Oleh :
Ayu Ningsih
(1624010015)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Ayu Ningsih
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan tanaman alpukat telah cukup lama di Indonesia, sekitar dua abad
yang lalu. Pengembangan tanaman alpukat di tanah air tampaknya belum merata. Buah
alpukat merupakan buah yang memiliki nilai nutrisi, kandungan lemak, dan energi
buah yang tinggi. Buah alpukat bukan hanya sekedar sumber vitamin dan mineral,
tetapi dapat pula dijadikan bahan pangan dan penyedia energi.
Namun masyarakat kita, khususnya masyarakat kota, hanya sekedar
menkonsumsi buah alpukat dalam bentuk sari juice buahnya bersama sirop dan
penyedap lain. Pola konsumsi hanya minum buah alpukat seyogianya dapat diubah
menjadi pola konsumsi makan buah alpukat, khususnya bagi masyarakat di daerah
wilayah dataran tinggi dan desa terpencil.
Dalam perdagangan dunia, buah alpukat merupakan komoditas buah yang
penting; volume perdagangannya menempati urutan kelima susudah jeruk, pisang,
nenas, dan mangga. Pengembangan tanaman alpukat di tanah air pada era agribisnis
saat ini kiranya akan dapat memberikan manfaat dan meningkatkan berbagai aspek
kehidupan masyarakat dan ekonomi, khususnya dalam usaha perbaikan kesehatan gizi,
serta sosial ekonomi dan lingkungan hidup.
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket
(Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur atau Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat
(Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.
Tanaman alpukat bukan tanaman asli Indonesia, tanaman alpukat berasal dari
dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad
ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20
varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh
varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya
di daerah dataran tinggi.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana syarat tumbuh buah alpukat?
2. Bagaiman teknik budidaya buah alpukat?
3. Bagaimana cara panen dan penanganan pascapanen buah alpukat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui syarat tumbuh buah alpukat.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya buah alpukat.
3. Untuk mengetahui cara panen dan penanganan pascapanen buah alpukat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Alpukat
Tanaman alpukat memiliki nama latin Persea Americana Mill. Tanaman
alpukat adalah tanaman buah yang memiliki pohon berkayu yang tumbuh menahun.
Tanaman alpukat umumnya memiliki tinggi tanaman antara 3 – 10 m, dengan batang
yang berlekuk-lekuk dan bercabang banyak, serta berdaun rimbun. Tanaman alpukat
merupakan buah yang berasal dari daerah tropik Amerika. Menurut seorang ahli
boatani Soviet, sumber genetik alpukat berasal dari Meksiko bagian selatan dan
Amerika Tengah, kemudian menyebar ke berbagai Negara yang beriklim tropik.
Pengembangan alpukat di Indonesia mulanya terkonsentrasi di pulau Jawa, namun
sekarang telah menyebar hamper di seluruh provinsi. Alpukat cocok ditanam di daerah
tropis pada lahan-lahan kering untuk memperbaiki lingkungan dan mencegah
terjadinya erosi. Tanaman alpukat memiliki nilai ekonomis yang tinggi, karena
tanaman ini merupakan komoditas perdagangan di pasar dalam negeri dan luar negeri
(Rahmawati, 2010).
3
Morfologi Tanaman Alpukat
Tanaman alpukat memiliki dua jenis akar, yaitu akar tunggang dan memiliki
akar rambut. Rambut pada akar tanaman alpukat hanya sedikit sehingga pemupukan
harus dilakukan dengan cara yang benar.
Bunga alpukat berupa malai dan terletak di dekat ujung ranting, bunganya
sangat banyak berdiameter 1-1,5 cm, berwarna kekuningan, berbulu halus dan benang
sari dalam 4 karangan. Bunga alpukat bersifat sempurna (hermaprodit), tetapi sifat
pembungaannya dichogamy, artinya tiap bunga mekar 2 kali berselang, menutup antara
2 mekar dalam waktu berbeda. Pada hari mekar pertama, bunga betina yang berfungsi
sedangkan pada hari mekar berikutnya bunga jantan yang berfungsi. Berdasarkan sifat
pembungaannya, tanaman alpukat dibedakan menjadi 2 tipe. Tipe A: bunga betina
mekar pada pagi hari sedangkan bunga jantan mekar pada sore hari pada hari
berikutnya. Tipe B: bunga betina mekar pada sore hari dan bunga jantan mekar pada
pagi hari berikutnya. Menurut Sunarjono (2003) tipe A merupakan tanaman yang
mekar pertama pada waktu pagi, jenis kelamin yang masak terlebih dahulu adalah jenis
kelamin betina (putiknya). Mekar kedua terjadi sore, jenis kelamin yang masak adalah
jenis kelamin jantan (tepung sari). Dengan demikian pada waktu pagi semua tanaman
tipe A bertindak sebagai betina, sedangkan pada sore hari bertindak sebagai jantan.
Sedangkan tipe B merupakan tanaman alpukat yang mekar pertama terjadi pada waktu
4
sore hari. Dengan putik masak terlebih dahulu. Mekar kedua terjadi pada waktu pagi
hari berikutnya. Dengan tepung sari yang masak terlebih dahulu.
Buah alpukat jenis unggul berbentuk lonjong, bola atau bulat telur dan bulat tidak
simetris, panjang 9 – 11,5 cm, memiliki massa 0,25 – 0,38 kg, berwarna hijau atau hijau
kekuningan, berbintik – bintik ungu, buahnya memiliki kulit yang lembut dan memiliki
warna yang berbeda-beda. Biasanya warna buah alpukat bervariasi dari warna hijau tua
hingga ungu kecoklatan. Buah alpukat berbiji satu dengan bentuk seperti bola
berdiameter 6,5 – 7,5 cm, keping biji berwarna putih kemerahan. Buah alpukat
memiliki biji yang besar berukuran 5,5 x 4 cm.
5
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh perlu diketahui agar usaha yang dilakukan tidak sia-sia. Adapun
syarat yang diperlukan adalah sebagai berikut.
1. Iklim
a) Sinar Matahari
Penyebaran energi matahari ke permukaan bumi merupakan pengendali yang
besar pengaruhnya terhadap cuaca dan iklim. Setiap tahun dipancarkan 2,9 x 1023 kal
dan diterima bumi sebanyak 1,3 x 1024 kal. Di bumi, panas ini dipergunakan untuk
proses hidup manusia, hewan, dan tanaman. Bagi alpukat, mengingat tanaman ini
banyak tersebar di daerah tropis hingga subtropis, tampaknya pengaruh sinar matahari
bukan merupakan soal yang penting.
b) Suhu
Alpukat termasuk tanaman yang mudah menyesuaikan dengan lingkungannya.
Di dataran rendah, alpukat dapat bertoleransi pada suhu tidak lebih dari 30°C.
Sedangkat di dataran tinggi tidak lebih dari 15°C.
c) Angin
Angin sangat diperlukan oleh tanaman alpukat terutama dalam proses
penyerbukan. Selain serangga, angin dapat membantu terjadiya penyerbukan. Dengan
bantuan hembusan angin, serbuk sari yang masak dari satu tanaman alpukat dapat
mencapai putik tanaman alpukat lain disekitarnya yang telah siap diserbuki.
d) Curah hujan
Alpukat akan menghasilkan buah yang baik bila ditanaman di daerah curah
hujan 1.500-3.000 mm per tahun. Daerah yang cocok untuk pertanaman alpukat adalah
yang mempunyai tipe curah hujan sebagai berikut :
Tipe A = 12 bulan basah dan 0 bulan kering
Tipe B = < 9-12 bulan basah dan 1-2 atau 2-4 bulan kering
Tipe C = 5-6 bulan basah dan 5-6 bulan kering
6
Perhatian bulan basah adalah bila curah hujan lebih dari 100mm/bulan. Sedangkan
bulan kering adalah bila curah hujan dibawah 100mm/bulan.
2. Ketinggian tempat
Alpukat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, mulai dari yang rendah
(0 m dpl) sampai dtaran tinggi (2.000 m dpl). Namun, alpukat paling cocok ditanam
pada ketinggian antara 200-1.000 m dpl. Pada ketinggian seperti ini akan dihasilkan
buah yang lebat. Sebelum menanam harus disesuaikan antara ketinggian tempat dan
jenis alpukatnya. Untuk jenis mexican dan guatemalan biasanya lebih cocok bila
ditanam di daerah dengan ketinggian 1.000-2.000 m dpl. Sebaliknya jenid india barat
cocok ditanam pada ketinggian tempat anta 0 sampai 1.000 m dpl.
3. Tanah
Tanah yang paling cocok untuk pertanaman alpukat adalah tanah remah
berhumus dan tanah lempung berpasir. Jangan menanam alpukat ditanah padat, karena
air mudah menggenang. Sebab, air yang menggenang akan menyebabkan penyakit.
Keasaman tanah juga perlu diperhatikan, karena faktor ini akan mempengaruhi serapan
unsur hara dan pertumbuhan tanaman. Alpukat sebaiknya ditanam pada tanah ber-pH
antara 5,5-6,5. Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan, karena unsur-
unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di
atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang. Akibat lain
dari pH yang tidak tepat adalah terbentuknya ion bikarbonat dalam jumlah yang
banyak. Ion ini dijumpai pada tanah dengan pH sangat tinggi (lebih dari 8,0) dan
mengganggu serapan normal unsur lain sehingga sangat merugikan pertumbuhan (Y.
Hety Indriati dan Emi Sumiarsih. 1992).
7
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya
persarian bersilang.
2. Penyiapan Bibit
Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif
(melalui biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan
mata/okulasi). Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang
menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada
kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit
hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang
didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.
8
Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan,
dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan.
9
1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam
kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja
(Y. Hety Indriati dan Emi Sumiarsih. 1992).
10
Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.
Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian
atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke
dalam lubang.
Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan
mengingat letak lubang tanam.
3. Cara Penanaman
Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah
yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari
tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau
turun hujan.
Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:
Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah
bibit.
Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar
gumpalan tanah tetap utuh.
Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang
setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari
secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan
tersebut dibuat miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh
ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu
(Y. Hety Indriati dan Emi Sumiarsih. 1992).
11
gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena
itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus
disiangi (dicabut) secara rutin.
2. Penggemburan Tanah
Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara
di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa
menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu
digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.
3. Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman
perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore
hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.
4. Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh
terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara
hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka
bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.
5. Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program
pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman
alpukat, khususnya akar-akar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya
kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil.
Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program
pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl
(60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP,
dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-
12
0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea,
TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan
4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Mengingat
tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk
diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk
ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di
bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman (Y. Hety Indriati dan Emi
Sumiarsih. 1992).
2. Cara Panen
Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu
dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan
untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan alat atau galah
yang diberi tangguk kain atau goni pada ujungnya. Saat dipanen, buah harus
13
dipetik bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka
atau infeksi pada bagian dekat tangkai buah.
3. Periode Panen
Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan,
dan musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan
Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat,
musim panen dapat terjadi setiap bulan.
4. Prakiraan Produksi
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah
baik dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat
diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg (Y. Hety Indriati dan Emi
Sumiarsih. 1992).
3.3.2 Pascapanen
1. Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran
yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara
pencucian tergantung pada kotoran yang menempel. Bila kotoran sangat tebal,
buah dibersihkan dengan cara merendamnya didalam air. Namun bila tipis,
cukup di lap dengan kain basah atau kering.
2.Sortasi
Penyortiran buah dilakukan dengan tujuan memilih buah yang baik dan
memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai
berikut:
a) Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
b) Cukup tua tapi belum matang.
c) Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3
buah atau berbobot maksimal 400 g.
14
d) Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk
lonceng.
4. Pengemasan
Kemasan adalah tempat yang digunakan untuk mengemas suatu
komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor.
Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung
plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan
kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton
berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton,
alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi
penyekat yang terbuat dari potongan karton (Y. Hety Indriati dan Emi
Sumiarsih. 1992).
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a) Penanaman tanaman alpukat harus disesuaikan dengan syarat tumbuh dari
alpukat.
b) Budidaya tanaman alpukat meliputi persiapan lahan, penyemaian, teknik
penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen.
c) Buah alpukat dipanen pada saat 6 bulan setelah bunga mekar, dipanen
dengan cara memetik dengan menyertakan tangkai sepanjang 3 cm.
d) Penanganan pascapanen mulai dari pencucian, sortasi, pemeraman,
penyimpanan dan pengemasan.
4.2 Saran
Untuk memperoleh bibit yang berkualitas dapat dilakukan dengan perbanyakan
secara generatif yaitu mengambil biji dari buah yang sudah cukup tua, buahnya tidak
jatuh hingga pecah dan dapat dilakukan dengan perbanyakan secara vegetatif yaitu :
Penyambungan pucuk (enten) dan Penyambungan mata (okulasi).
16
DAFTAR PUSTAKA
Darmawati, E dan Fauzan, A A. 2012. Kajian Identifikasi Chilling Injury pada Buah
Alpukat secara Non Destructive menggunakan Gelombang Ultrasonik. Peran
Keteknikan Pertanian Dalam Pembangunan Industri Pertanian Berkelanjutan
Berbasis Kearifan Lokal.Universitas Udayana,. Bali.
Rahmawati, R. 2010. Khasiat dan Cara Olah Alpukat. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
17