Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI PENGENDALIAN GULMA

EKOLOGI GULMA

Disusun oleh:
Kelas A Kelompok 1
Dika Meinar Laili Bela

125040200111031

Mega Shintia

125040201111052

Baskoro Hardiman

125040202111002

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Titik Sumarni, MP.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses budidaya tanaman tidak luput dari tumbuhnya suatu jenis tumbuhan
atau sekelompok tumbuhan yang mengganggu tanaman budidaya karena bersaing
dalam perebutan unsur hara, cahaya dan lain sebagainya, tumbuhan ini disebut
sebagai gulma. Yang termasuk dalam gulma bukan hanya tumbuhan pengganggu
namun juga tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya. Menurut Sastroutomo
(1990), definisi gulma terbagi menjadi dua yaitu definisi subyektif dan definisi
ekologis tergantung dari sudut pandang. Ekologi gulma mengkaji hubungan antara
gulma dengan lingkungannya, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor klimatik,
edafik, biotik maupun mekanisme adaptasi terhadap tanaman tanaman budidaya .
Gulma yang tumbuh, biasanya dikendalikan dengan cara mekanik seperti
penyiangan, maupun secara kimia dengan menggunakan herbisida. Sebelum
melakukan pengendalian, diperlukan pengenalan tentang jenis-jenis gulma,
ekologi atau masalah masalah yang berhubungan tentang lingkungan sehingga
gulma dapat muncul. Dengan memahami prinsip, konsep dan dasar-dasar ekologi
pada lahan budidaya kita akan memahami interaksi antara gulma dan tanaman
utama. Dalam makalah ini juga dijelaskan secara umum tentang tahap
pertumbuhan gulma dari perkecambahan hingga dewasa baik dan penyebarannya.
Selain itu juga disinggung tentang asosiasi gulma dengan tanaman produksi.
Sehingga kita dapat melakukan pemilihan pengendalian yang sesuai dengan
kerugian dan keuntungan yang didapatkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui ekologi gulma berdasarkan faktor lingkungan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi gulma berdasarkan karateristik dan pembagian
jenis gulma.
3. Untuk mengetahui tahap pertumbuhan gulma dari perkecambahan hingga
dewasa
4. Untuk mengetahui asosiasi gulma dengan tanaman produksi.

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Gulma


Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman
budidaya, tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang
sengaja ditanam) atau semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang
tidak diinginkan oleh sipenanam sehingga kehadirannya dapat merugikan
tanaman lain yang ada di dekat

atau disekitar tanaman pokok tersebut

(Ashton, 1991).
2.2 Ekologi Gulma
Ekologi gulma merupakan kajian hubungan antara gulma dengan alam
sekitarnya/ lingkungan (Sukman, 1995).
1. Faktor Lingkungan
Terdapat tiga faktor lingkungan yang pokok diantaranya: Klimatik, Edafik
dan Biotik.
a. Faktor Klimatik
Faktor klimatik

menentukan

petumbuhan

perkembangbiakan

dan

penyebaran gulma. Faktor tersebut terdiri atas cahaya, temperatur, air dan
angin (Sukman, 1995). Daerah dengan iklim berbeda menyebabkan
berbeda pula jenis gulma yang tumbuh.
Contoh: Drymaria cordata merupakan gulma yang terdapat pada daerah
dataran tinggi tidak terdapat pada daerah dataran rendah. Cyperus
rotundus merupakan gulma yang tumbuh subur pada daerah kekurangan
air. Sedangkan Monochorria vaginalis lebih menyukai lingkungan lembab
(Sukman, 1995).
b. Faktor Edafik
Faktor edafik mencakup kelembaban tanah, aerasi, pH tanah, dan unsurunsur dalam tanah lainnya (Sukman,1995). Gulma memiliki daya saing
yang tinggi pada seluruh tipe tanah. Daerah dengan kondisi tanah yang
berbeda menyebabkan keberagaman gulma yang tumbuh, namun adapula
gulma yang dapt tumbuh dalam kondisi tanah yang berbeda.
Contoh: Cyperus halpan dapat tumbuh pada lahan yang berbeda sifat
fisiknya. Sedangkan spesies yang hanya dapat hidup di kondisi tertentu

adalah Heleocharis dulcis mampu hidup pada tanah masam dan Marsilea
spp. hanya dapat tumbuh pada daerah dengan tingkat kemasaman rendah.
c. Faktor Biotik
Vegetasi lain dan hewan merupakan faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan gulma.
Contoh: pertumbuhan Opuntia spp. dapat dikendalikan oleh Cactoblastis
cactorium. (Sukman, 1995).
2.3 Interaksi gulma dengan tanaman
2.3.1 Interaksi Negatif
Sebagai makhluk hidup gulma berinteraksi terhadap lingkungan dan
tanaman budidaya. Terdapat 3 interaksi negatif yang terjadi antara gulma dan
tanaman budidaya yaitu kompetisi, amensalisme, dan parasitisme. Kompetisi
(persaingan)

merupakan

perjuangan

dua

organisme

atau

lebih

untuk

memperebutkan obyek sama (Sukman, 1995).


1. Kompetisi
Gulma pada dasarnya sama dengan tumbuhan yang juga memerlukan
unsur abiotik seperti air, cahaya matahari dan hara untuk bertahan hidup.
Persaingan terjadi apabila unsur-unsur yang tersedia tersebut jumlahnya terbatas.
Menurut Sukman (1995), persaingan antar gulma dengan tanaman adalah
persaingan inter spesifik (inter specific competition) karena terjadi antar spesies
tumbuhan, sedangkan persaingan yang terjadi antar spesies tumbuhan yang sama
merupakan persaingan intra spesifik (intra specific competition).
Kompetisi dapat mempengaruhi pertumbuhan, pemanfaatan ruang dan
daya produksi. Kepadatan dapat dinyatakan sebagai jumlah individu per satuan
luas. Apabila suatu lahan tingkat kepadatan populasi meingkat maka gangguan
yang ditimbulkan antara tumbuhan satu dengan tumbuhan yang lain akan semakin
tinggi. Menurut Sastroutomo (1990), pengaruh tingkat kepadatan dapat direspon
oleh tumbuhan dalam dua cara, yang pertama melalui proses platisitas yaitu
terjadi perubahan morfologi tumbuhan misalnya daun menjadi sempit dibanding

dengan daun normal dan tumbuhan menjadi kerdil, yang kedua adalah kematian
tumbuhan.
Berikut merupakan contoh tanaman budidaya dan gulma yang berasosiasi
dalam bentuk kompetisi:
a. Jagung
Menurut Pujisiswanto (2008) secara umum, gulma yang mendominasi
pada lahan Jagung adalah gulma berdaun lebar seperti Euphorbia
prunifolia dan Richardia brasiliensis. Hal ini karena gulma berdaun lebar
termasuk tanaman C3, sehingga gulma mampu memanfaatkan cahaya
pada intensitas yang rendah untuk bertahan hidup. Sedangkan gulma teki
tidak tumbuh, hal ini dikarenakan golongan teki sangat peka terhadap efek
naungan atau termasuk kedalam tanaman C4.
b. Padi
Menurut Balai Penelitian Tanaman Padi (2004) saat penyiangan gulma
rumput sering tertinggal karena petani tidak bias membedakan antara bibit
padi dengan bibit gulma Echinochloa spp., karena gulma tersebut satu
family dengan padi yaitu Gramineae. Tingkat persaingan Echinochloa
spp. tinggi walaupun jumlah populasi rendah, hal ini ditunjang oleh
tingkat perbanyakan diri melalui biji, mudah menyebar dan mempunyai
masa dormansi yang lama sehingga sulit diberantas.
2. Amensalisme
Amensalisme merupakan hubungan interaksi 2 individu dengan satu jenis
yang dirugikan sedangkan jenis yang lainnya tidak (Sastroutomo,1990)
keadaan ini dapat terjadi karena adanya pelepasan senyawa ke dalam
lingkungan yang dapat meracuni bahkan membunuh jenis tumbuhan tertentu
namun tidak berpengaruh terhap jenis tumbuhan lainnya. Hal ini disebut
Alelopati, yang berbeda dengan jenis interaksi lainnya.
3. Parasitisme
Parasitisme merupakan bentuk interaksi negative

yang

spesifik,

memungkinkan tumbuhan yang satu hidup secara langsung terhadap


tumbuhan yang lainnya (Sastroutomo,1990). Parasit dapat bersifat tetap yang
berarti hanya dapat hidup pada inang yang masih hidup (parasit obligat)

seperti tali putri (Cuscuta spp) atau parasit yang tidak obligat yaitu yang dapat
hidup dengan baik walaupun inang telah mati.
2.3.2 Interaksi Positif
1. Komensalisme
Komensalisme terjadi apabila satu jenis tumbuhan mendapat keuntungan,
sedangkan yang lainnya tidak. Contohnya adalah jenis tumbuhan yang
bertindak sebagai media tumbuh, pelindung atau pembantu bagi jenis yang
lain, tanpa memberikan pengaruh apapun terhadap dirinya seperti ganggang,
lumut, dan paku (Sastroutomo,1990).
2. Protokoperasi
Protokoperasi terjadi jika kedua individu mendapatkan keuntungan apabila
saling berinteraksi tapi tidak jika interaksi ditiadakan (Sastroutomo,1990).
3. Mutualisme
Mutualisme merupakan keuda jenis individu mendapat keuntungan saat terjadi
interaksi

dan

mendapat

kerugian

saat

interaksi

ditiadakan

(Sastroutomo,1990).
2.4 Kerugian Gulma
1.

Bidang Pertanian
Gulma dapat menyebabkan

kerugian

pada

berbagai

bidang

kehidupan.Pada bidang pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil


tanaman.Penurunan kuantitas hasil tersebut disebabkan oleh adanya
kompetisi gulma dengan tanaman dalam memperebutkan air tanah, cahaya
matahari, unsur hara, ruang tumbuh dan udara yang menyebabkan
pertumbuhan tanaman terhambat. Pertumbuhan tanaman yang terhambat
akan menyebabkan hasil menurun. Besarnya penurunan hasil tanaman
tergantung pada varietas tanaman, kesuburan tanah, jenis dan kerapatan
gulma, lamanya kompetisi dan tindakan budidaya. Di Indonesia penurunan
hasil akibat gulma diperkirakan mencapai 10-20%.

Gulma juga dapat menurunkan kualitas hasil pertanian akibat


tercampurnya biji-biji gulma denganhasil panen pada saat panen maupun
akibat tercampurnya biji-biji gulma sewaktupengolahan hasil. Sebagai
contoh, biji gulma Ambrosia sp., Brassica sp., dan Agrostemma githag bila
tercampur sewaktu pengolahan biji gandum akanmenyebabkan bau dan rasa
tepung tidak enak dan tidak disukai sehingga menyebabkan harga
menurun.Gulma juga menyebabkan kesulitan dalam praktek budidaya,
seperti dalam pengolahan tanah, penyiangan, dan pemanenan yang
menyebabkan peningkatanbiaya produksi. Gulma pada saluran irigasi
menghambat aliran air sehinggapemberian air ke sawah terhambat. Gulma
dapat menjadi inang bagi hama ataupatogen penyakit. Gulma harendong
(Melastoma sp.) menjadi inang hama the Helopeltis antonii, gulma jajagoan
(E. crusgalli) menjadi inang penggerek padi(Tryphoriza innotata), gulma
babadotan (Ageratum conyzoides) menjadi inang hama lalat bibit kedelai
(Agromyza sp.), gulma Eupathorium adenophorum menjadi inang penyakit
pseudomozaik virus pada tembakau Deli, gulma ceplukan(Physalis
angulata) menjadi inang penyakit virus pada kentang. Selain sebagai inang
bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat menjadi parasit bagi tanaman
budidaya. Sebagai contoh, gulma rumput setan (Striga asiatica) dapat
menjadi parasit pada tanaman jagung dan padi ladang, gulma Orobanche
spp. pada padi,jagung, tebu, gandum, dan tembakau. Gulma juga dapat
menimbulkan alelopatipada tanaman yang menyebabkan penurunan
pertumbuhan tanaman.
2.

Bidang Peternakan
Pada bidang peternakan, gulma menyebabkan penurunan produksi
pakan ternak akibat adanya kompetisi ataupun alelopati gulma yang
menyebabkan mutuhasil ternak menurun. Sebagai contoh, gulma Allium
sp., Hymenoxys odorata dan Ambrosia trifida bila termakan sapi perah akan
menyebabkan susu yangdihasilkan berbau tidak enak dan mutu wol juga
menurun. Terdapat spesies gulmatertentu beracun dan menyebabkan
kematian pada ternak. Gulma kirinyuh (Eupathorium sp.) di Flores
dilaporkan dapat mematikan sapi.

3.

Bidang Perikanan
Pada bidang perikanan,

gulma

dapat

menyebabkan

beberapa

kerugian.Gulma air mempercepat hilangnya air (evapotranspirasi). Gulma


Salvinia molesta menyebabkan evapotranspirasi yang lebih besar
dibandingkan dengan tanpa gulma Salvinia molesta. Gulma Eichhornia
crassipes juga menyebabkan evapotranspirasi lebih besar, yaitu 3-5 kali
dibandingkan dengan tanpa E.crassipes. Adanya gulma di perairan juga
menyebabkan menurunnya kapasitaswaduk atau danau karena massa gulma
air. Gulma di permukaan air juga dapatmenghambat penetrasi cahaya
matahari sehingga menyebabkan menurunnya pertumbuhan algae dan
plankton yang berakibat menurunnya produksi ikan.Gulma yang tumbuh
lebat di dalam perariran menyebabkan penurunan kadar oksigen sehingga
menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu. Pada kegiatanpenangkapan
ikan, gulma yang hidup di permukaan maupun di dalam air dapat
menyulitkan penangkapan ikan.
4.

Bidang Lain
Keberadaan gulma dapat menyebabkan kerugian pada beberapa
bidanglainnya. Gulma menyebabkan hambatan pada bidang transportasi
dan rekreasi sungai, waduk, dan danau. Gulma yang tumbuh di taman
pekarangan

menyebabkan

penurunan

nilai

estetika

taman.

Biaya

pemeliharaan taman,lapangan golf, pekarangan, rel kereta api meningkat


dengan adanya gulma.Gulma tertentu mengganggu kesehatan manusia,
seperti serbuk sari gulma Artemisia vulgaris menyebabkan selesma, serbuk
sari gulma Cynodon dactylon,Cyperus rotundus, Eleusine indica, dan
Mimosa pudica menimbulkan alergi.
2.5 Keuntungan dan Manfaat Gulma
Selain merugikan, beberapa gulma juga memberikan manfaat bagi
manusia. Beberapa manfaat yang diperoleh dari tumbuhan gulma antara lain
sebagai bahanpenutup tanah dalam bentuk mulsa yang kemudian akan
meningkatkan bahan organik setelah melapuk, mengurangi atau mencegah bahaya
erosi, sebagai bahanmakanan ternak, sebagai penghasil bahan bakar (biogas,
arang), sebagai bahan baku industri/kerajinan (kertas, anyaman), sebagai media

tumbuh jamur merang(gulma air), dan sebagai bahan obat-obatan tradisional.


2.6 Klasifikasi Gulma
1. Siklus Hidup
Menurut Ashton (1991), berdasarkan daur hidup (siklus hidup), maka gulma
dapat dikelompokkan pada beberapa golongan yaitu.
a. Annual (semusim) adalah tumbuhan gulma yang mempunyai daur hidup
hanya satu musim atau satu tahunan, mulai dari tumbuh, anakan, dewasa
dan berkembang

biak. Contoh gulma semusim adalah: Ageratum

conyzoides, Stachytarpita sp.


b. Biennial (dua musim) adalah tumbuhan gulma yang mempunyai
hidup

mulai

dari

daur

tumbuh, anakan, dewasa dan berkembang biak

selama dua musim tetapi kurang dari dua tahun. Contoh gulma ini adalah:
Lactuca canadensis L.
c. Perinnial (gulma musiman atau tahunan) adalah tumbuhan gulma yang
dapat hidup lebih dari dua tahun atau lamaberkelanjutan bila kondisi
memungkinkan. Contoh gulma ini adalah kebanyakan dari klas
monocotyledoneae seperti; Cyperus rotundus, Imperata cylindrical, dll
2. Morfologi
Menurut Tjitrosoedirdjo et. al (1984), berdasarkan sifat morfologi maka
gulma dapat dikelomp;okkan menjadi tiga golongan yaitu:
a. Golongan rumput-rumptan (grasses) yaitu semua tumbuhan gulma yang
berasal dari keluarga Gramineae (Poaceae). Gulma ini ukurannya
bervariasi, tumbuh bisa tegak maupun menjalar , hidup semusim atau
tahunan. Ciri-ciri kelompok gulma yang tergolong kedalam keluarga
rumput ini adalah batangnya umumnya mempunyai ruas-ruas dan buku.
Jarak masing-masing ruas (internodus) bisa sama dan bisa pula berbeda dan
bahkan ada yang cukup panjang, yang tidak sebanding dengan buku
(internodus), batangnya ini ada yang menyebut dengan culm. Ciri lain dari
kelompok ini adalah

daunnya

yang tidak mempunyai tangkai daun

(ptiolus) tapi hanya mempunya pelepah/ upih (vagina) dan helaian daun

(lamina).Contoh dari gulma ini banyak sekali dan ditemukan pada berbagai
tempat, baik di areal tanaman budidaya maupun di daerah yang terbuka,
misalnya; Eleusine indica, Imperata cylindrical, Panicum repens,
Paspalum conjugatum, Axonopus compressus, Leersea hexandra.
b. Golongan Teki-tekian (sedges) yang termasuk kedalam kelompok gulma ini
adalah dari keluarga Cyperaceae. Ciri khas dari kelompok teki ini adalah
batangnya yang berbentuk

segitiga, dan pada sebagian besar sistim

perakarannya terdiri dari akar rimpang (rhizome) dan umbi (tuber).Contoh


gulma ini adalah; Cyperus rotundus, Cyperus irinaria, dll.
c. Golongan gulma berdaun lebar (broad leaf weed)terdiri dari gulma yang
berdaun lebar (luas) yang umumnya terdiri

dari klas Dicotyledoneae,

pertulangan daun umunya menyirip, misalnya: Ageratum conyzoides,


Eupatorium odoratum, Melastoma malabathricum, Phylanthus niruri, dll.
3. Cara Hidup
Berdasarkan cara hidup atau cara merugikan gulma dapat dikelompok-kan
menjadi :
a. Gulma kompetitif, yaitu gulma yang sangat kuat melakukan kompetisi
sehingga mampu mendominasi tanaman budaya. Contoh : Cyperus
rotundus L. yang tumbuh di antara tanaman padi kering, Amaranthus
spinosus yang tumbuh di antara tanaman kedelai dan Boerhaavia erecta L.
yang tumbuh di antara tanaman kacang tanah.
b. Gulma parasit, yaitu gulma yang hidupnya menumpang serta me-ngambil
makanan dari tanaman yang ditumpangi. Contoh : Loran-thus sp. pada
tanaman buah-buahan, Cuscuta sp. (tali putri) pada tanaman beluntas.
c. Gulma epifit, yaitu gulma yang hidupnya menumpang tetapi tidak mengambil makanan dari tanaman yang ditumpanginya. Apabila se-lama
pertumbuhan tidak merugikan tanaman yang ditumpangi maka disebut
epifit murni (true epiphytes), contoh : jenis-jenis paku-pakuan, sedang
apabila kemudian bersifat kompetitif maka disebut epifit palsu (half
epiphytes) contoh : Ficus sp.
d. Gulma ruderal, yaitu jenis-jenis gulma yang tumbuh di lahan yang tidak
digunakan untuk usaha produksi sehingga kehadirannya tidak di-pedulikan
oleh manusia. Contoh : jenis-jenis gulma yang tumbuh di kuburan, tepi

jalan, pagar pekarangan atau tebing sungai seperti Ele-phantopus scaber,


Sida acuta, Urena lobata, Stachytarphata indica dan Triumpheta laputa.
4. Habitat
Berdasarkan habitat atau tempat hidup maka gulma dapat dikelompokkan
menjadi beberapa golongan yaitu:
a. Gulma air (Aquatic weeds) yaitu gulma yang sebagian atau seluruh daur
hidupnya berada di air. Contoh : Jussieua linifolia Vahl., Mono-choria
vaginalis Presl, dan Hyldrilla verticillata Presl.
b. Gulma darat (Terrestrial weeds) yaitu gulma yang tumbuh di lahan ke-ring.
Contoh : Cyperus rotundus L., Imperata cvlindrice L., Borrerria latifolia
K.Sch. dan Tridax procumbens L. Jenis-jenis gulma ini apa-bila tergenang
air akan mudah mati.
c. Gulma yang menumpang pada tanaman lain (Aerial weeds), gulma ini
hidupnya menumpang pada tanaman lain, ada yang bersifat epifit dan
parasit. Contoh yang bersifat parasit ialah Loranthus sp., Cassytha sp. Dan
Cuscuta sp., yang bersifat epifit ialah Asplenium sp., Davallia sp.,
Gycloporus sp., dan Hymenolepis sp.
2.7 Tahap Pertumbuhan Gulma
1.

Perkecambahan
Pada tahap perkecambahan, daun biji (kotiledon) mungkin akan

muncul bersama dengan daun murni pertama. Pada tahap ini, ukuran
tanaman masih kecil dan mudah dikendalikan.
2.

Vegetatif
Pada tahap vegetatif, akar, batang dan daun mulai tumbuh dengan

cepat. Hal ini berhubungan dengan penyerapan air dan unsur hara yang
cepat dari dalam tanah untuk kemudian disalurkan ke seluruh bagian
tanaman dan menghasilkan nutrisi tanaman (gula) melalui fotosintesis.
Aktifitas ini membuat sebagian besar herbisida menjadi jauh lebih
efektif dalam mengendalikan tanaman.

3.

Reproduksi
Pada tahap reproduksi, tanaman akan menghasilkan bunga dan

biji serta buah. Pada tahap ini pertumbuhan tanaman jadi terbatas karena
penyerapan air dan unsur hara menjadi lambat. Pengangkutan
(translokasi) air dan makanan bagi tumbuhan (unsur hara dan gula)
mengarah ke bagian-bagian reproduksi seperti bunga, buah dan biji.
Pengangkutan makanan tanaman dan herbisida ke akar juga berkurang.
4.

Dewasa
Pada tahap matang/dewasa, terjadi sedikit pertumbuhan dan

bahkan ada yang tidak sama sekali. Pengangkutan air, unsur hara dan
herbisida pada tanaman sangat rendah. Pada tahap ini, gulma tahunan
mentranslokasikan gula ke akar sebagai cadangan di musim dingin.
Pemberian herbisida 13 yang ditranslokasikan pada gulma tahunan
mungkin terbukti paling efektif pada saat ini
2.8 Perkecambahan Biji Gulma
Pada umumnya perkecambahan yang dialami biji ditandai dengan imbibisi
air, peningkatan respirasi, mobilisasi cadangan makanan dan penggunaan
simpanan makanan. Namun pada biji gulma tidak langsung mengalami proses
proses tersebut, melainkan terjadi mengalami mode istirahat yang disebut
dormansi. Selain dormansi perkecambahan dari biji gulma sama dengan tumbuhan
lainnya, yakni :
1. Pertumbuhan Akar
Pertumbuhan atau perpanjangan akar terjadi dalam embryo sebelumtunas pucuk
(apical bud) mulai tumbuh. Akar primer tersebut tumbuh lurus kebawah
menembus tanah dengan cepat, dan merupakan organ pertama yangmenancap ke
tanah dan mengabsorbsi air dan hara.

2. Pertumbuhan Batang dan Jaringan-jaringan

Batang dan percabangannya serta daun dan bunganya membentuk suatutajuk.


Pada sebagian besar angiosperm, batangnya tumbuh lurus ke atas,dengan
percabangan sedikit sampai banyak, dan membentuk tajuk yangberagam. Pada
sebagian lainnya temasuk beberapa jenis gulma tidak tumbuhlurus ke atas, tetapi
tumbuh ke samping merayap, menjalar atau memanjat.
3. Pertumbuhan Daun
Pola pertumbuhan daun berbeda antara jenis tumbuhan. Daun umumnyaterdiri
atas helai dan tangkai daun, tetapi pada sebagian tumbuhan tidakterdapat tangkai
daun. Daun rumputan mempunyai pelepah daun yangmelingkar pada batang, dan
pada batas antara helai daun dengan pelepah daunterdapat ligula.Bentuk dan
susunan tulang juga berbeda antar jenis. Jenis-jenis gulma yang termasuk dalam
monokotil mempunyai bentuk susunan tulang daun yangsejajar. Jenis-jenis gulma
daun dikotil mempunyai tulang daun menyerupaijaringan dan ujungnya
berhubungan.Perbedaan pola pertumbuhan dan karakter daun berbagai jenis
gulma mengakibatkan terjadinya perbedaan respon terhadap pengaruh faktor
lingkungan (IPB,2014).

2.9 Dormansi Biji Gulma


Dormansi merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk biji bijian
atau organ vegetatif yang tidak mau berkecambah. Pada gulma, dormansi
digunakan untuk stategi reproduksi gulma yang memungkinkan gulma tetap hidup
di lingkungan yang tidak menguntungkan. Dormansi memungkinkan gulma untuk
dapat bertahan dalam jangka waktu lama. Lama dari dormansi gulma memiliki
tingkatan yang berbeda beda sehingga perkecambahan gulma tidak terjadi
secara

serentak.

Berdasarkan karakter dan

faktor-faktor yang

menjadi

penyebabnya, beberapa pakar biologi membedakan dormansi menjadi 3 macam


menjadi bawaan (innate), rangsangan dan paksaan (enforced).

1. Dormansi Bawaan.

Dormansi bawaan merupakan dormansi disebabkan oleh beberapa faktor dan


mekanisme yang bersifat genetis. Faktor dan mekanisme penyebabnya antara lain
ialah :
a. Embryo yang belum matang. Pada bebepara jenis gulma, biji yang terlihat
telah sempurna dan terpisah dari induknya, embryonya masih dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan.
b. Kulit

biji

yang

keras.

Kulit

biji

yang

keras

merupakan

penghalangperkecambahan, karena impermeable (tidak dapat ditembus)


oleh gas, airatau tahan terhadap tekanan. Meskipun air dan gas telah dapat
menembus,tetapi bila kulit biji keras (tahan tekanan) maka biji belum
dapatberkecambah.
c. Hambatan kimiawi. Hambatan kimiawi dalam kulit biji atau buah, dalam
embryo atau endosperm dapat menyebabkan biji tidak dapat berkecambah.
2. Dormansi Rangsangan (Induced Dormancy).
Dormansi ini yang sering juga disebut dormansi sekunder, karena biji-biji yang
biasanya berkecambah bila keadaan menguntungkan, kemudian menjadi dorman
karena lingkungan yang tidak menguntungkan seperti kurang air, kurang
oksigen, kurang cahaya dan sebagainya.
3. Dormansi Paksaan (Enforced dormancy).
Dormansi paksaan terjadi jika biji-biji yang tidak berkecambah selama faktor
lingkungan (kelembaban, cahaya, oksigen) kurang menguntungkan dan segera
akan berkecambah bila lingkungannya menguntungkan.
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi dormansi adalah :
1. Suhu
2. Kelembaban
3. Oksigen
4. Cahaya
2.10
Penyebaran Gulma
Tidak seperti hewan, tumbuhan termasuk bijinya tidak dapat bergerak dengan
kekuatannya sendiri. Organ-organ reproduksi (generatif dan vegetatif)
dapat disebarkan oleh :
1. Penyebaran oleh Manusia

Dalam hal penyebaran ini manusia dapat melakukan secara langsung dan
secara sengaja atau tidak sengaja. Manusia sering kali memasukkan jenis
tumbuhan dari suatu tempat ke tempat lain untuk keperluan penelitian,
perdagangan, hobi dan tujuan lainnya. Penyebaran secara tidak sengaja
biasanya terjadi melalui hasil tanaman, benih, makanan ternak dan jerami.
2. Penyebaran oleh Hewan
Biji beberapa jenis gulma mudah melekat pada bagian luar tubuh hewan
maupun manusia; dan terbawa dari suatu tempat ke tempat lain.
Penyebaran melalui bagian luar hewan ini disebut epizoochory.
Penyebaran gulma oleh hewan juga dapat terjadi setelah melalui bagian
dalam atau pencernaannya (endozoochory).
3. Penyebaran oleh Angin
Biji beberapa jenis gulma mempunyai organ khusus seperti sayap, parasut
dan sebagainya yang memudahkannya untuk terbang terbawa angin dari
satu tempat ke tempat laun. Beberapa biji jenis gulma yang menyebar
dengan cara ini antara lain tempuyung (Souchus arvensis) dan alang-alang
(Imperata cylindrica). Biji-biji gulma mudah terbawa oleh angin adalah
yang berukuran kecil seperti biji dari keluarga Orchidaceae, Orobancheae,
Striga spp.
4. Penyebaran oleh Air
Organ reproduksi gulma berupa biji atau bagian vegetatifnya atau berupa
tumbuhan utuh dapat terbawa hanyut bersama-sama dengan aliran air
hujan, air irigasi, sungai dan sebagainya. Biji-biji beberapa jenis gulma
mempunyai organ khusus yang menyebabkannya mudah terapung
sehingga mudah terbawa aliran.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gulma

memiliki

hubungan

timbal

balik

antara

gulma

dengan

lingkungannya seperti iklim, kondisi tanah dan organism lain. Manusia berperan
sebagai pengolah tanah dan manajemen pada lahan budidaya. Jenis tanaman,
waktu tanam, pola tanam, dan umur mempengaruhi jenis gulma yang tumbuh.
Sehingga apabila faktor-faktor tersebut dikelola secara terpadu maka dapat
menekan pertumbuhan gulma tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Ashton. 1991. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. Jakarta : Gramedia
Balai Penelitian Tanaman Padi. 2004. Teknologi Pengendalian Gulma Padi.
Subang: Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan
IPB. 2014 . Pengendalian Gulma https://ocw.ipb.ac.id/file.php/14/Pengendalian_
Gulma/BAB3_Biologi_Gulma.pdf. (online) diakses pada 21 Februari
2015.
Pujisiswanto, Hidayat.2008. Analisis Pertumbuhan Gulma, Tanaman dan Hasil
Jagung dengan Berbagai Populasi Kacang Tanah dan Kacang Hijau
dalam Sistem Tumpangsari. Lampung Universitas Lampung: Agrista
Edisi Khusus No.1
Sastroutomo, Soetikno. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Sukman, Yernelis. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai