Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI 3 (GULMA)

Ditujukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Perlindungan Tanaman


(Gulma)

Dosen:
Ir. Dani Riswandi, M.P,.
Disusun Oleh:
Eleazar Handoyo

150510150132

KELAS : E
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363

2016

Jelaskan apa yang yang dimaksud dengan analisa vegetasi!


Jawab:
a Ekosistem persawahan
Kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui komposisi dan
dominasi gulma yang tumbuh pada suatu areal, menentukan
kebijakan dalam pengendalian gulma, dan mengevaluasi hasil
pengendalalian yang telah dilakukan (perobahan flora/shifting
akibat pengendalian; evaluasi percobaan herbisida)

pada suatu

ekosistem sawah yang merupakan lahan usaha pertanian yang


secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat
ditanami

padi,

palawija

atau

tanaman

budidaya

lainnya.

Kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Untuk


keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air
karena padi memerlukan penggenangan pada periode tertentu
dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi sawah digunakan sistem
irigasi dari mata air, sungai atau air hujan. Sawah yang terakhir
dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya adalah
sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi
lahan basah (lowland rice). Sawah banyak di temui di pedesaan.
Baik di daerah rendah, ataupun di daerah yang berbukit. Sawah
b

erat kaitannya dengan tanaman padi.


Ekosistem perkebunan/darat
Kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui komposisi dan
dominasi gulma yang tumbuh pada suatu areal, menentukan
kebijakan dalam pengendalian gulma, dan mengevaluasi hasil
pengendalalian yang telah dilakukan (perobahan flora/shifting
akibat pengendalian; evaluasi percobaan herbisida)

pada suatu

ekosistem darat yang merupakan komunitas vegetasi (tumbuhan


yang menutupi permukaan tanah) dijadikan dasar keanekaragaman
ekosistem darat, contoh hutan bakau (tanaman bakau sebagai
dominan).

Mengapa kita harus memahami dan menguasi biologi gulma dan ekologi
gulma, dan apa kaitannya dengan pengendalian gulma khusus pada suatu
ekosistem pertanian?
Jawab:
Karena, pengetahuan

tentang

biologi

(morphologi,

perbanyakan,

perkecambahan, penyebaran, dll ) gulma penting untuk menjadi dasar


dalam kebijakan dalam pengelolan gulma yang efektif dan efisien, serta
ekologi gulma penting untuk menentukan kebijakan dalam mengendalikan
3

gulma sehingga tidak salah sasaran dan merusak lingkungan.


Jelaskan langlah-langkah pada analisa vegetasi gulma dalam suatu lahan
pertanian!
Jawab:
a Pengamatan Pendahuluan Pengamatan selintas
secara menyeluruh terhadap komonitas gulma yang
akan di amati, sehingga di peroleh gambaran umum
mengenai garis besar kelompoknya, komposisi flora,
b
c

dan hubungan dengan lingkungannya.


Penentuan lokasi petak contoh memilih lokasi yang
keanekaragamannya bervariasi
Menentukan Luas plot minimum:
menentukan titik O dan sumbu X dan Y
membuat petak contoh 1 x 1 m = 1 m2
mencatat jenis gulma yang ada di luasan
tersebut
memperluas petak contoh, sampai tidak ada
jenis gulma yag baru
membuat grafik

Jelaskan teknik/cara pengendalian dan pencegahan gulma pada suatu


ekosistem lahan pertanian!
Jawab:
a Pengendalian gulma

dengan

cara

pencegahan/preventif

Tindakan paling dini dalam upaya menghindari kerugian akibat

invasi gulma adalah pencegahan (preventif). Pencegahan dimaksud


untuk mengurangi pertumbuhan gulma agar usaha pengendalian
sedapat

mungkin

dikurangi

atau

ditiadakan.

Pencegahan

sebenarnya merupakan langkah yang paling tepat karena kerugian


yang sesungguhnya pada tanaman budidaya belum terjadi.
Pencegahan biasanya lebih murah, namun demikian tidak selalu
lebih mudah. Pengetahuan tentang cara-cara penyebaran gulma
sangat penting jika hendak melakukan dengan tepat.
Menggunakan biji tanaman yang bersih dan tidak
tercampur biji lain terutama biji-biji gulma.
Menghindari penggunaan pupuk kandang yang belum
matang.
Membersihkan tanah-tanah yang berasal dari tempat lain,
tubuh dan kaki ternak dari biji-biji gulma.
Mencegah pengangkutan tanaman beserta tanahnya dari
tempat-tempat lain, karena pada bongkahan tanah tersebut
kemungkinan mengandung biji-biji gulma.
Pembersihan gulma dipinggir-pinggir sungai dan saluran
air.
Menyaring air pengairan agar tidak membawa biji-biji
gulma ke petak-petak pertanaman yang diairi.
Karantina Tumbuhan untuk mencegah masuknya organisme
pengganggu

tumbuhan

lewat

perantaraan

lalu-

lintas/perdagangan. Karantina tumbuhan merupakan cara


b

pengendalian tidak langsung dan relatif paling murah .


Pengendalian Mekanis Pengendalian mekanis merupakan usaha
menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian
sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat.
Teknik pengendalian mekanis hanya mengandalkan kekuatan fisik
atau mekanik. Dalam praktek dilakukan secara tradisional dengan
tangan, dengan alat sederhana sampai penggunaan alat berat yang
lebih modern. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
memilih peralatan untuk digunakan dalam pengendalian gulma

adalah

sistem

perakaran,

umur

tanaman,

kedalaman

dan

penyebaran sistem perakaran, umur dan luas infestasi, tipe tanah,


topografi, serta kondisi cuaca/iklim.
Pengolahan Tanah (Land Preparation) Pengolahan tanah
dengan alat-alat seperti cangkul, bajak, garu, traktor dan
sebagainya, pada umumnya berfungsi untuk mengendalikan
gulma. Pengolahan tanah pada prinsipnya melepaskan
ikatan antara gulma dengan media tempat tumbuhnya.
Efektivitas pengolahan tanah dalam pengendalian gulma
tergantung beberapa faktor seperti siklus hidup gulma dan
tanamannya, dalam dan penyebaran perakaran, lama dan
luasnya infestasi, macam tanaman yang dibudidayakan,
jenis tanah, topografi dan iklim.
Penyiangan (Weeding) Penyiangan yang tepat biasanya
dilakukan pada saat pertumbuhan aktif dari gulma.
Penundaan sampai gulma berbunga mungkin tak hanya
gagal membongkar akar gulma secara maksimum, tetapi
juga gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang
viabel

sehingga

perkembangbiakan

memberi
dan

kesempatan

penyebarannya.

untuk

Penyiangan

sesudah gulma dewasa akan banyak membongkar akar


tanaman dan menimbulkan kerusakan fisik. Sedang
penyiangan

yang

terlalu

sering

akan

menimbulkan

kerusakan akar tanaman pokok.


Pencabutan (Hand Pulling) Pencabutan dengan tangan
ditujukan untuk gulma annual dan biennial. Pelaksanaan
pencabutan gulma terbaik adalah pada saat sebelum
pembentukan biji, sedang pencabutan pada saat gulma
sudah dewasa mengakibatkan kemungkinan adanya bagian
bawah gulma yang tidak tercabut sehingga tumbuh
kembali.

Pembabatan (Mowing) Pembabatan pada umumnya


hanya efektif untuk mengendalikan gulma-gulma yang
bersifat setahun (annual) dan kurang efektif untuk gulma
tahunan (perennial). Efektivitas cara ini sangat ditentukan
oleh saat dan interval pembabatan. Pembabatan sebaiknya
dilakukan pada saat daun gulma sedang tumbuh lebat,
menjelang berbunga dan sebelum membentuk biji.
Pembakaran (Burning) Pembakaran merupakan salah
satu cara mengendalikan gulma. Suhu kritis yang
menyebabkan kematian (Termodeash Point) pada sel adalah
4555 C, tetapi biji yang kering lebih tahan daripada
tumbuhan yang hidup. Sebenarnya yang dimaksud dengan
pembakaran adalah penggunaan api untuk pengendalian
gulma dengan alat pembakar (burner) seperti alat untuk
mengelas, flame cultivator atau weed burner yang
menggunakan bahan bakar butane dan propone. Atau
pembakaran dengan memberikan panas dalam bentuk uap
(sceaming), terutama dalam usaha mematikan biji gulma
pada tempat-tempat tertentu seperti pembuatan bedengan.
Penggenangan Bila tersedia air, penggenangan dapat
mengurangi pertumbuhan gulma. Cara ini biasa digunakan
untuk

mengendalikan

pertumbuhan

gulma

darat

(terrestrial). Penggenangan efektif untuk mengendalikan


gulma tahunan. Caranya dengan membuat galangan
pembatas dengan tinggi genangan 15-25 cm selama 38
minggu. Sebagian besar gulma tidak berkecambah pada
c

kondisi anaerob.
Pengendalian Biologi Pengendalian biologi/hayati (biological
control)

adalah

penggunaan

biota

untuk

melawan

biota.

Pengendalian hayati dalam arti luas mencakup setiap usaha


pengendalian organisme pengganggu dengan tindakan yang
didasarkan ilmu hayat (biologi). Berdasarkan hal ini maka

penggunaan Legum Cover Crops (LCC) kadang-kadang juga


dimasukkan sebagai pengendalian hayati. Pengendalian hayati pada
gulma adalah suatu cara pengendalian dengan menggunakan
musuh-musuh alami baik hama (insekta), penyakit (patogen),
jamur dan sebagainya guna menekan pertumbuhan gulma. Hal ini
biasa ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah
menyebar secara luas di suatu daerah. Pemberantasan gulma secara
total

bukanlah

tujuan

pengendalian

hayati

karena

dapat

memusnahkan agen-agen hayati yang lain.


Pengendalian Alami dan Hayati Berdasarkan campur
tangan yang terjadi maka dibedakan antara pengendalian
alami dan pengendalian hayati. Perbedaan utama terletak
pada ada atau tidaknya campur tangan manusia dalam
ekosistem. Dalam pengendalian alami disamping musuh
alami sebagai pengendali hayati masih ada iklim dan
habitat sebagai faktor pengendali non hayati. Sedang pada
pengendalian hayati ada campur tangan manusia yang
mengelola gulma dengan memanipulasi musuh alaminya.
Pengendalian hayati merupakan metode yang paling layak
dan sekaligus paling sulit dipraktekkan karena memerlukan
derajat ketelitian tinggi dan serangkaian test dalam jangka
waktu panjang (bertahun-tahun) sebelum suatu organ
pengendali hayati dilepas untuk pengendalian suatu species
gulma. Dasar pengendalian hayati adalah kenyataan bahwa
di alam ada musuh-musuh alami yang mampu menekan
beberapa species gulma.
Musuhmusuh Alami Gulma Ada beberapa syarat utama
yang dibutuhkan agar suatu makhluk dapat digunakan
sebagai pengendali alami:
Makhluk tersebut tidak merusak tanaman budidaya
atau jenis tanaman pertanian lainnya, meskipun
tanaman inangnya tidak ada.

Siklus hidupnya menyerupai tumbuhan inangnya,


misalnya populasi makhluk ini akan meningkat jika
populasi gulmanya juga meningkat.
Harus mampu mematikan gulma atau paling tidak
mencegah gulma membentuk biji/berkembang biak.
Mampu berkembang biak dan menyebar ke daerahdaerah lain yang ditumbuhi inangnya.
Mempunyai adaptasi baik terhadap gulma inang dan
d

lingkungan yang ditumbuhinya.


Pengendalian Kultur Teknis Pengendalian kultur teknis
merupakan cara pengendalian gulma dengan menggunakan
praktek-praktek budidaya, antara lain : Penanaman jenis tanaman
yang cocok dengan kondisi tanah, penanaman rapat agar tajuk
tanaman segera menutup ruang kosong, pemupukan yang tepat
untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi
daya saing tanaman terhadap gulma, pengaturaan waktu tanam
dengan membiarkan gulma tumbuh terlebih dahulu kemudian
dikendalikan dengan praktek budidaya tertentu, penggunaan
tanaman pesaing (competitive crops) yang tumbuh cepat dan
berkanopi lebar sehingga memberi naungan dengan cepat pada
daerah di bawahnya, dan modifikasi lingkungan yang melibatkan
pertumbuhan tanaman menjadi baik dan pertumbuhan gulma
tertekan.
Rotasi Tanaman (Crop Rotation) Rotasi tanaman atau
pergiliran tanaman sebenarnya bertujuan memanfaatkan
tanah, air, sinar matahari dan waktu secara optimum
sehingga diperoleh hasil yang memadai. Dengan pergiliran
tanaman maka pada umumnya permukaan tanah akan selalu
tertutup oleh naungan daun tanaman, sehingga gulma
tertekan.
Sistem Bertanam (Croping System) Perubahan cara
bertanam dari monokultur ke polikultur (intercropping atau

multiple croping) dapat mempengaruhi species gulma yang


tumbuh sehingga menimbulkan perbedaan interaksi dalam
kompetisi. Cara penanaman tumpang sari, tumpang gilir,
tanaman sela atau lainnya ternyata dapat menekan
pertumbuhan gulma, karena gulma tidak sempat tumbuh
dan berkembang biak akibat sinar matahari serta tempat
tumbuhnya selalu terganggu.
Pengaturan Jarak Tanam (Crop Density) Peningkatan
kepadatan tanaman meningkatkan efek naungan terhadap
gulma

sehingga

mengurangi

pertumbuhan

dan

reproduksinya. Meskipun demikian pada jarak tanam yang


sempit mungkin tanaman budidaya memberikan hasil relatif
kurang. Oleh sebab itu sebaiknya penanaman dilakukan
pada jarak tanam yang optimal.
Pemulsaan (Mulching) Mulsa akan mempengaruhi
cahaya yang akan sampai ke permukaan tanah dan
menyebabkan kecambah-kecambah gulma serta berbagai
jenis gulma dewasa mati. Disamping mempertahankan
kelembaban tanah, mulsa akan mempengaruhi temperatur
tanah.
Tanaman Penutup Tanah (Legum Cover Crop-LCC)
Sering disebut tanaman pelengkap (smother crops) atau
tanaman pesaing (competitive crops). Sebagai tanaman
penutup tanah biasa digunakan tanaman kacang-kacangan
(leguminosae) karena selain dapat tumbuh secara cepat
sehingga cepat menutup tanah tetapi dapat juga digunakan
sebagai pupuk hijau. Sifat penting yang diperlukan bagi
tanaman penutup tanah adalah harus dapat tumbuh dan
berkembang cepat sehingga mampu menekan gulma. Jenisjenis

leguminosae

yang

biasa

digunakan

adalah

Calopogonium muconoides (CM), Calopogonium caerelum


(CC), Centrosoma pubescens (CP) dan Pueraria javanica

(PJ).

Selain pertumbuhan cepat sifat lainnya yang

dikehendaki adalah tidak menyaingi tanaman pokok.


Apabila

pertumbuhannya

terlalu

rapat

maka

harus

dilakukan pengendalian dengan cara pembabatan atau


dibongkar untuk diganti dengan penutup tanah yang
lainnya. Penggunaan tanaman penutup tanah untuk
mencegah pertumbuhan gulma-gulma berbahaya (noxious)
terutama golongan rumput merupakan cara kultur teknis
e

yang dipandang paling berhasil diperkebunan.


Pengendalian Kimia Pengendalian gulma dengan menggunakan
senyawa kimia tanpa mengganggu tanaman pokok dikenal dengan
nama Herbisida. Kelebihan dan keuntungan penggunaan
herbisida dalam pengendalian gulma antara lain:
Herbisida dapat mengendalikan gulma yang tumbuh
bersama tanaman budidaya yang sulit disaingi.
Herbisida pre-emergence mampu mengendalikan gulma
sejak awal.
Pemakaian herbisida dapat mengurangi kerusakan akar
dibandingkan pengerjaan tanah waktu menyiangi secara
mekanis.
Erosi dapat dikurangi dengan membiarkan gulma (rumput)
tumbuh secara terbatas dengan pemakaian herbisida.
Banyak gulma yang bersifat pohon lebih mudah dibasmi
dengan herbisida.
Lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar.
Dapat menaikkan hasil panen tanaman dibandingkan
dengan perlakuan penyiangan biasa.
Disamping kelebihan dan keuntungan, herbisida mempunyai

keurangan-kekurangan

yang

dapat

merugikan,

antara

lain

dapat

menimbulkan : Efek samping Species gulma yang resisten Polusi Residu


dapat meracuni tanaman. Penggunaan herbisida yang berhasil sangat
tergantung akan kemampuannya untuk membasmi beberapa jenis gulma
dan tidak membasmi jenis-jenis lainnya (tanaman budidaya). Cara kerja

yang selektif ini merupakan faktor yang paling penting bagi keberhasilan
suatu herbisida.
Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilannya atau
selektifitas herbisida, yaitu :
Faktor Tanaman :
Umur dan kecepatan pertumbuhan
Struktur luar seperti bentuk daun ( ukuran dan permukaan ),
kedalaman akar, lokasi titik tumbuh, dll
Struktur
dalam
seperti
translokasi

dan

permeabilitas

membran/jaringan
Proses-proses biokimia seperti pengaktifan enzim, herbisida, dll
Faktor Herbisidanya :
Struktur
Konsentrasi
Formulasi (cair atau granular)
Faktor Lingkungan :
Temperatur,
Cahaya,
Hujan,
Faktor-faktor tanah
Cara Pemakaian/Aplikasi :
Tipe herbisida (digunakan ke tanah, ke tanaman),
Volume penyemprotan,
Ukuran butiran semprotan,
Waktu penyemprotan.
Sebutkan gulma dominan pada: (berikan 5 contohnya)
Jawab:
a Ekosistem persawahan;
Cyperus difformis C. difformis dikenal dengan naman
umberella plant, smaller flower umbrella plant (Inggris),
jukut papayungan (Sunda), sunduk welut (Jawa). C.
difformis

merupakan

tumbuhan

tahunan,

tumbuh

berumpun, 10 70 cm. Batangnya berbentuk segitiga licin,


agak lunak, menajam pada ujungnya, sering berwarna agak
hijau kekuning-kuningan. Daunnya dalam jumlah yang
sedikit terdapat pada bagian pangkal batang, umumnya
lebih pendek dari pada batang dengan lebar 2 8 mm.

Bunganya berkarangan terdapat di ujung, umumnya anak


bulir banyak dan membentuk suatu masa yang berbentuk
bulat pada ujung cabang. Mempunyai 2 atau 3 daun
pelindung seperti daun yang disebut daun pembalut. Anak
bulir mempunyai ukuran panjang 4 8 mm, dan lebar lebih
kurang 1 mm. C. difformis biasanya terdapat di tempattempat basah dan berlumpur, terutama di sawah (Soerjani et

al., 1987)
Cyperus pilosus C. pilosus dikenal dengan nama rumput
jengking, rumput rajang (Indonesia); hilut, ilat (Sunda);
lambungan sapi (Jawa). C. pilosus merupakan tanaman liar
yang hampir sama dengan C. difformis tetapi berbeda pada
danser susunan bunga di tangkai pada ujung cabang agak
lebih kecil. C. pilosus berasal dari negara-negara Asia
diantaranya di Jepang, Malaysia, dan Indonesia. Biasanya

hidup di tanah yang basah, rawa, terutama di sawah.


Ludwigia parensis Vahl L. parennis sama dengan gulma
L. hyssopifolia, tetapi cabangnya agak lurus kesamping,
tingginya lebih rendah dari L. hyssopifolia yakni 10 75
cm. Batangnya bersegi berwarna agak keungu-unguan,
daunya bersebar berselang-seling meruncing ke ujung.
Bunganya berangkai rindang, dengan tabung kelopak bunga
tidak menonjol. Daun bunga berjumlah 4 berwarna agak
menguning, biasanya berbunga sepanjang tahun. L.
parennis biasanya hidup di dataran rendah dan di tanah
yang agak lembab, juga di sawah. Di Indonesia gulma ini

terdapat di Sumatra, Jawa dan Sulawesi.


Commelina diffusa L. C. diffusa dikenal dengan nama
tali said, kali kadang, gewor (Sunda), brambangan, jeboran,
glegor, gragos (Jawa). C. diffusa merupakan tumbuhan
setahun, tumbuh tegak atau pangkal tumbuh menjalar
dengan panjang 10 110 cm. Batangnya berbentuk bulat,

pada bagian yang menjalar sering mengeluarkan akar-akar


pada buku-bukunya. Pangkal daunnya mempunyai pelepah
yang jelas kelihatan memeluk batang dan berbulu-bulu
lembut. Panjang daun 1,5 6 cm, dengan lebar 20 mm.
Daun yang kecil berbentuk bulat memanjang, sedang yang
besar berbentuk garis-garis lanset, bagian pangkal lebar,
runcing, tidak berbulu-bulu atau dapat berbulu-bulu lembut
tipis. Bunganya mempunyai daun mahkota berwarna ungu,
bentuk agak bulat atau lonjong, panjang 4-6 mm. Biasanya
terdapat di tempat-tempat yang terlindung, tempat-tempat

yang tidak terlalu kering, kebun-kebun.


Monochoria vaginalis (Burm.f.) Presl M. vaginalis
dikenal dengan nama monochoria, pickerel-weed (Inggris),
enceng lembut (Sunda), weweyan, bengok (Jawa). M.
vaginalis merupakan tumbuhan tahunan dengan tinggi 10
50 cm, tumbuh tegak dengan rimpang yang pendek.
Daunnya pada waktu muda berbentuk panjang dan sempit,
kemudian berbentuk lanset, sedangkan yang sudah tua
berbentuk bulat telur-bulat memanjang. Bunganya biasanya
sebanyak 3 25, terbuka secara serentak. Perhiasan bunga
panjang 11 15 cm, tangkai bunga 4- 25mm. Buah M.
vaginalis mempunyai diameter kurang lebih 1 cm. Tempat

tumbuhnya di tanah berawa terutama di sawah-sawah.


Ekosistem perkebunan (teh/karet/kelapa sawit); Komoditas Kelapa
Sawit
Imperata cylindrica Alang-alang (Imperata cylindrica)
atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap
menjadi gulma di lahan pertanian. Rumput ini juga dikenal
dengan nama-nama daerah seperti alalang, halalang. Alangalang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya
yang

tersebar

cepat

bersama

angin,

atau

melalui

rimpangnya yang lekas menembus tanah yang gembur.

Berlawanan dengan anggapan umum, alang-alang tidak


suka tumbuh di tanah yang miskin, gersang atau berbatubatu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup
subur, banyak disinari matahari sampai agak teduh, dengan
kondisi lembap atau kering. Di tanah-tanah yang becek atau
terendam, atau yang senantiasa ternaungi, alang-alang pun
tak mau tumbuh. Gulma ini dengan segera menguasai lahan
bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah

yang mengering, tepi jalan dan lain-lain.


Agreratum
conyzoides

Bandotan

(Ageratum

conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku


Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis,
khususnya Brazil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar
di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan
atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.);
serta

Billygoat-weed,

Whiteweed

dalam

Goatweed,
bahasa

Chick

Inggris,

weed,

tumbuhan

atau
ini

mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya

menyerupai bau kambing.


Mikania micrantha Mikania micrantha merupakan
gulma tahunan yang tumbuh merambat dengan cepat.
Mikania termasuk dalam gulma penting pada kelapa sawit
yang dapat tumbuh hingga ketinggian 700 mdpl. Mikania
umumnya tumbuh dominan pada areal kelapa sawit belum
menghasilkan (TBM) hingga dapat meimbelit/menutupi.
Mikania micrantha juga menghasilkan senyawa alelopati
berupa phenol dan flavon. Mudah berkembang biak melalui
potongan Batang M. micrantha tumbuh menjalar berwarna
hijau muda, bercabang dan ditumbuhi rambut-rambut halus.
Panjang batang dapat mencapai 3-6m. Pada tiap ruas
terdapat dua helai daun yang saling berhadapan, tunas baru

dan bunga. Helai daun berbentuk segitiga menyerupai hati


dengan panjang daun 4-13cm dan lebar daun 2-9cm.
Permukaan daun menyerupai mangkok dengan tepi daun
bergerigi. Bunga tumbuh berwarna putih, berukuran kecil
dengan panjang 4.5-6mm, dan tumbuh dari ketiak daun atau
pada ujung tunas. Biji dihasilkan dalam jumlah besar,

berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2mm.


Mimosa pudica Putri malu atau Mimosa pudica adalah
perdu pendek anggota suku polong-polongan yang mudah
dikenal karena daun-daunnya yang dapat secara cepat
menutup/"layu" dengan sendirinya saat disentuh. Walaupun
sejumlah anggota polong-polongan dapat melakukan hal
yang sama, putri malu bereaksi lebih cepat daripada jenis
lainnya. Kelayuan ini bersifat sementara karena setelah

beberapa menit keadaannya akan pulih seperti semula.


Cyperus rotundus Teki ladang atau Cyperus rotundus
adalah gulma pertanian yang biasa dijumpai di lahan
terbuka. Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang
dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis
Cyperus lainnya yang berpenampilan mirip. Teki sangat
adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit
dikendalikan. Ia membentuk umbi (sebenarnya adalah
tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang
mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu
menghindar dari kedalaman olah tanah (30 cm). Teki
menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila
tersedia air cukup, toleran terhadap genangan, mampu

bertahan pada kondisi kekeringan.


Ekosistem tanaman sayuran.
Chromolaena odorata Daunnya berbentuk oval, bagian
bawah lebih lebar, makin ke ujung makin runcing. Panjang
daun 6 10 cm dan lebarnya 3 6 cm. Tepi daun bergerigi,

menghadap ke pangkal. Letak daun juga berhadap-hadapan.


Karangan bunga terletak di ujung cabang (terminal). Setiap
karangan terdiri atas 20 35 bunga. Warna bunga selagi
muda kebiru-biruan, semakin tua menjadi coklat. Pada saat
biji masak, tumbuhan mengering. Pada saat itu biji pecah

dan terbang terbawa angin.


Echinochola crussgalli Echinochola crusgalli atau
jajagoan memiliki nama lain Panicum crusgalli yang
merupakan tanaman annual kelas Monocotyledon, famili
Poaceae/Graminae. Rumput E. crusgalli tersebar pada
daerah tropis dan sub tropis di seluruh negara Asia
Tenggara, Asia Selatan dan Australia. Rumput ini dapat
ditemui di Indonesia dan dikenal dengan nama gagajahan,
jajagoan, padi burung, jawan, jawan parikejawan, ramon
jawan, suket ngawan. Gulma ini memiliki daya adaptasi
yang luas pada kondisi lingkungan yang bervariasi. Sebagai
tanaman C4, E. crusgalli menunjukkan tingkat fotosintesis
bersih yang lebih tinggi, efisiensi penggunaan air dan
nitrogen yang lebih baik dari tanaman C3. Hal ini
menjadikan gulma ini lebih efisien dalam fotosintesis
daripada tanaman padi, karena tanaman padi termasuk jenis
tanaman C3. Echinochloa crusgalli memiliki perawakan
tegak dengan daun tegak atau rebah di bagian dasarnya.
Rumput ini memiliki batang kuat dan lurus serta berbentuk
silindris dengan pith seperti spons putih di bagian
dalamnya. Tinggi gulma ini dapat mencapai 20-200 cm.
Selain itu gulma ini juga memiliki akar yang tebal dan
berserat. Ukuran panjang dan lebar daun gulma E. crusgalli bisa mencapai hingga 40 cm dengan lebar 5-15 mm.
Setiap daun memiliki pelepah daun dengan panjang 9-13
cm. Daun gulma ini memiliki bagian ujung yang

meruncing, berambut halus pada bagian dasarnya, dan


permukaannya berwarna hijau.

Perbungaan E. crusgalli

terletak di ujung, mulamula tumbuh tegak kemudian


merunduk. Panjang malai berkisar antara 5-21 cm dan
terdiri dari 5-40 tandan. Perbungaan memiliki stamen
berjumlah 3 dengan anther berwarna kuning. Perbungaan
juga memiliki 2 putik dengan stigma berbulu, berwarna
ungu, dan menonjol keluar di bawah ujung spikelet.
Panjang spikelet 3-4 mm. Buah pada gulma ini disebut
caryopsis dengan bentuk lonjong dengan panjang 1.5-2
mm. Bijinya berwarna coklat hingga kehitaman. Satu

tanaman E crusgalli dapat menghasilkan sekitar 40.000 biji.


Axonopus compressus Axonorpus compressus atau yang
sering kita sebut dengan rumput karpet adalah rumput yang
sering digunakan untuk penutup tanah pada lahan kosong di
pekarangan rumah. Rumput karpet dapat tumbuh pada
tempat yang teduh dan lembab, rumput karpet juga dapat
tumbuh pada tanah yang memiliki tingkat keseuburan
rendah. Rumput karpet juga dapat dikonversikan sebagai
pakan ternak. Rumput menahun, membentuk bahan jerami
di tanah dengan batang yang memiliki sudut antar ruas,
batangnya berdaun 1-2, tunasnya menjalar dan bercabang,
seringkali berwarna ungu, tingginya mencapai 0,2-0,5 m.
Helaian daunnya berbentuk lanset, memiliki tepian kasar,
yang berukuran 2,5-37 kali atau 0,6-1,6 cm. Pangkal
daunnya berlekuk dan ujungnya lancip dengan permukaan
yang bergelombang. Memiliki bulir pada satu sisi,
panjangnya mencapai 3-11 cm. Anak bulir berselang seling
kiri dan kanan, menempel pada porosnya, bentuknya
memanjang, ukurannya 2,5 mm. Jumlah benang sarinya 3,
tangkai putiknya 3, ukuran kepala putiknya besar, muncul

kesamping, warnanya putih. Jukut pait berkembangbiak


dengan cepat melalui biji atau dengan batang memanjat.
Biji-bijinya mudah sekali menempel pada benda yang
menyentuhnya, terutama dalam keadaan basah.Menurut
penelitan

yang

dilakukan

dilapangan

yaitu,

sistem

perakaran serabut. Batangnya berwarna hijau keunguan,


tinggi 30cm-40cm, ruas 4cm-5cm, permukaan berbulu tipis,
menjalar, bentuk bulat berongga. Bangun daun lanset, ujung
runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas,
warna hijau keunguan, permukaan berbulu. Bunga bulir,
terdapat sekam, benang sari 3, putik 2, termasuk bunga
lengkap. Selain berperan sebagai bahan pakan ternak
Axonopus compressus juga berpotensi sangat kuat dan kuat

sebagai antibiotik.
Centella asiatica Centella asiatica atau Pegagan
merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar
dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh
subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan
pennutup tanah. Jenis pegagan yang banyak dijumpai
adalah pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan merah
dikenal juga dengan antanan kebun atau antanan batu
karena banyak ditemukan di daerah bebatuan, kering dan
terbuka. Pegagan merah tumbuh merambat dengan stolon
(geragih) dan tidak mempunyai batang, tetapi mempunyai
rhizoma (rimpang pendek). Sedangkan pegagan hijau
sering banyak dijumpau di daerah pesawahan dan diselasela rumput. Tempat yang disukai oleh pegagan hijau yaitu
tempat agak lembab dan terbuka atau agak ternaungi.
Selain itu, tanaman yang mirip pegagan atau antanan ada
empat jenis yaitu antanan kembang, antanan beurit, antanan
gunung dan antanan air. Centella asiatica merupakan

tanaman herba tahunan, tanpa batang tetapi dengan rimpang


pendek dan stolon-stolon yang melata, panjang 10-80 cm.
Daun tunggal, tersusun dalam roset yang terdiri dari 2-10
daun, kadang-kadang agak berambut, tangkai daun panjang
sampai 50 mm, helai daun berbentuk ginjal, lebar, dan
bundar dengan garis tengah 1-7 cm, pinggir daun beringgit
sampai beringgit-bergerigi, terutama ke arah pangkal daun.
Perbungaan berupa payung tunggal atau 3-5 bersama-sama
keluar dari ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5-50
mm, lebih pendek dari tangkai daun. Bunga umumnya 3,
yang ditengah duduk, yang disamping bergagang pendek,
daun pelindung 2, panjang 3-4 mm, bentuk bundar telur,
tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1-1,5 mm, lebar
sampai 0,75 mm. buah pipih, lebar lebih kurang 7mm dan
tinggi lebih kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk,

berwarna kuning kecoklatan, berdinding agak tebal.


Phyllanthus niruri Meniran (Phylanthus niruri L).
Tumbuhan ini batangnya berbentuk bulat, basah, dengan
ketinggian kurang dari 50 cm. Daunnya bersirip genap,
setiap satu tangkai daun terdiri dari daun yang majemuk
dan mempunyai daun kecil serta berbentuk lonjong. Bunga
terdapat pada ketiak daun menghadap ke arah bawah.
Tumbuhan ini berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar
dihutan, ladang, kebun maupun halaman rumah. Pada
umumnya tidak terpelihara karena dianggap tumbuhan
rumput biasa. Meniran merupakan herba kecil yang dapat
tumbuh di dataran rendah, sampai dataran tinggi, terutama
di lungkungan yang lembab. Tumbuh di tepi parit, kebun
dan ladang. Beberapa orang menganggap meniran sebagai
gulma dan banyak yang tidak tahu dapat dimanfaatkan
sebagai obat yang bermanfat. Tinggi tumbuhan tidak lebih

dari 50 cm, daun menyirip dan buah kecil kecil seperti


Menir menir adalah beras pecah yang kecil. Terdapat
pada bagian bawah sirip daun tersebut.
6

Bagaimana pendapat saudara bila suatu lahan pertanian tidak dilakukan


penyiangan? Apa pengaruhnya terhadap: Jelaskan.
Jawab:
a Tanaman itu sendiri;
Jika tidak dikendalikan dengan penyiangan, gulma akan
menimbulkan persaingan dengan tanaman pokok yang dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan produksi tanaman
tersebut karena ada nya persaingan penyerapan unsur hara, sinar
b

matahari, tempat dan karbon dioksida untuk berfotosintesis.


Sosial dan ekonomi manusia.
Hasil produksi tanaman tersebut akan menurun karena besarnya
persaingan dengan gulma, sehingga menurunkan hasil produksi
tanaman tersebut. Jika hasil produksi menurun akan menyebabkan
kenaikan harga jual karena permintaan pasar yang tinggi namun
hasil produksi tidak mampu memenuhi permintaan pasar. Kenaikan
harga jual mengakibatkan kesenjangan sosial.

Anda mungkin juga menyukai