Anda di halaman 1dari 59

i

PRODUKSI VAKSIN dsRNA VP-24 SECARA IN VIVO


BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU DAN
PENYULUHAN PERIKANAN (BRPBAPPP) MAROS,
SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DISUSUN :

MUHAMMAD YUSUF
1754241110055

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


KONSENTRASI STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN KUTAI TIMUR
SANGATTA
2020

i
i

HALAMAN PENGESAHAN

Nama Kegiatan : PRODUKSI VAKSIN dsRNA VP-24 SECARA IN

VIVO

Tempat : Balai Riset Perikanan Budidaaya Air Payau dan

Penyuluhan Perikanan, Maros, Sulawesi Selatan

Waktu Pelaksanaan : 13 Januari – 27 Februari 2020

Maros, 27 Februari 2020

Laporan telah di periksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Lapangan

i
ii

Rudiyanto, S.Pi.,M.Si Andi Tenriulo, S.Si., M.Si.

NIP. 1113067501 NIP. 19730102 200604 2 006

Ketua KS. Budidaya Perairan Kepala Balai Riset Perikanan

Budidaya Air Payau dan

Penyuluhan Perikanan

Anshar Haryasakti, S.Pi.,M.Si A. Indra Jaya Asaad, S.Pi.,M.Sc

NIP. 1101107301 NIP. 19770711 200502 1 001

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya sehingga Laporan Praktik Kerja Lapang dapat diselesaikan dengan

baik. Shalawat dan salam juga penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang selalu menjadi panutan, suri tauladan dan pemberi jalan kearah yang benar

bagi kita semua.

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun sebagai bentuk pertanggung

jawaban tertulis dalam menyelesaikan praktek. Laporan Praktik Kerja Lapang

(PKL) dengan judul “Produksi Vaksin dsRNA VP-24 Secara In Vivo”.

Keberhasilan dan kelancaran terlaksananya PKL dan penulisan laporan tidak lepas

dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan

banyak terima kasih.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada


semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini, diantaranya:

iii
iv

1. Kedua orang tua saya dengan ketulusan dan keikhlasannya merestui dan
senatiasa mendoakan saya agar menjadi orang yang lebih berguna bagi
keluarga, nusa, dan bangsa;
2. Bapak Anshar Haryasakti, S.Pi.,M.Si. Selaku Ketua Konsentrasi Studi
Budidaya Perairan yang telah memberikan isin untuk melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan
Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP).
3. Rudiyanto, S.Pi.,M.Si. Selaku Pembimbing utama yang telah memberikan
arahan serta dukungan dalam pelaksanaaa kegiatan Praktek Kerja Lapangan.
4. Bapak Andi Indra Jaya Asaad, S.Pi., M.Sc. selaku Plt. Kepala Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP);
5. Andi Parenrengi, M.Sc. selaku Ketua Kelompok Peneliti Perbenihan,
Genetika, dan Bioteknologi yang banyak membantu kinerja dan memberikan
arahan dan motivasi selama Praktek Kerja Lapangan.
6. Andi Tenriulo, S.Si., M.Si. Selaku Pembimbing Lapangan yang tidak henti-
hentinya memberikan suatu arahan selama Praktek Kerja Lapangan
berlangsung.
7. Rekan-rekan seangkatan yang selalu bersama atas kekompakan, kerjasama,
pengertian, dan motivasi yang diberikan selama penyusun melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan ini hingga selesai;
8. PesertaA PKL dari SMK TRIDARMA Maros, SMK PELAYARAN Bontang
yang banyak membantu selama Praktek Kerja Lapangan ini berlangsung.
9. Semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu yang banyak
membantu penyusun selama Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini.

Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan pada laporan ini, untuk


itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnan laporan ini. Walaupun demikian, penyusun telah berusaha dengan
semaksimal mungkin demi kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil
kegiatan belajar mengajar di perkuliahan, maupun dalam melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan

iv
v

oleh penyusun demi kesempurnaan dalam penyusunan laporan berikutnya.


Semoga laporan ini memberikan manfaat dan menjadi referensi bagi para
pembaca mengenai Produksi Vaksin dsRNA VP-24 secara In Vivo.

Maros, 27 Februari 2020

Muhammad Yusuf

RIWAYAT HIDUP

Penulis nama lengkap Muhammad Yusuf Lahir di Bontang 08 Desember

1996. anak kelima dari enam bersaudara, anak kandung dari pasangan Bapak

Kamaluddindan dan Ibu Dahlia. Penulis terdaftar

sebagai Mahasiswa Konsentrasi Studi Budidaya

Perairan Semester VI, Sekolah Tinggi Pertanian Kutai

Timur. Penulis lahir dan dibesarkan di tengah

v
vi

lingkungan keluarga yang menomorsatukan agama

dan pendidikan,

Pada tahun 2009 telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar SD Negeri

001 Teluk Pandan dan melanjutkan sekolah menengah pertama tahun 2009 di

SMP Negeri 1 Teluk Pandan dan melanjutkan sekolah menengah atas di SMA

Negeri 1 Teluk Pandan dan selesai Tahun 2015.

Penulis saat ini melanjutkan ke perguruan tinggi STIPER Sekolah Tinggi

Pertanian Kutai Timur, Sangatta, Konsentrasi Studi Budidaya Perairan pada

Tahun 2017. Penulis aktif dalam organisasi di dalam kampus, saat ini menjadi

Sekretaris HIMADARAN Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan, di luar

kampus mengikuti organisasi HMI Himpunan Mahasiswa Islam.

vi
vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... v

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2. Tujuan Praktikum........................................................................ 2

vii
viii

1.2. Manfaat Praktikum...................................................................... 2

II. INSTANSI BALAI SECARA UMUM

2.1. Profil Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan Penyuluhan

Perikanan ..................................................................................... 3

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Bakteri......................................................................................... 11

3.2. Kultur Bakteri............................................................................. 13

3.3. Vaksin......................................................................................... 15

IV. RANGKAIAN KEGIATAN

4.1. Waktu Dan Tempat..................................................................... 17

4.2. Alat Dan Bahan............................................................................ 17

4.3. Kegiatan Labolatorium................................................................ 19

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 37

4.2. Saran............................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri.................................................. 29

Tabel 2. Hasil Pengukuran Konsentrasi Plasmid......................................... 32

ix
x

x
xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. BRPBAPPP Maros..................................................................... 3

Gambar 2. Struktur Organisasi BRPBAPPP Maros..................................... 10

Gambar 3. Analisis Sel Bakteri.................................................................... 11

Gambar 4. Membersihkan Ruang................................................................ 20

Gambar 5. Menutup Dan Membungkus Menggunakan aluminium foil...... 20

Gambar 6. Menyiapkan alat Sebelum Di masukkan Ke oven..................... 21

Gambar 7. Memasukkan Ke dalam Oven.................................................... 22

Gambar 8. Mengatur Suhu Oven................................................................. 22

Gambar 9. Peremejaan Bakteri.................................................................... 23

Gambar 10. Mematikann Bakteri................................................................. 24

Gambar 11. Menimbang Bahan................................................................... 25

Gambar 12. Memasak Media Dengan Microwave...................................... 26

Gambar 13. Media Kultur Bakteri............................................................... 26

Gambar 14. Pemadatan Bakteri Yang Sudah Dimatikan............................. 28

Gambar 15. Pengamatan Koloni 10 -8-10 -6 ................................................. 29

Gambar 16. Pelasmid Kit............................................................................. 29

xi
xii

Gambar 17. Penambahan PD 1 ................................................................... 30

Gambar 18. Penambahan PD 2 ................................................................... 30

Gambar 19. Penambahan W 1 ..................................................................... 31

Gambar 20. Penambahan Wash Buffer ....................................................... 31

Gambar 21. Pengukuran Konsentrasi Plasmid ............................................ 32

Gambar 22. Plasmid Kontrol (-) T5 T0........................................................ 33

Gambar 23. Memasukkan Program PCR..................................................... 34

Gambar 24. Cetakan agar............................................................................. 35

Gambar 25. Elektroforesis VP-24................................................................ 35

Gambar 26. Hasil Pengamatan Ben T0 T5 dan (-)....................................... 36

xii
xiii

xiii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya udang adalah kegiatan atau usaha memelihara udang di tambak

selama periode tertentu, serta memanennya dengan tujuan memperoleh

keuntungan. Dengan batasan tersebut, maka keberhasilan kegiatan budidaya

udang di tambak sangat dipengaruhi oleh ketepatan teknologi budidaya yang

digunakan serta kelayakan lingkungan dimana tambak itu berada.

Permasalahan yang dihadapi dalam pembudidayaan pada udang adalah

serangan wabah penyakit yang diantaranya disebabkan karena infeksi oleh virus

WSSV. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan

menggunakan vaksin yang dicampurkan pada pakan untuk mencegah penyakit

dan tahan akan serangan penyakit.

Bioteknologi merupakan salah satu ilmu yang berkembang pesat saat ini,

penggunaan bioteknologi sebgai ilmu dan sebagai alat, bertanggung jawab dalam

meningkatkan kemajuan secara cepat dalam berbagai bidang kehidupan.

Pengembangan teknologi penggunaan vaksin sedang dilakukan di BRPBAPPP

Maros dengan memproduksi vaksin pakan dsRNA VP-24 yang dilakukan baik

secara in vitro maupun secara in vivo. Dengan pertimbangan efesiensi maka untuk

produksi massal vaksin dilakukan secara in vivo dengan menggunakan bakteri

yang telah terkonstruksi gen VP-24 sebagai sumber gen, yang nantinya vaksin

ini akan diaplikasikam melalui pakan.

1
2

1.2 Tujuan Praktek

Praktek ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui cara pembuatan vaksin pakan dsRNA VP-24 secara in vivo.

1.3 Manfaat Praktek

Praktek ini memberikan maanfaat sebagai berikut :

1. Dapat memberikan informasi peroses produksi vaksin pakan dsRNA VP-

24 secara in vivo.

2
3

II. INSTANSI SECARA UMUM

2.1 PROFIL BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU DAN

PENYULUHAN PERIKANAN

Gambar 1. BRPBAPPP Maros

2.1.1 SEJARAH SINGKAT BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR

PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

(BRPBAPPP) didirikan dengan maksud mendapatkan teknologi yang diperlukan

dalam meningkatkan produktivitas pesisir terutama komoditas yang memiliki nilai

ekologis dan ekonomis yang tinggi, mengingat Indonesia negara kepulauan di

wilayah tropis yang memiliki daerah pesisir yang luas dan berpotensi dalam

pengembangan usaha perikanan.

BRPBAPPP yang berlokasi di Kabupaten Maros (±30 km) dari arah utara

Kota Makassar, Sulawesi Selatan yang telah beberapa kali berganti nama, yaitu:

3
4

1. Pada tahun 1969, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/um/12/1969 diberi

nama Cabang Lembaga Penelitian Perikanan Darat (Cabang LPPD)

berlokasi di Makassar;

2. Pada tahun 1980, berdasarkan SK Menteri No. 536/kpts/12/1980 diubah

menjadi Sub Balai Penelitian Perikanan Darat (Sub PPD) Maros dibawah

BALITKANDITA Bogor;

3. Pada tahun 1984, Dari Sub BPPD diganti menjadi BALITDITA (Balai

Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) Maros dipimpin oleh Alie Poernomo,

M.Sc. (1984-1986);

4. Pada tahun 1990, Nama BALITDITA diganti menjadi BALITKANDITA

(Balai Penelitian Perikanan Budidaya Pantai) yang dipimpin oleh Dr. Fuad

Cholik (1986-1991), kemudian selanjutnya digantikan oleh Dr. Achmad

Sudrajad (1991- 1995);

5. Pada tahun 1995, Berdasarkan SK Menteri No.796/kpts/07/210/12/1994

nama Sub BALITKANDITA diganti menjadi Balai Penelitian Perikanan

Pantai (BALITKANTA). Prof. Dr. Ir. Taufik Ahmad, M.Sc. (1995-2001);

6. Pada tahun 2002, Berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP

51/MEN/2002, nama BALITKANTA diganti menjadi Balai Riset Perikanan

Budidaya Air Payau (BRPBAP) yang dipimpin oleh Ir. Muharijadi

Atmomarsono, M.Sc. (2001-2005) dan kemudian selanjutnya digantikan

oleh Dr. Ir. Rachmansyah, MS (2005-2012);

7. Pada tahun 2011, Berdasarkan SK Kementerian Kelautan dan Perikanan

No.32/MEN/2011 tanggal 12 Oktober 2011 Balai Riset Perikanan Budidaya

4
5

Air Payau (BRPBAP) berubah menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan

Budidaya Air Payau (BPPBAP) yang dipimpin oleh Dr. Ir. Andi Parenrengi,

M.Sc. (2012-2016);

8. Pada tahun 2017 Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan

Republik Indonesia Nomor 29/PERMEN-KP/2017 tentang organisasi dan

tata kerja Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan

Perikanan, Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau yang

nama berubah menjadi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Dan

Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir.

A. Akhmad Mustafa, M.P. (2017-2018);

9. Pada tahun 2019 BRPBAPPP dipimpin oleh pelaksana tugas kepala balai

oleh A. Indra Jaya Asaad, S.Pi., M.Sc.

2.1.2 VISI DAN MISI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR

PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN

1. VISI

Visi BRPBAPPP dirumuskan dengan gambaran menantang masa

depan berdasarkan cita-cita yang ingin diwujudkan. Adapun visi

BRPBAPPP yaitu terwujudnya lembaga riset yang terkemuka dalam

penyedia data, informasi, dan teknologi budidaya air payau sebagai

komponen dibidang perikanan budidaya andalan pembangunan nasional.

2. MISI

5
6

Misi adalah sesuatu yang konkrit yang harus dilaksanakan oleh suatu

organisasi sesuai visi yang telah ditetapkan agar tujuan yang dapat dicapai

sebagai langkah konkrit untuk mewujudkan misi tersebut. Misi BRPBAPPP

adalah sebagai berikut.

a. Menciptakan teknologi perikanan budidaya air payau unggulan yang

diakui dan bermanfaat bagi pengguna;

b. Meningkatkan sumber daya riset, pelayanan jasa riset, dan

mengembangkan kerjasama riset perikanan budidaya air payau.

2.1.3 TUGAS DAN FUNGSI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR

PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN

Tugas dan fungsi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan

Penyuluhan Perikanan adalah sebagai berikut.

1. TUGAS

Tugas Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan

Perikanan (BRPBAPPP) yakni melaksanakan kegiatan riset perikanan

budidaya air payau.

2. FUNGSI

Fungsi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan

Perikanan (BRPBAPPP) adalah sebagai berikut.

1. Penyusunan program;

2. Kerja sama riset strategis;

3. Pelaksanaan riset strategis perikanan budidaya air payau di bidang

biologi, patologi, toksikologi, ekologi, genetika, reproduksi, dan

6
7

bioteknologi, serta nutrisi dan teknologi pakan, untuk pengembangan

produksi, lingkungan dan analisis komoditi;

4. Inventarisasi, identifikasi, serta evaluasi sumber daya dan plasma nutfa

ikan perairan budidaya air payau untuk pemanfaatan, pengelolaan dan

pelestariannya;

5. Pengembangan teknologi dan kerja sama riset budidaya perikanan air

payau;

6. Pemberdayaan prasarana dan sarana riset perikanan budidaya air payau;

7. Pelayanan teknik, jasa dan informasi hasil riset;

8. Pengembangan dan pengelolaan jaringan sistem informasi di bidang riset

perikanan budidaya air payau;

9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.1.4 BIDANG DAN PROGRAM RISET BALAI RISET PERIKANAN

BUDIDAYA AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN

Bidang Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

(BRPBAPPP) yaitu bioteknologi, sumber daya, patologi, nutrisi, genetika, dan

pemulibiakkan, serta rekayasa perikanan. Program riset BRPBAPPP yakni:

1. Riset potensi dan pemanfaatan sumber daya perikanan budidaya air payau;

2. Peningkatan produktifitas dan efisiensi serta pengembangan budidaya yang

ramah lingkungan;

3. Riset kesehatan lingkungan pada budidaya air payau;

4. Diversifikasi komoditas budidaya air payau;

7
8

2.1.5 LETAK GEOGRAFIS BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA AIR

PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

(BRPBAPPP) bertempat di Jl. Makmur Dg. Sitakka, Kelurahan Raya, Kacamatan

Turikale, Kabupaten Maros dan terletak pada 1190 35’ 21’’ BT dan 050 06’

15’’LS.

2.1.6 SARANA DAN PRASARANA BALAI RISET PERIKANAN

BUDIDAYA AIR PAYAU DAN PENYULUHAN PERIKANAN

Sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang pelaksanaan riset

atas tambak percobaan, keramba jaring apung, laboratorium kering (ekologi,

biologi, patologi, kimia, bioteknologi, nutrisi, laboratorium tanah, dan

laboratorium basah) selain itu terdapat perpustakaan, ruang rapat, bengkel, garasi,

rumah dan mess. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan

Perikanan (BRPBAPPP) Maros menyediakan jasa laboratorium seperti, analisa

kualitas air, penyakit ikan, tanah, nutrisi, pemetaan, serta kerja sama riset dengan

pihak swasta, instansi pemerintahan dan instansi luar negeri (ACIAR).

1. INSTALASI

Instalasi yang dimiliki oleh BRPBAPPP dibentuk berdasarkan

analisis kebutuhan dan beban kerja yaitu pada instalasi riset dan Budidaya

Air Payau. Instalasi yang dimaksud adalah Maranak Kabupaten Maros, dan

Karamba Jaring Apung di Kabupaten Barru, serta Tambak Super Intensif di

Kabupaten Takalar.

2. LABORATORIUM

8
9

Laboratorium-laboratorium yang terdapat pada Balai Riset

Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP)

Maros yaitu:

1. Laboratorium Tanah

Laboratorium ini merupakan laboratorium yang dapat

menganalisis peubah-peubah kualitas tanah dan sedimen, dimana contoh

atau sampel yang diambil di lapangan dapat dianalisis guna mendapatkan

data-data yang diperlukan menyangkut peubahan-peubahan kualitas

tanah dan sedimen untuk budidaya dan sumber daya perikanan pesisir.

2. Laboratorium air

Laboratorium air adalah laboratorium yang menganalisis

peubahan-peubahan kualitas air, dimana sampel yang diambil dari

lapangan dianalisis di dalam laboratorium air.

3. Laboratorium Nutrisi

Laboratorium yang dapat menganalisis kandungan pakan dan

bahan pakan. Namun, di laboratorium ini dapat pula menganalisis sampel

atau contoh sedimen tanah yang berasal dari kawasan pesisir.

4. Laboratorium Bioteknologi

Laboratorium ini merupakan laboratorium untuk menganalisis

hal-hal yang bersifat bioteknologi.

5. Laboratorium Patologi

Laboratorium ini merupakan laboratorium yang dapat

mengidentifikasi penyakit pada budidaya perikanan pesisir.

9
10

2.1.7 ORGANISME YANG DIBUDIDAYAKAN

Organisme yang dibudidayakan di Instalasi Tambak Percobaan Balai

Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP)

Maros ialah Udang Windu, Udang Vaname, Rumput Laut, Kepiting, Ikan Nila,

Ikan Baronang, dan Ikan Bandeng.

2.1.8 STRUKTUR ORGANISASI BALAI RISET PERIKANAN BUDIDAYA

AIR PAYA DAN PENYULUHAN PERIKANAN (BRPBAPPP)

Gambar 2.Struktur Organisasi BRPBAPPP Maros

10
11

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Bakteri

Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya

hanya memiliki diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma dan beberapa bahan

inti (dia tidak memilki inti sel yang jelas). Sel dibungkus oleh dinding sel dan

pada beberapa jenis bakteri dinding sel ini dikelilingi oleh lapisan lendir atau

kapsula. Kapsula terdiri atas campuran polipeptida dan polisakarida (Gaman dan

Sherrington, 1992) .

Gambar 3. Anatomi Sel Bakteri

Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai bentuk yang

sebagian m. 1 m dan panjang 5 m besar berbentuk batang dengan lebar kurang

dari 1 DNA diselubungi oleh satu membran inti, terdapat organela mitokondria

dan protoplas. Daerah inti berupa anyaman benang halus yang langsung

berbatasan dengan sitoplasma berisi ribosom.Bakteri berkembang biak dengan

membelah diri (Schlegel, 1994).

11
12

Berdasarkan bentuk morfologisnya, maka bakte dapat dibagi atas tiga

golongan, yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan spiral. Basil

(bacillus) berbentuk serupa dengan tongkat pendek, silindris. Sebagian besar dari

bakteri itu merupakan basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang,

bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain. Yang bergandeng-gandengan

panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil. Ujung-ujung basil

yang terlepas satu sama lain itu tumpul, sedang ujung-ujung yang masih

bergandengan itu tajam. Kokus (coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa

bola-bola kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang

bergandeng-gandengan panjang serupa tali leher, ini disebiut streptokokus, ada

yang bergandengan dua-dua, ini disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok

merupakan suatu untaian disebut stafilokokus, sedang kokus yang mengelompok

serupa kokus disebut sarcina. Spiril (dari spirilum) ialah bakteri yang bengkok

atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral itu tidak

banyak. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika dibandingkan

dengan golongan kokus maupun golongan basil. (Dwijoseputro, 1978).

Suatu bahan makanan apabila dibiarkan pada keadaan yang

memungkinkan pertumbuhan bakteri, susu mentah misalnya dengan mutu

kesehatan yanag baik akan memungkinkan memberikan rasa asam yang khas.

Perubahan ini disebabkan oleh Streptococcus lactis dan spesies-spesies

Lactobacillus tertentu. Perubahan utama yang terjadi adalah fermentasi laktosa

menjadi asam laktat. Bakteri dalam susu digolongkan berdasarkan suhu

pertumbuhan dan ketahanannya terhadap panas. Pertimbangan ini amat praktis

12
13

karena suhu rendah digunakan untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan

mikrobia yang merusak susu dan suhu tinggi (pasteurisasi) untuk mengurngi

populasi mikrobia, memusnahkan pathogen dan secara umum memperbaiki mutu

susu. Berdasarkan pada persyaratan suhu, tipe bakteri yang diujmpai dalam susu

ialah psikofilik, mesofilik, termofilik, dan thermodurik karena beberapa bakteri

psikofilik tertentu tumbuh pada suhu sedikit di atas suhu beku dan beberapa

bakteri thermofilik tumbuh di atas suhu 650C (Pelczar dan Schan, 1986).

3.2 Kultur Bakteri

adalah suatu metode memperbanyak mikroba pada media kultur dengan

pembiakan di laboratorium yang terkendali. Microbial cultures atau kultur

mikrobiologi digunakan untuk menentukan jenis dari organisme tersebut,

keberlimpahannya, atau keduanya. Ini adalah metode diagnostik utama dari

mikrobiologi dan digunakan sebagai alat untuk menentukan penyebab dari

penyakit infeksi dengan membiarkannya berkembangbiak di medium tertentu

(Healthwise, Incorporated 2010).

Kultur bakteri dapat ditumbuhkan pada cawan petri berbagai ukuran yang

terisi lapisan agar. Setelah agar dikenai bakteri (inokulasi), maka cawan petri

diinkubasi pada temperatur yang optimum untuk pengembiakan bakteri tertentu

(biasanya 37 derajat Celsius untuk kultur dari manusia atau hewan, atau lebih

rendah untuk kultur lingkungan (Duguid 1970).

Cara lain dari kultur bakteri adalah kultur cair (liquid culture), dimana

bakteri yang dinginkan direndam dalam cairan kaldu (liquid broth), yang

merupakan media bernutrisi. Hal ini ideal untuk persiapan antimicrobial assay.

13
14

Peneliti akan menginokulasi cairan kaldu dengan bakteri dan membiarkannya

berkembang semalaman (mungkin diperlukan penggoyang/shaker agar bakeri

tumbuh seragam). Kemudian dilakukanlah tes dengan berbagai macam obat atau

protein (antimicrobial peptides) untuk melihat keampuhan dari tiap-tiap obat.

Sebagai pilihan, ahli mikrobiologi dapat menggunakan kultur cair statis dimana

tidak diperlukan penggoyang, tetapi perlu pemberian oksigen yang cukup untuk

mikroba tertentu (Duguid 1970).

3.2.1. Pengenceran

Pengenceran bertujuan untuk mengurangi konsentrasi atau kekentalan dari

suatu bahan agar setelah masa inkubasi koloni mikroba yang tumbuh jumLahnya

dapat dihitung dengan mudah. JumLah koloni yang muncul setelah masa inkubasi

paling baik yaitu antara 30-300 koloni. Perbandingan dalam melakukan

pengenceran biasanya dalam bentuk desimal, misalnya 1:10 , 1:100, 1:1000 dan

seterusnya. Larutan yang digunakan untuk melakukan pengenceran biasanya

buffer fosfat, larutan garam fisiologis 0,85%, larutan ringer juga aquades

(Dwidjoseputro, 1993).

Pengenceran pada sampel dapat dilakukan beberapa kali agar biakan yang

didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi cawan (biakan terlalu padat akan

mengganggu pengamatan). Sekitar 1 mL suspensi dituang ke dalam cawan petri

steril, dilanjutkan dengan menuangkan media penyubur (Acidified Potato

Dextrose Agar) steril hangat dengan suhu antara 40 – 50°C, kemudian ditutup

rapat dan diletakkan dalam inkubator bersuhu 37°C selama 1 – 2 hari dengan

posisi dibalik (Megamii, 2009).

14
15

3.2.2.Menghitung JumLah Bakteri

Salah satu cara penghitungan bakteri adalah dengan menggunakan metode

hitung cawan atau Standard Plate Count (SPC). Prinsip kerjanya adalah jumLah

masing-masing cawan diamati setelah inkubasi, cawan yang dipilih untuk

penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni, karena

jumLah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk

memperoleh sekurang-kuran gnya satu cawan yang mengandung koloni dalam

jumLah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederetan

pengenceran dan pencawanan. JumLah organisme yang terdapat dalam sampel

asal ditentukan dengan mengalikan jumLah koloni yang terbentuk dengan faktor

pengenceran pada cawan yang bersangkutan (Penn, 1991).

3.3 Vaksin

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan

kekebalan terhadap suatu penyakit. Pemberian vaksin (imunisasi) dilakukan untuk

mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi penyebab penyakit - penyakit

tertentu. Vaksin biasanya mengandung agen yang menyerupai mikroorganisme

penyebab penyakit dan sering dibuat dari mikroba yang dilemahkan atau mati,

dari toksinnya, atau dari salah satu protein permukaannya. Agen merangsang

sistem imun (Invest 1985).

Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur

biologis lainnya yang bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada

organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan mengenali

dan membunuh patogen. Sementara itu, respons kolektif dan terkoordinasi dari

15
16

sistem imun tubuh terhadap pengenalan zat asing disebut respons imun. Agar

dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan mengidentifikasi berbagai macam

pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit, serta

menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel dan jaringan

organisme yang sehat agar tetap berfungsi secara normal (Invest 1985).

16
17

IV. RANGKAIAN KEGIATAN

4.1 Waktu Dan Tempat

Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan mulai tanggal 13 Januari - 27

Februari 2020. Bertempat di Laboratorium Bioteknologi, Balai Riset Perikanan

Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros. Jalan

Makmur Daeng Sitaka, No. 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan.

4.2 Alat Dan Bahan

4.2.1 Alat

No Nama Alat Kegunaan

1. Centrifuge Untuk Pemadatan, atau pemisahan

cairan dengan partikel

2. Inkubator Untuk Menginkubasi (menumbuhkan)

mikroorganisme

3. Microwave Untuk memanaskan untuuk membantu

dalam pelarutan bahan

4. Oven Untuk sterilisasi kering

5. Erlenmeyer Untuk menyimpan preparasi media

6. Mesin PCR(Polimerase Chain Reaction)Untuk mengamplifikasikan segmen

DNA dalam jumLah jutaan kali.

7. Botol Kultur Untuk Menyimpan Larutan Kultur

8. LAF (Laminar Air Flow) Untuk membuat ruangan tetap steril

9. Elektroforesis Untuk mengidentifikasi dan

memurnikan figmen DNA

17
18

10. Tangki Elektroforesis Untuk menempatkan media agarose

11. Timbangan Digital Untuk menimbang bahan

12. Bio Doc Analyzer (Biometra 1) Untuk dokumentasi Gel.

13. Autoclave Untuk sterilisasi basah

14. Mikropipet 1 set Untuk mepermudah pemindahan

larutan dalam jumLah yang akurat

15. Shaker Waterbath Untuk Inkubasi dalam suhu konstant

16. Cawan Petri Untuk menyimpan media atau

membiakkan sel bakteri

17. Gen Quant Untuk mengukur konsentrasi larutan

18. Cetakan agar Untuk mengukur konsentrasi larutan

4.2.2 Bahan

No Nama Alat Kegunaan

1. Yeast Untuk tambahan pembuatan media

cair

2. NaCL Untuk tambahan pembuatan media

cair

3. Tryptone Untuk tambahan pembuatan media

cair

4. Aqua Miliq Sebagai larutan tambahan

5. Agarose Spesial Untuk membuat media gel

6. TBE (Tris Borade EDTA) 1X Sebagai larutan Buffer dalam

pembuatan agar dan elektroforesis

18
19

7. My tag Sebagai larutan untuk proses PCR

8. Primer VP-24 Hind 10 pmol Sebagai larutan untuk proses PCR

Primer VP-24 Sal 1 R 10 pmol Sebagai larutan untuk proses PCR

9. NFW (Nukleat Free Water) Sebagai larutan untuk proses PCR

10. Gel Red Sebagai pewarna gel

11. Marker Sebagai larutan tambahan

12. Saline Salution/ NaCL 0,85% Sebagai larutan fisiologis

13. Aluminium foil Untuk menutup alat

14. Parafilm Sebagai tempat pencampuran larutan

15. Tube Sebagai wadah menyimpan media

16. Botol Corning. Untuk mengukur larutan

17. Mini Plasmid Kit Sebagai bahan untuk isolasi plasmid

VP-24

4.3 Kegiatan labolatorium

4.3.1 Membersihkan Labolatorium.

Membersihkan ruangan Labolatorium Bioteknnologi dilakukan agar

ruangan tetap dalam keadaan steril dan bersih dari debu atau serangga yang ada di

dalam ruangan, dengan cara membersihkan sebelum kegiatan labolatorium

dilakukan.

19
20

Gambar 4. Membersihkan ruangan bioteknologi

4.3.2 Sterilisasi Alat

Sterilisasi alat yang berbahan kaca seperti Erlenmeyer, cawan petri yang

di bungkus menggunakan kertas koran, botol kultur serta alat lainnya, dimasukkan

kedalam oven di suhu 180oC selama 2 jam.

Gambar 5. Menutup dan membungkus menggunakan aluminium foil dan koran

20
21

Gambar 6. Meyiapkan alat sebelum dimasukkan ke oven

Gambar 7. Memasukkan ke dalam oven

21
22

Gambar 8. Mengatur suhu oven

4.3.3 Peremajaan Bakteri

Peremajaan bakteri Proses pemindahan bakteri ke media baru untuk

menjaga bakteri dalam kondisi baik dengan nutrisi yang banyak, peremajaan

bakteri ini dilakukan setelah 2 minggu di dalam kulkas dan dipindahkan ke media

yang baru dengan cara penggoresan.

22
23

Gambar 9. Peremajaan Bakteri

4.3.4 Mematikan Bakteri

Semua bahan yang telah digunakan setelah kultur bakteri seperti

Erlenmeyer, cawan petri, botol kultur, penutup aluminium foil dan alat lainya

setelah kegiatan, dimasak hingga mendidih kemudian dicuci bersih dan dibilas

dengan akuades. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan bakteri setelah alat

digunakan.

23
24

Gambar 10. Mematikan Bakteri

4.3.5 Kultur Bakteri

Kultur bakteri adalah suatu kegiatan memperbanyak mikroba pada media

kultur dengan pembiakan di laboratorium yang terkendali. Kultur bakteri dapat

ditumbuhkan pada cawan petri berbagai ukuran yang terisi lapisan agar.

1. Membuat media cair.

1. Yeast 1 gram, Nacl 0,5 gram, tryptone 1,6 gram ditimbang dan di

tambahkan air 100 mL, kemudian dimasukkan ke dalam masing-

masing 10 Erlenmeyer.

24
25

Gambar 11. Menimbang bahan.

2. Erlenmeyer ditutup menggunakan aluminium foil, kemudian

dimasukkan ke dalam microwave pada suhu medium flow sampai

mendidih dan larut dengan baik.

3. Setelah itu diautoclave selama 15 menit pada suhu 121℃ tekanan 15

psi, kemudian ditunggu sampai media dingin.

4. Bakteri diambil menggunakan jarum ose, kemudian

5. Dimasukkan ke dalam media cair

6. Media cair dimasukkan ke shaker waterbath di suhu 37 oC selama 16-

20 jam

25
26

Gambar 12. Memasak media dengan microwave

Gambar 13. Media kultur bakteri

26
27

4.3.6 Pengenceran Bakteri

Pengenceran adalah kegiatan mengurangi konsentrasi atau kekentalan dari

suatu bahan agar setelah masa inkubasi koloni mikroba yang tumbuh jumLahnya

dapat dihitung dengan mudah.

1. Kultur bakteri yang sudah di water bath kemudian

2. Dipindahkan ke Erlenmeyer 500 mL sebagai stok,

3. Botol kultur disiapkan sebanyak 8 buah, kemudian larutan fisiologis

Salina Salution (SS) di masukkan ke masing- masimg botol kultur

sebanyak 9 mL.

4. Kultur bakteri diambil dari stok sebanyak 1 mL dimasukkan ke botol

kultur 10-1, dari 10-1 di ambil lagi 1 mL dimasukkan ke 10-2 dan

seterusnya sampai botol kutur 10-8

5. Media agar disiapkan sebanyak 6 buah dan diberi label T0,10 -6, 10 -8

sebanyak 2 kali ulangan.

6. Kultur bakteri sebanyak 100 µL diambil dari masing-masing stok sesuai

label yang telah dibuat (T0,10 -6, 10 -8) stok bakteri dimatikan pada suhu

80 oC yang di shaker water bath selama 5 menit, bakteri yang sudah mati

didinginkan, kemudian ditanam di plate sebanyak 1 mL ke media agar

ampi T5 ulangan 2 kali kemudian disebar ke media agar

7. Kemudian digores menggunakan batang pengaduk yang sebelumnya di

panaskan terlebih dahulu, kegiatan ini dilakukan di area laminary air

27
28

flow (LAF), selanjutnya dimasukkan kedalam incubator dengan posisi

media agar terbalik pada suhu 37 oC selama 24 jam.

8. Stok bakteri yang telah dimatikan pada suhu 80 oC yang di shaker water

bath selama 5 menit, dicentrifuge 14.000 rpm menggunkan botol corning

rpm untuk dua kali ulangan sebanyak 365 mL dalam botol corning (50

mL), Padatan ini yang selanjutnya akan digunakan sebagai vaksin.

Gambar 14. Pemadatan Bakteri yang sudah dimatikan

4.3.8 Menghitung Koloni Bakteri

Adalah kegiatan untuk mengetahui jumLah bakteri yang tumbuh pada

media agar setelah proses kultur bakteri. Menurut fardias (1993) bahwa

menghitung jumLah koloni bakteri adalah :

JumLah koloni = JumLah X 1

Faktor pengenceran

1. Media agar T0 ulangan 2 kali, 10-6 ulangan 2 kali dan 10-8 ulangan 2 kali

diamati keberadaan bakteri yang muncul atau yang tumbuh pada setiap

media agar dihitung jumLah koloni.

28
29

Gambar 15. Pengamatan Koloni 10-8,10-6.

Tabel 1. Hasil Perhitungan koloni bakteri

Kode Jumlah koloni Rata-Rata Kepadatan stok baktei


TO Bakterinya padat - -
T5 - - -
10-8 0,0 0 -
10-6 33, 25 29 2,9 X 10-8

4.3.9 Konfirmasi Plasmid Bakteri VP-24

Gambar 16. Plasmid Kit

1. Padatkan bakteri 1.5 – 7 mL menggunakan centrifuge 16.000 rpm

kemudian ditambahkan 200 µl larutan PD1 dan TBL 2 µl

29
30

Gambar 17. Penambahan PD 1

2. Resuspensi menggunakan mikropipet

3. larutan PD 2 ditambahkan sebanyak 200 µL kemudian invert sebanyak 10

kali (berwarna biru) tidak boleh lebih agar tidak terjadi kontaminasi.

Gambar 18. Penambahan PD 2

5. Dinetralisasi dengan menambahkan 300 µL larutan PD 3, invert 10 kali,

di sentrifuge 16.000 rpm selama 3 menit,

6. Supernatant diambil dan dimasukkan ke PDH coloumn 14.000 rpm

selama 30 detik.dan dibuang cairannya sisahkan padatannya, PDH

30
31

coloumn ditempatkan pada tube 2 mL ditambahkan 400 W1, kemudian

disentrifuge 14.000 rpm selama 30 detik.

Gambar 19. Penambahan w1

7. Ditambahkan 600 µl wash buffer, centrifuge 14.000 30 menit, dibuang,

14.000 selama 2 detik.

Gambar 20. Penambahan Wash buffer

31
32

8. Coloumn dipindahkan ke tube 1,5 mL, di tambahkan 50 µl elution

buffer, biarkan selama 2 menit, sentrifuge 14.000 rpm selama 2 menit.

Plasmid siap untuk di PCR

4.3.10. Mengukur konsentrasi hasil Plasmid VP-24.

Pengukuran konsentrasi dilakukan untuk mengetahui tingkat konsentrasi

deangan DNA, Rasio A260/A280 dan A280/A230.

Gambar 21. Penukuran konsentrasi plasmid

Tabel 2. Hasil Pengukuran konsentrasi Plasmid

Kode Sampel DNA A260/A280 A280/A230


TO 127,5 1.783 1,947
T5 146,0 1,974 2,042

4.3.11 Polymerase Chain Reaction (PCR) Bakteri VP-24 Hasil Plasmid T0,

T5.

32
33

Gambar 22. Plasmid kontrol (-), T5, T0.

1. Master mix dibuat dengan mencampurkan

My tag : 12,5 µl,

Primer VP-24 Hind 10 pmol : 1 µL,

Primer VP-24 Sel R 10 pmol : 1 µl,

NFW up to 25 µl : 10,5 µl,

25,0 µl,

kemudian dimasukkan ke 3tube masing-masing sebanyak 7.5 µl,, dan

ditambahkan Sampel (-) ; T0, T5, 0.5 µL.

2. Program PCR diset sebagai berikut:

95.0 95.0 65.0 72.0 72.0 4.0

1.00 0 : 15 0 : 15 0 : 10 5: 00

PCR dikondisikan dengan : Pre-denaturasi pada suhu 95℃ selama 1

menit, diikuti 30 siklus (Denaturasi pada suhu 95℃ selama 15 detik,

Annealing pada suhu 65 ℃ selama 15 detik, Ekstensi pada suhu 72℃

selama 10 detik), dan ekstensi akhir pada suhu 72℃selama 5 menit.

33
34

Gambar 23. Memasukkan program PCR

4.3.12 Elektroforesis Plasmid VP-24

Adalah teknnik pemisahan komponen atau melekul muatan negatif DNA

ke muatan positif atau muatan berbeda tingkat migrasinya dalam sebuah medan

listrik.

100 + T5 T0 (-)

1. Agarose 2 % (0.4 g) ditimbang, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100

mL, ditambahkan TBE 1 X sebanyak 20 mL, di masukkan ke microwave

pada suhu medium flow sampai terlarut dengan baik, setelah terlarut

tambahkan gel red 1 µL sebagai pewarna gel, tuang ke cetakan agar,

sebelum dituang pastikan cetakan agar dalam keadaan rata dengan

keseimbangannya.

34
35

Gambar 24. Cetakan agar

Plasmid dielektroforesis dengan gel agarosa 2% dalam 1 x buffer TBE Sebanyak

3 µL sampel dicampur dengan 1 µl loading dye dan dimasukkan ke dalam sumur

gel

Gambar 25. Elektroforesis VP-24

35
36

Hasil Pengamatan elektroforesis.

Plasmid VP24 30.01.2020

100+ T5 T0 (-) Ket:


T5: bakteri vp24 80®C, 5 menit
T0: bakteri vp24 awal
(-): NFW

Gambar 26. Hasil Pengamatan Ben T0, T5 dan (-)

36
37

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpilan

Produksi vaksin dsRNA VP-24 secara in vivo, telah berhasil dilakukan,

hal ini ditandai dengan diindikasikan dengan keberadaan band pada posisi 700 bp

T5.

5.2 Saran

Praktek Kerja Lapangan menggunakan alat yang cukup rentan terhadap

kerusakan, diharapkan kepada mahasiswa ataupun siswa yang melakukan kegiatan

praktek kerja lapangan lebih berhati-hati dalam penggunaa alat.

37
38

DAFTAR PUSTAKA

Andi Tenriulo 2015. ISOLASI DAN KARAKTERISASI GEN PENYANDI


PROTEIN VP-24 WSSV PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon)
UNTUK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI RNAi Andi Tenriulo*),
Bunga Rante Tampangallo*), Andi Parenrengi*), dan Riani Andang
Dewi**) Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

Duguid, J.P. (1970). "Selective Outgrowth of Fimbriate Bacteria in Static Liquid


Medium". Journal of Bacteriology. American Society for
Microbiology. 103 (2): 447–456.

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B. 1992. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan
Mikrobiologi. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta

Healthwise, Incorporated 2010. "Throat Culture". WebMD. Diakses tanggal 2013-


03-10.

J. Clin. Invest 1985. ^ "Therapeutic cancer vaccines". 125 (9): 3401–12.


September 2015.

Megamii, 2009. Pemeriksaan Bakteri Secara Makroskopis.


(http://Megamii.wordpress.com). Diakses tanggal 24 Mei 2009.

Penn, C. 1991. Handling Laboratory Microorganism. Open University, Milton


Keynes.

Schlegel, H. G dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta.

38
39

LAMPIRAN ALAT
NO Gambar Alat Kegunaan

1. Centrifuge Untuk Pemadatan, atau pemisahan

cairan dengan partikel

2. Inkubator Untuk Menginkubasi

(menumbuhkan) mikroorganisme

3. Microwave Untuk memanaskan

untuuk membantu

dalam pelarutan bahan

39
40

4. Oven Untuk sterilisasi kering

5. Erlenmeyer Untuk menyimpan preparasi media

40
41

6. PCR (Polimerase Chain Reaction Untuk mengaplikasikan segmen DNA

Conventional dalam jumLah jutaan kali.

7. Botol Kultur Untuk Menyimpan Larutan Kultur

8. LAF (Laminar Air Flow) Untuk membuat ruangan tetap steril

41
42

9. Elektroforesis Untuk mengidentifikasi dan

memurnikan figmen DNA

10. Lemari Elektroforesis Untuk menempatkan media agarose

11. Timbangan Digital Untuk menimbang bahan

42
43

12. Bio Doc Analyzer (Biometra 1) Untuk dokumentasi Gel.

13. Autocluve Untuk sterilisasi basah

14. Mikropipet 1 set Untuk mepermudah pemindahan

larutan dalam jumLah yang akurat

43
44

15. Shaker Waterbath Untuk Inkubasi dalam suhu constant

16. Cawan Petri Untuk menyimpan media atau

membiakkan sel bakteri

17. Geun Quan Untuk mengukur konsentrasi larutan

44
45

18. Cetakan agar Untuk mengukur konsentrasi larutan

45

Anda mungkin juga menyukai