Secara umum hak asasi manusia adalah satu dengan harkat dan martabat serta kodrat manusia, oleh sebab itu disebut juga sebagai hak dasar. Hak itu ada pada setiap manusia dan merupakan sifat kemanusiaan
Tujuan Hak Asasi Manusia
Untuk mempertahankan hak-hak warga negara di Indonesia dengan memperhatikan hak-hak orang lain dan mendorong tumbuh / berkembangnya pribadi manusia yang Multidimensional.
Sejarah Hak Asasi Manusia di
Indonesia perjuangan dan kelahiran HAM di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimulai dari masa Prakemerdekaan Pendirian Boedi Oetomo dapat dianggap sebagai titik awal timbulnya kesadaran untuk mendirikan suatu negara kebangsaan yang terlepas dari cengkeraman kolonial. Dalam konteks HAM, kesadaran tersebut dikenal sebagai perwujudan dari the right of self determination (hak untuk menentukan nasib sendiri). Sejarah HAM secara umum terbagi menjadi dua, yaitu HAM dalam UUD 1945 sebelum Amandemen dan HAM dalam UUD 1945 setelah Amandemen
HAKIKAT KEMANUSIAAN ANTI
DISKRIMINATIF
Mengatasi sikap Diskriminatif
Pemerintah telah mensahkan Undang-Undang Anti Diskriminasi pada tahun 2008. Mengacu pada undang-undang tersebut, maka kini segala bentuk diskriminasi berdasar identitas sosial-budaya seseorang dapat dilihat sebagai tindak pidana (Saptaningrum&Wiryawan, 2007). Namun pada kenyataannya praktik diskriminatif tetap terjadi di masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa untuk menghilangkan praktik diskriminatif tidak dapat hanya mengandalkan hukum.
Munculnya sikap Diskriminatif
Munculnya sikap diskriminatif disebabkan oleh adanya Prasangka yang digerakkan oleh motor yang disebut stereotipe.
Munculnya stereotip dan prasangka
1. Konflik antar kelompok 2. Pemikiran setiap individu terhadap kelompok lain.
Hal-hal yang mendasari sikap dan prilaku
diskriminatif Menyalakan korban, membenarkan diskriminatif. Prasangka dinilai sebagai produk genetis. Besar berarti benar
Hal ini tentu saja berkebalikan dengan prasyarat ideal dari
masyarakat yang mengedepankan hak asasi manusia, yang salah satunya ditandai dengan adanya kesadaran dan inisiatif dari kelompok mayoritas untuk memiliki kepekaan terhadap kelompok minoritas (Fritzsche, 2004; Nelson & Prilleltensky, 2005). Terbentuknya kepekaan itu sendiri mensyaratkan adanya kesadaran kritis dari kelompok mayoritas akan status mayoritasnya dan segala konsekuensi yang melekat padanya yang dapat secara sengaja atau tidak sengaja merugikan kelompok minoritas (Green & Sonn, 2006).
Cara mengatasi... decategorization dan category disconfirmation through member typicality Pendidikan HAM
Pelaksanaan HAM dalam relasi
Hukum dan Kekuasaan
Persoalan-persoalan mendasar HAM di
Indonesian di antaranya dapat dilihat dari hal-hal berikut ini: 1.Landasan solid HAM 2.Kebijakan antar rezim 3.Perubahan aktor pelanggaran HAM 4.Fokus besar dan keterlambatan 5.Topeng penyelamatan untuk Indonesia
Tantangan Konsep HAM dalam
Menghadapi isu - isu global
Menurut Halili,2009 Gerakan HAM
berhadapan dengan terjadinya berbagai pergeseran konteks. Konteks baru yang menjadi tantangan gerakan HAM, antara lain: Pengkhianatan terhadap nilai HAM dan krisis pemerintahan negara
Prinsip, jargon, dan retorika HAM
seringkali diselewengkan melalui berbagai kebijakan-kebijakan politik dan hukum negara.
Krisis pemerintahan berlangsung dalam
beberapa wajah, tetapi pada pokoknya dipengaruhi oleh melemahnya kedaulatan negara (weakening state sovereignity) di satu sisi dan menguatnya lembagalembaga transnasional, seperti WTO, IMF, dan World Bank di sisi negara
Dalam berbagai situasi, pemerintahan
negara mengalami kesulitan yang luar biasa untuk memenuhi HAM warganya
Menurut Mansour, 2002 Tantangan
konsep HAM menghadapi isu-isu gobal yaitu :
Dalam konteks pembangungan
pelanggaran HAM masih terus terjadi Di masa lalu, negara dianggap bertanggungjawab sepenuhnya atas pelanggaran HAM.