Anda di halaman 1dari 55

PRAKTEK KERJA LAPANG TERNAK PERAH

PENANGANAN INDUK BUNTING, PENANGANAN INDUK SETELAH


MELAHIRKAN, RECORDING DAN PEMASARAN DI PETERNAKAN
BAPAK H. SUDARTO KEC. BANTUR

LAPORAN PKL

Oleh :
DEDE SAPUTRA
NPM. 2130430036

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANG TERNAK PERAH

PENANGANAN INDUK BUNTING, PENANGANAN INDUK SETELAH


MELAHIRKAN, RECORDING DAN PEMASARAN DI PETERNAKAN
BAPAK H. SUDARTO KEC. BANTUR

LAPORAN PKL

Oleh :
DEDE SAPUTRA
2130430036

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Inggit Kentjonowaty, MP


NPP. 1890200018

Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Jurusan, Dekan Fakultas Peternakan,

Dr. Ir. H. Usman Ali, MP Dr. Ir. Inggit Kentjonowaty, MP


NIP. 19600323 199003 1 001 NPP. 1890200018

i
RINGKASAN

Dede Saputra, PRAKTEK KERJA LAPANG TERNAK PERAH


PENANGANAN INDUK BUNTING, PENANGANAN INDUK SETELAH
MELAHIRKAN, RECORDING DAN PEMASARAN DI PETERNAKAN
BAPAK H. SUDARTO DUSUN GAMPINGAN DESA WONOKERTO
KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG.
(Dosen Pembimbing Dr. Ir. Inggit Kentjonowaty, MP)

Praktek Kerja Lapang (PKL) diselenggarakan tanggal 27 Juni 2016 sampai


27 Juli 2016 di Peternakan H. Sudarto anggota Koperasi Unit Desa (KUD)
“Margo Mulyo” Dusun Gampingan Desa Wonokerto Kecamatan Bantur
Kabupaten Malang. Tujuan PKL mempelajari manajemen pemeliharaan pada
peternakan sapi perah, mengasah keterampilan dilapangan serta membandingkan
kegiatan lapangan dengan teori keilmuan yang telah dipelajari. Manfaat PKL
adalah sebagai sumber informasi bagi pembaca dan bahan pertimbangan bagi
peternak dalam menjalankan usaha pada masa yang akan datang.
Materi PKL adalah sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH). Metode
yang digunakan, yaitu penggabungan metode diskriptif and field research, yaitu
suatu metode yang digunakan untuk membandingkan antara teori dengan keadaan
dilapang melalui partisipasi aktif sehingga data yang diperoleh berupa data primer
dan sekunder. Sistem perkandangan tipe tail to tail dan sistem atap monitor.
Sumber hijauan yaitu, tebon untuk induk bunting dan laktasi, serta
tambahan campuran ramput gajah untuk pedet. Pemberian tebon 27 kg/ekor/hari,
diberikan pagi dan sore, untuk pedet secukupnya. Sumber konsentrat yaitu,
campuran (comboran) konsentrat pabrik (megalis) 3 kg/ekor/hari, SBM (Soybean
Meal) 3 kg/ekor/hari, tapioka sebanyak 3 kg/ekor/hari untuk laktasi dan untuk
induk bunting hanya diberikan konsentrat pabrik (megalis) 1 kg/ekor/hari serta
tambahan mineral 1 gram/ekor/pemberian. Pemberian konsentrat untuk induk
bunting 1 kali/hari pada pagi jam 09.00 WIB dan untuk ternak laktasi 3 kali/hari
yang dilakukan pada subuh jam 04.00 WIB sebelum pemerahan, pagi jam 09.00
WIB setelah pemerahan, dan sore jam 16.00 WIB setelah pemerahan. Pemberian
minum melalui tampugan air sistem water adlibitum.
Ternak yang bunting oleh pak Sudarto di tempatkan pada kandang kering
yang terpisah dengan ternak yang masih diperah, pemberian pakan berupa
konsentrat buatan pabrik (megalis), sedangkan pemberian hijauan di chooper,
pemberian minum adlibitum. Kasus kelahiran tidak normal pada ternak oleh pak
sudarto diberikan obat berupa novaldon yang indikasinya guna meredakan nyeri
pasca operasi atau melahirkan, kemudian ternak diberikan pakan dengan jadwal
pemberian pakan untuk ternak laktasi. Rekording (pencatatan) produksi susu di
lokasi PKL dari setiap ternak tidak dilakukan, pencatatan hanya saat penyetoran
susu dikoperasi. Pemasaran susu dilakukan melalui koperasi, kemudian di jual
dengan industri pengolahan susu, yaitu Perusahan Nestle di Pasuruan.
Berdasarkan hasil PKL Pemeliharaan Sapi Perah Bapak H. Sudarto secara
umum dapat disimpulkan sudah baik, hanya saja dalam hal recording pada ternak
masih belum berjalan dengan baik.

ii
RIWAYAT HIDUP

DEDE SAPUTRA, NPM 2130430036, Dilahirkan di

Pontianak pada tanggal 1 Agustus 1994. Putra dari

Bapak Harun dan Ibu Patimah. Alamat : Gg Prona II,

Jl. Prona, Parit Bugis, Desa Kapur, Kec. Sungai Raya,

Kab. Kubu Raya, Kota Pontianak, Prov. Kalimantan

Barat.

Riwayat Pendidikan :

 Sekolah Dasar selesai pada tahun 2007 di SD 02 Kubu Raya.

 Sekolah Menengah Pertama selesai pada tahun 2010 di SMP 2 Kubu Raya.

 SekolahMenegah Atas selesai pada tahun 2013 di SPP-SPMA Singkawang.

 Terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Peternakan Jurusan Ilmu Peternakan di

Universitas Islam Malang pada tahun 2013.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang


telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan dan penulisan
Laporan Pendalaman Keahlian Bidang Studi Ternak Perah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya
disampaikan kepada :
1. Dr. Ir. Inggit Kentjonowaty, MP selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Islam Malang dan Selaku dosen pembimbing yang telah
bimbingan menjelang praktek lapangan serta memberikan arahan dalam
penyusunan laporan
2. Dr. Ir. H. Usman Ali, MP selaku Ketua Jurusan Peternakan Fakultas
Peternakan Universitas Islam Malang.
3. Bapak H. Sudarto yang telah bersedia memfasilitasi peternakannya sebagai
tempat Praktek Kegiatan Lapangan Keahlian Bidang Studi Ternak Perah.
4. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan bantuan baik material dan
khususnya bantuan dalam hal spiritual.
5. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung selama pendalaman kegiatan Praktek Kerja Lapangan hingga
penyusunan laporan.

Penulis menyadari akan kelemahan dan keterbatasan ilmu pengetahuan


dalam penulisan laporan PKL ini, sehingga masih jauh dari kesempurnaan“tiada
gading yang tak retak”. Penulis sangat mengharapkan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan PKL ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis.

Malang, 1 Februari 2017

Penulis
iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. i

RINGKASAN ......................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................ iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... ix

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2 Tujuan ........................................................................................... 2
1.3 Kegunaan ...................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

2.1 Penanganan Induk Bunting .......................................................... 4


2.2 Penanganan Induk Setelah Melahirkan ........................................ 6
2.3 Recording ..................................................................................... 8
2.4 Pemasaran ..................................................................................... 9

III. MATERI DAN METODE ............................................................. 10

3.1 Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Budidaya ................................. 10


3.2 Materi Praktek Kerja Budidaya .................................................... 10
3.3 Metode Praktek Kerja Budidaya .................................................. 10
3.4 Parameter yang diamati ................................................................ 11

v
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN ................................ 12

4.1 Profil Peternak .............................................................................. 12


4.2 Kopersi Margo Mulyo .................................................................. 13
4.3 Keadaan Umum Lokasi Peternakan ............................................. 15
4.4 Penanganan Induk Bunting .......................................................... 16
4.5 Penanganan Induk Setelah Partus................................................. 19
4.6 Recording ..................................................................................... 22
4.7 Pemasaran ..................................................................................... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 27

5.1 Kesimpulan ................................................................................... 27


5.2 Saran ............................................................................................. 28

VI. DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 29

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Standar Kebutuhan Zat Makanan Sapi Perah Laktasi ....................... 9

2. Daftar Jumlah Ternak Berdasarkan Fisiologis .................................. 13

3. Jadwal Pemberian Pakan Sapi Bunting/Hari .................................... 18

4. Jadwal Pemberian Pakan Sapi Laktasi/Hari ...................................... 22

5. Produksi Susu Sapi Berdasarkan Metode Test Day per Minggu ...... 23

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Papan Nestle‟s Partner Peternakan H. Sudarto sebagai Model Farm 2

2. Bapak H. Sudarto (dua dari kiri) berserta Pekerja dan Mahasiswa... 12

3. Ternak Sapi Bunting yang di tempatkan pada Kadang Kering ......... 16

4. Pakan Ternak Bunting Peternakan H. Sudarto .................................. 17

5. Kegiaatan Pencacahan Hijauan dan Pemberian Hijauan .................. 18

6. Kesalahn posis fetus saat akan partus ............................................... 19

7. Proses penyelamatan fetus saat partus .............................................. 20

8. Plasenta yang masih menggantung pasca partus abnormal ............. 20

9. Plasenta yang menggantung keluar setelah lebih dari 1 minggu ...... 21

10. Obat Nevaldon .................................................................................. 22

11. Kegiatan storan susu warga di koperasi ............................................ 25

12. Kegiatan penjualan Pedet .................................................................. 26

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Catatan Produksi Susu Selama PKL ................................................. 31

2. Foto-Foto Praktek Kerja Lapangan ................................................... 32

3. Dokumentasi Kegiatan Lapang Setiap Harinya ................................ 39

4. Daftar Kegiatan Lapang Setiap Harinya ........................................... 42

5. Lokasi Praktek Kerja Lapangan Peternakan Bapak H. Sudarto ........ 45

ix
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu usaha ternak sapi perah, akan berhasil jika peternak memperhatikan

manajemen pemeliharaan ternak secara umum, dan manajemen pemeliharaan

secara khusus seperti penanganan induk saat bunting, penanganan induk setelah

partus, recording produksi ternak sapi perah dan pemasaran usaha.

Sapi perah merupakan hewan ternak yang produksi utamanya adalah air

susu. Produksi susu dengan kualitas dan kuantitas yang optimal merupakan tolak

ukur dari keberhasilan suatu usaha peternakan sapi perah. Hal ini dapat

diwujudkan dengan manajemen pemeliharaan yang dilaksanakan secara tepat dan

cermat, terutama pada manajemen diantaranya induk saat bunting, induk setelah

partus, recording produksi ternak perah. Sedangkan dalam upaya untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dalam usaha peternakan, maka perlu

melakukan kegiatan pemasaran hasil produksi ternak.

Praktek Kerja Lapang (PKL) telah menjadi wadah dalam mendapatkan

Ilmu pengetahuan dan ketrampilan lapangan tentang manajemen ternak perah

khususnya manajemen induk, manajemen recording dan pemasaran usaha yang

sangat berguna bagi Mahasiswa Peternakan guna menunjang pengalaman dan

pengetahuan Mahasiswa Peternakan yang berkaitan dengan usaha peternakan sapi

perah.
2

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan di peternakan sapi

perah Bapak H. Sudarto yang berlokasi di Dusun Gampingan, Desa Wonokerto,

Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Alasan dipilihnya peternakan Bapak H.

Sudarto sebagai lokasi PKL dikarenakan beliau mempunyai ternak dengan jumlah

yang lumayan banyak, yaitu 82 ekor dan kegiatan pemerahan sapi laktasi telah

mengunakan mesin perah. Selain itu beliau merupakan pelopor peternakan sapi

perah didaerahnya, sebagai Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Susu “Margo

Mulyo”. Saat ini peternakan Bapak H. Sudarto telah menjadi Nestle‟s Partner

sebagai Model Farm dari Perusahaan Nestle.

Gambar 1. Papan Nestle‟s Partner Peternakan


H. Sudarto sebagai Model Farm

Melalui paparan tersebutlah yang menjadi dasar alasan dipilihnya

peternakan Bapak H. Sudarto sebagai tempat pelaksanaan PKL.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang

Tujuan dari Praktek Kerja Lapang Ternak Perah ini adalah untuk

mendapatkan pengalaman lapangan guna mengetahui manajemen pemeliharaan

sapi perah serta dapat mengevaluasi pelaksanaan tata laksana manajemen

pemeliharaan sapi perah milik Bapak H. Sudarto selaku Ketua dari KUD Susu

“Margo Mulyo” Desa Wonokerto, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.


3

1.3 Kegunaan Praktek Kerja Lapang

Kegunaan Praktek Kerja Lapang Ternak Perah ini adalah dapat mengasa

diri melalui pengalaman dan ketrampilan dilapangan sehingga nantinya dapat

berguna sebagai pedoman apabila berkecimpung disektor peternakan atau

mendirikan peternakan sendiri khususnya pada peternakan sapi perah.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penanganan Induk Bunting

Ada bebarapa hal penting yang perlu di perhatikan dalam Penanganan

Induk Bunting, yaitu:

a. Keberadaan kandang untuk sapi yang akan beranak atau kandang kering

kandang sangat penting (Nurdin, 2011). Hal ini disebabkan karena sapi yang

akan beranak memerlukan exercise atau latihan persipan melahirkan untuk

merangsang kelahiran normal. Selama dikandangkan susu sapi tidak di perah

selama sekitar 2 bulan, Menurut Siregar dalam (Adika Putra, 2009), masa

kering sapi perah yang terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun.

sehingga pakan yang dikonsumsi utamanya untuk kebutuhan anak yang berada

dalam kandungan dan kebutuhan hidup ternak guna persiapkan saat partus.

b. Pemberian pakan yang mengandung Ca dan P yang cukup untuk pertumbuhan

janin serta dengan SK minimum 13 %. Kebutuhan Ca dan P sapi bunting harus

dipenuhi, serta jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk

mengurangi kejadian milk fever, mengurangi retained plasenta, dan upaya

menjaga daya tahan kehidupan pedet, (Sujono, 2010).

c. Kondisi tubuh Sapi Bunting jangan terlalu gemuk, guna menghindari terjadi

distokia pada saat partus. Memberikan hijauan kualitas rendah, seperti grass

hay, lebih disukai untuk membatasi konsumsi (Sujono, 2010).


5

d. Pemberian makanan penguat menjelang induk beranak yang banyak

mengandung kalsium dan energi. Pada akhir masa kebuntingan, kebutuhan

akan Kalsium cukup tinggi, sebab jumlah Kalsium yang dibutuhkan cukup

besar. Oleh karenanya apabila Kalsium dalam ransum tidak mencukupi, maka

Kalsium yang berada dalam tubuh akan dimobilisasikan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut (Subronto, 2004). Kalsium di dalam tubuh sapi berperan

penting dalam fungsi persyarafan. Oleh karena itu, apabila kadar Kalsium

dalam darah turun dengan drastis maka pengaturan urat syaraf akan berhenti,

sehingga fungsi otak pun terganggu. Hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan

pada ternak (Subronto, 2004).

e. Pada dua bulan menjelang kelahiran yaitu, kebuntingan 7 bulan saat sedang

laktsi harus dikeringkan walaupun produksinya masih tinggi sebab waktu 2

bulan itu diperlukan sapi tersebut untuk mempersiapkan laktasi yang akan

datang. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1).

Pemerahan berselang, 2). Pemerahan tak lengkap, 3). Penghentian pemberian

konsentrat dengan tiba - tiba dibarengi dengan pemerahan bersela (Syarief dan

Sumoprastowo, 1990).

f. Pemeriksaan kebuntingan pada ternak atau deteksi kebuntingan dalam kinerja

reproduksi merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi setelah sapi

dikawinkan. Saat ini deteksi kebuntingan umumnya, dilakukan dengan palpasi

per lektal, dan kemungkinan yang tepat dapat terjadi 2-3 bulan setelah

diinseminasi dan semakin tepat dengan bertambahnya umur kebuntingan.


6

Pemberian pakan lengkap dengan kadungan kadar protein tinggi

menjelang induk melahirkan pedet disebut “steaming up” yang dilakukan sekitar

3-4 minggu (Syarief dan sumoprastomo, 1990). Schmidt dan Van Vleck (1974)

menyatakan bahwa “ steaming up” adalah pemberian pakan yang berkualitas baik

(tinggi energi dan protein) yang diberikan kepada sapi dalam jumlah yang

meningkat dan dilakukan bertahap.

2.2 Penanganan Induk Setelah Melahirkan

Bobot badan induk setelah melahirkan akan mengalami penurunan, karena

sebagian dari zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pembentukan susu diambil

dari tubuh sapi. Pada saat itu juga sapi laktasi mengalami kesulitan untuk

memenuhi zat-zat makanan yang dibutuhkan sebab nafsu makannya rendah, oleh

karena itu pemberian ransum terutama konsentrat harus segera ditingkatkan begitu

nafsu makannya membaik kembali (Siregar, 1995).

Pakan penguat (konsentrat) adalah pakan yang mengandung serat kasar

relatif rendah dan mudah dicerna. Konsentrat adalah bahan pakan yang

mengandung serat kasar kurang dari 18%, berasal dari biji- bijian, hasil produk

ikutan pertanian atau dari pabrik dan umbi- umbian (Anonymous, 2012). Fungsi

pakan penguat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan

lain yang nilai gizinya rendah (Sugeng, 2001).


7

Pemenuhan nilai gizi bagi ternak laktasi harus disesuikan dengan bobot

ternak, untuk standar kebutuhan zat makanan sapi perah laktasi yang disesuaikan

dengan bobot ternak dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Standar Kebutuhan Zat Makanan Sapi Perah Laktasi

Bobot Kebutuhan Zat Gizi


Badan Protein M.E TDN Ca Vitamin A
P (g)
(Kg) (g) (M.Kal) (Kg) (g) (1000xIU )
350 341 10.76 2.85 14 11 27
400 373 11.90 3.15 15 13 30
450 403 12.99 3.44 17 14 34
500 432 14.06 3.72 1 15 38
550 461 15.11 4.00 20 16 42
600 489 16.12 4.27 21 17 46

Sumber : Irda, I, dkk. (2014)

Kebutuhan air minum untuk induk setelah melahirkan harus tercukupi.

Menurut Rasyaf (2004), menyatakan bahwa air merupakan komponen yang sangat

penting untuk metabolisme tubuh, apabila ternak kekurangan air maka akan

terjadi dehidrasi dan akan berakibat fatal bagi produktivitas ternak.

Induk yang telah melahirkan ambing susunya dibersihkan dengan air

hangat agar pada saat pedet menyusui, ambing sudah bersih dan tidak

terkontaminasi bakteri. Kelahiran fetus sebagai tanda bahwa produksi susu sudah

mulai keluar dan saat itulah masa laktasi dimulai. Akan tetapi 4-5 hari yang

pertama pada produksi awal susu tersebut masih berupa susu colostrum yang

harus diberikan kepada pedet guna sebagai pertumbuhan pada kehidupan awal

(Anonymous, 1990).
8

2.3 Recording

Salah satu syarat utama perbaikan mutu genetik ternak adalah adanya

pencatatan (recording). Percatatan diperlukan terutama pada identitas sapi,

produksi susu, data reproduksi, dan kesehatan ternak. Selain itu Pencatatan juga

tidak lepas dari salah satu pelaksanaan pemberian tanda pengenal berupa nomor

telinga (Syarief dan Sumoprastowo, 1985). Pada umumnya seleksi pada sapi

perah berdasarkan catatan produksi 305 hari, tetapi masalah yang sering terjadi

dilapangan adalah pencatatan produksi susu yang tidak lengkap atau tidak ada

sama sekali. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran, biaya, tenaga

kerja, dan waktu dari peternak untuk melakukan pencatatan. Catatan yang tidak

lengkap dapat menimbulkan kesulitan dalam evaluasi genetik. Pencatatan

produksi susu yang lebih sederhana adalah menggunakan Test Day (TD), produksi

susu dicatat satu hari pada hari-hari uji tertentu. Pencatatan tersebut digunakan

untuk mengetahui pengaruh yang bukan sifat genetik dan merupakan faktor tetap

(suhu, kelembaban, curah hujan dan periode laktasi) terhadap produktivitas ternak

sepanjang hidup ternak tersebut (Arifin, 2011).


9

2.4 Pemasaran

Susu 80-90 %
Sapi 10-20 %

USAHA PRODUK KONSUMEN


AKHIR

Maksimalisasi
PEMASARAN Pengembalian
Dana

KOPERSI Melindungi + Melayani Anggota

Pembinaan dan Menyalurkan susu ke Industri


Pengembangan Pengolahan Susu dan Konsumen
Masyarakat

Sumber : Dairy Production 2005


10

III. MATERI DAN METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Lapang

Kegiatan Praktek Kerja Lapang Ternak Perah ini dilaksanakan pada

tanggal 27 Juni sampai dengan 27 Juli 2016 yang berlokasi di Peternakan Bapak

H. Sudarto selaku Ketua Koperasi Unit Desa (KUD) Susu “Margo Mulyo” Dusun

Gampingan, Desa Wonokerto, Kec. Bantur, Kab. Malang.

3.2 Materi Praktek Kerja Budidaya

Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang Ternak Perah ini

adalah 33 ekor sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) laktasi yang ada di

Peternakan Bapak H. Sudarto.

3.3 Metode Praktek Kerja Budidaya

Metode yang digunakan adalah gabungan metode diskriptif and field

research, yaitu suatu metode yang digunakan untuk membandingkan antara teori

yang diperoleh selama pembelajaran kuliah maupun kaji kepustakaan dengan

keadaan dilapang, melalui partisipasi aktif dengan cara ikut terjun secara langsung

dalam kegiatan-kegiatan yang ada di peternakan tersebut serta melakukan

pengambilan data primer yaitu, hasil real keadaan rutinitas dilapangan melalui

pengamatan secara langsung yang kemudian didokumentasikan, serta data

sekunder yang merupakan data tanya jawab berupa diskusi dengan peternak atau

pemilik peternakan.
11

3.4 Parameter yang diamati

Selama kegiatan Praktek Kerja Lapang Ternak Sapi Perah, data-data yang

diamati dan dikumpulkan, meliputi:

 Profil Peternakan

 Keadaan umum lokasi peternakan

 Tatalaksana pemeliharaan pedet

 Tatalaksana pemeliharaan sapi dara

 Tatalaksana pemeliharaan sapi induk periode laktasi

 Tatalaksana pemeliharaan sapi induk periode kering

 Penanganan induk bunting

 Penanganan induk setelah melahirkan

 Pemerahan

 Seleksi

 Recording

 Pemasaran
12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN KEGIATAN

4.1 Profil Peternakan

H. Sudarto biasa di sapa Pak Sudar, panggilan akrab bagi warga sekitar.

Beliau merupakan warga asli kelahiran Desa Wonokerto yang merintis usaha

peternakan sapi perah pada tahun 1993 saat beliau baru menyelesaikan pendidikan

di SNAKMA (Sekolah Peternakan) di Dau, Malang.

Gambar 2. Bapak H. Sudarto (dua dari kiri) berserta Pekerja dan Mahasiswa

Ternak yang dimiliki awalnya hanya 2 ekor Sapi Perah Peranakan Friesian

Holstein (PFH). Sapi PFH merupakan hasil persilangan (grading-up) antara sapi

perah FH dengan sapi lokal (Anonymous, 2015). Storan susu pada awalnya di

kirim ke KUD DAU Malang, hingga tahun 2000 beliau merintis berdirikannya

Koperasi Unit Desa (KUD) Susu Desa Wonokerto Margo Mulyo.

Seiring berjalannya waktu dengan semangat dan doa usaha beliau

berkembang dan menjadi semangat bagi masyarakat sekitar didaerahnya untuk

memelihara ternak sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH).


13

Saat ini jumlah sapi perah yang dimiliki Bapak H. Sudarto sebanyak 82

ekor. Data kepemilikan sapi perah, dikelompokkan berdasarkan, status fisiologi

ternak, yaitu laktasi, kering, dara, jantan dan pedet yang tercantum dalam Tabel 2.

No Kategori ternak berdasarkan status fisiologis Jumlah


1. Induk Sapi Perah Laktasi 33 ekor
2. Induk Sapi Perah Kering 11 ekor
3. Sapi Perah Dara 11 ekor
4. Sapi Jantan 10 ekor
5. Pedet 17 ekor
Total 82 ekor

Tabel 2. Jumlah populasi sapi berdasarkan status fisiologis

Kini beliau telah memperkerjakan empat orang pekerja dengan tugas

memberikan pakan, membersihan atau memandikan ternak sebelum diperah dan

mengurus pedet serta membantu dalam pemerahan. Beliau juga ikut aktif dalam

menangani pemeliharaan sapi perahnya, mulai dari pemberian pakan, proses

pemerahan, pengontrolan limbah kotoran, hingga menangani permasalahan yang

ada dilapangan.

4.2 Koperasi Margo Mulyo

Kedisiplinan, dan tekad yang kuat yang dimiliki Bapak H. Sudarto, pada

tahun 2000 mendirikan penampungan susu dengan nama Koperasi Susu Margo

Mulyo, dan beranggota mencapai 69 peternakan, berasal dari Wonokerto,

Gampingan, dan Bantur, Kabupaten Malang. Memiliki 2 unit cold stroge, dan 1

kontainer, laboratorium, dan alat-alat pendukung dalam penampungan susu segar.

Hingga saat ini susu langsung dikirim ke Pasuruan tepatmya Perusahaan PT.

Nestle.
14

Struktur Organisasi Koperasi Margo Mulyo

Anggota Koperasi Margo Mulyo

Ketua

Sekretaris

Bendahara

Karyawan

Dev. Penampungan Dev. Trasportasi Dev. Administrasi

Berdasarkan Bagan Organisasi Koperasi Margo Mulyo dapat di jelaskan

Ketua bertanggung jawab sebagai seorang pemimpin, dan yang mengontrol

jalanya koperasi susu, Sekretaris bertanggung jawab sebagai merekap data jumlah

anggota koperasi dan rekapan data pakan yang masuk dikoperasi, Bendahara

menghitung pendapatan susu dan membayarkan ke peternak setiap 10 hari.

Sedangkan divisi-divisinya yang memiliki tugas masing – masing, yaitu :

 Divisi Administrasi, bertugas untuk pencatatan input dan out put storan susu

setiap hari, yang dilakukan pada pagi dan sore hari

 Divisi Trasportasi, bertugas untuk mangantarkan susu ke PT. Nestle

 Devisi Penampungan, bertugas mendampingi penstoran susu yang membantu

menuangkan susu ke colling room.


15

4.3 Keadaan Umum Lokasi Peternakan

Dusun Gampingan tepatnya di Desa Wonokerto yang menjadi lokasi

berdirinya usaha peternakan Sapi Perah milik Bapak H. Sudarto yang sekaligus

beliau sebagai kepala Koperasi Margo Mulyo.

Topografi ketinggian Desa Wonokerto adalah berupa dataran sedang yaitu,

sekitar 165 meter diatas permukaan laut. Secara administratif Desa Wonokerto

terletak di wilayah Kecamatan Bantur Kabupaten Malang dan berbatasan dengan

desa-desa sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Desa Kademangan

 Sebelah Barat : Desa Karang suko

 Sebelah Selatan : Desa Karang Sari

 Sebelah Timur : Desa Sumber Rejo

Ditinjau dari segi temperatur Desa Wonokerto, suhu lingkungan di Desa

Wonokerto berkisar 240C - 290C. Pada dasarnya lokasi tersebut kurang cocok

untuk memelihara sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) karena dapat

mempengaruhi terjadinya penurunan terhadap produksi susu. Suhu yang optimal

untuk pemeliharaan sapi PFH adalah 100C – 27oC (Abidin, 2002).

Firman (2007 ) Pada suhu 210 C - 270 C akan terjadi penurunan yang tajam

terhadap produksi susu yang disebabkan oleh konsumsi pakan menurun,

sedangkan konsumsi air minum akan meningkat dan akan diikuti dengan turunnya

penampilan ternak yang dapat berupa tidak jelasnya tanda-tanda birahi, sulitnya

bunting, lambatnya dewasa kelamin maupun dewasa tubuh ternak.


16

Lokasi peternakan H. Sudarto berada dibelakang rumah pemilik,

disebabkan Timur kandang merupakan kandang sapi perah milik warga lain,

sedangkan sebelah selatan adalah ladang, lokasi yang dekat dengan pemukiman

penduduk kurang sesuai untuk didirikan peternakan karena dapat menimbulkan

masalah bagi lingkungan sekitar seperti masalah bau dan pembuangan fases

ternak. Hal ini sesuai dengan Ernawati (2010), bahwa lokasi peternakan tidak

berdekatan dengan rumah penduduk, karena akan menimbulkan masalah sosial

yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat, yaitu masalah kesehatan

masyarakat sekalilingnya. Sehingga untuk mengurangi masalah diatas dengan cara

fases dan air bekas pembersihan sapi dan kandang ditampung dalam waduk

penampungan sementara.

4.4 Penanganan Induk Bunting

Ternak sapi yang bunting Peternakan Bapak H. Sudarto berjumlah 11 ekor

dari total seluruhan ternak laktasi. Ternak yang bunting oleh pak sudar di

tempatkan pada kandang kering atau kandang tersendiri yang terpisah dengan

ternak yang masih diperah. Sapi yang positif bunting dipindahkan kekandang sapi

bunting atau kandang individu hal ini perlu untuk menghindari sapi tidak

bertabrakan dengan yang lainnya. Adapun gambar ternak bunting Peternakan

Bapak H. Sudarto dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Ternak Sapi Bunting yang di tempatkan pada Kadang Kering


17

Pemberian pakan pada ternak bunting milik H. Sudarto berupa konsentrat

buatan pabrik (megalis). Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji-

bijian atau hasil samping dari pengolahan suatu produk, misalnya bungkil kacang,

bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, dan lain-lain (Anonymous, 2010).

Bahan pakan konsentrat mengandung kadar serat kasar rendah dan mudah

dicerna, tersusun atas bijian dan limbah olahan hasil pertanian (Soedono dan

Sutardi, 2003). Pemberian konsentrat ditambahan mineral yang mengandung Ca

dan P yang cukup untuk pertumbuhan janin serta jumlah vitamin A, D. dan E

yang cukup dalam ransum untuk mengurangi kejadian milk fever,

mengurangi retained plasenta, dan upaya menjaga daya tahan kehidupan pedet,

(Sujono, 2010). Sedangkan untuk pemberian hijauan berupa hasil chooper

tanaman jagung. Adapun gambar pakan konsetrat, mineral dan hijauan dapat

dilihat pada gambar 4 berikut :

Pakan Konsentrat Pabrik Mineral campuran Konsentrat

Hijauan Tanaman Jagung

Gambar 4. Pakan Ternak Bunting Peternakan H. Sudarto


18

Kegiatan pemberian pakan berupa konsentrat dan hijauan di Peternakan H.

Sudarto memiliki jadwal yang telah baku yang dilakukan setiap hari oleh para

pekerjanya. Menurut Susilorini dkk (2009) tenaga kerja merupakan salah satu hal

yang terpenting dalam pemeliharaan ternak sapi, hal tersebut dikarenakan

keuletan dan keterampilan dari pekerja sangat diperlukan dalam keberhasilan

pemeliharaan sapi perah. Berikut Tabel jadwal pemberian Pakan Sapi Bunting

Peternakan H. Sudarto.

Bahan Pakan
Waktu/Jam
Hijauan Konsentrat Pabrik Air minum
07.30 WIB 13,5 Kg - Adlibitum
09.00 WIB - 1 Kg Adlibitum
14.00 WIB 13,5 Kg - Adlibitum

Tabel 3. Jadwal Pemberian Pakan Sapi Bunting/Hari

Pemberian hijauan terlebih dahulu di potong-potong dengan menggunakan

mesin chooper sebanyak kebutuhan dalam satu kali pemberian. Hijauan

diambilkan langsung dari lahan dan langsung di chooper. Hal ini sudah berjalan

dengan baik. Menurut Lubis (1992) pemberian pakan pada ternak sebaiknya

diberikan dalam keadaan segar.

Gambar 5. Pencacahan hijauan dengan mesin dan Pemberian Hijauan


19

Pemberian minum ternak Bapak H. Sudarto dilakukan secara adlibitum.

Rasyaf (2004), menyatakan bahwa air merupakan komponen yang sangat penting

untuk metabolisme tubuh, apabila ternak kekurangan air maka akan terjadi

dehidrasi dan akan berakibat fatal bagi produktivitas ternak.

4.5 Penanganan Induk Setelah Melahirkan

Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Peternakan Bapak H.

Sudarto. Pada tanggal 6 Juli 2016, tepatnya pada saat hari raya Idul Fitri satu ekor

ternak partus dari jumlah ternak yang bunting. Kejadian tersebut terjadi setelah

proses pemerahan ternak telah selesai dilakukan dimana fetus mengalami

kesalahan posisi saat melahirkan sehingga Induk mengalami distokia Gambar 6.

Gambar 6. Kesalahan posisi fetus saat akan partus


(kaki belakang yang keluar)

Suatu keadaan dimanasapi mengalami kesulitan melahirkan disebut

dengan istilah distokia. Kejadian distokia lebih banyak terjadi pada ternaksapi

perah dibandingkan pada sapi potong pada sapi diperkirakan sebesar 3,3%

(Manan, D, 2002). Salah satu penanganan distokia yang dapat dilakukan yaitu

dengan cara penarikan paksa, apabila rahim lemah dan fetus tidak ikut bereaksi

terhadap perejanan (Ratnawati D, Pratiwi WC, Affandhy L, 2007).


20

Kasus distokia yang terjadi dilokasi PKL oleh Bapak Sudarto segera

dilakukan tindakan dengan cara mengikat kaki pedet yang keluar, kemudian

dengan menggunakan sebatang kayu tali di ikatkan dan diposisikan tepat berada

pada titik tengah sabatang kayu tersebut, penyelamatan dengan cara ditarik

(retraksi) dengan bantuan para pekerja secara bersama-sama.

Gambar 7. Proses penyelamatan pedet saat partus

Akibat partus yang tidak normal menyebabkan kondisi plasenta induk

tidak keluar secara normal, plasenta masih menggantung di vulva induk (gambar

8). Plasenta yang menggantung di biarkan secara normal lepas hingga lebih dari

satu minggu lamanya (gambar 9).

Gambar 8. Plasenta yang masih menggantung pasca


partus abnormal
21

Gambar 9. Plasenta yang keluar setelah lebih dari


1 minggu menggantung

Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta yang melebihi waktu

normal plasentakeluar 6-8 jam sesudah melahirkan. Keadaan ini dapat diikuti

perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas

sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera (Manuaba, 2006).

Hafez B dan ESE Hafez (2000) menyatakan Retensio plasenta, atau

retensisekundinarum atauretensi skundinae merupakan suatu kegagalan pelepasan

plasenta fetalis (vilikotiledon) dan plasenta induk (kripta karunkula) lebih lama

dari 8 hingga 12 jam setelah melahirkan.

Plasenta yang tidak keluar dapat menimbulkan bahaya berupa infeksi.

Infeksi ini dikarenakan sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim dapat

meningkatkan pertumbuhan bakteri ditempat perlekatan plasenta. Kondisi ternak

Bapak H. Sudarto akibat retensio plasenta membuat ternak tidak nyaman, untuk

itu oleh bapak H. Sudarto diberikan obat berupa Novaldon (gambar 10). Indikasi

Novaldon untuk meredakan nyeri pasca operasi atau melahirkan.


22

Gambar 10. Obat Nevaldon

Ternak setelah partus di berikan pakan yang disesuaikan dengan Tabel

Jadwal pemberian pakan pada Ternak Laktasi. Berikut Tabel Jadwal Pakan

Ternak Laktasi.

Tabel 4. Jadwal Pemberian Pakan Sapi Laktasi/Hari

Bahan Pakan
Waktu/Jam
Hijauan Konsentrat (TMR)* Air minum
04.30 WIB - 1,5 Kg Adlibitum
07.00 WIB 13,5 Kg - Adlibitum
09.00 WIB - 1,5 Kg Adlibitum
14.00 WIB 13,5 Kg - Adlibitum
16.00 WIB - 1,5 Kg Adlibitum
* Campuran konsentrat pabrik, SBM, dan Tapioka

4.6 Recording

Pencatatan produksi susu di lokasi PKL dari setiap ternak tidak dilakukan,

pencatatan hanya dilakukan saat penyetoran susu dikoperasi. Pada saat PKL kami

mencoba membuat pencatatan produksi susu setiap hari yang hasil datanya dapat

di gunakan dalam metode Test Day yang merupakan metode sederhana dalam

pencatatan produksi susu (Arifin, 2011).


23

Test Day dilakukan dengan menimbang susu setiap ekor sapi, kemudian di

total seluruh produksi susunya. Penimbangan tersebut dilakukan untuk

mengetahui hasil produksi susu setiap minggu. Hasil dari Test Day dapat dilihat

pada Tabel 5. Produksi susu ternak laktasi dalam sehari rata-rata 13 liter/hari/ekor

(data hitungan selama PKL).

Tanggal Produksi Sapi Laktasi


03/07/16 466 32
10/07/16 452 33
17/07/16 430.5 33
24/07/16 430 33

Tabel 5. Total Produksi Susu Sapi Berdasarkan Metode


Test Day per Minggu

Pencatatan produksi susu secara ideal perlu dilakukan setiap hari, pagi dan

sore. Akan tetapi membutuhkan banyak waktu, tenaga dan biaya. Sebagai

alternative untuk mendapatkan data produksi susu dari setiap induk laktasi, telah

dikembangkan barbagai metode pencatatan yang lebih sederhana dan mudah, dan

tetap memiliki tingkat akulasi yang baik guna mengestimasi produksi susu dalam

satu masa laktasi. Model estimasi produksi susu laktasi lengkap dari produksi susu

sebagaian telah dikembangkan, diantaranya cara nisbah regresi, test interval

metode, dan test day. Berdasarkan model yang dikembangkan, pencatatan

produksi susu yang dilakukan setiap interval satu bulanan memperlihatkan tingkat

akurasi dan ketetapan cukup baik dalam mengestimasi produksi susu laktasi

lengkap (Anggraeni, 2012).


24

Sapi di lokasi PKL memiliki produksi susu rata-rata sebesar 13

liter/ekor/hari. Suatu peternakan dikatakan baik jika produksi rata-rata per harinya

mencapai 10 liter (Sudono, et al., 2003).

4.7 Pemasaran

Pemasaran (marketing) adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu

dilakukan oleh setia sektor usaha baik itu usaha kecil hingga besar dalam upaya

untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya.

Bagan Skema
Pemasaran Usaha Peternakan Bapak H. Sudarto

PEMASARAN TERNAK PERAH BELANTIK

Maksimalisasi PRODUKSI SUSU


Pengambilan
Dana

KOPERASI KONSUMEN

PT. NESTLE

Aktivitas pemasaran susu sapi Peternakan Bapak H. Sudarto tidak jauh

berbeda dengan kegiatan pemasaran susu sapi pada umumnya. Pemasaran susu di

lokasi praktek kerja budidaya, yaitu seluruh produksi susu di tampung di koperasi

yang kemudian akan di jual dengan industri pengolahan susu.


25

Hingga saat ini Koperasi Unit Desa (KUD) “Margo Mulyo” telah

dipercaya untuk menjualkan susu hasil ternak masyarakatnya kepada salah satu

perusahan pengolahan susu, yaitu, perusahan nestle yang berada di pasuruan.

Gambar 11. Kegiatan storan susu warga di koperasi dan


persiapan pengiriman susu ke PT. Nestle

Susu segar langsung di setorkan setiap pagi dan sore hari. Penentuan harga

susu sapi disesuaikan dengan BJ, lemak, solid non fat (SNF), total solid (TS),

total plate count (TPC) dan kandungan antibiotik yang dilakukan oleh Perusahan

Nestle bukan Koperasi. Syarat mutu susu segar, yaitu berat jenis (BJ) pada suhu

27,50C minimal 1,028; kadar lemak/fat minimal 3,0%; bahan kering tanpa

lemak/solid non fat (SNF) minimal 8,0%; kadar protein minimal 2,7%; total

bahan kering/total solid (TS) minimal 11% dan cemaran total bakteri maksimum

1 x 106 CFU/ml (BOPM, 2008). Nilai pH susu segar berkisar antara 6,5-6,8

(Hadiwiyoto, 1994).
26

Selain penjulan susu Bapak H. Sudarto juga menjual ternak pedet.

Penjualan pedet dilakukan langsung kepada tengkulak atau belantik kemudian

ditukarkan dengan dara yang bunting. Pemasaran peternakan sapi perah dalam

penjulan ternak seperti penjulan pedet jenis potong, hasil dari indukan yang

produksi susu nya rendah hingga ternak afkir sekitar 10-20 % dalam suatu usaha.

Gambar 12. Kegiatan penjualan pedet


27

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Ternak yang bunting oleh pak Sudar di tempatkan pada kandang kering

yang terpisah dengan ternak yang masih diperah, pemberian pakan berupa

konsentrat buatan pabrik (megalis), sedangkan pemberian hijauan di chooper,

pemberian minum secara adlibitum. Kasus kelahiran tidak normal pada induk

partus oleh pak sudarto diberikan obat berupa novaldon yang indikasinya guna

meredakan nyeri pasca operasi atau melahirkan, kemudian ternak diberikan pakan

dengan jadwal pemberian pakan untuk ternak laktasi. Rekording (pencatatan)

produksi susu dari setiap ternak tidak dilakukan, pencatatan hanya dilakukan saat

penyetoran susu dikoperasi. Pemasaran susu dilakukan melalui koperasi,

kemudian di jual dengan industri pengolahan susu, yaitu Perusahan Nestle di

Pasuruan. Penentuan harga susu sapi disesuaikan dengan BJ, lemak, solid non fat

(SNF), total solid (TS), total plate count (TPC) dan kandungan antibiotik yang

dilakukan oleh Perusahan Nestle bukan Koperasi.

5.2 Saran

Berdasarkan pelaksanaan PKL dipeternakan H. Sudarto maka dapat di

ajukan saran yaitu :(a) Untuk penanganan Induk Bunting perlu dilakukan

penimbangan atau pengukuran bobot ternak sebagai pengontrol nutrisi bagi yang

diberikan, sehingga tercapainya efisiensi biaya usaha. (b) Penanganan Induk

setelah partus segera diberikan injeksi obat serta pemberian tambahan pakan
28

dengan nilai nutiri yang lebih tinggi dan porsi yang lebih. (c) Dalam

meningkatkan produksi susu perlu untuk di adakan recording setiap hari dan

evaluasi setiap bulan pada setiap ternak sehingga dapat mengetahui sapi-sapi yang

berproduksi rendah dan tinggi, dengan demikian dapat mempermudah culling. (d)

Para pekerja haruslah dibekali dengan pengetahuan tentang ternak, dalam hal

pemberian pakan, seperti takaran pemberian konsentrat.


29

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2015. https://sentulfresh.com/2015/04/28/mengenal-sapi-friesian-


holstein-fh/. diakses pada tanggal 17 Oktober 2016.

. 2012.http://indra-sugiharto.blogspot.co.id/2012/10/laporan perah .html.


diakses pada tanggal 17 Oktober 2016. . 1990.

. Beternak Sapi Perah.Kanisius. Yogyakarta.

Anggraeni, 2012. Perbaikan Genetik Sifat Produksi Susu Dan Kualitas Susu Sapi
Friesian Holstein Melalui Seleksi. http ://isjdlipi. go.id/admin /jurnal/
22112111 0216-6461.pdf. Diakses pada 17 Oktober 2016

Abidin. 2002. Pemerahan, Satu Faktor Penentu Jumlah Air Susu. Swadaya
Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24.

Arifin, J dan Karnaen. 2011, Korelasi Nilai Pemulaian Produksi Susu Sapi Perah
Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan gabungan.
www. Animal production .net /index .php/JAP/article /download/224.pdf

BPOM. 2008. Uji Kualitas Susu Sapi Segar. http;//pom.go.id/uji_kualitas susu


132.2014. diakses pada tanggal 17 Oktober 2016.

Dairy Production 2005. ttps://fapete10.files.wordpress.com /2012/06/ pemasaran


.ppt diakses pada tanggal 17 Oktober 2016.

Ernawati. 2000. Laporan Hasil Kegiatan Gelar Teknologi Manajemen usaha


Pemeliharaan Sapi Perah Rakyat. Badan Penelitian dan Pengembangan
BPTP Ungaran.

Firman, Achmad. 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah: Suatu Telaan Pustaka.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Bandung.

Hafez B dan ESE Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animal. 7thedition.


Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia.

Irda I Syukriani, D, dan P. S. Noor. 2014. Produksi sapi perah. Program Studi
Peternakan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh, Payakumbuh.

Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta. 30


30

Manan, D (2002). Ilmu Kebidanan pada Ternak (dalam Indonesia). Jakarta:


Proyek Peningkatan Penelitian Perguruan Tinggi. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Nurdin, E., 2011. Manajemen Sapi Perah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Putra, Adika. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan
Sapi Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Moeria Kudus Jawa Tengah).
UNDIP. Semarang. Diakses 17 Oktober 2016.

Rasyaf. 2004. Pedoman beternak sapi perah. Purwokerto, Balai Pembibitan


Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. 2 hal. (brosur).

Ratnawati D, Pratiwi WC, Affandhy L (2007). Petunjuk Teknis Penanganan


Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong (PDF) (dalam Indonesia).
Pasuruan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Diakses pada
17 Oktober 2016.

Schmidt, G. H. dan L.D. Van Vleck. 1974. Principles of Dairy Science. W.H.
Freeman and Co,. Sanfransisco.

Siregar, S, 1995. Sapi Perah. Penebar Swadaya. Jakarta.

. 1996. Pemeliharaan Sapi Perah Laktasi di Daerah Dataran Rendah. http


// peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazo51-1.pdf. Diakses pada
17 Oktober 2016.

. 2001. Sapi Perah Daerah Tropis. Erlangga. Jakarta.

Soedono, A. dan Sutardi. 2003. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Jendral
Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta

Subronto. 2004. Ilmu Penyakit TernakII. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Sujono. 2010. Menyusun Pakan Sapi Perah. Sujono.http://staff. umm.ac.id /files/


2010/02/KULH-M.T.PERAH-5.ppt. Diakses pada 17 Oktober 2016.

Sudono, A., R.R. Fina, dan S.B. Susilo. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif
Penerbit Agromedia Pustaka, Jakarta.

Susilorini,T.E. 2009. Budidaya 22 Ternak Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syarief, M. Z dan C.D.A. Sumoprastowo. 1985. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta

_______. 1990.Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta.


31

 LAMPIRAN CATATAN PRODUKSI SUSU

Catatan Produksi Susu Selama PKL


Hari/Tanggal Total Storan Susu/Hari (Liter) Sapi Laktasi (Ekor)
27/06/16 465.5 32
28/06/16 473.5 32
29/06/16 458.5 32
30/06/16 475 32
01/07/16 462 32
02/07/16 463.5 32
03/07/16 466 32
04/07/16 476 32
05/07/16 457.5 32
06/07/16 458 33
07/07/16 439 33
08/07/16 423 33
09/07/16 453 33
10/07/16 452 33
11/07/16 450.5 33
12/07/16 455 33
13/07/16 457.5 33
14/07/16 457 33
15/07/16 455 33
16/07/16 439.5 33
17/07/16 430.5 33
18/07/16 439 33
19/07/16 435 33
20/07/16 434 33
21/07/16 430 33
22/07/16 425.5 33
23/07/16 437.5 33
24/07/16 430 33
Total Produksi 12.598,5 Liter/Bulan
32

 FOTO-FOTO PRAKTEK KERJA LAPANGAN


a. Bagunan

Rumah Bapak H. Sudarto

Gudang Pakan Koperasi (Pakan Konsentrat Pabrik)


KonsentratKonsentrat
33

Kandang Ternak Laktasi (Sapi yang di Perah)

Kandang Kering (Sapi Bunting)



34

\\\

Tempat Penampung hasil cooper Tempat SBM dan Gaplek


(jagung dan rumput gajah)

Kandang Pedet (Koloni dan Individu)


35

Digester Biogas dan Kolam Penampungan Limbah Kotoran Ternak

Tempat Minum Ternak Dan Pusat Pengontrol Water Ad Libitum


36

b. Lahan

Hijauan seluas ± 1 Ha Kandang seluas ± 2500 M2

c. Trasportasi

Mobil pik up

d. Alat-alat

Chooper (pemotong rumput) Kompresor (pompa air)


37

Peralatan Pemerahan Milking Machine


(4 bucket dan 3 cluster)

Milk can Ember Stenlis Pompa Angin


(ukuran 40 liter) Alat Perah
38

 SARANA KOPERASI MARGO MULYO

Bagunan Koperasi TPS dan Kantor Mobil Kontainer Susu

Colling Centers (sarana awal untuk penampungan susu)

Cooling tanks
39

 LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN LAPANG SETIAP HARINYA

KEGIATAN KETERANGAN
Pembersihan kandang,
memandikan sapi

Pemberian konsentrat untuk


Ternka Laktasi
Persiapan konsentrat

Persipan Pemerahan

Kegiatan Pemerahan
40

Penstoran Susu

Mencuci peralatan setelah


pemerahan

Pencooperan hijauan

Pemberian hijauan
41

Konsumsi Hijauan

Pengecekan kondisi ternak

Perawatan Ternak
(a) Mengganti tali hidung
(b) Pemotongan Tanduk
(c) Pemotongan Kuku

(a) (b)

(c)
42

 LAMPIRAN KETERANGAN KEGIATAN LAPANG SETIAP HARINYA

JAM KEGIATAN KETERANGAN


04.30-07.00 Pembersihan kandang,  Lantai dibersihkan dari kotoran dan disiram dengan
memandikan sapi air, memandikan sapi
Pemberian konsentrat  Konsentrat berupa campuran dari SBM, gaplek, dan
untuk Ternka Laktasi konsentrat pabrik (megalis)
Persiapan konsentrat  Mempersiapkan konsentrat untuk pemberian pagi
hari berupa campuran dari SBM, gaplek, dan
konsentrat pabrik
 Pemberian campuran konsentrat menggunakan
ember besar dipersiapkan dua ember untuk satu
ternak di depan ternak tersebut.
Persipan Pemerahan  Ambing sapi dicuci/disemprot dengan air kemudian
dengan mengunakan kain ambing dirangsang
dengan air hangat
 Persipan peralatan pemerahan
Kegiatan Pemerahan  Menggunakan mesin dan diakhiri penuntasn
pemerahan dengan metode pemerahan Strippen
kemudian putting di semprot dengan antibiotik
Mencuci peralatan  Mencuci peralatan setelah pemerahan dengan
setelah pemerahan manual menggunakan sabun yang telah disediakan
oleh koperasi
07.30-09.00 Pencooperan hijauan  Hijauan yang berupa tanaman jagung dan rumput
gajah yang sebelumnya telah di stokdi cooper
sesuai dengan kebutuhan untuk satu hari pemberian
 Untuk pedet di berikan campuran jagung dan
rumput gajah sedangakan untuk ternak laktasi dan
kering diberikan tanaman jagung yang sebelumnya
telah di cooper
43

Pemberian hijauan  Dengan menggunakan takaran berupa keranjang,


hijauan di isi sampai penuh kemudian diberikan
kepada Ternak dengan pembagian satu keranjang
untuk dua ekor ternak.
Pembersihan lingkungan  Lingkungan kandang setelah pemberian hijauan
kandang dibersihkan dengan menggunakan sapu lidi hal ini
guna membersihkan hijuan yang berjatuhan atau
berguguran saat pemberian kepada ternak.
09.00-09.30 Pemberian Konsentrat  Ternak Sapi Latasi diberkan konsentrat yang
pada Ternak sebelumnya telah di siapkan pada subuh hari, satu
ember konsentrat campuran untuk tiap pemberian
 Untuk ternak pedet diberikan konsentrat dari pabrik
tanpa tambahan bahan lain
 Ternak Sapi Kering diberikan konsentrat pabrik
tanpa campuran bahan lainnya.

Pengecekan kondisi  Ternka dikontrol dan diliat saat mengkonsumsi


ternak konsentrat hingga ternka tersebut menghabiskan
konsentratnya
 Mengecek tiap-tiap reproduksi ternak
 Manghidupkan kipas angin

09.30-13.30 Istirahat  Membersihkan tubuh setelah kerja


 Makan Pagi dan Sholat
 Membersihkan lingkungan rumah dan gudang
pakan

13.30-16.00 Pemberian Hijauan  Hijauan yang sebelumnya telah dicooper pada pagi
harinya diberikan kembali sesuai dengan takaran
keranjang dan porsi yang sama (satu keranjang
untuk dua ternak)
44

Pembersihan lingkungan  Lingkungan kandang setelah pemberian hijauan


kandang dibersihkan dengan menggunakan sapu lidi hal ini
guna membersihkan hijuan yang berjatuhan atau
berguguran saat pemberian kepada ternak.
Persipan Pemerahan  Ambing sapi dicuci/disemprot dengan air kemudian
dengan mengunakan kain ambing dirangsang
dengan air hangat
 Persipan peralatan pemerahan
Kegiatan Pemerahan  Menggunakan mesin dan diakhiri penuntasn
pemerahan dengan metode pemerahan Strippen
kemudian putting di semprot dengan antibiotik
Mencuci peralatan  Mencuci peralatan setelah pemerahan dengan
setelah pemerahan manual menggunakan sabun yang telah disediakan
oleh koperasi
Pemberian konsentrat  Konsentrat berupa campuran dari SBM, gaplek, dan
untuk Ternka Laktasi konsentrat pabrik (megalis)
16.00-17.30 Istirahat  Membersihkan tubuh setelah kerja
 Makan Sore dan Sholat
 Membersihkan lingkungan rumah dan gudang
pakan
 Membantu kegiatan Koperasi

17.30-21.00 Istirahat dan  Makan Malam dan Sholat


Pengecekan Ternak  Pengontrolan Ternak
 Menghidupkan lampu kandang dan mematikan
kipas angin disebagian kandang
 Mengunci pintu Kandang

21.00-21.30 Evaluasi  Diskusi dan pencatatan data kegiatan dalam satu


hari.
45

 DENAH LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN PETERNAKAN H. SUDARTO

KETERANGAN :

Lahan Belakang Kandang


(Hijauan)

Kandang Pedet Individu


dan Koloni

Kandang Karantina

Kandang Kering Sapi Perah

Kolam Penampung Kotoran


Ternak

Kandang Sapi Jantan

Kandang Sapi Laktasi

Tempat copper hijauan

Area penampungan hijauan


dan pakan konsentrat

Tempat SBM dan Tapioka

Silo (area fermentasi pakan)


Tanah Kosong

Rumah Bapak H. Sudarto

Gudang Pakan Konsentrat


Koperasi

KUD (Koperasi Penampungan


Susu)
Gerbang

Kantor KUD Susu

Tanah Kosong Pusat pengontrol Water Ad


Libitum

Batas antar area di


Halaman Depan Peternakan H. Sudarto
Rumah
(Tanah Kosong) Batas Tanah Peternakan H.
Sudarto
Jalan Masuk
Jalan Dusun Gampingan

Anda mungkin juga menyukai