BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
2
Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak,
Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich).
Berdasarkan model geometrik yang dihasilkan dari hasil analisis, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa titik yang saling berdekatan merupakan unit-unit
sampling yang mempunyai pola kesamaan dalam komunitas, sedangkan titik-titik
yang saling berjauhan adalah unit-unit sampling yang mempunyai perbedaan
komunitas. Berdasarkan perbedaan tersebut hasil analisis ordinasi dapat
dilanjutkan dengan mengkorelasikan pola komunitas pada unit-unit sampling
dengan faktor lingkungan dari unit-unit sampling tersebut, sehingga dapat
diketahui penyebab perbedaan pola komunitas di antara unit-unit sampling
tersebut .
Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi
ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan
kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena
tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik.
Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk
melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan
waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk
hutan atau vegetasi kompleks lainnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum analisis vegetasi adalah :
1. Untuk mempelajari tingkat suksesi.
2. Untuk mengevaluasi hasil suatu pengendalian gulma secara kimia.
3. Untuk mengetahui metode dalam analisis vegetasi gulma.
Universitas Sriwijaya
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gulma
Gulma ialah tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki pada lahan
pertanian karena dapat merugikan, seperti kerugian akibat persaingan antara
tanaman budidaya dan gulma seperti, pertumbuhan terhambat sehingga waktu
mulai berproduksi lebih lama, penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi
tanaman, produktivitas kerja terganggu, gulma dapat menjadi sarang hama dan
penyakit. Pengertian gulma secara lain adalah tumbuhan yang belum diketahui
manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang menganggap gulma hanya
mempunyai nilai negatif yang lebih besar dari nilai ekonomisnya.
Gulma yang tumbuh menyertai tanaman budidaya dapat menurunkan hasil
baik kualitas maupun kuantitasnya (Widaryanto,2010). Gulma mempunyai
kemampuan bersaing yang kuat dalam memperebutkan CO2, air, cahaya matahari
dan nutrisi. Pertumbuhan gulma dapat memperlambat pertumbuhan tanaman
(Singh,2005). Brown dan Brooks (2002) menyatakan bahwa gulma menyerap
hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok.
Gulma berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. Secara
generatif dengan biji dengan karakteristik biji yang halus, ringan dan berjumlah
banyak yang dapat disebar oleh angin, air, hewan maupun manusia. Sedangan
secara vegetatif dengan bagian batang yang berada di dalam tanah akan
membentuk tunas. selain itu dengan bagian akar tanaman, misalnya stolon,
rhizhoma, dan umbi
Berdasarkan morfologinya, gulma dibedakan berdasarkan gulma berdaun
sempit (grasses), yaitu daun menyerupai pita, batang tanaman beruas, tanaman
tumbuh tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helai daun contoh
Axonopus compressus. Gulma teki-tekian (sedges) cirinya memiliki batang
berbentuk segitiga, contohnya Cyperus aromaticus. Gulma berdaun lebar (broad
leaves) cirinya adalah bentuk daun lebar, tanaman tumbuh tegak dan menjalar,
contohnya Cassia tora, dan gulma pakis-pakisan (ferns) berkembang dengan
spora, contohnya Dicranopteris linearis. Berdasarkan siklus hidup gulma dibagi
Universitas Sriwijaya
4
menjadi gulma semusim, gulma dua musim dan gulma tahunan. Berdasarkan
habitat tumbuh gulma dibedakan gulma air dan gulma daratan.
Pengendalian gulma bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma sampai
batas toleransi merugikan secara ekonomis. Metode pengendalian gulma dapat
secara fisik, hayati maupun kimiawi dengan menggunakan herbisida. Metode
kimiawi banyak dilakukan karena dianggap praktis karena memerlukan sedikit
pekerja dan waktu yang relatif singkat. Pengendalian secara fisik dengan
pengolahan tanah yaitu pembersihan tanah dari bibit-bibit tanaman sebelumnya
dan biji-biji gulma, tidak menggunakan pupuk yang belum matang, serta
penggunaan mulsa untuk menekan pertumbuhan gulma akibat proses fotosintesis
yang terhambat. Pengendalian secara hayati dengan menggunakan musuh alami
gulma seperti kutu loncat eksotik untuk pengendalian Mimosa diplotricha.
Universitas Sriwijaya
5
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang
ada. Macam-macam metode analisis vegetasi yaitu metode destruktif, metode
nondestruktif, metode floristik, dan metode nonfloristik.
a. Metode Destruktif (Pengukuran yang bersifat merusak)
Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana,
dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter
persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup atau berat
keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan kualitas suatu padang
rumput dengan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus menentukan
kapasitas tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara
floristika, yaitu didasarkan pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.
b. Metode nondestruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu
berdasarkan penelaahan organisme hidup/tumbuhan (tidak didasarkan pada
taksonominya), dan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan
organisme tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.
c. Metode non-floristika
Metode non-floristika telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi,
seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951), yang kemudian
diekspresikan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973) yang membagi dunia
tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun,
bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap
karakteristiknya di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang
pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar.
Untuk memahami metode non-floristika ini sebaiknya perlu dikaji dasar-dasar
pemikiran dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha
mengungkapkan vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia
tumbuhan secara taksonomi sama sekali diabaikan, mereka membuat klasifikasi
tersendiri dengan dasar-dasar tertentu.
Universitas Sriwijaya
6
d. Metode floristik
Metode ini didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara
taksonomi. Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau
keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap
semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan
tersebut,sehingga pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi
adalah sangat dibutuhkan. Pelaksanaan metode floristik ini sangat ditunjang
dengan variable-variabel yang diperlukan untuk menggambarkan baik struktur
maupun komposisi vegetasi, diantaranya adalah:
1. Kerapatan, untuk menggambarkan jumlah individu dari populasi sejenis.
2. Kerimbunan, variable yang menggambarkan luas penutupan suatu populasi di
suatu kawasan, dan bias juga menggambarkan luas daerah yang dikuasai oleh
populasi tertentu atau dominasinya.
3. Frekuensi, variable yang menggambarkan penyebaran dari populasi disuatu
kawasan.
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
8
c) Metode Jalur
Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi
menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur contoh ini harus dibuat
memotong garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai,
dan menaik atau menurun lereng gunung. Perhitungan besamya nilai kuantitatif
parameter vegetasi sama dengan metode petak tunggal.
d) Metode Garis Berpetak
Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau
metode jalur, yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur
sehingga sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang
sama.
Universitas Sriwijaya
9
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 1. Kerapatan mutlak dan kerapatan nisbi
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
4.2. Pembahasan
Universitas Sriwijaya
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.
2. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan
tajuk.
3. Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak
dan Metode Tanpa Petak.
4. Metode destruktif dilakukan untuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan
ukuran luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi.
5. Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Plot yang dibuat dalam teknik
sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak.
5.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah agar mahasiswa lebih serius dalam
mengikuti praktikum ini agar dapat memahami tentang analisis vegetasi pada gulma.
Universitas Sriwijaya
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2013..https//www.pioneer.com/web/site/Indonesia/gulma-dan-cara-
pengendaliannya. [Diakses pada 06 November 2018]
Universitas Sriwijaya
16
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya