Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN AKHIR MAGANG

BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN APEL


DI PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA MALANG

Disusun Oleh :
Adeodillo Sutalputro Pangestu
16011050

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI - FAKULTAS AGROINDUSTRI


UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN AKHIR MAGANG

BUDIDAYA DAN PENGELOLAAN PENYAKIT TANAMAN APEL


DI PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA MALANG

Disusun Oleh :
Adeodillo Sutalputro Pangestu
16011050

Yogyakarta, Mei 2019

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama, Dosen Penguji,

Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P Ir. Tyastuti Purwani, M.P


NIDN. 0516036401 NIDN. 0524096301

Mengetahui,
Dekan Fakultas Agroindustri

Ir. Wafit Dinarto, M.Si


NIDN. 0030116501

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT akhirnya


penulis dapat menyelesaikan laporan akhir magang yang berjudul “Budidaya dan
Pengelolaan Penyakit Tanaman Apel di PT. Kusuma Satria Dinasastri
Wisata Jaya Malang” dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada


Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dalam pembuatan laporan magang ini, serta Ir. Tyastuti
Purwani, M.P sebagai penguji. Ucapan yang sama juga disampaikan terhadap
rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam penulisan laporan akhir ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam


menyusun laporan magang ini, namun penulis berharap laporan ini dapat
dipertanggungjawabkan

Yogyakarta, Mei 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

hal

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1


A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Magang Kerja ............................................................................... 2
1) Tujuan Magang Umum ...................................................................... 2
2) Tujuan Magang Khusus ..................................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3


A. Botani apel ................................................................................................ 3
B. Morfologi apel........................................................................................... 3
C. Syarat tumbuh ........................................................................................... 5
D. Budidaya apel ............................................................................................ 6
E. Penyakit dan pengendalian penyakit apel ................................................. 10

BAB III. METODOLOGI PELAKSANAAN ......................................................... 15


A. Tempat dan waktu .................................................................................... 15
B. Alat dan bahan........................................................................................... 15
C. Metode pelaksanaan .................................................................................. 15
D. Variabel kajian .......................................................................................... 16
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 17
A. Kajian umum ............................................................................................. 17
B. Kajian khusus ............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 35

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan perkuliahan, mahasiswa dituntut untuk siap terjun ke


lapangan, terutama lapangan pekerjaan. Hal ini bertujuan untuk membekali
mahasiswa ilmu praktis yang biasa dilakukan dilapangan. Sehingga ketika
mahasiswa telah dinyatakan lulus, mahasiswa sudah siap menghadapi persaingan
di lapangan karena telah dibekali sedikit ilmu di lapangan yang sangat bermanfaat
untuk menunjang karir mahasiswa
Magang Kerja merupakan bentuk perkuliahan melalui kegiatan bekerja
secara langsung di dunia kerja. Magang Kerja ini merupakan suatu kegiatan
praktik bagi mahasiswa dengan tujuan mendapatkan pengalaman dari kegiatan
tersebut, yang nantinya dapat digunakan untuk pengembangan profesi. Kegiatan
magang kerja ini dilaksanakan di Kusuma Agrowisata. Kusuma Agrowisata
adalah salah satu pionir wisata agro di Indonesia yang berdiri pada tahun 1991
Kusuma Agrowisata menawarkan wisata petik apel, outbound, waterpark, dll.
Pelaksanaan magang kerja di Agrowisata Kusuma bertujuan untuk
menyerap ilmu-ilmu penting tentang hal teknis di lapangan yang berkaitan dengan
pertanian. Metode-metode pengelolaan penyakit dan budidaya tanaman yang
dilakukan pada agrowisata petik buah, karena pengelolaan lahan budidaya
konvensional memiliki perbedaan dengan budidaya yang bertujuan sebagai
destinasi wisata. Agrowisata Kusuma ini merupakan salah satu destinasi wisata
yang mencolok di kota Batu, Malang - Jawa Timur. Sehingga mempelajari ilmu
teknis pengelolaan lahan dan manajemen di instansi ini akan memberi banyak
pengalaman yang berharga di lapangan sebagai bekal dikemudian hari.
Apel merupakan salah satu komoditas andalan di agrowisata Batu,
Malang, karena buah apel memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Menurut
Sugiyarto (2010), bahwa apel merupakan komoditas yang membutuhkan waktu
panen sekitar 4-5 bulan, namun dalam pengelolaan lahan agrowisata petik buah
perlu menyediakan buah segar di pohon setiap saat dalam kondisi yang prima,
sehingga dapat menarik perhatian pengunjung. Oleh karena itu, dalam kegiatan

1
2

magang ini penulis mempelajari mengenai budidaya apel di agrowisata petik buah
dan diharapkan dapat memberi wawasan yang lebih kepada penulis.
Buah apel dalam budidayanya tentunya memiliki kendala-kendala
serangan penyakit seperti kudis, bercak coklat, kapang kelabu dan antraknos yang
menyerang buah apel, yang menyerang bagian tumbuhan yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi. Serangan dari penyakit tersebut dapat menurunkan tingkat
kualitas dan kuantitas serta ketertarikan pengunjung ke wisata petik buah ini
(Raharjo, 2017), sehingga pengelolaan penyakit ini perlu dilakukan semaksimal
mungkin dengan tetap menyediakan buah yang sehat bagi para wisatawan. Oleh
karena itu dalam kegiatan magang ini penulis juga mempelajari mengenai
pengelolaan peyakit apel di Agrowisata petik buah agar dapat memberi wawasan
yang lebih kepada penulis.

B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan dalam bentuk praktek kerja.
b. Mahasiswa mampu membandingkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan dengan yang ada di tempat magang dan menelaahnya.
c. Mahasiswa belajar untuk bekerja secara mandiri di Lapangan dan sekaligus
berlatih menyesuaikan diri dengan kondisi Lapangan pekerjaan yang
nantinya akan ditekuni oleh para lulusan.
d. Mahasiswa memperoleh tambahan wawasan dalam bidang pertanian secara
nyata dan luas.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui teknik pengendalian penyakit apel di taman wisata
petik buah.
b. Mahasiswa mengetahui secara umum ilmu tentang teknik budidaya Apel.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Apel
Apel (Malus domestica) merupakan tanaman buah tahunan berasal dari
Asia Barat yang beriklim sub tropis. Apel dapat tumbuh di Indonesia setelah
tanaman apel ini beradaptasi dengan iklim Indonesia, yaitu iklim tropis.
Penanaman apel di Indonesia dimulai sejak tahun 1934 dan berkembang pesat
pada tahun 1960 hingga sekarang. Apel di Indonesia dapat tumbuh dan berbuah
baik di dataran tinggi, khususnya di Malang (Batu dan Poncokusumo) dan
Pasuruan (Nongkojajar), Jawa Timur.

Menurut Untung (1996), dalam tatanama atau sistematik (taksonomi)


tanaman apel, diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Kingdom : Plantae
2. Divisi : Spermatophyta
3. Sub-divisi : Angiospermae
4. Kelas : Dicotyledonae
5. Ordo : Rosales
6. Family : Rosaceae
7. Genus : Malus
8. Spesies : Malus domestica

B. Morfologi Apel
Tanaman apel terdiri dari beberapa bagian, mulai akar hingga biji sebagai
berikut:
1. Akar
Pohon apel berasal dari biji dan anakan yang membentuk akar tunggang,
yaitu akar yang arah tumbuhnya lurus atau vertikal ke dalam tanah yang berfungsi
sebagai penegak tanaman, penghisap air dan unsur hara dalam tanah, untuk
menembus lapisan tanah yang keras. Sedangkan batang bawah yang berasal dari
stek dan rundukan tunas akar, yang berkembang baik adalah akar serabut dan

3
4

tidak mempunyai akar tunggang, sehingga batangnya kurang kuat dan rentan
terhadap kekurangan air (Sutopo, 2015).
2. Batang
Pohon apel berkayu cukup keras dan kuat. Kulit kayu cukup tebal, warna
muda kecoklatan sampai coklat kuning keabu-abuan. Pohon apel berkayu cukup
keras dan kuat, cabang-cabang yang dibiarkan atau tidak dipangkas
pertumbuhannya lurus dan tidak beranting. Kulit kayunya cukup tebal, warna kulit
batang muda, cokelat muda sampai cokelat kekuning-kuningan dan setelah tua
berwarna hijau kekuning-kuningan sampai kuning keabu-abuan (Soelarso, 1997).
3. Daun
Daun apel berbentuk lonjong, ada yang lebar dan ada yang kecil. Ujung
daun runcing, pangkal daun tumpul dan tepi daunnya bergerigi teratur. Bentuk
daun apel dipilah dalam enam kategori, yaitu oval, broadly oval, narrow oval,
acute, broadly acute, dan narrow acute. Permukaan daun bisa datar atau
bergelombang. Sisi daun ada yang melipat ke bawah, ada juga yang melipat ke
atas. Bagian bawah daun umumnya diselimuti bulu-bulu halus (Sunarjono, 1987).
4. Bunga
Bunga apel bertangkai pendek, menghadap keatas, bertandan dan pada tiap
tandan terdapat 7 - 9 bunga. Bunga tumbuh pada ketiak daun, mahkota bunganya
berwarna putih sampai merah jambu berjumlah 5 helai, menyelubungi benangsari
pada daun buah, ditengah – tengah bunga terdapat putik / bakal buah (Soelarso,
1997).
5. Buah
Buah apel mempunyai bentuk bulat sampai lonjong bagian pucuk buah
berlekuk - lekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori- pori buah kasar,
renggangtetapi setelah tua menjadi halus dan mengkilat. Bagian pucuk buah
berlekuk dangkal, kulit agak kasar dan tebal, pori-pori buah kasar dan renggang,
tetapi setelah tua menjadi halus dan mengkilat. Warna buah hijau kekuning-
kuningan, hijau berbintik-bintik, merah tua, dan sebagainya sesuai dengan
varietasnya (Sunarjono, 1987).
5

6. Biji
Biji buah apel ada yang berbentuk panjang dengan ujung meruncing, ada
yang berbentuk bulat berujung tumpul, ada pula yang bentuknya antara bentuk
pertama dan kedua (Sutopo, 2015).

C. Syarat tumbuh
Tanaman apel menghendaki lingkungan dengan karakteristik temperatur
rendah, kelembaban udara rendah dan curah hujan tidak terlalu tinggi. Syarat
tumbuh tanaman apel diantaranya tanaman apel menghendaki curah hujan yang
ideal adalah 1.000-2.600 mm/tahun dengan hari hujan 110-150 hari/tahun
(Untung, 1996). Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan
bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan
bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah. Tanaman apel dapat tumbuh dan
berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl dengan ketinggian optimal 1000-
1200 m dpl Agroklimat dataran tinggi beriklim kering yang dimiliki. Tanaman
apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60 % setiap harinya,
terutama pada saat pembungaan. Temperatur yang sesuai berkisar antara 16-27
˚C. Kelembaban udara sekitar 75-85 %. Sehingga dengan syarat tumbuh yang
seperti ini, tanaman apel sangat cocok ditanam pada daerah sub tropis seperti
daerah Batu, Malang (Soelarso, 1996).
Tanaman apel juga menghendaki tanah dengan pH yang netral yaitu pH 7.
Kendatipun demikian apel bisa beradaptasi di tempat-tempat yang agak
menyimpang dari persyaratan ideal tersebut. Pertumbuhan apel akan baik sekali
pada tanah dengan struktur bagus. Perbaikan struktur tanah dapat dilakukan
dengan pemberian bahan organik seperti kompos/pupuk kandang. Semakin baik
struktur tanah semakin bagus pula aerasi udara di antara rongga partikel tanah
sehingga semakin subur pula pertumbuhan tanaman. Pada aerasi tanah yang jelek
pengambilan unsur hara akan terhambat. Bahkan lebih fatal lagi, akar-akar rambut
bisa berhenti berkembang (Untung, 1996).
6

D. Budidaya Tanaman Apel


Budidaya tanaman apel dilakukan secara bertahap mulai dari pembibitan
hingga pemanenan. Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan
vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering
menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya.
Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping.
Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun
atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian
intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat
rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak dapat ditanam
pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan
menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat
dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman
apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Noble adalah 3-3.5 x
3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu
2-3 x 2.5-3 m. Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau
kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan (Kusumo,
1986).
Tanaman apel maupun tanaman tahunan lainnya yang telah tumbuh
dewasa, menurut Sellitasari dkk (2013), proses budidaya yang dilakukan adalah
perawatan tanaman yang secara umum meliputi pemangkasan, pemupukan,
pengairan, dan lain lain. Berikut proses budidaya tanaman apel dewasa:
1. Penyiangan
Penyiangan dilakukan hanya bila disekitar tanaman induk terdapat banyak
gulma yang dianggap dapat mengganggu tanaman (Sellitasari dkk, 2013).
2. Pembubunan
Penyiangan biasanya diikuti dengan pembubunan tanah. Pembubunan
dimaksudkan untuk meninggikan kembali tanah disekitar tanaman agar tidak
7

tergenang air dan juga untuk menggemburkan tanah. Pembubunan biasanya


dilakukan setelah panen atau bersamaan dengan pemupukan (Ashrari, 2004).
3. Pemangkasan
Bagian yang perlu dipangkas adalah bibit yang baru ditanam setinggi 80
cm, tunas yang tumbuh di bawah 60 cm, tunas-tunas ujung beberapa ruas dari
pucuk, 4-6 mata dan bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang
berpenyakit dan tidak produktif, cabang yang menyulitkan pelengkungan, ranting
atau daun yang menutupi buah. Pemangkasan dilakukan sejak umur 3 bulan
sampai didapat bentuk yang diinginkan (4-5 tahun) (Soelarso, 1997).
Pemangkasan pada pohon apel dimaksudkan untuk membuang tunas
negatif, penataan tajuk dan merangsang pembungaan. Pemangkasan untuk
merangsang pembungaan diterapkan sebab di daerah tropis tidak memiliki musim
gugur sehingga dapat dipastikan bahwa pohon apel tidak akan dapat berbunga
apabila tidak diterapkan pemangkasan dan defoliasi buatan (Yulianto, 2008).
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah perompesan daun untuk memenuhi
kebutuhan bagi pembentukan tajuk termasuk buah akan unsur hara yang dapat
tidak tersedia cukup dalam tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 1-2 kg/pohon
NPK (15-15-15) atau campuran Urea, TSP, KCl/ZK ± 3 kg/pohon (4:2:1).
Pemupukan susulan dapat dilakukan pada saat perkembangan buah (2,5-3 bulan
setelah rompes) tergantung pada tingkat pembentukan buah dengan dosis 1
kg/pohon NPK (15-15-15) atau campuran Urea, TSP dan KCl/ZK ± 1 kg/pohon
(1:2:1) untuk pohon dengan buah yang lebat. Pemupukan yang dilakukan pada
musim kemarau setelah perompesan daun harus disertai dengan pengairan yang
cukup (Baskara, 2010).
5. Pengairan dan Penyiraman
Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang
memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak
ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Karena itu
perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan
8

air harus diatasi dengan cara menyirami tanaman sekurang kurangnya 2 minggu
sekali dengan cara dikocor (Irawan, 2007).
6. Panen
Menurut Sugiyarto dkk (2010), Apel merupakan buah-buahan non
klimaterik sehingga pemanenannya harus dilakukan pada saat buah tua optimal.
Jenis yang banyak ditanam di Indonesia tidak banyak yaitu apel manalagi, apel
rome beauty, dan apel anna. Masing-masing jenis apel lokal ini mempunyai
karakteristik tersendiri.

Jenis buah apel Karakteristik


Apel manalagi Warna kulit buah hijau muda
kekuningan, tekstur nuah kenyal, rasa
manis dan beraroma harum.

Apel rome beauty Warna kulit buah perpaduan antara


warna hijau dan merah, tekstur buah
keras dan kasar, rasa buah manis
masam segar, dan tidak beraroma.

Apel anna Warna merah, tekstur buah kenyal,


rasa buah masam segar dan berroma
harum.
Sumber: Suryobowono dkk (2005)
7. Pemeliharaan Lain
a. Perompesan

Perompesan yang dilakukan dapat menggunakan teknik manual dengan cara


memotong daun dan batang yang sudah tidak produktif menggunakan
Hydrogen Cynamide (Dormex) untuk memecahkan kuncup yang dormant
dengan dosis penggunaan sebesar 40 cc per 200 l (Aditya, 2013).
b. Pelengkungan cabang

Pelengkungan cabang diperlukan untuk menekan dominasi titik tumbuh


pada ujung cabang (apical dominance) dan merangsang pembentukan tunas
lateral yang akan menghasilkan bunga dan buah. Setelah perompesan daun,
pelengkungan cabang dilakukan dengan cara menarik ujung cabang ke arah
9

bawah hingga cukup datar dengan tali yang kemudian diikatkan pada batang
atau cabang lain (Anggara dkk, 2017)
c. Penjarangan buah

Penjarangan buah dapat dilakukan 2 bulan setelah rompes dengan


menyisakan 2-3 buah/tunas. Tujuan penjarangan buah ini untuk membuang
buah yang tidak sehat atau normal (terserang hama penyakit dan ukuran kecil),
mendapatkan kualitas buah yang tinggi (ukuran besar dan seragam, kulit baik
dan sehat. dan membuang cabang yang sudah tidak produktif atau sudah mati,
tetapi jika buah yang dihasilkan setiap pohon terlalu sedikit maka tidak
dilakukan penjarangan. Apabila penjarangan dilakukan sedini mungkin, akan
dapat memastikan produksi bunga atau buah pada musim berikutnya, dengan
demikian, akan dapat menjamin panen yang kontinyu (Ashari, 2004).
d. Pembelongsongan buah

Dilakukan 3 bulan sebelum panen dengan menggunakan kertas minyak


berwarna putih sampai keabu-abuan/kecoklat-cokltan yang bawahnya
berlubang. Teknik pembungkusan ini tidak begitu berpengaruh pada
produktivitas apel yang dihasilkan, hanya saja pembungkusan buah ini
bertujuan untuk mencegah serangan burung dan kelelawar dan dapat
meningkatkan sintesis pigmen antocyanin yang menghasilkan warna buah
hijau muda (Anggara dkk, 2017).
e. Perbaikan kualitas warna buah
Peningkatan warna buah dapat dilakukan dengan bahan kimia Ethrel,
Paklobutrazol, 2,4 D baik secara tunggal maupun kombinasi (Soelarso, 1997).
10

E. Penyakit dan pengendalian penyakit apel


Menurut Raharjo (2017) apel rentan terhadap beberapa penyakit seperti
antraknos (Colletotrichum spp), bercak kering (Alternaria spp), Kapang Kelabu
(Botrys cinerea), dan Kudis apel (Venturia inaequalis).
1. Antraknos Colletotrichum spp
Salah satu penyakit yang paling dominan dalam menurunkan hasil
budidaya adalah antraknos. Penyakit antraknos ini disebabkan oleh cendawan
Colletotrichum spp yang distimulir oleh kondisi lembab dan suhu relatif tinggi.
Penyakit antraknos pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan
Colletotrichum yaitu Colletotrichum acutatum, Colletotrichum
gloeosporioides, dan Colletotrichum capsica (Suryaningsih dkk, 1996).
Menurut Hartati (2007), kehilangan hasil tanaman cabai akibat serangan
antraknos pada musim hujan dapat mencapai 50-10 %. Sementara berdasarkan
Widodo (2007), kehilangan hasil produktivitas dapat mencapai hingga 10-80 % di
musim hujan dan 2-35 % pada musim kemarau. Menurut Setiadi (2008), penyakit
antraknos menyerang buah, baik buah muda maupun yang telah matang.
a. Gejala penyakit
Gejala muncul berupa bercak kuning kecoklatan yang menyebar di daun.
Warna bercak akan menjadi cokelat tua. Tanaman mengerdil, tangkai daun
membusuk. Pada buah muncul bintik-bintik kecoklatan dan basah yang
semakin melebar. Gejela umum antraknos pada daun ditandai nekrosis –
jaringan mati – yang tidak beraturan pada pinggiran daun dimulai dari bagian
ujung melebar ke seluruh daun. Selain itu, antraknos juga menimbulkan
kerusakan pada buah, bunga, ranting, hingga kecambah. Pada buah apel
ditandai muncul titik-titik kecoklatan dan basah yang makin melebar
(Semangun, 2000)
b. Siklus penyakit
Siklus penyakit antraknos diawali dari jamur pada buah masuk ke dalam
ruang biji dan menginfeksi biji. Jamur tersebut dapat menginfeksi semai yang
tumbuh dari biji sakit. Kemudian jamur menyerang daun, batang dan akhirnya
menginfeksi buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang
11

sedang tumbuh, tetapi menggunakan tanaman ini untuk bertahan sampai


terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat bertahan pada sisa-sisa
tanaman sakit, seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Semangun, 1989).
c. Pengendalian
Pengendalian penyakit dapat dilakukan secara mekanis dengan memotong
dan musnahkan bagian tanaman yang terserang penyakit 2 cm dari tempat
bercak agar miselium ikut terbuang. Secara kimiawi dapat dengan cara
menyemprotkan fungisida berbahan aktif benomil, tebukonazol, atau propineb.
Sedangkan secara budidaya petani dapat menghindari penyiraman yang terlalu
keras atau dapat dengan menggunakan irigasi drip, serta membersihkan gulma
dari lahan. melakukan sanitasi lahan sebelum memberi perlakuan fungisida
juga penting (Raharjo, 2017)
2. Bercak kering dan bercak ungu Alternaria spp
Bercak kering dan bercak ungu disebabkan oleh Alternaria spp, serangan
penyakit ini memiliki tingkat kerusakan sedang – tinggi.
a. Gejala penyakit
Penyakit ini memiliki gejala seperti muncul lesi bercak mengering yang
semakin melebar di permukaan daun. Awalnya dari daun di bagian bawah
tanaman lalu merambat ke atas. Lama-lama daun rontok dan habis sehingga
pohon terbakar sinar matahari dan perlahan mati (Semangun, 2001).
b. Siklus penyakit
Cendawan membentuk miselium yang berwarna gelap. Konidiofor keluar
dari jaringan tanaman sakit dan berwarna gelap. Konidium berparuh, berbentuk
buah murbei, gelap, tunggal atau membentuk rantai dua-dua. Cendawan dapat
bertahan pada tanaman sakit, sisa-sisa tanaman sakit dan biji. Dalam jaringan
daun sakit, miselium dapat bertahan 1 tahun atau lebih dan dalam suhu kamar
konidium dapat tetap hidup selama 17 bulan. Biji dari buah sakit dapat
terinfeksi. Konidium mudah lepas oleh angin dan dapat disebarkan oleh
kumbang. Suhu optimum perkecambahan konidium adalah 28 – 30˚ C.
Pembentukan konidium membutuhkan banyak embun atau hujan yang sering.
12

Tanaman yang mulai membentuk buah dan yang berbuah banyak menjadi lebih
rentan (Alexopoulus dkk, 1979).
c. Pengendalian penyakit
Dapat dilakukan secara mekanis dengan memusnahkan dan bersihkan sisa
tanaman lama sebelum diganti tanaman baru. Atur kerapatan dan jarak tanam
agar tidak ada yang ternaungi atau berdrainase buruk. Hindari mengairi pada
sore hari agar lingkungan sekitar tanaman tidak lembab pada malam hari.
Gunakan bibit sehat atau tanaman varietas tahan alternaria. Secara kimiawi
semprotkan fungisida berbahan aktif pyraclostr obin tebukonazol,
azoksistrobin, propineb, atau mandipropamid (Djauhari dkk, 1979).
3. Kapang Kelabu Botrys cinerea
Kapang Kelabu Botrys cinerea memiliki tingkat kerusakan yang tinggi.
Penyakit kapang kelabu merupakan penyakit penting pada tanaman buah lepas
panen sejak dipetik, selama pengangkutan hingga disimpan di ruang penyimpanan
sebelum dijual ke pasar, karena dapat menurunkan kuantitas dan kualitas buah
(Blacharski dkk, 2000).
Jamur mempunyai konidiofor bercabang-cabang, bersekat, berwarna kelabu,
dengan konidium lonjong atau hampir bulat, berukuran 12-13×9-10 μm.
Konidiofor muncul tidak teratur tanpa pembengkakan basal, mempunyai panjang
750 μm, berwarna coklat, berdinding halus, dan pada bagian apikal terdapat
percabangan. Konidia berbentuk abovoid, berwarna coklat pucat, berdinding halus
dan berukuran (8-14) × (6-9) μm (Gandjar dkk., 1999).
a. Gejala penyakit
Ditunjukkan bervariasi tergantung bagian tanaman yang diserang.
Cendawan menyerang semua bagian tanaman kecuali akar. Pada bunga yang
sudah mekar , muncul bercak kecil membulat warna cokelat kemerahan. Lama-
kelamaan berubah menjadi hitam. Pada daun juga muncul bercak transparan
berair yang perlahan melebar dan berwarna menjadi kecokelatan. Bagian
tengah menjadi kehitaman dan busuk, sementara bagian daun yang kecokelatan
makin melebar ke samping (Kalshoven, 1981).
13

b. Siklus Penyakit
Jamur dapat bertahan sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman sakit. Penyakit
biasanya hanya terjadi pada musim hujan pada kondisi yang sangat lembab.
Faktor biotik dapat mempengaruhi perkembangan dan penyebaran patogen
sebagai contoh, serbuk sari yang telah terinfeksi oleh jamur B. cinerea pecah
lalu terbawa oleh angin. Serbuk sari kemudian menempel pada permukaan
tanaman lain. Tanaman tersebut akan terinfeksi jamur B. cinerea dari serbuk
sari yang menempel tadi. Dengan demikian kehadiran serbuk sari mungkin
meningkatkan tingkat penyakit (Brown dkk, 1980).
c. Pengendalian penyakit
Dapat dilakukan secara mekanis dengan mencegah kelembabahn berlebih
dengan melakukan penyiraman secukupnya dan perbaiki sirkulasi udara.
memotong dan memusnahkan bunga yang terserang. Secara kimiawi dengan
cara menyemprotkan fungisida berbahan aktif tebukonazol atau triadimenol
dan difenokonazol. Secara budidaya memperbaiki sirkulasi udara. Penyiraman
pada media tanam, bukan tajuk dan menghindari pemupukan N berlebihan
(Raharjo, 2017).
4. Kudis apel Venturia inaequalis
Kudis apel Venturia inaequalis memiliki tingkat kerusakan yang tinggi.
Penyakit ini menyerang apel dan pear, penyakit ini menular pada tanaman yang
tidak diurus. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kualitas buah seperti
ukuran buah mengecil atau buah jatuh sebelum masanya (Lucas dkk, 1985).
a. Gejala penyakit
Penyakit ini ditunjukkan dengan gejala muncul bercak tipis kecokelatan di
permukaan daun bagian bawah. Lama- kelamaan, bercak juga muncul di
permukaan daun bagian atas. Kemudian lesi yang berdekatan bergabung
membentuk lesi yang lebih lebar. Daun muda yang terserang berat akan
mengkerut, layu dan akhirnya rontok. Pada beberapa daun, cendawan berhenti
tumbuh melebar dan membentuk batas yang jelas dengan jaringan daun yang
sehat. Sedangkan jaringan terinfeksi disekitar lesi menebal sehingga bentuk
daun menjadi bergelombang tidak beraturan (Kalshoven, 1981).
14

b. Siklus penyakit
Penyakit masuk melalui cendawan dengan spora yang berkecambah
sehingga menginfeksi tanaman, spora tersebut dapat bertahan pada lingkungan
hingga musim berbunga pada pohon apel (Lucas dkk, 1985).
c. Pengendalian
Dapat dilakukan dengan secara mekanis dengan memotong dan musnahkan
bagian terinfeksi. Singkirkan daun sakit yang berguguran. Secara kimiawi
menyemprotkan fungisida berbahan aktif difekonazol atau mankozeb. Secara
budidaya saat kelembaban udara tinggi kurangi asupan unsur N,
memperbanyak asupan unsur P dan K, dan menanam varietas tahan kudis apel
(Raharjo, 2017).
III. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Magang dilaksanakan pada tanggal 1 Febuari 2019 s/d 28 Febuari 2019
dengan bertempat di Kebun Buah Kusuma Agrowisata Kota Batu, Malang – Jawa
Timur.

B. Alat dan Bahan


Alat pribadi yang digunakan dalam magang kerja ini adalah sepatu boot;
gunting dahan; sarung tangan serta segala sarana dan prasarana yang disediakan di
PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
Bahan yang dalam magang kerja ini adalah tanaman apel di PT. Kusuma
Satria Dinasastri Wisatajaya.

C. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan ini ialah magang kerja di PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya. Dengan metode yang digunakan meliputi:
1. Praktek lapangan
Keikutsertaan dalam setiap kegiatan manajemen budidaya yang meliputi:
pengorganisasian pekerja, proses budidaya dan pengelolaan penyakit pada
tanaman apel.
2. Wawancara
Diskusi dan wawancara merupakan bentuk pelaksanaan praktik kerja
langsung untuk memperoleh penjelasan dan pemahaman dari kegiatan yang
dilakukan serta memperoleh keterangan dari pihak instansi mengenai hal-hal yang
ingin diketahui dan dibutuhkan yang berkaitan dengan tujuan praktik, baik secara
langsung maupun tidak langsung observasi.
Observasi keadaan umum di PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya
yang meliputi: lokasi, struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, dan kegiatan
budidaya dan pengelolaan penyakit tanaman apel.

15
16

3. Pengumpulan data sekunder sebagai data pelengkap


Pengumpulan data sekunder sebagai pelengkap bisa di dapatkan dari data
perusahaan yang sudah dibukukan.

D. Variabel Kajian
Mengkaji tentang keadaan umum yang ada pada PT. Kusuma Satria
Dinasasri Wisatajaya yang meliputi:
1.1 Kajian umum
a. Keadaan wilayah PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
b. Sejarah singkat PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
c. Visi dan misi PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
d. Struktur organisasi PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
e. Fasilitas PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya.
f. Mempelajari proses manajerial pada PT. Kusuma Satria Dinasastri
Wisatajaya.

1.2 Kajian khusus


Mengkaji secara khusus proses kegiatan budidaya dan pengelolaan
penyakit tanaman apel di PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya yang meliputi:
a. Mengetahui jenis-jenis tanaman apel di PT. Kusuma Satria Dinasastri
Wisatajaya.
b. Mempelajari proses budidaya tanaman apel di PT. Kusuma Satria Dinasastri
Wisatajaya.
c. Mempelajari proses pengelolaan penyakit pada tanaman apel di PT. Kusuma
Satria Dinasastri Wisatajaya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kajian umum

1. Keadaan Wilayah PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya


Kota Batu adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur yang terletak 15 km
sebelah barat kota Malang, berada di jalur Malang, Kediri dan Jombang. Kota
Batu berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan di
sebelah Utara, serta dengan Kabupaten Malang di sebelah timur, selatan dan barat.
Kota Batu dikenal sebagai kawasan wisata pegunungan yang sejuk. Selain itu,
Kota Batu juga dikenal sebagai kawasan Agropolitan. Seperti halnya kawasan di
Malang dan sekitarnya, Kota Batu banyak menghasilkan buah dan sayur-sayuran,
khususnya buah apel.
Lokasi instansi ini berada di Kelurahan Ngaglik, Kecamata Batu Kota
Batu – Provinsi Jawa Timur dan kantor pusatnya berada di Jalan Abdul Gani Atas.
Letak perusahaan ini yang berada di lokasi pegunungan dan berudara sejuk
menjadikan kawasan ini diminati oleh para wisatawan lokal maupun
mancanegara.
Kusuma Agrowisata terletak di Kota Batu yang dikelilingi oleh rangkaian
pegunungan, yaitu Gunung Panderman (2.040 mdpl), Gunung Arjuno (3.339
mdpl), Gunung Welirang (2.156 mdpl), Gunung Anjasmoro (2.277 mdpl), dan
Gunung Kawi (2.651 mdpl). Kusuma Agrowisata terletak di Desa Ngaglik,
sebelah barat berbatasan dengan Desa Sisir, sebelah timur berbatasan dengan Desa
Pesanggarahan, sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Panderman, sebelah
utara berbatasan dengan Desa Ngaglik.
Kusuma Agrowisata memiliki jenis tanah andosol yang berbatu berwarna
cokelat kemerahan dan vertisol. Curah hujan 1.540 mm/th. Menurut Schmidt
Ferguson tipe iklim daerah Batu termasuk kedalam tipe iklim D. Menurut
pemerintah Kota Batu (2010) ketinggian tempat Kusuma Agrowisata 900-1.000
mdpl dengan kemiringan 15-25˚. Kelembaban nisbi 75-98% dengan suhu sekitar

17
18

18-28˚C. Penyinaran matahari pada musim penghujan 5 jam/hari dan pada musim
kemarau 8-10 jam/hari.
Total luas areal Kusuma Agrowisata yaitu 60 ha. Luas kebun untuk
kawasan wisata 29.63 ha yang terdiri dari 7.03 ha kebun apel, 6.6 ha kebun jeruk,
3.4 ha kebun jambu, 2 ha kebun stroberi, 9 ha kebun kopi, 1.6 ha kebun buah
naga.

2. Sejarah singkat
Perusahaan ini didirikan oleh Ir. Edy Antoro pada tahun 1989 dengan luas
4 ha. Pada tahun 1990 Kusuma Agrowisata membudidayakan apel seluas 10 ha
dan jeruk seluas 2 ha. Berdasarkan pengamalan kerja sebagai pengawas
perkebunan kopi di PT. Perkebunan Nusantara XII di daerah Bondowoso, beliau
mendirikan usaha dibidang agrowisata apel. Beliau menjual hasil panen apel ke
pedagang sebelum terjun kedunia agrowisata. Hasil panen saat itu dijual ke
wilayah Surabaya dikarenakan harga jaul apel di pasar Batu rendah akibat adanya
panen raya. Namun yang terjadi adalah harga jual di Surabaya jatuh yang
menyebabkan kerugian. Sehingga muncullah keinginan untuk menjual produk
hasil panen langsung ke konsumen melalui konsep agrowisata.
Tahun 1992 mulai membangun cottage sebanyak 16 kamar kemudian pada
tahun berikutnya (1993) menambah kamar menjadi 66 buah dan fasilitas yang lain
diantaranya kolam renang, restoran, dan ru ang pertemuan. Tahun 1995 dibangun
hotel tiga lantai sehingga total kamarnya menjadi 152 kamar. Tahun 1996
dibangun rumah kaca (green house) untuk tanaman hias dan menanam jenis kopi
Arabika kerdil varietas Kartika 1 seluas 9 ha dan berikutnya pada tahun 1997
membuka usaha estate dan travel. Tahun 1998 hingga 2000 menambah jenis
tanaman untuk wisata agro yaitu stoberi dan membangun green house lagi untuk
sayur dan tanaman jenis hidroponik lainnya. Tahun itu pula dibangun home
industry dengan bahan utama apel.
19

3. Visi dan Misi


Visi dari instansi ini adalah ‘Membangun Kusuma Agrowisata Group
menjadi perusahaan terpercaya, terkemuka, yang tangguh dan mampu bersaing di
pasar global’.
Untuk mewujudkan visi tersebut, secara spesifik misi Kusuma Agrowisata
adalah:
a. Menghasilkan produk dan jasa yang dapat diterima serta dapat
memberikan kepuasan konsumen.
b. Mendapatkan keuntungan untuk kelangsungan dan perkembangan usaha
serta kesejahteraan karyawan.

4. Fasilitas
Selain kebun wisata kawasan Kusuma Agrowisata juga memiliki fasilitas
pendukung, yaitu bangunan green house sayuran hidroponik dan tanaman hias,
lokasi outbond, mini cross, kedai apel dan stroberi, bangunan pengolahan kopi,
bangunan industri pegolahan apel, dan kawasan penjualan buah dan sayuran.
Kusuma Agrowisata khususnya Departemen Budidaya Tanaman Tahunan
(BTT) memiliki sarana dan prasarana yan cukup lengkap. Sarana dan prasarana
yang tersedia meliputi bidang produksi, administrasi, dan transportasi. Sarana
produksi digunakan dalam kegiatan budidaya tanaman, diantaranya sarana untuk
kegiatan pemupukan, pemangkasan, penyiangan, penyiraman, pemanenan, serta
pengendalian hama dan penyakit.
Sarana untuk kegiatan pemupukan diantaranya ember, timbangan 100 kg,
timbangan 5 kg, sprayer tekanan tinggi (high pressure power sprayer) dan
sprayer kabut (power mist blower), sedangkan cangkul dan arit dibawa masing-
masing oleh pekerja. Sarana pemangkasan berupa gunting dahan dan sarana
penyiangan berupa mesin pemotong rumput. Sarana untuk penyiraman
menggunakan pengairan springkel. Sarana untuk pemanenan berupa keranjang
serta sarana untuk pengendalian hama dan penyakit meliputi be`berapa mesin
diesel, selang 100 m, sprayer bertekanan tinggi dan kabut, timbangan 5 kg, drum
200 l, kuas, dan ember.
20

Sarana yang mendukung kegiatan administrasi meliputi perangkat


komputer, alat-alat tulis kantor, printer, dan telepon, serta sarana transportasi
berupa mobil pick up dan sepeda motor. Mobil pick up digunakan sebagai alat
angkut hasil panen dan alat angkut sampah, sedangkan sepeda motor digunakan
oleh karyawan sebagai penunjang aktivitas di lapangan. Selain itu terdapat sarana
penunjang yaitu kantor dan gudang. Prasarana yang dimiliki oleh Kusuma
Agrowisata adalah jalan kendaraan dan trotoar pejalan kaki untuk akses keliling
kebun.

5. Organisasi PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya


PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya Malang terdiri dari 6 departemen
yaitu:
a. Departemen Budidaya Tanaman Tahunan (BTT)
b. Departemen Marketings
c. Departemen Adventure
d. Departemen Food and Baverage & Entertainment
e. Departemen Personalia
f. Departemen Accounting
Pada departemen BTT dipimpin oleh seorang manajer yang bertugas untuk
mengawasi kegiatan program yang berkaitan dengan budidaya tanaman milik
kusuma agrowisata. Manajer BTT juga membuat dan menerima program yang
diberikan oleh General Manager maupun pemilik instansi. Dalam mengawasi
kegiatan budidaya dengan lahan yang cukup luas, manajer BTT di bantu oleh
beberapa mandor yang dibagi per komoditas seperti mandor apel, mandor jeruk,
mandor naga, dll. Selain itu, manajer juga dibantu oleh bagian administrasi dan
asisten manajer. Bagian administrasi memiliki tugas seperti pendataan jumlah
produksi, jumlah panen, jumlah tanaman mati, jumlah tanaman yang disulam,
serta meminta anggaran belanja ke atasan. Sedangkan asisten manajer merangkap
kegiatan seorang manajer apabila sedang berhalangan.
Beberapa rutinitas kegiatan di departemen ini seperti setiap harinya
manajer melakukan breefing untuk melakukan pelaporan ke atasan terhadap
21

kegiatan yang dilakukan dilapangan hari itu juga. Setiap bulan membuat laporan
terhadap kegiatan yang dilakukan serta menerima program dari atasan. Setiap
bulan juga para karyawan BTT dikumpulkan untuk melakukan rapat kecil,
membicarakan permasalahan serta solusi dilapangan.

B. Kajian khusus
Instansi ini memiliki 3 varietas apel yang dibudidayakan. Kondisi umur
tanaman bervariasi akibat adanya aktivitas perawatan tanaman seperti
penyulaman. Varietas apel tersebut yaitu Manalagi, Rome Beauty, dan Anna.
1. Varietas Manalagi
Apel varietas ini dapat diintroduksi dari Belanda dengan nama Zoote
achaart. Namun karena tidak ada kultivar yang mirip Manalagi, maka
varietas ini dianggap asli Indonesia dan hingga sekarang menjadi apel ciri
khas Kota Batu. Apel ini memiliki rasa yang manis dan segar serta
memiliki bentuk yang bulat dan warna kulit hijau kekuning-kuningan.
Berdaun lebar dengan warna hijau tua, halus dan tipis.
2. Varietas Rome Beauty
Apel ini berasal dari Benua Amerika dengan memiliki cita rasa yang asam,
manis segar. Apel ini berbentuk bulat dengan warna semburat merah serta
tekstur yang kasar. Bentuk daun panjang menyempit tepi daun, bergerigi
dan berlipat, warna daun hijau tua.
3. Varietas Anna
Merupakan apel yang berasal dari Israel. Apel ini memiliki cita rasa asam
serta mengandung banyak air. Berbentuk lonjong dan kulit buah tipis.
Daun tebal, berujung runcing dan berwarna hijau muda, tepi bergerigi dan
agak melipat ke bawah.
Apel yang dibudidayakan PT. Kusuma Satria Dinasastri Wisatajaya
Malang setiap petakannya diisi oleh tanaman apel yang berbeda-beda umur.
Pemisahan petakan tanaman buah apel di instansi ini dimaksudkan untuk menjaga
produksi buah tetap tercukupi dengan pengaturan umur tanaman. Sehingga setiap
saat kebun buah apel ini tetap memiliki persediaan buah untuk wisata petik buah.
22

Budidaya tanaman apel di instansi ini dibagi menjadi 2 manajemen


berbeda yaitu apel tanaman belum menghasilkan dan apel tanaman menghasilkan
yang diurai dibawah ini :
1. Budidaya tanaman apel belum menghasilkan
a. Pembibitan
Pembibitan tanaman di kebun petik buah ini dilakukan melalui
kerjasama dengan penangkar bibit skala kecil, karena kebutuhan bibit saat ini
hanya diperlukan untuk peyulaman sehingga tidak memerlukan bibit dalam
jumlah yang banyak. Bibit tanaman apel diperoleh dengan cara dibeli. Bibit
yang digunakan diperoleh dari anakan apel yang tumbuh di sekitar apel
dewasa dan memiliki akar. Anakan tersebut diambil dan dipelihara hingga
siap untuk dilakukan penyambungan dengan entres varietas tanaman apel
yang diharapkan.

Gambar 1. Bibit apel varietas anna siap Gambar 2. Anakan apel varietas
tanam yang berumur 1 tahun manalagi

b. Penanaman dan Penyulaman


Penanaman dan penyulaman tanaman apel di Kusuma Agrowisata
dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan ukuran 80 x 80 cm dan
kedalaman ±60 cm, penanaman dan penyulaman dilakukan pada musim
penghujan. Sebelum di tanam atau di sulam, lahan penanaman dan
penyulaman pada musim kemarau sekitar bulan Agustus – September diberi
23

perlakuan dengan pupuk kandang sebanyak 30-40 kg/lubang tanam. Setelah


itu lubang tanam ditutup kembali hingga musim hujan untuk melakukan
penanaman atau penyulaman. Hal ini sesuai dengan anjuran Kusumo (1986),
yaitu penanaman lebih baik dilakukan pada musim penghujan.

Gambar 3. Kegiatan penyulaman apel varietas manalagi

c. Pengairan
Pengairan yang digunakan di lahan apel ini menggunakan sistem
pengairan otomatis springkel. Penggunaan springkel biasanya hanya
digunakan pada saat musim kemarau yang berkepanjangan. Sedangkan pada
musim penghujan, sistem pengairan tidak digunakan. Tujuan dari penyiraman
pada musim kemarau ini juga demi menghindari kekurangan produksi yang
diakibatkan tanaman kekurangan air.
Pengairan ini digunakan sebelum dan sesudah pemupukan pada musim
kemarau. Penyiraman dilakukan selama 12 jam, dengan total penyiraman 24
jam untuk pemupukan. Selanjutnya penyiraman akan dilakukan lagi pada saat
kondisi tanah yang telah kering dengan kelembaban yang rendah.

d. Pemangkasan
Pemangkasan tanaman apel muda dilakukan saat berumur sekitar 1
tahun dengan tinggi ±80 cm dari tanah. Pemangkasan mempertahankan 2-3
cabang primer dan cabang primer lain pada batang utama. Tujuan
pemangkasan ini adalah untuk membentuk tanaman yang rendah/perdu.
24

e. Pelengkungan cabang (penelungan)

Penelungan dilakukan setelah apel dirompes. Penelungan dilakukan


menggunakan tali rafia yang diikat pada pangkal batang utama (pada bekas
sambungan) dan cabang yang telah siap dilengkungkan. Pelengkungan
dilakukan hingga cabang cukup datar atau sekitar 90˚. Tujuannya yaitu untuk
mempermudah pertumbuhan tunas lateral yang akan membantu pertumbuhan
bunga dan buah, juga demi kepentingan taman wisata. Sehingga tanaman lebih
rindang dan para wisatawan bisa memetik buah dengan mudah tanpa perlu
memanjat. Menurut Janick (1972) pelengkungan dapat mengurangi
pertumbuhan tanaman dan meningkatkan pembungaan.

Gambar 4. Kegiatan penelungan pada tanaman apel yang berumur 2.5 tahun

f. Pemupukan
Pemupukan apel tbm menggunakan pupuk organik dan anorganik.
Penggunaan pupuk pada tanaman belum menghasilkan/tanaman remaja
dilakukan dengan dosis setengah dari tanaman dewasa. Pada tanaman dewasa
pupuk anorganik seperti NPK 16 diberikan 500 g/tanaman dan pupuk kandang
80 kg/tanaman.
25

Gambar 5. Kegiatan pemupukan menggunakan NPK Mutiara

g. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada apel tbm dilakukan apabila gulma telah
terlihat mengganggu seperti vegetasi gulma yang padat dan gulma yang sudah
tumbuh tinggi & subur. Pengendalian dilakukan dengan pemangkasan
menggunakan pemotong rumput mesin maupun secara manual dengan
menggunakan arit. Pengendalian gulma ini dilakukan juga sebelum maupun
bersamaan dengan perlakuan penyakit penyakit busuk pengkal batang dan
busuk akar.

h. Pengendalian hama dan penyakit


Pengendalian untuk mengatasi hama dan penyakit pada apel tbm
dilakukan apabila muncul gejala serangan hama atau penyakit. Sedangkan
tindakan pencegahan dilakukan dengan interval 7-10 hari sekali. Pengendalian
hama dan penyakit apel tbm dilakukan dengan metode pengendalian kimiawi
dan metode fisik & mekanik. Secara kimiawi, pengenalian dilakukan dengan
penyemprotan menggunakan mesin untuk mempercepat pekerjaan. Pestisida
juga ditambahkan zat perekat mengingat cuaca setempat yang sering kali turun
hujan.
26

Penyakit apel lain seperti busuk akar putih dikendalikan menggunakan


Ridomil Gold dengan cara mengencerkan fungisida tepung tersebut menjadi
larutan yang kental, lalu meratakan larutan ke bagian pangkal batang tanaman
apel. Penggunaan fungisida dengan konsentrasi 30 g/1,5 l air. Pengendalian
tersebut dilakukan ketika memasuki musim penghujan.
Pengendalian dengan metode fisik dan mekanis dilakukan
menggunakan alat sederhana berupa sikat baja. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengendalikan hama berupa kutu sisik. Pengendalian dilakukan dengan cara
menggosokkan sikat baja pada bagian batang atau cabang apel yang terserang
oleh kutu sisik.

Gambar 6. Kegiatan penyaputan Gambar 7. Kegiatan penyemprotan


untuk pengendalian hama kutu sisik dengan campuran fungisida,
serta lumut insektisida serta zpt

2. Budidaya tanaman apel menghasilkan


a. Pemangkasan
Pemangkasan pohon apel TM terdiri dari pemangkasan produksi, berat
dan pemangkasan ringan. Pemangkasan produksi dilakukan secara teratur
yaitu pada saat setelah perompesan. Tujuan pemangkasan produksi adalah
untuk mendapatkan kualitas bunga yang baik sehingga diperoleh produksi
27

buah yang stabil, membentuk cabang efisien, dan mengurangi cabang yang
tidak efisien agar sinar matahari mudah masuk.
Pemangkasan ringan yang disebut juga dengan wiwil dilakukan
menjelang masa panen. Pewiwilan bertujuan untuk mengurangi ranting-
ranting yang berhimpitan agar sirkulasi udara dan sinar matahari mudah
masuk diantara ranting-ranting pohon. Pemangkasan ringan dilakukan pada
beberapa jenis cabang, yaitu cabang melawan arah, kering dan kecil.
Pemangkasan berat pada pohon apel dilakukan pada cabang yang
sudah tidak produktif dan sudah tidak tumbuh tunas baru lagi, cabang-cabang
tua, cabang berpenyakit dan cabang yang bertumpuk. Tujuan pemangkasan
berat untuk meremajakan tanaman agar berproduksi secara maksimal kembali.

b. Penyaputan
Penyaputan Nordox dilakukan setelah pemangkasan. Nordox yang
telah diencerkan dengan air sesuai konsentrasi anjuran disaput menggunakan
kuas pada bekas-bekas batang/cabang apel. Penyaputan Nordox dilakukan
hanya pada bekas potongan yang besar. Penyaputan ini dilakukan untuk
mencegah bagian bekas potongan tersebut busuk dan mengeluarkan lendir
yang mengindikasikan tanaman tersebut terserang penyakit.
Peyaputan yang dilakukan menggunakan deterjen yang dicampur
dengan perekat, bertujuan untuk membasmi hama kutu sisik pada kulit batang
dan cabang apel serta lumut-lumut yang tumbuh pada percabangan apel.
Deterjen sebagai bahan pembersih dapat mempermudah pembersihan pada
kulit tanaman apel. Sedangkan penggunaan perekat hanya diberikan pada
musim hujan, sementara pada musim kemarau hanya menggunakan deterjen
tanpa bantuan perekat. Kegiatan penyaputan diaplikasikan menggunakan kuas
untuk meratakan cairan deterjen keseluruh batang dan cabang apel, setelah itu
dilakukan penyikatan pada bagian-bagian yang perlu dibersihkan
menggunakan sikat baja.
c. Pemupukan
28

Pemupukan pada tanaman apel menghasilkan dilakukan pada musim


hujan maupun musim kemarau sebanyak 2 kali per musim, artinya dalam 1
tahun dilakukan 4 kali pemupukan. Pupuk yang digunakan ada 2 jenis yaitu
kimia dan pupuk kandang. Penggunaan pupuk kimia berupa NPK 16 dengan
takaran 500 g/tanaman dewasa yang telah berumur diatas 25 tahun, maksimal
750 g/tanaman dewasa. Sebelum pengaplikasian pupuk kimia, piringan apel
dibuat parit kecil mengelilingi pohon apel dengan diameter 1 m. Setelah
pupuk di tabur dalam lubang tersebut, lubang tersebut dibenam kembali
beserta pupuk di dalamnya. Sedangkan penggunaan pupuk kandang dilakukan
pada musim kemarau dengan takaran ±80 kg/tanaman dewasa. Penggunaan
pupuk kandang mentah dilakukan dengan cara menabur 80 kg pupuk tersebut
disekitar pohon apel. Sebelum melakukan pemupukan, piringan pohon
dibersihkan dari gulma dengan cara memotong rumput yang panjang dan
menggemburkan tanah dengan cangkul. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
persaingan perebutan unsur hara antara tanaman apel dengan gulma.
Penggunaan pupuk yang diaplikasikan pada apel di kusuma agrowisata
memang tidak sesuai dengan anjuran, yaitu sekitar 1 kg/tanaman dewasa.
Berdasarkan hasil wawancara, hal ini dikarenakan di kusuma agrowisata ingin
mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan untuk menjaga
kesuburan tanah.

d. Perompesan
Perompesan daun adalah kegiatan merontokan daun dengan tangan
sebatas mata tunas yang produktif. Tujuan perompesan adalah untuk
menentukan waktu panen tiap blok. Menurut Romlawati (1999) perompesan
dilakukan untuk mematahkan masa dormansi dari mata tunas karena daun
merupakan tempat yang paling peka untuk mensintesis zat penyebab dorman.
Menentukan waktu rompes merupakan kunci keberhasilan terjadinya
pembungaan pada pohon apel. Perompesan di dilakukan pada mata tunas yang
telah masak. Ciri-ciri mata tunas yang telah masak adalah bila ditekan akan
29

terasa keras dan padat, pertumbuhan vegetatif berhenti, sebagian besar daun
telah tua dan mudah rontok.
Sebelum dilakukan perompesan apel diberi perlakuan dengan
penyemprotan kalium seperti KNO3 dengan takaran 5 g/l air bersih. Setiap
petak penyemprotan pupuk membutuhkan volume air ±200 l.

e. Pengapuran
Pengapuran dilakukan pada tanah yang masam. Sebelum dilakukan
pengapuran maka akan dilakukan dulu pengecekan pH tanah dengan
menggunakan pH meter. Semakin rendah pH tanah maka perlakuan
pengapuran dilakukan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Secara umum
pengapuran dilakukan dengan konsentrasi 1-1.5 kg/tanaman. Pengapuran
dilakukan dengan cara menabur rata diseluruh bagian piringan tanah. Kegiatan
ini secara umum dilakukan setahun sekali dengan memperhatikan pH tanah
yang dikontrol pada musim penghujan.

f. Pembungkusan buah
Pembungkusan di Kusuma Agrowisata tidak dilakukan dengan
beberapa pertimbangan yaitu pembungkusan buah dapat meningkatkan biaya
produksi, menarik perhatian pengunjung wisata, harga jual buah yang
dibungkus dengan tidak memiliki perbedaan, bahan yang digunakan untuk
pembungkusan sulit didapat dalam jumlah yang besar.

g. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada kebun apel dilakukan dengan metode
mekanik dan kimiawi. Pengendalian dilakukan secara berseling dengan
memperhatikan waktu panen.
Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan menggunakan herbisida
kontak dengan bahan aktif Parakuat diklorida 276 SL. Penggunaan herbisida
ini biasanya dilakukan pada keadaan gulma yang telah tumbuh sangat tinggi
dan padat. Penggunaan herbisida hanya dilakukan 1 kali per tahun. Hal ini
30

merupakan kebijakan manajemen BTT Kusuma Agrowisata dalam


mempertahankan kesuburan lahan dengan cara mengurangi penggunaan
bahan-bahan kimia.
Pengendalian lain yang dilakukan selain dengan metode kimiawi
adalah menggunakan metode mekanis. Pengendalian menggunakan mesin
pemotong rumput, pengendalian dilakukan tidak menentu tergantung kondisi
gulma. Beberapa indikator yang menentukan kapan gulma akan dikendalian
adalah saat gulma telah padat dan memiliki tinggi sekitar 50 cm. Pengendalian
dengan pemotongan ini juga dilakukan saat mendekati waktu panen, untuk
mempercantik lahan yang akan dijadikan lokasi wisata petik buah. Saat
mendekati jadwal pemupukan, kebun apel juga dibersihkan dari gulma yang
mengganggu, agar pemupukan yang dilakukan lebih efektif dan
mempermudah dalam pembuatan lubang untuk pemupukan.

h. Penyakit yang ditemukan menyerang tanaman apel serta pengendaliannya


di Kusuma Agrowisata
Penyakit yang menyerang tanaman apel di Kusuma Agrowisata
diantaranya adalah busuk buah; busuk akar; dan antraknos. Berikut penjelasan
tentang penyakit yang meliputi gejala, patogen, serta cara pengendaliannya.
h.1. Penyakit busuk buah Gloeosporium sp.
Secara umum, gejala yang ditimbulkan pada buah apel fase awal akan
timbul bercak kecil warna hijau bentuknya bulatan. Lalu bercak ini
berubah warna menjadi coklat dan timbul bintik hitam dan mengakibatkan
buah berubah warna jadi kuning atau oranye. Penyakit ini disebabkan oleh
serangan patogen Gloeosporium sp.
Setelah dilakukan inventaris penyakit dengan cara menghitung jumlah
pohon yang terserang penyakit busuk buah, diketahui bahwa 20 dari 50
tanaman terserang oleh penyakit ini.
Pengendalian penyakit ini dilakukan menggunakan fungisida berbahan
aktif campuran Mankozeb 64% & Mefenoksam 4% dengan konsentrasi
2.5-5 g/l air. Pengendalian dilakukan dengan cara disemprotkan secara
31

merata pada seluruh bagian pohon. Selain itu dilakukan juga pemetikan
buah yang telah terserang gejala-gejala awal penyakit ini, lalu di kubur
dalam tanah untuk mengindari penyebaran patogen.

Gambar 8. Busuk buah apel anna Gambar 9. Busuk buah apel Manalagi
oleh Gloeosporium sp oleh Gloeosporium sp

h.2. Busuk akar Armilliaria spp


Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini yaitu bisa dilihat sebagian
besar daun mendadak kuning dan layu. Muncul retakan pada batang yang
menandakan kekurangan air. Kalau dibongkar, akar mengeluarkan cairan
kental coklat kekuningan mirip resin cair atau madu. Patogen yang
menyerang merupakan Armilliaria spp.
Setelah dilakukan inventaris penyakit dengan cara menghitung jumlah
pohon yang terserang penyakit busuk akar, diketahui bahwa 11 tanaman
dari 50 tanaman terserang oleh penyakit ini dan 5 diantaranya harus
dimusnahkan.
Pengendalian penyakit ini dilakukan menggunakan fungisida berbahan
aktif campuran Mankozeb 64% & Mefenoksam 4% dengan konsentrasi 50
g/2 l air. Penggunaanya dengan menyiram merata sekeliling pangkal
batang dengan cairan fungisida tersebut. Peyiraman dilakukan
menggunakan motol air mineral bekas yang tutupnya diberi lubang kecil
menggunakan paku. Pada tanaman kecil yang telah terserang parah,
dilakukan pencabutan serta penyulaman.
32

Gambar 10. Penyakit busuk akar Amiliaria spp..

h.3. Bercak daun Marssonina coronaria


Penyakit ini akan menimbulkan gejala pada daun setelah perlakuan
berupa pemotongan daun juga ranting yang kurang produktif atau jelek.
Gejala awalnya adalah timbulnya bercak putih tak beraturan yang berubah
menjadi warna coklat. Permukaan atas mulai mucul bintik hitam. Daun
yang terserang awalnya daun muda, baru daun tua dan akhirnya tanaman
berguguran. Patogen yang menyerang merupakan Marssonina coronaria.
Setelah dilakukan inventaris penyakit dengan cara menghitung jumlah
pohon yang terserang penyakit bercak daun, diketahui bahwa 41 dari 50
tanaman terserang oleh penyakit ini.
Pengendalian penyakit ini dilakukan menggunakan fungisida berbahan
aktif Propineb 70% dengan konsentrasi 4g/l. Pengendalian ini dilakukan
setiap minggu atau lebih tergantung intensitas serangan penyakit, yang
pengambilan keputusannya masih secara objektif.
33

Gambar 11. Penyakit bercak daun apel Marssonina coronaria

h.4. Antraknos Colletotrichum spp


Gejala umum antraknos pada daun ditandai nekrosis – jaringan mati
yang tidak beraturan pada pinggiran daun dimulai dari bagian ujung
melebar ke seluruh daun. Selain itu, antraknos juga menimbulkan
kerusakan pada buah, bunga, ranting. Pada apel ditandai muncul titik –
titik cokelat dan basah yang semakin melebar.
Setelah dilakukan inventaris penyakit dengan cara menghitung jumlah
pohon yang terserang penyakit antraknos, diketahui bahwa 2 dari 50
tanaman terserang penyakit ini.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan menggunakan fungisida
berbahan aktif Azoksistrobin 200 g/l & Difenokonazol 125 g/l dengan
kosentrasi 0.5 ml/l. Pengendalian ini dilakukan setiap minggu atau lebih
tergantung intensitas serangan penyakit, yang pengambilan keputusannya
masih secara objektif. Pada tanaman apel yang masih muda dan terserang
antraknos berat, maka tanaman tersebut dibuang jauh untuk dibakar.
34

Gambar 12. Apel terserang antraknos

i. Panen & pasca panen


Pemanenan untuk setiap varietasnya berbeda-beda. Umur panen
apel varietas anna ±120 hari; varietas manalagi ±135 hari dan varietas rome
beauty ±175 hari. Panen dilakukan dengan cara memutar satu arah buah apel
hingga putus dari tangkai buah. Di instansi ini pemanenan hanya dilakukan
pada buah sisa yang tidak dipanen oleh wisatawan. Buah yang dipanen
biasanya telah mencapai tingkat kematangan maksimum yang dapat
diketahui dari hari penen, warna buah, ukuran buah. Sisa buah-buah apel
tersebut akan ditawarkan pada tengkulak-tengkulak apel yang berasal dari
instansi lain. Apabila masih tersisa buah-buah yang tak terolah maka akan
diolah oleh pabrik menjadi makanan dan minuman ringan seperti keripik
apel, cuka apel, sirup apel, dll.
V. KESIMPULAN

Dari kegiatan magang yang dilaksanakan di PT. Kusuma Satria Dinasastri


Wisatajaya Malang yang dilaksanakan 1 bulan penuh pada bulan Febuari 2019,
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Budidaya tanaman apel di perusahaan ini dibagi menjadi 2 manajemen


yaitu tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan. Perawatan
tanaman secara umum sama, perbedaan hanya terletak pada konsentrasi
penggunaan misalnya seperti pupuk, dll.
2. Perusahaan menerapkan sistem umur tanaman untuk menjaga ketersediaan
buah di kebun petik apel.
3. Jenis apel yang dibudidayakan ada 3 jenis yaitu apel manalagi, anna, dan
rome beauty.
4. Pengelolaan penyakit pada budidaya apel di perusahaan ini dilakukan
dengan penyemprotan pestisida kimia yang dilaksanakan setiap minggu.
Penyemprotan dilakukan dengan berdasarkan serangan penyakit yang
dilihat secara subjektif.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, S., Hasannudin, dan Mukhtar Iskandar Pinem. 2013. Uji Ketahanan
Beberapa Varietas Dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit
Karat Daun (Puccinia Polysora Underw) Pada Tanaman Jagung
(Zea Mays L.) Di Dataran Rendah. Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Anggara, Dewi S.T, Agus Suryanto dan Ainnurasjid. 2017. Kendala Produksi
Apel (Malus Sylvestris Mill.) Var. Manalagi di Desa Poncokusumo
Kabupatan Malang. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Brawijaya.

Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah – Buahan Komersial.


Bayumedia Publishing. Malang.

Alexopoulus, C.J. and C.W. Mims. 1979. Introductory Mycolgy. John Willey and
Sons. New York.

Baskara, M. 2010. Pohon Apel itu masih (bisa) berbuah lebat. Majalah Ilmiah
Populer Bakosurtanal - Ekspedisi Geografi Indonesia. Jawa Timur.

Blacharski, R.W, J.A. Bartz, C.L Xiaoand D.E Legard. 2000. Control of
Postharvest Botrytis Fruit Rot With Preharvest Fungicide
Applications in Annual Strawberry.

Djauhari, S., Abadi. A.L., Yanuwiadi, B. dan Suharjono. 1977. Teknologi


Pengendalian Hayati Penyakit Tepung pada Apel dengan
Memanfaatkan Mikroba dan Limbah Organik. Jurnal Penelitian
Ilmu-ilmu Hayati.

Gandjar. I.R.A. Samson, K.V. T-Veurmeuleun, A. Oetari. Dan I. Santosa. 1999.


Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: yayasan Obor
Indonesia.

Hariati, N. 2007. Analisis Keanekaragaman 23 Genotipe Cabai (Capsicum sp)


Berdasarkan Penampakan Fenotipik serta Ketahanannya Terhadap

36
37

Penyakit Antraknosa (Colletrotichum sp). Departemen Agronomi


dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB.

Irawan, Deni. 2007. Potensi Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris


Mill.) Berdasarkan Aspek Agroklimat di Jawa Timur. Departemen
Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan IPA. IPB.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Jakarta: PT Ichtiar


Baru-Van Hoeve.).

Janick, J., 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Co. San Fransisco.

Kusumo, S. 1986. Apel (Malus sylvestris Mill). Penerbit Yasaguna. Jakarta.

Lucas, G.B., Campbell, C.L, dan Lucas, L.T. 1985. Introduction Plant Deseae:
Identification and Management. Westport. Connecticut: The Avl
Publishing Company, Inc.

Notodimedjo. Soewarno, 1995, “Budidaya Tanaman Hortikultura” Khususnya


Tanaman Buah-Buahan. Fak. Pertanian. Universitas Brawijaya
Malang.

Notodimedjo, S. 1996. Tinjauan dan Dilema Batang Bawah Apel di Indonesia.


Habitat.

Raharjo, Arie Agrohartono. 2017. Hama & Penyakit Tanaman Kenali dan Atasi.
PT. Trubus Swadaya. Depok.

Semangun, H. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

___________. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

___________. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada


University Press. Yogyakarta.
38

Setiadi. 2008. Bertanam Cabai Cetakan XXV. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sellistasari, S., Ainurrasyid, Agus S,. 2013. Perbedaan Produksi Tanaman Apel
(Malus sylvestris mill.) pada Agroklimat yang Berbeda (Studi
Kasus Pada Sentra Apel di Kota Batu dan Kabupaten Malang).
Jurusan Budidaya Pertanian. Fk. Pertanian. Universitas Brawijaya.

Sugiyarto, Kristian H., Retno D Suryanti., 2010. Kimia Anorganik Logam. Graha
Ilmu. Yogyakarta

Subagyo, Purwo & Zubaidi Achmad. 2010. Pengumpulan Pektin dari Kulit dan
Ampas Apel secara Ekstraksi. UPN Veteran. Yogyakarta.

Sunarjono. Hendro. 1987. ILMU Produksi Tanaman dan Buah-Buahan. Sinar


Baru. Bandung.

Sutopo. 2015. Budidaya Apel. Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Subtropik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Malang

Suryaningsih, E., R. Sutarya dan A.S Duriat. 1996. Penyakit Tanaman Cabai
Merah dan Pengendaliannya. Dalam A.S. Duriat, A. Widjada, W.
Hadisoeganda, T.A. Soetriarso dan L. Purbaningru. Teknologi
Produksi Cabai Merah. Balitsa. Lembang.

Suryobuwono, A., Reni K., Aini SH, Uci S. 2005. Buah Segala Musim. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

Susanto, W. H., Setyohadi, B. R., 2011. Pengaruh varietas apel (Malus sylvestris)
dan lama fermentasi oleh khamir Saccharomyces cerivisiae
sebagai perlakuan pra-pengolahan terhadap karakteristik sirup.
JTP-UB.

Soelarso, Bambang. 1996. Budidaya Apel. Kanisius. Yogyakarta.

________________. 1997. Budidaya Apel. Kanisius. Yogyakarta.


39

Untung. 1996. Apel: Jenis dan Budidayanya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Widodo. 2007. Status of Chili Anthracnose in Indonesia. In First Symposium and


Chili Anthracnose. National Horticulture Research Institute, Rural
Development of Administration. Republic of Korea.

Yulianto, J. Susilo dan D. Juanda. 2008. Keefektifan Teknik Perangsangan


Pembungaan pada Kelengkeng. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Jawa Tengah.
STRUKTUR ORGANISASI DIVISI AGROWISATA 40

DEPARTEMEN BUDIDAYA TANAMAN


GENERAL MANAGER

FATHURROHMAN

MGR.BT

PENGAWAS PHPT &


SULAMAN

ASST. MGR.BTS

WELASARI

PASCA PENGAWAS PENGAWAS PENGAWAS PENGAWAS PENGAWAS ADMIN. ADMIN. PENGAWAS PENGAWAS DFT &
KEBUN
PANEN KEBUN KEBUN
JERUK
KEBUN KEBUN SUBSTRAT
APEL BTT BTS STRAWBERRY
KOPI APEL JAMBU &
SUHARTO KHOIRUL M. JUNGGO BUAH NAGA ZAENAL M) ANITA M

PHPT SULAMAN KEBUN ORGANIK KEBUN KEBUN KEBUN STRW KEBUN PACKING STRW TOMAT SAYUR DFT BANPAM
KOPI JERUK JUNGGO JUNGGO
APEL JAMBU
DIDIK W SUSIANTO &
KOSIM
KARIM KUSMIATUN NURHARIYANTI NURUL HUDA MUSTARI
PONIRIN SULIS
MARGONO PAPRIKA
TRIONO TAKIM ROKIM SUBAKRI
SUMIRAN ARI SUMIATI WARTIAH SUDARNANTO
DUL ADI SUTRIS SUWADI ARIEF M.
RUSLAN SHOLEH BAI HERI P.
KOMAR RANU SUISWATI
SUPINGI PUJI ERNA CANDRA ADI
RUDIKAN KHORIYAH BAKIR
SUNARI KOLIAH LASMINA
GORI KARIONO PUJIANI HERU
FARIDAH MISDI NANDA RISKI S.
PANDRI
DURAHMAN PRAPTO JUMANI ISMIATUN SADI
WIJI LI’ATIN YENI
SUPRIANTO ANDRE KARIANTO SUMI WIWIK SENO

BATU , 9 PEBRUARI 2016

IMAM SOETEDJO
41
42
43
44
45
46
47
48

Anda mungkin juga menyukai