidak.

Studi kelayakan agribisnis merupakan dasar untuk menilai apakah

kegiatan investasi atau suatu usaha agribisnis layak untuk dijalankan. Bagi

penanam modal, studi kelayakan agribisnis dapat memberikan gambaran

prospek usaha agribisnis dan seberapa besar kemungkinan tingkat manfaat


22

dapat diterima dari suatu usaha agribisnis sehingga hal ini merupakan dasar

dalam pengambilan keputusan investasi. Saat ini studi kelayakan agribisnis

sudah menjadi tolok ukur yang sangat berguna sebagai dasar penilaian

keberhasilan suatu rencana usaha agribisnis terutama oleh pihak investor

dan lembaga keuangan sebelum memberi bantuan dana atau modal. Studi

kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan,

apakah menerima atau menolak dari suatu rencana usaha agribisnis yang

direncanakan atau apakah menghentikan atau mempertahankan usaha

agribisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan. Dalam evaluasi usaha

agribisnis, biasanya diadakan analisis finansial dan analisis ekonomi.

Analisis finansial usaha dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam

modalnya dalam suatu usaha atau yang berkepentingan langsung dalam

usaha tersebut. Analisis finansial ini penting artinya dalam

memperhitungkan insentif bagi mereka yang turut serta dalam

menyukseskan jalannya suatu usaha, sebab tidak ada gunanya

melaksanakan usaha yang menguntungkan dilihat dari sudut perekonomian

secara keseluruhan, jika mereka yang menjalankan kegiatan produksi tidak

bertambah baik keadaannya. Hasil analisis finansial tersebut cukup penting

artinya bagi perbaikan penyusunan rencana atau kebijakan yang akan

dilakukan di waktu yang akan datang, sehingga tujuan perusahaan untuk

memperoleh keuntungan dan kelangsungan usaha dapat tercapai.

Analisis finansial adalah analisis proyek usahatani yang tujuannya

adalah untuk menyimpulkan kinerja proyek usahatani dari sudut pandang


23

seseorang atau suatu lembaga yang ikut berperan dalam menyediakan

sumber daya, baik modal atau sumber daya lain yang jasanya harus

dibayarkan. Proyek merupakan kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan

dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat. Menurut Gittinger (1986),

sebuah proyek pertanian merupakan suatu kegiatan investasi di bidang

pertanian yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang

kapital yang dapat menghasilkan manfaat setelah beberapa waktu.

Menurut Downey (1987) dengan menanamkan uang dalam bentuk

investasi barang modal, manajemen mengharapkan akan memperoleh

kembali jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan modal yang

ditanam dalam proyek. Pengembalian tersebut harus lebih tinggi daripada

penghasilan yang mungkin diperoleh dengan menaruh uang yang sama di

“tempat” yang aman, seperti tabungan atau obligasi pemerintah. Laba harus

mengimbangi risiko yang terkandung dalam penanaman modal (investasi).

Menurut Gray (2005), untuk mencari suatu ukuran yang menyeluruh

sebagai dasar untuk menerima atau menolak suatu proyek telah

dikembangkan berbagai macam cara yang disebut investment criteria. Pada

dasarnya kriteria investasi merupakan alat analisis untuk menentukan

apakah suatu proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan atau harus ditunda.

Dalam penelitian ini kriteria investasi yang digunakan yaitu Profit Rate

(tingkat keuntungan). Tingkat keuntungan menunjukkan usaha memberikan


24

keuntungan dibandingkan dengan jumlah keseluruhan biaya yang

dikeluarkan. Profit Rate dapat dirumuskan dengan (Suratiyah, 2016):

π
PR ¿ ×100 %
TC

Keterangan:

PR = Profit Rate
π = Keuntungan
TC = Total Cost

Hasil dari perhitungan profit rate kemudian dibandingkan dengan

tingkat suku bunga Bank yang berlaku untuk mengetahui apakah usaha

tersebut layak atau tidak. Apabila hasil perhitungan profit rate lebih besar

dari pada tingkat suku bunga Bank yang berlaku maka usaha yang dilakukan

layak, sebaliknya apabila hasil perhitungan profit rate lebih kecil dari pada

tingkat suku bunga Bank yang berlaku maka usaha yang dilakukan

dikatakan tidak layak untuk di laksanakan.

F. Penelitian Terdahulu

Dalam melakukan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan beberapa

penelitian lain dengan topik yang sama oleh peneliti, seperti yang terdapat

pada tabel 3.

Tabel 3. Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang


Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang
Nama Peneliti
Salma Mar’atus Sholihah Muntaha Adi Hertanto Gyan Nina Bella Agro S.
(2018) (2018) (2020)
Judul Penelitian
Analisis Struktur Biaya Kelayakan Usaha Analisis Usaha
dan Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi Penggemukan Sapi
Penggemukan Sapi Potong pada Potong pada Kelompok
Pasundan Pada Pola Kelompok Usaha Tani Ternak Mukti
Mandiri dan Gaduhan di Ternak “Samodra Andhini I di Desa
25

Wilayah Ciamis Utara Andini” di Desa Cucukan Kecamatan


Segoroyoso Prambanan Kabupaten
Kecamatan Pleret Klaten
Kabupaten Bantul
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis struktur 1. Mengetahui profil 1. Menganalisis dan
biaya dari usaha kelompok usaha membandingkan
penggemukan sapi ternak Samodra besarnya keuntungan
Pasundan pada pola Andini di Desa usaha penggemukan
mandiri dan gaduhan. Segoroyoso, sapi potong pada
2. Menganalisis Kecamatan Pleret, Kelompok Tani
pendapatan dari usaha Kabupaten Bantul. Ternak Mukti
penggemukan sapi 2. Mengetahui biaya, Andhini I di Desa
Pasundan pada pola pendapatan, Cucukan Kecamatan
mandiri dan gaduhan keuntungan dalam Prambanan
3. Menganalisis manfaat usaha Kabupaten Klaten.
ekonomi yang penggemukan sapi 2. Menganalisis dan
didapatkan warga potong pada membandingkan
sekitar karena adanya kelompok usaha kelayakan usaha
usaha penggemukan ternak Samodra penggemukan sap
sapi pasundan pola Andini di Desa potong pada
mandiri dan gaduhan Segoroyoso, Kelompok Tani
Kecamatan Pleret, Ternak Mukti
Kabupaten Bantul. Andhini I di Desa
3. Mengetahui Cucukan Kecamatan
kelayakan usaha Prambanan
penggemukan sapi Kabupaten Klaten.
potong pada
kelompok usaha
ternak Samodra
Andini di Desa
Segoroyoso,
Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul.
Metode Analisis Data
1. Analisis deskriptif 1. Deskriptif profil 1. Keuntungan
2. Analisis struktur biaya kelompok usaha 2. Profit rate.
usaha ternak ternak Samodra
3. Analisis pendapatan Andini di Desa
usaha ternak Segoroyoso,
4. Analisis rasio R/C Kecamatan Pleret,
5. Analisis manfaat Kabupaten Bantul.
ekonomi 2. Biaya Total,
Penerimaan,
Pendapatan,
Keuntungan
26

3. RC Ratio,
Produktivitas
Modal,
Produktivitas
Tenaga Kerja,
Hasil Penelitian
1. Hasil analisis struktur 1. Usaha 1. Rata-rata
biaya menunjukkan penggemukan sapi keuntungan usaha
biaya tertinggi pada potong pada penggemukan sapi
kedua pola usaha ternak kelompok usaha potong DAPM
yaitu biaya bakalan sapi ternak Samodra sebesar Rp
2. Hasil analisis Andini di Desa 13.824.013 per 3
pendapatan Segoroyoso, ekor per periode
menunjukkan bahwa Kecamatan Pleret, lebih kecil dari rata-
rat-rata pendapatan Kabupaten Bantul rata keuntungan
tunai peternak yang sebagai pekerjaan usaha penggemukan
menggaduhkan (Rp sampingan untuk sapi potong individu
1.691.120/ST/bulan) para anggota sebesar Rp
lebih besar dari kelompok 18.456.600,52 per 3
peternak mandiri (Rp 2. Usaha ekor per periode.
1.556.381/ST/bulan). penggemukan sapi 2. Berdasarkan hasil
3. Hasil analisis rasio R/C potong pada penelitian yang
menunjukkan nilai R/C kelompok usaha diperoleh nilai profit
tunai peternak yang ternak Samodra rate usaha
menggaduhkan (1.22) Andini dalam satu penggemukan sapi
lebih tinggi dari periode potong DAPM dan
peternak mandiri (1.18) membutuhkan total individu lebih besar
4. Usaha penggemukan biaya sebesar Rp. dari tingkat suku
sapi pasundan pada 162.846.369, bunga yang berlaku
pola mandiri dan penerimaan yang artinya kedua usaha
gaduhan memberikan diperoleh sebesar penggemukan sapi
manfaat ekonomi Rp. 191.280.000, potong layak untuk
berupa penyerapan pendapatan yang diusahakan. Rata-
tenaga kerja dan diperoleh sebesar rata kelayakan usaha
peningkatan pendapatan Rp. 48.962.748, penggemukan sapi
masyarakat sekitar dan keuntungan potong DAPM
yang didapat sebesar 21,96% per
sebesar Rp. 3 ekor per periode
28.434.631. lebih kecil dari
3. Usaha kelayakan usaha
penggemukan sapi penggemukan sapi
potong pada potong individu
kelompok usaha yaitu 35,24% per 3
ternak Samodra ekor per periode.
Andini di Desa
Segoroyoso layak
27

untuk diusahakan
dan dikembangkan,
dengan nilai RC
yang didapat > 1,
produktivitas modal
lebih besar dari
tingkat suku bunga
bank BRI 3% per
periode,
produktivitas
tenaga kerja lebih
besar dari Upah
Minimum buruh di
Desa Segoroyoso
perhari.

G. Kerangka Pemikiran

Usaha penggemukan sapi potong memiliki peluang besar untuk

disuahakan seiring dengan meningkatnya permintaan daging sapi. Kelompok

Tani Ternak Mukti Andhini I merupakan salah satu kelompok yang

mengusahakan penggemukan sapi potong yang terbagi menjadi model individu

dan DAPM karena adanya bantuan dana dari Pemerintah Kecamatan

Prambanan. Masing-masing model sebelum melakukan proses penggemukan

diperlukan input berupa sewa lahan, penyusutan alat, dan penyusutan kandang

yang termasuk dalam biaya tetap serta bibit sapi, pakan, obat dan vitamin yang

termasuk dalam biaya variabel. Setelah dilakukan penggemukan selama 6

bulan maka akan dihasilkan sapi potong hidup yang siap dipasarkan ke pasar

hewan terdekat. Dari hasil penjualan tersebut diperoleh penerimaan, dimana

setelah dikurangkan dengan total biaya yang dikeluarkan akan diperoleh

keuntungan dari masing-masing usaha penggemukan sapi potong yang

dilakukan. Untuk mengetahui apakah usaha penggemukan sapi potong yang


28

dilakukan layak atau tidak dari perbandingan antara keuntungan dan total biaya

yang dikeluarkan dalam usaha penggemukan sapi potong.


Kelompok Tani Ternak Mukti
Andhini I

Usaha Penggemukan Sapi

Model Individu Model DAPM

Input Input

FC (Fixed Cost) VC (Variable FC (Fixed Cost) VC (Variable


1. Sewa lahan Cost) Proses Proses 1. Sewa lahan Cost)
2. Penyusutan 1. Bibit sapi 2. Penyusutan 1. Bibit sapi
Penggemukan Penggemukan kandan
kandang (pedet) (pedet)
3. Penyusutan alat- 2. Pakan 3. Penyusutan 2. Pakan
alat 3. Obat-obatan alat-alat 3. Obat-obatan
4. Tenaga Kerja Output Output 4. Tenaga Kerja

Penerimaan Penerimaan
TC ( Total Cost) TC ( Total Cost)

Keuntungan Keuntungan

Kelayakan DAPM
Kelayakan Individu
Gambar 1. Kerangka Pikir Analisis Usaha Penggemukan Sapi Potong DAPMUsahatani

29
30

H. Hipotesis

1. Diduga keuntungan usaha penggemukan sapi potong model DAPM lebih

besar dari usaha penggemukan sapi potong model individu pada Kelompok

Tani Ternak Mukti Andhini I.

2. Diduga usaha penggemukan sapi potong model DAPM lebih layak

diusahakan dari penggemukan sapi potong kepemilikan individu pada

Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan

Prambanan Kabupaten Klaten.

I. Pembatasan Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data penggemukan sapi

potong selama satu periode yaitu bulan Agustus 2019 sampai dengan Januari

2020.

J. Definisi Operasioanal dan Pengukuran Variabel

1. Usaha penggemukan sapi potong merupakan usaha yang dilakukan untuk

menambah bobot sapi potong selama 6 bulan.

2. Input merupakan sarana produksi yang digunakan dalam usaha

penggemukan sapi potong yang terdiri dari bibit sapi, pakan, obat-obatan,

vitamin, tenaga kerja, sewa lahan, listrik, penyusutan alat dan kandang.

3. Biaya variabel adalah jumlah biaya yang digunakan untuk usaha

penggemukan sapi potong terdiri dari biaya bibit sapi potong, biaya pakan,

biaya obat-obatan dan vitamin, serta biaya tenaga kerja diukur dengan

satuan Rp/3 ekor/periode.


31

4. Biaya tetap adalah jumlah biaya yang digunakan terdiri dari biaya sewa

lahan, biaya listrik, penyusutan kandang dan alat-alat yang digunakan

selama periode penggemukan yang diukur dengan satuan Rp/3 ekor/periode.

5. Biaya total merupakan total penjumlahan biaya variabel dan biaya tetap

yang digunakan selama usaha penggemukan sapi potong yang diukur

dengan satuan Rp/3 ekor/periode.

6. Hasil Produksi adalah bobot akhir sapi potong setelah digemukkan selama 6

bulan (kg/3 ekor/periode).

7. Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sapi potong

yang dihitung dengan mengalikan bobot sapi potong dengan harga jual sapi

potong hidup per kilogram (Rp/3 ekor/periode).

8. Harga Produk adalah harga sapi potong hidup ditingkat petani ternak dalam

satu periode penggemukan dan dihitung dalam satuan rupiah per kilogram

(Rp/Kg)

9. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dan total biaya dalam

melakukan usaha penggemukan sapi potong (Rp/3 ekor/periode).

10. Kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan

keuntungan finansial dan nonfinasial bagi pelaku usaha.

11. Profit rate digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha yang merupakan

perbandingan antara keuntungan dengan biaya total yang dikeluarkan

dikalikan dengan 100 (%)


32

K. Metode Penelitian

1. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitan ini merupakan

metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Nazir (2011) adalah suatu

metode dalam meneliti suatu status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa

sekarang. Metode deskriptif memiliki tujuan untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-

fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian

dengan metode deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan dan menginterpretasikan suatu obyek sesuai dengan

kondisi yang ada. Pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I terdapat

dua model kepemilikan yaitu model kepemilikan individu dan model

kepemilikan DAPM, hal tersebut dapat mengakibatkan perbedaan dalam

melaksanakan kegiatan penggemukan sapi. Dimulai dari penyediaan

bakalan (bibit sapi) hingga penjualan hasil produksi. yang menyebabkan

perbedaan pada penggunaan biaya dan keuntungan yang didapatkan.

Sehingga mengarah pada perbedaan kelayakan masing-masing model

kepemilikan. Hal ini dijadikan sebagai fakta bagi peneliti untuk mengetahui

keuntungan dan kelayakan dari kedua metode usaha penggemukan sapi

potong yang dilaksanakan oleh petani ternak pada kelompok Tani Terak

Mukti Andhini I.
33

2. Metode Pelaksanaan Penelitian

Metode pelaksanaan menggunakan metode survei. penelitian survei

adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok

(Singarimbun, 2006). Sedangkan menurut Musa (1998), survei memiliki arti

pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan

yang jelas dan baik terhadap suatu persoalan di dalam suatu daerah tertentu.

Penelitian ini menggunakan wawancara dan kuesioner untuk memperoleh

data mengenai usaha peternakan sapi potong pada Kelompok Tani Ternak

Mukti Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten

Klaten.

3. Metode Penentuan Lokasi

Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi penelitian ini adalah

secara purposive, yaitu teknik penentuan lokasi dengan pertimbangan

tertentu (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini Kelompok Tani Ternak

Mukti Andhini I dipilih karena Mukti Andhini adalah suatu organisasi

masyarakat pedesaan cikal bakal dari terbentuknya Sentra Ternak Sapi

Potong yang berdiri pada tahun 2002. Selain itu Kelompok Tani Ternak

Mukti Andhini I dipilih karena memiliki anggota terbanyak dari kelompok

ternak lain yang berada di Desa Cucukan.


34

Tabel 4. Jumlah Anggota Kelompok pada Kelompok Tani Ternak Sapi di


Desa Cucukan Tahun 2019
Jumlah Aggota
No. Nama Kelompok
(orang)
1. Mukti Andhini I 34
2. Mukti Andhini II 30
3. Mukti Andhini III 28
4. Mukti Andhini IV 27
5. Mukti Andhini V 23
Sumber: Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini

Kelompok Mukti Andhini juga telah memiliki banyak prestasi, seperti

Juara I Lomba Kelompok Tani Ternak Tingkat Kabupaten Klaten tahun

2013, juara I Lomba Kelompok Tani Ternak Tingkat Provinsi Jawa Tengah

tahun 2013, juara III Lomba Desa Ternak Sehat Tingkat Provinsi tahun

2013, dan juara II Lomba Agribisnis Peternakan Sapi Potong Tingkat

Nasional tahun 2014.

4. Metode Penentuan Responden

Kriteria responden dalam penelitian ini adalah anggota tani ternak

pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I yang mengusahakan

penggemukan sapi potong. Metode yang digunakan untuk menentukan

responden dilakukan dengan sengaja (purposive), yaitu petani ternak yang

mengusahakan penggemukan sapi potong. Dalam penelitian ini dari 34

anggota kelompok, yang mengusahakan penggemukan sapi potong

berjumlah 12 anggota dan 22 anggota lainnya mengusahakan pembibitan

sapi potong. Dari 12 anggota yang mengusahakan penggemukan sapi

potong terdiri dari model DAPM sebanyak 4 orang dan model individu

sebanyak 8 orang.
35

5. Macam dan Sumber Data

a. Macam Data

1) Data Primer

Data perimer ialah data yang berasal dari sumber asli atau

pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun

dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau

dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan

obyek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana

mendapatkan informasi ataupun data. Untuk memperoleh data dari

responden dilakukan melalui wawancara dan kuisioner. Data primer

diperoleh dari wawancara kepada peternak untuk mengetahui keadaan

umum dari Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I. Kuesioner

dilakukan untuk mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan

untuk usaha penggemukan sapi.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2008). Dalam

penelitian ini data sekunder didapat dari publikasi Kelompok Tani

Ternak dan publikasi pemerintah Desa.

b. Sumber Data

1) Pengurus dan Peternak anggota Kelompok Tani Ternak Mukti

Andhini I yang melakukan usaha penggemukan sapi potong di Desa

Cucukan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.


36

2) Studi kepustakaan

3) Internet

6. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan

pengamatan langsung menurut Nazir (2011) adalah cara pengambilan

data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain

untuk keperluan tersebut. Pengumpulan data diambil melalui pengamatan

langsung terhadap aktivitas peternak terhadap usaha penggemukan sapi

potong yang diusahakan.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan penjawab atau responden (Nazir, 2011).

Pengumpulan data yang diambil melalui proses tanya jawab antara

peneliti dengan peternak. Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa

yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana

pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak peneliti ketahui

melalui observasi. Setiap kali peneliti mengadakan wawancara harus

menjelaskan apa tujuan peneliti berwawancara dengan responden,

keterangan apa yang peneliti harapkan dari responden. Penjelasan itu

mengarahkan jalan pikirannya, sehingga informan tahu apa yang akan


37

disampaikannya. Penjelasan itu sedapat mungkin dilakukan dalam bahasa

dan istilah-istilah yang dipahami sendiri oleh informan.

c. Kuesioner

Kuesioner atau data pertanyaan merupakan alat untuk

mengumpulkan data. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner cukup

terperinci dan lengkap sesuai dengan masalah penelitian (Nazir, 2011).

Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha

penggemukan sapi potong yang diusahakan.

L. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

1. Teknik Analisis

a. Untuk menganalisis keuntungan usaha penggemukan sapi potong model

DAPM dan individu pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini

digunakan rumus sebagai berikut:

π = TR – TC

= Y × Py – (TFC + TVC)

Keterangan :

π = Keuntungan usaha penggemukan sapi potong model


DAPM/usaha penggemukan sapi potong model individu pada
Kelompok Mukti Andhini 1 (Rp/5ekor/periode)
TR = Penerimaan total (Total Revenue) dari usaha penggemukan sapi
potong model DAPM/ usaha penggemukan sapi potong model
individu pada Kelompok Mukti Andhini 1 (Rp/5 ekor/periode)

TC = Biaya total (Total Cost) dari usaha penggemukan sapi potong


model DAPM/ usaha penggemukan sapi potong model individu
pada Kelompok Mukti Andhini 1 (Rp/5 ekor/periode)
Y = Hasil produksi usaha penggemukan sapi potong model DAPM/
usaha penggemukan sapi potong model individu (kg) (bobot akhir
38

sapi potong)
Py = Harga hasil produksi usaha penggemukan sapi potong model
DAPM/ usaha penggemukan sapi potong model individu (Rp)
TFC = Total biaya tetap untuk mengusahakan usaha penggemukan sapi
potong model DAPM/ usaha penggemukan sapi potong model
individu (Rp)
TVC = Total biaya tidak tetap untuk mengusahakan usaha penggemukan
sapi potong model DAPM/ usaha penggemukan sapi potong model
individu (Rp)

b. Untuk menganalisis kelayakan usaha penggemukan sapi potong model

DAPM dan model individu pada Kelompok Mukti Andhini I di Desa

Cucukan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten dilakukan

menggunakan profit rate (PR).

π
PR ¿ ×100 %
TC

Keterangan:

π = Kelayakan usaha penggemukan sapi potong kepemilikan DAPM/


kepemilikan individu pada kelompok Mukti Andhini 1 di Desa
Cucukan Kecamatan Prambanan

TC =Biaya total (Total Cost) dari usaha penggemukan sapi potong


kepemilikan DAPM/kepemilikan individu pada kelompok Mukti
Andhini 1 di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan

Untuk menghitung profit rate perlu diketahui keuntungan dan total

biaya. Profit rate dibandingkan dengan tingkat suku bunga bank. Hal

tersebut dikarenakan apabila untuk usaha keuntungan lebih besar

daripada ditabung.
39

Keterangan kriteria dari rumus profit rate sebagai berikut:

Pr > i artinya usaha penggemukan sapi potong pada pada kelompok

Mukti Andhini 1 di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan layak untuk

diusahakan

Pr ≤ i artinya usaha penggemukan sapi potong pada pada kelompok

Mukti Andhini 1 di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan tidak layak

untuk diusahakan.

2. Pengujian Hipotesis

Selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata sampel independen antara

petani ternak penggemukan sapi potong model DAPM dan petani ternak

penggemukan sapi potong model individu dengan hipotesis sebagai berikut:

a. Membandingkan keuntungan usaha penggemukan sapi potong model

DAPM dengan usaha penggemukan sapi potong model indivividu:

t hitung = −¿ ¿

√ [
( n1−1 ) s +(n2−1)s 22 1 1
]
2
1
+
( n1 +n2 ) −2 n1 n2

Keterangan:
T = Nilai t hitung
π1 = Rata-rata keuntungan usaha penggemukan sapi potong DAPM
π2 = Rata-rata keuntungan usaha penggemukan sapi potong individu
2
S1 = Varian keuntungan usaha penggemukan sapi potong DAPM
S22 = Varian keuntungan usaha penggemukan sapi potong individu
n1 = Jumlah petani ternak sampel usahatani penggemukan sapi
potong DAPM
n2 = Jumlah petani ternak sampel usahatani penggemukan sapi
potong individu

Formulasi Hipotesis:
40

H0 : π1 ≤ π2 , artinya keuntungan usaha penggemukan sapi potong


model DAPM lebih kecil atau sama dengan usaha penggemukan
sapi potong model individu
Ha : π1 > π2 , artinya keuntungan usaha penggemukan sapi potong
model DAPM lebih besar dari usaha penggemukan sapi potong
model individu

Kriteria Pengujian:

1) Apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel {t (α; n 1+n2-2)} atau nilai

sig lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya

keuntungan usaha penggemukan sapi potong model DAPM lebih

besar dari usaha penggemukan sapi potong model individu.

2) Apabila nilai t hitung lebih kecil dari t tabel {t (α; n 1+n2-2)} atau nilai

sig lebih lebih besar sama dengan 0,05, maka H o diterima dan Ha

ditolak artinya keuntungan usaha penggemukan sapi potong model

DAPM lebih kecil dari usaha penggemukan sapi potong model

individu.

b. Membandingkan kelayakan usaha penggemukan sapi potong model

DAPM dengan usaha penggemukan sapi potong model indivividu:

t hitung = −¿ ¿

√ [
( n1−1 ) s + ( n2−1 ) s 22 1 1
]
2
1
+
( n1+ n2 )−2 n1 n 2

t = Nilai t hitung
= Rata-rata kelayakan usaha penggemukan sapi potong DAPM
PR 2 = Rata-rata kelayakan usaha penggemukan sapi potong individu
S12 = Varian kelayakan usaha penggemukan sapi potong DAPM
S22 = Varian kelayakan usaha penggemukan sapi potong individu
n1 = Jumlah petani ternak sampel usahatani penggemukan sapi
potong DAPM
41

n2 = Jumlah petani ternak sampel usahatani penggemukan sapi


potong individu

Formulasi Hipotesis:
Ho : PR1 ≤ PR2 , artinya kelayakan usaha penggemukan sapi potong

model DAPM lebih kecil atau sama dengan usaha penggemukan

sapi potong model individu

Ha : PR1 > PR2 , artinya kelayakan usaha penggemukan sapi potong

model DAPM lebih besar dari usaha penggemukan sapi potong

model individu

Kriteria keputusan:

1) Apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel {t (α; n 1+n2-2)} atau nilai

sig lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya

kelayakan finansial usaha penggemukan sapi potong kepemilikan

DAPM lebih besar dari kepemilikan individu pada kelompok Mukti

Andhini 1 di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan.

2) Apabila nilai t hitung lebih kecil sama dengan t tabel {t (α; n 1+n2-2)}

atau nilai sig lebih besar dari 0,05, maka H o diterima dan Ha ditolak

artinya kelayakan finansial usaha penggemukan sapi potong

kepemilikan DAPM lebih kecil dari kepemilikan individu pada

kelompok Mukti Andhini 1 di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan.


BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

A. Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten


Desa Cucukan secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan

Prambanan Kabupaten Klaten yang dapat dilihat dari gambar 1 dibawah ini,

desa cucukan merupakan desa yang berbatasan langsung dengan Kecamatan

Gantiwarno dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Utara : Desa Sanggrahan Kecamatan Prambanan

2. Timur : Desa Muruh Kecamatan Gantiwarno

3. Barat : Desa Kotesan Kecamatan Prambanan

4. Selatan : Desa Sengon Kecamatan Prambanan

Gambar 2. Peta Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten


Desa Cucukan memiliki luas wilayah 152.412 Ha, yang meliputi

1. Lahan persawah : 115.328 Ha

2. Lahan pemukiman : 34.122 Ha

3. Lahan kas desa : 2.962 Ha

42
43

Penggunaan lahan persawahan lebih dari 75% dari total luas wilayah

desa Cucukan mencerminkan bahwa sebagian besar masyarakat desa Cucukan

berprofesi sebagai petani. Desa Cucukan saat ini terdapat 5 kelompok ternak

yang kesemuanya telah memiliki badan hukum, berikut daftar 5 kelompok

yang ada di desa Cucukan yang dapat dilihat pada tabel 5:

Tabel 5. Daftar Kelompok Tani Ternak di Desa Cucukan


No Nama Jumlah Tanggal SK Pendirian No Badan Kelas
Kelompok Anggota Pendirian Hukum Kelompok
Perdes No. AHU-
15 141.1/109/02 0004867.
Mukti
1. 34 Desember ,tanggal 29 AH. 01.07. Utama
Andhini I
2002 September TAHUN
2011 2015
Perdes No NO. AHU-
141.1/109/02 0005351.
Mukti 02 Maret
2. 30 tanggal 29 AH. 01.07. Madya
Andhini II 2008
September TAHUN
2011 2015
Perdes No. NO. AHU-
01/X/2002, 0012288.
Mukti 9 Juli
3. 28 tanggal 1 AH. 01.07. Lanjut
Andhini III 2012
Oktober TAHUN
2012 2015
Perdes No. NO. AHU-
03 04/XII/2003, 0010910.
Mukti
4. 27 Novembe tanggal 19 AH. 0107. Lanjut
Andhini IV
r 2013 Desember TAHUN
2013 2015
Perdes No. NO. AHU-
29 122/XII/2013 0005017.
Mukti
5. 23 Novembe , tanggal 19 AH. 01.07. Lanjut
Andhini V
r 2013 Desember TAHUN
2013 2015
44

Dari kelima Kelompok Mukti Andhini memiliki lokasi yang berbeda.

Letak kelompok ternak di desa Cucukan dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

Gambar 3. Peta Letak Kelompok Ternak Mukti Andhini Desa Cucukan.


B. Kelompok Mukti Andhini I

Kelompok Mukti Andhini I adalah organisasi yang mewadahi peternak-

peternak sapi potong yang ada di desa Cucukan Kecamatan Prambanan

Kabupaten Klaten

1. Sejarah Kelompok Mukti Andhini I

Latar belakang berdirinya kelompok Mukti Andhini I dikarenakan

masih adanya kandang ternak jadi satu dengan rumah induk, keterbatasan

untuk usaha bidang peternakan serta adanya semangat untuk melakukan

usaha bersama. kelompok Mukti Andhini I berdiri atas keinginan

masyarakat untuk tetap menjalanjan usaha dibidang peternakan namun tidak


45

mengganggu lingkungan pemukiman mereka. Keterbatasan lahan

pemukiman untuk usaha dibidang peternakan semakin sempit, sehingga

warga masyarakat berinisiatif untuk menyewa lahan kas desa Cucukan

sebagai tempat untuk menjalankan usaha dibidang peternakan.

Kelompok Mukti Andhini I berdiri pada tanggal 15 Desember 2002

dengan nama kelompok Mukti Andhini dengan kegiatan awal hanya sebatas

pertemuan serta simpan pinjam dan setelah ditetapakan sebagai kelompok

ternak oleh Kepala Desa Cucukan berdasar Surat Keputusan Kepala Desa

nomor : 141.1 / 109 / 02 pada tanggal 29 September 2011 nama kelompok

berubah menjadi Kelompok Mukti Andhini I dengan alasan ada harapan

muncul kelompok-kelompok baru di desa Cucukan yang memiliki beberapa

kegiatan usaha. Kandang komunal kelompok Mukti Andhini I berdiri diatas

tanah kas desa seluas 8.025 m2, dikukuhkan dengan Perdes No.

141.1/109/02 Tertanggal 29 September 2011, Kelompok Mukti Andhini I

juga telah memiliki badan hukum dengan nomor AHU-0004867. AH. 01.07.

TAHUN 2015.

Jumlah anggota kelompok pada saat berdiri 24 orang dan sekarang

berkembang menjadi 34 orang dengan tingkat pendidikan sebagai berikut :

a. Tamat SD : 3 orang

b. Tamat SMP : 5 orang

c. Tamat SMA : 20 orang

d. Tamat Peguruan Tinggi : 6 orang


46

Jenis usaha yang dijalankan awalnya hanya sebatas budidaya sapi

potong, pada saat ini kelompok Mukti Andhini I memiliki beberapa unit

usaha yaitu : Budidaya, Penggemukan, UPP (Unit Pengolah Pakan), Simpan

Pinjam, serta unit KWT (Kelompok Wanita Tani).

2. Visi, Misi dan Tujuan Kelompok Mukti Andhini “I”

a. Visi dan Misi

Kelompok Mukti Andhini I memiliki visi : “Dengan berternak kita

songsong kehidupan yang lebih sejahtera”

Misi kelompok Mukti Andhini I adalah : “Dengan membudidayakan

potensi yang ada, sebagai modal untuk menuju kehidupan masyarakat

peternak yang sejahtera”

b. Tujuan

Tujuan pendirian kelompok Mukti Andhini I adalah :

1) Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan masyarakat,

2) Menyediakan lahan usaha/lapangan pekerjaan bagi masyarakat dalam

bidang peternakan,

3) Melatih jiwa kewirausahaan,

4) Menambah penghasilan keluarga, serta

5) Meningkatkan kesejahteraan petani peternak

3. Struktur Organisasi

Sebagai pembagian tugas serta wewenang kelompok Mukti

Andhini I memiliki struktur organisasi sebagai berikut (gambar 4) :


47

Pelindung
(Kepala Desa)

Ketua I

Ketua II

Sekretaris Bendahara

Seksi UPP Seksi Simpan Seksi Seksi Seksi


Pinjam Pengadaan Inventarisasi Limbah

Gambar 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini “I”


Kelompok Mukti Andhini I memiliki 6 (enam) seksi yang memilik

peran serta tangung jawab yang sesuai dengan peran masing-masing seksi,

antar seksi dapat berkomunikasi dan berinteraksi didalam pelaksanaannya.

C. Pelaksanaan Program Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat

(DAPM)

Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) adalah dana

masyarakat yang berasal dari dana bergulir Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM). DAPM merupakan transformasi pengelolaan Dana

Bergulir PNPM Mandiri sehubungan dengan berakhirnya Program PNPM

Perdesaan. Program Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat merupakan

program lanjutan untuk mengelola aset berupa dana bergulir di masyarakat


48

sebagai warisan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

Perdesaan (PNPM). Penggunaan istilah DAPM adalah untuk membedakan

dana bergulir PNPM yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat dengan dana

bergulir yang dikelola oleh Pemerintah yaitu Kementerian Koperasi dan UKM

melalui Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB) dan dana bergulir yang

disalurkan dan dikelola lewat program-program lainnya. Bentuk DAPM terdiri

dari unit ekonomi atau keungan yang berpusat pada layanan keuangan,

khususnya simpan atau pinjam dan dapat dikembangkan untuk jasa keungan

lainnya dalam jangka panjang; unit sosial yatu unit kegiatan yang berpusat

pada pelayanan dana sosial untuk memenuhi kebutuhan sosial lainnya; serta

unit usaha lain-lain yang berpusat pada pengembangan usaha ekonomi

lainnnya dan layanan usaha diluar jasa keuangan.

Adapun visi dari Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat yaitu

menjadi lembaga keuangan mikro hibrida (ekonomi, sosial) yang melayani dan

memberdayakan masyarakat miskin, serta beroperasi secara legal dan

berkelanjutan sedangkan misi dari Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat

yaitu mendorong inklusi keuangan melalui layanan keungan dasar, mencakup

simpanan, pinjaman, dan edukasi keuangan; mengoptimalkan sumber daya

yang sudah ada di masyarakat, antara lain dari dana bergulir PNPM Mandiri;

mendukung pengembangan kehidupan berkelanjutan dalam rangka

penanggulangan kemiskinan.

Pelaksanaan Program Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat pada

Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I yaitu sebagai unit ekonomi dimana
49

pemerintah Kecamatan Prambanan sebagai penyedia program Dana Amanah

Pemberdayaan Masyarakat memberikan pinjaman modal untuk membeli

bakalan sapi potong dan pendampingan dalam usaha penggemukan sapi

potong. Dalam pelaksanaannya terdapat perjanjian kerjasama antara

Pemerintah Kecamatan Prambanan dan petani ternak, kerjasama tersebut

meliputi:

1. Pemerintah Kecamatan Prambanan selaku pihak pertama menginvestasikan

dana berdasarkan permohonan dari pihak kedua yaitu petani ternak yang

mengikuti program Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat.

2. Dana yang diterima oleh petani ternak akan dipergunakan untuk kegiatan

ternak sapi guna meningkatkan pendapatan dan mutu kehidupan keluarga.

Dengan demikian kerjasama tersebut akan memberikan manfaat sebesar-

besarnya bagi pertumbuhan ekonomi serta perkembangan seluruh anggota

keluarga pihak kedua.

3. Atas kerjasama tersebut dikenakan adanya pembagian hasil 20% untuk

penyedia program DAPM, 80% untuk peternak.

4. Pihak kedua mengerti dan menyadari bahwa bagi hasil yang diperoleh akan

dipergunakan untuk biaya pelayanan dan pengelolaan yang sehat serta

pemupukan modal milik bersama agar dapat berkembang dan lestari serta

bermanfaat bagi masyarakat desa.

5. Bagi hasil akan dikembalikan dalam jangka waktu 6 bulan, pihak kedua

wajib mengembalikan pokok dan hasil yang telah disepakati.


50

6. Pihak pertama berkewajiban mendapingi pihak kedua agar dapat

menggunakan dana kerjasamanya untuk mengembangkan usaha,

meningkatkan mutu kehidupan keluarga dan memberi pengaturan keuangan

rumah tangga.

7. Pihak kedua sadar dan mengerti bahwa mengembalikan pinjaman secara

lancar sesuai jadwal yang disepakati, merupakan kewajiban hukum

sekaligus menunjukkan budi pekerti luhur untuk mengembangkan semangat

tolong menolong dengan saudaranya sesama warga desa lain. Pengembalian

kredit secara lancar akan memperluas kesempatan untuk memproleh kredit

berikutnya serta membuka peluang bagi orang lain mendaptkan pelayanan.


BAB III

IDENTITAS PETANI TERNAK

Mukti Andhini I memiliki 34 anggota, yang terdiri 22 anggota

mengusahakan pembibitan sapi dan 12 anggota lainnya mengusahakan

penggemukan sapi potong. Dalam penelitian ini, peternak yang akan menjadi

narasumber adalah 12 anggota penggemukan sapi potong dikarenakan jangka

waktu yang digunakan lebih singkat dari pada usaha pembibitan sapi. Beberapa

Anggota Mukti Andhini I yang mengusahakan penggemukan sapi potong

melakukan usahanya dengan mendapatkan bantuan berasal dari pemerintah

Kecematan Prambanan yaitu lanjutan Program PNPM Mandiri yang sekarang

telah menjadi Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat atau DAPM. Dana

Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) merupakan dana milik masyarakat

yang berasal dari dana bergulir PNPM Mandiri yang dikelola oleh masyarakat

untuk penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Salah satu

jenis kegiatan DAPM adalah kegiatan ekonomi produktif yaitu adanya pinjaman

modal. Namun, tidak semua anggota usaha penggemukan termasuk dalam

program DAPM hal ini dikarenakan ketidakmampuan peternak dalam memenuhi

target berupa kenaikan berat badan yang diberikan oleh DAPM. Hal ini

menjadikan aggota peternak yang tidak bergabung dengan program DAPM

sebagai anggota yang mengusahakan penggemukan sapi potong secara individu.

Identitas petani ternak menjelaskan tentang karakteristik dan kondisi petani

ternak dalam mengusahakan penggemukan sapi potong, meliputi jenis kelamin,

51
52

usia, pendidikan terakhir dan lama bergabung dalam Kelompok Tani Ternak

Mukti Andhini I.

A. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Jenis Kelamin

Diketahui bahwa jumlah petani ternak yang melakukan usaha

penggemukan sapi potong dengan mendapatkan bantuan dari Dana Amanah

Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) sebanyak 4 orang dan petani ternak yang

melakukan usaha penggemukan sapi potong secara individu sebanyak 8 orang

seluruhnya berjenis kelamin laki-laki.

B. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Usia

Usia merupakan karakteristik individu yang dapat mempengaruhi biologis

dan psikologis individu dalam melakukan usaha penggemukan sapi potong,

baik itu dalam pengambilan keputusan maupun dalam menjalankan usaha

penggemukan sapi potong. Usia petani ternak yang dijadikan responden dapat

dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Identitas Petani Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kelompok Mukti


Andhini I Tahun 2020 Berdasarkan Usia
No Umur Petani Ternak Individu Petani Ternak DAPM
(tahun) Jumlah Presentase (%) Jumlah Presentase
(orang) (orang) (%)
1 0-14 - - - -
2 15-64 7 87,5 4 100
3 ≥ 65 1 12,5 - -
Jumlah 8 100 4 100

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa pada usaha penggemukan sapi

individu petani ternak dalam usia produktif, dengan sebaran rentang usia 41-50

tahun terdapat 1 orang atau 12,25% dan rentang usia 51-64 tahun terdapat 6

orang atau 75%. Namun terdapat 1 orang atau 12,5% petani peternak termasuk
53

dalam usia tidak produktif yang berada pada usia lebih dari 65 tahun.

Sedangkan pada usaha penggemukan sapi potong DAPM seluruh petani dalam

usia produktif dengan sebaran usia 51-60 tahun atau 100%. Data tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar petani peternak termasuk dalam usia

produktif yang memiliki kekuatan fisik dan mental dalam menjalankan usaha

penggemukan sapi potong.

C. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan dapat mencerminkan kualitas dari sumber daya manusia.

Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia tersebut dilihat dari pengambilan keputusan,

memecahkan masalah yang dihadapi, pengetahuan terhadap usaha yang

dijalankan dan kemampuan mengadopsi teknologi atau cara baru dalam proses

produksi usaha penggemukan sapi potong. Tingkat pendidikan petani ternak

yang dijadikan narasumber dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Identitas Petani Ternak Penggemukan Sapi Potong di Kelompok


Mukti Andhini I Tahun 2020 Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Petani Ternak Individu Petani Ternak DAPM
Jumlah Presentase Jumlah Presentase (%)
(orang) (%) (orang)
1 SD - - 1 25
2 SMP - - - -
3 SMA 6 75 2 50
4 D1,D2,D3 1 12,5 - -
5 S1,S2 1 12,5 1 25
Jumlah 8 4 100

Berdasarkan tabel 7 diketahui pendidikan terakhir petani ternak

penggemukan sapi potong individu dan DAPM didominasi oleh anggota yang

berpendidikan SMA dengan presentase sebesar masing-masing 75% dan 50%.


54

D. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Lama Bergabung dalam KTT


Mukti Andhini I

Petani ternak yang telah lebih lama bergabung dengan KTT Mukti

Andhini menunjukkan bahwa petani ternak percaya bahwa dengan bergabung

kedalam KTT Mukti Andhini dapat meningkatkan pengetahuan mereka dalam

melakukan budidaya sapi potong. Berdasarkan lamanya bergabung dalam KTT

Mukti Andhini I, petani ternak sebagian besar telah bergabung dengan KTT

Mukti Andhini I selama 18 tahun yang terdiri dari 6 orang petani ternak yang

mengusahakan penggemukan sapi potong secara individu dan 3 orang petani

ternak yang mengusahakan penggemukan sapi potong dengan bantuan DAPM.

Selain itu terdapat masing-masing 1 orang petani ternak individu yang telah

bergabung dengan KTT Mukti Andhini I selama 8 tahun dan 15 tahun. Untuk

petani ternak DAPM terdapat 1 orang anggota yang telah bergabung dengan

KTT Mukti Andhini I selama 10 tahun.

E. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Jumlah Ternak Sapi

Petani ternak penggemukan sapi potong memiliki jumlah ternak sapi

yang berbeda-beda baik yang mengusahakan secara individu maupun yang ikut

dalam program DAPM. Jumlah ternak sapi yang berbeda akan mempengaruhi

keuntungan yang akan diterima oleh petani ternak. Jumlah ternak sapi potong

yang dibudidayakan oleh petani ternak yang dijadikan narasumber dapat dilihat

pada tabel 8.
55

Tabel 8. Identitas Petani Ternak Berdasarkan Jumlah Ternak Sapi di Kelompok


Mukti Andhini I Tahun 2020
No Jumlah Sapi Petani Ternak Individu Petani Ternak DAPM
(ekor) Jumlah Presentase Jumlah Presentase
(orang) (%) (orang) (%)
1 1-3 7 87,5 2 50
2 4-6 1 12,5 1 25
3 7-9 - 1 25
Jumlah 8 100 4 100

Berdasarkan tabel 8 diketahui mayoritas jumlah ternak sapi yang

dibudidayakan petani ternak di Kelompok Mukti Andhini I sebanyak 1-3 ekor,

dimana masing-masing presentasenya 87,5% dan 50%. Untuk kepemilikan 4-6

ekor petani ternak individu dan DAPM terdiri dari 1 orang dimana

presentasenya 12,5% dan 25%. Sedangkan untuk ternak sapi potong 7-9 ekor

hanya terdapat 1 orang petani ternak DAPM atau 25%.


BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

A. Analisis Hasil Penelitian

1. Biaya Usaha Penggemukan Sapi Potong

Analisis usaha penggemukan sapi potong dilakukan untuk mengetahui

besarnya biaya yang diperlukan dalam proses penggemukan sapi selama

satu periode atau enam bulan. Adapun biaya usaha penggemukan sapi

potong terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

a) Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam

satu masa produksi. Beberapa jenis biaya yang dapat dikategorikan

sebagai biaya tetap dalam usaha penggemukan sapi potong yaitu biaya

listrik dan PBB, biaya penyusutan alat, serta biaya penyusutan kandang.

Biaya tetap dalam usaha penggemukan sapi potong dapat dilihat pada

tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Biaya Tetap Mengusahakan Penggemukan Sapi


Potong Individu dan DAPM
Individu DAPM
Biaya Tetap
Per Usaha Per 3 ekor Per Usaha Per 3 ekor
(FC)
ternak (Rp) (Rp) ternak (Rp) (Rp)
1. Litrik 30.000 30.000 30.000 30.000
2. PBB 15.000 15.000 15.000 15.000
3. Penyusutan
21.416,67 21.416,67 21.041,67 21.041,67
alat
4. Penyusutan
87.539,06 87.539,06 253.125 253.125
Kandang
Total Biaya
153.955,73 153.955,73 319.166,67 319.166,67
Tetap

56
57

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya tetap

usaha penggemukan sapi potong model DAPM sebesar Rp 319.166,67

lebih besar dibandingkan dengan usaha penggemukan sapi potong model

individu yaitu sebesar Rp 153.955,73. Berdasarkan tabel 8 dapat

diketahui bahwa rata-rata biaya listrik dan PBB untuk usaha

penggemukan sapi potong individu dan DAPM memiliki total biaya yang

sama yaitu sebesar Rp 45.000 baik untuk per usaha ternak maupun per 3

ekor. Dalam usaha penggemukan sapi potong juga digunakan alat-alat

untuk menunjang usaha penggemukan sapi potong. Alat-alat yang

digunakan antara lain ember, sekop, selang, sapu lidi, sikat, dan gerobak.

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya penyusutan

alat usaha penggemukan sapi potong individu sebesar Rp 21.416,67,

tidak berbeda jauh dari usaha penggemukan sapi potong DAPM yaitu

sebesar Rp 21.041,67.

Dalam usaha penggemukan sapi potong selain penyusutan alat

terdapat juga penyusutan kandang. Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui

bahwa rata-rata biaya penyusutan kandang usaha penggemukan sapi

potong individu per usaha ternak dan per 3 ekor sebesar Rp 87.539,06.

Untuk usaha penggemukan sapi potong DAPM rata-rata biaya

penyusutan kandang per usaha ternak dan per 3 ekor sebesar Rp 253.125.

Perbedaan biaya penyusutan tersebut dikarenakan adanya perbedaan

dalam ukuran kandang yang digunakan oleh petani ternak untuk

mengusahakan penggemukan sapi potong.


58

b) Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha

penggemukan sapi potong dimana besar kecilnya bergantung pada

kuantitas produksi. Biaya variabel dalam penggemukan sapi potong yaitu

biaya pembelian bakalan sapi, pakan ampas tahu, pakan konsentrat, obat,

vitamin, tenaga kerja dan biaya pengangkutan sapi yang sudah

digemukkan. Rata-rata biaya variabel usaha penggemukan sapi potong

dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Biaya Variabel Mengusahakan Penggemukan Sapi


Potong Individu dan DAPM
Individu DAPM
Biaya Variabel
Per Usaha Per 3 ekor Per Usaha Per 3 ekor
(VC)
ternak (Rp) (Rp) ternak (Rp) (Rp)
1. Bakalan
27.625.000 41.343.750 89.575.000 52.441.666,67
Sapi
2. Biaya Pakan
549.000 769.500 1.620.000 1.080.000
Ampas Tahu
3. Biaya Pakan
2.187.000 3.037.500 10.935.000 6.561.000
Konsentrat
4. Biaya Pakan
3.825.000 5.400.000 9.000.000 5.400.000
Hijauan
5. Biaya Obat 13.125 16.875 25.000 15.000
6. Biaya
21.675 30.600 99.000 59.400
Vitamin
7. Biaya
Tenaga 9.000.000 15.468.750 9.000.000 6.600.000
Kerja
8. Biaya
106.250 150.000 250.000 150.000
pengangkutan
Total Biaya 43.481.005,7
63.183.430,73 117.223.166,67 72.626.233,33
Variabel 3

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata biaya untuk

pembelian bakalan sapi individu per usaha ternak sebesar Rp 27.625.000

dan untuk per 3 ekor sebesar Rp 41.343.750. Sedangkan untuk usaha

penggemukan sapi potong DAPM rata-rata biaya bakalan sapi per usaha
59

ternak sebesar Rp 89.575.000 dan per 3 ekor sebesar Rp 52.441.666,67.

Dalam usaha penggemukan sapi potong pakan yang digunakan berupa

ampas tahu, konsentrat dan pakan hijauan. Untuk rata-rata biaya pakan

ampas tahu sapi potong individu per usaha ternak sebesar Rp 549.000

dan untuk per 3 ekor sebesar Rp 769.500. Sedangkan untuk usaha

penggemukan sapi potong DAPM sebesar Rp 1.620.000 dan untuk per 3

ekor sebesar Rp 1.080.000. Rata-rata biaya pakan konsentrat sapi potong

individu per usaha ternak sebesar Rp 2.308.500 dan untuk per 3 ekor

sebesar Rp 3.402.000. Untuk usaha penggemukan sapi potong DAPM

sebesar Rp 10.935.000 dan untuk per 3 ekor sebesar Rp 6.561.000. Rata-

rata pakan hijauan sapi potong individu per usaha ternak sebesar Rp

3.825.000 dan untuk per 3 ekor sebesar Rp 5.400.000. Sedangkan rata-

rata pakan hijauan sapi potong DAPM per usaha ternak sebesar Rp

9.000.000 dan untuk per 3 ekor sebesar Rp 5.400.000.

Berdasarkan tabel 9 rata-rata biaya penggunaan obat untuk usaha

penggemukan sapi potong individu sebesar Rp 13.125 per usaha ternak

dan sebesar Rp 16.875 per 3 ekor. Pada usaha penggemukan sapi potong

DAPM sebesar Rp 25.000 per usaha ternak dan sebesar Rp 15.000 per 3

ekor. Selain obat, vitamin juga dibutuhkan dalam usaha penggemukan

sapi potong. Rata-rata biaya vitamin untuk usaha penggemukan sapi

potong individu sebesar Rp 21.675 per usaha ternak dan sebesar Rp

30.600 per 3 ekor. Untuk usaha penggemukan sapi potong DAPM

sebesar Rp 99.000 per usaha ternak dan sebesar Rp 59.400 per 3 ekor.
60

Dalam penelitian ini rata-rata tenaga kerja yang digunakan oleh petani

ternak individu dan DAPM menggunakan tenaga kerja keluarga.

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa rata-rata biaya tenaga kerja usaha

penggemukan sapi potong individu per usaha ternak sebesar Rp

9.000.000 dan sebesar Rp 15.468.750 per 3 ekor, sedangkan untuk usaha

penggemukan sapi potong DAPM sebesar Rp 9.000.000 per usaha ternak

dan sebesar Rp 6.600.000 per 3 ekor sapi. Setelah usaha penggemukan

dilakukan dalam satu periode (6 bulan) sapi diangkut untuk dipasarkan

ke pasar hewan Prambanan. Rata-rata biaya pengangkutan usaha sapi

potong individu sebesar Rp 106.250 per usaha ternak dan sebesar Rp

150.000 per 3 ekor. Untuk rata-rata biaya pengangkutan sapi potong

DAPM sebesar Rp 250.000 per usaha ternak dan sebesar Rp 150.000 per

3 ekor.

Rata-rata biaya variabel usaha penggemukan sapi potong individu

per usaha ternak sebesar Rp 43.481.005,73, untuk per 3 ekor sebesar Rp

63.183.430,73. Sedangkan untuk usaha penggemukan sapi potong

DAPM per usaha ternak sebesar Rp 117.223.166,67, untuk per 3 ekor

sebesar Rp 72.626.233,33.

c) Biaya Total

Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan

yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dengan kata lain, biaya

total adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Adapun
61

rata-rata biaya total yang dikeluarkan dalam usaha penggemukan sapi

potong individu dan DAPM dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Biaya Total Usaha Penggemukan Sapi Potong


Individu dan DAPM
Individu DAPM
Komponen Per Usaha Per 3 ekor Per Usaha
Per 3 ekor (Rp)
ternak (Rp) (Rp) ternak (Rp)
Biaya
153.955,73 153.955,73 319.166,67 319.166,67
Tetap
Biaya
43.327.050 63.029.475 116.904.000 72.307.006,
Variabel
Biaya 63.183.430,7
43.481.005,73 117.223.166,67 72.626.233,33
Total 3

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa rata-rata biaya total yang

dikeluarkan dalam usaha penggemukan sapi potong individu per usaha

ternak Rp 43.481.005,73 dan per 3 ekor sebesar Rp 63.183.430,73. Biaya

total usaha penggemukan sapi potong DAPM per usaha ternak sebesar

Rp 117.223.166,67 dan per 3 ekor sebesar Rp 72.626.233,33.

2. Penerimaan Usaha Penggemukan Sapi Potong

Kegiatan usaha penggemukan sapi potong yang dilaksanakan oleh

petani ternak akan menghasilkan suatu penerimaan yang diterima petani

ternak pada suatu waktu, penerimaan marupakan hasil perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual yang telah disepakati bersama

antara penjual dan pembeli.


62

Tabel 12. Rata-rata Produksi, Rata-rata Harga, Rata-rata Penerimaan pada


Usaha Penggemukan Sapi Potong Individu dan DAPM
Hasil Produksi Harga
Jenis Usaha Penerimaan (Rp)
(kg) (Rp/k)
Per Usaha Ternak
- Penggemukan
1.049,13 45.000 47.210.625
Sapi Individu
- Penggemukan
2.978,75 45.000 134.043.750
Sapi DAPM
Per 3 ekor
- Penggemukan
1.518,19 45.000 68.318.437,50
Sapi Individu
- Penggemukan
1.794,98 45.000 80.774.250
Sapi DAPM

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa rata-rata hasil produksi

penggemukan sapi potong individu per usaha ternak 1.049,13 kg dengan

harga jual Rp 45.000 diperoleh penerimaan sebesar Rp 47.210.625 dan

untuk per 3 ekor hasil produksi 1.518,19 kg dengan harga jual Rp 45.000

diperoleh penerimaan sebesar Rp 68.318.437,50. Pada usaha penggemukan

sapi potong DAPM per usaha ternak menghasilkan rata-rata produksi sapi

potong sebesar 2.978,75 kg dengan harga jual Rp 45.000 diperoleh

penerimaan sebesar Rp 134.043.750 dan untuk per 3 ekor hasil produksi

sebesar 1.794,98 kg dengan harga jual Rp 45.000 dan penerimaan yang

diperoleh sebesar Rp 80.774.250.

3. Keuntungan Usaha Penggemukan Sapi Potong

Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dikurangi dengan

biaya mengusahakan yang dikeluarkan petani ternak dalam kegiatan usaha

penggemukan sapi potong dalam satu periode.


63

Tabel 13. Rata-rata Penerimaan, Rata-rata Total Biaya, Rata-rata


Keuntungan pada Usaha Penggemukan Sapi Potong Individu
dan DAPM
Individu DAPM
Unit Per Usaha Per 3 ekor Per Usaha Per 3 ekor
ternak (Rp) (Rp) ternak (Rp) (Rp)
Penerimaan 47.210.625 68.318.437,50 134.043.750 80.774.250
Total Biaya 43.481.005,73 63.183.430,73 117.223.166,67 72.626.233,33
Keuntungan 3.729.619,27 5.135.006,77 16.820.583,33 8.148.016,67
Keuntungan 80% 13.456.466,67 6.518.413,33

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa rata-rata penerimaan

penggemukan sapi potong individu per usaha ternak Rp 47.210.625 dengan

total biaya sebesar Rp 43.481.005,73 diperoleh keuntungan sebesar Rp

3.729.619,27 dan untuk per 3 ekor diperoleh penerimaan sebesar Rp

68.318.437,50 dengan total biaya Rp 63.183.430,73 diperoleh keuntungan

sebesar Rp 5.135.006,77. Pada usaha penggemukan sapi potong DAPM per

usaha ternak rata-rata penerimaan sebesar Rp 134.043.750 dengan total

biaya Rp 117.223.166,67 diperoleh keuntungan sebesar Rp 16.820.583,33.

Karena adanya bagi hasil dengan Pemerintah Kecamatan Prambanan sebagai

penyedia program Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat, dimana keuntungan

yang diperoleh peternak sebesar 80% dan 20% untuk penyedia program DAPM.

Sehingga keuntungan bersih yang diterima oleh petani ternak DAPM sebesar

13.456.466,67 per usaha ternak. Sedangkan untuk per 3 ekor penerimaannya

sebesar Rp 80.774.250 dengan total biaya sebesar Rp 72.626.233,33diperoleh

keuntungan sebesar Rp 8.148.016,67 dan setelah dilakukan bagi hasil dengan

penyedia program DAPM maka keuntungan bersih yang diterima oleh petani

ternak sebesar 6.518.413,33.


64

4. Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong

Kelayakan usaha penggemukan sapi potong pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan Profit Rate (PR). Profit Rate merupakan

perbandingan antara keuntungan dan total biaya yang dikeluarkan dalam

usaha penggemukan sapi potong individu dan DAPM yang kemudian

dikalikan 100%.

Tabel 14. Rata-rata Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi Potong Individu


dan DAPM
Individu DAPM
Unit Per Usaha Per Usaha
Per 3 ekor Per 3 ekor
ternak ternak
Total Biaya 43.481.005,73 63.183.430,73 117.223.166,67 72.626.233,33
Keuntungan 3.729.619,27 5.135.006,77 16.820.583,33 8.148.016,67
Profit Rate
7,95 8,07 11,06 9,06
(%)

Berdasarkan tabel 14 diketahui profit rate usaha penggemukan sapi

potong individu per usaha ternak sebesar 7,95% dan sebesar 8,07% per 3

ekor sapi. Sedangkan profit rate usaha penggemukan sapi potong DAPM

per usaha ternak sebesar 11,06% dan untuk per 3 ekor sebesar 9,06%.

B. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis pertama yaitu untuk menguji keuntungan usaha

penggemukan sapi potong model DAPM lebih besar dari usaha

penggemukan sapi potong model individu pada Kelompok Tani Ternak

Mukti Andhini I di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten

Klaten. Untuk menguji hipotesis tersebut menggunakan rumus t hitung

sebagai berikut:
65

t hitung = −¿ ¿

√ [ ]
2 2
( n1−1 ) s +(n2−1)s 1 1
1 2
+
( n1 +n2 ) −2 n1 n2

Dengan rumus tersebut diperoleh nilai t hitung untuk rata-rata

keuntungan usaha penggemukan sapi potong individu dan DAPM sebesar

0,740 dengan nilai t tabel sebesar 1,812.

Kriteria Pengujian:

a. Apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel atau nilai sig lebih kecil dari

0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya keuntungan usaha

penggemukan sapi potong model DAPM lebih besar dari usaha

penggemukan sapi potong model individu.

b. Apabila nilai t hitung lebih kecil dari t tabel atau nilai sig lebih lebih

besar sama dengan 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya

keuntungan usaha penggemukan sapi potong model DAPM lebih kecil

dari usaha penggemukan sapi potong model individu.

Dari hasil perhitungan di atas, nilai t hitung dari keuntungan usaha

penggemukan sapi potong Individu dan DAPM lebih kecil dibandingkan

dengan t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya keuntungan usaha

penggemukan sapi potong DAPM lebih kecil dari usaha penggemukan sapi

potong individu.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Pengujian hipotesis kedua yaitu untuk menguji usaha penggemukan

sapi potong model DAPM lebih layak diusahakan dari penggemukan sapi
66

model individu pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa

Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten.

t hitun g= −¿ ¿

√ [ ]
2 2
( n1−1 ) s + ( n2−1 ) s2 1 1
1
+
( n1 +n2 ) −2 n 1 n2

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh nilai t hitung dari

kelayakan usaha penggemukan sapi potong individu dan DAPM sebesar

0,353 dengan nilai t tabel 1,812.

Kriteria keputusan:

a. Apabila nilai t hitung lebih besar dari t tabel atau nilai sig lebih kecil dari

0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya kelayakan finansial usaha

penggemukan sapi potong kepemilikan DAPM lebih besar dari

kepemilikan individu pada kelompok Mukti Andhini 1 di Desa Cucukan

Kecamatan Prambanan.

b. Apabila nilai t hitung lebih kecil sama dengan t tabel atau nilai sig lebih

besar dari 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya kelayakan

finansial usaha penggemukan sapi potong kepemilikan DAPM lebih kecil

dari kepemilikan individu pada kelompok Mukti Andhini 1 di Desa

Cucukan Kecamatan Prambanan.

Dari hasil perhitungan diatas, nilai t hitung dari kelayakan usaha

penggemukan sapi potong Individu dan DAPM lebih kecil jika

dibandingkan dengan t tabel, maka H o diterima dan Ha ditolak yang artinya

kelayakan usaha penggemukan sapi potong DAPM lebih kecil dari individu.
BAB V
PEMBAHASAN

Peningkatan kebutuhan daging sapi masyarakat Indonesia menjadi salah

satu peluang berkembangnya bisnis penggemukan sapi potong di Indonesia

sebagaimana pemerintah telah mencanangkan bahwa Indonesia akan swasembada

daging sapi di tahun 2014. Salah satu pelaku usaha yang telah melakukan usaha

penggemukan sapi adalah Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I dan terdapat

dua sistem kepemilikan penggemukan sapi potong di Kelompok Tani Ternak

Mukti Andhini I yaitu model DAPM (Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat)

dan model Individu. Usaha penggemukan sapi potong model DAPM merupakan

usaha penggemukan yang mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Kecamatan

Prambanan melalui program Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat. Dari hasil

pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa per usaha ternak penggemukan sapi

baik model individu maupun DAPM memiliki rata-rata jumlah ternak yang

berbeda-beda yaitu sebesar 2 ekor untuk individu dan 5 ekor untuk DAPM.

Dengan adanya perbedaan jumlah ternak tersebut maka peneliti mengkonversikan

setiap penggunaan biaya dan peralatan ke dalam 3 ekor, agar terlihat jelas

perbedaan petani ternak dalam mengusahakan penggemukan sapi potong pada

kepemilikan yang sama yaitu 3 ekor.

Adanya perbedaan model kepemilikan usaha penggemukan sapi potong

pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I mengakibatkan perbedaan pada

biaya dari masing-masing model kepemilikan yang berdampak pada perbedaan

keuntungan yang diperoleh oleh petani ternak. Dimana untuk usaha penggemukan

67
68

sapi potong model individu seluruh proses usaha penggemukan dilakukan secara

mandiri sedangkan petani ternak model DAPM mendapatkan bantuan modal dan

pengawas untuk mengawasi petani ternak yang mengikuti program DAPM.

Dalam melakukan usaha penggemukan tentunya petani ternak

menginginkan agar usahanya dapat memperoleh keuntungan. Menurut Soekartawi

(1986) keuntungan adalah selisih positif antara penerimaan total dengan biaya

total. Untuk biaya total diperoleh dari penjumlahan biaya-biaya tetap dan biaya-

biaya variabel yang dikeluarkan selama satu periode usaha penggemukan sapi

potong, sedangkan penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah

produksi (bobot akhir sapi) dengan harga jual sapi hidup per kilogram.

Pada usaha penggemukan sapi potong baik DAPM maupun individu

menggunakan biaya tetap (fix cost) dan variabel (variable cost). Biaya tetap dalam

usaha penggemukan sapi potong terdiri dari biaya listrik dan PBB, penyusutan

alat, serta penyusutan kandang. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya

bakalan sapi, biaya pakan, biaya obat, vitamin dan biaya pengangkutan. Rata-rata

biaya tetap usaha penggemukan sapi potong DAPM untuk per usaha ternak dan

per 3 ekor sebesar Rp 319.166,67 per periode, sedangkan rata-rata biaya tetap

usaha penggemukan sapi potong individu untuk per usaha ternak dan per 3 ekor

sebesar Rp 153.955,73 per periode. Rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh

petani ternak usaha penggemukan sapi potong DAPM per usaha ternak sebesar Rp

116.904.000 per periode dan per 3 ekor sebesar Rp 72.307.066,67 per periode.

Sedangkan rata-rata biaya variabel usaha penggemukan sapi potong individu per
69

usaha ternak sebesar Rp 43.327.050 per periode dan per 3 ekor sebesar Rp

63.029.475 per periode.

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata penerimaan yang diperoleh petani

ternak usaha penggemukan sapi potong DAPM per usaha ternak sebesar Rp

134.043.750 per periode dan per 3 ekor sebesar Rp 80.774.250 per periode.

Sedangkan rata-rata penerimaan usaha penggemukan sapi potong individu per

usaha ternak sebesar 47.210.625 per periode dan per 3 ekor sebesar Rp

68.318.437,50 per periode.

Keuntungan dari usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan petani

ternak pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I dapat dilihat dari selisih

antara rata-rata total penerimaan dengan rata-rata total biaya yang dikeluarkan.

Rata-rata keuntungan yang diperoleh petani ternak yang mengusahakan

penggemukan sapi potong DAPM setelah melakukan bagi hasil dengan penyedia

program DAPM per usaha ternak sebesar Rp 13.456.466,67 per periode dan per 3

ekor sebesar Rp 6.518.413,33 per periode. Sedangkan usaha penggemukan sapi

potong individu memperoleh rata-rata keuntungan per usaha ternak 3.729.619,27

per periode dan per 3 ekor sebesar Rp 5.135.006,77 per periode. Pada penelitian

ini untuk mengetahui apakah keuntungan yang diperoleh usaha penggemukan sapi

potong DAPM lebih besar dibandingankan dengan usaha penggemukan sapi

potong individu peneliti menggunakan rumus uji t, yang diperoleh nilai t hitung

0,740 dibandingkan dengan t tabel (0,05; 10) sebesar 1,812, berdasarkan hasil

penentian dimana t hitung lebih kecil dari t tabel (0,740 < 1,812) maka H 0 diterima

dan Ha ditolak. Dalam hal ini berarti keuntungan usaha penggemukan sapi potong
70

DAPM lebih kecil dari usaha penggemukan sapi potong individu. Berdasarkan

hasil perhitungan uji t diketahui bahwa keuntungan usaha penggemukan sapi

potong DAPM lebih kecil dari usaha penggemukan sapi potong individu, hal ini

dikarenakan dalam perhitungan keuntungan, petani ternak usaha penggemukan

sapi potong DAPM mendapatkan pinjaman modal dari program DAPM dimana

terdapat bagi hasil dengan penyedia program DAPM sebesar 20% dari

keuntungan yang diperoleh. Meskipun secara analisis data usaha penggemukan

sapi potong DAPM lebih kecil dari usaha pengemukan sapi potong individu, akan

tetapi secara nilai perhitungan usaha penggemukan sapi potong DAPM lebih besar

dari usaha penggemukan sapi potong individu. Keuntungan dari usaha

penggemukan sapi potong DAPM yaitu sebesar Rp 6.518.413,33 per 3 ekor per

periode sedangkan keuntungan usaha penggemukan sapi potong individu sebesar

Rp 5.135.006,77 per 3 ekor per periode. Menurut Dahri dkk (2015) menyatakan

dampak kredit meskipun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pendapatan, akan tetapi dengan adanya kredit memberikan dampak positif

terhadap nilai yang diterima oleh petani. Oleh karena itu untuk meningkatkan

keuntungan diharapkan petani ternak usaha penggemukan sapi potong DAPM

tetap mengikuti program DAPM akan tetapi diperlukan kesepakatan baru dalam

pembagian keuntungan hasil penjualan usaha penggemukan sapi potong

berdasarkan persentasi suku bunga bank yang berlaku saat program berlangsung,

yaitu sebesar 6,25% sehingga keuntungan yang diperoleh petani ternak akan lebih

besar. Selain itu untuk meningkatkan keuntungan, petani ternak usaha

penggemukan sapi potong individu disarankan untuk mengikuti program DAPM,


71

karena akan mendapatkan pinjaman modal yang dapat digunakan dalam usaha

penggemukan sapi potong sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang

diperoleh.

Usaha penggemukan sapi potong merupakan suatu kegiatan usaha dalam

meningkatkan kebutuhan daging sapi dalam masyarakat oleh karena itu

diperlukan studi kelayakan untuk mengetahui usaha penggemukan sapi potong

bisa berjalan sesuai harapan baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) dalam Haris (2019) studi kelayakan bisnis

adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan

atau suatu usaha yang dijalankan, untuk menentukan layak atau tidaknya suatu

bisnis dijalankan. Kriteria apakah suatu usaha dikatakan layak apabila nilai

kelayakan (profit rate) lebih besar dari bunga deposito bank (6,25%), maka usaha

penggemukan sapi potong di Kelompok Mukti Andhini I layak untuk diusahakan,

apabila nilai kelayakan (profit rate) kurang dari sama dengan suku bunga deposito

bank (6,25%) maka usaha penggemukan sapi potong di Kelompok Mukti Andhini

I tidak layak untuk diusahakan. Untuk mengetahui kelayakan dari usaha

penggemukan sapi yang dilakukan dapat dilihat dari perbandingan antara

keuntungan dan total biaya yang dikeluarkan. Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan didapatkan rata-rata profit rate usaha penggemukan sapi potong DAPM

adalah 9,06% per 3 ekor per periode dan rata-rata profit rate usaha penggemukan

sapi potong individu adalah 8,07% per 3 ekor per periode. Untuk mengetahui

apakah usaha penggemukan sapi potong DAPM lebih layak untuk diusahakan dari

penggemukan sapi potong individu digunakan juga rumus uji t, dimana diperoleh
72

nilai t hitung 0,353 dibandingkan dengan t tabel (0,05; 10) 1,812. Dimana t hitung

lebih kecil dari t tabel (0,353 < 1,812), maka H 0 diterima dan Ha ditolak artinya

kelayakan usaha penggemukan sapi potong DAPM lebih kecil dari usaha

penggemukan sapi potong individu. Menurut Nurmalina (2018) ada kemungkinan

produk yang dihasilkan merupak barang baru di masyarakat oleh karenanya

dibutuhkan tahap pengenalan dan pembinaan terhadap pasar terlebih dahulu.

Dalam hal ini dikarenakan DAPM merupakan program yang baru dijalankan oleh

petani ternak sehingga diperlukan tahap pengenalan seperti penjelasan mengenai

program dan membimbing petani ternak secara perlahan agar petani ternak

memahami program yang dilakukan sehingga usaha yang dijalankan akan lebih

layak dari usaha penggemukan yang dilakukan sebelum petani ternak mengetahui

program DAPM.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, mengenai analisis usaha penggemukan

sapi potong pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I di Desa Cucukan

Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Keuntungan usaha penggemukan sapi potong model DAPM rata-rata

sebesar Rp 6.518.413,33 per 3 ekor per periode lebih besar dari keuntungan

usaha penggemukan sapi potong model individu rata-rata sebesar Rp

5.135.006,77 per 3 ekor per periode.

2. Kelayakan usaha penggemukan sapi potong model DAPM lebih besar dari

kelayakan usaha penggemukan sapi potong model individu dengan nilai

profit rate masing-masing sebesar 9,06% dan 8,07%

B. Saran

1. Diperlukan petani ternak usaha penggemukan sapi potong DAPM

melakukan kesepakatan baru dalam pembagian keuntungan hasil penjualan

usaha penggemukan sapi potong berdasarkan persentasi suku bunga bank

yang berlaku saat program berlangsung, yaitu sebesar 6,25% sehingga

keuntungan yang diperoleh petani ternak akan lebih besar. Selain itu untuk

meningkatkan keuntungan, petani ternak usaha penggemukan sapi potong

individu disarankan untuk mengikuti program DAPM, karena akan

mendapatkan pinjaman modal yang dapat digunakan dalam usaha

penggemukan sapi potong sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang

diperoleh.

2. Diperlukan penjelasan mengenai program DAPM terhadap petani ternak

dan membimbing secara perlahan agar petani ternak memahami program

73
yang dilakukan sehingga usaha penggemukan sapi potong yang dijalankan

akan lebih layak dari usaha penggemukan sapi potong yang dilakukan

sebelum petani ternak mengetahui program DAPM.

73
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, W. 2003. Analisis Usaha Peternakan Sapi Potong Rakyat Berdasarkan


Biaya Produksi dan Tingkat Pendapatan Peternakan Menurut Skala
Usaha (Kasus di Kecamatan Were Kabupaten Bima Nusa Tenggara
Barat). Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Dahri, D., P.Hutagol, H.Siregar & P.Simatupang. 2015. Dampak Kredit Program
KKPE dalam Pengembangan Usaha Ternak Sapi di Tingkat Peternak di
Jawa Tengah. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. Vol. 12(2) (p.115-125).
Darwis, Khaeriyah. 2017. Ilmu Usahatani; Teori dan Penerapan. Makassar: Inti
Mediatama.
Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor: IPB Press.
Diarmita, I Ketut. Statistik Peernakan dan Kesehatan Hewan 2019. 2019. Jakarta:
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian RI.
Downey, W. David. Erickson. Steven P. 1987. Manajemen Agribisnis. Edisi
Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Gray, Clive., dkk. 2005. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Haris, Abdul. 2019. Studi Kelayaka Bisnis Tinjauan Teoritis dan Praktik.
Sidoarjo: Zifatama Jawara.
Hernanto F. 1996. Analisis Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Mariyono, Aggraeni,Y., Rasyid, A. 2010. Rekomendasi Teknologi Peternakan
dan Veteriner Mendukung Program Swasembada Daging Sapi (PSDS)
Tahun 2014. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Mayulu, H., Sunarso, C.I. Sutrisno, Sumarsono. 2010. Kebijakan Pengembangan
Peternakan Sapi Potong di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian.
Mulyadi. 2002. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Musa, Mohammad. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Fajar Agung.
Nazir, Moch. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ngadiyono, Nono. 2004. Pengembangan Sapi Potong dalam Rangka Penyedian
Daging di Indonesia. Yogyakarta: Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: UGM.
Purwoko. 2015. Peran Kebijakan Fiskal dalam Peningkatan Produktivitas
Pembibitan Sapi Nasional. Kajian Ekonomi Keuangan Vol 19, No. 2.
Riswah, Annisa Nayyirotur. 2019. Pengaruh Pelaksanaan Program Dana
Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM) Khasanah Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.
Skripsi. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.

75
76

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2006. Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.
Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
.1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Subagyo, Ahmad. 2007. Studi Kelayakan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Sugeng, Y.B. 2004. Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,CV.
Suratiyah, Ken. 2016. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Susilorini, Tri Eko, dkk. 2008. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Untari, Muti. 2019. Peran Pinjaman Modal Dana Amanah Pemberdayaan
Masyarakat (DAPM) dan Perilaku Wirausaha terhadap Pendapatan Ibu-
ibu Anggota Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) Desa Bedoro
Kecamatan Sambungmacan Kabupaten Sragen. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wibowo, Hendro. 2019. Meraup Rupiah dengan Beternak Sapi Potong.
Yogyakarta: Laksana.
Yulianto, Purnawan dan Cahyo Saparino. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara
Intensif. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yusdja, Y. dan N. Ilham. 2004. Tinjauan Kebijakan Pengembangan Agribisnis
Sapi Potong. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
No. Responden :

KUISIONER PENELITIAN

Analisis Usaha Penggemukan Sapi Potong


pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I
di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten

Kuisioner ini akan digunakan sebagai bahan dalam penyusunan skripsi “Analisis
Usaha Penggemukan Sapi Potong pada Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I
di Desa Cucukan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten”, oleh Gyan Nina
Bella Agro S (135130059) Mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi
Agribisnis UPN “Veteran” Yogyakarta. Semua informasi yang diterima sebagai
hasil kuesioner ini nantinya akan digunakan untuk kepentingan akademik.

Mohon kesediaan Anda untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini secara
lengkap. Partisipasi anda sangat saya harapkan dalam mengisi kuesioner ini. Atas
perhatian saya ucapkan terima kasih.

I. Identitas Responden
A. Nama Responden : ........................................................
B. Jenis kelamin :L/P
C. Umur : ........................................................
D. Pekerjaan :
1. Pokok : ........................................................
2. Sampingan : ........................................................
E. Pendidikan Terakhir : ........................................................
F. Pengalaman Beternak : ........................................................
G. Jumlah Kepemilikan : ........................................................
H. Sumber modal usaha ternak:
1. Sendiri
2. DAPM (Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat)
II. Penggunaan sarana produksi dalam satu periode
A. Pemeliharaan sapi potong
Harga
No Bibit Sapi Potong
(Rp/ekor)
. (ekor)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Total

B. Kriteria sapi bakalan yang dipilih untuk penggemukan:

C. Darimana sapi bakalan diperoleh/dibeli?


D. Pakan
Waktu Jumlah Harga Total
No. Jenis
pemberian (Kg/ekor/hari) (Rp/Kg) (Rp/periode)
Pakan

1.

2.

3.

4.

5.

a. Berasal dari manakah pakan-pakan tersebut?

E. Penggunaan obat-obatan dan vaksin


Waktu Jumlah Harga Total
No Jenis Fungsi
pemberian (Rp) (Rp/periode)
. Obat/vaksin

1.

2.

3.

4.
F. Penggunaan tenaga kerja
1. Tenaga kerja keluarga

Jumlah Waktu Jumlah Hari Upah Total


Tenaga Kerja/hari Kerja per (Rp/jam) (Rp/periode)
Kerja (jam) Periode (hari)

2. Tenaga kerja diluar keluarga

Jumlah Waktu Jumlah Hari Upah Total


Tenaga Kerja/hari Kerja per (Rp/jam) (Rp/periode)
Kerja (jam) Periode (hari)
G. Penggunaan peralatan

Harga Umur Nilai


Jumlah Biaya
Jenis Beli Ekonomis Sisa
No. Penyusutan
Alat
(unit) (Rp/periode)
(Rp/unit) (tahun) (Rp)

1. Ember

2. Sekop

3. Geroba
k

4. Sikat

5. Selang

6.

7.
H. Penyusutan Kandang

Luas Nilai Nilai Biaya


Umur
No Kandang Pengadaan Sisa Penyusutan
Ekonomis
(m) (Rp) (Rp) (Rp/periode)
1.

2.

3.

4.

5.

I. Biaya lain-lain
No. Jenis Biaya

1. Listrik

2. Pajak Bumi Bangunan

3.

4.

5.

J. Biaya Pengangkutan

Jumlah Sapi (ekor) Biaya (Rp/ekor) Jumlah (Rp/periode)


1. Kemana sapi potong dijual?

2. Siapa yang menentukan harga jual? Berapa?

K. Penerimaan

Produksi sapi Berat Akhir Harga


potong (ekor) (Kg) (Rp/Kg)
Total (Rp/periode)

Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali masa pemeliharaan:

Adakah kendala yang dihadapi dalam kegiatan usaha penggemukan sapi


potong? Bagaimana mengatasinya?

III. Kuisioner Terbuka untuk Petani Ternak Kepemilikan Dana Amanah


Pemberdayaan Masyarakat (DAPM)*

Bagaimana sistem bagi hasil dengan DAPM?

Kenapa memilih usaha bagi hasil dengan DAPM?

Adakah perbedaan antara usaha penggemukan individu dan DAPM?


(Budidaya sampai hasil)
*) Anggota kelompok yang mendapatkan bantuan DAPM

Lampiran 2. Karakteristik Petani Ternak Penggemukan Sapi Potong pada


Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I
No Nama
Umur (th) Pendidikan Model Kepemilikan
. Responden
1 Sajiyo 69 SPG Individu
2 Susilo 42 SMA Individu
3 Ribut Santoso 52 SMA Individu
4 Sumaryo 52 SMA Individu
5 Sukarno 63 S1 Individu
6 Suhardi 54 STM Individu
7 Sunardi 49 SMA Individu
8 Eko Wahyudi 48 D3 Individu
9 Hermanto 58 S1 DAPM
10 Budiyono 55 SMA DAPM
11 Heru Pramana 55 SMA DAPM
12 Muji Raharjo 56 SD DAPM
Lampiran 3. Jumlah Kepemilikan Sapi Potong Petani Ternak Penggemukan Sapi
Potong di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Kepemilikan
Nama Model Pengalaman
No Sapi Potong
Responden Kepemilikan Beternak (th)
(ekor)
1 Sajiyo Individu 18 2
2 Susilo Individu 8 4
3 Ribut Santoso Individu 18 1
4 Sumaryo Individu 18 2
5 Sukarno Individu 18 1
6 Suhardi Individu 18 2
7 Sunardi Individu 15 3
8 Eko Wahyudi Individu 18 2
9 Hermanto DAPM 18 5
10 Budiyono DAPM 18 3
11 Heru Pramana DAPM 18 9
12 Muji Raharjo DAPM 10 3
Lampiran 4. Biaya Bakalan Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Kepemilikan Biaya Bakalan
Nama Biaya Bakalan
No Sapi Potong Per Usaha
Responden Per 3 ekor (Rp)
(ekor) Ternak (Rp)
1 Hermanto 5 82.500.000 49.500.000
2 Budiyono 3 53.000.000 53.000.000
3 Heru Pramana 9 173.300.000 57.766.666,67
4 Muji Raharjo 3 49.5000.000 49.500.000
Jumlah 20 358.300.000 209.766.666,67
Rata-rata 5 89.575.000 52.441.666,67
Lampiran 5. Biaya Bakalan Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Kepemilikan Biaya Bakalan
Nama Biaya Bakalan
No Sapi Potong Per Usaha
Responden Per 3 ekor (Rp)
(ekor) Ternak (Rp)
1 Sajiyo 2 26.500.000 39.750.000
2 Susilo 4 48.000.000 36.000.000
3 Ribut Santoso 1 11.000.000 33.000.000
4 Sumaryo 2 21.000.000 31.500.000
5 Sukarno 1 11.000.000 33.000.000
6 Suhardi 2 23.000.000 34.500.000
7 Sunardi 3 46.500.000 46.500.000
8 Eko Wahyudi 2 34.000.000 51.000.000
Jumlah 17 221.000.000 305.250.000
Rata-rata 2,125 27.625.000 38.156.250
Nama
No Biaya Pakan Per Usaha Ternak Bia
Responden
Kepemilikan Jumlah
Harga Total Jumlah
Ampas Tahu Sapi Potong (kg/ekor/
(Rp/kg) (Rp/periode/peternak) (kg/ekor/perio
(ekor) periode)
1 Hermanto 5 1.080 400 2.160.000 1.080
2 Budiyono 3 540 400 648.000 540
Heru
3 9 540 400 1.944.000 540
Pramana
Muji
4 3 1.440 400 1.728.000 1.440
Raharjo
Jumlah 20 3.600 6.480.000 3.600
Rata-rata 5 900 1.620.000 900
Konsentrat
1 Hermanto 5 1.080 1.800 9.720.000 1.080
2 Budiyono 3 1.440 1.800 7.776.000 1.440
Heru
3 9 1.260 1.800 20.412.000 1.260
Pramana
Muji
4 3 1.080 1.800 5.832.000 1.080
Raharjo
Jumlah 20 4.860 43.740.000 4.860
Rata-rata 5 1.215 10.935.000 1.215
Lampiran 6. Biaya Pakan Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan DAPM
di Kelompok Tani Mukti Andhini I
No Nama Responden Biaya Pakan Per Usaha Ternak
Kepemilikan Sapi Jumlah Total Jum
Harga
Pakan Hijauan Potong (ekor) (kg/ekor/ (Rp/periode/ (kg/e
(Rp/kg)
periode) peternak) perio
1 Hermanto 5 1.800 1.000 9.000.000 1.80
2 Budiyono 3 1.800 1.000 5.400.000 1.80
3 Heru Pramana 9 1.800 1.000 16.200.000 1.80
4 Muji Raharjo 3 1.800 1.000 5.400.000 1.80
Jumlah 20 36.000.000
Rata-rata 5 9.000.000

Lampiran 7. Biaya Pakan Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan Individu


di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Nama
No Biaya Pakan Per Usaha Ternak B
Responden
Kepemilikan
Jumlah Harga Total Jumlah
Ampas Tahu Sapi Potong
(kg/ekor/periode) (Rp/kg) (Rp/periode/peternak) (kg/ekor/periode)
(ekor)
1 Sajiyo 2 900 400 720.000 900
2 Susilo 4 360 400 576.000 360
3 Ribut Santoso 1 360 400 144.000 360
4 Sumaryo 2 360 400 288.000 360
5 Sukarno 1 540 400 216.000 540
6 Suhardi 2 360 400 288.000 360
7 Sunardi 3 900 400 1.080.000 900
8 Eko Wahyudi 2 1.350 400 1.080.000 1.350
Jumlah 17 5.130 4.392.000 5.130
Rata-rata 2,125 641,25 549.000 641,25
Konsentrat
1 Sajiyo 2 900 1.800 3.240.000 900
2 Susilo 4 360 1.800 2.592.000 360
3 Ribut Santoso 1 360 1.800 648.000 360
4 Sumaryo 2 540 1.800 1.944.000 540
5 Sukarno 1 360 1.800 648.000 360
6 Suhardi 2 360 1.800 1.296.000 360
7 Sunardi 3 720 1.800 3.888.000 720
8 Eko Wahyudi 2 900 1.800 3.240.000 900
Jumlah 17 4.500 17.496.000 4.500
Rata-rata 2,125 562,50 2.187.000 562,50

Nama
No Biaya Pakan Per Usaha Ternak B
Responden
Kepemilikan
Jumlah Harga Total Jumlah
Pakan Hijauan Sapi Potong
(kg/ekor/periode) (Rp/kg) (Rp/periode/peternak) (kg/ekor/periode)
(ekor)
1 Sajiyo 2 1.800 1.000 3.600.000 1.800
2 Susilo 4 1.800 1.000 7.200.000 1.800
3 Ribut Santoso 1 1.800 1.000 1.800.000 1.800
4 Sumaryo 2 1.800 1.000 3.600.000 1.800
5 Sukarno 1 1.800 1.000 1.800.000 1.800
6 Suhardi 2 1.800 1.000 3.600.000 1.800
7 Sunardi 3 1.800 1.000 5.400.000 1.800
8 Eko Wahyudi 2 1.800 1.000 3.600.000 1.800
Jumlah 17 30.600.000
Rata-rata 2,125 3.825.000
Lampiran 8. Biaya Obat dan Vitamin Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Nama
No Biaya Obat dan Vitamin Per Usaha Ternak Biaya O
Responden
Kepemilikan Total
Jumlah Harga Jumlah
Obat Sapi Potong (Rp/periode
(bolus/ekor/periode) (Rp/bolus) (bolus/ekor/pe
(ekor) /peternak)
1 Hermanto 5 1 5.000 25.000 1
2 Budiyono 3 1 5.000 15.000 1
Heru
3 9 1 5.000 45.000 1
Pramana
Muji
4 3 1 5.000 15.000 1
Raharjo
Jumlah 20 100.000
Rata-rata 5 25.000
Total
Kepemilikan Jumlah Jumlah
Harga (Rp/ml) (Rp/periode
Vitamin Sapi Potong (ml/ekor/periode) (ml/ekor/peri
/peternak)
(ekor)
B12 B1 B12 B1 B12
1 Hermanto 5 20 20 510 480 99.000 20
2 Budiyono 3 20 20 510 480 59.400 20
Heru 9
3 20 20 510 480 178.200 20
Pramana
Muji 3
4 20 20 510 480 59.400 20
Raharjo
Jumlah 20 396.000
Rata-rata 5 99.000
Lampiran 9. Biaya Obat dan Vitamin Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Nama Per Usaha Ternak Per 3 e
No
Responden
Kepemilikan
Total Jumlah
Sapi Potong Jumlah Harga Harg
Obat (Rp/periode/ (bolus/ekor/
(ekor) (bolus/ekor/periode) (Rp/bolus) (Rp/k
peternak) periode)
1 Sajiyo 2 1 5.000 10.000 1 5.
2 Susilo 4 2 5.000 40.000 2 5.
3 Ribut Santoso 1 1 5.000 5.000 1 5.
4 Sumaryo 2 1 5.000 10.000 1 5.
5 Sukarno 1 1 5.000 5.000 1 5.
6 Suhardi 2 1 5.000 10.000 1 5.
7 Sunardi 3 1 5.000 15.000 1 5.
8 Eko Wahyudi 2 1 5.000 10.000 1 5.
Jumlah 17 105.000
Rata-rata 2,125 13.125
Total Jumlah
Jumlah Harga Harg
Vitamin (Rp/periode/ (ml/ekor/peri
(ml/ekor/periode) (Rp/ml) (Rp/m
peternak) ode)
1 Sajiyo 2 20 510 20.400 20
2 Susilo 4 20 510 40.800 20
3 Ribut Santoso 1 20 510 10.200 20
4 Sumaryo 2 20 510 20.400 20
5 Sukarno 1 20 510 10.200 20
6 Suhardi 2 20 510 20.400 20
7 Sunardi 3 20 510 30.600 20
8 Eko Wahyudi 2 20 510 20.400 20
Jumlah 17 173.400
Rata-rata 2,125 21.675
Lampiran 10. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Biaya Tenaga Kerja Per Usaha Ternak Biaya T
Nama
No Jumlah Jam Jam Jumlah Jam
Responden Hari
Upah Total Hari
TK Kerja/ Kerja Kerja/ TK Kerja/ Kerja
periode (Rp/jam) (Rp/periode) periode
(org) /hari periode (org) /hari
1 Hermanto 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
2 Budiyono 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
3 Heru Pramana 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
4 Muji Raharjo 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
Jumlah 36.000.000
Rata-rata 9.000.000

Lampiran 11. Biaya Tenaga Kerja Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Biaya Tenaga Kerja Per Usaha Ternak Biaya Te
Nama
No Jumlah Hari Jam Jam Jumlah Hari Jam
Responden Upah Total
TK Kerja/ Kerja Kerja/ TK Kerja/ Kerja
(Rp/jam) (Rp/periode)
(org) periode /hari periode (org) periode /hari
1 Sajiyo 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
2 Susilo 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
3 Ribut Santoso 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
4 Sumaryo 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
5 Sukarno 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
6 Suhardi 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
7 Sunardi 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
8 Eko Wahyudi 1 180 4 720 12.500 9.000.000 1 180 4
Jumlah
Rata-rata
Lampiran 12. Biaya Penyusutan Alat Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Nama Nilai Beli Umur Ekonomis Nilai Sis
No Jenis Alat Jumlah
Responden (Rp) (th) (Rp)
Ember 2 50.000 3
1 Hermanto Sekop 1 110.000 5 25
Selang 1 16.000 8
Ember 1 25.000 3
Sekop 1 110.000 5 25
2 Budiyono Sikat 1 5.000 2
Sapu Lidi 1 5.000 1
Selang 16.000 8
Ember 2 50.000 3
Sekop 1 110.000 5 25
3 Heru Pramana Gerobak 1 340.000 10 90
Selang 1 16.000 8
Sapu Lidi 1 5.000 1
Ember 1 25.000 3
Sekop 1 110.000 5 25
4 Muji Raharjo
Sikat 1 5.000 2
Sapu Lidi 1 5.000 1
Jumlah
Rata-rata

Lampiran 13. Biaya Penyusutan Alat Usaha Penggemukan Sapi Potong


Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Nama
No Jenis Alat Jumlah Nilai Beli (Rp) Umur Ekonomis (th) Nilai Sisa (
Responden
Ember 1 25.000 3
1 Sajiyo Sekop 1 110.000 5 2
Selang 1 16.000 8
Sekop 1 110.000 5 2
Gerobak 1 340.000 10 9
2 Susilo
Selang 1 16.000 8
Ember 1 25.000 3
Ember 1 25.000 3
Sekop 1 110.000 5 2
3 Ribut Santoso Gerobak 1 340.000 10 9
Sikat 1 5.000 2
Selang 1 16.000 8
Sekop 1 110.000 5 2
Sikat 1 5.000 2
4 Sumaryo
Selang 1 16.000 8
Ember 1 25.000 3
Ember 1 25.000 3
Sekop 1 110.000 5 2
5 Sukarno Gerobak 1 340.000 10 9
Selang 1 16.000 8
Sapu Lidi 1 5.000 1
Ember 1 25.000 3
Sekop 1 110.000 5 2
Gerobak 1 340.000 10 9
6 Suhardi
Sikat 1 5.000 2
Sapu Lidi 1 5.000 1
Selang 1 16.000 8
Ember 1 25.000 3
Sekop 1 110.000 5 2
7 Sunardi
Sikat 1 5.000 2
Selang 1 16.000 8
Sekop 1 110.000 5 2
Sapu Lidi 1 5.000 1
8 Eko Wahyudi
Selang 1 16.000 8
Ember 1 25.000 3
Jumlah
Rata-rata
Lampiran 14. Biaya Penyusutan Kandang Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Luas Nilai Umur Nilai Biaya
Nama
No Kandang Pengadaan Ekonomis Sisa Penyusutan
Responden
(m) (Rp) (th) (Rp) (Rp/periode)
1 Hermanto 4,5 × 6 4.000.000 8 400.000 225.000
2 Budiyono 3,5 × 4 3.000.000 8 300.000 168.750
3 Heru Pramana 15 × 8 8.000.000 8 800.000 450.000
4 Muji Raharjo 3,5 × 4 3.000.000 8 300.000 168.750
Jumlah 1.012.500
Rata-rata 253.125
Lampiran 15. Biaya Penyusutan Kandang Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Luas Nilai Umur Nilai Biaya
Nama
No Kandang Pengadaan Ekonomis Sisa Penyusutan
Responden
(m) (Rp) (th) (Rp) (Rp/periode)
1 Sajiyo 2,5 × 4 1.000.000 8 100.000 56.250
2 Susilo 4,5 × 3 4.000.000 8 400.000 225.000
3 Ribut Santoso 1,5 × 3 500.000 8 50.000 28.125
4 Sumaryo 2,5 × 4 1.000.000 8 100.000 56.250
5 Sukarno 2,5 × 2 750.000 8 75.000 42.188
6 Suhardi 2,5 × 5 1.200.000 8 120.000 67.500
7 Sunardi 3,5 × 4 3.000.000 8 300.000 168.750
8 Eko Wahyudi 2,5 × 4 1.000.000 8 100.000 56.250
Jumlah 700.313
Rata-rata 87.539
Lampiran 136. Biaya Listrik dan PBB Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Jenis Biaya Jenis Biaya
Nama Total
No Listrik PBB Listrik PBB
Responden (Rp/periode)
(Rp/bln) (Rp/th) (Rp/periode) (Rp/periode)
1 Hermanto 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
2 Budiyono 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
Heru
3 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
Pramana
Muji
4 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
Raharjo
Jumlah 180.000
Rata-rata 45.000
Lampiran 17. Biaya Listrik dan PBB Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Jenis Biaya Jenis Biaya
Nama Total
No Listrik PBB Listrik PBB
Responden (Rp/periode)
(Rp/bln) (Rp/th) (Rp/periode) (Rp/periode)
1 Sajiyo 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
2 Susilo 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
Ribut
3 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
Santoso
4 Sumaryo 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
5 Sukarno 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
6 Suhardi 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
7 Sunardi 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
Eko
8 5.000 30.000 30.000 15.000 45.000
Wahyudi
Jumlah 360.000
Rata-rata 45.000
Lampiran 148. Biaya Pengangkutan Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Nama
No Per Usaha Ternak Per
Responden
Jumlah Biaya Angkut Total Jumlah Biaya Angku
(ekor) (Rp/ekor) (Rp/periode/peternak) (ekor) (Rp/ekor)
1 Hermanto 5 50.000 250.000 3 50.00
2 Budiyono 3 50.000 150.000 3 50.00
3 Heru Pramana 9 50.000 450.000 3 50.00
4 Muji Raharjo 3 50.000 150.000 3 50.00
Jumlah 20 1.000.000
Rata-rata 5 250.000
Lampiran 159. Biaya Pengangkutan Usaha Penggemukan Sapi Potong
Kepemilikan Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Nama
No Per Usaha Ternak Per
Responden
Jumlah Biaya Angkut Total Jumlah Biaya Angku
(ekor) (Rp/ekor) (Rp/periode/peternak) (ekor) (Rp/ekor)
1 Sajiyo 2 50.000 100.000 3 50.00
2 Susilo 4 50.000 200.000 3 50.00
3 Ribut Santoso 1 50.000 50.000 3 50.00
4 Sumaryo 2 50.000 100.000 3 50.00
5 Sukarno 1 50.000 50.000 3 50.00
6 Suhardi 2 50.000 100.000 3 50.00
7 Sunardi 3 50.000 150.000 3 50.00
8 Eko Wahyudi 2 50.000 100.000 3 50.00
Jumlah 17 850.000
Rata-rata 2,125 106.250
Lampiran 20. Hasil Produksi Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
DAPM di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Nama
No Per Usaha Ternak Per
Responden
Bobot Penerimaan Bobot
Jumlah Harga Jumlah
Akhir (Rp/periode/ Akhir
(ekor) (Rp/kg) (ekor)
(kg) peternak) (kg)
1 Hermanto 5 2.846 45.000 128.070.000 3 1.707,60
2 Budiyono 3 1.820 45.000 81.900.000 3 1.820
3 Heru Pramana 9 5.395 45.000 242.775.000 3 1.798,33
4 Muji Raharjo 3 1.854 45.000 83.430.000 3 1.854
Jumlah 20 11.915 536.175.000 7.179,93
Rata-rata 5 2.978,75 134.043.750 1.794,98
Lampiran 21. Hasil Produksi Usaha Penggemukan Sapi Potong Kepemilikan
Individu di Kelompok Tani Mukti Andhini I
Nama
No Per Usaha Ternak Per
Responden
Bobot Penerimaan Bobot
Jumlah Harga Jumlah
Akhir (Rp/periode/ Akhir
(ekor) (Rp/kg) (ekor)
(kg) peternak) (kg)
1 Sajiyo 2 1.060 45.000 47.700.000 3 1.590
2 Susilo 4 1.750 45.000 78.750.000 3 1.312,50
3 Ribut Santoso 1 530 45.000 23.850.000 3 1.590
4 Sumaryo 2 830 45.000 37.350.000 3 1.245
5 Sukarno 1 550 45.000 24.750.000 3 1.650
6 Suhardi 2 870 45.000 39.150.000 3 1.305
7 Sunardi 3 1.503 45.000 67.635.000 3 1.503
8 Eko Wahyudi 2 1.300 45.000 58.500.000 3 1.950
Jumlah 17 8.393 377.685.000 12.145,50
Rata-rata 2,125 1.049,13 47.210.625 1.518,19
Lampiran 162. Penerimaan, Total Biaya Mengusahakan, dan Keuntungan Usaha
Penggemukan Sapi potong Kepemilikan DAPM di Kelompok
Tani Mukti Andhini I
Penerimaan Total Biaya Keuntungan
Nama
No Per Usaha Per 3 ekor Per Usaha Per 3 ekor Per Usaha Per 3
Responden SHU 80%
Ternak (Rp) (Rp) Ternak (Rp) (Rp) Ternak (Rp) (R

1 Hermanto 128.070.000 76.842.000 109.441.750 67.940.150 18.628.250 14.902.600 8


2 Budiyono 81.900.000 81.900.000 76.279.483,33 76.279.483,33 5.620.516,67 4.496.413,33 5.62
Heru 80.925.000
3 242.775.000 211.256.950 74.370.816,67 31.518.050 25.214.440 6.55
Pramana
4 Muji Raharjo 83.430.000 83.430.000 71.914.483,33 71.914.483,33 11.515.516,67 9.212.413,33 11.51
Jumlah 536.175.000 323.097.000 468.892.666,67 290.504.933,33 67.282.333,33 53.825.866,67 32.59
Rata-rata 134.043.750 80.744.250 117.223.166,67 72.626.233,33 16.820.583,33 13.456.466,67 8.14
Lampiran 23. Penerimaan, Total Biaya Mengusahakan, dan Keuntungan Usaha
Penggemukan Sapi potong Kepemilikan Individu di Kelompok
Tani Mukti Andhini I
Penerimaan Total Biaya Keun

Nama Per Usaha


No Per 3 ekor Per Usaha Per Usaha
Responden Ternak Per 3 ekor (Rp)
(Rp) Ternak (Rp) Ternak (Rp)
(Rp)

1 Sajiyo 47.700.000 71.550.000 43.305.233,33 64.900.433,33 4.394.766,67


2 Susilo 78.750.000 59.062.500 67.944.883,33 51.032.683,33 10.805.116,67
3 Ribut Santoso 23.850.000 71.550.000 22.757.658,33 68.072.058,33 1.092.341,67
4 Sumaryo 37.350.000 56.025.000 36.078.483,33 54.059.683,33 1.271.516,67
5 Sukarno 24.750.000 74.250.000 22.844.970,83 68.303.370,83 1.905.029,17
6 Suhardi 39.150.000 58.725.000 37.456.816,67 56.114.016,67 1.693.183,33
7 Sunardi 67.635.000 67.635.000 66.292.266,67 66.292.266,67 1.342.733,33
8 Eko Wahyudi 58.500.000 87.750.000 51.167.733,33 76.692.933,33 7.332.266,67
Jumlah 377.685.000 546.547.500 347.848.045,83 505.467.445,83 29.836.954,17
Rata-rata 47.210.625 68.318.437,50 43.481.005,73 63.183.430,73 3.729.619,27
Lampiran 17. Dokumentasi

Gambar 1. Kelompok Tani Ternak Mukti Andhini I

Gambar 2. Bakalan Sapi Potong


Gambar 3. Pakan Ampas Tahu

Gambar 4. Pakan Konsentrat

Gambar 5. Tempat Pemberian Pakan


Gambar 6. Kegiatan Pembersihan Kandang

Gambar 7. Alat Pendukung Usaha Penggemukan Sapi Potong

Gambar 8. Timbangan Gambar 9. Pengawasan dari


Kecamatan

Anda mungkin juga menyukai