Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN INDIVIDU

MAGANG MAHASISWA

TEKNIK BUDIDAYA ORGANIK TANAMAN BUAH


NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) DI PERKEBUNAN
BUAH UD. SABILA FARM YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Buruuj Ahwaludin
H0717025

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN INDIVIDU MAGANG MAHASISWA

TEKNIK BUDIDAYA ORGANIK TANAMAN BUAH NAGA PUTIH


(Hylocereus undatus) DI PERKEBUNAN BUAH UD. SABILA FARM
YOGYAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
Buruuj Ahwaludin
H0717025

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


pada tanggal:
dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Tim Penguji

Penguji I Penguji II

Ir. Sukaya, M.Si. Ir. Sri Nyoto M.S.


NIP. 196607151994022001 NIP. 195708031985031001

Surakarta, 10 Juli 2020


Wakil Dekan Bidang Akademik

Dr. Ir. Eka Handayanta, M.P.,IPU


NIP. 196412081989031001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan
magang serta dapat menyelesaikan laporan tanpa adanya halangan yang berarti.
Laporan ini disusun berdasarkan apa yang telah penulis lakukan pada saat
kegiatan PKL di Perkebunan buah UD. Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta pada
tanggal 14 Januari – 15 Februari 2020. Laporan ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Samanhudi, S.P., M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS.
2. Dr.Ir. Eka Handayanta, M.P., IPU selaku Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Pertanian UNS.
3. Dr. Ir. Parjanto, M.P. selaku Kepala Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian UNS.
4. Ir. Sukaya, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Magang Kampus dan Penguji I
yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan
magang.
5. Ir. Sri Nyoto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Penguji II yang
telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis.
6. Ir. M. Gun Soetopo selaku pemilik UD. Sabila Farm. Yang telah mengizinkan
dan memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan kegiatan magang
di UD. Sabila Farm.
7. W. Ambang S, S.E. selaku pembimbing lapang yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam melakukan kegiatan magang di UD. Sabila Farm.
8. Seluruh staff dan karyawan UD. Sabila Farm yang telah memberikan
kerjasama yang baik selama pelaksaan magang.
9. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, baik moril maupun
finansial.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak
bisa saya sebutkan satu per satu.

iii
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua.
Surakarta, 10 Juli 2020

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ..v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................... .....................................vi
I. PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan Magang ........................................................................................2
C. Manfaat Magang ......................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................4
III. TATA LAKSANA KEGIATAN ................................................................16
A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan .............................................................16
B. Metode Kegiatan Magang .....................................................................16
C. Aspek yang Dikaji .................................................................................17
D. Jadwal Kegiatan Magang.......................................................................19
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .....................................20
A. Keadaan Umum Sabila Farm ..................................................................20
B. Budidaya Buah Naga Organik ................................................................20
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................34
A. Kesimpulan .............................................................................................34
B. Saran .......................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rencana kegiatan magang mahasiswa ................................................... 19
Tabel 2. Masa panen dan fase pembungaan buah naga .........................................31

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Kegiatan pembuatan stek batang buah naga . ......................................21
Gambar 4.1 Kegiatan pengolahan tanah ........................... ................................... 23
Gambar 4.3 Tiang panjatan buah naga .............................. ................................... 23
Gambar 4.4 Penanaman stek buah naga ............................ ................................... 24
Gambar 4.5 Perawatan buah naga ..................................... ................................... 24
Gambar 4.6 Pemanenan buah naga putih ......................... ................................... 31
Gambar 4.7 Karakteristik Buah maatang .......................... ................................... 32
Gambar 4.8 Sortasi hasil panen buah naga putih .............. ................................... 33
Gambar 4.9 Pembersihan buah naga dengan kuas ............ ................................... 33
Gambar 4.10 Proses Grading buah naga putih .................. ................................... 34
Gambar 4.11 Pemberian label pada buah naga ................. ................................... 34
Gambar 4.12 Proses pengemasan buah naga putih .......... ................................... 35

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Buah naga atau dragon fruit merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang memang belum lama dikenal, dibudidayakan dan
diusahakan di Indonesia. Tanaman buah naga yang awalnya dikenal sebagai
tanaman hias ini sudah cukup lama dikenal masyarakat Taiwan, Vietnam,
maupun Thailand. Buah naga termasuk dalam famili Cactacea dengan
karakteristik memiliki duri pada setiap ruas batangnya. Tanaman ini disebut
buah naga karena seluruh batangnya yang menjulur panjang seperti naga.
Hylocereus undatus merupakan jenis buah naga yang lebih dulu dikenal oleh
masyarakat Indonesia (Kristanto 2010). Buah naga berasal dari Meksiko,
Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di
negara-negara Asia termasuk Indonesia. Pengembangan agribisnis komoditas
ini mempunyai prospek yang baik untuk peluang ekspor dan pasarnya masih
terbuka lebar serta memiliki potensi yang sangat baik untuk pasar di dalam
negeri. Djamila et al. (2010) mengemukakan bahwa buah naga relatif baru
keberadaannya di Indonesia, namun beberapa daerah telah mulai
mengembangkan tanaman buah ini.
Teknik budidaya organik merupakan produksi pertanian yang holistik
dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas
agroekosistem, keragaman hayati, siklus bologi, dan aktifitas biologi tanah
secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup,
berkualitas, dan berkelanjutan. sistem pertanian organik menggunakan bahan
secara alami atau menghindari penggunaan pestisida, pupuk kimia, atau
hormon/zat tumbuh kimia. Budidaya buah naga secara organik menghasilkan
produk buah naga yang lebih berkualitas. Buah naga yang dihasilkan dari
proses budidaya organik memiliki rasa lebih manis dan juga tidak mudah
busuk.
Sabila Farm merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi buah
naga putih. Kebun yang dikelola oleh Sabila Farm ini berlokasi di Sleman,

1
Yogyakarta. Magang untuk mengetahui dan mempelajari secara langsung
teknik budidaya organik buah naga khususnya dalam aspek pembibitan
hingga panen buah naga putih yang dilaksanakan di Sabila Farm.
B. Tujuan

Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan di Sabila farm memiliki


tujuan umum dan tujuan khusus yaitu :
1. Tujuan Umum

a. Mahasiswa memperoleh keterampilan kerja dan pengalaman kerja


selama melakukan kegiatan magang dengan menjumpai, merumuskan
serta memecahkan permasalahan yang terdapat dalam kegiatan
magang.
b. Melalui kegiatan magang, mahasiswa dapat meningkatkan
pemahaman mengenai hubungan antara teori, penerapan maupun
faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat menjadi bekal bagi
mahasiswa berupa pengalaman dan keahlian yang menunjang
kemampuannya dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Meningkatkan kompetensi lulusan melalui pengaplikasian teori yang
diterima selama perkuliahan pada kenyataan yang terjadi di dunia
pertanian.
d. Meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang
meliputi hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi
swasta, perusahaan dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui cara pembibitan dan syarat bibit buah naga yang baik.
2. Mengetahui teknik budidaya organik dan pengendalian OPT pada
pertanaman buah naga putih di Sabila farm.
3. Mengetahui sistem panen dan kriteria siap panen buah naga putih.

4. Mengetahui cara pengelolaan pasca panen buah naga di Sabila farm.


C. Manfaat

Kegiatan magang yang dilaksanakan di Sabila farm memberikan

2
manfaat yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui situasi dan kondisi, profil perusahan, tugas dan
perkembangan perkebunan buah organik Sabila farm
2. Membiasakan mahasiswa untuk bekerjasama dalam tim, baik antar
sesama peserta maupun dengan staf di institusi mitra dengan latar
belakang ilmu berbeda.
3. Melatih kepekaan mahasiswa dalam mengidentifikasi permasalahan dan
mencari alternatif solusi melalui pendekatan lintas disiplin ilmu guna
meningkatkan kemampuan intelektualnya.
4. Mendapat akses terhadap fasilitas peralatan, prosedur teknik maupun
lainnya yang mungkin tidak dimiliki ataupun tidak di ajarkan di
Perguruan Tinggi.
5. Meningkatkan motivasi dan prestasi akademis melalui proses belajar
yang dikaitkan dengan situasi kerja yang nyata (learning by doing).
6. Mengembangkan mekanisme mawas diri mahasiswa untuk mengetahui
kelemahan dan kekuatannya melalui evaluasi diri (self-evaluation)
terhadap kinerja selama mengikuti program magang.
7. Mengembangkan kepribadian, rasa percaya diri dan kedewasaan
mahasiswa, serta dapat melatih manajemen emosi maupun jiwa
kepemimpinan dalam “team work”, terkait profesionalisme, kedisiplinan
dan keakraban dengan pegawai Sabila farm.
8. Meningkatkan kesadaran akan luasnya kesempatan dan variasi kerja serta
menciptakan kontak dengan lapangan kerja.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertanian Organik
Pertanian organik atau budidaya organik dapat diartikan sebagai suatu
sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang secara hayati. Daur
ulang hara dapat melalui sarana limbah pertanaman dan ternak, serta limbah
lainnya yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Daur
ulang hara merupakan teknologi tradisional yang sudah cukup lama. Pakar
pertanian di barat menyebutnya sebagai suatu sistem yang berusaha untuk
mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk
limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi
makanan pada tanaman. Sistem pertanian atau budidaya organik merupakan
salah satu alternatif solusi untuk membatasi kemungkinan dampak negatif
yang ditimbulkan akibat budidaya kimia.
Pengolahan pertanian organik didasarkan pada prinsip kesehatan,
ekologi, keadilan, dan perlindungan. Prinsip kesehatan dalam pertanian
organik adalah kegiatan pertanian harus memperhatikan kelestarian dan
peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu
kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak
terpisahkan. Pertanian organik juga harus didasarkan pada siklus dan sistem
ekologi kehidupan. Pertanian organik juga harus memperhatikan keadilan baik
antarmanusia maupun dengan makhluk hidup lain di lingkungan. Pertanian
organik yang baik perlu dilakukan pengelolaan yang berhati-hati dan
bertanggungjawab melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia baik pada
masa kini maupun pada masa depan. Berikut beberapa prinsip dalam bertani
organik:
a. Prinsip Kesehatan

Bertani organik petani harus dituntut untuk meningkatkan dan


memperhatika kesuburan tanah, hewan, manusia, tanaman sebagai
kesatuan yang utuh yang tidak dapat dibagi maupun dipisahkan.

4
b. Prinsip Ekologi

Setiap kegiatan pertanian harus berpaku dengan sistem dan siklus


ekologi. Bekerja denganya, melampauinya, mempertahankan, dan
berusaha tetap memelihara sistem dan siklus ekologi kehidupan.
c. Prinsip Keadilan

Prinsip yang ketiga di haruskanya para petani organik membangun


hubungan yang menjamin peluang hidup, keadilan dengan lingkungan,
dan tidak lupa juga menjamin kesempatan hidup bersama.
d. Prinsip Kepedulian dan Perlindungan

Pengelolaan pertanian organik harus dengan penuh kehati-hatian serta


tanggung jawab untuk selalu melindungi kesehatan serta selalu menjaga
kesejahteraan sekarang maupun mendatang beserta lingkungan.
Berdasarkan takrif sistem pertanian masukan teknologi rendah, maka
menurut Utami (2003) ada dua tujuan yang akan dicapai, yaitu:
1. Berusaha mengoptimalkan pengelolaan dan penggunaan input produksi
dari dalam usaha tani (on-farm resources), sehingga diperoleh hasil
pertanian dan peternakan yang memadai dan secara ekonomi
menguntungkan. Pendekatan ini menitikberatkan pada pengelolaan
tanaman, seperti pergiliran tanaman, pendauran ulang limbah pertanian,
memanfaatkan pupuk kandang atau kotoran ternak, pengolaan tanah yang
berasaskan konservasi untuk mencegah erosi dan kehilangan unsur hara,
dan mempertahankan serta meningkatkan produktivitas tanah.
2. Membatasi ketergantungan pertanian pada masukan yang berasal dan luar
usahatani (off-farm resources), seperti pupuk pabrik dan pestisida, sedapat
mungkin dilaksanakan penurunan biaya produksi, menghindarkan polusi
terhadap air permukaan dan air tanah, membatasi residu pestisida dalam
makanan, membatasi semua resiko yang dihadapi petani, dan
meningkatkan keuntungan usahatani untuk jangka pendek dan jangka
panjang.

5
3. Sistem pertanian ini tetap memanfaatkan teknologi modern, seperti benih
hibrida berlabel, melaksanakan konservasi tanah dan air, pengelolaan
tanah yang berasaskan konservasi. Membatasi penggunaan dan keperluan
yang berasal dari luar usahatani seperti pupuk pabrik dan pestisida, dengan
mengembangkan pergiliran tanaman, mengembangkan pengelolaan
tanaman dan ternak secara terpadu, mendaur ulang limbah pertanian dan
pupuk kandang untuk mempertahankan produktivitas tanah.
B. Tanaman Buah Naga
Tanaman buah naga dimanfaatkan buahnya untuk konsumsi segar.
Buah naga adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari genus Hylocereus dan
Selenicereus. Buah ini berasal dari Mesiko, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan,
Vietnam, Malaysia dan Filifina. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa,
Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan. Hylocereus hanya mekar pada
malam hari. Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau
family Cactaceae dan Subfamili Hylocereanea.
Tanaman buah naga secara morfologi termasuk tanaman tidak lengkap
karena tidak memiliki daun. Buah naga tergolong tanaman berakar serabut.
Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang dalam
tanah, tetapi juga pada celah-celah batang yang berfungsi sebagai alat pelekat
sehingga dapat melekat pada tiang penyangga (Renasari 2010). Adapun
klasifikasi buah naga tersebut adalah :
Devisi : Spermathophyta (tumbuhan berbiji)
Subdevisi : Angiospermae (biji tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamili : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Spesies : - Hylocereus undatus (daging putih)
( Kristanto, 2009).

6
Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan
tidak tahan genangan yang cukup lama. Kalaupun tanaman ini dicabut dari
tanah, ia masih hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air dan
mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya. (Kristanto, 2009)
Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan
berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Warnanya hijau kebiru-biruan atau ungu.
Batang tersebut berukuran panjang dan bentuknya siku atau segitiga. Cabang-
cabang tumbuh pada batang dengan bentuk dan warna yang sama dengan
batang utama. Cabang berfungsi sebagai daun untuk proses asimilasi dan
mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman
(Email 2011) Duri-duri yang keras dan pendek tumbuh pada setiap cabang
dan batang tanaman buah naga. Letak duri tersebut pada tepi siku siku batang
maupun cabang tanaman, Jumlah duri pada setiap titiknya adalah 4-5 buah
duri, duri ytang tumbuh pada batang buah naga sangat pendek dan tidak
mencolok sehingga tanaman buah naga sering disebut sebagai kaktus tak
berduri (Kristanto 2014)
Bunga tanaman buah naga berbentuk seperti terompet, mahkota bunga
bagian luar berwarna krem dan mahkota bunga bagian dalam berwarna putih
bersih sehingga pada saat bunga mekar tampak mahkota bunga berwarna
krem bercampur putih. Bunga memiliki sejumlah benang sari (sel kelamin
jantan) yang berwarna kuning. Bunga buah naga tergolong bunga
hermaprodit, yaitu dalam satu bunga terdapat benangsari (sel kelamin jantan)
dan putik (sel kelamin betina). Bunga muncul atau tumbuh di sepanjang
batang di bagian punggung sirip yang berduri. Sehingga dengan demikian,
pada satu ruas batang tumbuh bunga yang berjumlah banyak dan tangkai
bunga yang sangat pendek. (Cahyono, 2009).
Buah naga tergolong buah batu yang berdaging dan berair. Bentuk buah
bulat agak memanjang atua bulat agak lonjong. Kulit buah ada yang berwarna
merah menyala, merah gelap, dan kuning, tergantung dari jenisnya. Kulit
buah agak tebal, yaitu sekitar 3 mm – 4 mm. Di sekujur kulitnya dihiasi
dengan jumbai-jumbai menyerupai sisik-sisik ular naga. Oleh karena itu,

7
buahnya disebut buah naga. Berat buah beragam berkisar antara 80 – 500
gram, tergantung dari jenisnya. Daging buah berserat sangat halus dan di
dalam daging buah bertebaran biji-biji hitam yang sangat banyak dan
berukuran sangat kecil. Daging buah ada yang berwarna merah, putih, dan
hitam,tergantung dari jenisnya. Daging buah bertekstur lunak dan rasanya
manis sedikit masam. (Cahyono, 2009). Biji buah naga sangat banyak dan
tersebar di dalam daging buah. Bijinya kecil-kecil seperti biji selasih. Biji
buah naga dapat langsung dimakan tanpa mengganggu kesehatan. Biji buah
naga dapat dikecambahkan untuk dijadikan bibit. (Winarsih, 2007).
C. Syarat tumbuh tanaman buah naga
Tanaman buah naga tumbuh optimal di dataran rendah, yakni 0-350
mdpl. Tanaman buah naga biasa tetap hidup pada kondisi tanah yang kering,
tanaman buah naga sebaiknya ditanam pada tanah berstruktur remah, gembur
dan kaya bahan organik agar pertumbuhan dan produksinya baik ( Soedarya
2013) Drainase dan porositasnya juga harus baik karena buah naga tidak
menyukai genangan, tanaman buah naga dapat tumbuh dengan baik dan
berproduksi secara optimal pada pH 5,5-6,5 ( Emil 2011)
Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga yaitu 60
mm/bulan atau 720 mm/tahun. Suhu udara yang iudeal bagi tanaman berkisar
26-36 C dengan kelembaban udara 70-90% tanaman buah naga
membutuhkan penyinaran matahari penuh dengan intensitas sinar sebasar 70-
80% ( Andoko 2012). Intensitas sinar matahari yang kurang akan
menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah, tanaman buah naga
sebaiknya tidak ditanam pada lahan yang memiliki naungan (kristanto 2014)
D. Pembibitan Tanaman Buah Naga
Keberhasilan budidaya buah naga diawali dengan menyiapkan bibit
yang baik dan berkualitas tinggi. Bibit yang sehat, vigor, serta bebas hama
penyakit merupakan ciri bibit berkualitas tinggi. Perbanyakan yang biasa
dilakan oleh petani buah naga adalah pembibitan secara vegetatif. Menurut
Andoko dan Nurrasyid (2012) teknik yang paling memungkinkan dan praktis
untuk perbanyakan tanaman buah naga yang tidak berkayu adalah stek

8
batang maupun cabang. Kelemahannya adalah jumlah yang dihasilkan relatif
sedikit. Namun, tanaman yang dihasilkan cepat berbuah dan sifat tanaman
baru sama persis dengan induknya. Tanaman induk memiliki kriteria cukup
tua, sehat dan sudah berproduksi 3–4 kali. Batang atau cabang dipilih yang
keras dan berwarna hijau kelabu. Bagian pangkal stek yang akan ditanam
dipotong miring. Alat potong berupa pisau atau gunting yang tajam
disterilkan dengan alkohol sebelum dipakai. Stek tersebut dikeringanginkan
selama 1–2 hari untuk mencegah pembusukkan. Ukuran stek pada tanaman
buah naga yang ideal yaitu antara 20–30 cm, tetapi ada juga yang membuat
stek dengan panjang 40 cm. Batang yang dipilih harus memiliki minimal
empat mata tunas atau lebih sehingga dapat membentuk tunas baru dan tunas
yang tumbuh akan cepat membesar (Renasari 2010).
E. Persiapan Tiang Panjatan
Buah naga termasuk tanaman merambat sehingga membutuhkan
panjatan untuk menopang pertumbuhan batang dan cabangnya. Tiang
panjatan harus kuat dan mampu bertahan selama beberapa tahun karena usia
tanaman buah naga yang panjang. Oleh karena itu, tiang panjatan biasanya
terbuat dari semen beton atau pipa PVC. Hardjadinata (2010) menyatakan
bahwa tiang panjatan bentuk tunggal bisa menggunakan beton dan panjatan
hidup atau batang tanaman yang hidup. Kedua jenis panjatan ini digunakan
untuk menopang sebanyak empat tanaman yang berproduksi dengan
produktivitas rata-rata 3 kg per tanaman. Bentuknya persegi dengan ukuran
10 cm × 10 cm, bulat berdiameter 10 cm atau bentuk segitiga sama sisi 15
cm. Tinggi tiang panjatan 1.5–2 m. Jika jarak tanamnya 2.5 m × 2 m dan
setiap tiang penyangga ditanami 4 tanaman maka untuk luasan 1 ha
dibutuhkan sekitar 2000 tiang penyangga dan 8 000 bibit tanaman buah naga.
Tiang panjatan hidup, memiliki tinggi minimal 2 m dan berdiameter 10 cm
agar kuat menopang tanaman buah naga yang berat. Panjang tiang beton atau
panjatan hidup ditancapkan di tanah dengan kedalaman sekitar 50 cm.

9
F. Persiapan Lahan
Persiapan lahan bertujuan untuk memberikan kondisi lingkungan yang
sesuai dengan perkembangan tanaman dan pembentukan hasil. Sebelum
menanam, diperlukan pembersihan lahan dari gulma, semak dan sampah atau
kotoran. Lahan yang sudah bersih diolah ringan dengan cangkul atau hand
tractor di sekitar penanaman buah naga yang bertujuan untuk memecah tanah
menjadi agregat-agregat kecil dan membalik tanah agar humus yang ada pada
lapisan bawah terangkat ke permukaan. Tanah akan menjadi gembur dan
subur, sehingga memudahkan akar tanaman menyerap air dan hara. Lahan
yang terlalu masam (pH < 5) diberi kapur terlebih dahulu untuk
meningkatkan pH tanah hingga mencapai pH optimum yaitu pH 6–7
(Yuliarti 2012). Bedengan untuk tempat pertanaman dibuat dengan ukuran
1.5 m arah memanjang dan antar bedengan dibuat parit untuk saluran air.
Lubang-lubang tanaman dibuat sesuai dengan cara tanamnya, yaitu
menggunakan sistem panjatan tunggal atau sistem kelompok. Pengolahan
tanah pada sistem panjatan tunggal hanya dilakukan di sekitar lubang tanam
saja. Jarak tanam dibuat dengan ukuran 3 m × 3 m, 2 m × 2 m, atau 2.5 m × 2
m. Sistem kelompok pengolahan tanahnya dilakukan pada seluruh alur
barisan tempat penanaman. Alur dibuat sepanjang 4 m dan lebar galian 40–
60 cm (Hardjadinata 2010).
G. Penanaman
Bibit yang telah siap tanam (berumur 3 bulan) harus segera ditanam di
lahan atau kebun. Penanaman bibit di lahan harus dilakukan dengan seksama,
karena prosedur yang salah akan mengakibatkan bibit stres sehingga
pertumbuhannya terhambat. Bibit yang ditanam harus memperhatikan
kedalaman tanam. Penanaman yang terlalu dalam akan menghambat
pertumbuhannya dan rawan busuk batang. Kedalaman penanaman idealnya
20% dari panjang bibit. Misal, bibit yang berukuran panjang 50–80 cm maka
kedalamannya sekitar 10–15 cm (Hardjadinata 2010).

10
H. Perawatan Tanaman Buah Naga
a) Penyulaman
Penyulaman sangat diperlukan dalam pembudidayaan tanaman
agar jumlah tanaman yang berproduksi mencapai titik optimal.
Prnyulaman adalah tindakan untuk mengganti tanaman yang mati
disebabkan oleh tercabutnya bibit buah naga dari media tanam dan bususk
pangkal batang ( Emill 2011) Cara untuk melakukan penyulaman yaitu
dengan cara mencabut tanaman yang telah mati, rusak, layu atau
pertumbuhanya tidask normal, kemudian disamping tiang dibuat lubang
utuk menanam tanaman yuang baru, penyulaman sebaiknya menggunakan
bibit dari jenis yang sama dan tidak berbeda usianya, penyulamanb
dilakukan seminggu setelah tanam ( soedarya 2011).
b) Pengairan
Air sangat dibutuhkan tanaman untuk mrmbantu menyalurkan
unsur hara yang diserap tanaman dari dalam tanah, Air penyiraman tidak
boleh sampai menggenangi pangkal batang buah naga karena pangkal
batang yang terendam air akan busuk dan mati. Pembuatan saluran air di
sekitar tanaman sangat diperlukan supaya air tidak menggenang (Winarsih
2007). Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari jika cuaca Sangat
kering. Pemberian air pada masing-masing lahan dapat berbeda beda
disesuaikan dengan kondisi tanah, curah hujan dan suhu lingkungan.
Sistem pengairan disesuaikan dengan kondisi lahan, cara tanam dan
pengadaan sumber air disekitar lahan (Emil 2011). Penyiraman
harusdikurangi pada saat tanamn mulai produksi bunga dan buah agar
pertumbuhan tunas menjadi lambat dan berhenti. Pengairan tanaman buah
naga dihentikan jika sudah ada tanda-tanda adanya kuncup bunga (Yuliarti
2012). Pengairan diberikan 2 minggu sekali jika 30% dari populasi
tanamn telah tumbuh kuncup. Sistem pengairan bisa menggunakan cara
tradisional atau bisa juga menggunakan pengairan pipa yang dibuat
sedemikian rupa untuk mengalirkan air pada seluruh tanaman ( Emil 2011)

11
c) Pemupukan
Pemupukan tanaman buah naga sebaiknya menggunakan pupuk
kandang sapi dengan interval pemberian 3 bulan sekali, dengan jumlahy 5-
20 kg untuk awal pertanaman dan meningkat hingga 10-40 kg sesuai
dengan umur tanaman. Pengapuran dilakukan sebelum pemupukan
berlangsung, yakni dengan cara menaburkan kapur pertanian secara merata
yang dicampur dengan lapisan atas tanah untuk yanah masam dengan pH
4,5. Dosis kapur pertanian harus disesuaikan dengan pH tanah. Jumlah
kapur untuk 1 hektar lahan berkisar antara 2-4 ton (soedarya 2013).
Pemupukan yang tepat akan dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman
buah naga. Prinsip 3 tepat harus diterapkan yaitu tepat waktu, tepat dosis
dan tepat cara. Waktu pemberian pupuk untuk jenis pupuk makro ( unsur
N, P, dan K) yang paling tepat dalam budidaya buah naga yaitu diberikan
6 bulan sekali pada awal dan akhir musim hujan atau 2 bulan sekali pada
bulan Februari, April, Juni, Agustus, Oktober dan Desember. Pupuk mikro
diberikan pada saat musim kemarau atau menjelang pembungaan
( Warisno 2010).
d) Pengikatan Cabang Sulur
Pengikatan cabang atau batang buah naga perlu dilakukan agar
pertumbuhanya teratur. Pertumbuhan batang dan cabang yang baik adalah
kearah atas, sehingga tanaman mendapat paparan sinar matahari penuh dan
tanaman dapat berbuah dengan optimal (Emil 2011). Pengaturan batang
dan cabang dilakukan dengan pengikatan seiring pertumbuhan cabang
yang bertambah panjang (Hardjadinata 2010) pengikatan cabang sulur
dilakukan pada cabang yang tumbuh disulur utama atatu cabang primer
supaya pertumbuhanya teratur ke atas hingga mencapai ujung tiang
panjatan. Pengikatan sulur dilakukan setiap pertambahan ketinggian
sekitar 30 cm. Ikatan sebaiknya tidak terlalu kencang agar cabang sulur
tidak terjepit atau patah (Kristriandiny 2014)
e) Pemangkasan
Tahap pemeliharaan lain yang penting dalam budidaya buah naga

12
adalah pemangkasan. Tanman buah naga tidak berproduksi baik jika tidak
dilakukan pemangkasan. Pemangkasan tanamn bertujuan memperoleh
keseimbangan pertumbuhan. Ada 4 jenis pemangkasan yang harus
dilakukan, yaitu pemangkasan tunas pokok, pemangkasan batang pokok,
pemangkasan untuk pembentukan tanaman dan pemangkasan cabang
produktif ( warsino 2010)
Pemangkasan tanaman buah naga dilakukan sejak masa vegetatif
untuk membentuk percabangan dan pada masa generatif pemangkasan
dilakukan untuk pembentukan cabang produktif ( Kristanto 2009). Jumlah
cabang harus dibatasi agar pertumbuhan optimal. Poengaturan cabang
yang baik menggunakan pola 1 batang utama, 2 cabang pertama dan 5
cabang kedua. Buah naga hanya boleh muncul pada cabang kedua dan
jumlah dibatasi hanya 3 buah pada setiap cabang (Soedarya 2013).
f) Pengendalian Gulma
Pengaendalian gulma dilakukan untuk membersihkan kebun buah
naga dari gulma pesaing. Gulma sering menjadi sarang dari hama dan
sumber penyakit sehingga harus dibasmi. Tanaman buah naga yang
dirawat dengan baik akan mampu berpoduksi sampai umur 15-20 tahun.
Pengendalian gulma dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan
untuk menghemat biaya ( soedarya 2013). Pengendalian gulma biasanya
dilakukan secara manual, kemudian biomasanya digunakan sebagai mulsa
atau dibenamkan diantara baris tanaman sebagai kompos (yuliarti 2012).
g) Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman buah naga termasuk tanaman yang kuat dan relatif mudah
perawatanya. Pengetahuan mengenai jenis-jenis pestisida yang dipakai,
bahan aktif yang digunakan, cara kerja dan keunggulan dari pestisida
tersebut harus dikuasai oleh petani. Hama yang sering dijumpai pada
pertanaman buah naga antara lain adalah bekicot atau siput yang dapat
merusak batang dan menyebabkan kebusukan pada batang. Tikus tanah
merupakan hama yang dapat merusak sistem perakaran tanaman buah
naga. Hama lain yang biasa menyerang buah naga adalah tunggau, kutu

13
putih, semut, burung dan belalang ( Emil 2011)
Penyakit yang menyerang tanaman buah naga adalah penyakit yang
disebabkan oleh cendaawan dan bakteri. Penyakita yang menyerang buah
naga diantaranya adalah penyakit busuk pangkal patang, penyakit busuk
bakteri, penyakit layu fusarium dan penyakit karat merah (rahayu 2014)
I. Panen
Indeks kematangan dapat digunakan sebagai standar panen untuk
mengurangi susut saat pre-sortasi. Selain itu, kerusakan mekanis dapat
menjadi masalah serius, karena kerusakan tersebut menentukan cepatnya
produk untuk membusuk, meningkatnya kehilangan cairan dan meningkatnya
laju respirasi serta produksi etilen yang berakibat pada cepatnya kemunduran
produk. Pemanen atau pemetik secara manual sebaiknya terlatih dengan baik
agar dapar memanen dengan cara yang benar untuk mengurangi kerusakan
dan bahan yang tidak bermanfaat (waste), dan harus mengetahui secara baik
tingkat kematangan produk yang mereka tangani. Pemetik harus bisa
memanen dengan hati-hati, yakni memetik, memotong atau menarik buah dari
tanaman induknya dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan seminim
mungkin (Kitinoja dan Kader 2002).
Siagian (2012) mengemukakan bahwa buah naga dapat dipanen apabila
kulit buah telah berubah warna dari hijau menjadi merah untuk buah naga
yang berdaging putih atau merah, sedangkan jenis buah naga berkulit kuning
akan berubah warna menjadi kuning. Perkembangan kuncup buah dari
munculnya kuncup bakal bunga hingga bunga mekar berlangsung sekitar 12–
18 hari dan biasanya bunga akan mekar setelah kuncup bunga mencapai
ukuran panjang 25– 30 cm. Perkembangan buah sejak bunga mekar hingga
matang (dapat dipanen) memerlukan waktu 32–35 hari. Pemanenan dilakukan
secara manual dengan menggunakan gunting pangkas pada tangkal buah yang
telah masak. Cabang pendukung buah harus dipotong dengan menyisakan 2
atau 3 mata diatas pangkal untuk regenerasi cabang baru yang diharapkan
akan menghasilkan buah pada musim berikutnya. Cabang pendukung buah
yang telah dipanen pada umumnya apabila dipertahankan untuk dibuahkan

14
lagi pada musim berikutnya memberikan hasil yang kurang produktif.
J. Pascapanen
Setyabudi (2003) menyatakan bahwa pada umumnya buah merupakan
komoditas yang mudah rusak (bulky dan perishable) sehingga memerlukan
penanganan ekstra hati-hati setelah buah dipanen, agar mutunya terjaga
sampai kepada konsumen. Aneka buah harus melalui tahapan penanganan
yang dimulai dari panen atau pemetikan buah hingga ke bangsal penanganan
untuk menjaga mutu buah. Semakin banyak tahapan yang dilalui dan semakin
lama penanganan berlangsung, risiko kehilangan dan kerusakan juga semakin
besar. Penelitian buah telah banyak dilakukan oleh para peneliti di dalam
negeri maupun luar negeri, namun untuk penanganan segar secara
menyeluruh dalam rantai bangsal penanganan pascapanen khususnya untuk
buah Nusantara belum banyak dilakukan. Penanganan pascapanen buah naga
hasil produksi dalam negeri meliputi sortasi, grading, pengemasan, dan
transportasi. Sortasi dan grading buah masih dilakukan secara manual yakni
menggunakan cara visual sehingga hasil sortasinya kurang seragam dan tidak
sesuai dengan mutu dalam buah naga (Djamila et al. 2010).
Siagian (2012) mengemukakan bahwa penanganan pascapanen harus
dilakukan dengan baik agar kualitas buah tetap baik, mulai pemetikan buah
hingga pengangkutan, pengemasan dari kebun hingga ke konsumen.
Pengemasan buah dilakukan dengan menggunakan karton khusus. Rasa buah
yang dikonsumsi segera setelah panen biasanya rasanya sedikit asam, buah
akan lebih manis apabila dikonsumsi setelah diperam beberapa hari. Buah
naga dalam perdagangan dapat dibedakan dalam 3 kelas buah naga
berdasarkan ukuran buah yaitu: kelas Super (berat per buah > 700 g); kelas A
(berat per buah 400–700 g); kelas B (berat per buah 300–400 g)

15
III. TATA LAKSANA MAGANG
A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Magang Mahasiswa

1. Waktu : 14 Januari – 15 Februari 2020

2.. Lokasi : Sabila Farm. Jl. Kaliurang Km.18.5, Pakembinangun, Pakem,


Kertodadi,Pakembinangun, Kec. Pakem, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55582

B. Metode Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan magang mahasiswa yang berlangsung di kebun buah


organikm Sabila farm ini menggunakan beberapa metode pengambilan data.
Beberapa metode yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Praktik Langsung
Praktik langsung dilakukan dengan cara ikut bekerja di Sabila farm
mulai dari proses pembibitan, penanaman, perawatan, panen dan
pascapanen hingga pemasaran hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran secara lebih jelas mengenai aspek yang dikaji. Seluruh mahasiswa
yang ikut magang ataupun peserta magang di Sabila farm juga harus
mengamati kegiatan–kegiatan yang berlangsung.

2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat
ditemukan pada saat obeservasi atau praktik langsung di lapang atau untuk
mendapatkan informasi yang lebih detail. Kegiatan wawancara yang
dilakukan yaitu menanyakan hal yang berhubungan dengan institusi mitra,
seperti kondisi isntitusi mitra, praktek budidaya tanaman, dan pemasaran,
serta hal lain yang berhubungan dengan kegiatan magang yang dilakukan.
Wawancara dilakukan oleh mahasiswa magang dengan pembimbing lapang
dan karyawan institusi mitra.

16
3. Dokumentasi
Dokumentasi kegiatan magang dilakukan dengan pengambilan gambar
setiap kegiatan yang dilakukan mahasiswa magang di institusi mitra dan
pengambilan gambar yang dapat memberikan informasi relevan dengan
tujuan magang.

4. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk menambah informasi yang telah
didapatkan pada saat magang. Kegiatan studi pustaka dilakukan dengan cara
mencari referensi mengenai permasalahan yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan magang mahasiswa sebagai data pelengkap dan pembanding
serta konsep dalam alternatif pemecahan masalah. Referensi tersebut antara
lain diperoleh dari buku-buku, jurnal, majalah, koran, dan internet.
C. Aspek yang Dikaji

Kegiatan magang kelompok yang dilaksanakan di Sabila farm


menginginkan agar mahasiswa memiliki pengetahuan dan pengelaman yang
mumpuni. Berbagai aspek yang akan dikaji dalam pelaksanaan magang kali ini
meliputi:
1. Aspek umum

Mengkaji tentang keadaan umum perusahaan meliputi sejarah dan


perkembangannya, lokasi, dan struktur organisasi perusahaan.
2. Aspek khusus
a. Aspek Pembibitan Tanaman

Pembibitan tanaman merupakan tindakan untuk perbanyakan


tanaman. Mahasiswa diharapkan dapat memiliki pengetahuan serta
ketrampilan dalam melakukan pembibitan dan mendapatkan bahan
tanam yang baik

b. Aspek Budidaya Tanaman

Kesesuaian antara pengetahuan yang diperoleh saat kuliah dapat


dipraktikan langsung saat kegiatan magang berlangsung. Mahasiswa
diharapkan mengetahui cara teknik budidaya yang tepat di berbagai
jenis tanaman. Teknik budidaya tanaman yang dilakukan tidak hanya
17
menaman tanaman saja, namun mahasiswa dapat memahami mengenai
prinsip, proses, dan kesesuaian budidaya tanaman.

c. Aspek Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)

Suatu tanaman yang sedang dibudidayakan tentunya tidak pernah


lepas dengan berbagai faktor pengganggu yang menyebabkan
penurunan kuantitas hasil tanaman. Melalui aspek ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami berbagai hama dan penyebab penyakit
yang menyerang suatu tanaman dengan cara mengidentifikasi gejala
maupun tanda penyakit yang tampak, sehingga mahasiswa dapat
melakukan pengendalian yang tepat untuk menangani hal tersebut.
d. Aspek Pemanenan dan Pasca Panen

Untuk mendapatkan kualitas hasil pertanian yang baik perlu


diperhatikan kerakteristik serta sistem panen yang tepat. Produk
pertanian yang dibudidayakan memiliki sifat perishable atau mudah
rusak sehingga diperlukan penanganan yang cepat agar daya simpan lama
dan kualitas produk tetap terjaga. Mahasiswa setelah magang diharapkan
memiliki kemampuan untuk melakukan pemanen yang baik dan
penanganan produk pertanian pasca panen.

18
D. Jadwal Kegiatan Magang

Kegiatan magang mahasiswa yang dilakukan akan dialokasikan


pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan budidaya dan
manajemen produksi buah naga di Sabila farm.
Tabel 1. Rencana Kegiatan Magang Mahasiswa

Minggu ke-
No. Kegiatan
II III IV
1. Orientasi
Pengamatan tempat serta penyelesaian
administrasi
2. Presentasi dan pembagian kerja di Sabila
farm dan di lapangan
3. PraktikLapang
- - Pembibitan
- Persiapan lahan
- penanaman
- Perawatan
- Pemanenan
4. Penanganan Pascapanen
- Sortasi dan grading
- pembersihan
- labeling
- Packaging
5. Pengumpulan Data
- Data produksi
- Data pemasaran
6 Penyusunan hasil akhir kegiatan

19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Sabila Farm


Sabila Farm merupakan Agrowisata dan memproduksi buah-buahan
yang berada di Jalan Kaliurang KM 18,5 Dusun Kertodadi Pakem Sleman
Yogyakarta. Sabila Farm memiliki situs web resmi dengan alamat
www.sabilafarm.com. Bentuk badan hukum yang dimiliki oleh Sabila Farm
yaitu UD (Usaha Dagang). UD.Sabila Farm merupakan salah satu
perusahaan hortikultura, khususnya buah-buahan yang didirikan pada tahun
2005. Nama “Sabila” diambil dari nama anak bungsu pemilik perusahaan ini,
selain itu kata “Sabila” memiliki arti yaitu Sarana Belajar Ilmu Allah. Sabila
Farm saat ini sudah memiliki lahan seluas 11 hektardengan menyewa lahan
kas Desa Pakembinangun, Sleman Yogyakarta. Luasan 5 hektar untuk
komoditas buah naga dan sisanya ditanami oleh komoditas papaya, sirsak,
srikaya, jambu kristal, jambu air madu deli, jeruk dekopon, lemon, durian,
alpukat, dan kurma.
Jenis buah naga yang ditanam di Sabila Farm adalah varietas Buah
Naga Sabila Putih dan Buah Naga Sabila Merah yang telah disahkan oleh SK
Menteri Pertanian pada tanggal 26 Mei 2010 dengan No SK
2103/Kpts/SR.120/5/2010 untuk 30 Buah Naga Sabila Putih, sedangkan
untuk Buah Naga Sabila Merah dengan No SK 2103/Kpts/SR.120/5/2010.
Sabila Farm memiliki visi dan misi yang ingin dicapai. Visi yang dimiliki
oleh Sabila Farm yaitu meningkatkan kuantitas dan kualitas komoditas buah
naga dan buah lainnya dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pertanian, sedangkan misi dari Sabila Farm yaitu memperluas lahan
penanaman buah naga dan buah lainnya, menerapkan teknologi budidaya dan
pascapanen buahnaga dan buah lainnya dan menyelenggarakan pelatihan dan
penelitian bagi masyarakat dan mahasiswa.
B. Budidaya Buah Naga Organik

Budidaya buah naga organik merupakan proses bercocok tanam buah


naga dengan bahan alami dan menghindari penggunaan bahan – bahan kimia
atau jika menggunakannya dengan dosis yang tidak terlalu besar. Bahan
kimia yang digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan

20
tanaman akan berdampak buruk terhadap kelestarian lingkungan dan
ekonomi. Tanaman buah naga lebih menyukai kondisi di lahan yang kering
disbanding dengan kondisi yang basah dengan curah hujan rendah. Buah
naga masih dapat hidup dalam curah hujan tinggi hanya saja akan sering
terkena penyakit busuk akar dan busuk batang. Efek ini disebabkan buah
naga yang tidak tahan dengan adanya genangan air. Tanaman buah naga
merupakan tanaman gravitasi yaitu sulurnya akan tumbuh kearah bawah dan
dapat menghasilkan bunga. Proses pembudidayaan yang dilakukan di Sabila
farm meliputi pembibitan, pengolahan tanah, perawatan, pemanenan dan
pasca panen.
1. Pembibitan
Pembibitan merupakan tahap awal dari proses budidaya tanaman
buah naga. Pembibitan buah naga putih di Sabila Farm dilakukan secara
vegetatif, yaitu dengan stek batang atau sulur. Pembibitan dilakukan
langsung di lapang dengan cara memotong sulur-sulur tua (minimal
berumur 2 tahun) dan produktif (sudah pernah berbuah). Sulur yang telah
didapat kemudian dipotong kembali dengan ukuran panjang ideal stek
untuk tumbuh dengan baik yaitu 30–35 cm. Bagian ujung bawah stek
dibuat meruncing untuk merangsang dan mempermudah pertumbuhan
akar serta sebagai penanda bagian yang akan ditanam ke dalam tanah.
Selanjutnya stek dikeringanginkan selama 2–3 minggu untuk
mengeringkan luka bekas potongan. Setelah dikeringkan, bahan stek siap
ditanam ke lahan. Kegiatan pembuatan stek dan contoh bahan stek yang
siap tanam (telah dikeringanginkan dan ukuran sesuai ketentuan) dapat
dilihat pada Gambar 4.1.

A B
a a
Gambar 4.1 Kegiatan pembuatan stek (a) dan bahan stek siap tanam (b).

21
Syarat bibit yang baik untuk digunakan yaitu tahan penyakit,
mudah penanganan, seragam (uniform), produktif dan mudah tumbuh.
Penanaman tanaman buah naga umumnya menggunakan stek batang
karena tanaman akan lebih cepat dan seragam dalam pertumbuhannya.
Penanaman dengan biji jarang dilakukan karena tidak seragam,
pertumbuhan tanaman lama, sulit penanganan dan sifat tanaman tidak
sama dengan induknya. Pembibitan paling baik dilakukan setelah masa
berbuah selesai yaitu pada bulan Mei sampai Oktober. Stek-stek yang
telah dipotong dikeringanginkan terlebih dahulu dengan menyimpannya di
dalam rumah stek. Posisi penyimpanan stek sebaiknya mendatar agar akar
tidak tumbuh sebelum stek ditanam. Stek dengan penyimpanan mendatar
dapat bertahan optimal selama 6 bulan.
2. Pengolahan Tanah dan Pemberian Tiang Panjatan
Cabang atau sulur tanaman buah naga pada prinsipnya akan
menghasilkan buah apabila terkena matahari langsung. Jarak tanam harus
disesuaikan dengan kondisi lahan dan juga sistem penanaman yang akan
dipakai. Jarak tanam yang diterapkan di Sabila Farm adalah 2.5 m × 2.5 m.
Media tanam yang diperlukan untuk setiap 4 buah stek batang buah naga
antara lain adalah campuran antara tanah dengan pupuk kandang 10–12
kg, kapur dolomit 2 kg, pupuk NPK 50 g dan sekam bakar 1–2 kg. Alat
dan bahan yang digunakan dalam penanaman buah naga meliputi cangkul,
linggis, tali rafia, meteran, 4 buah stek batang dan tiang panjatan. Tiang
panjatan ini dapat berupa beton atau kayu tanaman hidup. Sabila Farm
menggunakan kedua jenis tiang panjatan ini dalam penanaman tanaman
buah naga .
Tiang panjatan beton yang digunakan berbentuk segiempat dengan
ukuran 10 cm × 10 cm. Beton terbuat dari adukan semen, koral atau split,
dan pasir dengan perbandingan 1:3:5. Rangka besi berdiameter 8 mm
dengan panjang 2 m terdapat dalam tiang panjatan beton. Sabila Farm
menggunakan tanaman Jaranan (Crataeva nurvala) yang berasal dari
Probolinggo, Jawa Timur untuk tiang panjatan hidup Kayu ini berdiameter
10 cm dengan tinggi 2 m. Pengolahan tanah pada pertanaman buah naga

22
diawali dengan membuat lubang tanam untuk tiang panjatan dengan
kedalaman 50 cm berukuran 10 cm × 10 cm yang disebut dengan lubang
pertama. Tiang panjatan dimasukkan ke dalam lubang pertama, lalu
padatkan dengan tanah di sekitarnya hingga tiang menancap dengan kuat.
Kemudian di sekeliling lubang pertama dibuat areal penanaman berukuran
60 cm × 60 cm × 30 cm yang biasa disebut dengan lubang kedua. Tanah
hasil penggalian lubang kedua harus dipisahkan antara tanah bagian atas
(topsoil) dan tanah bagian bawah (subsoil). Kemudian pupuk kandang,
pupuk NPK, dan kapur dolomit dicampur dengan topsoil dan dimasukkan
ke dalam lubang kedua. Sekam bakar selanjutnya disebar di sekitar tiang
sebelum stek batang ditanam.

Gambar 4.2. Kegiatan pengolahan tanah

a b
G
Gambar 4.3. Pohon buah naga putih dengan tiang panjatan hidup
(a) dan tiang panjatan beton (b)

3. Penanaman Buah Naga


Penanaman tanaman buah naga dilakukan setelah bibit sudah
muncul akar. Akar buah naga termasuk dalam akar serabut. Penanaman ini
dilakukan setelah tiang panjatan terpasang dan media tanah telah siap.

23
Bibit stek batang kemudian ditanam mengelilingi tiang panjatan dengan
kedalaman ±5 cm. Bagian sisi datar stek harus menempel pada tiang
panjatan beton, sedangkan pada tiang panjatan hidup bibit stek ditanam
tidak menempel tetapi agak miring dengan jarak ±3–5 cm dari tiang kayu.
Selanjutnya keempat bibit stek buah naga tersebut diikat dengan tali rafia.
Pengikatan sebaiknya tidak terlalu erat agar tidak merusak bibit.

Gambar 4.4. Proses penanaman stek buah naga


4. Perawatan Buah Naga
Prinsip perawatan tanaman buah naga yang paling penting adalah
tanaman buah naga harus mendapatkan sinar matahari penuh dan
memperoleh air dan nutrisi yang cukup. Perawatan yang dilakukan berupa
penyulaman, pengikatan cabang, pengairan, pemupukan, pemangkasan,
penjarangan buah dan kuntum bunga, pengendalian OPT dan pengairan.
a. Penyulaman
Penyulaman merupakan tindakan penggantian tanaman yang
mati, busuk pada batang, tidak tumbuh dan kerusakan fisik lainnya
atau stek mengalami gangguan yang mana harus diganti dengan stek
yang baru. Penyulaman ini dilakukan untuk menghasilkan tanaman
yang nantinya dapat tumbuh dan menghasilkan buah yang optimal.
Penyulaman sendiri dilakukan seminggu setelah tanam. Pada
penanaman ataupun penyulaman perlu diperhatikan kembali tentang
letak tanaman dan pengikatan cabang tanaman . karena hal tersebut
juga penting dalam budidaya buah naga.
b. Pengikatan Cabang Sulur
Pengikatan cabang sulur dilakukan pada cabang yang tumbuh di
sulur utama atau sulur primer agar pertumbuhannya teratur ke atas

24
hingga mencapai ujung tiang panjatan. Setiap pertambahan ketinggian
sekitar 30 cm dilakukan pengikatan cabang. Sebaiknya ikatan tidak
terlalu kencang agar cabang atau sulur tidak terjepit atau patah. Alat
yang digunakan dalam kegiatan pengikatan adalah tali rafia. Ikatan
dapat dilepas apabila akar epifit pada sulur telah tumbuh merambat
dan kuat pada tiang panjatan. Setelah sulur-sulur utama tanaman buah
naga mencapai ujung tiang dan bercabang, selanjutnya dilakukan
pengaturan letak cabang sulur. Kegiatan mengatur letak cabang sulur
buah naga bertujuan agar cabang sulur dapat diarahkan
pertumbuhannya sehingga membentuk kanopi yang baik.
c. Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pokok dalam
budidaya buah naga. Pemupukan pada tanaman buah naga bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman untuk
mencapai produksi yang optimal. Pada pemupukan pupuk yang
digunakan di Sabila Farm adalah pupuk kandang. Pupuk kandang
dipilih karena pupuk kandang adalah pupuk yang baik untuk menjaga
rasa dan keawetan dari buah naga sendiri. Selain itu pupuk kandang
merupakan pupuk yang ramah lingkungan yang dapat menjaga
kesuburan dan struktur tanah. Pupuk kandang diaplikasikan pada saat
awal penanaman dan pemupukan lanjutan secara berkala. Pemupukan
lanjutan atau susulan yang dilakukan di Sabila Farm adalah setiap 4
bulan setelahpenanaman. Pemupukan susulan hanya menggunakan
pupuk kandang dengan dosis 10–20 kg.
d. Pengairan / penyiraman
Penyiraman tanaman buah naga dilakukan bervariasi tergantung
musim yang sedang berjalan. Jika pada musim kemarau tanaman buah
naga biasanya disiram setiap hari. Penyiraman setiap hari pada musim
kemarau ini dilakukan untuk mencegah kerusakan pada perakaran
akibat dari perubahan suhu tanah yang tinggi ke suhu tanah yang
rendah serta bunga pada tanaman buah naga bisa terbentuk dan
kebutuhan tanaman akan air tetap tercukupi. Pada musim penghujan

25
penyiraman tidak menentu, tergantung pada tingkat kekeringan tanah.
Lahan sabila farm telah mempunyai sistem aerasi yang baik berupa
parit yang berada diantara bedengan buah naga yang terhubung
dengan istalasi pipa yang terpasang di setiap baris pertanaman buah
naga. Penyiraman dilakukan dengan cara menggenangi air pada parit
yang berada diantara bedengan buah naga. Pemberian atau
penggenangan parit ini dilakukan agar tanaman buah naga mudah
mendapatkan suplai air.
e. Pemangkasan
Pemangkasan adalah kegiatan membuang cabang atau sulur
untuk membentuk percabangan dan cabang produktif serta
memperoleh keseimbangan pertumbuhan. Pemangkasan pada buah
naga dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas. Pemangkasan
ini dilakukan pada saat tanaman mengalami stress atau pergantian
musim dari musim kemarau ke musim penghujan yaitu sekitar bulan
September sampai bulan November. Bulan – bulan ini biasanya
tanaman buah naga sudah tidak berbunga dan berbuah atau bisa
dikatakan masa stres. Pemangkasan ini dilakukan pada pilar buah naga
yang sudah tua. Pemangkasan ini dilakukan dari pangkal buah naga
agar tanaman tidak terlalu berat dan energi yang didapat tidak hanya
untuk pertumbuhan pilar/sulur tetapi untuk pertumbuhan dan
pembentukan buah.
Pemangkasan sendiri ada tiga macam yaitu pemangkasan untuk
membentuk batang pokok, pemangkasan untuk membentuk cabang
produksi dan pemangkasan untuk membentuk cabang produktif.
1). Pemangkasan untuk membentuk batang pokok yaitu dengan cara
memilih tunas atau sulur yang berada diujung, dan tunas yang
lain dipotong/dipangkas pada pangkal tunas, bila nantinya tunas
susulan yang tumbuh, tunas tersebut harus segera dipangkas.
Jika terdapat 3 tunas bersamaan maka dipilih sulur / tunas yang
baik yaitu berwarna hijau, kekar dan tebal.
2). Pemangkasan untuk membentuk cabang produksi yaitu dengan

26
cara memilih beberapa tunas yang tumbuh disekitar bekas
pangkasan pucuk batang pokok, pilih sebanyak 3 – 4
tunas/cabang produksi yang berkwalitas baik yaitu kekar, sehat
dan unjung pilar hingga kebawah sekitar 30 cm. Apabila tumbuh
tunas susulan segera dipangkas agar tidak mempengaruhi fase
generatif terhadap pembungaan.
3). Pemangkasan untuk membentuk cabang produktif yang mana
pertumbuhan cabang baru setelah cabang produksi dibiarkan
tumbuh sebanyak-banyaknya agar dihasilkan buah yang banyak
karenacabang ini akan menghasilkan buah secara bergiliran
selama 6 bulan yaitu bulan November – April.
f. Proses pembungaan dan seleksi kuntum bunga dan buah
Perawatan yang berikutnya yaitu proses pembungaan dan seleksi
kuntum dan buah yaitu serangkaian kegiatan memilih kuntum bunga
dan memilih buah yang sesuai dengan persyaratan tanaman buah naga
produktif yang mana kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh
tanaman dengan produktivitas tinggi dan mampu berbuah sesuai
dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Syarat yang harus
dipenuhi dalam proses pembungaan yaitu cabang produksi terbentuk
dengan baik, jumlah maupun ukurannya dengan panjang 70 – 100 cm,
telah dilakukan pemangkasan pada setiap sulurnya yaitu sepanjang 5 –
10 cm agar terjadi tahapan penuaan. Tidak boleh ada tunas pada
cabang produksi yang terbentuk, jika ada tunas yang tumbuh segera
dipangkas.
Selanjutnya penyeleksian kuntum bunga yaitu dengan cara
memilih satu atau dua bunga yang tumbuh pada setiap sulur atau
cabang produksi buah naga. Jika memilih dalam 1 sulur 2 bunga maka
harus ada jarak sekitar 30 cm dan kuntum bunga yang dipilih yaitu
kuntum bunga yang menghadap ke matahari. Pemilihan buah
dilakukan jika cabang produksi berukuran kecil dan pendek maka
buah yang dipilih cukup satu yang mempunyai kualitas yang baik.
Pemilihan buah ini dilakukan untuk memperoleh kualitas buah yang

27
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dipasaran.
g. Pengendalian Gulma
Perawatan yang terakhir yaitu penyiangan. Penyiangan ini
dilakukan tidak pasti waktunya. Karena tanaman atau rumput yang
ada dilahan tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pengendalian gulma yang dilakukan di Sabila Farm meliputi
tiga cara, yaitu manual dan mekanis. Pengendalian dengan cara
manual dilakukan dengan menggunakan cangkul dan tangan. Gulma
yang tumbuh di sekitar lubang tanam pohon buah naga dibersihkan
dengan cangkul sedangkan gulma yang tumbuhnya terlalu dekat
dengan pohon sebaiknya diambil atau dicabut langsung dengan
tangan, karena apabila menggunakan cangkul dikhawatirkan dapat
melukai pohon tersebut. Pengendalian dengan cara mekanis dilakukan
dengan menggunakan mesin pemotong rumput. Pengendalian ini
memang lebih cepat dan praktis dibandingkan dengan cangkul yang
membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih, akan tetapi gulma tetap
cepat tumbuh karena pemotongan dengan mesin pemotong rumput
tidak membersihkan gulma hingga ke akar.
h. Pengendalian Hama & Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk menekan
populasi serangan hama dan penyakit agar kehilangan hasil dan
penurunan mutu buah sebagai kerugian ekonomi dapat dihindari serta
kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga.
Jenis hama yang menyerang tanaman buah naga di Sabila Farm adalah
bekicot (Achatina fulica), burung dan ayam (Gallus gallus). Bekicot
atau Achatina fulica menyerang tunas–tunas muda calon cabang buah
naga. Bekas serangan bekicot akan mengundang serangan jamur atau
bakteri yang menyebabkan tanaman layu. Pengendalian bekicot
dilakukan dengan membuang dan membasmi semua bekicot yang
berada di tanaman dan sekitar tanaman. Sanitasi kebun perlu
dilakukan untuk menjaga kebersihan kebun, sehingga kehadiran hama
ini dapat dicegah. Jenis penyakit yang menyerang tanaman buah naga

28
di Sabila Farm adalah bercak orange pada sulur yang disebabkan oleh
cendawan Fusarium sp. dan busuk lunak batang (Stem cancer) yang
disebabkan oleh Phytophthora sp. Gejala serangan bercak orange
ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih pada sulur yang
kemudian akan berkembang bercak orange yang menyebar tak
beraturan pada permukaan sulur. Busuk lunak batang ditandai dengan
sulur yang berair dan busuk berwarna coklat, penyakit busuk lunak
batang dapat menyerang sulur di bagian tengah, pangkal maupun
ujung sulur. Penanggulangan penyakit bercak orange dan busuk lunak
batang di Sabila Farm dilakukan dengan penyemprotan menggunakan
bubur bordo (Bordeaux) yang dibuat dari campuran terusi, belerang,
kapur dan air (1:1:1:100). Terusi, belerang dan kapur ditumbuk
sampai halus supaya mudah larut dalam air lalu semprotkan ke seluruh
bagian tanaman. Untuk batang atau sulur yang telah mengalami
kerusakan parah ditangani dengan eradikasi atau pemotongan batang
yang berpenyakit secara tuntas, sehingga penyebaran penyakit pada
tanaman yang sehat di sekitarnya dapat dicegah.

Gambar 4.5 perawatan buah naga


5. Pemanenan
Cara panen buah-buahan dapat dilakukan dengan tangan ataupun
secara mekanis menggunakan alat. Sabila Farm melakukan kegiatan
pemanenan buah naga dengan cara manual, yaitu dengan tangan. Cara
panen buah naga yang baik dan tepat memerlukan alat panen yang sesuai
dan keterampilan memanen yang baik dari pemetik atau pemanen. Alat
panen yang digunakan dalam pemanenan buah naga antara lain keranjang
buah, angkong, sarung tangan, gunting pangkas dan kendaraan roda tiga
terbuka. Gunting pangkas atau pemotong sebaiknya selalu kuat dan tajam

29
untuk mempermudah proses pemotongan tangkai buah. Kebersihan
keranjang panen, angkong dan kendaraan roda tiga terbuka hendaknya
selalu dijaga. Cara pemanenan buah naga adalah memotong buah pada
tangkai tanpa merusak sulur tempat buah tersebut tumbuh. Buah yang akan
dipetik digenggam dengan tangan yang menggunakan sarung tangan agar
kulit tidak tertusuk duri-duri pada sulur. Pemotongan yang terlalu dekat
dengan pangkal buah harus dihindari agar buah tidak cepat busuk.

Gambar 4.6 Pemanenan buah naga


a. Sistem Panen
Masa panen buah naga putih di Sabila Farm adalah 6 bulan, yaitu
pada bulan November sampai Mei. Pemanenan buah naga putih di
Sabila Farm selama 6 bulan tersebut tidak dilakukan secara serempak
setiap bulannya. Sistem pemanenan buah naga putih di Sabila Farm
dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan pesanan dari konsumen
dan berdasarkan keperluan agrowisata. Hasil produksi buah naga putih
di Sabila Farm sebesar 40% dialokasikan untuk pesanan konsumen,
sedangkan untuk agrowisata sebesar 60%. Konsumen memesan buah
naga putih berdasarkan jumlah berat (kg) yang diinginkan. Buah naga
putih akan dipanen pada waktu tertentu hingga jumlah beratnya
mencapai jumlah berat sesuai dengan pesanan, sehingga buah yang
berada di kebun tidak dipanen sampai habis. Buah naga putih yang
tidak dipanen sengaja dibiarkan untuk keperluan agrowisata. Selain
untuk estetika kebun, buah-buah tersebut tidak segera dipanen agar
pengunjung kebun Sabila Farm saat melakukan agrowisata dapat
melihat buah naga putih yang siap panen dan pengunjung juga
mendapat kesempatan untuk memanen buah naga sendiri.

30
b. Karakteristik Umur Panen
Buah naga mulai berbuah pada umur 1.5–2 tahun setelah tanam.
Kegiatan pemanenan yang baik harus dilakukan pada umur panen yang
tepat sehingga buah yang dihasilkan sesuai dengan tingkat kematangan
yang diinginkan konsumen dan sesuai dengan standar pasar yang dituju.
Umur panen buah naga yang tepat adalah sekitar 53 hari. Bunga yang
muncul mulai dari duri hingga mekar sekitar 20 hari, sedangkan mulai
dari bunga mekar hingga menjadi buah yang siap petik adalah 33 hari.
Masa panen buah naga yaitu 6 bulan dalam setahun, sedangkan umur
produktif tanaman buah sekitar 20 tahun. Panen buah naga yang
dilakukan di Sabila Farm dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Masa panen dan fase pembungaan buah naga di Sabila Farm
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Masa
panen
Fese
pembungaan

Buah naga termasuk ke dalam buah non klimaterik. Secara praktis,


perbedaan antara buah klimaterik dan non klimaterik adalah
menyangkut perolehan buah matang. Kematangan buah klimaterik
dapat diperoleh melalui pemeraman, sedangkan buah non klimaterik
kematangannya hanya dapat diperoleh di pohon atau tidak dapat
diperam. Hal ini menunjukkan bahwa apabila buah naga dipanen saat
tingkat kematangan belum mencapai optimal atau umur panen tidak
tepat, maka kualitas buah yang dihasilkan adalah kualitas buah yang
belum optimal tersebut, dan tidak dapat mengalami perubahan rasa,
warna kulit dan ukuran atau tidak mengalami peningkatan kualitas buah
selama hari penyimpanan. Broto (2003) menyatakan bahwa
perkembangan mutu yang diinginkan dan daya simpan buah sangat
ditentukan oleh karakter fisiologisnya. Oleh karena itu, karakter
fisiologis menjadi pertimbangan utama bagi pelaku usaha pascapanen

31
untuk memperlakukan buah dalam bangsal penanganan agar mutu
prima buah selalu terjaga hingga ke tangan konsumen.
Karakteristik panen yang dapat dilihat sebagai penanda buah naga
telah mencapai tingkat kematangan optimal yaitu warna kulit buah dan
jumbai buah, sulur pada tangkai buah dan ukuran mahkota buah. Buah
naga yang telah masak optimal warna kulit buahnya akan berubah dari
hijau menjadi merah magenta atau. merah mengkilap. Warna jumbai
buah juga berubah dari hijau menjadi kemerahan. Selain itu, apabila
buah telah matang optimal sulur pada tangkai buah akan retak serta
ukuran mahkota buah naga akan mengecil.

Gambar 4.7 Karakteristik buah matang (tangkai buah retak)


6. Pascapanen
Penanganan pascapanen bertujuan agar hasil tanaman dalam kondisi
baik dan sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Kegiatan
penanganan pascapanen yang dilakukan di Sabila Farm meliputi :
a. Sortasi (sorting).
Sortasi merupakan kegiatan penyeleksian berdasarkan kondisi
buah sehingga buah yang rusak, busuk atau cacat dengan yang utuh
terpisah. Kegiatan sortasi buah naga di Sabila Farm dilakukan secara
visual berdasarkan tampilan fisik (warna dan bentuk). Buah naga putih
yang telah dipanen harus diangkut dari kebun menuju tempat
pengumpulan pascapanen untuk segera disortasi. Buah naga yang baik
memiliki warna kulit buah dan jumbai sesuai karakteristik panen serta
kulit buah yang mulus tanpa rusak, cacat, memar dan luka apapun yang
kemudian buah naga tersebut dipisahkan untuk penanganan pascapanen
selanjutnya. Buah naga yang tidak layak jual dengan kondisi luka,
memar, berlubang dan sebagainya apabila masih ada bagian daging

32
buah yang bisa dimanfaatkan, maka buah-buah tersebut akan dijadikan
bahan baku makanan olahan dari buah naga putih, seperti puding, kue,
es buah dan lain-lain, sedangkan buah naga dengan kondisi busuk akan
segera dimasukan kedalam lubang pengomposan.

Gambar 4.8 Sortasi hasil panen buah naga


b. Pembersihan (cleaning).
Hasil panen kebun harus dibersihkan dari kotoran menempel pada
permukaan buah baik berupa tanah, debu, ataupun bagian tanaman yang
tidak diperlukan. Pembersihan buah naga hasil panen yang dilakukan
di Sabila Farm adalah dengan menggunakan kuas dan gunting pangkas.
Pembersihan dengan menggunakan kuas bertujuan untuk
membersihkan kotoran-kotoran seperti tanah atau debu, sedangkan
pembersihan dengan menggunakan gunting pangkas digunakan untuk
membuang bagian sulur yang masih menempel pada pangkal buah
naga. Hal ini disebabkan karena pada bagian sulur yang tertinggal
masih terdapat duri-duri.

Gambar 4.9 Pembersihan buah naga dengan kuas


c. Pengkelasan (grading).
Pengkelasan adalah kegiatan menyeleksi dan memisahkan buah
berdasarkan ukuran buah. Pengkelasan buah naga putih yang dilakukan
di Sabila Farm dibagi menjadi empat kelas, yaitu kelas Super, kelas A,
kelas B dan kelas C. Kelas Super merupakan kelas buah naga putih

33
yang memiliki bobot > 700 g, sedangkan kelas A adalah kelas buah
naga putih yang memiliki bobot antara 600–700 g. Buah naga putih
kelas B memiliki bobot antara 500–600 g dan buah naga putih kelas C
memiliki bobot 400–500 g.

Gambar 4.10. Proses grading


d. Pemberian label (labelling).
Pemberian label pada buah naga bertujuan sebagai penanda bahwa
buah tersebut asli hasil produksi dari Sabila Farm. Label yang
digunakan di Sabila Farm adalah label kertas tempel berbentuk bulat
kecil dengan cap Sabila Farm. Label dapat langsung ditempelkan pada
buah sebelum masuk ke dalam kotak pengemasan untuk dikirim kepada
konsumen.

Gambar 4.11. Pemberian label pada buah naga


e. Pengemasan (packaging).
Pengemasan adalah kegiatan memasukkan dan menata buah ke
dalam wadah kemasan sebelum dilakukan pengiriman pada konsumen.
Pengemasan bertujuan untuk melindungi buah dari kerusakan fisik
selama proses penyimpanan dan pengangkutan. Proses pengemasan
dimulai dengan pembungkusan buah naga dengan netfoam sebelum
dimasukkan dalam kotak kardus. Sabila Farm menggunakan kemasan
kotak kardus dengan logo Sabila Farm. Kotak kardus ini berkapasitas 5
kg, sedangkan berat kardusnya sendiri 0.5 kg. Ukuran kardus sebesar 32

34
cm × 32 cm dengan tinggi 16 cm. Kardus harus dilubangi setiap sisinya
sebanyak 3 lubang sebagai sirkulasi udara. Posisi pangkal buah naga
harus berada di bagian bawah ketika meletakkan buah di dalam kardus
dengan tujuan agar buah tidak cepat rusak.

Gambar 4. 12. Pengemasan buah naga

35
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan magang dan pembuatan laporan ini penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembibitan buah naga di Sabila Farm dilakukan dengan cara vegetatif
dengan cara stek batang/sulur.
2. Budidaya buah naga putih di sabila farm belum sepenuhnya dilakukan
secara organik karena pada saat penanaman awal masih menggunakan
pupuk NPK 50 gr meskipun untuk seterusnya menggunakan pupuk
organik yang berasal dari kotoran hewan dan limbah kebun serta tidak
menggunakan pestisida sintetik.
3. Sistem panen yang dilakukan di Sabila Farm tidak dilaksanakan
berdasarkan pesanan konsumen dan keperluan agrowisata. Kriteria siap
panen buah naga meliputi warna kulit buahnya akan berubah menjadi
merah mengkilap. Warna jumbai buah juga berubah dari hijau menjadi
kemerahan. Sulur pada tangkai buah akan retak serta ukuran mahkota
buah naga akan mengecil.
4. Pengelolaan pascapanen buah naga putih meliputi sortasi, pembersihan,
pengkelasan, labeling dan pengemasan supaya kualitasnya terjaga sampai
kepada konsumen.
B. Saran
Pengendalian hama dan penyakit pada buah naga putih di Sabila Farm
perlu ditingkatkan untuk mengurangi kerusakan hasil panen yang terjadi di
lapang. Pengawasan kegiatan pascapanen perlu ditingkatkan terutama agar
kriteria dan metode grading serta pengemasan dijalankan dengan baik

36
DAFTAR PUSTAKA

Andoko A, Nurrasyid H. 2012. 5 Jurus Sukses Hasilkan Buah Naga Kualitas


Prima. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.

Broto W. 2003. Prospek pengembangan buah segar untuk ekspor. Di dalam: Broto
W, editor. Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar
[Internet].

Cahyono, B. 2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga. Jakarta :


Pustaka Mina.
Emil. 2011. Buah Naga Unggul. Yogyakarta : Lily Publisher

Hardjadinata S. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.

Kristanto, D. 2009. Buah Naga, Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Cetakan IV


(Edisi Revisi). Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Kristriandiny, O. 2014. Budidaya Buah Naga Putih (Hylocereus Undatus) Di


Sabila Farm, Sleman, Yogyakarta dengan Aspek Khusus Panen dan
Pascapanen. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rahayu, Sri. 2014. Budidaya Buah Naga Cepat Panen. Jakarta : Infra Hijau

Renasari N. 2010. Budidaya tanaman buah naga super red di Wana Bekti

Utami S, Suci H. 2003. Sifat kimia entisol pada sistem pertanian organik. Ilmu
Pertanian 10(2): 63-69.
Warisno., K. Dahana. 2010. Buku Pintar Bertanam Buah Naga di Kebun,
Pekarangan, dan dalam Pot. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 95 hal

Winarsih. 2007. Hasilkan Buah Berkwalitas Baik. Trubus Mei 2007.


Yuliarti N. 2012. Bisnis Buah Naga dengan Memanfaatkan Lahan Sempit Rumah.
Bogor (ID): IPB Pr.

37
Lampiran 1 Peta lokasi Sabila Farm

38
Lampiran 2. SK pelepasan buah naga putih varietas unggul (Sabila Putih)

39
Lampiran 3. Hasil analisis nutrisi buah naga putih dan merah di Sabila Farm
Sumber: Sabila Farm
Hasil analisa
No. Sampel/kode Macam analisa
(%)

1. Putih Air 77.7199


Abu 1.2512
Lemak 0.2155
Protein 1.8824
Serat kasar 0.8597
Vitamin C 30.8840
Karoten 2.0250
Ca 175.6650
P2O5 13.3540
Fe 1.9210
Gula total 16.4556
Kalori 72.0550
Antioksidan 58.7110

2. Merah Air 80.1836


Abu 1.0942
Lemak 0.2455
Protein 1.5922
Serat kasar 0.8877
Vitamin C 32.5660
Karoten 42.6650
Ca 187.4460
P2O5 14.3560
Fe 2.3310
Gula total 15.7789
Kalori 67.6980
Antioksidan 64.8890

40
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Magang

Pembuatan kompos dari buah naga rusak Pemetaan lahan buah naga

Pembuatan rumah penyimpanan bibit Pemberian materi perkebunan

Makan siang bersama karyawan Pembuatan lubang pengomposan

Berjualan buah di Pasar tani Sleman Menyiapkan kunjungan agrowisata

41

Anda mungkin juga menyukai