Anda di halaman 1dari 6

TEKNIK PRODUKSI TANAMAN OBAT DAN AROMATIK

TANAMAN KEMANGI

Disusun oleh:
Nama :

Mega Shintia

Nim

125040201111052

Kelas :

Dosen Pengampu: Nur Azizah S.P, M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT


Pascapanen merupakan salah satu tahapan pengolahan dari bahan-bahan yang telah
dipanen, dan harus dilakukan secara baik dan benar, karena akan berpengaruh terhadap
kuantitas, kualitas dan zat berkhasiat yang terkandung didalamnya. Tahap-tahap pengolahan
yang dilakukan, tergantung pada jenis bahan yang akan diolah, seperti akar, daun, bunga, biji,
buah, rimpang dan kulit kayu. Secara umum, tahap pengolahan meliputi sortasi basah,
pencucian, pengecilan ukuran, pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.
Masalah pascapanen tanaman obat tidak terlepas dari masa sebelum panen khususnya
beberapa saat sebelum panen, hal ini akan sangat menentukan kualitas akhir dari simplisia.
Untuk mendapatkan simplisia dengan kualitas yang tinggi, diperlukan suatu tindakan
pengamanan dimulai dari pra panen, pada saat panen dan pascapanen. Selain itu, pengolahan
bertujuan juga untuk menjaga tingkat kebersihan bahan baku dalam upaya memperoleh
simplisia yang berkualitas serta menjaga agar proses produksi selanjutnya tetap terjaga
stabilitas dan homogenitas komposisinya.
Faktor paling kritis yang sangat menentukan dalam pengolahan pascapanen tanaman
obat adalah proses pengeringan. Cara-cara pengeringan harus disesuaikan dengan jenis bahan
tanaman, misalnya daun, bunga, kulit, rimpang, akar dan buah. Hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap warna dan aroma dari produk akhir yang dihasilkan. Tingkat
keragaman, kadar kotoran dan kadar air yang tinggi dari produk akan memberikan
kecenderungan yang buruk terhadap kualitas dan kuantitas karena akan terjadi kerusakan
fisik, mekanis, fisiologis dan mikrobiologis yang semakin besar. Teknik pengeringan yang
tepat untuk tanaman yang mengandung senyawa volatil perlu mendapatkan perhatian. Untuk
memperoleh keseragaman bahan baku simplisia atau untuk mempertahankan keasliannya,
maka setiap bahan yang akan diproses harus dipisahkan dari bahan asing lainnya, seperti
akar-akar yang menempel. Untuk memisahkan tanah dan pasir yang melekat dilakukan
dengan proses pencucian. Pada saat proses pencucian sebaiknya menggunakan air yang
bersih dan bertekanan supaya memudahkan penghilangan kotoran yang melekat. Demikian
pula untuk bahan-bahan yang secara visual terlihat sangat mirip, tetapi berbeda khasiatnya
perlu dipisahkan dari bahan aslinya. Keadaan ini biasanya terjadi pada hasil panen dari
tumbuhan liar dan bukan hasil pertanaman secara budidaya. Hingga saat ini, untuk beberapa
tanaman obat tertentu masih dipanen secara liar dari hutan. Banyak tanaman yang

mempunyai kemiripan sehingga bila tidak mengenal secara baik akan terjadi kesalahan dalam
pemanenan, akibatnya akan mempengaruhi khasiat dari tanaman tersebut.
PASCA PANEN TANAMAN OBAT BERASAL DARI DAUN

Hasil Olahan pasca panen kemangi


Sumber : http://bisnisukm.com/+geraisleman/produk/aneka-keripik-sayur-19657.html

Simplisia Daun Kemangi


Sumber : https://ghurobaonline.wordpress.com/herbal-kering/

Tanaman obat yang berasal dari daun bisa digunakan langsung dalam keadaan segar
atau yang telah dikeringkan. Bila akan digunakan secara segar, harus melalui proses
pencucian terlebih dahulu baru diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan. Pemanenan
daun dilakukan pada saat fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat
tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak. Sebagai contoh daun sambiloto, pemanenan
dilakukan ketika tanaman sudah berbunga hampir 50 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tiga bahan aktif yang terdapat dalam daun (andrografolid, neo andrografolid dan mencapai
maksimum dibandingkan ditangkai pada saat sebelum berbunga. Daun yang dipanen muda
biasanya dikeringkan secara perlahan mengingat kandungan airnya cukup tinggi, sehingga
memungkinkan terjadinya reaksi enzimatis masih dapat berlangsung dengan cepat. Selain itu,
jaringan yang dimiliki oleh daun muda masih sangat lunak sehingga daun sangat mudah
hancur atau rusak. Sementara daun-daun yang dipanen pada umur tua diberi perlakuan
khusus berupa proses pelayuan yang dilanjutkan dengan proses pengeringan secara perlahan
agar diperoleh warna yang menarik.
Untuk proses pengeringan, dalam kapasitas besar, daun langsung dikeringkan tanpa
melalui proses pencucian. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas simplisia yang
dihasilkan. Proses pengeringan daun, bila dikeringkan dimatahari langsung sebaiknya tidak
langsung terkena cahaya matahari, karena akan merubah senyawa khlorofilnya, sehingga
produk yang dihasilkan akan berwarna agak kecoklatan. Bila menggunakan pengering
mekanik, suhu diatur agar tidak melebihi 40C, karena pada suhu tersebut senyawa
khlorofilnya tidak akan rusak. Setelah dihasilkan simplisia kering, bahan bisa diolah lebih
lanjut sesuai kebutuhan kedalam menjadi bentuk serbuk, ekstrak dan produk obat lainnya.
Setelah panen, sebaiknya daun dilayukan terlebih dahulu meskipun beberapa senyawa
volatil akan menguap. Biasanya proses pelayuan membutuhkan waktu antara 24-72 jam.
Setelah bahan kering, bahan dijaga agar tetap kering dan dingin untuk mencegah terjadinya
proses fermentasi atau timbulnya jamur. Pengeringan daun harus tidak merubah warna, aroma
tanaman aslinya, zat berkhasiat dan senyawa kimianya.

diperlakukan secara hati-hati karena senyawa tersebut mudah mengalami kerusakan


bila proses pengolahan tidak benar. Telah diketahui bahwa daun mudah mengalami kerusakan
selama pengolahan, bila penanganannya salah, akan terjadi perubahan warna atau tercemar
mikroba. Secara visual, daun yang telah dikeringkan menggunakan matahari ataupun alat
pengering tidak berbeda warnanya, akan tetapi setelah digiling menjadi serbuk akan terlihat
bahwa pengeringan secara oven akan menghasilkan warna yang lebih baik, yaitu hijau
sedangkan dengan matahari akan berwarna kecoklatan. Hal ini disebabkan suhu penjemuran
matahari berfluktuasi dengan kisaran 25-50o C, sehingga penguapan air tidak merata, hal ini
menyebabkan bahan menjadi kering tidak merata dan sempurna. Untuk oven, suhu yang
konstan dan stabil menyebabkan penguapan air juga konstan. Kisaran suhu untuk
mengeringkan daun-daun adalah 20o C-40o C. Bila pengeringan dilakukan di tempat teduh,
keuntungannya dapat melindungi aroma, warna asli bahan, dan senyawa kimia di dalamnya.
Suatu penelitian terhadap daun jambu biji yang dikeringkan ditempat teduh dan langsung
dengan sinar matahari menunjukkan perbedaan terhadap kadar tanninnya. Untuk pengeringan
ditempat teduh kadar tanninnya lebih tinggi, yaitu 13,72% dibandingkan dikeringkan
dibawah sinar matahari langsung hanya 11,56%

REFERENSI
Anonymous,

2015.

Penanganan

Pasca

Panen

Tanaman

Obat.

(online)

http://pascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/publikasi/Tanaman_Obat_2101.
Diakese pada tanggal 1 April 2015
Anonymous, 2015. Hasil Olahan Pasca Panen Daun Kemangi. (online) http://bisnisukm.com/
+geraisleman/produk/aneka-keripik-sayur-19657.html. Diakses pada tanggal 1 April 2015
Anonymous,2015.
Simplisia
Daun
Herbal.
(online).
https://ghurobaonline.wordpress.com/herbal-kering/. Diakses pada tanggal 1 April 2015

Anda mungkin juga menyukai