Disusun Oleh :
Adeodillo Sutalputro Pangestu
16011050
Disusun Oleh :
Adeodillo Sutalputro Pangestu
16011050
Disetujui oleh :
Mengetahui,
Dekan Fakultas Agroindustri
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
hal
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
magang ini penulis mempelajari mengenai budidaya apel di agrowisata petik buah
dan diharapkan dapat memberi wawasan yang lebih kepada penulis.
Buah apel dalam budidayanya tentunya memiliki kendala-kendala
serangan penyakit seperti kudis, bercak coklat, kapang kelabu dan antraknos yang
menyerang buah apel, yang menyerang bagian tumbuhan yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Serangan dari penyakit tersebut dapat menurunkan tingkat
kualitas dan kuantitas serta ketertarikan pengunjung ke wisata petik buah ini
(Raharjo, 2017), sehingga pengelolaan penyakit ini perlu dilakukan semaksimal
mungkin dengan tetap menyediakan buah yang sehat bagi para wisatawan. Oleh
karena itu dalam kegiatan magang ini penulis juga mempelajari mengenai
pengelolaan peyakit apel di Agrowisata petik buah agar dapat memberi wawasan
yang lebih kepada penulis.
B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan dalam bentuk praktek kerja.
b. Mahasiswa mampu membandingkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan dengan yang ada di tempat magang dan menelaahnya.
c. Mahasiswa belajar untuk bekerja secara mandiri di Lapangan dan sekaligus
berlatih menyesuaikan diri dengan kondisi Lapangan pekerjaan yang
nantinya akan ditekuni oleh para lulusan.
d. Mahasiswa memperoleh tambahan wawasan dalam bidang pertanian secara
nyata dan luas.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui teknik pengendalian penyakit apel di taman wisata
petik buah.
b. Mahasiswa mengetahui secara umum ilmu tentang teknik budidaya Apel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Apel
Apel (Malus domestica) merupakan tanaman buah tahunan berasal dari
Asia Barat yang beriklim sub tropis. Apel dapat tumbuh di Indonesia setelah
tanaman apel ini beradaptasi dengan iklim Indonesia, yaitu iklim tropis.
Penanaman apel di Indonesia dimulai sejak tahun 1934 dan berkembang pesat
pada tahun 1960 hingga sekarang. Apel di Indonesia dapat tumbuh dan berbuah
baik di dataran tinggi, khususnya di Malang (Batu dan Poncokusumo) dan
Pasuruan (Nongkojajar), Jawa Timur.
B. Morfologi Apel
Tanaman apel terdiri dari beberapa bagian, mulai akar hingga biji sebagai
berikut:
1. Akar
Pohon apel berasal dari biji dan anakan yang membentuk akar tunggang,
yaitu akar yang arah tumbuhnya lurus atau vertikal ke dalam tanah yang berfungsi
sebagai penegak tanaman, penghisap air dan unsur hara dalam tanah, untuk
menembus lapisan tanah yang keras. Sedangkan batang bawah yang berasal dari
stek dan rundukan tunas akar, yang berkembang baik adalah akar serabut dan
3
4
tidak mempunyai akar tunggang, sehingga batangnya kurang kuat dan rentan
terhadap kekurangan air (Sutopo, 2015).
2. Batang
Pohon apel berkayu cukup keras dan kuat. Kulit kayu cukup tebal, warna
muda kecoklatan sampai coklat kuning keabu-abuan. Pohon apel berkayu cukup
keras dan kuat, cabang-cabang yang dibiarkan atau tidak dipangkas
pertumbuhannya lurus dan tidak beranting. Kulit kayunya cukup tebal, warna kulit
batang muda, cokelat muda sampai cokelat kekuning-kuningan dan setelah tua
berwarna hijau kekuning-kuningan sampai kuning keabu-abuan (Soelarso, 1997).
3. Daun
Daun apel berbentuk lonjong, ada yang lebar dan ada yang kecil. Ujung
daun runcing, pangkal daun tumpul dan tepi daunnya bergerigi teratur. Bentuk
daun apel dipilah dalam enam kategori, yaitu oval, broadly oval, narrow oval,
acute, broadly acute, dan narrow acute. Permukaan daun bisa datar atau
bergelombang. Sisi daun ada yang melipat ke bawah, ada juga yang melipat ke
atas. Bagian bawah daun umumnya diselimuti bulu-bulu halus (Sunarjono, 1987).
4. Bunga
Bunga apel bertangkai pendek, menghadap keatas, bertandan dan pada tiap
tandan terdapat 7 - 9 bunga. Bunga tumbuh pada ketiak daun, mahkota bunganya
berwarna putih sampai merah jambu berjumlah 5 helai, menyelubungi benangsari
pada daun buah, ditengah – tengah bunga terdapat putik / bakal buah (Soelarso,
1997).
5. Buah
Buah apel mempunyai bentuk bulat sampai lonjong bagian pucuk buah
berlekuk - lekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori- pori buah kasar,
renggangtetapi setelah tua menjadi halus dan mengkilat. Bagian pucuk buah
berlekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan renggang,
tetapi setelah tua menjadi halus dan mengkilat. Warna buah hijau kekuning-
kuningan, hijau berbintik-bintik, merah tua, dan sebagainya sesuai dengan
varietasnya (Sunarjono, 1987).
5
6. Biji
Biji buah apel ada yang berbentuk panjang dengan ujung meruncing, ada
yang berbentuk bulat berujung tumpul, ada pula yang bentuknya antara bentuk
pertama dan kedua (Sutopo, 2015).
C. Syarat tumbuh
Tanaman apel menghendaki lingkungan dengan karakteristik temperatur
rendah, kelembaban udara rendah dan curah hujan tidak terlalu tinggi. Syarat
tumbuh tanaman apel diantaranya tanaman apel menghendaki curah hujan yang
ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun
(Untung, 1996). Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan
bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan
bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah. Tanaman apel dapat tumbuh dan
berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl dengan ketinggian optimal 1000-
1200 m dpl Agroklimat dataran tinggi beriklim kering yang dimiliki. Tanaman
apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60 % setiap harinya,
terutama pada saat pembungaan. Temperatur yang sesuai berkisar antara 16-27
˚C. Kelembaban udara sekitar 75-85 %. Sehingga dengan syarat tumbuh yang
seperti ini, tanaman apel sangat cocok ditanam pada daerah sub tropis seperti
daerah Batu, Malang (Soelarso, 1996).
Tanaman apel juga menghendaki tanah dengan pH yang netral yaitu pH 7.
Kendatipun demikian apel bisa beradaptasi di tempat-tempat yang agak
menyimpang dari persyaratan ideal tersebut. Pertumbuhan apel akan baik sekali
pada tanah dengan struktur bagus. Perbaikan struktur tanah dapat dilakukan
dengan pemberian bahan organik seperti kompos/pupuk kandang. Semakin baik
struktur tanah semakin bagus pula aerasi udara di antara rongga partikel tanah
sehingga semakin subur pula pertumbuhan tanaman. Pada aerasi tanah yang jelek
pengambilan unsur hara akan terhambat. Bahkan lebih fatal lagi, akar-akar rambut
bisa berhenti berkembang (Untung, 1996).
6
air harus diatasi dengan cara menyirami tanaman sekurang kurangnya 2 minggu
sekali dengan cara dikocor (Irawan, 2007).
6. Panen
Menurut Sugiyarto dkk (2010), Apel merupakan buah-buahan non
klimaterik sehingga pemanenannya harus dilakukan pada saat buah tua optimal.
Jenis yang banyak ditanam di Indonesia tidak banyak yaitu apel manalagi, apel
rome beauty, dan apel anna. Masing-masing jenis apel lokal ini mempunyai
karakteristik tersendiri.
bawah hingga cukup datar dengan tali yang kemudian diikatkan pada batang
atau cabang lain (Anggara dkk, 2017)
c. Penjarangan buah
Tanaman yang mulai membentuk buah dan yang berbuah banyak menjadi lebih
rentan (Alexopoulus dkk, 1979).
c. Pengendalian penyakit
Dapat dilakukan secara mekanis dengan memusnahkan dan bersihkan sisa
tanaman lama sebelum diganti tanaman baru. Atur kerapatan dan jarak tanam
agar tidak ada yang ternaungi atau berdrainase buruk. Hindari mengairi pada
sore hari agar lingkungan sekitar tanaman tidak lembab pada malam hari.
Gunakan bibit sehat atau tanaman varietas tahan alternaria. Secara kimiawi
semprotkan fungisida berbahan aktif pyraclostr obin tebukonazol,
azoksistrobin, propineb, atau mandipropamid (Djauhari dkk, 1979).
3. Kapang Kelabu Botrys cinerea
Kapang Kelabu Botrys cinerea memiliki tingkat kerusakan yang tinggi.
Penyakit kapang kelabu merupakan penyakit penting pada tanaman buah lepas
panen sejak dipetik, selama pengangkutan hingga disimpan di ruang penyimpanan
sebelum dijual ke pasar, karena dapat menurunkan kuantitas dan kualitas buah
(Blacharski dkk, 2000).
Jamur mempunyai konidiofor bercabang-cabang, bersekat, berwarna kelabu,
dengan konidium lonjong atau hampir bulat, berukuran 12-13×9-10 μm.
Konidiofor muncul tidak teratur tanpa pembengkakan basal, mempunyai panjang
750 μm, berwarna coklat, berdinding halus, dan pada bagian apikal terdapat
percabangan. Konidia berbentuk abovoid, berwarna coklat pucat, berdinding halus
dan berukuran (8-14) × (6-9) μm (Gandjar dkk., 1999).
a. Gejala penyakit
Ditunjukkan bervariasi tergantung bagian tanaman yang diserang.
Cendawan menyerang semua bagian tanaman kecuali akar. Pada bunga yang
sudah mekar , muncul bercak kecil membulat warna cokelat kemerahan. Lama-
kelamaan berubah menjadi hitam. Pada daun juga muncul bercak transparan
berair yang perlahan melebar dan berwarna menjadi kecokelatan. Bagian
tengah menjadi kehitaman dan busuk, sementara bagian daun yang kecokelatan
makin melebar ke samping (Kalshoven, 1981).
13
b. Siklus Penyakit
Jamur dapat bertahan sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman sakit. Penyakit
biasanya hanya terjadi pada musim hujan pada kondisi yang sangat lembab.
Faktor biotik dapat mempengaruhi perkembangan dan penyebaran patogen
sebagai contoh, serbuk sari yang telah terinfeksi oleh jamur B. cinerea pecah
lalu terbawa oleh angin. Serbuk sari kemudian menempel pada permukaan
tanaman lain. Tanaman tersebut akan terinfeksi jamur B. cinerea dari serbuk
sari yang menempel tadi. Dengan demikian kehadiran serbuk sari mungkin
meningkatkan tingkat penyakit (Brown dkk, 1980).
c. Pengendalian penyakit
Dapat dilakukan secara mekanis dengan mencegah kelembabahn berlebih
dengan melakukan penyiraman secukupnya dan perbaiki sirkulasi udara.
memotong dan memusnahkan bunga yang terserang. Secara kimiawi dengan
cara menyemprotkan fungisida berbahan aktif tebukonazol atau triadimenol
dan difenokonazol. Secara budidaya memperbaiki sirkulasi udara. Penyiraman
pada media tanam, bukan tajuk dan menghindari pemupukan N berlebihan
(Raharjo, 2017).
4. Kudis apel Venturia inaequalis
Kudis apel Venturia inaequalis memiliki tingkat kerusakan yang tinggi.
Penyakit ini menyerang apel dan pear, penyakit ini menular pada tanaman yang
tidak diurus. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kualitas buah seperti
ukuran buah mengecil atau buah jatuh sebelum masanya (Lucas dkk, 1985).
a. Gejala penyakit
Penyakit ini ditunjukkan dengan gejala muncul bercak tipis kecokelatan di
permukaan daun bagian bawah. Lama- kelamaan, bercak juga muncul di
permukaan daun bagian atas. Kemudian lesi yang berdekatan bergabung
membentuk lesi yang lebih lebar. Daun muda yang terserang berat akan
mengkerut, layu dan akhirnya rontok. Pada beberapa daun, cendawan berhenti
tumbuh melebar dan membentuk batas yang jelas dengan jaringan daun yang
sehat. Sedangkan jaringan terinfeksi disekitar lesi menebal sehingga bentuk
daun menjadi bergelombang tidak beraturan (Kalshoven, 1981).
14
b. Siklus penyakit
Penyakit masuk melalui cendawan dengan spora yang berkecambah
sehingga menginfeksi tanaman, spora tersebut dapat bertahan pada lingkungan
hingga musim berbunga pada pohon apel (Lucas dkk, 1985).
c. Pengendalian
Dapat dilakukan dengan secara mekanis dengan memotong dan musnahkan
bagian terinfeksi. Singkirkan daun sakit yang berguguran. Secara kimiawi
menyemprotkan fungisida berbahan aktif difekonazol atau mankozeb. Secara
budidaya saat kelembaban udara tinggi kurangi asupan unsur N,
memperbanyak asupan unsur P dan K, dan menanam varietas tahan kudis apel
(Raharjo, 2017).
III. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
C. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan ini ialah magang kerja di PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya. Dengan metode yang digunakan meliputi:
1. Praktek lapangan
Keikutsertaan dalam setiap kegiatan manajemen budidaya yang meliputi:
pengorganisasian pekerja, proses budidaya dan pengelolaan penyakit pada
tanaman apel.
2. Wawancara
Diskusi dan wawancara merupakan bentuk pelaksanaan praktik kerja
langsung untuk memperoleh penjelasan dan pemahaman dari kegiatan yang
dilakukan serta memperoleh keterangan dari pihak instansi mengenai hal-hal yang
ingin diketahui dan dibutuhkan yang berkaitan dengan tujuan praktik, baik secara
langsung maupun tidak langsung observasi.
Observasi keadaan umum di PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya
yang meliputi: lokasi, struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, dan kegiatan
budidaya dan pengelolaan penyakit tanaman apel.
15
16
D. Variabel Kajian
Mengkaji tentang keadaan umum yang ada pada PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya yang meliputi:
1.1 Kajian umum
a. Keadaan wilayah PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
b. Sejarah singkat PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
c. Visi dan misi PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
d. Struktur organisasi PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
e. Fasilitas PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
f. Mempelajari proses manajerial pada PT. Kusuma Satria Dinasastri
Wisatajaya.
A. Kajian umum
17
18
18-28˚C. Penyinaran matahari pada musim penghujan 5 jam/hari dan pada musim
kemarau 8-10 jam/hari.
Total luas areal Kusuma Agrowisata yaitu 60 ha. Luas kebun untuk
kawasan wisata 29.63 ha yang terdiri dari 7.03 ha kebun apel, 6.6 ha kebun jeruk,
3.4 ha kebun jambu, 2 ha kebun stroberi, 9 ha kebun kopi, 1.6 ha kebun buah
naga.
2. Sejarah singkat
Perusahaan ini didirikan oleh Ir. Edy Antoro pada tahun 1989 dengan luas
4 ha. Pada tahun 1990 Kusuma Agrowisata membudidayakan apel seluas 10 ha
dan jeruk seluas 2 ha. Berdasarkan pengamalan kerja sebagai pengawas
perkebunan kopi di PT. Perkebunan Nusantara XII di daerah Bondowoso, beliau
mendirikan usaha dibidang agrowisata apel. Beliau menjual hasil panen apel ke
pedagang sebelum terjun kedunia agrowisata. Hasil panen saat itu dijual ke
wilayah Surabaya dikarenakan harga jaul apel di pasar Batu rendah akibat adanya
panen raya. Namun yang terjadi adalah harga jual di Surabaya jatuh yang
menyebabkan kerugian. Sehingga muncullah keinginan untuk menjual produk
hasil panen langsung ke konsumen melalui konsep agrowisata.
Tahun 1992 mulai membangun cottage sebanyak 16 kamar kemudian pada
tahun berikutnya (1993) menambah kamar menjadi 66 buah dan fasilitas yang lain
diantaranya kolam renang, restoran, dan ru ang pertemuan. Tahun 1995 dibangun
hotel tiga lantai sehingga total kamarnya menjadi 152 kamar. Tahun 1996
dibangun rumah kaca (green house) untuk tanaman hias dan menanam jenis kopi
Arabika kerdil varietas Kartika 1 seluas 9 ha dan berikutnya pada tahun 1997
membuka usaha estate dan travel. Tahun 1998 hingga 2000 menambah jenis
tanaman untuk wisata agro yaitu stoberi dan membangun green house lagi untuk
sayur dan tanaman jenis hidroponik lainnya. Tahun itu pula dibangun home
industry dengan bahan utama apel.
19
4. Fasilitas
Selain kebun wisata kawasan Kusuma Agrowisata juga memiliki fasilitas
pendukung, yaitu bangunan green house sayuran hidroponik dan tanaman hias,
lokasi outbond, mini cross, kedai apel dan stroberi, bangunan pengolahan kopi,
bangunan industri pegolahan apel, dan kawasan penjualan buah dan sayuran.
Kusuma Agrowisata khususnya Departemen Budidaya Tanaman Tahunan
(BTT) memiliki sarana dan prasarana yan cukup lengkap. Sarana dan prasarana
yang tersedia meliputi bidang produksi, administrasi, dan transportasi. Sarana
produksi digunakan dalam kegiatan budidaya tanaman, diantaranya sarana untuk
kegiatan pemupukan, pemangkasan, penyiangan, penyiraman, pemanenan, serta
pengendalian hama dan penyakit.
Sarana untuk kegiatan pemupukan diantaranya ember, timbangan 100 kg,
timbangan 5 kg, sprayer tekanan tinggi (high pressure power sprayer) dan
sprayer kabut (power mist blower), sedangkan cangkul dan arit dibawa masing-
masing oleh pekerja. Sarana pemangkasan berupa gunting dahan dan sarana
penyiangan berupa mesin pemotong rumput. Sarana untuk penyiraman
menggunakan pengairan springkel. Sarana untuk pemanenan berupa keranjang
serta sarana untuk pengendalian hama dan penyakit meliputi be`berapa mesin
diesel, selang 100 m, sprayer bertekanan tinggi dan kabut, timbangan 5 kg, drum
200 l, kuas, dan ember.
20
kegiatan yang dilakukan dilapangan hari itu juga. Setiap bulan membuat laporan
terhadap kegiatan yang dilakukan serta menerima program dari atasan. Setiap
bulan juga para karyawan BTT dikumpulkan untuk melakukan rapat kecil,
membicarakan permasalahan serta solusi dilapangan.
B. Kajian khusus
Instansi ini memiliki 3 varietas apel yang dibudidayakan. Kondisi umur
tanaman bervariasi akibat adanya aktivitas perawatan tanaman seperti
penyulaman. Varietas apel tersebut yaitu Manalagi, Rome Beauty, dan Anna.
1. Varietas Manalagi
Apel varietas ini dapat diintroduksi dari Belanda dengan nama Zoote
achaart. Namun karena tidak ada kultivar yang mirip Manalagi, maka
varietas ini dianggap asli Indonesia dan hingga sekarang menjadi apel ciri
khas Kota Batu. Apel ini memiliki rasa yang manis dan segar serta
memiliki bentuk yang bulat dan warna kulit hijau kekuning-kuningan.
Berdaun lebar dengan warna hijau tua, halus dan tipis.
2. Varietas Rome Beauty
Apel ini berasal dari Benua Amerika dengan memiliki cita rasa yang asam,
manis segar. Apel ini berbentuk bulat dengan warna semburat merah serta
tekstur yang kasar. Bentuk daun panjang menyempit tepi daun, bergerigi
dan berlipat, warna daun hijau tua.
3. Varietas Anna
Merupakan apel yang berasal dari Israel. Apel ini memiliki cita rasa asam
serta mengandung banyak air. Berbentuk lonjong dan kulit buah tipis.
Daun tebal, berujung runcing dan berwarna hijau muda, tepi bergerigi dan
agak melipat ke bawah.
Apel yang dibudidayakan PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya
Malang setiap petakannya diisi oleh tanaman apel yang berbeda-beda umur.
Pemisahan petakan tanaman buah apel di instansi ini dimaksudkan untuk menjaga
produksi buah tetap tercukupi dengan pengaturan umur tanaman. Sehingga setiap
saat kebun buah apel ini tetap memiliki persediaan buah untuk wisata petik buah.
22
Gambar 1. Bibit apel varietas anna siap Gambar 2. Anakan apel varietas
tanam yang berumur 1 tahun manalagi
c. Pengairan
Pengairan yang digunakan di lahan apel ini menggunakan sistem
pengairan otomatis springkel. Penggunaan springkel biasanya hanya
digunakan pada saat musim kemarau yang berkepanjangan. Sedangkan pada
musim penghujan, sistem pengairan tidak digunakan. Tujuan dari penyiraman
pada musim kemarau ini juga demi menghindari kekurangan produksi yang
diakibatkan tanaman kekurangan air.
Pengairan ini digunakan sebelum dan sesudah pemupukan pada musim
kemarau. Penyiraman dilakukan selama 12 jam, dengan total penyiraman 24
jam untuk pemupukan. Selanjutnya penyiraman akan dilakukan lagi pada saat
kondisi tanah yang telah kering dengan kelembaban yang rendah.
d. Pemangkasan
Pemangkasan tanaman apel muda dilakukan saat berumur sekitar 1
tahun dengan tinggi ±80 cm dari tanah. Pemangkasan mempertahankan 2-3
cabang primer dan cabang primer lain pada batang utama. Tujuan
pemangkasan ini adalah untuk membentuk tanaman yang rendah/perdu.
24
Gambar 4. Kegiatan penelungan pada tanaman apel yang berumur 2.5 tahun
f. Pemupukan
Pemupukan apel tbm menggunakan pupuk organik dan anorganik.
Penggunaan pupuk pada tanaman belum menghasilkan/tanaman remaja
dilakukan dengan dosis setengah dari tanaman dewasa. Pada tanaman dewasa
pupuk anorganik seperti NPK 16 diberikan 500 g/tanaman dan pupuk kandang
80 kg/tanaman.
25
g. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada apel tbm dilakukan apabila gulma telah
terlihat mengganggu seperti vegetasi gulma yang padat dan gulma yang sudah
tumbuh tinggi & subur. Pengendalian dilakukan dengan pemangkasan
menggunakan pemotong rumput mesin maupun secara manual dengan
menggunakan arit. Pengendalian gulma ini dilakukan juga sebelum maupun
bersamaan dengan perlakuan penyakit penyakit busuk pengkal batang dan
busuk akar.
buah yang stabil, membentuk cabang efisien, dan mengurangi cabang yang
tidak efisien agar sinar matahari mudah masuk.
Pemangkasan ringan yang disebut juga dengan wiwil dilakukan
menjelang masa panen. Pewiwilan bertujuan untuk mengurangi ranting-
ranting yang berhimpitan agar sirkulasi udara dan sinar matahari mudah
masuk diantara ranting-ranting pohon. Pemangkasan ringan dilakukan pada
beberapa jenis cabang, yaitu cabang melawan arah, kering dan kecil.
Pemangkasan berat pada pohon apel dilakukan pada cabang yang
sudah tidak produktif dan sudah tidak tumbuh tunas baru lagi, cabang-cabang
tua, cabang berpenyakit dan cabang yang bertumpuk. Tujuan pemangkasan
berat untuk meremajakan tanaman agar berproduksi secara maksimal kembali.
b. Penyaputan
Penyaputan Nordox dilakukan setelah pemangkasan. Nordox yang
telah diencerkan dengan air sesuai konsentrasi anjuran disaput menggunakan
kuas pada bekas-bekas batang/cabang apel. Penyaputan Nordox dilakukan
hanya pada bekas potongan yang besar. Penyaputan ini dilakukan untuk
mencegah bagian bekas potongan tersebut busuk dan mengeluarkan lendir
yang mengindikasikan tanaman tersebut terserang penyakit.
Peyaputan yang dilakukan menggunakan deterjen yang dicampur
dengan perekat, bertujuan untuk membasmi hama kutu sisik pada kulit batang
dan cabang apel serta lumut-lumut yang tumbuh pada percabangan apel.
Deterjen sebagai bahan pembersih dapat mempermudah pembersihan pada
kulit tanaman apel. Sedangkan penggunaan perekat hanya diberikan pada
musim hujan, sementara pada musim kemarau hanya menggunakan deterjen
tanpa bantuan perekat. Kegiatan penyaputan diaplikasikan menggunakan kuas
untuk meratakan cairan deterjen keseluruh batang dan cabang apel, setelah itu
dilakukan penyikatan pada bagian-bagian yang perlu dibersihkan
menggunakan sikat baja.
c. Pemupukan
28
d. Perompesan
Perompesan daun adalah kegiatan merontokan daun dengan tangan
sebatas mata tunas yang produktif. Tujuan perompesan adalah untuk
menentukan waktu panen tiap blok. Menurut Romlawati (1999) perompesan
dilakukan untuk mematahkan masa dormansi dari mata tunas karena daun
merupakan tempat yang paling peka untuk mensintesis zat penyebab dorman.
Menentukan waktu rompes merupakan kunci keberhasilan terjadinya
pembungaan pada pohon apel. Perompesan di dilakukan pada mata tunas yang
telah masak. Ciri-ciri mata tunas yang telah masak adalah bila ditekan akan
29
terasa keras dan padat, pertumbuhan vegetatif berhenti, sebagian besar daun
telah tua dan mudah rontok.
Sebelum dilakukan perompesan apel diberi perlakuan dengan
penyemprotan kalium seperti KNO3 dengan takaran 5 g/l air bersih. Setiap
petak penyemprotan pupuk membutuhkan volume air ±200 l.
e. Pengapuran
Pengapuran dilakukan pada tanah yang masam. Sebelum dilakukan
pengapuran maka akan dilakukan dulu pengecekan pH tanah dengan
menggunakan pH meter. Semakin rendah pH tanah maka perlakuan
pengapuran dilakukan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Secara umum
pengapuran dilakukan dengan konsentrasi 1-1.5 kg/tanaman. Pengapuran
dilakukan dengan cara menabur rata diseluruh bagian piringan tanah. Kegiatan
ini secara umum dilakukan setahun sekali dengan memperhatikan pH tanah
yang dikontrol pada musim penghujan.
f. Pembungkusan buah
Pembungkusan di Kusuma Agrowisata tidak dilakukan dengan
beberapa pertimbangan yaitu pembungkusan buah dapat meningkatkan biaya
produksi, menarik perhatian pengunjung wisata, harga jual buah yang
dibungkus dengan tidak memiliki perbedaan, bahan yang digunakan untuk
pembungkusan sulit didapat dalam jumlah yang besar.
g. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada kebun apel dilakukan dengan metode
mekanik dan kimiawi. Pengendalian dilakukan secara berseling dengan
memperhatikan waktu panen.
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan menggunakan herbisida
kontak dengan bahan aktif Parakuat diklorida 276 SL. Penggunaan herbisida
ini biasanya dilakukan pada keadaan gulma yang telah tumbuh sangat tinggi
dan padat. Penggunaan herbisida hanya dilakukan 1 kali per tahun. Hal ini
30
merata pada seluruh bagian pohon. Selain itu dilakukan juga pemetikan
buah yang telah terserang gejala-gejala awal penyakit ini, lalu di kubur
dalam tanah untuk mengindari penyebaran patogen.
Gambar 8. Busuk buah apel anna Gambar 9. Busuk buah apel Manalagi
oleh Gloeosporium sp oleh Gloeosporium sp
35
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, S., Hasannudin, dan Mukhtar Iskandar Pinem. 2013. Uji Ketahanan
Beberapa Varietas Dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit
Karat Daun (Puccinia Polysora Underw) Pada Tanaman Jagung
(Zea Mays L.) Di Dataran Rendah. Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Anggara, Dewi S.T, Agus Suryanto dan Ainnurasjid. 2017. Kendala Produksi
Apel (Malus Sylvestris Mill.) Var. Manalagi di Desa Poncokusumo
Kabupatan Malang. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Brawijaya.
Alexopoulus, C.J. and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycolgy. John Willey and
Sons. New York.
Baskara, M. 2010. Pohon Apel itu masih (bisa) berbuah lebat. Majalah Ilmiah
Populer Bakosurtanal - Ekspedisi Geografi Indonesia. Jawa Timur.
Blacharski, R.W, J.A. Bartz, C.L Xiaoand D.E Legard. 2000. Control of
Postharvest Botrytis Fruit Rot With Preharvest Fungicide
Applications in Annual Strawberry.
36
37
Janick, J., 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Co. San Fransisco.
Lucas, G.B., Campbell, C.L, dan Lucas, L.T. 1985. Introduction Plant Deseae:
Identification and Management. Westport. Connecticut: The Avl
Publishing Company, Inc.
Raharjo, Arie Agrohartono. 2017. Hama & Penyakit Tanaman Kenali dan Atasi.
PT. Trubus Swadaya. Depok.
Sellistasari, S., Ainurrasyid, Agus S,. 2013. Perbedaan Produksi Tanaman Apel
(Malus sylvestris mill.) pada Agroklimat yang Berbeda (Studi
Kasus Pada Sentra Apel di Kota Batu dan Kabupaten Malang).
Jurusan Budidaya Pertanian. Fk. Pertanian. Universitas Brawijaya.
Sugiyarto, Kristian H., Retno D Suryanti., 2010. Kimia Anorganik Logam. Graha
Ilmu. Yogyakarta
Subagyo, Purwo & Zubaidi Achmad. 2010. Pengumpulan Pektin dari Kulit dan
Ampas Apel secara Ekstraksi. UPN Veteran. Yogyakarta.
Sutopo. 2015. Budidaya Apel. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang
Suryaningsih, E., R. Sutarya dan A.S Duriat. 1996. Penyakit Tanaman Cabai
Merah dan Pengendaliannya. Dalam A.S. Duriat, A. Widjada, W.
Hadisoeganda, T.A. Soetriarso dan L. Purbaningru. Teknologi
Produksi Cabai Merah. Balitsa. Lembang.
Suryobuwono, A., Reni K., Aini SH, Uci S. 2005. Buah Segala Musim. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Susanto, W. H., Setyohadi, B. R., 2011. Pengaruh varietas apel (Malus sylvestris)
dan lama fermentasi oleh khamir Saccharomyces cerivisiae
sebagai perlakuan pra-pengolahan terhadap karakteristik sirup.
JTP-UB.
FATHURROHMAN
MGR.BT
ASST. MGR.BTS
WELASARI
PASCA PENGAWAS PENGAWAS PENGAWAS PENGAWAS PENGAWAS ADMIN. ADMIN. PENGAWAS PENGAWAS DFT &
KEBUN
PANEN KEBUN KEBUN
JERUK
KEBUN KEBUN SUBSTRAT
APEL BTT BTS STRAWBERRY
KOPI APEL JAMBU &
SUHARTO KHOIRUL M. JUNGGO BUAH NAGA ZAENAL M) ANITA M
PHPT SULAMAN KEBUN ORGANIK KEBUN KEBUN KEBUN STRW KEBUN PACKING STRW TOMAT SAYUR DFT BANPAM
KOPI JERUK JUNGGO JUNGGO
APEL JAMBU
DIDIK W SUSIANTO &
KOSIM
KARIM KUSMIATUN NURHARIYANTI NURUL HUDA MUSTARI
PONIRIN SULIS
MARGONO PAPRIKA
TRIONO TAKIM ROKIM SUBAKRI
SUMIRAN ARI SUMIATI WARTIAH SUDARNANTO
DUL ADI SUTRIS SUWADI ARIEF M.
RUSLAN SHOLEH BAI HERI P.
KOMAR RANU SUISWATI
SUPINGI PUJI ERNA CANDRA ADI
RUDIKAN KHORIYAH BAKIR
SUNARI KOLIAH LASMINA
GORI KARIONO PUJIANI HERU
FARIDAH MISDI NANDA RISKI S.
PANDRI
DURAHMAN PRAPTO JUMANI ISMIATUN SADI
WIJI LI’ATIN YENI
SUPRIANTO ANDRE KARIANTO SUMI WIWIK SENO
IMAM SOETEDJO
41
42
43
44
45
46
47
48