Anda di halaman 1dari 28

METODE PELAKSANAAN IB (INSEMINASI BUATAN) PADA

SAPI POTONG DI PETERNAKAN RAKYAT KECAMATAN


LABUAN KABUPATEN DONGGALA

Oleh :

SITI SYAHIDA EMUDYASTUTI


O 121 18 319

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
METODE PELAKSANAAN IB (INSEMINASI BUATAN) PADA
SAPI POTONG DI PETERNAKAN RAKYAT KECAMATAN
LABUAN KABUPATEN DONGGALA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan ( PKL )
Pada Program Studi Peternakan Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Tadulako

Oleh:

SITI SYAHIDA EMUDYASTUTI


O 121 18 319

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Metode Pelaksanaan IB (Inseminasi Buatan) Pada Sapi


Potong di Peternakan Rakyat Kecamatan Labuan
Kabupaten Donggala

Nama : Siti Syahida Emudyastuti


Nomor Stambuk : O 121 18 319
Tanggal penilaian :

Palu, April 2021


Menyetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Lapangan

Dr. Ir. Mirajuddin, M.Kes.,IPM Husen, SPt.M.P


NIP: : 19641201 199403 1 001 NIP: 197107182007011014

DisahkanOleh :
Koordinator Program Studi
Peternakan

Dr.Ir.Ummiani Hatta, S.pt., M.P., IPM


NIP. 19711209 199903 2 001

HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Metode Pelaksanaan IB (Inseminasi Buatan) Pada Sapi
Potong di Peternakan Rakyat Kecamatan Labuan
Kabupaten Donggala

Nama : Siti Syahida Emudyastuti

Nomor Stambuk : O12118319

Program Studi : Peternakan

Jurusan : Peternakan

Fakultas : Peternakan dan Perikanan

Universitas : Tadulako

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Lapangan

Dr. Ir. Mirajuddin, M.Kes.,IPM Husen, S.Pt., MP


NIP: 19641201 199403 1 001 NIP: 19170718 200701 1 014

RINGKASAN
Siti Syahida Emudyastuti (O12118319) Metode Pelaksanaan IB
(Inseminasi Buatan) Pada Sapi Potong Di Peternakan rakyat Kecamatan Labuan
Kabupaten Donggala (Mirajuddin, 2021).

Inseminasi Buatan pada sapi (kawin suntik) adalah suatu cara atau teknik
untuk memasukkan mani (spermatozoa atau semen) yang telah dicairkan dan telah
diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat
kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
‘Insemination Gun’.
Tujuan dari praktik kerja lapang adalah untuk mengetahui proses
pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) yang dilakukan di puskeswan Labuan untuk
meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melakukan inseminasi buatan.
Praktik kerja lapang ini dilaksanakan pada tanggal 06 Juli – 06 Agustus 2020
bertempat di Pusat Kesehatan Hewan di Kecamatan Labuan.
Metode yang digunakan dengan cara mengumpulkan data mengenai
pelaksanaan IB pada sapi potong di Puskeswan yang meliputi penyiapan alat dan
bahan, metode IB, pelaksanaan dan evaluasi IB (angka kebuntingan). Hasil
pengamatan terhadap dua kondisi tubuh (skala 1-5) yang berbeda terhadap
sinkronisasi berahi membuktikan bahwa pada betina-betina dengan kondisi tubuh
yang kurus lebih rendah responnya dibanding pada betina dengan kondisi tubuh
sedang Teknik atau metode Inseminasi Buatan ada 2 macam yaitu rektovaginal
dan transservikal.
Pada sapi adalah dengan metode rektovaginal yaitu tangan dimasukkan
kedalam rektum kemudian memegang bagian servik yang paling mudah
diidentifikasi karena mempunyai anatomi keras, kemudian insemination gun
dimasukkan melalui vulva, ke vagina hingga ke bagian servik.
Kesimpulan Sapi potong yang digunakan sebagai akseptor IB di
Puskeswan Kec.Labuan Kab.Donggala, adalah sapi lokal Donggala yaitu
sebanyak 15 ekor. Metode Inseminasi Buatan yang digunakan adalah metode
Raktovaginal.

Kata Kunci: Inseminasi Buatan, Sapi donggala, Kawin Suntik, Semen.

UCAPAN TERIMA KASIH


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Puji dan syukur penulis

panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan berupa kesehatan,

kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan laporan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang

setia hingga akhir zaman. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan bagi para Mahasiswa

dari Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako.

Penulis dapat meyelesaikan penulisan dan penyusunan laporan ini berkat

dukungan berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih yang sebesar-besar

kepada:

1. Ibu dan Saudara saya yang telah memberikan dukungan berupa semangat

dan materi

2. Bapak Dr. Ir. Rusdin, M.P. IPU Selaku Dekan Fakultas Peternakan dan

Perikanan.

3. Bapak Dr. Ir. Yohan Rusiayantono, M.Si selaku panitia Praktek Kerja

Lapangan (PKL).

4. Bapak Dr. Ir. Mirajuddin, M.Kes.,IPM selaku Dosen Pembimbing Praktek

Kerja Lapangan (PKL).

5. Bapak Husen S.Pt. MP selaku koordinator kesehatan hewan

DIPUSKESWAN Kecamatan Labuan

6. Bapak Hendrik selaku kepala perkandangan


7. Para Staf serta Karyawan di PUSKESWAN. Serta teman-teman yang ikut

mendukung Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan dari Laporan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) ini. Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-

rekan, Mahasiswa/Mahasiswi dan pembaca. Juga menambah pengetahuan seputar

dunia peternakan.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................l
HALAMAN JUDUL............................................................................................ll
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................lll
UCAPAN TERIMA KASIH...............................................................................IV
DAFTAR ISI........................................................................................................V
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan PKL............................................................................................2
1.3 Kegunaan PKL.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Pengertian Inseminasi Buatan................................................................3
2.2 Tujuan IB (Inseminasi Buatan).............................................................3
2.3 Keuntungan IB (Inseminasi Buatan)......................................................8
2.4 Kerugian IB (Inseminasi Buatan)..........................................................9
2.5 Metode Pelaksanaan IB (Inseminasi Buatan).......................................10
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................11
3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................12
3.2 Alat dan Bahan.......................................................................................13
3.3 Metode Pelaksanaan...............................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................15
4.1 Gambaran Umum Unit Praktek Kerja Lapangan (PKL)........................16
4.2 Hasil.......................................................................................................17
4.3 Pembahasan............................................................................................18
BAB V PENUTUP...............................................................................................19
5.1 Kesimpulan............................................................................................20
5.2 Saran.......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22
LAMPIRAN.........................................................................................................23
RIWAYAT HIDUP.............................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan adalah sub sektor pertanian yang mencakup tentang ternak.

Hasil produk peternakan dapat berupa daging, susu dan telur maupun hasil ikutan

lainnya seperti kulit dan kotoran. Daging menjadi kebutuhan masyarakat untuk

memenuhi kebutuhan akan protein hewani. Kebutuhan daging yang tinggi di

Indonesia tidak diimbangi dengan produksi daging yang mencukupi yang

membuat Indonesia masih banyak mengimpor daging dari luar negeri.

Inseminasi Buatan merupakan proses perkawinan tanpa adanya aksi


perkawinan antara ternak jantan dan betina. Inseminasi buatan tidak hanya proses
deposisi semen dalam organ reproduki betina namun juga meliputi kegiatan
pemilihan pejantan unggul, pemeliharaan pejantan, penampungan semen,
pengujian kualitas semen, proses pembekuan semen, pwnyimpanan, pengenceran
(thawing), sampai deposisi semen pada organ reproduksi betina dan evaluasi hasil
inseminasi buatan. Perkawinan dengan inseminasi buatan merupakan metode
yang dimodifikasi sedemikian rupa sehigga diharapkan dapat berperan penting
dan mampu meningkatkan angka kebuntingan pada ternak (Rudiah, 2008).

Inseminasi Buatan IB juga merupakan salah satu teknik untuk


menghasilkan sapi unggul serta perbaikan mutu genetik dengan menggunakan
alat buatan manusia bukan secara alam (Feradis, 2010). IB adalah suatu bentuk
modifikasi semen ke dalam saluran kelamin betina melelui suatu alat buatan
manusia. Dengan demikian IB menjadi lebih luas dan mencakup aspek rebroduksi
pemuliaan (Djanuar, 2006).
Teknik inseminasi buatan dilakukan dengan maksud agar diperoleh

efesiensi dan efektifitas dalam pengunaan pejantan terpilih, menghindari

terjadinya penyebaran penyakit melalui saluran reproduksi, atau untuk mengatasi


bila terjadi kendala dalam proses perkawinan alam antara jantan dan betina.

Melalui kawin alam seekor ternak atau hewan biasanya hanya mampu

mengawini beberapa puluh ekor betina, sementara teknologi IB memungkinkan

seekor pejantan mengawini ratusan ribu ekor ternak yang berada pada lokasi dan

waktu yang berbeda dan berjauh.

Seiring perkembangan era globalisasi juga berpengaruh terhadap

teknologi reproduksi ternak dengan adanya kawin suntik atau sering di kenal

dengan inseminasi buatan dengan alasan untuk dapat meningkatkan mutu genetik

suatu ternak dibandingkan dengan kawin alam.

Inseminasi Buatan juga dapat meningkatkan presentase kelahiran anak

sapi, sangat membantu 2 peningkatan populasi ternak karena bibit air mani beku

jantan yang digunakan untuk menghadirkan bibit-bibit sapi yang unggul. Untuk

peningkatan populasi dan mutu genetik ternak Melalui kegiatan IB. Maka

dilakukan tata cara pelaksanaan IB yang baik dan benar untuk mencapai

peningkatan populasi yang berkualitas tinggi seperti yang di inginkan. Sebelum

masuk ke program inseminasi buatan ada baik nya harus mengenal terlebih

dahulu bagaimana langkah langkah atau tata cara pelaksanaan inseminasi buatan

yang baik dan benar.

Tingkat keberhasilan IB dipengaruhi oleh faktor kemampuan peternakan


dalam melakukan deteksi birahi pada ternak, kualitas semen beku
dan penanganannya, tingkat produktivitas ternak betina yang akan diinseminasi,
serta keterampilan inseminator.

1.2 Tujuan PKL


Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk mengetahui

proses pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) yang dilakukan oleh petugas

inseminator puskeswan labuan dan untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa

dalam melakukan inseminasi buatan.

1.3 Manfaat PKL

Manfaat yang diperoleh dari praktek kerja lapangan yaitu mahasiswa

mampu memahami tatalaksana inseminasi buatan dengan benar sesuai dengan

teori yang diajarkan dalam perkuliahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Inseminasi Buatan

IB adalah suatu teknologi dan proses pemasukan sperma ke dalam saluran

reproduksi betina dengan tujuan agar betina bunting tanpa perlu terjadi

perkawinan alami. Seekor pejantan dapat menghasilkan sperma hingga miliaran

sel kelamin jantan (Spermatozoa) per ejakulasi, sedangkan untuk membuahi sel

telur pada betina hanya dibutuhkan satu sel spermatozoa (Hafez, 1993).

IB merupakan proses perkawinan tanpa adanya aksi perkawinan antara

ternak jantan dan betina. Inseminasi buatan tidak hanya proses deposisi semen

dalam organ reproduksi betina namun juga meliputi kegiatan pemilihan pejantan

unggul, pemeliharaan pejantan, penampungan semen, pengujian kualitas semen,

proses pembekuan semen, penyimpanan, pengenceran (thawing), sampai de posisi

semen pada organ reproduksi betina dan evaluasi hasil inseminasi buatan.

Perkawinan dengan inseminasi buatan merupakan metode yang dimodifikasi

sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat berperan penting dan mampu

meningkatkan angka kebuntingan pada ternak (Rudiah, 2008).

Keberhasilan program IB dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ternak

betina itu sendiri keterampilan inseminator dalam mendeposisikan semen,

ketepatan waktu IB, deteksi birahi, dan kualitas semen (Sulostiawati, 2011).

Keuntungan IB pada sapi di Indonesia antara lain peningkatan mutu genetic yang

lebih cepat karena menggunakan semen dari pejantan unggul, dapat menghemat

biaya pemeliharaan pejantan lain dan penularan penyakit kelamin dari ternak yang

di inseminasi dapat dibatasi atau dicegah (Wodzicka-Tomaszewska etal, 1991)


Inseminasi Buatan memiliki beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu

dalam menentukan birahi dan ketetapan dalam melakukan IB. Keberhasilan

Inseminasi Buatan sangat menentukan tingkat keberhasilan kebuntingan. Tiga hal

pokok harus dikerjakan dalam melakukan Inseminasi Buatan adalah pengambilan

semen, perawatan semen yang terdiri dari pemeriksaan semen, pengenceran

semen dan penyimpanan semen serta Inseminasi Buatan (Saliburi, dan

Vandemark 1985).

2.2 Tujuan Inseminasi Buatan

a) Memperbaiki mutu genetik ternak

b) tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ke tempat yang

dibutuhkan sehingga mengurangi biaya

c) Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas

dalam jangka waktu yang lebih lama

d) Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur

e) Mencegah penularan/penyebaran penyakit kelamin.

2.3 Keuntungan IB (Inseminasi Buatan)

Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan

1. Inseminasi buatan (IB) sangat mempertinggi penggunaan pejantan-

pejantan unggul. Daya guna mencari pejantan yang genetik unggul dapat

memanfaatkan semaksimal mungkin.

2. Bagi peternak-peternak kecil seperti umum di Indonesia, penggunaan IB

ditemukan sangat menghemat biaya disamping dapat menghindari bahaya


dan menghemat tenaga pemeliharaan yang belum tentu pejantan terbaik

untuk diternakkan.

3. Pejantan-pejantan yang digunakan dalam IB telah dilakukan seleksi secara

teliti dan ilmiah dari hasil perkawinan betina-betina dengan pejantan

unggul.

4. Penularan penyakit dapat dicapai melalui IB, dengan hanya menggunakan

pejantan-pejantan yang sehat atau bebas dari penyakit, menghindari

kontak-kontak dengan waktu perkawinan, dan membubuhi antibiotika

dalam air mani sebelum dipakai. IB merupakan cara terbaik mencegah

penyebaran penyakit kelamin dan penyakit menular lainnya seperti

Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis dan Trichomoniasis.

5. Karena hanya semen dengan fertilitas tinggi yang diberikan pada peternak,

maka calving intervalnya dapat diperpendek dan dapat menurunkan kasus

repeat breeder (kawin berulang bagi betina).

6. Keuntungan lainnya adalah mendukung perkawinan antara ternak yang

sangat berbeda ukurannya, misalnya sapi bali dapat dikawinkan dengan

semen sapi brangus, simental maupun limousin. IB juga dapat dapat

memperpanjang waktu pemakaian pejantan-pejantan yang secara fisik

tidak dapat berkopulasi secara normal. IB juga sangat berguna untuk

digunakan pada betina-betina yang berada dalam keadaan estrus dan

berovulasi tetapi tidak mau berdiri untuk dinaiki pejantan.

2.4 Kerugian IB (Inseminasi Buatan)


Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat

maka tidak akan terjadi kebuntingan, akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia),

apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed/turunan

yang besar dan di inseminasi kan pada sapi betina keturunan/breed kecil bisa

terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari

pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan

menurunnya sifat-sifat genetik.

2.5 Metode Pelaksanaan IB

Metode Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu teknologi yang

diaplikasikan secara luas untuk mendorong swasembada daging sapi. Teknologi

IB yang digunakan untuk program peningkatan mutu genetik terutama pada

ruminansia besar (sapi) merupakan teknologi unggulan yang masih akan

digunakan dalam upaya peningkatan produktivitasnya. Pengertian IB adalah

proses memasukkan sperma ke dalam saluran reproduksi betina dengan tujuan

untuk membuat betina jadi bunting tanpa adanya proses perkawinan alami.

Konsep dasar dari teknologi ini adalah seekor pejantan yang secara alamiah

memproduksi puluhan milyar sel kelamin jantan (spermatozoa) per hari, hanya

digunakan untuk membuahi satu sel telur pada hewan betina yang seharusnya

diperlukan hanya satu sel spermatozoa.

Potensi terpendam yang dimiliki seekor pejantan unggul sebagai sumber

informasi genetik, dapat dimanfaatkan secara efisien untuk membuahi banyak

betina. Dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup

pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina, tetapi juga menyangkut


seleksi dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran,

penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan

semen, inseminasi, pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan/ternak

betina, serta bimbingan dan penyuluhan pada peternak. Dengan demikian,

pengertian IB menjadi lebih luas yang mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan,

sehingga istilahnya menjadi perkawinan buatan atau artificial breeding. Tujuan

dari IB itu sendiri adalah sebagai satu alat yang ampuh yang diciptakan manusia

untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak secara kuantitatif dan kualitatif.

Tingkat keberhasilan Inseminasi Buatan IB sangat dipengaruhi oleh empat

faktor yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya,

yaitu pemilihan sapi akseptor, pengujian kualitas semen, akurasi deteksi birahi

oleh peternak dan keterampilan inseminator (Hastuti 2008).

BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Puskeswan Kecamatan

Labuan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah, yang berlangsung sejak tanggal 6

Juli 2020 - 4 Agustus 2020.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan :


A). Alat B). Bahan

1. Kandang jepit 1. Semen beku


2. Inseminator gun 2. Deterjen
3. Plastik sheet 3. Air bersih
4. Ember mini
5. Container/ straw
6. Sarung tangan plastic
7. Gunting

3.3 Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dengan cara mengumpulkan data mengenai

pelaksanaan IB pada sapi potong di Puskeswan yang meliputi penyiapan alat dan

bahan, metode IB, pelaksanaan dan evaluasi IB (angka kebuntingan).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Unit Praktek Kerja Lapangan (PKL)

A. Sejarah Singkat Puskeswan

Puskeswan didirikan pada tahun 2015 yang bertempat 33 kilo dari kampus

Universitas Tadulako. Kandang peternakan Puskeswan merupakan salah satu

kandang peternakan yang sering digunakan untuk praktikum maupun penelitian

(S1, S2, S3) oleh para Mahasiswa dan juga dosen Jurusan Peternakan dan

Perikanan Universitas Tadulako.

Gambar 1. Puskeswan

B. Denah Lokasi Puskeswan

Lokasi kandang Puskeswan ini terletak di desa Labuan Panimba,

Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah untuk

menuju lokasi kandang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan motor

maupun mobil.

C. Struktur Organisasi Pengelola Puskeswan


Struktur organisasi di Puskeswan terdiri dari 4 bagian yaitu Koordinator,

Petugas Vaksinator dan Inseminator, Petugas epidemiologi dan informasi, petugas

perbibitan ternak. Susunan pengelola kandang sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESWAN DAN PERBIBITAN


PETERNAKAN KECAMATAN LABUAN, KABUPATEN
DONGGALA

KOORDINATOR
HUSEN, S.Pt.,MP
NIP: 19710718 200701 1 014

PETUGAS PERBIBITAN
PETUGAS PELAYANAN KESWAN PETUGAS EPIDEMIOLOGI PETERNAKAN
VAKSINATOR DAN INSEMINATOR DAN INFORMASI KESWAN
1.HENDRY. Spt
1. RUKMIN : KEC SINDUE 1.FARADILLA SANTI. S.Pt
2. ANJAS. Spt
2. SINAR : KEC. SINDUE 2. NOFRIAZIM. S.Pt
3.. DJONI FRANS WALANDOUW
3. AMIRIL : KEC. TANANTOVEA 3. HASLAN. S.Pt
4. RAJAB
4. MAHDUN : KEC.SINDUE 4. ASLINDA
5. WAWAN SOFIAN
5. ISMIATI
6. FARID
6. SINARTIN. S.Pt
7. NYOMAN SUWIGNO
7. AMDI MATAIYA
8. AHMAD DJOUNAL

9. MUJIARMAN

10. SUBHAN

11. IRMAN BAIDO

4.2. Hasil

A. Metode Pelaksanaan Insiminasi Buatan (IB)

Metode Pelaksanaan IB yang dilakukan di Puskeswan yaitu:

1. Persiapan
 Betina

Betina yang dijadikan akseptor IB adalah dengan kondisi tubuh yang sehat

dan baik (tidak kurus).

 Pemantauan berahi akseptor IB harus di serentakkan berahi/estrusnya

dengan menggunakan hormone PGF2α (5cc/e/IM)

 Hari ke 3 atau 4 dan atau minimal 80 jam setelah injeksi hormone akseptor

menampakkan gejala estrus (puncak estrus: ditandai dengan keluarnya lendir

transparan pada bagian vulva)

B. Penyiapan semen beku :

 Semen beku yang di gunakan di peroleh dari BBIB Singosari Malang dan

BIB Lembang.

 Semen beku, terlebih dahulu di thawing (menggunakan air selama 5 menit)

 Straw semen beku yang telah di thawing di masukkan ke dalam

Inseminator gun, kemudian ditutup dengan plastik sheet.

C. IB

1. Metode Rektovaginal.

Inseminator memasukkan tangan kiri ke dalam rektum, kemudian

memegang serviks (pintu Rahim). Tangan kanan: memegang dan memasukkan

gun yang berisi straw semen beku ke dalam serviks.

Deposisi atau penempatan semen beku di cincin ke 3 atau 4 serviks.

Inseminator gun ditarik ke luar secara perlahan-lahan. IB telah selesai.

2. Pelaksanaan IB
1) IB dilaksanakan pada pertengahan puncak estrus atau akhir estrus (ending

oestrus)

2) Pelaksanaan IB dilakukan dengan Inseminator.

3) Tahapan melaksanakan IB

Penyiapan peralatan IB;

 Inseminator gun

 Plastik sheet

 Plastik sarung tangan

 Pelicin (detergen)

 Gunting

3. Evaluasi IB

 Evaluasi IB di Puskeswan di lakukan Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)

 PKB dilakukan minimal 100 hari atau 3 siklus setelah IB

4.3 Pembahasan

Manajemen IB yang Umum dilakukan di Indonesia Untuk mendapatkan

tingkat keberhasilan pelaksanaan IB sangat membutuhkan kedisiplinan dalam

menjalankan suatu jadwal yang sangat ketat. Kegiatan tersebut meliputi pemilihan

ternak betina, sinkronisasi berahi, deteksi berahi, pelaksanaan puasa dari pakan

dan air pada ternak betina, serta pelaksanaan IB itu sendiri

Pemilihan ternak tentunya merupakan hal yang terpenting tidak saja bagi

suksesnya program inseminasi buatan, tetapi juga program pemuliabiakan. Ternak

yang dipilih adalah betina yang sehat, siklus berahi normal dan tidak bunting.
Ternak terpilih ini akan merespon secara positif terhadap program sinkronisasi

berahi dan tentunya disertai ovulasi yang memungkinkan terjadinya fertilisasi.

Penelitian terhadap dua kondisi tubuh (skala 1-5) yang berbeda terhadap

sinkronisasi berahi membuktikan bahwa pada betina-betina dengan kondisi tubuh

yang kurus lebih rendah responnya dibanding pada betina dengan kondisi tubuh

sedang Teknik atau metode Inseminasi Buatan ada 2 macam yaitu rektovaginal

dan transservikal. Pada sapi adalah dengan metode rektovaginal yaitu tangan

dimasukkan kedalam rektum kemudian memegang bagian servik yang paling

mudah diidentifikasi karena mempunyai anatomi keras, kemudian insemination

gun dimasukkan melalui vulva, ke vagina hingga ke bagian servik.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Sapi potong yang digunakan sebagai akseptor IB di Puskeswan

Kec.Labuan Kab.Donggala, adalah sapi lokal Donggala yaitu sebanyak 15

ekor
2. Metode Inseminasi Buatan yang digunakan adalah metode Raktovaginal

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah tenaga kerja termasuk

inseminator sehingga mempermudah proses tatalaksana dalam melaksanakan

IB berjalan optimal, efektif, dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung


Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Partodiharjo, s. 1980. Ilmu reproduksi hewan mutiara, jakarta
Ratih R., D. Handijatno, Suwarno, dan F.A. Rantam. 2014. Determinan Antigen
Gen omp2a Brucella abortus Isolat Lokal. Fakultas Kedokteran
Hewan. ACTA Vet Indonesia, 2(1): 17-25.
Salisbury, G.W,,dan N.L. VanDemark. 1961. Fisiologi reproduksi dan insiminasi
Buatan pada sapi Gadja mada University press, yogyakarta.
Sharma, H.K., S.K. Kotwal, D.K. Singh, M.A. Malik, A. Kumar, R. Gunalan, and
M. Singh. 2016. Seroprevalence of Human Brucellosis in and Around
Jammu, India, Using Different Serological Tests. Vet World, 9(7): 42-
46
Sivarajasingham, S. 1992. Improvement of indigenous cattle and buffalo breeds in
South East Asia. Proceeding of the 6th AAAP Animal Science
Congress. Bangkok: 151.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pelayanan keswan pada masyarakat setempat


Lampiran 2. Pelayanan keswan pada masyarakat setempat

Lampiran 3. Kunjungan dari bapak Bupati Dipuskeswan


Lampiran 4. Melakukan Insiminasi Buatan (IB)

RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama lengkap Siti Syahida Emudyastuti, lahir di Palu, Provinsi

Sulawesi Tengah pada tanggal 30 April 2000. Anak pertama dari pasangan suami-

istri, Agus dan Ramlah. Penyusun beragama Islam. Penyusun memulai pendidikan

dari tingkat sekolah dasar SDN Impres 2 Ogotumubu, pada tahun 2006 dan selesai

pada tahun 2012. Lalu melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah

pertama di SMP NEGERI 1 TOMINI pada 2012 tahun dan selesai pada tahun

2015. Pada tahun 2015 penyusun melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah

menengah atas MAN 2 MODEL PALU dan selesai pada tahun 2018 dan tahun

yang sama penyusun melanjutkan ke perguruan tinggi Universitas Tadulako

(Untad), Fakultas Peternakan Dan Perikanan, Jurusan Peternakan sampai dengan

sekarang.

Anda mungkin juga menyukai