PASANG SURUT
OLEH : Kelompok 7
Andi Rianto
Dodi Damanik
Fauzi Gunawan
Risky Gunawan
FAKULTAS PERTANIAN
PEKANBARU
2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
Paper ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Ekologi
Paper ini memuat tentang Budidaya Tanaman Palawija Dengan Sistem Surjan
DiLahan Pasang Surut. Semoga paper ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih
luas kepada pembaca. Walaupun paper ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terimakasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .............................................................................................
B. Tujuan ...........................................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan
produkivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber
pangan utama penduduk Indonesia dan kebutuhannya terus meningkat karena selain
penduduk terus bertambah dengan laju peningkatan sekitar 2% per tahun, juga adanya
perubahan pola konsumsi penduduk dari non beras ke beras. Disamping itu terjadinya
penciutan lahan sawah irigasi akibat konversi lahan untuk kepentingan non pertanian
melalui peningkatan intensitas pertanaman dan produktivitas lahan sawah yang ada,
pencetakan lahan irigasi baru dan pengembangan lahan potensial lainnya termasuk lahan
Lahan rawa pasang surut merupakan lahan marginal yang memiliki potensi cukup
Luas lahan ini di Indonesia diperkirakan mencapai 20,11 juta hektar, sekitar 9,53 juta
hektar diantaranya berpotensi sebagai areal pertanian, sudah direklamasi sekitar 4,186
juta hektar sehingga diperkirakan masih tersedia 5,344 juta hektar yang bisa
dimanfaatkan menjadi areal pertanian, sedangkan dari 4.186 juta ha yang telah
Sebagai lahan marginal, memanfaatkan lahan rawa pasang surut untuk usaha
pertanian memang tidak semudah memanfaatkan lahan-lahan subur yang selama ini
2
banyak dimnfaatkan untuk usaha pertanian seperi lahan irigasi dan lainnya. Salah satu
dai ciri kemarginalan lahan ini adalah tingkat kemasaman tanah yang tinggi (pH < 4),
kandungan besi (Fe2+) cukup tinggi dan lapisan pirit yang dangkal. Oleh karenanya
dalam mengelola lahan ini menjadi lahan pertanian terlebih dahulu harus ketahui sifat
dan karakteristiknya yang khas tersebut. Jika salah kelola akan berakibat fatal dan
Sistem surjan merupakan suatu cara pengelolaan tanah dan air yang disesuaikan
dengan kondisi alam setempat. Sistem ini, tidak saja dilakukan di lahan pasang surut
tetapi juga dapat dilakukan pada lahan gambut dangkal yang marginal. Namun yang
perlu diperhatikan dalam menggunakan sistem ini adalah penerapan pola tanam tumpang
sari (multicroping) yang berkelanjutan dan produktif dalam waktu lama. Hal ini
misalnya dapat terlihat dari adanya pola suksesi dari pertanaman padi menjadi tanaman
perkebunan kelapa atau kebun karet atau pohon buah-buahan dan perikanan.
Dengan penerapan sistem surjan, maka lahan akan menjadi lebih produktif, karena
pada lahan tersebut akan tersedia dua tatanan lahan, yaitu: (1) Lahan tabukan yang
Saat ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah
beras disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90%
digunakan sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi faktor yang cukup
penting (Anonimous, 2004c). Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang
kaya akan protein yang memiliki arti penting sebagai sumber protein nabati untuk
3
peningkatan gizi dan mengatasi penyakit kurang gizi seperti busung lapar Perkembangan
manfaat kedelai di samping sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat
dipakai juga sebagai penurun cholesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung.
Selain itu, kedelai dapat berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit
kanker.
Oleh karena itu, ke depan proyeksi kebutuhan kedelai akan meningkat seiring
dengan kesadaran masyarakat tentang makanan sehat. Produk kedelai sebagai bahan
sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton dan
kekurangannya diimpor sebesar 1,31 juta ton (Anonimous 2005c) Hanya sekitar 35%
dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sendiri. Upaya untuk
peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, perbaikan
sistem permodalan, pengembangan infra struktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif
B. Tujuan
A. Tanaman Palawija
karena hasilnya dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat, sumber protein nabati, dan
bahan dasar berbagai industri. Sebagian besar tanaman palawija bukan merupakan
tanaman asli Indonesia, namun demikian tanaman tersebut sudah beradaptasi dan
kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar, serta masih banyak yang lainnya.
sesudah padi. Sebagai bahan makanan, jagung bernilai gizi tidak kalah dibandingkan
dengan beras. Selain untuk bahan makanan manusia, jagung dapat digunakan untuk
makanan ternak, bahan dasar industri, minuman, sirup, kopi, kertas, minyak, dan cat.
Hasil jagung per ha di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain. Rendahnya
pemakaian pupuk yang sangat sedikit, serta cara bercocok tanam yang belum diperbaiki.
Kedelai yang tersebar di Indonesia bukan tanaman asli, melainkan berasal dari
Cina. Kedelai sudah cukup lama mendapat tempat di hati masyarakat karena mempunyai
manfaat yang tinggi, kedelai dapat diolah menjadi bahan makanan (tahu dan tempe),
minuman, serta penyedap cita rasa makanan. Tidak hanya biji yang bermanfaat, tetapi
daun dan batang yang sudah agak keringpun dapat digunakan sebagai makanan ternak
dan pupuk hijau. Tanah bekas ditanami kedelai biasanya baik sekali untuk ditanam padi,
sebab pada kedelai terdapat bintil-bintil yang dapat mengikat unsur N (Nitrogen) dari
Kacang tanah berasal dari Brazil. Kacang tanah berperan memenuhi kebutuhan
pangan nasional sebagai sumber protein nabati, minyak, dan nutrisi lain. Produksi dan
produktifitas kacang tanah Nasional dari tahun ke tahun terus meningkat, namun laju
permintaannya masaih lebih besar dari pada ketersediaannya. Maka dari itu, antara lain
dengan perluasan areal serta perbaikan teknologi budi daya dan pasca panen.
dalam kebutuhan kacang-kacangan setelah kedelai dan kacang tanah. Permintaan kacang
hijau cenderung meningkat, sedang persedian produksi kacang hijau nasional belum
dapat mencukupi kebutuhan di dalam negeri, sehingga harus di impor, kacang hijau
tidak hanya dijadikan bahan makanan, tetapi juga digunakan sebagai pakan ternak.
Ubi kayu atau sering disebut singkong berasal dari Brasil. Di Indonesia, hasil ubi
kayu melimpah ruah dibeberapa tempat, tetapi belum ditangani secara serius. Hal
dunia. Hasil panen berupa umbi dapat disimpan dalam keadaan segar, yaitu dengan
Meskipun ubi jalar merupakan sumber karbohidrat setelah jagung, singkong, atau
sagu, tetapi merupakan tanaman kesayangan petani karena bernilai ekonomi tinggi. Ubi
jalar adalah tanaman merambat yang banyak varietasnya, dalam hal warna, batang,
umbi, dan bentuk daun. Banyaknya variasi mengakibatkan nama ubi jalar bermacam-
macam.
Pemanfaatan ubi jalar sampai sekarang terbatas sebagai tanaman sampingan saja.
Bukan merupakan tanaman pokok, seperti padi, jagung, dan singkong. Ubi jalar hanya
6
kota.
B. Sitem Surjan
Surjan atau sorjan (bahasa banjar) merupakan sebuah sistem pertanian di lahan
rawa yang memadukan antara sistem sawah dengan sistem tegalan. Kata surjan diambil
dari bahasa Jawa yang artinya lurik atau garis-garis. Hamparan surjan memang tampak
dari atas seperti susunan garis-garis selang seling yang merupakan bagian dari tembokan
atau guludan, atau tegalan (raised bed) dan bagian tabukan atau sawah (sunken bed).
Dalam sistem surjan ruang dan waktu usahatani dioptimalkan dengan beragam
komoditas dan pola tanam. Sistem sawah atau persawahan (untuk padi sawah) dan
sistem tegalan untuk tanaman padi gogo dan palawija, atau sistem kebun untuk tanaman
Pertanian Lahan Rawa Adaptif Perubahan Iklim secara partial kepada petani dengan
basis utama hanya dengan satu komoditas. Misalnya pada sistem sawah, komoditas
utama adalah padi. Demikian juga pada sistem tegalan yang menjadi komoditas utama
adalah jagung, sedangkan pada sistem kebun yang menjadi komoditas utama antara lain
karet, kelapa, kakao atau jeruk. Pada sistem surjan usahatani atau pertanian dikelola
usahataninya dihasilkan produksi yang lebih beragam yang tujuannya agar dapat
Lahan di daerah irigasi Lahan tanah yang layak untuk irigasi umumnya
digunakan untuk penanaman padi dengan tekstur tanah liat, lempung liat
7
sampai sangat liat, dengan kedalaman solum yang memadai. Lahan ini cocok
untuk tanah persawahan maupun sistem surjan. Pola tanam dilakukan sesuai
dengan 5 kebiasaan dan ketersediaan air irigasi Untuk lahan tanah nonirigasi
atau lahan kering, irigasi berdasarkan tadah hujan, air tanah umumnya dalam,
tekstur tanah lempung atau liat, dengan suatu rekayasa lahan ini dapat dibangun
Lahan daerah banjir Di daerah cekungan atau dataran banjir, dapat dijumpai
tanah lempung liat atau liat, adanya lapisan keras atau tanah alluvial, dan
kondisi genangan banjir tertentu yang dapat dimanfaatkan sebagai sawah atau
karena kondisi lahan yang memiliki berbagai kendala agrofisik. Genangan air di
lahan dataran rendah dapat dibedakan yang dipengaruhi oleh air pasang dan
tanah dari tanah lempung, tekstur lempung liat berpasir halus, sampai tekstur
liat berdebu. Dengan tanah ini dapat direncanakan pembangunan sistem surjan
(b) Lahan sulfat masam Tanah sulfat masam merupakan tanah alluvial, tetapi
mempunyai lapisan yang mengandung bahan racun pirit atau lapisan sulfidik ,
Untuk menata lahan dan air untuk sawah atau sistem surjan,diperlukan kajian
Surjan berbentuk lajur-lajur tanah tinggi sebagai bedengan atau guludan, yang
berselang seling dengan tanah rendah, sebagai tabukan atau parit saluran. Penampang
melintang berbentuk trapesium atau empat pesegi panjang, tergantung macam tanah
Ada dua macam cara untuk menentukan jarak antarparit surjan, cara pertama
surjan dipandang sebagai lahan dengan irigasi parit (furrow irrigation) dan cara kedua
guludan surjan sebagai lahan budi daya tanaman dikelola secara intensif dengan
Sesuai dengan keadaan lapangan, surjan bagian bawah atau tabukan mempunyai
ukuran lebih lebar dari parit surjan sempit, dari beberapa meter, 3 meter, 5 meter sampai
dengan 15 meter, 12 meter sampai dengan 14 meter atau 10 meter sampai dengan 20
meter yang ditanami padi 6 sawah. Bagian atas dengan ukuran beberapa meter, 3 meter
sampai dengan 6 meter, tinggi guludan 0,6 meter yang ditanami palawija seperti
tanaman kacang tanah, kedele , jagung, atau tanaman sayuran Apabila ditanam
pepohonan atau tanaman keras khususnya, sebaiknya arah lajur membentang timur -
barat agar areal lahan mendapat sinar matahari penuh sepanjang hari.. Pada tabukan
dataran rendah dianjurkan untuk membuat saluran cacing atau kemalir, yaitu saluran
sedalam 20 cm yang dibuat di sekeliling petakan sawah atau tabukan dengan interval 6
meter sampai dengan 9 meter, yang berguna untuk mencuci senyawa beracun yang
9
sesuai rencana sebelumnya. Beberapa hal berikut agar diperhatikan dalam persiapan.
(a) Jaringan yang terdiri dari bangunan dan saluran dipastikan berfungsi dengan
(b) Apabila jumlah air sedikit, pemberian air dilakukan secara giliran atau rotasi.
(d) Kesiapan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang dilkelola oleh organisasi
Rencana pemberian air di petak surjan dan tahapan pemeliharaan yang sesuai
dengan tingkatan teknis pembagian dan pemberian air, dibedakan atas tiga macam yang
berikut:
(a) Jaringan sederhana atau belum teknis, belum ada bangunan tersier, saluran
pembawa dan pembuang belum terpisah, setiap sawah dapat mengambil air
langsung dari saluran tersier, air dapat dialirkan ke petak, dan kelebihan air
dapat dibuang.
(b) Jaringan semiteknis, bangunan tersier sudah ada, saluran pembawa dan
pengambilan di saluran tersier, air dapat diatur namun belum dapat diukur.
10
(c) Jaringan teknis, bangunan tersier sudah ada, saluran pembawa dan pembuang
sudah terpisah, dapat untuk rotasi baik antar sub tersier atau antar petak
Pola tanam
Perlu disusun pola pertanaman pada satu petak lahan dalam siklus satu tahun
danpelaksanaan masa tanam musim penghujan atau kemarau ditetapkan dengan jadwal
tanam sesuai dengan program jaringan utama. Sistem surjan berkembang di daerah
semiteknis maupun teknis Tanaman bawang 7 merah banyak diproduksi di daerah ini
sebagai produk andalan, dibudidayakan dengan pola tanam sayuran atau palawija di
musim kemarau dengan sistem surjan sempit, sedangkan penanaman padi dilaksanakan
di musim penghujan.
Banyaknya pemberian air yang dialirkan pada petak surjan yaitu di areal
(a) Air yang digunakan tanaman atau consumptive use (CU) adalah terdiri dari
(b) Kebutuhan air adalah air yang digunakan tanaman ditambah dengan perkolasi
(ET + P).
(c) Kebutuhan air irigasi terdiri dari kebutuhan air dikurangi curah hujan efektif
(ET + P) – Re.
11
(d) Kebutuhan air untuk areal pertanaman adalah sama dengan kebutuhan air
irigasi ditambah air hilang yang tidak diperlukan dari areal pertanaman (ET +
P – Re + S).
(e) Kebutuhan air yang diperlukan dari sumber (yang dihitung dari kebutuhan air
untuk areal pertanaman) harus ditambah air yang hilang dalam saluran
pembawa
Penanaman
Rencana diversifikasi tanaman pada surjan lebar dengan cara tumpang sari di areal
lahan tabukan tanaman padi, di guludan ditanam palawija dan / atau sayuran. Pada
surjan sempit dengan program tanam palawija dan atau sayuran di guludan dapat
ditanam dengan intensitas tanam sesuai dengan kebiasaan dan kondisi setempat. Pada
guludan dapat pula ditanam tanaman industri seperti kopi, jahe yang ditumpang sarikan
Beberapa peralatan tradisional yang masih umum digunakan adalah antara lain
sabit , parang, cangkul, garpu, sekop, penggaruk tanah, garu kecil, dan alat pembantu
lainnya seperti antara lain benang, patok kayu, palu, dan pipa plastik untuk penyipat
datar.
2. Pembersihan lapangan
rumput rumputan yang ada, pembersihan pohon-pohon besar, semak belukar dengan
cara memotong atau memangkas menggunakan sabit atau parang dan sejenisnya.
12
Tanah juga perlu dibersihkan dari batu-batu besar atau tanggul-tanggul yang masih
3. Pengolahan tanah
Perlu dibedakan pengolahan tanah kondisi kering dan basah. *Pengolahan tanah
pada kondisi kering Beberapa macam pekerjaan pengolahan tanah pada kondisi
kering, berupa mencangkul atau membajak, menyisir, dan membuat bedengan atau
guludan.
Apabila petakan tanah sempit, tanah diolah cukup dengan mencangkul saja,
tetapi apabila petakan luas, pengerjaannya dapat dikerjakan dengan cara membajak
membajak adalah untuk memecah dan membalik tanah, serta memcampur tanah
lapisan atas yang baik dengan lapisan di bawahnya. Cara ini dapat menambah bahan
organis untuk memperkaya zat hara yang sangat dibutuhkan bagi kehipupan
tanaman.
menggemburkan tanah agar akar-akar tanaman dapat tumbuh lebih mudah masuk
kedalam tanah. *Pengolahan tanah kondisi basah Untuk menghasilkan tanah yang
baik bagi tanaman padi, tanah perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, ditandai dengan
pengolahan tanah secara sempurna seperti tersebut di atas adalah dapat mengurangi
13
sehingga genangan air permukaan dapat dipertahankan lebih lama. Caranya sama
Lahan rawa adalah lahan yang tergenang secara terus menerus akibat drainase
buruk. Lahan rawa di bagi menjadi dua yaitu rawa lebak dan rawa pasang surut. Lahan
rawa pasang surut merupakan lahan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Lahan pasang surut merupakan suatu lahan yang terletak pada zone/wilayah
sekitar pantai yang ditandai dengan adanya pengaruh langsung limpasan air dari pasang
surutnya air laut atau pun hanya berpengaruh pada muka air tanah. Sebagian besar jenis
tanah pada lahan rawa pasang surut terdiri dari tanah gambut dan tanah sulfat masam.
Lahan rawa pasang surut jika dikembangkan secara optimal dengan meningkatkan
fungsi dan manfaatnya maka bisa menjadi lahan yang potensial untuk dijadikan lahan
pertanian di masa depan. Untuk mencapai tujuan pengembangan lahan pasang surut
secara optimal, ada beberapa kendala. Kendala tersebut berupa faktor biofisik, hidrologi
terutama untuk lahan persawahan. Luas lahan pasang surut yang dapat dimanfaatkan
berfluktuasi antara musim kemarau dan penghujan. Pemanfaatan lahan pasang surut
telah menjadi sumber mata pencaharian penting bagi masyarakat disekitarnya meskipun
belum dapat menggunakannya sepanjang tahun. Rata - rata lahan pasang surut hanya
dapat ditanami sekali dalam setahunnya selebihnya dibiarkan dalam keadaan bero
karena tergenang air. Tergenangnya lahan pasang surut secara periodik ada kaitannya
14
dengan kepentingan pembangkit tenaga listrik dan meluapnya air pada musim
penghujan.
Lahan rawa pasang surut memiliki potensi yang besar dan prospek pengembangan
yang baik, serta merupakan salah satu pilihan strategis sebagai areal produksi pertanian
guna mendukung ketahanan pangan nasional. Reklamasi atau pengembangan lahan rawa
pasang surut untuk pertanian telah dilakukan pemerintah sejak tahun 1970-an. Pada awal
reklamasi, sistem jaringan tata air yang dibangun masih merupakan sistem jaringan
terbuka dengan fungsi utama untuk drainase. Pengaturan tata air sepenuhnya masih
bergantung pada kondisi alam, sehingga kemampuan pelayanan tata air masih sangat
rendah. Pada sistem jaringan terbuka, tipe luapan air pasang menjadi pertimbangan
air (pintu air), maka beberapa pokok persoalan teknis mulai dapat dipecahkan, namun
produksi pertanian dan indeks pertanaman (IP). Berbagai hasil penelitian menunjukkan
lahan rawa pasang surut. Pengelolaan air dapat mengendalikan kondisi muka air tanah di
petak lahan yang fluktuatif. Namun demikian, pengelolaan air masih terkendala oleh
kondisi infiastruktur pengendali air yang belum memadai. Sebagian besar jaringan tata
air di daerah reklamasi rawa pasang surut masih belum dilengkapi dengan infrastruktur
pengendali air yang memadai. Tanpa pintu air, terutarna di saluran tersier, maka
pengendalian muka air tanah di petak lahan akan sulit dilakukan. Selain itu, teknik yang
diterapkan juga masih bergantung pada pengamatan muka air tanah secara langsung di
15
yang tinggi, namun pengamatan secara langsung memerlukan waktu, tenaga, dan biaya
yang besar. Informasi yang diperoleh juga terbatas pada titik pengamatan dan jangka
waktu pengamatan tertentu. Oleh karena itu, perlu dibangun suatu model penduga muka
air tanah, sehingga kondisi muka air tanah di petak lahan dapat diketahui secara cepat
Pada pertanian lahan rawa pasang surut, tanaman akan tumbuh dan berkembang
dengan baik apabila kedalaman muka air tanah dapat diatur sesuai dengan zona
perakaran tanaman, dan pirit yang ada di dalam tanah tidak teroksidasi. Penman muka
air tanah hingga di bawah lapisan tanah yang mengandung pirit akan menyebabkan
terjadinya oksidasi pirit yang menghasilkan senyawa sulfat. Asam sulfat bersifat racun,
dengan menekan kandungan oksigen yang tersedia di dalam tanah, yaitu dengan
kedalaman gambut, tingkat pelapukan gambut, lapisan bawah gambut (substratum), ada
tidaknya bahan pengkayaan, dan tipe luapan pasang surut. Untuk menanggulangi,
yang dibudidayakan di lahan sulfat masam, pengelolaan air didasarkan pada tipologi
lahan pasang surut dan tipe luapan. Tipologi lahan sulfat masam potensial dengan tipe
Berdasarkan kemampuan arus pasang mencapai daratan, maka tipe luapan pada lahan
Tipe A : Lahan yang selalu terluapi air pasang, baik pada saat pasang maksimum
Tipe B : Lahan yang terluapi air pasang pada saat pasang besar.
Tipe C : Lahan yang tidak pernah terluapi air pasang, tetapi air pasang berpengaruh
pada air tanah dan kedalaman muka air tanah kurang dari 50 cm.
Tipe D : Lahan yang tidak pernah terluapi air pasang, tetapi air pasang berpengaruh
pada air tanah dan kedalaman muka air tanah lebih dari 50 cm.
Pengembangan Lahan Pasang Surut, Ada 4 kunci sukses pengelolaan lahan rawa
keempat kunci sukses dimaksud adalah: (1) Pengelolaan air; (2) Penataan lahan; (3)
Pemilihan Komoditas adaptif dan prospektif dan (4) Penerapan teknologi budidaya yang
sesuai.
1. Pengelolaan Air
Kunci utama keberhasilan pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk pertanian
adalah pengelolaan air . Sistem pengelolaan air yang sesuai di lahan pasang surut adalah
sistem satu arah pada lahan-lahan tipe A dan B, dan sistem konservasi pada lahan tipe C
dan D. Secara specifik pengelolaan air di lahan pasang surut bertujuan untuk : (1)
Memenuhi kebutuhan air pada penyiapan lahan, (2) Memenuhi kebutuhan air untuk
pertumbuhan tanaman dengan mengatur tinggi muka air tanah, (4) Memperbaiki sifat
17
fisiko-kimia tanah dengan cara mencuci zat-zat yang bersifat meracun bagi tanaman, (5)
Mengurangi semaksimal mungkin terjadinya oksidasi pirit pada tanah sulfat; (6)
Mencegah terjadinya proses kering tak balik pada gambut, (7) Mencegah terjadinya
penurunan permukaan tanah (subsidence) terlalu cepat; dan (8) Mencegah masuknya air
Penerapan sistem tata air satu arah pada lahan tipe luapan A dan B dapat
dilakukan dengan menggunakan pintu air otomatis pada tingkat saluran sekunder/ tersier
yang berfungsi untuk memisahkan fungsi saluran antara sekunder/tersier untuk saluran
irigasi dan untuk saluran drainase. Air masuk pada saat pasang masuk melalui saluran
irigasi dengan mendorong pintu air otomatis, sementara pintu pada saluran
sekunder/tersier drainase akan tertutup. Sebaliknya pada saat air surut, pintu air pada
saluran sekunder/tersier irigasi akan tertutup akibat dorongan air balik, sementara pada
saluran sekunder/tersier drainase arus air balik akan mendorong pintu air menjadi
terbuka sehingga air bebas keluar. Dengan demikian sirkulasi air pada tingkat lahan
2. Penataan Lahan
maka perlu dilakukan penataan lahan. Adapun tujuan penataan lahan adalah untuk : (1)
mengurangi resiko kegagalan total dalam usaha tani; (2) meningkatkan keragaman usaha
tani melalui difersifikasi tanaman; (3) meningkatkan pendapatan usaha tani melalui
rawa pasang surut dapat dilakukan berdasarkan kepentingan dan keadaan tipologi lahan
18
Dengan penerapan sistem tata air dan penataaan lahan yang sesuai, lahan rawa
pasang surut tidak hanya dapat diperuntukan untuk tanaman padi, namun berbagai
sebelum memilih/ menetapkan komoditas yang akan diusahakan, setidaknya ada empat
berproduksi secara optimal dan memiliki nialai jual yang cukup tinggi. Adapun ke empat
pertimbangan dimaksud adalah (1) agroteknis, (2) ekonomis, (3) sosial, dan (4)
pemasaran.
pertimbangan utama, karena bila tidak, maka tanaman tidak akan menghasilkan secara
optimum. Pengusahaaan tanaman pada lahan yang kurang sesuai akan memerlukan
sehingga menyebabkan tidak kompetitif dengan produk sejenis dari daerah lain, atau
dengan komoditas saingannya. Teknologi yang diberikan sedapat mungkin tak terlalu
banyak menambah biaya, kalaupun ada tambahan hasilnya (manfaatnya) akan lebih
besar dari tambahan biayanya. Dari pengalaman dan hasil observasi diberbagai lokasi
lahan rawa pasang surut menunjukkan bahwa beberapa komoditas pertanian yang
prospektif baik berupa tanaman pangan (padi dan palawija) maupun tanaman
Selain dari faktor pengelolaan air, penataan lahan, pemilihan komoditas yang
adaptif dan prospektif, penerapan teknologi budidaya sesuai komodtias harus dilakukan
yang adaptif, pemupukan, pengaturan tanam, pemberantasan hama penyakit dan lain-
lain.
serta pengo lahan tanah, yang ditujukan agar lahan menjadi rata dan lebih seragam serta
memberikan media tumbuh yang baik bagi perakaran tanaman. Pada lahan yang baru
dilakukan penataan dengan sistem surjan, untuk menyeragamkan tinggi genangan air
dan kesuburan tanah di bagian tabukan, perlu dilakukan perataan lahan bersamaan
dengan kegiatan pengolahan tanah. Dengan demikian, penanaman dapat dilakukan lebih
terlebih dahulu disemaikan walaupun padi juga dapat ditanam dengan cara tanam benih
umumnya tanam langsung. Persemaian untuk tanaman padi dapat dilakukan pada lahan
kering yang tanahnya digemburkan atau lahan basah dengan kondisi airnya macak-
macak. Kepadatan benih 100-150 g/m2 dan setelah umur 21 hari dapat ditanam dilahan
sawah. Penyemaian untuk tanaman hortikultura dilakukan secara kering di lahan yang
letaknya agak tinggi, dan kemudian setelah berumur 7 10 hari dipindah kedalam polibag
kecil. Dan ditata dengan teratur diatas rak atau ditempat teduh Penanaman dilakukan
20
dengan cara tanam pindah untuk padi sawah dan beberapa jenis sayuran atau tanam
surut pada umumnya memiliki keragaman tanah yang tinggi dengan tingkat kesuburan
diperlukan umumnya 1.000 kg/ha untuk bukaan baru dan 500 kg/ha untuk lahan yang
sudah biasa ditanami dan pupuk yang diperlukan sangat tergantung pada tingkat
kesuburan tanah dan varietas yang ditanam sehingga untuk pemberian pupuk yang tepat
tanaman di lahan rawa pasang surut. Gulma atau rerumputan di lahan rawa pasang surut
tumbuh subur dan berkembang cepat. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan
keduanya. Hama utama tanaman khususnya padi adalah tikus dan penggerek batang padi
putih serta ulat daun dan buah untuk sayuran. Serangan hama tikus umumnya terjadi
pada saat tanaman memasuki fase bunting, sehingga upaya pengendalian dini sangat
bermanfaat dalam menurunkan populasi tikus. Pada dasarnya pengendalian hama dan
varietas tahan, musuh alami, penerapan teknik budidaya yang baik dan sanitasi
terakhir. Untuk menunjang keberhasilan pengendalian hama dan penyakit ini sangat
21
diperlukan partisipasi aktif petani dan dukungan aparat pemerintah serta sarana dan
Penanganan panen dan pasca panen merupakan faktor penting dalam mengurangi
kehilangan hasil dan meningkatkan mutu hasil baik padi, palawija maupun tanaman
hortikultura. Penentuan saat panen serta cara panen dan pengelolaan pasca panen yang
tepat melalui penggunaan alsintan ataupun manual perla dilakukan guna meningkatkan
mutu hasil yang baik. Untuk tanaman padi saat panen yang tepat adalah saat gabah padi
telah dalam fase masak fisiologis, yaitu hampir semua gabah matang. Panen hendaknya
dilakukan dengan sabit bergerigi. Perontokan hasil dilakukan dengan mesin perontok
(power thresher) atau digebot untuk padi, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau,
sedangkan untuk jagung dengan mesin pemipil jagung. Pengeringan hasil dilakukan
tergantung ketersediaannya. Untuk menjaga kualitas hasil agar tetap baik dan tidak
dimakan hama atau terinfeksi jamur, hasil pertanian tersebut perlu disimpan pada tempat
A. Kesimpulan
hasilnya dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat, sumber protein nabati, dan bahan
Surjan atau sorjan (bahasa banjar) merupakan sebuah sistem pertanian di lahan rawa
Lahan pasang surut merupakan suatu lahan yang terletak pada zone/wilayah sekitar
pantai yang ditandai dengan adanya pengaruh langsung limpasan air dari pasang
surutnya air laut atau pun hanya berpengaruh pada muka air tanah.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
atas.
DAFTAR PUSTAKA
Bogor.
Balittra. 2004. Laporan Tahunan 2003. Balai Penelitian Pertanian Lahan rawa.
Dinas Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 2007. Laporan