Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL MAGANG

BUDIDAYA TANAMAN TOMAT DI KELOMPOK TANI P4S


TRANGGULASI, SEMARANG – JAWA TENGAH

Oleh :

Nafa Ramadhan Pohan

16011028

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2019
PROPOSAL MAGANG

BUDIDAYA TANAMAN TOMAT DI KELOMPOK TANI P4S


TRANGGULASI, SEMARANG – JAWA TENGAH

oleh:
Nafa Ramadhan Pohan
16011028

Yogyakarta, 8 Juli 2019

Mengesahkan, Menyetujui,
Dekan Dosen Pembimbing

Ir. Wafit Dinarto, M.Si Drs. Riyanto, M. Si


NIDN : 0030116501 NIDN : 0527086101

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT akhirnya


penulis dapat menyelesaikan proposal magang yang berjudul “Budidaya Tanaman
Tomat Di Kelompok Tani P4S Tranggulasi, Semarang – Jawa Tengah”.
Proposal magang ini di susun untuk memenuhan syarat guna pelaksanaan
magang di Kelompok Tani P4S Tranggulasi, Semarang – Jawa Tengah, dan juga
sebagai pedoman dalam melaksanakan praktek magang nantinya.
Pada kesempanan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Drs. Riyanto, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan
dalam pembuatan proposal magang ini. Ucapan yang sama juga disampaikan
terhadap rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam penulisan proposal ini.
Penulis menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam
menyusun proposal magang ini, namun penulis berharap proposal ini dapat menjadi
pedoman dalam pelaksanaan magang nantinya.

Yogyakarta, 8 Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

hal
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang .........................................................................................
B. Tujuan Magang Kerja ...............................................................................
1) Tujuan Magang Umum ......................................................................
2) Tujuan Magang Khusus .....................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
A. Botani dan Syarat Tumbuh Tomat ............................................................
B. Morfologi Tomat .......................................................................................
C. Budidaya Tomat ........................................................................................
BAB III. METODOLOGI PELAKSANAAN ...................................................
A. Tempat dan waktu ....................................................................................
B. Alat dan bahan...........................................................................................
C. Metode pelaksanaan ..................................................................................
D. Variabel kajian ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

iv
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kegiatan perkuliahan, mahasiswa dituntut untuk siap terjun ke
lapangan, terutama lapangan pekerjaan. Hal ini bertujuan untuk membekali
mahasiswa ilmu praktis yang biasa dilakukan dilapangan. Sehingga ketika
mahasiswa telah dinyatakan lulus, mahasiswa sudah siap menghadapi persaingan
di lapangan karena telah dibekali sedikit ilmu di lapangan yang sangat bermanfaat
untuk menunjang karir mahasiswa
Magang Kerja merupakan bentuk perkuliahan melalui kegiatan bekerja
secara langsung di dunia kerja. Magang Kerja ini merupakan suatu kegiatan praktik
bagi mahasiswa dengan tujuan mendapatkan pengalaman dari kegiatan tersebut,
yang nantinya dapat digunakan untuk pengembangan profesi.
Pelaksanaan magang kerja di Kelompok Tani P4S Tranggulasi bertujuan
untuk menyerap ilmu-ilmu penting tentang hal teknis di lapangan yang berkaitan
dengan pertanian. Metode-metode budidaya tanaman yang diterapkan oleh
kelompok tani disana. Kelompok Tani P4S ini merupakan salah satu kelompok tani.
dengan mempelajari ilmu teknis pengelolaan budidaya tanaman tomat dan
manajemen di P4S Tranggulasi ini akan memberi banyak pengalaman yang
berharga di lapangan sebagai bekal dikemudian hari.
P4S Tranggulasi mempunyai spesialisasi kegiatan agribisnis komoditas
sayuran organik, seperti: kol, brokoli, lettuce, buncis prancis (komoditas unggulan,
kapri, bawang daun, tomat, cabai, sawi, pakcoy dan labu siam. Usaha tersebut telah
dilakukan kelompok tani Tranggulasi sejak Tahun 2000.
Tomat masih menjadi salah satu pilihan utama petani dalam bercocok
tanam. Berbagai perbaikan dalam hal budidaya masih terus dilakukan oleh para
petani demi memperoleh hasil panen yang optimal. Penjarangan buah juga
dilakukan petani untuk memperoleh tomat yang besar dan seragam, selain itu juga
menambah umur tanaman tomat, dan meningkatkan produksi buah. Produk yang
berkualitas baik akan meningkatkan nilai jual tomat menjadi tinggi bahkan ketika
harga tomat di pasaran jatuh, petani seakan tidak kehabisan akal. Mereka mengolah
2

tomat tersebut menjadi bentuk olahan seperti jus tomat, selai tomat, saus tomat,
sambal tomat, manisan tomat, dan lain-lain. Dengan demikian, dapat meningkatkan
nilai jual tomat sehingga tidak merugikan petani.
Luas penanaman tomat di Indonesia mengalami peningkatan, dari 43.000
ha pada tahun 1985 menjadi 45.215 ha pada tahun 2000 atau sekitar 5,22 % dari
total areal pertanaman sayuran di Indonesia (Djuariah, 2017). Adanya peningkatan
luas pertanaman tomat menjadi bukti bahwa tomat memiliki potensi yang baik.

B. Tujuan Magang
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan dalam bentuk praktek kerja.
b. Mahasiswa mampu membandingkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan dengan yang ada di tempat magang dan menelaahnya.
c. Mahasiswa belajar untuk bekerja secara mandiri di Lapangan dan sekaligus
berlatih menyesuaikan diri dengan kondisi Lapangan pekerjaan yang
nantinya akan ditekuni oleh para lulusan.
d. Mahasiswa memperoleh tambahan wawasan dalam bidang pertanian secara
nyata dan luas.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui secara umum ilmu tentang teknik budidaya tomat.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani dan Syarat Tumbuh Tomat


Tomat merupakan tanaman perdu semusim dengan sistem perakaran yang
dangkal, batangnya bersegi dan berambut halus. Bunganya berbentuk terompet,
berwarna kuning, dan berkelompok pada suatu tandan batang utama yang
ketinggiannya dapat mencapai 2 m. Kebanyakan tomat memiliki sifat pertumbuhan
indeterminate (pucuknya tetap tumbuh vegetatif), ada juga kultivar dengan sifat
pertumbuhan semi indeterminate dan determinate (ujung pucuk berakhir pada suatu
tandan bunga) (Zulkarnain, 2016). Sunarjono (2016) mengatakan bahwa tanaman
tomat berbentuk perdu, berakar tunggang dengan akar meyamping yang banyak dan
dangkal. Batang tomat bersegi dan berbulu halus. Bunganya berwarna kuning dan
berbentuk terompet kecil dengan benang sari yang bersatu membentuk tabung.
Pada sistem klasifikasi botani, Zulkarnain (2016) mengatakan bahwa
tanaman tomat memiliki kedudukan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dikotiledon
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon
Spesies : Lycopersicon esculentum Mill. (dahulu Solanum lycopersicum L.)
Buah tomat mempunyai bentuk bulat dan lonjong (Saparinto dan
Setyaningrum, 2014). Sedangkan menurut Zulkarnain (2016) buah tomat berbentuk
bulat, bulat pipih, atau berbentuk seperti buah pir, berongga, berdaging dan banyak
mengandung air, serta berdiameter 1 - 12 cm. Sunarjono (2016) berpendapat bahwa,
bentuk buah tomat ada yang bulat, bulat pipih, dan ada pula yang seperti bola
lampu. Buahnya berdaging, banyak mengandung air, dan tersusun dalam tandan.
Pada umumnya buah tomat berwarna merah saat dewasa/matang. Meskipun
demikian, warna buah tomat budidaya bervariasi dari kuning, jingga, sampai merah
tergantung pada sifat genetiknya (Zulkarnain, 2016). Saparinto dan Setyaningrum
4

(2014) melaporkan bahwa buah tomat masih muda berwarna hijau dan semakin tua
warnanya berubah menjadi merah. Sedangkan Sunarjono (2016) berpendapat
bahwa buah tomat muda berwarna hijau dan tidak enak dimakan (langu), setelah
tua akan berwarna merah dan enak dimakan.
Tanaman tomat dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 200 - 1.500
mdpl. Tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur dan kaya
unsur hara, pH tanah 5-6, suhu udara 17-18 0C, dan kelembaban diatas 60% dan
kebutuhan sinar matahari 200 - 400 fc (Saparinto dan Setyaningrum, 2014).
Tanaman ini dapat diusahakan pada berbagai jenis tanah mulai dari lempung
berpasir sampai lempung berliat serta pada tanah-tanah yang kaya akan bahan
organik. Menurut Zulkarnain (2016) pH tanah hendaknya sekitar 5,5 - 7,0 karena
pada tanah dengan pH di luar kisaran ini dapat terjadi defisiensi atau keracunan
hara. Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan tomat sekitar 21-24 0C. Intensitas
cahaya 1.000 fc, jika intensitas dibawahnya maka diperlukan cahaya buatan untuk
meningkatkan intensitas dan memperpanjang fotoperiodisitas. Selain faktor
lingkungan dan iklim yang sesuai untuk tanaman tomat perlu mendapat perhatian
guna mendapat hasil dengan kualitas dan kuantitas yang dikehendaki.

B. Morfologi Tomat
Tanaman tomat terdiri atas bagian-bagian akar, batang, daun, dan bunga.
Bagian - bagian tubuh tanaman tersebut sangat berperan dalam aktivitas hidup
tanaman tomat, seperti penyerapan, respirasi, fotosintesis, pengangkutan zat
makanan, dan perkembangbiakan. Tanaman tomat merupakan tanaman yang
memiliki perakaran tunggang dengan akar samping yang banyak dan dangkal.
Batang tanaman tomat bewarna hijau, berbentuk persegi empat hingga bulat serta
bagian permukaan batangnya ditumbuhi bulu dan tinggi batang mencapai 2-3 meter
(Agromedia, 2007).
Menurut Agromedia (2007), tanaman tomat memiliki daun majemuk yang
bersirip gangsal. Daun tanaman tomat bewarna hijau dan berbentuk oval. Bagian
tepi daun bergerigi dan membentuk celah yang menyirip. Selain memiliki daun
tanaman tomat juga memiliki bunga majemuk yang bersifat hermaprodit dan dapat
5

melakukan penyerbukan sendiri. Bunga tanaman tomat berbentuk terompet


bewarna kuning cerah dan memiliki kelopak dan mahkota bunga berjumlah enam.
Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), tanaman tomat memiliki bentuk buah
yang bervariasi. Buah tomat ada yang berbentuk bulat, lonjong dan oval. Buah
tomat memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang paling kecil memiliki berat
sekitar 9 g/buah dan yang berukuran besar sekitar 180 g/buah.
Berdasarkan sifat pertumbuhannya tanaman tomat dibagi menjadi dua tipe,
yaitu tipe determinate dan indeterminate. Tipe determinate memiliki tipe
pertumbuhan yang diakhiri dengan tumbuhnya rangkaian bunga atau buah,
sehingga batang tanaman tidak bisa tumbuh tinggi. Tanaman tomat tipe determinate
memiliki umur panen yang relatif pendek. Tanaman tomat indeterminate memiliki
tipe pertumbuhan yang tidak diakhiri dengan tumbuhnya bunga dan buah dan umur
panennya relatif lama (Agromedia, 2007).
Tomat varietas Permata merupakan tomat dataran rendah yang memiliki
tipe pertumbuhan determinate. Tanaman tomat varetas Permata ini tahan terhadap
penyakit Fusarium oxyporum race O, Fusarium oxyporum race I, TMV, dan
Pseudomonas solanacearum, serta toleran terhadap Alternaria solani. Buah tomat
berbentuk abovoid, warna buah muda hijau keputih-putihan dan buah masak
bewarna merah. Buah tomat varietas permata memiliki tekstur yang renyah dan rasa
buah yang manis. Berat buah mencapai 50 g/buah dengan potensi hasil 3-4
kg/tanaman. Umur panen buah tomat varietas permata adalah 100 hari setelah
tanam (Pitojo, 2005).

C. Budidaya Tomat
1. Pembibitan
Pembibitan menjadi sangat penting karena berupaya menyiapkan tanaman
muda yang baik dan layak untuk ditanam di lapangan dengan harapan mampu
tumbuh cepat, normal, seragam, mampu bersaing dengan hama atau penyakit dan
gulma, mampu memanfaatkan lingkungan yang telah dipersiapkan (Yodono, 2016).
Persiapan pembuatan persemaian dilakukan dengan merendam benih tomat
dengan air selama satu malam guna mematahkan dormansi benih tersebut. Proses
6

pemeraman ini membutuhkan waktu dua hari. Namun sebenarnya lama waktu
pemeraman ini tergantung dari penanganan pelaku pemeraman, karena untuk
memdapatkan waktu yang lebih singkat dapat dilakukan dengan menaruh benih
yang diperam ke tempat yang panas sehingga terkena sinar matahari secara
langsung (Supriyadi, 2010).
Media semai menggunakan serbuk sabut kelapa (cocopeat) memiliki daya
simpan air yang tinggi dibandingkan media tanah dan media campuran serbuk sabut
kelapa + tanah. Serbuk sabut kelapa memiliki kadar air dan daya simpan air masing-
masing 119% dan 695,4%. Bobot isi kering media tanam serbuk sabut kelapa lebih
rendah dibandingkan dua media lainnya, sehingga akan mempermudah pada saat
transportasi dan pendistribusian ke lapangan. Semakin rendah bobot isi media
tanam, maka semakin ringan dan praktis untuk dipindahkan (Hasriani, dkk. 2013).
Kebutuhan benih untuk tiap 1 ha, diperkirakan 250 g benih (sekitar 70.000
biji) diperlukan untuk budidaya tipe indeterminate dan 125 g untuk tipe
determinate. Benih disemai di persemaian atau baki persemaian sedalam 0,5 cm
dengan jumlah 750 - 900 biji/persemaian. Bila sudah berdaun 2 (8 hari setelah
semai), semaian dibumbun, dan dipelihara di persemaian. Bila semaian sudah
mempunyai 4-5 daun, ditambah penyinaran 6-9 hari sebelum semaian dipindahkan
ke lapangan (BPTP Sulteng, 2009).

2. Pemilihan dan Persiapan Lahan


Lahan dibersihkan dari sisa tumbuhan kemudian dicangkul sedalam 30-40
cm, dibiarkan terkena sinar matahari selama 2 minggu untuk membuang gas-gas
beracun dan mendorong terjadinya dekomposisi bahan organik. Setelah lahan
dibersihkan selanjutnya dibuat bedengan setinggi 30-50 cm (penanaman musim
kemarau) atau 50-75 cm (penanaman musim hujan) dengan lebar 90-100 cm dan
jarak antar bedengan 50 cm. Setelah itu, bedengan bisa ditutup dengan mulsa plastik
dan dibuat lubang tanam dengan diameter 10 cm (Zulkarnain, 2016). Sedangkan
menurut Saparinto dan Setyaningrum (2014) bedengan dibuat dengan ukuran lebar
100 cm dengan tinggi 25 cm dan jarak antar bedengan 30 cm. BPTP Sulteng (2009),
berpendapat bahwa bedengan dibuat dengan lebar 1 m, tinggi 20 cm di musim
7

kemarau dan tinggi 35 cm di musim penghujan, jarak antar bedengan 50 cm untuk


memudahkan drainase pada musim penghujan. Mulsa plastik atau jerami dapat
digunakan untuk menutupi permukaan tanah. Bila temperatur >28 0C, mulsa plastik
harus ditutupi jerami. Menurut Djuariah (2017), penggunaan mulsa plastik dapat
dilakukan untuk menjaga kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan gulma.
Menurut Sunarjono (2016) lahan yang akan digunakan dicangkul sedalam
40 cm dan dibuat bedengan dengan lebar 1,4-1,6 m. Bedengan dibuat lubang jarak
tanam 50-60 cm. Jarak antar baris lubang 70-80 cm, sehingga tiap bedengan terdiri
dari dua baris lubang. Pada lahan tersebut juga dibuatkan saluran pembuangan air
(parit) antar bedengan dengan lebar 20 cm. Parit ini sangat penting untuk drainase
dan mencegah serangan penyakit layu.

3. Penanaman
Umur bibit sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Bibit umur
muda lebih cepat mengalami pertumbuhan tetapi lebih dapat bersaing dengan
gulma. Selain, itu bibit muda akan segera layu bila tidak tercukupi air dan
pertumbuhannya akan terganggu. Jika bibit terlalu terlalu tua, maka bibit ini kurang
mampu bersaing dengan lingkungannya (Yudhono, 2016).
Zulkarnain (2016) mengatakan bahwa jarak antar barisan penanaman
tanaman tomat tergantung pada sifat pertumbuhan tanaman, apabila menggunakan
lanjaran/penopang ditanam pada jarak 30-45 cm, sedangkan bila tanpa lanjaran
tomat ditanam dengan jarak 50-60 cm. Pemasangan lanjaran (ajir) dilakukan saat
tanaman berumur 15 hari dengan tinggi sekitar 20-25 cm untuk menopang cabang-
cabang yang bertambah. Ajir dapat dibuat dari bambu dengan tinggi 1-1,5 m.
Penanaman tomat sebaiknya dilakukan pada sore hari agar bibit tidak layu akibat
teriknya sinar matahari dengan memilih bibit yang normal, lurus, dan perakarannya
baik.
Setelah berumur satu bulan, kira-kira berdaun empat helai, bibit tomat
dipindahkan ke lubang tanam. Setiap lubang ditanami satu batang tanaman yang
sehat, kuat, dan subur (Sunarjono, 2016). Setelah itu, bibit ditanam pada lubang
8

yang disiapkan dengan kedalaman sebatas leher akar atau pangkal batang
(Saparinto dan Setyaningrum, 2014).

4. Pemupukan
Pupuk dasar biasanya menggunakan pupuk kandang. Pupuk kandang ialah
zat organik yang digunakan sebagai pupuk organik dalam pertanian. Pupuk
kandang berperan dalam kesuburan tanah dengan menambahkan zat dan nutrien,
seperti nitrogen yang ditangkap bakteri dalam tanah. Organisme yang lebih tinggi
kemudian hidup dari jamur dan bakteri dalam rantai kehidupan yang membantu
jaring makanan tanah (Anonim, 2013). Sedangkan menurut Subroto (2009)
pemberian pupuk kotoran ayam dapat memperbaiki struktur tanah yang sangat
kekurangan unsur organik serta dapat menyuburkan tanaman bayam.
Untuk hasil yang optimum, tanaman tomat perlu diberi pupuk organik dan
anorganik. Di daerah tropis biasanya pemupukan N berkisar 60-120 kg/ha, P2O5 60-
140 kg /ha dan K2O 60-120 kg/ha, setengahnya diberikan sebagai pupuk dasar dan
sisanya diberikan sebagai pupuk susulan pada pembentukan buah pertama (BPTP
Sulteng, 2009). Sedangkan menurut Djuariah (2017) mengatakan bahwa dosis
pemupukan untuk produksi benih tomat sebaiknya adalah N 37,5–50 kg/ha, P2O5
150–200 kg/ha, dan K2O 150-200 kg/ha. Untuk pupuk dasar, dengan aplikasi
sebelum tanam, menggunakan pupuk kandang kuda dengan dosis 30 ton/ha.
Aplikasi pupuk N, P, dan K sebaiknya dilakukan tiga kali, yaitu pada saat tanam,
umur 14 HST, dan 30 HST.

5. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman tomat antara lain berupa penyiraman, penyiangan
gulma, pemberian turus (terutama untuk tipe indeterminate), pemangkasan tunas,
dan penyemprotan pestisida dengan dosis dan interval yang tepat, tergantung
dengan keadaan cuaca dan tingkat perkembangan penyakit.
a. Pengairan
Diperlukan pengairan cukup pada setiap stadia pertumbuhan tomat
terutama untuk tipe indeterminate. Pengairan diperlukan terutama dalam
9

periode satu bulan setelah pemindahan ke lapangan. Bila perakaran sudah


berkembang, pengairan yang lebih diperlukan, akan tetapi dengan frekuensi
yang lebih jarang, disesuaikan dengan kebutuhan. Tanaman tomat tidak
tahan terhadap genangan air, oleh karena itu harus segera dikeringkan antara
1-3 hari (BPTP Sulteng, 2009).
Menurut Zulkarnain (2016) tanaman tomat menghendaki
kelembaban tanah yang memadai selama masa pertumbuhannya. Ketika
masih kecil, hendaknya sering disiram, namun penyiraman dikurangi
seiring dengan semakin besarnya tanaman karena jangkauan perakarannya
semakin luas sehingga mudah mendapatkan air karena akar tanaman dapat
tumbuh hingga mencapai kedalaman 1,2-1,5 m.
b. Pemberian turus
Pemberian turus atau ajir dilakukan pada saat tanaman berumur 15
hari dengan tinggi sekitar 20-25 cm, untuk menopang cabang-cabang yang
bertambah (Saparinto dan Setyaningrum, 2014).
Turus diberikan agar tanaman tidak menyentuh tanah, menambah
ukuran dan jumlah buah, memudahkan penyemprotan, serta mengurangi
busuk buah. Pada tipe indeterminate, pemberian turus memudahkan
pemangkasan dan pemeliharaan lainnya. Pemangkasan tunas untuk
membatasi tunas yang tumbuh dapat mempercepat kematangan buah,
mendorong keseragaman buah dan ukuran buah yang lebih besar,
memperbaiki sirkulasi udara diantara kanopi tanaman yang memudahkan
penyemprotan dan mengurangi penyakit. Pemangkasan dapat juga
dilakukan terhadap bunga, sehingga buah yang dihasilkan berukuran lebih
besar dan seragam sesuai dengan yang diharapkan (BPTP Sulteng, 2009).
c. Penyiangan
Gulma dapat menyaingi cahaya, air dan hara, serta dapat menjadi
inang patogen. Pengaruh gulma sangat menentukan tingkat penurunan hasil.
Penyiangan tergantung kondisi gulma, pada penyiangan pertama, ikuti
dengan penggemburan tanah (jika diperlukan). Pengendalian gulma dapat
menggunakan herbisida, tapi jangan sampai terkena tanaman tomat.
10

Penyiangan dengan manual atau penggunaan mulsa organik dapat dilakukan


agar pertumbuhan tanaman tomat baik serta hasil yang diperoleh berkualitas
dan kuantitas hasil juga baik (BPTP Sulteng, 2009).
d. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Memeriksa terjadinya serangan hama dan penyakit di lapangan
sebelum mengambil tindakan pengendalian. Menggunakan pestisida yang
sesuai dan tepat untuk target sasaran, serta sesuaikan dengan anjuran
keselamatan manusia dan lingkungan. Penyakit yang biasa menyerang
tanaman tomat, antara lain: busuk daun (Phytophthora infestans),
Xanthomonas campestris pv., Vesicatoria, Alternaria solani, Stemphyllium
solani, Ralstonia solanacearum, Sclerotium rolfsii, Fusarium oxysforum
sp., Lycopersici, Tomato Yelow Leaf Curl Virus (TYLCV). Sedangkan
hama yang biasa menyerang tomat antara lain : ulat buah (Helicoverpa
armigera), nematoda bengkak akar (Meloidogyne incognita, M. Javanica,
M. Arenaria). Selain penggunaan pestisida, pengendalian hama dan
penyakit dapat dilakukan juga dengan rotasi tanaman, menanam varietas
yang resisten atau tahan, penggunaan sprinkler untuk pengaplikasian
pestisida, dan drainase yang baik (BPTP Sulteng, 2009).
Hama seperti bemissia, thrips dan aphids dapat menularkan virus.
Untuk menghindarkannya, dapat dilakukan dengan menutupi persemaian
dengan kain jala 60 mesh. Penggunaan pestisida sistemik sangat dianjurkan
karena dapat mengurangi infeksi patogen tular benih (seed borne disease),
diantaranya: Alternaria solani (Early blight), Xanthomonas campestris
(Bacterial spot), Fusarium oxysporum sp., Lycopersici (Fusarium wilt), dan
Tobacco Mosaic Virus (TMV). Namun penyakit lain juga dapat menyerang
tanaman tomat. Standar lapangan beberapa serangan penyakit terhadap
tanaman tomat dalam produksi benih inti belum ditetapkan namun
demikian, untuk sementara dapat dipakai standar seperti untuk benih
penjenis (Djuariah, 2017).
Penyakit yang dominan menyerang tanaman tomat adalah bercak
daun yang disebabkan oleh jamur Phythophthora infestans yang dapat
11

menyebabkan bercak tidak beraturan, agak basah, lembek, lunak, dan


berwarna hijau kehitaman. Apabila cuaca sangat lembab, bercak daun akan
melebar dan daun-daun akan membusuk, menguning, coklat dan mati
(Zulkarnain, 2016).
Kutu kebul (Bemissia tabacci) biasanya terdapat pada bagian bawah
daun dan imagonya sering berterbangan. Nimfa dan serangga dewasa
menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan sel-sel daun sehingga
menimbulkan bercak nekrotik. Hama ini juga menyebabkan tanaman tomat
menjadi keriting, karena hama ini juga merupakan vektor bagi Tomato
Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) (Zulkarnain, 2016).
Penyakit layu pada tanaman tomat yang disebabkan jamur Fusarium
oxysporum dan bakteri Pseudomonas solanacearum mempunyai gejala
serangan daun-daun muda menjadi layu, sedangkan daun-daun tuanya
mengering. Akhirnya tanaman mati karena pertumbuhannya terhenti.
Belum ada cara kimiawi untuk menanggulangi penyakit ini. Sebagai
pencegahannya dapat dilakukan penanamn tanaman yang resisten terhadap
penyakit layu. Sementara penanggulangan tanaman yang sudah terserang
adalah dengan mencabut dan membakarnya (Saparinto dan Setyaningrum,
2014).
Kendala utama budidaya tomat ialah adanya serangan patogen dan
salah satunya ialah virus Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) yang
termasuk kedalam kelompok Gemini virus. Virus ini mempunyai nilai
ekonomi yang sangat penting, karena merupakan salah satu penyebab utama
penurunan produksi tanaman. Kehilangan hasil akibat serangan serangan
virus ini mencapai kisaran 50-80 %. Gejala serangan berupa tanaman kerdil,
arah cabang dan tangkai daun cenderung tegak, anak daun kecil-kecil,
mengkerut dan cekung, serta pinggiran daun dengan atau tanpa warna
kuning (Gunaeni dan Purwati, 2013).
Menurut Yudono (2015) pengendalian hama dan penyakit
dimaksukan untuk menurunkan populasi hama maupun penyakit sampai
dibawah ambang yang menyebabkan dampak kerusakan tanaman yang
12

mampu menurunkan kualitas maupun kuantitas hasil yang nyata. Tujuan


pengendalian hama dan penyakit adalah menyelamatkan tanaman untuk
dapat tumbuh normal dan memberikan hasil yang tinggi seperti yang
diharapkan. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan
beberapa cara yakni:
1) Dengan cara manual, yaitu membuang hama atau penyakit yang ada atau
membongkar dan membakar tanaman atau bagian tanaman yang
terserang hama atau penyakit.
2) Dengan cara mekanis atau fisik, yaitu memusnahkan pertanaman yang
terserang hama atau penyakit yang sangat berbahaya atau dapat juga
dilakukan sanitasi lingkungan.
3) Dengan cara khemis, yaitu dengan menggunakan pestisida yang sesuai
dengan hama penyakit yang menyerang tanaman.

6. Pembatasan cabang dan jumlah tandan bunga


Tindakan pemeliharaan lain yaitu pemangkasan ringan ketika tanaman
berumur 1,5 bulan atau bersamaan pemupukan susulan pertama, cabang-cabang
samping dipangkas hanya menyisakan 1 atau 2 cabang pertanaman. Setiap tunas
yang tumbuh pada ketiak daun dibuang karena dapat mengurangi hasil (Zulkarnain,
2016).
Pada tanaman tomat yang sudah diseleksi kebenaran varietasnya sebaiknya
dilakukan pembatasan cabang, jumlah tandan bunga (terutama tipe indeterminate),
dan jumlah bunga per tandan bunga. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas
buah tomat yang dihasilkan. Jumlah cabang yang dipertahankan per tanaman
tergantung pada varietas, namun umumnya ditinggalkan dua cabang utama. Adapun
jumlah tandan bunga berkisar 5 – 7 tandan bunga. Jumlah bunga per tandan bunga
tergantung dari varietas yang ditanam. Namun dalam produksi benih inti sebaiknya
dibatasi tidak lebih dari 5 bunga per tandan bunga (Djuariah, 2017).
13

7. Kriteria panen dan panen


Menurut Djuariah (2017) buah tomat dipanen pada saat matang fisiologis
(dicirikan 60-90 % buah telah berwarna merah) karena benih akan mencapai
viabilitas dan vigor maksimum. Penundaan panen setelah matang fisiologis di
lapangan berarti menyimpan benih dalam kondisi yang tidak menguntungkan dan
kualitas benih akan menurun. Pemanenan dilakukan per buah dan tidak dicampur,
meskipun berasal dari tanaman yang sama. Masing-masing buah disimpan dalam
kantong tersendiri dan diberi keterangan antara lain: tanggal panen, nama varietas,
nomor tanaman, dan nomor buah dalam tanaman.
Cara panen buah tomat dengan cara manual yaitu memetik buah satu per
satu secara hati-hati agar tidak menimbulkan luka pada pangkal buah. Buah dipetik
dijadikan satu, kemudian dipilah berdasarkan ukuran (Saparinto dan Setyaningrum,
2014). Buah yang telah matang dipanen, terutama buah hasil persilangan dipanen
dari galur betina yang biasanya terdapat label pada kalik (BPTP Sulteng, 2009).
14

III. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan tempat pelaksanaan


Magang akan dilaksanakan pada tanggal 1 Febuari 2019 s/d 22 Maret 2019
dengan bertempat di Kelompok Tani P4S Tranggulasi, Semarang – Jawa Tengah.

B. Alat dan bahan


Alat yang digunakan dalam magang kerja ini adalah segala sarana dan
prasarana di Kelompok Tani P4S Tranggulasi.
Bahan yang digunakan dalam magang kerja ini adalah tanaman tomat di
Kelompok Tani P4S Tranggulasi.

C. Metode pelaksanaan
Bentuk pelaksanaan kegiatan ini ialah magang kerja di Kelompok Tani P4S
Tranggulasi dengan metode yang digunakan meliputi:
1. Praktek lapangan
Keikutsertaan dalam setiap kegiatan manajemen budidaya yang meliputi:
pengorganisasian pekerja, proses budidaya tanaman tomat.
2. Wawancara
Diskusi dan wawancara merupakan bentuk pelaksanaan praktik kerja
langsung untuk memperoleh penjelasan dan pemahaman dari kegiatan yang
dilakukan serta memperoleh keterangan dari pihak kelompok tani mengenai hal-hal
yang ingin diketahui dan dibutuhkan yang berkaitan dengan tujuan praktik, baik
secara langsung maupun tidak langsung observasi.
Observasi keadaan umum di Kelompok Tani P4S Tranggulasi yang
meliputi: lokasi, struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, dan kegiatan budidaya
tomat.
3. Pengumpulan data sekunder sebagai data pelengkap
Pengumpulan data sekunder sebagai pelengkap bisa di dapatkan dari data
kelomok tani yang sudah dibukukan.
15

D. Variabel kajian
Mengkaji tentang keadaan umum yang ada pada Kelompok Tani P4S
Tranggulasi yang meliputi:
1. Kajian umum
a. Letak geografis Kelompok Tani P4S Tranggulasi.
b. Deskripsi Kelompok Tani P4S Tranggulasi.
c. Sejarah singkat Kelompok Tani P4S Tranggulasi.
d. Visi dan misi Kelompok Tani P4S Tranggulasi.
e. Struktur organisasi Kelompok Tani P4S Tranggulasi.
f. Fasilitas Kelompok Tani P4S Tranggulasi.
g. Mempelajari proses manajerial pada Kelompok Tani P4S Tranggulasi.

2. Kajian khusus
Mengkaji secara khusus proses kegiatan budidaya tomat di Kelompok Tani
P4S Tranggulasi yang meliputi:
a. Mengetahui jenis-jenis tanaman tomat di Kelompok Tani P4S Tranggulasi.
b. Mempelajari proses budidaya tanaman tomat di Kelompok Tani P4S
Tranggulasi.
c. Mempelajari proses pengelolaan penyakit pada tanaman tomat di Kelompok
Tani P4S Tranggulasi.
16

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Anonim. 2013. Pupuk Dan Pemupukan Ramah Lingkungan. http:// marno.lecture.


ub.ac.id /files/2013/11/ PUPUK-DAN-PEMUPUKAN- ramah-
lingkungan.docx Diakses pada tanggal 6 Juli 2019.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. 2009. Budi Daya dan
Produksi Benih Tomat (Lycopersicum esculentum L.).
http://sultra.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_con
tent&view=article&id=118:budi-daya-dan-produksi-benih-tomat
Diakses pada tanggal 5 Juli 2019.

Djuariah, D. 2017. Produksi Benih Inti Tomat (Solanum lycopersicum).


http://balitsa.litbang.pertanian.go.id/ind/images/images/iptek/17.pd
f Diakses pada tanggal 6 Juli 2019.

Gunaeni, N dan Purwati, E. 2013. Uji Ketahanan terhadap Tomato Yellow Leaf
Curl Viruspada Beberapa Galur Tomat (Resistance Test of Tomato
Lines to Tomato Yellow Leaf Curl Virus). Jurnal Hortikultura.
23(1):65-71, 2013. http://ejurnal. litbang. pertanian.go.id/
index.php/jhort/article/view/3382/2867 Diakses pada tanggal 6
Maret 2019.

Hasriani, Kalsim, D. K, dan Sukendro, A. 2013. Kajian Serbuk Sabut Kelapa


(Cocopeat) Sebagai Media Tanam (Study Of Cocopeat As Planting
Media). Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
https://dedikalsim.files.wordpress.com/2013/12/jurnal-hasriani-ed-
dkk-nov-2013.pdf Diakses pada tanggal 7 Juli 2019.

Pitojo, S. 2005. Benih Tomat.Kanisius. Yokyakarta. 98 p.

Saparinto, C dan Setyaningrum, H. D. 2014. Panen Sayur Secara Rutin di Lahan


Sempit. Cetakan ke-3. Jakarta. Penebar Swadaya, hlm 209-219.

Subroto. 2009. Kesuburan Dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung. Pustaka


Buana.

Sunarjono, H. 2016. Bertanam 36 Jenis Sayur. Cetakan ke-4. Jakarta. Penebar


Swadaya, hlm 38-44.

Supriyadi, A. 2010. Pengembangan Benih Tomat (Lycopersicum esculentum Miil)


Bersertifikat di UPTD BP2TPH Ngipiksari Kaliurang Yogyakarta.
Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. https://
17

digilib.uns.ac.id/dokumen/ download/ 22937/NDgyMTM=/


Pengembangan -Benih-Tomat- Lycopersicum- Esculentum-Mill-
Bersertifikat- di-UPTD- BP2TPH- Ngipiksari- Kaliurang-
Yogyakarta- abstrak.pdf Diakses pada tanggal 7 Maret 2019.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Tomat. Bandung: Yrama Widya.

Yudono, P. 2015. Perbenihan Tanaman Dasar Ilmu, Teknologi dan Pengelolaan.


Cetakan kedua. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press, hlm.
153-222.

Zulkarnain. 2016. Budidaya Sayuran Tropis. Cetakan kedua. Jakarta. Bumi Aksara,
hlm 23-37.

Anda mungkin juga menyukai