Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gulma

Gulma ialah tumbuhan yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma disuatu tempat
mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak, atau sebagai obat-
obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan
sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan
diklasifikasikan sebagai gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh
secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).

Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istilah gulm
berdaun sempit atau gulma berjenis rerumputan. Sedangkan gulma dari golongan
dikotil disebut dengan istilah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang
berasal dari golongan teki-tekian ( golongan sedges ) ( Moenandir, 2000).

Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian
atau seluruh cara-cara ini: 1) Membandingkan gulma tersebut dengan material
yang telah diidentifikasi di herbarium. 2) Konsultasi langsung, dengan para ahli di
bidang yang bersangkutan. 3) Mencari sendiri melalui kunci identifikasi. 4)
Membandingkannya dengan determinasi yang ada. 5) Membandingkannya dengan
ilustrasi yang tersedia .Teki mempunyai batang berbentuk segitiga, kadang-
kadang bulat dantidak berongga, daun berasal dari nodia dan warna ungu tua.
Gulma ini mempunyai sistem rhizoma dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol
adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman pada
lingkungan tertentu (Sukman dan Yakup.2002).

2.2 Manfaat Analisis Vegetasi

Manfaat analisa vegetasi adalah sebagai berikut (Prawoto, dkk, 2008) :


1. Dapat mengetahui komposisi jenis gulma dan menetapkan jenis yang
dominan. Biasanya hal ini dilakukan untuk keperluan perencanaan, misalnya
untuk memilih herbisida yang sesuai.
2.  Dapat mengetahui tingkat kesamaan atau perbedaan antara dua vegetasi. Hal
ini penting misalnya untuk membandingkan apakah terjadi perubahan
komposisi vegetasi gulma sebelum dan setelah dilakukan  pengendalian
dengan cara tertentu.
3.  Dapat mengetahui gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam
penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.

2.3 Analisis Vegetasi Gulma

Konsepsi dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi,


tergantung keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan
untuk mempelajari tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu
pengendalian gulma. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur
dan komposisi vegetasi. Untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah
misalnya, digunakan metode garis (line intersept), untuk pengamatan sebuah
contoh petak dengan vegetai “tumbuh menjalar” (cpeeping) digunakan metode
titik (point intercept) dan untuk suatu survei daerah yang luas dan tidak tersedia
cukup waktu, estimasi visual (visual estimation) mungkin dapat digunakan oleh
peneliti yang sudah berpengalaman. Juga harus diperhatikan keadaan geologi,
tanah, topografi, dan data vegetasi yang mungkin telah ada sebelumnya, serta
fasilitas kerja/keadaan, seperti peta lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia,
dan lain sebagainya; semuanya untuk memperoleh efisiensi (Rohman, Fatchur,
2001).

Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik,
kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara
umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi
pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang
tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi
laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang
menyusun formasi vegetasi daerah tersebut. Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan
yang mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput,
lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati
strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi.
Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-
perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi
klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi
merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan
mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie”
misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa
plot dan metode kwarter.(Syafei, 2000).

2.3 Metode Analisis Vegetasi

Metode Teknik Analisis Vegetasi merupakan cara mempelajari dan


mengukur vegetasi secara kuantitatif. Banyak metode yang dapat dipakai untuk
Analisis Vegetasi agar dapat mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi
suatu areal. Dalam analisis vegetasi akan diketahui Indeks Nilai Penting (INP)
yang merupakan penggabungan dari Kerapatan Relatif, Frekwensi Relatif dan
Dominasi Relatif. Ada empat metode yang lazim digunakan yaitu estimasi visual,
metode kuadratik, metode garis atau rintisan dan metode titik. Selanjutnya akan
dibicarakan hanya metode estimasi visual dan metode kuadratik
Macam-Macam Metode Analisis Vegetasi

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk


menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu
vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat
berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang
pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
(Syafei, 1990).
Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika
digunakan untuk penelitian yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot
dan metode kwarter. Akan tetapi dalam makalah ini hanya menitik beratkan pada
penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode
tanpa plot) (Syafei, 2000).

1.     Metode  Garis
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis
yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang
digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis
yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi
yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990). Pada
metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan
digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi.
Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu
tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan
garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei,
1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Kelebihan Menghemat waktu di lapangan karena tidak memerlukan pembuatan
petak contoh di lapangan, kesalahan sampling dalam proses pembuatan petak
contoh dan penentuan individu tumbuhan berada dalam atau luar kuadrat dapat di
kurangi
2.     Metode Titik
Suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik.
Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang
benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan
mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel
yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan
diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar
pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan
dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).

3.    Metode Kuadran
Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak
contoh  (plotless) metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang
berbentuk pohon dan tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut
lebih besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter
tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon 2,5 m
sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan mulai anakan
sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).
            Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan
lebih cepat digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan
menksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less
method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan
hanya berupa titik.  Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup
tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu
persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini
digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.

4.  Metode Estimasi. 
Setelah letak letak dan kuas petak contoh yang akan diamati ditentukan,
lazimnya berbentuk lingkaran, pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang
selalu tetap letaknya, m isalnya selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap
pada petak contoh yang telah terbatas.  Besaran yang dihitung berupa dominasi
yang dinyatakan dalam persentse penyebaran.  Karena nilai penyebaran tiap jenis
dalam area dihitung dalam persen, maka bila dijumlah akan diperoleh 100%
(termasuk % daerah kosong jika ada).  Dapat juga dominansi dihitung berdasar
suatu skala abundansi (scale abundance) yang bernilai 1 – 5 (Braun-Blannquat;
Weaver), 1 – 10 (Domin) atau 1 – 3 (Wirahardja & Dekker). Cara ini sangat
berguna bilamana populasi vegetasi cukup merata dan tidak banyak waktu
tersedia.  Tetapi memiliki kelemahan yaitu terdapat kecenderungan untuk
menaksir lebih besar jenis-jenis yang menyolok (warna maupun bentuknya),
sebaliknya menaksir lebih sedikit jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik
perhatian.  Juga sulit untuk dapat mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya,
dan penaksiran luas penyebaran msing-masing komponen tidak terkamin
ketepatannya.

Keuntungan menggunakan metode analisis estimasi visual antara lain:


pengamatan dilakukan pada titik tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya
selalu di tengah atau di salah satu sudut yang tetap pada petak contoh yang telah
terbatas. Besaran yang dihitung berupa dominasi yang dinyatakan dalam
persentse penyebaran. Sedangkan
Kerugiannya ialah terdapat kecenderungan untuk menaksir lebih besar jenis-jenis
yang menyolok (warna maupun bentuknya), sebaliknya menaksir lebih sedikit
jenis-jenis yang sulit dan kurang menarik perhatian. Juga sulit untuk dapat
mewakili keadaan populasi vegetasi seluruhnya, dan penaksiran luas penyebaran
masing-masing komponen tidak terjamin ketepatannya ( Syafein, 2000).

2.4 Rumus Perhitungan Analisis Vegetasi

A. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi


suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas.

Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan


Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR),
(Soerianegara dan Indrawan, 2005).

Rumus : INP = KR + DR + FR

Ket : INP = Indeks Nilai Penting suatu jenis tumbuhan


KR = Kerapatan Relatif suatu jenis tumbuhan
DR = Dominasi Relatif suatu jenis tumbuhan
FR = Frekusensi Relatif sutau jenis tumbuhan

B. Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk


membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh
gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu
komunitas. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus
Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener :
dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

ni = Jumlah individu jenis ke-n

N = Total jumlah individu

C. Indeks Kemerataan Jenis

Dimana :

E = Indeks kemerataan jenis

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

S = Jumlah jenis

Berdasarkan Magurran (1988) besaran R1 < 3.5 menunjukkan kekayaan


jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5 – 5.0 menunjukkan kekayaan jenis
tergolong sedang dan R1 tergolong tinggi jika > 5.0.

Besaran H’ < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong rendah,


H’ = 1.5 – 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong sedang dan H’
> 3.5 menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi.

Besaran E’ < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E’ =


0.3 – 0.6 kemerataan jenis tergolong sedang dan E’ > 0.6 maka kemerataaan
jenis tergolong tinggi.

D. Koefisien Kesamaan Komunitas

Untuk mengetahui kesamaan relatif dari komposisi jenis dan struktur


antara dua tegakan yang dibandingkan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut (Bray dan Curtis, 1957 dalamSoerianegara dan Indrawan, 2005) :

dimana :

IS = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan komunitas


W = Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-
jenis yang terdapat dalam dua tegakan yang dibandingkan

a, b = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat pada


tegakan pertama dan kedua

Nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100 %. Semakin


mendekati nilai 100%, keadaan tegakan yang dibandingkan mempunyai
kesamaan yang tinggi. Dari nilai kesamaan komunitas (IS) dapat ditentukan
koefisien ketidaksamaan komunitas (ID) yang besarnya 100 – IS. Untuk
menghitung IS, dapat digunakan nilai kerapatan, biomassa, penutupan tajuk
atau INP.

F. Indeks Dominasi

Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan


penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada
satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika
beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks
dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai indeks dominasi digunakan
rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai berikut :

Dimana :

C : Indeks dominasi

ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n

N : Total nilai penting dari seluruh jenis


DAFTAR PUSTAKA

Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta
Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
Malang: JICA.
Syafei, Eden . 2000. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung. ITB
Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Tehnik Pengendaliannya. Rajawali
Press, Jakarta.
Soerianegara, I dan Andry Indrawan. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Sebayang, H. T., 2005. Gulma dan Pengendaliannya Pada Tanaman Padi.


UnitPenerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang

Anda mungkin juga menyukai