Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan


vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang belum
dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad
yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari
tentang alam dan vegetasinya. Dalam abad ke XX usaha-usaha diarahkan untuk
menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan keakuratan
dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara kuantitaif. Berbagai metode
analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran data secara detail melalui cara coding
dan tabulasi. Berbagai metode yang digemari dan banyak diterima oleh banyak pakar adalah
dari Raun kiaer (1913-1918), Clements (1905-1916), Du Rietz (1921-1930), Braun (1915),
dan Braun Bienquet (1928). Deskripsi umum dari vegetasi dan komunitas tumbuhan melalui
bentuk hidup dan species dominan adalah tekanan pada zaman yang telah lalu.

Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang
bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama
dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponenya.
Maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran
vegetasi secara umum atau fungsional. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai
metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan membantu dan mendiskripsikan
suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan.

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan
tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu

1
1.pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda.
2. menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal. 3. melakukan korelasi antara
perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan
(Greig-Smith, 1983).

Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak


(Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak)
dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik
sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997).

Berdasarkan model geometrik yang dihasilkan dari hasil analisis, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa titik yang saling berdekatan merupakan unit-unit sampling yang
mempunyai pola kesamaan dalam komunitas, sedangkan titik-titik yang saling berjauhan
adalah unit-unit sampling yang mempunyai perbedaan komunitas. Berdasarkan perbedaan
tersebut hasil analisis ordinasi dapat dilanjutkan dengan mengkorelasikan pola komunitas
pada unit-unit sampling dengan faktor lingkungan dari unit-unit sampling tersebut, sehingga
dapat diketahui penyebab perbedaan pola komunitas di antara unit-unit sampling tersebut .

Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini.
Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter.
Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot
dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada
individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan
perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini
digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Analisis vegetasi?


2. Bagaimana Kerapatan Didalam Analisis Vegetasi?
3. Bagaiman Frekuensi terhadap Analisis Vegetasi?
4. Apa Dominasi dalam Analisis Vegetasi?
5. Berapa Nilai Penting dalam Analisis Vegetasi?
6. Bagaimana Contoh dan Pembahasan dalam Analisis Vegetasi?

2
C. Tujuan

1. Untuk megetahui Analisis Vegetasi


2. Untuk mengetahui Kerapatan Didalam Analisis Vegetasi
3. Untuk mengetahui Frekuensi terhadap Analisis Vegetasi
4. Untuk mengetahui Dominasi dalam Analisis Vegetasi
5. Untuk mengetahui Nilai Penting dalam Analisis Vegetasi
6. Untuk memahami Contoh dan Pembahasan dalam Analisis Vegetasi

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan
tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu:

1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan
berbeda.
2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.
3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau
beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).

Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak


(Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak)
dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kuadran, Metode titik
sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997).

Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis
yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu
yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik
berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas
petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan
teknik Kurva Spesies Area (KSA).

Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : luas minimum suatu petak
yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, jumlah minimal petak ukur agar hasilnya
mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.

4
Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois
dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik
atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi
vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh
(releve) berdasar koefisien uketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk
mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model
geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi
spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan
releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk
menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan.

Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,


kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang
akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah
individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan
panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat
(Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan
pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).

a. Kerapatan
b. Frekuensi
c. Indeks Dominansi
d. Nilai penting
e. Teknik ordinasi

B. Kerapatan Didalam Analisis Vegetasi

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu,
misalnya 100 individu/ha. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh

5
dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya
frekuensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal
dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga
dengan mengukur diameter batang (Kusuma, 1997). Suatu daerah yang didominasi oleh
hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman
jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen yaitu, Jumlah jenis dalam
komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan
bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan
sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq and Reynolds, 1988).

Berdasarkan data kerapatan, dapat diketahui symbol atau singkatan pada kerapatan
pada analisis vegetasi:

𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
Kerapatan =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑢𝑘𝑢𝑟

𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 100 %


Kerapatan relatif =
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ

Kerapatan dapat juga dapat diartikan banyaknya (abudance) merupakan jumlah


individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.
Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering
terdapat dan banyak sekali terdapat( Ishernat Soerianegara dan Andry indrawan, 1982).
Jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan (Odum 1975)
yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau
volume,missal 200 pohon per Ha.

C. Frekuensi terhadap Analisis Vegetasi


Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis
frekwensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar
keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasiny
terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi fekwensi dalm
lima kelas berdasarkan besarnya persentase. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang
menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat.

6
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
Frekuensi =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 100%


Frekuensi relatif =
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

FK = 0%-25% : Kehadiran sangat


jarang (aksidental)
FK = 25-50% : Kahadiran jarang
(assesori)
FK = 50-75% : Kehadiran sedang
(konstan)
FK = 75% - 100% : Kehadiran
absolut

D. Dominasi dalam Analisis Vegetasi

Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis


dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan
meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai
indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai indeks dominasi digunakan rumus
Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai berikut:

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑡𝑢𝑝𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠


Dominansi =
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑥 100%


Dominansi relatif =
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

7
E. Nilai Penting dalam Analisis Vegetasi

Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan
dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300 (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974).
Untuk tingkat pertumbuhan sapihan dan semai merupakan penjumlahan Kerapatan relatif dan
Frekwensi relatif, sehingga maksimum nilai penting adalah 200.

INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah
vegetasi. Kerapatan analisis vegetasi dengan nama vegetasi yang telah digunakan
berdasarkan 2 jenis , INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama
sebuah vegetasi. Kerapatan analisis vegetasi dengan nama vegetasi yang telah digunakan
berdasarkan 2 jenis.

INP diperoleh dengan formula sebagai berikut:

INP = FR + KR + DR

Keterangan :

FR (frekuensi relatif) = FM/Ftotalx100%


KR (kerapatan relatif) = KM/Ktotalx100%
DR (dominansi relatif) = DM/Dtotalx100%

Indeks Nilai Penting ini menunjukkan jenis pohon yang mendominasi di lokasi
penelitian. FM merupakan jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis pohon dibagi jumlah
total petak ukur yang dicacah. Ftotal adalah jumlah nilai frekuensi semua jenis pohon. KM
adalah jumlah individu suatu jenis dibagi luas total petak ukur, sedangkan Ktotal adalah
jumlah nilai kerapatan semua jenis pohon. DM merupakan luas basal area suatu jenis dibagi
luas total petak ukur.

Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis,
kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta
Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai
berikut:

8
Dan juga nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai
relative dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan
frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

Nilai penting = Kerapatan relatif + Frekuensi relatif + Dominansi relatif

Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang
didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,
dikal ikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai
penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki
harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi
tersebut (Surasana, 1990)

F.Teknik Ordinasi

Hasil analisis vegetasi yang dilakukan terhadap suatu komunitas hutan akan diperoleh
angka berupa nilai penting dari suatu jenis. Nilai penting ini merupakan gambaran lengkap
mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas (Shukla dan Chandel 1977). Nilai
Penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif dari sejumlah
variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, dominansi, dan frekuensi relatif). tumbuhan
yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan
untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990). Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk
menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas.

Selanjutanya untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode


ordinasi dengan mengelompokkan site berdasar nilai indeks kesamaan (Indeks Similarity /
IS). Ordinasi pada prinsipnya adalah prosedur untuk mengubah kelompok data berdimensi
ganda dan memproyeksikannya ke dalam ruang berdimensi lebih kecil, sehingga pola
kelompok data mungkin lebih mudah terlihat.

9
Ordinasi adalah suatu penyusunan tegakan (stand) ke dalam suatu susunan
unidimensional atau multidemensional (Mueller-Dombois, 1974). Dengan demikian, ordinasi
merupakan suatu usaha untuk mengungkapkan data contoh (sampling) menjadi lebih
sederhana, menghemat ruang dan mudah dibaca. Setiap titik mewakili derajat similaritas dan
disimilaritas (Barbour et al. 1987). Untuk mengetahui pola vegetasi yang dihubungkan
dengan pola lingkungan lebih cocok dengan menggunakan metode ordinasi, yaitu mencuplik
seluruh tegakan yang mewakili.

Melalui metode ordinasi memungkinkan dapat menunjukkan tegakan vegetasi dalam


bentuk geometrik sedemikian rupa sehingga tegakan komunitas yang paling serupa
berdasarkan komposisi jenis beserta kemelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling
berdekatan, sedangkan tegakan-tegakan lainnya yang berbeda akan muncul saling berjauhan.
Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan
perubahan faktor lingkungan (Mueller-Dombois,1974).

Metode ordinasi yang paling sederhana adalah ordinasi polar, yaitu dengan
menentukan dua tegakan yang paling berbeda yang ditunjukkan oleh nilai indeks disimilaritas
antara dua tegakan yang paling besar sebagai titik ujung pada absis horizontal. Teknik
ordinasi lainnya yaitu ordinasi Bray-Curtis yang diikuti oleh ordinasi dengan analisis
komponen utama dan analisis korespondensi. Dua teknik ordinasi ini layak digunakan
untuk model respon kelimpahan spesies yang linear yang umumnya terjadi apabila kisaran
variasi lingkungan relatif kecil, sedangkan teknik yang terakhir dipandang sebagai
teknik yang kekar (robust) untuk menggambarkan respon yangbersifat tak-linear, yang
biasanya terjadi dalam lingkungan dengan rentang variasi besar (Gauch et al,1977).

Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois


dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik
atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi
vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh
(releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk
mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model
geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi
spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan,
sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan.Ordinasi dapat pula digunakan untuk
menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan.
10
Sasaran ordinasi bukanlah untuk menggambarkan bentuk di sekitar label dan letak
mereka yang sama bagian dari suatu asosiasi melainkan, untuk menunjukkan suatu pola
hubungan kontinue. Sungguh, sebagian besar informasi memuat data asli yang hilang dalam
ordinasi diagram, tetapi kehilangan ini akibat banyak bentuk dari reduksi data, tidak hanya
ordinasi.
Goodall (1954) mendefinisikan ordinasi sebagai “pengaturan berbagai unit dalam
urutan satu dimensi (uni-dimensional) atau multidimensi (multi-dimensional)”. Dalam
ordinasi ini ditekankan kepada pengaturan unit–unit cuplikan (jenis atau tegakan)
berdasarkan nilai – nilai individual dan bukan nilai – kelompok. sebaliknya, suatu pengaturan
dengan nilai – nilai kelompok atau nilai – nilai di dalam suatu kisaran akan menghasilkan
klasifikasi.persepsi ini di dasarkan pada gagasan bahwa pengelompokkan tegakan menjadi
kelas – kelas dapat menunjukkan seutuhan nya (discrete entity) yang sebenarntya tidak ada di
alam. Alih- alih, sebuah ordinasi cuplilkam tegakan akan menampakkan kontinuitas atau
diskonasi tinuitas (discotinuity) diantara cuplikan – cuplikan tersebut.hal ini, dapat di
katakan bahwa ordinasi dan klasifikasi adalah dua proses terpisah tetapi terkait erat, dan
ordinasi merupakan langkah sebelum klasifikasi.

1) Ordinasi Satu Dimensi

Sebuah ordinasi satu dimensi adalah pengaturan linear nilai-nilai antara dua
ekstrem.misalnya, tabel 9,7 menunjukkan dua ordinasi. Satu mempertautkan releve secara
horizontal dengan amplitudo kelompok – kelompok jenis pembeda. Disini, salah satu urutan
releve menurut peringkat lebih jauh di dukung oleh pemetaan indeks kesamaan floristik.
Dalam gambar ini ordinasi linear tidak sempurna dalam hal kesamaan floristik antar-
releve seperti di tunjukkan oleh kurva yang naik turun. Kurva dengan mudah dapat di
perbaiki mengatur ulang posisi beberapa releve sehingga terbentuk ordinasi linear yang
sempurna.dalam hal ini kesamaan floristik total lebih diutamakan ketimbang kesamaan
floristik diagnostik di tunjukkan oleh tumbuhan kunci tertentu yang membentuk kelompok –
kelompok jenis pembeda. Oleh karena itu, pengelompokkan kembali tidak di lakukan pada
tahap ini.
Ordinasi yang di buat oleh Curtis & McIntosh (1951) adalah ordinasi linear atau
ordinsi satu di mensi untuk menunjukkan kontinum cuplikan- cuplikan tegakan di hutan –
hutan Wisconsin.tulisan curtis & McIntosh telah mendorong terbentuknya aliran kontinum
(Dansereaundkk.1968) dan perkembangan berikutnya mengenai teknik ordinasi multidimensi

11
(Bray & Curtis 1957). Metode multidimensi tersebut sering dianggap sebagai teknik untuk
mempresentasikan secara abstrak tentang vegetasi yang sejatinya ada lebih baik dari pada
berbagai penyajian dalam bentuk klasifikasi.

2) Ordinasi Multidimensi

Selanjutnya Bray & Curtis (1957) mengembangkan sebuah teknik ordinasi


multidimensi bagi cuplika- cuplikan tegakan. Ini merupakan terobosan, karena dengan teknik
ini dapat di tunjukkan hubungan kesamaan secara geometris.
Dalam teknik ini tegakan – tegakan tidak diatur dengan jarak sama (equidistant)
sepanjang sumbu linear seperti di gunakan dalam ordinasi satu dimensi, tetapi tegakan –
tegakan di tempatkan sedemikian rupa sehingga posisinya merupakan perkiraan langsung
derajat kesamaannya.kecenderungan penggugusan (clustering tendencis) tegakan dapat di
tampilkan secara geometris. Meskipun demikin, pengenalan kelompok – kelompok atau kelas
– kelas masih tetap merupakan pertimbangan pribadi.selain dapat mengenal gugus, ordinasi
juga dapat menunjukkan variasi vegetasi yang mungkin terkait dengan landaian (gradient)
lingkungan.

E. Contoh dan Pembahasan dalam Analisis Vegetasi

a. Contoh
No Plot Jenis Tanaman Nama ilmiah Nama daerah Jumlah

1 10 x 10 Pohon Ficus benjamina Beringin 1


m
Mangifera kemanga Kemang 1
Jumlah 2

Perhitungan plot 10 x 10 m

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢
1. Rumus kerapatan (KR) = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑙𝑜𝑡

kerapatan spesies A = 1/100= 0,01

Kerapatan spesies B = 1/100=0,01

Kerapatan Relatif = 0,01 + 0,01 = 0,02

12
kerapatan pohon A
Kerapatan Relatif = Total kerapatan seluruh spesies x 100 %

KR = 0,01/ 0,02 X 100% = 50%

Jadi, kerapatan relatif B sama

Jumlah bidang dasar


2. Dominasi spesies = luas plot

Misalkan r: A = 6.30 cm

B = 5.18 cm

Dominasi spesies A = 2πr/100= 2x3,14x6,30/100= 0,395

Dominasi spesies B = 2πr/100=2x3,14x5,18/100= 0,325

Dominasi spesies i
Dominasi relatif = x 100 %
Total dominasi seluruh spesies

Dominasi relatif = 0,395 + 0,325 = 0,72

DR A = 0,395/0,72 X 100% = 54,86 %

DR B = 0,325/0,72 x100% = 45,13 %

Jadi, total 54,86 + 45,13 = 99,99 (100)

Jumlah plot ditemukannya spesies i


3. Frekuensi spesies i = jumlah seluruh plot

Frekuensi A = 1/2 = 0,5

Frekuensi B = ½ = 0,5

Frekuensi spesies A+B = 0,5 + 0,5 = 1

Frekuensi spesies i
Frekuensi relatif = Total x 100%
seluruh spesies

FR = 0,5/0.5 X 100 % = 50 %

13
Jadi, frekuensi relatifnya sama

4. Nilai Penting = KR + DR + FR

NP Ficus benjamina = 50 + 54,86 +50 = 154,86

NP Mangifera kemanga = 50 + 45,13 + 50 = 145,13

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990) yaitu: Kerapatan, Frekuensi, Indeks Dominansi,
Nilai penting, Teknik ordinasi.

15

Anda mungkin juga menyukai