MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Ekologi Gulma
yang dibina oleh Bapak Fathur rochman dan Bapak I Wayan Sumberatha
Oleh :
Dora Dayu Rahma Turista 407342408155
Hendrik Setiawan 407342408157
Nurlaily Lavianti 907342410436
Anggun Wulandari 407342412072
JURUSAN BIOLOGI
November, 2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Produksi tanaman pertanian, baik yang diusahakan dalam bentuk pertanian
rakyat ataupun perkebunan besar ditentukan oleh beberapa faktor antara lain hama,
penyakit dan gulma. Kerugian akibat gulma terhadap tanaman budidaya bervariasi,
tergantung dari jenis tanamannya, iklim, jenis gulmanya, dan tentu saja praktek
pertanian di samping faktor lain. Di Amerika Serikat besarnya kerugian tanaman
budidaya yang disebabkan oleh penyakit 35 %, hama 33 %, gulma 28 % dan
nematoda 4 % dari kerugian total. Sedangkan di negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia, kerugian karena gulma tidak saja tinggi, tetapi juga mempengaruhi
persediaan pangan dunia (Pemi, 2006). Tanaman perkebunan juga mudah
terpengaruh oleh gulma, terutama sewaktu masih muda. Apabila pengendalian gulma
diabaikan sama sekali, maka kemungkinan besar usaha tanaman perkebunan itu akan
rugi total.
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Pengendalian gulma yang tidak cukup pada awal pertumbuhan tanaman perkebunan
akan memperlambat pertumbuhan dan masa sebelum panen (Anonymous, 2007).
Beberapa gulma lebih mampu berkompetisi daripada yang lain (misalnya Imperata
cylindrica), yang dengan demikian menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Persaingan antara gulma dengan tanaman budidaya dapat dilihat dengan
terjadinya interaksi antara keduanya, yakni bisa berupa interaksi positif maupun
negative. Persaingan antara gulma dengan tanaman dapat dilihat dalam hal
mengambil unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah dan penerimaan cahaya
matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam produksi
baik kualitas maupun kuantitas. Cramer (1975) dalam Pemi (2006) menyebutkan
kerugian berupa penurunan produksi dari beberapa tanaman adalah sebagai berikut:
padi 10,8%, sorgum 17,8%, jagung 13%, tebu 15,7%, coklat 11,9%, kedelai 13,5%
dan kacang tanah 11,8%. Menurut percobaan-percobaan pemberantasan gulma pada
padi terdapat penurunan oleh persaingan gulma tersebut antara 25-50 %. Terjadinya
interaksi antara gulma dengan tanaman budidaya memiliki pengaruh yang cukup
signifikan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menyusun makalah yang
berjudul “Interaksi Gulma Dengan Tanaman Budidaya”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah interaksi yang terjadi antara gulma dengan tanaman budidaya?
2. Apa sajakah keuntungan dan kerugian yang dapat disebabkan akibat adanya
interaksi antara gulma dengan tanaman budidaya?
3. Bagaimanakah cara untuk mengendalikan gulma?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui interaksi yang terjadi antara gulma dengan tanaman budidaya.
2. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang dapat disebabkan akibat adanya
interaksi antara gulma dengan tanaman budidaya.
3. Untuk mengetahui cara untuk mengendalikan gulma.
BAB II
PEMBAHASAN
A. GULMA
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan
gulma bersifat teknis dan plastis (Pemi, 2006). Teknis, karena berkait dengan proses
produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena
mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena
batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman
berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma
dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela
pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem
tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa
jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. Ilmu yang
mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma.
Dalam pengertian ekologis gulma adalah tumbuhan yang mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang berubah. Salah satu faktor penyebab
terjadinya evolusi gulma adalah faktor manusia. Manusia merupakan penyebab utama
dari perubahan lingkungan dan gulma mempunyai sifat mudah mempertahankan diri
terhadap perubahan tersebut dan segera beradaptasi dengan lingkungan tempat
tumbuhnya (Arenloveu, 2007).
Dengan kata lain gulma memiliki genetic plasticity yang besar. Sifat ini
diperoleh dari seleksi alam yang terus menerus, beberapa sifat umum gulma untuk
mempertahankan eksistensinya antara lain mempunyai adaptasi yang kuat,
mempunyai daya saing yang tinggi, dapat membentuk spora/biji banyak, cepat
berkembangbiak, mampu berkecambah dan tumbuh pada kondisi zat hara dan air
yang sangat minim, mempunyai sifat dorman yang luas (biji tidak mati dan
mengalami dorman bila lingkungan kurang baik untuk pertumbuhan).
Gulma dijumpai pada setiap peristiwa pemanfaatan penggunaan tanah dan
air. Permasalahan yang timbul berbeda intensitasnya, tergantung pada tempat dan
tingkat pemanfaatan tempat tersebut. Pada pertanaman yang berbeda akan
mempunyai permasalahan dan komposisi spesies gulma yang berbeda pula. Sebagai
contoh permasalahan dan komposisi spesies gulma pada pertanaman padi sawah, padi
gogo/ladang, padi gogo rancah dan padi pasang surut akan berbeda walaupun jenis
pertanaman yang dibudidayakan sama yaitu padi. Pada pertanaman perkebunan,
masalah yang timbul tentu akan berbeda dengan masalah pada pola pertanaman
tanaman pangan (Sastroutomo, 1990).
E. KOMPETISI
1. Kompetisi Gulma terhadap Tanaman
Adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk
berproduksi. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang dapat kita
amati adalah di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan
penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-
kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas (Sastroutomo, 1990).
a. Persaingan memperebutkan hara
Setiap lahan berkapasitas tertentu didalam mendukung pertumbuhan berbagai
pertanaman atau tumbuhan yang tumbuh di permukaannya. Jumlah bahan organik
yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda,
oleh karena itu jika gulma tidak diberantas, maka sebagian hasil bahan organik dari
lahan itu berupa gulma. Hal ini berarti walaupun pemupukan dapat menaikkan daya
dukung lahan, tetapi tidak dapat mengurangi komposisi hasil tumbuhan atau dengan
kata lain gangguan gulma tetap ada dan merugikan walaupun tanah dipupuk.
Hara merupakan faktor yang paling penting dalam persaingan antara gulma
dan tanaman budidaya. Sejauh mana persaingan atau kompetisi berlaku adalah sangat
bergantung pada banyaknya unsur hara yang tersedia di dalam tanah dan jumlah
tumbuhan yang terlibat. Unsur-unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang
banyak ialah karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur, kalsium, dan
magnesium.
Beberapa sifat tumbuhan yang dapat mempengaruhi derajat kompetisi
terhadap faktor-faktor pertumbuhan yang ada di dalam tanah telah dapat diidentifikasi
yaitu :
1) Kemampuan penetrasi akar ke dalam tanah yang awal dan cepat
2) Tingkat kepadatan akar yang tinggi
3) Perbandingan akar dan batang/rumpun yang tinggi
4) Panjang dan berat akar yang besar
5) Mempunyai proporsi akar yang masih hidup dan aktif yang tinggi
6) Mempunyai bulu-bulu akar yang panjang
7) Mempunyai potensi penyerapan hara yang tinggi
3. Periode Kritis
Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu dimana tanaman
sangat peka terhadap persaingan gulma (Sastroutomo, 1990). Keberadaan atau
munculnya gulma pada periode waktu tersebut dengan kepadatan tertentu yaitu
tingkat ambang kritis akan menyebabkan penurunan hasil secara nyata. Periode
waktu dimana tanaman peka terhadap persaingan dengan gulma dikenal sebagai
periode kritis tanaman. Periode kritis adalah periode maksimum dimana setelah
periode tersebut dilalui maka keberadaan gulma selanjutnya tidak terpengaruh
terhadap hasil akhir. Dalam periode kritis, adanya gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman harus dikendalikan agar tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan dan hasil akhir tanaman tersebut.
Periode kritis adalah periode dimana tanaman pokok sangat peka atau sensitif
terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode tersebut perlu dilakukan
pengendalian, dan jika tidak dilakukan maka hasil tanaman pokok akan menurun.
Pada umumnya persaingan gulma terhadap pertanaman terjadi dan terparah pada saat
25 – 33 % pertama pada siklus hidupnya atau ¼ – 1/3 pertama dari umur pertanaman.
Persaingan gulma pada awal pertumbuhan tanaman akan mengurangi kuantitas hasil
panenan, sedangkan gangguan persaingan gulma menjelang panen berpengaruh lebih
besar terhadap kualitas hasil panenan. Waktu pemunculan (emergence) gulma
terhadap pertanaman merupakan faktor penting di dalam persaingan. Gulma yang
muncul atau berkecambah lebih dahulu atau bersamaan dengan tanaman yang
dikelola, berakibat besar terhadap pertumbuhan dan hasil panenan. Sedangkan gulma
yang berkecambah (2-4 minggu) setelah pemunculan pertanaman sedikit
pengaruhnya (Siregar, 2008).
Dengan diketahuinya periode kritis suatu tanaman, maka saat penyiangan
yang tepat menjadi tertentu. Penyiangan atau pengendalian yang dilakukan pada saat
periode kritis mempunyai beberapa keuntungan. Misalnya frekuensi pengendalian
menjadi berkurang karena terbatas di antara periode kritis tersebut dan tidak harus
dalam seluruh siklus hidupnya. Dengan demikian biaya, tenaga dan waktu dapat
ditekan sekecil mungkin dan efektifitas kerja menjadi meningkat.
F. INTERAKSI ANTARA GULMA DENGAN VEGETASI LAIN
1. Interaksi Positif
a. Komensalisme
Merupakan hubungan satu arah antara dua organisme hidup, terjadi bila salah
satu jenis tumbuhan mendapat keuntungan, sedangkan jenis yang lainnya tidak.
Komensalisme pada tumbuhan biasa dijumpai dalam bentuk epifit (tumbuhan yang
melekat pada tumbuhan lainnya), yang memanfaatkan inangnya untuk membantu
pertumbuhan secara fisik, bukan untuk memenuhi kebutuhannya akan unsur hara dan
air yang diperoleh dari air hujan atau kelembaban (Sastroutomo, 1990).
b. Protokoperasi
Dihasilkan jika kedua jenis individu mendapat keuntungan dari adanya
interaksi, tetapi tidak jika interaksinya ditiadakan. Biasanya peristiwa ini terjadi pada
tumbuhan tingkat tinggi yang perakarannya berada dalam lapisan tanah yang sama
kedalamannya. Adanya mikoriza semakin memperlancar protokoperasi. Tipe lain dari
interaksi tumbuhan yang sering menghasilkan pengaruh negatif adalah adanya
pengeluaran cairan kimiawi dari akar suatu jenis tumbuhan yang kemudian diserap
oleh perakaran tumbuhan jenis lainnya. Sangat sedikit yang telah diketahui mengenai
hal asosiasi yang menguntungkan pada interaksi gulma dengan tanaman atau antara
gulma dengan gulma. Yang paling banyak diketahui ialah yang terjadi pada
pertanaman campuran atau pertanaman yang digilir.
Dalam pertanaman campuran perlu diketahui beberapa hal yaitu padat
penebaran tumbuhan, jarak tanam, fase pertumbuhan, waktu tanam, kesuburan tanah
dalam merancang dan mengevaluasi hasilnya.
c. Mutualisme bersifat obligatif
Yaitu kedua jenis individu tumbuhan saling tergantung satu sama lainnya.
Keduanya mendapat keuntungan pada saat interaksi terjadi dan akan saling mendapat
kerugian jika interaksinya ditiadakan (Sastroutomo, 1990). Mutualisme harus
dibedakan dengan jelas dengan protokoperasi seperti misalnya pada pertanaman
campuran. Panenan yang dihasilkan pada pertanaman campuran biasanya diperoleh
sebagai akibat tidak adanya kerugian yang timbul dari adanya interaksi dan bukan
sebagai akibat adanya keuntungan yang diperoleh satu sama lain.
Simbiosis adalah istilah lain yang biasa digunakan untuk interaksi positif.
Dapat juga didefinisikan sebagai asosiasi yang saling menguntungkan dan permanen
dari dua jenis orgenisme yang berbeda. Melalui asosiasi semacam ini tumbuhan dapat
bertahan hidup meskipun dalam keadaan hara miskin yang tidak memungkinkan jenis
lainnya hidup secara normal. Jenis lain dari hubungan mutualisme yang menyangkut
tumbuhan tingkat tinggi adalah simbiosis pengikatan nitrogen. Kebanyakan simbion
ini secara morfologis berbeda dengan bentuk bebasnya meskipun dari genus yang
sama.
Asosiasi Azolla-Anabaena merupakan satu-satunya hubungan mutualistik
yang telah diungkapkan secara agronomi sangat penting artinya. Asosiasi kedua
organisme ini dimanfaatkan sebagai sumber pupuk bagi tanaman padi. Banyak segi
yang menguntungkan dari sistem tanam campuran seperti ini, terutama sekali adanya
asosiasi simbiose pengikat nitrogen dari kacang-kacangan dan bakteri (Sastroutomo,
1990). Pentingnya simbiose antara Rhyzobium dan kacang-kacangan adalah adanya
siklus hara terutama nitrogen yang terus-menerus dan tidak terputus serta adanya
kehidupan yang panjang dari organ-organ yang dapat melakukan penyerapan. Dalam
kaitannya dengan evolusi, interaksi yang positif menguntungkan dilihat dari segi
ketahanan hidup organisme yang berinteraksi dan ini lebih sering terjadi jika
dibandingkan dengan yang berinteraksi secara negatif.
2. Interaksi Negatif
a. Kompetisi dan Kepadatan
Pengaruh tingkat kepadatan terhadap pertumbuhan. Kepadatan didefinisikan
sebagai jumlah individu per satuan luas. Tumbuhan dengan tingkat kepadatan yang
tinggi akan cepat mengalami tekanan dari tumbuhan yang berada di sekelilingnya
karena jarak yang dekat. Pada fase awal pertumbuhan atau tingkat kepadatan yang
rendah, hasil panen sangat dipengaruhi oleh jumlah individu, tetapi setelah sumber
daya yang ada semakin berkurang hasil panen tidak dipengaruhi lagi oleh kepadatan
(Sastroutomo, 1990).
Dengan meningkatnya kepadatan, gangguan yang ditimbulkan oleh gulma
akan semakin meningkat. Respon tanaman terhadap tekanan kepadatan gulma terjadi
melalui dua cara yaitu respon plastisitas yaitu terjadinya perubahan morfologi
tumbuhan, misalnya daun menjadi sempit, tanaman kerdil dan yang kedua melalui
kematian tumbuhan itu sendiri.
Pemanfaatan ruang. Pada suatu tingkat kepadatan tertentu dari suatu jenis
populasi tumbuhan akan dijumpai distribusi ukuran yang merupakan karakteristik
dari individu-individunya. Lokasi tempat individu menempati ukuran kelasnya
ditentukan sejak awal masa pertumbuhan kecambahnya. Ruangan yang dikuasai oleh
masing-masing jenis sesuai dengan beratnya masing-masing. Setiap tumbuhan akan
berhenti tumbuh jika ruang yang ditempatinya dikuasai oleh tumbuhan jenis lain.
Pengendalian gulma ditujukan untuk mengurangi tingkat kepadatan yang ada, maka
harus dilakukan sewaktu ruang yang tersedia masih cukup luas sehingga tanaman
budidaya yang ditanam dapat tumbuh tidak terbatasi ruang.
Pengaruh kepadatan terhadap mortalitas. Tumbuhan mempunyai kemampuan
bawaan untuk mengendalikan populasi individu-individunya pada saat ruang yang
tersedia mulai menjadi semakin terbatas bagi pertumbuhannya (hukum 2/3 daya
dengan model matematisnya yang merupakan hubungan antara berat tumbuhan dan
kepadatan yang terjadi akibat penjarangan). Tingkat kematian pohon meningkat
secara nyata dengan semakin rapatnya jarak tanam. Semakin meningkatnya jumlah
faktor pembatas misalnya kesuburan, akan meningkatkan angka kematian sebagai
akibat meningkatnya kepadatan individu. Hal ini terjadi karena jenis-jenis yang
dominan pada keadaan seperti ini akan memanfaatkan sumber daya yang ada
semaksimal mungkin sehingga biasanya individu yang besar ukurannya akan semakin
membesar sedangkan yang ukurannya kecil akan semakin tertekan pertumbuhannya
atau menjadi mati (Sastroutomo, 1990).
Pengaruh kepadatan terhadap daya reproduksi. Keberhasilan suatu jenis
tumbuhan dalam menguasai suatu tempat diikuti dengan keberhasilannya dalam
memperbanyak keturunan. Pada jenis gulma setahun dapat memanfaatkan respon
kepadatan dan mortalitas untuk mengatur dan mempertahankan hasil reproduksi
secara tetap. Biasanya jenis gulma yang luput dari pengendalian akan tumbuh dan
berkembang menghasilkan biji yang kemudian akan menguasai daerah kosong itu.
Pengendalian yang efektif adalah pengendalian yang memperhatikan jumlah atau
tingkat kepadatan kritis gulma yang dapat mempengaruhi hasil panen daripada
jumlah biji yang ada di dalam tanah.
Gangguan dan campuran jenis. Dasar-dasar yang dibahas dalam populasi
sesama jenis dapat juga diterapkan untuk populasi jenis campuran karena pada
kenyataannya campuran beberapa jenis tumbuhan lebih banyak dijumpai di alam.
Jika dua jenis tumbuh-tumbuhan ditanam bersama-sama maka lambatnya waktu
perkecambahan dari jenis yang satu akan sangat mempengaruhi peranannya terhadap
dominansinya terhadap jenis yang lain. Umumnya keterlambatan masa tanam tidak
mempunyai pengaruh nyata terhadap hasil akhir total dari kedua jenis tumbuhan ini.
Adakalanya pengaruh depresif dari suatu jenis tumbuhan terhadap jenis lainnya
sangat kompleks sehingga kompetisi akan sumber daya yang sifatnya umum saja
tidak akan menjelaskan hasil pengamatan secara jelas dan lengkap. Tingkat kematian
yang mencolok atau penurunan biomassa tumbuhan dapat terjadi secara nyata pada
jenis yang satu tetapi tidak ada pengaruhnya pada jenis yang lain. Keadaan seperti ini
lebih dikenal sebagai komensalisme. Beberapa jenis tumbuhan dapat melepaskan
senyawa beracun ke dalam lingkungan tempat berbagai jenis tumbuhan lain hidup
yang dapat meracuni tumbuhan ini (alellopati: yang pengaruhnya berbeda dari jenis
interaksi negatif lainnya) (Sastroutomo, 1990).
b. Mekanisme Kompetisi
Sebagian besar studi mengenai kompetisi tanaman telah terpusat pada
fenomena dan pengaruh ukuran tanaman dan hasil panen tanpa memeriksa
mekanisme yang terjadi pada kompetisi. Shainsky dan Radosevich (1992) dalam
Siregar (2008) menyatakan bahwa mekanisme kompetisi untuk sumber daya harus
ditunjukkan oleh:
Penipisan sumber daya yang dihubungkan dengan kehadiran dan banyaknya
tanaman tetangga.
Perubahan dalam respon pertumbuhan secara morfologi dan fisiologi yang
dihubungkan dengan perubahan pada sumber daya.
Hubungan atau korelasi antara kehadiran tanaman tetangga, penipisan sumber
daya, dan respon pertumbuhan.
Mekanisme kompetisi tanaman terdiri atas pengaruh yang tanaman miliki
pada sumber daya dan respon dari tanaman untuk merubah sumber daya tersebut
(Goldberg, 1990 dalam Siregar 2008). Dua teori yang berbeda yang telah diterima
secara luas adalah teori dari Grime (1979), Tilman 1988), dan Grace (1990, 1991).
c. Teori Grime dan Tilman
Grime menjelaskan tentang kehidupan tanaman dan pengaruh gangguan dan
stres, yang menjelaskan karakteristik tanaman. Menurut Grime, kompetisi adalah
kecenderungan tanaman tetangga untuk menggunakan sumber daya yang sama dan
sukses dalam kompetisi, yang berhubungan dengan kapasitas penggunaan sumber
daya (Grace (1990), Grime (1979) dalam Siregar (2008)). Kompetitor yang baik
memiliki Relative Growth Rate (RGR) yang tinggi dan dapat menggunakan sumber
daya secara cepat.
Tilman menjabarkan teori yang lebih mekanistik, dan berdasarkan sumber
daya dari kompetisi tanaman (Tilman, 1988 dalam Siregar, 2008) yang memprediksi
keberhasilan kompetisi sebagai fungsi pemusatan dari keterbatasan sumber daya
(Grace, 1991 dalam Siregar, 2008). Keberhasilan kompetisi dalam teori ini adalah
kemampuan untuk menggambarkan penurunan sumber daya pada tingkat yang lebih
rendah dan untuk menyesuaikan terhadap penurunan tersebut. Kompetitor yang baik
dalam kasus seperti ini adalah spesies yang memiliki kebutuhan penggunaan sumber
daya yang paling rendah.
Meski banyak perdebatan mengenai keabsahan dan relevansi kedua teori ini,
beberapa perbedaan dari keduanya dijelaskan oleh kerangka waktu dan diasosiasikan
dengan pengertian tentang kompetisi. Sebagai contoh, Teori “toleransi stress” yang
dikemukakan oleh Grime dapat dibandingkan dengan teori “kompetitor” yang
dikemukakan oleh Tilman (Grace, 1990 dalam Siregar, 2008). Selanjutnya, sementara
Grime memfokuskan pada peranan dari ciri tanaman dalam kompetisi, teori Tilman
berhubungan dengan pergerakan populasi dan tidak terpaku hanya pada individu
tanaman saja. Lebih lanjut lagi, kedua teori tersebut menjelaskan bagaimana spesies
tanaman saling berkompetisi pada kondisi sumber daya yang terbatas dan peranan
dari ciri tanaman dalam memberi kemampuan untuk berkompetisi dengan tanaman
lain.
d. Parasitisme
Adaptasi gulma parasit untuk pemencaran biji dan perkecambahan. Guna
mempertahankan diri dari kematian, kecambah dari gulma-gulma parasit harus
dengan cepat mendapatkan tumbuhan inangnya yang sesuai.
Ada 3 cara bagi gulma parasit ini untuk meningkatkan peluang guna
mendapatkan inangnya misalnya pada tali putri, bijinya mempunyai ukuran yang
relatif besar sehingga mempunyai cukup persediaan makanan yang memungkinkan
serabut akar dapat tumbuh dengan pesat sebelum memperoleh inangnya (apabila tali
putri tidak mendapat inang dalam waktu 4-9 hari maka tanaman ini akan mati).
Mekanisme lain adalah melalui perantaraan burung-burung. Adapun cara ketiga,
untuk menentukan lokasi inangnya adalah dengan identifikasi cairan kimiawi yang
dihasilkan oleh akar tumbuhan inangnya (tumbuhan parasit Orobanche dan Striga).
Meskipun perkecambahan semacam ini merupakan salah satu cara pertahanan diri
agar dapat hidup, keadaan seperti ini dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma
jenis ini.
Banyak jenis gulma parasit yang mengandung klorofil, sebagian besar lagi
tidak mempunyai hijau daun ini. Beberapa jenis yang mempunyai hijau daun
memiliki aktifitas fotosintesis yang terbatas sedangkan jenis lainnya dapat mengikat
karbon secara normal seperti pada jenis-jenis tumbuhan yang bukan parasit.
Haustorium merupakan organ yang paling penting dari gulma parasit yang digunakan
untuk melekat dan menembus jaringan tubuh tanaman inang. Variasi dalam struktur
dan komposisi haustoria tergantung pada jenis gulma parasitnya. Meskipun demikian,
semuanya memiliki fungsi yang sama yaitu untuk melekatkan diri dan menyerap
makanan dari tanaman inangnya.
e. Amensalisme
Amensalisme adalah suatu bentuk interaksi antara dua individu atau lebih,
dimana salah satu pihak menderita kerugian sedangkan pihak lain tidak diuntungkan.
Hubungan yang bersifat amensalisme ini lebih dikenal dengan peristiwa allelopati.
Jenis-jenis gulma tertentu mampu mensekresikan senyawa metabolit sekunder
yang mampu meracuni vegetasi di sekitarnya. Contoh nyata fenomena ini adalah
kemampuan Imperata cylindrica melepaskan senyawa fenol ke lingkungan sehingga
menekan pertumbuhan vegetasi lain. Apabila suatu lahan diinvasi oleh gulma ini,
maka komunitas Imperata cylindrica tersebut akan mampu mendominasi areal dalam
jangka waktu yang cukup lama.
Penelitian di masa depan akan difokuskan pada pencakokan gen allelopati ini
terhadap tanaman budidaya. Bila transfer gen tersebut berhasil maka akan dihasilkan
suatu varietas tanaman yang secara alamiah mampu menekan pertumbuhan gulma.
A. KESIMPULAN
1. Gulma menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan dengan
tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan allelopathy,
mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber
hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos
usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air.
2. Gulma dan pertanaman mengadakan persaingan memperebutkan hara, air dan
cahaya, sehingga TCV = CVN + CVW + CVL. Besar kecilnya persaingan gulma
terhadap tanaman pokok akan berpengaruh terhadap baik buruknya pertumbuhan
tanaman pokok dan pada gilirannya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
hasil tanaman pokok.
3. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni secara
preventif, secara fisik, dengan sistem budidaya, secara biologis, secara kimiawi,
dan secara terpadu.
4. Tinggi rendahnya hasil tanaman pokok, jika dilihat dari segi gulmanya sangat
ditentukan oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma,
kecepatan tumbuh gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, jalur
fotosintesis gulma (C3 atau C4), dan ada tidaknya allelopati.
5. Dalam pertumbuhan tanaman terdapat selang waktu tertentu di mana tanaman
sangat peka atau sensitif terhadap persaingan gulma, sehingga pada periode
tersebut perlu dilakukan pengendalian, dan jika tidak maka hasil tanaman akan
menurun. Pada umumnya periode kritis terjadi pada saat 25 – 33 % pertama pada
siklus hidupnya atau pada saat ¼ – 1/3 pertama dari umur pertanaman. Dengan
diketahui periode kritis suatu tanaman maka saat penyiangan yang tepat menjadi
tertentu. Penyiangan gulma dilakukan pada saat periode kritis.
B. SARAN
1. Untuk para pembaca sebaiknya segala informasi yang ada dalam makalah ini
dapat digunakan sebagai referensi tambahan mengenai gulma, sehingga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembacanya.
2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai macam- macam gulma
beserta sifatnya, sehingga gulma yang sebagian besar dapat mengganggu tanaman
budidaya dapat dimanfaatkan juga, bahkan menambah nilai produksi tanaman
budidaya. Selain itu juga dilakukan penelitian mengenai tanaman yang dapat
menjadi alelopat dari tanaman gulma, sehingga dapat dilakukan pengendalian
gulma secara alamiah.
3. Bagi para petani/ pembudidaya tanaman sebaiknya tidak menggunakan herbisida
untuk pengendalian gulma, karena penggunaan zat kimia dapat terakumulasi dan
mampu menjadi zat yang meracuni tanaman budidaya.
DAFTAR PUSTAKA
Pemi, Tumewu, dkk. 2006. Pertumbuhan Gulma Akibat Pemupukan Nitrogen Pada
Budidaya Tanaman Sawi. (Online). (http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/0303/06/cakrawala/lainnya04.htm#atas, diakses 23 Oktober
2010).