Anda di halaman 1dari 6

Beberapa tindakan pengendalian gulma yang biasa dilakukan petani, diantaranya dengan cara manual /

mencabut gulma, cara mekanik (menggunakan alat), pengendalian gulma menggunakan serangga,
pengendalian gulma menggunakan mikroorganisme dan langkah pengendalian terakhir jika diperlukan
yaitu aplikasi herbisida dengan menggunakan prinsip 6 Tepat Pestisida : (1) tepat sasaran, (2) tepat
mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara
penggunaan.

Pengendalian gulma secara mekanis memiliki banyak kelemahan, diantaranya memerlukan pelaksanaan
yang teliti, tekun dan dilakukan secara terus menerus serta teratur sejak mulai dilakukan pembibitan
sampai tanaman dapat dipanen. Agar tercapai usaha pengendalian yang baik khususnya terhadap gulma
yang berkembang secara vegetatif, maka alat perkembangbiakan vegetatif baik yang berada di atas
tanah (batang, stolon) maupun yang terdapat di dalam tanah (akar, umbi, rhizome) harus dilakukan
proses pemusnahan.

Open in app

Get started

PENGENDALIAN GULMA

Rika Serliana

Rika Serliana

Apr 30, 2018 · 8 min read

DAFTAR ISI

Latar Belakang

2. Isi

3. Pengendalian Gulma

4. Cara — Cara Pengandalian Gulma

5. Pengendalian Gulma Secara Preventif (Pencegahan)

6. Pengendalian Gulma Secara fisik

7. Pengendalian Gulma Dengan Sistem Budidaya

8. Pengendalian Gulma Secara Biologis

9 Pengendalian Gulma Secara Kimiawi


10. Pengendalian Gulma Secara Terpadu

11. Kesimpulan

1. Latar Belakang

Organisme pengganggu tanaman atau sering di singkat OPT, merupakan organisme — organisme yang
dapat merusak tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan tersebut dapat
menimbulkan kerugian baik dari segi kualitas ataupun kuantitas panen, sehingga merugikan secara
ekonomi. Untuk menghindari kerugian karena serangan OPT, tanaman harus dilindungi dengan cara
pengendalian OPT tersebut. Dengan istilah “mengendalikan” OPT tidak harus di berantas habis. Dengan
usaha pengendalian populasi atau tingkat kerusakan karena OPT di tekan serendah mungkin sehingga
secara ekonomis tidak merugikan (Djafarudin 1996).

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertaniaan karena menurunkan
hasil yang bisa di capai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena
berkaitan dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil
karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak
mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma.
Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya di anggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh,
kedelai yang tumbuh di sela — sela pertanaman monokultur, kedelai dapat dianggap sebagai gulma,
namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama (Barus 2003).

Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma. Gulma
dapat tumbuh dengan baik dan menimbulkan gangguan dalam proses budidaya pertanian. Dalam hal ini,
gulma umumnya memiliki kemampuan adaptasi yang baik dibandingkan tanaman. Akan tetapi, tidak
berarti bahwa gulma selalu hidup dengan baik tanpa mengalami cekaman dalam lingkungan. Hal ini
berkaitan dengan siklus hidup dan komunitas dalam ekosistem itu sendiri. Kehadiran gulma sendiri
secara langsung dapat mempengaruhi produktivitas tanaman, Seperti dengan adanya gulma kualitas
akan menurun, karena biji gulma tersebut tercampur pada saat pengolahan tanah. Kemudian kuantitas
juga kan menurun, karena terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh (hara, air, udara, cahaya, ruang gerak)
dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan, jenis, kerapatan, dan lamanya tumbuh
(Sukman & Yakup 1991).

Umumnya, gulma pada pertanaman kedelai tanpa induksi olah tanah dapat dikendalikan dengan
herbisida. Sebelum kedelai ditanam, herbisida disemprotkan untuk mematikan gulma yang tumbuh di
areal pertanaman atau biasa disebut pengendalian pratumbuh. Kemudian, setelah kedelai tumbuh,
gulma masih perlu dikendalikan untuk melindungi tanaman. Pengendalian pada fase ini dapat dilakukan
dengan cara manual seperti penyianagan dengan tanyan, penggunaan alat mekanis, dan secara kimiawi
dengan penyemprotan herbisida. Akan tetapi penggunaan herbisida secara berlebihan akan merusak
lingkungan. Untuk menekan atau meniadakan dampak negatif penggunaan herbisida terhadap
lingkungan, penggunaanya perlu dibatasi dengan memadukan dengan cara pengendalian lainnya (Fadhly
2004).
Kehadiran gulma dalam siklus hidup tanaman tidak selalu berpengaruh negatif terhadap tanaman
budidaya. Dalam hal ini, terdapat suatu periode dimana tanaman budidaya peka terhadap kehadiran
gulma di dalam lingkungan hidup tumbuh tanaman. Periode waktu ini umumnya dikatakan sebagai
periode kritis. Pada periode atau selang waktu tersebut tanaman sangat peka terhadap kecaman dari
lingkungan, baik ruang tumbuh, unsur hara, air, atau cahaya matahari. Oleh sebab itu, pada periode
kritis tersebut kehadiran gulma akan sangat mengganggu tanaman, dan apabila tanaman kalah bersaing
dalam memanfaatkan faktor — faktor lingkungan tersebut maka produksi akhir tanaman akan sangat
menurun. Pada periode inilah gulma harus dikendalikan agar tidak mengganggu siklus hidup dan
metabolisme tanaman budidaya. Pengetahuan mengenai periode kritis tanaman yang akan
dibudidayakan memiliki kolerasi yang positif terhadap persaingan gulma. Sehingga pengetahuan ini
merupakan salah satu langkah yang penting dalam menyusun rencana pengendalian yang tepat, efektif
dan efisien (Tjitrosoedirdjo & Joedojono 1984).

2. Isi

Pengendalian Gulma

Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil kedelai
yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina. Secara biologi, dengan
menggunakan organisme hidup. Secara fisik, dengan membakar dan menggenangi, melalui budidaya
dengan pergiliran tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa. Secara mekanis, dengan
mencabut, membabat, menginjak, meniangi ddengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis
bermesin dan non mesin. Secara kimiawi, menggunakan herbisida. Gulma pada pertanaman kedelai
umumnya dikendalikan dengan cara mekanis dan kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi
berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi melalui pemanduan dengan cara pengendalian
lainnya (Barus 2003).

Cara — Cara Pengandalian Gulma

Pengendalian dapat berbentuk pencegahan dan pemberantasan. Mencegah biasanya lebih mudah
tetapi tidak selalu lebih mudah. Di negara — negara yang sedang membangun kegiatan pengendalian
yang banyak dilakukan orang adalah pemberantasan (Sukman & Yakup 1991). Pengendalian gulma
dapat dilakukan dengan cara :

Pengendalian Gulma Secara Preventif (Pencegahan)

Cara ini terutama ditujukan terhadap spesies — spesies gulma yang sangat merugikan dan belum
terdapat tumbuh di lingkungan kita. Spesies gulma asing yang cocok tumbuh di tempat — tempat baru
dapat menjadi pengganggu yang dahsyat (eksplosif). Misalnya kaktus di Australia, eceng gondok di Asia-
Afrika. Cara — cara pencegahan masuk dan menyebarnya gulma baru antara lain adalah :

a. Dengan pembersihan bibit — bibit pertanaman dari kontaminasi biji- biji gulma.

b. Pencegahan pemakaian pupuk kandnag yang belum matang.


c. Pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput — rumput makanan ternak.

d. Pembrantasan gulma di sisi — sisi sungai dan saluran — slauran pengairan.

e. Pembersihan ternak yang kan diangkut.

f. Pencegahan pengakutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya (Sasfroutomo 1990).

Pengendalian Gulma Secara fisik

Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :

A. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dengan menggunakan alat — alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan
sebagainya. Pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas alat — alat pengolah
tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma atau
kropnya, dan dalam penyebaran akar, umur dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman,
jenis, dan topgrafi tanah dan iklim (Buhman et al 1999).

B. Pembabatan (Pemangkasan)

Pembabatan umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk
gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan, interval (ulangan) dan
sebagainya. Pembabatan biasanya dilakukan di perkebunan yang mempunyai krop berupa pohon, pada
halaman — halaman, tepi jalan umum, jalan kereta api, padang rumput, dan sebagainya. Pembabatan
sebaiknya dilakukan pada waktu gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh
dengan hebat (Sukman & Yakup 1991).

C. Penggenangan

Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15–
25 cm selama 3–8 minggu. Gulma yang di genangi harus cukup terendam, karena bila sebagian daunya
muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih dapat hidup (Tjitrosoedirdjo dan Joedojono
1984).

D. Pembakaran

Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45o — 55o C, tetapi biji — biji yang
kering lebih tahan dari pada tumbuhan yang hidup. Kematian dari sel — sel yang hidup. Pada suhu di
atas di sebabkan oleh koagulasi pada protoplasmanya. Pembakaran secara terbatas masih sering
dilakukan untuk membersihkan tempat — tempat dari sisa — sisa tumbuhan setelah di pangkas. Pada
sistem perladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan masyarakat. Pembakaran umumnya banyak
dilakukan pada tanah — tanah yang non pertanaian, seperti di pinggir — pinggir jalan, pinggir kali,
hutan, dan tanah industri (Buhman et al 1999).
Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma di bandingkan dengan pemberantasan secara
kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain
dari pembakaran ialah insekta — insekta dan hama — hama lain serta penyakit seperti cendawan —
cendawan ikut dimatikan. Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi
kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji — biji gulma tertentu
tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya. (Barus 2003).

E. Mulsa

Penggunaan mulsa dimaksudkan untuk mencegah agar cahaya matahari tidak sampai ke gulma,
sehingga gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuahn yang baru
(perkecambahan) dapat dicegah. Bahan — bahan yang dapat digunakan untuk mulsa antara lain jerami,
pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan plastik (Wudianto 2006).

Pengendalian Gulma Dengan Sistem Budidaya

Cara pengendalian ini juga disebut pengendalian secara ekologis, oleh karena itu menggunakan prinsip
— prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan
menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan
sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu :

A. Pergiliran tanaman

Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak
membahayakan. Contohnya : padi — tebu — kedelai, padi — tembakau — padi. Tanaman tertentu
biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan
leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuahnnya (Djafarudin 1996).

B. Budidaya tanaman

Penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat
membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang —
ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma. Pemupukan yang tepat merupakan
cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman
terhadap gulma. Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu di berantas
dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian
besar gulmanya telah mati terberantas (Tjitrosoedirdjo dan Joedojono 1984).

C. Pernaungan dengan tumbuhan penutup (Cover Crops)

Mencegah perkecambahan dan pertumbuahn gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan
pupuk nitrogen yang kadang — kadang dapat dihasilakan sendiri (Sasfroutomo 1990).

Pengendalian Gulma Secara Biologis


Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme
lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan, dan sebagainya. Pengendalain biologis yang insektif dengan
insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu spesies gulma asing yang telah menyebar
secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitiaan yang lama
serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila spesies gulma yang akan dikendalikan itu habis,
insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti
ekonomis (Rukman et al 1999).

Pengendalian Gulma Secara Kimiawi

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendaliaan gulma dengan menggunakan herbisida. Yang
dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau
menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang di pilih
bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca
tumbuh. Keuntungan pengendaliaan gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk
areal yang luas

Anda mungkin juga menyukai